id
stringlengths 36
36
| url
stringlengths 46
109
| text
stringlengths 5k
1.51M
|
---|---|---|
a20cddde-e6db-49f6-9a23-319d796ec4bb | https://ejournal.upi.edu/index.php/mdb/article/download/41050/17874 |
## Analisis Pengendalian Internal dan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya
Fitri Febrianti 1 , Ajang Mulyadi 2 , Yana Setiawan 3
Program Studi Pendidikan Akuntansi, FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi, FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 2 Program Studi Pendidikan Akuntansi, FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 3
## Abstract
The main problems in the field of small and medium enterprises are the lack of optimal institutional function, low capital information, low product competition, fraud, low production development innovation, market access, and lack of human resources. In practice, the development of MSMEs, which is increasing from year to year, turns out to have to face problems, especially the problem of fraud and financial reporting errors. Internal control is designed for an additional purpose of safeguarding the property or assets of an organization, namely to provide reasonable assurance that the unauthorized acquisition, use and disposal of organizational assets can be prevented or known immediately. The purpose of this study was to determine and analyze the effect of internal control on the tendency of fraud in the UMKM industry in Tasikmalaya City. This type of research is a quantitative descriptive study. Data were collected by distributing questionnaires to 90 respondents. Tests conducted in this study are validity, reliability, normality and correlation tests. The results of this study indicate a strong and negative relationship between internal control and the tendency of corporate fraud. The stronger the internal control in a company, the lower the company's fraud. Vice versa, the weaker internal control in a company, the higher the tendency for corporate fraud to be.
## Keywords: Internal Control; UMKM; fraud
## Abstrak
Permaasalahan utama bidang usaha kecil menengah adalah belum optimalnya fungsi kelembagaan, rendahnya informasi permodalan, persaingan produk yang rendah, penipuan, inovasi pengembangan produksi yang rendah, akses pasar, dan kurangnya sumber daya manusia. Dalam praktiknya perkembangan UMKM yang dari tahun ke tahun semakin meningkat ternyata harus menghadapi masalah khususnya masalah kecurangan maupun kesalahan pelaporan keuangan. Pengendalian internal dirancang untuk suatu tujuan tambahan berupa mengamankan kekayaan atau aset suatu organisasi, yaitu memberikan keyakinan yang memadai bahwa perolehan, penggunaan, dan pelepasan aset organisasi yang dilakukan serta tidak sah dapat dicegah atau diketahui dengan segera. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada industri UMKM di Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada 90 responden. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas, normalitas dan korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat dan negatif antara pengendalian internal dengan kecenderungan kecurangan perusahaan. Semakin kuat pengendalian internal di suatu perusahaan maka kecurangan perusahaan akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin lemah pengendalian internal di suatu perusahaan maka kecenderungan kecurangan perusahaan semakin tinggi.
Katakunci: Pengendalian Internal; UMKM; kecurangan
Corresponding author. [email protected] 1 , [email protected] 2 [email protected] 3 History of article. Received: Oktober 2020, Revision: Desember 2020, Published: Maret 2021
## PENDAHULUAN
Perusahaan Mikro Kecil dan Menengah ini mampu memperluas lapangan kerja, menekan angka pengangguran yang nantinya akan mengurangi permasalahn kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di Indonesia.
Sebagai bukti, keberadaaan UMKM yang mampu mengurangi tingkat pengangguran dapat dilihat dari penurunan tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat.
Dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat tercatat bahwa pencetakan wirausaha baru
Fitri Febrianti 1 , Ajang Mulyadi 2 , Yana Setiawan 3
Analisis Pengendalian Internal dan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya
merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM.
Pada periode tahun 2014-2017 jumlah pencetakan wirausaha baru menunjukkan kecenderungan yang cukup positif. Kondisi ini secara langsung menurunkan tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja.
Meskipun pada dasarnya UMKM memiliki potensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelemahan atau hambatan yang dihadapi oleh UMKM tidak dapat dihindari terutama adalah dalam bidang kualitas sumber daya manusia, masalah keahlian manajemen termasuk didalamnya manajemen keuangan dan akuntansi.
Secara umum masalah kelembagaan, rendahnya informasi permodalan, persaingan produk yang rendah, penipuan, inovasi pengembangan produksi yang rendah, akses pasar, dan kurangnya sumber daya manusia disebabkan oleh kontrol pengendalian yang kurang memadai karena yang difahami oleh pelaku industri kecil penerapan pengendalian internal hanya akan berjalan pada perusahaan dengan skala besar, dan tidak akan cocok apabila ditetapkan di perusahaan skala kecil menengah seperti UMKM. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Santoso (2012), bahwa sistem pengendalian internal akan menghasilkan inefisiensi biaya, tenaga kerja dan waktu. Sehingga UMKM juga dianggap tidak akan mampu memberikan biaya tambahan serta sumber daya manusia untuk menerapkan sistem pengendalian internal tersebut. Tetapi anggapan itu berbeda dengan tujuan sistem pengendalian internal tentang pengamanan aset perusahaan, bahwa baik perusahaan skala besar maupun kecil memiliki kewajiban untuk menjaga aset mereka dengan baik, karena risiko kecurangan pada suatu perusahaan berskala kecil seperti UMKM lebih sering terjadi apabila dibandingkan
dengan risiko kecurangan yang terjadi pada perusahaan dengan skala besar.
Untuk memperkuat kontrol internal dalam perusahaan, COSO memperkenalkan kerangka kerja kontrol yang lebih luas daripada model kontrol akuntansi tradisional dan termasuk manajemen risiko, yang merupakan kontrol internal yang terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling terkait.
Para pemimpin UMKM tidak boleh mengabaikan penerapan sistem kontrol dalam bisnis mereka, mengingat peran sistem kontrol yang sangat penting bagi keberhasilan tujuan, dan keberhasilan bisnis. Dengan demikian, Sistem Pengendalian Internal pada UMKM masih sangat butuh perhatian karena belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan topik pengaruh pengendalian internal terhadap kecendrungan kecurangan (fraud) untuk keberhasilan UMKM di Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan permasalahan dan pentingnya sistem pengendalian internal, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (Fraud) (Studi Kasus pada UMKM di Kota Tasikmalaya).”
## Pengendalian Internal
Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway commission) pengendalian internal adalah suatu proses yang menjadi komponen atau suatu manajemen organisasi yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai tercapainya tiga tujuan, yaitu: efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Menurut Arens (2008:412) Pengendalian Internal merupakan “proses yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen tentang reabilitas pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”. Berdasarkan berbagai pengertian pengendalian di atas, jelaslah bahwa pengendalian internal adalah rencana, metode, prosedur, dan kebijakan yang dirancang oleh manajemen untuk memberi jaminan bahwa kegiatan operasional berjalan efektif dan efisien, pelaporan keuangan yang andal, aset yang aman, serta taat kepada peraturan atau kebijakan yang berlaku termasuk kepada undang-undang.
Suatu sistem terdiri dari komponen pembentuk sistem yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dan bahkan mungkin saja dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Begitu juga suatu pengendalian internal yang memadai harus terdiri dari komponen yang membentuk pengendalian internal tersebut. Komponen pengendalian internal menurut ISA 315 dalam Theodorus M (2014:128-129) terdiri atas lima komponen, meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, sistem informasi, kegiatan pengendalian serta pemantauan.
Pengendalian internal dirancang dengan memperhatikan kepentingan manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi usahannya, dan juga harus memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan dalam rangka merancang suatu pengendalian intern yang baik, perlu melihat tujuan pengendalian seperti yang dinyatakan oleh Hery (2013:160) tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata serta Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan.
Pengendalian intern yang efektif menurut Akmal (2007:5) meliputi tujuannya jelas, dibangun untuk tanggung jawab Bersama, biaya yang dikeluarkan dapat , didokumentasikan serta dapat diuji dan di review.
## Teori Kecurangan (Fraud)
Menurut Karyono (2013:4-5), Fraud dapat diistilahkan sebagai kecurangan yang mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum (illegal act) yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru (mislead) kepada pihak- pihak lain yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Kecurangan di rancang untuk memanfaatkan peluang-peluang secara tidak jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2016:1) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil aset atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atau laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja. Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset. Maka dapat disimpulkan bahwa fraud adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang individu atau organisasi secara sengaja untuk menipu, menyembunyikan, atau mendapatkan keuntungan dalam suatu kondisi, dimana tindakan tersebut dapat merugikan pihak-pihak terkait.
## Fraud Triangle Theory
Skousen et al. (2009) menyimpulkan bahwa secara umum fraud memiliki 3 karakteristik . Fraud triangle muncul karena tiga kondisi yang muncul bersamaan dengan munculnya fraud yaitu insentif atau pressure , kesempatan (opportunity) dan attitude atau rationalization.
Gambar 2.1 Skema Fraud Triangle Sumber: Arens (2015:398)
Tekanan Kesempatan Sikap
Fitri Febrianti 1 , Ajang Mulyadi 2 , Yana Setiawan 3
Analisis Pengendalian Internal dan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Usaha Mikro
Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya 76
## Fraud Diamond Theory
Hermanson (2004) menambahkan satu faktor yang diyakini dapat mempengaruhi adanya fraud , yakni faktor kemampuan (capability ), sehingga menjadi empat faktor. Pada intinya fraud diamond adalah suatu faktor yang menjadikan alasan bagi setiap individu untuk melakukan tindak kecurangan karena adanya tekanan, kesempatan dan rasionalisasi dimana ketiga faktor tersebut dapat terjadi jika individu memiliki
kemampuan (capability) dalam melakukan fraud.
Gambar 2.2 Skema Fraud Diamond Sumber: Wolfe dan Hermason (2004
## Fraud Penthagon Theory
Selanjutnya pengembangan teori fraud triangle dikemukakan oleh Marks (2012) yang dikenal dengan fraud pentagon yang menambahkan elemen arogansi (arrogance) dan kompetensi (competence) ke dalam tiga elemen yang terdapat pada teori fraud triangle .
Gambar 2.3 Skema Fraud Pentagon Sumber: Marks (2012) Terdapat teknik yang harus dilakukan dalam pencegahan kecurangan menurut K. H Spencer Picket (2001:614-618) yang meliputi Good recruitment procedures, Independent checks over work, Reguler staff meeting, An employee code of conduct, Good communication.
Tujuan pencegahan kecurangan menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:33) terdiri dari
(1) menciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu; (2) membentuk proses rekruitmen yang jujur; (3) pelatihan fraud awareness; (4) menciptakan lingkup kerja yang positif; (5) kode etik yang jelas, mudah dimengerti dan ditaati.; (6) memberikan program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan; (7) menanamkan kesan bahwa setiap tindakan kecurangan akan mendapatkan sanksi setimpal.
## METODE
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antara fenomena yang ada di daerah penelitian. Menurut Arikunto (2013:3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan atau
menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003:14) penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan.
Penelitian ini melihat hubungan antara pengendalian internal dengan kecenderungan kecurangan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengumpulan data
menggunakan angket. Menurut Arikunto (2013:194), angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Menurut Arikunto (2013:195), kuisioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang, seperti cara menjawab, jawaban yang diberikan, serta bentuk kuisionernya.
Data dikumpulkan melalui metode angket, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang akan diisi atau dijawab oleh responden karyawan pada setiap UMKM di Kota Tasikmalaya. Kuisioner diberikan secara langsung kepada responden.
Langkah-lagkah pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengumpulkan data, uji validitas, uji normalitas serta uji korelasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi menunjukkan hasil spearman Correlation sebesar -0,512. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat dan negatif antara pengendalian internal dengan kecenderungan kecurangan perusahaan. Semakin kuat pengendalian internal di suatu perusahaan maka kecurangan perusahaan akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin lemah pengendalian internal di suatu perusahaan maka kecenderungan kecurangan perusahaan semakin tinggi. Nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 menunjukkan adanya pengaruh antara pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan perusahaan.
Penelitian ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway commission) bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang menjadi komponen suatu manajemen organisasi yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai tercapainya tiga tujuan, yaitu: efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ibnu fajar dan Oman rusmana (2018) bahwa kasus penyalahgunaan wewenang secara financial yang terkait dengan kelemahan pengendalian internal perusahaan
masih kerap terjadi pada perusahaan berskala kecil maupun berskala besar bahkan terjadi pada suatu Bank.
Sistem pengendalian internal (SPI) yang efektif merupakan komponen penting dalam manajemen dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional perusahaan yang sehat dan aman. Sistem pengendalian intern yang efektif dapat membantu pengurus perusahaan menjaga aset, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi resiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian
## KESIMPULAN
Setelah mengetahui dan menganalisis Pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada industri UMKM di Kota Tasikmalaya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya hubungan yang cukup kuat dan negatif antara pengendalian internal dengan kecenderungan kecurangan perusahaan.
Semakin kuat pengendalian internal di suatu perusahaan maka kecurangan perusahaan akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin lemah pengendalian internal di suatu perusahaan maka kecenderungan kecurangan perusahaan semakin tinggi.
Perusahan-perusahan kecil seperti UMKM masih sedikit yang menerapkan Pengendalian internal, sehingga efektif atau tidaknya operasional perusahaan belum diketahui secara mendalam. Berbagai permasalahan banyak dihadapi oleh perusahan-perusahan kecil seperti UMKM dari mulai permasalahan manajemen sampai dengan berbagai jenis penipuan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan juga bahwa program Wirausaha Baru di Tasikmalaya dapat menjadi pendorong UMKM di Tasikmalaya berkembang. Namun semua aspek sistem kontrol internal (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
Fitri Febrianti 1 , Ajang Mulyadi 2 , Yana Setiawan 3
Analisis Pengendalian Internal dan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Usaha Mikro
Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya
komunikasi dan pemantauan) perlu dipraktekkan dengan kuat. Semakin banyak individu yang memiliki pengetahuan finansial, semakin besar pula deteksi penipuan. Efek positif dari literasi keuangan berpengaruh besar dalam mendeteksi kecurangan. Perilaku manajemen yang berhati-hati terkait dengan pengelolaan uang berpengaruh untuk mendeteksi penipuan.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel yang berhubungan dengan kecenderungan kecurangan perusahaan, sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kecenderungan kecurangan perusahaan.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini masih sedikit dibandingkan dengan jumlah UMKM di Kota Tasikmalaya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah Sampel yang digunakan sehingga hasil penelitiannya mendekati kondisi yang sebenarnya.
Bagi Pemilik Usaha Mikro Kecil Menengah, Semua aspek sistem kontrol internal (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan) perlu dipraktekkan dengan kuat agar tercipta operasional perusahaan yang yang sehat dan aman .
## DAFTAR PUSTAKA
Arens A. Alvin, Elder J.Ronald & Beasley Mark S. . (2008). Auditing dan Pelayanan Verifikasi. PT.Indeks.
Arens, A. A., Beasley, M. S., & Elder, R. J. (2014). Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Salemba Empat.
Arikunto, S. (2013). Dasa-Dasar Evaluasi Pendidikan (2 ed.). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
CIpta.
Akmal. (2007). Pemeriksaan Intern (Internal Audit).
Jakarta: PT. Macan Jaya
Cemerlang.
COSO, C. o. (2003). Internal Control – IntegratedFramework. New York: AIGPA’s Publication Division.
Fajar, I., & Rusmana, O. (2018). Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal BRI Dengan COSO. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA), 20(04).
Hery. (2011). Auditing Dasar0dasar
Pemeriksaan Akuntansi. Jakarta: Kencana
Orenada Media Group. Karyono. (2013). Forensic Fraud. Yogyakarta: Andi.
K H Spencer Picket. (2001). Internal Audit Handbook. England: Wiley. Santoso, S. (2012). internal Audit Edisi Revisi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sugiyono. (2003). Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (MIxed Method). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tasikmalaya, Pemerintah Kota. (2017).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tasikmalaya 2017-2022.
Tasikmalaya:
Pemerintah
Kota Tasikmalaya. Theodorus, T. (2014). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta: Salemba Empat.
Tunggal, A. W. (2012). Internal Auditing.
Yogyakarta: Kanisius.
Tunggal, A. W. (2016). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan. Jakarta: Harvarindo. Tunggal, Amin Widjaja. (2013). Pengendalian Internal: Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan. Jakarta:
Harvarindo.
|
12210509-b336-4d1a-8a85-9c3a97a7461d | http://ejournal.sthd-jateng.ac.id/index.php/WidyaAksara/article/download/21/13 |
## NILAI ESTETIKA TUMPENG JAWA
## Sugiman
## Dosen Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah
## Abstrak
Masyarakat Jawa memiliki kebiasaan dan tradisi yaitu membuat Tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa misalnya perayaan Kelahiran, upacara Perkawinan, upacara Bersih Desa dan lain-lainnya, Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional yang merupakan wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Kalau masyarakat Jawa memiliki hajad menyajikan Tumpeng maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta agar terhindar dari pengaruh tidak baik serta memperoleh kemuliaan. Nasi Tumpeng yang dibuat oleh masyarakat Jawa pada suatu acara tertentu bukan hanya sekedar makanan dengan tampilan yang menarik yang berwarna-warni bentuknya dan rasa yang lezat, namun semua itu memilik Nilai dan memiliki makna Filosofis dalam kehidupan manusia khusunya masyarakat Jawa yang sudah mempercayainya. Dari berbagai macam bentuk Tumpeng masing-masing memiliki makna sendiri-sendiri itu semua sesuai dengan keperluannya. Nasi Tumpeng yang dilengkapi berbagai macam lauk pauk semuanya itu mengandung makna dan memiliki fungsi. Sesuai dengan jenis-jenis tumpeng misalnya Tumpeng Robyong, Tumpeng Nujuh Bulan, Tumpeng Pungkur, Tumpeng Nasi Kuning, Tumpeng Nasi Uduk, Tumpeng Seremonial dan lain-lainnyayang memiliki variasi yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang membuat Tumpeng sebagai kelengkapan Tumpeng diberi Lauk Pauk sesuai dengan keperluannya. Nasi Tumpeng memiliki Nilai Estetika. Nasi Tumpeng juga memiliki makna yaitu Hubungan dengan Agama dan Ketuhanan, hubungannya dengan Alam semesta dan memiliki hubungannya dengan Sosial Kemasyarakatan ini semua untuk menuju keseimbangan hidup seseorang dalam menciptakan suasana yang aman damai dan sejahtera.
## Kata Kunci Tumpeng Jawa Dan Estetika
## PENDAHULUAN
Dalam masyarakat Jawa masih melestarikan Tradisi peninggalan para leluhur yang diturunkan kepada generasi penerusnya misalnya Upacara adat tradisi tertentu disuatu daerah. Didalam setiap pelaksanaan upacara terdapat sesaji dan perlengkapan upacara. Dalam upacara tertentu itu ada Sesaji yang baku dominan dan harus ada yaitu yang disebut “Tumpeng”. Masyarakat Jawa memiliki kebiasaan membuat tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa penting misalnya Perayaan Ulang Tahun, Syukuran, Selamatan , bahkan hampir seluruh rakyat Indonesia mengenal tumpeng. Falsafah Tumpeng berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia terutama pulau Jawa , yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng merupakan tradisi leluhur bangsa Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para Hyang , atau Arwah Leluhur (Nenek Moyang) Masyarakat Jawa menganut ajaran dan Kebudayaan Hindu, Nasi yang yang dicetak berbentuk kerucut dengan maksud meniru bentuk gunung suci yaitu Mahameru, tempat bersemayamnya para Dewa-Dewi. Didalam membuat Tumpeng untuk keperluan upacara tertentu dengan dilengkapi berbagai macam lauk pauk dan dihiasi berbagai macam bentuk sehingga memiliki Estetika atau memiliki Nilai keindahan. Membuat Tumpeng memiliki cara dan seni tersendiri, karena Estetika memiliki hubungan yang erat sekali dengan sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang.
Tradisi tumpengan sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kita sebelum agama Islam masuk ke Jawa tradisi tumpeng pada perkembangannya dikaitkan dengan filosofi Jawa dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Jawa, tumpeng disajikan sebelum acara hajatan digelar. Bentuk dan macam-macam Tumpeng yang sering dibuat oleh masyarakat Jawa sesuai dengan keperluan upacara yang akan dilaksanakan misalnya : Tumpeng Robyong, Tumpeng Nujuh Bulan, Tumpeng Pungkur, Tumpeng Putih, Tumpeng Nasi Kuning, Tumpeng Nasi Uduk dan Tumpeng Seremonial. Masing-masing Jenis tumpeng memiliki makna tersendiri dan juga memiliki Estetika tersendiri, tumpeng tersebut dilengkapi dengan lauk-pauk juga memliki maksud dan tujuan.Tumpeng merupakan bagian penting dalam Perayaan kenduri tradisional, Kenduri merupakan wujud rasa syukur dan terima kasih kepada yang Maha Kuasa.
## PEMBAHASAN A. Pengertian Nilai
Setiap kegiatan apapun tentu ada nilainya atau ada penilaian yang mana untuk mengetahui dan sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan tertentu. Jadi Nilai merupakan alat yang menunjukan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan dengan hasil akhir yang berlawanan. Menurut Seorang Ahli mengutarakan tentang pengertian Nilai yaitu Horrocks berpendapat bahwa pengertian Nilai adalah sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang di butuhkan.
Pengertian nilai menurut Horton dan Hunt secara menyeluruh adalah konsep konsep umum tentang sesuatu dianggap baik, patut, layak, pantas yang keberadaannya dicita citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat internasional. Didalam kehidupan masyarakat bahwa nilai itu bersifat campuran
## B. Pengertian Estetika
Istilah estetika sangat dekat dan erat hubungannya dengan kata seni, pada saat yang sama para ahli banyak yang mengkategorikan kedua hal tersebut kedalam definisi yang sama, akan
tetapi tidak sedikit yang menyatakan bahwa estetika adalah sebuah bentuk dari keindahan yang berbeda dengan istilah seni
Kata estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang merupakan kata yang bersumber dari istilah “aishte” yang memiliki makna merasa. Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa esetetika menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya. Bisa diibaratkan dengan membandingkan dua Tumpeng yaitu Tumpeng Robyong dan Tumpeng Pungkur yang sama-sama indah terpancar dari bentuk tumpeng tersebut dan enak dipandang oleh mata. Misalnya juga wanita yang indah bisa digambarkan dengan seorang wanita yang cantik memilki pesona jangka panjang, selain mempunyai paras yang cantik wanita tersebut memiliki value atau nilai tambah dengan pesona yang dimilikinya, jadi wanita yang cantik tidak semuanya termasuk wanita yang memilki keindahan atau nilai estetika. Karena wanita yang indah (menurut kattsoff, 1986:381) adalah bukan hanya wanita yang enak dipandang tetapi lebih dari itu wanita yang indah memiliki banyak hal yang dapat dinikmati dengan perasaan meyenangkan hati.
Herbert Read mendefinisikan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan pencerapan indrawi kita. Pada umumnya orang beranggapan bahwa yang indah adalah seni atau bahwa seni akan selalu indah, dan bahwa yang tidak indah bukanlah seni. Pandangan semacam ini akan menyulitkan masyarakat dalam mengapresiasi seni, sebab seni tidak harus selalu indah, menurut pendapat Herbert Read. Pengertian Estetika menurut para ahli;
## 1. Pengertian estetika menurut Plato
Dalam teorinya Plato menyatakan bawa watak yang indah adalah hukum yang indah.Plato yang merupakan ilmuan terkenal dunia menyatakan bahwa suatu keindahan adalah cerminan dari watak seseorang, yang kemudian diibaratkan bahwa ketika seseorang memilki watak yang indah maka akan secara langsung keseluruhan dari diri seorang tersebut mencerminkan semua hukum keindahan. Teori tersebut mejelaskan bahwa sesuatu yang awalnya indah akan selalu menjadi indah untuk selamanya.
## 2. Pengertian estetika menurut Dra. Artini Kusmiati
Astini kusmiati mendefinisikan bahwa estetika adalah kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang tetapi rasa keindahan tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari elemen elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek.
## 3. Pengertian estetika menurut Katstsoff
Kattsoff mendefinisikan baahwa esetetika adalah menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa yang disebut estetika adalah meliputi dua pokok utama, yaitu segala persoalan yang berkaitan dengan keindahan atau yang biasa orang orang menyebut estetis dan persoalan yang berkaitan dengan seni. Antara kedua persoalan itu saling terkait dan sulit dipisahkan.
Ada dua persoalan yang tergolong di dalam kedua lingkup tersebut di antaranya adalah:
1. Mengenai Nilai Estetis (esthetic value). masalah nilai estetis ini biasanya menyangkut antara lain: keindahan itu; karena keindahan bersifat objektif atau subjektif; yang menjadi ukuran baku keindahan, peran keindahan dalam kehidupan manusia; dan hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan
2. Persoalan Pengalaman Estetis (esthetic eksperience) menyangkut beberapa hal yang antara lain: yang disebut pengalaman estetis; sifat dasar atau ciri-ciri suatu pengalaman estetis; orang menghargai sesuatu yang indah.
## C. Tumpeng Jawa
Masyarakat Jawa memiliki kebiasaan dan Tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat seperti Upacara tradisi baik secara perorangan maupun secara kelompok masyarakat. Didalam melakukan suatu upacara tradisi tertentu dengan membuat rangkaian sesaji,sesuai dengan keperluan upacaranya. Misalnya Upacara Slametan, Upacara Bersih Desa, Upacara Ulang Tahun dan sebagainya.Ketika masyarakat Jawa sudah dipengruhi oleh kebudayaan Hindu maka nasi kemudian dibentuk kerucut seperti bentuk gunung suci Mahameru sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewi. Mulai saat itulah tumpeng menjadi semakin familiar dengan kebudayaan Indonesia saat mengadakan acara syukuran
Meskipun tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan sebelumnya digelar Acara inti dilakukan. Menurut tradisi Jawa, "Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen me tu kudu sing me mpeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan; akronim dari: yen mle bu kudu sing ken ceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) Nasi Tumpeng dilengkapi dengan lauk-pauknya, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu , maksudnya Pitu lungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim itu, Maka bila seseorang berhajatan dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. Dan itu semua akan kita dapatkan bila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi sebagai perayaan pesta ulang tahun.
Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan
## D. Macam-Macam Nasi Tumpeng dan Artinya;
Nasi tumpeng bisanya tidak disajikan sendirian, melainkan dilengkapi dengan berbagai menu makanan lain seperti, ingkung ayam , kedelai goreng, Rempeyek , timun, perkedel, daun seledri dan lain sebagainya. Setiap pemberian warna dan lauk ternyata memiliki makna tersendiri pada nasi tumpeng itu. Berikut ini adalah beberapa jenis tumpeng dengan makna masing-masing:
## 1. Tumpeng Nasi Robyong
Tumpeng robyong adalah tumpeng yang sering diguakan dalam upacara yang bersifat suka cita atau bergembira, seperti khitanan dan hajatan Mantu. Ciri khas dari tumpeng ini yakni adanya telur ayam utuh, bawang merah utuh, terasi bakar dan cabai merah di bagian ujung atas tumpeng. Semua bahan itu ditempelkan menggunakan bilah bambu atau sujen.
Makna dari tumpeng ini adalah kesejahteraan, kesuburan dan keselamatan. Tumpeng memiliki bentuk seperti gunung dimana air yang mengalir darinya mampu menghidupi tumbuh-tumbuhan jadi bentuk gunung ini sebagai simbol kesejahteraan sejati. Sedangkan tumbuhan dibentuk ribyong atau semi yang menggambarkan hidup dan tumbuh berkembang. (Lihat Gambar : 1 Tumpeng Robyong )
## 2. Tumpeng Tujuh bulanan
Tumpeng tujuh bulanan sering digunakan dalam syukuran masyarakat Jawa. Layaknya tumpeng yang lain, bentuk kerucut pada nasi tumpeng tujuh bulanan memiliki makna penghormatan pada Tuhan. Sementara pada bagian bawahnya yang melebar mengartikan rahmat yang diberikan oleh Tuhan. Ketika kita memotong tumpeng berarti kita telah menerima rahmat Tuhan. Makna yang begitu filosofis dibalik tumpeng tujuh bulanan diharapkan akan memberikan kebaikan dalam kandungan sang ibu.(Lihat Gambar : 2 Tumpeng Tujuh Bulanan )
## 3. Tumpeng Pungkur
Tumpeng pungkur merupakan nasi yang dibentuk seperti gunungan lalu dibelah menjadi dua bagian dan diletakkan pada posisi yang bertolak belakang atau ungkur-ungkuran. Lauk yang sering digunakan adalah makanan yang tidak pedas dan gudangan atau urapan. Sayangnya tidak ada kecambah, daun jlengor atau kangkung.
Makna dari tumpeng ini adalah perpisahan antara orang yang sudah meninggal di akhirat dengan orang yang masih hidup di dunia. Maksud dari penggunaan tumpeng pungkur agar selamatan terbebas dari semua pengaruh jahat atau disebut sebagai tolak bala sehingga diharapkan keluarganya akan terus tentram. (Lihat Gambar : 3 Tumpeng Pungkur )
## 4. Tumpeng Nasi kuning
Pada dasarnya warna nasi atau beras adalah putih. Pada acara sakral biasanya digunakan tumpeng berwarna putih karena makna dibalik warna putih itu. Biasanya pemilihan warna putih ini karena melambangkan kesucian sehingga lebih pas jika digunakan dalam acara keagamaan yang sakral.
Meskipun demikian, tak menutup kemungkinan jika tumpeng kuning juga bisa digunakan. Untuk itu, tumpeng putih dan kuning sering dikombinasikan. Hanya saja, tumpeng putih biasanya tidak memakai ayam goreng, melainkan ayam ingkung. Tumpeng putih juga bisa menggunakan ikan asin, tempe dan tahu bacem.
Sedangkan untuk tumpeng kuning tidak berbeda jauh dari kebanyakan tumpeng yang kita jumpai. Tumpeng kuning sering disajikan dengan abon, perkedel, dadar rawis, kering- keringan, dan irisan ketimun. Warna kuning pada nasi memiliki arti moral yang luhur dan kekayaan. Oleh karena itu, tumpeng kuning sering digunakan dalam acara yang berbahagia seperti ulang tahun, perkawinan, kelahiran, khitanan, syukuran, uacara tolak bala dan pertunangan.
Tumpeng amat erat hubungannya dengan kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Hampir dalam setiap upacara, baik yang sifatnya kebahagiaan maupun kesedihan, tumpeng selalu hadir. Kehadiran nasi yang ditumpuk berbentuk kerucut ini umumnya diikuti aneka hidangan yang sarat akan perlambang, makna, dan harapan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, lauk-pauk tersebut mulai dimodifikasi. Beberapa hidangan mulai
diganti atau dihilangkan. Toh, beberapa syaratnya masihdipenuhi,terutama yang ada perlambangnya. Nah mari kita lihat hal-ihwal tumpeng lebih dalam lagi. Tumpeng adalah tumpukan nasi yang berbentuk kerucut, menjulang ke atas. Bentuk ini menyimpan harapan agar kehidupan kita pun semakin "naik" dan "tinggi". Karena itulah bentuk kerucut tetap harus dipertahankan dan tidak diubah dalam bentuk lain sekalipun mungkin menjadi indah dipandang dalam bentuk baru.
Awalnya tumpeng selalu hadir dalam warna putih. Tetapi untuk keindahan, orang mulai memberi warna kuning pada tumpeng. Seiring dengan itu, tumpeng kuning pun mendapat tempat dalam upacara-upacara khusus. Padahal dulunya kalaupun nasi kuning harus hadir dalam sebuah upacara, tidak pernah dibuat tumpeng.
Nasi berbentuk kerucut ini kemudian ditata dalam wadah beralas daun yang dihias cantik. Di sekeliling nasi ditaruh aneka lauk yang jenisnya sebetulnya sudah tertentu. Tetapi sekarang tidak semua lauk-pauk lengkap hadir. Kalaupun lengkap, hanya bahan utamanya saja yang ada, masakannya sudah disesuaikan dengan selera si penyelenggara upacara. Misalnya, ikan lele sudah diganti jenis ikan lain, seperti bandeng isi. Meskipun begitu, ada baiknya setiap kali menyediakan tumpeng, Anda tidak menghilangkan bahan-bahan bermakna. Bukankah tumpeng hadir bukan sekadar suguhan masakan, tetapi seremonial sifatnya.
## E. Makna Tumpeng
## 1 . Hubungannya dengan Agama dan Ketuhanan
Bentuk tumpeng yang berupa kerucut dan mempunyai satu titik pusat pada puncaknya dipercaya melambangkan Gunung Mahameru yang merupakan konsep alam semesta dan berasal dari agama Hindu dan Buddha. Asal mula bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu di epos MahabaratGunung, dalam kepercayaan Hindu adalah awal kehidupan, karenanya amat dihormati. Dalam Mahabarata dikisahkan tentang Gunung Mandara, yang dibawahnya mengalir amerta atau air kehidupan. Yang meminum air itu akan mendapat mendapat keselamatan. Inilah yang menjadi dasar penggunaan tumpeng dalam acara-acara selamatan. Selain itu gunung bagi penganut Hindu diberi istilah méru, representasi dari sistem kosmos (alam raya). Jika dikaitkan dengan bagian puncak tumpeng, maka ini melambangkan Tuhan sebagai penguasa kosmos. Ini menjelaskan bahwa acara-acara selamatan dimana tumpeng digunakan selalu dikaitkan dengan wujud syukur persembahan, penyembahan dan doa kepada Tuhan. Selain pengaruh dari agama Hindu, bentuk tumpeng ini juga dipengaruhi oleh agama atau kepercayaan masyakarat Jawa yang dikenal dengan nama kejawen. Masyarakat Jawa sendiri sebenarnya lebih menganggap kejawen sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (perilaku). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat seperti aturan-aturan agama pada umumnya, tetapi menekankan pada konsep “keseimbangan”. Praktek ajaran ini biasanya melibatkan benda-benda tertentu yang memiliki arti simbolik.
Gunung berarti tempat yang sangat sakral oleh masyarakat Jawa, karena memiliki kaitan yang erat dengan langit dan surga. Bentuk tumpeng bermakna menempatkan Tuhan pada posisi puncak yang menguasai alam. Bentuk kerucut gunungan (méru) ini juga melambangkan sifat awal dan akhir, simbolisasi dari sifat alam dan manusia yang berawal dari Tuhan dan akan kembali lagi (berakhir) pada Tuhan. Sebagian besar upacara yang diselenggarakan dalam kebudayaan Jawa adalah bagian dari ritual kejawen sehingga tentu saja pengadaan tumpeng dan posisinya yang penting dalam sebuah upacara sangat berkaitan erat dengan makna simbolis yang terkandung dalam tumpeng itu. Konon alam semesta berbentuk pipih melingkar seperti cakram, dan lingkaran itu berpusatkan Gunung Mahameru yang tingginya katanya sekitar 1.344.000 m Puncak gunung
ini dikelilingi matahari, bulan dan bintang-bintang. Konon katanya gunung ini berdiri di tengah benua yang bernama Jambhudwipa yang ditinggali manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Benua Jambhudwipa dikelilingi tujuh rangkaian lautan dan tujuh rangkaian pegunungan. Di bagian tepi alam semesta terdapat rangkaian pegunungan yang sangat tinggi sehingga sukar didaki, yaitu Chakrawan dan Chakrawala. Di puncak Gunung Mahameru terletak kota tempat tinggal dewa-dewa. Adapun delapan arah dari Gunung Meru dijaga oleh dewa-dewa Asta-Dikpalaka sebagai pelindung alam semesta dari serangan makhluk-makhluk jahat.(Stutley 1977:190-191; Heine-Geldern 1982:4-5; Dumarcay 1986:89-91 dalam Munandar).
Orang-orang Jawa Kuno penganut Hindu-Buddha yang memang gemar belajar dan membaca memperhatikan betul soal ini. Dari dulu sampai sekarang orang kita memang tergolong suka beradaptasi dengan budaya dari luar. Setelah masuk ke budaya kita, budaya luar pastinya mengalami perubahan sesuai dengan daerah yang menganutnya. Orang Jawa Kuno percaya kalo Gunung Mahameru telah mengalami mutasi atau dipindahkan oleh para dewa dari Jambhudwipa ke Jawadwipa. Entah karena alasan politis atau agama, pulau Jawa kemudian dinyatakan sebagai pusat dunia. Konon oleh Bhatara Guru (atau Shiwa) para dewa disuruh turun ke Jawa supaya mengajari para penduduk awal pulau Jawa berbagai pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalo gunung-gunung memiliki nilai mistis dan religius di mata masyarakat (terutama di Jawa). Di banyak kebudayaan gunung dianggap suci atau mistis. Orang Yunani menganggap gunung Olympus sebagai tempat bersemayamnya Zeus. Di Hawaii masyarakatnya percaya kalo gunung Mauna Kea adalah tempat tinggal Pele. Di pegunungan Himalaya banyak dibangun kuil-kuil. Kalo di Indonesia sendiri kita mengenal legenda Nini Pelet dari puncak gunung Ciremai atau mak Lampir dari gunung Merapi. Bagi orang-orang zaman dahulu gunung adalah abstraksi dari sesuatu yang jauh lebih tinggi dan melampaui kekuasaan manusia, gunung juga dianggap lebih dekat dengan „langit‟. Tak mengherankan kalo bentuk piramid, atau candi cenderung meniru bentuk gunung. Khusus untuk candi seperti Candi Borobudur, bentuknya memang berkaitan dengan konsep Mahameru.
Kembali ke masalah nasi tumpeng, dari bentuknya sudah tampak menyerupai gunung. Nasi tumpeng atau Tumpengan hanya ada dalam perayaan-perayaan tertentu. Ini adalah warisan budaya nenek moyang. Suatu perayaan yang dianggap suci tentu memerlukan simbol-simbol suci yang dapat mewakili makna dari apa yang tengah dirayakan. Selain dari bentuk, kita juga bisa menginterpretasikan makna dibalik warna nasi tumpeng. Ada dua warna dominan nasi tumpeng yaitu putih dan kuning. Bila kita kembali pada pengaruh ajaran Hindu yang masih sangat kental di Jawa, warna putih diasosiasikan dengan Indra, Dewa Matahari. Matahari adalah sumber kehidupan yang cahayanya berwarna putih. Selain itu warna putih di banyak agama melambangkan kesucian. Warna kuning melambangkan rezeki, kelimpahan, kemakmuran.
Melihat hubungan antara makna dibalik bentuk tumpeng dan warna nasi tumpeng, keseluruhan makna dari tumpeng ini adalah pengakuan akan adanya kuasa yang lebih besar dari manusia (Tuhan), yang menguasai alam dan aspek kehidupan manusia, yang menentukan awal dan akhir, Wujud nyata dari pengakuan ini adalah sikap penyembahan terhadap Sang Kuasa dimana rasa syukur, pengharapan dan doa dilayangkan kepadaNya supaya hidup semakin baik, menanjak naik dan tinggi seperti halnya bentuk kemuncak tumpeng itu sendiri. Jadi tumpeng mengandung makna religius yang dalam sehingga kehadirannya menjadi sakral dalam upacara-upacara syukuran atau selamatan.
1. Kelengkapan Tumpeng yang digunakan pada upacara ritual atau serimonial meliputi beberapa macam makanan atau lauk pauk yaitu :
## a) Ayam
Ayam yang biasa digunakan pada nasi tumpeng adalah ayam jantan atau ayam jago. Pemilihan ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk ayam jago, seperti sombong, congkak, selalu menyela ketika berbicara, dan selalu merasa benar sendiri.
## b) Ikan Lele
Tak hanya ayam, sebenarnya nasi tumpeng juga dilengkapi dengan ikan lele. Meski kini kebanyakan orang memilih jenis ikan lain sebagai lauk nasi tumpeng, karena bentuk ikan lele yang kurang begitu menarik. Ikan lele menjadi simbol dari ketabahan dan keuletan dalam hidup. Sebab ikan lele mampu bertahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai.
## c) Ikan teri
Ikan teri juga biasa disajikan dalam hidangan nasi tumpeng. Ikan teri dalam nasi tumpeng memiliki makna kebersamaan dan kerukunan, sebab ikan teri selalu hidup bergerombol di dalam laut.
## d) Telur
Telur juga menjadi lauk pauk penting dan memiliki makna yang dalam pada nasi tumpeng. Telur juga menjadi perlambang jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Telur yang biasa digunakan biasanya telur rebus yang dipindang dan disajikan utuh dengan kulitnya. Sehingga untuk memakannya, Ibu harus mengupas telur terlebih dahulu. Hal ini melambangkan, bahwa semua tindakan harus direncanakan terlebih dahulu (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
## e) Sayur Urab
Selain lauk pauk, pelengkap lainnya yang tidak boleh tertinggal adalah sayur urab. Biasanya terdiri dari kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, dengan bumbu urab yang terbuat dari sambal parutan kelapa.
Sayuran ini melambangkan banyak makna, Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindungi. Bayam dapat diartikan dengan ayem tentrem . Taoge atau kecambah berarti tumbuh. Kacang panjang dapat diartikan sebagai pemikiran yang jauh ke depan. Sedangkan bawang merah diartikan mempertimbangan segala sesuatu dengan matang baik buruknya. Dan yang terakhir adalah bumbu urap berarti urip atau hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga
f) Kangkung
Sayur ini bisa tumbuh di air dan di darat. Begitu juga yang diharapkan pada manusia yang harus sanggup hidup di mana saja dan dalam kondisi apa pun.
g) Bayam
Sayur ini melambangkan kehidupan yang ayem tenterem (aman dan damai).
## h) Taoge
Di dalam sayur kecil ini terkandung makna kreativitas tinggi. Hanya seseorang yang kreativitasnya tinggi, bisa berhasil dalam hidupnya.
## i) Kacang Panjang
Kacang panjang harus hadir utuh, tanpa dipotong. Maksudnya agar manusia pun selalu berpikir panjang sebelum bertindak, selain sebagai perlambang umur panjang. Kacang panjang utuh umumnya tidak dibuat hidangan, tetapi hadir sebagai hiasan yang mengeliling tumpeng atau ditempelkan pada badan kerucut.
## j) Kluwih/timbul
Biasanya dibuat semacam lodeh. Harapannya agar rezeki kita selalu berlebih. Juga kepandaian, dan perilaku kita. Lambang lainnya adalah kita bisa timbul di mana-mana, lebih tinggi dari orang lainnya. Kluwih sudah mulai ditinggalkan orang. Konon karena maknanya sudah termaktub dalam sayuran dan hidangan lain.
k) Cabe Merah
Hiasan cabe merah yang berbentuk kelopak bunga ini biasanya diletakkan di bagian atas nasi tumpeng. Hiasan cabe ini melembangkan api yang memberikan penerangan yang bermanfaat bagi orang lain.
## 2. Hubungannya dengan Alam Semesta.
Kehidupan orang Jawa sangat lekat dengan alam. Mereka sadar bahwa hidup mereka bergantung dari alam. Banyak pelajaran yang menjadi pedoman hidup sehari-hari yang mereka ambil dari alam (Ch dan Sudarsono, 2008). Penempatan dan pemilihan lauk pauk dalam tumpeng juga didasari akan pengetahuan dan hubungan mereka dengan alam. Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut ditempatkan di tengah-tengah dan bermacam-macam lauk pauk disusun di sekeliling kerucut tersebut. Penempatan nasi dan lauk pauk seperti ini disimbolkan sebagai gunung dan tanah yang subur di sekelilingnya. Tanah di sekeliling gunung dipenuhi dengan berbagai macam lauk pauk yang menandakan lauk pauk itu semuanya berasal dari alam, hasil tanah. Tanah menjadi simbol kesejahteraan yang hakiki. Tidak ada lauk-pauk baku untuk menyertai nasi tumpeng. Namun demikian, beberapa lauk yang biasa menyertai adalah perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar/telur goreng, timun yang dipotong melintang, dan daun seledri. Variasinya melibatkan tempe kering, serundeng, urap kacang panjang, ikan asin atau lele goreng, dan sebagainya. Dalam pengartian makna tradisional tumpeng, dianjurkan bahwa lauk-pauk yang digunakan terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur-mayur (kangkung, bayam atau kacang panjang). Setiap lauk ini memiliki pengartian tradisional dalam budaya Jawa dan Bali. Lomba merias tumpeng cukup sering dilakukan, khususnya di kota-kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta, untuk memeriahkan Hari Proklamasi
Kemerdekaan.
Kebanyakan penghasilan orang Jawa diperoleh dengan bercocok tanam. Dengan banyaknya gunung yang terdapat di pulau Jawa dan jenis tanah vulkanik yang subur dan ideal untuk bercocok tanam, banyak orang Jawa yang tinggal disekitar daerah gunung dimana mereka menanam padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan memelihara ternak seperti ayam, bebek, kambing, domba, sapi atau kerbau. Jadi hampir seluruh kebutuhan hidup mereka didapatkan dari tanah di sekitar gunung. Oleh karena itulah lauk-pauk ditempatkan di sekeliling nasi karena memang dari sanalah mereka berasal (tanah di sekitar gunung). Selain penempatannya, pemilihan lauk juga didasari oleh kebijaksanaan yang didapat dari belajar dari alam. Tumpeng merupakan simbol ekosistem kehidupan. Kerucut nasi yang menjulang tinggi melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Pencipta alam beserta isinya, sedangkan aneka lauk pauk dan sayuran merupakan simbol dari isi alam ini. Oleh karena itu pemilihan lauk pauk di dalam tumpeng biasanya mewakili semua yang ada di alam ini (Shahab, 2006). Bila kita kembali sejenak pada pembahasan tentang agama dan kepercayaan, dalam kepercayaan Hindu-Jawa alam terdiri dari alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, dan alam manusia. Di sini, alam tumbuh-tumbuhan diwujudkan melalui bahan-bahan, misalnya kacang panjang dan sayur kangkung. Alam fauna dapat berasal dari dua unsur: darat dan air, dan diwujudkan melalui daging hewan seperti ayam, kambing, sapi dan jenis jenis ikan. Adapun alam manusia diwujudkan dalam bentuk keseluruhan nasi tumpeng itu sendiri, yaitu makhluk yang bergantung pada tuhan dan alam.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai Estetika Tumpeng Jawa
Didalam kehidupan masyarakat Jawa sangat kental dengan Tumpeng Jawa yang merupakan sarana yang digunakan untuk pelaksanaan upacara tradisi adat Jawa yang selaras dengan kehidupan masyarakat Jawa. Upacara-upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sangat dominan menggunakan Tumpeng beserta kelengkapannya sesuai dengan keperluannya. Tumpeng yang dipergunakan untuk sesaji suatu upacara ritual tertentu maupun upacara serimonial memiliki makna dalam kehidupan manusia juga memiliki nilai estetika karena bentuk tumpeng memiliki keindahan memiliki nilai seni budaya.
2. Tumpeng Memiliki Makna yaitu Hubungannya dengan Agama dan Tuhan juga Hubungannya dengan Alam sehingga kehidupan manusia dapat seimbang baik lahir dan batin ketentraman secara lahir dan batin
Melaksanakan Upacara Tradisi orang Jawa tentu tidak meninggalkan dan tentu membuat Tumpeng sesuai dengan Desa Kala Patra dan sesuai dengan keperluannya. Bila kita ketahui bahwa dalam kehidupan ini orang sejak lahir sampai meninggal dunia dalam melakukan upacara ritual pasti membuat Tupeng. Setiap kali Tumpeng hadir dalam sebuah acara kita ingat akan hubungan kita dengan alam dan pelajaran hidup yang kita peroleh dari alam.
3. Tumpeng juga memiliki hubungan dengan Sosial Kemasyarakatan dalam sebuah acara dengan dihadirkan tumpeng kemudian dilakukan pemotongan tumpeng lalu diberikan kepada masyarakat yang hadir, ini menyiratkan bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang masih memegang teguh Nilai-nilai kekeluargaan dan memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati.
Jika dilihat secara keseluruhan Nilai Estetika, dan makna-makna Tumpeng Jawa yang telah menjadi identitas budaya dan masyarakat Jawa ini perlu dilestarikan dan perlu ditingkatkan dalam memelihara Karakteristik masyarakat Jawa. Sehingga dengan hadirnya tumpeng juga akan mengingatkan kepada masyarakat Jawa dan apa yang membuat bangsa Indonesia yang berbeda dari bangsa lain. Tumpeng juga merupakan salah satu perangkat identitas nasional yang harus dijaga serta dilestarikan termasuk makna maupun Nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
## KEPUSTAKAAN
Koentjaraningrat , 1994, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka Jakarta Machan Tibor R, 2006 Kebebasan dan Kebudayaan , Yayasan Obor Indonesia, Heraty Toeti, 1984 Aku Dalam Budaya , Pustaka Jaya, Koentjaraningrat, 1987 Sejarah Teori Antropologi I , Universitas Indonesia,
U.Zainuddin, H,Drs, 1980 Sistem Budaya Idonesia , STIA Bandung
……………….2000 Teori tentang Simbol , Denpasar, Widya Dharma Adeney,Bernard T, Etika Sosial Lintas Budaya, Yogyakarta, Kanisius Sunjata, I W Pantja,dkk 2005 Upacara Tradisional di Kabupaten Klaten, Semarang : Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Dinas Kebudayaan.
Wiana, I ketut, 2004, Makna Upacara Yadnya Dalam Agama Hindu , Surabaya : Paramita
|
0dc44325-75cc-490f-85b8-e50ec7383b7a | https://jurnal.usk.ac.id/JBE/article/download/1226/2858 |
## KUALITAS AIR SUMUR DI KAWASAN PEMUKIMAN MAHASISWA BERDASARKAN UJI BAKTERIOLOGIS DENGAN BIOINDIKATOR BAKTERI Escherichia coli
Quality of water from well in the area of rented house for students according to bacteriologic test with E.coli as bioindicator
Iswadi dan Hasanuddin Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Email: [email protected]
## Abstrak
Kualitas air tidak hanya ditentukan dari sifat fisiknya saja, tetapi juga kandungan mikroorganisme penyebab penyakit (patogen) dan zat kimia yang merusak kesehatan. Mikroorganisme sebagai indikator kualitas air adalah coli fecal dan coli non-fecal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur berdasarkan uji ada tidaknya Escherichia coli. Sampel terdiri dari 10 sumur, dengan rincian 5 sampel sumur di Kopelma Darussalam (Lampoh U) dan 5 sampel sumur di Desa Rukoh. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan MPN seri lima tabung. Adapun tahapan pengujian yaitu presumptive test (uji dugaan), confirmed test (uji penguat), dan completed test (uji kesempurnaan). Hasil pengujian menunjukkan indeks MPN coliform yang diperoleh dari ke-sepuluh sampel air sumur tidak memenuhi standar mutu Kementerian Kesehatan yang tertuang dalam Permenkes No.907/Menkes/SK/VII/2002, yaitu >3 koloni per 100 mL. Bakteri coliform yang mengkontaminasi air sumur di lokasi penelitian adalah Escherichia coli dengan katagori tercemar berat.
Kata kunci: kualitas air, bakteri, Escherichia coli, indikator.
## Abstract
Water quality is not solely determined by the physical characteristics, namely clear, scentless, and tasteless. It is also determined by biological features which are free from both pathogenic microorganisms and harmful chemical substances. Microorganisms as indicator of water quality are fecal coli and non-fecal coli. The objective of the research is to determine the water quality of residential wells according to microbiological assay of the existence of E.coli. The water samples were taken from 10 samples of wells which were five of them taken from the area in the Kopelma Darussalam (Lampoh U) and five others were from Rukoh village. The assay was carried out quantitively by using MPN five series of tubes of lactose broth in MPN by determining the approximation of microbes per 100 mL of water sample. The assay has three steps of test, namely presumptive test, confirmed test, and completed test. Quantitative assay showed that MPN index of coliform obtained from ten samples of water wells was under quality standard of water issued by Permenkes No.907/Menkes/SK/VII/2002, which is >3 colony per 100 mL. Coliform contaminating the water of the well of the research location was E.coli. Every well in the research location was highly contaminated by coliform.
Keywords: water quality, bacteria, E.coli. indicator.
## PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, air merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup komponen-komponen biotis dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Tubuh manusia mengandung air kira-kira 65% atau sekitar 47 liter. Setiap hari sekitar 2,5 liter harus digantikan dengan yang baru. Dari jumlah air yang harus diganti tersebut, 1,5 liter berasal dari
air minum dan 1 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi (Winarno, 1986).
Orang awam menyatakan air bersih itu adalah air yang terlihat jernih, tidak berbau dan tidak berasa, namun demikian secara ilmiah menimbulkan pertanyaan apakah kriteria tersebut sudah termasuk kriteria air yang layak untuk dikonsumsi?. Sudah tentu jawabannya adalah belum, karena air yang layak dan baik serta aman untuk dikonsumsi adalah air yang disamping memiliki kriteria seperti di atas dan juga bebas
dari mikroorganisme penyebab penyakit dan mikroba patogen lainnya serta bebas dari zat kimia yang merusak kesehatan. Dwidjoseputro (1990) mengemukakan bahw a “Air merupakan wahana bagi penyakit untuk berkembang, seperti disentri, thypus dan kolera, ketiga penyakit ini masih banyak di Indonesia”.
Menurut Pelczar (1988) “Patogen yang sering disebarluaskan melalui air adalah penyebab infeksi saluran pernafasan, pencernaan (demam tifoid dan para tifoid), disentri (basilan dan amoebik), kolera dan virus”. Pengujian air tidak bisa didasarkan hanya pada pengujian terhadap adanya berbagai kuman yang ada didalamnya seperti yang diungkapkan oleh Riyadi (1984 ) bahwa “P engujian air dan kuman- kuman tidak dapat diujikan terhadap adanya berbagai kuman yang ada didalamnya. Dalam praktek cukup diketahui melalui pembuktian adanya Escherichia coli dan Aerobacter aerogen yang kedua-duanya merupakan penghuni tetap dari colon hewan maupun manusia, baik dalam keadaan sehat maupun sakit”. Dengan adanya kuman-kuman tersebut di dalam sampel yang diambil cukup untuk membuktikan dan mengatakan bahwa air itu telah mengalami kontaminasi oleh kotoran manusia atau hewan dan hal ini analog dengan adanya kuman-kuman patogen pada sampel tersebut. Namun tidak banyak penduduk yang mengetahui bahaya bakteri tersebut terutama mereka yang berpendidikan rendah.
Kawasan Kopelma Darussalam dan Desa Rukoh adalah dua desa diantara beberapa desa lainnya yang terdapat di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh yang dominan penduduknya adalah mahasiswa. Dari masa ke masa kedua desa tersebut terus berbenah sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk juga semakin hari jumlah penghuni dan bangunan tempat tinggal berbentuk rumah sewa bertambah padat. Berbagai macam masalah dan musibah pernah menimpa kedua desa tersebut, yang paling akhir adalah terjadinya musibah gempa dan Tsunami, dan khusus bagi Kopelma Darussalam khususnya kawasan Lampoh U juga pernah ditimpa musibah besar lainnya yaitu kebakaran besar yang secara drastis telah merubah wajah Lampoh U menjadi sedikit lebih rapi dan teratur. Namun demikian dari sisi sanitasi tidak jauh berbeda, yaitu masih dalam keadaan sederhana dan tidak tertata dengan baik. Demikian juga dengan beberapa kawasan dari Desa Rukoh tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kawasan
Lampoh U Kopelma Darussalam. Kedua kawasan ini terlihat kumuh dan tidak bersahaja untuk dikatakan sebagai perkampungan mahasiswa. Penduduk yang
tinggal di kedua kawasan ini sebagian tetap masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersih yang dipergunakan untuk minum, memasak, mencuci dan mandi.
Kawasan kumuh dengan tingkat kepadatan yang tinggi maupun kuantitas yang berlebihan menjadikan segala sarana kehidupan termasuk persediaan dan pengadaan sumber- sumber air bersih menjadi permasalahan yang gawat, karena kebanyakan masih mengkonsumsi air sumur yang jaraknya dengan septick tank penampung tinja berada di bawah jarak minimal dan juga sanitasi disekitar sumur kurang terawat, tergenang, berlumpur dan menebarkan bau busuk. Sehingga kondisi yang demikian dapat menyebabkan kemungkinan air sumur terkontaminasi E. coli lebih besar. Kenyataan ini pernah ditemukan pada sampel air sumur yang diambil dari lima kelurahan padat penduduk dalam Kota Banda Aceh pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa rata-rata Nilai MPN colifecal yaitu antara 1600-2400 sel/100 mL sampel, temuan ini menunjukkan bahwa kehadiran E. coli melebihi batas normal yang diizinkan yaitu 61-100 sel/100 mL sehingga sampel air digolongkan dalam katagori tercemar berat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur yang berjarak kurang 10 meter dari septick tank dan sanitasi disekitar sumur kurang terawat, tergenang, berlumpur dan menebarkan bau busuk berdasarkan uji mikrobiologik terhadap ada tidaknya Escherichia coli. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya kepada konsumen air sumur dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.
## METODE
## Rancangan Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sumur penduduk di pemukiman padat penduduk yang umumnya dihuni oleh mahasiswa di Kopelma Darussalam dan Rukoh masing-masing lima sumur yang berjarak kurang dari 10 meter dengan septick tank penampung tinja dan sanitasi disekitar sumur kurang terawat, tergenang, berlumpur dan menebarkan bau busuk. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistem 5-1-1 (5 tabung untuk 10 ml air sample, 1 tabung untuk 1,0 ml air sample, dan 1 tabung untuk 0,1 ml air sample).
## Alat dan Bahan
Alat-alat penelitian adalah botol spesimen steril, lampu bunsen + korek api,
spidol, jam, tabung reaksi, tabung durham, cawan petri, jarum ose, incubator, pipet tetes, rak tabung reaksi, pipet ukur, objek glass, mikroskop, autoclave, medium laktosa broth (LB), brillan green laktosa broth (BGLB), eosin methylene blue agar (EMBA), dan sampel air sumur.
## Pengambilan Sampel Air Sumur
Sampel air diambil dengan botol yang diberi pemberat di bawahnya dan bertali sebelumnya telah disterilkan. Botol dibungkus seluruhnya dengan aluminium foil. Pengambilan sampel air sebagai berikut: kertas pembungkus botol dibuka dan botol dipegang bagian bawah yang masih ada kertas pembungkusnya sehingga tangan tidak bersentuhan dengan botol, botol diturunkan pelan-pelan sampai mulut botol masuk minimal 10 cm dari permukaan air, setelah botol penuh terisi air, kemudian diangkat dan isi dibuang sebagian sampai tertinggal 2/3 volume botol, mulut botol kemudian dilewatkan di atas api bunsen, disumbat kembali dan dibungkus dengan baik, dibawa ke laboratorium untuk diuji secara mikrobiologik.
## Pengujian Kualitas Air
Pengujian kualitas air dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Helath Association), yaitu untuk mengetahui jumlah bakteri coliform dengan menggunakan tabel MPN, yaitu perkiraan jumlah kuman yang mendekati per 100 ml air, meliputi Presumtive Test (Uji Dugaan), Confirmed Test (Uji Penguat), dan Completed Test (Uji Kesempurnaan).
Parameter
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah kandungan Escherichia coli.
## Analisa Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan melihat tabel MPN, kemudian data yang diperoleh dari penelitian ini dibandingkan dengan ketentuan dari Permenkes No.
907/Menkes/SK/VII/2002
tentang batas maksimum MPN coliform per 100 ml contoh yang terdapat pada air minum.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Keseluruhan air sumur yang diperoleh dari kawasan Kopelma Darussalam dan Desa Rukoh telah diperiksa terhadap pencemaran bakteri coliform. Air sumur yang diambil didasarkan pada kriteria jarak sumur kurang dari 10 meter dengan septick tank penampung tinja dan sanitasi disekitar sumur kurang terawat, tergenang, berlumpur dan menebarkan bau busuk.
Hasil analisis dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Helath Association), yaitu untuk mengetahui jumlah bakteri coliform dengan menggunakan tabel MPN, yaitu perkiraan jumlah kuman yang mendekati per 100 ml air.
## Presumtive Test (Uji Dugaan)
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan melalui uji pendugaan dengan menggunakan media LB, diperoleh data dari setiap tabung yang positif, hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Hasil uji perkiraan (dalam medium LB) pada air sumur di kawasan Kopelma
Darussalam dan Desa Rukoh No Sampel 10 ml 1.0 ml 0.1 ml Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 A + Kopelma 2 B Kopelma 3 C Kopelma 4 D Kopelma 5 E Kopelma 6 F Rukoh 7 G Rukoh 8 H Rukoh 9 I + + Rukoh 10 J Rukoh
Keterangan: (+) menunjukkan adanya bakteri coliform dalam sample air yang diuji. Indikator yang digunakan adalah dengan melihat gelembung dalam tabung Durham dan gas pada tabung reaksi, (-) menunjukkan tidak terdapatnya gelembung dalam tabung Durham dan gas pada tabung reaksi.
Tabel 1 menunjukkan hasil yang diperoleh dari uji perkiraan dengan media LB, hampir semua sampel yang diperiksa menunjukkan hasil yang positif yaitu terbentuknya gas di dalam tabung durham. Terbentuknya gas dalam tabung durham menunjukkan kemampuan E.coli dan bakteri lainnya memfermentasikan laktosa dengan memproduksi asam dan gas, yang ditandai
dengan munculnya gelembung-gelembung gas di dalam tabung Durham dan medium menjadi keruh (Salle, 1973). Semakin banyak gas yang terbentuk maka tabung Durham makin banyak yang kosong dan akan melayang atau naik ke atas. Hasil positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya gelembung gas maka dapat diberlakukan uji selanjutnya.
Gambar 1. Hasil positif uji dugaan pada media lactose broth (LB)
## Confirmed Test (Uji Penguat)
Hasil positif pada uji pendugaan dengan menggunakan media LB, perlu diperkuat pada uji konfirmasi dengan menggunakan media BGLB. Pada uji konfirmasi ini, 7 tabung reaksi
dibagi dalam 3 kelompok. Masing-masing diisi 10 ml media BGLB. Setelah diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam di dapat hasilnya sebagai berikut.
## Tabel 2. Hasil MPN Coliform Pada Medium BGLB pada Air Sumur di Kawasan Kopelma Darussalam dan Desa Rukoh
No Sampel Standar Porsi MPN Ket 10 ml 1.0 ml 0.1 ml 1 2 3 4 5 6 7 1 A 5 1 0 96 Kopelma 2 B 5 1 1 240 Kopelma 3 C 5 1 1 240 Kopelma 4 D 2 0 0 5 Kopelma 5 E 5 1 1 240 Kopelma 6 F 5 0 0 38 Rukoh 7 G 5 1 1 240 Rukoh 8 H 5 1 1 240 Rukoh 9 I 4 0 0 15 Rukoh 10 J 5 1 1 240 Rukoh Hasil uji penegasan dengan menggunakan media BGLB menunjukkan bahwa semua sampel menunjukkan hasil yang positif yaitu terbentuknya gas di dalam tabung durham. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel air
sumur dari kedua kawasan tersebut terkontaminasi bakteri coliform.
Kualitas air minum sangat erat kaitannya dengan jumlah bakteri coliform yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak jumlah
Tabung reaksi Tabung Durham Gelembung gas
bakteri coliform yang terdapat pada air minum, maka semakin rendah pula kualitas air minum tersebut, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan ketentuan dari Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 dan American Public Health Association (Cappucino & Sherman, 2005), tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam air (MPN seri 5-1-1) yang digunakan untuk keperluan rumah tangga untuk MPN coliform adalah <3 per 100 ml sampel. Sedangkan indeks MPN coliform yang diperoleh dari kesepuluh sampel air sumur, tidak memenuhi standar mutu yang dikeluarkan oleh Permenkes yaitu >3. Menurut Suriaman & Juwita (2008), air minum yang aman dikonsumsi dan bebas dari kuman/patogen adalah air yang tidak ada bakteri atau hanya mengandung 2 – 4 sel bakteri saja. Air yang mengandung <3 coliform per 100 ml merupakan golongan air yang baik untuk dikonsumsi.
Tingginya pencemaran bakteri coliform dalam air sumur, sangat erat kaitannya dengan masalah sanitasi lingkungan. Kontaminasi bakteri coliform selain tercemar oleh septik tank, juga disebabkan karena manajemen pengaturan limbah padat maupun cair kurang memadai sehingga menyebabkan pencemaran terhadap air sumur tersebut. Selain itu, menurut Kuswandi (2001), dalam Widianti dan Ristiati (2004), bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air hujan sehingga
kelimpahan Sebaran E. coli pada sumur penduduk di kedua kawasan tersebut akan semakin tinggi pada saat hujan. Keadaan yang demikian disebabkan oleh konsentrasi materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun intensitas cahaya.
## Complete Test (Uji Pelengkap)
Pada
uji pelengkap dengan menggunakan medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dengan waktu inkubasi 24 jam pada suhu 37 o C, ternyata yang berbentuk pada uji konfirmasi merupakan bakteri E.coli dan bakteri coliform. Menurut Cappucino & Sherman (2005), EMBA mengandung pewarna methylene blue yang menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Disamping itu, EMBA digunakan untuk menseleksi bakteri toleran empedu (bile) dan memprediksi karakteristik bakteri saluran pencernaan (Merk, 1994). Dengan adanya asam dari lingkungannya, EMB akan membentuk suatu kompleks yang menunjukkan koloni koliform, berwarna gelap ditengah dan berwarna hijau metalik dan bakteri koliform nonfecal ditandai dengan koloni berwarna merah muda dan tidak menunjukkan metalik kemilau (Gambar 2) (Cappuccino & Sherman, 2005; Pelczar, 1993). Reaksi ini merupakan
karakteristik dari E.coli sebagai indicator utama terhadap pencemaran feses.
Gambar 2. Hasil uji pelengkap dengan menggunakan media EMBA
Selanjutnya pewarnaan gram dilakukan untuk melengkapi uji terhadap koliform fecal
atau E.coli. Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa bakteri tersebut gram negatif dan berbentuk batang (Gambar 3).
Gambar 3. Bakteri E.coli hasil pewarnaan gram
Beberapa galur dari E.coli berpotensi sebagai pathogen dalam bahan makanan atau sumber air minum. Galur pathogen ini dicirikan oleh kemampuan mereka untuk memproduksi enterotoxin (Madigan dkk, 2003). Oleh karena E.coli merupakan pathogen yang berbahaya dan mudah meinfeksi, maka pengujian E.coli yang teratur pada sumber air minum serta pengetahuan masyarakat akan pentingnya kondisi sumber air sumur yang bersih dapat bermanfaat dalam mencegah masyarakat dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri koliform tersebut.
## SIMPULAN
Semua sumur yang menjadi lokasi pengambilan sampel di kawasan Kopelma Darussalam dan Desa Rukoh berdasarkan uji penguat (Confirmed Test) terkontaminasi bakteri coliform dengan indeks MPN >3 per ml sampel atau dengan kata lain tidak memenuhi ketentuan dari Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga untuk MPN coliform adalah <3 per ml sampel. Selanjutnya setelah melewati uji kesempurnaan (Completed Test), dapat dipastikan bahwa bakteri coliform yang mengkontaminasi adalah Eschericia coli.
## DAFTAR PUSTAKA
Cappuccino, J.G., Sherman, N. (2005).
Microbiology: A laboratory manual. Ed
ke-7. New York: Pearson Benjamin Cummings. Dwidjoseputro. (1990), Dasar-dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta.
Madigan, MT., Martinko, JM., Parker J. (2003). Brock Biology of Microorganism. Ed ke-10. New Jersey: Prentice Hall.
Merk. (1994). Microbiology Manual 2000. USA: Merk KgaA. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Pelczar, M.J. dan E.S.C. Chan. (1988), Dasar- dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Riyadi, S. (1984), Kesehatan Lingkungan, Karya Anda, Surabaya.
Widianti, N. L. P. M dan Ristiati, N. P. (2004), Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004: 64 – 73, Bali.
Winarno, F.G. (1986), Air Untuk Industri
Pangan, PT. Gramedia, Jakarta.
|
ed004682-bdfc-4e02-b25f-16864b4f87fd | https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/download/5500/2800 |
## Sejarah Tradisi Sendang Dan Nilai Sosial-Religius Desa Tetep Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
Aida Fitriyani, Tri Widiarto, Sunardi Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: [email protected]
Abstrak: Sendang merupakan sumber air yang tidak pernah mengalami kekeringan. Kebanyakan sendang di tanah Jawa bersifat sakral serta di hormati. Di Desa Tetep sendang adalah tempat yang di sakralkan dan di hormati dengan melaksanakan tradisi atau upacara adat. Tradisi Sendang di Desa Tetep dilakukan pada dua sendang yang biasa disebut dengan sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tetep saat mengadakan acara besar. Tradisi Sendang dilaksanakan bertujuan untuk menghormati dan meminta kelancaraan acara tersebut kepada Yang Maha Esa melalui perantara sendang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna dan nilai sosial-religius yang terdapat pada tradisi sendang pada masyarakat Desa Tetep. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan kajian pustaka. Hasil penelitian ini mengambarkan tatacara pelaksanaan tradisi sendang di Desa Tetep. Pelaksanaan tradisi menjadi pelestarian budaya lokal. Tradisi ini mengandung mitos turun- temurun yang dipercaya masyaratkat Desa Tetep. Mitos yang di implementasikan dalam budaya inilah yang membuat Tradisi Sendang mengandung nilai sosial-religius.
Kata Kunci: Sosial, Religius, Tradisi, Sendang, Desa Tetep
Abstract : Sendang is a water source that has never experienced drought. Most spring in Java is sacred and respected. In the village of Tetep Sendang is a place that is sacred and respected by carrying out traditions or traditional ceremonies. The tradition of Sendang in Tetep Village is carried out on two springs, commonly called the Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, and Ki Gambreng. This tradition is carried out by the people of Tetep Village when holding a big event. The tradition of Sendang is carried out with the aim of honoring and requesting the smooth running of the event to the Almighty through the intermediary Sendang. The purpose of this study was to determine the social-religious meaning and values contained in the spring tradition in the Tetep Village community. The research methods used were interviews, observation, documentation, and literature review. The results of this study illustrate the procedure of implementing spring tradition in Tetep Village. The implementation of tradition becomes the preservation of local culture. This tradition contains hereditary myths believed by the people of Tetep Village. The myths that are implemented in this culture make the Sendang Tradition contain social-religious values.
Keywords: Social, Religious, Tradition, Sendang, Tetep Village
## Pendahuluan
Dalam masa globalisasi yang sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia, Indonesia adalah salah satu negara yang masih menjaga kesakralan budaya lokal. Budaya di Indonesia sangat beragam yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni
(Koentjaraningrat, 1990). Seorang yang berusaha berkomunikasi dengan orang- orang yang berbeda budaya akan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya dan membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (Sulasman, 2013). Budaya sangat penting dan berarti bagi masyarakat. Nilai dan norma yang ada didalam budaya
tersebut diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang diwariskan secara turun-temurun. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan turun-temurun atau generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Seorang yang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya akan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, dan ini membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (Sulasman, 2013). Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 2000).
## Gambar 1. Peta Kota Salatiga
(Dokumentasi Mading Kelurahan Randuacir) Desa Tetep Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Jawa
Tengah Indonesia merupakan desa yang sangat menjaga tradisi. Desa Tetep ini memiliki wilayah yang rindang penuh dengan pepohonan, udara sejuk, dan masyarakat yang ramah. Desa Tetep sangat terkenal dengan tradisi leluhur yang masih dilaksanakan hingga sekarang. Tradisi yang masih dilaksanakan hingga sekarang yaitu tradisi sendang.
Sendang merupakan sumber air yang tidak pernah mengalami kekeringan namun di sakralkan oleh masyarakat setempat. Meskipun sendang adalah sumber air, masyarakat Desa Tetep tidak selalu mengambil air setiap hari kecuali musim kemarau atau kekeringan. Tradisi sendang dilaksanakan setiap masyarakat akan mengadakan acara besar seperti pernikahan, pengajian, reogan, khitanan, yang terkait dengan siklus hidup manusia.
Sejarah Tradisi sendang pertama kali dilakukan oleh juru kunci pertama Tradisi Sendang yang disebut masyarakat setempat dengan nama Marni. Marni adalah perias pengantin ( dukun nganten ) yang kental dengan hawa mistis. Pertama kali ada bencana untuk Desa Tetep yaitu adanya 7 orang meninggal dalam seminggu berturut-turut. Marni berkata kepada masyarakat untuk mengadakan perawatan Sendang di Desa Tetep dengan menguri-uri atau merawat Sendang maka, akan menyingkirkan bala atau musibah di Desa Tetep. Sehingga Tradisi Sendang ini berlangsung hingga sekarang. Tradisi
sendang dilaksanakan di dua tempat. Dua sendang tersebut dipercaya oleh masyarakat dijaga oleh roh leluhur dan di beri nama. Pertama, di sendang yang di kenal sebagai Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati. Masyarakat percaya jika penunggu sendang pertama adalah sepasang suami dan istri atau ditunggu oleh dua orang yang dilambangkan sebagai siwur atau gayung yang dikelilingi pohon beringin dan dekat sengan sungai.
Kedua , di sendang yang dikenal dengan sebutan Ki Gambreng. Masyarakat peracaya jika sendang kedua di tunggu oleh seorang sesepuh yang dilambangkan sebagai bak atau tempat air yang dekat dengan sungai dikelilingi pohon bambu yang sejuk. Masyarakat mengenal dua sendang tersebut dengan nama manusia karena mereka percaya bahwa penunggu sendang yaitu roh leluhur. Tradisi sendang di Desa Tetep berbeda dengan tradisi wilayah lain. Biasanya masyarakat hanya mengimplementasikan rasa syukur dengan kenduri atau merti desa saja, tanpa melakukan tradisi di sendang secara khusus. Tujuan penelitian untuk menelaah sejarah tradisi sendang dan nilai sosial- religius pada masyarakat Desa Tetep .
## Metode
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu di Desa Tetep Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Jawa Tengah. Lokasi tersebut
adalah lokasi yang menyelenggarakan tradisi sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng yang mengandung nilai-nilai karakter sosial- religius masyarakat Desa Tetep. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif sering dikenal sebagai metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga metode etnografi.
Oleh sebab awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Dalam metode penelitian kualitatif, sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling . Menggunakan dua sumber data yaitu sumber data primer, sumber data ini meliputi observasi dan wawancara dan skunder, sumber data ini meliputi studi kepustakaan, dan arsip benda-benda yang terkait dalam penelitian (Sugiyono, 2013).
Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) adalah teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji data yang ada mengunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serentak (Sugiyono, 2013), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi, yaitu: studi pustaka berupa kajian peneliti terdahulu seperti buku tentang sejarah, buku tentang tradisi budaya jawa, dan buku tentang penelitian (Sugiyono, 2013), Observasi dengan cara melihat, mengamati, dan mencerna pelaksanaan Tradisi Sendang yang sedang berlangsung (Herdiansyah, 2013),
Wawancara dilakukan langsung kepada juru kunci sendang dan msayarakat yang secara langsung melaksanakan
Tradisi Sendang (Herdiansyah, 2013), serta dokumentasi dengan cara mengumpulkan foto pelaksanaan Tradisi
Sendang (Sugiyono, 2013). Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Dengan metode penelitian kualitatif maka diharapkan peneliti bisa menjadi kunci dari penelitian yang diadakan dalam Tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng untuk mengetahui secara mendalam nilai social dan religius.
Setelah mengetahui nilai yang terkandung dalam Tradisi Sendang maka data penelitian harus di validasi menggunakan triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji data yang ada mengunakan teknik yang
berbeda-beda, guna mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serentak .
## Hasil Dan Pembahasan
## A. Sejarah dan Pelaksanaan Tradisi Sendang
Tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng merupakan kebudayaan atau adat kebiasaan yang dijalankan atau diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Randuacir khususnya Dusun Tetep. Tradisi ini dilakukan sewaktu-waktu tanpa ada tanggal atau bulan yang tetap. Tradisi ini dilaksanakan setiap adanya hajat atau acara masyarakat misalnya, pernikahan, syukuran dan khitanan. Tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng tidak luput dari leluhur.
Nama yang ditulis dengan huruf m kecil dan huruf p kapital menandakan penekanan bahasa dalam tutur kata Jawa. Masyarakat Desa Tetep Randuacir masih percaya animisme dan dinamisme. Dahulu pohon beringin dan sumber air dipercaya sebagai sumber kehidupan dan mengandung sumber magis. Letak sendang atau sumber air Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati dan Ki Gambreng masing- masing dikelilingi oleh pohon beringin. Sehingga masyarakat setempat menghargai tempat tersebut dengan cara memberikan
## 174 | JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020
sesaji jika masyarakat ada yang mempunyai acara. Menurut masyarakat setempat terdapat manfaat tradisi Sendang.
Pertama , dapat melestarikan budaya atau tradisi yang tidak dimiliki Desa lainnya,
Kedua , mendapatkan keselamatan dan kelancaran saat acara yang diadakan oleh masyarakat setempat lancar tanpa
halangan apapun, dan Ketiga , mempererat tali persaoudaraan dan menjalin kerukunan antar warga. Oleh karena pada saat tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng
akan dilaksanakan banyak masyarakat yang saling gotong-royong membantu untuk melancarkan tradisi tersebut walaupun yang menata sesaji dan doa harus juru kunci sendang. Masyarakat menggangap bahwa sendang tersebut sebagai leluhur mereka yang disebut dengan nama Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng.
Masyarakat mengangap bahwa jika mereka punya hajat, sendang juga harus ikut merasakan karena hajad biasanya adalah acara yang mengembirakan untuk masyarakat maka leluhur mereeka juga harus merasakan kegembiraan. Tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati dan Ki Gambreng ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menghormati leluhur dan melaksanakan tradisi atau adat kebudyaan yang sudah dilaksanakan turun- temurun. Masyarakat percaya bahwa
melaksanakan tradisi ini acara atau hajad yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Jika tidak melaksanakan masyarakat percaya, ada bencana sebelum atau sesudah hajat dilaksanakan.
Masyarakat Desa Tetep Randuacir masih percaya adanya animisme dan dinamisme. Hal ini tidak semata-mata hanya dianggap mitos tetapi pernah dibuktikan oleh beberapa orang yang menggangap hal ini remeh dan akibatnya orang tersebut mendapatkan bencana atau bala diacara yang mereka adakan (wawancara dengan Jumali, 23 Juni 2016).
Gambar 2. Sendang Ki Gambreng (Dokumentasi Pribadi, 2019)
Maka dari itu Tradisi Sendang Ki Godong Mplati, Nyi Godong Mplati, dan Ki Gambreng masih dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tetep Randuacir untuk memperoleh keselamatan. Bahkan jika tradisi ini tidak dilaksanakan maka masyarakat tidak berani mengadakan hajadan pernikahan, syukuran, ataupun khitanan dan yang lainnya.
Sebelum dilaksanakan tradisi Sendang Ki Godong Mplati, Nyi Godong
Mplati dan Ki Gambreng warga yang memiliki hajat atau acara harus membentuk panitia acara atau bahasa Jawanya angkroh. Panitia terdiri atas ketua biasanya ketua RT, wakil ketua, perangkat desa, sesepuh desa, juru kunci sendang dan angota panitia. Panitia mempersiapkan hajat yang akan dilaksanakan oleh tuan rumah sekaligus menyiapkan berbagai makanan yang diberikan juru kunci sendang.
Gambar 3. Proses Masyarakat Mengadakan Persiapan Upacara Sendang (Dokumentasi pribadi, 2019)
Makanan ini terdiri dari ingkung ayam, buah nanas, timun, buah pisang raja, ketupat, nasi ketan hitam dan nasi ketan putih, berondong, buah bengkoang, gethok, kacang, bubur jenang roti, tape nasi ketan hitam, tiwul, cenil, mendut, sambel urap, sambel gepeng, cengkaruk, jenang blowok dan sayur limaran. Tidak hanya jajanan atau makanan saja namun, juga beberapa hal yang harus dipersiapkan tuan rumah yang memiliki hajat. Diantaranya daun dadap, daun awar-awar, daun alang-alang, buah kedondong, keetupat, parem, kain
jarik, paku, janur atau daun pohon kelapa yang muda berjumlah 10, air putih, teh, kopi, rokok, bunga setaman, wangi- wangian, uang receh, kendi, bdan besek atau tempat yang terbuat dari bambu.
Gambar 4. Sesaji Persembahan Sendang (Dokumentasi pribadi, 2019)
Pelaksanaan tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng apabila warga atau masyarakat memiliki hajat atau acara misalkan pernikahan, syukuran, merti desa, saparan, khitanan dan lain-lain. Kegiatan ini dimulai pada pagi hari dan satu hari sebelum acara dilaksanakan. Tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng dipersiapkan oleh juru kunci sekitar pukul 10.00 WIB untuk menata makanan atau masyarakat menyebutnya jajanan yang terdiri atas 5 buah tatanan atau sesajen dan tatanan dirumah yang berurutan. Pertama , tolak balak rumah atau menolak keburukan yang akan menimpa pemilik hajad yaitu menyiapkan janur yang disilangkan lalu dipasang dengan 10 paku di berbagai sisi rumah warga yang memiliki hajad. Sisi rumah yang dipasangi oleh janur
yaitu depan pintu rumah, sisi samping rumah dan sisi belang rumah.
Gambar. 5 Janur Penolak Balak (Dokumentasi pribadi, 2019)
Selain menolak bala` dengan menempelkan janur di setiap sisi rumah, menolak hajat juga mengaitkan tempat air atau yang biasa disebut dengan genthong oleh masyarakat Desa Tetep Randuacir menggunakan kain jarik yang diikat janur. Kemudian diikatkan ke gentong atau tempat air yang digunakan untuk memasak, yang selama penelitian berlangsung, acara yang dilaksanakan masyarakat Desa Tetep Randuacir adalah pernikahan.
Kedua , tatanan pertama berbentuk besar berisi daun pisang untuk alas, nasi tumpeng di tengah, ayam ingkung, pisang raja 1 lirang, darah ayam, bunga setaman, sambel urap, sambel gepeng, cengkaruk, parem, jenang blowok, nasi ketan putih, nasi ketan hitam, sayur limaran, daun dadap, daun awar-awar, daun alang-alang, timun, buah kedodong, ketupat, air putih, kopi, teh dan buah nanas yang mengelilingi nasi tumpeng. Ketiga , tatanan yang kedua, ketiga, dan keempat biasanya disebut tambir kecil yang berisi daun pisang untuk
alas, tumpeng nasi berukuran kecil, uang, kinang, rokok, kendi berisi air putih, bunga setaman dan menyan dalam satu wadah kecil, cengkaruk, daging sapi yang sudah masak, dan sawut klopo atau parutan daging kelapa yang mengelilingi nasi tumpeng kecil. Jika tatanan dan tolak bala` selesai maka, tatanan sebelum dibawa kesendang didoakan terlebih dahulu oleh juru kunci bersama masyarakat Desa Tetep Randuacir.
Setelah acara do`a untuk keselamatan maka dilanjutkan dengan makan bersama masyarakat. Setelah makan bersama masyarakat bersama juru kunci melakukan iring-iringan menggunakan kendaran bermotor untuk menuju sendang Ki Godong Mplati dan Nyi Godong Mplati. Lalu dipimpin oleh juru kunci sendang untuk melakukan upacara menyerahan sesaji atau tatanan yang di sebut tambir dan di do`akan bersama kembali oleh warga yang ikut melaksanakan tradisi tersebut.
Dua tambir diletakan dibawah pohon beringin tepat disebelah sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati. Selesai dari Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati lalu masyarakat menuju sendang Ki Gambreng mengadakan upacara do`a bersama yang dipimpin oleh juru kunci. Sesaji atau tambir kemudian diletakkan diatas sendang, tepatnya diatas batu. Setelah acara selesai masyarakat kembali kerumah warga yang mengadakan acara
pernikahan lalu tambir besar yang pertama diletakan di kamar pengantin oleh juru kunci sendang.
## Gambar. 6 Pengikatan Kain Jarik
(Sumber: dok. Aida Fitriyani)
## B. Makna Sosial dan Religius Pada Tradisi Sendang
Setiap komponen dalam tradisi pasti memiliki maksud dan tujuan. Seperti komponen yang ada dalam setiap sesaji atau tambir dalam tradisi sendang ini seperti tumpeng nasi putih yang memiliki arti bahwa yang paling tinggi, paling bersih, dan paling suci hanya Tuhan semata. Bunga setaman dan menyan dianggap sebagai sesembahan untuk leluhur. Daging sapi dilambangkan sebagai diri manusia yang berbeda dari mahluk lain dan diserahkan sepenuhnya untuk Tuhan yang Esa. Ingkung ayam dilambangkan sebagai sifat manusia yang harus tunduk kepada Tuhan. Dan komponen lain yang disebut jajanan atau makanan pasar diperlambangkan sebagai pelengkap kehidupan manusia saat ini. Selanjutnya nilai merupakan sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan apabila sesuatu itu baik, adil dan berguna sehingga
memunculkan ungkapan yang bernilai (Purwadi, 2005). Dalam pelaksanaan tradisi Sendang terdapat nilai sosial, yaitu kekeluargaan. Hal ini tampak pada pelaksanaan tradisi sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati dan Ki Gambreng pada pagi hari, warga
berdatangan tanpa diundang oleh orang yang memiliki acara. Warga sekaligus membantu acara tersebut tanpa dibayar sekalipun. Lalu nilai selanjutnya adalah gotong royong.
Dibuktikan ketika warga yang datang ke acara hajatan saling membantu untuk belanja makanan untuk sesembahan sendang, membersihan sendang dan mendirikan atap sementara untuk acara hajatan atau pernikahan warga. Sedangkan nilai religius yang terdapat pada tradisi sendang yaitu adanya do`a bersama sebelum datang maupun saat datang ke sendang. Kemudian menghormati leluhur dengan melaksanakan tradisi di sendang untuk mengingat atau penghormatan leluhur, dengan memberikan sesaji atau tambir yang diletakan di setiap sudut sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati dan Ki Gambreng.
Masyarakat percaya jika tidak melaksanakan tradisi sendang maka, terkena bencana. Hal ini tidak di dasari oleh pembicaraan saja. Dulu pernah ada masyarakat yang mengadakan acara pernikahan tidak melakukan tradisi sendang dan orang itu menjadi sial,
terpotongnya tangan kiri pemilik acara tersebut. Bukan hanya itu, masyarakat pernah mengadakan acara umum yaitu memangil seni tari reog dan ada masyarakat Desa Tetep yang meninggal. Tradisi sendang dilakukan untuk menolak bala`, dan meminta kelancaran kepada roh penunggu sendang yang di percaya masyarakat setempat dengan sebutan Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng. Rasa syukur telah diungkapkan oleh masyarakat Desa Tetep Randuacir yang mampu melaksanakan acara hajadan pernikahan dan berbagai rasa syukur itu untuk leluhur mereka. Merasa tentram jika melaksanakan tradisi sendang masyarakat sehingga tidak khawatir ketiak acara hajatan pernikahan berlangsung
Dengan pelaksanaan tradisi Ki Godong Mplati, Nyi Godong Mplati, dan Ki Gambreng yang dilaksanakan secara turun- temurun dan setiap komponen tidak boleh digantikan. Oleh karena yang dipercaya bahwa sesuai aturan acara hajatan yang dilaksanakan oleh warga Desa Tetep memberi kelancaran acara dan sesuai harapan mereka. Selain menghormati leluhur dan meminta keselamatan tradisi sendang juga terdapat fungsi lain yaitu guna mengingatkan manusia bahwa Tuhan tetap yang paling tinggi dan masyarakat tidak meninggikan hal lain selain Tuhan yang Esa. Oleh karena kebiasaan tersebut sudah tertanam bagi masyarakatnya (Melianti & Wibowo, 2019).
## Kesimpulan
Sesuai hasil penelitian, analisis dan pengumpulan data yang sudah dipaparkan pada kajian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Pertama , tradisi sendang berbeda dengan tradisi yang ada di daerah lain. Tradisi yang berada di Desa Tetep ini mengandung tradisi pernikahan, tradisi saparan, merti dusun dan sebagainya yang harus dilakukan di tradisi sendang. Tradisi sendang termasuk dalam tradisi yang wajib dijalankan sebagai langkah awal sebelum melaksanakan tradisi yang lainnya.
Tradisi Sendang dilakukan dengan tujuan untuk meminta keselamatan, kelancaran dan ketenangan sebelum melaksanakan upacara tradisi yang lain. Tradisi Sendang cukup sakral karena mengandung nilai mitos yang telah turun- temurun dalam masyarakat setempat. Tradisi ini mengandung komponen- komponen yang banyak yang harus dikaji secara lebih rinci. Sehingga perlu ada ikut campur tangan pemerintah dengan melibatkan stakeholder dinas pariwisata guna mempromosikan budaya Kota Salatiga khususnya Desa Tetep dari wisatawan lokal maupun asing. Selain itu perlu juga melibatkan pemuda sehingga internalisasi tadisi ini dapat berjalan secara turun-temurun.
## Daftar Pustaka
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara Observasi dan Fokus Groups Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif . Jakarta: Rajawali. Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi II . Jakarta: Universitas
Indonesia. Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi . Jakarta: Rineka Cipta. Melianti, E., & Wibowo, A. M. Peran Perempuan Papua Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Kelurahan Wonosari Jaya Distrik Wania (Nilai Budaya dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS SMP). Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 4 (2), 78-84. http://doi.org/10.25273/gulawentah. v4i2.5523 Purwadi. (2005). Upacara Tradisional Jawa . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D .
Bandung: Alfabeta. Sulasman. (2013). Teori-teori Kebudayaan . Bandung: Pustaka Setia.
|
4ab0bdeb-bbf4-4a46-80cf-d06cd4d5ac89 | https://ejournal.upi.edu/index.php/wafi/article/download/4532/3181 | http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Hubungan Parameter Sifat Magnetik Dan Sifat
Keteknikan Tanah Pada Tanah Residual Vulkanik (Studi Kasus Daerah Longsor Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat )
Mela Faridlah 1 , Adrin Tohari 2 , Mimin Iryanti 1
## 1DepartemenPendidikan Fisika, FMIPA - UPI
Jl. Setiabudi 229 Bandung
2Pusat Penelitian Geoteknologi- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI-
Bandung)
Jl. Sangkuriang –Bandung e-mail :[email protected] , [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian mengenai karakteristik tanah residual vulkanik menggunakan metode magnetik dan metode geoteknik telah dilakukan pada lereng stabil dan lereng longsor yang berada di Desa Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran karakteristik suseptibilitas magnetik dan parameter keteknikan tanah residual vulkanik. Karakteristik geoteknik ditentukan melalui uji fisik berupa uji bobot isi, berat isi tanah basah, berat isi tanah kering, kadar air, derajat kejenuhan dan porositas, uji batas atterberg serta uji ukuran butir tanah.. Karakteristik magnetik ditentukan melalui uji suseptibilitas magnetik menggunakan Bartington MS2B (Magnetic Suseptibility System sensor B) dual frekuensi yaitu 470 Hz dan 4,7 kHz. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai-nilai χLF (suseptibilitas frekuensi rendah) dan χFD% (suseptibilitas bergantung frekuensi) kearah horizon bagian atas profil tanah residual. Peningkatan nilai-nilai χLF dan χFD% ke arah horizon bagian atas
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
merupakan karakteristik dari suseptibilitas magnetik.Dari hasil penelitian geoteknik dan magnetik didapatkan hasil jenis tanah residual vulkanik tersebut merupakan tanah lempung dengan mineral dominan yaitu Ilmenit. Hubungan antara parameter magnetik dan keteknikan tanah yaitu beberapa parameter keteknikan yang mempengaruhi sifat kemagnetan diantaranya berat isi tanah basah dan kadar air.
Kata kunci : tanah residual vulkanik, sifat keteknikan, sifat magnetik.
(Studi Kasus Daerah Longsor Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat)
## ABSTRACT
Research on volcanic residual soil characteristics using magnetic methods and geotechnic methods was carried out on a stable slope and landslide slope are located in Langensari Lembang west Bandung, West Java Province. This study are intended to describe the characteristics of the magnetic susceptibility and residual volcanic soil engineering parameters. Geotechnical characteristics were determined by physical properties tests such as bulk density test, wet density, dry density, water content, degree of saturation and porosity, atterberg limit test and grain size distribution test. Magnetic characteristics were determined by magnetic suseptibility test using Bartington MS2B (Magnetic Suseptibility System sensor B) dual frequency are 470 Hz and 4,7 kHz. This research show the increased of value of χLF (low frequency susceptibility) and χFD% (frequency dependent susceptibility) towards the upper horizon of the residual soil profile. The increase of the value of χLF dan χFD% towards the upper horizon is the characteristic of magnetic susceptibility. The result of this research shows that the type of the volcanic residual soil is clay with Ilmenit as the dominant mineral. Relation between magnetic parameter and geotechnical parameter is some geothecnical parameters influence magnetic properties are wet density and water content.
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Keyword : volcanic residual soil, geotechnic properties and magnetic properties.
## 1. PENDAHULUAN
Bencana longsor adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa.Bencana alam tanah longsor dapat terjadi karena pola pemanfaatan lahan yang tidak mengikuti kaidah kelestarian lingkungan, seperti gundulnya hutan sehingga infiltrasi air hujan berjalan lancar dan hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan bencana longsor. Provinsi Jawa Barat
termasuk salah satu daerah yang sangat potensial terjadinya bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan topografi sebagian besar wilayahnya yang berbukit dan bergunung. Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi Jawa Barat bulan Februari 2015 ( Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), di Kecamatan Lembang termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah menengah sampai tinggi artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah
hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Tanah adalah material alam yang perlu diketahui sifat-sifat fisik dan mekanik nya untuk analisis dan desain keteknikan, sehingga bidang geoteknik khususnya mengenai teori sangat dibutuhkan dalam menganalisis tanah longsor tersebut. Selain keteknikan , metode magnetik juga dilakukan pada analisis tanah longsor.Beberapa dekade terakhir penggunaan metode kemagnetan batuan pada tanah telah banyak digunakan untuk kajian kontaminasi tanah, perubahan iklim, dan pedogenesa pada tanah (Kapicka dkk, 2001; petrovsky dkk, 2001; Hanesch dkk, 2003; Maher dkk, 1999; Huliselan dan Bijaksana, 2006; Safiuddin dkk, 2001; Agustine, 2015). Kemagnetan batuan untuk kajian lingkungan dapat dilakukan karena mineral magnetik ditemukan
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
di semua jenis lingkungan termasuk pada batuan, tanah sedimen, debu, jaringan organik dan bahan buatan manusia.Metode kemagnetan relatif mudah, murah, cepat, dan tida merusak, sehingga dapat digunakan untuk contoh yang banyak (Maher, 1999). Penelitian ini dilakukan yaitu untuk memperoleh gambaran
karakteristik tanah residual vulkanik pada tanah lereng longsor dan lereng stabil dengan mengetahui parameter keteknikan dan parameter kemagnetan tanah, memperoleh
gambaran pola suseptibilitas magnetik terhadap ketinggian dan memperoleh hubungan parameter keteknikan serta parameter
kemagnetan tanah. Penelitian ini dibatasi oleh pengukuran nilai Suseptibilitas magnetik tanah dan uji keteknikan tanah di Laboratorium Geomekanika dengan sampel tanah diambil dari lereng longsor dangkal dan lereng stabil Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat. Metode pengambilan data
magnetik
menggunakan alat Bartington MS2B.
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan
informasi mengenai sifat magnetik tanah dan sifat teknik tanah pada daerah rawan longsor. Dengan diketahui karakteristik tanah secara fisik maka akan didapatkan jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian sehingga didapatkan jenis mineral tanah yang dapat menentukan jenis tanaman yang cocok ditanami pada mineral tanah tersebut.
## 2. TEORI
Tanah residu vulkanik adalah tanah hasil pelapukan batuan gunungapi dan masih tertinggal diatas batuan induk ( in-situ ). Beberapa istilah lain yang sering dipakai adalah saprolit ( saphrolith ), tanah volkanik ( volcanic soils ), paleosol, dan mantel pelapukan ( weathered mantle ). Jenny (1941) dalam (Darmawijaya, 1980; Widodo, 2006) menyebutkan bahwa proses pembentukan tanah dipengaruhi lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai proses baik reaksi fisik maupun kimia, yaitu faktor iklim, bahan induk, topografi, waktu dan organisme. Tanah longsor
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia (Anwar dkk, 2003). Tanah longsor akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor lereng akan seimbang atau stabil kembali. Jadi longsor merupakan pergerakan massa tanah atau batuan menuruni lereng mengikuti gaya gravitasi akibat terganggunya kestabilan lereng.
Kajian tentang pemanfaatan sifat kemagnetan untuk mendeteksi pencemaran lingkungan telah banyak digunakan mengingat keunggulan metoda ini yaitu lebih murah dan cepat (Liu dan Li, 2003; shilton dkk, 2005; Agustine, 2015).Analisis
menggunakan metode kemagnetan
batuan dibandingkan dengan metoda lain terlihat lebih ekonomis, cepat, mudah, dan non destruktif (Dearing dkk, 1999). Sifat kemagnetan pada tanah dikaji berdasarkan kandungan mineral magnetik yang ada pada material induk dan mineral-mineral lain yang terbentuk selama proses pedogenesa tanah tersebut. Material tanah induk dari tanah vulkanik tidak selalu berasal dari batuan kasar karena biasanya sebagian besar terbentuk dari abu atau debu vulkanik.
Parameter suseptibilitas yang digunakan meliputi parameter
suseptibilitas magnetik berbasis massa. Suseptibilitas magnetik massa diperlihatkan pada persamaan1.
𝜒 = 𝜅 𝜌( 𝑚3 𝑘𝑔 ) (1)
dimana rho merupakan rapat massa sampel (Maher, 2011). Pengukuran 𝜒 sangat memperhitungkan seberapa besar massa sampel yang akan diukur.
Sifat magnetik pada bahan
digolongkan menjadi lima, yaitu:
ferromagnetik, ferrimagnetik, antiferromagnetik,
paramagnetik,
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
dan diamagnetik (Dearing, 1999). Nilai suseptibilitas magnetik yang
bergantung spesifik massa diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel1 Parameter Magnetik Berbagai Macam Mineral Mineral Volume
susceptibility (10 -6 SI) Mass susceptibility (10 -8 SI) Js
(Am 2 / kg)
Magnetit
Hematit Maghemit Ilmenit Pyrhotit Pyrit Geothit 1.000.000-5.700.000 500-40.000 2.000.000-2.500.000 2.200-3.800.000 35-5.000 3.200.000 1.100-12.000 20.000-110.000 10-760 40.000-50.000 46-80.000 1-100 69.000 26-280 90-92
0.4
70-80 29 <1 Sumber: (Hunt et al, 1995 dalam Aliyah, 2015) Selain parameter magnetik, parameter yang digunakan pada penelitianini adalah parameter sifat fisik ( keteknikan tanah) diantaranya yaitu:
1. Berat Isi Berat volume tanah (Bulk density) merupakan perbandingan berat tanah dengan volume total tanah.Berat volume tanah salah satu sifat tanah yang mempengaruhi porositas tanah, pergerakan air,
peredaran udara dan pergerakan akar tanaman.Besar kecilnya nilai berat volume tanah dipengaruhi oleh berat jenis partikel, susunan partikel dan bahan organik. Pada umumnya berat volume tanah untuk tanah pertanian berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cm3 ( Puja, 2008).
2. Berat Jenis
Berat jenis partikel adalah perbandingan antara berat kering tanah dengan volume tanah (tidak termasuk pori yang terdapat di
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
antara partikel), yang dinyatakan dalam gram persentimeter kubik. Berat jenis partikel tanah-tanah mineral umumnya berkisar antara 2,60 sampai dengan 2,70 g/cm3, sedangkan berat jenis partikel bahan organik tanah, berkisar
antara 1,30 sampai dengan 1,50g/cm3. Penetapan berat jenis partikel dipergunakan dalam pergerakan partikel tanah dalam air, laju pengendapan dan perhitungan porositas tanah (Puja, 2008).
3. Kadar Air Kadar air adalah
sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti tanah (yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilai nya bisa secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun basis kering.
Persamaan 2 merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan Kadar air volumetrik (θ).
𝜃 = 𝑉 𝑤 𝑉 𝑇 (2)
dimana 𝑉 𝑤 adalah volume air dan 𝑉 𝑇 yaitu total volume yang
mencakup volume tanah, volume air, dan volume udara.
Persamaan 3 merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan Kadar air gravimetrik ( 𝑢 ).
𝑢 = 𝑚 𝑤 𝑚 𝑡 (3)
dimana 𝑚 𝑤 adalah massa air dan 𝑚 𝑡 adalah massa curah. Massa curah dapat dianggap sebagai massa total. Untuk mengubah kadar air gravimetrik menjadi volumetrik, cukup kalikan kadar air gravimetrik dengan berat jenis dari bahan.
4. Porositas
Porositas atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh, yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. Menurut ukuranya porositas tanah
## Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
dikelompokkan ke dalam ruang porikapiler yang dapat menghambat pergerakan air menjadi pergerakan kapiler, dan ruang pori nonkapiler yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan perkolasi secara cepat sehingga sering disebut pori drainase (Puja, 2008).
Porositas total tanah dapat dihitung dari data berat volume tanah dan berat jenis partikel dengan menggunakan persamaan 4.
∅ = (1 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑘𝑒𝑙 ) 100%
(4)
5. Analisis Distribusi Ukuran Butir Distribusi ukuran butiran tanah telah digunakan sebagai dasar untuk
menentukan klasifikasi
dan memprediksi perilaku tanah. Untuk partikel tanah yang tertahan saringan No. 200 (standard ASTM) umumnya dilakukan analisis saringan mekanis, sedangkan untuk butiran yang lolos saringan tersebut digunakan analisis hidrometer .Metode alternatif untuk mengetahui distribusi ukuran butiran halus menggunakan prinsip gaya apung diperkenalkan oleh Bardet & Young (1997) dalam (Nurly, 2004).
6. Batas Atterberg
Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya.Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah.Istilah plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam
menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk (Hardiyatmo, 2006).
Sukirman (1992) menyatakan bahwa tanah berbutir halus lebih ditentukan oleh sifat plastisitas tanahnya, sehingga pengelompokan tanah berbutir halus dilakukan berdasarkan ukuran butir dan sifat plastisitas tanahnya.Tanah berplastisitas tinggi mempunyai daya dukung yang kurang baik dan peka terhadap perubahan yang terjadi.
## 3. METODE
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pengambilan sampel tanah, pengukuran
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
suseptibilitas magnetik menggunakan alat Bartingtong
MS2B, dan uji sampel keteknikan tanah di Laboratorium, ploting grafik dan analisis grafik .
## Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dibagi menjadi dua,
yaitu untuk pengujian keteknikan dan pengujian kemagnetan tanah. Menurut Syarif (2000) Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk pengujian laboratorium mekanika tanah yaitu berupa Tanah tak terganggu dan tanah terganggu.
Gambar 1. Sampel tanah untuk uji keteknikan
Gambar 2. Sampel tanah untuk uji kemagnetan
Pengukuran suseptibilitas
## magnetik
Pengukuran suseptibilitas magnetik biasanya menggunakan Bartington MS2B susceptibility meter yang bekerja pada dua frekuensi yaitu : 470 Hz, nlai suseptibilitas yang didapat disebut dengan suseptibilitas frekuensi rendah ( 𝜒 𝐿𝐹 ) dan 4.7 kHz,
nilai suseptibilitas yang didapat disebut dengan suseptibilitas
frekuensi tinggi ( 𝜒 𝐻𝐹 ). Pengukuran ini dimaksudkan untuk menghasilkan suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi, 𝜒 𝐹𝐷 (%). Perangkat lunak yang digunakan adalah software Mulitisus. Nilai 𝜒 𝐿𝐹 berbasis massa menyatakan konsentrasi mineral
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
magnetik yang terdapat dalam contoh.
Uji Laboratorium Sampel Tanah di Laboratorium GeoMekanik
Setelah dilakukan pengambilan sampel dilapangan selanjutnya dilakukan pengukuran di
laboratorium untuk mengukur bobot isi, bobot jenis partikel, porositas, kadar air, batas atterberg dan distribusi butir tanah.
Perhitungan Data & Analisis Nilai suseptibilitas sampel
didapatkan berupa nilai suseptibilitas frekuensi rendah ( 𝜒 𝐿𝐹 ) dan nilai suseptibilitas frekuensi tinggi ( 𝜒 𝐻𝐹 ).
Kemudian dihitung nilai
suseptibilitas magnetik rata-rata.
Untuk setiap pengujian sampel terlebih dahulu dihitung standar deviasi. Selanjutnya dihitung nilai suseptibilitas bergantung frekuensi
nya ( 𝜒 𝐹𝐷 (%) )
menggunakan Persamaan 5.
𝜒 𝐹𝐷 = [ 𝜒 𝐿𝐹 −𝜒 𝐻𝐹 𝜒 𝐿𝐹 ] × 100 (5)
Selain pengolahan parameter magnetik, dilakukan pengolahan parameter keteknikan diantaranya: Berat Isi tanah, Berat Jenis tanah (SG), Kadar Air dengan
menggunakan persamaan 2 dan 3,
Porositas dengan menggunakan persamaan 4, distribusi ukuran butir tanah menggunakan persamaan 6. Setelah itu dilakukan ploting grafik dari masing-masing parameter dan dilakukan analisis grafik.
% Finer = 𝑅 𝑐 × 𝑎 𝑊 𝑠 × 100% (6)
Pada Gambar 3 di bawah merupakan diagram alur penelitian.
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 3 Diagram alur penelitian
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pada Gambar 4 suseptibilitas magnetik frekuensi rendah ( 𝜒 𝑙𝑓 ) untuk sampel tanah di lereng stabil,
menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik berkisar pada 339,8 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 - 806,7 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 , nilai suseptibilitas magnetik tersebut mengindikasikan bahwa mineral yang terkandung pada tanah tersebut adalah Ilmenit. Dan untuk sampel tanah pada lereng longsor menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik berkisar pada 365,8 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 – 691,5
× 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 , nilai suseptibilitas tersebut mengindikasikan bahwa mineral yang terkandung pada tanah tersebut juga termasuk mineral Ilmenit.
Gambar 4 juga menunjukkan bahwa pola
suseptibilitas magnetik hampir sama antara sampel tanah lereng stabil dan lereng longsor, hanya saja ada beberapa nilai suseptibilitas magnetik pada lereng stabil yang terjadi perbedaan yang cukup signifikan dari lereng longsor. Dan jika melihat nilai suseptibilitas magnetik sampel tanah pada lereng longsor, nilai nya relatif dekat.
## Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 4. Profil nilai suseptibilitas magnetik terhadap ketinggian
Pola distribusi mineral magnetik yang tersebar pada tiap lapisan ditampilkan pada Gambar 5.
Distribusi untuk masing-masing lapisan tidak memiliki posisi yang spesifik sehingga dapat dikatakan bahwa masing-masing lapisan tidak memiliki komposisi mineral yang unik. Nilai suseptibilitas magnetik
bergantung frekuensi terhadap nilai suseptibilitas magnetik pada frekuensi rendah cenderung mengumpul pada kisaran
suseptibilitas 600 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 - 800 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 dengan 𝜒 𝑓𝑑 berada diatas 3. Nilai 𝜒 𝑓𝑑 menunjukkan dari bulir mineral yang terkandung pada sampel. 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 500 1000 K e ti n gg ia n ( cm ) Suseptibilitas Magnetik ( SI) lereng stabil lereng longsor
𝜒 𝑙𝑓 ×10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 5. Distribusi nilai 𝜒 𝑙𝑓 (× 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔) dengan 𝜒 𝑓𝑑 (%) untuk sampel tanah lereng stabil dan lereng longsor
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel yang
bersifat alamiah (tanah) tidak memiliki perbedaan yang berarti dari sampel tanah dari lereng yang terjadi longsor maupun tanah dari lereng yang stabil. Untuk sampel yang bersifat alamiah , 𝜒 𝑓𝑑 bertambah dengan tingginya 𝜒 𝑙𝑓 .
Selain hasil penelitian mengenai kemagnetan, didapatkan hasil pengukuran pada sifat fisik tanah
Berat Isi Tanah Basah dan Berat Isi Tanah Kering Berdasarkan hasil perhitungan dan penelitian didapatkan nilai berat isi tanah basah pada tanah lereng stabil berkisar antara 1.397 gr/cm 3 -1.627 gr/cm 3 serta pada tanah lereng longsor berkisar antara 1.080 gr/cm 3 - 1.711 gr/cm 3 dan berat isi tanah kering pada tanah lereng stabil berkisar antara 0.94 gr/cm 3 – 1.23 gr/cm 3 serta pada tanah
0 1 2 3 4 5 6 7 0 500 1000 χFD (( % ) longsor stabil 𝜒 𝑙𝑓 ×10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 mixtures
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
lereng longsor berkisar antara 0.87 gr/cm 3 – 1.28 gr/cm 3 . Jika dibandingkan dengan berat isi tanah basah, berat isi tanah kering memiliki berat yang lebih ringan , hal ini karena pada saat pengeringan menggunakan oven, kadar air pada tanah berkurang sehingga volume tanah pada tabung menjadi berkurang.
## Derajat kejenuhan dan Kadar
Air Berdasarkan data dari beberapa sampel didapatkan nilai derajat kejenuhan dengan jenis tanah
nya lembab dan basah.
Parameter Derajat kejenuhan sangat berkaitan dengan kadar air, sehingga jika derajat kejenuhannya semakin tinggi
maka kadar air nya pun tinggi.
Untuk sampel yang diambil pada daerah
Ciputri Lembang memiliki derajat kejenuhan yang berbeda, yang satu dengan jenis tanah basah dan yang lainnya lembab.
Spesifik Gravity
Dari hasil pemeriksaan berat jenis spesifikasi diperoleh nilai berat jenis, untuk : Nilai Berat Jenis Tersebut berada pada kisaran 2.28 – 2.79 yang dapat diperkirakan jenis lanau organik atau lempung organik.
Gambar 6 merupakan Profil Berat Jenis tanah terhadap ketinggian untuk data sampel tanah lereng longsor dan tanah lerengstabil.
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 6. Profil Berat Jenis tanah terhadap ketinggian
## Hidrometer
Dari hasil pengujian ukuran butir yang dilakukan pada tanah sampel dengan analisa saringan diperoleh hasil tanah tersebut lebih dari 40% lolos saringan No. 200 yaitu 48%. Tanah tersebut merupakan tanah berbutir halus.
Gambar 7 merupakan grafik hubungan antara diameter butir tanag dengan jumlah tanah lolos saringan yang dihasilkan dari data uji analisis distribusi ukuran
butir meliputi analisis saringan tanah dan analisis hidrometer. Kurva semakin ke kanan maka berarti semakin kasar, semakin ke kiri berarti semakin halus. Tanah dengan kurva semakin tegak berati variasi ukuran butiran semakin seragam, atau bisa disebut uniform.kurva makin landai berarti ukuran butiran makin banyak variasinya dan gradasi lebih baik.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 ke ti n gg ia n ( cm ) Berat Jenis Tanah (gram/cm 3 ) data SG tanah lereng stabil data SG tanah lereng longsor
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 7. Distribusi Ukuran Butir tanah pada lereng stabil
## Batas – Batas Atterberg
Berdasarkan Data Batas Atterberg akan didapatkan nilai
Indeks Plastisitas sehingga dapat dibuat grafik Indeks plastisitas terhadap Batas Cair sehingga diperoleh bahwa sampel Tanah pada lereng stabil daerah Ciputri Lembang berada pada zona CH atau OH.
Gambar 8 merupakan diagram hasil pengukuran pada batas atterberg. Dimana diagram plastisitas tersebut merupakan hubungan antara batas cair dan indeks plastisitas untuk tanah pada lereng stabil.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.001 0.01 0.1 1 10 JU M LA H L O LO S SA R ING A N (% ) DIAMETER BUTIR GRAFIK PEMBAGIAN BUTIR - ASTM 'Lereng Stabil' 'Lereng Longsor' LABORATORIUM GEOMEKANIKA
Sub Bid Sarana Geologi teknik dan Konservasi Kebumian, Bidang Sarana Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI JL. Sangkuriang, Bandung 40135 Telp. 022-2507771-2 Fax.022-2504595
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 8. Diagram plastisitas tanah pada lereng stabil
Gambar 9 menunjukkan profil parameter fisik tanah (berat isi tanah basah, berat isi tanah kering, kadar air dan kejenuhan) dari sampel tanah pada lereng stabil dan lereng longsor terhadap ketinggian. Pada Gambar 9a terlihat bahwa berat isi tanah basah untuk tanah yang terdapat pada lereng stabil nemiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan berat isi tanah basah untuk tanah yang terdapat pada lereng longsor. Hal ini disebabkan kadar air yang terkandung pada tanah lereng stabil
lebih besar dibandingkan pada tanah lereng longsor. Pada Gambar 9b terlihat bahwa berat isi tanah kering untuk tanah yang berada pada lereng stabil memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan berat isi tanah kering untuk tanah yang terdapat pada lereng longsor. Pada Gambar 9c menunjukkan bahwa kadar air untuk tanah yang berada pada lereng stabil masih memiliki nilai yang lebih besar dari dibandingkan tanah pada kereng longsor. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian yang
0 10 20 30 40 50 60 0 20 40 60 80 100 In d e ks P la st isi ta s Batas Cair Diagram Plastisitas data plastisitas tanah lereng stabil data plastisitas tanah lereng longsor Garis U Garis A
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
menyebutkan bahwa tanah longsor terjadi karena adanya kandungan air yang berlebih pada tanah atau karena gangguan fisik atau mekanik tanah
yang lainnya. Gambar 9d
menunjukkan bahwa porositas tanah untuk tanah pada lereng stabil dan tanah lereng longsor memiliki nilai yang relatif sama.
(a) (b) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1.0 1.5 2.0 K et ing gi an (cm ) Berat Isi Tanah Basah (gr/cm ³) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0.5 1.0 1.5 2.0 Berat Isi Tanah Kering (gr/cm³) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 10 60 Kadar Air (%) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 10 60 Porositas (%)
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
(c) (d)
Gambar 9. Profil parameter fisik tanah
Keterangan
= data sampel tanah pada lereng longsor = data sampel tanah pada lereng stabil
Gambar 10 menerangkan hubungan antara parameter fisik tanah dengan suseptibilitas magnetik. Berdasarkan data parameter fisik
dan suseptibilitas magnetik yang diplot sesuai dengan ketinggian, maka dapat terlihat Gambar 10a dan Gambar 10c secara berturut-turut yaitu hubungan berat isi tanah basah dengan suseptibilitas terhadap ketinggian dan kadar air tanah dengan suseptibilitas magnetik terhadap ketinggian memiliki pola sebaran yang bervariasi. Yang artinya pada kedalaman tertentu, berat isi tanah basah maupun kadar air berpengaruh terhadap perubahan suseptibilitas magnetik. Lain halnya dengan Gambar 10b dan Gambar 10d secara berturut-turut yaitu hubungan berat isi tanah kering dengan suseptibilitas magnetik terhadap
ketinggian dan hubungan porositas dengan suseptibilitas magnetik terhadap ketinggian memiliki pola sebaran yang seragam (uniform) dan tidak bervariasi atau bisa dianggap konstan. Dengan demikiam berat isi tanah kering serta porositas tidak berpengaruh pada perubahan suseptibilitas magnetik. Berat isi tanah basah sangat berkaitan erat dengan kadar air. Jika berat isi tanah basah pada suatu sampel bernilai besar maka kadar air yang terkandung di dalamnya pun besar. Mineral tanah yang terkandung pada sampel penelitian ini didominasi oleh mineral Ilmenit yang termasuk ke dalam kelas feromagnetik, yang mana pada mineral feromagnetik contohnya pada tanah penelitian ini masih mengandung besi meskipun tidak sekuat pada ferimagnetik.
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Sehingga keberadaan besi ini dipengaruhi juga oleh berat isi tanah basah dan kadar air yang terkandung pada tanah.
(a) (b) (c) (d)
Gambar 10. Profil Parameter Fisik tanah terhadap Suseptibilitas Magnetik
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.0 1.5 2.0 Sus ept ibi lit a M ag net ik (1 0 ^ -8 S I) Berat Isi TanahBasah (gram/cm ³) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 0.5 1.0 1.5 2.0 Berat Isi Tanah Kering (gram/cm ³) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 10 60 Kadar Air (%) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 10 60 Porositas (%) lereng longsor h= 0-450
lereng longsor h= 500-950 lereng stabilr h= 0-450
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
## 5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Berdasarkan sifat kemagnetan tanah, nilai suseptibilitas magnetik tanah pada lereng stabil dan lereng longsor berkisar antara 339,8 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 - 806,7 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 dan 365,8 ×
10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 – 691,5 × 10 −8 𝑚 3 /𝑘𝑔 dengan nilai suseptibilitas magnetik ( 𝜒 𝑙𝑓 ) semakin bertambah
sesuai ketinggian, artinya meningkat ke horizon bagian atas, serta mineral magnetik tanah yang mendominasi yaitu Ilmenit. Berdasarkan sifat keteknikan (sifat fisik) tanah, tanah pada lereng stabil dan lereng longsor ini memiliki karakteristik tanah lempung yang mengandung mineral lempung berupa Illite dengan plastisitas tinggi dan bersifat kohesif.
Suseptibilitas magnetik pada sampel tanah lereng stabil dan lereng longsor memiliki pola yang hampir sama, hanya saja nilai nya yang memiliki perbedaan untuk ketinggian 0-100 cm pola suseptibilitas magnetik pada lereng stabil berada di sebelah kanan dari pola suseptibilitas magnetik lereng longsor.
Hubungan parameter kemagnetan dan parameter keteknikan pada tanah yaitu bersifat linear. Parameter keteknikan berupa parameter fisik tanah mempengaruhi suseptibilitas magnetik yaitu berat isi tanah basah dan kadar air.
## 6. REFERENSI
1. Anwar, H.Z., Sutanto, E.S.,
Praptisih dan Rukmana, I.
(2003). Model mitigasi Bencana Gerakan Tanah di Daerah Tropis: studi kasus di daerah Sambeng, Kebumen . Laporan Penelitian Pusat
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung.
2. Bijaksana, S. (2002). Kajian
Sifat Magnetik pada Endapan Pasir Besi di Wilayah Cilacap dan Upaya Pemanfaatannya untuk Bahan Industri.Laporan penelitian Hibah Bersaing. ITB.
3. Bijaksana, S., Sudarningsih, Siman,S. dan, Ibrahim.
(2011). Karaketirisasi Magnetit Pada Batuan Peridotit Dari Desa Awang Bangkal Kalimantan Selatan.
JTM. 17 ,(2),75 -80.
4. Dearing, J. (1999). Environmental Magnetik Susceptibility Using the Bartington MS2 System OMO0490. Oxford: Bartington Instrument Limited
5. Agustine, E. (2015). Kajian suseptibilitas magnetik dan konduktivitas listrik pada tanah vulkanik yang terpapar pestisida organochlorin . Disertasi Doktor ITB Bandung: tidak diterbitkan. 6. Aliyah, H. (2015). Karakterisasi magnetik
sedimen sungai citarum hulu dan hubungannya dengan pencemaran logam berat terhadap lingkungan . Skripsi Sarjana ITB Bandung : tidak diterbitkan.
7. Hardiyatmo, C.H. (2006).
Penanganan Tanah Longsor&
Erosi.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
8. Huliselan, E.K. dan Bijaksana, S. (2006). “Magnetik Properties as Proxy Indicators of Heavy
Metals in Leachate : A Case
Study from Jelekong Solid Waste Disposal Site,Bandung”: ITB. Jurnal ICMNS November 29-30, 2006.
9. Maher, B.A. (2011). The
Magnetic properties of quatenary aeolian dusts and sediments , and their paleoclimatic significance.
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Aeolian research . 3 , p. 87-
144.
10. Nurly, G. (2004). Analisis Distribusi Ukuran Butiran Tanah Berdasarkan Prinsip Gaya Apung. Journal from #PUBLISHER# Departemen Teknik Sipil ITB.
11. Puja, I.N. (2008). Penuntun Praktikum Fisika Tanah:
Universitas Udayana.
12. Sukirman, S. (1992).
Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova: Bandung
13. Suripin. (2002). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air . Yogyakarta : Penerbit Andi.
14. Syarief, E.A. (2000). Tata Cara Pemetaan Dan Penyelidikan Geologi Teknik .: Badan Geologi
15. [Online].
16. Tersedia:http://pag.bgl.esdm. go.id/?q=content/tata-cara- pemetaan-dan-penyelidikan- geologi-teknik.html[14 Maret 2016]
17. Widodo,
A. (2006). Kontribusi Sejarah Geologi Terhadap Sifat Geoteknik (Studi Kasus Tanah Residual Volkanik G.Argopuro ) . Surabaya: FTSP ITS.
|
a207a356-a4f3-4e1e-9b0e-49f2868faed0 | https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/jurnaluda/article/download/1584/1393 |
## RANCANG BANGUN PERINGATAN DINI PADA ALAT BABY INCUBATOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 89S52
Oleh :
## Nova Irwan 1)
Kesya Nirma Lumbantobing 2)
Sriwida Harahap 3) Zulianti 4) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama 1,2,3,4)
## E-mail:
[email protected] 1)
[email protected] 2) [email protected] 3 ) [email protected] 4)
## ABSTRACT
In hospital, especially in the baby care room, there must be a Baby Incubator Tool. The baby incubator aircraft are used to provide care for babies born prematurely by providing heating, this is done so that the baby's temperature is to the temperature in the mother's womb to reduce the risk of death. The temperature inside the baby incubator is adjusted to the mother's body temperature, which is around 32-37OC, the equipment of a baby incubator generally consists of temperature control, water level, and an LCD (Liquid crystal display), air control, keypad, and alarm system (Buzzer). And in this baby incubator tool, a name is needed, which is a marker of a problem with the tool, then a tool is needed called an alarm system, where the function of this alarm system is as an indicator if there are obstacles or problems with the baby incubator tool, making it easier for users or nurses to find out the problems that occur.
Key Word : Early Warning, Baby Incubator, ATMEGA 89S52 Microcontroller
## ABSTRAK
Di dalam setiap rumah sakit khususnya pada ruangan perawatan bayi pasti terdapat Alat Baby Incubator. Pesawat baby incubator digunakan untuk memberikan perawatan terhadap bayi yang lahir prematur dengan cara memberikan pemanasan, hal itu dilakukan agar suhu bayi sesuai dengan suhu didalam kandungan ibu sehingga mengurangi resiko kematian. Suhu didalam bayi baby incubator disesuaikan dengan suhu tubuh ibunya yaitu sekitar 32 -37 O C, perlengkapan sebuah baby incubator pada umumnya terdiri dari temperature control, water level, LCD (Liquid crystal display), air control, keypad, dan sistem alarm (Buzzer). Dan pada alat baby incubator ini diperlukan yang namanya penanda terjadinya masalah pada alat, maka pada alat diperlukan yang namanya sistem alarm, dimana fungsi dari sistem alarm ini sebagai indikator jika adanya kendala atau permasalahan pada alat baby incubator, sehingga memudahkan pengguna atau perawat dalam mengetahui masalah yang terjadi. Kata Kunci:Peringatan Dini, Baby Incubator, Mikrokontroler ATMEGA 89S52
## 1. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah salah satu faktor penting yang menjadi perhatian banyak orang. Demikian juga dengan alat-alat
kedokteran.
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini dapat dilihat dengan munculnya peralatan kedokteran yang
semakin canggih serta bersifat praktis, efisien dan efektif yang memberikan banyak manfaat bagi dunia kedokteran. Dan didalam mencapai derajat kesehatan tentu diperlukan peralatan kesehatan yang dapat memenuhi tuntutan sesuai dengan perkembangan zaman, dalam upaya memerangi penyakit atau melakukan pendeteksian penyakit lebih dini. Di dalam setiap rumah sakit khususnya pada ruangan perawatan bayi pasti terdapat Alat Baby Incubator . Pesawat baby incubator digunakan untuk memberikan perawatan terhadap bayi yang lahir prematur dengan cara memberikan pemanasan, hal itu dilakukan agar suhu bayi sesuai dengan suhu didalam kandungan ibu sehingga mengurangi resiko kematian.
Suhu didalam bayi baby incubator disesuaikan dengan suhu tubuh ibunya yaitu sekitar 32 -37 O C, perlengkapan sebuah baby incubator pada umumnya terdiri dari temperature control , water level , LCD ( Liquid crystal display ), air control , keypad , dan sistem alarm ( Buzzer ). Dan pada alat baby incubator ini diperlukan penanda terjadinya masalah pada alat, maka pada alat diperlukan yang namanya sistem alarm , dimana fungsi dari sistem alarm ini sebagai indikator jika adanya kendala atau permasalahan pada alat baby incubator, sehingga memudahkan pengguna atau perawat dalam mengetahui masalah yang terjadi.
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
## A. Baby Incubator
Baby incubator adalah alat biomedis yang memberikan kehangatan, kelembaban dan oksigen dimana seluruh lingkungannya terkontrol dan diperlukan oleh bayi yang baru lahir.Akan tetapi tidak semua bayi yang baru lahir memerlukan kondisi terkontrol seperti didalam baby incubator. Mengulik sedikit sejarah tentang penggunaan baby incubator didunia medis.Awal penggunaan baby incubator ini adalah pada tahun 1907 – Pierre Constant Budin merilis penelitian mengenai pengaruh temperatur tubuh terhadap mortalitas bayi.Pada tahun 1932 baby incubator mulai dimodifikasi dengan penambahan oksigen oleh Julius Hess.Blackfan dan Yaglaw melaporkan bahwa bayi baru lahir dapat bertahan dalam lingkungan dengan kelembaban yang sesuai dengan kondisi tubuhnya.Hal–hal inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan baby incubator dalam membantu kehidupan bayi yang baru lahir. Baby incubator ini berbentuk seperti troli dengan matras kecil yang bagian atasnya tertutup. Chamber incubator memberikan lingkungan yang bersih dan membantu melindungi bayi dari suara bising, debu, infeksi, dan tangan- tangan yang sekiranya dapat mengganggu bayi. Sensor suhu ditempelkan pada kulit bayi, kemudian pemanas pada baby incubator akan mengatur suhu dan menjaga suhu lingkungan dalam baby incubator sesuai dengan kondisi tubuh bayi.
Gambar 1. Alat baby Incubator
a. Fungsi Baby Incubator
Sebagaimana yang kita ketahui
bersama,
fungsi utama dari babyincubator adalah mempertahankan kehidupan bayi prematur dengan menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat seperti di dalam rahim ibunya. Untuk itu, hal yang paling utama adalah memenuhi standar keamanan baby incubator secara maksimal, menjaga keselamatan bayi dan memenuhi kebutuhan utama bayi prematur.
b. Prinsip Kerja Baby Incubator Prinsip kerja baby incubator adalah memindahkan panas secara merata dari suatu sumber panas dan menjaga suhu panas pada ruang tersebut dalam keadaan tetap dan stabil. Baby Incubator merupakan suatu alat kedokteran yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi yang mengalami kelahiran yang tidak normal. Pada umumnya baby incubator bekerja dengan menggunakan efek panas yang dihasilkan heater . panas yang dihasilkan oleh heater tersebut dikondisikan agar dapat terkendali naik dan turunnya suhu dalam ruang baby incubator . Sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi seberapa besar suhu
yang ada dalam ruang baby incubator berfungsi
sebagai penyampai pendeteksian sensor suhu ke rangkaian selanjutnya. Setelah suhu dideteksi lalu dikontrol agar sesuai dengan yang diatur. Jika suhu ruang lebih rendah dari suhu yang diatur, maka heater akan terus bekerja sampai dengan batas suhu yang telah diatur, apabila suhu telah mencapai batas yang telah diatur maka heater akan memutus.
Untuk memudahkan penggunaan dan pengaturan baby incubator maka para ahli bidang medik merasa perlu menciptakan baby incubator yang dapat mengontrol suhu di dalam ruang baby incubator serta untuk memudahkan melihat suhu setting dan sensor suhu maka ditampilkan dalam bentuk display . Yang dapat mengontrol suhu di dalam ruang baby incubator serta untuk memudahkan melihat suhu setting dan sensor suhu maka ditampilkan dalam bentuk display .
c. Suhu Dalam Baby Incubator
Adapun penempatan suhu ruangan baby incubator ditampilkan dalam tabel berdasarkan berat badan bayi pada saat baru lahir. Tabel 1. Suhu Ruangan Baby Incubator
No Berat Bayi Suhu Ruangan 1. 1000 gram 35 O C 2. 1500 gram 34 O C 3. 2000 – 3000 gram 33 O C 4. 4000 gram
32 O C B. Mikrokontroler ATMega 89S52
Mikrokontroler merupakan sistem komputer kecil yang biasa digunakan untuk sistem pengendali atau pengontrol yang dapat diprogram sesuai kebutuhan. Mikrokontroler memiliki 4KB
Flash Programmable dan Erasable Read Only Memory (PEROM) didalamnya. Mikrokontroler ATMega 89S52
merupakan
pengembangan dari mikrokontroler MCS-51. Mikrokontroler ini biasa disebut juga dengan
mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kbyte yang dapat diprogram sampai 1000 kali pemograman. Selain itu ATMega 89S52 juga mempunyai kapasitas RAM sebesar 256 bytes, 32 saluran I/O, Watchdog timer, dua pointer data, tiga buah timer/counter 16-bit, Programmable UART (Serial Port). Memori Flash digunakan untuk menyimpan perintah (instruksi) berstandar MCS-51, sehingga memungkinkan mikrokontroler ini bekerja sendiri tanpa diperlukan. tambahan chip lainnya ( single chip operation ), mode operasi keping tunggal yang tidak memerlukan external memory dan memori flash nya mampu diprogram hingga seribu kali. Hal lain yang menguntungkan adalah sistem pemogramanan menjadi lebih sederhana dan tidak memerlukan rangkaian yang rumit. Sebuah mikrokontroler dapat berfungsibekerja, apabila telah terisi oleh program. Program terlebih dahulu dimasukan kedalam memori sesuai dengan kebutuhan penggunaaan pengontrolan yang diperlukan dan yang hendak dijalankan.
Program yang
dimasukkan
kedalam mikrokontroler Atmega89S52 adalah berupa file heksa ( Hex File ), dan
program tersebut berisikan instruksi atau perintah untuk menjalankan sistem kontrol. Mikrokontroler merupakan single chip computer yang memiliki kemampuan untuk diprogram dan digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kontrol, Mikrokontroler berkembang dengan dua alasan utama, yaitu kebutuhan pasar ( market needed ) dan perkembangan teknologi baru.Dalam perkembangannya sampai saat ini, sudah banyak produk mikrokontroler yang telah diproduksi oleh berbagai perusahaan pembuat IC ( Integrated Circuit ) diantara salah satunya adalah jenis mikrokontroler yang digunakan dalam perancangan alat ini yaitu mikrokontroller seri 8052 yang dibuat oleh ATMEGA, dengan kode produk ATMega 89S52. Secara fisik, mikrokontroler
ATMega 89S52
mempunyai 40 pin, 32 pin diantaranya adalah pin untuk keperluan port masukan/keluaran. Satu port paralel terdiri dari 8 pin, dengan demikian 32 pin tersebut membentuk 4 buah portparalel, yang masing-masing dikenal dengan Port 0, Port1, Port2 dan Port3. Dengan keistimewaan di atas perancangan dengan menggunakan mikrokontroler AT89S52 menjadi lebih sederhana dan tidak memerlukan komponen pendukung yang lebih banyak lagi.
## Gambar 2. Rangkaian Mikrokontroler ATMega 89S52
## Cara kerja rangkaian Mikrokontroler
ATMega 89S52
Untuk mengaktifkan mikrokontroler AT89S52 maka perlu diberikan tegangan supply +5 Volt pada pin 40 dan pemberian tegangan nol (ground) pada pin 20. Disamping itu diperlukan juga pengaktifan osilator yang terdapat pada mikrokontroler.Untuk mengaktifkan osilator tersebut dalam perancangan ini digunakan kristal 11 MHz dan kapasitor 30 pF. Digunakannya kristal 11 MHz untuk memperoleh kecepatan pelaksanaan instruksi persiklus sebesar 1 mikrodetik (1/11MHz)x11 siklus perioda. Untuk pin RST (reset) diberi rangkaian seperti yang terlihat dalam gambar 3.3. Rangkaian reset tersebut akan mereset mikrokontroler kembali ke program awal.
## 3. METODE PELAKSANAAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Studi lapangan dan identifikasi masalah.
2. Perumusan masalah.
3. Meninjau daftar pustaka dan peralatan yang digunakan untuk persiapan penelitian.
4. Memahami penggunaan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran, pengujian sistem alarm pada alat baby incubator . 5. Melakukan pengukuran dan pengujian sistem alarm pada alat baby incubator serta mencatat hasil pengukuran,
pengujian(pengumpulan data).
6. Pengolahan dan analisa data.
7. Kesimpulan dan saran.
## Perancangan:
langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat lunak (software) dimana berisikan program untuk alat. Adapun pelaksanaannya dilakukan dengan cara sebagai berikut : menentukan spesifikasi secara umum, melakukan perancangan dan realisasi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Gambar. 3. Blok Diagram Baby Incubator Keterangan gambar:
a) Power supply , sebagai sumber tegangan
b) Fan , sebagai pendingin dan sebagai sirkulasi
c) Heater , sebagai penghangat suhu dan sumber panas
d) Relay , sebagai saklar
e) Mikrokontroler, sebagai otak penggerak alat
f) Display , sebagai penampil
g) Alarm, sebagai penanda kesalahan
h) Temperatur control , sebagai pengontrol suhu
i) Air Control , sebagai pengontrol kelembapan
j) Water Level Sensor, sebagai pendeteksi volume air
k) Keypad , sebagai tombol alat
l) User , sebagai pengguna alat
## Cara Kerja Blok Diagram
Tegangan dari PLN 220VAC digunakan untuk mensupplay tegangan kipas, dan input tegangan trafo stepdown yang kemudian oleh rangkaian power supply dirubah menjadi tegangan 5VDC yang digunakan untuk mensupplay tegangan blok rangkaian lainnya. Saat tegangan PLN masuk maka motor kipas dan heater akan aktif dimana kerja motor fan ini dideteksi oleh sensor Fan. Jika kipas tidak bekerja sebagaimana mestinya maka indikator kipas akan ON. Push Button digunakan untuk menentukan suhu yang akan dikehendaki (suhu setting) dan sebagai inputan bagi mikrokontroller.Mikrokontoler berfungsi untuk mengendalikan atau mengontrol semua rangkaian. Sedangkan sensor suhu berfungsi untuk menyensor suhu udara dalam ruangan dan besarnya tegangan output dari sensor akan disangga oleh rangkaian penguat. Kemudian tegangan dari penguat akan masuk ke blok ADC dimana blok ini berfungsi untuk mengubah tegangan analog menjadi tegangan digital dan data dari ADC akan masuk ke microcontroller. Di mikrocontroler semua
data diolah untuk mengatur kerja keseluruhan pesawat baby incubator . Dari keluaran kontrol ini terdapat relay merupakan kontak untuk mengatur dan memberikan supply tegangan yang menuju ke heater . Besarnya pemanas yang dihasilkan oleh heater dikontrol oleh relay dan rangkaian sensor suhu melalui rangkaian kontrol. Udara panas yang dihasilkan dari heater selanjutnya diratakan ke seluruh ruangan oleh fan sehingga ruangan mendapatkan panas yang rata.
Jika suhu pengaturan inkubator kurang dari 32 maupun lebih besar dari 37 , maka sensor suhu akan bekerja memberikan signal ke rangkaian kontrol dan akan membuat relay tidak bekerja, sehingga sumber daya ke heater terputus dan buzzer berbunyi.
## Rancangan Rangkaian alarm
Setelah melakukan perancangan Secara blok diagram, maka untuk langkah selanjutnya, penulis mencoba untuk melakukan perancangan rangkaian wiring diagram alarm peringatan dini.
Gambar.5. Wiring Diagram Rangkaian alarm
Flow Chart
Cara Kerja Flow Charts
1) Arus Masuk
2) Melakukan pengecekan atau
scanning pada keypad
3) Tekan tombol D
4) Jika “ya” maka power on, jika “tidak” maka kembali ke proses pengecekan keypad dan menunggu perintah untuk menjalankan.
5) Masuk ke proses initialisasi
6) Display 7segment menyala
7) Melakukan pengecekan keypad
8) Jika “ya” tekan tombol angka 0 sampai dengan 9 dan tombol * dan # untuk memasukan data dan akan tampil ke display.
9) Tekan tombol A untuk start atau untuk memulai proses.
10) Kemudian sensor akan dihidupkan
11) Masuk ke proses pengecekan yang dimulai dari water level kemudian masuk ke proses pengecekan temperature lalu masuk ke proses pengecekan humidity dan akan ditampilkan ke layar display.
12) Namun jika terdapat masalah seperti air habis, temperature terlalu tinggi atau pun terlalu rendah, dan suhu kelembapan juga tidak stabil maka alarm akan berbunyi.
13) Lalu proses kerja alat akan berhenti.
14) Tekan tombol C untuk mematikan alarm dan kemudian akan masuk ke proses initialisasi dan menunggu perintah yang baru.
15) Jika tidak terjadi masalah maka proses pengecekan dari water level , temperature, dan humidity akan terus berjalan dan akan ditampilkan ke layar display.
16) Kemudian masuk lagi ke proses pengecekan keypad
17) Jika “ya’ tekan tombol B untuk menghentikan kerja alat, dan jika tidak maka proses pengecekan dari water level, temperature , dan humidity akan terus berjalan
18) Kemudian jika tombol B telah ditekan maka kerja alat berhenti dan menuju ke proses pengecekan keypad lagi sampai proses perintah baru dimasukan
## Bahasa Pemograman
Pada rangkaian alarm ini penulis memasukkan program agar alat ini dapat bekerja sebagai mana yang telah di rancang, dan pada rangkaian alarm ini penulis menggunakan program bahasa C.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
## Tabel 2. hasil analisa data komponen alarm
No Tipe alarm Led 1 Led 2 Led 3 Led 4 Led 5 Bazzer 1 Temperatur 5 V 0 V 0 V 0 V 0 V 5 V 2 Humidity 0 V 5 V 0 V 0 V 0 V 5 V 3 No input alarm 0 V 0 V 5 V 0 V 0 V 5 V 4 Display error alarm 0 V 0 V 0 V 5 V 0 V 5 V 5 Water emty alarm 0 V 0 V 0 V 0 V 5 V 5 V
## Tabel 3. hasil yang tidak terdeteksi alarm
No Tipe alarm Led 1 Led 2 Led 3 Led 4 Led 5 Bazzer 1 Temperatur 0,1 V 0 ,1V 0,1 V 0,1 v 0,1 v 0,2 V 2 Humidity 0,1 V 0,1 V 0,1 V 0,1 v 0,1 v 0,2 V 3 No input alarm 0,1 V 0,1 V 0,1 V 0,1 v 0,1 v 0 ,2V 4 Display error alarm 0,1 V 0,1 V 0,1 V 0,1 V 0,1 v 0,2 V 5 Water emty alarm 0 ,1V 0,1 V 0,1 V 0,1 v 0,1 V 0,2 V T abel 4. Komunikasi recicver Mode ( Mengirim Data ) NO PROSES RRL DRRL TRL 1 WTR 0 V 0 V 0 V 2 RTT 5 V 0 V 0 V 3 CRD 5 V 0 V 5 V 4 RHD 0 V 5 V 5 V 5 RLD 0 V 0 V 5 V 6 DHR 0 V 0 V 0 V
## Tabel 5. Analisa Data Suhu LM35
NO Tampilan suhu Hasil Volt 1 30 o C 4,42 volt 2 32 o C 4,35 volt 3 33 o C 4,37 volt 4 35 o C 4,41 volt 5 36 o C 4,46 volt 6 37 o C 4,48 volt
## Tabel 6. Hasil Analisa Kelembaban DHT11
No Tampilan Kelembaban Hasil Volt 1 47% ± 4,83 Volt 2 49% ± 4,83 Volt 3 50% ± 4,83 Volt 4 52% ± 4,83 Volt 5 55% ± 4,83 Volt 6 58% ± 4,83 Volt Tabel 7. Analisa Data Suhu LM35 No Settin g suhu
Pada Alat ( o C ) Pembacaan Pada Alat Ukur AVO Meter (mV) Rata – rata Pembac 1 2 3 4 5 6 koreksi
= Xn aan (mV) 1 29 o C 319,7 319,6 319,5 319,6 319,5 319,5 319,56 -290,5 mV 2 30 o C 321,4 320,5 321,2 322,0 321,7 321,5 321,46 -291,46 mV 3 31 o C 330,7 335,0 332,6 333,0 332,5 333,3 322,88 -301,8 mV 4 33 o C 360,3 356,1 358,3 358,8 359,7 358,2 358,56 -325,5 mV 5 34 o C 361,7 361,5 361,1 361,0 362,8 363,0 361,85 -327 mV 6 35 o C 370,0 372,4 378,0 372,8 371,8 376,5 373,58 -338 mV
Dari hasil perhitungan dan perbandingan suhu yang di setting pada alat dan yang di ukur keluaran mikrokontroler dari sensor LM35 menggunakan multitester dan juga dari hasil rumus perhitungan yang ada di atas seperti nilai rata-rata, koreksi, persen error kesalahan, standar deviasi, dan nilai ketidak pastian hasil yang diperoleh dari tiap setting suhu yang berbeda-beda hasil keluaran mikrokontroler dari sensor LM35 juga berbeda. Dari rumus yang telah di hitung dapat kita simpulkan semakin tinggi suhu yang kita setting pada alat maka semakin besar juga keluaran mikrokontroler dari sensor LM35.
## 5. SIMPULAN
Dari hasil penulisan dan pembahasan tentang perancangan peringatan dini pada alat
Baby
Inkubator berbasis mikrokontroler ATMega89S52 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Inkubator mempunyai sebuah sistem alarm untuk memberitahu petugas medis jika terjadi bahaya panas berlebih pada alat. Sistem ini berfungsi sebagai saklar kontrol suhu
yang akan menghidupkan buzzer ketika suhu melampaui batas aman. 2. Keseluruhan pengaturan suhu inkubator di atur oleh mikrokontroler yang diawali deteksi suhu oleh sensor LM35.
## 6. DAFTAR PUSTAKA
1. Budiharto, widodo, 2005 Pandan Lengkap Belajar Mikrokontroller Perancangan System dan Apliksi Microcontroller. Jakarta PT.Elex
Media Komputendo, Jakarta 2. David,Ningbo. Tanpa Tahun.
Servis Manual 90 Series Infant Incubator.Provinsi Zhejiang, China 3. Hilarius WH (ed.). 2004. Dasar- dasar Elektronika. Jakarta : Erlangga Lemeda Simarmata, S.T. (ed.). 2003. Rangkaian
Elektronik. 2 𝑛𝑑 ed. Jakarta :
Erlangga.
4. Kennedy, Muhammad. 2013. Rangkaian Sederhana Alarm. Education Tech Kenpedia Teknologi.htm diakses 12 Desember 2013.
|
68bcfbae-a2bd-4686-9a48-1d839797532d | https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/6606/1824 | Abstrak — Perancangan sistem perpipaan yang baik dan aman sangat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan dari proses serta menjamin keamanan. Untuk mengatasi besarnya tegangan yang terjadi akibat pembebanan maka diperlukan analisis. Pada tugas akhir ini akan analisis tegangan Pepipaan High Pressure Vent dengan pendekatan CAESAR II. Pada hasil Stress Hydrotest Load masing masing segmen node tidak ada yang melebihi batasan allowable stress yang diijinkan yaitu 35000 psi. stress yang terjadi pada Hydrotest Load, besar stress yang paling besar pada node 740 yaitu sebesar 13606.2 psi. Pada hasil Stress Sustained load masing masing segmen node tidak ada yang melebihi batasan allowable stress yang diijinkan yaitu 20000 psi, besar stress yang paling besar pada node 740 yaitu sebesar 8106.1 psi. Pada hasil Stress Thermal load masing masing segmen node menggunakan support Resting maupun Guide-Resting tidak ada yang melebihi batasan allowable stress yang diijinkan. Stres yang paling besar terjadi pada jenis support Guide- Resting terjadi pada node 775 yaitu sebesar 11590,8 psi. Untuk hasil nozzle check pada kondisi Thermal load besarnya moment arah longitudinal, moment hoop melebihi batasan allowable yang diijinkan untuk jenis support resting maupun jenis support guide, maka diberikan support untuk mengurangi besarnya moment ,yaitu ditambah support pada 4 support pada pipa yang mendekati nozzle vessel.
Kata Kunci —Tegangan, hydrotest , sustained , thermal , nozzle
## I. PENDAHULUAN
RIPATRA merupakan perusahaan yang bergerak dibidang EPC ( Engineering, Precurement, and Constructuion ) bertugas sebagai merancang desain proses hingga membuat desain plan, pengadaaan material untuk pembangunan plan dan bertugas mekonstruksi plan sesuai dengan desain yang telah dibuat. Pada saat ini Tripatra sendiri mendapat Proyek Pembangunan Plan Produksi yang bernama Senoro Gas Development Project yaitu plan produksi Gas antara PT.
Pertamina dengan PT. Medco Energi yang bernama Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomoro Sulawesi.
Didalam sebuah Plant, baik itu LNG Plant, Petrochemical Plant, Fertilizer Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di Offshore , semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping. Piping adalah jalur perpipaan yang menghubungkan antara line dalam satu plan produksi. Piping mempunyai fungsi untuk mengalirkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya. Fluida yg berada didalamnya bisa berupa gas, air, ataupun Vapour yang mempunyai temperature tertentu [1]. Karena umumnya material pipa terbuat dari metal, maka sesuai dengan karakteristiknya, pipa akan mengalami pemuaian jika dipanaskan dan akan mengalami pengkerutan apabila didinginkan. Setiap kejadian pemuaian ataupun pengkerutan dari pipa tadi, akan menimbulkan pertambahan ataupun pengurangan panjang pipa dari ukuran semula, dalam skala horizontal.
Perancangan sistem perpipaan yang baik dan aman sangat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan dari proses serta menjamin umur pemakaian dari sistem pemipaan sesuai dengan siklus rancangan. Parameter aman sendiri adalah ketika pipa mampu menahan beratnya sendiri pada kondisi pembebanan karena tekanan pipa internal dan berat yang terdapat pada pipa serta karena Pembebanan pengaruh Temperatur. Namun, pada kenyataannya dilapangan masih ditemukan kegagalan-kegagalan yang terjadi pada sistem pipa, baik pada saat instalasi maupun operasi. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor pembebanan yang terjadi selama pipa tersebut terpasang, bisa faktor pembebanan karena alam, pembenanan ketika pipa belum beroprasi maupun pembebanan ketika pipa telah beroprasi. Untuk itu perlu adanya perhitungan analisis stress untuk mengetahui seberapa besar tegangan yang mampu diterima oleh pipa maupun equipment pendukung agar tidak terjadi kegagalan [2].
Support adalah alat yang digunakan untuk menahan atau memegang sistem perpipaan. Support dirancang untuk dapat menahan berbagai macam bentuk pembebanan baik karena desain dan berat pipa ( Sustain Load ) serta karena Temperatur ( Thermal Load ). Akibat adanya pembebanan tersebut maka
## Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II
Parada Anugerah Pridyatama dan Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, Keputih, Surabaya 60111 e-mail : [email protected]
T
akan menimbulkan tegangan yang akan ditahan oleh Pipe Support tersebut. Akibat adanya pembebanan Thermal maka akan timbul tegangan Thermal , begitu pula jika adanya pembebanan karena bobot mati pipa dan fluida maka akan timbul tegangan Sustained [3]. Penempatan support harus memperhatikan dari pergerakan sistem perpipaan terhadap profil pembebanan yang mungkin terjadi pada berbagai kondisi. Karena betapa pentingnya peran daripada Support ini, maka perlu adanya sebuah perencanaan yang baik untuk merancang desain pipe support agar mampu menahan tegangan dari berbagai macam pembebanan [4].
Pada tugas akhir ini akan dilakukan perancangan Pipe Support dan analisa tegangan yang mengacu pada code atau standard ANSI/ASME B31.3 pada Line High Pressure Vent. Dimana analisis tegangan dilakukan dengan menggunakan bantuan program CAESAR II.
## II. METODOLOGI PENELITIAN
## I. Pengumpulan Data Informasi
Pengumpulan data dan Informasi yang berkaitan dengan analisa sistem perpipaan JOB Pertamina – Medco Energi Senoro antara lain Gambar Isometric yang telah diuraikan dari gambar Pipping and Instrument Diagram (P&ID), Data tentang Tegangan maksimum yang diijinkan pada Pipping dan Pipe support, Gambar Isometri, yaitu melihat gambar isometri untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam perhitungan CAESAR II seperti: Jenis Fluida, Line number, Rating Class, pipe size, Operation Pressure, Operation Temperatur, Desaign Pressure, Desaign Temperatur,Density, SCH, Thickness, Pressure Test, Insulation Code, Insulation Thickness, PWHT, NDE (Non Destructive Examination/ Radiography Test). Mencocokkan Pipe support sebagai acuan awal dalam memasukkan pipe span (jarak antar support) dari situ kemudian diperoleh jarak pipe support yang digunakan pada critical line , namun dari perhitungan tersebut belum tentu dapat dikatakan aman sehingga perlu dilakukan beberapa percobaan untuk memperoleh jumlah support yang optimal (Piping handbook) . Penentuan berdasarkan percobaan menggunakan CAESAR II
## II. Permodelan pada CAESAR II
Memasukkan data mengenai system perpipaan pada line didalam CAESAR II. Tahap –tahap mendesain sebuah line pada CAESAR II desain line piping dengan memperhitungkan NPS pipa, tebal pipa, temperature ambient, fluid density , tebal insulasi,Material pipa, rating class pipa, Menggambar model system perpipaan yang meyambung dengan Komponen seperti Vessel dan Pompa. Data yang dibuthkan pada tahap ini adalah Vessel Outside diameter , vessel thickness , letak Nozzle dan dimensinya, rating class, corrosion allowance , Vessel Outlet Max operating temperature , Vessle outlet min Temperatur , Vessel dasign temperaur , Vessle design Pressure . Kemudian pada system perpipaan tersebut digambarkan komponen perpipaan yang terdapat pada line, seperti valve, flange, elbow, reducer, tee. Dalam memasukkan komponen perpipaan
tersebut juga, diperhitungkan berat komponen tersebut dan dimensinya juga. Memasukkan node pada system pipa. Memasukkan jenis pipe support yang akan digunakan dan pipe span (jarak support). Menganalisa tegangan, yang terjadi pada masing-masing pipe support dengan variasi pembebanan menggunakan perangka lunak CAESAR II. Dalam operasinya piping terdapat berbagai macam jenis load yang terjadi pada sistem perpipaan
III . Analisa menggunakan CAESAR II
Setelah permodelan, kemudian mencocokkan data yang diperoleh dengan Allowable stress yaitu batasan tegangan yield pada ASME B31.3 [5], jika ada salah satu pipe support yang memiliki tegangan yang melebihi batas allowance maka aka dilakukan pemodelan ulang pipe support.
Analisa beban Nozzle berupa Gaya dan Moment pada equipment yaitu pada Vessel dan Pompa menggunakan CAESAR II. Kemudian mencocokan data yang diperoleh dengan data allowable stress yang ada pada Code Vendor, jika ada salah satu nozzle yang memiliki tegangan yang melebihi batas allowance maka aka dilakukan pemodelan ulang pipe support.
## III. HASIL DAN DISKUSI
## A. Allowable Pipe Span
## Gambar 1. Gambar Sistem Perpipaan High Pressure Vent
Pada sistem perpipaan High Pressure Vent memiliki dua ukuran sistem perpipaan, yaitu pipa dengan ukuran 20 inch dan 24 inch. Kedua pipa tersebut memiliki jenis material yang sama yaitu A106 grade B. Adapun pipa ukuran 20 inch terdapat pada gambar 1 dengan kode nomor 1, 3, dan 5. Sedangkan untuk ukuran 24 terdapat pada gambar 1 dengan kode nomor 2 dan 4. Tahap pertama yang dilakukan adalah mencocokkan Panjang pipe span yang telah ditentukan oleh desainer dengan allowable yang didapat dari perhitungan manual. Perhitungan manual berdasarkan Maksimum stress dan Maksimum Defleksi [6]. Perhitungan pipe span berdasarkan Maksimum Stress tertera pada Eq (3.1), sedangkan pipe span berdasarkan Maksimum defleksi tertera pada Eq (3.2)
(3.1)
L = allowable pipe span (in) Z = section modulus (in 3 ) Sh = allowable tensile stress pada temperatur tinggi (psi) W = berat total pipa (lb/in)
(3.2)
L = allowable pipe span (in) Z = Moment Inertia (in 4 ) E = Modulus Elasticity (psi) W = berat total pipa (lb/in)
∆ = Maximum Deflection (in)
Pada Tabel 1, diperoleh hasil perhitungan manual panjangnya Pipe span berdasarkan maksimum stress.
Tabel 1. Allowable Pipe Span Maksimum Stress pipa 20 Inch
Z Modulus Section (in 3 ) 111,4 Sh Allowable Stress in Hot Temperature (psi) 20000 W Total Weight (lb/in) 17,24 L Pipe Span (in) 1136,813 L Pipe Span (m) 28,87505
Sedangkan pada Tabel 2, diperoleh hasil perhitungan manual panjangnya pipe span berdasarkan maksimum Defelction.
Tabel 2. Allowable Pipe Span Maksimum Deflection pipa 20 Inch
I Moment Inertia (in 4 ) 1113,457 E Modulus Elasticity (psi) 27700000 ∆ Deflection (in) 0,492 w Total Weight (lb/in) 17,24 L Pipe Span (in) 579,359 L Pipe Span (m) 14,71572
Dari kedua hasil perhitungan Allowable Span dengan menggunakan dua persamaan maksimum stress dan maksium defleksi, maka untuk pipa 20” penentuan desainer dalam menentukan jarak support sudah masuk dalam jarak allowablenya, dalam hal ini Pemasangan Pipe Support untuk pipa 20 Inch menggunakan jarak antar support sejauh 12 Meter. Sedangkan untuk pipa 24 inch akan melakukan hal yang sama memperhitungkan besarnya allowable pipe span dengan maksimum stress dan maksimum defleksi. Perhitungan
allowable span dengan maksimum stress pada pipa 24 inch terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Allowable Pipe Span Maksimum Stress pipa 24 inch
Z Modulus Section (in 3 ) 167,32 Sh Allowable Stress in Hot Temperature (psi) 20000 W Total Weight (lb/in) 23,02 L Pipe Span (in) 1205,692 L Pipe Span (m) 30,62457
Sedangkan pada Tabel 4, diperoleh hasil perhitungan manual panjangnya pipe span berdasarkan maksimum Defelction
Tabel 4. Allowable Pipe Span Maksimum Deflection pipa 24 inch
I Moment Inertia (in 4 ) 1946,171 E Modulus Elasticity (psi) 27700000 ∆ Deflection (in) 0,492 w Total Weight (lb/in) 23,02 L Pipe Span (in) 619,7016 L Pipe Span (m) 15,74042
Dari kedua hasil perhitungan Allowable Span dengan menggunakan dua persamaan maksimum stress dan maksium defleksi, maka untuk pipa 20” penentuan desainer dalam menentukan jarak support sudah masuk dalam jarak allowablenya, dalam hal ini Pemasangan Pipe Support untuk pipa 20 Inch menggunakan jarak antar support sejauh 14,5 Meter.
## B. Hasil CAESAR II
Setelah perhitungan allowable pipe psan maka tahap selanjutnya adalah analisis tegangan menggunakan Caesar II, dengan kondisi Tegangan Hydrotest, Tegangan Sustained, dan Tegangan Thermal. Pada gambar Gambar 2, diperoleh hasil Caesar II dengan kondisi Hydrotest pada pipa 20 inch .
Gambar 2. Hasil Tegangan Hydrotest pada pipa 20 inch
𝐿 = 10 𝑍 𝑆ℎ 𝑤 𝐿 = 128 𝐸 𝐼 ∆ 𝑊 4
Pada pipa 20 Inch dengan material A106B terlihat dalam Gambar 2 bahwa pipa yang tidak memiliki support menghasilkan stress yang sangat besar melebihi batasan Allowable Stress pada jenis material pipa A106B yaitu sebesar 35.000 psi. Namun, jika pipa 20 Inch tersebut diberi dengan support Resting maupun guide pada jarak allowable span yang sudah dtentukan sebelumnya, maka besaran stress yang terjadi berada dibawah allowable Stress yang diijinkan.
Pada pipa 24 Inch dengan material A106B terlihat dalam Gambar 3 bahwa pipa yang tidak memiliki support menghasilkan stress yang sangat besar melebihi batasan Allowable Stress pada jenis material pipa A106B yaitu sebesar 35.000 psi. Namun, jika pipa 24 Inch tersebut diberi dengan support Resting maupun guide pada jarak allowable span yang sudah dtentukan sebelumnya, maka besaran stress yang terjadi berada dibawah allowable Stress yang diijinkan.
Pada pipa 20 Inch dengan material A106B terlihat dalam gambar 4 bahwa pipa yang tidak memiliki support menghasilkan stress yang sangat besar melebihi batasan Allowable Stress pada jenis material pipa A106B pada kondisi Hot Condition (Temperatur Operasi) yaitu sebesar 20.000 psi. Namun, jika pipa 20 Inch tersebut diberi dengan support Resting maupun guide pada jarak allowable span yang sudah
dtentukan sebelumnya, maka besaran stress yang terjadi berada dibawah allowable Stress yang diijinkan.
Pada pipa 24 Inch dengan material A106B terlihat dalam gambar 5 bahwa pipa yang tidak memiliki support menghasilkan stress yang sangat besar melebihi batasan Allowable Stress pada jenis material pipa A106B pada kondisi Hot Condition (Temperatur Operasi) yaitu sebesar 20.000 psi. Namun, jika pipa 24 Inch tersebut diberi dengan support Resting maupun guide pada jarak allowable span yang sudah ditentukan sebelumnya, maka besaran stress yang terjadi berada dibawah allowable Stress yang diijinkan.
Pada pipa 20 Inch dengan Kondisi Operasi Temperatur Desain 220 0 F diperoleh hasil perhitungan CAESAR II yang terdapat pada Gambar 6. seperti dibawah ini :
## Gambar 6. Hasil Tegangan Thermal pada pipa 20 Inch
Pada Kondisi Thermal Stress Load pipa 20 Inch dengan material A106B terlihat dalam tabel bahwa pipa yang tidak memiliki support tidak menghasilkan stress, sedangkan keika diberi support Resting akan menghasilkan stress namun tidak melebihi batasan Allowable Stress pada jenis material pipa A106B. begitupula, jika pipa 20 Inch tersebut diberi dengan support Guide pada jarak allowable span yang sudah ditentukan sebelumnya, maka besaran stress yang terjadi berada dibawah allowable Stress yang diijinkan.
Pada pipa 24 Inch dengan Kondisi Operasi Temperatur Desain 220 0 F diperoleh hasil perhitungan CAESAR II yang terdapat pada Gambar 7. seperti dibawah ini :
Gambar 3. Hasil Tegangan Hydrotest pada pipa 24 inch
Gambar 4. Hasil Tegangan Sustained pada pipa 20 inch
Gambar 5. Hasil Tegangan Sustained pada pipa 24 Inch
Pada Stress Kondisi Thermal Load pipa 24 Inch dengan material A106B terlihat dalam tabel bahwa pipa yang tidak memiliki support tidak menghasilkan stress, sedangkan keika diberi support Resting akan menghasilkan stress namun tidak melebihi batasan Allowable Stress pada jenis material pipa A106B. begitupula, jika pipa 24 Inch tersebut diberi dengan support Guide pada jarak allowable span yang sudah dtentukan sebelumnya, maka besaran stress yang terjadi berada dibawah allowable Stress yang diijinkan.
## C. Hasil Perhitungan CAESAR II dengan Perhitungan Manual
Perhitungan Manual menggunakan referensi buku ITT Grinnell [7]. Hasilantara perhitungan CAESAR II dan Manual untuk Stress Tegangan Termal terdapat pada tabel 5 dan grafik gambar 8 sebagai berikut :
Tabel 5. Perbandingan Perhitungan Teg. Termal Manual dan Software
Gambar 8. Hasil perbandingan perhitungan manual Stress Thermal Load dengan Software
## D. Hasil Nozzle Cek
Untuk analisis nozzle check hasil CAESAR II pada pipa yang mengenai Nozzle Vessel Besaran Tegangan yang terjadi harus tidak boleh melebihi dari batasan yang telah ditentukan oleh Vendor [8]. Hasilnya pada kondisi Thermal load besarnya moment arah longitudinal/moment hoop melebihi batasan allowable yang diijinkan untuk jenis support resting maupun jenis support guide, maka diberikan support untuk mengurangi besarnya moment, yaitu ditambah support pada 4 support pada pipa yang mendekati nozzle vessel dengan rincian 2 support Resting dan 2 Support Guide-Resting. Adapun besar gaya dan moment terdapat pada Tabel 7 dan 8 dibawah :
Tabel 7. Besar Gaya pada Nozzle Vessel
Tabel 8. Besar Moment pada Nozzle Vessel
Gambar 9. Penambahan Support pada Nozzle
## IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Pada hasil Stress Hydrotest Load, Sustained load, maupun Thermal Load di CAESAR II masing masing segmen node tidak ada yang melebihi batasan allowable stress yang diijinkan.
Gambar 7. Hasil Tegangan Thermal pada pipa 24Inch
Untuk hasil nozzle check pada kondisi Thermal load besarnya moment arah longitudinal, moment hoop melebihi batasan allowable yang diijinkan untuk jenis support resting maupun jenis support guide, maka diberikan support untuk mengurangi besarnya moment , yaitu ditambah support pada 4 support pada pipa yang mendekati nozzle vessel dengan rincian 2 support Resting dan 2 Support Guide-Resting.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Nugraha, Budi. (2012). Piping and Pipeline Components. Jakarta.Budi Nugraha Copyright
[2] Agustinus,Donny.(2009). Pengantar Piping Stress Analysis. Jakarta: Entry Augustino Publiser.
[3] Chamsudi, Ahmad.(2005). Diktat – Piping Stress Analysis. Jakarta : Chamsudi Copyright
[4] Smith, R. Paul and Van Laan, Thomas. (1987). Piping and Pipe Support System Piping Handbook.McGraw Hill Companies Inc., U.S.A.
[5] _________. ASME. (2012) . B31.3 Process Piping . New York :American Society of Mechanical Engineers.
[6] Kannappan, Sam. (1986). Introduction to Pipe Stress Analysis . John Wiley & Sons, Inc., U.S.A.
[7] Grinel,ITT.(1981). Piping Design and Engineering . ITT Grinnell Industrial Piping Corporation, U.S.A.
[8] Tripatra. (2013). SNO-P-INF-050, Rev B - Job Notes for Pipe Stress Analysis . Jakarta. Tripatara Document.
|
17672d01-a61d-481f-b836-943d0a7f6542 | https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jam/article/download/6033/2643 |
## IMPLEMENTASI WORK LIFE BALANCE DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1)Amy Mardhatillah, Ph.D2)Agung Sigit Santoso, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana Jakarta
Email :[email protected], [email protected] ABSTRAK
Work-life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja (Lockwood, 2003). Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, di wilayah Kembangan Utara memiliki fenomena orangtua yang sibuk bekerja, sehingga perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya work life balance dan kecerdasan emosi bagi kondisi psikologis seseorang. Awalnya materi yang sudah disiapkan adalah mengenai work-life balance, sesuai dnegan tema yang diusung. Namun setelah melihat kondisi peserta, narasumber dengan segera menyesuaikan dengan target peserta yang hadir yaitu mengenai komunikasi dan parenting, yang masih ada kaitannya dengan tema awal. Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyampaian materi dan sesi Tanya jawab.
Kata Kunci : worklife balance, keseimbangan komunikasi, suami istri
## PENDAHULUAN
1.1Analisis Situasi Work-life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja (Lockwood, 2003). Penelitian terdahulu telah meneliti bagaimana pentingnya work life balance bagi para pekerja, khususnya wanita. Masalah WLB semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir ini dengan meningkatnya jumlah wanita yang bekerja. Penelitian terdahulu telah meneiliti
pentingnya work life balance pada dosen maupun guru. Memastikan terapainya work life balance dapat memberikan dampak positif baik pada level individu maupun level organisasi. Salah satu dampak baik dari work life balance ini adalah meminimalkan stress di tempat kerja dan juga meningkatkan produktifitas.
Lewis dan Gruyere (2010) menemukan dalam penelitiannya pada pegawai hotel di German bahwa, meningkatkan WLB pada level individu dan organisasi dapat mengurangi tingkat stress dan meningkatkan produktifitas pegawai. Smita Signg (2014) juga menyatakan hal yang serupa WLB dapat mengurangi stress kerja.
Adapun beberapa penelitian menyebutkan bahwa Salovey and Mayer menggambarkan Kecerdasan Emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau diri
sendiri, perasaan dan emosi orang lain untuk membedakan antara mereka dan untuk menggunakan informasi ini dalam membimbing pemikiran dan tindakan seseorang. Emotional Intelligence dijelaskan dalam 3 domain, yang pertama adalah penilaian yang akurat dan ekspresi emosi (dalam diri sendiri dan orang lain), yang kedua adalah peraturan adaptif emosi (dalam diri dan pada orang lain) dan yang ketiga adalah pemanfaatan emosi untuk merencanakan dan memotivasi tindakan. Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, di wilayah Kembangan Utara memiliki fenomena orangtua yang sibuk bekerja, sehingga perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya work life balance dan kecerdasan emosi bagi kondisi psikologis seseorang. 1.2 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan analisis situasi diatas, dapat diketahui bahwa diperlukan adanya pemahaman mengenai pentingnya Work Life Balance bagi kebaikan kondisi psikis seseorang.
2. METODE Metode kegiatan ini menggunakan metode pelatihan yang berisi : penyampaian materi,
workshop, dan role play.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Program Pengabdian Masyarakat ini telah dilakukan pada tanggal 23 Februari 2019 dengan diikuti oleh peserta sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yang berasal dari warga RT-RT di sekitar RPTRA Kembangan.
Pada saat pelaksanaan acara tersebut, hampir semua yang hadir adalah Ibu-ibu warga RT sekitar dan satu orang Bapak. Karena pada hari Sabtu, Bapak-bapaknya masih banyak yang bekerja. Acara ini dimulai pada pukul 15.20 WIB, karena menunggu adzan Ashar berkumandang sekaligus menunggu peserta yang datang, dan selesai pukul 17.00 WIB. Kegiatan ini mendapat perhatian dan antusias dari Ibu-Ibu warga sekitar RPTRA Kembangan. Meskipun acara ini ternyata bersamaan dengan pendataan KJP untuk masyarakat sekitar, namun antusias mereka untuk mengikuti acara ini tetap terlihat.
Berikut ini adalah rangkuman dan gambaran hasil evaluasi kegiatan yang kami sajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
## 3.2 PEMBAHASAN
Awalnya materi yang sudah disiapkan adalah mengenai work-life balance, sesuai dnegan tema yang diusung. Namun setelah melihat kondisi peserta, narasumber dengan segera menyesuaikan dengan target peserta yang hadir yaitu mengenai komunikasi dan parenting, yang masih ada kaitannya dengan tema awal. Sebagian besar warga sekitar RPTRA Kembangan adalah keluarga dengan Ayah (suami) bekerja (di luar rumah) untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya, sedangkan Ibu (istri) sebagai ibu rumah tangga yang menangani semua urusan domestik rumah tangga (mencuci, memasak, membereskan rumah, mengurus anak, dll). Mereka melakukan semua aktifitas tersebut sebagai rutinitas sehari-hari sehingga terkadang mereka lupa bahwa mereka butuh membangun komunikasi yang efektif diantara pasangan mereka untuk menyampaikan dan mengapresiasi bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang luar biasa setiap harinya. Ayah yang bekerja satu pekan full (senin – sabtu) dan Ibu mengurus rumah tangga 24/7 tanpa istirahat. Pada kondisi seperti ini, perasaan lelah dan stress terus mengikuti dan bisa saja akhirnya ‘meledak’ pada Ibu-ibu. Memang ketika narasumber bertanya apa yang dilakukan ketika lelah menghampiri sewaktu melakukan pekerjaan urusan rumah tangga, sebagaian besar menyampaikan bahwa mereka istirahat dengan menonton acara televisi atau berkutat dengan handphone/gawainya. Mereka hampir tidak pernah berkomunikasi, membicarakan terkait hal-hal yang sudah dilakukan oleh mereka selama ini, urusan kerumahtanggaan yang dapat membuat hidup menjadi seimbang kepada pasangannya (Ayah). Hal yang mereka tahu adalah mereka melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing.
Selain itu juga komunikasi yang terbangun antara anak dan orang tua, peserta (ibu-ibu) menyebutkan biasanya hanya sebatas menanyakan kegiatannya belajar mengajar di sekolah. Mereka belum banyak mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh mereka (ibu-ibu) untuk mendidik dan menemani anak-anaknya melewati masa perkembangan anak-anak mereka. Bukan berarti orang tua (peserta) disini tidak memiliki ilmu sedikitpun, mereka menjalankannya sesuai yang mereka ketahui sebelumnya. Pada kesempatan tersebut, narasumber berupaya untuk menyampaikan informasi mengenai bagaimana cara yang dapat dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) untuk membangun komunikasi yang efektif antarmereka (ayah, ibu, anak-anak). Antara bapak-bapak dan ibu-ibu perlu terjalin komunikasi yang terbuka untuk menyampaikan ide/perasaan masing-masing sehingga mereka dapat terhindar dari stress/depresi ketika menjalankan kehidupannya. Antara orang tua dengan anak juga terjalin komunikasi yang baik sehingga jika anak-anak mengalami permasalahan, yang dapat dijadikan tempat untuk curhat adalah orang tuanya. Sesi dibuka dengan menanyakan beberapa pengetahuan terkait dengan topik yang akan disampaikan mengenai: 1) hal-hal apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan sehari-hari? 2) apa yang bapak/ibu lakukan jika merasa lelah ketika melaksanakan pekerjaan/tugasnya sehari-hari? 3) apakah bapak/ibu mengkomunikasikannya dengan pasangan? 4) hal apa saja yang sudah bapak/ibu lakukan bersama dengan anak-anak di rumah? Sebagian besar orang tua menjawab dengan jawaban yang normatif yaitu mereka sudah lakukan sesuai dengan yang mereka ketahui dan mereka anggap benar.
Sesi berikutnya adalah penjelasan serta tanya jawab mengenai pentingnya membangun komunikasi yang efektif, baik itu antara orang tua (ayah ibu) maupun dengan anak-anak. Ayah-ibu perlu untuk menyampaikan ide/perasaannya sehingga mereka saling tahu
apa saja yang mereka sudah lakukan, perasaannya serta apa rencana yang akan mereka jalankan selanjutnya. Ayah-ibu juga perlu untuk mengembangkan ilmu parenting (yang sesuai) dengan kondisi keluarga masing-masing sehingga terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak-anak. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat pada kelompok dewasa (orang tua) di RPTRA Kembangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mengenali dan memahami pentingnya komunikasi yang dibangun di dalam keluarga oleh suami-istri (ayah-ibu) agar terjalin komunikasi yang efektif, baik, lancar dan terbuka 2. Penyuluhan mengenai parenting disambut dengan antusias oleh peserta, dalam hal ini orang tua. Mereka tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka. DAFTAR PUSTAKA Lewis, R.A; Gruyere, L.R. 2010. Work life balance in hospitality: experiences from a Geneva Based hotel. International Journal of Management & Information System, 14 (5), 99-106. Smita, S. (2014). Measuring work life balance in India. International Journal of Advance Research in Computer Science and Managemet Studies, 2(5), 35-45.
## PENDAHULUAN
1.1Analisis Situasi
Work-life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja (Lockwood, 2003). Penelitian terdahulu telah meneliti bagaimana pentingnya work life balance bagi para pekerja, khususnya wanita. Masalah WLB semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir ini dengan meningkatnya jumlah wanita yang bekerja. Penelitian terdahulu telah meneiliti
Jurnal Abdi Masyarakat (JAM), Volume 5 Nomor 1, September 2019, hlm. 41 - 44 42
pentingnya work life balance pada dosen maupun guru. Memastikan terapainya work life balance dapat memberikan dampak positif baik pada level individu maupun level organisasi. Salah satu dampak baik dari work life balance ini adalah meminimalkan stress di tempat kerja dan juga meningkatkan produktifitas. Lewis dan Gruyere (2010) menemukan dalam penelitiannya pada pegawai hotel di German bahwa, meningkatkan WLB pada level individu dan organisasi dapat mengurangi tingkat stress dan meningkatkan produktifitas pegawai. Smita Signg (2014) juga menyatakan hal yang serupa WLB dapat mengurangi stress kerja. Adapun beberapa penelitian menyebutkan bahwa Salovey and Mayer menggambarkan Kecerdasan Emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau diri
sendiri, perasaan dan emosi orang lain untuk membedakan antara mereka dan untuk menggunakan informasi ini dalam membimbing pemikiran dan tindakan seseorang. Emotional Intelligence dijelaskan dalam 3 domain, yang pertama adalah penilaian yang akurat dan ekspresi emosi (dalam diri sendiri dan orang lain), yang kedua adalah peraturan adaptif emosi (dalam diri dan pada orang lain) dan yang ketiga adalah pemanfaatan emosi untuk merencanakan dan memotivasi tindakan. Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, di wilayah Kembangan Utara memiliki fenomena orangtua yang sibuk bekerja, sehingga perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya work life balance dan kecerdasan emosi bagi kondisi psikologis seseorang.
## 1.2 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan analisis situasi diatas, dapat diketahui bahwa diperlukan adanya pemahaman mengenai pentingnya Work Life Balance bagi kebaikan kondisi psikis seseorang.
## 2. METODE
Metode kegiatan ini menggunakan metode pelatihan yang berisi : penyampaian materi, workshop, dan role play.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL Program Pengabdian Masyarakat ini telah dilakukan pada tanggal 23 Februari 2019 dengan diikuti oleh peserta sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yang berasal dari warga RT-RT di sekitar RPTRA Kembangan. Pada saat pelaksanaan acara tersebut, hampir semua yang hadir adalah Ibu-ibu warga RT sekitar dan satu orang Bapak. Karena pada hari Sabtu, Bapak-bapaknya masih banyak yang bekerja. Acara ini dimulai pada pukul 15.20 WIB, karena menunggu adzan Ashar berkumandang sekaligus menunggu peserta yang datang, dan selesai pukul 17.00 WIB.
Kegiatan ini mendapat perhatian dan antusias dari Ibu-Ibu warga sekitar RPTRA Kembangan. Meskipun acara ini ternyata bersamaan dengan pendataan KJP untuk masyarakat sekitar, namun antusias mereka untuk mengikuti acara ini tetap terlihat. Berikut ini adalah rangkuman dan gambaran hasil evaluasi kegiatan yang kami sajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
## 3.2 PEMBAHASAN
Awalnya materi yang sudah disiapkan adalah mengenai work-life balance, sesuai dnegan tema yang diusung. Namun setelah melihat kondisi peserta, narasumber dengan segera menyesuaikan dengan target peserta yang hadir yaitu mengenai komunikasi dan parenting, yang masih ada kaitannya dengan tema awal. Sebagian besar warga sekitar RPTRA Kembangan adalah keluarga dengan Ayah (suami) bekerja (di luar rumah) untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya, sedangkan Ibu (istri) sebagai ibu rumah tangga yang menangani semua urusan domestik rumah tangga (mencuci, memasak, membereskan rumah, mengurus anak, dll). Mereka melakukan semua aktifitas tersebut sebagai rutinitas sehari-hari sehingga terkadang mereka lupa bahwa mereka butuh membangun komunikasi yang efektif diantara pasangan mereka untuk menyampaikan dan mengapresiasi bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang luar biasa setiap harinya. Ayah yang bekerja satu pekan full (senin – sabtu) dan Ibu mengurus rumah tangga 24/7 tanpa istirahat. Pada kondisi seperti ini, perasaan lelah dan stress terus mengikuti dan bisa saja akhirnya ‘meledak’ pada Ibu-ibu. Memang ketika narasumber bertanya apa yang dilakukan ketika lelah menghampiri sewaktu melakukan pekerjaan urusan rumah tangga, sebagaian besar menyampaikan bahwa mereka istirahat dengan menonton acara televisi atau berkutat dengan handphone/gawainya. Mereka hampir tidak pernah berkomunikasi, membicarakan terkait hal-hal yang sudah dilakukan oleh mereka selama ini, urusan kerumahtanggaan yang dapat membuat hidup menjadi seimbang kepada pasangannya (Ayah). Hal yang mereka tahu adalah mereka melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing.
Selain itu juga komunikasi yang terbangun antara anak dan orang tua, peserta
(ibu-ibu) menyebutkan biasanya hanya sebatas menanyakan kegiatannya belajar mengajar di sekolah. Mereka belum banyak mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh mereka (ibu-ibu) untuk mendidik dan menemani anak-anaknya melewati masa perkembangan anak-anak mereka. Bukan berarti orang tua (peserta) disini tidak memiliki ilmu sedikitpun, mereka menjalankannya sesuai yang mereka ketahui sebelumnya. Pada kesempatan tersebut, narasumber berupaya untuk menyampaikan informasi mengenai bagaimana cara yang dapat dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) untuk membangun komunikasi yang efektif antarmereka (ayah, ibu, anak-anak). Antara bapak-bapak dan ibu-ibu perlu terjalin komunikasi yang terbuka untuk menyampaikan ide/perasaan masing-masing sehingga mereka dapat terhindar dari stress/depresi ketika menjalankan kehidupannya. Antara orang tua dengan anak juga terjalin komunikasi yang baik sehingga jika anak-anak mengalami permasalahan, yang dapat dijadikan tempat untuk curhat adalah orang tuanya. Sesi dibuka dengan menanyakan beberapa pengetahuan terkait dengan topik yang akan disampaikan mengenai: 1) hal-hal apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan sehari-hari? 2) apa yang bapak/ibu lakukan jika merasa lelah ketika melaksanakan pekerjaan/tugasnya sehari-hari? 3) apakah bapak/ibu mengkomunikasikannya dengan pasangan? 4) hal apa saja yang sudah bapak/ibu lakukan bersama dengan anak-anak di rumah? Sebagian besar orang tua menjawab dengan jawaban yang normatif yaitu mereka sudah lakukan sesuai dengan yang mereka ketahui dan mereka anggap benar.
Sesi berikutnya adalah penjelasan serta tanya jawab mengenai pentingnya membangun komunikasi yang efektif, baik itu antara orang tua (ayah ibu) maupun dengan anak-anak. Ayah-ibu perlu untuk menyampaikan ide/perasaannya sehingga mereka saling tahu
apa saja yang mereka sudah lakukan, perasaannya serta apa rencana yang akan mereka jalankan selanjutnya. Ayah-ibu juga perlu untuk mengembangkan ilmu parenting (yang sesuai) dengan kondisi keluarga masing-masing sehingga terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak-anak. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat pada kelompok dewasa (orang tua) di RPTRA Kembangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mengenali dan memahami pentingnya komunikasi yang dibangun di dalam keluarga oleh suami-istri (ayah-ibu) agar terjalin komunikasi yang efektif, baik, lancar dan terbuka 2. Penyuluhan mengenai parenting disambut dengan antusias oleh peserta, dalam hal ini orang tua. Mereka tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka. DAFTAR PUSTAKA Lewis, R.A; Gruyere, L.R. 2010. Work life balance in hospitality: experiences from a Geneva Based hotel. International Journal of Management & Information System, 14 (5), 99-106. Smita, S. (2014). Measuring work life balance in India. International Journal of Advance Research in Computer Science and Managemet Studies, 2(5), 35-45. No. Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan 1. Peserta belum banyak memahami mengenai pentingnya komunikasi yang terbangun di dalam rumah tangga, baik antara pasangan maupun dengan anak- anak Peserta mulai memahami mengenai pentingnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara pasangan maupun dengan anak-anak 2. Peserta belum banyak mengetahui mengenai parenting berupa kegiatan yang dapat dilakukan oleh Ibu dan anak ketika di rumah Peserta mulai mengetahui kegiatan- kegiatan apa saja yang efektif yang dapat dilakukan oleh orang tua dan anak ketika di rumah sehingga terjalin kedekatan
## PENDAHULUAN
1.1Analisis Situasi
Work-life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja (Lockwood, 2003). Penelitian terdahulu telah meneliti bagaimana pentingnya work life balance bagi para pekerja, khususnya wanita. Masalah WLB semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir ini dengan meningkatnya jumlah wanita yang bekerja. Penelitian terdahulu telah meneiliti
Implementasi Work Life Balance Dalam Kehidupan Sehari-hari
pentingnya work life balance pada dosen maupun guru. Memastikan terapainya work life balance dapat memberikan dampak positif baik pada level individu maupun level organisasi. Salah satu dampak baik dari work life balance ini adalah meminimalkan stress di tempat kerja dan juga meningkatkan produktifitas. Lewis dan Gruyere (2010) menemukan dalam penelitiannya pada pegawai hotel di German bahwa, meningkatkan WLB pada level individu dan organisasi dapat mengurangi tingkat stress dan meningkatkan produktifitas pegawai. Smita Signg (2014) juga menyatakan hal yang serupa WLB dapat mengurangi stress kerja. Adapun beberapa penelitian menyebutkan bahwa Salovey and Mayer menggambarkan Kecerdasan Emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau diri
sendiri, perasaan dan emosi orang lain untuk membedakan antara mereka dan untuk menggunakan informasi ini dalam membimbing pemikiran dan tindakan seseorang. Emotional Intelligence dijelaskan dalam 3 domain, yang pertama adalah penilaian yang akurat dan ekspresi emosi (dalam diri sendiri dan orang lain), yang kedua adalah peraturan adaptif emosi (dalam diri dan pada orang lain) dan yang ketiga adalah pemanfaatan emosi untuk merencanakan dan memotivasi tindakan. Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, di wilayah Kembangan Utara memiliki fenomena orangtua yang sibuk bekerja, sehingga perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya work life balance dan kecerdasan emosi bagi kondisi psikologis seseorang.
## 1.2 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan analisis situasi diatas, dapat diketahui bahwa diperlukan adanya pemahaman mengenai pentingnya Work Life Balance bagi kebaikan kondisi psikis seseorang.
## 2. METODE
Metode kegiatan ini menggunakan metode pelatihan yang berisi : penyampaian materi, workshop, dan role play.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL
Program Pengabdian Masyarakat ini telah dilakukan pada tanggal 23 Februari 2019 dengan diikuti oleh peserta sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yang berasal dari warga RT-RT di sekitar RPTRA Kembangan. Pada saat pelaksanaan acara tersebut, hampir semua yang hadir adalah Ibu-ibu warga RT sekitar dan satu orang Bapak. Karena pada hari Sabtu, Bapak-bapaknya masih banyak yang bekerja. Acara ini dimulai pada pukul 15.20 WIB, karena menunggu adzan Ashar berkumandang sekaligus menunggu peserta yang datang, dan selesai pukul 17.00 WIB. Kegiatan ini mendapat perhatian dan antusias dari Ibu-Ibu warga sekitar RPTRA Kembangan. Meskipun acara ini ternyata bersamaan dengan pendataan KJP untuk masyarakat sekitar, namun antusias mereka untuk mengikuti acara ini tetap terlihat. Berikut ini adalah rangkuman dan gambaran hasil evaluasi kegiatan yang kami sajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
## 3.2 PEMBAHASAN
Awalnya materi yang sudah disiapkan adalah mengenai work-life balance, sesuai dnegan tema yang diusung. Namun setelah melihat kondisi peserta, narasumber dengan segera menyesuaikan dengan target peserta yang hadir yaitu mengenai komunikasi dan parenting, yang masih ada kaitannya dengan tema awal.
Sebagian besar warga sekitar RPTRA Kembangan adalah keluarga dengan Ayah (suami) bekerja (di luar rumah) untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya, sedangkan Ibu (istri) sebagai ibu rumah tangga yang menangani semua urusan domestik rumah tangga (mencuci, memasak, membereskan rumah, mengurus anak, dll). Mereka melakukan semua aktifitas tersebut sebagai rutinitas sehari-hari sehingga terkadang mereka lupa bahwa mereka butuh membangun komunikasi yang efektif diantara pasangan mereka untuk menyampaikan dan mengapresiasi bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang luar biasa setiap harinya. Ayah yang bekerja satu pekan full (senin – sabtu) dan Ibu mengurus rumah tangga 24/7 tanpa istirahat. Pada kondisi seperti ini, perasaan lelah dan stress terus mengikuti dan bisa saja akhirnya ‘meledak’ pada Ibu-ibu. Memang ketika narasumber bertanya apa yang dilakukan ketika lelah menghampiri sewaktu melakukan pekerjaan urusan rumah tangga, sebagaian besar menyampaikan bahwa mereka istirahat dengan menonton acara televisi atau berkutat dengan handphone/gawainya. Mereka hampir tidak pernah berkomunikasi, membicarakan terkait hal-hal yang sudah dilakukan oleh mereka selama ini, urusan kerumahtanggaan yang dapat membuat hidup menjadi seimbang kepada pasangannya (Ayah). Hal yang mereka tahu adalah mereka melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing.
Selain itu juga komunikasi yang terbangun antara anak dan orang tua, peserta
(ibu-ibu) menyebutkan biasanya hanya sebatas menanyakan kegiatannya belajar mengajar di sekolah. Mereka belum banyak mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh mereka (ibu-ibu) untuk mendidik dan menemani anak-anaknya melewati masa perkembangan anak-anak mereka. Bukan berarti orang tua (peserta) disini tidak memiliki ilmu sedikitpun, mereka menjalankannya sesuai yang mereka ketahui sebelumnya. Pada kesempatan tersebut, narasumber berupaya untuk menyampaikan informasi mengenai bagaimana cara yang dapat dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) untuk membangun komunikasi yang efektif antarmereka (ayah, ibu, anak-anak). Antara bapak-bapak dan ibu-ibu perlu terjalin komunikasi yang terbuka untuk menyampaikan ide/perasaan masing-masing sehingga mereka dapat terhindar dari stress/depresi ketika menjalankan kehidupannya. Antara orang tua dengan anak juga terjalin komunikasi yang baik sehingga jika anak-anak mengalami permasalahan, yang dapat dijadikan tempat untuk curhat adalah orang tuanya.
Sesi dibuka dengan menanyakan beberapa pengetahuan terkait dengan topik yang akan disampaikan mengenai: 1) hal-hal apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan sehari-hari? 2) apa yang bapak/ibu lakukan jika merasa lelah ketika melaksanakan pekerjaan/tugasnya sehari-hari? 3) apakah bapak/ibu mengkomunikasikannya dengan pasangan? 4) hal apa saja yang sudah bapak/ibu lakukan bersama dengan anak-anak di rumah? Sebagian besar orang tua menjawab dengan jawaban yang normatif yaitu mereka sudah lakukan sesuai dengan yang mereka ketahui dan mereka anggap benar. Sesi berikutnya adalah penjelasan serta tanya jawab mengenai pentingnya membangun komunikasi yang efektif, baik itu antara orang tua (ayah ibu) maupun dengan anak-anak. Ayah-ibu perlu untuk menyampaikan ide/perasaannya sehingga mereka saling tahu
apa saja yang mereka sudah lakukan, perasaannya serta apa rencana yang akan mereka jalankan selanjutnya. Ayah-ibu juga perlu untuk mengembangkan ilmu parenting (yang sesuai) dengan kondisi keluarga masing-masing sehingga terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak-anak. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat pada kelompok dewasa (orang tua) di RPTRA Kembangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mengenali dan memahami pentingnya komunikasi yang dibangun di dalam keluarga oleh suami-istri (ayah-ibu) agar terjalin komunikasi yang efektif, baik, lancar dan terbuka 2. Penyuluhan mengenai parenting disambut dengan antusias oleh peserta, dalam hal ini orang tua. Mereka tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka. DAFTAR PUSTAKA Lewis, R.A; Gruyere, L.R. 2010. Work life balance in hospitality: experiences from a Geneva Based hotel. International Journal of Management & Information System, 14 (5), 99-106. Smita, S. (2014). Measuring work life balance in India. International Journal of Advance Research in Computer Science and Managemet Studies, 2(5), 35-45.
## PENDAHULUAN
1.1Analisis Situasi Work-life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja (Lockwood, 2003). Penelitian terdahulu telah meneliti bagaimana pentingnya work life balance bagi para pekerja, khususnya wanita. Masalah WLB semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir ini dengan meningkatnya jumlah wanita yang bekerja. Penelitian terdahulu telah meneiliti
pentingnya work life balance pada dosen maupun guru. Memastikan terapainya work life balance dapat memberikan dampak positif baik pada level individu maupun level organisasi. Salah satu dampak baik dari work life balance ini adalah meminimalkan stress di tempat kerja dan juga meningkatkan produktifitas. Lewis dan Gruyere (2010) menemukan dalam penelitiannya pada pegawai hotel di German bahwa, meningkatkan WLB pada level individu dan organisasi dapat mengurangi tingkat stress dan meningkatkan produktifitas pegawai. Smita Signg (2014) juga menyatakan hal yang serupa WLB dapat mengurangi stress kerja. Adapun beberapa penelitian menyebutkan bahwa Salovey and Mayer menggambarkan Kecerdasan Emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau diri
sendiri, perasaan dan emosi orang lain untuk membedakan antara mereka dan untuk menggunakan informasi ini dalam membimbing pemikiran dan tindakan seseorang. Emotional Intelligence dijelaskan dalam 3 domain, yang pertama adalah penilaian yang akurat dan ekspresi emosi (dalam diri sendiri dan orang lain), yang kedua adalah peraturan adaptif emosi (dalam diri dan pada orang lain) dan yang ketiga adalah pemanfaatan emosi untuk merencanakan dan memotivasi tindakan. Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, di wilayah Kembangan Utara memiliki fenomena orangtua yang sibuk bekerja, sehingga perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya work life balance dan kecerdasan emosi bagi kondisi psikologis seseorang.
## 1.2 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan analisis situasi diatas, dapat diketahui bahwa diperlukan adanya pemahaman mengenai pentingnya Work Life Balance bagi kebaikan kondisi psikis seseorang.
## 2. METODE
Metode kegiatan ini menggunakan metode pelatihan yang berisi : penyampaian materi, workshop, dan role play.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Program Pengabdian Masyarakat ini
telah dilakukan pada tanggal 23 Februari 2019 dengan diikuti oleh peserta sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yang berasal dari warga RT-RT di sekitar RPTRA Kembangan. Pada saat pelaksanaan acara tersebut, hampir semua yang hadir adalah Ibu-ibu warga RT sekitar dan satu orang Bapak. Karena pada hari Sabtu, Bapak-bapaknya masih banyak yang bekerja. Acara ini dimulai pada pukul 15.20 WIB, karena menunggu adzan Ashar berkumandang sekaligus menunggu peserta yang datang, dan selesai pukul 17.00 WIB. Kegiatan ini mendapat perhatian dan antusias dari Ibu-Ibu warga sekitar RPTRA Kembangan. Meskipun acara ini ternyata bersamaan dengan pendataan KJP untuk masyarakat sekitar, namun antusias mereka untuk mengikuti acara ini tetap terlihat. Berikut ini adalah rangkuman dan gambaran hasil evaluasi kegiatan yang kami sajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
## 3.2 PEMBAHASAN
Awalnya materi yang sudah disiapkan adalah mengenai work-life balance, sesuai dnegan tema yang diusung. Namun setelah melihat kondisi peserta, narasumber dengan segera menyesuaikan dengan target peserta yang hadir yaitu mengenai komunikasi dan parenting, yang masih ada kaitannya dengan tema awal. Sebagian besar warga sekitar RPTRA Kembangan adalah keluarga dengan Ayah (suami) bekerja (di luar rumah) untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya, sedangkan Ibu (istri) sebagai ibu rumah tangga yang menangani semua urusan domestik rumah tangga (mencuci, memasak, membereskan rumah, mengurus anak, dll). Mereka melakukan semua aktifitas tersebut sebagai rutinitas sehari-hari sehingga terkadang mereka lupa bahwa mereka butuh membangun komunikasi yang efektif diantara pasangan mereka untuk menyampaikan dan mengapresiasi bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang luar biasa setiap harinya. Ayah yang bekerja satu pekan full (senin – sabtu) dan Ibu mengurus rumah tangga 24/7 tanpa istirahat. Pada kondisi seperti ini, perasaan lelah dan stress terus mengikuti dan bisa saja akhirnya ‘meledak’ pada Ibu-ibu. Memang ketika narasumber bertanya apa yang dilakukan ketika lelah menghampiri sewaktu melakukan pekerjaan urusan rumah tangga, sebagaian besar menyampaikan bahwa mereka istirahat dengan menonton acara televisi atau berkutat dengan handphone/gawainya. Mereka hampir tidak pernah berkomunikasi, membicarakan terkait hal-hal yang sudah dilakukan oleh mereka selama ini, urusan kerumahtanggaan yang dapat membuat hidup menjadi seimbang kepada pasangannya (Ayah). Hal yang mereka tahu adalah mereka melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing. Selain itu juga komunikasi yang terbangun antara anak dan orang tua, peserta
(ibu-ibu) menyebutkan biasanya hanya sebatas menanyakan kegiatannya belajar mengajar di sekolah. Mereka belum banyak mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh mereka (ibu-ibu) untuk mendidik dan menemani anak-anaknya melewati masa perkembangan anak-anak mereka. Bukan berarti orang tua (peserta) disini tidak memiliki ilmu sedikitpun, mereka menjalankannya sesuai yang mereka ketahui sebelumnya. Pada kesempatan tersebut, narasumber berupaya untuk menyampaikan informasi mengenai bagaimana cara yang dapat dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) untuk membangun komunikasi yang efektif antarmereka (ayah, ibu, anak-anak). Antara bapak-bapak dan ibu-ibu perlu terjalin komunikasi yang terbuka untuk menyampaikan ide/perasaan masing-masing sehingga mereka dapat terhindar dari stress/depresi ketika menjalankan kehidupannya. Antara orang tua dengan anak juga terjalin komunikasi yang baik sehingga jika anak-anak mengalami permasalahan, yang dapat dijadikan tempat untuk curhat adalah orang tuanya. Sesi dibuka dengan menanyakan beberapa pengetahuan terkait dengan topik yang akan disampaikan mengenai: 1) hal-hal apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan sehari-hari? 2) apa yang bapak/ibu lakukan jika merasa lelah ketika melaksanakan pekerjaan/tugasnya sehari-hari? 3) apakah bapak/ibu mengkomunikasikannya dengan pasangan? 4) hal apa saja yang sudah bapak/ibu lakukan bersama dengan anak-anak di rumah? Sebagian besar orang tua menjawab dengan jawaban yang normatif yaitu mereka sudah lakukan sesuai dengan yang mereka ketahui dan mereka anggap benar. Sesi berikutnya adalah penjelasan serta tanya jawab mengenai pentingnya membangun komunikasi yang efektif, baik itu antara orang tua (ayah ibu) maupun dengan anak-anak. Ayah-ibu perlu untuk menyampaikan ide/perasaannya sehingga mereka saling tahu
apa saja yang mereka sudah lakukan, perasaannya serta apa rencana yang akan mereka jalankan selanjutnya. Ayah-ibu juga perlu untuk mengembangkan ilmu parenting (yang sesuai) dengan kondisi keluarga masing-masing sehingga terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak-anak.
## 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan
Program Pengabdian Masyarakat pada kelompok dewasa (orang tua) di RPTRA Kembangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengenali dan memahami pentingnya komunikasi yang dibangun di dalam keluarga oleh suami-istri (ayah-ibu) agar terjalin komunikasi yang efektif, baik, lancar dan terbuka
2. Penyuluhan mengenai parenting disambut dengan antusias oleh peserta, dalam hal ini orang tua. Mereka tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka.
## DAFTAR PUSTAKA
Lewis, R.A; Gruyere, L.R. 2010. Work life balance in hospitality: experiences from a Geneva Based hotel. International Journal of Management & Information System, 14 (5), 99-106. Smita, S. (2014). Measuring work life balance in India. International Journal of Advance Research in Computer Science and Managemet Studies, 2(5), 35-45.
|
afb4877c-05be-4754-8abd-36766849115d | https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/hanifiya/article/download/11487/5494 | Relevansi Konsepsi Rahmatan Lil Alamin dengan Keragaman Umat Beragama
Solikhun Solikhun 1* 1 IAIN Purwokerto, Indonesia; [email protected]
* Correspondence Received: 2021-02-06; Accepted: 2021-04-28; Published: 2021-04-30
Abstract: The impression of western world to the eastern has not shown a positive proportion. It always considers the latter as a minor. It is more so after the incident of WTC 9 September 2001. The eastern or as an assertive known as a terrorist, unhuman, and far from humane proportion. While in Islam itself, there is rahmatan li al- ‘alamin. These thing s make the researcher interested in examining deeper what it means to be a rahmatan li al- ‘ alamin in Koran as a source of that word. Apart from the phrase rahmatan li al- ‘alamin, a rahmat word is not connected to the li al- ‘alamin word (universe) in the Koran. What also precisely is the difference between grace (rahmat) and rahmatan li al- ‘alamin. Indonesia is a plural nation. That is not only ethnic, language, and custom tradition, but also religion. How is the relationship between faith in diversity frame? Is there relevance of li al- ‘alamin in the diversity frame of religious people? Some questions need to search for answer in various reverence. The nation's founders have been proud not to obtrude by doing sharia for the adherents is a space for tolerance and religious people.
Keyword: religious pluralism, tolerance, sharia, terrorism, religious grace
Abstrak: Kesan Barat terhadap dunia Timur, belum menunjukkan nilai yang positif. Selalu dipandangnya minor. Terlebih setelah adanya peristiwa WTC 9 September 2001. Timur atau tegasnya adalah Islam dipandangnya sebagai Teroris tidak manusiawi dan jauh dari nilai-nilai kasih sayang. Sementara dalam ajaran Islam sendiri terdapat rahmatan li al- ‘ alamin . Hal inilah kiranya yang memotivasi penulis untuk mengkaji lebih dalam apa sebetulnya yang dimaksud rahmatan li al- ‘ alamin di dalam Al- Qur’an, karena sumbernya ada dalam kitab tersebut. Selain dari kata rahmatan li al- ‘ alamin, di dalam Al- Qur’a n juga terdapat kata rahmat yang tidak dihubungkan dengan kata li al- ‘ alamin (alam semesta). Apa juga sebetulnya perbedaan antara rahmat dan rahmatan li al- ‘ alamin. Sementara itu, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu bukan saja terdapat dalam suku, bahasa, adat istiadat, tetapi juga agama. Bagaimanakah hubungan antar agama dalam bingkai kemajemukan? Adakah relevansi rahmatan li al- ‘ alamin dalam bingkai kemajemukan umat beragama adalah sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dicarikan jawaban dalam berbagai referensi. Para pendiri bangsa yang telah berbesar hati dengan tidak memaksakan kehendaknya dengan melaksanakan syariat bagi pemeluk-pemeluknya, adalah penyedia ruang bagi adanya toleransi antar umat beragama.
Kata Kunci : kemajemukan umat beragama, toleransi, syariat, terorisme, rahmat keagamaan
## 1. Pendahuluan
Berbagai kalangan, baik individu maupun kelompok dalam bentuk organisasi keagamaan menginginkan dirinya sebagai yang santun, yang ramah (Wibisono, 2020). Pembahasan mengenai rahmatan li al-alamin di dalam Al-Quran tidak lepas dari kajian terhadap surat Al-Anbiya ’ ayat 107 . M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menerangkan bahwa di dalam ayat 107 surat Al-Anbiya ’ tersebut terdapat 4 hal pokok, 1). Rasul atau utusan Allah, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad Saw, 2). Yang mengutus beliau adalah Allah, 3). Yang di utus kepada mereka (‘ alamin ), 4). Risalah yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar sebagaimana
tersirat dalam ungkapannya yang umum atau nakiroh/indifinitif dalam kalimat ( wa ma ) belum lagi di tambah cakupannya yang luas meliputi waktu dan tempat. Surat ini juga membahas keistimewaan Nabi Muhammad Saw. Keistimewaan itu adalah kepribadian beliau yang merupakan rahmat , di samping ajaran yang disampaikannya (Shihab, 2002).
Di dalam kosa kata “ arsalnaka ” ayat 107 surat Al -Anbiya ’ juga menyiratkan adanya risalah . Risalah adalah ajaran-ajaran Allah yang disampaikan melalui perantaraan seseorang atau beberapa orang rasul untuk mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT., sesamanya dan lingkungannya. Meskipun manusia telah diberi hidayah oleh Tuhan berupa akal, akan tapi ia tidak bisa menentukan jalan hidupnya sendiri karena kemampuan akal manusia terbatas. Bila manusia dibiarkan mengatur hidupnya sendiri maka kehidupan ini akan berantakan karena antara satu dengan yang lain akan saling berbenturan, beda pendapat, menang sendiri mengalahkan orang lain. Karena keterbatasan kemampuan manusia itulah, Tuhan mengutus rasul-rasul-Nya untuk membawa risalah- Nya berupa peraturan-peraturan dengan ajaran-ajaran yang harus ditaati oleh setiap orang demi tumbuhnya perasaan hati yang aman dan tenteram sehingga dengan peraturan dan ajaran tersebut manusia dapat mengembangkan hasil di muka bumi berupa peradaban (Nasution, 2002).
Intisari dari Islam sebagaimana yang terkandung di dalam kata Islam itu sendiri yaitu: 1). Berserah diri, menundukkan diri, atau taat sepenuh hati, 2). Masuk ke dalam kata salam , yaitu selamat sejahtera damai, hubungan yang harmonis, atau keadaan tanpa noda dan cela. Dengan demikian intisari dari Islam adalah berserah diri atau taat sepenuh hati kepada kehendak Allah demi tercapainya kepribadian yang bersih dari cacat dan noda, hubungan yang harmonis dan damai sesama manusia, atau selamat sejahtera di dunia dan akhirat (Nasution, 2002).
Ke- rahmat -an Nabi Muhammad Saw, bukan saja karena kedatanganya membawa ajaran, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang di anugerahkan Allah Swt. Kepribadian tersebut dibentuk oleh Allah sehingga bukan hanya pengetahuan yang dilimpahkan kepada beliau melalui wahyu Al-Quran, tetepi kalbunya juga disinari wahyu ilahi bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam. Satu satunya Nabi yang dijuluki dengan rahmat adalah Nabi Muhammad S.A.W dan juga disifati dengan sifat Allah Ar-Rahim sebagaimana dalam kandungan surat At-Taubah: 128 Artinya: ”Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang- orang mukmin.”
Rasulullah SAW. adalah rahmat yang dihadiahkan Allah pada seluruh alam. Pembentukan kepribadian Nabi Muhammad Saw, berupa sikap, ucapan, perbuatan, etika dari beliau adalah rahmat yang bertujuan untuk mempersamakan totalitas beliau dengan ajaran yang sampaikan. Jika ajaran beliau adalah rahmat cocok antara risalah dan Rasul, karena Rasulullah penerjemah dari akhlak Al- Quran sebagaimana sifat yang dilukiskan oleh Aisyah RA (Shihab, 2002).
Kata Al-Alamin seperti disampaikan Quraish Shihab dengan mengutip para pakar diartikan dengan keseluruhan jenis mahluk Allah yang hidup. Baik yang hidup sempurna maupun yang terbatas. Cakupanya meliputi alam manusia, alam malaikat, alam hewan dan tumbuh-tumbuhan semua itu memperoleh rahmat dengan kehadiran Nabi Muhammad SAW.,Dengan ajaran Islam yang penuh rahmat itu terpenuhilah hajat semua manusia dengan penuh ketenangan, ketenteraman, pengakuan atas wujud hak bakat dan fitrahnya sebagaimana pula hajat keluarga kecil dan besar menyangkut saling pengertian dan penghormatan. Tidak saja manusia yang mendapat rahmat Nabi Muhammad Saw, tetapi binatang dan tumbuh-tumbuhan pun mendapat rahmat tersebut. Rahmat itu antara lain seperti tidak membebani melebihi kemampuanya, juga mengasah pisau sebelum menyembelihnya (HR.Muslim). Beliau juga memperingatkan adanya seorang wanita yang masuk neraka sebab mengurung kucing hingga kucing tersebut tidak bisa mencari makan (HR. Bukhari- Muslim). Nabi juga melarang memetik bunga sebelum mekar, buah sebelum matang, karena tugas manusia adalah mengantar semua kepada tujuan penciptanya bunga agar mekar. Dari hikmah keindahan inilah dapat dinikmati oleh mata (Shihab, 2002).
Selanjutnya alam dalam pemahaman ulama, adalah mencakup apa saja selain Allah. Baik alam musyahadah yang berkaitan dengan hal yang dapat diamati oleh indera manusia, maupun alam ghaib
yang tidak dapat diamati oleh indera mencakup apa yang dibumi dan apa yang dilangit atau mencakup malaikat, roh, jin setan, iblis, manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda mati. Oleh karena itu kata ‘ alam diungkapkan dengan mengambil bentuk jamak (‘ alamin ). Tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran yang memberikan informasi bahwa Tuhan yang menciptakan dan mengatur bumi dan langit (Nasution, 2002). Dialah yang mencipta bumi dan segala sesuatu ini. Jelaslah bahwa alam adalah ciptanya juga bahwa segala sesuatu ditetapkan ukuran dan pola mengikuti takdirnya atau menurut jumlahnya (hukum-hukum yang ditentukan Tuhan bagi alam) (Nasution, 2002).
Dalam ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa rahmat dalam gereja katholik dimaknai dengan karunia supranatural. Yaitu merupakan pemberian cuma-cuma diberikan oleh Tuhan kepada makhluk yang berakal budi guna keselamatan rohaninya. Rahmat itu diberikan kepada manusia berkat Yesus. Meskipun dalam definisi itu disebutkan secara umum dan berkait dengan gereja katholik, sehingga yang menjadi wasilah adalah Yesus, namun demikian tetap saja dapat dipetik pengertian bahwa rahmat adalah pemberian Zat Yang Maha Kuasa yang diberikan secara cuma-cuma sebagai fadal (karunia) dari- Nya kepada manusia dan makhluk hidup pada umumnya dengan perantaraan NabiNya yang dalam paham Islam adalah Nabi Muhammad Saw (Nasution, 2002).
Risalah Nabi Muhammas Saw diturunkan kepada manusia saat mereka telah mengalami kedewasaan akal. Risalah yang terangkum di dalam Al-Quran itu sangat terbuka keberadaannya. Ia lentur dengan berbagai kondisi dan situasi. Ia mengandung pokok-pokok ajaran yang tidak berubah- ubah tetapi siap menerima kebutuhan hidup yang selalu berubah-ubah, yang diketahui oleh Zat Yang Maha Mengetahui dan Maha Teliti. Untuk mengkajinya secara mendalam manusia disilahkan melakukan ijtihad guna menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hukum yang tetap itu. Kedatangan Nabi Muhammad SAW., membawa syari’at sebagai rahmat karena keberadaanya yang elastis dan tidak beku. Hukum akan tumbuh kapan dan dimana pun juga, seiring dengan adanya illat atau sebab dari hukum tersebut (Hamka, 1982).
Rahmat yang tidak kalah penting dari risalah Nabi Muhammad Saw, adalah adanya kemerdekaan berfikir. Hal mana ketika seseorang melakukan ijtihad benar maupun salahnya tetap mendapatkan pahala. Jika benar mendapatkan dua pahala, dan jika salah mendapatkan satu pahala sebagai upah atas jerih payah yang dilakukan dalam ber ijtihad tersebut. Rahmat yang lain lagi adalah adanya motivasi seimbang dalam rangka mencapai kesempurnaan jasmani dan rohani. Tidak dibenarkan dalam Islam seseorang yang ingin mencapai kesempurnaan rohani dengan melakukan penistaan terhadap jasmani. Demikian juga sebaliknya tidak dibenarkan orang yang ingin mendapatkan kesempurnaan jasmani dengan tidak memperdulikan terhadap kesucian jiwa (Hamka, 1982).
Sesuatu yang dipikulkan kepada manusia adalah sesuatu yang tidak melebihi kesanggupannya. Sesuatu yang diperintahkan pun sesuatu yang membawa kemaslahatan bagi manusia. Sebagai rahmat dari risalah yang lainnya juga adalah terbebasnya dari kotak-kotak sekte kabilah. Dalam Islam tidak ada lagi yang lebih mulia dan terhormat disisi Allah S.W.T kecuali taqwanya. Pada awal-awal masuknya risalah , misi ini dipandang ganjil, karena yang ada saat itu adalah perbedaan ras. Kulit putih dipandang lebih terhormat daripada kulit hitam dan yang kaya dinilai lebih terhormat daripada yang miskin. Akan tetapi setelah datangnya risalah Nabi Muhammad taqwanyalah yang diandalkan dan terciptalah satu peradaban yang tinggi yang sangat memperhatikan terhadap hak-hak kemanusiaan. Ide persamaan hak dan kemerdekaan yang ditawarkan oleh Islam bukanlah isapan jempol belaka, tetapi betul-betul sebuah ajaran yang me rahmati semesta alam. Tidak sebagaimana terjadi pada masa revolusi Perancis yang menawarkan kemerdekaan persamaan derajat, hanya bagi warga Perancis sendiri (Hamka, 1982).
Undang-undang yang digulirkan oleh Islam pun undang-undang atau aturan-aturan yang universal mengayomi seluruh semesta. Tidak sebagaimana aturan yang dibuat oleh tuan tanah yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Sebagai gambaran atas adilnya sebuah Pengadilan dalam Islam adalah seperti halnya riwayat Asy- Syu’bi tentang sahabat A li yang kehilangan perisainya karena diambil oleh seorang Nasrani. Walaupun dalam persidangan Ali berkata bahwa pedang itu adalah milikku, akan tetapi karena Ia tidak memiliki saksi yang menguatkan, maka sayyidina Ali harus kalah dan kehilangan perisai. Namun setelah mengucap dua kalimah syahadat dan hendak berangkat
bersama ke medan perang Siffin, Nasrani tersebut mengakui bahwa perisai itu adalah milik Ali. Meski demikian perisai tersebut pada akhirnya diberikan oleh Ali kepada Nasrani itu sebagai hadiah dia masuk Islam (Hamka, 1982).
Penggambaran di atas menyiratkan bahwa risalah Islam adalah sejuk, ramah dan dinamis. Namun keagungan Islam yang damai dan sejuk kemudian menjadi hal yang menakutkan seiring lahirnya pertikaian yang terjadi dalam Islam itu sendiri. Bermula dari kurun sahabat dan lebih khusus lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Ta lib ketika bersengketa dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Jalan bijak yang diambil Ali melalui arbitrase untuk menyelesaikan konflik, tidak diterima oleh sekelompok orang yang kemudian menjadi golongan khawarij . Dilihat dari asalnya, kata khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Karena mereka keluar dari barisan Ali bin Abi Talib (Nasution, 2018). Nama lain dari khawarij adalah harura merupakan nama bagi satu desa yang terletak di Kufah, Irak. Dengan kekuatan anggota dua belas ribu orang, setelah memisahkan diri dari Ali memilih Abdullah bin Wahb Ar-Rasidi sebagai imam menggantikan Ali. Dalam pertempuran dengan Ali mereka mengalami kekalahan. Tetapi Abd Ar-Rahman bin Muljam berhasil membunuh Ali (Jabar, n.d.).
Meskipun mengalami kekalahan yang terus-menerus, tidak menjadikan mereka lelah dalam menyusun kekuatan dan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Islam resmi di zaman Bani Umayyah dan Dinasti Bani Abbas. Pemegang kekuasaan yang ada pada waktu itu dianggap sebagai menyeleweng dari umat Islam. Bagi mereka kepemimpinan Abu Bakar SHidiq dan Umar dapat diterima, akan tetapi kepemimpinan Ustman dianggap telah menyimpang khususnya pada tahun ke tujuh masa baktinya, demikian juga Ali setelah menerima adanya arbitrase. Ustman dan Ali menurut mereka telah menjadi kafir. Demikian juga Mu’ awiyah, Amr bin As, Abu Musa Al- Asy’ari. Karena sebab anggapan telah kafir itulah maka mereka menganggap halal darahnya (Qattan, 2001).
Di Indonesia, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo juga membuat resah masyarakat dan pemerintah dengan atas nama agama. Pemberontakan ini berkembang hingga Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, berlangsung dari tahun 1949-1962 (Sugiyarto, 2015).
Tahun 2001 serangan berani mati terhadap menara kembar pusat perdagangan dunia (WTC) di New York, dan bangunan Pentagon di Airlington, Virginia dekat Washington DC, pada 11 September 2001, yang dalam penyelidikannya diarahkan kepada sebuah organisasi perlawanan (jihad), yang bernama Al-Qaidah, pimpinan Usama bin Laden juga menggertak dunia (Sugiyarto, 2015).
Setahun kemudian tanggal 12 Oktober 2002 peledakan bom di Pady’s Pub dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta Bali, dan ledakan di dekat Konsulat Amerika di Denpasar menambah tudingan bahwa Islam adalah menakutkan. Juga pengeboman yang terjadi di Jakarta dan beberapa tempat lainnya. Juga peledakan bom di Kedutaan Besar Philipina tanggal 1 Agustus 2000, bom yang dimulai malam jelang Natal, 24 Desember 2000, bom Bali 12 Oktober 2002, bom JW Marriot, 1 Agustus 2003, bom Kedutaan Besar Australia atau bom Kuningan, 9 September 2004. Bom Bali II tahun 2005 dan peledakan JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, 17 Juli 2009 terkait dengan organisasi bawah tanah yang gerakannya terasa hingga kemana-mana merupakan serentetan peristiwa yang mengundang perhatian dunia luas juga (Syukron, 2017).
The Wahid Institut mencatat selama kurun waktu tahun 2011 terjadi 92 kasus Pelanggaran Kebebasan Beragama Dan Berkeyakinan tahun 2010 62 kasus. Pelanggaran dan pembatasan aktifitas agama atau kegiatan ibadah 49 kasus, intimidasi dan ancaman kekerasan oleh aparat Negara 20 kasus, pembiaran kekerasan 11 kasus, kekerasan dan pemaksaan rumah ibadah masing-masing 9 kasus. Kriminalisasi atau viktimisasi keyakinan 4 kasus. Institusi Negara tercatat paling banyak melakukan pelanggaran kebebasan beragama. Polisi 32 kali, disusul Bupati, Walikota, atau pejabat Pemda 28 kali. Pelaku pelanggaran kebebasan beragama lainnya adalah tentara 16 kali, Satuan Pamong Praja 10 kali, pemerintah Provinsi 8 kali, Kantor Kementerian Agama dan KUA 8 kali (Sugiyarto, 2015).
Jawa Barat merupakan daerah dengan sebaran pelanggaran tertinggi yaitu 55 kasus. Banten 9 kasus, Aceh 5 kasus, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan masing-masing 4 kasus. Kategori intoleransi yang paling tinggi adalah intimidasi dan kekerasan atas nama agama 48 kasus. Tindakan intoleransi tertinggi adalah penyebaran kebencian terhadap kelompok lain 27 kasus, pembakaran dan
perusakan properti 26 kasus, diskriminasi atas nama agama 26 kasus. Jawa Barat daerah intoleransi tertinggi 105 kasus, Jakarta 105 kasus, Riau 9 kasus (Sugiyarto, 2015).
Pada tahun 2011 ICRP mencatat bahwa aksi-aksi kekerasan dan diskriminasi cenderung meningkat paling brutal terhadap Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik pada tanggal 6 Februari 2011 dengan memakan korban tiga orang meninggal. Kasus ini juga menyulut desakan pembubaran dan juga munculnya Keputusan Kepala Daerah yang melarang aktifitas Ahmadiyah. Survei yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian pada bulan Oktober 2010 hingga bulan Januari 2011 mendapatkan data adanya persoalan yang mendasar yaitu berkembangnya pemahaman radikal dan anti toleransi yang memasuki ruang pendidikan. Dari 100 SMP dan SMA umum di Jakarta dan sekitarnya dari 993 siswa yang disurvei atau 48,9% menyatakan setuju atau sangat setuju terhadap aksi kekerasan atas nama agama dan moral. 51.1% kurang setuju dan sangat tidak setuju (Sugiyarto, 2015).
Diantara 590 guru agama yang menjadi responden 28,2% setuju atau sangat setuju aksi kekerasan berbaju agama. Survei LSI dan Yayasan DENY JA menyebutkan bahwa tahun 2012, masyarakat kehilangan kepercayaan dan kepuasan terhadap lembaga Negara demikian rendah. Ketidakpuasan masyarakat terhadap lembaga Kepresidenan 62,7%, terhadap Polisi 64,7 % terhadap parpol 58,1% disebabkan oleh karena kerja lambat, terkesan apatis, pembiaran pelbagai kasus pelanggaran HAM kebebasan beragama di Indonesia. Juga The Wahid Institute di tahun 2013 selama bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2013 intoleransi 245 peristiwa 106/43% melibatkan aktor Negara. 139/57% aktor non Negara. Total tindakan kekerasan dan intoleransi 43 % oleh aktor Negara 159/57% oleh aktor non Negara (Sugiyarto, 2015).
Pada tahun 2012 hasil survey yang dilakukan oleh Yayasan DENNY JA dan LSI Community menunjukan trend intoleransi masyarakat Indonesia makin meningkat. Masyarakat semakin tidak nyaman akan adanya orang lain yang berbeda identitas (berbeda agama, dan berbeda aliran dalam satu agama) (Djelantik, 2010). Di tahun 2005 yang keberatan hidup berdampingan dengan beda agama 6,9 % tahun 2012 naik menjadi 15%. Sedang yang keberatan hidup berdampingan dengan orang beda aliran agama (Syiah) 26,7 % pada tahun 2005 meningkat menjadi 41, 8% di tahun 2012 (Djelantik, 2010).
Publik yang keberatan untuk hidup berdampingan dengan yang berbeda identitas tersebut, mayoritas adalah mereka yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah (SMA ke bawah) sekitar 67,8%. Keberatan untuk bertetangga beda agama 61,2%. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas), 32,2% tak nyaman bertetangga dengan yang beda agama, 38,8% keberatan untuk bertetangga dengan orang Syi’ah. Masyarakat kita memiliki kebencian kepada Syi’ah sejak tahun 2005 hingga 2012 cenderung meningkat (Djelantik, 2010).
The Wahid Institue melaporkan tahun 2016 kaum muda terlibat dalam dukungan aktivitas kekerasan keagamaan (jihad) dan terorisme mencapai 76%. Mendukung tindakan intoleransi beragama 46%. Tahun 2017 Kerohanian Islam (rohis) Jabodetabek melakukan kajian jihad dalam makna perang 87%. Temuan The Wahid Institute memberikan gambaran bahwa kaum muslimin muda telah memiliki pemikiran bahwa jika ada aksi kekerasan atas nama agama Islam dibenarkan. Fakta di atas juga menunjukan sikap toleransi dan kesadaran keberagamaan di Indonesia masih menjadi tantangan besar (Sugiyarto, 2015).
Data lain yang menunjukan kekerasan berlatar belakang agama adalah: Setara Institute (2010) bahwa sepanjang tahun 2010 terjadi 216 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang mengandung 286 bentuk tindakan yang tersebar di 20 Provinsi. Dari 286, 103 tindakan dilakukan oleh Negara yang melibatkan para penyelenggara Negara sebagai aktor. Institusi Negara yang melakukan tindakan pelanggaran adalah: kepolisian dengan tindakan 56 kali. Selanjutnya Bupati/Walikota, Camat, Satpol PP, Pengadilan, Kementerian Agama, TNI, Menteri Agama, dan institusi lain. Setara Institute juga melakukan riset pada tanggal 20 Oktober sampai dengan 10 November 2010, terhadap 1.200 responden dengan sasaran warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menunjukan adanya peningkatan trend anti toleran 49,5 % tidak menyetujui adanya rumah ibadah bagi yang berbeda agama. 45% menerima, dan lainnya tidak menjawab (Sugiyarto, 2015).
Beberapa persoalan isu antar agama menjadi isu penting untuk dibicarakan dalam hubungannya dengan beberapa perilaku dan tindakan kekerasan antar agama di Indonesia yang dilakukan dan
diyakini oleh kaum muda muslim. Dalam hal menerima Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia 56%. Mendukung khilafah di Indonesia 86%. Seperti dilaporkan The Wahid Institute 2017 dan Navara Foundation juga merilis 23,4% mahasiswa tidak setuju dengan Pancasila sebagai dasar Negara, tetapi khilafah Islamiyah. Pelajar juga 23,4% mendukung khilafah Islamiyah bukan Pancasila. Kaum muda Islam tidak setuju dengan pendirian tempat ibadah berupa gereja 46%. Ketika umat Kristen hendak mendirikan gereja, sebagian umat Islam marah dan menolaknya hingga ada yang membakarnya (Sugiyarto, 2015).
Persoalan lain yang serius juga masalah pindah agama. Soal pindah agama dianggap kafir dan murtad (bukan lagi beriman). Pemilihan agama dalam Islam sekalipun dipersilahkan oleh kitab suci tetapi tidak demikian dalam praktik. Pindah agama dilarang, tetapi kalau dari awal bukan Islam tidak dipersoalkan. Beberapa persoalan penyebab radikalisme dan terorisme kaum muda seperti: ekonomi, politik, mentalitas, agama dan kultural merupakan hal yang perlu diperhatikan. Sebab radikalisme dan terorisme berdasarkan argumen keagamaan sekalipun, tidak sesuai dengan ajaran keagamaan yang rahmatan li al- ‘ alamin . Menurut Yeni Wahid, kesenjangan sosial dan ketidakpuasan sebuah kebijakan menimbulkan konflik agama dan sosial. Hal itu ditambah dengan adanya Undang-undang yang bernuansa intoleransi. Pada tahun 2016 terjadi 204 dengan 13 tindakan pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Sementara tahun 2015, tercatat 190 peristiwa dengan 249 tindakan pelanggaran (Sugiyarto, 2015).
Selain itu juga adanya organisasi Internasional ISIS. Sebuah kelompok yang melakukan operasinya di Irak dan Suriah, namun pengaruhnya mendunia. Gerakan ini awalnya dipimpin oleh Abu> Bakar Al-Bag}dadi yang dikenal sadis dan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya seperti: membunuh, membantai, menjarah, menteror terhadap mereka yang berbeda paham dan menghalangi serta menolak keberadaan ISIS. Gerakan ini memiliki ciri yang melekat antara lain: Pertama, berbendera hitam. Kedua, kelompok yang lemah. Ketiga, hati yang keras (arogan dan sadis). Keempat, mengaku mendirikan Daulah Islamiyah yang bertujuan mendirikan Negara Islam. Kelima, mengajak kepada Al-Quran. Keenam, nama-nama mereka menggunakan julukan atau alias. Ketujuh, nama keluarga mereka adalah nama daerah. Kedelapan, memelihara janggut hingga panjang (Sugiyarto, 2015).
Jika diperhatikan dengan seksama, maka kiranya dapat dikemukakan bahwa diantara sebab yang memungkinkan munculnya gerakan radikalisme dan terorisme adalah adanya pemahaman keagamaan yang keliru. Yaitu karena adanya keyakinan akan teks suci yang mengajarkan tentang terorisme dari kata jihad (Qodir, 2014). Dari sinilah penulis kemudian mempunyai sejumlah pertanyaan-pertanyaan diantaranya: mengapa kekerasan dan intoleransi terjadi dan cenderung meningkat? Apakah ada kekeliruan dalam beragama? Sementara di dalam sebuah hadis, Nabi menyatakan artinya: “mukmin sejati adalah mereka yang bisa memberikan keselamatan darah dan harta kepada orang lain.” (HR. at -Tirmidzi dan an- Nasa’i). Hal ini menunjukan bahwa menjaga keselamatan orang lain merupakan hal yang utama.
Sebelum penulis melakukan kajian lebih jauh dan mendalam tentang term rahmatan li al- ‘ alamin , terlebih dahulu penulis membaca beberapa tulisan yang berkait dengan tema rahmatan li al- ‘ alamin. Diantara tulisan-tulisan tersebut adalah tulisan yang ditulis oleh Siswoyo Aris Munandar berjudul “ Islam Rahmatan li al- Alamin Dalam Perspektif Nahdlatul ‘Ulama” termuat dalam jurnal Pendidikan Islam ELTarbawi Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran. Siswoyo Aris Munandar dalam tulisannya menyimpulkan:
a) Di tengah-tengah Al- Quran terdapat kata “ walyatalattaf ” yang biasanya dalam cetakan Indonesia berwarna merah memiliki makna lembut.
b) Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai pembawanya sama-sama hadir untuk membawa kedamaian, kelembutan dan kebaikan tertinggi. Manusia yang beragama, tetapi tidak sampai pada tingkat kemanusiaan yang tinggi, disebut oleh Al-Quran sebagai pendusta agama sebagaimana tersirat dalam surat Al- Ma’u n ayat 1-3. Kebaikan kemanusian tertinggi itu adalah keselarasan hubungan vertikal dan horizontal.
c) KH. Hasyim Muzadi sebagai perwakilan Nahdlatul Ulama dalam hubungannya dengan konsep rahmatan li Al-Alamin menyatakan bahwa Pancasila bukanlah agama, tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pancasila bukan jalan, tetapi titik temu antara banyak perbedaan jalan. Hanya Pancasilalah yang dapat menyatukan perbedaan agama, suku, budaya, dan bahasa. Pancasila adalah dasar Negara yang membedakan antara Negara agama dan Negara sekuler. Ia bukan agama, tetapi melindungi semua agama dan etnik sehingga Indonesia tidak sekuler. Visi rahmatan li al‘ alamin lebih kepada Islamic Society (masyarakat Islam) daripada Islamic state (Negara Islam) (Munandar, 2019). Tulisan Siswoyo Aris Munandar ini menggunakan pendekatan sosiologis. Isma il Yahya dalam artikelnya yang berjudul “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” mengawali pembahasannya dengan mengatakan bahwa Islam berasal dari kata salama atau salima yang berarti damai, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan. Dengan mengutip Muhammad Tohir al-Qadri dalam fatwa tentang terorisme menyatakan bahwa Islam adalah pernyataan absolut tentang perdamaian. Sebagai agama, Islam adalah manifestasi dari damai itu sendiri. Dia mendorong manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar dan menahan amarah. Secara normatif dan essensial pula, bahwa Islam merujuk pada pengertian damai, perlindungan, keamanan, dan kenyamanan, serta memastikan terwujudnya kedamaian dan keselamatan untuk seluruh umat manusia dan orang muslim tidak lain adalah mereka yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam itu (Yahya, 2019).
Istilah Rahmatan lil ‘ alamin menurutnya terdiri dari dua kata yaitu rahmat dan al- ‘ alamin . Rahmat berarti kasih sayang dan Al-Alamin berarti seluruh alam. Gagasan Islam Rahmatan lil ‘ alamin menurutnya adalah konsep yang abstrak. Dengan membawakan pendapat Nur Syam Ismail Yahya mengatakan bahwa Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan saja khusus bagi manusia, akan tetapi juga bagi alam lainnya. Sehingga melalui Islam yang diselamatkan bukanlah hablun min Allah dan hablun min an-nas saja, tetapi juga hablun min al- ‘alam . Gagasan Islam Rahmatan lil ‘ alamin mengembangkan pola hubungan antar manusia yang pluralis, humanis, dialogis, toleran, serta mengembangkan pengelolaan dan pemanfaatan alam dengan rasa kasih sayang (Yahya, 2019). Tulisan Ismail Yahya ini juga menggunakan pendekatan Sosiologis.
Merupakan artikel lain yang juga bersinggungan dengan rahmatan lil ‘ alamin adalah tulisan Muhammad Arifin. Muhammad Arifin dalam artikel yang berjudul “Apa arti Islam Rahmatan Lil ‘ Alamin ?” dengan mengutip pendapat Quraish Shihab menguraikan bahwa rahmatan lil ‘ alamin menyangkut empat hal yaitu: pertama, adalah Yang Mengutus yaitu Allah SWT. Allah SWT menyatakan dirinya sebagai Ar-Rahman dan Ar-rahim . Kedua kata tersebut terbentuk dari kata dasar rahima yang berarti mengasihi, merahmati. Ar-Rahman merahmati semua makhluk tanpa adanya pengecualian. Ar-Rahim kasih sayangnya hanyalah akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih. Kasih sayangnya yang tidak terbatas berupa surga hanya akan diberikan kepada mereka yang beriman. Rahmat dan kasih sayang Allah SWT mengalahkan segalanya. Meskipun Allah adalah al-Muntaqim yakni Yang Maha Pemberi sanksi akan tetapi rahmat-Nya lebih dominan. Meskipun pemberi sanksi, akan tetapi Dia adalah zat tetap penerima taubat dari orang yang maksiat sekalipun (Arifin, 2020).
Sebelum penulis menulisnya panjang lebar, penulis terlebih dahulu membaca para penulis pendahulu. Dengan menggunakan tiga pendekatan KH. Hasyim Muzadi mengampanyekan gagasan Islam Rahmatan lil ‘alamin . Ketiga pendekatan itu adalah pendekatan dakwah, pendekatan hukum, dan pendekatan politik. Ketiganya dapat membawa Islam dengan rahmat, damai dan lemah lembut. Di negara-negara multi agama dan multi etnik, multi budaya itulah Islam telah teruji (Arifin, 2020). Tulisan ini juga menggunakan pendekatan sosiologis.
Di samping tulisan-tulisan yang jelas-jelas dalam judul dan uraiannya berkisar rahmatan lil ‘alamin , terdapat juga tulisan-tulisan lain yang secara mafhum mukhalafah dapat dipahami adanya semangat rahmatan lil ‘ alamin . Tulisan-tulisan tersebut antara lain adalah tulisan Hasbiyallah dan kawan-kawan yang menulis artikel dengan judu l “Deradikalisasi Islam Indonesia (Studi Pemikiran Islam Nahdlatul Ulama)”. Tulisan ini merupakan laporan hasil penelitian kelompok. Penelitian ini dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2016. Tulisan tersebut menyimpulkan: a). Bahwa Nahdlatul Ulama dalam mewujudkan cita-citanya melalui serangkaian ikhtiyar yang didasarkan pada faham keagamaan yang khas Nahdlatul Ulama yaitu: (1). Tawasut dan i’tidal yaitu bersikap tengah- tengah dan tidak berat sebelah. (2). Tasamuh , yaitu toleran terhadap pandangan yang berbeda. (3). Tawazun , yaitu seimbang dalam berhidmat dan (4). Amar makruf nahi munkar , yaitu mendorong berbuat baik dan mencegah kemungk aran. b). Selain itu, dasar beragama Nahdlatul ‘Ulama juga berorientasi pada kemaslahatan. Beberapa dasar profetis moderasi Nahdlatul ‘Ulama adalah: (1). Memilih jalan damai. (2). Keragaman adalah fitrah manusia. (3). Jaminan keselamatan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. (4). Beragam Nabi, tetapi tetap satu umat. (5). Tidak ada paksaan dalam agama. (6). Beragama dengan kasih sayang. c). Upaya Nahdlatul Ulama dalam deradikalisasi Islam Indonesia dengan menggunakan dua pendekatan yaitu struktural dan kultural. Upaya struktural dilakukan dengan memberdayakan lembaga-lembaga dan badan-badan otonom yang ada sesuai tugas dan fungsinya. Sementara upaya kultural dilakukan oleh warga Nahdlatul ‘Ulama dalam berbagai celah untuk meredam merebaknya faham dan gerakan radikal (Sulhan, 2018). Tulisan yang ditulis oleh Hasbiyallah dan kawan-kawan ini sebagaimana judul di atas, adalah menggunakan pendekatan sosiologi.
Selain tulisan di atas juga karya Nur Kafid dalam redaksi “masyarakat” merupakan artikel jurnal yang dipublikasikan oleh Lab Sosio Pusat Kajian Sosiologi Universitas Indonesia yang berjudul dari “Islamisme ke Premanisme” Pergeseran Orienta si Gerakan Kelompok Radikal di Era Desentralisasi Demokrasi. Dalam tulisannya Nur Kafid menyimpulkan: a). Perlunya memahami pergeseran orientasi gerakan kelompok keagamaan Islam beraliran radikal di era desentralisasi demokrasi, dari basis isu Islamisme (penegakan syariat Islam) ke arah premanisme (penguasan sumber daya ekonomi). b). Meskipun tindakan yang dilakukan itu bertentangan dengan hukum karena menggunakan cara-cara kekerasan, tetapi tidak jarang gerakan mereka justeru dianggap sebagai pelindung bagi masyarakat yang lain. c). Afiliasi politik kelompok keagamaan Islam radikal pada masa sebelumnya dan reformasi, lebih dominan ke partai politik (berbasis massa) Islam, terutama partai-partai yang menyuarakan penegakan syariat Islam. Pada era desentralisasi demokrasi ini afiliasi mereka mencair. Dari kalangan bisnis lebih berorientasi kepada penyelamatan bisnisnya tanpa memandang dasar partai (Kafid, 2016). Tulisan Nur Kafid ini mengamati pergeseran pergerakan aliran radikal ke premanisme dengan pendekatan sosiologi.
Busman Edyar menulis artikel dengan judul “Religious Radicalism, Jihad and Terrorism” . Dalam tulisannya Busman menerangkan bahwa radikalisme berdasar agama bukan saja terjadi di Islam, tetapi di seluruh agama. Kristen, Hindu, Budha, Tao, dan Shinto semuanya terdapat radikalisme. Seperti terjadi di India dilatari oleh agama Hindu juga di Irlandia oleh agama Katolik. Di Indonesia kata Busmar dengan mengutip Ahmad Syafi’i Mufid radikalisme dapat dicirikan dengan hal -hal sebagai berikut: 1). Anggapan bahwa Pemerintahan yang ada adalah merupakan Thagut . 2). Menolak menyanyikan lagu Indonesia Raya. 3). Memiliki hubungan emosional yang kental dengan sesama anggota. 4). Kaderisasinya bersifat indifidu. 5). Ada iuran diantara mereka. 6). Dalam berpakaian cingkang bagi laki-laki, dan cadar bagi perempuan. 7). Menganggap muslim lain selain anggota mereka masih kafir sebelum hijrah seperti mereka. 8). Memiliki teks khusus bagi kalangan mereka yang beda dengan kelompok lain (Edyar, 2017). Tulisan Busman Edyar berusaha memahami radikalisme yang terdapat di dalam agama-agama di dunia dengan pendekatan sejarah.
Artikel Nurul Solihin berjudul “Understanding the Radicalism Movement In Indonesia: A Conflict Approach to the Rise o f Terrorism” berusaha menguraikan bahwa terorisme yang terjadi di Indonesia dilatari antara lain oleh adanya eksploitasi, diskriminasi, dan masalah-masalah ekonomi. Ia lebih banyak menyoroti aktor-aktor di balik kerusuhan-kerusuhan yang terjadi. Mengingat posisi aktor adalah sangat penting dalam sebuah peristiwa (Solihin, 2017). Tulisan Nurul Solihin ini menelisik akar terorisme di Indonesia, dengan pendekatan sosiologi juga.
Muhammad Nasir menulis artikel dengan judul “ The Historical Background of The Ideology of Terrorism in Indonesia After September 11, 2001 ”. Ia menyatakan bahwa beberapa yang melatarbelakangi adanya tindak terorisme di Indonesia adalah: 1). Sosio politik konflik di Indonesia. Yaitu adanya
konflik yang semula di Aceh memicu adanya solidaritas dari tempat lain demikian juga di Ambon dan Poso. Faktor ekonomi disebut-sebut juga turut serta memengaruhi lahirnya tindak terorisme. 2). Perang dunia. Satu hentakan yang luar biasa adalah terjadinya insiden 11 September 2001 yang merupakan langkah awal bermulanya terorisme di Indonesia. 3). Adanya Konspirasi. Teori konspirasi berusaha mengungkap misteri siapa di balik dalang dari pengeboman yang terjadi di Indonesia. 4). Jihad yang mendunia yang menjebol sekat dinding-dinding Negara tertentu adalah serentetan sejarah lahirnya aksi teror (Nasir, 2016). Tulisan Muhamad Nasir di atas juga menyoroti terorisme di Indonesia dengan pendekatan sejarah.
Artikel lain yang berjudul “Islamic Religious Learning In Providing Understanding Of Radical Hazar d Based On Affection Approach” menambah referensi penulisan disertasi ini. Artikel yang di tulis oleh Kusen, menguraikan arti penting sistem pendidikan nasional tak terkecuali pendidikan Islam dan pendidikan agama termasuk institusi-institusi pendidikan agama. Baik pendidikan agama maupun institusi pendidikannya memiliki arti penting dalam menghadang terorisme di Indonesia. Oleh karena itu pemahaman atas radikalisme dan terorisme hendaklah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Apalagi melihat bahwa termasuk yang menjadi sasaran rekrutmen agen radikalisme dan terorisme selanjutnya adalah siswa. Pendidikan agama menjadi benteng bagi merebaknya paham radikal dan munculnya benih-benih terorisme (Kusen, 2017). Tulisan Kusen ini juga berusaha mengurai akar radikalisme dan penyebarannya melalui pendekatan filsafat pendidikan.
Dengan beberapa uraian di atas jelaslah posisi penulis yang akan menelusuri rahmatan li Al-Alamin dari sisi tafsir Al-Quran secara tematik dikaitkan dengan keragaman umat beragama di Indonesia, yang tentu berbeda dengan tulisan-tulisan sebelumnya sebagaimana penulis paparkan.
## 2. Metode Penelitian
Artikel ini adalah membahas tentang rahmatan lil alamin Sehingga, sebagaimana yang berkembang dalam kajian tafsir, kajian tersebut termasuk kategori tafsir tematik. Dengan demikian kerangka teori atau landasan teori yang penulis gunakan dalam menyelesaikan tulisan ini juga tulisan-tulisan atau teori-teori yang berkait dengan tafsir tematik (Albar et al., 2020).
Pada tahun 1977 Abdul Hay Al-Farmawy guru besar fakultas ushuluddin Al-Azhar sebagaimana di ulas Quraish Shihab dalam buku membumikan al- Qur’an, me nulis buku dengan judul Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al- Mawdu’iy. Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa kajian tafsir tematik dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menetapkan masalah yang hendak dibahas, 2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut, 3) Menyusun ayat sesuai dengan masa turunnya disertai dengan pengetahuan tentang asbab al-nuzul nya, 4) Memahami korelasi korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing, 5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, 6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan, 7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat- ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang umum ( ‘am ) dari yang khusus ( khas ), yang mutlak dari yang terikat ( muqayyad ) atau yang lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara (Shihab, 2007). Di samping atikel ini secara metodologi merupakan kajian tafsir tematik, juga mengangkat sebuah tema risalah maka penulis juga membawakan tulisan-tulisan yang erat hubungannya dengan tema risalah.
## 3. Hasil Penelitian
## Sketsa Lafziyyah Rahmatan Li Al- ‘Alamin
Perbincangan mengenai rahmatan li al- ‘alamin , bukanlah kata yang berdiri sendiri, akan tetapi tidak lepas dari kata sebelumnya yang terdapat dalam ayat yang sama yaitu surat Al- Anbiya’ ayat 107 artinya: “ tidak aku utus kamu kecuali untuk merahmati seluruh alam .” Sebaga i utusan, Rasulullah SAW diberi kitab suci sebagai rujukan dalam penyebaran risalahnya yaitu Al-Quran. Ketika menelaah Al- Quran, maka bukan semata-mata tulisannya saja yang dimaksudkan. Akan tetapi seluruh isi dari
kandungan Al-Quran tersebut. Seperti diketahui bahwa Al-Quran ini diturunkan adalah menjadi petunjuk dan juga bebungah bagi orang-orang yang beriman (R. I. Departemen Agama, 2005). Masa-masa sebelum turunnya Al-Quran adalah masa-masa kelam. Hal mana pertumpahan darah dari tindasan orang-orang yang kuat terhadap yang lemah, pelecehan seksual terhadap perempuan, perdagangan yang zalim , riba dan kezaliman lainnya mewarnai kehidupan manusia kala itu (Syarqowi, 2003).
Syaikh An-Nadwi sebagaimana dikutip Abuddin Nata, menggambarkan masa jahiliyah itu sebagaimana bumi yang baru saja tertimpa gempa, ditambah dilanda tsunami. Sehingga banyak terdapat rumah-rumah roboh, gedung-gedung miring, dan harta benda berserakan tidak karuan, jasad manusia bergelimpangan. Al-Quran menyatakan bahwa kehidupan manusia saat itu sebagai rusak ( fasad ), kesesatan yang nyata ( dalalin mubin ), kegelapan ( zulumat ), permusuhan ( ‘adawah ), berada dalam tebing jurang neraka ( ‘ala sya fahufratin min an-nar ). Keadaan manusia benar-benar chaos . Penyembahan mereka kepada benda yang secara akidah tidak dapat memberi apa-apa, baik material maupun sosial. Mereka hidup terkotak-kotak oleh adanya kabilah-kabilah, suku-suku yang diskriminatif. Kehidupan mereka diliputi dunia hedonistik, kapitalistik, dan kekuasaan mereka berada ditangan orang-orang kaya yang zalim (Nata, 2016).
Situasi yang demikian carut-marutlah yang akan diatasi oleh Allah SWT dengan pengutusan hamba-Nya yang dipilih melalui surat Al- Anbiya’ ayat 107 sebagaimana tersebut di at as. Jika melihat dari terjemah ayat di atas “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”, maka (wa) adalah adawat ataf bermakna “dan” ( ma ) adalah nafi berarti tidak dan arsalnaka adalah bentuk pertama yang maknanya telah lampau, berarti mengutus, dan ( na ) adalah damir muttasil dengan mu’azam nafsah (Kami) maksudnya adalah Allah sebagai zat yang mengutus, dan ( Ka) adalah d}amir munfasil berarti kamu (Muhammad SAW). Illa adalah istisna berarti kecuali dan rahmatan ( ma f’ul li ajlih ) berarti menjadi rahmat . Li Al- ‘Alamin adalah jar dan majrur pada kata jamak ‘ alam yang berarti semesta alam.
Dari terjemah perkata terhadap ayat di atas dapat dipahami bahwa ayat tersebut mengandung pertama adalah adanya risalah (al-Bajurî, 2007). Hal ini lahir dari kata arsalna . Kedua adalah adanya Allah yang mengutus adanya risalah tersebut, dan ketiga adalah adanya aktor yang mengusung risalah tersebut yakni Nabi Muhammad SAW. keempat adalah baik Nabi Muhammad maupun risalah nya menjadi rahmat . Kelima adalah alam semesta yang menjadi objek bagi tersemainya rahmat Allah tersebut. Meskipun ayat di atas dimulai dari kata arsalnaka yang berarti risalah , tetapi karena luasnya uraian risalah tersebut, maka pembahasannya akan didiskusikan setelah uraian mengenai diri Rasulullah sebagai aktor dari pembawa risalah . Rasulullah SAW. kedudukannya menjadi rahmat dapat dilihat dengan faktor-faktor di bawah ini.
Pertama, diri Rasulullah Muhammad SAW, sebagai aktor pengusung risalah hal mana sebelum isra’mi’raj tersebut terjadi, Muhammad SAW dioperasi tubuhnya dan dimasuki hikmah ke dalamnya, juga karena merupakan didikan dari Allah SWT (Ad-Dardiri, n.d.). Dari sinilah mengapa apa yang keluar dari mulutnya tidak lagi bias dengan hawa nafsunya tetapi selalu sejalan dengan wahyu. Surat An-Najm melegalisasi adanya kejernihan ucapan Rasul tersebut dalam ayat 1 sampai 4. 1) Demi bintang ketika terbenam. 2) Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. 3) Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. 4) Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (Majah, 1952; Rida, n.d.). Keadaan Rasulullah SAW sebagaimana tersebut di atas, menurut Abuddin Nata karena di dalam diri Rasulullah terdapat hal-hal sebagai berikut:
Pertama, unsur rasionalitas. Yaitu bahwa segala yang dilakukan oleh Rasulullah didasari oleh usaha yang keras, bukan semata-mata karena sudah menjadi Rasul dan dengan Pencipta kemudian hidup santai tanpa usaha dan do’a. Semua kesuksesan dari Rasulullah adalah karena kerja kerasnya yang dilakukannya sesuai aturan dan sunnatullah yang ada. Sebagaimana perang-perang yang dilakukan Rasulullah yang diikuti sahabatnya dengan tulus ikhlas mereka memperoleh kemenangan. Namun yang tidak mematuhi aturan Rasulullah terjadilah kekalahan sebagaimana terjadi dalam perang Uhud. Contoh lain dari unsur rasionalitas ini adalah mukjizat yang diberikan kepada
Rasulullah yang berupa Al-Quran yang isi kandungannya demikian luas dan diyakini kebenarannya sekaligus dapat dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat sehingga akan membawa keberkahan dan rahmat bagi seluruh alam (Yahya, 2019).
Kedua, unsur kecerdasan. Yaitu bahwa ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang dapat membawa rahmat bagi yang mengikutinya adalah adanya unsur kecerdasan. Yakni sutu kemampuan intelegensia dan intelektual dalam ketepatan menganalisa dan mengambil keputusan yang tepat dan akurat yang terkadang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Sebagai contoh adalah peristiwa yang terjadi dalam perjanjian Hudaibiyah hal mana dalam perjanjian tersebut merugikan umat Islam yaitu dikembalikan, akan tetapi jika yang tertangkap adalah orang kafir Quraisy agar dikembalikan. Kebijakan ini oleh para sahabat dinilai lemah dan kurang cerdas. Namun Abu Bakar Siddiq mendorong sahabat lainnya agar mengikuti Rasulullah. Benar ketika perang Khaibar, yang jumlah kaum kafir Quraisy ribuan dapat dikalahkan oleh umat Islam. Hal inilah yang kemudian menggetarkan hati musuh hinga terjadinya fathu makkah . Di sini tampak dengan jelas akan kecerdasan Rasulullah dan kecerdasan inilah hakikatnya yang membawa rahmat bagi umat Islam (Yahya, 2019). Ketiga, keseimbangan antara hati dan pikiran ( heart and head ) dan kemampuan teknis ( hand ). Hal ini dilakukan dalam setiap pengambilan keputusan. Segala apa yang hendak diekskusi sebagai sebuah perbuatan telah terlebih dahulu dikoordinasikan dengan akal pikiran, dipertimbangkan dahulu oleh hati nurani. Jika sudah cocok keputusan itu diambil. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW, sehingga apa yang dikeluarkannya selalu membawa rahmat bagi semesta alam (Yahya, 2019).
Keempat, komprehensif, yaitu bahwa ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW menyentuh semua aspek kehidupan sebagaimana dirumuskan oleh Asy-Syatibi dalam al-muwaqat dengan istilah maqasid asy- syar’iyah bahwa tujuan agama adalah mencakup memelihara jiwa ( hifz an- nafs ), memelihara agama ( hifz ad-din ), memelihara akal ( hifz al-aql ), memelihara harta ( hifz al-mal ), dan memelihara keturunan ( hifz an-nasl ) (Nata, 2016). Mengenai uraian panjang lebar tentang hal ini akan di bahas dalam risalah Islam.
Ikhtisar Risalah Berbasis Rahmatan Li Al- ‘Alamin.
Konsep Rahmatan li Al-Alamin dalam Al-Quran pada dasarnya merupakan konsep yang abstrak. Namun demikian bukan berarti bahwa konsep tersebut tidak dapat dipelajari. Para ulama telah berusaha mengakajinya untuk dapat mengupas apa itu risalah rahmatan li al- ‘alamin , salah satunya adalah Asy-Syatibi.
Asy-Syatibi menyatakan bahwa risalah Islam rahmatan li Al-Alamin jika diperas, maka akan lahir ringkasan bahwa risalah rahmatan li Al-Alamin hakikatnya adalah akan melindungi hak-hak dasar yang dibutuhkan manusia. Hak-hak dasar tersebut adalah sebagai berikut (AL-GHAZALI, n.d.):
1) Hak Hidup.
Islam menjamin hak kelangsungan hidup ( hifz an-nafs ). Islam sangat menghormati harkat dan martabat manusia, dan melarang siapa pun merendahkan harkat dan martabat tersebut. Dalam penerapan hukum Islam terdapat kepentingan terkait kehidupan orang banyak yang harus dijamin. Sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Quran surat Al- An’a>m ayat 151 artinya: “ Katakanlah marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memaha mi(nya)”. Juga surat Al-Baqarah 179: “Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang- orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” Hukum qisas menurut ayat ini adalah dalam rangka memberikan efek jera kepada masyarakat. Menghukum satu orang berarti menghidupkan seribu orang. Namun demikian tidak berarti tanpa ada peluang negosiasi dan pemaafan. Hukuman mati
dapat dibatalkan jika keluarga korban memaafkan. Namun diganti dengan diyat (ganti rugi). Pelaku kejahatan pembunuhan begitu mengetahui sanksi hukuman pasti tidak akan melangsungkan niatnya untuk membunuh.
Manusia dalam hidupnya memiliki tiga fungsi yaitu sebagai makhluk Tuhan, makhluk indifidu dan makhluk sosial budaya. Ketiga fungsi itu terjalin sangat erat satu dengan lainnya. Kepada Tuhan memiliki kewajiban untuk menyembah kepada-Nya. Sebagai indifidu harus dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial harus hidup berdampingan degan orang lain dalam kehidupan yang selaras dan saling bantu membantu dan tolong-menolong. Sebagai makhluk sosial inilah kemudian melahirkan kebudayaan (Setiadi, 2017).
2) Hak memelihara akal untuk berpikir dan berekspresi
Risalah Islam menjamin hak kebebasan beropini dan berekspresi ( hifz al-aql ). Dalam risalah Islam, berpikir adalah merupakan kewajiban. Risalah Islam tidak pernah membelenggu gerak pikiran umatnya untuk menggapai hakikat sebagai jembatan menghantar kepada keyakinan. Rasul bersabda: berpikirlah dalam makhluk Allah dan jangan berpikir tentang zat Allah (R. I. Departemen Agama, 2005).
Risalah Islam menghargai manusia akan kebebasan berfikir dan berekspresi. Orang yang berilmu lebih tinggi daripada orang lain (Ibnu Ismail, n.d.). Kebebasan berpikir usaha memperoleh ilmu tingkat tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk menyiarkan kebajikan, bukan kezaliman. Sikap Rasulullah dalam mengapresiasi pikiran sahabat dalam strategi perang uhud merupakan contoh dari keluasan wawasan dan rahmat yang diberikan Rasul kepada sahabatnya (Rida, n.d.).
Demikian penting kedudukan akal dalam kehidupan, maka dilarang untuk dirusak. Salah satu yang bisa merusak pikiran adalah zat adiktif atau khamr (Rida, n.d.). Oleh karena itu Allah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 219 sebagai berikut artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya", dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” Ustman bin Affan berkata jauhilah olehmu minuman keras ( khamr ). Karena zaman sebelum umat Islam ini terdapat seorang laki-laki ahli ibadah yang diuji perempuan pezina. Dimasukkanlah ia ke dalam kamar kemudian dikunci. Dihadapannya terdapat anak yang mengibakan. Kemudian disuruhlah ia untuk memilih diantara berzina, atau membunuh anak kecil atau meminum khamr . Dia pun kemudian memilih khamr . Dengan pilihannya tersebut kemudian dia berani untuk berzina dan membunuh anak-anak yang terdapat dalam kamar tersebut. Demikianlah sangat besar pengaruh dari khamr terhadap kemapanan akal, sehingga salah satu dari misi agama adalah memelihara akal (Al- Bantani, 2002).
Demikian ketat risalah Islam di dalam pemeliharaan akal ini, sehingga seseorang yang menodainya akan mendapat sanksi. Klaim bahwa pelaku yang menodai akal ini sebagai pelaku dosa besar dan perlu mendapat hukuman. Asy-Syaikh Al-Imam Al-Alim Al-Fadil Muhammad Nawawi Al- Jawi dalam kitab Marqah Su’u d At-Tasdiq menyatakan bahwa pelakunya jika ia adalah orang yang merdeka adalah dijilid/dipukul empat puluh kali. Sedangkan bagi budak adalah setengahnya yaitu dipukul/dijilid dua puluh kali (A.-S. A.-I. A.-A. A.-F. M. N. Al-Jawi, n.d.).
3) Hak memelihara agama
Hak memelihara agama juga merupakan hak asasi bagi manusia. Karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang memerlukan kekuatan dahsyat di luar dirinya. Kecenderungan ini dapat terlihat dalam kisah Nabi Ibrahim ketika mencari Tuhan dengan melihat pertama kepada bintang. Tetapi kemudian bintang pun terbenam. Dilanjutkan kemudian kedua penglihatannya kepada bulan, akan tetapi bulanpun terbenam pula. Dilanjutkan penglihatannya ketiga terhadap matahari, namun ia pun terbenam pula. Nabi Ibrahim menyakini bahwa Tuhan Yang Maha Hakiki tentunya tidak akan terbenam ( Al-An’am: 77-81) (R. I. Departemen Agama, 2005). Meski situasi Ibrahim menjadi bahan diskusi para mufassirin tentang apakah benar Ia sedang menganalisa Tuhan atau apakah sedang melakukan tarbiyyah terhadap kaumnya, yang jelas penyembahan terhadap makhluk tidak dapat memberikan ketenteraman batin (Syakir, 2005).
Risalah Islam menjamin hak kebebasan beragama ( hifz ad-din ). Di samping manusia adalah makhluk sosial manusia juga makhluk beragama. Status ini meniscayakan manusia sebagai makhluk yang percaya kepada Tuhan. Bagi umat Islam sejak Ia disebut mukallaf telah wajib baginya mengetahui akan sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz bagi-Nya (Mustafa, n.d.). Mengetahui pula bahwa tidak ada yang berhak disembah secara benar kecuali Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT (S. N. Al-Jawi, n.d.). Beribadah merupakan aspek penting dalam keberagamaan seseorang, karenanya penghormatan atas keberadaan dan tata cara beribadah adalah hal yang penting. Ini pula merupakan hak asasi dari masing-masing pemeluk agama yang harus dihormati. Atas dasar inilah risalah Islam menanamkan prinsip umum terkait sikap keberagamaan seseorang yaitu tidak ada paksaan dalam agama (S. N. Al- Jawi, n.d.). sebagaimana Al-Baqarah ayat 256 artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Juga surat Yunus ayat 105 artinya: “ Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang musyrik.” Juga surat Ar-Rum ayat 30 Artinya : “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah dan Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Meskipun manusia dibebaskan dalam memilih agama, tetapi dalam ayat di atas terdapat penekanan dengan menggunakan kata ar-rusydu. Yaitu seseorang akan memilih agama yang benar, jika ia memiliki kecerdasan murni dan kedewasaan berfikir. Kebebasan beragama sejatinya adalah bentuk perhargaan Allah terhadap manusia sebagai hasil kreasinya yang paling baik dan sempurna, sekaligus juga realisasi sebagai makhluk yang bertanggung jawab (S. N. Al-Jawi, n.d.).
4) Hak berkeluarga
Sebagai upaya memakmurkan bumi dan menjadi khalifah fi al-ard , manusia disilahkan memiliki keturunan. Karena dari keturunan itulah kemudian akan terbentuk sebuah kebudayaan. Tugas suci sebagai khalifah akan dimulai dengan aktifitas suci yaitu dengan menikah. Tatacara akan pernikahan ini diatur oleh Allah dan Rasulnya melalui Al- Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW (Departemen Agama, 2004). Hal ini dilakukan dalam rangka risalah Islam menjamin hak dan kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga ( hifz an-nasl ). Dalam surat An-Nisa ’ ayat 3 Allah berfirman artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak- budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya (R. I. Departemen Agama, 2005).
Membina keluarga merupakan sifat naluriah dari manusia. Demikian juga meneruskan keturunan adalah salah satu hak asasi manusia. Guna membuat keluarga dan melangsungkan keturunan dalam risalah Islam dibahas dalam bab munakahat . Dalam aturan nikah bukan saja diatur masalah-masalah pasca nikah, Al- Qur’an surat ar - Rum ayat 21 menyatakan hal ini artinya: “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Rasulullah SAW. menyebut nikah sebagai sunah Rasul dan bagi siapa saja yang membencinya dianggap bukan merupakan umatnya. Menikah untuk melangsungkan keturunan adalah hak setiap indifidu dan dilindungi hukum. Bahkan dalam beristri lebih dari satu pun termasuk yang diperbolehkan dalam risalah Islam, sepanjang pihak suami dapat memberikan nafkafnya secara adil (Al- Jaza’iri, 1976) . 5) Hak kepemilikan harta Benda
Segala urusan dunia tidak akan kuat dan baik kecuali dengan harta benda. Sehingga oleh karenanya termasuk yang dilindungi oleh risalah Islam adalah adalah bahwa risalah Islam menjamin hak property ( hifz al-mal ). Termasuk hak mendapatkan pekerjaan, upah yang layak, jaminan
perlindungan dan kesejahteraan (Al- Asqalanī, n.d.) . Hak kepemilikan harta sangat dihargai oleh risalah Islam. Secara jelas Allah menyatakan alam semesta dan isinya diciptakan untuk dimanfaatkan manusia. Untuk itu manusia dibekali ilmu dan akal agar mereka mampu memanfaatkan bumi untuk keperluan pembangunan dan pelestarian. Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah 29 dinyatakan artinya: “Dia -lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit dan Dia Maha Menget ahui segala sesuatu.” (R. I. Departemen Agama, 2005).
Manusia diberi hak untuk mengumpulkan harta dengan cara yang benar menikmati, mengembangkan harta itu demi kebaikan. Karena itu ia berhak mempertahankan harta itu dari orang lain. Rasulullah SAW. bersabda: “orang yang mati karena memper tahankan harta, sebagai syahid (Ni’mah, 2020) (H.R. Bukhari dan Muslim).
Deklarasi Universal HAM mewajibkan setiap Negara yang meratifikasikannya untuk melindungi seluruh warga negaranya dan memberi peluang kepada mereka untuk memiliki. Negara wajib melindungi warganya dari upaya-upaya pencabutan hak milik, baik oleh sesama warga maupun oleh Negara secara sewenang-wenang (Pratama, 2018).
Pada dasarnya setiap orang dilarang merampas harta benda orang lain. Harta harus didapat dengan jalan yang benar dan didistribusikan di jalan yang benar pula sehingga terwujud kedamaian. Hal ini sebagaimana ditegaskan Al- Qur’an dalam surat An -Nisa ’ 29 artinya: “Hai orang -orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bat}il, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Juga ayat 188 surat Al-Baqarah artinya: Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bat}il dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Termasuk yang batil dalam mencari harta benda adalah mendapatkannya secara riba. Hal ini dilarang dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah pula ayat 275.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Masalah riba ini menjadi perhatian serius dalam risalah Islam. Ia digolongkan termasuk dosa besar setelah zina. Oleh karena itulah Rasulullah SAW, dengan keras menyatakan sebagaimana dikutip oleh pemilik kitab marqah su’u d at-tasdiq bahwa baik yang memakan, yang mewakili yang menulisi, yang menyaksikan semua dalam laknat Allah SWT (A.-S. A.-I. A.- ‘Alim A. -F. M. N. Al-Jawi, n.d.); (Al- Malaybary, n.d.); (Al-Hisni, n.d.).
Termasuk dalam kategori hak milik adalah hak kekayaan intelektual. Hasil karya manusia dibidang keilmuan, kesenian, atau kesusasteraan menjadi hak cipta yang harus dilindungi. Hak cipta yaitu hak milik yang sah yang dilingdungi agama maupun hukum HAM. Setiap orang dilarang merampas hak itu tanpa izin. Perampasan atas hak cipta ini, pemiliknya berhak menuntut dan membawanya ke ranah hukum (A.-S. A.-I. A.- ‘Alim A. -F. M. N. Al-Jawi, n.d.). Merupakan pakem dari risalah tersebut adalah Al-Quran. Al- Qur’an kemudian menjadi rujukan bagi terbangunnya peradaban baru yang sama-sekali berbeda dengan yang dulu. Ia akan melakukan pembangunan perdamaian di atas bumi ini. Jika bicara perdamaian, maka pendekatan pembangunan sebagai perdamaian, hendaknya jadikanlah prinsip dan nilai perdamaian baik dalam arti nir kekerasan maupun dalam arti upaya kreatif manusia untuk mencegah, menyelesaikan dan mentransformasi konflik sebagai acuan dasar dalam proses pembangunan. Berdasar prinsip dan nilai perdamaian ini, pembangunan diprioritaskan untuk menciptakan kondisi perdamaian melalui terpenuhinya
kebutuhan dan hak-hak dasar dalam hidup warga Negara, sebagai upaya untuk mengatasi sumber konflik dan akar-akar kekerasan dalam masyarakat. Dilakukan dengan cara damai, sehingga tidak menimbulkan kerusakan, baik kehidupan sosial maupun lingkungan alam (Lambang, 2007).
Konsepsi pembangunan sebagai perdamaian menekankan pentingnya pembangunan sebagai sarana untuk mewujudkan perdamaian melalui pemenuhan kebutuhan dan hak-hak dasar dalam hidup: kesejahteraan, kebebasan, kaamanan, dan identitas budaya. Terpenuhinya keempat kebutuhan dan hak-hak dasar dalam hidup ini akan membebaskan warga dari penderitaan, kekerasan baik struktural maupun kultural seperti kemiskinan, represi ketidaknyamanan dan aliensi budaya yang dalam banyak kasus menjadi sumber utama terjadinya konflik dan gejolak politik di masyarakat (Lambang, 2007).
Sebagai upaya untuk mewujudkan perdamain dibumi ini, dari sisi ekonomi manusia telah diberi modal oleh Allah SWT berupa Alam semesta. Alam semesta yang kita hidup di dalamnya ini diciptakan Allah Swt, secara sistematis mekanis. Satu dengan lainnya saling berhubungan dan bekerja secara otomatis. Nasi yang kita makan sehari-hari tidaklah ada begitu saja, tetapi tidak lepas dari peran petani. Petani juga tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan tukang traktor, juru tanam, tukang pupuk dan lain-lain. Sudah ditanam, tapi tidak dipupuk, tanaman akan kurus. Demikian itulah telah diatur oleh Allah Swt, secara mekanik, sehingga semuanya harus bekerja dan berfungsi secara baik agar tidak terjadi masalah dalam sistem tersebut. Kerja mekanik yang tersistem itulah disebut sunatullah (Shihab, 1996). Dalam Al-Quran surat Al-Fath ayat 23 disebutkan artinya: “ tidak akan ada yang bisa mengubah sunah Allah sebagai penggantinya .” (R. I. Departemen Agama, 2005).
Tampaknya keteraturan yang digagas oleh Allah Swt adalah sebuah isyarat bahwa manusia memang tidak bisa hidup secara sendiri, tetapi harus memerlukan orang lain. Justeru di sinilah keindahan dari hidup itu dapat terwujud dengan dinamis. Setiap kita akan bekerja pada keterampilan kita masing-masing. Al-Quran menyatakan hal ini dalam surat Al-Isra ’ ayat 84 artinya: “ Katakanlah: tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing- masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (R. I. Departemen Agama, 2005) . Keanekaragaman adalah merupakan barakah yang luar biasa. Dapat dibayangkan oleh kita betapa akan sangat jenuh jika kita dikungkung dalam dinding-dinding format tertentu. Dengan perbedaan ini manusia dapat menyadari kekurangan dan kelebihan dari yang lain. Perbedaan kemapanan ini juga secara tidak langsung adalah agar saling mengenal. Dari sinilah lahir tolong-menolong agar menjadi sebuah ibadah (Sinaga, 2020). Dalam hidup bersama berlakulah adanya hak dan kewajiban.
a) Hak-Hak Asasi Manusia.
Diantara makhluk Allah Swt. yang paling sempurna adalah manusia. Ia diciptakan sebaik-baik ciptaan ( ahsani taqwim ). Meski demikian keberadaannya tidak lepas dari yang lain. Fulan dengan kelahirannya telah ditolong oleh bidan, dukun bayi, dan saudara-saudara dekat. Masih pula didukung oleh adanya alat-alat medis yang memperlancar adanya suatu kelahiran dengan instrumen-instrumen yang dihasilkan dari rekayasa-rekayasa berbagai profesi yang berbeda. Hubungan ini melahirkan suatu relasi dan strata sosial yang ada. Di sana terdapat hubungan orang tua dengan anak, suami dengan isteri, kakak dengan adik, dokter dengan para medis. Semua itu meniscayakan adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi masing-masing pihak (R. I. Departemen Agama, 2005).
(1) Keseimbangan Hidup.
Keberadaan alam semesta ini bukanlah kebetulan, tidak disengaja ataupun main-main. Akan tetapi adanya adalah hal yang diciptakan dengan penuh keteraturan, tertata tanpa adanya pertentangan dan dengan penuh mekanisme yang stabil dan seimbang. Mereka semua tunduk atas sunnatullah dan bertasbih kepadanya. Hal ini seperti dalam Al-Quran surat Al-H asyr ayat 24 “ Bertasbih kepada Allah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ” (R. I. Departemen Agama, 2005). Demikian pula manusia. Dicipta oleh Allah dengan penuh mekanisme biologis yang seimbang, sehingga manusia dikatakan oleh Allah sebagai ahsani taqwim. Dalam surat Al-Infitar ayat 7 Allah berfirman artinya: Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu (susunan tubuhmu) seimbang (R. I. Departemen Agama, 2005). Dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya bahkan spiritualpun memerlukan adanya keseimbangan ( at-tawazun ). Manusia yang sehat adalah mereka yang mampu
menjaga keseimbangan ini. Baik keseimbangan lahiriah individu ( fardiyah ) maupun kelompok sosial ( jam’iyyah ), antara kehidupan duniawi maupun dengan ukhrawi sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Al-Qasas ayat 77 artinya: “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.” (R. I. Departemen Agama, 2005) .
Kandungan ayat di atas mengandung spirit keseimbangan dunia dan akhirat. Tidak boleh ada yang ekstrem diantara keduanya. Karena pada umumnya yang ekstrem membawa negatif. Kehidupan ini haruslah seimbang antara fisik dan psikhis, jasmani dan rokhani hak dan kewajiban, dunia dan akhirat, meskipun akhirat itu lebih utama dan lebih langgeng . Manusia harus bekerja optimal dalam rangka meraih dunianya, tetapi tidak boleh melupakan akhirat. Karena akhirat adalah tempat kembalinya. Dunia menjadi washilah baik kehidupannya di akhirat . Rasulullah bersabda artinya: “ dunia adalah ladang tempat menanam buah akhirat .” (R. I. Departemen Agama, 2005).
Keseimbangan dapat juga dipahami sebagai bekerjanya seluruh dari komponen di dalam kehidupan ini. Stroke adalah gejala tidak bekerjanya organ di bagian tertentu dari tubuh manusia yang mengakibatkan gerak dari jalan seseorang menjadi pincang akibat gangguan tersebut. Sebagai contoh adalah jam sebagai pengatur waktu ia memiliki jarum besar dan kecil. Jika jarum jam itu berputar berlawanan dengan jarum yang lain, maka akan terjadi kekacauan dengan tidak menunjuk pada waktu yang tepat (R. I. Departemen Agama, 2005).
Di dalam Al-Quran Allah Swt. menegaskan agar manusia hidup dengan penuh keseimbangan dengan cara berperilaku adil, moderat, tidak menzalimi orang lain, tidak curang dalam mencari harta, tidak mengurangi timbangan dan takaran pihak lain. Hal ini dimaksudkan agar manusia hidup bermasyarakat secara damai, bermartabat dan diridai oleh Allah Swt (R. I. Departemen Agama, 2005). (2) Perintah berlaku adil.
Dalam kehidupan sosial sikap adil perlu ditegakkan. Hal ini dilakukan guna membangun harmoni antar komponen dalam masyarakat. Sikap adil ini membutuhkan perjuangan khususnya ketika terdapat kebencian terhadap suatu kelompok masyarakat atau sebaliknya, kecintaan yang diakibatkan oleh pertemanan atau lainnya (Al- Mas’udiy, n.d.) .
Menurut Syaihk Azhar Ada dua model keadilan yaitu: pertama, keadilan terhadap diri sendiri dengan senantiasa hidup yang istiqamah . Kedua keadilan terhadap orang lain meliputi: pertama, keadilan pemerintah terhadap rakyatnya dengan cara memberikan kemudahan dan menyampaikan hak-haknya. Kedua keadilan rakyat beserta pemerintahnya, murid sama gurunya anak serta kedua orang tuanya dengan ikhlas dan taat. Ketiga keadilan manusia dengan sesamanya dengan tidak sombong dan tidak menyakiti mereka (Al- Mas’udiy, n.d.) . Keadilan itu harus senantiasa ditegakkan meskipun terhadap diri sendiri. Al- Qur’an surat Al - Ma idah ayat 8 menerangkan hal ini artinya: “ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (R. I. Departemen Agama, 2005). Hadis atau riwayat Aisyah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “apakah kamu akan memberi syafa’at terhadap suatu hukum had dari hukum-hukum had- nya Allah Swt. Kemudian beliau berdiri, lalu berkhutbah seraya berkata: “wahai manusia, sesungguhnya orang -orang sebelum kalian telah binasa disebabkan bahwasanya mereka, bila ada seorang dari golongan terhormat di antara mereka yang mencuri, mereka membiarkannya, dan bila ada seorang dari golongan rendah mencuri, mereka akan melaksanakan hukuman had terhadapnya. Hadis Rasulullah Saw. ini mendorong berbuat adil dan berdimensi rahmah . Karena dengan inza r bahwa orang dahulu rusak karena tidak adil memberikan peringatan dan semangat agar dapat berlaku adil, karena hal itu lebih menyenangkan, kepada semua pihak (al-Asqalani, n.d.; Al-Asqalani, 2015).
## (3) Moderat
Sikap moderat diperlukan juga dalam rangka menjaga harmoni kehidupan baik sebagai indifidu maupun kelompok masyarakat. Sikap moderat ini harus dibangun bahkan merambah ke berbagai hal termasuk dalam hal berinfak sekalipun seperti dalam surat Al-Furqa n ayat 67 artinya: “ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian .” (R. I. Departemen Agama, 2005). Umat Islam memang terlahir guna memotori lahirnya moderasi. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah 143 disebutkan artinya ; Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu... (R. I. Departemen Agama, 2005) . Dalam hadis disebutkan khairu Al-umuri ausatuha . Artinya: “Sebaik -baik perkara adalah tengah- tengah.”
(4) Larangan memakan harta benda orang lain secara tidak wajar atau batil.
Meski pun harta benda merupakan sarana manusia hidup di dunia, akan tetapi cara mendapatkannya haruslah dengan cara-cara yang dibenarkan oleh Syara’ . Sahabat Ali RA. Menyatakan bahwa mulianya seseorang yang hidup di dunia adalah dengan banyaknya harta benda (M. N. I. U. Al-Jawi, n.d.). Namun demikian cara mendapatkannya dengan cara yang benar. Mendapatkan harta dengan cara yang tidak benar dilarang oleh Allah Swt. Sebagaimana tersurat dalam Al-Baqarah ayat 188 artinya: “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bat}il dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (R. I. Departemen Agama, 2005) . Rasulullah Saw. bersabda: Siapa yang mengambil harta untuk disampaikan kepada yang berhak, maka Allah akan menyampaikannya, dan siapa yang mengambil barang orang lain untuk melenyapkannya, maka Allah akan melenyapkannya (‘Imarah, n.d.) .
(5) Larangan menzalimi orang lain.
Islam melarang umatnya berbuat zalim kepada pihak lain dengan segala macamnya. Berbuat zalim kepada orang lain identik dengan merampas hak orang lain. Salah satu kezaliman yang tersamar namun banyak terjadi adalah pengurangan dalam timbangan dan takaran. Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-Mutaffifin 1-3 sebagai berikut: 1. Kecelakaan besarlah bagi orang- orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (‘Imarah, n.d.) . Rasulullah Saw. bersabda: “ Menimbanglah kamu sekalian hingga terpenuhi timbangan. ” (‘Imarah, n.d.).
Untuk dapat terpenuhinya timbangan-timbangan sebagaimana tersurat dalam hadis, maka tidak bisa lepas dari terpenuhinya kewajiban-kewajiban dan hak-hak. Jika Hak-hak asasi telah dibahas pada uraian di atas, maka selanjutnya adalah masalah kewajiban asasi manusi.
a. Kewajiban Asasi Manusia.
Pada umumnya masyarakat dunia menuntut hak asasi manusia. Sebagai contoh adalah deklarasi hak asasi manusia. Tetapi jarang terdengar adanya penyadaran terhadap kewajiban asasi manusia. Padahal hal ini sangat penting. Karena pemenuhan atas kewajiban sebagai makhluk terhadap khalik akan berdampak positif pada terpenuhinya pula hak-hak terhadap yang lain (‘Imarah , n.d.). Kewajiban asasi manusia itu dapat diklasifikasikan kepada lima hal sebagai berikut:
1) Kewajiban kepada Allah dan Rasulnya (Al-Jabbar, n.d.).
Kehadiran manusia ke dunia ini bukanlah kemauan dari manusia itu sendiri, orang tua, atau lainnya tetapi karena Allah Swt. Terdapat maksud-maksud tertentu dibalik penciptaan manusia itu. Yaitu dalam rangka menyembah/beribadah kepada-Nya (Abdul Wahhab, n.d.). Sebagaimana disebutkan Al-Quran dalm surat Al-Dzariya t ayat 56 Artinya: “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” (R. I. Departemen Agama, 2005) .
Allah juga telah mencukupi segalanya. Hal ini sebagaimana tersurat dalam surat Hud ayat 6 Artinya: “ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz) (R. I. Departemen Agama, 2005) . Bahwa manusia mendapatkan pertolongan dari sesama adalah datangnya kemudian adanya. Oleh karena itu kewajiban asasi manusia yang harus diprioritaskan adalah kepada Tuhan pemberi hidup Yang Maha segalanya baru kemudian yang lain. Kewajiban asasi manusia adalah mengesakan, mengabdi dan taat kepadaNya. Allah memperkenalkan diri agar manusia menyembahnya pada surat Taha ayat 14 artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (R. I. Departemen Agama, 2005).
Hadis riwayat Bukha ri dan Muslim dari Mu’adz bin Jabal menerangkan hubungan hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai Khalik sebagai berikut: Dari Mu’adz bin Jabal ia berkata: Suatu saat aku naik Khimar (yang dipanggil ‘Ufair) dan duduk dibelak ang Rasulullah Saw. Tiba- tiba Nabi bertanya kepadaku: Hai Mu’adz tahukah kamu hak hak Allah atas hambanya dan hak hamba atas Allah? Aku menjawab Allah dan Rasulnya lebih mengetahui: lalu Nabi menjelaskan: Hak Allah atas hambanya adalah hamba menyembahNya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sedangkan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak akan menyiksa hamba yang tidak menyekutukan-Nya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah apa tidak sebaiknya aku sebarkan berita gembira ini kepada manusia? Beliau menjawab: sebaiknya tidak, karena mereka nanti akan berpangku tangan (malas beribadah) HR. Bukhari Muslim dari Mu’adz (‘Imarah, n.d.) .
Selain kewajiban asasi manusia kepada Allah, juga kepada Rasulullah. Sebagai tanda atas pemenuhan kewajiban terhadap Rasul adalah taat dan mencintainya.Dengan cara begitu maka Seseorang akan meraih cinta Allah. Karena hubungan Allah dan RasulNya ibarat satu mata uang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan (‘Imarah, n.d.) . Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al- Quran surat Ali ‘Imra n ayat 31 Artinya : “Katakanlah: "Jika kamu (benar -benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (R. I. Departemen Agama, 2005) .
2) Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
Hidup dan kehidupan adalah anugerah Allah Swt. Dalam doa iftitah yang dibaca sebagian umat Islam bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati adalah karena Allah Swt. Oleh karena itu sebuah anugerah, maka kewajiban asasi bagi manusia adalah memelihara. Al-Quran melarang mencederai atau mencelakai diri sendiri baik secara pisik maupun psikis. Hal ini sebagaimana tersurat dalam Al- Baqarah ayat 195 artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (R. I. Departemen Agama, 2005) .
Diantara kegiatan menjaga kelangsungan hidup adalah dengan menjaga kesehatan, menjamin organ tubuh mendapatkan hak-haknya secara adil seperti halnya mata harus tidur, dan menghindarkan diri dari segala sesuatu yang merusak kelangsungan dan tatanan hidup. Berhubungan dengan ini Rasulullah Saw bersabda melalui riwayat Abdullah bin Amr. Bahwa Rasulullah bertanya kepadaku: wahai Abdullah : “ Aku mendapat kabar apakah benar bahwa engkau berpuasa di siang hari terus-menerus dan shalat terus sepanjang malam? Aku Menjawab: “Benar ya Rasulullah.” Rasul menasihati: “jangan begitu, s halat dan puasalah lalu berbuka, bangun malam salat dan tidurlah, karena sesungguhnya jasad, mata, istri dan keluargamu juga punya hak dari engkau. Cukuplah engkau berpuasa tiga hari setiap bulan, karena sesunguhnya setiap satu kebaikan, maka itu (puasa tiga hari) sama halnya dengan puasa sepanjang masa (R. I. Departemen Agama, 2005).
3) Kewajiban Kepada Sesama Manusia.
Kewajiban kepada sesama manusia sangat luas meliputi kewajiban kepada orang tua, keluarga, pasangan (suami/istri) karib kerabat, tetangga, guru, teman, tamu dan lain sebagainya (Kementerian Agama, 2014).
Secara garis besar kewajiban tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
## a) Kewajiban asasi kepada orang tua
Kedua orang tua adalah merupakan sebab dari adanya manusia. Tanpa adanya perhatian dan kasih sayang mereka mustahil kita dapat hidup enak. Ibu dengan susah payah mengandungnya selama sembilan bulan sepuluh hari dan telah menyusuinya. Adapun ayah maka telah mencurahkan segala kemampuannya untuk kemanfaatan kita dalam rangka membangun jasmani dan ruhani kita (Al- Mas’udiy, n.d.) . Kewajban asasi kepada orang tua adalah berbuat baik dan mematuhi perintahnya, selama tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Hal ini tersimpul di dalam surat Al- Isra’ 23 -24 artinya: “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (‘Imarah, n.d.) .
Dalam hadis riwayat Abu Hurairah bahwa terdapat seorang laki-laki yang menghadap Rasulullah dan bertanya: Siapakah yang lebih berhak aku temani? Rasul menjawab Ibumu. Lalu Siapa? Rasul menjawab Ibu. Lalu siapa? Ibumu, kemudian ayahmu (‘Imarah, n.d.) .
Dalam hadis di atas ibu disebut lebih dari satu kali daripada ayah. Hal ini menyiratkan bahwa pertemanan dengan Ibu adalah seyogyanya lebih daripada ayah. Hafiz Hasan Al- Mas’u diy seorang ulama Azhar menyatakan bahwa kebaikan kita kepada Ibu hendaklah ditambah seiring dengan adanya hadis R asul “bahwa kebajikan terhadap Ibu bagi anak adalah dua kali lipat.” (Al- Mas’udiy, n.d.).
b) Kewajiban Suami Istri
Kewajiban suami istri secara timbal balik adalah bergaul dengan baik ( mu’asyarah bi al - ma’ru f ) dan menjaga kehormatan masing-masing hal ini sebagaimana tersurat dalam An-Nisa ’ ayat 19 artinya (Al- Mas’udiy, n.d.) : “ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. ” (R. I. Departemen Agama, 2005).
Dalam hadis riwayat Abdullah Ibnu Zam’ah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: janganlah seorang kamu mengajar istrinya sebagaimana mengajar hamba sahaya, kemudian menjamahnya di akhir hari. Hadis ini menerangkan bahwa meskipun seorang-laki-laki marah, jengkel tidak boleh memukul hingga melukai tubuhnya. Apalagi kemudian di pagi harinya meminta untuk hubungan intim. Meskipun ayat di atas yang menjadi khitab langsung (menggunakan perangkat laki-laki, tetapi bukan berarti bergaul itu cuma laki-laki tetapi juga sebaliknya perempuan juga ber mu’a malah dengan suami dengan baik.
c) Kewajiban terhadap karib, kerabat, teman, tetangga, dan orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi
Para karib kerabat adalah mereka yang memiliki hubungan keluarga. Allah SWT memerintahkan kepada kita agar menyambung tali shilaturrahmi kepada mereka. Hendaklah kita memelihara hak-hak mereka. Maka tidak boleh melukai perasaan mereka baik ucapan maupun perbuatan (Al- Mas’udiy, n.d.). Antara lain berbuat baik sesuai kondisi masing-masing. Dalam surat An-Nisa ’ ayat 36 Allah meminta perhatian dan kepedulian (Al- Mas’udiy, n.d.) sebagai berikut artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan -Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Al- Mas’udiy, n.d.) .
d) Kewajiban kepada sesama manusia pada umumnya, khususnya kepada sesama muslim, dengan menunaikan hak-haknya dengan baik
Terdapat banyak sekali etika yang berkait dengan kewajiban terhadap sesama manusia ini. Antara lain adalah tampilan wajah yang berseri tidak masam. Tidak angkuh dan sombong. Tidak menyombongkan diri dengan harta dan kedudukan karena hal itu justeru akan menjatuhkan diri di tengah-tengah pandangan manusia secara umum (Al- Mas’udiy, n.d.) .
Beberapa hadis menerangkan hak dan antara seorang muslim dengan muslim lainnya diantara sebagai berikut: “ Dalam hadis riwayat Safwan Ibnu Muhrizi Al-Mazini bahwa Rasulullah bersabda seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Tidak boleh menzalimi, tidak mencaci, menghina, Siapa yang membantu hajat saudaranya maka Allah akan menunaikan hajatnya, siapa yang membukakan kegalauan seseorang maka ia akan dibukakan oleh Allah Swt di hari Qiyamat dan siapa yang menutupi kekurangan seorang muslim, maka Allah akan menutupinya di hari Qiyamat ” (‘Imarah, n.d.) . e) Kewajiban kepada Negara dan pemerintah
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kita mendiami suatu territorial yang memberi batasan-batas sebuah wilayah untuk memudahkan identitas. Wilayah itu di Indonesia, dimulai dari RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, Provinsi dan NKRI. Ada pemerintah yang mendapat legitimasi untuk memimpin rakyat dalam rangka memperoleh keadilan dan kesejahteraan lahir dan batin. Kewajiban warga adalah menaati peraturan-peraturan yang digariskan oleh Negara sepanjang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah Swt. Seperti halnya memerintahkan berbuat maksiat (‘Imarah, n.d.) . Surat An-Nisa ’ ayat 59 sering digunakan dalam rangka menerangkan hal ini artinya: “Hai orang - orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya ” .
f) Kewajiban terhadap lingkungan hidup
Meskipun semua yang ada diperuntukkan bagi manusia dalam rangka ibadah kepada Allah Swt, bukan berarti bahwa manusia bebas mengekploitasi. Memelihara dan melestarikan adalah tugas manusia. Di darat, laut, maupun udara bertebaran makhluk Allah, yang memiliki andil dalam membentuk ekosistem yang teratur. Terdapat tidak sedikit ayat Al-Quran yang melarang manusia berbuat kerusakan. Karena alam ini diciptakan dengan penuh keteraturan dan keseimbangan. Terjadinya kerusakan boleh jadi akibat ulah manusia. Sehingga untuk menjaganya disampaikan larangan berbuat kerusakan (‘Imarah, n.d.) . Hal ini sebagaimana ayat 56 surat Al- A’ra f artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (R. I. Departemen Agama, 2005) . Flora dan fauna yang ada diciptakan oleh Allah untuk kebutuhan manusia. Sebagai lazimnya, ia membutuhkan lahan untuk berkembang seperti udara, air, sinar matahari dan makanan. Kalaupun karena kebutuhan protein hewani harus memakan daging, dalam penyembelihannya pun harus dilakukan dengan penuh rahmat yaitu sesuai syari’at dengan menggunakan pisau yang tajam (‘Imarah, n.d.) .
## Rahmatan li Al-Alamin Hubungannya Dengan Keberagaman Umat Beragama
Pemerintah menyadari bahwa keanekaragaman suku, adat istiadat dan agama merupakan suatu kenyataan yang harus disyukuri bersama. Meski demikian kemajemukan atau keanekaragaman dapat pula mengandung kerawanan-kerawanan sosial yang dapat memunculkan konflik-konflik kepentingan antar kelompok yang berbeda-beda. Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya kerawanan sosial tersebut pemerintah telah melakukan upaya-upaya preventif dengan pembinaan kerukunan antar umat beragama melalui suatu proyek di Departemen Agama, yaitu Proyek
Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama yang sebelumnya bernama Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama (Abdullah, 1994).
Dalam terminologi yang digunakan Pemerintah bahwa konsep kerukunan hidup beragama itu mencakup tiga kerukunan yaitu: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat yang berbeda-beda agama, dan kerukunan antara (pemuka) dan umat beragama dengan Pemerintah. Tiga kerukunan tersebut biasa disebut dengan tri kerukunan (Abdullah, 1994).
## 1. Kerukunan Intern Umat Beragama
Untuk menjaga stabilitas nasional diantaranya adalah menjaga kerukunan intern umat beragama. Sebagai penganut agama yang sama, seperti Islam dengan Islam mereka adalah saudara seagama. Demikian juga Kristen dengan Kristen, dan seterusnya. Sehingga hendaklah mereka bersatu tidak saling ejek, tetapi justru saling asah, asih dan asuh . Hindari hal-hal khilafiyah yang memungkinkan timbulnya perselisihan di internal umat seagama (Abdullah, 1994). Kalaupun terdapat perbedaan hendaklah bisa diminimalisasi dan dapat dipahami bersama sebagai sebuah rahmah dan hasanah . Seperti do’a qunut, azan dua ketika akan salat jum’at dan lain -lain yang sifatnya khilafiyah . Di sini lah berlaku kaidah lana a’maluna wa lakum a’malukum. Bagi kami amal kami dan bagimu amal kamu sekalian (Chalim, 2018).
Dalam surat al-Fath ayat 29 Allah berfirman artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda- tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Ibnu Kasir sebagaimana ditahkik oleh Ahmad Muhammad Muhammad Syakir menyatakan bahwa melalui ayat ini Allah SWT mengabarkan bahwa kedudukan Nabi Muhammad Adalah utusan Allah yang benar dan tidak diragukan lagi. Orang-orang yang mengitarinya dari kalangan para sahabat juga mereka dipuji oleh Allah SWT karena sifatnya yang agung. Yaitu berkasih sayang dengan sesama orang yang beriman, tetapi benci dan dapat saja bengis terhadap orang kafir. Mentalitas orang beriman yang mengasihi seagamanya merupakan proyeksi dari Allah SWT (Syakir, 2005). Dalam surat al-Maidah 54 Allah berfirman artinya:
Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. Yaitu bahwa mereka orang-orang yang beriman dicintai oleh Allah dan Allah juga cinta kepada mereka karena perangai mereka yang solid dengan orang-orang seagamanya. Digambarkan oleh Nabi SAW bahwa kehidupan orang-orang yang beriman dalam masalah cinta kasih dan kasih sayang laksana tubuh yang satu, hal mana jika terdapat anggota badan yang sakit, maka demamlah seluruh tubuh dengan panas dan stress (Shofaussamawati, 2017).
Dalam surat al- Hujurat ayat 10 Allah berfirman artinya: “Orang -orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Ahmad Muhammad Syakir ketika menafsirkan ayat 10 surat al-Hujurat mengatakan bahwa umat Islam keseluruhannya adalah merupakan saudara seagama. Sebagaimana sabda Rasul bahwa seorang muslim adalah saudara muslim lainnya. Oleh karena itu, Allah akan senantiasa menolong seseorang selama ia menolang saudaranya. Bahkan do’a seseorang kepada orang lain seagama haruslah senantiasa baik, karena diaminkan oleh malaikat, dan dipulangkan juga apa yang dia panjatkan dalam
do’a. Oleh karena itu apapun yang terjadi sebagai sebuah konflik dalam intern umat Islam hendaklah didamaikan. Bahkan terdapat penekanan bahwa rahmat akan diperoleh ketika mampu mewujudkan kedamaian antar sesama muslim (Syakir, 2005).
Orang-orang yang beriman disifatkan dengan yang rajin beramal dan rajin ibadah seperti halnya salat yang merupakan sebaik-baik dari ibadah. Juga disifati dengan ikhlas dan berharap pahala dari Allah SWT. Berupa sorga yang memuat berbagai macam dari keutamaan yang diberikan Allah SWT. Mereka diluaskan rizkinya oleh Allah SWT, dan keridaan yang diberikan adalah sebesar-besar karunia. Kondisi mereka yang rajin beribadah itu tercermin dalam sikap hidupnya yang khusyu’ dan tawaddu (Shofaussamawati, 2017).
## 2. Kerukunan Antar Umat Beragama
Penghayatan terhadap nilai-nilai agama akan melahirkan suatu sikap tertentu sebagai buah dari pengamalan agama. Sikap ini akan berkaitan dengan kerukunan. Atho Muzhar dalam sebuah artikel yang berjudul “Toleransi Kehidupan Beragama di Indonesia: Sebuah Tinjauan Teologis dan Sosiologis” menyatakan adanya empat sikap dari perilaku umat beragama. Keempat sikap itu adalah pertama, klaim kebenaran mutlak yang ekslusif. Bagi penganut agama tertentu ia akan mengatakan bahwa agama sayalah yang paling benar, agama lain salah dan harus dihapuskan. Kedua, sikap aghnosistisme. Sikap ini menyatakan bahwa agama adalah membuat repot. Pada tipe ini seseorang bisa rukun, tetapi bukan karena beragama. Bisa saja rukun, justeru karena tanpa adanya agama. Sikap ini tidak cocok dengan Negara Pancasila. Ketiga, sikap sinkretisme, yaitu satu sikap yang menggabungkan antar agama. Sikap ini pada dasarnya mendorong kepada kerukunan, tetapi salah dalam pelaksanannya. Karena sikap ini dapat mengambil percikan ajaran agama satu kemudian digabungkan dengan percikan agama satu lainnya. Keempat, sikap multikultularisme, yaitu suatu sikap dari paham bahwa agamanya sendiri adalah yang benar, tetapi pada waktu yang sama juga menghormati pemeluk ajaran agama lainnya (Maarif, 2009).
Dari keempat sikap tersebut yang paling menonjol untuk dikaji, setidaknya berkaitan dengan judul disertasi ini adalah sikap yang pertama dan keempat. Dengan sikap pertama seseorang berkecenderungan memiliki klaim kebenaran bagi agama tertentu yang dia anut. Karena dari sikap ini akan lahir sikap eklusif. Kedua adalah sikap multikulturalisme. Hal mana seseorang merasa bahwa agamanya sendiri adalah yang benar, tetapi pada saat yang sama juga dapat menghormati agama lain. Oleh karena itu pemerintah memberikan rambu-rambu bahwa meskipun agama yang dianut seseorang diyakini kebenarannya dan akan senantiasa disiarkan, tetapi dalam penyiarannya tetap dalam semangat kerukunan, tenggang rasa, teposeliro , saling menghargai, hormat menghormati antar umat beragama sesuai dengan Pancasila (Abdullah, 1994).
Dari sinilah berlaku kaidah lakum dinukum wa liyadin artinya: bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian jelaslah kavling toleransi beragama, hal mana seseorang tidak boleh masuk wilayah prinsipil yaitu akidah dan amaliyah (Yusefri, 2017).
Salah satu dari cerminan khusu’ dan tawadu’ itu adalah penghormatannya terhadap penganut agama lain (Wahid, Paige, & Rahman, 1998). Suatu perilaku yang memberikan pengertian bahwa risalah Islam berkasih sayang dengan umat manusia selain yang beragama Islam. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh sayyidina ‘Ali RA. Suatu ketika berangkat jama’ah untuk s alat fajar. Bertemulah Ali dengan seorang yang sudah tua renta di tengah jalan. Kemudian Ali tidak mau mendahuluinya karena ingin memuliakan dan mengagungkannya sehingga matahari hampir terbit. Saat dekat dengan pintu masjid, orang tua tadi pun tidak masuk masjid karena beda agama (Nasrani). Kemudian Ali masuk masjid dan menemukan Rasulullah sedang ruku’ shalat subuh. Ruku’ Rasul tid ak seperti biasanya, tetapi lebih lama sekira dua kali ruku’, sehingga sayyidina Ali bisa mendapatkan ruku’ bersamanya. Setelah selesai shalat , ditanyakan mengapa engkau ruku’ demikian lama yang tidak seperti biasanya? Rasul menjawab saat Aku ruku’ dan men gucapkan subhana rabbi al-azimi dan Aku hendak bangun datanglah malaikat Jibril menaruh sayapnya di atas punggungku serta memegangiku. Saat dia mengangkat sayapnya, maka bangunlah Aku . Para sahabat bertanya mengapa terjadi begini wahai Rasulullah? Rasul terdiam dan di jawab oleh malaikat Jibril bahwa sayyidina Ali itu pada dasarnya bersegera menuju ke
masjid untuk jama’ah salat subuh, tetapi di jalan bertemu dengan orang tua dari Nasrani kemudian Ali memuliakannya. Allah SWT kemudian memerintahkan Aku untuk menahanmu bangun dari ruku’, dan menyuruh malaikat Mikail untuk menahan matahari dengan sayapnya agar lamban terbit. Rasul kemudian bersabda inilah derajat dengan menghormati orang tua padahal ia adalah seorang Nasrani (al-Maqrizi, n.d.).
Riwayat di atas sejalan pula dengan hadis riwayat Bukhari dari Muhammad Ibnu Al- ‘Ala dari Mu’awiyah Ibnu Hisyam dari Syaiban, dari Faras dari ‘Atiyah dari Abu Sa’i d bahwa Nabi bersabda artinya: orang yang tidak berbelas kasih tidak diberi belas kasih”. Juga riwaya t Muhammad Ibnu Salam dari Jarir Ibnu Abdilla h bahwa Rasul bersabda artinya: “Allah tidak akan mengasihi seseorang yang tidak mengasihi manusia lainnya” (Al-Bukhari, 2005).
Dalam ungkapan yang sederhana sebagaimana dikatakan Nur Syam yang dikutip Ismail Yahya, bahwa Islam rahmatan li al- ‘a lamin adalah Islam yang mengembangkan pola hubungan antar manusia yang pluralis, humanis, dialogis dan toleran serta memperhatikan terhadap pengembangan dan pemanfaatan serta pengelolaan alam semesta dengan rasa kasih sayang. Pluralis memiliki relasi tanpa pandang suku, bangsa, agama, rasa ataupun yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Humanis dalam arti menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menghargai manusia lainya sebagai manusia. Dialogis dalam arti semua persoalan didiskusikan dengan beragam pemikiran. Toleran dalam arti memberi kesempatan kepada yang lain untuk melakukan sebagai yang diyakininya dengan penuh rasa damai maupun relasi dengan alam (Yahya, 2019).
Islam rah matan li al ‘alami n , adalah fungsi Islam secara universal akan membebaskan pemeluknya dari kungkungan formalitas keagamaan yang sempit, sehingga dapat memperhatikan pada hal-hal yang lebih universal sehingga dapat lebih leluasa berpartisipasi dalam dunia yang lebih luas tanpa dibatasi budaya dan agama yang justeru dapat membelenggu diri sendiri, dengan melepaskan diri dari sekat-sekat tata cara peribadahan semata (Wulandari, 2020).
Dengan demikian meskipun beda agama tidak boleh merusak menghina peribadahan umat lain. Dalam surat al- An’am 108 Allah Berfirman artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan - sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Melalui ayat di atas Allah SWT. melarang kepada utusannya dan juga orang-orang beriman pengikutnya dari menghina sesembahan orang-orang musyrik. Kecuali memang di dalamnya terdapat kerusakan yang besar. Yaitu perlawanan orang-orang musyrik dengan penghinaan terhadap sesembahan orang yang beriman yaitu Allah SWT. Dari sini pula menjadi terlarang untuk menghina sesama manusia. Dalam sebuah riwayat yang sahih Rasul bersabda: Terlaknat orang yang menghina kedua orang tuanya. Sahabat bertanya: bagaimana seorang laki-menghina kedua orang tuanya? Seseorang menghina ayah seorang laki-laki, maka ia pun akan membalasnya dengan menghina ayahnya. Ketika ia menghina ibunya, ia pun akan menghina ibunya juga (Syakir, 2005).
## 3. Kerukunan Antar Umat Beragama dengan Pemerintah
Dalam pidato pembukaan Musyawarah Antar Umat Beragama tanggal 30 November 1967 Menteri Agama K.H. M. Dahlan mengatakan bahwa kerukunan antara umat beragama adalah syarat mutlak bagi terwujudnya stabilitas politik dan ekonomi Negara. Menteri Agama berharap adanya kerjasama antara Pemerintah dan umat beragama untuk menciptakan iklim kerukunan beragama agar cita-cita bersama mewujudkan masyarakat adil dan makmur di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Esa dapat terwujud (Abdullah, 1994).
Dalam surat An-Nisa ayat 59 Allah berfirman artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ibnu Abbas dalam menafsirkan kata ulil amri dengan ahli fikih dan agama. Demikian juga Mujahid, ‘Ata, Hasan al -Bisri. Sedangkan Abu al- Aliyah dengan ‘Ulama. Akan tetapi ahli Zahir menyatakan bahwa kedudukan ulil amri bersifat umum, baik kalangan umara’ maupun ulama (Syakir, 2005).
Terlepas dari perbedaan kesan ulama terhadap kata ulil amri, dapat dikatakan bahwa dalam ayat di atas ketaatan kepada ulil amri disejajarkan dengan ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada rasul. Ketaatan terhadap pemerintah wajib hukumnya sejauh pemerintah tersebut tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat. Ketaatan itu terbatas pada hal-hal yang sifatnya baik (makruf). Jika melalui tangan pemerintah untuk taat kepada Allah juga, bagi umat beragama tidak boleh mengelak. Karena pada hakikatnya tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat kepada Allah SWT (Syakir, 2005).
Toleransi antar umat beragama harus diwujudkan pada tindakan-tindakan nyata yaitu saling menghargai, menghormati, menolong, mengasihi, tidak menghina ajaran agama lain serta memberi kesempatan pada pemeluk agama lain menjalankan ibadahnya (Suryan, 2017). Sikap toleransi sangat diperlukan dalam menciptakan kehidupan yang rukun dan damai dalam umat beragama karena pada dasarnya sikap toleransi dapat melatih dan membiasakan hati manusia untuk menjadi umat yang dapat memahami serta mengerti akan setiap kebutuhan dan kepentingan orang lain. Umat Bergama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, dalam bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan (Lumowa, n.d.).
Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah merupakan kesepakatan bersama antar umat beragama. Sehingga mengapa dalam sila pertama Pancasila dihilangkan tujuh kata, karena jika dipertahankan akan memberatkan umat lain. Karena merupakan kesepakatan bersama, maka kerukunan umat beragama adalah tanggung jawab bersama antar umat beragama dan pemerintah dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Rusydi & Zolehah, 2018).
Kerukunan umat beragama dengan pemerintah dapat dicontohkan misalnya saling menghargai dan menghormati keberadaan agama lain. Saling menghormati hari-hari besar masing-masing agama. Tidak saling mengejek antar umat beragama. Menghargai keputusan pemerintah tentang ditetapkannya peraturan bersama selama peraturan tersebut dan berakibat burut. Tidak saling membenci, berkiomentar buruk, atau menyebar virus kebencian melalui media sosial, seharusnya memberikan pesan damai dan toleransi antar umat beragama (Nazmudin, 2017).
## 4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditemukan beberapa hal-hal sebagai berikut: pertama , kata rahmat memilki beberapa arti yang secara umum dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu: a) Fisik/material dengan arti: hujan, surga, rezeki; dan b) Non Fisik/Immaterial seperti kosakata rahmat diartikan dengan: karunia, kebijaksanaan, wahyu, pahala, dan agama Islam. Kedua, dalam memahami kosa kata rahmatan li Al-Alamin dan perwujudannya dalam kehidupan nyata, para ulama dan para ahli agama di kalangan umat Islam terdapat dua pendapat yaitu: Kelompok Formalistik yang berpendapat bahwa agar rahmatan li al- ‘alamin dapat berguna nyata maka haruslah terlembaga dalam bentuk Negara. Sehingga menurut mereka pembentukan Negara Islam dalam bentuk Khilafah Islamiyah adalah mutlak adanya. Yang kedua adalah Kelompok Moralistik yaitu yang tidak mementingkan bentuk Negara, tetapi lebih menekankan ajaran agama khususnya Islam menjadi basis mental dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai sektor kehidupannya, baik ekonomi, sosial, politik maupun yang lainnya berlandaskan moral agama dengan berbasis pada rahmatan li al- ‘alamin . Sementara itu, perwujudan Rahmatan li Al-Alamin dapat terkendala dengan hal-hal seperti: berlebihan dalam masalah aqidah dan berlebihan dalam masalah percabangan agama ( juz’iyyah ) .
## Referensi
‘ Imarah, M. M. (n.d.). Jawahir Al-Bukhari . Al-Istiqamah. Abdul Wahhab, S. M. bin. (n.d.). Al-Usul Al-Khamsah . Abdullah, A. G. (1994). Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia . Gema Insani.
Ad-Dardiri, A. A.-B. S. A. (n.d.). Qisah Al-Mi ’ raj . Maktabah Raja Murah. al-Asqalani, A.-H. A. bin A. bin H. (n.d.). Bulug Al-Maram (Edisi Indo). Dar Assiddiq. Al-Asqalani, A.-H. I. H. (2015). Bulughul Maram . Pustaka Al-Kautsar. Al-Asqalan ī , S. A. al-F., & bin Hajar, A. bin ‘ Al ī . (n.d.). Fathu al-B ā r ī bisyarah Ş ah ī h al-Bukh ā r ī , juz XI. Beirut: D ā r al-Ma ’ rifah . al-Bajurî, I. (2007). Tahqiq al-Maqam ‘ ala Kifâyah al- ‘ Awam. Jilid II. Mesir: Dâr al-Taba ‘ ah al-Kubra al-Mishriyyah , 1280 . Al-Bantani, S. M. bin U. A.-N. (2002). Tanqih Al-Qaul Al-Hasis . Toha Putra. Al-Bukhari, A. A. M. I. I. (2005). Al-Adab Al-Mufrad, Tahqiq Farid Abdul Aziz Al-Jundi . Dar Al-Hadis. AL-GHAZALI, M. P. I. (n.d.). KONSEP HARTA DAN KESEJAHTERAAN . Al-Hisni, T. A. B. I. M. A.-H. (n.d.). Ad-Dimasyqi Asy-Syafi ’ i Juz 1 . Maktabah Al-Buhus Wa Ad-Dirasat Dar Al- Fikr. Al-Jabbar, U. A. (n.d.). Mabadi ’ Al-Fiqhiyyah, Juz III . Maktabah Dar Al-Fatah. Al-Jawi, A.-S. A.-I. A.- ‘ Alim A.-F. M. N. (n.d.). Marqah Su ’ ud At-Tasdiq . Pustaka Al-Alawiyah. Al-Jawi, A.-S. A.-I. A.-A. A.-F. M. N. (n.d.). Marqah Su ’ ud At-Tasdiq . Pustaka Al-Alawiyah. Al-Jawi, M. N. I. U. (n.d.). Nasaih Al- ‘ Ibad . Maktabah Keluarga. Al-Jawi, S. N. (n.d.). As-Simar Al-Yaniyah Fi Riyad Al-Badi ’ ah . Maktabah Keluarga. Al-Jaza ’ iri, A. B. J. (1976). Minhaj al-muslim . Alaf 21. Al-Malaybary, Z. bin A. A. (n.d.). Fath Al-Mu ’ in . Maktabah Imaratillah. al-Maqrizi, T. al-D. A. (n.d.). Kitab al-mawa ‘ iz wa ’ li ‘ tibar bi-dhikr al-khitat wa ’ l-athar. Bulaq , 1270 , 1853 – 1854. Al-Mas ’ udiy, H. H. (n.d.). Taysir Al-Khallaq . Maktabah Ahmad bin Sa ’ ad bin Nabhan wa auladuhu. Al-Qur ’ an, L. P. M., & Beragama, H. A.-U. (2014). Tafsir Al-Qur ’ an Tematik. Jakarta: Kamil Pustaka . Albar, D., Rahman, M. T., SAM, M. N. B., Munawwaroh, S. M., Wasehudin, W., & Budiana, Y. (2020). Penciptaan dan Pemeliharaan Alam dalam Perspektif Al-Qur ’ an . Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Arifin, M. (2020). Apa arti Islam Rahmatan lil ‘ alamin? Nikmat Islam. c om . Chalim, A. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Toleransi Dalam Al-Qur ’ an Surah Yunus Ayat 40-41 Dan Al-Baqarah Ayat 256 . IAIN SALATIGA.
Departemen Agama, B. P. K. R. R. K. W. (2004). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja . Semarang. Departemen Agama, R. I. (2005). Al-quran dan Terjemahannya. In Semarang: Toha . Djelantik, S. (2010). Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional . Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Edyar, B. (2017). Religious Radicalism, Jihad And Terrorism. AJIS , 2 (1). Hamka, B. (1982). TAFSIR AL-AZHAR . Pustaka Panjimas. Ibnu Ismail, A.-S. I. (n.d.). Ta ’ lim Al-Muta ’ allim . Maktabah Raja Murah. Jabar, U. ‘ Abdul. (n.d.). Khulasoh Nur Al-Yaqin Fi Sirat Al-Khulafa ’ Ar-Rasyidin, Juz III . Maktabah Ahmad Bin Sa ’ d Bin Nabhan Wa Auladuh.
Kafid, N. (2016). Dari Islamisme ke “ Premanisme ” : Pergeseran Orientasi Gerakan Kelompok Islam Radikal di Era Desentralisasi Demokrasi. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi , 57 – 79.
Kusen, K. (2017). Islamic Religious Learning In Providing Understanding Of Radical Hazards Based On Affection Approach (Study on Islamic religious Subjects at Junior High School). AJIS: Academic Journal of Islamic Studies , 2 (1), 67 – 90. Lambang, T. (2007). Pembangunan Sebagai Perdamaian. Yayasan Obor, Jakarta . Lumowa, F. (n.d.). Media Online: Teknik Dasar Penulisan Berita. Arlikel dan Bahasa Jurnalislik, sulut. kemenag. go. id/file/file/humas/zuvw , 1339679719 . Maarif, A. S. (2009). Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan: sebuah refleksi sejarah . PT Mizan Publika. Majah, S. I. (1952). Dar Ihya al Kutub al Arabiyah . Cairo. Munandar, S. A. (2019). Islam Rahmatan Li Al- ‘ Alamin Dalam Perspektif Nahdlatul Ulama. Jurnal Pendidikan Islam ELTarbawi , 11 . Mustafa, B. (n.d.). Rawihah Al-Aqwan . Menara Kudus.
Nasir, M. (2016). The Historical Background of The Ideology of Terrorism In Indonesia After September 11, 2001. AJIS: Academic Journal of Islamic Studies , 1 (1), 43 – 58. Nasution, H. (2002). Ensiklopedi Islam Indonesia . Djambatan. Nasution, H. (2018). Teologi Islam, aliran-aliran klasik sedjara analisa dan perbandingan . UI Press,. Nata, A. (2016). Islam Rahmatan lil Alamin Sebagai Model Pendidikan Islam Memasuki Asean Community. Makalah disampaikan pada acara “ Kuliah Tamu ” Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Senin , 7 .
Nazmudin, N. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Journal of Government and Civil Society , 1 (1), 23 – 39. Ni ’ mah, W. (2020). Islam Rahmatan Lil ‘ Alamin, Atau Lil Muslimin. Buletin Suara Mahad IAIN Walisongo . Pratama, A. N. (2018). Ini 30 Macam Hak Asasi Manusia Menurut PBB. Kompas.com . Qattan, M. (2001). Tarikh at-Tasyri ’ al-Islami. Kairo: Maktabah Wahbah . Qodir, Z. (2014). Radikalisme Agama di Indonesia: Pertautan Ideologi Politik Kontemporer dan Kekuasaan . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rida, M. (n.d.). Muhammad Rasulullah, Cet 4, Dar Ihya ’ Al-Kutub Al- ‘ Arabiyyah . Isa Al-Babi Al-Halaby Wa Syurakauhu.
Rusydi, I., & Zolehah, S. (2018). Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks Keislaman Dan
Keindonesian. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies , 1 (1, January), 170 – 181. Setiadi, E. M. (2017). Ilmu sosial & budaya dasar . Kencana. Shihab, M. Q. (1996). Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat . Mizan Pustaka. Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-misbah. Jakarta: lentera hati , 2 . Shihab, M. Q. (2007). “ Membumikan ” Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat . Mizan Pustaka.
Shofaussamawati, S. (2017). Iman dan Kehidupan Sosial. Riwayah , 2 (2), 211 – 224. Sinaga, Y. H. (2020). Agama Islam Rahmatan Lil ‘ Alamin. analisadaily.com. Solihin, N. (2017). Understanding The Radicalism Movement In Indonesia: A Conflict Approach To The Rise Of Terrorism. AJIS , 2 (1). Sugiyarto, W. (2015). Profil Keagamaan Terpidana Terorisme di Indonesia. Jakarta: Kementerian Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan Keagamaan . Sulhan, M. (2018). Deradikalisasi Islam Indonesia: Studi pemikiran Islam Nahdlatul Ulama . Suryan, S. (2017). Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam. Jurnal Ushuluddin , 23 (2), 185 – 200. Syakir, A. (2005). Umdah at Tafsir an al Hafidz Ibnu Kathir . Syarqowi, A. R. (2003). Muhammad Sang Pembebas: Sebuah Novel Sejarah. Yogyakarta: Mitra Pustaka . Syukron, B. (2017). Agama dalam pusaran konflik. Ri ’ ayah , 2 (01). Wahid, K. A., Paige, G., & Rahman, M. T. (1998). Islam tanpa kekerasan . Yogyakarta: LKiS. Wibisono, M. Y. (2020). Sosiologi Agama . Prodi P2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Wulandari, S. (2020). Islam Itu Rahmatan Lil ‘ Alamin Bukan Rahmatan Lil Muslimin. Kompasiana.com . Yahya, I. (2019). Islam Rahmatan Lil ’ alamin. diakses pada , 4 . Yusefri, Y. (2017). Syariat Islam Tentang Relasi dan Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Alquran. Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam , 2 (1), 47 – 74.
© 2021 by the author. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/).
|
0f6da1be-82e8-41f7-a49e-df3bad7b404a | https://journals.ums.ac.id/index.php/buletinkkndik/article/download/10771/5545 | Buletin KKN Pendidikan , Vol. 1, No. 2, Desember 2019
Peningkatan Minat Literasi Siswa melalui Revitalisasi Perpustakaan … (97-105)
## Revitalisasi Perpustakaan untuk Meningkatkan Minat Literasi Siswa di SD Muhammadiyah Nurul Ilmi, Klaten
Lina Agustina 1 , Arief Arffianto 2 , Salsabila Hasna K. 3 , Lusi Indarwati 4 , Dwindi Roseana Putri 5 , Sheila Erdi El-Majid 6 , Kartina Setia Rahayu 7 , Dicki Yustika Nurleli 8 , Wahyu Agung S. G. 9 , Imroatus Sholihah 10 .
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
## Indonesia
## INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK
Histori Artikel: Submit: 27 April 2020 Revisi: 2 Mei 2020 Diterima: 4 Mei 2020
Publikasi: 6 Mei 2020 Periode Terbit: Desember 2019 Salah satu keterampilan yang harus dimiliki di abad 21 ialah keterampilan literasi. Penyediaan bahan bacaan melalui perpustakaan merupakan upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan minat literasi siswa. Kegiatan revitalisasi perpustakaan dilaksanakan di SD Muhammadiyah Nurul Ilmi, desa Karangdowo, kecamatan Karangdowo, kabupaten Klaten. Fungsi awal perpustakaan digunakan untuk menyimpan buku SD dan SMP, buku administrasi alat olah raga, peralatan Hizbul Wathan, dan alat peraga pembelajaran. Kondisi yang tidak terawat membuat siswa enggan berkunjung ke perpustakaan. Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan ini ialah mengfungsikan perpustakaan dan meningkatkan minat baca siswa. Tujuan pengabdian ini ialah melaksanakan proses revitalisasi perpustakaan dan meningkatkan minat baca siswa. Metode pengumpulan data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan. Pengabdian dilakukan dengan tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Hasil pengabdian ini: 1) Revitalisasi perpustakaan, dilakukan dengan mendekorasi ulang perpustakaan, menyortir buku SMP dan mengklasifikasikan dan melabeli buku, dan membuat buku kunjungan perpustakaan. Berdasarkan klasifikasi, terdapat 156 buku bacaan siswa, 27 ensiklopedia, 314 buku penngetahuan umum, 89 buku guru, dan 814 buku pelajaran KTSP dan kurikulum 2013; 2) Minat baca meningkat dengan rata-rata jumlah siswa yang menginjungi perpustakaan setiap harinya ialah 30 siswa; 3) Perpustakaan difungsikan sebagai tempat alternatif pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi perpustakaan dapat meningkatkan minat baca siswa dan perpustakaan berfungsi sebagaimana mestinya.
Kata Kunci: minat literasi, perpustakaan, revitalisasi,
## Correspondent Author:
Arief Arffianto Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia Email: [email protected]
## Pendahuluan
Kemajuan peradaban suatu bangsa tidak cukup diukur dari sumber daya alam yang melimpah dan jumlah sumber daya manusia,
melainkan kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, di abad 21 Indonesia perlu mengembangkan kemam- puan literasi. Kemendikbud dalam
(Rahayunintyas & Yuliyani, 2020) menyatakan bahwa di abad ke-21, masyarakat harus menguasai keterampilan literasi dasar, kompetensi, dan karakter. World Economic Forum pada tahun 2015 menyepakati pentingnya penguasaan literasi (Kemendikbud, 2017). Solikhah dalam (Indriyani, Zaim, Atmazaki, & Ramadhan, 2019) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Upaya pengembangan literasi perlu dikembangkan secara terintegrasi, terutama melalui pendidikan. Ini karena, pendidikan memiliki fungsi dan tujuan dalam memajukan peradaban bangsa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, bahwasanya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003).
Untuk mengembangkan literasi di Indone- sia, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti berisi tentang Kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui pembiasaan pembiasaan, salah satu kewajiban seorang anak dalam pembelajaran adalah menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari) (Permendikbud No.23 tahun 2015). Dalam hal ini, pemerintah menjadikan Sekolah sebagai tempat yang paling awal dari upaya meningkatkan minat baca/literasi. Kegiatan membaca sebagai hal yang wajib dilakukan oleh siswa setiap hari
dengan harapan budaya membaca akan menjadi budaya dalam kehidupan mereka.
Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki peran fundamental untuk ikut serta mengembangkan minat literasi siswa. Menurut Effendy dalam (Kemendikbud, 2017), pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa adalah melalui penyediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca anak. Sayangnya sampai saat ini, minat literasi siswa Indonesia masih rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Central Connecticut State University (CSSU) tentang perilaku literasi, Indonesia berada di posisi ke-61 dari 62 negara. Sedangkan berdasarkan survey yang diadakan Programme for International Student Assesment (PISA), kemampuan baca siswa Indonesia menempati posisi 57 dari 63 negara tahun 2009. (OECD, 2010). Pada tahun 2012 berada pada posisi 64 dari 65 negara (OECD, 2012). Tahun 2015 Indonesia menempati urutan ke-64 dari 72 negara (OECD, 2016). Terakhir pada tahun 2019 Indonesia menempati posisi 72 dari 78 negara peserta survei (OECD, 2018).
Sedangkan data dari Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) dalam bidang membaca pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia di bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang dikuti 45 negara atau negara bagian, baik berasal dari negara maju maupun dari negara berkembang, hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 yang dilakukan objek pengabdian minat baca dan menulis (PIRLS, 2011)
Senada dengan itu, UNESCO
menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Ini berarti hanya 1 dari
Buletin KKN Pendidikan , Vol. 1, No. 2, Desember 2019
Peningkatan Minat Literasi Siswa melalui Revitalisasi Perpustakaan … (97-105)
1000 orang Indonesia yang rajin membaca. Dengan demikian, perlu adanya usaha nyata dari berbagai pihak untuk membantuk meningkatkan minat literasi siswa. Salah satunya ialah dengan menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat meningkatkan literasi siswa. Damayanti dalam (Setyowati & Erdan, 2018) menyatakan perpustakaan adalah pusat informasi dimana didalamnya bayak tersedia buku dan berbagai jenis referensi yang dibutuhkan untuk memperkuat keilmuan. Oleh karenanya, perpustakaan memiliki fungsi untuk menciptakan masyarakat yang berliterasi. Hal ini sesuai dengan Adianto (2011), bahwa untuk meningkatkan budaya literasi atau minat baca siswa di lingkungan sekolah perlu perhatian khusus dan layanan perpustakaan yang memadai. Sayangnya belum semua sekolah memiliki sarana-prasarana yang memadai, salah satunya perpustakaan.
Sebagai sekolah yang baru berdiri selama delapan tahun, SD Muhammadiyah Nurul Ilmi belum memfungsikan perpusatakaan secara maksimal. Berdasarkan wawancara kepada kepala sekolah dan guru-guru, belum berfungsinya perpustakaan dikarenakan tidak adanya pengelola perpustakaan. Dulunya, sekolah tersebut merupakan SMP Muhammadiyah 12 Karangdowo. Buku-buku koleksi SD masih bercampur dengan buku-buku dan administrasi SMP, serta ruangan perpustakaan masih digunakan untuk menyimpan peralatan olah raga dan alat-alat kegiatan Hizbul Wathan. Dengan keadaan yang demikian, selama delapan tahun perpustakaan belum digunakan. Ini tentunya menyulitkan sekolah untuk meningkatkan minat literasi siswa.
Perlu disadari berbagai pihak, bahwa upaya meningkatkan literasi harus dilakukan secara terintegrasi. Artinya tidak hanya sekolah yang berperan, tapi juga orangtua hingga masyarakat. Lebih spesifik, kewajiban untuk meningkatkan minat baca masyarakat diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa, meningkatkan minat baca perlu sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan kondisi dan uraian tersebut, tim KKN-Dik UMS di desa Karangdowo kabupaten Klaten, tertarik untuk meningkatkan minat literasi siswa SD Muhammadiyah Nurul Ilmi. Upaya yang dilakukan ialah dengan melakukan revitalisasi perpustakaan SD Muhammadiyah Nurul Ilmi.
Tujuan pengabdian ini untuk mendeskripsikan proses revitalisasi
perpustakaan dan peningkatan minat literasi siswa SD Muhammdiyah Nurul Ilmi.
## Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi sekolah dalam mengelola perpustakaan. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan perpustakaan mengetahui ketersediaan buku, seperti jumlah buku, jenis bacaan, dan kondisi perpustakaan. Dokumentasi dikumpulkan dari foto dan video sebelum dan sesudah dilakukan revitalisasi perpustakaan.
Pengabdian dilakukan di SD Muhammadiyah Nurul Ilmi yang beralamat di dukuh Kalitengah RT 01 RW 01, desa Karangdowo, kecamatan
Karangdowo,
kabupaten Klaten. Revitalisasi perpustakaan dilaksanakan selama dua minggu yang dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pada tahap persiapan pengabdi melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru serta observasi ke perpustakaan SD Muhammadiyah Nurul Ilmi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai masalah yang dihadapi sekolah dalam mengelola perpustkakaan dan untuk merencanakan solusi sesuai yang dibutuhkan sekolah.
Tahap pelaksaan program dilakukan pengabdi dengan membuka donasi buku dari pihak luar, mengelompokkan buku-buku berdasarkan jenisnya, memberikan label buku, membuat buku kunjungan perpustakaan, dan mendekorasi ulang perpustakaan. Peningkatan literasi siswa diukur dari jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan. Pada tahap pelaporan, pengabdi menyusun artikel ilmiah sebagai laporan kegiatan.
## Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan
Hasil kegiatan ini dibagi menjadi dua, yakni proses revitalisasi perpustakaan dan peningkatan minat literasi siswa. Kegiatan tersebut dijabarkan sebagai berikut. Tahap Perencanaan Pada tahap ini tim KKN-Dik UMS melakukan wawancara dengan informan kepala sekolah dan guru-guru SD Muhammdiyah Nurul Ilmi serta observasi sebagai pendahuluan. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa perpustakaan belum difungsikan dari awal berdirinya sekolah. Awalnya sekolah ini merupakan SMP Muhammadiyah 12 Karangdowo, sehingga buku-buku SD masih bercampur dengan buku, administrasi, dan alat peraga pembelajaran SMP. Selain itu, belum ada staf khusus pengelola perpustakaan. Selama observasi
dilakukan, perpustakaan belum tersusun rapi. Selain itu, ruangan juga masih digunakan untuk menyimpan alat-alat olah raga dan perlengkapan Hizbul Wathan.
Oleh karena itu, diperoleh kesimpulan bahwa perlu adanya perhatian pada perpustakaan SD Muhammdiyah Nurul Ilmi dengan melakukan revitaslisasi perpustakaan. Revitalisasi difokuskan untuk mendekorasi ulang perpustakaan, menambah koleksi, dan menyusun buku-buku sesuai jenisnya. Rencana revitalisasi selanjutnya dikonsultasikan dengan kepala sekolah, guru, dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-Dik.
## Tahap Pelaksanaan Program
Program mulai dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2020. Tahap pelaksanaan dimulai dengan membuka donasi buku dari pihak luar serta membuat proposal untuk memperoleh dana yang digunakan untuk kegiatan. Selain itu dana dikumpulkan dari iuran mandiri tim KKN-Dik. Dana digunakan untuk membeli kertas HVS, solasi, cat tembok, lem fox, kuas, tempat cat, roll untuk mengecat, tinner, dan amplas. Revitalisasi yang dilakukan oleh tim KKN-Dik untuk mengelola perpustakaan antara lain: 1) membersihkan perpustakaan, 2) mendekorasi ulang perpustakaan, 3) menyortir administrasi SMP, 4) memisahkan buku-buku SD dan SMP, 5) mengepak administrasi dan buku SMP yang tidak digunakan 6) mengelompokkan buku sesuai jenis dan melabeli buku, 7) membuat buku kunjungan perpustakaan. Klasifikasi dan jumlah buku disusun sesuai Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi dan Jumlah Buku Perpustakaan
Jenis Buku Jumlah Buku Guru 89 buku Buku Bacaan Siswa 156 buku Buku Pelajaran KTSP & Kurikulum 2013 814 buku Buku Pengetahuan Umum 314 buku Ensiklopedia 27 buku
Buletin KKN Pendidikan , Vol. 1, No. 2, Desember 2019
Peningkatan Minat Literasi Siswa melalui Revitalisasi Perpustakaan … (97-105)
Setelah diklasifikasikan dan diberikan label, terdapat 89 buku guru, 156 buku bacaan siswa, 814 buku pelajaran KTSP dan kurikulum 2013, 314 buku pengetahuan umum, dan 27 ensiklopedia.
Kondisi perpustakaan sebelum direvitalisasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kondisi Perpustakaan Sebelum Direvitaslisasi
Proses revitalisasi perpusatakaan oleh Tim KKN-Dik UMS 2020 dapat dilihat pada Gambar 2.
## Gambar 2. Kegiatan Revitalisasi Perpustakaan
Selanjutnya, hasil revitaliasi perpustakaan SD Muhammadiyah Nurul Ilmi disajikan pada Gambar 3, 4, dan 5.
Gambar 3. Susunan Koleksi Buku
Gambar 4. Perpustakaan Setelah Revitalisasi
## Gambar 5. Aktivitas Membaca Siswa
Berdasarkan gambar revitalisasi per- pustakaan di atas, perpustakaan sekolah yang sebelumnya belum difungsikan oleh sekolah, setelah direvitalisasi menjadi lebih rapi dengan buku yang tertata rapi, dekorasi yang bagus dilengkapi dengan buku kunjungan diharapkan akan meningkatkan minat siswa untuk mem- baca, sehingga siswa dapat memperoleh infor- masi yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan
Ibrahim Bafadal (2005:3) yang menjelaskan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengel- ola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku- buku maupun bukan berupa buku (non-book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan se- bagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
## Peningkatan Minat Literasi
Minat literasi siswa meningkat, dilihat berdasarkan jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan setiap harinya. Rata-rata jumlah siswa yang mengunjungi perpustakaan setiap harinya ialah 30 siswa. Jumlah kunjungan sebelum dan sesudah revitalisasi perpustakaan perpustakaan disajikan dalam grafik pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Peningkatan Minat Baca Siswa
Selain itu, kegiatan kunjungan perpustakaan siswa disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Siswa Meminjam Buku di Perpustakaan
Selain meningkatkan minat literasi, perpustakaan juga telah difungsikan oleh guru sebagai tempat pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak jenuh apabila selalu belajar di dalam kelas.
Meningkatnya minat literasi siswa akan mendorong siswa untuk selalu mengikuti perkembangan informasi. Dengan informasi tersebut siswa akan dapat mengikuti perkembangan zaman, semakin kreatif dan mandiri dalam menangani masalah dalam kehidupannya.
Hal ini sejalan dengan Rohman (2017), yang menyatakan bahwa dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka pelu ang kesuksesan hidup yang lebih baik. Bukan hanya itu kebiasaan membaca juga dapat membentuk karakter seorang anak. Selain itu, dari peraturan pemerintah yang telah dikeluarkan tentang literasi, pemerintah mengharapkan terbentuk karakter yang baik sejak dini. Karakter tersebut berasal dari materi baca yang berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global dan disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik (Wahyuningsih, A., & Citran- ingrum, M., 2019). Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan yaitu sekolah. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
0 20 40 Sebelu m Revitaliasasi Setelah R evitalisasi
Peningkatan Minat Baca Siswa SD Muhammadiyah Nurul Ilmi,
Karangdowo
Buletin KKN Pendidikan , Vol. 1, No. 2, Desember 2019
Peningkatan Minat Literasi Siswa melalui Revitalisasi Perpustakaan … (97-105)
## Tahap Pelaporan
Laporan disusun sesuai sistematika dengan menjabarkan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, dan solusi yang ditawarkan. Analisis data dilakukan dari data- data yang diperoleh selama pengabdian. Selanjutnya menuliskan metode pengabdian, hasil, dan potensi keberlanjutan.
Untuk meningkatkan minat literasi siswa secara berkelanjutan, perpustakaan dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran agar bervariasi. Televisi yang terdapat di perpustakaan, juga dapat difungsikan untuk memutar video-video pembelajaran dan film edukasi. Selain itu, petugas khusus pengelola perpustakaan juga diperlukan. Hal ini mengingat perlunya penataan buku perpustakaan secara berkala, pelayanan sirkulasi, dan laporan secara administratif untuk mencatat aktivitas perpustakaan.
Revitalisasi perpustakaan juga telah dilakukan dalam pengabdian sejenis. Menurut Setyowati & Erdan (2018) dalam pengabdiannya menyimpulkan setelah peremajaan perpustakaan dilakukan di sekolah tempat mengabdi, sejak hari pertama siswa antuasias mengunjungi perpustakaan. Tidak hanya dibaca di ruang perpustakaan, siswa juga membaca di luar ruang perpustakaan dan siswa juga berminat meminjam buku untuk dibaca di rumah. Agar senantiasa berfungsi dengan baik, tim pengabdi juga menyarankan kepada sekolah untuk tetap menjaga kebersihan dan kenyamanan perpustakaan.
Senada dengan itu, Asy’ari (2018) dalam penelitiannya menyimpulkan, bahwa minat baca sebenarnya dapat dilatih. Koleksi buku yang lengkap, pelayanan, dan desain perpustakaan yang baik akan meningkatkan minat baca siswa.
Tentunya desain perpustakaan juga disesuai dengan kebutuhan untuk menunjang kenyamanan dalam membaca.
Pemanfaatan perpustakaan sebagai tempat pembelajaran juga terdapat dalam hasil pengabdian yang sejenis. Zulaikha, Suardiman, & Kuntoro (2016) dalam pengabdiannya menyimpulkan, guru tertarik menggunakan perpustakaan untuk mendukung pembelajaran. Hal ini tampak dari guru yang melakukan penugasan di perpustakaan, meminjam perpustakaan untuk melaksanaka pembelajaran, dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat informasi dalam menambah materi.
## Simpulan
Berdasarkan pengabdian yang dilakukan oleh tim KKN-Dik dapat disimpulkan bahwa revitalisasi perpustakaan yang dilakukan pada SD Muhammadiyah Nurul Ilmi dilakukan dengan efektif dan efisien. Dapat dikatakan efektif dan efisien karena program ini tidak menghabiskan banyak dana, selesai sesuai waktu yang direncakan, dan mencapai tujuan dengan baik. Minat literasi siswa melalui perpustakan meningkat dan tim KKN-Dik telah memfungsikan kembali perpustakaan yang telah lama tidak berfungsi.
Dampak dari revitalisasi tersebut antara lain siswa dapat mengisi waktu luang dengan membaca berbagai jenis buku di perpustakaan dan ruang perpustakaan dapat dijadikan tempat sebagai ruang alih pembelajaran ketika membutuhkan suasana berbeda dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan menjadi sarana penting yang dapat mendorong dan mengembakan pemikiran siswa menuju pemikiran yang berwawasan luas dan terbuka.
## Daftar Pustaka
Arista, Novie. (2016). Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Sumber Belajar bagi Siswa. Skripsi. From: http://eprints.uad.ac.id/5180/1/Manfaat% 20Perpustakaan%20sebagai%20Sumber %20Belajar.pdf.
Asy’ari. (2018). Aksiologiya : Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Analisis Desain Perpustakaan Sekolah Pada Tingkat Budaya Literasi Siswa SMP Muhammadiyah 10 Surabaya . 2 (2), 170– 180. Bafadal Ibrahim. (2005). Pengelolaan
Perpustakaan Sekolah . Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyani, V., Zaim, M., Atmazaki, A., &
Ramadhan, S. (2019). Literasi Baca Tulis Dan Inovasi Kurikulum Bahasa.
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya , 5 (1), 108. https://doi.org/10.22219/kembara.vol5.no 1.108-118.
Kemendikbud. (2017). Panduan Gerakan
Literasi Nasional. Retrieved from https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp- content/uploads/2017/08/panduan- gln.pdf%5C.
OECD. (2010). PISA 2009 at a Glance. https://doi.org/10.1787/9789264095298- en.
OECD. (2012). PISA 2012 Results in Focus. Retrieved February 25, 2020, from PISA 2012 Results in Focus website: https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pis a-2012-results-overview.pdf. OECD. (2016). Country note – results from PISA 2015:
Indonesia. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/8
88933431961.
OECD. (2018). Insights and interpretations. https://doi.org/https://doi.org/10.1787/5f0 7c754-en.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. (2015). Re- trieved from https://ainamulyana.blogspot.com/2015/1 0/download-permendikbud-nomor-23- tahun.html.
Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). (2011). Analisis Hasil Belajar Peserta Didik dalam Literasi Membaca melalui Studi Internasional, http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/ survei-internasional-pirls1/ laporan-pirls. Rahayunintyas, D. I., & Yuliyani, D. R. (2020).
Pengembangan Model Multiple
Intelligences Based Learning Untuk Penguatan Gerakan Literasi Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Jurnal Cakrawala Pendas , 6 (1), 63–74. https://doi.org/http://dx.doi.org./10.31949/ jcp.v6i1.1698.
Rohman, Syaifur. (2017). Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah. Terampil: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar , 4(1), 151-174.
Setyowati, L., & Erdan, W. (2018). Menumbuhkan Budaya Literasi Melalui Gerakan “Ayo Membaca Buku” di Perpustakaan MTs Assalam Pasuruan. Jurnal Vokasindo , 6 (2), 100–112. Retrieved from https://vokasindo.ub.ac.id/index.php/voka sindo/article/view/96.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003).
Wahyuningsih, A., & Citraningrum, M. (2019). The Effectiveness of The Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) and Preview Question Read Reflect Recite Review (PQ4R) on Reading Comphrehension
Skill.
Indonesian Journal on Learning and
Buletin KKN Pendidikan , Vol. 1, No. 2, Desember 2019
Advanced Education (IJOLAE) , 1 (1), 26- 36.
Warsihna, Jaka. (2016). Meningkatkan Literasi
Membaca Dan Menulis Dengan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik).
Kwangsan, 4(2), 67-80.
Zulaikha, S. R., Suardiman, S. P., & Kuntoro, S. A. (2016). Pengembangan Model
Perpustakaan Madrasah Dalam Penerapan Literasi Informasi Untuk Mempersiapkan Belajar Sepanjang Hayat. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi , 3 (2), 213–224. https://doi.org/10.21831/jppfa.v3i2.9812.
|
effe84fb-7843-4fff-8e2b-ebbe0d8a5bb1 | https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience/article/download/13272/8814 | Jurnal Pharmascience, Vol. 10, No.1, Februari 2023, hal: 14-22 ISSN-Print. 2355 – 5386 ISSN-Online. 2460-9560 https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience Research Article
## Formulasi Gel Ekstrak Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.) dengan Kombinasi Carbophol 980 dan Cremophor RH 40
Kartiningsih, Rika Damayanti, Anarisa Budiati*
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia Email: [email protected]
## ABSTRAK
Daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata P.) merupakan tanaman obat yang diketahui memiliki aktivitas antiseptik. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pengaruh konsentrasi Carbophol 980 dan Cremophor RH 40 terhadap mutu fisik dan pH sediaan gel ekstrak kental daun sosor bebek yang dianalisa dengan metode ANOVA satu arah. Daun sosor bebek diekstrasi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian diformulasikan menjadi sediaan gel dengan kombinasi Carbophol 980 sebagai gelling agent dan Cremophor RH 40 sebagai wetting agent. Sediaan gel dibuat 8 formula dengan variasi konsentrasi Carbophol 980 0,5% dan 1,0%, dan Cremophor RH 40 0,5%; 1,0%; 1,5%; dan 2.,%. Sediaan gel yang diperoleh dilakukan evaluasi meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, viskositas dan sifat alir, kemampuan menyebar, dan pH. Sediaan gel yang diperoleh berwarna coklat, berbau parfum, dan jernih, viskositas pada rpm 0,5 berkisar 430,67–1015, 33 dPa.s, sifat alir plastis, kemampuan menyebar 2491,20–2111,77 mm 2 , pH 5,0–5,6. Hasil uji statistic menggunakan ANOVA satu arah dengan α 5%, didapat bahwa variasi konsentrasi Carbophol 980 dan Cremophor RH 40 memberikan perbedaan yang bermakna terhadap viskositas, kemampuan menyebar, dan pH. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan formula 5 yang menggunakan Carbophol 980 dan Cremophor RH 40 pada konsentrasi 0,5% sebagai formula terbaik.
Kata Kunci: Variasi onsentrasi, Carbophol 980, Cremophor RH 40, Gel, Ekstrak Daun Sosor Bebek
## ABSTRACT
Duck bill leaf (Kalanchoe pinnata P.) is a medicinal plant known to have antiseptic activity. The purpose of this study was to examine the effect of the concentration of Car- bophol 980 and Cremophor RH 40 on the physical quality and pH of the thick extract gel preparations of duck bill of leaf extract which was analyzed by one way ANOVA method.
Duck bill leaves were extracted by maceration method using 96% ethanol, then formulated into a gel preparation with a combination of Carbophol 980 as a gelling agent and Cremo- phor Rh 40 as a wetting agent. The gel preparations were made of 8 formulas with various concentrations of Carbophol 980 0.5% and 1.0%, and Cremophor RH 40 0.5%, 1.0%, 1.5%, and 2.0%. The obtained gel preparations were evaluated including organoleptic examina- tion, homogeneity, viscosity and flowability, dispersibility, and pH. The gel preparation ob- tained was brown in color, smelled of perfume, and was clear, viscosity at rpm 0.5 ranged from 430.67–1015, 33 dPa.s, plastic flowability, dispersibility 2491.20–2111.77 mm 2 , pH 5.0– 5.6. The results of statistical tests using one-way ANOVA with 5%, it was found that varia- tions in the concentration of Carbophol 980 and Cremophor RH 40 gave significant differ- ences in viscosity, dispersibility, and pH. Based on the evaluation results obtained formula 5 which uses Carbophol 980 and Cremophor RH 40 at a concentration of 0.5% as the best formula.
Keywords: Variaty of Concentration, Carbophol 980, Cremophor RH 40, Gel, Duck Bill Leaves Extract
## I. PENDAHULUAN
Jerawat merupakan ganggguan yang sangat umum dari kulit yang mempengaruhi hampir semua orang. Jerawat terjadi pada usia remaja, pada pria dan wanita antara umur 20-30 tahun (Price, et al ., 2000). Jika kelenjar aktif minyak pada kulit terlalu aktif, pori – pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan. Saat timbunan tersebut bercampur dengan keringat, debu, dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak dengan bintik hitam diatasnya (komedo) (Sri, 2016).
Daun sosor bebek ( Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.) adalah salah satu tanaman obat yang diketahui sebagai antimikroba dan ekstrak etanol daun sosor bebek memiliki aktivitas antiseptik terhadap bakteri Streptococcus mutans 4 kali lebih besar dari ekstrak airnya (Firdaus, et al. , 2010)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, 0,5% ekstrak etanol 96% daun sosor bebek mempunyai daya hambat minimum pada bakteri Staphylococcus aureus sebe- sar 2,5 ± 0,707 mm (Budiati et al. , 2015). Untuk memudahkan penggunaan ekstrak daun sosor bebek, maka dibuatlah sediaan gel. Sediaan gel mempunyai beberapa kelebihan yaitu memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak meninggalkan bekas, mudah tercucikan dengan air dan memberikan sensasi dingin setelah digunakan (Nikam, 2017).
Formulasi sediaan gel dikombinasi dengan penggunaan Cremophor RH 40, merupakan surfaktan nonionik dengan HLB tinggi yang berfungsi sebagai zat pembasah, fungsinya untuk meningkatkan penetrasi hidrofilik, mekanisme kerjanya mengurangi tegangan antarmuka antara obat yang bersifat polar dalam hal ini ekstrak daun sosor bebek dan sebum,
sangat menguntungkan dalam absorpsi dan partisi obat, dan secara signifikan dapat mengubah penetrasi obat melalui stratum korneum sehingga efektif dalam lapisan epidermal dan dermal untuk mengobati jerawat. Cremophor RH 40 juga dilaporkan dapat menghambat fenomena Ostwald rip- ening pada nanoemulsi sehingga meningkatkan stabilitas sediaan hingga beberapa bulan (Mahmoud, 2013).
Pada penelitian ini dibuat 8 formula dengan variasi konsentrasi antara Carbophol 980 yaitu 0.5% dan 1.0% sebagai gelling agent dan Cremophor RH 40 yaitu 0.5%, 1.0%, 1.5%, dan 2.0% sebagai zat pembasah dan dibandingkan dengan produk sediaan gel anti jerawat yang mengandung ekstrak tumbuhan yang beredar dipasaran yang digunakan sebagai pembanding untuk menetapkan parameter mutu fisik dan kimia sediaan gel yang memenuhi syarat.
## II. METODE
A. Penyediaan Bahan dan Alat
## Penelitian
Daun sosor bebek ( Kalanchoe pin-
nata (Larm.) Pers.), Cremophor RH 40
(PEG 40 hydrogenated castrol oil ), Car- bophol ® 980 NF Polymer (Lubrizol), trieth- anolamine, etanol 96% (PT. BRATACO), natrium metabisulfite, aquadest,
Timbangan analitik (AND ® tipe GR-200), alat-alat gelas (Pyrex ® /iwaki ® ),
viscometer Brookfield ® tipe RV, pH meter digital (Methrom ® Tipe 620).
## B. Penyelidikan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah daun sosor bebek ( Kalanchoe pinnata (Larm.) Pers.) yang diperoleh dari kebun percobaan Ballitro, Bogor. Pengambilan daun pada sore hari, dengan diameter daun 5-10 cm, panjang daun 10-15 cm yang terletak pada tangkai ke-3 dari pucuk sampai dasar selama daun tersebut belum ditumbuhi tunas baru (DepKes RI, 2000). Determinasi tanaman dilakukan di Ballitro, Bogor.
## C. Pembuatan Ekstrak Kental Daun So- sor Bebek
Sebanyak 500 g daun sosor bebek segar ditumbuk, kemudian di maserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 250 mL pada suhu 40 o C selama 24 jam, kemudian disaring dari ampasnya sehingga diperoleh ekstrak cair, lalu ekstrak cair dikentalkan dengan menggunakan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kental (Rahma, et al ., 2017).
## D. Pemeriksaan Ekstrak Kental Daun Sosor Bebek
Pemeriksaan ekstrak kental meli- puti organoleptik (warna, bau, bentuk), uji ketercampuran dengan air dan etanol 96%, bobot jenis menggunakan piknometer, pH
dengan menggunakan pH meter, dan iden- tifikasi fenol menggunakan pereaksi FeCl 3
1% (Diana, et al., 2020).
## E. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Kental Daun Sosor Bebek
Pembuatan gel ekstrak kental daun sosor bebek yaitu: Mengembangkan Car- bophol 980 dengan berbagai variasi konsetrasi dengan air suling ( beaker glass ) sebanyak 60 mL. Tambahkan trietanolamin ad homogen dengan homogenizer sampai terbentuk basis gel. (campuran A). Cremo- phor RH 40 dilarutkan kedalam air suling, masukkan ke campuran A aduk hingga ho- mogen. (campuran B). Natrium metabisul- fit dilarutkan dalam air suling, masukkan ke
campuran B aduk hingga homogen. (cam- puran C). Tambahkan sedikit demi sedikit etanol 96% kedalam campuran C, aduk hingga homogen (campuran D). Dimasuk- kan ekstrak kental daun sosor bebek yang sudah dilarutkan dalam air suling ke cam- puran D aduk hingga homogen. Dit- ambahkan parfum herbal ke campuran D, aduk hingga homogen. Sediaan gel di eval- uasi, meliputi: organoleptik, viskositas, si- fat alir, kemampuan menyebar, dan pH (Utami W, et al ., 2015 dan Yulius E, et al .,
2022)). Formula sediaan gel ekstrak kental daun sosor bebek ( Kalanchoe pinnata (Larm.) Pers.) diperlihatkan pada Tabel I.
Tabel I. Formula ekstrak kental daun sosor bebek
No Bahan Bobot % (b/v) FI F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 1 Ekstrak Kental daun sosor bebek 0.83 0.83 0.83 0.83 0.83 0.83 0.83 0.83 2 Carbophol 980 1 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5 3 Cremophor RH 40 0.5 1 1.5 2 0.5 1 1.5 2 4 Triethanolamin 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 5 Ethanol 96% 15 15 15 15 15 15 15 15 6 Natrium metabisulfit 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 7 Parfum qs qs qs qs qs qs qs qs 8 Air suling ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100
## F. Evaluasi Sediaan Gel
Evaluasi dilakukan setelah sediaan gel terbentuk pada suhu kamar.
## 1. Pemeriksaan organoleptik
Pemeriksaan organoleptik sediaan yang terdiri dari homogenitas, warna, dan bau
## 2. Viskositas dan sifat alir
Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield ® tipe RV dengan mengamati angka pada skala viskometer dengan ke- cepatan tertentu. Gel diletakkan dalam wa- dah berupa tabung silinder kaca (gelas kaca). Spindel diturunkan sehingga batas spindel tercelup ke dalam sediaan. Nya- lakan alat dan biarkan spindel berputar. Angka skala yang ditunjukkan oleh jarum merah dikalikan dengan faktor yang ter- dapat pada tabel (Atkins,1994). Viskositas gel dihitung dengan rumus:
Viskositas (ŋ) = (skala x faktor perkalian) cps Gaya ( F ) = ( skala x Kv ) dyne /cm 2
## 3. Kemampuan menyebar
Dioleskan gel pada cincin berada luas 55 mm dengan ketebalan 8 mm diam- eter 15 mm beralaskan kaca. Dibagian da- lam cincin, diisi penuh dengan gel lalu dira- takan dengan spatula hingga permukaan rata dan tidak ada gelembung udara. Di- angkat cincin perlahan hingga dapat di- oleskan dengan lempeng kaca, beri eban 200 gram selama 2 menit. Pindahkan beban
dan ukur diameter vertikal dan horizontal (Yusuf et al ., 2017).
## 4. Uji pH
pH meter dikalibrasi dengan larutan pH 7 (dapar fosfat ekimolal) dan pH 4 (dapar kalium biftalat), kemudian elektroda pH meter dicelupkan sehingga ujung el- ektroda tercelup semua dalam sediaan dan angka digital menjadi stabil (ada tanda ready ) siap untuk dibaca.
## G. Analisis Data
Analisis data gel dilakukan dengan membandingkan data viskositas, kemampuan menyebar dan pH. Faktor viskositas, kemampuan menyebar dan pH digunakan karena ingin mengetahui adanya pengaruh variasi konsentrasi Carbophol 980 dan Cremophor RH 40.
Data dianalisis menggunakan program SPSS.13 dengan metode statistika analisis variasi (ANOVA) dua arah dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna pada tiap formula.
Hi : terdapat perbedaan yang bermakna pada tiap formula.
Jika diperoleh (sign α 0.05 ) = menolak Ho, yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada tiap formula, begitu juga sebaliknya.
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
## A. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Kental Daun Sosor Bebek
Hasil pemeriksaan ekstrak kental daun sosor bebek, merupakan cairan kentak berwarna coklat dengan bobot jenis 1,416 g/mL, hat tersebut karena dengan penyarian menggunakan pelarut etanol 96% dapat menyari banyak kandungan yang terdapat pada daun seperti flavonoid, tannin dan saponin (Elfiyani, et al. , 2017). Ekstrak dapat bercampur baik dengan air dan etanol 96%, memiliki pH asam yaitu 4,2 karena mengandung vitamin C dan asam kafeoat (Okwu et al ., 2006 dan Akinsulire, et al .,
2007). Identifikasi kandungan fenol pada ekstrak menunjukkan hasil positif dengan
penambahan FeCl 3 1% memberikan warna biru kehitaman.
## B. Hasil Evaluasi Gel Ekstrak Kental Daun Sosor Bebek
Berdasarkan hasil pengamatan organo- leptik, gel ekstrak kental daun sosor bebek berwarna coklat tua/coklat jernih dan ber- bau parfum herbal. Pemeriksaan secara vis- ual menunjukan bahwa pada produk pasa- ran, formula I sampai dengan formula VIII tidak mengalami perubahan warna maupun bau. Kedelapan formula menghasilkan gel yang transparan, karena didapatkan dari ba- sis gel yang bersifat asam telah dinetralkan terlebih dahulu dengan trietanolamin.
## Tabel II. Hasil evaluasi gel ekstrak kental daun sosor bebek
Formula Organoleptik Homogenitas Kemampuan menyebar (mm 2 ) Viskositas (dPa.s) Sifat alir pH F1 Coklat tua Homogen 2389,08 630,00 Plastis 5,6 F2 Coklat tua Homogen 2317,45 764,33 Plastis 5,3 F3 Coklat tua Homogen 2252,48 925,33 Plastis 5,4 F4 Coklat tua Homogen 2111,77 1015,33 Plastis 5,0 F5 Coklat tua Homogen 2491,2 430,67 Plastis 5,4 F6 Coklat tua Homogen 2403,67 529,33 Plastis 5,5 F7 Coklat tua Homogen 2303,26 554,00 Plastis 5,3 F8 Coklat tua Homogen 2269,36 585,87 Plastis 5,5 P Hijau Homogen 2686,47 449,33 Plastis 5,4
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui homogenitas gel ekstrak daun cocor bebek dengan melihat keseragaman partikel dalam sediaan terse- but (Rakhmadan N, et al . 2021). Hasil ho- mogenitas semua formula adalah homogen, tidak terjadi pemisahan antara basis gel dengan bahan lainnya hal ini disebabkan karena telah dilakukannya optimasi ke- cepatan 1500 (rpm) dan waktu pengadukan 10 menit serta ekstrak kental daun sosor be- bek yang dapat larut dalam basis gel karena adanya Cremophor RH 40 merupakan golongan surfaktan nonionik, berfungsi sebagai peningkat kelarutan ekstrak kental daun sosor bebek.
Berdasarkan analisis data menggunakan ANOVA satu arah pada α 5% didapatkan hasil adanya perbedaan bermakna pada viskositas dari tiap formula gel. Semakin tinggi konsentrasi Carbophol 980 yang digunakan maka viskositas yang didapat semakin tinggi. Pada penelitian ini, didapatkan formula V dengan menggunakan Carbophol 980 0.5% yang memiliki nilai viskositas, yaitu 430,67 dPa.s.
Berdasarkan hasil evaluasi sifat alir sediaan gel, ekstrak kental daun sosor bebek memiliki sifat alir plastis. Pada penelitian ini semua formula memiliki sifat alir plastis. Gelling agent golongan polimer seperti Carbophol 980 jika penggunaannya tunggal memiliki sifat alir pseudoplastis
(Fransisca, 2011). Namun dalam hasil penelitian ini diperoleh sifat alir plastis yang disebabkan adanya penambahan Cre- mophor RH 40 pada formula gel yang mempengaruhi sifat alir gel.
Sifat alir plastis merupakan suatu non Newton dimana sifat alir ini tidak dipengaruhi waktu, viskositas akan berubah ketika diberikan rate of shear yang melewati nilai yield value . Sifat alir plastis sesuai dengan pengaplikasian sediaan gel yang berada dalam tube, yaitu pada saat be- rada dalam tube akan memiliki viskositas yang tinggi karena tidak ada rate of shear , sehingga gel akan tetap berada adalam wa- dah. Ketika diberi sedikit rate of shear yang melewati yield value , viskositas gel akan mengalami penurunan sehingga akan keluar dari wadah dan akan lebih mudah meyebar pada permukaan kulit saat diap- likasikan (Sinko dan Patrick, 2011).
Kemampuan menyebar gel ekstrak kental daun sosor bebek pada produk pasa- ran, formula I sampai dengan formula VIII menunjukan kenaikan kemampuan menye- bar dari sediaan gel, hal ini disebabkan ka- rena penggunaan Carbophol 980 pada for- mula I-IV yaitu 1% dan pada formula V- VIII yaitu 0.5%, semakin kecil konsentrasi Carbophol 980 yang digunakan akan menurunkan viskositas dan akan me- nyebabkan kemampuan menyebar semakin meningkat dan tekanan yang dibutuhkan
suatu sediaan untuk menyebar akan se- makin kecil. Diameter penyebaran diantara 50-70 mm dikategorikan gel semi padat (Yusuf et al ., 2017). Hasil kemampuan me- nyebar ini menunjukan konsistensi sediaan gel ini cukup untuk menyebar saat diap- likasikan dan mampu mengalir dari tube dengan baik.
Gel ekstrak kental daun sosor bebek memiliki pH yang berada dalam rentang 5.3-5.6, Nilai pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit dan tidak mengiritasi yaitu pH 4,5-6,5 (Nikam, 2017).
Formula I-VIII memiliki pH yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pengaruh suhu ruangan yang tidak konstan pada saat melakukan pengukuran. Serta masih terdapat gelembung udara yang ter- jerat didalam sediaan gel. Pengukuran pH menggunakan alat pH meter digital (Methrom ® Tipe 620) sangat sensitif ter- hadap perubahan suhu saat pengukuran.
## IV. KESIMPULAN
Ektrak kental daun sosor bebek dengan konsentrasi 0.832% dapat diformulasikan menjadi sediaan gel yang memenuhi parameter mutu fisik dan pH dengan sediaan gel anti jerawat produk pasaran dari sari aloe vera sebagai pembanding.
Variasi konsentrasi dari Carbophol 980 dan Cremophor RH 40 mempengaruhi mutu fisik dan kimia sediaan gel meliputi
viskositas, kemampuan menyebar, dan pH. Semakin tinggi konsentrasi dari gelling agent akan semakin tinggi viskositas dan kemampuan menyebar semakin rendah (Husnani dan Firdaus AM, 2017).
Diperoleh formula V dengan menggunakan Carbophol 980 pada konsentrasi 0,5% sebagai formula optimal yang mendekati mutu fisik sediaan gel antijerawat produk pasaran dari Aloe vera sebagai pembanding. Sediaan gel yang dihasilkan berwarna coklat tua, jernih, homogen, viskositas 430,67 dPa.s pada RPM 0,5, sifat alir plastis, kemampuan menyebar 2491,2 mm 2 , dan pH 5,4.
## KONFLIK KEPETINGAN
Seluruh penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Akinsulire,OR et all. Invitro Antimicrobial Activity of Crude Extracts from Plants Bryophyllum Pinnatum and Kalanchoe crenata . African Journal Traditional CAM. 2007. 4(3): 338- 344
Atkins PW. 1994. Physical Chemistry. Ed ke-5. England: oxford Univ Pr.
Budiati A, Victor A, Kumala S. (2017) Pengembangan produk facial wash gel ekstrak buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) dan daun sosor bebek ( kalanchoe pinnata (lam.) per.) sebagai anti bakteri penyebab je- rawat. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indo- nesia. 15(1). H. 89-95.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parame- ter Standar Umum Ekstrak Tum- buhan Obat, Cetakan Pertama, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional.
Diana S, Fatimah, Dina P. 2020. Compari- son of Antioxidant Activity of some Cocor Bebek Leaf Extract ( Kalan- choe pinnata ) Using DPPH Method.
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari. 11(1):21-31
Elfiyani R, Wardani E, Wardiyani U. 2017.
Pemanfaatan ekstrak etanol daun so- sor bebek dalam sediaan pasta gigi. Media Farmasi. 14(2):119-127.
Firdaus. Kartiningsih. Yantih, N. (2010).
Minimum inhibitory concentration (MIC) of powder ethanol extracts of Kalanchoe pinnata against Sterp- tococcus mutans . ITB Journal of Sci- ence. h. 5-1.
Fransisca. 2011. Efek Carbopol 940 Se- bagai Thickening Agent dan Gliserol Sebagai Humectant Terhadap Sifat
Fisis Shampoo Ekstrak Kering Teh Hijau ( Camellia sinensis L.) Aplikasi
Desain Faktorial. Skripsi. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Husnani H dan Firdaus A. 2017. Optimasi
Parameter Fisik Viskositas, Daya Se- bar dan Daya Lekat Pada Basis Na- trium CMC dan Carbopol 940 Pada Gel Madu dengan Metode Simplex
Lattice Design. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik. 14(1):11-18 Mahmoud H. Design and optimization of self-nanoemulsifying drug delivery systems of simvastatin aiming disso- lution enhancement. Afr J Pharm
Pharmacol 2013;7:1482–500. https://doi.org/10.5897/
AJPP2013.2987.
Nikam, S., 2017, Anti-acne Gel of Isotret- inoin: Formulation and Evaluation, Asian J. Pharm. Clin. Res., 10 (11):257-266.
Okwu DE, Josiah. Evaluation of the chem- ical composition of two Nigerian medical plants. African Jornal of Bi- otechnology. 2006; 5( 4): 357-361 Price, et al. 2000. Patofisiolgi Konsep
Klinis Proses–Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Ed 4. h.1267
Rahma, et al. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Etanol Daun Sosor Bebek dalam Sediaan Pasta Gigi. Media Farmasi. 14(2):119-127
Rakhmadhan N, Novia A, dan Dwi RF. 2021. Formulasi Dan Uji Evaluasi Fisik Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Etanol 96% Daun Cocor Bebek ( Kalanchoe blossfeldiana
Poelln.). Jurnal Insan Farmasi Indonesia. 4(1):129-138
Sinko dan Patrick. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi
5. Jakarta: EGC Sri L, Kusmarinah B, Wresty I. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Ed 7. H. 288-
292.
Utami W., et al . 2015. Formulasi dan
Optimasi Basis Gel Carbopol 940 dengan Berbagai Variasi Konsentrasi. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences ) vol 1. Yulius E, Deni R, Yunahara F. 2022. Formulasi Nanoemulgel Ekstrak Daun Cantigi ( Vaccinium varingiaefolium Miq.) Sebagai
Antioksidan. Majalah Farmasetika. 7(5):478-493.
Yusuf, A.L., Nurawaliah, E., dan Harun, N., 2017, Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Kelor ( Moringa oleifera L.) sebagai Antijamur Malassezia furfur, Kartika: Jurnal Ilmiah
Farmasi, 5 (2):62-67.
|
57c5ae33-a49c-43d0-9442-749b6800b54b | https://jurnal.uns.ac.id/ijas/article/download/28950/21232 |
## Regresi Data Panel untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB di Provinsi DIY Tahun 2011-2015
Dea Aulia Nandita 1 , Lalu Bayu Alamsyah 2 , Enggar Prima Jati 3 , and Edy Widodo 4 1,2,3,4 Jurusan Statistika Universitas Islam Indonesia
[email protected], [email protected], [email protected], and [email protected]
Abstract. Population growth can encourage and hinder economic growth. This study aims to analyze the factors that influence gross domestic product (GDP) in Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) using panel data regression. This study uses three independent variables, namely number of population, number of poor population, and investment, while the dependent variable is GDP. We use secondary data obtained from Badan Pusat Statistik (BPS). The results obtained from the regression analysis of the data series time panel are generalized least square (GLS), while for the cross section data panel shows the REM model is more suitable than PLS and FEM. Based on the validity test of the influence or t-test, the variable that shows significant to the economic rate which is categorized as GRDP in the Daerah Istimewa Yogyakarta in 2011-2015 is the variable Total population and Investment which has a positive relationship.
Keywords : economic growth rate, panel data regression, gross regional domestic product
## 1. Pendahuluan
Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peran serta pemerintah daerah dan masyarakat secara bersama-sama mengambil inisiatif pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi suatu wilayah. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam periode tertentu [1]. Meningkatnya PDRB maka akan meningkatkan penerimaan pemerintah untuk membiayai program-program pembangunannya. Kemudian akan meningkatkan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang diharapkan akan meningkatkan produktivitas kinerjanya. Laju pembangunan ekonomi diharapkan menjadi titik keberhasilan otonomi daerah berupa pembangunan daerah yang telah tercapai dan bermanfaat untuk menentukan keputusan di masa yang akan datang.
Regresi data panel adalah gabungan antara data cross section dan data time series , dimana unit cross section yang sama diukur pada waktu yang berbeda. Model pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Oleh
karena itu, sangat penting dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi PDRB di Provinsi Yogyakarta pada kurun waktu yang ditentukan.
Jumlah penduduk di Provinsi Yogyakarta dari tahun ke tahun terus meningkat. Pertumbuhan penduduk dapat mendorong sekaligus menghambat pembangunan ekonomi. Pertumbuhan penduduk di negara maju mampu meningkatkan pembangunan ekonomi karena didukung oleh investasi yang tinggi, teknologi yang tinggi dan lain-lain. Pertumbuhan penduduk di negara berkembang dan negara maju memiliki akibat yang berbeda terhadap pembangunan karena perbedaan kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi negara berkembang memiliki ciri-ciri modal yang kurang, teknologi masih sederhana, tenaga kerja kurang ahli, oleh karena itu pertumbuhan penduduk dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran dan akan mendorong meningkatnya beban ketergantungan. Penyediaan fasilitas pendidikan dan sosial secara memadai semakin sulit terpenuhi [2]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi PDRB di Provinsi DIY pada tahun 2011-2015 dan memperoleh model dari hasil analisis.
2. Landasan Teori
2.1. Regresi Data Panel
Regresi data panel adalah kombinasi antara data silang tempat ( cross section ) dengan data runtun waktu ( time series ) [3] . Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data panel, diantaranya [4]:
a. Pooling least square ( common effect )
b. Efek tetap
c. Efek random
Bentuk umum dari regresi data panel adalah
dengan
: pengamatan unit data tabel silang ke- waktu ke t
α : intersep
β : koefisien kemiringan untuk semua unit
: variabel bebas untuk unit data tabel silang ke - waktu ke–
: nilai galat pada unit data tabel silang ke- i dan waktu ke- t .
Common effect model atau pooled least square (PLS) merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross section . Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan ordinary least square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
Fixed effect model (FEM) adalah model dengan intercept berbeda untuk setiap subjek ( cross section ), tetapi slope setiap subjek tidak berubah seiring waktu [6]. Model ini mengasumsikan bahwa intercept adalah berbeda setiap subjek sedangkan slope tetap sama antar subjek. Dalam membedakan satu subjek dengan subjek lainnya digunakan variabel dummy [5]. Model ini sering disebut dengan model least square dummy variables (LSDV).
Random effect model (REM) disebabkan variasi dalam nilai dan arah hubungan antar subjek diasumsikan random yang dispesifikasikan dalam bentuk residual [5]. Model ini mengestimasi data panel yang variabel residualnya diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar subjek. REM digunakan untuk mengatasi kelemahan FEM yang menggunakan variabel dummy [4]. Metode analisis data panel dengan model random effect harus memenuhi persyaratan yaitu jumlah cross section harus lebih besar daripada jumlah variabel penelitian.
Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian untuk menentukan model apakah common effect atau fixed effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Uji Chow merupakan uji untuk membandingkan model common effect dengan fixed effect [4].
Hipotesis yang dibentuk dalam uji Chow adalah
(i) Uji hipotesis
Model yang tepat untuk regresi data panel adalah model common effect model Model yang tepat untuk regresi data panel adalah model fixed effect
(ii) Tingkat signifikasi
α : 5%
(iii) Daerah kritis
H 0 ditolak jika nilai p < α atau jika F hitung > F table
(iv) Statistik uji
Perhitungan F statistik didapat dari uji Chow dengan rumus [7]:
dimana
SSE 1 : sum square error dari model common effect
SSE 2 : sum square error dari model fixed effect
n
: jumlah perusahaan ( cross section ) nt
: jumlah cross section x jumlah time series
k : jumlah variabel independen
Sedangkan F tabel didapat dari:
{ }
dimana
α : tingkat signifikasi yang dipakai (alfa)
n : jumlah perusahaan ( cross section )
nt : jumlah cross section x jumlah time series
k : jumlah variabel independen
b. Uji Hausman
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan random effect dalam menentukan model yang terbaik untuk digunakan sebagai model regresi data panel [6]. Hipotesis yang dibentuk dalam uji Hausman adalah sebagai berikut :
i. Uji hipotesis
Model yang tepat untuk regresi data panel adalah model random effect Model yang tepat untuk regresi data panel adalah model fixed effect
ii. Tingkat signifikasi
α : 5%
iii. Daerah kritis
H 0 ditolak jika nilai p < α atau
iv. Statistik Uji
̂ ̂ ̂
c. Uji Lagrange multiplier
Uji Lagrange multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik daripada metode common effect (PLS) digunakan hipotesis sebagai berikut:
H 0 : Model common effect
H 1 : Model random effect
Uji goodness of fit ini digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam melakukan penaksiran . uji goodness of fit dapat dilakukan dengan tiga uji, yaitu:
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F )
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen [8].
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen [10]. Hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu variable independen memberikan pengaruh signifikan secara parsial/ individual terhadap variabel dependen.
## c. Koefisien Determinasi ( R 2 )
Koefisien determinasi untuk mengukur seberapa baik garis regresi yang dimiliki. Dalam hal ini penulis mengukur seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel dependen [9].
## 3. Metodologi Penelitian
Secara umum pada metodologi penelitian ini meliputi unsur-unsur:
a. Obyek pekerjaan
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lima Kabupaten/kota di Provinsi DIY yaitu Kabupaten Kulon Progo, Sleman, Gunung Kidul, Bantul dan Yogyakarta.
b. Tempat dan waktu pekerjaan
Penulis tidak melakukan penelitian langsung di Badan Pusat Statistika (BPS) karena peneliti mengambil data melalui web dari BPS.
c. Variabel penelitian
1. PDRB ( Y )
2. Jumlah Penduduk ( X1 )
3. Jumlah Penduduk Miskin ( X2 )
4. Investasi ( X3 )
d. Teknik sampling
Metode yang penulis gunakan adalah regresi data panel. Penulis menggunakan sampel lima kabupaten yang berada di Provinsi DIY.
e. Alat dan cara organisir data
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data dari website BPS DIY, pada penelitian ini peneliti menggunakan software Ms.excel dan R dimana Ms. Excel untuk mengelompokkan data yang didapatkan dari BPS, sedangkan software R alat untuk menganalisis data yang sudah ada.
4. Pembahasan
4.1. Penentuan Model Regresi Data Panel
## 4.1.1. Uji Chow
Uji Chow merupakan pengujian yang digunakan untuk memilih antara common effect model atau fixed effect model , dalam pemilihannya digunakan nilai p , jika nilai p < , maka H 0 akan ditolak yang berarti model terbaik adalah fixed effect model , sedangkan jika nilai p > maka model terbaik yang digunakan adalah common effect model . Adapun nilai p yang didapatkan dari uji Chow adalah 5.967x10 -15 sehingga ditolak. Dapat disimpulkan bahwa model regresi data panel yang dipilih pada uji Chow adalah fixed effect model . Namun, hal tersebut belum merupakan hasil akhir atas model regresi data panel yang didapatkan, oleh sebab itu penulis melanjutkannya dengan melakukan uji Hausman.
## 4.1.2. Uji Hausman
Uji Hausman merupakan pengujian lanjutan ini digunakan untuk mengetahui fixed effect model atau random effect model yang terbaik jika pada uji Chow didapatkan fixed effect model sebagai model yang terbaik, dalam pemilihannya digunakan nilai p , jika nilai p < , maka H 0 akan ditolak yang berarti model terbaik yang akan digunakan pada model regresi data panel ini adalah fixed effect model , sedangkan jika nilai p > maka model terbaik yang digunakan adalah common effect model . Adapun nilai p yang didapatkan dari uji Hausman adalah 0.9663. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dapat disimpulkan bahwa model regresi data panel yang dipilih pada uji Hausman adalah
Volume 2 No. 1 May 2019
random effect model . Selanjutnya untuk mengetahui efek yang terdapat dalam random effect model digunakan pengujian Breusch Pagan.
## 4.1.3. Uji Breusch Pagan
Uji Breusch Pagan digunakan untuk mengetahui adanya efek dua arah, individu, maupun efek waktu didalam model yang terbentuk. Adapun hasil dari pengujian Breusch Pagan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Efek Model dengan Uji Breusch Pagan
Uji Nilai p Efek dua arah 8.522x10 -12 Efek individu 4.532x10 -12 Efek waktu 0.07843
Berdasarkan Tabel 1, untuk pengujian model pada uji Breusch Pagan digunakan uji hipotesis seperti berikut:
Tidak terdapat efek dua arah Terdapat efek dua arah Tidak terdapat efek individu Terdapat efek inidivu
Tidak terdapat efek waktu Terdapat efek waktu
Tabel 2. Statistik Uji Breusch Pagan Uji Nilai p Tanda Efek dua arah 8.522e-12 < 0.05 Efek individu 4.532e-12 < 0.05 Efek waktu 0.07843 > 0.05 Karena nilai p
pada uji efek dua arah dan individu atau 8.522x10 -12 < 0.05 dan 4.532 x10 -12 < 0.05, maka dapat diputuskan bahwa pada uji efek dua arah dan individu ditolak. Pada uji efek waktu nilai p atau 0.07843 > 0.05, maka dapat diputuskan
bahwa pada uji efek waktu gagal ditolak dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dapat disimpulkan bahwa efek model regresi data panel yang dipilih pada uji Breusch Pagan adalah efek dua arah dan individu.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, efek model yang terbaik untuk digunakan adalah efek individu. Efek dua arah yang ada menjelaskan bahwa terdapat minimal satu efek yang terdapat pada model tersebut, dan telah didapatkan bahwa dalam model tersebut hanya terdapat efek individu. Sehingga, model terbaik yang akan digunakan pada studi kasus ini ialah menggunakan random effect model dengan efek individu.
Karena model yang terpilih ialah random effect model , maka tidak memerlukan dilakukannya uji asumsi klasik. Pada random effect model akan menggunakan pendekatan estimasi generalized least square (GLS), dimana dalam estimasi tersebut dapat memberikan bobot atau kepentingan yang sama untuk setiap observasi, sehingga GLS mampu menghasilkan estimator yang bersifat best linear unbiased estimator (BLUE) [10].
## 4.2. Pengujian Model Regresi Data Panel
4.2.1. Uji Overall (Uji F )
Uji overall digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan signifikan terhadap variabel dependen. Dalam studi kasus ini, model yang akan dilakukan uji overall ialah random effect model dengan efek individu.
Dari hasil analisis diperoleh nilai p atau 5.9237x10 -6 < 0.05, maka dapat diputuskan bahwa ditolak. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat minimal satu (konstanta atau koefisien variabel independen) yang berpengaruh secara signifikan terhadap model. Karena didapatkan kesimpulan bahwa secara simultan variabel signifikan terhadap model, maka peneliti melanjutkan pengujian pada uji parsial.
## 4.2.2. Uji Parsial (Uji t )
Uji Parsial digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap model. Tabel 3 menunjukkan hasil uji parsial untuk setiap variabel. Hipotesis penelitiannya sebagai berikut :
H 0 : Konstanta/Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada model
H 1 : Konstanta/Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen pada model.
Tabel 3. Uji Parsial Variabel Nilai p Konstanta 0.051214 Penduduk Miskin 0.4600497 Jumlah Penduduk 0.1482873 Investasi 0.0004304 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa nilai p
pada variabel investasi 0.0004304 < 0.05, maka dapat diputuskan bahwa pada variabel tersebut ditolak. Pada variabel penduduk miskin dan jumlah penduduk, diperoleh nilai p atau 0.4600497 > 0.05 dan 0.1482873 > 0.05 maka H 0 gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial hanya variabel investasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap model. Karena hanya variabel investasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap model, maka variabel penduduk miskin dikeluarkan karena memiliki nilai p yang lebih besar daripada jumlah penduduk. Hasil uji parsial dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Parsial Setelah Mengeluarkan Variabel Penduduk Miskin
Variabel Nilai p Konstanta 0.01091 Jumlah Penduduk 0.03786 Investasi 7.324x10 -6
Volume 2 No. 1 May 2019
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai p maka dapat diputuskan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan.
## 4.3. Koefisien Determinasi
Hasil uji menunjukkan bahwa pada random effect model dengan efek individual memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil dari model ini sebesar 0.63477, berarti variabel independen (jumlah penduduk dan investasi) mampu menjelaskan variabel dependen (PDRB) dalam model adalah sebesar 63.477%, sedangkan sisanya atau sebesar 36.523% variabel dependen dijelaskan oleh faktor lain yang tidak tercantum dalam model regresi data panel ini.
## 4.4. Interpretasi Model Terbaik
Nilai konstanta dan koefisien pada model terbaik dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan nilai efek individu pada masing-masing variabel cross section pada Tabel 6.
Tabel 5. Konstanta dan Variabel
Tabel 6. Nilai Estimasi Efek Individu
## 5. KESIMPULAN
Model regresi data panel yang sesuai untuk data PDRB di Provinsi DIY pada Tahun 2011-2015 adalah model random effect . Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB adalah investasi dan jumlah penduduk.
Variabel Nilai Konstanta 2.9614x10 7 Jumlah penduduk -3.6270 x10 1 Investasi 4.6615 Variabel Nilai ( ) Bantul 4274289 Gunung Kidul -1785370 Kulon Progo -8270538 Sleman -5864663 Yogyakarta 11646282
Volume 2 No. 1 May 2019
## Daftar Pustaka
[1] Sasana, H. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta. 2006.
[2] Todaro, P., and Michael. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke 4 . Erlangga, Jakarta. 1995.
[3] Kuncoro, M. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis & Ekonomi . Yogyakarta : UPP STIM YKPN. 2011.
[4] Widarjono, A. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Ketiga . EKONISIA. Yogyakarta. 2009.
[5] Kuncoro, M. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi . PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta. 2012.
[6] Gujarati, D.N. Dasar-dasar Ekonometrika , Terjemahan Mangunsong, R.C., Salemba Empat, buku 2, Edisi 5. Jakarta. 2012.
[7] Baltagi, B. H. Econometrics Analysis of Panel Data (3 ed.) . Chicester, England: John Wiley & Sons Ltd. 2005.
[8] Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS . Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.
[9] Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya . Yogyakarta : Ekonisia. 2013.
[10] Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics (4th ed) . New York: The McGraw-Hill Companies. 2004.
|
78bc446c-00f1-466e-be8b-13fe8c8f1a7a | http://ejournal.stikeselisabethmedan.ac.id:85/index.php/EHJ/article/download/322/249 | Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang
Reni Aprinawaty Sirait
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
Info Artikel ________________
Sejarah artikel : Diterima, Juni 12, 2021
Disetujui, Juni 23, 2021 Dipublikasikan, Juni 30, 2021 ________________ Keywords : Knowledge of OHS Attitudes, Work Accidents. ____________________
## Abstrak
________________________________________________________
Latar Belakang: Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting dan harus di perhatikan oleh pekerja hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya kerjasama antara pemerintah,perusahaan dan pekerja agar terhindar dari kecelakaan akibat kerja.
Metode : Metode penelitian kuantitatif yang bersifat survei analitik dengan menggunakan rancanggan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 55 pekerja dari 55 populasi dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling.
Hasil : Menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja yaitu Ada hubungan sikap dengan dengan kejadian kecelakaan kerjayaitu p-value (0,022).
Kesimpulan : Perusahaan lebih meningkatkan manajemen dalam memberikan pengawasan serta pelatihan kepada pekerja dan membuat peraturan dan kebijakan bagi siapa yang melanggar akan diberikan sanksi atau peringatan kepada setiap pekerja yang melakukan kesalahan.
## Abstract
________________________________________________________ Introduction : Occupational safety and health factors were very important and must be considered by workers, this was a shared responsibility, there needs cooperation between the government, companies and workers to avoid work related accidents.
Method : quantitative research methods that was analytical surveys using a cross-sectional in the processing section of 55 populations with sampling techniques using Total Sampling.
Result : The results of the bivariate study showed that there was a relationship between attitude and the incindence of workplace, namely p-value (0,022).
Conclusion : Companies improve management in providing supervision and training to workers and made regulations and policies for those who violate sunctions or warnings. Every worker who made a mistake had also been identified with incompetence determined.
## Koresponden Penulis :
Reni Aprinawaty Sirait, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam, Jl. Sudirman No.38, Petapahan, Kec. Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20512. Email : [email protected]
Elisabeth Health Journal : Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 1 (Juni, 2021) : 14-19 E-ISSN 2541-4992
## 1. PENDAHULUAN
Hakikat kesehatan dan keselamatan kerja mencakup dua hal, pertama adalah alat untuk mencapai derajat kesehatan yang terbaik bagi pekerja, petani, nelayan, pegawai negeri, pengelola atau pekerja bebas dari semua sektor formal dan informal.. Sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja, dan kedua sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas faktor manusia dalam produksi. (Kalalo, 2016).
Ramli (2010) mengemukakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan ilmu dan aplikasi untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 adalah pekerjaan pelindung yang bertujuan untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu aman dan sehat untuk menggunakan setiap produksi dengan aman dan efektif (Afrianto, 2014).
Di era industri global saat ini, industri besar dan kecil menghadapi masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua perusahaan bergerak ke arah penggunaan peralatan dan metode kerja yang semakin canggih. Sumber Daya Manusia menjadi salah satu unsur dalam proses produksi dan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan diri dan diharapkan mewaspadai pemanfaatan unsur lainnya berupa peralatan kerja yang lebih canggih dan modern. Mekanisme cara kerja dengan peralatan yang canggih juga tidak selalu membawa keuntungan dan kemudahan bagi pekerja namun juga dapat membawa musibah bagi pekerja seperti kecelakaan, penyakit bahkan kematian bagi penggunanya.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan mulai dari pekerjaan beresiko rendah hingga beresiko tinggi.Disamping itu pemahaman dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal maupun informal. Padahal faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting dan harus di perhatikan oleh pekerja hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu dilakukannya kerjasama antara pemerintah,perusahaan dan pekerja agar terhindar dari kecelakaan akibat kerja (Salawati, 2015).
Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan tidak terkontrol, penyebabnya manusia dan situasi lingkungan. Faktor-faktor tersebut yang menggangu proses kerja, yang dapat menimbulkan kerugian. Sebab kecelakaan harus ditemukan penyebabnya agar selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif kecelakaan tersebut dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali (Suma’mur, 2014). Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan penyebab kecelakaan . seperti tindakan tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang diakukan oleh diri sendiri maupun orang lain.
International Labour Organization (ILO) menyatakan pada tahun 2013 terdapat 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) berjumlah 2 juta kasus setiap tahun (ILO, 2014). Pekerja mengandung potensi risiko bahaya seperti kecelakaan kerja, besarnya potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut tergantung dari jenis pekerjaan, alat yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan lingkungan kerja serta kualitas manajemen tenaga-tenaga pelaksana.
Pusat data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015) menyatakan bahwa Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2001-2014 paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (tahun 2011) berjumlah 9.891 kasus, tahun 2012 berjumlah 21.735, tahun2014 berjumlah 24.910 dan untuk jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun 2011-2014 terjadi penurunan pada tahun 2011 terdapat 57.929 kasus; pada tahun 2012 terdapat 60.322 kasus; pada tahun 2013 terdapat 97.144 kasus; pada tahun 2014 terdapat 40.694 kasus.
Data BPJS ketenaga kerjaan tahun 2015 mencatat terdapat 105.182 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia. 2.375 diantarannya mengakibatkan korban meninggal dunia.
Berdasarkan data dan hasil survei awal yang dilakukan terdapat 2 pekerja kejadian kecelakaan kerja dalam proses produksi di PT New Saripati Batang Kuis. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pekerja menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan dan sikap tentang Keselamatan dan Kesehehatan kerja.
## 2. METODE
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional atau potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Resiko Kecelakaan Kerja pada pekerja di PT. New
Saripati Batang Kuis, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Populasi dalam penelitian ini seluruh pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis yang berjumlah 55 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan Total Sampling. Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. New Saripati Batang Kuis, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data atau observasi dilakukan pada waktu bersamaan antara variabel independen dan variabel dependent.
## 3. HASIL
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang K3 di PT New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 (n=55)
Pengetahuan f % Baik 12 21,8 Tidak baik 43 78,2 Total 55 100,0
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1. ditemukan bahwa dari 55 responden terdapat 12 orang (21,8%) pekerja memiliki pengetahuan baik dan 43 orang (78,2%) pekerja yang memiliki pengetahuan tidak baik.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang K3 pada pekerja di PT New Saripati Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 (n=55) Sikap F % Setuju 11 20,0 Tidak Setuju 44 80,0 Total 55 100,0
Berdasarkan data pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari 55 responden yang memiliki sikap setuju sebanyak 11 orang (20,0%) dan yang memiliki sikap yang tidak setuju sebanyak 44 orang (80.0%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Kecelakaan Kerja pada pekerja di PT New Saripati
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 (n=55) Kejadian kecelakaan kerja F % Pernah 14 25,5 Tidak Pernah 41 74,5 Total 55 100,0
Berdasarkan Tabel.3. diatas dapat diketahui bahwa dari 55 responden di PT New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 yang memiliki kejadian kecelakaan kerja yang pernah sebanyak 14 orang (25,5%) dan kejadian kecelakaan kerja yang tidak pernah berjumlah 41 orang (74,5%).
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 (n=55)
Kejadian kecelakaan kerja
p Val ue Pernah Tidak Pernah Total Pengetah uan Pekerja N % N % N % Baik 5 9,1 7 12, 7 1 2 21,8 0,0 07 Tidak baik 3 6 65, 5 7 12, 7 4 3 78,2 Total 4 1 74, 5 1 4 25, 5 5 5 100,
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p.Value (0,007) < α (0,05), hal ini berarti hasil perhitungan statistic bermakna (signifikan) yang menandakan ada hubungan antara Pengetahuan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
## 4. PEMBAHASAN
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salawati (2015) yang berjudul Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan nilai p value (0,027) < α (0,05). Hasil Penelitian lain juga yang dilakukan oleh Vondra Anggi Saputro (2015) yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap tentang Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada nelayan tangkap ikan di Surakarta Tahun 2015 dengan nilai p value (0,002) < α (0,05).
Hasil penelitian lain juga yang dilakukan oleh Stevanus Yonathan Kalalo (2016) berjudul hubungan pengetahuan dan sikap tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan di Desa Belang Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggaradengan nilai p value (0,000) < α (0,05).
Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa pekerja yang memiliki pengetahuan tidak baik dan tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur ha ini karena ketidaktahuan terhadap resiko yang diterima, mengabaikan bahaya disekitarnya, pekerja akan cenderung bekerja terburu-buru, dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan dengan cepat untuk menghemat waktu. Oleh karena itu pengetahuan pekerja yang tidak baik akan kesehatan dan keselamatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang memiliki pengetahuan akan mampu membedakan dan mengetahui bahaya disekitarnya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada karena mereka sadar akan resiko yang diterima, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari.oleh karena itu pekerja yang memiliki pengetahuan baik akan keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Berdasarkan tabel 5 dibawah ini dapat diketahui bahwa hasil uji statistic dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p.Value (0,022) < α (0,05), hal ini berarti hasil perhitungan statistic bermakna (signifikan) yang menandakan ada hubungan antara Sikap Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja Tabel 5 Hubungaan Sikap Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari pekerja yang memiliki sikap setuju sebanyak 11 pekerja (20,0%), yang pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja sebanyak 5 pekerja (9,1%), dan yang tidak pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja sebanyak 6 pekerja (10,9%) Sedangkan dari pekerja yang memiliki sikap tidak setuju sebanyak 44 pekerja (80,0%), yang pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja sebanyak 36 pekerja (65,5%), dan yang tidak pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja sebanyak 8 pekerja (14,5%)
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p.Value (0,022) < α (0,05), hal ini berarti hasil perhitungan statistic bermakna (signifikan) yang menandakan ada hubungan antara Sikap Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stevanus Yonathan Kalalo (2016) berjudul hubungan pengetahuan dan sikap tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan di Desa Belang Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggaradengan nilai p value (0,000) < α (0,05).
## Kejadian kecelakaan kerja
p
Value Pernah Tidak Pernah Total Sikap Pekerja N % N % N % Setuju 5 9,1 6 10,9 11 20,0 0,022 Tidak Setuju 36 65,5 8 14,5 44 80,0 Total 41 74,5 14 25,5 55 100,0
Hasil penelitian lain juga yang dilakukan oleh Agus Yulianto (2015) berjudul hubungan faktor individu, faktor pekerjaan, faktor lingkungan kerja dengan kecelakaan kerja dengan nilai p value (0,015) < α (0,05).
Hasil penelitian lain juga yang dilakukan oleh Salawati (2015) yang berjudul Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan nilai p value (0,019) < α (0,05).
Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa sikap dapat berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja, karena jika sikap seseorang setuju maka tidak akan terjadi kecelakaan kerja, sebaliknya jika sikap seseorang itu tidak setuju maka pasti akan terjadinya kecelakaan kerja. .
Jika seseorang bersikap positif akan cenderung berperilaku positif pula dan sebaliknya. Perilaku positif inilah yang diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang positif dan dapat menghindarkan dari adanya hasil yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja (Siregar,2014). Pekerja yang memiliki sikap positif akan merasa dan berpendapat bahwa prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja dibuat dan dibentuk untuk melindungi dan meningkatkan produktivitas pekerja. Sikap yang positif akan menimbulkan perilaku yang positif sehingga sikap positif ini dapat menghindarkan perkerja dari kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang memiliki sikap negatif akan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan dan bahaya disekitarnya. Mereka merasa dan berpendapat bahwa prosedur dan peraturan dan keselamatan kerja hanya dapat dibuat dan dibentuk untuk kepentingan instansi yang terkait. Sehingga pekerja yang memiliki sikap negatif dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.
## 5. KESIMPULAN
Diketahui bahwa memiliki pengetahuan tidak baik pada pekerja di PT New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 sebanyak 43 orang (78,2%) Sedangkan yang rendah terdapat pada pengetahuan baik sebanyak 12 orang (21,8%), Diketahui bahwa sebanyak 44 orang (80.0%).Sedangkan yang rendah terdapat pada sikap setuju sebanyak 11 orang (20,0%), ada hubungan antara Pengetahuan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai(0,007) < α (0,05), ada hubungan antaraSikap Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan kerja pada pekerja di PT. New Saripati Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai(0,022) < α (0,05).
## DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Dedi dan Muliawati.Ratna. 2013. Pilar Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Nuha Medika Aizar.2012.Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja di Industry Edisi Pertama. Skripsi, Universitas Jember.
Budiyanto, A., I. 2015. Pengetahuan dan Sikap Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu.Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.1. No.3. Hal.19
Husnal,W., Ade, D. P., 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Bengkel Las Punge Jurong Kota Banda Aceh.Vol.1. Hal.5. Kalalo, Kaunang., dan Kawatu. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang K3 Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Kelompok Nelayan Di Desa Belang Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara.Jurnal Ilmiah Farmasi.Vol.5.No.1. Hal.247.
Lestari, Titik. 2015. Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan. (Cetakan pertama). Yogyakarta: Nuha Medika.
Markkanen, Pia K.2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Kantor ILO di Indonesia Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Rudyarti, E. 2017.Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dan Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pengrajin Pisau Batik di PT. X . Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health.Vol. 2, No. 1, Oktober 2017. Universitas Darussalam Gontor
Siregar, S. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan di PT. Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014.Jakarta : Skripsi UINSH Sinurat, S., Novitarum, L., & Halawa, I. (2018). HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN KLIEN INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ELISABETH MEDAN TAHUN 2018. Elisabeth Health Jurnal, 3(1), 71-79. https://doi.org/10.52317/ehj.v3i1.235
Sucipto, C.D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : Gramedia Suma’mur. P. K. 2013. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Haji Masagung Wibisono, B.2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Tambang Pasir Gali di Desa Pegiringan Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Jurnal Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang;2013. Widayana, G. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.Yogyakarta: Graha Ilmu.
|
c3b890e7-fb8d-4291-b81e-c7303ab868a4 | https://ejurnal.uij.ac.id/index.php/JAK/article/download/1400/1128 | Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
e-issn : 2808-7011
Copyright © 2022
This is an open access article under the CC–BY-SA license
## Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
## Agus Zainudin
Universitas islam Jember, Indonesia Email : [email protected]
Abstrak : Program pendampingan belajar dari rumah menjadi salah program yang manfaatnya sangatlah bisa dirasakan secara langsung. Program ini dilakukan di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Meski demikian, terkadang ada beberapa siswa yang berasal dari luar dusun bergabung dalam program ini karena secara kebetulan adalah kerabat dari teman-temannya. Program ini dilaksanakan di rumah peneliti setiap dua kali dalam seminggu pada malam selasa dan jum’at, terkadang juga dirumah-rumah siswa. Dalam kegiatan ini biasanya anak-anak lebih suka menyodorkan tugas yang diberikan oleh gurunya untuk meminta keterangan yang lebih jelas, jarang sekali yang sebelumnya telah menyiapkan bahan sendiri. Untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada anak-anak, peneliti biasanya membuatkan soal tambahan untuk dikerjakan oleh anak-anak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil pengabdian ini terlaksananya Program pendampingan belajar dari rumah dengan baik dan benar. Hambatan dalam melaksanakan program diantaranya yaitu tidak stabilnya peserta yang hadir, pernah suatu waktu yang hadir hanya satu anak, sehingga membuat dia kurang semangat karena tidak ada temannya. Hambatan lainnya juga kurangnya kondusifitas kegiatan yang disebabkan oleh anak-anak yang suka bergurau dan kurang serius dalam belajar. Namun untuk menghadapi hambatan tersebut, peneliti memiliki solusi yaitu dengan memberikan soal melalui whatsapp agar anak-anak tetap bisa mengerjakan tugas di handphone, dan memberikan ice breaking di sela-sela kegiatan belajar dan hadiah untuk aktif.
Kata kunci: Pendampingan, Belajar, Rumah Bimbel
e-issn : 2808-7011
Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Volume 2 No 1 Juni 2022
2 Copyright © 2022 This is an open access article under the CC–BY-SA license
## PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 adalah satu hal yang tidak terbantahkan dari dunia pendidikan. Meski hal ini bukan terbilang hal yang baru lagi, namun dampak dari pandemi covid-19 memang sangat meresahkan utamanya bagi siswa dan orang tua. Dua tahun lebih siswa diharuskan untuk belajar dari rumah, hal ini terkadang masih mendapatkan respon yang kurang baik baik dari siswa maupun orang tuanya. Siswa dituntut untuk belajar menggunakan cara-cara baru yang sebelumnya tidak pernah dipelajari di sekolah pada saat belajar tatap muka, orang tua pun juga kini mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi putra-putrinya yang belajar dan sekolah di rumah.
Namun demikian, tidak semua siswa dan orang tua dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan pesat ini seiring dengan adanya dampak pandemi covid-19, tidak hanya itu, di kalangan desa seperti ini bahkan juga masih terdapat guru atau tenaga pendidik yang pengetahuan di bidang teknologi berbasis pendidikan masih kurang, utamanya tenaga pendidik yang usianya sudah memasuki lansia. Padahal pembelajaran secara daring pada zaman sekarang ini harus sudah menggunakan media-media pembelajaran yang banyak sekali macamnya, hal ini agar siswa tidak dikatakan tertinggal oleh zaman.
Kemuninglor sebagai salah satu desa yang letaknya juga tidak jauh dari jangkauan wilayah kota yaitu Kecamatan Arjasa, sudah seharusnya fasilitas-fasilitas atau sarana prasarana yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan juga terpenuhi dengan maksimal. Misalnya peningkatan pengetahuan tenaga pendidik di bidang teknologi berbasis pendidikan, peningkatan kualitas jaringan IT dan peningkatan pengetahuan siswa tentang metode pembelajaran daring.
Kondisi pandemi khususnya di Kabupaten Jember telah telah mengalami penurunan, sehingga beberapa lembaga pendidikan di desa Kemuninglor ini sudah memberanikan diri untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dengan berbagai variasi. Ada yang menggunakan metode shitt atau pergantian beberapa kelas, ada yang menggunakan metode satu minggu sekali untuk pengumpulan tugas, ada yang menggunakan metode pengurangan jam pelajaran dan masih banyak versi-versi lain yang dilakukan guna menghindari adanya kerumunan dan kontak antar sesama dalam waktu yang lama. Meski bertatap muka, namun segala hal dalam prosesnya juga tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
e-issn : 2808-7011
Copyright © 2022 This is an open access article under the CC–BY-SA license
## METODE PELAKSANAAN
Tempat pengabdian ditentukan dengan teknik Purposive Area, yaitu pada pendampingan belajar dari rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Teknik penentuan informan dalam pengabdian ini menggunakan teknik purposive sampling. Dan teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball Sampling. Informan kunci yaitu pendidik dan siswa serta informan pendukung yaitu orang tua. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Program Pendampingan Belajar dari Rumah bagi Siswa SD/MI di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Mengacu pada permasalahan masyarakat dibidang pendidikan di atas, maka program yang tepat untuk dilakukan adalah pendampingan belajar dari rumah. Mengapa demikian? Hal dikarenakan dampak yang diakibatkan oleh adanya penerapan pembelajaran daring menyebabkan sebagian orang tua kebingungan karena pengetahuan yang kurang. Selain itu, siswa yang belajar dari rumah tidak semuanya menjalankan prosesnya secara tertib dan baik, tidak serius dan menyepelekan pembelajaran, padahal hal ini dapat dijadikan salah satu tolak ukur keseriusan siswa dalam menuntut ilmu. Terkadang juga siswa hanya sekedar menerima tugas yang sebelumnya belum pernah ada pemahaman dari gurunya karena keterbatasan dalam berbagai hal.
Program pendampingan belajar dari rumah menjadi salah program yang manfaatnya sangatlah bisa dirasakan secara langsung. Program ini dilakukan di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Meski demikian, terkadang ada beberapa siswa yang berasal dari luar dusun bergabung dalam program ini karena secara kebetulan adalah kerabat dari teman-temannya. Program ini dilaksanakan di rumah peneliti setiap dua kali dalam seminggu pada malam selasa dan jum’at, terkadang juga dirumah-rumah siswa. Dalam kegiatan ini biasanya anak-anak lebih suka menyodorkan tugas yang diberikan oleh gurunya untuk meminta keterangan yang lebih jelas, jarang sekali yang sebelumnya telah menyiapkan bahan sendiri. Untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada anak-anak, peneliti biasanya membuatkan soal tambahan untuk dikerjakan oleh anak-anak.
Setiap akhir kegiatan, peneliti menyiapkan kuis dan hadiah bagi anak-anak yang mampu mengerjakan soal dan mejawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Hal ini
e-issn : 2808-7011
Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Volume 2 No 1 Juni 2022
4 Copyright © 2022 This is an open access article under the CC–BY-SA license
dimaksudkan agar anak-anak lebih semangat dalam belajar dan meningkatkan antusiasme serta kondusifitas proses belajar mengajar. Sesekali peneliti juga mengadakan cerdas cermat agar anak-anak mempunnyai jiwa kompetitif dan daya saing yang tinggi.
Program pendampingan belajar dari rumah sangatlah bermanfaat tidak hanya untuk peneliti, siswa dan orang tua, namun juga bermanfaat untuk lembaga pendidikan terkait dapat terpenuhinya peningkatan pengetahuan siswa dalam mata pelajaran dan terwujudnya kewajiban dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, dalam proses pendampingan belajar ini peneliti juga selalu memberikan edukasi terkait penggunaan media pembelajaran daring seperti zoom, google meet, ruang guru dan lain-lain. Menjadi sangat tepat guna karena sebagai peserta dalam program ini berasal sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.
Manfaat lainnya adalah memberikan kemudahan bagi orang tua dalam mengawasi anaknya belajar dan pemenuhan pengetahuan bagi anaknya, mengingat tidak semua orang tua mampu mendampingi anaknya belajar sehingga bisa saja anaknya mejadi terbengkalai proses belajarnya, hal ini akan sangat disayangkan. Proses pendampingan belajar juga dapat dijadikan ajang bersosialisasi dengan teman baik satu sekolah maupun berbeda sekolah karna menjadi satu tempat dimana berjumpa setelah sekian lama tidak bertatap muka di ruang kelas.
## Hambatan dan Solusi Program Pendampingan Belajar dari Rumah
Hambatan dalam melaksanakan program diantaranya yaitu tidak stabilnya peserta yang hadir, pernah suatu waktu yang hadir hanya satu anak, sehingga membuat dia kurang semangat karena tidak ada temannya. Hambatan lainnya juga kurangnya kondusifitas kegiatan yang disebabkan oleh anak-anak yang suka bergurau dan kurang serius dalam belajar. Namun untuk menghadapi hambatan tersebut, peneliti memiliki solusi yaitu dengan memberikan soal melalui whatsapp agar anak-anak tetap bisa mengerjakan tugas di handphone, dan memberikan ice breaking di sela-sela kegiatan belajar dan hadiah untuk aktif.
Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
e-issn : 2808-7011
Copyright © 2022 This is an open access article under the CC–BY-SA license
## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil pengabdian dan realisasi program di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pengabdian di dusun Darungan Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember sangat penting dilaksakanan. Program Pendampingan Belajar dari Rumah dapat membantu siswa-siswi dan orang tua dalam pembelajaran dari rumah, sehingga siswa-siswi dapat memahami tugas atau pelajaran yang diberikan guru dari sekolahnya, sedangkan orang tua dapat terbantu dalam mendampingi dan memantau anak-anaknya yang sedang mengerjakan tugas dan belajar. Saran
Saran yang bisa diberikan oleh peneliti untuk perkembangan dimasa depan yaitu di antaranya masyarakat hendaknya dapat memberikan respon positif terkait pencegahan covid-19 serta benar-benar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari guna memutus mata rantai penyebaran covid-19. Dalam bidang pendidikan, Peneliti sebagai pengajar hendaknya dapat lebih berpikir kreatif untuk menemukan strategi, model ataupun metode serta media yang digunakan dalam mengajar khususnya di masa pandemi.
e-issn : 2808-7011
Pendampingan Belajar dari Rumah di Dusun Darungan Desa Kemuninglor
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Volume 2 No 1 Juni 2022
6 Copyright © 2022 This is an open access article under the CC–BY-SA license
## DAFTAR PUSTAKA
Buku Pedoman Penelitian dan Pengbadian LPPM Universitas Islam Jember, Jember. 2020. Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19)
Paparan Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
Salinan Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus
|
e53d773d-0c3e-4e59-a619-733562311eb1 | https://jurnal.unma.ac.id/index.php/BE/article/download/1095/1269 | Pengaruh Pendekatan lingkungan Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
(the influence of the environmental approach to the critical thinking and scientific attitude of the students)
Iim Halimatul Mu’minah, M.Pd 1
1 Prodi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka Jln. KH. Abdul Halim No. 103, Majalengka [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada materi Makanan dan Kesehatan dengan pembelajaran melalui pendekatan lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian Weak experiment dengan desain penelitian yang digunakan “ one group Pretest- posttest design ”. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII di MTs Negeri Sukaraja di Kabupaten Majalengka tahun akademik 2015-2016. Sampel terdiri dari 6 kelas dan terpilih satu kelas sebanyak 35 siswa. Data kemampuan berpikir kritis dijaring melalui tes uraian dan sikap ilmiah dijaring dengan skala sikap Likert. Kesimpulan penelitian berdasarkan hasil analisis pengolahan data menggunakan uji Paired Sample T-Test untuk kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa dan menggunakan SPSS 15 versi Windows. Hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis termasuk kategori sedang dengan N-gain 0,41. Sedangkan peningkatan sikap ilmiah dengan kategori sedang dengan N-gain 0,41. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa pembelajaran melalui pendekatan lingkungan dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
Kata kunci : Pendekatan Lingkungan, Berpikir kritis, Sikap Ilmiah, Makanan dan Kesehatan.
## Abstract
The purpose of this study is to determine the increase in ability critical thinking skills and scientific attitude of students on the material Food and Health with learning through environmental approaches. This research is Weak experimental research used " one-group pretest-posttest design" design. The research was conducted in class VIII at MTs Sukaraja in Majalengka regency academic year 2015-2016.
The sample consists of 6 classes and elected one class of 35 students. Data captured through the critical thinking skills test descriptions and scientific attitude captured the attitude Likert scale. Conclusion The study based on the analysis of data processing using Paired Sample T-Test for critical thinking skills and scientific attitude of students and using SPSS 15 version of Windows. The results showed there is a significant increase in critical thinking skills and scientific attitude of students.
Increased ability to think critically medium category with N-gain of 0.41. While improving scientific attitude with category with N-gain of 0.41. Based on the results of statistical analysis showed that learning through environmental approaches can foster and improve the ability of critical thinking skills and scientific attitude of students.
Keywords : Environmental Approaches, Critical Thinking, Scientific Attitude, Food and Health.
## PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kometensi Dasar Kurikulum tingkat satua pendidikan, menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk Biologi berkaitan dengan cara memahami alam secara sistematis sehingga bukan hanya sebatas penguasaan kumpulan pengetahuan (produk ilmu) yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi lebih sebagai proses penemuan. Pembelajaran IPA termasuk Biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya, serta prospek penegmbangan lebih lanjut dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA termasuk Biologi hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.
Observasi di Sekolah MTs Negeri Sukaraja telah dilakukan sebagai studi pendahuluan, hasil wawancara dengan guru Biologi menunjukan bahwa pembelajaran Biologi lebih cenderung pada metode ceramah saja. Hal ini menimbulkan kemampuan siswa secara intelektual, manual dan social menjadi kurang berkembang. Subyantoro (2009: 105) menyatakan bahwa penyamapaian informasi yang sarat dan dominan satu arah dari guru dan ceramah, menyebabkan sedikitnya kesempatan dan ruang bagi siswa untuk berinteraksi dengan objek kajian Biologi secara langsung. Oleh karena itu mata pelajaran Biologi sering diidentikan dengan mata pelajaran hafalan saja sehingga siswa menjadi jenuh dan akhirnya mengalami kesulitan dalam
memahami konsep-konsep Biologi. Salah satu proses pembelajaran yang adapat diterapkan oleh seorang guru guna menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut untuk lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar Guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.Pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi menggunakan berbagai sumber belajar, salah satunya yaitu lingkungan sekolah, sehingga pngetahuan peserta didik menyeluruh tidak terpisah-pisah dalam tiap bidang studi.
Melalui kegiatan observasi di lingkungan sekitar sekolah diharapka siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan kegiatan yang mereka lakukan sendiri sehingga siswa tidak hanya cenderung menghafal semua materi yang telah diajarkan, tetapi siswa dapat lebih memahami konsep mengenai makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan menerapkannya dalam menyelasaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi makanan dan hubungannaya dengan ksesehatan.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat memeprmudah siswa menyerap bahan pelajaran, lebih mengenal kondisi lingkungan yang sebenarnya menerpakan pengetahuan dan keterampilan yang dialami serta turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungannya. Rouseau (dalam Barlia, 2002:3) menyatakan bahwa: “Anak- anak sebaiknya belajar secara langsung dari pengalamannya sendiri, daripada hanya megandalakan informasi dari buku-buku, guru pertamaku adalah kakiku, tanganku dan mataku, karena dengan inderaku itu mengajariku berpikir”.
Pemanfaatan Lingkungan sekitar sekolah adaah salah satu cara pembelajaran yang dilaksanakan diluar kelas dan menuntut siswa untuk dapat bernalar serta memehami materi sehingga dibutuhkan konsetrasi siswa yang tinggi. Siswa diharapkan mampu untuk menyimpulkan, mendefinisikan, merumuskan dan berfikir secara general.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sangat populer dikalangan anak- anak sekolah. Kebiasaan jajan tersebut sangat sulit untuk dihilangkan. Biasanya makanan jajanan yang mereka sukai adalah makanan dengan warna, penampilan, tekstur, aroma dan rasa yang menarik. Mereka juga pada umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat gizinya kurang beragam yaitu hanya terdiri dari karbohidrat saja atau karbohidrat dan lemak (minyak). Kegemaran anak-anak akan hal yang manis dan gurih dan sering dimanfaatkan oleh para penjual untuk menarik perhatian anak-anak. Makanan jajanan yang ditawarkan belum tentu menyehatkan, karena kebanyakan dari penjual makanan jajanan belum sepenuhnya memperhatikan kebersihan, keamanan dan kandungan gizi makanan yang dijajakan. Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan bahwa makanan jajanan anak yang berharga murah dan berbentuk makanan basah siap konsumsi yang dijual pedagang di sekitar lokasi sekolah masih dicampur dengan berbagai zat berbahaya.
Siswa-siswi membeli makanan jajanan pada saat jam istirahat sekolah. Hal ini berkaitan dengan salah satu alasan siswa- siswi mengkonsumsi jajanan yaitu untuk mengurangi rasa lapar setelah beberapa jam belajar di kelas.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut: ’’Bagaimanakah pengaruh pendekatan lingkungan terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa?’’
Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, secara terperinci permasalahan
penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada konsep makanan dan kesehatan?
2. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah siswa dengan pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada konsep makanan dan kesehatan?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan
lingkungan pada konsep makanan dan kesehatan?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada konsep makanan dan kesehatan
2. Untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah siswa dengan pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada konsep makanan dan kesehatan?
3. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajarann melalui pendekatan lingkungan pada konsep makanan dan kesehatan?
Manfaat Penelitian
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak sekolah dalam meningkatan kereligiusan sekolah bisa melalui sains dalam proses pembelajarnnya melalui pendekatan lingkungan.
b. Memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
## METODE PENELITIAN Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di MTs Negeri Sukaraja Kabupaten Majalengka.
## Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas VIII . Dipilih siswa kelas VIIIB sebanyak 35 orang siswa.
## HASIL dan PEMBAHASAN
A. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi zat-zat makanan dan hubungannya dengan kesehatan
diperoleh dari selisih skor pretest dan
posttest selama pembelajaran. Skor maksimal kemampuan berpikir kritis siswa adalah 100. Hasil dapat dilihat pada Tabel berikut.
## Tabel 1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas tersebut. Skor rata-rata Pretest sebesar 67,91. Berdasarkan Arikunto (2002:245) nilai tersebut termasuk kategori kurang. Namun, setelah Pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada materi materi zat-zat makanan dan hubungannya dengan kesehatan, skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa menjadi 81,57. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pada kelas sampel, kemampuan berpikir kritis posttest lebih baik dari pretest . Tabel 4.1 pun menunjukan skor N-
Gain sebesar 0,41. Berdasarkan kategorisasi menurut (Meltzer, 2002) maka kelas sampel tersebut kemampuan berpikir kritisnya berada pada kategori sedang .
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-B mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan karena adanya proses pembelajaran melalui pendekatan lingkungan yang mengadopsi model Transteoritikal pada konsep makanan dan kesehatan, sehingga berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa
Peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas sampel diperoleh dari selisih skor skala sikap akhir dan awal selama pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada materi zat-zat makanan dan hubungannya dengan kesehatan. Skor rata-rata skala sikap awal dan akhir sikap ilmiah siswa pada kelas tersebut. Skor maksimalnya adalah 100. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut .
## Tabel 2 Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan sikap ilmiah siswa. Skor rata-rata awal sikap ilmiah sebesar 71,17 dan setelah pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada materi zat-zat makanan dan dan hubunganya dengan kesehatan, skor rata-rata-rata akhir sikap ilmiah siswa sebesar 82,40. Berdasarkan
data tersebut, menunjukan bahwa sikap ilmiah akhir lebih baik dari sikap ilmiah awal.
Tabel menunjukan skor N-Gain pada kelas sampel sebesar 0,41. Berdasarkan kategorisasi menurut (Meltzer, 2002), maka kelas sampel tersebut mengalami
peningkatan sikap ilmiah siswa dengan kategori sedang .
Berdasarkan Hasil pengujian hipotesis sikap ilmiah siswa melalui paired sample T- test pada kelas tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan sikap ilmiah yang signifikan pada siswa setelah penerapan pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada materi makanan dan hubungannya dengan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistic memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan sikap ilmiah . Peningkatan terbesar terdapat pada Aspek 6 sikap kerja sama dengan nilai N-gain sebesar 0,65. Sedangkan N-gain sikap ilmiah secara keseluruhan sebesar 0.41 dan dapat mencapai kategori sedang.
Berdasarkan
rekap data diatas menunjukan bahwa pada kelas tersebut mengalami peningkatan sikap ilmiah setelah pembelajaran melalui pendekatan lingkungan pada materi makanan dan hubungannya dengan kesehatan. Peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas tersebut termasuk pada kategori sedang.
## KESIMPULAN
Penggunaan pendekatan lingkungan pada materi zat-zat makanan dan hubungannya dengan kesehatan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara signifikan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diketahui melalui skor rata-rata siswa sebelum pembelajaran sebesar 67,91 lebih kecil dibandingkan skor rata-rata siswa setelah pembelajaran sebesar 81,57. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan. Rata- rata nilai N-gain 0,41 dan berada pada kategori sedang. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan pada materi Makanan dan hubungannya dengan kesehatan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penggunaan pendekatan lingkungan
pada materi zat-zat makanan dan
hubungannya dengan kesehatan dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa secara signifikan. Peningkatan sikap ilmiah siswa dapat diketahui melalui skor rata-rata siswa sebelum pembelajaran sebesar 71,17 lebih kecil dibandingkan skor rata-rata siswa setelah pembelajaran sebesar 82,40. Hal ini menunjukan adanya peningkatan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan. Rata- rata nilai N- gain 0,41 dan berada pada kategori sedang. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan pada materi Makanan dan hubungannya dengan kesehatan dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa.
## DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Sugiyarto, dan Sunarno, W. (2012).
Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan
Metakognitif Melalui
Model Reciprocal Learning dan PBL Ditinjau dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuiri, 1 (1), hlm. 86-92.
Anggareni, N.W., Ristiati, N.P., dan
Widiyanti. (2013) . Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemmapuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP. E-Journal Program Pascasarjana
UNDIKSHA Program Studi IPA, 3.
Agustian, D. (2014). Pengaruh
Pembelajaran Ekosistem Berbasis Masalah Global Terhadap Penguasaan Konsep, Kemampuan Penalaran dan Kesadaran Lingkungan Siswa Kelas X . Tesis Magister PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Agniya, E.W., Pramudiyanti, dan Achmad,
A. (2014). Penggunaan Metode Discovery terhadap Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Bioterdidik, 2 (3).
Aminah, S., dan Hidayah, Nur. (2006). Pengetahuan Keamanan Pangan Penjual Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Kelurahan Wonogiri Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Jurnal Litbang Universitas Muhamadiyah Semarang, 4 (3).
Arafah, S.F., Priyono, B., dan Ridlo, S. (2012). Pengembangan Lks Berbasis Berpikir Kritis pada Materi Animalia.
Unnes Journal of Biologi Education,
1 (1).
Arends, R.I . (2008). Learning To Teach. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Arends, R.I. (2012). Learning To Teach Ninth Edition . Amerika, NewYork:McGraw-Hill
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian .
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.
Ariyati, E. (2010). Pembelajaran Berbasis
Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa . Jurnal Matematika dan IPA , 1 (2), Juli 2010.
Aryanti, F. (2013). Penerapan Problem Based Learning (PBL) Berbantuani
Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Siswa
Pada Konsep Pencemaran Lingkungan . Tesis Magister PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Arnyana, I., B., P. (2007). Penerapan Model
PBL Pada Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan & Pengajaran UNDIKSHA ISSN: 0215-8250, (2), April 2007.
Astuti, R., Sunarno, W. dan Sudasman, S.
(2012). Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, 1 (1), hlm. 51-59.
Bintara, F.H., Marjono, dan Sugiharto, B.
(2013). Studi Komparasi Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran INSTAD Dipadu Dengan Concept Map dengan Pembelajaran Konvensional . [Online]. Tersedia: http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/prosbio/article/viewFile/3078/2115 (Diakses tanggal 13-2016)
Brahim, T.K., (2007). Peningkatan Hasil Belajar Sains Melalui Pendekatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati Di Lingkungan Sekitar. Jurnal Lentera Pendidikan Penabur, (09). Tahun ke 6 Desember 2007.
Cahyadi, F.D., Suciati, Probosari, R.M.
(2012). Penerapan Blended Learning Dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA Putra SMA Pondok Pesantren Assalam Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Biologi , 4 (1). hlm. 15-22.
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan (BMT).
Ekawati, M., Munandar, A., Saefudin.
(2014). Efektifitas Penerapan
Pendekatan Saintifik Berbantuan
Bahan Ajar Berbasis Lingkungan Pesisir Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa. Prosidding Mathematic and Sciences Forum 2014 , ISBN 978- 602-0960-00-5.
Ennis, R. H. (1981). Critical Thinking .New York: Prentice-Hall
Fachruzi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar . ISSN 1421-565X , Edisi Khusus (1), Agustus 2011.
Februhartanti, J. Amankah Makanan Jajanan
Anak Sekolah
di
Indonesia?.[Online].Tersedia:
http://
www.gizi.net (Diakses tanggal 11-06- 2015)
Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E (2012). How to Design and Evaluate Research in Education (eighth ed.) . Singapura:McGraw-Hill Book Co.
French,T.G., Howel, J., Haven, P., Britten.
(2006). “Designing my pyramid for kids material to help children eat right, exercise, have fun”. Journal Nutrition
Education and behavior, 38, hlm. 158- 159
|
6cd6bb06-e6de-48b3-afe8-1338d2c70d98 | http://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-caraka-prabu/article/download/282/152 |
## PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP EFEKTIVITAS PERUBAHAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN CIANJUR
Ayu Ayda Lestari 1 , Toto Kushartono 2 , Arlan Siddha 3
1,2,3 Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia
## Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Efektivitas Perubahan Jaringan Trayek Angkutan Umum Di Kabupaten Cianjur”. Latar belakang penelitian ini belum efektifnya implementasi kebijakan pemerintah daerah. Dapat diidentifikasi penelitian ini mengenai implementasi kebijakan, faktor permasalahan, dan upaya yang dilakukan kebijakan dalam pelaksanaan perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur. Metodologi penelitian yang digunakan survey explanatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur,Terminal Rawabango, Terminal Pasirhayam, Pasar Induk, Jalan Siliwangi, Jalan Dr. Muwardi. Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui survey, observasi, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan simple random sampling . Teori yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan dikemukakan oleh Mazmanian serta Sabartier dan untuk teori efektivitas dikemukakan oleh Siagian. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh implementasi kebijakan pemerintah daerah terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur berbeda dengan teori dari Mazmanian, Sabartier dan Siagian. Ditandai dengan karakterisitik masalah belum dapat teridentifikasi, kemudian daya dukung peraturan dan non peraturan yang dapat mempengaruhi proses pada implementasi belum dapat terlaksanakan dengan baik.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Efektivitas Perubahan Jaringan Trayek angkutan umum
## Abstract
The title of this research is : "The Effect of Local Government Policy Implementation on the Effectiveness of Changes in the Public Transportation Route Network in Cianjur Regency". The background of this research is the ineffective implementation of local government policy. This research used an explanation survey with a quantitative approach. This research was conducted at the Cianjur Regency Transportation Service Office, Rawabango
Terminal, Pasirhayam Terminal, Main Market, Jalan Siliwangi, Jalan Dr. Muwardi. Collecting data in this research is through survey, observation, and documentation. The sampling technique used is probability sampling with simple random sampling. The theory of this research is policy implementation from Mazmanian and Sabartier and for the theory of effectiveness by Siagian. The results of the research showed that there is no affect of the implementation of local government policy on the effectiveness of changes in the network of public transport routes in Cianjur Regency. Marked by the characteristics of the problem can not be identified, then the carrying capacity of regulations and non-regulations that can affect the process of implementation can not be implemented properly.
Keywords: Policy Implementation, Effectiveness of Changes in the Public Transportation Route Network.
## PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indosesia Tahun 1945. Daerah yang diberikan kebebasan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonom dan tugas pembantuaan. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan suatu wujud reformasi otonomi daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan mempertahankan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perkembangan dinamika dalam sebuah kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, dengan itu kondisi ketentraman dan ketertiban umum daerah yang kondusif merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat umum, yaitu seperti salah satu perangkat daerah Kabupaten Cianjur yang menyelenggarakan
ketertiban umum khususnya ketertiban transportasi yang dikelola Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur melalui bidang angkutan.
Perkembangan pada suatu kabupaten/kota selalu diiringi dengan peningkatan kebutuhan transportasi salah satunya yaitu angkutan umum. Perekonomian di Kabupaten Cianjur yang meningkat menjadikan mobilitas pergerakan masyarakat Kabupaten Cianjur memerlukan penataan transportasi yang paling mudah yaitu seperti angkutan umum. Angkutan umum merupakan angkutan yang disediakan untuk kepentingan umum dengan sistem bayar. Pada umumnya masyarakat menghendaki adanya pelayanan yang optimal seperti kenyamanan, aman, cepat dan mudah. Dan Dinas Perhubungan juga ikut andil dalam mengelola sistem lalu lintas dan pengelolaan transportasi salah satunya pada bidang angkutan.
## Tabel 1
Data Jumlah Angkutan Umum di Kabupaten Cianjur
No Tahun Jumlah Angkutan Umum 1. 2015 1002 unit 2. 2016 1376 unit 3. 2017 1637 unit 4. 2018 1689 unit 5. 2019 1516 unit
## Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur 2019
Berkaitan dengan fenomena tersebut munculah permasalahan yaitu kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Cianjur serta dijalankan oleh masyarakat khususnya oleh supir angkutan umum area perkotaan, nyatanya tidak sesuai harapan yang diinginkan dan sangat jauh dari kenyataannya saat di lapangan. Padahal kebijakan tersebut dikeluarkan dengan tujuan yang baik, dan diupayakan untuk meningkatkan mobilitas perekonomian dibidang transportasi khususnya pada supir angkutan umum.
Kebijakan adalah Serangkaian keputusan atau tindakan-tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan berulang diantara berbagai aktor, baik publik/pemerintah maupun privat/swasta yang terlibat berbagai cara dalam merespon, mengidentifikasikan, dan memecahkan suatu masalah yang secara politis didefinisikan sebagai masalah publik (Knoefel, dkk dalam Wahab, 2017). Sementara itu, Mazmanian dan Sabatier dalam (Agustino 2006) mendefinisikan implementasi sebagai pelaksanaan keputusan yang biasanya berbentuk undang-undang, dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau pun keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk mengatur pelaksanaannya.
Banyaknya keluhan dari pihak supir angkutan umum karena kebanyakan masyarakat memilih untuk berjalan kaki dan memilih menaiki transportasi online yang disebabkannya rute jaringan trayek yang terlalu lama jarak tempuhnya sehingga rute berputar-putar. Para supir angkutan umum juga merasakan rute jaringan trayek yang semakin jauh dan borosnya bahan bakar, supir angkutan umum mengalami kerugian yang amat besar karena pendapatan yang berkurang dan pengeluaran untuk bahan bakar yang tinggi sehingga hal terserbut sungguh tidak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan. Selain itu juga tingkat kemacetan yang semakin tinggi karena beberapa jalan dibuat menjadi satu arah yang
mengakibatkan angkutan umum mengetem dimana saja untuk mendapatkan penumpang.
Permasalahan-permasalahan tersebut timbul dikarenakan kurang optimalnya kebijakan pemerintah daerah berupa Keputusan Bupati Tentang Jaringan Trayek Dan Alokasi Angkutan Penumpang Umum. Hal tersebut terlihat dari gejala-gejala sebagai berikut:
a) Kejelasan tujuan sudah jelas tetapi belum terarah karena hal ini dilhat dari pengelolaan Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur dalam pelaksanaan tugasnya yaitu pengelolaan pada angkutan umum yang kurang optimal pada perubahan jaringan trayek angkutan umum;
b) Kejelasan strategi, Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur mengalami kesulitan dan sedikit kendala dalam mengatur teknik rute jaringan trayek angkutan umum;
c) Proses analisis dan perumusan kebijakan, yaitu strategi yang telah ditetapkan seharusnya dapat menjembatani tujuan-tujuan yang akan dicapai;
d) Perencanaan kebijakan yang akan dijalankan oleh supir angkutan umum masih mengalami kendala sehingga kurang optimal dalam pelaksanaan kebijakan;
e) Penyusunan kebijakan, rencana yang harus diuraikan dalam kebijakan- kebijakan yang telah disusun harus terinci;
f) Tersedianya sarana dan prasarana, pemberian sarana dan prasarana yang kurang menunjang terhadap supir angkutan umum.
g) Pelaksanaan efektif dan efisien, sebagaimana dari kejelasan tujuan kebijakan tersebut kurang optimal karena masih ada faktor-faktor permasalahan yang terjadi pada supir angkutan umum dan pada dasarnya dengan diberlakukan kebijakan tersebut sudah efisien karena sebelum perubahan ini masyarakat yang hendak pergi ke tujuan yang cukup jauh harus menaiki angkutan umum sebanyak dua kali tetapi setalah dikeluarkan kebijakan ini menjadi satu kali permasalahan yang terjadi yaitu pada rute jaringan trayek yang lama serta berputar-putar.
h) Sistem Pengawasan dan pengadilan, yaitu perlu adanya pengawasan dari Dinas Perhubungan terhadap angkutan umum agar terus terpantau saat pelaksanaan kebijakan sehingga tidak menimbulkan permasalahan.
Dalam hal ini diperlukan upaya yang lebih dari pemerintah daerah untuk mencapai efektivitas dari kebijakan yang telah dibuat. Menurut R.M. Streers (Dewi, 2017) efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpan melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya. Sementara itu, menurut (Sedarmayanti, 2009) berpendapat bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisien meningkat.
Siagian dalam (Dewi, 2017) berpendapat bahwa efektivitas dapat diukur dari berbagai hal, seperti kejelasan tujuan, kejelasan pencapaian tujuan, proses dan perumusan kebijakan, perencanaan yang lebih baik, penyusunan program, tersedianya sarana dan prasarana kerja, pelaksanaan yang lebih efektif dan efisien, dan system pengawasan dan pengadilan.
Lebih lanjut, berkaitan dengan penelitian ini, adanya sebuah dugaan bahwa implementasi kebijakan pada perubahan jaringan trayek angkutan umum yang kurang optimal karena adanya:
a) Karakterisitik masalah yang terjadi di lapangan seperti kesulitan teknis Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur dalam mengatur perubahan jaringan trayek;
b) Karakterisitik kebijakan seperti sudah jelasnya kebijakan atas Keputusan Bupati pada perubahan jaringan trayek angkutan umum tetapi saat sudah dijalankan belum optimal;
c) Variabel lingkungan, kurangnya sosialisasi dan komunikasi antara Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur dan supir angkutan umum.
Dengan demikian, penelitian ini akan fokus membahas terkait “Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Efektivitas Perubahan Jaringan Trayek Angkutan Umum di Kabupaten Cianjur”.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory atau survey explanatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kerlinger dalam (Sugiyono, 2018) menyatakan bahwa: “Metode survey adalah metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari data dari sampel yang diambil dari sebuah populasi, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel”. Metode survey memiliki kegunaan untuk menjelaskan hubungan kausalitas antar dua variabel melalui pengujian hipotesis. Peneliti menggunakan survey karena mempunyai tujuan guna menunjukan pengaruh variabel implementasi kebijakan Pemerintah Daerah terhadap variabel efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum.
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur, Terminal Rawabango, Terminal Pasirhayam, Pasar Induk, Jalan Siliwangi, Jalan Dr. Muwardi. Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui survey, observasi, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan simple random sampling (Sugiyono, 2018). Populasi pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan status pekerjaan, serta pihak-pihak yang terkait, yaitu jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur sejumlah 243 orang dan jumlah angkutan umum area perkotaan sejumlah 1516 angkutan. Jumlah sample dalam penelitian ini setelah dihitung menggunakan rumus Slovin adalah 95 responden.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menyajikan data menggunakan tabel dan perhitungan persentase. Teknik inferensial menurut (Sugiyono, 2018) adalah “teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana. Gagasan perhitungan yang ditetapkan oleh sir Francis Galton (1822-1911) ini dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel penjelas atau variabel bebas terhadap variabel tak bebas.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data penelitian yang digunakan menggunakan statistik inferensial yaitu analisis data dari sample yang nantinya ditarik sebuah opini atau kesimpulan sehingga perbedaan mendasarnya terletak pada hasil dari analisis yang disajikannya. Cara perhitungan pengkategorian variabel dan dimensi berdasarkan data yang diperoleh, kemudian disusun ke dalam tabel tunggal yang dikategorikan dan disajikan dengan menggunakan pendekatan distribusi frekuensi.
Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisa secara keseluruhan yaitu bagaimana implementasi kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Cianjur maka dapat dilihat pada tabel hasil rekapitulasi skor dibawah ini:
## Tabel 2
Rekapitulasi Skor Jawaban Variabel Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah No Dimensi Skor Ideal Skor % Keterangan 1 Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap 803 1900 42,26 Kurang Baik 2 Kemampuan Kebijakan- kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat 1552 3325 46,68 Kurang Baik
3 Variabel-variabel
di Luar Undang- undang yang mempengaruhi Implementasi 1348 2375 56,76 Cukup Baik 4 Tahapan dalam Proses Implementasi Kebijakan 1182 2375 49,77 Kurang Baik Total Skor 4885 9975 48,97 Kurang Baik Sumber : Pengolahan Data Peneliti 2020
Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas telah diketahui bahwa implementasi kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Cianjur memiliki perolehan dari setiap dimensinya yaitu:
a) Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, memiliki skor 42,26% yang artinya kurang baik
b) Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, memiliki skor 46,68%
yang artinya kurang baik
c) Variabel-variabel di Luar Undang-undang yang mempengaruhi
Implementasi, memiliki skor 56,76% yang artinya cukup baik
d) Tahapan dalam Proses Implementasi Kebijakan, memiliki skor 49,77%
## yang artinya kurang baik
Telah dijumlahkan dari ke empat dimensi tersebut memiliki skor 48,97% yang artinya masuk dalam kategori kurang baik berada pada kisaran rentang skor 36,01-52,00. Artinya implementasi kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Cianjur yang dijalankan menurut pandangan serta tanggapan responden adalah belum sepenuhnya menunjukan hasil yang sesuai harapan. Dari empat dimensi yang mengukur variabel ini diketahui aspek variabel-variabel di luar undang-
undang yang mempengaruhi implementasi yang mendapatkan penilaian paling tinggi serta aspek mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap merupakan penilainya yang paling rendah penilaiannya.
Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisa secara keseluruhan yaitu bagaimana efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur maka dapat dilihat pada tabel hasil rekapitulasi skor dibawah ini.
Tabel 3
Rekapitulasi Skor Jawaban Variabel Efektivitas Perubahan Jaringan Trayek
Angkutan No Indikator Skor Ideal Skor % Keterangan 1 Kejelasan isi tujuan yang akan dicapai 284 475 59,79 Cukup Baik 2 Kejelasan strategi pencapaian tujuan 241 475 50,74 Kurang Baik 3 Proses analisis dan perumusan kebijakan 235 475 49,47 Kurang Baik 4 Perencanaan 244 475 51,37 Kurang Baik 5 Penyusunan Kebijakan 246 475 51,79 Kurang Baik 6 Tersedianya sarana dan prasarana 223 475 46,95 Kurang Baik 7 Pelaksanaan yang efektif dan efisien 214 475 45,05 Kurang Baik 8 Sistem pengawasan dan pengadilan 269 475 56,63 Cukup Baik Total Skor 1956 3800 51,47 Kurang Baik
Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2020
Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas telah diketahui bahwa efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan di Kabupaten Cianjur memiliki perolehan dari setiap dimensinya yaitu:
a) Kejelasan isi tujuan yang akan dicapai, memiliki skor 59,76% yang artinya cukup baik;
b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, memiliki skor 50,74% yang artinya kurang baik;
c) Proses analisis dan perumusan kebijakan, memiliki skor 49,47% yang artinya kurang baik;
d) Perencanaan, memiliki skor 51,37% yang artinya kurang baik;
e) Penyusunan Kebijakan, memiliki skor 51,79% yang artinya kurang baik;
f) Tersedianya sarana dan prasarana, memiliki skor 46,95% yang artinya kurang baik;
g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, memiliki skor 45,06% yang artinya kurang baik;
h) Sistem pengawasan dan pengadilan, memiliki skor 56,63% yang artinya cukup baik.
Telah dijumlahkan dari ke delapan dimensi skor 51,47% yang artinya masuk dalam kategori kurang baik berada pada kisaran rentang skor 36,01-52,00. Artinya efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan di Kabupaten Cianjur yang dijalankan menurut pandangan serta tanggapan responden adalah belum sepenuhnya menunjuka
Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara implementasi kebijakan pemerintah daerah terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur yang terdiri dari uji normalitas, persamaan regresi linear sederhana, analisis korelasi pearson,
analisis koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis, secara simultan memiliki tidak ada pengaruh yang signifikan antara implementasi kebijakan pemerintah daerah terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum, dengan kata lain kita dapat mempercayai 95% terbukti bahwa implementasi kebijakan pemerintah daerah berpengaruh terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di kabupaten Cianjur.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara implementasi kebijakan pemerintah daerah terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur yang terdiri dari uji normalitas, persamaan regresi linear sederhana, analisis korelasi pearson, analisis koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis. Data hasil penyebaran kuesioner yang bersifat skala pengukuran ordinal dikonversi menjadi skala pengukuran interval dengan bantuan metode MSI (Method of Successive Interval) .
## Uji Normalis
Uji normalitas pada model regresi adalah pengujian data yang bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui apakah suatu data variabel dependen ataupun independen yang terdiri dari butir- butir pertanyaan berdistribusi normal atau tidak. Suatu data dikatakan memiliki penyebaran/berdistribusi normal, jika penyebaran datanya mengikuti garis diagonal dari kiri bawah, ke kanan atas. Pada penelitian ini akan dilihat persebaran data implementasi kebijakan pemerintah daerah departement front office (independent variable) dan efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum (dependent variable) . Penulis melakukan uji normalitas dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows . Namun, terlebih dahulu penulis merubah data yang sebelumnya berskala ordinal menjadi data berskala interval dengan menggunakan Method of Succesive Interval (MSI). Berikut grafik p–plot hasil pengolahan data statistik yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pe ct ed C um P ro b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Efektivitas
## Kurva Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan program SPSS 16.0, 2020
Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa data menyebar terlihat di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi menunjukan bahwa persyaratan normalitas telah terpenuhi.
## Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel implementasi kebijakan pemerintah daerah (X) terhadap variabel efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum (Y). Tujuannya untuk meramalkan atau memperkirakan nilai variabel dependen dalam hubungannya dengan nilai variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0 maka diperoleh output dan persamaan hubungan regresi sederhana sebagai berikut:
## Tabel 4
## Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan Program SPSS 16.0, 2020
Coefficients a 4.887
1.648 2.965 .004 .383 .029 .809 13.287 .000 (Constant) Implementasi Kebijakan
Model 1
B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Efektivitas a.
Unstandardized coefficients = data tidak terstandarisisai dengan standar deviasi Standardized coefficients = data telah distandarisasi dengan standar deviasi t = nilai t statistik sig = tingkat signifikansi std. Error = standar error pada koefisien regresi Constant = Variabel Y ketika X dianggap 0 X = Variabel X
Berdasarkan tabel 4 di atas diperoleh nilai a sebesar 4,887 dan nilai b sebesar 0,383. Model regresi yang digunakan adalah:
Y = a + bX
Dimana : Y = Efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum
A = Nilai intersep (konstanta) X = Implementasi kebijakan pemerintah daerah
B = KoefisienRegresi
Maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 4,887 + 0,383 X
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan variabel X (implementasi kebijakan pemerintah daerah) sebesar 1 satuan akan berpengaruh kepada kenaikan variabel Y (efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum) sebesar 0,383 satuan dan variabel Y akan bernilai 4,887 apabila variabel X bernilai 0 (nol). Jadi, setiap implementasi kebijakan pemerintah daerah makin tinggi itu akan meningkatkan 0,383 poin efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum.
## Koefisien Determinasi
Analisis ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel implementasi kebijakan pemerintah daerah (X) terhadap variabel efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum (Y), dengan rumus :
KD = (r xy ) 2 x 100%
KD = koefisien determinasi
(r xy ) 2 = koefisien korelasi product moment
Maka :
KD = r yx 2 x 100% = (0,809) 2 x 100%
= 65,5%
Berdasarkan output di atas, terlihat bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 65,5%. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh implementasi kebijakan pemerintah daerah (X) terhadap variabel efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum (Y) adalah sebesar 65,5%. Pengaruh selebihnya, sebesar 34,5% merupakan pengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor implementasi kebijakan pemerintah daerah memiliki proporsi yang tinggi dalam mempengaruhi efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum karena lebih dari setengah dari faktor efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur (65,5%), sementara 34,5% dibagi kedalam faktor- faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
## Pengujian Hipotesis Uji (t)
Setelah diperoleh model regresi linier sederhana, koefisien korelasi dan koefisien determinasi, maka kemudian dilakukan pengujian hipotesis untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan atau tidak antara kedua variabel dengan menggunakan uji-t sebagai berikut:
H o : Artinya implementasi kebijakan pemerintah daerah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum.
Daerah Daerah peneriman H o Daerah penolakan H o - t tabel = -1,986 0
t
tabel = 1,986
t hitung = 13,287
H a : Artinya implementasi kebijakan pemerintah daerah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum.
Menggunakan program SPSS 16.0 didapat output sebagai berikut:
Tabel 5
## Output Pengujian Uji Hipotesis
Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan program SPSS 16.0, 2020
Dari hasil pengolahan SPSS di atas didapat nilai t hitung sebesar 13,287. Dengan alpha (α) = 5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2 = 93, maka berdasarkan tabel distribusi-t dua pihak didapat nilai t tabel sebesar 1,986. Kemudian nilai t hitung dan t tabel tersebut kemudian diuji menggunakan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika t hitung > t tabel atau -t hitung ≤ -t tabel , maka H 0 ditolak.
Jika t hitung < t tabel atau -t hitung >-t tabel , maka H 0 diterima.
## Gambar 2
Kurva Uji t Dua Pihak
Coefficients a 4.887 1.648 2.965 .004 .383 .029 .809 13.287 .000 (Constant) Implementasi Kebijakan
Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Dependent Variable: Efektivitas
a.
Dikarenakan nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (13,287>1,986) maka H 0 ditolak dan H a diterima. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara implementasi kebijakan pemerintah daerah terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum, dengan kata lain kita dapat mempercayai 95% terbukti bahwa implementasi kebijakan pemerintah daerah berpengaruh terhadap efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di kabupatn Cianjur.
## KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu, berdasarkan hasil perhitungan tabulasi skor total, variabel implementasi kebijakan pemerintahan daerah berada pada kategori kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari variabel implementasi kebijakan pemerintahan daerah diperoleh nilai presentase skor sebesar 48,97 persen karena berada dalam interval skor 36,01-52,00 ini artinya bahwa implementasi kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Cianjur yang dijalankan menurut pandangan serta tanggapan responden adalah belum sepenuhnya menunjukan hasil yang sesuai harapan. Dari empat dimensi yang mengukur variabel ini diketahui aspek variabel-variabel di luar undang-undang yang mempengaruhi implementasi yang mendapatkan penilaian paling tinggi serta aspek mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap merupakan penilainya yang paling rendah penilaiannya.
Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi skor total, variabel efektifitas perubahan jaringan trayek angkutan umum berada pada kategori kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari seluruh variabel efektifitas diperoleh hasil akhir sebesar 51,47 karena berada dalam interval skor 36,01-52,00 ini
artinya efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan di Kabupaten Cianjur yang dijalankan menurut pandangan serta tanggapan responden adalah belum sepenuhnya menunjukan hasil yang sesuai harapan. Dari delapan indikator yang mengukur variabel ini diketahui aspek kejelasan strategi pencapaian tujuan yang mendapatkan penilaian paling tinggi serta aspek Pelaksanaan yang efektif dan efisien merupakan penilainya yang paling rendah penilaiannya.
Berdasarkan perhitungan, terlihat bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 65,5%. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh implementasi kebijakan pemerintah daerah (X) terhadap variabel efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum (Y) adalah sebesar 65,5%. Pengaruh selebihnya, sebesar 34,5% merupakan pengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor implementasi kebijakan pemerintah daerah memiliki proporsi yang tinggi dalam mempengaruhi efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum karena lebih dari setengah dari faktor efektivitas perubahan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Cianjur (65,5%), sementara 34,5% dibagi kedalam faktor- faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Agustino, L. (2006). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
## Data Primer penelitian (2020)
Dewi, N. U. (2017). Efektivitas Pelayanan Transportasi Publik (Studi Kasus: Mamminasata). Makasar: Universitas Hasanuddin.
Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur (2019)
Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Wahab, S. A. (2017). Analisis Kebijakan Dari FormulasI Kepenyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
|
b5566f1d-bff8-4dd0-bd48-0412e2e8974b | https://talenta.usu.ac.id/dinamis/article/download/7174/4315 |
## ANALISIS PENGARUH PENDINGINAN KACA LUAR ALAT DESALINASI AIR LAUT DOUBLE SLOPE SOLAR STILL
William 1* , Himsar Ambarita 2 , Tulus B. Sitorus 3 , Dian M. Nasution 4 , Pramio G. Sembiring 5 1,2,3,4,5 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Email: [email protected]
## Abstract
Water plays an essential part in human life. In our daily activities, water is something we must consume for our survival. As one of the largest seawater resources country in the world does not guarantee Indonesian citizens of having pure water to consume. Since, most of the water is already polluted by factories, industries and households. The needs of pure water is increaslingly needed as the human population gradually increased. One of the technology to produce the pure water is solar distillation. This research aims to find out the water productivity results and the efficiency of glass cover cooling by flowing water over the passive double slope solar still glass cover. The results showed that the efficiency increasement by using glass cover cooling technique are 40.39% and 17.82% by theory calculation and in actual terms respectively.
Keywords: Double Slope Solar Still, Water Distillation, Solar Energy, Cooling Glass Cover
## Abstrak
Air mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan kita sehari-hari air merupakan sesuatu hal yang wajib kita konsumsi untuk keberlangsungan hidup. Sebagai salah satu negara dengan sumber daya air berupa laut terbesar di dunia tidak menjamin warga Indonesia untuk mendapatkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan kebanyakan air yang sudah tercemar oleh limbah pabrik, industri dan rumah tangga. Sehingga kebutuhan akan air bersih semakin hari semakin meningkat ditambah dengan bertambahnya populasi manusia. Salah satu teknologi untuk mendapatkan air bersih adalah dengan destilasi tenaga surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil produktivitas dan membandingkan efisiensi dari adanya pendinginan kaca luar dengan mengalirkan air dingin pada alat desalinasi air laut sistem pasif dengan kemiringan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi dari penggunaan air dingin sebagai pendinginan kaca luar adalah 40,39% dan 17,82% masing-masing secara teoritis dan aktual.
Kata Kunci : Alat Desalinasi Air Laut Kemiringan Ganda, Destilasi Air, Energi Surya, Pendinginan Kaca Luar
## I. PENDAHULUAN
Desalinasi secara luas diadopsi dalam Timur Tengah, Negara Arab, Amerika Utara, Asia, Eropa, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Australia untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan kebutuhan pengolahan air. Hampir 10000 ton minyak dibutuhkan setiap tahun untuk memproduksi 1000 m 3 /hari air bersih. Sistem desalinasi konvensional yang dioperasikan dengan menggunakan bahan bakar fosil juga turut mengkontribusikan emisi rumah kaca atau GHG (Green House Gas) . Hal inilah yang mendorong para peneliti untuk mencari cara alternatif untuk memberi daya pada sistem dengan energi terbarukan.
Energi terbarukan yang digunakan oleh proses desalinasi umumnya berupa energi surya, angin, dan geotermal. Diantara ketiganya, 57% sistem desalinasi disuplai dengan tenaga surya sebagai energi terbarukan. Bahkan negara yang kaya akan bahan bakar fosil seperti Timur Tengah dan Bangsa Arab juga telah mengubah perhatian mereka pada energi surya dengan tujuan dapat menyediakan air bersih tanpa mencemari lingkungan.
II. TEORI DASAR 2.1 Energi Surya
Matahari merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbarui dengan ketersediaan yang melimpah dengan memancarkan energi radiasinya. Salah satu potensi energi radiasi surya terbanyak dalam sebuah negara adalah Indonesia, dengan lokasi geografis yang terletak di daerah khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis dengan mengalami dua fase
setiap tahunnya, yakni musim hujan dan musim kemarau. Nilai potensi energi radiasi surya di Indonesia adalah 16 MJ/hari.
Beberapa istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi adalah: 1. Massa udara ( m )
m = 1 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑧 (1)
Keterangan: m = massa udara θ z = sudut zenith 2. Radiasi beam 3. Radiasi difusi
4. Radiasi total
5. Laju radiasi (W/m 2 ) 6. Irradiation atau Radian Exposure (J/m 2 ) 7. Jam Matahari ( Solar Time ) ST = STD ± 4 (L st – L loc ) + E (2)
Keterangan:
ST = jam matahari STD = jam standard
L st = meridian untuk waktu daerah setempat, sementara L loc = derajat bujur daeah yang diukur.
Dimana E adalah persamaan waktu yang dihitung dengan persamaan Spencer, 1981: E = 229,2(0,000075 + 0,00186cosB – 0,032077sinB – 0,014615cos2B – 0,04089 sin2B) (3) Keterangan: E = persamaan waktu B = variable hari Dimana, B diperoleh dengan menggunakan persamaan:
B = (n-1 ) 360 365 (4)
Keterangan:
B = variable hari
n = nilai urutan hari dalam satu tahun
Nilai sudut deklinasi diperoleh dengan menggunakan persamaan yang diajukkan oleh Cooper (Ambarita, 2011a)
δ = 23,45 sin(360 (284+n) 365 ) (5)
Keterangan: δ = sudut deklinasi n = nilai urutan hari dalam satu tahun
Atau dapat juga menggunakan persamaan yang lebih teliti, yang diajukan oleh Spencer (Ambarita, 2011a), δ = 6,91 x 10 -3 – 3,99912cosB + 0,070251sinB – 0,006758cos2B + 9,07x10 -4 sin 2B – 0,002679cos3B + 0,00148sin3B
(6) Keterangan: δ = sudut deklinasi B = variabel hari
Dimana nilai i merupakan nilai urutan hari dalam satu tahun yang dapat diperoleh dari tabel berikut,
No. Bulan Nilai n pada hari ke-i 1 Januari I 2 Februari 31 +i
3 Maret 59 + i 4 April 90 + i 5 Mei 120 + i 6 Juni 151 + i 7 Juli 181 + i 8 Agustus 212 + i 9 September 243 + i 10 Oktober 273 + i 11 November 304 + i 12 Desember 334 + i Sudut jam ω adalah sudut pergeseran semu matahari dari garis siang.
ω = 15(STD -12) + (ST –STD) x 15 60 (7)
Radiasi pada hari ke-n dirumuskan oleh Duffie dan Beckman, 1991.
G on = G sc (1,00011 + 0,034221 cos B + 0,00128 sin B + 0,000719 cos 2B + 0,000077 sin 2B) (8)
Dimana B dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan yang sebelumnya telah diuraikan diatas:
cos θ z = cosφ cosδ cosω + sinφ sinδ
(9)
Parameter lain yang digunakan untuk perhitungan radiasi secara teoritis yaitu, estimasi bahwa langit dalam kondisi cerah. Maka dalam hal ini perlu diketahui τ b, τ b = a o + a 1 exp ( −k cos θ z ) (10)
dimana, nilai masing-masing parameter a o = r o (0,4237 – 0,0082 (6 – A) 2 )
(11)
a 1 = r 1 (0,5055 + 0,00595 (6,5 – A) 2 ) (12)
k = r k (0,2711 + 0,01858 (2,5 – A) 2 ) (13)
Dimana:
A adalah ketinggian (km) dan r o , r 1 , dan r k adalah koreksi akibat iklim.
Nilai faktor koreksi akibat iklim ditampilkan pada tabel
Iklim r o R 1 r k Tropical 0,95 0,98 1,02 Midiatude Summer 0,97 0,99 1,02 Subartic Summer 0,99 0,99 1,01 Midiatude Winter 1,03 1,01 1,00
Radiasi beam adalah radiasi matahari yang jatuh langsung ke permukaan bumi,
G beam = G on τ b cos θ z (14)
Radiasi diffuse adalah radiasi hasil pantulan atmosfer.
G diffuse = G on cos θ z (0,271 – 0,294τ b ) (15)
Maka total radiasi teoritis
G total = G beam + G diffuse (16)
## 2.2 Teori Dasar Desalinasi
Desalinasi merupakan cara yang efektif digunakan untuk menghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang berupa padatan kecil. Proses desalinasi secara umum biasanya yang diambil hanyalah air kondensatnya, sedangkan konsentrat garam dibuang dan ini dapat berakibat buruk bagi kehidupan air laut. Prinsip kerja desalinasi secara umum sebenarnya sangat sederhana. Air laut dipanaskan hingga menguap, dan kemudian uap yang dihasilkan dikondensasikan kembali dan ditampung di sebuah wadah. Air kondensat tersebut adalah air bersih. Sedangkan air laut yang tidak mendidih selama pemanasan adalah konsentrat garam.
2.3 Solar Still
Kelebihan menggunakan Solar Still :
1. Konstruksi yang sederhana,
2. Kondensasi tidak memerlukan kondensor, proses kondensasi terjadi pada kaca.
3. Mudah dalam perawatannya. Kelemahan menggunakan Solar Still :
1. Laju produksi air bersih per hari rendah.
2. Sebagian uap air yang terkondensasi pada kaca dapat langsung jatuh kembali dan bercampur dengan air laut yang belum berevaporasi.
3. Proses evaporasi lambat karena air laut dipanaskan pada tekanan atmosfer.
## 2.4 Double Slope Solar Still (DSSS)
Jenis penyuling tenaga surya ( Solar Still ) yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Double Slope Solar Still . Bila pada Single Slope kaca yang digunakan hanya kaca tunggal (satu) maka pada Double Slope kaca yang digunakan berjumlah ganda (dua) yang masing-masing menghadap arah timur dan barat.
2.5 Set-Up Eksperimental
Gambar 2.1 DSSS tanpa pendinginan kaca luar Gambar 2.2 DSSS dengan pendinginan kaca luar
## 2.6 Parameter Desain dan Spesifikasi Alat
Gambar 2.4 Parameter Desain dan Spesifikasi Alat
Tinggi bawah : 200 mm Tinggi atas : 459 mm Panjang evaporator : 1932 mm Lebar evaporator : 1000 mm Tinggi basin dari tanah : 625 mm
## 2.7 Analisis pada Double Slope Solar Still
## 1. Perpindahan panas internal
Perpindahan panas internal terjadi di dalam penyuling matahari dari permukaan air ke permukaan bagian dalam penutup kaca, yang terutama terdiri dari evaporasi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas konvektif dan menguap berlangsung secara bersamaan dan independen dari perpindahan panas radiasi.
a. Perpindahan panas radiasi
Koefisien perpindahan panas radiasi antara air ke kaca diberikan sebagai berikut:
h rwgE = ε eff σ [(T w + 273) + (T giE + 273)] 2 (T w + T giE + 546)
(17)
h rwgW = ε eff σ [(T w + 273) + (T giW + 273)] 2 (T w + T giW + 546)
(18)
Dimana, h rwgE = Koefisien perpindahan panas radiasi dari air ke kaca sisi timur (W/m² °C) h rwgW = Koefisien perpindahan panas radiasi dari air ke kaca sisi barat (W/m² °C) σ = Koefisien Stephan–Boltzman yaitu (5,67 x 10 -8 W/m 2 K 4 ) T w = Suhu air pada di dalam basin (°C) T giE = Suhu kaca dalam sisi timur (°C) T giW = Suhu kaca dalam sisi barat (°C)
Dimana Daya pancar efektif antara air ke kaca penutup disajikan sebagai berikut:
1 ε eff = 1 ε w + 1 ε g - 1
(19) Dimana, ε w = Emisivitas air ε g = Emisivitas kaca
b. Perpindahan panas konveksi
Konveksi alami terjadi di udara lembab di dalam bak karena perbedaan temperatur antara permukaan air ke permukaan bagian dalam penutup kaca. Koefisien perpindahan panas konvektif diberikan sebagai berikut:
h cwgE = 0.884 [(T w − T giE ) + (P w −P giE )(T w + 273)
2.689x10 5 − P w ] 1/3 (20)
h cwgW = 0.884 [(T w − T giW ) + (P w −P giW )(T w + 273) 2.689x10 5 − P w ] 1/3 (21)
P w = exp [25.317 − ( 5144 273+T w )]
(22)
P giE = exp [25.317 − ( 5144 273+T giE )]
(23)
P giW = exp [25.317 − ( 5144 273+T giW )] (24)
Dimana, h cwgE = Koefisien perpindahan panas konveksi dari air ke kaca sisi timur (W/m² °C) h cwgW = Koefisien perpindahan panas konveksi dari air ke kaca sisi barat (W/m² °C) P w = Tekanan parsial jenuh air (N/m²) P giE = Tekanan parsial jenuh kaca di sisi timur (N/m²) P giW = Tekanan parsial jenuh kaca di sisi barat (N/m²)
c. Perpindahan panas evaporasi
Kinerja solar masih tergantung pada koefisien transfer panas evaporative dan konvektif. Berbagai ilmuwan mengembangkan hubungan matematika untuk mengevaluasi koefisien transfer panas evaporatif dan konvektif. Penguapan berlangsung di dalam penyuling matahari dengan penambahan panas di air melalui radiasi matahari. Koefisien perpindahan panas evaporatif dan laju perpindahan panas evaporatif sebagai berikut:
h ewgE = 0.016273 h cwgE ( P w −P giE T w −T giE ) (25)
h ewgW = 0.016273 h cwgW ( P w −P giW T w −T giW ) (26)
q ewgE = h ewgE ( T w - T giE )
(27)
q ewgW = h ewgW ( T w - T giW ) (28)
Dimana, h ewgE = Koefisien perpindahan panas evaporasi dari air ke kaca sisi timur (W/m² °C) h ewgW = Koefisien perpindahan panas evaporasi dari air ke kaca sisi barat (W/m² °C) q ewgE = Laju perpindahan panas evaporasi dari air ke kaca sisi timur (W/m²) q ewgW = Laju perpindahan panas evaporasi dari air ke kaca sisi barat (W/m²)
2. Perpindahan panas eksternal
Perpindahan panas eksternal di penyuling matahari terutama diatur oleh proses konveksi dan radiasi, yang independen satu sama lain. Panas hilang dari permukaan luar gelas ke atmosfer melalui konveksi dan radiasi. Temperatur kaca dan atmosfer secara langsung berkaitan dengan kinerja penyuling matahari. Jadi, kerugian atas harus dipertimbangkan untuk analisis kinerja. Temperatur penutup kaca diasumsikan seragam karena ketebalannya yang kecil. Koefisien kehilangan transfer panas kaca total dengan konveksi dan radiasi dari kaca ke ambien:
h 1g = h cg + h rgaE + h rgaW
(29) Dimana, h 1g = Total koefisien perpindahan panas eksternal (W/m² °C)
Koefisien perpindahan panas radiasi antara kaca ke atmosfer diberikan sebagai berikut [17], [27]:
h rgaE = ε g σ [(T giE +273) 4 −(T sky +273) 4 ] T goE −T a (30)
h rgaW = ε g σ [(T giW +273) 4 −(T sky +273) 4 ] T goW −T a (31)
T sky = T a – 6 (32)
Dimana, h rgaE = Koefisien perpindahan panas radiasi dari air kaca sisi timur ke ligkungan (W/m² °C) h rgaW = Koefisien perpindahan panas radiasi dari air kaca sisi barat ke ligkungan (W/m² °C) T a = Suhu lingkungan (°C) T sky = Suhu atmosfer (°C)
Koefisien perpindahan panas konveksi antara kaca ke atmosfer diberikan sebagai berikut:
h cg = ( [5.7 + 3.8v]; v ≤ 5 𝑚/𝑠 [6.15v 0.8 ]; v > 5 𝑚/𝑠 )
(33)
Dimana, h cg = Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dari kaca ke lingkungan (W/m² °C) v = Kecepatan angin (m/s)
3. Pendinginan kaca luar
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pada DSSS adalah dengan pendinginan kaca luar. Peningkatan efisiensi pengembunan uap air umumnya dilakukan dengan mengalirkan air pada kaca penutup. Dengan pendinginan maka temperatur kaca penutup akan menjadi rendah sehingga uap air dalam alat destilasi lebih mudah mengembun pada kaca penutup. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas konveksi dapat digunakan persamaan berikut:
h cgf = k w 𝛿 (34)
Dimana, h cgf = Koefisien perpindahan konveksi dari kaca luar ke air pendingin (W/m² °C) k w = Konduktivitas termal air (W/m°C) δ = Ketebalan air (m)
4. Laju penguapan massa air
Untuk mencari laju penguapan massa air destilasi dapat digunakan persamaan berikut:
Ṁ 𝑒𝑤 = q ew h fg (35)
q 𝑒𝑤 = q ewgE + q ewgW (36)
Dimana Ṁ 𝑒𝑤 = Laju penguapan (Kg/m²s) q 𝑒𝑤 = Total laju perpindahan panas evaporasi dari air ke kaca (W/m²)
5. Efisiensi DSSS
Efisiensi energi adalah rasio jumlah energi panas yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah air suling tertentu ke energi matahari yang terjadi dalam interval waktu tertentu. Efisiensi dari sistem dapat dicari menggunakan persamaan berikut:
η teoritis = 𝑚 𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥 ℎ𝑓𝑔 Ʃ𝐼(𝑡).𝐴 𝑡 x 100%
(37)
η aktual = 𝑚 𝑑 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑥 ℎ𝑓𝑔 Ʃ𝐼(𝑡).𝐴 𝑡 x 100% (38)
6. Hasil distilasi
Output distilasi per 30 menit dari unit penyuling tenaga surya dapat diperoleh sebagai berikut:
m ewE = q ewgE .A b. 1800 h fg (39)
m ewW = q ewgW .A b. 1800 h fg (40)
m ew = m ewE + m ewW Dimana h fg adalah panas laten penguapan dalam J/kg dan diberikan oleh persamaan:
h fg = 3044205,5 -1679,1109 T w – 1,14258 T w ² (41)
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah data suhu pada alat 1 ( DSSS tanpa pendinginan kaca luar) dan alat 2 ( DSSS dengan pendinginan kaca luar) yang dilakukan pada tanggal 27 Juni 2019 dengan menggunakan alat ukur Agilent yang mengukur dan merekam suhu mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB. Berikut adalah data suhu pada masing- masing alat yang didapat saat pengujian.
Gambar 4.1 Grafik suhu pada alat 1 vs waktu Gambar 4.2 Grafik suhu pada alat 2 vs waktu
Pengujian dimulai pukul 08:00 WIB pada intensitas awal 68,1 W/m 2 dan berakhir pukul 18:00 WIB dengan intensitas akhir 16,9 W/m 2 . Berdasarkan gambar 4.3, terlihat bahwa radiasi tertinggi pada saat pengujian yaitu sebesar 639,4 W/m 2 yang terjadi pada pukul 13:17 WIB. Total radiasi pengukuran dari pukul 08.00 WIB sampai 18.00 WIB adalah 212424,9 W/m². Dengan radiasi rata-rata sebesar 353.45 W/m².
70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 T e mp e ra tu r (°C ) 8:00 AM 6/27/2019 9:00 AM 10:00 AM 11:00 AM 12:00 PM 1:00 PM 2:00 PM 3:00 PM 4:00 PM 5:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) TgoE TgiE TgoW TgoW Tw Ta 60 55 50 45 40 35 30 25 20 T e mp e ra tu r (°C ) 8:00 AM 6/27/2019 9:00 AM 10:00 AM 11:00 AM 12:00 PM 1:00 PM 2:00 PM 3:00 PM 4:00 PM 5:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) TgoE TgiE TgoW TgiW Tw Tcf Ta 900 800 700 600 500 400 300 200 100 In te n sita s M a ta h a ri ( W /m 2 ) 8:00 AM 6/27/2019 10:00 AM 12:00 PM 2:00 PM 4:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) Radiasi Teoritis Radiasi Pengukuran 280x10 -6 240 200 160 120 80 40 0 L a ju P e n g u a p a n ( K g /m ²s) 8:00 AM 6/27/2019 10:00 AM 12:00 PM 2:00 PM 4:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) Alat 1 Alat 2
Gambar 4.4 Grafik perbandingan laju penguapan air pada alat 1 dan laju penguapan air pada alat 2 Gambar 4.3 Grafik perbandingan intensitas matahari secara teori dengan radiasi pengukuran
Berdasarkan gambar 4.4 laju penguapan tertinggi dan terendah pada alat 1 adalah 0,000150 kg/m²s dan 0,000002 kg/m²s masing-masing pada pukul 13.30 WIB dan 08.00 WIB. Sementara laju penguapan tertinggi dan terendah pada alat 2 adalah 0,000254 kg/m²s dan 0,000003 kg/m²s masing-masing pada pukul 13.00 WIB dan 08.00 WIB. Untuk laju penguapan rata-rata pada alat 1 adalah 0,000058 kg/m²s sementara laju penguapan rata-rata pada alat 2 adalah 0,000104 kg/m²s
Berdasarkan gambar 4.5 volume destilasi teoritis tertinggi dan terendah pada alat 1 adalah 520,24 ml dan 7,66 ml pada pukul 13.30 WIB dan 08.00 WIB. Pada pukul 18.00 WIB secara teoritis volume yang dihasilkan adalah 136,62 ml. Sedangkan volume destilasi aktual tertinggi dan terendah pada alat 1 adalah 310 ml dan 5 ml pada pukul 13.30 WIB dan 09.00 WIB. Pada pukul 08.00 sampai 08.30 tidak ada volume destilasi yang dihasilkan pada alat 1. Sedangkan pada pukul 18.00 WIB volume destilasi aktual yang dihasilkan adalah 125 ml. Total volume destilasi secara teoritis pada alat 1 yang dihasilkan adalah 4,216 liter sedangkan total volume destilasi secara aktual pada alat 1 yang didapat adalah 2,895 liter. Pada gambar 4.6, volume destilasi teoritis tertinggi dan terendah pada alat 2 adalah 884,130 ml dan 8,77 ml pada pukul 13.30 WIB dan 08.00 WIB. Pada pukul 18.00 WIB secara teoritis volume yang dihasilkan adalah 134 ml. Sedangkan volume destilasi aktual tertinggi dan terendah pada alat 2 adalah 540 dan 15 ml pada pukul 13.30 WIB dan 09.00 WIB. Pada pukul 08.00 sampai 08.30 tidak ada volume destilasi aktual yang dihasilkan pada alat 2. Sedangkan pada pukul 18.00 WIB volume destilasi aktual yang dihasilkan adalah 100 ml. Total volume destilasi secara teoritis pada alat 2 yang dihasilkan adalah 7,57 liter sedangkan total volume destilasi secara aktual pada alat 2 yang didapat adalah 4,36 liter.
Terdapat peningkatan produktivitas air bersih dari adanya DSSS dengan pendinginan kaca luar terhadap yang tidak berpendingin. Perbandingan produktivitas air aktual keduanya dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut.
600 500 400 300 200 100 0 V o lum e Distil a si ( m l) 8:00 AM 6/27/2019 10:00 AM 12:00 PM 2:00 PM 4:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) Volume Teoritis Volume Aktual 800 600 400 200 0 V o lum e Distil a si ( m l) 8:00 AM 6/27/2019 10:00 AM 12:00 PM 2:00 PM 4:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) Volume Teoritis Volume Aktual 600 500 400 300 200 100 0 V o lum e De stilasi ( m l) 8:00 AM 6/27/2019 10:00 AM 12:00 PM 2:00 PM 4:00 PM 6:00 PM Waktu (WIB) Alat 1 Alat 2
Gambar 4.5 Grafik perbandingan volume distilasi teoritis dengan volume distilasi aktual pada alat 1 Gambar 4.6 Grafik perbandingan volume distilasi teoritis dengan
volume distilasi aktual pada alat 2
Gambar 4.7 Grafik perbandingan volume distilasi aktual alat 1 dengan volume distilasi aktual pada alat 2
## IV KESIMPULAN DAN SARAN
## 4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, laju penguapan tertinggi dan terendah pada alat 1 adalah 0,000150 kg/m²s dan 0,000002 kg/m²s masing-masing pada pukul 13.30 WIB dan 08.00 WIB. Sementara laju penguapan tertinggi dan terendah pada alat 2 adalah 0,000254 kg/m²s dan 0,000003 kg/m²s masing-masing pada pukul 13.00 WIB dan 08.00 WIB. Untuk laju penguapan rata-rata pada alat 1 adalah 0,000058 kg/m²s sementara laju penguapan rata-rata pada alat 2 adalah 0,000104 kg/m²s.
2. Total volume destilasi secara teoritis pada alat 1 yang dihasilkan adalah 4,216 liter sedangkan total volume destilasi secara aktual pada alat 1 yang didapat adalah 2,895 liter. Pada alat 2 volume destilasi secara teoritis yang dihasilkan adalah 7,57 liter, sedangkan total volume destilasi secara aktual pada alat 2 yang didapat adalah 4,36 liter.
3. Efisiensi pada alat 1 secara teoritis didapat sebesar 50,49 dimana secara aktual didapat 34,5%. Efisiensi pada alat 2 secara teoritis didapat sebesar 90,88 % dimana secara aktual didapat 52,32%. Penambahan pendinginan terhadap kaca luar menggunakan air secara teoritis meningkatkan efisiensi sebanyak 40,39% sementara secara aktual peningkatan efisiensinya sebesar 17,82%.
4.2 Saran
1. Pompa langsung terhubung dengan photovoltaic dan tidak adanya penggunaan baterai pada pengujian ini. Sehingga ketika intensitas matahari rendah pompa tidak beropeasi yang menyebabkan air pendinginan yang mengalir sempat terhenti beberapa saat Agar air pendinginan pada kaca luar tetap mengalir stabil maka dibutuhkan penggunaan baterai untuk peneliti selanjutnya.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendinginan kaca luar dengan menggunakan air lebih lanjut, perlu dilakukan penelitian dengan kecepatan aliran yang bervariasi.
3. Diperlukan kabel thermocouple yang baru guna meningkatkan ketelitian pengumpulan data ketika pengujian berlangsung serta meminimalisir tingkat error saat pengujian dan perekaman data
4. Isolasi pada sisi-sisi kolektor hendaknya ditingkatkan agar kehilangan panas yang terjadi lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan efisiensi sistem.
## REFERENSI
Ambarita, Himsar. 2011a. Energi Surya . Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU. Ambarita, Himsar. 2011b. Perpindahan Panas Konveksi dan Pangantar Alat Penukar Kalor . Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.
Anil Kumar, Om Prakash. 2019. Solar Desalination Technology . Singapore: Springer Astawa, Ketut, dkk.2011. Jurnal Ilmiah Analisis Performansi Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Penyerapan Radiasi Surya Tipe Bergelombang Berbahan Dasar Beton . Bali : Universitas Udayana Eltawil, M.A dkk. 2009. A Review of Renewable Technologies Integrated with Desalination Systems. Renewable Sustainable Energy Reviews Vol.13 Hal. 2245-2262.
G.N Tiwari, A.Tiwari, Shyam. 2016. Handbook of Solar Energy Theory, Analysis and Applications. Singapore: Springer Holman, J. 1988. Perpindahan Kalor . Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Incropera, F. P., and Dewitt. D. P.. 1196. Fundamentals of Heat and Mass Transfer . Fourth Edition. John Wiley & Sons. New York.
Kalogirou S. Seawater Desalination Using Renewable Energy Sources. Prog Energy.Combust Sci 2005;31:242-81.
Pasaribu, Henri. 2017. Studi Eksperimental Optimasi Solar Water Heater Sistem Hybrid dengan Kapasitas 120 L Air . Medan: Departemen Teknik USU. P.Doddy, K.Wibowo, F.A.S.Rusdi. (2017, Desember). Pemodelan dan Analisis Termaldestilasi Air Energi Surya dengan Kaca Penutup Berpenampung Air . Media Teknika Jurnal Teknologi, 12 (2), 1-11.
Pratama, Fransiskus X.R.F. 2015. Destilator Air Energi Termal Surya Jenis Konvensional Menggunakan Pendingin Air Dengan Kaca Ganda. Yogyakarta: Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma
Qiblawey HM, Banat F. Solar Thermal Desalination Technologies . Desalination 2008;220:633– 44.
Sharma, V.B. and S.C. Mullick, 1993. Solar Engineering. Trans. ASME, J. 155.P.231. Yunus, A. Cengel. 2002. Heat Transfer A Practical Approach . Second Edition. MC Graw Hill, Book Company, Inc: Singapore.
|
55cf6eae-a3b0-4a2c-93cb-f9987c3259df | http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/AG/article/download/3611/3465 | Jurnal AGRIFOR Volume XVII Nomor 2, Oktober 2018 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960
PENGARUH PUPUK GUANO WALET DAN PUPUK ORGANIK CAIR RATU BIOGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT( Lycopersicum esculentum Mill.) VARIETAS MONZA
Dian Kristina 1 , dan Abdul Rahmi 2
1 Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia.
2 Dosen Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75124, Indonesia. E-Mail: [email protected]
## ABSTRAK
Pengaruh Pupuk Guano Walet dan Pupuk Organik Cair Ratu Biogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat ( lycopersicum esculentum mill.) Varietas monza.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari pengaruh pupuk guano walet dan pupuk daun Ratu Biogen serta interaksi mereka terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat; dan (2) untuk menemukan dosis pupuk guano walet yang tepat dan konsentrasi pupuk daun Ratu Biogen yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang lebih baik.
Penelitian dilakukan mulai Mei 2014 hingga Juli 2014, di Desa Melak Ulu RT.20 Kecamatan Melak, Kutai Barat. Ini menerapkan Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial 4 x 4 dan lima ulangan . Faktor pertama adalah dosis pupuk guano walet (G) terdiri dari 4 level, yaitu: tidak ada aplikasi pupuk guano walet (g0), 10 Mg ha ̵ ¹, atau 100 g polybag ̵ ¹ (g1), 15 Mg ha ̵ ¹ atau 150 g polibag ̵ ¹ (g2), 20 Mg ha ̵ ¹ atau 200 g polybag ̵ ¹ (g3). Faktor kedua adalah konsentrasi Ratu Biogen (B) terdiri dari 4 level: tanpa POC Ratu Biogen (b0), 1 ml 1 ̵ ¹ air (b1), 2 ml 1 ̵ ¹ air (b2), 3 ml 1 ̵ ¹ air (b3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pupuk guano walet berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28, 42 hari setelah tanam, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman, tetapi pengaruhnya tidak signifikan pada hari-hari tanaman berbunga dan hari panen tanaman. Produksi terbaik dicapai oleh 200 g polybag-1 pupuk guano walet (g3), yaitu 282,50 tanaman-1, sebaliknya, produksi paling sedikit dicapai dengan tanpa pupuk guano walet (g0), yaitu 227,25 g tanaman ̵ ¹; (2) aplikasi pupuk daun Ratu Biogen setelah sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada hari ke 14 setelah tanam dan jumlah buah per tanaman, tetapi pengaruhnya tidak nyata pada tinggi tanaman pada 28 dan 42 hari setelah tanam, hari tanaman berbunga, hari panen tanaman, dan berat buah per tanaman; dan (3) interaksi antara pupuk guano walet dan pupuk daun Ratu Biogen tidak nyata pada tinggi tanaman pada hari ke 14, 28, dan 42 hari setelah tanam, hari berbunga, hari panen, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah. per tanaman.
Kata kunci : Pupuk Guano Walet, Pupuk Kedelai Ratu Biogen, Tomat.
## ABSTRACT
The Effect of Guano Walet Fertilizer and Ratu Biogen Foliar Fertilizer on theGrowth and Yield of Tomato ( Lycopercicum esculentum Mill.) Monza Variety. This experiment aims to: (1) to study of the effect of guano walet fertilizer and Ratu Biogen foliar fertilizeras well as their interaction on the growth and yield of tomato plants; and (2) to find proper dosage of guano walet fertilizer and proper concentration of Ratu Biogen foliar fertilizer for better growth and yield of tomato plants.
The research carried out from May 2014 to July 2014, in the Village Melak Ulu RT.20 Subdistrict Melak, West Kutai. It applied Completely Randomized Design with factorial experiment 4 x 4 and five replications. The first factor is the dosage of the guano walet fertilizer
(G) consists of 4 levels, namely: no fertilizer application guano walet (g0), 10 Mg ha ̵ ¹, or 100 g of polybag ̵ ¹ (g1), 15 Mg ha ̵ ¹ or 150 g polibag ̵ ¹ (g2), 20 Mg ha ̵ ¹ or 200 g polybag ̵ ¹ (g3). The second factor is the concentration of Ratu Biogen (B) consists of 4 levels: without POC Ratu Biogen (b0), 1 ml 1 ̵ ¹ water (b1), 2 ml 1 ̵ ¹ water (b2), 3 ml 1 ̵ ¹ water (b3). Result of the research revealed that : (1) application of guano walet fertilizer affect very significantly on plant height at 14, 28, 42 days after planting, the number of fruits per plant, and weight of fruit per plant, but the effect is not significant on the days of plant flowered and days of plant harvest. The best production is attained by the 200 g polybag -1 fertilizer guano walet (g3), namely 282,50 plant -1 , In reverse, the least production is attained by without fertilizer guano walet (g0), namely 227,25 g plant ̵ ¹; (2) application of Ratu
Biogen foliar fertilizer after significantly to very significantly on the plant height at 14 days after planting and the number of fruits per plant, but the effect is no significant on the plant height at 28 and 42 days after planting, days of plant flowered, days of plant harvest, and weight of fruit per plant; and (3) interaction between guano walet fertilizer and Ratu Biogen foliar fertilizer no significantly on the plant height at 14, 28, and 42 days after planting, days of plant flowered, days of plant harvest, number of fruit per plant, and fruit weight per plant.
Key words : Guano Walet Fertilizer, Ratu Biogen Foliar Fertilizer, Tomato.
## 1. PENDAHULUAN
Tanaman pertanian sangat penting dalam kehdupan manusia yang disebabkan tanaman tersebut dapat digunakan sebagai bahan pangan, bahan baku industri dan lain-lain. Oleh sebab itu pengembangan sektor pertanian sangat perlu digalakkan. Tanaman hortikultura seperti sayuran mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan serta dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat karena di dalam sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral.
Tomat merupakan jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan termasuk komoditas multiguna, selain berfungsi sebagai sayuran dan buah, tomat juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik serta obat-obatan.
Pengembangan tanaman tomat di daerah Kutai Barat memiliki peluang usaha yang cukup menjanjikan karena produksi yang ada belum mencukupi kebutuhan masyarakat dan perusahaan, petani yang mengusahakan masih sedikit serta harga jual yang cukup mahal. Untuk mencukupi kebutuhan tomat tersebut sebagian besar disuplai dari luar daerah terutama dari Kota Samarinda.
Secara umum produksi tanaman tomat di daerah Kutai Barat masih tergolong rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : benih yang digunakan bukan merupakan benih unggul, teknik budidaya belum intensif, dan dan tingkat kesuburan tanahnya yang tergolong rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat dapat dilakukan dengan berbagai usaha, salah satu diantaranya dengan melakukan intensifikasi yaitu peningkatan produksi tanaman per satuan luas lahan dengan
pemberian pupuk.Pemberian pupuk bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Salah satu jenis pupuk yang sangat dianjurkan dalam usaha tani adalah pupuk organik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki yaitu : granulasi tanah, aerasi dan drainase tanah, kemampuan tanh menyimpan air, memperbaiki sifat kimia dan sifat biologis tanah, dan tidak menyebabkan polusi tanah dan air (https://www.facebook.com/permalink.ph p). Dewasa ini petani telah mengetahui dan menyadari bahwa
penggunaan pupuk organik lebih baik dibandingkan pupuk anorganik, karena ramah lingkungan. Salah satu jenis pupuk organik yang dapat dipergunakan ntuk meningkatkan kesuburan tanah adalah pupuk guano walet.Penggunaan pupuk guano walet sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman, tidak hanya menambah unsur hara tetapi juga dapat menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Di samping itu Guano dapat menekan biaya produksi karena harga jauh lebih murah daripada urea. Pupuk guano merupakan pupuk organik, pupuk tersebut memilikikandungan unsur N, P dan K yang lebih tinggi dibandingkan pupuk organik umumnya (Samijan, 2013).
Di samping pemberian pupuk guano walet, untuk meningkatkan
Jurnal AGRIFOR Volume XVII Nomor 2, Oktober 2018 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960
produksi tanaman tomat dapat juga dilakukan dengan memberikan pupuk organik cair. Salah satu jenis pupuk organik cair (POC) yang dapat dipergunakan yaitu Ratu Biogen. POC Ratu Biogen merupakan pupuk organik alami yang terbuat dari bahan herbal berupa sari tumbuhan alami, berbentuk cream cair dan berwarna putih kelabu. POC ini mengandung unsur hara makro, yaitu 0,011 % N; 6,26 mg per 200 ml P; 72,15 mg per 200 ml K, serta mengandung zat perangsang tumbuh, yaitu 0,210 g l -1 Asam Gibberelin;0,130 g l -1 Asam Indol Asetat; 0,130 g l -1 , 0,105 g l -1 Kinetin; dan 0,100 g l -1 Zeatin (label kemasan). POC ini dapat digunakan untuk berbagai tanaman seperti padi, palawija, sayuran dan buah-buahan (label kemasan). Tujuan penelitian adalah untuk : (1) Mengetahui pengaruh pemberian pupuk guano walet dan POC Ratu Biogen serta interakinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat; dan (2)
Memperoleh dosis pupuk guano walet dan konsentrasi POC Ratu Biogen yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
## 2. METODA PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu Tempat penelitian di Kampung Melak Ulu, Kecamatan Melak,
Kabupaten Kutai Barat. Pada bulan Mei-Juli 2014.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : benih tomat varietas Monza, tanah lapisan atas, POC Ratu Biogen, pupuk guano walet,kapur dolomit, insektisida
Marshal 200 EC, polibag besar hitam dengan ukuran 50 cm x 40 cm, tali rafia, label perlakuan, spidol, ajir kayu, dan balok kayu.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, parang, ayakan,
timbangan analitik, meteran, palu, hand sprayer, suntikan injeksi, gunting, gergaji, paranet 25 %, alat tulis, kalkulator, komputer dan kamera.
## 2.3. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 4 x 4 yang diulang sebanyak 5 kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk guano walet (G) terdiri atas 4 taraf :tanpa pemberian pupuk guano walet (g0), 10 Mg ha -1 atau 100 g polibag -1 (g2), 15 Mg ha -1 atau 150 g polibag -1 (g3), dan 20 Mg ha -1 atau 200 g polibag -1 (g3).Faktor kedua adalah konsentrasi POC Ratu
Biogen(B) terdiri atas 4 taraf :tanpa pemberian POC Ratu Biogen (b0), 1 ml l -1 air (b1), 2 ml l -1 air (b2), dan 3 ml l -1 air (b3).
2.4. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi : (1) persiapan media tanam, (2) persiapan bibit, (3) pemberian pupuk guano walet, (4), pemberian kapur dolomit, (5) penanaman, (6) pemberian POC Ratu Biogen, (7) pemeliharaan tanaman (penyulaman, penyiraman air, penyiangan gulma, pemasangan ajir, dan pengendalian hama dengan larutan insektisida Marshall 200 EC dengan konsentrasi 2 ml l -1 air, (8) panen, dan (9) pengumpulan dan analisis data.
2.5. Pengambilan Data
Data utama yang diambil dalam penelitian, yaitu antara lain: (1) tinggi tanaman pada umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam, (2)umur tanaman saat berbunga pertama kali, (3)umur tanaman saat panen pertama kali, (4) jumlah buah per tanaman, dan (5) berat buah per tanaman (g tanaman -1 ).
Data penunjang yang dikumpulkan, yaitu : (1) hasil analisis sifat kimia tanah dan tekstur tanah serta pupuk guano walet dari Laboratorium Tanah Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman Samarinda. 2.6. Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk guano walet dan
POC Ratu Biogen serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dilakukan dengan menganalisis data hasil penelitian dengan sidik ragam (Steel dan Torrie, 1991).
Bila hasil sidik ragam berbeda nyata (F hitung > F tabel 5 %) atau berbeda sangat nyata (F hitung > F tabel 1 %),
maka untuk membandingkan dua rata-rata perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf nyata 5 %, sedangkan bila berbeda tidak nyata (F hitung < F tabel 5 %) tidak dilakukan uji lanjutan. Rumus umum uji BNT sebagai berikut :
## BNT = nilai t-tabel x 2 KTgalat/r. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Secara keseluruhan hasil penelitian pengaruh pupuk guano walet dan POC Ratu Biogen serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat varietas Monza disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengaruh Pupuk Guano Walet dan POC Ratu Biogen serta
## Interaksinya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Varietas Monza
Faktor-Faktor Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Saat Berbunga (hst) Saat Panen (hst) Jumlah Buah (buah tan -1 ) Berat Buah (g tan -1 ) 14 hst 28 hst 42 hst Perlakuan Pupuk Guano Walet (G ** ** ** tn tn ** ** 0 g polibag -1 (g0) 13,55c 34,30c 77,25b 56,65 81,45 5,25c 227,25b 100 g polibag -1 (g1) 14,25b 35,80b 87,70a 56,65 81,40 5,90bc 260,25ab 150 g polibag -1 (g2) 14,90b 36,60ab 88,35a 56,50 81,40 6,25ab 273,00a 200 g polibag -1 (g3) 16,25a 37,45a 89,80a 56,60 81,40 6,90a 282,50a Perlakuan POC Ratu Biogen (B) ** tn tn tn tn *
tn 0 ml l -1 air (b0) 14,05b 35,20 83,30 56,75 81,55 5,50b 244,75 1 ml l -1 air (b1) 14,40b 36,00 85,15 56,70 81,40 6,05ab 254,50 2 ml l -1 air (b2) 15,10a 36,25 87,00 56,70 81,45 6,25ab 266,00 3 ml l -1 air (b3) 15,40a 36,70 87,65 56,25 81,25 6,50a 278,25 Interaksi (G x B) tn tn tn tn tn tn tn
g0b0
g0b1 g0b2 g0b3 13,00
13,40 13,60 14,20 32,40 34,80 35,00 35,00 74,80 75,20 79,40 79,60 56,80 56,50 56,50 56,50 81,80 81,60 81,40 81,20 4,80 5,20 5,40 5,60 212,00 219,00 229,00 249,00 g1b0 g1b1 g1b2 g1b3
13,20 13,60 15,00 15,20 35,00 35,60 36,20 36,40 84,60 87,80 88,80 89,60 56,80 56,80 56,80 56,20 81,60 81,20 81,40 81,40 5,40 5,80 6,00 6,40 240,00 264,00 267,00 270,00 g2b0 g2b1 g2b2 g2b3
14,60 14,60 15,00 15,40 36,40 36,60 36,60 36,80 86,00 88,00 89,40 90,00 56,60 56,40 56,40 56,60 81,80 81,20 81,60 81,00 5,60 6,40 6,40 6,60 263,00 267,00 278,00 284,00 g3b0 g3b1 g3b2 g3b3 15,40 16,00 16,80 16,80 37,00 37,00 37,20 38,60 87,80 89,60 90,40 91,40 56,80 57,00 57,00 55,60 81,20 81,60 81,40 81,40 6,20 6,80 7,20 7,40 264,00 266,00 290,00 310,00
Jurnal AGRIFOR Volume XVII Nomor 2, Oktober 2018 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960
Keterangan :Angka rata-rata pada setiap kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan hasil uji BNT taraf 5 %.
tn = berpengaruh tidak nyata; * = berpengaruh nyata; ** = berpengaruh sangat nyata; dan hst = hari setelah tanam
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk guano walet berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam (Tabel 1). Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10
(rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk guano walet (g0) menghasilkan tanaman yang lebih pendek/rendah dibandingkan dengan perlakuan pemberian berbagai dosis pupuk guano walet. Keadaan ini disebabkan karena media tanam yang digunakan memiliki kandungan unsur hara dan sifat kimia lainnya (kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa) yang juga tergolong sangat rendah, sehingga tanaman tomat tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini didukung oleh hasil analisis di laboratorium (Lampiran Tabel 8) menunjukkan bahwa media tanam mengandung 0,15 % N total (rendah);
2,12 ppm P tersedia (sangat rendah); 0,17 miliekuivalen 100 -1 g tanah K+ (rendah); nilai KTK = 4,63 miliekuivalen 100 -1 g tanah (sangat rendah) dan kejenuhan basa = 13,55 % (sangat rendah). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk guano walet yaitu 100 g polibag -1 (p1), 150 g polibag -1 (p2), dan 200 g polibag -1
(p3) menghasilkan tanaman cabe rawit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk guano walet (p0). Hal ini disebabkan dengan pemberian pupuk guano walet dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara terutama unsur hara N yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Seperti dinyatakan oleh Lingga dan Marsono (2002) bahwa unsur hara N berperan untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman,
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk guano walet
berpengaruh tidak nyata terhadap umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen (Tabel 1). Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 (rekapitulasi) menunjukkan bahwa rata- rata umur tanaman saat berbunga adalah + 56 hari setelah tanam dan umur saat panen + 81 hari setelah tanam. Keadaan disebabkan karena umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen lebih dominan ditentukan sifat dalam tanaman tomat itu sendiri. Seperti dikemukakan oleh Darjanto dan Satifah (2002) bahwa pada umumnya tanaman dapat menghasilkan bunga dan buah bilamana telah dewasa dan memiliki persediaan zat-at makanan cukup banyak, Peralihan dari fase vegetatif ke fase generatif sebagian ditentukan oleh genotif atau faktor dalam (sifat yang tutun temurun) dan sebagian lagi oleh faktor luar.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk guano walet berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman (Tabel 1). Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10
(rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk guano walet yaitu 100 g polibag -1 (p1), 150 g polibag -1 (p2), dan 200 g polibag -1 (p3) menghasilkan jumlah buah per tanaman yang lebih banyak dan berat buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk guano walet (g0). Berat buah per tanaman paling tinggi dihasilkan pada perlakuan 200 g polibag -1 (g3) yaitu 282,50 g tanaman -1 , disusul oleh perlakuan 150 g polibag -1 (p2) yaitu 273,00 g tanaman -1 , perlakuan 100 g polibag -1 (p1) yaitu 260,25 g tanaman -1 , dan yang paling rendah dihasilkan pada perlakuan tanpa pupuk guano walet (g0)
yaitu 227,25 g tanaman -1 . Keadaan ini disebabkan dengan pemberian pupuk guano walet dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara seperti N, P dan K. Hasil analisis tanah di laboratorium menunjukkan bahwa pupuk guano walet memiliki kandungan yaitu 0,15 % N; 2,11 % P; 59,93 % K; 1,81 % C. Di samping itu pemberian pupuk guano walet dapat memperbaiki sifat fisik dan sifat biologi tanah. Seperti dinyatakan oleh Musnamar (2003) bahwa manfaat pemberian pupuk organik padat adalah dapat menambah kesuburan tanaman, memperbaiki kondisi kimia tanah, memperbaiki kondisi biologi tanah, memperbaiki kondisi fisik tanah, pemakaiannya aman bagi manusia dan tidak mencemari lingkungan. Hasil Penelitian analisa tanah di Desa Giri Agung KTK kebanyakan rendah, adapun KTK yang rendah dapat ditingkat dengan penggunaan pupuk organik yang berguna untuk meningkatkan tanah menjadi gembur dan daya jerap tanah dan untuk meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga dapat menampung apabila dilakukan penambahan unsur hara baik secara alami maupun dengan penambahan pupuk (Datu BP et al. 2013). Selanjutnya pemupukan ditentukan oleh keadaan tanah seperti Tanah-tanah pada lokasi
studi menunjukkan reaksi tanah agak masam perlu dilakukan pemberian kapur (I Gede EB et al.2017).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC Ratu Biogen berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14 hari setelah tanam (Lampiran Tabel 1). Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 1(rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan 1 ml l -1 air (b1), 2 ml l -1 air (b2), dan 3 ml l -1 air (b3 menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa POC Ratu Biogen (b0). Keadaan ini disebabkan karena media tanam yang
digunakan memiliki sifat kimia yang jelek dan kandungan unsur hara yang rendah, sehingga dengan pemberian POC Ratu Biogen dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman cabe rawit pada umur 14 hari setelah tanam.
Hssil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC Ratu Biogen berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 28 dan 42 hari setelah tanam. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 (rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan 1 ml l -1 air (b1), 2 ml l -1 air (b2), dan 3 ml l -1 air (b3) cenderung menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa POC Ratu Biogen (b0). Keadaan ini disebabkan karena pada tahap ini tanaman tomat sedang aktif memacu pertumbuhan vegetatifnya dan membutuhkan sejumkah unsur hara, sedangkan suplai unsur hara yang diberikan melalui POC Ratu Biogen relatif sedikit, sehingga pengaruhnya tidak nyata.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC Ratu Biogen berpengaruh tidak nyata terhadap umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 (rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan 1 ml l -1 air (b1), 2 ml l -1 air (b2), dan 3 ml l -1 air (b3) cenderung menghasilkan umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen yang lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan tanpa POC Ratu Biogen (b0). Tidak adanya pengaruh yang nyata tersebut disebabkan karena umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen lebih dominan ditentukan sifat dalam tanaman tomat itu sendiri. Seperti dikemukakan oleh Lakitan (1996) bahwa perubahan fase vegetatif ke fase generatif merupakan aktivitas hormonal yang berlangsung dalam tubuh tanaman tersebut (faktor
Jurnal AGRIFOR Volume XVII Nomor 2, Oktober 2018 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960
dalam) yang umumnya dapat didorong/dirangsang oleh kondisi lingkungan (faktor luar) tertentu.
Hssil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC Ratu Biogen berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 (rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan 1 ml l -1 air (b1), 2 ml l -1 air (b2), dan 3 ml l -1 air (b3) menghasilkan jumlah buah per tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa POC Ratu Biogen (b0). Hssil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC Ratu Biogen berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah per tanaman. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 (rekapitulasi) menunjukkan bahwa perlakuan 1 ml l -1 air (b1), 2 ml l -1 air (b2), dan 3 ml l -1 air (b3)cenderung menghasilkan berat buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa POC Ratu Biogen (b0). Hal ini disebabkan dengan pemberian pupuk Ratu Biogen dapat meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman tomat, sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan memberikan buah yang banyak. Di samping itu dengan adanya kandungan zat perangsang tumbuh yang terkandung dalam POC Ratu Biogen (Asam Gibberelin, Asam Indol Asetat, Kinetin dan Zeatin) dapat mendorong proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Seperti dinyatakan oleh Abidin (1989) bahwa zat perangsang tumbuh dalam jumlah yang sesuai dapat mendukung (promote) dan merubah proses fisiologi tanaman.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor pupuk guano walet dan faktor POC Ratu Biogen berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam, umur tanaman saat berbunga, umur tanaman saat panen, jumlah buah per tanaman, dan berat buah
per tanaman. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa antara faktor pupuk guano walet dan faktor POC Ratu Biogen tidak secara bersama-sama atau sendiri- sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Seperti dijelaskan oleh Gomez dan
Gomez (1995) bahwa dua faktor perlakuan dikatakan berinteraksi apabila pengaruh suatu faktor perlakuan berubah pada saat perubahan taraf faktor perlakuan lainnya. Selanjutnya
dinyatakan oleh Steel dan Torrie (1991) bahwa bila pengaruh interaksi berbeda tidak nyata, maka disimpulkan bahwa diantara faktor-faktor perlakuan tersebut bertndak bebas satu terhadap lainnya.
Meskipun hasil sidik ragam interaksi antara pupuk guano walet dan POC Ratu Biogen berpengaruh tidak nyata, namuan hasil penelitian pada Tabel 10 (rekapitulasi) menunjukkan bahwa pada setiap taraf perlakuan POC Ratu Biogen yang dikombinasikan dengan berbagai dosis pupuk guano walet cenderung menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi, umur tanaman saat berbunga dan saat panen yang lebih cepat, jumlah buah per tanaman yang lebih banyak, dan berat buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk guano walet. Keadaan ini disebabkan karena pemberian kedua pupuk tersebut dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara oleh tanaman tomat, sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan memberikan hasil yang lebih baik. Seperti dikemukakan oleh Dwidjoseputro (1998) bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila unsur hara yang dibutuhkannya tersedia dalam jumlah yang cukup.
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut: Pemberian pupuk
guano walet berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam, jumlah buah per tanaman, dan berat buah per tanaman, tetapi berpengarh tidak nyata terhadap umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen. Berat buah paling tinggi dihasilkan pada perlakuan 200 g polibag -1 (g3), yaitu 282,50 g tanaman -1 , sedangkan yang paling rendah dihasilkan pada perlakuan tanpa pupuk guano walet (g0), yaitu 227,25 g tanaman -1 . Pemberian POC Ratu Biogen berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14 hari setelah tanam, dan jumlah buah per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap 28, dan 42 hari setelah tanam, umur tnaman saat berbunga, umur tanaman saat panen, dan berat buah per tanaman.
Interaksi antara pupuk guano walet dengan POC Ratu Biogen berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28, dan 45 hari setelah tanam, umur tanaman saat berbunga, umur tanaman saat panen, jumlah buah per tanaman, dan berat buah per tanaman.
## DAFTAR PUSTAKA
Belokurov, A. 2008. Menilai Kawasan Lindung Dengan RAPPAM . Paper, disampaikan pada acara Training- Workshop RAPPAM Lingkup Kalimantan. Balikpapan, 22 Oktober 2008 EB, I. Gede, and Maya PB Jumani.
"Evaluation of Soil Revegetation Success Rate Ex-Pit Coal Mine in Kitadin site Embalut Kutai in East Kalimantan." Agrifor 16.2 (2017):
195-208.
Belokurov, A. Dan J. Ervin. 2008. Efektivitas Pengelolaan Kawasan
Lindung; Review Alat dan Langkah
Kritis . Paper, disampaikan pada acara Training-Workshop RAPPAM Lingkup Kalimantan. Balikpapan, 22 Oktober 2008
[BKSDA KALTIM] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan
Timur . 2014. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Padang Luway . Samarinda. Kalimantan Timur. Ervin J. 2003. Rapid Assesment and Prioritization of Protected Area Management (RAPPAM) Methodology . World Wild Fund for Nature. Gland, Switzerland.
Ministry of Natural Resources and The Environment. 2006. Management
Effectiveness of National and State Parks in Malaysia . Ministry of Natural Resources and The Environment. Putrajaya. Malaysia Pramana, Datu Bandar. "Pertumbuhan Tanaman Gaharu (Aquilaria sp.) di Desa Giri Agung Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur." AGRIFOR 11.2 (2013):
110-114.
Stolton, S. et.al. 2003 . Panduan Sederhana Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung . World Wildlife Fund. Indonesia Sutedja, IGNN. 2008. Mengukur Efeftivitas Pengelolaan Kawasan Lindung . Paper, disampaikan pada acara Training-Workshop RAPPAM Lingkup Kalimantan. Balikpapan, 22 Oktober 2008 [WWF]. World Wildlife Fund. 2004. Management Effectiveness Assessment of National Parks Using WWF’s RAPPAM Methodology . Indonesia
|
50d2806a-855d-477f-befa-557223b82e1b | https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa/article/download/24344/9529 | Rekayasa , 2024; 17(1): 23-30 ISSN: 0216-9495 (Print) ISSN: 2502-5325 (Online)
Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Pengaruh Kepuasan Kerja, Lingkungan, Work Life Balance, Kompetensi dan Komitmen Pegawai
## Terhadap Kinerja
Muhammad Afwan Abdillah 1 , Sukmo Hadi Nugroho 1*
1 Universitas Esa Unggul Jl. Arjuna Utara Kebon Jeruk Daerah Khusus Ibukota 11510 Jakarta *[email protected]
DOI: https://doi.org/10.21107/rekayasa.v17i1.24344 Submitted January, 26 th 2024; Accepted March, 21 st 2024; Published April 15 th , 2024
## Abstrak
Kinerja pegawai merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan publik, terutama di Perusahaan Air Minum, dimana pelayanannya meliputi kepentingan banyak orang. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari kepuasan kerja, work life balance, lingkungan kerja, komitmen pegawai serta kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai di perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi, dimana masih sedikit peneliti yang melakukan penelitiannya di perusahaan air minum, sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan tambahan bagi peneliti yang akan memilih perusahaan serupa sebagai objek penelitiannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan menggunakan kuisioner, kuisioner disebarkan melalui daring dan tatap muka kepada pegawai di lingkungan Perusahaan Air Minum di Kabupaten Bekasi. Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan Desember 2023 dengan jumlah responden sebanyak 151 orang. Untuk menguji hipotesa data yang diperoleh dari kuisioner kemudian dianalisa dengan menggunakan metode SEM-PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja, work life balance dan kompetensi pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi.
Kata Kunci : kinerja, kepuasan kerja, lingkungan kerja, work life balance
## Abstrac t
Employee performance is an important factor for companies operating in the public service sector, especially in water treatment companies, where their services cover the interests of many people. This research was conducted to see the influence of job satisfaction, work life balance, work environment, employee commitment and employee competency on employee performance in water treatment companies in Bekasi Regency, where there are still few researchers who have conducted research in water treatment companies, so we hoped that this research can become an additional reference for researchers who will choose similiar companies as the object of their research. The research was carried out using a survey method and using questionnaires as its tool, questionnaires were distributed online and face to face to employees within the Water Treatment Companies in Bekasi Regency. The distribution of the questionnaire was carried out in December 2023 with a total of 151 respondents. To test the hypothesis, the data obtained from the questionnaire was then analyzed using the SEM-PLS method. The research results show that the work environment, work life balance and employee competency have positive influence toward employee performance at Water Treatment Companies in Bekasi Regency.
Key words : performance, work satisfaction, work life balance, work environment
## PENDAHULUAN
Kinerja pegawai pada perusahaan yang bergerak di pelayaan publik menjadi sangat penting di era perekonomian saat ini, terutama perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun daerah (Tensay & Singh, 2020). Dalam rangka memberikan pelayanan prima terhadap pelanggannya, perusahaan membutuhkan pegawai yang memiliki kinerja yang baik. Banyak faktor faktor terkait yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai, seperti komitmen dan kompetensi pegawai (Martini et al ., 2020), pelatihan yang diberikan, upah, motivasi, lingkungan serta kepuasan kerja pegawai (Girdwichai & Sriviboon, 2020).
Dengan semakin berkembangnya zaman, kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan pegawai, baik itu di dalam lingkup pekerjaan dan juga di kehidupan pribadi mereka (Dhamija et al ., 2019). Kepuasan kerja pegawai terbentuk dari kriteria kriteria yang penting yang mewakili kombinasi dari berbagai aspek yaitu psikologi, fisiologis dan juga keadaan lingkungan sekitar yang nantinya akan menetukan bagaimana kepuasan pegawai tersebut terhadap pekerjaannya (Davidescu et al ., 2020).
## REKAYASA
Journal of Science and Technology https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa
Ketidakpuasan pada lingkungan kerja merupakan salah satu faktor pada penurunan kinerja pegawai (Stepanek et al ., 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Diamantidis & Chatzoglou, (2019) lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas dan kinerja dari pegawai. Faktor lingkungan seperti birokrasi di kantor, suasana tempat kerja, hubungan dengan atasan dan rekan kerja serta visi misi kantor akan mempengaruhi kinerja pegawai (Deeb et al ., 2020). Selain faktor lingkungan, faktor eksternal dan personal pegawai juga berdampak pada keseharian mereka, karena itu pegawai perlu menyeimbangkan antara lingkungan kerja dengan lingkungan pribadi mereka.
Perusahaan yang menerapkan konsep work life balance lebih disukai oleh para pencari kerja sehingga akan mendapatkan reputasi sebagai perusahaan yang ramah terhadap pegawai, sedangkan bagi perusahaan sendiri konsep ini meningkatkan kinerja dari masing masing pegawai dan juga menurunkan tingkat ketidakhadiran dan tingkat pergantian pegawai (Johari et al ., 2018). Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Koon, (2022) menerangkan bahwa konsep work life balance merupakan sebuah konsep yang menguntungkan bagi pegawai, pengaruh dari kebijakan kebijakan terkait work life balance yang diterapkan kepada pegawai menjadikan hubungan yang harmonis antara pegawai dengan manajemen. Penerapan work life balance di lingkungan kantor memberikan kenyamanan untuk menunjukkan kompetensi yang mereka miliki. Komitmen pegawai terhadap organisasi merupakan salah satu faktor yang sering dipelajari ketika membahas tentang organisasi atau perusahaan, komitmen terhadap organisasi berkaitan terhadap kinerja dari pegawai, OCB ( organizational citizenship behaviour ) serta tingkat turnover pegawai dan juga ketidakhadiran dari pegawai (Sungu et al ., 2019). Budaya perusahaan, komitmen pegawai merupakan sumber kekuatan bagi perusahaan dalam berkompetisi dengan pesaing pesaingnya, kekuatan ini menjadi faktor penting dan nantinya akan berkaitan terhadap kinerja dari pegawai (Hendri, 2019).
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa hal hal yang mempengaruhi kinerja pegawai di perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi, sehingga nantinya dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerja para pegawai serta meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan, selain itu belum adanya penelitian yang mengambil tempat di perusahaan milik daerah, khususnya perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi. Penulis menggunakan variabel lingkungan kerja, komitmen pegawai, kompetensi pegawai dan work life balance serta kepuasan kerja guna memastikan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai di perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey, data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer, dimana data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner yang didistribusikan kepada pegawai di perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi, baik itu secara tatap muka langsung maupun dengan melakukan survey online menggunakan platform Google Form yang dilakukan pada bulan Desember 2023. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sebuah metode dimana peneliti menentukan ciri ciri khusus untuk pengambilan sample hal ini ditujukan agar nantinya sampel dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan permasalahan penelitian. Metode pengumpulan data diawali dengan melakukan penyebaran kuisioner awal ( pretest ) kepada 30 responden, pretest dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas dari masing masing variabel. Adapun untuk kriteria responden yaitu terdaftar sebagai pegawai di BUMD perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi dengan minimal status kepegawaian TKK (Tenaga Kerja Kontrak). Kemudian setelah dilakukan pretest penyebaran kuisioner dilanjutkan dan mendapatkan total responden 151 orang.
Pengukuran dalam pengambilan data menggunakan skala Likert dengan skala 1 – 5 (1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Netral, 4 = Setuju, 5 = Sangat Setuju). Pengukuran variabel kinerja pegawai diadopsi dari Riaz et al . (2021) dengan 5 indikator, kepuasan kerja dari Paais & Pattiruhu (2020) dengan 5 indikator, lingkungan kerja diadopsi dari Pawirosumarto et al . (2017) dengan 4 indikator, work life balance diadopsi dari Riaz et al . (2021) dengan 4 indikator, komitmen karyawan diadopsi dari Abdullah et al . (2021) dengan 7 indikator dan kompetensi karyawan dari Otoo (2019) dengan 5 indikator. Hair et al . (2017) merekomendasikan ukuran sampel penelitian yaitu sebesar 5-10 kali dari indikator pertanyaan
kuisioner. Jumlah indikator pada penelitian ini sebanyak 30, maka nantinya jumlah responden berkisar antara 150 – 300 responden.
Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan metode SEM ( Structural Equation Modeling ) dimana pengguanan metode ini memungkinkan peneliti untuk menguji dan mengestimasi data secara simultan hubungan antara variabel exogen dan endogen dengan berbagai macam indikator yang tersedia. Pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS untuk pengujian validitas dan reliabilitas serta Smart PLS untuk melakukan pengujian hipotesis.
## Gambar 1. Model Konstelasi Riset
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan pertama pada pengolahan data yaitu melakukan pre test terhadap 30 responden, pre test dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas data. Pengujian validitas dan reliabilitas data menggunakan aplikasi SPSS, data dapat dikatakan valid ketika hasil pengujian KMO and Bartlett Test lebih tinggi dari 0,5. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas data dapat dikatakan reliabel ketika nilai Cronbach Alpha lebih tinggi dari 0,5 (Tabel 1). Tabel 1. Rangkuman Hasil Pre Test Variabel Validitas Reliabilitas Kinerja Pegawai 0,707 0,614 Kepuasan Kerja 0,825 0,878 Lingkungan Kerja 0,7 0,721 Work Life Balance 0,678 0,814 Komitmen Pegawai 0,542 0,653 Kompetensi Pegawai 0,689 0,698
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan pada saat melakukan pre test sudah valid dan reliabel. Secara keseluruhan, total responden yang menjadi narasumber pada penelitian ini yaitu sebanyak 151 responden, dengan 41,72% merupakan pegawai di kantor pusat dan 58,28% bertugas di kantor cabang. Untuk rentang umur responden terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu 18 – 26 tahun sebanyak 12,58% , 27 – 42 tahun sebanyak 74,17% dan 43 – 56 tahun sebanyak 13,25%. Sedangkan untuk jenis kelamin responden yaitu sebanyak 40,40% merupakan responden perempuan dan 59,60% responden pria. Pada analisis kesesuaian yang menggunakan aplikasi smart PLS, didapatkan nilai R 2 sebesar 0,532 pada kepuasan kerja, serta 0,523 pada kinerja pegawai. sehingga menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian model secara keseluruhan, namun masih terdapat 48% lagi yang bisa dijelaskan oleh variabel lainnya. Tahapan selanjutnya yaitu pengujian hipotesis menggunakan nilai t-
26 | Abdillah & Nugroho, Analisis Structural Equation Modelling
value menggunakan aplikasi smart PLS, berikut hasil dari pengujian t-value beserta dengan ringkasan hasil pengujian.
Gambar 2. Model SEM dan Pengujian t- value
Hasil dari pengujian t-value digunakan untuk menguji hipotesa yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan hasil pengujian t-value terdapat hipotesa yang ditolak dan hipotesa yang diterima. Berikut ringkasan hasil pengujian t-value . Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian T-Value Hipotesis Pernyataan Hipotesis T-Value Keterangan H1 Kompetensi pegawai berpengaruh positif terhadap kepuasan kerjapegawai 7,259 Data mendukung hipotesis H2 Work Life Balance berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai 4,703 Data mendukung hipotesis H3 Kepuasan kerja pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 1,231 Data tidak mendukung hipotesis H4 Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 2,967 Data mendukung hipotesis H5 Work Life Balance berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 2,161 Data mendukung hipotesis H6 Komitmen pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 0,429 Data tidak mendukung hipotesis H7 Kompetensi pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 5,186 Data mendukung hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, sebagian besar hipotesa penelitian dapat diterima namun terdapat hipotesa yang tidak sesuai, yaitu H3 dan H5, dikarenakan nilai t-value kurang dari 1,96 sehingga hipotesa tersebut ditolak.
Berdasarkan hasil analisa data, kompetensi pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Hajiali et al .,(2022), lebih lanjut dalam penelitianya dijelaskan bahwa elemen elemen dari kompetensi seperti pengetahuan, kemampuan, keahlian serta sikap dan kepribadian harus dimiliki oleh setiap pegawai, sehingga mereka dapat menyelesaikan tugas tugas yang diberikan, sehingga nantinya mereka akan puas dengan imbalan yang mereka terima dari hasil pekerjaannya. Kemampuan para pegawai untuk bekerja dalam satu tim membuat mereka merasa puas
dalam bekerja sama beserta rekan tim lainnya, sehingga meningkatkan kepuasan kerja mereka secara keseluruhan.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisa data work life balance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Kunwar & Paudel, (2022) Dimana mereka menyatakan bahwa work life balance merupakan faktor penting untuk tercapainya kepuasan kerja. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa kebijakan kebijakan yang memudahkan para pegawai seperti kebijakan cuti, keamanan dan kesehatan pegawai, promosi serta tekanan dari atasan merupakan faktor faktor dari work life balance yang akan meningkatkan kepuasan kerja dari masing masing pegawai, para pegawai merasa bahwa mereka dapat menyeimbangkan beban kerja mereka dan pekerjaan yang diberikan perusahaan pun tidak mempengaruhi kesehatan mental mereka sehingga pada akhirnya mereka merasa perusahaan telah mengakomodasi keinginan dan masukan dari pegawai.
Sedangkan untuk kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai, hipotesa yang ada ditolak, sehingga kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan ketika mereka merasa puas terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan, rasa puas ini tidak bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjadi sebuah tambahan semangat untuk meningkatkan kinerja pegawai secara keseluruhan, selain itu dengan munculnya rasa puas terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan, sehingga membuat motivasi mereka untuk meningkatkan kinerja mereka turun sehingga rasa kepuasan terhadap pekerjaan yang mereka punya tidak dapat mempengaruhi kinerja mereka. Kurangnya motivasi untuk memberikan kinerja yang baik serta kepuasan mereka terhadap kerjasama antar pegawai sehingga kepuasan kerja dari para pegawai tidak mempengaruhi kinerja mereka.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisa data diatas didapat bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Girdwichai & Sriviboon, (2020b) dimana salah satu kesimpulan dari penelitiannya adalah bahwa lingkungan kerja yang sehat dan positif, akan meningkatkan kinerja pegawai, menyediakan tempat dan fasilitas kerja yang memadai menjadi salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya. Para pegawai merasa mendapatkan fasilitas yang baik yang akan menunjang kinerja mereka, selain itu hubungan yang baik dengan rekan kerja memberikan rasa nyaman kepada para pegawai, kondisi ini akan membuat mereka meningkatan kinerja mereka.
Kemudian berdasarkan hasil analisa data, work life balance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, hal ini sesuai dengan penelitian dari Patrick et al . (2020) yang menyatakan bahwa work life balance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, lebih lanjut work life balance merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, sehingga perusahaan harus terus memperhatikan hal tersebut guna meningkatkan kinerja pegawai di perusahaan. Dengan jumlah sampel penelitian yang didominasi oleh generasi millennial, hipotesis yang menyatakan bahwa work life balance berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan juga didukung oleh penelitian dari Wolor et al . (2020) dimana hasil dari penelitiannya menemukan bahwa work life balance berpengaruh positif terhadap kinerja, sikap dan perilaku pegawai millennial di Indonesia, terkait kondisi di perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi, para pegawai merasa bahwa mereka mampu untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan pekerjaan mereka, selain itu mereka juga merasa bahwa pekerjaan yang mereka kerjakan tidak menggangu kesehatan mental mereka, kondisi ini menyebabkan pegawai dapat memberikan kinerja yang baik setelah work life balance mereka tercapai.
Berdasarkan hasil dari analisa data, komitmen pegawai tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai, hasil tersebut sejalan dengan penelitian dari Hidayati (2021) dimana pada penelitian yang dia lakukan mendapatkan salah satu kesimpulan bahwa komitmen pegawai tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Hal ini disebabkan oleh banyak pegawai yang merasa nyaman ketika bekerja di perusahaan ini, sehingga membuat mereka tidak termotivasi untuk memberikan kinerja yang baik untuk perusahaan. Selain itu rasa kekeluargaan antar pegawai menyebabkan rendahnya tingkat persaingan antar pegawai di perusahaan, hal ini menyebabkan banyak pegawai tidak memberikan kinerja yang terbaik. Berdasarkan hasil analisa di atas disimpulkan bahwa baik tinggi ataupun rendahnya tingkat komitmen yang dimiliki oleh para pegawai di lingkungan perusahaan, tidak mempengaruhi tingkat kinerja mereka secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil analisa data, kompetensi pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Martini et al . (2020) dan Sabuhari et al . (2020a). Tingginya Tingkat kompetensi pegawai akan mempengaruhi produktivitas pegawai tersebut, sehingga pekerjaan yang mereka kerjakan akan lebih efetktif dan efisien, kualitas hasil pekerjaan yang mereka kerjakan akan menjadi lebih baik. Terjalinnya kerjasama yang baik antar pegawai serta kemampuan mereka dalam menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan menjadi salah satu tanda dari tingginya tingkat kompetensi serta kinerja pegawai perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi. Tingginya tingkat kompetensi dari pegawai juga muncul dari berbagai usaha perusahaan dalam membangun sumber daya manusia yang mereka miliki, sehingga perusahaan harus terus membangun tingkat kompetensi para pegawai sehingga nantinya akan meningkatkan kinerja pegawai tersebut dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
## KESIMPULAN
Terdapat hubungan positif antara variabel kompetensi pegawai terhadap kepuasan kerja, work life balance terhadap kepuasan kerja, lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai, work life balance terhadap kinerja pegawai serta kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai variabel tersebut merupakan variabel yang memengaruhi kinerja pegawai di Perusahaan Air Minum di Kabupaten Bekasi. Hubungan positif antara kompetensi pegawai terhadap kepuasan kerja dipengaruhi oleh kemampuan para pegawai yang mampu bekerja sama dalam tim dengan baik, sehingga mempengaruhi kepuasan mereka terhadap kerjasama antar pegawai secara keseluruhan. Selanjutnya penerapan work life balance di perusahaan juga berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai, para pegawai merasa bahwa mereka mampu menyeimbangkan antara pekerjaan serta kehidupan pribadi serta pekerjaan yang mereka lakukan tidak berpengaruh terhadap kesehatan mental mereka, hal ini berhubungan positif terhadap kepuasan kerja para pegawai, sehingga mereka merasa bahwa perusahaan merespon keinginan dan masukan dari pegawai.
Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, hal ini disebabkan para pegawai merasa bahwa perusahaan telah memberikan mereka fasilitas yang baik dan memadai, selain itu rasa nyaman mereka ketika berada di lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja yang mereka berikan terhadap perusahaan. Selanjutnya para pegawai juga merasa bahwa mereka tidak terbebani dengan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan sehingga hal ini membuat mereka dapat memberikan kinerja yang baik untuk perusahaan. Kemampuan pegawai untuk bekerja sama dengan baik di dalam satu tim, serta kemampuan dan kapabilitas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, menunjukkan bahwa para pegawai memiliki kinerja yang baik.
Keterbatasan pada penelitian yang dilakukan adalah terbatasnya jumlah sampel dalam satu lingkungan kerja, dikarenakan perusahaan air minum memiliki banyak cabang cabang yang berbeda, baik itu secara fasilitas, kebiasaan maupun sumber daya manusianya, sehingga akan lebih baik jika penelitian dilakukan dalam satu perusahaan atau wilayah dengan cakupan yang luas serta memiliki banyak keseragaman.
Terdapat beberapa implikasi manajerial pada penelitian yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan air minum di Kabupaten Bekasi dalam rangka meningkatkan dan menjaga kinerja pegawai, yang pertama senantiasa menjaga tingkat kompetensi dari para pegawai dengan cara melakukan berbagai macam kegiatan pengembangan kompetensi terutama yang berdampak pada kemampuan karyawan untuk bekerja sama dalam tim, hal ini dimaksudkan agar tingkat kompetensi pegawai selalu terjaga dan nantinya akan berdampak kepada pekerjaan.
## DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M., Raja, U., Anjum, M., & Bouckenooghe, D. (2019). Perceived competence and impression management: Testing the mediating and moderating mechanisms. International Journal of Psychology ,
54 (5), 668 – 677. https://doi.org/10.1002/ijop.12515
Abdullah, M. I., Huang, D., Sarfraz, M., Ivascu, L., & Riaz, A. (2021). Effects of internal service quality on nurses’ job satisfaction, commitment and performance: Mediating role of employee well -being. Nursing Open , 8 (2), 607 – 619. https://doi.org/10.1002/nop2.665
Adam, F., & Kamase, J. (2019). The Effect Competence And Motivation To Satisfaction And Performance. International Journal Of Scientific & Technology , 8 (3). www.ijstr.org
Aliyyah, N., & Rusdiyanto, R. (2021). WHAT AFFECTS EMPLOYEE PERFORMANCE THROUGH WORK MOTIVATION? Human Resource Management View project Financial Accounting View project. Article in International Journal of Information and Decision Sciences . https://doi.org/10.5281/zenodo.7057658 Allam, Z. (2019). An inquisitive enquiry of work-life balance of employees: Evidences from Kingdom of Saudi Arabia. Management Science Letters , 9 (2), 339 – 346. https://doi.org/10.5267/j.msl.2018.11.007
Al-Omari, K., & Okasheh, H. (2017). The Influence of Work Environment on Job Performance: A Case Study of Engineering Company in Jordan. In International Journal of Applied Engineering Research (Vol. 12). http://www.ripublication.com
Ángeles López-Cabarcos, M., Vázquez-Rodríguez, P., & Quiñoá-Piñeiro, L. M. (2022). An approach to employees’ job performance through work environmental variables and leadership behaviours. Journal of Business Research , 140 , 361 – 369. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2021.11.006
Anwar, G., & Abdullah, N. N. (2021). The impact of Human resource management practice on Organizational performance. International Journal of Engineering, Business and Management (IJEBM) , 5 (1), 2456 – 8678. https://doi.org/10.22161/ijebm.5.1
Atatsi, E. A., Stoffers, J., & Kil, A. (2019). Factors affecting employee performance: a systematic literature review. In Journal of Advances in Management Research (Vol. 16, Issue 3, pp. 329 – 351). Emerald Group Holdings Ltd. https://doi.org/10.1108/JAMR-06-2018-0052
Bataineh, K. adnan. (2019). Impact of Work-Life Balance, Happiness at Work, on Employee Performance. International Business Research , 12 (2), 99. https://doi.org/10.5539/ibr.v12n2p99
Bett, F., Sang, H., & Chepkwony, P. (2022). Flexible Work Arrangement and Employee Performance: An Evidence of Work-life Balance Practices. East African Journal of Business and Economics , 5 (1), 80 – 89. https://doi.org/10.37284/eajbe.5.1.557
Bouraoui, K., Bensemmane, S., Ohana, M., & Russo, M. (2019). Corporate socialresponsibility and employees’ affective commitment: A multiple mediation model. Management Decision , 57 (1), 152 – 167. https://doi.org/10.1108/MD-10-2017-1015
Diamantidis, A. D., & Chatzoglou, P. (2019). Factors affecting employee performance: an empirical approach. International Journal of Productivity and Performance Management , 68 (1), 171 – 193. https://doi.org/10.1108/IJPPM-01-2018-0012
Duque, L., Costa, R., Dias, Á., Pereira, L., Santos, J., & António, N. (2020). New ways of working and the physical environment to improve employee engagement. Sustainability (Switzerland) , 12 (17). https://doi.org/10.3390/SU12176759
Fiernaningsih, N., Nimran, U., Rahardjo, K., & Arifin, Z. (2019). Do work life balance, organizational pride and job satisfaction affect the intention to leave? International Journal of Recent Technology and Engineering , 8 (3), 1217 – 1223. https://doi.org/10.35940/ijrte.C6254.098319
Girdwichai, L., & Sriviboon, C. (2020a). Employee motivation and performance: Do the work environment and the training matter? Journal of Security and Sustainability Issues , 9 , 42 – 54. https://doi.org/10.9770/JSSI.2020.9.J(4)
Girdwichai, L., & Sriviboon, C. (2020b). Employee motivation and performance: Do the work environment and the training matter? Journal of Security and Sustainability Issues , 9 , 42 – 54. https://doi.org/10.9770/JSSI.2020.9.J(4)
Hair, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2017). A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) Second Edition .
Riaz, H., Ali Jinnah, M., University, B., Hassaan Ahmed Salim Habib University, P., & Syed Babar Ali, P. (2021). Mapping the Impact of Employee Engagement on Job Performance with Mediating Role of Work- Life Balance: An Investigation of Private Sector Organizations in Pakistan Market Forces College of Management Sciences. College of Management Sciences , 16 (2), 43 – 62.
https://doi.org/10.51153/mf.v16i2.512
Ribeiro, N., Nguyen, T., Duarte, A. P., Torres de Oliveira, R., & Faustino, C. (2021). How managerial coaching promotes employees’ affective commitment and individual performance. International Journal of Productivity and Performance Management , 70 (8), 2163 – 2181. https://doi.org/10.1108/IJPPM-10- 2018-0373
Riyanto, S., Endri, E., & Herlisha, N. (2021). Effect of work motivation and job satisfaction on employee performance: Mediating role of employee engagement. In Problems and Perspectives in Management (Vol. 19, Issue 3, pp. 162 – 174). LLC CPC Business Perspectives.
https://doi.org/10.21511/ppm.19(3).2021.14
Sabuhari, R., Sudiro, A., Irawanto, D. W., & Rahayu, M. (2020a). The effects of human resource flexibility, employee competency, organizational culture adaptation and job satisfaction on employee performance. Management Science Letters , 10 (8), 1777 – 1786.
https://doi.org/10.5267/j.msl.2020.1.001
Sabuhari, R., Sudiro, A., Irawanto, D. W., & Rahayu, M. (2020b). The effects of human resource flexibility, employee competency, organizational culture adaptation and job satisfaction on employee performance. Management Science Letters , 10 (8), 1777 – 1786.
https://doi.org/10.5267/j.msl.2020.1.001
Susanto, P., Hoque, M. E., Jannat, T., Emely, B., Zona, M. A., & Islam, M. A. (2022). Work-Life Balance, Job Satisfaction, and Job Performance of SMEs Employees: The Moderating Role of Family-Supportive Supervisor Behaviors. Frontiers in Psychology , 13 . https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.906876
Tajeddini, K., & Martin, E. (2020). The importance of human-related factors on service innovation and performance.
International Journal of Hospitality Management , 85 . https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2019.102431
Tannady, H., Andry, J. F., & Nurprihatin, F. (2020). Determinants factors toward the performance of the employee in the crude palm oil industry in West Sumatera, Indonesia. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering , 771 (1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/771/1/012066
Tensay, A. T., & Singh, M. (2020). The nexus between HRM, employee engagement and organizational performance of federal public service organizations in Ethiopia. Heliyon , 6 (6). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04094
Wagiman, S., Budiyanto, & Suwitho. (2018). The Effects of Organizational Culture, Work Commitment, and Competence on Employee Satisfaction and Performance in PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences , 80 (8), 120 – 137. https://doi.org/10.18551/rjoas.2018-08.16
Wolor, C. W., Kurnianti, D., Zahra, S. F., & Martono, S. (2020). The importance of work-life balance on employee performance millennial generation in Indonesia. Journal of Critical Reviews , 7 (9), 1103 – 1108. https://doi.org/10.31838/jcr.07.09.203
Yuliandi, & Tahir, R. (2019). Work discipline, competence, empowerment, job satisfaction, and employee performance. International Journal of Recent Technology and Engineering , 8 (3), 7209 – 7215. https://doi.org/10.35940/ijrte.C6221.098319
|
a8f46e6c-8163-42ef-ac61-853c9929b349 | https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT/article/download/293/280 |
## PRESTASI KERJA KEGIATAN PENEBANGAN PT. BINA MULTI ALAM LESTARI DI KALIMANTAN TENGAH
( Work Achievement Felling Activities PT. Bina Multi Alam Lestari in Central Kalimantan )
## I Nyoman Surasana, Moh. Rizal, Jessika Simamora
Jurusan Kehutanan, Faperta, Universitas Palangka Raya. Jl. Yos Sudarso Kampus UPR, Palangka Raya, 73111
## ABSTRACT
The objectives of the research were to find out the composition of pure and general working time to total working time, work achievement of each felling team and average work performance of all felling teams at the level of the sample size that was appropriate for a research. The research method is Non Stop Method with t Test analysis. Felling workers observed were 3 (three) teams, samples were 35 trees/team or total sample were 105 trees for 3 felling teams. The results showed that the average work time of the day: Team I = 191.33 minutes / day, Team II = 202.33 minutes / day, Team III = 190.00 minutes / day, with average score (for the three squads ) = 194,55 minutes / day. Average working time composition (for all felling teams) in a day: Total Working Time (TWT) = 194.55 minutes / day, Pure Work Time (PWT) = 179.02 minutes / day (92.01% of TWT ) and General Working Time (GWT) = 15.53 minutes / day (7.99% of TWT). Average felling result: Team I = 50.03 m3 / day, Team II = 100.76 m3 / day, Team III = 63.25 m3 / day, with average score (for the three teams) = 72.01. Felling performance: Team I = 16.32 m3 / hr, Team II = 29.88 m3 / hr, Team III = 19.97 m3 / hr, with average score (for the three teams) = 22.06 m3 / hour. The result of t test shows the performance of Team II is bigger than Team I and Team III, whereas Team I work achievement is not significantly different from Team III. The minimum number of samples required for the validity of this study was 61 units, while the number of samples that had been observed reached 105 units.
Keywords : work result, felling, work achievement, working time.
## PENDAHULUAN
Pemanenan hutan merupakan rangkaian kegiatan untuk mengubah pohon menjadi potongan kayu (log) sehingga potensi hutan berupa pohon dapat memiliki nilai guna dan nilai ekonomis. Penebangan (sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan pemanenan hutan)
adalah kegiatan menebang/memotong pohon pada kawasan hutan menggunakan peralatan penebangan untuk mendapatkan potongan kayu (log) yang bermanfaat sebagai bahan baku industri perkayuan. Prestasi kerja penebangan adalah hasil kerja (logs) yang dicapai oleh seorang pekerja bidang penebangan sesuai dengan kecakapan, pengalaman dan
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643) Vol. XIII No.1, Juni 2018. Hal. 46-55
kesungguhan pekerja, pada satuan waktu kerja tertentu. Tingkatan prestasi kerja penebangan menentukan keberhasilan perusahaan dalam pemenuhan target produksi kayu tahunan. Data tingkatan prestasi kerja penebangan juga bermanfaat dalam memahami profil tenaga kerja penebangan dan arah strategi dalam meningkatkan prestasi kerja penebangan, yang dapat diterima oleh pekerja perusahaan.
Tingkatan prestasi kerja penebangan ditentukan oleh faktor sumber daya manusianya, peralatan penebangan dan teknologi (teknik) penebangan. Teknologi penebangan dan keterampilan penebang berkembang
seirama
dengan pengalaman/lamanya operator tebang bekerja dalam bidang tersebut. Prestasi kerja normal adalah prestasi dari rata-rata pekerja yang telah berpengalaman dengan cara-cara kerja yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmuiah memakai alat- alat yang cocok dan tidak menggganggu kesehatan (Sanyoto, 1976).
Jenis alat pada kegiatan penebangan pohon (di dalam tegakan hutan ) dibedakan menjadi dua yaitu sistem manual dan mekanis. Penebangan dengan sistem manual dilakukan menggunakan kapak dan gergaji tangan, sedangkan penebangan secara mekanis menggunakan alat gergaji rantai (chainsaw) .
Penebangan dengan gergaji rantai mempunyai keuntungan yaitu kegiatan penebangan dapat dilakukan dengan cepat, tetapi harus dilakukan oleh operator sehat, kuat dan terampil. Gergaji rantai merupakan alat yang mahal dan beresiko tinggi terhadap kecelakaan kerja, sehingga teknik dan cara menggunakan alat dimaksud harus betul- betul dikuasai oleh operator tebang. Kesalahan dalam menggunakan gergaji rantai dapat mengakibatkan kecelakaan,
misalnya penebang tertimpa pohon yang roboh akibat salah menentukan arah rebah.
Pada perusahaan pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Bina Multi Alam Lestari belum pernah dilakukan penelitian prestasi kerja bidang penebangan dan belum memilki informasi tentang prestasi kerja penebangan, sehingga penelitian prestasi kerja penebangan ini menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui : komposisi waktu kerja murni dan waktu kerja umum terhadap waktu kerja total, prestasi kerja masing - masing regu tebang dan prestasi kerja penebangan untuk tingkat perusahaan. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan penebangan.
## METODE PENELITIAN
## Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian meliputi : a) penelitian dilakukan mengikuti kebiasa an cara kerja operator, b) peranan pembantu operator diabaikan dan hasil kerjanya dianggap hasil kerja operator, c) elemen kerja dibagi empat yaitu : mencari pohon, membersihkan sekitar pohon, membuat takik rebah dan takik balas, serta memotong dan membersihkan cabang pohon.
## Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di perusahaan IUPHHK-HA PT. Bina Multi Alam Lestari, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Selama dau bulan
(Bulan Juli -Agustus 2017), meliputi kegiatan : pengumpulan data di lapangan, tabulasi data, analisis data, dan penyusunan laporan hasil penelitian.
## Alat dan Obyek Penelitian
Penelitian menggunakan peralatan : Stopwatch, Jam
Tangan, Phiband, Meteran, Kamera, Kalkulator, Tally Sheet dan Alat Tulis Kantor (ATK).
Pengamatan dilakukan pada tiga regu tebang, selama tiga hari, dan masing- masing regu tebang telah menebang sejumlah 35 pohon.
## Prosedur Penelitian
Pengukuran waktu kerja menggunakan Non Stop Method, prinsip kerja metode ini adalah selama pengamatan waktu kerja penebangan pada masing-masing elemen kerja stopwatch dibiarkan hidup terus. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan informasi dari perusahaan. Variabel yang diukur adalah waktu kerja dan hasil kerja dari masing-masing regu tebang. Waktu kerja dikelompokkan menjadi waktu kerja murni dan waktu kerja umum (dalam satuan menit), waktu kerja total diperoleh
dengan menjumlahkan waktu kerja murni dangan waktu kerja umum.
Waktu kerja murni diukur pada setiap elemen kerja kegiatan penebangan ditambah dengan waktu untuk mengisi bahan bakar, sedangkan waktu kerja umum diukur berdasarkan waktu kerja yang dibutuhkan oleh pekerja untuk perbuatan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil kegiatan penebangan. Hasil kerja diukur berdasarkan volume kayu bulat (hasil
penebangan) pada masing-masing regu tebang di TPn (tempat pengumpulan kayu sementara) dalam satuan m 3 .
Analisis Data
Menentukan jumlah sampel yang diperlukan Jumlah sampel yang diperlukan dihitung menggunakan rumus
(Wignjosoebroto, 2000) :
di mana : X i =Waktu kerja total untuk penebangan pohon ke-i N =Jumlah pohon yang telah ditebang N ! =Jumlah sampel yang seharusnya
Menentukan nilai prestasi kerja penebangan
Prestasi kerja penebangan dihitung dengan rumus (Mulyono, 1986) :
## P =
di mana : P = Prestasi kerja penebangan (m3/jam) V= Volume kayu bulat (m 3 ) T= Waktu kerja (jam)
## Menentukan nilai prestasi kerja rata- rata (normal)
Prestasi kerja rata-rata sama dengan prestasi kerja normal. Prestasi kerja normal adalah prestasi dari rata-rata pekerja yang telah berpengalaman dengan cara-cara kerja yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmuiah memakai alat- alat yang cocok dan tidak menggganggu kesehatan (Sanyoto, 1976).
Prestasi kerja rata-rata dihitung dengan rumus (Haryanto, 1978) :
N ! untuk 5% = 40 N x i 2 − ( x i ) 2 x i 2
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643) Vol. XIII No.1, Juni 2018. Hal. 46-55
Prestasi kerja rata-rata =
di mana N = jumlah regu tebang
Perbedaan antara dua nilai rata-rata. Perbedaan antara dua nilai rata-rata dihitung dengan analisis Uji-t (Nasir, 1999) sebagai berikut :
t hit = x2 x1 2 1 S X X 1 1i 1 n X X 2 2i 2 n X X
2 1 2 1 2 1 x2 x1 n 1 n 1 n n SS SS S = 1 2 1i 2 1i 1 n X X
SS n2 X X SS 2 2i 2 2i 2
di mana : X 1i = hasil pengamatan kondisi 1 pada ulangan ke i X 2i = hasil pengamatan kondisi 2 pada ulangan ke i
1 X = Nilai rataan pada kondisi 1
2
X = Nilai rataan pada kondisi 2
SS 1 = Sam Square sampale kondisi 1
SS 2 = Sam Square sampale kondisi 2
n 1 = Jumlah sampel pada kondisis 1 n 2 = jumlah sampel pada kondisis 2 t tabel = t 0,05; (n1+ n2-2) dan t 0,05; (n1+ n2-2)
Hipotesis analisis Uji t :
Jika t hitung > t tabel : Tolak H 0 terima H 1 artinya ada beda antara nilai rataan pada kondisi 1 dengan kondisi 2.
Jika t hitung ≤ t tabel : Tolak H 1 terima H 0 artinya nilai rataan pada kondisi 1 homogen (tidak berbeda) dengan kondisi 2.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Kegiatan Penebangan
Penelitian dilakukan pada 3 (tiga) regu tebang yang sedang melakukan kegiatan penebangan pada blok RKT tahun 2017, selanjutnya masing-masing regu tebang disebut dengan Regu I, Regu II dan Regu III. Regu I menebang pada petak tebang G8, Regu II menebang pada petak tebang G9, dan Regu III menebang pada petak tebang G10. Topografi lapangan bervariasi, pada wilayah kerja Regu I dan II bergelombang sampai berbukit dan pada wilayah kerja Regu II datar sampai landai.
Jenis pohon yang di tebang oleh : Regu I yaitu Meranti ( Shorea spp),
Kempas ( Koompassia malaccensis ), Mersawa ( Anisoptera spp), Balau ( Shorea spp) dan Keruing ( Diptocarpus spp);
Regu II yaitu Meranti, Keruing, Balau, Nyatoh ( Palaquium spp) dan Kapur ( Dryobalanops spp); serta Regu III yaitu Meranti, Balau dan Keruing.
## Waktu Kerja Kegiatan Penebangan dan Jumlah Sampel Minimal
Waktu kerja penebangan dikelompok an menjadi tiga yaitu Waktu Kerja Murni (WKM), Waktu Kerja Umum (WKU) dan Waktu Kerja Total (WKT). Nilai WKT adalah WKM ditambah WKU, dan nilai WKM adalah waktu kerja untuk setiap elemen kegiatan ditambah dengan waktu
yang diperlukan untuk mengisi bahan bakar.
Kegiatan penebangan dibagi menjadi empat elemen yaitu : elemen “ a ” untuk kegiatan mencari pohon, elemen “ b ” untuk kegiatan membersihkan sekitar pangkal pohon, elemen “ c ” untuk kegiatan membuat takik rebah dan takik balas, dan elemen “ d ” untuk kegiatan memotong ujung, pangkal dan membersihkan batang.
Berdasarkan analisa WKT untuk setiap pohon yang ditebang, diketahui bahwa pada taraf α = 5 % jumlah sampel minimum yang diperlukan untuk keabsahan penelitian ini 61 unit (Wignjosoebroto, 2000). Jumlah sampel minimum telah terpenuhi karena jumlah
sampel yang telah diamati mencapai jumlah 105 unit.
Waktu kerja rata-rata (menit/pohon) untuk setiap elemen kegiatan (Tabel 1) menunjukkan bahwa waktu kerja untuk satu siklus kegiatan penebangan (mulai dari elemen “a” sampai dengan “d”) sebesar 13,096 menit/pohon. Secara umum (untuk ke tiga regu tebang) komposisi waktu kerja terbesar adalah untuk elemen membuat takik rebah dan takik balas (40 %), menyusul untuk elemen kegiatan memotong ujung, pangkal dan membersihkan batang (24 %), kemudian untuk elemen mencari pohon (21 %), dan yang paling kecil adalah untuk elemen membersihkan sekitar pangkal pohon (15 %). Kegiatan Penebangan pada : Waktu Kerja Rata-rata pada setiap Elemen Kerja (menit/pohon) Elemen a Elemen b Regu I Regu II Regu III Regu I Regu II Regu III Hari 1 2,681 3,000 2,838 2,466 1,829 1,824 Hari 2 2,779 2,644 2,502 2,388 1,769 1,732 Hari 3 2,751 2,571 2,647 2,187 1,837 1,871 Jumlah 8,211 8,215 7,987 7,041 5,435 5,427 Rataan/Regu 2,737 2,738 2,662 2,347 1,812 1,809 Rataan/Regu (%) 22 20 21 19 13 14 Nilai rataan umum 2,713 1,989 Nilai rataan umum (%) 21 15 Kegiatan Penebangan pada : Waktu Kerja Rata-rata pada setiap Elemen Kerja (menit/pohon) Elemen c Elemen d Regu I Regu II Regu III Regu I Regu II Regu III Hari 1 4,225 5,450 5,428 3,002 3,014 3,169 Hari 2 4,057 5,536 4,677 2,104 3,242 3,441 Hari 3 4,291 6,085 4,412 3,402 3,303 3,151 Jumlah 12,573 17,071 14,517 9,508 9,559 9,761 Rataan/Regu 4,191 5,690 4,839 3,169 3,186 3,254 Rataan/Regu (%) 34 42 39 25 24 26 Nilai rataan Umum 5,191 3,203 Nilai rataan Umum (%) 40 24 Keterangan : - Elemen a = Mencari pohon
- Elemen b = Membersihkan sekitar pangkal pohon - Elemen c = Membuat takik rebah dan takik balas - Elemen d = Memotong ujung, pangkal dan membersihkan batang
## Tabel 1. Rata-rata waktu kerja pada setiap elemen penebangan
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643) Vol. XIII No.1, Juni 2018. Hal. 46-55
Komposisi waktu kerja untuk masing- masing elemen (Tabel 1) adalah : a) Waktu kerja untuk mencari pohon paling besar pada Regu I, menyusul Regu III dan yang paling kecil Regu II.
b) Waktu kerja untuk membersihkan sekitar pangkal pohon paling besar pada Regu I, menyusul Regu III dan yang paling kecil Regu II.
c) Waktu kerja membuat takik rebah dan takik balas paling besar pada Regu II, menyusul Regu III dan yang paling kecil Regu I.
d) Waktu kerja untuk memotong ujung, pangkal dan membersihkan batang paling besar pada Regu III, menyusul Regu I dan yang paling kecil Regu II.
Pada tingkat keterampilan regu tebang yang sama dan waktu kerja masing- masing elemen kerja (Tabel 1), kondisi tegakan di lokasi penelitian :
a) Jarak pohon paling rapat pada petak tebangan G9, menyusul petak tebangan G10 dan yang paling jarang pada petak tebangan G8.
b) Tingkat kelebatan semak belukar di di sekitar pangkal pohon, paling lebat pada petak tebangan G8, menyusul G10 dan yang paling ringan G9.
c) Ukuran diameter rata-rata (cm/pohon) paling besar pada petak tebangan G9, menyusul petak tebangan G10 dan yang paling kecil pada petak tebangan G8. Jenis Waktu Kerja Waktu Kerja (menit/hari) Regu I Regu II Regu III Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2 Hari 3 WKM 153,56 152,66 223,45 157,86 160,35 239,97 160,85 151,72 210,76 Rata-rata /regu 176,56 186,06 174,44 Nilai rataan umum 179,02 WKU 14,44 10,34 19,55 15,14 13,65 20,03 10,15 13,28 23,24 Rata-rata /regu 14,77 16,27 15,56 Nilai rataan umum 15,53 WKT 168 163 243 173 174 260 171 165 234 Rata-rata /regu 191,33 202,33 190,00 Nilai rataan umum 194,55
Keterangan : - WKM = Waktu Kerja Murni - WKU = Waktu Kerja Umum - WKT = Waktu Kerja Total (WKM + WKU)
Tabel 2. Rata-rata kerja murni, umum dan total pada kegiatan penebangan
d) Tingkat kebersihan batang pohon paling bersih pada petak tebangan G9, menyusul petak tebangan G8, dan yang paling tidak bersih petak tebangan G10.
Hasil analisis statistika Uji-t pada semua elemen kerja menunjukkan bahwa perbedaan nilai waktu kerja (menit/pohon) antar dua regu tebang tidak signifikan pada tingkat α = 5 %, artinya semua regu tebang pada masing-masing elemen kerja memiliki nilai waktu kerja yang homogen. Nilai rataan umum waktu kerja dalam satu hari (menit/hari) pada Tabel 2
menunjukkan bahwa : WKT = 194,55,
WKM = 179,02 (92,01 % dari WKT) dan
WKU = 15,53 (7,99 % dari WKT).
Nilai rataan umum adalah nilai rata-rata untuk ketiga (semua) regu tebang. Nilai WKM (menit/hari) paling besar dan di atas nilai rataan umum terdapat pada Regu II (186,06), menyusul di bawah nilai rataan umum yaitu Regu I (176, 56) dan Regu III (174,44). Nilai WKU (menit/hari) paling besar dan di atas nilai rataan umum terdapat pada Regu II (16,27) dan Regu III (15,56), kemudian paling rendah dan di bawah nilai rataan umum Regu I (14,77). Nilai WKT (menit/hari) paling besar dan di atas nilai rataan umum terdapat pada Regu II (202,33), menyusul di bawah nilai rataan umum yaitu Regu I (191,33) dan Regu III (190,00).
Tabel 4. Variasi Volume Rata-rata
(m3/phn) pada Masing-masing Regu
Tebang. Kegiatan Penebangan pada : Regu I Regu II Regu III Jumla h Pohon Volume (m3) Jumlah Pohon Volume (m3) Jumlah Pohon Volume (m3) Hari 1 10 42,38 10 80,19 10 52,03 Hari 2 10 51,98 10 97,21 10 46,30 Hari 3 15 61,72 15 124,89 15 91,41 Jumlah 35 156,08 35 302,29 35 189,74 Rataan(m3/phn) - 4,46 - 8,64 - 5,42 Rataan (m3/hr) - 52,03 - 100,76 - 63,25 Nilai rataan umum 6,17 m3/pohon Nilai rataan umum 72,01 m3/hari
Tabel 3. Hasil kerja kegiatan penebangan pada masing-masing regu tebang
Regu I Regu II Regu III Regu I - 4,18** dan t = 6,661 0,96 ns dan t = 1,491 Regu II - 3,33** dan t = 5,121 Regu III - Keterangan :
- Volume rata-rata (m3/pohon) : Regu I = 4,52 , Regu II = 8,69 dan Regu III = 5,31.
- Nilai t tabel pada t (0,05;4) = 2,776 dan t (0,01;4) = 4,804
Tabel 4. Variasi volume rata-rata (m3/phn) pada masing-masing regu tebang
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643) Vol. XIII No.1, Juni 2018. Hal. 46-55
Analisis statistik Uji-t untuk WKM, WKU dan WKT, menunjukkan bahwa perbedaan nilai waktu kerja (menit/hari) antar dua regu tebang tidak signifikan pada tingkat α = 5 %, artinya komposisi nilai waktu kerja (WKM, WKU dan WKT) pada semua regu tebang homogen.
## Hasil Kegiatan Penebangan
Volume pohon rata-rata (m3/pohon) pada Tabel 3 bervariasi pada setiap regu tebang yaitu : Regu I = 4,46, Regu II = 8,64, Regu III = 5,42, dan nilai rataan umum = 6,17. Petak tebangan G9 mempunyai volume rata-rata per pohon (m3/pohon) paling besar, menyusul petak tebangan G10 dan yang paling kecil petak tebangan G8.
Volume rata-rata (m3/pohon) petak tebangan G9 lebih besar dari nilai rataan umum, sedangkan pada petak tebangan G10 dan G8 lebih rendah dari nilai rataan umum.
Hasil analisis perbedaan volume rata-rata (m3/pohon) dengan uji-t (Tabel 4) menunjukkan bahwa perbedaan nilai volume rata-rata (m3/pohon) antara Regu I dengan Regu II dan antara Regu II dengan Regu III signifikan pada tingkat kesalahan 1 %, sedangkan antara Regu I dengan Regu III tidak signifikan pada tingkat α = 5 %.
Pada tingkat kepercayaan 99 % volume tegakan rata-rata (m3/pohon) pada wilayah kerja Regu II lebih besar dari Regu I dan Regu III, sedangkan volume tegakan pada wilayah kerja Regu I homogen dengan Regu III.
Hasil penebangan rata-rata per hari (m3/hari) pada Tabel 3 bervariasi yaitu : Regu I = 50,03, Regu II = 100,76, Regu III = 63,25 dan nilai rataan umum = 72,01. Hasil penebangan (m3/hari) paling besar dan di atas nilai rata-rata umum terdapat pada Regu II, menyusul dan dibawah nilai rata-rata umum Regu III dan Regu I.
Perbedaan nilai rataan penebangan (m3/hari/regu)
diperoleh dengan melakukan analisis data pada Tabel 3 dengan uji t dan hasilnya disajikan pada Tabel 5. Hasil analisis (Tabel 5) menunjukkan bahwa pada tingkat α = 5 % perbedaan nilai rataan penebangan (m3/hari) antara Regu I dengan Regu II signifikan, tetapi antara Regu I dengan Regu III atau antara Regu II dengan Regu III tidak signifikan. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rataan penebangan (m3/hari) Regu II lebih besar dari Regu I, sedangkan nilai rataan penebangan (m3/hari) antara
Regu I dengan Regu III atau antara Regu II dengan Regu III homogen. Regu I Regu II Regu III Regu I - 50,73*; t = 3,439 13,22 ns ; t = 0,736 Regu II - 37,51 ns ; t = 1,949 Regu III - - Keterangan :
- Volume rata-rata (m3/hari) : Regu I = 50,03, Regu II = 100,76 dan Regu III = 63,25
- Nilai t tabel pada t (0,05;4) = 2,776 dan t (0,01;4) = 4,804
Tabel 5. Perbedaan hasil penebangan rata-rata (m3/hari) per regu tebang
Prestasi Kerja Penebangan Rata-rata
waktu kerja total (menit/hari), hasil kerja (m3/hari), prestasi kerja (m3/jam/regu) dan nilai rataan umum prestasi kerja dalam m3/jam (untuk ketiga regu) disajikan pada Tabel 6. Waktu kerja total rata-rata (menit/hari) paling besar terdapat pada Regu II, menyusul Regu I dan yang paling rendah Regu III. Hasil kerja rata-rata (m3/hari) tertinggi diperoleh Regu II, menyusul regu III dan yang paling rendah regu I. Nilai prestasi kerja penebangan : Regu I = 16,32 m3/jam, Regu II = 29,88 m3/jam dan Regu III = 19,97 m3/jam, dengan nilai rataan umum =22,06 m3/jam. Prestasi penebangan (m3/jam) tertingi pada Regu II, menyusul regu III dan yang paling rendah regu I.
Hasil analisis perbedaan nilai prestasi kerja penebangan (m3/jam) dengan uji t (Tabel 7), menunjukkan bahwa : pada tingkat α = 1 % perbedaan prestasi kerja antara Regu I dengan Regu II signifikan, pada tingkat α = 5 % perbedaan prestasi kerja antara Regu II dengan Regu III signifikan, dan pada tingkat α = 5 % perbedaan prestasi kerja antara Regu I dengan Regu III tidak signifikan.
Hasil analisis Uji-t (Tabel 7) menunjukkan bahwa : pada tingkat kepercayaan 99 % prestasi kerja penebangan (m3/jam) Regu II lebih besar dari Regu I, pada tingkat kepercayaan 95 % prestasi kerja penebangan (m3/jam) Regu II lebih besar dari Regu III, dan pada tingkat kepercayaan 95 % prestasi kerja penebangan (m3/jam) Regu I dengan Regu III homogen. Regu I Regu II Regu III Waktu kerja total (menit/hari) 191,33 202,33 190,00 Hasil kerja (m3/hari) 52,03 100,76 63,25 Prestasi kerja (m3/jam) 16,32 29,88 19,97 Nilai rataan umum = 22,06 m3/jam Regu I Regu II Regu III Regu I - 13,56** ; t = 6,170 3,65 ns ; t = 1,256 Regu II - 9,91*; t = 3,951 Regu III - Keterangan :
- Prestasi kerja rata-rata (m3/jam) : Regu I= 16,32, Regu II = 29,88 dan Regu III = 19,97 - Nilai t tabel pada t (0,05;4) = 2,776 dan t (0,01;4) = 4,804
Tabel 6. Prestasi kerja kegiatan penebangan
Tabel 7. Variasi prestasi kerja (m3/jam) pada masing-masing regu tebang
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643) Vol. XIII No.1, Juni 2018. Hal. 46-55
Prestasi kerja kegiatan penebangan pada PT. Bina Multi Alam Lestari (22,06 m3/jam), lebih kecil dari hasil penelitian Hidayat (2000) sebesar 35,27 m 3 /jam dan lebih besar dari hasil penelitian Surasana (2002) pada PT. Trisetia Intiga sebesar 16,864 m3/jam. Jadi hasil pada PT. Bina Multi Alam Lestari secara umum berada diantara hasil penelitian
sejenis sebelumnya.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan prestasi kerja kegiatan penebangan adalah topografi lapangan, jenis kayu, ukuran diameter kayu, jarak antar pohon (kerapatan pohon), ada tidaknya banir pada batang pohon yang di tebang, posisi dan kemiringan pohon, cuaca, peralatan penebangan, dan keterampilan (umur, pendididkan, lama bekerja dan motivasi) regu tebang.
## KESIMPULAN
Komposisi waktu kerja (rata-rata untuk ketiga regu tebang) adalah Waktu Kerja Total (WKT) = 194,55 menit/hari, Waktu Kerja Murni (WKM) = 179,02 menit/hari (92,01 % dari WKT) dan Waktu Kerja Umum (WKU) = 15,53 menit/hari (7,99 % dari WKT). Prestasi kerja penebangan (m3/jam) : Regu I = 16,32, Regu II = 29,88, Regu III = 19,97 dan dengan nilai rataan umum (untuk ketiga regu tebang) = 22,06. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa prestasi kerja penebangan (m3/jam) Regu II lebih besar dari Regu I dan Regu III, sedangkan prestasi kerja Regu I homogen dengan Regu III. Posisi hasil penelitian pada perusahaan pada PT. Bina Multi Alam Lestari berada diantara hasil penelitian
sejenis sebelumnya dan penelitian ini telah memenuhi persyaratan jumlah sampel minimum.
## DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, 1978. Pemungutan Hasil Hutan. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Jawa Tengah. Hidayat, D. 2000. Analisis Elemen Kerja Penebangan di HPH PT. Austral Bina Provinsi Dti I Kalimantan Tengah. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanina Bogor. Jawa Barat. Mulyono, S. 1986. Ilmu Kerja Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Kalimantan Timur. Nasir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sanyoto, 1976. Methodik Penyelidikan waktu Kerja Elementer. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jawa Tengah. Surasana, N., Prestasi Kerja dan Sistem Pengupahan pada Kegiatan Penebangan di HPH PT. Tri Setia Intiga Kalimanatna Tengah. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Mulkawarnman Samarinda, Kalimantan Timur.
Wignjosoebroto, S. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya, Surabaya. Jawa Timur.
|
8f6323a1-e3e9-4145-83ce-04bfb0293759 | http://journal.uny.ac.id/index.php/diksi/article/download/6437/5563 |
## KARAKTERISTIK BAHASA JAWA DIALEK JAWA TIMUR
## oleh Maryaeni
Fakultas Sastra Universitas Malang
## Abstract
The Javanese spoken by its speech communities in East Java has characteristics different from those of the Javanese spoken by its speech communities in other regions of Java. The characteristics can be examined in terms of its word form and word choice in everyday utterances made by its speakers. The differences become more marked when one relates the utterances with the social- class background of the speakers. Based on its characteristics, the Javanese in East Java can geographically be called the Javanese East Java dialect.
Keywords: characteristics, East Java dialect
A. PENDAHULUAN kata, yaitu kata umum dan kata khusus. Kata umum, pada dasarnya, sama dengan kata yang
Bahasa Jawa dialek Jawa Timur, pada terdapat dalam bahasa standar atau bahasa dasarnya, merupakan salah satu variasi bahasa induknya, sedangkan kata khusus adalah kata- yang terdapat pada masyarakat tutur Jawa
kata yang tidak sama atau tidak terdapat dalam Timur. Sehubungan dengan variasi bahasa bahasa induknya (Poedjosoedarmo, 1981; tersebut, Poedjosoedarmo (1981) menyatakan
Gloria; 1986, Pemberton, 1994; Errington, bahwa variasi adalah bentuk-bentuk bagian 1978; Kartomihardjo, 1978). atau varian bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola umum bahasa induknya. Lebih lanjut, dikatakan bahwa variasi dibagi B. PROSES MORFOLOGIS menjadi lima, yaitu (1) idiolek, (2) dialek, yang
Pembahasan afiks tidak dilakukan
terdiri atas (a) geografis, (b) sosial, (c) usia, (d) secara rinci dan menyeluruh tetapi dikhususkan jenis kelamin, (e) suku, (f) aliran, serta (g) pada afiksasi yang belum dibahas pada jabatan, dan (3) ragam, yaitu (a) nada suasana, penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini (b) santai, (c) resmi, dan (d) indah (pustaka). dimaksudkan untuk menghindari kerancuan Dialek ialah suatu varian bahasa yang memiliki dan kesimpang-siuran informasi tentang bentukan dan pilihan kata yang khas. Kekhasan afiksasi bahasa Jawa. Buku-buku yang ini disebabkan oleh latar belakang dan daerah membahas afiks bahasa Jawa yang telah ditulis asal para penuturnya. Karena itu, pembeda oleh peneliti-peneliti sebelumnya tersebut, dialek yang satu dengan yang lain adalah latar antara lain, Edi Subroto (1994) dalam belakang dan daerah asal kelompok penutur.
penelitian yang berjudul Konstruksi Aktif-Pasif Masyarakat Jawa Timur, sebagai dalam Bahasa Jawa. Penelitian tersebut kelompok masyarakat, memiliki bahasa yang mendeskripsikan sejumlah afiks yang berfungsi khas yang berfungsi sebagai alat komunikasi membentuk kepasifan suatu kata atau kalimat. dan sekaligus sebagai ciri penanda sosial Syamsul Arifin (1999) dengan penelitian masyarakat tutur Jawa Timur. Aspek bahasa Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa, secara Jawa dialek Jawa Timur yang menonjol, khusus, berbicara tentang unsur-unsur yang sekaligus sebagai ciri penanda yang dominan, membentuk kepasifan kata. Populasi penelitian adalah kata (Soedjito, 1978). Terdapat dua jenis ini dibatasi pada masyarakat Yogyakarta dan
Solo. Sumber data kedua penelitian tersebut 1. Pembentukan Kata dengan Prefiks (N-) adalah bahasa Jawa baku sehingga kebakuan
serta Kombinasinya dengan (-na)
bahasa dalam kehidupan sehari-hari merupakan Prefiks (N-) ini berfungsi menyakatan data utama. suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
Peneliti ketiga adalah Poedjosoedarmo dan tergolong ke dalam kata kerja. Hal ini (1979) dengan judul Morfologi Bahasa Jawa. berlaku secara umum pada afiksasi dalam Secara lengkap penelitian ini mendeskripsikan bahasa Jawa. Penelitian tentang prefiks ini telah proses morfologis bahasa Jawa. Teori yang dilakukan oleh Edi Subroto (1994) dalam judul digunakan adalah teori linguistik struktural Konstruksi Verba Aktif-Pasif dalam Bahasa seperti yang diterapkan oleh Bloomfield dan Jawa . Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa Uhlenbeck. Pengecualian diberlakukan pada prefiks ( N-) mempunyai alomorf-alomorf, yaitu analisis perubahan bunyi, yang dalam hal ini, (a) zero atau kosong, (b ) nge- , dan (c) m- ; n- , ng- memanfaatkan teori transformasi generatif. , nye- (bandingkan dengan Syamsul Arifin, Permasalahan penelitian dipilah ke dalam 1999). sembilan bagian, yaitu (1) proses morfologis,
Contoh :
(2) kata kerja, (3) kata benda, (4) kata sifat, (5)
(37)
ngêkèkna 'memberikan'
kata tambahan, (6) kata bilangan, (7) kata
mbalèkna 'mengembalikan’
majemuk, (8) perubahan bunyi, dan (9)
ngêtêrna 'mengantarkan' perubahan morfofonemik.
mblanjakna 'membelanjakan' Poedjosoedarmo (1981) meneliti nggunakna ' menggunakan '
Sistem Perulangan dalam Bahasa Jawa
njahitna 'menjahitkan '
bertujuan mendeskripsikan sistem perulangan
nglêbokna ' memasukan '
dalam bahasa Jawa. Deskripsi tersebut meliputi pemaparan bentuk, tugas, arti, kadar
njagakna 'mengaharap ' kefrekuentifan dan keproduktivitasan, serta ngabangna 'memerahkan ' cara-cara pembentukan kata ulang. Penelitian
nyusahna 'menyusahkan ' yang berkaitan dengan morfologi bahasa Jawa
nyalokna 'mencalonkan '
Jawa Timur pernah juga dilakukan oleh
nyilikna 'mengecilkan '
Soedjito (1974) yang berjudul Sistem
Morfologi Bahasa Jawa Jawa Timur . Berdasarkan contoh tersebut diketahui Pembahasan morfologi bahasa Jawa
bahwa prefiks (N-) serta alomorf-alomorfnya dialek Jawa Timur dalam penelitian ini yang berkombinasi denga sufiks (-na) menggunakan buku acuan, yaitu Tata Bahasa merupakan karakteristik bahasa Jawa dialek Deskriptif Bahasa Jawa (Subroto, 1991). Jawa Timur (periksa contoh). Dengan Pembahasan morfologi dalam penelitian ini demikian, pola pembentukan katanya adalah tidak dilakukan secara menyeluruh dan rinci (N-) + D + (-na). tetapi difokuskan pada keunikan morfologis bahasa Jawa Jawa Timur. Hal ini dilakukan agar diperoleh informasi yang memadai tentang 2. Pembentukan Kata dengan Prefiks proses morfologis bahasa Jawa dialek Jawa
(kok-) serta Kombinasinya dengan (-na)
Timur, terutama perubahan morfofonemik. Prefiks ( kok-) yang digunakan dalam Perubahan morfofonemik adalah percakapan sehari-hari oleh masyarakat Jawa perubahan bentuk fonemis morfem akibat Timur tidak jauh berbeda dengan penggunaan pertemuannya dengan morfem lain di sekitarnya ( kok-) dalam bahasa Jawa standar (periksa dalam pembentukan kata (Subroto, 1991: 51). Arifin, 1999; Subroto, 1994; Poedjosoedarmo, Secara berturut-turut akan disajikan perubahan 1979; Dwirahardjo,1997). Bahasa Jawa sehari- morfofonemik bahasa Jawa dialek Jawa Timur, hari yang digunakan oleh masyarakat Jawa terutama dalam hal pembentukan kata.
Timur memiliki kekhasan dalam penggunaan
Karakteristik Bahasa Jawa (Maryaeni)
prefik ( kok-). Kekhasan tersebut terletak pada
Sehubungan dengan prefiks (tak-) variasi yang muncul, yaitu ( mbok-; mok-, kon-) ditemukan dhak-/ndak yang tidak sama artinya yang memiliki arti dan fungsi sama dengan dengan prefiks (tak-) . Dhak- dan ndhak- yang ( kok-) tersebut.
ditemukan berikut menyatakan tidak, dhakudar 'tidak lepas' dan ndhak liwat 'tidak lupa'
Contoh:
sehingga hal ini dapat dikategorikan sebagai
(38) kokculna
mbokculna 'kaulepaskan'
dialek sosial (Poedjosoedarmo, 1981). Berikut
kokkapakna mokkapakna 'kauapakan' adalah kutipan penggunaan dhak- dan nhdak - kokgawa kongawa 'kaubawa' yang tidak dapat disamaartikan dengan afiks. kokkèkna mbokèkna 'kauberikan' (41) Nèk pêrsatuan kita dhakudar iku arane kokjarna mokjarna 'kaubirkan' wis kuwat kokantêm konantêm 'kaupukul' 'Kalau persatuan kita tidak lepas itu namanya sudah kuat’ Varian prefiks ( kok-), yaitu ( kon-), Ya tah yung ndhak liwat anak para Joko (mok-), dan (mbok-) lebih banyak digunakan
Berek njaluk idi pangèstu
dalam tuturan sehari-hari masyarakat Jawa 'Ya lah Bu tidak lupa anakmu Joko Berek Timur dari pada prefiks ( kok-) yang baku. minta restu'
Penggunaan varian prefiks ( kok-) tampak dalam berbagai situasi, terutama situasi akrab,
Bentukan dhak dan ndhak yang bukan santai, dan hubungan kesejajaran. Untuk situasi prefiks tersebut apabila dikaitkan dengan resmi, kebakuan masih menjadi bahan proses fonologis, maka daerah artikulasi, dalam pertimbangan sehingga varian prefiks tersebut hal ini r, dh (d), g, l sangat berperan sebab selain tidak mungkin muncul.
dhak dan ndhak ditemukan juga rak dari orak, Dengan demikian, varian prefiks ( kok-) dhak dari odhak, dan ogak/gak 'tidak'. Lain yang digunakan oleh masyarakat tutur Jawa halnya dengan bentuk ndhak dari hendak tetapi Timur merupakan salah satu penanda bahwa konsonan depan dilesapkan sehingga berbunyi varian prefiks (kok-) lebih banyak digunakan endak atau ndak yang sering dimaknai 'tidak' dari pada prefiks (kok-) itu sendiri. Karena itu, karena daya suara. Dengan demikian, dapat pola pembentukan katanya adalah (kok-) + D + dipahami bahwa prefik ( tak-) dan kombinasi - (-na).
nya dengan (na) dalam bahasa Jawa Jawa Timur lebih sering digunakan dari pada (dak) ,
3. Pembentukan Kata dengan Prefiks sedangkan dhak dan ndhak merupakan sisi lain (tak-) serta Kombinasinya dengan (-na) untuk menyatakan penolakan, penyangkalan, Pembentukan kata dengn prefiks (tak-) atau negasi.
tidak menimbulkan masalah yang rumit, baik
Sehubungan dengan sufiks (-na) bahasa Jawa baku maupun dialek. Penutur bahasa Jawa dialek Jawa Timur tidak bahasa Jawa dialek Jawa Timur, secara umum, menggunakan sufiks (-ke/-ake) yang lazim menggunakan prefiks (tak-) dan dikombinasi - digunakan oleh penutur bahasa Jawa baku. kan dengan sufiks (-na) bukan ( -ke atau ake ). Pemunculan sufiks tersebut hanya berlaku bagi Contoh: penutur bahasa Jawa Jawa Timur yang berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta dan Solo atau (40) Takkêthokna ' kupotongkan ' adegan dalam pementasan ludruk yang berlatar Takrutuhna
'kujatuhkan'
keraton atau kerajaan. Dengan demikian, pola Takjalukna 'kumintakan' pembentukan kata yang dijadikan patokan Takgolèkna ' kucarikan ' adalah (tak-) + D + (-na). Taktukokna ' kubelikan' Taksawatna ' kulemparkan’
DIKSI Vol. : 13. No. 1 Januari 2006
4. Pembentukan Kata dengan Prefiks (di-) Suwadji, 1994; Subroto, 1994), maka serta Kombinasinya dengan (-na) dan pembentukan kata dengan sufiks (-an)
( ambek ) merupakan ciri pananda kekhususan bahasa Jawa dialek Jawa Timur. Pebentukan kata Secara keseluruhan, prefiks (di-) pada dengan menggunakan sufiks(- an) berikut ini kata dièman 'disayang', diaku 'diakui', dipikul menunjukkan perbedaan yang mencolok antara 'dipikul' menyatakan pasif (Periksa Subroto, bahasa Jawa Jawa Timur dan bahasa Jawa Jawa 1994; Arifin, 1999). Penanda kepasifan ini
Tengah. berlaku umum, baik bahasa Jawa baku maupun bahasa Jawa dialek Jawa Timur. Namun Contoh : demikian, dalam tuturan sehari-hari masyarakat
klambi + an — klambian 'mengenakan Jawa Timur dijumpai pembentukan kata baju'
dengan prefiks (di-) dan kombinasinya dengan sepatu + an — sêpatuan 'mengenakan
(-na) dan ambèk/mbèk. sepatu' Contoh : adu + an — aduan 'ayam aduan' (42) dikapakna 'diapakan'
tuku + an — tukuan ' s e r i n g diculna 'dilepaskan' embeli/belanjaan' ditêrna 'diantarkan' blanja + an — blanjaan 'barang belajaan' rabi + an — rabian 'sering menikah'
(43) Bukune digawa ambèk arèke 'bukunya tali + an — talian 'bertali' dibawa oleh dia' ronce + an — r o n c e a n ' r a n g k a i a n Montore disilih ambèk pamanku bungan' 'mobilnya dipinjam oleh pamanku'. Ayame dibêlèh ambek bapak 'ayamnya Berdasarkan contoh tersebut perilaku disembelih oleh bapak' sufiks (an) tidak luluh dalam setiap bentukan sehingga tidak dijumpai bentuk sêpaton, tukon, Berdasarkan contoh tersebut diketahui rabèn dan lain-lain. Perubahan bunyi yang bahwa pola pembentukan kata dengan prefiks disebabkan oleh luluhnya salah satu vokal (di-) dan kombinasinya dengan (-na) dan tersebut hanya dijumpai pada bahasa Jawa ambèk/mbèk adalah (1) (di-) + D + (-na) dan (2) baku. Karena itu, sufiks (an) termasuk ciri (di-) + D + ambèk/mbèk. Pola ini muncul khusus bahasa Jawa dialek Jawa Timur dengan berdasarkan pola dasar pembentukan kata pola pembentukan kata D + (-an). dengan prefiks (di-), yaitu (di-) + D.
7. Pembentukan Kata dengan Sufiks (-ên) 5. Pembentukan Kata dengan Infiks Sufiks ( ên) dalam bahasa Jawa ludruk Pembentukan kata dengan infiks (-in-), di Jawa Timur, pada dasarnya, tidak jauh (-um-), (-el-), (-er) memiliki proses yang sama berbeda dengan bahasa Jawa baku. Sufiks ( ên) dengan bahasa Jawa baku. Oleh karena itu, pada umumnya menyatakan perintah atau pembentukan kata dengan infiks tersebut tidak kalimat suruhan, ( -ên) dalam gosokên dan dibicarakan secara khusus dalam penelitian ini. dêlokên 'gosoklah' dan 'lihatlah'. Terdapat Di samping itu, penutur bahasa Jawa di Jawa p e r b e d a a n y a n g m e n c o l o k a p a b i l a Timur jarang menggunakan kata-kata yang dibandingkan dengan bahasa Jawa Jawa berinfiks.
Tengah, misalnya G odhanên adhimu 'Godalah adikmu', sedangkan bahasa Jawa Jawa Timur adalah gudhaên adhikmu. Dua contoh terakhir 6. Pembentukan Kata dengan Sufiks (-an)
tersebut sama-sama memiliki fungsi Sufiks (-an) termasuk sufiks yang khas memerintah kepada O2 tetapi bentukan katanya bahasa Jawa Jawa Timur. Apabila dibandingkan berbeda. Begitu pula dengan kata gawanên dan dengan bahasa Jawa Jawa baku (Periksa
Karakteristik Bahasa Jawa (Maryaeni)
gawaên 'bawalah', tukunên dan tukuên 'belilah', perbuatan atau peristiwa' yang terwujud dalam gaênên dan gaêên 'pakailah'. Contoh yang empat fenomena, antara lain terakhir, yaitu gaêên dapat berarti lain dari yang a. perintah:
sudah dibahas, misalnya Gaêên klambimu sing (45) Lunga nang pasar tukua kêmangi anyar 'Kenakanlah bajumu yang baru' 'Pergi ke pasar belilah kemangi'
Dengan demikian, bahasa Jawa
Golèka sapu
memiliki kalimat pasif yang predikatnya
'Carilah sapu'
bermarkah ( ên) . Pemarkah ini memiliki dua
Mlakua ngètan êngkok lak kêtêmu
alomorf, yaitu ( ên) dan ( nên) . Pemarkah ( -ên) 'Berjalanlah ke arah tmur nanti
akan tetap muncul ( ên) jika bergabung dengan
akan bertemu'
bentuk dasar yang berakhir konsonan dan akan
b. irealis
muncul ( nên) jika bertemu dengan bentuk dasar
yang berakhir vokal. Bahasa Jawa Jawa Timur (46) turua ora ngantuk 'seandainya lebih banyak menerapkan perilaku pemarkah
tidur tidak mengantuk'.
yang pertama, yaitu ( ên) . Pemarkah ini Sufiks a- irealis ini tidak dijumpai dijumpai hampir di seluruh bentukan pasif. dalam tuturan bahasa Jawa dialek Jawa Timur. Kalimat yang digunakan adalah masia turu gak ngantuk atau lèk turu gak Contoh:
ngantuk . Karena itu, a- irealis tidak ada (44) ombe + ên — ombeên 'minumlah' dalam tuturan sehari-hari masyarakat Jawa conto + ên — contoên 'contohlah' Jawa Timur. ganti + ên — gantiên 'gantilah' c. desideratif (harapan) gawa + ên — gawaên 'bawalah' (47) tuturan muga-muga lulusa ' guda + ên — gudaên 'godalah' semoga luluslah' tuku + ên — tukuên 'belilah' Kasus di atas, seperti dicontohkan Edi Subroto, tidak pernah ada dalam Berdasarkan contoh pembentukan kata tuturan bahasa Jawa dialek Jawa Timur. dengan sufiks ( ên) tersebut dapat dikatakan
Tuturan yang sering digunakan adalah bahwa penutur bahasa Jawa dialek Jawa Timur
muga-muga lulus tanpa a . cenderung menggunakan bentukan kata yang d. pengakuan (konsesif), tetapi dibantah berpola D + ( ên) (bandingkan dengan Subroto, sehingga seolah-olah tidak terwujud. 1991, 1994; Suwadji, 1994).
(48) jagaa kae, yèn turu têrus ya ora ana gunane 'sekalipun jaga, kalau 8. Pembentukan Kata dengan Sufiks (-a) tidur terus tak ada gunanya' Sufiks ( -a ) bahasa Jawa Jawa Timur,
menjadi masia jaga, lèk turu têrus yang menyatakan perintah, suruhan,
ya gak ana gunane'
merupakan sufiks yang tidak lepas dari tuturan- tuturan keseharian. Dalam hal ini, sufiks ( -a ),
Berdasarkan contoh-contoh tersebut
baik dalam bahasa Jawa Jawa Timur maupun dapat disimpulkan bahwa tiga dari empat bahasa Jawa baku tidak terdapat perbedaan fenomena sufiks (- a) yang digunakan oleh yang mencolok (Periksa Subroto, 1994; masyarakat tutur Jawa Tengah tidak digunakan Soedjito, 1974).
oleh masyarakat tutur Jawa Timur. Fenomena
Subroto (1991) menyatakan bahwa ini merupakan ciri penanda sufiks (- a) bahasa pembetukan dengan sufiks ( a, -ana , na) Jawa dialek Jawa Timur, yaitu fenomena terdapat dalam system verba. Kategori yang perintah. Pola pembentukan kata dengan sufiks dibentuk dengan sufiks itu pada umumnya (-a) adalah D + (-a). menyatakan 'hal belum diwujudkannya suatu
DIKSI Vol. : 13. No. 1 Januari 2006
9. Pembentukan Kata dengan Sufiks (-na) donganana — didongani 'didoai' dan (-ana) turanana — turua 'tidurlah' Subroto (1994) membahas sufiks (- na/- ana ). Sufiks ( na/-ana ) sejajar dengan sufiks (-
Berdasarkan uraian tersebut, sufiks
ke/-ake) dalam bahasa Jawa baku. Penggunaan (na) dan ( ana) yang terbagi atas empat sufiks ( na/-ana ) dalam bahasa Jawa Jawa Timur fenomena (Subroto, 1991), pada umumnya, frekeuensinya cukup besar, sedangkan sufiks tidak digunakan dalam tuturan sehari-hari ( ke/-ake ) jarang ditemui pada tuturan sehari- masyarakat tutur Jawa Timur. hari masyarakat Jawa Timur, kecuali penutur Perintah : turanana 'tidurilah' menjadi
berasal dari Jawa Tengah. Berikut contoh
turua ndhik… 'tidurlah di…';
penggunaan sufiks ( na ). Irealis : turanana ora dilêboni maling (49) bali + na — balèkna 'kembalikan' 'seandainya ditiduri tidak golèk + na — golèkna 'carikan' dimasuki pencuri' menjadi lèk jukuk + na — jukukna 'ambilkan' koên turu ndhik kono gak dol + na — dolna 'jualkan' dilêboni maling. cêpak + na — cêpakna 'siapkan'
desideratif : m u g a - m u g a d i r a w u h a n a 'semoga dihadirilah' menjadi
umbah + na — umbahna 'cucikan'
muga-muga dirawuhi atau tulis + na — tulisna 'tuliskan' muga-muga (Pak Camat) rawuh. Sufiks (- ana) dalam bahasa Jawa baku Pengakuan : jaganana sangu kae yen ora (periksa Suwadji, 1994) jarang dijumpai
diparingake apa paidahe '
penggunannya dalam bahasa Jawa Jawa Timur,
sekalipun diberi sediaan bekal
walaupun sufiks ana memiliki arti yang sama,
kalau tak diberikan apalah
yaitu perintah.
artinya' menjadi ' masia dikeki Contoh :
sangu lek gak diparingna apa
(50) copot + ana — copotana 'lepasilah' gunane. êntèn + ana — êntènana 'tunggulah'
bareng + ana — b a r ê n g a n a ' i k u t 10. Pembentukan Kata dengan Konfiks
sertalah'
Pembentukan kata dengan konfiks
pangan + ana — panganana 'berilah adalah penambahan konfiks pada bentuk makan' dasar.Pembentukan kata dengan konfiks dalam donga + ana — donganana 'doailah' penelitian ini tidak dibahas secara rinci dan
turu + ana — turanana 'tidurilah' lengkap, seperti pembentukan verba dengan konfiks dalam bahasa Jawa dalam buku Tata
Bahasa Jawa Mutakhir (2001). Pembentukan Bentukan-bentukan kata dalam bahasa kata dengan konfiks yang dibahas di sini Jawa baku tersebut mengalami perubahan dibatasi pada bahasa Jawa dialek Jawa Timur. dengan penambahan konfiks pada bentuk dasar Konfiks-konfiks tersebut adalah (a) di- + D + - sehingga pembentukan kata-katanya berpola na, (b) tak- + D + -na, dan (c) kok- + D + -na. (di-) + D + (-i) dan D + (-a) berikut.
Contoh: (51) copotana — dicopoti 'dilepasi (52) ditakokna 'ditanyakan' êntènana — diêntèni 'ditunggu’ digawakna 'dibawakan' barêngana — dibarêngi/barênga
takkèkna 'kuberikan' 'diikuti/bersamalah' takjarna 'kubiarkan' pakanana — dipakani kokjalukna 'kaumintakan' 'diberi makan' mokmasakna 'kaumasakkan'
## C. JENIS KATA BAHASA JAWA
pada bidang tertentu, melainkan kata-kata yang tidak dijumpai dalam bahasa Jawa baku. Setiap bahasa memliki sistem dan
Adapun kata-kata khusus yang ditemukan, struktur leksikal yang berbeda dengan bahasa antara lain, a mbèk 'dengan', ate 'akan', maeng lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh 'tadi'. pandangan, tanggapan, dan wawasan masyarakat tutur bahasa yang bersangkutan dalam menafsirkan, mengklasifikasikan, dan D. PRONOMINA mengkonsep dunia luar bahasa. Faktor
Pronomina adalah kategori kata yang
lingkungan, sosial budaya, dan faktor historis dipakai untuk menggantikan nomina. sangat berpengaruh terhadap sistem dan Pembahasan tentang pronomina dalam sturktur suatu bahasa yang berdampak pada penelitian ini tidak dilakukan secara rinci. sistem dan struktur leksikal bahasa tersebut. Dalam rangka membedakan pronomina dalam Keadaan tersebut bersumber pada ciri sosio- bahasa Jawa dialek Jawa Timur dan bahasa psikologis, tradisi pengaruh feodalisme yang Jawa baku, penelitian ini hanya membahas kental, status, dan kecenderungan masyarakat pronomina persona. Pronomina persona adalah yang memungkinkan mobilitas sosial atau pronomina yang mengacu pada manusia. didasarkan pada ideologi persamaan hak dan Pronomina persona dapat mengacu pada diri kewajiban (Subandi Dajengwasito, 1984).
sendiri (pronomina persona pertama), mengacu
Secara umum munculnya fungsi- pada mitra tutur (pronomina persona kedua), fungsi bahasa sangat bergantung pada norma dan yang mengacu pada orang yang dibicarakan masyarakat pemilik bahasa dan kebiasaan- (pronomina persona ketiga). kebiasaan yang sudah dijalani selama ini. Hal
Alasan dipilihnya pronomina persona
ini perlu diketahui sebab Jawa Timur memiliki sebagai satu-satunya kajian dalam penelitian ini jenis kata yang tidak sama dengan kata Jawa adalah: (1) jenis pronomina yang lain memiliki Tengah, Yogyakarta dan Solo sebagai pusat persamaan antara bahasa Jawa baku dan bahasa kebudayaan Jawa. Kata-kata khusus tersebut Jawa dialek Jawa Timur, (2) keunikan satuan muncul sebagai penanda sosial masyarakat lingual bahasa Jawa dialek Jawa Timur, pemilik bahasa. Istilah kata khusus ini khususnya pronomina, terletak pada pronomina d i s e j a j a r k a n d e n g a n s p e c i a l w o rd s persona, dan (3) pronomina persona memiliki (Dwiraharjo, 1997; Mas Moeljono,1986; peran penting dalam bertutur, khususnya ngoko Henricus Supriyanto, 1986; Fishman, 1972; dan krama. Pemberton, 1994; Errington, 1988 ; Geertz, 1974; Poedjosoedarmo, 1975).
TABEL 1 PRONOMINA PERSONA
Penjenisan kata dalam penelitian ini tidak dibahas secara rinci dan lengkap. Jenis kata yang dibicarakan berikut ini adalah kata (1) khusus, (2) sapaan, dan (3) ganti. Pembatasan penjenisan kata tersebut dilakukan dengan alasan bahwa kata-kata bahasa Jawa, secara umum, adalah sama. Karena itu, kata-kata bahasa Jawa yang secara umum sama tidak dibahas dalam penelitian ini, begitu pula dengan kata sapaan dan kata ganti.
Kata khusus dimaksud adalah kata- kata bahasa Jawa dialek Jawa Timur yang merupakan ciri penanda kejawa-timuran, yang berbeda dengan bahasa Jawa baku. Kata khusus yang dimaksud bukan kata-kata yang mengacu
DIKSI Vol. : 13. No. 1 Januari 2006
Pronomina Persona Pertama Kedua Ketiga Aku Kon Dheke Awaku Kowe Wonge Awake aku Awakmu Awake Awakekon Kono Pêna Rika Sliramu Kula Sampeyan
## E. KATA SAPAAN KEKERABATAN
K i n s h i p s y s t e m a re c u l t u r a l constructions, in doubt, but the scaf- Bentuk-bentuk kata sapaan dan kata
folding of such constructions are, to
ganti bahasa Jawa dalam ludruk, pada
large extent anyway, the universal
dasarnya, tidak jauh berbeda dengan kata
biological categories given by nature,
sapaan dan kata ganti yang digunakan dalam
sex, age, and genealogy. Humans
komunikasi sehari-hari. Kata sapaan dapat
observe these biological features in the
digolongkan ke dalam nomina, yaitu nomina
persons around them, and they are used
bernyawa dan secara khusus adalah nomina
to inform the structuring of social
manusiawi (Subroto, 1991:35). Temuan kata
reality we call kinship
sapaan yang digunakan dalam ludruk dapat dilihat pada tabel berikut. Dapat dipahami bahwa sistem kekerabatan lebih cenderung ditelaah secara biologis atau alamiah yang ditandai oleh faktor TABEL 2 KATA SAPAAN
usia, jenis kelamin, dan faktor bawaan lainnya.
Faktor biologis dalam sistem kekerabatan bukanlah satu-satunya cara untuk menelaahnya melainkan masih banyak faktor lain yang dapat digunakan untuk menandai sistem kekerabatan, misalnya, stratifikasi sosial, kelas, kasta, status, peran, kesukuan, dan lain-lain yang dapat memberikan ekspresi konkret dalam pemilihan linguistik. Secara umum, kata kekerabatan yang dimiliki seluruh bahasa di dunia menunjukkan adanya persamaan arti hanya system bahasa yang menunjukkan perbedaan sehingga sistem yang satu lebih kaya dari pada sistem yang lain. (periksa Foley, 1977; Duranti, 1997) Berikut adalah tabel temuan kata kekerabatan bahasa Jawa, khususnya bahasa Jawa yang digunakan dalam ludruk.
## TABEL 3 KATA KEKERABATAN
Di samping kata sapaan, sistem kekerabatan merupakan ciri universal bahasa karena kekerabatan sangat penting dalam organisasi sosial (Wardhaugh, 1986: 219). Tuturan digunakan dengan berbagai cara diantara kelompok masyarakat yang berbeda. Setiap kelompok memiliki norma bahasa masing-masing. Beberapa sistem lebih kaya dari pada sistem yang lain, tetapi semuanya diklasifikasikan ke dalam jenis kelamin, usia, generasi, turunan, dan perkawinan. Pernyataan Folley (1977:140) berikut dapat digunakan sebagai acuan untuk memahami kekerabatan lebih jauh.
Karakteristik Bahasa Jawa (Maryaeni)
Kata Sapaan Kang Cak Mas Nak Le Nggèr Mbah Pak Mak Biyung/Yung Mbok Wak Gus Mbak Yu Ning Dhik Rèk
## Kata Kekerabatan
Êmbah Bapak Ibu Anak Putu Cacak
Mbakyu Pakdhe Bokdhe/Budhe Paklik
Bulik
F. PARTIKEL BAHASA JAWA / koên-) + D + (-na ). Prefiks (di-) dan k o m b i n a s i n y a d e n g a n ( - n a ) d a n
Bahasa Jawa memiliki beberapa
ambèk/mbèk. Karena itu, pola kepasifan partikel, yaitu kok, lho, wah, ta, rak, wae/bae,
prefiks (di-) adalah (a) (di-) + D + (-na ) dan e/we, ki, ah/uh, waduh, olehe, wong, o, wo
(b) (di-) + D + ambèk. (Subroto, 1991:4750). Partikel bahasa Jawa tersebut digunakan dalam bahasa Jawa, baik baku maupun dialek. Secara khusus, bahasa (2) Sufiks (- ên). Bahasa Jawa memiliki kalimat Jawa dialek Jawa Timur memiliki partikel yang
pasif yang predikatnya bermarkah (- ên) . khas yang tidak digunakan dalam bahasa Jawa
Pemarkah ini memiliki dua alomorf, yaitu
baku, yaitu a, tah, se, dan i.
(- ên) dan (- nên) . Pemarkah -ên akan tetap muncul ên jika bergabung dengan bentuk dasar yang berakhir konsonan dan akan Aku maêng mosok takon rênane donya muncul nên jika bertemu dengan bentuk
a?
dasar yang berakhir vokal. Sufiks (- a, -ana ,
'Aku tadi masa bertanya tertang - na) terdapat dalam system verba. Kategori dunia?' yang dibentuk dengan sufiks itu pada
Lha lho iya tapi lak wêrna loro a?
umumnya menyatakan 'hal belum
'Lha lho iya tapi kan dua jenis?' diwujudkannya suatu perbuatan atau peristiwa' yang terwujud dalam empat Sing kêprèsèt iku aku tah kon? fenomena, antara lain, perintah, irealis, Lho pêgêl tah ngrasakna.
desideratif (harapan), dan pengakuan (konsesif). Tiga dari empat fenomena Wong aku kok disênèni prasane sufiks (- a) yang digunakan oleh masyarakat anakmu tah. tutur Jawa Tengah tersebut tidak digunakan oleh masyarakat tutur Jawa Timur. Wong rasan-rasan iku olèhe apa se ?
Wong mati iku kabèhe pira se ?
(3) Konfiks bahasa Jawa Jawa Timur yang Lha yak apa se ngono iku?
digunakan oleh penutur bahasa Jawa dialek Jawa Timur adalah (a) di-/-na, (b) tak-/na, Waaaaa, awakmu. dan (c) kok-/-na. Pembentukan kata- 'Waaaa, kamu'
katanya berpola (a) di- + D + -na, (b) tak- +
Babar blasi.
D + -na, dan (c) kok- + D + -na.
'Sama sekali belum'
(4) Secara umum, kata-kata, baik sapaan sapaan kekerabatan maupun pronomina
G. SIMPULAN
persona bahasa Jawa yang digunakan
Berdasarkan uraian dan analisis di atas,
adalah kata bahasa Jawa baku. Secara
dapat disimpulkan bahwa, morfem-morfem
khusus, ditemukan kata, baik sapaan
bahasa Jawa dialek Jawa Timur memiliki
kekerabatan maupun pronomina persona
karakteristik yang dapat dibedakan dengan
yang menjadi ciri penanda bahasa Jawa
bahasa Jawa baku. Karakteristik yang
dialek Jawa Timur.
dimaksud seperti berikut ini.
(5) Partikel-partikel bahasa Jawa Jawa Timur
(1) Prefiks (kok-, tak-, di-) dan kombinasinya
adalah a, i, se, dan tah . Keempat partikel dengan sufiks (-na) sehingga pola
tersebut merupakan partikel yang dapat
pembentukan katanya adalah (kok-, tak-,
dijadikan ciri penanda khas bahasa Jawa
di-) + D + (-na). Varian prefiks (kok-), yaitu
dialek Jawa Timur.
(mbok-, mok, koên) sehingga pola pembentukan katanya adalah (mok-/mbok-
DIKSI Vol. : 13. No. 1 Januari 2006
DAFTAR PUSTAKA Jawa . Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
——————. 1981. Sosiolinguistik (tidak Arifin, Syamsul. 1999. Kalimat Pasif dalam t e r b i t . P u s a t P e m b i n a a n d a n Bahasa Jawa: Yogyakarta: Balai
Pengembangan Bahasa
Bahasa Yogyakarta.
Pemberton, John. 1994. On The Subject of Errington, J. Joseph. 1988. Structure and Style
“Java.” Ithaca and London: Cornell in Javanese: A Semiotic View of
University Press Linguistic Etiquette . Philadelphia: University of Pensylvania Press. Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis: The Sociolinguistics, Analysis of
Kartomihardjo, Soeseno. 1981. “Ethnography
Natural Language. Chicago: The of Communicative Codes in East Java” University of Chicago Press. dalam Pacific Linguistics Series D-No
39. Materials in Languages of Subroto, Edi. 1991. Tata Bahasa Deskriptif Indonesia No. 8. Departmen of B a h a s a J a w a . J a k a r t a : P u s a t Linguistics Research School of Pacific Pembinaan Dan Pengembangan Studies The Australian National Bahasa University. Subroto, Edi, Soetomo, WE, Nurshodiq, Paino. ————. 1991. Bentuk Bahasa Penolakan . 1994. Konstruksi Verba Aktif-Pasif Malang: Program Pasca Sarjana IKIP dalam Bahasa Jawa . Jakarta: Pusat MALANG. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
————. 1991. Penggunaan Bahasa Jawa Suwadji. 1994. Ngoko dan Krama . Yogyakarta:
dalam Ludruk . Makalah Kongres Yayasan Pustaka Nusantara Bahasa Jawa. Semarang. Suwarni. 1985. “Ludruk dan Aspek Sastranya” ————. 1992. Analisis Wacana dan dalam Sulastin Sutrisno (Ed.), Bahasa, Penerapannya - Pidato Ilmiah dalam Sastra, Budaya . Yogyakarta : Gadjah Rangka Pengukuhan Guru Besar IKIP Mada University Press. Malang . Malang: IKIP Malang Soedjito. 1991. Basa-basi dalam Tata Krama Maryono, Dwiraharjo. 1997. Fungsi dan Berbahasa Indonesia . Malang: Bentuk Krama dalam Masyarakat Lembaga Penelitian IKIP MALANG Tutur Jawa: Studi Kasus di Kotamadya
Surakarta . Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Mulyono, Mas. 1986. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Dialek Banyuwangi . Jakarta: Pusat Bahasa.
Poedjosoedarmo, Gloria, Wedhawati, Laginem. 1981 . Beberapa Masalah Sintaksis
B a h a s a J a w a . J a k a r t a : P u s a t
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1975 . Kode dan A l i h K o d e . Yo g y a k a r t a : B a l a i
Penelitian Bahasa Yogyakarta
—————. 1978. “ Language Etiquette in
Indonesian” dalam Udin, S (Ed.)
Spectrum . Jakarta: PT Dian Rakyat
—————. 1979 . Tingkat Tutur Bahasa
|
8c86eabb-4f0c-4e40-ab28-936e83fb5ed2 | https://djournals.com/klik/article/download/1652/941 | KLIK: Kajian Ilmiah Informatika dan Komputer ISSN 2723-3898 (Media Online) Vol 4, No 4, Februari 2024, Hal 2005-2017 DOI 10.30865/klik.v4i4.1652 https://djournals.com/klik
## Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
Donaya Pasha 1 , Mudar Safi 2,* , Setiawansyah 3
1 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Teknologi Informasi, Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung, Indonesia
2 Teknik Komputer, Akademi Ilmu Komputer Ternate, Ternate, Indonesia
3 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Informatika, Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung, Indonesia Email: 1 [email protected], 2,* [email protected] , 3 [email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected]
Abstrak− Evaluasi kinerja pemasok bahan baku merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur dan memantau kinerja pemasok dalam memasok bahan baku yang diperlukan. Melalui evaluasi yang berkesinambungan, perusahaan dapat meningkatkan efektivitas strategi manajemen pemasok, mengidentifikasi peluang perbaikan, dan membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan. Evaluasi kinerja pemasok bahan baku menjadi instrumen utama dalam menjaga integritas rantai pasok dan memastikan keberlanjutan operasional perusahaan. Proses ini melibatkan penilaian terhadap berbagai aspek, termasuk kualitas bahan baku, ketepatan waktu pengiriman, kepatuhan terhadap standar etika dan lingkungan, serta efisiensi dalam proses logistik. Permasalahan yang terjadi dalam evaluasi kinerja yaitu belum adanya penerapan sebuah model sistem pendukung keputusan yang dapat melakukan evaluasi kinerja pemasok bahan baku, proses selama ini yang dilakukan dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku hanya melakukan penilaian terhadap kriteria yang ada dalam penilaian evaluasi kinerja pemasok. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melakukan evaluasi kinerja dari pemasok bahan baku dengan menerapkan metode Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dan Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA). Hasil nilai akhir evaluasi kinerja pemasok merupakan hasil keseluruhan dari proses penilaian yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap para pemasoknya. Dalam proses ini, berbagai aspek kinerja pemasok dievaluasi dengan menggunakan metode yang telah ditentukan, metode PIPRECIA untuk pembobotan kriteria dan MAIRCA untuk perhitungan evaluasi kinerja pemasok. Hasil evaluasi kinerja pemasok bahan baku menunjukkan hasil untuk terbaik 1 dengan nilai akhir sebesar 0,352 didapatkan oleh pemasok Tanjung Raja, terbaik 2 dengan nilai akhir sebesar 0,333 didapatkan oleh pemasok CV Tri Sakti, terbaik 3 dengan nilai akhir sebesar 0,315 didapatkan oleh pemasok Abadi Makmur.
Kata Kunci: Evaluasi; Kinerja; MAIRCA; Penilaian; PIPRECIA
Abstract− Performance evaluation of raw material suppliers is a systematic process carried out by companies to measure and monitor supplier performance in supplying the necessary raw materials. Through continuous evaluation, companies can improve the effectiveness of supplier management strategies, identify opportunities for improvement, and build long-term, mutually beneficial relationships. Performance evaluation of raw material suppliers is the main instrument in maintaining supply chain integrity and ensuring the sustainability of company operations. This process involves assessing various aspects, including the quality of raw materials, timeliness of delivery, compliance with ethical and environmental standards, and efficiency in logistics processes. The problem that occurs in performance evaluation is that there is no application of a decision support system model that can evaluate the performance of raw material suppliers, the process so far carried out in evaluating the performance of raw material suppliers only assesses the criteria in the assessment of supplier performance evaluation. This study aims to evaluate the performance of raw material suppliers by applying the Multi-Attributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) method and Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA). The final value of supplier performance evaluation is the overall result of the appraisal process carried out by a company on its suppliers. In this process, various aspects of supplier performance are evaluated using predetermined methods, the PIPRECIA method for weighting criteria and MAIRCA for supplier performance evaluation calculations. The results of the evaluation of the performance of raw material suppliers show the results for the best 1 with a final value of 0.352 obtained by Tanjung Raja suppliers, the best 2 with a final value of 0.333 obtained by CV Tri Sakti suppliers, the best 3 with a final value of 0.315 obtained by Abadi Makmur suppliers.
Keywords : Evaluation; Performance; MAIRCA; Valuation; PIPRECIA
## 1. PENDAHULUAN
Evaluasi kinerja pemasok bahan baku merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur dan memantau kinerja pemasok dalam memasok bahan baku yang diperlukan. Proses ini melibatkan penilaian terhadap berbagai aspek, termasuk kualitas bahan baku, ketepatan waktu pengiriman, kepatuhan terhadap standar etika dan lingkungan, serta efisiensi dalam proses logistik. Evaluasi kinerja pemasok bertujuan untuk memastikan keandalan pasokan, mengidentifikasi potensi risiko, dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasok[1]. Hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memutuskan apakah kerja sama dengan pemasok akan diteruskan, ditingkatkan, atau mungkin perlu dicari alternatif pemasok yang lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan membangun hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan pemasok bahan baku, perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk, efisiensi operasional, dan keberlanjutan bisnis secara keseluruhan. Evaluasi kinerja pemasok bahan baku juga dapat mencakup parameter keuangan seperti harga yang kompetitif dan keadilan dalam perjanjian kontrak. Transparansi komunikasi, kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan perusahaan, serta kepatuhan terhadap persyaratan hukum dan peraturan industri juga menjadi pertimbangan penting dalam proses evaluasi ini[2]. Selama evaluasi berlangsung, umpan balik dari berbagai departemen di dalam perusahaan, termasuk produksi, manajemen kualitas, dan manajemen rantai pasok, dapat diintegrasikan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang kinerja pemasok[3]. Melalui evaluasi yang berkesinambungan, perusahaan dapat meningkatkan efektivitas strategi manajemen
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja
## Pemasok Bahan Baku
pemasok, mengidentifikasi peluang perbaikan, dan membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan. Evaluasi kinerja pemasok bahan baku menjadi instrumen utama dalam menjaga integritas rantai pasok dan memastikan keberlanjutan operasional perusahaan. Permasalahan yang terjadi dalam evaluasi kinerja yaitu belum adanya penerapan sebuah model sistem pendukung keputusan yang dapat melakukan evaluasi kinerja pemasok bahan baku, proses selama ini yang dilakukan dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku hanya melakukan penilaian terhadap kriteria yang ada dalam penilaian evaluasi kinerja pemasok. Salah satu teknik dalam melakukan evaluasi kinerja pemasok bahan baku dengan menggunakan sistem pendukung keputusan.
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan kerangka kerja yang lebih terstruktur dalam mengatasi keputusan yang kompleks, mempercepat proses pengambilan keputusan, dan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil[4]. SPK memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai sumber data, melakukan analisis prediktif, dan memberikan solusi alternatif berdasarkan pemodelan keputusan. Kelebihan SPK juga terletak pada kemampuannya menyederhanakan kompleksitas informasi, memfasilitasi pemahaman terhadap dampak keputusan, serta menyediakan dukungan analisis untuk menggambarkan konsekuensi dari berbagai pilihan keputusan[5]. Peran SPK semakin penting dalam menghadapi lingkungan bisnis yang dinamis dan kompleks. Dengan analisis yang cermat dan penggunaan teknologi terkini, SPK membantu organisasi untuk bergerak lebih responsif, meningkatkan daya saing, dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efisien. Keberhasilan implementasi SPK bergantung pada pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan pengambil keputusan, integrasi yang baik dengan sistem lainnya, dan pemeliharaan rutin untuk memastikan kelangsungan fungsionalitasnya. SPK terus mengalami perbaikan dan penyempurnaan untuk memberikan dampak positif bagi pengambil keputusan dan membantu organisasi dalam mencapai tujuan mereka. Sebagai suatu alat strategis, SPK memiliki potensi besar dalam membentuk masa depan pengambilan keputusan yang lebih efisien dan efektif di berbagai sektor bisnis dan industri. Metode dalam sistem pendukung keputusan salah satunya Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis . Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) adalah suatu metode dalam pengambilan keputusan multi-kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi dan merangkingkan alternatif berdasarkan kriteria tertentu[6]. Metode ini memanfaatkan dua titik referensi utama, yaitu ideal point dan real point . Ideal point mencerminkan kondisi yang diinginkan atau nilai maksimal yang dapat dicapai untuk setiap kriteria, sementara real point mencerminkan nilai aktual dari setiap alternatif. Perbandingan antara ideal point dan real point membantu pengambil keputusan dalam menilai sejauh mana setiap alternatif mendekati kondisi ideal yang diinginkan. MAIRCA memberikan perspektif yang komprehensif terhadap kinerja alternatif, memungkinkan pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih informasional dan tepat dalam lingkungan yang kompleks dan multi-kriteria. Keunggulan utama dari MAIRCA terletak pada kemampuannya dalam memberikan informasi yang mendalam dan kontekstual dalam pengambilan keputusan multi- kriteria[7], [8]. MAIRCA membedakan diri dengan menggunakan dua titik referensi, ideal point dan real point , yang memungkinkan evaluasi yang lebih holistik terhadap kinerja alternatif. Keberadaan Ideal Point memberikan gambaran tentang kondisi yang diinginkan atau nilai maksimal yang dapat dicapai untuk setiap kriteria, sedangkan Real Point mencerminkan nilai aktual dari setiap alternatif. Dengan memperhitungkan kedua titik referensi ini, MAIRCA memungkinkan pengambil keputusan untuk tidak hanya menilai seberapa baik suatu alternatif berkinerja, tetapi juga sejauh mana alternatif tersebut mencapai kondisi ideal yang diinginkan. Analisis ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang divergensi dan konvergensi antara nilai aktual dan nilai yang diinginkan, membantu pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih kontekstual dan informatif dalam situasi kompleks multi-kriteria[9]. Meskipun metode Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) memiliki keunggulan dalam memberikan perspektif yang lebih holistik terhadap kinerja alternatif dalam pengambilan keputusan multi-kriteria, terdapat kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu MAIRCA tidak memberikan informasi tentang bobot relatif kriteria atau seberapa pentingnya setiap kriteria dalam pengambilan keputusan. Salah satu metode pembobotan yang dapat mengatasi masalah dalam MAIRCA yaitu Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment . Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) merupakan metode yang digunakan dalam konteks pengambilan keputusan multi-kriteria untuk menilai dan membandingkan pentingnya kriteria relatif satu sama lain[10]–[12]. Metode ini melibatkan proses perbandingan berpasangan antara setiap kriteria, yang dikenal sebagai pairwise comparison . PIPRECIA secara khusus menekankan pada perubahan atau pivot dalam perbandingan berpasangan, di mana nilai relatif pentingnya suatu kriteria terhadap yang lain dapat bergeser tergantung pada situasi atau preferensi pengambil keputusan. Pendekatan ini memungkinkan untuk penilaian yang lebih dinamis dan fleksibel terhadap perubahan kondisi atau preferensi yang mungkin muncul selama proses pengambilan keputusan[13]. Dengan memanfaatkan pivot , PIPRECIA memberikan cara yang adaptif untuk menilai pentingnya kriteria dalam konteks yang berkembang, sehingga memberikan landasan yang lebih relevan dan responsif bagi pengambil keputusan dalam lingkungan yang dinamis. Keuntungan utama PIPRECIA terletak pada fleksibilitas dan adaptabilitasnya dalam menanggapi perubahan dinamika atau preferensi dalam pengambilan keputusan multi-kriteria. Melalui penggunaan pivot , PIPRECIA memungkinkan pengambil keputusan untuk menyesuaikan nilai relatif kriteria secara dinamis, mengakomodasi perubahan preferensi tanpa harus melakukan perbandingan berpasangan yang lengkap[14], [15]. Fleksibilitas ini memberikan keunggulan dalam menanggapi ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan yang berubah, memungkinkan analisis yang lebih responsif terhadap kondisi yang berkembang[16]. Selain itu, PIPRECIA mempermudah implementasinya dengan memfokuskan perhatian pada kriteria yang paling relevan atau berubah, meminimalkan kompleksitas analisis[15], [17]. Kemampuannya untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam dan
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
akurat tentang perubahan pentingnya kriteria juga menjadikan PIPRECIA sebagai alat yang berharga dalam mendukung pengambilan keputusan yang lebih kontekstual dan adaptif.
Penelitian terkait dengan evaluasi kinerja pemasok dilakukan oleh Purnomo (2021) dengan hasil penelitian yaitu pemasok terbaik dinilai melalui penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), berdasarkan perhitungan menggunakan metode AHP, pemasok yang mendapatkan penilaian tertinggi memiliki nilai sebesar 0,344[18]. Penelitian oleh Adhiana (2019) Penggunaan metode Fuzzy Promethee dalam menilai performa pemasok bahan baku di IKM menghasilkan data yang menunjukkan bahwa kinerja pemasok 2 unggul dibandingkan pemasok lainnya, dengan nilai Promethee II tertinggi sebesar 0,0203[19]. Penelitian dari Raditya (2023) Metode PROMETHEE memberi saran kepada perusahaan untuk memilih pemasok bahan baku terbaik, sehingga perusahaan mendapat rekomendasi tentang kinerja dari pemasok bahan baku yang tersedia. Dalam hasil peringkat pemilihan pemasok bahan baku, pemasok yang mendapatkan Peringkat 1 memiliki nilai sebesar 0,83[20]. Penelitian yang dilakukan oleh Proboningrum (2021) menerapkan metode MOORA dalam pengambilan keputusan pemasok, menghasilkan peringkat teratas dengan nilai sebesar 0,1599[21]. Perbedaan dengan penelitian yang menjadi referensi dalam penelitian ini yaitu penerapan metode Multi-Atributive Ideal- Real Comparative Analysis (MAIRCA) dalam penelitian dalam melakukan evaluasi kinerja pemasok bahan baku. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melakukan evaluasi kinerja dari pemasok bahan baku dengan menerapkan metode Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dan Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA), sehingga dapat mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan relatif dari masing-masing pemasok, serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif dalam memilih pemasok bahan baku yang dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap keberlanjutan dan kinerja operasional perusahaan.
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
## 2.1 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian bertujuan untuk menyelidiki, menganalisis, dan memahami fenomena atau masalah yang menjadi fokus penelitian. Melalui tahapan ini, penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data yang relevan, merancang metodologi penelitian yang sesuai, dan menjalankan prosedur penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang diteliti. Tahapan penelitian juga berfungsi untuk mengembangkan dan menguji hipotesis, menjelajahi variabel-variabel yang berpengaruh, serta mengidentifikasi pola atau tren yang mungkin terkait dengan fenomena yang diamati. Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini seperti pada Gambar 1.
## Gambar 1. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian gambar 1 merupakan proses yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari identifikasi kebutuhan dengan menggunakan teknik wawancara, hasil wawancara yang dilakukan didapatkan kriteria yang menjadi penilaian dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku. Hasil pengumpulan kebutuhan didapatkan 4 kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku yaitu kualitas bahan baku, harga bahan baku, waktu pengiriman, dan ketersediaan. Setelah kriteria didapat selanjutnya mengumpukan hasil penilaian terhadap kinerja pemasok berdasarkan kriteria yang ditetapkan, selanjutnya menerapkan metode MAIRCA dan PIPRECIA dalam evaluasi kinerja pemasok yang akan menghasilkan peringkat hasil evaluasi kinerja pemasok bahan baku.
## 2.2 Metode Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dan PIPRECIA
Kombinasi pembobotan antara Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) dan metode Multi- Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dapat membentuk pendekatan yang komprehensif dalam pengambilan keputusan multi-kriteria. PIPRECIA dapat digunakan untuk menyesuaikan pentingnya kriteria secara dinamis berdasarkan perubahan preferensi atau kondisi tertentu[22], sementara MAIRCA dapat memberikan gambaran holistik tentang sejauh mana alternatif memenuhi standar yang diinginkan. Proses kombinasi dimulai dengan
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
menggunakan PIPRECIA untuk menilai dan menyesuaikan pentingnya setiap kriteria berdasarkan preferensi dan perubahan kondisi. Pivot dalam PIPRECIA memungkinkan pengambil keputusan untuk menyesuaikan bobot relatif kriteria sesuai dengan dinamika lingkungan. Selanjutnya, hasil penyesuaian dari PIPRECIA dapat diintegrasikan ke dalam MAIRCA. MAIRCA kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai holistik setiap alternatif berdasarkan nilai aktual dan ideal kriteria[23], yang mencakup perubahan bobot relatif yang sudah disesuaikan melalui PIPRECIA. Kombinasi ini memungkinkan pengambil keputusan untuk memanfaatkan keunggulan PIPRECIA dalam adaptabilitas dan responsivitas, sementara tetap mempertahankan pendekatan holistik dari MAIRCA. Penggabungan keduanya dapat memberikan wawasan yang lebih lengkap dan akurat dalam situasi di mana preferensi dan kondisi dapat berubah seiring waktu. Flowchart kombinasi antara metode PIPRECIA dan MAIRCA seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Flowchart Kombinasi PIPRECIA dan MAIRCA
Alur dari flowchart gambar 2 menjelaskan tentang setiap tahapan dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku dengan menerapkan metode pembobotan PIPRECIA dan MAIRCA, penjelasan setiap tahapan yang dibuat sebagai berikut ini.
a. Penetapan Kriteria
Penetapan kriteria merupakan tahap krusial dalam proses evaluasi kinerja pemasok bahan baku, kriteria-kriteria evaluasi yang telah diidentifikasi sebelumnya diterapkan secara sistematis terhadap pemasok yang sedang dievaluasi. Dalam tahapan ini didapatkan 5 kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku serta 9 alternatif yang akan dievaluasi kinerjanya. Dengan mengimplementasikan kriteria evaluasi ini secara cermat, perusahaan dapat memperoleh data yang akurat dan terperinci mengenai kinerja pemasok.
## b. Pembobotan PIPRECIA
Pembobotan PIPRECIA ( Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment ) merupakan langkah kunci dalam metode evaluasi kinerja pemasok bahan baku. Setelah identifikasi kriteria dan pengumpulan data pada tahap penerapan kriteria, pembobotan dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif antar kriteria. Berikut adalah langkah-langkah pembobotan PIPRECIA yaitu.
Menetapkan nilai signifikan relatif untuk setiap kriteria, nilai ini meruapakan nilai awal yang diberikan untuk setiap bobot kriteria dengan menggunakan persamaan berikut.
𝑆 𝑗 = { 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐 𝑗 > 𝑐 1 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐 𝑗 = 𝑐 1 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐 𝑗 < 𝑐 1 (1)
Dimana 𝑗 ≠ 1 jika 𝑐 𝑗 = 𝑐 1 masuk dalam interval nilai 1 jika 𝑐 𝑗 > 𝑐 1 masuk dalam interval nilai (1 sampai 1,9) jika 𝑐 𝑗 < 𝑐 1 masuk dalam interval nilai (0,1 sampai 1)
Menetapkan nilai koefisien setiap kriteria dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
𝐾 𝑗 = { 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑗 = 1 2 − 𝑆 𝑗 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑗 > 1 (2)
Dimana K j merupakan nilai koefisien, dan S j merupakan nilaia signifikan relative. Menghitung bobot kriteria menggunakan persamaan berikut ini.
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
𝑄 𝑗 = { 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑗 = 1 1 𝐾𝑗 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑗 > 1 (3)
Dimana Q j merupakan bobot dari masing-masing kriteria yang ada. Menghitung bobot akhir masing-masing kriteria dengan menggunakan pesamaan berikut ini.
𝑤 𝑗 = 𝑄𝑗 ∑ 𝑄𝑘 𝑛 𝑘=1 (4)
Dimana w j merupakan bobot akhir dari masing-masing kriteria.
c. Matrik Keputusan
Matriks keputusan dibuat berdasarkan data penilaian dari setiap alternatif untuk setiap kriteria yang ada, dengan persamaan berikut ini.
𝑋 = [ 𝑥 11 ⋯ 𝑥 𝑛1 ⋮ ⋱ ⋮ 𝑥 1𝑚 ⋯ 𝑥 𝑛𝑚 ] (5)
Matriks keputusan diatas terdiri dari kolom dan baris, untuk setiap kolom merupakan kriteria yang ada. Sedangkan untuk setiap baris merupakan alternatif yang akan ada.
d. Menentukan Nilai Preferensi Alternatif
Tahapan selanjutnya menghitung nilai preferensi alternatif berdasarkan kriteria yang ada, menggunakan persamaan berikut ini.
𝑃 𝐴𝑗 = 1 𝑛 , 𝑗 = 1,2, 𝑛 (6)
𝑃 𝐴𝑗 merupakan nilai preferensi alternatif, sedangkan n merupakan jumlah alternatif yang ada.
e. Menghitung Theoritical Evaluation Matrix
Tahapan selanjutnya menghitung matriks evaluasi teroritis yang merupakan hasil perkalian antara nilai preferensi alternatif dengan bobot kriteria menggunakan persamaan berikut ini.
𝑇 𝑝 = [ 𝑡 𝑝11 ⋯ 𝑡 𝑝𝑛1 ⋮ ⋱ ⋮ 𝑡 𝑝1𝑚 ⋯ 𝑡 𝑝𝑛𝑚 ] = [ 𝑥 11 ∗ 𝑤 1 ⋯ 𝑥 𝑛1 ∗ 𝑤 𝑛 ⋮ ⋱ ⋮ 𝑥 1𝑚 ∗ 𝑤 1 ⋯ 𝑥 𝑛𝑚 ∗ 𝑤 𝑛 ] (7)
𝑇 𝑝 merupakan nilai matriks evaluasi teroritis untuk setiap alternatif, sedangkan W merupakan nilai bobot dari kriteria.
f. Menghitung Realistic Evaluation Matrix
Tahapan selanjutnya menghitung matriks evaluasi realistik untuk kriteria yang bersifat benefit dihitung menggunakan persamaan berikut ini.
𝑡 𝑟𝑖𝑗 = 𝑡 𝑝𝑖𝑗 ( 𝑥𝑖𝑗−𝑥𝑖𝑗
− 𝑥𝑖𝑗 + −𝑥 𝑖𝑗 − ) (8)
Untuk kriteria yang bersifat cost dihitung menggunakan persamaan berikut ini.
𝑡 𝑟𝑖𝑗 = 𝑡 𝑝𝑖𝑗 ( 𝑥𝑖𝑗−𝑥𝑖𝑗
+ 𝑥𝑖𝑗 − −𝑥 𝑖𝑗 + ) (9)
𝑡 𝑟𝑖𝑗 merupakan nilai dari matriks evaluasi realistis.
g. Menghitung Matriks Total
Proses selanjutnya menghitung total gap matriks berdasarkan pengurangan antara matriks evaluasi teoritis dan matriks evaluasi realistik menggunakan persamaan berikut ini.
𝐺 𝑖𝑗 = 𝑡 𝑝𝑎𝑖 − 𝑟 𝑟𝑖𝑗 (10)
𝐺 𝑖𝑗 merupakan nilai dari total matriks.
h. Menghitung Nilai Akhir Fungsi
Selanjutnya melakukan perhitungan nilai akhir fungsi dihitung berdasarkan hasil matriks total menggunakan persamaan berikut ini.
𝑄 𝑖 = ∑ 𝑔 𝑖𝑗 𝑛 𝑗=1 (11)
𝑄 𝑖 merupakan nilai akhir fungsi dari masing-masing alternatif.
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja
## Pemasok Bahan Baku
i. Perangkingan Alternatif
Terakhir membuat perangkingan alternatif berdasarkan nilai akhir fungsi, alternatif yang terbaik mempunyai nilai akhir fungsi yang paling tinggi.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dan Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku merupakan pendekatan yang holistik dan adaptif untuk memahami dan merangking kinerja pemasok berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. MAIRCA memberikan gambaran yang komprehensif tentang sejauh mana pemasok memenuhi standar yang diinginkan, sementara PIPRECIA memungkinkan penyesuaian bobot kriteria secara dinamis berdasarkan perbandingan berpasangan. Kombinasi kedua metode ini memungkinkan pengambil keputusan untuk menggabungkan keunggulan analisis holistik MAIRCA dengan fleksibilitas PIPRECIA dalam menanggapi perubahan preferensi atau kondisi. Dengan demikian, evaluasi kinerja pemasok tidak hanya menjadi lebih komprehensif tetapi juga lebih responsif terhadap dinamika pasar atau perubahan kebijakan perusahaan. Hasil peringkat yang dihasilkan dari kedua metode tersebut dapat menjadi landasan yang kuat untuk mendukung keputusan strategis terkait pemilihan pemasok bahan baku yang paling sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan.
## 3.1 Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan evaluasi kinerja pemasok bahan baku merupakan langkah penting dalam menyusun kerangka kerja evaluasi yang efektif, kebutuhan tersebut mencakup penentuan kriteria evaluasi yang relevan terhadap kinerja pemasok bahan baku. Hasil dari pengumpulan data dan identifikasi kebutuhan kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja pemasok seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Data Kriteria Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku Nama Kriteria Jenis Kriteria Bobot Awal Kriteria Kualitas Bahan Baku Benefit 1 Harga Cost 1 Ketersediaan Benefit 0,8 Waktu Pengiriman Benefit 0,7 Cara Pembayaran Benefit 0,3
Data kriteria pada tabel 1 didapat berdasarkan hasil pengumpulan kebutuhan kepada pihak perusahaan terkait dengan kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja pemasok, bobot awal kriteria diberikan pihak perusahaan berdasarkan tingkat kepentingan dari kriteria yang digunakan.
Data penilaian kinerja pemasok bahan baku rangkuman dari hasil-hasil evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja pemasok dalam konteks berbagai kriteria. Informasi ini mencakup evaluasi terhadap kualitas produk yang disediakan oleh pemasok, harga bahan baru yang diberikan pemasok, ketersediaan bahan baku yang ada pada pemasok, waktu pengiriman dari pemasok, pembayaran yang akan diberikan kepada pemasok bahan baku. Hasil dari penilaian kinerja pemasok bahan baku juga menjadi dasar untuk pengambilan tindakan perbaikan atau pengembangan kerja sama dengan pemasok, menjadikannya alat yang penting dalam manajemen rantai pasok yang efektif. Hasil dari penilaian kinerja pemasok bahan baku seperti ditunjukan pada tabel 2.
Tab.el 2. Data Penilaian Kinerja Pemasok Bahan Baku Nama Pemasok Bahan Baku Kualitas Bahan Baku Harga Ketersediaan Waktu Pengiriman Cara Pembayaran CV. Tri Sakti 90 5 3 5 1 Bangun Sejahtera 95 4 4 5 2 Jaya Kencana 93 5 4 3 2 CV. Makmur Bumi 94 4 5 4 1 Indo Jaya Perkasa 95 3 4 4 2 Jaya Makmur 96 3 5 4 1 Tanjung Raja 92 4 4 4 1 Abadi Makmur 94 3 4 3 2 CV. Mandala 93 4 4 5 1
Data penilaian tabel 2 didapat berdasarkan hasil pengumpulan kebutuhan dengan pihak perusahaan terkait kinerja evaluasi dari pemasok bahan baku, data pemasok bahan baku yang akan dinilai berjumlah 9 (Sembilan) pemasok. Data penilaian ini akan digunakan dalam penerapan metode MAIRCA dalam evaluasi kinerja pemasok yag akan menghasilkan perangkingan dari hasil kinerja.
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
## 3.2 Metode MAIRCA dan PIPRECIA
Metode Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dan Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) merupakan dua pendekatan yang saling melengkapi dalam konteks evaluasi kinerja pemasok bahan baku. Gabungan kedua metode ini memungkinkan perpaduan yang seimbang antara evaluasi holistik kinerja pemasok (MAIRCA) dan penyesuaian dinamis terhadap kriteria (PIPRECIA). Dengan memanfaatkan MAIRCA untuk menghitung nilai preferensi berdasarkan kriteria yang relevan dan menggunakan PIPRECIA untuk menyesuaikan bobot kriteria, pengambil keputusan dapat mendapatkan hasil evaluasi yang lebih adaptif dan akurat, membantu dalam pemilihan pemasok yang optimal sesuai dengan tujuan dan kebijakan perusahaan. Tahapan penyelesaian dalam evaluasi kinerja pemasok mempunyai beberapa langkah sebagai berikut.
a. Penerapan Kriteria
Tahapan pertama menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku, data kriteria yagn digunakan seperti ditunjukan pada tabel 1, data tersebut akan digunakan dalam penilaian evaluasi kinerja pemasok bahan baku.
## b. Pembobotan PIPRECIA
Tahapan kedua menghitung pembobotan kriteria menggunakan PIPRECIA ( Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment ) merupakan langkah penting dalam menentukan tingkat kepentingan relatif antar kriteria dalam evaluasi kinerja pemasok bahan baku, dalam pembobotan kriteria menggunakan PIPRECIA akan menetapkan nilai signifikan relatif dengan menggunakan persamaan (1), selanjutnya menghitung nilai koefisien relatif menggunakan persamaan (2), selanjutnya menghitung bobot kriteria menggunakan persamaan (3), dan terakhir menghitung bobot relatif masing-masing kriteria menggunakan persamaan (4). Hasil perhitungan pembobotan kriteria menggunakan metode PIPRECIA seperti berikut ini.
𝑤 1 = 𝑄 1 ∑ 𝑄 1;5 𝑛 𝑘=1 = 1
1 + 1 + 0,833 + 0,769 + 0,588 = 1 4,19 = 0,239
𝑤 2 = 𝑄 2 ∑ 𝑄 1;5 𝑛 𝑘=1 = 1 1 + 1 + 0,833 + 0,769 + 0,588 = 1 4,19 = 0,239 𝑤 3 = 𝑄 1 ∑ 𝑄 1;5 𝑛 𝑘=1 =
0,833 1 + 1 + 0,833 + 0,769 + 0,588 = 0,833 4,19 = 0,199
𝑤 4 = 𝑄 1 ∑ 𝑄 1;5 𝑛 𝑘=1 = 0,769
1 + 1 + 0,833 + 0,769 + 0,588 = 0,769 4,19 = 0,183
𝑤 5 = 𝑄 5 ∑ 𝑄 1;5 𝑛 𝑘=1 = 0,588
1 + 1 + 0,833 + 0,769 + 0,588 = 0,588 4,19 = 0,14
Hasil perhitungan pembobotan kriteria menggunakan metode PIPRECIA seperti ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3. Pembobotan Criteria Menggunakan PIPRECIA Nama Kriteria Nilai S j Nilai K j Nilai Q j Nilai W j Kualitas Bahan Baku 1 1 1 0,239 Harga 1 1 1 0,239 Ketersediaan 0,8 1,2 0,833 0,199 Waktu Pengiriman 0,7 1,3 0,769 0,183 Pembayaran 0,3 1,7 0,588 0,14
c. Matriks Keputusan
Tahapan ketiga membuat matriks keputusan berdasarkan hasil penilaian kinerja dari pemasok bahan baku berdasarkan data penilaian pada tabel 2, matriks keputusan dibuat dengan menggunakan persamaan (5), bentuk umum matriks keputusan sebagai berikut.
𝑋 =
[ 𝑥 11 𝑥 21 𝑥 12 𝑥 22 𝑥 13 𝑥 23 𝑥 31 𝑥 41 𝑥 32 𝑥 42 𝑥 33 𝑥 43 𝑥 51 𝑥 52 𝑥 53 𝑥 14 𝑥 24 𝑥 15 𝑥 25 𝑥 16 𝑥 26 𝑥 34 𝑥 44 𝑥 35 𝑥 45 𝑥 36 𝑥 46 𝑥 54 𝑥 55 𝑥 56 𝑥 17 𝑥 27 𝑥 18 𝑥 28 𝑥 19 𝑥 29 𝑥 37 𝑥 47 𝑥 38 𝑥 48 𝑥 39 𝑥 49 𝑥 57 𝑥 58 𝑥 59 ]
Hasil dari matrik keputusan seperti berikut ini.
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja
## Pemasok Bahan Baku
𝑋 = [ 90 5 95 4 93 5 3 5 4 5 4 3 1 2 2 94 4 95 3 96 3 5 4 4 4 5 4 1 2 1
92 4 94 3 93 4 4 4 4 3 4 5
1 2
1]
d. Menentukan Nilai Preferensi Alternatif
Tahapan keempat menghitung nilai preferensi alternatif berdasarkan kriteria yang ada dengan menggunakan persamaan (6), hasil perhitungan nilai preferensi alternatif berdasarkan kriteria sebagai berikut.
𝑃 𝐴1 = 1 𝑛 = 1 ∑ 𝑤 1 𝑛 𝑗=1 = 1 2,151 = 0,465
𝑃 𝐴2 = 1 𝑛 = 1 ∑ 𝑤 2 𝑛 𝑗=1 = 1 2,151 = 0,465
𝑃 𝐴3 = 1 𝑛 = 1 ∑ 𝑤 3 𝑛 𝑗=1 = 1 1,791 = 0,558
𝑃 𝐴4 = 1 𝑛 = 1 ∑ 𝑤 4 𝑛 𝑗=1 = 1 1,647 = 0,607
𝑃 𝐴5 = 1 𝑛 = 1 ∑ 𝑤 53 𝑛 𝑗=1 = 1 1,26 = 0,794
e. Menghitung Theoritical Evaluation Matrix
Tahapan kelima menghitung menghitung matriks evaluasi teroritis dengan menggunakan persamaan (7), hasil perhtiungan matriks evaluasi teroritis sebagai berikut ini.
𝑡 𝑝11 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝12 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝13 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝14 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝15 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝16 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝17 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝18 = 𝑃 𝐴1 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝19 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 1 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,111 𝑡 𝑝21 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝22 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝23 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝24 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝25 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝26 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝27 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝28 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 𝑝29 = 𝑃 𝐴2 ∗ 𝑤 2 = 0,465 ∗ 0,239 = 0,112 𝑡 31 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 32 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 33 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 34 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111
𝑡 35 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 36 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 37 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 38 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 39 = 𝑃 𝐴3 ∗ 𝑤 3 = 0,558 ∗ 0,199 = 0,111 𝑡 41 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 42 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 43 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 44 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 45 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 46 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 47 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 48 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 49 = 𝑃 𝐴4 ∗ 𝑤 4 = 0,607 ∗ 0,183 = 0,111 𝑡 51 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 52 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 53 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 54 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 55 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 56 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 57 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 58 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111 𝑡 59 = 𝑃 𝐴5 ∗ 𝑤 5 = 0,794 ∗ 0,14 = 0,111
f. Menghitung Realistic Evaluation Matrix
Tahapan keenam menghitung matriks evaluasi realistik untuk kriteria yang bersifat benefit dihitung menggunakan persamaan (8), dan kriteria cost dihitung menggunakan persamaan (9), hasil perhitungan realistic evaluation matrix seperti berikut ini.
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
𝑡 𝑟11 = 𝑡 𝑝11 ( 𝑥 11 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 90 − 90 96 − 90 ) = 0 𝑡 𝑟12 = 𝑡 𝑝12 ( 𝑥 12 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 95 − 90
96 − 90 ) = 0,093 𝑡 𝑟13 = 𝑡 𝑝13 ( 𝑥 13 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 93 − 90
96 − 90 ) = 0,056 𝑡 𝑟14 = 𝑡 𝑝14 ( 𝑥 14 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 94 − 90
96 − 90 ) = 0,074 𝑡 𝑟15 = 𝑡 𝑝15 ( 𝑥 15 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 95 − 90
96 − 90 ) = 0,093 𝑡 𝑟16 = 𝑡 𝑝16 ( 𝑥 16 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 96 − 90
96 − 90 ) = 0,111 𝑡 𝑟17 = 𝑡 𝑝17 ( 𝑥 17 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 92 − 90 96 − 90 ) = 0,037
𝑡 𝑟18 = 𝑡 𝑝18 ( 𝑥 18 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 94 − 90
96 − 90 ) = 0,074 𝑡 𝑟19 = 𝑡 𝑝19 ( 𝑥 19 − 𝑥 11;19 − 𝑥 11;19 + − 𝑥 11;19 − ) = 0,111 ( 93 − 90
96 − 90 ) = 0,056 𝑡 𝑟21 = 𝑡 𝑝21 ( 𝑥 21 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 5 − 3 5 − 3 ) = 0,112 𝑡 𝑟22 = 𝑡 𝑝22 ( 𝑥 22 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟23 = 𝑡 𝑝23 ( 𝑥 23 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 5 − 3 5 − 3 ) = 0,112 𝑡 𝑟24 = 𝑡 𝑝24 ( 𝑥 24 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟25 = 𝑡 𝑝25 ( 𝑥 25 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 3 − 3 5 − 3 ) = 0 𝑡 𝑟26 = 𝑡 𝑝26 ( 𝑥 26 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 3 − 3 5 − 3 ) = 0 𝑡 𝑟27 = 𝑡 𝑝27 ( 𝑥 27 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟28 = 𝑡 𝑝28 ( 𝑥 28 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 3 − 3 5 − 3 ) = 0 𝑡 𝑟29 = 𝑡 𝑝29 ( 𝑥 29 − 𝑥 21;29 − 𝑥 21;29 + − 𝑥 21;29 − ) = 0,112 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟31 = 𝑡 𝑝31 ( 𝑥 31 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 3 − 3 5 − 3 ) = 0
𝑡 𝑟32 = 𝑡 𝑝32 ( 𝑥 32 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟33 = 𝑡 𝑝33 ( 𝑥 33 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056
𝑡 𝑟34 = 𝑡 𝑝34 ( 𝑥 34 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 5 − 3 5 − 3 ) = 0,111 𝑡 𝑟35 = 𝑡 𝑝35 ( 𝑥 35 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056
𝑡 𝑟36 = 𝑡 𝑝36 ( 𝑥 36 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 5 − 3 5 − 3 ) = 0,111
𝑡 𝑟37 = 𝑡 𝑝37 ( 𝑥 37 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 +
− 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟38 = 𝑡 𝑝38 ( 𝑥 38 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 4 − 3
5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟39 = 𝑡 𝑝39 ( 𝑥 39 − 𝑥 31;39 − 𝑥 31;19 + − 𝑥 31;39 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟41 = 𝑡 𝑝41 ( 𝑥 41 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 5 − 3
5 − 3 ) = 0,111 𝑡 𝑟42 = 𝑡 𝑝42 ( 𝑥 42 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 5 − 3
5 − 3 ) = 0,111 𝑡 𝑟43 = 𝑡 𝑝43 ( 𝑥 43 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 3 − 3 5 − 3 ) = 0 𝑡 𝑟44 = 𝑡 𝑝44 ( 𝑥 44 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟45 = 𝑡 𝑝45 ( 𝑥 45 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟46 = 𝑡 𝑝46 ( 𝑥 46 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 4 − 3 5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟47 = 𝑡 𝑝47 ( 𝑥 47 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 4 − 3
5 − 3 ) = 0,056 𝑡 𝑟48 = 𝑡 𝑝48 ( 𝑥 48 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 3 − 3 5 − 3 ) = 0 𝑡 𝑟49 = 𝑡 𝑝49 ( 𝑥 49 − 𝑥 41;49 − 𝑥 41;49 + − 𝑥 41;49 − ) = 0,111 ( 5 − 3 5 − 3 ) = 0,111
𝑡 𝑟51 = 𝑡 𝑝51 ( 𝑥 51 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 1 − 1 2 − 1 ) = 0 𝑡 𝑟52 = 𝑡 𝑝52 ( 𝑥 52 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 2 − 1
2 − 1 ) = 0,111
𝑡 𝑟53 = 𝑡 𝑝53 ( 𝑥 53 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 2 − 1
2 − 1 ) = 0,111 𝑡 𝑟54 = 𝑡 𝑝54 ( 𝑥 54 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 1 − 1 2 − 1 ) = 0 𝑡 𝑟55 = 𝑡 𝑝55 ( 𝑥 55 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 2 − 1 2 − 1 ) = 0,111
𝑡 𝑟56 = 𝑡 𝑝56 ( 𝑥 56 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 1 − 1 2 − 1 ) = 0
𝑡 𝑟57 = 𝑡 𝑝57 ( 𝑥 57 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 1 − 1 2 − 1 ) = 0 𝑡 𝑟58 = 𝑡 𝑝58 ( 𝑥
58 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 2 − 1 2 − 1 ) = 0,111
𝑡 𝑟59 = 𝑡 𝑝59 ( 𝑥 59 − 𝑥 51;59 − 𝑥 51;59 + − 𝑥 51;59 − ) = 0,111 ( 1 − 1 2 − 1 ) = 0
g. Menghitung Matriks Total
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja
## Pemasok Bahan Baku
Tahap ketujuh menghitung total gap matriks berdasarkan pengurangan antara matriks evaluasi teoritis dan matriks evaluasi realistik menggunakan persamaan (10), hasil perhitungan total matriks sebagai berikut ini.
𝐺 11 = 𝑡 𝑝11 − 𝑡 𝑟11 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 12 = 𝑡 𝑝12 − 𝑡 𝑟12 = 0,111 − 0,093 = 0,018 𝐺 13 = 𝑡 𝑝13 − 𝑡 𝑟13 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 14 = 𝑡 𝑝14 − 𝑡 𝑟14 = 0,111 − 0,074 = 0,037 𝐺 15 = 𝑡 𝑝15 − 𝑡 𝑟15 = 0,111 − 0093 = 0,018 𝐺 16 = 𝑡 𝑝16 − 𝑡 𝑟16 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 17 = 𝑡 𝑝17 − 𝑡 𝑟17 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 18 = 𝑡 𝑝18 − 𝑡 𝑟18 = 0,111 − 0,074 = 0,037 𝐺 19 = 𝑡 𝑝19 − 𝑡 𝑟19 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 21 = 𝑡 𝑝21 − 𝑡 𝑟21 = 0,112 − 0,112 = 0 𝐺 22 = 𝑡 𝑝22 − 𝑡 𝑟22 = 0,112 − 0,056 = 0,056 𝐺 23 = 𝑡 𝑝23 − 𝑡 𝑟23 = 0,112 − 0,112 = 0 𝐺 24 = 𝑡 𝑝24 − 𝑡 𝑟24 = 0,112 − 0,056 = 0,056 𝐺 25 = 𝑡 𝑝25 − 𝑡 𝑟25 = 0,112 − 0 = 0,112 𝐺 26 = 𝑡 𝑝26 − 𝑡 𝑟26 = 0,112 − 0 = 0,112 𝐺 27 = 𝑡 𝑝27 − 𝑡 𝑟27 = 0,112 − 0,056 = 0,056 𝐺 28 = 𝑡 𝑝28 − 𝑡 𝑟28 = 0,112 − 0 = 0,112 𝐺 29 = 𝑡 𝑝29 − 𝑡 𝑟29 = 0,112 − 0,056 = 0,056 𝐺 31 = 𝑡 𝑝31 − 𝑡 𝑟31 = 0,111 − 0 = 0 𝐺 32 = 𝑡 𝑝32 − 𝑡 𝑟32 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 33 = 𝑡 𝑝33 − 𝑡 𝑟33 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 34 = 𝑡 𝑝34 − 𝑡 𝑟34 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 35 = 𝑡 𝑝35 − 𝑡 𝑟35 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 36 = 𝑡 𝑝36 − 𝑡 𝑟36 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 37 = 𝑡 𝑝37 − 𝑡 𝑟37 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 38 = 𝑡 𝑝38 − 𝑡 𝑟38 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 39 = 𝑡 𝑝39 − 𝑡 𝑟39 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 41 = 𝑡 𝑝41 − 𝑡 𝑟41 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 42 = 𝑡 𝑝42 − 𝑡 𝑟42 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 43 = 𝑡 𝑝43 − 𝑡 𝑟43 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 44 = 𝑡 𝑝44 − 𝑡 𝑟44 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 45 = 𝑡 𝑝45 − 𝑡 𝑟45 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 46 = 𝑡 𝑝46 − 𝑡 𝑟46 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 47 = 𝑡 𝑝47 − 𝑡 𝑟47 = 0,111 − 0,056 = 0,055 𝐺 48 = 𝑡 𝑝48 − 𝑡 𝑟48 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 49 = 𝑡 𝑝49 − 𝑡 𝑟49 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 51 = 𝑡 𝑝51 − 𝑡 𝑟51 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 52 = 𝑡 𝑝52 − 𝑡 𝑟52 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 53 = 𝑡 𝑝53 − 𝑡 𝑟53 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 54 = 𝑡 𝑝54 − 𝑡 𝑟54 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 55 = 𝑡 𝑝55 − 𝑡 𝑟55 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 56 = 𝑡 𝑝56 − 𝑡 𝑟56 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 57 = 𝑡 𝑝57 − 𝑡 𝑟57 = 0,111 − 0 = 0,111 𝐺 58 = 𝑡 𝑝58 − 𝑡 𝑟58 = 0,111 − 0,111 = 0 𝐺 59 = 𝑡 𝑝59 − 𝑡 𝑟59 = 0,111 − 0 = 0,111
h. Menghitung Nilai Akhir Fungsi
Tahapan terakhir melakukan perhitungan nilai akhir fungsi dihitung berdasarkan hasil matriks total menggunakan persamaan (11), hasil perhitungan nilai akhir fungsi untuk setiap alternatif sebagai berikut ini.
𝑄 1 = ∑ 𝑔 11;51 𝑛 𝑗=1 𝑄 1 = 𝐺 11 + 𝐺 21 + 𝐺 31 + 𝐺 41 + 𝐺 51 𝑄 1 = 0,111 + 0 + 0,111 + 0 + 0,111 = 0,333
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
𝑄 2 = ∑ 𝑔 12;52 𝑛 𝑗=1
𝑄 2 = 𝐺 12 + 𝐺 22 + 𝐺 32 + 𝐺 42 + 𝐺 52 𝑄 2 = 0,018 + 0,056 + 0,055 + 0 + 0 = 0,129
𝑄 3 = ∑ 𝑔 13;53 𝑛
𝑗=1 𝑄 3 = 𝐺 13 + 𝐺 23 + 𝐺 33 + 𝐺 43 + 𝐺 53 𝑄 3 = 0,055 + 0 + 0,055 + 0,111 + 0 = 0,222
𝑄 4 = ∑ 𝑔 14;54 𝑛
𝑗=1 𝑄 4 = 𝐺 14 + 𝐺 24 + 𝐺 34 + 𝐺 44 + 𝐺 54 𝑄 4 = 0,037 + 0,056 + 0 + 0,055 + 0,111 = 0,259
𝑄 5 = ∑ 𝑔 15;55 𝑛
𝑗=1 𝑄 5 = 𝐺 15 + 𝐺 25 + 𝐺 35 + 𝐺 45 + 𝐺 55 𝑄 5 = 0,018 + 0,112 + 0,055 + 0,055 + 0 = 0,240
𝑄 6 = ∑ 𝑔 16;56 𝑛 𝑗=1 𝑄 6 = 𝐺 16 + 𝐺 26 + 𝐺 36 + 𝐺 46 + 𝐺 56 𝑄 6 = 0 + 0,112 + 0 + 0,055 + 0,111 = 0,279
𝑄 7 = ∑ 𝑔 17;57 𝑛 𝑗=1 𝑄 7 = 𝐺 17 + 𝐺 27 + 𝐺 37 + 𝐺 47 + 𝐺 57 𝑄 7 = 0,075 + 0,056 + 0,055 + 0,055 + 0,111 = 0,352
𝑄 8 = ∑ 𝑔 18;58 𝑛 𝑗=1
𝑄 8 = 𝐺 18 + 𝐺 28 + 𝐺 38 + 𝐺 48 + 𝐺 58 𝑄 8 = 0,037 + 0,112 + 0,055 + 0,111 + 0 = 0,315
𝑄 9 = ∑ 𝑔 19;59 𝑛 𝑗=1 𝑄 9 = 𝐺 19 + 𝐺 29 + 𝐺 39 + 𝐺 49 + 𝐺 59 𝑄 9 = 0,055 + 0,056 + 0,055 + 0 + 0,111 = 0,277
## 3.3 Peringkat Hasil Evaluasi Kinerja Pemasok
Hasil nilai akhir evaluasi kinerja pemasok merupakan hasil keseluruhan dari proses penilaian yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap para pemasoknya. Dalam proses ini, berbagai aspek kinerja pemasok dievaluasi dengan menggunakan metode yang telah ditentukan, metode Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) untuk pembobotan kriteria dan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) untuk perhitungan evaluasi kinerja pemasok. Nilai akhir ini mencerminkan sejauh mana setiap pemasok memenuhi standar dan kebutuhan perusahaan, menggabungkan informasi mengenai Kualitas Bahan Baku, Harga, Ketersediaan, Waktu Pengiriman, dan cara Pembayaran. Hasil perhitungan nilai akhir masing-masing pemasok seperti pada tabel 4.
Tabel 2. Nilai Akhir Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku Nama Pemasok Bahan Baku Nilai Akhir CV. Tri Sakti 0,333 Bangun Sejahtera 0,129 Jaya Kencana 0,222 CV. Makmur Bumi 0,259 Indo Jaya Perkasa 0,24 Jaya Makmur 0,279 Tanjung Raja 0,352 Abadi Makmur 0,315 CV. Mandala 0,277
Nilai akhir masing-masing pemasok pada tabel 4 merupakan hasil nilai akhir berdasarkan data penilaian dari masing-masing pemasok dan dihitung dengan menerapankan kombinasi metode MAIRCA dan PIPRECIA. Hasil perangkingan masing-masing alternatif seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
Gambar 3. Grafik Perangkingan Hasil Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
Hasil perangkingan alternatif berdasarkan penilaian kinerja pemasok bahan baku pada gambar 3 menunjukkan hasil untuk peringkat 1 dengan nilai akhir sebesar 0,352 didapatkan oleh pemasok Tanjung Raja, peringkat 2 dengan nilai akhir sebesar 0,333 didapatkan oleh pemasok CV Tri Sakti, peringkat 3 dengan nilai akhir sebesar 0,315 didapatkan oleh pemasok Abadi Makmur, peringkat 4 dengan nilai akhir sebesar 0,279 didapatkan oleh pemasok Jaya Makmur, peringkat 5 dengan nilai akhir sebesar 0,277 didapatkan oleh pemasok CV Mandala, peringkat 6 dengan nilai akhir sebesar 0,259 didapatkan oleh pemasok CV Makmur Bumi, peringkat 7 dengan nilai akhir sebesar 0,24 didapatkan oleh pemasok Indo Jaya Perkasa, peringkat 8 dengan nilai akhir sebesar 0,222 didapatkan oleh pemasok Jaya Kencana, dan peringkat 9 dengan nilai akhir sebesar 0,129 didapatkan oleh pemasok Bangun Sejahtera.
## 4. KESIMPULAN
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melakukan evaluasi kinerja dari pemasok bahan baku dengan menerapkan metode Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) dan Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA), sehingga dapat mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan relatif dari masing-masing pemasok, serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif dalam memilih pemasok bahan baku yang dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap keberlanjutan dan kinerja operasional perusahaan. Hasil nilai akhir evaluasi kinerja pemasok merupakan hasil keseluruhan dari proses penilaian yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap para pemasoknya. Dalam proses ini, berbagai aspek kinerja pemasok dievaluasi dengan menggunakan metode yang telah ditentukan, metode Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) untuk pembobotan kriteria dan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) untuk perhitungan evaluasi kinerja pemasok. Hasil evaluasi kinerja pemasok bahan baku menunjukkan hasil untuk terbaik 1 dengan nilai akhir sebesar 0,352 didapatkan oleh pemasok Tanjung Raja, terbaik 2 dengan nilai akhir sebesar 0,333 didapatkan oleh pemasok CV Tri Sakti, dan terbaik 3 dengan nilai akhir sebesar 0,315 didapatkan oleh pemasok Abadi Makmur.
## REFERENCES
[1] T. G. Hawkins, M. J. Gravier, and W. A. Muir, “The role of supplier performance evaluations in mitigating risk: Assessing evaluation processes and behaviors,” Ind. Mark. Manag. , vol. 87, pp. 2–17, 2020.
[2] M. E. Bilişik, N. Çağlar, and Ö. N. A. Bilişik, “A comparative performance analyze model and supplier positioning in performance maps for supplier selection and evaluation,” Procedia-Social Behav. Sci. , vol. 58, pp. 1434–1442, 2012.
[3] D. M. Utama, T. Baroto, M. F. Ibrahim, and D. S. Widodo, “Evaluation of Supplier Performance in Plastic Manufacturing Industry: A Case Study,” in Journal of Physics: Conference Series , 2021, vol. 1845, no. 1, p. 12016.
[4] H. Sulistiani, Setiawansyah, P. Palupiningsih, F. Hamidy, P. L. Sari, and Y. Khairunnisa, “Employee Performance Evaluation Using Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) with PIPRECIA-S Weighting: A Case Study in Education Institution,” in 2023 International Conference on Informatics, Multimedia, Cyber and Informations System (ICIMCIS) , 2023, pp. 369–373. doi: 10.1109/ICIMCIS60089.2023.10349017.
[5] Setiawansyah, A. A. Aldino, P. Palupiningsih, G. F. Laxmi, E. D. Mega, and I. Septiana, “Determining Best Graduates Using TOPSIS with Surrogate Weighting Procedures Approach,” in 2023 International Conference on Networking, Electrical Engineering, Computer Science, and Technology (IConNECT) , 2023, pp. 60–64. doi: 10.1109/IConNECT56593.2023.10327119.
[6] D. Handoko, “Multi-Criteria Decision-Making Pemilihan Kostan Menggunakan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA),” Chain J. Comput. Technol. Comput. Eng. Informatics , vol. 2, no. 1, pp. 1–10, 2024.
[7] S. Hadian, E. Shahiri Tabarestani, and Q. B. Pham, “Multi attributive ideal-real comparative analysis (MAIRCA) method for evaluating flood susceptibility in a temperate Mediterranean climate,” Hydrol. Sci. J. , vol. 67, no. 3, pp. 401–418, 2022.
[8] S. Chakraborty, P. Chatterjee, and P. P. Das, “Multi-Attributive Ideal-Real Comparative Analysis (MAIRCA) Method,” in Multi- Criteria Decision-Making Methods in Manufacturing Environments , Apple Academic Press, 2024, pp. 289–296.
[9] M. MARUF and K. ÖZDEMİR, “Ranking of Tourism Web Sites According to Service Performance Criteria with CRITIC and
Donaya Pasha, Penerapan Multi-Atributive Ideal-Real Comparative Analysis dan PIPRECIA Dalam Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku
MAIRCA Methods: The Case of Turkey,” Uluslararası Yönetim Akad. Derg. , vol. 6, no. 4, pp. 1108–1117, 2024.
[10] A. Q. Maharani and T. Ardiansah, “Kombinasi Metode Multi-Attribute Utility Theory dan Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment Dalam Penentuan Lulusan Terbaik,” J. MEDIA Inform. BUDIDARMA , vol. 7, no. 4, pp. 2074–2086, 2023.
[11] H. B. Santoso, “Metode Pembobotan Simplified Pivot Pairwise Relative Criteria Importance Assessment dan COPRAS Dalam Penentuan Seleksi Penerimaan Guru,” J. Artif. Intell. Technol. Inf. , vol. 1, no. 4, pp. 154–163, 2023.
[12] D. Stanujkic, D. Karabasevic, G. Popovic, and C. Sava, “Simplified pivot pairwise relative criteria importance assessment (PIPRECIA-S) method,” Rom. J. Econ. Forecast. , vol. 24, no. 4, p. 141, 2021.
[13] S. H. Hadad et al. , “Student Ranking Based on Learning Assessment Using the Simplified PIPRECIA Method and CoCoSo Method,” J. Comput. Syst. Informatics , vol. 5, no. 1, 2023, doi: 10.47065/josyc.v5i1.4544.
[14] A. Blagojević, Ž. Stević, D. Marinković, S. Kasalica, and S. Rajilić, “A novel entropy-fuzzy PIPRECIA-DEA model for safety evaluation of railway traffic,” Symmetry (Basel). , vol. 12, no. 9, p. 1479, 2020.
[15] Q. Q. Qaddoori and H. K. Breesam, “Using the Pivot Pair-Wise Relative Criteria Importance Assessment (PIPRECIA) Method to Determine the Relative Weight of the Factors Affecting Construction Site Safety Performance.,” Int. J. Saf. Secur. Eng. , vol. 13, no. 1, 2023.
[16] S. Sudha and N. Martin, “Comparative analysis of Plithogenic neutrosophic PIPRECIA over neutrosophic AHP in criteria ordering of logistics selection,” in AIP Conference Proceedings , 2023, vol. 2649, no. 1.
[17] A. Ulutaş, A. Topal, D. Karabasevic, D. Stanujkic, G. Popovic, and F. Smarandache, “Prioritization of logistics risks with plithogenic PIPRECIA method,” in International Conference on Intelligent and Fuzzy Systems , 2021, pp. 663–670.
[18] D. E. H. Purnomo and Y. A. Sunardiansyah, “Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Evaluasi Pemasok Kayu Pada Industri Furnitur,” JISO J. Ind. Syst. Optim. , vol. 4, no. 1, pp. 1–7, 2021.
[19] T. P. Adhiana, M. Krisnawati, and H. Asyari, “Evaluasi Kinerja Pemasok Bahan Baku Menggunakan Metode Fuzzy Promethee,” Din. Rekayasa , vol. 15, no. 2, p. 107, 2019.
[20] R. R. Oprasto, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pemasok Bahan Baku Menggunakan Metode PROMETHEE,” J. Media Celeb. , vol. 1, no. 1, pp. 37–43, 2023.
[21] S. Proboningrum and A. Sidauruk, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Kain Dengan Metode Moora,” JSiI (Jurnal Sist. Informasi) , vol. 8, no. 1, pp. 43–48, 2021.
[22] I. Đalić, Ž. Stević, C. Karamasa, and A. Puška, “A novel integrated fuzzy PIPRECIA–interval rough SAW model: Green supplier selection,” Decis. Mak. Appl. Manag. Eng. , vol. 3, no. 1, pp. 126–145, 2020.
[23] S.-S. Mortezaeipooya, P.-S. Ashofteh, and P. Golfam, “Selecting the best approach to modeling the performance of water supply system using the combination of rough set theory with multi-criteria decision making,” Water Resour. Manag. , vol. 36, no. 9, pp. 3129–3152, 2022.
|
66ecb8b2-a4b4-46db-970f-992edfa931c2 | https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/6508/4065 |
## PENGAWASAN ORANG TUA TERHADAP TONTONAN TELEVISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK
## Cut Nya Dhin
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia [email protected]
## Abstract
Television broadcasts that are not in accordance with Islamic teachings, make children can watch whenever and wherever the broadcasts are. Therefore parents are needed supervision to select every television program watched by children. The problem in this study is parental supervision of television viewing and child discipline, as well as the efforts made by parents in increasing supervision of television viewing and child discipline, the constraints that become the population In this study are children aged 6-14 years, a total of 102 children and a sample of 30 children (30%). The methodology used in this study is field research. Data collection techniques used were observation, interviews, questionnaires and documents. The results showed that parental supervision of children's television viewing was not optimal. Obstacles faced by parents in supervising television viewing and child discipline are busy parents who work outside the home, lack of parental knowledge and parental indifference to television viewing supervision. Parents do not make any effort When children watch television that is violent/pornographic, but only a few who turn off the television and explain that these conditions are not good.
Kata Kunci : Pengawasan orang tua, Tontonan televisi, kedisiplinan anak
## A. Pendahuluan
Ahmad Tafsir (2004) Keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama. Utama karena pengaruh keluarga amat penting untuk perkembangan pendidikan kejiwaa anak. Pertama keluarga juga merupakan lembaga yang banyak dekat dengan anaknya. Sebaiknya Ahmad Tafsir (2004) orang tua tidak membiasakan anak menonton acara televisi diluar apa yang sudah dijadwalkan, di rumah ini akan menjadi guru yang sangat efektif untuk mengajarkan berbagai hal yang tidak dikehendaki. Jangan biarkan stasiun televisi mengendalikan apa yang ditontonnya, karena itu orang tua juga perlu bekerjasama dalam hal peraturan menonton televisi ini dengan pengasuh anak sementara orang tua tidak di rumah.
Pada umumnya, setiap rumah ada tayangan televisi, juga kita melihat mereka lebih suka untuk menonton televisi favoritnya daripada mengerjakan tugas sekolah atau hanya sekedar mengulang pembelajaran. Tidak sedikit anak-anak yang membantah ketika disuruh untuk mengulang pelajarannya. Di antara mereka ada yang menjawab dengan tegas “Walau bagaimanapun belajar itu membosankan”. Dalam hal ini, Syikh Muhammad Said Mursi (2003). kebanyakan orang tua menyadari bahwa mereka menghadapi suatu
Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
permasalahan yang sangat sulit, yaitu bagaimana caranya membagi waktu untuk menyaksikan siaran televisi dan waktu untuk belajar.
National Institute of Public Health tahun 1972 kajiannya dilakukan secara komprehensif atas penelitian yang berkaitan dengan televisi dalam Yusuf Hadi Miarso (2009) menyimpulkan bahwa:
1. Isi program televisi anak banyak mengandung kekerasan yang dibuat secara tidak wajar.
2. Anak-anak cenderung agresif setelah menyaksikan adegan kekerasan.
3. Anak-anak pada kelas 3 yang tidak banyak bergaul, banyak menggunakan waktunya menonton televisi dengan bertambahnya usia mereka.
4. Akibat kekerasan yang ditonton suatu perbuatan yang dilihat ditelevisi makin agresif anak di kelas 3 hingga 10 tahun kemudian.
5. Makin banyak adegan kekerasan yang dilihat anak-anak, makin banyak waktu untuk menonton televisi
6. Makin banyak waktu yang digunakan untuk menonton televisi, makin rendah tingkat intelegensinya keberhasilan belajarnya.
Berdasarkan penelitian tersebut ternyata menonton televisi bagi anak yang berusia 3 tahun tidak bagus terutama yang ditontonnya itu tontonan bersifat kekerasan, karena tidak hanya merusak mentalnya saja tetapi juga intelegensinya. Menurut Mieke Tedja Saputra dalam Wahyudin (2007) Anak usia tiga tahun, belum boleh menonton televisi walaupun tayangan tersebut sangat mendidik. Kalau kemudian anak sudah berusia lebih dari tiga tahun, orang tua baru boleh mengizinkan anaknya menonton televisi. Itupun harus dengan syarat-syarat, misalnya: jenis tayangan dan volume menonton. Diantaranya: Tayangan harus benar-benar bersifat mendidik, dan tidak boleh menonton lebih dari setengah jam dalam sehari. Berarti ini menunjukkan bahwa: menonton tayangan televisi bagi anak berusia tiga tahun itu tidak boleh walaupun tayangan tersebut bersifat mendidik. Dan anak yang sudah berusia lebih dari tiga tahun diperbolehkan menonton tapi waktunya tidak lebih dari setengah jam dalam sehari.
Dengan perkembangan zaman, siaran televisi menyajikan siaran-siaran yang tidak mendidik. Banyak faktor yang menyebabkan anak menonton televisi pada malam hari, yaitu karena orang tua yang sudah lelah pada pagi harinya dan menghilangkan penat dengan duduk santai di depan televisi dan anak juga mengikuti apa yang dikerjakan oleh orang tuanya. Seharusnya orang tua dapat bersikap tegas kepada anaknya yang tidak ingin belajar, dengan orang tua juga turut mengawasi anak belajar.
Pada intinya manfaat televisi yaitu memberikan hiburan yang sehat serta pengetahuan kepada peminatnya. Ini bisa kita lihat bahwa manusia adalah makhluk yang
## Cut Nyak Dhin
membutuhkan hiburan. Perkembangan dunia saat ini membuat informasi dari belahan dunia dapat diterima dalam sekejab. Sarana informasi dan berbagai perangkatnya telah menempati posisi strategis dalam kehidupan manusia zaman ini. Dari fenomena yang terjadi sekarang hampir tidak ada tempat yang didalamnya tidak ada televisi, baik di rumah, warung kopi, mobil dan lain-lain. Acara-acara yang ditayangkan televisi telah memikat hati hampir semua anak-anak maupun orang dewasa maka dalam hal ini anak- anak merupakan kelompok paling dominan diantara ketertarikan terhadap sarana tersebut.
Williem I. Rivers (2004) Media elektronik antara lain radio dan televisi berlomba- lomba meraih ketenaran demi iklan-iklan, karena program siaran yang mereka tampilkan membuat ketertarikan orang ramai, dan media cenderung mengabaikan program yang baik seperti program pendidikan. Ketidakseimbangan itu pada akhirnya akan merugikan semua pihak.
Williem I. Rivers (2004) Enam alasan menggunakan siaran radio dan televisi antara lain:
1. Siaran yang dari dunia luar masuk ke dalam kelas bisa menyamai pengalaman langsung.
2. Siaran salah satu sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk yang mudah dipahami, disamping buku, film, gambar dan lain-lain.
3. Siaran membuat suasana menyenangkan, merangsang dan membangkitkan ide baru.
4. Siaran bisa memberikan informasi yang tidak segera diberikan oleh guru atau tak dapat disajikannya dalam bentuk yang menyamai siaran itu.
5. Cara penyajian oleh siaran sangat hidup, menarik dan mengandung keterlibatan anak dalam peristiwa yang diperlihatkan.
6. Siaran dapat mengembangkan kesanggupan dan teknik melihat dan mendengarkan.
Semakin banyaknya stasiun televisi, pihak-pihak pengusaha televisi menganggap tentunya ini akan memunculkan persaingan dan situasi kompetitif yang antar media elektronik dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan dan hiburan. Karena ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang hanya mementingkan rating.
Media Televisi di Indonesia sanggat berpengaruh dalam perubahan kedisiplinan anak di Indonesia. Anak-anak yang mulanya rajin belajar dan mengaji semakin malas
Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
karena lebih suka menonton, juga media elektronik mampu mempengaruhi perilaku anak, karena pada usia tersebut adalah saatnya meniru. Media elektonik dapat mengurangi minat baca anak-anak, media elektonik banyak mempertontonkan hiburan-hiburan langsung dapat di nikmati, tanpa perlu bersusah payah untuk membaca. Gaya hidup anak- anak saat ini banyak dipengaruhi oleh tontonan media elektronik yang umumnya. memperlihatkan ala barat, sehingga anak-anak akan mengikuti trend masa kini walaupun menyimpang ajaran agama. Media elektronik dapat menghancurkan nilai-nilai budaya dari Indonesia, karena media elektronik sebagian besar kontennya menggunakan budaya luar, sehingga nilai budaya yang ada di Indonesia mengalami kemunduran. Media elektroik dapat mengubah tingkah laku dan watak para penontonnya, karena orang yang awalnya rajin jadi pemalas, awalnya sabar jadi cepat emosi karena televisi. Jangan biarkan televisi hanya untuk melihat iklan atau untuk mendengar suaranya saja. Orang tua juga perlu mendampingi anak-anak saat menonton tayangan, dan memberi mereka penerangan akan siaran yang ditonton. Orang tua perlu melihat bagaimana anak-anak menyikapi tontonan tersebut dan memberikan waktu untuk mendiskusikannya bersama. Orang tua juga perlu menetapkan jam menonton.
Orang tua mengatur berapa lama anak boleh menonton televisi. Yusuf Madani (2003) Tidak diragukan bahwa kelalaian orang tua akan memberi pengaruh yang jelek terhadap perilaku putra-putrinya, sebab media massa akan mendahuluinya untuk memberikan wawasan tentang masalah seksual. Dan fenomena inilah yang menunjukkan program yang ditayangkan sangat jauh menyimpang dari nilai-nilai ajaran Islam, program yang bernuansa Islam relatif sedikit ketimbang yang tidak berbau Islam.
Hiburan yang ditayangkan tidak selamanya bagus. Banyak siaran televisi yang bahkan memiliki acara hiburan yang penuh dengan kekerasan demi keuntungan semata. Edward R Murraw dalam Yusuf Madani (2003) mengatakan bahwa: “Jika kecenderungan ketidakseimbangan ini terus berlanjut, 50 atau 100 tahun mendatang akan menyaksikan bahwa kitalah penyebab kemerosotan bangsa. Coba lihat acara-acara yang disiarkan pukul 8 hingga 11 malam adalah acara hiburan. Kita tidak menyuguhkan siaran lain kecuali hiburan. Kita hanya menyuguhkan acara-acara bermakna pada jam-jam sepi. Selebihnya, yang ada hanya hiburan yang akan menjauhkan masyarakat dari kenyataan sesungguhnya”. Virlindayani (2012) Aturan mengenai batasan lama dan kapan menonton penting diterapkan agar anak tidak kecanduan dan malah melupakan hal-hal lain yang jauh lebih penting dan bermanfaat seperti belajar bermain.
Yang harus dilakukan orang tua untuk mengatasi anak yang suka menonton televisi diantaranya: 1). Membiasakan anak untuk tidur lebih awal, 2). Memberikan bermacam-macam permainan sehingga anak tidak bosan, 3). Mengikutsertakan anak
## Cut Nyak Dhin
dalam kelompok belajar, 4). Memberikan hadiah setiap pekan kepada anggota keluarga yang paling sedikit menonton televisi, 5). Memberikan kaset video yang Islami sebagai pengganti acara televisi, 6). Orang tua dapat juga menemani anak menonton acara televisinya dengan selalu mengoreksi setiap kesalahan yang tidak sesuai dengan pendidikan Islam.
## B. Pembahasan
1. Tanggungjawab orang tua terhadappengawasan tontonan televisi anak
Rumah tangga adalah awal dari pelaksanaan pendidikan sebelum anak memasuki pendidikan sekolah formal. Faktor yang menentukan pembinaan anak adalah keluarga. Menurut Zakiah Daradjat (1990) menyatakan sebagai berikut:
a. Orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan bagi anak.
b. Penanaman jiwa takwa harus dimulai sejak dini, sebagaimana diajarkan oleh agama Islam. Setiap bayi harus diazankan, agar pertama diterimanya adalah kalimah suci yang membawa kepada ketakwaan
c. Orang tua harus memperhatikan anak, karena pendidikan yang diterima dari orang tuanyalah yang akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian anak.
d. Yang diterima oleh anak dalam rumah tangga haruslah sejalan yang diperoleh anak bersekolah pada sekolah-sekolah yang berbeda keyakinan agama dengan keyakinan orang, maka orang tua yang harus menanamkan keyakinan yang mendalam agar tidak terjadi keguncangan jiwa anak.
Seorang pengamat masyarakat dari Amerika Serikat menganggap televisi sebagai orang tua ketiga (pertama adalah ayah-ibu dan kedua guru), terutama bagi anak balita. Sebabnya adalah karena si-anak oleh ibunya yang sibuk, ditinggalkan sendirian di depan televisi yang dinyalakan, dan anak dapat menyaksikan segala macam tayangan yang mengasyikkan. Kalau hal ini dikaitkan dengan pendapat Marshall Mc Luhan dalam Yusuf Hadi Miarso(2009) seorang pakar komunikasi, yang menyatakan bahwa hanya hal-hal yang buruk saja yang patut menjadi berita, sedangkan hal-hal yang baik adalah iklan atau promosi, maka patut dikhawatirkan bahwa hal-hal yang buruk itu meracuni jiwa yang masih bersih.
Steven A. Dowshen dkk (2002) Untuk membantu mengajari anaknya kebiasaan yang baik, Akademi Ilmu menganjurkan beberapa hal berikut:
1. Buatlah batasan. Membatasi jumlah jam yang dihabiskan anak menonton televisi dengan memindahkan pesawat televisi dari ruang yang paling utama di rumah ke
Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
ruang samping dan dengan menjaga agar pesawat televisi tetap berada di luar kamar tidur dan dimatikan selama waktu makan.
2. Jangan memakai televisi untuk memberi hadiah atau menghukum anak, kebiasaan seperti ini membuat televisi semakin tampak penting bagi anak-anak.
3. Menontonlah bersama anak. Penting sekali untuk berbicara pada anak tentang acara televisi untuk membantunya menginterpretasikan apa yang dilihat dan untuk membagi nilai-nilai dan kepercayaan orang tua
4. Beri pilihan-pilihan. Orang tua bertanggungjawab terhadap seberapa banyak acara televisi yang ditonton anak mereka. Galakkan kegiatan dirumah maupun di luar rumah untuk anak. Beri semangat untuk waktu membaca dan perutukkan sore- sore tertentu untuk keluarga yang spesial.
5. Tolak tekanan iklan. Jangan mengira anak mengabaikan iklan komersil untuk makanan ringan, permen dan mainan. Bantu anak untuk mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan menjadi konsumen yang cerdas.
6. Praktekkan apa yang anda khotbahkan. Jangan berharap anak mempunyai disiplin diri dalam menonton televisi bila orang tua sendiri tidak. Buat contoh yang baik bagi anak dengan menggunakan waktu luang dengan membaca, berolahraga, berbincang-bincang, memasak atau berpartisipasi dalam upaya-upaya lain daripada menonton televisi.
Manusia sebagai mahkluk yang diciptakan membutuhkan sesuatu untuk mengatur cara hidup yang baik secara terus-menerus, layaknya anak yang butuh perhatian dan pengawasan dari orang tua untuk dapat menjalankan kedisiplinan dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dalam proses belajar, kedisiplinan sangat penting karena dapat menumbuhkan semangat dan tidak membuang-buang waktu hanya untuk menonton televisi. Dengan adanya peraturan dan mengikuti disiplin yang berlaku, anak bersikap sesuai apa yang ditetapkan. Pengawasan dalam menjalankan kedisiplinan akan mengarahkan anak berbuat dan bertindak baik dan mampu membatasi anak untuk berbuat sesukanya dalam menonton televisi dengan peraturan yang ada, sehingga kegiatan anak dapat berjalan dengan baik.
M. Ngalim Purwanto (2006) Pegawasan sangat penting dalam mendidik anak.Tanpa adanya pengawasan orang tua membiarkan anak berbuat sekehendaknya, anak tidak akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.Tidak mengetahui mana yang harus diperbuat dan mana yang harus tidak diperbuat dan mana yang membahayakan diri dan mana yang tidak membahayakan diri. Anak yang seperti itu kemungkinan besar anak tersebut akan menjadi sosok yang tidak patuh dan tidak menghargai orang tuanya.
## Cut Nyak Dhin
Syaiful Bahri Djamarah (2005) Pembiasaan yang baik sangat membutuhkan pengawasan. Begitu pula peraturan-peraturan dan juga larangan. Pelarangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai dengan pengawasan yang terus-menerus. Untuk menjadikan anak sosok yang berdisiplin, maka pengawasan orang tua sangat diperlukan dalam hal ini, sehingga apabila anak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, maka orang tua dapat langsung melakukan perbaikkan terhadap hal yang dilakukan oleh anak, sehingga pelanggaran tersebut tidak dikerjakan terus-menerus.
Nanang Fatah (2004) Pengawasan hendaknya tertuju pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mencegah timbulnya masalah yang serupa. Disini orang tua berperan penting dalam pengawasan terhadap anak, apabila anak sudah menghabiskan waktu hanya untuk menonton televisi, maka orang tua berkewajiban untuk mengetahui penyebab anak lebih suka menonton dari pada mengerjakan pekerjaan yang lain, terutama dalam hal belajar, dan dengan demikian orang tua dapat melakukan suatu strategi perbaikkan untuk anak, sehingga anak tidak lalai dalam menonton televisi. Sudiyono (2004) Pengawasan langsung dimaksudkan agar :
1. Setiap pemimpin mengetahui kegiatan nyata pada unit kerja yang bersangkutan.
2. Tidak terjadi penyalahgunaan atas sasaran atau tujuannya.
3. Bila ada penyalahgunaan segera dapat diambil langkah perbaikan.
M. Manulung (2009) Tujuan utama dari pengawasan adalah berusaha agar apa yang diprogramkan menjadi kenyataan untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf utama bertujuann agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan aturan yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang.
Sudiyono (2004) merumuskan tujuan dari pengawasan langsung adalah “Agar pelaksanaan tugas berjalan lancar sesuai dengan rencana dan tata peraturan yang berlaku”. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan terhadap anak adalah agar setiap peraturan yang telah ditetapkan orang tua dapat berjalan sesuai dengan perencanaan, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diinginkan oleh orang tua terhadap anaknya.
Anna Yulia (2007) Menonton televisi bersama anak juga bisa medekatkan hubungan dengan anak. Selain itu juga orang tua bias memantau apa yang suka ditonton anak, bukankah sekarang banyak film kartun yang sebenarnya mempunyai dampak negatif bila ditonton oleh anak-anak? Melalui kegiatan ini orang tua bisa sekalian
Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
menyelam minum air, yaitu orang tua bias bercengkerama dengan anak sambil menonton televisi, sekaligus orang tua bisa juga mendampingi dan mengarahkan anak jika film yang ditontonnya kurang sesuai.
## 2. Tanggungjawab orang tua terhadap disiplin anak
Disiplin harus ada dalam masa perkembangan. Elizabeth B. Hurlock (1997) Anak yang kurang mendapatkan kedisiplinan tidak bisa berkembang menjadi individu yang bahagia. Dapat disimpulkan bahwa pengawasan dan kedisiplinan sangat penting, Karena anak yang selalu mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan dirumah maka akan mengarahkan anak untuk selalu berbuat kebaikan. Suatu pengawasan dan bimbingan yang baik bias menghasilkan nilai kedisiplinan dalam membentuk anak kearah yang diinginkan.
Sal Severe (2002) mengemukakan bahwa maksud disiplin bukanlah penguasa, tetapi maksud disiplin adalah kerjasama. Kerjasama berarti anda memilih prilaku baik karena berprilaku baik itu masuk akal, prilaku baik menyenangkan. Inilah disiplin yang benar. Seharusnya sikap disiplin berarti mengajarkan untuk mengambil keputusan yang akhirnya memunculkan keteraturan. Jika tidak makin besar anak maka semakin besar pula peranannya dan kendali kita semakin berkurang. Suharsimi Ariknto (1990) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk disiplin dibagi menjadi tiga perbuatan yaitu:
a. Perbuatan kedisiplinan di dalam kelas
b. Perbuatan kedisiplinan di luar kelas lingkungan sekolah
c. Perbuatan kedisiplinan di rumah.
Sedangkan Sofchah Sulistyowati (2001) menyebutkan agar seorang pelajar bisa belajar dengan baik ia harus melakukan disiplin, terutama dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Kedisiplinan dalam mengikuti jadwal belajar
2. Kedisiplin dalam mengatasi semua masalah yang bisa menunda-nunda waktu belajar
3. Kedisiplinan terhadap diri sendiri untuk dapat termotivasi dan semangat belajar, baik di lingkungan sekolah seperti menaati tata tertib maupun disiplin di rumah, seperti teratur dalam belajar
4. Kedisiplin dalam menjaga kondisi fisik agar tetap sehat dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolah raga yang rutin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua berperan penting atas memberlakukan kedisiplinan. Anak-anak pada umumnya belum dapat mengatur waktunya dengan baik. Peran orang tua dibutuhkan dalam hal ini. Selain menetapkan
## Cut Nyak Dhin
waktu-waktu tertentu bagi anak, orang tua juga harus mengawasi kegiatan anak sehari- hari, sehingga kedekatan orang tua terhadap anaknya dapat terealisasikan.
Tuhan Yang Maha Esa mengingatkan kepada manusia untuk selalu menggunakan waktunya dalam kehidupan, baik dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa ataupun dalam mengerjakan peraturan pada kehidupan sehari-hari. Disiplin waktu sangat penting untuk perkembangan anak, karena anak bisa memenuhi beberapa kebutuhan. Dengan demikian disiplin bisa memperbesar suatu kebahagiaan, penyesuaian diri dan sosial anak, tetapi tanpa penempatan waktu secara disiplin hal tersebut akan susah mereka peroleh. Adapun yang dilakukan dapat menarik kalau disesuaikan dengan disiplin, sesuatu aktifitas anak bisa mudah dilakukan. Begitu juga belajar mengajar, hal ini tidak luput dari peran orang tua, yang mana orang tua harus dapat menetapkan peraturan sehari-hari untuk anak demi aktifitas anak dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
E. Mulyasa (2005) berpendapat bahwa: Disiplin berguna dalam membantu peserta didik untuk menemukan jati diri, menyelesaikan serta mengatasi timbulnya problema- problema kehidupan serta berupaya menyenangkan bagi proses pembelajarannya, supaya mereka mentaati semua peraturan yang telah dibuat, oleh karena itu disiplin bisa membantu murid mereka untuk dapat berdiri sendiri. Haidar Putra Daulay (2004) Tujuan pembinaan kedisiplinan adalah:
1. Memberi dukungan agar terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2. Memotivasi siswa melakukan yang baik dan benar.
3. Membantu siswa memberikan pemahaman dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
4. Siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, dan baik baginya serta lingkungannya.
Tujuan pengawasan dan disiplin anak secara umum yaitu dapat menciptakan keamanan dan lingkungan yang nyaman dirumah. Dilingkungan rumah, apabila orang tua tidak dapat mengawasi dan menjalankan kedisiplinan pada anak dengan benar, maka anak akan kurang termotivasi dalam melakukan kegiatan kesehariannya. Contohnya: apabila orang tua tidak menetapkan jam belajar yang benar bagi anak, maka anak akan lebih leluasa ketika menonton televisi atau bermain dengan teman-temannya, karena menurutnya menonton itu lebih menyenangkan dari pada belajar, dan ini akan menjadikan apapun yang dikerjakan oleh anak menjadi kurang kondusif untuk mencapai hasil yang baik bagi anak. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anak pasti akan ada upaya pencegahan dan pengawasan oleh orang tua. Dan disinilah arti penting dari pengawasan orang tua terhadap kedisiplinan anak.
## Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
Sedangkan manfaat pengawasan dan disiplin terhadap anak adalah suatu kebijaksanaan yang penting untuk melaksanakan proses pembinaan disiplin bagi anak. Anak yang tidak mendapatkan pengawasan dari lingkungan informal dalam kedisiplinan sehari-hari. Anak tidak dapat menjadi individu yang bahagia, karena anak akan bersikap sesuka hatinya dalam melakukan pekerjaan. Anak perlu mendapatkan perhatian dari orang tua. Anak perlu dituntut untuk dapat disiplin dalam segala hal sehingga anak dapat menjadi anak yang baik, karena pengawasan dan kedisiplinan mengarahkan anak akan berbuat dan bertindak kearah kebaikan.
## C. Metode dan Subyek Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( Field Research ) yang bersifat kualitatif Lexy Moleong (2006) kualitatif yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang diamati oleh peneliti. Yang menjadi subyek penelitian ini adalah Gampong Lampeuneuen Kecamatan Darul Imarah yang terdiri dari 4 dusun. Adapun dusun yang dimaksud adalah dusun T. Nek Purba (terdiridari 52 KK), dusun Gucut (terdiridari 49 KK), dusun Lambilek (terdiri dari 64 KK), dusun Tgk. Chik Lampeuneuen (terdiridari 36 KK). Dari sekian KK, ada 85 KK yang mempunyai anak usia 6-14 tahun. Total keseluruhan anak yang berusia 6-14 tahun di Gampong Lampeuneuen berjumlah 102 anak. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah 102 anak di Gampong Lampeuneuen yang berusia 6-14 tahun. Sugiano (2013) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dan yang menjadi sampel penelitian ini 30 anak. Winarno Surachman (1993) Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi tersebut. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi diungkapkan Sutrisno Hadi (1993) dalam buku Metodologi Penelitian adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada obyek penelitian. Dengan melakukan observasi peneliti dapat mengetahui sejauhmana pengawasan orang tua terhadap tontonan televisi dan kedisiplinan anak di Gampong Lampeuneun Kecamatan Darul Imarah.
2. Wawancara Nurul Zuriah (2009) adalah suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan dua orang atau lebih, dimana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-masing. Dengan wawancara yang dilakukan peneliti maka akan diperoleh gambaran bagaimana pengawasan orang tua terhadap tontonan televisi. Wawancara peneliti
## Cut Nyak Dhin
lakukan dengan kepala desa dan orang tua anak di Gampong Lampeuneuen Kecamatan Darul Imarah.
3. Angket Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2004) adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu maslah atau bidang yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti menyiapkan dan membagikan angket kepada anak- anak yang ada di Gampong Lampeuneuen Kecamatan Darul Imarah.
4. Dokumentasi adalah mengumpulkan informasi tertulis seperti profil Gampong, Jumlah KK, jumlah anak, sarana dan prasarana serta data-data lain yang mendukung penelitian ini.
## 5. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pengawasan orang tua terhadap tontonan televisi anak belum maksimal. Ini peneliti peroleh dari hasil wawancara dan angket terhadap para orang tua dan anak di Gampong lampeuneuen Kecamatan Darul Imarah. Dengan adanya media massa televisi, banyak manfaat yang bisa kita ambil, namun jika kita lihat kenyataan sekarang ini, acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan rekreatif, sedangkan fungsi edukatif yang merupakan fungsi yang sangat penting untuk disampaikan, sangat sedikit, kebanyakan hanya acara-acara sinetron dan infotainment. Sedangkan acara-acara yang mengarah kepada edukatif atau pendidikan sangat kecil sekali frekuensinya. Ini tidak layak bagi anak-anak. Dalam hal ini orang tua sangat berperan dan sudah seharusnya setiap orang tua mengawasi acara televisi yang menjadi tontonan anaknya sehingga dapat melakukan proteksi terhadap dampak yang akan ditimbulkan oleh acara televisi tersebut.
Program televisi yang kurang mendidik, efek negatifnya akan berjangka panjang, pengaruh yang sering kita temui dari tayangan yang kurang bermutu, seperti kekerasan, cara berfikir dan berperilaku, oleh sebab itu orang tua dituntut untuk lebih bijak memilih konten acara televisi untuk anak-anaknya. Anak-anak sangat rentan terhadap pengaruh dari luar untuk ditirukan. Jadi orang tuanyalah yang bertanggung jawab akan perkembangan putra-putrinya.
Upaya orang tua dalam mengawasi tontonan televisi anak masih rendah, ini juga peneliti peroleh dari hasil wawancara dan angket bersama orang tua dan anak di Gampong lampeuneuen Kecamatan Darul Imarah.Televisi mempunyai pengaruh besar terhadap anak-anak, dapat kita ketahui, Peran dan tanggung jawab orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan pendidikan disiplin dalam keluarga. Oleh karena itu, diperlukan didikan yang tepat dari orang tua dalam menanamkan kedisiplinan anak. Apabila banyak anak-anak tidak dapat berdisiplin dalam kegiatan sehari-harinya. Apabila
Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
orang tua tidak dapat mengawasi tontonan televisi anak dan mengatur jam tontonannya, maka dapat berakibat kepada kedisiplinan baik dirumah maupun di sekolah. Ketika anak menghabiskan malamnya untuk menonton siaran bola atau siaran lain yang menjadi favoritnya pada waktu jam tidurnya, maka akan mengganggu kedisiplinan anak untuk bangun pagi dan berangkat sekolah tepat waktu. Seharusnya orang tua dapat membatasi, mengarahkan serta mengawasi anak dalam hal menonton televisi, Hakekatnya anak mereka tidak mengetahui bagaimana dampak dari apa yang mereka kerjakan sekarang. Bagaimana pengawasan orang tua terhadap anak, maka hasil dari pengawasan tersebut yang akan dipetik kelak. Media elektonik tidak hanya membawa dampak buruk saja tetapi ada juga sisi positifnya tergantung bagaimana orang tua menyikapi dan memanfaatkan media elektonik. Orang tua dapat mengisi waktu luang anak yang biasanya hanya menonton televisi dengan memberikan kegiatan diluar jam sekolah seperti les mata pelajaran, mengaji, dan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
Anak yang tidak mendapatkan pengawasan memiliki jam menonton televisi lebih banyak dari pada anak yang mendapatkan pengawasan, pengawasan dari orang tua ketika anak-anaknya sedang menonton televisi, banyaknya tayangan negatif televisi dan efek buruk menonton televisi akan berakibat pada pemahaman anak-anak bahwa banyak nilai-nilai negatif yang ada di televisi. Sehingga anak-anak memiliki penilaian menonton televisi merupakan hal yang negatif. Mediasi ini membantu anak-anak untuk melihat televisi sebagai hal yang berbahaya dan negatif dalam hidup mereka dan dalam masyarakat, terutama ketika orang tua mereka membatasi menonton beberapa jenis program televisi dan jumlah waktu menonton televisi. Active mediation meningkat keyakinan anak-anak dalam efek negatif dari konten televisi. Jika orang tua memberitahu anak-anak mereka tentang makna negatif konten televisi dan aktor, anak-anak mereka cenderung memiliki efek negatif lebih kuat dirasakan televisi.
Terdapat kendala yang dihadapi orang tua dalam mengawasi tontonan televisi anak, ini juga peneliti peroleh dari wawancara dan angket bersama orang tua dan anak di Gampong lampeuneuen Kecamatan Darul Imarah. Karena sibuknya orang tua untuk menghabiskan waktu di luar rumah, sehingga tidak maksimal mengawasi anak-anak menonton televisi. Karena anak adalah harapan di masa depan, kelak yang akan menjadi pengaman dan pelopor masa depan agama dan bangsa. Jadi wajib bagi orang tua mendidik anak-anak untuk menjadi generasi tangguh di masa depan dan anak-anak bukanlah milik kita, mereka adalah titipan dari Allah, untuk itu sudah menjadi kewajiban pula orang tua untuk mendidik anak sesuai yang Allah perintahkan dan kesalahan besar bagi orang tua yang lalai dalam mendidik dan mengurus anak-anaknya
## Cut Nyak Dhin
## D. Penutup
Pengawasan orang tua terhadap tontonan anak belum maksimal, sehingga anak lalai dan lupa waktu yang akhirnya berpengaruh terhadap kedisiplinan anak. Upaya orang tua dalam mengawasi tontonan televisi anak masih rendah, dengan membiarkan anak menonton televisi tentang kekerasan/pornografi. Ada upaya yang dilakukan untuk mengurangi waktu anak menonton televisi dengan mengantarkan anak ketempat pengajian. Hambatan yang dihadapi orang tua pada pengawasan dalam tontonan televisi anak adalah karena kesibukan bekerja di luar rumah.
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1990) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi , Jakarta, Rineka Cita.
Daradjat, Zakiah. (1990). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta, Bulan Bintang.
Daulay, Haidar Putra. (2004) . Pendidikan Islam dan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia , Jakarta, Kencana.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, Rineka Cipta.
Fatah, Nanang. (2004) Landasan Pendidikan Tinggi, Jakarta. Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Reseach , Yogyakarta, Yayasan Penerbit UGM’
Hurlock, Elizabeth B.. (1997). Child Development, terj. Sulaiman Hanafiah Lembaga Bimbingan dan Penyuluhan FKIP, Darussalam FKIP Unsyiah.
Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling , 3 (1), 96–113. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420
Idris, S., Tabrani ZA, & Sulaiman, F. (2018). Critical Education Paradigm in the Perspective of Islamic Education. Advanced Science Letters , 24 (11), 8226–8230. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529 Lewis, M., & Ponzio, V. (2016). Character Education as the Primary Purpose of Schooling for the Future. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4 (2), 137-146. doi:10.26811/peuradeun.v4i2.92
Manulung, M. (2009). Dasar-Dasar Manajemen , Cet. 21, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
Miarso, Yusuf Hadi. (2004) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan , cet.4. Jakarta, Prenada Media Group.
Moleong, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung, Remaja Cipta Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2005) . Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi , Bandung, Remaja Rosdakarya.
Pengawasan Orang Tua Terhadap Tontonan Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Anak
Mursi, Syikh Muhammad Said. (2003). Seni Mendidik Anak , Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. (2004). Metodologi Penelitian , Jakarta, Bumi Aksara Rivers, Williem I. (2004) . Media Massa dan Masyarakat Modern , Cet. II, Jakarta, Prenada Media.
Salami, S. (2015). Implementing Neuro Linguistic Programming (NLP) in Changing Students’ Behavior: Research Done at Islamic Universities in Aceh. Jurnal Ilmiah Peuradeun , 3 (2), 235-256.
Severe, Sal. (2002) . Bagaimana Bersikap pada Anak agar Anak Bersikap Baik , Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Sudiyono. (2004). Manajemen Pendidikan Tinggi , Jakarta, RinekaCipta.
Sulistyowati, Sofchah. (2001). Cara Belajar yang Efektif dan Efesien , Pekalongan, Cinta Ilmu Pekalongan.
Tabrani ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling , 1 (2), 99–112. Retrieved from http://jurnal.ar- raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600
Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern) . Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.
Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy , 18 (2), 271–284.
Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam) . Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tafsir , Ahmad. (2004). Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. 4. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Wahyudin . (2007) . Anak Kreatif , Jakarta, Gema Insani.
Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory . Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.
Yulia, Anna. (2007). Working MOM dan Kids , Jakarta, Elex Media Komputindo.
Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan , Jakarta, Bumi Aksara.
|
c5ee84d2-09ee-46e7-8bd6-f623663099be | https://journal.unhas.ac.id/index.php/geocelebes/article/download/12375/6599 | Jurnal Geocelebes Vol. 5 No. 1, April 2021, 9 – 15
## ANALISIS PENGARUH SUBSTITUSI CO 2 DAN BRINE PADA KECEPATAN SEISMIK MENGGUNAKAN PERSAMAAN GASSMANN BERBASIS MATLAB
Khusnul Nur Rochmah*, Sekar Fajar Lestari, Aussie Anindya Nari Pinandhita, Ferdian Yoga Aditama, Nadhil Abyan Hilmy, Widya Utama
Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
*Corresponding author. Email: [email protected]
Manuscript received: 31 December 2020; Received in revised form: 15 March 2021; Accepted: 18 March 2021
## Abstrak
Persamaan Gassmann adalah hubungan pendekatan yang digunakan untuk menghitung perubahan kecepatan seismik karena perbedaan saturasi fluida di reservoir. Persamaan Gassmann digunakan dalam menghubungkan modulus bulk dengan sifat pori serta fluida dalam batuan. Artikel ini bertujuan untuk membahas aplikasi pendekatan Persamaan Gassmann untuk menganalisis perubahan kecepatan seismik akibat pengaruh substitusi fluida (CO 2 dan brine ) menggunakan well data dari wilayah Lapangan Tapti yang terletak di utara-barat laut (NNW) Mumbai dengan variabel perubahan saturasi CO 2 dan brine dari 0% sampai 100%. Beberapa diskusi dibutuhkan mengenai asumsi yang terjadi selama substitusi fluida, yakni modulus geser tetap konstan selama proses substitusi fluida, dan jenis fluida yang disubstitusi memengaruhi nilai modulus bulk (Ksat). Analisis dilakukan menggunakan program MATLAB kemudian dilakukan visualisasi grafik menggunakan Microsoft Excel . Hasil menunjukkan bahwa kecepatan gelombang P (Vp) terhadap saturasi CO 2 berkurang dari 0% sampai 30% kemudian bertambah sampai tersaturasi 100%, sementara terhadap saturasi brine berkurang dari 0% sampai 50% kemudian bertambah sampai tersaturasi 100%. Penurunan kecepatan gelombang P (Vp) dikarenakan penambahan saturasi fluida akan menyebabkan modulus bulk (Ksat) berkurang. Kecepatan gelombang S (Vs) bertambah seiring substitusi CO 2 dan brine. Penambahan kecepatan Vs karena saturasi CO 2 lebih signifikan daripada saturasi brine . Penambahan kecepatan gelombang S (Vs) dikarenakan nilai bulk density berkurang seiring penambahan saturasi fluida, dan nilai modulus gesernya tetap konstan. Nilai densitas berkurang seiring substitusi CO 2 dan brine . Pengurangan nilai densitas karena saturasi CO 2 lebih signifikan daripada saturasi brine . Nilai densitas berkurang dikarenakan volume terisi oleh fluida.
Kata Kunci : kecepatan seismik; Persamaan Gassmann; saturasi fluida.
## Abstract
The Gassmann equation is a relational approach used to calculate changes in seismic velocity due to differences in fluid saturation in the reservoir. The Gassmann equation is used in a modulus connected by Bulk to the properties of pores and fluids in rocks. This paper aims to discuss Gassmann equation application to analyze seismic velocity using well data from Tapti field area located in north-northwest (NNW) Mumbai with variable changes in CO 2 and brine saturation from 0% to 100%. It takes some discussion of the assumptions that occur during fluid substitution that shear modulus remains constant during the fluid substitution process, and the type of fluid that substituted affects the bulk modulus (Ksat) value. The analysis used the MATLAB program, and graph visualization used Microsoft Excel. The results showed that the velocity of P (Vp) waves against CO 2 saturation decreased from 0% to 30% then increased to 100% saturated, while brine saturation decreased from 0% to 50% then increased to
100% saturated. The decreased P (Vp) wave velocity due to the fluid saturation will cause bulk modulus (Ksat) to decrease. S (Vs) wavelength increases with CO 2 and brine substitution, where the increase in Vs velocity due to CO 2 saturation is more significant than brine saturation. The decrease in S wave velocity (Vs) due to bulk density value decreases with the fluid saturation, and the shear modulus value remains constant. Density values decrease with CO 2 and brine substitution, where the reduction in density value due to CO 2 saturation is more significant than brine saturation. The density value decreases because of the volume filled with fluid.
Keywords : fluid saturation; Gassmann’s equation; seismic velocity.
## Pendahuluan
Seismik refleksi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam geofisika. Salah satu penerapan metode seismik refleksi yaitu dalam mengetahui penjalaran gelombang bawah permukaan (Hambali, 2019). Gelombang yang menjalar pada bawah permukaan bumi dalam batuan menggunakan nilai kecepatan yang bergantung terhadap parameter fisis setiap batuan. Gelombang yang melewati suatu fluida akan menunjukkan perilaku yang berbeda. Pada analisis seismik, substitusi fluida digunakan untuk mengetahui kecepatan gelombang seismik batuan bergantung pada saturasi fluidanya (Linzai dan Syaifuddin, 2016). Selain itu, substitusi fluida juga digunakan untuk memodelkan karakteristik seismik berupa kecepatan seismik dan densitas dari reservoir pada suatu kondisi seperti, tekanan, suhu, porositas, jenis mineral, salinitas air dan saturasi fluida pori (Singh et al., 2017). Kecepatan seismik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti porositas, densitas, tekanan, suhu, dan salinitas (Adler dan Handoko, 2007). Kecepatan seismik dalam suatu reservoir dipengaruhi langsung oleh jumlah fluida yang tersaturasi di dalam batuan. Pada kondisi tersaturasi, gelombang P akan mengalami peningkatan, gelombang S mengalami penambahan seiring saturasi fluida. Kecepatan gelombang tersebut merupakan indikator dalam efek saturasi fluida (Singh et al., 2017). Gelombang seismik tersebut dapat menyebabkan perubahan bentuk dalam batuan serta peningkatan tekanan dalam fluida pori. Peningkatan tekanan tersebut akan membuat batuan menjadi kaku dan
menyebabkan peningkatan modulus bulk (Han and Batzle, 2004). Pada hal ini, Persamaan Gassmann digunakan dalam menghubungkan modulus bulk dengan sifat pori serta fluida dalam batuan. Nolen- Hoeksema (2000) memperkenalkan koefisien fluida yang efektif untuk membedakan modulus bulk dari pori-pori yang berisi fluida. Namun hasilnya tidak dapat dijelaskan karena koefisien fluida tidak hanya dipengaruhi oleh modulus bulk, tapi terdapat parameter batuan lainnya.
Persamaan Gassmann adalah hubungan pendekatan yang digunakan untuk menghitung perubahan kecepatan seismik karena perbedaan saturasi fluida di reservoir. Pada aplikasi persamaan Gassmann dibutuhkan modulus bulk ( dry dan saturasi) (Han and Batzle, 2004). Perhitungan modulus bulk (Ksat) memerlukan empat komponen yaitu porositas, Kmat ( bulk modulus matriks mineral), K* ( bulk modulus kerangka batuan), K fl ( bulk modulus fluida pengisi pori) dan θ (porositas). Berdasarkan Teori Gassman, modulus bulk dari batuan jenuh dituliskan sebagai berikut:
𝐾 𝑠𝑎𝑡 = 𝐾 ∗ + (1− 𝐾∗ 𝐾𝑚𝑎𝑡 ) 2 𝐾∗ 𝐾𝑚𝑎𝑡 + (1−𝜃) 𝐾𝑚𝑎𝑡 −1− 𝐾∗ 𝐾𝑚𝑎𝑡 2 (1)
Pada hal ini, kondisi batuan memengaruhi kecepatan seismik. Saturasi fluida berpengaruh terhadap kecepatan gelombang P dan S, hal ini dikarenakan hubungan nonlinier Vp dan Vs dengan pembebanan hidrostatis (King, 1966).
Bentuk sederhana dari persamaan kecepatan gelombang P dan S diturunkan untuk batuan non - porous dan isotropis
(Afianto dkk., 2016). Persamaan kecepatan seismik menggunakan densitas ( 𝜌 ), modulus geser ( 𝜇 ), dan modulus bulk (K) yang dapat dituliskan sebagai berikut
𝑉 𝑝 = √ 𝐾+ 4 3 𝜇 𝜌 (2)
𝑉 𝑠 = √ 𝜇 𝜌 (3)
Pada penelitian ini, Persamaan Gassmann diterapkan untuk mengevaluasi perubahan kecepatan gelombang P (Vp), kecepatan gelombang S (Vs), densitas dan perbandingan Vp/Vs.
## Metodologi Penelitian
Tabel 1 . Sample data dengan parameter-parameter fisis (Singh et al., 2017).
Depth: 1830.0 – 1933.0 Avg 2.1 Vs (ft/s) 12821.8 Vp (ft/s) 26028.4 Avg Vp/Vs 2.1 Avg 0.3 Avg Vsh 0.6 Avg T 183.2
Penelitian ini menggunakan sampel data berupa well data dari wilayah Lapangan Tapti yang terletak di utara-barat laut (NNW) Mumbai yang diperoleh dari artikel yang ditulis oleh Singh et al. (2017) dengan data sampel dan parameter fisis seperti pada Tabel 1. Data sampel berupa layer pada kedalaman antara 1830 m sampai 1833 m (Singh et al., 2017). Data sampel berisi informasi mengenai kedalaman, densitas, Vs, Vp, porositas, volume batu serpih, temperatur, tekanan dan salinitas. Metode penelitian adalah studi literatur dan pengolahan data menggunakan program script MATLAB. Data sampel diinjeksikan fluida berupa gas CO 2 dan brine dari 0%
sampai 100%. Kemudian data hasil MATLAB dilakukan visualisasi berupa grafik menggunakan Microsoft Excel .
## Prosedur Penelitian
## 1. Tahap pengumpulan data
Pada tahap awal penelitian yang dilakukan yaitu studi literatur. Melalui studi literatur, peneliti mengumpulkan literatur-literatur yang mendukung penelitian. Studi literatur yang peneliti gunakan berupa buku serta beberapa jurnal ilmiah.
2. Tahap pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel dan script MATLAB. Data-data yang diperoleh berupa data Vp, Vs, Avg Vp/Vs, Avg Vsh, serta Avg T. Setelah pengolahan data dilakukan kemudian didapatkan hasil berupa perubahan Vp, perubahan Vs, perubahan resistivitas, serta perubahan Vp/Vs. Perubahan Vs merupakan perubahan yang terjadi pada gelombang S, yang didapatkan dari
𝛥𝑉𝑠 = ( 𝑉𝑠𝑛−𝑉𝑠𝑛−1 𝑉𝑠𝑛−1 ) + 𝛥𝑉𝑠𝑛 − 1 (4)
Perubahan Vp merupakan perubahan yang terjadi pada gelombang P, yang didapatkan dari:
𝛥𝑉𝑝 = ( 𝑉𝑝𝑛−𝑉𝑝𝑛−1 𝑉𝑝𝑛−1 ) + 𝛥𝑉𝑝𝑛 − 1 (5)
Perubahan resistivitas ( ρ ) merupakan perubahan resistivitas pada sampel setelah diberikan fluida. Perubahan resistivitas didapatkan dari persamaan:
𝛥𝜌 = ( 𝜌𝑛−𝜌𝑛−1 𝜌𝑛−1 ) + 𝛥𝑉𝜌𝑛 − 1 (6)
Perubahan Vp/Vs atau rasio poisson merupakan ukuran kompresibilitas material atau perbandingan gelombang P dengan gelombang S, didapatkan dari:
𝛥 𝑉𝑝 𝑉𝑠 = ( 𝑉𝑝 𝑉𝑠 𝑛 − 𝑉𝑝 𝑉𝑠𝑛−1 ) 𝑉𝑝 𝑉𝑠𝑛−1 ) + 𝛥 𝑉𝑝 𝑉𝑠𝑛−1 (7)
Sedangkan Vp/Vs (%) merupakan rasio poisson yang didapatkan dari:
𝑉𝑝 𝑉𝑠 = 𝛥 𝑉𝑝 𝑉𝑠 𝑥100 (8)
## 3. Tahap analisa data
Analisa data dilakukan menggunakan hasil visualisasi grafik, terdapat tiga grafik yakni grafik kecepatan gelombang P atau Vp, kecepatan gelombang S atau Vs, serta nilai densitas terhadap saturasi CO 2 dan brine . Analisa pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
## Hasil dan Pembahasan
## Hasil
Densitas awal CO 2 yang diinjeksikan sebesar 1,5189 g/L, substitusi CO 2 dari 0% sampai 100% menghasilkan nilai kecepatan gelombang P (Vp), kecepatan gelombang S (Vs), serta nilai densitas yang baru akibat penambahan substitusi CO 2 seperti yang tampak pada Tabel 2.
Tabel 2 . Hasil Parameter Fisis dengan Saturasi CO 2 pada layer 1.
CO 2 Vp 𝛥 Vp Vp (%) Vs
𝛥 Vs Vs (%) 𝒓𝒉𝒐 𝜟𝒓𝒉𝒐 𝜌 (%) Vp/Vs 𝛥 Vp/Vs Vp/Vs (%) 0% 30461 0 0 12819 0 0 2,104 0 0 2,376 0 0
10% 26642 -0,125 -12,537 12873 0,004 0,421 2,086 -0,008 -0,841 2,070 -0,129 -12,904
20% 26430 -0,133 -13,333 12928 0,008 0,849 2,068 -0,017 -1,690 2,044 -0,141 -14,122 30% 26422 -0,134 -13,363 12984 0,013 1,282 2,051 -0,025 -2,546 2,035 -0,146 -14,584 40% 26473 -0,132 -13,170 13040 0,017 1,713 2,033 -0,034 -3,409 2,030 -0,148 -14,821 50% 26550 -0,129 -12,880 13097 0,022 2,150 2,015 -0,043 -4,275 2,027 -0,150 -14,966 60% 26641 -0,125 -12,537 13155 0,026 2,593 1,998 -0,052 -5,153 2,025 -0,151 -15,066
70% 26740 -0,122 -12,165 13214 0,030 3,041 1,980 -0,060 -6,039 2,024 -0,151 -15,143
80% 26845 -0,118 -11,772 13273 0,035 3,488 1,962 -0,069 -6,933 2,023 -0,152 -15,196
90% 26956 -0,114 -11,359 13333 0,039 3,940 1,945 -0,078 -7,830 2,022 -0,152 -15,235 100% 27070 -0,109 -10,936 13394 0,044 4,397 1,927 -0,087 -8,740 2,021 -0,153 -15,269
Densitas awal brine yang disubstitusikan sebesar 1,07 g/L, substitusi brine dari 0% sampai 100%. menghasilkan nilai kecepatan gelombang P (Vp), kecepatan
gelombang S (Vs), serta nilai densitas yang baru akibat penambahan substitusi brine seperti yang tampak pada Tabel 3.
Tabel 2 . Hasil Parameter Fisis dengan Saturasi brine pada layer 1.
brine Vp 𝛥 Vp Vp (%) Vs
𝛥 Vs Vs (%) 𝒓𝒉𝒐 𝜟𝒓𝒉𝒐 𝜌 (%) Vp/Vs 𝛥 Vp/Vs Vp/Vs(%) 0% 30398 0 0 12819 0 0 2,1037 0 0 2,371 0 0
10% 27150 -0,107 -10,685 12853 0,003 0,265 2,0942 -0,005 -0,452 2,112 -0,109 -10,921 20% 26687 -0,124 -12,390 12888 0,005 0,538 2,0812 -0,011 -1,072 2,071 -0,020 -1,972 30% 26539 -0,129 -12,945 12923 0,008 0,809 2,07 -0,016 -1,611 2,054 -0,008 -0,824 40% 26491 -0,131 -13,126 12958 0,011 1,080 2,0588 -0,022 -2,152 2,044 -0,005 -0,450 50% 26488 -0,131 -13,137 12993 0,014 1,350 2,0476 -0,027 -2,696 2,039 -0,003 -0,281
60% 26508 -0,131 -13,062 13029 0,016 1,627 2,0363 -0,032 -3,247 2,035 -0,002 -0,201 70% 26544 -0,129 -12,926 13065 0,019 1,903 2,0251 -0,038 -3,797 2,032 -0,001 -0,140
80% 26588 -0,128 -12,760 13102 0,022 2,187 2,0139 -0,044 -4,351 2,029 -0,001 -0,117 90% 26640 -0,126 -12,564 13138 0,025 2,461 2,0027 -0,049 -4,907 2,028 -0,001 -0,079 100% 26696 -0,124 -12,354 13175 0,027 2,743 1,9915 -0,055 -5,466 2,026 -0,001 -0,071
## Pembahasan
Gambar 1 menunjukan korelasi antara penambahan saturasi terhadap kecepatan gelombang P (Vp). Hasil menunjukkan bahwa kecepatan gelombang P (Vp) terhadap saturasi CO 2 berkurang dari 0% sampai 30% kemudian bertambah sampai tersaturasi 100%, sementara terhadap saturasi Brine berkurang dari 0% sampai 50% kemudian bertambah sampai
tersaturasi 100%. Penurunan kecepatan gelombang P (Vp)
dikarenakan penambahan saturasi fluida akan menyebabkan modulus bulk (Ksat) berkurang tetapi pada saat yang sama densitas curah ( ρ sat ) berkurang. Karena hubungan terbalik, maka kecepatan gelombang P akan meningkat. Perbedaan jenis fluida juga akan mempengaruhi modulus bulk batuan (Ksat).
Gambar 1. Grafik Vp terhadap Saturasi CO 2 dan brine .
Gambar 2 menunjukkan korelasi antara penambahan saturasi terhadap kecepatan gelombang S (Vs). Perubahan kecepatan gelombang S (Vs) tidak terlalu signifikan, penambahan kecepatan Vs karena saturasi CO 2 lebih signifikan daripada saturasi brine . Bertambahnya kecepatan gelombang S (Vs) dikarenakan nilai bulk density berkurang seiring penambahan saturasi fluida, dan nilai modulus gesernya tetap konstan sama dengan nilai modulus kerangka atau dry .
Gambar 3 menunjukkan korelasi antara penambahan saturasi terhadap nilai densitas ( ρ ). Nilai densitas berkurang seiring substitusi CO 2 dan brine, pengurangan nilai densitas karena saturasi CO 2 lebih signifikan daripada saturasi brine . Nilai densitas berkurang seiring dengan jumlah saturasi fluida dikarenakan volume terisi oleh fluida.
-16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 0 2 4 6 8 10 12 P e ru b ah an V p ( % ) Saturasi CO2 dan Brine (%) Grafik Vp terhadap Saturasi CO 2 dan Brine Brine CO2
Gambar 2. Grafik Vs terhadap Saturasi CO 2 dan brine .
Gambar 3. Grafik Rho terhadap Saturasi CO 2 dan brine .
## Kesimpulan
Saturasi fluida berpengaruh signifikan terhadap Vp, Vs, dan densitas ( ρ ). Hal tersebut bergantung pada jenis fluida dan kadar fluida. Kecepatan gelombang P (Vp) mengalami penurunan pada saturasi CO 2 0% sampai 30%, mengalami penurunan pada saturasi brine 0% sampai 50%, kemudian mengalami penaikan sampai tersaturasi 100%. Kecepatan gelombang S (Vs) bertambah seiring substitusi CO 2 dan
brine , penambahan kecepatan Vs karena saturasi CO 2 lebih signifikan daripada saturasi brine . Nilai densitas ( ρ ) berkurang seiring substitusi CO 2 dan brine , pengurangan nilai densitas karena saturasi CO 2 lebih signifikan daripada saturasi brine .
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0 2 4 6 8 10 12 P e ru b ah an V s (% ) Saturasi CO2 dan Brine (%) Grafik Vs terhadap Saturasi CO 2 dan Brine Brine CO2
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 0 2 4 6 8 10 12 P e ru b ah an Rho (% ) Saturasi CO2 dan Brine (%) Grafik Rho terhadap Saturasi CO 2 dan Brine Brine CO2
## Ucapan Terima Kasih
Puji syukur tim penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan artikel ilmiah ini banyak pihak yang turut membantu. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen Mata Kuliah Fisika Batuan karena telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan artikel.
2. Orang tua mahasiswa yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis dalam menjalankan perkuliahan.
3. Teman-teman anggota kelompok 2 Fisika Batuan A yang selalu semangat mengerjakan artikel ini.
## Daftar Pustaka
Adler, J. dan Handoko, B.E.N. 2007. Pengukuran Parameter Seismik dan Difraksi Sinar-X (XRD) pada Batuan Karbonat Formasi Parigi . ITB J. Sci. 39:146–165.
https://doi.org/10.5614/itbj.sci.2007. 39.1-2.8
Afianto, M.A., Lestari, W., Syaifuddin, F.S. dan Marianto, F.D. 2016.
Karakterisasi Reservoar pada Litologi Karbonat Menggunakan Analisa Inversi Simultan Di
Lapangan “MAF”. J. Geosaintek.
2(3):213-222. https://doi.org/10.12962/j25023659. v2i3.2111 Hambali, M.D. 2019. Respon AVO dan Pemodelan Subsitusi Fluida dengan
Menggunakan Teori Gassmann dan
Differential Effective Medium pada Batuan Karbonat . J. Appl. Sci. 1(2):010–017. https://doi.org/10.36870/japps.v1i2.4 7 Han, D. and Batzle, M.L. 2004.
Gassmann’s equation and fluid ‐
saturation effects on seismic velocities . Geophysics. 69(2):398– 405. https://doi.org/10.1190/1.1439763 King, M.S. 1966. Wave Velocities in Rocks as a Function of Changes in Overburden Pressure and Pore Fluid Saturants . Geophysics. 31(1):50 https://doi.org/10.1190/1.1439763
Linzai, N., Syaifuddin, F. dan Widodo, A. 2016. Analisis Pemodelan Substitusi Fluida pada Sumur . J. Tek. ITS. 5(2):B344-B47. https://doi.org/10.12962/j23373539.
v5i2.18065
Nolen-Hoeksema, R.C. 2000. Modulus- porosity relation, Gassmann’s equations, and the low frequency elastic-wave response to fluids . Geophysics. 65(5):1355–1363. https://doi.org/10.1190/1.1444826
Singh, N.P., Singh, R.K., Sarkar, P. and Maurya, S.P. 2017. Estimating Petrophysical Parameters due to Fluid Substitution in Sandstone Reservoir using Gassmann Equation . In: Challenges in petro-physical evaluation and rock physics modelling of carbonate reservoirs, likely elucidations & way forward, 3th November – 1 st December, India, Bombay.
|
b98a8e63-41fd-4afb-8a5b-40a7b322701e | http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/2110/1625 |
## HUBUNGAN SIKAP DAN TINDAKAN DENGAN BEBAS JENTIK
Rauf Fansuri*, Handono Fatkhur Rahman, Baitus Sholehah Program Studi Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Nurul Jadid, Jl. PP Nurul Jadid, Dusun Tj. Lor, Karanganyar, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur 67291, Indonesia
*[email protected]
## ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sikap dan tindakan dengan Bebas Jentik di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif yang berbentuk penelitian korelasional dengan jumlah sampel sebanyak 393 orang dengan teknik Purposive Sampling yaitu cara pengambilan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan uji statistik Korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian hampir seluruhnya masyarakat bersikap baik terhadap bebas jentik sebanyak 329 responden (86,4%), hanpir seluruhnya tindakan masyarakat baik terhadap bebas jentik sebanyak 327 responden (85,8%) dan hampir seluruhnya bebas jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso negatif sebanyak 367 responden (96,3%). Sehingga disimpulkan ada hubungan yang sedang antara sikap dan tindakan dengan bebas jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
## Kata kunci: bebas jentik; sikap; tindakan
## THE RELATIONSHIP OF ATTITUDES AND ACTIONS WITH FLAG FREE
## ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease that can be fatal in a relatively short time. The cause of this disease is the dengue virus, a type of virus belonging to the arbovirus that enters the human body through the bite of the Aedes aegypti mosquito. The purpose of the study was to determine the relationship between attitudes and actions with larvae-free in the working area of the Southeastang Public Health Center, Bondowoso Regency. The research method used is quantitative research in the form of correlational research with a total sample of 393 people with purposive sampling technique namely the method of taking randomly without regard to the strata (levels) in the members of the population, then the data is processed and analyzed using the Spearman Rank Correlation statistical test. The results of the study, almost all of the people behaved well towards being free of larvae as many as 329 respondents (86.4%), almost all of the community's actions were good towards being free of larvae as many as 327 respondents (85.8%) and almost all of them were free of larvae in the Working Area of the Southeastang Health Center, Bondowoso Regency negative. as many as 367 respondents (96.3%). So it can be concluded that there is a moderate relationship between attitudes and actions with larvae-free behavior in the Southeastang Community Health Center, Bondowoso Regency
Keywords: attitude; action; free of larvae
## PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Volume 6 Nomor 1, Februari 2024 e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757 http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
aegypti . Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam yang diikuti dengan perdarahan yang bisa terjadi dibawah kulit, lambung dan selaput hidung perdarahan ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
Berdasarkan data Kemenkes tahun 2020 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia hingga Juli mencapai 71.700 kasus. Ada 10 provinsi yang melaporkan jumlah kasus terbanyak yaitu di Jawa Barat 10.772 kasus, Bali 8.930 kasus, Jawa Timur 5.948 kasus, Menurut data Dinkes Jawa Timur angka kejadian DBD di Jawa Timur tergolong tinggi, dengan angka kesakitan dan kematian yang berada di atas target nasional. Kasus DBD yang terjadi di Jawa Timur pada tahun 2019 sebanyak 18.393 orang, dengan kematian sebanyak 185 orang (CFR = 1%). Sementara pada tahun 2020, jumlah penderita DBD di Jawa Timur pada bulan Januari 2020 sebanyak 811 penderita, dengan kematian 6 orang. Pada bulan Februari 2020 sebanyak 948 penderita dengan kematian 9 orang. Total jumlah penderita DBD Januari sampai Februari 2020 sebanyak 1.759 orang dengan kematian 15 orang (CFR=0,85%) Kasus demam berdarah dengue juga terjadi di Kabupaten Bondowoso, sangat berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2018 tercatat ada 249 kasus demam berdarah, sedangkan pada tahun 2019 angka kejadian DBD mengalami penurunan yaitu sebesar 180 kasus. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan yang tajam yaitu ada 278 kasus DBD
Kasus demam berdarah dengue memiliki dampak yang sangat berbahaya jika tidak segera ditangani. Demam berdarah dengue dapat menyebabkan kegagalan peredaran darah, perdarahan serta kematian bila tidak segera dibawa ke fasilitas kesehatan . Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh World Health Organization 2020, yakni berupa tindakan pencegahan pribadi seperti mengurangi resiko kontak manusia dan vektor dapat dilakukan dengan tidur di dalam kelambu dan mengenakan lengan panjang untuk menutupi ekstremitas. Upaya Pemerintah Indonesia berupa gerakan 1 rumah 1 jumantik dan cara pemberantasan sarang nyamuk (3M) Promosi kesehatan dalam hal ini pendidikan kesehatan telah dilakukan oleh petugas Puskesmas Tenggarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas menyatakan bahwa promosi kesehatan ini belum berjalan dengan efektif karena kurangnya kesadaran diri dari penderita demam berdarah dengue untuk ikut serta dalam promosi kesehatan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas, hal ini dikarenakan banyak penderita demam berdarah tersebar di beberapa wilayah kerja Puskesmas Tenggarang, pada beberapa kejadian demam berdarah yang terjadi masyarakat kurang cepat dalam hal untuk memeriksakan penderita ke Puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara, dapat simpulkan bahwa pendidikan kesehatan harus lebih ditingkatkan lagi dengan metode yang lebih menarik
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan penyakit DBD telah dilakukan oleh pihak puskesmas dengan memberikan informasi melalui media sosial berupa teks kepada kader kesehatan yang nantinya disebarkan kepada masyarakat, hanya saja infomasi tersebut tidak tersebar merata dikarenakan keterbatasan dan sulitnya mengakses informasi. Beberapa penelitian telah dilakukan diberbagai tempat namun, penelitian tentang pendidikan kesehatan dalam perilaku pencegahan demam berdarah dengue masih kurang di Puskesmas Tenggarang. Oleh karena itu maka penulis ingin menganalisa hubungan sikap dan tindakan dengan Bebas Jentik di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
## METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjenis penelitian analitik korelational dengan pendekatan penelitian cross sectional. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Non probability sampling dengan jenis Purposive Sampling, yakni cara pengambilan secara
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Selanjutnya data diolah dan dianalisa menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji statistik uji statistik korelasi Spearman Rank.
## HASIL
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Usia (n=381) Karakteristik Min Mak Median Mean Std. deviation 95 % CI Usia 32 70 56,00 53,85 10,395 52,80 – 54,89
Tabel 1 diperoleh dari 381 responden dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden adalah 53,85 tahun dengan usia terendah adalah 32 tahun dan usia tertinggi 70 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia berada pasda rentang nilai 52,80 tahun sampai dengan 54,89 tahun
Tabel 2. Distribusi Karakteristik (n=381) Karakteristik f % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 200 181 52,5 47,5 Pendidikan SD/SMP SMA Diploma/PT 264 111 6 69,3 29,1 1,6
Tabel 2 diperoleh dari 381 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 200 responden (52,5 %), berpendidikan SD/SMP sederajat yaitu 264 responden (69,3 %)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Masyarakat terhadap Angka Bebas Jentik (n=381) Kategori Sikap f % Kurang 52 13,6 Baik 329 86,4
Tabel 3 diperoleh bahwa hanpir seluruhnya masyarakat bersikap baik terhadap bebas jentik sebanyak 329 responden (86,4%)
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Angka Bebas Jentik (n=381)
Kategori Tindakan f % Kurang 54 14,2 Baik 327 85,8
Tabel 4 diperoleh bahwa hanpir seluruhnya tindakan masyarakat baik terhadap bebas jentik sebanyak 327 responden (85,8%)
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Bebas Jentik (n=381) Kategori Sikap f % Positif 14 3,7 Baik 367 96,3
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
Tabel 5 menunjukkan bahwa bebas jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso hampir seluruhnya negatif sebanyak 367 responden (96,3%).
Tabel 6. Hasil Uji Statistik Sikap dengan Bebas Jentik (n=381) Ρ Value Sig Keterangan Spearman’s rho 0,,451 0,000 H 0 ditolak
Tabel 6 hasil uji statistik dengan uji Rank Spearman didapatkan ρ = 0,000, dengan tingkat kepercayaan 5%, Sehingga ρ < 0,05, ini berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan sikap masyarakat dengan bebas jentik. Adapun untuk mengetahui tingkat hubungan, setelah didapatkan rho = 0,451 dikonsultasikan dengan tabel dapat diketahui bahwa harga rho tersebut terletak antara 0,40 – 0,599. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sedang antara sikap masyarakat dengan bebas jentik di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso
Tabel 7. Hasil Uji Statistik Tindakan dengan Bebas Jentik Ρ Value Sig Keterangan Spearman’s rho 0,,401 0,000 H 0 ditolak
Tabel 7 hasil uji statistik dengan uji Rank Spearman didapatkan ρ = 0,000, dengan tingkat kepercayaan 5%, Sehingga ρ < 0,05, ini berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan Tindakan masyarakat dengan bebas jentik. Adapun untuk mengetahui tingkat hubungan, setelah didapatkan rho = 0,401 dikonsultasikan dengan tabel dapat diketahui bahwa harga rho tersebut terletak antara 0,40 – 0,599. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sedang antara tindakan masyarakat dengan bebas jentik di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso
## PEMBAHASAN Sikap Masyarakat terhadap Bebas Jentik
Sesuai hasil diperoleh hanpir seluruhnya masyarakat bersikap baik terhadap bebas jentik sebanyak 329 responden (86,4%). Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan. Reaksi seseorang dan menunjukkan kesiapan untuk bereaksi terhadap stimulus tertentu. Terbentuknya sikap dipengaruhi oleh sikap orang lain dengan ekspresinya, sering pula sikap tersebut dipengaruhi oleh pembicaraan orang lain, setelah pengenalan lebih dalam, pengetahuan yang lebih luas mungkin akan merubah sikap atau menetap dan sikap itu baru berubah setelah ada pemahaman.
Penelitian dengan memberikan kuesioner tentang Bebas Jentik menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso memiliki sikap yang baik dalam pengertian Bebas Jentik. Berdasarkan teori telah dijelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia. Selain itu Peningkatan sikap responden dipengaruhi oleh metode pendidikan kesehatan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
termasuk juga penyuluhan akan berpengaruh terhadap keterampilan. Proses belajar yang terjadi yakni pada metode diskusi, peserta mendapat informasi melalui indera pendengaran dan penglihatan dengan menggunakan media slide/powerpoint. Saat itu informasi mulai disadari, dipersepsi dan diketahui oleh peserta (awareness). Proses yang terjadi dalam tahap ini yang pertama adalah fase perkenalan yang akan mengaktifkan kembali pengetahuan yang telah diberikan melalui metode diskusi. Fase kedua adalah eksplorasi, dimana responden didorong untuk memahami materi secara mendalam, terlibat aktif dengan saling tukar- menukar informasi melalui interaksinya dengan facilitator maupun dengan peserta yang lain. Hal ini akan menyebabkan informasi yang didapat lebih banyak, meningkatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap topik, mengembangkan pemikiran kritis serta perkembangan social. Fase selanjutnya yakni penutup dimana facilitator meringkaskan poin-poin utama diskusi.
Notoatmodjo mengatakan terbentuknya suatu perilaku baru, teruatama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya, menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap, selanjutnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan bersifat langgeng. Ini terlihat pada hasil posttest tindakan kedua kelompok perlakuan. Selain itu, pada pelaksanaan penelitian antara pengambilan data pretest dan posttest hanya selang satu minggu. Padahal tindakan merupakan suatu aplikasi dari pengetahuan yang lebih maksimal apabila diukur dengan jarak yang lama. Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan atau pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang. Sehingga didapatkan kurangnya hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungan sekitar menyebabkan responden. yang tidak pernah mengalami demam berdarah dengue tidak berperilaku pencegahan demam berdarah dengue dengan melakukan 3M. Hal ini didukung oleh teori Budiman, dkk. yang menyatakan bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah saat masa lalu. Sehingga pengalamanlah yang mempelajari kita bagaimana cara menghindari agar terhindar dari penyakit demam berdarah dengue
Responden yang tidak pernah mengalami demam berdarah dengue lebih perduli lagi dan meningkatkan perilaku dalam pencegahan demam berdarah dengue dengan melakukan 3M. Selain itu, perlu belajar dari pengalaman responden yang pernah mengalami demam berdarah dengue, sehingga responden dapat menghindari penyakit tersebut salah satunya berperilaku pencegahan dengan melakukan 3M. Mengingat penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit menular, penyakit ini dapat menyerang semua lapisan masyarakat dan dapat menyebabkan wabah dalam kurun waktu relatif singkat.Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anindita yang menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang malaria sudah baik dilihat dari tingginya persentase masyarakat yang mengetahui tentang malaria dan gejalanya, berikut upaya pencegahan dan pengendaliannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Milani Salim yang menyatakan bahwa intervensi berupa pendampingan mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan tindakan responden, namun tidak mempengaruhi nilai sikap. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan DBD, ada hubungan antara sikap dengan pencegahan DBD dan ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pencegahan DBD. Sebagian besar
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
responden memiliki pengetahuan yang kurang tetapi menunjukkan sikap positif terhadap pencegahan DBD. Peningkatan kegiatan penyuluhan penting dilakukan, disamping berbagai upaya lainnya untuk memastikan keikutsertaan masyarakat dalam seluruh kegiatan pencegahan DBD. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina Sumarni yang menyatakan bahwa aspek pengetahuan responden tentang peran serta dalam pencegahan dan pemberantasan vektor DBD masih terdapat 8 responden yang pengetahuannya kurang. Untuk aspek sikap , masih terdapat 9 responen yang sikapnya tidak baik. Sedangkan untuk peran serta dalam melakukan 3M sebagian besar masyarakat Jayaraga sudah melakukan pencegahan berkembang biaknya jentik nyamuk Aedes aegypti walaupun masih ada responden yang tidak melakukan apa-apa. Kesimpulan masih ada beberapa responden yang pengetahuannya, sikap dan tindakannya kurang atau tidak baik.
Menurut peneliti pada dasarnya percuma apabila bak penampungan air yang hampir digunakan setiap hari jika tidak mengurasnya, karena telur-telur nyamuk aedes aegypti ada menempel pada dinding penampungan air, selain itu jika dibiarkan selama 8 hari maka telur tersebut akan menjadi nyamuk dewasa. Menurut asumsi peneliti bahwa masih adanya sikap yang negatif mungkin dikarenakan informasi yang kurang, sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam penanganan atau pencegahan penyakit demam berdarah. Namun dengan adanya penyuluhan diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat lebih mempersiapkan diri. Dengan memberikan informasi kesehatan tentang penyakit demam berdarah akan meningkatkan sikap masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan sikap itu akan menimbulkan kesadaran yang akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan sikap yang dimilikinya.
## Tindakan Masyarakat terhadap Bebas Jentik
Sesuai hasil diperoleh hanpir seluruhnya masyarakat bersikap baik terhadap bebas jentik sebanyak 327 responden (85,8%) Tindakan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Tindakan yang dilakukan oleh klien yang mendapat penyuluhan berbeda dengan yang tidak mendapat penyuluhan. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada penyuluhan, Klien dapat melihat langsung cara melakukan edukasi perawatan kaki sehingga peningkatan pengetahuan dan sikap lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada tindakan dengan kategori kurang hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi serta hubungan sosial responden. Fasilitas pelayanan kesehatan, serta sikap dan perilaku tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat juga berpengaruh terhadap tindakan perawatan kaki. Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan sehingga dapat berpengaruh terhadap tindakan responden.
Sebagaimana yang disampaikan Notoatmodjo bahwa salah satu cara yang dapat dilaksanakan untuk mempengaruhi perilaku kesehatan, kelompok atau suatu masyarakat dapat melalui pendidikan kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu media dalam pendidikan kesehatan. Penyuluhan memang dianggap mampu meningkatkan pengetahuan dan juga sikap peserta yang mengikutinya. Apabila perilaku pencegahan demam berdarah dengue sesudah penyuluhan kesehatan dikaitkan dengan pengalaman menderita demam berdarah dengue dimana responden yang tidak pernah mengalami demam berdarah dengue telah perduli setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, sehingga responden berperilaku pencegahan demam berdarah dengue dengan melakukan 3M. Responden yang tidak pernah mengalami demam berdarah dengue perlu ditingkatkan kembali, sehingga harus membiasakan diri untuk melakukan pencegahan demam berdarah dengue dengan 3M. Untuk meningkatkan perilaku responden perlu adanya penyuluhan kesehatan yang diberikan khususnya responden yang
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
tidak pernah mengalami demam berdarah dengue. Selain itu program pencegahan demam berdarah dengue memerlukan suatu dukungan masyarakat agar saling bekerja sama untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue. Sesuai dengan teori Notoatmodjo bahwa dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan apa pun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat. Sehingga program tersebut akan membentuk suatu rangsangan yang akan mengarah terhadap perilaku karena adanya dukungan dari masyarakat.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Milani Salim yang menyatakan bahwa intervensi berupa pendampingan mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan tindakan responden, namun tidak mempengaruhi nilai sikap. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik Ramadhani yang menyatakan bahwa sebanyak 106 orang (83,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, sebanyak 125 orang (98,43%) memiliki sikap yang positif, serta sebanyak 88 orang (69,3%) memiliki tindakan yang kurang baik terhadap pencegahan penyakit Chikungunya dan vektornya . Diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Mara Ipa yang menyatakan bahwa meskipun tingkat pengetahuan dan sudah baik, namun tidak diikuti dengan tindakan dalam pencegahan dan pengendalian DBD Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bellinda Putri Kolondam yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat tentang upaya pencegahan DBD masuk dalam kategori baik dan tindakan tentang upaya pencegahan penyakit DBD masuk kategori kurang baik. Berdasarkan hal tersebut maka Masyarakat diharapkan untuk lebih peduli lagi terhadap upaya pencegahanpenyakit DBD khususnya memerhatikan tentang tanda -tanda DBD, meningkatkan kepedulian terhadap Lingkungan agar terhindar dari penyakit DBD. Diperkuat juga dengan penelitian serupa oleh Ilham Muhammad Ramadhan yang menyatakan bahwa Distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat tentang perilaku 3M plus berada pada kategori baik. Distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang perilaku 3M plus berada pada kategori baik. Distribusi frekuensi tindakan masyarakat tentang perilaku 3M plus berada pada kategori kurang baik. Menurut peneliti pemberian informasi yang kompeherensif dan tepat juga memiliki pengaruh terhadap pengetahuan yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap. Hal ini membuktikan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yang pada akhirnya akan membentuk sikap orang tersebut.
## Bebas Jentik
Berdasarkan hasil penelitian bahwa bebas jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso hampir seluruhnya negatif sebanyak 367 responden (96,3%). Keberadaan jentik nyamuk merupakan indikator dari potensi keterjangkitan masyarakat akan DBD. Jentik nyamuk ini dapat berkembang pada wadah-wadah di sekitar pemukiman. Pada penelitian ini, keberadaan jentik nyamuk (ABJ) diamati pada pot bunga, bak air mandi dan selokan yang berada di sekitar pemukiman masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa angka positif sebesar 3,7% lebih kecil dibandingkan dengan angka yang dianjurkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yaitu sebesar 5 %. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shinta Anggraini yang menyatakan bahwa Density figure daerah RW II Kelurahan Kedurus Kota Surabaya masuk dalam kategori kepadatan sedang. Keberadaan jentik terbanyak ditemukan pada bak mandi. Terdapat hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD (p=0,000) di Kelurahan Kedurus. Disarankan kepada masyarakat RW II Kelurahan Kedurus untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian vektor untuk mengurangi risiko terkena penyakit DBD. Warga harus lebih giat membersihkan tempat penampungan air yang ada di dalam rumah maupun di
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
sekitar lingkungan rumah secara mandiri. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiati Bedah yang menyatakan bahwa Angka Kepadatan (Density Figure) = 6 (House Index = 38%, Container Index = 22%, Breteau Index = 50), sehingga kepadatan larvanya tergolong tinggi. Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 62%, yang berarti belum memenuhi target ABJ ≥ 95%.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marhtyni Natsir yang menyatakan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti dilihat dari nilai house index HI 20%, nilai CI11,89% dan nilai BI 33,68% berada pada skala Denisty Figure (DF) 4. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh I Gede Nara Swara yang menyatakan bahwa hasil angka bebas jentik dan jumlah kasus DBD yang berbeda di wilayah kerja UPTD. Puskesmas Kuta Utara Badung yang menerapkan gerakan satu rumah satu jumantik dengan wilayah yang belum menerapkan program tersebut. Dimana peneliti menemukan sebagain besar rumah responden yang menerapkan gerakan satu rumah satu jumantik dikategorikan bebas jentik dengan nilai ABJ 92.1% dan satu (2.6%) kasus DBD, sementara itu di wilayah yang belum menerapkan gerakan satu rumah satu jumantik ditemukan sebagian besar rmah responden dikategorikan tidak bebas jentik dengan nilai ABJ hanya 15.8% dan terdapat sembilan (23.7%) kasus DBD di wilayah tersebut. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Kornelia Ringgi Kuwa yang menyatakan bahwa Presentasi ABJ tinggi maka kasus DBD rendah begitupun sebaliknya jika presentasi ABJ rendah maka kasus DBD tinggi.
Menurut peneliti faktor lingkungan sangat mempengaruhi kejadian DBD karena nyamuk sering bertelur pada musim penghujan. Keberadaan tempat penampungan air atau kontainer (tandon, bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, kaleng bekas, perangkap semut, dan lain-lain) akan menjadi faktor pendukung perkembangbiakan nyamuk, karena akan menjadi tempat bertelur nyamuk Aedes sp. Setelah menjadi nyamuk dewasa, nyamuk Aedes sp. yang membawa virus dengue akan dapat menyebarkan virus dari satu orang ke orang lain sehingga membuat kasus DBD menyebar dengan cepat. Survei terhadap keberadaan jentik nyamuk diperlukan dalam menunjang pengendalian penularan penyakit DBD. Survei tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi risiko penularan DBD di suatu daerah. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Suatu daerah yang memiliki angka bebas jentik sama dengan atau lebih besar dari 95% dikategorikan sebagai daerah bebas jentik. Daerah bebas jentik mempunyai kemungkinan untuk mengurangi tingkat penularan penyakit DBD dan sebaliknya
## Hubungan Sikap Dengan Bebas Jentik
Hasil penelitian antara sikap dengan bebas jentik menunjukan bahwa diperoleh ρ = 0,000, Sehingga ρ < 0,05, ini berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan sikap masyarakat dengan bebas jentik. Adapun untuk mengetahui tingkat hubungan, setelah didapatkan rho = 0,451 dikonsultasikan dengan tabel dapat diketahui bahwa harga rho tersebut terletak antara 0,40 – 0,599. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sedang antara sikap masyarakat dengan bebas jentik di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso. Masih banyaknya jentik, hal ini disebabkan karena masih belum terbentuknya progam kesehatan yang bertujuan untuk menanggulangi permasalahan penyakit DBD masyarakat masih mengandalkan pencegahan penyakit DBD. Masyarakat juga memerlukan dukungan yang kuat dari para tokoh masyarakat yang ada sehingga tidak hanya jumantik yang berperan dalam PSN Demam Berdarah melainkan masyarakat untuk ikut aktif dan berpartisipasi secara bersama dalam melaksanakan PSN DBD.
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
Jika seseorang melaksanakan praktik PSN dengan benar, maka keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat berkurang bahkan hilang. Seseorang melakukan praktik PSN DBD berarti telah melaksanakan praktik pencegahan (preventive) yang merupakan aspek dari perilaku pemeliharaan kesehatan dan pelaksanaan perilaku kesehatan lingkungan. Menurut Notoatmodjo apabila terjadi suatu inovasi atau programprogram pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda. Setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan yang berubah yang berbeda-beda, meskipun kondisinya sama. Notoatmodjo mengatakan terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya, menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap, selanjutnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan bersifat langgeng. Ini terlihat pada hasil posttest tindakan kedua kelompok perlakuan. Selain itu, pada pelaksanaan penelitian antara pengambilan data pretest dan posttest hanya selang satu minggu. Padahal tindakan merupakan suatu aplikasi dari pengetahuan yang lebih maksimal apabila diukur dengan jarak yang lama.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Rasyid Ridho yang menyatakan bahwa Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dengan keberadaan larva nyamuk. Survei terhadap keberadaan jentik nyamuk juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tempat penampungan air (TPA). Identifikasi yang dapat diperoleh antara lain besar TPA domestik yang terinfeksi jentik (larva), tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD, promosi kesehatan, kondisi kebersihan air dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pemberantasan sarang nyamuk pada daerah endemis. Hasil identifikasi yang diperoleh bermanfaat untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti. Penelitian yang dilakukan Suyasa, dkk menyatakan keberadaan jentik pada tempat penampungan air disebabkan oleh sikap dari responden dalam hal menguras tempat penampungan air. Mereka akan menguras TPA jika merasa bahwa kondisi air kotor, bau, tidak jernih. Alasan utama responden menguras bak mandi bukan untuk menghilangkan jentik nyamuk atau mencegah tempat penampungan air menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endartiwi yang menyatakan bahwa sikap aktif dari kader dapat mempengaruhi perilaku pengendalian demam berdarah dengue di Desa Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Reyzi Hanandita Nariswara yang menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan faktor-faktor perilaku jumantik yang berhubungan dengan kepadatan jentik. Menurut peneliti pengukuran sikap dapat dilakukan langsung pada responden dan sikap tidak langsung dapat melalui pertanyaan kuesioner yang mengarah pada reaksi kepercayaan dan kecenderungan responden bertindak terhadap stimulus. Progam pegendalian vektor terpadu adalah untuk mencegah wabah populasi nyamuk terkait peningkatan kasus DBD dengan tindakan di tempat tertentu pada waktu tertentu. Penggunaan berbagai intervensi kombinasi yang sinergis melakukan kerja sama dengan sektor kesehatan dan sektor publik. Selain itu keterlibatan masyarakat lokal dan pemangku kepentingan lainnya serta peraturan dan legislatif. Advokasi, kesadaran, kerja sama sektor kesehatan dengan sektor lain, pendekatan terpadu merupakan kunci dari pengendalian vektor terpadu. Hal ini sejalan dengan pengembangan model jumantik bergilir berbasis dasa
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
wisma yang memanfaatkan keterlibatan masyarakat lokal secara langsung di bantu dengan dukungan dari berbagai pihak seperti ketua RT, RW, PKK dan dasa wisma.
## Hubungan Tindakan dengan Bebas Jentik
Hasil penelitian menunjukkan antara tindakan dengan bebas jentik menunjukan bahwa terdapat ρ = 0,000, Sehingga ρ < 0,05, ini berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan Tindakan masyarakat dengan bebas jentik. Adapun untuk mengetahui tingkat hubungan, setelah didapatkan rho = 0,401 dikonsultasikan dengan tabel dapat diketahui bahwa harga rho tersebut terletak antara 0,40 – 0,599. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sedang antara tindakan masyarakat dengan bebas jentik di wilayah kerja puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dengan judul penelitian hubungan pengetahuan, sikap dan praktik pengunjung terhadap pencegahan demam berdarah dengue di Pusat Kesehatan Masyarakat Teluk Bayur Kabupaten Berau yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara tindakan pengunjung pusat kesehatan masyarakat dengan pencegahan demam berdarah dengue. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azlina, dengan judul penelitian hubungan tindakan pemberantasan sarang nyamuk dengan keberadaan larva vector DBD di kelurahan lubuk buaya yang mengatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tindakan PSN responden dengan keberadaan jentik vektor DBD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rojali yang mengatakan bahwa terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan terhadap kejadian DBD, yaitu umur, jenis kelamin, pengetahuan, tindakan, sedangkan pendidikan, pekerjaan, sikap, keberadaan jentik tidak memiliki hubungan terhadap kejadian DBD dan 1 variabel tidak bisa dihubungkan yaitu keberadaan tempat penampungan air karena 100% memiliki tempat penampungan air serta 1 variabel hanya melihat gambaran kejadian DBD berdasarkan musim. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilham Muhammad Ramadhan yang menyatakan bahwa Distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat tentang perilaku 3M plus berada pada kategori baik. Distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang perilaku 3M plus berada pada kategori baik. Distribusi frekuensi tindakan masyarakat tentang perilaku 3M plus berada pada kategori kurang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Marina yang mengatakan bahwa adanya pendampingan kader berperan terjadinya kecenderungan perubahan tindakan PSN 3M plus seiring dengan meningkatnya Angka Bebas Jentik (89,5%) dan menurunnya House index (10,5%), Container Index (11,2%), serta Breutau Index (22,3%) di masyarakat. Peran aktif kader dalam mensosialisasikan Gerakan PSN 3M plus perlu digalakkan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Menurut peneliti Faktor lain yang menjadi penentu adanya keberadaan jentik yaitu lingkungan yang banyak tergenang air dan banyak sampah kaleng yang menjadi sarang tempat berkembang biaknya jentik, hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan tindakan merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan sikap yang dimanifestasikan sebagai suatu tindakan seseorang dari stimulus tertentu. Untuk terwujudnya sikap menjadi tindakan nyata diperlukan suatu faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan diantaranya adalah pengetahuan yang baik dan sikap yang positif sehingga perilaku terhadap 3M Plus yang dilakukan akan terlaksana dengan baik
## SIMPULAN
Dari penelitian tersebut diatas didapatkan bahwa masyarakat bersikap baik terhadap bebas jentik sebanyak 329 responden (86,4%). Hampir seluruhnya bebas jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso negatif sebanyak 367 responden (96,3%). Dan ada hubungan yang sedang antara sikap dengan bebas jentik di Wilayah Kerja Puskesmas
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
## Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
## DAFTAR PUSTAKA
Anindita Shaqiena. (2019). Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura.
Ayu Azlina. (2019). Hubungan penelitian hubungan tindakan pemberantasan sarang nyamuk dengan keberadaan larva vector DBD di kelurahan lubuk buaya. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 5 No. 1 2019.
Bellinda Putri Kolondam. (2020). Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Degue Indonesian. Journal of Public Health and Community Medicine Vol 1 No. 1 Januari 2020.
Budiman, dkk. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Bondowoso. (2020). Profil Divas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. In D. K. Bondowoso. Bondowoso.
I Gede Nara Swara. (2021). Pengaruh Program Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik Terhadap Angka Bebas Jentik Dan Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue Di Uptd. Puskesmas Kuta Utara Badung. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, Vol. 5 No. 2 Nopember 2021.
Ilham Muhammad Ramadan. (2021). Hubungan Perilaku Kebiasaan 3m Plus Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Di Kelurahan Langgini Dan Kelurahan Bangkinang Kota. Jurnal Kesehatan Tambusai Vol 2 No. 4 Desember 2021.
Irianto, K. (2013). Parasitologi Berbagai Penyakit Yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama Widya.
Kartina Wulandari. (2018). Hubungan pengetahuan, sikap dan praktik pengunjung terhadap pencegahan demam berdarah dengue di Pusat Kesehatan Masyarakat Teluk Bayur Kabupaten Berau. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 4 No. 2 Desember 2018.
Kemenkes RI. (2020). Profil Data Kesehatan Indonesia. In Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
M. Rasyid Ridho. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang DBD dengan Jumlah Larva Nyamuk. Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Vol 3 No. 1 Januari 2017.
Mara Ipa. (2019). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Serta Hubungannya dengan Kejadian Demam Berdarah Degue di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Jurnal Aspirator, Vol 1 No. 1 Tahun 2019.
Marhtyni Natsir. (2020). Hubungan Keberadaan Jentik dengan kejadian DBD di Kelurahan Kedurus Surabaya. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat, Vol. 2 No. 1 Juli 2020.
Maria A.L. Dawe. (2020). Pengetahuan dan Sikap Masyarakat serta Peran Petugas Kesehatan
## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 6 No 1, Februari 2024 Global Health Science Group
Terkait Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Of Health and Behavioral Science Vol 2 No. 2 June 2020.
Maria Kornelia Ringgi Kuwa. (2021). Gambaran Presentasi Angka Bebas Jentik Terhadap Kejadian Demam Berdarah di kabupaten Sikka. Jurnal Ilmiah Permas, Vol. 11 No. 4 Oktober 2021.
Mukono, H. J. (2018). Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Airlangga University Press. Surabaya.
Nina Sumarni. (2019). Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan Jentik Nyamuk Demam Berdarah (DBD) Di Jayaraga Garut. Jurnal Aspirator Volume 11 No. 2 Tahun 2019.
Notoatmodjo. (2017). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta .
Reyzi Hanandita Nariswara. (2021). Hubungan Faktor Perilaku Jumantik Terhadap Kepadatan Jentik Di Wilayah Binaan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik Puskesmas Candilama Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 9 No. 5 September 2021.
Rina Marina. (2021). Peran Pendampingan Kader Jumantik Terhadap Tindakan Masyarakat Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Aedes Sp Di Wilayah Kec. Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian, Vol 1 No. 1 2021.
Rojali. (2020). Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian DBD Di Kecamatan Cirasas Jakarta Timur. Jurnal Kesehatan Manarang, Vol 6 No. 1 Juli 2020.
Setyobudi Agus. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk di Daerah Endemik DBD di Kelurahan Sananwetan Kecamatan Kota Blitar. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Peran Serta Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia, (pp. 273–281). Blitar.
Shinta Anggraini. (2018). Hubungan Keberadaan Jentik dengan kejadian DBD di Kelurahan Kedurus Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 10 No. 3 Juli 2018.
Sri Sularsih Endartiwi. (2018). Pengaruh Sikap Kader Kesehatan Terhadap Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, Vol 4 No. 2 Oktober 2018.
Sumiati Bedah. (2019). Penentuan Angka Kepadatan (Density Figure) Dan Angka Bebas Jentik (Abj) Larva Aedes Aegypti Di Rw 02, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. Jawa Barat Jurnal Ilmiah Analisis Kesehatan Vol. 5 No. 1 Maret 2019.
Suyasa, I N Gede., N Adi Putra,. I W Redi Aryanta. (2018). Hubungan faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar selatan. Jurnal Ecothropic. Vol. 3. No. 1 Mei 2018, 1-6.
Taufik Ramadhani. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Masyarakat Terhadap Pencegahan Penyakit Chikungunya dan Vektornya di Nagari Saniang Baka, Kabupaten Solok. Jurnal Kesehatan Andalas Volume 6 No. 2 Tahun 2017.
|
a6bd8f51-1167-44c9-bc3c-1f8b4f227f8c | https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/widyadari/article/download/1399/1071 | Widyadari DOI: 10.5281/zenodo.5575829 Vol. 22 No. 2 (Oktober 2021) e-ISSN : 2613-9308 p-ISSN : 1907-3232 Hlm. 572 - 584
## FRASA VERBAL ENDOSENTRIK ATRIBUTIF BAHASA BALI ATTRIBUTIVE ENDOCENTRIC VERBAL PHRASES IN BALINESE
Ida Ayu Putu Aridawati Balai Bahasa Provinsi Bali [email protected]
## ABSTRACT
This paper addreses the linear structure of attributive endocentric verbal phrases in Balinese. The problems studied include (1) the core element of verbal phrase, as an important element in determining the distribution and composition of Balinese verbal phrases and (2) the linear sequence of additonal elements that are more than one piece, both in one group and in other different groups.The purpose of this study is to obtain a description of the attributive endocentric verbal phrases in Balinese. The theory used as references in this study are the structural theory, that is the concept of syntagmatic relationship and paradigmatic relationship. The method used is descriptive synchronic method and distributional method. The result of the discussion show that the attributive endocentric verbal phrases rely on two things, namely the core element in the form of a verb or verb as an important element in determining the distribution and the linear order of additional elements that are more than one (either in one or more groups). The core elements of Balinese verbal phrases can be classified based on their syntactic meaning, the presence of accompanying objects and the quality of their actions. Additional elements of attributive endocentric verbal phrases in Balinese can be divided into: double additional elements and a combination of three additional elements.
## Keywords: attributive endocentric verbal phrases, Balinese language
## ABSTRAK
Tulisan ini membahas struktur linier frasa verbal endosentrik atributif bahasa Bali. Masalah yang dikaji, meliputi (1) unsur inti frasa verbal, yaitu sebagai unsur penting dalam penentuan distribusi dan komposisi frasa verbal bahasa Bali dan (2) urutan linier unsur tambahan yang lebih dari satu buah, baik dalam satu golongan maupun dalam golongan lain yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh deskripsi frasa verbal endosentris atributif dalam bahasa Bali. Teori yang dijadikan acuan dalam tulisan ini adalah teori struktural, yaitu konsep hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sinkronis dan metode distribusional. Hasil pembahasan menunjukkan frasa verbal endosentrik artributif bertumpu pada dua hal, yakni unsur inti yang berupa kata kerja atau verba sebagai unsur penting dalam menentukan distribusi dan urutan linear unsur tambahan yang lebih dari satu (baik dalam satu golongan maupun lebih). Unsur inti frasa verbal bahasa Bali dapat digolongkan berdasarkan makna sintaksis, kehadiran objek yang menyertai dan kualitas tindakannya. Unsur tambahan frasa verbal endosentrik atributif bahasa Bali dapat dibagi menjadi: unsur tambahan ganda dan gabungan tiga unsur tambahan.
Kata Kunci : frasa verbal endosentrik atributif, Bahasa Bali
## PENDAHULUAN
Frasa merupakan bagian
terpenting dalam sebuah paragraf. Di dalam sebuah karangan, baik karangan ilmiah atau karangan non-ilmiah, frasalah yang menyusun semua ide-ide pokok dalam karangan tersebut. Frasa bersifat nonpredikatif yang berarti bahwa salah satu kata yang terdapat dalam gabungan kata tersebut bukan berfungsi sebagai predikat. Menurut Kridalaksana (2007:208), frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang memiliki sifat tidak predikatif, gabungan itu dapat rapat, dapat renggang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa frasa bisa dimaknakan sebagai kombinasi dari dua kata atau lebih yang memiliki ciri khas sifat nonprediktif (tidak berhubungan sama sekali dengan predikat). Dengan kata lain, tidak ada predikat di dalam frasa. Oleh karena itu, frasa tidak bisa disebut sebagai sebuah kalimat sebab syarat membuat kalimat adalah wajib mengandung predikat (Sugono, 2008). Verba atau kata kerja yang mengisi fungsi predikat merupakan pusat semantik dari sebuah klausa. Oleh karena itu, verba menentukan hadir tidaknya fungsi- fungsi lain serta tipe atau jenis dari
kategori yang mengisi fungsi-fungsi lain tersebut (Chaer,
2009:138).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disadari betapa penting unsur verba dalam pembentukan sebuah kalimat mengingat kategori verba memiliki peran vital yakni sebagai predikat.
Frasa verbal adalah satuan gramatikal yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai konstituen intinya, dengan kata lain frasa verbal mempunyai konstituen inti berupa verba dan kata lain sebagai modifikatornya. Maksudnya, bahwa frasa verbal mampu didampingi oleh kelas kata yang lain, tetapi tetap berperilaku sama dengan kelas verba (Wedhawati, 2001:127). Dalam Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia disebutkan bahwa frasa verbal merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa frasa verbal memiliki inti kata berkategori verbal disertai atau didampingi oleh kata lain. Pendamping tersebut bersifat tegar ( fixed ) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain (Alwi, dkk., 2010). Tarigan (2009:96) membagi frasa
menjadi dua tipe, yaitu frasa eksosentris dan endosentris. Frasa eksosentris ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Finoza, 2009:95), sedangkan frasa endosentrik merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur- unsurnya maupun salah satu unsurnya (Emzir, 2012:101),
Frasa endosentrik atributif merupakan tipe kontruksi frasa yang satu diantaranya unsur pembentukannya merupakan inti. Unsur-unsur langsung atau intinya tidak setara, sehingga frasa ini memiliki unsur pusat atau inti dan atribut. Inti yaitu sebagai pokok yang dijelaskan, sedangkan atribut yang menjelaskan inti. Unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung ‘dan’, ‘atau’,’juga’,’serta’ (Kushartanti, 2005:146). Frasa verbal endosentrik atributif adalah suatu konstruksi sintaksis yang unsur langsungnya terdiri atas inti verba dan pewatas yang ditempatkan dimuka atau dibelakang verba inti. Yang dimuka dinamakan pewatas depan dan yang dibelakang dinamakan pewatas belakang (Alwi, dkk., 2010: 157).
Tulisan ini membahas struktur linier frasa verbal endosentrik atributif
bahasa Bali. Masalah yang dikaji, meliputi (1) unsur inti frasa verbal, yaitu sebagai unsur penting dalam penentuan distribusi dan komposisi frasa verbal bahasa Bali dan (2) urutan linier unsur tambahan yang lebih dari satu buah, baik dalam satu golongan maupun dalam golongan lain yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh deskripsi frasa verbal endosentrik atributif dalam bahasa Bali.
Teori yang dijadikan acuan dalam tulisan ini adalah teori struktural karena tulisan ini mengkaji salah satu aspek struktur bahasa Bali, yaitu tataran sintaksisnya. Dikotomi teori struktur yang diterapkan didalam tulisan ini adalah konsep hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Menurut Hidayat (1988), pengertian sintagmatik tidak hanya berlaku bagi kata, tetapi berlaku juga bagi kelompok kata (termasuk di dalamnya frasa dan kata majemuk). Paradigmatik diartikan sebagai hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lainnya diluar tataran yang dapat diperhatikan dan hubungan antar unsur ini bersifat vertikal (Kridalaksana, 1993:139).
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sinkronis. Deskriptif
maksudnya, mengadakan telaah bahasa yang bersifat objektif sesuai dengan apa adanya (Keraf, 1989:93). Sinkronis adalah penyelidikan yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah bahasa sebagaimana yang terdapat pada kurun waktu tertentu (Verhaar, 1988:7). Dengan demikian, penelitian ini berusaha menggambarkan fenomena frasa verbal endosentrik atributif bahasa Bali, sesuai dengan kondisi objek bahasa Bali saat ini (berdasarkan data masa kini), tanpa memperhatikan atau mempertimbangkan masa sebelumnya. Selain metode deskriptif sinkronis, digunakan pula metode distribusional, yaitu analisis data yang mengubungkan antar fenomena dalam bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkannya dengna unsur di luar bahasa (Sudaryanto, 1992:13). Metode di atas, dalam pelaksanaanya dibantu dengan teknik catat, rekam, distribusi, substitusi, dan komposisi.
1. Struktur Frasa Verbal Endosentrik Atributif Bahasa
## Bali
Frasa verbal endosentrik atributif bahasa Bali, secara struktural terdiri atas unsur langsung berupa inti kata verbal dan unsur lainnya berupa unsur tambahan. Dari sudut sintaksis, unsur
ini bersifat wajib sedangkan unsur tambahan cenderung hanya menduduki atribut yang unsur intinya berupa verba.
## 1.1 Unsur Inti Frasa Verbal
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa unsur inti frasa verbal adalah verba atau kata kerja. Hal ini memperlihatkan bahwa betapa pentingnya kedudukan unsur ini verba dalam frasa verba tersebut. Untuk itu, pada uraian berikut ini akan dibicarakan secara khusus awal ihwal verba bahasa Bali melalui penggolongan berdasarkan makna sintaksisnya, ada tidaknya objek dan kalimat tindakan.
1.1.1 Verba Aktif dan Verba Pasif
Berdarakan makna sintaksisnya, verba dalam bahasa Bali dapat dibedakan atas verba aktif dan verba pasif, yaitu verba yang bermakna aktif dan verba yang bermankan pasif. Di dalam sebuah struktur kalimat, verba aktif digunakan apabila subjek melakukan tindakan, sedangkan verba pasif dipakai apabila dikenai tindakan. Hal ini dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.
(1) I Bapa maca koran.
‘Ayah membaca koran.’
(2) Koran bacana teken i Bapa.
‘Koran dibaca oleh Ayah.’
Kalimat (1) dan (2) menunjukkan bahwa dalam bahasa Bali makna aktif atau pasif tidak ditandai secara mofologis (afiks) dalam verba. Makna aktif atau pasif dapat dikenali secara sintaksis lewat perlakuan subjek dalam kalimat tersebut. Subjek melakukan pekerjaan terdapat dalam kalimat aktif atau subjek dikenai pekerjaan dalam kalimat pasif. Selain itu, penanda teken ‘oleh’ juga merupakan alat sintaksis yang dapat dipakai sebagai alat penentu kalimat pasif bahasa Bali. Kalimat (1) menggunakan verba maca ‘membaca’ untuk aktif dan kalimat (2) juga menggunakan verba yang sama, yaitu bacana ‘dibaca’ untuk pasif. Hanya saja untuk kalimat (2) disertai teken ‘oleh’ sebagai penanda pasif.
1.1.2 Verba Transitif dan Verba
## Intransitif
Verba aktif dapat juga dikalsifikasikan
berdasarkab ada tidaknya objek dalam kalimat, yaitu verba transitif dan verba intransitif. Yang tergolong dalam verba transitif apabila verba itu memerlukan objek dalam kalimat, sedangkan yang tergolong verba intransitif apabila tidak menhendaki hadirnya objek dalam pemakaian pada kalimat.
(3) Gede Dana menekin sepeda.
## ‘Gede
Dana menaiki sepeda.’
Kalimat (3) diatas berpredikat
verba menekin ‘menaiki’. Verba menekin ‘menaiki’ dalam pemakaiannya memerlukan hadirnya objek, yang dalam kalimat itu adalah nomina sepeda sebagai objek. Keperluan hadirnya objek, pada kalimat (3) terbukti dari tidak gramatikalan kalimat tersebut apabila tidak dihadirkan objeknya. Untuk itu, dapat diperhatikan kalimat (3a) berikut ini yang tidak gramatikal.
(3a) *Gede Dana menekin.
‘Gede Dana menaiki.’
Kalimat yang gramatikal
walaupun verba predikatnya tidak disertai objek disebut kalimat yang berpredikat verba
intransitif (taktransitif). Perhatikan contoh berikt.
(4) Luh Murni mandus.
‘Luh Murni mandi.’
Kalimat (4) berpredikat verba mandus ‘mandi’. Verba ini tidak diikuti oleh objek dalam kalimat. Verba itu adalah verba intransif dalam bahasa Bali.
## 1.1.3 Kualitas Tindakan
Tindakan yang dinyatakan oleh verba memiliki kulitas tertentu. Terdapat delapan kualitas tindakan yang
ditunjukkan oleh bahasa Jawa. Kualitas
tindakan itu adalah
biasa, berkesinambungan, santai, repetitif, resiprokal, tatif, tidak disengaja dan tidak tertahan.
Kualitas tindakan biasa adalah tindakan dilakukan atau terjadi biasa saja. Kualitas tindakan
berkesinambungan adalah tindakan yang menunjukkan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan berkelanjutan. Kualitas tindakan santai berarti bawha tindakan itu dilakukan atau terjadi dengan seenaknya, pelaku tidak melakukannya hanya untuk mencari kepuasam. Kualitas tindakan repetitif adalah tindakan yang dilakukan berulang-ulang atau tidak hanya satu kali saja. Kualitas tindakan resiprokal berarti tindakan dilakukan oleh dua orang atau lenbih, dengan yang satu mengarahkan tindakanya pada yang lain dan sebaliknya.
Kualitas tindakan yang lain adalah kualitas tindakan statif. Kualitas tindakan statif adalah tindakan yang menyatakan bahwa tindakan itu dalam keadaan seperti tersebut pada verba asalnya. Sementara itu, kualitas tindakan tidak disengaja berarti bahwa tindakan terjadi tanpa diniati yang terlanjur dilakukan. Akhirnya, kualitas
tindakan tidak tertahan menunjukkan bahwa tindakan yang terjadi di luar penguasaan pelaku, pelaku seolah-olah menjadi korban kekuatan lain, sehingga ia trepaksa melakukan tindakan itu.
Didalam bahasa Bali ditemukan empat buah kualitas tindakan. Keempat kualitas tindakan yang dimaksud adalah biasa, repetitif, resiprokal dam tidak disengaja. Uraian selengkapnya tentang keempat kualitas tindakan itu terlihat seperti berikut ini.
(1) Biasa
Verba seperti ngigel ‘menari’, nyagur ‘memukul’ dan ngeroko ‘merokok’ dalam bahasa Bali menunjukkan kualitas tindakan biasa. Verba itu menyatakan tindakan yang dilakukan bisasa saja. Perhatian hanya diberikan pada tindakan dalam sekejap atau tindakan memang hanya terjadi dalam sekejap.
(2) Repetitip
Verba seperti ngesges-ngesges ‘menggaruk-garuk’ dan nyagur- nyagur ‘memukul-mukul’ menunjukkan makna kualitas tindakan repetitif. Tindakan yang dinyatakan oleh verba itu adalah berulang-ulang atau tidak hanya dua kali saja.
(3) Resiprokal
Verba seperti saling tulung ‘tolong- menolong’ dan saling baang ‘saling memberi’ menunjukkan tindakan resiprokal. Tindakan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang satu mengarakan tindakannya oada yang lain dan sebaliknya.
(4) Tidak disengaja
Verba seperti ulung ‘terjatuh’,
mekaplug ‘terbentur’ dan kelem ‘tenggelam’ menunjukkan tindakan tidak disengaja. Tindakan itu terjadi tanpa diniati dan terlanjur dilakukan.
1.2 Unsur Tambahan Frasa Verbal
## Bahasa Bali
Diatas telah dipaparkan unsuR inti frasa verbal bahasa Bali. Pada bagian ini perlu juga dipaparkan unsur lain, yaitu unsur tambahan frasa verbal itu. Pada dasarnya struktur frase dengan unsur inti verba tidak smaa dengan struktur frasa verbal itu sendiri. Dalam hal ini, prilaku sintaksis unsur-unsur tambahan frasa verbal akan dibahas dengan tenknik distribusi, substitusi dan komposisi. Untuk jelasnya perhatikan contoh kalimat berikut.
(5) I Bapa suba meli sepeda.
‘Ayah sudah membeli sepeda.’
Kalimat
(5) diatas dapat
disegmentasikan berdasarkan fungsi sintaksisnya, yaity Subjek-Predikat- Objek. Dalam hal ini i bapa ‘ayah’ berfungsi sebagai subjek, suba meli ‘sudah membeli’ berfungsi sebagai predikat dan sepeda ‘sepeda’ berfungsi sebagai objek. Berdasarkan segmentasi tersebut dapat dijelaksan bahwa suba meli ‘sudah membeli’ merupakan satu kesatuan, konstruksi sintaksis pengisi predikat, sedangkan suba ‘sudah’ adalah bagian dari struktur konstruksi suba meli ‘sudah membeli’. Struktur tersebut memiliki distribusi dan komposisi yang jelas dan tertentu. Hal itu dapat dibuktikan bahwa unsur suba ‘sudah’ tidak dapat dialih fungsikan atau dipindahkan. Perhatikan contoh berikut ini.
(6) * Suba i bapa meli sepeda.
‘Sudah ayah membeli sepeda.’
(7) *I bapa meli sepeda suba.
‘ Ayah membeli sepeda sudah.’
(8) *I bapa meli suba sepeda.
‘Ayah membeli sudah sepeda.’
Ketiga kalimat siatas, tergolong tidak gramatikal. Struktur kalimat (6) dan (7) dilihat dari cara pemindahan unsur-unsurnya melampaui batas fungsi. Sementara itu, pada kalimat (8) pemindahan unsur suba ‘sudah’ terbatas
hanya didalam sebuah fungsi, yaitu fungsi predikat. Ketidakgramatikalan tersebut membuktikan bahwa unsur suba ‘sudah’ memiliki distribusi di dalam sebuah gatra predikat, berada di depan verba atau kata kerja meli ‘membeli’. Sebagai sebuah konstruksi frasa verbal, keberasaan usnur suba ‘sudah’ dalam konstruksi suba meli
‘sudah membeli’ bergantung pada unsur lainnya yang berupa inti, yaitu verba meli
‘membeli’. Untuk
membuktikannya hal itu dapat dilihat contoh berikut.
(9) I bapa meli sepeda.
‘Ayah membeli sepeda.’
(10) * I bapa suba sepeda.
‘Ayah sudah sepeda.’
Kalimat (10) tidak gramatikal; berbeda dengan kalimat (9) yang gramatikal. Berdasarkan struktur diatas dapat dinyatakan bahwa kehadiran unsur meli ‘memneli’ bersifat wajib, sedangkan unsur suba ‘sudah’ bersifat opsional atau manasuka (tidak wajib) dalam konstruksi suba meli ‘sudah membeli’. Sementara itu, unsur suba ‘sudah’ tidak dapat hadir tanpa khadiran unsur meli ‘membeli’ yang bersifat wajib.
Secara sematis, unsur suba ‘sudah’ hanya memberi keterangan terhadap
unsur meli ‘membeli’. Berdarakan hal itu dapat dinyatakan bahwa kehadiran unsur suba ‘sudah’ hanyalah memberikan informasi tambahan terhadap verba di dalam sebuah konstruksi frasa verbal. Ciri-ciri seperti itu yang dipakai patokan dalam menentukan unsur tambahan frasa verbal bahasa Bali.
Dengan menggunakan teknik substitusi dan komposisi akan ditemui berbagai bentuk unsur tambahan dalam bahasa Bali, bai yang dapat menjadi unsur tambahan disebelah kanan verba maupun disebelah kirinya. Bentuk- bentuk itu adalah tonden ‘belum’, lakar ‘akan’, nu ‘masih’, suud ‘setelah’, suba ‘sudah’, dadi ‘boleh’, da ‘jangan’, sing ‘tidak’, musti ‘mesti’ tuah ‘hanya’, dogen ‘saja’, masi ‘juga’ dan das ‘hampir’.
## 1.2.1 Unsur Tambahan Ganda
Sebuah frasa terdiri dari atas sebuah unsur inti verba dan sebuah atau lebih unsut tambahan. Dua unsur tambahan yang secara gramatikal merupakan bagian dari sebuah konstruksi frasa verbal disebut unsur tambahan ganda. Unsur tambahan ganda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu unusr tambahan ganda satu
golongan dan unsur tambahan ganda dua golongan.
## 1.2.1.1 Unsur tambahan Ganda Satu Golongan
Bagian ini membicarakan unsut tambahan ganda dengan berbagai kemungkinan penggabungannya yang umum digunakan dalam pemakaian bahasa Bali sehari-hari. Ruang lingkup pembahasannya meliputi pola struktur menurut urutan linear unsur-unsur yang menjadi gabungan unsur tambahan dengan unsur inti verba.
(1) ± Asp ± Asp +V
Contoh:
(11) Made Putra nu lakar ngelanjutang sekolah.
‘Made Putra masih akan melanjutkan sekolah.’ Penggabungan unsur tambahan aspek ini bersifat manasuka (±); umumnya menyakan perbuatan masih akan, sudah akan, akan selesai dan lain- lain. Gabungan unsur tambahan aspek dalam bahasa Bali, seperti suba lakar ‘sudah akan’, nu lakar ‘masih akan’, lakar suud ‘akan selesai’.
1.2.1.2 Unsur Tambahan Dua
## Golongan
Unsur tambahan dua golongan
adalah penggabungan dua golongan unsur tambahan yang berbeda sebagai
unsur tambahan verba inti frasa . penggabungan unsur tambahan dua golongan dapat dilihat pada contoh berikut.
(1) ± Asp ± Mod +V
(12) Baju ento tonden dadi anggo.
‘Pakaian itu belum boleh dipakai.’
Gabungan dua unsur tambagan yang terdiri atas dua golongan yang berbeda, yaitu aspek (Asp) dan
Modalitas dengan unsr verba (V) sebagai intinya, memiliki bentuk-bentuk seperu terlihat pada kalimat (12). Secara gramatikal bentuk gabungan unsur tambahan ganda dua golongan itu umumnya menyatakan adanya suatu perbuatan yang belum, akan, sedang dan sudah yang pasti atau mungki/boleh dikerjakan.
1.3 Gabungan Tiga Unsur
## Tambahan.
Frasa verbal dengan tiga unsur tamabahan adalah frasa verbal yang diperluas dengan dua unsur tambahan. Didalam bahasa Bali unsur tambahan yang memprluas frasa verbal itu pada intinya menjelaskan atau memperluas verba. Setelah unsur tersebut membentuk satu kepaduan, gabungan unsur tambahan itu bersama-sama
menjelaskan atau memperluas verba. Dalam pembicaraan ini, kehadiran
setiap unsur tambahan yang
memperluas unsur tambahan yang lain ataukah yang langsung memperluas verba, dipandang sebagai unsur tambahan tersendiri, sepanjang unsur- unsur tersebut mampu berdiri sendiri sebagai pemerluas verba. Frasa verbal dengan tiga unsur tambahan ini juga bersifat opsional karena fungsinya dalam frasa itu merupakan unsur yang bukan inti.
Gabungan tiga unsur tambahan dalam bahasa Bali dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu (1) gabungan tiga unsur tambahan satu golongan, (2) gabungan tiga unsur tambahan dua golongan dan (3) gabungan tiga unsur tambahan tiga golongan. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut.
1.3.1 Gabungan Tiga Unsur
## Tambahan Satu Golongan
Di dalam bahasa Bali ditemukan frasa verbal dengan tiga unsur tambahan satu golongan. Frasa verbal dengan tiga unsur golongan tambahan yang ketiga unsur tamabhaannya diisi oleh penanda aspek, cukup banyak ditemukan dalam bahasa Bali. Penanda-penanda aspek tersebut, ada yang sifatnya hanya menjelaskan aspek yang lain, ada yang
identitas aspkektulnya sama dan ada pula yang identitas aspektulnya berbeda. Akan tetapi, unsur tambahan tersebut tetap dipandang sebagai unsur tersendiri, sepanjang penanda itu mampu berdiri sendiri sebagai unsur tambahan frasa verbal. Dengan demikian, gabungan tiga unsur tambahan ada yang terdiri atas satu macam aspek dan ada yang terdiri atas dua macam aspek atau lebih. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
(13) Suba lakar suud ngitung.
‘Sudah akan selesai menghitung.’
(14) Suba kadung nyumunin ngae. ‘Sudah terlanjur mulai membuat.’
Kata suba ‘sudah’ adalah aspek perfektif (Apf), yaitu aspek yang menyatakan bahwa situasi atau keadaan yang telah berlangsung; kata kadung ‘terlanjur’ juga menyatakan keadaan atau situasi yang telah berlangsung. Jadi, contoh pertama diatas, ketiga unsur tambahannya diisi oleh penanda aspek yang sama atau oleh satu macam aspek dengan konstruksi ± Apf ± Apf ± Apf +V.
Kata lakar ‘akan’ merupakan penanda aspek futuratif (Aft) yakni
aspek yang menyatakan situasi belum berlangsung. Jadi, contoh kedua diatas, terdiri atas dua macam penanda aspek, yakni penanda Apf suba ‘sudah’ dan suud ‘selesai’, serta penanda Aft lakar ‘akan’ dengan konstruksi ± Apf ± Apf ± Apf +V.
1.3.2 Gabungan Tiga Unsur Tambahan Dua Golongan Frasa verbal dengan tiga unsur
tambahan dua golongan maksudnya dua unsur tambahan yang segolongan ditambah lagi satu unsur tambahan dari golongan lain. Dalam hal ini, aspek ragam tidak akan dipilih berdasarkan subkategorinya. Baik Apf, Aft maupun berbagai jenis aspek lainnya tidak akan dibedakan, semuanya akan disebut sebagai penanda aspek (Asp) saja. Berikut ini dapat dilihat contoh konstruksi frasa verbal dengan tiga unsur tambahan dua golongan.
(15) Pasti suba suud nyatet. ‘Pasti sudah selesai
mencatat.’
Kata pasti ‘pasti’ menyatakan ragam Kepas (kepastian) yang dapat disubstituikan dengan rakam Kesg
(kesangsian) kombinasi ‘mungkin’
sehingga ragam pengisi unsur pertama diatas dapat diisi oleh ragam Kepas dan ragam Kesg . Selain aspek perfektif,
unsur tambahan kedua dan ketiga pada konstruksi diatas dapat juga diisi oleh aspek-aspek lainnya. Unsur tambahan kedua pada contoh diatas dapat juga diisi dengan aspek mare ‘baru’ dan unsur tamabahan ketiga dapat juga diisi dengan aspek nyumunin ‘mulai’ serta aspek lakar ‘akan’ dengan konstruksi ± Rag ± Asp ± Asp +V
1.3.3 Gabungan Tiga Unsur
## Tambahan Tiga Golongan
Frasa verbal dengan tiga unsur tambahan tiga golongan ditemukan juga dalam bahasa Bali. Gabungan tiga unsur tambahan tiga golongan dengan komponen Aspek, Ragam dan Negasi dengan konstruksi ± Asp ± Neg ± Rag+V dapat dilihat pada contoh berikut.
(16) Suba sing nyak negak.
‘Sudah tidak mau duduk.’
Ragam keserasian (Kesr) nyak ‘mau’ dapat disubstitusi dengan ragam keberanian (Kebr) bani ‘berani’ dan aspek suba ‘sudah’ dapat disubstitusi dengan aspek duratif (dr) nu ‘masih’ seperti terlihat pada contoh dibawah ini.
(17) Suba sing bani ngelawan Bli Putu.
‘Sudah tidak berani melawan Bli Putu.’
Nu sing nyak mejalan ke sekolah.
‘Masih tidak mau pergi ke sekolah.’
## SIMPULAN
Berdasarkan uraian didepan, dapat disimpulkan bahwa kedudukan unsur- unsur frasa verbal bahasa Bali meliputi struktur linier frasa verbal atributif. Pembahasan frasa verbal endosentris artributif bertumpu pada dua hal, yakni unsur inti yang berupa kata kerja atau verba sebagai unsur penting dalam menentukan distribusi dan urutan linear unsur tambahan yang lebih dari satu (baik dalam satu golongan maupun lebih).
Unsur inti frasa verbal bahasa Bali dapat digolongkan berdasarkan makna sintaksis, kehadiran objek yang menyertai dan kualitas tindakannya. Berdasarkan makna sintaksisnya verba bahasa Bali dibedakan atas verba aktif dan verba pasif. Berdasarkan ada dan tidak adanya objek yang menyertai, verba bahasa Bali dibedakan atas verba transitif dan verba intransitif.
Sedangkan berdasarkan
kualitas
tindakannya, dapat dibedakan atas empat kualitas tindakan, yaitu tindakan biasa, repetitif, resiprokal dan disengaja.
Unsur tambahan frasa verbal endosentrik atributif bahasa Bali dapat dibagi menjadi: unsur tambahan ganda dan gabungan tiga unsur tambahan. Unsur tambahan ganda dibagi menjadi unsur tambahan ganda satu golongan dan unsur tambahan ganda dua golongan. Gabungan tiga unsur tambahan dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur, yaitu gabungan tiga unsur tambahan satu golongan, gabungan tiga unsur tambahan dua golongan dan gabungan tiga unsur tambahan tiga golongan.
## DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia . Jakarta:
Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Hidayat, Rahayu S. 1988. Pengantar
Linguistik Umum (terjemahan). Yogyakarat: Gajah Mada
University Press. Keraf, Gorys. 1989. Tatabahasa Indonesia . Ende: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
______2007. Kelas Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik . Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik : kedudukan, Aneka Jenisnya dan
Faktor Penentu Wujudnya. Yogyakarta : Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah
Mada.
Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung:
Angkasa. Verhaar, J.W.M. 1988. Pengantar
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wedhawati, dkk. 2001. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Jakarta:
`Departemen Pendidikan Nasional.
|
deba1df4-5bf2-4306-bba7-6032eac653b8 | http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara/article/download/229/112 |
## NILAI AKHLAK DALAM NOVEL SURAT UNTUK MUSLIMAH KARYA AYESHA ELHIMAH
Erlina Zahar 1 , Sri Wahyuni 2
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Batanghari,
Jambi
[email protected] [email protected]
## Abstract
This study aims to describe the religious values associated with the human relationship with Allah (Hablumminallah), which includes aspects of repentance, aspects of patience, aspects of gratitude, aspects of tawakal, aspects of sincerity, aspects of raja’ in the novel Surat Untuk Muslimah by Ayesha El Himah. This research is a descriptive qualitative type. Qualitative descriptive research is a research that describes an event with words or a description of the condition of the subject in a certain environment and situation. The results of this study illustrate that the religious value of the human relationship with God (Hablumminallah) includes; aspects of repentance, aspects of patience, aspects of gratitude, aspects of tawakal, aspects of sincerity, aspects of raja’ in the novel Surat Untuk Muslimah by Ayesha El Himah. (1) there are five expressions of aspect of repentance, (2) there are 24 expressions of aspect of patience, (3) there are 14 expressions of aspect of gratitude, (4) there are 16 expressions of aspect of tawakal, (5) there are 21 expressions of sincere aspect, (6) there are 31 expressions of aspect of raja’. The most dominant aspect of religious values related to human relations with Allah (Hablumminallah) in Ayesha El Himah's Novel Surat Untuk Muslimah is the aspect of raja’ which occurred 31 times. Meanwhile, the least is a repentant aspect which occurred five times. Thus, it can be concluded that the novel Surat Untuk Muslimah by Ayesha El Himah contains many religious values related to human relations with God (Hablumminallah) because this novel tells a lot about the human faith.
1 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Batanghari, Jambi
2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Batanghari, Jambi
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5 No. 1 April 2021 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara
## PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan perwujudan pemikiran dan perasaan dari seseorang yang mempunyai ide kreatif dalam ungkapan yang dikemas dalam sebuah karya tulis. Suatu karya sastra ditulis oleh seorang sastrawan dengan ekspresi dan bahasa yang indah dan memiliki makna yang terkandung di dalamnya. “Karya sastra itu lahir dari pemikiran-pemikiran dan perasaan- perasaan serta persepsi-persepsi seorang sastrawan yang dibalur dengan daya imajinasi, hingga melahirkan suatu karya sastra” (Wiyatmi, 2009:18). Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan dari seorang sastrawan. Sastra imajinatif berupa puisi, drama, dan prosa. Salah satu karya sastra imajinatif yang berbentuk prosa yaitu novel.
Novel merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif. Novel mengisahkan tentang hampir keseluruhan perjalanan hidup seseorang atau tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap oleh pengarang. Novel adalah “sebuah karya yang mengisahkan tentang problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh dalam sebuah cerita yang bersifat imajinatif. Sehingga, novel menceritakan hal-hal yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita dari awal persoalan hingga penyelesaian sebuah cerita.” (Kosasih, 2008:54). Diawali dengan munculnya konflik dan diakhiri dengan penyelesaian. Penikmat sastra akan mendapatkan pesan yang tertuang di dalam sebuah karya sastra tersebut setelah membacanya. Di dalam novel ada dua unsur ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik, unsur yang ada di luar karya sastra seperti: nilai budaya, nilai agama, nilai moral,nilai sosial dan nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel berupa, nilai religius megandung nilai akhlak.
Akhlak merupakan aspek islam mengatur tata krama, sopan santun
dan perilaku manusia. Akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan” (Nata, 2019:3). Akhlak merupakan suatu tuntunan dalam kehidupan manusia. Jika karya sastra hanya bercerita tentang cerita cinta saja yang tidak menuntut akhlak manusia, maka karya sastra tidak akan menjadi bernilaiguna bagi penikmatnya. Jika penikmat membaca karya sastra maka pemabaca akan menjadi terpanggil dan merenung, hingga akhirnya terdorong untuk mengikuti dan merubah diri menjadi manusia yang lebih berakhlak. Adapun akhlak baik kepada Allah meliputi: bertaubat, sabar, bersyukur, tawakal, ikhlas dan raja’ (Nata, 2019:87).
Bertaubat dimana seseorang hambah Allah memohon ampun atas segala dosa dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut dengan melakukan amal kebaikan. Taubat yang dimaksud oleh kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai dengan melakukan amal kebajikan.
Sikap sabar yang baik tetap tabah dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah kepada umatnya, sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang baik.
Manusia harus bersyukur dengan melihat ke bawah untuk urusan dunia dan melihat ke atas untuk urusan amal akhirat, bagaimana seorang manusia bersyukur dalam menjalani hidup. Bersyukur adalah dengan melihat ke bawah untuk urusan dunia dan melihat ke atas untuk urusan amal akhirat.
Bagaimana seorang manusia yang menyerahkan diri kepada keputusan Allah, seorang yang bertawakal ini akan mendapat rida dari Allah. Tawakal adalah
menyerahkan diri kepada qada dan keputusan Allah. Bagaimana seorang manusai dengan iklas memberikan kebaikan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang diberikan pertolongan. Ikhlas itu suatu perbuatan baik yang tidak mengharapkan imbalan apa-apa seperti orang yang buang air besar.
Manusia yang memperhatikan kebaikan dan berharap dapat mencapainya dari kelembutan dan nikmat Allah. Raja’ adalah memperhatikan kebaikan dan berharap dapat mencapainya, melihat berbagai bentuk kelembutan dan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala dan memenuhi diri dengan harapan demi masa depan serta hidup demi meraih harapan tersebut.
Penelitian ini fokus kepada akhlak baik, akhlak baik terhadap Allah yang meliputi; bertaubat, sabar, bersyukur, tawakal, ikhlas dan raja’ (Nata, 2013:363), yang terdapat dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah dijadikan penelitian ini.
Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian ini, Bagaimana nilai akhlak bertaubat, sabar, bersyukur, tawakal, ikhlas dan raja’ yang terdapat dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah?
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang nilai-nilai akhlak, yang meliputi akhlak baik terhadap Allah yang meliputi; bertaubat, sabar, bersyukur, tawakal, ikhlas dan raja’ yang terdapat dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
## METODE PENELITIAN
Dalam penelitian sastra ada beberapa pendekatan dan metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis data. Perbedaan pendekatan dan metode akan memunculkan adanya berbagai jenis penelitian sastra (Rahima, 2017:2). Dalam penelitian ini, peneliti menggukan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu,
jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menghasilkan r analisis data berupa kata atau kalimat yang mengutamakan kuliatas proses. Penelitian ini tidak menggunakan analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jenis penelitian ini yang menggunakan kata-kata bukan angka-angka dalam menganalisis data. “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya” (Moleong, 2018:7). Berdasarkan pendapat ini bahwa kualitatif yang menghasilkan prosedut analisis dan tidak menggunakan statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Metode deskriptif yang menggambarkan suatu objek yang akan dianalsis oleh peneliti. “Deskriptif merupakan prosedur pemecahan yang diselidiki dengan mendeskripsikan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya” (Siswantoro, 2010: 56). Berdasarkan pendapat ini bahwa deskriptif dapat memecahkan masalah yang akan dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan hasil yang baik.
Data merupakan keterangan- keterangan dari objek yang akan diteliti. Data dalam penelitian ini adalah nilai-nilai akhlak dalam novel Surat untuk Muslimah Karya Ayesha El Himah. Data yang diambil untuk dianalisis dari setiap kalimat-kalimat dalam Novel tersebut yang mengungkapkan kutipan nilai religius berupa akhlak baik yang berkaitan hubungan manusia dengan Allah ( Hablumminallah ) yang meliputi bertaubat, sabar, bersyukur, tawakal, ikhlas dan raja’ yang terdapat dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
Sumber data merupakan suatu subjek yang penting dan dari mana data diperoleh dalam suatu penelitian. Data
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5 No. 1 April 2021 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara
yang diperoleh secara langsung pada penelitian ini yakni kutipan nilai akhlak baik yang berkaitan hubungan manusia dengan Allah ( Hablumminallah ) yang meliputi bertaubat, sabar, bersyukur, tawakal, ikhlas dan raja’ yang terdapat dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan pemanfaatan dokumen. “Dokumen yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2013:274). Dokumen digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian dalam novel Surat untuk Muslimah Karya Ayesha El Himah, dengan mengumpulkan kutipan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut.
1. Penulis membaca keseluruhan cerita yang terdapat di dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
2. Penulis membaca cerita dengan berulang kali agar memperoleh pengetahuan yang jelas dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
3. Penulis mendeskripsikan tentang tindakan atau peristiwa yang ada dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
4. Penulis memperhatikan adanya relasi atau kalimat yang menunjukan Nilai Religius Akhlak Baik Hubungan Manusia dengan Allah ( Hablumminallah ) dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
5. Penulis mencari makna yang terdapat dalam setiap kalimat yang ada dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
6. Penulis menandai bagian atau paragraf yang menunjukan nilai religius akhlak
baik hubungan manusia dengan Allah ( Hablumminallah ) dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
7. Penulis menarik kesimpulan- kesimpulan akhir yang berhubungan dengan nilai religius akhlak baik hubungan manusia dengan Allah ( hablumminallah ) dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah untuk di klasifikasikan.
Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yang mengimplisitkan hasil analisis terkait dengan fokus penelitian. Pemaparannya dalam bentuk deskriptif terhadap masing- masing data secara fungsional dan relasional. Untuk menganalisis data dapat melalui proses sebagai berikut.
1. Data yang sudah dikelompokkan kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data.
2. Penulis menganalisis data yang telah didapatkan sesuai dengan aspek-aspek nilai-nilai religius berdasarkan aspek- aspek nilai akhlak baik hubungan manusia dengan Allah ( Hablumminallah ) dalan novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
3. Penulis melakukan keabsahan data, dengan 3 analisis data dengan cara:
a. mengkonsultasikan hasil penelitian dengan pakar yakni dosen pembimbing.
b. mencocokkan hasil penelitian dengan metode yang dipakai.
c. mencocokkan penelitian dengan teknik yang dipakai.
4. Penulis mendeskripsikan data berdasarkan aspek-aspek nilai akhlak baik hubungan manusia dengan Allah ( Hablumminallah ) dalam novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah.
5. Merumuskan kesimpulan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan nilai-nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yang terdapat dalam Novel Surat untuk Muslimah karya
Ayesha El Himah terdapat sebanyak 111 kutipan. Kutipan tersebut dapat dikelompokkan seperti di bawah ini:
1. bertaubat terdapat sebanyak 5 kutipan;
2. sabar terdapat sebanyak 24 kutipan;
3. bersyukur terdapat sebanyak 14 kutipan;
4. tawakal terdapat sebanyak 16 kutipan;
5. ikhlas terdapat sebanyak 21 kutipan;
6. raja’ terdapat sebanyak 31 kutipan;
## 1. Aspek Bertaubat dalam Novel SUM Karya Ayesha El Himah
## Kutipan 1
“Janganlah berputus asa, apalagi Allah Swt., membuka kesempatan lebar-lebar bagi umatnya yang akan kembali ke jalan yang lurus.” Mulailah kita meyakini bahwa semua aturan hidup yang sudah ditetapkan Allah Swt., semata-mata untuk kebaikan manusia. Agar tidak jauh dalam kehidupan yang penuh penderitaan dan kehinaan. ( SUM :44).
Pada kutipan 1 ini dapat diidentifikasi bahwa kutipan ini mengindikasikan pada aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yakni aspek bertaubat. Kutipan ini dikatakan terdapat aspek bertaubat karena menggambarkan seseorang yang berputus asa, yang menjauhi perintah Allah ke jalan yang sesat, pada akhirnya dia memohon ampunan kepada Allah karena Allah maha penerima taubat bagi hambanya yang bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan berdoa.
## 2. Aspek Sabar dalam Novel SUM Karya Ayesha El Himah
## Kutipan 2
Ini karena penilaian jatuh pada kebiasaan wanita yang mudah mengeluarkan air
mata . “Tapi sadarkah kita bahwa rasa inilah yang dibutuhkan saat wanita terbangun malam-malam untuk menyusui bayinya dengan sabar.” Atau saat mereka memeluk bayinya hingga sang bayi terlelap dalam kehangatan kasih sayang. Subhanallah...!” ( SUM :23). Pada kutipan 2 ini dapat diidentifikasi bahwa kutipan ini mengindikasikan pada aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yakni aspek sabar. Kutipan ini dikatakan memiliki aspek sabar karena menggambarkan sosok seorang ibu yang bersabar menghadapi anaknya di waktu malam, pagi, dan siang walaupun dia lelah berkerja mengurusi rumah tangga, dan dia tetap bersabar dalam merawat anaknya.
## 3. Aspek Bersyukur dalam Novel SUM Karya Ayesha El Himah
## Kutipan 3
Banyak yang bisa dibicarakan, dari mulai karakteristik, kecantikannya, kodratnya, dan perlakuan yang didapat seorang wanita. “Semakin kita mengenali diri sebagai wanita, maka rasa syukur karena terlahir sebagai wanita tumbuh semakin kuat.” Meskih banyak yang memandang dengan sebelah mata dan diperlakukan tidak adil, tapi tidak dengan apa yang diberikan oleh Allah Swt. ( SUM :3).
Pada kutipan 3 ini dapat diidentifikasi bahwa kutipan ini mengindikasikan pada aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yakni aspek bersyukur. Kutipan ini dikatakan memiliki aspek bersyukur karena menggambarkan seorang wanita yang harus mensyukuri apapun yang diberikan Allah kepada kita.
4. Aspek Tawakal Novel SUM Karya Ayesha El Himah
Kutipan 4
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5 No. 1 April 2021 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara
“Hidayah adalah hak prerogatif Allah Swt. Manusia hanya bisa berusaha sedangkan yang membolak-balik hati tetaplah Allah.” ( SUM :31).
Pada kutipan 4 ini dapat diidentifikasi bahwa kutipan ini mengindikasikan pada aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yakni aspek tawakal. Kutipan ini dikatakan memiliki aspek tawakal karena menggambarkan Apapun yang ditetapkan Allah kita harus bertawakal kepadanya karena telah ditetapkan qada dan qadarnya.
## 5. Aspek Ikhlas dalam Novel SUM Karya Ayesha El Himah
## Kutipan 5
Setelah suaminya menikmati hidangan, Muthiah pun kembali masuk kamar dan keluar dengan membawa sebuah cambuk. “Wahai suamiku, seharian aku sudah mempersiapkan makanan ini. Jika engkau tidak rida, silakan engkau cambuk aku sebagai hukumannya.” ( SUM :79).
Pada kutipan 5 ini dapat diidentifikasi bahwa kutipan ini mengindikasikan pada aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yakni aspek ikhlas. Kutipan ini dikatakan memiliki aspek ikhlas karena menggambarkan sosok Muthiah yang ikhlas di cambuk suaminya apa bila dia melakukan kesalahan dalam pekerjaan rumah tangganya demi menyenangkan hati suaminya.
6. Aspek Raja’ dalam Novel SUM
Karya Ayesha El Himah
Kutipan 6
Sebagus apa pun penampilannya jika tanpa ‘isi’ kurang mendapat penghargaan. Kebalikannya “Penghargaan yang tinggi akan didapat oleh wanita yang isinya mulia, meski penampilannya biasa-biasa saja.” ( SUM :3-4).
Pada kutipan 6 ini dapat diidentifikasi bahwa kutipan ini mengindikasikan pada aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah yakni aspek raja’. Kutipan ini dikatakan memiliki aspek raja’ karena menggambarkan seorang muslimah yang penampilannya biasa-biasa saja tapi memiliki keimanan maka ia akan dimuliakan.
## SIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, ditemukan aspek-aspek nilai akhlak baik yang berhubungan dengan hablumminallah , yang berkaitan dengan aspek bertaubat, aspek sabar, aspek bersyukur, aspek tawakal, aspek ikhlas, dan aspek raja’, terdapat dalam Novel Surat Untuk Muslimah karya Ayesha El Himah. Adapun jumlah kutipan-kutipan yang berkaitan dengan nilai akhlak baik dari enam aspek tersebut terdapat sebanyak 111 kutipan.
1. Aspek bertaubat di dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah. Aspek ini menggambarkan kekerasan pada zaman dahulu yang dengan beringas membunuh anak kandung yang berjenis kelamin wanita tanpa mengenal dosa, ada juga seorang muslimah yang belum menutup aurat, dan ada juga orang yang memilih ke jalan yang sesat. Namun saat ini semua hal-hal tersebut sudah ditinggalkan, kembali kejalan yang lurus dan benar, terdapat sebanyak 5 kutipan.
2. Aspek sabar di dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah. Aspek ini menggambarkan seorang wanita yang mengurus suami, anak dan keluarganya dalam rintangan hidup yang sudah menjadi kodrat seorang istri dan ibu dengan penuh kesabaran. Seorang istri sekaligus ibu mampu dan tegar dalam mengurus rumah tangganya dengan semangat, kesabaran ini akan dibalas oleh Allah
dengan surganya, terdapat sebanyak 24 kutipan.
3. Aspek bersyukur di dalam Novel Surat Untuk Muslimah karya Ayesha El
Himah. Aspek ini menggambarkan seorang istri sekaligus ibu yang bersyukur terhadap apapun yang sudah ditetapkan oleh Allah kepadanya, istri yang menerima apapun rezeki yang diberikan suaminya dengan seyuman dan semangat untuk suami. Seorang ibu juga harus menerima bagaimana kondisi anaknya dengan apa adanya yang sudah diberikan oleh Allah, terdapat sebanyak 14 kutipan.
4. Aspek tawakal di dalam Novel Surat Untuk Muslimah karya Ayesha El Himah. Aspek ini menggambarkan seorang hamba Allah yang selalu menyerahkan qada dan qadarnya apapun yang sudah ditetapkan baik itu jodoh, maut dan rezeki yang akan diberikan kepada hambanya yang tidak diketahui dan menyerahkan semua ketetapan yang sudah ditentukan oleh Allah, terdapat sebanyak 16 kutipan.
5. Aspek ikhlas di dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah. Aspek ini menggambarkan seorang muslimah yang menerima ketentuan Allah dengan lapang dada dan rela berkorban untuk suami, anak dan sesamanya tanpa mengharapkan imbalan. Bagaimana seorang muslimah dengan tulus saat melahirkan, merawat dan mendidik sehingga anak tumbuh dewasa bahkan sampai mempunyai keluarga baru, terdapat sebanyak 21 kutipan.
6. Aspek raja’ di dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah. Aspek ini menggambarkan seorang wanita yang mempunyai kelebihan berupa mengandung, melahirkan dan menyusui itulah bentuk kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada seorang wanita. Manusia juga dianugerahkan dengan akal dan pikiran yang dimilikinya, berbeda dengan makhluk
ciptaan Allah yang lainnya, terdapat sebanyak 31 kutipan.
## Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan dari penelitian nilai- nilai akhlak baik yang berhubungan dengan h ablumminallah dalam Novel Surat untuk Muslimah karya Ayesha El Himah, penulis memberikan beberapa saran di antaranya.
1. Kepada sastrawan hendaknya dapat menulis karya-karya yang bermuatan dapat meningkatkan akhlak yang baik dari manusia.
2. Bagi pembaca hendaknya dapat memilih yang dapat meningkatkan nilai akhlak baik.
3. Bagi guru bahasa dan sastra di sekolah dapat memilihkan bahan-bahan pelajaran untuk mengapresiasi Novel yang memiliki nilai akhlak baik.
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. El Himah, Ayesha. (2015). Surat Untuk Muslimah . Jakata: Elex Media Komputindo. Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel
Edumedia.
Nata, Abuddin. (2019). Akhlak Tasawu dan Karakter Mulia . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nurgiyantoro, Burhan. (2009). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rahima, A. (2017). Literature Reception
(a Conceptual Overview). Jurnal Ilmiah Dikdaya , 6 (1), http://dikdaya.unbari.ac.id/index.p hp/dikdaya/
Siswantoro. (2010). Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5 No. 1 April 2021 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara
Wiyatmi. (2009). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
|
bef0bcc1-e5ae-488b-aaa7-321568e463a9 | https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/SPEJ/article/download/333/258 | Volume 2, Nomor 1, Desember 2018 e-ISSN : 2598-2567 p-ISSN : 2614-0195 DOI : https://doi.org/10.31539/spej.v2i1.333
## PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR
## Endang Lovisia
Program Studi Pendidikan Fisika ,STKIP PGRI Lubuklinggau [email protected]
Submit , 06-09-2018 Accepted , 25-12-2018 Publish , 27-12-2018
Abstract: the research aims at finding out the significance influence of guided inquiry on students physic achievement. It was an experiment research by group comparison. The population was all of the tenth grade students of SMA Negeri 6 Lubuklinggau. The samples was collected by cluster random sampling with grade X1 as experiment class treated with guided inquiry and X2 as control class treated with lecturing method. Technique for collecting data was through test analysis. Based on the posttest result with level of confidence 5% it was find out that t obtained = 2,61 and ttabel = 2,02 because t obtained > ttabel. Therefore, it can be concluded that there was a significant effect of guided inquiry model on Student physic achievement at the tenth grade of SMAN 6 Lubuklinggau.
Keywords : Physic, Students' achievement, Guided Inquiry
Abstrak : tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika Siswa. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen murni yang dilakukan dengan adanya kelompok pembanding. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6 Lubuklinggau. Sampel diambil secara acak dengan cara pengundian, sehingga didapat kelas X 1 sebagai kelas eksperimen diberikan pembelajaran Inkuiri terbimbing dan X 2 sebagai kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode caramah . Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Berdasarkan hasil analisis data post-test dengan taraf kepercayaan 5% didapat t hitung = 2,61 dan t tabel = 2,02 karena t hitung > t tabel , maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 6 Lubuklinggau.
Kata Kunci : Fisika, Hasil Belajar, Inkuiri Terbimbing.
## PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan akan menentukan peradaban manusia pada masa yang akan datang.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental anak yang nantinya akan menjadi manusia dewasa yang berinteraksi damn melakukan banyak hal terhadap lingkungannya baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.
Dalam hal ini guru berperan penting untuk membimbing dan mengarahkan potensi ang dimiliki siswa agar menjadi lebih baik dalam menyalurkan porensi yang dimiliki. Dalam upaa meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan peran guru
sangatlah penting. Guru mempunyai taggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar dan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan baik untuk guru maupun muridnya.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran fisika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Guru berharap pada proses pembelajaran di kelas siswa dapat menyerap materi pelajaran dengan baik, hal ini ditandai dengan hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan, maka harus ditunjang oleh bahan pelajaran yang bermutu, model pembelajaran, sistem evaluasi, sarana penunjang dan sistem administrasi yang
dapat memberikan kontribusi maksimal pada proses belajar. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru mata pelajaran fisika beliau mengatakan bahwa hasil belajar di kelas XI masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai semester ganjil pada tahun pelajaran 2017/2018 sebagian besar siswa belum dapat mencapai nilai KKM 70. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran fisika dan kegiatan pembelajaran lebih cenderung menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru tanpa adanya peran aktif siswa. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMAN 6 Lubuklinggau
## LANDASAN TEORI Tinjauan Tentang Belajar
Menurut Slameto (2010) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan menurut (Hakim dalam Trianto, 2007) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusisa, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan daya, fikir, dan lain-lain kemampuanya. Berdasarkan beberapa
pendapatr diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
## Tinjauan Tentang Hasil Belajar
Menurut (Romiszowski dalam Trianto (2010) hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.
## Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2007) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Sedangkan Menurut Joyce (dalam Trianto 2007) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di pergunakan sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran seperti buku-buku, film komputer, kurikuler dan lain-lain.
Menurut Arends (dalam Trianto 2007) model pembelajaran adalah mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolahan kelas. Sedangkan Menurut Trianto (2007) Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan
material/perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film- film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).
## Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut (Gulo dalam Suyatno,
2009) pembelajaran Inkuiri terbimbing tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk Pengembangan emosinoal dan keterampilan berpikir sementara. Menurut (Suparno dalam Suyatno, 2009)
Inkuiri terbimbing adalah Inkuiri yang banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan- pertanyaan pengarahkan selama proses Inkuiri. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela- sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil.
Menurut (Roestiyah dalam Suprijono, 2010) Inkuiri Terbimbing adalah model pembelajaran Inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau pertunjuk yang cukup luas kepada siswa.
Menurut (Kunandar dalam Suprijono, 2010) pembelajaran inkuiri terbimbing adalah mendorong siswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip- prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memilki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan suatu model yang menuntun siswa
dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menekankan
sikap ilmiah
Menurut (Trianto dalam Suprijon, 2010), sintak model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagai berikut: 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah Membimbing siswa mengidentifikasi masalah, kemudian dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
2. Merumuskan hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curahkan pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalah dan
memprioritaskan mana yang menjadi prioritas penyelidikan
3. Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langka percobaan.
4. Melakukan percobaaan untuk memperoleh informasi. Guru membimbing siswa dalam mendapatkan informasi melalui percobaan
5. Mengumpulkan dan menganalisis data. Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul
6. Membuat kesimpulan. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
Menurut Trianto (2007) langkah langkah model pembelajaran Inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan pertanyaan atau permasalahan meliputi kegiatan menggali pengetahuan awal siswa melalui demonstrasi, mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukan pendapat kepada kelompoknya.
2. Membuat hipotesis meliputi kegiatkan mengajukan jawaban
sementara tentang masalah dan diarahkan dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis man yang menjadi prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan sesuai langkah-langkah yang ada dan mempelajari petunjuk eksperimen,melakukan percobaan untuk memperoleh informasi meliputi kegiatan melakukan percobaan dan mendapat informasi melalui percobaan. 4. Mengumpulkan data dan menganalisis data meliputi kegiatan mencari dan mengumpulkan data sebanyak- banyaknya dan menganalisis data yang sudah dikumpulkan untuk dapat dibuktikan hipotesis apakah benar atau tidak.
5. Menyimpulkan data meliputi kegiatan menyimpulkan data yang telah dikelompokkan dan dianalisis dan diambil kesimpulan
kemudian dicocokkan dengan hipotesis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut :
1. Siswa diberikan permasalahan.
2. Siswa mengamati pada percobaan yang akan dilakukan.
3. Siswa menyajikan hasil dalam bentuk tulisan atau laporan.
4. Siswa mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas.
5. Siswa membuat kesimpulan.
## METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Menurut (Arikunto, 2010) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan design Pretest-posttest Control Group Design atau desain
kelompok kontrol eksperiman. Desain penelitian dapat ditunjukkan pada tabel 1
Tabel 1. Pretest-posttest Control Group Design Group
Pretes Perlakuan Postes Eksperimen O 1 X O 2 Kontrol O 1 - O 2 Menurut (Arikunto, 2010) bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar fisika siswa
Populasi dan Sampel Populasi Penelitian
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010).
Sedangkan menurut (Mulyatiningsih, 2013) populasi adalah sekumpulan subjek yang akan diteliti, jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan keseluruhan subjek ang akan diteliti Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 6 Lubuklinggau yang terdiri dari 8 kelas, dengan rincian dapat dilihat tabel 2.
Tabel 2 Populasi Penelitian No Kelas Laki- Laki Perem- puan Jum- lah 1. X 1 13 9 22 2. X 2 12 9 21 3. X 3 14 9 23 4. X 4 13 9 22 Jumlah 52 36 88
## Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu dua kelas yang diambil secara acak dengan teknik simple random sampling (pengundian). Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2011). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 22 siswa dan siswa kelas X.2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 21 siswa.
## Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010). Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan menyelesaikan soal materi setelah diberi perlakuan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontro. Pretes diberikan untuk melihat kemampuan awal siswa dan postes diberikan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tes yang diberikan berbentuk soal essay
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan cara statistik.
## Menentukan Rata-rata dan Simpangan Baku
Menentukan skor rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar pada kelas eksperimen semu dengan rumus:
̅ ∑ (1)
Keterangan:
̅ : Nilai rata-rata sampel
: Frekuensi
: Titik tengah nilai tes
√ ∑ ̅ (2)
Keterangan:
: Simpangan baku
̅ : Nilai rata-rata sampel
: Titik tengah nilai X
: Jumlah sampel keseluruhan
## Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat yang bertujuan untuk menguji kesesuaian data dalam sebaran distribusi normal. Menurut (Sugiyono: 2010) uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data, populasi berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas ini menggunakan rumus Chi-kuadrat ( ) ∑ (3)
Keterangan:
= harga Chi kuadrat yang dicari = Frekuensi hasil observasi = Frekuensi yang diharapkan Selanjutnya, dibandingkan dengan dengan derajat kebebasan . Dimana adalah banyaknya kelas interval data dengan signifikan 5%. Jika , maka distribusi data dinyatakan normal. Jika , maka dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal (Arikunto, 2010).
## Uji Homogenitas
Menurut (Sudjana, 2005) uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara kedua kelompok, sama atau
berbeda. Adapun rumus yang digunakan adalah
(4) Keterangan: = Varians terbesar = Varians terkecil Dengan kriteria pengujiannya adalah jika F hitung < F tabel maka kedua varians kelompok data tersebut adalah homogen dan jika F hitung > F tabel maka varians kelompok tidak homogen.
## Uji Kesamaan Dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara dua rata-rata, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dan data kelompok kontrol. Menurut (Sudjana, 2002) jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji t.
̅̅̅̅ ̅̅̅̅ √ (5)
Dengan:
(6)
Keterangan: =perbedaan rata-rata kedua sampel ̅̅̅ =nilai rata-rata kel.eksperimen
̅̅̅ = nilai rata-rata kelompok kontrol =banyak sampel kel.eksperimen = banyak sampel kelompok kontrol
=varians kelompok eksperimen =varians kelompok kontrol =varians gabungan H 0 diterima jika t hitung < t tabel didapat dari t dengan (α = 0,05), dk = (n 1 +n 2 -2). Apabila kedua kelompok data berdistribusi normal dan varians tidak homogen, maka digunakan statistik t’ (Sudjana:2005)
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
√ (7)
Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis H 0 jika:
Dengan:
= = = ( ⁄ ) = ( ⁄ )
## Pertanggung Jawaban Penelitian Uji Validitas
Menurut (Arikunto, 2010) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Menurut (Suherman dan Sukjaya, 1990), interprestasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi dalam kategori seperti tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Kategori Uji Validitas Butir Soal Nilai Koefisien Korelasi Keterangan ≤ < ≤ < ≤ < ≤ < ≤ < ≤
Tidak valid Validitas sangat rendah Validitas rendah Validitas sedang
Validitas tinggi Validitas sangat tinggi
Untuk menentukan keberartian dari koefisien validitas digunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut:
√ (8)
Keterangan:
= banyak data,
= korelasi product momment,
= distribusi student.
Harga thitung diperoleh untuk taraf kesalahan 5% uji satu pihak dengan dk = n-1. Jika thitung > ttabel, maka diterima dan ditolak dengan kata lain
terdapat hubungan signifikan atau butir soal dikatakan valid.
## Uji Realibilitas
Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011).
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha ( , yaitu sebagai berikut;
( ) ( ∑ ) (9)
Keterangan : : Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ : Jumlah varians butir
: Varians total
Tabel 4. Kategori Uji Reliabilitas
Nilai Reliabilitas Instrumen Keterangan ≤ < 0,40 < ≤
< ≤ Reliabilitas sangat rendah Reliabilitas rendah Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sangat tinggi
## Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh (Suherman dan Sukjaya, 1990). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus :
(10)
Keterangan :
: Indeks daya pembeda
: Jumlah skor kelompok atas
: Jumlah skor kelompok bawah
: Jumlah skor ideal kelompok atas
Menurut Suherman dan Sukjaya (1990), klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda dapat dilihat seperti tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Daya Pembeda Butir Soal Indeks Daya Pembeda Keterangan ≤ < ≤ < ≤ < ≤
< ≤ Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik
## Tingkat Kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran (Difficulty Index) . Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah (Suherman dan Sukjaya, 1990). Soal yang tingkat kesukarannya sedang, sebab bila tingkat kesukaran soal itu sedang maka dapat memberikan informasi mengenai perbedaan individual yang paling besar. Rumus untuk menghitung indeks kesukaran butir soal yaitu:
(11) Keterangan : : Indeks Kesukaran : Jumlah skor kelompok atas
: Jumlah skor kelompok bawah
: Jumlah skor ideal kelompok atas
: Jumlah skor ideal kelompok bawah
Tabel 6. Klasifikasi Indeks Kesukaran Butir Soal
Indeks Kesukaran Keterangan
= < ≤ < ≤ < < = Soal terlalu sukar Soal sukar Soal sedang
Soal mudah
## Soal terlalu mudah
Berdasarkan analisis tes hasil uji coba tes instrumen, maka soal yang akan digunakan untuk tes adalah soal yang
memenuhi syarat validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran yang baik. Dari 10 soal yang diujikan, ada 5 soal yang dipakai dan 5 soal yang tidak dipakai sebagai instrumen dalam penelitian.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif data Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 6 Lubuklinggau dimulai dari tanggal 02 Oktober sampai 23 Nopember 2017 Jumlah seluruh siswa kelas XI jurusan MIPA yaitu sebanyak 88 siswa dari 4 kelas yang ada.
Berdasarkan empat kelas tersebut, hanya diambil dua kelas secara acak. Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah masing-masing empat kali pertemuan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan rincian satu kali pemberian pretes, dua kali proses pembelajaran dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan satu kali pemberian postes baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Data Hasil Kemampuan Awal Siswa (pre-test) .
Pemberian pretes dilakukan pada pertemuan pertama. Pelaksanaan pretes ini berfungsi unruk mengetahui kemampuan awal tentang suatu materi dari masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Soal yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari 5 soal.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Data Pretes Nilai Eksperimen Kontrol Minimal Maksimal Rata-rata Simpangan baku 28 57 37,95 7,01 24 52 36,95 7,00 Berdasarkan tabel 7, secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa pada pengetahuan awal sama-sama masih rendah dan tidak ada perbedaan yang berarti antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol ditinjau dari rata-rata nilainya.
Data Kemampuan Akhir Siswa (post- test) .
Postes dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakaan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing. Postes ini dilakukan pada pertemuan terakhir baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Adapun hasil perhitungan postes dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8. Hasil Perhitungan Data Postes Nilai Eksperimen Kontrol Minimal Maksimal Rata-rata Simpangan baku 57 95 76,55 9,79 52 90 68,67 10,02
## Analisis Interferensial Data Penelitian
Data penelitian yang diperoleh dari hasil postes akan digunakan untuk menguji hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap hasil Belajar fisika siswa kelas XI SMAN 6 Lubuklingau”.
## Uji Normalitas
Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf
kepercayaanα = 0,05, jika tabel hitung 2 2
maka data berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 9. Hasil Perhitungan Data Postes Nilai Kelas χ2 hit χ2 tab kesimpulan
Pretes
Postes E K E K 3,829 8,532 6,148 1,918 11,070 11,070 11,070 11,070 Normal Normal Normal Normal
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data pretes maupun postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk melihat kedua kelompok mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Adapun perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Varians F hit dk F tab kesimpulan Pretes Postes 1,00 1,05 20:20 20:20 2,12 2,12 Homogen homogen
Jika F hitung < F tabel maka dinyatakan bahwa varians kedua kelompok data adalah homogen. Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa untuk varians skor pretes diperoleh F hitung = 1,00 dan varians skor postes diperoleh F hitung = 1,05 dengan dk = (20:20) diperoleh ftabel = 2,12. Maka H 0 diterima sehingga data kedua varians tersebut homogen
## Uji Hipotesis
Uji hipotesis daalm penelitian ini adalah menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas ang telah dilakukan, maka kedua kelas pada pretes dan postes berdistribusi normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata ang digunakan adalah uji-t.
Tabel 11. Hasil Perhitungan Uji kesamaan dua rata-rata Hasil tes t hit F tab kesimpulan Pretes Postes 0,47 2,61 2,02 2,02 H 0 diterima
H 0 ditolak
Berdasarkan hasil pretes siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa pada pengetahuan sama-sama masih rendah dan tidak ada perbedaan yang begitu besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan hasil postes siswa, terdapat perbedaan kemampuan
akhir anatara kelas eskperimen dan kelas kontrol hal ini berarti ada pengarug yang signifikan model pembelajaran Inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa.
Pada kelas kontrol siswa diajarakan dengan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah sedangkan pada kelas eksperimen siswa diajarkan mengguanakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar. Tiap
kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa yang kemampuan akademiknya berbeda (heterogen) kemudian dibagikan Lembar
Kerja Praktikum (LKP) untuk tiap kelompok.
Pada pertemuan pertama
pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri terbimbing di kelas eksperimen ini awalnya siswa mengalami kesulitan dan menemukan hambatan-hambatan, hal ini dikarenakan adanya perubahan teknik mengajar yang dirasakan oleh siswa sebagaai hal baru dan memerlukan penyesuaian. Ini terlihat sebagian siswa masih pasif pada saat melaksanakan percobaak praktikum.
Namun setelah dilaksanakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pertemuan kedua siswa mulai tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditandai dengan adanya kerja sama dalam kelompok dan rasa penyelidikan atau penemuan siswa terhadap permasalah menjadikan siswa lebih termotivasi menggali pengetahuannya sendiri dengan bimbingan dari guru. Adanya kerja sama dalam kelompok membuat siswa dapat saling bertukar pikiran, serta siswa yang pandai dapat memberikan informasi kepada siswa yang lemah
pengetahuannya.
Hal inilah yang menjadikan siswa merasa termotivasi dan hasil belajar siswapun meningkat.
Berdasarkan analisis secara statistik terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap hasil belajar fisika diswa pada kelas XI SMAN 6
Lubuklinggau. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI SMAN 6 Lubuklinggau. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis uji-t dengan t hitung (2,61) > t tabel (2,02) dengan α = 0,05. Nilai rata-rata tes akhir hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen sebesar 76,55 dan pada kelas kontrol bsebesar 68,67
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Mulyatiningsih, Endang. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor- faktor Yang Mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta Sudjana. (2005). Metoda Statistik . Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman dan Sukjaya. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah Suprijono. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta Pustaka Belajar Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif . Surabaya : Masmedia Buana Pustaka Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media Group
|
f48fb6fa-65dd-40ca-8752-86fcc38c7cbd | http://jofar.afi.ac.id/index.php/jofar/article/download/120/85 |
## PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK BERDASARKAN RESEP DOKTER DI APOTEK KIMIA FARMA TITIBUMI
## PROFILE OF ANALGETIC USED BASED ON PRESCRIPTION AT PHARMACY OF KIMIA FARMA TITIBUMI
Diyah Dwi Lestari 1 , Dwi Hastuti 1* 1 Program Studi Diploma III Farmasi Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta *Korespondensi: [email protected]
## ABSTRAK
Permasalahan kesehatan yang sering dihadapi salah satunya yaitu rasa nyeri pada anggota tubuh. Rasa nyeri dapat diatasi dengan menggunakan obat analgetik. Penggunaan obat analgetik di Apotek Kimia Farma Titibumi tergolong fast moving hal ini dikarenakan letak apotek yang dekat dengan klinik dan dokter praktek. Hampir seluruh dokter yang ada disekitar apotek meresepkan obat analgetik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil penggunaan obat analgetik dengan resep dokter di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari – Mei 2020.
Metode pada penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Pengumpulkan data berupa resep yang mengandung obat analgetik di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari - Mei 2020 sejumlah 165 resep. Data dianalisis secara deskriptif hasil data disajikan dalam bentuk tabel tentang profil penggunaan obat analgetik berdasarkan resep dokter di apotek kimia farma titibumi.
Hasil dan kesimpulan dari penelitiaan ini yaitu penggunaan terapi analgetik yang paling banyak adalah terapi tunggal yaitu metamizol sebanyak 35 resep (21,21%), sedangkan untuk terapi kombinasi yaitu paracetamol+tramadol sebanyak 18 resep (10,91%). Golongan obat yang paling tinggi yaitu golongan non- opioid sebanyak 122 resep (73,94%). Dari 165 resep yang ada sebanyak 163 resep (98,79%) sudah sesuai dosisnya, dan ada 2 resep (1,21%) dosis tidak sesuai.
Kata kunci : Nyeri, analgetik, penggunaan obat, non-opioid, terapi, dosis.
## ABSTRACT
One of the health problems that is often faced is pain in the limbs. Pain can be overcome by using analgesic drugs. The use of analgesic drugs at Kimia Farma Titibumi Pharmacy is classified as fast moving, this is due to the location of the pharmacy which is close to clinics and practicing doctors. Almost all doctors around the pharmacy prescribe analgesic drugs. The purpose of this study was to determine the profile of the use of analgesic drugs with a doctor's prescription at Kimia Farma Titibumi Pharmacy for the period January - May 2020.
The method in this research is descriptive observational research. Collecting data in the form of prescriptions containing analgesic drugs at Kimia Farma Titibumi Pharmacy for the period January - May 2020. The data were analyzed descriptively. The data results were presented in tabular form about the profile of analgesic drug use based on doctor's prescriptions at the Titibumi Kimia Farma pharmacy.
The results and conclusions of this study are the use of analgesic therapy the most is single therapy, namely metamizole with 35 prescriptions (21.21%), while for combination therapy, paracetamol + tramadol with 18 prescriptions (10,91%). The highest class of drugs is the non-opioid group with 122 prescriptions (73.94%). The 165 of existing prescriptions, 163 prescriptions (98.79%) had the appropriate dosage, and there were 2 prescriptions (1.21%) that did not match the dosage.
Keywords : Pain, analgesic, drug use, non-opioid, therapy, dose.
## PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan keadaan seseorang sehat, baik secara mental, fisik, sosial maupun spiritual yang memungkinkan seseorang untuk produktif secara sosial maupun ekonomis. Permasalahan kesehatan yang sering dihadapi salah satunya yaitu adanya rasa nyeri pada anggota tubuh (Ginoto, 2013). Nyeri adalah
pengalaman sensoris atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan (Dede, 2017). Rasa nyeri yang dialami oleh setiap orang dapat diatasi dengan menggunakan obat analgetik. Obat analgetik non narkotik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya.
Penggunaan obat analgetik di Apotek Kimia Farma Titibumi juga tergolong fast moving hal ini dikarenakan letak apotek yang berkedatan dengan klinik gigi, klinik bersalin serta dokter praktek spesialis penyakit dalam. Berdasarkan hal tersebut hampir seluruh dokter yang ada disekitar apotek meresepkan obat analgetik. Obat analgetik yang diresepkan yaitu analgetik non-opioid maupun opioid.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien pasca bedah di ruang III dan Melati lt.4 RSUD Kota Tasikmalaya periode April-Mei 2017 menunjukan bahwa analgetik yang paling banyak digunakan adalah golongan antiinflamasi nonsteroid yaitu ketorolak sebanyak 55 pasien (49,5%), asam mefenamat 25 pasien (22,5%), parasetamol 5 pasien (4,5%). Sedangkan untuk penggunaan analgetik narkotik yaitu tramadol digunakan oleh 24 pasien (21,6%), kombinasi tramadol-ketorolak pada 2 pasien (1,8%) (Darajatun dkk, 2017). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ramadani dkk. (2017) Penggunaan analgetik terbanyak pada pasien rawatan intensif di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari-Desember 2015 adalah analgetik golongan OAINS sebanyak 96 penggunaan (61, 54%) yang terdiri dari parasetamol yaitu sebanyak 42 penggunaan (26,92%), diikuti dengan ketorolak sebanyak 38 penggunaan (24,36%). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang profil penggunaan obat analgetik dengan resep dokter di Apotek Kimia Farma Titibumi.
## METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan metode pengambilan data secara retrospektif dengan melihat data resep obat analgetik pasien di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari - Mei 2020. Penelitian ini dilakukan di Apotek Kimia Farma dari bulan Juni 2021. Populasi dan Sampel
Populasi dalam pnelitian ini adalah seluruh resep yang mengandung obat analgetik di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari – Mei 2020 sebanyak 168 resep. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh resep yang mengandung obat analgetik di Apotek Kimia Farma Titibumi Periode Januari-Mei 2020. Metode dalam pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling . Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 165 resep yang telah memenuhi kriteria, yaitu resep yang mengandung obat analgetik dengan signa yang lengkap dan resep yang tidak mengandung obat analgetik dengan sediaan topikal di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari – Mei 2020.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa resep yang berisi obat analgetik dan form pengambilan data yang digunakan untuk mencatat data nama pasien, umur, nama obat, golongan, signa, jenis terapi, dan kesesuaian dosis. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diambil dari resep pasien yang menggunakan obat analetik di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari-Mei 2020. Data – data yang digunakan meliputi nama pasien, nama obat, golongan obat, jenis terapi (tunggal atau kombinasi), dan kesesuaian dosis.
Analisa Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan menggambarkan hasil data yang disajikan dengan prosentase. Data yang ditampilkan meliputi jenis terapi dan item nama obat golongan, dan kesesuaian dosis obat yang diberikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyaning dkk. (2017) yang disajikan dalam bentuk tabel serta dihitung presentasenya sebagai berikut:
1. Presentase jenis terapi dan nama obat
Jumlah jenis terapi (item obat) X 100%
Total sampel
## 2. Persentase golongan obat yang digunakan
Jumlah golongan X 100% Total sampel 3. Presentase kesesuaian dosis berdasarkan ISO Jumlah resep dengan dosis yang sesuai dengan ISO X 100% Total sampel (Sugiyono, 2017)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Presentase Jenis Terapi dan Nama Item Obat
Jenis terapi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu terapi tunggal dan terapi kombinasi. Terapi tunggal biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri akut, atau nyeri ringan, sedangkan terapi kombinasi biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri kronik (pasca oprasi) karena memiliki tingkatan nyeri yang lebih tinggi. Berdasarkan item obatnya analgetik ada berbagai macam, tabel dibawah ini menunjukkan jenis terapi dan macam-macam obat analgetik dengan nama generik yang digunakan dalam peresepan di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari – Mei 2021.
Obat analgetik ada berbagai macam, berdasarkan tabel I dibawah ini menunjukkan macam-macam obat analgetik yang digunakan dalam peresepan di Apotek Kimia Farma Titibumi.
Tabel I. Nama Item Obat Analgetik Periode Januari – Mei 2020 Jenis terapi / Nama obat Jumlah Presentase Terapi tunggal 139 84,24% Asam Mefenamat 13 7,88 % Celecoxib 2 1,21 % Etoricoxib 8 4,85 % Ibuprofen 1 0,61 % Kalium Diklofenak 27 16,36 % Ketoprofen 2 1,21 % Ketorolac 1 0,61 % Meloxicam 4 2,42 % Metamizol 35 21,21 % Natrium Diklofenak 6 3,64 % Paracetamol 31 18,79 % Tramadol 9 5,45 % Terapi kombinasi 26 15,76% Asam Mefenamat + Kalium Diklofenak 2 1,21 % Metamizol + Kalium Diklofenak 2 1,21 % Metamizol + Meloxcam 1 0,61 % paracetamol + Meloxicam 2 1,21 % Paracetamol +Tramadol 18 10,91 % Tramadol + Natrium Diklofenak 1 0,61 %
Berdasarkan tabel I menunjukkan jenis terapi yang paling banyak digunakan dalam peresepan di Apotek Kimia Farma Titibumi untuk mengatasi nyeri yaitu terapi tunggal dengan jumlah 139 resep dan presentase 84,25% untuk terapi tersebut, sedangkan untuk data terapi kombinasi didapatkan hasil yang lebih sedikit yaitu sebanyak 26 resep dengan presentase 15,76%. Penggunaan terapi tunggal yang paling banyak yaitu metamizol sebanyak 35 resep (21,21%), sedangkan untuk terapi kombinasi obat analgetik yang paling banyak yaitu kombinasi antara paracetamol + tramadol sebanyak 18 resep dengan presentase sebesar 10,91%.
Hasil ini menunjukan adanya kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaning dkk. (2017) yang menyebutkan bahwa pengobatan terapi tunggal pada pengobatan pulpitis sebanyak 370 resep (100%).
Hasil yang sama juga didapatkan oleh Mardhiyah Dkk (2021) yang menyatakan bahwa anagetik yang paling banyak digunakan adalah pyrazolon (metamizol, antrain) sebanyak 51,3%. Metamizole adalah obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) yang kuat dan juga antipiretik dari kelompok turunan pirazolin. Dibeberapa negara penggunaan metamizol dilarang karena efek samping yang ditimbulkan seperti agranulositosis, namun metamizol masih dijadikan pilihan untuk alternatif terhadap pasien dengan kontra indikasi NSAID seperti ganguan pencernaan atas, lambung dan ginjal (Konijnenbelt-peter dkk. 2017).
Pada penggunaan obat analgetik dengan terapi kombinasi item obat yang paling banyak digunakan adalah kombinasi antara paracetamol+tramadol dengan jumlah 18 resep dengan presentase sebesar 10,91%. Hasil yang didapatkan ini sudah sesuai dengan penelitian Ramadani dkk. (2017) yang menyebutkan bahwa analgetik opioid+OAINS terbanyak yaitu tramadol + parasetamol yang diberikan pada 28 pasien (24,45%). Penggunaan terapi analgetik secara kombinasi lebih efektif dan juga untuk mengurangi dosis dari masing- masing obat tersebut. Pemberian analgetik secara kombinasi pada pasien dengan derajat nyeri berat efektif dalam meningkatkan sifat analgesia obat terutama pemberian parasetamol yang dikombinasikan dengan tramadol sehingga menghasilkan opioid sparring effect (Barr dkk. 2013). Presentase Golongan Obat
Persentase golongan obat analgetik yang digunakan pada periode januari-mei 2020 disajikan pada tabel II.
Tabel II. Jenis Golongan Obat Analgetik Periode Januari–Mei 2020.
Tabel II. menunjukkan bahwa penggunaan obat analgetik dengan resep di Apotek Kimia Farma Titibumi periode Januari–Mei 2020 lebih banyak menggunakan analgetik dengan golongan non-opioid yaitu sebanyak 122 resep (73,94%), sedangkan untuk golongan opioid lebih sedikit yaitu sebanyak 43 resep (26,06%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian sudah sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhani dkk. (2017) yang menyebutkan bahwa penggunaan analgetik pada pasien rawatan intensif di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari–Desember 2015 sejumlah 156 penggunaan terbagi menjadi sebanyak 96 (61,54%) penggunaan OAINS dan 62 (39,74%) penggunaan analgetik opioid. Penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang oleh Permata (2014) menunjukkan bahwa tidak ada pasien yang menggunakan opioid saja sebagai analgesik pasca operasi karena opioid mempunyai banyak efek samping antara lain mual dan muntah, efek ketergantungan, dan efek toleransi. Efek ketergantungan dan toleransi terjadi jika diberikan dalam waktu lebih dari 4 hari. Sehingga jenis agen non-opioid menggantikan opioid sebagai pilihan analgesik pasca orthopedi karena dinilai sudah mampu mengatasi nyeri yang dialami pasien dengan efek samping paling minimal karena tidak mempengaruhi seluruh susunan syaraf pusat. Presentase Kesesuaian Dosis berdasarkan ISO
Persentase kesesuaian dosis berdasarkan ISO pada periode januari-mei 2020 disajikan pada tabel II.
Tabel III. Data Kesesuaian Dosis Pada Resep Periode Januari–Mei 2020 Kesesuaian Dosis Jumlah Presentase Sesuai 163 98,79% Tidak Sesuai 2 1,21%
Dari tabel III menunjukkan dari 165 resep sebanyak 163 resep dengan jumlah presentase 98,79% dosisnya sesuai, sedangkan untuk resep yang dosisnya tidak sesuai yaitu sebanyak 2 resep dengan presentase 1,21%. Dalam mengolah data kesesuaian dosis berdasarkan buku ISO (2019) dilihat dari dosis terapi kemudian disesuaikan antara resep dengan ISO 2019, dosis dikatakan sesuai apabila dosis dalam resep penggunaannya tidak melebihi dari dosis maksimal.
Dari tabel III menunjukkan dari 165 resep sebanyak 163 resep dengan jumlah presentase 98,79% dosisnya sesuai, sedangkan untuk resep yang dosisnya tidak sesuai yaitu sebanyak 2 resep dengan presentase 1,21%. Dosis yang tidak sesuai ini terjadi pada peresepan etoricoxib 90 mg dengan pemakaian 2 x sehari, sedangkan pada literatur disebutkan bahwa pemakaian maksimal pada etoricoxib adalah 120 mg. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena dokter mempunyai pertimbangan tersendiri terhadap kondisi yang dialami pasien, yaitu pasien mengalami nyeri yang berat.
## KESIMPULAN
Jenis Golongan Jumah Presentase Non-opioid 122 73,94 % Opioid 43 26,06 %
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat analgetik yang paling banyak pada terapi tunggal yaitu metamizol sebanyak 35 resep (21,21%), sedangkan untuk terapi kombinasi yaitu paracetamol+tramadol sebanyak 18 resep (10,91%), kemudian golongan obat yang paling banyak digunakan di Apotek Kimia Farma Titibumi yaitu golongan non-opioid sebanyak 122 resep (73,94%), dan untuk golongan opioid lebih sedikit yaitu 43 resep (26,06%). Hasil ini sudah sesuai dengan buku ISO tahun 2019, yaitu sebanyak 163 resep (98,79%) sudah sesuai dosisnya, dan ada 2 resep (1,21%) dosis tidak sesuai, karena melebihi dari dosis maksimalnya.
## DAFTAR PUSTAKA
Barr J, Fraser GL, Puntillo K, Ely EW, Gelinas C, Dasta JF, Davidson J.E, Devlin J.W., Kress J.P., Joffe A.M., Coursin D.B, Herr D.L., Tung A., Robinson B.R.H, Fontaine D.K., Ramsay M.A., Riker R.R., Sessler C.N., Pun B., Skrobik Y., and Jaeschke R. 2013. Clinical practice Guidelines for management of pain, agitation and delirium in adult patient in the intensive care unit . Critical care medicine . 41(1).
Dede, M.S. 2017. Profil Penggunaan Obat Analgetik Pada Pasien Kanker Serviks Di RSUD. Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang Periode Juli – Desember 2017, Karya Tulis Ilmiah. Kupang : Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program Studi Farmasi Kupang.
Darajatun, A.L. Alifiar, I. Nofiati, T. 2017. Gambaran Penggunaan Analgetik Pada Pasien Pasca Bedah di Ruang III dan Melati Lantai 4 RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Fitofarmaka. 7(1). Ginoto, A. 2013 . Analisis Frekuensi Penggunaan Obat Anlgesik Non narkotik di Rumah Sakit Bhayangkara Palangkaraya, Skripsi,. Kalimantan: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 52 . Jakarta: ISFI Penerbit.
Konijnenbelt-Peters J, Van der Heijden C, Ekhart C, Bos J, Bruhn J, and Kramers C. 2015. Metamizole (Dipyrone) as an Alternative Agent in Postoperative Analgesia in Patients with in Contraindications for Children After Tonsillectomy. Brazilian Journal of Anesthesiology. 65(6): 476-8239.
Mardhiyah, T. Maulydia Cholid. Muhtarum Yusuf .2021. Studi Retrospektif: Profil Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pascatonsilektomi di Departemen SMF THT-KL RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015-2016. Jurnal. 13(1).
Permata, Verine A. 2014. Penggunaan Analgesik Pasca Operasi Orthopedi Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Skripsi . Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Ramadani, L. Hidayat, N. dan Fauzia, D. 2017. Gambaran Penggunaan Analgetik Pada Pasien Rawatan Intensif Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari-Desember 2015. Jurnal JOM Fk. 4(2). Setyaning P.A, Yunitasari, Dewi F., and Maidatuz. Z.I. 2017. Profil Peresepan Obat Analgesik Pada Pasien Pulpitis Di Puskesmas Wonokusumo Surabaya Periode Bulan Januari – Desember 2017. Artikel Ilmiah . Surabaya: Akademi Farmasi Surabaya
Sugiyono. 2017 . Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta, CV.
|
1d2a6a0c-bb67-4a5e-8531-86fbba9cf0f0 | https://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/download/652/393 |
## PERANCANGAN ALAT PENYARINGAN DALAM PROSES PEMBUATAN TAHU
Ig . Jaka Mulyana 1 , L.M. Hadi Santosa 2 , dan Wahyu Prasetya 3
Abstract: CV. Segitiga is a company engaged in tofu manufacture. In the manual screening process, workers perform screening activities with standing postures and the hands shaking sieve so that workers spend a lot of energy that causes a long time as well as the screening process less efficient. Besides, the use of a manual screening causes pain complaints of workers in some parts of the workers’ body. In this study, a screening tool designed to facilitate the work and shorten the time of screening in the process of making tofu. Tools that have been created using the motor so can reduce worker fatigue and injury and speed up screening process. By using the tool, the savings are Rp. 1.000.600/month and screening times can be shortened by 55.1%.
## Keywords: screen, tofu, efficient
## PENDAHULUAN
CV. Segitiga merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan tahu. Sebagian besar proses produksinya dilakukan secara manual, namun akan menjadi efektif dan efisien apabila menggunakan alat yang dapat mempermudah proses produksi khususnya pada proses penyaringan yang dilakukan oleh pekerja. Perancangan alat yang baru pada proses penyaringan bertujuan untuk mempersingkat waktu proses penyaringan sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi dan mengurangi bagian-bagian tubuh pekerja yang mengalami keluhan pada saat proses penyaringan.
Tujuan dari proses penyaringan adalah memisahkan air kedelai dengan ampas yang tidak diperlukan. Pada proses penyaringan pekerja melakukan penyaringan dengan posisi tubuh berdiri dan bagian tangan menggoyang-goyangkan saringan. Penggoyangan saringan dilakukan pekerja dengan cara memegang bagian tepi kiri dan kanan besi yang terdapat simpul ikatan pada bagian tepi pegangan. Setelah aktifitas penggoyangan selesai maka aktifitas selajutnya adalah dilakukan pemerasan sampai tersisa ampas yang tidak diperlukan. Jika proses tersebut dilakukan secara berulang-ulang maka tidak menutup kemungkinan terjadinya cedera di bagian tubuh seperti tangan, lengan, bahu, dan punggung dialami oleh pekerja, hal tersebut merupakan salah satu alasan perlunya dibuat alat penyaringan yang baru.
Diharapkan penelitian ini dapat mempermudahkan pekerja dalam proses penyaringan karena telah menggunakan mesin otomatis sehingga pekerja tidak perlu
1 Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jl. Kalijudan 37 Surabaya 60114 Email: [email protected], [email protected]
2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jl. Kalijudan 37 Surabaya 60114
3 Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jl. Kalijudan 37 Surabaya 60114
Naskah diterima: 23 Maret 2013, direvisi:25 April 2013, disetujui: 10 Mei 2013
menanggung beban kerja yang cukup berat, meningkatkan produktivitas perhari, serta menghemat biaya serta meminimasi jumlah tenaga kerja.
## METODE
Data yang dikumpulkan sebagai masukan untuk merancang alat penyaringan tahu data keluhan bagian tubuh pekerja yang sakit, data anthropometri, data waktu penyelesaian pekerjaan pada proses penyaringan, dan besar energi yang dikeluarkan para pekerja. Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya adalah membuat rancangan alat untuk proses penyaringan yang lebih efisien dan praktis sehingga sehingga diharapkan mampu mempersingkat waktu proses dan penghematan biaya. Dalam merancang alat penyaringan tahu juga memperhatikan masukan dan keinginan operator. Berdasarkan data dan kebutuhan operator kemudian muncul beberapa konsep perancangan alat. Beberapa konsep inilah yang kemudian dinilai dan dipilih salah satu konsep yang paling baik. Konsep alat yang terpilih kemudian dirancang secara lebih detail untuk menentukan dimensi alat. Setelah rancangan alat selesai maka dilakukan pembuatan, pengujian alat dan analisa. Pengujian dilakukan untuk menguji apakah alat dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Analisa dilakukan untuk menentukan biaya pembuatan alat, penghematan biaya dan waktu setelah menggunakan alat.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Penyaringan
Kedelai yang sudah di masak atau direbus itu kemudian disaring dengan tujuan memisahkan air dengan ampas yang tidak digunakan. Dalam proses ini pekerja saat membutuhkan energi yang banyak untuk menggoyang-goyangkan campuran kedelai agar dapat disaring. Penggoyangan saringan bertujuan untuk mempercepat keluarnya air kedelai yang diinginkan, setelah itu dilakukan pemerasan yang bertujuan untuk memeras air yang masih tersisa di dalam kedelai. Alat yang digunakan dalam proses penyaringan ini sangatlah sederhana yaitu dari kain belacu yang berbentuk segi empat dan di setiap ujung diikatkan dengan besi, proses penyaringan ini membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Kain belacu yang dipakai untuk menyaring tersebut diganti rutin tiap 2 minggu sekali. Proses penyaringan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Proses penyaringan
Dari Nordic Body Map dapat diketahui bahwa bagian tubuh yang paling sering merasakan sakit adalah bahu, lengan, punggung dan tangan yang dikarnakan pekerjaan banyak di lakukan dengan kekuatan tangan yang berakibat punggung merasa sakit.
## Identifikasi Kebutuhan Pekerja
Langkah pertama dalam merancang alat adalah dengan mengumpulkan kebutuhan pekerja. Kebutuhan pekerja dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Pekerja
## Spesifikasi Produk dengan Matrik Kebutuhan Metrik (need-metrics matrix)
Matrik ini digunakan untuk membantu menentukan kebutuhan pekerja pada proses penyaringan kedelai terhadap metrik tentang alat penyaringan yang baru sesuai dengan kebutuhan pekerja. Matrik kebutuhan metrik alat penyaringan yang baru dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Matrik kebutuhan alat penyaringan yang diinginkan pekerja
## Penyusunan Konsep
Adapun concept classification tree untuk alat bantu kerja yang baru dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Concept Classification Tree
## Penyeleksian Konsep
Konsep-konsep untuk alat bantu yang telah dikembangkan yaitu :
1. Konsep A, adalah menggunakan sistem pres manual dengan ulir untuk dapat menekan campuran kedelai yang ada di dalam. Keunggulan produk ini adalah kedelai dapat diperas semaksimal mungkin agar tersisa ampas yang tidak dipakai, namun untuk kelemahan produk ini adalah pekerja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memutar ulir kedalam dan memutar ulir keatas untuk membukanya.
2. Konsep B, yang hampir sama dengan konsep A yaitu pres manual, namun yang membedakannya adalah konsep B ini menggunakan tuas untuk dapat menekan kedelai. Keunggulan produk ini adalah pekerjaan dapat lebih singkat namun kelemahannya adalah masih banyak energi yang dikeluarkan untuk menarik tuas yang harus dilakukan oleh tangan.
3. Konsep C, merupakan sebuah tabung yang didalamnya terdapat pompa hidrolis yang berguna untuk menekan. Produk ini menggunakan listrik sebagai penggerak pompa hidrolisnya. Keunggulan dari produk ini adalah dilakukan dengan menggunakan energi listrik sehingga pekerja tidak memerlukan energi yang besar, hanya pada proses penuangan saja pekerja melakukan manual. Kelemahan dari produk ini adalah pekerja sulit mengatur tekanan yang diberikan dari pompa hidrolis tersebut.
4. Konsep D, menggunakan kecepatan putaran agar dapat memisahkan air kedelai dengan ampas. Pada produk ini cara kerjanya mirip mesin cuci. Keunggulan dari produk ini adalah proses penyaringannya dapat dilakukan dengan cepat namun untuk kekurangannya adalah kecepatan putarnya tidak bisa diatur sehingga motor tidak tahan lama.
5. Konsep E, yang hampir sama dengan konsep D namun yang membedakan adalah di konsep ini menggunakan inverter agar dapat mengatur kecepatan putarannya dan terdapat stainles steel ditengah sebagai pengaduk. Keunggulan dari produk ini adalah dilengkapi dengan inverter dan pengaduk sehingga hasil penyaringannya lebih baik.
Gambar 3. Konsep A
Gambar 4. Konsep B
Gambar 5. Konsep C
Gambar 6. Konsep D
Gambar 7. Konsep E
## Penyaringan Konsep
Dari konsep–konsep yang telah dikumpulkan maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu penyaringan konsep. Penyaringan konsep ini bertujuan untuk mengurangi jumlah konsep dengan cepat dan menghasilkan sedikit alternatif konsep untuk dievaluasi lebih lanjut. Penyaringan konsep dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Penyaringan Konsep
## Penilaian Konsep
Dari penilaian konsep inilah yang nantinya akan ditentukan konsep mana yang akan dilanjutkan atau yang akan dikembangkan. Penilaian konsep dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Konsep
## Pembuatan Alat Penyaringan Tabung pemutar
Tabung pemutar ini mempunyai sisi yang berlubang-lubang, tabung ini dapat berputar karna di bagian ujung tabung terdapat pully yang di hubungkan dengan pully motor. Semakin cepat putaran yang dihasilkan maka semakin cepat pula proses penyaringannya. Didalam tabung pemutar ini ada saringan yang berupa kain belacu. Material yang dipakai untuk tabung pemutar ini adalah stainles steel.Tabung pemutar dapat dilihat pada gambar 8.
Volume tabung = 30000 = (3.14)( )(t) t = ଷ
.ହ = 42.5 cm = 425mm
Gambar 8. Tabung pemutar
## Penahan kain saringan (belacu)
Penahan kain saringan ini hampir menyerupai bentuk tabung namun sisi- sisinya tidak tertutup keseluruhan, hanya terdapat empat besi stainles steel yang membujur menghubungkan lingkaran bagian atas dan lingkaran bagian bawah.
## Tabung penampung air kedelai sementara
Tabung penampungan air kedelai sementara ini karna di bagian bawah tabung terdapat selang yang nantinya sebagai jalur aliran air kedelai untuk dapat ditampung di bak penampungan yang berada diluar mesin. Material yang dipakai untuk tabung penampung air kedelai sementara ini adalah stainles steel.
Gambar 9. Penahan Kain Belacu
## Gambar 10. Tabung Penampung
## Rangka
Rangka terbuat dari besi yang berbentuk pipa balok dengan cover plat galvanis yang nantinya akan menutupi di bagian luar dengan ukuran keseluruhan rangka yaitu panjang 600mm, lebar 500mm dan tinggi 1000mm. Dibagian bawah terdapat roda dengan tinggi 60mm.
## Tutup atas
Tutup ini mengikuti diameter tabung penampung sementara.
Gambar 11. Rangka
Gambar 12. Tutup atas
## Pengaduk
Bagian pengaduk ini berukuran diameter 8mm dengan panjang pipa 485mm berbahan stainles steel dan nilon yang berfungsi sebagai pengaduk dalam proses penyaringan. Berikut dibawah ini merupakan gambar pengaduk.
## Pully
Pully yaitu sejenis lempengan yang berbentuk seperti roda yang di bagian tengah sisinya agak menjorok ke dalam yang berfungsi untuk tempat karet atau belt. Perbandingan rasio pully motor dengan pully tabung pemutar adalah 1:4.
Gambar 13. Pengaduk Gambar 14. Pully
## Motor
Motor yang digunakan adalah motor 3 phase, 0,5HP, 220/380 volt dan kecepatan max 1500rpm.
## Inverter
Inverter yang dipakai dapat menghasilkan output 3phase dengan listrik 200- 230volt, 2,5A, 150% dengan percepatan putaran yang ditunjukan pada layar antra 0- 60Hz, maka perhitungan rpm bertambah menjadi 1800.
Gambar 15. Motor
Gambar 16. Inverter
Alat penyaringan yang telah dibuat dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Alat penyaringan otomatis
Data antropometri untuk alat penyaringan otomatis menggunakan data orang Indonesia, data-data yang diperlukan yaitu tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus), data ini digunakan untuk menentukan tinggi alat penyaringan karena jika terlalu tinggi alatnya maka pekerja kesulitan untuk menuangkan air kedelainya.
Tabel 4. Dimensi Alat Keseluruhan Dimensi Alat Ukuran Alat Panjang Alat 600 mm Lebar Alat 500 mm Tinggi Alat 1000 mm
## Pengujian Alat Penyaringan
Pengujian ini berguna untuk mengetahui kemampuan dari alat penyaringan otomatis. Percobaan menggunakan alat penyaringan otomatis ini dilakukan 2 kali yaitu dengan berat adonan kedelai adalah 7,5kg. Data uji coba alat penyaring dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengukuran waktu penyaringan
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan alat penyaringan otomatis ini maka waktu proses penyaringan dapat dibandingkan dengan waktu proses penyaringan manual sebagai berikut :
1. Untuk rata-rata waktu proses penyaringan 7,5kg kedelai secara manual adalah 300.73 detik atau 5.012 menit.
2. Untuk rata-rata waktu proses penyaringan 7,5kg kedelai secara otomatis adalah 135 detik atau 2 menit 15 detik
Jadi ada perbedaan waktu proses penyaringan yang dilakukan secara manual dengan menggunakan mesin. Dalam persentase dapat dilihat bahwa:
Hasil perbandingan waktu proses penyaringan manual dengan waktu proses penyaringan otomatis menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Penggunaan alat penyaringan otomatis yang dirancang mampu menghemat waktu proses penyaringan manual sebesar: 100% - 44,9% = 55,1%
## Analisa Penghematan Biaya
Biaya listrik per bulan jika menggunakan mesin penyaring otomatis sebesar Rp. 102.400. Biaya pembuatan alat penyaringan otomatis adalah Rp. 5.819.000,-. Jumlah pekerja pada proses penyaringan ada 2 orang pekerja. Tugas pekerja adalah perebusan kedelai, menyaring kedelai,. Pengehematan waktu penyaringan dengan menggunakan mesin otomatis sebesar 55,1%, karena penghematan waktu
penyaringan lebih dari 50% maka perusahaan dapat menghemat jumlah pekerja menjadi 1 orang pekerja.
Penyusutan peralatan (asumsi alat rusak setelah pemakaian 5 tahun) :
= = Rp.96.983 ≈ Rp.97.000/bulan
Penghitungan penghematan biaya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penghematan Biaya
Penghematan (saving): = Rp. 2.400.000 – Rp. 1.399.400 = Rp. 1.000.600/bulan
Maka pengembalian investasi alat = Harga alat / Rp. 1.000.600 = Rp5.819.000 / Rp 1.000.600 = 5,8 bulan ≈ 6 bulan
## SIMPULAN
Alat yang dirancang merupakan alat yang digerakkan oleh motor sehingga dapat mengurangi kelelahan dan cedera pekerja. Dengan menggunakan alat penyaring tahu yang telah dibuat maka waktu proses penyaringan dapat dipersingkat sebesar 55,1 % dan jumlah tenaga kerja dapat dikurangi menjadi 1 orang. Perusahaan dapat menghemat biaya operasi penyaringan tahu sebesar Rp. 1.000.600,-/bulan .
## Daftar Pustaka
Antono, D. 2008. Perancangan Alat Bantu Proses Penuang Biji Plastik. Surabaya. Fabyola, E. 2010. Perancangan Alat Bantu untuk Proses Pewarnaan Rooster. Surabaya. Tarwaka, dan S.H.A. Bakri. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas.
Cetakan I. Solo: UNIBA Press.
Wignjosoebroto, dkk. 2003. Ergonomi : Study Gerak dan Waktu. Edisi pertama, PT.
Gunawidya.
Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Departemen Teknik Industri, ITB, Bandung.
Niebel, B. and Freivalds, A. 2003. Methods, Standards, and Work Design, 11th Edition, McGraw-Hill, Boston, MA.
Ulrich K.T. dan Eppinger. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk. Irwin McGraw Hill.
Beer, F.P. dan E.R. Johnston. 1996. Mekanika Untuk Insinyur Statika, Cetakan Keempat, PT.
Gelora Aksara Pratama, 1996.
http://apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf
|
f1cbf743-ab48-4811-be37-5d2bd15f5c8a | https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/sigma/article/download/1242/1356 | Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri
## PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE EKSPOSITORI BERBASIS PETA KONSEP DENGAN METODE EKSPOSITORI PETA PIKIRAN
PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 PANGKATAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
## NURLINA ARIANI HRP
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Labuhanbatu,Jln. SM. Raja No. 126A, KM, 3.5 Aek Tapa, Rantauprapat Email: [email protected]
Diterima (Agustus 2016) dan disetujui (Oktober 2016)
## ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode ekspositori berbasis peta konsep dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran pada pokok bahasan dimensi tiga, (2) Untuk mengetahui perbedaan metode ekspositori berbasis peta konsep dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran pada pokok bahasan dimensi tiga. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pangkatan sebanyak 70 siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh) dengan mengambil sampel dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) melalui teknik cluster sampling . Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir siswa. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas. Dengan mengkonsultasikan t hitung nilai post test = 2,26 dan harga t tabel =1,669 pada = 0,05 dan dk = 68 ternyata t hitung > t tabel . Hal ini menunjukkan bahwa H o ditolak dan H a diterima. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) Hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran pada pokok bahasan dimensi tiga di kelas X SMA Negeri 1 Pangkatan Tahun Pembelajaran 2015/2016, (2) Adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep dengan hasil siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran. Temuan penelitian merekomendasikan guru mata pelajaran dapat menerapkan metode ekspositori berbasis peta konsep sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Kemampuan Representasi Matematik dan Motivasi Belajar Siswa
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri
## PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh tehadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subjek dalam pembangunan yang baik, diperlukan model dari hasil pendidikan itu sendiri. Hal ini didukung oleh Hudojo (2008) : “Matematikan berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan dan teknologi, merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu penguasaan matematikan pada tingkat tertentu diperlukan bagi semua siswa agar kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan yang baik.”
Matematika bagi sebagian siswa merupakan mata pelajaran yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun bagi sebagian siswa lain, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang amat berat dan sulit. Bagi sebagian siswa dari kelompok kedua ini beranggapan untuk mendapatkan nilai cukup mereka harus belajar ekstrakeras. Hal ini membuat mereka takut terhadap matematika dan sekaligus malas mempelajarinya.
Rendahnya hasil matematika siswa SMA Negeri 1 Pangkatan disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Faktor tersebut pada umumnya disebabkan oleh materi pelajaran yang pada umumnya materi yang harus dipelajari dalam matematika SMA, bersifat abstrak, pada beberapa pokok bahasan, bahkan “terlalu jauh” dengan kehidupan siswa SMA pada umumnya. Selain pada materinya, proses pembelajaran yang konvensional juga faktor yang tidak memberikan daya tarik bagi siswa. Didukung dengan materi pelajaran yang sulit, pembelajaran ini sering terjebak pada kondisi membosankan dan tidak memberi peluang siswa untuk belajar dengan perasaan nyaman.
Faktor konsep atau lekatnya konsep dalam ingatan juga merupakan faktor yang kurang mendapat perhatian pada hal dapat dijadikan indikator bermutunya hasil belajar
atau pembelajaran. Untuk mengetahui efektifnya model pembelajaran, hendaknya tidak hanya dari penguasaan konsep saja tetapi lebih jauh perlu dianalisis apakah konsep-konsep yang diajarkan dapat lekat dalam ingatan siswa ataukah cepat terlupakan karna pembelajaran yang dilakukan hanya berupa transfer hapalan belaka. Konsep erat hubungannya dengan belajar. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh James Dese (dalam Taufik Rahman, bahwa tidak ada konsep maka proses belajar siswa tidak berlangsung dengan baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka tidak ada konsep.
Dari hasil wawancara dengan salah seseorang guru matematika kelas X SMA Negeri 1 Pangkatan diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemukan permasalahan, nilai sebagian siswa masih dibawah nilai KKM (nilai KKM > 70). Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah ketika siswa diminta menyelesaikan beberapa soal yang berhubungan dengan konsep- konsep yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, banyak siswa yang sudah tidak bisa menjawab padahal konsep- konsep tersebut merupakan materi prasyarat pada materi yang akan diajarkan. Hal ini merupakan konsep-konsep yang diajarkan tidak melekat dan mengendap dalam ingatan siswa.
Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi yang dapat meningkatkan daya ingat. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan. Mind mapping merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain-lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan (Tonny dan Bary Buzan, 2004).
Manfaat awal mapping adalah untuk mencatat. Mind mapping menggusur metode lama outlining yang kaku dan kadang mengganggu kebebasan memunculkan ide- ide baru. Mind mapping selain mampu membebaskan seseorang yang ingin
merekam informasi, juga membantu orang
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri
tersebut orang tersebut untuk mengait- ngaitkan infornasi dengan dirinya dan sekaligus menjadi diri tersebut kreatif.
Pemetaan pikiran ( Mind mapping ) cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi dalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusian yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak (Tonny dan Bary Buzan, 2004).
Dalam proses belajar mengajar dengan metode ekspositori guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat, bertanya dan mengerjakan contoh soal. Dalam hal mencatat guru juga harus membimbing siswa karena dengan mencatat kembali pelajaran yang telah dipelajari akan lebih mudah bagi siswa untuk mengulang dan mengingat kembali materi pelajaran yang telah diberikan.
Dalam pencatatan peta pikiran siswa dikontrol karena siswa belajar lebih banyak jika pembuatan catatan dikontrol seperti pencatatan konvensional, siswa akan lebih banyak membuat catatan dengan kalimat- kalimat yang panjang, yang akan mempersulit siswa ketika akan membuka cacatan kembali untuk mengulangi pelajaran.
Pokok Bahasan Dimensi tiga
merupakan salah satu materi panting yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA. Pokok Bahasan Dimensi tiga juga merupakan dasar bagi siswa dalam mempelajari fungsi eksponensial. Pada pokok Bahasan ini terdapat banyak rumus dimana rumus tersebut saling berkaitan. Mengingat hal tersebut, agar penguasaan tersebut tidak dijadikan sebagai rumus yang hanya harus dihapal maka guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan tidak hanya memberikan banyak rumus tetapi juga dapat menunjukkan hubungan atau keterkaitan antar-rumus pada materi tersebut sehingga siswa tidak mengalami kesulitan menerapkan dan memilih rumus dalam menyelesaikan dan memilih rumus pada materi tersebut sehingga siswa tidak mengalami kesulitan menerapkan dan memilih rumus dalam menyelesaikan
beberapa soal pengembangan yang model dan bentuknya tidak seperti contoh soal yang
diberikan pada saat guru menerangkan materi tersebut.
Dengan teknik pencatatan peta pikiran diharapkan dapat membantu siswa untuk mengingat rumus-rumus sehingga siswa lebih memahami maknanya, dapat menyelesaikan soal-soal yang berhubungan, dengan memunculkan ide-ide yang baru, serta dapat menjadikan siswa lebih kreatif. Sehingga diharapkan konsep siswa terhadap pokok bahasan pokok bahasan dimensi tiga semakin meningkat.
Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkatan Tahun Pembelajaran 2015/2016”.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pangkatan Jalan Besar Pangkatan
Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini berbentuk kuasi eksperimen (eksperimen semu) dengan dua kelompok sampel, yaitu kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Pembelajaran dengan peta Konsep dan kelompok siswa yang memperoleh Pembelajaran peta pikiran.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dipilih secara representatif, artinya segala karakteristik populasi tercermin pula dalam sampel yang diambil (Sukardi, 2003:55). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yang diambil secara cluster sampling . Kepada kelas eksperimen diberikan teknik pencatatan peta konsep sedangkan kepada kelas kontrol dengan peta pikiran. Kelas eksperimen adalah kelas X-A dan kelas kontrol adalah kelas X-B, yang masing-masing siswa berjumlah 35 orang.
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan peta konsep dan kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran peta pikiran.
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri
Alat pengumpulan data pada
penelitian ini adalah tes. Tes tersebut terdiri dari post-test dan tes. Bentuk test yang digunakan adalah berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 15 butir soal. Sebelum tes diberikan terlebih dahulu tes diberikan terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
## HASIL PENELITIAN
Dari analisis dapat dilihat bahwa X 2 hitung <X 2 tabel maka dapat disimpulkan data dari kedua kelompok adalah berdistribusi normal. Dari perhitungan uji diperoleh harga f hitung = 1,06 karena f hitung masih dalam daerah penerimaan H o yaitu f hitung < f tabel yakni 1,06 < 1,776 maka varians dari kedua kelompok adalah sama atau homogen.
Dengan mengkonsultasikan t hitung nilai pre test = 0,06 dan harga t tabel = 1,669 pada = 0,05 dan dk = 68 ternyata t hitung < t tabel . Hal ini menunjukkan bahwa H o diterima dan H a ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep sama dengan hasil belajar siswa yang akan diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran.
Karena data dari kedua kelompok adalah homogen, maka data yang akan diuji adalah data post test.
Dengan mengkonsultasikan t hitung nilai post test = 2,26 dan harga t tabel =1,669 pada = 0,05 dan dk = 68 ternyata t hitung > t tabel . Hal ini menunjukkan bahwa H o ditolak dan H a diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran pada pokok bahasan dimensi tiga di kelas X SMA Negeri 1 Pangkatan Tahun Pembelajaran 2015/2016.
## PEMBAHASAN
Setelah mengadakan pengamatan dan menganalisis data, maka penulis memperoleh bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep lebih naik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan metod peta pikiran pada pokok bahasan Dimensi Tiga di kelas X
SMA Negeri 1 Pangkatan Tahun Pembelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini dpat dilihat adanya manfaat penggunaan metode ekspositori berbasis peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Dimensi Tiga.
Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya (1995), ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui metode ekspositori berbasis peta konsep, antara lain adalah:
1. Dalam peta konsep, masing-masing individu dapat mengenal diri dan kesulitan yang dihadapinya, serta menemukan jalan pemecahannya.
2. Interaksi dalam kelompok dapat menumbuhkan sikap saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya.
3. Dapat saling membantu antar individu dan mengembangkan kerja sama antar pribadi.
4. Pengenalan dan kepercayaan diri secara lebih mendalam dan mengarahkanyan secara lebih baik dan
5. Menumbuhkan rasa tanggungjawab, baik terhadap diri maupun terhadap orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode ekspositori berbasis peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena metode ekspositori berbasis peta konsep dapat menumbuhkan interaksi antar beberapa komponen yang berkaitan dengan proses pelajaran, yaitu antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan materi yang sedang dipeta konsepkan. Selain itu metode ekspositori berbasis ini masalah akan lebih mudah untuk dipecahkan oleh kelompok, tumbuh kepercayaan diri, dan tumbuhnya rasa tanggungjawab siswa. Hal ini akan sekaligus dapat memperbaiki proses pembelajaran yang bermuara pada perbaikan hasil belajar siswa. Namun demikian bertitik tolak dari hasil penelitian ini ditemukan kelemahan- kelemahan sebagai berikut:
1. Sering sangat sulit menilai keterlibatan siswa
2. Terkadang guru tidak mampu mengikuti apa yang dibicarakan siswa
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri
3. Waktu yang diperlukan untuk proses belajar mengajar lebih baik, sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas. Namun demikian
pembelajaran
dengan metode ekspositori berbasis peta konsep dapat disarankan digunakan pada pembelajaran matematika di sekolah khususnya pada pokok bahasan Dimensi Tiga.
## KESIMPULAN
1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran.
2. Adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep dengan hasil siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran.
## SARAN
1. Pengaruh penggunaan pengajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta konsep pada pokok bahasan Dimensi Tiga di kelas X SMA Negeri 1 Pangkatan memberikan pencapaian metode ekspositori berbasis peta pikiran. Oleh sebab itu guru mata pelajaran dapat menerapkan metode ekspositori berbasis peta konsep sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan pengajaran disekolah.
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Tony dan Bary Buzan, (2004), Gunakan Kepala Anda, Alih Bahasa : Tony Rinaldo, Penerbit : Delapratasa,
Jakarta. Campbell, dkk., (2004), Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Penerbit : Intuisi Press,
Depok.
Dahar, W., (2008), Teori-Teori Belajar, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, (2004), Kurikulum Sekolah Menengah Atas Berbasis Kompetensi, Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, S.B., (2006 ), Srategi Nelajar Mengajar , Penerbit : Rineke Cipta, Jakarta.
Fahmi, Reza., (2007) , Polemik Di Balik Hasil
UAN FMIPA UNIMED., (2005), Buku Pedoman Penulis Skipsi Dan Proposal Penelitian Kependidikan , FMIPA UNIMED.
Hamalik, Oemar, 2005, Proses Belajar
Mengajar , Jakarta : Bumi Aksara. Hudojo, Herman., (2008) , Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran Matematika, Penerbit : Universitas Malang.
Irawani, Ade, (2008 ) Perbedaan Hasil belajar dengan Metode Ekspositori Berbasis Peta Pikiran dan Peta pikiran pada
Pokok Bahasan Akar dan Logaritma
Di Kelas X SMU N 8 Padangsidimpuuan Tahun Pembelajaran 2008/2009, Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan. Karnasih, Ida, (2007), Optmalisasi Pendidikan Matematika Menujiu Abad 21 , Medan : FMIPA IKIP Medan. Sriyanto, (2007)., Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Konsep dalam Pembeljaran Sains pada Siswa SMU .
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Konsep dengan Metode Ekspositori Peta Pikiran pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri
Soedjadi, R., (2000), Kita Pendidikan Matematika di Indonesia , Direktoar Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metode Statistika , Penerbit Tarsito, Bandung.
Sukino, (2007), Matematika Untuk SMA Kelas X , Penerbit Enerlangga, Jakarta.
Sukino, Sobri M., (2007), Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna , Penerbit NTP Pres, Mataram.
Syah, M, 2006, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru , Bandung : Remaja Rodeskarya.
Tim MKPBM, (2004), common Teks Book, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , Bandung : JICA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media.
Usman, Husaini., (2006),
Pengantar Statistika , Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Yamin, Martinis, (2008), Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa , Jakarta : Gaung Persada Pres
|
195f5c63-7465-4cf7-a337-48b825c581f4 | https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/tanzir/article/download/155/107 |
## ISSN 2085 255X
## WARIA DAN RESILIENSI TERHADAP PENOLAKAN MASYARAKAT BAIHAQI MUTIA TISA
Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh Email: [email protected] [email protected]
## Abstrak
Artikel ini membahas tentang resiliense waria terhadap penolakan masyarakat. Waria merupakan sebuah fenomena sosial di masyarakat. Bukan hanya karena faktor gender, namun juga persoalan sikap dan perilaku mereka yang lebih ke arah feminisme. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat tidak menerima kehadiran waria tersebut, bahkan di kalangan keluarga mereka sendiri belum bisa menerima perubahan identitas dari mereka. Penulis menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriftif untuk menjelaskan fenomena yang didapat mengenai resiliensi waria tersebut. Data yang didapatkan berdasarkan wawancara, dokumentasi dan literatur. Menjelaskan bahwa pada dasarnya kehadiran waria ada yang menerima dan menolak kehadiran waria, namun bully, diskriminasi, penolakan keluarga dan lainnya turut berperan dalam proses resiliensi waria ini. Karena sebagian masyarakat menganggap perubahan identitas waria tersebut merupakan hal yang tidak wajar, walaupun pada dasarnya banyak faktor yang menyebabkan seseorang merubah jati diri mereka menjadi seorang waria, di antaranya lingkungan, keluarga dan pergaulan. Dengan persoalan seperti itu tentunya perlu adanya penyelesaian agar tidaknya diskriminasi terhadap kehidupan para waria tersebut.
Kata kunci : Waria, Resiliensi, dan Masyarakat
## Abstract
This article discusses the resilience of transsexuals to community rejection. Transexuality is a social phenomenon in society. Not only because of gender, it also a matter of their attitudes and behavior that incline towards feminism. Therefore, most people in society do not accept the presence of those transsexuals. Even among their own families their change of identity is not acceptable. The writer uses descriptive qualitative research to explain the obtained phenomenon about the resilience of the transsexuals. The data are obtained based on interviews, documentation and literature. It is explained that basically there are some people who accept and reject the presence of transsexuals, but bullying, discrimination, family rejection and others contribute to the process of these transsexuals’ resilience. It might occur because some people consider identity change of the transsexuals is unnatural, although basically many factors may cause a person to change their identity into a transsexual, including the environment, family and social life. Hence, it is undeniable that there needs to be some solutions to those problems in order to create a life without discrimination for the transsexuals.
Keywords: Transsexuals, Resilience and Society
PENDAHULUAN Artikel ini membahas tentang proses resiliensi waria terhadap sikap penolakan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat
saat ini, waria sering menjadi sumber atau bahan untuk dijadikan ojekan dan bisa dikatakan diskriminatif. Hal ini, dipengaruhi oleh sikap dan perilaku waria yang dianggap
## ISSN 2085 255X
sangat jauh dari fitrahnya sebagai laki-laki. Apalagi, dengan prinsip agama yang dianut dalam masyarakat tersebut, khususnya di kabupaten Aceh Barat Daya yang mayoritas Islam.
Saat ini, apabila dicermati lebih lanjut tentang mengapa orang memilih merubah identitas mereka yang sebanrnya seperti waria, gay, lesbian, dan juga transgender atau transeksual. Faktor yang pertama karena mungkin di dalam diri laki-laki tersebut mempunyai sifat perempuan, seperti lemah lembut. Dan faktor kedua atau lainnya adalah mungkin persoalan keluarga dan lingkungan yang turut mempengaruhi identitas mereka. Namun, persoalan yang terjadi adalah ketika mereka memutuskan untuk merubah hal tersebut akan timbulnya pro dan kontra di masyarakat atas keinginan mereka tersebut.
Representasi seks selama ini memang selalu menjadi pembahasan dalam kajian budaya ( cultural studies ). Isu seksualyang ditaburkan seperti waria, lesbian, gay , transgender/transeksual seharusnya disosialisasikan secara meluas pada masyarakat. Pasalnya masih banyak ketidakadilan dan penolakan masyarakat terhadap kaum waria yang masih dipinggirkan sampai sekarang. 1
Di beberapa negara, seperti Spanyol, Kanada, Afrika Selatan, Norwegia, Swedia, Portugal, Islandia, Argentina, Meksiko, Belanda, Belgia, Uruguay, New Zeland dan Prancis, orientasi seks yang berbeda dan termasuk waria sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat tersebut, bahkan ada yang melegalkan pernikahan sejenis. Namun,
1 Anggorowati. Pembelajaran. (Bandung:Pustaka Pelajar, 2007). hal 4
di negara lain waria mempunyai pandangan negatif dan mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dari lingkungannya, terutama di kehidupan masyarakat yang beragama Islam. Hal ini, tentunya akan berefek pada pola hidup dan adanya kesenjangan di dalam masyarakat yang berdampak pada tekanan sosial bagi waria tersebut.
Konflik sosial berdampak dengan adanya tekanan sosial yang dihadapi waria. Kehidupan waria harus menghadapi tekanan sosial, yaitu paksaan dari lingkungan yang mengharuskan tingkah laku mereka mau mengikuti kebiasaan yang ada di lingkungan tersebut. Ada dua tekanan sosial yang dihadapi waria yaitu tekanan dari keluarga yang biasanya waria dipandang sebagai aib karena dunia waria banyak dibingkai oleh dunia pelacuran dan perilaku seksual yang abnormal, hal ini biasanya menjadikan waria tidak betah di lingkungan keluarga. Tekanan selanjutnya adalah tekanan dari masyarakat biasanya dikarenakan perilakunya yang menyimpang dari norma. 2
Paradigma negatif terhadap waria harus terus diupayakan solusinya agar tidak menjadi persoalan yang berkepanjangan. Perubahan akan mengakibatkan konflik sosial bagi masyarakat antara menerima dan menentang kehadiran waria. Peran serta pemerintah tentunya diperlukan untuk mengakomodir persoalan sosial di dalam masyarakat.
2 Padmiati, Etty dan Sri Salmah. Waria Antara Ada dan Tiada . (Yogyakarta: B2P3KS Press, 2011).hal 45
## KERANGKA TEORITIS
Pengertian Waria
Waria dalam Kamus Bahasa Melayu Nusantara memberikan dua pengertian. Pertama, laki-laki bersifat danbertingkah laku seperti perempuan. Kedua, laki-laki yang mempunyai perasaan sebagai perempuan. 3 Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan tiga pengertian waria. Pertama, wanita pria. Kedua, pria yang bersifat dan bertingkah laku seperti wanita. Ketiga, pria yang mempunyai perasaan sebagai wanita. 4
Waria yang secara fisik adalah laki-laki, melakukan banyak hal untuk merepresentasikan kewanitaan dalam tubuh mereka yang laki-laki. Ciri utama perilaku seorang waria adalah mereka berdandan seperti layaknya wanita. Mereka memakai make up dan juga berpakaian seperti wanita. Cara berjalan mereka pun dengan menggoyangkan panggulnya dan berbicara dengan nada suara yang agak manja dan kewanita-wanitaan. Salah satu hal yang dilakukan adalah menggunakan pakaian seperti layaknya perempuan. Lipstik, bedak dan segala macam aksesoris yang sering dikenakan perempuan menjadi hal yang sangat penting untuk menunjang penampilan mereka karena keindahan tubuh menjadi penting dalam penampilan sehari-hari. 5
Mengalami transgender atau transeksual yaitu individu yang menolak secara psikis kelamin fisiknya. Oleh karena itu masyarakat umum biasanya tidak membedakan tanseksual dengan homoseksual. Hal tersebut
3 Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, Kamus Bahasa Melayu Nusantara. 2003. Hal 3023
4 Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 2002). Hal 1269
5 Koeswinarno.
HidupSebagaiWaria , (Yogyakarta: LkisPelangiAksara 2004). Hal 54
dikarenakan oleh adanya kesulitan untuk membedakannya karena menurut masyarakat umum mereka memiliki orientasi seksual yang sama. Satu hal yang membedakan antara kaum gay dan dengan waria adalah cara mereka berpakaian. 6
Meskipun demikian, para ahli sepakat bahwa waria termasuk dalam kelainan seksual yang disebut dengan transeksualisme yang diartikan oleh Kartono sebagai suatu gejala seseorang yang merasa memiliki seksualitas yang berlainan dengan struktur fisiknya. 7 Sedangkan Heuken mengungkapkan bahwa waria merupakan seseorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis. Waria terkadang dipandang sama dengan transvestisme dan juga homoseksualisme. Walaupun demikian, waria tetap mempunyai ciri khas yang membedakannya. 8 Semisal seorang laki-laki akan mendapatkan kepuasan secara seksual jika ia mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh perempuan.Itu sebabnya, gejala yang terjadi dalam diri seorang waria sangat berbeda dengan penderita transvetisme. Seorang waria memakai pakaian atau atribut perempuan karena dirinya secara psikis merasakan sebagai perempuan, sementara seorang laki-laki transvestite memakai pakaian perempuan hanya ketika ingin mendapatkan nafsu seksual. 9 Sedangkan gejala homoseksualitas merupakan relasi seks dengan jenis kelamin yang sama atau
6 Puspitosari, Hesti&Pujileksono, Sugeng. Waria dan tekanansosial . (Malang: UMM Press, 2005). hal 18 7 Koeswinarno, HidupSebagai..., hal 4 8 Koeswinarno, HidupSebagai..., hal 12 9 Koeswinarno, HidupSebagai..., hal 12
## ISSN 2085 255X
ketertarikan secara seksual dan mencintai seseorang dengan jenis kelamin yang sama dengan dirinya (Koeswinarno 1996 : 4). 10
Di sisi lain, Money (1960) mengajukan teori yang berpijak kepada landasan bahwa abnormalitas sesungguhnya diperoleh semenjak seseorang dilahirkan. Yang disebut dengan teori congenital , yaitu munculnya abnormalitas seksual pada diri seseorang bukan karena pengaruh luar. Artinya, ada seseorang yang mengidap homoseksualitas memiliki testosterone lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok heteroseksual (Koeswinarno 1996 : 5).
## Teori Queer
Queer theory Judith Butler berangkat dari ide bahwa identitas merupakan sebagai suaty free-floating , berkaitan dengan tindak performatif individu dan tidak berkaitan dengan suatu esensi (jika ada) dalam diri individu tersebut. Karena inilah hingga saat ini kaum LGBT (lesbian, Gay, Biseks, dan Transgender) dianggap sebagai penyimpangan sosial. Anggapan ini berujung pada perlakuan tidak menyenangkan yang meliputi fenomena homophobia, diskriminasi, dan perampasan hak-hak warga negara bagi kaum LGBT. 11
Dalam feminisme atau perspektif feminis dikatakan bahwa perempuan adalah the second sex , ia adalah seks yang kedua (atau tidak utama) dari laki-laki dalam masyarakat yang patriarkhis. Dalam “seks kedua ini” masih terlalu banyak perdebatan yang belum terjawab. 12 Kajian feminisme
10 Koeswinarno, HidupSebagai..., hal 4
11 The Unnatural Sexual Orientation . Diakses melalui www.academia.edu pada tanggal 10 Oktober 2017pukul 15:44 WIB
12 D. Marthin and P. Lyon. Lesbian / Women.
merupakan jalan keluar bagi mereka yang ingin menyuarakan aspirasinya. Namun, para lesbian dan gay lebih memilih untuk menyalurkan aspirasinya melalui perspektif jender dengan menggunakan Queer Theory. 13
Menurut Pedoman Umum Pelayanan Waria, ada dua permasalahan yang dialami waria yaitu : 14
## a. Permasalahan Internal
1) Merasa tidak jelas identitas dan kepribadiannya mengakibatkan waria berada dalam posisi kebingungan, canggung, tingkah laku berlebihan, dampak lainnya sulit mencari pekerjaanbahkan depresi dan mau bunuh diri.
2) Merasa terasing dan merasa ditolak mengakibatkan para waria meninggalkan rumah, frustasi,kesepian,mencari pelarian yang seringkali makin merugikan dirinya.
3) Merasa ditolak dan didiskriminasi mengakibatkan permasalahan terutama dalam kehidupansosial, pendidikan, akses pekerjaan baik formal maupun informal. Implikasinya adalah banyak
4) waria yang merasa kesulitan memperoleh pekerjaan, pendidikan, maupun terhambat prosesinteraksi sosial.
(San Fransisco: Glide Publication. 1972), 61
13 Tevi Jackson dan Jackie Jones. Pengantar Teori-teori Femisnis Kontemporer (Yogyakarta dan Bandung:Jalasutra. 2009), 194 – 195 14 Departemen Sosial RI. Pedoman Umum Pelayanan Sosial Waria .( Jakarta: Departemen Sosial RI. 2008). Hal 8-9
ISSN 2085 255X
b. Permasalahan Eksternal
1) Permasalahan keluarga
Pada konteks integrasi dengan keluarga para waria seringkali dianggap sebagai aib danmendatangkan kesialan dalam keluarga sehingga banyak diantara mereka tidak m e n g a k u i , m e n g u c i l k a n , membuang, menolak, mencemooh bahkan mengasingkan. Selain itu, keluargajuga menutup atau menarik diri dari masyarakat
2) Permasalahan masyarakat Para waria dan komunitasnya dianggap sebagai sosok yang melakukan penyimpangan yang banyak menimbulkan masalah di lingkungan masyarakat. Terutama dari segi permasalahanseksual yang dapat mempercepat penyebaran IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS. Disamping itu masyarakat juga mempunyai stigma dan penolakan terhadap waria dankeluarganya sehingga berdampak pada pengucilan sosial, diskriminasi dan pelecehan sertaperlakuan salah lainnya.
3) Data Belum ada data yang akurat dan mutakhir tentang gambaran profil waria. Hal ini menyebabkan sulitnya merumuskan program dan kebijakan, serta rencana kerja bagi lembaga/instansi terkaitdan melaksanakan koordinasi secara terpadu.
## 4) Kebijakan
Belum optimalnya kebijakan dan peraturan yang memberikan pelayanan sosial terhadap waria secara terkordinasi, terpadu dan berkelanjutan sehingga kebutuhan waria terhadap akses kedunia pendidikan dan pekerjaan belum memperoleh perhatian yang optimal.
## METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan sebuah cara yang digunakan dalam penelitian. Bagaimana cara mencari data,dan setelah data didapat bagaimana cara mengolah data tersebut sehingga menjadi bermakna dan dapat dipahami setiap pembaca.Selain itu metode penelitian jugamempunya arti yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian secara keseluruhan.
Penelitian ini yang meupakan penelitianlapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik dan kuantifikasi.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena mempunyai tiga alasan yaitu: pertama, lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataaan yang berdimensi ganda. Kedua, lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian. Ketiga, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari
## ISSN 2085 255X
pola-pola nilai yang dihadapi. 15
Penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat lebih lanjut data tentang cara –cara yang dilakukan oleh waria dalam mempertahankan keberdaannya di tengah- tengah masyarakat Abdya.
Adapun bentuk penelitiannya adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam situasi tertentu.
Sedangkan menggunakan pendekatan deskriptif, karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya serta diarahkan untuk memaparkan fakta-fakta, kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat. 16
Lokasi atau tempat penelitian dapat dilakukan di mana saja yang paling penting adalah setting tersebut dapat menyajikan data yang akan kita sajikan. Adapun lokasi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kabupaten Aceh Barat Daya. Alasan pemelihan lokasi tersebut karena di kabupaten Aceh Barat Daya persoalan waria masih menjadi hal tabu, selain itu juga pertimbangan jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti.
Peneliti juga memilih Tiga Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu kecamatan Blangpidie, Manggeng dan Lembah Sabil, karena berdasarkan hasil observasi awal peneliti keberadaan Waria yang ada di kabupaten Aceh barat daya tiga
15 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 41 16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 309
kecamatan tersebutlah yang dominan menjadi tempat tinggal subjek penelitiansehingga bisa mewakili Kecamatan yang lainnya.
Data di ambil dengan menggunakan metode observasi, metode Interview (wawancara), Metode dokumentasi. Data kemudian diolah dan dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan atau verifikasi . Dan untuk melihat keabsahan data, penulis menggunakan teknik kredabilitas (keterpercayaan), transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap Masyarakat Terhadap Resiliensi Waria
Konsep kehidupan bermasyarakat tentunya dalam setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda, terlebih lagi dalam hal persoalan waria yang ada dilingkungan masyarakat. Waria bisa dibilang menjadi sebuah komoditi yang unik baik itu di perdesaan maupun di perkotaan. Namun, pada prinsipnya masyarakat kebanyakan menolak kehadiran waria tersebut karena sangat bertentangan dengan kodratnya sebagai laki- laki.
Penolakan yang sering terjadi menjadi dasar permasalahan utama yang sering dialami oleh para waria , sehingga hal ini akan membuat mereka menjadi sulit beradaptasi dengan lingkungan dan ini juga menimbulkan perasaan cemas pada diri mereka karena tidak mampu menyatu dengan lingkungan di sekitar mereka. Dengan kondisi seperti para waria ini memiliki kecenderungan menghindar apabila bertemu dengan masyarakat sekitar, sehingga terkadang itu membuat dampak psikologis bagi waria terhadap masa depan mereka.
Ada berbagai jenis bentuk penolakan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap keberadaan waria, yaitu:
1. Membully Kebanyakan dari masyarakat hanya mengetahui dengan sepihak dan berpandangan bahwa menjadi waria adalah perilaku yang menyimpang dan menyalahi kodrat serta melanggar norma-norma agama. Berperilaku menjadi waria selalu memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai masalah, yakni penolakan secara sosial dan bahkan dijadikan lelucon.
Waria pada dasarnya memiliki persamaan dengan manusia pada biasanya. Akan tetapi, ketika masyarakat mulai membuat perbedaan dengan memberikan pandangan negatif baik itu dari segi ungkapan maupun perilaku. Dari situlah mulai muncul stigma- stigma negatif yang lahir dan kemudian terus menyebar ke setiap masyarakat yang pada akhirnya para waria ini merasa terbully dengan hal tersebut.
Seperti yang dirasakan oleh Ejan, warga manggeng, mengatakan bahwa “Membully adalah hal yang sangat sering kami terima, apalagi dalam persoalan bermain biasanya dari kalangan anak-anak dan remaja, mereka mengacuhkan kami dan mengejek dengan ejekan banci kaleng, wadam’ dsb.” 17
Hal ini juga terkait apa yang dialami oleh Fifi salah seorang waria di kecamatan Blang Pidie, mengatakan bahwa “Saya sewaktu kecil sering kali disebut bencong dan juga disekolah, dan juga hal itu sampai membuat saya marah. Seperti yang terjadi
17 Hasil wawan cara dengan Ejan, Waria kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 08 November 2017
beberapa hari ke belakang saya sempat berantam dengan anak perempuan yang menyebut saya bencong.” 18
Dari apa yang dialami oleh fifi dan beberapa orang waria lainnya, sangat jelas terlihat masih banyak masyarakat dan diantaranya para remaja yang belum bisa menerima kehadiran waria dalam lingkungan mereka. Dan sebagian mereka berpedoman pada prinsip dalam agama Islam yang mengatakan bahwa jenis kelamin yang diciptakan oleh Allah SWT itu hanya dua yaitu laki-laki dan perempuan.
## 2. Di kucilkan
Sikap masyarakat dominan mengucilkan waria. Pengetahuan masyarakat masih sebatas tentang waria secara umum. Latar belakang penyebab adanya waria belum terlalu disadari terutama oleh orang tua dan lingkungan sosialnya, walaupun faktor gen turut mempengaruhinya. Masih banyak perilaku diskrimanatif dan melecehkan waria pada masyarakat. Walaupun dalam beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa waria sudah terbuka pada masyarakat dan masyarakat sudah berbaur tapi dominan masih menolak.
Dalam hal ini Masyarakat abdya tidak pernah bergaul langsung dengan para waria seperti dengan masyarakat lain, karena Masyarakat belum sepenuhnya menerima keberadaan waria, karena penampilan waria yang dianggap mencolok. 19
18 Hasil wawancara dengan Fifi, waria di Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 23 Agustus 2017 19 Hasil wawancara dengan Saiful warga di Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 08 November 2017
## ISSN 2085 255X
Sebagaimana yang disampaikan oleh Aufa Safrizal, MA, pegawai Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Barat Daya, yang mengemukakan pendapatnya, bahwa” persoalan tidak adanya diskriminasi sosial itu harus pada tempatnya dan bukan pada mereka, karena kalau persoalan waria sudah dianggap persoalan yang berat dan itu bukan diskrimanis. Dan itu hanya dikucilkan untuk memberikan mereka upaya intropeksi diri tentang jati diri mereka yang sebenarnya. Kemudian mereka diberi pembinaan, maka mereka tidak dianggap diskriminasi, sebab mereka tidak dipukul, tidak dipenjara dan tidak lakukan apapun terhadap mereka.” 20
3. Penolakan dari keluarga Terdapat kenyataan di lingkungan keluarganya. Perlakuan “keras” oleh keluarga karena malu mempunyai anak seorang waria kerapkali mereka hadapi. Meskipun tidak semua waria mengalami hal seperti itu, tetapi kebanyakan keluarga tidak mau memahami keadaan mereka sebagai waria. Belum lagi bahwa kebanyakan anggota masyarakat mengasosiasikan waria dengan dunia pelacuran. Seperti diketahui bahwa pelacuran dianggap sebagai sesuatu yang hina dan menjijikkan.
Dalam hal ini, Geucik Geulumpang Payong Kecamatan Blang Pidie, mengatakan “Keluarga waria atau bencong ini tidak selamanya bisa menerima keadaan tersebut. Dan juga malahan kekerasan untuk mengurangi perilaku kewanitaan para waria ini juga dilakukan. Akan tetapi, tetap saja
20 Wawacara dengan Aufa Safrizal, MA pegawai Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal Oktober 2017
mereka tidak mau berubah kembali ke kodrat mereka sebagai laki-laki tulen.” 21
Melihat hal tersebut, terlihat jelas bahwa pihak desa juga sebenarnya ingin situasi ini dapat diselesaikan. Namun, persoalannya apabila telah menjadi dampak perubahan yang lebih besar pada perilaku si waria akan sangat sulit untuk mengembalikan mereka pada fitrahnya. Dan hal ini, terkadang membuat terjadinya kekerasan untuk menentang perilaku waria tersebut.
## 4. Tidak dilibatkan dalam kegiatan
Keagamaan
Waria di Aceh Barat Daya pada kebiasaanya hanya di libatkan dalam kegiatan- kegiatan sosial saja seperti, acara 17 agustus, Perlombaan, acara perkawinan, itupun hanya sebatas menjadi perias dan mendekorasi tempat, sedangkan pada cara keagamaan seperti maulid, isra’mi’raj mereka tidak pernah dilibatkan. 22
Dengan begitu, banyak kegiatan dalam bidang keagamaan yang tidak melibatkan waria. Hal ini didasari oleh, kebanyakan dari waria tersebut bingung untuk memposisikan dirinya mereka itu seperti apa dan bagian mana yang cocok dengan keahlian yang mereka punya. Terlebih lagi, apabila suasana keagamaan terkadang berefek sama dengan kondisi mereka.
5. Diskriminasi dalam Pekerjaan Dalam dunia Pekerjaan Waria juga
21 Wawancara dengan Taufik geucik
Geulumpang Payong Kecamatan Blang Pidie, pada tanggal September 2017
22 Hasil wawancara dengan Sekretaris bidang Kesekratariatan Majelis Adat Aceh (MAA), Kabupaten Aceh Barat Daya pada Tanggal 10 Oktober 2017
mengalami diskriminasi, karena mereka tidak dilibatkan dalam instansi pemerintahan, akan tetapi hanya terbatas pada usaha Salon yang mereka rintis sendiri, Akhirnya, citra dunia waria kemudian membuahkan pemikiran negatif pada masyarakat, yang selanjutnya berujung pada diskonformitas akan keberadaannya dalam beberapa faktor terutama penyempitan kesempatan kerja waria pada sektor formal.
Bidang pekerjaan yang terbatas ini, tentunya akan berefek pada psikologis mereka terutama dalam persoalan keuangan. Dan itu membuat sebagian waria berperilaku ke arah negatif. Dengan tidak adanya kesetaraan dalam lapangan pekerjaan tidak jarang para waria ini terjerumus ke pekerjaan kotor.
6. Tidak ada bantuan dana dalam Usaha Dalam bidang usaha, kebanyakan dari para waria ini bekerja di bagian salon. Akan tetapi, mereka mengakui sangat jarang mendapat perhatian dari pemerintah. Terlebih lagi dalam hal bantuan modal untuk peningkatan usaha mereka selain uang, mereka butuh peralatan yang memadai untuk meningkatkan kualitas usaha yang mereka geluti.
Sama seperti yang dikatakan oleh Ejan, Kami belum pernah sekalipun mendapat bantuan dari pemda Aceh Barat Daya, kami memulai Usaha dengan modal sendiri. 23
Senada itu, pemilik salon Nas, mengungkapkan bahwa “Selama ini kalau untuk bantuan usaha baik modal maupun peralatan yang dibutuhkan belum ada dan juga
23 Hasil wawan cara dengan Ejan, waria kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 08 November 2017
perhatian pemerintah sangat kurang bagi kami pekerja salon. Tapi dulu ada, Cuma bukan dari pemerintah, waktu itu pasca tsunami yang memberinya dari salah satu LSM yang datang ke Aceh untuk memberi bantuan peralatan.” 24
7. Dianggap sebagai masalah sosial Dalam kontek sikap masyarakat kepada waria, ada sebagian masyarakat atau bahkan waria itu sendiri mengharapkan tidak ada diskriminasi terhadap mereka, dan kondisi mereka yang seperti itu bisa diterima dalam kalangan masyarakat. Namun, sebagian masyarakat yang lain menganggap bahwa persoalan waria harus segera diselesaikan dengan cara apapun, baik itu dalam bentuk diskriminasi untuk membuat mereka jera maupun dengan turun tangan pemerintah sebagai upaya untuk mengembalikan mereka kembali kepada kodratnya layaknya mereka sebagai laki-laki tulen. 25
Tidak semua kaum waria disikapi positif dengan diterima oleh masyarakat. Seperti yang telah diuraikan di atas, masyarakat belum bisa menerima kaum waria yang suka menggoda karena takut, jijik dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa diterima atau tidak kaum waria, tergantung dari perilakunya sendiri.
Dalam hal ini, Aufa Safrizal, MA pegawai Dinas Syari’at Islam Abdya, menyebutkan bahwa “ waria itu orang yang mempunyai nafsu yang menyimpang sehingga dia tidak suka dengan yang berlainan jenis atau
24 Hasil wawan cara dengan Nasrul, pemilik nas salon di kecamatan Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 09 November 2017 25 Hasil wawancara dengan Madi, Pekerja kebun Kelapa Sawit kecamatan Lembah Sawit Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 08 November 2017
## ISSN 2085 255X
lebih tepatnya suka dengan sesama pria dan itu juga bisa jadi dibuat. Dengan begitu, kita bisa menyebutnya sebagai penyakit masyarakat dan sangat berbahaya. Dan bagusnya kita juga harus bercermin atau melihat bagaimana kondisi pada masa Nabi Luth As yang umatnya berperilaku menyimpang dan kena azab.” 26
## ResiliensiWariaTerhadapSikapPenolakan Masyarakat
Konsep kehidupan bermasyarakat tentunya dalam setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda, terlebih lagi dalam hal persoalan waria yang ada dilingkungan masyarakat. Waria bisa dibilang menjadi sebuah komoditi yang unik baik iu di perdesaan maupun di perkotaan. Namun, pada prinsipnya masyarakat kebanyakan menolak kehadiran waria tersebut karena sangat bertentangan dengan kodratnya sebagai laki- laki. Di samping itu juga, sebagian masyarakat sudah sangat lelah dengan perilaku mereka yang berperan layaknya wanita.
HR, yang sudah lama bergelut dalam dunia salon dan juga pernah bekerja sama dengan kelompok waria sangat banyak tahu bagaimana tingkah laku mereka dan juga konsep hidup mereka. HR sangat banyak menjelaskan tentang proses resiliensi yang dilakukan oleh kelompok waria agar mendapatkan penerimaan dari masyarakat walaupun pada kenyataannya tidak semua masyarakat mau menerima kehadiran mereka karena dianggap merubah kodrat mereka yang sebenarnya. 27
26 Wawacara dengan Aufa Safrizal, MA pegawai Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal Oktober 2017 27 Wawancara dengan HR, pemilik Heri Salon di Kecamatan Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya,
## 1. Menjaga Hubungan dengan Keluarga
Membangun hubungan baik dengan keluarga merupakan salah satu hal yang membuat mereka bertahan dengan kondisi mereka sebagai waria. Apalagi sebagian besar dari waria ini sudah tidak tinggal lagi satu rumah dengan orang tua mereka. Hal ini, dipengaruhi oleh faktor pekerjaan dari setiap waria tersebut berbeda-beda. Namun, sebagian besarnya mempunyai profesi yang hampir sama yaitu bekerja sebagai pemilik atau pegawai salon.
Dalam hal ini RH pemilik Rahayu Salon, mengatakan bahwa, keluarga sering menjenguk dan sering menghubungi dia, dan orangtua juga sudah mengerti kondisi saya sekarang, jadi mereka hanya bisa mendukungnya.
Dengan kondisi mereka sebagai waria, ada hal yang terkadang membuat mereka kebanyak tidak berani pulang langsung ke rumah, karena faktor malu karena penampilan mereka sudah lebih ke feminisme. Hal ini, membuat mereka takut untuk bertemu langsung dengan
Dan juga ditambahkan oleh Taharuddin, sebagai Teungku Imum di Gampong Cot Ba’u, berpendapat bahwa “pada dasarnya perilaku kewanitaan yang berlebihan atau persisnya layaknya wanita bagi laki-laki itu tidak ada. Kita tidak mau melihat seperti pada masa Nabi Luth yang umatnya menyukai laki-laki dengan laki-laki. Dan juga keluarga mereka disini tidak ada yang menyetujui mereka berperilaku seperti wanita yang terkadang juga mereka sampai saling memarahi agar mereka sadar atas apa yang mereka lakukan.” 28
pada tanggal 11 Oktober 2017 28 Hasil wawancara dengan Taharuddin,
Dengan melihat hasil penelitian tersebut, tentu sudah jelas kita melihat bahwa tidak semua keluarga dari para waria ini menyetujui perilaku pereka layaknya perempuan. Dan pihak keluarga ini pun telah berusaha berbagai cara untuk mengembalikan fitrah mereka sebagai laki-laki, akan tetapi itu tidak berefek apa-apa bila mereka kembali berteman dengan komunitas mereka kembali. Walaupun, pada kenyataannya sebagian waria mengaku bahwa mereka sudah mendapatkan persetujuan dari keluarga dan merelakan mereka untuk berperilaku seperti wanita seutuhnya.
2. Menjaga Penampilan Waria pada kondisi masyarakat seperti ini sangat menjaga penampilan mereka. Hal ini, juga untuk menjaga tanggapan yang berlebihan dari masyarakat. Para waria ini tidak berpenampilan secara mencolok, dan biasa-biasa saja, masaih dalam batas kewajaran. 29
Dalam tatanan masyarakat yang menganut agama Islam memberikan sebuah tekanan ataupun aturan yang jelas bagi waria ini, sehingga mereka tidak sembarangan dalam berpenampilan. Dan para waria ini sangat membatasi diri dalam segala hal termasuk di dalam berpenampilan yang terlalu mencolok.
## 3. Mematuhi Peraturan Gampong
Dalam hal usaha mereka di berikan izin untuk melakukan usahanya, asalkan mengikuti
Teungku Imum Gampong Cot Ba’u Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal 09 November 2017 29 Hasil wawancara dengan Iswandi, Sekdes Cok Ba’U Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal 09 November 2017
dan mematuhi peraturan-peraturan yang di gampong. Karena sampai saat ini waria yang ada di lembah sabil belum membuat masalah apapun yang bertentangan dengan peraturan gampong.
Aparatur gampong sering mengingatkan mereka tentang jam kerja, tidak boleh membuka di atas jam 22.00 Wib. Aturan ini, tentunya juga membatasi ruang bebas para waria ini, mereka tidak bisa dengan leluasa bebas bergerak kesana kemari dengan aturan tersebut. Aturan ini diberlakukan untuk mengantisipasi segala hal yang akan dilakukan oleh para waria ini nantinya. 30
Sebuah proses kehidupan, hal inilah yang agak sulit untuk dijaga. Namun, hal ini yang sangat penting untuk dijaga untuk membangun sebuah kerhamonisan dimanapun berada. Memberikan kesan positif tentunya akan memberikan penerimaan juga dari masyarakat. Dan kesan yang begini yang selalu dijaga oleh para waria agar mereka bisa diterima.
Seperti yang disampaikan oleh Uci, bahwa “kami selalu ingin menjaga kesan positif dari masyarakat terutama dari tingkah laku dan sikap kami. Karena kalau kami terlalu berlebihan juga akan susah apalagi kami hidup dengan kondisi yang sepert ini.” 31
Dan juga dalam hal ini, Sekretaris Dinas Sosial, menambahkan bahwa “selama ini pihak dinas juga kebanyakan memakai jasa mereka apabila ada event-event penting yang diadakan dikabupaten Abdya, karena
30 Hasil wawancara dengan Iswandi, Sekdes Cok Ba’U..., pada tanggal 09 November 2017 31 Hasil wawancara dengan Uci, Waria yang berkerja di salon paradise di Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 23 Agustus 2017
## ISSN 2085 255X
mereka itu kreatif-kreatif dan lebih detil dari orang lain. Dan kalau kita memakai mereka akan terlihat lebih bagus, oleh karena itu kita sering mengajak mereka untuk bergabung apabila ada kegiatan-kegiatan tertentu, ini juga sebagai upaya untuk mengajak mereka agar mau berbaur dengan masyarakat pada umumnya.” 32
Melibatkan waria ini dalam kegiatan kemasyarakatan tentunya juga akan memberikan stimulus yang baik terhadap mereka. Karena selama ini, mungkin mereka merasa terabaikan sehingga mereka berusaha mencari pelampiasan yang lain. Dan dengan menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat dan diajak bergabung dengan berbagai kegiatan akan membuat mereka lebih mengutamakan kehidupan sosial mereka dan mereka bisa berkomunikasi yang lebih baik dengan masyarakat sekitarnya.
4. Berpartisipasi dalam kegiatan Masyarakat Waria tidak jarang ikut berpatisipasi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat apabila dilibatkan, seperti Memberi Sumbangan pada acara-acara yang di buat oleh gampong. Banyak kegiatan- kegiatan tertentu yang bisa membuat para waria ikut bergabung didalamnya.
Menurut uci, salah seorang waria yang berkerja di salon kecantikan paradise, “Mereka bisa bertahan menjalani kehidupan seperti itu karena masyarakat disekitar mereka tidak ada yang mempermasalahkan profesi yang dijalani walaupun tingkah mereka seperti wanita, dan juga apabila diajak oleh masyarakat mereka
32 Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Sosial, Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal 23 Agustus 2017
maupun bergabung dalam kegiatan apapun”. 33
Dengan begitu, sangat jelas bahwa selama waria tidak berbuat macam-macam atau berperilaku aneh dalam pergaulan mereka. Maka, masyarakat juga akan menerima mereka dengan tangan terbuka. Bahkan pada sebagian kegiatan masyarakat terkadang juga ikut melibatkan mereka, seperti dekorasi, make up, dan berbagai kegiatan lainnya yang bisa melibatkan kelompok waria di dalamnya.
Menurut Kurnia dan Hermayuli yang keduanya merupakan staff Majelis Adat Aceh (MAA), mengungkapkan bahwa, “waria dikalangan masyarakat menjadi hal yang aneh, karena tingkah laku mereka yang lebih ke arah wanita. Namun, tidak jarang masyarakat yang menggunakan jasa waria dalam berbagai kegiatan yang diadakan dan juga dalam hal salon masyarakat sebagian besar menggunakan jasa para waria ini.” 34
Waria pada umumnya di berikan stigma oleh masyarakat tetapi dapat bertahan karena dari segi manfaat, masyarakat bergantung pada waria dalam hal kecantikan dan dekorasi pernikahan. Ini dinilai karena kerja waria lebih memuaskan ketimbang yang non-waria.
## 5. Membangun Komunitas Sesama Waria
Membangun sebuah jaringan ataupun silaturahmi tentunya mempunyai sangat banyak tujuannya, salah satunya adalah untuk memperkuat sebuah komunitas. Dengan kuatnya sebuah jaringan dalam sebuah komunitas juga akan memberikan sebuah
33 Hasil wawancara dengan uci, waria yang berkerja di salon paradise kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya, 23 Agustus 2017 34 Hasil wawancara dengan Kurnia dan Hermayuli staff MAA Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal Oktober 2017
ISSN 2085 255X
pondasi dasar yang sangat kuat untuk menjaga keberlangsungan perjalan hidup para waria.
Senada dengan hal tersebut, Rahayu pemilik Rahayu Salon, mengungkapkan bahwa “Kami sering berkumpul, atau nanti ada kawan-kawan yang datang ke salon dan lebih sering ketika waktu malam karena kegiatan semuanya udah berkurang, namun, kami juga menjaga situasi agar jangan sampai mengganggu tetangga dan warga sekitarnya.” 35
Membentuk sebuah jaringan yang baik dengan sesama waria memang tidak ada salahnya untuk memperkuat identitas mereka sebagai waria. Namun, juga mereka seyogiaya harus membangun jaringan dengan masyarakat agar mereka lebih diterima oleh masyarakat, walaupun tidak semua masyarakat akan menerima perilaku mereka layaknya perempuan tersebut.
6. Mencari lingkungan yang Baru Dengan penolakan tersebut kebanyakan dari waria lebih memilih pergi atau mencari tempat yang bisa menerima kehadiran mereka seutuhnya. Namun, ada juga di antara mereka yang mencoba menemukan solusi agar mereka dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat, contohnya adalah kehidupan waria dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Kehidupan waria dalam masyarakat abdya sebagian besar menyesuaikan dengan konteks masyarakat yang tinggal ditempat tersebut dan sebagian besar ada yang mencari atau tinggal ditempat lain yang bisa memberikan
35 Hasil wawancara dengan Rahayu, pemilik Rahayu Salon di Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya, pada tanggal 23 Agustus 2017
mereka kenyamanan dalam kehidupan sosial mereka. Dengan ini, masyarakat juga akan melibatkan mereka dalam kegiatan sosial yang bisa mereka tangani.
Waria (gabungan dari Wanita-pria) merupakan gabungan dari dua hal yang sebenarnya normal, namun akhirnya menjadi hal yang aneh dan dianggap berperilaku diluar kewajaran manusia pada umumnya. Perilaku laki-laki yang kewanitaan dianggap hal dibatas kewajaran oleh sebagian masyarakat pada umumnya, apalagi bagi sebagian masyarakat yang berpedoman pada prinsip kehidupan beragama. Akan tetapi, kalau ditelusuri lebih jauh ternyata banyak hal yang menarik menyangkut persoalan waria ini. Hal tersebut, banyak dipengaruhi oleh unsur waria yang tercatat dalam lintasan sejarah dan mendapatkan posisi yang berbeda dalam masyarakat.
Kondisi fisik laki-laki berperilaku wanita, sebenarnya membuat hal menarik dan sensasi tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Namun, karena sebagian waria dianggap berperilaku seks menyimpang atau lebih kearah transgenderisme, akhirnya mendapatkan respon negatif dari masyarakat. Sejak dulu laki-laki yang memilih berperilaku sebagai waria sangat banyak, terlebih lagi dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti keadaan biologisnya (hermafrodi-tisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan. Saat ini, di Indonesia khususnya laki-laki yang berperilaku wanita mempunyai sebutan yang beragam, seperti sebutan bencong atau banci yang diberi gelar untuk waria tersebut.
Penyesuaian diri di tengah masyarakat dan penolakan masyarakat dianggap sebagai
## ISSN 2085 255X
hambatan terbesar yang ditemui subjek. Para Waria yang mengalami kekerasan fisik maupun psikologis, merasakan solidaritas dari teman-teman “senasib” dimana para waria merasa aman, mendapatkan dukungan dan dapat memberikan dukungan kepada sesama.
Waria memiliki kondisi fisik sebagai laki-laki namun memiliki identitas gender feminin sehingga cenderung menampilkan diri sebagai perempuan. Individu yang memiliki konflik dengan realita akan memunculkan kecemasan dalam dirinya. Hal ini terutama tampak pada sebagian waria yang cenderung menolak keadaan dirinya di awal. Berbeda dengan waria yang lainnya dapat menerima dirinya sehingga membantunya lebih cepat dalam proses resiliensi karena adanya kongruensi dalam dirinya.
Apapun reaksi yang ditampilkan, pada akhirnya para waria tetap mempertahankan pandangan dan penampilan diri sebagai waria karena merasa bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya. Walaupun sempat ditolak oleh keluarga dan lingkungan, waria cenderung menanggapinya dengan biasa saja, menjelaskan atau bahkan semakin ingin berbaur dengan lingkungan yang mengejek agar dapat mengurangi pandangan negatif terhadapnya. Penolakan apapun yang dialami tidak membatasi para waria untuk tetap hidup sebagai waria karena mereka telah menerima dirinya sendiri. Para waria yang menjadi responden juga mengatakan bahwa mereka hubungan positif dengan waria lain dalam komunitas yang mereka bentuk. Di dalam komunitasnya tersebut mereka mempunyai rasa kepedulian yang sama. Bagi waria, komunitas menjadi tempat berlindung, karena waria dapat menggunakan komunitas
sebagai bentuk untuk membangun solidaritas dalam dinamika kehidupan mereka.Waria membentuk dan berkumpul dengan komunitas mereka ketimbang masyarakat pada umumnya. Hal ini dasari oleh karena mereka merasa bahwa memiliki nasib yang serupa sebagai orang mempunyai identitas berbeda dengan yang lain. Dengan demikian mereka juga akan mendapat perlakuan yang hormat dalam komunitas mereka tersebut.
Dengan mengambil sikap resiliensi terhadap identitas mereka itu, para waria menganggap mereka lebih punya tujuan hidup dan juga punya banyak hal yang ingin dicapai. Waria ini, mereka ingin hidup lebih damai tanpa adanya gangguan dari sekitarnya, sehingga kebanyakan waria hanya ingin diarahkan dan diberikan penyuluhan agar bisa bertanggung jawab kepada diri sendiri dan juga orang lain. Hal ini terdapat pada beberapawaria terutama berkaitan dengan kesejahteraan komunitas waria. Para waria cenderung ingin membantu waria lain untuk memperoleh penerimaan, baik penerimaan diri maupun penerimaan dari lingkungan, yang telah mereka alami serta kesejahteraan bermasyarakat bagi waria dalam komunitas. Dengan memiliki tujuan hidup, para waria cenderung ingin berbagi dan membantu waria lainnya untuk memperoleh kesejahteraan psikologis yang telah mereka miliki.
## KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari penulisan ini adalah sikap masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya masih sangat dominan tidak menerima kehadiran waria. Hal ini disebabkan, karena masyarakat menganggap waria adalah seseorang yang mempunyai kepribadian
ganda dan agak aneh seperti berperilaku wanita padahal nyatanya mereka mempunyai jati diri pria tulen.Perubahan jati diri seorang pria menjadi seorang yang beperilaku pria dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor keluarga terutama orang tua, lingkungan dan faktor lainnya yang mempengaruhi perubahan tersebut. Di dalam masyarakat masih sangat banyak terdapat perilaku negatif terhadap waria seperti masih banyak perilaku diskrimanatif dan melecehkan waria yang dilakukanmasyarakat. Pada kenyataannya banyak penelitian yang telah dilakukan akan tetapi banyak membuktikan kehadiran waria sangat tidak diterima oleh masyarakat, sehingga mengakibatkan para waria ini kesulitan berbaur dengan lingkungan tempat tingga mereka.Maka dalam hal ini, waria banyak bertahan karena segi manfaat yang diambil oleh masyarakat seperti kebanyakan masyarakatbergantung pada waria dalam hal kecantikan dan dekorasi pernikahan. Ini dinilai karena kerja warialebih memuaskan ketimbang yang non-waria.
## SARAN
Pada bagian ini penulis menyarankan agar waria yang selama ini tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri, dengan diberi sisi pemahaman bagi masyarakat luas tentang waria tersebut. Dalam hal ini, turun serta pemerintah juga diharapkan dapat mengurangi sikap diskriminatif masyarakat terhadap waria. Karena, sebagai individu sosial waria juga mempunyai beragam potensi yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan mereka terlepas dari pro dan kontra yang selama ini dialami.
## DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati. 2007. Pembelajaran. Bandung:Pustaka Pelajar.
Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, 2003, Kamus Bahasa Melayu Nusantara.
Departemen Sosial RI. 2008. Pedoman Umum Pelayanan Sosial Waria . Jakarta:
Departemen Sosial RI.
D. Marthin and P. 1972. Lyon. Lesbian / Women. San Fransisco: Glide Publication.
Kesehatan, D., 2009, Laporan Estimasi Populasi Rawan HIV di Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan. Koeswinarno, 2004. Hidup Sebagai Waria , Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara Margono, 2006, Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Padmiati, Etty dan Sri Salmah. 2011. Waria Antara Ada dan Tiada . Yogyakarta: B2P3KS Press.
Pusat Pembinaan Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,
Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.
Puspitosari, Hesti & Pujileksono, Sugeng.
2005. Waria dan tekanan sosial . Malang: UMM Press.
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta.
The Unnatural Sexual Orientation . Diakses melalui www.academia.edu pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 15:44 WIB Tevi Jackson dan Jackie Jones. 2009. Pengantar Teori-teori Femisnis Kontemporer Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.
|
4bb35c39-b281-44ef-b631-01a58c9c1f62 | https://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom/article/download/999/866 |
## Implementasi Metode Weighted Product Dan Fuzzy C-Means Dalam Pemilihan Peminatan Jurusan Pada
SMA Perguruan Rakyat 2
## Eri Riana
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Bina Sarana Informatika, Jakarta, Indonesia
## Abstrak
Sesuai peraturan kurikulum yang berlaku di Indonesia, siswa kelas X SMA yang naik ke kelas XI akan mengalami pemilihan penjurusan. Penjurusan yang tersedia di SMA meliputi bidang minat Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Ilmu Bahasa. Penjurusan akan disesuaikan dengan kemampuan siswa pada bidang minat yang ada, tujuannya agar kelak di kemudian hari, pelajaran yang diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan kemampuan pada bidang minatnya. Salah satu pertimbangan untuk menyeleksi siswa dalam menentukan penjurusan adalah prestasi siswa pada semester satu dan dua (kelas X) dalam bentuk skor nilai. Kurang akuratnya proses pemilihan penjurusan dengan sistem manual pada Sekolah Menengah Atas menyebabkan perlunya suatu penggunaan metode komputasi untuk mengelompokkan siswa dalam proses pemilihan jurusan. Metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means merupakan suatu metode yang mudah dan sering digunakan di dalam teknik pengelompokan data karena membuat suatu perkiraan yang efisien dan tidak memerlukan banyak parameter. Beberapa penelitian telah menghasilkan kesimpulan bahwa metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dapat dipergunakan untuk mengelompokkan data berdasarkan atribut-atribut tertentu. Pada penelitian ini akan digunakan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means untuk mengelompokkan data siswa Sekolah Menengah Atas berdasarkan Nilai mata pelajaran inti untuk proses penjurusan. Penelitian ini juga menguji tingkat akurasi metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dalam penentuan jurusan pada Sekolah Menengah Atas.
Kata Kunci : Klastering, Penjurusan Siswa, Fuzzy C-Means, Weighted Product
## Abstract
As per the rules applicable curriculum in Indonesia, high school students of class X to class XI up to experience election majors. Majors are available in the high school fields of interest include Natural Sciences, Social Sciences, and Linguistics. Majors will be tailored to students' abilities in areas of interest that exist, the goal for later in life, lessons are given to students to be more focused because it was in accordance with the ability of the field of interest. One of the considerations for selecting students are majors in determining student achievement in semester one and two (class X) in the form of scores. Lack of accuracy of the electoral process in the majors with the manual system of high school led to the need for the use of computational methods for grouping students majoring in the electoral process. Weighted Product Method and Fuzzy C-Means is a method that is easy and often used in the data grouping technique for making an estimate that is efficient and does not require a lot of parameters. Several studies have concluded that the method of Weighted Product and Fuzzy C-Means can be used to classify data based on certain attributes. This research will be used Weighted Product method and Fuzzy C-Means to cluster the data based on high school students value the core subjects for the majors. This study also tested the accuracy of the method and the Product Weighted Fuzzy C-Means in determining the majors in high school.
Keyword : Clustering, Majors Student, Fuzzy C-Means, Weighted Product
## 1. PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan di sekolah, perbedaan masing-masing siswa harus diperhatikan karena dapat menentukan baik buruknya prestasi belajar siswa. Tujuan sekolah yang mendasar adalah mengembangkan semua bakat dan kemampuan siswa selama proses pendidikan. Perbedaan individual antara siswa di sekolah di antaranya meliputi perbedaan kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, minat dan kreativitas. Dengan adanya perbedaan individu tersebut, maka fungsi pendidikan tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi juga meliputi bimbingan dan konseling, pemilihan dan penempatan siswa sesuai dengan kapasitas individual yang dimiliki, rancangan sistem pengajaran yang sesuai dan strategi mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik individu siswa. Kemungkinan yang akan terjadi jika siswa mengalami kesalahan dalam penempatan yang tidak sesuai dengan kapasitas individual yang dimiliki adalah rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, manajemen sekolah memegang peranan penting untuk dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki oleh siswa.
Penempatan siswa yang sesuai dengan kapasitas kemampuannya atau sering disebut dengan penjurusan siswa di sekolah menengah ditentukan oleh kemampuan akademik yang didukung oleh faktor minat, karena karakteristik suatu ilmu menuntut karakteristik yang sama dari yang mempelajarinya. Dengan demikian, siswa yang mempelajari suatu ilmu yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya akan merasa senang ketika mempelajari ilmu tersebut. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Seorang siswa yang berminat pada matematika misalnya, akan memusatkan perhatiannya lebih banyak ke bidang matematika dari pada siswa lain. Karena pemusatan perhatian intensif terhadap materi, siswa akan belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan.
Sesuai peraturan kurikulum yang berlaku di Indonesia, siswa kelas X SMA yang naik ke kelas XI akan mengalami pemilihan jurusan (penjurusan). Penjurusan yang tersedia di SMA meliputi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Ilmu Bahasa. Penjurusan akan disesuaikan dengan kemampuan dan
minat siswa. Tujuannya adalah agar kelak di kemudian hari, pelajaran yang akan diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Salah satu pertimbangan untuk menyeleksi siswa dalam menentukan jurusan adalah prestasi siswa pada semester satu dan dua (kelas X) dalam bentuk nilai mata pelajaran. Selain itu penentuan ini dipertimbangkan juga dari hasil psikotes. Kedua hal tersebut saling berkaitan dalam penentuan penjurusan siswa masuk jurusan IPA, masuk jurusan IPS atau masuk jurusan Bahasa.
Penelitian ini akan menganalisis penerapan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means untuk pengelompokan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam penentuan jurusan berdasarkan prestasi siswa. Dengan adanya metode ini diharapkan dapat menentukan pilihan jurusan berdasarkan apa yang diminati dari potensi akademiknya dalam penentuan jurusan.
## 2. TEORITIS
## 2.1 Data Mining
Data mining adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan penemuan pengetahuan di dalam database . Data mining adalah proses yang menggunakan statistic, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstraksi dan mengidentifikasikan informasi yang bermanfaat dan pengetahuan yang terkait dari berbagai database besar (Turban,2005). Menurut Gatner Group, data mining adalah suatu proses menemukan hubungan yang berarti, pola, dan kecendrungan dengan memeriksa dalam sekumpulan besar data yang tersimpan dalam penyimpanan dengan menggunakan teknik pengenalan pola seperti tabel statistic dan matematika (Larose,2005). Selain dari beberapa definisi diatas diberikan juga definisi seperti yang tertera berikut ini.
“Data mining adalah serangkaian proses untuk menggali nilai tambah dari suatu kumpulan data berupa pengetahuan yang selama ini tidak diketahui secara manual.” (Pramudiono,2006).
## 2.2 Logika Fuzzy
Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar-samar. Suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotaan yang memiliki rentang nilai 0 (nol) hingga 1 (satu). Berbeda dengan himpunan yang memiliki nilai 1 atau 0 (ya atau tidak).
Logika fuzzy merupakan suatu logika yang memiliki nilai kekaburan kesamaran ( fuzzyness ) antara benar atau salah. Dalam teori logika fuzzy suatu nilai bisa bernilai benar atau salah secara bersama. Namun berapa besar keberadaan dan kesalahan sesuatunya tergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya. Logika fuzzy memiliki derajat keanggotaan dalam rentang 0 hingga 1. Berbeda dengan logika digital yang hanya memiliki dua nilai 1 atau 0. Logika fuzzy digunakan untuk menterjemahkan suatu besaran yang diekspresikan menggunakan bahasa ( linguistic ), misalkan besaran kecepatan laju kendaraan yang diekspresikan dengan pelan, agak cepat, cepat, dan sangat cepat. Dan logika fuzzy menunjukkan sejauh mana suatu nilai itu benar atau sejauh mana suatu nilai itu salah. Tidak seperti logika klasik ( scrisp )/tegas, suatu nilai hanya mempunyai dua kemungkinan yaitu merupakan suatu anggota himpunan atau tidak. Derajat keanggotaan 0 (nol) artinya nilai bukan merupakan anggota himpunan dan 1 (satu) berarti nilai tersebut adalah anggota himpunan (Kusumadewi,2004).
Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output, mempunyai nilai kontinyu. Fuzzy dinyatakan dalam derajat dari suatu keanggotaan dan derajat dari kebenaran. Oleh sebab itu sesuatu dapat dikatakan sebagian benar dan sebagian salah pada waktu yang sama. Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output Logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing. Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy . Pada teori himpunan fuzzy , peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi cirri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut (Sri Hari,2010).
## 2.3 Fuzzy Clustering
Fuzzy clustering adalah salah satu teknik untuk menentukan cluster optimal dalam suatu ruang vector yang didasarkan pada bentuk normal Euclidian untuk jarak antar vector. Fuzzy clustering sangat berguna bagi pemodelan fuzzy terutama dalam mengidentifikasi aturan-aturan fuzzy . Ada beberapa algoritma clustering data, salah satu diantaranya adalah fuzzy c-means (FCM) adalah suatu teknik pengclusteran data yang mana keberadaan tiap-tiap titik data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaan. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Jim Bezdek pada tahun 1965. Konsep dasar FCM, pertama kali adalah menentukan pusat cluster , yang akan menandai lokasi rata-rata untuk tiap-tiap cluster . Pada kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat. Tiap- tiap titik data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara memperbaiki pusat cluster dan derajat keanggotaan tiap-tiap titik data secara berulang, maka akan dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada minimisasi fungsi objektif yang menggambarkan jarak dari titik data yang diberikan ke pusat cluster yang berbobot oleh derajat keanggotaan titik data tersebut. Output
dari FCM bukan merupakan fuzzy inference system , namun merupakan deretan pusat cluster dan beberapa derajat keanggotaan untuk tiap-tiap titik data. Informasi ini dapat digunakan untuk membangun suatu fuzzy inference system (Sri Hari,2010).
## 2.4 Metode Weighted Product
Metode Weighted Product (WP) menggunakan perkalian untuk menghubungkan rating atribut, dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan. Proses tersebut sama halnya dengan normalisasi. Metode Weighted Product dapat membantu dalam mengambil keputusan untuk menentukan penentuan jurusan, akan tetapi perhitungan dengan menggunakan metode weighted product ini hanya menghasilkan nilai terbesar yang akan terpilih sebagai alternatif yang terbaik. Perhitungan akan sesuai dengan metode ini apabila alternatif yang terpilih memenuhi criteria yang telah ditentukan. Metode weighted product ini lebih efisien karena waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan lebih singkat.
## 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode análisis kuantitatif. Untuk mendapatkan gambar yang lebih mendalam dan lengkap dan objek yang akan diteliti dengan melakukan pengambilan data pada database SMA Perguruan Rakyat 2 tahun 2017. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang berupa data siswa dan nilai yang diperoleh penulis secara langsung pada database di SMA Perguruan Rakyat 2 tahun 2017.
Populasi pada penelitian ini adalah pada siswa SMA Perguruan Rakyat 2 kelas X. Penarikan sampel pada penelitian ini digunakan teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk memperoleh kriteria-kriteria dalam penelitian, kriteria untuk pemilihan jurusan SMA kemudian dibuat data input berupa nilai rata-rata siswa SMA. Setelah memperoleh kriteria-kriteria dari penelitian pendahuluan selanjutnya akan dibuat data nilai rata-rata. Data yang diperoleh dari data nilai rata- rata akan diolah menggunakan pendekatan Weighted Product dan Fuzzy C-Means dengan software matlab.
## 3.1 Instrumentasi Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan data primer berupa nilai siswa yang digunakan sebagai instrumentasi guna memperoleh data dalam proses penentuan jurusan.
2. Pemetaan korelasi antara bidang peminatan yang diminati dengan mata pelajaran peminatan.
## Gambar 1. Diagram Korelasi Peminatan Jurusan dengan Mata Pelajaran
## 3.2 Teknis Analisis Data
Teknik análisis data menggunakan data kuantitatif berupa suatu kaidah-kaidah matematika. Analisa dilakukan melalui nilai rata-rata hasil raport semester 1 dan semester 2 menggunakan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dengan bantuan software matlab. Menurut (Irfan,2010), jika data model dan data validasi diatas 65 % maka dapat dinyatakan akurat.
## 3.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan menganalisis pemilihan jurusan SMA Perguruan Rakyat 2. Berikut adalah kerangka pemikiran dalam bentuk gambar.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pemilihan Jurusan Kerangka pemikiran penelitian yang tergambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Data Historis meliputi nilai rata-rata raport semester 1 dan semester 2.
2. Data Training dilakukan dengan menguji data historis dengan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dan kemudian diuji dengan aplikasi matlab hingga menghasilkan suatu model rule.
3. Data Testing dilakukan dengan menguji validasi data historis yang nantinya dapat menghasilkan suatu asumsi kevaliddan suatu keputusan dalam bentuk rule yang dihasilkan dari data training.
4. Uji Validasi dilakukan dengan menguji hasil dari penggunaan aplikasi matlab dan data validasi yang telah diuji dalam data testing.
5. Validasi merupakan hasil uji data dari penerapan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dalam penggunaan aplikasi matlab.
6. Rule yang digunakan merupakan model penentuan jurusan SMA yang akurat berdasarkan nilai rata-rata raport semester 1 dan semester 2.
7. Penerapan merupakan penggunaan rule yang dilakukan dalam penentuan jurusan pada SMA.
8. Data baru merupakan data yang dihasilkan setelah data historis diuji kevaliddannya.menggunakan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dalam aplikasi matlab serta menghasilkan rule untuk penentuan jurusan pada SMA.
9. Evaluasi merupakan upaya memperbaiki penerapan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means dalam aplikasi matlab dalam mengelola data secara efektif untuk penentuan jurusan SMA.
Penggunaan rule dalam penerapan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means yang dibangun dengan penggunaan aplikasi matlab yang diharapkan mengolah data secara efektif dalam penentuan penjurusan di SMA.
## 3.4 Analisa Hasil
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya tingkat akurasi pemilihan jurusan di Sekolah Menengah Atas dengan menggunakan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means . Data yang dianalisis berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran bidang peminatan.
Pada tahapan awal dilakukan suatu pemetaan korelasi antara peminatan dengan mata pelajaran peminatan, yang hasilnya ditunjukkan dalam Gambar 3.1. Selanjutnya menentukan nilai dari suatu bidang minat tertentu, yang diambil dari nilai rata-rata mata pelajaran bidang peminatan yang berada dalam kelompok bidang peminatan sebelum dilakukan peminatan. Data ini akan digunakan sebagai suatu parameter uji coba peminatan menggunakan metode Weighted Product dan Fuzzy C-Means . Berikut tabel 3.1 yang menunjukkan data nilai rata-rata mata pelajaran peminatan.
Tabel 1. Data Nilai Rata-Rata Siswa Pada Bidang Minat Tertentu Sebelum Peminatan
Siswa Nilai Rata-Rata Peminatan Siswa Nilai Rata-Rata Peminatan IPA IPS Bahasa IPA IPS Bahasa 1 72,2 74,8 76,5 42 70,3 74,2 68,5 2 74,9 76,5 67,3 43 78,5 65,0 82,5 3 77,5 70,6 74,6 44 68,5 77,5 72,5 4 68,1 77,1 77,8 45 81,7 70,5 72,5
Siswa Nilai Rata-Rata Peminatan Siswa Nilai Rata-Rata Peminatan IPA IPS Bahasa IPA IPS Bahasa 5 76,6 71,3 76,1 46 77,5 75,0 75,8 6 78,2 76,4 64,6 47 87,5 70,5 77,0 7 70,4 74,5 72,9 48 75,9 78,0 86,5 8 75,3 75,2 68,7 49 70,5 70,0 75,5 9 77,1 73,7 80,5 50 79,0 72,0 65,0 10 71,5 77,6 77,8 51 65,0 80,0 70,5 11 74,0 69,8 80,3 52 78,0 75,0 89,5 12 72,8 78,4 69,8 53 72,5 75,0 82,5 13 73,7 73,9 71,4 54 81,0 65,7 75,5 14 73,1 73,9 72,5 55 89,7 76,5 68,0 15 71,9 73,2 74,9 56 78,5 67,5 85,7 16 74,3 73,2 70,3 57 65,0 89,5 70,5 17 78,3 79,2 79,0 58 70,7 92,0 78,5 18 71,8 74,3 77,9 59 75,5 70,0 79,5 19 74,1 75,3 80,3 60 85,0 75,5 80,2 20 74,7 72,4 72,1 61 68,5 65,0 78,5 21 74,0 71,3 71,9 62 82,5 69,5 72,1 22 70,6 78,5 76,6 63 74,5 90,2 70,5 23 76,8 78,6 73,5 64 69,5 72,5 79,0 24 75,3 71,2 77,6 65 70,9 74,5 91,5 25 76,1 72,4 72,4 66 82,5 72,5 70,6 26 70,7 78,9 69,0 67 75,8 82,1 70,8 27 83,4 76,1 78,8 68 80,2 74,5 72,5 28 70,8 76,6 79,0 69 74,5 91,5 69,5 29 78,3 75,5 80,2 70 60,5 68,7 77,8 30 76,7 76,4 73,8 71 74,5 77,8 69,8 31 74,4 79,4 86,1 72 79,0 72,5 73,8 32 80,4 76,7 78,8 73 87,5 75,2 71,8 33 66,5 71,0 71,4 74 65,0 76,8 67,5 34 69,2 76,4 69,0 75 76,0 94,8 74,0 35 82,7 86,1 80,0 76 65,0 77,8 81,5 36 75,3 73,5 71,5 77 65,5 68,0 75,8 37 82,5 79,3 70,8 78 80,4 75,5 74,2 38 69,3 70,8 73,8 79 90,1 78,7 74,3 39 77,5 80,6 77,9 80 75,7 74,0 87,5 40 67,6 75,5 73,0 81 74,9 77,3 65,0 41 80,3 75,7 74,8
Tabel 2. Data Nilai Rata-Rata Siswa pada Bidang Minat Tertentu Setelah Peminatan
Siswa Jurusan Yang Dipilih Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan Setelah Peminatan Penjurusan Siswa Jurusan Yang Dipilih Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan Setelah Peminatan Penjurusan Kelas XI Kelas XI Kelas XI Kelas XI 1 Bahasa 75,50 75,50 42 IPS 75,80 75,80 2 IPS 77,00 77,00 43 Bahasa 80,50 80,50 3 IPA 75,50 75,50 44 IPS 78,50 78,50 4 Bahasa 72,00 72,00 45 IPA 74,50 74,50 5 IPA 72,80 72,80 46 IPA 74,00 74,00 6 IPA 71,50 71,50 47 IPA 73,60 73,60 7 IPS 69,00 69,00 48 Bahasa 73,80 73,80 8 IPA 70,50 70,50 49 Bahasa 78,50 78,50 9 Bahasa 76,25 76,25 50 IPA 80,50 80,50 10 Bahasa 74,50 74,50 51 IPS 77,50 77,50 11 Bahasa 78,00 78,00 52 Bahasa 85,00 85,00 12 IPS 73,00 73,00 53 Bahasa 73,80 73,80 13 IPS 71,50 71,50 54 IPA 75,50 75,50 14 IPS 67,50 67,50 55 IPA 83,60 83,60
Siswa Jurusan Yang Dipilih Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan Setelah Peminatan Penjurusan Siswa Jurusan Yang Dipilih Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan Setelah Peminatan Penjurusan Kelas XI Kelas XI Kelas XI Kelas XI 15 Bahasa 75,50 75,50 56 Bahasa 78,50 78,50 16 IPA 84,30 84,30 57 IPS 79,60 79,60 17 IPS 80,70 80,70 58 IPS 74,20 74,20 18 Bahasa 76,00 76,00 59 Bahasa 75,80 75,80 19 Bahasa 81,50 81,50 60 IPA 70,50 70,50 20 IPA 74,00 74,00 61 Bahasa 75,00 75,00 21 IPA 69,50 69,50 62 IPA 78,10 78,10 22 IPS 82,50 82,50 63 IPS 77,50 77,50 23 IPS 72,50 72,50 64 Bahasa 66,90 66,90 24 Bahasa 65,50 65,50 65 Bahasa 74,50 74,50 25 IPA 66,00 66,00 66 IPA 77,60 77,60 26 IPS 78,00 78,00 67 IPS 79,00 79,00 27 IPA 72,50 72,50 68 IPA 77,50 77,50 28 Bahasa 71,00 71,00 69 IPS 80,20 80,20 29 Bahasa 82,00 82,00 70 Bahasa 76,40 76,40 30 IPA 72,50 72,50 71 IPS 74,00 74,00 31 Bahasa 71,90 71,90 72 IPA 70,80 70,80 32 IPA 80,70 80,70 73 IPA 84,20 84,20 33 Bahasa 80,50 80,50 74 IPS 75,80 75,80 34 IPS 82,75 82,75 75 IPS 87,60 87,60 35 IPS 83,50 83,50 76 Bahasa 74,50 74,50 36 IPA 78,20 78,20 77 Bahasa 75,80 75,80 37 IPA 74,50 74,50 78 IPA 72,40 72,40 38 Bahasa 79,00 79,00 79 IPA 78,60 78,60 39 IPS 70,70 70,70 80 Bahasa 80,20 80,20 40 IPS 69,50 69,50 81 IPS 67,80 67,80 41 IPA 79,50 79,50
Sumber: Data Akademik SMA
## 3.4.1 Penerapan Metode Fuzzy C-Means
Akurasi penerapan metode Fuzzy C-Means (FCM) dalam peminatan penjurusan di SMA diuji dengan cara: 1. Data nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sebelum peminatan dikelompokkan dengan metode Fuzzy C- Means untuk membagi siswa ke dalam bidang minat tertentu (Kelompok IPA, IPS dan Bahasa) sesuai dengan kesamaan perolehan nilai rata-rata bidang peminatan tersebut.
2. Hasil peminatan Fuzzy C-Means dibandingkan dengan hasil peminatan yang telah dilaksanakan di tempat penelitian (terhadap data sampel nilai rata-rata mata pelajaran pada peminatan yang telah dijalani oleh siswa).
3. Jika minat yang dipilih oleh siswa sama dengan peminatan FCM dan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan yang diperoleh setelah peminatan >= Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan yang ideal (>=75), maka FCM dinyatakan AKURAT.
4. Jika minat yang dipilih oleh siswa sama dengan peminatan FCM dan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan yang diperoleh setelah peminatan < Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan yang ideal, maka FCM dinyatakan TIDAK AKURAT.
5. Jika minat yang dipilih oleh siswa tidak sama dengan peminatan FCM dan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan yang diperoleh setelah peminatan >= Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan yang ideal, maka FCM dinyatakan TIDAK AKURAT.
6. Jika minat yang dipilih oleh siswa tidak sama dengan peminatan FCM dan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan yang diperoleh setelah peminatan < Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Peminatan yang ideal, maka FCM dinyatakan AKURAT.
7. Selanjutnya dihitung persen tingkat akurasi FCM dengan:
% Akurasi = (Jumlah Data Akurat / Total Sampel) * 100
Selanjutnya ditentukan nilai bidang minat tertentu, yang diperoleh dari hasil rata-rata mata pelajaran peminatan yang berada dalam kelompok bidang minat tersebut sebelum dilakukan peminatan. Data ini akan digunakan sebagai data parameter ujicoba peminatan menggunakan FCM (tabel 3.1.) Setelah parameter nilai rata-rata bidang minat diketahui, selanjutnya dilakukan pemetaan/klastering data mengikuti metode FCM:
1. Menetapkan matriks partisi awal U berupa matriks berukuran n x m (n adalah jumlah sampel data, yaitu=81, dan m adalah parameter/atribut setiap data, yaitu=3). Xij = data sampel ke-i (i=1,2,...,n), atribut ke-j (j=1,2,...,m). Data untuk matriks partisi awal yang digunakan adalah data pada tabel 3.3.
2. Menentukan Nilai Parameter Awal :
- Jumlah cluster ( c ) = 3
- Pangkat (w) = 2
- Maksimum interasi (MaxIter) = 100
- Error terkecil yang diharapkan ( ξ ) = 10 -5 - Fungsi objektif awal (P0) = 0 - Interasi awal (t) = 1 3. Membangkitkan bilangan random μik, i=1,2,...,n; k=1,2,...c; sebagai elemen-elemen matriks partisi awal (U).
Berdasarkan persamaan matematis, matrik partisi awal (u0) secara random yang terbentuk dengan menggunakan Matlab adalah: >> rand(‘state’,0) >> X=[rand(27,3);rand(27,3);rand(27,3)]
0.9501 0.6038 0.1509 0.2844 0.0150 0.4514 0.2311 0.2722 0.6979 0.4692 0.7680 0.0439 0.6068 0.1988 0.3784 0.0648 0.9708 0.0272 0.4860 0.0153 0.8600 0.6614 0.8744 0.5751 0.8913 0.7468 0.8537 0.9883 0.9901 0.3127 0.7621 0.4451 0.5936 0.5828 0.7889 0.0129 0.4565 0.9318 0.4966 0.4235 0.4387 0.3840 0.0185 0.4660 0.8998 0.5155 0.4983 0.6831 0.8214 0.4186 0.8216 0.3340 0.2140 0.0928 0.4447 0.8462 0.6449 0.4329 0.6435 0.0353 0.6154 0.5252 0.8180 0.2259 0.3200 0.6124 0.7919 0.2026 0.6602 0.5798 0.9601 0.6085 0.9218 0.6721 0.3420 0.7604 0.7266 0.0158 0.7382 0.8381 0.2897 0.0164 0.9084 0.9669 0.1763 0.0196 0.3412 0.1901 0.2319 0.6649 0.4057 0.6813 0.5341 0.5869 0.2393 0.8704 0.9355 0.3795 0.7271 0.0576 0.0498 0.0099 0.9169 0.8318 0.3093 0.3676 0.0784 0.1370 0.4103 0.5028 0.8385 0.6315 0.6408 0.8188 0.8936 0.7095 0.5681 0.7176 0.1909 0.4302 0.0579 0.4289 0.3704 0.6927 0.8439 0.8903 0.3529 0.3046 0.7027 0.0841 0.1739 0.7349 0.8132 0.1897 0.5466 0.4544 0.1708 0.6873 0.0099 0.1934 0.4449 0.4418 0.9943 0.3461 0.1389 0.6822 0.6946 0.3533 0.4398 0.1660 0.2028 0.3028 0.6213 0.1536 0.3400 0.1556 0.1987 0.5417 0.7948 0.6756 0.3142 0.1911 0.9568 0.5298 0.4120 0.6992 0.3651 0.4225 0.5226 0.6405 0.7446 0.7275 0.3932 0.8560 0.8801 0.2091 0.2679 0.4784 0.5915 0.4902 0.1730 0.3798 0.4399 0.5548 0.1197 0.8159 0.9797 0.7833 0.9334 0.1210 0.0381 0.4608 0.2714 0.6808 0.6833 0.4508 0.4586 0.4574 0.2523 0.4611 0.2126 0.7159 0.8699 0.4507 0.8757 0.5678 0.8392 0.8928 0.9342 0.4122 0.7373 0.7942 0.6288 0.2731 0.2644 0.9016 0.1365 0.0592 0.1338 0.2548 0.1603 0.0056 0.0118 0.6029 0.2071 0.8656 0.8729 0.2974 0.8939 0.0503 0.6072 0.2324 0.2379 0.0492 0.1991 0.4154 0.6299 0.8049 0.6458 0.6932 0.2987 0.3050 0.3705
4. Menentukan Pusat Klaster (V)
Pada iterasi pertama, dengan menggunakan persamaan :
dan dapat dihitung 3 pusat klaster Vkj dengan k=1,2,3 dan j=1,2,3 sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Perhitungan Pusat Klaster pada Iterasi Pertama Klaster ke-1
Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-1 Data Yang Diklaster (µ i 1) 2 (µ i 1) 2 x X i 1 (µ i 1) 2 x X i 2 (µ i 1) 2 x X i 3 µ i 1 X i 1 X i 2 X i 3 1 0,9501 72,2 74,8 76,5 0,9027 65,2 67,5 69,1 2 0,2311 74,9 76,5 67,3 0,0534 4,0 4,1 3,6 3 0,6068 77,5 70,6 74,6 0,3682 28,5 26,0 27,5 4 0,4860 68,1 77,1 77,8 0,2362 16,1 18,2 18,4 5 0,8913 76,6 71,3 76,1 0,7944 60,9 56,6 60,5 6 0,7621 78,2 76,4 64,6 0,5808 45,4 44,4 37,5 7 0,4565 70,4 74,5 72,9 0,2084 14,7 15,5 15,2 8 0,0185 75,3 75,2 68,7 0,0003 0,0 0,0 0,0 9 0,8214 77,1 73,7 80,5 0,6747 52,0 49,7 54,3 10 0,4447 71,5 77,6 77,8 0,1978 14,1 15,3 15,4 11 0,6154 74,0 69,8 80,3 0,3787 28,0 26,4 30,4 12 0,7919 72,8 78,4 69,8 0,6271 45,7 49,2 43,8 13 0,9218 73,7 73,9 71,4 0,8497 62,6 62,8 60,7 14 0,7382 73,1 73,9 72,5 0,5449 39,8 40,3 39,5 15 0,1763 71,9 73,2 74,9 0,0311 2,2 2,3 2,3 16 0,4057 74,3 73,2 70,3 0,1646 12,2 12,0 11,6 17 0,9355 78,3 79,2 79,0 0,8752 68,5 69,3 69,1 18 0,9169 71,8 74,3 77,9 0,8407 60,4 62,5 65,5 19 0,4103 74,1 75,3 80,3 0,1683 12,5 12,7 13,5 20 0,8936 74,7 72,4 72,1 0,7985 59,6 57,8 57,6 21 0,0579 74,0 71,3 71,9 0,0034 0,2 0,2 0,2 22 0,3529 70,6 78,5 76,6 0,1245 8,8 9,8 9,5 23 0,8132 76,8 78,6 73,5 0,6613 50,8 52,0 48,6 24 0,0099 75,3 71,2 77,6 0,0001 0,0 0,0 0,0 25 0,1389 76,1 72,4 72,4 0,0193 1,5 1,4 1,4 26 0,2028 70,7 78,9 69,0 0,0411 2,9 3,2 2,8 27 0,1987 83,4 76,1 78,8 0,0395 3,3 3,0 3,1 28 0,9568 70,8 76,6 79,0 0,9155 64,8 70,1 72,3 29 0,5226 78,3 75,5 80,2 0,2731 21,4 20,6 21,9 30 0,8801 76,7 76,4 73,8 0,7746 59,4 59,2 57,2 31 0,1730 74,4 79,4 86,1 0,0299 2,2 2,4 2,6 32 0,9797 80,4 76,7 78,8 0,9598 77,2 73,6 75,6 33 0,2714 66,5 71,0 71,4 0,0737 4,9 5,2 5,3 34 0,2523 69,2 76,4 69,0 0,0637 4,4 4,9 4,4 35 0,8757 82,7 86,1 80,0 0,7669 63,4 66,0 61,3 36 0,7373 75,3 73,5 71,5 0,5436 40,9 40,0 38,9 37 0,1365 82,5 79,3 70,8 0,0186 1,5 1,5 1,3 38 0,0118 69,3 70,8 73,8 0,0001 0,0 0,0 0,0 39 0,8939 77,5 80,6 77,9 0,7991 61,9 64,4 62,2 40 0,1991 67,6 75,5 73,0 0,0396 2,7 3,0 2,9 41 0,2987 80,3 75,7 74,8 0,0892 7,2 6,8 6,7 42 0,6614 70,3 74,2 68,5 0,4374 30,8 32,5 30,0 43 0,2844 78,5 65,0 82,5 0,0809 6,3 5,3 6,7 44 0,4692 68,5 77,5 72,5 0,2201 15,1 17,1 16,0 45 0,0648 81,7 70,5 72,5 0,0042 0,3 0,3 0,3 46 0,9883 77,5 75,0 75,8 0,9767 75,7 73,3 74,0 47 0,5828 87,5 70,5 77,0 0,3397 29,7 23,9 26,2 48 0,4235 75,9 78,0 86,5 0,1794 13,6 14,0 15,5 49 0,5155 70,5 70,0 75,5 0,2657 18,7 18,6 20,1 50 0,3340 79,0 72,0 65,0 0,1116 8,8 8,0 7,3 51 0,4329 65,0 80,0 70,5 0,1874 12,2 15,0 13,2 52 0,2259 78,0 75,0 89,5 0,0510 4,0 3,8 4,6 53 0,5798 72,5 75,0 82,5 0,3362 24,4 25,2 27,7 54 0,7604 81,0 65,7 75,5 0,5782 46,8 38,0 43,7 55 0,0164 89,7 76,5 68,0 0,0003 0,0 0,0 0,0 56 0,1901 78,5 67,5 85,7 0,0361 2,8 2,4 3,1 57 0,5869 65,0 89,5 70,5 0,3445 22,4 30,8 24,3 58 0,0576 70,7 92,0 78,5 0,0033 0,2 0,3 0,3 59 0,3676 75,5 70,0 79,5 0,1351 10,2 9,5 10,7 60 0,6315 85,0 75,5 80,2 0,3988 33,9 30,1 32,0 61 0,7176 68,5 65,0 78,5 0,5149 35,3 33,5 40,4 62 0,6927 82,5 69,5 72,1 0,4798 39,6 33,3 34,6 63 0,0841 74,5 90,2 70,5 0,0071 0,5 0,6 0,5
Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-1 Data Yang Diklaster (µ i 1) 2 (µ i 1) 2 x X i 1 (µ i 1) 2 x X i 2 (µ i 1) 2 x X i 3 µ i 1 X i 1 X i 2 X i 3 64 0,4544 69,5 72,5 79,0 0,2065 14,4 15,0 16,3 65 0,4418 70,9 74,5 91,5 0,1952 13,8 14,5 17,9 66 0,3533 82,5 72,5 70,6 0,1248 10,3 9,0 8,8 67 0,1536 75,8 82,1 70,8 0,0236 1,8 1,9 1,7 68 0,6756 80,2 74,5 72,5 0,4564 36,6 34,0 33,1 69 0,6992 74,5 91,5 69,5 0,4889 36,4 44,7 34,0 70 0,7275 60,5 68,7 77,8 0,5293 32,0 36,4 41,2 71 0,4784 74,5 77,8 69,8 0,2289 17,1 17,8 16,0 72 0,5548 79,0 72,5 73,8 0,3078 24,3 22,3 22,7 73 0,1210 87,5 75,2 71,8 0,0146 1,3 1,1 1,1 74 0,4508 65,0 76,8 67,5 0,2032 13,2 15,6 13,7 75 0,7159 76,0 94,8 74,0 0,5125 39,0 48,6 37,9 76 0,8928 65,0 77,8 81,5 0,7971 51,8 62,0 65,0 77 0,2731 65,5 68,0 75,8 0,0746 4,9 5,1 5,7 78 0,2548 80,4 75,5 74,2 0,0649 5,2 4,9 4,8 79 0,8656 90,1 78,7 74,3 0,7493 67,5 59,0 55,7 80 0,2324 75,7 74,0 87,5 0,0540 4,1 4,0 4,7 81 0,8049 74,9 77,3 65,0 0,6479 48,5 50,1 42,1 26,9003 2.025,6 2.041,6 2.026,9 75,30 75,89 75,35
Tabel 4 Hasil Perhitungan Pusat Klaster pada Iterasi Pertama Klaster ke-2 Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-2 Data Yang Diklaster (µ i 2) 2
(µ i 2) 2 x X i 1 (µ i 2) 2 x X i 2 (µ i 2) 2 x
X i 3 µ i 2 X i 1 X i 2 X i 3 1 0,6038 72,2 74,8 76,5 0,3646 26,3 27,3 27,9 2 0,2722 74,9 76,5 67,3 0,0741 5,5 5,7 5,0 3 0,1988 77,5 70,6 74,6 0,0395 3,1 2,8 2,9 4 0,0153 68,1 77,1 77,8 0,0002 0,0 0,0 0,0 5 0,7468 76,6 71,3 76,1 0,5577 42,7 39,8 42,4 6 0,4451 78,2 76,4 64,6 0,1981 15,5 15,1 12,8 7 0,9318 70,4 74,5 72,9 0,8683 61,1 64,7 63,3 8 0,4660 75,3 75,2 68,7 0,2172 16,4 16,3 14,9 9 0,4186 77,1 73,7 80,5 0,1752 13,5 12,9 14,1 10 0,8462 71,5 77,6 77,8 0,7161 51,2 55,6 55,7 11 0,5252 74,0 69,8 80,3 0,2758 20,4 19,3 22,1 12 0,2026 72,8 78,4 69,8 0,0410 3,0 3,2 2,9 13 0,6721 73,7 73,9 71,4 0,4517 33,3 33,4 32,3 14 0,8381 73,1 73,9 72,5 0,7024 51,3 51,9 50,9 15 0,0196 71,9 73,2 74,9 0,0004 0,0 0,0 0,0 16 0,6813 74,3 73,2 70,3 0,4642 34,5 34,0 32,6 17 0,3795 78,3 79,2 79,0 0,1440 11,3 11,4 11,4 18 0,8318 71,8 74,3 77,9 0,6919 49,7 51,4 53,9 19 0,5028 74,1 75,3 80,3 0,2528 18,7 19,0 20,3 20 0,7095 74,7 72,4 72,1 0,5034 37,6 36,4 36,3 21 0,4289 74,0 71,3 71,9 0,1840 13,6 13,1 13,2 22 0,3046 70,6 78,5 76,6 0,0928 6,6 7,3 7,1 23 0,1897 76,8 78,6 73,5 0,0360 2,8 2,8 2,6 24 0,1934 75,3 71,2 77,6 0,0374 2,8 2,7 2,9 25 0,6822 76,1 72,4 72,4 0,4654 35,4 33,7 33,7 26 0,3028 70,7 78,9 69,0 0,0917 6,5 7,2 6,3 27 0,5417 83,4 76,1 78,8 0,2934 24,5 22,3 23,1 28 0,5298 70,8 76,6 79,0 0,2807 19,9 21,5 22,2 29 0,6405 78,3 75,5 80,2 0,4102 32,1 31,0 32,9 30 0,2091 76,7 76,4 73,8 0,0437 3,4 3,3 3,2 31 0,3798 74,4 79,4 86,1 0,1442 10,7 11,5 12,4 32 0,7833 80,4 76,7 78,8 0,6136 49,3 47,1 48,3 33 0,6808 66,5 71,0 71,4 0,4635 30,8 32,9 33,1
Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-2 Data Yang Diklaster (µ i 2) 2 (µ i 2) 2 x
X i 1 (µ i 2) 2 x X i 2 (µ i 2) 2 x X i 3 µ i 2 X i 1 X i 2 X i 3 34 0,4611 69,2 76,4 69,0 0,2126 14,7 16,2 14,7 35 0,5678 82,7 86,1 80,0 0,3224 26,7 27,8 25,8 36 0,7942 75,3 73,5 71,5 0,6308 47,5 46,4 45,1 37 0,0592 82,5 79,3 70,8 0,0035 0,3 0,3 0,2 38 0,6029 69,3 70,8 73,8 0,3635 25,2 25,7 26,8 39 0,0503 77,5 80,6 77,9 0,0025 0,2 0,2 0,2 40 0,4154 67,6 75,5 73,0 0,1726 11,7 13,0 12,6 41 0,3050 80,3 75,7 74,8 0,0930 7,5 7,0 7,0 42 0,8744 70,3 74,2 68,5 0,7646 53,7 56,7 52,4 43 0,0150 78,5 65,0 82,5 0,0002 0,0 0,0 0,0 44 0,7680 68,5 77,5 72,5 0,5898 40,4 45,7 42,8 45 0,9708 81,7 70,5 72,5 0,9425 77,0 66,4 68,3 46 0,9901 77,5 75,0 75,8 0,9803 76,0 73,5 74,3 47 0,7889 87,5 70,5 77,0 0,6224 54,5 43,9 47,9 48 0,4387 75,9 78,0 86,5 0,1925 14,6 15,0 16,6 49 0,4983 70,5 70,0 75,5 0,2483 17,5 17,4 18,7 50 0,2140 79,0 72,0 65,0 0,0458 3,6 3,3 3,0 51 0,6435 65,0 80,0 70,5 0,4141 26,9 33,1 29,2 52 0,3200 78,0 75,0 89,5 0,1024 8,0 7,7 9,2 53 0,9601 72,5 75,0 82,5 0,9218 66,8 69,1 76,0 54 0,7266 81,0 65,7 75,5 0,5279 42,8 34,7 39,9 55 0,9084 89,7 76,5 68,0 0,8252 74,0 63,1 56,1 56 0,2319 78,5 67,5 85,7 0,0538 4,2 3,6 4,6 57 0,2393 65,0 89,5 70,5 0,0573 3,7 5,1 4,0 58 0,0498 70,7 92,0 78,5 0,0025 0,2 0,2 0,2 59 0,0784 75,5 70,0 79,5 0,0061 0,5 0,4 0,5 60 0,6408 85,0 75,5 80,2 0,4106 34,9 31,0 32,9 61 0,1909 68,5 65,0 78,5 0,0364 2,5 2,4 2,9 62 0,8439 82,5 69,5 72,1 0,7122 58,8 49,5 51,3 63 0,1739 74,5 90,2 70,5 0,0302 2,3 2,7 2,1 64 0,1708 69,5 72,5 79,0 0,0292 2,0 2,1 2,3 65 0,9943 70,9 74,5 91,5 0,9886 70,1 73,7 90,5 66 0,4398 82,5 72,5 70,6 0,1934 16,0 14,0 13,7 67 0,3400 75,8 82,1 70,8 0,1156 8,8 9,5 8,2 68 0,3142 80,2 74,5 72,5 0,0987 7,9 7,4 7,2 69 0,3651 74,5 91,5 69,5 0,1333 9,9 12,2 9,3 70 0,3932 60,5 68,7 77,8 0,1546 9,4 10,6 12,0 71 0,5915 74,5 77,8 69,8 0,3499 26,1 27,2 24,4 72 0,1197 79,0 72,5 73,8 0,0143 1,1 1,0 1,1 73 0,0381 87,5 75,2 71,8 0,0015 0,1 0,1 0,1 74 0,4586 65,0 76,8 67,5 0,2103 13,7 16,2 14,2 75 0,8699 76,0 94,8 74,0 0,7567 57,5 71,7 56,0 76 0,9342 65,0 77,8 81,5 0,8727 56,7 67,9 71,1 77 0,2644 65,5 68,0 75,8 0,0699 4,6 4,8 5,3 78 0,1603 80,4 75,5 74,2 0,0257 2,1 1,9 1,9 79 0,8729 90,1 78,7 74,3 0,7620 68,7 60,0 56,6 80 0,2379 75,7 74,0 87,5 0,0566 4,3 4,2 5,0 81 0,6458 74,9 77,3 65,0 0,4171 31,2 32,2 27,1 25,4330 1.920,2 1.914,7 1.914,3 75,50 75,28 75,27
Tabel 5. Hasil Perhitungan Pusat Klaster pada Iterasi Pertama Klaster ke-3
Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-3 Data Yang Diklaster (µ i 3) 2
(µ i 3) 2 x X i 1 (µ i 3) 2 x X i 2 (µ i 3) 2 x
X i 3 µ i 3 X i 1 X i 2 X i 3 1 0,1509 72,2 74,8 76,5 0,0228 1,6 1,7 1,7 2 0,6979 74,9 76,5 67,3 0,4871 36,5 37,3 32,8 3 0,3784 77,5 70,6 74,6 0,1432 11,1 10,1 10,7
Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-3 Data Yang Diklaster (µ i 3) 2 (µ i 3) 2 x X i 1 (µ i 3) 2 x X i 2 (µ i 3) 2 x X i 3 µ i 3 X i 1 X i 2 X i 3 4 0,8600 68,1 77,1 77,8 0,7396 50,4 57,0 57,5 5 0,8537 76,6 71,3 76,1 0,7288 55,8 52,0 55,5 6 0,5936 78,2 76,4 64,6 0,3524 27,6 26,9 22,8 7 0,4966 70,4 74,5 72,9 0,2466 17,4 18,4 18,0 8 0,8998 75,3 75,2 68,7 0,8096 61,0 60,9 55,6 9 0,8216 77,1 73,7 80,5 0,6750 52,0 49,7 54,3 10 0,6449 71,5 77,6 77,8 0,4159 29,7 32,3 32,4 11 0,8180 74,0 69,8 80,3 0,6691 49,5 46,7 53,7 12 0,6602 72,8 78,4 69,8 0,4359 31,7 34,2 30,4 13 0,3420 73,7 73,9 71,4 0,1170 8,6 8,6 8,4 14 0,2897 73,1 73,9 72,5 0,0839 6,1 6,2 6,1 15 0,3412 71,9 73,2 74,9 0,1164 8,4 8,5 8,7 16 0,5341 74,3 73,2 70,3 0,2853 21,2 20,9 20,1 17 0,7271 78,3 79,2 79,0 0,5287 41,4 41,9 41,8 18 0,3093 71,8 74,3 77,9 0,0957 6,9 7,1 7,5 19 0,8385 74,1 75,3 80,3 0,7031 52,1 52,9 56,5 20 0,5681 74,7 72,4 72,1 0,3227 24,1 23,4 23,3 21 0,3704 74,0 71,3 71,9 0,1372 10,2 9,8 9,9 22 0,7027 70,6 78,5 76,6 0,4938 34,9 38,8 37,8 23 0,5466 76,8 78,6 73,5 0,2988 22,9 23,5 22,0 24 0,4449 75,3 71,2 77,6 0,1979 14,9 14,1 15,4 25 0,6946 76,1 72,4 72,4 0,4825 36,7 34,9 34,9 26 0,6213 70,7 78,9 69,0 0,3860 27,3 30,5 26,6 27 0,7948 83,4 76,1 78,8 0,6317 52,7 48,1 49,8 28 0,4120 70,8 76,6 79,0 0,1697 12,0 13,0 13,4 29 0,7446 78,3 75,5 80,2 0,5544 43,4 41,9 44,5 30 0,2679 76,7 76,4 73,8 0,0718 5,5 5,5 5,3 31 0,4399 74,4 79,4 86,1 0,1935 14,4 15,4 16,7 32 0,9334 80,4 76,7 78,8 0,8712 70,0 66,8 68,7 33 0,6833 66,5 71,0 71,4 0,4669 31,0 33,1 33,3 34 0,2126 69,2 76,4 69,0 0,0452 3,1 3,5 3,1 35 0,8392 82,7 86,1 80,0 0,7043 58,2 60,6 56,3 36 0,6288 75,3 73,5 71,5 0,3954 29,8 29,1 28,3 37 0,1338 82,5 79,3 70,8 0,0179 1,5 1,4 1,3 38 0,2071 69,3 70,8 73,8 0,0429 3,0 3,0 3,2 39 0,6072 77,5 80,6 77,9 0,3687 28,6 29,7 28,7 40 0,6299 67,6 75,5 73,0 0,3968 26,8 30,0 29,0 41 0,3705 80,3 75,7 74,8 0,1373 11,0 10,4 10,3 42 0,5751 70,3 74,2 68,5 0,3307 23,3 24,5 22,7 43 0,4514 78,5 65,0 82,5 0,2038 16,0 13,2 16,8 44 0,0439 68,5 77,5 72,5 0,0019 0,1 0,1 0,1 45 0,0272 81,7 70,5 72,5 0,0007 0,1 0,1 0,1 46 0,3127 77,5 75,0 75,8 0,0978 7,6 7,3 7,4 47 0,0129 87,5 70,5 77,0 0,0002 0,0 0,0 0,0 48 0,3840 75,9 7 8,0 86,5 0,1475 11,2 11,5 12,8 49 0,6831 70,5 70,0 75,5 0,4666 32,9 32,7 35,2 50 0,0928 79,0 72,0 65,0 0,0086 0,7 0,6 0,6 51 0,0353 65,0 80,0 70,5 0,0012 0,1 0,1 0,1 52 0,6124 78,0 75,0 89,5 0,3750 29,3 28,1 33,6 53 0,6085 72,5 75,0 82,5 0,3703 26,8 27,8 30,5 54 0,0158 81,0 65,7 75,5 0,0002 0,0 0,0 0,0 55 0,9669 89,7 76,5 68,0 0,9349 83,9 71,5 63,6 56 0,6649 78,5 67,5 85,7 0,4421 34,7 29,8 37,9 57 0,8704 65,0 89,5 70,5 0,7576 49,2 67,8 53,4 58 0,0099 70,7 92,0 78,5 0,0001 0,0 0,0 0,0 59 0,1370 75,5 70,0 79,5 0,0188 1,4 1,3 1,5 60 0,8188 85,0 75,5 80,2 0,6704 57,0 50,6 53,8 61 0,4302 68,5 65,0 78,5 0,1851 12,7 12,0 14,5 62 0,8903 82,5 69,5 72,1 0,7926 65,4 55,1 57,1 63 0,7349 74,5 90,2 70,5 0,5401 40,2 48,7 38,1 64 0,6873 69,5 72,5 79,0 0,4724 32,8 34,2 37,3 65 0,3461 70,9 74,5 91,5 0,1198 8,5 8,9 11,0 66 0,1660 82,5 72,5 70,6 0,0276 2,3 2,0 1,9
Siswa Derajat Keanggotaan Pada Klaster Ke-3 Data Yang Diklaster (µ i 3) 2 (µ i 3) 2 x X i 1 (µ i 3) 2 x X i 2 (µ i 3) 2 x X i 3 µ i 3 X i 1 X i 2 X i 3 67 0,1556 75,8 82,1 70,8 0,0242 1,8 2,0 1,7 68 0,1911 80,2 74,5 72,5 0,0365 2,9 2,7 2,6 69 0,4225 74,5 91,5 69,5 0,1785 13,3 16,3 12,4 70 0,8560 60,5 68,7 77,8 0,7327 44,3 50,3 57,0 71 0,4902 74,5 77,8 69,8 0,2403 17,9 18,7 16,8 72 0,8159 79,0 72,5 73,8 0,6657 52,6 48,3 49,1 73 0,4608 87,5 75,2 71,8 0,2123 18,6 16,0 15,2 74 0,4574 65,0 76,8 67,5 0,2092 13,6 16,1 14,1 75 0,4507 76,0 94,8 74,0 0,2031 15,4 19,3 15,0 76 0,4122 65,0 77,8 81,5 0,1699 11,0 13,2 13,8 77 0,9016 65,5 68,0 75,8 0,8129 53,2 55,3 61,6 78 0,0056 80,4 75,5 74,2 0,0000 0,0 0,0 0,0 79 0,2974 90,1 78,7 74,3 0,0884 8,0 7,0 6,6 80 0,0492 75,7 74,0 87,5 0,0024 0,2 0,2 0,2 81 0,6932 74,9 77,3 65,0 0,4805 36,0 37,1 31,2 26,0654 1.956,2 1.970,3 1.963,4 75,05 75,59 75,33
Pusat klaster (V) yang terbentuk pada iterasi pertama adalah:
5. Menghitung Fungsi Objektif (P) Fungsi objektif pada iterasi pertama (p1) dihitung dengan menggunakan persamaan :
Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Hasil Perhitungan Fungsi Objektif pada Iterasi Pertama
Siswa Kuadrat Derajat Keanggotaan Data ke i L1 L2 L3 LT=L1+L2+L3 μi1² μi2² μi3² 1 0,9027 0,3646 0,0228 10,9411 4 ,6058 0 ,2303 15,7773 2 0,0534 0,0741 0,4871 3,4893 4 ,8434 31,8206 40,1534 3 0,3682 0,0395 0,1432 12,2932 1 ,0414 4 ,5011 17,8357 4 0,2362 0,0002 0,7396 14,0080 0 ,0151 41,9231 55,9462 5 0,7944 0,5577 0,7288 18,5263 9 ,8934 15,5960 44,0157 6 0,5808 0,1981 0,3524 72,1538 24,2478 44,2958 140,6975 7 0,2084 0,8683 0,2466 6,6570 27,9883 7,0816 41,7269 8 0,0003 0,2172 0,8096 0,0153 9,3836 35,7630 45,1619 9 0,6747 0,1752 0,6750 23,3166 5 ,6790 23,2908 52,2863 10 0,1978 0,7161 0,4159 4,6209 19,8944 9,4589 33,9742 11 0,3787 0,2758 0,6691 23,9654 15,8829 39,6975 79,5458 12 0,6271 0,0410 0,4359 27,1867 1 ,9270 18,9773 48,0909 13 0,8497 0,4517 0,1170 18,7979 9 ,0892 2,3537 30,2408 14 0,5449 0,7024 0,0839 9,2218 10,7731 1,2310 21,2259 15 0,0311 0,0004 0,1164 0,5905 0 ,0067 1,8417 2,4389 16 0,1646 0,4642 0,2853 5,5531 14,1420 19,0073 28,7024 17 0,8752 0,1440 0,5287 29,1241 5 ,3459 19,5945 54,0646 18 0,8407 0,6919 0,0957 17,8907 14,9222 1,8015 34,6145 19 0,1683 0,2528 0,7031 4,4259 6 ,8919 18,0604 29,3782 20 0,7985 0,5034 0,3227 18,4479 9 ,5560 6 ,6908 34,6948 21 0,0034 0,1840 0,1372 0,1162 5 ,4170 4,2903 9,8235 22 0,1245 0,0928 0,4938 3,7940 3,3538 14,7561 21,9039 23 0,6613 0,0360 0,2988 8,6078 0 ,5702 4,6224 13,8005 24 0,0001 0,0374 0,1979 0,0027 0,8272 4 ,8470 5,6768 25 0,0193 0,4654 0,4825 0,4152 7 ,8612 9,5835 17,8599 26 0,0411 0,0917 0,3860 2,9013 6,9185 27,0007 36,8205
Siswa Kuadrat Derajat Keanggotaan Data ke i L1 L2 L3 LT=L1+L2+L3 μi1² μi2² μi3² 27 0,0395 0,2934 0,6317 3,0621 22,1673 51,8148 77,0442 28 0,9155 0,2807 0,1697 31,1960 10,5947 5,5254 47,3161 29 0,2731 0,4102 0,5544 8,9238 13,2070 19,0100 41,1408 30 0,7746 0,0437 0,0718 3,5806 0,2123 0 ,4105 4,2033 31 0,0299 0,1442 0,1935 3,8516 19,5418 25,3368 48,7302 32 0,9598 0,6136 0,8712 37,0186 23,6142 36,5008 97,1337 33 0,0737 0,4635 0,4669 8,6146 52,9746 51,1794 112,7686 34 0,0637 0,2126 0,0452 4,9519 17,0638 3,3875 25,4032 35 0,7669 0,3224 0,7043 138,5136 61,6698 134,3662 334,5496 36 0,5436 0,6308 0,3954 11,1628 10,9885 7,5517 29,7031 37 0,0186 0,0035 0,0179 1,5683 0 ,2984 1,6074 3,4741 38 0,0001 0,3635 0,0429 0,0090 22,0533 2,5025 24,5648 39 0,7991 0,0025 0,3687 26,7897 0 ,0992 13,9024 40,7913 40 0,0396 0,1726 0,3968 2,5752 1 1,6668 24,1792 38,4213 41 0,0892 0,0930 0,1373 2,2608 2 ,1803 3,8237 8,2647 42 0,4374 0,7646 0,3307 32,7119 56,6086 23,5300 112,8505 43 0,0809 0,0002 0,2038 14,5553 0 ,0376 35,7520 50,3449 44 0,2201 0,5898 0,0019 12,5385 36,3339 0,1051 48,9776 45 0,0042 0,9425 0,0007 0,3281 64,9928 0,0578 65,3787 46 0,9767 0,9803 0,0978 5,6989 4,2734 0,6426 10,6149 47 0,3397 0,6224 0,0002 61,3468 105,7030 0,0306 167,0803 48 0,1794 0,1925 0,1475 23,1606 25,7261 19,3609 68,2475 49 0,2657 0,2483 0,4666 15,3477 13,1430 24,2550 52,7457 50 0,1116 0,0458 0,0086 15,1654 5 ,8839 1,1643 22,2137 51 0,1874 0,4141 0,0012 27,4553 64,3008 0,1792 91,9353 52 0,0510 0,1024 0,3750 10,6300 21,3833 78,6969 110,7102 53 0,3362 0,9218 0,3703 20,0876 56,5531 21,5719 98,2126 54 0,5782 0,5279 0,0002 78,8379 64,4515 0,0333 143,3226 55 0,0003 0,8252 0,9349 0,0704 211,2334 251,6547 462,9585 56 0,0361 0,0538 0,4421 6,7851 9,5893 81,7373 98,1116 57 0,3445 0,0573 0,7576 108,4487 19,1957 240,7788 368,4233 58 0,0033 0,0025 0,0001 0,9642 0,7763 0 ,0292 1,7698 59 0,1351 0,0061 0,0188 7,0206 0,2813 0 ,9167 8,2186 60 0,3988 0,4106 0,6704 46,9636 47,0589 82,2806 176,3032 61 0,5149 0,0364 0,1851 89,9898 6 ,0171 30,5553 126,5623 62 0,4798 0,7122 0,7926 49,5354 65,8451 81,6599 197,0404 63 0,0071 0,0302 0,5401 1,6192 7,4502 128,0436 137,1130 64 0,2065 0,0292 0,4724 12,0697 1 ,6815 25,4233 39,1745 65 0,1952 0,9886 0,1198 55,0652 281,9395 33,5254 370,5301 66 0,1248 0,1934 0,0276 10,7214 15,1910 2,4090 28,3215 67 0,0236 0,1156 0,0242 1,4042 7,6970 1 ,5365 10,6377 68 0,4564 0,0987 0,0365 15,5483 2 ,9983 1,3044 19,8510 69 0,4889 0,1333 0,1785 136,1702 39,6403 51,3062 227,1167 70 0,5293 0,1546 0,7327 146,4656 42,4699 194,3769 383,3125 71 0,2289 0,3499 0,2403 8,0311 13,0402 8,5948 29,6660 72 0,3078 0,0143 0,6657 8,4906 0,3172 18,3009 27,1087 73 0,0146 0,0015 0,2123 2,3707 0,2265 35,5909 38,1881 74 0,2032 0,2103 0,2092 34,2509 36,3703 3 4,2643 104,8855 75 0,5125 0,7567 0,2031 184,4537 289,7453 75,5027 549,7017 76 0,7971 0,8727 0,1699 117,6194 135,6338 24,4593 277,7125 77 0,0746 0,0699 0,8129 11,8211 10,7154 121,1451 143,6816 78 0,0649 0,0257 0,0000 1,7844 0,6476 0,0009 2,4329 79 0,7493 0,7620 0,0884 170,8610 172,0472 20,9827 363,8909 80 0,0540 0,0566 0,0024 8,1746 8,5603 0,3657 17,1006 81 0,6479 0,4171 0,4805 70,7925 45,8402 52,6923 169,3250 Fungsi Objektive = Σ 7.311,7384
Dengan
## 6. Menghitung Perubahan Matriks Partisi (U)
Perubahan matriks partisi (U) dihitung menggunakan persamaan :
Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Perhitungan Derajat Keanggotaan Baru (Matriks Partisi Baru)
Siswa L1 L2 L3 LT μi1 μi2 μi3 L1/LT L2/LT L3/LT 1 10,9411 4 ,6058 0 ,2303 15,7773 0,6935 0,2919 0,0146 2 3,4893 4 ,8434 31,8206 40,1534 0,0869 0,1206 0,7925 3 12,2932 1,0414 4,5011 17,8357 0,6892 0,0584 0,2524 4 14,0080 0,0151 4 1,9231 55,9462 0,2504 0,0003 0,7493 5 18,5263 9,8934 15,5960 44,0157 0,4209 0,2248 0,3543 6 72,1538 24,2478 44,2958 140,6975 0,5128 0,1723 0,3148 7 6,6570 27,9883 7,0816 41,7269 0,1595 0,6708 0,1697 8 0,0153 9,3836 35,7630 45,1619 0,0003 0,2078 0,7919 9 23,3166 5,6790 23,2908 52,2863 0,4459 0,1086 0,4454 10 4,6209 19,8944 9,4589 33,9742 0,1360 0,5856 0,2784 11 23,9654 15,8829 39,6975 79,5458 0,3013 0,1997 0,4991 12 27,1867 1,9270 18,9773 48,0909 0,5653 0,0401 0,3946 13 18,7979 9,0892 2,3537 30,2408 0,6216 0,3006 0,0778 14 9,2218 10,7731 1,2310 21,2259 0,4345 0,5075 0,0580 15 0,5905 0,0067 1,8417 2,4389 0,2421 0,0027 0,7551 16 5,5531 14,1420 9,0073 28,7024 0,1935 0,4927 0,3138 17 29,1241 5,3459 19,5945 54,0646 0,5387 0,0989 0,3624 18 17,8907 14,9222 1,8015 34,6145 0,5169 0,4311 0,0520 19 4,4259 6,8919 18,0604 29,3782 0,1507 0,2346 0,6148 20 18,4479 9,5560 6,6908 34,6948 0,5317 0,2754 0,1928 21 0,1162 5,4170 4,2903 9,8235 0,0118 0,5514 0,4367 22 3,7940 3,3538 14,7561 21,9039 0,1732 0,1531 0,6737 23 8,6078 0,5702 4,6224 13,8005 0,6237 0,0413 0,3349 24 0,0027 0,8272 4,8470 5,6768 0,0005 0,1457 0,8538 25 0,4152 7,8612 9,5835 17,8599 0,0232 0,4402 0,5366 26 2,9013 6,9185 27,0007 36,8205 0,0788 0,1879 0,7333 27 3,0621 22,1673 51,8148 77,0442 0,0397 0,2877 0,6725 28 31,1960 10,5947 5,5254 47,3161 0,6593 0,2239 0,1168 29 8,9238 13,2070 19,0100 41,1408 0,2169 0,3210 0,4621 30 3,5806 0,2123 0,4105 4,2033 0,8518 0,0505 0,0977 31 3,8516 19,5418 25,3368 48,7302 0,0790 0,4010 0,5199 32 37,0186 23,6142 36,5008 97,1337 0,3811 0,2431 0,3758 33 8,6146 52,9746 51,1794 112,7686 0,0764 0,4698 0,4538 34 4,9519 17,0638 3,3875 25,4032 0,1949 0,6717 0,1334 35 138,5136 61,6698 134,3662 334,5496 0,4140 0,1843 0,4016 36 11,1628 10,9885 7,5517 29,7031 0,3758 0,3699 0,2542 37 1,5683 0,2984 1,6074 3,4741 0,4514 0,0859 0,4627 38 0,0090 22,0533 2,5025 24,5648 0,0004 0,8978 0,1019 39 26,7897 0,0992 13,9024 40,7913 0,6567 0,0024 0,3408 40 2,5752 11,6668 24,1792 38,4213 0,0670 0,3037 0,6293 41 2,2608 2,1803 3,8237 8,2647 0,2735 0,2638 0,4627 42 32,7119 56,6086 23,5300 112,8505 0,2899 0,5016 0,2085 43 14,5553 0,0376 35,7520 50,3449 0,2891 0,0007 0,7101 44 12,5385 36,3339 0,1051 48,9776 0,2560 0,7418 0,0021 45 0,3281 64,9928 0,0578 65,3787 0,0050 0,9941 0,0009
Siswa L1 L2 L3 LT μi1 μi2 μi3 L1/LT L2/LT L3/LT 46 5,6989 4,2734 0,6426 10,6149 0,5369 0,4026 0,0605 47 61,3468 105,7030 0,0306 167,0803 0,3672 0,6326 0,0002 48 23,1606 25,7261 19,3609 68,2475 0,3394 0,3770 0,2837 49 15,3477 13,1430 24,2550 52,7457 0,2910 0,2492 0,4598 50 15,1654 5,8839 1,1643 22,2137 0,6827 0,2649 0,0524 51 27,4553 64,3008 0,1792 91,9353 0,2986 0,6994 0,0019 52 10,6300 21,3833 78,6969 110,7102 0,0960 0,1931 0,7108 53 20,0876 56,5531 21,5719 98,2126 0,2045 0,5758 0,2196 54 78,8379 64,4515 0,0333 143,3226 0,5501 0,4497 0,0002 55 0,0704 211,2334 251,6547 462,9585 0,0002 0,4563 0,5436 56 6,7851 9,5893 81,7373 98,1116 0,0692 0,0977 0,8331 57 108,4487 19,1957 240,7788 368,4233 0,2944 0,0521 0,6535 58 0,9642 0,7763 0,0292 1,7698 0,5448 0,4387 0,0165 59 7,0206 0,2813 0,9167 8,2186 0,8542 0,0342 0,1115 60 46,9636 47,0589 82,2806 176,3032 0,2664 0,2669 0,4667 61 89,9898 6,0171 30,5553 126,5623 0,7110 0,0475 0,2414 62 49,5354 65,8451 81,6599 197,0404 0,2514 0,3342 0,4144 63 1,6192 7,4502 128,0436 137,1130 0,0118 0,0543 0,9339 64 12,0697 1,6815 25,4233 39,1745 0,3081 0,0429 0,6490 65 55,0652 281,9395 33,5254 370,5301 0,1486 0,7609 0,0905 66 10,7214 15,1910 2,4090 28,3215 0,3786 0,5364 0,0851 67 1,4042 7,6970 1,5365 10,6377 0,1320 0,7236 0,1444 68 15,5483 2,9983 1,3044 19,8510 0,7832 0,1510 0,0657 69 136,1702 39,6403 51,3062 227,1167 0,5996 0,1745 0,2259 70 146,4656 42,4699 194,3769 383,3125 0,3821 0,1108 0,5071 71 8,0311 13,0402 8,5948 29,6660 0,2707 0,4396 0,2897 72 8,4906 0 ,3172 18,3009 27,1087 0,3132 0,0117 0,6751 73 2,3707 0,2265 35,5909 38,1881 0,0621 0,0059 0,9320 74 34,2509 36,3703 34,2643 104,8855 0,3266 0,3468 0,3267 75 184,4537 289,7453 75,5027 549,7017 0,3356 0,5271 0,1374 76 117,6194 135,6338 24,4593 277,7125 0,4235 0,4884 0,0881 77 11,8211 10,7154 121,1451 143,6816 0,0823 0,0746 0,8432 78 1,7844 0,6476 0,0009 2,4329 0,7334 0,2662 0,0004 79 170,8610 172,0472 20,9827 363,8909 0,4695 0,4728 0,0577 80 8,1746 8,5603 0,3657 17,1006 0,4780 0,5006 0,0214 81 70,7925 45,8402 52,6923 169,3250 0,4181 0,2707 0,3112
matrik partisi baru (U) untuk iterasi pertama adalah: U 1 =
0,6935 0,2919 0,0146 0,2899 0,5016 0,2085 0,0869 0,1206 0,7925 0,2891 0,0007 0,7101 0,6892 0,0584 0,2524 0,2560 0,7418 0,0021 0,2504 0,0003 0,7493 0,0050 0,9941 0,0009 0,4209 0,2248 0,3543 0,5369 0,4026 0,0605 0,5128 0,1723 0,3148 0,3672 0,6326 0,0002 0,1595 0,6708 0,1697 0,3394 0,3770 0,2837 0,0003 0,2078 0,7919 0,2910 0,2492 0,4598 0,4459 0,1086 0,4454 0,6827 0,2649 0,0524 0,1360 0,5856 0,2784 0,2986 0,6994 0,0019 0,3013 0,1997 0,4991 0,0960 0,1931 0,7108 0,5653 0,0401 0,3946 0,2045 0,5758 0,2196 0,6216 0,3006 0,0778 0,5501 0,4497 0,0002 0,4345 0,5075 0,0580 0,0002 0,4563 0,5436 0,2421 0,0027 0,7551 0,0692 0,0977 0,8331 0,1935 0,4927 0,3138 0,2944 0,0521 0,6535 0,5387 0,0989 0,3624 0,5448 0,4387 0,0165 0,5169 0,4311 0,0520 0,8542 0,0342 0,1115 0,1507 0,2346 0,6148 0,2664 0,2669 0,4667 0,5317 0,2754 0,1928 0,7110 0,0475 0,2414 0,0118 0,5514 0,4367 0,2514 0,3342 0,4144 0,1732 0,1531 0,6737 0,0118 0,0543 0,9339 0,6237 0,0413 0,3349 0,3081 0,0429 0,6490 0,0005 0,1457 0,8538 0,1486 0,7609 0,0905 0,0232 0,4402 0,5366 0,3786 0,5364 0,0851 0,0788 0,1879 0,7333 0,1320 0,7236 0,1444
0,0397 0,2877 0,6725 0,7832 0,1510 0,0657 0,6593 0,2239 0,1168 0,5996 0,1745 0,2259 0,2169 0,3210 0,4621 0,3821 0,1108 0,5071 0,8518 0,0505 0,0977 0,2707 0,4396 0,2897 0,0790 0,4010 0,5199 0,3132 0,0117 0,6751 0,3811 0,2431 0,3758 0,0621 0,0059 0,9320 0,0764 0,4698 0,4538 0,3266 0,3468 0,3267 0,1949 0,6717 0,1334 0,3356 0,5271 0,1374 0,4140 0,1843 0,4016 0,4235 0,4884 0,0881 0,3758 0,3699 0,2542 0,0823 0,0746 0,8432 0,4514 0,0859 0,4627 0,7334 0,2662 0,0004 0,0004 0,8978 0,1019 0,4695 0,4728 0,0577 0,6567 0,0024 0,3408 0,4780 0,5006 0,0214 0,0670 0,3037 0,6293 0,4181 0,2707 0,3112 0,2735 0,2638 0,4627
7. Mengecek Kondisi Berhenti
Karena | Pi - Po | = | 7.311,7384 – 0| = 7.311,7384 >> ξ (10 Sm ), dan interasi = 1 < MaxIter (=100), maka proses dilanjutkan ke iterasi kedua (t=2)
Pada iterasi kedua ditentukan kembali 3 pusat klaster V kj (seperti langkah perhitungan pada iterasi pertama) dengan k=1,2,3 dan j=1,2,3. Hasilnya seperti berikut:
Fungsi objektif pada iterasi kedua (P2) juga dihitung seperti cara perhitungan fungsi objektif pada iterasi pertama. Hasilnya adalah:
Karena | P 2 – P 1 | = | 7.311,7384 – 3.979,3756| = 3.332,3628 >> ᶓ (10Sm), dan interasi = 2 < MaxIter (=100), maka proses dilanjutkan ke iterasi ketiga (t=3).
Demikian seterusnya, hingga | P t – P t-1 | < ξ, atau t> MaxIter. Dalam penelitian ini, proses berhenti setelah iterasi ke-72. >> X=load(' e:\siswa.dat '); >> [center,U,ObjFcn] = fcm(X,3, [2,100,10^-5])
Iteration count = 1, obj. fcn = 3942.376703 Iteration count = 2, obj. fcn = 3295.862096 Iteration count = 3, obj. fcn = 2546.108203 Iteration count = 4, obj. fcn = 2530.106430 Iteration count = 5, obj. fcn = 2512.474976 Iteration count = 6, obj. fcn = 2493.115613 Iteration count = 7, obj. fcn = 2475.079402 Iteration count = 8, obj. fcn = 2462.425069 Iteration count = 9, obj. fcn = 2455.091763 Iteration count = 10, obj. fcn = 2450.629864 Iteration count = 11, obj. fcn = 2447.344143 Iteration count = 12, obj. fcn = 2444.570059 Iteration count = 13, obj. fcn = 2442.113530 Iteration count = 14, obj. fcn = 2439.930548 Iteration count = 15, obj. fcn = 2438.012479 Iteration count = 16, obj. fcn = 2436.351811 Iteration count = 17, obj. fcn = 2434.934267 Iteration count = 18, obj. fcn = 2433.739142 Iteration count = 19, obj. fcn = 2432.741841 Iteration count = 20, obj. fcn = 2431.916480 Iteration count = 21, obj. fcn = 2431.237870 Iteration count = 22, obj. fcn = 2430.682760 teration count = 23, obj. fcn = 2430.230472 Iteration count = 24, obj. fcn = 2429.863089 Iteration count = 25, obj. fcn = 2429.565387 Iteration count = 26, obj. fcn = 2429.324600 Iteration count = 27, obj. fcn = 2429.130136
Iteration count = 28, obj. fcn = 2428.973271 Iteration count = 29, obj. fcn = 2428.846858 Iteration count = 30, obj. fcn = 2428.745065 Iteration count = 31, obj. fcn = 2428.663153 Iteration count = 32, obj. fcn = 2428.597275 Iteration count = 33, obj. fcn = 2428.544318 Iteration count = 34, obj. fcn = 2428.501764 Iteration count = 35, obj. fcn = 2428.467583 Iteration count = 36, obj. fcn = 2428.440135 Iteration count = 37, obj. fcn = 2428.418099 Iteration count = 38, obj. fcn = 2428.400413 Iteration count = 39, obj. fcn = 2428.386221 Iteration count = 40, obj. fcn = 2428.374834 Iteration count = 41, obj. fcn = 2428.365700 Iteration count = 42, obj. fcn = 2428.358373 Iteration count = 43, obj. fcn = 2428.352497 Iteration count = 44, obj. fcn = 2428.347786 Iteration count = 45, obj. fcn = 2428.344008 Iteration count = 46, obj. fcn = 2428.340979 Iteration count = 47, obj. fcn = 2428.338550 Iteration count = 48, obj. fcn = 2428.336604 Iteration count = 49, obj. fcn = 2428.335043 Iteration count = 50, obj. fcn = 2428.333792 Iteration count = 51, obj. fcn = 2428.332790 Iteration count = 52, obj. fcn = 2428.331986 Iteration count = 53, obj. fcn = 2428.331342 Iteration count = 54, obj. fcn = 2428.330826
Iteration count = 55, obj. fcn = 2428.330412 Iteration count = 56, obj. fcn = 2428.330081 Iteration count = 57, obj. fcn = 2428.329815 Iteration count = 58, obj. fcn = 2428.329602 Iteration count = 59, obj. fcn = 2428.329432 Iteration count = 60, obj. fcn = 2428.329295 Iteration count = 61, obj. fcn = 2428.329185 Iteration count = 62, obj. fcn = 2428.329098 Iteration count = 63, obj. fcn = 2428.329027
Iteration count = 64, obj. fcn = 2428.328971 Iteration count = 65, obj. fcn = 2428.328926
Iteration count = 66, obj. fcn = 2428.328890
Iteration count = 67, obj. fcn = 2428.328861 Iteration count = 68, obj. fcn = 2428.328837 Iteration count = 69, obj. fcn = 2428.328819 Iteration count = 70, obj. fcn = 2428.328804 Iteration count = 71, obj. fcn = 2428.328792 Iteration count = 72, obj. fcn = 2428.328782
Pada iterasi terakhir (iterasi ke-72) ini, pusat kelaster Vkj yang dihasilkan (Software Matlab) dengan k=1,2,3; dan j=1,2,3 adalah:
Penyebaran masing-masing anggota klaster pada iterasi terakhir dapat dilihat pada cluster interface gambar 3, 4 dan 5 :
Gambar 3. Posisi Klaster Untuk Data Pertama (Peminatan IPA) Berdasarkan matriks V iterasi terakhir dan gambar 3 dapat diperoleh informasi bahwa pada mata pelajaran peminatan pertama (IPA) siswa dapat dikelompokkan/diklaster dalam tiga kelompok berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan, yaitu:
1. Kelompok pertama (klaster pertama), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata- rata mata pelajaran peminatan sekitar 72.0635.
2. Kelompok kedua (klaster kedua), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sekitar 73.5371.
3. Kelompok ketiga (klaster ketiga), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sekitar 80.0742
Gambar 4. Posisi Klaster Untuk Data kedua (Peminatan IPS)
Berdasarkan matriks V iterasi terakhir dan gambar 4 dapat diperoleh informasi bahwa pada mata pelajaran peminatan kedua (IPS) siswa dapat dikelompokkan/diklaster dalam tiga kelompok berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan, yaitu:
1. Kelompok pertama (klaster pertama), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata- rata mata pelajaran
peminatan sekitar 76,3067.
2. Kelompok kedua (klaster kedua), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sekitar 74,7951.
3. Kelompok ketiga (klaster ketiga), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sekitar 75,0224.
Gambar 5. Posisi Klaster Untuk Data ketiga (Peminatan Bahasa)
Berdasarkan matriks V iterasi terakhir dan gambar 5 dapat diperoleh informasi bahwa pada mata pelajaran peminatan ketiga (Bahasa) siswa dapat dikelompokkan/diklaster dalam tiga kelompok berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan, yaitu:
1. Kelompok pertama (klaster pertama), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata- rata mata pelajaran peminatan sekitar 71,5032.
2. Kelompok kedua (klaster kedua), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sekitar 79,7301
3. Kelompok ketiga (klaster ketiga), terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan sekitar 74,4 123.
Secara keseluruhan siswa dapat dikelompokkan/diklaster dalam tiga kelompok berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan, yaitu:
1. Kelompok pertama, terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan IPA sekitar 72,0635; nilai rata-rata mata pelajaran peminatan IPS sekitar 76,3067; dan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan Bahasa sekitar 71,5032.
2. Kelompok kedua, terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan IPA sekitar 73,5371; nilai rata-rata mata pelajaran peminatan IPS sekitar 74,7951; dan nilai rmata-rata mata pelajaran peminatan Bahasa sekitar 79,7301.
3. Kelompok ketiga, terdiri atas siswa yang memiliki nilai rata-rata mata pelajaran peminatan IPA sekitar 80,0742; nilai rata-rata mata pelajaran peminatan IPS sekitar 75,0224; dan nilai rata-rata mata pelajaran peminatan Bahasa sekitar 74,4123.
Tabel 8. Derajat Keanggotaan Tiap Data Pada Setiap Klaster Dengan FCM (Pada Iterasi Terakhir)
Siswa Nilai Rata-rata Peminatan Derajat Keanggotaan (μ) pada Iterasi Terakhir Kecenderungan data Siswa masuk pada klaster P1 IPA P2 IPS P3 BHS (μ1) IPS (μ2) BHS (μ3) IPA C1 IPS C2 BHS C3 IPA 1 72,2 74,8 76,5 0,2747 0,6126 0,1127 * 2 74,9 76,5 67,3 0,6732 0,1088 0,2179 * 3 77,5 70,6 74,6 0,2025 0,2436 0,5539 * 4 68,1 77,1 77,8 0,5176 0,3569 0,1255 * 5 76,6 71,3 76,1 0,1908 0,4428 0,3664 * 6 78,2 76,4 64,6 0,3856 0,1548 0,4596 * 7 70,4 74,5 72,9 0,8169 0,1153 0,0678 * 8 75,3 75,2 68,7 0,2337 0,1037 0,6626 * 9 77,1 73,7 80,5 0,0894 0,8123 0,0983 * 10 71,5 77,6 77,8 0,6452 0,2439 0,1108 * 11 74,0 69,8 80,3 0,0829 0,7761 0,1410 * 12 72,8 78,4 69,8 0,0787 0,0601 0,8612 * 13 73,7 73,9 71,4 0,1293 0,0938 0,7769 * 14 73,1 73,9 72,5 0,1134 0,1140 0,7726 * 15 71,9 73,2 74,9 0,3634 0,5475 0,0891 * 16 74,3 73,2 70,3 0,2037 0,1185 0,6778 * 17 78,3 79,2 79,0 0,4106 0,4202 0,1692 * 18 71,8 74,3 77,9 0,1196 0,8141 0,0663 *
Siswa Nilai Rata-rata Peminatan Derajat Keanggotaan (μ) pada Iterasi Terakhir Kecenderungan data Siswa masuk pada klaster P1 IPA P2 IPS P3 BHS (μ1) IPS (μ2) BHS (μ3) IPA C1 IPS C2 BHS C3 IPA 19 74,1 75,3 80,3 0,0124 0,9770 0,0106 * 20 74,7 72,4 72,1 0,2898 0,1824 0,5278 * 21 74,0 71,3 71,9 0,2067 0,2671 0,5261 * 22 70,6 78,5 76,6 0,4390 0,4286 0,1324 * 23 76,8 78,6 73,5 0,4652 0,1772 0,3576 * 24 75,3 71,2 77,6 0,1630 0,2527 0,5843 * 25 76,1 72,4 72,4 0,1814 0,4484 0,3702 * 26 70,7 78,9 69,0 0,8208 0,0970 0,0922 * 27 83,4 76,1 78,8 0,1163 0,6719 0,2118 * 28 70,8 76,6 79,0 0,7705 0,1502 0,0794 * 29 78,3 75,5 80,2 0,1106 0,5441 0,3453 * 30 76,7 76,4 73,8 0,5568 0,1593 0,2839 * 31 74,4 79,4 86,1 0,6224 0,2070 0,1706 * 32 80,4 76,7 78,8 0,1120 0,6210 0,2669 * 33 66,5 71,0 71,4 0,2570 0,5795 0,1635 * 34 69,2 76,4 69,0 0,8313 0,0881 0,0805 * 35 82,7 86,1 80,0 0,4290 0,2453 0,3257 * 36 75,3 73,5 71,5 0,3036 0,1406 0,5557 * 37 82,5 79,3 70,8 0,2068 0,1357 0,6575 * 38 69,3 70,8 73,8 0,3213 0,5174 0,1653 * 39 77,5 80,6 77,9 0,3773 0,3988 0,2239 * 40 67,6 75,5 73,0 0,7012 0,1974 0,1014 * 41 80,3 75,7 74,8 0,0092 0,0082 0,9826 * 42 70,3 74,2 68,5 0,1013 0,0970 0,8017 * 43 78,5 65,0 82,5 0,2005 0,4538 0,3457 * 44 68,5 77,5 72,5 0,7794 0,1387 0,0820 * 45 81,7 70,5 72,5 0,1387 0,7120 0,1493 * 46 77,5 75,0 75,8 0,1189 0,6915 0,1896 * 47 87,5 70,5 77,0 0,1655 0,6079 0,2265 * 48 75,9 78,0 86,5 0,6203 0,2219 0,1578 * 49 70,5 70,0 75,5 0,1857 0,4375 0,3768 * 50 79,0 72,0 65,0 0,3953 0,1691 0,4356 * 51 65,0 80,0 70,5 0,6289 0,2192 0,1518 * 52 78,0 75,0 89,5 0,1760 0,5502 0,2738 * 53 72,5 75,0 82,5 0,8748 0,0626 0,0626 * 54 81,0 65,7 75,5 0,2139 0,5010 0,2851 * 55 89,7 76,5 68,0 0,2390 0,1924 0,5685 * 56 78,5 67,5 85,7 0,1804 0,5095 0,3101 * 57 65,0 89,5 70,5 0,4765 0,4765 0,2371 * 58 70,7 92,0 78,5 0,3665 0,3563 0,2772 * 59 75,5 70,0 79,5 0,6629 0,2093 0,1279 * 60 85,0 75,5 80,2 0,2617 0,5963 0,1419 * 61 68,5 65,0 78,5 0,2289 0,4679 0,3033 * 62 82,5 69,5 72,1 0,1649 0,1766 0,6585 * 63 74,5 90,2 70,5 0,3087 0,2641 0,4272 * 64 69,5 72,5 79,0 0,6922 0,1980 0,1099 * 65 70,9 74,5 91,5 0,5725 0,2214 0,2061 * 66 82,5 72,5 70,6 0,1569 0,1154 0,7278 * 67 75,8 82,1 70,8 0,1793 0,3045 0,5162 * 68 80,2 74,5 72,5 0,0372 0,0511 0,9118 * 69 74,5 91,5 69,5 0,4232 0,2649 0,3119 * 70 60,5 68,7 77,8 0,3804 0,4172 0,2024 * 71 74,5 77,8 69,8 0,1433 0,0793 0,7775 * 72 79,0 72,5 73,8 0,0914 0,8140 0,0946 * 73 87,5 75,2 71,8 0,1726 0,1603 0,6671 * 74 65,0 76,8 67,5 0,6536 0,1909 0,1555 * 75 76,0 94,8 74,0 0,3676 0,3045 0,3278 * 76 65,0 77,8 81,5 0,5384 0,3011 0,1605 * 77 65,5 68,0 75,8 0,3953 0,4089 0,1958 * 78 80,4 75,5 74,2 0,0049 0,0048 0,9903 * 79 90,1 74,3 78,7 0,2110 0,1987 0,5903 * 80 75,7 74,0 87,5 0,1512 0,6320 0,2168 * 81 74,9 77,3 77,3 0,2574 0,1379 0,6047 *
Dari tabel 8 dapat disimpulkan:
1. Kelompok IPS/klaster Pertama berisi siswa nomor 2, 4, 7, 10, 22, 23, 26, 28, 30, 31, 34, 35, 40, 44, 48, 51, 53, 57, 58, 59, 64, 65, 69, 74, 75 dan 76.
2. Kelompok BAHASA/klaster Kedua berisi siswa nomor 1, 5, 9, 11, 15, 17, 18, 19, 25, 27, 29, 32, 33, 38,
39, 43, 45, 46, 47, 49, 52, 54, 56, 60, 61, 70, 72, 77 dan 80.
3. Kelompok IPA/klaster Ketiga berisi siswa nomor 3, 6, 8, 12, 13, 14, 16, 20, 21, 24, 36, 37, 41, 42, 50, 55, 62, 63, 66, 67, 68, 71, 73, 78, 79 dan 81.
## 3.4.2 Hasil Penerapan Metode Fuzzy C-Means
Dari hasil informasi pusat klaster V yang dihasilkan software (Matlab) pada iterasi terakhir, dapat ditentukan kelompok peminatan.
Misalkan nilai tertinggi pada rata-rata kelompok mata pelajaran peminatan yang dijadikan dasar untuk menentukan peminatan, maka:
1. Pada klaster pertama (baris pertama), nilai tertinggi berada pada kolom kedua (peminatan IPS), sehingga klaster pertama diidentifikasi sebagai kelompok peminatan IPS.
2. Pada klaster kedua (baris kedua), nilai tertinggi berada pada kolom ketiga (peminatan Bahasa), sehingga klaster kedua diidentifikasi sebagai kelompok peminatan Bahasa.
3. Pada klaster ketiga (baris ketiga), nilai tertinggi berada pada kolom pertama (peminatan IPA), sehingga klaster ketiga dididentifikasi sebagai kelompok peminatan IPA.
Ketetapan hasil akurasi didasarkan pada ketentuan bahwa jika nilai peminatan yang dipilih lebih besar dari nilai rata-rata mata pelajaran peminatan yaitu lebih besar atau sama dengan 75 maka peminatan yang dilakukan oleh metode FCM dianggap TIDAK AKURAT, sedangkan jika nilai peminatan yang dipilih lebih kecil dari nilai rata- rata mata pelajaran peminatan maka peminatan yang dilakukan oleh metode FCM dianggap AKURAT. Akurasi hasil peminatan yang dilakukan oleh metode FCM disajikan pada tabel 9 berikut:
Tabel 9. Akurasi Hasil Peminatan Metode FCM
Siswa Hasil Klastering/ Peminatan Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Pemilihan Setelah Peminatan/ Penjurusan Hasil Yang Dipilih Fuzzy C- Means Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII 1 Bahasa Bahasa 75,50 74,20 Akurat Tidak Akurat 2 IPS IPS 77,00 75,50 Akurat Akurat 3 IPA IPA 75,50 78,00 Akurat Akurat 4 Bahasa IPS 72,00 74,50 Akurat Akurat 5 IPA Bahasa 72,80 71,50 Akurat Akurat 6 IPA IPA 71,50 74,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 7 IPS IPS 69,00 65,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 8 IPA IPA 70,50 72,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 9 Bahasa Bahasa 76,25 75,50 Akurat Akurat 10 Bahasa IPS 74,50 72,50 Akurat Akurat 11 Bahasa Bahasa 78,00 76,50 Akurat Akurat 12 IPS IPA 73,00 74,80 Akurat Akurat 13 IPS IPA 71,50 74,00 Akurat Akurat 14 IPS IPA 67,50 65,00 Akurat Akurat 15 Bahasa Bahasa 75,50 69,50 Akurat Tidak Akurat 16 IPA IPA 84,30 81,30 Akurat Akurat 17 IPS Bahasa 80,70 82,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 18 Bahasa Bahasa 76,00 80,50 Akurat Akurat 19 Bahasa Bahasa 81,50 82,50 Akurat Akurat 20 IPA IPA 74,00 71,00 Tidak Akurat Tidak Akurat 21 IPA IPA 69,50 73,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 22 IPS IPS 82,50 79,50 Akurat Akurat 23 IPS IPS 72,50 70,75 Tidak Akurat Tidak Akurat 24 Bahasa IPA 65,50 70,50 Akurat Akurat 25 IPA Bahasa 66,00 68,30 Akurat Akurat 26 IPS IPS 78,00 76,50 Akurat Akurat 27 IPA Bahasa 72,50 71,00 Akurat Akurat 28 Bahasa IPS 71,00 67,50 Akurat Akurat 29 Bahasa Bahasa 82,00 80,00 Akurat Akurat 30 IPA IPS 72,50 67,80 Akurat Akurat
Siswa Hasil Klastering/ Peminatan Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Pemilihan Setelah Peminatan/ Penjurusan Hasil Yang Dipilih Fuzzy C- Means Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII 31 Bahasa IPS 71,90 73,50 Akurat Akurat 32 IPA Bahasa 80,70 75,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 33 Bahasa Bahasa 80,50 88,50 Akurat Akurat 34 IPS IPS 82,75 80,50 Akurat Akurat 35 IPS IPS 83,50 81,50 Akurat Akurat 36 IPA IPA 78,20 75,50 Akurat Akurat 37 IPA IPA 74,50 72,00 Tidak Akurat Tidak Akurat 38 Bahasa Bahasa 79,00 81,30 Akurat Akurat 39 IPS Bahasa 70,70 72,00 Akurat Akurat 40 IPS IPS 69,50 77,50 Tidak Akurat Akurat 41 IPA IPA 79,50 70,30 Akurat Tidak Akurat 42 IPS IPA 75,80 72,30 Tidak Akurat Akurat 43 Bahasa Bahasa 80,50 82,50 Akurat Akurat 44 IPS IPS 78,50 75,80 Akurat Akurat 45 IPA Bahasa 74,50 72,80 Akurat Akurat 46 IPA Bahasa 74,00 72,70 Akurat Akurat 47 IPA Bahasa 73,60 71,80 Akurat Akurat 48 Bahasa IPS 73,80 74,50 Akurat Akurat 49 Bahasa Bahasa 78,50 82,00 Akurat Akurat 50 IPA IPA 80,50 79,40 Akurat Akurat 51 IPS IPS 77,50 80,00 Akurat Akurat 52 Bahasa Bahasa 85,00 81,70 Akurat Akurat 53 Bahasa IPS 73,80 69,80 Akurat Akurat 54 IPA Bahasa 75,50 80,60 Tidak Akurat Tidak Akurat 55 IPA IPA 83,60 84,50 Akurat Akurat 56 Bahasa Bahasa 78,50 82,60 Akurat Akurat 57 IPS IPS 79,60 75,50 Akurat Akurat 58 IPS IPS 74,20 72,50 Tidak Akurat Tidak Akurat 59 Bahasa IPS 75,80 77,00 Tidak Akurat Tidak Akurat 60 IPA Bahasa 70,50 74,30 Akurat Akurat 61 Bahasa Bahasa 75,00 75,20 Akurat Akurat 62 IPA IPA 78,10 75,80 Akurat Akurat 63 IPS IPA 77,50 81,20 Tidak Akurat Tidak Akurat 64 Bahasa IPS 66,90 68,20 Akurat Akurat 65 Bahasa IPS 74,50 74,00 Akurat Akurat 66 IPA IPA 77,60 78,00 Akurat Akurat 67 IPS IPA 79,00 80,60 Tidak Akurat Tidak Akurat 68 IPA IPA 77,50 78,00 Akurat Akurat 69 IPS IPS 80,20 82,80 Akurat Akurat 70 Bahasa Bahasa 76,40 78,10 Akurat Akurat 71 IPS IPA 74,00 74,50 Akurat Akurat 72 IPA Bahasa 70,80 69,50 Akurat Akurat 73 IPA IPA 84,20 82,50 Akurat Akurat 74 IPS IPS 75,80 75,00 Akurat Akurat 75 IPS IPS 87,60 82,80 Akurat Akurat 76 Bahasa IPS 74,50 72,10 Akurat Akurat 77 Bahasa Bahasa 75,80 77,10 Akurat Akurat 78 IPA IPA 72,40 74,00 Tidak Akurat Tidak Akurat 79 IPA IPA 78,60 82,10 Akurat Akurat 80 Bahasa Bahasa 80,20 79,60 Akurat Akurat 81 IPS IPA 67,80 74,00 Akurat Akurat
Pada tabel 9 hasil peminatan yang dilakukan oleh algoritma Fuzzy C-Means (FCM) dapat dijelaskan bahwa pada tahun pertama pelaksanaan peminatan (kelas XI), sebanyak 64 dari 81 data sampel siswa atau 79,01% yang tepat dalam memilih peminatan. Pada tahun kedua pelaksanaan peminatan (kelas XII), sebanyak 63 dari 81 data sampel siswa atau 77,77% yang tepat dalam memilih peminatan.
## 3.4.3 Hasil Penerapan Metode Weighted Product
Berikut perhitungan salah satu siswa dalam penentuan jurusan IPA, IPS dan Bahasa dengan menggunakan Weighted Product (WP) :
Tabel 10 Rating Kecocokan Dari Setiap Alternatif Kriteria
Siswa Alternatif Kriteria Nilai Rata-rata Pelajaran C1 Psikotes C2 Praktek C3 Wawancara C4 Kepribadian C5 1 IPA 72,2 70,2 71,4 72,5 73,7 IPS 74,8 70,1 72,5 71,3 72,2 Bahasa 76,5 75,2 76,3 78,3 78,7
C1 = Nilai pelajaran siswa yang terdiri dari nilai rata–rata IPA, IPS dan Bahasa C2 = Nilai psikotes siswa C3 = Nilai praktek siswa C4 = Nilai wawancara siswa C5 = Nilai kepribadian IPA, IPS dan Bahasa
Sebelumnya akan dilakukan perbaikan bobot terlebih dahulu. Nilai bobot awal W = Nilai kriteria yang telah ditentukan pihak sekolah. Bobot awal W = (5, 3, 4, 4, 2), akan diperbaiki sehingga total bobot ΣWj = 1, dengan cara :
Kemudian vektor S dihitung S IPA = (72,2 0,2778 ) (70,2 0,1667 ) (71,4 0,2222 ) (72,5 0,2222 ) (73,7 0,1111 ) = 71,91 S IPS = (74,8 0,2778 ) (70,1 0,1667 ) (72,5 0,2222 ) (71,3 0,2222 ) (72,2 0,1111 ) = 72,41 S BAHASA = (76,5 0,2778 ) (75,2 0,1667 ) (76,3 0,2222 ) (78,3 0,2222 ) (78,7 0,1111 ) = 76,87
Langkah terakhir adalah menentukan nilai vektor V yang akan digunakan untuk perangkingan, dapat dihitung
Berdasarkan hasil V diatas dapat ditentukan bahwa nilai terbesar ada pada pada VBAHASA sehingga alternatif yang terbaik untuk siswa 1 adalah jurusan Bahasa.
## 4. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian metode Fuzzy C-Means (FCM) dalam penentuan jurusan di Sekolah Menengah Atas pada 81 sampel data siswa yang diuji dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa metode FCM memiliki tingkat akurasi
yang lebih tinggi (yaitu 78,39%), jika dibandingkan dengan metode penentuan jurusan secara manual yang selama ini dilakukan (tingkat akurasi rata-rata 56,17 %).
Penerapan Metode Weighted Product di dalam sistem penjurusan siswa ini dapat digunakan untuk mempermudah pihak sekolah khususnya guru BK di dalam proses memberikan rekomendasi alternatif untuk penentuan jurusan yang tepat dan terarah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan adanya sistem penjurusan dengan menggunakan metode weighted product ini dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja bagi pihak sekolah khususnya guru BK dalam menentukan penjurusan siswa
## REFERENCES
[1] Kusrini, 2006. ” Algoritma Data Mining ”,Yogyakarta : Andi
[2] Kusumadewi, S, 2004. “ Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan ”, Yogyakarta : Graha Ilmu.
[3] Larose, Daniel T. 2005, “Discovering Knowledge in Data : An Introduction to Data Mining”. John Willey & Sons, Inc
[4] Mangkoesapoetra, Arief. 2004 “ Statistika : Analisa Multivariat, Seri Metode Kuantitatif ”. Jakarta : STMIK Nusa Mandiri
[5] Maman, 2006. “Sistem Pendukung Keputusan : Model Penentuan Siswa Teladan Pada SMK YP-Karya I Tangerang dengan Pendekatan Logika Fuzzy”. Jakarta : Universitas Budi Luhur
[6] Marimin, Nurul. 2010. “Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Rantai Pasok”. Bogor : Cetakan 1 IPB Press
[7] Pramudiono, I. 2006. Apa Itu Data Mining ? http://datamining.japati.net/bin/indodm.cgi Diakses tanggal 28 Oktober 2013
[8] Sri, Hari. 2010. “ Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan ”. Yogyakarta : Edisi 2 Graha Ilmu
[9] Sri Kusuma Dewi, Hartati, “Neuro Fuzzy, Integrasi Sistem Fuzzy Dan Jaringan Syaraf”. Yogyakarta : Graha Ilmu
[10] Eko Sudaryanto, 2009, “ Pengaruh Minat Belajar dan Penjurusan Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Katolik ST Lois Randublatung ”, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
[11] Irfan, Nasrulloh. 2011, “Model Pemilihan Jurusan SMK Teknologi Informasi Dengan Pendekatan Logika Fuzzy” Jakarta : Universitas Budi Luhur
[12] Ernawati, Susanto (2009), “Pembagian Kelas Peserta Kuliah Berdasarkan Fuzzy Clustering dan Partition Coefficient and Exponential Separation Index”, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
[13] Arwan Ahmad Khoiruddin, 2007, “ Menentukan Nilai Akhir Kuliah Dengan Fuzzy C-Means” , Proceeding pada Seminar Nasional Sistem dan Informatika di Bali, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
[14] Dunham, Margaret,H. (2003), “ Data Mining Introuctory and Advanced Topics”, New Jersey, Prentice Hall.
[15] Kusumadewi, S., Hartati, S., 2006, Fuzzy Multi Atribute Decision Making , Graha Ilmu, Yogyakarta
|
b09d6d0e-919c-4e0c-97dc-ee05fe1fd3ab | https://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/download/8739/6734 |
## PENERAPAN METODE LATIHAN (PENGUATAN) DENGAN PEMBERIAN KUIS DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SISWA DI SMP NEGERI 2 PAINAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
Wike Salvitri Jurusan Sendratasik
## FBS Universitas Negeri Padang
Yos Sudarman Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang
Tulus Handra Kadir Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang
email: [email protected]
## Abstract
This article aims to finding out and describe the implementation of exersice method using quiz in cultural and art subject for student grade VIII at SMP N 2 Painan Kabupaten Pesisir Selatan. The design of the research was descriptive research by using qualitative approach. The object of the research were 4th grade student at SMP N 2 Painan. There were 20 students. The instrument was the researcher herself using stationary, camera and observation sheet. The research was conducted by observing the teacher while she is teaching and implementing the quiz. The data were collected through observation, interview, documentation and library research. The result of the research shows that the implementation of exercise method using quiz gave the positive effect to student in culture and art subject. It can be seen from student’s behavior that slowly improved since the first meeting the quiz given: such as they are serious during the lesson, gave response even asked some questions about what they learned. The learning outcomes also increase comparing to their midterm test result. It means the imolementation of quiz method is effective in cultural and art subject for student grade VIII 3 at SMP N 2 Painan.
## A. Pendahuluan
Metode kuis merupakan bagian dari metode latihan sebagai penguatan berupa pertanyaan-pertanyan atau tes kecil dari materi yang telah dipelajari sebelumnya,
mengukur pemahaman dan daya ingat siswa, sebagai motivasi untuk aktif dalam belajar, dan sebagai apersepsi yaitu sejauh mana pemahaman siswa tentang materi sebelumnya, untuk dapat memulai materi
selanjutnya. Target sasarannya yaitu ranah kognitif siswa.
Pada observasi awal yang peneliti lakukan di SMP Negeri 2 Painan, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru Seni Budaya yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi. Pada kenyataan yang peneliti lihat di kelas VIII 3 SMP Negeri 2 Painan, terlihat masih banyak siswa: (1). Malas belajar, seperti banyak siswa yang keluar masuk kelas selama Proses Belajar Mengajar berlangsung, (2). Kurang acuh dengan pembelajaran, (3). Ketika guru bertanya tentang materi yang tidak dimengerti, mereka hanya diam tidak ada respon. Dengan keadaan seperti itu, maka tujuan pembelajaran tidak tercapai. Selanjutnya untuk mengatasi hal tersebut, agar tercapainya tujuan pembelajaran, diupayakan dengan menerapkan metode latihan (penguatan) dengan kuis. Karena pada dasarnya, metode kuis itu merupakan metode berupa beban baru dalam belajar. Selain dari itu, kuis dapat meningkatkan keaktifan belajar, keaktifan yang dimaksud tersebut, seperti:
menyimak guru saat proses pembelajaran, siswa bertanya apabila tidak mengerti dengan materi pelajaran yang diberikan guru, berani mengemukakan pendapat apabila guru memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang telah dipelajari dan mau mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari dirumah. Penelusuran lebih lanjut yang saya lakukan ditemukan beberapa hal yang menyebabkan kenyataan ini. Menurut (Sudjono, 1988:143): “kuis dimaksudkan untuk
mengetahui pengertian siswa tentang satu atau dua
buah konsep, atau dimaksud untuk sebuah kondisi yang tepat untuk memulai suatu pelajaran mengecek pemahaman siswa tentang materi yang telah dibahas beberapa hari lalu. Dalam pembelajaran di kelas, kuis biasa diberikan dalam bentuk tes-tes kecil dengan soal tertulis maupun lisan”.
Menurut Sudjono (1988:144) dalam konteks pembelajaran, kuis dapat dikategorikan sebagai bagian dalam evaluasi dan dapat juga dikategorikan kedalam metode pembelajaran. Sebagai metode pembelajaran, metode kuis digunakan guru untuk membuat pembelajaran lebih aktif. Hal itu di karenakan metode kuis dalam
pembelajaran dapat: Melatih siswa untuk berfikir cepat. Kemampuan berfikir cepat sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang kita diposisikan dalam sesuatu masalah yang membutuhkan
penyelesesaian dengan cepat. Melalui metode kuis ini anak dilatih untuk berfikir cepat.
Menumbuh kembangkan sikap percaya diri siswa.
Rasa percaya diri sangatlah penting. Dalam pengambilan keputusan seseorang harus senantiasa memiliki rasa percaya diri. Dengan metode kuis, maka siswa dilatih unuk senantiasa memiliki rasa percaya diri.
Meningkatkan aktifitas siswa .
Melalui metode kuis, semua anak akan aktif dalam pembelajaran. Siswa akan aktif menjawab dan menemukan penyelesaian atas soal yang disampaikan.
Melatih siswa berkompetisi secara sehat.
Dalam kehidupan ini pasti kita senantiasa berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Tentunya dalam setiap kompetisi tersebut haruslah dilaksanakan dengan sehat tanpa kecurangan. Dengan pembelajaran metode kuis ini, guru memiliki banyak celah untuk melatih siswa agar senantiasa
menjadi pribadi yang bersaing secara sehat.
## B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif. Objek penelitian ini adalah siswa di kelas VIII 3 SMP N 2 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan aktivitas belajarnya, dengan jumlah siswanya 20 orang. Dalam melakukan proses penelitian ini penulis menggunakan berbagai macam alat bantu untuk melakukan proses pengumpulan data, diantaranya adalah alat tulis, kamera dan pemotretan. Teknik pengumpulan data dilakukan denga cara observasi, studi pustaka, dokumentasi dan wawancara.
Menurut Sugiyono (2014:137) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Analisis data dilakukan dalam proses refleksi guru memastikan keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Berdasarkan data-data yang telah terkumpul maka akan terdapat pembagian data primer
ialah adalah proses pembelajaran di kelas dan wawancara yang dilakukan pada siswa di kelas VIII 3 SMP Negeri 2 Painan dan data sekunder ialah data yang didapat dari hasil studi pustaka dan berbagai macam sumber yang mendukung.
## C. Pembahasan
1. Deskripsi pemberian Kuis dalam
Pembelajaran Seni Budaya di kelas VIII 3 SMP Negeri 2 Painan Pemberian kuis dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan dengan guru memberi pertanyaan secara lisan, dan dijawab secara tertulis sebelum proses pelajaran selanjutnya dimulai. Pertanyaan biasanya terdiri dari tiga sampai empat butir pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan minggu sebelumnya. Dengan demikian, pemberian kuis dimulai pada pertemuan kedua setelah MID semester. Waktu kuis diberikan dua sampai tiga menit. Setelah guru membacakan soal pertama, siswa langsung menjawab soal itu dengan ketentuan waktu dari guru. Kemudian dilanjutkan ke soal selanjutnya, dengan cara yang sama, satu soal langsung jawab. Sebelum guru memberikan kuis, guru menyampaikan kepada siswa bahwa kuis akan terus diberikan dan ancaman nilainya mempengaruhi nilai akhir semester siswa dan hasil dari jawaban kuis siswa diumumkan di kelas satu persatu oleh guru. Karena itu guru meminta siswa bersungguh- sungguh dalam belajar dan serius agar
dapat menjawab soal-soal kuis dengan baik dan benar. Guru juga menyampaikan bahwa siswa harus benar-benar menyimak pelajaran yang diterangkan pada hari ini, dan mengulang mempelajarinya kembali di rumah. Hal ini penting karena materi pelajaran hari ini, akan di tanya pada pemberian kuis di pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, selama proses pembelajaran berlangsung, jika ada penjelasan guru tentang materi ajar yang belum dimengerti, hendaknya siswa menanyakan pada guru, jangan hanya diam. Dan pada saat guru menjelaskan materi yang ditanyakan siswa, harap siswa
mendengar dan menyimak dengan baik. Demikian metode pemberian kuis diterapkan.
2. Penerapan Metode Latihan (penguatan) dengan Pemberian Kuis dalam Pembelajaran Seni Budaya
Siswa di SMP Negeri 2 Painan.
Penelitian ini peneliti lakukan dengan teknik pengumpulan data cara observasi, dimana pada pelaksanaan pembelajarannya dilakukan pada maret 2017-april 2017 kepada siswa kelas VIII 3 di SMP Negeri 2 Painan Kabupaten Pesisir Selatan yang berjumlah 20 orang siswa.Penelitian ini dilakukan dengan lima kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit (07.00-08.45).
Pada pelaksanaa pembelajaran seni musik dan seni teater, guru menambahkan penerapan metode latihan (penguatan) dengan
pemberian kuis dengan tujuan agar
proses pembelajaran siswa terpacu aktif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan selama lima kali pertemuan dengan deskripsi sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama pada kegiatan awal pembelajaran guru menerapkan metode kuis. Setelah siswa tampak sudah siap, guru memberikan beberapa kertas kecil, 3 lembar kertas kecil untuk satu orang siswa. Setelah semua kertas dibagikan kepada seluruh siswa di kelas, guru menyampaikan bahwa kertas kecil tersebut digunakan untuk menulis jawaban kuis, setelah itu guru menginstruksikan kepada siswa untuk memberi nama mereka di masing- masing kertas tersebut. Guru juga menyampaikan kepada siswa, dilarang menyontek ataupun kerja sama dengan teman. Kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa langkah-langkah dalam proses kuis, yaitu (1). Satu soal langsung jawab dalam waktu dua menit, (2). Setelah guru memberikan satu soal dan siswa menulis jawaban di salah satu kertas, lalu kertas tersebut langsung dikumpulkan karena satu kertas kecil untuk satu jawaban kuis, (3). Untuk soal kuis nomor dua juga diberikan waktu dua menit untuk menjawabnya pada kertas kecil yang lainnya, lalu di kumpulkandan begitu seterusnya untuk soal kuis selanjutnya.Dengan langkah-langkah yang tertera di atas, adapun soal kuis yang di berikan guru yaitu: (1). Jelaskan dengan singkat pengertian musik tradisional
nusantara. Setelah dua menit, langsung dikumpulkan. Dan langsung diberikan soal nomor (2). Sebutkan jenis-jenis musik tradisional nusantara, setelah 2 menit langsung dikumpulkan. Lalu diberikan soal nomor (3). Sebutkan fungsi dari musik tradisional Nusantara. Setelah cukup 2 menit dan jawaban dikumpulkan. Setelah semua dikumpulkan, guru menyampaikan gunanya kuis ini sebagai jenis tes kecil tentang materi pelajaran, sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang diberikan dan juga siswa yang menjawab kuis dengan benar, akan diberikan tambahan nilai. Sewaktu guru
memberikan kuis, hanya beberapa siswa yang mengisi soal kuis dan masih banyak yang kosong.
Dari pertemuan pertama peneliti menemukan, ketika pemberian kuis banyak siswa yang masih takut dan tidak mengisi jawaban kuis yang diberikan guru. Dan pada saat proses pembelajaran selanjutnya berlangsung, masih ada beberapa siswa yang keluar kelas dan juga ada siswa yang sudah mulai memperhatikan guru dalam pembelajaran.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, setelah siswa tampak sudah siap, guru memberikan beberapa kertas kecil, 3 lembar kertas kecil untuk satu orang siswa. Setelah semua kertas dibagikan kepada seluruh siswa di kelas, guru menyampaikan bahwa kertas kecil tersebut digunakan untuk menulis jawaban kuis, setelah itu, guru
menginstruksikan kepada siswa untuk memberi nama mereka di masing- masing kertas tersebut. Kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa langkah-langkah dalam proses kuis, yaitu (1). Satu soal langsung jawab dalam waktu dua menit, (2). Setelah guru memberikan satu soal dan siswa menulis jawaban di salah satu kertas, lalu kertas tersebut langsung dikumpulkan karena satu kertas kecil untuk satu jawaban kuis, (3). Untuk soal kuis nomor dua juga diberikan waktu 30 detik untuk menjawabnya pada kertas kecil yang lainnya, lalu di kumpulkan dan begitu seterusnya untuk soal kuis
selanjutnya. Dengan langkah-langkah yang tertera di atas, adapun soal kuis yang di berikan guru yaitu: (1). Sebutkan ciri khas dari musik tradisional nusantara. Setelah 2 menit, langsung dikumpulkan. Dan langsung diberikan soal nomor (2). Alat musik khas provinsi jawa barat yang terbuat dari bilahan bambu disebut dengan?.
Setelah 30 detik langsung
dikumpulkan. Lalu diberikan soal nomor (3). Sebutkan 5 alat musik tradisional nusantara dari daerah Sumatera Barat. Setelah cukup 1 menit dan jawaban dikumpulkan, lalu guru menyampaikan gunanya kuis ini sebagai jenis tes kecil tentang materi pelajaran, sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang diberikan dan juga siswa yang menjawab kuis dengan benar, akan diberikan
tambahan nilai. Dari pertemuan kedua saat mengerjakan kuis, sudah ada
beberapa siswa mulai terlihat antusias dan sudah banyak yang mengisi jawaban dari kuis yang diberikan guru. Saat proes pembelajaran selanjutnya, ada 2 orang siswa yang keluar kelas. Namun saat guru memberikan pertanyaan, sudah banyak siswa yang merespon pertanyaan dari guru.
c. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga Setelah siswa tampak sudah siap, guru memberikan beberapa kertas kecil, 4 lembar kertas kecil untuk satu orang siswa. Setelah semua kertas dibagikan kepada seluruh siswa di kelas, guru menyampaikan bahwa kertas kecil tersebut digunakan untuk menulis jawaban kuis. Kemudian guru
memberikan penjelasan kepada siswa langkah-langkah dalam proses kuis sama seperti pada pertemuan minggu lalu. Adapun soal kuis yang di berikan guru yaitu: (1). Sebutkan 5 unsur- unsur musik. Setelah 1 menit, langsung dikumpulkan. Dan langsung diberikan soal nomor (2). Apa itu irama?, setelah 1 menit langsung dikumpulkan. Lalu diberikan soal nomor (3). Sebutkan 2 lagu daerah Sumatera Barat. Setelah 30 detik dan jawaban dikumpulkan, dilanjutkan soal nomor (4). Jelaskan pengertian tempo dan dinamik? Dan beri contoh masing-masingnya. Setelah 2 menit, dikumpulkan. Ketika mengerjakan kuis, semua siswa terlihat serius dan antusias mengisi jawaban dari kuis yang diberikan guru. Lalu guru menyampaikan gunanya kuis ini sebagai jenis tes kecil tentang materi pelajaran, sejauh mana siswa
mengingat pelajaran yang diberikan dan juga siswa yang menjawab kuis dengan benar, akan diberikan tambahan nilai. Saat kuis diberikan, semua siswa sudah semakin percaya diri menjawabnya, dan juga sudah banyak menjawab dengan benar.
Ketika mengerjakan kuis, semua siswa terlihat serius dan antusias mengisi jawaban dari kuis yang diberikan guru. Tidak ada lagi siswa yang keluar kelas saat proses pembelajaran berlangsung.
Ada beberapa siswa yang sudah berani mengemukakan pendapat.
d. Pertemuan keempat
Pada pertemuan keempat setelah siswa tampak sudah siap, guru memberikan beberapa kertas kecil, 3 lembar kertas kecil untuk satu orang siswa. Setelah semua kertas dibagikan kepada seluruh siswa di kelas, guru menyampaikan bahwa kertas kecil tersebut digunakan untuk menulis jawaban kuis. Kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa langkah-langkah dalam proses kuis sama seperti pada pertemuan minggu lalu. Adapun soal kuis yang di berikan guru yaitu: (1). Jelaskan pengertian teater tradisional dan teater modern. Setelah satu menit, langsung dikumpulkan. Dan langsung diberikan soal nomor (2). Sebutkan ciri-ciri dari teater tradisional nusantara, setelah 30 menit langsung dikumpulkan. Lalu diberikan soal nomor (3). Jelaskan apa itu tema dan watak/penokohan dalam drama, dan beri masing-masing contoh. Setelah 2 menit dan jawaban dikumpulkan. Lalu guru menyampai-
kan gunanya kuis ini sebagai jenis tes kecil tentang materi pelajaran, sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang diberikan dan juga siswa yang menjawab kuis dengan benar, akan diberikan tambahan nilai. Pada saat kegiatan guru mengecek kehadiran, semua siswa sudah hadir tepat waktu dikelas, dan saat mengerjakan kuis semua siswa terlihat serius, antusias dan sudah mengisi semua jawaban dari kuis yang diberikan guru. Saat diberikan kuis, semua siswa semakin percaya diri dan juga hanya 2 siswa yang menjawab soal 1 soal yang salah.
Saat mengerjakan kuis semua siswa terlihat serius, antusias dan sudah mengisi semua jawaban dari kuis yang diberikan guru. Tidak ada lagi siswa yang keluar kelas saat proses pembelajaran berlangsung, saat guru memberikan pertanyaan, sudah ada beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat.
e. Pertemuan kelima
Pada pertemuan kelima Setelah siswa tampak sudah siap, guru memberikan beberapa kertas kecil, 3 lembar kertas kecil untuk satu orang siswa. Setelah semua kertas dibagikan kepada seluruh siswa di kelas, guru menyampaikan bahwa kertas kecil tersebut digunakan untuk menulis
jawaban kuis. Kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa langkah-langkah dalam proses kuis
sama seperti pada pertemuan minggu lalu. Adapun soal kuis yang di berikan guru yaitu: (1). Sebutkan unsur-unsur dalam teater teater modern. Setelah 1 menit, langsung dikumpulkan. Dan
langsung diberikan soal nomor (2). Apa itu teater tradisional, setelah 1 menit langsung dikumpulkan. Lalu diberikan soal nomor (3). Apa itu olah pikir, olah tubuh dan olah suara dalam drama. Setelah 2 detik dan jawaban dikumpulkan. Lalu guru menyampai- kan gunanya kuis ini sebagai jenis tes kecil tentang materi pelajaran, sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang diberikan dan juga siswa yang menjawab kuis dengan benar, akan diberikan tambahan nilai. Saat pengecekan kehadiran oleh guru, semua siswa sudah hadir tepat waktu dikelas, saat mengerjakan kuis semua siswa terlihat serius, antusias dan sudah mengisi semua jawaban dari kuis yang diberikan guru. Ketika diberikan kuis, semua siswa menjawab pertanyaan kuis dengan benar.
Dalam pertemuan kelima ini saat mengerjakan kuis semua siswa terlihat serius, antusias dan sudah mengisi semua jawaban dari kuis yang diberikan guru. Tidak ada lagi siswa yang keluar kelas saat proses pembelajaran berlangsung, saat diberikan pertanyaan seputar pelajaran, siswa sudah berani mengemukakan pendapat, dan sudah adanya interaksi timbal balik antara guru dan siswa.
3. Capaian Hasil Penerapan Metode
Latihan (Penguatan) dengan pemberian kuis Berdasarkan hasil observasi
peneliti, dapat dikatakan kuis menjadi pemancing dalam keaktifan belajar siswa. Itu dikarenakan kuis menjadi
25% 77% 90% 97% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Grafik Pertemuan Grafik Pertemuan
beban baru bagi siswa dalam proses pembelajaran. Mau tidak mau mereka aktif dalam pembelajaran. Tanpa disadari bukan hanya keaktifan belajar yang muncul tapi juga melatih siswa untuk berfikir cepat, menumbuh kembangkan sikap percaya diri siswa, meningkatkan aktifitas siswa dan melatih siswa berkompetisi secara sehat. Dan juga perubahan dari perubahan prilaku belajar tersebut juga mempengaruhi hasil belajar siswa pada hasil ujian akhir semesternya,
yang terjadi peningkatan dibandingkan hasil ujian tengah semester. Dapat dilihat juga dari jawaban kuis siswa dari pertemuan satu sampai lima mengalami peningkatan dari yang awalnya siswa menjawab dengan benar hanya 25% pada pertemuan pertama sampai 100 % pada pertemuan kelima. Perubahan dapat dilihat pada grafik pertemuan dibawah ini:
Grafik 1. Pertemuan I sampai V jawaban kuis siswa yang memberikan jawaban benar.
## D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di kelas VIII 3 SMP Negeri 2 Painan Kabupaten Pesisir Selatan, metode kuis yang diberikan guru seni budaya untuk meningkatkan keaktifan belajar memberikan dampak yang positif dengan perubahan perilaku belajar yang baik dan juga hasil belajar yang meningkat.Karena kuis mampu membuat siswa menjadi lebih aktif belajar. keaktifan belajar juga dipicu oleh adanya tantangan, daya tarik, dan ancaman gagal. Semua itu terbukti dapat diberikan oleh kuis. Dan juga sesuai dengan manfaat kuis itu sendiri dimana kuis dapat meningkatkan kemampuan berpikir dengan cepat, meningkatkan
kepercayaan diri,
membangun daya kompetitif siswa dalam belajar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, penulis memberikan beberapa saran agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal, maka ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan, diantaranya: (1). Guru mata pelajaran seni budaya diharapkan menjalankan proses pembelajaran sesuaikan dengan silabus dan RPP, (2) Guru mata pelajaran seni budaya tidak menggunakan kekerasan fisik, seberapa nakalnya siswa. Karena pada dasarnya jika menggunakan kekerasan fisik, maka berpengaruh buruk kepada psikologis siswa.
Daftar Rujukan.
Sudjono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah . Jakarta:
Bumi.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.
|
867c01b0-fc4e-4161-914b-63f48a3ea1c9 | https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpeb/article/download/1933/1523 | DOI: doi.org/10.21009/JPEB.005.1.4
## IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU: STUDI TRANSFORMASI PADA PERGURUAN TINGGI
Buyung Syukron IAIN Metro Lampung [email protected]
## ABSTRACT
A quality management system that is implemented with a consistent commitment will provide benefits and success to all stakeholders within the institution. So to achieve the benefits and success must be based on some quality management principles that have been set.Mulai entry of foreign universities enliven the “competition” that already exists in the country. Universities need not only be seen as centers of science, research centers, and community service centers, but also a “science-producing” corporate entity that needs to “compete” to ensure survival. Competition, as experienced by for profit companies, includes competition in the areas of quality, price, and service. College as a non-profit entity, also faced the same thing. For the management of all that, required knowledge and management skills, namely integrated management of Higher Education.
Keywords: Integrated Quality Management, Management Transformation, Higher Education
## ABSTRAK
Sistim manajemen mutu yang diimplementasikan dengan komitmen yang konsisten, akan memberikan manfaat dan kesuksesan bagi semua pemangku kepentingan dalam institusi perguruan tinggi tersebut. Sehingga untuk mencapai manfaat dan kesuksesan tersebut harus dilandasi dengan beberapa prinsip manajemen mutu yang sudah ditetapkan.Mulai masuknya perguruan tinggi luar negeri memeriahkan “persaingan” yang sudah ada di dalam negeri. Perguruan tinggi tidak hanya perlu dilihat sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat penelitian, dan pusat pengabdian masyarakat , tetapi juga suatu entitas korporat “penghasil ilmu pengetahuan” yang perlu “bersaing” untuk menjamin kelangsungan hidup. Persaingan, sebagaimana dialami oleh perusahaan for profit, meliputi persaingan di bidang mutu, harga, dan layanan. Perguruan tinggi sebagai suatu entitas non-profit, juga menghadapi hal yang sama. Untuk pengelolaan semua itu, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan manajemen, yaitu manajemen terpadu Perguruan Tinggi.
Kata Kunci : Manajemen Mutu Terpadu, Transformasi Manajemen, Perguruan Tinggi
## PENDAHULUAN
Ilmu manajemen berkembang
terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemaha- man kepada kita tentang pen- dekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan
masalah-masalah
yang berkaitan dengan manajerial.
Ilmu manajemen juga dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Perkembangan ilmu manajemen yang semakin pesat melahirkan sebuah sistim manajemen yang baik. Dalam rangka menunjang kemajuan perkembangan sistim perguruan tinggi yang baik, pe- nerapan sistim manajemen mutu perguruan tinggi menurut Firdaus sangatlah dibutuhkan, untuk men- jamin terlaksananya perbaikan mutu perguruan tinggi secara ber- kelanjutan (Firdaus, 2012).
Agar penerapan prinsip mana- jemen mutu dalam suatu institusi perguruan tinggi menjamin ter- laksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan. Institusi harus me- nyusun sistim mutu dalam bentuk pedoman mutu ( quality manual ), tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam pen- capaian standar-standar kinerja
mutu yang ditetapkan. Implementasi sistim manajemen mutu harus diaudit secara berkala dalam rangka memperoleh masukan untuk mana-
jemen review untuk penyempurnaan sistim itu sendiri (Spanbauer, 1992).
Di Indonesia pendidikan tinggi mengalami perubahan panorama selama dekade terakhir.Perubahan panorama yang dimaksud meliputi perubahan paradigma, pengelolaan, persaingan dan sebagainya.
Perubahan paradigma terutama dipicu oleh perkembangan teknologi informasi, sehingga e-learning , e- university, dan sejenisnya mulai banyak dibicarakan dan diusahakan. Begitu juga dengan perubahan pengelolaan me-
nyangkut badan penyelenggaraan pendidikan tinggi, baik yang di- selenggarakan pemerintah maupun swasta (Dikti, 2000).
Perguruan tinggi tidak hanya perlu dilihat sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat penelitian, dan pusat pengabdian kepada masya- rakat, tetapi juga suatu entitas korporat ‘’penghasil ilmu pe- ngetahuan’’ yang perlu ‘’bersaing’’ untuk menjamin kelangsungan hidup. Persaingan, sebagaimana dialami oleh perusahaan profit, meliputi persaingan di bidang mutu, harga, dan layanan. Perguruan tinggi sebagai suatu entitas non- profit, menghadapi hal yang sama pula. Pengelolaan semuanya me- merlukan pengetahuan dan ke- terampilan manajemen, yaitu mana- jemen perguruan tinggi.
Pendidikan tinggi dan perguruan tinggi pendidikan tinggi dan per- guruan tinggi, istilahnya sering saling dipertukarkan dengan
anggapan mempunyai arti sama,
http://doi.org/10.21009/JPEB
sedangkan sebenarnya mempunyai arti yang berlainan. Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi daripada pen- didikan menengah di jalur pen- didikan sekolah. Sebaliknya, per- guruan tinggi adalah satuan pen- didikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi, menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 1999, dengan tujuan pendidikan tinggi adalah sebagai berikut: (1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembang- kan dan atau memperkaya kha- zanah ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian; (2) Mengem- bangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk mening- katkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional (Tambahan Lembaran Negara RI nomor 3859, 1999:6). Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesional. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan, terutama pada pe- nguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan pendidikan profesional merupakan pendidikan
yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
Perguruan tinggi menyelengga- rakan pendidikan tinggi, penelitian, serta pengabdian kepada ma- syarakat. Perguruan tinggi meru- pakan kegiatan dalam upaya
menghasilkan manusia ter- didik.Penelitian merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam upaya menemukan kebenaran dan atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian.Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang memanfaatkan ilmu penge- tahua dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan ma- syarakat.Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
Tulisan ini juga akan mencoba membahasa secara komprehensif tentang sistim sekaligus prinsip- prinsip manajemen yang dapat di- implementasikan pada sebuah perguruan tinggi dalam upaya mencapai kualitas pendidikan yang berkelanjutan.
## KAJIAN TEORITIK Dimensi Makna Perguruan Tinggi
Sebelum membicarakan mana- jemen perguruan tinggi, lebih dahulu perlu ditelaah mengenai hakekat yang lebih utuh mengenai per- guruan tinggi, karena entitas per- guruan tinggi mempunyai beberapa dimensi fungsi atau dimensi makna.
Perguruan tinggi adalah suatu satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi.Tujuan pendidikan tinggi ialah penguasaan ilmu pe- ngetahuan dan teknologi.
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut untuk pe- ningkatan taraf kehidupan ma- syarakat. Dengan demikian, ada sekurang-kurangnya empat atau lima dimensi makna yang melekat pada perguruan tinggi, yaitu (1)
dimensi keilmuan (ilmu dan tekno- logi), (2) dimensi pendidikan (pen- didikan tinggi), (3) dimensi sosial (kehidupan masyarakat), dan (4) dimensi korporasi (satuan pen-
didikan/penyelenggara) (Andrianto, 2009). Di atas semua itu, apabila pendidikan tinggi dimaksudkan untuk meningkatkan
martabat
manusia, dapat diangkat ke dalam dimensi makna yang lebih men- dalam, yaitu (5) dimensi etis.
Dalam pembicaraan manaje- men perguruan tinggi, berbagai dimensi makna itulah antara lain yang membedakannya dengan ma- najemen perusahaan atau mana- jemen entitas lain. Oleh karena itu, sebelum membicarakan mengenai manajemen perguruan tinggi, ada baiknya kelima dimensi makna tersebut ditelaah satu persatu.
a) Dimensi Etis
Perguruan tinggi dikenal se- bagai pusat kreatifitas dan pusat pe- nyebaran ilmu pengetahuan bukan demi kreativitas itu sendiri, tetapi demi kesejahteraan umat manusia. Hakekat tugas dan panggilan
Perguruan
Tinggi ialah me- ngabdikan diri pada penelitian, pengajaran dan pendidikan para mahasiswa yang dengan sukarela bergabung dengan para dosen dalam cinta yang sama akan penge- tahuan. Makna ini akan menjamin bahwa penemuan baru itu di- gunakan untuk kesejahteraan otentik individu dan masyarakat secara keseluruhan. Di sini terasa kekentalan dimensi moral dan etis penemuan ilmu penge tahuan dan teknologi.
Peran Perguruan Tinggi pada perlindungan martabat manusia, pada tanggungjawab moral pene- muan ilmu pengetahuan dan tek- nologi, adalah beberapa contoh dimensi etis dari makna perguruan tinggi.
## b) Dimensi Keilmuan
Dunia perguruan tinggi adalah dunia ilmu pengetahuan. Tujuan utama pendidikan tinggi adalah mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dengan proses belajar mengajar, penelitian dan pengab- dian kepada masyarakat. Hanya di perguruan tinggi, melalui pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan betul-betul dikembangkan, dan bukan di pen- didikan yang lebih rendah atau di tempat lain.
c) Dimensi Pendidikan Pendidikan tinggi adalah pendidikan, yaitu pendidikan pada tingkat tinggi. Tetapi hal ini sering menimbulkan polemik, apakah memang betul bahwa proses yang terjadi di universitas itu suatu pendidikan, atau suatu pembe- lajaran, karena arti ‘pendidikan’ lain sama sekali dengan ‘pembelajaran’.
Namun polemik ini mungkin dapat didamaikan dengan pen- jelasan bahwa didalam perguruan tinggi, terjadi pendidikan melalui pembelajaran.Pendidikan dapat diberikan baik dalam kurikulum intra, kurikulum ekstra, maupun kurikulum tersembunyi.Dalam kuri- kulum intra, pendidikan dapat diberikan dalam bentuk penjelasan dan contoh-contoh aplikasi ilmu pengetahuan, dalam kurikulum
ekstra, pendidikan dapat diberikan dalam seni budaya, seni olahraga, seni organisasi, dan sebagai- nya.Dalam kurikulum tersembunyi, pendidikan dapat diberikan dalam contoh nyata pengaturan dan pe- ngelolaan perguruan tinggi.Disiplin, keterbukaan, pelayanan, bantuan pada yang lemah, kejujuran, kerja keras, dan sebagainya yang diperlihatkan dalam pengelolaan perguruan tinggi adalah nilai-nilai konkrit yang dapat merupakan contoh nyata untuk pendidikan.
d) Dimensi Sosial
Penemuan ilmiah dan pene- muan teknologi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan industri yang sangat besar.Melalui partum- buhan ekonomi dan industri ini, ke- sejahteraan manusia juga diting- katkan. Melalui kegiatan dan per- juangan para ahli dan mahasiswa, kehidupan demokrasi ditingkatkan dan martabat manusia lebih di- hargai. Perguruan tinggi mem- persiapkan para mahasiswa untuk mengambil tanggungjawab di dalam masyarakat.
e) Dimensi Korporasi Perguruan Tinggi member- kan jasa kepada masyarakat berupa pendidikan tinggi, dalam bentuk proses belajar mengajar, dan pe- nelitian. Yang diajarkan dan diteliti adalah mengenai ilmu pe- ngetahuan.Jadi bisnis pendidikan tinggi ialah ilmu pengetahuan.
Perguruan tinggi mempunyai pe- langgan, yaitu para mahasiswa dan masyarakat pengguna lulusannya. Perguruan tinggi menghadapi persaingan yaitu antar perguruan
tinggi lain, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Ada semacam break even point yang harus dicapai, dalam penyelenggaraan perguruan tinggi.
Perguruan tinggi memiliki dan mengelola berbagai sumberdaya seperti manusia, barang-barang, peralatan, keuangan, dan metoda.Perguruan tinggi perlu memperkenalkan produknya pada masyarakat, agar dikenal dan
‘dibeli’. Semua hal tersebut menun- jukkan kesamaan antara perguruan tinggi dengan perusahaan. Inilah dimensi korporasi perguruan tinggi .
Gambar 1. Lima Dimensi Perguruan
## Tinggi
## Manajemen Pada Organisasi Nir-
laba Dalam Undang-Undang RI
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan misalnya, yayasan di sebut sebagai badan hukum yang harus mempunyai maksud dan tujuan sosial, keagamaan, dan ke- manusiaan (Tambahan Lembaran Negara RI nomor 4132,2001:7).
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 Tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan
Dimensi Etis Dimensi Pendidika n Dimensi Keilmuan Dimensi Sosial Dimensi Korporasi Lima Dimensi
Perguruan Tinggi
Hukum, digunakan istilah ’nirlaba’ (Tambahan Lembaran Negara RI nomor 3860, 1999:8).
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi, di- sebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi yang dilakuan oleh masyarakat haruslah berbentuk yayasan atau badan yang bersifat ’sosial. Jadi dalam praktek, agaknya istilah ’nirlaba’ dan ’sosial’ di- gunakan dengan maksud dan arti yang sama.
Dari definisi manajemen yang sudah disampaikan di atas, terlihat bahwa organisasi sosial atau nirlaba juga memerlukan manajemen,
karena di dalamnya ada sejumlah sumberdaya yang harus digunakan untuk tujuan tertentu dengan melalui proses perencanaan, pengorga- nisasian, penggerakan, dan pe- ngawasan. Organisasi sosial atau nirlaba menghadapi juga keterba- tasan sumberdaya, memerlukan juga marketing , seringkali mengha- dapi persaingan, memerlukan
efisiensi dan efektivitas kerja, dan sebagainya seperti perusahaan biasa. Organisasi sosial atau nirlaba seringkali dihadapkan pada ke- naikan biaya terus menerus, penerimaan sumbangan dan donasi yang relatif makin mengecil, dan kompetisi organisasi perusahaan yang masuk bidang sosial. Untuk itu mereka seringkali terpaksa mencari pemecahan dengan melakukan usaha lain yang mendatangkan pendapatan untuk menunjang
kegiatan utamanya, yaitu kegiatan sosial. Oleh karena itu, sering kali suatu organisasi sosial harus
mengelola beberapa kegiatan yang bersifat campuran, yaitu kegiatan sosial dan kegiatan usaha yang mendatangkan keuntungan.Di sini dibutuhkan manajemen untuk usaha yang mendatangkan keuntungan dan manajemen untuk usaha sosial. Di sini diperlukan ketrampilan manajemen untuk mencegah jangan sampai usaha bisnis yang men- datangkan keuntungan tersebut justru menenggelamkan usaha sosial utamanya. Hal di atas memberikan
justifikasi dan anggapan bahwa kegiatan sosial atau nirlaba harus dikelola dengan lebih baik, dengan cara dan sistim yang lebih menjamin efisiensi dan efektivitas, dengan cara-cara yang lebih modern dan teruji. Untuk itu diperlukan mana- jemen kegiatan sosial atau nirlaba. Hanya sayang bahwa literatur khusus mengenai manajemen kegiatan nirlaba jumlahnya sangat terbatas, tidak sebanding dengan jumlah literatur di bidang mana- jemen bisnis. Namun sebetulnya sebagian besar prinsip-prinsip manajemen kegiatan bisnis berlaku pula untuk manajemen kegiatan nirlaba.
Manajemen Perguruan Tinggi Modern Pengertian manajemen atau seringkali disebut pula ‘’penge- lolaan’’ merupakan kata yang di- gunakan sehari-hari, sehingga diandaikan semua orang tahu artinya. Definisi sesungguhnya kata tersebut ternyata banyak sekali, tergantung pada cara pandang, kepercayaan, atau pengertian se- seorang (Soedijarto, 2001). Ada
http://doi.org/10.21009/JPEB
definisi yang digunakan misalnya yang dirumuskan oleh Terry,
sebagai berikut: ‘’Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources’’ .
Dalam pengertian definisi ini, ada aktivitas yang jelas berupa proses manajemen. Selanjutnya, aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilakukan melalui orang lain dengan bantuan sumber daya lain pula, yang dinamakan orang dan sumber daya lain biasa disebut 5 M, yaitu men, materials , machines , methods , dan money (Manullang, 1983).
a. Perencanaan Perencanaan program
kerja,
termasuk perencanaan anggaran, bukan merupakan hal baru bagi perguruan tinggi, baik peren- canaan lima tahunan maupun perencanaan tahunan. Namun, perencanaan perlu pula dilakukan untuk perencanaan strategis, yaitu perencanaan yang me- nentukan hidup mati dan ber- kembang tidaknya suatu uni- versitas.
b. Pengorganisasian Fungsi pengorganisasian terma- suk fungsi pengisian staf yang sesuai untuk setiap tugas atau kedudukan.Pengisian staf atau karyawan perlu membedakan be- berapa jenis karyawan yang bekerja di suatu universitas, yang masing-masing mempunyai tugas khas dan karakteristik sendiri- sendiri.
c. Penggerakan Fungsi tugas penggerakan ( actuating ) adalah tugas meng- gerakkan seluruh manusia yang bekerja dalam suatu perguruan tinggi agar masing-masing be- kerja sesuai yang telah ditu- gaskan dengan semangat dan kemampuan maksimal. Ini merupakan tantangan yang sangat besar bagi fungsi mana- jemen karena menyangkut manusia, yang mempunyai keyakinan, harapan, sifat, tingkat laku, emosi, kepuasan, pengem- bangan, dan akal budi serta menyangkut hubungan antar pribadi. Oleh karena itu, banyak yang mengatakan bahwa fungsi penggerakan adalah fungsi yang paling penting serta paling sulit dalam keseluruhan fungsi manajemen. d. Pengukuran Parameter pengukuran atau suatu alat yang seringkali di- gunakan untuk membantu mema- hami kebutuhan manusia adalah hierarki kebutuhan yang dikem- bangkan oleh AH Maslow.
Hierarki mengenai lima tingkat (kadang-kadang dibagi menjadi enam) yakni kebutuhan dasar manusia, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi,
sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis ( physio- logical need ). Lapar dan haus adalah kebutuhan yang paling dasar bagi manusia dan harus dipenuhi terlebih dahulu se- belum semua kebutuhan lainnya dipenuhi.
2) Kebutuhan keamanan ( safety need ). Keamanan adalah
tingkat kebutuhan kedua, yaitu berupa pakaian, tempat perlindungan atau rumah tempat tinggal, dan lingkungan yang menjamin keamanan seperti pekerjaan tetap, pensiun dan asuransi. 3) Kebutuhan afeksi ( affection need ). Termasuk dalam kebutuhan tingkat tiga adalah pengakuan termasuk dalam lingkungan tertentu, bukan hanya lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sosial lainnya, seperti tempat kerja.
4) Kebutuhan penghargaan ( es- teem need ). Kebutuhan peng-
hargaan berbentuk kebutuhan penghargaan diri, rasa keber- hasilan, dan pengakuan dari orang lain. Kebutuhan akan status merupakan dorongan utama untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. 5) Kebutuhan aktualisasi diri ( self-actualization need ).
Tingkat tertinggi kebutuhan manusia adalah rasa peme- nuhan diri, yaitu sumbangan optimalnya pada sesama manusia, suatu realisasi penuh atas potensi diri manusia. e. Pengawasan Pengawasan adalah fungsi terakhir manajemen, namun
bukan berarti yang paling kurang penting. Pengawasan adalah pengamatan dan pengu- kuran, apakah pelaksanaan dan hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau tidak, apa kendalanya dan ba- gaimana menghilangkan kenda- la agar hasil kerja dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Fungsi pengawasan tidak harus dilakukan hanya setiap akhir tahun anggaran, tetapi justru harus secara berkala dalam waktu yang lebih pendek, misal- nya setiap bulan, sehingga per- baikan yang perlu dilakukan tidak terlambat dilaksanakan.
Penerapan
## Total Quality Mana- gement
Penerapan (implementasi) sis- tem manajemen mutu dalam upaya meningkatkan kualitas perguruan tinggi dilakukan melalui beberapa hal sebagaimana tabel berikut.
## Tabel.1. Implementasi Manajemen
Mutu Perguruan Tinggi Bertekad menjadi PT yang bermutu 1.1. Menjadi bermutu itu harus dengan niat dan dilanjutkan dengan melakukan usaha yang nyata ke arah itu. 1.2. Pengakuan orang lain (mahasiswa & sejawat & mayarakat) bahwa PT kita adalah PT bermutu merupakan kunci ke arah masa depan yang cerah. Adopsi filosofi mutu 2.1. Perguruan tinggi yang bermutu adalah yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Kebutuhan masyarakat adalah berkembangnya SDM bermutu dan tersedianya informasi, pengetahuan dan teknologi yang dapat meningkatkan taraf hidup. Sehingga Perguruan tinggi yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberi kepuasan kepada masyarakat. Fokus pada pelanggan 3.1. Perhatian PT selalu dipusatkan pada kebutuhan dan harapan para pelanggannya: mahasiswa, masyarakat, industri, pemerintah, dll.
3.2. Tugas utama PT adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan harapan para pelanggannya. Untuk ini perguruan tinggi harus dapat : mengetahui ciri- ciri pelanggan - pelanggannya, mengidentifikasi dan menganalisa kebutuhan dan harapan pelanggan. Komitmen pada Mutu Harus ada kesadaran dan keyakinan akan perlunya mutu kinerja, dan karenanya perlu ada tekat dan rasa keterikatan yang kuat untuk menjaga dan meningkatkan mutu kerja. Pengajaran, penelitian, administrasi, dll yang tak bermutu kadang-kadang sama nilainya dengan tanpa kerja. Pendidikan dan penelitian yang tak bermutu bisa berakibat lebih jelek dari tanpa pendidikan dan penelitian. Komitmen yang kuat pada mutu PT akan menggerakkan usaha yang terus - menerus untuk meningkatkan mutu, dan tidak akan menyerah pada kendala-kendala dan kesulitan-kesulitan lain yang menghadang. Memperbaiki Mutu Perguruan Tinggi secara ber-kelanjutan Tekad untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi harus dibuktikan dengan adanya usaha-usaha nyata memperbaiki mutu. Tidak hanya sekali memperbaiki dan selesai, tetapi sedikit demi sedikit secara terus-menerus. Mutu perguruan tinggi tidak ada langit-langitnya, karena itu tidak mungkin meningkatkan mutu sekaligus dan selesai. Setiap kali perlu ditetapkan standar mutu dari sesuatu yang ingin dicapai. Standar mutu tridarma dan administrasi PT ini perlu ditingkatkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Keputusan berdasarkan data dan fakta Sebelum melakukan berbagai perbaikan mutu pendidikan / pengajaran harus melewati bermacam pengambilan kesimpulan, penilaian, dan keputusan. Semua itu harus diambil/dibuat berdasarkan fakta yang ada dan atau data yang tersedia. Tanpa itu kesimpulan dan keputusan itu akan mengandung kelemahan dan keraguan, sehingga pelaksanaannya pun akan ragu-ragu. Mengidentifikasi masalah pengajaran di kelas juga perlu didasari oleh berbagai data dan fakta. Program belajar sambil bekerja Pekerjaan di PT jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu. Ini bisa membosankan.
Sebaliknya bila kerja akademis dan administrasi itu dilihat sebagai tantangan yang harus dicermati, maka selain akan selalu menarik juga akan menggugah pelakunya untuk mencari dan mencoba prosedur prosedur - prosedur lain yang sekiranya akan lebih efektif dan lebih baik mutunya. Setiap kegiatan di PT direncanakan dengan baik, dilaksanakan dengan cermat, dan hasilnya dievaluasi dibandingkan dengan standar mutu yang ditentukan sebelumnya. Alat dan Teknik untuk perbaikan mutu Data dan fakta yang ada dapat disajikan dengan berbagai alat dan teknik untuk bisa dianalisa dan disimpulkan. Flowchart , diagram tulang ikan, tabel, diagram pareto, gantt chart ,medan gaya, histogram,
afinitas, matrik, check sheet , brainstorming , dan lain-lain.
Perbaikan Proses yang Preventif Rendahnya mutu biasanya lebih banyak disebabkan oleh kurang tepatnya prosedur yang menghasilkan adanya proses yang tidak mengeluarkan hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di PT perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Bila tidak maka prosedur itu perlu diubah dengan yang lebih baik dan sesuai. Setiap prosedur kerja baru harus dicoba lebih dahulu. Kalau hasilnya memuaskan baru diadopsi. Dengan begitu dapat dicegah
http://doi.org/10.21009/JPEB
adanya kegagalan. Pengakuan dan Penghargaan Bagi pengajar, mahasiswa atau pegawai yang telah berusaha memperbaiki mutu pendidikan/pe- ngajaran/pekerjaannya perlu diberi pengakuan dan penghargaan agar semua yang ber-sangkutan dengan per-guruan tinggi itu terdorong untuk terus melakukan usaha- usaha perbaikan.Dosen - dosen muda dan karyawan dapat saja mencoba cara-cara kerja baru dan ternyata lebih efektif. Kalau ini terjadi maka seyogyanya usaha mereka itu diakui dan diberi penghargaan se-pantasnya. Karena usaha perbaikan mutu perguruan tinggi bukan monopoli pengajar dan pimpinan perguruan tinggi saja. Untuk mengajak partisipasi dari semua pihak, adanya system pengakuan dan penghargaan ini sangat penting. Perbaikan Prosedur Antar Fungsional Perguruan tinggi yang bermutu bukan hasil karya orang secara individual, tetapi hasil kerjasama beberapa orang yang bekerjasama. Orang-orang yang bekerjasama itu mungkin berbeda status dan fungsinya. Karena itu perlu ditingkatkan prosedur - prosedur yang menghasilkan kerjasama antar fungsi itu. Misalnya perlu dikembangkan prosedur yang lebih memudahkan kerjasama antar pengajar dengan mahasiswa, dengan teknisi, laboran, pustakawan, pegawai administrasi, dan dengan sesama pengajar. Prosedur yang memudahkan interaksi antar mereka ini perlu dikembangkan dan diperbaiki. Struktur yang mengundang partisipasi Struktur adalah cara pengaturan yang mantap, yang memungkinkan sebanyak mungkin orang untuk berpartisipasi memperbaiki perguruan tinggi. Misalnya: rencanakan dan tradisikan adanya pertemuan antar pengajar dan mahasiswa untuk me- review proses Belajar - Mengajar, dan berdiskusi dalam rangka mencari cara-cara yang lebih baik dan lebih efektif untuk mencapai pendidikan / pengajaran yang bermutu. Demikian pula pertemuan antara para pengajar dengan orang tua mahasiswa , alumni, para pengusaha, unsur pemerintah, tokoh masyarakat, dan para donatur.
Sumber: Spanbauer, Stanley J, A Quality System for Education , ASQC Quality Press , Milwaukee, 1992(Spanbauer, 1992)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Gerakan perbaikan mutu dalam bidang pendidikan di dunia, sebenarnya belum terlalu lama.
Perintisan Total Quality Mana- gement (TQM) dalam bidang pendidikan diawali di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980-an,
diikuti oleh Inggris.
Peningkatan perhatian baru dimulai pada tahun 1990.Demikian pula TQM sebagai mata kuliah akademik, masih sangat sedikit diterapkan.
Di Inggris, sejak berlakunya “ Education Reform Act ”
pada tahun 1988, perhatian terhadap mutu pendidikan mulai meningkat. Undang-undang ini
banyak menitikberatkan pada monitoring ‘’ performance indicators ’’
(indikator kinerja) dari proses pendidikan.
Akan tetapi indikator-indikator ini, terutama hanya meru-pakan pedoman untuk mengukur efisiensi mutu pembelajaran atau efektivitas institusi dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika ingin memperoleh lebih banyak apa yang ada di balik indikator kinerja tersebut, suatu institusi harus mulai lebih serius pada TQM dengan
http://doi.org/10.21009/JPEB
artian perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement) terhadap standar pelanggannya seiring me- ningkatnya persyaratan mutu pe- langgan.
Peningkatan kualitas dalam perguruan tinggi tidak dapat dilihat sebagai proses yang “sekejap jadi“.
Kegiatan ini merupakan sebuah proses jangka panjang yang membutuhkan perubahan organisa- si dan restrukturisasi yang tidak boleh kepalang tanggung.
Komitmen untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh semua level man- ajemen dan harus didasari oleh kehendak mau berubah. Hal yang lebih penting disamping kemauan mau berubah adalah kenyamanan dalam melaksanakan peran dalam proses perubahan ini. Di samping level manajer yang harus paham dan tahu tugasnya tentang peru- bahan ini, staf pun harus tahu komitmen dari manajer mereka. Komitmen yang dideklarasikan secara jelas akan memotivasi para staf untuk mau bersama–sama melakukan perubahan bagi orga- nisasi mereka secara sungguh- sungguh.
Spanbauer, menyatakan bahwa kunci keberhasilan program
peningkatan kualitas di sebagian besar sektor industri swasta sangat dipengaruhi oleh keterlibatan mana- jemen, pengambilan keputusan yang tepat, cara berpikir yang mengindahkan perhitungan statistik dan pengukuran, dan pengetahuan karyawan. Beberapa komponen ini juga berlaku bagi pendidikan dalam hal:
1. Meningkatkan keterlibatan fakul- tas dan staf dalam hal manajemen serta pengambilan keputusan di kampus;
2. Pengambilan keputusan berda- sarkan kebutuhan konsumen dan mempertimbangkan data statistik yang dimiliki;
3. Meningkatkan ketrampilan kepe- mimpinan bagi posisi manajemen;
4. Memberikan otoritas lebih dan tanggungjawab didelegasikan ;
5. Otonomi yang lebih besar kepada tiap fakultas;
6. Meningkatkan profesionalisme staf melalui pelatihan-pelatihan;
7. Tehnik partisipasi yang inovatif daripada menggunakan teknik manajemen yang otokratis;
8. Komitmen berkesinambungan terhadap perbaikan kualitas, yang menekankan kepada excellence untuk semua proses; 9. Praktek pengambilan keputusan didasarkan pada kebutuhan konsumen sesuai pada item mutu yang ditetapkan Kualitas sebuah perguruan tinggi berarti adalah kualitas keseluruhan dalam perguruan tinggi tersebut, yang mencakup mana- jemen dan sumber daya manusia, tujuan organisasi, pelayanan, opera- sional, dan sebagainya .Adapun elemen-elemen kualitas tersebut, strategi dalam mengukur kualitas serta akibat jika kualitas tersebut diabaikan.
Untuk mulai berpikir ke arah kualitas, sebuah perguruan tinggi harus:
1. Berorientasi kepada karyawan, siswa dan stakeholders sebagai pusat kualitas.
http://doi.org/10.21009/JPEB
2. Pimpinan puncak/manajemen harus memiliki kemauan dan komitmen terhadap perubahan ke arah kualitas yang lebih baik.
3. Mutu merupakan kesatuan total, tidak dapat dipikirkan secara terpisah.
4. Mutu merupakan program jangka panjang, bukan instan dan harus melibatkan banyak pihak
5. Harus mulai memikirkan penyu- sunan standard kualitas yang terukur bagi seluruh program, unit, fakultas, dan lain-lain.
Implementasi sistim manajemen mutu dalam mencapai perguruan tinggi yang berkualitas secara global dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 2. Implementasi Sistim Manajemen Mutu Pada Perguruan Tinggi
## KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak ada sesuatu yang tidak berubah, semua pasti akan mengalami suatu perubahan. Begitu juga dengan organisasi pendidikan tinggi, yang harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dibutuhkan suatu managemen yang
berkualitas dalam proses menuju sebuah perubahan, sehingga perubahan menjadi lebih terarah. Pemahaman mengenai perubahan dapat dilihat melalui perspektif manajemen mutu yang bersifat terpadu atau yang lebih dikenal dengan Total Quality Management (TQM).Solusi-solusi teoritis dan konseptual yang ditawarkan oleh managemen mutu terpadu diharapkan akan mampu menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan yang mucul dari perspektif
kebutuhan akan sebuah Perguruan Tinggi yang berkualitas. Implementasi manajemen mutu terpadu tidak menyarankan untuk menunggu sampai muncul dorongan yang kuat akan perubahan, namun kondisi organisasi Perguruan Tinggi yang selalu siap melakukan perubahan harus diciptakan. Segala penolakan dan hambatan untuk berubah harus dieliminir terlebih dahulu. Sehingga dengan begitu pemimpin perubahan akan lebih mudah menciptakan ling- kungan perguruan tinggi yang lebih “awareness” terhadap perubahan. Bagi seorang pemimpin, “ critical success factor” dapat menjadi landasan dalam mengelola pergu- ruan tinggi menuju perubahan yang diharapkan. Dengan memperhatikan berbagai dimensi dalam perspektif manajemen mutu terpadu tersebut diharapkan proses perubahan me- nuju sebuah kesuksesan, karena pada prinsip dan hakikatnya organisasi di bentuk mengikuti tujuan dan sesuai dengan ke- butuhan organisasi itu sendiri.
## IMPLEMENTASI
SISTEM MANAJEMEN MUTU Tujuan Pelayanan Pemanfaatan Teknologi Pemasaran dan Promosi
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 5 No. 1 Maret2017
http://doi.org/10.21009/JPEB
2. Pimpinan puncak/manajemen harus memiliki kemauan dan komitmen terhadap perubahan ke arah kualitas yang lebih baik.
3. Mutu merupakan kesatuan total, tidak dapat dipikirkan secara terpisah.
4. Mutu merupakan program jangka panjang, bukan instan dan harus melibatkan banyak pihak
5. Harus mulai memikirkan penyu- sunan standard kualitas yang terukur bagi seluruh program, unit, fakultas, dan lain-lain.
Implementasi sistim manajemen mutu dalam mencapai perguruan tinggi yang berkualitas secara global dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 2. Implementasi Sistim Manajemen Mutu Pada Perguruan Tinggi
## KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak ada sesuatu yang tidak berubah, semua pasti akan mengalami suatu perubahan. Begitu juga dengan organisasi pendidikan tinggi, yang harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dibutuhkan suatu managemen yang
berkualitas dalam proses menuju sebuah perubahan, sehingga perubahan menjadi lebih terarah. Pemahaman mengenai perubahan dapat dilihat melalui perspektif manajemen mutu yang bersifat terpadu atau yang lebih dikenal dengan Total Quality Management (TQM).Solusi-solusi teoritis dan konseptual yang ditawarkan oleh managemen mutu terpadu diharapkan akan mampu menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan yang mucul dari perspektif kebutuhan akan sebuah Perguruan Tinggi yang berkualitas. Implementasi manajemen mutu terpadu tidak menyarankan untuk menunggu sampai muncul dorongan yang kuat akan perubahan, namun kondisi organisasi Perguruan Tinggi yang selalu siap melakukan perubahan harus diciptakan. Segala penolakan dan hambatan untuk berubah harus dieliminir terlebih dahulu. Sehingga dengan begitu pemimpin perubahan akan lebih mudah menciptakan ling- kungan perguruan tinggi yang lebih “awareness” terhadap perubahan. Bagi seorang pemimpin, “ critical success factor” dapat menjadi landasan dalam mengelola pergu- ruan tinggi menuju perubahan yang diharapkan. Dengan memperhatikan berbagai dimensi dalam perspektif manajemen mutu terpadu tersebut diharapkan proses perubahan me- nuju sebuah kesuksesan, karena pada prinsip dan hakikatnya organisasi di bentuk mengikuti tujuan dan sesuai dengan ke- butuhan organisasi itu sendiri.
## IMPLEMENTASI
SISTEM MANAJEMEN MUTU Tujuan Sumber Daya Manusia Kurikulum danProses Belajar Mengajar Pelayanan
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 5 No. 1 Maret2017
http://doi.org/10.21009/JPEB
2. Pimpinan puncak/manajemen harus memiliki kemauan dan komitmen terhadap perubahan ke arah kualitas yang lebih baik.
3. Mutu merupakan kesatuan total, tidak dapat dipikirkan secara terpisah.
4. Mutu merupakan program jangka panjang, bukan instan dan harus melibatkan banyak pihak
5. Harus mulai memikirkan penyu- sunan standard kualitas yang terukur bagi seluruh program, unit, fakultas, dan lain-lain.
Implementasi sistim manajemen mutu dalam mencapai perguruan tinggi yang berkualitas secara global dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 2. Implementasi Sistim Manajemen Mutu Pada Perguruan Tinggi
## KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak ada sesuatu yang tidak berubah, semua pasti akan mengalami suatu perubahan. Begitu juga dengan organisasi pendidikan tinggi, yang harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dibutuhkan suatu managemen yang
berkualitas dalam proses menuju sebuah perubahan, sehingga perubahan menjadi lebih terarah. Pemahaman mengenai perubahan dapat dilihat melalui perspektif manajemen mutu yang bersifat terpadu atau yang lebih dikenal dengan Total Quality Management (TQM).Solusi-solusi teoritis dan konseptual yang ditawarkan oleh managemen mutu terpadu diharapkan akan mampu menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan yang mucul dari perspektif kebutuhan akan sebuah Perguruan Tinggi yang berkualitas. Implementasi manajemen mutu terpadu tidak menyarankan untuk menunggu sampai muncul dorongan yang kuat akan perubahan, namun kondisi organisasi Perguruan Tinggi yang selalu siap melakukan perubahan harus diciptakan. Segala penolakan dan hambatan untuk berubah harus dieliminir terlebih dahulu. Sehingga dengan begitu pemimpin perubahan akan lebih mudah menciptakan ling- kungan perguruan tinggi yang lebih “awareness” terhadap perubahan. Bagi seorang pemimpin, “ critical success factor” dapat menjadi landasan dalam mengelola pergu- ruan tinggi menuju perubahan yang diharapkan. Dengan memperhatikan berbagai dimensi dalam perspektif manajemen mutu terpadu tersebut diharapkan proses perubahan me- nuju sebuah kesuksesan, karena pada prinsip dan hakikatnya organisasi di bentuk mengikuti tujuan dan sesuai dengan ke- butuhan organisasi itu sendiri.
## DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, K. (2009). Problematika Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Wacana Didaktika Indonesia. Dikti, D. (2000). Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Firdaus, L. (2012). Sistim Manajemen Pengelolaan Pembelajaran Bermutu di Perguruan Tinggi. Technical Asistance Peningkatan Metode Pengajaran , (p. 5). Riau. Manullang, M. (1983). Dasar – dasar manajemen Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia. Soedijarto. (2001). Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka. Spanbauer, S. J. (1992). A Quality System for Education. Milwaukee: ASQC Quality Press.
|
eb9f7ef1-6485-4253-8dd5-75ad3f779907 | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/7851/5701 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024 Page 4409-4418 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246
Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
Kejahatan Mayantara Berupa Tindak Pidana Perjudian Melalui Media Elektronik
Maretha Indri S 1 ✉ , Anggun Sabrina 2 , Bareta Miki Putri 3 , Angely Gistaloka 4 , Zainudin Hasan 5
Universitas Bandar Lampung
Email: [email protected] 1 ✉
## Abstrak
Seiring dengan banyaknya dampak positifnya, pertumbuhan eksponensial teknologi informasi juga membawa beberapa efek samping yang tidak diinginkan, seperti menjamurnya perjudian online dan bentuk-bentuk kejahatan dunia maya lainnya. Sepanjang sejarah manusia, manusia memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan dengan harapan menang besar atau kecil. Kecenderungan untuk bermain game ini telah bertahan di semua kelas sosial ekonomi dan generasi. Karena itu, penting untuk mempelajari penyebab perjudian online serta langkah-langkah yang diambil untuk mengekang dan menghilangkan masalah ini. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan diolah dan dianalisis dengan melihat sumber hukum primer dan sekunder, literatur yang ada, skirpsi, artikel, dan karya tulis lainnya. Faktor- faktor seperti ekonomi, penyalahgunaan internet, belajar atau coba-coba, persepsi tentang peluang menang, dan ketidaktahuan masyarakat tentang hukum, semuanya berkontribusi terhadap kriminalitas perjudian online. Upaya penegak hukum untuk memerangi kejahatan yang berkaitan dengan perjudian online, termasuk: Diterapkan oleh penegak hukum melalui tindakan proaktif dan reaktif.
Kata Kunci: Kejahatan Mayantara, Tindak Pidana, Judi Online
Abstract
Along with its many positive effects, the exponential growth of information technology has also brought about some undesirable side effects, such as the proliferation of online gambling and other forms of cybercrime. Throughout human history, people have had a penchant for taking calculated risks in the hopes of winning big or small. This propensity for gaming has persisted across all socioeconomic classes and generations. Given this, it's important to study the causes of online gambling as well as the measures taken to curb and eliminate this problem. Using a qualitative approach, the data obtained from library research is processed and analyzed by looking through primary and secondary legal sources, existing literature, skirpsi, articles, and other written works. Factors such as economics, internet abuse, learning or trial and error, perceptions of winning chances, and community ignorance of the law all contribute to the criminality of online gambling. Efforts by law enforcement to combat crimes related to online gambling, including: Applied by law enforcement through both proactive and reactive measures.
Keywords: Mayantara Crime, Crime, Online Gambling.
## PENDAHULUAN
Singkatnya, seluruh planet ini sekarang telah bergabung dengan dunia maya, yang juga dikenal sebagai dunia maya. Efek tambahan dari globalisasi adalah ekspansi yang cepat dari dunia maya, yang membawa data dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi. Sebagian kecil orang percaya bahwa globalisasi pada akhirnya akan meruntuhkan batasan- batasan antar negara dan budaya. Hingga semua hal menyatu dalam keluarga global, pasar global, dan budaya global. Melalui internet, segala jenis informasi dapat diakses melalui dunia maya. Banyak perubahan, baik yang baik maupun yang buruk, yang diakibatkan oleh perkembangan dunia maya (Lubis 2011).
Informasi yang cepat, akurat, dan tepat sangat penting untuk banyak hal dalam kehidupan, seperti membuat keputusan, menetapkan kebijakan, dan mengikuti tren serta gaya hidup saat ini. Semakin banyak entitas, mulai dari individu hingga perusahaan, lembaga pemerintah, sekolah, dan bahkan militer, sangat bergantung pada fenomena era informasi ini. Oleh karena itu, muncullah frasa yang biasa disebut sebagai "era informasi" atau abad informasi (Herman 2014). Meskipun ada banyak dampak positif dari teknologi informasi, ada juga sisi gelapnya, yaitu fakta bahwa teknologi informasi dapat digunakan untuk tujuan kriminal. Ketika penjahat menggunakan komputer atau perangkat elektronik lainnya untuk melakukan kejahatan, mereka melakukan kejahatan dunia maya (Sunarso 2009). Pada tahun 2006, Barda Nawawi Arief menyatakan: Konsep kejahatan dunia maya telah menarik minat orang di seluruh dunia sebagai aspek baru dari kejahatan modern (Arief 2006).
Permainan judi sama tuanya dengan peradaban. Semua orang, dari yang kaya sampai yang miskin, dari yang muda sampai yang tua, telah menikmati mengambil risiko yang diperhitungkan untuk menang besar atau kecil. Perjudian dianggap membahayakan para penjudi dan orang-orang di sekitar mereka. Ini adalah salah satu penyakit sosial yang paling sulit diberantas. Setelah bertaruh pada salah satu dari banyak hasil, pemenang menerima taruhan dari pihak yang kalah, yang salah. Sebelum permainan, jenis dan jumlah taruhan dipilih. Perjudian online adalah ilegal di Indonesia, terlepas dari popularitasnya. Masyarakat mendukung tindakan keras penegak hukum terhadap perjudian internet ilegal (Hasan, Berliana, et al. 2023).
Perlu dicatat bahwa tidak ada undang-undang khusus yang mengatur kejahatan siber; namun, pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (sekarang disingkat KUHP) mengatur larangan perjudian di Indonesia, yang merupakan salah satu area di mana pemerintah Indonesia menangani masalah perjudian (Hasan, Apriano, et al. 2023). Meskipun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) telah memasukkan tindak pidana kejahatan siber seperti akses ke informasi dan transaksi elektronik, namun tindak pidana ini masih tetap ada. Hal ini menekankan perlunya perubahan segera terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sudah ketinggalan zaman dan tidak siap untuk menangani kejahatan modern, terutama kejahatan siber. UU No. 11 tahun 2008 mengatur beberapa ketentuan ini, tetapi KUHP yang sudah ketinggalan zaman masih mencakup kejahatan komputer, pencurian pulsa, penyadapan, dan merekam pembicaraan orang lain tanpa izin. Ini termasuk perjudian. Beberapa kejahatan siber dilakukan secara online, tetapi pelanggaran komputer, yang terkenal sulit untuk didefinisikan, terutama karena pertumbuhan eksponensial teknologi komputer, tetap tidak terdefinisi (Herman 2014).
Undang-undang No. 11 tahun 2008, yang mengatur tentang informasi dan transaksi elektronik, berbunyi sebagai Pasal 27 (2): “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan / atau menstranmisikan dan / atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00.- (satu miliar rupiah)” (Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 2016). Memperoleh izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat dalam waktu singkat tidak memungkinkan, yang merupakan salah satu dari banyak hambatan untuk menemukan bukti perjudian. Hambatan lainnya adalah persyaratan dalam pasal 43 (3) UU No.11 tahun 2008 yang menyatakan bahwa penggeledahan dan penyitaan sistem elektronik, serta penangkapan dan penahanan pelaku kejahatan siber, harus dilakukan dengan persetujuan
dari pihak yang berwenang. Menjadi lebih sulit untuk menangani kasus perjudian online ketika tidak ada peraturan pemerintah tentang hukum. Terlepas dari kenyataan bahwa kejahatan perjudian online masih terjadi, meskipun hukum telah membuatnya ilegal dan menjatuhkan hukuman pidana yang keras bagi mereka yang melakukannya (Astini and Lubis 2019).
Jumlah kejahatan terkait perjudian terus meningkat, menjadikan ini masalah mendesak yang membutuhkan fokus semua orang - dari komunitas lokal hingga kepolisian. Diyakini bahwa di masa depan, masyarakat akan lebih mengetahui tentang hukum dan peraturan perjudian, yang akan membantu mencegah terjadinya kejahatan perjudian di Masyarakat (Shafira, Dewi, and Hasan 2021).
Diperkirakan 157 juta transaksi perjudian online senilai total Rp190 triliun diproses di Indonesia antara tahun 2017 dan 2022, seperti yang dilaporkan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Untuk mendapatkan data ini, PPATK melacak dan menganalisis 887 partisipan yang berbeda dalam jaringan perjudian online (Muhamad 2023). Ada keadaan darurat terkait perjudian internet di Indonesia. Menghilangkan perjudian di internet adalah prioritas utama bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sejauh ini, kami telah memblokir 176 akun dan 938.106 konten yang terkait dengan perjudian online. Sejauh ini pada tahun 2023, kami telah menangani 77 kasus yang melibatkan 130 tersangka terkait perjudian online (Tech-Redaksi 2023).
Berdasarkan hal tersebut di atas, berikut ini adalah tujuan yang dinyatakan dari penelitian ini: (1) Untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang mengarah pada perjudian online. (2) Untuk mengetahui inisiatif yang diambil untuk memerangi dan mencegah kejahatan terkait perjudian online.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengandalkan penelitian kepustakaan untuk pengumpulan datanya. Investigasi literatur yang ada, skirpsi, artikel, dan karya tulis lainnya, serta sumber-sumber hukum primer dan sekunder, menjadi bagian dari metodologi penulis (Ali 2021). Dokumen- dokumen hukum resmi yang berkaitan dengan masalah ini termasuk Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 303 Tentang Perjudian(Mahkamah Konsitusi Republik Indonesia (MKRI) n.d.), Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)(Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 2016). Salah satu jenis bahan hukum sekunder adalah buku-buku dan jurnal ilmiah. Jenis lainnya adalah artikel online dan dokumen-dokumen lainnya. Kombinasi dari sumber- sumber primer dan sekunder inilah yang membuat sumber hukum tersier sangat berguna
untuk menemukan jawaban dan arahan dalam hukum. Beberapa contoh dari sumber- sumber ini adalah Kamus Inggris-Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan kamus- kamus hukum(Mahesa 2023). Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Paradigma yang mendasari pendekatan ini adalah hubungan yang terus berubah antara ide, fakta, dan teori. Informasi yang dikumpulkan berguna untuk merumuskan penyesuaian jangka panjang terhadap ide dan teori yang ada.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Judi atau taruhan Menurut kamus besar bahasa Indonesia, "judi" atau "perjudian" ada lah: “permainan dengan memakai uang sebagai taruhan”. Berjudi adalah “mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar dari pada jumlah atau harta semula”. Taruhan yang dis engaja, yang didefinisikan oleh Kartini Kartono sebagai "mempertaruhkan nilai atau sesuatu yang berharga untuk merealisasikan risiko dan harapan tertentu pada peristiwa, permainan, kompetisi, dan kejadian yang hasilnya tidak diketahui atau tidak dapat dipastikan," adalah inti dari perjudian (Kartono 1981).
Pasal 303 ayat 3 KUHP, sebagaimana telah direvisi oleh UU No. 7 tahun 1974, yang membahas peraturan perjudian, menyatakan bahwa : (Presiden Republik Indonesia 1974) “Permainan judi, adalah tiap -tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan untuk mendapatkan untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir, disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala perta ruhan lainnya”. Sedangkan dalam pasal 303 (3) KUHP mengartikan judi sebagai: “Tiap -tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang, pada umumnya bergantung pada untung-untungan saja dan kebiasaan permainan”. Tindakan bertaruh pada hasil permainan a tau perlombaan, yang tidak berada di tangan para pemain yang terlibat, juga dianggap sebagai perjudian.
Kemudian Dalam UU No: 11 Tahun 2008 tentang ITE disebutkan bahwa: “(1) Informasi elektronik adalah salah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, Electronic Data Interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy, atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. (2) Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik
lainnya. (3) Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dkirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses simbol atau perforsi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”. Di Indonesia, UU ITE dipandang sebagai cyberlaw, dengan tujuan untuk mengatur seluruh dunia siber dan menghukum mereka yang melakukan kejahatan siber. Ada dua sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kejahatan siber:
(a) Kejahatan yang berhubungan dengan pembajakan, pornografi, penipuan atau pemalsuan kartu kredit, penipuan atau pemalsuan email, perjudian online, penipuan akuntansi internet, terorisme, isu SARA, situs web yang menyesatkan, dll.
(b) Kejahatan dunia maya, kejahatan terhadap data pribadi, kejahatan yang melibatkan nama domain, pembobolan dan pembajakan situs, kejahatan yang melibatkan virus komputer, hukum dunia maya, penolakan layanan (DOS), dll.
Hukum sangat penting untuk menjaga ketertiban sosial dan menegakkan akuntabilitas individu atas kesalahan yang dilakukannya; pada saat yang sama, baik masyarakat maupun teknologi terus berkembang, dan seiring dengan itu, muncul pula evolusi yang tak terelakkan dalam praktik-praktik teknologi yang berkaitan dengan kejahatan.(Army 2020)
1. Elemen-Elemen Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perjudian Melalui Platform Online Perjudian adalah topik yang sering diperdebatkan di antara komunitas agama dan sekuler mengenai kaharaman dan mudharatnya. Banyak orang percaya bahwa perjudian memiliki efek negatif pada masyarakat dan anggotanya, yang mengarah pada peningkatan kejahatan dan kemiskinan. Akibatnya, mereka percaya bahwa perjudian harus dihentikan jika masyarakat ingin sejahtera. Ada dua cara utama orang berjudi saat ini: secara langsung dan online. Perekonomian suatu negara dan moral generasi mudanya terancam oleh menjamurnya perjudian online dengan taruhan besar di Indonesia. Mengenai statistik, tidak ada data resmi pemerintah yang tersedia. Kaum muda, terutama yang berasal dari latar belakang kelas menengah dan menengah ke bawah, lebih cenderung kecanduan judi melalui media elektronik.
Keadaan unik setiap orang menentukan serangkaian keadaan spesifik yang membuat mereka terlibat dalam perjudian online. Menurut temuan penelitian, ada lima faktor utama yang berkontribusi terhadap prevalensi perjudian melalui media elektronik.
a. Pertimbangan Keuangan (Ekonomi). Asumsi dan opini tentang perjudian online cenderung lebih ringkas, lebih mudah, dan berpotensi menguntungkan. Yang dianggap dapat menopang dan mencapai tujuan, yaitu mengumpulkan kekayaan dengan cepat.(Jadidah et al. 2023) Meskipun benar bahwa mereka yang berpenghasilan lebih rendah atau mengalami kesulitan keuangan lebih cenderung melakukan kejahatan perjudian, juga benar bahwa mereka yang berpenghasilan kelas menengah atau lebih tinggi terlibat dalam perjudian online karena mereka memiliki sarana untuk melakukannya.
b. Faktor Penyalahgunaan Internet. Beberapa orang dalam masyarakat memiliki selera yang berlebihan terhadap barang-barang materi dan tertarik untuk menghasilkan uang dengan cepat melalui metode mudah yang dipromosikan oleh iklan yang terus- menerus muncul di berita atau mengungkapkan kisah-kisah perjudian yang sukses.
c. Faktor Belajar/Coba-coba. Dia awalnya hanya ingin mencobanya, tetapi keingintahuannya yang tak pernah terpuaskan dan keyakinannya bahwa segala sesuatu mungkin terjadi membuatnya berulang kali bertaruh secara online dengan harapan untuk menang atau berhasil. Seiring berjalannya waktu, ia semakin mahir dalam menciptakan peluang.
d. Persepsi Seseorang Berpikir Bahwa Mereka Memiliki Peluang untuk Menang. Di sini, "persepsi" mengacu pada kondisi internal penjahat saat dia menghitung peluangnya untuk menang dari sesi perjudian. Orang yang mengalami kesulitan untuk berhenti berjudi sering kali secara keliru percaya bahwa mereka memiliki peluang bagus untuk menang. Keyakinan yang ada merupakan ilusi yang diperoleh dari penilaian peluang berdasarkan situasi atau kejadian yang tidak pasti dan sangat subyektif, sehingga mereka cenderung merasa sangat yakin dengan kemenangan yang akan mereka dapatkan, meskipun peluangnya sangat kecil. Mereka hidup dengan mantra "jika Anda tidak menang sekarang, Anda akan menang di lain waktu" - sebuah mantra yang tidak pernah lepas dari pikiran mereka. (Jadidah et al. 2023).
e. Ketidaktahuan masyarakat terhadap hukum. Tingkat pengetahuan tentang hukum memiliki dampak yang signifikan terhadap apakah seseorang melakukan tindak pidana perjudian atau tidak. Seseorang mungkin mengikuti satu set aturan secara religius sementara tidak mematuhi set aturan lainnya. Karena perjudian adalah hal yang biasa di masyarakat, orang-orang di sana tidak terlalu memperhatikan fakta bahwa tindakan mereka melanggar hukum, dan mereka sudah terbiasa dengan hal itu.(Hasan, Apriano, et al. 2023)
2. Inisiatif Yang Diambil Untuk Memerangi Dan Mencegah Kejahatan Terkait Perjudian
## Online
Untuk memerangi kejahatan perjudian, terutama yang dilakukan melalui media elektronik, sangat penting bahwa tidak hanya pemerintah dan lembaga penegak hukum yang bekerja sama, tetapi juga anggota masyarakat. Ada tindakan preventif dan represif yang diambil ketika kejahatan perjudian terungkap melalui media elektronik.
a. Tindakan proaktif. Tindakan yang diambil untuk menghindari. Untuk mengurangi kejahatan terkait perjudian, langkah-langkah berikut ini diterapkan: kampanye pendidikan dan penyuluhan publik; operasi dan pengawasan di daerah dengan lalu lintas tinggi; patroli dan pengawasan rutin dan berkelanjutan; dan, di daerah yang dicurigai sering terjadi perjudian, pengintaian oleh polisi untuk mengungkap kasus- kasus perjudian.
b. Untuk upaya penindasan. Setelah kejahatan dilakukan, polisi mengambil tindakan dengan menegakkan aturan sesuai dengan hukum dan menghukum mereka yang melanggarnya. Ini termasuk mengumpulkan informasi, melakukan penyelidikan, menangkap tersangka, dan menyita bukti. Tujuannya adalah untuk menjaga aturan di tempat dan memastikan bahwa mereka yang terlibat dalam perjudian online menghadapi hukuman kriminal yang keras. Tindakan represif dari serangan dalam kasus ini juga merupakan tindakan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab atas perjudian online, yang akan ditangani lebih lanjut sesuai dengan peraturan yang relevan. Satu langkah yang telah terbukti secara signifikan mengurangi perjudian online di Indonesia adalah praktik memblokir akses ke situs perjudian. Taktik ini dianggap sebagai cara yang sangat efektif untuk memerangi kejahatan yang terkait dengan transaksi elektronik, dan lebih khusus, perjudian online (Nasution 2020).
## SIMPULAN
Beberapa kesimpulan dapat diambil dari uraian di atas. Saat bermain judi, pemain bertaruh pada hasil dari satu pilihan dari beberapa kemungkinan hasil, dengan pemenangnya adalah pemain yang pilihannya paling akurat. Ketika seseorang mencoba peruntungan mereka di perjudian online dan menang sedikit, mereka mungkin merasa terdorong untuk mencoba peruntungan mereka lagi dan lagi, kali ini bertaruh lebih banyak uang dengan keyakinan yang keliru bahwa kali ini keberuntungan mereka akhirnya akan berubah. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana judi online adalah faktor ekonomi, penyalahgunaan internet, faktor belajar atau coba-coba, faktor persepsi tentang probabilitas kemenangan, serta kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat.
Upaya penegakan hukum untuk memerangi kejahatan perjudian online mencakup tindakan proaktif dan reaktif yang dilakukan oleh petugas dan tindakan yang lebih bersifat menghukum; inisiatif ini mengandalkan dukungan dan kerja sama masyarakat agar berhasil.
## DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. 2021. Metode Penelitian Hukum. 6th ed. Sinar Grafika.
Arief, Barda Nawawi. 2006. Tindak Pidana Mayantara: Perkembangan Kajian Cyber Crime Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Army, Eddy. 2020. Bukti Elektronik Dalam Praktik Peradilan. Sinar Grafika.
Astini, Dewi, and Gumelar Fajar Asmara Lubis. 2019. “Tindak Pidana Perjudian Melalui Media Elektronik.” Pp. 703– 12 in Prosiding SEMDI-UNAYA (Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu UNAYA). Vol. 3.
Hasan, Zainudin, Incik Daffa Apriano, Yunika Sari Simatupang, and Amanda Muntari. 2023.
“Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online.” Jurnal Multidisiplin Dehasen (MUDE) 2(3):375 – 80.
Hasan, Zainudin, Elsa Septi Berliana, Haqkiki Bintang Pratama, and Natasya Vi Veronica.
2023. “Upaya Peneg akan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Kota Bandar Lampung.” Jurnal Hukum, Politik Dan Ilmu Sosial 2(2):15 – 25.
Herman, Irfai. 2014. “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perjudian Nomor Togel Yang Dilakukan Secara Online (Studi Put usan No. 587/Pid.B/2013/PN.Mks.).” Universitas Hassanudin Makassar.
Jadidah, Ines Tasya, Utami Milyarta Lestari, Keysha Alea Smanah Fatiha, Roja Riyani, and Cherrysa Ariesty Wulandari. 2023. “Analisis Maraknya Judi Online Di Masyarakat.” Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya Indonesia (JISBI) 1(1):20 – 27.
Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial; Jilid I, CV.
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. 2016. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Yang Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Lubis, M. Solly. 2011. “Serba - Serbi Politik Hukum, Edisi 2.”
Mahesa, Anang Rafli. 2023. “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan Jual Beli
Online (E- Commerce) Di Kota Yogyakarta.”
Mahkamah Konsitusi Republik Indonesia (MKRI). n.d. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 303 Tentang Perjudian.
Muhamad, Nabilah. 2023. “Tren Judi Online Di Indonesia Terus Meningkat, Nilainya Tembus
Rp100 T P ada 2022.” Databoks. Retrieved December 27, 2023 (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/27/tren-judi-online-di- indonesia-terus-meningkat-nilainya-tembus-rp100-t-pada-2022). Di Akses Pada Rabu, 27 Desember 2023. Pukul 19.58 WIB.
Nasution, Ahma d Fahri Diaz. 2020. “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Judi Online (Studi Putusan No. 794/Pid. Sus/2018/PN. Mdn).”
Presiden Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang No.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian.
Shafira, Allia, Erna Dewi, and Zain udin Hasan. 2021. “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Perjudian Di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.” Dinamika Hukum & Masyarakat 4(2).
Sunarso, Siswanto. 2009. “Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik: Studi Kasus: P rita Mulyasari.”
Tech- Redaksi. 2023. “Judi Online Menjamur, Polri Tangkap 130 Tersangka Di 2023.” CNBC
Indonesia. Retrieved December 27, 2023
(https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230908160255-37-470807/judi-online- menjamur-polri-tangkap-130-tersangka-di-2023). Di Akses Pada Rabu, 27 Desember 2023. Pukul 20.28 WIB.
|
2ceb699c-f57c-476f-be86-cb64aade917d | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/download/51042/23547 |
## Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
22 (2), 2023, 160 – 169
DOI : 10.14710/jkli.22.2.160-169
## Analisis Model Intervensi Pengelolaan Sampah Plastik Pada Generasi X Di Kota Medan
Sri Malem Indirawati * , Umi Salmah, Lanova Dwi Arde M, Dodi Saputra Hutagalung
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatra Utara 20155, Indonesia * Corresponding author : [email protected]
Info Artikel: Diterima 20 Desember 2022 ; Direvisi 7 Maret 2023 ; Disetujui 8 Maret 2023 Tersedia online : 26 April 2023 ; Diterbitkan secara teratur : Juni 2023
Cara sitasi (Vancouver): Indirawati SM, Salmah U, Arde LD, Hutagalung DS. Analisis Model Intervensi Pengelolaan Sampah Plastik Pada Generasi X Di Kota Medan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia [Online]. 2023 Jun;22(2):160-169. https://doi.org/10.14710/jkli.22.2.160-169.
## ABSTRAK
Latar belakang: Sebanyak 2.000 ton sampah per hari dihasilkan di kota Medan pada tahun 2022, dimana 14,7% komposisi sampah adalah plastik. Sampah yang tidak dikelola akan merusak estetika lingkungan, dan menjadi sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vector. Penelitian ini bertujuan menganalisis hasil intervensi pengelolaan sampah plastik pada generasi X.
Metode: Jenis penelitian adalah analitik dengan design cross sectional . Responden adalah generasi X usia di atas 40 tahun sejumlah 94 kepala keluarga dipilih secara purposive sampling . Analisis data secara kuantitatif menggunakan Uji Mc Nemar, dan Uji Wilcoxon. Hasil: Model intervensi keluarga binaan generasi X melalui binasuasana, edukasi dan pendampingan, pemantauan dengan kartu kendali sampah, evaluasi, dan penetapan keluarga 3R. Hasil Uji Mc Nemar diperoleh ada perubahan perilaku memilah sebelum dan sesudah intervensi (P value <0.001), sejumlah 50 keluarga binaan (53%) mengalami perubahan positif terhadap perilaku memilah sampah. Hasil Uji Wilcoxon perbedaan berat sampah sebelum dan sesudah intervensi p value <0.001, sebanyak 65 orang atau 69% keluarga binaan menghasilkan sampah lebih sedikit setelah intervensi. Penurunan rerata berat sampah total per hari sejumlah 40,22% (105,5 gr/orang/hari, khusus penurunan sampah plastik mencapai 51,86%.
Simpulan : Model intervensi melalui pendampingan dan penyuluhan penerapan tindakan 3R pada keluarga binaan memberi efek positif pada prilaku memilah sampah pada masyarakat dan penurunan berat sampah.
## Kata kunci: Generasi X; Intervensi; Plastik
## ABSTRACT
Title: Analysis Models Intervention Generation X of Plastic Waste Management in Medan City Background: As many as 2,000 tons of waste per day were produced in the city of Medan in 2022, with a plastic waste composition of 14.7%. Waste ware not managed will damage the aesthetics of the environment and become a breeding ground for various disease vectors. This study aims to analyze the results of plastic waste management interventions in generation X.
Method: This type of research is analytic with a cross-sectional design. Respondents were generation X aged over 40 years, as 94 heads of families were selected by purposive sampling. Quantitative data analysis used Mc Nemar's Test and Wilcoxon's Test.
Result: The Intervention models for Generation X through development, education and mentoring, monitoring with a waste control card, evaluation, and establishing a 3R family. The results of the Mc Nemar test on changes in sorting behavior before and after the intervention P value <0.001, and 50 assisted families (53%) experienced positive changes in waste sorting behavior. Wilcoxon Test Results Differences in Waste Weight Before and After
the Intervention p value <0.001, as many as 65 people or 69% of the assisted families produce less waste after the intervention. The average reduction in total waste weight per day was 40.22%, (105.5 gr/person/day) specifically, the reduction in plastic waste reached 51.86%. Conclusion : The intervention model through mentoring and counseling on the comunity of 3R actions to assist families has a positive effect on the behavior of sorting waste in the community and reducing the weight of waste.
Keywords: Generation X; Intervention; Plastics
## PENDAHULUAN
Kualitas lingkungan kota Medan semakin memprihatinkan terbukti dari hasil laporan Dinas Lingkungan Hidup melalui data pada Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2021 yang disampaikan oleh Walikota Medan menyatakan bahwa timbulan sampah di kota Medan mencapai 2000 ton per hari, hanya sekitar 30 ton yang bisa diolah, sisanya akan menambah beban lingkungan. 1–3 Data jumlah timbulan sampah ini sudah melampaui dari prediksi timbulan sampah di kota Medan per hari sejumlah 1.326,37 ton yang terdiri dari sampah organik dan anorganik berupa sampah plastik, sumber sampah dari limbah domestik dan industri. Komposisi sampah berdasarkan jenisnya di kota Medan 14,7% sampah plastik dari total sampah di kota Medan . 4,5 Arah kebijakan dan strategi dalam pengurangan dan penanganan Sampah rumah tangga dan Sampah sejenis sampah rumah tangga tingkat provinsi yang terpadu dan berkelanjutan berdasarkan Pergub No. 3 Tahun 2020 tentang Jakstrada Provsu menetapkan target pengurangan sampah 30% dan target penanganan sampah 70% sampai tahun 2025 di kota Medan. Timbulan sampah kota Medan adalah sebesar 645 Juta 363 ribu Ton/tahun dengan jumlah penduduk kota Medan 2 .524.511 jiwa dengan proporsi sampah terkelola 394 juta 363 ribu ton/tahun dan sampah tidak terkelola 250 juta 649 ribu ton/tahun dari jumlah tersebut pengurangan sampah sejumlah 65.863 Ton/tahun dan penanganan sampah 328.500 Ton/tahun, hal ini berarti saat ini prosentase pengurangan sampah sebesar 10.2% dan penanganan sampah baru mencapai 50,9%. 1 Strategi yang tepat dibutuhkan untuk melakukan pengelolaan sampah agar tercapai target di tahun 2025. 6,7
Pengelolaan sampah khususnya sampah plastik di kota Medan belum mencapai target sasaran baik dalam pengurangan maupun penanganan sampah. Sampah adalah masalah bersama oleh sebab itu dalam pengelolaannya perlu melibatkan lintas generasi. 8 Selama ini pengelolaan sampah belum maksimal memberdayakan masyarakat dari segala tingkat usia. Pengelolaan sampah dengan melibatkan partisipsi masyarakat dengan tingkatan usia yang berbeda dan perilaku yang berbeda perlu dilakukan agar mendukung percepatan pencapaian target pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga di kota Medan. 9 Metode intervensi yang tepat terkait dengan usia perlu diperhatikan. Pengelolaan sampah lintas generasi khususnya gen X (usia kelahiran kelahiran tahun 1965-
1980) karena pada rentang usia ini perubahan perilaku signifikan ke arah positif. Perubahan prilaku berkaitan dengan semakin bertambahnya usia khususnya gen X, dimana terjadi perkembangan kepribadian dan ketrampilan. 10,11 Dengan demikian diharapkan dapat mendukung pencapaian target pengelolaan sampah di kota Medan . Perlu melakukan pendekatan berupa metode intervensi yang tepat untuk dapat merubah prilaku gen X dalam pengelolaan sampah plastik. Penelitian ini perlu dilakukan yaitu untuk menganalisis metode intervensi pengelolaan sampah plastik pada generasi X, mengingat sudah banyak metode intervensi yang dilakukan namun belum tepat sasaran dalam mengatasi masalah sampah di masyarakat. Objek penelitian dipilih sampah plastik karena plastik menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat sulit untuk diuraikan oleh mikroorganisme.
## MATERI DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan design cross sectional. Lokasi penelitian pada dua kelurahan yang berada di Kota Medan diwakili oleh daerah urban (Kelurahan Kampung Aur) dan sub urban (Kelurahan Ladang bambu), pemilihan lokasi berdasarkan perbedaan karakteristik masyarakat berdasarkan tempat tinggal, fasilitas dan akses layanan angkut sampah. Kriteria inklusi adalah usia gen X, anggota keluarga yang mengelola sampah rumah tangga, dan rumah milik sendiri, sebaliknya adalah kriteria eksklusi. Populasi penelitian adalah generasi X (tahun kelahiran pada saat penelitian yaitu tahun 1965- 1980) yang diwakili oleh anggota keluarga yang dipilih berdasarkan purposive sampling . Pada kegiatan intervensi keluarga binaan yang menjadi sasaran utama adalah masyarakat pada generasi X yaitu usia diatas 40 tahun. 12 Generasi ini menjadi tonggak dalam membawa perubahan bagi perilaku dan kebiasaan didalam keluarga, semakin tua responden, semakin besar kemungkinan untuk melakukan tindakan 3R, pemilahan sampah, dan peduli lingkungan. 11 Tahapan Intervensi yang dilakukan adalah pertama, memberikan edukasi pengelolaan sampah plastik dengan menerapkan prinsip 3R dengan media poster; kedua, pendampingan keluarga dengan menggunakan kartu kendali sampah terhadap petugas yang membuang sampah di rumah tangga, Jadwal membuang sampah, jadwal membersihkan sampah, keikutsertaan layanan angkut atau Bank Sampah, prilaku memilah sampah, dan berat sampah per hari; ketiga, pada akhir intervensi dilakukan pengukuran
prilaku memilah sampah dan penurunan berat sampah. Data dianalisis secara kuantitatif menggunakan Uji Mc Nemar, dan Uji Wilcoxon. Lokasi penelitian ini dilakukan pada dua lokasi yang berbeda yaitu daerah pinggiran kota (Medan Tuntungan) dan perkotaan (Kampung Aur).
## HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Model Intervensi Keluarga Binaan 3R
Intervensi penerapan 3R melalui kegiatan Keluarga Binaan pada 47 Keluarga dilakukan di dua daerah berbeda yaitu daerah perkotaan dan pinggiran kota. Pada daerah perkotaan dilakukan pendampingan pada kelompok masyarakat di Kampung Aur dan daerah pinggiran kota yaitu pada kelompok masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu. Intervensi dilakukan dengan pendampingan secara intensif selama 4 kali kunjungan pada setiap Keluarga binaan. Pertemuan pertama, dilakukan penimbangan berat sampah setiap keluarga binaan selama tiga hari sebagai data awal rerata berat sampah sebelum dilakukan intervensi. Setelah penimbangan berat sampah akan dilakukan wawancara dan observasi terkait dengan penerapan memilah sampah dan tindakan 3R di rumah tangga.
Pertemuan kedua, masyarakat dibina selama 6 hari dan diberikan edukasi tentang penerapan tindakan 3R dan kebiasaan memilah sampah dirumah, kegiatan edukasi dilakukan dengan alat bantu media poster dan juga diskusi dengan masyarakat. Intervensi juga
dilakukan dengan pendekatan melalui kegiatan perwiritan atau kegiatan keagamaan, dan kegiatan komunitas setempat. Pertemuan ketiga, dilakukan pemantauan dengan memberikan kartu kendali pada setiap keluarga binaan untuk melihat perkembangan penerapan memilah sampah dan intensitas sampah yang dihasilkan per harinya. Kartu kendali sampah nantinya dapat menjadi sistem kontrol pada masyarakat agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara sitematis dan terintegrasi dengan baik, sebagai sumber informasi bahan evaluasi untuk perbaikan prilaku masyarakat.
Pertemuan keempat, melakukan penimbangan berat sampah berdasarkan jenis sampah yaitu organik, daur ulang, residu setelah intervensi. Setiap keluarga binaan dilakukan evaluasi akhir melalui observasi, wawancara, dan kartu kendali sampah untuk melihat perubahan prilaku memilah sampah dan penerapan tindakan 3R ( reduce, reuse, recycle ). Pada tahapan ini masyarakat diajak ikut aktif dan tergabung dalam setiap program pengelolaan sampah dari pemerintah seperti layanan angkut dan menjadi nasabah Bank sampah. Masyarakat yang konsisten mengalami penurunan rerata berat sampah per hari dan menerapkan tindakan mengurangi sampah dan memilah sampah dirumah tangga ditetapkan diberi label dan mendapatkan penghargaan sebagai keluarga percontohan 3R. Berikut adalah tahapan metode intervensi.
Gambar 1 . Skema Intervensi 3 R
Pada kegiatan intervensi keluarga binaan yang menjadi sasaran utama adalah masyarakat pada generasi X yaitu usia diatas 40 tahun. 12 Generasi ini menjadi tonggak dalam membawa perubahan bagi perilaku dan kebiasaan didalam keluarga, semakin tua responden, semakin besar kemungkinan untuk
melakukan tindakan 3R, pemilahan sampah, dan peduli lingkungan. 11
Kateristik masyarakat di dua kelompok binaan terlihat pada tingkat pendidikan, pendapatan, ketersediaan fasilitas TPS dan Bank Sampah, Intensitas keterpaparan informasi dan media, serta dukungan
## Tahap I
Penimbangan sampah (3 hari)
Obeservasi Pemilahan Sampah (3 hari) pada Keluarga binaan (3 hari)
Penyuluhan pada Kelompok masyarakat (Pengajian, Perwiridan)
## Tahap II
Edukasi Tindakan 3 R pada keluarga binaan (6 hari) media Poster, pendampingan
## Tahap III
Penerapan Kartu Kendali Sampah (Pencatatan)
Tahap IV Penimbangan sampah setelah edukasi (3 hari)
pemerintah. Didapatkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pendidikan pada masyarakat di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Kampung Aur adalah mayoritas masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah yaitu mencapai 53,2%, berbeda dengan masyarakat Keluarga Binaan pada daerah pinggiran kota yaitu Kelurahan Ladang Bambu adalah mayoritas dengan tingkat pendidikan rendah yaitu mencapai 66% (dapat dilihat pada Tabel 1). Menurut Al-Khateeb tahun 2017, Pendidikan yang semakin baik dapat menjadi faktor penting untuk masyarakat memiliki pengetahuan yang luas dan penerimaan informasi yang positif terkait dengan penerapan 3R. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin positif sikap terhadap pemilahan sampah. 11 Berbeda halnya dengan penelitian yang pernah dilakukan pada lingkungan universitas di China untuk mengevaluasi dan menganalisis perilaku dan kemauan orang untuk berpartisipasi dalam prinsip 3R. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sampel yang dianalisis adalah orang-orang berpendidikan tetapi partisipasi prinsip 3R masih kurang. 13 Pendidikan juga belum menjadi jaminan masyarakat sepenuhnya linier dengan penerimaan masyarakat.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Ladang Bambu dan Kampung
Aur Pendidikan Ladang Bambu Aur n % N % Pendidikan Rendah 31 66,0 19 40,4 Pendidikan Menengah 14 29,8 25 53,2 Pendidikan Tinggi 2 4,3 3 6,4 Total 47 100,0 47 100,0
Besaran pendapatan keluarga pada kedua kelompok masyarakat keluarga binaan mayoritas masih berada dibawah pendapatan UMK Kota Medan (dapat dilihat pada Tabel 2). Hal tersebut dapat menjadi faktor yang mempengaruhi sikap positif masyarakat dalam menerima informasi, pengetahuan yang baik, dan gaya hidup masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan di dua kota di Tepi Barat Palestina bahwa mayoritas masyarakat dengan pendapatan yang semakin tinggi belum menjamin untuk masyarakat mampu dan mau menerapkan tindakan 3R, dengan gaya hidup yang mewah dan berlebih membuat masyarakat lebih memilih untuk melakukan pemborosan dan mendapatkan sesuatu dengan instan. Semakin tinggi pendapatan, semakin negatif sikap terhadap pemilahan sampah. 11
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga Responden di Kelurahan Ladang Bambu dan Kampung Aur
Pendapatan
Ladang Bambu Aur n % N % < UMK Kota Medan 43 91,5 45 95,7 > UMK Kota Medan 4 8,5 2 4,3 Total 47 100,0 47 100,0
Pada wilayah keluarga binaan yang bertugas untuk membuang sampah di rumah tangga didominasi oleh Ibu (95,75%), hanya 2,12% petugas yang membuang sampah di rumah tangga dilakukan oleh Ayah atau Anak. Adapun ketersedian fasilitas tempat sampah/TPS pada lokasi penelitian hanya 18,08% responden yang memiliki fasilitas tempat sampah/TPS. Dukungan pemerintah setempat terkait dengan peningkatan pengelolaan sampah seperti layanan angkut sampah dan fasilitas Bank Sampah di dua lokasi penelitian sudah mencakup hampir setengah keluarga binaan yaitu mencapai 43,62% (dapat dilihat pada Tabel 3). Pada beberapa penelitian terdahulu, jenis kelamin ditemukan menjadi faktor yang signifikan secara positif mempengaruhi perilaku daur ulang rumah tangga. Persentase perempuan lebih banyak membantu dalam mengurangi penggunaan kantong plastik. Perempuan cenderung terbiasa di rumah mengurus segala keperluan rumah tangga termasuk masalah sampah. 11,14
Tabel 3. Distribusi Fasilitas Tempat Sampah/TPS dan Dukungan Pengolahan Sampah di Kelurahan Ladang Bambu dan Kampung Aur
Petugas Membuang Sampah di Rumah Tangga Fasilitas Tempat Sampah/TPS Dukungan Pemerintah Ibu 95,75% Tersedia Tidak Tersedia Tersedia Tidak Tersedia Ayah 2,12% 18,08% 81,92% 43,62% 56,38% Ibu dan Anak 2,12%
Model intervensi keluarga binaan dapat berjalan secara maksimal sangat bepengaruh pada kateristik masyarakat dan adanya fasilitas pendukung. Model Intervensi dilakukan dengan pendekatan dan adaptasi budaya masyarakat. Masyarakat akan terbantu dan memiliki kemauan tinggi melakukan pemilahan dan mengurangi sampah jika didukung dengan fasilitas tempat sampah yang memadai, sistem pengangkutan sampah yang baik, dan adanya dukungan pemerintah untuk meningkatkan praktik langsung pengurangan dan pemilahan sampah pada rumah tangga, penggunaan kembali, dan daur ulang sampah, evaluasi program pengurangan, penggunaan kembali dan daur ulang sampah di lingkungan rumah tangga. 15,16
Penerapan Prilaku Memilah Sampah pada Generasi X
Intervensi melalui pendampingan dan edukasi tentang tindakan 3R pada Keluarga Binaan membawa perubahan perilaku positif dalam peningkatan perilaku memilah sampah pada masyarakat. Melalui pembinaan yang intensif sehingga masyarakat mulai sadar dan peduli akan pentingnya penerapan tindakan 3R dengan diawali melakukan pemilahan sampah di rumah tangga.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Memilah Sampah Sebelum Intervensi dan Setelah Intervensi Masyarakat Kelurahan Ladang Bambu
Perilaku Memilah Sampah Ladang Bambu Kampung Aur Sebelum Interven si Setelah Interven si Sebelum Interven si Setelah Interven si n % n % n % n % Tidak 44 93,6 24 51,1 45 97.9 15 31.9
Ya 3 6,4 23 48,9 2 2.1 32 68.1 Total 47 100,0 47 100,0 47 100 47 100
Dapat dilihat pada Tabel 4, sebelum intervensi dilakukan perilaku memilah sampah masyarakat masih sangat rendah dan belum terbiasa memilah sampah dirumah. Masyarakat masih menganggap bahwa memilah sampah tidak perlu dilakukan dan belum merasakan manfaatnya, hanya 6,4% masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu dan 2,1% masyarakat di Kampung Aur yang memilah sampah di rumah. Setelah Intervensi dilakukan melalui keluarga binaan 3R, terjadi peningkatan penerapan prilaku memilah sampah pada masyarakat yaitu menjadi 48,9% di Ladang Bambu dan 68,1% di Kampung Aur masyarakat sudah memilah sampah di rumah.
Kegiatan memilah sampah merupakan bagian dari penerapan 3R ( Reduce, Reuse, dan Recycle ) yaitu dengan membedakan sampah berdasarkan jenisnya untuk dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu barang yang lebih bernilai dan bermanfaat sehingga sampah tidak langsung dibuang ke tempat penampungan akhir dan menjadi sumber masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. 17,18 Tindakan memilah sampah harus dilakukan berawal dari sumbernya, walau mudah dilakukan namun masih banyak masyarakat yang belum mampu menerapkannya. 19,20
Perubahan perilaku memilah sampah pada keluarga binaan berbeda antara di Kampung Aur dan Ladang Bambu, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kebiasaan dan kondisi setiap wilayah tempat tinggal masyarakat. Kampung Aur adalah daerah perkotaan dengan kebiasaan masyarakat yang mudah dan sering menerima informasi dan penyuluhan terkait dengan pengelolahan sampah serta telah memiliki fasilitas Bank Sampah dan layanan angkut sampah setiap harinya. Berbeda dengan masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu yang belum memiliki fasilitas Bank Sampah dan mayoritas masyarakat memiliki lahan luas untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Pada penelitian yang dilakukan di Palestina oleh Ammar J pada tahun 2016 terkait dengan penerapan pengelolaan sampah padat, penelitian dilakukan pada dua kota di Tepi Barat Palestina, yaitu Ramallah dan Jericho dengan perbedaan kondisi sosial ekonomi dan gaya hidup yang berbeda. Penduduk kota Ramallah memiliki perilaku yang lebih baik tentang pemilahan sampah, Reuse, dan Recycle dengan tingkat pendidikan dan bentuk hunian yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat di kota Jericho. 11
Menerapkan tindakan 3R, mungkin tidak menjanjikan perubahan drastis dalam waktu singkat, tetapi akan menuai hasil yang signifikan dalam jangka panjang. Penerapan 3R dapat menjadi pilihan penting dan berkelanjutan untuk mengurangi limbah pada tingkat minimum. 21 Pengetahuan dan akses untuk mendapatkan informasi tentang pemilahan, dan pengolahan sampah dengan metode 3R sangat mempengaruhi bagaimana masyarakat dapat melakukan pengelolaan sampah dengan baik pada rumah tangganya masing-masing, semakin besar jumlah orang yang menerima edukasi dan pendampingan tentang penerapan 3R, semakin positif sikapnya untuk memilah sampah. 14
Tabel 5. Hasil Uji Mc Nemar Perubahan perilaku memilah sebelum dan sesudah intervensi
Perilaku memilah sampah sebelum intervensi Perilaku memilah sampah sesudah intervensi P. Value Tidak memilah Memilah n % n % Tidak memilah 39 41,5 50 53,2 <0.001 Memilah 0 0,0 5 5,3
Pada Tabel 4, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang bermakna terhadap perilaku memilah sampah Keluarga Binaan antara sebelum dan sesudah intervensi (P value <0.001). Sebanyak 50 Keluarga Binaan (53,2%) mengalami perubahan perilaku positif, artinya sebelum intervensi tidak melakukan pemilihan sampah, namun setelah intervensi perilakunya berubah melakukan pemilihan sampah. Sebanyak 44 orang (46,8%) responden tidak mengalami perubahan perilaku dan tidak ada responden yang mengalami perubahan perilaku negatif.
Pendampingan pada setiap keluarga binaan memberikan arah positif pada perubahan prilaku memilah sampah pada keluarga binaan yaitu di Kampung Aur dan Kelurahan Ladang Bambu. Kehadiran Generasi X sebagai kepala keluarga yang menerapkan tindakan 3R ditengah keluarga menjadi contoh yang baik dan menginspirasi bagi setiap anggota keluarga. Penerapan tindakan 3R pada masyarakat yang diawali dengan kebiasaan memilah sampah berdasarkan jenisnya pada tingkat rumah tangga berdampak baik bagi penurunan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya pada masyarakat. Berdasarkan penelitian di Cina, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa program pendidikan lingkungan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, sebagian besar penduduk setuju untuk membayar kantong plastik ketika mereka membeli dari supermarket. Penerimaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka sadar akan dampak negatif dari kantong plastik dan mereka tahu tentang pentingnya mengurangi penggunaan kantong plastik. 13,14
Penerapan strategi 3R telah banyak di terapkan dibeberapa negara di dunia, salah satunya negara Thailand telah menetapkan Strategi 3R Nasional dan
Rencana Induk Nasional Pengelolaan Sampah (2016– 2021). Selain itu, Thailand juga meluncurkan “Rencana Pengelolaan Sampah Plastik 2017–2021”, yang terdiri dari beberapa pendekatan, seperti promosi dan pengenalan desain kemasan ramah lingkungan dan substitusi plastik ramah lingkungan, pengembangan aliran material untuk wadah plastik dan inventaris kemasan, implementasi strategi 3R ( reduce, reuse, recycle ) untuk pengelolaan sampah plastik, dan promosi pendidikan bagi pemangku kepentingan terkait di bidang plastik dan bahan alternatifnya. Selain itu, opsi untuk menciptakan pengelolaan sampah plastik yang lebih efektif adalah dengan menerapkan undang-undang atau merevisi undang-undang untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi jumlah sampah plastik, seperti mengenakan biaya kantong plastik, memperkuat langkah-langkah 3R, dan mendorong penerapan ekonomi sirkular dalam rantai nilai plastik. 22
## Intensistas Penurunan Berat Sampah
Setelah dilakukan intervensi masyarakat menjadi lebih sadar dan peduli, masyarakat telah memulai membiasakan memilah sampah yaitu memisahkan antara sampah organik dan daur ulang seperti kresek asoi, botol plastik untuk digunakan kembali sebagai tempat sampah, wadah cairan, dan dijual ke pengepul atau Bank Sampah. Informasi tentang 3R yang selalu diterima melalui edukasi dalam pertemuan-pertemuan ibu pengajian dan pendampingan keluarga binaan memberikan
pengetahuan yang luas bagi masyarakat akan manfaat pengolahan dan pemilahan sampah. Intensitas berat sampah pada keluarga binaan dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6, diketahui rata-rata berat sampah keluarga binaan sebelum intervensi di Kelurahan Ladang Bambu yaitu mencapai 293,994 gr per harinya dan setelah intervensi dilakukan pendampingan keluarga binaan terjadi perubahan rata- rata berat sampah yang dihasilkan per harinya yaitu menjadi 188,439 gr, diketahui bahwa adanya penurunan berat rata-rata sampah pada keluarga binaan yaitu mencapai 105,554 gr (35,90%) per harinya. Sama halnya dengan distribusi rata-rata berat sampah keluarga binaan di Kampung Aur juga mengalami perubahan yang signifikan dari sebelum intervensi yaitu 273,472 gr menjadi 151.677 gr atau terjadi penurunan rata-rata berat sampah yaitu mencapai 44,54% per harinya setelah intervensi melalui keluarga binaan.
Sistem 3R telah diimplementasikan di kampung perumahan Program 3R yang terletak di provinsi timur Arab Saudi dengan populasi lebih dari 11.000 penduduk, dimulai pada tahun 1993. Pogram bernama 3R-WTE, sejak program tersebut dijalankan produksi sampah padat berkurang secara signifikan dibandingkan dengan lingkungan lain. Saat ini, kampung perumahan Program 3R menghasilkan sekitar 3000 ton sampah setiap tahun, yang dianggap lebih rendah dari yang masyarakat sekitar di daerah yang sama di provinsi timur. 23
Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Berat Sampah Masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu dan Kampung Aur Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi
Berat Sampah Ladang Bambu Kampung Aur Mean Std. Deviation Min- Max (gr) P value Mean Std. Deviation Min- Max (gr) P value Sebelum 293.994 260.7163 30.1-1162.1 0,025 273.472 210.4279 16.6-965.0 0.001 Sesudah 188.439 145.2123 34.0-668.5 151.677 130.0421 24.3-670.0
Gambar 2. Grafik Peningkatan dan Penurunan Berat Sampah Sebelum dan Setelah Intervensi di Kelurahan
Ladang Bambu 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 R at a- R at a B er at S am pa h Responden di Kelurahan Ladang Bambu Sebelum Setelah
Gambar 3. Grafik Peningkatan dan Penurunan Berat Sampah Sebelum dan Sesudah Intervensi di Kampung Aur
Tabel 7. Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Berat Sampah Sebelum dan Sesudah Intervensi
Perbedaan Berat Sampah Jumlah Mean Rank P value Berat sampah sesudah intervensi < sebelum intervensi 65 51.91 <0.001 Berat sampah sesudah intervensi > sebelum intervensi 29 37.62 Berat sampah sesudah intervensi = sebelum intervensi 0 Total 94
Pada gambar 1 dan 2 grafik peningkatan dan penurunan berat sampah di dua daerah intervensi, terlihat adanya variasi berat sampah yang dihasilkan. Di Kelurahan Ladang Bambu, terdapat 59,57% keluarga binaan mengalami penurunan berat sampah. Namun masih terdapat peningkatan berat sampah yaitu sebanyak 40,43% keluarga binaan. Peningkatan rata- rata berat sampah yang terjadi pada keluarga binaan setelah intervensi dipengaruhi karena beberapa masyarakat bekerja sebagai pedagang makanan dan minuman sehingga sampah semakin bertambah saat penjualan yang semakin meningkat, selain itu sebagain keluarga binaan belum menerapkan pemilahan sampah secara rutin. Adapun kondisi di Kampung Aur, sekitar 78,72% keluarga binaan di Kampung Aur mengalami penurunan berat sampah dan sebanyak 21,28% keluarga binaan mengalami peningkatan berat sampah. Pekerjaan masyarakat sebagai pedagang sayuran menjadi faktor yang mempengaruhi masih adanya peningkatan rata-rata berat sampah pada masyarakat setelah intervensi, selain itu masih terdapat keluarga binaan yang belum rutin memilah sampah di rumah tangga sehingga sampah tetap tercampur dan tidak dapat daur ulang lagi.
Pada Tabel 7, hasil analisis Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna berat sampah antara sesudah dengan sebelum intervensi (p value <0.001). Jumlah responden yang berat sampahnya lebih kecil setelah intervensi dibandingkan sebelum intervensi adalah 65 orang. Artinya sekitar 69% responden menghasilkan sampah lebih sedikit setelah intervensi dibandingkan sebelum intervensi.
Intervensi pada generasi X dengan model keluarga binaan mempengaruhi intensitas berat
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Setelah adanya pendampingan yang intensif dan masyarakat mulai menerapkan tindakan 3R dengan memilah sampah dari tingkat rumah tangga intensitas sampah yang di hasilkan masyarakat cenderung menurun. Rata-rata berat sampah pada kedua kelompok keluarga binaan menurun hingga 40,22% atau hanya 128,615 gram per harinya. Sampah masih dapat digunakan kembali dan di jual ke pengepul atau Bank Sampah akan dipisahkan dari sampah lainnya dan disimpan oleh masyarakat sehingga barang bekas tersebut tidak lagi menjadi sampah yang akan dibuang langsung atau masalah bagi lingkungan.
Timbulan sampah mengalami penurunan karena telah dijalankannnya kampanye kesadaran dan program daur ulang dan untuk menghasilkan energi. Beberapa aktivasi telah diadopsi, untuk mengontrol dan meminimalkan timbulan sampah yang dihasilkan dengan kegiatan mengedukasi masyarakat, seperti program intensif, inisiatif, dan praktik daur ulang sampah di tingkat masyarakat lokal. Akibatnya, masyarakat yang tinggal di kampung perumahan Program 3R menghasilkan 3000 ton MSW per tahun (sekitar 0,75 kg/kapita/hari), yang jauh lebih rendah dari rata-rata berat sampah di Arab Saudi yaitu 1,4 kg/kapita/hari. 23
Pada Tabel 8 dan 9, sebelum intervensi sampah di Kelurahan Ladang Bambu yang mendominasi adalah sampah daur ulang mencapai 49,4%, sedangkan untuk di Kampung Aur jenis sampah yang mendominasi adalah sampah organik mencapai 53,8% dan diikuti dengan sampah daur ulang yang mencapai 37,1%. Sementara untuk sampah residu yang dihasilkan pada dua lokasi hanya mencapai <10%.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 R1 R3 R5 R7 R9 R 11 R 13 R 15 R 17 R 19 R 21 R 23 R 25 R 27 R 29 R 31 R 33 R 35 R 37 R 39 R 41 R 43 R 45 R 47 R at a- R at a B er at S am pa h Responden di Kelurahan Kampung Aur Sebelum Setelah
Tabel 8. Distribusi rata – rata berat sampah berdasarkan jenis sampah sebelum diintervensi
Jenis Sampah Ladang Bambu Kampung Aur Rata-Rata Berat Sampah % Rata-Rata Berat Sampah % Organik 142,1 48,3 147,07 53,8 Daur Ulang 145,1 49,4 101,25 37,1 Residu 6,7 2,3 25,07 9,1 Total 293,9 100,0 273,4 100
Tabel 8. Distribusi rata – rata berat sampah berdasarkan jenis sampah setelah diintervensi Jenis Sampah Ladang Bambu Kampung Aur Rata-Rata Berat Sampah % Rata-Rata Berat Sampah % Organik 92,5 49,0 61,90 40,8 Daur Ulang 67,1 35,6 51,47 34 Residu 28,8 15,4 38,16 25,2 Total 188,4 100,0 151,53 100
Sampah organik yang dihasilkan masyarakat pada dua daerah penelitian yaitu seperti sampah kebun, sampah sisa makanan, sisa ikan, buah dan sayuran bekas dari jualan setiap hari. Sedangkan sampah daur ulang yang paling banyak dihasilkan adalah sampah plastik berupa botol plastik, kresek, bekas kemasan, dan bungkus makanan. Sampah residu yang paling banyak digunakan oleh masyarakat ialah seperti sampah styrofoam wadah bekas makanan, bekas popok bayi, bekas pembalut wanita, dan lainnya.
Setelah dilakukan intervensi, terdapat perubahan berat sampah yang dihasilkan setiap jenisnya pada dua kelompok keluarga binaan. Sampah organik mengalami penurunan sebesar 46,60%, pada Kelurahan Ladang Bambu mencapai 34,9% dan Kampung Aur mencapai 57,9%. Sama halnya dengan jenis sampah daur ulang juga mengalami penurunan yang signifikan yaitu mencapai 51,86%, Kelurahan Ladang Bambu menurun hingga 53,7%, dan Kampung Aur menurun hingga 49,1%.
Penerapan memilah sampah dimulai dari rumah tangga telah mengurangi penumpukan sampah masyarakat per hari khususnya sampah daur ulang seperti plastik. Pola hidup mengurangi pemakaian plastik dan mendaur ulang sampah plastik selalu digencarkan oleh beberapa negara di kawasan asean. Di Thailand dari sampah plastik PC didaur ulang menjadi bahan bakar aditif melalui reaksi metanolisis katalitik, DMC yang diperoleh dapat dicampur dengan biodiesel untuk meningkatkan performa mesin dan mengurangi emisi. 24 Beberapa negara di Asia, telah mengubah sampah plastik dengan kemajuan teknologi yang dimiliki untuk menjadi sumber tenaga terbarukan. 25,26 Sampah plastik dalam konsep daur ulang sampah plastik telah banyak diterapkan oleh banyak negara di dunia. Seperti di Amerika, menjadikan sampah plastik untuk bahan bakar dengan cara hydrocracking. 27 Berbeda dengan di Swiss, sampah plastik di jadikan sebagai bahan campuran aspal untuk mengikat dan memadatkan aspal. 28
Berbeda dengan hasil sampah residu, setelah dilakukan intervensi rata-rata berat sampah mengalami peningkatan pada dua kelompok keluarga binaan. Sampah residu adalah sampah sekali pakai dan akan langsung dibuang oleh masyarakat ke TPS atau langsung dibakar. Pembuangan sampah popok bekas yang menghabiskan banyak sumber daya telah menyebabkan banyak masalah lingkungan dan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Masalah ini sudah mendapat sorotan dari beberapa penggiat lingkungan dan kalangan universitas, penggunaan teknologi seperti biodegredasi dan pirolisis termal menjadi salah satu cara yang diterapkan. Popok bekas dapat diubah menjadi pupuk tanah atau kompos melalui biodegradasi dari aktivitas enzim mikroba. Bahan selulosa dalam popok bekas bisa terdegradasi dengan mudah oleh enzim mikroba. 29,30
Pendiri perusahaan Dycle di Berlin, Ayumi Matzusaka mengembangkan sistem daur ulang limbah popok di mana jumlah yang besar popok bekas diubah menjadi tanah subur hitam bernutrisi tinggi yang disebut Terra Preta yang diproduksi dengan mencampur popok bekas, sampah dapur, dan arang. Tambahan mikroorganisme ke dalam campuran mempercepat biodegradasi proses. Karena popok bekas mengandung limbah ekskresi, hal ini memberikan nutrisi yang diperkaya secara signifikan untuk membantu degradasi menjadi higienis dan tanah hitam yang subur. Melalui sistem siklus popok ini, perkiraan 1000 kg kompos yang dihasilkan dapat mengurangi sampah popok bayi selama satu tahun. 29,31
## SIMPULAN
Pelaksanaan model intervensi Keluarga Binaan pada generasi X melalui tahapan binasuasana,edukasi dan pendampingan, pemantauan perubahan perilaku dengan kartu kendali sampah serta evaluasi, ternyata dapat menurunkan rerata berat sampah per hari pada ke dua lokasi penelitian mencapai 40,22% (105.5 gr/org/hari). Penurunan berat sampah di Kelurahan Ladang Bambu sebesar 105,554 gr (35,90%) per hari dan penurunan berat sampah di kampung Aur mencapai 121,795 gr (44,54%) per hari. Penurunan rerata berat sampah sampah plastik mencapai 51,86%. Sejumlah 53% responden mengalami perubahan positif terhadap tindakan pemilihan sampah. Hasil Uji Mc Nemar diperoleh ada perubahan perilaku memilah sebelum dan sesudah intervensi dan 53% responden mengalami perubahan positif terhadap perilaku memilah sampah. Hasil Uji Wilcoxon diperoeh ada perbedaan berat sampah sebelum dan sesudah intervensi (p value <0.001), Sejumlah 69% responden mengalami penurunan berat sampah setelah intervensi. Penurunan rerata berat sampah total per hari sejumlah 40,22%, khusus penurunan sampah plastik mencapai 51,86%. Model intervensi melalui pendampingan dan penyuluhan penerapan tindakan 3R pada keluarga binaan memberi efek positif pada penurunan berat sampah dan prilaku memilah sampah pada masyarakat. Model intervensi pengelolaan sampah pada Gen X ini
dapat diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat sebagai upaya pencapaian target Jakstrada Kota Medan tahun 2025.
## DAFTAR PUSTAKA
1. SIPSN. Sistem Informasi Pengolahan Sampah
Nasional [Internet]. 2021. Available from: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
2. InewsSumut.id. Produksi Sampah di Kota Medan Capai 2.000 Ton per Hari. 2021; Available from: https://sumut.inews.id/berita/produksi-sampah-di- kota-medan-capai-2000-ton-per-hari
3. Kompasiana. Kenapa Kota Medan Jadi Kota Terkotor di Indonesia? 2020; Available from: https://www.kompasiana.com/nisadwi/5e353bc3d 541df404c480082/kenapa-kota-medan-jadi-kota- terkotor-di-indonesia
4. Pemko Medan. SLHD Kota Medan Tahun 2018. 2018.
5. National geographic. Indonesia darurat sampah. 2016;
Available
from: https://nationalgeographic.grid.id/read/13303572/ indonesia-darurat-sampah?page=all
6. Pemerintahan Daerah Kota Medan. Peraturan Wali Kota Medan Nomor 26 Tahun 2019 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Kota Medan dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 2019.
7. Proshad R, Kormoker T, Islam MS, Haque MA, Rahman MM, Mithu MMR. Toxic effects of plastic on human health and environment : A consequences of health risk assessment in Bangladesh. Int J Heal. 2017;6(1):1.
8. Chae Y, An YJ. Current research trends on plastic pollution and ecological impacts on the soil ecosystem: A review. Environ Pollut [Internet]. 2018;240:387–95. Available from: https://doi.org/10.1016/j.envpol.2018.05.008
9. Okunola A A, Kehinde I O, Oluwaseun A, Olufiropo E A. Public and Environmental Health Effects of Plastic Wastes Disposal: A Review. J Toxicol Risk Assess. 2019;5(2):1–13.
10. Pew Research Center. The next America : Boomers, millennials, and the looming generational showdown. New York PublicAffairs. 2014;
11. Al-Khateeb AJ, Al-Sari MI, Al-Khatib IA, Anayah F. Factors affecting the sustainability of solid waste management system—the case of Palestine. Environ Monit Assess. 2017;189(2):1–12.
12. Michael D. Defining generations: Where Millennials end and post- Millennials begin. Pew Res Cent. 2018;6–9.
13. Samiha B. China’S Experience in Municipal Solid Waste Management-Lessons Learned for Algeria. Eur J Res Reflect Manag Sci [Internet]. 2015;3(3):10–22. Available from: www.idpublications.org
14. Samiha B. The importance of the 3R principle of municipal solid waste management for achieving
sustainable development. Mediterr J Soc Sci. 2013;4(3):129–35.
15. Rudiyanto R, Kurniati E, Fitriani AD, Rengganis I, Mirawati M, Justicia R. Reduce, Reuse, and Recycle (3R) waste activities in the school environment for elementary school students. J Phys Conf Ser. 2021;1987(1):1–5.
16. Gequinto AC. Solid Waste Management Practices of Select State Universities in CALABARZON, Philippines Related papers Assessment of Solid Wast e Management St rat egies in Camarines Nort e, Philippines. Asia Pacific J Multidiscip Res [Internet]. 2017;5(1):1–8. Available from: www.apjmr.com
17. Pandey RU, Surjan A, Kapshe M. Exploring linkages between sustainable consumption and prevailing green practices in reuse and recycling of household waste: Case of Bhopal city in India. J Clean Prod. 2018;173(February):49–59.
18. Ivy N, Uddin MM, Kamal Hossain M. People’S Perception on Using Waste Bins in Reduce, Reuse and Recycle (3R S ) Process for Solid Waste Management (Swm) in Chittagong, Bangladesh. Int J Appl Sci [Internet]. 2013;2(3):30–40. Available from: http://www.ijaster.com
19. Ramachandra T V., Bharath HA, Kulkarni G, Han SS. Municipal solid waste: Generation, composition and GHG emissions in Bangalore, India. Renew Sustain Energy Rev [Internet]. 2018;82(June 2017):1122–36. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2017.09.085
20. Haryanti S, Gravitiani E, Wijaya M. Studi Penerapan Bank Sampah dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Yogyakarta. Bioeksperimen J Penelit Biol. 2020;6(1):60–8.
21. Hye Chowdhury DA, Mohammad N, Haque MRU, Hossain DT. Developing 3Rs (Reduce, Reuse And Recycle) Strategy for Waste Management in the Urban Areas of Bangladesh: Socioeconomic and Climate Adoption Mitigation Option. IOSR J Environ Sci Toxicol Food Technol. 2014;8(5):09–18.
22. Wichai-utcha N, Chavalparit O. 3Rs Policy and plastic waste management in Thailand. Vol. 21, Journal of Material Cycles and Waste Management. Springer Tokyo; 2019. p. 10–22.
23. Hadidi LA, Ghaithan A, Mohammed A, Al-Ofi K. Deploying municipal solid waste management 3R- WTE framework in saudi arabia: Challenges and future. Sustain. 2020;12(14):1–18.
24. Khumthai W, Dujjanutat P, Muanruksa P. Energy Conversion and Management : X Process optimization for the valorization of plastic waste into fuel additive production under the zero waste concept. Energy Convers Manag X [Internet]. 2022;15(December 2021):100231. Available from: https://doi.org/10.1016/j.ecmx.2022.100231 25. Liang Y, Tan Q, Song Q, Li J. An analysis of the plastic waste trade and management in Asia.
Waste Manag [Internet]. 2021;119:242–53.
Available
from: https://doi.org/10.1016/j.wasman.2020.09.049
26. Idumah CI, Nwuzor IC. Novel trends in plastic waste management. SN Appl Sci [Internet]. 2019;1(11):1–14. Available from:
https://doi.org/10.1007/s42452-019-1468-2
27. Liu S, Kots PA, Vance BC, Danielson A, Vlachos DG. Plastic waste to fuels by hydrocracking at mild conditions. 2021;(April):1–10.
28. Rafiq M, Mikhailenko P, Piao Z, Poulikakos LD. High and low temperature performance of polyethylene waste plastic modified low noise asphalt mixtures. Constr Build Mater [Internet]. 2022;348(July):128633. Available from: https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2022.12863 3
29. Khoo SC, Phang XY, Ng CM, Lim KL, Lam SS,
Ma NL. Recent technologies for treatment and recycling of used disposable baby diapers. Process
Saf Environ Prot [Internet]. 2019;123:116–29.
Available
from:
https://doi.org/10.1016/j.psep.2018.12.016 30. Kumar S, Smith SR, Fowler G, Velis C, Kumar SJ,
Arya S, et al. Challenges and opportunities associated with waste management in India. R Soc Open Sci. 2017;4(3):1–11.
31. A Matsuzaka. Diaper Cycle - the Free Fruit Generation. Grow Millions of Fruit Trees With the Wonderful Content of Diapers. [Internet]. 2015. Available
from:
https://www.indiegogo.com/projects/diaper- cycle-the-free-fruit-generation#/
©2023. This open-access article is distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
|
39fcd84f-3918-47ed-b99b-d6742a495d95 | https://journal.lembagakita.org/jemsi/article/download/1750/1234 | Pengaruh Self Efficacy, Lingkungan Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap Turnover Karyawan (Survei Pada PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Kantor
Cabang Diponegoro Bandung)
Selly Yantini Saputri Agustiani Program Studi Manajemen, Universitas Indonesia Membangun, Jalan Soekarno Hatta No. 448 Bandung [email protected]
Ridlwan Muttaqin Program Studi Manajemen, Universitas Indonesia Membangun, Jalan Soekarno Hatta No. 448 Bandung [email protected]
Article’s History :
Received 11 Oktober 2023; Received in revised form 24 Oktober 2023; Accepted 12 November 2023; Published 1 Desember 2023. All rights reserved to the Lembaga Otonom Lembaga Informasi dan Riset Indonesia (KITA INFO dan RISET).
## Suggested Citation:
Agustiani, S. Y. S., Muttaqin, R. (2023). Pengaruh Self Efficacy, Lingkungan Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap Turnover Karyawan (Survei Pada PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung). JEMSI (Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi). JEMSI (Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi), 9 (6). 2581-2590. https://doi.org/10.35870/jemsi.v9i6.1750
## Abstrak
Sumber daya manusia merupakan faktor yang berperan penting dalam keberhasilan dan kemajuan perusahaan. Baik buruknya organisasi tergantung dari hasil kinerja karyawan. 1 Oleh karena itu, sudah seharusnya pihak manajemen memperhatikan semua hal yang berkaitan dengan sumber daya manusia agar para karyawan mempunyai kepuasan kerja yang diwujudkan dalam kinerja yang tinggi. Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaanya akan lebih produktif dalam bekerja dan memiliki kemungkinan keluar dari pekerjaan lebih rendah. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan seperti Self Efficacy yang membuat karyawan lebih kompeten dalam melakukan pekerjaan, Lingkungan Kerja yang memadai, dan Motivasi Kerja yang menjadikan karyawan lebih bersemangat dalam mencapai target bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Self Efficacy , Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Turnover Karyawan (Studi Pada PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung).
Populasi yang digunakan adalah karyawan PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung sebanyak 103 orang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 51 orang dan dianalisa menggunakan SPSS 25. Sampel diperoleh menggunakan google form dan teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Turnover berada dalam kategori kurang baik, (2) Self Efficacy berada dalam kategori kurang baik, (3) Motivasi Kerja berada dalam kategori kurang baik (4) Lingkungan Kerja berada dalam kategori kurang baik, (5) Pengaruh secara parsial antara Self Efficacy terhadap Turnover sebesar 4,4% (6) Pengaruh secara parsial antara Motivasi Kerja terhadap Turnover sebesar 10,8% (7) Pengaruh secara parsial antara Lingkungan Kerja terhadap Turnover sebesar 2,7% (8) Pengaruh secara simultan Self Efficacy , Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap Turnover karyawan sebesar 11,4% dan sisanya 88,6% dipengaruhi faktor lain yang tidak di teliti.
Keywords: Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Self Efficacy, Turnover
## Pendahuluan
Setiap perusahaan memiliki sumber daya manusia yang merupakan unsur sangat penting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia merupakan satu aset besar yang dapat mempengaruhi upaya perusahaan untuk bertahan dan mencapai tujuannya. Berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia atau karyawannya dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Oleh karena itu, semua hal yang mencakup sumber
daya manusia tersebut harus menjadi perhatian penting bagi pihak manajemen agar para karyawan patuh dan memiliki loyalitas yang tinggi sehingga tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif dan efisien.
Di Indonesia, perkembangan industri perbankan tumbuh sangat pesat, perbankan merupakan sektor keuangan yang termasuk kedalam bidang strategis. Peran perbankan dalam menggerakkan perekonomian nasional sangat besar. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut tercermin pada UU RI No. 10 tahun 1998, tanggal 10 November 1998 yang menjelaskan mengenai Perbankan. Menurut UU RI No. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan Ban k adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan- badan pemerintahan dan swasta, maupun perorangan untuk menyimpan dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk merupakan salah satu sektor perbankan yang bergerak dalam bidang jasa perbankan komersial. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk merupakan bank hasil merger dari Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (Bank Sudara) dengan Bank Woori Korea pada tanggal 30 Desember 2014. PT Bank Woori Saudara Tbk merupakan salah satu dari sekian banyak bank konvensional yang berada di Indonesia yang berfungsi memberikan pelayanan perbankan serta membantu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
## Tinjauan Pustaka
Turnover
Menurut Kartono (2017:44) mengemukakan bahwa: “ Turnover sebagai bentuk pemberhentian pegawai yang bersifat permanen dari perusahaan baik yang dilakukan oleh pegawai sendiri (secara sukarela) maupun yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengakibatkan tingginya biaya rekrutmen, seleksi, dan pelatihan.” Menurut (Robbins & Judge 2017:97) mengemukakan bahwa orang yang memiliki pekerjaan sesuai dengan kepribadian, semestinya lebih puas dan menurunkan risiko pengunduran diri daripada orang-orang yang memiliki pekerjaan tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Menurut Kartono (2017:44), indikator Turnover yaitu:
a. Intention to quit (Niat untuk keluar) Mencerminkan individu berniat untuk keluar adalah dilihat dari perilaku seseorang selama bekerja, biasanya diawali dengan perilaku absensi dan kemangkiran yang tinggi sebelum seseorang menentukan sikap untuk keluar dari organisasi.
b. Job search (Pencarian pekerjaan)
Mencerminkan individu untuk mencari pekerjaan lain, pada umumnya diawali dengan mencari tambahan penghasilan di luar organisasi.
c. Thinking of quit (Memikirkan keluar)
Mencerminkan individu untuk memikirkan sebelum mengambil sikap keluar, ia akan berfikir dalam rangka keputusannya tersebut, keluar dari pekerjaannya atau tetap berada di lingkungan pekerjaannya.
## Self Efficacy
Menurut Bandura (2018:212) mendefinisikan bahwa Self Efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugasnya atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Menurut Nurodin (2019:100) mengungkapkan bahwa Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan di persyaratkan.
Menurut Lunenburg dalam Sebayang, (2017:338) Self efficacy atau efikasi diri adalah keyakinan individu dalam menghadapi dan menyesaikan masalah yang dihadapinya diberbagai situasi serta mampu menetukan tindakan dalam menyelesaikan tugas atau masalah tertentu, sehingga individu tersebut mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengatasi beragam situasi yang muncul dalam hidupnya. Dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai seseorang memerlukan keyakinan dan usaha agar tujuannya bisa tercapai sesuai yang diharapkan.
## Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kehidupan fisik, sosial, dan psikologi dalam perusahaan yang memengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan. Beberapa ahli mendeskripsikan lingkungan kerja sebagai segala hal yang ada di sekitar karyawan dan yang memengaruhi mereka dalam bekerja dan menjalankan tugas. Menurut Afandi (2018:65) lingkungan kerja merupakan : “ Sesuatu yang ada dilingkungan para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam manjalankan tugas seperti temperature, kelembaban, pentilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja ” . Lingkungan kerja dapat diartikan sebagai keseluruhan alat perkakas yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seorang pekerja, metode kerjanya, sebagai pengaruh kerjanya beik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
Menurut Siagian (2014:56), lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja baik itu berbentuk fisik seperti alat kantor yang digunakan, fasilitas yang disediakan, suasana kerja meliputi penerangan, iklim udara, hingga suasana kerja yang disebabkan oleh metode pekerjaan yang diaplikasikan, dan sebagainya yang berpengaruh terhadap pekerja dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.
Motivasi Kerja Istilah motivasi berasal dari kata latin “ Movere ” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi dari kata motif yang artinya "Dorongan" atau rangsangan atau "Daya Penggerak" berada dalam diri seseorang. Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan berkarya memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.
Menurut Hasibuan (2022:141) mengatakan bahwa motivasi merupakan dorongan atasan kepada bawahan agar dapat bekerja semaksimal mugkin atau bekerja dengan optimal.
Menurut Afandi (2018:23) motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang atau individu karena terinspirasi, tersemangati, dan terdorong untuk melakukan aktifitas dengan keikhlasan, senang hati dan sungguh-sungguh sehingga hasil dari aktifitas yang dia lakukan mendapat hasil yang baik dan berkualitas . Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan yang menciptakan kegairahan seseorang untuk mencapa suatu tujuan yang dikehendaki. Motivasi kerja tinggi yang diberikan karyawan akan meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga memudahkan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
## Metodelogi
## Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2019:267), uji validitas menentukan keakuratan dan ketepatan hasil pengukuran variabel yang diteliti dibandingkan dengan teori yang ada. Hasil survei dianggap benar apabila terdapat kesamaan antara data yang dikumpulkan dengan data sebenarnya. Pengujian penelitian ini menggunakan uji validitas isi, menurut Sugiyono (2019:134), syarat minimal suatu instrumen valid adalah nilai indeks validitas > 0,300. Maka semua pertanyaan memiliki tingkat korelasi < 0,300 dinyatakan tidak valid.
Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2018:45), pengujian reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator variabel atau struktur. Suatu survei dianggap dapat reliabel jika tanggapan seseorang terhadap pernyataan konsisten atau konsisten sepanjang waktu.
Menurut Sugiyono (2019:2), reliabel mengacu pada derajat konsistensi/koherensi data dalam jangka waktu tertentu. Dalam uji reliabilitas diperiksa konsistensi hasil jawaban dengan pendapat responden. Menurut Sugiyono (2018:268), hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach alpha Reliabilitas yang baik mendekati 1. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai cronbach alpha > 0,60.
## Uji Asumsi Klasik
Menurut Riduwan (Gunawan, 2017), uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dipenuhi agar suatu persamaan dapat dianggap sebagai persamaan regresi yang valid. Pengujian analisis dilakukan apabila peneliti menggunakan analisis parameter, dimana pengujian persyaratan harus dilakukan berdasarkan asumsi.
## Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018:145), tujuan uji normalitas adalah untuk menilai apakah variabel intervensi atau variabel residual dalam model regresi berdistribusi normal. Model regresi mengasumsikan distribusi normal atau mendekati normal. data normal dapat dipantau dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov berdasarkan residual tidak terstandar. Data diverifikasi dengan perhitungan menggunakan aplikasi SPSS. Pengambilan keputusan didasarkan pada studi tentang angka probabilitas: a. Jika data memiliki probabilitas > 0.05 maka databerdistribusi normal. b. Jika data memiliki probabilitas< 0.05 makadata tidak berdistribusi normal.
## Uji Multikoliniearitas
Menurut Ghozal (2018:71), tujuan uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang kuat atau sempurna antar variabel independen dalam suatu model regresi. Model regresi yang layak seharusnya tidak memiliki asosiasi antar variabel. Jika terdapat korelasi yang signifikan antar variabel independen, maka hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menjadi terganggu. Untuk menguji multikolinearitas harus diperiksa nilai VIF masing-masing variabel independen, jika nilai VIF >10 maka dapat disimpulkan data tidak menunjukkan gejala multikolinearitas.
## Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozal (2018:85), pengujian heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah variasi varians residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tidak sama dalam suatu model regresi. Model regresi yang dipertimbangkan adalah satu observasi sisa dibandingkan dengan observasi lain yang konstan atau heteroskedastis atau tidak ada heteroskedastisitas. Pada tingkat signifikansi 5%, heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Jikaprobabilitas variabel lebih besar (>) dari 0,05 maka variabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Jika probabilitas variabel lebih kecil (<) dari 0,05 maka variabel tersebut terjadi heteroskedastisitas.
## Pengujian Hipotesis Uji t (Parsial)
Menurut Ghozal (2018:56), uji t-statistik menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan asumsi variabel lain konstan. Uji statistik sering disebut uji signifikansi individual. Uji ini secara parsial menunjukkan sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Akhirnya diambil kesimpulan bahwa dari hipotesis yang dirumuskan Ho ditolak atau Hα diterima. Uji-t digunakan dalam uji signifikan terhadap hipotesis yang dikembangkan. Kriteria yang menjadi dasar uji t-statistik ini adalah:
a. Jika Ho diterima makanilai hitungstatistik uji (thitung) berada di daerah penerimaan Ho, dimana atau nilai sig > α.
b. Jika Ho ditolak maka nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana ataunilai sig < α.
## Uji F (Simultan)
Menurut Ghozali (2018:98), pada prinsipnya uji statistik-F dapat digunakan untuk menunjukkan apakah seluruh variabel bebas atau model regresi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat atau terikat. Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik yang digunakan dalam pengujian simultan adalah uji f atau disebut dengan analysis of varian (ANOVA).
## Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilakukan di PT BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung. Populasi penelitian terdiri dari 51 karyawan. Analisis
yang digunakan adalah regresi linear berganda. observasi, dan kuesioner dengan skala likert digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.
## Uji Validitas
Berikut merupakan hasil uji validitas untuk variabel Self Efficacy , Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Turnover :
Tabel 1 Uji Validitas Pernyataan Self Efficacy R-hitung R-tabel Keterangan X1.1 0,573 0,279 VALID X1.2 0,868 0,279 VALID X1.3 0,817 0,279 VALID X1.4 0,871 0,279 VALID X1.5 0,902 0,279 VALID X1.6 0,854 0,279 VALID Pernyataan Motivasi Kerja R-hitung R-tabel Keterangan X2.1 0,772 0,279 VALID X2.2 0,737 0,279 VALID X2.3 0,828 0,279 VALID X2.4 0,648 0,279 VALID X2.5 0,670 0,279 VALID X2.6 0,316 0,279 VALID Pernyataan Lingkungan Kerja R-hitung R-tabel Keterangan X3.1 0,853 0,279 VALID X3.2 0,842 0,279 VALID X3.3 0,902 0,279 VALID X3.4 0,852 0,279 VALID X3.5 0,755 0,279 VALID X3.6 0,771 0,279 VALID Pernyataan Turnover R-hitung R-tabel Keterangan Y.1 0,657 0,279 VALID Y.2 0,808 0,279 VALID Y.3 0,886 0,279 VALID Y.4 0,694 0,279 VALID Y.5 0,591 0,279 VALID Y.6 0,509 0,279 VALID
Berdasarkan tabel di atas maka dapat di simpulkan bahwa item pernyataan variabel Self Efficacy , Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Turnover dinyatakan valid secara keseluruhan.
Uji Reliabilitas Berikut merupakan hasil pengujian reliabilitas untuk variabel Self Efficacy , Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Turnover :
Tabel 2 Uji Reliabilitas Variabel Cronch bach’s Alpha Nilai Kritis N Keterangan Turnover (Y) 0,902 0,60 6 Reliabel Self Efficacy (X1) 0,764 0,60 6 Reliabel Motivasi Kerja (X2) 0,906 0,60 6 Reliabel Lingkungan Kerja (X3) 0,770 0,60 6 Reliabel
Berdasarkan hasil rekapitulasi data di atas maka dapat di simpulkan bahwa variabel Self Efficacy , Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Turnover dinyatakan Reliabel.
Uji Normalitas Berikut merupakan hasil uji normalitas untuk variabel Self Efficacy , Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Turnover :
Tabel 3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 51 Mean .0000000 Std. Deviation 3.40228885 Absolute .084 Positive .084 Negative -.048 Test Statistic .084 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 cd
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai Probabilitas Kolmogorov Smirnov sebesar 0,200 artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang menyimpulkan bahwa data penelitian ini berdistribusi secara normal.
## Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini merupakan hasil uji Heterokedastisitas:
## Tabel 4
Uji Heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.712 2.031 2.320 .025 Self Efficacy -.333 .116 -.769 -2.864 .006 Motivasi Kerja .041 .121 .061 .334 .740 Lingkungan Kerja .186 .110 .436 1.692 .097 a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber: Data yang diolah SPSS, 2023
Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas Self Efficacy (X1) yaitu signifikansi 0,006 kemudian hasil pengujian heteroskedastisitas Motivasi Kerja (X2) signifikansi 0,740 kemudian hasil pengujian heteroskedastisitas Lingkungan Kerja (X3) signifikansi 0,097. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai Sig untuk variabel Motivasi Kerja (X2) dan Lingkungan Kerja (X3) lebih besar dari 0,05 hal ini
menyatakan kedua variabel bebas yang di uji tidak terjadi heteroskedastisitas sedangkan variabel Self Efficacy (X1) memiliki nilai Sig 0,006 atau lebih kecil dari 0,05 dan bisa disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.
Uji Multikolinearitas Berikut ini merupakan hasil uji Heterokedastisitas:
Tabel 5
Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 (Constant) 10.951 3.839 2.853 .006 Self Efficacy .065 .219 .083 .295 .769 .241 4.148 Motivasi Kerja .440 .230 .365 1.916 .061 .519 1.927 Lingkungan Kerja -.110 .208 .142 -.530 .599 .261 3.825 a. Dependent Variable: Turnover
Sumber: Data yang diolah SPSS, 2023
Berdasarkan tabel di atas menunjukan nilai TOL ( Tolerance ) untuk variabel Self Efficacy (X1) yaitu sebesar 0,241 Motivasi Kerja (X2) yaitu sebesar 0,519 dan Lingkungan Kerja (X3) yaitu sebesar 0,261 yang mana lebih besar dari 0,1. Sedangkan VIF untuk variabel Self Efficacy (X1) yaitu sebesar 4,148 Motivasi Kerja (X2) yaitu sebesar 1,927 dan Lingkungan Kerja (X3) yaitu sebesar 3,825 yang mana lebih kecil dari 10 artinya dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat (Riduwan, 2015:155). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh Self Efficacy (X1), Motivasi Kerja (X2) dan Lingkungan Kerja (X3) terhadap Turnover (Y) pada PT BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung. Dapat dilihat pada tabel berikut:
## Tabel 6
Analisis Regresi Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 10.951 3.839 2.853 .006 Self Efficacy .065 .219 .083 .295 .769 Motivasi Kerja .440 .230 .365 1.916 .061 Lingkungan Kerja -.110 .208 -.142 -.530 .599 a. Dependent Variable: Turnover Sumber: Data yang diolah SPSS, 2023
Berdasarkan table di atas menunjukan nilai konstanta (nilai α) sebesar 10.951 dan untuk Self Efficacy (nilai β) sebesar 0,065, sementara Motivasi Kerja (nilai β) 0,440, dan Lingkungan Kerja (nilai β) sebesar -0,101. Sehingga dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tabel 6 nilai konstan sebesar 10,951 menunjukan bahwa apabila variabel independen ( Self Efficacy , Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja) diasumsikan tidak mengalami perubahan (konstan) maka
nilai Y ( Turnover ) adalah sebesar 10,951.
2. Koefisien regresi variabel Self Efficacy (X1) sebesar 0,065 menunjukan bahwa jika kepercayaan meningkat sebesar satu satuan maka Turnover Karyawan akan meningkat sebesar 0,065 satuan dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Koefisien regresi variabel Motivasi Kerja (X2) sebesar 0,440 menunjukan bahwa jika kepercayaan meningkat sebesar satu satuan maka Turnover Karyawan akan meningkat sebesar 0,440 satuan dengan asumsi variabel lain tetap.
4. Koefisien regresi variabel Lingkungan Kerja (X3) sebesar -0,110 tanda negatif, artinya peningkatan nilai Lingkungan Kerja (X3) sebesar 1 akan mengakibatkan penurunan Turnover Karyawan (Y) sebesar -0,110 atau sebesar -11%. Jadi semakin baik Lingkungan Kerja (X3) maka semakin rendah pula Turnover Karyawan (Y).
## Uji t
Berikut ini merupakan hasil uji t:
## Tabel 7
Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig B Std. Error Beta 1 (Constant) 10.951 3.839 2.853 .006 Self Efficacy .065 .219 .083 .295 .769 Motivasi Kerja .440 .230 .365 1.916 .061 Lingkungan Kerja -.110 .208 -.142 -.530 .599
Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai t hitung Self Efficacy (X1) dan Lingkungan Kerja (X3) lebih kecil daripada t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa Turnover Karyawan (Y) tidak memiliki pengaruh terhadap Self Efficacy (X1) dan Lingkungan Kerja (X3). Sedangkan nilai t hitung Motivasi Kerja (X2) memiliki nilai lebih besar daripada t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Turnover Karyawan (Y) memiliki pengaruh terhadap Motivasi Kerja (X2).
Uji F (Simultan) Berikut ini merupakan hasil uji F:
Tabel 7 Uji F ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 74.516 3 24.839 2.017 .124 b Residual 578.778 47 12.314 Total 653.294 50
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F-hitung sebesar 2.017 dengan signifikan 0.124 lebih besar dari 0,05 (0,124 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara Self Efficacy , Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Turnover Karyawan.
## Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung mengenai Pengaruh Self Efficacy , Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Turnover PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hubungan Self Efficacy karyawan PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung
secara parsial memiliki korelasi positif yang lemah terhadap Turnover karyawan. Hasil perhitungan analisis koefisien determinasi secara parsial diperoleh pengaruh Self Efficacy (X1) terhadap Turnover Karyawan (Y) sebesar 4%.
2. Hubungan Motivasi Kerja karyawan PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung secara parsial memiliki korelasi positif yang lemah terhadap Turnover karyawan. Hasil perhitungan analisis koefisien determinasi secara parsial diperoleh pengaruh Motivasi kerja (X2) terhadap Turnover Karyawan (Y) sebesar 10,8%.
3. Hubungan Lingkungan Kerja karyawan PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung secara parsial memiliki korelasi positif yang lemah terhadap Turnover karyawan. Hasil perhitungan analisis koefisien determinasi secara parsial diperoleh pengaruh Lingkungan kerja (X3) terhadap Turnover Karyawan (Y) sebesar 2,7%
4. Hubungan Self Efficacy , Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja dengan Turnover Karyawan secara simultan memiliki korelasi positif yang lemah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji determinasi variabel Self Efficacy , Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja secara simultan memiliki pengaruh yang positif terhadap Turnover Karyawan.
## Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi angka Turnover karyawan pada PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi terhadap regulasi perusahaan yang tidak selaras dengan kehendak karyawan, dengan diberlakukannya regulasi yang selaras dengan kehendak karyawan diharapkan dapat meningkatkan loyalitas dan spirit karyawan.
2. Untuk meningkatkan Self Efficacy karyawan pada PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung langkah praktis yang dapat dilakukan yaitu melaksanakan evaluasi terhadap karyawan.
3. Untuk meningkatkan Motivasi Kerja karyawan pada PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung langkah praktis yang dapat dilakukan perusahaan harus memberikan dukungan dan apresiasi kepada karyawan yang bekerja sesuai target yang telah ditetapkan perusahaan.
4. Untuk meningkatkan Lingkungan Kerja yang kondusif pada karyawan PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk Kantor Cabang Diponegoro Bandung langkah praktis yang dapat dilakukan yaitu melangkapi fasilitas yang digunakan dalam keseharian karyawan seperti mesin foto copy, printer , alat tulis dan fasilitas lain seperti kebersihan mushola menyediakan ruang makan dan tempat parkir kendaraan karyawan yang memadai.
## Referensi
1. Arie Hendra Saputro AHS & Ridlwan Muttaqin RM. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Niramas Utama Pada Divisi Modern Trade Di Kota Bandung. JEMSI (Jurnal Ekon Manajemen, dan Akuntansi) . 2023;9(4):1563-1572. doi:10.35870/jemsi.v9i4.1385
2. Kusmaningtyas A. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Divisi Konsumer Area Cabang Surabaya. Jmm17 . 2014;1(01). doi:10.30996/jmm17.v1i01.314
3. Muttaqin R & A H Saputro. Effect Of Job Description And Compensation On Employee Performance At PT Mettana, Bandung City. JEMSI (Jurnal Ekon Manajemen, dan Akuntansi) . 2023;9(4):1440-1445. doi:10.35870/jemsi.v9i4.1351
4. Oktavidelia S. 1 Indonesia Banking School. 2011;(2010):1-9.
5. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt Bank Woori Saudara 1906 , TBK ( Studi Kasus Pada PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 , Tbk ) Oleh : Anisah Appiliana. Published online 2019:1906.
6. Shobirin A, Verawati DM, Giovanni A. Pengaruh Self-Efficacy Dan Workload Terhadap Turnover Intention Melalui Work-Life Balance Sebagai Mediasi (Studi Empiris Pada Pt Putra Albasia Mandiri ). 1875;35(2):171-196.
7. Ramadhoani VP. Pengaruh lingkungan kerja, self efficacy, work-family conflict, dan employee engagement terhadap turnover intention pegawai kantor badan sar nasional mataram. Forum Ekon . 2020;22(1):82-94. http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/Forumekonomi
8. Efitriana I, Liana L. Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja, dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Turnover Intention (Studi Pada Yamaha Mataram Sakti Semarang). Seiko J Manag Bus . 2022;5(2):2022- 2182.
9. Gunawan S, Andani KW. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Turnover Intention Karyawan pada PT Permata Prima Canindo di Jakarta. J Manajerial Dan Kewirausahaan . 2020;2(3):793. doi:10.24912/jmk.v2i3.9593
10. Rustika IM. Efikasi Diri: Tinjauan Teori Albert Bandura. Bul Psikol . 2016;20(1-2):18-25. doi:10.22146/bpsi.11945
11. Md. Rezaul Kabir P* MMU**. Journal of Business Administration. Iba-DuEdu . 2020;41(1):95-118. https://iba-du.edu/upload_images/Vol. 41_No.1_Article_6.pdf
12. Harvida DA, Wijaya C. Faktor Yang Mempengaruhi Turnover Karyawan dan Strategi Retensi Sebagai Pencegahan Turnover Karyawan : Sebuah Tinjauan Literatur. J Ilmu Adm Negara . 2020;16(1):13-23.
13. Waskito M, Putri AR. Pengaruh Kompensasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Pada Karyawan Office Pt Cipta Nugraha Contrindo. Kinerja . 2022;4(1):111-122. doi:10.34005/kinerja.v4i1.1799
|
d91cd78e-1e16-4224-8a60-52227211d936 | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/download/17970/13927 |
## Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
17 (2), 2018, 80 - 86
DOI : 10.14710/jkli.17.2.80-86
## Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Subyektif Dermatitis Kontak Iritan pada Petugas Pengepul Sampah di Wilayah Kota Yogyakarta
Dwi Desi Ambarsari 1 , Surahma Asti Mulasari 1
1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogjakarta Email : [email protected]
Info Artikel : Diterima Maret 2018 ; Disetujui Juli 2018 ; Publikasi Oktober 2018
## ABSTRAK
Latar belakang: Pengepul sampah merupakan sektor informal dalam bidang pengumpulan dan perdagangan sampah layak jual. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Kontak langsung dengan sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik atau teratogenik, dan sampah yang mengandung kuman patogen, dapat menimbulkan penyakit salah satunya dermatitis kontak iritan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta.
Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik obsevasional dengan desain cross sectional . Subyek penelitian adalah petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta yang berjumlah 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionale stratified random sampling . Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama kontak, jenis kelamin dan personal hygiene sedangkan variable terikat adalah keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Teknik pengumpulan data berupa wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi-square . Hasil: Proporsi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 28,9%. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kontak dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan ( p-value = 0,322; RP = 0,544; CI 95% = 0,174-1,695), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan ( p-value = 0,149) dan tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan ( p-value = 1,067). Simpulan : Tidak ada hubungan antara lama kontak, jenis kelamin, dan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada putugas pengepul sampah.
Kata kunci: lama kontak; jenis kelamin; personal hygiene ; dermatitis kontak iritan.
## ABSTRACT
Title: Factors Associated with Subjective Complaints Contact Irritant Dermatitis on Garbage Collector in Yogyakarta City Area Background: Rubbish collector is one of part in informal sector which runs in collecting and demand the economical rubbish. The effect of of rubbish for health can be divided into two, they are direct affection and indirect affection. Direct contact with the rubbish such as poisonous rubbish, corrosive rubbish to the body, carcinogenic rubbish, the rubbish of teratogenicity, and rubbish containing pathogen virus, it could spread the disease which was called irritant contact of dermatitis. The aim of trhe research was to find out the factors subjective complaint related to dermatitis contact of irritant with the rubbish collector at central Yogyakarta. Methods: This type of research is an obsevational analytics with cross sectional study design. The subjects of this research are garbage collectors in Yogyakarta City, which are 45 people. Sampling technique using proportionale stratified random sampling. The independent variables in this study were contact time, sex and personal hygiene while the dependent variable was subjective complaint of irritant contact dermatitis. Technique of collecting data in the form of interview to respondent by using questioner. Data analysis used univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test.
Results: The proportion of incidence of irritant contact dermatitis was 28.9%. The result of the analysis showed that there was no correlation between contact duration with subjective complaints of irritant contact dermatitis (p-value = 0.322; RP = 0,544; 95% CI = 0,174-1,695), no relation between sex with subjective complaint of irritant contact dermatitis (p-value = 0.149) and no relationship between personal hygiene and subjective complaints of irritant contact dermatitis (p-value = 1.067).
Conclusion : There is no relationship between contact length, sex, and personal hygiene with subjective complaints of irritant contact dermatitis.
Keywords : duration of contact; sex; personal hygiene; irritant contact dermatitis.
## PENDAHULUAN
Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia, terutama di kota-kota besar, sangat kompleks. Hal tersebut disebabkan karena banyak faktor yang salah satu diantaranya adalah tempat pembuangan sampah yang hampir semua tempat menggunakan sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran udara, tanah dan air dan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular. 1 Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang menghasilkan banyak sampah. Hal itu dapat dilihat dari jumlah penduduk Kota Yogyakarta yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi D.I.Yogyakarta diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 390.553 jiwa dan meningkat menjadi 394.012 jiwa pada tahun 2012. Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan karena kebutuhan manusia juga akan bertambah. Oleh karena itu masalah pengelolaan sampah menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diselesaikan. 1 Pengusaha sampah atau yang biasa disebut pengepul sampah merupakan bagian dari sektor informal yang biasa bergerak dalam pengumpulan dan perdagangan sampah yang layak jual, keberhasilan suatu usaha pengepul sampah dapat dilihat dari tingkat laba yang dihasilkan pada waktu tertentu. 2 Pengepul adalah salah satu petugas pengelola sampah yang setiap harinya kontak langsung dengan sampah. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lain-lain. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. 3 Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan karena bahan atau substansi yang menempel pada kulit, dikenal dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik
spesifik. Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu, lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, gesekan dan trauma fisis, suhu dan kelembaban lingkungan. Faktor individu juga ikut berperan pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, usia, ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insiden DKI lebih banyak pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami. 4
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12- 13 Mei 2016 di beberapa pengepul di Wilayah Kota Yogyakarta diperoleh gambaran tentang kehidupan dan kondisi lingkungan tempat pengepul bekerja. Tempat pengepulan sampah di beberapa tempat menjadi satu bagian dengan tempat tinggal. Lingkungan yang kotor dan kontak langsung dengan sampah menjadi faktor risiko penularan penyakit. Saat melakukan pekerjaan para petugas pengepul sampah tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Petugas pengepul rawan terhadap berbagai penyakit akibat sampah apabila tidak memperhatikan hygiene personal dan penggunaan APD. Ada 3 dari 5 pekerja yang mengeluhkan gatal-gatal akibat kontak langsung dengan sampah, mereka mengeluh karena adanya bahan yang dapat mengiritasi kulit, namun ada juga yang tidak mengeluh karena daya tahan tubuh mereka sudah resisten akibat sudah terlalu lama kontak dengan sampah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama kontak, jenis kelamin, dan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta.
## MATERI DAN METODE
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional . Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengepul sampah yang berada di wilayah Kota Yogyakarta yang berjumlah 33 tempat pengepul sampah dengan jumlah pekerja atau petugas sebanyak 83 orang. Sampel penelitian adalah petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta yang berjumlah 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability
Sampling dengan teknik Simple Random Sampling , yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. 5 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama kontak, jenis kelamin dan personal hygiene sedangkan variabel terikat adalah keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Teknik pengumpulan data berupa wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis
data menggunakan analisis univariat (deskriptif) dan analisis bivariat dengan uji chi-square .
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Data tentang distribusi frekuensi lama kontak, jenis kelamin, personal hygiene , dan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan (DKI) pada petugas pengepul sampah di Wilayah Kota Yogyakarta tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lama Kontak, Jenis Kelamin, Personal Hygiene , dan Keluhan Subyektif Dermatitis Kontak Iritan pada Petugas Pengepul Sampah di Wilayah Kota Yogyakarta tahun 2016
Variabel Frekuensi Persentase (%) Lama Kontak 1. Berisiko 16 35,6 2. Tidak berisiko 29 64,4 Jumlah 45 100 Jenis Kelamin 1. Perempuan 13 28,9 2. Laki-laki 32 71,1 Jumlah 45 100 Personal Hygiene 1. Tidak baik 24 53,3 2. Baik 21 46,7 Jumlah 45 100 Keluhan DKI 1. Ada keluhan 13 28,9 2. Tidak ada keluhan 32 71,1 Jumlah 45 100
Tabel 1. memperlihatkan distribusi karakteristik responden yang memiliki lama kontak berisiko ada sebanyak 16 orang (35,6%). Responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (28,9%) dan laki-laki sebanyak 32 orang (71,1%). Responden dengan personal hygiene tidak baik sebanyak 24 orang
(53,3%). Responden yang memiliki keluhan subyektif dermatitis kontak iritan sebanyak 13 orang (28,9%).
Data hubungan antara lama kontak, jenis kelamin dan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di Wilayah Kota Yogyakarta tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisa statistik hubungan antara lama kontak, jenis kelamin dan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada Petugas Pengepul Sampah di Wilayah Kota Yogyakarta tahun 2016
Variabel Keluhan subyektif DKI Total p- value RP (95% CI) Ada Tidak ada Lama kontak Berisiko 3 (6,7%) 13 (28,9%) 16 (35,6%) 0,322 0,544 (0,174-1,695) Tidak berisiko 10 (22,2%) 19 (42,2%) 29 (64,4%) Jumlah 13 (28,9%) 32 (71,1%) 45 (100%) Jenis kelamin Perempuan 6 (13,3%) 7 (15,6%) 13 (28,9%) 0,149 2,110 (0,876-5,084) Laki-laki 7 (15,6%) 25 (55,6%) 32 (71,1%) Jumlah 13 (28,9%) 32 (71,2%) 45 (100%) Personal hygiene Tidak baik 9 (20%) 15 (33,3%) 24 (53,3%) 1,067 1,969 (0,709-5,470) Baik 4 (8,9%) 17 (37,8%) 21 (46,7%) Jumlah 13 (28,9%) 32 (71,1%) 45 (100%)
Hasil analisis bivariat hubungan antara masing- masing variabel bebas (lama kontak, jenis kelamin, dan personal hygiene ) dengan variabel terikat (keluhan subyektif dermatitis kontak iritan) pada petugas pengepul sampah di Wilayah Kota Yogyakarta ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil dari uji Fisher Exact bahwa nilai p-value > 0,05 (0,322) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara lama kontak dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta. Sedangkan berdasarkan nilai CI ( Confidence Interval ) yaitu (0,174-1,695) mencakup angka 1 yang berarti bahwa lama kontak belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko terhadap keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Analisis bivariat berdasarkan jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan dapat diketahui dari uji Fisher Exact bahwa nilai p-value > 0,05 (0,149) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta. Sedangkan berdasarkan nilai CI ( Confidence Interval ) yaitu 0,876-5,084 mencakup angka 1 yang berarti bahwa jenis kelamin belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko terhadap keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Kemudian hasil dari uji Chi-Square hubungan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan nilai p-value > 0,05 (1,067) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta. Sedangkan berdasarkan nilai CI (Confidence Interval) yaitu 0,709-5,470 mencakup angka 1 yang berarti bahwa personal hygiene belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko terhadap keluhan subyektif dermatitis kontak iritan.
Lama kontak petugas pengepul sampah dengan berbagai jenis sampah rata-rata 7 jam/hari mulai dari jam 08.00 s/d jam 16.00 dengan waktu istirahat selama 1 jam. Lamanya kontak dengan berbagai jenis sampah selama bekerja merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya dermatitis kontak iritan. Berdasarkan teori lama kontak yang berisiko terkena dermatitis kontak iritan adalah 8 jam/hari atau lebih. Namun berdasarkan hasil penelitian petugas yang bekerja <8 jam/hari lebih banyak mengalami keluhan dermatitis kontak iritan yaitu sebanyak 10 responden (22,2%). Hal ini menunjukkan bahwa lama kontak tidak mempengaruhi terjadinya keluhan dermatitis kontak, tetapi semakin lama kontak maka peradangan atau iritasi kulit bisa semakin parah.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama paparan pekerja pabrik tekstil Troso X Jepara dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai p-value 0,476 > 0,05. Tidak adanya hubungan antara lama paparan dengan kejadian dermatitis kontak disebabkan karena semua pekerja yang kontak dengan zat warna dan zat pelekat warna bekerja lebih dari 5 jam perharinya walaupun ada perbedaan lama paparan. 6
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit. 7
Lamanya kontak dengan sampah tentu akan menyebabkan penyakit. Namun hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan pengendalian risiko yaitu dengan cara membatasi jumlah dan lama kontak. Misalnya dengan menggunakan alat pelindung diri, mencuci tangan dengan sabun setelah bekerja untuk mengurangi bahan yang dapat mengiritasi kulit serta mengganti dan mencuci baju kerja.
Petugas pengepul sampah yang memiliki keluhan subyektif dermatitis kontak iritan karena kontak dengan berbagai jenis sampah. Mereka mengeluh adanya gatal-gatal pada kulit, timbul kemerahan, terasa perih, terasa sakit dan kulit terasa seperti terbakar. Iritasi tersebut timbul setelah bekerja. Hal ini dapat terjadi karena pada saat bekerja mereka tidak menggunakan alat pelindung diri dan kurangnya penanganan yang hati-hati dalam melakukan pemilahan sampah sehingga iritasi pada kulit dapat terjadi pada saat bekerja. Petugas pengepul sampah ketika mengalami keluhan tersebut tidak pergi untuk berobat ke pelayanan kesehatan namun mereka hanya melakukan pengobatan sendiri.
Penelitian lain juga mengatakan bahwa jumlah jam kerja secara statistik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai p-value sebesar 0,116 lebih besar dari nilai α 0,05 yang berarti tidak ada hubungan jumlah jam kerja dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Secara teori, lama kontak dan intensitas paparan substansi dengan manusia adalah faktor penyebab DKI di samping jenis dan jumlah/konsentrasi substansi tersebut. 8
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian lainnya, berdasarkan hasil penelitian diketahui p-value sebesar 0,003 (< 0,05) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara lama paparan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian premix di PT. X Cirebon. Lamanya waktu terpapar bahan kimia CuSO4 satu harinya merupakan salah satu faktor untuk terjadinya dermatitis kontak oleh karena bahan kimia CuSO4 yang digunakan akan semakin lama menempel pada tangan pekerja, apabila tidak menggunakan alat pelindung diri dengan benar, sehingga dapat mengiritasi kulit daerah tersebut sehingga terjadi dermatitis kontak iritan. 9
Insiden dermatitis kontak iritan lebih banyak pada perempuan. 4 Namun, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin petugas pengepul sampah dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 32 responden (71,1%), sedangkan jika dihubungkan dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
petugas pengepul sampah yang banyak mengalami keluhan subyektif dermatitis kontak iritan adalah petugas yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 7 responden (15,6%).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena saat dilakukan penelitian, petugas yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan, sehingga menjadikan proporsi antara laki-laki dan perempuan tidak sama dan pada akhirnya diperoleh hasil lebih banyak laki-laki yang menderita dermatitis kontak iritan. Dan pada akhirnya menghasilkan data yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di Kota Yogyakarta
Hasil penelitian ini tidak mematahkan teori yang ada bahwa insiden dermatitis kontak iritan banyak terjadi pada perempuan. Hasil yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah dikarenakan dalam penelitian ini petugas yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini yang menjadikan proporsi antara laki-laki dan perempuan tidak sama sehingga diperoleh hasil yang tidak berhubungan 4 . Berdasarkan nilai CI ( Confidence Interval ) yaitu 0,876-5,084 mencakup angka 1 yang berarti bahwa jenis kelamin belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko terhadap keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Jenis kelamin belum tentu merupakan faktor risiko terhadap kejadian dermatitis kontak iritan dalam penelitian ini, karena berdasarkan hasil di lapangan pada saat bekerja petugas pengepul sampah baik laki- laki maupun perempuan tidak menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja sehingga memungkinkan terjadinya iritasi. Selain itu, kurangnya kesadaran akan perilaku personal hygiene para pekerja sehingga menyebabkan munculnya keluhan dermatitis kontak iritan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai p-value 0,017 (< 0,05). Pada penelitan di bagian premix PT. X Cirebon ini terdapat perbedaan kerentanan antara kulit wanita dan kulit pria terhadap paparan bahan kimia CuSO4. Pada penelitian ini kulit wanita lebih rentan terhadap bahan kimia CuSO4 dibandingkan dengan kulit pria. 9 Insiden dermatitis kontak iritan memang lebih banyak terjadi pada perempuan, namun terjadinya dermatitis kontak iritan bisa saja dipengaruhi oleh tempat bekerja, bagian kerja dan bahan yang dapat mengiritasi kulit. Selain itu terjadinya dermatitis kontak iritan juga dipengaruhi oleh kebiasaan petugas pengepul sampah dalam bekerja tidak menggunakan
alat pelindung diri meskipun sudah disediakan dan kurang berhati-hati dalam melakukan pemilahan sampah. Jika hal ini terjadi maka tidak menutup kemungkinan bagi petugas pengepul sampah baik laki- laki maupun perempuan akan mengalami keluhan dermatitis kontak iritan.
Personal hygiene yang diterapkan oleh petugas pengepul sampah masih tergolong kurang baik, berdasarkan hasi penelitian terhadap 45 responden, personal hygiene tidak baik sebanyak 24 responden (53,3%) dan responden yang memiliki personal hygiene baik sebanyak 21 responden (46,7%). Dapat diketahui bahwa lebih dari 50% petugas yang masih belum menerapkan perilaku personal hygiene dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran para petugas pengepul sampah akan perilaku personal hygiene yang baik seperti mencuci tangan dengan sabun setelah bekerja, mengganti dan mencuci baju setelah bekerja dan mandi setelah bekerja.
Berdasarkan nilai CI ( Confidence Interval ) yaitu 0,709-5,470 mencakup angka 1 yang berarti bahwa personal hygiene belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko terhadap keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Menurut penelitian terdahulu praktek personal hygiene berfungsi untuk mengurangi/menghilangkan bahan kimia yang telah kontak dan menempel pada kulit pekerja, sehingga personal hygiene tidak dapat digunakan sebagai upaya pencegahan dermatitis kontak iritan tetapi sebagai upaya pengurangan dampak bahan kimia terhadap dermatitis kontak iritan yang terjadi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian premix di PT X Cirebon dengan nilai signifikansi sebesar 0,689 (P>0,05). Berdasarkan penelitian tersebut praktek personal hygiene berfungsi untuk mengurangi/menghilangkan bahan kimia yang telah kontak dan menempel pada kulit pekerja, sehingga personal hygiene tidak dapat digunakan sebagai upaya pencegahan dermatitis kontak iritan tetapi sebagai upaya pengurangan dampak bahan kimia terhadap dermatitis kontak iritan yang terjadi pada pekerja di bagian premix. 9
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. 10 Personal hygiene yang diterapkan oleh petugas pengepul sampah masih kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian masih banyak petugas pengepul sampah yang tidak mencuci tangan pakai sabun setelah bekerja. Seharusnya petugas pengepul sampah dan pemilik tempat pengepulan sampah memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawat kebersihan diri masing-masing dan pemilik juga seharusnya menyediakan fasilitas tersebut.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pengrajin logam dengan nilai p-value 0,689 (>0,05). Penyediaan fasilitas pencucian dan sabun pembersih ini merupakan kewajiban dari pemilik usaha. Letak tempat pencucian harus dirancang dengan baik dan dijaga kebersihannya agar pekerja lebih mudah mengakses tempat pencucian tersebut. Dengan adanya tempat pencucian yang disediakan, akan mengurangi praktek mencuci tangan dengan menggunakan pelarut, minyak/oli atau deterjen yang mana bahan tersebut bukanlah merupakan bahan pembersih yang baik untuk kesehatan. 11 Penyediaan fasilitas cuci tangan juga harus diperhatikan jenis sabun cuci tangan yang disediakan. Ada responden yang melakukan cuci tangan namun menggunakan sabun colek, pemilahan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit pekerja. Sabun colek sebagai sabun untuk mencuci tangan dapat memperbesar peluang kejadian dermatitis kontak iritan, meskipun pekerja sering cuci tangan, hal tersebut bukan bermanfaat untuk menghilangkan bahan kimia dari permukaan kulit tetapi bisa menambah bahan iritan untuk menempel pada kulit. 6 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian lain yang mengatakan, bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian dermatitis kontak yang bermakna antara personal hygiene yang baik dengan personal hygiene yang kurang baik. Hal ini terlihat dari hasil P value sebesar 0,588. Pekerja yang memiliki personal hygiene yang baik, Pekerja diharuskan memenuhi kriteria untuk dapat menjaga kebersihan dirinya. Jika dalam permasalahan personal hygiene ini tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna mungkin terdapat beberapa kekurangan dalam menjaga kebersihan diri. 12 Salah satu yang menjadi penilaian personal hygiene adalah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini seharusnya dapat mengurangi terjadinya dermatitis kontak iritan akibat bahan yang menempel pada kulit yang dapat mengiritasi kulit setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis kontak iritan itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya misalnya kurang bersih atau menggunakan sabun cuci tangan yang tidak sesuai. Seperti pada saat penelitian ada responden yang menggunakan sabun colek untuk mencuci tangan. hal tersebut bukan bermanfaat untuk menghilangkan bahan kimia dari permukaan kulit tetapi bisa menambah bahan iritan untuk menempel pada kulit. 6 Mencuci pakaian kerja juga merupakan salah satu untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak iritan. Masih banyak petugas pengepul sampah yang tidak memiliki pakaian khusus untuk bekerja. Pakaian yang mereka gunakan untuk bekerja merupakan pakaian yang mereka pakai sehari-hari. Kemudian ada petugas pengepul sampah yang tidak mencuci pakaian yang
mereka gunakan untuk bekerja padahal seharusnya pencucian baju yang digunakan untuk bekerja dilakukan setiap hari setelah digunakan supaya pakaian yang terkontaminasi bahan iritan dibersihkan sebelum digunakan kembali. 7
Penelitian lain juga mengatakan bahwa ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di tempat pelelangan ikan terbukti dengan nilai p-value 0,027 (<0,05). Ada kecenderungan bahwa responden yang menderita dermatitis karena memiliki personal hygiene buruk, sebaliknya responden yang tidak menderita dermatitis sebagian besar memiliki personal hygiene baik. 13 Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto dan Nurjazuli menyebutkan bahwa ada hubungan antara pemakaian APD sarung tangan dengan kejadian penyakit kulit di tangan pada pekerja pengangkut sampah (p- value = 0,0336) dan ada hubungan antara pemakaian APD sepatu boot dengan kejadian penyakit kulit di kaki pada pekerja pengangkut sampah (p- value = 0,0068). 14
## SIMPULAN
Petugas pengepul sampah di Kota Yogyakarta yang memiliki keluhan subyektif dermatitis kontak iritan sebanyak 28,9%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan lama kontak, jenis kelamin, dan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta.
## DAFTAR PUSTAKA
1. Sumantri A. Kesehatan Lingkungan. Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana; 2015.
2. Tim Penulis PS. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Bogor: Penebar Swadaya; 2011.
3. Slamet JS. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2011.
4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam Cetakan Ketiga.. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
5. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2011.
6. Suwondo A, Jayanti S, Lestantyo D. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pekerja Industri Tekstil X di Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2010, 6(2): 2010: 89-98.
7. Nuraga W, Lestari F, Kurniawidjaja LM. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan 2008, 12(2): 63-70.
8. Azhar K, Hananto M. Hubungan Proses Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Petani Rumput Laut di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan 2011, 10(1); 2011:1-9.
9. Indrawan IA, Suwondo A, Lestantyo D. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Bagian Premix di PT. X Cirebon. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 2014 2(2): 110-118.
10. Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2004.
11. Rachmasari N. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pengrajin Logam di Desa Cepogo. Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, 2(1): 1-10.
12. Lestari F, Utomo HS. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Makara Kesehatan 2007, 11(2): 61-68.
13. Cahyawati IN, Budiono I. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis pada Nelayan. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2011, 6(2): 134-141.
14. Sudarmanto, Nurjazuli. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Penyakit Kulit pada Pekerja Pengangkut Sampah. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia 2002, 1(1): 6- 9.
|
f3f8ee09-b6e0-4970-82c7-6c6e87f7f54e | https://online-journal.unja.ac.id/jseb/article/download/5057/8906 |
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
Kontribusi Pangan Lokal Hewani Laut Terhadap Pemenuhan Konsumsi Pangan Dan Gizi Rumah Tangga Nelayan Di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Maria Tambunan 1) , Suandi 2) dan Ratnawati Siata 2)
1) Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2) Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Email :[email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan : (1) Untuk mengetahui kontribusi pangan lokal hewani laut terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga nelayan di Kecamtan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pangan dan gizi rumah tangga nelayan di kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dari tanggal 5 Agustus sampai dengan 5 September Tahun 2015. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan alat analisis Regresi Linier Berganda. Metode yang digunakan adalah yaitu metode survey dengan wawancara secara langsung menggunakan metode recall 24 jam dan food frequency yang dilakukan dalam tiga kali perhitungan serta pengisian kuisioner yang telah dipersiapkan.
Hasil penelitianmenyatakan bahwa : 1)Kontribusi pangan spesifik lokal terbesar dilihat sembilan jenis kelompok pangan terletak pada jenis pangan hewani laut. yaitu dengan kontribusi energi sebesar 9,26 persen dan untuk kontribusi protein sebesar 16,74 persen. 2) Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi dan protein rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi dan protein rumah tangga nelayan dan pendidikan tidak ada perbedaan antara konsumsi energi dan protein yang berpendidikan menengah atas dan yang berpendidikan dasar di kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Kata Kunci :Kontribusi Hewani, Pangan Lokal, Energi, Protein
## Local Food Contributes To The Fulfillment Of Marine Animal Food Consu,Ption And Household Nutrition Fisherman in Nipah Panjang District Tanjung Jabung Timur
## ABSTRACT
This study aims to: (1) To determine the contribution of local food sea animal to the fulfillment of food and nutrition needs of households of fishermen in Nipah Panjang District Tanjung Jabung Timur. (2) To determine the factors that affect food and nutrition households of fishermen in Nipah Panjang DistrictTanjung Jabung. This study was conducted in Nipah Panjang DistrictTanjung Jabung Timur, from August 5 to September 5, 2015. In data used are primary and secondary data. Analysis of the data used is descriptive analysis Regression analysis tool. The method used is the method of survey with interviews directly using 24-hour recall and food frequency were carried out in three times the calculations and filling the questionnaire that has been prepared.
The study states that: 1) Contributions largest local specific food seen nine types of food groups lies in the type of marine animal food. ie the energy contribution of 18.51 per cent and for the contribution of 35.19 percent protein. 2) Revenue significantly influence energy and protein consumption of households, number of household members significantly influence energy and protein consumption of households of fishermen and education there is no difference between the energy consumption and protein educated upper middle and primary education in Nipah Panjang DistrictTanjung Jabung Timur.
Keyword : Contribution Animal, Food Local, Energy, Protein
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
## PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk didunia. Pada tahun 1930, penduduk dunia hanya 2 miliar dan 30 tahun kemudian pada tahun 1960 baru mencapai 3 miliar. Lonjakan penduduk dunia mencapai peningkatan yang tinggi setelah tahun 1960, hal ini dapat kita lihat dari jumlah penduduk tahun 2000-an yang mencapai kurang lebih 6 miliar orang, tentu saja dengan pertumbuhan penduduk ini akan mengkibatkan berbagai permasalahan diantaranya kerawanan pangan. (Nasoetion, 2008).
Keragaman konsumsi pangan masyarakat dapat diketahui dari pola konsumsi pangan di daerah yang bersangkutan, yaitu mencakup ragam jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi serta frekuensi dan waktu makan, yang secara kuantitatif semuanya menentukan jumlah pangan yang dikonsumsi. Apabila keragaman konsumsi pangan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012 merekomendasikan Angka Kecukupan Energi 2150 kkal/kapita/hari dan protein sebesar 57 gram/kapita/hari, maka jika dibawah anjuranmaka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi serta peningkatan ketersediaan pangan sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
Salah satu upaya dalam pengembangan konsumsi pangan dilaksanakan melalui pengembangan pangan lokal, karena pangan lokal merupakan pangan yang sudah dikenal, mudah diperoleh disuatu wilayah, jenisnya beragam dan dapat diusahakan baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk dijual. Pengembangan pangan lokal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Ketersediaan pangan mempengaruhi kehidupan orang banyak. (PPRI, No 22 Tahun 2009)
Produksi hasil perikanan dan kelautan terdapat hampir pada semua kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tetapi Kecamatan Nipah Panjang Memiliki Produksi perikanan laut tertinggi sebesar 6.895 ton, sehingga seharusnya kelompok pangan hewani sudah bisa mencapai skor Pola Pangan Harapan yang dianjurkan. Tanah Kecamatan Nipah Panjang yang khas tanah pesisir laut membuat sebagian dari penduduknya memilih bekerja menjadi nelayan sebagai mata pencarian utama dengan hasil tangkapan hewani lautnya. Selain itu, Kecamatan Nipah Panjang juga merupakan sentral produksi perikanan dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sehingga Kecamatan Nipah Panjang terkenal dengan memanfaatkan potensi sumber daya dan kearifan lokalnya yaitu Potensi Kelautan dan Perikananya baik itu dari segi produksi maupun olahan makanan yang menggunakan bahan olahan hewani laut seperti ikan, udang, kerang, kepiting dan lainnya, sehingga meningkatkan kemampuan penyediaan bahan pangan pokok kedua selain beras yang berspesifik lokal disetiap Provinsi/Kabupaten, sesuai potensi dan kemampuan wilayah dengan melibatkan seluas-luasnya partisipasi masyarakat (Baliwati, 2004.) Dari Kecamatan Nipah Panjang terdapat sumber pangan yang berspesifik lokal yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein dan karbohidrat yang berasal dari pangan hewani laut. Selain digunakan sebagai sumber pangan, komoditas pangan lokal di daerah Kecamatan Nipah Panjang juga telah dikembangkan menjadi produk olahan yang dikelola dalam skala industri rumah tangga. Tujuan Penelitian : 1) Untuk mengetahui kontribusi pangan lokal hewani laut terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga nelayan di Kecamtan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pangan dan gizi rumah tangga nelayan di kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Objek penelitiannya adalah rumah tangga nelayan yang bertempat tinggal di Kecamatan Nipah Panjang. Ruanglingkup penelitian ini adalah melihat Kontribusi Pangan Lokal Hewani Laut.Dengan pertimbangan Kecamatan Nipah Panjang yang merupakan daerah sentral produksi hasil perikanan dan kelautan, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan aliran sungai Batanghari yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan mengolah hasil alam dari daerah aliran sungai Batanghari selain itu juga melestarikan dan mengkonsumsi pangan hewani seperti ikan, udang, kerang, kepiting yang merupakan jenis pangan lokal dari daerah Nipah Panjang.Waktu penelitian selama bulan Agustus – November.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa yang diperoleh dari wawancara secara langsung menggunakan metode recall 24 jam dan food frequency yang dilakukan dalam tiga kali perhitungan serta kuisioner yang telah dipersiapkan. Kemudian dipilih 3 desa/kelurahan sampel secara sengaja (Purposive) sebagai lokasi penelitian diantaranya Kelurahan Nipah Panjang I, Kelurahan Nipah Panjang II, Desa Pemusiran. Pengambilan sampel rumah tangga digunakan metode sampel quota (Quota Sampling) yaitu pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Biasanya yang dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah, yang penting diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang ditetapkan. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sehingga didapat jumlah sampelnya sebanyak 95 responden, sehingga di dapat masing-masing jumlah sampel : Kelurahan Nipah Panjang I 63 sampel, kelurahan Nipah Panjang II 28 sampel dan Desa Pemusiran 5 sampel. Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan akan menghasilkan jenis data yang bersifat kualitatif dan inferensial. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 5 Agustus sampai dengan 5 September 2015.
Untuk menghitung kecukupan dari setiap bahan pangan digunakan rumus :
Kgjj = (Bj/Bs) x Kp Kgjj = Kandungan gizi bahan pangan yang dikonsusmsi(Gram/kapita/hari) Bj = Berat bahan pangan yang dikonsumsi Bs = Berat satuan penukar Kp = Kandungan satuan penukar (Lampiran 7)
Setelah didapat hasilnya maka jumlahnya dari keseluruhan bahan pangan yang dikonsumsi selama 24 jam dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga.
Untuk menghitung kontribusi pangan lokal dengan tingkat konsumsi pangan dan gizi rumah tangga dikecamatan Nipah Panjang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Ks = "#$%&'%( )* +,$( -,&.
"#$%&'%( .#.,/ x 100% Dimana :
Ks= Kontribusi pangan lokal Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur (%).
Konsumsi Ikan= Jumlah Konsumsi Ikan yang Dikonsumsi rumah tangga di kecamatanNipah Panjang.
Konsumsi Total=Konsumsi total keseluruhan pangan yang dikonsumsi rumah tangga di kecamatan Nipah Panjang.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi rumah tangga, digunakan analisis regresi linear berganda dengan bentuk sebagai berikut :
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
Y = F (X 1 ,X 2 ,…X n )
Fungsi matematisnya adalah : Y = 𝛽 1 + 𝛽 2 X 1 + 𝛽 3 X 2 + 𝛽 4 D 4 +E Model pendugaannya adalah : Y1 = b 0 + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 D 1 +b 4 D 2 +e Y2 = b 0 + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 D 1 +b 4 D 2 +e Dimana : Y 1 = Konsumsi pangan energi rumah tangga (kkal/kapita/hari) Y 2 = Konsumsi pangan protein (gram/kapita/hari) X 1 = Pendapatan (Rp/bulan) X 2 = Jumlah Anggota Keluarga (orang) D1 = Koefisien variable Dummy untuk pendidikan. Nilai 1 à Pendidikan > 9 Tahun (Menengah Atas s/d Perguruan Tinggi) Nilai 0 à Pendidikan < 9 Tahun (Pendidikan Dasar s/d Menengah Pertama) 𝛽 1 = Konstanta e = Kesalahan Penggunaan
𝛽 2 𝛽 3 𝛽 5 = Koefisisen regresi
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
## Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan yang berada di daerah Kecamatan Nipah Panjang.Adapun yang menjadi karakteristik responden didaerah penelitian mencakup umur dan pendidikan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, suku, dan pendapatan rumah tangga nelayan.
Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Berdasarkan Umur, Pendapatan, Pendidikan Kepala rumah tangga dan Jumlah Anggota Rumah Tangga N o Karakteristik Responden Kategori Standar Ukuran N Persentase (%) 1 Kelompok Umur Produktif >24 thn 76 80 Tidak Produktif < 24 thn 19 20 2 Pendapatan Tinggi > Rp. 1.412.632 66 69 Rendah <Rp. 1.412.632 29 31 3 Pendidikan Kepala Rumah Tangga Tinggi >SMA 38 40 Rendah <SMA 57 62 4 Jumlah Anggota Keluarga Besar >5 4 4,2 Kecil <5 91 95,7
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia responden berada pada rentan usia > 24 tahun(usia produktif), sehingga diasumsi rata-rata kepala rumah tangga memiliki kemampuan fisik dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi energi dan protein rumah tangganya. Umur kepala rumah tangga memegang peranan penting dalam rumah tangga, karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan dan ketahanannya dalam penyajiannya makanan. Selain itu, umur disaat manusia mampu bekerja secara optimal dikatakan dengan usia produktif pada saat > 24 tahun. Rata-rata kepala rumah tangga memiliki kemampuan fisik dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi energi dan protein rumah tangga.
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
## Pendapatan
Sumber pendapatan utama rumah tangga adalah nelayamn. Rata-rata rumah tangga memiliki pendapatan rumah tangga yaitu sebesar Rp. 1.412.632. Apabila merujuk pada kategori keluarga sejahtera berdasarkan pendapatan, maka rata-rata pendapatan rumah tangga dilokasi penelitian tidak bisa dikategorikan sejahtera. Dalam rumah tangga pendapatan rumah tangga di lokasi penelitian tidak kebutuhan konsumsi rumah tangga.
## Pendidikan
Pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan, wawasan, keahlian, status dan harapan seseorang dalam menerima perubahan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknilogi untuk meningkatkan taraf hidup. Didaerah penelitian pendidikan kepala rumah tangga masih sangat rendah sehingga ini juga mempengaruhi pengetahuan kepala rumah tangga pada saat bekerja sehingga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan.
## Jumlah Anggota Rumah Tangga
Jumlah anggota rumah tangga adalah jumlah tanggungan kepala rumah tangga menyangkut akan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari khususnya kebutuhan akan pangan. Diantaranya terdiri dari suami, istri, anak, maupun orang diluar keluarga yang dalam status tanggungan. Didaerah penelitian jumlah anggota rumah tangga masih belum mengikuti sistem BKKBN 2003 dengan sistem duan anak dalam satu rumah. Sehingga jumlah rumah tangga juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam rumah tangga.
## Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Rumah Tangga Nelayan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Diperoleh bahwa pola konsumsi pangan berdasarkan menu makanan di waktu pagi, siang dan malam hari
## Tabel2. Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ragam Menu Makanan yang Dikonsumsi.
No Ragam Menu Pagi Siang Malam RT % RT % RT % 1 Nasi + Ikan Segar + Sayur + Buah 13 13.6 26 27.3 24 25.2 2 Nasi + Ayam + Sayur + Buah 8 8.4 14 14.7 12 12.6 3 Nasi + Ikan Teri + Tahu/Tempe + Sayur + Buah 12 12.6 32 33.6 38 40 4 Nasi + Telur + Sayur + Buah 9 9.4 16 16.8 14 14.7 5 Nasi + Udang + Sayur + Buah 3 3.1 7 7.3 7 7.37
Menu konsumsi pangan rumah tangga pada siang dan malam hari kebanyakan sama, dikarenakan sebagian besar ibu rumah tangga memasak sekali untuk dikonsumsi siang dan malam hari, dengan berbagai alasan seperti untuk menghemat waktu yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja sehingga ketika dari tempat pekerjaan kembali kerumah tidak lagi memikirkan untuk memasak lagi, tetapi akan bisa langsung makan dan beristirahat bersama keluarga.
## Kecukupan Konsumsi Energi Rumah Tangga Nelayan
Kecukupan konsumsi energi yang dimaksud mencakup kecukupan jumlah energi dari segi jumlah (kuantitas) yang terkandung dalam bahan pangan.
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
Tabel 3. Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Daerah
Penelitian. No Tingkat Konsumsi Energi (Kkal/kap/hari) N Persentase (%) 1 <2000 61 64,3 2 2000 – 2149 7 7,36 3 2150 > 2229 3 3,15 4 >2300 24 25,26 Jumlah 95 100
## Rata-rata : 1623,63
Berdasarkan tingkat konsumsi energi di daerah penelitian yang didasarkan pada standar konsumsi energi pada kelas cukup yaitu antara 2150-2200 kkal/kap/hari untuk hidup sehat yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan X dan Gizi Tahun 2012. Artinya sebagian besar rumah tangga pada daerah penelitian pada umumnya belum mampu memenuhi konsumsi energi rumah tangga sesuai standarisasi yang dianjurkan oleh WNPG X Tahun 2012. Hal ini ditandai oleh konsumsi energi rata-rata rumah tangga adalah sebesar 1623,63 kkal/kap/hari sebesar 75,51 persen dari 2150 kkal/kap/hari yang dianjurkan.
## Kecukupan Konsumsi Protein Rumah Tangga Nelayan
Kecukupan konsumsi pangan protein yang dimaksud mencakup kecukupan dari segi kualitas (kandungan protein) pangan. Konsumsi protein rumah tangga digunakan untuk melihat apakah konsumsi rumah tangga perkapita per hari telah memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat sesuai dengan standarisasi yang dianjurkan dalam hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012 sebesar 57 gram/kap/hari. Tabel 4. Distribusi Konsumsi Protein Rumah Tangga di Daerah Penelitian.
No Tingkat Konsumsi Protein (gram/kap/hari) N Persentase (%) 1 <50 40 42,11 2 50,00-56,99 9 9.47 3 >57,00-60,99 28 29.47 4 >61,00 18 18,95 Jumlah 95 100
## Rata-rata : 49,07
Sebagian besar rumah tangga di lokasi penelitian bearada pada kelas konsumsi protein yang kurang, dimana rumah tangga belum mampu, memenuhi kebutuhan akan konsumsi protein sesuai standarisasi yang dianjurkan oleh WNPG X Tahun 2012 dengan AKP 57 gram/kap/hari. Rata-rata konsumsi protein rumah tangga adalah sebesar 49,07 gram/kap/hari. Hal ini terjadi karena belum beragamnya jenis konsumsi makanan yang dikonsumsi rumah tangga dan juga pengetahuan akan pentingnya kebutuhan protein pada rumah tangga masih kurang karena rumah tangga masih mementingkan kebutuhan kecukupan makanan setiap harinya dibandingkan kecukupan gizinya.
## Konsumsi Pangan Spesifik Lokal
Hampir semua jenis pangan lokal yang berasal dari daerah Kecamatan Nipah Panjang terbuat dari jenis pangan hewani laut. Untuk jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh rumah tangga di Kecamatan Nipah panjang adalah jenis ikan laut dan ikan sungai. Untuk ikan laut seperti, ikan sembilang, ikan parim ikan tongkol, ikan dencis, ikan bawal termasuk didalamnya udang, cumi-cumi. Sebagian besar masyrakat di Kecamatan Nipah Panjang mendapatkannya dari hasil tangkapan mereka sendiri dengan memancing, atau menjala turun kelaut langsung. Pengembangan pemanfaatan sumberdaya lokal ditujukan untuk peningkatan ketersediaan, mutu dan penganekaragaman pangan. Sasaran yang ingin
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
dicapai adalah tergalinya potensi pangan lokal dalam meningkatkan ketersedian untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan yang bermutu, beragam dan terjangkau di tingkat rumah tangga.
Pangan berspesifik lokal yang berasal dari daerah penelitian yaitu Kecamatan Nipah Panjang seperti Daging tepek terbuat dari olahan ikan yang sudah dihaluskan yang dicampur telur, garam, penyedap rasa dan sagu. Setelah adonan benar-benar tercampur semua kemudian dibentuk oval dan direbus dalam air mendidih, setelah adonan yang tadi timbul dipermukaan air diangkat dan di tiriskan diamkan sampai dingin kemudian dipotong segi empat. Untuk bumbunya terbuat dari santan yang dicampur bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit lengkuas, sere, ketumbar, hadas manis, cabe merah yang semuanya dihaluskan disetiap acara pesta perkawanian masyarakat Kecamatan Nipah Panjang biasanya daging tepek selalu disajikan.Bentul ikan juga terbuat dari olahan ikan seperti daging tepek hanya saja bentuknya berbeda, kalau daging tepek berbentuk segi empat sedangkan bentul ikan berbentuk bulat seperti bakso. Bentul ikan kuahnya juga dari santan hanya saja kuahnya lebih encer, tidak dikeringkan atau dikentalkan seperti daging tepek.
Rusip terbuat dari ikan yang dihaluskan dicampur dengan garam kemudian dicampur dengan satu canting beras yang digonseng dan ditumbuk halus yang selanjutnya diendapkan dalam toples kedap udara dan ddiamkan delama kurang lebih satu minggu dan pastikan tidak ada udara yang masuk karena jika ada udara bisa menyebabkan ikan menjadi busuk dan berbau tidak sedap.Sate kerang juga merupakan makanan khas masyrakat Nipah Panjang, kerang juga dapat diganti dengan kepah mirip dengan kerang tetapi memiliki ukuran lebis besar dan bentuk cangkang lebih halus. Makanan ini menjadi makanan favorit untuk anak-anak didaerah penelitian. Seperti sate pada umumnya sate ini juga menggunakan tusukan lidi, kerang atau kepah yang sudah direbus menggunakan garam dan sere kemudian di tusukan ke tuduk lidi dan di bakar untuk menambah aromanya. Untuk bumbu kuahnya dibutuhkan bumbu halus yang terdiri dari bawang putih, cabai merah, merica, jahe, garam, gula pasir, air dan kecap manis. Dengan rasanya yang manis inilah juga menjadi salah satu alas an sate kerang ini digemari anak-anak. Pepes ikan yang menggunakan bumbu bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas, sere, cabe merah, dan daun-daunan seperti daun kunyit dan semuanya dihaluskan. Setelah itu limuri ikan dengan bumbu yang sudah dihaluskan dan bungkus dengan daun pisang, cara memasak bisa di panggang atau dikukus.Sambal lingkung terbuat dari ikan gabus yang direbus, air rebusan ikan tersebut jangan dibuang, setelah direbus ikan dihaluskan dan air rebusan ikan digunakan untuk memeras kelapa, sedangkan bumbu untuk sambal lingkung ini yaitu bawang putih, bawang merah, cabe merah, lengkuas, sere, dan ketumbar, yang dihaluskan kemudian bumbu tersebut dimasukan ke dantan dan dicampur dengan ikan yang telah digiling. Setelah dimasak sampai kering tambahkan dengan kelapa yang sudah digongseng halus dan selanjutnya di keringkan, setelah kering dinginkan dan diayak supaya halus sampai berbentuk seperti abon.
## Kontribusi Pangan Spesifik Lokal
Untuk kontribusi hewani laut yang terdiri jenis pangan yang berasal dari laut seperti ikan, udang, kepiting, kerang dan lainnya sebagai pangan spesifik lokal pangan hewani untuk lauk pauk berdasarkan pengolahan data pada daerah penelitian adalah sebagai berikut :
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
Tabel 5. Kontribusi Pangan Spesifik Lokal Pangan Hewani Laut Sumber Energi dan Protein Untuk Lauk Pauk di Kecamatan
Pangan Spesifik Lokal Hewani Laut Sumber Energi Hasil Tangkapan Jumlah Energi (Kkal/kap/hari) Energi (%) Laut(udang, kepiting,kerang) 15105 9,26 Total Keseluruhan Energi = 1623,63 Kkal/kap/hari Pangan Spesifik Lokal Hewani Laut Sumber Protein Hasil Tangkapan Jumlah Protein (Kkal/kap/hari) Protein (%) Laut(udang, kepiting,kerang) 830 16,74
Total Keseluruhan Protein = 49,07 Gram/kap/hari
Dari semua jenis pangan hewani yang ada, yang dijadikan pangan spesifik lokal di Kecamatan Nipah Panjang yakni pangan hewani yang bersumber dari laut yaitu baik jenis ikan sungai, ikan laut, ataupun udang, kepiting dan kerang. Kontribusi pangan dilihat dari segi konsumsi energi terbesar terletak pada ikan laut yaitu sebesar 9,26 persen. Sedangkan Kontribusi Pangan hewani laut dilihat dari konsumsi protein, kontribusi terbesar masih terletak pada ikan laut yaitu sebesar 16,74 persen rumah tangga yang mengkonsumsinya. Dari tabel ini terlihat bahwa masyarakat di Kecamatan Nipah Panjang sebagian besar mengkonsumsi pangan hewani laut untuk lauk pauk sehari-hari hanya saja tidak semua jenis pangan dibuat dalam bentuk pangan spesifik lokal.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan dan Gizi (Konsumsi Energi dan Protein) Rumah Tangga.
Secara teoritis pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, budaya ketersediaan pangan. Menurut Ritche (1976) diacu dalam Ningsih (2008), faktor ekonomi dan pendudukan merupakan faktor penting yang mempengaruhi konsumsi pangan. Salah satu ukuran keadaan ekonomi rumah tangga adalah pendapatan atau pengeluaran rumah tangga. Menurut Suhardjo (1989), pola konsumsi pangan keluarga dipengaruhi antara lain oleh pola makanan sebagian besar penduduk sekitarnya, ketersediaan bahan pangan, dan tingkat pendapatan keluarga.
## Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Rumah Tangga, Pendidikan Kepala Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Energi Rumah Tangga.
Untuk melihat faktor pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan pendidikan (sebagai variabel X) berpengaruh terhadap konsumsi energi (sebagai variabel Y), dilakukan analisis regresi linier dengan menggunakan bantuan program aplikasi software SPSS 16.
Tabel6. Coefficients a Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Energi
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) 1246.594 121.424 10.266 .000 Pendapatan 413.688 45.473 .656 9.097 .000 Jlh_Anggota_rmhtangg a -55.486 16.656 -.241 -3.331 .000 D1 75.670 38.455 .119 1.968 .052
Dari hasil analisis diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 1246.594+ 413.688X 1 −55.486X 2 +75.670D 1
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, diketahui Angka R square yang didapat sebesar 0,671 yang setelah dikalikan 100 persen menjadi 67,1 persen. Hal ini berarti 67,1 persen variasi konsumsi energi bisa dijelaskan sengan variabel pendapatan, jumlah anggota
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
rumah tangga, pendidikan juga sosial budayanya. Sedangkan sisanya sebesar 32,9 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain. nilai F sebesar 61,856 dengan nilai sig = 0,000. Karena nilai signigifikansi < 0,05 maka model ini cukup baik, dimana pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan pendidikan secara bersamaan berpengaruh terhadap konsumsi energi rumah tangga. Oleh sebab itu pengujian secara individual dapat dilakukan atau dilanjutkan.
## Pengaruh Pendapatan terhadap Konsumsi Energi
Berdasarkan uji t atau yang sering disebut dengan uji secara individual antara pendapatan terhadap konsumsi energi, diperoleh nilai sig 0,000. Nilai sig 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000 artinya pendapatan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi (lampiran 18). Besarnya variabel sig variabel X 1 (Pendapatan) sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05), yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan pendapatan akan diikuti oleh peningkatan konsumsi energi atau sebaliknya dengan penurunan pendapatan akan diikuti oleh penurunan konsumsi energi.
Nilai koefisien dari variabel ini adalah 413,688 yang berarti jika pendapatan meningkat sebesar 1 satuan, maka konsumsi energi akan meningkat sebesar 413,688 satuan. Hal ini berarti bahwa peningkatan pendapatan dengan kondisi variabel yang lain tetap, akan dapat menaikan jumlah konsumsi energi rumah tangga. Tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli. Kemampuan daya beli yang tinggi akan memberikan pilihan lebih banyak dalam menentukan ragam pangan berkualitas yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu tingkat pendapatan yang tinggi berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Hardiansyah dan Suhardjo, 1987).Hasil ini sejalan dan didukung hasil penelitian oleh Ling-Ling Susanti (2012), mengenai analisis konsumsi pangan rumah tangga petani karet di kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari, menyimpulkan bahwa pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga petani karet, dimana semakin tinggi pendapatan konsumsi energi semakin terpenuhi, dan sebaliknya semakin rendah pendapatan makan akan semakin rendah pula konsumsi energinya.
## Pengaruh Jumlah Anggota Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Energi
Berdasarkan uji secara individual antara jumlah anggota rumah tangga terhadap konsumsi energi diperoleh nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000 artinya pendapatan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi(Lampiran 18). Besarnya variabel sig variabel X 1 (Pendapatan) sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05), yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan Jumlah anggota rumah tangga akan diikuti oleh penurunan konsumsi energi atau sebaliknya dengan penurunan jumlah anggota rumah tangga akan diikuti oleh peningkatan konsumsi energi.
Nilai koefisien dari variabel ini adalah -55.486 (bertanda negatif) yang berarti bahwa peningkatan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1 satuan, maka konsumsi energi akan menurun sebesar -55.486 satuan. Hal ini berarti bahwa penambahan jumlah anggota rumah tangga dengan kondisi variabel yang lain tetap akan dapat mengurangi jumlah konsumsi energi rumah tangga. Peningkatan jumlah anggota rumah tangga berhubungan negatif dengan konsumsi makanan karena dapat mengakibatkan penurunan konsumsi energi dan dengan kata lain semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka akan semakin besar pula konsumsi pada rumah tangga tersebut.
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
Hasil ini sejalan dan didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardianan Ningsih (2013), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan dan gizi rumah tangga nelayan di kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menyimpulkan bahwa jumlah anggota rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi rumah tangga nelayan Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dimana semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin berkurang konsumsi energi.
## Pengaruh Pendidikan Terhadap Konsumsi Energi
Berdasarkan uji secara individual antara pendidkan terhadap konsumsi energi diperoleh nilai sig sebesar 0,67. Nilai sig 0,67 lebih besar dari nilai profitabilitas 0,05 atau nilai 0,05 < 0,67. Besarnya sig variabel D 1 (Pendidikan) sebesar 0,67 (lebih besar dari 0,05), artinya tidak ada perbedaan antara konsumsi energi rumah tangga yang berpendidikan dasar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Soekirman (2000) mengemukakan bahwa pada bagan penyebab kekurangan gizi oleh Unicef 1998 tercantum bahwa meski secara tidak langsung namin tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kekurangan gizi. Dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk memenuhi kesejateraan rumah tangganya.
Dan sejalan dengan hasil penelitian Hasnawi (2013) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan gizi mandiri pangan yang menyimpulkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecukupan gizi rumah tangga masyarakat mandiri pangan.
## Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Rumah Tangga, Pendidikan Kepala Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Protein Rumah Tangga.
Untuk melihat faktor pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan pendidikan (sebagai variabel X) berpengaruh terhadap konsumsi Protein (sebagai variabel Y), dilakukan analisis regresi linier dengan menggunakan bantuan program aplikasi software SPSS 16. Tabel 7. Coefficients a Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Protein
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) 42.535 6.294 6.759 .000 Pendapatan 13.080 2.357 .492 5.550 .000 Jlh_Anggota_rmhtangga -2.976 .863 -.307 -3.447 .001 D1 .820 1.993 .031 .411 .682
a. Dependent Variable: Konsumsi_Protein
Dari hasil analisis diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 42,535 + 13,080 X 1 – 2,976 X 2 + 820 D 1
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, diketahui Angka R square yang didapat sebesar 0,502yang setelah dikalikan 100 persen menjadi 50,2 persen. Hal ini berarti sebesar 50,2 persen variasi konsumsi protein bisa dijelaskan dengan variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan juga sosial budayanya. Sedangkan sisanya sebesar 49.8 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain. nilai F sebesar 30,577 dengan nilai sig = 0,000. Karena nilai signigifikansi < 0,05 maka model ini cukup baik, dimana pendapatan, jumlah
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
anggota rumah tangga dan pendidikan secara bersamaan berpengaruh terhadap konsumsi energi rumah tangga. Oleh sebab itu pengujian secara individual dapat dilakukan atau dilanjutkan.
## Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Protein
Berdasarkan uji t atau yang sering disebut dengan uji secara individual antara pendapatan terhadap konsumsi protein, diperoleh nilai sig 0,001. Nilai sig 0,001 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,001 artinya pendapatan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi protein. Besarnya variabel sig variabel X 1 (Pendapatan) sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05), yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan pendapatan akan diikuti oleh peningkatan konsumsi protein atau sebaliknya dengan penurunan pendapatan akan diikuti oleh penurunan konsumsi protein.
Nilai koefisien dari variabel ini adalah 13,080 yang berarti jika pendapatan meningkat sebesar 1 satuan, maka konsumsi energi akan meningkat sebesar 13,080 satuan. Hal ini berarti bahwa peningkatan pendapatan dengan kondisi variabel yang lain tetap, akan dapat menaikan jumlah konsumsi energi rumah tangga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akanmenyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Baliwati,dkk 2004). Penganekaragaman makanan berkaitan erat dengan pengeluaran rumah tangga untuk pangan. Untuk bisa mengakses pangan agar lebih beragam, maka dibutuhkan alokasi pendapatan untuk kebutuhan pangan yang lebih besar.
## Pengaruh Jumlah Anggota Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Protein
Berdasarkan uji secara individual antara jumlah anggota rumah tangga terhadap konsumsi protein diperoleh nilai sig sebesar 0,001. Nilai sig 0,001 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,001 artinya pendapatan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi protein (Lampiran 18). Besarnya variabel sig variabel X 1 (Pendapatan) sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05), yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan Jumlah anggota rumah tangga akan diikuti oleh penurunan konsumsi protein atau sebaliknya dengan penurunan jumlah anggota rumah tangga akan diikuti oleh peningkatan konsumsi protein.
Nilai koefisien dari variabel ini adalah -2.976 (bertanda negatif) yang berarti bahwa peningkatan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1 satuan, maka konsumsi protein akan menurun sebesar -2.976 satuan. Hal ini berarti bahwa penambahan jumlah anggota rumah tangga dengan kondisi variabel yang lain tetap akan dapat mengurangi jumlah konsumsi protein rumah tangga.
Hal ini sejalan dengan dan didukung hasil penelitian oleh Asmara,dkk (2009) yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat diversigikasi pangan secara signifikan adalah jumlah anggota rumah tangga. Jumlah anggota rumah anggota berpengaruh
negatif terhadap
diversifikasi pangan,
yaitu setiap penambahan.bertambahnya jumlah anggota keluarga mengakibatkan turunnya diversifikasi pangan.
## Pengaruh Pendidikan Terhadap Konsumsi Protein
Berdasarkan uji secara individual antara pendidikan terhadap konsumsi protein diperoleh nilai sig sebesar 0,682. Nilai sig 0,682 lebih besar dari nilai profitabilitas 0,05 atau nilai 0,05 < 0,682. Besarnya sig variabel D 1 (Pendidikan) sebesar 0,682 (lebih besar dari 0,05), artinya ada perbedaan antara konsumsi protein rumah tangga yang berpendidikan
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
menengah atas (menempuh pendidikan lebih lama) dengan rumah tangga yang berpendidikan dasar (menempuh pendidikan relatif singkat). Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecukupan konsumsi protein rumah tangga yang menempuh pendidikan lebih lama akan lebih mampu menganekaragamkan pangan yang dikonsumsinya serta lebih bijaksana dalam memilih pangan yang bermutu sehingga kecukupan konsumsi proteinnya lebih baik dibandingkan rumah tangga yang menempuh pendidikan relatif singkat/sebentar.
Tingkat pendidikan formal seorang kepala keluarga seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi yang baik pada anak-anaknya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seorang untuk menyerapkan informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarika, 2004).
Hal ini sejalan dan didukung oleh penelitian Hanani,dkk(2008) menyimpulkan bahwa faktor-faltor yang mempengaruhi tingkat disversifikasi pangan secara signifikan adalah pendidikan kepala rumah tangga. Semakin tinggi pendidikan kepala rumah tangga maka akan semakin mampu menganekaragamkan konsumsi pangannya. Penelitiaan yang dilakukan oleh Asmara,dkk (2009) juga menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat diversifikasi pangan secara signifikan adalah pendidikan kepala rumah tangga. Untuk pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh positig terhadap skor PPH.
Hal ini sejalan dengan pendapat Soekirman (2000) mengemukakan bahwa pada bagan penyebab kekurangan gizi oleh Unicef 1998 tercantum bahwa meski secara tidak langsung namin tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kekurangan gizi. Dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk memenuhi kesejateraan rumah tangganya.Dan sejalan dengan hasil penelitian Hasnawi (2013) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan gizi mandiri pangan yang menyimpulkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecukupan gizi rumah tangga masyarakat mandiri pangan.
## KESIMPULAN
Pangan spesifik lokal di tempat penelitian yang sering dikonsumsi dari sembilan jenis kelompok pangan yaitu pangan hewani laut yang terdiri dari Potensi Kelautan dan Perikananya baik itu dari segi produksi maupun olahan makanan yang menggunakan bahan olahan hewani laut seperti ikan, udang, kerang, kepitingdan dijadikan suatu pangan yang menjadi khas daerah tersebut seperti daging tepek, pindang ikan, bentul ikan, pepes ikan, rusip, sambal lingkung dan kerupuk ikan yang dibuat dari olahan ikan. Jenis ikan yang dikonsumsi yakni jenis ikan sungai seperti ikan gabus, ikan seluang, ikan belanak. Kontribusi pangan spesifik lokal terbesar dilihat sembilan jenis kelompok pangan terletak pada jenis pangan hewani laut, yaitu dengan kontribusi energi sebesar 9,26 persen dan untuk kontribusi protein sebesar 16,74 persen
Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi dan protein rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi dan protein rumah tangga nelayan dan pendidikan tidak ada perbedaan antara konsumsi energi dan protein yang berpendidikan menengah atas dan yang berpendidikan dasar di kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
## JURNAL ILMIAH SOSIO-EKONOMIKA BISNIS
ISSN: 1412-8241 (p); 2621-1246 (e), Volume 20. no (2) 2017 DOI: doi.org/10.22437/jiseb.v20i2
## UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. selain itu ucapan terimakasih juga diucapkan untuk Bapak M Yani, SE selaku lurah Nipah Panjang I, Bapak Santoso Toyib,BA selaku lurah Nipah Panjang II, dan bapak Akmal Rauf selaku kepala desa pemusiran. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, BP3K Kecamatan Nipah Panjang yang telah memberi data-data terkait yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Asmara,dkk. 2009. Pengaruh Faktor Ekonomi dan Non Ekonomi Terhadap Diversifikasi Pangan Berdasarkan Pada Pola Pangan Harapan (Studi Kasus Di Dusun Klagen, Desa Kepuh Kembeng, Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang). Jurnal Penelitian Universitas Brawijaya. AGRISE Volume IX No. 1 Bulan Januari 2009.
Atmarika,Fallah,YS, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan. WNPG VIII,LIPI. Jakarta. pp.147
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2013. Nipah Panjang Dalam Angka Tahun 2013. Provinsi Jambi
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. 2013. Susunan Pola Pangan Harapan Nasional. Provinsi Jambi.
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Tanjung Timur. 2013. Pola Konsumsi Pangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hanani Nuhfil. 2012. Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan Keluarga (Agricultural Economics Electronic Journal)Volume 1 NO.1-Januari 2012. Perhimpunan Ekonomi Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Hardiansyah dan Suhardjo.1987. Ekonomi Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Ling-ling, Susanti. 2012. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Karet di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Jambi(Tidak Dipublikasikan)
Mardiana, Ningsih. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Dan Gizi Rumah Tangga Nelayan Di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat . Fakultas pertanian. Universitas jambi (Tidak Dipublikasikan)
Nasution. S, 2008. Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. PT Bumi Aksara. Jakarta Soekirman. 2000. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Edisi Kedua. Kencana Bandung Suhardjo.dkk.1987. Pangan, Gizi dan Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta. Suliyanto.2011. Ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan SPSS . ANDI. Yogyakarta Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X Tahun 2012. Presentasi dan Poster. LIPI Jakarta.
|
5413db16-4a56-4446-9ecb-28bf0480689d | http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/download/1798/1103 |
## PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS IKLAN DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA POP UP BOOK SEKOLAH DASAR
Eka Delfiani Saputri, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Email: [email protected] Iis Aprinawati, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Email: [email protected] Joni, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Email: [email protected] Rizki Ananda, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Email: [email protected] Yenni Fitra Surya, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Email: [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil keterampilan menulis iklan siswa kelas V tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 006 Karya Bhakti dengan model pembelajaran Think pair share. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 006 Karya Bhakti. Subjek yang digunakan sebanyak 16 orang siswa yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Instrumen pengumpulan data dilakukan dengan tes menulis iklan, lembar observasi guru dan siswa sebagai tingkat keterlaksanaan dan pencapaian dalam menggunakan model Pembelajaran Think pair share. Teknik analisis data dilakukan secara deskripsi kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui terdapat peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia. Data awal pratindakan ketuntasan belajar 35%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi 38%, siklus I pertemuan II meningkat menjadi 44% kemudian pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 69%, dan siklus II pertemuan II meningkat lagi menjadi 81%. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan model pembelajaran Think pair share dapat meningkatkan Keterampilan Menulis Iklan Siswa Kelas V SDN 006 Karya Bhakti.
Kata Kunci: Keterampilan Menulis Iklan, Model Pembelajaran Think pair share, dan Bahasa Indonesia.
## Abstract
The background of this research is the low results of the advertising writing skills of fifth grade students for the 2022/2023 school year. This study aims to improve the skills of writing advertisements for fifth grade students at Public Elementary School 006 Karya Bhakti with the Think pair share learning model. This research was conducted at SDN 006 Karya
Bhakti. The subjects used were 16 students consisting of 9 male students and 7 female students. The research method used was Classroom Action Research which was conducted in two cycles, each cycle consisting of two meetings. The data collection instrument was carried out by writing advertisement tests, teacher and student observation sheets as the level of implementation and achievement in using the Think pair share Learning model. Data analysis techniques were carried out in qualitative and quantitative descriptions. Based on the results of data analysis, it can be seen that there is an increase in students' descriptive essay writing skills in the Indonesian language lesson content. Initial pre-action data of learning completeness 35%, in cycle I meeting I increased to 38%, cycle I meeting II increased to 44% then in cycle II meeting I increased to 69%, and cycle II meeting II increased again to 81%. Thus it can be concluded that the Think pair share learning model can improve the Advertising Writing Skills of Class V Students at SDN 006 Karya Bhakti.
Keywords: Advertising Writing Skills, Think pair share Learning Model, and Indonesian Language.
## PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa negara di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan memiliki fungsi yang sangat dominan dalam segala aspek di kehidupan bermasyarakat, mulai dari sebagai bahasa komunikasi maupun sebagai alat perhubungan antar budaya dan daerah. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia harus dipelajari, dikembangkan, dan dioptimalkan penggunaanya maupun fungsinya. Sehingga diharapkan tumbuh sikap bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia dan juga kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
adalah upaya dalam membelajarkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus diperhatikan adalah keterampilan menulis.
Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yang mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan berbahasa saling berkaitan dengan satu sama yang lain, untuk mendapatkan empat aspek tersebut harus melalui proses yang urut, dimulai kegiatan menyimak, kemudian berbicara, dilanjutkan belajar membaca dan menuliskannya. keterampilan menulis ialah
keterampilan yang kegaitan yang menuangkan pikiran, gagasan dan perasaan sesorang yang diungkapkan dalam bentuk tulisan (Yusita, Rati, and Pajarastuti 2021).
Keterampilan menulis memiliki
peran penting mengingat dalam kehidupan sehari–hari siswa tidak akan lepas dari kegiatan menulis. Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (berkomunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang bertujuan agar dapat menyalurkan ide, informasi, dan komunikasi secara tidak langsung melalui tulisan. Dengan menguasai keterampilan ini, seorang penulis dapat menuangkan gagasan lewat kegiatan menulis dan pembaca menampung gagasan itu dengan cara membaca. Dapat diartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol- simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol- simbol grafisnya.
Menulis merupakan kegiatan penyampaian
pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa, menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Oleh karena itu, guru harus dapat menjadikan siswa gemar menulis agar kemampuan berkomunikasi siswa
semakin membaik.
Kegiatan menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia merupakan langkah untuk melatih siswa dalam menerapkan
pengetahuan kebahasaan, seperti: kosakata, gaya bahasa, ejaan, kalimat, dan sebagainya. Kegiatan menulis merupakan sarana untuk mengajak, meyakinkan, mempengaruhi, dan menggambarkan kejadian berdasarkan fakta ataupun pengamatan yang dilakukan. Kegiatan menulis merupakan suatu pembelajaran yang kompleks karena menulis membutuhkan pengetahuan, pengalaman, serta pemahaman terhadap pemakaian bahasa. Menulis termasuk suatu keterampilan yang harus dikuasai siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia, yakni keterampilan berbahasa secara produktif yang digunakan secara tidak langsung, tidak secara tata muka dengan orang lain, maka pada proses pembelajaran bahasa Indonesia dituntut pula kesempatan bagi siswa untuk berlatih menulis. Semakin sering siswa diberi kesempatan berlatih tentulah mereka akan semakin terampil menulis.
Peneliti ingin melakukan penelitian mengenai kemampuan menulis karena pada kenyataannya masih banyak siswa yang merasa kesulitan menyelesaikan tugas menulis yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia. Kegiatan menulis juga masih kurang diminati oleh siswa karena mereka merasa sulit untuk berkonsentrasi saat ingin menuangkan ide-ide sebuah tulisan.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menggunakan keterampilan menulis, para siswa haruslah diberi kesempatan secara luas untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya agar siswa terampil menulis.
Iklan sebagai
bentuk komunikasi publik sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa iklan merupakan inti dari komunikasi dalam penyampaian informasi yang akan disampaikan. Dengan adanya pembelajaran ini, siswa diharapkan akan mampu mengungkapkan informasi, ide, dan gagasan dalam menawarkan barang maupun jasa melalui media iklan yang sesuai dengan aturan penulisan iklan,
sehingga bermanfaat bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Untuk dapat menulis sebuah iklan diperlukan kreativitas siswa dalam mengolah ide dan merangkaikan kata-kata sehingga menjadi sebuah iklan yang bermutu dan dapat menarik perhatian pembacanya. Oleh karena itu, siswa perlu diberikan pengetahuan tentang materi menulis iklan serta bimbingan dalam menulis iklan di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 3 maret 2023 di SDN 006 Karya Bhakti di kelas V yaitu ditemukan beberapa permasalahan diantaranya pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam materi menulis iklan selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa ada menggunakan media pembelajaran dan kemudian siswa diberikan soal, pembelajaran yang seperti ini menjadikan siswa untuk duduk, diam, mendengarkan, mencatat, dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif,
akibatnya siswa belum mampu menulis isi teks iklan dengan singkat, siswa belum mampu menggunakan pilihan-pilihan kata pada iklan dengan tepat, siswa juga belum mampu menulis iklan dengan rapi dan siswa belum mampu dalam menggunakan bahasa persuasif dalam menulis iklan. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa yang tidak mencukupi KKM.
Dari 16 jumlah siswa, ada 13 siswa yang nilainya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau sebesar 65% dan 3 siswa yang nilainya sudah di atas KKM atau sebesar 35%. Berdasarkan data nilai yang dipaparkan tersebut, disini peran guru sangat dibutuhkan agar kondisi belajar menjadi lebih aktif dan siswa lebih kreatif terutama dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa ialah Model Think pair share. Model pembelajaran think pair share memiliki prosedur yang secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Pembelajaran dengan Think pair share ini memberikan variasi tersendiri dalam lingkungan belajar. Melalui Think pair share siswa belajar dengan satu sama lain dan berupaya bertukar ide dengan kelompoknya. Dalam menulis iklan semakin banyak ide yang di dapatkan maka akan semakin bagus iklan yang dihasilkan, tentunya model ini akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis iklan yang membutuhkan kreativitas tinggi dan ide-ide yang beragam.
Think pair share adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggabungkan proses belajar kerja sama dalam kelompok berbagi dengan seluruh kelas terhadap apa yang telah mereka kerjakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
terutama keterampilan menulis iklan. Model pembelajaran think pair share akan
lebih efektif bila dalam pelaksanaannya menggunaan media pembelajaran, pada penelitian ini peneliti menggunakan
media pembelajaran yakni media Popup book.
Media Pop up book merupakan media pembelajaran berbentuk buku yang jika dibuka akan menampilkan gambar-gambar menarik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusita dkk (2020: 3) “media pop up book adalah buku yang berisi bermacam-macam gambar dengan suatu konsep yang tampilannya menarik serta berbentuk 3 dimensi yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa”. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti akan mengkaji melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Think pair share berbantuan Media
Pop up book Sekolah Dasar ”.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas. Secara lebih luas penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik (Ananda, 2017). Penelitian tindakan kelas juga merupakan suatu penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar di kelas (Surya, 2018).
Penelitian ini dilakukan di SDN 006 Karya Bhakti. Subjek penelitian dalam tindakan ini adalah siswa kelas V di SDN 006 Karya Bhakti, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang berjumlah 16 orang siswa yang terdiri dari 7 orang siswa putri dan 9 orang siswa putra, tahun pelajaran 2022/2023. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena peneliti menemukan permasalahan rendahnya keterampilan menulis iklan. Model penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya terdapat empat langkah yaitu:
Perencanaan (Planning), Aksi atau tindakan (Acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Data yang akurat dan lengkap sangat diperlukan dalam suatu proses penelitian, maka untuk memperoleh data tersebut diperlukan berbagai teknik pengumpulan data, oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 3 teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan tekhnik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan tekhnik analisis kualitatif dan tekhnik analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap mata pelajaran, pandangan atau sikap aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, penelitian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dapat dianalisis secara kualitatif. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan melihat ketuntasan belajar setelah menjawab soal tes yang diberikan. Penilaian ini dilaksanakan untuk mengetahui keterampilan menulis iklan melalui
tes yang dilaksanakan setia akhir siklus, adapun tes yang akan dilakukan berbentuk tes tertulis. Adapun aspek dinilai ada 4 yaitu: isi teks, pemilihan kalimat, kerapian dan bahasa persuasif. Aspek yang dinilai dengan 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, sangat kurang baik. Setelah data terkumpul diolah menggunakan rumus persentase yaitu sebagai berikut:
Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100% Untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis iklan, peneliti menggunakan tes tertulis. Nilai yang diperoleh dikategorikan kedalam
empat kategori yang sesuai dengan kategori di bawah ini:
Tabel 1. Kategori Keterampilan Menulis Iklan Skor Kriteria 90-100 Sangat baik 80-89 Baik 70-79 Cukup baik <70 Kurang baik Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila siswa memperoleh nilai lebih dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan klasikal dikatakan tercapai apabila lebih dari 80% dari seluruh siswa memahami materi pembelajaran yang telah dipelajari, Ennis dalam Amanda et al.,(2018). Untuk menentukan klasikal, rumus yang digunakan sebagai berikut:
KK = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
Tabel 2.
Kategori Keterampilan Menulis Iklan Skor Kriteria 90-100% Baik Sekali 80-89% Baik 70-79% Cukup 60-69% Kurang <59% Sangat kurang
## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pratindakan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Jumat tanggal 03 Maret 2023. Hasil observasi yang telah dilaksanakan terkait keterampilan menulis iklan siswa, peneliti menemukan permasalahan pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi keterampilan menulis iklan yang selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga menjadikan siswa untuk duduk, diam, mendengarkan, mencatat, dan menghafalkan materi yang diberikan, akibatnya siswa belum mampu menulis iklan menggunakan ide-ide atau gagasannya dengan jelas. Siswa belum mampu menggunakan pemilihan katakata tema, isi dan urutan dengan baik, siswa belum menuliskan teks iklan dengan rapi agar mudah dibaca. Siswa belum menggunakan bahasa persuasif pada iklan, yang mengandung kalimat ajakan kepada siapa iklan tersebut ditujukan. Permasalahan ini mengakibatkan keterampilan menulis iklan siswa menjadi rendah. Hasil data pratindakan keterampilan menulis iklan siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.
Nilai Pratindakan Keterampilan Menulis Iklan Siswa No Interval Nilai Pratindakan Kategori Jumlah siswa 1 90-100 Baik Sekali 2 2 80-89 Baik 0 3 70-79 Cukup 3
4 60-69 Kurang 4 5 <59 Sangat Kurang 7 Jumlah siswa 16 Rata-rata 62,56 Tuntas 5 35% Tidak Tuntas 11 65%
## Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2023
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri 006 Karya Bhakti pada sebelum tindakan secara klasikal belum 80% mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Karena menurut Ennis dalam Amanda et al.,(2018) jika ketuntasan klasikal siswa telah mencapai 80% dari seluruh siswa, maka hasil belajar siswa secara klasikal telah tercapai dengan baik. Sehingga peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop UP Book untuk meningkatkan keterampilan Menulis IklaN Siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti Sehingga pembelajaran akan dilanjutkan ke siklus I.
Hasil Tindakan Siklus I Siklus I pada menulis iklan dengan model pembelajaran Think Pair Share. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti dilaksanakan tanggal 25 Mei 2023, dua hari setelah dilakukan pengamatan awal siklus bersama guru kolaborator. Setelah dirumuskan prosedur perencanaan siklus I maka disusunlah perencanaan pelaksanaan siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 25 mei 2023 dilaksanakan pada pukul 07.30 s/d 09.00 WIB di SDN 006 Karya Bhakti. Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 Mei 2023 pada pukul 09.15 s/d 10.00 WIB di SDN 006 Karya
Bhakti. Adapun hasil keterampilan menulis iklan siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.
Hasil Keterampilan Menulis Iklan Siklus I Pertemuan I No Interval Nilai Pratindakan Kategori Jumlah siswa 1 90-100 Baik Sekali 0 2 80-89 Baik 2 3 70-79 Cukup 3 4 60-69 Kurang 8 5 <59 Sangat Kurang 2 Jumlah siswa 16 Rata-rata 65,86 Tuntas 6 38% Tidak Tuntas 10 62% Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2023 Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa pada keterampilan menulis iklan siswa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book, dengan jumlah siswa 16 siswa yang tuntas 6 siswa dengan Persentase 38% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 10 siswa dengan Persentase 63%. Adapun nilai rata- rata siswa secara keseluruhan yairu 65,86 dengan kategori ketuntasan kurang.
Adapun hasil keterampilan menulis iklan siswa siklus I pertemuan II dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Keterampilan Menulis Iklan Siklus I Pertemuan II
No Interval Nilai Pratindakan Kategori Jumlah siswa 1 90-100 Baik Sekali 0 2 80-89 Baik 2 3 70-79 Cukup 5 4 60-69 Kurang 6
5 <59 Sangat Kurang 2 Jumlah siswa 16 Rata-rata 68,76 Tuntas 7 44% Tidak Tuntas 9 56% Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2023 Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa pada keterampilan menulis iklan siswa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book, dengan jumlah siswa 16 siswa yang tuntas 7 siswa dengan Persentase 44% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 9 siswa dengan Persentase 56%. Adapun nilai rata- rata siswa secara keseluruhan yairu 68,76 dengan kategori ketuntasan kurang.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book dapat dilihat bahwa keterampilan menulis iklan siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti pada tindakan siklus I pertemuan I mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan keterampilan menulis iklan siswa pada pratindakan. Keterampilan menulis iklan siswa pada siklus I pertemuan I menjadi 38%%. Kemudian pada siklus I pertemuan II meningkat lagi menjadi 44%.
Nilai keterampilan menulis iklan siswa pada siklus I pertemuan I dan pertemuan sama-sama mengalami peningkatan. Namun, walaupun demikian keterampilan menulis iklan siswa belum mencapai target yang telah ditentukan peneliti yaitu 80% secara klasikal, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan ke siklus II. Hasil Tindakan Siklus II Hasil penelitian siklus I masih belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, peneliti
melakukan perbaikan pada siklus 2. Tindakan yang dilakukan pada siklus Pelaksanaan siklus II juga dilakukan 2 kali pertemuan dengan melalui empat tahapan
yaitu: Perencanaan (Planning), Aksi atau tindakan (Acting), observasi (obseving), dan refleksi (reflecting). Masing-masing pertemuan berlangsung kurang lebih 70 menit (2x35 menit) atau 2 jam pelajaran. Pertemuan I siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2023. Sedangkan pertemuan II dilakukan pada tanggal 29 Mei 2023. Adapun hasil keterampilan menulis iklan siswa pada siklus siklus II pertemuan I dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Keterampilan Menulis Iklan Siklus II Pertemuan I
No Interval Nilai Pratindakan Kategori Jumlah siswa 1 90-100 Baik Sekali 0 2 80-89 Baik 5 3 70-79 Cukup 6 4 60-69 Kurang 4 5 <59 Sangat Kurang 1 Jumlah siswa 16 Rata-rata 75,36 Tuntas 11 69% Tidak Tuntas 4 31% Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2023 Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pada keterampilan menulis iklan siswa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book, dengan jumlah siswa 16 siswa yang tuntas 11 siswa dengan Persentase 69% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 11 siswa dengan Persentase 31%. Adapun nilai rata- rata siswa secara keseluruhan yairu 75,36 dengan kategori ketuntasan cukup.
Adapun hasil keterampilan menulis iklan siswa siswa pada siklus II pertemuan II dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil Keterampilan Menulis Iklan
Siswa Siklus II Pertemuan II No Interval Nilai Pratindakan Kategori Jumlah siswa 1 90-100 Baik Sekali 2 2 80-89 Baik 3 3 70-79 Cukup 8 4 60-69 Kurang 1 5 <59 Sangat Kurang 2 Jumlah siswa 16 Rata-rata 82,34 Tuntas 13 81% Tidak Tuntas 3 19% Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2023 Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pada keterampilan menulis iklan siswa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book, dengan jumlah siswa 16 siswa yang tuntas 11 siswa dengan Persentase 69% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 11 siswa dengan Persentase 31%. Adapun nilai rata- rata siswa secara keseluruhan yairu 75,36 dengan kategori ketuntasan cukup.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book dapat dilihat bahwa keterampilan menulis iklan siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti pada tindakan siklus II mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan keterampilan menulis iklan siswa pada siklus I. Keterampilan menulis iklan siswa pada siklus II pertemuan I sebesar 69%. Sedangkan pada siklus II pertemuan II sebesar 81%.
Perbandingan keterampilan menulis iklan siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book dapat diketahui mengalami peningkatan pada tiap tindakan.
Untuk mengetahui perkembangan keterampilan menulis iklan siswa dari siklus I dan siklus II dengan menerapkan model
pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up Book pada siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti secara jelas dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
## Gambar 1. Diagram Perbandingan
Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan gambar 1 di atas menunjukkan bahwa ketuntasan secara klasikal dari data awal 35%. Menglami peningkatan pada siklus I pertemuan I sebesar 38% dan di pertemuan II 44%. Pada siklus II pertemuan I sebesar 69% dan di pertemuan II meningkat lagi menjadi 81%.
## PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas menjelaskan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share secara benar maka keterampilan menulis iklan siswa menjadi lebih baik dan meningkat. Hasil ini diperoleh karena dalam
0 50 100 Pra tin d ak an SIPI SIPII SIIPI SIIPII 35 38 44 69 81 65 62 56 31 19 Tuntas
Tidak Tuntas
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaaran Think Pair Share, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan secara kreatif berusaha membuat iklan yang menarik, saling berinteraksi dengan teman maupun guru, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang. Hal ini akan banyak membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis iklan, sehingga ketika mereka dihadapkan dengan suatu gambar iklan, mereka dapat membuat dan mengembangkan iklan mereka dengan cara yang bervariasi. Keberhasilan model pembelajaran Think Pair Share ini diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh (Millis, 2012) Think Pair Share memiliki prosedur yang secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Pembelajaran dengan Think Pair Share ini akan memberikan variasi tersendiri dalam lingkungan belajar. Silberman mengemukakan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengembangkan belajar yang aktif adalah memberikan tugas belajar yang diselesaikan dalam kelompok kecil siswa. Melalui Think Pair Share siswa belajar dengan satu sama lain dan berupaya bertukar ide dengan kelompoknya. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa-siswa tertentu saja yang menjawab.
Keterampilan menulis iklan siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti berdasarkan hasil perolehan nilai
pratindakan masih tergolong rendah. Pada saat pengambilan data pratindakan, peneliti melakukan observasi, memberikan soal evaluasi mengenai proses pembelajaran menulis iklan. Berdasarkan data pratindakan diperoleh hasil nilai rata- rata kelas 62 dengan persentase ketuntasan klasikal yaitu 35% atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum, sedangkan KKM untuk pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN Kaya Bhakti adalah 75. Proses pembelajaran yang terjadi di kelas hanya sebatas guru menjelaskan dan siswa mendengarkan, akibatnya keterampilan menulis iklan siswa menjadi rendah.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share dilakukan sebanyak 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pada pertemuan I siklus I diperoleh rata-rata 65,86 dengan siswa yang tuntas sebanyak 5 orang dan siswa yang tidak tuntas 10 orang, pada pertemuan II siklus I diperoleh nilai rata-rata 68,76 dengan jumlah siswa yang tuntas meningkat sebanyak 7 orang siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang siswa, selanjutnya penelitian dilanjutkan ke siklus II dikarenakan pada hasil siklus I belum mencapai kriterian ketuntasan, pada pertemuan I siklus II diperoleh nilai rata-rata 73,56, terdapat peningkatan nilai rata-rata dari siklus sebelumnya, pada pertemuan ini siswa yang tuntas sebanyak 11 orang siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 5 orang siswa, selanjutnya pada pertemuan II siklus II nilai rata-rata sudah meningkat secara signifikan yaitu 75,12, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 orang dan hanya 3 orang siswa yang belum tuntas.
Peneliti menyimpulkan bahwa pada akhir penelitian atau pada siklus II sudah dikatakan berhasil. Oleh
karena itu, peneliti menyudahi pelaksanaan tindakan hanya sampai siklus II. Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran Think Pair Share untuk meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti telah mencapai titik keberhasilan. Keberhasilan pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti ditandai dengan adanya peningkatan dan perubahan pada setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa keterampilan menulis iklan siswa dapat mengalami peningkatan. Hal yang sama terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Sriantin (2022) penerapan Metode think pair share untuk meningkatkan keterampilan menulis iklan baris pada siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menulis iklan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, berdasarkan pada ulangan harian Bahasa Indonesia dengan materi menulis iklan baris pada awal keterampilan menulis iklan baris siswa hanya 33.3% yang tuntas dan setelah tindakan pada siklus 1 terlihat keterampilan menulis iklan baris meningkat menjadi 63,3%, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 93,3%. Kemampuan menulis ikaln baris terjadi peningkatan secara
signifikan.
Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada kelas. Persamaan penelitian Suntoro dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa, namun memiliki hasil peningkatan yang berbeda, hasil pada peneliti menunjukkan bahwa keterampilan menulis iklan siswa meningkat 81%.
Penelitian yang dilakukan oleh
Lolyana (2022) dengan judul penggunaan media pop up book terhadap keterampilan membaca dan menulis pesera didik kelas I SD Negeri 6 Gedong Air Kota Bandar Lampung. Dari pengujian hipotesis dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dengan penggunaan media pop up book terhadap keterampilan membaca dan menulis siswa kelas 1 SD Negeri 6 Gedong Air Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media pop up book pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa, adapun kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis iklan cocok digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak kelemahan dan kekurangan karna keterbatasan peneliti. Peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat dan mendapatkan hasil penelitian ini secara sempurna. Adapun keterbatasan peneliti diantaranya adalah: 1) Peneliti hanya meneliti keterampilan menulis iklan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Walaupun pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki 4 keterampilan yang bisa diteliti, namun karena keterbatasan waktu dan tempat peneliti pun memilih salah satu dari keempat keterampilan tersebut. 2) Penggunaan metode pada penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti sudah semaksimal mungkin menggali lebih mendalam melalui metode tersebut untuk mendapatkan hasil yang valid tentang sejauh mana keterampilan menulis iklan siswa siswa kelas V. Namun, dalam penggunaan metode tersebut masih ada beberapa
kelemahan diantaranya dari hasil wawancara terkadang ada jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. 3) Kelemahan dalam melakukan penelitian disebabkan oleh waktu pelajaran yang relatif singkat. 4) Kelemahan peneliti dalam melakukan penelahaan dan pemaknaan dari hasil data yang diperoleh, pengetahuan yang masih minim serta kurangnya literatur, tenaga dan waktu yang menjadikan penelitian ini masih banyak kekurangannya. Walaupun demikian semua data yang didapat bukan berarti tidak valid.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil keterampilan menulis iklan siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti pada pratindakan ketuntasan klasikal 35%, pada siklus I pertemuan I menurun menjadi 38% , siklus I pertemuan II meningkat menjadi 44%, kemudian pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 69%, dan siklus II pertemuan II meningkat menjadi 81%. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media Pop Up
Book dapat meningkatkan keterampilan menulis iklan siswa kelas V SDN 006 Karya Bhakti.
## DAFTAR RUJUKAN
Agustin, M. (2017). Peningkatan Kemampuan Menulis Resensi Novel Menggunakan Strategi Pemodelan. Diksatrasia. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 273-275.
Ananda, R. (2017). Penerapan
Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD. Jurnal Sekolah, 1(2), 66-75.
Aprinawati, I. (2018). Penggunaan Model Peta Pikiran (Mind
Mapping) untuk Meningkatkan Pemahaman Membaca Wacana Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 2(1), 140-147. Arikunto, S., & Suhardjono. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Asori, I. (2018). Jejak Inovasi Pembelajaran IPS. Yogyakarta: Leutikaprio hlm 15.
Fauyan,
Muchamad. (2018). “Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013 Di Sd/Mi Kota Pekalongan.” Jurnal Komposisi 3(2): 96. Rahmawati. (2014). Pengaruh media pop-up book terhadap penguasaan kosakata anak usia 5-6 tahun di TK Putera Harapan Surabaya. Paud Teratai, 3(1). Rachmawati, Alifia, and Erwin Erwin. (2022). “Pengaruh
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Video Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 6(4): 7637–43.
Santoso, Doni Anggoro Ari, Zumrotul Muniroh, and Nurul Akmaliah. (2019). “Pengaruh Penggunaan
Media Gambar Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris.” KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra 2(2): 181– 94.
Surya, Y. F. (2018). Penerapan Model Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD. Jurnal Basicedu, 2(1), 135-139.
Tarigan, H. G. (1993). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Umi Hanifah, T. (2014). Pemanfaatan media pop-up book berbasis tematik untuk meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik anak usia 4-5 tahun (studi
eksperimen di TK negeri pembina bulu temanggung). BELIA:
Early Childhood Education Papers, 3(2). Pradani, Tatsa Galuh. 2022. “Penggunaan Media Pembelajaran Wordwall Untuk Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar.” Educenter : Jurnal
Ilmiah Pendidikan 1(5): 452– 57. Yusita, Ni Ketut Pebry, Ni Wayan Rati, and Desak Putu Pajarastuti. (2021). “Model Problem Based
Learning Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia.” Journal for Lesson and Learning
Studies 4(2): 174–82.
|
0db98a50-7dbd-419b-b691-c07b2ec4e062 | https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/voxpopuli/article/download/42642/18407 |
## Implikasi Politik Penguatan Lembaga Bawaslu Terhadap Legitimasi Demokrasi Lokal di Sulawesi Selatan: Studi Kasus Pilkada Kabupaten Gowa Tahun 2020
Samsuar Saleh Universitas Hasanuddin e-mail: [email protected]
## Abstrak
Artikel ini mengkaji tentang pengaruh impilikasi politik penguatan lembaga Bawaslu terhadap kualitas demokrasi lokal di Sulawesi Selatan terkhusus legitimasi Pilkada Kabupaten Gowa tahun 2020. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas demokrasi lokal di Sulawesi Selatan dengan adanya penguatan lembaga Bawaslu Kabupaten Gowa. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang memberikan penguatan kelembagaan pada tubuh Bawaslu Kabupaten Gowa yang sebelumnya hanya dipandang sebagai pelengkap penyelenggara pada tahapan kontestasi Pilkada, saat ini sudah dapat mengambil peran yang sangat penting dalam konteks pengawasan tahapan serta penegakan hukum. Dua kewenangan ini menjadikan kehadiran Bawaslu Kabupaten Gowa sangat diperhitungkan dari segi marwah kelembagaannya. Semua pihak yang terlibat dalam penyeleng- garaan Pilkada seolah sungkan dan sangat berhati-hati dalam bertindak, melakukan atau menjalankan sistem politik di masyarakat sebab mereka sangat menghindari untuk berususan dengan Bawaslu dalam hal pelanggaran Pilkada serta sengketa proses Pilkada. Legitimasi yang diperoleh oleh lembaga Bawaslu ini menjadi salah satu harapan dalam tolak ukur perwujudan Pemilu yang demokratis. Hal ini dibuktikan pada Pilkada tahun 2020 yang dinilai berhasil dibanding tiga kontestasi Pilkada sebelumnya di Kabupaten Gowa.
Kata Kunci : Implikasi Politik, Bawaslu, Legitimasi
## PENDAHULUAN
Regulasi Pilkada saat ini yaitu Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota memberikan kewenangan kepada Bawaslu untuk mengeluarkan rekomendasi yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan
yang mengakibatkan terganggunya tahap- an, dalam melakukan pengawasan tindak lanjut rekomendasi, pengenaan sanksi etik penyelenggara, mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan, dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perun-
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
dang-undangan (Sardini, 2014). Perjalanan kewenangan Bawaslu dalam mengawal demokrasi bangsa ini merupakan proses hak dan kekuasaan kelembagaan. Bawaslu sebagai salah satu penyelenggara Pilkada dalam perjalanannya menemui berbagai permasalahan dan tantangan dalam mewa- rnai dinamika eksisnya sehingga dibutuh- kan penguatan Bawaslu sebagai pengawas dan pemberi keadilan Pilkada.
Ada beberapa tahap yang perlu ketahui dalam pendirian hingga penguatan posisi Bawaslu (Minan, 2019). Tahap pertama, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999. Tahap kedua, melalui Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang menjadi dasar pijakan hukum penyelenggaraan Pemilu 2004. Tahap Ketiga, melalui Undang- Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Tahap Keempat, terjadi perubahan signi- fikan dalam kerangka hukum Pemilu, dimana norma pengaturan tentang penye- lenggara Pemilu dipisahkan dari Undang- Undang Pemilu. Tahap kelima , adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Undang-Und- ang ini juga memperkenalkan pengaturan tentang pelanggaran administrasi yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif. Ada pun norma pengaturan tentang bentuk-bentuk tindak pidana Pemilu kem- bali mengalami kenaikan menjadi 66 pasal.
Kelima tahap perkembangan norma peng- aturan tentang sistem penegakan hukum Di satu sisi perkembangan tersebut menu- njukkan arah penerapan hukum progresif, namun di sisi lain juga menunjukkan kece- nderungan 'trial and error' dalam penyia- pan kerangka hukum Pemilu. Penguatan lembaga Bawaslu secara politik dan hu- kum tentunya akan berimplikasi terhadap perkembangan demokrasi dimana Pilkada sebagai indikator utama dalam seleksi kepemimpinan di tingkat lokal.
Semangat pelaksanaan Pilkada sejatinya memberikan pengaruh baik pada pelaksan- aan demokrasi di tingkat lokal, yaitu mela- lui Pilkada secara langsung, diharapkan memberi legitimasi demokrasi lokal bagi keterpilihan peserta Pemilu dari masyara- kat daerah. Legitimasi langsung ini juga menjadikan peserta Pilkada terpilih tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan legislatif daerah, sehingga pertanggung- jawaban dilakukan secara langsung kepada masyarakat.
Terdapat urgensitas dalam mempermasa- lahkan legitimasi dalam proses Pilkada. Legitimasi ini merupakan salah satu aspek utama dalam sukses tidaknya pagelaran Pilkada di daerah sebab legitimasi adalah kunci utama diakuinya seorang pasangan calon pemenang kontestasi Pilkada oleh rakyat. Khususnya kontribusi kinerja pe- ngawasan yang berpengaruh pada legiti- masi dengan adanya pengawasan yang berpengaruh pada elektoral, yang menjadi sasaran fokus penelitian ini, yang mem- batasi ruang lingkup kajian hanya pada wilayah Kabupaten Gowa. Berdasarkan
Implikasi Politik Penguatan... | 96
permasalahan tersebut, penulis mengambil rumusan masalah yaitu apa pengaruh imp- likasi politik penguatan lembaga Bawaslu terhadap kualitas demokrasi lokal di Sula- wesi Selatan terkhusus legitimasi Pilkada Kabupaten Gowa tahun 2020. Tujua- n penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas demokrasi lokal di Sulawesi Selatan deng- an adanya penguatan lembaga Bawaslu Kabupaten Gowa.
## TINJAUAN PUSTAKA
## Standar Pemilu Internasional
Standar Pemilu internasional sebagai tolok ukur demokratis tidaknya sebuah Pemilu. Standar internasional ini menjadi syarat minimal bagi kerangka hukum dalam men- jamin Pemilu demokratis. Dari dokumen- dokumen tersebut maka tersusun 15 (lima belas) aspek Pemilu demokratis yaitu terkait penyusunan kerangka hukum, pen- daftaran pemilih dan daftar pemilih, akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat, kampanye Pemilu yang demo- kratis, pembiayaan dan pengeluaran, pem- ungutan suara, perhitungan dan reka- pitulasi suara, pemilihan sistem Pemilu, penetapan daerah pemilihan, hak untuk memilih dan dipilih, badan penyelenggara Pemilu, akses ke media dan kebebasan berekspresi, peranan wakil partai dan kandidat, pemantauan Pemilu, kepatuhan terhadap hukum, dan penegakan peraturan Pemilu (Internasional İDEA, 2004). Untuk menjamin adanya Pemilu yang demo- kratis, ke-15 (lima belas) aspek tersebut harus dicantumkan dan diperjelas dalam
kerangka hukum Pemilu (yang merupakan aspek pertama).
## Sistem Demokrasi Lokal
Negara kita dalam menganut konsep demokrasi dewasa ini merupakan suatu sistem yang cukup khas dengan adanya pengaruh falsafah budaya tentang keane- karagaman dalam berbangsa dan bertanah air sebagai ciri khas jati diri bangsa Indonesia selama ini. Konsep demokrasi seperti ini disebut sebagai dianggap pen- ting dan dibutuhkan demokrasi lokal yang lahir di daerah karena dalam demokrasi lokal ini tidak lain adalah subsistem dari sebuah demokrasi yang memberikan pelu- ang bagi pemerintahan daerah dalam men- gembangkan kehidupan hubungan pemeri- ntahan daerah dengan rakyat di lingkung- annya.
Perkembangan yang telah maju justru ter- jadi di tingkat daerah, dinamika politik di daerah salah satunya ditandai oleh kesa- maan kedudukan antara eksekutif dan legi- slatif dalam percaturan politik di daerah, problem antara eksekutif dan legislatif di tingkat lokal nampak mengalami fluktuasi, belakangan kini menjadi fenomena yang menarik untuk diamati. Subsistem politik suatu negara salah satunya adalah demo- krasi lokal yang pengaruhnya terdapat pada pemerintahan tingkat daerah, sebagai bagian utuh dari demokrasi di Indonesia dalam pelaksanaan rekrutmen elit politik pada pemerintahan daerah, sehingga de- mokrasi lokal disebut juga subsistem dari demokrasi yang memberikan peluang bagi pemerintahan daerah dalam mengembang- kan hubungan pemerintahan daerah deng-
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
an masyarakat di lingkungannya (Fathur- ahman, 2005).
Demokrasi di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu melihat inti dari demokrasi adalah partisipasi politik. Lebih langsung demokratis daripada melalui me- kanisme perwakilan. Partisipasi langsung masyarakat dalam proses pemilihan bupati pada hakikatnya memperkuat legitimasi bupati. Pilkada langsung memberikan kes- empatan kepada masyarakat di daerah untuk menentukan siapa calon utamanya, yang dianggap mampu menyelesaikan per- masalahan di daerahnya. Dan dalam pemi- lihan langsung, rakyat terlibat langsung dalam memilih pemimpinnya. Partisipasi langsung rakyat ini sebenarnya dapat me- ningkatkan demokrasi di tingkat lokal. dimana rakyat benar-benar memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri dalam hal ini yaitu kedaulatan rakyat tidak akan ter- distorsi (Romli, 2007).
## a. Tujuan Sistem Demokrasi Lokal
Tujuan dari demokrasi lokal adalah untuk menunjukkan kekhasan masing-masing daerah, yang nantinya akan menjadi satu kesatuan yang utuh. Demokrasi lokal telah menjadi arena geopolitik bagi para aktor daerah yang ingin menjadi pemimpin di masa depan. Mempertimbangkan semua diskusi, melihat kedekatan indikator dan kecerdasan dalam menentukan pilihan politik untuk diperjuangkan, untuk men- jadi pemimpin lokal yang diterima secara umum oleh rakyat (Ways, 2012).
Peningkatan kualitas demokrasi lokal dap- at dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang
lazim disebut prakondisi demokrasi lokal. Prakondisi demokrasi lokal tersebut menc- akup hal-hal sebagai berikut Sistem rekrut- men DPRD yang kompetitif, selektif dan akuntabel, Partai yang berfungsi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang solid dan konsisten, Keberdayaan masyarakat madani ( civil society ), kualitas DPRD yang baik, Pemilih yang kritis dan rasional dan Kebebasan dan kontestasi pers.
## b. Bentuk pelimpahan Demokrasi Lokal
Karena urgen untuk mendelegasikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan pemer- intah pusat, baik secara politik maupun administratif, kepada organisasi atau unit di luar pemerintah pusat, dalam hal ini kepada pemerintah daerah atau daerah, ada beberapa varian sampel yang juga menya- ngkut kompetensi pemerintah pusat, misal- nya:
1) Devolusi mengacu pada penyerahan kekuasaan dari pemerintah pusat suatu negara yang berdaulat kepada pemerin- tah di tingkat regional, lokal atau neg- ara bagian. Desentralisasi dapat dilaku- kan terutama karena alasan keuangan, misalnya dengan mendelegasikan peny- usunan anggaran daerah yang sebe- lumnya dikelola oleh negara. Namun, Undang-Undang tentang wilayah juga dapat digunakan sebagai dasar desen- tralisasi;
2) Desentralisasi adalah kegiatan dimana berbagai persoalan dialihkan dari admi- nistrasi negara ke lembaga lain. Sumber lain menjelaskan bahwa desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan dari pem- erintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
Implikasi Politik Penguatan... | 98
vertikal di daerah tertentu. Setelah men- dapat persetujuan dari badan-badan res- mi negara lainnya, badan-badan terse- but wajib mengikuti dan bertanggung jawab atas segala petunjuk dari peme- rintah pusat dalam melaksanakan tugas- nya. Desentralisasi sebenarnya didasar- kan pada sentralisasi (konsentrasi) dari- pada desentralisasi. Sistem ini banyak digunakan di Perancis. Di Indonesia, terutama dilakukan oleh pemeriksa pa- jak, kesehatan, pertanian, dan lain-lain;
3) Delegasi adalah wakil atau duta besar dalam proses pengangkatan yang secara langsung atau sengaja mengutusnya sebagai wakil suatu kelompok atau lem- baga. Pendelegasian menurut KUHPer- data adalah pengalihan debitur kepada orang lain, yang kemudian berkewajib- an untuk membayar utang kepada debi- tur. Pendelegasian tidak mengakibatkan pembaruan utang, kecuali jika debitur membebaskan debitur pertama dari se- mua kewajiban utang. Menurut konsti- tusi, pendelegasian berarti pemindahan hak, tugas atau tanggung jawab dari instansi pemerintah kepada instansi yang lebih rendah;
4) Privatisasi adalah pemindahan kepemi- likan dari kepemilikan publik ke privat.
Teori tersebut memiliki unsur-unsur dasar yang umum di lembaga-lembaga pemerin- tah daerah. Agar pemerintah daerah dapat melaksanakan otonomi secara optimal, ya- itu sebagai sarana untuk menciptakan proses demokratisasi dan sebagai sarana untuk menciptakan kesejahteraan di ting- kat lokal, secara filosofis kita harus mema- hami unsur-unsur dasar yang membentuk
pemerintahan daerah sebagai sebuah pe- merintahan yang sehat. Terdapat 7 (tujuh) elemen dasar yang membangun entitas pemerintahan daerah yaitu:
1) Kelembagaan. Pengelolaan daerah tidak dapat dilaksanakan jika tidak ditempat- kan pada kelembagaan daerah. Dalam konteks Indonesia, pemerintah daerah terdiri dari dua lembaga penting, yaitu: lembaga pemimpin politik, yaitu kepala daerah dan DPRD; dan lembaga pejabat karir yang terdiri dari perangkat daerah (dinas, dinas, dinas, sekretariat, kelura- han, kelurahan, dan lainnya).
2) Urusan Pemerintahan. Daerah meneri- ma kewenangan daerah, yang mengatur dan mengurus urusan negara. Desentra- lisasi pada dasarnya membagi urusan administrasi antara tingkat pemerin- tahan, serta apa yang dilakukan pusat dan apa yang dilakukan daerah.
3) Personil. Ketersediaan personel untuk memobilisasi kelembagaan daerah un- tuk menangani masalah-masalah peme- rintah yang berkaitan dengan industri daerah. Pejabat daerah yang pada gilira- nnya melaksanakan kebijakan publik strategis yang dikembangkan oleh DP- RD dan pengelola daerah untuk mengh- asilkan barang dan jasa sebagai produk pemerintahan daerah.
4) Keuangan Daerah. Pendanaan daerah merupakan konsekuensi dari adanya urusan negara yang dialihkan ke dae- rah. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa uang mengikuti tindakan. Sum- ber keuangan harus tersedia untuk dae- rah dan dari pajak dan retribusi daerah dan dari dana perimbangan yang ditaw- arkan ke daerah (subsidi dan bagi hasil) .
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
Adanya sumber keuangan yang mema- dai memberikan kesempatan kepada daerah untuk menangani urusan admi- nistrasi yang diserahkan ke daerah.
5) Perwakilan Daerah. Orang-orang deng- an pemerintahan daerah sendiri. Namun secara praktis tidak mungkin bagi mas- yarakat untuk memerintah bersama. Oleh karena itu, anggota parlemen dipi- lih untuk memenuhi amanat rakyat dan memperoleh legitimasi untuk bertindak untuk dan atas nama rakyat setempat. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, ada dua jenis badan perwakilan rakyat, yaitu DPRD dan pimpinan daerah. Kep- ala daerah dan DPRD dengan demikian adalah pejabat yang dipilih oleh rakyat yang memiliki kewenangan mengatur dan membimbing rakyat dalam koridor kekuasaan di daerah itu. Unsur keter- wakilan mencakup berbagai dimensi yang melintasi hak dan kewajiban mas- yarakat. Dimensi tersebut meliputi hub- ungan antara DPRD dengan pimpinan daerah; apa hubungan keduanya dengan masyarakat yang memberi mereka man- dat untuk mengekspresikan dan menya- tukan kepentingan masyarakat? Masuk- nya pluralisme lokal dalam politik regi- onal; memperkuat masyarakat sipil dan isu-isu lain yang terkait dengan proses demokratisasi di tingkat lokal.
6) Pelayanan Publik. Hasil pengelolaan lokal adalah tersedianya barang-barang untuk kepentingan masyarakat lokal, seperti jalan, jembatan, irigasi, gedung sekolah, pasar, terminal, rumah sakit, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemerintah daerah meng- hasilkan layanan yang diatur secara
publik seperti akta kelahiran, kartu ide- ntitas, kartu keluarga, izin mendirikan bangunan, dan lainnya.
7) Pengawasan. Dalam hal pengawasan, kekuasaan cenderung disalahgunakan. Untuk mencegahnya, elemen kontrol diposisikan secara strategis untuk men- ciptakan pemerintahan yang bersih. Berbagai masalah pengendalian, seperti sinergi lembaga pengendalian internal, efektivitas pengendalian eksternal, pen- gendalian sosial, pengendalian legislatif dan juga pengendalian lingkungan, me- njadi agenda penting.
## c. Penerapan Politik Lokal di Indonesia
Ketika melihat otonomi daerah atau desen- tralisasi, sebenarnya kita perlu melihat dua hal, yaitu desentralisasi politik atau lebih dikenal dengan politik lokal dan desent- ralisasi administratif. Desentralisasi adalah badan daerah yang membuat keputusan politik tentang hal-hal yang berkaitan den- gan parlemen lokal dan pemimpin lokal. Dengan kata lain, dalam konsep dese- ntralisasi, masyarakat lokal memiliki hak politik untuk berpartisipasi dan bersaing dalam proses politik lokal (legislatif dan eksekutif) dan untuk berpartisipasi dalam proses kebijakan publik lokal.
Selain itu, desentralisasi kepada DPRD tidak hanya untuk melatih kepemimpinan politik lokal, tetapi juga sebagai bagian dari tanggung jawab politik anggota DPRD kepada konstituennya. Bagi para pemimpin lokal, desentralisasi adalah sa- rana untuk melatih kepemimpinan politik lokal dalam administrasi publik. Bagi masyarakat lokal itu sendiri, desentralisasi
memberikan kesempatan politik yang sa- ma kepada semua anggota masyarakat lokal ( political equality ) untuk meng-gun- akan hak politiknya (memilih atau dipilih) dalam proses politik lokal. Juga terkait dengan hak politik masyarakat lokal dalam proses kebijakan publik.
Pengalihan kepada masyarakat lokal, baik itu hak politik, partisipasi dan persaingan dalam proses politik, erat kaitannya de- ngan tanggung jawab dan akuntabilitas kekuasaan legislatif dan eksekutif lokal. Jika hak-hak politik masyarakat lokal tidak sepenuhnya dijamin oleh Undang-Undang, maka partisipasi politik masyarakat akan rendah dan persaingan lokal akan terbatas pada elit-elit tertentu. Kondisi demikian dapat dimaknai sebagai rendahnya tingkat akuntabilitas publik legislator kepada kon- stituennya. Demikian pula, proses kepe- gawaian dianggap rendah untuk manajer daerah. Rendahnya partisipasi dan kom- petisi politik lokal juga dipengaruhi oleh sistem, struktur, dan budaya politik lokal.
## TINJAUAN TEORETIS
## Teori Legitimasi
Legitimasi adalah salah satu komponen yang sangat berpengaruh dalam penyel- enggaraan Pilkada. Seperti diutarakan oleh John Locke bahwa konsep legitimasi sang- at penting sebab pada akhirnya itulah yang menentukan tindakan benar atau salah yang dilakukan oleh sekelompok orang, individu yang berkuasa, dan/atau negara (Houghton, 2020). Legitimasi berpengaruh pada proses demokrasi. Legitimasi adalah keadaan dimana sistem organisasi dan sist-
em sosial bekerja secara harmonis, kedua- nya membentuk satu kesatuan yang utuh. Ketika ada celah dua elemen ini, kekaca- uan mungkin terjadi (Ginting, 2016).
## Teori Kelembagaan Negara
Pada masa reformasi terjadi perubahan konstitusi berupa amandemen UUD 1945 yang secara kuantitatif cukup besar pe- ngaruhnya sehingga dilakukan empat kali amandemen UUD 1945 yang terakhir dilakukan secara besar-besaran. yang setelah amandemen terakhir sama sekali berbeda dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam UUD teks asli ketika UUD 1945 pertama kali disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 (Asshiddiqie, 2019). UUD terkait larangan dan proses hukum mengatur dua hubungan yang sal- ing berkaitan, yaitu hubungan antara pemerintah dengan warga negara dan hubungan antara suatu instansi pemerintah dengan instansi pemerintah lainnya. Oleh karena itu, konstitusi seharusnya mengatur tiga hal penting, yaitu penetapan batas- batas kekuasaan badan-badan negara, hub- ungan antar lembaga negara, dan hu- bungan kekuasaan antara lembaga negara dengan warga negara.
Salah satu pokok konstitusi yang paling penting dan selalu relevan adalah pen- gaturan lembaga-lembaga negara. Hal ini dapat dimaklumi, karena pada akhirnya kekuasaan negara menjadi tugas dan we- wenang lembaga negara. Tercapai atau tid- aknya tujuan negara, berpuncak pada bag- aimana lembaga-lembaga negara tersebut memenuhi tugas dan wewenang konsti- tusionalnya, dan pilihan penyelenggaraan
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
pemerintahan dalam bentuk hubungan ant- ar lembaga negara. Penataan lembaga neg- ara dan hubungan antar lembaga negara mencerminkan pilihan prinsip negara yang diterima.
UUD 1945 memiliki 11 pasal yang meng- atur tentang lembaga-lembaga negara, tetapi peraturan-peraturan yang mengatur lembaga-lembaga negara tersebut memi- liki wilayah pengaturan yang berbeda. Ada instansi pemerintah yang diatur secara penuh, mulai dari proses pemilihan, tugas dan wewenangnya, hubungan dengan ins- tansi pemerintah lainnya hingga pem- berhentian pejabat. Namun, ada juga lem- baga negara yang keberadaannya umu- mnya ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu tanpa menyebutkan nama lembaga tersebut, seperti Komisi Pemilihan Umum dan Bank Sentral. Lembaga-lembaga neg- ara secara terminologis bukanlah konsep- konsep yang didasarkan pada suatu istilah yang tunggal dan terpadu. Dalam kepus- takaan Inggris, istilah lembaga politik digunakan untuk menyebut lembaga neg- ara, sedangkan dalam istilah Belanda digu- nakan istilah staat organen. Pada saat yang sama, instansi pemerintah Indonesia, inst- ansi pemerintah.
## Teori Kebijakan Politik
Kebijakan adalah prinsip atau cara berti- ndak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Dalam pengertian lain, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang membuatnya maupun yang mentaatinya (yang terkena kebijakan itu). Kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan
kepada tujuan-tujuan tertentu (Suharto, 2014). Dalam Kamus Besar Bahasa Indo- nesia, kebijakan adalah 1) kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan; 2) rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organi- sasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Sementara dalam definisi lain, kebijakan merupakan keputusan-keputusan publik yang diambil oleh negara dan dilaksan- akan oleh aparat birokrasi. Kebijakan mer- upakan sebuah proses politik yang kom- pleks. Prosesnya meliputi tujuan-tujuan negara dan cara pengambilan keputus- annya, orang-orang atau kelompok-kelom- pok yang dilibatkan, dan bagaimana kebij- akan ini dilaksanakan oleh aparat biro- krasi. Sehingga kebijakan adalah suatu ku- mpulan keputusan yang diambil oleh seo- rang pelaku atau kelompok, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu (Budiardjo, 2018).
Dapat disimpulkan dari beberapa penger- tian di atas, bahwa kebijakan ialah seper- angkat tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pejabat, tindak- an tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan dan mengandung tujuan politik serta dilaksanakan oleh aparat birokrasi. Dalam mengartikan kebijakan politik tidak dapat terlepas dari kebijakan publik atau public policy . Kebijakan politik yang dimaksud disini adalah bagian bidang dari
Implikasi Politik Penguatan... | 102
kajian kebijakan publik. Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan- badan dan aparat pemerintah (Subarsono, 2015). Sehingga dengan demikian kebija- kan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan pemerintahan dalam bidang ter- tentu, dalam hal ini adalah bidang politik, sehingga kebijakan politik yang dimaksud disini dapat berupa keputusan Presiden, Instruksi presiden dan berbagai peraturan pemerintah.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Creswell dalam Kusmarni pendekatan studi kasus berfokus pada mengembang- kan penjelasan dan analisis yang menda- lam dari satu atau lebih kasus melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi (Dewanti, Al-Hamdi, & Efendi, 2022). Data primer yang digunakan dalam pene- litian ini diperoleh langsung dari lapangan atau unit-unit yang terkait dengan mata pelajaran yang diangkat dalam penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh selama penelitian kepustakaan dengan menggunakan informasi yang ada berupa bahan pustaka yang dianggap relevan den- gan pokok bahasan penelitian ini. Tahapan analisis data yang digunakan penulis me- ngacu pada empat tahapan yaitu pengu- mpulan dan pengolahan data, pemilihan data, analisis intervariat dan verifikasi data ,interpretasi akhir dan penarikan kesimpul
an (Al-Hamdi, Sakir, Suswanta, Atmojo, & Efendi, 2020).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa kontestasi Pilkada yang dinilai pengawasannya kurang mampu menghadirkan pelaksanaan Pilkada yang dapat diterima oleh seluruh pihak, baik yang memenangkan kontestasi maupun yang kalah dalam perebutan kekuasaan daerah tersebut. Salah satu contoh adalah Pilkada Kabupaten Gowa, Provinsi Sula- wesi Selatan. Pada Pilkada Tahun 2005, 2010 dan 2015 yang dinilai masih terdapat beberapa kekurangan. Persoalan ini terjadi bukan hanya di wilayah Kabupaten Gowa saja, akan tetapi juga terdapat di beberapa di daerah lain di indonesia misalnya di daerah pulau jawa yang belum maksimal mengawasi kontestasi Pilkada.
## Pilkada 2005
Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang menjadi dasar pijakan hukum penyelenggaraan Pe- milu 2004. Norma pengaturan tentang sistem penegakkan hukum Pemilu menga- lami beberapa perubahan. Undang-Undang ini mulai menambah pengaturan tentang ancaman pidana bagi pelanggaran kampa- nye yang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999, atas pelanggaran larangan da- lam kampanye hanya diancam tindakan berupa pembubaran kegiatan kampanye. Di situ juga memperbanyak ragam bentuk sanksi atas pelanggaran administrasi dim- ana penjatuhan sanksinya dilakukan oleh
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
KPU. Pada aspek kelembagaan, ini meng- ubah desain kelembagaan pengawas Pem- ilu menjadi kelembagaan yang dibentuk oleh KPU dengan unsur keanggotaan yang terdiri atas unsur kepolisian negara, keja- ksaan, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, dan pers.
Pada Pilkada Tahun 2005 di Kabupaten Gowa (pada saat itu pengawas Pilkada masih berstatus ad hoc yaitu Panwas Kab- upaten Gowa) terhadap hasil perhitungan suara yang menunjukkan keunggulan pas- angan Ichsan Yasin Limpo dan Abdul Razak dibanding tiga pasangan calon lain- nya, dengan raupan sekitar 30% dari total jumlah pemilih di Gowa. Ratusan pendu- kung dari tiga pasangan kandidat yang kalah tersebut melakukan aksi di kantor KPUD Kabupaten Gowa dan kantor Pan- was Kabupaten Gowa dimulai sejak hari pertama perhitungan sampai pada peneta- pan calon terpilih, dimana mereka menim- bulkan keributan dengan mencoba men- dobrak barikade yang dipasang kepolisian dan sempat terjadi aksi sedikit memanas, walaupun akhirnya massa gagal mene- mbus barikade polisi (Panwaslu Provinsi Sulawesi Selatan, 2005).
## Pilkada 2010
Melalui Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwa- kilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak- yat Daerah terjadi perkembangan norma pengaturan tentang sistem penegakan hukum Pemilu. Tugas pengawasan Pemilu yang diemban oleh Panitia Pengawas dia- tur secara spesifik mencakup pula penga-
wasan terhadap kinerja KPU. Perluasan obyek pengawasan ini merupakan sebagai implikasi dari perdebatan hukum yang muncul pada Pemilu 2004 tentang apakah Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Pan- waslu) berwenang mengawasi kinerja KPU. Undang-Undang ini juga meni- ngkatkan sifat kelembagaan pengawas Pemilu di tingkat pusat menjadi permanen dalam bentuk badan dan dipilih oleh DPR, sedangkan pada tingkat di bawahnya tetap bersifat ad hoc. Namun demikian, unsur keanggotaannya diubah dengan menghi- langkan unsur dari Kepolisian dan Kejak- saan. Undang-Undang ini juga memper- luas cakupan pelanggaran administrasi de- ngan menambahkan ketentuan tentang pel- anggaran kampanye melalui media peny- iaran sekaligus memberikan wewen-ang kepada Komisi Penyiaran dan Dewan Pers guna melakukan penegakan hukum.
Pada Pilkada Tahun 2010, kekisruhan Pilkada Gowa kembali terjadi. Pasangan calon yang kalah melakukan protes di Mahkamah Konstitusi terhadap hasil kine- rja KPU Gowa dan pengawasan Panwaslu Kabupaten Gowa yang dinilai banyak ter- dapat pemilih tanpa Nomor Induk Kepe- ndudukan (NIK), NIK ganda, dan banyak pemilih ganda di DPT, serta pemilih di bawah umur. KPU Gowa dinilai tidak profesional yang mengakibatkan pasangan Ichsan-Abdul suaranya bertambah. Sebe- lumnya kejadian ini dilaporkan di Penga- dilan Tata Usaha Negara (PTUN) Makas- sar, akan tetapi gugatan tersebut ditolak sehingga ratusan massa pendukung man- tan calon Bupati dan Wakil Bupati Gowa, Andi Maddusila-Jamaluddin Rustam, yang
Implikasi Politik Penguatan... | 104
kalah mengamuk. Mereka merusak papan nama dan melempari kantor PTUN Maka- ssar dengan telur busuk dan mencabuti satu persatu huruf-huruf papan nama dan berusaha mendobrak pintu gerbang PTUN Makassar (Panwaslu Provinsi Sulawesi Selatan, 2010).
## Pilkada 2015
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum terjadi perubahan signifikan dalam kerangka hukum Pemilu, dimana norma pengaturan tentang penyelenggara Pemilu dipisahkan dari Undang-Undang Pemilu. Pada regulasi ini mulai memperkenalkan pembentukan lembaga baru yakni DKPP sebagai lembaga penegakan kode etik pen- yelenggara Pemilu. Sifat kelembagaan pengawas Pemilu ditingkatkan menjadi permanen di tingkat provinsi. Prosedur penegakan hukum terhadap pelanggaran administrasi Pemilu diubah. Pengawas Pe- milu melakukan pemeriksaan dan meng- hasilkan rekomendasi untuk ditindak- lanjuti KPU, namun KPU masih tetap mel- akukan pemeriksaan dan memutus terkait rekomendasi dari pengawas Pemilu. Un- dang-Undang ini juga mulai memper- kenalkan kelembagaan Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilu, kelembagaan Sen- tra Gakkumdu, serta sengketa Tata Usaha Negara Pemilu sebagai jenis baru sengketa Pemilu terkait dengan keputusan yang dikeluarkan oleh KPU. Sedangkan norma pengaturan tentang tindak pidana Pemilu kembali berubah menjadi 48 pasal.
Pada Pilkada Tahun 2015, juga terjadi konflik pasca Pilkada di Gowa. Terjadi
rangkaian bentrok antara polisi dan massa pasangan Maddusila-Wahyu Kahar Per- mana yang bergabung bersama massa be- berapa pasangan lainnya. Massa pasangan Maddusila-Wahyu bersama sejumlah mas- sa pasangan calon lainnya selama bebe- rapa hari terakhir setelah penetapan terus berunjuk rasa menuntut Panwaslu segera mendiskualifikasi pasangan Adnan Purich- ta Ichsan-Abdul Rauf Karaeng Kio, yang dituding curang. Pasangan Adnan-Kio di- ketahui unggul dalam hasil hitung cepat beberapa lembaga survei. Sebaliknya, pas- angan Maddusila-Wahyu mengklaim ung- gul berdasarkan hasil perhitungan di inter- nal mereka sehingga tidak terima dengan hasil hitung cepat (Panwaslu Provinsi Sulawesi Selatan, 2015).
## Pilkada 2020
Dasar pengaturan hukumnya adalah Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 ten- tang Pemilihan Umum. Undang-Undang ini menyatukan norma pengaturan terkait Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD, Pemilu presiden dan wakil presiden serta kelembagaan penyelenggara Pemilu. Pada aspek kelembagaan penegakan hukum Pe- milu, kelembagaan pengawas Pemilu diperkuat sifatnya menjadi permanen hing- ga tingkat Kabupaten/Kota, Selain itu, keahliannya menangani pelanggaran Pemi- lu semakin diperkuat, dari hanya mem- berikan rekomendasi kepada KPU hingga saat ini, hingga mengusut dan memutus pelanggaran administratif. Undang-Und- ang tersebut juga memuat ketentuan pela- nggaran administratif yang bersifat struk- tural, sistematis, dan masif. Standar penga-
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
turan tentang bentuk-bentuk kejahatan Pe- milu juga ditingkatkan menjadi Pasal 66.
Pada Pilkada Tahun 2020 di Kabupaten Gowa yang dalam tiga kali Pilkada lang- sung sebelumnya selalu diwarnai dengan kontestasi antar kandidat, pada lima tahun lalu, kantor KPU juga menjadi sasaran dan kantor DPRD Kabupaten Gowa. Pada Pilkada 2020, kabupaten tersebut justru rivalitas dan kontestasinya tidak ada, sebab memunculkan pasangan calon tung- gal. Pilkada 2020 menghadirkan calon tunggal yaitu Bupati Petahana Dr. Adnan Purichta, SH, MH yang berhasil diusung oleh hampir keseluruhan partai politik yang ada dalam parlemen dan perolehan suara beliau terindikasi menjadi salah satu yang tertinggi dalam sejarah Pilkada di Indonesia (Jurdi, 2021). Pelanggaran Pem- ilu baik administrasi maupun pidana serta netralitas aparatur sipil negara masih diju- mpai pada kontestasi ini, akan tetapi positifnya adalah pihak masyarakat Gowa turut aktif untuk melaporkan dugaan pela- nggaran tersebut ke Bawaslu Kabupaten Gowa. Pada Pilkada kali ini tidak terdapat sengketa Pilkada sebab disamping peserta Pilkada hanya satu pasangan, juga mayo- ritas partai politik hampir mendukung pasangan tunggal tersebut. Potensi perse- lisihan hasil Pilkada di Mahkamah Kons- titusi juga tidak terjadi dengan pertimba- ngan yang sama.
Dari beberapa kejadian di atas, khususnya sebelum Pilkada 2020, untuk terciptanya tujuan kontestasi Pilkada masih jauh dari harapan. Salah satu tujuan diselenggara- kannya pemilihan kepala daerah adalah
untuk membawa perbaikan situasi sosial, politik dan ekonomi sesuai dengan kekha- san daerah. Mekanisme Pilkada langsung merupakan sarana dimana masyarakat lo- kal dapat memilih kepala daerah di wilayah hukumnya. Pelaksanaan mekanis- me Pilkada secara langsung diharapkan dapat mempermudah masyarakat menyam- paikan keinginannya secara langsung di daerah. Akan tetapi, berkaca dari Kabu- paten Gowa, pengawas Pilkada sejak 3 kali kontestasi terakhir dinilai masih belum maksimal. Hal ini disebabkan sebab pada Tahun 2005 dan 2010, status kelem- bagaan pengawas Pemilu di daerah, khus- usnya tingkat Kabupaten/Kota masih bersifat ad hoc (sementara), artinya lemb- aga ini hadir hanya pada saat ada kon- testasi di Kabupaten/Kota saja, setelah selesai, kemudian dibubarkan. Hal ini me- nyangkut legitimasi dari pengawas Pemilu, yang kemudian oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang sebelumnya posisi pengawas Pilkada hanya ad hoc , beralih menjadi per- manen selama kurun waktu 5 tahun untuk satu periode masa jabatan.
Dengan peralihan penguatan status ter- sebut, segala bentuk kebijakan dari hasil pengawasan dari seluruh tahapan Pilkada dapat membuktikan Bawaslu dapat men- jamin legitimasi kandidat yang terpilih. Legitimasi merupakan salah satu kompo- nen yang amat penting dalam setiap peny- elenggaraan Pilkada. Seperti diutarakan oleh John Locke bahwa konsep legitimasi sangat penting sebab pada akhirnya itulah yang menentukan tindakan benar atau sa- lah yang dilakukan oleh sekelompok ora-
Implikasi Politik Penguatan... | 106
ng, individu yang berkuasa, dan/atau nega- ra. Kabupaten Gowa yang dalam penera- pan demokrasi lokalnya juga tidak lepas dari serangkaian praktik dinasti politik, dimana praktik dinasti politik tidak se- penuhnya menggambarkan kinerja birok- rasi dengan sentimen negatif dari masya- rakat (Haliim & Hakim, 2020). Hal ini juga menjadi salah satu tantangan dalam menerapkan sistem pengawasan dan pene- gakan hukum di Kabupaten Gowa.
Akan tetapi dengan adanya kewenangan Bawaslu, termasuk dalam hal ini Bawaslu Kabupaten yang ditambahkan melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menimbulkan efek yang cukup signifikan pada lembaga pengawas. Bawaslu Kabupaten Gowa dalam pelaksanaan Pilkada Tahun 2020 dinilai paling berhasil dibanding pengawa- san tiga kontestasi Pilkada sebelumnya. Masyarakat, pemerintah daerah beserta unsur partai politik serta pasangan kandi- dat Kepala Daerah sangat memperhitung- kan kehadiran dan kinerja Bawaslu Kabu- paten Gowa dalam mengawal pagelaran Pilkada yang tidak lagi dipandang sebelah mata sebagai pengawas saja, akan tetapi lembaga Bawaslu sangat dinantikan keha- diran dan keputusan-keputusan strategis- nya terkait pelaksanaan tahapan Pilkada yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Gowa. Dengan kewenangan penegakan hukum yang melekat di Bawaslu mem- berikan peran yang sangat strategis dalam memaksimalkan bentuk pengawasan di setiap tahapan. Sudah seharusnyalah pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih kepala daerah menjadi kontestasi yang
menghadirkan demokrasi yang adil dan akuntabel dalam pelaksanaannya. Diharap- kan penguatan lembaga pengawas Pemilu ini tetap dipertahankan dan tidak lagi dilemahkan agara bersama rakyat kita mengawasi Pemilu dan bersama Bawaslu kita tegakkan keadilan Pemilu, agar per- wujudan Pemilu demokratis dalam memi- lih kepala daerah di Kabupaten Gowa bisa maksimal.
## KESIMPULAN
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang memberikan penguatan kelembagaan Bawaslu, Bawaslu Kabupa- ten Gowa yang sebelumnya hanya dipandang sebagai pelengkap penyeleng- gara pada tahapan kontestasi Pilkada, saat ini sudah dapat mengambil peran yang sangat penting dalam konteks pengawasan tahapan serta penegakan hukum. Dua kewenangan ini menjadikan kehadiran Bawaslu Kabupaten Gowa sangat diper- hitungkan dari segi marwah kelemba- gaannya. Semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pilkada seolah sungkan dan sangat berhati-hati dalam bertindak, melakukan atau menjalankan sistem po- litik di masyarakat sebab mereka sangat menghindari untuk berurusan dengan Ba- waslu dalam hal pelanggaran Pilkada serta sengketa proses Pilkada. Legitimasi yang diperoleh oleh lembaga Bawaslu ini menjadi salah satu harapan dalam tolak ukur perwujudan Pemilu yang demokratis.
***
Volume 6, Nomor 2, Desember 2023 (94-108) ISSN (Print): 2087-3360 (Online): 2714-7657
## DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamdi, R., Sakir, Suswanta, Atmojo,
M. E., & Efendi, D. (2020). Pene- litian Kualitatif: Pegangan Maha- siswa Ilmu Pemerintahan. Yogya- karta: Pustaka Pelajar.
Asshiddiqie, J. (2019). Menuju Negara
Hukum yang Demokratis. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Budiardjo, M. (2018). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Dewanti, M., Al-Hamdi, R., & Efendi, D.
(2022). Kekalahan Petahana pada Pemilihan Umum 2019: Studi Kas- us Calon Legislatif Partai Kebang-
kitan Bangsa. Jurnal Politik Profetik, 10(1) , 17-37.
Fathurahman, D. (2005). Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia. Legality: Jurnal Ilmiah Hukum, 12(1) .
Ginting, Y. L. (2016). Mekanisme Tata
Kelola dan Pengungkapan Tang- gung Jawab Sosial Perusahaan. Kinerja: Jurnal Ekonomi dan Man- ajemen, 3(1) , 73-82.
Haliim, W., & Hakim, A. I. (2020). Dinas- ti Politik: Basis Politik dan Kepua- san Publik. Jurnal Politik Profetik, 8(2) , 258-273.
Houghton, C. (2020). Political Legitima- cy: On The Nature and Character Of Political Legitimacy. Johannes- burg: Faculty of Commerce Law
and Management, University of the Witwatersrand.
Internasional İDEA. (2004). Standar- standar Internasional Pemilihan
Umum: Pedoman Peninjauan
Kembali Kerangka Hükum Pemilu.
Jakarta: International İDEA.
Jurdi, S. (2021). Pencalonan Kepala Dae- rah pada Pemilihan Serentak 2020 di Sulawesi Selatan. Jurnal Politik Profetik, 9(1) , 23-42.
Minan, A. (2019). Serial Evaluasi Penye- lenggaraan Pemilu Serentak 2019: Perihal Penegakan Hukum. Jakarta
: Bawaslu.
Panwaslu Provinsi Sulawesi Selatan.
(2005). Data Laporan Akhir Pilka- da Tahun 2005. Makassar: Panwa- slu Provinsi Sulawesi Selatan.
Panwaslu Provinsi Sulawesi Selatan.
(2010). Data Laporan Akhir Pilka- da Tahun 2010. Makassar: Panwa- slu Provinsi Sulawesi Selatan.
Panwaslu Provinsi Sulawesi Selatan.
(2015). Data Laporan Akhir Pilka- da Tahun 2015. Makassar: Panwa- slu Provinsi Sulawesi Selatan.
Romli, L. (2007). Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardini, N. H. (2014). Kepemimpinan Pen- gawasan Pemilu: Sebuah Sketsa. Depok: Rajawali Pers.
Subarsono, A. G. (2015). Analisis Kebijak- an Publik: Konsep, Teori dan Apli- kasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, E. (2014). Membangun Masyara- kat Memberdayakan Rakyat: Kaj- ian Strategis Pembangunan Kese- jahteraan Sosial dan Pekerja, Cet.5. Bandung: Refika Aditama.
Ways, M. A. (2012). Demokrasi Lokal Opini dan Wacana Dinamika Pol- itik. Yogyakarta: Litera Buku.
|
6cb2c3f6-7844-4f45-a41c-ccb1faeb706b | https://ejurnal-unespadang.ac.id/index.php/EJPP/article/download/1071/1031 |
## EKASAKTI JURNAL PENELITIAN & PENGABDIAN (EJPP)
Doi: Lisensi: https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ Diterima: 11 April 2024 , Diperbaiki: 07 Mei 2024, Diterbitkan: 15 Mei 2024
## OPTIMALISASI KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DI SMP NEGERI 11 PRABUMULIH
Puspa Indah Utami 1 , Ratu Wardarita 2 , Missriani, Dessy Wardiah 3 , Yessi Fitriani 4 , Siti Rukiyah 5 , Muhammad Ali 5 1 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas PGRI Palembang, Indonesia 2 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas PGRI Palembang, Indonesia 3 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas PGRI Palembang, Indonesia
4 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas PGRI Palembang, Indonesia
5 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas PGRI Palembang, Indonesia
Corresponding Author: [email protected] 1
Abstract: This service was carried out with the aim of developing the public speaking skills of teachers at SMP Negeri 11 Prabumulih. This ability is considered important so that the information conveyed by the teacher can be well received by the public. The methods applied in this training are lectures and discussions. this activity In the end, it can provide deeper knowledge and insight to the teachers of SMP Negeri 11 Prabumulih which can be used as provisions to build better communication interaction patterns in front of the audience.
Keywords: optimization, public speaking skills, teachers
Abstrak: Pengabdian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan kemampuan public speaking guru-guru SMP Negeri 11 Prabumulih. Kemampuan tersebut dipandang penting agar informasi yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik di hadapan khalayak. Metode yang diterapkan dalam pelatihan ini adalah ceramah dan diskusi. Kegiatan ini pada akhirnya dapat memberikan pengetahuan dan wawasan lebih mendalam kepada para guru SMP Negeri 11 Prabumulih yang dapat dijadikan bekal untuk membangun pola interaksi komunikasi yang lebih baik di hadapan khalayak.
Kata Kunci: Optimalisasi, Kemampuan Berbicara di Depan Umum, Guru
## PENDAHULUAN
Tugas yang harus dilaksanakan oleh dosen meliputi pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat (PKM), serta penunjang kesemua itu dinamakan Tri Darma Perguruan Tinggi. Setiap semester seorang dosen dituntut untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi. Tri Darma Perguruan Tinggi ini ini harus ditingkatkan secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga kualitas setiap dosen akan semakin baik.
Salah satu Tri Darma perguruan Tinggi di atas adalah PkM, pelaksanaan PkM terkait dengan kebutuhan. Berdasarkan perkembangan dunia pendidikan seorang guru harus memiliki kemampuan berbicara di depan umum dengan baik. Keterampilan berbahasa
mencakup empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan produksi bahasa adalah keterampilan berbicara dan menulis sedangkan menyimak dan membaca merupakan keterampilan menyerap bahasa (reseptif).
Berbicara adalah karunia yang telah dimiliki oleh manusia sejak lahir dengan cara menangis, tertawa, teriak, yang ke semuanya merupakan bentuk dari berbicara yang telah dilakukan sejak bayi. Setelah mengetahui keterampilan berbicara atau kemampuan berbicara seseorang akan berkurang, dan cara memperbaiki kemampuan tersebut dengan cara berlatih secara terus-menerus.
Latihan berbicara sederhana adalah berbicara di depan publik dan berbicara interpersonal. Jenis-jenis berbicara informal seperti; tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita (pewara), menyampaikan pengumuman, bertelepon, memberi petunjuk dan sebagainya. Jenis berbicara formal seperti; perencanaan, ceramah, wawancara (interview), dan bercerita (Latasati, 2014; Mayrita et al., 2023). Berdasarkan jenis berbicara tersebut, maka kami tim pengabdian kepada masyarakat merencanakan suatu kegiatan untuk melatih meningkatkan kemampuan berbicara guru.
Secara etimologi, kata public berasal dari bahasa Inggris yang berarti "masyarakat umum" sedangkan speaking adalah berbicara atau berpidato. Istilah public speaking berawal dari para ahli retorika, yang mengartikan sama yaitu seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah berkembang sejak abad sebelum masehi. Dalam sejarahnya yang panjang, istilah public speaking lebih dikenal dengan sebutan retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari bahasa Yunani rhet yang berarti orang terampil dan tangkas dalam berbicara. Pengertian retorika berkembang meliputi kemahiran melahirkan suatu gagasan, pandangan, pendapat, kelancaran berbicara, kepiawaian mempengaruhi orang banyak dengan katakata, daya kreasi dan improvisasi.
Ketika seseorang berbicara di hadapan pemirsa (audiens) tentunya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Untuk tujuan-tujuan tersebut, perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, baik yang berkaitan dengan persiapan mental, pemahaman materi yang ingin disampaikan, alat bantu yang digunakan, dan pemahaman yang baik terhadap audiens. Untuk itu diperlukan pemahaman dan pelatihan public speaking, baik ketika menjadi MC, pidato, maupun ketika mempresentasikan sesuatu.
Maka pada kesempatan yang baik ini kami dari Program Pascasarjana program studi pendidikan bahasa Indonesia akan melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yaitu di SMPN 11 Prabumulih. Selain kegiatan PKM akan dilaksanakan promosi PPs program studi pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Palembang di SMPN 11 Prabumulih. Kegiatan promosi program studi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan pogram studi serta berbagai kegiatan akademik dan non akademik baik dosen dan dan mahasiswanya dengan harapan promosi tesebut akan dapat menjaring guru dan siswa untuk bergabung dengan Universitas PGRI Palembang. Dengan uraian latar belakang kegiatan PKM yang akan dilaksanakan di SMPN 11 Prabumulih tesebut maka kegiatan ini mudah-mudahan dapat dilaksanakan dengan baik nantinya.
## METODE PENELITIAN
Kegiatan pengabdian bagi guru-guru SMPN 11 Prabumulih dengan tema "Optimalisasi Kemampuan Berbicara bagi Guru" ini dilakukan atas dasar Surat Keputusan Rektor tentang Dosen Pemateri dan Pemonev PkM Dosen Pascasarjana Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Palembang.
Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan analisis situasi dan permasalahan mitra yang dihadapi oleh sebagian besar guru di SMP Negeri 1 Prabumulih. Selanjutnya, pelatihan ini dilaksanakan secara tatap muka (langsung) menggunakan metode ceramah dan diskusi. Secara umum, penyelenggaraan kegiatan pelatihan ini merupakan hasil koordinasi Bersama
dengan pihak mitra, yaitu SMP Negeri 11 Prabumulih. Pihak mitra dalam hal ini menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pelatihan. Selain memberikan pelatihan, tim pelaksana juga akan menjalin komunikasi dan monitoring secara berkala kepada pihak mitra untuk mengeevaluasi hasil pelatihan yang telah dilakukan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Sasaran peserta pelatihan ini adalah guru-guru SMP Negeri 11 Prabumulih berjumlah 47 guru. Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan berlangsung, secara umum, seluruh peserta aktif dan antusias dalam mengikuti pelatihan. Hal ini dapat dilihat dari pembahasan atau diskusi-diskusi yang dilakukan oleh peserta.
Mekanisme pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan berdasarkan mekanisme dan rancangan umum kegiatan pelatihan yang dikoordinasikan oleh LPPKM Universitas PGRI Palembang. Salah satu kegiatan yang diprogramkan pada tahun akademik 2023/2024 adalah pelaksanaan optimalisasi kemampuan berbicara bagi guru di SMP Negeri 11 Prabumulih.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah terlaksana dengan baik dan selesai sebagaimana waktu yang telah direncanakan. Rangkaian kegiatan dimulai dari pembukaan, dilanjutkan dengan sambutan Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Prabumulih, sambutan Ketua Kegiatan PKM, sekaligus membuka acara pelatihan. Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian materi-materi oleh dosen-dosen sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
## Gambar 1. Penyampaian materi oleh salah satu pemateri
Adapun materi-materi yang disajikan di antaranya berkaitan dengan keterampilan berbicara, peran dan fungsi public speaking, karakteristik berbicara di depan umum, seni berbicara, metode penyampaian yang sistematis dan tepat sasaran, verbal power, hingga berkaitan dengan vokal dan sikap dalam berbicara. Materi tersebut disajikan untuk menunjang ketercapaian tujuan pengabdian masyarakat yang telah ditetapkan. Materi-materi tersebut disampaikan oleh dosen-dosen berpengalaman dari Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Palembang. Melalui materi-materi tersebut diharapkan peserta pelatihan memiliki pengetahuan dan wawasan lebih baik lagi terkait dengan kemampuan berbicara di depan umum.
Gambar 2. Salah satu peserta pelatihan bertanya kepada pemateri
Berdasarkan hasil pengamatan, peserta pelatihan tampak antusias dan aktif selama kegiatan berlangsung. hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta pelatihan kepada pemateri sebagai bentuk ketertarikan mereka terhadap pelatihan kemampuan berbicara. Selain itu, melalui proses diskusi tersebut, para pemateri juga mencermati ragam gaya berbicara dari setiap penanya.
Secara umum, pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar karena beberapa faktor.
1. Antusiasme tinggi yang ditunjukkan peserta pelatihan, dalam hal ini guru SMP Negeri 11 Prabumulih karena memandang pentingnya pelatihan yang sedang berlangsung untuk menunjang profesionalisme sebagai seorang guru.
2. Pihak Program Pascasarjana, khususnya Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia sebagai instansi tim pelaksana yang sangat mendukung kegiatan pengabdian ini.
3. Pihak mitra, yaitu SMP Negeri 11 Prabumulih yang telah memberikan respon positif dan dukungan yang maksimal dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelatihan.
Hal-hal yang dikemukakan di atas menjadi faktor utama kelancaran proses berjalannya kegiatan pengabdian yang dilakukan. Hal tersebut selaras dengan pengabdian yang dilakukan Rustandi et al. (2022) terkait faktor-faktor pendukung kegiatan pengabdian. Hal tersebut menegaskan bahwa dalam segala hal, peran serta pihak-pihak lain sangat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan.
## KESIMPULAN
Kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru professional. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan sejenis akan dilanjutkan pada masa mendatang. Mudah-mudahan kegiatan pelatihan ini dapat bermanfaat bagi para guru di lingkungan SMP Negeri 11 Prabumulih sehingga memiliki kemampuan public speaking yang baik. Dengan memiliki kemampuan tersebut, informasi yang disampaikan dapat diterima oleh para pendengar, utamanya peserta didik, orang tua, dan masyarakat sekitar dengan maksimal.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas PGRI Palembang, Kepala LPPMK, Direktur Pascasarjana, dan Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PPs Universitas PGRI Palembang, beserta jajarannya yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dimaksud.
## REFERENSI
Larasat, L. (2014). Optimalisasi Keterampilan Berbicara di Depan Umum Guru-guru PAUD Gugus Cempaka Kecamatan Banyumanik Semarang dengan Metode Pelatihan Terbimbing. Jurnal Sasindo , 2(1), 36-43.
Mayrita, H., Yanti, N., Mawarni., Novita, D., Anjani, D., & Andriani, M. (2023). Melatih Keterampilan Berbicara Siswa SDN 20 Rantau Bayur Melalui Kegiatan Mendongeng. Jamas: Jurnal Abdi Masyarakat , 1(2), 176-180.
Rustandi, Y., Trisari, A., Septriani, H., Putro, S. S., Suwarna, D. (2022). Optimalisasi Kemampuan Berbicara di Depan Publik untuk Peningkatan Profesionalisme Guru di Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry Kalapanunggal Sukabumi. Jurnal Abdimas Gorontalo , 5(1), 9-16.
Surat Keputusan Rektor Universitas PGRI Palembang Nomor 7079/R.C.2/Univ- PGRI/2023 tentang Dosen Pemateri dan Pemonev PkM Dosen Pascasarjana Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Palembang.
|
d51049f1-7ee5-4b4f-a1a2-f7202a8493ea | http://e-jurnal.staisumatera-medan.ac.id/index.php/hikmah/article/download/39/57 |
## PESANTREN DAN PENGEMBANGAN STUDI ISLAM BERWAWASAN GENDER
## Rahmat Fauzi, Ali Marzuki Zebua
Institut Agama Islam Negeri Kerinci Jl. Pelita IV, Sumur Gedang, Kerinci, Jambi e-mail: [email protected] , [email protected]
Abstrak : Artikel ini membahas tentang upaya dan strategi pengembangan ilmu agama Islam di pesantren yang berwawasan gender. Kajian sebelumnya tentang gender dan pesantren lebih menitikberatkan pada dimensi sosial budaya gender, relasi kekuasaan, pemberdayaan perempuan, citra perempuan dalam kitab kuning, tokoh dan instansi. Namun demikian, ada beberapa penelitian yang mencoba mengkaji upaya pengembangan pendidikan pesantren berbasis gender di tingkat kelembagaan formal. Sangat sedikit yang menganalisis upaya pengembangan kajian Islam berbasis gender di dunia pesantren. Hal ini lebih disebabkan karena beberapa pengasuh pesantren sulit menerima konsep kesetaraan gender, yang menurut mereka bukan berasal dari badan keilmuan Islam. Dengan menggunakan pendekatan interkoneksi-integrasi yang dikembangkan oleh Amin Abdullah dan Jasser Auda, makalah ini menjelaskan bahwa pengembangan kajian Islam di pesantren sangat mendesak dilakukan dengan memanfaatkan konsep-konsep yang relevan dari ilmu-ilmu lain seperti budaya, sosial, ekonomi, psikologis dan sebagainya. Melalui apa yang disebut interkoneksi ilmiah, wawasan gender Islam yang baru dapat dikembangkan dan dipahami secara lebih holistik dan kontekstual di lingkungan akademik pesantren.
Kata Kunci: Gender, Integrasi-Interkoneksi, Pesantren, Studi Islam
Abstract: This article discusses efforts and strategies for developing Islamic studies in Islamic boarding schools that have gender insight. Previous studies on gender and Islamic boarding schools focused more on the socio-cultural dimensions of gender, power relations, women's empowerment, the image of women in the yellow book, figures and agencies. However, there are several studies that have tried to examine efforts to develop gender-based pesantren education at the formal institutional level. Very few have analyzed efforts to develop gender-based Islamic studies in the world of pesantren. This is more due to the difficulty in accepting some pesantren caregivers of the concept of gender equality, which according to them does not come from an Islamic scientific body. Using the integration-interconnection approach developed by Amin Abdullah and Jasser Auda, this paper explains that the development of Islamic studies in pesantren is urgently carried out by utilizing relevant concepts from other sciences such as cultural, social, economic, psychological and so on. Through the so-called scientific interconnections, new Islamic gender insights can be developed and understood more holistically and contextually in the academic environment of the pesantren.
Keywords : Gender, Integration-Interconection, Pesantren, Islamic Studies
## PENDAHULUAN
Ketidakadilan gender yang
bertentangan dengan nilai moral Islam telah
menjadi common sense yang dipraktikkan dalam ranah private atau domestik maupun publik. Kendati persoalan ini telah
Hikmah, Vol. 17, No. 1, Januari-Juni 2020, p-ISSN:1829-8419 e-ISSN: 2720-9040
mendapat perhatian serius dari berbagai tokoh yang disuarakan lewat berbagai karya hingga aksi masa (Tokoh-tokoh tersebut antara lain Qosim Amin (w. 1908), Ashgar Ali (w, 2013), Riffat Hassan, Amina Wadud, Fatimah Mernissi, Hussein Muhammad, Musdah Mulia, dan banyak lagi), tetap saja kasus-kasus marginalisasi perempuan terus mencuat ke permukaan. Ketimpangan tersebut tidak dapat dipungkiri lahir di antaranya dari rahim tradisi keilmuan Islam yang sebagian besar ditransmisikan via sekolah, madrasah dan pesantren.
Kitab-kitab tafsir, hadis, dan fiqh yang memuat pemahaman bias gender mengisi secara dominan ruang-ruang akademis. Adalah tidak sulit untuk menemukan, dalam literatur-literatur keIslaman klasik bahkan kontemporer, dari masa pra-Quranik sampai pasca-Quranik semisal dalam penelitian Harahap, dkk (Harahap, Pujiati, and Zebua 2020) menyatakan bahwa “the women was understood as being helpless, weak and oppressed in pre-Qur'anic period”; para perempuan pada periode sebelum al-Quran dianggap tidak berdaya, lemah dan tertindas. Sedangkan di masa pra-Quranik isu-isu yang mendiskreditkan perempuan semisal status, wilayah dan pembagian kerja, kebebasan menentukan keputusan, kesetaraan hak dalam hukum dan sebagainya semakin
meningkat.
Pembelajaran yang berkelanjutan mengenai bias gender ini, tanpa studi kritis akan semakin memposisikan perempuan dalam pihak yang marginal dan inferior.
Eka Srimulyani dalam penelitiannya menemukan bahwa pesantren-pesantren khusus perempuan secara garis besar didesain untuk mempersiapkan masa depan para perempuan yang mampu menjadi seorang ibu (dalam pemahaman budaya patriarkhi). Dalam artian tersebut orientasi pesantren ialah menciptakan perempuan yang terampil dalam berbagai pekerjaan rumah tangga, mengurus anak hingga melayani suami (Srimulyani 2007). Ada banyak ayat al-Quran, Hadis dan penafsiran ulama yang dijadikan basis pembenaran semisal teks-teks yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk nabi adam, perempuan sebagai alat reproduksi serta objek seks laki-laki, dan sebagainya (Marcoes and Meuleman 1993:159). Hussein
Muhammad, terkenal sebagai Kyai Feminist Indonesia, menyebut bahwa salah satu akar ketidakadilan gender ialah penafsiran atas al-Quran dan Hadis yang bias laki-laki. Pembacaan keliru tersebut diwarisi ke dalam kitab fikih, tafsir, syarah hadis yang dipelajari dan diamalkan dari generasi ke generasi sebagai konsep final yang tidak dapat diubah. Memahami hal tersebut, sebagai seorang Kyai dan Pengasuh pesantren, Hussein Muhammad telah melakukan upaya serius agar kesetaraan dan keadilan gender dapat terealisasi lewat tulisan maupun aktivisme. seperti misalnya ia menulis artikel secara rinci mengenai pemikiran dan aktivisme Husein Muhammad tentang isu gender.
Beberapa studi mengenai gender dan pesantren telah banyak dilakukan.
Setidaknya studi-studi tersebut dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok. Pertama, Studi yang mencoba menganalisa aspek sosial gender di lingkungan pesantren. Kedua, penelitian yang mencoba memetakan posisi perempuan di dalam kitab kitab kuning yang umum dijadikan sebagai bahan ajar di lingkungan pesantren. Ketiga, kajian yang membahas persoalan tokoh atau agency. Tulisan-tulisan yang secara fokus mengkaji pengembangan studi Islam yang berwawasan gender di lingkungan pesantren terlihat belum dilakukan secara intens dan optimal. Dengan menggunakan pendekatan integrasi interkoneksi, tulisan ini fokus mendiskusikan upaya pengembangan studi Islam yang terhubung dan terintegrasi dengan disiplin keilmuan lain. Dalam artian tersebut hasil fatwa, tafsir atau penjelasan hadis mengenai gender yang dipelajari dari kitab-kitab kuning di pesantren perlu dipahami secara lebih holistik dengan memanfaatkan disiplin keilmuan lain yang relevan.
Tulisan ini berangkat dari dua argumentasi dasar. Pertama, ketidakadilan gender lahir dari kondisi sosial kultural yang diperoleh salah satunya dari ajaran keagamaan di lingkungan pesantren. Kedua, kitab-kitab kuning yang dipelajari di pesantren hampir seluruhnya ditulis oleh ulama laki-laki yang mencitrakan subjektifitas kelaki-lakiannya, selain juga sangat dipengaruhi oleh budaya patriarkhal sebagai setting sosio-historis. Oleh sebab itu, diperlukan gagasan pengembangan studi Islam yang integratif dan kritis sekaligus berwawasan gender di
lingkungan pesantren untuk memutus lingkaran ketidakadilan berbasis gender.
## DISKURSUS GENDER DALAM LITERATUR KEISLAMAN
Pesantren merupakan tempat
dilaksanakannya pendidikan dan pengajaran yang berkonsentrasi pada kajian keIslaman, kendati dewasa ini ilmu-ilmu umum juga telah mendapatkan perhatian yang cukup serius. Selain menyediakan sarana pra-sarana pembelajaran, umumnya pesantren memfasilitasi bahkan mewajibkan para pelajarnya untuk menginap di asrama (boarding school). Hal itu disebabkan bahwa di asrama para pelajar dapat memperoleh pelajaran tambahan, selain juga melatih kemandirian dan akhlak para pelajar. Menurut Zamakhsari Dhofier (Dhofier 1982:49–51), ada lima elemen yang saling terhubung di pesantren. Pertama, Asrama atau pondok, tempat para pelajar (santri) menginap. Kedua, Mesjid, sebagai pusat aktivitas tempat para santri melaksanakan ritual agama dan menuntut ilmu. Ketiga, murid atau dalam tradisi pesantren biasa disebut sebagai santri. Keempat, Kyai sebagai pengasuh dan pengajar. Kelima, pembelajaran kitab kuning sebagai media memperoleh ajaran agama. Elemen yang terakhir ini menempati posisi sentral tidak hanya bagi pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan tetapi juga dalam proses transmisi Islam tradisional di Indonesia pada umumnya.
Kendati demikian patut disayangkan bahwa ilmu-ilmu yang termuat di dalam kitab kuning diterima begitu saja
(doktrinasi) dan dianggap sebagai pengetahuan final oleh banyak tokoh pesantren. Martin Van Bruinessen (Bruinessen 2012:85) mencatat:
Salah satu Tradisi besar di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di pesantren. Alasan utama berdirinya pesantren ialah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang termuat dalam kitab- kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu. Kitab-kitab ini di Indonesia dikenal sebagai kitab kuning. Jumlah teks klasik yang dipelajari di pesantren sebagai ortodoks pada dasarnya terbatas. Ilmu yang bersangkutan dianggap sesuatu yang sudah final dan tidak dapat diubah; hanya bisa dijelaskan dan direkonstruksi. Kekakuan tradisi itu sebenarnya telah banyak dikritik baik oleh akademisi asing maupun kaum muslim reformis dan modernis.
Persoalan gender dalam wacana agama sebagaimana tertuang dalam kitab- kitab tafsir, fikih, hadis, ilmu kalam dan tasawuf (kitab kuning), menjadi salah satu tema kajian yang dianggap telah final di lingkungan pesantren; sebuah konsep yang tidak perlu diuji atau dipahami ulang. Meski tidak sedikit intelektual Islam telah membuktikan berbagai kekeliruan penafsiran dan kesalahan metode berpikir serta ketidaksesuaian teks dan konsep di dalamnya dengan spirit universal Islam tetap saja para kyai-kyai pesantren menilai sebaliknya. Bagi mereka selama ilmu tersebut berangkat dari al-Quran dan Hadis ia wajib diyakini kebenarannya karena merupakan bagian dari perintah agama. Mereka tidak membedakan antara Islam
dan studi Islam, antara al-Quran dan tafsir al-Quran, antara hadis dan syarah hadis (Muhammad 2016:63–64). Padahal proses pembacaan atas teks tidak pernah berangkat dari ruang kosong. Sebab itulah dalam hermeneutika (juga dalam sosiologi pengetahuan) dikenal istilah „ketersituasian pembaca‟, artinya sebuah karya yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-kultural, kecenderungan politis dan latar belakang keilmuan penulis.
Adapun gagasan gender dalam kitab kuning tertuang ke dalam beberapa objek dan tekanan sesuai arah konspetual masing- masing disiplin ilmu. Pada kajian hukum Islam atau fikih, isu gender dapat berkaitan dengan persoalan ibadah dan aturan formal. Pada disiplin keilmuan tafsir serta hadis wacana gender bisa berhubungan dengan berbagai topik semisal sosial, politik, akhlak dan sebagainya. Lalu pada kajian tasawuf, pembicaraan lebih banyak terarah pada aspek spritual. Contoh representasi perempuan dan bias laki-laki dalam fikih yang banyak dipelajari di berbagai pesantren ialah kitab berjudul „Uqud al- Lujjayn (Nawawi n.d.). Kitab ini misalnya menyinggung ketidakberdayaan perempuan dalam mengendalikan tubuh dan kehendaknya di hadapan laki-laki atau suaminya (Nawawi n.d.:2–23). Guna melegitimasi pandangannya, dikutip beberapa hadis semisal: “Suatu ketika datanglah seorang perempuan kepada Nabi dan menceritakan bahwa ia tengah menerima lamaran dari saudara sepupunya sehingga ia menghadap Nabi agar diberitahukan tentang kewajiban seorang istri terhadap suami. Kalau aku mampu
melakukannya, maka akan menerima lamarannya. Maka Nabi menjawab: “Andai saja engkau menjilati tubuh suamimu yang berlumuran darah dan nanah, maka itu sama sekali belum memenuhi haknya atasmu. Andai saja seorang hamba boleh bersujud pada seorang manusia maka akan aku perintahkan seorang istri untuk bersujud pada suaminya”. Bertolak dari itu Forum Kajian Kitab Kuning (FK3) yang dikepalai oleh Sinta Nuriah Wahid telah melontarkan kritikan. Berdasarkan hasil penelitian mereka kitab ini memuat 33% hadis palsu, 22% hadis dhaif dan selebihnya berstatus shahih dan hasan. Sebagai tambahan mereka menyebut bahwa tidak semua hadis yang shahih sanadnya, shahih juga matannya.
Sementara ada banyak contoh dalam literatur tafsir yang memposisikan perempuan sebagai pihak inferior. Tulisan Nasarudin Umar dan Amany Lubis berjudul Hawa Sebagai Simbol
Ketergantungan: Relasi Gender Dalam Kitab Tafsir dalam Munhanif (Munhanif 2002:1–2), cukup baik merepresentasikannya. Ia menyebut:
Secara umum bisa dikatakan bahwa pandangan keagamaan yang muncul dalam litaratur tafsir klasik terhadap ayat-ayat gender selama ini lebih bersifat bias keberpihakan pada laki-laki, di mana laki- laki diberikan peran dominan dalam dunia publik, sementara perempuan diberikan peran di wilayah privat. Meskipun peran demikian tepat untuk konteks sosial masa itu, pembagian peran berdasarkan jenis kelamin jelas merugikan perempuan dan
menguntungkan laki-laki. Pembagian seperti ini tidak sejalan dengan semangat yang ingin ditumbuhkan oleh al-Quran.
Tidak jauh berbeda dengan literatur keIslaman klasik lain, dalam kitab tasawuf, ilmu kalam, hadis dan filsafat nuansa kelaki-lakian tambak begitu dominan. Buku Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik telah memuat bagaimana citra ideal relasi gender direpresentasikan dalam berbagai cabang keilmuan Islam klasik. Buku ini misalnya membahas Gambaran Tuhan Yang Serba Maskulin: Perspektif Gender Pemikiran Kalam, Mitos-Mitos tentang Kecantikan dan Kelembutan, Hukum Yang Memihak Pada Laki-Laki: Perempuan Dalam Kitab Fikih, dan lain sebagainya.
Ketimpangan gender, tidak dapat terelakkan, juga terlihat dalam pemikiran- pemikiran tokoh besar di era modern. Tokoh-tokoh modernis Islam semisal Muhammad Abduh, Ibn Asyur, ath- Thabatabai belum dapat bergerak jauh dari pemikir-pemikir sebelumnya mengenai relasi gender. Argumentasi relasi gender yang mereka bangun dalam karya-karyanya masih menekankan supremasi laki-laki atas perempuan (Muhammad 2001:11–13). Baik gagasan-gagasan ulama klasik maupun modern yang mendiskreditkan perempuan, pada saat bersamaan mengutamakan laki- laki, menjadi latar bagi cendekiawan muslim maupun non-muslim mutaakhir untuk mengedepankan pandangan progresif yang menghadirkan pembacaan baru berbasis kesetaraan dan keadilan gender.
Hikmah, Vol. 17, No. 1, Januari-Juni 2020, p-ISSN:1829-8419 e-ISSN: 2720-9040
## GENDER DAN REFORMASI STUDI ISLAM
Pembacaan baru terhadap wacana agama yang berhubungan dengan isu gender telah banyak dilakukan para ilmuan Islam maupun non-muslim. Reformulasi konsep gender baru ini sebagian besar tidak sejalan dengan mainstream pandangan ulama klasik maupun sebagian ulama modernis. Wacana agama yang tidak seimbang dalam menilai gender secara umum dianggap telah menodai nilai-nilai universal Islam dan terbukti menjadi salah satu alasan terhadap kemunduran peradaban Islam. Dogma tersebut terkesan membenarkan tindakan diskriminasi, marginalisasi, penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan yang berbasis pada perbedaan biologis atau jenis kelamin. Hal tersebut lebih jauh menyebabkan dominasi peran laki-laki dalam sektor publik, sementara peran perempuan terbatas dalam sektor demostik semata, yang tentunya sangat merugikan bagi laju peradaban dunia Islam.
Reinterpretasi ide gender dalam teks- teks Islam pada dasarnya berjalan seiring dengan upaya yang dilakukan tokoh-tokoh modernis dalam mereformasi studi Islam. Charlez Khuzman melihat upaya ini sebagai rekonsiliasi pemahaman Islam dengan nilai-nilai modern termasuk di dalamnya pemberian hak-hak perempuan, pendidikan dan peradaban baru (Khuzman 2002:4). Sejalan dengan itu Abdul Mustaqim, dalam Epistemologi Tafsir Kontemporer, mejelaskan bahwa ada perubahan paradigma yang besar dalam memahami al-Quran dan hadis di era yang
ia sebut sebagai reformatif dengan nalar kritis. Tokoh-tokoh masa itu banyak mengkritik pandangan ulama sebelumnya dan menawarkan cara pandang baru yang relevan dengan semangat modernisme, termasuk mengenai isu-isu gender. Epistemologi keIslaman baru dibangun dengan mengangkat spirit Islam dan memanfaatkan teori-teori sosial baru yang beberapa tidak lahir dari tubuh Islam. Perkembangan dan perubahan paradigma itu dimaksudkan untuk menyediakan solusi terkini guna transformasi sosial (Mustaqim 2012:51–53). Sebab itulah dapat dikatakan bahwa reformasi pemahaman gender dalam tubuh Islam berkembang seiring perubahan-perubahan yang terjadi dalam paradigma keilmuan Islam umumnya.
Tokoh yang mula-mula menulis tentang hal tersebut ialah Qasim Amin (w. 1908). Pria berkebangsaan Mesir ini menemukan adanya bentuk-bentuk ketimpangan sosial berbasis gender dalam kehidupan masyarakat yang didasari atas pemahaman agama yang keliru. Ia menulis dua karya besar bertajuk perempuan; Tahrir al-Mar‟ah, terbit pada tahun 1899 dan Al- Mar‟ah al-Jadidah, terbit pada tahun 1906 (kedua-duanya dihimpun menjadi satu dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Samiha Sidhom Peterson).
Qasim misalnya melihat bahwa ketidakpedulian masyarakat terhadap pendidikan perempuan yang membuatnya dapat ikut terlibat dalam pengembangan peradaban serta pembangunan ekonomi menjadi alasan diperlukannya sebuah paradigma baru guna emansipasi. Pendidikan semestinya membuka ide
persamaan hak bagi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam artian itu pendidikan bukan justru melahirkan ide pengekangan yang memaksa perempuan tetap berada di wilayah domestik dan hidup dalam nestapa cengkraman laki-laki (seperti yang berlaku dalam pendidikan khusus wanita di sebagian pesantren di Indonesia) (Amin n.d.:11–16).
Pasca Qasim Amin, reformasi pemahaman gender dalam agama terus bergulir, bahkan hingga hari ini. Tokoh- tokoh seperti Ashgar Ali (w, 2013), Riffat Hassan, Amina Wadud, Fatimah Mernissi, Hussein Muhammad, Musdah Mulia, untuk menyebut beberapa, merupakan tokoh- tokoh yang berkontribusi besar dalam mereformulasi konsep Islam mengenai isu- isu gender. Mereka sepakat pada sebuah kenyataan bahwa wacana-wacana agama yang merepresentasikan ketimpangan gender sebagaimana diproduksi oleh sebagian ulama dan pemikir Islam mengalami kecacatan. Lebih jauh mereka memaparkan beberapa asumsi dasar terkait proses produksi wacana gender dalam Islam pertama, para ulama secara sadar atau tidak terjebak dalam ketersituasian atau subjektifitas kelaki-lakiannya dalam proses produksi wacana gender. Kedua, wacana-wacana gender diproduksi dalam setting sosio-politik yang patriarkhi. Ketiga, meski sebagian wacana yang diproduksi kelihatan cocok untuk masa itu, dewasa ini menjadi tidak relevan seiring meningkatnya kualitas kehidupan sosial dalam bidang keamanan, nilai-nilai yang diemban (misal HAM), dan taraf
pendidikan. Keempat, konsep-konsep gender dalam Islam merupakan hasil olah pikir seseorang, bukan Islam itu sendiri. Dalam artian tersebut, ia memiliki kemungkinan untuk salah dan tentunya sangat berpotensi untuk dikritik dan diperbaharui.
Abdullah Saeed dalam karyanya Reading the Qur‟an in the Twenty-First Century menunjukkan sebuah contoh bagaimana pandangan ketimpangan gender yang dahulu diterima dan kemungkinan sesuai dengan konteks makro masa itu, dewasa ini sudah tidak lagi relevan (Saeed 2014:111–28). Ia mengambil perumpamaan pada QS 4: 34 dan mengeksplor penafsiran- penafsiran ulama terhadapnya. Hasilnya ia mendapatkan keseragaman penafsiran yang menjelaskan bahwa sebagian ulama memahami perempuan sebagai subordinat laki-laki dan menyatakan bahwa perempuan harus tunduk pada kewenangan laki-laki. Saeed lebih lanjut mensinyalir pemahaman ini tumbuh dalam konteks sosial, budaya, politik dan ekonomi yang patriarkhi sehingga mereka menafsirkan ayat-ayat melalui lensa itu. Adalah benar pada abad ke-7 M., otoritas sosial, politik, budaya dan ekonomi dikuasai oleh laki- laki. Al-Quran menangkap hal itu dan menyatakan bahwa perempuan berada di bawah wewenang laki-laki. Bagi generasi pertama, pengamatan ini terbilang alamiah karena sesuai dengan kondisi sosial masa itu. Sayang ulama pra-modern menangkap ayat-ayat seperti ini tidak memerlukan pertimbangan norma dan nilai yang hidup dari lingkungan wahyu aktualnya sebagai titik awal penafsiran.
Alih-alih
Hikmah, Vol. 17, No. 1, Januari-Juni 2020, p-ISSN:1829-8419 e-ISSN: 2720-9040
mengedepankan nilai keadilan, kesetaraan, kebebasan, pengakuan hak dan anti penindasan yang menjadi spirit dasar al- Quran, para ulama memahami ayat ini sebagai aturan umum yang berlaku secara universal tanpa pertimbangan nilai historis.
Demikian terlihat jelas bahwa reinterpretasi wacana agama yang berlangsung turut atau bahkan dipengaruhi oleh reformasi pemahaman gender secara umum. Para pemikir berupaya meninjau ulang dan memperbaiki ide-ide sebelumnya yang terlihat usang dan berakibat buruk bagi perkembangan peradaban Islam. Berangkat dari nilai-nilai universal Islam yang disarikan dari al-Quran dan Hadis serta mengintegrasikan dengan ilmu-ilmu yang relevan, studi Islam mutakhir mencerminkan cita-cita kehidupan yang berasaskan keadilan, kesetaraaan, kebebasan, kebersamaan dan mengakui hak-hak orang lain tanpa membedakan suku, ras dan jenis kelamin. Maka oleh sebab itu, sudah seharusnya nilai-nilai dasar ini menjadi landasan utama dalam studi Islam yang dipelajari di akademi akademi manapun, tidak terkecuali pesantren.
## PESANTREN, WAWASAN GENDER DAN PENDEKATAN INTEGRATIF
Penjelasan di atas memperlihatkan adanya gerak ide dalam sejarah pengetahuan Islam. Perkembangan kondisi sosial kultural mendesak orang untuk berpikir lebih maju untuk menyesuaikan diri pada kebutuhan zaman, tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai luhur. Masa yang bergerak memperhadapkan kepada manusia berbagai anomali terhadap
penemuan dan kajian terdahulu. Islam sendiri tidak menutup diri terhadap berbagai perubahan, hal itu telah dipraktikkan oleh pemikir-pemikir progresif Islam. Al-Quran dan Hadis bersifat statis namun pemahaman atasnya bersifat dinamis. Stagnasi berpikir hanya akan membuat dunia Islam tertinggal jauh dari peradaban-peradaban lain.
Perubahan dan berkembangan peradaban Islam mesti dimulai dari lembaga-lembaga pendidikan. Sebab pendidikan memiliki daya dan otoritas untuk meninjau ulang, merevisi dan mereformulasi konsep-konsep pengetahuan sebelumnya, termasuk mengenai ide gender. Lembaga pendidikan semisal pesantren yang menjalani tradisi besar dalam hal transmisi pengetahuan Islam di Indonesia, perlu mengambil bagian dalam transformasi paradigma Islam khusunya mengenai ide gender. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ialah pertama, adanya kesungguhan untuk membuka diri menerima paradigma baru, dalam hal ini penulis menawarkan paradigma tauhidik sebagai fondasi. Kedua kekuatan metode penggalian ilmu dengan menyerap dan mengintegrasikan konsep-konsep yang relevan, dalam artian tida bersifat ideologis pragmatis an sich. Ketiga, mempertajam rasionalitas dan sisi kritis.
1. Paradigma Tauhidik
Salah satu pra-syarat dalam pengembangan keilmuan Islam ialah adanya dimensi keterbukaan (open minded) dan pembaruan diri (self renewal). Jasser Auda menjelaskan bahwa agar studi Islam
tetap hidup maka sistem openess dalam pandangan dunia (watak kognitif) harus selalu dipelihara (Auda 2008). Dalam tradisi filsafat Thomas S. Kuhn (Kuhn 1962) memperkenalkan shifting paradigm, yaitu adanya perubahan fundamental dalam konsep-konsep dasar dan pengalaman praktis pada disiplin sains. Tegasnya perubahan paradigma terjadi ketika orang sudah mendapati anomali-anomali, teori- teori yang tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, dalam ilmu dominan. Demikian, perubahan ilmu pengetahuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan paradigma, termasuk kajian-kajian sosial dan Islam.
Model paradigma baru mengenai gender dalam Islam telah banyak ditawarkan oleh pemikir, salah satunya ialah Amina Wadud. Tokoh Islam progresif berkebangsaan Amerika ini menawarkan apa yang ia sebut sebagai paradigma tauhid. Pandangan integral tentang keadilan kesetaraan dan kesamaan hak dapat diperoleh dengan berpegang pada pandangan dunia tauhid. Konsep ini menjelaskan bahwa hanya Allah sosok yang maha besar dan agung yang perlu ditinggikan dan diistemewakan. Dalam artian tersebut pandangan dunia tauhid menjelaskan bahwa tidak ada superioritas manusia atas manusia yang lain di dunia (Shimogaki 2011:21–23).
Menurut Amina Wadud nilai utama yang terkandung dalam paradigma tauhid ialah keadilan. Tauhid memiliki arti penyerahan diri secara utuh kepada Allah yang Maha Esa tanpa mempertimbangkan aspek gender, politik maupun ekonomi yang melekat pada diri manusia. Sebab
manusia menyadari bahwa di mata tuhan mereka semua sama dan sejajar. Di bawah paradigma tauhid inilah muncul konsep keadilan, integritas dan tanpa adanya dominasi terhadap yang lain. Lebih jauh tauhid membuka pintu kesetaraan yang harmonis antar manusia tanpa pembedaan biologis, ras, ekonomi dan politik.
Berangkat dari cara pandang tersebut, Amina Wadud meyakini bahwa paradigma tauhid sangat potensial untuk mereformasi pemahaman tradisional tentang gender. Paradigma tauhid dapat menjadi alasan teologis dan rasional untuk merevisi nilai- nilai yang telah terbentuk dalam dunia sosial maupun dalam tradisi agama. Lebih jauh paradigma ini dalam pengalaman praktis dapat menghapus kesenjangan gender pada semua institusi sosial keagamaan di tengah masyarakat, dalam hal wilayah pembagian kerja, politik, penguasaan ekonomi, kebebasan berekspresi dan berpendapat, ritual, penguasaan ekonomi, kesetaraan dalam hukum dan lain sebagaianya.
Dalam lingkungan pesantren, dengan demikian, paradigma tauhid harus direvitalisasi. Agar tauhid yang sebelumnya hanya bernuansa profan (duniawi) kemudian dapat memiliki agenda sosial dan transformasi. Pembelajaran tauhid tidak lagi hanya berbicara persoalan sifat dan nama Tuhan, Aqidah, atau semua yang berkaitan dengan konsep divinitas tanpa penghayatan yang lebih mendalam sehingga tercermin dalam kehidupan sosial. Dengan mengoptimalkan paradigma ini di lingkungan akademi pesantren, potensi transformasi sosial Islam akan bergulir ke
depan. Setelah menyelesaikan studi di pesantren, perempuan akan lebih terberdayakan ke depannya, baik di bidang politik, ekonomi, teknologi, pendidikan, pertahanan dan sebagainya. Hal ini berarti, perempuan tidak lagi didominasi dan bertugas mengurus pesoalan domestik, lebih jauh perubahan ini akan berdampak pada peradaban umat Islam pada umumnya.
2. Integrasi-interkoneksi keilmuan
Dalam upaya memahami kompleksitas kehidupan masyarakat dewasa ini, setiap disiplin keilmuan apapun tidak dapat berdiri sendiri (Abdullah 1996). Dalam artian tersebut guna memahami masyarakat dengan segenap persoalan dan nilai kehidupan yang melekat padanya hari ini seseorang tidak dapat menawarkan sebuah pandangan atau solusi dengan hanya mengandalkan satu disiplin keilmuan semata. Perlu ada sinergitas beberapa keilmuan untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, alih-alih atomisitik, untuk memecahkan satu atau banyak hal dalam dinamika kehidupan masyarakat.
Jasser Auda menjelaskan bahwa disiplinisasi pengetahuan seharusnya tidak menjadi penghalang dalam penggunaan konsep-konsep yang relevan dari ranah- ranah pengetahuan yang berbeda dalam suatu kegiatan riset (Auda 2008). Dalam artian tersebut setiap pengetahun dapat di mixing dengan pengetahun lainnya.
Hal ini berarti bahwa wacana agama mengenai gender perlu mendapatkan penjelasan dari disiplin keilmuan lain semisal sejarah dan budaya patriarkhi. Terbukanya dialog ilmu-ilmu dalam
pembahasan gender ini harus dibarengi dengan menutup rapat peluang dikotomi ilmu.
Upaya integrasi keilmuan perlu dikembangkan di lingkungan pesantren khususnya ketika berhadapan dengan isu- isu gender. Tindakan tersebut akan membuat pemahaman pelajar mengenai gender tidak bersifat atomistik. Sifat keterpaduan (integrated)
pengetahun ini juga merupakan semangat kompetensi utama dalam pendidikan di Indonesia, yang memadukan satu pengetahuan dengan beberapa sumber pengetahuan lainnya; dari nalar manusia (sekularisme) dan keluasan ilmu dari Tuhan dengan wahyu-Nya, sehingga semangat akan integrasi keilmuan yang dibangun pada tataran pesantren juga merupakan wujud dari semangat kompetensi utama pada pendidikan di Indonesia.
3. Menuju Rasional dan Kritis
Apa yang perlu dilakukan selanjutnya ialah mengedepankan budaya kritis dan rasional. Produk-produk yang dihasilkan oleh para pemikir, seluruhnya, merupakan upaya intelektual yang dihasilkan lewat lanskap pengetahuan dan kecenderungan tertentu, dalam artian tidak berangkat dari ruang vakum atau netral. Selain itu seseorang perlu membedakan antara agama dan kajian agama, antara syariah dan pemahaman syariah, antara teks dan penafsiran atas teks. Berdasarkan pegetahuan itu kita bisa menangkap bahwa selama hal tersebut bukan wahyu itu sendiri, melainkan pembacaan orang terhadapnya, ia tidak bersifat sakral dan
profan. Artinya ia dapat dikritik dan diperbaharui sesuai konteks dan kebutuhan yang berlaku pada zaman tertentu.
Demikian teks-teks yang berbicara mengenai gender tidak dapat dilepas dari konteks asalnya. Dalam studi Islam kontemporer pelacakan perlu dilakukan dalam dua aspek yaitu asbab makro (konteks sosial ekonomi politik) dan asbab mikro (biasa didapatkan dalam asbab al- nuzul dan asbab al-wurud)
Selain itu, kritik juga perlu menyasar pada integritas rawi (sanad) bahkan isi (matan). Wacana-wacana agama yang mencitrakan ketimpangan gender perlu dianalisa secara historis. Sebab pemikiran tidak lahir dari ruang hampa. Hal ini maksudnya boleh jadi pemikiran-pemikiran itu lahir dalam budaya patriarkhi.
Perbedaan sosial dan kultur menjadi alasan pentingnya upaya Kontekstualisasi terhadap isu-isu gender. Konsep-konsep gender rumusan ulama klasik yang cocok pada masa itu, dewasa ini akan terlihat bertolak belakang dari sudur pandang yang semain luas.
Karakteristik pemikiran yang muncul dewasa ini ialah mengedepankan konsep Maqasid al-Syariah (nilai-nilai universal Islam) dan pengakuan atas hak asasi manusia. Pesantren perlu mengembangkan model pembelajarannya dengan mengadopsi pemikiran-pemikiran yang lebih rasional dan kritis. Ciri khas tradisional pesantren yang mempelajari kitab-kitab klasik seyogyanya menambah dimensi lain seperti judul bukunya Hussein Muhammad “Islam Tradisional Yang Terus Bergerak”.
## SIMPULAN
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren menjadi gerbang bagi para pelajar Islam dahulu untuk menjadi seorang ulama. Hadirnya para ulama-ulama yang diistilahkan „kyai‟ dari pesantren ini, juga menjadi pintu munculnya kitab-kitab klasik seperti halnya kitab kuning. Kita kuning ini rata-rata karangannya di dominasi oleh kalangan kyai, sehingga dipastikan hilangnya isu gender di dalam karya-karya mereka. Gender merupakan atribut yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan yang terbentuk secara kultural. Gender membedakan struktur pada setiap aspek kehidupan tataran sosial manusia. Manusia melalui status gender ini, menciptakan sikap serta perilakunya berdasarkan jenis kelaminnya, termasuk menentukan apa yang seharusnya membedakan laki-laki dan perempuan. Keyakinan tersebut akhirnya mempengaruhi alam bawah sadar yang menyebabkan setiap analisis yang dilakukannya (kyai) baik terhadap kitab- kitab karangnya, pun akan juga ikut terpengaruh.
Melihat hal ini perlunya kontruksi berpikir baru terhadap gender di lembaga pesantren. Dalam tulisan ini telah dipaparkan beberapa wacana-wacana yang menjadi pertimbangan -mungkin tidak baru- namun merefresh pikiran kita bahwa ada masalah dalam pesantren kita selama ini yang bersifat doktrinasi pada kitab-kitab kuning tersebut.
## DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. 1996. Islamic Studies Di Perguruan Tinggi: Pendekatan
Integratif-Interkonektif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amin, Qasim. n.d. The Liberation of Women and The New Woman, Two Documents In The History of Egyptian Feminism . edited by S. S. Peterson. Kairo: The American University in Cairo Press.
Auda, Jasser. 2008. Maqasid Al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach . London: The International Institute of Islamic Thought.
Bruinessen, Martin Van. 2012. Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat . Yogyakarta: Grading Publising.
Dhofier, Zamakhsari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia . Jakarta: LP3S.
Harahap, Rahma Riani, Pujiati Pujiati, and Ali Marzuki Zebua. 2020. “The Meaning of Word „Al-Nisa‟ in Toshihiko Izutsu‟s Perspective of Semantic.” Al Bayan 12(1):128–48.
Khuzman, Charlez, ed. 2002. Modernist Islam, 1840-1940: A Source Book . Oxford: Oxford University Press.
Kuhn, Thomas S. 1962. The Sctructure Of Scientific Revolution . Chicago:
University Of Chicago Press.
Marcoes, Lies M., and Johan H. Meuleman, eds. 1993. Wanita Islam Indonesia Dalam Kajian Tekstual Dan Kontekstual: Kumpulan Makalah Seminar . Jakarta: INIS.
Marhumah, Ema. 2011. Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren ; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana Perempuan .
Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.
Muhammad, Hussein. 2001. Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama Dan Gender . Yogyakarta: LKiS.
Muhammad, Hussein. 2016. Perempuan, Islam Dan Negara: Pergulatan Identitas Dan Entitas . Yogyakarta:
Qalam Nusantara. Munhanif, Ali, ed. 2002. Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan PPIM. Mustaqim, Abdul. 2012. Epistemologi Tafsir Kontemporer . Yogyakarta:
LKiS.
Nawawi, Muhammad Ibn Umar. n.d. Uqud Al-Lujjayn Fi Bayani Huquq Al- Zaujayn . Jakarta: Maktabah Dar al-
Hikmah.
Qomar, Mujamil. 2006. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi . Jakarta: Erlangga.
Rahman, Yusuf. 2017. “Feminist Kyai,
K.H. Husein Muhammad: The Feminist Interpretation on Gendered Verses and the Qur‟ān-Based Activism.” Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 55:293–326.
Saeed, Abdullah. 2014. Reading the Quran
In the Twenty-First Century: A Contextualist Approach . London: Routledge.
Shimogaki, Kazuo. 2011. Kiri Islam Antara Modernisme Dan Posmedernisme . Yogyakarta: LKiS.
Srimulyani, Eka. 2007. “Muslim Women and Education in Indonesia: The Pondok Pesantren Experience.” Asia
Pasific
Journal of Education
27(1):85–99.
Wahid, Sinta Nuriah. 2001. Wajah Baru Relasi Suami Istri: Telaah Kitab ’Uqûd Al-Lujjayn . Yogyakarta: LkiS.
|
467ceb4b-b458-499e-8750-bbf4bb8e7e95 | https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpp/article/download/2381/1605 |
## JURNAL PARIWISATA PESONA
Volume 03 No 2, Desember 2018: p 175-190 Print ISSN: 1410-7252 | Online ISSN: 2541-5859
doi:10.26905/jpp.v3i2.2381 http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpp/
## Profil dan Karakteristik Wisatawan Nusantara
(studi kasus di Yogyakarta)
## Nining Yuniati
STIPRAM Yogyakarta
Jl. Ahmad Yani, Ring Road Timur 52B, Modalan, Banguntapan, Bantul, DIY (55198)
Korespondensi dengan penulis:
Nining Yuniati : Telp. 08562863483 E-mail: [email protected]
## Abstract
Domestic tourists are the backbone of a number of tourism destinations in Indonesia including Yogyakarta, but not many researchs have studied their characteristics. This research aims to provide an overview of the profile of domestic tourists. Yogyakarta is one of the favorite destinations for tourists in Indonesia. The research method used is a direct survey to domestic tourists (N = 600) using a questionnaire. The research findings are : in general domestic tourists are short stay (only 1-2 days), very few use accommodation facilities but live in friend’s and colleague’s home, the majority segment is the closest neighbor and the proximate principle is The main factor. In terms of age, is mostly productive age (26-40 years), the main motivation is just walking, preferring to use private vehicles and organizing their own travel or not using travel agent services, dominated by repeaters. The considerations of accessibility, facilities and prices are most influential on the motivation of travel. As for the interest in the type of destination is nature tourism
Keywords : Profile; Wisnus characteristics; Yogyakarta
## Abstrak
Wisatawan nusantara merupakan tulang punggung bagi sejumlah destinasi pariwisata di Indonesia termasuk Yogyakarta, akan tetapi belum banyak studi yang mempelajari tentang karakteristiknya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang profil wisatawan nusantara. Yogyakarta menjadi salah satu destinasi favorit wisnus di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah survei langsung pada wisatawan nusantara (N=600) dengan menggunakan kuesioner. Temuan penelitiannya adalah bahwa secara umum profil dan karakteristik wisnus adalah memiliki lama tinggal yang pendek (1-2 hari), sangat sedikit yang menggunakan fasilitas akomodasi tetapi tinggal di rumah saudara, segmen mayoritas adalah tetangga terdekat dan asas proksimitas menjadi faktor utama, dari segi usia sebagian besar adalah usia produktif (26-40 tahun), motivasi utama adalah sekedar jalan-jalan, lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi dan mengatur perjalanannya sendiri atau tidak menggunakan jasa agen perjalanan, di dominasi oleh para repeater , pertimbangan aksesibilitas, fasilitas dan harga adalah yang berpengaruh pada motivasi perjalanan. Adapun minat terhadap tipe daya tarik wisata adalah jenis wisata alam.
Kata Kunci : Karakteristik Wisnus; Profil; Yogyakarta
## PENDAHULUAN
Penelitian tentang wisata nusantara atau lebih popular disebut wisatawan domestic, adalah jenis penelitian yang relatif jarang dilakukan dibandingkan dengan penelitian-penelitian wisatawan internasional (C. Cooper, 2005) (Cortes-Jimenez, 2008). Sejumlah penelitian mengatakan bahwa penelitian wisatawan domestic relatif sulit diukur, determinan yang kompleks, dan data yang sulit di dapatkan. Di Indonesia penelitian tentang wisatawan domestik sejauh ini banyak dilakukan oleh instansi pemerintah karena berkaitan dengan pendataan kunjungan dan tamu menginap di hotel yang rutin dilakukan setiap tahun. Pendataan lain tentang wisatawan domestic dalam skala nasional secara berkala telah dilakukan oleh pemerintah pusat (dalam hal ini Kementerian Pariwisata yang biasanya bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik) yang kemudian dipublikasikan melalui Neraca Satelite Pariwisata Nasional (NESPARNAS) (Pariwisata, 2017).
Wisatawan nusantara adalah seseorang yang melakukan perjalanan di wilayah teritori suatu negara, dalam hal ini Indonesia, dengan lama perjalanan kurang dari 6 bulan dan bukan bertujuan untuk memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi serta bukan merupakan perjalanan rutin (sekolah atau bekerja), untuk mengunjungi obyek wisata komersial, dan atau menginap di akomodasi komersial, dan atau jarak perjalanan lebih besar atau sama dengan 100 (seratus) kilometer pergi pulang (Kemenpar, 2017). Definisi tersebut merupakan definisi wisatawan nusantara yang juga telah diadopsi oleh BPS berdasarkan definisi yang telah dikembangkan internasional (WTO), Bahwa wisnus mengacu pada kriteria- kriteria berikut ini: 1) Penduduk Indonesia; 2) Perjalanan < 6 bulan; 2) Berpergian di wilayah Indonesia; 3) Sukarela/tidak Sukarela; 4) Tidak untuk bekerja/sekolah ataupun untuk bekerja/bersekolah; 5) Mengunjungi ODTW; 6) Menginap di akomodasi komersial; 7) Jarak perjalanan > 100 km pp.
Data dari Kemenpar secara kumulatif sejak Januari-Oktober 2017 menunjukkan jumlah wisnus mencapai 252.569.465. Menteri Pariwisata Arief Yahya memaparkan, jumlah wisnus Januari-Oktober 2017 lebih tinggi 14% dibandingkan target yang ditetapkan sebesar 221,5 juta wisnus. Pergerakan wisnus telah
berkontribusi dalam menempatkan Indonesia ke dalam posisi 20 besar negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat dalam kurun waktu tiga tahun. Arief menyebutkan, pertumbuhan pariwisata Indonesia per Januari-Oktober 2017 mencapai 24%. (marketer.com, 2017)
Sejumlah peluang yang dimungkinkan telah berpengaruh terhadap pergerakan wisnus adalah: 1) Tren berwisata yang cenderung meningkat dari kalangan wisnus (berdasarkan data nasional, tren pergerakan wisnus terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2% dimana pada tahun 2016 tercatat sebesar lebih dari 250 juta pergerakan dengan total pengeluaran mencapai 177 triliun rupiah); 2) Berwisata sudah menjadi bagian dari gaya hidup ( lifestyle ) masyarakat; 3) Kemajuan teknologi dan informasi yang berdampak pada “viral” dan mudahnya mendapatkan informasi pariwisata; 4) Kemudahan Akses (rute-rute penerbangan, juga pengembangan jalur darat ke berbagai daerah yang memudahkan pegerakan manusia, barang dan jasa)
Secara umum wisnus di Indonesia memiliki karkateristik yang cukup kompleks dengan beberapa ciri khas. 1) berkaitan dengan motivasi, motivasi wisnus sangat kompleks dari mengunjungi kerabat, ziarah, perdagangan/bisnis/MICE, dan perjalanan dinas; 2) wisnus juga sangat memprioritaskan segala hal yang bersifat nyaman, tidak ingin bersusah payah dalam melakukan perjalanan, akses yang mudah, dan terfokus pada kegiatan belanja dan kuliner, 3) pilihan produk daya tarik wisata yang cenderung pada produk wisata massal dibandingkan dengan pilihan wisata minat khusus akibat kurangnya apresiasi dan rendahnya kesadaran pada kelestarian lingkungan.
Sebagai bagian dari segmen penting pasar pariwisata, wisatawan domestik atau selanjutnya disebut dengan wisatawan nusantara (wisnus) adalah penyokong utama bagi pendapatan sektor pariwisata. Namun demikian, kenyataannya tidak semua destinasi yang ada di Indonesia dikunjungi oleh wisman, sehingga dalam kondisi ini kedudukan wisnus menjadi sangat penting dalam menggerakan sektor pariwisata setempat. Yogyakarta adalah salah satu contoh destinasi yang memiliki
populasi wisnus cukup besar (93%) setidaknya dibandingkan dengan wisatawan internasional (wisman) yang hanya 7% saja dari total jumlah wisatawan yang ada.
Yogyakarta merupakan salah satu destinasi tujuan wisata terkemuka di Indonesia selain kota-kota Jakarta, Bandung, Secara nasional Yogyakarta menempati peringkat ke-7 sebagai daerah tujuan wisatawan mancanegara berdasarkan data wisatawan mancanegara yang melalui port of entry (masuk via bandara) dengan jumlah 114.639 setelah Ngurah Rai (4,8 juta), Sukarno Hatta (2,6 juta), Batam (1,5 juta), Sam Ratulangi (231.455), Kualanamu (211.942), dan Husein Sastranegara (183.452). Sementara itu, berdasarkan data kunjungan wisatawan nusantara Yogyakarta juga menempati urutan ke-5 sebagai destinasi dengan jumlah wisatawan nusantara mencapai lebih dari 13 juta kunjungan, setelah Jawa Barat (44,6 Juta), Jawa Timur (44,4 juta), Jawa Tengah (42,4 juta), DKI Jakarta (13,7 juta) ((Kemenpar), 2017).
Jumlah kunjungan baik wisman maupun wisnus ke Yogyakarta hingga tahun 2017 menunjukkan tren pertumbuhan yang sangat positif dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun 14% dengan jumlah wisatawan 4.549.547 jiwa, dengan rincian wisman sebanyak 355.312 jiwa, wisnus sebanyak 4.194.251 jiwa (Gambar 1). Jumlah tersebut merupakan tren yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Walaupun jumlah ini cukup signifikan tetapi sebenarnya belum pernah ada penelitian yang spesifik terkait dengan profil dan karakteristik wisnus khususnya di Yogyakarta.
## Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisman dan Wisnus yang Menginap di Hotel (Bintang dan Non Bintang) di Yogyakarta Tahun 2011 – 2017
Sumber : Diolah dari Data Statistik Pariwisata D.I Yogyakarta, 2017
Sejumlah permasalahan berkaitan dengan minimnya wisnus, karakteristik yang kompleks dan cenderung kurang terdefinisi, serta kesulitan dalam estimasi terkait dampak ekonomi adalah diantara hal yang mendasari mengapa penelitian ini kemudian dilakukan. Dari sisi pemerintah dan pelaku usaha kebutuhan tentang profil dan karakteristik wisnus masih sangat diperlukan dalam perumusan strategi- strategi bisnis dan pemenuhan kebutuhan wisnus. Melalui penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui profile dan karakteristik wisnus yang dapat digunakan oleh para pelaku usaha maupun praktisi pariwisata lainnya dalam menemukan formulasi strategi yang tepat juga informasi terkait dengan wisnus.
## METODE
Penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan responden wisnus dengan teknik convenience Sampling termasuk dalam teknik sampling nonprobability sampling seperti diresume dari (Sugiono, 2017) bahwa convenience sampling adalah pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel diambil/terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Beberapa ahli berpendapat bahwa cara ini kurang dapat diandalkan, tapi paling murah dan cepat dilakukan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yamg mereka temui. Penarikan sampel ini bermanfaat penggunaannya pada tahap awal penelitian eksploratif yang ditujukan untuk mencari petunjuk awal tentang suatu kondisi yang menarik perhatian. Hasil yang diperoleh dengan cara ini seringkali dapat menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah sehingga terkadang pengambilan sampel yang lebih canggih tidak diperlukan lagi.
Adapun jumlah sampel yang diambil adalah 600 orang dengan kriteria merupakan wisatawan yang datang dari luar kota dan bukan penduduk lokal. Jumlah sampel ini diasumsikan sebagai jumlah yang representatif dengan asumsi populasi adalah homogen pada teknik convenience sampling, di mana total populasi wisatawan domestic mencapi kurang lebih 4 juta orang.
Jumlah ini Pengambilan sampel dilakukan pada sejumlah lokasi seperti hotel, rumah makan, obyek wisata, dan tempat hiburan. Survei telah dilakukan pada tahun 2017. Adapun instrument yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan pengolahan data adalah secara statistif deskriptif dengan menghitung prosentase berdasarkan unit-unit analisis.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Komposisi Wisnus Berdasarkan Daerah Asal
Wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta berasal dari beberapa kota besar di Indonesia. Jumlah terbesar berasal dari Jawa Tengah yang memiliki kedekatan geografis dengan Yogyakarta. Berdasarkan hasil survei provinsi penyumbang wisnus terbesar diantaranya: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta. Beberapa dari luar wilayah tersebut jumlahnya tidak signifikan, kecuali beberapa daerah dengan penerbangan langsung ke Yogyakarta (Makassar, Medan, Balikpapan). Hal ini memperlihatkan bahwa pangsa pasar wisnus sangat erat berkaitan dengan proksimitas atau kedekatan geografis. Daerah yang relatif lebih jauh lebih sedikit motivasi untuk berkunjung.
## Tabel 1. presentase jumlah wisnus berdasarkan asal
Asal % Asal % Lainnya 27.0% Lampung 1.2% Jawa Tengah 22.7% Kalimantan Selatan 1.0% Jawa Barat 17.0% Sulawesi Utara 1.0% Jawa Timur 17.0% D.I Aceh 0.8% DKI Jakarta 16.5% Jambi 0.8% D.I Yogyakarta 3.2% Riau 0.8% Kalimantan Timur 2.2% Kalimantan Tengah 0.7% Sumatera Utara 2.0% Maluku 0.7% Sulawesi Selatan 1.7% Bangka Belitung 0.5% Bali 1.5% Bengkulu 0.3% Kep Riau 1.5% Gorontalo 0.3% NTB 1.5% Maluku Utara 0.3%
Sumatera Selatan 1.5% NTT 0.3% Papua 1.3% Kalimantan Utara 0.2% Sumatera Barat 1.3% Sulawesi Barat 0.2%
Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang diminati oleh wisatawan nusantara. Berdasarkan table di atas komposisi Segmen pasar wisnus banyak di dominasi oleh wilayah-wilayah yang memiliki kedekatan secara geografis dengan Yogyakarta seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Menurut data Survei dengan jumlah 600 responden, presentase terbesar sebesar 23% berasal dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian Jawa Barat 17%, Jawa Timur 17%, DKI Jakarta 16%, kota lainnya 27%. Hal ini memperlihatkan bahwa segmen wisnus identik dengan kedekatan secara geografis/lokasi.
## Pembelanjaan Rata-Rata
Berdasarkan pengeluarannya sebagian besar wisnus berbelanja pada Transportasi, Penginapan, dan Souvenir dengan rata-rata belanja per kunjungan adalah 800 ribu – 1,2 juta rupiah. Seperti yang bisa dilihat pada gambar 2, di Yogyakarta wisnus banyak menggunakan jasa penginapan rumah kerabat dibandingkan dengan menginap di Hotel, sehingga pembelanjaan transportasi terkesan lebih dominan dibandingkan dengan komponen pembelanjaan lainnya.
Hal ini memperlihatkan bahwa pergerakan wisatawan domestic memang dekat dengan permasalahan jarak, semakin dekat jarak semakin murah biaya yang dikeluarkan. Selain itu karakteristik yang unik dari wisnus adalah sangat sedikit yang menggunakan fasilitas wisata, hal ini yang menyebabkan pandangan „pesimisme‟ pentingnya wisnus terkait dengan dampak ekonomi pada sector pariwisata. WIsnus sangat sedikit memanfaatkan fasilitas pariwisata termasuk akomodasi.
## Demografi
## a. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil survei wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta terbanyak berjenis kelamin laki-laki. Komposisi Wisatawan nusantara yang berkunjung ke Yogyakarta sebanyak 52% berjenis kelamin laki-laki sedangkan 48% perempuan. Komposisi ini tidak selalu sama di setiap daerah, tetapi sebagai penggambaran saja bahwa laki-laki pada umumnya lebih banyak melakukan perjalanan di bandingkan dengan kelompok wanita.
## b. Pendidikan
Hasil Survei menunjukkan, wisnus yang mengunjungi Yogyakarta terbanyak memiliki tingkat pendidikan S1. Presentase jumlah wisnus berdasarkan tingkat pendidikannya adalah 50% berpendidikan S1, 31% berpendidikan SMU, 14% berpendidikan Diploma, 3% S2, 1% berpendidikan S3. Kondisi ini tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Yogyakarta sebagai kota tujuan pendidikan dimana sekitar 20% penduduknya terdiri dari perantau yang bertujuan menempuh pendidikan. Hal ini bisa menunjukkan kondisi yang berda di destinasi lain di luar Yogyakarta.
## c. Umur
Berdasarkan tingkatan umur, wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar berumur antara 26-40 tahun. Presentase wisnus berdasarkan
tingkatan umur 26-40 tahun sebesar 44%, umur 41-60 tahun sebesar 35%, umur 18-25 tahun sebesar 20% dan umur >60 th sebesar 1%.
Komposisi ini dapat dikatakan cukup berimbang dan proporsional mengingat pada kemampuan perjalanan dan waktu luang yang dimiliki. Penduduk berusia 26 – 40 Tahun merupakan kelompok segmen utama yang dapat disasar untuk wisnus di Yogyakarta karena kelompok usia ini yang paling dominan menjadi wisatawan.
## d. Pekerjaan
Berdasarkan hasil Survei, wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta terbanyak memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta. Prosentase untuk pegawai swasta sebesar 42%, wiraswasta 22%, ibu RT sebesar 13%, Profesional sebesar 5%, PNS sebesar 5%, Pelajar sebesar 4%, eksekutif 3%, pensiunan 1%.
Besarnya populasi pegawai swasta memperlihatkan bahwa pihak wisnus yang memiliki kemampuan dalam melakukan perjalanan pada umumnya adalah para pegawai, sedangkan kelompok segmen lainnya relatif lebih sedikit. Implikasi dari profil ini adalah target sasaran dalam berpromosi dalam penyediaan fasilitas dan kebutuhan wisatawan maka kelompok ini dapat menjadi target utama.
## Motivasi dan Referensi Kunjungan
## a. Alasan mengunjungi Yogyakarta
Wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta memiliki berbagai macam tujuan. Hasil Survei menunjukkan sebagian besar wisnus berkunjung ke Yogyakarta mempunyai alasan utama mengunjungi keluarga. Presentase wisnus yang memiliki alasan mengunjungi keluarga sebesar 46%, berlibur 41%, MICE/bisnis 11%, lainnya 2%. Kunjungan utama ditujukan untuk liburan.
S ecara umum ada berbagai motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan yaitu bisnis, berlibur, mengunjungi keluarga, atau lainnya. Sebagian besar wisnus melakukan perjalanan biasanya karena memiliki alasan yang sangat kuat dan alasan utama wisnus ke Yogyakarta adalah untuk mengunjungi keluarga selain juga
berlibur. Hal yang perlu diperhatikan dalam kasus Yogyakarta adalah ada sebagian penduduknya yang perantau yang kemudian pulang kampung pada saat libur atau long weekend . Selain itu, sebagai kota pelajar dan banyak perantau Yogyakarta juga banyak dikunjungi oleh para kerabat yang memiliki anak atau saudara yang tinggal di Yogyakarta. Hal inilah diantara motivasi terkuat mereka melakukan perjalanan ke Yogyakarta.
## b. Sumber informasi perjalanan
Wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta mendapatkan informasi dari berbagai media. Hasil Survei menunjukkan wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar mendapatkan informasi melalui teman/kerabat dengan presentase 47.5%. sedangkan presentase untuk media lain adalah sosial media sebesar 23.3%, internet sebesar 13%, brosur sebesar 11.7%, dan TV/radio sebesar4.5%. Berdasarkan data ini dapat diambil kesimpulan sementara bahwa wisnus yang datang ke Yogyakarta sebagian besar karena mengetahui informasi atau mendapatkan rekomendasi dari teman/kerabatnya.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa di kalangan wisnus strategi berpromosi dengan prinsip „word of mouth‟ masih relatif efektif dalam mempengaruhi seseorang untuk melakukan kunjungan. Apa yang dialami oleh orang-orang sekitar ingin juga dirasakan oleh anggota keluarga atau kerabat lainnya.
## c. Waktu yang dipilih
Berdasarkan data survei waktu yang dipilih wisnus untuk berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar pada saat long weekend . Presentase kunjungan pada saat long weekend sebesar 34.2% sedangkan pada waktu lain, mudik hari raya sebesar 24.5%, liburan sekolah/kuliah sebesar 21.7%, acara/event tertentu sebesar 15% dan pada saat weekend sebesar 4.7%. Long weekend merupakan waktu yang sangat disukai wisnus ketika hendak berkunjung ke Yogyakarta.
## d. Jenis wisata yang diinginkan
Hasil Survei menunjukkan, jenis wisata yang diinginkan wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar adalah wisata alam (minat khusus,
gunung, hutan) dengan presentase 49%. Jenis wisata lain yang diinginkan diantaranya, wisata budaya/sejarah/religi/museum sebesar 22%, wisata bahari/pantai sebesar 13%, wisata belanja (modern, tradisional) 5%, wisata bisnis /MICE sebesar 4%.
## e. Pengaturan kunjungan
Hasil Survei menunjukkan wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta memilih untuk mengatur perjalanan sendiri dari pada menggunakan jasa perjalanan wisata. Prosentase wisnus yang mengatur perjalanannya sendiri sebesar 69%, dibantu keluarga/kerabat/teman sebesar 13%, aplikasi online 11%, perjalanan dinas sebesar 5% dan melalui travel agent sebesar 5%. Pemilihan pengaturan perjalanan seperti ini memang lebih fleksible. Hal ini ditunjang oleh temuan Kristiana (2018:15) bahwa wisatawan saat ini lebih cenderung mengatur perjalanannya sendiri karena tersedianya aplikasi-aplikasi perjalanan yang bisa diunduh secara gratis. Walaupun kemudian menimbulkan beban kemacetan yang parah bagi destinasi.
Wisnus yang berkunjung selain mengatur perjalanan sendiri, juga memiliki kecenderungan untuk berwisata secara individual dibandingkan secara berkelompok. Presentase wisnus yang memilih untuk melakukan perjalanan secara individu sebesar 90%, sedangkan group /rombongan sebesar 10%.
## f. Moda transportasi yang digunakan
Hasil Survei menunjukkan, sebagian besar wisnus berkunjung ke Yogyakarta menggunakan kendaraan (mobil) pribadi dengan prosentase 38%. Moda transportasi lain yang digunakan adalah, pesawat 33%, kereta api 17%, kendaraan sewa 5%, lainnya 5%, angkutan umum 2%, bus 2%.
Sedangkan untuk moda transportasi yang digunakan selama berkeliling di Yogyakarta sebagian besar wisnus adalah mobil pribadi dengan besaran prosentase 54%. Moda lain yang digunakan, angkutan umum (bus/taxi/motor) 32%, kendaraan sewa 10%, lainnya 5%. Banyak implikasi dari data ini yang bisa diprediksi baik positif maupun negatif seperti : dampak pada kemacetan yang terjadi pada waktu- waktu libur/ long weekend , perlunya penyediaan fasilitas parkir yang memadai, berkembangnya jasa rental kendaraan, dan perlunya penyediaan angkutan yang
representatif untuk mengurangi kemacetan. Kemacetan akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan itu sendiri.
## g. Frekuensi berkunjung
Wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar telah melakukan kunjungan ulang dengan frekuensi lebih dari 5 kali. Prosentase frekuensi >5kali 45%, frekuensi 5 kali 22%, frekuensi 3 kali 16%, frekuensi 4 kali 13%, frekuensi 2 kali 3%, frekuensi 1 kali 2%. Hal ini menunjukkan Yogyakarta memiliki daya tarik yang banyak diminati oleh wisnus sehingga memiliki kecenderungan untuk melakukaan perjalanan kembali ke Yogyakarta. Dengan kata lain sebagian besar wisnus adalah para repeater yaitu wisatawan yang sudah berulangkali datang ke Yogyakarta.
## h. Akomodasi
Pilihan penginapan wisnus selama di Yogyakarta sebagian besar adalah rumah saudara/ teman. Hasil Survei menunjukkan presentase wisnus yang menggunakan akomodasi rumah saudara/teman sebanyak 55%, hotel non bintang 21%, hotel bintang 21%, homestay 8%, lainnya 4%. Kondisi inilah yang kemudian menjadi salah satu persoalan dalam perhitungan dampak wisnus secara ekonomi pada sector pariwisata yaitu minimnya penggunaan fasilitas wisata khususnya akomodasi.
## i. Lama tinggal
Berdasarkan hasil Survei, lama tinggal (pada kunjungan saat Survei dilakukan) wisnus sebagian besar >3 hari. Hasil presentase lama tinggal wisnus pada kunjungan saat itu, >3 hari 40%, 3 hari 37%, 2 hari 37 %, 2 hari 16 %, 1 hari 7 %. Lama tinggal yang cukup panjang ini sayangnya tidak selalu diimbangi dengan penggunaan fasilitas akomodasi, melainkan menumpang pada rumah kerabat/saudara.
## j. Aktivitas Utama Yang dilakukan
Hasil Survei menunjukkan wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah sightseeing dengan presentase sebanyak 57,3%. Sedangkan sisanya melakukan aktivitas lain berupa, mencoba atraksi baru yang
sedang tren 17%, kuliner 14.7%, fotografi 6.8%, Belanja 4.2%. Dengan demikian, aktivitas sekedar bernostalgia, jalan-jalan menikmati pemandangan adalah kegiatan utama wisnus saat ke Yogya. Hal ini cukup bisa dimaklumi mengingat sebagian besar wisatawan adalah para repeater .
Yogyakarta memiliki berbagai macam daya tarik wisata sehingga menjadi salah satu destinasi wisata utama secara nasional. Wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta tersebar pada DTW. Hasil Survei menunjukkan DTW yang paling diminati oleh responden sebesar 34% adalah Malioboro dan sekitarnya. DTW lain yang diminati oleh wisnus adalah, Candi Prambanan 32%, Pantai Parangtritis 7%, Taman Sari 4%, Museum 3%, Kalibiru 3%, Kaliadem (lava tour) 3%, makam imogiri 2%, Kuliner tradisional 2%, Baron Sundak 1%.
## k. Faktor Yang Mempengaruh Motivasi Perjalanan
Wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta memiliki berbagai macam faktor untuk menentukan Yogyakarta sebagai destinasi wisata. Berdasarkan hasil Survei sebanyak 26% responden memilih Yogyakarta karena faktor Aksesibilitas yang mudah. Faktor lain dipengaruhi oleh, fasilitas yang mendukung 19%, daya tarik yang populer 18%, harga yang terjangkau 15%, paket wisata yang menarik inovatif 9%, kualitas informasi yang menarik 7%, event khusus 6%, lainnya 2%.
## l. Kenang-kenangan yang dibeli
Berdasarkan hasil Survei kenang-kenangan yang dibeli saat di Yogyakarta sebagian besar wisatawan adalah produk kerajianan (batik, craft, kaos, dll) sebanyak 78,7% responden, sedangkan yang memilih produk kuliner sebanyak 21.35%.
## m. Kesan Terhadap Destinasi
Sebagai destinasi wisata yang banyak diminati Yogyakarta memberikan kesan bagi wisatawan yang berkunjung. Sebanyak 72% responden memiliki kesan Puas dan ingin kembali sedangkan sebanyak 29% responden memiliki kesan akan merekomendasikan kepada orang lain.
## KESIMPULAN
Berdasarkan jumlah yang menggunakan jasa Hotel tercatat jumlah kunjungan pada tahun 2017 mencapai 4,1 juta orang. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2016 sebesar 3,8 juta. Hal ini memberikan gambaran bahwa secara umum kencenderungan perjalanan wisnus adalah meningkat, keinginan orang untuk melakukan perjalanan semakin tinggi sejalan dengan gaya hidup ( lifestyle ), tekanan sosial ( social pressure ), tingkat kesejahteraan masyarakat yang meningkat. Implikasinya adalah tantangan bagaimana menjadikan wisnus menjadi salah satu roda penggerak perekonmian khususnya di sektor pariwisata.
Sebagai salah satu destinasi wisata yang diminati oleh wisatawan nusantara. Komposisi Segmen pasar wisnus di Yogyakarta banyak di dominasi oleh wilayah- wilayah yang memiliki kedekatan secara geografis seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Implikasi dari profil ini adalah strategi dalam mempromosikan pariwisata kepada segmen domestik adalah lebih mudah dan murah karena pangsa pasarnya adalah tetangga terdekat.
Lama tinggal Wisatawan Nusantara selama berkunjung ke Yogyakarta di hotel berbintang maupun hotel non bintang berdasarkan rata-rata tahunan adalah antara 1-2 hari. Namun demikian, berdasarkan hasil survei tercatat lama tinggal wisatawan di akomodasi non hotel bisa mencapai 3 hari atau lebih. Implikasi dari kondisi ini adalah bagaimana menciptakan lama tinggal yang lebih panjang untuk domestik sesuai dengan tingkat pendapatannya. Segmen domestik sangat sensitif harga sehingga penggunaan akomodasi cenderung akan dihindari dan lebih memilih menumpang pada keluarga/kerabatnya.
Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Yogyakarta didominasi oleh wistawan berusia 26-40 tahun, dengan kebanyakan diantaranya berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi dan diploma, dan didominasi pegawai swasta. Implikasi dari kondisi ini adalah terpetakannya target segmen wisnus berdasarkan usia, di mana kelompok umur 26 – 40 tahun dapat dijadikan target utama dalam berpromosi dan penyediaan fasilitas sesuai preferensi kelompok usia tersebut.
Motivasi utama berkunjung ke Yogyakarta adalah untuk mengunjungi keluarga/kerabat, sehingga waktu yang dipilih lebih banyak pada saat libur sekolah, long weekend dan mudik lebaran, dan perjalanan diatur secara mandiri, dengan mobil pribadi menjadi alat transportasi utama dalam perjalanan menuju Yogyakarta. Implikasi praktis dari kondisi ini masalah ‘timing’ yang tepat promosi wisata pada saat hari-hari libur sekolah dan long weekend mungkin dengan insentif, discount , atau paket khususnya lainnya.
Sebagian besar Wisatawan Nusantara telah berkunjung lebih atau setidaknya 5 kali ke Yogyakarta, dengan pertimbangan aksesibilitas, fasilitas, dan harga yang relatif terjangkau. Banyaknya repeater ini memperlihatkan bahwa sebagian dari segmen wisnus sudah sangat familiar dengan Yogyakarta mereka akan dengan mudah mengenali dan menilai inovasi atau kebaharuan dari produk- produk pariwisata yang ada. Hal yang diharapkan adalah rekomendasi mereka kepada orang lain sehingga akan semakin meningkatkan pangsa pasar wisnus ke Yogyakarta.
Daerah tujuan wisata yang menjadi tujuan utama Wisatawan Nusantara adalah wisata alam seperti Pantai Parangtritis. Merapi/Kaliurang, Hutan Pinus, dan wisata budaya seperti Candi Prambanan, kawasan Malioboro dan Sekitar termasuk Kraton, selebihnya mengunjungi beragam DTW yang ada seperti Gembiraloka, Taman Pintar. Hal ini memberikan gambaran adanya pergeseran dalam selera wisnus yang sebelumnya lebih banyak mengunjungi jenis wisata budaya dan buatan, sekarang mengarah pada segmen wisata alam.
Keterbatasan penelitian ini adalah baru dilakukan untuk Yogyakarta, dan masih perlu dilakukan untuk destinasi lain di luar Yogyakarta karena pada dasarnya segmen wisnus merupakan segmen yang paling dominan untuk sebagian besar destinasi di Indonesia kecuali Bali. Penelitian yang lebih lanjut dapat dilakukan pada hal-hal yang berhubungan kelompok wisnus pada segmen bisnis, pola perjalanan wisata kaitannya dengan penyediaan paket perjalanan untuk para pelaku usaha, kencederungan yang mempengaruhi perjalanan ( propensity to travel ) selain alasan berlibur/mengunjungi keluarga, dan sejumlah penelitian psikografi
wisnus lainnya. Hal ini akan sangat bermanfaat khususnya bagi para pelaku usaha dalam perumusan strategi yang tepat membidik segmen wisnus.
## DAFTAR RUJUKAN
Cooper, C. (2005). Tourism: Principles and practice. Pearson education.
Cortes-Jimenez, I. (2008). Which type of tourism matters to the regional economic growth? The cases of Spain and Italy. International journal of tourism research, 10 (2), 127-139.
Dinas Pariwisata D.I Yogyakarta. (2017). Statistik Wisatawan DIY Tahun 2017 . Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Yogyakarta.
Kristiana, Y. (2018). Aplikasi Perjalanan dan Perilaku Wisatawan. Jurnal Pariwisata Pesona , 3(1). doi:10.26905/jpp.v3i1.2022
Bella, A. (2017). Melihat Tren Wisatawan Nusantara Tahun 2017 . Di akses melalui: http://marketeers.com/melihat-tren-wisatawan-nusantara-tahun-2017/ pada 31 Agustus 2017.
Pariwisata, K. (2017). Statistik Profil Wisatawan Nusantara Tahun 2016. Kemenpar. Jakarta.
Pariwisata, K. (2017). Neraca Satelit Pariwisat Nasional (NESPARNAS) . Jakarta: Kementerian pariwisata.
Sugiyono, D. R. (2006). Statistika untuk penelitian . Bandung: CV. Alfabeta.
|
ee451edc-51b7-4457-9dac-4ecb87ed4e57 | https://www.jurnalp4i.com/index.php/teaching/article/download/2911/2546 | TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
## IMPLEMENTASI MODEL ROLEM DAN SELF EFFICACY SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
ARINI ALHAQ 1* , ANA RISQA JL 2 , RIYAMA AMBARWATI 3 , RATNA SANIAH 4 1,2,3,4 Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
1 [email protected] 2 [email protected] , 3 [email protected],
4 [email protected]
## ABSTRAK
Kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan mencari cara atau solusi terhadap suatu masalah yang ingin dicapai misalkan dalam menyelesaikan soal matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dampak model ROLEM terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan mempertimbangkan self-efficacy siswa. Selain itu, penelitian ini juga mengeksplorasi pengaruh self-efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, serta dampak gabungan model ROLEM dan self-efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini berjenis kuantitatif yang mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran ROLEM dan self-efficacy sebagai pengontrol. Subjek penelitian ini berjumlah 60 siswa SMA, dengan rincian 30 siswa belajar menggunakan ROLEM dan 30 siswa menggunakan model discovery learning. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari angket self-efficacy yang berjumlah 20 pernyataan dan tes uraian kemampuan pemecahan masalah yang berjumlah 5 pertanyaan. Analisis data yang digunakan one-way ancova . Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa model ROLEM berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis saat self-efficacy siswa dikontrol. Selain itu, self-efficacy sebagai variabel kovariat juga mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Secara bersamaan, model ROLEM dan self- efficacy memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Kata Kunci: ROLEM, Self-Efiicacy, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
## ABSTRACT
Problem-solving skills in the learning process play an important role in enhancing the ability to find ways or solutions to achieve a goal, such as solving math problems. This study aims to investigate the impact of the ROLEM model on students' mathematical problem-solving abilities by considering students' self-efficacy. Additionally, this study explores the influence of self-efficacy on students' mathematical problem-solving abilities and the combined impact of the ROLEM model and self-efficacy on students' mathematical problem-solving abilities. This quantitative research examines students' mathematical problem-solving abilities by applying the ROLEM learning model and self-efficacy as a control. The subjects of this study were 60 high school students, with 30 students learning using the ROLEM model and 30 students using the discovery learning model. The data collection tools consisted of a self- efficacy questionnaire with 20 statements and a mathematical problem-solving essay test with 5 questions. Data analysis used one-way ANCOVA. The hypothesis test results showed that the ROLEM model influences mathematical problem-solving abilities when students' self-efficacy is controlled. Additionally, self-efficacy as a covariate variable also affects students' mathematical problem-solving abilities. Together, the ROLEM model and self-efficacy have an impact on students' mathematical problem-solving abilities.
Keywords : ROLEM, Self-Efficacy, Mathematical Problem-Solving Ability
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
## PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terbukti dengan jumlah jam pelajaran matematika yang lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya (Lawson et al., 2020). Mengingat pentingnya matematika pada satuan pendidikan, maka dalam kurikulum pendidikan nasional, matematika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa (La’ia & Harefa, 2021). Kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki oleh setiap siswa salah satunya kemampuan pemecahan masalah (Al-Mutawah et al., 2019; Pratiwi & Widjajanti, 2020; Widodo et al., 2019). Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi siswa agar mereka dapat terbiasa menggunakan pola pikirnya ketika dihadapkan dengan masalah yang dihadapi (Nugraha & Basuki, 2021; Sundayana, 2018). Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan indikator menurut Polya yang terdiri dari empat tahapan yaitu (1) memahami masalah ( understanding the problem ), (2) menyusun rencana penyelesaian ( devise a plan ), (3) melaksanakan rencana penyelesaian ( carry out the plan ), (4) memeriksa kembali ( looking back ) (Aldiono et al., 2023; Novriani & Surya, 2017; Vilianti et al., 2018). Kemampuan pemecahan masalah sering dianggap sebagai tujuan utama dalam pembelajaran matematika dan bahkan menjadi inti dari bidang matematika itu sendiri (Dewi & Minarti, 2018; Fitria et al., 2018; Lovisia, 2018). Namun banyak siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang rendah. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah masih rendah. Seperti yang dikutip dari penelitian (Siagian et al., 2019) menyatakan bahwa banyak siswa yang tidak menyukai matematika karena matematika terlalu sulit, sehingga mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terlihat dari hasil tes diagnostik berupa soal cerita . Selaras dengan hal tersebut penelitian (Ulandari et al., 2019) yang menyatakan juga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia masih rendah yang disebabkan oleh banyak siswa yang merasa takut dan menghadapi kesulitan dalam belajar matematika, sehingga masalah tersebut harus menjadi perhatian setiap guru matematika di Indonesia untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia khususnya pada pembelajaran matematika.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah terhadap siswa dapat dilakukan apabila dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran ROLEM bisa menjadi salah satu metode yang tepat untuk diterapkan, karena model ini menekankan pemodelan matematika menggunakan objek nyata, diagram, gambar, grafik, dan simbol. Metode pembelajaran ini penting bagi siswa, terutama dalam memahami istilah-istilah dan bahasa matematika serta cara mengaplikasikan pembelajaran matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari. (Lestari et al., 2021). Beberapa penelitian tentang model ROLEM mengungkapkan bahwa penggunaan model ROLEM dapat meningkatkan kemampuan representasi visual matematis (Lestari et al., 2021), kemampuan berpikir reflektif dan kritis (Wulan Cahya, 2022) serta kemampuan koneksi matematik siswa (Nihla, 2017).
Tahapan pada model pembelajaran ROLEM terdiri dari (1) Representations, berkaitan dengan cara memahami pemikiran peserta didik terhadap suatu masalah. Interpretasi ini bisa berupa kata-kata atau verbal, tulisan, gambar, tabel, diagram, objek material, simbol matematika, dan lainnya. (Sabirin, 2014). Tahapan (2) Oral language , berkaitan dengan pengembangan bahasa lisan yang dilakukan guru dalam pelajaran matematika (Miller & Warren, 2014; Warren, 2014). Tahapan (3) Engangement In Mathematic, berkaitan dengan menghubungkan materi matematika dengan kehidupan sehari hari dan menghubungkan antar
konsep matematika (Warren, 2014). Sintaks model ROLEM dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
## Gambar 1 Siklus Model ROLEM
Tahapan representasi berkaitan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dalam memahami dan merencanakan solusi atas suatu masalah. Oleh karena itu, model pembelajaran ROLEM dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah matematis juga memiliki hubungan korelasi terhadap self-efficacy. Self-efficacy disebut sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek yang mendukung tercapainya tujuan (Latipah et al., 2020). Tinggi rendahnya self-efficacy yang dimiliki peserta didik juga akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memecahkan masalah. Peserta didik dengan self-efficacy tinggi percaya dengan kemampuannya, sedangkan peserta didik dengan self-efficacy rendah akan pesimis yaitu menghindari semua tugas serta mudah menyerah dengan menganggap bahwa kegagalan tersebut sebagai bentuk ketidakmampuannya (Agustiana et al., 2019). Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian (Amalia et al., 2018) yang menyatakan apabila siswa mempunyai self-efficacy yang tinggi maka mereka akan memiliki rasa percaya diri yang lebih besar dan yakin dapat memecahkan dan menyelesaikan masalah dalam matematika. Artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
Penelitian terkait self-efficacy terhadap kemampuan selain kemampuan pemecahan masalah sudah banyak, namun masih sedikit yang meneliti pengaruh self-efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah khususnya pada pelajaran matematika. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu belum terdapat penelitian yang meneliti pengaruh model ROLEM dan self-efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh sebab itu, penelitian ini akan melakukan keterbaharuan dengan melihat pengaruh model ROLEM dan self-efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental dengan pendekatan kuantitatif . Penelitian ini menghubungkan antara dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Model ROLEM berperan sebagai variabel bebas pertama dan self-efficacy berperan sebagai variabel bebas ke-dua sekaligus variabel kovariat, serta kemampuan pemecahan masalah matematis berperan sebagai variabel terikat. Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini menggunakan teknik probabilitas dengan menggunakan teknik cluster random sampling ( area sampling ) untuk menentukan sampel secara acak. Hal tersebut dikarenakan tidak diperkenankan membuat kelas baru di lokasi penelitian, sehingga diperoleh dua sampel yaitu kelas eksperimen siswa mendapatkan perlakuan pembelajaran ROLEM dan kelas kontrol siswa mendapat perlakukan pembelajaran discovery learning . Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain faktorial 1 × 2 penelitian yang dapat dilihat pada
Tahapan 1.
Representastions
Tahapan 3.
Engagement In Mathematics
Tahapan 2. Oral Language
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
Tabel 1.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket untuk mengukur self- efficacy yang berjumlah 20 pernyataan dan tes uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis dengan materi vektor yang berjumlah 5 pertanyaan. Materi vektor dipilih karena sangat cocok digunakan pada model ROLEM yang disebabkan memiliki hubungan dengan representation, yang berkaitan dengan merepresentasikan suatu gambar vektor ke dalam simbol matematika. Instrument angket dalam penelitian di adopsi dari (Sobriah, 2022) dengan beberapa dimensi yaitu (1) Magnitude berkaitan dengan tingkat (level) kesulitan tugas yang dihadapi dan dikerjakan siswa berbeda-beda, (2) Generality yaitu perasaan kemampuan yang ditunjukkan siswaterhadap konteks atau lingkup tugas yang berbeda-beda, (3) Strength yaitu kuatnya kepercayaan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki (Amri & Alasmari, 2021; Machado et al., 2018; Orth & Robins, 2022). Alternatif jawaban untuk angker self- efficacy berdasarkan tingkatan pada skala likert meliputi: sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), dan sangat setuju (skor 4) (Castéra et al., 2020; Pimentel, 2019; Yanagisawa et al., 2019). Skor untuk pernyataan positif dan negatif saling keterbalikan dari satu sama lain. Setelah dilakukan validasi maka langkah berikutnya dilakukan uji coba angket kepada 30 siswa dan diperoleh 20 angket valid dan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,896. Sedangkan tes kemampuan pemecahan masalah matematis terdiri dari 8 soal essay yang mewakili 4 indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Selanjutnya dilakukan uji coba kepada 30 siswa yang diperoleh 5 soal yang valid dan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,772, sehingga terdapat 5 soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis.
Sampel penelitian ini terdiri dari 60 siswa pada rentang usia 15-17 tahun, dengan rincian 30 siswa yang belajar dengan model ROLEM dan 30 siswa yang belajar dengan model Disvovery Learning . Siswa tersebut merupakan siswa kelas X SMA N 1 Rumbia, Indonesia, Tahun Ajaran 2022/2023. Alasan memilih SMA N 1 Rumbia karena sekolah tersebut dianggap sangat cocok untuk diteliti sebab memiliki background yang bagus yaitu terlihat dari bangunan, fasilitas yang memadai serta pendidiknya yang berasal dari alumni beberapa universitas yang terbaik di Indonesia serta mampu mengadakan pembelajaran secara tatap muka untuk seluruh peserta didik sehingga dapat mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan (lost learning) pasca pandemi Covid-19. Demografi partisipan dalam penelitian ini terdapat dalam
## HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Keseimbangan Kelas
Uji keseimbangan dilakukan dengan menggunakan independen sampel t Test ketika kedua kelompok belum dikenai perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang atau tidak. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan dalam uji keseimbangan meliputi data pretest kemampuan pemecahan masalah matematis yang sebelumnya telah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Kesimpulan yang diperoleh menyatakan data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan awal kelas kontrol dan eksperimen dilakukan analisis uji t pada nilai pretest dengan menggunakan bantuan software SPSS 26 . Berikut ini hasil uji t pretest dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji t Hasil Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Independent Samples Test
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
Note. Uji normalitas dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 44,83, 𝑆𝐷 = 4,861) , dengan 𝑝 < 0,05
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji t pada kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu (𝑡 (60) = −1.785, 𝑝 > 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menerapkan model ROLEM dan discovery learning.
## Uji Prasyarat Analysis of Covariance (One-Way Ancova)
Uji prasyarat yang dilakukan pertama kali yaitu uji normalitas. Uji ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah hasil penelitian berupa angket dan tes soal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Data pada uji prasyarat menggunakan data posttest . Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan bantua software SPSS 26. Berikut ini hasil uji normalitas yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil dari uji normalitas self-efficacy dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada taraf 𝛼 = 0,05 . Maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh pada kelas kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi normal karena 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 > 𝛼.
## Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Tests of Normality
Kelas Kolmogorov- Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Self-Efficacy Kelas eksperimen .120 30 .200 * .953 30 .200 Kelas kontrol .108 30 .200 * .948 30 .153 Kemampuan pemecahan masalah matematis Kelas eksperimen .143 30 .119 .936 30 .069 Kelas kontrol .155 30 .065 .936 30 .071
Note. Uji normalitas dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 76,40, 𝑆𝐷 = 9,175) , dengan 𝑝 < 0,05
Uji prasyarat yang kedua yaitu uji homogenitas. Berikut ini hasil uji homogenitas variasi data dapat dilihat pada Tabel 3.
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kemampuan pemecahan masalah matematis Equal variances assumed .299 .586 -1.785 58 .080 -2.200 1.233 -4.667 .267 Equal variances not assumed -1.785 57.572 .080 -2.200 1.233 -4.668 .268
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variances a Dependent Variable: Nilai Numerik (kemampuan pemecahan masalah matematis) F df1 df2 Sig. .017 1 58 .895
Note. Uji homogenitas levenses tets dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 76,40, 𝑆𝐷 = 9,175) , dengan 𝑝 < 0,05
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas self-efficacy dan kemampuan pemecahan masalah matematis yang berasal dari varians yang sama atau homogen, sebab 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 (0,895 > 𝛼(0,05). Uji prasyarat yang ketiga yaitu uji linieritas regresi. Uji linieritas regresi dapat terpenuhi jika terdapat hubungan linier antara variabel kovariat dengan variabel terikat. Berikut ini hasil uji linieritas regresi yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Linieritas Regresi
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nilai Numerik (kemampuan pemecahan masalah matematis)
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3714.586 a 2 1857.293 84.570 .000 Intercept 70.493 1 70.493 3.210 .079 𝑋 1 (model) 1408.186 1 1408.186 64.120 .000 𝑋 2 (kovariat) 292.813 1 292.813 13.333 .001 Error 1251.814 57 21.962 Total 355184.000 60 Corrected Total 4966.400 59 a. R Squared = .748 (Adjusted R Squared = .739)
Note. Uji linieritas regresi dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 76,40, 𝑆𝐷 = 9,175) , dengan 𝑝 < 0,05
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai Sig kovariat ( 𝑋 2 ) kurang dari 𝛼 atau 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel kovariat ( self-efficacy ) dengan variabel terikat (kemampuan pemecahan masalah matematis). Uji prasyarat yang ke-empat yaitu uji homogenitas koefesien regresi. Uji asusmi homogenitas koefesien regresi pada penelitian ini dapat terpenuhi jika tidak terdapat hubungan linier antara variabel kovariat dengan variabel bebas (Model ROLEM). Berikut ini hasil uji homogenitas koefesien regresi yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Homogenitas Koefesien Regresi
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nilai Numerik (kemampuan pemecahan masalah matematis)
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3715.203 a 3 1238.401 55.427 .000 Intercept 70.518 1 70.518 3.156 .081 𝑋 1 (model) 5.690 1 5.690 .255 .616 𝑋 2 (kovariat) 1376.778 1 1376.778 61.621 .000 𝑋 1 * 𝑋 2 .617 1 .617 .028 .869 Error 1251.197 56 22.343 Total 355184.000 60 Corrected Total 4966.400 59
a. R Squared = .748 (Adjusted R Squared = .735) Note. Uji homogenitas koefesien regresi dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 76,40, 𝑆𝐷 = 9,175) , dengan 𝑝 < 0,05
Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas koefesien regresi memiliki nilai Sig = 0,869 ≥ 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≥ 0,05 . Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan linier antara variabel kovariat ( self-efficacy) dengan variabel bebas (Model ROLEM) , sehingga uji asumsi terpenuhi.
## Uji Hipotesis Analysis of Covariance (One-Way Ancova)
Uji hipotesis menggunakan uji analysis of covariance (one-way Ancova). Uji one-way Ancova disebut sebagai uji beda atau uji komperatif dengan variabel terikat berskala data interval atau rasio (kuantitatif), sedangkan variabel bebas terdiri dari campuran antara data kategorik dan data numerik . Teknik ancova digunakan untuk menyesuaikan skor variabel terikat dengan menghilangkan bias akibat dampak perlakuan (Yanah et al., 2018). Tujuan menghilangkan bias akibat dampak perlakuan yaitu untuk mengurangi varians kesalahan dengan mengendalikan pengaruh variabel kovariat yang diyakini bias pada hasil analisis.
Peneliti menggunakan software SPSS 26 dalam melakukan uji One-Way Ancova . Berikut ini hasil uji One-Way Ancova dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil One-Way Ancova Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nilai Numerik (kemampuan pemecahan masalah matematis)
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3714.586 a 2 1857.293 84.570 .000 Intercept 70.493 1 70.493 3.210 .079 𝑋 2 (kovariat) 1408.186 1 1408.186 64.120 .000 𝑋 1 (Model) 292.813 1 292.813 13.333 .001 Error 1251.814 57 21.962 Total 355184.000 60 Corrected Total 4966.400 59 a. R Squared = .748 (Adjusted R Squared = .739) Note. Uji one-way ancova dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 76,40, 𝑆𝐷 = 9,175) , dengan 𝑝 < 0,05
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa pada baris 𝑋 1 nilai 𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 atau 𝐹 0 (𝑋 1 ) = 13.333 dengan 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,001 dengan derajat signifikansi sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05 , sehingga 𝐻 0 ditolak dan 𝐻 1 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran ROLEM terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan mengontrol self-efficacy. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa pada baris 𝑋 2 nilai 𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 atau 𝐹 0 (𝑋 2 ) = 64.120 dengan 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,000 dengan derajat signifikansi sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05 , sehingga 𝐻 0 ditolak dan 𝐻 1 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel kovariat ( self-efficacy ) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Selanjutnya berdasarkan hasil Corrected Model Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai 𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 atau 𝐹 0 (𝑋 2 ) = 82.570 dengan 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,000 dengan derajat signifikansi sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05 , sehingga 𝐻 0 ditolak dan 𝐻 1
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan model pembelajaran ROLEM dan self-efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Berdasarkan hasil uji ancova diperoleh kesimpulan bahwa model ROLEM mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Hal tersebut terlihat dari siswa yang diberikan perlakuan model ROLEM memperoleh nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberikan perlakuan dengan model discovery learning, khususnya terlihat pada langkah representasi . Hal tersebut dikarenakan kelebihan model pembelajaran ROLEM yaitu memberikan kesempatan besar terhadap siswa untuk membangun pengetahuannya dalam merepresentasikan hasil pemikiran mereka ke dalam simbol, kata-kata, diagram, gambar, ataupun grafik. Adapun dengan self- efficacy siswa juga berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis, khususnya pada indikator pemecahan masalah matematis yaitu pada tahap merencanakan penyelesaian dan melaksanakan rencana. Hal tersebut karena siswa yang mempunyai self- efficacy yang tinggi maka memiliki rasa percaya diri lebih besar dan yakin mampu menyelesaikan masalah dalam matematika. Sebaliknya jika siswa mempunyai self-efficacy yang rendah maka akan berpengaruh terhadap kurangnya keyakinan dalam diri peserta didik, sehingga menyebabkan peserta didik bingung dan tidak dapat menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis (Amalia et al., 2018). Selanjutnya untuk mengetahui model pembelajaran yang mana lebih baik antara model pembelajaran ROLEM atau discovery learning, makan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji parameter estimates .
Berikut ini hasil uji lanjut dengan menggunakan uji parameter estimates dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Lanjut Parameter Estimates Dependent Variable: Nilai Numerik (kemampuan pemecahan masalah matematis) Parameter B Std. Error t Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Intercept 11.283 7.407 1.523 .133 -3.550 26.116 X2 .809 .101 8.008 .000 .607 1.012 [ 𝑋 1 =1] 5.440 1.490 3.651 .001 2.457 8.423 [ 𝑋 1 =2] 0 a . . . . .
a. This parameter is set to zero because it is redundant.
Note. Uji lanjut dengan 𝑛 = 60(𝑀 = 76,40, 𝑆𝐷 = 9,175) , dengan 𝑝 < 0,05
Berdasarkan Tabel 11 pada baris [ 𝑋 1 = 1 ] dapat dilihat bahwa nilai 𝑡 0 = 3.651 dengan 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,001 dengan derajat signifikansi sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≤ 0,05 sehingga 𝐻 0 ditolak dan 𝐻 1 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ROLEM ( Representations, Oral Language and Engagement in Mathematics ) lebih baik dari pada peserta didik yang diajar dengan menggunkan model discovery learning setelah mengontrol self-efficacy. Hal tersebut dikarenakan pada model pembelajaran ROLEM terdapat langkah representasi, dimana langkah ini sangat berpengaruh terhadap pola pikir peserta didik. Peserta didik akan lebih mudah memahami soal apabila mereka dapat merepresentasikan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Wahyuni, 2021) menunjukkan bahwa
siswa terlihat lebih semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas ketika proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran ROLEM. Selaras juga dengan penelitian yang dilakukan (Miller & Warren, 2014) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran ROLEM. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model ROLEM lebih baik dibandingkan dengan model discovery learning.
## KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama model pembelajaran ROLEM ( Representations, Oral Language and Engagement in Mathematics ) terdiri dari tiga langkah. Langkah pertama yaitu representasi, dimana pendidik meminta peserta didik untuk mengamati gambar dan merepresentasikannya ke dalam benda nyata, diagram dan simbol. Langkah yang kedua yaitu oral language atau bahasa matematika yang digunakan pendidik untuk memberikan penjelasan tentang cara menyelesaikan soal dengan symbol. Langkah yang ketiga yaitu menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari dimana pendidik meminta siswa untuk mengolah informasi yang diperoleh dengan dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh model ROLEM terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dengan mengontrol self-efficacy siswa. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa model ROLEM lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selain model ROLEM, self-efficacy juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematid yang tinggi juga, begitu pula sebaliknya. Pernyataan tersebut dapat disimpulkam bahwa model ROLEM dan self-efficacy secara simultan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.
Berdasarkan temuan penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diambil: (1) Para pendidik disarankan untuk menerapkan model pembelajaran ROLEM guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa model ROLEM menghasilkan peningkatan signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran discovery learning. (2) Penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan aspek self-efficacy siswa, karena hal ini dapat membantu dalam mengukur dan memprediksi kemampuan pemecahan masalah matematis mereka. (3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi para pendidik secara umum dan bagi peneliti secara khusus.
## DAFTAR PUSTAKA
Agustiana, N., Supriadi, N., & Komarudin, K. (2019). Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematis dengan Penerapan Pendekatan Bridging Analogy Ditinjau dari Self- Efficacy. Inovasi Pembangunan : Jurnal Kelitbangan , 7 (1), 61. https://doi.org/10.35450/jip.v7i1.117
Al-Mutawah, M. A., Thomas, R., Eid, A., Mahmoud, E. Y., & Fateel, M. J. (2019). Conceptual understanding, procedural knowledge and problem-solving skills in mathematics:
High school graduates work analysis and standpoints. International Journal of Education and Practice , 7 (3), 258–273.
https://doi.org/10.18488/journal.61.2019.73.258.273
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
Aldiono, M., Purnomo, T., & Prastowo, T. (2023). Profile of Problem-Solving Ability in Junior High School Students on Global Warming Lesson Material . 4 (3), 355–364. Amalia, A., Syafitri, L. F., Sari, V. T. A., & Rohaeti, E. E. (2018). Hubungan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dengan Self Efficacy dan Kemandirian Belajar Siswa SMP. JJPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif) , 1 (5), 887–894. https://doi.org/https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p887- 894
Amri, Z., & Alasmari, N. (2021). Self-efficacy of Saudi English Majors after the Emergent
Transition to Online Learning and Online Assessment during the COVID-19 Pandemic. International Journal of Higher Education , 10 (3), 127. https://doi.org/10.5430/ijhe.v10n3p127
Ariyani, O. W., & Tego, P. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu , 5 (3), 2247–2255. https;//jbasic.org/index.php/basicedu Castéra, J., Marre, C. C., Yok, M. C. K., Sherab, K., Impedovo, M. A., Sarapuu, T., Pedregosa, A. D., Malik, S. K., & Armand, H. (2020). Self-reported TPACK of teacher educators across six countries in Asia and Europe. Education and Information Technologies , 25 (4), 3003–3019. https://doi.org/10.1007/s10639-020-10106-6 Dewi, S. N., & Minarti, E. D. (2018). Hubungan Antara Self-Confidence Terhadap Matematika Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Materi Lingkaran. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika , 7 (2), 189–198. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i2.37
Fitria, N. F. N., Hidayani, N., Hendrian, H., & Amelia, R. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP dengan Materi Segitiga dan Segiempat. Edumatica , 08 (1), 49–57.
La’ia, H. T., & Harefa, D. (2021). Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal , 7 (2), 463. https://doi.org/10.37905/aksara.7.2.463- 474.2021
Latipah, E., Kistoro, H. C. A., & Khairunnisa, I. (2020). Scientific Attitudes in Islamic
Education Learning: Relationship and the Role of Self-Efficacy and Social Support. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam , 15 (1), 37.
https://doi.org/10.21043/edukasia.v15i1.7364
Lawson, D., Grove, M., & Croft, T. (2020). The evolution of mathematics support: a literature review. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology , 51 (8), 1224–1254. https://doi.org/10.1080/0020739X.2019.1662120 Lestari, W. A., Farida, F., & Andriani, S. (2021). Analisis Kemampuan Representasi Visual Matematis: Dampak Model Pembelajaran Rolem dan Tipe Kepribadian Keirsey. Laplace : Jurnal Pendidikan Matematika , 4 (1), 75–87. https://doi.org/https://doi.org/10.31537/laplace.v4i1.465
Lovisia, E. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar.
Science and Physics Education Journal (SPEJ) , 2 (1), 1–10. https://doi.org/10.31539/spej.v2i1.333
Machado, T. A., Balaguer, I., Paes, M. J., Fernandes, G. J., & Stefanello, J. M. F. (2018). Self- efficacy in volleyball : What has been evaluated ? A systematic review Autoeficacia en voleibol : ¿ Qué se ha evaluado ? Una revisión sistemática Autoeficácia no voleibol : O que se tem avaliado ? Uma revisão sistemática. Cuadernos de Psicología Del Deporte , 19 (1), 76–94.
Miller, J., & Warren, E. (2014). Exploring ESL students’ understanding of mathematics in the early years: factors that make a difference. Mathematics Education Research Journal , 26 (4), 791–810. https://doi.org/10.1007/s13394-014-0121-z Nihla. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Representations, Oral Language, And Engagement In Mathematics (ROLEM) Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa . 63.
Novriani, M. R., & Surya, E. (2017). International Journal of Sciences : Analysis of Student Difficulties in Mathematics Problem Solving Ability at MTs SWASTA IRA Medan. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) , 33 (3), 63–75.
Nugraha, M. R., & Basuki, B. (2021). Kesulitan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP di Desa Mulyasari pada Materi Statistika. Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika , 1 (2), 235–248. https://doi.org/https://doi.org/10.31980/plusminus.v1i2.1259 Orth, U., & Robins, R. W. (2022). Is High Self-Esteem Beneficial? Revisiting a Classic Question. American Psychologist , 77 (1), 5–17. https://doi.org/10.1037/amp0000922 Pimentel, J. L. (2019). Some Biases in Likert Scaling Usage and its Correction. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research , 45 (1), 183–191. http://gssrr.org/index.php?journal=JournalOfBasicAndApplied
Pratiwi, S. A., & Widjajanti, D. B. (2020). Contextual problem in mathematical problem solving: Core ability in Realistic Mathematics Education. Journal of Physics: Conference Series , 1613 (1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1613/1/012018 Pucangan, A. A. S. N. A., Handayanto, S. K., & Wisodo, H. (2018). Pengaruh Scaffolding Konseptual dalam Problem Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan , 3 (10), 1314– 1318.
Sabirin, M. (2014). Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika , 1 (2), 33. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18592/jpm.v1i2.49 Siagian, M. V., Saragih, S., & Sinaga, B. (2019). Development of Learning Materials Oriented on Problem-Based Learning Model to Improve Students’ Mathematical Problem Solving Ability and Metacognition Ability. International Electronic Journal of Mathematics Education , 14 (2), 331–340. https://doi.org/10.29333/iejme/5717 Sobriah, Y. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( Pmri ) Dan Self Efficacy Terhadap Kemampuan Literasi Matematis Peserta Didik Skripsi Siti Yayah Sobriah NPM : 1811050493 Program Studi : Pendidikan Matematika LAMPUNG 1443 H / 2022 M . Sundayana, R. (2018). Kaitan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran Matematika. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika , 5 (2), 75–84. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v5i2.262 Ulandari, L., Amry, Z., & Saragih, S. (2019). Development of Learning Materials Based on Realistic Mathematics Education Approach to Improve Students’ Mathematical Problem Solving Ability and Self-Efficacy. International Electronic Journal of Mathematics Education , 14 (2), 375–383. https://doi.org/10.29333/iejme/5721 Vilianti, Y. C., Pratama, F. W., & Mampouw, H. L. (2018). Description of The Ability of Social Arithedical Stories by Study Problems by Students VIII SMP Reviewed from The Polya Stage. International Journal of Active Learning , 3 (1), 23–32.
Wahyuni, A. L. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran ROLEM (Representations, Oral
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 4. No. 1 Maret 2024 E-ISSN : 2775-7188 P-ISSN : 2775-717X
Language, and Engagement in Matematics) Terhadap Kemampuan Representasi Visual Matematis Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Keirsey . Warren, E. (2014). Representations, Oral Language, And Engagement In Mathematics, . Widodo, S., Irfan, M., Leonard, L., Fitriyani, H., Perbowo, K., & Trisniawati, T. (2019). Visual Media in Team Accelerated Instruction to Improve Mathematical Problem-Solving Skill . https://doi.org/10.4108/eai.19-10-2018.2281297
Widyastuti, P. I., & Rahayu, T. S. (2021). Meta-Analisis Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Tipe TPS dan TSTS Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika SD. Mimbar Ilmu , 26 (1), 17. https://doi.org/10.23887/mi.v26i1.33565 Wulan Cahya, E. (2022). Model Rolem Dalam Meningkatkan Pengembangan E-Modul Menggunakan Model Rolem Dalam Meningkatkan .
Yanagisawa, H., Kawamata, O., & Ueda, K. (2019). Modeling emotions associated with novelty at variable uncertainty levels: A bayesian approach. Frontiers in Computational Neuroscience , 13 (January). https://doi.org/10.3389/fncom.2019.00002
Yanah, P. A., Nyeneng, I. D. P., & Suana, W. (2018). Efektivitas Model Flipped Classroom pada Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Self Efficacy dan Penguasaan Konsep Siswa. JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah) , 2 (2), 65–74. https://doi.org/10.30599/jipfri.v2i2.302
|
2c90d173-194f-40ea-91ce-5fb01ce6da06 | https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/article/download/11009/6947 | Analisis Anggaran Belanja Operasional Dan Pertanggungjawaban Anggaran
Analisis Anggaran Belanja Operasional Dan Pertanggungjawaban Anggaran (Pada Studi Kasus Satkar Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin)
*Elly Faridah 1 , Bakti Setyadi 2 , Muji Gunarto 3 , Fitriasuri 4 1,2,3,4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma Palembang. email : [email protected]
## ABSTRAK
Anggaran merupakan pernyatan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan anggaran belanja operasional dan realisasi anggaran pada satuan kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin, serta untuk mengetahui pelaksanaan pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran pada satuan kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin sesuai dengan PSAK yang ada. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian: 1. Pelaksanaan anggaran belanja operasional pada satuan kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sudah sangat baik dengan capaian sebesar 99,35%, sebagaimana telah ditentukan kategori nilai IKPA berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2021. 2. Pelaksanaan pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran, realisasi anggaran di KPU kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2019, 2020 dan 2021 sangat baik yaitu 90%, namun tahun 2020 menurun 3% karena adanya optimalisasi anggaran tahun 2020 untuk pencegahan covid-19. Berdasarkan hasil riview dari BPKP Provinsi Sumatera Selatan terdapat temuan sebesar Rp 51.677.000,- atas Honor yang melebihi standar biaya masukan sehingga laporan pertanggungjawaban pada tahun 2019 masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena ketidak patuhan terhadap standar biaya masukan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Anggaran Belanja Operasional, Realisasi Anggaran, Pertanggungjawaban Anggaran
## ABSTRACT
The budget is a statement regarding the estimated performance to be achieved during a certain period expressed in financial measures. The purpose of this study is to determine the implementation of the operational budget and budget realization in the work unit of the Musi Banyuasin Regency General Election Commission, as well as to determine the implementation of reporting and accountability for budget use in the Musi Banyuasin Regency General Election Commission work unit in accordance with the existing PSAK. The analytical method used ini this study is descriptive quantitative analytical methode. The results of the study: 1. The implementation of the operational expenditure budget in the work unit of the General Election Commission of the Finance District of the Republic of Indonesia Number 190/PMK.05/2012 concerning Payment Procedures in the Framework of Implementing the State Revenue and Expenditure Budget, and has been classified as very good with the achievement of the Performance Indicator value. Budget implementation in 2021 is 99.35%, as determined by the IKPA value category based on the Director General of Treasury Regulation Number PER-4/PB/2021. 2. In the implementation of reporting and accountability for budget use, budget realization at the Musi Banyuasin Regency KPU in 2019, 2020 and 2021 has been very good at 90%, but in 2020 there was a decline of 3% due to the optimization of the 2020 budget for the prevention of covid-19 . Based on the results of a review from the South Sumatra Province BPKP, there were findings of Rp. 51,677,000, - for honors that exceeded the input cost standard so that the 2019 accountability report was still not in accordance with applicable regulations, due to non-compliance with the predetermined input cost standards.
Keywords : Operating Budget, Budget Realization, Responsibility Budget
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/index palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/index
## A. PENDAHULUAN
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Pada bagian disektor publik, hpenganggaran yaitu sebuah proses politik. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus menginformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dan untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan stretegi telah dilakukan.
Dalam pelaksanaan penggunaan anggaran sektor publik baik keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat maupun daerah harus dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan bendaharaannya. Akuntabilitas pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan saat ini merupakan indikator kinerja Kementerian/Lembaga. Apabila kinerja Kementrian/Lembaga baik maka kinerja Kementerian/Lembaga juga dinilai baik. Sehingga anggaran pun dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.
Laporan keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen penting dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik. Secara Garis besar organisasi sektor publik ada 3 (tiga) yaitu Instansi Pemerintah, Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah, dan Organisasi Nirlaba Milik Swasta. Dalam lingkup instansi Pemerintah terdiri dari yaitu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2012 Komisi Pemilihan Umum sebagai salah satu Lembaga Negara yang tergolong ke dalam Pemerintah Pusat yang didalamnya juga terdapat anggaran belanja operasional. Secara institusional Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode sekarang (2007-2012) merupakan Komisi Pemilihan Umum ketiga yang dibentuk setelah pemilu demokratis sejak era reformasi 1998. Sejak tahun 2004 KPU merupakan lembaga yang independen yang telah menghasilkan output. Perjalanan kegiatan kepemiluan dari masa ke masa senantiasa dituntut untuk dikelola secara profesional.
Sesuai dengan PKPU No: 197/ PR.01.3-Kpt/01/KPU/IV/2020 Tentang Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Tahun 2020-2024 yang menjadi titik berat adalah indikator kinerja yang mempengaruhi kapasitas lembaga penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian oleh Badan Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan.
Dalam tahun 2013 dan 2014 pengelolaan anggaran untuk kegiatan rutin, KPU juga melakukan pengelolaan anggaran untuk kegiatan tahapan pemilu baik untuk KPU, KPU Provinsi dan KPU Kab/Kota maupun untuk Penyelenggara Pemilu Ad-Hoc di Luar serta dalam negeri dimana tertuang dalam DIPA bagian Anggaran 076 di satker KPU masing-masing.
Salah satu dari Komisi Pemilihan Umum yang tersebar di Sumatera Selatan ialah Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin. KPU Kabupaten Musi Banyuasin merupakan salah satu lembaga yang mengurusi tata pemerintahan di Indonesia khususnya pemilihan umum. Dimana dalam tata kerja di lingkungan Komisi Pemilihan Umum sendiri terdapat dua tanggung jawab yaitu Anggota KPU dan Sekretariat KPU.
Didalam pengurusan penunjang kepemiluan KPU Kabupaten Musi Banyuasin dalam hal ini memilikii anggaran yang cukup besar baik dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) murni maupun adannya tambahan register
dana hibah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ke dalam DIPA KPU Kabupaten Musi Banyuasin. Realisasi anggaran sering mengalami penumpukan diakhir tahun anggaran. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya perencanaan anggaran yang tidak tepat sasaran, regulasi didalam mengatur pengelolaan anggaran, hingga faktor internal sendiri. Perencanaan anggaran yang tidak matang dan tidak tepat akan membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan revisi.
Adapun penyerapan anggaran Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk 5 tahun terakhir:
## TABEL REALISASI ANGGARAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2017-2020
Tahun APBN dan Hibah APBD (dalam rupiah) Anggaran Realisasi 2017 28.232.983.000,- 27.301.615.921,- 2018 29.844.150.000,- 26.684.823.029,- 2019 41.177.860.000,- 39.371.110.067,- 2020 3.409.095.000,- 3.153.169.348,-
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat fenomena yang terjadi pada anggaran Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin. Terjadinya naik turun baik dari sisi anggaran maupun realisasinya yang terjadi dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 4/PB/2021 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga yang menjadi indikator kinerja (IKPA) suatu K/L terdapat beberapa unsur penilaian. Dimana dari beberapa unsur tersebut didapatkan dari kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja K/L dari kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran dan kepatuhan pelaporan terhadap regulasi. Adapun nilai Indikator Kinerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin untuk 3 tahun terakhir dikarenakan pada tahun 2017 belum diterapkanya penilaian K/L dengan indikator kinerja.
Didapat dari sisi penilaian indikator kinerja yang terdiri dari beberapa unsur penilaian, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin masih belum mencapai nilai yang konsisten dan memuaskan. Terutama pada unsur penilaian kepatuhan terhadap regulasi yang terdiri dari penyampaian data kontrak, pengelolaan uang persediaan (UP), rekon LPJ bendahara, dan dispensasi SPM serta unsur penilaian kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan anggaran yang terdiri dari sub unsur seperti revisi halaman III DIPA, Revisi DIPA, dan adanya pagu minus.
Dari pelaksanaan anggaran tersebut pula baik dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) murni maupun yang telah di register dana Hibah APBD terdapat pula pengembalian belanja atas temuan audit, baik audit internal oleh Aparat Pengendalian Intern Pemerintah maupun audit ekstrenal oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Peningkatan dalam pengelolaan anggaran memicu banyak sekali permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun terutama dalam pertanggungjawaban keuangan
yang masih belum konsisten dalam mendapatkan predikat pertanggung jawaban laporan keuangan. Sejak terbentuk di tahun 2007 opini yang didapatkan adalah Tidak Memberikan Pendapat (TMP), sampai dengan tahun 2010 opini yang diperoleh yaitu Wajar Dengan Pengecualian (WDP) danbaru ditahun 2017 pelaporan keuangan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), di tahun 2018 dan 2019 turun kembali menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terkait dengan kas dan setara kas dari hasil audit BPK.
Serta masih banyak temuan temuan dalam pertanggungjawaban keuangan baik dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan RI, Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Palembang, Inspektorat KPU RI dari tahun ke tahun khususnya dana Hibah dari pemerintah daerah.
## B. KAJIAN TEORI
## Teori Anggaran
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2018:47). Anggaran adalah rencana suatu kegiatan yang diwujudkan didalam bentuk finansial, meliputi usulan pengeluaran yang dipikirkan untuk suatu periode waktu serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran.
Menurut Mardiasmo (2018:76) anggaran publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dimana anggaran tersebut dibuat untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Yang mana pola pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran disektor publik tersebut adalah bersifat vertikal dan horizontal.
## Laporan Keuangan
Munawir (2014:5) berpendapat bahwa laporan keuangan ialah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan ekuitas dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (Kasmir, 2018:7).
Tujuan laporan keuangan yaitu memberikan informasi tentang posisi keuangan suatu perusahaan yang disusun secara periodik dan digunakan oleh pihak yang berkepentingan.
## Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dari pada hubungan-hubungan tendensi untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2014:35).
Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama analisis laporan keuangan yakni dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Laporan keuangan bisa lebih berarti jika dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak maka perlu dilakukan analisis (Kasmir, 2018:66).
Tujuan analisis laporan keuangan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik itu harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode, mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan suatu perusahaan, mengetahui kekuatan yang
dimiliki, mengeatahui langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini, melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal dan dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
## Kerangka Pemikiran
## Gambar Bagan Kerangka Pemikiran
## C. METODE PENELITIAN
Peneliti dalam hal ini melakukan pengumpulan data menggunakan metode induktif dimana peneliti melakukan analisa dari awal mendapatkan data secara lengkap kemudian peneliti mengumpulkan ide dan gagasan yang tertuang berdasarkan kejadian yang nyata dan menganalisis teori berdasarkan peristiwa yang dialami.
Tempat penelitian dilakukan pada Satuan Kerja Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin di Jalan Sekayu Muara Teladan Kelurahan Balai Agung Kecamatan Sekayu Musi Banyuasin, penelitian dilakukan dalam jangka 1 (satu) tahun sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dari Januari s.d. Desember 2021.
Didalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada penelitian kualitatif karena peneliti sendiri yang langsung melakukan validasi dan terjun langsung ke lapangan baik pengumpulan data, menganalisis serta menarik suatu kesimpulan dari penelitian. Data yang digunakan peneliti adalah data primer dan data sekunder sera menggunakan teknik pengumpulan data Triangulasi. Data triangulasi yaitu dimana peneliti mengumpulkan data yang berbeda guna memperoleh daya yang sama dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan
- UU Nomor 17 Tahun 2003
- UU Nomor 1 Tahun 2004
- PP 71 Tahun 2010
## SATUAN KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Realisasi Anggaran Belanja
Operasional Anggaran
Belanja Operasional Pelaporan dan Pertanggung jawaban Anggaran Belanja Operasional Efektif, Efisien, Transparan
dan Akuntabel
Relevan, Andal, dapat dibandingkan dan mudah dipahami
mendokumentasikan untuk mendapatkan data yang sama serta studi dokumen tertulis yang berupa regulasi tentang keuangan negara khususnya tentang pelaporan keuangan pemerintah pusat dan penulis terlibat langsung dengan sumber data dan merasakan suka dukanya.
Kegiatan analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data kemudian melakukan reduksi dari berbagai sumber data yang diperoleh kemudian menyajikan informasi yang diperoleh dengan tabel dan narasi dan menarik kesimpulan menggunakan.
Metode analisis deskriptif kuantitatif merupakan metode analisis yang dipakai pada penelitian ini. Menurut Sugiyono (2021:175) analisis deskriptif dilakukan dengan memilih data yang penting, baru, unik dan terkait dengan rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Analisis dilakukan pada semua data yang telah ada melalui berbagai cara pengumpulan data baik observasi maupun wawancara mendalam dan dokumentasi.
## D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komisi Pemeilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang tidak memihak dan independen. Dibentuk pertama kali pada periode 1999-2001 yang beranggotakan 53 orang berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum.
Dalam rangka memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah bertransformasi menjadi salah satu lembaga negara yang vertikal bersifat hierarki dengan tingkatan kewenangan berjenjang dari pusat, hingga tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
KPU Kabupaten Musi Banyuasin sebagai salah satu bagian dari lembaga negara yang bersifat hierarki ditingkat Kabupaten, telah berdiri sejak tahun 2003. Kabupaten Musi Banyuasin beralamat di Jalan Sekayu-Muara Teladan Kelurahan Balai Agung Kecamatan Sekayu.
Salah satu upaya yang telah dilakukan KPU Kabupaten Musi Banyuasin dalam melaksanakan anggaran adalah dengan menetapkan pejabat perbendaharaan yang bertujuan untuk menjalankan fungsi perbendaharaan, perencanaan kas yang baik serta mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan dengan cara meningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.
Untuk meningkatkan nilai IKPA, KPU Kabupaten Musi Banyuasin telah melakukan langkah peningkatan Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA):
1. Revisi DIPA
a. KPU Kabupaten Musi banyuasin telah berupaya secara selektif dalam melakukan pergeseran anggaran dalam revisi DIPA.
b. Selain itu KPU Kabupaten Musi Banyuasin telah berupaya mengelola dan menghimpun kebutuhan revisi anggaran untuk kemudian dapat dijadwalkan dengan frekuensi revisi yang akan diajukan baik kepada Direktorat Jenderal Anggaran maupun kantor wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebanyak 1 kali dalam 1 triwulan, namun dalam pelaksanaannya seringkali revisi anggaran dilakukan atas perintah dan petunjuk dari eselon 1.
2. Deviasi Halaman III DIPA
KPU Kabupaten Musi Banyuasin telah meriviu rencana kegiatan secara periodik dan prognosis penyerapan anggaran per bulan dan per triwulan, serta telah menyusun rencana penarikan dan masing-masing jenis belanja pada DIPA.
3. Pagu Minus
KPU Kabupaten Musi Banyuasin terdapat pagu minus pada tahun anggaran 2021 akan tetapi sudah dapat dilakukan revisi sebelum berakhirnya tahun anggaran berkenaan atau per 31 Desember 2021.
4. Data Kontrak
Pelaksanaan perikatan kontrak di KPU Kabupaten Musi Banyuasin hanya ada pada tahun 2019 atas belanja modal, dengan tingkat ketaatan pada tahun 2020 dan tahun 2021 tidak ada perikatan kontrak mengingat pada tahun anggaran dimaksud hanya tersedia Belanja operasional KPU Kabupaten Musi Banyuasin.
5. Pengelolaan UP dan TUP KPU Kabupaten Musi Banyuasin dalam pengelolaan Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan (TUP).
6. Laporan Pertanggung Jawaban Bendahara Bendahara Pengeluaran KPU Kabupaten Musi Banyuasin senantiasa disiplin, tertin dan tepat waktu dala penyampaian LPJ bulanan serta memastikan data LPJ telah terverifikasi oleh KPPN. KPU Kabupaten Musi banyuasin juga secara intens melakukan koordinasi dengan KPPN setempat apabila terdapat kendala.
7. Dispensasi SPM Penilaian dispensasi SPM dihitung berdasarkan kategori jumlah dispensasi SPM yang terbit, Pejabat Perbendaharaan PPK dan PPSPM pada KPU Kabupaten Musi Banyuasin ikut memantau progres penyelesaian kegiatan sesuai rencana untuk menghindari keterlibatan dalam memproses SPM tagihan pada akhir tahun anggaran.
8. Penyerapan Anggaran KPU Kabupaten Musi Banyuasin dalam melakukan penyerapan anggaran yaitu dengan memeperhatikan progres penyerapan anggaran secara proporsional dari pagu DIPA efektif, memperbaiki perencanaan kegiatan secara relevan dan terjadwal, dan melakukan percepatan belanja.
9. Penyelesaian Tagihan Terhadap SPM LS kontraktual, KPU Kabupaten Musi Banyuasin hanya ada pada tahun anggaran 2019 dengan tingkat ketepatan waktu penyampaian tagihan SPM LS Kontraktual cukup baik, sementara ditahun 2020 dan 2021 tidak ada SPM LS kontraktual yang tersedia.
10. Capaian Output
KPU Kabupaten Musi Banyuasin daam melakukan penyerapan anggaran yaitu menetapkan metode perhitungan capaian output untuk setiap rencana output, menghitung tingkat kemajuan aktivitas dan capaian, melakukan pengisian data capaian output bulanan secara akurat, memonitor status data pada Aplikasi OMSPAN dan memastikan status data telah terkonfirmasi, dan melakukan koordinasi yang intens dengan pihak KPPN.
11. Retur Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Langkah KPU Kabupaten Musi Banyuasin untuk meminimalisir terjadinya Return SP2D yaitu memastikan kelengkapan dan kebenaran SPM, melakukan perekaman supplier baru dengan benar dan selalu memantau status ADK SPM yang diajukan.
12. Kesalahan Surat Perintah Membayar (SPM)
Terkait hal itu KPU Kabupaten Musi Banyuasin telah melakukan upaya untuk meminimalisir kesalahan SPM dengan menerapkan prinsip saling uji setiap pejabat perbenadaharaan serta senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses dokumen pembayaran dalam SPM.
13. Perencanaan Kas
KPU Kabupaten Musi banyuasin senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban dan ketepatan waktu dalam penyampaian Rencana Kas untuk transaksi pencairan dana dalam kategori besar (> Rp 1.000.000.000) dengan tidak lebih dari 5 hari kerja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, KPU Kabupaten Musi Banyuasin telah optimal dalam melkasanakan anggaran, hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai IKPA dari tahun 2019 hingga tahun 2021, Nilai akhir (nilai total/konversi bobot) IKPA pada tahun 2019 sebesar 84.33% dikategorikan Cukup dan pada tahun 2020 sebesar 88.14% dikategorikan Cukup, sedangkan pada tahun 2021 Nilai IKPA terjadi peningkatan yang cukup signifikan sebesar 99.35% atau dikategorikan Sangat Baik.
Laporan Realisasi Anggaran KPU Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2019 sampai dengan tahun 2021, dalam laporan realisasi anggaran tersebut disajikan data-data tentang Realisasi Pendapatan dan Hibah, Jumlah Belanja serta Jumlah Pembiayaan.
1. Realisasi Pendapatan dan Hibah
Realisasi pendapatan dan Hibah KPU Kabupaten Musi Banyuasin yang berasal dari hasil pelelangan aset dan persediaan eks Pemilu dan Pemilukada untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.259.890.557,-. sementara untuk realisasi pendapatan periode yang berakhir pada 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp.265.899.596. sedangkan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2021 adalah sebesar Rp. 28.898.977. Pendapatan- pendapatan tersebut terdiri dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
2. Jumlah belanja
Realisasi belanja KPU Kabupaten Musi Banyuasin untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.39.371.110.067,- atau mencapai 95.61% dari anggaran belanja sebesar Rp.41.177.860.000,-. Realisasi belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp.2.559.861.238 belanja barang sebesar Rp.29.836.190.927,- belanja modal sebesar Rp.44.811.181 dan belanja barang dari dana hibah pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin sebesar Rp.6.930.246.721,-.
Realisasi belanja KPU Kabupaten Musi Banyuasin untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp.3.153.169.348,- atau mencapai 92,49% dari anggaran belanja sebesar Rp.3.409.095.000,-. Realisasi belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp.2.409.001.125,- belanja barang sebesar Rp.744.168.223,-. Dan untuk realisasi belanja KPU Kabupaten Musi Banyuasin untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2021 adalah sebesar Rp.3.161.408.105,- atau mencapai 99,46% dari anggaran belanja sebesar Rp.3.178.591.000,-. Realisasi belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp.2.447.156.675,- belanja barang sebesar Rp.714.251.430,-.
## 3. Jumlah Pembiayaan
Jumlah realisasi pembiayaan di KPU Kabupaten Musi Banyuasin, dari periode yang berakhir 31 Desemeber 2019 hingga periode 31 Desember 2021 adalah sebesar Rp.0,-, dan tidak ada anggaran pembiayaan yang tersedia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disampaikan bahwa untuk realisasi pendapatan dan hibah terjadi penurunan yang PNBP dari tahun 2019 hingga tahun 2021, karena sumber penerimaan pada tahun 2019 dan tahun 2020 merupakan PNBP hasil dari proses pemindahtangan aset lancar berupa persedian eks logistik Pemilu dan Pemilukada. Sementara untuk realisasi belanja, serapan anggaran yang ada di KPU Kabupaten Musi Banyuasin cukup optimal, hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya persentase penyerapan anggaran yang ada di KPU Kabupaten Musi Banyuasin.
Berdasarkan hasil penelitian laporan perubahan ekuitas KPU Kabupaten Musi Banyuasin Periode 31 Desember 2021, 2020 dan 2019 diketahui bahwa KPU Kabupaten Musi Banyuasin telah berupaya untuk memenuhi kewajibannya dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan hasil reviu dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan dan hasil Audit oleh InspektoratKPU RI terdapat temuan. Namun terlihat bahwa, temuan tersebut mengalami penurunan di tiap tahunnya. Hal ini bentuk dari komitmen KPU Kabupaten Musi Banyuasin dalam memenuhi kebutuhan akuntabilitas pelaporan keuangan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh KPU Kabupaten Musi Banyuasin adalah melalui perbaikan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di pengelola keuangan pada KPU Kabupaten Musi Banyuasin, serta melakukan upaya melakukan tindak lanjut atas temuan kerugian negara tersebut.
## E. KESIMPULAN DAN SARAN
## 1) Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di KPU Kabupaten Musi Banyuasin terkait Analisis Anggaran Belanja Operasional dan Pertanggungjawaban Anggaran di KPU Kabupaten Musi Banyuasin, dapat disimpulkan bahwa:
a. Pelaksanaan anggaran belanja operasional pada satuan kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Banyuasin telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, dan telah tergolong Sangat Baik dengan capaian nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran pada tahun 2021 sebesar 99,35%, sebagaimana telah ditentukan kategori nilai IKPA berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2021.
b. Dalam pelaksanaan pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran, realisasi anggaran di KPU Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2019, 2020 dan tahun 2021 sudah sangat baik, hal ini dapat dilihat dari bersaran persentase penyerapan diatas 90%. Namun pada tahun 2020 terdapat penurunan penyerapan anggaran sebesar 3% karena adanya optimalisasi anggaran pada tahun 2020 untuk pencegahan penyebaran covid-19.Selanjutnya, berdasarkan hasil review dari BPKP Provinsi Sumatera Selatan terdapat temuan sebesar Rp
51.677.000,- atas Honor yang melebihi standar biaya masukan sehingga Laporan pertanggungjawaban pada tahun 2019 masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena ketidak patuhan terhadap standar biaya masukan yang telah ditetapkan.
2) Saran Beberapa saran yang bisa penulis berikan yaitu berikut ini:
1. KPU Kabupaten Musi Banyuasin segera menyusun langkah-langkah untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran/IKPA dan memberikan motivasi kepada pejabat pengelola keuangan untuk tetap berkomitmen dalam meningkatan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) di KPU Kabupaten Musi Banyuasin.
2. KPU Kabupaten Musi Banyuasin dalam pelaksanaan pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran agar lebih cermat dalam memahami ketentuan yang belaku, sekaligus memberikan kesempatan kepada pejabat perbendaharaan untuk dapat meningkatkan kemampuannya melalui pelatihan dan bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara pelatihan pengelola keuangan yang kredibel.
## DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-11 . Depok: Raja Grafindo Persada.
Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 195/PMK.056/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementrian Negara/Lembaga.
Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Edisi terbaru . Yogyakarta: Andi.
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan . Edisi Keempat . Yogyakarta: Liberty.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Nomor 103, Tambahan lembaran RI Nomor 5423. Jakarta: Sekretariat Negara.
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2021 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta.
UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
|
4d78974a-6865-4200-aca0-292380ec1b44 | https://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/4081/4458 |
## HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN PENINGKATAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA MENCIT
Indra Setiawan*
Abstrak
## PENDAHULUAN
Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin- mesin, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya. Akibatnya kebisingan makin dirasakan mengganggu dan dapat memberikan dampak pada kesehatan (Novi, 2004).
Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Menurut WHO (1995), diperkirakan hampir 14% dari total tenaga kerja negara industri terpapar bising melebihi 90 dB di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta orang di Amerika terpapar bising 85 dB atau lebih (Roestam, 2004).
Kebisingan ini sangat mempengaruhi kesehatan manusia yang dapat berakibat pada gangguan keseimbangan, pendengaran dan non pendengaran. Gangguan keseimbangan akibat kebisingan dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Roestam, 2004). Pengaruh bising pada pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai trauma akustik, ketulian sementara dan ketulian permanen. Pengaruh bising pada non pendengaran diantaranya penyempitan pembuluh darah kecil di lengan dan tungkai, peningkatan kolesterol darah, serta pengaruh pada sistem endokrin (Stephens, Rood, 1978).
Pengaruh kebisingan terhadap non pendengaran menyebabkan stress dan emosi, yang menimbulkan gangguan psychosomatic . Dan jika berlanjut akan mengakibatkan kelainan fisik. Stressor akan menyebabkan peningkatan corticotropin releasing factor (CRF) hipotalamus, yang memicu aktivitas hypotalamic-pituitary-adrenocortical axis (HPA axis) yang pada akhirnya meningkatkan kadar kortisol dan aldosteron (Lang, 2000).
Peningkatan kortisol juga akan merangsang terjadinya glukoneogenesis. Konsentrasi glukosa darah perlu di kontrol karena sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik dalam cairan extraselular, dan menimbulkan diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit. (Guyton, 1997). Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengaruh kebisingan intensitas tinggi terhadap mencit (Mus musculus) jantan, dengan menentukan perubahan pada kadar glukosa darah sewaktu.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan rancangan penelitian yang digunakan adalah the pre test and post test control group design untuk mengetahui perbedaan lama paparan kebisingan intensitas 90 dB pada peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada mencit (Mus Musculus) jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan secara simple random sampling dan setiap kelompok 6 mencit. Kelompok 1 tanpa paparan bising,
* Staff Pengajar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Kebisingan merupakan masalah utama kesehatan kerja dan dapat menimbulkan dampak gangguan kesehatan. Eksperimental dan rancangan penelitian yang digunakan adalah the pre test and post test control group design untuk mengetahui perbedaan lama paparan kebisingan intensitas 90 dB pada peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada mencit (Mus Musculus) jantan. Kebisingan dengan lama 140 menit (mean = 57.333) menunjukkan rata-rata gula darah yang tinggi kemudian diikuti kebisingan 125 menit (mean = 33.833), kebisingan 110 menit (mean = 20.00), dan yang menunjukkan rata-rata gula darah yang paling rendah adalah kontrol (mean = 5.833). Ada hubungan lama paparan kebisingan 90 dB selama 110 menit, 125 menit, dan 140 menit dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada mencit (Mus musculus) jantan dan Ada perbedaan lama paparan kebisingan intensitas 90 dB pada peningkatan kadar glukosa darah suatu mencit (Mus musculus) jantan.
74 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
kelompok 2 dipapar bising dengan intensitas 90 dB selama 110 menit per hari, kelompok 3 dipapar bising dengan intensitas 90 dB selama 125 menit per hari, bising dengan intensitas 90 dB selama 140 menit per hari. Semua selama 7 hari berturut-turut. Glukosa darah di ukur sebelum dan sesudah paparan 7 hari.
## HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Hasil pengukuran glukosa darah sebelum dan sesudah paparan kebisingan dengan intensitas 90 dB selama 7 hari serta peningkatan glukosa darah yang terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah
Kelompok Gula darah Sewaktu Pre test (mg/dl) Gula darah Sewaktu Post test (mg/dl) Peningkatan Gula Darah Sewaktu Kontrol Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Mencit 6 108 99 75 107 120 86 89 114 70 98 112 77
-19 15 -5
-9 -8 -9 Paparan 110 menit Mencit 7 Mencit 8 Mencit 9 Mencit 10 Mencit 11 Mencit 12 87 80 100 113 141 81 98 157 127 132 110 98 11 77
27 19 -31 17 Paparan 125 menit Mencit 13 Mencit 14 Mencit 15 Mencit 16 Mencit 17 Mencit 18 129 113 100 109 98 77 167 163 147 138 118 96 38 50 47 29 20 19 Paparan 140 menit Mencit 19 Mencit 20 Mencit 21 Mencit 22 Mencit 23 Mencit 24 153 112 96 131 110 103 207 167 160 189 172 154 54 55 64 58 62
51
Tabel. Peningkatan Gula Darah Sewaktu setelah paparan bising
Peningkatan glukosa darah merupakan selisih kadar glukosa darah post-test dengan kadar glukosa darah pre-test . setelah diperoleh data peningkatan glukosa darah, kemudian dilakukan perbandingan peningkatan kadar glukosa darah pada tiap-tiap kelompok paparan
Setelah diperoleh data peningkatan glukosa darah dan perbandingan peningkatan kadar glukosa darah pada tiap-tiap kelompok pakaran kebisingan, kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan uji anova dan korelasi-regresi untuk membuktikan hipotesa penelitian ini.
Gambar Plot Respon Kebisingan terhadap glukosa Darah Sewaktu
Berdasarkan plot respon ( mean effect ) tersebut dapat dibentuk urutan dari perlakuan waktu kebisingan dengan rata-rata gula darah yang paling tinggi sampai rata-rata yang paling rendah, sebagai berikut : kebisingan dengan lama 140 menit (mean = 57.333) menunjukkan rata-rata gula darah yang tinggi kemudian diikuti kebisingan 125 menit (mean = 33.833), kebisingan 110 menit (mean = 20.00), dan yang menunjukkan rata-rata gula darah yang paling rendah adalah kontrol (mean = 5.833).
## Hasil analisis of variance (ANOVA)
Berdasarkan pada hasil analisis ANOVA di dapatkan bahwa nilai F dihitung sebesar 10.963 dengaan tingkat kemaknaan (p) 0,000 dan F tabel sebesar 3,098. Karena nilai p < 0.05 dan F hitung > F tabel, maka terdapat perbedaan lama paparan kebisingan terhadap peningkatan kadar glukosa darah sewaktu yang signifikan antara perlakuan
Setelah pengujian dengan ANOVA menyatakan terdapat perbedaan lama paparan kebisingan yang bermakna kemudian dilakukan analisa Post Hoc Tests untuk mengetahui perbedaan lama paparan tiap-tiap kelompok, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata antara kelompok 1 (kontrol) dengan kelompok 3, kelompok 1 dengan kelompok 4 dan kelompok 2 dengan kelompok 4
## Hasil uji korelasi dan regresi
Pada hasil uji korelasi dan regresi linier sederhana, diperoleh nilai korelasi antara lama waktu kebisingan dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu sebesar 0,716 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna positif antara pemberian lama kebisingan dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu. Artinya peningkatan lama kebisingan akan meningkatkan glukosa darah sewaktu secara signifikan.
Untuk mengetahui pengaruh lama kebisingan terhadap kadar glukosa darah sewaktu, dapat diketahui dengan menggunakan analisa bentuk hubungan (regresi), karena dari uji korelasi belum menjelaskan hal tersebut.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisa regresi linier sederhana, maka diperoleh hasil R 2 (koefisien determinasi) sebesar 0,513 artinya bahwa 51,3% variabel peningkatan kadar glukosa darah sewaktu akan dipengaruhi oleh kebisingan dengan persamaan regresi linier sederhana , Y = -8.958 + 0,376 X.
76 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian kebisingan terhadap peningkatan kadar glukosa darah sewaktu dapat ditunjukkan dalam grafik liniertas berikut:
Berdasarkan grafik diatas terlihat garis regresi mengarah kekanan atas. Hal ini membuktikan adanya linieritas dari paparan kebisingan yang berpengaruh signifikan terhadap pengingkatan kadar glukosa darah sewaktu. Hal ini diperkuat dengan hasil koefisien korelasi untuk paparan kebisingan terhadap peningkatan kadar glukosa darah sewaktu yaitu sebesar 0,716 yang menunjukkan arah positif, artinya semakin lama waktu paparan kebisingan ternyata mampu meningkatkan kadar glukosa darah.
## PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan lama paparan kebisingan pada peningkatan kadar glukosa darah sewaktu dan membuktikan hubungan lama paparan kebisingan 90 dB dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada mencit jantan.
Pada penelitian ini kebisingan 90 dB dipaparkan pada tiga kelompok, yaitu kelompok pertama dipapar selama 110 menit, kelompok kedua dipapar selama 125 menit dan kelompok ketiga dipapar selama 140 menit, serta satu kelompok kontrol ( tanpa paparan bising) Penetapan lama paparan selama 110 menit berdasarkan intensitas bunyi dan waktu paparan yang diperkenankan, sesuai dengan Departemen Tenaga Kerja 1994-1995.
Gambar regresi Linier sederhana dari lama waktu paparan kebisingan
Pada hasil penelitian ini terdapat perbedaan lama paparan kebisingan pada peningkatan kadar glukosa darah sewaktu mencit jantan (p=0,000). Perbedaan lama paparan yang signifikan terjadi pada kelompok kontrol dengan kelompok 2, kelompok kontrol dengan kelompok 3 dan kelompok 1 dengan kelompok 3. Peningkatan signifikan kadar glukosa darah dimulai pada kelompok 3 (lama paparan 125 menit) jika dibandingkan dengan kelompok yang memiliki beda lama paparan 30 menit yaitu kelompok 2 (lama paparan 110 menit) dengan kelompok 4 (lama paparan 140 menit). Sedangkan perbedaan yang tidak signifikan terjadi pada kelompok yang memiliki beda lama paparan 15 menit yaitu antara kelompok 2 dan kelompok 3 dan kelompok 3 dengan kelompok 4. Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang memiliki beda lama paparan 15 menit, grafik plot effect menunjukkan kecenderungan peningkatan glukosa darah sewaktu.
Hasil penelitian dan analisa data membuktikan bahwa terdapat hubungan lama paparan kebisingan intensitas 90 Db selama 110 menit, 125 menit, dan 140 menit dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada mencit ( Musmusculus) jantan (p=0.000,R 2 =0.513). hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
Hubungan Kebisingan Dengan Peningkatan Kadar Glukosa Darah 77 membuktikan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada 9 tentara sukarelawan yang mendapat paparan mesin jet turbo dengan intensistas 120 dB, yaitu dari 82 mg/dl menjadi 106 mg/dl (Finkel, Poppen,1948).
Peningkatan glukosa darah ini dapat dijelaskan melalui peran hormon stres baik pada studi literatur maupun penelitian klinis. Peningkatan glukosa darah dapat terjadi akibat efek kumulatif dari kebisingan yang berulang (Novi,2004). Hal ini disebabkan oleh akumulasi hormon stress kortisol dalam tubuh (Spreng, 2002). Studi klinis pada 75 penderita psycosomatis kronis menunjukkan peningkatan signifikan kadar kortisol dan kadar glukosa darah dibandingkan dengan 50 kelompok kontrol (Mishira, Pandey, Sing, 2007). Pada studi cross sectional 112 pria yang terpapar bising 92-96 dB dilingkungan kerja menemukan peningkatan hormon stres pada darah yaitu kortisol, epileneprin dan norepineprin (Babisch,2003). Hormon stres noradrenalin berperan dalam peningkatan glukosa darah melalui penurunan sekresi insulin dan glikogenolisis, sedangkan adrenalin melalui proses glukoneogenesis dan glikogenosis. Hormon stres kortisol akan meningkatkan kadar glukosa darah melalui glikogenolisis dan penurunan penggunaan glukosa oleh sel (Babisch, 2003).
Pada penelitian ini dapat membuktikan konsep stres sel yang disebabkan oleh kebisingan lewat jalur aksis HPA dan sistem saraf simpatis dapat meningkatkan kadar glukosa darah sewaktu. Peningkatan aktivitas HPA aksis oleh stresor menyebabkan pelepasan kortisol yang akan meningkatkan kadar glukosa darah melelui glikogenolisis dan penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis oleh stresor akan meningkatkan katekolmin dalam plasma dan jaringan yaitu noradrenalin pada ujung saraf simpatis dan sekresi hormon adrenalin dari sel kromafin di medula adrenal. Noradrenalin berperan dalam peningkatan glukosa darah melalui penurunan sekresi insulin dan glikogenolisis, sedangkan adrenalin melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis.
Pada kelompok kontrol terdapat penurunan dan peningkatan kadar glukosa darah antara pemeriksaan pre-test dan post-test. Penurunan kadar glukosa darah diduga karena tidak adanya bising yang menyebabkan peningkatan aktivitas sistem neuroendokrin. Sedangkan peningkatan kadar
glukosa adarah diduga akibat gelombang bunyi yang merambat ke dalam kelompok mencit kontrol, karena hal tersebut akan mempengaruhi keadaan stres mencit tersebut.
## KESIMPULAN
Pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
1. Ada hubungan lama paparan kebisingan 90 dB selama 110 menit, 125 menit, dan 140 menit dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada mencit ( Mus musculus ) jantan.
2. Ada perbedaan lama paparan kebisingan intensitas 90 dB pada peningkatan kadar glukosa darah suatu mencit ( Mus musculus ) jantan.
## KEPUSTAKAAN
Babisch, W.2003. Stress Hormone In The Research on Cardiovascular Effect of Noise . Berlin: Division of Environment and Health, Federal Enviroment Agency. Finkel, A.L and Poppen, J.R. 1948. Clinical Effect of Noise and Mechanical Vibrations of a Turbo jet on Man . Journal Applied Physiology.
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. H 1209-1219 Lang, F. 2000. Hormones Dalam Color Atlas of Pathophysiology. New York: thieme New
York. h. 264-270
Mishira, K.K., Pandey, H.P., Sing, R.H.2007. Clinical Study On Cortisol and Certain Metabolites In Some Chonic Psychosomatic Disorders. Indian Journal of Clinical Biochemistry.
Novi, A. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. Cermin Dunia Kedokteran. h 24-28
Roestam, A.W.2004.Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran. h 29-33
Spreng, M. 2002. Possible Health Effect of Noise Induce Cortisol Increase. Germany : Physiology and Experimental Pathophysiology Department. University of Erlangen
78 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
Stephens, D. , Rood, G.1978. The Non Auditory Effect of Noise on Health Hand Book of Noise assessment . New York:
Environmental Engineering Company. World Health Organization.1995.Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
|
e8164a2f-d021-4212-829f-b8280032d710 | https://journal.umpr.ac.id/index.php/jsakti/article/download/1759/1481 |
## RANCANG BANGUN APLIKASI PENGARSIPAN DOKUMEN MENGGUNAKAN OPTICAL CHARACTER RECOGNITION
PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KABUPATEN KAPUAS BERBASIS VISUAL
Ahmad Ramadhani 1 , Ahmad Shalludin 2)**
1), Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Indonesia Banjarmasin 2) Dosen STMIK Indonesia Banjarmasin Jl Pangeran Hidayatullah, Banua Anyar, Banjarmasin70000 Email : [email protected] 1) , [email protected] 2)
## ABSTRAK
Aplikasi ini dibuat untuk mempermudah pengasrsipan dokumen pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia(BKPSDM) Kabupaten Kapuas, dimana selama ini pengarsipan dokumen selama ini masih menggunakan cara manual, sehingga dirasa zaman teknologi yang serba cepat, pengarsipan manual dirasa lambat dalam pencarian dokumen, penyimpan, dan kendala daya tahan media kertas yang memiliki umur yang singkat dalam menyimpan data pengarsipan dokumen ini.
Aplikasi ini dibuat menggunakan Visual Studio 2012, dimana bahasa pengembangannya sendiri menggunakan bahasa C#, Menggunakan Library EmguCV x86 2.4.0.1717 untuk Optical Character Recognition(OCR), Tesseract(Software) untuk algoritma dari OCR, Serta PDFRasterizer untuk melakukan konversi file berformat pdf, menjadi file berformat png. Ada beberapa fasilitas yang disediakan dalam program ini berupa penginputan data dokumen masuk, peginputan data dokumen keluar, pendisposisian dokumen, pengeditan, penghapusan, laporan data dokumen masuk, laporan data dokumen keluar, laporan data user, laporan data disposisi, laporan data jabatan, dan laporan jenis dokumen.
Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat membantu dalam pengarsipan dokumen secara digital di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia(BKPSDM) Kabupaten Kapua, sehingga lebih efisien dalam melakukan penginputan data, pencarian data, serta meminimalisir kesalahan dan kerusakan pengarsipan dokumen.
Kata kunci:Aplikasi, Microsoft Studio 2012, C#, Optical Character Recognition(OCR), EmguCV, Tesseract(Software), Pengarsipan Dokumen.
## ABSTRACT
This application was created to facilitate document filing at the Kapuas District Personnel and Human Resources Development Agency (BKPSDM), where so far document archiving has been using the manual method, so that it is felt that the era of fast paced technology, manual filing is slow in document search, storage , and paper media durability constraints that have a short life in storing this document archiving data.
This application was created using Visual Studio 2012, where the development language itself uses the C # language, Using the EmguCV x86 2.4.0.1717 Library for Optical Character Recognition (OCR), Tesseract (Software) for algorithms from OCR, and PDFRasterizer for converting pdf files into png file format. There are several facilities provided in this program in the form of inputting incoming document data, inputting outgoing document data, document disposing, editing, deleting, incoming document data reports, outgoing document data reports, user data reports, disposition data reports, position data reports, and reports document type.
With this application, it is hoped that it can help in digitally filing documents at the Kapua District Personnel and Human Resources Development Agency (BKPSDM), so that it is more efficient in data inputting, data search, and minimizing errors and damage to document archiving.
Keywords: Application, Microsoft Studio 2012, C #, Optical Character Recognition (OCR), EmguCV, Tesseract (Software), Document Archiving.
1. Pendahuluan
Arsip mempunyai peran penting dalam perusahaan atau sebuah instansi, yaitu sebagai sumber informasi dan pusat ingatan, begitu juga dengan kasus yang ada pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Kapuas. Arsip bagi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Kapuas
diantaranya berisi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, sebagai alat bukti bila terjadi masalah, sebagai alat pertanggungjawaban, menajemen serta dapat dijadikan alat transparansi dalam instansi. Pentingnya arsip bahkan dibuktikan dengan pemberlakuan beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang kearsipan.
Arsip akan bermanfaat secara optimal apabila dikelola dengan tertib dan teratur, namun sebaliknya apabila arsip tidak dikelola dengan secara baik akan menimbulkan masalah. Apalagi dengan perkembangan zaman yang semakin pesat diharapkan pengelolaan asrip di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Kapuas dapat beralih dari sistem arsip secara manual ke sistem yang terotomasi, karena dengan sistem manual, lama kelamaan dapat menimbulkan serangkaian kendala seperti kesulitan penemuan kembali secara cepat dan tepat karena sistem penyimpanan yang kurang sistematis, dan bertambahnya secara terus- menerus arsip tanpa penyusutan sehingga terjadi penumpukan. Kendala lainnya yaitu Tata kerja dan Fasilitas pengelolaan arsip yang tidak memadai dan tidak mengikuti perkembangan teknologi kearsipan modern. Maka dari itulah setiap perusahaan atau instansi dituntut untuk melakukan otomasi arsip.
Dengan teknologi yang semakin maju juga memberi dampak yang positif bagi dunia kearsipan, Pengelolaan arsip secara modern atau tata kearsipan otomatis merupakan sistem kearsipan yang menggunakan sarana pengolahan data secara elektronik. Potensi teknologi yang serba canggih telah memberikan peluang untuk melakukan kegiatan otomasi arsip, penggunaan media otomasi arsip bukan saja menjamin efisiensi, tetapi juga mampu mengurangi atau mengembangkan kebutuhan duplikasi apabila hal itu diperlukan, Pengiriman, pemprosesan, penyimpanan dan penemuan kembali informasi dapat dilakukan dengan cepat.
Ditambah lagi dengan pemanfaatan teknologi Optical Character Recognition (OCR), yang dapat
membantu melakukan input arsip secara otomatis, diharapkan dapat membuat kegiatan ini lebih efektif dan efesien dengan adanya implementasi Optical Character Recognition (OCR) yang terintegrasi didalamnya.
Optical Character Recognition (OCR) sendiri merupakan salah satu aplikasi pengolahan citra yang berfokus pada pengolahan input citra menjadi output karakter yang dibaca infomasinya dan dimasukkan ke dalam sistem komputer. Hasil dari citra inilah yang akan dimasukkan kedalam database aplikasi pengarsipan dokumen, sehingga diharapkan arsip yang awalnya di scanning masih dalam bentuk Image dapat diambil informasi di dalamnya untuk mengisi beberapa hal penting dalam dokumen secara otomatis seperti, nomer dokumen, tanggal dokumen, perihal dokumen, dan atribut lainnya.
Implementasi Optical Character Recognition (OCR) pada aplikasi pengarsipan dokumen pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Kapuas sendiri diharapkan dapat membantu pekerjaan pengarsipan yang masih manual, sehingga ketika beberapa arsip seperti dokumen surat masuk, dapat melakukan input lebih efisien.
## 2. METODE PENELITIAN
2.1 Optical Optical Character Recognition.
Menurut Priyatma, dkk (2004) pengenalan karakter dengan menggunakan alat optik ( Optical Character Recognition ) adalah sebuah sistem komputer yang dapat membaca karakter termasuk (huruf), baik yang berasal dari sebuah alat pencetak (printer atau mesin ketik) maupun yang berasal dari tulisan tangan. Adanya sistem pengenal huruf ini akan meningkatkan fleksibilitas ataupun kemampuan dan kecerdasan sistem komputer. Adanya sistem pengenal huruf yang cerdas akan sangat membantu usaha besar-besaran yang saat ini dilakukan banyak pihak yakni usaha digitalisasi informasi dan pengetahuan, misalnya dalam pembuatan koleksi pustaka digital, koleksi sastra kuno digital, dll. Dengan adanya pengenal huruf juga akan memudahkan penanganan pekerjaan yang memakai input tulisan seperti penyortiran surat di kantor pos, pemasukan data buku di perpustakaan, dll. Selain itu adanya sistem pengenal huruf otomatis maka user dapat lebih leluasa memasukkan data karena user tidak harus memakai papan ketik tetapi bisa menggunakan
pena elektronik untuk menulis sebagaimana user menulis di kertas. (Priyatma dkk, 2004)
Dalam pengenal pola otomatis, sistem pengenal pola mencoba mengenali apakah citra masukan yang diterima cocok dengan salah satu citra yang telah ditentukan. Sistem ini misalnya dipakai untuk mendeteksi sidik jari, tanda tangan,
bahkan wajah seseorang. Menurut Sukmawan
(2008) OCR dapat dipandang sebagai bagian dari pengenal otomatis yang lebih luas yakni pengenal pola otomatis ( Automatic Pattern Recognition ). Ada banyak pendekatan yang dapat dipakai untuk mengembangkan pembuatan pengenal pola otomatis antara lain memakai pendekatan numerik, statistik, sintaktik, neural dan, aturan produksi ( rule-based ). Secara umum metode-metode tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok metode yakni metode berbasis statistik dan metode berbasis struktur.
Dalam metode yang berbasis statistik, setiap pola ditransformasi ke dalam vektor yang memakai ukuran dan karakteristik tertentu. Karakteristik ini seringkali lebih bersifat statistik misalnya distribusi pixel ataupun jarak piksel. Sedang dalam metode yang berbasis struktur, setiap pola yang diproses dinyatakan sebagai gabungan beberapa struktur elementer. Pengenalan selanjutnya dilakukan dengan mencocokkan komposisi struktur elementer dengan struktur yang sudah disimpan memakai aturan tertentu misalnya memakai pendekatan teori bahasa formal dan automata. (Sukmawan, 2008)
Ilustrasi Proses OCR Prinsip kerja dari aplikasi OCR menurut Manik (2010) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Ilustrasi Proses OCR 1. Mengambil objek berupa teks menggunakan kamera sehingga didapat sebuah file citra. File citra tersebut diproses menggunakan perangkat lunak aplikasi
pengenalan teks, di melakukan proses pengenalan terhadap karakter-karakter yang ada pada file citra tersebut.
2. Keluaran dari perangkat lunak aplikasi pengenalan teks ini berupa file teks yang berisi karakter- karakter yang telah dikenali dan siap untuk diolah lebih lanjut.
Tingkat keberhasilan dari perangkat lunak pada aplikasi pengenalan teks ini sangat bergantung dari sejumlah faktor berikut:
1. Kualitas gambar teks yang ada pada dokumen yang dibaca serta tingkat kompleksitasnya (ukuran, format, teks, warna, latar belakang).
2. Kualitas perangkat lunak aplikasi pengenalan teks itu sendiri.
3. Kualitas alat optik yang dipakai (kamera).
## 2.2 Tesseract
Google Tesseract merupakan mesin Optical Character Recognition (OCR) untuk berbagai sistem operasi yang awalnya dikembangkan oleh Hewlet Packard pada tahun 1985 hingga 1995(Smith, 2007). Tesseract dimasukkan dalam test akurasi OCR tahunan UNLV keempat sebagai “OCR Lab HP” tetapi kode-nya telah banyak berubah sejak saat itu, termasuk konversi ke Unicode dan retraining (latihan ulang) (Smith, 2007). Setelah tahun 2006, Tesseract dilepas oleh HP untuk digunakan secara bebas. Sejak saat itu, tesseract dikembangkan secara luas oleh Google dan dirilis di bawah lisensi Apache 2.0 serta dapat diakses di http://code.google.com/p/tesseract-ocr (Smith, 2007). Tesseract mungkin menjadi mesin OCR paling akurat saat ini. Tesseract dikombinasikan dengan Leptonica Image
Processing Library yang dapat membaca berbagai format gambar dan mengkonversikannya ke teks di lebih dari 60 bahasa. Dalam konferensi ICDAR, Smith mengungkapkan Tesseract mengkombinasikan kedua algoritma matrix matching dan ekstraksi fitur. Tesseract hanya memerlukan sedikit data pelatihan dan menggunakan kedua static classifier dan adaptive classifier sehingga memungkinkan mesin dapat berlatih sendiri pada dokumen yang dianalisis(Smith, 2007). 2.3 Emgu CV
OpenCV ( Open Source Comput er Vision) adalah sebuah library fungsi pemrograman real time untuk computer vision. Emgu CV adalah wrapper .Net untuk OpenCV. Dengan EmguCV, fungsi-fungsi dalam OpenCV bisa dipanggil melalui bahasa pemrograman yang compatible dengan .NET seperti C#, VB, dan VC++. Selain itu, Emgu CV juga cross
platform sehingga dapat di-compile lewat Mono dan dijalankan di atas sistem operasi Linux atau Mac OS.
Dari pengertian di atas telah diberikan deskripsi dari kedua open source tersebut.
OpenCV merupakan library yang
cukup terkenal di dunia Computer Vision . Computer Vision adalah salah satu bidang di teknologi informasi yang fokus pada pemrosesan images atau gambar yang diperoleh darivdunia nyata untuk diekstrak dan diinterpretasikan informasinya. Untuk mempermudah developer dalam mengembangkan aplikasi yang menggunakan teknologi computer vision , digunakanlah library seperti VXL, Camellia, OpenCV, dan lainnya.
Maka dari itu EmguCV berperan untuk menjembatani C# dan OpenCV. EmguCV adalah wrapper .Net untuk OpenCV. Keuntungan
menggunakan EmguCV yang paling utama adalah library ini sepenuhnya ditulis dengan bahasa pemrograman C# yang mana lebih aman karena pembuatan object atau pun reference di-manage oleh garbage collector .
Ada dua konsep penting yang perlu diketahui terlebih dahulu sebelum menggunakan EmguCV. Pertama mengenai layer pada EmguCV. EmguCV terdiri dari 2 layer, yaitu basic layer dan second layer . Basic layer mengandung fungsi, struktur, dan enumerasi yang secara langsung merefleksikan apa yang ada di OpenCV. Dengan adanya layer inilah kita bisa memanggil fungsi-fungsi pada OpenCV dengan bahasa pemrograman C#. Sedangkan second layer mengandung kelas-kelas yang memanfaatkan keunggulan teknologi .NET.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut tampilan aplikasi pengarsipan dokumen menggunakan optical character recognition pada badan kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia kabupaten Kapuas:
1. Login
Form login adalah form yang digunakan untuk keamanan program, berikut tampilan dari form login (Gambar 1) yang ada :
Gambar 1 . Login
2. Daftar
Daftar Adalah Form yang digunakan untuk mendaftar pada calon user, berikut tampilan dari form daftar(Gambar 2):
Gambar 2. Daftar
3. Form Menu Utama
Form Menu Utama Adalah form yang digunakan untuk menuju semua form yang ada didalam aplikasi, berikut tampilan dari form menu utama(Gambar 3):
Gambar 3. Form Menu Utama
## 4. Form Beranda
Form Beranda adalah form yang berfungsi untuk menampilkan informasi di halaman denpan, sehingga informasi itu dapat di lihat semua user, berikut tampilan dari form beranda(Gambar 4):
Gambar 4. Form Beranda
5. Form Dokumen Masuk Form Dokumen Masuk adalah form yang berfungsi untuk melakukan input dokumen yang masuk ke Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kuala Kapuas, berikut tampilan dari form dokumen masuk(Gambar 5):
Gambar 5. Form Dokumen Masuk
## 6. Form Dokumen Keluar
Form Dokumen Keluar adalah form yang berfungsi untuk melakukan input dokumen yang akan keluar dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kuala Kapuas, berikut tampilan dari form dokumen masuk(Gambar 6):
Gambar 6. Form Dokumen Keluar
## 7. Form Input Kordinat
Form input kordinat berfungsi untuk melakukan input kordinat di bagian mana proses OCR di butuhkan, proses ini berfungsi agar proses OCR yang di jalankan tidak melakukan konversi citra ke huruf pada seluruh citra, melainkan hanya pada bagian yang di tentukan oleh user saja yang akan di lakukan proses OCR, berikut tampilan dari form input kordinat(Gambar 7):
Gambar 7. Form Input Kordinat
8. Form Disposisi Form disposisi berfungsi untuk memberikan informasi disposisi dokumen, serta untuk memberikan konfirmasi penempatan dokumen masuk yang akan di disposisikan(Gambar 8):
Gambar 8. Form Disposisi
## 9. Form Data Master
Form data master merupakan form yang berfungsi untuk menampilkan laporan dan juga dapat mengedit data laporan tersebut sesuai jabatan user yang aktif (Gambar 9):
Gambar 9. Form Data Master.
10. Form Data dan Laporan Dokumen Masuk
Form Data dan Laporan Dokumen Masuk merupakan form yang membuat rekapitulasi atau laporan dari dokumen masuk, form ini terdiri dari dari 3 checkbox yang memeliki fungsinya masing- masing(Gambar 10).
Gambar 10 . Form Data dan Laporan Dokumen Masuk
11. Form Data dan Laporan Dokumen Keluar
Form Data dan Laporan Dokumen Keluar merupakan form yang membuat rekapitulasi atau laporan dari dokumen keluar, form ini terdiri dari dari 3 checkbox yang memeliki fungsinya masing- masing(Gambar 11).
Gambar 11 . Form Data dan Laporan Dokumen Keluar
12. Form Data dan Laporan Disposisi
Form Data dan Laporan Disposisi merupakan form yang berfungsi untuk menampilkan data dan laporan dari data disposisi, pada form ini terdapat 2 buah checkbox yang memiliki fungsi masing- masing(Gambar 12).
Gambar 12 . Form Data dan Laporan Disposisi
13. Form Data dan Laporan Jabatan
Form data dan laporan jabatan berfungsi untuk melakukan penambahan, penyuntingan, menghapus data jabatan(Gambar 13).
Gambar 13 . Form Data dan Laporan Jabatan
14. Form Data dan Laporan User Form data dan laporan data user berfungsi untuk melakukan penambahan, menghapus, dan penyuntingan data user serta pengguna yang aktif juga dapat melakukan pencetakan laporan sesuai jabatan sebagai parameter penyaringan data(Gambar 14).
15. Form Data dan Laporan Jenis Dokumen
Form data dan laporan jenis surat berfungsi untuk melakukan penambahan, menghapus, dan penyuntingan data user serta pengguna yang aktif juga dapat melakukan pencetakan laporan sesuai nama jenis dokumen sebagai parameter penyaringan data (Gambar 15).
Gambar 15 . Form Data dan Laporan Jenis
## Dokumen.
3. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis kerjakan dan berdasarkan dari rumusan masalah yang ada yaitu, bagaimana merancang aplikasi pengarsipan dokumen menggunakan Optical Character Recognition (OCR) pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Berbasis Visual. Maka dapat di ambil beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Perancangan dan pembuatan aplikasi pengarsipan dokumen menggunakan Optical
Character
Recognition (OCR) pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas dibuat untuk mempermudah petugas pemerintah kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas untuk melakukan pengarsipan dokumen agar lebih efisien dalam proses input data, dan pembuatan laporan.
2. Dengan adanya aplikasi pengarsipan dokumen menggunakan Optical Character Recognition (OCR), ini diharapkan dapat meminimalisir waktu memasukkan data dokumen, agar proses input data lebih cepat.
3. Kemiringan dan kualitas citra sebagai data dalam proses Optical Character Recognition (OCR) ini sangat berpengaruh terhadap hasil pengenalan karakter tesebut.
4. Tulisan tangan mampu berpengaruh dan mengubah hasil pengenalan karakter, sehingga besar kemungkinan citra karakter yang di proses akan
tidak tepat dan hasil tidak sesuai dengan karakter pada citra.
5. Kerapatan dan tebal karakter pada citra berpengaruh pada hasil pengenalan karakter yang di lakukan oleh sistem, dimana sistem akan tidak tepat jika suatu kalimat yang pindah sangat rapat dan tebal.
6. Ketajaman citra dan kejelasan karakter dapat mempengaruhi hasil ketepatan dari pengenalan suatu karakter pada citra, semakin tajam citra dan kejelasam karakter maka akan semakin tepat sistem mengenali suatu karakter yang sedang di pindai.
7. Berhubungan dengan point ke 6 (enam), citra yang berasal dari hasil fotokopi keberhasilan pengenalan suatu karakter tidak terlalu akurat akibat ada bagian karakter yang terhapus mengakibatkan salahnya proses pengenalan karakter pada citra.
Daftar Pustaka [1] Permata Sari, Indah. 2013. Pengertian Rancang Bangun Dan Konsep Sistem Informasi.
[Online]Availableat:
http://indahpermata6.blogspot.com/2013/06/penger tian-rancang-bangun-dan-konsep.html. Diakses: 4 Agustus 2019.
[2] Setiawan, Samhis. 2019. Dokumen” Pengertian Menurut Para Ahli & ( Jenis – Sifat – Literatur – Kepentingan – Fungsi ). [Online] Available at: https://www.gurupendidikan.co.id/dokumen- pengertian-menurut-para-ahli-jenis-sifat-literatur- kepentingan-fungsi/. Diakses: 4Agustus 2019.
[3] Pranata, Yuliana, 2017. Optical Character Recognition Pengertian Menurut Priyatma, dkk (2004). [Online] Available at:http://docplayer.info/47360592-Bab-ii-tinjauan- pustaka-optical-character-recognition-pengertian- menurut-priyatma-dkk-2004-pengenalan-karakter- dengan.html. Di Akses: 4 Agustus 2019.
[4] S Kusumaningratri, 2018. Tinjauan Pustaka Dan Dasar Teori. [Online] Available
at:http://eprints.akakom.ac.id/6526/3/3_145410101 _BAB_II.pdf. Di Akses: 4 Agustus 2019.
[5] Jamal, 2015. Pengertian Emgu CV. [Online] Available at:https://makalah28.blogspot.com/2015/11/pengert ian-emgu- cv.html. Di Akses: 4 Agustus 2019.
[6] Arni, Ulti Desi, 2018.Pengertian Visual Studio Dan Visual Studio Toolbox. [Online] Available at:https://garudacyber.co.id/artikel/1202- pengertian-visual-studio-dan-visual-studio-toolbox. Di Akses: 4 Agustus 2019.
|
85aeb2ad-2823-4115-ab0e-a90b2d32354c | https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JPPG/article/download/18449/11135 | Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran (JPPP) Vol. 5 No. 1, April 2024, pp. 68-77 ISSN: 2721-7795. DOI: 10.30596/jppp.v5i1.18449
## Pemberdayaan Masyarakat Melalui Revitalisasi Kegiatan Kemasyarakatan di Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok
Andi Hermawan 1 , Shodik Murdiono 2 , Briliantina Indrati 3 , Sains Rusnadi 4 , Ahmad Sujai 5 , Sumiati 6 , A. Muwahid Muhammadi 7 1,2,3,4,5,6,7 Institut Agama Islam Depok (IAID) Al Karimiyah, Depok, Indonesia
1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] 4 [email protected]
5 [email protected] 6 [email protected] 7 [email protected]
## ABSTRAK
Revitalisasi kegiatan kemasyarakatan adalah upaya nyata dalam meningkatkan efektivitas kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat, adapun kegiatan tersebut meliputi pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan. Revitalisasi ini perlu dilaksanakan seiring program pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang sejahterah, berdasarkan fakta di lapangan peran warga masyarakat belum optimal dalam pelaksanaan kegiatan. Terkait hal demikian itu, maka perlu adanya sebuah pelatihan dan bimbingan untuk revitalisasi kegiatan sosial bagi masyarakat. Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan optimalisasi kegiatan sosial kepada warga kelurahan abadijaya agar mampu memberikan layanan sosial khusus nya bagi kader penggerak. Kegiatan ini menggunakan metode penelitian tindakan partisipatif atau Participatory Action Research (PAR) dengan melibatkan kelompok masyarakat. PAR dilaksanakan secara parsipatif dalam kelompok masyarakat bertujuan mendapatkan pengetahuan praktis untuk perubahan hidup yang lebih baik. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah peningkatan pengetahuan dan kompetensi kader penggerak, Efektivitas kegiatan pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan kesejahteraan warga kelurahan abadijaya. Kata Kunci: Pemberdayaan masyarakat; Tindakan partisipatif; Revitalisasi Kegiatan Kemasyarakatan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License .
Penulis Korespondensi: Andi Hermawan, Institut Agama Islam Depok Al Karimiyah, Sawangan Baru, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat 16511 [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
Kepemerintahan yang baik merupakan suatu tindak lanjut atau evolusi penyelenggaraan pemerintahan dari perubahan pemerintahan yang baik dalam suatu bentuk pemerintahan. Kepemerintahan yang baik ini cendrung lebih efektif dan efisien dalam proses dan tujuannya sehingga dikategorikan sebagai suatu proses pemerintahan yang baik diterapkan di semua negara karena kepemerintahan yang baik bisa menyeimbangkan keselarasaan pemerintah dengan pihak lain di berbagai sektor untuk menciptakan suatu keteraturan di dalam menjalankan pemerintahan yang baik dan bersih.
Dalam hal membangun dan mensejahterakan warga masyarakat Kelurahan, lurah mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam membangun masyarakat, dengan cara menyumbang baik secara fisik maupun material. Namun patokan utama lurah adalah dana-dana dari pemerintahan daerah, yang tercantum di dalam RPJM Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Dan tidak hanya dari itu lurah juga mengajak kerjasama antara swasta dengan masyarakat, seperti memberikan donatur dalam menjaga kebersihan ketertiban dan keindahan Kelurahan, bekerja sama dengan pemilik lahan untuk dapat menjaga lingkungan yang layak huni. Hal ini disampaikan dari berbagai pihak yang di wawancarai.
## Gambar 1. Proses Wawancara Masyarat dengan Kelurahan
Kerja sama yang dibangun oleh pemerintah dan masyarakat Kelurahan, dengan menjalin kerjasama dengan warga lingkungan di dalam Kelurahan, kerja sama antara Pemerintah Kelurahan dengan masyarakat tergolong cukup baik karena sudah mendapatkan respon dari masyarakat. Kerja sama tersebut antara lain, dalam bentuk pembiayaan kegiatan pembangunan atau yang disebut dengan swadaya masyarakat, kerja sama tersebut terjalin antara lain dalam hal kegiatan ekonomi produktif, seperti keagamaan, pengumpulan hasil kebun karet, dan kegiatan gotong royong pembersihan lingkungan kelurahan, seperti sarana dan prasarana, seperti tempat ibadah.
Kelurahan Abadijaya merupakan daerah padat penduduk dan sebagian besar dalam kategori ekonomi menengah ke bawah, berangkat dari permasalahan yang dihadapi oleh warga masyarakat maka Tim Pengabdian kepada Masyarakat memberikan solusi untuk revitalisaisi program sosial kemasyarakatan, melalui kegiatan pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat sudah terbiasa melaksanakan kegiatan namun efektivitas dan kebermanfaatannya perlu dikembangkan dan dioptimalkan.
Dengan melihat permasalahan tersebut, maka masyarakat kelurahan abadijaya perlu dilatih dan diberi pendampingan untuk mampu meningkatkan kemampuannya dalam pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan revitalisasi program sosial kemasyrakatan melalui pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan kepada ibu-ibu anggota PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, dan Tim Penggerak Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya Kota Depok agar mitra lebih efektif dan optimal dalam penyelenggaraan program sosial kemasyrakatan sesuai RPJM kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.
## 2. PEMBAHASAN
Dalam rangka membangun kualitas kinerja pemerintahan yang efektif dan efisien, diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimana mencapai kesatuan kerjasama sehingga mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan otonomi serta kebebasan dalam mengambil keputusan mengalokasikan sumber daya, membuat pedoman pelayanan, anggaran, tujuan, serta target kinerja yang jelas dan terukur. Pemerintah daerah dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, harus pula diiringi dengan penerapan prinsip kepemerintahan yang baik. kepemerintahan yang baikmerupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan jasa publik ( public goods and services ).Prinsip- prinsip dari kepemerintahan yang baik adalah prinsip efektifitas ( effectiveness ), keadilan, ( equity ), Partisipasi ( participation ), Akuntabilitas ( accountability ), dan tranparansi ( transparency ).
Pada sisi lain, pemerintah daerah atau lokal sebagai lembaga negara yang mengemban misi pemenuhan kepentingan publik dituntut pula pertanggungjawaban terhadap publik yang dilayaninya, artinya pemerintah lokal harus menjalankan mekanisme pertanggungjawaban atas tindakan dan pekerjaannya kepada publik yang sering disebut menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability). Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut,
diharapkan dalam menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep Kepemerintahan yang baik harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara ( state ) /pemerintah ( government ), swasta ( private ) dan masyarakat ( society ).
Kepemerintahan yang baik merupakan praktek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya era globalisasi tuntutan akan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah suatu keniscayaan seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat. Kepemerintahan yang baik dalam konteksnya merupakan suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan swasta. Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik perlu dibangun dialog antara pelaku-pelaku penting dalam Negara, agar semua pihak merasa memiliki wewenang dalam mencapai kesejahteraan bersama. Tanpa kesepakatan yang dilahirkan dari dialog, kesejahteraan tidak akan tercapai karena aspirasi politik maupun ekonomi rakyat pasti tersumbat.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bahwa masyarakat dapat menilai dan memilih, bahkan meminta jasa layanan yang lebih baik. Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten yang berada di bawah kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat. Kelurahan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Camat serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Hubungan kerja kecamatan dengan kelurahan bersifat hierarki. Pembentukan kelurahan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan secara berdayaguna, berhasil dalam pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan.
Dalam perspektif Otonomi Daerah, khususnya di Indonesia, penerapan kepemerintahan yang baik merupakan suatu urgensitas dalam upaya mewujudkan pemerintahan daerah ( local governance ) yang efektif, efisien, mandiri serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini didukung pula dengan diberlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan Daerah yang akan memberikan peluang lebih besar bagi terlaksananya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta prinsip-prinsip Otonomi Daerah sehingga pemerintah daerah mampu menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat ( public services ) secara optimal dan tidak terlalu bergantung lagi kepada pemerintah pusat ( sentralistik ) sebagaimana di era pemerintahan sebelumnya.
Kenyataan yang dapat dilihat sekarang bahwa sampai saat ini pun pelaksanaan kehidupan Negara, khususnya dalam konteks pemerintahan daerah di era globalisasi, reformasi, demokratisasi, dan otonomi daerah, justru masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya guna mewujudkan kepemerintahan yang baik secara utuh. Dalam rangka membangun mewujudkan kepemerintahan yang baik diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimana mencapai kesatuan kerjasama yang mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat, otonomi serta kebebasan dalam mengambil keputusan mengalokasikan sumber daya, membuat pedoman pelayanan, anggaran, tujuan, serta target kinerja yang jelas dan terukur.
Kelurahan sebagai organisasi pemerintahan yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan masyarakat merupakan ujung tombak keberhasilan pembangunan kota khususnya otonomi daerah, dimana kelurahan akan terlibat langsung dalam perencanaan dan pengembalian pembangunan serta pelayanan. Dikatakan sebagai ujung tombak karena kelurahan berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu kelurahan harus mampu menjadi tempat bagi masyarakat untuk diselesaikan atau meneruskan aspirasi dan keinginan tersebut kepada pihak yang berkompeten untuk ditindak lanjuti. Disamping itu peran kelurahan di atas menjembatani program-program pemerintah untuk di sosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami dan didukung oleh masyarakat.
Pada era reformasi sekarang ini, kinerja pemerintah mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Dengan adanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat (aspirasinya), banyak ditemukan kritikan yang pedas terhadap kinerja pemerintah, baik itu secara langsung (melalui forum resmi atau bahkan demonstrasi) maupun secara tidak langsung (melalui tulisan atau surat pembaca pada media massa). Kritikan tersebut tanpa terkecuali mulai dari pemerintah pusat sampai ke pemerintahan terendah yaitu pemerintah kelurahan. Dari penelitian selama ini, pelayanan yang diberikan pemerintah kelurahan Abadijaya di Kecamatan Sawangan Kota Depok terlihat masih adanya keluhan yang disampaikan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya produktifitas kerja dan disiplin dari pegawai tersebut, serta masih kurangnya sarana kerja yang memadai. Pelayanan yang berkualitas seringkali mengalami kesulitan untuk dapat dicapai karena aparat tidak selalu memahami bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik, hal ini terjadi disebabkan oleh masih rendahnya kemampuan profesional aparat dilihat dari latar belakang pendidikan dan
etos kerja sumber daya manusia (aparat kelurahan) serta kewenangan yang dimiliki oleh aparat yang bersangkutan. Semakin kritis masyarakat terhadap tuntutan kualitas layanan menunjukkan karakter masyarakat kita dewasa ini yang telah memiliki sikap mandiri, terbuka dan mampu berdemokrasi.
Kegiatan sosial merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Kegiatan sosial dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi yang ingin memberikan kontribusi bagi masyarakat secara positif. Kegiatan sosial memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.kegiatan sosial adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan bersama oleh setiap elemen masyarakat, khususnya yang hidup dalam satu lingkungan. Tujuan diadakannya adalah untuk membangun rasa kebersamaan yang tidak didasari kepentingan pribadi atau mencari keuntungan sepihak.
Kelurahan Abadijaya merupakan nama salah satu kelurahan yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Kelurahan ini termasuk ke dalam wilayah padat penduduk. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Depok, per 2023 Semester 1 jumlah penduduk di Kelurahan Abadijaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok dalam statistik menunjukkan 6.013 jiwa. Jumlah RW sebanyak 29, Jumlah RT sebanyak 193, dan Posyandu sebanyak 36 Posyandu.
Gambar 2.
## Peta Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok
Dalam menjalankan Pemerintah Kelurahan, lurah mempunyai andil besar dalam mewujudkan good governance (pemerintahan yang baik), oleh karena itu sebagai pemimpin lurah harus mengerti sejauh mana kewenangannya sebagai pemimpin dalam menjalankan Pemerintah Kelurahan. Seorang pemimpin diharapkan mampu untuk melimpahkan atau mendelegasikan tugas kepada bawahannya, dengan demikian seorang pemimpin atau lurah tidak bekerja sendirian dalam menjalankan Pemerintahan di Kelurahan. Kewenangan lurah juga mempunyai batasan sebagai pemimpin, agar tidak terjadi kekuasaan yang dapat menghambat demokrasi di Kelurahan, dan dapat menjalankan Kepemerintahan yang baik dengan baik ( good governance ). Wewenang lurah berdasarkan peraturan undang-undang yaitu, memimpin penyelenggaraan pemerintahan, menyusun dan mengajukan rancangan peraturan Kelurahan mengenai anggaran pendapatan dan belanja kelurahan untuk dibahas, membina kehidupan masyarakat kelurahan, membina perekonomian kelurahan, mengoordinasikan pembangunandi kelurahan secara partisipatif, mewakili kelurahannya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang undangan, melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
## 3. METODE PENELITIAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan Kantor Lurah Abadijaya. Kegiatan pelatihan ini dilakukan sesuai penjadwalan dengan mengagendakan pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan. Peserta pelatihan adalah warga masyarakat yang tergabung dalam ibu-ibu anggota PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, dan Tim Penggerak Kelurahan, yang berjumlah 40 orang dengan usia berkisar antara 30 hingga 50 tahun. Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa, serta tim abdimas sebagai narasumber.
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan mengadopsi penelitian tindakan partisipatif ( Participatory Action Research ) dalam bentuk pelatihan. Penelitian parsipatoris merupakan metode dimana peneliti memberikan dukungan kepada masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat (Dosen Sosiologi, 2023)
Sebagaimana metode penelitian Tindakan partipatif yang dilakukan menggunakan Langkah-langkah sebagai berikut:
1) Presentasi, yaitu memberikan ceramah dan penyuluhan tentang pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan di Kelurahan Abadijaya, Sukmajaya Depok.
2) Peragaan dan pelatihan, yaitu memperagakan, mempraktikkan dan memberikan pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, pelatihan teknologi tepat guna, optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan kepada warga masyarakat yang tergabung dalam ibu-ibu anggota PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, dan Tim Penggerak Kelurahan Abadijaya, Sukmajaya Depok.
Pelatihan dan pendampingan dilaksanakan selama 6 x pertemuan, dengan waktu 2 jam di setiap sesinya.
Kegiatan dimulai pukul 15.30 hingga selesai (kurang lebih 2 jam). Materi pelatihan dikelompokkan menjadi 3 kegiatan, yaitu : 1). pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan, 2). pelatihan teknologi tepat guna, dan 3). optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan.
Proses pelaksanaannya, tim menyampaikan materi tentang program sosial kemasyarakatan, kemudian tim mendemonstrasikan melalui pelatihan menggunakan metode ceramah dan komunikasi efektif. Dalam demonstrasi ini tim membawa contoh program kegiatan yang dapat dikembangkan di kelurahan abadijaya. Selanjutnya tim berkomunikasi efektif, untuk kemudian tim bersama dengan para peserta melakukan pelatihan kegiatan program sosial kemasyarakatan. Tahap ini sekaligus menjadi uji kemampuan/evaluasi dari peserta pelatihan .
## 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat tentang pelatihan program sosial kemasyarakatan ini dilaksanakan dengan acara tatap muka atau secara offline, dan kegiatan ini telah berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan pelatihan ini menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, dilanjutkan tutorial membuat aneka kue, dimulai dari pengenalan bahan-bahannya, juga peralatan yang digunakan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 kali pertemuan. Peserta kegiatan adalah ibu-ibu anggota PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, dan Tim Penggerak Kelurahan, yang berjumlah 40 orang dengan usia berkisar antara 30 hingga 50 tahun. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di balai Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota depok. Adapun pelatihan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan
## Gambar 3.
## Pelatihan Kepemimpinan dan Kepeloporan
Pelatihan kepemimpinan atau leadership training adalah program pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan, mengasah keterampilan komunikasi, dan membantu individu menjadi pemimpin yang lebih efektif dan berpengaruh. Dalam pelatihan kepemimpinan, peserta akan belajar tentang berbagai aspek penting dalam kepemimpinan, seperti pengembangan visi dan misi, keterampilan komunikasi yang efektif, manajemen waktu, pengambilan keputusan, manajemen konflik, dan kepemimpinan berkelanjutan.
## b) Pelatihan teknologi tepat guna
## Gambar 4. Pelatihan Teknologi Tepat Guna
Program Penerapan Teknologi tepat guna kepada masyarakat (PPTTG) merupakan skema pengabdian kepada masyarakat yang dikelola dan dikembangkan oleh perguruan tinggi dengan mempertimbangkan masih adanya sektor pembangunan yang kurang berkembang dan belum mampu bersaing kerena lemahnya penerapan, penguasaan dan pemanfaatan produk teknologi. Diperlukan upaya lebih komprehensif untuk mengakselerasi proses hilirisasi produk teknologi hasil penelitian Perguruan Tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
c) Optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan.
Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran (JPPP) Vol. 5 No. 1, April 2024, pp. 68-77 ISSN: 2721-7795. DOI: 10.30596/jppp.v5i1.18449
## Gambar 5.
## Optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan
Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan utama posyandu adalah mencegah peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan, atau setelahnya melalui pemberdayaan masyarakat. Dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan anak dari sejak lahir hingga usia 6 tahun. Pembinaan ini dilakukan sebagai bantuan perkembangan rohani dan jasmani agar anak siap memasuki pendidikan lebih lanjut.
## PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyrakat ini mendapatkan banyak temuan yang bermanfaat dalam pengembangan keilmuan dan kemasyarakatan. Berdasarkan jenis kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut :
## Pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan
Kegiatan pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan dalam meningkatkan pengetahuan keorganisasian serta kepemimpinan bagi peserta pelatihan telah dilaksanakan pada tanggal 29 dan 30 Oktober 2023 bertempat di balai kelurahan Abadijaya kecamatan Sukmajaya kota Depok. Kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dihadiri oleh 60 orang dari beberapa kalangan di kelurahan abadijaya, Peserta pelatihan terlihat antusias terhadap kegiatan ini khususnya materi-materi yang disampaikan. Peserta pelatihan juga mengikuti acara ini selama dua hari dari awal sampai dengan selesai.
Pada hari pertama disampaikan mengenai materi manajemen organisasi. Materi yang disampaikan dari penjelasan fungsi dari manajemen, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan dalam sebuah organisasi yang benar. Semua peserta sangat antusias dengan materi tersebut, terbukti dengan banyaknya peserta yang bertanya pada saat sesi tanya jawab berlangsung. Semua pertanyaan dibahas sampai selesai dan dapat dimengerti oleh peserta.
Pada hari selanjutnya atau hari kedua, materi yang disampaikan mengenai materi kepemimpinan. Materi ini membahas tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang mampu membawa sebuah organisasi mencapai tujuan dengan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Pada sesi Tanya jawab materi tersebut banyak peserta yang menceritakan pengalamannya di organisasinya dalam melakukan pengendalian internal dan pengambilan keputusan. Banyak yang semakin paham bahwa pengendalian internal dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat dalam organisasi sangatlah penting guna kelangsungan organisasi. Berikut dokumentasi kegiatan :
## Gambar 6. Pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan
## Pelatihan teknologi tepat guna
Kegiatan pelatihan teknologi tepat guna dalam meningkatkan pengetahuan pemanfaatan teknologi bagi peserta pelatihan telah dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 November 2023 bertempat di balai kelurahan Abadijaya kecamatan Sukmajaya kota Depok. Kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 orang dari beberapa kalangan di kelurahan abadijaya, Peserta pelatihan terlihat antusias terhadap kegiatan ini khususnya materi-materi yang disampaikan. Peserta pelatihan juga mengikuti acara ini selama dua hari dari awal sampai dengan selesai.
Pada hari pertama disampaikan mengenai materi pengenalan teknologi dan sumberdaya lingkungan. Materi yang disampaikan dari penjelasan fungsi dari teknologi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan dalam pemanfaatan teknologi dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan benar. Semua peserta sangat antusias dengan materi tersebut, terbukti dengan banyaknya peserta yang bertanya pada saat sesi tanya jawab berlangsung. Semua pertanyaan dibahas sampai selesai dan dapat dimengerti oleh peserta.
Pada hari selanjutnya atau hari kedua, materi yang disampaikan mengenai materi pemanfaatan hasil teknologi tepat guna. Materi ini membahas tentang bagaimana memanfaatkan hasil teknologi yang pada akhirnya memberikan manfaat ekonomis bagi kesejahteraan masyarakat. Pada sesi Tanya jawab materi tersebut banyak peserta yang menceritakan pengalamannya. Tambahan sharing pengalaman ini yang menjadikan kegiatan berkesan.
## Gambar 7. Pelatihan Teknologi Tepat Guna
## Optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan
Dalam upaya meningkatkan kapasitas kader Posyandu di Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Abadijaya melaksanakan pelatihan bagi kader Posyandu pada Rabu 15 November 2023 dan Kamis 16 November 2023. Sesuai dengan tujuan dibentuknya Posyandu yang merupakan garda utama layanan dasar kesehatan adalah untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, maka sasaran Posyandu bukan saja pada balita saja, tetapi juga ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Tujuan dilaksanakannya pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam hal Pencatatan dan Pelaporan (SIP), Pelaksanaan 5 Paket Layanan Pencegahan Stunting di Kelurahan, Peran PAUD dalam Konvergensi Stunting, dalam Penanganan Konvergensi Stunting di Kelurahan. Pengembangan program pendidikan anak usia dini (PAUD) terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan orang tua, keluarga, dan masyarakat yang memerlukan perluasan akses dan peningkatan mutu layanan PAUD yang berkualitas.
## Gambar 8. Optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Kegiatan pelatihan optimalisasi POSYANDU dan PAUD dalam meningkatkan penyelengaraan pendidikan yang holistic bagi peserta pelatihan telah dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 November 2023 bertempat di balai kelurahan Abadijaya kecamatan Sawangan kota Depok. Kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 orang dari beberapa kalangan di kelurahan abadijaya, Peserta pelatihan terlihat antusias terhadap kegiatan ini khususnya materi-materi yang disampaikan. Peserta pelatihan juga mengikuti acara ini selama dua hari dari awal sampai dengan selesai.
Pada hari pertama disampaikan mengenai materi Pencatatan dan Pelaporan (SIP), Pelaksanaan 5 Paket Layanan Pencegahan Stunting di Kelurahan, Peran PAUD dalam Konvergensi Stunting, dalam Penanganan Konvergensi Stunting di Kelurahan. Semua peserta sangat antusias dengan materi tersebut, terbukti dengan banyaknya peserta yang bertanya pada saat sesi tanya jawab berlangsung. Semua pertanyaan dibahas sampai selesai dan dapat dimengerti oleh peserta.
Pada hari selanjutnya atau hari kedua, materi yang disampaikan mengenai materi Peran PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan yang holistik. Materi ini membahas tentang bagaimana PAUD memberikan
gambaran pendidikan yang menyenangkan terprogram dan terlaksana dengan tinjauan yang jelas akhirnya memberikan kesejahteraan masyarakat. Pada sesi Tanya jawab materi tersebut banyak peserta yang menceritakan pengalamannya. Tambahan sharing pengalaman ini yang menjadikan kegiatan berkesan .
## 5. KESIMPULAN
Ada peningkatan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan anggota organisasi terkait bagaimana mengelola manajemen organisasi dan kepemimpinan yang baik dan benar dalam mengambil keputusan dan alternative solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi. Hal ini ditujukan dengan meningkatnya antusias dan partisipasi anggota dalam bertanya selama diskusi berlangsung. Banyak anggota organisasi menyampaikan kendala yang mereka hadapi dalam mengelola organisasi. Sehingga setelah dilakukanya pelatihan ini anggota organisasi merasa perlu untuk menata kembali susunan organisasi mereka agar fungsi manajemen dapat diterapkan secara maksimal dan terstruktur.
Kegiatan pelatihan teknologi tepat guna dalam meningkatkan pengetahuan pemanfaatan teknologi bagi peserta pelatihan. Peserta pelatihan terlihat antusias terhadap kegiatan ini khususnya materi-materi yang disampaikan. Peserta pelatihan juga mengikuti acara ini selama dua hari dari awal sampai dengan selesai. Pada sesi Tanya jawab materi tersebut banyak peserta yang menceritakan pengalamannya. Tambahan sharing pengalaman ini yang menjadikan kegiatan berkesan.
Ada peningkatan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan kader penggerak tentang Pencatatan dan Pelaporan (SIP), Pelaksanaan 5 Paket Layanan Pencegahan Stunting di Kelurahan, Peran PAUD dalam Konvergensi Stunting, dalam Penanganan Konvergensi Stunting di Kelurahan. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan Peran PAUD dalam penyelenggaraan pendidikan yang holistik.
## ACKNOWLEDGEMENT
Ucapan terimakasih diberikan kepada Rektor Institut Agama Islam Depok (IAID) Al – Karimiyah selaku pelindung dalam kegiatan ini, Ketua LPPM Institut Agama Islam Depok (IAID) Al – Karimiyah beserta pengurus yang telah membantu menyelenggarakan kegiatan ini dan Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Depok (IAID) Al – Karimiyah serta semua peserta yang telah memberikan waktunya untuk kegiatan pelatihan ini. Semoga kegiatan pengabdian ini memberikan manfaat bagi kita semua.
## DAFTAR PUSTAKA
Dosen Sosiologi. (2023). Pengertian Penelitian Partisipatoris, Ciri, Syarat dan Contohnya. https://dosensosiologi.com/penelitian-partisipatoris/
Junaedi, F. Participatory Action Research, Metode Riset untuk Analisis Sosial Partisipatif. http://repository.umy.ac.id/bitstream/
Arimbi, Achmad Santosa, 2003, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan, Jakarta: Walhi. Grana, Judistira K. 2009. Metode penelitian kualitatif. Edisi ketiga. Bandung: Primaco Akademika Garna Foundation.
Suharto,. 2002. Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat. Bandung : PT. Refika Aditama. Sedarmayati, 2003. Good Govermance: Kepemerintahan Yang Baik Dalam Rangka Otonomi Daerah Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Bandung : Mandar Maju
Marno., & S. T. (2008). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: PT Refika Aditama. Rivai, V. (2013). Manajemen Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Organisasi. Rajawali Pers: Jakarta. Syafaruddin, A. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.
|
c13bb93a-a2c5-4d84-90ee-4550109d99f3 | https://jsal.ub.ac.id/index.php/jsal/article/download/226/280 | Wirosoedarmo, et al.
## Evaluasi Efisiensi Saluran Terhadap Debit Aliran Air pada Jaringan Irigasi Purwodadi Magetan, Jawa Timur
Irrigation Efficiency Evaluation to the Water Flow at the Purwodadi Irrigation Magetan, East Java
Ruslan Wirosoedarmo 1* , Bambang Rahadi 1 , Saktia Indra Laksmana 2 , 2 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl.Veteran, Malang 65145
1 Mahasiswa Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya, Jl.Veteran, Malang 65145 *Email korespondensi: [email protected]
## ABSTRAK
Jaringan Irigasi Purwodadi merupakan jaringan irigasi teknis dimana bangunan pengambilan dan bagi atau sadap dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur. Namun masih terjadi inefisiensi penyaluran sehingga air tidak sampai pada petak tersier. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kinerja Jaringan Irigasi Purwodadi, menentukan efisiensi saluran primer dan sekunder, serta menentukan kehilangan air pada saluran. Kecepatan aliran pada saluran primer sudah memenuhi standar yang dibuat oleh Direktorat Pekerjaan Umum Pengairan, namun pada saluran sekunder kecepatan aliran masih dibawah standar sehingga terdapat banyak sedimen pada saluran sekunder. Rata-rata debit pada saluran primer sebesar 0,49 m 3 /dt dengan kecepatan rata-rata 0,49 m/dt masih memenuhi standar, sedangkan untuk saluran sekunder ruas SK1-SK2 debit aliran 0,46 m 3 /dt dengan kecepatan aliran 0,19 m/dt, tidak sesuai standar, kecepatan aliran masih terlalu rendah dibandingkan dengan debit yang cukup besar. Kehilangan air terbesar pada saluran primer terdapat pada ruas PP1-PP2 sebesar 0,02 m 3 /dt /100m dan saluran sekunder pada ruas SKS1-SKS2 sebesar 0,037 m 3 /dt/100m. Standar efisiensi saluran primer dan sekunder sebesar 90%, untuk saluran primer Purwodadi masih diatas standar yang ditentukan oleh Dinas Pengairan yaitu sebesar 97,58%, sedangakan untuk saluran sekunder masih dibawah standar yaitu 87,68%. Kehilangan air sangat mempengaruhi besarnya efisiensi saluran, banyak sekali faktor yang menyebabkan tingginya kehilangan air. Perlu dilakukan perbaikan saluran pada titik vital untuk meningkatkan efisiensi saluran irigasi pada jaringan irigasi Purwodadi.
Kata kunci : Efisiensi, jaringan irigasi purwodadi, kehilangan air
## Abstract
Purwodadi Irrigation is a network of technical irrigation and for making building where or tapping equipped with water distribution and control devices measuring instruments. There is still inefficiency distribution so that the water does not come to the tertiary. This research aim to understand the performance of Irrigation Purwodadi, determines the efficiency of primary and secondary canal, and determine the loss of water in the canal. Velocity in primary canal already has the standards set by the Directorate of Public Works Irrigation, but on the secondary canal velocity is below standard so there are lots of sediments. The average flow of primary canals 0,49 m3 / sec with an average velocity of 0.49 m / sec still meet the standards, while for secondary canal segment SK1-SK2 flow rate of 0.46 m3 / s at a velocity 0, 19 m / s, not according to the standard, velocity is still too low compared with big flow. The largest water loss in primary canals contained in segment PP1-PP2 amounted to 0.02 m3 / sec / 100m and secondary canal on segment SKS1-SKS2 amounted to 0,037 m3 / sec / 100m. The value of the primary and secondary canal efficiency standards by 90%, for the primary canal Purwodadi still above the standard set by the Directorate of Public Works Irrigation, in the amount of 97.58%, while the secondary to canal is below standard that is 87.68%. Water loss is influences to
Wirosoedarmo, et al.
efficiency of canal, many factors that cause high water loss. Necessary to do repairs canal at a vital point to improve the efficiency of irrigation canals in the Purwodadi Irrigation.
Keywords: Efficiency, purwodadi irrigation, water loss
## PENDAHULUAN
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, karena untuk mendapatkan air yang bersih sesuai dengan standar tertentu menjadi barang yang mahal. Perlu adanya efisiensi pengunaan air sebagai upaya untuk penghematan air khususnya air irigasi. Menurut Puposutardjo (2001), irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian sedangkan jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.
Jaringan irigasi Purwodadi merupakan jaringan irigasi teknis dimana bangunan pengambilan dan bagi atau sadap dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur, sehingga air irigasi yang dapat dialirkan ke petak tersier dapat diatur dan diukur (Setiawan, 2007), namun masih terjadi kekurangan dalam pendistribusian air. Air yang didistribusikan tidak sampai ke saluran
tersier, menyebabkan
kekurangan air pada lahan–lahan petani terutama
pada musim kemarau. Diindikasikan bahwa terjadi inefisiensi penyaluran air terutama pada saluran primer dan sekunder. Kehilangan air menentukan besarnya efisiensi pengaliran. Sehingga efisiensi irigasi dapat diartikan sebagai perbandingan antara debit air irigasi inflow dan outflow dinyatakan dalam prosen. Perbedaan debit tersebut disebabkan adanya kehilangan–kehilangan air dalam saluran (Nurdianto, 2010).
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya studi yang mengkaji tentang efisiensi pada saluran irigasi, yang bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi, mengukur nilai kehilangan air, dan mengetahui penyebab kehilangan air serta cara mengatasi permasalahan tersebut.
## BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Magetan tepatnya di Unit Pelaksanaan Teknik Dinas (UPTD) Purwodadi yang terletak pada LS dan
BT. Penelitian dibatasi hanya pada saluran primer Purwodadi dan sekunder Karang. Saluran primer Purwodadi merupakan saluran induk dari jaringan irigasi Purwodadi dengan panjang saluran 1290 m. Sekunder Karang diambil langsung dari saluran induk melalui bangunan sadap Karang ( BK.1 ). Sekunder Karang dibagi / disadap ( BK.2 ) menjadi 2 bagian yaitu Karang Utara dan Karang Selatan, masing–masing memiliki panjang 1890 m dan 2160 m dan memiliki luas baku sawah 999 Ha. Penelitian mulai dilakukan pada Januari 2015 sampai dengan Februari 2015.
## Bahan
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data dimensi saluran dan kecepatan aliran yang diukur langsung, kemudian digunakan untuk menghitung debit aliran pada saluran. Data sekunder seperti peta daerah irigasi, data konstruksi saluran, dan data iklim tahun 2004-2013.
## Alat
Current Meter ( Global Water 800-876-1172 ) yang digunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada saluran irigasi. Roll Meter yang digunakan untuk mengukur dimensi saluran irigasi. Aplikasi GPS ( Global Positioning
Sytem)
digunakan untuk menentukan koordinat titik pengambilan data dan peralatan tulis, hitung dan alat penunjang lainnya.
## Pengumpulan Data
Titik pengambilan data ditentukan dengan mempertimbangkan adanya bangunan– bangunan yang ada pada sepanjang saluran. Penelitian ini terdapat 18 titik pengambilan dan tiga kali ulangan pada masing–masing titik.
Wirosoedarmo, et al.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Data dimensi saluran didapatkan dengan cara pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat bantu Roll Meter . Saluran berbentuk trapesium terbuka, dimensi yang harus diukur adalah panjang saluran, panjang tanggul, lebar dasar saluran, lebar saluran, tinggi saluran (tegak lurus dasar saluran), dan menghitung luas basah saluran.
Pengukuran kecepatan
aliran dilakukan secara langsung pada titik–titik yang telah ditentukan menggunakan Current Meter , dengan langkah–langkah seperti berikut :
a. Diukur ketinggian pada titik kedalaman 0,2 d dan 0,8 d dengan pengukuran 3 segmen (pinggir–tengah–pinggir).
b. Current Meter diletakkan pada tiap–tiap titik (kedalaman 0,2 dan 0,8).
c. Dicatat hasil kecepatan aliran pada tiap– tiap titik. Diulang sampai tiga kali ulangan.
## Pengolahan Data Kecepatan Aliran
Data kecepatan aliran yang sudah didapat tiap–tiap titik pada segmen dan kedalaman yang berbeda, dihitung rata–rata kecepatan aliran pada kedalaman yang sama (0,2 d dan 0,8 d). Setelah didapat data rata–rata kecepatan pada tiap kedalaman, maka kecepatan aliran pada saluran dapat dihitung dengan persamaan (Direktorat Pekerjaan Umum, 1989), pada Persamaan 1.
V = ( ) (1)
## Debit
Pengukuran debit dilakukan secara tidak langsung, dengan mengukur kecepatan air di saluran dan menentukan luas penampang basah. Debit dihitung berdasarkan pengukuran data di lapangan. Berikut adalah persamaan dalam menghitung debit aliran (Soewarno, 1991), pada Persamaan 2.
Q = V x A (2) Q: Debit aliran ( ; V: Kecepatan aliran (m/dt); A: Luas penampang ( )
## Efisiensi Saluran
Kehilangan air di saluran dapat diukur dengan beberapa metode. Salah satu metode adalah inflow-outflow atau teknik keseimbangan air pada suatu ruas saluran.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur debit inflow pada hulu saluran dan debit outflow pada hilr saluran. Kehilangan air dinyatakan dengan (Sumadiyono, 2004), pada Persamaan 3.
(3)
## Kehilangan Air
Menurut Wigati (2005) kehilangan air (m 3 /dt) diperhitungkan sebagai selisih antara debit inflow dan debit outflow untuk setiap ruas pengukuran (antar dua bangunan bagi).
## Kehilangan Air Akibat Rembesan
Kehilangan air karena rembesan juga dapat dihitung dengan persamaan Garg. Perhitungan dapat ditulis dalam persamaan berikut (Garg,1981), pada Persamaan 4. Qs = k x p (4)
Qs: Kehilangan air karena rembesan ( /dt/m); k: Koefisien dari ketentuan Garg yang ditentukan oleh bahan pembetuk saluran; p: Lebar penampang basah saluran (m).
## Kehilangan Air Akibat Evaporasi
Setelah kehilangan air akibat rembesan diketahui, kemudian
menghitung
kehilangan air akibat evaporasi dengan persamaan (Gurcharan,1980): Qe = k x Eto x D (5) Qe: Debit yang hilang akibat evaporasi ( )/dt/m); Eto: Evaporasi air bebas / menggunakan persamaan Penman
(mm/hari); D: Lebar permukaan (m); k:
Faktor konversi satuan (1,157 x ).
## Analisa Data
Ragam ( variance ) adalah jumlah kuadrat dari selisih nilai observasi dengan rata–rata hitung dibagi banyaknya observasi tetapi satuan yang diperoleh dari perhitungannya tidak sama dengan satuan data aslinya. Sedangkan standar deviasi adalah akar dari ragam tersebut yang mempunyai satuan pengukuran yang sama dengan data aslinya sehingga interpretasi lebih mudah (Sugiarto, 2000). Perhitungan standar deviasi dapat digunakan Persamaan 6.
Wirosoedarmo, et al.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
√ ∑( ̅ √ ∑ (∑ ) (6)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Kondisi Iklim
Data iklim jaringan irigasi Purwodadi didapatkan dari Stasiun Klimatologi Lanud Iswahjudi Madiun. Data yang diambil adalah data suhu, kecepatan angin, kelembaban udara, dan lama penyinaran yang kemudian diolah untuk menghitung rerata setiap bulan per tahun. Data klimatologi yang diambil adalah data tahun 2004 – 2013, rekapitulasi data dapat dilihat pada Tabel 1.
Data iklim tersebut kemudian dihitung nilai evaporasi pada jaringan irigasi Purwodadi
dengan
menggunakan persamaan PenMan, nilai evaporasi tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai kehilangan air yang disebabkan oleh evaporasi pada saluran. Evaporasi adalah banyaknya air yang hilang oleh adanya proses penguapan dari permukaan tanah atau air. Pengukuran evaporasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode Penman dengan rumus (Wiyono, 2000) dengan Persamaan 7.
Eto = c { W. Rn+(W–1) . f(u) . (ea–ed) } (7)
Tabel 1. Rekapitulasi Data Iklim
Sumber: Perhitungan
Berdasarkan
hasil perhitungan, evaporasi tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 7,62 mm/hari, dan evaporasi terendah pada bulan Juli sebesar 4,10 mm/hari. Penelitian dilakukan pada bulan Februari yang memilki nilai evaporasi sebesar 4,7 mm/hari.
Kecepatan Aliran Sebelum dilakukan pengukuran keceptan aliran, diukur penampang basah untuk menghitung luas penampang basah. Jaringan irigasi Purwodadi memiliki bentuk
saluran trapezium terbuka, maka luas penampang basah saluran dapat dihitung menggunakan persamaan luas trapezium dengan Persamaan 8.
(
Menurut Effendy (2012), kecepatan minimum yang diijinkan, atau kecepatan tanpa pengendapan ( non settling velocity ) adalah kecepatan aliran yang tidak menimbulkan pengendapan kemudian memicu pertumbuhan tanaman air yang menyebabkan berkurangnya
kapasitas saluran.
Kecepatan
maksimum yang diijinkan atau kecepatan tahan erosi ( non erodible velocity ) adalah kecepatan rata-rata terbesar yang tidak menimbulkan erosi pada tubuh saluran. Direktorat Jenderal
Pengairan Kementrian Perkerjaan Umum (1986), telah mengeluarkan
standar mengenai kecepatan minimum dan maksimum suatu saluran irigasi. Saluran tanah, pasangan batu, dan beton memiliki kecepatan minimum yang sama yaitu 0,25 m/dt, sedangkan untuk kecepatan maksimum saluran tanah 0,8 m/dt, saluran pasangan batu 2 m/dt, dan saluran beton 3 m/dt.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kecepatan Aliran
Saluran Primer Titik Kecapatan Aliran (m/dt) Deviasi PP1 0.46 0.03 PP2 0.43 0.06 PP3 0.53 0.04 PP4 0.62 0.13 PP5 0.44 0.05 PP6 0.39 0.10 PP7 0.50 0.01 PP8 0.53 0.04 Rerata 0.49 0.06
Sumber: Perhitungan
Berdasarkan perhitungan Tabel 2 saluran primer Purwodadi memiliki bahan saluran yaitu pasangan batu, beracu pada standar tersebut kecepatan aliran saluran primer Purwodadi masih dalam kategori baik karena masih berada pada standar yang dibuat oleh Direktorat Jendral Pengairan Kementrian Perkerjaan Umum.
Wirosoedarmo, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kecepatan Aliran Saluran Sekunder
Titik Kecapatan Aliran (m/dt) Deviasi SK1 0.23 0.06 SK2 0.14 0.03 SKS1 0.18 0.01 SKS2 0.10 0.07 SKS3 0.18 0.01 SKS4 0.17 0.00 SKU1 0.22 0.05 SKU2 0.19 0.02 SKU3 0.16 0.01 SKU4 0.16 0.01 Rerata 0.17 0.03 Sumber: Perhitungan
Hasil perhitungan kecepatan aliran Tabel 3 menunjukkan bahwa saluran sekunder Karang memiliki kecepatan aliran yang rendah, jika dibandingkan dengan standar. Kecepatan aliran yang rendah pada saluran sekunder menimbulkan sedimen yang kemudian akan menurunkan kapasitas saluran.
Sedimen pada
saluran memungkinkan tanaman untuk tumbuh pada saluran irigasi. Tumbuhan air ini banyak terdapat pada saluran sekunder Karang utara tepatnya sepanjang kurang lebih 200 m sebelum bangunan sadap akhir BKU 3.
Gambar 1. Tumbuhan Air
## Debit Aliran
Tabel 4 debit tertinggi pada saluran primer Purwodadi yang merupakan saluran intake yaitu pada ruas PP1 sebesar 0,54 m 3 /dt dan debit terendah sebesar 0,47 m 3 /dt pada titik PP8. Debit pada setiap ruas terus menurun, menandakan ada kehilangan air pada setiap titik pengukuran.
Tabel 4 Perhitungan Debit pada Saluran Primer Titik Debit Aliran Air (m 3 /dt) PP1 0.54 PP2 0.52 PP3 0.51 PP4 0.49 PP5 0.48 PP6 0.47 PP7 0.47 PP8 0.47 Rerata 0.49 Sumber: Perhitungan Direktorat Jendral Pengairan Kementrian Pekerjaan Umum juga menentukan kecepatan aliran standar pada debit tertentu. Berdasarkan standar tersebut, untuk debit rata-rata pada saluran primer sebesar 0,49 m 3 /dt kecepatan aliran yang disarankan sebesar 0,4 m/dt – 0,5 m/dt, jika dibandingkan dengan hasil perhitungan rata-rata kecepatan aliran saluran primer pada Tabel 4 sebesar 0,49 m/dt, saluran primer masih memenuhi standar, hal ini menandakan bahwa saluran primer masih dalam keadaan normal/baik.
Tabel 5 menunjukkan debit tertinggi pada titik SK1 sebesar 0,47 m 3 /dt yang merupakan saluran sekunder yang langsung mendapatkan air dari saluran primer, namun jika dibandingkan dengan standar hubungan antara debit dengan kecepatan aliran debit pada ruas SK1-SK2 tidak sesuai dengan standar karena kecepatan aliran masih terlalu rendah.
Tabel 5. Perhitungan Debit pada Saluran
Sekunder Titik Debit Aliran Air (m 3 /dt) SK1 0.47 SK2 0.44 SKS1 0.17 SKS2 0.13 SKS3 0.08 SKS4 0.06 SKU1 0.12 SKU2 0.11 SKU3 0.08 SKU4 0.08 Rerata 0.17 Sumber: Perhitungan
Debit terkecil terdapat pada titik SKS4 sebesar 0,06 m 3 /dt. Kecilnya debit pada titik SKS4 ini disebabkan titik ini merupakan batas dari jaringan irigasi Purwodadi, jarak
Wirosoedarmo, et al.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
dari intake ke titik SKS4 sangat jauh sehingga sudah banyak terjadi kehilangan air pada saluran. Penyebab lain dari rendahnya debit pada ruas SKS3-SKS4 adalah sebelum titik pengukuran SKS3-SKS4 saluran melewati pemukiman warga, banyak kegiatan-kegiatan warga yang mengganggu efisiensi saluran irigasi, salah satunya pembungan kotoran ternak pada saluran. Saluran sekunder Karang Selatan dimanfaatkan oleh warga sekitar desa Manjung untuk membuang limbah kotoran ternak.
Gambar 2. Saluran Pembuangan Kotoran Ternak
## Kehilangan Air
Kehilangan air pada saluran merupakan selisih antara debit yang masuk ( inflow ) dengan debit yang keluar ( outflow ).
Tabel 6. Perhitungan Kehilangan Air pada Saluran Primer
Titik
Kelihangan Air (m 3 /dt/100m) Deviasi PP1-PP2 0.020 0.007 PP3-PP4 0.020 0.007 PP5-PP6 0.007 0.006 PP7-PP8 0.003 0.010 Rerata 0.013 0.008
Sumber: Perhitungan
Selisih kehilangan air tiap ruas saluran primer cukup tinggi, menyebabkan sebaran data kehilangan air saluran primer cukup besar. Simpangan baku terbesar terdapat pada ruas PP7-PP8, meskipun nilai kehilangan air pada ruas ini paling kecil namun selisih kehilangan air pada ruas PP7- PP8 dengan rata-rata kehilangan air pada saluran primer cukup tinggi. Tingginya selisih nilai kehilangan air ini disebabkan perbedaan kondisi saluran. Kondisi saluran pada ruas PP1-PP4 mengalami kerusakan lebih banyak dibandingkan ruas PP5-PP8 sehingga nilai kehilangan cukup tinggi yaitu 0,020 m 3 /dt/100m.
Kecepatan dan debit saluran primer Purwodadi sudah memenuhi standar, namun menurut pengamatan, saluran ini justru paling banyak mengalami kerusakan. Banyak sekali lubang pada dinding, terutama sepanjang kurang lebih 200 m setelah intake dari bendung Purwodadi pada ruas PP1-PP4. Lebih jelasnya kerusakan pada saluran primer Purwodadi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Lubang pada Saluran Primer
Masih pada saluran primer terdapat tempat pembuangan sampah tepat pada bibir saluran bahkan ada yang membuang langsung ke dalam saluran seperti pada Gambar 4, hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap efisiensi saluran. Sampah-sampah dapat mengganggu laju aliran air, bahkan jika dalam jumlah yang banyak dapat menyumbat saluran irigasi.
Gambar 4. Tempat Pembuangan Sampah
Selain sampah, terdapat saluran pembuangan limbah domestik yang dibuang ke saluran irigasi seperti Gambar 5. Kegiatan seperti ini banyak terjadi pada saluran primer tepatnya pada desa Mangge setelah bangunan jembatan BP 3 a sepanjang kurang lebih 200 m yang merupakan daerah pemukiman.
Gambar 5. Pembuangan Limbah Rumah Tangga
Wirosoedarmo, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Tabel 7. Perhitungan Kehilangan Air pada Saluran Sekunder Titik Kelihangan Air (m 3 /dt/100m) Deviasi SK1-SK2 0.030 0.011 SKS1-SKS2 0.037 0.018 SKS3-SKS4 0.013 0.016 SKU1-SKU2 0.010 0.009 SKU3-SKU4 0.007 0.012 Rerata 0.019 0.013 Sumber: Perhitungan Hasil perhitungan kehilangan air Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai kehilangan air tertinggi adalah 0.037 m 3 /dt per 100 m saluran, yang terjadi pada ruas SKS1-SKS2. Tingginya nilai kehilangan air pada ruas SKS1-SKS2 disebabkan adanya lubang-lubang pada dasar dinding saluran. Lubang-lubang ini menyebabkan air yang dialirkan tidak mengalir pada saluran melainkan merembes keluar saluran.
Saluran sekunder Karang Selatan ruas SKS3-SKS4 juga banyak sekali lubang- lubang kecil pada dinding saluran yang mengakibatkan rendahnya efisiensi saluran. Lubang seperti pada Gambar 6 banyak ditemui pada saluran sekunder Karang selatan tepatnya setelah bangunan terjunan BKS. 3 a sepanjang kurang lebih 300 m.
Lubang juga terdapat pada saluran sekunder Karang Utara, namun pada saluran ini lubang masih tergolong lebih sedikit daripada saluran sekunder Karang Selatan. Gambar 7 menunjukkan lubang pada saluran sekunder Karang Utara.
Gambar 6. Lubang pada Saluran Sekunder Karang Selatan
Gambar 7. Lubang pada Saluran Sekunder Karang Utara
## Efisiensi Saluran Irigasi
Efisiensi saluran irigasi merupakan kemampuan saluran untuk mengalirkan air yang dapat diketahui dengan
membandingkan debit inflow dan outflow pada saluran irigasi. Efisiensi saluran dinyatakan dalam prosen.
Tabel 8. Efisiensi Saluran Primer Titik Efisiensi (%) Deviasi PP1-PP2 96.32 1.26 PP3-PP4 96.10 1.48 PP5-PP6 98.61 1.03 PP7-PP8 99.29 1.71 Rerata 97.58 1.37 Sumber: Perhitungan
Dilihat dari Tabel 8 nilai efisiensi terkecil saluran primer terdapat pada ruas PP3-PP4 sebersar 96,10% karena nilai kehilangan air pada ruas ini tertinggi. Nilai efisiensi terbesar pada saluran primer yaitu 99,29% terdapat pada ruas PP8-PP9, pada ruas ini memang saluran tergolong masih bagus dan terawat dengan baik sehingga efisiensi sangat tinggi. Tabel 9. Efisiensi Saluran Sekunder
Sumber: Perhitungan
Berdasarkan Tabel 9 saluran sekunder Karang memiliki efisiensi terendah pada ruas SKS1-SKS2 sebesar 78%. Sesuai dengan perhitungan kehilangan air inflow-outflow , bahwa nilai kehilangan air pada ruas SKS1- SKS2 juga terbesar. Efisiensi terbesar pada saluran sekunder terdapat pada ruas SK1- SK2 sebesar 93,66%, disebabkan saluran ini kondisinya masih cukup terawat sehingga tidak banyak mengalami kehilangan air. Saluran sekunder Karang memiliki efisiensi yang lebih rendah dari pada saluran primer, disebabkan pada saluran ini sudah banyak permasalahan yang menyebabkan
menurunnya nilai efisiensi, contohnya adalah kerusakan (lubang) pada tanggul saluran, kecepatan aliran yang rendah, pencurian air, saluran sebagai pembuangan limbah rumah tangga, dan lain sebagainya.
Titik Efisiensi (%) Deviasi SK1-SK2 93.66 5.98 SKS1-SKS2 78.00 9.68 SKS3-SKS4 83.33 4.35 SKU1-SKU2 91.43 3.75 SKU3-SKU4 92.00 4.32 Rerata 87.68 5.61
Wirosoedarmo, et al.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menurut Direktorat Jendral Pengairan Kementrian Pekerjaan Umum (1986), efisiensi saluran irigasi dalam kondisi normal harus memenuhi standar minimum untuk saluran primer sebesar 90%, saluran sekunder 90%, dan saluran tersier 80%. Rerata efisiensi saluran primer Purwodadi sebesar 97,58%, sedangkan untuk saluran sekunder Karang 87,7% jika dibandingkan dengan standar maka saluran primer pada jaringan irigasi Purwodadi masih memenuhi standar namun untuk saluran sekunder Karang efisiensi masih berada dibawah standar. Kurangnya efisiensi ini disebabkan keadaan fisik saluran yang kurang baik dan masih banyaknya kehilangan air pada saluran terutama pada saluran sekunder Karang.
Salah satu yang mengganggu nilai efisiensi saluran adalah bangunan warga pada bibir saluran. Menurut pengelola saluran, seharusnya pada saluran irigasi tidak boleh ada bangunan lain minimal 1,5 m dari batas tanggul saluran, namun pada kenyataannya banyak warga yang membangun rumah justru tepat berada pada bibir tanggul seperti pada Gambar 8. Jarak ini dimaksudkan sebagai batas agar saluran tidak mendapatkan gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan saluran.
Gambar 8. Bangunan Tepat Diatas Tanggul
Selanjutnya adalah pencurian air, merupakan salah satu kegiatan yang sangat merugikan, terutama merugikan para petani yang berada pada hilir saluran. Pencurian ini biasanya dilakukan dengan cara memasang pipa pada saluran irigasi kemudian memompa air dari saluran untuk mengairi sawah pribadi milik petani (pencuri air). Pencurian air dilakukan karena kurangnya pasokan air untuk lahan milik petani, biasanya dilakukan pada saat musim kemarau.
Gambar 9. Pipa Pencurian Air
Selain permasalahan diatas yang perlu diperhatikan pada
jaringan
irigasi Purwodadi adalah alat ukur yang BTT (Baik Tapi Tenggelam) dimana pada alat ukur tersebut terdapat terjunan untuk mengukur debit air, namun karena banyaknya endapan terjunan tertutup oleh endapan, seperti pada Gambar 10.
Gambar 10. Alat Ukur BTT
Melihat hasil dari penelitian pada jaringan irigasi, berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
saluran yaitu melakukan pengkajian mengenai kondisi fisik dan alat ukur pada jaringan irigasi Purwodadi utamanya pada daerah-daerah yang dianggap vital.
Melakukan sosialisasi dari pihak terkait khususnya dari UPTD Purwodadi bekerja sama dengan perangkat desa setempat mengenai pentingnya menjaga dan memelihara saluran irigasi demi
kepentingan bersama. Sosialisasi penting dilakukan pada daerah-daerah pemukiman yang dilewati saluran saluran irigasi.
Perlu adanya penelusuran saluran untuk mengetahui daerah pencurian air, kemudian melakukan penertiban. Peraturan yang jelas dan tegas juga sangat diperlukan sebagai upaya preventif dalam kasus pencurian air.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik pada jaringan irigasi Purwodadi khususnya saluran primer Purwodadi dan sekunder Karang masih baik. Namun ada beberapa titik terutama pada saluran primer Purwodadi yang mengalami kerusakan (lubang pada tanggul saluran).
Wirosoedarmo, et al.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Nilai efisiensi saluran pada saluran primer Purwodadi sebesar 97,72% masih tergolong dalam kondisi yang baik, sedangkan untuk saluran sekunder Karang sebesar 87,7%. Nilai efisiensi saluran sekunder Karang masih berada dibawah standar yang ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan sehingga perlu pengkajian ulang untuk meningkatkan efisiensi saluran.
Kehilangan air terbesar terdapat pada ruas SKS1-SKS2 yaitu sebesar 0,036 m 3 /dt/100m dan kehilangan air terkecil terdapat pada saluran primer ruas PP7-PP8 sebesar 0,003 m 3 /dt/100m. Kehilangan air ini sangat dipengaruhi oleh kondisi saluran, jika saluran dalam kondisi baik maka kehilangan air dapat diminimalisir.
## DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang
Persada: Bandung. Direktorat Pekerjaan Umum. 1989. Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka. Yayasan LPMB. Bandung Effendy. 2012. Desain Saluran Irigasi . Jurnal Teknik Sipil. 7(2). Garg, Satnosh kumar. 1981. Irrigation Engineering and Hydraulic Structures. Khana Publisher. Nai Sarak. Delhi. Nurdiyanto, Riefki. 2010. Kajian Upaya Peningkatan Efisiensi Irigasi pada Jaringan Irigasi Kali Lanang Kecamatan Bumiaji Kota Batu . Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Setiawan, dan Sidabutar, Jahiel. 2007. Kriteria Pencanaan ii . Universitas
Diponegoro. Semarang Singh,
Gucharan.
1980.
Irrigation
Engineering . Standart Book House. Nai Sarak. Delhi. Soewarno (1991). Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. PT
Nova, Bandung.
Suprodjo
Pusposutardjo.
2001.
Pengembangan irigasi usaha tani berkelanjutan dan gerakan hemat air . Direktorat jendral pendidikan tinggi. Jakarta Sugiarto. 2000. Metode Statiska Untuk Bisnis dan Ekonomi . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sumadiyono, Agus .2004. Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah . Jurusan Magister
Pengelolaan Sumber Daya Air,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Wigati, Sri. 2005. Analisis Hubungan Debit dan Kehilangan Air pada Saluran Irigasi Tersier di Daerah Irigasi Punggur Utara Ranting Dinas Pengairan Punggur
Lampung Tengah. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung: Cet. Ke 8, h. 137. Suyono, Sosrodarsono, Kensaku Takeda. 1999. Hidrologi untuk Pengairan . PT Pradnya Paramita. Jakarta
|
93a3c348-b2a5-486d-bc8a-ed10a95499eb | https://journal.uniga.ac.id/index.php/JFB/article/download/1222/981 | THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDES AND BEHAVIOUR OF UNIVERSITAS GARUT STUDENTS OF ANTIBIOTIC USES
Siva Hamdani*, Doni Anshar Nuari, Tia Rahayu Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Garut Jl. Jati No. 42B, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat, 44151, Indonesia
*Corresponding author: Siva Hamdani ( [email protected] )
## ARTICLE HISTORY
Received: 15 June 2021 Revised: 27 July 2021 Accepted: 30 July 2021
## Abstract
Knowledge is a very important domain to create good attitudes and behaviour. If antibiotics knowledge lack, the attitudes, and behaviour in using antibiotics will be lack, while antibiotics are a group of drugs whose use must be based on a doctor's prescription. The purpose of this study was to see the relationship between knowledge, attitude, and behaviour of Universitas Garut students of antibiotics uses. This research was conducted using an observational cross- sectional method. 380 students (α=0,5%) were involved in this research, using the proportional quota sampling technique. The data were collected using a valid and reliable questionnaire. The Spearman Rank Test was used in the analysis of the relationship between knowledge, attitudes, and behaviour of antibiotics uses.The results showed that the majority of Garut University students' knowledge of antibiotics in category-less (57.4%), attitudes towards the use of antibiotics category-less (61.8%), and behavior towards the use of antibiotics category-less (56.4%).There was a significant relationship between knowledge, attitudes, and behaviour of antibiotics uses (p< 0,05), although in a weak relationship (correlation coefisien <0,5).
Key words: antibiotic, attitude, behavior, knowledge
## HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GARUT PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
## Abstrak
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terciptanya sikap dan perilaku yang baik. Apabila pengetahuan mengenai antibiotik kurang, maka sikap dan perilaku dalam penggunaan antibiotik akan kurang, sementara antibiotik merupakan salah satu golongan obat yang pemakaiannya harus berdasarkan resep dokter agar tidak menimbulkan hal yang berbahaya bagi tubuh. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa Universitas Garut pada penggunaan antibiotik. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional dengan teknik potong lintang. Sampel pada penelitian ini sebanyak 380 mahasiswa (α=5%), teknik pengambilan sampel dengan proportional quota sampling .
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang sudah diuji validitas dan realibilitas. Analisis korelasi dilakukan uji korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Garut terhadap antibiotik pada kategori kurang (57,4%), sikap terhadap penggunaan antibiotik pada kategori kurang (61,8%) dan perilaku terhadap penggunaan antibiotik pada kategori kurang (56,4%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik dengan nilai p<0,05 walaupun korelasi bersifat lemah (koefisien korelasi <0,5)
Kata kunci: antibiotik, sikap, perilaku, pengetahuan
## Pendahuluan
Antibiotik adalah golongan obat yang dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih sering terjadi, sehingga penggunaan antibiotik dari waktu ke waktu terus meningkat. 1 Antibiotik termasuk ke dalam golongan obat keras dimana penggunaannya diharuskan dengan resep dokter. 2
Masyarakat menganggap bahwa antibiotik adalah obat yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Sering kali masyarakat membeli antibiotik tanpa resep dokter dan mengkonsumsi antibiotik untuk mengobati batuk, pilek, demam dan diare akut akibat virus. 3 Pemakaian anttibiotik tidak sesuai aturan pakai dapat menyebabkan terjadinya pemakaian antibiotik yang tidak rasional. 4 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional di Indonesia, dimana sebanyak 86,1 % rumah tangga menyimpan antibiotik tanpa resep. 5
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat membahayakan pasien yakni efek terapi minimal, reaksi efek samping, pemborosan, dan terjadinya resistensi. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisasi dan melemahkan daya kerja antibiotik. 6 Resistensi dapat mengakibatkan perpanjangan penyakit, meningkatnya risiko kematian, dan semakin lamanya masa rawat inap. 7
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik diantaranya adalah lingkungan dan tingkat pengetahuan individu mengenai antibiotik. 8 Pengetahuan adalah domain yang penting untuk terbentuknya tindakan yang nyata. Pengetahuan yang baik akan merubah sikap menjadi positif sehingga tindakan yang diambil menjadi lebih terarah. 9 Penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik. 10 Penelitian lain dari Universitas Ajman Uni Emirat Arab menunjukkan bahwa mahasiswa medis mendapat skor pengetahuan, sikap dan perilaku pada penggunaan antibiotik yang lebih baik dibandingkan mahasiswa non medis. 11
Mahasiswa merupakan salah satu komponen masyarakat yang mempunyai pengetahuan tinggi. Dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat melakukan perubahan pada lingkungan sekitar. Mahasiswa khususnya mahasiswa farmasi dan apoteker diharapkan dapat menjadi agen mendidik masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang rasional. 12 Universitas Garut memiliki 26 program studi (2 program studi kesehatan) dengan jumlah total mahasiswa tahun akademik 2019/2020 adalah 6.953 mahasiswa. 13
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa Universitas Garut pada penggunaan antibiotik. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti dan peneliti lain mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiwa tentang antibiotik dan dapat
dijadikan masukan bagi program studi khususnya program studi kesehatan dalam penyusunan materi pendidikan yang efektif dalam penggunaan antibiotik pada mahasiswa.
## Metode
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Instrumen pengambilan data berupa kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya terdiri atas 30 pertanyaan, dengan dimensi pengetahuan, sikap dan perilaku. Kuesioner dibuat dalam bentuk Google Form . Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Universitas Garut. Sampel pada penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin (n=380). Kriteria sampel mahasiswa aktif program sarjana dan ahli madya Universitas Garut. Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juli 2020. Pengambilan data dilakukan secara proporsional untuk tiap fakultas, dan pengambilan dihentikan ketika telah memenuhi kuota yang ditetapkan. Analisis univariat digunakan untuk data karakteristik. Variabel pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan antibiotik dikategorikan menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang. Analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi spearman. Analisis dibantu dengan menggunakan software statistik tidak berbayar, yaitu SPSS versi 22.0.
## Hasil
Kuesioner yang memenuhi syarat untuk dianalisis berjumlah sebanyak 380 kuesioner dengan karakteristik responden terlihat pada tabel 1. Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak dari penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 251 orang (66,05%) dan mahasiswa yang paling banyak berpartisipasi adalah mahasiswa yang berasal dari Fakultas Ekonomi yaitu 117 mahasiswa (31%). Jumlah mahasiswa kesehatan yang terlibat dalam penelitian sebanyak 63 orang (16,6%)
Tabel 1. Karakteristik Responden (n=380)
Variabel n (%) Jenis kelamin Laki Laki 129 (34) Perempuan 251 (66) Asal Fakultas Ekonomi (FEKON) 117 (30,8) Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 63 (16,6) Ilmu Komunikasi (FIKOM) 53 (13,9) Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) 42 (11) Pendidikan Islam dan Keguruan (FPIK) 40 (10,5) Pertanian (FAPERTA) 43(11,3) Kewirausahaan (FKWU) 6 (1,6) Teknik (FTEKNIK) 16 (4,2)
Variabel pengetahuan sikap dan perilaku berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov tidak terdistribusi normal sehingga analisis deskriptif disajikan dengan ukuran pemusatan dan penyebaran seperti terlihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Pengetahuan, Sikap dan perilaku Responden terhadap Penggunaan Antibiotik
Variabel n= 380 Pengetahuan 28 (17-50) Sikap 28 (17-46) Perilaku 29 (17-45)
*Variabel numerik terdistribusi tidak normal disajikan dalam median (min-max)
Skor pada variabel pengetahuan memiliki nilai median 28 dengan nilai skor paling rendah 17 dan paling tinggi 50. Skor variabel pada sikap memiliki median 28 dengan nilai skor paling rendah 17 dan paling tinggi 46. Skor variabel perilaku memiliki nilai median 29 dengan skor paling rendah 17 dan paling tinggi 45.
Dilakukan analisis terhadap butir pertanyaan penelitian pada dimensi pengetahuan. Pertanyaan dimensi pengetahuan dibuat dengan memberikan 5 pilihan jawaban a-e. tabel 3 memperlihatkan prosentase jawaban responden pada dimensi pengetahuan.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Antibiotik (n=380)
No Sub dimensi Pengetahuan Jawaban Benar n (%) Salah n (%) 1 Definisi antibiotik 122 (32,1) 258 (67,9) 2 Penggolongan antibiotik 112(29,5) 268 (70,5) 3 Efek samping antibiotik 90 (23,7) 290 (76,3) 4 Pembelian antibiotik 87 (22,9) 293 (77,1) 5 Penggunaan antibiotik 68 (17,9) 312 (82, 1) 6 Resistensi antibiotik 97 (25,5) 283 (74,5)
Dari tabel 3 diketahui bahwa pada dimensi pengetahuan, responden paling banyak menjawab salah pada pertanyaan tentang bagaimana penggunaan antibiotik yang sesuai anjuran. Hanya 17,9% yang menjawab bahwa antibiotik harus dihabiskan, sisanya responden menjawab bahwa antibiotik dapat dihentikan ketika merasa sudah sembuh dan dapat diganti sebelum waktunya sendiri tanpa konsultasi dengan dokter.
Pada dimensi sikap terhadap penggunaan antibiotik, pernyataan disusun dengan skala likert dengan piihan jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, kurang setuju dan tidak setuju. Sedangkan pada dimensi perilaku pernyataan disusun dengan skala likert dengan piihan jawaban selalu, sering, kadang kadang, jarang dan tidak pernah. Adapun skor pada pernyataan favorable diberikan secara berurutan dari 5-1 dan pada pernyataan unfavorable diberikan skor secara berurutan 1-5.
Variabel Pengetahuan, sikap dan perilaku kemudian dikategorikan menjadi dua kategori baik dan kurang berdasarkan pada median. Distribusi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 4 berikut :
Tabel 4. Tingkat Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Responden terhadap Penggunaan Antibiotik (n=380)
Variabel Kategori n (%) Pengetahuan Baik 162 (42,6) Kurang 218 (57,4) Sikap Baik 155 (40,9) Kurang 235 (61,8) Perilaku Baik 166 (43,7) Kurang 214 (56,3)
Dari tabel 4 diketahui dari keseluruhan responden pada variabel pengetahuan mayoritas pada kategori kurang (57,4%), pada variabel sikap mayoritas kategori kurang (61,8%) dan pada variabel perilaku mayoritas pada kategori kurang (56,3%)
Analisis lebih lanjut dilakukan pada responden mahasiswa kesehatan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden Mahasiswa Kesehatan terhadap Penggunaan Antibiotik (n=63)
Variabel Kategori n (%) Pengetahuan Baik 53 (80,9) Kurang 10 (19,1) Sikap Baik 32 (50,8) Kurang 31 (49,2) Perilaku Baik 28 (44,4) Kurang 35 (55,6)
Dari tabel 5 diketahui bahwa pada mahasiswa kesehatan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik paling banyak pada kategori baik (80,9%). Pada variabel sikap, tidak terlalu banyak perbedaan jumlah mahasiswa dengan kategori baik dan kurang, bahkan pada variabel perilku, mahasiswa kesehatan paling banyak memiliki perilaku penggunaan antibiotik yang kurang (55,6%).
Analisis korelasi dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan antibiotik oleh mahasiswa. Uji korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi rank spearman . Dengan n= 380 diperoleh hasil koefisien korelasi dan signifikansi korelasi seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Penggunaan Antibiotik
Variabel Pengetahuan Sikap Perilaku Pengetahuan Koefisien korelasi 1,000 0,341 0,436 p - <0,001 <0,001 Sikap Koefisien korelasi 0,341 1,000 0,382 p <0,001 - <0,001 Perilaku Koefisien korelasi 0,436 0,382 1,000 p <0,001 <0,001 -
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa koefisien korelasi baik pengetahuan terhadap sikap, pengetahuan terhadap perilaku, sikap terhadap perilaku memiliki nilai koefisien korelasi < dari 0,5, artinya korelasi antar variabel bersifat lemah. Meskipun demikian
tanda positif (+) pada koefisien korelasi menunjukan adanya arah hubungan yang sama, artinya semakin baik pengetahuan responden semakin baik sikap dan perilakunya, demikian pula semakin baik sikap responden semakin baik perilakunya. Pada uji signifikansi angka korelasi pengetahuan-sikap, pengetahuan-perilaku dan sikap-perilaku diperoleh nilai <0,001, nilai tersebut < 0,05 artinya H0 ditolak artinya terdapat hubungan korelasi antara pengetahuan dengan perilaku, sikap dengan perilaku dan pengetahuan dengan perilaku.
## Pembahasan
Resistensi antibiotik dan penggunaannya antibiotik yang tidak rasional telah terjadi diberbagai negara di dunia, dan mendorong penelitian tentang pengetahuan sikap dan perilaku penggunaan antibiotik termasuk pada mahasiswa. Mahasiswa yang melakukan self medication antibiotik untuk mengatasi penyakitnya di Uni Emirat Arab sebanyak 38,6 % 11 , di Kosovo sebanyak 63,2% 14 dan di Australia paling tinggi yaitu sebanyak 91,7% . 15 Mahasiswa merupakan calon penentu kebijakan di masa depan, agen pembaharu di masyarakat, sehingga harapannya pengetahuan yang dimililki mahasiswa tentang penggunaan antibiotika yang benar dapat diberikan kepada masyarakat.
Penelitian ini memiliki kekuatan dilihat dari banyaknya sampel yang diperoleh memenuhi perhitungan sampel dari Slovin sehingga dapat diambil simpulan generalisasi dari populasi. Besar populasi telah diprediksi sebelumnya sehingga memudahkan peneliti dalam membuat proporsi sampel dari tiap fakultas. Kuesioner telah melalui uji validitas dan reliabilitas, sampel uji adalah 30 mahasiswa dari perguruan tinggi swasta lain sejenis di Kabupaten Garut. Diperoleh bahwa seluruh pertanyaan dalam kuesioner valid dan reliabel.
Karateristik responden yang mengikuti penelitian ini didominasi oleh perempuan (66%). Hal ini sesuai dengan data pada website RISTEK DIKTI yang menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa perempuan di Universitas Garut lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Keikutsertaan mahasiswa di tiap fakultas didominasi oleh mahasiswa non kesehatan (83,42%), hal ini dikarenakan hanya ada dua program studi kesehatan yang ada di Universitas Garut yakni Program Studi Sarjana Farmasi dan Profesi Apoteker.
Pengetahuan mendasari sikap dan perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan yang nyata. Pengetahuan yang baik akan merubah sikap menjadi positif sehingga tindakan yang diambil menjadi lebih terarah. 9 Rendahnya pengetahuan dan pemahaman bahwa antibiotik hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter menyebabkan penggunaannya menjadi tidak rasional. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar. Sikap positif seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang positif, begitu juga sebaliknya.
Secara keseluruhan dari penelitian mayoritas mahasiswa Universitas Garut memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap penggunaan antibiotik yang kurang (Tabel 4). Perilaku yang kurang disebabkan oleh pengetahuan dan sikap mahasiwa terhadap pemakaian antibiotik yang juga kurang. Hal ini dibuktikan pada uji korelasi, bahwa terdapat korelasi searah pada pengetahuan, sikap dan perilaku responden.
Hal ini sesuai dengan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dimana terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap dalam penggunaan antibiotik di kalangan mahasiswa peguruan tinggi di Jember. 16 Dengan kata lain semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin baik juga sikap dalam penggunaan antibiotik. Salah satu penelitian tentang Hubungan
Pengetahuan terhadap Perilaku Penggunaan Antibiotik pada Konsumen Tiga Apotek di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku penggunaan antibiotik, yang berarti pengetahuan mengenai antibiotik sangat mempengaruhi perilaku konsumen terhadap penggunaan antibiotik. 17
Namun pada penelitian pengetahuan dan sikap yang lain menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang leptospirosis dengan sikap masyarakat dalam mencegah leptospirosis di Kabupaten Sukoharjo. 18 Hal ini menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat, tergantung dari faktor yang mempengaruhinya, bukan hanya dari pengetahuan namun juga dari faktor lainnya seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, atau kebudayaan di lingkungan.
Secara khusus pada responden mahasiswa kesehatan Universitas Garut, mahasiswa kesehatan Universitas Garut memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa non kesehatan. 80,9% mahasiswa kesehatan memiliki pengetahuan yang baik terhadap penggunaan antibiotik , namun sikap dan perilaku terhadap penggunaan antibiotik masih kurang (Tabel V). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Fatmawati pada tahun 2014, yang menunjukan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa kesehatan di Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang penggunaan antibiotic dinilai baik. 10 Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. 19 Analisis korelasi dilakukan pada penelitian ini untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan antibiotik oleh mahasiswa. Walaupun hasil koefisien korelasi antar variabel sikap pengetahuan dan perilaku pada penelitian ini dinilai berkorelasi lemah (<0,5), namun terdapat signifikansi korelasi antar variabel yang diteliti dengan kata lain terdapat hubungan korelasi antara pengetahuan dengan perilaku, sikap dengan perilaku dan pengetahuan dengan perilaku. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukanpada mahasiswa Universitas Muhamadiyah Surakarta juga menunjukkan hasil yang sama yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan antibiotik. 10
Penelitian ini memberikan data yang bermanfaat tentang pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa di Universitas Garut dalam penggunaan antibiotik. Penelitian ini memberikan gambaran besarnya masalah sehingga dapat digunakan sebagai landasan perencanaan pendidikan yang efektif supaya pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa dapat meningkat.
## Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang dalam penggunaan antibiotik. Mahasiswa kesehatan memiliki tingkat pengetahuan baik, namun sikap dan perilaku terhadap penggunaan antibiotik pada kategori kurang. Hasil uji statistik korelasi rank Spearman menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dalam penggunaan antibiotik pada mahasiswa di Universitas Garut.
## Daftar Pustaka
1. KEMENKES RI. Pedoman umum penggunaan antibiotik. Jakarta: KEMENKES RI; 2011. 1-63p.
2. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional. Materi pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. 9-11p.
3. Arrang ST, Cokro F, Sianipar EA. Penggunaan antibiotika yang rasional pada masyarakat awam di Jakarta. J Mitra. 2019;5(1);73-82.
4. Riberu V. Tingkat Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Weoe Kecamatan Wewiku Kabupaten Malaka [Thesis]. Kupang: POLTEKKES KEMENKES Kupang; 2018. 23-31.
5. KEMENKES RI. Pokok-pokok hasil RISKESDAS Indonesia 2013. Jakarta: KEMENKES RI; 2013. 122p.
6. Kuswandi. Resistansi antibiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2019. 4-18p.
7. Utami ER. Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. El-Hayah. 2011;1(4);191- 198.
8. Herningtyas NL, Dewi YS, Laila K, Sofhia RD. Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik di kalangan mahasiswa Farmasi S1 Universitas Lambung Mangkurat. JFKI. 2017;1(1);40-45.
9. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. 45-52p.
10. Fatmawati I. Tinjauan pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik pada mahasiswa kesehatan dan non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Surakarta [Thesis]. Surakarta: Fakultas Farmasi UMS; 2014. 5-7.
11. Jairoun A, Hassan N, Ali A, Jairoun O. University students’ knowledge, attitudes, and practice regarding antibiotik use and associated factors: a cross- sectional study in the United Arab Emirates. Int J Gen Med [serial online]. 2019;12;235- 246. DOI: 10.2147/IJGM.S200641
12. Pertiwi RA. Tingkat pengetahuan tentang antibiotik pada mahasiswa universitas muslim nusantara [Thesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2018. 30-43.
13. KEMENRISTEK DIKTI. Pangkalan data pendidikan tinggi [Internet]. KEMENRISTEK DIKTI. 2020 [cited 2020 19 May] Available from:
https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/detail/QjNDMjY0QkItQTcy RS00MTgzLUI1ODMtNzlGQjhCNDNBMEJD 14. Fejza A, Kryeziu Z, Kadrija K, Musa M. Pharmacy s tudents’ knowledge and attitudes about antibiotics in Kosovo. Pharm Pract (Granada) [serial online]. 2016 ;14(1):715. DOI: 10.18549/PharmPract.2016.01.715
15. Bala R, Singh H, Kaur K, Girish P, Kohli K. Knowledge and attitude towards antimicrobial self medication usage: a cross sectional study among medical and nursing students. Int J Basic Clin Pharmacol [serial online]. 2013 ;2(4):428 –432.
DOI: 10.5455/2319-2003.ijbcp20130816
16. Hasan IN. Survei pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan antibiotik di kalangan mahasiswa perguruan tinggi di Jember [Thesis]. Jember: Fakultas Farmasi Universitas Jember; 2019. 41-42.
17. Fuadi IF. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap masyarakat dalam mencegah leptospirosis di Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukohajo [Thesis]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016. 3-10.
18. Sugihantoro H. Hubungan pengetahuan terhadap perilaku penggunaan antibiotik pada konsumen tiga apotek di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. JIFF. 2018;3(2);109-110.
19. Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. 201p.
|
ff9ddd7d-fae1-4adf-91fb-409e4e646724 | https://jurnal.unigal.ac.id/jwp/article/download/1515/1210 |
## PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED PROBLEMS
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rancah Sub Materi
Pencemaran Lingkungan).
Agi angkasa 1) , Adun rusyana 2) , Euis erlin 3)
1) Alumni Prodi.Pend. Biologi FKIP Unigal, E-mail: [email protected]
2)3) Dosen Kopertis Wilayah IV dpk.pada Prodi. Pend.Biologi FKIP Unigal E-mail: [email protected]; E-mail: [email protected]
## ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran open ended problems . Objek penelitian adalah siswa kelas X MIPA SMAN 1 Rancah (n= 28). Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sample. Metode yang digunakan adalah quasi experiment dengan teknik pengolahan data menggunakan uji Z (uji pengaruh) dan N-gain (untuk mengetahui kategori pengaruh). Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis tes tertulis dalam bentuk uraian (essay). Simpulan dalam penelitian ini adalah: penerapan model pembelajaran open ended problems berpengaruh secara signifikan terhadapn peningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan kategori sedang ( N-gain =0,65).
Kata kunci : Model pembelajaran open ended problems , kemampuan berpikir kritis.
## PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Dalam hal ini, guru memiliki peranan penting untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Bantuan tersebut dapat berupa terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan, menarik, serta bermakna bagi siswa. Adanya kebermaknaan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran menyebabkan apa yang dipelajari siswa akan menjadi lebih optimal dan berguna bagi dirinya sendiri ataupun lingkungan di sekitarnya. Namun, dalam proses pembelajaran yang berlangsung guru sering melupakan hal tersebut. Davis (Rusman, 2011) mengemukakan bahwa salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru. Siswa kurang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar siswa mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan di sekitarnya. Menurut Cabera (Fachrurazi, 2011) penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan masa mendatang di lingkungannya.
Menurut Dewey (Fisher, 2008) berpendapat bahwa berpikir kritis dapat diartikan sebagai pertimbangan mengenai sebuah keyakinan atau bentuk
pengetahuan yang mengarahkan pada kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang mendukungnya dan yang menjadi kecenderungannya. Glaser (Fisher, 2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan metode-metode yang dipelajarinya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran open ended problems dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada sub materi pencemaran lingkungan?” Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model open ended problems terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan pada sub materi pencemaran lingkungan.
Langkah-langkah proses pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaan open ended problems adalah:
1. Guru memberikan pretest pada kelas penelitian;
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran kelas penelitian dengan menggunakan model pembelajaran open ended problems :
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang;
b. Guru memberikan dasar materi mengenai pencemaran lingkungan;
c. Siswa mendapat pertanyaan open ended problems;
d. Siswa berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing mengenai penyelesaian dari pertanyaan open ended problems;
e. Setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian;
f. Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban-jawaban yang telah dikemukakan; dan
g. Guru mengevaluasi jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh siswa.
3. Setelah selesai pembelajaran guru memberikan tes akhir yaitu posttest.
## METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretes-posttes. Objek penelitian adalah siswa kelas X (n= 28). Desain penelitian digambarkan pada Gambar 1.
O 1 X O 2
Gambar 1 Desain Penelitian Keterangan:
X= Perlakuan (pembelajaran menggunakan model pembelajaran open ended problem s)
O 1 = nilai pretest (sebelum perlakuan)
O 2 = nilai posttest (setelah perlakuan)
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil rata-rata pretest, posttest, dan N-gain dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Rata-rata Pretest, Postest dan N-gain n Rata-rata Pretest Rata-rata Postest Rata-rata Gain Rata-rata N-gain Rata-rata N-gain (%) 28 46,00 81,36 35,36 0,65 65
Tabel 1 memperlihatkan bahwa hasil penelitian dan perhitungan nilai rata-rata pretes sebesar 46,00, dan nilai rata-rata postes sebesar 81,36 sedangkan nilai rata- rata N-gain sebesar 0,65 dengan kriteria sedang, dapat diketahui penerapan model pembelajaran open ended problems dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai postes yang diperoleh sebesar 81,36
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh hitung < daftar yaitu -
43,39 < 7,81. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal, sehingga data selanjutnya dapat dianalisis dengan Uji Z (hipotesis).Hasil uji znilai
> yaitu 3,12 > 1,65, ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran open ended problems berpengaruh signifikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas x pada konsep pencemaran lingkungan di SMAN 1 Rancah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran open ended problems efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa . Model pembelajran open ended problems lebih menitik-beratkan kepada siswa sebagai pembelajar serta terhadap permasalahan yang relevan untuk dipecahkan dengan menggunakan seluruh pengetahuan yang dimilikinya atau dari sumber- sumber lainnya. Sehingga siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan berbagai permaslahan dan menganalisis semua informasi yang mereka terima dan menyertakan alasan yang rasional.
Hasil perhitungan uji Z diketahui bahwa > yaitu 3,12 > 1,65
maka hipotesis diterima, artinya bahwa penerapan model pembelajaran open ended problems berpengaruh signifikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMAN 1 Rancah.
Hal ini disebabkan bahwa melalui model pembelajaran open ended problems siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar karena dituntut untuk menyelesaikan masalah sendiri atau mencari penyebab dan solusi dalam suatu permasalahan nyata yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan model open ended problems didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu baru. Berdasarkan sejumlah aktivitas siswa yang berkembang dalam pembelajran dengan model open ended problems ini terlihat bahwa peran guru tidak lagi sebagai pemberi informasi belaka, melainkan sebagai fasilitator, motivator da mediator bagi siswa. Guru tidak lagi hanya memindahkan informasi kepada siswanya namun para siswanya sendiri yang harus membangun pengetahuan
mereka sendiri melalui pengalaman belajrnya dengan cara berdiskusi dengan siswa lainnya tanpa terlepas dari bimbingan gurunya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran open ended problems ternyata dapat meningkatkan keaktifan siswa, karena dengan menggunakan model tersebut siswa berupaya memecahkan masalah yang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengemukakan jawaban. Dengan cara demikian, siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik dan setiap kelompok wajib menaggapi atau menemukan jawaban yang lain sehingga timbul partisipasi siswa dalam belajar.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis/perhitungan data disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran open ended problems berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan kategori sedang ( N-gain =0,65).
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara .
Arikunto. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (2 nd ed). Jakarta: PT Bumi Aksara .
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hanafiah dan Cucu,S. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Huda, M.. (2015). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Liberna,H. (2011). “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa melalui Penggunaan Metode Improve pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”. Jurnal Formatif. 2 (3): 190-197.
Noer, H S. (2011). “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended”. Jurnal Pendidikan Matematika . 5 (1): 105-111. Nurgana,E. (1993). Statistik untuk Penelitian . Bandung: CV. Permadi Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Ruseffendi. (2004). “menggunakan open-ended untuk memotivasi berpikir matematika”. Jurnal Pendidikan dan Budaya. 2, (2): 71-78. Rusyana,A. (2014). Keterampilan Berpikir . Yogyakarta: Ombak. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi . Jakarta: Rieka Cipta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
|
e36330ee-1938-4b31-8aa9-5b989ac96c54 | https://jihm.ipb-intl.ac.id/index.php/JIHM/article/download/153/142 | Disubmit: 25 Maret 2019; Diterima 30 Mei 2019
EKSISTENSI PRODUK PIS BOLONG SEBAGAI MEDIA EDUKASI RELIGIUSITAS BUDAYA BALI BAGI WISATAWAN DI DESA KAMASAN,
KLUNGKUNG
EXISTENCE OF PIS BOLONG PRODUCTS AS A RELIGIUSITY EDUCATION MEDIA IN BALI CULTURE FOR TOURISTS IN KAMASAN VILLAGE,
## KLUNGKUNG
Putu Sabda Jayendra 1 , I Wayan Eka Sudarmawan 2 , Nyoman Surya Wijaya 3 Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional [email protected]
## ABSTRACT
Pis Bolong or uang kepeng is one of the cultural products that have religious values in Bali. Hindus in Bali use pis bolong as a means of ceremonies and upakara in carrying out their religious ritual activities. Pis bolong has high religious, philosophical, historical and aesthetic values, so that it becomes one of the mainstay cultural products of Kamasan Village, Klungkung which is an attraction for foreign tourists. The rare phenomenon of pis bolong, besides its expensive price due to its scarcity, and the emergence of massive imitation holes which also contribute to its existence in the world of tourism. The feared impact is also a decrease in the understanding of foreign tourists about sacred and religious Balinese culture inspired by Hindu values. In this case, the pis bolong industry in Kamasan Village, Klungkung District, Klungkung Regency, Bali has a role as a media in educating tourists, especially foreign tourists about the religiosity of Balinese culture.
Keywords : pis bolong, Balinese culture, Kamasan village
## ABSTRAK
Pis Bolong atau uang kepeng adalah salah satu produk budaya yang memiliki nilai-nilai agama di Bali. Umat Hindu di Bali menggunakan pis bolong sebagai sarana upacara dan upakara dalam melaksanakan kegiatan ritual keagamaan mereka. Pis bolong memiliki nilai religius, filosofis, historis, dan estetika yang tinggi, sehingga menjadi salah satu produk budaya andalan Desa Kamasan, Klungkung yang menjadi daya tarik bagi wisatawan asing. Fenomena langka pis bolong, selain harganya yang mahal karena kelangkaannya, dan munculnya lubang imitasi besar yang juga berkontribusi terhadap keberadaannya di dunia pariwisata. Dampak yang ditakuti juga adalah penurunan dalam pemahaman wisatawan asing tentang budaya Bali yang sakral dan religius yang terinspirasi oleh nilai-nilai Hindu. Dalam hal ini, industri pis bolong di Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali memiliki peran sebagai media dalam mendidik wisatawan, terutama wisatawan asing tentang religiositas budaya Bali.
Kata kunci : pis bolong, budaya Bali, desa Kamasan
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
Jurnal Ilmiah Hospitality Management
## PENDAHULUAN
Dinamika pariwisata di Bali tidak dapat dipisahkan dari eksistensi budaya Bali yang terkenal dan mendunia hingga ke mancanegara. Budaya Bali yang memiliki corak khas dan sangat kental dijiwai oleh agama Hindu menjadikannya daya tarik tersendiri yang mengundang wisatawan untuk datang dan menikmatinya. Berdasarkan keunikan tersebut, maka pariwisata yang dominan dikembangkan di Bali adalah pariwisata yang berbasis budaya. Kodhyat (dalam Sumadi, 2012:11) menyatakan bahwa pada awal perkembangan pariwisata di dunia memang ditandai dengan aktivitas perjalanan atau petualangan seseorang ke tempat-tempat yang disenangi dengan berbagai tujuan, seperti melaksanakan ibadah agama, perdagangan, memenuhi rasa ingin tahu, tujuan rekreasi, melaksanakan suatu misi, atau tujuan edukatif. Terkait dengan hal tersebut, pariwisata di Bali tidak semata- mata bertujuan hanya menjadi ajang promosi, namun juga mensosialisasikan sekaligus mengedukasi para wisatawan tentang seluk-beluk budaya Bali yang bersifat religius.
Peraturan Daerah Bali No. 3 Tahun 1974 yang telah diperbaharui menjadi Perda No. 3 Tahun 1991 menjelaskan; Kepariwisataan yang dikembangkan di Bali adalah “Pariwisata Budaya”, satu jenis kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan Bali yang dijiwai Agama Hindu. Dalam pasal 1 ditegaskan Pariwisata Budaya adalah jenis kepariwisataan yang dalam perkembangan dan pengembangannya menggunakan Kebudayaan Daerah Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sebagai potensi dasar yang dominan, yang di dalamnya tersirat satu cita-cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dan kebudayaan sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras, dan seimbang. Berlandaskan hal tersebut, beberapa desa di Bali yang memiliki destinasi budaya religius yang khas dan kreativitas yang tinggi dalam konsep pelestarian budayanya telah ditetapkan berpredikat Desa Wisata. Salah satunya adalah Desa Kamasan yang terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Desa Kamasan merupakan salah satu desa wisata yang bertumpu pada potensi seni budaya Bali yang dijiwai religiusitas agama Hindu yang tinggi. Beberapa produk budaya terkenal dari Desa Kamasan antara lain kerajinan perak, lukisan wayang, dan industri kerajinan pis bolong (uang kepeng). Pis bolong atau uang kepeng merupakan salah satu produk kebudayaan yang memiliki nilai religiusitas di Bali. Umat Hindu di Bali mempergunakan pis bolong sebagai sarana upacara dan upakara dalam menjalankan aktivitas ritual keagamaannya. Pis bolong pada masyarakat Bali adalah salah satu simbol kemakmuran dan saat ini masih sangat banyak digunakan dalam upacara keagamaan Hindu (Astiti, 2014:45). Disamping itu, pis bolong memiliki nilai historis serta estetika yang tinggi, sehingga menjadi banyak diburu oleh para kolektor, yang juga terdiri dari wisatawan asing.
Fenomena tersebut membuat keberadaan pis bolong asli mulai langka keberadaannya, disamping harganya yang cenderung tinggi akibat kelangkaan tersebut. Fenomena tersebut ditunjang oleh sikap masyarakat Bali yang mulai menerapkan cara-cara praktis dan efisien dalam menyikapi permasalahan tersebut. Dampaknya adalah munculnya pembuatan pis bolong imitasi secara masif, dimana sangat jauh berbeda dibandingkan dengan pis bolong asli, baik dari segi bahannya, kualitasnya dan nilai estetikanya. Fenomena ini menimbulkan kecenderungan pula akan pemaknaan religiusitas budaya Bali melalui media pis bolong akan mengalami
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
pergeseran ke arah sekuler, karena kehadiran pis bolong hanya dianggap sekedar sarana pelengkap dalam upacara dengan mengabaikan aspek filosofisnya.
Bali sebagai salah satu daerah industri pariwisata tidak bisa lepas dari besarnya arus globalisasi. Wisatawan asing dari manca negara berdatangan ke Bali untuk menikmati wisata budaya, alam dan religi. Kedatangan wisatawan tersebut tentunya membawa unsur-unsur kebudayaan dari negara masing-masing. Tingginya interaksi masyarakat lokal Bali dengan wisatawan asing, lambat laun dapat menyebabkan unsur-unsur kebudayaan luar secara perlahan mempengaruhi kebudayaan lokal. Uang kepeng atau pis bolong merupakan salah satu budaya lokal yang berada ditengah era globalisasi dan perkembangan industri pariwisata di Bali (Arisanti, 2015:4). Beranjak dari hal tersebut, eksistensi industri pis bolong di Desa Kamasan tidak hanya memiliki visi dan misi untuk sekedar memasarkan pis bolong sebagai produk budaya semata, namun juga memiliki visi dan misi membuat, melestarikan, dan membelajarkan filosofi pis bolong asli kepada masyarakat lolak dan wisatawan asing.
Pencetakan pis bolong baru selain untuk melestarikan budaya Bali secara kuantitas, juga yang terpenting adalah secara kualitas bertujuan untuk mengedukasi kepada wisatawan tentang hakikat religiusitas budaya Bali yang dijiwai Agama Hindu. Sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pariwisata budaya, yakni untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata, mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan agama dan kehidupan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup, mencegah dan meniadakan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan kepariwisataan (Sumadi, 2012:21).
Menurut Ardika, (2007:85), pariwisata dikembangkan melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu, bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam, dan tidak merusak lingkungan. Paradigma pengembangan pariwisata saat ini seperti yang telah ditetapkan oleh World Tourism Organization, menggunakan pendekatan peran serta masyarakat ( community based approach ) dan berkelanjutan ( sustainable tourism ). Industri kerajinan pis bolong di Desa Kamasan dalam hal ini memiliki fungsi tambahan, yakni tidak saja menjual dan melestarikan eksistensi pis bolong berbahan asli, melainkan juga melibatkan peran serta masyarakat dalam membelajarkan religiusitas budaya Bali melalui media pis bolong yang telah menjadi ikon kebanggaan Desa Kamasan.
Materi-materi yang disiapkan dan dirancang sebagai bagian dari pembelajaran budaya Bali yang religius melalui media pis bolong diupayakan untuk mudah dipahami dan mampu mengedukasi wisatawan. Sasaannya adalah timbulnya pemahaman yang menyeluruh dan mendalam tentang religiusitas budaya Bali bagi wisatawan, sehingga diperoleh respect wisatawan yang setinggi-tingginya terhadap budaya Bali itu sendiri. Urgensi penelitian ini dilakukan mengingat pentingnya pemahaman akan religiusitas budaya Bali secara menyeluruh dan mendalam, yang dalam hal ini sasarannya adalah wisatawan asing dalam rangka membangun citra pariwisata budaya Bali yang positif. Melalui hasil penelitian ini, diharapkan pula dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dalam pengembangan pariwisata budaya Bali yang inovatif dan berkelanjutan.
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
Jurnal Ilmiah Hospitality Management
## METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan jenis penelitian lapangan, dimana teknik pengumpulan datanya mempergunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Observasi dilakukan langsung di Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Alasan dipilihnya lokasi ini adalah dengan pertimbangan bahwa Desa Kamasan merupakan satu-satunya daerah yang terkenal memiliki industri kerajinan pis bolong dengan bahan baku yang asli ( Panca Datu ). Observasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipan, karena dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat jalannya proses kegiatan tersebut. Penelitian ini mempergunakan wawancara berstruktur dengan tujuan dapat mengontrol dan mengatur jalannya wawancara tersebut sehingga terpusat pada tujuan penelitian. Melalui wawancara berstruktur, tujuan wawancara lebih jelas dan terfokus, serta tidak menyimpang dari tujuan pokok-pokok permasalahan yang dibahas. Penelitian ini juga Penelitian ini mempergunakan metode kepustakaan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang lebih lengkap. Nasution (2003:145) menyatakan bahwa setiap penelitian memerlukan bahan yang bersumber dari perpustakaan. Bahan ini meliputi buku-buku, majalah-majalah, pamflet, dan bahan dokumenter.
Informan ditentukan dengan teknik Purposive , dimana peneliti menetapkan kriteria-kriteria khusus yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan informan-informan yang diwawancarai. Beberapa kriteria yang ditetapkan di antaranya yakni melihat dari hubungan antara variabel permasalahan yang diteliti dengan latar belakang informan tersebut, seperti para pelaku usaha industri pis bolong , serta para wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut. Dengan demikian diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi yang menyeluruh terkait dengan tema penelitian dibahas.
Dalam menganalisis data, dilakukan dengan melakukan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah (Emzir, 2010:129). Reduksi data dilakukan dengan merangkum atau membuat ringkasan, menelusuri masalah, membuat satuan-satuan data yang lebih kecil sesuai dengan masalah yang dikaji. Satuan-satuan yang dibuat kemudian diberi kode untuk memudahkan pemaparan data. Selama proses pengumpulan data, dilakukan kegiatan penyeleksian, atau memilah-milah hasil observasi dan wawancara serta memusatkan perhatian sesuai dengan tema penelitian.
Langkah kedua dalam proses analisis data yaitu penyajian data. Penyajian data merupakan bagian dari analisis untuk merangkai atau menyusun informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan (Basrowi dan Suwandi, 2008:209). Dalam tahapan ini, data disajikan secara sistematik agar memudahkan memahami dan memberikan alur agar keseluruhan data dipahami tidak sebagai bagian-bagian segmental atau fragmental yang terlepas satu sama lain, melainkan sebagai satu bagian yang utuh dan saling terkaitan satu sama lain.
Langkah ketiga dalam aktivitas analisis data adalah penarikan kesimpulan. Emzir (2010:133) menyatakan bahwa dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Setelah mencermati hasil maka kegiatan penelitian ditutup dengan menarik suatu
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga kesahihannya dapat terjamin.
Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan disajikan dalam bentuk penulisan deskriptif kualitatif. Hal ini dilakukan karena dari keseluruhan data yang diperoleh sebagian besar berupa kata-kata yang bersifat uraian. Teknik penyajian data dengan deskriptif kualitatif merupakan cara penulisan dengan menggunakan kata-kata atau narasi untuk menggambarkan topik yang dibahas, sehingga diharapkan dapat tema penelitian dapat dipahami secara utuh dan menyeluruh.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Pis Bolong Secara etimologi, pis bolong berasal dari bahasa Bali, dari kata pis atau pipis yang berarti uang dan bolong yang artinya berlubang. Arisanti (2015:18) menyatakan bahwa Pipis dalam bahasa Bali berarti uang, sedangkan bolong berarti lubang, pipis bolong berarti uang yang berlubang dibagian tengahnya. Dalam kehidupan sosial masyarakat Bali, istilah pipis biasa disingkat dengan pis sehingga dikenal istilah pis bolong . Dalam bahasa Indonesia secara umum, pis bolong dikenal pula dengan istilah uang kepeng. Uang kepeng atau pis bolong pada masyarakat Bali adalah salah satu simbol kemakmuran dan saat ini banyak digunakan dalam upacara keagamaan khususnya agama Hindu (Astiti, 2014:45).
Pis bolong yang lumrah di Bali sendiri sebenarnya merupakan pengaruh budaya Cina, Jepang, dan budaya negara-negara lainnya, namun budaya Cinalah yang paling pertama kontak dengan budaya Bali dan membawa pengaruh pis bolong ini sebagai alat transaksi dan upacara pada zaman kuno. Menurut Widana dan Sulistyawati (dalam Arisanti, 2015:4), uang kepeng Cina diperkirakan mulai beredar Bali sekitar abad ke tujuh Masehi sebagai alat pembayaran. Pada masa kesatuan Nusantara dibawah kerajaan Majapahit (1293 – 1478 M), dapat dipastikan bahwa picis sebagai mata uang logam Kerajaan Majapahit dan uang logam Cina sudah beredar sebagai alat pembayaran yang sah (Arisanti, 2017:163). Bali yang ketika itu berada dibawah kekuasan Majapahit diperkirakan juga menggunakan uang kepeng atau pis bolong sebagai alat pembayaran yang sah. Lambat laun uang kepeng mulai mengalami pergeseran fungsi, dimana seiring perkembangan zaman, fungsi uang kepeng tidak lagi sebagai uang kartal (Sudarma, 2016:13). Pis bolong atau uang kepeng yang asli dan lazim dipergunakan pada zaman dahulu maupun untuk upacara yadnya dapat dilihat dalam gambar berikut.
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
Gambar 3.1 Contoh Pis Bolong Kuno Asli Produksi Zaman Kerajaan di Cina
(Sumber: Dokumentasi Jayendra, 2018).
Pada perkembangan selanjutnya, pis bolong dipergunakan sebagai piranti utama dalam upacara keagamaan Hindu. Dengan kata lain, penggunaannya tidak bisa dipisahkan dari alat pembayaran dan kebutuhan religi. Pis bolong atau uang kepeng yang asli dan lazim dipergunakan pada zaman dahulu maupun untuk upacara yadnya dapat dilihat dalam gambar berikut. Perkembangannya selanjutnya, terdapat pula pis bolong yang bertuliskan aksara Bali yang dianggap mengandung makna mistis tertentu. Meskipun secara hakikat keberadaan pis bolong merupakan pengaruh budaya luar, namun lambat laun sudah terintegrasi dan dianggap menjadi satu kesatuan budaya Bali. Pada masa kini, pis bolong dipergunakan sebagai salah satu sarana pokok dalam melakukan berbagai upacara yadnya dalam agama Hindu karena memiliki nilai religius yang tinggi, disamping aspek estetika yang sarat akan makna filosofis yang mendalam.
Pemerintah Daerah Bali melalui SK Gubernur No. 68 Tahun 2003, membentuk Bali Heritage Trust , lembaga yang bertugas melakukan upaya-upaya pelestarian budaya Bali. Bali Heritage Trust dan beberapa komponen masyarakat Bali yang peduli dengan pelestarian pis bolong atau uang kepeng mendesainnya sesuai dengan budaya Bali. Kegiatan ini juga didukung oleh Gubernur Bali yang menyadari kondisi bahwa pis bolong asli yang berasal dari Cina, kini sudah tidak diproduksi lagi di Cina. Untuk itu perlu dilakukan upaya reproduksi pis bolong yang memegang peranan penting dalam ritual agama Hindu di Bali.
Lembaga Bali Heritage Trust yang berada dibawah Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, dengan dimotori oleh Ida Pedanda Made Gunung (alm) menyepakati huruf universal pada bagian depan pis bolong Panca Datu yaitu aksara suci Sa , Ba , Ta , A , I . Sedangkan di sisi belakang pis bolong tersebut disepakati aksara suci Ang dan Ah . Terdapat beberapa daerah yang kemudian membentuk badan usaha industri pengrajin pis bolong , seperti daerah Kamasan (Kabupaten Klungkung), Mengwitani (Kabupaten Badung), Sukawati (Kabupaten Gianyar), dan beberapa daerah lainnya, namun yang paling terkenal dan menjadi ikon pariwisata yang
paling menonjol adalah Desa Kamasan, Klungkung. Di Desa Kamasan, pengrajin pis bolong yang paling menonjol dan terkenal akan karyanya adalah UD Kamasan Bali, disamping beberapa pengrajin lainnya, seperti pengrajin Taksu Agung yang didirikan oleh Bapak I Gede Surya Atmaja, dan beberapa pengrajin rumahan lainnya. Contoh gambar pis bolong yang bertuliskan aksara Bali dan berbahan Panca Datu sebagai berikut.
Gambar 4.3 Pis Bolong Panca Datu Dengan Aksara Bali Produksi Desa Kamasan
(Sumber: Dokumentasi Jayendra, 2018).
Pada perkembangannya kemudian, ternyata pis bolong diminati pula oleh wisatawan, baik wisatawan lokal Bali, wisatawan domestik, maupun wisatawan mancanegara. Implikasinya adalah permintaan akan pis bolong menjadi cukup tinggi. Hal inilah yang menyebabkan industri kerajinan pis bolong Desa Kamasan tetap eksis hingga saat ini.
## B. Materi Pembelajaran Religiusitas Budaya Bali Melalui Media Pis Bolong
Bagi Wisatawan
Para wisatawan yang datang ke Desa Kamasan, baik domestik maupun mancanegara umumnya akan datang ke lokasi melalui request kepada pihak Travel yang akan memfasilitasi perjalanan mereka. Atau bisa juga pihak Travel yang menawarkan paket perjalanan yang salah satunya berkunjung ke Desa Kamasan untuk melihat dan belajar mengenai industri pis bolong dengan segala filosofinya yang religius. Untuk itu, pihak Travel perjalanan wisata akan menghubungi pihak pengelola UD Kamasan Bali sebagai industri pis bolong yang paling terkenal di Desa Kamasan via telepon untuk menanyakan apakah hari itu buka atau tutup.
Apabila buka maka perjalanan akan dilakukan ke lokasi. Sesampainya di lokasi, pemilik UD Kamasan Bali akan berkolaborasi dengan guide yang disiapkan oleh agen Travel perjalanan wisata akan memberikan penjelasan tentang makna filosofis pis bolong yang menjadi dasar dari religiusitas budaya Hindu Bali.
Umumnya materi yang disampaikan adalah berkisar pada sejarah dan makna penggunaan bahan Panca Datu pada pis bolong dan juga makna simbolik dari aksara-aksara suci yang terdapat pada pis bolong .
Salah satu pemahaman akan religiusitas budaya Bali yang diedukasi kepada wisatawan asing melalui media pis bolong adalah komponen bahan. Industri pis bolong di Desa Kamasan, Klungkung, dominan mengutamakan perpaduan dari lima unsur logam yang disebut Panca Datu , yakni besi, perak, tembaga, emas, dan kuningan. Kelima komponen logam tersebut dicampur dengan komposisi 25% tembaga, 50% kuningan, 15% timah, 1% emas, perak, dan besi, serta sebagai logam penguat dipergunakan 9% aluminium. Campuran logam tersebut dan dibentuk melalui alat cetak, kecuali khusus bagi pis bolong yang memiliki motif ukiran wayang, maka diukir kembali mempergunakan keterampilan tangan. Hal inilah yang menyebabkan harga satuannya relatif lebih mahal daripada pis bolong Panca Datu yang bermotifkan aksara biasa, karena disamping memiliki kepingan yang lebih tebal, kadar komponen logam lebih banyak, serta memerlukan keterampilan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Penggunaan komponen Panca Datu yang disosialisasikan serta dipahami oleh wisatawan dilatarbelakangi oleh unsur historis, teologis dan magis yang direpresentasikan oleh masing-masing unsur logam tersebut. Secara historis, pemilihan unsur Panca Datu dilatarbelakangi dari peristiwa Rsi Markandya yang memasuki Pulau Bali bersama pengiringnya sebanyak 800 orang dari Jawa Timur, yang menurut Nurkancana (2009:130) peristiwa ini terjadi pada Tahun Saka 85 atau 163 Masehi. Pada saat itu Pulau Bali masih berupa hutan yang sangat lebat dan angker, sehingga mereka bermaksud merabasnya untuk membangun pemukiman. Namun terjadi musibah beruntun yang menyebabkan banyaknya pengiring Maharsi Markandya meninggal dunia, sehingga mereka memutuskan untuk kembali pulang ke Jawa Timur.
Kembalinya Maharsi Markandya ke pasraman beliau di Gunung Raung, Jawa Timur adalah untuk melakukan yoga samadhi dengan tujuan mengetahui sebabnya bencana yang menimpa para pengiringnya. Akhirnya beliau mendapatkan pawisik bahwa terjadinya bencana itu karena beliau tidak melaksanakan upacara keagamaan sebelum membuka hutan itu (Wikarman, 1998:16)
Maharsi Markandya datang lagi ke Bali dengan pengiring sebanyak 400 orang. Kedatangan mereka untuk yang kedua kalinya berhasil dikarenakan Maharsi Markandya bersama pengiringnya telah melaksanakan upacara atau ritual sebelum menerabas hutan, serta melakukan penanaman Panca Dhatu. Tempat penanaman Panca Datu tersebut dinamai Besuki, yang kemudian menjadi Besakih yang artinya selamat (Wikarman, 1998:16). Peristiwa tersebut menjadi acuan bagi masyarakat Hindu Bali hingga saat ini dimana saat mulai membangun tempat suci atau bangunan suci ( palinggih ), dan bangunan-bangunan lainnya, wajib melaksanakan pemendeman pedagingan disertai dengan penanaman Panca Datu sebagai simbol pengurip-urip dan kestabilan jagat.
Adapun pemahaman makna teologis dan magis yang dilambangkan oleh masing-masing unsur logam tersebut adalah melambangkan kekuatan Panca Dewata yaitu:
1. Besi dengan rumus kimianya Fe, melambangkan kekuatan Dewa Wisnu, berwarna hitam, dan menempati posisi arah Utara.
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
2. Perak dengan rumus kimianya Ag, melambangkan kekuatan Dewa Iswara, berwarna putih, dan menempati posisi arah Timur.
3. Tembaga dengan rumus kimianya Cu, melambangkan kekuatan Dewa Brahma, berwarna merah, menempati posisi arah Selatan.
4. Emas dengan rumus kimianya Au, melambangkan kekuatan Dewa Mahadewa, berwarna kuning, menempati posisi arah Barat.
5. Kuningan dengan unsur kimianya CuZn, melambangkan kekuatan Dewa Siwa, berwarna-warni (mancawarna), menempati posisi arah Tengah, sebagai poros atau pusat alam semesta.
Konstelasi Panca Datu yang melambangkan kekuatan Panca Dewata dalam arah mata angin tersebut dipahami sebagai representasi dari keajegan atau kestabilan jagat. Para wisatawan yang berkunjung ke industri kerajinan Pis bolong di Desa Kamasan dalam hal ini juga mendapatkan pemahaman bahwa Panca Datu merupakan five strength of life , yaitu lima unsur yang memberi dan memperkuat kehidupan. Sebagai unsur pemberi hidup, Panca Datu dipahami sebagai komponen utama dalam pengurip-urip, yakni menghidupkan secara spiritual setiap bangunan yang dibangun orang Hindu Bali agar memiliki kekuatan yang dapat menyatu dengan harmonis dengan pemiliknya. Sedangkan sebagai unsur penguatan hidup, Panca Datu dipahami sebagai komponen harmonisasi antara kehidupan manusia secara sekala dengan niskala, dan mensejahterakan kehidupan manusia dengan menghindarkannya dari penyakit dan malapetaka yang diakibatkan ketidak seimbangan unsur-unsur alam semesta, sebagaimana pemahaman yang disosialisasikan secara historis. Apabila dihubungkan dengan konteks kekinian, filosofi yang dipahami adalah agar manusia senantiasa menyadari dan beruaya menjaga keseimbangan komponen-komponen alam semesta agar senantiasa serasi, selaras, dan seimbang.
Kuatnya harmonisasi yang diharapkan dapat tercapai juga terefleksi dari simbol-simbol aksara Bali yang terukir pada pis bolong . Aksara-aksara tersebut merupakan aksara-aksara suci yang disakralkan oleh umat Hindu Bali dan memiliki makna filosofis yang sangat mendalam. Letak aksara tersebut terdapat pada kedua sisi pis bolong dengan jumlah aksara serta pengucapan yang berbeda. Hal ini memiliki makna yang berbeda pula.
Pada sisi depan ( front side ) terdapat ukiran empat aksara suci yang berbunyi Sa, Ba, Ta, dan A, sedangkan pada bagian belakang ( back side ) terdapat dua aksara suci yang berbunyi Ang dan Ah, sebagaimana yang telah ditampilkan dalam gambar 5.3. Apabila dicermati, sesungguhnya, dalam konsep religiusitas agama Hindu di Bali, aksara suci tersebut memiliki lima aksara, yaitu Sa , Ba , Ta , A , dan I . Aksara I tidak terukir pada pis bolong , karena letaknya di tengah-tengah bagian yang bolong atau berlubang, karena merupakan poros bhuwana atau pusatnya jagat. Namun demikian, kelima aksara tersebut, yang disebut sebagai Panca Aksara tetap dianggap satu kesatuan pada pis bolong . Aksara suci itu berhubungan dengan filsafat Hindu, terutama aliran Siwa (Bagus dalam Suarka, 2009:8). Aksara-aksara suci yang menjadi filosofi dasar dari pis bolong ini memiliki makna sebagai berikut.
1. Sa merupakan aksara suci yang merupakan singkatan dari Sadhyojata , yakni nama Dewa Penguasa Alam Timur, yaitu Dewa Iswara.
2. Aksara Ba merupakan singkatan dari Bamadéwa , yakni Dewa Penguasa Alam Selatan yaitu Dewa Brahma.
https://doi.org/10.22334/jihm.v9i2
3. Aksara Ta merupakan singkatan dari Tatpurusa , yakni Dewa Penguasa Alam Barat, yaitu Dewa Mahadewa.
4. Aksara A merupakan singkatan dari Aghora , yakni Dewa Penguasa Alam Utara, yaitu Dewa Wisnu.
5. Aksara I merupakan singkatan dari Isana , yakni Dewa Penguasa Alam Tengah, yaitu Dewa Siwa.
Aksara Sa, Ba, Ta, A, I itu menyimbolkan “kehadiran” ( sthiti/ Haryati dan Soebadio, 1985: 211). “Kehadiran” dalam hal ini dimaksudkan kehidupan. Sejalan dengan itu, aksara Sa yang mengawali teks merupakan tanda yang mengandung makna “segala kehadiran akan berakhir dengan kelenyapan”. Kelenyapan tersebut berakhir pada aksara I. I ( Isana , Siwa) merupakan tujuan akhir sang Atman atau Roh yang melebur dalam Siwa. Oleh sebab itulah keleburan yang berakhir dengan kehampaan tersebut disimbolkan oleh bolong atau lubang pada bagian tengah pis bolong tersebut dan aksara I tidak perlu diukirkan kembali. Konsep ini serupa dengan konstelasi arah mata angin dewa-dewa yang juga direpresentasikan melalui komponen bahan Panca Datu yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan pada bagian sisi belakang ( back side ) yang bertuliskan aksara suci Ang dan Ah memiliki filosofi yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan religi dan sosio-kultural masyarakat Bali. Aksara Ang dan Ah memiliki makna Rwa Bhinedha , yaitu aspek dualitas yang menjadi satu kesatuan. Rwa Bhineda adalah keseimbangan hidup manusia dalam dimensi dualistis, yaitu: percaya terhadap adanya dua kekuatan yang sangat dasyat” (Rai, 2001: 148). Konsep rwa bhineda berbicara tentang benar dan salah, atas bawah, sekala niskala , dan sebagainya (Ardana, 2012:140).
Konsep Rwa Bhineda merupakan binary opposition , yaitu dua hal yang berlawanan namun harus ada dan saling melengkapi satu sama lain untuk menghasilkan suatu perputaran atau siklus yang teratur. Sebagaimana yang sering dicontohkan kepada wisatawan untuk dipahami secara sederhananya misalnya dalam contoh berikut.
1. Antara siang dan malam, dimana kedua hal tersebut berlawanan, namun apabila keduanya tidak ada, maka tidak akan ada perputaran waktu.
2. Antara laki-laki dan wanita yang berlawanan jenis kelamin, namun apabila keduanya tidak ada, maka siklus kehidupan seperti kelahiran, kehidupan, dan kematian pun tidak akan terjadi.
Diantara wisatawan yang berkunjung ke Desa Kamasan, tidak sedikit diantaranya adalah orang-orang yang terpelajar. Bahkan diantaranya terdapat pula akademisi yang memang sengaja datang untuk melakukan penelitian, seperti mahasiswa, dosen, dan peneliti-peneliti yang tertarik melaksanakan pengkajian budaya Bali yang religius. Berkenaan dengan hal tersebut, wawancara dengan I Made Sukma Swacita selaku pemilik industri pis bolong UD Kamasan Bali menyatakan bahwa peluang ke depannya untuk lebih mengoptimalkan edukasi religiusitas budaya Bali melalui pis bolong adalah dengan menyediakan fasilitas berupa home stay sebagai tempat wisatawan menginap beberapa hari agar dapat secara khusus meneliti dan terlibat langsung dengan proses produksi kerajinan pis bolong . Wacana ini muncul sebagai apresiasi tingginya minat wisatawan yang ingin belajar dan masukan-masukan dari berbagai pihak, utamanya pihak Desa Kamasan
sendiri, dan juga dari Pemerintah Kabupaten Klungkung. Dengan demikian, diharapkan pemahaman wisatawan akan semakin mendalam berkenaan dengan religiusitas budaya Bali yang dijiwai oleh agama Hindu.
## KESIMPULAN
Industri pis bolong di Desa Kamasan, Klungkung pada awalnya bertujuan untuk melestarikan pis bolong asli yang berbahan Panca Datu untuk memenuhi keperluan upacara keagamaan Hindu di Bali. Pada perkembangannya, eksistensi industri kerajinan pis bolong di Desa Kamasan kemudian semakin diperkuat pula dengan adanya minat wisatawan, baik yang berasal dari daerah Bali sendiri, maupun wisatawan domestik dan juga wisatawan mancanegara. Hal ini mendorong pengrajin pis bolong di Desa Kamasan untuk semakin inovatif dalam karya- karyanya. Hal ini menjadikan pis bolong Desa Kamasan tidak saja sebatas produk budaya yang memiliki aspek religiusitas, namun juga memiliki daya tarik wisata yang berwawasan edukatif. Materi edukasi berkenaan dengan religiusitas budaya Bali yang diberikan kepada wisatawan meliputi sejarah dan seluk-beluk religiusitas bahan Panca Datu , serta religiusitas aksara-aksara suci pada pis bolong yang diproduksi di Desa Kamasan. Dengan demikian, pemahaman wisatawan terhadap religiusitas budaya Bali tidak saja semakin meningkat, namun juga mampu melahirkan sikap menghormati ( respect ) terhadap keluhuran budaya Bali yang religius dan sakral dengan dijiwai oleh agama Hindu.
## DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I Ketut. 2012. “Sekala Niskala: Realitas Kehidupan Dalam Dimensi Rwa Bhineda”, dalam Jurnal Dewa Ruci, Volume 8, Nomor 1, Desember 2012. Ardika, I Wayan. 2007. Strategi Pengembangan SDM Pariwisata Dalam Era Kompetisi . Naskah Lengkap Makalah Seminar Nasional Universitas Udayana Denpasar 16 Juni 2007.
Arisanti, Nyoman. 2015. “Uang Kepeng Dalam Kehidupan Masyarakat Bali Kontemporer”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana.Denpasar.
Astiti, Ni Komang Ayu. 2014. “Uang Kepeng Sepanjang Masa: Perspektif Arkeologi dan Ekonomi Kreatif di Provinsi Bali”, dalam Jurnal Ilmiah Forum Arkeologi, Volume 27, Nomor 1, April 2014.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Haryati dan Soebadio. 1985. Jñänasiddhânta . Djambatan: Jakarta. Nasution,S. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nurkancana, I Wayan. 2009. Menguak Tabir Perkembangan Hindu . Denpasar: Pustaka Bali Post.
Rai S, I Wayan. 2001. “Rwa Bhineda Dalam Berkesenian Bali”, dalam Jurnal Mudra Seni Budaya , No. 11, TH. IX, Agustus 2001, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar. Suarka, I Nyoman. 2009. “Wacana “Sangkan-Paran” Dalam Kakawin Aji Palayon: Sebuah Analisis Semiotik”, dalam Jurnal Linguistika: Buletin
Ilmiah , September 2009, Program Magister Linguistik Universitas Udayana.
Sudarma, I Putu. 2016. Esensi Uang Kepeng dalam Upacara Ngaben di Bali . Surabaya. Paramita.
Sumadi, I Ketut. 2012. “Perkembangan Pariwisata Budaya di Kuta: Dari Desa Pelabuhan Sampai Global Tourism Village”, dalam Jurnal Vidya Duta ,
Volume 2, Maret, 2012, Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar. Sumadi, I Ketut. 2012. “Bali Dan Pariwisata Dalam Perspektif Teori Hegemoni”, dalam Jurnal Pangkaja , Volume 13, Maret 2012, Program Pascasarjana IHDN Denpasar.
Wikarman, I Nyoman Singgih. 1998. Leluhur Orang Bali . Surabaya: Paramita.
|
dbef2e8b-975e-4cbe-a897-83cd01e11829 | https://jurnal.polines.ac.id/index.php/rekayasa/article/download/3278/108173 | Pengaruh Sudut Die Penarikan Kawat Baja AISI 1006 dengan Menggunakan Finite Element Method
Destri Muliastri * , Prayoga Lesmana , Devi Eka Septiyani Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung Jalan Gegerkalong Hilir, Ciwaruga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40559 *E-mail: [email protected]
Diajukan: 15-02-2022; Diterima: 19-08-2022; Diterbitkan: 22-08-2022
## Abstrak
Pembuatan kawat umumnya termasuk dalam pengerjaan dingin atau coldworking yang berarti proses pengerjaan dilakukan dibawah suhu rekristalisasi dari logam tersebut, pengerjaan dingin akan mempengaruhi sifat mekanik diantaranya kekerasan, kekuatan dan keuletan. Wire drawing mampu menunjukan perubahan sifat mekanik tersebut dan parameter yang mempengaruhi ialah sudut cetakan atau die , temperatur, pelumas dan juga persentase reduksi. Metode dari penelitian ini ialah membandingkan hasil simulasi pada software Ansys Workbench 19.0 dan hasil perhitungan dengan teori yang sudah ada, dengan tujuan mengetahui pengaruh dari variasi sudut die terhadap nilai tegangan alir dan gaya penarikan. Dalam penelitian ini material wire yang digunakan ialah baja AISI 1006 ditarik melalui beberapa variasi sudut die 12º, 14º dan 16º, dengan koefisien gesek 0,03 untuk persentase reduksi kawat 17,36%. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah rata-rata tegangan alir dan gaya penarikan. Persentase perbedaan hasil simulasi dan teoritis dari rata-rata tegangan alir dan gaya penarikan memiliki rata-rata sebesar secara berurutan 0,95% dan 5,31 %, dengan nilai tegangan alir terbesar 141,81 Mpa dan gaya penarikan terbesar 502,63 N .
Kata kunci: Baja AISI 1006; Finite Element Method; Sudut die; Wire Drawing
## Abstract
Wire making is generally included in cold working or cold working which means the working process is carried out below the recrystallization temperature of the metal, cold working will affect the mechanical properties including hardness, strength, and ductility. Wire drawing can show the changes in the mechanical properties and the influencing parameters are the angle of the mold or die, temperature, lubricant, and also the percentage of reduction. The method of this research is to compare the simulation results on the Ansys Workbench 19.0 software and the calculation results with existing theories, to know the effect of variations in die angle on the value of flow stress and withdrawal force. In this study, the wire material used was AISI 1006 steel pulled through several variations of 12º, 14º, and 16º die angles, with a coefficient of friction of 0.03 for each wire reduction percentage of 17.36%. The results obtained from this study are the average flow stress and withdrawal force. The percentage difference between the simulation and theoretical results from the average flow stress and draw force has an average of 0.95% and 5,31%, respectively, with the largest flow stress value of 141,81 Mpa and the largest tensile force of 502.63 N.
## Keywords: Steel AISI 1006; Finite Element Method, Die angle, Wire Drawing
## 1. Pendahuluan
Seiring semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan permintaan pasar terhadap suatu produk yang memiliki nilai kualitas tinggi mendorong khususnya industri manufaktur untuk dapat menciptakan produk yang berkualitas dan mempunyai cost of production yang seminimal mungkin. Pembentukan logam (metal forming) masuk dalamkategori kelompok besar dalam proses manufaktur tak terkecuali kawat yang sering digunakan dalambidang pemesinan, konstruksi dan berbagai bidang yang lainnya. Wire drawing termasuk dalam proses pembentukan logam dibawah suhu rekristalisasi untuk mengurangi luas penampang tanpa mengurangi massa dan volume. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil akhir dari penarikan kawat diantaranya ialah persentase reduksi dan sudut approach die , hal tersebut akan berdampak pada kualitas kawat yang berhubungan dengan sifat mekanik [1]. Sifat mekanik suatu material dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata tengangan alir dan gaya penarikan, besarnya tergangan berkaitan dengan besarnya luas permukaan yang bersentuhan antara kawat dan die [2] .
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu menganalisa Pengaruh Persentase Reduksi Terhadap Tegangan Alir, Regangan dan Gaya Penarikan Kawat Baja AISI 1006 dengan Finite Element Method, dalam penelitian yang telah dilakukan yaitu mengulas tentang pengaruh persentase reduksi terhadap sifat mekanis kawat setelah proses wire drawing yang dilakukan secara simulasi menggunakan software ANSYS WORKBENCH 19.0 dan dibandingkan dengan perhitungan secara teoritis. Material dies yang digunakan adalah PCD ( Polycrystalline Diamond ) dan material kawat AISI 1006, Hasil penelitian yang diperoleh adalah semakin besar persentase selisih reduksi penarikan kawat maka gaya yang dibutuhkan semakin besar, persentase perbedaan hasil perhitungan secara teoritis & simulasi adalah 2,34% [3].
Penelitian yang telah dilakukan [4], melakukan analisis pengaruh pelumas terhadap tegangan alir dan Gaya Penarikan, hasil penelitian yang diperoleh adalah semakin kecil koefisien gesek pada pelumas maka rata-rata tegangan alir akan semakin besar, persentasi perhitungan secara teoritis dan simulasi sebesar 2,45%, untuk pengaruh pelumasan terhadap gaya penarikan kawat diperoleh persentase sebesar 23,25%.
Pada Penelitian ini, dilakukan proses penarikan kawat dengan menggunakan parameter sudut dies yang berberda dari penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan sudut 12 º . Sudut dies yang digunakan dalampenelitian ini yaitu 12 º, 14º dan 16 º. Tujuan dari peneliian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh sudut dies terhadap penarikan kawat AISI 1006 dengan menggunakan Finite Element Method, sehingga dalam proses manufaktur kawat dapat mengurangi terjadinya cacat.
## 2. Material dan Metodologi
## 2.1 BAJA AISI 1006
Baja AISI 1006 termasuk klasifikasi baja karbon rendah ( hypoeutectoid ) sesuai dengan kandungan karbon yang menunjukan nilai 0,06% [5]. Berikut merupakan tabel komposisi unsur dan sifat mekanis AISI 1006 :
Tabel 1 . Komposisi AISI 1006
No. Unsur Komposisi 1. Karbon (C) 0,06 % 2. Silisium (Si) 0,05 % 3. Mangan (Mn) 0,49 % 4. Posfor (P) 0,01 % 5. 6. Belerang (S) 0,016 % C eq 0,15 % Tabel 2 . Sifat mekanis AISI 1006 [6] No. Sifat Mekanik Metric 1. Density 7,872 g/cc 2. Hardness Vickers 98 VHN 3. Kekuatan Tarik Maksimum 330 MPa 4. Kekuatan Luluh 285 MPa 5. 6. Elongation 20 % Reduction Area 45 %
## 2.2 Wire Drawing
Pada saat proses wire drawing berlangsung batang rod akan terdeformasi plastis sesuai bentukan die, hal ini disebabkan adanya gaya reaksi yang ditimbulkan oleh permukaan die yang bersentuhan dengan batang rod dan juga karakteristik material dari batang rod maupun die [7]
## Gambar 1 . Ilustrasi proses wire drawing
Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi kerja pada proses penarikan kawat sehingga berdampak pada hasil keluaran kawat, faktor tersebut diantaranya adalah presentase reduksi, sudut die, dan pelumas [4]
## 2.3 Persentase Reduksi
Persentase reduksi merupakan besarnya rasio pengurangan dimensi initial wire dan output wire. Faktor ini berdampak pada sifat mekanik kawat semakin besar persentase reduksi maka akan menyebabkan nilai kekerasan kawat semakin tinggi, berikut persamaan yang dapat digunakan:
%𝑅 = 1 − ( 𝑑1 𝑑2 ) 2 𝑥 100 % (1)
%R yaitu Persentase Rasio reduksi, d1Diameter akhir dan d2 diameter awal dalam satuan mm [7]
## 2.4 Sudut Die
Sudut die memiliki fungsi untuk menentukan zona deformasi yang akan berdampak terhadap tegangan Tarik regangan kawat, Dalam perhitungan teoritis wire drawing sudut die diindikasikan sebagai varial B bersanding dengan koefisien gesek yang terjadi untuk proses wire drawing, dapat dilihat pada persamaan dibawah ini [8]:
𝐵 = µ tan 𝛼 (2)
µ menyatakan Koefisien gesek dan α yaitu semi-angle die
Salah satu indikasi die optimum dapat dilihat dari nilai delta factor yaitu rasio membentang sepanjang titik tengah dari die terhadap panjang kontak antara kawat dan die, dapat dilihat pada persamaan berikut :
∆ = α r [ 1 + ( 1 − 𝑟) 0.5 ] 2 (3)
φ = ∆ 6 + 1 (4)
∆ yaitu delta faktor, r Rasio reduksi , φ y a i t u Redundant factor [8]
## 2.5 Tegangan Alir
Tegangan alir merupakan sifat sebuah material untuk mempertahankan kondisi bentuknya. Nilai rata-rata tegangan alir dapat diketahui dengan persamaan berikut :
σ0 = 𝐾.𝐶 𝑛 𝑛+1 (5)
𝜎 0 yaitu Rata-rata tegangan alir , K yaitu Koefisien Kekuatan (N/mm 2 ) dan n merupakan Eksponen pengerasan regang dan , ɛ adalah Regangan Aktual, ..
Deformasi yang terjadi pada wire drawing adalah deformasi tak seragam, sehingga persamaan tegangan penarikan kawat dengan adanya gaya gesek dan redundant work dapat menggunakan persamaan berikut [4] :
σa = σ0 ln ( A1 A0 ) (1 + B)φ
(6)
𝜎 a = Effective Stress, A1 = Luas Penampang Akhir (mm), A0 = Luas Penampang Awal (mm) . Φ = Redundant work factor
## 2.6 Gaya Penarikan
Persamaan yang dapat digunakan dalam perhitungan gaya penarikan adalah sebagai berikut :
𝐹 = 𝐴1σ0 (1 + µ tanα ) φ. ln A0 A1 (7)
(7)
## 2.7 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini ada metode analisis teoritis dan simulasi menggunakan Finite Element Methode (FEM) 2D Axisymetric pada Ansys Workbench 19.0.
## 3. Hasil dan pembahasan
## 3.1 Pembuatan Geometri
Pembuatan die dan kawat dilakukan dengan skema 2D pada design modeler, dan karena penggunaan sudut die dan initial kawat yang berbeda maka digunakan metode parametric sehingga cukup dengan input data parameter yang berubah untuk simulasi berikutnya.
## 3.2 Penentuan Kondisi Batas
Kontak antara kawat dengan die adalah kontak gesek dengan salah satu geometri bergerak, dalam hal ini target ditunjukan untuk bagian yang bergerak yaitu kawat, dan kontak untuk dies. Die diharapkan tidak mengalami deformasi dan tidak mengalami perpindahan maupun pergeseran, sehingga seluruh bagian die diberi kondisi fixed support, untuk kondisi kawat diberi displacement ke arah sumbu Y sampai melewati die. Dalam penentuan kondisi batas juga ditentukan nilai koefisien gesek sebesar 0,03 [9]
## 3.3 Hasil Simulasi FEM
Gambar 3 menunjukkan hasil simulasi pada sudut dies 12° , dapat dilihat nilai tegangan maksimum dan tegangan minimum yang terjadi selama proses wire drawing, tegangan maksimum yang diterima oleh kawat sebesar 455,34 MPa. Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa kawat mengalami deformasi elastis hingga ke deformasi plastis, dies tetap pada bentuknya, tidak mengalami perubahan.
Gambar 3 . Equivalent Stress Sudut 12 °
Gambar 4 merupakan hasil equivalent Stress pada sudut dies 14°,equivalent stress atau biasa disebut dengan Von misses [10] . Tegangan maksimum yang diperoleh dari hasi simulasi proses penarikan kawat dengan sudut dies 14° yaitu 473,58 Mpa. Ketika Kawat mengalami penarikan secara terus menerus, maka kawat akan mengalami deformasi dan seiring dengan hal tersebut maka kawat akan mencapai nilai tegangan alir yang maksimum [11]
Gambar 5. Equivalent Stress Sudut 16 °
Pada gambar diatas, merepresentasikan equivalent stress yang terjadi pada kawat saat proses wire drawing dengan persentase reduksi 17,36 % pada sudut die 16º. Dalam Gambar 5 juga dapat dilihat nilai tegangan maksimum dan tegangan minimum yang terjadi selama proses wire drawing, tegangan maksimum yang diterima oleh kawat sebesar 514,43 Mpa.
Simulasi dilakukan 3 kali untuk setiap rasio reduksi dengan variasi sudut dies 12°, 14° dan 16°. Hasil simulasi nilai tegangan yang ditampilkan ialah 𝜎 a dan untuk gaya penarikan dilambangkan dengan F, hasil simulasi dan perhitungan teoritis dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 3 . Hasil Rata – Rata Tegangan Alir dan Gaya Penarikan
Sudut Approach Rata-Rata Tegangan Alir (MPa) Gaya Penarikan (N) Simulasi Teoritis Simulasi Teoritis 12° 14° 16° 135,62 134,62 411,65 422,701 137,55 136,14 451,45 427,474 141,81 138,43 502,63 434,689
Gambar 7 . Grafik perbandingan pengaruh sudut die terhadap gaya penarikan secara simulasi dan teoritis
Gambar 6 dan 7 merupakan grafik perbandingan pengaruh sudut die terhadap Tegangan Alir dan Gaya Penarikan yang di analisa secara simulasi dan teoritis. Dari hasil diatas persentase perbedaan simulasi dan perhitungan teoritis untuk nilai tegangan alir sebesar 0,95 dan nilai gaya penarikan sebesar 5,31%. Hal tersebut dikarenakan pada software Ansys Workbench 19.0 tidak ada pendefinisian Koefisien Kekuatan (K) dan nilai eksponen regangan (n) dari material itu sendiri dalam hal ini yaitu AISI 1006 yang mempunyai sifat non-linear untuk di masukan dalam simulasi pada software [12] Semakin besar sudut die dan persentase reduksi semakin besar pula perbedaan. Hal itu disebabkan karena semakin besar sudut die deformasi yang terjadi lebih tidak seragam atau non-uniform deformation.[13]
Kawat yang melewati die akan terdeformasi ketika mulai kontak dengan sudut approach die atau bagian bell. Kawat mengalami pertambahan panjang sebanding dengan nilai tegangan dan regangan sehingga penggunaan material dalam simulasi yaitu non – linear. Non-uniform deformation terjadi karena ada perubahan arah tegangan secara signifikan secara terus-menerus sampai melewati batas Ultimate Tensile Strength dari material.[14]
Pada proses pengecilan kawat dengan beberapa tahapan, kawat baja akan mengalami fenomena strain hardening atau pengerasan regang yang diakibatkan oleh gaya yang diterima oleh permukaan kawat secara berulang,. Strain hardening akan terjadi pada tahap pengecilan pertama sampai seterusnya, yang akan mengakibatkan kekerasan dan kekuatan kawat bertambah tetapi keuletan menurun yang diakibatkan dislokasi dari atom. [6]. Ketika gaya yang diterima kawat lebih besar dari pada tegangan luluhnya maka atom yang sudah bergeser akan sulit untuk kembali ke posisi semula, sehingga akan menyebabkan deformasi permanen. Struktur atom pada fenomena strain hardening akan mengalami dislokasi dan pertambahan panjang seiring terjadinya regangan plastis yang semakin bertambah. Dislokasi pada atom berarti terjadinya suatu pergeseran atom ke posisi yang baru, atom tersebut juga tidak jarang akan berpindah pada jalur atom lain dan akan saling menutupi. Dalam posisi seperti ini berarti suatu dislokasi atom akan menghambat dislokasi lanjutan, sehingga akan dibutuhkan energi yang relatif lebih besar untuk melakukan dislokasi lanjutan [15]
## 4. Kesimpulan
Dari hasil simulasi menggunakan software Ansys W.B 19.0 dan perhitungan secara teoritis penelilitian ini dapat disimpulkan bahwa Pengaruh sudut die penarikan kawat terhadap rata-rata tegangan alir ialah semakin besar sudut die semakin besar juga nilai tegangan alir yang terjadi. Pengaruh sudut die penarikan kawat terhadap gaya penarikan
menunjukan semakin besar sudut die maka nilai gaya penarikan semakin besar, dengan total rata-rata persentase perbedaan simulasi dan perhitungan teoritis untuk pengaruh persentase pengaruh sudut die sebesar 3,13%.
## Daftar Pustaka
[1] Alfian Wijaya, Sheila Tobing dan Hadi Sutanto, “Optimasi Sudut Die, Rasio Reduksi, dan Panjang Bearing terhadap Tegangan Penarikan Kawat Aluminium dengan Finite Element Method” : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya..
[2] S. Sutjipto, J. T. Mesin, and P. N. Bandung, “Bahan Ajar Material – Teknik Standar- Pembelajaran Minimal,” 2015.
[3] F. Fauziyah, Tugas Akhir “Pengaruh Persentase Reduksi Terhadap Tegangan Alir, Regangan dan Gaya Penarikan Kawat Baja AISI 1006 dengan Finite Element Method” : Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung , 2020
[4] D. Muliastri, D. Eka Septyani, and P. Lesmana, “Pengaruh Pelumas Terhadap Tegangan Alir Dan Gaya Penarikan Kawat Aisi 1006 Menggunakan Metode Fem,” Manutech J. Teknol. Manufaktur , vol. 13, no. 02, pp. 51–59, 2021, doi: 10.33504/manutech.v13i02.158.
[5] W. D. Callister and J. Wiley, Materials science , vol. 79, no. SUPPL. 2002.
[6] C.J. Luis, et al. “Comparison between Finite Element Method and Analytical methods for Studying Wire Drawing Processes.” Journal of Material Processing Technology, 2005.
[7] D. Muliastri, S. Sutjipto, and F. Fauziah, “Percentage reduction analysis of flow stress of steel AISI 1006 by finite element method,” 4Th Int. Conf. Mater. Metall. Eng. Technol. 2020 , vol. 2384, no. December, p. 060003, 2021, doi: 10.1063/5.0071545.
[8] M. C. Ruiz, J. Verde, A. Andrés, J. Viguri, and A. Irabien, “Environmental assessment of lubricants before and after wire drawing process,” J. Hazard. Mater. , vol. 85, no. 3, pp. 181–191, 2001, doi: 10.1016/S0304- 3894(01)00227-8.
[9] M. Firman, M. Darsin, and H. Arbiantara B., “Analisis Kekuatan Tarik Dan Kekasaran Kawat Tembaga Hasil Drawing Akibat Variasi Persentase Reduksi,” Rotor , vol. 6, no. 1, pp. 50-55–55, 2013.
[10] W. D. Callister and D. G. Rethwisch, Fundamentals of materials science and engineering : an integrated approach LK - https://tudelft.on.worldcat.org/oclc/798982985 . 2012.
[11] Roger N. Wright. Wire Technology: Process Engineering and Metallurgy, Elsevier Inc, 2011
[12] S. M. Byon, S. J. Lee, D. W. Lee, Y. H. Lee, and Y. Lee, “Effect of coating material and lubricant on forming force and surface defects in wire drawing process,” Trans. Nonferrous Met. Soc. China (English Ed. , vol. 21, no. SUPPL. 1, pp. s104–s110, 2011, doi: 10.1016/S1003-6326(11)61071-6.
[13] P. Tornar, R. K. Pandey, and Y. Nath, “Numerical simulation of friction stress in wire drawing produced by direct extrusion process in presence of lubricant starvation,” Procedia Eng. , vol. 64, pp. 1320–1328, 2013, doi: 10.1016/j.proeng.2013.09.213.
[14] M. T. Hillery and V. J. Mccabe, “precessh g Materials Wire drawing at elevated temperatures using different die materials and lubricants IAVOmeter I Pyrometer l ~ ] k , k . a .. ~ N ,” J. Mater. Process. Technol. , vol. 55, pp. 53–57, 1995.
[15] O. R. Adetunji, D. Ph, S. I. Kuye, D. Ph, M. J. Alao, and B. Eng, “Microstructures of Mild Steel Spring after Heat Treatment . Microstructures of Mild Steel Spring after Heat Treatment .,” vol. 14, no. February, pp. 11–15, 2015.
|
9488d7b9-850c-448d-b0eb-e07ea677e45f | https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JBC/article/download/409/402 |
## Jurnal Bidan Cerdas
e-ISSN: 2654-9352 dan p-ISSN: 2715-9965 Volume 4 Nomor 1, 2022, Halaman 53-61 DOI: 10.33860/jbc.v4i1.409 Website: https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JBC Penerbit: Poltekkes Kemenkes Palu
## Peran Kader dalam Penurunan Stunting di Desa
Kadar Ramadhan
, Christina Entoh , Nurfatimah
Prodi D-III Kebidanan Poso, Poltekkes Kemenkes Palu, Poso, Indonesia Email: [email protected]
## ARTICLE INFO ABSTRAK
Pendahuluan : Keseriusan pemerintah dalam pencegahan stunting yang terdapat dalam strategi nasional percepatan pencegahan stunting patut diapresiasi. Dimasukannya stunting sebagai prioritas masalah dalam penggunan dana desa merupakan langkah tepat karena desa adalah ujung tombaknya, olehnya itu di setiap desa harus ada kader kesehatan yang fokus pada masalah ini. Mengingat peran kader yang vital maka kader perlu dibekali dengan pengetahuan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan peran kader dalam pencegahan stunting di Desa Bulili Kecamatan Lore Selatan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cohort selama 3 bulan dengan fokus sasaran adalah kader posyandu dan outputnya adalah status gizi TB/U semua anak usia 0-23 bulan di Desa Bulili Kecamatan Lore Selatan. Hasil: hasil penelitian menunjukan usaha kader berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 35,3% pada November 2018 menjadi 16,7% pada Oktober 2019, pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting. Simpulan : Pendampingan kader harus dilakukan berkelanjutan agar kinerja kader tetap baik.
Article History: Received: 2021-03-26 Accepted: 2021-09-01 Published: 2022-04-01
Kata Kunci: Kader; Stunting; ASI.
Keywords:
Caddres; Stunting; Breasfeeding.
## ABSTRACT
Introduction : The government's seriousness in preventing stunting contained in the national strategy to accelerate stunting prevention should be appreciated. The inclusion of stunting as a priority problem in the use of village funds is the right step because the village is the spearhead, therefore in every village there must be health cadres who focus on this problem. Given the vital role of cadres, cadres need to be equipped with good knowledge. The purpose of this study was to increase the role of cadres in preventing stunting in Bulili Village, South Lore District. Methods : This study is a cohort study for 3 months with the target focus is posyandu cadres and the output is the nutritional status of Length for Age of all children aged 0-23 months in Bulili Village, South Lore District. Results : the results showed that the efforts of cadres succeeded in reducing the prevalence of stunting from 35.3% in November 2018 to 16.7% in October 2019, exclusive breastfeeding was associated with stunting. Conclusion: Cadre assistance must be carried out continuously so that cadre performance remains good.
© 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
## PENDAHULUAN
Stunting adalah ketidakmampuan anak di bawah usia 5 tahun untuk tumbuh karena kekurangan gizi kronis, terutama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak-anak yang stunting juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit kronis di masa dewasa. Padahal, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi terhadap penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 2-3% setiap tahunnya (Kementerian PPN/Bappenas, 2018 ). Stunting pada masa kanak-kanak merupakan salah satu hambatan yang paling signifikan bagi perkembangan manusia ( World Health Organization, 2014 ). Secara global, sekitar 150,8 juta atau sekitar 22,2% anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. Selain itu, 50,5 juta (7,5%) balita juga mengalami wasting dan 38,3 juta (5,6%) mengalami underweight ( Development Initiatives, 2018; UNICEF, WHO, & World Bank Group, 2018 )
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% bayi di bawah usia 5 tahun mengalami pertumbuhan terhambat. Artinya, hingga 7 juta anak di bawah usia lima tahun di Indonesia, yang mewakili generasi Indonesia saat ini, terancam oleh kurangnya daya saing dalam kehidupan masa depan mereka. Penurunan angka stunting Indonesia selama satu dekade terakhir belum menunjukkan banyak perubahan ( Kementerian Kesehatan R.I, 2018b ). Prevalensi stunting di Sulawesi tengah masih tinggi. Menurut data Pemantauan Status Gizi (PSG), Tahun 2015 sebesar 35,3% turun menjadi 32% pada tahun 2016 namum kembali lagi naik menjadi 36,1% tahun 2017. Angka ini masih jauh di atas target WHO yakni dibawah 20%. Prevalensi stunting di Kabupaten Poso pada tahun 2015 sebesar 34,2% turun menjadi 29,7% tahun berikutnya, namun kembali naik menjadi 35,4% pada tahun 2017 ( Kementerian Kesehatan R.I, 2017 , 2018a ).
Jika keadaan darurat stunting terus berlanjut, Indonesia khususnya akan melewati tahap bonus demografi pada tahun 2035, yang dapat menjadi beban negara. Pasalnya, selain ukurannya yang kecil, balita yang stunting juga memiliki masalah kesehatan lain yang tidak terlalu mereka khawatirkan. Salah satu yang paling serius adalah perkembangan neuron otak yang tidak lengkap ( Putri, 2017 ). Permasalahan stunting masih dipandang sebagai akibat kekurangan gizi, sehingga penangannya masih didominasi oleh Lembaga dan penyedia layanan di bidang kesehatan, namun tahun 2017 diputuskan bahwa penurunan stunting penting dilakukan dengan pendekatan multi-sektor melalui sinkronisasi program nasional, lokal dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah ( Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2018a ).
Salah satu yang paling berusaha dalam pencegahan stunting adalah kader posyandu. Di beberapa daerah usaha kader posyandu terhadap pembangunan kesehatan cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat aktivitas dan sasaran programnya ( Tse, Suprojo, & Adiwidjaja, 2017 ). Penelitian Amir di Bolaang Mongondow menunjukan 79,5% usaha kader posyandu yang baik meningkatkan status gizi yang baik menjadi 92,3% ( Amir, 2018 ). Untuk di Kec. Lore Selatan, usaha kader posyandu hanya saat hari posyandu saja. Usaha kader ini sebenarnya yang perlu ditingkatkan karena mereka adalah orang yang akan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kader perlu dilatih secara berkala agar memiliki wawasan yang cukup mengenai masalah stunting dan pencegahannya, selain itu dengan adanya dana desa, kader bisa digaji dengan layak agar mereka bisa lebih meningkatkan kinerjanya.
Kecamatan Lore Selatan yang memiliki 8 desa merupakan Wilayah Kerja Puskesmas Gintu. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan terdapat 3 desa yang prevalensi stunting nya di atas 40%, yaitu Pada 42,1%, Bulili 41,9% dan Badangkaia 41,2%. 4 desa lainnya berada pada 30 – 40%. Hanya 1 desa yang prevalensinya di bawah 20% yaitu Desa Bewa sebesar 18,6% ( Ramadhan, 2019 ). Pemilihan Desa Bulili sebagai daerah fokus penelitian selain karena prevalensinya tinggi juga karena respon dari usahagkat desa dan bidan desa sangat baik. Pengalaman saat Praktik Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poso Poltekkes Kemenkes Palu menunjukan masyarakat sangat antusias menghadiri setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kader dalam pencegahan stunting.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal yaitu salah satu jenis penelitian yang membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah kader posyandu. Penelitian dilaksanakan di Desa Bulili Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso pada bulan September – November 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader KIA dan anak usia 0-23 bulan yang berada di Desa Bulili. Metode sampling dalam penelitian ini Total sampling . Kader KIA berjumlah 5 orang dan anak usia 0 – 23 bulan 18 orang. Kader kemudian diberikan pendampingan dalam melaksanakan kegiatan posyandu.
Variabel usaha terdiri atas 7 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban yaitu 1) selalu, 2) kadang-kadang, 3) tidak pernah. Usaha dikategori menjadi 2 yaitu baik jika skor diatas atau sama dengan 80 dan kurang jika kurang 80. Data penelitian akan disajikan dalam tabel dan grafik. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu proporsi. Analisis dilakukan menggunakan WHO Antro versi 3.2.2 dan Stata 15.1. WHO Antro digunakan untuk menentukan nilai z dari masing indikator gizi kemudian datanya di eksport ke Stata untuk dianalisis lebih lanjut. Persetujuan etik penelitian ini dikeluarkan oleh Poltekkes Kemenkes Palu dengan No.LB.01.01/KE/01.146/IX/2019
## HASIL PENELITIAN
Setelah dilaksanakan penelitian kurang lebih selama 3 bulan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1: Usaha Pencegahan Stunting yang Bisa dilakukan oleh Kader
No Usaha Sebelumnya Saat ini Selalu Kadang- kadang Tidak Pernah Selalu Kadang- kadang Tidak Pernah 1 Melakukan pengukuran Tinggi badan √ √ 2 Melakukan penyuluhan kesehatan √ √ 3 Melakukan pengisian buku KIA pada grafik TB/U √ √ 4 Melakukan pemberian Makanan Tambahan (PMT) √ √ 5 Melakukan kunjungan rumah bersama bidan atau petugas puskesmas jika ada balita atau ibu hamil yang tidak ke posyandu √ √
No Usaha Sebelumnya Saat ini Selalu Kadang- kadang Tidak Pernah Selalu Kadang- kadang Tidak Pernah 6 Melakukan kunjungan rumah bersama bidan atau petugas puskesmas jika ada balita atau ibu hamil yang bermasalah √ √ 7 Melaporkan hasil kegiatan posyandu kepada pemerintah desa √ √
Tabel 1 menunjukkan secara umum sebelum penelitian ini, usaha yang dilakukan oleh kader dalam pencegahan stunting hanya melakukan pemberian Makanan Tambahan (PMT), kadang-kadang melakukan pengukuran tinggi badan, penyuluhan Kesehatan, kunjungan rumah bersama bidan atau petugas puskesmas jika ada balita atau ibu hamil yang tidak ke posyandu, dan bermasalah, tidak pernah melakukan pengisian buku KIA pada grafik TB/U dan melaporkan hasil kegiatan posyandu kepada pemerintah desa.
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian di Desa Bulili Kec. Lore Selatan
Variabel Kategori Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 8 10 44,4 55,6 Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya 6 12 33,3 66,7 Kepemilikan Akte lahir Tidak ada Ada 11 7 61,1 38,9 Kepemilikan jaminan sosial Tidak ada Ada 13 5 72,2 27,8 Penerima bantuan PKH Ya Tidak 3 15 16,7 83,3 Kepemilikan buku KIA Tidak ada Ada 0 18 0,0 100,0 Kepemilikan jamban keluarga Tidak ada Ada 1 17 5,6 94,4 Penggunaan air bersih keluarga Tidak Ya 0 18 0,0 100,0 Kejadian stunting Ya Tidak 3 15 16,7 83,3 Usaha sebelum Baik Kurang 0 5 0,0 100,0 Usaha setelah Baik Kurang 5 0 100,0 0,0
Tabel 2 menujukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (56,6%), memberikan ASI eksklusif sebanyak 12 orang (66,7%), tidak memiliki akte lahir sebanyak 11 orang (61,1%), tidak memiliki jaminan sosial dengan jumlah 13 orang (72,2%), tidak menerima bantuan PKH sebanyak 15 orang (83,3), 18 orang (100%) memiliki buku KIA dan menggunakan air bersih, keluarga memiliki jamban yaitu 17 orang (94,4%), dan kejadian stunting sebanyak 3 orang (16,7%). Usaha pencegahan stunting setelah pendampingan menjadi baik (100%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian menurut Kejadian Stunting di Desa Bulili Kec. Lore Selatan
Variabel Kategori Kejadian stunting Ya Tidak jumlah n (3) % (16,7) n (15) % (83,3) n (18) % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2 1 25,0 10,0 6 9 75,0 90,0 8 10 100,0 100,0 Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya 2 1 28,6 9,1 5 10 71,4 90,9 7 11 100,0 100,0 Kepemilikan Akte lahir Tidak ada Ada 3 0 27,3 0,0 8 7 72,7 100,0 11 7 100,0 100,0 Kepemilikan jaminan sosial Tidak ada Ada 2 1 15,4 20,0 11 4 84,6 80,0 13 5 100,0 100,0 Kepemilikan buku KIA Tidak ada Ada 0 3 0,0 16,7 0 15 0,0 83,3 0 18 0,0 100,0 Penerima bantuan PKH Ya Tidak 1 2 33,3 13,3 2 13 66,7 86,7 3 15 100,0 100,0 Kepemilikan jamban keluarga Tidak ada Ada 1 2 100,0 11,8 0 15 0,0 88,2 1 17 100,0 100,0 Penggunaan air bersih keluarga Tidak Ya 0 3 0,0 16,7 0 15 0,0 83,3 0 18 0,0 100,0
Tabel 3 menunjukkan kejadian stunting lebih banyak terjadi pada anak laki-laki (25%) dan yang tidak diberikan ASI eksklusif (28,6%).
Gambar 1 Sebaran Nilai z TB/U Balita berdasarkan Umur di Desa Bulili Kecamatan Lore Selatan November 2018 (bulat merah) dan Oktober 2019 (segitiga hijau)
Gambar 1 menunjukan sebaran nilai z TB/U dimana jumlah titik segitiga hijau (Oktober 2019) yang berada di bawah -2,00 SD lebih sedikit dibandingkan titik bulat merah (November 2018). Hal ini menunjukan jumlah anak stunting berkurang.
Gambar 2 Grafik Penyimpangan Status Gizi TB/U terhadap Standar Normal Pertumbuhan di Desa Bulili Kec Lore Selatan November 2018 (garis ungu) dan Oktober 2019 (garis merah)
Gambar 2 menunjukan perbandingan penyimpangan status gizi TB/U terhadap standar normal pertumbuhan dimana pengukuran Oktober 2019 (garis merah) mulai mendekati garis normal (hijau) dibandingkan data November 2018 (garis ungu).
## PEMBAHASAN
Temuan penelitian ini menunjukan prevalensi stunting pada anak 0 – 23 bulan sebesar 16,7%. Dari yang mengalami stunting itu, 25% adalah laki-laki dan 10% adalah perempuan. Mayoritas anak yang stunting tidak diberikan ASI eksklusif oleh orang tuanya. Telah banyak penelitian yang membuktikan manfaat ASI eksklusif dalam mencegah terjadinya stunting ( Cetthakrikul et al., 2018 ; Kuchenbecker et al., 2015 ; Lestari, Hasanah, & Nugroho, 2018 ; Nurfatimah, Ramadhan, Entoh, Longgupa, & Hafid, 2021 ). Dibandingkan data bulan November 2018 yang prevalensi stuntingnya 35,3%, prevalensi stunting Oktober 2019 menurun menjadi 16,7%. Dilihat dari jumlahnya terjadi penurunan dari 6 kasus menjadi 3 kasus. Hal ini berkat kinerja kader yang baik dimana semua usaha untuk pencegahan stunting selalu mereka lakukan. Promosi tentang pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan secara masif baik melalui pendidikan kesehatan bagi ibu dan kader, konseling laktasi serta peningkatan dukungan suami guna meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif ( Kasmawati, Longgupa, Ramadhan, Nurfatimah, & Sitorus, 2021 ; Nurfatimah, Entoh, & Ramadhan, 2019 ; Ramadhan, Entoh, Nurfatimah, & Aminuddin, 2021 )
Kegiatan yang bisa dilakukan oleh kader dalam usaha pencegahan stunting seperti pada tabel 1 sebaiknya harus selalu dilakukan agar proses surveilans status gizi balita berjalan dengan baik. Sebelum diadakan penelitian ini, sebagian besar kegiatan hanya kadang-kadang dilaksanakan, bahkan ada sama sekali tidak pernah dilakukan. Hanya pemberian makanan tambahan saja yang selalu dilakukan oleh kader pada setiap posyandu. Pada saat penelitian, dan tentu harapan dari peneliti, setelah penelitian ini agar semua kegiatan tersebut tetap mereka lakukan. Peneliti menyadari ada potensi bias yang terjadi karena selama penelitian kader selalu dipantau dan selalu diingatkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pendampingan berkelanjutan perlu dilakukan agar pemahaman dan semangat kader
semakin meningkat ( Ramadhan, Maradindo, Nurfatimah, & Hafid, 2021 ). Desa Bulili yang mayoritas warganya adalah beragama Kristen juga menjadi salah satu faktor baiknya usaha kader. Banyaknya kelompok-kelompok ibadah sangat memudahkan bagi kader untuk melakukan sosialisasi dan penyampaian informasi seputar kesehatan. Tidak jarang setelah selesai ibadah mereka melakukan penyuluhan kesehatan misalnya tentang pentingnya memberikan ASI. Mereka juga masuk dalam kelompok ibadah remaja, menyampaikan tentang pentinganya konsumsi tablet Fe.
Kader posyandu sering dipandang sebelah mata padahal sesungguhnya usahanya amatlah penting sebagai “penyambung lidah” antara tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dengan warga desa. Selama ini usaha kader hanya nampak saat pelaksanaan posyandu saja, itupun hanya sebagai “pembantu” bidan desa dan tenaga gizi puskesmas dalam melakukan pengukuran berat badan, mencatat hasil penimbangan di buku KIA serta membagikan makanan tambahan pada anak. Jumlah kader KIA yang jumlahnya 5 orang pada setiap posyandu sesungguhnya menjadi potensi yang besar jika mereka diberdayakan dengan baik, mereka yang rata-rata adalah lulusan SMA jika rutin diberikan penyegaran kader maka pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan bias lebih update , apalagi ditunjang dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat.
Perhatian pemerintah terhadap penurunan angka stunting sangat baik, hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Permendes No. 11 tahun 2019 tentang prioritas penggunaan dana desa untuk tahun 2020 dimana stunting menjadi salah satu prioritas utama yang harus diselesaikan ( Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2019 ). Keseriusan lainnya adalah dengan dibentuknya Kader Pembangunan Manusia (KPM) pada tiap desa, 1 desa 1 kader. KPM ini diberi tugas untuk memastikan kegiatan konvergensi pencegahan stunting di desa berjalan ( Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2018b , 2018a ). Pendapingan terhadap KPM perlu dilakukan untuk mendukung kegiatan penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan konvergensi di desa ( Ramadhan, Noya, Aminuddin, & Setiawan, 2021 ). Perlu juga dukungan politis agar kinerja kader tetap maksimal. Menaikkan gaji kader sangat diperlukan agar kinerja dan motivasi mereka tetap baik. Dengan adanya Permendes No. 11 tahun 2019 sangat memungkinkan untuk itu, apalagi tahun 2020 dana desa mengalami kenaikan. Dengan honor yang mereka terima saat ini, sangat rendah jika dibanding dengan pekerjaan yang akan mereka lakukan nanti dalam usaha pencegahan stunting ( Hoffman & Lyons, 2014 ; Sari, 2016 ; Winarni & Utomo, 2013 ).
## SIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan pendampingan kader, prevalensi stunting menurun dari 35,3% pada November 2018 menjadi 16,7% pada Oktober 2019, dan pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting. Kami menyarankan agar pemerintah desa secara periodik menyelenggarakan kegiatan pendampingan untuk kader dengan bekerja sama dengan puskesmas.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Camat Lore Selatan dan Kepala Puskesmas Gintu yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini. Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala Desa Bulili, Bidan Desa, dan seluruh kader KIA yang telah terlibat dalam penelitian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Amir, H. (2018). Pengaruh Peran Kader Kesehatan terhadap Peningkatan Status Gizi Bayi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkub. Jurnal Paradigma Sehat , 6 (2), 17 –27. https://ejournalhealth.com/index.php/paradigma/article/download/783/768
Cetthakrikul, N., Topothai, C., Suphanchaimat, R., Tisayaticom, K., Limwattananon, S., & Tangcharoensathien, V. (2018). Childhood stunting in Thailand: When prolonged breastfeeding interacts with household Poverty. BMC Pediatrics , 18 (1), 395. https://doi.org/10.1186/s12887-018-1375-5
Development Initiatives. (2018). Global Nutrition Report 2018: Shining a light to spur action on nutrition . Bristol, UK: Development Initiatives Poverty Research Ltd. Retrieved from https://globalnutritionreport.org/documents/352/2018_Global_Nutrition_Report.pdf Hoffman, M., & Lyons, M. (2014). Do Higher Salaries Lead to Higher Performance? Evidence from State Politicians (University of Toronto Rotman School of Management). University of Toronto Rotman School of Management, Toronto. Retrieved from https://gps.ucsd.edu/_files/faculty/lyons/lyons_research_07022014.pdf
Kasmawati, K., Longgupa, L. W., Ramadhan, K., Nurfatimah, N., & Sitorus, S. B. M. (2021).
Pendidikan Kesehatan untuk Meningkatkan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Patirobajo Kabupaten Poso. Community Empowerment , 6 (4), 666 –669. https://doi.org/10.31603/ce.4493
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2018a). Panduan Fasilitasi Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Retrieved from http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Panduan%20Konvergensi%20P rogram%20Kegiatan%20Percepatan%20Pencegahan%20Stunting.pdf
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2018b). Pedoman Umum Kader Pembangunan Manusia . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Retrieved from https://dashboard.stunting.go.id/wp- content/uploads/2021/07/BUKU_1_Pedoman-Umum-Kader-Pembangunan- Manusia.pdf
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2019). Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2020 . Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Retrieved from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139731/permendes-pdtt-no-11-tahun-2019
Kementerian Kesehatan R.I. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2016 . Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan. Retrieved from
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Buku-Saku-Hasil-PSG- 2016_842.pdf
Kementerian Kesehatan R.I. (2018a). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 . Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan.
Retrieved from
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Buku-Saku-Hasil-PSG- 2016_842.pdf
Kementerian Kesehatan R.I. (2018b). Laporan Nasional Riskesdas 2018 . Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Retrieved from Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan website: http://repository.litbang.kemkes.go.id/3514/ Kementerian PPN/Bappenas. (2018). Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota . Jakarta: Kedeputian Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Retrieved from
http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Pedoman%20Pelaksanaan%20
Intervensi%20Penurunan%20Stunting%20Terintegrasi%20Di%20Kabupaten%20Kot a.pdf
Kuchenbecker, J., Jordan, I., Rei nbott, A., Herrmann, J., Jeremias, T., Kennedy, G., … Krawinkel, M. B. (2015). Exclusive Breastfeeding and its Effect on Growth of Malawian Infants: Results from a Cross-Sectional Study. Paediatrics and International Child Health , 35 (1), 14 –23. https://doi.org/10.1179/2046905514Y.0000000134
Lestari, E. D., Hasanah, F., & Nugroho, N. A. (2018). Correlation between Non-Exclusive Breastfeeding and Low Birth Weight to Stunting in Children. Paediatrica Indonesiana , 58 (3), 123 –127. https://doi.org/10.14238/pi58.3.2018.123-7
Nurfatimah, N., Entoh, C., & Ramadhan, K. (2019). Pengaruh Konseling Laktasi terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mapane Kabupaten Poso. Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia , 6 (1), 1 –6. https://doi.org/10.20527/jpkmi.v6i1.6869
Nurfatimah, N., Ramadhan, K., Entoh, C., Longgupa, L. W., & Hafid, F. (2021). Continuity of Midwifery Care Implementation to Reduce Stunting. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences , 9 (E), 1512 –1516. https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.7062 Putri, A. W. (2017, March 24). Menghapus Cap Negara Penghasil Generasi Kerdil. Retrieved February 23, 2019, from https://tirto.id/menghapus-cap-negara-penghasil-generasi- kerdil-clqt
Ramadhan, K. (2019). Status Gizi menurut Tinggi Badan per Umur pada Balita. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan , 13 (2), 96 –101. https://doi.org/10.33860/jik.v13i2.38 Ramadhan, K., Entoh, C., Nurfatimah, N., & Aminuddin, A. (2021). Inisiasi Pembentukan Ayah ASI: Pentingnya Dukungan Suami dalam Keberhasilan Menyusui. JMM (Jurnal Masyarakat Madani) , 6 (1), 611 –619. https://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/6541
Ramadhan, K., Maradindo, Y. E., Nurfatimah, N., & Hafid, F. (2021). Kuliah Kader sebagai upaya Meningkatkan Pengetahuan Kader Posyandu dalam Pencegahan Stunting.
JMM (Jurnal Masyarakat Madani) , 5 (4), 1751 –1759. http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/5091
Ramadhan, K., Noya, F., Aminuddin, A., & Setiawan, S. (2021). Assistance of human development cadres in making proposals for convergence prevention of stunting activities. Community Empowerment , 6 (5), 707 –712. https://doi.org/10.31603/ce.4558 Sari, W. P. (2016). Pengaruh Gaji dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru pada SMA Swasta Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau.
Tingkap , XII (1), 65 –81. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/tingkap/article/view/7451
Tse, A. D. P., Suprojo, A., & Adiwidjaja, I. (2017). Peran Kader Posyandu Terhadap Pembangunan Kesehatan Masyarakat. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik , 6 (1),
60 –62. https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/view/372 UNICEF, WHO, & World Bank Group. (2018). Levels and Trends in Child Malnutrition 2018 . UNICEF, WHO and the World Bank Group. Retrieved from UNICEF, WHO and the World Bank Group website: https://www.who.int/nutgrowthdb/2018-jme- brochure.pdf?ua=1
Winarni, & Utomo, H. (2013). Pengaruh Gaji terhadap Kinerja Pegawai Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Salatiga melalui Variabel Motivasi Kerja sebagai Variabel Intervening.
Among Makarti , 6 (11), 48 –71. https://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/view/64
World Health Organization. (2014). Global nutrition targets 2025: Policy brief series. Retrieved from World Health Organization website: https://www.who.int/publications/i/item/WHO- NMH-NHD-14.2
|
edc65cf9-2615-4094-baec-b20bd0ae9f3f | http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/1409/944 |
## PENERAPAN TEHNIK DISTRAKSI UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN POST SEKSIO SESAREA DI RUANG NIFAS
Bayu Rina, Yayuk Nuryanti*, Niluh Gede Susantie Program Studi DIII Keperawatan Manokwari, Poltekkes Kemenkes Sorong, Jalan Basuki Rahmat, Klawalu, Sorong Timur, Klawalu, Kec. Sorong, Kota Sorong, Papua Barat 98416, Indonesia *[email protected]
## ABSTRAK
Nyeri persalinan jika tidak ditangani dengan baik akan berkontribusi pada morbiditas pasien dan dapat mengakibatkan keterlambatan pemulihan. Pemulihan dini sangat penting agar dapat merawat bayinya dan mengurangi insiden nyeri kronis dan sindrom stress pasca trauma. Studi terdahulu menemukan bahwa teknik distraksi mampu untuk menurunkan nyeri dengan biaya yang mudh dan murah serta dapat dilakukan sendiri. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menerapkan prosedur teknik distraksi pada pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan pada 2 pasien pasca seksio sesarea di ruang nifas RSUD Manokwari. Kriteria responden adalah pasien yang baru saja selesai operasi 2 jam yang lalu. Instrumen pengumpulan data menggunakan dengan cara mendengarkan musik lagu adat suku Hatam dan musik islami berdurasi 30 menit dengan pengulangan setiap 1 jam yang diatur menggunakan SOP teknik distraksi musikal. format asuhan keperawatan nifas dan format pengkajian nyeri numerical rating scale (NRS) hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan pengajaran dan pendampingan konsentrasi melakukan teknik distraksi selama 3 hari, responden menunjukan skala nyeri turun pada kedua responden dari skala nyeri 5 menjadi 1 dan skala nyeri 4 menjadi 1.
Kata kunci: nyeri; seksio sesarea; teknik distraksi
## APPLICATION OF DISTRACTION TECHNIQUES TO REDUCE PAIN IN POST CESAREAN SECTION PATIENTS IN THE PUERPERIUM
## ABSTRACT
Labor pain if not treated properly will contribute to patient morbidity and can result in delayed recovery. Early recovery is very important in order to be able to care for the baby and reduce the incidence of chronic pain and post-traumatic stress syndrome. Previous studies have found that distraction techniques are able to reduce pain in an easy and inexpensive way and can be done alone. The purpose of this study was to apply a distraction technique procedure to patients after cesarean section. This research is a case study with a nursing care approach to 2 patients after cesarean section in the postpartum ward of RSUD Manokwari. Respondent criteria were patients who had just finished surgery 2 hours ago. The instrument of data collection was by listening to traditional Hatam tribal songs and Islamic music with a duration of 30 minutes with repetition every 1 hour which was arranged using the SOP of musical distraction techniques. Postpartum nursing care formats and numerical rating scale (NRS) pain assessment formats. The results of this study indicate that after teaching and mentoring concentration is performed on distraction techniques for 3 days, respondents show that the pain scale has decreased in both respondents from a pain scale of 5 to 1 and a pain scale of 4 be 1.
Keywords: cesarean section; distraction technique; pain
## PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa persalinan normal adalah persalinan secara alami dan spontan, dengan risiko rendah dan tetap selama proses persalinan. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan sehat (Mustamu1 & Markus2, 2019). Jenis persalinan
## Jurnal Keperawatan
Volume 13 Nomor 3, September 2021 e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049 http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 537 - 542, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
ada yang normal dan tidak normal. Pada ibu yang tidak bisa bersalin normal akan bersalin secara seksio sesarea (SC). Rasa nyeri akan dialami pada paska persalinan baik normal maupun SC. Persalinan secara SC dapat menimbulkan sensasi nyeri dari persalinannya dan dari luka sayatan pada perut yang disayat (Mustaghfiroh et al., 2021).
Rasa nyeri yang dirasakan pada pasien post seksio sesarea merupakan respon nyeri karena tindakan operasi sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pasien. Perawat harus peka terhadap ketidaknyamanan ini, sehingga harus dapat mengajarkan menejemen nyeri pada pasien, dimana kenyamanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi (Wulff et al., 2017). Beberapa tindakan mandiri perawat untuk pasien yaitu mengubah posisi, melakukan tindakan ritual dengan berdoa, meditasi, tehnik nafas dalam, memberi kompres hangat atau dingin pada bagian yang sakit (Boateng et al., 2019). Nyeri yang tidak ditangani bisa menyebabkan syok, kondisi ini akan memperlambat proses penyembuhan, waktu dirawat menjadi lama, rehabilitasi bisa tertunda. Melihat kondisi ini sehingga diperlukan penanganan nyeri secara tepat (Kintu et al., 2019).
Metode penatalaksanaan nyeri dapat menggunakan obat-obatan maupun bukan obat. Metode pengobatan biasaya dipilih untuk meminimalkan risiko. Metode yang tanpa menggunakan obat meliputi teknik relaksasi, distraksi, pemijatan dan kompres hangat (Selawati et al., 2016). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa teknik distraksi mampu untuk menurunkan intensitas nyeri pasien operasi section cesarea (Permana et al., 2021; Syarifah et al., 2019). Teknik distraksi memiliki kelebihan yaitu mudah dan dapat dilakukan sendiri, tetapi teknik ini dibutuhkan partisipasi aktif minat pasien. Karena dengan minat yang kuat akan lebih mudah diterima pasien, dan menimbulkan efek yang kuat. Salah satu tehnik distraksi yang efektif adalah musik. Tehnik ini dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakitnya ke musik. (Whitburn et al., 2017).
Data Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI 2018 menunjukkan bahwa di Indonesia, cakupan persalinan 83,67%, Provinsi Papua 44,67%, dan Papua Barat 46,49%, sedangkan di Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017) mengumpulkan informasi lebih dari separuh wanita 35% yang bersalin metode persalinan melalui jalan lahir dan sembilan dari sepuluh 65% wanita dengan persalinan bedah seksio sesarea. Metode persalian di Papua Barat persalinan normal 88,1%, operasi 11,7%, dan lainnya 0,3% dari 321.(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hasil pengambilan data awal melalui catatan rekam medis di ruang nifas Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari, didapatkan jumlah pasien yang bersalin secara seksio sesarea pada pada tiga bulan terakhir Oktober sampai Desember di tahun 2019 sebanyak 135 pasien. Hasil wawancara pada 2 pasien mengatakan tidak tahu cara mengatasi nyeri dengan teknik distraksi. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian studi kasus tentang penerapan teknik distraksi untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada pasien post seksio sesarea di ruang nifas Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari.
## METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi dengan pendekatan studi kasus dengan tujuan menggambarkan penerapan teknik distraksi pada pasien post seksio sesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di ruang Nifas RSUD Manokwari. Subyek pada penelitian ini adalah pasien post seksio sesarea dengan diagnosa keperawatan nyeri akut. Dalam studi kasus ini diambil 2 pasien 2 jam pasca operasi seksio sesarea . Fokus dalam studi kasus ini adalah penarapan teknik distraksi pada pasien post seksio sesarea dalam
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 537 - 542, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman untuk mengirangi nyeri. Instrumen pengumpulan data menggunakan format asuhan keperawatan nifas dan format pengkajian nyeri numerical rating scale (NRS) dan SOP teknik distraksi musikal. Distraksi dilakukan dengan cara mendengarkan musik lagu adat suku Hatam dan musik islami berdurasi 30 menit dengan pengulangan setiap 1 jam. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan secara narasi. Dalam pelaksanaan ini menerapkan etika penelitian yang meliputi informed cosent , anonimity dan confidentiality .
## HASIL
Hasil pengkajian didapatkan dua pasien yang baru pertama kali menjalani operasi seksio sesarea. Responden 1 dengan P5 A0, post SC atas indikasi partus macet, tali pusat pendek, ketuban peca dini 24 jam. Responden mengatakan : sakit akibat luka operasi, rasanya seperti ditusuk-tusuk, rasa sakit hanya pada perut bagian bawah, nilai 5, dan sakit terasa hilang timbul dengan waktu yang tidak menentu. Selama ini jika sakit suka mendengarkan musik lagu adat. Respnden 2 dengan P4 A1, post SC atas indikasi partus macet dan lilitan tali pusat. Responden mengatakan sakit akibat luka operasi, rasanya seperti ditusuk-tusuk, rasa sakit pada perut bagian bawah , nilai 4, sakit terasa hilang timbul. Jika sakit suka mendengarkan musik islami.
Hasil analisis data pengkajian, kedua pasien didapatkan masalah keperawatan utama nyeri akut. Rencana tindakan yang dilakukan pada kedua pasien yaitu mengajarkan tehnik distraksi. Responden 1 dengan distraksi mendengarkan musik lagu adat suku Hatam, sedang responden 2 dengan diistraksi mendengarkan musik islami. Tehnik distraksi diajarkan pada 6 jam setelah responden mendapatkan injeksi analgetik. Tindakan pada responden 1 dilakukan pada jam 08.00, 14.00 dan 20.00 WIT. Responden 2 pada jam 09.00, 15.00, dan 21.00 WIT. Tindakan dilakukan selama 3 hari. Hari pertama mengajarkan, hari kedua mendampingi, dan hari ketiga mendampingi.
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan fokus pada hasil skala dan kemandirian. Evaluasi hari pertama didapatkan responden 1 skala nyeri 5, pasien masih belajar untuk konsentrasi. Responden 2 dengan skala nyeri 4, masih belajar konsentrasi. Hari kedua responden 1 sklala nyeri 4, sudah bisa berkonsentrasi dan melakukan distraksi dengan bimbingan. Responden 2 skala nyeri 2 dan sudah bisa berkonsentrasi pada distraksinya. Hari ketiga, responden 1 skala nyeri 2, sudah bisa mandiri melakukan distraksi. Responden 2 skala nyeri 1 sudah bisa mandiri melakukan distraksi. Kesimpulannya pada hari ketiga masalah nyeri akut pada kedua responden teratasi.
## PEMBAHASAN
Hasil studi kasus ini didapatkan kedua responden dilakukan tindakan seksio sesarea dengan indikasi. Hasil ini sejalan dengan seksio sesarea (SC) adalah tindakan operasi untuk melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 500 gram, dengan melakuan sayatan pada dinding uterus, (Johansson et al., 2015) . Dimana tindakan SC bisa karena faktor ibu maupun janin. Faktor dari ibu seperti ibu yang baru pertama hamil dengan kelainan letak janin yang tidak normal, ibu yang sudah umur lebih dari 35 tahun dan baru pertama hamil, adanya kelaian panggul (panggul sempit), ibu dengan riwayat persalinan dan kehamilan yang bermasalah, letak plasenta yang tidak normal atau placenta previa, adanya plasenta yang lepas sebelum persalinan, ibu dengan preklampsia-eklampsia, atas permintaan, ibu hamil dengan kelainan penyakit penyerta seperti jantung, DM, adanya kista ovarium, mioma uteri. Faktor dari janin seperti adanya fetal distress/ janian dalam kondisi gawat, presentasi janin yang tidak normal, kadang tali pusat keluar, persalinan yang lama atau gagal dilakukan vakum (Klomp et al.,
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 537 - 542, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2016). Merujuk indikasi tersebut dimana kedua responden dilakukan tindakan berdasarkan indikasi ibu dan janin. Kedua responden yang sudah grandemultipara yang masuk dalam risiko kehamilan. Selain itu kondisi partus lama akan membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Hasil pengkajian didapatkan kedua responden dengan masalah keperawatan utama nyeri akut dengan kategori sedang. Hasil ini sejalan dengan penjelasan bahwa nyeri merupakan ungkapan perasaan yang tidak menyenangkan dan sangat subjektif. Perasaan ini mempunyai skala atau tingkatan yang berbeda-beda dari setiap orang dan hanya orang yang merasakan yang bisa menjelaskan rasa nyeri yang dirasakan (Puspitasari & Ph, 2016) Penelitian lain menjelaskan bahwa ibu yang telah menjalani SC akan merasakan dampak yang bisa berlangsung berminggu-minggu karena adanya rasa sakit akibat sayatan pembedahan di daerah perut (Merida et al., 2020) Pendapat lain tentang nyeri, dimana nyeri yang hebat merupakan kondisi darurat yang harus diperhatikan dan mendapat penanganan yang tepat (Smith et al., 2006). Nyeri yang tidak diperhatikan dengan baik dapat menyebabkan syok, sehingga memperlambat proses penyembuhan, akibatnya waktu perawatan menjadi lebih lama, masa pemulihan tertunda (Pratiwi et al., 2021).
Nyeri diklasifikasikan menjadi tiga yaitu nyeri ringan dengan skala 1-3 pada kondisi ini pasien masih mampu berkomunikasi. Nyeri sedang dengan skala 4-6 pasien nampak meringis, mendesis, dan dapat menunjukkan lokasi sakitnya. Pada nyeri berat dengan skala 7-9 pasien yang tidak mampu berkomunikasi dan tidak dapat diatasi dengan relaksasi maupun distraksi, sedang jika skala 10 terjadi pasien yang tidak mampu mengendalikan diri biasanya dengan manifestasi memukul mukul dan tidak bisa diajak berkomunikasi (Deussen et al., 2020). Penyebab nyeri bisa berasal dari beberapa yaitu karena trauma, mekanik, panas, listrik, tumor jinak maupun ganas, adanya radang, gangguan peredaran darah (Weibel et al., 2017) . Beberapa agen penyebab nyeri yaitu agen cedera fisik sebagai penyebab nyeri trauma fisik, agen cedera biologi sebagai penyebab nyeri akibat kerusakan fungsi, organ atau jaringan tubuh, agen cedera psikologi sebagai penyebab nyeri yang bersifat psikologi, dan agen cedera kimia sebagai penyebab nyeri karena bahan zat kimia.
Rencana tindakan yang dilakukan mengacu pada hasil penelitian yang menyarankan agar terapi musik diterapkan sebagai intervensi keperawatan maternitas secara mandiri dalam mengurangi rasa sakit, dimana terapi musik berpengaruh terhadap manajemen nyeri pada pasien post operasi seksio sesarea. (Anim-Somuah et al., 2018). Mendengarkan musik merupakan salah satu tehnik distraksi. Penentuan distraksi disesuaikan dengan hasil pengkajian pada responden. Dalam studi kasus ini kedua responden menyatakan suka mendengarkan musik.
Merujuk pada penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi yang menggunakan obat sebagai pereda nyeri, sedang non farmakologi menggunakan beberapa tehnik untuk mengurangi nyeri. Obat-obat yang biasa digunakan sebagai pereda nyeri mempunyai durasi kerja sekitar 4-6 jam. Jenis analgetik yang biasa dipakai ketorolak, ibuprofen, asam mefenamat. (Chang et al., 2015). Mengacu pada penatalaksanaan ini, tindakan distraski dilaksanakan pada 6 jam setelah pemberian analgetik. Tindakan ini sejalan juga dengan penelitian (Persico et al., 2017) bahwa dengan teknik distraksi ada pengaruh yang signifikan terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi dengan nilai p=0,001.
Tehnik distraksi dapat mengurangi nyeri pada pasien post seksio sesarea. Disarankan kepada perawat di ruang nifas untuk dapat menerapkan tehnik distraksi sebagai tindakan mandiri perawat dalam penanganan nyeri akut.
## DAFTAR PUSTAKA
Anim-Somuah, M., Smyth, R. M., Cyna, A. M., & Cuthbert, A. (2018). Epidural versus non- epidural or no analgesia for pain management in labour. The Cochrane Database of Systematic Reviews , 5 , CD000331. https://doi.org/10.1002/14651858.CD000331.pub4
Boateng, E. A., Kumi, L. O., & Diji, A. K.-A. (2019). Nurses and midwives’ experiences of using non-pharmacological interventions for labour pain management: A qualitative study in Ghana. BMC Pregnancy and
Childbirth , 19 , 168. https://doi.org/10.1186/s12884-019-2311-x
Chang, H.-C., Yu, C.-H., Chen, S.-Y., & Chen, C.-H. (2015). The effects of music listening on psychosocial stress and maternal-fetal attachment during pregnancy. Complementary Therapies in Medicine , 23 (4), 509–515. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2015.05.002
Deussen, A. R., Ashwood, P., Martis, R., Stewart, F., & Grzeskowiak, L. E. (2020). Relief of pain due to uterine cramping/involution after birth. The Cochrane Database of Systematic Reviews , 10 , CD004908. https://doi.org/10.1002/14651858.CD004908.pub3
Johansson, M., Fenwick, J., & Premberg, A. (2015). A meta-synthesis of fathers’ experiences of their partner’s labour and the birth of their baby. Midwifery , 31 (1), 9–18. https://doi.org/10.1016/j.midw.2014.05.005
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018. In Laporan Nasional Riskesdas 2018 (Vol. 53, Issue 9). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kintu, A., Abdulla, S., Lubikire, A., Nabukenya, M. T., Igaga, E., Bulamba, F., Semakula, D., & Olufolabi, A. J. (2019). Postoperative pain after cesarean section: Assessment and management in a tertiary hospital in a low-income country. BMC Health Services Research , 19 , 68. https://doi.org/10.1186/s12913-019-3911-x
Klomp, T., de Jonge, A., Hutton, E. K., Hers, S., & Lagro-Janssen, A. L. M. (2016). Perceptions of labour pain management of Dutch primary care midwives: A focus group study. BMC Pregnancy and Childbirth , 16 , 6. https://doi.org/10.1186/s12884-015-0795- 6
Merida, Y., Marwati, A., & Astuti, D. A. (2020). Konseling HIV pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal , 10 (2), 201–212. https://doi.org/10.32583/pskm.v10i2.715
Mustaghfiroh, L., Faradila, I. P. V., & Wijayanti, I. T. (2021). Analisis Berat Badan Lahir Bayi dari Ibu yang Mengalami Anemia Dilihat dari Faktor Usia Ibu dan Usia Kehamilan. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal , 11 (1), 149–156. https://doi.org/10.32583/pskm.v11i1.1175
Mustamu1, A. C., & Markus2, S. A. (2019). Parents Determination Factors Influencing Incomplete Basic Immunization for Infantsin Sorong City, West Papua Province. Indian Journal of Public Health Research & Development , 10 (11), 1759–1764. https://doi.org/10.37506/ijphrd.v10i11.4470
Permana, B., Nurhayati, N., Amelia, C. N., & Lindayani, L. (2021). The Effectiveness Of Al- Qur†Tm an Murrotal Therapy on Reducing Pain Among Postoperative Patients: A Systematic Review. Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) , 7 (1), 54–65. https://doi.org/10.33755/jkk.v7i1.197
Persico, G., Antolini, L., Vergani, P., Costantini, W., Nardi, M. T., & Bellotti, L. (2017). Maternal singing of lullabies during pregnancy and after birth: Effects on mother-infant bonding and on newborns’ behaviour. Concurrent Cohort Study. Women and Birth: Journal of the Australian College of Midwives , 30 (4), e214–e220. https://doi.org/10.1016/j.wombi.2017.01.007
Pratiwi, D. U., Baharza, S. N., & Novitasari, D. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal , 11 (2), 465–474. https://doi.org/10.32583/pskm.v11i2.1284
Puspitasari, L., & Ph, L. (2016). Pengaruh Abdomen Excersice dan Breast Massase terhadap Volume ASI pada Ibu Inpartu Kala I. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal , 6 (2), 54–57. https://doi.org/10.32583/pskm.6.2.2016.54-57
Selawati, S., Darwati, L. E., & Nugraha, S. T. (2016). Kompres Hangat Jahe atau Tanpa Jahe Menurunkan Nyeri Sendi Lutut Lansia. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal , 6 (2), 45–53. https://doi.org/10.32583/pskm.6.2.2016.45-53
Smith, P. J., Kennedy, A. M., Wooten, K., Gust, D. A., & Pickering, L. K. (2006). Association between health care providers’ influence on parents who have concerns about vaccine safety and vaccination coverage. Pediatrics , 118 (5), e1287-1292. https://doi.org/10.1542/peds.2006-0923
Syarifah, A. S., Ratnawati, M., & Kharisma, A. D. (2019). Hubungan Tingkat Nyeri Luka Operasi dengan Mobilisasi Dini pada Ibu Post Sectio Caesarea di Pavilyun Melati RSUD Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery) , 5 (1), 66– 73. https://doi.org/10.33023/jikeb.v5i1.238
Weibel, S., Jelting, Y., Afshari, A., Pace, N. L., Eberhart, L. H., Jokinen, J., Artmann, T., & Kranke, P. (2017). Patient-controlled analgesia with remifentanil versus alternative parenteral methods for pain management in labour. The Cochrane Database of Systematic Reviews , 4 , CD011989. https://doi.org/10.1002/14651858.CD011989.pub2
Whitburn, L. Y., Jones, L. E., Davey, M.-A., & Small, R. (2017). The meaning of labour pain: How the social environment and other contextual factors shape women’s experiences. BMC Pregnancy and Childbirth , 17 , 157. https://doi.org/10.1186/s12884-017-1343-3
Wulff, V., Hepp, P., Fehm, T., & Schaal, N. K. (2017). Music in Obstetrics: An Intervention Option to Reduce Tension, Pain and Stress. Geburtshilfe Und Frauenheilkunde , 77 (9), 967–975. https://doi.org/10.1055/s-0043-118414
|
911e9495-bd89-43c6-adce-5af9481564ad | https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA/article/download/1373/1427 | MODUL Q-SETS ” SEBAGAI REKAYASA BAHAN AJAR KIMIA YANG BERMUATAN
## QUANTUM LEARNING DAN BERVISI SALINGTEMAS
Muhamad Imaduddin 1
1 Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Muhmmadiyah Semarang email: muhamad. [email protected]
## Abstrak
Melihat cakupan materi mata pelajaran kimia yang luas tersebut, tentu saja diperlukan waktu pembelajan kimia yang tidak singkat untuk mencapai ketuntasan belajar. Guru dituntut untuk memaksimalkan pembelajaran padahal mata pelajaran kimia seharusnya tidak hanya diajarkan secara teoritis tetapi juga praktis. Untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu tersebut, maka guru harus dapat menyusun suatu bahan ajar efektif untuk pembelajaran. Modul merupakan salah satu jenis bahan ajar serta sebagai media pembelajaran cetak. Cara dan gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja seseorang termasuk siswa di sekolah. Quantum learning mencakup aspek- aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar modul menggunakan pendekatan quantum learning diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan quantum learning adalah perumusan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku). Wujud perumusan tersebut diwujudkan dalam bentuk visi salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat). Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah antara lain bagaimana menyusun modul Q-SETS sebagai bahan ajar kimia yang bermuatan quantum learning dan bervisi salingtemas, serta adakah pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar siswa. Aplikasi quantum learning bervisi salingtemas dalam modul Q-SETS dapat berupa kegiatan pencarian gaya belajar diri sendiri, peta konsep, penemuan AMBAK melalui analisis SETS, dan konsep TANDUR. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial, maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Alternatif desain modul dapat berupa penyajian strategi pembelajaran dalam media cetak modul. Penyajian strategi pembelajaran yang bermuatan quantum learning dan visi SETS terdiri dari: pembelajaran pendahuluan, penyampaian materi pembelajaran, memancing penampilan, pemberian umpan balik dan kegiatan tindak lanjut. Pembelajaran menggunakan modul Q-SETS berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa. Besarnya pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan koefisien korelasi sebesar 0,506 dan koefisien determinasi 25,56% dengan kriteria pengaruh adalah sedang.
Kata kunci: Modul Q-SETS, quantum learning, visi salingtemas.
## PENDAHULUAN
Salah satu mata pelajaran yang diperoleh Siswa sekolah menengah sesuai dengan KTSP adalah kimia. Menurut Depdiknas (2003: 2) ilmu kimia mengkhususkan diri di dalam mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Siswa mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja. Mata pelajaran ini merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang lain seperti kedokteran, geologi, teknik dan lain- lain.
Melihat cakupan materi mata pelajaran kimia yang luas tersebut, tentu saja diperlukan waktu pembelajan kimia yang tidak singkat untuk mencapai ketuntasan belajar. Kenyataannya, waktu pembelajaran kimia di sekolah masih kurang, terutama untuk kelas X. Guru dituntut untuk
memaksimalkan pembelajaran padahal mata pelajaran kimia seharusnya tidak hanya diajarkan secara teoritis tetapi juga praktis.
Untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu tersebut, maka guru harus dapat menyusun suatu bahan ajar efektif untuk pembelajaran. Guru mempunyai wewenang yang besar dalam menentukan materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menguasai dan mengembangkan materi bahan ajar yang dibutuhkan oleh Siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan pengembangan pembelajaran secara sistematis, terpadu dan terencana melalui bahan ajar untuk membantu Siswa secara individual dalam menguasai tujuan-tujuan belajarnya secara tuntas.
Modul merupakan salah satu jenis bahan ajar serta sebagai media pembelajaran cetak. Kendala penggunaan bahan ajar modul adalah sulitnya menarik perhatian Siswa untuk menggunakan modul dalam belajar. Hal tersebut karena kurang menariknya penampilan, isi, maupun penyampaian gagasan materi dalam suatu modul. Apalagi jika Siswa belum mengetahui cara dan gaya belajar yang baik dan sesuai dengan dirinya. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam buku quantum learning (2008: 110), cara dan gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja seseorang termasuk Siswa di sekolah.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2008:14). Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar modul menggunakan pendekatan quantum learning diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar Siswa.
Selanjutnya, berkaitan dengan perumusan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) dalam quantum learning , belajar kimia bukan hanya sebatas mempelajari secara teoritis yang bersifat hafalan saja, tetapi lebih ditekankan pada penerapan-penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selain memahami materi kimia juga perlu mengetahui keterkaitan materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari, berupa penerapan dalam bidang teknologi dan juga dampak bagi lingkungan maupun sosial masyarakat.
Kemajuan teknologi sering tidak diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan sehingga kita sering pula menjumpai kerusakan lingkungan akibat pengembangan teknologi. Peran guru untuk menghasilkan para ilmuwan-ilmuwan yang dapat menghasilkan teknologi ramah lingkungan sangat diperlukan. Salah satu caranya yaitu mengadakan pembelajaran kimia bervisi salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) atau SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ). Dari uraian di atas, maka penyusunan bahan ajar dengan pendekatan quantum learning dan visi salingtemas atau SETS sangat dipelukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan dan merekayasa bahan ajar tersebut melalui pembuatan modul “ Q-SETS ” , serta mengetahui pengaruh penggunaannya dalam pembelajaran.
Adapun rumusan masalah pada program penelitian ini adalah bagaimana menyusun modul Q- SETS sebagai bahan ajar kimia yang bermuatan quantum learning dan bervisi salingtemas, serta adakah pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar siswa.
Tujuan dari program ini adalah menyusun modul Q-SETS dan mengetahui pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar Siswa.Luaran yang diharapkan dengan adanya program ini ialah modul Q-SETS dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri kimia, serta artikel hasil penelitian pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar kimia Siswa.
Kegunaan program ini antara lain 1) Bagi Siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik Siswa terhadap pelajaran kimia dan meningkatkan pemahaman Siswa terhadap materi kimia menggunakan modul Q-SETS . 2) bagi guru, memperoleh suatu variasi bahan ajar terhadap materi kimia yaitu dengan menggunakan pendekatan quantum learning dan visi SETS. Lebih jauh lagi, guru dapat ikut mengembangkan bahan ajar kimia. 3) Bagi peneliti, memperoleh pengalaman langsung bagaimana berkolaborasi maupun memilih pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman. Peneliti akan mempunyai dasar- dasar kemampuan mengajar dan kemampuan mengembangkan pembelajaran berbantuan modul dan berbagai media pembelajaran lainnya.
## TINJAUAN PUSTAKA
## Modul sebagai Bahan Ajar
Adapun bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modul yang berupa paket belajar dan meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu Siswa mencapai tujuan belajar (Mulyasa, 2006:43). Pada penelitian ini bahan ajar materi pokok konsep reaksi oksidasi dan reduksi disusun oleh peneliti dengan menggunakan konsep yang lebih sistematis dan ringkas supaya materi lebih mudah dipahami. Penyusunan modul menggunakan pendekatan quantum learning dan visi SETS. Bahan ajar adalah bahan-bahan/materi pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan Siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran memiliki berbagai komponen yang satu sama lain saling terkait dan berhubungan secara fungsional. Komponen-komponen sistem pembelajaran itu, antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, guru, Siswa, media dan sarana pembelajaran, dan biaya operasional serta alat evaluasi belajar yang digunakan (Kustiono, 1998:1). Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang integral dalam sistem pembelajaran artinya media menjadi komponen yang cukup penting dalam strategi penyampaian pembelajaran. Media pembelajaran adalah setiap alat keras maupun lunak yang dapat digunakan untuk mentransmisikan pesan atau informasi dari guru kepada Siswa (Kustiono,1998:2). Melihat fungsinya, bahan ajar memuat pesan- pesan pembelajaran yang siap untuk disampaikan kepada siswa maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar termasuk media pembelajaran. Dilihat dari bentuknya, bahan ajar yang berbentuk modul termasuk media cetak. Anderson dalam Kustiono (1998:3) mengemukakan media cetak adalah media yang berupa benda yang dicetak, mencakup semua jenis benda cetakan. Termasuk kategori ini antara lain: bahan ajar/modul, buku teks atau buku pelajaran, hand-out, LKS, dan sebagainya.
## Tinjauan Tentang Pembelajaran Bermuatan Quantum Learning
Quantum learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal, dan antara waktu yang dihabiskan di dalam zona aman seseorang berada dan zona keluar dari tempat itu (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2008: 86). Sedangkan menurut Setiawan Santana Kurnia (2008), “ Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat”. Dalam pembelajaran quantum diterapkan rumus AMBAK (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2008:49) yaitu:
## A : Apa yang dipelajari
Dalam pelajaran kimia materi redoks, misalnya, guru memberikan tugas mengkaji mengenai fenomena redoks yang ada dalam kehidupan.
## M : Manfaat
Guru harus memberi kemampuan memahami situasi yang sebenarnya (insight), sehingga murid tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
BAK : Bagiku Quantum lebih menekankan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bisa dikontribusikan kelak saat anak dewasa nanti.
AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat- akibat suatu keputusan.
## Pengertian Pembelajaran Bervisi Salingtemas
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengharapkan lulusan pendidikan pada jenjang pendidikannya untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan pencapaian pengetahuan yang dibekalkan kepada mereka di jenjang tersebut. Di antara cara mencapai kompetensi yang diharapkan, untuk pembelajaran sains para pendidik dianjurkan juga menggunakan pendekatan Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) sekaligus sebagai visi pembelajaran, di samping
pendekatan lain. Meurut Binadja (2005a:2), dianjurkannya visi Salingtemas adalah karena sejumlah kelebihan berikut:
1) Visi Salingtemas memberi peluang siswa untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan analisis dan sintesis dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
2) Visi Salingtemas memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan siswa untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan Salingtemas secara kuat.
3) Visi Salingtemas memberi kesempatan pendidik dan siswa untuk mengaktualisasikan diri dengan kelebihan Salingtemas.
Gambar 1. Keterkaitan Antar Unsur Salingtemas
Berdasakan hasil beberapa penelitian tentang Salingtemas atau SETS, menunjukkan integrasi SETS dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan adalah:
1) Mulyani (2008) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang diberi pembelajaran berpendekatan SETS menggunakan CD pembelajaran lebih baik daripada hasil belajar kimia mengunakan pembelajaran dengan metode konvensional di SMA N 14 Semarang.
2) Nur Atmaningsih (2006) menunjukkan pengaruh positif pendekatan SETS dalam pembelajaran kimia pokok bahasan zat radioaktif dan penggunaan radioisotop terhadap minat dan sikap siswa kelas II SMA Negeri 1 Grinsing pada mata pelajaran kimia.
Aplikasi Quantum Learning dan Visi SETS pada Bahan Ajar Modul
1) Pencarian Gaya Belajar Diri Sendiri
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Cara menyerap informasi dibedakan menjadi sistem identifikasi V-A-K (Visual-Auditorial-Kinestetik). (Bobbi DePorter, 2008: 122-136).
2) Peta Konsep
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994 dalam Trianto, 2007: 159).
3) Penemuan AMBAK melalui SETS
Aplikasi AMBAK pada modul Q-SETS adalah menggunakan konsep salingtemas yaitu mengaitkan antara sains, lingkungan, teknologi , dan masyarakat.
4) Konsep TANDUR
Kerangka perancangan pengajaran quantum learning di kelas atau quantum teaching dibuat dengan menggunakan konsep TANDUR yaitu sebagai berikut :
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, tumbuhkan interaksi dengan siswa.
b. Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang muncul adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi.
c. Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh.
d. Demonstrasikan
Sudah saatnya siswa mendemonstrasikan di hadapan guru dan teman.
e. Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini!”.
f. Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas . (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2008:88)
Materi Pokok Reaksi Oksidasi dan Reduksi Kaitannya dengan Aplikasi Quantum Learning dan Visi SETS
Keterkaitan antarkonsep yang ada dalam materi pokok konsep reaksi oksidasi dan reduksi dapat digambarkan dengan peta konsep sebagai berikut (Salirawati, dkk. 2007: 153).
Gambar 2. Peta konsep pohon jaringan: keterkaitan antarkonsep yang ada dalam materi pokok konsep reaksi oksidasi dan reduksi
Keterhubungan antar unsur SETS merupakan suatu bentuk aplikasi dari rumus AMBAK “Apa Manfaatnya Bagiku” dalam quantum learning . Contoh penerapan model analisis keterhubungan antarunsur SETS dapat disajikan dalam peta konsep gambar 3.
REAKSI REDOKS
mengalami perubahan konsep OKSIDASI melalui melalui melalui melibatkan pengikatan O 2 pelepasan e - reduktor menaikkan REDUKSI
melibatkan melalui melalui melalui pelepasaan
O 2 pengikatan e - oksidator menurunkan BILOKS mendasari tatanama senyawa senyawa biner untuk untuk ion poli atom Society - Lapangan pekerjaan bagi
pembuat dan penjual
- Memeriahkan acara
- Dampak negatif: menyebabkan kebakaran. Environment - Pengambilan bahan dari lingkungan
- Pencemaran lingkungan oleh limbah Technology Kembang api Science Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
Gambar 3. Contoh model analisis keterhubungan antar unsur SETS berdasarkan pada konsep sains reaksi oksidasi dan reduksi (kembang api).
## METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah jenis Control Group Pre Test-Post Test Design, yaitu penelitian dengan melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Arikunto, 2006: 87).
Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Pretes Perlakuan Pelaksana Post tes Eksperimen T 1 X P T 2 Kontrol T 1 Y P T 2 Keterangan: X = diajar dengan modul Q-SETS (Pembelajaran quantum bervisi SETS)
Y
= kelas kontrol (konvensional bersuplemen SETS)
Populasi adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pecangaan tahun pelajaran 2009/2010 yaitu sebanyak 276 siswa yang tersebar dalam tujuh kelas yaitu kelas X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh kelas X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Variabel bebas adalah bahan ajar yang digunakan sebagai pedoman praktik pembelajaran. Pada kelas eksperimen, peneliti menggunakan modul Q-SETS sebagai bahan ajar sehingga dalam praktik pembelajaran menggunakan pembelajaran quantum learning bervisi SETS. Adapun kelas kontrol, menggunakan bahan ajar konvensional dan suplemen SETS. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang dibatasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapaun analisis pada ranah afektif dan psikomotorik digunakan teknik deskriptif.
Metode pengambilan data penelitian ini adalah (1) Metode Dokumentasi, (2) Metode Tes, (3) Metode Angket, dan (4) Metode Observasi (aspek afektif dan psikomotorik). Untuk menganalisis uji coba instrumen maka dilakukan perhitungan terhadap (1) Validitas (validitas konstruk, validitas isi dan validitas butir soal), (2) Reliabilitas (reliabilitas butir soal), (3) Daya pembeda butir soal, (4) Tingkat Kesukaran Butir Soal. Soal-soal yang dipakai untuk pre test dan post test adalah soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, daya beda, dan indeks kesukaran. Berdasarkan analisis data uji coba soal diperoleh 35 soal layak pakai. Selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap soal-soal yang memungkinkan dapat dipakai kembali dan diperoleh soal sebanyak 40 soal serta dianggap mampu mewakili ketercapaiaan masing-masing indikator dalam pembelajaran. Metode analisis data yang digunakan dapat dilihat dalam tabel ini.
Tabel 2. Metode Analisis Data Data Awal Data Akhir Uji Normalitas Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji Kesamaan Dua Varians Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Uji Ketuntasan Hasil Belajar Uji Estimasi Hasil Belajar Uji Normalized Gain <g> Uji Hipotesis Ada Tidaknya Pengaruh
Uji Besarnya Pengaruh (Korelasi dan koefisien determinasi)
Analisis Deskriptif untuk Data Nilai Afektif dan Psikomotorik
## HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Pengembangan Modul Q-SETS sebagai Rekayasa Bahan Ajar Bemuatan Quantum Learning Bervisi Salingtemas
Komponen pokok strategi pembelajaran dalam desain modul Q-SETS ini terdiri dari: pembelajaran pendahuluan, penyampaian materi pembelajaran, memancing penampilan siswa, umpan balik, dan tindak lanjut (Gafur, 1986: 95).
a) Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan ( Pre-instructional Activities )
Kegiatan pendahuluan meliputi pemberitahuan tujuan, ruang dan lingkup materi (jika perlu dibuatkan bagan atau peta konsep yang menggambarkan struktur atau jalinan antar materi). Aplikasi quantum learning yaitu pencarian gaya belajar diri sendiri dapat diterapkan pada tahap ini. Pada tahap ini pula dapat diberikan bagaimana kiat dalam belajar sesuai dengan gaya belajar.
b) Materi Pembelajaran ( presenting instructional materials )
Dalam rangka penerapan quantum learning , hendaknya dikurangi penyajian yang bersifat expository (ceramah, dikte) dan deduktif. Untuk itu perlu digunakan sebanyak mungkin teknik penyajian inqiuistory, discovery, tanya jawab, inventory , induktif, penelitian mandiri, dan lainya (Merill dalam Reigeltuth, 1987: 205; McKeachi, 1994: 153). Penyajian materi pelajaran hendaknya mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa melalui penyajian materi dengan memanfaatkan kehidupan di sekitar siswa. Sebagai contoh pada modul QSETS : pertanyaan tentang deskripsi awal mengenai fenomena pencokelatan daging buah apel pada materi pokok kimia redoks.
c) Memancing Penampilan Siswa ( electing performance )
Memancing penampilan dimaksudkan untuk membantu siswa menguasai materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk kegiatan berupa latihan atau praktikum. Siswa diharapkan dapat berlatih menerapkan konsep dan prinsip yang dipelajari dalam konteks dan situasi yang berbeda, bukan sekedar menghafal.
d) Pemberian Umpan Balik ( providing feedback )
Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan belajarnya. Sebagai contoh setelah mengerjakan soal-soal latihan, siswa diberi kunci jawaban. Dengan mengetahui kunci jawaban mereka akan mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. Agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar, ada baiknya umpan balik diberikan secara tidak langsung ( delay feedback ), misal “Jawaban yang benar, baca lagi halaman 34”.
e) Kegiatan Tindak Lanjut ( follow-up activities )
Kegiatan tindak lanjut berupa mentransfer pengetahuan, pemberian pengayaan, dan remidial. Dengan mampu mentransfer pengetahuan yang telah dipelajari maka tingkat pencapaian belajar siswa akan sampai pada derajat yang tinggi.
Adapun desain pesan pembelajaran yang telah termuat dalam komponen strategi pembelajaran tersebut adalah a) Kesiapan dan motivasi ( Readness and Motivation ), b) Penggunaan Alat Pemusat Perhatian ( Attention Directing Devices ), c) Partisipasi Aktif Siswa ( Student’s Active Participation ), d) Perulangan ( Repetition ), e) Umpan Balik ( Feedback ). Jika disajikan dalam bentuk matriks penerapan muatan quantum learning , visi SETS, dan prinsip desain pembelajaran ke dalam lima komponen strategi pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial, maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Bagi siswa tipe visual, mereka akan lebih mudah belajar apabila menggunakan grafik, gambar, chart , model, dan semacamnya. Sementara bagi siswa tipe auditorial, mereka akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan. Sedangkan siswa tipe kinestetik, mereka akan mudah belajar sambil melakukan kegiatan dan isyarat tertentu, misalnya membongkar dan memasang kembali, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya.
Tabel 4. Matriks Contoh rubrik modul Q-SETS , aspek QL dan Salingtemas, serta desain pesan ke dalam komponen strategi pembelajaran
No. Komponen Strategi Pembelajaran Contoh Rubrik dalam Modul Q-SETS Aspek QL dan Salingtemas Desain Pesan 1. Kegiatan pembelajaran pendahuluan Ayo Belajar Gaya Belajar Tips n Trick
Deskripsi Awal
Peta Konsep Materi
Pencarian gaya belajar diri sendiri Tumbuhkan (Apa Manfaat Bagiku) Peta Konsep Kesiapan dan Motivasi 2. Penyampaian materi pembelajaran Materi
Pengalaman Belajar
Kegiatan Praktikum
SETS In Focus Rangkuman Alami Namai Demonstrasikan Ulangi (Visi SETS Pada Materi) Penggunaan alat pemusat perhatian, perulangan 3. Memancing penampilan siswa Pengalaman Belajar
Kegiatan Praktikum
SETS In Focus
Soal Evaluasi Alami Namai Demonstrasikan Ulangi (Kegiatan Analisis SETS) Partisipasi aktif siswa, pemberian umpan balik 4. Pemberian umpan balik Kunci Jawaban Soal Evaluasi Ulangi Pemberian umpan balik 5. Kegiatan tindak lanjut Ayo Tahu Lebih Jauh! Chem-is-story
Chem-is-song Rayakan (Analisis SETS lanjutan) Partisipasi aktif siswa
2) Uji Keberpengaruhan Modul Q-SETS terhadap Hasil Belajar Siswa
Hasil uji normalitas dan homogenitas data awal menyatakan bahwa ketujuh kelas berdistribusi normal dan homogen. Jadi sampel dapat diambil secara acak.
Data hasil pre test dan post test dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini. Tabel 5. Data Hasil Pre Test dan Post Test Data Pre Tes Post Tes Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Nilai Tertinggi 50 48 90 85 Nilai Terendah 10 15 50 52,5 Rata-Rata 32,13 32,24 77,00 70,45 Ketuntasan - - Tuntas Tuntas
Hasil uji normalitas dan kesamaan varians data akhir (data nilai pre test dan post test ) menyatakan bahwa kelas X3 (kelas eksperimen) maupun kelas X1 (kelas kontrol) berdistribusi normal dan varians homogen. Hasil uji kesamaan dua rata-rata dan uji ketuntasan belajar dapat dilihat dalam tabel 5 dan 6 berikut ini.
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data t hitung t tabel Kriteria Pre test -0,064 1,99 Rata - rata sama Post test 3,55 1,99 Rata - rata beda, rata - rata kelas eksperimen lebih baik Tabel 7. Hasil Analisis Uji Ketuntasan Belajar Data Post Test Kelas Jumlah Siswa Tuntas Jumlah Siswa Belum Tuntas t hitung t tabel(0,95:dk-1) Kriteria Ketuntasan Eksperimen 36 4 8,4714 2,0227 Tuntas Kontrol 32 7 4,4360 2,0244 Tuntas
Hasil untuk kelas eksperimen diperoleh estimasi rata-rata hasil belajar 73,67 < μ <80,33 dan untuk kelas kontrol 67,24 < μ < 73,66. Oleh karena itu dapat diprediksi rentang skor hasil belajar kelas eksperimen antara 73,67– 80,33 dan kelas kontrol antara 67,24 – 73,66. Adapun peningkatan hasil belajar yang terjadi pada kedua kelas pada kategori sedang.
Tabel 8. Kategori Peningkatan Hasil Belajar Kognitif
Kelas Rata-rata pre-test Rata-rata post-tets Gain g Kategori Eksperimen 32,13 77,00 0,66 Sedang Kontrol 32,24 70,45 0,56 Sedang
Pengujian hiotesis ada tidaknya pengaruh dengan mean dan dihitung dengan rumus t-test.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Ada Tidaknya Pengaruh Kelas Rata-rata Gain Varians dk t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 44,88 102,55 77 2,9357 1,99 Ada Pengaruh Kontrol 38,21 101,30
Perhitungan nilai r b diperoleh harga sebesar 0,506 sehigga menunjukkan interpretasi adanya pengaruh sedang dalam penggunaan modul Q-SETS terhadap hasil belajar kimia. Harga r b yang diperoleh setelah diuji ternyata signifikan sehingga dapat ditentukan koefisien determinasi. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui sebesar r 2 x 100%= 25,56%.
Hasil analisis terhadap aspek afektif dan psikomotorik dengan menggunakan metode observasi diperoleh data sebagaimana disajikan dalam tabel 6 berikut ini.
Tabel 10. Nilai Rata-Rata Aspek Afektif dan Psikomotorik
Kelas Afektif Psikomotorik Nilai Kriteria Nilai Kriteria Eksperimen 78,48 Baik 82,00 Sangat Baik Kontrol 72,36 Baik 72,33 Sedang
Berdasarkan hasil analisis angket gaya belajar siswa yang diberikan pada kelompok siswa dengan perlakuan quantum learning , diketahui bahwa 17 siswa memiliki kecenderungan modalitas visual, 16 siswa memiliki kecenderungan modalitas audio, dan 7 siswa memiliki kecenderungan modalitas kinestetik. Selain itu, diperoleh data bahwa 16 siwa cenderung memiliki dominasi otak Sekuensial Konkret (SK), 12 siswa dengan modalitas Sekuensial Abstrak (SA), 8 siswa dengan dominasi Acak Konkret (AK), dan 4 siswa dengan dominasi Acak Abstrak (AA).
Pembelajaran kelas dalam penelitian menggunakan modul Q-SETS dapat dijabarkan dalam sebuah model komunikasi seperti pada gambar 4. Model komunikasi tersebut mencitrakan bahwa pada dasarnya keberpengaruhan penggunaaan modul Q-SETS dalam menstransfer pesan guru kepada
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor gangguan. Pesan-pesan yang sudah diterjemahkan melalui media modul Q-SETS belum mampu sampai seutuhnya kepada penerima pesan (siswa) karena berbagai faktor dari sumber pesan (guru/peneliti), penerima pesan (siswa), maupun media itu sendiri.
Gambar 4. Model Komunikasi Pembelajaran Kelas ( Dimodifikasi sesuai dengan materi Tips Pengembangan Media Pembelajaran sajian Dra. Eko Purwanti, M.Pd pada Workshop pembuatan video pembelajaran PPMP Unnes 11-17 Mei 2010 ).
## KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
(1) Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial, maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Alternatif desain modul dapat berupa penyajian strategi pembelajaran dalam media cetak modul. Penyajian strategi pembelajaran yang bermuatan quantum learning dan visi SETS terdiri dari: kegiatan pembelajaran pendahuluan ( pre-instructional activities ), penyampaian materi pembelajaran ( presenting instructional materials ), memancing penampilan siswa ( electing performance ), pemberian umpan balik ( providing feedback ) dan kegiatan tindak lanjut ( follow up activities ).
(2) Pembelajaran menggunakan modul Q-SETS berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa. Besarnya pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan koefisien korelasi sebesar 0,506 dan koefisien determinasi 25,56% dengan kriteria pengaruh adalah sedang. Pengaruh terhadap aspek afetif dan psikomotorik ditunjukkan secara deskriptif melalui hasil rata-rata nilai kelas eksperimen yang lebih baik dari pada kelas kontrol.
Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti antara lain:
(1) Adanya kegiatan pengembangan draft modul Q-SETS yang lebih bervariasi pada materi kimia lainnya dan pengujicobaan dalam pembelajaran melalui penelitian lebih lanjut.
(2) Bagi sekolah, perlunya memberikan pengenalan gaya belajar siswa dalam kegiatan orientasi siswa baru sehingga siswa mengetahui bagaimana cara belajar efektif bagi diri sendiri.
(3) Bagi guru, diharapkan mampu meningkatkan keterampilannya dalam pembuatan bahan ajar yang efektif bagi pembelajaran terutama menggunakan pendekatan quantum learning bervisi SETS.
(4) Bagi siswa, diharapkan mampu mengenali gaya belajar yang tepat bagi dirinya melalui kajian quantum learning . Selain itu, diharapkan pula mampu lebih mendalami sains dengan cara menghubungkaitkannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Latar Belakang Pengalaman Latar Belakang Pengalaman
Sumber Pesan
ANCODER
Penerima Pesan
DECODER MEDIA By Design By Utilization Modul Q-SETS Selain Modul Q-SETS Gangguan Umpan Balik Metode Quantum Learning Bervisi SETS
## DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar . Semarang: Unnes Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI) . Jakarta : Rineka Cipta. Atmaningsih, Nur. 2006. Pengaruh Pendekatan SETS dalam Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Zat Radioaktif dan Penggunaan Radioisotop Terhadap Minat dan Sikap Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Grinsing pada Mata Peajaran Kimia. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi Pendidikan Kimia, FMIPA Unnes. Binadja, Achmad. 2005. Pedoman Pengembangan Silabus Pembelajaran Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) atau (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Sosial). Semarang: Laboratorium SETS Unnes Semarang. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan SarahSinger-Nourie. 2007. Quantu Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Kelas . Bandung : Penerbit Kaifa. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan SarahSinger-Nourie. 2008. Quantu Learning . Bandung :
Penerbit Kaifa.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Kimia Kurikulum 2004 SMA . Jakarta: Depdiknas.
Dinas Pendidikan BPTP Jabar. 2008. Modul Penulisan Naskah Bahan Ajar . Bandung: Balai Pengembangan
Teknologi Pendidikan.
I Wayan Santyasa. Metode Penelitian
Pengembnagan dan Teori Pengembangan Modul. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Bagi
Para Guru TK, SD, SMP, SMA, dan SMK Tanggal 12-14 Januari 2009, Di Kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung.
Kurnia, Setiawan. Quantum Learning .
http://depdiknas.go.id/jurnal/34/e ditorial34 Diunduh tanggal 21
Agustus 2008.
Kustiono. 1998. Pengembangan Bahan Ajar . Semarang: FIP UNNES.
Mulyani. 2008. Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Pendekatan SETS Menggunakan Media CD Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri
14 Semarang . Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi Pendidikan Kimia, FMIPA Unnes.
Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah . Jakarta: Rineka Cipta. McKeachie, W.J. 1994. Teaching Tips: Strategies, Research, and Theorities. Toronto: DC Heath and Company. Purwanti, Eko. 2010. Tips Pengembangan Media Pembelajaran. Presentasi dalam Kegiatan Workshop
Pembuatan Video Pembelajaran
Pusat Pengembangan Media Pendidikan Universitas Negeri Semarang tanggal 11-17 Mei 2010.
Salirawati, Das. Fitria Mellina K. dan Jamil S.
2007. Belajar Kimia secara Menarik . Jakarta: PT Grasindo.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik . Jakarta: Prestasi Pustaka.
|
9795a422-0679-40c3-963a-a0a69f760911 | https://ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/AKM/article/download/1118/480 | Literasi Keuangan Digital: Bahaya dan Dampak Pinjaman Online Ilegal Bagi Mahasiswa
Waldi Nopriansyah 1 , Nesya Salma Wafi 2
1 Program Studi Ekonomi Syariah, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah (STEBIS) Indo Global Mandiri
2 Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah (STEBIS) Indo Global Mandiri Email: [email protected], [email protected]
## Abstract
Online loans increasingly show their existence as an easy and fast financial service for people to meet their needs. However, in this development, illegal online loans emerged which had a detrimental impact on society. OJK noted that throughout 2022 as many as 311 IPB students and 58 UMY students were caught in loans to meet their lifestyle needs. Therefore, community service activities are needed to provide insight and knowledge regarding digital financial literacy and the dangers of illegal borrowing. This activity was carried out to strengthen digital financial literacy for students within IGM so that they are not easily tempted by illegal online loans to meet their lifestyle needs. The method used in this socialization activity uses lecture, case study, and discussion methods. The results of this activity show that to fulfill lifestyle needs, someone can easily engage in illegal borrowing so that they do not see the danger behind unlawful borrowing. Therefore, there are 4 things that students can do, namely first, reduce lifestyle needs. Second, be careful when borrowing. Third, immediately pay off the loan debt. Fourth, immediately report to the OJK if you are caught in an illegal loan
## Keywords: Illegal Online Loans, Literacy, Danger
## Abstrak
Pinjaman online semakin menunjukan eksistensinya sebagai jasa keuangan yang mudah dan cepat bagi masyarakat demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun perkembangan ini muncul pinjaman online ilegal yang memberikan dampak kerugian bagi masyarakat. OJK mencatat sepanjang tahun 2022 sebanyak 311 mahasiswa IPB dan 58 mahasiswa UMY yang terjerat pinjol demi memenuhi kebutuhan gaya hidup. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam memberikan wawasan dan pengetahuan terhadap literasi keuangan digital terkait bahanyanya pinjol ilegal. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk memperkuat literasi keuangan digital bagi kalangan mahasiswa dilingkungan IGM agar tidak mudah tergiur pada pinjaman online ilegal demi memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka. Metode yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi ini menggunakan metode ceramah, studi kasus dan diskusi. Hasil dari kegiatan ini memperlihatkan bahwa demi memenuhi kebutuhan gaya hidup sesorang dapat dengan mudah melakukan pinjol ilegal sehingga mereka tidak melihat bahayanya dibalik pinjol ilegal oleh karena itu ada 4 hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa yaitu pertama, menurunkan kebutuhan gaya hidup. Kedua, berhati-hati dalam melakukan pinjol. Ketiga, segera melunasi hutang pinjolnya. Keempat, segera melaporkan ke OJK jika terjebak dalam pinjol ilegal.
Kata Kunci : Pinjaman Online Ilegal, Literasi, Bahaya
## Pendahuluan
Kurangnya pengetahuan tentang literasi keuangan digital menjadi penyebab banyaknya masyarakat terjebak ke dalam korban penipuan, kekerasan dan pelecehan. Pengetahuan dan penambah wawasan tentang literasi keuangan digital wajib dilakukan oleh masyarakat demi mempermudah dalam transaksi dan menghindari dampak dari kejahatan keuangan digital. Saat ini lembaga keuangan baik itu konvensional dan syariah telah melakukan migrasi dari sistem manual ke digital, tujuannya untuk mempermudah, efesiensi, cepat dan hemat. Otoritas Jasa Keuangan mencatat perkembangan ekonomi digital tahun 2022 mencapai US$77 miliar atau sekitar Rp 1.155 triliun dan saat ini Indonesia tertinggi di Asia Tenggara.(Otoritas Jasa Keuangan, 2023: 7) Namun dibalik tingginya tersebut tersimpan beragam kejahatan seperti data OJK yang mencatat ada sekitar 311 mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dan masyarakat menjadi korban Pinjaman online (Pinjol) pada tahun 2022 dan tagihan pinjol mencapai Rp2,1 miliar. Problem ini tentu tidak terlepas dari kurangnya pemahaman terhadap literasi keuangan digital.(Otoritas Jasa Keuangan, 2023)
Dibalik kesuksesan perkembangan keuangan digital melalui pinjaman online akan selalu ada risiko atau dampak dari perkembangan tersebut, salah satunya adalah kejahatan pada transaksi pinjaman online ilegal. Hal ini harus kita akui karena ini merupakan bagian dari perjalanan ekonomi, dan negara Indonesia harus lebih aktif dalam menanggulangi kejahatan di sektor keuangan digital sehingga keamananan dalam dunia digital diperlukan pengamanan yang ketat.(Hafid et al., 2023: 9550) oleh karena itu, pengamanan sistem dan kegiatan transaksi yang berkaitan dengan keuangan digital sangat diperlukan langkah- langkah yang preventif demi menjagai ke khusu’an masyarakat dalam bertransaksi dan menggunakan jasa keuangan digital.
Pemahaman dan pengetahuan tentang keuangan digital masih sangat minim bagi masyarakat. Rahayu (2022: 85) dalam penelitiannya mendapatkan generasi anak muda sekarang atau generasi Z dalam memahami atau mengetahui literasi keuangan digital masih rendah dan skor penelitiannya menunjukan 3,32. Jika melihat ini tentu generasi muda seharusnya sudah paham dengan keuangan digital dibandingkan generasi pendahulunya. Sebab generasi muda telah memasuki era digital dan lebih paham dengan keuangan digital.
Pengetahuan tentang literasi keuangan digital kepada masyakat perlu ditingkatkan lagi dan memperdalam literasi keuangan digital saat ini menjadi keharusan yang wajib dimiliki oleh masyarakat dan para pelaku usaha.(Safitri et al., 2022: 1205) Dengan memahami dan memperdalam literasi keuangan digital maka masyarakat dan pelaku usaha dapat mengontrol dan mengelola kebutuhan dalam hidupnya khsusunya dalam kebutuhan rumah tangga. Jika seseorang dapat mengontrol dan mengelola keuanganya maka masyarakat tidak akan mudah terjebak ke dalam pinjaman online ilegal. Sehingga masyarakat dapat memilah mana yang utama dan mana yang bukan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Lembaga Otoritas jasa Keuangan (OJK) dapat bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi dalam memberikan edukasi literasi keuangan digital. Pihak perguruan tinggi dapat mensosialisasikan melalui Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) kepada masyarakat dan kalangan akademisi. Sebab masyarakat dan mahasiswa menjadi objek penting bagi sasaran pinjol ilegal. Hal ini dapat kita lihat dimana aplikasi pinjol ilegal menjerat sebanyak 58 mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.(www.krjogja.com) Jika kita belajar dari kasus ini maka dapat terlihat bahwa masih minimnya masyarakat dalam memahami literasi keuangan digital.
Rendahnya tingkat literasi keuangan digital menjadi pertimbangan pemerintah dan lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang berwenang dalam mengawasi sektor keuangan untuk lebih aktif lagi dalam menyampaikan pentingnya literasi keuangan digital. Selama ini, edukasi yang disampaikan oleh OJK lebih kepada penyebaran edukasi melalui media sosial, berita dan peraturan. Pendekatan secara preventif dalam mengedukasikan keuangan digital secara langsung tidak menjadi prioritas utama, hal ini disebabkan masyarakat telah aktif menggunakan teknologi dan mampu mengakses informasi melalui Handphone (HP). Hal ini yang sangat disayangkan, secara beban psikologis edukasi secara langsung memberikan beban moral pada masyarakat untuk lebih memahami dan waspada terhadap bahaya pinjaman online.
Keberhasilan perkembangan keuangan digital saat ini harus diikut sertakan dengan pemahaman literasi keuangan digital tujuannya adalah masyarakat dapat memahami mulai dari kemudahan, dan resiko yang didapatkan. Oleh karena itu terdapat beberapa manfaat bagi masyarakat atau peserta dari kegiatan sosialisasi atau PKM ini di lingkungan kampus IGM antara lain:
1. Sosialisasi menjadikan sumber ilmu pengetahuan bagi masyarakat dalam memahami keuangan digital
2. Sosialisasi ini menjadi rujukan untuk mencari dan mengetahui dampak dan resiko yang terjadi dalam transaksi keuangan digital
3. Memberikan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada transaksi keuangan digital khususnya terkait pinjaman online yang semakin berkembang dan meresahkan masyarakat.
4. Masyarakat dapat mencari literatur tentang pinjaman online ilegal dan legal secara hukum yang dikeluarkan oleh OJK.
Sosialisasi yang dilakukan oleh tim PKM yang dilaksanakan di kampus
IGM memiliki harapan dan perubahan bagi para mahasiswa untuk bijak dalam menggunakan jasa transaksi keuangan digital. Harapan ini seperti yang disampaikan Weber dimana alat-tujuan menjadi penentu dalam menggunakan keuangan digital secara baik dan bijak. Oleh karena itu ada beberapa tujuan yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi PKM ini tentang literasi keuangan digital seperti:
1. Sosialisasi yang dilakukan terkait literasi keuangan digital menjadikan para peserta mitra untuk lebih terbuka dan memahami secara detail tentang penggunaan dan pemanfaatan keuangan digital
2. Menjadikan masyarakat untuk tidak mementingkan pinjaman online sebagai jasa untuk memenuhi gaya hidup
3. Menjadikan pemahaman literasi keuangan digital sebagai modal penting untuk terhindar dari pinjaman online ilegal
4. Para mitra dapat mengetahui dampak dan resiko jika terjebak dalam pengguna jasa pinjaman online ilegal
5. Para mitra dapat mengetahui dan memahami antara pinjaman online yang legal dan ilegal
6. Tujuan sosialisasi ini membuka ruang bagi para pemangku kepentingan dan para dosen untuk memberikan pemahaman yang luas kepada masyarakat terkait literasi keuangan digital
7. Tujuan sosialisasi ini untuk mencegah para mahasiswa untuk tidak tergoda dalam pinjaman online ilegal
8. Memberikan edukasi antara gaya hidup dan kebutuhan hidup sehingga para mitra dapat mampu mengetahui mana yang lebih utama Berdasarkan manfaat dan tujuan yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi pada kegiatan PKM ini, maka tim PKM melakukan sosialisasi ini dengan tema “Literasi Keuangan Digital: Bahaya dan Dampak Pinjaman Online Ilegal Bagi Mahasiswa ”. Bagi tim PKM sosialisasi ini sangat perlu mengingat banyaknya kasus yang terjadi pada pinjaman online ilegal, mulai dari dampak kekerasan, pelecehan, hingga pemerasan. Kegiatan ini juga sebagai bentuk mendukung lembaga Otoritas Jasa Keuangan untuk memperkenalkan dan memberikan edukasi secara luas tentang bijaknya masyarakat dalam menggunakan jasa keuangan digital. Oleh karena itu kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh tim PKM sangat perlu dan urgent bagi masyarakat untuk memahami dampak dan resiko yang terjadi pada pinjaman online ilegal.
## Metode Pengabdian
Kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh pemateri dengan cara menyampaikan materi dalam menyikapi perkembangan bahayanya dibalik pinjaman online khususnya pinajaman online ilegal yang semakin marak dan mudah didapatkan oleh masyarakat. Ada dua metode yang dilakukan materi dalam menyampaikan materinya yang pertama dengan cara penyampain ceramah yang terfokus kepada materi yang disampaikan. Metode ceramah yaitu dengan cara menyampaikan materi dengan lisan yang disampaikan kepada peserta.(Arief, 2022: 136) Metode ceramah pada prinsipnya penyampaian materi dengan metode penuturan lisan.(Tambak, 2014: 376) Kedua dengan cara pemberian contoh studi kasus. Studi kasus dalam kamus bahasa Inggris dijelaskan ada tiga pengertian yaitu: 1). Contoh kejadian. 2). Keadaan yang secara aktual. 3). Kejadian sesuatu tentang orang pada kondisi atau lingkungan tertentu. (Horby, 1989: 173) Adapaun contoh kasus yang terjadi pada pinjaman online, seperti di wilayah dan kampus- kampus lain yang telah banyak mahasiswa atau masyarakatnya menjadi korban pinjaman online ilegal. Dari kedua metode ini kemudian pemateri menggunakan pendekatan sosial yang oleh Max Weber terkait prilaku manusia yang menjadi kebiasaan manusia dalam bertindak atau dikenal dengan tindakan sosial. Penyampaian materi yang diberikan secara penuh kepada peserta guna memahami secara utuh tentang literasi keuangan digital di era saat ini. Ketika pemateri telah menyampaikan semua materinya kemudian para peserta dapat melakukan diskusi dengan tanya jawab demi memahami literasi keuangan digital dalam upaya memahami dampak dan bahanya pinjaman online ilegal yang beradar pada masyarakat saat ini.
Penggunaan metode ceramah dan studi kasus yang disampaikan kepada peserta lebih efektif kepada mereka dalam memahami literasi keuangan digital, hal ini disebabkan peserta memahami baik secara teori dan praktiknya melalui kasus yang diberikan oleh pemateri sehingga peserta dapat mengerti dan memahami bahayanya pinjaman online ilegal. Pemateri juga memberikan solusi- solusi yang bisa dilakukan peserta ketika mereka terjebak dalam pinjaman online, baik itu secara legal maupun ilegal.
Sosialisasi yang dilakukan oleh pemateri dilakukan dilokasi kampus Indo Global Mandiri Palembang. Adapun waktu sosialisasi yang dilakukan pada hari 07 Maret 2024 dengan peserta berasal dari para mahasiswa, karyawan dan
akademisi kampus yang berada pada lingkungan kampus Indo Global Mandiri dan Peserta yang hadir sebanyak 80 peserta. Pemilihan peserta dari kalangan mahasiswa, karyawan dan akdemisi kampus tersebut disebabkan kalangan ini dianggap termasuk bagian rentan sebagai pelaku pinjaman online. Sebagai contoh yang telah disampaikan pada latar belakang pada artikel ini dimana sebanyak 58 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang terjerat pada pinjaman online ilegal. Oleh karena itu kalangan kampus termasuk objek penting dalam pemilihan sosialisasi.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat antara lain:
1. Tim PKM terlebih dahulu mencari dan menentukan lokasi yang akan digunakan dalam kegiatan sosialisasi.
2. Tim PKM berkomunikasi dengan pihak lokasi dalam menetukan jadwal sosialisasi
3. Tim PKM kemudian mempersiapkan kebutuhan sosialisasi mulai dari materi hingga perlengkapan yang dibutuhkan selama sosialisasi dilaksanakan.
4. Saat kegiatan berlangsung pemateri menyampaikan materinya, namun sebelum materi disampaikan para peserta telah menerima materi yang akan disampaikan baik dalam bentuk hard copy maupun softcopy yang telah dibagikan oleh tim PKM
5. Tim PKM memberikan waktu diskusi atau tanya jawab setelah pemateri menyampaikan materi sosialisasinya.
Sosialisasi yang dilakukan oleh tim PKM ini dilakukan pada jam 07:30
WIB. Sebelum mulai sosialisasi peserta diwajibkan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu sebagai syarat administrasi dalam melengkapi kegiatan sosialiasi. Tempat yang digunakan berada pada lantai 3 Aula kampus IGM. Pemilihan tempat ini disebabkan tempat yang luas sehingga bisa menampung peserta yang hadir dalam mengikuti sosialisali. Setelah melakukan registrasi, acara selanjutnya dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu mars STEBIS IGM, kemudian dilanjutkan pembacaan ayat al-Qur’an dan kata sambutan dari tim PKM. Setelah rangkaian pembuka dilakukan masuk keacara inti yaitu penyampaian materi tentang “Literasi Keuangan Digital: Bahaya dan Dampak Pinjaman Online Ilegal Bagi Mahasiswa ” . Materi ini disampaikan oleh bapak Dr. Waldi Nopriansyah, S.H.I., M.S.I. disetiap berjalannya penyampaian materi, pemateri didampingi oleh moderator.
Selama proses penyampain materi, peserta diminta untuk mempersiapkan pertanyaan kepada pemateri, sebab setelah penyampaian materi dilakukan sesi diskusi atau tanya jawab oleh para peserta. Sesi diskusi ini sangat penting dimana peserta dapat memberikan pertanyaan sekaligus berbagi cerita atau pengalamannya tentang pinjaman online ilegal. Setelah penyampaian materi dan diskusi selesai kegiatan ini kemudian ditutup. Namun sebelum sesi materi ditutup para peserta diminta untuk saran dan juga kritik sebagai bentuk proses perbaikan dalam melakukan sosialisasi PKM kedepannya. Untuk lebih singkat mengenai kegiatan sosialisasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Acara Pengisi Keterangan 1 Registrasi Tim PKM 2 Pembacaan
al-Qur’an M.H. Martin 3 Penyampain Materi Dr. Waldi Nopriansyah, S.H.I., M.S.I Literasi Keuangan Digital: Bahaya dan Dampak Pinjaman Online Ilegal Bagi Mahasiswa 4 Diskusi Tim PKM Tanya jawab terkait materi yang disampaikan 5 Doa Tim PKM 6 Penutup Tim PKM Saran dan kritik dari peserta untuk meningkatkan kegiataan acara PKM
## Hasil dan Pembahasan
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh pemateri mendapat respon positif dari masyarakat. Materi yang disampaikan kepada peserta sangat penting bagi mereka mengingat keuangan digital yang berkembang saat ini diperlukan edukasi yang jelas khususnya terkait pinjaman online ilegal. Bagi peserta kegiatan sosialisasi literasi keuangan digital menjadikan mereka untuk mengelola keuangan digital baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan sosialisasi ini juga sesuai dengan kebutuhan dalam menggunakan aplikasi-aplikasi online.
Pemateri menyampaikan materinya diawali dengan pemahaman terlebih dahulu terkait konsep yang dibahas khsusunya tentang literasi keuangan digital dan bahayanya pinjaman online ilegal. Literasi keuangan digital memiliki dua konsep antara literasi keuangan dan digital. Adapun literasi keuangan digital adalah sebuah prilaku atau sikap dalam memahami produk dan layanan yang ada pada keuangan serta upaya dalam mengelola keuangan secara baik.(Tony & Desai, 2020)
Digital adalah sebuah perangkat yang menggunakan teknologi komputer dan internet. Dapat kita pahami beradasarkan kedua konsep tersebut bahwa literasi keuangan digital bisa diartikan pengetahuan dan pemahaman terkait produk dan layanan keuangan yang berbasis teknologi digital. Literasi keuangan digital juga dapat diartikan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terkait transaksi keuangan digital baik dengan cara pembelian, pembayaran, pelayanan atau jasa yang menggunakan sisitem online.(Prasad et al., 2018) pemahaman terhadap literasi keuangan digital saat ini akan mempengaruhi prilaku masyarakat terhadap prilaku keuangannya.(Susetyo & Firmansyah, 2023) Oleh karena itu, literasi keuangan digital menjadi perhatian bagi masyarakat mengingat semakin berkembangnya ekonomi digital saat ini.
Prilaku masyarakat semakin meminati penggunan keuangan digital karena tidak terlepas dari prilaku mereka yang telah menjadi kebiasaan dalam melakukan transaksi. Weber dalam teori sosialnya mengatakan 4 tindakan sosial dalam kehidupan:(Ritzer, 2012)
1. Tindakan rasionalitas alat-tujuan atau tindakan yang ditentukan oleh pengharapan-pengharapan mengenai prilaku objek-objek di dalam lingkungan dan prilaku manusia
2. Tindakan rasionalitas nilai atau tindakan yang ditentukan oleh kepercayaan yang sadar akan nilai tersendiri suatu bentuk prilaku etis, estitis, religious atau bentuk lainnya, terlepas dari prospek-prospek keberhasilan.
3. Tindakan afektual ditentukan oleh keadaan emosional sang actor.
4. Tindakan tradisional ditentukan dengan cara-cara berprilaku sang actor yang biasa dan lazim.
Merujuk pada teori weber ini tindakan sosial ditentukan prilaku manusia sehingga perkembangan pinjol menjadi daya tarik bagi masyarakat. Melihat problem yang terjadi pada masyarakat saat ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat agar tidak terjebak ke dalam pinjaman online dan ada beberapa hal juga yang bisa dilakukan masayarakat jika telah terjebak ke dalam pinjaman online. Oleh karena itu, empat hal menurut pemateri yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar tidak mudah terjebak ke dalam pinjaman online ilegal:
1. Menurunkan gaya hidup kemewah-mewahan yang tujuannya hanya mementingkan sendiri dan pengakuan tingkat sosial.
2. Tidak mudah terjebak terhadap rayuan pinjaman online
3. Mencari informasi terkait aplikasi pinjaman online sebelum menjadi konsumen pinjol
4. Jika memang membutuhkan pinjaman online carilah pinjaman online yang telah terdaftar di OJK
Sedangkan jika telah terjebak ke dalam pinjaman online ilegal Ada 5 hal menurut pemateri yang bisa dilakukan masyarakat jika sudah terjebak ke dalam pinjaman online ilegal antara lain:
1. Bersikap tenang dan mencari solusi
2. Melaporkan ke OJK jika terjadi pelecehan dan ancaman oleh pihak aplikasi pinjol
3. Tidak melunasi hutang pinjol ilegal dengan sistem gali lubang tutup lubang melalui aplikasi pinjol lain karena itu akan memperkeruh suasana
4. Berusaha secepat mungkin untuk melunasi hutangnya agar bunga tidak semakin tinggi
5. Jika tidak mendapatkan titik temu, konsultasi ke lembaga perlindungan konsumen di setiap daerah, karena setiap provinsi memiliki lembaga pengaduan perlindungan konsumen atau bisa langsung kepada OJK Pinjaman online tidak hanya digunakan oleh masyarakat umum saja,
bahkan mahasiswa dapat terlibat dalam penggunaan pinjaman online seperti kasus-kasus yang terjadi di Indonesia.(Sugiarto, 2024: 14) Oleh karena ini menjadi bukti bahwa pinjaman online mendapatkan akses yang mudah bagi semua kalangan
Gambar 1 : Penyampain Materi (Sumber: Waldi, 2024)
Gambar 2 : Bersama Peserta (Sumber: Waldi, 2024)
Pemaparan yang disampain oleh pemateri mendapatkan sikap positf dari para peserta dimana para peserta antusias dalam memahami pentingnya pemahaman terhdap literasi keuangan digital. Peserta yang hadir sebanyak 62 peserta yang antusias mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan di kampus IGM jalan jenderal Sudirman dan bertempat di aula lantai 3 kampus Indo Global Mandiri (IGM).
Bagi mereka pemahaman tentang literasi keuangan digital menjadi tema penting agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam gaya hidup yang berlebihan sehingga hal ini memudahkan mereka terjebak dalam pinjaman online yang dianggap hanya mementingkan hawa nafsu belaka. Penelitian yang dilakukan Wijayanti dan Hartiningrum (2022: 234) menguatkan bahwa gaya hidup mempengaruhi sesorang untuk melakukan pinjaman online. Yang menjadi perhatian pemateri adalah dimana terdapat beberapa pertanyaan dari peserta terkait solusi yang diberikan. Menyikapi pertanyaan ini tentu pemateri menyampaikan bahwa masyarakat untuk lebih mementingkan kebutuhan sehari- hari dan tidak mementingkan gaya hidup semata. Selain itu masyarakat juga tidak mudah terpengaruh atas tawaran pinjaman online, mengingat sudah banyaknya korban dari pinjaman online. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Satgas Waspada Investasi memberikan himbauan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam melakukan kegiatan investasi dan pinjaman online, beberapa himbauan
diantaranya: 1). Masyarakat untuk memastikan tawaran investasi atau pinjol tersebut memiliki izin dari OJK. 2). Masyarakat untuk memastikan jika ada pihak ivestasi dan pinjol yang mencamtumkan logo lembaga instansi pemerintah untuk mengecek keberadaan dan keseuaiannya sesuai dengan aturan yang berlaku.( Berantas Pinjol Ilegal, Satgas Waspada Investasi Tutup 116 Pinjol Ilegal , n.d.)
Weber dalam teori sosialnya menjelaskan bahwa tindakan seseorang itu ditentukan oleh mereka baik dari prilaku dan lain sebagainya. Jika dikaitkan dengan toeri ini tentu prilaku gaya hidup yang tertumpu pada pinjaman online akan berdampak pada dirinya sendiri. Oleh karena itu sudah sepatutnya masyarakat harus memahami literasi keuangan digital sehingga mereka dapat memilah dan memilih mana yang dianggap kebutuhan baik yang sifatnya urgent atau hanya kepentingan hawa nafsu semata. Sebab pinjaman online baik legal maupun ilegal sama-sama memiliki dampak buruk bagi penggunannya.(Tio Waskito Erdi, 2023: 413)
Penyampain materi sosialisasiyang disampaikan pemateri menjadi ladang pembelajaran dan pemanfaat untuk memberikan manfaat yang seluas-luasnya dalam menyikapi bahayanya pinjaman online ilegal bagi masyarakat. Oleh karena itu diakhir sesi tim PKM juga tidak lupa untuk meminta kritik dan saran atas pelaksanaan kegiatan PKM, sebab kritikan dan masukan tersebut berguna bagi tim PKM untuk lebih baik lagi dalam menjalankan kegiatan PKM selanjutnya.
Dari kegiatan PKM ini mempelihatkan bahwa para peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan hingga akhir, bahkan ada yang bertanya terkait solusi jika terjadi tindakan penagihan yang dilakukan aplikasi pinjaman online seperti menyebarkan info diri kekeluarga terdekat dan ada juga peserta yang bertanya cara menggunakan keuangan digital yang benar. Menyikapi pertanyaan dari peserta tersebut kemudian narasumber menanggapi dan memberikan pengetahuan tentang literasi keuangan digital dan bahayanya pinjaman online ilegal. Setelah kegiatan sosialisasi kemudia narasumber dan tim PKM mengevaluasi kegiatan sosialisasi tersebut dimana terdapat saran bahwa kegiatan seperti ini harus dilakukan diseluruh instansi dan meminta ada pihak dari OJK dapat menyampaikan pemahaman tentang keuangan digital. Melalui evaluasi ini menjadi rujukan bagi tim PKM untuk melakukan kolaborasi kedepannya dalam mensosialisasikan bahanyanya pinjaman online illegal.
## Simpulan
Materi yang disampaikan oleh pemateri tim PKM di kampus IGM memberikan pengetahuan dan pemahaman secara luas bagi mereka terkait pentingnya literasi keuangan digital saat ini, khususnya agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam bahayanya pinjaman online ilegal yang merugikan banyak orang. Dari kegiatan sosialisasi yang disampaikan oleh pemateri terlihat bahwa peserta sedikit mengetahu ciri-ciri pinjaman online ilegal, bahkan mereka sedikit malas untuk mengecek pinjaman online yang telah terdaftar di OJK. Ada beberapa catatan yang didapatkan dari hasil sosialisasi yang dilakukan oleh tim PKM
terkait literasi keuangan digital antara: Pertama, masyarakat harus mengontrol gaya hidup atau kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga mereka dapat memilih mana yang sifat urgent dan tidak urgent. Kedua, masyarakat harus lebih berhati- hati dalam memilih aplikasi pinjaman online serta tidak mudah terpengaruh terhadap rendahnya bunga pinjaman. Ketiga, jika masyarakat telah terjebak kepada pinjaman online ilegal segera melunasi pinjaman. Keempat, jika mengalami permasalahan segera melaporkan kepada OJK. Adapun saran yang bisa diberikan kepada para peserta adalah untuk lebih luas lagi dalam memahami kegunaan keuangan digital dan memahami secara luas tentang bahayanya pinjaman online. Selain itu, peserta memberikan respon positif, sebab bagi mereka kegiatan seperti ini memberikan edukasi yang jelas tentang persoalan keuangan digital dan mereka mengharapkan ada pihak lembaga OJK yang bekerjasama dengan pihak kampus untuk mensosialisasikan keuangan digital.
## Daftar Pustaka
Arief, A. (2022). Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam (cetakan 1).
Ciputat Pers.
Berantas Pinjol Ilegal, Satgas Waspada Investasi Tutup 116 Pinjol Ilegal . (n.d.). Retrieved April 19, 2024, from https://ojk.go.id/waspada-investasi/id/siaran- pers/Pages/Berantas-Pinjol-Ilegal,-Satgas-Waspada-Investasi-Tutup-116- Pinjol-Ilegal.aspx
Gegara Penuhi Gaya Hidup, Puluhan Mahasiswa UMY Terjerat Pinjol - Krjogja . (n.d.). Retrieved January 31, 2024, from https://www.krjogja.com/kampus/1242965315/gegara-penuhi-gaya-hidup- puluhan-mahasiswa-umy-terjerat-pinjol
Hafid, M., Firjatullah, F. Z., Pamungkaz, B. W., Magister, S., Hukum, I., Wijaya, U., & Surabaya, K. (2023). Tantangan Menghadapi Kejahatan Cyber dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara. Pendidikan Tambusai , 7 (2), 9548–9556.
Horby, A. S. (1989). Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Fourth Edi). Oxford University Press.
Otoritas Jasa Keuangan. (2023). Edukasi Konsumen: Keuangan Digital Kunci Perekonomian Indonesia 2045. Otoritas Jasa Keuangan , 1–52. https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Download/562
Prasad, H., Meghwal, D., & Dayama, V. (2018). Digital Financial Literacy: A Study of Households of Udaipur. Journal of Business and Management , 5 , 23–32. https://doi.org/10.5772/intechopen.1002897
Rahayu, R. (2022). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan Digital: Studi pada Generasi Z di Indonesia. Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia , 6 (1), 74–87. https://doi.org/10.18196/rabin.v6i1.14268
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern ( alih bahasa S. Pasaribu (Ed.); Edisi kede). Pustaka Pelajar.
Safitri, N., Permadi, I., & Fathussyaadah, E. (2022). Literasi Keuangan Digital, Keberlanjutan Usaha Industri Kecil Dan Menengah Serta Dampaknya
Terhadap Kesejahteraan Keuangan. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA) , 6 (3), 1203–1214. https://doi.org/10.31955/mea.v6i3.2478
Sugiarto, B. B. S. (2024). Pengaruh Pinjaman Online terhadap Gaya Hidup Mahasiswa Akuntansi di Kabupaten Sidoarjo. Innovative Technologica: Methodical Research Journal , 2 (2), 15.
https://doi.org/10.47134/innovative.v2i2.29
Susetyo, D. P., & Firmansyah, D. (2023). Literasi Ekonomi, Literasi Keuangan, Literasi Digital dan Perilaku Keuangan di Era Ekonomi Digital. Economics and Digital Business Review , 4 (1), 261–279.
Tambak, S. (2014). Metode Ceramah: Konsep Dan Aplikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Tarbiyah , 21 (2), 375–401.
Tio Waskito Erdi. (2023). Faktor-Faktor Keputusan Melakukan Pinjaman Online: Inklusi Keuangan Sebagai Pemoderasi. Journal of Trends Economics and Accounting Research , 3 (4), 407–414. https://doi.org/10.47065/jtear.v3i4.613
Tony, N., & Desai, K. (2020). Impact of digital financial literacy on digital financial inclusion. International Journal of Scientific and Technology Research , 9 (1), 1911–1915.
Wijayanti, S., & Hartiningrum. (2022). Dampak Aplikasi Pinjaman Online Terhadap Kebutuhan Dan Gaya Hidup Konsumtif Buruh Pabrik. MIZANIA: Jurnal Ekonomi Dan Akuntansi , 2 (2), 230–235. https://doi.org/10.47776/mizania.v2i2.592
|
ea7323d1-276f-4c27-a272-9dfc10c6ede4 | http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha/article/download/995/579 | http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 180
## IMPLEMENTASI METODE WEBQUAL PADA KUALITAS PELAYANAN WEBSITE GRAB
I Dewa Nyoman Usadha (1) , Ayu Suda Sucandrawati (2)
Email ; [email protected], [email protected]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mahendradatta Bali
Abstrak
Penerapan teknologi dan informasi melalui internet menyebabkan perubahan dalam strategi binis belakangan. Penelitian ini mengambil implementasi metode webqual pada Kualitas pelayanan website Grab. Populasi dalam penelitian ini adalah mengambil populasi berdasarkan jumlah pengguna website Grab pada tahun 2022 yang dimana setiap bulannya terdapat 50 orang, jadi total keseluruhan di tahun 2022 sebanyak 600 orang. Penulis mengambil jumlah sampel sebanyak 120 orang atau 20% dari jumlah populasi yaitu 600 orang. Metodelogi penelitian ini menggunakan penelitian ini melalui analisis distribusi frekwensi dan Instrumen Rata-Rata Skor Pada Skala Linkert Hasil temuan penelitian ini adalah Kualitas layanan website grab dengan 3 dimensi metode webqual yaitu Usability, Information Quality, dan Interaction Quality berpengaruh positif dan signifikan yang memiliki skor rata-rata 3,34 (sangat puas). Tanggapan balik ( feedback) mengenai website grab kepada pihak grab menghasilkan rata-rata tanggapan yang positif. Tanggapan konsumen terhadap website grab juga menghasilkan tanggapan yang positif dan Website Grab dalam memenuhi kebutuhan konsumen menghasilkan tanggapan yang positif.
Kata Kunci; Webqual, Kualitas Pelayanan.
## Abstract
The application of technology and information via the internet has caused changes in recent business strategies. This research takes the implementation of the webqual method on the service quality of the Grab website. The population in this research is taken based on the number of Grab website users in 2022, where every month there are 50 people, so the total in 2022 will be 600 people. The author took a sample of 120 people or 20% of the total population, namely 600 people. This research uses the methodology of this research through frequency distribution analysis and the Average Score Instrument on the Linkert Scale The findings of this research are that the quality of the Grab website service with the 3 dimensions of the WebQual method, namely Usability, Information Quality and Interaction Quality, has a positive and significant effect, which has an average score of 3.34 (very satisfied). Feedback regarding the Grab website to Grab parties produces an average of positive responses. Consumer responses to the Grab website also produce positive responses and the Grab Website in meeting consumer needs produces positive responses.
Keywords; Webqual, Service Quality .
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 181
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi beberapa tahun terakhir yang begitu cepat, membuat berbagai peluang bisnis melalui teknologi semakin menjanjikan. Manusia menciptakan teknologi untuk mendorong/mendukung kegiatan yang dilakukan olehindividu maupun perusahaan sehingga lebih efektif dan efisien (Ahmad,2015).Penerapan teknologi dan informasi menyebabkan perubahan dalam kebiasaan atau habit yang baru pada bidang bisnis. Seperti pemanfaatan media perdagangan perusahaan jasa menggunakan media internet yang saat ini tidak sulit dijangkau oleh semua kalangan. Dampak utama dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam bisnis adalah tingginya volume penggunaan internet. Di dunia pertumbuhan pengguna internet dari tahun ke tahun mengalami kenaikan hingga 200 juta pengguna dari tahun 2015 lalu ini menurut laporan State of Connectivity: A Report on Global Internet Access yang dibuat oleh Facebook yang berarti sekarang ada sekitar 3,4 miliar pengguna internet di dunia. Dilihat dari total populasi manusia yang mencapai 7,4 miliar, artinya internet sudah hampir digunakan oleh 50 persen penduduk Bumi. Pertumbuhan Teknologi Informasi (TI) yang berkembang pesat menyebabkan munculnya berbagai website dan menjadikan
website sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah organisasi atau perusahaan dalam hal layanan bagi penggunanya. Bagi perusahaan, website menjadi hal yang penting
sebagai platforms informasi kepada penggunanya dalam menyampaikan berbagai informasi mengenai perusahaan ( profil company ) sampai layanan konsumen. Dengan terus meningkatnya pengguna internet, hal ini mengindikasikan
semakin intensnya aktivitas online . Salah satu yang saat ini menjadi trend adalah penyedia jasa transportasi online . Grab adalah salah satu layanan penyedia transportasi berbasis online . Indonesia menjadi pasar yang menggiurkan bagi para penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi. Tak terkecuali bagi Grab (dahulu GrabTaxi), startup asal
Malaysia yang mulai melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru Asia Tenggara. Perusahaan Grab Indonesia memiliki layanan website yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi bagi
konsumennya mengenai jasa apa yang mereka jual. Dan dari website ini pihak Grab akan memperoleh feedback secara tidak langsung. Berdasarkan data Top Brand Index (TBI), Grab Indonesia termasuk berada diurutan ke-2 TOP dalam kategori jasa transportasi o nline yaitu sebesar 14,7%. Dan terlepas dari penghargaan diatas, kualitas layanan website grab ini bisa diukur dengan berbagai metode, salah satunya dengan metode Webqual, yaitu melakukan teknik pengukuran berdasarkan persepsi pengguna akhir.
KAJIAN TEORI Website adalah serangkaian halaman web berisi informasi yang terhubung satu sama lain dan diakses melalui internet. Pada era digital saat ini, website telah menjadi salah satu
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 182
elemen penting di dalam kehidupan manusia. Bagi pengunjung, website memberikan akses yang mudah dan cepat untuk mencari informasi, membeli produk, atau mendapat pengalaman baru. Sedangkan bagi pelaku bisnis, website dapat meningkatkan branding perusahaan serta memfasilitasi penjualan produk secara online. Website adalah sebuah halaman atau sekumpulan halaman web yang saling terhubung dan dapat diakses dari seluruh dunia, selama terkoneksi ke jaringan internet. Setiap halaman website memiliki alamat unik yang dikenal sebagai URL ( Uniform Resource Locator ). Situs web dapat berisi berbagai jenis informasi, misalnya teks, gambar, video, dan audio. Selain itu, website juga bisa memuat fitur interaktif seperti form kontak, komentar, atau chatting.
Website terdiri dari dua elemen utama, yakni client- side dan server-side .Client-side website adalah bagian situs yang terlihat oleh pengguna melalui browser, seperti Google Chrome atau Internet Explorer. Bagian ini tersusun atas HTML, CSS, dan JavaScript untuk merancang dan menampilkan halaman web. Sebaliknya, server-side website adalah bagian website yang tersembunyi oleh pengguna, dan berisi file dan data yang diolah oleh web server. Bagian server-side ini terdiri dari bahasa pemrograman, seperti PHP, Python, atau Ruby on Rails. Website pertama di dunia diluncurkan pada tahun 1991 oleh ahli komputer asal Inggris bernama
- Lee. Awalnya, tujuan Tim dalam
merancang website adalah untuk memfasilitasi pertukaran dan
pembaruan informasi antar sesama peneliti di tempat kerjanya.
Webqual ini merupakan metode yang telah dikembangkan dari Servqual yang disusun oleh Parasuraman. Servqual banyak digunakan sebelumnya pada pengukuran kualitas jasa. Kualitas layanan website grab merupakan menjadi perhatian khusus dalam memberikan kualitas layanan yang lebih maksimal dari pihak Grab kepada konsumen atau pengguna website Grab. Dari hasil beberapa tanggapan konsumen tentang website
Grab yang masih merasakan susahnya menggunakan website
Grab dan jumlah pengunjung yang menurun karena adanya beberapa keluhan yang masih dirasakan oleh konsumen, dalam memenuhi kebutuhannya yang menggunakan jasa layanan website Grab, maka pihak Grab harus memperbaiki layanan website tersebut. Menurut Pujawan (2011:97) kualitas pelayanan adalah sebagai hasil persepsi dan perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual layanan yang terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service (pengalaman yang diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang diterima). Karena layanan yang dirasakan memiliki dampak terhadap tanggapan konsumen METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode penelitian untuk mengumpulkan data. Metode penelitian yang akan digunakan
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 183
adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena sosial.
Artinya tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sifat penelitian tertentu. Menurut Sugiyono (2015:14) pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme untuk dengan mempelajari populasi atau sampel tertentu dan pengambilan sampel secara acak dengan cara mengumpulkan data menggunakan alat dan menganalisis data statistic. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik Qouta Sampling yang dilakukan untuk mengidentifikasi sampel populasi dengan karakteristik tertentu mencapai jumlah yang diinginkan (kouta). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan penyebaran kuesioner. TEKNIK ANALISIS DATA Skala Likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau respons seseorang terhadap suatu objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat popular di kalangan para ahlin psikologi sosial dan para peneliti. Skala Likert adalah sebuah tipe skala psikometri yang menggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam penelitian survei. Metode rating yang dijumlahkan ( summated rating ) popular juga dengan nama penskalaan model Likert.
Metode Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam pendekatan ini tidak diperlukan adanya kelompok panel penilai ( JudgingGroup) dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak akan ditentukan oleh derajat favorabelnya masing- masing, akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju atau tidak setuju dari sekolompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba Kelompok uji coba ini hendaknya memiliki karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik individu yang hendak diungkap sikapnya oleh skala yang sedang disusun.
Pada metode ini penilaian akan kualitas layanan website Grab terhadap pengguna menggunakan kuesioner yang dirancang dengan skala likert dengan instrumen atau dimensi berdasarkan metode webqual . Metode webqual terdri dari 3 dimensi yaitu dimensi Usability (kegunaan), Information Quality ( Kualitas Informasi) , dan Service
Interaction (Interaksi Layanan).
Skala pengukuran untuk tingkat kepuasan : 1 ( Tidak puas ), 2 ( Kurang Puas), 3 ( Puas ), 4 ( Sangat Puas ).
Tabel .1 Interval Skala Likert Sangat Puas SP 4 Puas P 3.25 Kurang Puas KP 2,5 Tidak Puas TP 1,75 Rumus :
RS = ( m - n ) / b RS = ( 4 1 ) / 4 RS = 0,75 Keterangan : RS = Rentang Skala
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 184
M = Angka tertinggi dalam pengukuran n = Angka terendah dalam pengukuan b = Banyaknya kelas / kategori yang di bentuk
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis yang di dapatkan pada tahapan uji validitas, uji reliabilitas, distribusi kualitas layanan, dan instrumen rata-rata skor skala likert yang telah dilakukan, maka dimensi dari metode webqual ini yaitu usability, Information quality , dan Interactoin quality mempengaruhi kepuasan penggunannya secara signifikan terhadap kepuasan pengguna, dilihat dari feedback yang diterima oleh pihak grab, tanggapan konsumen terhadap Website Grab dan pemenuhan dalam kebutuhan pengguna website Grab. Oleh sebab itu pembahasan tentang masing - masing dimensi metode webqual akan dibahas lebih lanjut, yaitu sebagai berikut .
Kualitas Layanan Website Grab (Usability) Dari hasil analisis diatas menunjukan bahwa pada dimensi usability ini mempunyai hasil positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna website Grab dengan menggunakan metode webqual, pertama bisa dilihat dari hasil distribusi frekuensi kualitas layanan website Grab yang dimana dari hasil kuesioner yang disebar ke 120 responden didapatkan hasil frekuensi yang memilih sangat puas yaitu sebanyak 52 dengan persentase 43,3% dan yang memilih atau menyatakan frekuensi puas yaitu sebanyak total 68 dengan persentase
56,7%. Jadi sebagian besar pengguna puas dengan kualitas layanan website grab pada dimensi (usability) yaitu 56,7% dari segi distribusi frekuensinya. Selanjutnya yang kedua dilihat dari hasil instrumen rata-rata skor pada skala likert pada tingkat kepuasan konsumen dimensi usability dimana memiliki total rata-rata interval skor skala likert dengan jumlah 3,34 dengan responden yang valid sebanyak 30 dari total 120 responden, yang artinya 30 responden ini mewakili jawaban atau tanggapan dari total 120 responden tersebut. Dari masing-masing deskripsi indikator memiliki jumlah skor atau mean yang berarti bahwa pengguna website Grab ini sangat puas atas kualitas layanan website Grab pada dimensi Usability yang memiliki skor rata- rata 3,34 (sangat puas). Jadi dapat dikatakan secara keseluruhan, konsumen sangat puas atas kualitas layanan website Grab dengan metode wequal dari segi dimensi Usability . Kualitas Layanan Website Grab (Information quality) Hasil analisis menunjukan bahwa pada dimensi Information quality mempunyai hasil positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna website Grab dengan menggunakan metode webqual, pertama bisa dilihat dari hasil distribusi frekuensi kualitas layanan website Grab yang dimana dari hasil kuesioner yang disebar ke 120 responden didapatkan hasil frekuensi yang memilih sangat puas yaitu sebanyak total 43 dengan persentase 35,8% dan yang memilih atau menyatakan frekuensi puas yaitu sebanyak total 77 dengan persentase
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 185
64,2%. Jadi sebagian besar puas dengan kualitas layanan website grab pada dimensi (Information Quality ) yaitu 64,2% dari segi distribusi frekuensinya.
Kedua dilihat dari hasil instrumen rata-rata skor pada skala likert pada tingkat kepuasan konsumen dimensi Information Quality dimana memiliki total rata-rata interval skor skala likert dengan jumlah 3,58 dengan responden yang valid sebanyak 30 dari total 120 responden, yang artinya 30 responden ini mewakili jawaban atau tanggapan dari total 120 responden tersebut. Dari masing-masing deskripsi indikator memiliki jumlah skor atau mean yaitu yang berarti bahwa pengguna website Grab ini sangat puas atas kualitas layanan website Grab pada dimensi Information Quality yang memiliki skor rata-rata 3,58 (sangat puas). Jadi dapat dikatakan secara keseluruhan, konsumen sangat puas atas kualitas layanan website Grab dengan metode wequal dari segi dimensi Information Quality.
Kualitas Layanan Website Grab (Interactoin Quality) Hasil analisis menunjukan bahwa pada dimensi Interactoin Quality mempunyai hasil positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna website Grab dengan menggunakan metode webqual, bisa dilihat dari hasil distribusi frekuensi kualitas layanan website Grab yang dimana dari hasil kuesioner yang disebar ke 120 responden didapatkan hasil frekuensi yang memilih sangat puas yaitu sebanyak total 60 dengan persentase 50,0% dan yang memilih atau menyatakan frekuensi puas yaitu sebanyak total 60 dengan
persentase 50,0%. Jadi sebagian sangat puas dengan kualitas layanan website grab pada dimensi
(Interactoin Quality) yaitu 50,0 %
dan sebagian puas dengan kualitas layanan website grab pada dimensi (Interactoin Quality) yaitu 50,0 %. Selanjutnya hasil instrumen rata-rata skor pada skala likert pada tingkat kepuasan konsumen dimensi
Interactoin Quality dimana memiliki total rata-rata interval skor skala likert dengan jumlah 3,45, dengan responden yang valid sebanyak 30 dari total 120 responden, Dari masing-masing deskripsi indikator memiliki jumlah skor atau mean 3,25 yaitu 3, 58 (sangat puas).
Jadi dapat dikatakan secara keseluruhan konsumen sangat puas atas kualitas layanan website Grab dengan metode wequal dari segi dimensi Interactoin Quality. Analisis Tanggapan Balik ( Feedback) Mengenai Website
## Grab Kepada Pihak Grab
Dari semua hasil analisis yang dilakukan, dapat ditemukan bahwa tanggapan balik (feedback) pengguna dari website Grab kepada pihak grab ini sangat puas dengan kualitas layanan website Grab dengan metode webqual yang dimana dapat diukur atas 3 dimensi yang ada di dalam metode webqual tersebut yaitu Usability, Information Quality, dan Interaction Quality menunjukan hasil persentase frekuensi yang sangat positif dan signifikan menunjukan mayoritas pengguna website Grab sangat puas dengan kualitas layanan yang di sediakan ditambah lagi dari perhitungan instrumen rata-rata skor dari kuesioner yang menggunakan interval skala likert yang menghasilkan dari 30 responden
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 186
yang mengisi kuesioner yang dinyatakan valid dari total 120 responden, skor rata-rata menunjukan bahwa pengguna website grab dilihat dari masing-
masing dimensi yang menunjukan kategori atau konsumen sangat puas. Didukung juga dengan pertanyaan dari kuesioner yang menanyakan bagaimana tanggapan balik (feedback) mengenai website grab kepada pihak grab?, yang secara keseluruhan disimpulkan bahwa tanggapannya positif untuk website grab ini karena sudah memberikan akses untuk mempermudah dalam mencari informasi tentang grab, kontennya menarik dan mudah untuk digunakan oleh masyarakat awam . Jadi dapat dikatakan tanggapan balik untuk pihak grab ini positif.
Analisis Tanggapan Konsumen Terhadap Website Grab Dari semua hasil analisis yang dilakukan, dapat ditemukan bahwa tanggapan konsumen terhadap website Grab ini sangat puas dengan kualitas layanan website Grab dengan metode webqual yang dimana dapat diukur atas 3 dimensi yang ada di dalam metode webqual tersebut yaitu Usability, Information Quality, dan Interaction Quality menunjukan hasil persentase frekuensi yang sangat positif dan signifikan menunjukan mayoritas pengguna website Grab sangat puas dengan kualitas layanan yang di sediakan ditambah lagi dari perhitungan instrumen rata-rata skor dari kuesioner yang menggunakan interval skala likert yang menghasilkan dari 30 responden yang mengisi kuesioner yang dinyatakan valid dari total 120 responden, skor rata-rata menunjukan bahwa pengguna website grab dilihat dari masing- masing dimensi yang menunjukan kategori atau konsumen sangat puas.Didukung juga dengan pertanyaan dari kuesioner yang menanyakan bagaimana tanggapan anda mengenai website Grab ini?, yang secara keseluruhan disimpulkan bahwa tanggapannya positif untuk website grab ini karena telah membantu dalam mengaplikasikan aplikasi Grab dengan mudah sehingga para pengguna website Grab terbantu dalam menggunakannya. Jadi dapat dikatakan tanggapan pengguna terhadap website Grab ini positif Analisis Website Grab Dalam Memenuhi Kebutuhan Konsumen
Dari semua hasil analisis yang dilakukan, dapat ditemukan bahwa website grab dalam memenuhi kebutuhan konsumen ini sudah sangat puas dengan kualitas layanan website Grab dengan metode webqual yang dimana dalam memenuhi kebutuhan penggunanya, dapat diukur atas 3 dimensi yang ada di dalam metode webqual tersebut yaitu Usability, Information Quality, dan Interaction Quality menunjukan hasil persentase frekuensi yang sangat positif dan signifikan menunjukan mayoritas pengguna website Grab sangat puas dengan kualitas layanan yang di sediakan ditambah lagi dari perhitungan instrumen rata-rata skor dari kuesioner yang menggunakan interval skala likert yang menghasilkan dari 30 responden yang mengisi kuesioner yang dinyatakan valid dari total 120
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 187
responden, skor rata-rata menunjukan bahwa pengguna website grab dilihat dari masing-
masing dimensi yang menunjukan kategori atau konsumen sangat puas. Ditambah juga dengan pertanyaan dari kuesioner yang menanyakan apakah website Grab ini telah memenuhi kebutuhan anda?, dan secara keseluruhan disimpulkan bahwa tanggapannya positif untuk website grab ini karena kebanyakan atau mayoritas menjawab website Grab ini telah membantu dalam kebutuhan sehari-hari para penggunanya dimana mereka yang hendak bepergian jika tidak ada kendaraan, juga dalam pemenuhan konsumsi mereka dengan bisa langsung membuka aplikasi Grab tersebut melalui layanan website grab ini dan juga dalam berbisnis online yang bisa menggunakan layanan kurir grab ( express ) yang bisa mengantarkan barang ke kosumen pengguna layanan tersebut. Jadi dapat dikatakan website Grab dalam memenuhi kebutuhan konsumen ini di jawab dengan positif. Berdasarkan perumusan hipotesa yang di buat untuk analisis kulitas layanan website grab menggunakan metode webqual ini adalah bahwa kualitas layanan website grab diduga mempengaruhi terhadap kepuasan pengguna website grab. Setelah penulis melakukan analisis bahwa terdapat kesusaian antara hipotesa (dugaan sementara) yang dibuat, dengan hasil yang di peroleh oleh penulis atau dengan kata lain hipotesa (dugaan sementara) sejalan dengan hasil analisis penulis yang menunjukan bahwa tingkat kepuasan
pengguna website grab dalam kategori sangat puas.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kualitas layanan website grab dengan 3 dimensi metode webqual yaitu Usability, Information Quality, dan Interaction Quality berpengaruh positif dan signifikan dilihat dari hasil perhitungan instrumen rata-rata skor dari kuesioner yang menggunakan interval skala likert yang menghasilkan kategori (sangat puas)
2. Tanggapan balik ( feedback) mengenai website grab kepada pihak grab menghasilkan rata-rata tanggapan yang positif karena seperti yang sudah di bahas karena sudah memberikan akses untuk mempermudah dalam mencari informasi tentang grab, kontennya menarik dan mudah untuk digunakan oleh masyarakat awam .
3.Tanggapan konsumen terhadap website grab juga menghasilkan tanggapan yang positif karena bisa dilihat dari seluruh jawaban dari kuesioner yang telah di analisis bahwa telah membantu dalam mengaplikasikan aplikasi Grab dengan mudah sehingga para
pengguna website Grab terbantu dalam menggunakannya.
4. Website Grab Dalam Memenuhi Kebutuhan Konsumen menghasilkan tanggapan yang positif, karena jawaban atau tanggapan rata-rata pengguna yaitu membantu dalam kebutuhan sehari-hari para penggunanya baik itu dalam layanan transportasi, makanan (food), dan kurir (express) .
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 188
DAFTAR PUSTAKA Ariffud Muhamad (2023) https://linktr.ee/ariffud . Apriyani, Dwi Aliyyah & Sunarti, (2017). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen (Survey pada konsumen The Llittle A Coffe Shop Sidoharjo).
(https://docplayer.info/58840339- Pengaruhkualitas-pelayanan- terhadap-kepuasan-konsumen- survei-padakonsumen-the-little-a- coffee-shop-sidoarjo.html)
Ari, Efendi, dan Udaya, J. (2015). Prinsip-prinsip Pemasaran. Andi:
Yogyakarta Asdi. (2012). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasaan Pasien pada Rumah Sakit Syech Yusuf Sungguminasa Kabupaten Gowa.
(https://www.academia.edu/3818737 7/Pengaruh_Kualitas_ Pelayanan_terhadap_Kepuasaan_Pas ien_pada_Rumah_Sakit_Syech_Yus uf_Sungguminasa_Kabupaten_Gowa .)
Hasan, Ali. (2013). Marketing dan Kasus-kasus Pilihan, cetakan 1. Yogyakarta: CPAS
Haladi, Athira Yasmin. (2017). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa Transportasi Gojek Di Kota Surabaya. ( https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ index.php/jurnalakuntansi/art icle/viewFile/27144/24845 ). Panjaitan, Januar Efendi & Yulianti, Ali Lili. (2016). Pengaruh kualitas Pelayanan terhadap kepuasan Pelanggan pada JNE cabang Bandung (https://www.academia.edu/3626559 3/Pengaruh kualitas Pelayanan terhadap kepuasan Pelanggan pada JNE cabang Bandung)
Kotler. P ., dan Amstrong, G. (2001). Prinsip-prinsip pemasaran. Edisi kedelapan. Erlangga: Jakarta Kotler dan Keller. (2012).
Manajemen Pemasaran Edisi Ketigabelas jilid 1 dan
dialihbahasakan oleh Bob Sabran,
Jakarta: Erlanggan
Kotler, Philip & Kevin L. Keller. (2009). Manajemen pemasaran jilid 1, edisi Ketiga belas Lupiyoadi,
Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat Lupiyoadi (2001) Manajemen
Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Salemba Empat, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat (2014). Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 3. Jakarata: Salemba Empat M. Nur Nasution. (2004) Manajemen Jasa Terpadu. Bogor. Graha Indonesia Rifaldi, Kadunci dan Sulistyowati
(2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan Transportasi Online Gojek terhadapat Kepuasaan Pelanggan Pada Mahasiswa/I Administrasi Niaga Politeknik Negri Jakarta.
http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/satyagraha
I Dewa Nyoman Usadha Ayu Suda Sucandrawati 189
( https://www.academia.edu/3546770 9/Pengaruh_Kualitas_ Pelayanan_Transportasi_Online_Goj ek_terhadap_Kepuasaan_ Pelanggan_Pada_Mahasiswa/I_Admi nistrasi_Niaga_Politeknik Negri Jakarta.)
Sumarni, Murti dan Jhon Soeprihanto, (2010). Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Yazid. (2008). Pemasaran Jasa Konsep dan Implementasi. Yogyakarta: Ekonosia
Yuliana, Ni Nyoman dan Putu Riyasa. 2007, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi kepuasaan Pelanggan Dalam PDAM Kota Denpasar. Denpasar: Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 1 Tahun 2000
(https://teorionline.files.wordpress.co m/2010/06/jurnalanalisis-faktor- faktor-yang-mempengaruhi- kepuasan pelanggan.pdf)
|
16ebe6c4-9a20-43fd-95fb-42c4933201d4 | https://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS/article/download/66/53 |
## ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN SITUS CAGAR BUDAYA GUNUNG PADANG SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA
Faizal Hamzah 1 , Hary Hermawan 2 , Debi Srinatami 3
1,3 Sekolah Tinggi Pariwisata ARS Internasional, Indonesia, email: [email protected]
2 Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Indonesia, email: [email protected]
## ABSTRAK
Situs cagar budaya Gunung Padang memilki potensi yang sangat besar mulai dari fungsi, nilai, dan sejarahnya sebagai benda cagar budaya, namun dibalik potensi tersebut situs cagar budaya Gunung Padang masih perlu menciptakan strategi pengembangan yang optimal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersipat deskriftif, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi wawancara dan dokumentasi kemudian analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis swot sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sebuah strategi dari hasil analisis menggunakan matriks swot. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi yang tepat yang harus dijalankan di situs cagar budaya Gunung Padang adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan melalui peluang-peluang yang ada sehingga dapat menutupi berbagai kelemahan yang ada, strategi tersebut dapat mencakup pengembangan sarana dan prasarana wisata, sistem pelayanan, sitem pelestarian benda cagar budaya, dan meningkatkan media promosi.
Kata Kunci: SWOT, cagar budaya, kebudayaan.
## ANALYSIS OF THE DEVELOPMENT STRATEGY OF GUNUNG PADANGCULTURAL HERITAGE SITE AS A TOURIST DESTINATION AND CULTURAL HERITAGE
## ABSTRACK
Mountain Heritage Site Padang has a huge potential ranging from its functions, values, and history as a cultural heritage, but behind the potential site of Gunung Padang heritage sites still need to create an optimal development strategy. The research method used in this study is a qualitative research method that whistthe deskriftif, data collection is done by the interview methods of observation and documentation then analysis used in this study using a SWOT analysis so that it will eventually produce a strategy of the analysis results using the SWOT matrix. From the results of the research can be known that the right strategy that must be run on the site of Gunung Padang Cultural Reserve is a strategy that utilizes strengths through opportunities that exist so as to cover the various weaknesses that exist, the strategy can include the development of tourism facilities and infrastructure, service system, preservation site of cultural conservation, and improve the media promotion
Keywords: SWOT, cultural heritage, cultural history
## PENDAHULUAN
Pengembangan pariwisata harus selalu dilakukan dengan memelihara kebudayaan serta aspek sosialnya, untuk itu perlu pengaturan yang berguna untuk merancang
strategi pengembangan yang dapat meningatkan devisa negara serta menghidupkan selalu pariwisata di Indonesia. Maka dari itu Pengembangan pariwisata perlu peranan penting dari pemerintah untuk menunjang suatu keberhasilan, serta perlu
Media Wisata, Volume 19, Nomor 1, Mei 2021
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS Doi: 10.36275/mws
## ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN SITUS CAGAR BUDAYA GUNUNG PADANG SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA
Faizal Hamzah 1 , Hary Hermawan 2 , Debi Srinatami 3
1,3 Sekolah Tinggi Pariwisata ARS Internasional, Indonesia, email: [email protected]
2 Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Indonesia, email: [email protected]
## ABSTRAK
Situs cagar budaya Gunung Padang memilki potensi yang sangat besar mulai dari fungsi, nilai, dan sejarahnya sebagai benda cagar budaya, namun dibalik potensi tersebut situs cagar budaya Gunung Padang masih perlu menciptakan strategi pengembangan yang optimal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersipat deskriftif, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi wawancara dan dokumentasi kemudian analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis swot sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sebuah strategi dari hasil analisis menggunakan matriks swot. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi yang tepat yang harus dijalankan di situs cagar budaya Gunung Padang adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan melalui peluang-peluang yang ada sehingga dapat menutupi berbagai kelemahan yang ada, strategi tersebut dapat mencakup pengembangan sarana dan prasarana wisata, sistem pelayanan, sitem pelestarian benda cagar budaya, dan meningkatkan media promosi.
Kata Kunci: SWOT, cagar budaya, kebudayaan.
## ANALYSIS OF THE DEVELOPMENT STRATEGY OF GUNUNG PADANGCULTURAL HERITAGE SITE AS A TOURIST DESTINATION AND CULTURAL HERITAGE
## ABSTRACK
Mountain Heritage Site Padang has a huge potential ranging from its functions, values, and history as a cultural heritage, but behind the potential site of Gunung Padang heritage sites still need to create an optimal development strategy. The research method used in this study is a qualitative research method that whistthe deskriftif, data collection is done by the interview methods of observation and documentation then analysis used in this study using a SWOT analysis so that it will eventually produce a strategy of the analysis results using the SWOT matrix. From the results of the research can be known that the right strategy that must be run on the site of Gunung Padang Cultural Reserve is a strategy that utilizes strengths through opportunities that exist so as to cover the various weaknesses that exist, the strategy can include the development of tourism facilities and infrastructure, service system, preservation site of cultural conservation, and improve the media promotion
Keywords: SWOT, cultural heritage, cultural history
## PENDAHULUAN
Pengembangan pariwisata harus selalu dilakukan dengan memelihara kebudayaan serta aspek sosialnya, untuk itu perlu pengaturan yang berguna untuk merancang
strategi pengembangan yang dapat meningatkan devisa negara serta menghidupkan selalu pariwisata di Indonesia. Maka dari itu Pengembangan pariwisata perlu peranan penting dari pemerintah untuk menunjang suatu keberhasilan, serta perlu
Media Wisata, Volume 19, Nomor 1, Mei 2021
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS Doi: 10.36275/mws
## ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN SITUS CAGAR BUDAYA GUNUNG PADANG SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA
Faizal Hamzah 1 , Hary Hermawan 2 , Debi Srinatami 3
1,3 Sekolah Tinggi Pariwisata ARS Internasional, Indonesia, email: [email protected]
2 Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Indonesia, email: [email protected]
## ABSTRAK
Situs cagar budaya Gunung Padang memilki potensi yang sangat besar mulai dari fungsi, nilai, dan sejarahnya sebagai benda cagar budaya, namun dibalik potensi tersebut situs cagar budaya Gunung Padang masih perlu menciptakan strategi pengembangan yang optimal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersipat deskriftif, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi wawancara dan dokumentasi kemudian analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis swot sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sebuah strategi dari hasil analisis menggunakan matriks swot. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi yang tepat yang harus dijalankan di situs cagar budaya Gunung Padang adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan melalui peluang-peluang yang ada sehingga dapat menutupi berbagai kelemahan yang ada, strategi tersebut dapat mencakup pengembangan sarana dan prasarana wisata, sistem pelayanan, sitem pelestarian benda cagar budaya, dan meningkatkan media promosi.
Kata Kunci: SWOT, cagar budaya, kebudayaan.
## ANALYSIS OF THE DEVELOPMENT STRATEGY OF GUNUNG PADANGCULTURAL HERITAGE SITE AS A TOURIST DESTINATION AND CULTURAL HERITAGE
## ABSTRACK
Mountain Heritage Site Padang has a huge potential ranging from its functions, values, and history as a cultural heritage, but behind the potential site of Gunung Padang heritage sites still need to create an optimal development strategy. The research method used in this study is a qualitative research method that whistthe deskriftif, data collection is done by the interview methods of observation and documentation then analysis used in this study using a SWOT analysis so that it will eventually produce a strategy of the analysis results using the SWOT matrix. From the results of the research can be known that the right strategy that must be run on the site of Gunung Padang Cultural Reserve is a strategy that utilizes strengths through opportunities that exist so as to cover the various weaknesses that exist, the strategy can include the development of tourism facilities and infrastructure, service system, preservation site of cultural conservation, and improve the media promotion
Keywords: SWOT, cultural heritage, cultural history
## PENDAHULUAN
Pengembangan pariwisata harus selalu dilakukan dengan memelihara kebudayaan serta aspek sosialnya, untuk itu perlu pengaturan yang berguna untuk merancang
strategi pengembangan yang dapat meningatkan devisa negara serta menghidupkan selalu pariwisata di Indonesia. Maka dari itu Pengembangan pariwisata perlu peranan penting dari pemerintah untuk menunjang suatu keberhasilan, serta perlu
pengawasan agar perkembangannya berada pada jalur yang tepat (Kristin & Salam, 2016).
Mengingat potensi budaya yang sangat beragam di Jawa Barat, wisata budaya menjadi salah satu wisata yang harus dikembangkan dengan tujuan untuk melestarikan suatu kebudayaan, kemudian warisan budaya juga sangat berdampak pada bidang ekonomi dan pariwisata. Dapat diketahui dari esensinya wisata budaya sangat bervariasi melalui atraksi yang beragam dan mempunyai ciri khas tersendiri sesuai dengan bentuk dan fungsi nya masing- masing. Salah satunya adalah benda-benda peninggalan sejarah kebudayaan yang kini sudah banyak dijadikan sebagai destinasi wisata, dimana tujuannya untuk memberikan pengetahuan sejarah kepada para wisatawan (Priyono et al., 2018).
Sebagian besar benda peninggalan sejarah kebudayaan adalah benda cagar budaya yang diciptakan oleh tokoh budaya bangsa pada masa lalu. Peninggalan benda cagar budaya pada hakikatnya harus di jaga dan di akui keberadaannya, Namun dewasa ini sudah menunjukan tidak sedikit orang yang belum memahami bahwa suatu benda cagar budaya musti dijaga dan dipelahara dengan baik, bahkan tidak sedikit juga orang yang enggan mengunjungi peninggalan sejarah kebudayaan, karena rasa bosan dan rasa tidak ingin tahu dari dalam dirinya apa yang menjadi filosopi pada masanya (Syaifullah dan Wibowo, 2016).
Situs Cagar Budaya Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Gunung Padang dan
Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan
Campaka, Kabupaten Cianjur. Situs cagar budaya Gunung Padang memiliki pemandangan yang indah, dengan hamparan punden berundak menjadikan spot dan view yang sangat menakjubkan,
Situs ini merupakan aset peninggalan budaya di Cianjur yang memiliki sejarah yang menarik serta potensi yang sangat besar, bahkan situs ini menuju warisan budaya dunia. Namun dibalik potensi tersebut, sangat
diperlukan perhatian dari pemerintah, agar peninggalan kebudayaan ini tetap menjadi fungsi sebenarnya yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik juga menjadi destinasi wisata yang dapat memberikan kepuasan optimal kepada wisatawan, dibalik pengembangan Situs cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata, tentu sangat berguna untuk selalu menghidupkan peninggalan sejarah kebudayaan tersebut. Situs cagar budaya Gunung Padang berada di daerah terpelosok yang aksesnya sangat sulit ditempuh dengan kendaraan umum, lokasi yang cukup jauh dari jalan utama, keadaan jalannya yang berkelok, kondisi pemukiman yang sepi jauh dari keramaian, pengetahuan sosial masyarakat yang sangat minim serta faktor internal seperti fasilitas penunjang wisata yang belum memadai membuat peninggalan sejarah kebudayaan sebagai destinasi wisata ini kurang begitu memberikan kepuasan yang baik kepada wisatawan. Tidak hanya itu, keselamatan situs juga sudah terancam, karena disebabkan oleh kondisi alam dan perbuatan manusia. Dari kekurangan tersebut perlu adanya upaya pengelola dibantu oleh pihak pemerintah yang bertanggung jawab mengawasi situs cagar budaya gunung padang dalam menentukan strategi pengembangan yang lebih baik lagi untuk saat ini dan jangka panjang. Mengingat bahwa situs cagar budaya Gunung Padang ini sudah dijadikan tempat komersil sejak tahun 2012 lalu, sangat penting untuk meningkatkan benefit yang baik dari kelayakan destinasi wisata tersebut. Tujuan dari penelitian ini diantaranya : Untuk menganalisis kondisi aktual (fisik dan non fisik) aspek pengembangan wisata di situs cagar budaya Gunung Padang, untuk menganalisis unsur penunjang wisata yang menjadi aspek pengembangan di situs cagar budaya Gunung Padang, untuk menganalisis upaya pengembangan yang sudah dilakukan di situs cagar budaya Gunung Padang,untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan situs cagar budaya Gunung Padang. Dan untuk mengetahui strategi apa saja yang harus dijalankan untuk pengembangan situs
cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata dan sejarah peninggalan kebudayaan.
## LITERATUR REVIEW Strategi Pengembangan
Menurut Yosi (2019), strategi pengembangan merupakan suatu cara atau tindakan yang dilakukan oleh sekumpulan orang atau organisasi untuk pencapaian suatu
keberhasilan di dalam sebuah organisasi. Analisis SWOT
Menurut Susilawati dan Harun (2017), analisis SWOT adalah representasi tentang lingkungan internal dan eksternal, yang tersusun dalam empat faktor yaitu strengths, weakness, opportunities, dan threat. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).
## Unsur Penunjang Wisata
Menurut Sunaryo, (2013) dalam mengemukakan bahwa kerangka
pengembangan destinasi pariwisata mengandung tujuan yang sama yang mencakup unsur-unsur seperti dibawah ini:
## Attraction (Atraksi)
Atraksi (attraction) yang terdiri dari atraksi alam (lanskap, laut, iklim, flora, fauna, dan bentuk geografis lain serta kekayaan alam), atraksi buatan (bangunan, monumen, taman, pusat konvensi, dan sebagainya), atraksi budaya (tarian, music, agama, dan special events), dan atraksi sosial.
## Accessibility (Aksesibilitas)
Mudah dicapai (accessibility) yang dialamnya termasuk infrastuktur (jalan, tempat parkir, bandara, jalur kereta api, dan pelabuhan), perlengkapan (ketersediaan tranportasi menuju ke tempat tujuan, faktor operasional, dan regulasi pemerintah.
## Amenities(Amenitas)
Fasilitas (amenities) yangmerupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata semisal akomodasi
hotel, restoran, transportasi, aktivitas took souvenir, pelayanan informasi dan fasilitas lain seperti pusat bahasa dan pusat kesehatan.
Ancillary Services,
Ancillary yang mencakup seperti rumah sakit, bank, pos, telekomunikasi dan lainnya.Ini merupakan fasilitas pendukung yang digunakan oleh wisatawan.
## Institutions
Institutions atau biasanya disebut dengan kelembagaan yang terkait dengan keberadaan serta peran dari masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya suatu kegiatan pariwisata yang termasuk masyarakat setempat.
Kondisi Fisik dan Nonfisik Destinasi Wisata
Kondisi fisik dan non fisik destinasi wisata merupakan suatu komponen yang terdapat di dalam maupun di luar destinasi wisata, kondisi fisik dapat berupa tempat lokasi, lahan, bentuk dan unsur-unsur penunjang yang ada di sebuah destinasi wisata sedangkan kondisi non fisik di suatu destinasi wisata dapat berupa keadaan lingkungan setempat, fungsi suatu destinasi wisata dan nilai sosial budaya. (Dewi Marcelina, 2018).
## METODE
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, karena dalam penelitiannya peneliti berusaha untuk mendeskripsikan proses dan kejadian yang sesungguhnya.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlandaskan pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti melakukan pengumpulan data secara gabungan (Darna dan Herlina, 2018).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Fisik Situs Cagar Budaya Gunung Padang
Situs cagar budaya gunung padang mrupakan tinggalan megalitik punden berundak lima hamparan yang disusun dari batuan kekar kolom ( columnar joint) disetiap teras terdapat gundukan tanah yang ditimbuni batu lahan tempat struktur utama dimiliki oleh Negara seluas 17.196,52 m² dan lahan disekitarnya dimiliki dan/atau dikuasai oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Tinggalan Megalitik Gunung Padang dan lingkungannya seluas 17.196,52 m² yang dikuasai oleh negara tersebut berada dibawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.Saat ini kondisi Situs Gunung Padang mengalami ancaman kerusakan akibat erosi dan tanaman liar yang tumbuh disekitar situs. Banyak batu punden yang lepas, miring, aus, terkelupas, retak, patah, dan jatuh di lereng dan kaki bukit. Ada beberapa bagian dari struktur punden yang menggelembung dan menjorok ke luar sebagai akibat dari genangan air, desakan akar, serta longsor. Terjadi juga pelapukan batuan karena pertumbuhan ganggang, jamur kerak, lumut, dan tumbuhan lainnya. Selain faktor alam, ada pula kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan pengunjung, misalnya vandalisme, menggores batu dengan benda keras, menduduki, menginjak batu, memukul-mukul batu, menggeser dan memindahkan batu, serta akitivitas wisata lainnya yang tidak terkendali turut serta menyebabkan berubahnya susunan struktur aslinya. Situs Gunung Padang saat ini menjadi destinasi wisata yang penting di Kabupaten Cianjur dengan jumlah kunjungan sedikitnya 200-300 orang per minggu dan meningkat ketika musim liburan sekolah tiba. Di puncak bukit terdapat menara pandang dan beberapa warung milik penduduk sedangkan di kaki bukit terdapat warung, lapangan parkir, dan fasilitas pariwisata lainnya.
Kondisi Non Fisik Situs Cagar Budaya Gunung Padang
Fungsi situs cagar budaya gunung padang dijadikan sebagai saran untuk beribadah para nenek moyang atau leluhur jaman dahulu. Kemudian untuk masa sekarang ini,situs cagar budaya Gunung Padang sudah resmi dibuka sebagai tempat wisata sejarah, Dimana para wisawatan bisa menggali ilmu pengetahuan sejarah kebudayaan tentang benda cagar budaya yang harus dilestarikan dan dijaga sebaik mungkin. Nilai budaya situs cagar budaya Gunung Padang dapat berupa gotong royong, keagamaan, serta pengkajian diri.Kemudian kondisi lingkungan disekitar situs cagar budaya Gunung Padang masih mengandalkan suasana kearifan lokal budaya sunda, sebagian besar mata pencaharian masyarakat di sekitar situs cagar budaya Gunung Padang adalah petani dan pedagang.
Unsur Penunjang Wisata di Situs Cagar Budaya Gunung Padang
(Attraction) Atraksi
## Natural Attraction (Atraksi Alam)
Natural attraction yang terdapat di situs cagar budaya Gunung Padang dapat dilihat dari hamparan batuan andesit yang terlihat indah dan menarik dimana hamparan batuan yang berbentuk punden berundak menjadi salah satu spot utama wisatawan untuk mengambil gambar, selain itu kondisi alam sekitar kawasan situs cagar budaya Gunung Padang masih terasa alami, seperti banyaknya pepohonan yang membuat suasana terasa sejuk saat berada di area situs. Sebelum memasuki destinasi wisata cagar budaya Gunung Padang wisatawan disuguhkan pemandangan berupa hamparan kebuh teh yang masi sangat terjaga keasriannya, jika wisatawan sudah berada dipuncak situs cagar budaya Gunung Padang wisatawan dapat melihat view yang menarik dari atas puncak.
Di situs cagar budaya gunung padang ini terdapat lima hamparan pundek berundak dimana setiap hamparan disebut dengan teras, Bisa di gambarkan bahwa tempat pemujaan gunung padang ini setiap terasnya mempunyai keterkaitan tertentu dan mempunyai tujuan tertentu.
## Amenities (Amenitas)
Terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata di situs cagar budaya Gunung padang namun masih belum dengan pengembangan secara
optimal karena perlu penambahan serta perbaikan terhadap beberapa fasilitas yang terbengkalai.
Tabel 1. Amenitas di situs cagar budaya Gunung Padang. No Amenitas Jumlah Kondisi 1 Pusat Informasi 1 Tidak terdapat alat telekomunikasi atau alat kerja dibagian informasi seperti komputer. 2 Tiketing 1 Masih menggunakan sistem manual. 3 Tempat Parkir 1 Lahan parkir sempit 4 Toilet 3 Toilet yang kurang terjaga kebersihannya dan kondisi air yang cukup kotor. 5. Mushola 2 Kurang terjaga kebersihannya. 6. Rumah Makan dan kantin 8 Rumah makan yang hanya sebagian menjual makanan berat, selebihnya terdapat kantin yang hanya menjual cemilan. 7. Toko Souvenir 1 Menjual beberapa souvenir khas Gunung Padang yaitu ikat kepala sunda dan baju khas Gunung Padang.
Sumber : penulis 2020.
## Ancillary Services
Situs cagar budaya Gunung Padang belum memiliki fasilitas pendukung yang memadai, seperti belum tersedianya jaringan telekomunikasi yang baik, dan belum tersedianya mesin atm, dikarekan derahnya yang terpelosok dan sulit dijangkau. Oleh sebab itu wisatawan yang akan berkunjung ke situs cagar budaya Gunung Padang sebaiknya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan terlebih dahulu untuk pergi berwisata.
## Instution (Lembaga)
Situs cagar budaya Gunung Padang dinaungi oleh beberapa instansi terkait, yang perannya sebagai pengelola untuk memelihara dan melestarikan benda cagar budaya. Instansi terkait yaitu : Badan pusat cagar budaya Banten yang dianungi oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan (KEMENDIKBUD) , Dinas pariwisata dan olahraga Cianjur (DISPARPORA) sebagai intstansi yang mengelola pengaturan destinasi wisata, Dinas pendidikan Cianjur
sebagai instansi yang mengelola segala bentuk ilmu pendidikan mengenai sejarah benda cagar budaya, dan Desa Karyamukti sebagai pengelola yang berperan langsung dalam mengelola segala bentuk pengaturan dan pelestarian situs cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata.
## Pengembangan yang Sudah Dilakukan di Situs Cagar Budaya Gunung Padang
Pengembangan Attraction situs cagar budaya Gunung Padang mulai dilakukan pada tahun 2010. Pihak pengelola maupun pemerintah daerah membuat Atraksi penunjang untuk mendukung attraction inti seperti dibukanya rute menuju Curug Cikondang, perkebunan Teh Rosa, dipugar dan difungsikannya kembali Stasiun dan terowongan Lampegan, festival Gunung Padang dan wisata astronomi. Namun tingkat efektivitas nya kurang dalam pengembangan atraksi diuar kawasan situs, wisatawan dapat beralih mencari wisata baru, perhatian dan minat para wisatawan akan teralihkan begitu saja, sehingga bisa berpengaruh pada minat
kunjung ke situs cagar budaya Gunung Padang.
Pengembangan Accesibility Situs Megalitik Gunung Padang terlihat dari mulai diperbaikinya akses jalan menuju lokasi situs yang sudah rusak walaupun di beberapa titik masih belum mendapat perbaikan, dibukanya kembali jalur kereta api menuju Stasiun Lampegan. Namun sejauh ini tingkat efektivitas dalam pengembangan aksesibitas menuju situs cagar budaya Gunung Padang belum optimal, karena kurangnya transportasi umum yang dapat menunjang tujuan wisatawan.
Pengembangan Amenitis Situs cagar budaya Gunung Padang
mulai mengalami peningkatan setelah pihak pengelola mempersiapkan konsep penataan terpadu situs. Masterplan ini untuk menentukan zona penyangga, zona inti maupun zona pengembangan situs, dilakukan sejumlah pembangunan fasilitas yang menunjang lainnya. Dengan penambahan beberapa fasilitas seperti Drainase, toilet, home stay, tourism informationcentre dan lahan parkir.Namun pengembangan amenitis seperti fasilitas penunjang wisata masih perlu pengembangan yang optimal seperti memelihara, menambah dan menata kembali fasilitas yang perlu perbaikan lebih.
## Analisis SWOT
## Analisis Faktor Internal Strategi (IFAS)
Tabel 2. Hasil pembobotan analisis faktor internal (IFAS) No Bobot Rating Skor Strenghts 1. Untuk unsur sapta pesona situs cagar budaya Gunung Padang memiliki spot dan view yang menakjubkan. Serta kebersihan dan kenyamanan nya selalu terjaga di area kawasan situs. 3 0.16 4 0.63 2. Memiliki lahan yang luas dan diduga sebagai situs terbesar di Asia. 2 0.11 3 0.32 3. Situs cagar budaya Gunung Padang memiliki bentuk, fungsi dan nilai sejarah yang menarik sehingga mampu menjadi destinasi wisata minat khusus. 3 0.16 4 0.63 4. Destinasi wisata situs cagar budaya Gunung Padang menciptakan suasana dengan kearifan lokal budaya setempat, yaitu budaya sunda. 2 0.11 3 0.32 5. Segmen sasaran wisatawan diminati dari berbagai kalangan, terkecuali untuk umur separuh baya yang tidak dianjurkan karena harus melewati anak tangga sejauh 300m. 2 0.11 3 0.32 Weakness 1. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata di situs cagar budaya Gunung Padang yang masih belum memadai. 1 0.05 1 0.05 2. Keterbatasan akses telekomunikasi. 1 0.05 1 0.05 3. Sistem pelayanan yang kurang memuaskan bagi wisatawan. 2 0.11 2 0.21 4. Belum memiliki media promosi resmi milik pribadi (web resmi dan media sosial). 1 0.05 1 0.05 5. Aksesibiltas yang cukup sulit diakses oleh sebagian wisatawan karena keterbatasan transportasi umum. 2 0.11 2 0.21 Total 19 1.00 2.79
Dalam aspek internal terdapat kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) yang mempengaruhi proses pengembangan suatu destinasi wisata, berdasarkan hasil pembobotan dari analisis faktor internal IFAS yang dituangkan dalam tabel 4.1.
faktor internal yang terdapat di situs cagar budaya Gunung Padang mendapat total nilai skor sebesar 2,79.
## Analisis Faktor Eksternal Strategi (EFAS)
Tabel3. Hasil pembobotan analisis faktor eksternal (EFAS) No Bobot Rating Skor Opportunities 1. Situs cagar budaya Gunung Padang berpeluang menjadi destinasi wisata unggulan di kabupaten Cianjur. 2 0.10 3 0.29 2. Situs cagar budaya Gunung Padang dapat menjadi salah satu aset negara berupa benda cagar budaya terbesar di Asia. 2 0.10 2 0.19 3. Di sekitar kawasan situs cagar budaya Gunung Padang masih memiliki beberapa lahan kosong milik pemerintah yang bisa digunakan untuk membangun sarana dan prasarana penunjang wisata. 3 0.14 4 0.57 4. Banyak ahli peneliti yang berminat mengunjungi situs cagar budaya Gunung Padang, sehingga akan terjaga keabsahan sejarahnya. 3 0.14 2 0.29 5. Dapat menjadi suatu bahan pelajaran mengenai sejarah di kalangan pendidikan. 2 0.10 3 0.29 Threats 1. Semakin banyaknya pengunjung maka situs cagar budaya Gunung Padang akan terancam rusak, karena kurangnya sosialisasi antara pengelola dan wisatawan. 2 0.10 1 0.10 2. Situs cagar budaya Gunung Padang belum memiliki sarana dan prasarana penunjang wisata yang memadai, sehingga akan menimbulkan kurangnya minat wisatawan untuk pengetahuan ilmu sejarah. 2 0.10 1 0.10 3. Batuan andesit yang dipergunakan secara tidak layak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. 2 0.10 2 0.19
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah membuat situs cagar budaya Gunung Padang terbengkalai atau tertinggal sebagai benda cagar budaya yang perlu dilestrarikan. 2 0.10 2 0.19 5. Kondisi perekonomian setempat yang masih mengandalkan potensi alam rawan pengambilan aset wisata seperti lahan sekitar milik pemerintah dan batuan benda cagar budaya yang tidak boleh disalah gunakan begitu saja. 1 0.05 3 0.14 Total 21 1.00 2.33 Dalam aspek eksternal terdapat peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang mempengaruhi proses pengembangan suatu destinasi wisata, berdasarkan hasil pembobotan dari
analisis faktor eksternal EFAS yang dituangkan dalam tabel 4.2. faktor eksternal yang terdapat di situs cagar budaya Gunung Padang mendapat total nilai skor sebesar 2,33
## Diagram Matriks SWOT
## Opportunities
(WO) 3 (SO)Kuadran I Kuadran III Mendukung Strategi 2 Mendukung Strategi Tour Around ( 2,79 : 2,33) Agresif 1 Weakness Strenghts -3 -2 -1 1 2 3 -3 Kuadran IV Kuadran II (ST) Mendukung Strategi Defensif -2 Mendukung Strategi Diversifikasi (WT) -1Threats
Berdasarkan hasil pembobotan dari analisis IFAS EFAS, masing-masing faktor mendapatkan nilai sebesar 2,73 untuk IFAS dan 2,33 untuk EFAS, kemudian untuk menentukan posisi yang tepat dalam merumuskan sebuah strategi baru , analisis faktor internal dan eksternal situs cagar budaya Gunung Padang berada pada posisi kuadran satu, kuadran ini merupakan situasi yang menguntungkan perusahaan. Dimana perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada, strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategi).
## Hasil Analisis SWOT
Berdasarkan hasil pembobotan dari matriks IFAS dan EFAS yang di tentukan oleh diagram matrik swot, strategi pengembangan yang tepat yang harus di jalankan di situs cagar budaya Gunung Padang berada pada posisi kuadran I dimana terdapat starategi yang memanfaatkan kekuatan melalui peluang-peluang yang ada (SO). Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang mendukung pertumbuhan agresif. Berikut adalah strategi yang tepat yang harus di jalankan di situs cagar budaya Gunung Padang :
Pemanfaatan Lahan Kosong Disekitar Kawasan Situs.
Terdapat beberapa lahan kosong milik pemerintah, yang lokasi nya tidak jauh dari area situs, lahan tersebut bisa digunakan untuk membangun fasilitas yang belum memadai di situs cagar budaya Gunung Padang, seperti membuat lahan parkir motor agar tidak menyatu dengan parkir mobil karena kondisi lahan parkir yang sempit membuat kendaraan roda empat tidak bisa parkir di area kawasan situs , membuat lebih banyak gazebo untuk tempat beristirahat para wisatawan, membuat suatu fasilitas yang bisa digunakan untuk pertunjukan atraksi seni seperti bale-bale kecil , karena mengingat dimana setiap ada atraksi seni yang ditampikan selalu di laksanakan di area situs,
sehingga ini akan menjadi ancaman bagi keamanan benda cagar budaya, kemudian memanfaatkan peran masyarakat setempat untuk mencari mata pencaharian mereka dengan membuat souvenir-souvenir lucu identik dengan benda cagar budaya setelah itu pihak pengelola bisa membangun kios kecil-kecilan untuk toko souvenir . Upaya ini bertujuan untuk menambah minat dan kepuasan para wisatawan selama berada di situs cagar budaya Gunung Padang.Namun pada dasarnya perlu kebijakan-kebijakan terdahulu sebelum menggunakan aset milik pemerintah, yaitu dengan prosedur dan ketentuan-ketentuan tertentu.
## Media Promosi
Membuat web resmi terlebih dahulu, web resmi tentang semua informasi situs cagar budaya Gunung Padang. Seperti informasi lokasi, atraksi yang ditawarkan, fasilitas dan layanan yang di tawarkan untuk wisatawan.Membuat akun media sosial seperti instagram, yang menyajikan gambar- gambar benda cagar budaya yang menarik.Membuka dan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak agen perjalanan wisata.Membuat poster-poster mengenai pelestarian benda cagar budaya, di sekitar daerah cianjur.
Sosialisasi tentang Pelestarian Benda
## Cagar Budaya
Mengingat ancaman terhadap keamanan dan keselamatan situs, maka perlu diadakan selalu kegiatan sosialisasi baik oleh pihak pengelola maupun dinas-dinas terkait, tentang pelestarian cagar budaya terhadap wisatawan, masyarakat, dan kalangan pendidikan.
Menjalin Koordinasi yang Baik Bersama Pihak-Pihak Pengelola Terkait Aspek
Pengembangan Situs Cagar Budaya Gunung Padang sebagai Destinasi Wisata. Sesama pihak pengelola baik pihak pengelola secara langsung maupun tidak langsung, belum terjalinnya koordinasi dengan baik mengenai pengembangan situs cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata. Mengingat situs cagar budaya Gunung Padang mendapat kurangnya perhatian dari
dinas-dinas terkait terutama di kabupaten, maka aspek pengembangan situs cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata selalu terbengkalai. Dengan menciptakan koordinasi yang baik antar pengelola, terutama dinas-dinas terkait karena perlu adanya kebijakan dan prosedur terlebih dahulu, situs cagar budaya Gunung Padang akan lebih tertata sebagai suatu destinasi wisata berbasis peninggalan sejarah kebudayaan, sehingga berpeluang menjadi destinasi wisata unggulan di kabupaten Cianjur.
Tahapan aspek pengembangan yang perlu koordinasi penuh dengan dinas :
Fasilitas.
Fasilitas yang belum memadai menjadi hambatan situs cagar budaya Gunung Padang untuk berkembang menjadi suatu destinasi wisata . Perlu upaya pemerintah untuk membangun fasilitas-fasilitas penunjang wisata seperti akomodasi tempat menginap para wisatawan dari luar kota bahkan wisatawan asing yang suka berkunjung ke situs cagar budaya Gunung Padang. Mengingat belum tersedianya penginapan bagi wisatawan di sekitar kawasan situs cagar budaya Gunung Padang, setidaknya pihak pengelola terkait bisa menjalin kerjasama dengan para investor untuk mengajak mereka berkontribusi dalam membangun sarana penunjang wisata di sekitar kawasan situs cagar budaya Gunung Padang.
Aksesibilitas.
Aksesibilitas menuju situs cagar budaya Gunung Padang juga perlu perhatian lebih, perlunya membuat transportasi untuk angkutan wisatawan dengan inovasi yang menarik seperti menyediakan angkutan wara- wiri dan ojek wisata.Memperbaiki titik-titik jalan yang mengalami kerusakan kembali. Pelayanan.
Dikarenakan sistem pelayanan yang kurang memuaskan untuk wisatawan, maka perlu sosialisasi serta pelatihan terhadap karyawan dan kelompok penggerak wisata (KOMPEPAR) , dengan memberikan pelatihan bahasa asing, dan pelatihan ilmu pelestarian budaya yang lebih mendalam.
Juga melakukan sosialisasi tentang bagaimana cara melayani wisatawan dengan baik, yang mengandalkan dasar salam,senyum dan sapa.
Sumber Ketenaga Kerjaan.
Melakukan upaya perekrutan kembali tenaga kerja yang mahir dalam mengoperasikan media teknologi dan mahir dalam fotografi.Dimana upaya ini dilakukan untuk pengembangan sitem promosi situs cagar budaya Gunung Padang.
Atraksi Melakukan upaya untuk menambah atraksi- atraksi yang dapat menarik minat wisatawan, seperti lebih sering menggelar pertunjukan seni. Upaya pada kali ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan komunitas- komunitas pelaku seni, memperbanyak komunitas sehingga mereka dapat berkontribusi untuk mengelar pertunjukan seni di situs cagar budaya Gunung Padang.Sehingga atraksi yang ditawarkan tidak hanya mengenai potensi alam saja namun terdapat juga pagelaran-pagelaran yang dapat menghibur sebagian besar wisatawan.
## Pemeliharaan Fasilitas Secara Berkala.
Terdapat beberapa fasilitas yang telah dibangun melalui upaya dinas pariwisata Cianjur seperti toilet dan mushola. Namun perlu pemeliharaan secara berkala terhadap fasilitas tersebut, seperti toilet dan mushola yang kurang terjaga kebersihannya dan perlu perbaikan lebih.Upaya ini perlu dilakukan secara berkala, tidak hanya area situs yang selalu terjaga kebersihannya namun fasilitas penunjang wisata juga harus terpelihara dengan baik.
## SIMPULAN
situs cagar budaya Gunung Padang belum menjalankan strategi pengembangan secara optimal, kemudian berdasarkan hasil analisis situs cagar budaya Gunung Padang memiliki kekuatan dan peluang yang sangat besar untuk menutupi segala kelemahan yang ada, dengan mengandalkan kekuatan serta peluang yang dapat dibentuk menjadi sebuah strategi baru yang bisa menutupi segala kelemahan di situs cagar budaya Gunung
Padang. Strategi yang tepat yang dihasilkan berdasarkan matriks swot adalah strategi yang mendukung pertumbuhan agresif dimana strtaegi ini memiliki sifat untuk berintegrasi ke depan dan belakang, difokuskan untuk memecahkan suatu rintangan yang dihadapi. Tahapan strategi yang dapat di lakukan di situs cagar budaya Gunung Padang yaitu dengan mengandalkan aset milik pemerintah yang belum terpakai, menjalin koordinasi yang kuat antar sesama pengelola mengenai aspek pengembangan unsur penunjang wisata, menjalankan promosi dengan baik melalui media teknologi , melakukan sosialisasi mengenai pelestarian benda cagar budaya, dan memperbaiki sistem pelayanan sebagai suatu pihak pengelola destinasi kepada para wisatawan.
Pengembangan situs cagar budaya Gunung Padang belum dilakukan secara optimal karena disebabkan oleh koordinasi antar pihak pengelola yang belum maksimal, sehingga situs cagar budaya Gunung Padang mendapat kurangnya perhatian dari pihak pemerintah dan dinas-dinas terkait khusunya di kabupaten Cianjur.
Saran kepada beberapa pihak pengelola situs cagar budaya Gunung Padang dengan berbagai pendekatan sebagai berikut : Bagi badan pusat cagar budaya banten hendaknya selalu mengawasi pengamanan dan keselamatan terhadap situs cagar budaya Gunung Padang, Bagi pihak pemerintah kabupaten khususnya dinas pariwisata Cianjur sebaiknya selalu melakukan pengontrolan terhadap kondisi situs cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata, melakukan pengembangan terhadap unsur penunjang wisata yang belum memadai, melakukan promosi dengan baik, dan melakukan sosialisasi serta pelatihan kepada karyawan yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola situs cagar budaya Gunung Padang secara langsung.
Bagi pihak pengelola atau juru pelihara harus selalu melakukan kerjasama yang kuat antara pengelola lain demi menciptakan budaya kerja yang baik dalam pengelolaan dan
pemeliharaan situs cagar budaya Gunung Padang sebagai destinasi wisata dansejarah peninggalan kebudayaan. Juru pelihara harus mampu mengetahui segala bentuk, nilai, fungsi, dan sejarah situs cagar budaya Gunung Padang, melaksanakan pelayanan optimal kepada para wisatawan, menjaga kebersihan situs dan fasilitas penunjang wisatanya, dan mengawasi segala bentuk pelanggaran yang mengancam keselamatan situs.
Pengelola juga harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat setempat, yaitu dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat setempat bahwa situs budaya Gunung Padang adalah benda peninggalan sejarah kebudayaan yang harus dilestarikan oleh masyarakat desa Karyamukti, setidaknya masyarakat setempat dapat berkontribusi sebagai pelaku pengembang wisata yang menyediakan fasilitas unsur penunjang wisata sehingga akan menggait minat wisatawan untuk berkunjung ke situs cagar budaya Gunung Padang, dengan upaya tersebut setidaknya situs cagar budaya Gunung Padang tidak akan pernah tertinggal fungsi nya sebagai peninggalan sejarah kebudayaan yang harus dilestarikan.
## REFERENSI
Darna, N., & Herlina, E. (2018). Memilih Metode Penelitian Yang Tepat: Bagi Penelitian Bidang Ilmu Manajemen. Jurnal Ilmu Manajemen, 5(1), 287 – 292. https://doi.org/10.2827/jeim.v5i1.1359
Dewi M.S., Gumay F.I., Setiawan &Slamet Budi Yuwono Jurusan Kehutanan, A., Pertanian, F., Lampung Jln, U., Brojonegoro No, S., Meneng, G., & Lampung, B. (2018). Tourist Perception of Tourism Facilities at Elephant Training Center of the Way Kambas National Park. 1(2), 45 – 53. https://doi.org/10.29303/jbl.v1i2.60
Kristin, R., & Salam, R. (2016). Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Pariwisata Alam dan
## Budaya di Kabupaten Tapanuli Utara.
Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik, 4(1), 79 – 96.
Priyono, R. E., Widodo, B., Hindu, J., Kolonial, J., Pelestarian, T., Budaya, C., & Budaya, C. (2018). Upaya pelestarian tinggalan budaya di kabupaten purbalingga. 11, 392 – 401.
Susilawati, I. M., & Harun, M. (2017).
Analisis swot sebagai dasar strategi branding. Tarbawi, 3(1), 111 – 128.
Syaifullah, M., & Wibowo, B. (2016). Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Sebagai Potensi Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Bagi Masyarakat Sekitar Di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Sejarah dan Budaya : Jurnal
Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 10(2), 222 – 233. https://doi.org/10.17977/um020v10i220 16p222
Yulia. Y. (2019). Pengaruh Pengatuhan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada UMKM Di Kota Padang. Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Sistem Informasi, 1(2), 188 – 196. https://doi.org/10.31933/JEMSI
## BIODATA PENULIS
Faizal Hamzah, Merupakan dosen pariwisata di Sekolah Tinggi Pariwisata ARS Internasional, Bandung, Indonesia.
Id Scholar
https://scholar.google.com/citations?user=Q Wa3R2cAAAAJ&hl=id
Hary Hermawan,
Merupakan dosen pariwisata di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
Id Scholar
https://scholar.google.com/citations?user=OP l9i9oAAAAJ&hl=id&authuser=1
Debi Srinatami, adalah Mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata ARS Internasional.
|
65bf3968-40fd-48bb-8580-802ed360e211 | https://autentik.stkippgrisumenep.ac.id/index.php/autentik/article/download/25/21 | Model Pembelajaran Qur’any
(Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Nasional Ikatan Pendidik IMTAQ Surabaya)
Siti Hesniyatul Jamila
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni Sumenep email: [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi, metode, materi, evaluasi, keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Qur-any di yayasan pendidikan nasional ikatan pendidik IMTAQ (IPdI) Surabaya. Adapun implementasi model pembelajaran Qur-any disebut Paham Belajar Aktif, yaitu modifikasi yang dilakukan oleh Melvin L. Silbermen dari kata-kata mutiara seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius. Namun model pembelajaran Qur-any lebih unggul karena juga menggunakan metode drill dan tikror serta menjadikan lagu Qur’any sebagai selingan dalam pembelajaran. Metode: Memadukan metode drill, tikror, diskusi, tanya jawab, simulasi dan resitasi dalam pembelajaran. Evaluasi: Tulis tanpa mencontoh, praktik mengajar/melatih dan hafal. Keunggulan: Cepat, mudah, menyenangkan, variatif, peserta didik terkelola, tersedia media pembelajaran, fleksibel dan murah, kaderisasi, sesuai dengan kaidah pembelajaran dalam alquran, dan lengkap. Kelemahan: apabila tidak memperhatikan prinsip dan mengindahkan rambu-rambu implementasi model pembelajaran Qur-any. Materi: Qur-any 1, 2, 3, 4, 5, 6a, 6b, 6c, 6d, A, B, Bahasa Inggris dan Tafsir Amaly. Saran: Implementasi model pembelajaran Qur-any untuk sementara sudah banyak mengandung nilai positif, oleh karena itu layak dijadikan pertimbangan untuk diimplementasikan melalui kebijakan secara Nasional, bahkan internasional. Mengingat, alQuran merupakan pedoman hidup bagi manusia dan model pembelajaran Qur-any berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq), SK MENKUMHAM: AHU-06844.50.10.2014 Jln. Gayung Kebonsari XV/1, Surabaya.
Kata kunci: Model Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran.
## ABSTRACK
This study describes: 1. Implementation Qur-any learning model, The method of model Qur- any, material Qur-any learning model, evaluation Qur-any learning model, excellence Qur-any learning model, and weakness Qur- any learning model in the national education foundation (IMTAQ educator bound) Surabaya. Implementation of Qur-any learning called Active Learning Understood. However, Learning Qur-any superior due also to approach culture through song Qur-any and tikror and drill method. Method: Integrated method drill, tikror, discussion, question and answer, simulations and recitation. Evaluation: Write without copying, the practice of teaching/ training and memorized. Material: Qur-any 1, 2, 3, 4, 5, A, B. 6a, 6b, 6c, 6d. Tafsir Amaly. Excellence: Fast, easy, fun, varied, students managed, provided a medium of learning, flexible and inexpensive, regeneration, in accordance with the rules of learning in the Quran, and complete. Weakness: If not paying attention to the principle and guidelines for implementing the learning model Qur-any. Suggestion: Qur-any system that is under the auspices of the national education foundation (IMTAQ educator bound) SK MENKUMHAM: AHU-06844.50.10.2014 Jln. Gayung Kebonsari XV/1, For a while it has a lot of positive values. Therefore, it is worthy of consideration to be implemented throught national and eveninternational policies in all educational institutions.
Keywords: Model of Learning, Learning Method, Evaluation of Learning.
## Siti Hesniyatul Jamila
## Pendahuluan
Alquran merupakan firman Tuhan yang pasti benarnya dan petunjuk bagi manusia yang belajar takwa. Di samping itu, sebagaimana nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 bahwa hakikat manusia tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman dan amal adalah ukuran derajat manusia, sehingga manusia yang berkualitas adalah manusia yang mencapai ketinggian ilmu, iman dan amal. (Munir, 2008: 104).
Adapun berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan yang tertera pada Pasal 3,
Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, UNESCO memberikan arahan bahwa secara global pendidikan harus mengarah untuk mengembangkan potensi individu-individu dengan berprinsip pada learning to know , learning to do , learning to be , dan learning to live together (Saefudin, 2010: 10).
Model pembelajaran Qur-any adalah rangkaian konsep alQuran yang meliputi sebuah komponen konsep pendidikan Islam, diuraikan dan ditafsirkan dari ayat- ayat yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Kemudian diangkat menjadi sebuah konsep pada pembelajaran yang sistematis dan logis
serta ditopang dengan pola pendidikan Rasulullah saw, sahabat nabi dan ijtihad para ulama.
Di samping itu, model pembelajaran Qur- any adalah model yang dikembangkan berdasarkan konsep al-Quran sebagai bentuk pola dalam proses pembelajaran yang disusun secara sistematis, logis dan akuntabilitas dan merupakan sebuah rintisan awal dalam pengembangan sebuah model pembelajaran serta dapat dikembangkan secara lebih spesifik sampai pada terbentuknya sebuah model yang memiliki validitas. (Meyer, 2010: 68).
Adapun salah satu karakteristik pembelajaran adalah Paham Belajar Aktif, yaitu pembelajaran yang dimodifikasi dan diperluas oleh Melvin L. Silbermen yang diterjemah oleh Muttaqien (2006: 23) dari kata-kata mutiara yang dinyatakan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius. Dia menyatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham” Silbermen menyatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Apa yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai”.
Di samping itu, beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian peserta didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa peserta didik dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian peserta didik dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20%
pada waktu 20 menit terakhir.Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah (Win Wenger, 2003, 11).
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara pendidik dengan tingkat kemampuan peserta didik mendengarkan apa yang disampaikan pendidik. Kebanyakan pendidik berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara peserta didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena peserta didik mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12- 13).
Yayasan pendidikan nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq), SK MENKUMHAM: AHU-
06844.50.10.2014 Jln. Gayung Kebonsari XV/1, Surabaya ini memiliki visi “Manusia Beriman, Bertakwa dan Berilmu Pengetahuan. Berteknologi dan Berseni”. Adapun misi yayasan pendidikan nasional IPdI adalah “Meng-imtaq-kan Ipteks, Meng- ipteks-kan Pendidikan Imtaq. Mengkader Pendidik Imtaq”
Yayasan Pendidikan Nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq) adalah milik semua lembaga pendidikan, karena IPdI adalah wadah atau organisasi pendidik yang menghimpun berbagai unsur dari kalangan masyarakat yang berorientasi kepada keimanan dan ketaqwaan. IPdI senantiasa memelihara dan melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa melalui kerjasama kemitraan dengan pemerintah, organisasi pendidik lain. Setiap jenjang organisasi IPdI berfungsi menjaring anggota baru, mengkoordinir, mendorong, memotivasi dan mengarahkan anggotanya untuk meningkatkan peran aktif dalam pendidikan dan pengajaran Imtaq dan Ipteks dalam rangka mencapai tujuan IPdI. IPdI berfungsi untuk meningkatkan integrasi NKRI dan memanfaatkan ke-bhinekaan SDM dan sumber daya lainnya untuk kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
Adapun dasar pemikiran organisasi yayasan pendidikan nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq) yaitu Indonesia adalah sebuah negara besar yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Bangsa yang besar ini idealnya mampu menjadi kekuatan yang cukup berpengaruh dalam percaturan “dunia”, baik dalam skala nasional maupun internasional. Namun jumlah penduduk muslim yang besar ini belum memiliki kekuatan sebagaimana seharusnya yang dimiliki. Sebab belum didukung oleh kualitas SDM yang memadai. Berbagai pihak telah berusaha merumuskan masalah dan jawabannya. Salah satu rekomendasi yang dihasilkan adalah segera mengupayakan peningkatan
## Siti Hesniyatul Jamila
kualitas SDM, melalui peningkatan kualitas pendidikan.
Di sisi lain, kehidupan manusia akan berlanjut sampai pada kehidupan akhirat. Kehidupan dunia adalah sebagai tempat untuk beriman, berakhlak dan beramal kebajikan, untuk mencari bekal hidup di akhirat. Ibarat dunia sebagai ladang untuk menanam, sementara akhirat adalah tempat untuk menuainya. Kehidupan akhirat seseorang ditentukan oleh kehidupan pada masa di dunianya.
Mengupayakan “kesuksesan” bangsa adalah cita-cita yang mulia dan agung. Namun ketika di dunia hanya dipakai untuk ber-ipteks saja, tanpa ada keimanan dan ketaqwaan, maka habislah kehidupan akhiratnya dan tidak mendapatkan bagian surga. Di sisi lain ketika di dunia hanya dipakai untuk Imtaq saja tanpa ada Ipteks, maka bangsa yang mayoritas umat Islam ini akan terbelakang dan jatuh di dunia internasional. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis membuat judul “MODEL PEMBELAJARAN QUR-ANY” (Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Nasional Ikatan Pendidik IMTAQ Surabaya).
## Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis sangat memegang peranan penting karena penulis merupakan instrumen kunci. Sumber data penelitian ini adalah informan. Informan penelitian ini adalah pendiri, pembina ketua dan dewan pakar, serta ketua umum dan sekretaris umum yayasan pendidikan nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq). Di samping itu, observasi dan dokumen. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik pengamatan, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah reduksi data,
penyajian data, klasifikasi data, interpretasi data, verifikasi data.
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Dalam menguji keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode, diantaranya : Perpanjangan keikutsertaan, triangulasi, baik triangulasi subyek (para informan) dan triangulasi metode yaitu wawancara , dokumentasi, observasi . Serta ketekunan dalam pengamatan,
## Pembahasan
Model pembelajaran Qur-any ini berada di bawah naungan yayasan pendidikan nasional ikatan pendidik IMTAQ Surabaya atau yang disingkat yayasan IPdI. Adapun sifat organisasi dan kegiatan yayasan IPdI adalah Pembinaan diri dan silaturrahim melalui VCD, Buku, Buletin, dan berbagai media lainnya. Mengembangkan wawasan Imtaq dan Ipteks dalam skala nasional. Mendorong KBM di sekolah dengan kurikulum terpadu Imtaq dan Ipteks. Menyelenggarakan diklat bagi pendidik (guru) Imtaq. Mengkoordinasi dan meningkatkan keterlibatan pendidik Imtaq. Mengadakan pengkajian, penelitian, penerbitan dan publikasi.Mengembangkan jaringan kemitraan dengan lembaga pendidikan/organisasi kemasyarakatan/ Departemen Pemerintahan/ partai politik/ dan himpunan lainnya. Mengupayakan dana untuk Imtaq. Mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan Imtaq-Ipteks. Selain itu, Pembelajaran Qur-any ini pernah dilatihkan oleh Pembina ketua yayasan pendidikan nasional ikatan pendidik IMTAQ di Brunei Darussalam tahun 2014.
Struktur Organisasi IPdI terdiri atas: Organisasi Satuan yang disingkat Orsat dengan lingkup kawasan setempat/ Kecamatan. Organisasi Kabupaten yang disingkat Orkab dengan lingkup Kabupaten. Organisasi Provinsi yang
disingkat Orprov dengan lingkup Provinsi dan Organisasi Pusat yang disingkat Orpus dengan lingkup Indonesia. Adapun identitas rinci yayasan pendidikan Nasional Ikatan Pendidik IMTAQ Surabaya terlampir dalam AD ART IPdI.
Prinsip pembelajaran Qur-any adalah 2x3. Prinsip ini wajib atau harus diterapkan pada semua materi Qur-any, yaitu dari Qur- any A, B, 1 sampai dengan 6 dan Tafsir Amaly. Dimaksudkan 2: yaitu a. menirukan b. mengulang-ulang sendiri. 3: yaitu bunyi (dengar), baca (lihat), dan tulis (ingat). Prinsip model pembelajaran Qur-any ini berdasarkan firman Tuhan Q.S Al-Mulk: 23 dan Q.S As- Sajdah: 9 tentang penciptaan indera oleh Tuhan bagi manusia.
Adapun analisis prinsip model pembelajaran Qur-any ini adalah sebagai berikut: Kenapa menirukan? Karena 1. Mudah. 2. Hasilnya bagus. 3. Terkesan gurunya menyenangkan. 4. Sesuai insting manusia. 5. Ajaran alquran bercerita para Nabi untuk ditiru. Kenapa bunyi? Karena 1. Mudah. 2. Siswa terkelola. 3. Variatif. 4. Mudah untuk membuat permainan. 5. Memenuhi unsur kognitif (hafalan), sebab hafalan sangat penting untuk pelaksanaan, sehingga memudahkan menulis tanpa mencontoh. 6. Pada waktu baca dengan cepat tidak tersendat. 7. Pada waktu penjelasan fase membaca lebih cepat ditangkap sebab semi hafal. 8. Sesuai dengan tahap penciptaan indera oleh Allah, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. 9. Efektif untuk pembelajaran tajwid dan fashohah yang sebaiknya tanpa melihat tulisan. Mengapa Tulis? Karena 1. Sebagai evaluasi. 2. Memperkokoh pengingatan. 3. Melatih penggunaan otak kiri. 4. Variasi. 5. Pemberian tugas hendaknya berupa tulis karena mudah dibuktikan. 6. Bukti hafal makhroj, mad (panjang pendek) dan arti. Belum mampu menulis berarti belum sempurna pemahamannya, sehingga tidak boleh
menjadi guru apalagi pelatih. 7. Melatih konsentrasi. (Pedoman pelatihan guru al- Qur’an sistem Qur-any).
Hal-hal yang perlu diperhatikan atau rambu-rambu dalam pembelajaran Qur-any adalah sebagai berikut: 1. dilarang mengulang-ulang unit pelajaran sebab akan diulang secara otomatis oleh unit-unit lainnya. Misal unit a ba ta tsa diulang secara otomatis oleh i bi ti tsi. Di samping itu, akan memperlama proses pembelajaran sehingga bisa menimbulkan kejenuhan. 2. Dilarang memulai pembelajaran kecuali menyuruh mahasiswa menirukan terlebih dahulu. 3. Dilarang mengajar langsung baca tanpa tahap bunyi, sebab mempersulit pembelajaran. 4. Pada tahap bunyi, dilarang tidak mengulang, tapi harus diulang sesuai petunjuk. 5. Pada tahap bunyi dilarang menjelaskan apapun. Tapi pada waktu baca dilarang lupa menjelaskan. 6. Tulisan dilarang tidak sesuai dengan yang dicontoh. 7. Dilarang sambil membaca petunjuk karena tidak hafal. 8. Dilarang memanjangkan bacaan yang tidak panjang, misal, aaa baa taa tsaa , tapi harus a ba ta tsa . 9. Dilarang bertentangan dengan tajwid. 10. Dilarang tanpa menggunakan lagu yang ditentukan. 11. Dilarang keras suara tidak lantang. 12. Dilarang memperlama jeda waktu, sebab sama dengan membuang waktu. 13. Dilarang tidak respon dengan keadaan murid. Misal, jika ramai maka diajak sama-sama membunyikan sesuatu.Jika mengantuk diajak berdiri atau menyanyikan lagu. 14. Dilarang lupa memberikan selingan motivasi. Motivasi ini diselipkan pada pembelajaran tiap unit, dan sebagainya. 15. Wajib menegur jika ada kesalahan. (Pedoman pelatihan guru al- Qur’an sistem Qur-any).
Implementasi Model pembelajaran Qur- any dimaksudkan untuk pelatihan guru alQuran. Kelebihan pelatihan adalah tidak harus setiap hari, cukup menghubungi guru agama, Jika Madrasah maka guru AlQuran
## Siti Hesniyatul Jamila
Hadis, tidak perlu surat-menyurat, bisa dilakukan dengan jangkauan lebih jauh, seorang petugas bisa menjangkau beberapa sekolah, bisa dilaksanakan seminggu sekali atau pada hari libur, melibatkan individu, tuntas materi, pelatihan juga bisa untuk guru TPQ, Guru Agama dan sebagainya, lebih mudah mendirikan Orsat (Organisasi Satuan)”.
Pelatihan Guru baca tulis alQuran (Qur- any 1) dilaksanakan kepada siswa SD- SMA, mahasiswa atau siapapun yang sudah bisa membaca alQuran meskipun tidak lancar. Pelancaran bacaan dan perbaikan Tajwid pada bagian akhir Qur- any 1. Calon peserta yang belum menguasai ilmu Terjemah (Qur-any 2), Ilmu Shorof (Qur-any 3), Ilmu Nahwu (Qur-any 4), dan seterusnya diajari materi tersebut yang sekaligus dilatih menjadi guru dan dilatih menjadi pelatih dalam pelatihan Guru. Di samping klasikal, pelatihan juga dilaksanakan secara privat, yaitu peserta terdiri dari satu atau dua orang saja, sehingga semangat melatih atau mengajar tidak terbatas pada banyaknya peserta.Sebaiknya pelatih klasikal pernah melatih privat. Selesai pelatihan, peserta mendapat: “Kartu Pelatih Qur-any”, yang berarti layak mengajar dan melatih. Jenjang tertinggi mewakili semua kartu.
Langkah pelatihan dimulai dari membacakan petunjuk pertopik lalu dijelaskan. Selanjutnya dipraktikkan secara simulasi yang terdiri dari bunyi dan baca. Simulasi diawali oleh pelatih diteruskan pada unit berikutnya oleh salah satu peserta yang dianggap mampu (pendahuluan dan yang tanpa simulasi, maka tanpa simulasi). Selanjutnya, tabel Arab dan Petunjuk Pengajaran dihafal dan ditulis tanpa mencontoh perkata kunci. Kata kunci adalah lafadz atau kata pertama pada tiap: Tabel/paragraf/sekitar lima baris/ayat/awal bacaan ayat. Setiap topik atau sekitar 4 kata kunci, dijadikan kuncinya kunci. Lalu,
kuncinya kata kunci dan kata kunci juga dihafalkan.
Pelatihan ini menggunakan pendekatan “cara belajar aktif” dan berangkat dari yang simpel (ringkas), analisis, (menalar/ menyimpulkan), dan sintetik (membuat tiruan/ menerapkan pada yang lain). Adapun dilihat dari solidaritas pelatih, yaitu adanya kesamaan arah tujuan, kesatuan bahasa, kesatuan langkah, saling menutupi kekurangan pelatih lain, namun meninggalkan dan senantiasa mengingat kekurangan diri. Dilihat dari faktor sarana prasarana yaitu buku saku dan buku peraga.
Berikut ini keterangan singkat cara mengajar Qur-any 4 (Ilmu Nahwu) oleh Ya’qub, selaku pendiri dan pembina ketua Yayasan Pendidikan Nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq).
“Tirukan: Nomer 1: allama aalimun, alim mengajar. Nomer 2: allama aaliman , mengajar pada Alim. Selanjutnya allama aalimun Jaahilan, Alim mengajar Jahil. allama aaliman Jaahilun , Jahil mengajar pada alim. Kemudian diterangkan: kalau akhirnya dhammah maka pelaku, kalau akhirnya fathah : maka sasaran. Dengan permainan, kalau disebut 1, maka allama aalimun alim mengajar, kalau disebut 2, maka allama aaliman 2x mengajar pada alim. Agar diingat-ingat terus, maka diulang- ulang agar hafal, bisa sampai 3 kali dan idealnya 5 kali. Hal ini mudah dan sangat penting.”
Dalam implementasi pembelajaran Qur- any ini, juga diselingi lagu Qur-any yang ada dalam versi Banjari, Band dan Dangdut. Memang disengaja banyak versi karena diharapkan lagu Qur-any dapat dinikmati oleh semua penikmat music, baik banjari, band dan dangdut. Lagu Qur-any ada 6 Vol meliputi Vol I Hidup Ini terdiri dari 11 judul lagu yang meliputi Hidup ini ( Ya Badrotim ), Waspada godaan ( Assalaamu’alaika
YaaHabiballah ), Dunia tuk sarana ( Kalamun Qodimun ), Nikmat paling agung ( Sholaatullah Thoha Yamani ), Ulama’ ( Ya Nabi Yamin Qidam ), Maafkan orang awam ( An-Nabi Shollu Alaihi ), Ilmu yang manfaat ( Wullidal Musyarrof ),Hindari narkoba ( Nabiyunal Musthofa ), Jadi orangnya Robbi ( AktsirBidzikrillaahi ), Al-Qur’an ( Ya Zahro ).
Vol II Cintakan terdiri dari 10 judul lagu yang meliputi Cintakan kami keimanan ( Antudhilana ), Beri Syafa’at ( Ya Rosulullah Ya Ya Nabi ), NamaMu Tuhan ( Khoirol Bariyah ), Pujian hanya tuk Tuhan ( Rohatil Athyaru ), Yaa Rohman ( Yaa Thoibah ), Allah Penguasa Hari Akhir ( Allah yaa Adziim )”, PadaMu Tuhan ( Yaa Imaamarrusli ), Bimbing kami ( Busyroo Lanaa )”, Alif lam mim ( Habibi Yaa Muhammad ). Vol III Tiada Ragu terdiri dari 11 judul lagu, meliputi Tiada ragu ( Birosuulillah ) ,Qur ’an Petunjuk
( Minarroja’u ), Kita takut ancaman ( Bimadinaka ), nama-nama Malaikat, nama-nama Nabi, Kuberlindung ( Sholatun Bissalaalilmubiini ), Wahai hatiku ( Robbi Tamannan ), Binasa Abu Lahab ( Hubbu Ahmadi Qolbi ), Bila datang pertolongan- Nya ( AndalFajri ), Hai kafir ( Thala’al Badru ), Nikmat yang banyak ( Al Qolbul Mutayyam ). Vol IV Berjuang, terdiri dari 11 lagu, meliputi Berjuang ( JahidFillah ), Apa Kita ( Ya Habibi ), Yang Rutin ( Haiyaja ), Yang Ajaib ( Ilal Habibi ), Jasad Kita Berusaha ( Yaa Uhailalhubbi ), Tafsir Qur ’an ( Syaikhona ),Kita Membina Hati ( Farsyit Turob ), Hukum Tuhan ( Yaa Hanaana ), Empat Macam Hukuman ( Assalaamu’alaika ), Hukuman Terberat ( Ghuroba’ 1 ), Sholat ( Yaa SayyidarRusli Yaa Thahir ). Vol V Zakat , terdiri dari 11 lagu, meliputi Zakat ( Yaa ‘Aasyiqol Musthofa ), Puasa ( Al-Madad ), Haji ( Busyroo Lanaa 2 ), Makanan Haram (‘ Alal Madinah ), Waris ( Anal Islam ), Larangan Bisnis ( Rohman Yaa Rohman ), Mendekati
Zina ( Da’uuni ),Nikah ( Shalawat Qur’any ), Jangan Bunuh Anak ( Yaa Khoiro Mauludin ), Wanita ( Khobiri ), Jilbab ( Ahlan Wa Sahlan binNabi ). Setelah itu tiga judul lagu yaitu Pilih Pemimpin ( Addiinulana ).judul Akhlak ( kun anta ) dan Dulukan Akhlak ( Qomarun ). Dengan demikian, lagu Qur-any ada 57 judul lagu.
Metode pembelajaran Qur-any yaitu dimulai dengan membunyikan bacaan tanpa menunjuk tulisan, diulang-ulang 3 sampai 5 kali, agar paham bunyi dan hafal. Dengan komando: tirukan! ulangi!, jika dikatakan “...” katakan “...”. kemudian pada tahap baca: pelatih menunjuk peraga, dengan komando: tirukan! ulangi!, bunyikan! dan sebagainya. Dengan diselingi penjelasan (keterangan dan peraga tersendiri). Pada tahap tulis: Menulis mencontoh, lalu tanpa mencontoh, hal ini ditugaskan saja. Dengan demikian, metode pembelajaran Qur-any adalah memadukan metode drill, tikror, diskusi, tanya jawab, simulasi dan resitasi. Evaluasi pembelajaran Qur-any adalah tulis tanpa mencontoh, praktik dan hafalan. Dimaksudkan dengan tulis adalah menulis tanpa mencontoh dengan dihafalkan terlebih dahulu. Untuk teknis dalam penulisan, maka sesuai petunjuk pengajaran Qur-any. Adapun dimaksudkan dengan praktik adalah praktik mengajar atau melatih.
Keunggulan Implementasi Model Pembelajaran Qur-any yaitu:
a. Cepat. Cepat hapal, cepat nalar, dan cepat bisa praktik. Metode pembelajaran cepat sangat diperlukan dan menjadi tolak ukur mutu pembelajaran atau mutu metode. Sistem Qur-any ini bisa meringkas 2 tahun menjadi 2 bulan.
b. Mudah. Hal ini karena diawali dengan sekedar menirukan. Yakni menirukan bunyi, bacaan, dan tulisan. Kemudahan dalam pembelajaran sangat penting
## Siti Hesniyatul Jamila
agar peserta didik terkesan pelajaran itu mudah, senang untuk belajar dan tidak trauma.
c. Menyenangkan. Dikarenakan ada permainan-permainan, terutama pada saat pelajaran dengar (bunyi). Misalnya kelompok 1 (satu) mengatakan “ a ”, kelompok 2 (dua) mengatakan “ ba ”,
dsb.
d. Variatif. Tidak monoton dengan hanya mendengarkan keterangan saja. Tapi juga membunyikan sesuatu, mendengarkan keterangan dan menulis, yakni bekerja dengan tangan dan pengingatan.
e. Peserta didik terkelola. Dengan adanya pelajaran bunyi, maka peserta didik tidak sempat ramai sendiri-sendiri. Untuk mengkondisikan suasana kelas yang ramai, maka peserta didik diajak membunyikan bersama-sama pada pelajaran, lagu Qur-any, al-Fatichah, al- Ikhlas , dsb. Jika ramai disertai keluyuran, maka bunyi bersama tetap berlanjut, sementara itu guru/dosen mendatangi peserta didik dan mengkondisikan dengan aba-aba.
f. Tersedia media pembelajaran. Media pembelajaran sangat diperlukan guna mempercepat dan mempermudah mencapai tujuan. Diumpamakan pergi dari Jombang ke Surabaya, tanpa media adalah berjalan kaki, setengah menggunakan media adalah naik sepeda pancal, media setengah canggih adalah naik sepeda motor, dsb. Kebaikan suatu media diukur dari kecepatannya, kecilnya, dan fleksibelnya.
g. Fleksibel dan murah. Hal ini dikarenakan media atau peraga berupa buku. Tidak perlu papan tulis, kapur tulis, alat penghapus, dsb. Tidak perlu pasang layar OHP, membuat transparan OHP maupun saluran listrik untuk OHP. Bisa diajarkan di teras
rumah, serambi, masjid, di bawah pohon yang rindang, dsb. Tidak harus diajarkan dalam gedung, sehingga tidak perlu susah payah mengeluarkan dana yang banyak untuk pembebasan tanah dan pembuatan gedung. Media bisa digandakan dengan fotocopy karena memang dirancang demikian.
h. Kaderisasi. Mengajar sistem Qur-any berarti mengkader peserta didik dengan sistem serupa. Guru segera mendapat pahala amal solehnya sendiri, pahala muridnya yang menjadi guru, pahala muridnya murid yang menjadi guru, dan seterusnya.
i. Sesuai dengan kaidah pembelajaran dalam alQuran. Dalam alquran disebutkan; Allah menciptakan penginderaan berurutan mulai pendengaran, penglihatan, lalu pengingatan ( af’idah ). Dibuktikan dengan kenyataannya bayi yang baru lahir diberi oleh Allah penginderaan dengan urutan sedemikian rupa.
j. Lengkap. Mulai dengan baca tulis sampai cara amal (Tafsir Amaly) dan hukum alQuran/Fiqih Qur-any.
Adapun yang perlu dimiliki pembelajaran Qur-any adalah penguasaan materi, penguasaan ilmu kependidikan, menejemen dan roh jihad. Dimaksudkan penguasaan materi adalah menghafalkan materi dengan bukti fisik tulisan tanpa mencontoh. Sebab jika belum mampu menulis maka belum bisa menjadi guru atau pelatih. Dimaksudkan penguasaan ilmu kependidikan adalah selain diajari materi, juga dilatih menjadi guru alQuran sistem serupa.
Dimaksudkan menejemen adalah pelatih mengkader manusia yang sudah bisa baca quran meskipun belum lancar menjadi guru alQuran dengan mengadakan pelatihan- pelatihan. Dimaksud memiliki roh jihad adalah bahwa pembelajaran Qur-any ini dimaksudkan untuk perjuangan dalam
rangka menyampaikan dan menyebarkan alQuran dengan niat mengagungkan Allah saja bukan yang lain. Hal ini merupakan inti dari pembelajaran Qur-any. Sebab pada prinsipnya adalah menjadikan kemampuan yang dikaruniakan oleh Allah di dunia sebagai sarana meraih kebahagiaan di surga yang kekal selamanya.
Materi pembelajaran Qur-any ini adalah Qur-any 1 (Baca Tulis AlQuran), Qur-any 2 (Ilmu Terjemah), Qur-any 3 (Shorof), Qur-any 4 (Nahwu), Qur-any 5 (Baca Kitab), Qur-any A (Bahasa Indonesia), Qur-any B (Matematika Dasar).Selanjutnya Fiqih Qur- any meliputi Qur-any 6c (Ayat Hukum Ibadah dan Makanan), Qur-any 6b (Ayat Hukum Waris, Muamalah dan Jinayah), Qur-any 6c (Ayat Hukum Nikah), Qur-any 6d (Ayat Hukum Wanita, Politik dan Jihad), bahasa Inggris dan Tafsir Amaly.Tafsir amaly adalah tafsir cara mengamalkan al-Qur’an yang orientasinya mengajak cinta Allah dan akhirat. (Buku saku dan buku peraga).
Selain itu, materi dibagi dua kelompok besar, yaitu berjenjang dan tidak berjenjang dan peserta didik tidak harus bisa baca arab. Materi berjenjang meliputi 1. Qur-any- 1 dilanjutkan terjemah dan tartil Juz 30. 2. Qur-any-2, dilanjutkan terjemah dan tartil Juz 1. 3. Shorof dan analisa Juz 1. 4. Nahwu dan analisa Juz 1. 5. Tafsir Amaly Juz 30. 6. Tafsir Amaly Juz 1. 7. Tafsir Ahkam 1, 2, 3, dan 4. Materi tidak berjenjang dan peserta didik tidak harus bisa baca arab meliputi 1. Lagu Qur-any. 2. Bahasa Inggris. 3. Integrasi berbagai pelajaran. 4. Baca Tulis Indonesia (Q-A). 5. Matematika Dasar (Q-B). 6. Bimbingan baca kitab (Q-5). 7. Hafalan Quran Juz 1 dan 30. Catatan: Lulus Tafsir Amaly dan Tafsir Ahkam, berarti hafal ayat dan mampu menafsirkan perkata, berkemauan untuk mengamalkan dan menyebarkan.
Qur-any 1 (baca tulis alquran) terdiri dari 16 halaman, 90 unit dan 12 bab. 90 unit tersebut meliputi 54 unit pendasaran, 22 unit
ayat alQuran dan 14 unit tajwid.Tiap unit butuh 20 menit. Dengan perincian: Latihan bunyi 5 menit, baca 5 menit, tulis 10 menit. Jadi, 20 menit x 90 unit = 1.800 menit (30 jam).Rincian 90 unitnya meliputi Qur-any 1 meliputi Bab 1 Pendahuluan, Bab II ( a ba ta tsa ) halaman 1, unit 1-9.Bab III ( i bi ti tsi- u bu tu tsu ) halaman 2 dan 3 unit 9-20.Bab IV ( Alif, ba’ ta’ tsa’ ) halaman 4 unit 21-28.Bab V (Huruf-Huruf Tertentu) halaman 5, unit 29- 36.Bab VI(Latihan Baca Cepat) halaman 6, unit 37-40.Bab VII(Sukun) halaman 7, unit 41-44.Bab VIII(Bacaan Panjang atau Mad) halaman 8, unit 45-50.Bab IX (Tasydid dan Huruf Tak Terbaca) halaman 9, unit 51- 54.Bab X(Latihan Ayat AlQuran) akhir halaman 9-14, unit 55-77.Bab XI (Tajwid) halaman 15-16, unit 78-90. Bab XII (Penutup).
Khatam Qur-any 1, harap diajarkan Qurany 1 lanjutan atau tartil (memperlancar bacaan) dan Qur-any 2 (Ilmu Terjemah). Pelajaran yang belum tersampaikan pada Qur-any 1 diajarkan secara langsung. Tartil: Ustadz membaca dengan benar dan lagu yang enak, santri mendengar, melihat tulisan lalu menirukan. Ustadz membenarkan atau menegur kesalahan. Lagu standar sistem Qur-any adalah bergelombang (naik-turun) agar mudah memanjangkan atau memendekkan bacaan. Lagu “soal” diawali dan diakhiri dan diakhiri dengan gelombang/nada naik. Lagu “jawab” diawali dan diakhiri dengan gelombang turun.Soal- jawab secara bergiliran, kecuali untuk mengakhiri baca, maka harus berakhir dengan gelombang turun meskipun seharusnya naik.Untuk latihan tulis cukup ditugaskan saja.
Adapun Qur-any 2 (Ilmu Terjemah) terdiri dari 16 halaman, dengan rincian halaman 1-5: kalimat huruf, 6-7: kata ganti, dan 8- 16: alQuran. Waktu 11 jam, yaitu 10 menit x 68 baris.Qur-any 3 (Ilmu Shorof) adalah ilmu yang mempelajari perubahan kata ‘masuk’ menjadi: dimasuki, masuklah, dsb. Qur-any
## Siti Hesniyatul Jamila
3 ini terdiri dari 16 halaman, dan difokuskan pada cara mengajarnya. Disusun berdasarkan teori pembelajaran. Selanjutnya, untuk dipraktekkan sebagai alat memahami alQuran dan sebagainya. Lafadz dalam alQuran dianalisa dengan cara menyamakannya dengan contoh yang ada di Qur-any 3. Misalnya, maalikun=daakhilun, an’ama=adkhola, dan sebagainya. Selanjutnya dianalisa perubahan artinya. Qur-Any 4 (Ilmu Nahwu) diajarkan setelah belajar Qur-any 2 dan 3, Qur-Any 4 (Ilmu Nahwu) mempelajari: pelaku, sasaran, dsb. Tergantung harokat akhir ( i’rob ). Qur-Any 4 (Ilmu Nahwu) terdiri dari 15 halaman dengan empat bab, yaitu bab I (halaman 1) Pengertian dan Objek Ilmu Nahwu, bab II (halaman 2 dan 4) Tanda
Perubahan Akhir ( Alamat I’rob ), bab III (halaman 5-6), Jabatan Kata ( Maudhuu’ ), bab IV (halaman 7-selesai), Kesimpulan dan Latihan.Qur-any 5 adalah baca kitab, terdiri dari 8 halaman yang ada dalam dua bentuk, yaitu bacaan yang berharakat dan yang tidak berharakat. Adapun Qur-any A (Bahasa Indonesia) terdiri dari 12 halaman, yaitu 35 unit.Tiap unit butuh 20 menit. Dengan perincian: Latihan bunyi 5 menit, baca 5 menit, tulis 1 menit. Jadi, 20 menit 35 unit = 700 menit (sekitar 11 jam).Qur- any B (Matematika Dasar) terdiri dari 12 halaman dan dapat diajarkan pada RA/TK atau MI/SD kelas rendah. Waktu: 32 jam (90 unit x 20 menit).
Berikut ini salah satu bentuk buku saku Qur-any
Qur-any 6 atau dikenal juga dengan Fiqih Qur-any dibagi dalam empat kelompok besar yaitu 6a, 6b, 6c dan 6d.6a membahas tentang Ayat Hukum Ibadah dan Makanan. Adapun pembahasan secara detail pada Qur-any 6a ini ada 14 pembahasan, meliputi ayat tentang Wudlu,mandi, tayamum, batalnya, yaitu QS. 5: 6 dan QS. 4: 43. Waktu Sholat, QS. 17:
78, Qoshor QS. 4: 101, Sholat Jama’ah,
QS. 2: 43 dan QS. 4: 102, Hadap Kiblat, QS. 2: 142-144, Memakmurkan Masjid, QS.
9: 18 dan QS.2: 114.Zakat, QS. 2: 3, 43. Zakat 1/5 Lebihan, 2: 219 dan 8: 41. Puasa, QS. 2: 183, 184. Awal dan Akhir Romadhan, QS. 2: 185, Amaliyah Romadhon, QS. 2: 185, 186, 187. Haji, QS. 3: 96-97, QS. 22: 27, QS. 2: 196-199. Do’a dan Pasca Haji, QS. 2: 200-202. Ayat Hukum Makanan, QS. 5: 3-5, QS. 2: 173, QS. 6: 138, 139, 145. QS. 66: 1.
Adapun Qur-Any 6b membahas tentang Ayat Hukum Waris, Muamalah dan
Jinayah.Adapun pembahasan secara detail pada Qur-any 6b ini ada 14 pembahasan, meliputi ayat Hukum Waris, QS. 4: 11-14, 4: 33 dan 4: 176. Wasiat, QS. 2: 180, Hibah QS.4: 9.Muamalah, QS. 4: 29 dan QS. 2: 275, 276, 278. Pencatatan, QS. 2: 282.Jinayah/Pidana, Qishosh, QS. 2: 178, 179. QS. 5: 45. Membunuh, QS. 17: 31, 33 dan QS. 4: 92, 93. Mencuri, QS. 5: 38-39. Mengganggu Sabilillah dan Merampok, QS. 5: 33-34. Zina, Menuduh Zina QS. 24: 2-9 dan QS. 17: 32. Fahisyah, QS. 4: 15-16. Khomr, QS. 2: 219 dan QS. 5: 90, 91. Murtad, QS. 4: 89-90.
Qur-any 6c membahas tentang Ayat Hukum Nikah. Adapun pembahasan secara detail pada Qur-any 6c ini ada 18 pembahasan, meliputi ayat hukum Wali, Kafa’ah, LaranganPacaran, QS. 2: 221 dan 17: 32. Wali Janda, 2: 232. Haram Dinikah, 4: 22-24, 33: 50. Mahar, QS.4: 4 dan 2: 236 & 237. Nafkah, QS. 65: 7. Talaq, Rujuk, Cerai dariIstri dan Iddah, QS. 2: 228-230. Iddah Tidak Haid, QS. 65: 4.Iddah Mati dan Larangan dalam Iddah, QS. 2: 234-235. Zhihar, QS. 58: 2, 3, 4. Ilak, QS. 2: 226.Istri Sholihah, Nusus QS. 4: 34, 128. Syiqoq, QS. 4: 35. Pergaulan Suami Istri, QS. 4: 19, 2: 222-224. Nikah Antar Agama, QS.2: 221, 60: 10, dan 5: 5.Pernikahan Pezina, 24: 3 dan 2: 221. Kawin Kontrok, Mut’ah dan Muhallil, QS. 4: 24, 25. Poligami, QS. 4: 3 dan 4: 129. Pencatatan Nikah dan Kekeliruan Adat, QS: 4: 21, 24 dan 5: 103.
Qur-Any 6d membahas tentang Ayat Hukum Wanita, Politik dan Jihad.Adapun pembahasan secara detail pada Qur-any 6d ini ada 11 pembahasan, meliputi ayat tentang Aurat dan Jilbab, QS. 7: 20, 7: 26, 33: 59, dan 24: 31. Setara Gender dalam Nilai Iman dan Amal,
QS.4:
124.Penghambaan SecaraLahir Tidak
Sama, QS. 2: 221, 282, dan 4: 11, 128. Wanita Sholikhah, QS. 4: 34. Istri Nabi, QS.
33: 28-34. Istri Fir’Aun, QS. 66: 11.Istri Nabi Luth, 7: 83. Istri Abu Lahab, QS. 111: 4, Haid,
2: 222. Politik (Siasat) dan Jihad, QS. 3: 28, QS. 9: 16- 17, QS. 9: 19-29, QS. 4: 74, QS. 4: 76-78, QS. 4: 84, QS. 4: 94-96, QS. 2: 190-192. Harta Jihad= Yatim, QS. 2: 6.
Karakteristik Fiqih Qur-any adalah memadukan unsur syari’at, hakikat, dan etika atau yang lebih dikenal dengan istilah 3 in 1 ( three in one ). Contoh: Rukun wudhu’ yang pertama adalah membasuh wajah. Batas wajah adalah mulai tumbuhnya rambut, bawah adalah dagu, samping kiri kanan adalah telinga. Kita basuh wajah sambil ingat Allah yang telah mengkaruniakan otak, telinga, mata, dan mulut kita. Maksudnya, kita wudhu’ sambil tafakkur. Firman Allah: Wahuwalladzii yushowwirukum fil arhaami kaifa yasyaa’. Di samping itu, Kita sambil berdoa: Nawwir wajhan haadzaa dzaahiron wabaatinan, yang artinya: berilah cahaya dalam wajah saya ini ya Allah dzahir dan batin. Kita belajar wudhu’ dalam rangka berdoa kepada Allah sambil mentafakkuri karunia-Nya. Niat wudhu’ hanya dalam hati, Sebagaimana hadis: Mahallun Niyyati fil Qolbi . Hati adalah penggerak segala amal jasad kita. Sebagaimana hadis riwayat Umar bin Khattab: innamal a’maalu bin niyyati.
## Diskusi dan Pembahasan
Pendidikan butuh pergaulan, dan pembelajaran, disitulah pergaulan. Jadi, pembelajaran adalah alat kependidikan. Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif untuk perjuangan di jalan Tuhan (iman, ibadah, akhlak). Ilmunya Tuhan sangatlah banyak, sedangkan waktu yang diberikan oleh Tuhan sangatlah sebentar. Hal ini sebagaimana firman Tuhan QS. Al- Kahfi: 109 dan QS. Lukman: 27. Di samping itu, segala sesuatu pasti ada perantaranya, dan kesuksesan yang sejati adalah kesuksesan yang menghargai proses dan tidak meremehkannya. Berdasarkan pernyataan di atas bahwa segala sesuatu
## Siti Hesniyatul Jamila
pasti ada perantaranya, yang tentunya tidak melewati sebuah proses. Maka dikiyaskan dengan ini adalah belajar alquran. Belajar alquran tentulah berproses, mulai dari belajar membaca, menerjemah, serta memahami nilai pendidikan yang terkandung di dalam alquran dengan digurukan pada ahli ilmu (Ulama’), yang tujuan akhirnya adalah berkemauan tinggi untuk mengamalkan dalam kehidupan, mengajarkan, mengikuti, serta menyebarkan alquran.
Yayasan Pendidikan Nasional Ikatan Pendidik Imtaq, atau yang lebih dikenal dengan IPdI memiliki visi “Manusia Beriman, Bertakwa dan Berilmu Pengetahuan. Berteknologi dan Berseni”, dan misi “Meng-imtaq-kan Ipteks, Meng- ipteks-kan Pendidikan Imtaq. Mengkader Pendidik Imtaq”. Prinsip pembelajaran Qur- any adalah 2x3. 2 yaitu tirukan dan mengulang-ulang sendiri.3 yaitu bunyi (dengar), baca (lihat), tulis (ingat). Pembelajaran Qur-any ini berdasarkan pada nilai pendidikan Q.S Al-Mulk: 23 dan Q.S As-Sajdah: 9 tentang penciptaan indera oleh Tuhan bagi manusia.
Implementasi pembelajaran Qur-any ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang dinyatakan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius. Dia menyatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham”. Kemudian pernyataan tersebut dimodifikasi dan diperluas oleh Silbermen yang diterjemah oleh Muttaqien (2006) yang kemudian disebut dengan Paham Belajar Aktif, Dia menyatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Apa yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
Yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai”. Namun, pembelajaran qur-any lebih unggul karena juga ada metode drill dan tikror serta menjadikan lagu Qur’any sebagai selingan dalam pembelajaran.
Sebagaimana diketahui, beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian peserta didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa peserta didik dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian peserta didik dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah.
Adapun mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara pendidik dengan tingkat kemampuan peserta didik mendengarkan apa yang disampaikan pendidik. Kebanyakan pendidik berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara peserta didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena peserta didik mendengarkan sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan dan memproses setiap informasi yang diterima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh.Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks
otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar.Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan selseluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang.
Adapun sekilas pernyataan Adams (1990), ia menyatakan: “Dunia berubah begitu cepat. Kita tidak dapat menebak jenis ilmu dan kemampuan apa yang diperlukan oleh setiap pelajar kita di masa yang akan datang. Sebagai pendidik yang bertanggung jawab, kita harus memberi dan membekali mereka lebih daripada sekedar ilmu pengetahuan, kita harus mengembangkan wawasan mereka untuk membuat suatu keputusan”. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana paling efektif untuk berjuang di jalan Allah (iman, ibadah, akhlak).
Selain itu, adanya virus organisasi LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender) yang melanda Indonesia di zaman globalisasi ini, yang dalam AlQuran seperti kisah kaum Nabi Luth yang dimurkai dan dihukum oleh Allah sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Ankabut: 28. QS. Al-Qomar: 33 dan 37. QS. Al-Hijr: 73-74, QS. Hud: 82. Berdasarkan hal tersebut, maka manusia sebagai hamba Tuhan perlu bahkan harus mempunyai sebuah pegangan dalam menjalani hidup di dunia ini agar bahagia di dunia dan di akhirat. Jika Tukul Arwana terkenal dalam setiap penampilannya di Televisi dengan pernyataan “kembali ke Laptop”, maka manusia sebagai hamba Tuhan hendaknya kembali kepada AlQuran dan memegang teguh firman Tuhan karena nilai kebenaran tidak berdasarkan pada banyaknya manusia yang mengamalkan, tetapi kebenaran itu berdasarkan AlQuran.
Maksud kembali kepada AlQuran adalah mempelajari, memahami, mengikuti, mengamalkan dan menyampaikan alQuran.
Di samping itu, hal ini dalam rangka mendukung dan memperkokoh “Gerakan Nusantara Mengaji dengan 300.000 khataman alQuran, serentak se-Indonesia untuk keselamatan, kesejahteraan dan keberkahan bangsa” yang dilaksanakan hari Sabtu dan Minggu, tanggal 07 dan 08 Mei 2016 mulai 19.00 WIB, 20.00 WITA, dan 21.00 WIT dengan inisiator H. A. Muhaimin Iskandar. Kegiatan gerakan Nusantara Mengaji yang diinisiatori H. Abdul Muhaimin Iskandar ini, di kota Jakarta juga dihadiri oleh enam Menteri, yaitu Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir dan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri, baik dihari H maupun di penutupan.
Selain keenam menteri tersebut, gerakan Nusantara Mengaji juga didukung penuh Ketua UmumPengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj, Sekretaris PBNU Helmy Faisal Zaini, Penasihat Kornas Nusantara Mengaji KH Ahsin Sakho, KH Syarif Rahmat, Hj Maria Ulva, KH Usfuri Anshor dan para ulama lainnya. Adapun implementasi model pembelajaran Qur-any juga dalam rangka mengajak Indonesia untuk mempelajari dan memahami alQuran, dengan sistem pelatihan guru alQuran mulai dari membaca, menerjemah, belajar ilmu alatnya, sampai dengan cara mengamalkan alQuran, sehingga diharapkan masyarakat Indonesia memahami, mengikuti dan mengamalkan alQuran dalam kehidupannya.
## Siti Hesniyatul Jamila
Jika diibaratkan sebuah petualangan, alQuran adalah peta. Oleh karena itu, seorang petualang agar tidak tersesat dalam perjalanannya dan selamat sampai tujuan, ia harus menggunakan dan mengikuti petunjuk peta dengan baik. Sama dengan manusia, jika manusia ingin selamat di akhirat sebagai tujuan hidupnya, maka ia harus menggunakan alQuran sebagai pedoman hidup. Untuk mengetahui petunjuk alQuran, maka alQuran sangat penting untuk dipelajari, mulai dari membaca, menerjemah, bahkan cara mengamalkannya sehingga manusia berusaha belajar memahami bagaimana cara menghamba Tuhan secara keseluruhan ( kaffah ) dan tidak mengikuti langkah setan, sebagaimana nilai pendidikan dalam QS. Al-Baqarah: 208 dan QS. An-Nuur: 21.
Di samping itu, implementasi pembelajaran Qur-any ini jika kembali pada sejarah, juga meneladani langkah Walisongo dalam berdakwah, jika zaman dulu Walisongo melalui pendekatan budaya, maka pembelajaran Qur-any ini juga melalui pendekatan budaya, yaitu melalui lagu Qur- any, baik dalam versi Band, Banjari dan Dangdut yang implementasinya dijadikan selingan dalam pembelajaran. Lagu Qur-any adalah lagu yang bersumber dari alQuran yang dicipta oleh pendiri dan pembina yayasan pendidikan nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq).
Sebagaimana diketahui, dunia remaja dan masyarakat pada umumnya identik dengan musik dan pasti suka musik, maka sebagai manusia yang berkecimpung dalam dunia pendidikan ada baiknya perlu masuk pada dunia mereka dengan mengarahkan pada pendidikan Islam, dan pendidikan Islam yang bagus adalah pendidikan Islam yang aplikasi, sehingga diharapkan aplikasi dari manusia yang suka musik adalah membudayaan IMTAQ dengan Lagu Qur-any, dan hal ini
merupakan salah satu tugas Yayasan Pendidikan Nasional IPdI (Ikatan Pendidik Imtaq). Di samping itu, hal ini adalah salah satu langkah penegakan iman, ibadah dan akhlak, sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Oleh karena itu, ada baiknya semua lagu Qur-any ini masuk studio rekaman dan dipublikasikan melalui dunia pendidikan, n agar manfaatnya bisa menjangkau lebih luas baik nasional maupun internasional. Untuk pendanaannya bisa dari berbagai pihak atau bahkan didukung dari alokasi dana pendidikan.
Ada baiknya selain di dunia pendidikan, lagu Qur-any ini dipublikasikan di lingkungan masyarakat Indonesia, karena dengan harapan barangkali masyarakat Indonesia dapat memperoleh petunjuk Tuhan atau pencerahan tentang Islam melalui lagu Qur-any ini. Di samping itu, publikasi lagu Qur-any dalam rangka mendukung kekayaan bangsa di bidang seni yang sebelumnya sudah ada melalui lagu-lagu religi yang dicipta oleh Band-Band di Indonesia.
Ada baiknya pembelajaran Qur-any ini selain skala Nasional, juga menjangkau skala internasional, seperti di Brunei Darussalam, Malaysia dan sebagainya. Karena berdasarkan hasil penelitian Masnan Jemali (2005), Mohd Yakub @ Zulkifli bin Haji Mohd Yusoff & Saidi bin Mohd (2008) melalui Keupayaan Bacaan al-Quran di Kalangan Pelajar Tingkatan Empat di Beberapa Buah Sekolah Menengah Terpilih di Negeri Terengganu , menyatakan bahwa masih banyak murid sekolah menengah yang tidak bisa membaca al-Quran dengan baik. Hal ini turut disuarakan oleh Ketua Komite Agama, Pemerintah Negeri Terengganu, YB. Khazan Che Mat, yang mengakui bahwa masih banyak masyarakat Terengganu buta al-Quran. Adapun berdasarkan hasil penelitian Siti Fatimah Sudin et al. (2005) masih ditemukan bahwa pelajar maupun
mahasiswa di Malaysia rata-rata masih buta alQuran.
Selain itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Unit Kemajuan Islam, UiTM, Shah Alam (2002) menunjukkan ada sejumlah besar mahasiswa UiTM sesi pengambilan November 2000-April 2001 dikenal pasti tidak lancar membaca al-Quran. Di samping itu, pembelajaran Qur-any sudah pernah dilatihkan di Brunei Darussalam tahun 2014, dan diperoleh kesan bahwa rata-rata masyarakatnya tidak bisa baca Al- Qur’an, namun anehnya bisa membaca huruf pego.
Di samping itu, implementasi pembelajaran Qur-any di dunia pendidikan adalah dalam rangka perjuangan, dalam rangka menolong dan memperkokoh agama Allah sebagaimana firman Allah dalam QS. Muhammad: 7, QS. Al-Maidah: 2, QS. Al-Baqarah: 154 dan QS. Ali Imron: 169, bahwa manusia yang berjuang di jalan Allah atau menolong agama Allah, manusia tersebut sebenarnya hidup meskipun secara jasad telah wafat. Dimaksudkan hidup disini adalah bahwa mereka memperoleh kenikmatan dan tidak disiksa.
## Kesimpulan
Implementasi model pembelajaran Qur- any disebut Paham Belajar Aktif, yaitu modifikasi yang dilakukan oleh Melvin L. Silbermen dari kata-kata mutiara seorang
filosof kenamaan dari Cina, Konfusius. Namun model pembelajaran Qur-any lebih unggul karena juga menggunakan metode drill dan tikror serta menjadikan lagu Qur’any sebagai selingan dalam pembelajaran. Metode: Memadukan metode drill, tikror, diskusi, tanya jawab, simulasi dan resitasi dalam pembelajaran. Evaluasi: Tulis tanpa mencontoh, praktik mengajar/melatih dan hafal. Keunggulan: Cepat, mudah, menyenangkan, variatif, peserta didik terkelola, tersedia media pembelajaran, fleksibel dan murah, kaderisasi, sesuai dengan kaidah pembelajaran dalam alquran, dan lengkap. Kelemahan: apabila tidak memperhatikan prinsip dan mengindahkan rambu-rambu implementasi model pembelajaran Qur-any. Materi: Qur- any 1, 2, 3, 4, 5, 6a, 6b, 6c, 6d, A, B, Bahasa Inggris dan Tafsir Amaly.
Implementasi model pembelajaran Qur- any untuk sementara sudah banyak mengandung nilai positif, oleh karena itu layak dijadikan pertimbangan untuk diimplementasikan melalui kebijakan secara Nasional, bahkan internasional. Mengingat, alQuran merupakan pedoman hidup bagi manusia dan model pembelajaran Qur-any berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nasional IPdI
(Ikatan Pendidik
Imtaq), SK MENKUMHAM: AHU-06844.50.10.2014 Jln. Gayung Kebonsari XV/1, Surabaya.
## DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M. 2008. Metode Pendidikan Qur’ani. Jakarta: Kemenag RI.
Abidin, Zaenal. 2010. Konsep Model Pembelajaran Dalam perspektif al- Qur’an. Banjarmasin: Pascasarjana IAIN Antasari.
Andrianto, Tuhana Taufiq. 2013. Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatif Anak. Yogyakarta: Katahati.
Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
## Siti Hesniyatul Jamila
Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati . Jakarta Selatan: Al- Mawardi Prima.
Daud Ismail et all. “Perkembangan dan Masalah Pembelajaran al-Quran dalamProgram j-QAF di Malaysia” (Progress and Learning Problems of the Quran in j-QAF Program in Malaysia), ISLAMIYYAT 36(2) (2014): 57 – 66.
Elaine B, Johnson. 2007. Contextual Teaching and Learning . diterjemah Setiawan, Ibnu. Bandung: MLC.
F. Gade – Implementasi metode Takrar dalam menghafal al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Didaktika Februari 2014 Vol XIV No. 2, 413-425.
Meyer. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mu’adz, Masri. 2015. Cerahkan Hidup dengan Belajar Al-Quran . Jakarta: IPGH.
Muhaimin, et al. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan . Yogyakarta: Teras.
Munthe dkk, 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD
Nafis, Muhammad Muntahibun. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Naim, Ngainun. 2010. Rekonstruksi Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Teras.
Saefuddin, A.M. 2010. Islamisasi Sains dan Kampus . Jakarta: PPA Consultants.
Silbermen, L Melvin. 2006. Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. diterjemah Muttaqien, Raisul. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Bandung: Nusa Media.
Sulaiman, dkk. Faktor Dan Cara Gaya Hidup Serta Kemungkinan Kembali Pulih Dalam Kalangan Lesbian : Satu Kajian Kes (Lifestyle Factors and Possible Recovery among Lesbians: A Case Study)E-Bangi Vol. 10, No. 1 (2015) 001-015, ISSN: 1823-884x
|
7a9a6a8d-570f-4a39-90c5-bb926d46647a | https://journals.usm.ac.id/index.php/julr/article/download/2283/1503 | e-ISSN : 2621-4105
## REORIENTASI SANKSI PIDANA DALAM PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DI INDONESIA
## Rizqi Purnama Puteri, Muhammad Junaidi, Zaenal Arifin
Magister Hukum Universitas Semarang, Semarang [email protected]
## ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah bagaimanakah orientasi sanksi pidana terhadap korporasi dalam hukum positif di Indonesia, bagaimanakah reorientasi formulasi yang seharusnya atas sanksi pidana terhadap korporasiKUHP sekarang ini belum mengatur masalah pertanggungjawaban pidana korporasi. Pentingnya mengatur Pertanggunjawaban pidana korporasi ada dalam satu ketentuan umum KUHP sebagai pedoman bagi undang- undang khusus di luar KUHP sehingga tercipta keseragaman dan konsistensi dalam pengaturan mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi.. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orientasi korporasi sampai saat ini belum diatur oleh KUHP dan terdapat undang-undang khusus di luar KUHP sudah mengatur korporasi sebagai subjek hukum pidana, tetapi terlihat untuk mengisi kekosongan hukum dan tidak menjamin kepastian hukum terhadap pemidanaan korporasi. Reorientasi pada formulasi kebijakan atas sanksi pidana korporasi yang ideal dengan menjadikan korporasi sebagai subjek hukum pidana serta menekankan pada konsistensi dalam hal penentuan kapan suatu tindak pidana dikatakan sebagai tindak pidana korporasi, siapa yang dapat dipidana atas kejahatan korporasi, serta sanksi yang sesuai terhadap korporasi. Saran penelitian adalah melakukan reorientasi dan reformulasi kebijakan dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada dan Konsep KUHP sebagai pedoman umum serta segera mengesahkan RUU KUHP.
Kata kunci : Reorientasi: Sanksi Pidana; Korporasi
e-ISSN : 2621-4105
## REORIENTATION OF CRIMINAL SANCTIONS IN CORPORATE LIABILITY IN INDONESIA
Rizqi Purnama Putri, Muhammad Junaidi, Zaenal Arifin Master of Law, Semarang University , Semarang [email protected]
## ABSTRACT
Considering that the Criminal Code has not yet regulated the issue of corporate criminal liability. The importance of regulating corporate criminal liability is contained in a general provision of the Criminal Code as a guideline for special laws outside the Criminal Code so as to create uniformity and consistency in the regulation of corporate criminal liability. How is the orientation of criminal sanctions against corporations in positive law in Indonesia, and how is the formulations reorientation that should be of criminal sanctions against corporations. The research method used is normative juridical using secondary data. The results of the study can be concluded that the corporate orientation to date has not been regulated by the Criminal Code and there are special laws outside the Criminal Code that have governed corporations as subjects of criminal law, but are seen to fill the legal vacuum and do not guarantee legal certainty towards corporate criminal prosecution. Reorientation of policy formulation on ideal corporate criminal sanctions by making corporations as the subject of criminal law and emphasizing consistency in determining when a crime is said to be a corporate crime, who can be convicted of corporate crime, and appropriate sanctions against the corporation. Research suggestions are to reorient and reformulate policies in existing laws and regulations and the Criminal Code Concept as a general guideline and immediately pass the Criminal Code Bill.
Keywords: Reorientation; Criminal Sanctions; Corporation
e-ISSN : 2621-4105
## A. PENDAHULUAN
Kejahatan korporasi tergolong sebagai white collar crime yang menggunakan modus operandi yang canggih dan dapat juga berdimensi transnasional dimana dilakukan lintas Negara dan teritorial. Gabungan dari kedua kuali kasi tersebut menghasilkan ruang lingkup kejahatan yang luas dan dampak kerugian yang sangat besar. 1 Orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana korporasi mempunyai fungsi, tugas, dan peranannya masing-masing. 2
Korporasi yang menjalankan bisnis dalam bidang lingkungan hidup juga telah melakukan pembakaran hutan dan lahan. Tindak pidana dalam kejahatan lingkungan hidup yang melakukan ialah seseorang atau perorangan atau badan hukum atau korporasi di era globalisasi industri sering terjadi dilingkungan yang penuh dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi dapat mencemari dan merusak lingkungan yang dalam sistem pengelolaannya melanggar aturan yang berlaku 3 . Kasus yang telah dilakukan oleh korporasi yaitu,
1. Tahun 2019, Polisi telah menetapkan 14 perusahaan sebagai tersangka kebakaran hutan dan lahan (karhutla), per Selasa (24 September).
Sebelumnya, data per Senin (23 September) menunjukkan terdapat sembilan perusahaan yang berstatus tersangka. Penambahan tersangka perusahaan terjadi di Lampung sebanyak lima korporasi. Kelima korporasi tersebut yaitu PT Sweet Indo Lampung (SIL), PT Indo Lampung Perkasa (ILP), PTPN 7, PT Paramitra Mulya Lampung (PML), dan PT Sweet Indo Lampung (SIL). Sebelumnya telah menetapkan PT AP sebagai tersangka. Berikutnya, Polda Riau menetapkan PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS) sebagai tersangka. Kemudian, PT Hutan Bumi Lestari (HBL) (sebelumnya disebut sebagai Bumi Hijau Lestari) ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda
1 Budi Suhariyanto, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Berdasarkan Corporate Culture Model Dan Implikasinya Bagi Kesejahteraan Masyarakat,Jurnal Rechtvinding Volume 6 No. 3 Desember 2017 hal 442
2 Kristian, Hukum Pidana Korporasi, Kebijakan Integral (Integral Policy) Formulasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Di Indonesia, Bandung: Nusa Aulia, 2014, hal. 3
3 Mujiono, Formulasi Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana Dalam Regulasi Lingkungan Hidup Di Indonesia, Jurnal Lentera Hukum Volume 6 28 April 2019, hal. 54
e-ISSN : 2621-4105
Sumatera Selatan. Lalu, PT Mega Anugerah Sawit (MAS) menyandang status sebagai tersangka karhutla di Jambi. 4
2. Tahun 2011 perkara PT. Giri Jaladhi Wana yang diajukan sebagai terdakwa oleh Kejaksaan dan dituntut ke pengadilan tindak pidana korupsi, 5 setelah terlebih dahulu direktur utamanya (SW) dipidana (berdasarkan Putusan Nomor 908/ Pid.B/2008/PN.Bjm tanggal 18 Desember 2008 yang mana putusan tersebut telah dikuatkan dengan Putusan Nomor 02/PID/SUS/2009/ PT.BJM tanggal 25 Februari 2009 dan kasasi terdakwa telah ditolak berdasarkan Putusan Nomor 936 K/Pid.Sus/2009 tanggal 25 Mei 2009). Majelis hakim melalui Putusan Nomor 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm memutuskan persis sama dengan tuntutan yaitu menyatakan PT GJW telah terbuk secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan ndak pidana korupsi secara berlanjut sebagaimana dalam dakwaan primer, karenanya kepada PT GJW dijatuhkan pidana denda sebesar Rp1.300.000.000,- (satu miliar ga ratus juta rupiah) serta pidana tambahan berupa penutupan sementara PT GJW selama enam bulan. 6
3. Kasus Sport Center Hambalang: Kasus korupsi proyek Sport Center Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyebabkan negara dirugikan sebesar Rp. 463,66 miliar. Menurut temuan BPK, uang yang dikeluarkan pemerintah untuk Hambalang dari kontrak Rp 1,2 triliun baru Rp 471 miliar, tapi karena masih ada sisa Rp 8 miliar maka jadi Rp 463 miliar, termasuk untuk pengadaan barang jasa. Dalam kasus ini telah menyeret mantan Menpora Andi Malarangeng, Sekjen Kemenpora Wafid Muharram, dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum 7 .
Korporasi menurut hukum pidana Indonesia tidak sama dengan pengertian korporasi dalam hukum perdata. Pengertian korporasi menurut hukum pidana lebih luas daripada pengertian menurut hukum perdata.
4 Https://Regional.Kontan.Co.Id/News/Sampa i-Hari-Ini-14-Perusahaan-Jadi- TersangkaKebakaran-Hutan-Dan-Lahan Di Akses Pada Tanggal 24 September 2019
5 Budi Suhariyanto, Progresivitas Putusan Pemidanaan Terhadap Korporasi Pelaku Tindak Pidana Korupsi , Jurnal De Jure Volume 16 Nomor 2 (Juni 2016), hal. 207.
6 Budi Suhariyanto, Putusan Pemidanaan Terhadapn Korporasi Tanpa Didakwakan Dalam Perspektif Vicarious Liability, Jurnal Yudisial Volume Volume 10 Nomor 1 (April 2017), hal 2728.
7 Zaenal Arifin, Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerinta h , Jurnal Hukum Responsif Vol. 5 No. 5, Oktober 2017, Fakultas Hukum Universitas Panca Budi, Medan, 2017 hal 59
e-ISSN : 2621-4105
Penjelasan Korporasi dalam Pasal 10 Perma No. 13 Tahun 2016 menjelaskan bahwa 8 :
Pengurus adalah organ korporasi yang menjalankan pengurusan korporasi sesuai anggaran dasar atau undang-undang yang berwenang mewakili korporasi, termasuk mereka yang tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, namun dalam kenyataannya dapat mengendalikan atau turut mempengaruhi kebijakan korporasi atau turut memutuskan kebijakan dalam korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana.
Subjek tindak pidana yang dikenal dalam KUHP adalah orang perorangan. Dengan kata lain, hanya manusia yang dapat melakukan tindak pidana dan hanya manusia yang dapat dituntut serta dibebani pertanggungjawaban pidana. KUHP tidak mengenal korporasi sebagai subjek hukum pidana. Tetapi korporasi atur dalam beberapa undang- undang di luar KUHP yaitu Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010. 910 Hal ini didasarkan pada Pasal 59 KUHP. Pasal tersebut menjelaskan bahwa apabila korporasi yang melakukan tindak pidana, maka pertanggungjawaban pidana dibebankan kepada pengurus korporasi dalam hal pengurus korporasi melakukan tindak pidana dalam rangka mewakili atau dilakukan atas nama korporasi tersebut. KUHP yang berlaku saat ini belum mengatur mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi dalam arti belum mengenal korporasi sebagai subjek tindak pidana, namun beberapa undangundang 11 .
8 Hariyadi B. Sukamdani, Korporasi Sebagai Subyek Hukum Pidana Pasca Perma No.13 Tahun 2016: Pandangan Dunia Usaha , ( Makalah Seminar Dalam Rangka HUT IKAHI Ke-64 Tahun Di Hotel Mercure Ancol Jakarta Pada Hari Selasa 21 Maret 2017), hal.7.
9 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal.
10 -226
11 Andi Hamzah, Kejahatan Di Bidang Ekonomi Dan Cara Penanggulangannya, Makalah, Jakarta, 1994 hal 1
e-ISSN : 2621-4105
## B. PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah orientasi sanksi pidana terhadap korporasi dalam hukum positif di Indonesia?
2. Bagaimanakah reorientasi formulasi yang ideal atas sanksi pidana terhadap korporasi?
## C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis, Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif, maka jenis data yang digunakan adalah data sekunder, metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi dokumen dengan mengumpulkan dan menganalisis bahan- bahan kepustakaan serta dokumen-dokumen. Mertode analisis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
## D. PEMBAHASAN
Kebijakan orientasi sanksi pidana terhadap korporasi dalam hukum positif di Indonesia belum mencapai tahap ketepatan atau kepastian hukum untuk menjadikan korporasi sebagai subjek hukum pidana. Karena banyaknya kelemahan-kelemahan pada pemberian sanksi pidana terdapat korporasi. Kelemahan yang dimaksud adalah hukum pidana Indonesia dibuat berdasarkan ajaran kesalahan individual yaitu sistem hukum pidana tidak memungkinkan penjatuhan pidana denda terhadapa korporasi, karena pihak yang dipidana dapat menggantkan dengan pidana kurungan hal tersebut diatur oleh Pasal 30 KUHP. Tidak adanya prosedur khusus dari hukum acara pidana untuk mengatur korporasi serta cara perumusan delik pidana yang selalu dimulai dengan kata “barang siapa” secara umum dimaksudkan kepada orang atau manusia.
Pandangan Gustav Radbruch secara umum diartikan bahwa kepastian hukum tidak selalu harus diberi prioritas pemenuhannya pada tiap sistem hukum positif, seolah-olah kepastian hukum itu harus ada lebih dulu, baru kemudian keadilan dan kemanfaatan. Pada kebijakan orientasi sanksi pidana korporasi, kepastian hukum itu tidak terpenuhi karena adanya ketidakjelasan
e-ISSN : 2621-4105
yang terjadi dalam perumusan undang-undang mengenai korporasi. Ketidakjelasan perumusan mengenai kapan suatu korporasi dinyatakan sebagai pelaku dan kapan suatu tindak pidana telah dilakukan atas nama suatu korporasi. Ketidakjelasan perumusan mengenai perbuatan yang akan dipertanggungjawabkan melalui perumusan korporasi sebagai subjek tindak pidana. Ketidakjelasan mengenai kriteria yang digunakan sebagai pedoman untuk mempertanggungjawabkan korporasi, sebab pertanggungjawaban hukum pidana dikaitkan dengan masalah kesalahan dan unsur alasan pemaaf. Serta masalah pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi. Jenis pidana denda yang dikenakan terhadap korporasi.
Berdasarkan hasil analisis teori kepastian hukum diatas, dapat disimpulkan bahwa orientasi sanksi pidana terhadap korporasi belum mencapai tahap yang pasti. Didasarkan pada kelemahan-kelemahan yang terlihat serta korporasi dalam hukum positif Indonesia belum menjadi subjek hukum pidana, sehingga tidak adanya aturan umum dalam KUHP yang dapat menjembatani hukum pidana umum dengan undang-undang khusus diluar KUHP. Teori pertanggungjawaban korporasi sudah dipergunakan oleh beberapa undang- undangan khusus di luar KUHP dengan menggunakan model sistem pertanggungjawaban pidana yaitu pengurus korporasi sebagai pembuat dan pengurus korporasi yang bertanggungjawab, korporasi sebagai pembuat dan pengurus bertanggungjawab, dan korporasi sebagai pembuat dan juga korporasi yang bertanggungjawab 12 . Beberapa undang-undang yang mengatur korporasi telah memberikan perumusan mengenai pengaturan korporasi tetapi tidak dapat berjalan semestinya karena tidak ada kejelasan dalam pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi.
Fenomena ini ditandai dengan lahirnya Wet Economische Delichten (WED), tahun 1950 di Belanda, yang dalam Pasal 15 ayat (1) mengatur bahwa
12 Mardjono Reksodiputro, Dalam Makalahnya “Pertangungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korporasi”, (Semarang: FH-UNDIP, 1989), hal. 9
e-ISSN : 2621-4105
dalam tindak pidana ekonomi, korporasi dapat melakukan tindak pidana dan dapat dipidana. Ketentuan ini kemudian ditiru oleh Indonesia melalui UndangUndang No- mor 7 Drt Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi 13 Pengaturan dalam UU No. 7/Drt/1955 menjadi cikal bakal pertanggung- jawaban pidana korporasi dalam melakukan tindak pidana, yang kemudian diikuti beberapa peraturan perundang-undangan lain sampai dengan sekarang seperti UU Lingkungan Hidup, UU Perlindungan Konsumen, UU Perikanan, UU Narkotika, UU Pencucian Uang, UU
Monopoli, UU Korupsi dan lain-lain. 14
Formulasi pertanggungjawaban pidana korporasi tidak cukup dengan menyebutkan korporasi sebagai subjek tindak pidana, melainkan harus menentukan aturan mengenai sistem pidana dan pemidanaannya, sehingga diperlukan sebuah upaya reorientasi dan reformulasi yang ideal atas pertanggungjawaban pidana korporasi. Reorientasi dan reformulasi pertanggungjawaban pidana terhadap korban kejahatan korporasi antara lain meliputi ketentuan mengenai 15 :
1. ketentuan mengenai kapan suatu tindak pidana dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi;
2. siapa yang dapat dituntut dan dijatuhi pidana atas kejahatan yang dilakukan korporasi;
3. jenis-jenis sanksi yang sesuai dengan subjek tindak pidana berupa korporasi
Formulasi mengenai ketentuan tersebut harus diatur secara tegas untuk meminimalisir kemungkinan korporasi melepaskan diri dari tanggungjawab atas kejahatan yang dilakukannya. Korporasi sebagai subjek tindak pidana perumusannya berada dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP,
13 Muladi, Penerapan Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana, Bahan Kuliah Kejahatan Korporasi, Universitas Diponegoro, Semarang, 1999, hal 2
14 Eddi Rifai, Perspektif Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana Korupsi, Jurnal UGM Vo. 20 No. 1 2014 hal. 9
15 Agus Sularman, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Kepada Korban Tindak Pidana , Jurnal Hukum Khaira Ummah Volume 12 2 Juni 2017, hal. 394
e-ISSN : 2621-4105
pertanggungjawaban pidana kepada korporasi adalah dengan menentukan aturan atau syarat mengenai kapan suatu korporasi dikatakan melakukan tindak pidana. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, khususnya Pasal 20 ayat (2) ditentukan bahwa : “Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama”. Berdasarkan ketentuan tersebut, suatu tindak pidana dikatakan dapat dilakukan oleh korporasi apabila berdasarkan hubungan kerja atau hubungan lain, dan dalam lingkungan korporasi. 16 formulasi tersebut seharusnya dibatasi pada orang-orang atau mereka yang mempunyai hubungan langsung dengan korporasi saja yang dapat melibatkan korporasi untuk ikut bertanggungjawab atas tindak pidana yang dilakukannya.
Formulasi tersebut dapat ditemukan pada Undang-Undang No. 15 tahun 2002 Jo. Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dimana dalam Pasal 4 ayat (2) ditentukan bahwa hanya pengurus yang mempunyai hubungan fungsional dalam struktur organisasi korporasi saja yang dapat melibatkan korporasi dalam pertanggungjawaban pidananya. Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang menentukan bahwa :
“Korporasi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap suatu tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh pengurus yang mengatasnamakan korporasi, apabila perbuatan tersebut dilakukan melalui kegiatan yang tidak termasuk dalam lingkup usahanya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan”.
16 Evan Alroy Situmorang, Tesis Kebijakan Formulasi Pemidanaan Korporasi Terhadap Korban Kejahatan Korporasi, Magister Hukum Universitas Diponegoro , Semarang, hal.
e-ISSN : 2621-4105
Reformulasi yang dimaksud adalah reformulasi yang berkaitan dengan ketentuan mengenai siapa yang dapat dibebani pertanggungjawaban pidana atau yang dapat dutuntut dan dijatuhi pidana. Peraturan perundang-undangan di luar KUHP yang belum mengatur hal tersebut dapat mengadopsi formulasi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang telah menentukan siapa yang dapat dibebani pertanggungjawaban pidana atas kejahatan yang dilakukan oleh korporasi 16 . Adanya reformulasi terhadap penentuan subjek dalam tindak pidana maka akan tercipta suatu keseragaman pedoman atau aturan dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP yang berkaitan dengan pembebanan pertanggungjawaban pidana atas kejahatan korporasi serta akan ada kejelasan mengenai pedoman pemidanaan di dalam KUHP Indonesia dengan menjadikan korporasi sebagai subjek hukum pidana.
Ketua Penyusunan RKUHP, Muladi menyatakan bahwa pasal 47 sampai dengan pasal 53 RKUHP mengatur tentang “ corporate criminal liability ”.
Dengan dimasukkannya hal tersebut berarti bahwa bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi berlaku umum untuk semua tindak pidana, termasuk yang berada di luar KUHP 17 . Rumusan pasal-pasal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana korporasi dalam RKUHP 2010 adalah sebagai berikut 18 :
1. Pasal 47: “Korporasi merupakan subyek tindak pidana”.
2. Pasal 48: “Tindak pidana dilakukan oleh korporasi apabila dilakukan oleh orang-orang yang bertindak untuk dan atas nama korporasi atau demi kepentingan korporasi, berdasarkan hubungan kerja atau berdasar hubungan lain, dalam lingkup usaha korporasi tersebut, baik sendirisendiri atau bersama-sama”.
17 Kristian, Hukum Pidana Korporasi, Kebijakan Integral (Integral Policy) Formulasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Di Indonesia, Op.Cit
18 Kristian, Urgensi Pertanggungjawaban Korporasi , Jurnal Hukum Dan Pembangunan 44, Oktober – Desember 2013, hal. 43
e-ISSN : 2621-4105
3. Pasal 49: “Jika tindak pidana dilakukan oleh korporasi, pertanggungjawaban pidana dikenakan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya”.
4. Pasal 50: “Korporasi dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap suatu perbuatan yang dilakukan untuk dan/atau atas nama korporasi, jika perbuatan tersebut termasuk dalam lingkup usahanya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan”.
5. Pasal 51: “Pertanggungjawaban pidana pengurus korporasi dibatasi sepanjang pengurus mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi”.
6. Pasal 52: ”Dalam mempertimbangkan suatu tuntutan pidana, harus dipertimbangkan apakah bagian hukum lain telah memberikan perlindungan yang lebih berguna daripada menjatuhkan pidana terhadap suatu korporasi.
Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dinyatakan dalam putusan hakim.
7. Pasal 53: “Alasan pemaaf atau alasan pembenar yang dapat diajukan oleh pembuat yang bertindak untuk dan/atau atas nama korporasi, dapat diajukan oleh korporasi sepanjang alasan tersebut langsung berhubungan dengan perbuatan yang didakwakan kepada korporasi. Pasal 44:
“Korporasi dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak pidana”.
RKUHP yang termasuk korporasi tidak hanya mencakup badan hukum, tetapi juga meliputi firma, CV, dan persekutuan yaitu badan usaha yang berdasarkan hukum perdata, bukan suatu badan hukum. 19
19 Ika Puspitasari, Urgensi Pengaturan Kejahatan Korporasi Dalam Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi Menurut Rkuhp, Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20 Agustus 2018 hal. 14
e-ISSN : 2621-4105
## E. PENUTUP
Korporasi belum diatur dalam subjek hukum pidana Indonesia karena menganut asas “ societas delinquere non potest ” yaitu badan hukum tidak dapat melakukan tindak pidana. Suatu korporasi terjadi tindak pidana maka tindak pidana tersebut dianggap dilakukan oleh pengurus korporasi tersebut.
Pengaturan mengenai korporasi sebagai subjek hukum pidana, memiliki tiga model pertanggungjawaban pidana korporasi. Pengurus korporasi sebagai pembuat dan pengurus korporasi yang bertanggungjawab, Korporasi sebagai pembuat dan pengurus bertanggungjawab, Korporasi sebagai pembuat dan juga korporasi yang bertanggungjawab.
Ketentuan mengenai kapan suatu tindak pidana dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi; Siapa yang dapat dituntut dan dijatuhi pidana atas kejahatan yang dilakukan korporasi; Jenis-jenis sanksi yang sesuai dengan subjek tindak pidana berupa korporasi
Korporasi dapat dipertanggungjawabkan secara pidana hanya apabila tindak pidana yang dilakukan pengurus tersebut, adalah kegiatan yang termasuk dalam lingkup usaha korporasi. Formulasi ketentuan-ketentuan tersebut telah jelas menentukan kapan suatu tindak pidana dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi. Ada pedoman atau batasan yang jelas mengenai kapan suatu tindak pidana dilakukan oleh korporasi.
## DAFTAR PUSTAKA
## BUKU
Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Dwidja P, dan Muladi, 2015, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi (Edisi Ketiga), Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
Kristian, 2014, Hukum Pidana Korporasi, Kebijakan Integral (Integral Policy) Formulasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Indonesia, Nusa Aulia Bandung.
e-ISSN : 2621-4105
## JURNAL
Agus Sularman, 2017, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Kepada Korban Tindak Pidana, Jurnal Hukum Khaira Ummah Volume 12 2 Juni 2017, Semarang Budi Suhariyanto, 2016, Progresivitas Putusan Pemidanaan Terhadap Korporasi Pelaku Tindak Pidana Korupsi, Jurnal De Jure Volume 16 Nomor 2 Juni 2016, Balitbang Kemenkumham Jakarta.
___________,,2017, Putusan Pemidanaan Terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan Dalam Perspektif Vicarious Liability , Jurnal Yudisial Volume Volume 10 Nomor 1 April 2017, Komisi Yudisial RI Jakarta.
___________, 2017, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Berdasarkan Corporate Culture Model Dan Implikasinya Bagi Kesejahteraan
Masyarakat,Jurnal Rechtvinding Volume 6 No. 3 Desember 2017, BPHN Jakarta.
Eddi Rifai, 2014, Perspektif Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana Korupsi, Jurnal UGM Vo. 20 No. 1 2014, Yogyakarta.
Ika Puspitasari, 2018 Urgensi Pengaturan Kejahatan Korporasi Dalam Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi Menurut RKUHP, Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20 Agustus 2018, Banda Aceh.
Kristian, 2013, Urgensi Pertanggungjawaban Korporasi, Jurnal Hukum dan Pembangunan 44, Oktober – Desember 2013, Jakarta
Mujiono, 2019, Formulasi Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana dalam Regulasi Lingkungan Hidup di Indonesia, Jurnal Lentera Hukum volume 6 28 April 2019, Jember
Rully Trie Prasetyo, 2017, Tindak Pidana Korporasi Dalam Perspektif Kebijakan Formulasi Hukum Pidana, Jurnal Hukum Khaira Ummah No.12 4 Desember 2017, Semarang
Zaenal Arifin, Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah, Jurnal Hukum Responsif Vol. 5 No. 5, Oktober 2017, Fakultas Hukum Universitas Panca Budi, Medan, 2017.
## ARTIKEL
Andi Hamzah, 1994, Kejahatan di Bidang Ekonomi dan Cara Penanggulangannya, Makalah, Jakarta
Hariyadi B. Sukamdani, 2017, Korporasi sebagai Subyek Hukum Pidana Pasca Perma No.13 Tahun 2016: Pandangan Dunia Usaha, (Makalah seminar dalam Rangka HUT IKAHI ke-64 tahun di Hotel Mercure Ancol Jakarta pada hari Selasa 21 Maret 2017) Jakarta
Evan Alroy Situmorang, 2008, Kebijakan Formulasi Pemidanaan Korporasi terhadap Korban Kejahatan Korporasi, Tesis Magister Hukum Universitas Diponegoro, Semarang
Mardjono Reksodiputro, 1988, Struktur Perekonomian Dewasa ini dan Permasalahan Korban, Makalah disampaikan pada seminar Viktimologi di Universitas
Airlangga,
e-ISSN : 2621-4105
Surabaya, 28 Oktober 1988, Surabaya
__________, 1999, “Pertangungjawaban Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Korporasi”, Semarang: FH-UNDIP,
Muladi, 1999, Penerapan Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana, Bahan
Kuliah Kejahatan Korporasi, Universitas Diponegoro, Semarang
## INTERNET
https://regional.kontan.co.id/news/sampai-hari-ini-14-perusahaan-jadi- tersangkakebakaran-hutan-dan-lahan
|
5e024505-b810-4cea-812f-922dce0a4059 | https://dinastirev.org/JEMSI/article/download/46/34 |
## PENYELARASAN TEKNOLOGI INFORMASIDENGAN STRATEGI BISNIS
Nurdien Ashshidiqy 1 , Hapzi Ali 2
1) Universitas Mercu Buana, Jakarta
2) Universitas Mercu Buana, Jakarta
## ARTICLE INFORMATION
Received: 24 Agustus 2019 Revised: 31 Agustus 2019 Issued: 5 September 2019
Corresponding author: first author E-mail: [email protected]
DOI:10.31933/JEMSI
Abstrak: Sukses dalam persaingan dalam sebuah bisnis terkait dengan pengembangan kompetensi inti, keselarasan strategi dan perencanaan strategis jangka panjang agar dapat mempertahankan keunggulan kompetitif dari sebuah bisnis. Sebuah perusahaan membutuhkan keselarasan antara strategi Teknologi Informasi dan Strategi Bisnis. Perencanaan Strategi Teknologi Informasi merupakan langkah pertama antara proses dari sebuah sistem informasi perusahaan dan merupakan pedoman dari system informasi perusahaan serta dasar pelaksanaan. Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana membuat perencanaan strategis Teknologi Informasi yang tepat. Setelah membahas Model Keselarasan Strategis dan hubungan antara Teknologi Informasi strategi dan strategi bisnis dapat nerencanakan rencana strategis yang didasarkan pada strategi bisnis, yang terdiri Teknologi Informasi penilaian dan analisis, perencanaan dan desain Teknologi Informasi serta implementasi dan desain Teknologi Informasi. Kemudian, memberikan contoh untuk menggambarkan bagaimana membuat perencanaan strategis Teknologi Informasi dengan menggunakan model tersebut.
Kata Kunci: Strategi IT, Strategi Bisnis, Perencanaan Strategi IT, Model Strategi IT
## PENDAHULUAN
Penyelarasan antar bisnis strategi dengan teknologi informasi (IT) merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensi. Seringkali keputusan untuk melakukan pengembangan dibidang teknologi informasi hanya didasarkan pada kemampuan sebuah perangkat lunak yang canggih tanpa melihat lebih jauh apakah perangkat lunat tersebut telah sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam jangka panjang. Tentu penggunaan aplikasi yang canggih dapat memberikan keuntungan dalam bersaing (competitive advantage) bagi perusahaan. Tetapi keuntungan yang diberikan dengan cara ini tidak akan dapat berlangsung lama. Apabila ternyata ada perangkat lunak baru dengan kemampuan yang lebih
canggih, maka keuntungan yang dimiliki tentu akan ikut hilang bersamaan dengan munculnya perangkat lunak yang baru tersebut.
Dalam lingkungan konvensional, hubungan antara strategi kompetitif perusahaan dan manfaat penggunaan Teknologi Informasi dikembangkan melalui beberapa lapisan yaitu dari perencanaan, Analisa, dan perancangan. Dapat dipahami bila pada lingkungan seperti ini Teknologi Informasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap strategi kompetitif perusahaan. Sejalan dengan semakin luasnya pemanfaatan Teknologi Informasi di lingkungan bisnis, semakin terlihat tidak ada lagi pemisahan antara Teknologi Informasi dan Strategi kompetitif perusahaan, karena semua strategi kompetitif harus memiliki Teknologi Informasi sama halnya dengan memiliki marketing, produsen dan keuangan. Strategi Teknologi Informasi membantu manager untuk mendefinisikan batasan pembuatan keputusan untuk tindakan berikutnya, tapi menghentikan dengan singkat dalam menentukan tindakan untuk dirinya sendiri. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara Strategi Teknologi Informasi dan perencanaan Teknologi Informasi.
Strategi Teknologi Informasi merupakan kumpulan prioritas yang menguasai pembuatan keputusan bagi user dan proses data profesional. Hal itu merupakan bentuk aturan framework untuk kegunaan Teknologi Informasi dalam perusahaan, dan menjelaskan bagaimana seorang eksekutif senior pada perusahaan akan berhubungan pada infrastruktur Teknologi Informasi. Perencanaan Teknologi Informasi memfokuskan pada pelaksanaan dari Strategi Teknologi Informasi. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini menyelaraskan rencana strategi Teknologi Informasi yang didasarkan pada strategi manajemen Teknologi Informasi dan strategi bisnis agar dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan pada akhirnya membantu perusahaan mencapai strategi bisnis mereka.
Perkembangan dari era ekonomi pengetahuan membuat Teknologi Informasi menjadi kompetitif dan merupakan sebuah cara yang efektif untuk dapat membantu perusahaan bertahan di kalangan masyarakat modern dan mendapatkan efek pembangunan yang lebih besar. Dalam menghadapi ekonomi globalisasi ini, setiap perusahaan mulai merasa khawatir tentang sistem informasi untuk memperkuat daya saing mereka. Namun di beberapa negara, tingkat keberhasilan sebuah sistem informasi perusahaan tidak tinggi. Dari beberapa kasus perusahaan yang konstruksi sistem informasinya gagal, dapat dilihat bahwa sebagian besar perusahaan tidak membuat perencanaan Strategi Teknologi Informasi yang sistematis dan ilmiah pada tahap awal, sehingga perencanaan Strategi Teknologi Informasi menjadi tidak jelas dan penilaian menjadi tidak pasti dalam kriteria seleksi teknis. Sebaliknya, perusahaan- perusahaan yang sukses memiliki keseluruhan baik perencanaan Strategi Teknologi Informasi maupun Strategi Bisnis. Pembangunan tahap demi tahap sebuah sistem informasi dan memperbaiki sistem tersebut secara bertahap perlu dilakukan. Perencanaan Strategi Teknologi Informasi dan Strategi Bisnis untuk tahap demi tahap pelaksanaan adalah pilihan terbaik untuk pembagunan sistem informasi perusahaan. Secara keseluruhan perencanaan Strategi Teknologi Informasi dan Strategi Bisnis harus didasarkan pada pengembangan Strategi Bisnis di tingkat strategi dan kemudian mengembangkan perencanaan tindakan yang layak.
## METODE PENELITIAN
Pada penelitian dilakukan tahap-tahapan sebagai berikut:
1) Persiapan
2) Studi pustaka
3) Menyelaraskan Perencanaan Strategi Teknologi Informasi dan Strategi Bisnis
a. Fase penyelarasan perencanaan strategi Teknologi Informasi dengan strategi bisnis yang telah dijalankan perusahaan.
• Formulasi Strategi Teknologi Informasi
• Perencanaan Teknologi Informasi
• Peningkatan Kualitas dan Program Inovasi Teknologi Informasi
b. Fase Pengembangan Organisasi
• Strategi Teknologi Informasi
• Perencanaan Teknologi Informasi dan TQM/IS
Strategi Teknologi Informasi membantu manager untuk mendefinisikan batasan pembuatan keputusan untuk tindakan berikutnya, tapi menghentikan dengan singkat dalam menentukan tindakan untuk dirinya sendiri. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara Strategi Teknologi Informasi dan perencanaan Teknologi Informasi. Strategi Teknologi Informasi merupakan kumpulan prioritas yang menguasai pembuatan keputusan bagi user dan proses data profesional. Hal itu merupakan bentuk aturan framework untuk kegunaan IT dalam perusahaan, dan menjelaskan bagaimana seorang eksekutif senior pada perusahaan akan berhubungan pada infrastruktur Teknologi Informasi. Perencanaan Teknologi Informasi pada hal lain, memfokuskan pada pelaksanaan dari Strategi Teknologi Informasi.
Hal-hal yang termasuk dalam Teknologi Informasi adalah:
1) Aplikasi proses transaksi
2) Proses informasi dan aplikasi pelaporan
3) Sistem pendukung keputusan
4) Sistem pendukung eksekutif
5) Produktivitas profesional dan alat berkelompok
6) Sistem berbasis ilmu pengetahuan dan kecerdasan tiruan
7) Proses automatisasi dan robotic
8) Desain dan automatisasi pabrik; dan
9) Teknologi yang berada dalam komputer (seperti “smartcard” atau ATMs)
Pendekatan Teknologi Informasi/Penyelarasan Strategi tidak hanya dirancang untuk menutup kemungkinan strategi Teknologi Informasi; berarti untuk memfasilitasi perundingan tentang kepercayaan manajemen dan pelatihan industri dengan:
a. Mengajukan pertanyaan yang relevan dan membantu struktur individu yang mereka fikirkan dan percaya.
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan, berdasarkan pada pengalaman perusahaan.
c. Membangun konsensus disekitar prinsip yang terbaik dalam memetakan kebutuhan dari lingkungan kompetitif; dan
d. Membangun sebuah laporan review program untuk memastikan implementasi memantau pengembangan strategi, dan untuk mengubah prinsip sebagai pergantian kondisi. Hal penting dalam proses Teknologi Informasi /Penyelarasan Strategi:
a) Posisi dan lingkup aktifitas Teknologi Informasi;
b) Kebutuhan resources dan batasan; dan
Organisasi dan Manajemen Teknologi Informasi.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Rencana Strategi Teknologi Informasi dan Keuntungannya
Perencanaan strategis Teknologi Informasi bergantung pada hasil penilaian Teknologi Informasi, itu akan mengembangkan atau menyesuaikan arahan sistem informasi dari perusahaan dan mengupayakan untuk skala yang paling cocok dan biaya yang paling pantas untuk mendapatkan informasi pekerjaan yang harus dilakukan. Pertama, sesuai dengan
kebutuhan strategis perusahaan, kita harus memiliki visi dan misi yang jelas perusahaan dari teknologi informasi dan menentukan arah pembangunan sistem informasi perusahaan dan fungsi bisnis teknologi informasi dalam mencapai strategi bisnis proses. Kedua, kita perlu menyusun sebuah program untuk mengarahkan sistem kerja perusahaan. Karena ini merupakan konstitusi yang harus diikuti oleh departemen teknologi informasi ketika mengimplementasikan tugasnya. Pada saat yang sama, itu merupakan jaminan untuk menyelesaikan misi informasi secara efektif. Ketiga, tujuan Sistem informasi perusahaan harus didefinisikan karena mereka adalah tugas yang perlu dilakukan selama tahun-tahun mendatang untuk menjamin tercapainya visi dan misi.
Adapun keuntungan dari rencana strategi Teknologi Informasi:
a) Perencanaan strategis Teknologi Informasi dapat mempromosikan konsistensi antara strategi bisnis dan item konstruksi sistem informasi perusahaan seperti kecepatan, arah, serta kemampuan memperbaiki perusahaan untuk mengendalikan Teknologi Informasi dan peningkatan daya saing perusahaan.
b) Perusahaan dapat memutuskan apa yang harus difokuskan dan kinerja masa depan pengembangan usaha. Hal ini juga dapat menghindari fenomena bahwa produsen Teknologi Informasi tidak bertanggung jawab mengganggu perusahaan untuk meluncurkan informasi skala besar denganteknologi dalam mengejar keuntungan mereka sendiri.
c) Perencanaan strategis Teknologi Informasi mempromosikan pemimpin eksekutif untuk mencapai konsensus pada ideologi, kunci mengarahkan bidang aplikasi dan faktor penentu keberhasilan sistem informasi.
d) Perencanaan strategis Teknologi Informasi dapat membantu staf Teknologi Informasi dan staf aplikasi untuk mengetahui apa yang harus mereka miliki di masa depan, seperti pengetahuan, keterampilan, dan kriteria memilih teknologi.
e) Perencanaan strategis Teknologi Informasi dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan kemampuan meningkatkan pendapatan investasi Teknologi Informasi dan mengurangi risiko secara efektif.
## Rencana Strategi Teknologi Informasi Berdasarkan Bisnis Strategi
Teknologi informasi mengubah cara perusahaan mengatur proses bisnis mereka, berkomunikasi dengan calon pelanggan dan memberikan layanan mereka. Faktor kunci keberhasilan untuk perusahaan yang sukses adalah keselarasan yang efektif dan efisien dalam mendukung strategi dan proses bisnis Teknologi Informasi (Lihat Gambar 1). Kebutuhan dan keinginan menyelaraskan kebutuhan bisnis dan kemampuan Teknologi Informasi. Dalam survei tahunan Manajemen Informasi, keselarasan Teknologi Informasi dan bisnis merupakan peringkat pertama yang mendapat perhatian dari enam tahun terakhir ini. Keselarasan antara bisnis kebutuhan dan kemampuan Teknologi Informasi masih merupakan area yang menonjol dari keprihatinan. Jadi, dapat dengan mudah dilihat bahwa membuat strategi Teknologi Informasi adalah bukan berarti murni masalah teknis, tetapi manajemen yang berorientasi dengan masalah. Strategi Teknologi Informasi harus fokus pada informasi dari pada teknologi karena sistem informasi itu sendiri tidak menciptakan informasi, informasi yang hanya dapat datang dari kegiatan tidak peduli melalui saluran apa. Tetapi kita perlu tahu sumber dan arah arus informasi ini adalah perencanaan strategis dasar Teknologi Informasi. Untuk itu kita harus mempunyai pemahaman mendalam tentang strategi bisnis dan struktur organisasi dari suatu perusahaan.
## Penyelarasan Strategi Teknologi Informasi
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Venkatraman, Henderson dan Oldach, Strategic Alignment Model (SAM) menjelaskan bisnis dan keselarasan Teknologi Informasi sepanjang dua dimensi (Gambar 1). Dimensi strategic fit membedakan antara fokus eksternal, diarahkan terhadap lingkungan bisnis, dan fokus internal serta struktur administrasi. Selanjutnya yaitu dimensi integrasi fungsional memisahkan bisnis dan Teknologi Informasi. Secara keseluruhan, model mendefinisikan empat domain yang telah diselaraskan untuk mencapai keselarasan. Masing-masing domain memiliki komponen penyusunnya: ruang lingkup, kompetensi, pemerintahan, infrastruktur, proses dan keterampilan. Henderson dan Venkatraman membayar perhatian luas dengan pendekatan yang berbeda untuk mencapai keselarasan ini. Mengikuti pendekatan yang lebih holistik ini, kita mendefinisikan penyelarasan bisnis dan Teknologi Informasi sebagai sejauh mana aplikasi Teknologi Informasi, infrastruktur dan organisasi, mengaktifkan dan mendukung strategi bisnis dan proses, serta proses untuk menyadari hal ini.
## Gambar 1. Strategic Alignment Model (SAM )
## Model Rencana Strategi Teknologi Informasi Berdasarkan Strategi Bisnis
Strategi Teknologi Informasi terkait erat dengan strategi bisnis. Teknologi Informasi akan menjadi pendorong untuk pengembangan usaha. Jika tidak, Teknologi Informasi akan menjadi tulang untuk suatu perusahaan. Dalam rangka untuk membuat kompetensi strategi Teknologi Informasi dengan strategi bisnis, orang perlu memahami hubungan antara Teknologi Informasi dan strategi dan tahu apa strategi bisnis dan akhirnya bekerja di luar strategi Teknologi Informasi yang sesuai dengan strategi bisnis. Gambar 2 adalah proses perencanaan strategi Teknologi Informasi berdasarkan strategi bisnis.
Menilai dan menganalisis Teknologi Informasi untuk memahami apakah perusahaan memberikan layanan yang berkualitas kepada para penggunanya, perusahaan harus melakukan penilaian kemampuannya. Penilaian ini harus mencakup lima bidang utama: mendapatkan bisnis strategis perencanaan, fungsi bisnis perusahaan itu dan proses dasar; menganalisis bisnis, membedakan teknologi Teknologi Informasi dan gambaran besar tujuan pembangunan Teknologi Informasi; menganalisis kondisi sistem informasi saat ini; memeriksa apakah bisnis tersebut cocok dengan Teknologi Informasi; menilai infrastruktur Teknologi Informasi saat ini.
## Gambar 2 Proses perencanaan strategi Teknologi Informasi berdasarkan strategi bisnis
Perencanaan dan desain Teknologi Informasi. Strategi Teknologi Informasi, pembangunan kerangka Teknologi Informasi masa depan dan modus pengelolaan Teknologi Informasi di masa depan selesai dalam langkah ini. Strategi Teknologi Informasi meliputi: Teknologi Informasi perspektif yang menentukan efek dari Teknologi Informasi di perusahaan; kerangka perusahaan yang merupakan standar untuk merancang kerangka aplikasi, data kerangka kerja dan infrastruktur; desain high-end yang berisi standarisasi, operasi inti sistem, e-bisnis, platform database, strategi pusat data dan strategi pusat pemulihan bencana. Prinsip-prinsip utama adalah fasilitasi, standardisasi, modularisasi dan integrasi.
Implementasi dan desain Teknologi Informasi. Tugas pada langkah ini menemukan faktor penentu keberhasilan, mendefinisikan dan menyortir proyek-proyek tertentu, mengkonfirmasikan waktu dan tugas untuk setiap langkah, memperkirakan anggaran dan peramalan hasil.
Mengembangkan perencanaan strategis dengan cara ini dapat membantu memastikan keselarasan kebutuhan bisnis dan aktivitas Teknologi Informasi. Memiliki rencana tersebut dapat menguntungkan perusahaan dalam beberapa cara. Pertama, rencana tersebut menyediakan arahan yang jelas untuk barang-barang penting. Proyek Teknologi Informasi harus jatuh ke dalam item penting dalam rencana, sehingga menghilangkan proyek yang tidak perlu. Kedua, semua orang akan harus "mendayung" ke arah yang sama. Ketika orang-orang baris di arah yang berlawanan, sedikit atau tidak ada kemajuan dalam bergerak perahu ke depan. Ketiga, tim keuangan bisnis akan memiliki tampilan tingkat tinggi mendanai kebutuhan Teknologi Informasi. Akhirnya, strategis perencanaan adalah cara yang baik untuk memotivasi departemen pengguna untuk membeli ke dalam strategi karena mereka erat terlibat dalam proses pengembangan strategi.
## Pembahasan Keuntungan selarasnya IT dengan strategi bisnis
Penggunaan IT harus memperhatikan kepentingan – kepentingan perusahaan secara luas, seperti memenuhi kebutuhan para stake holder, mencari strategi – strategi baru, menyelaraskan sumber daya IT dengan kebutuhan bisnis, atau mengurangi duplikasi yang terjadi pada sistem, proses ataupun data. Penggunaan IT yang berjalan sesuia dengan strategi bisnis yang ditetapkan antara lain:
1) Efisiensi operasional : keselarasan IT dan bisnis strategi akan memberikan keuntungan berupa pengurangan biaya operasi. Komponen system architecture dan technology architecture merupakan komponen – komponen yang dikembangan guna mencapai efisiensi operasional. Komponen ini menyediakan arsitektur IT secara komprehensif dan menunjukkan bagaimana berbagai sumber daya IT bekerja.
2) Efektifitas proses. Keselarasan IT dan bisnis strategi dapat meningkatkan efektifitas proses. Peningkatan proses memerlukan analisis yang baik pada komponen business architecture dan system architecture yang diperlukan untuk melakukan kegiatan bisnis. Dalam mengembangkan EA dilakukan pemetaan proses yang sudah ada, dan dibentuk skenario untuk melakukan peningkatan proses dan bagaimana sistem perangkat lunak dapat membantu proses tersebut.
3) Penciptaan kesempatan. Terbuka kesempatan – kesempatan baru untuk mendapatkan keuntungan dan kesempatan untuk menjalankan strategi baru.
4) Efisiensi otamatisasi. Hubungan antar arah strategis dari perusahaan dan technology architecture memungkinkan perencanaan infrastruktur untuk mendukung rencana masa depan perusahaan. Akan diambil keputusan – keputusan proyek otomatisasi untuk perusahaan secara keseluruhan.
Proses Teknologi Informasi /penyelarasan strategi dimulai dengan kebutuhan penafsiran strategi Teknologi Informasi dan diagnosa masalah yang mengizinkan eksekutif untuk menyediakan pengertian pada kebutuhan kritis, objektifitas, dan prioritas yang mereka hadapi. Jika memungkinkan, interview dapat dipimpin oleh anggota dari tiap grup berikut: senior management, senior functional professionals, staf analis, dan IS management.
Daftar pertanyaan untuk interview dan kuisioner dapat dirancang pada konsultasi dengan satu atau dua senior eksekutif untuk memastikan bahwa semua area yang penting dari aktifitas tercakupi. Cakupannya harus memiliki hal-hal berikut:
a) Penjelasan singkat dari objektifitas, ruang lingkup, dan rencana dari proyek dan sebuah deskripsi dari metodologi;
b) Objektifitas/prioritas/keputusan dari bisnis utama;
c) Ruang untuk mengembangkan dukungan Teknologi Informasi (aplikasi dan/atau layanan);
d) Interface dengan grup dan organisasi lain (internal dan eksternal);
e) Proyeksi dari kebutuhan masa depan;
f) Masalah kebijakan seperti kekuasaan, daya hitung dan persetujuan langsung; dan
g) Feedback pada interview .
Setelah mengidentifikasi strategi bisnis organisasi, selanjutnya dapat diadakan workshop untuk eksekutif guna menjelaskan implikasi strategi kompetitif perusahaan terhadap eksplorasi Teknologi Informasi. Workshop ini dapat difasilitasi dengan agen netral atau mungkin konsultan, dan diawali dengan pemaparan strategi bisnis yang berhubungan dengan interview dan kuisioner, dokumen strategi yang ada, dan beberapa interview eksternal.
Strategi Teknologi Informasi yang didapat dari fase I terdiri dari beberapa elemen:
1) Penempatan dan target kesempatan;
a. Asumsi kritis
b. Aturan kompetitif Teknologi Informasi
c. Sasaran dan ukuran dari nilai Teknologi Informasi
d. Aplikasi strategi dan perkiraan resiko
2) Kompetensi dasar;
a. Kompetensi pengembangan sistem baru
b. Kompetensi sistem operasi
c. Sumber kompetensi.
3) Manajemen dan Organisasi
a. Perencanaan dan tanggung jawab control
b. Tanggung jawab ekseskusi dan operasi
c. Hubungan bisnis/IS
d. Resiko kooperatif
Perencanaan Teknologi Informasi adalah sebuah definisi dari masa depan yang memperbolehkan teknologi menjadi alat yang kompetitif, memberikan permasalahan dan kesempatan menghadapi bisnis.
Pengembangan sebuah perencanaan Teknologi Informasi dimulai dengan perkiraan pada lingkungan Teknologi Informasi yang ada untuk mendukung kegiatan bisnis. Hal ini termasuk perkiraan tentang aplikasi yang digunakan untuk bisnis, database dan struktur yang mendukung bisnis, dan teknologi yang digunakan. Perencanaan Teknologi Informasi menjelaskan mekanisne dimana Sistem Informasi dan bisnis dapat meningkatkan hubungan yang terpercaya, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a) Struktur dan penempatan
b) Aturan dan tanggung jawab
c) Performa dan sistem pelaporan; dan
d) Pengguna dan pendidikan Isistem Informasi dan training.
Strategi Teknologi Informasi harus dihasilkan dari proses yang menyediakan platfomr dimana dibangunnya kegunaan teknologi informasi yang kompetitif, dan secara alami dapat diperluas program kualitas Teknologi Informasi yang akan mengganti keadaan yang ada.
## Hambatan dalam penyelarasan
Penyelarasan antar strategi bisnis dan IT merupakan tantangan yang berat bagi perusahaan. Diperlukan usaha yang keras untuk melakukan perubahan budaya perusahaan untuk dapat menerima teknologi baru dan melihat IT sebagai enabler dan bagian yang tak terpisahkan dari organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang. Hal ini juga berkaitan dengan kepercayaan para manajer dan pegawai terhadap IT serta laporan – laporan yang diterbitkan menggunakan IT.
Hambatan lainnya berasal dari struktur manajemen perusahaan. Struktur perusahaan dapat menghambat terjadinya komunikasi antar bagian, terutama untuk perusahaan yang terdisentralisasi. Perusahaan seperti ini memiliki unit – unit yang lokasinya berbeda, sehingga komunikasi antar unit – unit ini menjadi tantangan tersendiri. Perusahaan – perusahaan yang beroperasi di daerah yang bebeda juga mengalami kesulitan untuk menggunakan strategi dan prosedur yang sama. Hal ini disebabkan karena kompleksitas jangkauan dan pasar yang dituju. Strategi bisnis yang berbeda pada unit – unit yang berbeda ini bisa menyebabkan proses penyelarasan IT dan investasi portfolio IT yang berbeda.
Rintangan besar yang dihadapi dalam melakukan penyelarasan adalah karena perubahan yang selalu terjadi, baik perubahan dalam strategi bisnis maupun perubahan dalam teknologi. Handerson dalam menyebutkan tidak ada perusahaan yang dapat mencapai keselarasan karena bisnis dan teknologi yang selalu berubah.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam pembahasan di atas, bahwa strategi Teknologi Informasi harus sesuai dengan strategi bisnis dan dapat menggambarkan bagaimana merumuskan strategi Teknologi Informasi yang sesuai dengan bisnis strategi, sebagai bagian integral dari strategi bisnis, dapat memenuhi kebutuhan bisnis yang lebih baik, meningkatkan daya saing inti perusahaan dan mencapai tujuan strategis perusahaan. Dari apa yang telah dibahas di atas, jelas bahwa perencanaan strategis Teknologi Informasi berdasarkan strategi bisnis menentukan arsitektur Teknologi Informasi masa depan, masukan dan perbaikan berdasarkan strategi bisnis, struktur organisasi, operasi proses dan status aplikasi Teknologi Informasi hanya teknologi informasi ini cocok untuk layanan manajemen dan teknologi informasi melayani manajemen strategi perusahaan dan manajemen bisnis, maka informasi teknologi dapat meningkatkan kapasitas berkelanjutan pengembangan usaha dan meningkatkan inti daya saing perusahaan dan semua ini pada akhirnya membantu perusahaan mencapai strategi bisnis mereka.
## DAFTAR RUJUKAN
Alonso, I.A.; Verdun, J.C.; Caro, E.T., "The Importance of IT Strategic Demand Management in Achieving the Objectives of the Strategic Business Planning," Computer Science and Software Engineering, 2008 International Conference on , vol.2, no., pp.235,238, 12-14 Dec. 2008 doi:10.1109/CSSE.2008.1307 URL:
http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?tp=&arnumber=4722042&isnumber=472 1981
Nogueira, A.R.R.; Reinhard, N., "Strategic IT management in Brazilian banks," System Sciences, 2000. Proceedings of the 33rd Annual Hawaii International Conference on , vol., no., pp.9 pp. vol.2,, 4-7 Jan. 2000 doi: 10.1109/HICSS.2000.926916 URL: http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?tp=&arnumber=926916&isnumber=20043 Petruzzi, G.L.; Garavelli, A.C., "The strategic value of the "fit" between business processes and IT management: The case of the Italian publishing industry," Business- Driven IT Management, 2007. BDIM '07. 2nd IEEE/IFIP International Workshop on , vol., no., pp.110,111, 21-21 May 2007 doi: 10.1109/BDIM.2007.375021 URL: http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?tp=&arnumber=4261110&isnumber=426108 9
Abdi, M.; Dominic, P. D D, "Strategic IT alignment with business strategy: Service oriented architecture approach," Information Technology (ITSim), 2010 International Symposium in , vol.3, no., pp.1473,1478, 15-17 June 2010 doi: 10.1109/ITSIM.2010.5561624 URL:
http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?tp=&arnumber=5561624&isnumber=556145 2
|
911e8835-00b7-4274-b71f-e33ede2a05bc | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/2297/2815 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 4 Tahun 2023 Page 3683-3697 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246
Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
## Manajemen Sumber Daya Tenaga Pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi
Beni Harbes 1 ✉ , Zulfani Sesmiarni 2 , Supratman Zakir 3 , Ali Mustopa Yakub Simbolon 4 , Indra Devi 5 , Aisyah Syafitri 6
## Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Email: [email protected] 1 ✉
## Abstrak
Manajemen sumber daya tenaga pendidik di lembaga pendidikan adalah hal penting dalam rangka meningkatkan mutu institusi tersebut. Sistem rekrutmen yang jelas adalah utama dalam penerimaan tenaga pendidik yang akan mendukung pengembangan kompetensi pendidik untuk meningkatkan kinerja dan mendukung pengembangan profesionalisme. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis manajemen sumber daya tenaga pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, Instrumen penmgumpulan dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentaasi. Dan sumber data diperoleh dari informan yakni, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, dan Guru di SMKS Pembangunan Bukittinggi. Kemudian penelitian Ini menggunakan Triangulasi Sumber dalam teknik keabsahan data. Untuk teknik analisis data dengan melakukan reduksi data dan menyajikan informasi untuk mencapai kesimpulan seperti yang ditegaskam oleh Miles dan Huberman. Adapun hasil penelitiannya 1) dalam sistem rekrutmen menggunakan tahapan: pembahasan kebutuhan sumber daya tenaga pendidik, proses seleksi melalui tahapan ujian tulis, wawancara dan simulasi microteaching, 2) Memberikan kompensasi sesuai aturan di SMKS Pembangunan Bukittinggi, 3) Melaksanakan promosi dan penyesuaian karir/jabatan tenaga pendidik, 4) Pengembangan keprofesian tenaga pendidik dilakukan dengan program yang direncanakan oleh sekolah dan melalui pembinaan dan pelatihan yang dibuat oleh pemerintah. Kata kunci: Manajemen, Sumber Daya Manusia; Tenaga Pendidik.
## Abstract
Managing the human resources of educators in educational institutions is crucial for improving institutional quality. A well-defined recruitment system is essential in selecting teachers who will support the development of teaching competencies, leading to enhanced performance and fostering professionalism. This research aims to analyze the management of educator resources at SMKS Pembangunan Bukittinggi, utilizing a qualitative descriptive approach. Data collection methods involved interviews, observations, and documentation. Key informants, including the school principal, vice principal, administrative head, and teachers at SMKS Pembangunan Bukittinggi, provided the data. Data triangulation was employed to ensure data validity. The data analysis process included data reduction and information presentation, following the recommended approach by Miles and Huberman, to derive conclusions. The findings indicate: 1) The recruitment system involved stages such as assessing the need for educational personnel, conducting selection through written exams, interviews, and microteaching simulations; 2) Compensation adhered to SMKS Pembangunan Bukittinggi regulations; 3) Promotions and career adjustments for educators were implemented; 4) Professional development initiatives were carried out through school-planned programs and government-led mentoring and training .
Keywords: Management, Human Resource, Educators.
## PENDAHULUAN
Di zaman ini, terdapat banyak opsi untuk mempraktikkan aktivitas olahraga, baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Kegiatan olahraga di luar ataupun di dalam ruangan dapat dilakukan di area terbuka, jalan yang tidak terlalu ramai, arena olahraga, taman, atau di dalam ruangan seperti pusat kebugaran, tempat senam, dan sejenisnya. Kegiatan olahraga dapat dijalankan sendiri atau bersama-sama. Bola basket merupakan salah satu jenis olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan bentuk yang sangat sempurna. Namun, untuk menjalani hidupnya dengan baik, manusia memerlukan kolaborasi dan kerja sama dengan manusia lainnya yang biasa disebut dengan interaksi sosial (Anwar, 2018). Sumber daya manusia merupakan potensi terbesar dalam rangka mengelola semua unsur yang tersedia di alam semesta. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di bumi untuk mengelola dan memanfaatkan alam untuk keberlangsungan dan kebahagiaan manusia itu sendiri dan seluruh alam semesta.(Purba et al., 2020) Tuhan menciptakan segala sesuatu di alam ini dalam rangka untuk kebaikan umat manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Alquran surat Al- Jatsiyah/45 ayat 13 (Samsuni, 2020):
ََرَّخَس َو َ مُكَل اَّم ىِف َِت ٰو ٰمَّسلا َاَم َو ىِف َِض رَ لْا اًع يِمَج َُه نِ م ََّنِا ۗ َ يِف ََكِلٰذ َ تٰيٰ َلْ َ م وَقِ ل ََن وُرَّكَفَتَّي Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Oleh sebab itu, seluruh potensi yang ada harus dikelola dengan baik karena merupakan amanah yang ditugaskan kepada manusia. Untuk melaksanakan tugas pengelolaan yang baik, manusia diharapkan untuk mencari pengetahuan. Dalam Surat Ar- Rahman ayat 33, Allah mendorong manusia untuk mencari pengetahuan sebanyak- banyaknya tanpa batas, dengan tujuan membuktikan kebesaran Allah SWT. Manusia memiliki potensi untuk menjadi yang terhormat di antara makhluk lain, namun juga berpotensi menjadi yang paling rendah. Rasionalnya, Allah memberikan manusia kemampuan berpikir dan perasaan untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan pemahaman akan pesan-pesan Allah dan Rasulullah dalam mengatur alam semesta ini, dengan tujuan mencapai keberhasilan baik di dunia maupun di akhirat.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian penting dari manajemen secara umum yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian tenaga kerja. Manajemen Sumber Daya Manusia melibatkan rangkaian keputusan terpadu mengenai hubungan dalam bidang ketenagakerjaan yang mempengaruhi kinerja pegawai dan lembaga secara keseluruhan. Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah memastikan pemanfaatan yang efisien dari tenaga kerja dalam organisasi untuk mencapai berbagai tujuan yang telah ditetapkan.
Hidayat dan Wijaya, (2017) mengatakan manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup masalah- masalah sebagai berikut:
1. Pentingnya pengelolaan tenaga kerja yang efektif dan efisien dalam perusahaan.
2. Menetapkan ukuran, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang tepat merupakan langkah kunci dalam mengoptimalkan kinerja perusahaan.
3. Seleksi dan penempatan karyawan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
4. Program kesejahteraan, pengembangan, dan promosi menjadi faktor penting dalam memotivasi karyawan dan membangun tim yang solid.
5. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia membantu perusahaan dalam mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di masa depan.
6. Memantau undang-undang ketenagakerjaan dan kebijakan kompensasi penting untuk memastikan perusahaan beroperasi sesuai peraturan dan bersaing secara adil.
7. Pemantauan kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh membantu perusahaan tetap relevan dan responsif terhadap perubahan dalam industri.
8. Pendidikan, pelatihan, dan penilaian produktivitas karyawan memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan kinerja.
9. Mutasi karyawan, baik secara vertikal maupun horizontal, dapat memberikan peluang pengembangan karir dan pemanfaatan potensi yang lebih baik.
10. Pengelolaan pensiun, pemutusan hubungan kerja, dan pesangon perlu dilakukan dengan transparansi dan keadilan untuk menjaga hubungan baik dengan karyawan yang keluar dari perusahaan.
Sementara itu Edy Sutrisno dalam Samsuni,( 2021) menyatakan bahwa sasaran manajemen sumber daya manusia, sebagai berikut:
1. Memberikan panduan kepada manajemen dalam merumuskan kebijakan sumber daya manusia untuk memastikan bahwa organisasi memiliki karyawan yang termotivasi dan memiliki kinerja tinggi, serta siap menghadapi perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.
2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur sumber daya manusia agar organisasi dapat mencapai tujuannya.
3. Membantu dan mengembangkan arah strategis keseluruhan organisasi, terutama yang terkait dengan implikasi sumber daya manusia.
4. Memberikan dukungan dan menciptakan kondisi yang membantu manajer lini mencapai tujuan mereka.
5. Menangani krisis dan situasi sulit dalam hubungan antarkaryawan untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak menghambat pencapaian tujuan organisasi.
6. Menyediakan saluran komunikasi antara karyawan dan manajemen organisasi, serta menjaga standar dan nilai-nilai organisasional dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Sebagai bagian dari manajemen, pendidikan saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan yang mencakup berbagai hal, mulai dari penentuan tujuan pendidikan yang tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat, hingga masalah terkait tenaga pendidik, metode pengajaran, kurikulum, administrasi pendidikan dan lain sebagainya. Untuk mencapai hasil yang optimal, manajemen sumber daya manusia perlu dilaksanakan melalui prosedur yang baik, termasuk dalam hal perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, penempatan, pengembangan, promosi dan mutasi, pemberian kompensasi, serta pemutusan hubungan kerja (Ulum, 2021).
Menurut Muhammad, (2020) beberapal hal penting yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia yaitu sebagai berikut:
1. Mencari Pekerjaan
Pekerjaan dalam konteks yang luas merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh manusia.(Widyanti, 2021) Namun, secara lebih spesifik, istilah "pekerjaan" mengacu pada tugas atau kerja yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan bagi seseorang. Dalam percakapan sehari-hari, istilah ini sering dianggap memiliki arti yang sama dengan profesi.
2. Perencanaan Sumber Daya Manusia (Human Resources Planning)
Perencanaan sumber daya manusia merupakan kegiatan dengan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan di masa depan bagi suatu organisasi.(Hidayat et al., 2021) Dalam konteks memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini, perencanaan sumber daya manusia melibatkan upaya untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja baik dalam hal jumlah maupun kualitas. Namun, dalam konteks memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa depan, perencanaan sumber daya manusia berfokus pada usaha meramalkan ketersediaan tenaga kerja berdasarkan rencana bisnis di masa mendatang.
3. Perekrutan Karyawan
Rekrutmen melibatkan proses mencari, menemukan, mengajak, dan memilih sekelompok individu sebagai calon tenaga kerja, baik dari internal maupun eksternal organisasi, yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam perencanaan sumber daya manusia (Hidayat et al., 2021). Rekrutmen melibatkan komunikasi langsung dengan para pelamar yang ingin mendapatkan informasi resmi mengenai pengalaman bekerja di dalam suatu organisasi.
4. Promosi Kerja
Manajemen tidak hanya berfokus pada kepentingan perusahaan, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan karyawan dengan cara memberikan promosi jabatan (Gunastri dan Pradnyana, 2018). Salah satu motivasi seseorang untuk bekerja di sebuah organisasi atau perusahaan adalah adanya peluang untuk berkembang.
Manusia secara alami memiliki dorongan untuk meningkatkan diri dan mencapai posisi yang lebih baik dari yang ada saat ini. Oleh karena itu, mereka menginginkan kemajuan dalam kehidupan mereka. Peluang untuk naik pangkat di dalam organisasi sering kali dianggap sebagai bentuk kemajuan. Promosi mengacu pada perpindahan dari satu posisi ke posisi lain yang memiliki kedudukan, tanggung jawab, dan tingkatan yang lebih tinggi. Umumnya, perpindahan ke posisi yang lebih tinggi juga berarti adanya peningkatan dalam kompensasi finansial, termasuk gaji atau upah, serta berbagai hak lainnya.
5. Pelatihan Kerja
Pengembangan kompetensi dan pelatihan tenaga kerja umumnya disebut sebagai " Training". Pelatihan Kerja adalah suatu tahapan penting dalam mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan yang sesuai untuk memenuhi standar produksi yang dibutuhkan (Samsuni, 2020).
6. Kompensasi
Kompensasi merujuk pada Semua sumber penghasilan yang diperoleh oleh karyawan sebagai kompensasi atas pekerjaan yang mereka lakukan untuk perusahaan, bisa berupa uang, barang fisik, atau manfaat non-materil (Hidayat et al., 2021). Pemberian kompensasi yang selanjutnya disebut gaji merupakan hal penting bagi karyawan di perusahaan, karena melalui gaji yang diterima, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Gaji memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan motivasi karyawan, memperbaiki kinerja, meningkatkan produktivitas dalam perusahaan. Perusahaan modern saat ini seringkali menghubungkan gaji dengan kinerja.
Administrasi pendidikan merupakan sebuah bidang ilmu sosial yang telah mengalami kemajuan signifikan sejak abad ke-19 dan kini menjadi sebuah disiplin yang mandiri. Perkembangan administrasi pendidikan telah berlangsung dengan cepat dan mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli pendidikan (Darul, 2015.) Salah satu bagian dari administrasi pendidikan adalah standar pendidik. Standar pendidik adalah persyaratan profesional yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, baik sebelum maupun selama menjabat. Tujuannya adalah untuk menjadikan pendidik yang berkualitas, profesional, dan kompeten di bidangnya melalui proses seleksi yang ketat. Kualitas pendidikan yang baik akan tercapai jika didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas pula. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik (Munir, 2023).
Peneliti memilih SMKS Pembangunan Bukittinggi sebagai lokasi penelitian sebab SMKS Pembangunan Bukittinggi termasuk sekolah kejuruan swasta tertua yang berdiri sejak tahun 1972 dan telah ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebagai SMK yang Mengembangkan Produk kreatif dan kewirausahaan tahap 3 tahun 2020 (Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi, Tentang Daftar SMK Penerima Bantuan Fasilitasi SMK Yang Mengembangkan Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Tanggal 28 September 2020), dan juga ditetapkan sebagai sekolah pelaksanan Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK) tahun 2022 (“Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi,” n.d.-b) dengan jumlah peserta didik sebanyak 300 orang.
SMKS Pembangunan memiliki budaya mutu yang cukup baik dan dengan melaksanakan sistem internal untuk memastikan mutu. Selain itu, sekolah ini juga menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah dan dikenal sebagai sekolah yang memiliki budaya yang positif. Selain fokus pada pendidikan karakter dalam hal nilai-nilai agama dan akhlak yang terbangun di sekolah, sekolah ini juga mengedepankan nilai kepedulian terhadap lingkungan hidup. Prestasi sekolah ini juga berkat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa sebagai bagian dari pembiasaan, dan yang tidak kalah menariknya SMKS Pembangunan Bukittinggi adalah SMK yang terletak di kota Bukittinggi sebagai kota pendidikan juga merupakan kota wisata di Sumatera Barat yang kental dengan budaya alam minangkabau. Ini tentunya harus juga didukung dengan kelayakan tenaga pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi. Oleh karena itu sesuai dengan penelitian (Simbolon et al., 2022) bahwasanya dengan peningkatan peserta didik juga sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai sekolah pusat keunggulan merupakan hal yang perlu di perdalam. salah satu yang menjadi tolak ukurnya adalah manajemen sumber daya tenaga pendidik yang cukup efektif. Tentu dalam hal ini memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan perekrutan, penempatan, pelatihan hingga kompensasi yang diberikan oleh pihak sekolah sehingga memberikan kepercayaan dan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan kepada orang tua peserta didik, peserta didik maupun pemerintah (pelanggan) dalam memilih sekolah tersebut.
Berdasarkan dari fakta yang dipaparkan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan kajian lebih mendalam tentang sistem manajemen sumber daya tenaga pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi yang meliputi perencanaan sumber daya tenaga pendidik, proses rekrutmen dan seleksi, promosi kerja, pelatihan kerja serta pemberian gaji / kompensasi kepada tenaga pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi dengan judul penelitian “Manajemen Sumber Daya Tenaga Pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi”.
## METODE PENELITIAN
Penelitian Menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menurut Saryonon dalam Nasution, (2023). Penelitian ini cenderung dengan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Instrumen penmgumpulan dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentaasi. Kemudian sumber data diperoleh dari informan yakni, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, dan Guru di SMKS Pembangunan
Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan Triangulasi Sumber dalam teknik keabsahan data. Untuk teknik analisis data dengan melakukan reduksi data dan menyajikan informasi untuk mencapai kesimpulan seperti yang ditegaskam oleh Miles dan Huberman dalam (Yanti et al., 2023).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## A. Profil SMKS Pembangunan Bukittinggi
SMKS Pembangunan Bukittinggi berlokasi di jalan iskandar tedja sukmana, kecamatan guguk panjang kota Bukittinggi provinsi Sumatera Barat. beridir tahun 1972, atas prakarsa Bapak Yanis Kepala STM Negeri Bukitinggi pada masa itu. Dalam perkembangannya sampai saat ini, SMKS Pembangunan Bukittinggi telah mengalami pasang surut dan banyak perubahan, terutama dari segi fisik sekolah dan jurusan yang ada. Sampai hari ini SMKS Pembangunan Bukittinggi memiliki 3 program studi keahlian dengan 5 konsentrasi keahlian, rinciannya sebagai berikut:( Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan SMKS Pembangunan Bukittinggi TP. 2022-2023, n.d.)
B. Data Pendidik SMKS Pembangunan Bukittinggi
SMKS Pembangunan merupakan lembaga pendidikan menengah yang bergerak dibidang pendidikan menengah kejuruan dengan jumlah tenaga pendidik sebanyak 29 orang dengan berbagai disiplin ilmu yang meunjang kelancaran pendidikan di SMKS Pembangunan Bukittinggi sebagai berikut (Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan SMKS Pembangunan Bukittinggi TP. 2022-2023 n.d.) :
Tabel 1. Keadaan Tenaga pendidik
No. Satus Gol Pendidikan Jml S1 S2 .1 Tenaga pendidik PNS IV 4 4 2 Tenaga pendidik Yayasan 18 18 3 Tenaga pendidik Honor (PNS) III dan IV 1 1 2
4 Tenaga pendidik Honor 3 3
## C. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Pendidik
Di SMKS Pembangunan Bukittinggi dalam perencanaan kebutuhan tenaga pendidik dilakukan sesuai dengan yang disebutkan oleh Hidayat dan Wijaya, (2017) bahwa setiap semester dengan cara menghitung ketersediaan jam pembelajaran dan beban kerja
tenaga pendidik yang disebut dengan bezetting. Bezetting biasanya dilakukan setiap bulannya untuk dilaporkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat melalui Cabang Dinas Wilayah I Sebagai contoh peneilti mengambil bezetting formasi pada bulan April 2023 sebagai berikut: (Sumber Data: Bezetting Formasi Guru SMKS Pembangunan Bukittinggi Bulan April 2023i.
Tabel 2 Bezetting Formasi Tenaga pendidik Bulan April Tahun 2023
No. Mata Pelajaran Jml Jam Jml Tenaga pendidik Butuh Kurang Lebih 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 39 2 2 0 0 2 Pendidikan Kewarganegaraan 26 1 1 0 0 3 Bahasa Indonesia 39 2 2 0 0 4 Matematika 48 3 2 0 1 5 Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 43 2 2 0 0 6 Sejarah Indonesia 12 1 1 0 0 7 Seni Budaya 12 0 1 1 0 8 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 18 1 1 0 0 9 Fisika 12 2 1 0 1 10 Kimia 12 1 1 0 0 11 Bimbingan Konseling 30 1 1 0 0 12 Teknik Mesin 80 5 3 0 2 13 Teknik Otomotif 191 4 6 2 0 14 Teknik Komputer dan Informatika 80 4 3 0 1 Jumlah 29 27 4 5
## D. Perekrutan dan Seleksi
Proses rekrutmen dan seleksi tenaga pendidik dilaksanakan sesuai tahapan yang ditetapkan di SMKS Pembangunan Bukittinggi. Rekrutmen melibatkan proses mencari, menemukan, mengajak, dan memilih sekelompok individu sebagai calon tenaga kerja, baik
dari internal maupun eksternal organisasi, yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam perencanaan sumber daya manusia (Hidayat et al., 2021). Sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala SMKS Pembangunan Bukittinggi, beliau menyebutkan proses rekrtumen dan seleksi pengajar sebagai berikut:
1. Rekrutmen intern:
a. Usulan kebutuhan tenaga pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi dengan membuat proposal ke Yayasan untuk tenaga pendidik honor dan tenaga pendidik yayasan.
b. Pengajuan permintaan tenaga pendidik PNS DPK ke Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat melalui besetting formasi yang di update setiap bulannya.
2. Proses rekrutmen secara ekstern:
a. Untuk rekrutmen tenaga pendidik honor dan tenaga pendidik yayasan dilaksanakan oleh pelamar dengan datang ke SMKS Pembangunan Bukittinggi.
b. Untuk rekrutmen tenaga pendidik PNS DPK dilakukan oleh yang berwenang yakni Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
3. Proses seleksi
a. Seleksi tenaga pendidik honor dan tenaga pendidik yayasan Seleksi yang dilakukan untuk rekrutmen tenaga tenaga pendidik honor dan tenaga pendidik yayasan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Tes tulis, ditujukan untuk mengetahui kompetensi keilmuan
2) Wawancara, ditujukan untuk mengetahui orientasi dan komitmen
3) Tes psikologi, ditujukan untuk melihat kepribadian
4) Microteaching, ditujukan untuk melihat kemampuannya mengajar.
Setelah calon pendidik dinyatakan lulus, mereka akan diminta untuk menandatangani kontrak kerja dengan jangka waktu satu tahun. Setelah kontrak kerja tersebut ditandatangani, mereka akan diberikan Surat Keputusan (SK) sebagai pengajar. Selama setahun penuh, pendidik tersebut akan bekerja di lembaga tersebut sesuai dengan ketentuan dalam kontrak kerja.
b. Seleksi tenaga pendidik PNS
Seleksi tenaga pendidik PNS dilakukan oleh pemerintah sesuai aturan berlaku hal ini tentu sesuai dengan yang disampaikan dalam penelitian Muhammad, (2020).
E. Promosi Kerja
Promosi kerja merupakan proses di mana seorang tenaga pendidik naik jabatannya diikuti dengan status jabatan serta tanggung jawab yang lebih tinggi. Setiap tenaga
pendidik di SMKS berkesempatan mendapatkan promosi kerja sesuai dengan formasi yang ada dan didasarkan pada kinerja dari masing masing. Azas dari promosi kerja yang diterapkan di SMKS Pembangunan Bukittinggi adalah:
## 1. Kepercayaan
Promosi bergantung pada keyakinan dan kepercayaan terhadap integritas, keterampilan, dan kemampuan pendidik dalam menjalankan tugasnya dengan kompeten.
2. Keadilan
Promosi didasarkan pada prinsip keadilan, dengan mempertimbangkan evaluasi yang jujur terhadap integritas, keterampilan, dan kemampuan semua pendidik. Penilaian dilakukan secara obyektif dan adil, tanpa adanya preferensi atau pandangan subjektif.
3. Formasi
Promosi berazaskan pada formasi yang ada, promosi tenaga pendidik akan dilaksanakan jika ada formasi jabatan yang lowong.
## F. Pelatihan Kerja
Upaya SMKS Pembangunan Bukittinggi dalam mengembangkan profesionalisme ini sesuai dengan yang disampaikan oleh (Samsuni, 2020) adalah dengan mengikutsertakan tenaga pendidik pada pelatihan yang sesuai dengan bidang tugasnya, baik di internal lembaga ataupun pelatihan yang dilakukan dibawah Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, lembaga-lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan dan peluang yang ada. Setiap tenaga pendidik di SMKS berkesempatan mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan peluang yang ada dan didasarkan pada kinerja dari masing masing tenaga pendidik serta kebutuhan sekolah. Contoh-contoh pelatihan kerja yang dilaksanakan di SMKS Pembangunan Bukittinggi:
1. Pelatihan Koperasi dan Kewirausahaan
2. Pelatihan Penggunaan Teknologi atau Aplikasi Pendidikan
3. Pelatihan Kepemimpinan (Leadership)
4. Pelatihan Ice Breaking untuk Pembelajaran
5. Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup
6. Workshop Profesionalisme Tenaga pendidik
7. Pelatihan Pengembangan Kurikulum
8. Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran
9. Pelatihan kompetensi keahlian bagi tenaga pendidik kejuruan.
G. Penggajian (Kompensasi)
Pemberian kompensasi kepada tenaga pendidik di SMKS Pembangunan Bukittinggi dilakukan sebagaimana biasanya dilembaga-lembaga pendidikan lainnnya, hal ini tentu sesuai dengan yang disebutkan dalam penelitian (Hidayat et al., 2021). bahwa tenaga pendidik diberikan kompensasinya sebagai berikut:
## 1. Tenaga pendidik Honor Biasa
Pembagian gaji sesuai dengan jam mengajar, ditambah lembur seperti UTS, UAS, ujian sekolah, kepanitiaan, pembimbingan siswa, ekstrakurikuler, pelatihan kerja dan kegiatan lainnya diluar tugas mengajar yang dibayarkan sesuai aturan yayasan.
2. Tenaga pendidik Honor BOS
Pembagian gaji pokok yang disesuaikan dengan aturan BOS dengan jumlah jam mengajar maksimal 30 JP, dan kelebihan jam dibayarkan sesuai dengan kelebihan jam mengajar, ditambah lembur seperti UTS, UAS, ujian sekolah, kepanitiaan, pembimbingan siswa, ekstrakurikuler, pelatihan kerja dan kegiatan lainnya diluar tugas mengajar yang dibayarkan sesuai aturan yayasan.
3. Tenaga pendidik Yayasan
Pembagian gaji pokok yang disesuaikan dengan aturan Yayasan dengan jumlah jam mengajar maksimal 30 JP, dan kelebihan jam dibayarkan sesuai dengan kelebihan jam mengajar, ditambah lembur seperti UTS, UAS, ujian sekolah, kepanitiaan, pembimbingan siswa, ekstrakurikuler, pelatihan kerja dan kegiatan lainnya diluar tugas mengajar yang dibayarkan sesuai aturan yayasan.
4. Tenaga pendidik PNS
Tenaga pendidik PNS gajinya dibayarkan oleh pemerintah sesuai aturan pegawai negeri sipil. Tenaga pendidik PNS juga memperoleh transportasi sesuai peraturan yayasan dibayarkan sesuai dengan jumlah jam mengajar, ditambah lembur seperti UTS, UAS, ujian sekolah, kepanitiaan, pembimbingan siswa, ekstrakurikuler, pelatihan kerja dan kegiatan lainnya diluar tugas mengajar yang dibayarkan sesuai aturan yayasan.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) memainkan peran yang sangat penting dalam keberhasilan lembaga pendidikan. SDM adalah aset berharga yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dengan melibatkan praktik-praktik yang baik dalam manajemen SDM, seperti perencanaan
tenaga kerja yang efektif, seleksi dan penempatan yang tepat, pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan, dan kebijakan kompensasi yang adil, pihak sekolah dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan memotivasi tenaga pendidik dan kependidikan untuk memberikan yang terbaik.
2. Selain itu, manajemen SDM juga bertanggung jawab dalam memastikan kepatuhan terhadap peraturan ketenagakerjaan yang berlaku dan memelihara hubungan yang harmonis dengan serikat pekerja. Dengan pengelolaan SDM yang baik, sekolah dapat mencapai keunggulan kompetitif dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
3. Manajemen sumber daya manusia yang dilaksanakan di SMKS Pembangunan Bukittinggi antara lain: a) Perencanaan Kebutuhan Tenaga Pendidik, b) Perekrutan dan Seleksi Tenaga Pendidik, c) Promosi Kerja, d) Pelatihan Kerja, e) Penggajian (Kompensasi).
## DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N. (2018). Ayat-Ayat Tentang Masyarakat: Kajian Konsep dan Implikasinya dalam Pengembangan Pendidikan Islam. Halaqa: Islamic Education Journal, 2(2), 124 – 149.
Darul, I. (2015). Administrasi Pendidikan Integratif. IAIN Bukittinggi.
Gunastri, N. M., & Pradnyana, I. G. G. O. (2018). Promosi Jabatan Dan Lingkungan Kerja Non Fisik Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Golden Tulip Bay View Hotel & Convention Bali Kuta Selatan Badung. KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi, 9(2), 1 – 10.
Hidayat, R., Arifin, Z., & Tamiang, Y. (2021). Tafsir Ayat-Ayat tentang Fungsi Manajemen Pendidikan. Cybernetics: Journal Educational Research and Social Studies, 88 – 107.
Hidayat, R., & Wijaya, C. (2017). Ayat-ayat alquran tentang manajemen pendidikan islam. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan SMKS Pembangunan Bukittinggi TP. 2022-2023. (n.d.).
Muhammad, A. (2020). Manajemen Dakwah Majelis Tabligh Muhammadiyah di bengkulu Dalam Membentuk Sumber Daya Manusia Yang Unggul. IAIN Bengkulu.
Munir, A. S. (2023). Manajemen Administrasi Pendidikan terhadap Delapan Standar Pendidikan di Sekolah Guna Meningkatkan Kualitas Lembaga Pendidikan. Jurnal Pelita Nusantara: Kajian Ilmu Sosial Multidisiplin, 1(1), 82 – 87.
Nasution, A. F. (2023). Metode Penelitian Kualitatif. Harfa Creative.
Purba, B., Nainggolan, L. E., Siregar, R. T., Chaerul, M., Simarmata, M. M. T., Bachtiar, E.,
Rahmadana, M. F., Marzuki, I., & Meganingratna, A. (2020). Ekonomi sumber daya alam: sebuah konsep, fakta dan gagasan. Yayasan Kita Menulis.
Samsuni, S. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Nilai-Nilai Islami. Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 10(1).
Samsuni, S. (2021). Manajemen Sumber Daya Manusia di dalam Al- Qur’an. Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 11(1).
Simbolon, A. M. Y., Sabri, A., & Sermal, S. (2022). Implementasi Manajemen Pelayanan Prima Di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 13 Padang. PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 56 – 66.
Sumber Data: Bezetting formasi guru SMKS Pembangunan Bukittinggi bulan April 2023. (n.d.).
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (n.d.-a). Tentang Daftar SMK Penerima Bantuan Fasilitasi SMK Yang Mengembangkan Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Tanggal 28 September 2020.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (n.d.-b). Tentang Penentapan Sekolah Menengah Kejuruan Pelaksana Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan Tahun 2022 Tahap II, Tanggal 24 Maret.
Ulum, B. (2021). Manajemen Sumberdaya Tenaga Pendidik dan Kependidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Desa Bandar Labuhan Tanjung Morawa-Deli Serdang. ITTIHAD, 4(1).
Wawancara dengan Kepala SMKS Pembangunan Bukittinggi tanggal 16 Mei 2023 Jam 10.00.
(n.d.).
Widyanti, R. (2021). Manajemen Karir (Teori, Konsep dan Praktik). Media Sains Indonesia. Yanti, I., Sumarni, W., Simbolon, A. M. Y., Aldri, A., & Iswantir, I. (2023). Implementasi Kepemimpinan Profetik Di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Jurnal Kepemimpinan Dan Pengurusan Sekolah, 8(1), 16 – 23.
|
9b465312-6b0d-425d-b4d5-05a94e811b94 | https://jurnal.unsur.ac.id/prisma/article/download/1084/1285 | PRISMA Vol. 10 , No. 1 , Juni 20 21
Copyright © 2021 PRISMA
PRISMA Volume 10, No. 1, Juni 2021 https://jurnal.unsur.ac.id/prisma
## Geogebra untuk Pembelajaran Vektor
Rarri Bian Ryandi 1,* , Diah Dwi Santri 2
1 Universitas Adiwangsa Jambi
2 STIT Mamba’ul Ulum Jambi
* [email protected]
Received : 09-10-2020 Revised : 01-05-2021 Accepted : 23-05-2021 Published: 06-06-2021
## ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi didapatkan fakta banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman materi, serta kurangnya minat dalam mengikuti pembelajaran matematika . Penelitian ini menghasilkan sebuah lintasan belajar menggunakan geogebra untuk membantu memahami konsep vektor. Metode penelitian yang digunakan adalah design research yang dapat mengembangkan teori pembelajaran lokal. Lintasan belajar pada tahap awal dan dicoba pada 28 peserta didik SMK Baiturrahim Jambi. Hasil penelitian yang ingin dicapai pada lintasan pembelajaran ini terdiri dari 3 aktivitas: 1) Siswa mengilustrasikan rute perjalanan dan menjelaskan cara menentukan jarak dari suatu tempat ketempat lain. 2) Siswa mengubah dua titik yang berhubungan menjadi vektor dan menggambarkannya kedalam koordinat kartesius, memahami definisi vektor menggunakan pengetahuan dan bahasa sendiri dan memahami pengurangan dan penjumlahan vektor menggunakan geogebra. 3) Siswa menyelesaikan permasalahan pengurangan dan penjumlahan vektor dalam bentuk rumit. Dari aktivitas yang dihasilkan dan diujicobakan pada pembelajaran Vektor menggunakan Software Geogebra dapat membantu siswa memahami konsep Vektor secara lebih terstruktur dengan asumsi dan model yang dirancang sendiri sehingga berkembang ke matematika yang lebih formal.
Kata Kunci : Design Research , Vektor, Geogebra
## ABSTRACT
Based on the results of observations, it is found that many students have difficulty understanding mathematics, this is due to understanding the material, as well as a lack of interest in participating in mathematics learning. The study produced a learning trajectories using geogebra that can help students understand the concept of a vector. This study used research design as the research methodology to develop classroom learning theory in learning a vector. This trajectories learning is designed at an earlier stage and been tested by the 28 students in SMK Baiturrahim Jambi.The result of this study is trajectories learning consisting of 3 activities : 1) Students illustrate routes and explain how to ascertain the distance from one place to another, 2)Students change two point which associated each other to be vector and describe it into kartesius coordinate, understand the vector definition using their own words and understand the addition and substraction of the vector using geogebra. 3) Students solve the problem related to the addition and substraction of the vector into the more complicated form. From the generated and tried out activities, it can be concluded that using Geogebra can help the students in understanding the concept of the vector structurally using assumption and models they designed by themselves so it developed gradually to the mathematics formal.
Keywords: Design Research, Vector, Geogebra
## PENDAHULUAN
Matematika merupakan pembelajaran yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Karena pentingnya pembelajaran matematika, maka pembelajaran matematika ada disetiap jenjang pendidikan di Indonesia (Maskur et al., 2020). Matematika merupakan pembelajaran yang memberikan “ketakutan” terhadap peserta didik. Sehingga, matematika mempunyai peminat paling sedikit jika dilihat dari pelajaran lain (Putra & Anggraini, 2016). Oleh sebab itu, agar peserta didik tidak merasa takut dan kesulitan maka pembelajaran matematika harus dibuat semenarik mungkin. Menurut Murizal, Yarman, & Yerizon (2012) dalam pembelajaran matematika peserta didik diharapkan bisa memahami konsep terlebih dahulu serta mampu menyelesaikan soal-soal dan dapat mengaplikasi pembelajaran pada dunia nyata.
Guru sebagai pelaksana dalam mewujudkan cita-cita nasional harus melaksanakan tugasnya dengan mencocokkan dan menggunakan strategi yang dapat melibatkan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran sehingga siswa mampu berpikir kreatif, mampu mengamati, mencoba, berani mengungkapkan jawaban dan pendapatnya (Suherman, dkk., 2003) dan melaksanakan inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran (Wijayanti & Sungkono, 2017), agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan dominan pada proses pembelajaran (Ari Septian, 2017; Ari Septian, Sugiarni, & Monariska, 2020).
Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas XI SMK Baiturrahim didapatkan fakta bahwa banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman materi, serta kurangnya minat dalam mengikuti pembelajaran matematika dan banyak ditemukan peserta didik yang berbicara serta bermain pada saat aktivitas pembelajaran di laksanakan. Salah satu materi matematika yang ada pada sekolah tingkat SMK kelas XI adalah vektor, kesulitan peserta didik dalam memahami materi vektor adalah 1) Pembelajaran vektor masih bersifat informatif; 2) Konsep materi vektor yang diajarkan dalam pembelajaran bersifat abstrak; 3) Pada pembelajaran vektor, guru tidak mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Suwarto & Purnami, 2018). Hal ini mengakibatkan hasil pembelajaran peserta didik masih di bawah rata-rata. Untuk meningkatkan dan membantu siswa memahami serta mengkonkretkan materi yang abstrak diperlukan suatu media pembelajaran.
Media yang dapat diaplikasikan dalam penelitian ini adalah Software GeoGebra . Software Geogebra ini memiliki fungsi sebagai media pembelajaran yang dinamis, karena siswa bisa bermain dengan menggunakan titik-titik maupun grafik-grafik yang dapat
Vol. 10 , No. 1 , Juni 2021
menarik minat dan kreatifitas siswa dalam belajar matematika (Kurniawati, 2018; A Septian, Darhim, & Prabawanto, 2020). Dengan menggunakan Software Geogebra siswa dapat merasakan pengalaman langsung dari pembelajaran (Orozco & Morales-Morgado, 2017). Dengan demikian, Software GeoGebra mendukung kreatifitas siswa dan memotivasi siswa dalam belajar Geogebra (Budiman & Rosmiati, 2020; Suryawan & Permana, 2020).
Penelitian terdahulu yang menggunakan geogebra dalam pembelajaran juga telah mendapatkan hasil yang maksimal antara lain penelitian Japa, Suarjana, & Widiana (2017) menyatakan pembelajaran menggunakan media geogebra dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa. Penggunaan Geogebra dapat m eningkatan kemampuan memecahkan masalah matematis ( Septian, 2017) . Pembelajaran menggunakan GeoGebra lebih baik daripada pembelajaran menggunakan ekspositori Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Suryawan & Permana (2020) didapatkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa meningkatkan dengan menggunakan Geogebra . Dari hasil penelitian yang menggunakan Geogebra dapat dijadikan patokan dalam aktivasi sumber belajar matematika yang sesuai pada era revolusi industri 4.0.
Berdasarkan dari penelitian tersebut, peneliti tertarik merancang pembelajaran vektor menggunakan geogebra dengan menggunakan konteks yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yaitu rute perjalanan siswa dari rumah menuju sekolah agar lebih menarik perhatian siswa dalam memahami konsep vektor, dari pembelajaran ini siswa dapat meningkatkan kreativitasnya dan meningkatkan kemampuan matematis dengan menggambar rute perjalanannya dan menghitung jarak yang dia tempuh dengan menggunakan aplikasi Geogebra. Rute perjalanan yang di gambarkan siswa membuat pembelajaran materi vektor lebih terlihat menarik bagi siswa dan penggabunggan dengan aplikasi Geogebra dalam mempelajari vektor membuat penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya.
Berdasarkan pembahasan tersebut, peneliti bertujuan untuk membantu siswa memahami konsep vektor dengan mengembangkan sebuah lintasan belajar menggunakan rute perjalanan siswa dari rumah menuju sekolah dan menyelesaikan permasalahan vektor menggunakan aplikasi Geogebra .
## METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan peneliti ada metode design research . Design research digunakan dalam mengembangkan local instructional theory yang didasarkan
Vol. 10 , No. 1 , Juni 2021
pada teori ( theory-driven ) dan percobaan secara empiris ( empiricly based ) melalui kerja sama diantara guru dan peneliti dalam meningkatkan kesinambungan antara kebijakan dan proses pembelajaran disekolah (Gravemeijer & Eerde, 2009). Tahapan Design Research tergambar pada tiga tahapan yang terlihat pada bagan dibawah (Gravemeijer, 2004).
Gambar 1. Siklik Design Research (Gravemeijer, 2004)
Tahap persiapan ( preliminary design stage ) meliputi pengkajian literatur, diskusi bersama guru model dan merancang Learning Instructional Trajectory (LIT) dengan instrumen Hypotheticall Learning Trajectory (HLT); (2) tahap ujicoba pembelajaran meliputi piloting experiment dan teaching experiment dengan subyek 28 orang siswa SMK Baiturrahim, Kabupaten Ogan Ilir dan (3) tahap analisis retrospektif ( retrospective analysis ), yaitu analisis yang membandingkan HLT dengan lintasan belajar siswa yang sebenarnya sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui tes, pengamatan, wawancara, dan dokumentasi berupa hasil aktivitas belajar, hasil belajar siswa, foto dan rekaman video. Data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan dugaan lintasan belajar ( Hypothetical Learning Trajectory ) dengan triangulasi data dan interpretasi silang.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses teaching experiment dilaksanakan di kelas B SMK Baiturrahim dengan 28 siswa. Guru model pada tahap ini adalah guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Pada pelaksanaan, guru mengelompokkan siswa (kelompok 1-6). Pengelompokkan siswa didasarkan dari kemampuan homogen dan kemampuan heterogen
Retrospective analysis The design experiment Preparing for the experiment
## CONJECTURED LOCAL INSTRUCTION THEORY
Thougt Exp. Thougt Exp. Thougt Exp. Thougt Exp. Thougt Exp. Instruction Exp. Instruction Exp. Instruction Exp. Instruction Exp.
Vol. 10 , No. 1 , Juni 2021
siswa, yang mana pada setiap kelompok diisi oleh siswa yang mempunyai kemampuan berpikir rendah,sedang, dan tinggi. Peran peneliti pada teaching experiment adalah sebagai pengamat untuk mengetahui kreatifitas dan strategi siswa pada saat menyelesaikan masalah yang diberikan. Hypothetical Learning Trajectory yang digunakan peneliti pada teaching experiment merupakan revisi pada tahapan sebelumnya. pelaksanaan teaching experiment dapat diuraikan sebagai berikut.
Aktivitas pertama siswa diberikan masalah mengenai rute perjalanan. Siswa diminta untuk mengilustrasikan rute perjalanan mereka ke sekolah pada lembar aktifitas yang diberikan. Dari aktivitas tersebut peneliti berharap siswa lebih memahami bahwa ada dua hal penting dalam membuat rute perjalanan, yaitu yang pertama adalah tempat-tempat, lokasi-lokasi atau bangunan-bangunan yang dalam permasalahan ini nantinya dapat diubah menjadi titik-titik, dan yang kedua adalah bangunan satu menuju bangunan berikutnya atau titik satu menuju titik lainnya adalah ruas garis yang mana nantinya ruas garis tersebut dapat disebut juga dengan Vektor.
Gambar 2. Siswa Mengilustrasikan Rute Perjalanan dari Rumah ke Sekolah
Pada Gambar 2, siswa telah dapat mengilustrasikan rute perjalanan siswa ke sekolah kemudian menjawab pertanyaan yang tertera pada lembar aktivitas. Aktivitas pertama bertujuan membuat siswa memahami vektor dari konteks kehidupan sehari-hari yaitu mengenai rute perjalanan. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami salah satu contoh dari permasalahan yang berkaitan dengan vektor dalam kehiduapan sehari-hari adalah rute perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa pada akhir aktivitas 1, siswa telah dapat mengetahui bahwa salah satu contoh dari vektor adalah dalam situasi mengenai rute
Vol. 10 , No. 1 , Juni 2021
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari jawaban siswa juga dapat terlihat bahwa siswa memahami bangunan-bangunan atau lokasi-lokasi nantinya dapat di ilustrasikan menjadi titik-titik.
Selanjutnya pada aktivitas kedua, siswa diberikan permasalahan yang masih berkaitan dengan permasalahan mengenai rute perjalanan. Pada aktivitas ini siswa diberikan permasalahan mengenai rute perjalanan yang mana bangunan-bangunan atau lokasi-lokasi tertentu nantinya dapat dilambangkan dengan titik-titik dan kemudian titik satu dengan titik lainnya tersebut dapat dihubungkan menjadi vektor-vektor. Kemudian siswa juga diminta untuk menggambarkannya kedalam koordinat kartesius dan juga siswa diminta untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan dari vektor-vektor yang mereka telah dapatkan dengan menggunakan rumus atau cara manual. Pada akhir aktivitas kedua, siswa diminta untuk menjelaskan apa itu vektor dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Setelah itu siswa juga diminta untuk menggunakan software geogebra dan kemudian membandingkan jawaban mereka dengan cara manual sebelumnya.
Vol. 10 , No. 1 , Juni 2021
Gambar 3. Lembar Jawaban Siswa Aktivitas Kedua
Gambar 4. Lanjutan Lembar Jawaban Siswa Aktivitas Kedua
Gambar 5. Jawaban Siswa Aktivitas Kedua Menggunakan Software Geogebra
Aktivitas dua ini bertujuan untuk bagaimana siswa memahami cara mengubah titik- titik pada permasalahan ke dalam vektor dan menggambarkannya ke dalam koordinat kartesius. Kemudian siswa dapat memahami bagaimana menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor menggunakan software geogebra. Berdasarkan hasil jawaban siswa dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami penjumlahan dan pengurangan vektor, dan siswa dapat memahami definisi vektor menggunakan bahasa mereka sendiri. Siswa juga telah dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan vektor yang diberikan khususnya dalam operasi penjumlahan dan pengurangan vektor.
Selanjutnya pada aktivitas ketiga terdiri dari 2 persoalan yang harus diselesaikan oleh siswa. Persoalan pertama dan kedua yaitu masih mengenai penjumlahan dan pengurangan vektor akan tetapi dalam bentuk yang lebih rumit. Siswa juga diminta untuk menentukan penjumlahan dan pengurangan vektor dari aktivitas yang diberikan menggunakan geogebra. Siswa juga boleh menyelesaikan permasalahan pada aktivitas ketiga tersebut dengan mengunakan rumus atau cara manual dan membandingkannya dengan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan geogebra.
Gambar 6. Lembar Jawaban Siswa Aktivitas Ketiga
Aktivitas ketiga bertujuan untuk melihat pemahaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan operasi (penjumlahan dan pengurangan) vektor. Untuk permasalahan pertama tentang mengubah titik-titik ke dalam vektor, kemudian menggambarkannya pada koordinat kartesius dan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada permasalahan yang diberikan, pada lembar jawaban siswa dapat dilihat bahwa siswa telah dianggap mampu memahami cara menyelesaikannya yang mana siswa melakukannya dengan menggunakan geogebra. Pada permasalahan kedua dalam aktivitas ketiga ini tentang penjumlahan dan pengurangan vektor dalam bentuk yang lebih rumit, pada lembar jawaban siswa juga dapat dilihat bahwa siswa juga telah dapat menyelesaikan permasalahan tersebut juga dengan menggunakan geogebra. Hal ini membuktikan bahwa geogebra dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan vektor khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan.
Berdasarkan lintasan belajar yang telah dirancang dan diimplementasikan sebelumnya, terdapat tiga aktivitas pembelajaran pada tahap teaching experiment . Kegiatan penutup setiap pembelajaran yakni mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas. Selain itu, kelompok yang presentasi memiliki kesempatan mempertahankan pendapat mereka. Dan guru juga memberikan feedback atau umpan balik pembelajaran yang telah dipelajari siswa. Apakah siswa sudah memahami materi yang diberikan ataukah belum.
Setelah guru menutup kegiatan pembelajaran, guru memberikan lembar yang berisikan kesan dan pesan siswa setelah belajar materi vektor menggunakan software geogebra. Berdasarkan hasil analisis dari lembar kesan dan pesan terlihat bahwa siswa sangat terbantu dan merasa menggunakan geogebra dapat memudahkan mereka dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan vektor.
Pada penelitian ini, geogebra berperan untuk membuat siswa lebih mudah dalam memahami konsep yang berhubungan dengan vektor karena setiap titik-titik yang di input akan langsung memunculkan gambar pada koordinat kartesius. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Rahadyan, Purni dan Aulia (2018) bahwa aplikasi Geogebra dapat media pembelajaran virtual sehingga dapat menarik minat belajar siswa, serta dapat membantu siswa menjadi lebih mudah dalam melakukan operasi pada vektor khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan sehingga siswa menjadi lebih mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan vektor terlihat dari jawaban siswa pada lembar aktivitas siswa. Penelitian terdahulu menyatakan pembelajaran menggunakan Geogebra dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menanamkan konsep- konsep matematis (Asngari, 2015), Penelitian Sylviani & Fahmi (2019) Geogebra dapat digunakan di ruang kelas untuk mengeksplorasi beberapa konsep dasar dalam matematika, khususnya geometri. Hal tersebut menunjukkan bahwa Geogebra memiliki banyak kemungkinan untuk digunakan sebagai alat untuk membantu siswa dalam mendapatkan perasaan intuitif dan memvisualisasikan proses matematika yang memadai. Sedangkan menurut Suweken (2013) yang menemukan bahwa media pembelajaran virtual berbasis GeoGebra pada proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa
## KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa lintasan pembelajaran yang diperoleh terdiri dari 3 aktivitas. Yakni aktivitas 1, Siswa mengilustrasikan rute perjalanan dan menjelaskan cara menentukan jarak dari satu tempat ketempat yang lain. Aktivitas 2, Siswa mengubah dua titik yang berhubungan menjadi vektor dan menggambarkannya kedalam koordinat kartesius, memahami definisi vektor menggunakan bahasa mereka sendiri dan memahami penjumlahan dan pengurangan vektor menggunakan geogebra. Aktivitas 3, Siswa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan vektor dalam bentuk yang lebih rumit Selain itu, hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan geogebra dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan vektor khususnya penjumlahan dan pengurangan vektor. Serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber media pembelajaran matematika pada pembelajaran lainnya yang dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Vol. 10 , No. 1 , Juni 2021
## REFERENSI
Asngari, D. R. (2015). Penggunaan Geogebra dalam Pembelajaran Geometri. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY , 299–302.
Budiman, H., & Rosmiati, M. (2020). Penerapan Teori Belajar Van Hiele Berbantuan Geogebra untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Prisma , 9 (1), 47. https://doi.org/10.35194/jp.v9i1.845
Gravemeijer, K. (2004). Local Instruction Theories as Means of Support for Teachers in Reform Mathematics Education. Mathematical Thinking and Learning , 6 (2). Gravemeijer, K., & Eerde, D. V. (2009). Design Research As A Meants For Building A Knowledge Base For Teaching In Mathematics Education. The Elementary School Journal , 109 (5), 510–524.
Japa, N., Suarjana, & Widiana. (2017). Media Geogebra dalam Pembelajaran Matematika. Journal of Natural Science and Engineering , 1 (2), 40–47. Kurniawati, N. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbantuan Geogebra Pada Materi Turunan . Skripsi: UIN Raden Intan Lampung.
Maskur, R., Sumarno, Rahmawati, Y., Pradana, K., Syazali, M., Septian, A., & Palupi, E. K. (2020). The effectiveness of problem based learning and aptitude treatment interaction in improving mathematical creative thinking skills on curriculum 2013. European Journal of Educational
Research , 9 (1), 375–383. https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.1.375
Murizal, A., Yarman, & Yerizon. (2012). Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Matematika , 1 (1), 19–23. Putra, R. W. Y., & Anggraini, R. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Materi Trigonometri Berbantuan Software Imindmap Pada Siswa Di SMA. Jurnal Al-Jabar , 7 (1), 39–47. Septian, A, Darhim, & Prabawanto, S. (2020). Geogebra in integral areas to improve mathematical representation ability. Journal of Physics: Conference Series , 1613 , 012035. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1613/1/012035
Septian, Ari. (2017). Penerapan Geogebra untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Suryakancana. PRISMA , 6 (2). https://doi.org/10.35194/jp.v6i2.212
Septian, Ari, Sugiarni, R., & Monariska, E. (2020). The Application of Android-based GeoGebra on Quadratic Equations Material toward Mathematical Creative Thinking ability.
Al-Jabar :
Jurnal
Pendidikan Matematika . https://doi.org/10.24042/ajpm.v11i2.6686
Suherman, E. dkk. (2011). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 133 , 31–59. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2015.12.621 Suryawan, I. P. P., & Permana, D. (2020). Media Pembelajaran Online Berbasis Geogebra sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika. Prisma , 9 (1), 108. https://doi.org/10.35194/jp.v9i1.929
Suwarto, & Purnami, A. S. (2018). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Hypothenical Learning Trajectory Pada Materi Vektor. Jurnal Indomath , 1 (2), 69–76.
Wijayanti, S., & Sungkono, J. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran mengacu Model Creative Problem Solving berbasis Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika , 8 (2), 101. https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i2.1941
|
e4e96ca2-81c8-421d-bd58-19554a227528 | https://jurnal.sttekumene.ac.id/index.php/VoxDei/article/download/437/79 |
## KESELARASAN IMAN DAN PERBUATAN DALAM TEOLOGI KESELAMATAN MENURUT ERASTUS SABDONO
Tang Aldi Yabes 1 ; Yusuf Setiawan Sudarso Kusumo 2
STT Ekumene Jakarta 1,2
## Jakarta, Indonesia
Korespondensi : [email protected]
Dikirim: 24 November 2023 Diperbaiki: 02 Juni 2024 Diterima: 04 Juni 2024
## ABSTRAK
Keselamatan merupakan pemberian Allah yang bersifat cuma-cuma. Keselamatan demikian berdampak kepada empat hal seperti yang ditegaskan oleh Erastus Sabdono yaitu penebusan, Roh Kudus, Injil, dan penggarapan Allah. Persoalan mendasar yang kerap dibahas di seputar keselamatan yaitu kaitan antara iman dan perbuatan. Manakah yang lebih utama? Atau apakah keduanya dikerjakan bersamaan? Artikel ini membahas tinjauan dasar teologis keselarasan iman dan perbuatan dalam teologi-teologi keselamatan. Karena luasnya area bahasan, peneliti memfokuskan diri pada gagasan Erastus Sabdono. Metode penelitian yang dipakai peneliti untuk menggalinya yaitu studi pustaka terhadap buku dan jurnal serta wawancara langsung kepada Erastus Sabdono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teologi keselamatan Erastus Sabdono selaras dengan hal yang disampaikan Yakobus 2:14-26.
Kata kunci: Erastus Sabdono; iman; perbuatan; Yakobus 2:14-26; keselamatan
## ABSTRACT
Salvation is a free gift from God. Such salvation has an impact on four things as emphasized by Erastus Sabdono, namely redemption, the Holy Spirit, the Gospel, and God's cultivation. The fundamental issue that is often discussed around salvation is the relationship between faith and actions. Which is more important? Or are both done simultaneously? This article discusses an overview of the theological basis for the harmony of faith and works in salvation theologies. Due to the wide area of discussion, the researcher focused on the ideas of Erastus Sabdono. The research method used by researchers to explore this is literature study of books and journals as well as direct interviews with Erastus Sabdono. The research results show that Erastus Sabdono's theology of salvation is in line with what James 2:14-26 conveys.
Keywords: Erastus Sabdono; faith; James 2:14-26; salvation; works
ISSN: 2657- 0777 (print), 2723-2751 (online) Volume 5| Nomor 1 | Juni 2024 | Hal 71-86 Jurnal Vox Dei | STT Ekumene Jakarta https://jurnal.sttekumene.ac.id
## PENDAHULUAN
Umat Kristen kerap menggumuli cara memperoleh keselamatan. Persoalannya, bagaimana mereka bisa selamat? Bila ditelurusi mendalam, keselamatan sebenarnya merupakan pemberian Allah, bukan semata usaha manusia (Sabdono, 2013a, p. 3). Pemahaman ini berarti bahwa keselamatan bersifat cuma-cuma dan hanya terjadi di dalam Allah yang datang ke dunia melalui diri Yesus (Sabdono, 2013a, p. 4). Mengapa Allah mengupayakan keselamatan bagi manusia? Ia ingin manusia kembali ke rancangan-Nya mula-mula (Sabdono, 2013b, p. 4). Rancangan itu telah rusak karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Manusia lebih mendengar iblis, ketimbang Allah yang memberikan petunjuk (Sabdono, 2013b, p. 5).
Keselamatan yang diberikan Allah memberikan empat dampak. Pertama, penebusan. Penebusan yang dilakukan Allah membuat manusia menjadi milik Allah (Sabdono, 2013b, p. 7). Kedua, membuat manusia menjadi kembali ke rancangan awal. Hal ini terjadi melalui adanya peran Roh Kudus yang mengingatkan dan membimbing manusia ke kebenaran Allah (Sabdono, 2013b, p. 7). Ketiga, Injil. Melalui Injil, manusia dapat memproses kehendak dan kebenaran Allah. Ini dilakukan melalui proses membaca, merefleksikan, dan melakukannya (Sabdono, 2013b, p. 7). Keempat, penggarapan Allah. Penggarapan ini menolong manusia mampu memahami bahwa Allah bekerja di semua aspek kehidupan. Hal ini semakin terfokus melalui adanya pemahaman bahwa penggarapan itu memungkinkan manusia dapat melakukan segala sesuatu sebagaimana panggilan dan tujuan Allah (Sabdono, 2013b, p. 8).
Dalam memperoleh keselamatan dari Allah, masalah mendasar yang sering diangkat yaitu mana yang lebih utama, antara iman dan perbuatan. Berdasarkan pengamatan pada pengalaman peneliti, peneliti memperoleh banyak fakta bahwa begitu banyak pengakuan dari orang-orang sebagai orang percaya atau orang kristen dan mereka merasa telah mendapatkan keselamatan kekal karena Yesus yang dipercayainya telah mati diatas kayu salib untuk menebus seluruh dosanya. Hal ini merupakan kasih karunia (anugrah) dari Allah yang mustahil manusia dapat melakukannya. Maka dari itu, mereka merasa tidak memerlukan untuk melakukan apapun lagi. Kelompok orang ini cukup meng-amin-kan dan menerima anugrah itu saja. Ini artinya, orang-orang ini melepaskan hubungan iman dengan perbuatannya. Namun di sisi lainnya, terdapat juga kelompok orang kristen yang berpendapat bahwa keselamatan kekal harus juga diusahakan oleh manusia lewat perbuatan. Keselamatan tidak bisa didapatkan dengan hanya mengaku percaya kepada-Nya saja, tetapi dalam keseharian hidup juga harus membawa dampak baik bagi sekitarnya dan memancarkan buah-buah roh dalam perbuatan
yang dilakukan. Timbul perdebatan mengenai kedua hal ini, tentang hubungan iman dengan perbuatan dalam usaha untuk meraih keselamatan.
Bahasan mengenai keselarasan iman dan perbuatan ini sering diarahkan pada Yakobus 2:14-26 karena dipandang memiliki kesesuaian dengan uraian iman dan perbuatan. Dalam suratnya, Yakobus menekankan bahwa iman yang dimiliki seseorang namun tidak tercermin dalam perbuatannya, sama dengan ketiadaan iman pada diri seseorang (Sinuraya, 2020, p. 204). Iman tanpa perbuatan dikatakan mati karena iman dan perbuatan memang tidak terpisahkan sebagaimana iman termanifestasi dalam perbuatan dan ketaatan kepada Allah (Sinuraya, 2020, p. 205). Dalam hal pembenaran yang dimaksud oleh Yakobus, terdapat keselarasan antara iman dan perbuatan. Maksud dari keselarasan tersebut adalah iman yang benar akan menghasilkan perbuatan yang selaras dengan ke iman-annya. Di sisi lain, peneliti juga menyadari bahwa teologi Yakobus sering dipertentangkan dengan Paulus. Paulus menyatakan bahwa manusia dibenarkan semata karena iman. Melalui karya penebusan Kristus, tindakan penyelamatan Allah dipahami oleh Paulus sebagai pembenaran secara eskatologis (Alinurdin, 2018, p. 12).
Tinjauan hubungan antara iman dan perbuatan yang dilakukan oleh peneliti berangkat dari teologi keselamatan yang digagas oleh Erastus Sabdono. Peneliti merasa terdapat dua pengertian yang bertolak belakang mengenai hubungan antara iman dan perbuatan yang dipahami oleh orang Kristen pada saat ini. Sementara dalam teologi keselamatan, keduanya memiliki peran yang sama pentingnya. Peneliti mempertanyakan bagaimanakah hasil dari tinjauan hubungan antara iman dan perbuatan dalam teologi keselamatan yang digagas oleh Erastus Sabdono. Peneliti menyadari bahwa tinjauan ini tidak dapat dilakukan menggunakan penelitian di lapangan, karena itu tinjauan ini dibedah dan digali lebih lanjut dengan menggunakan literatur-literatur yang telah ada mengenai hubungan antara iman dan perbuatan berdasarkan teologi keselamatan. Peneliti juga melakukan wawancara kepada Erastus Sabdono selaku narasumber utama dalam penelitian ini.
## METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono, metode penelitian ini digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, dan kunci dari instrumennya merupakan peneliti sendiri (Sugiyono, 2017, p. 19). Penelitian ini dikerjakan melalui catatan dari peristiwa lampau berupa dokumen. Dokumen dapat berupa gambar, tulisan atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2017, p. 124). Dokumen juga dapat berbentuk rekaman kejadian masa lalu yang dicetak atau ditulis, catatan anekdot, buku harian, surat dan dokumen-
dokumen (Ibrahim, 2017, p. 94). Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku karangan Erastus Sabdono sebagai data penelitiannya. Selain menggunakan penelitian kualitatif, peneliti juga menggunakan wawancara. Teknik pengumpulan data dengan melibatkan percakapan dengan tujuan memperoleh informasi dari informan atau narasumber merupakan wawancara. Pertemuan antar dua orang dengan tujuan bertukar informasi dan ide dengan proses tanya jawab merupakan wawancara. Kegiatan ini tidak dapat ditemukan dalam observasi di mana peneliti hanya mengetahui hal-hal mendalam partisipan dengan interpretasi situasi dan terjadinya fenomena (Sugiyono, 2017, p. 114). Narasumber dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah Erastus Sabdono. Pada proses wawancara, peneliti menggunakan tiga sarana. Pertama, pedoman wawancara sebagai dasar peneliti dalam wawancara agar tidak terjadi penyimpangan terhadap tujuan penelitian, sebagai pengingat peneliti atas aspek-aspek yang perlu digali dari informan serta memudahkan klasifikasi dalam menganalisis data (Noor, 2017, p. 139). Kedua, buku catatan dan alat tulis guna mencatat semua percakapan dengan sumber data (Noor, 2017, p. 139). Ketiga, recorder berfungsi merekam semua percakapan atau pembicaraan (Noor, 2017, p. 139).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Teologi Keselamatan dalam Alkitab
Teologi keselamatan Paulus dan Yakobus memang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan maksud, motif, dan fokus yang berbeda. Meskipun, tujuan bidikan sama tetapi bila maksud, motif, dan fokusnya berbeda maka proses penyampaiannya juga akan berbeda. Bisa saja Paulus memerhatikan hal yang tidak terlalu diperhatikan oleh Yakobus dan sebaliknya (Siahaan, 2021, p. 161). Paulus menulis surat-suratnya sebagaimana termuat di Perjanjian Baru dimaksudkan untuk menghadapi orang-orang yang melakukan percobaan. menyimpangkan ajaran mengenai keselamatan oleh karya Allah menjadi usaha manusia. Ini berdampak ke pemahaman bahwa kematian Kristus menjadi sia-sia dikarenakan manusia cenderung hanya mengupayakan apa yang bisa dilakukannya. Sedangkan, orang Kristen yang melatar belakangi pembuatan surat Yakobus sedang acuh tak acuh terhadap kehidupan dengan cerminan Kristus (Siahaan, 2021, p. 161). Itulah sebabnya, penekanan pada perbuatan yang harus dimiliki orang yang telah diselamatkan lebih ditekankan oleh Yakobus. Meski demikian, Paulus dinilai memiliki pemahaman bahwa pembenaran telah memiliki kepentingan khusus berdasarkan adanya wawasan Yahudi tentang jasa yang mengarah kepada penitikberatan perbuatan (Siahaan, 2021, p. 161). Sedangkan keyakinan Yakobus bahwa manusia dibenarkan
_________________________________________________________________________________
dengan iman sekaligus dinyatakan dengan perbuatan bukan hanya iman saja. Melalui pijakan ini, kita dapat melihat bahwa terdapat perbedaan pandangan dimana Yakobus mengenai demonstrasi kebenaran dan Paulus mengenai deklarasi (Siahaan, 2021, p. 161).
Paulus menekankan bahwa dasar dari megahnya hasil pekerjaan yang baik merupakan perbuatan taat terhadap taurat secara formal (Siahaan, 2021, p. 161). Sedangkan bagi Yakobus, perbuatan kasih kristen merupakan perbuatan dimana perbuatan mengasihi sesama menggenapi “hukum utama” (Siahaan, 2021, p. 161). Dalam hal ini, tentu upaya yang sia-sia karena tidak mungkin, sedangkan yang satu lagi penekanan usaha untuk mewujudkan bukti keselamatan yang sudah dimiliki (Siahaan, 2021, p. 161).
Keunikan lainnya dari teologi keselamatan rasul Paulus adalah mengenai iman. Iman yang dimaksud adalah iman yang dibedakan dari ketaatan terhadap taurat kepada Yesus Kristus (Siahaan, 2021, p. 162). Semua ayat yang menafsirkan iman dengan kebenaran, pembenaran, iman berperan sebagai sarana, instrumen, cara, dasar, yang melaluinya, dengannya, atau di atasnya manusia merupakan bagian dalam kebenaran Allah (Siahaan, 2021, p. 162). Menurut Paulus, iman yang sejati adalah iman yang fokus pada penebusan kristus di kayu salib. Kita memiliki dan menerima anugerah keselamatan oleh karena iman. Karena imanlah kebenaran akan Allah sampai kepada kita (Siahaan, 2021, p. 162). Paulus menekankan pembenaran iman yang terjadi karena ia melihat upaya yang dilakukan untuk menghasilkan pembenaran dilakukan dengan berfokus pada ketaatan pada taurat. Menurut Paulus, wawasan Yahudi mengenai jasa yang mengacu pada penitikberatan perbuatan mengingatkan bahwa pembenaran punya kepentingan khusus (Siahaan, 2021, p. 163).
Kita bisa menemukan keunikan dalam surat Yakobus tentang teologi keselamatan yakni mengenai iman. Iman dipahami oleh Yakobus sebagai sebuah karya bukan hanya pernyataan. Hal ini lah yang menyebabkan ia berkata, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak. 2:26) (Siahaan, 2021, p. 163). Di sini, hal yang ingin Yakobus perlihatkan adalah tubuh dan roh merupakan kesatuan tepatnya menjelaskan terdapat kesatuan antara iman dan perbuatan (Siahaan, 2021, p. 163). Perhatian yang diberikan oleh Yakobus adalah kepada tindakan kasih bukan hanya pada kasih itu sendiri. Karena kasih tidak akan berguna jika tidak diaplikasikan dengan perbuatan. Demikian juga tidak bisa bermakna bila hanya menyimpan iman dalam hati tanpa melakukan tindakan apapun (Siahaan, 2021, p. 163). “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah
_________________________________________________________________________________
iman itu menyelamatkan dia?” (Yak. 2:14). Yakobus menegaskan bahwa iman hanya akan berarti bila iman dapat direalisasikan dengan tindakan (Siahaan, 2021, p. 163).
Hal unik lainnya dari teologi keselamatan Yakobus berada dalam Yakobus 2:24, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Kata “hanya” diterjemahkan dari monon yang artinya juga “satu-satunya” menunjukkan bahwa terdapat hal lainnya harus dilakukan yaitu aplikasi dari iman yang diperlihatkan (Siahaan, 2021, p. 164). Di sini, keselamatan dengan perbuatan manusia dihubungkan oleh Yakobus. Perbuatan di sini merupakan buah dari keselamatan bukanlah dasar dari keselamatan. Hal inilah yang menyebabkan ia mengatakan bukan hanya karena iman (Siahaan, 2021, p. 164). Iman yang nyata dalam perbuatanlah yang menyelamatkan. Dalam hal ini, Yakobus tidak puas dengan iman tetapi menuntut iman Kristen sebagai bukti bahwa orang itu dibenarkan. Yakobus menantang untuk memperlihatkan iman yang menyelamatkan dengan perbuatan nyata kepada orang yang mengaku dirinya beriman (Siahaan, 2021, p. 164).
Pembenaran, iman, dan perbuatan ini menjadi keunikan dari teologi rasul Paulus maupun Yakobus. Dalam surat-suratnya, Mereka menyampaikan hal-hal tersebut dengan penekanan yang berbeda (Siahaan, 2021, p. 164). Penulisan surat-surat mereka tentunya memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Keunikan yang terjadi bukanlah masalah, namun merupakan sebuah harmonisasi yang diperlukan dalam mengajar jemaat untuk menjalani kehidupan kekristenan yang sesungguhnya (Siahaan, 2021, p. 164).
## Keselamatan Menurut Erastus Sabdono
Ketika berbicara tentang keselamatan, Erastus Sabdono berpendapat bahwa keselamatan bukan sekedar membahas surga dan neraka, melainkan usaha Tuhan mengembalikan manusia seperti rancangan-Nya yang semula (Sabdono, 2013b, p. 4). Karena dosa, manusia telah kehilangan natur gambar Allah. Usaha Tuhan itu dinyatakan melalui kehadiran dan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Keselamatan harusnya membuat manusia bersedia memberi diri diproses oleh Tuhan. Dalam hal ini, Sabdono menegaskan keselamatan haruslah bagaimana menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Allah (Sabdono, 2013b, p. 4). Maka, orang beriman yang ingin memperoleh keselamatana perlu menyerahkan diri ke Kristus agar menjadi manusia yang mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak tersebut (Sabdono, 2013b, p. 4).
Sabdono menegaskan keselamatan dari pihak Tuhan sebagaimana yang dikerjakan Yesus Kristus membawa empat dampak di kehidupan manusia. Pertama, penebusan.
Penebusan membuat manusia menjadi milik Tuhan. Kuasa Iblis tidak lagi mampu bekerja di manusia. Tuhan membentuk dan memateraikan manusia melalui karya Roh Kudus (Sabdono, 2013b, p. 7). Kedua, Roh Kudus. Roh Kudus digambarkan sebagai pribadi yang menolong manusia untuk mengerti kehendak Allah, apa yang baik dan berkenan bagi Allah (Sabdono, 2013b, p. 7). Dengan kata lain, Roh Kudus menuntun manusia ke seluruh kebenaran Allah (Sabdono, 2013b, p. 7). Ketiga, Injil. Injil merupakan sarana keselamatan. Injil memuat pengenalan terhadap Allah atau kebenaran-Nya (Sabdono, 2013b, p. 7). Orang yang memiliki Injil pasti memiliki Tuhan, tetapi kalau orang tidak memahami Injil maka tidak akan memiliki Tuhan dan keselamatan Nya (Sabdono, 2013b, p. 7). Keempat, penggarapan Allah. Roma 8:28 menjelaskan bahwa kebaikan didatangkan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah melalui campur tangan Allah (Sabdono, 2013b, p. 8). Pekerjaan Allah ini dinyatakan di pengalaman keseharian.
Keselamatan dari pihak manusia berbicara tentang tanggapan yang diberikan terhadap hal yang dikerjakan Tuhan. Tanggapan ini bisa berbicara tentang perjuangan masuk ke jalan sempit (Lukas 13: 3 24) (Sabdono, 2013b, p. 8). Dosa telah merusak manusia. Bahkan, hal ini bisa saja terjadi di masa mendatang. Oleh karenanya, manusia perlu berjuang sebagaimana yang diteladankan oleh Yesus Kristus (Sabdono, 2013b, p. 8). Sabdono menegaskan perjuangan ini dikerjakan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12) (Sabdono, 2013b, p. 8). Ibrani 12:4 pun menunjukkan bahwa perjuangan dikerjakan hingga mencucurkan darah. Gagasan ini tentu dilandasi sebagaimana Yesus ketika mengerjakan tugas juga penuh perjuangan demikian. Masalahnya, perjuangan manusia belum sepenuhnya dikatakan meneteskan darah (Ibrani 12:3- 4). Seruan itu bisa dipahami sebagaimana Yesus memang telah berjuang berat agar manusia bisa terbebas dari dosa sehingga manusia diharapkan mampu berjuang keras juga selayaknya dosa tidak lagi menguasai kehidupan manusia (Sabdono, 2013b, p. 9).
_________________________________________________________________________________
## Iman
Iman merupakan bahasan penting dalam Kekristenan. Persoalannya, apa itu iman? Secara umum, iman diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dipegang seseorang, yang berkenaan dengan agama. Pengertian iman ini sering juga dimaknai sebagai kepercayaan dan keyakinan seseorang kepada Tuhan, Nabi, kitab, dan sebagainya. Kekristenan sendiri memaknai iman. Sebagai rasa kepercayaan yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri di dalam Injil. Dalam bahasa Ibrani, kata iman berangkat dari kata “Emun” sebagaimana diterjemahkan kesetiaan, dan juga dari kata “Batakh” sebagaimana berarti percaya (Douglas, 1997). Namun, lebih banyak definisi iman kekristenan saat ini mengacu pada rumusan biblika yang tertulis dalam Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Dalam ayat ini, iman dituliskan sebagai πίστις ( pistis dalam bahasa Yunani, sebagaimana berarti faith atau faithfulness dalam bahasa Inggris) merupakan anugerah dari Tuhan, dan tidak pernah menjadi sesuatu yang dapat dihasilkan oleh manusia. Singkatnya, iman ( pistis ) bagi orang percaya adalah persuasi Ilahi Allah dan karena itu berbeda dari kepercayaan (keyakinan) manusia, namun melibatkannya. Tuhan terus- menerus melahirkan iman kepada orang percaya yang berserah sehingga mereka dapat mengetahui apa yang Dia sukai, yaitu persuasi dari kehendak-Nya (1 Yoh. 5:4) ( Pistis , n.d.). Dalam Kitab Perjanjian Baru, kata iman yang sama banyak mengalami pengulangan. Seperti dalam kitab Yakobus, terdapat satu ayat yang sangat sering digunakan jika terdapat bahasan mengenai iman yaitu Yakobus 2:17, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Lalu, apa yang diimani dan dipercaya di Perjanjian Lama tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Allah kepada umat Israel, demikian juga diimani oleh rasul-rasul di Perjanjian Baru (Satria, 2023, p. 43). Iman merupakan dasar dari apapun yang diharapkan manusia dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Hal demikian berarti kehidupan setiap umat- Nya perlu mengharapkan segala sesuatu bukan karena melihat tetapi dengan percaya, itulah iman (Satria, 2023, p. 43). Iman adalah kesetiaan atau kepercayaan. Definisi yang diperoleh dari Ibrani 11:1 ini memaknai bahwa terdapat keyakinan dan kepercayaan sebagai dasar dari semua yang kita harapkan dan dari semua yang tidak terlihat (Suanglangi, 2004, p. 45).
Iman pada Allah turut bermakna beriman terhadap firman-Nya. Jikalau Allah telah memberikan firman-Nya mengenai hal tertentu, maka dapat dipercaya bahwa Dia akan menggenapi apa yang dikatakan-Nya (Satria, 2023, p. 44). Firman-Nya adalah jaminan penggenapan janji-Nya, dan firman sama baiknya dengan kenyataan. Apabila orang percaya
_________________________________________________________________________________
meletakkan imannya di atas dasar firman, ia boleh menenangkan hatinya bahwa hal tersebut akan dibawa menuju kesempurnaan (Satria, 2023, p. 44). Allah tidak akan melupakan satu pun dari janji-janji-Nya. Firman-Nya adalah bukti nyata dari semua hal yang dijanjikan-Nya kepada orang yang percaya (Satria, 2023, p. 44). Kehidupan orang percaya akan lebih bermakna bila ia membangunnya di atas dasar yang kokoh. Meskipun ia diterpa atau dihimpit oleh badai hidup, angin, dan banjir pencobaan, ia akan tetap bertahan. Kekuatan orang percaya untuk bertahan ditengah berbagai masalah ialah karena iman. Iman membuat seseorang memiliki jangkauan yang jauh lebih besar dan luas yang tak dipikirkan oleh nalar manusia. Bahkan ia dapat menembus kepada kehidupan kekal yang direalisasikan-Nya serta mengubah semua yang bersifat alamiah (Satria, 2023, p. 44).
Iman bukan semata bermakna secara intelektual atau suatu teologi, tetapi melampaui itu. Iman terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur intelektual-kognisi. Unsur ini menekankan bahwa terdapat kebenaran yang harus dipercaya sebagai dasar keselamatan dan intelektual turut serta dilibatkan dalam iman (Gidion, 2018, p. 3). Kedua, unsur emosional-afeksi. Terdapat keterlibatan emosi dalam keyakinan bukan sekedar kesadaran intelektual semata akan kebenaran-kebenaran, namun juga menjiwai hidup atau secara batin dan penghidupan kebenaran Injil (Yoh. 16:8-11) (Gidion, 2018, p. 3). Ketiga, unsur kehendak manusia psikomotorik. Tindakan sebagai perwujudan dari keteguhan iman dan kesadaran atas kebenaran injil serta akibat dari pengetahuan. Keselamatan akan diperoleh bagi umat manusia jika mereka mengaku dengan mulut bahwa Yesus merupakan Tuhan dan memiliki hati yang percaya bahwa Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Gidion, 2018, p. 3).
## Perbuatan
Berasal dari kata kerja “buat”, dalam bahasa Indonesia kata ini berarti “kerjakan, lakukan, bikin” ( Perbuatan , 2023). Kata ini mendapatkan imbuhan “per” dan akhiran “an” menjadi kata benda yaitu “perbuatan” yang artinya “sesuatu yang diperbuat (dilakukan), tindakan” atau bisa juga “kelakuan, tingkah laku” ( Perbuatan , 2023). Dengan berubahnya menjadi kata benda, kata “perbuatan” akan menjadi objek dalam suatu kalimat. Artinya, perbuatan adalah suatu hal yang dikerjakan oleh subjek. Sementara itu, dalam bahasa Yunani perbuatan ditunjukkan dengan kata ἔργον ( érgon yang kemudian diterjemahkan “work” dalam bahasa Inggris). Kata érgon (dari kata dasar ergō , yang kemudian diterjemahkan “bekerja” dalam bahasa Indonesia) dapat diartikan sebagai pekerjaan atau pekerja yang menyelesaikan sesuatu. Dapat dikatakan juga sebagai perbuatan (tindakan) yang melaksanakan
_________________________________________________________________________________
(menyelesaikan) keinginan batin (niat, tujuan) ( Ergon , 2024.). Terdapat banyak pengulangan kata perbuatan yang tercatat dalam kitab perjanjian baru. Perbuatan di sini merujuk pada tindakan kepada sesama dengan kasih yang merupakan buah dari iman (Yak. 2: 14, 15, 17) (Jawamara, 2019, p. 124). Perbuatan kasih kepada sesama dapat ditunjukkan dengan menolong mereka yang terjerat dalam kesulitan tanpa membedakan si kaya dan si miskin antar jemaat (Yak. 2:1-13) (Jawamara, 2019, p. 124). Selanjutnya, umat manusia melakukan perintah yang tertuang dalam firman Tuhan yakni sebagai pelaku firman untuk membuktikan bahwa umat manusia mengasihi Allah (Yak. 19-27) (Jawamara, 2019, p. 124). Hal ini dapat dinyatakan melalui doa, menggumuli firman, serta menaati segala yang diperintahkan oleh Tuhan (bdk. Yak. 5:16). Segala perbuatan tersebut dikatakan sebagai buah iman sejati yang mengarah ke proses pengudusan (Jawamara, 2019, p. 124).
Mengikuti Ellen G. White, pada paparannya berkenaan perbuatan iman, Gidion menegaskan bahwa untuk pertarungan yang baik dari iman memerlukan perlakukan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang percaya (Gidion, 2018, p. 4). Allah telah memberikan semuanya pada orang beriman, yaitu Roh Kudus yang senantiasa menolong mereka (Gidion, 2018, p. 4). Berdasarkan ajaran Yesus, perubahan gaya hidup mencerminkan keselamatan melalui iman. Yesus berfirman kepada banyak orang bahwa orang harus menyangkal dirinya sendiri, memikul salib di tiap harinya dan mengikut Yesus bagi orang yang mau mengikuti Dia (Luk. 9:23) (Gidion, 2018, p. 4). Di sisi lain, Yesus berkata bahwa bagi mereka yang hidup keagamaannya tidak lebih benar dari pada ahli-ahli Taurat dan orang Farisi tidak akan masuk Kerajaan Sorga (Mat. 5:20) (Gidion, 2018, p. 4). Yesus juga berkata kepada mereka yang berseru demi nama Tuhan, tetapi tidak mempraktikkan apa yang telah diajarkan oleh Yesus (Luk. 6:46).
Makna perbuatan dalam surat Yakobus mengarah ke etika prilaku Kristen sebagaimana tindakan yang hadir dari setelah mengalami pertobatan dalam Kristus (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77). Perbuatan yang dimaksud Yakobus adalah sebagai ekspresi atau perwujudan dari iman yang menyelamatkan, bukan sebagai sarana untuk mendapatkan berkat-berkat keselamatan. Perbuatan menunjukkan penyempurnaan dan penggenapan iman (2:18, 22-23) (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77). Perbuatan merupakan bukti nyata seseorang telah mengalami kelahiran kembali ( regeneration ) di dalam Kristus (1:18-21). Jadi, semua perbuatan baik mengalir dari iman dan oleh karena itu tidak memberi kesempatan bagi manusia untuk menyombongkan diri (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77).
Makna perbuatan dalam konteks Yakobus 2:14-26 digunakan dalam bentuk positif. Penggunaan kata jamak cenderung digunakan oleh Yakobus dibandingkan penggunan kata tunggal (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keberlanjutan dari tindakan yang harus dilakukan oleh orang beriman. Menurut Yakobus, kasih sebagai acuan dari tiap perbuatan dapat disebut sebagai belas kasihan (2:15-16) (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77). Perbuatan dalam konteks Yakobus juga mengacu pada ibadah yang sejati dan hukum kasih kepada sesama yang ditulis dalam Yakobus 1:27 dan 2:8-13 (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77). Tidak memandang muka (pilih kasih) adalah perilaku yang tepat sebagai orang yang beriman kepada Kristus (2:1, 9) (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 77).
## Iman dan Perbuatan
Surat Yakobus ditujukan kepada kedua belas suku perantauan (Yak. 1:1), kata “perantauan” dalam bahasa Yunani diaspora digunakan untuk menunjuk keberadaan orang Yahudi diantara bangsa-bangsa (Tjhin, 2021, p. 89). Keserupaan ajaran Yesus dimana jarangnya membahas tentang kristologi dan menekankan pada etika tertuang dengan penggunaan gaya bahasa dan isi surat Yakobus (Tjhin, 2021, p. 89). Keberadaan masalah kata- kata diperlihatkan dalam isi surat Yakobus (Yak. 1:19; 3:1-12; 4:11 12), perbedaan kaya dan miskin (Yak. 2:1-6; 5:1), anggapan bahwa tiap individu kelompok berhikmat (Yak. 3:13) (Tjhin, 2021, p. 89). Klaim dari keberadaan iman dalam diri seseorang namun sebatas intelektual saja ditunjukkan dalam teguran Yakobus mengenai kata-kata, hikmat, soal menjadi guru (Yak 2:19) (Tjhin, 2021, p. 89). Iman yang hanya sebatas kata-kata saleh, namun tidak dilakukan secara konsisten, tidak sadar akan kesalahan dirinya sebaliknya membanggakan diri dengan pengetahuan pengetahuan tentang iman (Tjhin, 2021, p. 89).
Tidak ada maksud Yakobus untuk bersikap antitesis terhadap ajaran Paulus, namun menurut Yakobus sikap dan perilaku sehari-hari harus mencerminkan sisi pembenaran yang dikemukakan. Alkitab mencatat pertemuan Paulus dan Yakobus di Yerusalem (Kis. 15:13-21; 21:17-26) (Tjhin, 2021, p. 89). Dalam Galatia 2:1-10, Paulus menceritakan kembali bagaimana Yakobus, Kefas, dan Yohanes bersalaman dengan Paulus dan Barnabas sebagai tanda keterikatan dan mendukung Paulus pergi menyiarkan Injil kepada orang-orang tidak bersunat sedangkan kepada orang-orang yang bersunat dilakukan oleh mereka (Tjhin, 2021, p. 89). Tidak ditemukan adanya kontradiksi antara Paulus dan Yakobus, tidak terindikasi adanya perselisihan, melainkan persatuan dalam keberagaman (unity in diversity) (Tjhin, 2021, p. 90).
_________________________________________________________________________________
Secara eksplisit, Yakobus mengatakan “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan (dikaioo, justified) karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yak. 2:24), tidak terindikasi penolakan iman dan kata “perbuatan” juga perbuatan taurat ( erga nomou ) tidak terindikasi, tetapi hanya “perbuatan-perbuatan” sehari-hari (Tjhin, 2021, p. 90). Dengan demikian, kata “perbuatan” dari Yakobus bukan perbuatan untuk memperoleh keselamatan melainkan perbuatan kasih dan perbuatan hasil moral dari kesalehan sejati (Yak. 2:8) (Tjhin, 2021, p. 90). Kutipan Yakobus tentang Abraham dan Rahab menunjukkan perbuatan-perbuatan dari iman bukan perbuatan taurat (Tjhin, 2021, p. 90). Meskipun Iman dan perbuatan berbeda, namun kedua hal ini saling terikat satu sama lain, iman timbul dari pendengaran, kemudian perbuatan timbul dari iman (Tjhin, 2021, p. 90). Iman membawa pada pembenaran, dan perbuatan baik harus dihasilkan dari pembenaran itu, dan iman tidaklah nyata jika tidak tampak dalam perbuatan baik (Tjhin, 2021, p. 90).
## Keselarasan Iman dan Perbuatan dalam Alkitab
Yakobus memberikan referensi bahwa iman yang benar ditunjukkan dalam perbuatan- perbuatan (Yak. 2:18), yang bekerja bersama-sama dengan perbuatan-perbuatan (Yak. 2:22a), dan yang disempurnakan oleh perbuatan perbuatan (Yak. 2:22b) (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 76). Argumentasi Yakobus dibuktikan dengan ilustrasi otoritatif narasi Abraham dan Rahab, di mana kedua tokoh ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan kasih lahir dari iman yang sejati (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 76). Iman yang sejati pasti menghasilkan tindakan- tindakan ketaatan, kesetiaan, dan kasih. Hal ini dibuktikan oleh tokoh Abraham yang telah menyelesaikan ujian imannya melalui mempersembahkan Ishak kepada Allah (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 76).
Yakobus 2:14-26 menunjukkan adanya relasi iman dan perbuatan. Iman tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan dengan perbuatan-perbuatan iman. Sebab iman tanpa perbuatan pada hakikatnya mati. Dilihat dari persoalan jemaat dalam Yakobus 2:1 adalah tentang keberpihakan atau diskriminasi dalam komunitas Kristen (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 78). Menurut pembacanya, persoalan diskriminasi atau memandang muka sepele bagi pendengarnya, tetapi justru persoalan tersebut tumbuh menjadi perhatian yang signifikan dalam konteks penghakiman eskatologis di masa yang akan datang (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 78). Satu-satunya cara untuk dapat dibenarkan dalam penghakiman yang akan datang adalah dengan menunjukkan komitmen seseorang kepada Tuhan melalui pekerjaan iman, yang dimulai dengan tindakan sederhana seperti memberi makan dan pakaian untuk saudara laki-
laki atau perempuan yang hidup dalam kemiskinan atau kekurangan (Yak. 2:15-16) (Priyono & Wijayanto, 2022, p. 78).
## Keselarasan Iman dan Perbuatan menurut Erastus Sabdono
Erastus Sabdono menguraikan bahwa berbicara mengenai keselarasan iman dan perbuatan, pertama-tama, perlu dipertimbangkan keunikan keselamatan dari Roma dan Yakobus. Roma sebagaimana yang ditulis Paulus menunjukkan keselamatan hanya oleh korban Kristus, bukan karena perbuatan baik, bukan karena melakukan hukum Taurat, tetapi Yakobus menunjukkan bagaimana mengisi percayanya, mengisi imannya. Kalau orang sudah percaya kepada korban Yesus di kayu salib, ia harus melakukan apa yang Allah kehendaki. Yang Allah kehendaki bukanlah hanya berbuat baik, tetapi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus (Yabes, 2023).
Menanggapi keunikan keselamatan demikian, Sabdono menilai perbuatan itu sangat penting. Apalagi, ini perlu diikuti dengan pertobatan. Bertobat itu kesediaan untuk berbalik, berbalik kepada Allah dan Yesus sebagai jalan pembenaran. Menjadi seperti anak kecil, artinya mau dinasihati, mau dibentuk, mau diubah, agar kita bisa melakukan kehendak Bapa menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus (Yabes, 2023).
Erastus Sabdono juga mengakui bahwa iman dan perbuatan bisa tidak selaras. Ini dinyatakan melalui pengalaman banyak orang Kristen yang mulutnya mengaku percaya kepada Yesus Kristus, tetapi perbuatannya tidak menunjukan bahwa dia percaya kepada Yesus. Itu berarti bukan percaya, karena percaya itu penyerahan diri. Bukan hanya mulut, tetapi tindakan (Yabes, 2023). Ketidakselarasan iman dan perbuat bisa membuat ia tidak selamat. karena iman tanpa perbuatan seperti tubuh tanpa roh. Jadi, perbuatan itu sebenarnya menunjukan iman. Iman tidak cukup ditunjukan dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan. Dari perbuatan kita nampak imannya (Yabes, 2023). Kalaupun, ia berbuat maka standar perbuatan kita adalah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus itu prototipe, model manusia yang Allah kehendaki, harus sempurna seperti Bapa. Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah (Yabes, 2023).
## Perjumpaan Gagasan Keselarasan Iman dan Perbuatan dalam Alkitab dan menurut Erastus Sabdono
Setelah menimbang gagasan keselarasan iman dan perbuatan menurut Erastus Sabdono dan Yakobus 2:14-26 sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, kini peneliti mencoba
_________________________________________________________________________________
memperjumpakannya. Secara garis besar, Erastus Sabdono memang menekankan bahwa iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Perbuatan bisa dikatakan sebagai manifestasi dari iman. Artinya, perbuatan merupakan gambaran nyata dari apa yang telah seseorang imani. Meski demikian, beliau juga menyadari bahwa perbuatan tidak tampil keluar sebagaimana manifestasi iman dikarenakan ia hanya beriman di mulut, tetapi tidak sungguh dihayati. Di sisi lain, Yakobus 2: 14 26 memang menyajikan bahwa tanpa perbuatan, iman pada hakikatnya mati. Dari sini, kita melihat bahwa rupanya iman dan perbuatan itu selaras dan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman ini jelas berbeda dengan apa yang disampaikan Rasul Paulus dalam Roma 4. Paulus memandang iman lebih utama dibanding perbuatan. Dasarnya yaitu perbuatan baik sebanyak apapun tidak dapat menyelamatkan manusia.
Bila gagasan Erastus Sabdono dan Yakobus 2:14-26 diperjumpakan, peneliti menemukan bahwa rupanya Erastus Sabdono sebenarnya selaras dengan hal yang disampaikan Yakobus 2:14-26. Bagi peneliti, hal ini memang baik adanya karena bagaimana mungkin orang Kristen mengaku beriman tetapi tidak ditampilkan dalam perbuatan. Jika demikian adanya, tidak heran bila Pdt. Erastus Sabdono menyebutnya sebagai iman yang hanya diutarakan di bibir tanpa dimanifestasikan ke perbuatan. Dalam pengajarannya, Erastus Sabdono juga menegaskan bahwa sebagai orang percaya perbuatan yang dilakukan tidak sebatas perbuatan baik saja, tetapi haruslah perbuatan yang membuat orang percaya menjadi sempurna selayaknya Bapa dalam surga adalah sempurna. Hal ini pararel dengan apa yang tertulis dalam Matius 5:48 dan juga Kejadian 17:1 dimana Allah yang Mahakuasa meminta kepada Abram untuk hidup tidak bercela dihadapan Nya. Hal ini menunjukan bahwa sesungguhnya manusia dimampukan untuk hidup sempurna untuk Tuhan. Pada akhirnya, peneliti mengajukan pemahaman bahwa sudah seharusnya iman perlu ditampilkan dalam perbuatan. Dalam hal ini, iman dan perbuatan bisa dikatakan selaras.
Standar perbuatan yang dipahami oleh orang percaya pada umumnya ialah sekedar melakukan perbuatan baik. Orang dengan pengertian seperti ini biasanya menekankan pengertian keselamatan yang dituliskan dalam kitab Roma 4. Dalam kitab Roma 4 dikatakan bahwa keselamatan adalah anugrah yang dari Allah dan bukan hasil dari usaha manusia itu sendiri. Jika keselamatan membutuhkan usaha manusia, dalam hal ini perbuatan kasih seperti Tuhan Yesus, maka keselamatan tidak dapat dikatakan sebagai anugrah. Perbuatan yang dikerjakan oleh manusia itu haruslah mendapatkan upah yang setimpal terlepas dari keselamatan yang dijanjikan. Pengertian ini secara tidak langsung menurunkan standar
_________________________________________________________________________________
perbuatan yang seharusnya dipenuhi oleh orang percaya dan mengedepankan iman percaya saja.
Perdebatan tentang hal tersebut telah berlangsung lama, bahkan dibahas juga dalam alkitab. Mengenai iman dan perbuatan ini Kitab Paulus dan Kitab Yakobus pun tidak dapat dibandingkan secara langsung. Hal ini karena sasaran pembaca, fokus, dan konteks penulisan kedua kitab ini sangat bertolak belakang. Pandangan orang percaya pada umumnya yang didasari oleh Kitab Roma 4 merupakan tulisan Paulus. Paulus menekankan iman dalam tulisannya karena ia menghadapi orang-orang yang merasa telah selamat hanya karena melakukan perbuatan yaitu mentaati hukum taurat. Sedangkan Yakobus dalam suratnya menghadapi orang-orang yang merasa sudah selamat karena telah beriman kepada Tuhan Yesus, maka Yakobus menekankan harus adanya perbuatan juga untuk bisa selamat. Walau demikian, jika kita gali lebih dalam berdasarkan konteks dan latar belakang penulisan masing- masing kitab kita dapat menemukan satu kesimpulan yang sama. Kedua kitab ini sama-sama ingin menyeimbangkan iman dengan perbuatan dalam teologi keselamatan. Dapat peneliti katakan bahwa kedua pandangan ini tidak perlu lagi saling diperdebatkan satu sama lain, sebab keduanya saling melengkapi dalam pengertian iman dan perbuatan dalam teologi keselamatan.
Erastus Sabdono memiliki pandangan yang lebih rinci dalam keselarasan iman dan perbuatan. Menurutnya, perbuatan yang kita lakukan merupakan manifestasi dari iman percaya yang kita miliki. Sebagaimana kita mengatakan kita memiliki iman atau beriman kepada Tuhan Yesus, kita harus bisa menunjukan iman itu dalam perbuatan keseharian kita. Maka, perbuatan juga sama pentingnya dengan iman percaya. Lebih dalam lagi Erastus Sabdono menegaskan bahwa perbuatan yang dilakukan haruslah seperti apa yang Allah kehendaki. Bukan hanya perbuatan baik, tetapi perbuatan yang sempurna seperti Bapa, perbuatan yang serupa dengan Tuhan Yesus. Hal ini bukan tanpa alasan ditegaskan kepada orang percaya, sebab hal ini telah dituliskan dalam alkitab yaitu pada Kejadian 17:1 dan Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”. Maka dapat disimpulkan bahwa menurut teologi keselamatan yang digagas oleh Erastus Sabdono, iman dan perbuatan haruslah selaras. Sebab perbuatan dapat menunjukan iman yang dimiliki oleh seseorang dan pembuktian atau manifestasi dari iman dapat dilihat dari perbuatan orang tersebut.
## SIMPULAN
Iman dan perbuatan perlu diletakkan selaras dalam bingkai keselamatan. Hal ini berimplikasi bahwa ketika menerima keselamatan yang diberikan Allah secara cuma-cuma,
maka manusia perlu mengupayakan iman dan perbuatan. Berkenaan dengan ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa gagasan Erastus Sabdono selaras dengan Yakobus 2:14-26. Dengan kata lain, Erastus Sabdono berada di posisi memandang iman dan perbuatan perlu diletakkan selaras, bukan terpisah sebagaimana teologi Paulus. Meski dikerjakan dengan menggunakan kombinasi studi pustaka dan wawancara, hasil penelitian ini memang masih bersifat konseptual. Peneliti merekomendasikan peneliti dan penelitian berikutnya bisa mengembangkan dan melanjutkannya dengan menguji hubungan iman dan perbuatan secara kuantitatif guna menunjukkan persepsi orang Kristen.
## DAFTAR PUSTAKA
Alinurdin, D. (2018). Konsep Kebenaran Allah Menurut Rasul Paulus di dalam Surat Roma.
Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan , 17 (1), 1–14. Douglas, J. D. (1997). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini . Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Ergon . (n.d.). Retrieved June 4, 2023, from https://biblehub.com/greek/2041.htm Gidion, G. (2018). Studi Biblika Korelasi Teologi Paulus Dan Teologi Yakobus Tentang Iman Dan Perbuatan Iman. Shift Key : Jurnal Teologi Dan Pelayanan , 8 (2), 1–15. Ibrahim. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif . Alfabeta.
Jawamara, M. N. (2019). Memahami Konsep Iman dan Perbuatan Menurut Yakobus: Suatu Studi Eksegesis Yakobus 2:26. Sesawi: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen , 1 (1). Noor, J. (2017). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah . Kencana. Perbuatan . (2023.). Retrieved June 4, 2023, from https://kbbi.web.id/perbuatan Pistis . (2023.). Retrieved June 4, 2023, from https://biblehub.com/greek/4102.htm Priyono, J., & Wijayanto, W. S. (2022). Iman dan Perbuatan dalam Penginjilan Jemaat Mula- mula Ditinjau dari Yakobus 2:14-26. Jurnal Excelsis Deo: Teologi, Misiologi, Dan Pendidikan , 6 (1). Sabdono, E. (2013a). Keselamatan di Luar Kristen . STT Bethel Indonesia. Sabdono, E. (2013b). Soteriologi . Sekolah Tinggi Theologia Bethel Indonesia. Satria, I. (2023). Iman Kristen yang Menyelamatkan. Sinar Kasih: Jurnal Pendidikan Agama Dan Filsafat , 1 (2).
Siahaan, M. (2021). Anugerah Dan Perbuatan Dalam Keselamatan Antara Paulus Dan Yakobus. Stulos: Jurnal STT Bandung , 9 (2), 147–165.
Sinuraya, S. J. (2020). Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Perbuatan Menurut Yakobus 2:14-
26. Caraka: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika , 1 (2), 199–210.
Suanglangi, H. (2004). Iman Kristen dan Akal Budi. Jurnal Jaffray: Jurnal Teologi Dan Studi Pastoral , 2 (2). Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Alfabeta.
Tjhin, S. (2021). Ajaran tentang Pembenaran menurut Paulus dan Yakobus, serta Signifikansinya bagi Pemahaman Soteriologis. Efata: Jurnal Teologi Dan Pelayanan , 7 (2), 82–93.
Yabes, T. A. (2023). Wawancara Keselarasan Iman dan Perbuatan menurut Pdt. Erastus Sabdono .
|
a1e750bc-eb48-4b0e-a50c-b7143e17c5db | https://jurnal.usk.ac.id/GASPOL/article/download/29422/17048 | Journal of Governance and Social Policy Volume 3, Issue 2, December 2022 (140-151) ISSN 2745-6617 (Print), ISSN 2723-3758 (Online) doi: 10.24815/gaspol.v3i2.29422
## PERTENTANGAN ETNIS MINORITAS TERHADAP AGENDA POLITIK IDENTITAS ELITE PEMERINTAH ACEH
Ovi Amalia Sari 1 , Tabah Maryanah 2 , dan Robi Cahyadi Kurniawan 3 1,2,3 Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Lampung, Indonesia (Penulis korespondensi: [email protected] )
Diterima: 09 Desember 2022; Disetujui: 30 Desember 2022; Publikasi: 31 Desember 2022
## Abstrak
Identitas masyarakat Aceh berupaya digambarkan dalam bentuk simbol tertentu, disini, elite mencoba mengidentifikasi masyarakat Aceh melalui bendera dan lambang. Langkah tersebut menimbulkan pertentangan dari kelompok masyarakat tertentu. Tulisan ini ingin mengkaji tentang fenomena sosial-politik yang ditimbulkan akibat adanya Qanun tentang bendera dan lambang Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam, dimana teknik penentuan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling . Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elite pemerintah, terutama Partai Aceh, mengidentifikasi Qanun bendera dan lambang sebagai simbol perdamaian dan sekaligus simbol pemersatu masyarakat Aceh. Namun hal tersebut ditentang oleh etnis minoritas karena tidak merepresentasikan Aceh secara menyeluruh. Walaupun begitu, respon etnik minoritas terhadap Qanun tentang bendera dan lambang Aceh terbagi menjadi dua kelompok, mendukung dan menentang. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa rancangan qanun tentang bendera dan lambang Aceh sangat dipengaruhi oleh agenda politik identitas elite pemerintah. Perbedaan pemahaman antara elite pemerintah Aceh dan kelompok etnis minoritas mengakibatkan belum efektifnya penerapan Qanun tentang bendera dan lambang Aceh di Negeri Serambi Mekkah ini.
Katakunci : Elite Pemerintah; Etnis Minoritas; Partai Aceh; Politik Identitas.
## Abstract
The identity of the Acehnese people seeks to be depicted in the form of certain symbols, here, the elite tries to identify the people of Aceh through flags and symbols. This step led to opposition from certain groups of people. This paper wants to examine the socio-political phenomena caused by the existence of a Qanun on the flag and symbol of Aceh. The research method used is a qualitative-descriptive method. Data collection tool used in the form of in-depth interviews, where the technique of determining the informants used is purposive sampling technique. Data analysis techniques used are data reduction, data display, and data verification. The results of the study show that the government elite, especially the Aceh Party, identify the Qanun flag and symbol as a symbol of peace and at the same time a unifying symbol of the Acehnese people. However, this is opposed by ethnic minorities because they do not represent Aceh as a whole. Even so, the response of ethnic minorities to the Qanun regarding the flag and symbol of Aceh was divided into two groups, supporting and opposing. Based on this explanation, it is known that the draft qanun on the flag and symbol of Aceh is heavily influenced by the political agenda of the identity of the government elite. Differences in understanding between the Aceh government elite and ethnic minority groups have resulted in the ineffective implementation of the Qanun on the flag and symbol of Aceh in this Veranda of Mecca.
Keywords : Government Elite; Minority Ethnicity; Aceh Party; Identity Politics.
## PENDAHULUAN
Otonomi daerah merupakan suatu wewenang yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah otonom untuk mengelola urusan pemerintahan tertentu yang ditetapkan sebagai urusan rumah tangga daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom sebagai satuan pemerintahan mandiri yang memiliki kewenangan atributif, berwenang membuat peraturan-peraturan untuk menyelenggarakan rumah tangga-nya. Disisi lain, pelaksanaan otonomi daerah telah menjadi salah satu saluran politik identitas, Nasruddin (2018) memahami politik identitas sebagai suatu tindakan individu maupun kelompok yang mengutamakan usaha untuk mendapatkan kekuasaan dengan landasan identitas, yaitu etnisitas, gender, atau keagamaan.
Berdasarkan kriteria etnisitas, politik identitas berupaya memasukkan nilai-nilai kedalam peraturan daerah, memisahkan wilayah pemerintahan, dan mendapatkan otonomi khusus (Lukmantoro dalam Nasruddin, 2018). Wewenang mengatur ini ada pada Pemerintah daerah (pejabata dministrasi negara) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) sebagai pemegang fungsi legislasi di daerah, Perda merupakan pelaksanaan fungsi legislasi DPRD (Manan, 2002).
Implementasi politik identitas etnis di daerah Indonesia bisa ditelusuri baik melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada) maupun dominasi anggota DPRD dalam menyusun Qanun atau Perda, terutama sekali pada daerah otonomi khusus. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah sebagai suatu bentuk dari politik desentralisasi menjadi sarana yang konstruktif dalam perkembangan politik identitas di ranah lokal. Melalui undang- undang tersebut memberi kesempatan etnis mayoritas untuk menunjukkan eksistensinya.
Eksistensi politik desentralisasi yang menguatkan politik identitas etnis di Aceh didukung dengan adanya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). UUPA merupakan wujud kesepakatan damai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk mengakhiri konflik vertikal yang sudah berlangsung dalam kurun waktu puluhan tahun. Kesepakatan damai keduanya tertera dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. MoU Helsinki merupakan manifestasi perjuangan perdamaian yang telah menjadi urat nadi perpolitikan di Aceh (Mukhrijal et al. , 2021), sekaligus soft power politik desentralisasi Aceh (Djumala, 2013). Dengan begitu, lahirnya kesepakatan damai antara GAM dan pemerintah Republik Indonesia merupakan asa dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Aceh yang lebih baik.
Lebih lanjut, pengesahan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang merupakan turunan dari MoU Helsinki selain sebagai perintah dari UUD 1945 pasal 18 A, dan pasal 18 B, juga sebagai pengaturan terhadap pembagian kewenangan dan pola relasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang diberikan status otonomi khusus (Usman, 2017). UUPA sebagai landasan hukum yang mengatur pelaksanaan otonomi khusus di Aceh memiliki beberapa perangkat pelaksanaan Undang-undang atau Undang-Undang, yaitu 10 Peraturan Pemerintah (PP), 3 Peraturan Presiden (Perpres), 59 Qanun Aceh, serta 10 Qanun Kabupaten/Kota. UUPA Pasal 246 dan pasal 247 memberikan wewenang kepada Pemerintah Aceh agar membuat Qanun tentang Bendera dan Lambang Aceh yang mencerminkan keistimewaan dan kekhususan. Qanun ini merupakan implementasi dari butir 1.1.5 MoU Helsinki.
Sebagian masyarakat Aceh menolak dan menyatakan bahwa bendera dan lambang baru Aceh bukanlah identitas rakyat Aceh secara menyeluruh, tetapi hanya mempresentasikan kelompok mayoritas yang berada di pemerintahan. Secara jelas, kelompok masyarakat Aceh yang menolak adalah masyarakat beretnis Gayo yang ada di Takengon Kabupaten Aceh Tengah dan Radelong Kabupaten Bener Meriah, dimana masyarakat telah menyebarkan sekitar 10.000 lembar selebaran berisikan ajakan penolakan pengukuhan Wali Nanggroe, Qanun Bendera dan Lambang Aceh. Kondisi ini menunjukkan sikap dan tindakan yang berbeda sebagai suatu dinamika antar sub etnis masyarakat Aceh. Selebaran tersebut mengajak masyarakat di wilayah Aceh Leuser Antara (ALA) melakukan aksi menolak Qanun Wali Nanggroe, Qanun Bendera dan Lambang Aceh, dan menuntut Pemerintah Daerah Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, dan Subulussalam untuk tidak berhubungan lagi dengan pemerintah Aceh. Organisasi Front Pembela Tanah Air (F- PETA) Kabupaten Aceh Barat meminta kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membatalkan Qanun No. 3 Tahun 2013 Tentang Bendera dan Lambang Aceh dengan alasan bahwa tidak semua rakyat Aceh sepakat dengan penggunaan bendera GAM menjadi bendera daerah (Dini, 2014).
Adapun penelitian terdahulu terkait Qanun Bendera dan Lambang Aceh, berfokus pada kepastian hukum qanun, menggunakan metode hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Arabiyani (2018) meneliti tentang kepastian hukum Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh. Penelitian menemukan landasan pemikiran lahirnya Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan lambang Aceh terdiri dari pasal 18B UUD Tahun 1945, serta perumusan Pasal 246 dan Pasal 247 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006. Akibat hukum dari adanya Pasal 246 dan Pasal 247 berlaku dan sah untuk
diterapkan melalui pembentukan qanun Aceh. Konsekuensi yuridis adanya Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2013 berlaku secara yuridis dan dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah Aceh karena sudah diundangkan dalam lembaran daerah.
Selanjutnya Wijaya (2016) meneliti tentang problem pengesahan bendera Aceh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan bendera bulan sabit dan bintang sebagai bendera Aceh merupakan simbol ‘koreksi’ atas ketidakadilan yang pernah dialami oleh rakyat Aceh. Berikutnya, Ridwansyah (2018) meneliti tentang pembentukan Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh. Penelitian ini menunjukkan bahwa peraturan perundang-undangan memberi legitimasi terhadap qanun tersebut, dalam hal ini pada naskah perubahan komprehensif UUDNRI Tahun 1945 tentang Bab Pemerintahan Daerah, sehingga Pasal 18B menjamin akan hal itu. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh dasar terbentuknya qanun tersebut. Proses evaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri sudah dilakukan. Namun, belum ada titik temu antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh, sehingga Qanun bendera dan lambang Aceh tidak bisa dibatalkan oleh Pemerintah Pusat karena terhalang oleh pengaturan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh.
Fahrimal (2017) meneliti tentang polemik Qanun Aceh dalam konstruksi media online Antaranews.com. dengan fokus penelitian polemik pengesahan Qanun Aceh dengan menggunakan pendekatan analisis framing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pusaran kontroversi Qanun Bendera dan Lambang Aceh media situs online antarnews.com menginstruksi realitas bahwa kewenangan Aceh untuk memiliki bendera dan lambang daerah dapat mengganggu stabilitas keamanan dan kedaulatan Republik Indonesia.
Berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya, penelitian ini tidak meneliti aspek hukum dan framing media, tetapi lebih kepada aspek politik, terutama politik identitas. Oleh karena itu peneliti sangat berminat untuk meneliti fenomena sosial politik tersebut dengan berfokus pada pertentangan dari etnis minoritas yang ada di propinsi Aceh.
## METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Kemudian, alat pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam melalui teknik penentuan informan secara purposive sampling . Data yang telah dikumpulkan di lapangan kemudia dianalis untuk dipublikasikan, Adapun teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan bendera dan lambang Aceh sebagai suatu realisasi dari kewenangan Aceh yang berdasarkan butir-butir MoU Helsinki, juga telah diatur dalam regulasi kewenangan pemerintah Aceh sebagai simbol keistimewaan dan kekhususan Aceh yaitu di dalam Undang- Undang Pemerintah Aceh (UUPA), baik yang tertera pada pasal 246, pasal 247, dan pasal 248. Dengan demikian masyarakat dan pemerintah Aceh wajib menjalankan perintah UUPA tersebut. Selain itu untuk menjaga perdamaian Aceh secara berkelanjutan maka bendera dan lambang Aceh penting diperjuangkan sebagai simbol dan keistimewaan serta kekhususan bagi rakyat Aceh. Qanun bendera dan lambang Aceh disahkan oleh DPRA dengan persetujuan seluruh partai politik baik partai politik lokal maupun partai nasional.
“Simbol keistimewaan serta kekhususan Aceh tersebut tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia, keunikan ini menjadi kebanggaan masyarakat dan pemerintah Aceh. Oleh karena itu semua masyarakat Aceh diseluruh wilayah Aceh dan di luar wilayah Aceh harus menerima sepenuhnya qanun bendera dan lambang Aceh tersebut. Selain itu pemerintah Aceh bersama pihak terkait harus melakukan berbagai pendekatan politik secara konstruktif dengan pemerintah pusat. Berdasarkan pendekatan tersebut kita harapkan bendera dan lambang Aceh bisa digunakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku” (Zikrullah, tokoh pemuda Aceh Tengah, wawancara 10 Agustus 2021)
Senada dengan pernyataan diatas, ketua DPC Partai Demokrat Aceh Tengah mengemukakan bahwa mengenai bendera dan lambang suatu daerah bukan suatu hal yang baru dalam NKRI, setiap provinsi di Indonesia memiliki bendera dan lambang sendiri, termasuk Aceh dengan bendera dan lambang Pancacita jauh sebelum adanya MoU Helsinki. Sehubungan dengan konflik Aceh yang diakhiri dengan penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah Republik Indonesia dengan GAM yang dikenal dengan MoU Helsinki. Pada salah satu poin, khususnya poin 1.1.5 disebutkan “Aceh memiliki hak untuk menggunakan simbol- simbol wilayah termasuk bendera, lambang dan, hymne”. Simbol-simbol ini sesuai dengan dinamika politik mempunyai nilai historis, filosofis dan sosial-politik dalam kehidupan masyarakat Aceh.
“Nilai-nilai tersebut yang diaplikasi oleh DPRA dengan mengesahkan qanun bendera dan lambang Aceh dan disahkan oleh Gubernur sebagai bendera identitas masyarakat dan Pemerintah Aceh, karena bendera ini sudah ada puluhan tahun yang lalu. Bendera usulan DPRA yang diundangkan oleh gubernur itu lebih dikenal masyarakat Aceh dari pada bendera yang lain atau modifikasi yang baru dan tidak mendasar. Berdasarkan proses hadirnya bendera ini menunjukkan dengan jelas bahwa bendera perdamaian antara pemerintah republik indonesia dengan GAM, berdasarkan perjanjian itu GAM tidak lagi menuntut kemerdekaan dan sepenuhnya menjadi bagian dari NKRI. Oleh karena itu sudah sepantasnya bendera dan lambang Aceh diterima oleh seluruh masyarakat Aceh pada umumnya dan masyarakat Aceh Tengah khususnya” (Ismail Amal, wawancara 23 Juli 2021)
Qanun No. 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh yang dirumuskan oleh DPRA bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat. Bendera dan lambang Aceh merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman damai (MoU) Helsinki 2005 antara pemerintah indonesia dengan GAM. Walaupun pemerintah telah memberikan kebebasan kepada daerah untuk dapat menentukan bendera dan lambang daerah, khususnya pemerintah Aceh dapat menentukan dan menetapkan bendera daerah Aceh sebagai lambang keistimewaan dan kekhususan, bukan sebagai lambang kedaulatan. Ketentuan ini jelas mengakui hak Aceh untuk mempunyai bendera daerah.
Selain kelompok pendukung, kehadiran Qanun tentang bendera dan lambang Aceh mendapatkan pertentangan langsung dari kelompok etnis minoritas. Hal ini dikarenakan bendera dan lambang daerah yang diatur di dalam qanun tersebut tidak mewakili Aceh secara keseluruhan, namun hanya mewakili identitas kelompok tertentu, dan secara jelas bahwasanya rancangan tersebut mirip dengan bendera GAM atau Partai Aceh. Tidak semua masyarakat Aceh sepakat mengenai pemberlakuan qanun bendera dan lambang Aceh terutama sebagian etnis Gayo di kabupaten Aceh Tengah, kabupaten Gayo Lues, dan Benar Meriah dengan alasan bahwa bendera tersebut selain menyerupai bendera GAM dan juga menyerupai bendera partai lokal yang ada di Aceh. Masyarakat Aceh khususnya yang berada di wilayah tengah tidak merasa bahwa bendera dan lambang yang diusulkan oleh DPRA merupakan keinginan dari masyarakat Aceh secara umum, dengan pertimbangan Aceh memiliki berbagai etnis yang beragam. Seharusnya bendera dan lambang Aceh menjadi representatif masyarakat secara umum.
“Bendera Aceh harus mendapat pengakuan dari seluruh masyarakat Aceh terutama dari masyarakat Gayo karena kami juga merupakan wilayah dan masyarakat yang tidak terpisahkan dengan provinsi Aceh pada umumnya. Bendera ini pada hakikatnya merupakan simbol perjuangan perdamaian konflik Aceh. Karena itu harus dilambangkan dengan simbol-simbol yang relevan dengan semua yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Selain dari itu yang sangat kita khawatir lagi pengesahan bendera Aceh tersebut tidak sesuai dengan hirarki perundang-undangan, karena itu kami masyarakat Gayo merasa sangat segan apabila dianggap oleh pemerintah pusat sebagai pendukung peraturan cacat hukum” (Bahrin Porang, tokoh pemekaran Gayo Lues, wawancara 21 Agustus 2021)
Masih berkaitan dengan hasil wawancara di atas, maksud dan kondisi yang sama juga dikemukakan oleh anggota DPRK Gayo Lues bahwa:
“Bentuk bendera dan lambang Aceh di dalamnya berisi simbol-simbol identitas masyarakat tertentu yang tidak dapat mewakili seluruh masyarakat Aceh.menurut hemat kami bendera dan lambang Aceh produk DPRA tidak identik baik dengan daerah maupun masyarakat Aceh.qanun bendera dan lambang Aceh harus dibahas oleh seluruh pemerintah kabupaten/kota yang di selenggarakan dprk, namun daerah-daerah tidak dilibatkan sehingga perbedaan antara yang setuju dengan tidak setuju terhadap qanun
bendera dan lambang Aceh berbeda tajam, karena tidak mencerminkan aspirasi kesertaan rakyat Aceh juga tidak mencerminkan kebhinnekaan suku, budaya di Aceh, bahkan bendera dan lambang Aceh tersebut sangat mirip dengan salah satu organisasi politik lokal di Aceh” (Abulsalam, wawancara 24 Juli 2021)
Sehubungan dengan penjelasan tersebut nampak dengan jelas bahwa terdapat permasalahan di dalam penempatan bulan-bintang menjadi bendera Aceh dan buraq-singa sebagai lambang Aceh. Munculnya perbedaan persepsi sehubungan dengan kebijakan atau aturan yang telah ditetapkan. Namun perlu diperhatikan bahwa ada sebagian masyarakat yang menolak atas penempatan bulan-bintang sebagai bendera Aceh dan buraq-singa sebagai lambang Aceh. Walaupun secara demokrasi merupakan sebagai suatu dinamika dalam suatu kebijakan, namun pemerintah Aceh harus mementingkan unsur-unsur persatuan dan kesatuan.
Masyarakat Gayo Lues menunjukkan bahwa bendera dan lambang Aceh yang telah disahkan oleh DPR Aceh dan Gubernur Aceh tidak mewakili masyarakat Aceh Tengah baik dari sisi historis maupun identitas. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi apabila masyarakat Aceh Tengah diikutsertakan secara aktif dalam proses penyusunan qanun bendera dan lambang Aceh. Oleh karena itu pemerintah Aceh perlu mempertimbangkan hal itu sebagai salah satu saluran untuk memperkuat eksistensi bendera dan lambang Aceh sebagai identitas yang utuh untuk mempersatukan seluruh etnis Aceh yang terdiri dari berbagai etnis dan sosial budaya. Adanya Aceh sebagai bagian dari NKRI merupakan hasil semua perjuangan seluruh masyarakat Aceh, salah satunya masyarakat Gayo Lues. Hal ini menjadi ingatan kolektif sehingga mampu memberikan masukan-masukan untuk meninjau kembali kebijakan tentang bendera dan lambang Aceh.
“Menurut saya munculnya masyarakat Gayo Lues yang memberikan respon yang sifatnya jelas dan tegas tidak setuju terhadap qanun bendera dan lambang Aceh, karena merasa sedih dan tidak adil karena tidak mengikutsertakan masyarakat Gayo Lues dalam tahapan proses perencanaan dan penetapan bendera dan lambang tersebut. Berhubung qanun ini pada dasarnya bermasalah dengan pemerintah pusat, sehingga memperkuat masyarakat Gayo Lues untuk memberikan masukan-masukan yang tegas khususnya dengan masalah yang berhubungan dengan etnis dan budaya kami Aceh Tengah” (Rabusah, tokoh adat Gayo Lues, wawancara 17 Juli 2021) Bendera bulan bintang merupakan bendera yang pernah digunakan oleh kelompok GAM, pemerintah Aceh dan DPRA telah menyetujui dan mengesahkan bulan bintang sebagai bendera Aceh. Tetapi penetapan bendera tersebut hanya mewakili golongan tertentu di Aceh. Anggota DPRK Gayo Lues mengemukakan bahwa:
“Aceh merupakan salah satu daerah yang mendapatkan keistimewaan untuk memiliki bendera daerah. Namun berdasar pemikiran dan penilaian kami bendera tersebut sebenarnya harus memenuhi syarat secara mutlak, dalam hal ini dapat mewakili seluruh keinginan masyarakat yang ada di Aceh. Sebagian masyarakat Aceh belum bisa menerima bendera bulan bintang dan lambang Aceh tersebut, terutama kami di Gayo
Lues. Masyarakat tidak bisa menerima bendera dan lambang Aceh tersebut karena tidak mewakili masyrakat Gayo. Seandainya pemerintah Aceh dan gubernur membentuk bendera dan lambang Aceh lebih sosiologis dan historis, yaitu suatu bendera yang tidak bersentuhan dengan gambaran suatu kelompok tertentu yang terbentuk baik sebelum dan sesudah kesempatan damai, seperti bendera-bendera kerajaan Aceh dahulu, kami sangat optimis mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Gayo Lues dan sekitarnya” (Abulsalam, wawancara 24 Juli 2021)
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa masalah qanun bendera dan lambang Aceh memiliki permasalahan dalam pengesahan qanun tersebut. Oleh karena itu timbul keinginan masyarakat Gayo Lues menyampaikan aspirasinya dengan memprotes qanun yang telah disahkan untuk ditinjau ulang. Tindakan protes masyarakat Gayo Lues menjadi salah satu dasar berpikir untuk mendapatkan solusi strategis untuk menyelesaikan persoalan qanun agar akan lebih sesuai dengan tujuan dan semangat perdamaian yang sudah hidup dan berkembang lagi di Aceh. Suara masyarakat secara keseluruhan harus diutamakan, tetapi unsur-unsur khusus yang berhubungan dengan eksistensi sebuah persatuan juga harus menjadi pertimbangan penting, sehingga tidak menjadi sebagai penyebab perselisihan baru dalam masyarakat Aceh.
Qanun bendera dan lambang Aceh yang mewujudkan bendera bulan bintang dan lambang buraq-singa dinilai khususnya sebagai suatu identitas Partai Aceh di DPRA. Masyarakat Gayo Lues menginginkan supaya bendera tersebut ditata ulang dengan pendekatan sosiologis, antropologis, dan historis keAcehan, misalnya dengan mengqanunkan bendera pada masa kerajaan Aceh dahulu. Penataan ulang terhadap bendera dan lambang Aceh yang telah diqanunkan dikemukakan oleh tokoh lokal Bahrin Porang:
“Menurut kami di Aceh Tengah, bendera bulan bintang sebaiknya dan seharusnya ditata ulang, karena bendera ini seperti kita ketahui dan kita rasakan sangat menakutkan. Traumatis yang bertahun-tahun ini sama-sama kita jadikan pelajaran saja. Lebih baik untuk mewujudkan identitas Aceh yang mengakar dan menyeluruh tentunya melalui duduk dan musyawarah bersama kita menggunakan bendera kerajaan Aceh masa lalu. Aceh sangat kaya dengan sejarahnya, melalui pembahasan bersama maka dapat kita aktualisasikan untuk mengatasi masalah bendera dan lambang Aceh. Kalau bendera kerajaan Aceh masa lalu mempunyai manfaat praktis maka sangat layak bendera yang telah diqanunkan digantikan dengan bendera kerajaan Aceh dahulu. Karena bendera ini adalah bendera yang membuktikan kemegahan Aceh pada masa lalu. Masyarakat Aceh pasti akan menerima karena bendera ini murni identitas historis masyarakat Aceh dan bebas subjektivitas”
Berdasarkan penjelasan tersebut keberadaan bendera bulan bintang dan lambang buraq- singa dikhawatirkan akan memunculkan kembali rasa ketakutan dan kegelisahan yang menjadi suatu traumatis pada era Daerah Operasi Militer (DOM) dahulu. Ingatan kolektif yang menghancurkan semua aspek kehidupan masyarakat menjadi motivasi yang kuat untuk tidak dapat menerima bendera dan lambing Aceh sebagai suatu identitas bersama.
Sikap dan tindakan masyarakat Gayo Lues yang tidak setuju bendera bulan bintang dan lambang buraq-singa sebagai identitas Aceh menjadi suatu indikator bahwa simbol tersebut belum mewakili seluruh aspirasi masyarakat Aceh. Kondisi ini menunjukkan bahwa bendera bulan bintang dan lambang buraq-singa belum bisa mempersatukan seluruh masyarakat Aceh. Karena itu akan menjadi kekhawatiran bersama apabila bendera bulan bintang dan lambang buraq-singa dipaksakan untuk diperlakukan di Aceh, yaitu akan mengganggu stabilitas keamanan.
Hal tersebut berbeda dengan penjelasan yang disampaikan oleh Partai Aceh bahwa bendera bulan bintang justru menjadi suatu sarana identitas yang konstruktif dengan memberikan berbagai pengaruh positif, memperkuat perdamaian dan memperkuat kesatuan masyarakat Aceh secara bergenerasi. Hal ini dikemukakan oleh salah seorang anggota Partai Aceh yaitu:
“Bendera bulan bintang tidak muncul secara mendadak apalagi insidentil tapi melalui suatu proses, sehingga sampai berhadapan dengan mou helsinki sebagai identitas Aceh. Tidak hanya saya, siapa saja yang memahami secara langsung tentang bendera ini pasti akan menyatakan bahwa bendera ini bisa mempersatukan seluruh rakyat Aceh karena pada umumnya sangat menghargai mou. Berdasarkan keinginan yang menyeluruh dari masyarakat Aceh tersebut, maka dengan bendera itu dapat membangun perdamaian Aceh untuk kehidupan yang serasi dalam NKRI. Apabila keberadaan bendera ini diabaikan kita khawatir aka muncul kelompok yang berusaha untuk menghidupkan kembali bendera itu diluar perdamaian. Hal itu yang sebenarnya akan menimbulkan konflik baru yang sama-sama kita harapkan tidak terjadi lagi di Aceh. Saya sendiri merasa sangat tidak wajar apabila ada sebagian masyarakat bersama pemerintah pusat menyarankan agar menggunakan bendera pada masa kesultanan Aceh sebagai bendera Aceh. Menurut saya, saran itu saya tidak setuju karena kalau kita menggunakan bendera pada masa sultan Aceh dahulu berarti kita akan kembali masa kesultanan dan rakyat Aceh harus memisahkan diri dari NKRI” (Adnan Beuransah, wawancara 9 Juni 2021). Bendera bulan bintang merupakan suatu produk dari proses kehidupan masyarakat Aceh sejak tahun 1976 sampai dengan 2005. Masyarakat Aceh sangat mendukung untuk menjadikan bendera bulan bintang sebagai identitas. Pemerintah Aceh merasa sangat bertanggungjawab untuk menjadikan bendera ini sebagai bendera pemerintah Aceh karena untuk memperkokoh perdamaian yang telah terwujud di Aceh. Hal yang sama dijelaskan oleh Partai Aceh tentang pendapat tidak adanya keterwakilan utusan Aceh Tengah dalam proses perumusan qanun bendera dan lambang Aceh. Perumusan qanun tersebut tidak didominasi keinginan pemerintah tetapi ada tuntutan dan dukungan dari masyarakat Aceh pada umumnya. Ada prosedur formal DPRA membentuk dan merumuskan bendera Aceh dengan bentuk bulan bintang bahwa:
“Ada pun prosedur yang digunakan oleh DPRA dalam merumuskan Qanun No. 3 Tahun 2013 Tentang Bendera dan Lambang Aceh dengan bentuk bulan bintang dan buraq singa, tentu saja ada suatu mekanisme dalam melakukan penerapan sebuah qanun dan qanun itu diusulkan oleh eksekutif diera doto zaini sebagai gubernur Aceh, pihak
eksekutif tersebut mengajukan draf tersebut. Setelah diterima oleh DPRA, kemudian kami pelajari dan kami analisis secara bersama sehingga ketika kami temukan unsur- unsur yang tidak sinkron, segera kami sinkronkan. Selanjutnya kami bawa ke mendagri hasilnya kami mendapatkan suatu pemahaman, pandangan dan pemikiran yang sesuai dengan draf qanun yang kami ajukan yaitu ada pada sisi yang sama. Dengan demikian hasil yang diajukan oleh pemerintah dalam hal ini eksekutif itu dirumuskan bersama di DPRA, dengan kerja yang sungguh-sungguh berhasil mewujudkan satu qanun sebagai identitas Aceh” (Junaidi, wawancara 25 Juni 2021)
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa kerjasama antara eksekutif dengan legislatif yang didominasi oleh Partai Aceh mewujudkan suatu proses penyusunan dan pembentukan bendera bulan bintang sebagai bendera provinsi Aceh melalui sebuah qanun. Bendera tersebut juga telah didiskusikan bersama mendagri dan menghasilkan pandangan bersama. Selain itu pemerintah juga telah melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) untuk mendapat masukan dari masyarakat umum.
Senada dengan penjelasan di atas, petinggi Partai Aceh Muzakkir Manaf atau yang juga biasa disapa dengan Mualem mengemukakan bahwa:
“Semua pihak dari berbagai elemen masyarakat ada dan terpenuhi dalam RPDU itu, karena yang kita undang yang pertama kepala pemerintah kabupaten/kota, dan ketua DPRK kabupaten kota kemudian yang ketiga kepala-kepala mukim, keempat tokoh-tokoh masyarakat dan juga yang kelima mahasiswa. Semua peserta RDPU sangat mengapresiasikan terhadap rumusan yang diajukan oleh eksekutif” (Wawancara, 03 Juni 2021)
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan qanun bendera dan lambang Aceh telah melalui prosedur sebelum dirumuskan dan dibentuk bendera tersebut. Semuanya memilih bendera bulan bintang sebagai bendera pemerintah Aceh karena berkaitan secara langsung baik dengan aspek historis maupun sosiologis dengan keadaan masyarakat Aceh pada umumnya. Hal ini juga dikemukakan oleh Tgk. H. Abdullah Saleh bahwa:
“Sehubungan dengan apresiasi masyarakat dalam proses penentuan bendera bulan bintang sesuai dengan yang berlangsung dalam paripurna penetapan di parlemen. Pada waktu paripurna penetapan qanun dihadiri oleh semua fraksi di DPRA, oleh karena itu hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya Partai Aceh yang mengusung. Pada waktu paripurna penetapan yang mewujudkan qanun, semua fraksi yang ada di DPRA baik PA maupun partai nasional menyetujui qanun bendera dan lambing Aceh itu. Oleh karena itu qanun tersebut bukan milik Partai Aceh tetapi milik semua rakyat dan di ACC setujui semua fraksi di DPR. Tidak ada yang membantah apalagi menolak, karena itu qanun tersebut milik seluruh rakyat Aceh” (Wawancara 17 Juni 2021)
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa bendera bulan- bintang tidak ada penolakan dari semua fraksi DPRA. Semua unsur masyarakat telah menyetujui bendera bulan bintang disahkan supaya menjadi bendera pemerintah daerah. Kondisi ini juga dapat dibuktikan dengan anggota dewan sebagai representatif dari masyarakat Aceh menerima sepenuhnya usulan bendera tersebut sebagai bendera pemerintah daerah Aceh.
Pendapat yang menolak menyatakan bahwa qanun bendera dan lambang Aceh tidak mewakili seluruh etnis di Aceh terutama sekali masyarakat Gayo Lues, sedangkan pendapat yang menerima menyatakan bahwa qanun bendera dan lambang Aceh merupakan suatu hasil yang sangat konstruktif dari pemerintah Aceh sebagai identitas formal untuk mempersatukan masyarakat Aceh secara seutuhnya.
Kehadiran produk qanun bendera dan lambang Aceh telah melahirkan perbedaan penafsiran diantara pihak terkait, tidak sedikit kalangan menganggap bahwa bendera Aceh menyerupai bendera GAM atau Partai Aceh. Sedangkan pemerintah Aceh menganggap bahwa GAM sudah merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh karena itu semua simbol terkait GAM merupakan suatu kebenaran untuk digunakan. Selain dari itu simbol bendera dan lambang Aceh merupakan hasil penafsiran, pemaknaan Partai Aceh dari identitas budaya Aceh. Pada sisi lain terjadi perbedaan pendapat antar etnis minoritas yaitu yang mendukung dan ada yang menolak, mereka yang menolak menyatakan bahwa bendera dan lambang Aceh tidak mewakili identitas budaya mereka, sedangkan yang mendukung mereka menyatakan bahwa bendera dan lambang Aceh merupakan hak istimewa masyarakat Aceh pada umumnya termasuk etnis Gayo di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
## SIMPULAN
Identitas budaya Aceh merupakan kesadaran dasar terhadap karakteristik khusus yang dimiliki etnis Aceh dalam hal kebiasaan hidup, adat, bahasa, nilai, relegi. Identitas etnis Aceh berhubungan erat dengan budayanya, sehingga untuk mengategarorikan masyarakat Aceh harus berdasarkan budaya Aceh. Karena itu identitas etnis Aceh dapat menunjukkan identitas budaya Aceh
Pendapat etnis minoritas terhadap rancangan Qanun bendera dan lambang Aceh terdiri dari dua pendapat yaitu pendapat yang menolak dan menerima. Pendapat yang menolak menyatakan bahwa Qanun Bendera dan lambang Aceh tidak mewakili seluruh etnis di Aceh terutama sekali masyarakat Aceh Tengah dan Gayo Lues sedangkan pendapat yang menerima menyatakan bahwa qanun bendera dan lambang Aceh merupakan suatu hasil yang sangat konstruktif dari pemerintah Aceh sebagai identitas formal untuk mempersatukan masyarakat Aceh secara seutuhnya.
Berdasarkan dua pemahaman masyarakat yang sangat berbeda terhadap qanun bendera dan lambang Aceh maka menimbulkan dua bentuk tindakan nyata dari masyarakat tersebut yaitu tindakan menolak secara total dan tindakan menerima sepenuhnya, sehingga produk
qanun tersebut dari sisi sosiologis tidak efektif untuk diaplikasikan karena berpengaruh terhadap interaksi sosial politik yang tidak produktif.
## REFERENSI
Arabiyani, A. (2018). Kepastian Hukum Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 20 (2), 295-314.
Dini, M. F. (2014). Urgensi Pengawasan Preventif terhadap Qanun No. 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 21 (1), 96-119.
Djumala, D. (2013). Soft Power Untuk Aceh: Resolusi Konflik dan Politik Desentralisasi . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fahrimal, Y. (2017). Polemik Qanun Aceh Dalam Konstruksi Media Online Antaranews.com. Communication, 8 (1), 12-35.
Manan, B. (2002). Menyonsong Fajar Otonomi Daerah . Yogyakarta: PSH FH UII.
Mukhrijal, M., Rassanjani, S., Herizal, H., & Afrijal, A. (2021). The Winning of the Partai Aceh in a Psychological Political Approach. Journal of Governance and Public Policy, 8 (2), 140-156.
Nasrudin, J. (2018). Politik identitas dan representasi politik (Studi kasus pada Pilkada DKI periode 2018-2022). Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 1 (1), 34-47.
Ridwansyah, M. (2018). Pembentukan Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Bendera dan Lambang Aceh/The Establishment of Aceh Qanun No 3 of 2013 on Aceh Flag and Symbol. Jurnal Hukum dan Peradilan, 7 (1), 109-126.
Usman, U. (2017). Dinamika Politik Sepuluh Tahun Perdamaian Di Aceh (Analisis Politik Kawasan Pesisir Timur Aceh). Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan Hukum, 1 (1), 50-60.
Wijaya, E. (2016). Problem Pengesahan Bendera Aceh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pemetaan Permasalahan). Padjadjaran Journal of Law, 3 (1), 154-172.
|
9d1f8d85-ae99-4f7d-af88-87ac689557b8 | https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jpmpi/article/download/1635/1191 |
## Original Research Paper
Pengemasan dan Pemasaran Produk Dodol Rumput Laut sebagai Olahan Pangan Sehat di Desa Seriwe Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur
Jessica Tamia Andjani 1* , Muhammad Farizi Maldino 2 , Mirna Sulistia Irhami 3 , Nurhayati 4 , Rudy Alpian 5 , Ahmad Raksun 6
1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Mataram
2 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
3 Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Mataram
4 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
5 Program Studi Ilmu Hukum Non-Reguler, Fakultas Hukum Universitas Mataram
6 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.1635
Sitasi: Andjani, J. T., Maldino, M. F., Irhami, M. S., Nurhayati., Alpian, R & Raksun, A. (2022). Pengemasan dan Pemasaran Produk Dodol Rumput Laut sebagai Olahan Pangan Sehat di Desa Seriwe Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA , 5(2)
## Article history
Received: 10 Januari 2022 Revised: 17 Maret 2022 Accepted: 25 April 2022
*Corresponding Author: Jessica Tamia Andjani, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Mataram, Indonesia; Email: [email protected]
Abstract: Desa Seriwe merupakan penghasil rumput laut yang merupakan penyumbang produksi rumput laut Pulau Lombok. Rumput laut merupakan salah satu produk unggulan kelautan yang memiliki nilai ekonomis yang dapat menggerakkan sektor ekonomi mulai dari tingkat petani, produsen, pengolah hingga pengguna. Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai olahan produk dodol rumput laut. Pengemasan dan pelabelan adalah faktor penting dalam pemasaran. Dengan pengemasan yang tepat selain mampu melindungi produk, membuat daya simpan lebih lama, juga mampu menarik konsumen untuk membeli produk. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah agar dapat memberikan motivasi dan keterampilan kepada masyarakat khususnya UMKM agar mampu memahami bagaimana pengemasan dan pelabelan yang tepat serta strategi pemasaran yang baik. Lokasi pengabdian masyarakat dilaksanakan di Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur pada tanggal 27 Desember 2021-10 Februari 2022. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan pelatihan untuk memberikan pemahaman dan membantu pengemasan dan pemasaran online dan offline. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa pengemasan dan strategi pemasaran sangat tepat dalam memberikan pemahaman kepada UMKM.
Keywords : Dodol Rumput Laut, Pengemasan, Pemasaran, Desa Seriwe
## Pendahuluan
Desa Seriwe merupakan penghasil rumput laut yang merupakan penyumbang produksi rumput laut Pulau Lombok. Masyarakat setempat membudidayakan rumput laut menggunakan metode patok dasar, rakit dan longline . Budidaya rumput laut di Teluk Seriwe telah mengoptimalkan
ruang perairan dengan cara menggunakan metode budidaya longline . Rumput laut yang dihasilkan dari budidaya dijual hanya berupa rumput laut kering. Tidak banyak masyarakat yang memproduksi hasil olahan rumput laut yang sebenarnya olahan rumput laut memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga rumput laut kering. Masyarakat Desa Seriwe hanya
fokus dalam budidaya rumput laut saja sebagai mata pencaharian utama dan kurangnya waktu luang menjadi alasan masyarakat belum mencoba untuk mengolah rumput laut tersebut menjadi aneka olahan lain.
Rumput laut merupakan salah satu komoditi perikanan budidaya yang sedang ditingkatkan saat ini oleh pemerintah guna meningkatkan devisi Negara. Rumput laut juda salah satu produk unggulan kelautan yang memiliki nilai ekonomis yang dapat menggerakkan sektor ekonomi mulai dari tingkat petani, produsen, pengolah hingga pengguna (Majid, dkk., 2018).
Rumput laut juga memiliki berbagai kandungan gizi, salah satunya yaitu kandungan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang mempu menghambat oksidasi molekul lain Vinayak, et al . 2010). Dengan kandungan tersebut, maka olahan rumput laut dapat dijadikan sebagai salah satu pangan fungsional. Kebutuhan akan pangan fungsional saat ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaatnya untuk kesehatan (Sanger, dkk., 2018).
Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun bahan tambahan dalam pembuatan berbagai jenis makanan olahan dan tentunya mengandung nutrisi yang cukup baik sehingga baik untuk kesehatan. Makanan olahan berbahan dasar rumput dapat dijadikan camilan sehat seperti salah satunya yaitu dodol rumput laut. Pembuatan dodol dari rumput laut ini selain dapat menunjang gizi masyarakat setempat juga dapat dijadikan wirausaha dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat Desa Seriwe.
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini fokus pada pengemasan dan pemasaran produk dodol rumput laut tersebut. Saat ini, pengemasan merupakan salah satu faktor penting dalam persaingan dunia usaha. Selain sebagai alat pelindung dari kerusakan, kemasan juga berfungsi sebahai nilai estetika yang menjadikan alasan mengapa konsumen memilih atau membeli produk tersebut (Semariyani, dkk., 2019).
Selain itu, strategi pemasaran yang tepat juga diperlukan. Dan saat ini, pemasaran secara daring menjadi pilihan yang tepat, apalagi bagi produk baru. Biaya pemasaran yang lebih rendah menjadi alasan yang tepat bagi usaha yang baru berdiri dengan modal yang tidak tinggi. Maka, diperlukan strategi pemasaran online yang tepat.
Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah agar dapat memberikan motivasi dan keterampilan kepada masyarakat khususnya UMKM adar mampu memahami bagaimana pengemasan dan pelabelan yang tepat serta strategi pemasaran yang baik. Selain itu, dapat memanfaatkan potensi rumput laut yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan pangan seperti dodol rumput laut. Keterampilan mengolah rumput laut menjadi camilan dodol ini dapat diterapkan masyarakat diberbagai hal sehingga dapat dikonsumsi, bahkan dapat dijadikan wirausaha dan membuka lapangan pekerjaan baru untuk meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya di daerah Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
## Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Universitas Mataram di Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sasaran kegiatan adalah masyarakat Desa Seriwe dimana mereka berpartisipasi aktif dan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi membangkitkan motivasi dan melahirkan inovasi bagi masyarakat tentang pengemasan dan pemasaran produk dodol rumput laut.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah dan pelatihan untuk memberi pemahaman dan membantu pengemasan dan pamasaran kepada UMKM. Khususnya UMKM Putri Selatan, Desa Seriwe. Alat dan bahan yang digunakan yaitu produk dodol rumput laut, kemasan standing pouch , label kemasan dan sealer . Diharapkan pelaku usaha dapat mengimplementasikan pemahaman pemasaran produk dan terjadi peningkatan permintaan sehingga produksi serta pemasaran dodol rumput laut oleh UMKM Desa Sriwe dapat dilakukan secara kontinu dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
## Hasil dan Pembahasan
Kegiatan ini dilakukan pada masa KKN yaitu pada tanggal 27 Desember 2021-10 Februari 2022. Diawali dengan survei serta kunjungan lokasi UMKM. Selanjutnya permohonan izin
kepada pemilik UMKM untuk melaksanakan kegiatan. Kemudian pembuatan label kemasan, persiapan pengemasan dan pemasaran.
Pengemasan dan pelabelan adalah faktor penting dalam pemasaran. Dengan pengemasan yang tepat selain mampu melindungi produk, membuat daya simpan lebih lama, juga mampu menarik konsumen untuk membeli produk. Pelabelan yang lengkap mengenai produk juga mempengaruhi konsumen untuk membeli produk. Pentingnya pengemasan dan pelabelan yang tepat dapat meningkatkan penjualan dan mempermudah dalam pemasaran (Fahmi, dkk., 2020). Kemasan yang digunakan pada produk dodol rumput laut adalah kemasan standing pouch . Kemasan standing pouch dipilih karena cocok digunakan dan dapat melindungi produk dari kerusalan ataupun kontaminasi dari luar. Label dan kemasan yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengemasan dan Pelabelan Produk Dodol Rumput Laut.
Dari pengemasan, selanjutnya tahap pemasaran yang dilakukan secara online dan offline. Pemasaran online menggunakan media social seperti Instagram dan WhatsApp. Media tersebut digunakan sebagai sarana promosi untuk mempromosikan produk UMKM. Pada pemasaran offline dilakukan dengan memperkenalkan produk kepada masyarakat dan mengunjungi toko-toko di sekitar desa Seriwe hingga ke luar desa Seriwe yaitu ke Jerowaru, agar produk UMKM dodol rumput laut tersebut dapat dikenal luas oleh masyrakat sehingga dapat menjadi produk unggulan. Pemasaran offline dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan Pemasaran Offline Produk Dodol Rumput Laut.
## Kesimpulan
Berdasarkan
kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan pengemasan dan pemasaran dodol rumput laut tersebut dapat diterima dengan baik oleh pelaku UMKM serta masyarakat Desa Seriwe. Target luaran dari kegiatan pengemasan dan pemasaran produk ini telah memberikan hal positif bagi pelaku UMKM dan masyarakat dengan memperkenalkan produk tersebut menjadi produk unggulan.
## Ucapan Terima Kasih
Kami tim penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Rektor dan Ketua LPPM Universitas Mataram yang telah memfasilitasi kekiatan yang kami lakukan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Desa dan seluruh tenaga administrasi Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur atas dukungan, penerimaan dan izin yang diberikan kepada mahasiswa KKN Tematik Universitas Mataram untuk melaksanakan kegiatan dengan baik.
## Daftar Pustaka
Fahmi, I.A., R. Abubakar, Idealistuti, M. Sidik, I. Paridawati, dan A.A. Nugroho. 2020. Penyuluhan Pengemasan, Pelabelan dan
Strategi Pemasaran Serundeng Laos. International Journal of Community
Engagement. 1 (1) : 10-14.
Majid, A., N. Cokrowati, dan N. Diniarti. 2018. Pertumbuhan Rumput Laut ( Euchema cottonii ) pada Kedalaman yang Berada di Teluk Ekas, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Jurnal Penelitian. 1 (1) : 1-5. Sanger, G. B.E. Kaseger, L.K. Rarung, dan L. Damongilala. 2018. Potensi Beberapa Jenis
Rumput Laut sebagai Bahan Pangan Fungsional, Sumber Pigmen dan Antioksidan Alami. JPHPI . 21 (2) : 208- 217.
Semariyani, A.AM., I.W. Sudiarta, I.N. Rudianta, I.P. Candra, I.G.P. Mangku, L. Suriati, dan N.M.A. Suardani. 2019. Pengemasan dan Strategi Pemasaran Produk Pangan di Desa Sulangai. Community Services Journal . 2 (1) : 23-28 di Desa Sulangai. Community Services Journal . 2 (1) : 23-28.
Vinayak, R.C., Sabu, A.S. dan Chatterji, A. 2010. Bio-prospecting of a Few Brown Seaweeds for Their Cytotoxic and Antioxidant Activity. Complementary and Alternative Medicine. 20 (11) : 1-9.
|
a1315de9-b424-413e-862b-e2bae23a2ee5 | https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/pharmacon/article/download/32764/30957 |
## FORMULATIONS AND TEST OF THE EFFECTIVENESS OF THE ANTIOXIDANT
CREAM FORMULATION OF BAY LEAF ETHANOL EXTRACT (Syzygium Polyanthum (Wight) Walpers.) USING DPPH METHOD ( 1,1- Diphenyl- 2 -Picrylhydrazyl)
## FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM
EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum (Wight) Walpers.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DPPH ( 1,1 -diphenyl- 2 -picrylhydrazyl)
Etserlisa A. Apitalau 1) , Hosea J. Edy 1) , Karlah R. L Mansauda 1)
1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 *[email protected]
## ABSTRACT
Bay leaf (Syzygium Polyanthum (Wight) Walpers.) is known contains flavonoids, saponins, tannins and vitamin C. Flavonoids and vitamin C have an antioxidant activity, since they have the ability to remove and effectively reduce a damaging oxidizer species. The aim of the study is to determine the impact of the bay leaf ethanol extract enhancement concentration towards an antioxidant activity of cream preparation by using the DPPH method. This research used laboratory experimental methods. Cream formulations are made with various concentrations 1%, 3%, 6% and 9%. The evaluation results of the bay leaf cream preparation has fulfilled the requirements of homogeneity, organoleptic, pH, adhesion, dispersion, and centrifugation. The results of the antioxidant activity test using the DPPH method using the UV-Vis spectrophotometer which was the most effective as an antioxidant cream from bay leaf extract was 3% with a value IC_50 = 1.4630 ppm and vitamin C as a comparison with a value IC_50 = 0.1131 ppm. From this research, it can be concluded that the cream formulation of bay leaf ethanol extract has fulfilled the physical test parameters, stabile, and had a powerful antioxidant activity.
Keywords : : Bay Leaf (Sysigium Polyanthum (Wight) Walpers.), Antioxidant Cream, DPPH (1.1-Diphenyl-2- Picrylhydrazyl) Method
## ABSTRAK
Daun salam ( Syzygium Polyanthum (Wight) Walpers.) diketahui mengandung flavonoid, saponin, tanin dan vitamin C. Senyawa flavonoid dan vitamin C memiliki aktivitas sebagai antioksidan, karena memiliki kemampuan untuk menghilangkan dan secara efektif mengurangi spesies pengoksidasi yang merusak. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan kosentrasi ekstrak etanol daun salam terhadap aktivitas antioksidan pada sediaan krim dengan menggunakan metode DPPH. Penelitian ini mengggunakan metode eksperimental laboratorium. Formulasi sediaan krim dibuat dengan variasi konsentrasi 1%, 3%, 6% dan 9%. Hasil evaluasi sediaan krim daun salam memenuhi persyaratan homogenitas, organoleptis, pH , daya lekat, daya sebar, sentrifugasi. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang paling efektif sebagai krim antioksidan dari ekstrak daun salam adalah 3% memiliki nilai IC 50 = 1,4630 ppm dan vitamin C sebagai pembanding memiliki nilai IC 50 = 0,1131 ppm. Dari penilitian ini dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak etanol daun salam memenuhi parameter uji fisik, stabil dan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
Kata kunci : Daun Salam ( Sysigium Polyanthum (Wight) Walpers.) Krim Antioksidan, Metode DPPH (1.1- Diphenyl-2-Picrylhydrazyl).
## PENDAHULUAN
Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi ke dalam bahan dasar yang sesuai. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit. Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi penyumbatan dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim asam stearat (Voight, 1994).
Antioksidan merupakan senyawa yang dalam jumlah tertentu dapat memperlambat atau menghambat terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh proses oksidasi. Senyawa antioksidan sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk melindungi dari paparan radikal bebas, bekerja dengan cara menyumbangkan elektronya kepada suatu senyawa yang memiliki sifat oksidan, sehingga dapat dengan mudah menghambat aktivitas oksidan (Sayuti et al. , 2015).
Daun salam sebagai tanaman obat asli Indonesia banyak digunakan oleh masyarakat untuk menurunkan kolesterol, kencing manis, hipertensi, gastritis, dan diare. Daun salam diketahui mengandung flavonoid, saponin, tannin, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan besi. Tanaman yang memiliki aktivitas anti inflamasi adalah daun salam ( Syzygium polyanthum (Wight) Walpers). Kandungan kimia yang berupa flavonoid ini diduga dapat memberikan efek antiinflamasinya denga jalan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase. Hasil penilitian menunjukkan bahwa daun salam memiliki efek sebagai antiinflamasi.
Berdasarkan penilitian sebelumnya (Putrawan et al. , 2014) melakukan uji antioksidan menggunakan metode DPPH ( 1,1 Diphenyl-2- picrylhidrazyl ) diperoleh hasil bahwa ekstrak daun salam memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC 50 yang diperoleh adalah 11,001 ppm. Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa dapat digolongakan berdasarkan nilai IC 50 suatu ekstak berada dibawah 50 ppm aktivitas antioksidannya sangat kuat. nilai IC 50 berada diantara 50- 100 ppm berarti aktivitas antioksidanya kuat, nilai IC 50 berada diantara 100- 150 ppm berarti aktivitas antioksidanya sedang, nilai IC 50 berada diantara 150-200 ppm berarti aktivitas antioksidanya lemah, sedangkan apabila
nilai IC 50 berada diatas 200 ppm maka aktivitas antioksidannya sangat lemah (Molyneux, 2004). Dari hasil penilitian sebelumnya tentang aktivitas antioksidan daun salam, peneliti tertarik melakukan penilitian untuk membuat suatu sediaan farmasi yaitu sediaan krim antioksidan.
## METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2020 – September 2020 di Laboratorium Farmasi lanjut, Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi.
## Bentuk Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental laboratorium yang akan membuat formulasi krim 1%, 3%, 5% dan 9% serta menguji efektivitas antioksidan sediaan dari ekstrak daun Salam.
## Alat dan Bahan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat-alat gelas ( Iwaki ST Pyrex ® ), timbangan analitik ( AE Adam ® ), hotplate magnetic stirrer ( Nesco ® Lab), lumpang dan alu, pipet tetes, mikropipet (Pipetman Neo ® ), pH meter (Elmeiron), oven (Ecocell MMM Group), blender ( Miyako ® ), stopwatch , penggaris berskala (Kenko), cawan petri, batang pengaduk, wadah krim (Marunagu), vortex (Mixer Hwashin), aluminium foil (Klin Pak Good), lemari pendingin (GEA), ayakan 60 mesh (Mico) dan spektrofotometer UV-Vis.
## Bahan
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu ekstrak daun Salam, etanol 96%, asam stearat, setil alkohol, gliserin, triethanolamin, paraffin cair, metil paraben, aquades, Vitamin C, etanol p.a dan DPPH
## Prosedur Penelitian Penyiapan dan Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah Daun Salam ( Syzygium polyanthum (Wight) Walpers.) yang diambil di sekitaran Kecamatan Paal II, Kelurahan Dendengan Dalam, Kota Manado. Provinsi Sulawesi Utara. Daun Salam ( Syzygium polyanthum (Wight) Walpers.), yang masih segar yang diambil sebanyak 3 kg. Sampel daun salam dicuci dengan air mengalir
untuk menghilangkan pengotor atau kontaminan yang tidak diinginkan, kemudian ditiriskan. Daun dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diruangan yang terlindung dari sinar matahari selama 5 hari dan dibuat simplisia. Daun yang telah kering kemudian diblender menjadi serbuk lalu diayak dengan ayakan mesh 60 kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari sinar matahari.
## Ekstrasi Sampel
Pembuatan ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu sebanyak 500 g serbuk
simplisia daun salam dimasukkan dalam toples kaca lalu direndam dalam pelarut etanol 96% sebanyak 2.500 mL, dan ditutup dengan Kemudian dilakukan remaserasi 1, residu yang diperoleh ditambahkan 1.500 mL pelarut etanol 96 % ditutup dengan aluminium foil dan di rendam selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Semua maserat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan oven pada suhu 40°C , sehingga diperoleh ektrak kental daun salam sebanyak 62,03 g dan disimpan dalam wadah tertutup sebelum digunakan untuk pengujian.
Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Salam
Tabel 1. Formula krim ekstrak daun Salam
Bahan Fungsi Konsentrasi FI FII FIII FIV Ekstrak Etanol Daun Salam Zat Aktif 1% 3% 6% 9% Asam Stearat Pengemulsi 16% 16% 16% 16% Setil Alkohol Emulgator 2% 2% 2% 2% Gliserin Humektan 8,5% 8,5% 8,5% 8,5% TEA Emulgator 7% 7% 7% 7% Parafin Cair Pelarut 10% 10% 10% 10% Metil Paraben Pengawet 0,2% 0,2% 0,2% 0,2% Aquades Pelarut ad100 ad100 ad100 ad100
## Pembuatan Krim
Alat dan bahan disiapkan. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan. Fase minyak dibuat dengan melebur (asam stearat, setil alcohol, parafin cair), di dalam beker gelas 50 mL. Kemudian Fase air dibuat dengan melebur (TEA, gliserin, dan metil paraben), di dalam beker gelas 50 mL dan aquades. Fase minyak dan fase air beserta aquades dipanasakan diatas hot plate pada suhu 70°C dan diaduk. Kemudian dipanaskan lumpang dan alu dengan cara menaruh etanol 96% dan kemudian dibakar dengan api sampai apinya menghilang. Dimasukan fase air kedalam lumpang panas dan sambil diaduk kemudian ditambahkan fase minyak dan diaduk, tambahkan dengan aquades yang telah dipanasakan secara perlahan sambil diaduk sampai terbentuk emulsi yang homogen. Bila suhu krim sudah mencapai suhu ±45 o C, kemudian ditambahkan ekstrak daun salam sambil terus diaduk sampai homogen.
## Evaluasi Fisik Sediaan Krim Uji Organoleptik
Uji organoleptik meliputi konsistensi, warna, bau krim untuk mengetahui secara fisik keadaan krim tersebut. Pemeriksaan organoleptis dilakukan untk mendiskripsikan konsistensi, warna, dan bau dari krim yang sudah bercampur dengan beberapa basis, sediaan yang dihasilkan sebaiknya memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan, dan konsistensi yang cukup agar nyaman dalam penggunaannya (Ekowati et al., 2015)
## Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas sediaan diperiksa dengan cara mengoleskan sejumlah sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM., 1985). Diambil 1 g krim kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika masih ada partikel – partikel kasar dan terjadi pemisahan fase.
## Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 g krim dan diencerkan dengan 10 mL aquades kemudian gunakan pH meter bagian sensornya dan dibaca pH pada bagian monitor (Juwita, at al. 2013 ) . pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5 – 6,5.
## Uji Daya Lekat
Pengujian daya lekat krim dilakukan dengan cara sejumlah basis diletakkan di atas gelas objek yang telah ditentukan luasnya. Gelas objek yang lain diletakkan di atas basis tersebut dan ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Gelas objek dipasang pada alat uji, lepaskan 3 beban seberat 80 g dan dicatat waktu hingga kedua gelas objek terlepas (Zulkarnain, at al. 2013).
## Uji Daya Sebar
Pengujian daya menyebar dilakukan untuk mengetahui kualitas daya menyebar krim saat dioleskan pada kulit. Semakin besar daya menyebar maka sifat fisik krim semakin baik. Persyaratan yang baik akan menghasilkan daya sebar sebesar 5-7 cm (Wasiaatmadja, 1997). Dengan cara krim sebanyak 0,5 g diletakkan ditengah tengah plat kaca, dan dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu diberi penambahan beban setiap 1 menit 50 g hingga 250 g lalu diukur diameter sebarnya untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar.
## Uji Sentrifugasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pemisahan fase pada sediaan krim. Sampel krim sebanyak 5 g ditempatkan dalam tabung sentrifugasi dan disentrifugasi 3750 rpm selama 5 jam atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pemisahan fase pada sediaan krim (Handali, et al., 2011).
## Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Pembuantan Larutan Induk DPPH
Ditimbang DPPH ( 1,1-difenil-2- picrylhidrazil ) sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan dalam etanol p.a dengan menggunakan labu ukur 100 mL (1000 ppm), lalu tempatkan dalam botol kaca berwarna gelap dan di homogenkan.
## Pembuatan Larutan Blanko DPPH
Diambil 1 mL larutan DPPH kedalam labu ukur 5 mL, kemudian dilarutkan dengan etanol p.a hinga tanda dan dihomogenkan. Kemudian selama 30 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.
## Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C
Serbuk vitamin C ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan dilarutkan dengan etanol p.a sampai tanda batas, Pengujian dilakukan dengan cara membuat pengenceran 5 seri konsentrasi larutan pembanding vitamin C, 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, dan 2,5 ppm. Dari larutan stok masing- masing dipipet 0,25 mL, 0,5 mL, 0,75 mL, 1 mL, dan 1,25 mL masing-masing dicukupkan volumenya dengan etanol p.a dalam labu ukur 5 mL, kemudian disetiap kosentrasi diambil 1 mL dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH. Selanjutnya campuran tersebut divortex dan diinkubasi selama 30 menit. Kemudian masing- masing larutan tersebut diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm sebanyak 3 replikasi.
## Pembuatan Uji Efektivitas Antioksidan DPPH
Sampel krim ditimbang sebanyak 10 mg, kemudian ditambahkan dengan etanol p.a dalam labu ukur 100 mL selanjutnya divortex selama 2 menit, diperoleh larutan stok dengan kosentrasi 1000 ppm. pada kosentrasi 1% dengan masing- masing kosentrasi 10 ppm, 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm, 90 ppm dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran. Kemudian pada kelima kosentrasi masing-masing hasil yang didapatkan, dipipet 0,05 mL, 0,15 mL, 0,25 mL, 0,35 mL, 0,45 mL, dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai tanda batas dalam labu ukur 5 mL, kemudian disetiap kosentrasi diambil 1 mL dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH, kemudian pada kosentrasi 3%,6%,9% dengan masing-masing kosentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran. Kemudian pada kelima kosentrasi masing-masing hasil yang didapatkan, dipipet 0,25 mL, 0,5 mL, 0,75 mL, 1 mL, 1,25 mL, dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai tanda batas dalam labu ukur 5 mL, kemudian disetiap kosentrasi diambil 1 mL dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH, dilakukan sebanyak 3 replikasi dan divortex selama 2 menit dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruangan, kemudian diukur dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Setelah absorbansi didapat, dapat dihitung dengan menggunakan parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah nilai IC 50 . Nilai IC 50 yaitu konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH. Untuk menghitung nilai IC 50 memakai persamaan regresi linear y = a + bx. Diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang dilakukan. Persen inhibisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ghosal & Mandal 2012):
## HASIL DAN PEMBAHASAN Ektraksi daun belimbing wuluh
Ekstraksi menggunakan metode cara dingin, yaitu maserasi menggunakan 2500 mL pelarut etanol 96%, selama 5 hari sambil sesekali di aduk dan di remaserasi selama 3 hari. Hasil maserasi kemudian di saring dengan kertas saring. Semua maserat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan oven pada suhu 40 hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 62,0 g. Rendemen yang diperoleh 12,40 % b/v.
## Evaluasi Fisik Sediaan Krim
a. Uji Organoleptik Tabel 2. Hasil uji organoleptik
Sediaan Warna Bentuk Bau
F1 Hijau pucat semi solid khas ekstrak etanol daun salam F3 Hijau tua semi solid khas ekstrak etanol daun salam
F6 Hijau kecoklatan semi solid khas ekstrak etanol
daun salam
F9 Hijau Pekat semi solid khas ekstrak etanol
daun salam
Gambar 1 . Hasil Pengujian Organoleptik
Hasil pengujian organoleptik meliputi bahwa formulasi krim yang dihasilkan pada konsentrasi 1% berwarna hijau pucat memiliki bau khas ekstrak etanol daun Salam dengan bentuk semi padat, pada konsentrasi 3% berwarna hijau tua yang memiliki bau khas ekstrak etanol daun salam dengan bentuk semi padat, pada konsentrasi 6%, berwarna kecoklatan memiliki bau khas ekstrak etanol daun Salam dengan bentuk semi
padat, pada konsentrasi 9% berwarna hijau pekat, memiliki bau khas ekstrak etanol daun Salam dengan bentuk semi padat. Penambahan ekstrak daun salam pada basis krim dalam setiap konsentrasi berbeda – beda. Hal ini mempengaruhi warna dari masing – masing krim. Semakin tinggi penambahan konsentrasi ekstrak daun salam, maka semakin kuat bau yang dihasilkan.
%Inhibisi= Absorbans Blanko−Absorbans Uji
Absorbans Blanko x100
b. Uji Homogenitas Tabel 3. Hasil uji homogenitas
Sediaan Homogenitas F1 Homogen F2 Homogen F6 Homogen F9 Homogen
Gambar 2. Hasil Pengujian Homogenitas
Berdasarkan hasil pengujian krim ekstrak etanol daun salam menunjukan bahwa krim tersebut memiliki susunan yang homogen serta tidak ada butiran kasar . Hal ini sesuai dengan persyaratan homogenitas krim yaitu krim harus memiliki susunan yang homogen serta tidak adanya butiran kasar pada krim. Krim tersebut dikatakan homogen jika terdapat persamaan warna yang merata dan tidak ditemukan partikel dalam krim.
Pengujian homogenitas ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya
bahan-bahan sediaan krim sehingga Seluruh sediaan krim tidak memperlihatkan adanya butir- butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Sifat zat aktif dari ekstrak daun salam bercampur dengan basis M/A sehingga tidak terjadi penggumpalan dan pemisahan fase. Hal ini menunjukan sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen (Ditjen POM, 1985). Krim tersebut dikatakan homogen jika terdapat persamaan warna yang merata dan tidak ditemukan partikel – partikel dalam krim (Ida dan Noer,2012).
c. Uji pH Tabel 4. Hasil uji pH
Dari data hasil pengukuran pH krim ekstrak etanol daun Salam untuk mengetahui kadar asam dan basa dari sediaan krim dan juga untuk
melihat keamanan sediaan krim agar tidak mengiritasi kulit ketika diaplikasikan. Pada nilai pH yang berbeda untuk tiap sediaan. Konsentrasi
Sediaan Hasil Pengamatan Rata-rata 1 2 3 F1 4,31 4,75 4,72 4,59 F3 4,22 4,30 4,28 4,27 F6 4,52 5,55 5,07 5,35 F9 6,58 6,65 6,70 6,64
1% didapatkan nilai pH rata – rata 4,59. Pada konsentrasi 3% didapatkan nilai pH rata – rata 4,27. Pada konsentrasi 6% didapatkan nilai pH rata – rata 5,35. Pada konsentrasi 9% didapatkan nilai pH rata – rata 6,54.
Hasil tersebut menunjukan bahwa pH dari sediaan krim ekstrak etanol daun salam ini
tidak mengiritasi kulit dikarenakan nilai pH yang ada sesuai persyaratan yaitu 4,5 – 6,5 sehingga krim ini aman digunakan pada kulit (Tranggono dan Latifa,2007).
d . Uji Daya lekat
Tabel 5. Hasil Uji daya lekat
Dari hasil pengujian daya lekat krim ekstrak etanol daun Salam untuk mengetahui kualitas daya melekat krim pada kulit. Pada konsentrasi 1% didapatkan nilai daya lekat rata – rata 36,51. Pada konsentrasi 1% didapatkan nilai daya lekat rata – rata 36,51. Pada konsentrasi 3% didapatkan nilai daya lekat rata – rata 23,12. Pada konsentrasi 6% didapatkan nilai daya lekat rata – rata 39,54. Pada konsentrasi 9% didapatkan nilai daya lekat rata – rata 49,52.
Menurut Wasiaatmadja (1997), Semakin lama waktu yang di perlukan hingga kedua objek glass terlepas, maka makin baik daya melekat sediaan krim tersebut. semakin lama krim melekat pada kulit maka efek yang di timbulkan juga semakin besar. Hasil tabel 5 pengujian daya lekat krim ekstrak etanol daun Salam menunjukkan bahwa konsentrasi 1%, 3%, 6% dan 9% memenuhi persyaratan yang baik yaitu lebih dari 4 detik.
e. Uji Daya sebar Tabel 6. Hasil uji daya sebar
Dari hasil pengujian daya sebar pada setiap sediaan krim ekstrak daun Salam. Pada konsentrasi 1% didapatkan nilai daya sebar rata – rata 5,9 cm . Pada konsentrasi 3% didapatkan nilai daya sebar rata – rata 5,4 cm .Pada konsentrasi 6% didapatkan
nilai daya sebar rata – rata 5,8 cm. Pada konsentrasi 6% didapatkan nilai daya sebar rata – rata 5,4 cm. Sesuai dengan persyaratan yang baik akan menghasilkan daya sebar sebesar 5-7 cm (Wasiaatmadja, 1997).Hasil tabel 6 pengujian daya
Sediaan Hasil Pengamatan Rata-rata 1 2 3 F1 26,84 44,87 37,84 36,51 F3 23,24 9,18 36,98 23,13 F6 27,48 32,38 58,76 39,54 F9 59,17 57,16 32,24 49,52
Sediaan Hasil Pengamatan Rata-rata 1 2 3 F1 5,4 6,5 5,9 5,9 F3 5,9 5,2 5,3 5,4 F6 5,9 5,7 5,9 5,8 F9 5,3 5,4 5,5 5,4
sebar krim ekstrak etanol daun Belimbing salam menunjukkan bahwa krim ekstrak etanol daun
Salam pada konsentrasi 1%, 3%, 6%, dan 9% memiliki daya sebar yang baik. f. Uji Sentrifugasi
Tabel 7. Hasil Pengamatan Sentrifugasi Sediaan Hasil Pengamatan 1 2 3 F1 Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan F3 Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan F6 Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan F9 Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan Dari hasil pengujian sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui kestabilan krim setelah pengocokan dengan kecepatan tinggi menggunakan alat sentrifugasi. Krim dimasukkan ketabung eppendrof dengan kecepatan 3750 rpm
selama 5 jam yang ekivalen dengan efek gravitasi selama 1 tahun. Hasil pengujian sentrifugasi menunjukkan bahwa keempat kerim tidak terjadi pemisahan fase dan stabil secara fisik (Margisuci dkk.,2015).
Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
Tabel 8. Uji aktivitas antioksidan
Gambar 3 . Grafik uji aktivitas antioksidan
Dilakukan uji efektivitas antioksidan sediaan krim ekstrak etanol 96% daun Salam antioksidan ini dilakukan menggunkan metode perendaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2 pikrilhidrazil). Metode perendaman radikal bebas dipilih karena sederhana, cepat dan tidak memerlukan banyak reagen (juniarti, et al., 2009).
Pemeriksaan antioksidan krim ektrak etanol daun salam dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang ada pada krim ekstrak etanol daun salam, dalam hal ini menggunakan vitamin C sebagai kontrol positif.
Menurut penilitian Hangga (2011), alasan diinkubasi selama 30 menit karena reaksi tersebut
Sediaan Persamaan Garis Linear 𝐈𝐂 𝟓𝟎 ppm FI y = 9,113x + 21,121; R² = 0,9808 3,1620 FII y = 8,341x + 37,797; R² = 0,922 1,4630 FIII y = 8,368x + 31,35; R² = 0,968 2,2287 FIV y = 3,755x + 31,083; R² = 0,9767 5,0378 Vitamin C y = 19,354x + 47,811; R² = 0,9632 0,1131
3.162 1.463 2.2287 5.0378 1.1113 0 1 2 3 4 5 6 Krim F1 Krim F3 Krim F6 Krim F9 Vitamin C IC50 Sampel Uji IC50
berjalan lambat dan sampel yang mengandung antioksidan telah optimum dalam meredam radikal bebas DPPH pada waktu tersebut serta untuk mendapatkan hasil yang stabil. Proses inkubasi juga dilakukan pada suhu 37°C karena merupakan suhu yang optimum agar reaksi antara radikal DPPH dan senyawa antioksidan berlangsung lebih cepat dan optimal. Hal ini dapat dilihat hubungan suhu dan laju reaksi. Pada proses inkubasi pada suhu 37°C terjadi perubahan warnah.
Berdasarkan hasil penilitian dari uji aktivitas krim ektrak daun salam terhadap DPPH diperoleh hasil bahwa formula I dengan konsentrasi ekstrak 1% dengan nilai IC 50 sebesar 3,1620 ppm, formula II dengan konsentrasi ekstrak 3% dengan nilai IC 50 sebesar 1,4630 ppm, formula III dengan konsentrasi ekstrak 6% dengan nilai IC 50 sebesar 2,2287 ppm, formula IV dengan konsentrasi ekstrak 9% dengan nilai IC 50 sebesar 5,0378 ppm. Dari hasil pengujian aktivitas krim antioksidan terhadap DPPH untuk masing- masing formula FI, FII, FIII dan FIV yang paling efektif sebagai krim antioksidan dari ekstrak daun salam adalah FIII (3%) memiliki nilai IC 50 sebesar 1,4630 ppm dan vitamin C memiliki nilai IC 50 sebesar 0,1131 ppm. Hasil penilitian menunjukan bahwa Nilai IC 50 ekstrak etanol daun salam lebih besar dari nilai IC 50 vitamin C, berarti menunjukan potensi antioksidan vitamin C lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol daun salam. Hal ini dikarenakan dalam ekstrak etanol daun salam masih dalam bentuk campuran dari beberapa senyawa yang tidak memiliki aktivitas antioksidan. Sementara itu, vitamin C merupakan senyawa sintetis murni yang telah dibuktikan sebagai antioksidan. Vitamin C juga memiliki gugus hidroksil lebih banyak, sehingga vitamin C dapat mendonorkan atom hidrogen lebih banyak untuk bereaksi dengan radikal bebas DPPH (Blois 1958).
Menurut Bahriul (2014) aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC 50 suatu esktrak dapat dikelompokan dalam berbagai kategori berada dibawah 50 ppm maka aktivitas antioksidannya sangat kuat, nilai IC 50 berada diantara 50-100 ppm berarti aktivitas antioksidannya kuat, nilai IC 50 berada diantara 100-150 ppm berarti aktivitas antioksidannya sedang, nilai IC 50 berada diantara 150-200 ppm berarti aktivitas antioksidannya lemah, sementara apabila nilai IC 50 berada diatas 200 ppm maka aktivitas antioksidannya sangat lemah.
Berdasarkan hasil penilitian yang diperoleh krim ekstrak etanol daun salam yaitu 1,4630 ppm dan
vitamin C sebesar 0,1131 ppm termasuk dalam golongan aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena memiliki nilai IC 50 < 50 ppm. Dikatakan sangat kuat dikarenakan adanya perbedaan kosentrasi dari metabolit sekunder yang tekandung dalam daun salam tersebut. Semakin banyak metabolit sekunder yang dikandung maka akan semakin kuat aktivitas antioksidanya. Hal ini menunjukan bahwa fase pertumbuhan mempengaruhi terhadap metabolit sekunder yang mempunyai senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan.
## KESIMPULAN
Dari hasil penilitian yang didapat bahwa formulasi krim ektrak etanol daun salam pada kosentasi 1%,3%,6% dan 9% memenuhi persyaratan parameter uji meliputi pengujian organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan uji sentrifugasi dan efektif sebagai antioksidan pada konsentrasi 3% memiliki nilai IC 50 sebesar 1,4630 ppm yang tergolong sangat kuat dan vitamin C sebagai pembanding memiliki nilai IC 50 sebesar 0,1131 ppm.
## SARAN
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk perlu dilakukan evaluasi fisik yang belum dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji viskositas, dan uji Iritasi .
## DAFTAR PUSTAKA
Bahriul P. 2014. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun salam ( Syzygium polyanthum ) dengan menggunakan 1.1-difenil-2-pikrilhidrazil. J Akad Kim . 3(3) : 143-149.
Blois, M.S., 1985. Antioxidant Determination by The Use of Stable Free Radical. Jurnal of nature. 181(4617) : 1191-1200
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Depertemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Ekowati D, Cahyati AN, Harjanti R. 2015. Optimasi Kombinasi Asam Stearat dan Trietanolamin dalam Formula Krim Ekstrak Daun Legetan (Spilanthes acmella L.) sebagai Antioksidan secara Simplex Lattice Design. Jurnal Farmasi Indonesia. 12(1) .
Ghosal M, Mandal P. 2012. Phytochemical
Screening and Antioxidant Activities of
Two Selected ‘Bihi” fruits Used as
Vegetables in Darjeeling Himalaya. International of Pharmacy and Pharmaceutical Science ISSN: 09751491. 4 (2) .
Handali, S., Hosseini, Hyam., Ameri,
Abdulghani., Moghimipour, E. 2011. Formulation and evaluation of an antibacterial crem from Oxalis corniculate aqueous extract . Medical Plant Research Center, Ahvaz
Jundishapur University of Medical Sciences, Ahvaz, Iran.
Ida, N., Noer, S.F. 2012. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya ( Aloe Vera L.). Majalah Farmasi dan Farmakologi . 16 (2) : 79-84
Juwita, Anisa Puspa., Yamlean, Paulina V.Y., dan Edy, Hosea Jaya. “Formulasi krim Ekstrak
Etanol Daun Lamun ( Syringodium isoetifolium)” . Jurnal Ilmiah Farmasi- UNSRAT. 2013; 2(2) : 8-12.
Juniarti, Osmelia dan Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan Dari Ekstrak Daun Saga. Makara Sains : 13(1) : 50-54.
Margisuci, U. D., Sari, D. P., dan Hadning, I. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Krim Ekstrak Biji Lengkeng (Euphoria longana Lam.) dengan Kombinasi Emulgator Sintetik. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta. Putrawan, B.,Nurdin, R. dan Anang, W.M.D., 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Salam ( Syzygium Polyanthum) Dengan Menggunakan DPPH (1,1 Difenil-2- Picrylhydrazyl) 3(3) :143-149 .
Sayuti K., Yenrina R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas University Press :
Padang.
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-36.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknoligi Farmasi
Terjemahan. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59.62- rotsheki63. 111-112.
Zulkarnain AK, Shovyana HH. 2013. Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim W/O Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarph(scheff.) Boerl,) sebagai Tabir Surya. Traditional Medicine Journal 18(2) .
|
8975c35b-5703-4294-bf50-ea182d3410d6 | https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/berkala-kesehatan/article/download/4840/4203 | HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
Gusti Evi Zaidati 1 , Deni Suryanto 2
1 Akademi Kebidanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia, 70714
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNISKA, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia Email korespondensi: [email protected]
## ABSTRACT
This research aims to determine the relationship between cadre characteristics (occupation, marital status, dan experience) with cadres activeness of posyandu in the work area of Puskesmas Nagara District Hulu Sungai Selatan. This research is analytic observation with Cross Sectional design, while the population in this research is posyandu cadre in the working area of Puskesmas Negara, while the sample in this research is 63 people with saturated sample method. Data collection by interviewing directly with respondents using questionnaire. Data analysis using Chi Square test. The result of statistical test shows that there is a significant correlation between cadre characteristics including work, dan experience of posyandu cadres on the activeness of posyandu cadres, while cadre marriage status has no significant relation to liveliness of posyandu cadres. The need to make efforts to improve the activeness of posyandu cadres by increasing the knowledge of cadres, refreshing cadres and support from all parties.
Keywords: Posyandu Cadre Activity, Characteristic of Cadre, Posyandu Cadre.
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik kader (pekerjaan, status perkawinan, dan pengalaman) dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Penelitian ini bersifat observasi analitik dengan desain Cross Sectional, adapun populasi dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Negara, sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 63 orang dengan metode sampel jenuh. Pengumpulan data dengan cara wawancara secara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi Square . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara karakteristik kader meliputi pekerjaan, dan pengalaman kader posyandu terhadap keaktifan kader posyandu, sedangkan status perkawinan kader tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap keaktifan kader posyandu. Perlunya dilakukan upaya untuk meningkatkan keaktifan kader posyandu dengan cara meningkatkan pengetahuan kader, refreshing kader serta dukungan dari semua pihak.
Kata-kata kunci: Keaktifan Kader Posyandu, Karakteristik Kader, Kader Posyandu
## PENDAHULUAN
Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (1).
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas hidup sumber daya manusia. Dalam laporan UNDP tahun 2011 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yaitu sebesar 0,617 dan menduduki peringkat 124 dari 187 negara (2).
Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela mengelola posyandu (3).
Peran utama kader kesehatan desa pada pelaksanaan kegiatan Posyandu terdiri dari pendaftaran terhadap sasaran yang berkunjung ke posyandu, penimbangan balita, pencatatan hasil penimbangan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan buku catatan perkembangan berat badan sasaran yang ditimbang sebagai bahan pemantauan pertumbuhan balita yang dikenal dengan SKDN (S = semua bayi, K = bayi yang mempunyai KMS, D = bayi yang ditimbang dan N = bayi yang berat badannya naik) memberikan penyuluhan kepada sasaran yang berkunjung baik secara kelompok maupun individu yang mempunyai masalah kesehatan dan memberikan makanan tambahan.
Keempat peran tersebut merupakan tanggung jawab kader sejak persiapan sampai pelaksanaan dan evaluasi (4).
Gomes (1995) menyatakan seorang kader yang memiliki motivasi dan kemampuan cukup untuk melaksanakan tugasnya dalam pelaksanaan kegiatan posyandu akan menghasilkan kinerja yang baik. Pemberian insentif, penghargaan dan kompensasi disebutkan dapat meningkatkan motivasi kinerja yang baik (5).
Rendahnya keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara salah satunya menyebabkan cakupan program imunisasi sangat rendah yaitu dari 12 desa hanya 3 desa yang mencapai UCI ( Universal Children Immunization ) pada tahun 2013
sedangkan target 100 %. Berdasarkan data Dinas Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2012 yaitu 65,60 % kader posyandu yang tidak aktif, sedangkan berdasarkan profil Puskesmas Nagara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 2012 hanya 48,4 % kader yang aktif sedangkan kader yang tidak aktif 51,6 % (6,7).
Selain itu juga posyandu yang tidak begitu aktif dan kurang berjalan dengan baik dapat menyebabkan pemantauan status gizi bayi, balita dan anak tidak terpantau dengan baik, pemeriksaan dan pemantauan ibu hamil dan menyusui tidak terpantau dengan baik, masalah kesehatan ibu, bayi dan balita tidak terpantau dengan baik dan cepat. dan dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis mengenai hubungan karakteristik (Pekerjaan, Status Perkawinan, dan Pengalaman) dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
## METODE
Penelitian dilakukan dengan metode observasional
dengan menggunakan rancangan c ross sectional , yaitu seluruh variabel diamati saat bersamaan pada waktu penelitian berlangsung.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei- Agustus 2014. Penelitian dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Populasi penelitian ini adalah semua kader posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nagara Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebanyak 63 orang kader yang seluruhnya perempuan dari 21 posyandu. Teknik pengambilan sampel dengan metode sampel jenuh dimana total seluruh populasi yang berjumlah 63 orang kader dijadikan sampel dalam penelitian ini. Instrumen penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner yang terdiri dari form data umum responden, form pengetahuan responden dan keaktifan responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik (pekerjaan, status perkawinan, pengalaman). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan kader posyandu.
Cara pengumpulan data dengan menggunakan data primer yang didapat dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder yang diperoleh dari profil laporan tahunan Puskesmas Nagara Kabupaten hulu Sungai Selatan. Data kemudian dianalisis secara univariat yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan kader, karakteristik kader yang disajikan dalam tabel frekuensi, kemudian dilakukan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara faktor keaktifan kader dengan karakteristik kader posyandu dengan uji Chi Square , α = 0,05 % dengan tingkat kepercayaan 95 %, data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dan jawaban kuesioner pada kader posyandu tentang pekerjaan, status perkawinan, pengalaman, dan keaktifan kader posyandu diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keaktifan Kader Posyandu di Puskesmas Nagara Tahun 2014
No. Keaktifan Kader N % 1 Aktif 29 46 2 Tidak Aktif 34 54 Jumlah 63 100 Diketahui bahwa jumlah kader
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara yang aktif sebanyak 29 orang (46%) dan yang tidak aktif sebanyak 34 orang (54%). Jika dibandingkan dengan keaktifan kader posyandu ditingkat Kabupaten HSS dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan kader Posyandu di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah 62,7%. Hal ini dikarenakan kader posyandu yang ada di Puskesmas Nagara sewaktu penyelenggaraan posyandu memiliki kesibukan dirumah, dikantor (ada 2 orang
yang bekerja sebagai TKS guru PAUD/ TK), juga pada musim tanam dan musim panen.
Hal ini dikarenakan ketidakaktifan kader pada kegiatan posyandu dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain karena kesibukan dirumah, dikantor, kurangnya waktu dan karena sudah menikah. Seperti yg dikutip dari Notoatmodjo, bahwa seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keaktifan posyandu sesuai dengan jadwal yang ditentukan setiap bulannya (8).
Hasil analisis bivariat di didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hubungan antara Pekerjaan dengan Keaktifan Kader ke posyandu di Puskesmas Nagara
No Pekerjaan Kader Aktif Tidak Aktif Jumlah p-value n % n % N % 1 Bekerja 7 24,1 22 75,9 29 100 0,001 2 Tidak Bekerja 22 64,7 12 35,3 34 100
Diketahui bahwa kader yang bekerja aktif sebanyak 24,1% dan 75,9% tidak aktif sedangkan kader yang tidak bekerja aktif sebanyak 69,7% dan tidak aktif 35,3%.
Hasil uji statistik diperoleh p = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan keaktifan kader ke posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan kader posyandu berpengaruh terhadap tingkat keaktifan kader untuk datang ke posyandu.
Prevalensi responden aktif lebih tinggi pada kader yang tidak bekerja dibandingkan
kader bekerja, meskipun responden bekerja ada juga yang aktif. Artinya walaupun bekerja namun responden tersebut dapat mengatur waktu sebaik-baiknya sehingga tugas mereka di posyandu tetap dapat mereka lakukan dengan baik. Disamping itu dilihat dari waktu pelaksanaan posyandu yang tidak terlalu lama dimana dari hasil pengamatan peneliti jam buka sekitar pukul 09.00 WITA dan tutup pelayanan pukul 11.00 WITA sehingga responden dapat mengatur waktu. Responden yang tidak bekerja banyak aktif karena memiliki banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan posyandu.
Tabel 3. Hubungan antara Status Perkawinan dengan Keaktifan Kader ke Posyandu di Puskesmas Nagara
No Status Perkawinan Aktif Tidak Aktif Jumlah p-value n % n % N % 1 Kawin 27 50,9 26 49,1 53 100 0,072 2 Belum Kawin 2 20 8 80 10 100
Didapat bahwa kader yang kawin aktif sebesar 50,9% dan tidak aktif 49,1% sedangkan yang belum kawin kebanyakan tidak aktif sebesar 80%.
Hasil uji statistik didapat p = 0,072 lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan keaktifan kader, karena prevalensi responden aktif lebih tinggi pada kawin dibandingkan belum kawin. Hal ini bisa terjadi karena kader yang sudah kawin biasanya mempunyai anak balita, jadi kader
tersebut sekaligus menjadi kader dan sekalian menimbang anaknya. Kader yang memiliki anak balita pada saat dilakukan penelitian berjumlah 8 orang kader. Responden/kader posyandu yang belum kawin ada yang aktif tentunya karena tidak mempunyai keterikatan dan kesibukan, sehingga banyak memberi waktu luang dalam melakukan kegiatan posyandu, dan dapat memberi kontribusi positif dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat melalui pengabdiannya pada kegiatan posyandu.
Tabel 4. Hubungan antara Pengalaman (lama menjadi kader) dengan Keaktifan Kader ke Posyandu di Puskesmas Nagara No Pengalaman Kader Aktif Tidak Aktif Jumlah p-value n % n % N % 1 < 5 tahun 0 0 20 100 20 100 0,000 2 ≥ 5 tahun 29 67,4 14 32,6 43 100 Diketahui bahwa kader
yang pengalaman/lama menjadi kader ≥ 5 tahun kebanyakan aktif 67,4%, sedangkan kader yang pengalamnnya/lama menjadi kader < 5 tahun kebanyakan tidak aktif 100%.
Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengalaman/lama menjadi kader dengan keaktifan kader ke posyandu. Responden yang ≥ 5 tahun menjadi kader banyak yang aktif. Karena kader posyandu yang mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun menjadi kader akan berpeluang aktif dalam hal kegiatan posyandu karena ia lebih berpengalaman dan banyak mempunyai keahlian dan keterampilan dalam hal pelaksanaan posyandu.
Semakin lama ia bekerja (menjadi kader) maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya sehingga senioritas dalam bekerja akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja.
Seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki keterampilan dalam
melaksanakan tugas dan keterampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader posyandu, semakin lama seseorang bekerja menjadi kader posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin meningkat sehingga nantinya partisipasi kader dalam kegiatan posyandu akan semakin baik
## PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk tingkat keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara dalam kategori aktif sebanyak 46%.
2. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan kader dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara.
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan kader dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Nagara.
4. Ada hubungan yang bermakna antara pengalaman/lamanya menjadi kader
dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nagara.
## DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Ayo Ke Posyandu Setiap Bulan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, 2012 .
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu tahun 2011.
3. Zulkifli. Posyandu dan Kader Kesehatan. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara, 2003.
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu tahun 2006.
5. Gomes FC. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
6. Puskesmas Nagara. Profil Puskesmas Negara tahun 2013.
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Profil Dinas Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 2012.
8. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
|
64d59d5d-f72b-4bca-b128-99823d816b39 | https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/article/download/229/100 |
## Kepercayaan Politik Mahasiswa Santri terhadap Kiai dalam Perspektif Psikologi Perkembangan
Pengantar 1 Peran kiai dalam sistem sosial masyarakat Madura tidak hanya sebagai pemimpin agama, namun juga menjadi pemimpin politik. Keberadaan kiai sebagai tokoh politik dapat dilihat dengan nyata pada pimpinan pemerintahan empat kabupaten yang ada di Madura. Tiga Kabupaten dipimpin oleh
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: Taufiqurrahman, S.Psi., MA. Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Jl. Terusan Raya Dieng 62-64, Malang, (0341) 578820. Email: [email protected]
Bupati yang notabene adalah kiai, yakni Kabupaten Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep. Satu Kabupaten lainnya, yakni Sampang menempati posisi sebagai Wakil Bupati. Keberhasilan Kiai menduduki pucuk pemerintahan tersebut merupakan hasil kemenangan politik dalam pemilihan langsung yang diselenggarakan di Kabupaten masing- masing.
Fakta tersebut seolah menegaskan bahwa kiai tidak hanya berperan sebagai tokoh (pemimpin) agama, tetapi juga berperan
## Abstract
This Research with the phenomenological approach aimed to understand meaning of political trust of mahasiswa santri and knowing the psychological processes underlying, by describe meaning of relationship between mahasiswa santri and Kiai in the social system in pesantren as the basis of political relationships that occur in it. This study used in-depth interviews to collect data from 5 respondents. Collection of respondents used snow-ball technique. The validity of our results used the intersubjective validity. The results showed that students’ political trust against Kiai was the form of identification based on paternalistic interpersonal relationships. Paternalism bring political inklusivisme that is strengthened by the judge of competency consistency and performance of kiai as political leaders.
Keywords: political trust, identification, interpersonal relationships, political inklusivisme
## Abstrak
Penelitian dengan pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami pemaknaan kepecayaan politik mahasiwa dan mengetahui proses-proses psikologis yang mendasarinya dengan melihat pemaknaan hubungan mahasiwa satri dengan kiai dalam sistem sosial yang ada di pesantren sebagai basis hubungan politik yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggunakan wawancara yang mendalam untuk mengumpulkan data dari 5 responden. Pengumpulan responden dengan menggunakan teknik snow-ball. Validitas hasil penelitian dengan menggunakan intersubjective validity . Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai merupakan bentuk identifikasi yang didasarkan pada relasi interpersonal yang paternalistik. Paternalisme melahirkan inklusivisme politik dalam kelompok yang dikuatkan oleh penilain terhadap konsistensi kompetensi dan performansi kiai sebagai pemimpin politik.
Kata kunci: kepercayaan politik, identifikasi, relasi interpersonal, inklusivisme politik
## Taufiqurrahman
Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang
Fathul Himam
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
sebagai tokoh (pemimpin) politik. Keberadaan kiai sebagai tokoh politik tidak lepas dari modal sosial yang dimilikinya. Sebagai ulama dalam konteks sosio-kultural masyarakat Madura kiai mempunyai pengaruh dan kekuasaan informal yang besar (Mansurnoor, 1990). Bahkan, kiai bisa lebih berpengaruh dari pejabat pemerintah. Pejabat pemerintah, terutama bagian bawah, hanya berfungsi sebagai pejabat administrasi (de Jonge, 1989).
Modal sosial paling nyata yang dimiliki kiai adalah keberadaan pesantren, dimana kia merupakan pemimpin pesantren. Dalam sistem pendidikan pesantren, kiai merupakan legitimate authority . Kiai sebagai pemegang otoritas yang sah di pesantren mendapat penegasan secara doktrinal dari kitab Ta’lim Muta’alim . Salah satu doktrin tersebut, misalnya kiai adalah penguasa ilmu yang harus dihormati dan dimuliakan santri-santrinya yang sedang menjadi hamba-hamba ilmu. Bentuk penghormatan dan pemuliaan ini adalah mengikuti perintah dan permintaannya (Dhofier, 1982). Kiai sebagai otoritas dalam sistem sosial dalam budaya pesantren merupakan jaringan kultural yang terbangun sejak lama dalam konteks kesejarahan Islam di Indonesia mengidentifikasi antara santri dan kiai terdapat sebuah pola relasi emosional layaknya tradisi feudal (Geertz, 1983).
Pola relasi
emosional dengan menempatkan kiai sebagai legitimate authority
dalam budaya pesantren tersebut merupakan modal sosial yang dimiliki kiai untuk mendapatkan kepercayaan politik dari
santrinya. Misztal menyatakan bahwa kepercayaan (politik) terkait dengan konsep modal sosial, civil society dan social cooperation . Syarif (2007) dalam
penelitiannya memperlihatkan politik santri masih beorientasi pada kepatuhan terhadap kiai yang mempertahankan pesona sebagai sosok religious-charismatic melalui simbol- simbol kapatuhan yang dibingkai nilai moral agama dalam mempertahankan kepatuhan satrinya. Dalam hal ini Zakiah dan Faturochman (2004) juga menyebutkan kepercayaan yang kuat kaum santri, khususnya di kalangan NU, terhadap kiainya seolah-olah sebagai bentuk kepercayaan buta.
Kepercayaan politik terhadap kiai yang lahir dari norma kepatuhan dengan sendirinya menjadi tuntutan bagi semua santri, termasuk santri yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang dalam konteks penelitian ini disebut sebagai mahasiswa santri. Seperti mahasiswa pada umumnya, mahasiswa santri rata-rata berusia 18-24 tahun. Dalam perspektif psikologi perkembangan usia tersebut dikategorikan sebagai tahapan remaja akhir. Mönks, Knoers, dan Haditono (2001) menyatakan awal masa remaja dimulai 12 tahun dan remaja akhir dimulai sekitar umur 18 tahun sampai 24 tahun.
Sebagai satu fase dalam proses perkembangan, tahapan remaja seringkali disebut sebagai masa transisi dari masa anak- anak ke masa dewasa. Fase transisi ini ditandai hasrat untuk melepaskan pengaruh otoritas yang sebelumnya determinan dalam hidupnya.
Monks, dkk. (2001) menjelaskan bahwa remaja diliputi penuh dengan cita-cita akan kehidupan yang bebas, mandiri lepas dari ikatan rumah dan lingkungannya.
Kecenderungan remaja untuk bersikap otonom tersebut tidak lepas dari perkembangan pemikiran remaja yang dalam perspektif psikologi perkembangan kognitif diklasifikasikan oleh Piaget sebagai tahapan operasional formal. Tahapan ini ditunjukkan oleh kemampuan untuk berpikir abstrak yang ditandai dengan kemampuan individu untuk melakukan penalaran hipotetik-deduktif (Papalia dkk, 2010). Mereka juga peka tentang politik dan sikap mereka terhadap aturan- aturan perilaku juga berbeda dari yang ada pada anak-anak yang lebih muda usianya. Ketika seorang remaja berpendapat bahwa aturan tertentu yang telah digariskan tidak bisa dijalankan, ia cenderung mengusulkan perubahan (Salkind, 2004).
Menjadi mahasiswa bagi sebagian besar remaja akhir dalam masyarakat modern adalah pilihan untuk mendukung kemampuan berpikirnya. Dalam hal ini, Montgomery dan Cote (2003) menjelaskan bahwa perguruan tinggi merupakan jalur penting menuju kedewasaan. Perkuliahan dapat menjadi periode penemuan intelektual dan
pertumbuhan pribadi, terutama dalam keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis, serta penalaran moral.
Hasrat untuk bebas dan mandiri dalam kehidupannya yang disangga cara berpikir hipotetik-deduktif, bertolak belakang dengan
lingkungan mahasiwa santri di pesantren yang menuntut kepatuhan (sebagai norma) kepada otoritas (kiai). Kontradiksi tersebut menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini yang ditujukan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai.
## Kepercayaan Politik
Rotterr (1980) dan Luhman (1988) mengartikan kepercayaan sebagai harapan seseorang terhadap orang lain dan sistem sosial.
Miller dan Rempel (2004)
mendefinisikan kepercayaan sebagai sejumlah pengharapan kognitif dan emotif terhadap apa yang akan terjadi dimasa depan. Scanzoni (1979) mendeskripsikan kepercayaan sebagai bentuk harapan seseorang untuk menata dan menyerahkan aktivitas kepada orang lain dengan mengharapkan kepuasan. Mayer dkk (1995) menyebutkan faktor dari kepercayaan; kemampuan ( ability ), kebajikan ( benevolence ), dan integritas ( integrity ).
Merujuk pada ulasan tentang konsep kepercayaan di atas, maka pada dasarnya kepercayaan politik tidak berbeda dengan kepercayaan pada umumnya. Kepercayaan politik dalam konseptualisasinya menfokuskan pada keterkaitan politik berserta variannya dengan kepercayaan. Seperti dalam penjelasan Miztal (2001) bahwa kepercayaan politik dapat diartikan sebagai kepercayaan individu terhadap komponen-komponen sistem politik yang berlaku saat ini.
Kepercayaan politik terjadi jika warga menilai insitusi pemerintahan, pembuat kebijakan dan/atau pemimpin politik mampu menepati janji politiknya, efesien, adil, dan jujur (Blind, 2006). Citrin (1974) menyebut kepercayaan politik sebagai bentuk evaluasi kualitas etis dari pimpinan politik, bukan sitem politik. Zhang dan Wang (2010) menerangkan kepercayaan politik kepada pemerintah ditentukan oleh kesesuaian kebijakan yang dihasilkan dengan harapan masyarakat secara umum.
Miztal (2001 menjelaskan keperayaan terkait dengan konsep modal sosial, masyarakat sipil, dan kerjasama sosial. Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial merupakan institusi sosial yang melibatkan jaringan ( networks ), norma-norma ( norms ), dan kepercayaan sosial ( social trust ) yang mendorong kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama.
Prusak dan Cohen (2001) menjelasakan modal sosial sebagai setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan ( trust ), kesaling pengertian ( mutual
understanding ), dan nilai-nilai bersama ( shared value ) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Bourdieu (1986) menegaskan tentang modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di
dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan, asosiasi tertentu). Partha dan Ismail (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial ( social glue ) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama- sama.
Schyn & Koop (2010) menjelaskan politik sangat terkait dengan modal sosial, karena memang dunia politik tidak bisa dipisahkan dari dunia sosial. Modal sosial dengan sendirinya dapat bertransformasi menjadi modal politik. Hick dan Misra (1993) menjelaskan bahwa modal politik adalah pemberian kekuasaan/sumber daya untuk merealisasikan hal-hal yang dapat mewujudkan kepentingan.
## Kiai dan Politik
Keterlibatan kiai dalam praktik politik bukanlah tema baru dalam konfigurasi kehidupan bernegara di Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda banyak kiai yang berperan sebagai pemimpin gerakan anti penjajahan (Kurasawa, 1993). Peristiwa penentangan sosial-politik terhadap penguasa kolonial, menurut laporan pemerintah Belanda sendiri, dipelopori oleh para kiai sebagai pemuka agama, para haji dan guru-guru ngaji (Kartodirdjo, 1981).
Fadhillah (2007) menyebutkan bentuk dan orientasi aktifitas politik kiai dapat dibedakan menjadi tiga kategori: pertama , tipe budaya politik kiai pesantren parokial (apathies ). Kedua, budaya politik kiai sebagai patisipan pasif. Ketiga , budaya politik kiai partisipan, yaitu kiai pesantren yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan politik.
Dalam area penelitian ini, kiai tidak hanya sebagai ulama yang mengajarkan agama.
Dalam
masyarakat
Madura
mempunyai pengaruh dan kekuasaan informal yang besar (Mansurnoor, 1990). Kiai bisa lebih berpengaruh dari pejabat pemerintah. Pejabat pemerintah, terutama bagian bawah, hanya berfungsi sebagai pejabat administrasi (De Jonge, 1989).
Dalam lingkungan pesantren, selain sebagai ulama yang mengajarkan agama kepada santri, kiai merupakan pemilik sekaligus pemimpin.
Sehingga santri mengidentifikasi kiai sebagai figur yang penuh kharisma dan wakil atau pengganti orang tua (Mufid, 1993). Kiai adalah model ( uswah ) dari sikap dan tingkah laku santri.
Proses sosialisasi dan interaksi yang berlangsung di pesantren memungkinkan santri melakukan imitasi terhadap sikap dan tingkah-laku kiai. Santri juga dapat mengidentifikasi kiai sebagai figur ideal sebagai penyambung silsilah keilmuan para ulama pewaris ilmu masa kejayaan Islam di masa lalu (Wahid, 1988).
Peran kiai sebagai tokoh agama dan pempimpin pesantren merupakan bentuk
modal sosial bagi kiai. Boudieu (1986) menjelaskan modal hubungan sosial yang jika diperlukan akan memberikan dukungan-dukungan yang bermanfaat.
Raffo dan Revees (2000) juga menjelaskan bahwa modal sosial terkait erat dengan komunitarianisme, dengan pandangan romantisnya tentang ikatan lokal dan solidaritas berbasis tradisi.
Syarif (2007) melakukan penelitian dengan pendekatan fenomenologi tentang dinamika politik kiai dan santri dalam pilkada Pamekasan menemukan; pertama, formula politik kiai yang digunakan dalam mempertahankan otoritas kepemimpianannya terhadap santri bertumpu pada dua kekuatan yaitu; traditional dan charismatic domination . Dari perilaku politik santri tersebut ditemukan tiga tipologi politik santri yaitu : santri patuh mutlak, santri patuh semu, dan santri prismatic .
## Mahasiswa Santri Perspektif Psikologi Perkembangan
Seperti mahasiswa pada umumnya, mahasiswa santri rata-rata berusia 18-24 tahun. Dalam perspektif psikologi perkembangan usia tersebut dikategorikan sebagai tahapan remaja akhir. Monks dkk (2001) menyatakan awal masa remaja dimulai 12 tahun dan remaja akhir dimulai sekitar umur 18 tahun sampai 24 tahun. Santrock (2003) menyebutkan remaja dimulai dari usia sekitar 10-13 tahun yang disebut remaja awal dan berakhir usia 18-22 tahun yang disebut remaja akhir.
Menurut Mönks dkk (2001) remaja secara mental tidak suka lagi asal menurut atau patuh pada orang tua. Remaja dimasa ini diliputi penuh dengan cita-cita akan kehidupan yang bebas, mandiri lepas dari ikatan rumah dan lingkungannya. Steinberg dan Silverberg (1986) ada empat proses perkembangan kemandirian remaja, yaitu: de-idealized , authority figure as people , non-dependency , dan Individuated.
Piaget mengkategorikan tahap remaja sebagai tahapan operasional formal yang ditandai oleh kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah atas suatu masalah. Mereka juga peka tentang politik dan sikap mereka terhadap aturan-aturan perilaku juga berbeda dari yang ada pada anak-anak yang lebih muda usianya. Ketika seorang remaja berpendapat bahwa aturan tertentu yang telah digariskan tidak bisa dijalankan, ia cenderung mengusulkan perubahan (Salkind, 2004).
Bagi remaja, perkuliahan dapat menjadi
periode penemuan intelektual dan
pertumbuhan pribadi, terutama dalam keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis, serta penalaran moral (Montgomery & Cote, 2003). Pengalaman perguruan tinggi dapat mengarah ke perubahan fundamental dalam cara berpikir mahasiswa (Fischer dan Pruyne, 2003). Mahasiswa memiliki cara berpikir mereka bergerak maju dari kekakuan ke fleksibelitas dan akhirnya ke berbagai komitmen yang dipilih secara bebas (Perry, 1970)
Secara keseluruhan perspektif teoritik yang diuraikan sebelumnya dapat dijadikan kerangka konsep dalam membangun rumusan permasalahan penelitian ini yang dirumuskan dalam grand tour question yaitu bagaimana makna pengalaman kepercayaan politik mahasiswa santri kepada kiai?
Untuk memperdalam grand tour question tersebut maka dijabarkan sub- pertanyaan sebagai berikut: 1) bagaimana dinamika psikologis (pemaknaan) relasi kepatuhan santri dengan kiai sebagai basis etis dari kepercayaan politik santri terhadap kiai?; 2) bagaimana dinamika psikologis pengalaman individu sebagai pemberi kepercayaan politik kepada kiai dalam menyalurkan (berpartisipasi) hak-hak (aspirasi) politiknya?
## Metode
Penelitian ini
menggunakan pendekatan fenomenologi yang disebut Giorgi (1970) sebagai phenomenological psychology yang bertujuan untuk menghasilkan deskripsi yang akurat dari pengalaman hidup manusia. Pendekatan ini sangat mengedepankan apa yang dialami langsung dari seseorang (first- hand experience). Mengikuti metode filsafat fenomelogi yang dirumuskan Husserl, Moustakas memberikan pejelasan tentang beberapa proses inti dalam penelitian fenomenologi : epoche, phenomenological reduction, imaginative variation , dan synthesis of meanings and essences (Moustakas, 1994).
Responden Penelitian
Responden dipilih dengan menggunakan prosedur purposive sampling dan diperoleh dengan cara snow-ball, yaitu melalui referensi dari seorang relasi/teman atau responden ke responden yang lain, dan seterusnya. Jumlah responden yang berkisar antara 3 (tiga) sampai 10 (sepuluh) ini dirasa sudah cukup karena telah memenuhi persyaratan metodologi untuk penelitian fenomenologi (Dukes, 1984).
Sesuai dengan tema penelitian ini, responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang studi di beberapa perguruan tinggi dan tinggal di pondok pesantren (santri) dalam wilayah Kabupaten Pamekasan, yang dalam penelitian ini disebut sebagai
mahasiswa santri.
Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview ). Moustakas (1994) mengemukakan bahwa wawancara dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu wawancara informal, pertanyaan terbuka, dan wawancara yang berpedoman pada pertanyaan peneliti.
## Prosedur Analisis Data
Moustakas (1994) menyajikan salah satu model analisis data fenomenologi yaitu modifikasi dari Van Kaam yakni; pendaftaran dan pengelompokkan Awal ( Horizonalizing ), melakukan reduksi dan eliminasi untuk menentukan komponen pembentuk (Invariant Constituents) , membangun sebuah Individual Textural Description tentang pengalaman
untuk membangun sebuah Individual Structural Description tentang pengalaman yang dijelaskan dengan Imaginative Variation, mebangun sebuah Textural-Structural Description tentang arti dan esensi pengalaman sehingga dihasilkan sebuah
Composite Description yang mewakili kelompok secara keseluruhan.
## Teknik Verifikasi
Validasi akhir dilakukan dengan melakukan intersubjective validit y yaitu pengujian kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahaman responden melalui interaksi sosial yang timbal balik (back - and - forth ) (Creswell, 1993).
## Hasil
Temuan penelitian ini menunjukkan kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai merupakan bentuk identifikasi terhadap kiai. Identifikasi disini merujuk pada konsep konformitas dalam psikologi sosial dimana identifikasi dikonsepsikan sebagai puncak kompromi dan kepatuhan mahasiswa santri yang memposisikan diri sebagai anggota kelompok terhadap kiai yang ditempatkan sebagai pimpinan kelompok.
Secara terperinci komponen pembentuk ( invariant constituent ) fenomena identifikasi dapat dideskripsikan secara tekstural ( tekstural description ) yang juga disertai dengan penjelasan (deskripsi) struktural berikut ini.
Responden Memiliki Latar Belakang Keluarga Santri
Semua responden menyatakan dirinya sebagai keluarga santri, dimana ada anggota keluarga yang juga pernah dan sedang mengenyam pendidikan pesantren. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi responden untuk bersosialisasi. Keluarga sendiri berada di dalam sistem sosial yang memiliki nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Pengataman yang dilakukan peneliti terhadap keluarga santri di Pamekasan memperlihatkan santri-santri yang sedang menempuh pendidikan (mondok) di pesantren berasal dari keluarga yang anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya juga pernah menempuh pendidikan di pesantren. Dengan demikian, belajar di pesantren merupakan nilai budaya pada sebagian orang tua dalam masyarakat Madura (Pamekasan) yang ditransmisikan kepada anak-anaknya.
Kebutuhan dan Tuntutan Belajar Agama di Pesantren
Selain peran keluarga, responden menyatakan masuk pesantren juga karena keinginannya sendiri yang didasarkan pada kebutuhan untuk belajar ilmu agama, serta tuntutan (kewajiban) dari agama itu sendiri. Kebutuhan dan tuntutan belajar agama dirasakan oleh responden terpenuhi melalui kajian-kajian kitab keagamaan yang diselenggarakan di pesantren yang diajarkan oleh kiai dan ustadz. Namun antara kiai dan
ustadz memiliki posisi yang berbeda dalam penilaian responden. Ustadz bagi responden pada dasarnya juga santri yang lebih senior dan lebih pintar daripada santri lainnya dan juga masih belajar ilmu agama (kitab) kepada kiai.
Deskripsi tersebut dapat dijelaskan sebagai deskripsi motivasi responden masuk dan tinggal di pesantren dan dapat dilihat sebagai konteks yang melatari hubungan sosial antara santri dan kiai yang terjadi di lingkungan pesantren termasuk pola interaksi yang berlaku di dalamnya.
## Makna Relasi Interpersonal dengan Kiai
Hubungan sosial yang dijalin responden dengan kiai merupakan hubungan yang bertujuan untuk belajar agama sehingga dapat dimaknai sebagai relasi interpersonal. Dalam penelitian ini relasi interpersonal tersebut dapat dilihat dari pemaknaan responden yang secara seragam menilai kiai adalah guru yang mengajarkan beragam ilmu keagamaan melalui kajian-kajian kitab keagamaan yang diselenggarakan di pesantren. Selain sebagai guru, kiai dianggap responden sebagai pengganti orang tua selama tinggal di pesantren. Pemaknaan terhadap kiai tersebut merupakan persepsi interpersonal yang secara bersamaan responden juga merumuskan konsep dirinya sebagai santri yang memiliki kewajiban untuk selalu hormat dan taat kepada kiai.
Dari rumusan pemaknaan interpersonal terhadap kiai dan konsep diri tersebut
menjelaskan
bagaimana responden memerankan diri sebagai murid dan kiai diperankan sebagai guru dalam konteks pembelajaran ilmu keagamaan di pesantren. Walaupun dalam prakteknya tidak hanya kiai yang mengajarkan ilmu kegamaan dalam pengajian kitab, namun bagi responden kiai merupakan otoritas tunggal dalam ilmu keagamaan dengan predikatnya sebagai ulama. Sehingga dapat dijelaskan makna relasi interpersonal responden dengan kiai adalah relasi murid dan guru, dalam hal ini kiai juga dapat disebut sebagai pemimpin dalam sistem pembelajaran di pesantren.
Kepemimpinan kiai di pesantren juga dapat dilihat dari peran kiai sebagai pengganti orang tua bagi responden selama tinggal di pesantren. Sebagai penganti orang tua, kiai disebut responden sebagai pengasuh, dimana dalam sistem oragnisai sosial di pesantren pengasuh secara strukural menempati posisi paling tinggi. Sruktur sosial yang dilandasi oleh nilai moral untuk hormat dan taat kepada kiai sebagai pemimpin menunjukkan struktur sosial yang terbangun di pesantren bersifat paternalistik.
## Dinamika Interaksi dengan Kiai
Intensitas pertemuan responden dengan kai hanya terjadi pada saat pengajian kitab dengan kiai sebagai pengajarnya dan tidak pernah melakukan percakapan langsung dengan kiai. Karena dalam interaksi sosial di pesantren hal itu tidak biasa terjadi.
Dalam interaksi pembelajaran, tugas responden sebagai pembelajar hanya mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan oleh kiai dan tidak pernah bertanya pada kiai tentang apa yang tidak dipahami. Tiga ragam alasan yang mucul; pertama, tidak ada sesi (waktu) tanya jawab. Kedua, responden merasa apa yang disampaikan oleh kiai sudah jelas dan bisa dipahami dengan baik. Ketiga, responden tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada kiai.
Pola interaksi yang dijalani responden tersebut menandakan ekspresi sikap submisif yang ditunjukkannya dengan menyatakan bahwa responden sebagai santri merasa canggung dan tidak wajar serta kurang etis melakukan percakapan dengan kiai. Percakapan antara responden dengan kiai terjadi hanya jika kiai yang berinisiatif atau menginginkannya. Selain sikap submisif, interaksi yang dijalani responden dengan kiai juga tidak disertai oleh perilaku asertif yang dinyatakan responden dengan ketidakberaniannya untuk menanyakan kepada kiai tentang apa yang tidak dipahaminya pada saat pengajian kitab.
Dinamika interaksi yang terjadi tersebut menjadi varian yang menguatkan sikap paternalisme responden dalam menjalin relasi interpersonal dengan kiai di pesantren. Paternalisme dalam struktur sosial di pesantren dengan sendirinya menjadi modal sosial bagi kiai. Modal sosial yang terbentuk melalui peran kiai yang ditempatkan sebagai
pemimpin yang disertai oleh nilai-nilai yang mewajibkan untuk dihormati dan ditaati oleh responden sebagai santri.
## Pengalaman Dukungan Politik terhadap Kiai
Dalam kehidupan politik, responden menyalurkan aspirasi politiknya kepada kiai. Pada waktu pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Pamekasan ada tiga pasang calon Bupati dan Wakil Bupati yang maju untuk mengikuti pemilihan yang salah satuya berasal dari kalangan kiai. Sebagai santri, responden memberikan dukungan politiknya terhadap calon yang berasal dari kalangan kiai. Bentuk dukungan yang diberikan adalah dukungan langsung dan tidak langsung. Dukungan langsung diberikan responden dengan menggunakan hak pilihnya dengan memilih calon yang berasal dari kalangan kiai.
Dukungan tidak langsung yang diberikan oleh responden terhadap pencalonan kiai menjadi bupati adalah dengan berpartisipasi atau turut serta menggalang dukungan untuk kiai. Penggalangan dukungan yang dilakukan responden adalah mengajak keluarga dan teman-teman dekatnya dengan mengajak mereka mengikuti kampanye, berdiskusi dan melalui SMS.
Penilaian terhadap Kiai sebagai Pemimpin Politik
Kepercayaan politik responden yang diimplementasikan dalam bentuk dukungan politik yang diberikan kepada kiai juga tidak lepas dari penilaian responden terhadap
kompentensi dan performansi kiai sebagai pemimpin politik. Kompetensi kiai sebagai pemimpin politik terlihat dari atribusi responden terhadap keterlibatan kiai dalam politik praktis. Sedangkan performansi merupakan bentuk evaluasi resonden terhadap kinerja kiai selama menjabat bupati.
a) Kompetensi kiai sebagai pemimpin politik
Predikat ulama yang disandang kiai merupakan potensi yang mampu menjadikan kiai memiliki kompetensi sebagai pemimpin politik yang diyakini akan selalu berpegang teguh pada nilai-nilai agama. Sehingga kiai dapat menjadi pemimpin politik yang dapat memberikan contoh perilaku yang baik bagi masyarakat.
Selain keteladanan tersebut, sebagai ulama menurut responden kiai juga memiliki kompetensi lainnya untuk menjadi pemimpin politik. Pertama , nilai-nilai agama yang menjadi basis karakter kepemimpinan kiiai dalam pandangan responden kiai akan membawa kemaslahatan ummat. Kedua , pandangan tersebut didukung oleh rekam jejak kiai sebagai pemuka agama yang sering memberikan ceramah kegamaan pada masyarakat luas sehingga kiai dinilai dekat (terutama) dengan masyarakat kecil. Ketiga , sebagai tokoh agama, kiai memiliki jaringan luas termasuk dengan kalangan pemerintahan sehingga kiai diyakini mengetahui tata kelola pemerintahan dari jaringannya tersebut. Keempat , ditengah stigma politik kotor dalam praktek politik
selama ini, kiai mampu berpolitik yang beretika sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran agama.
b) Performansi kiai sebagai pemimpin politik
Performansi kiai sebagai pemimpin politik dilihat oleh responden dari pencapaian-pencapain yang telah dilakukan kiai selama menjabat Bupati. Pertama , di bidang pemerintahan kiai dapat mengelola pemerintahan dengan baik. Kedua, di bidang pendidikan kiai memiliki perhatian terhadap pengembangan pendidikan.
Ketiga, pembangunan infrastruktur mengalami peningkatan selama kiai menjabat. Keempat, selama kiai menjabat Bupati menurut responden ada usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Deskripsi penilaian performansi tersebut menunjukkan kiai sebagai pemimpin politik (Bupati) bagi responden telah menjalankan tugas-tugas atau tanggung jawabya dengan baik. Penilaian ini selaras dengan penilaian terhadap kompetensi kiai sebagai pemimpin politik yang diuraikan sebelumnya. Dengan demikiaan, bagi responden ada konsistensi antara kompetensi
dan performansi kiai sebagai pemimpin politik. Penilaian terhadap konsistensi kepemimpinan politik kiai tersebut menjadi penguat bagi responden dalam memberikan kepercayaan politiknya.
## Kategorisasi Kelompok dalam Politik
Responden yang menempatkan kiai sebagai pemimpin kelompoknya secara
otomatis dalam kancah politik pun responden mengkategorikan kiai sebagai pemimpin politik dalam kelompoknya sedangkan dari kalangan yang bukan kiai dikategorikan sebagai bukan kelompok politiknya ( political outgroup ). Kategorisasi tersebut menghasilkan sikap mengunggulkan kelompoknya ( ingroup favoritism ) yang berujung pada inklusivisme dengan menganggap kiai sebagai pemimpin politik akan selalu lebih baik dari pemimpin politik yang bukan dari kalangan kiai.
## Reaksi Emosi terhadap Kemenangan Politik
Tercapainya harapan politik dengan kemenangan politik yang ditandai oleh keberhasilan kiai meraih jabatan politik sebagai bupati menghasilkan emosi yang menyenangan bagi responden berupa rasa senang, puas dan bangga. Reaksi emosi responden tersebut merupakan konsekuensi dari kepercayaan politik yang memiliki unsur harapan di dalamnya. Responden yang memberikan kepercayaan politik yang diimplementasikan dalam bentuk dukungan politik memiliki harapan agar kiai memenangi pemilihan politik yang diselenggarakan.
## Diskusi
Berdasarkan hasil wawancara dan intersubjective validity secara konsisten kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai dalam penelitian ini diketahui sebagai hasil identifikasi. Kelman (1958) menjelaskan identifikasi sebagai puncak dari kompromi dan kepatuhan terhadap pemimpin. Identifikasi
mahasiswa santri merupakan dampak pengaruh sosial melalui
hubungan interpersonal dengan kiai di pesantren. Relasi interpersonal yang menempatkan kiai sebagai pemimpin kelompok dan mahasiswa santri menempatkan diri sebagai anggota kelompok.
Sebagai anggota kelompok dalam struktur sosial di pesantren, responden menempatkan dirinya pada posisi sub-ordinat dalam pola relasi yang dijalaninya dengan kiai, sedangkan kiai ditempatkan pada posisi superior. Mahasiwa santri yang berada pada posisi sub-ordinat diikat oleh norma yang mewajibkannya untuk hormat dan taat kepada kiai. Dalam perspektif psikologi perkembangan Santrock (1996) menjelaskan bahwa struktur kekuasaan orang dewasa menempatkan remaja dalam posisi submisif, yang membatasi pilihan mereka, mendorong timbulnya ketergantungan. Padavic dan Ernest (1994) menyebutkan bahwa hormat dan taat yang melandasi hubungan tersebut disebut sebagai hubungan yang paternalistik.
Kewajiban untuk hormat dan taat kepada kiai merupakan fenomena identifikasi responden terhadap kiai dalam pemaknaan relasi interpersonalnya yang cenderung paternalistik merupakan bentuk modal sosial bagi kiai. Boudieu (1986) menjelaskan modal hubungan sosial yang jika diperlukan akan memberikan dukungan-dukungan yang bermanfaat. Raffo dan Revees (2000) yang menyebutkan modal sosial terkait erat dengan komunitarianisme, dengan
pandangan romantisnya tentang ikatan lokal dan solidaritas bebasis tradisi.
Fenomena identifikasi responden terhadap kiai yang menjadi modal sosial dalam kancah politik bagi kiai merupakan fenomena yang menjelaskan dinamika kepercayaan politik responden terhadap kiai. Penjelasan tersebut menurut Dirks dan Ferrin (2002) merupakan penjelasan dari relationship-based perspective . Perspektif ini melihat kepercayaan politik yang didasarkan oleh relasi interpersonal responden dengan kiai dalam kelompok ( ingroup ). Kepercayaan politik berdasarkan relasi dalam kelompok ini memiliki konsekuensi munculnya kategori kelompok atau sosial dalam batas ingroup dan outgroup . Pola katetegorisasi sosial tersebut menciptakan sikap inklusivitas dalam kelompok yang ditunjukkan dengan menyatakan kiai yang merupakan pimpinan dari kelompoknya sebagai calon bupati yang lebih baik daripada calon lain yang bukan berasal dari kalangan kiai ( ingroup favoritism ).
Selain relationship-based perspective,
Dirks dan Ferrin (2002) juga merumuskan character-based perspective untuk melihat pemaknaan kepercayaan politik responden kepada kiai. Dengan perspektif ini kepercayan politik responden dilihat melalui penilaian terhadap konsistensi kompetensi dan performansi kiai sebagai pemimpin politik. Zhang dan Wang (2010) menjelaskan kepercayaan politik kepada pemerintah ditentukan oleh kesesuaian kebijakan yang
dihasilkan dengan harapan masyarakat secara umum.
Kecenderungan responden yang tidak
(berpikir) kritis dalam memberikan kepercayaan politiknya karena sebagai remaja dalam konsep identitas yang dirumuskan Marcia (1980) bahwa responden sebagai mahasiswa santri memiliki status identitas: foreclosure (komitmen tanpa krisis).
## Kesimpulan
Hasil penelitian ini secara spesifik mendeskripsikan dinamika psikologis yang mengkonstitusi kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai. Kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai merupakan bentuk identifikasi mahasiswa sanri terhadap kiai.
Deskripsi dinamika identifikasi dalam pemaknaan relasi interpersonal mahasiswa santri dengan kiai yang ditransformasikan menjadi kepercayaan politik dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Hubungan interpersonal yang dijalin mahasiwa santri dengan kiai bersifat paternalistik, dimana mahasiswa santri menempatkan diri sebagai anggota kelompok memiliki kewajiban untuk hormat dan taat (sebagai nilai etis) kepada kiai yang ditempatkan sebagai pemimpin kelompok yang berimbas pada pola interaksi yang dijalani responden yang cenderung menunjukkan prilaku submisif dan tidak asertif.
Perilaku sumbmisif dan tidak asertif mahasiswa santri dalam perspektif psikologi perkembangan merupakan kosekuensi dari pengaruh kiai yang sangat kuat sebagai otoritas dalam struktur sosial di pesantren.
Hubungan yang paternalistik tersebut dengan sendirinya menjadi modal sosial bagi kiai untuk mendapatkan kepercayaan politik dari mahasiwa santri yang termanivestasikan dalam bentuk dukungan politik.
Kepercayaan politik dihasilkan dari identifikasi mahasiswa santri terhadap kiai memiliki konsekuensi adanya kategori kelompok dalam batas ingroup-outgroup yang berimplikasi pada inklusivisme yang ditandai dengan sikap mengunggulkan kelompok ( ingroup favoritism ), yakni kiai yang ditempatkan sebagai pemimpin kelompok dalam struktur sosial di pesantren dianggap pemimpin politik yang lebih baik daripada pemimpin politik yang bukan dari kalangan kiai.
Kepercayaan politik yang dihasilkan dari identifikasi tersebut dikuatkan oleh penilaian responden terhadap konsistensi kompetensi dan performansi kiai sebagai pemimpin politik.
Identifikasi sebagai fenomena psikologis dalam kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai dalam perspektif psikologi perkembangan menunjukkan mahasiswa santri sebagai remaja akhir memiliki status identitias: foreclosure (komitmen tanpa krisis).
## Kepustakaan
Blind, Peri K. (2006). Building trust in government in the twenty-first century: Review of literature and emerging issues. Disampaikan pada 7 th Global Forum on Reinventing Government Building Trust in Government, Vienna Austria, 26-29 June.
Bourdieu, P. (1986). The forms of capital. In John G. Richardson. Handbook of Theoryand Research for the Sociology of Education . New York: Greenwood Press.
Citrin, J. (1974). Comment: The political relevance of trust in government. The American Political Science Review,
68 (3), 973-988.
Creswell, J. W. (2003). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods
approach.
Thousand Oaks, CA: Sage Publications. De Jonge, H. (1989). Madura dalam empat zaman: Pedagang, perkembangan ekonomi dan Islam . Jakarta: Gramedia.
Dhofier, Z. (1982). Tradisi pesantren; Studi tentang pandangan hidup kiai . Jakarta: LP3ES.
Dirks, K.T. & Ferrin, D. L. (2002) Trust in leadership: Meta-analytic finding and implication of research and practice. Journal of Applied Psychology, 71 (3),
500-507.
Dukes, S. (1984). phenomenological methodology in the human science. Journal of Religion and Health, 23 (3), 197-203.
Fadhillah, A. (2007). Budaya politik kiai pedesaan, studi kasus di kabupaten Lamongan, Al-Qolam, 24 (1), 37-54.
Fischer, K. W. & Pruyne, E. (2003). Reflective thinking in adulthood. In J. Demick & C. Andreoletti (Eds.). Handbook of Adult Development. Newyork: Plenum Press.
Geertz, C. (1981). Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat Jawa (A. Mahasin,
Pengalih bhs.). Jakarta: Pustaka Jaya. Giorgi, A. (1970). Toward phenomenologically based research in psychology. Journal of
Phenomenological Psycology, 1, 75-98.
Hicks, A. M. & Misran, L. (1993). Political resources and the growth of welfare in affluent capitalist democracies, 1960- 1982. The American Journal of Sociology 99, 668-710.
Kartodirdjo, S. (1984). Pemberontakan petani Banten 18 88 (Alih bahasa oleh Hasan Basari). Jakarta: Dunia Pustaka jaya.
Kelman, H.C. (1958). Compliance,
identification, and internalization: Three processes of attitude change. The Journal of Conflict Resolution, 2 (1), 51- 60.
Kurasawa, (1993). Mobilitas dan kontrol sosial : Studi tentang perubahan sosial di pedesaan Jawa 1942-1945 ( Alih Bahasa oleh Hermawan Sulistyo). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Luhman, N. (1988). Familiarity, confidence, trust: Problems & alternatives. In D. Gambetta, Trust: Making and Breaking Cooperative Relations. Cambridge, MA: Oxford University Press.
Mansurnoor, I. A. (1990). Islam in an Indonesian word ulama of Madura . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Marcia, J. E. (1980). Identity in adolescence. In J. Kroger (Ed.), Handbook of adolescent psychology . New York: Wiley.
Mayer, R. C., Davis, J. H. & Schoorman, F. D. (1995). An integrative model of organizational trust. Academy of Management Review, 20 , 709–734.
Miller, P. J. E. & Rempel, J. K. (2004). Trust and partner-enhancing attributions in close relationships. Personality and
Social Psychology Bulletin, 30 (6), 695- 705.
Misztal, B. (2001). Trust & cooperation: The democratic public sphere. Journal of Sociology, 37 (4), 371-386.
Mönks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2001). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Montgomery, M. J. & Cote, J. E. (2003).
College as a transition to adulthood. In G. R. Adams and M. D. Berzonsky (eds.) Blackwell Handbook of
Adolescence . Malden MA : Blackwell Publishing.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological research method. Thousand oaks, California: Sage Publications, Inc.
Mufid, (1993). Pesantren dalam sistem pendidikan nasional . Jakarta: INIS.
Padavic, I. & Ernest, W. R. (1994). Paternalism as a component of managerial strategy. Social Science Journal, 31 (4), 389-405.
Papalia, D., Old, S.W. & Feldman, R. D. (2010). Human development . New York: Mc Graww Hill.
Partha, D. & Ismail, S. (1999). Social capital a multifaceted perspective . Washington DC: The World Bank.
Perry, W. G. (1970). Forms of intellectual and ethical development in the college years:
a scheme . New York: Holt, Rinehart and Winston.
Prusack, L. & Cohen, D. (2001). How to invest in social capital, Harvard Business Review, 79 (6), 87-93.
Putnam, R. D. (1993). The prosperous community: social capital and public life. The American Prospect, 4 (13), 11-
18.
Raffo, C. & Revees, M. (2000). Youth transition and social exclusion:
development in social capital theory. Journal of Youth Studies, 3 (2), 147-166
Rotter, J. B. (1980). Interpersonal trust, trustworthiness & gullibility . New York: Holt, Rinehart & Winston.
Salkind, N.J. (2004). An Introduction to theories of human development . New Delhi: Sage Publication.
Santrock, J. B. (2003). Adolescence: Perkembangan masa remaja edisi keenam Alih Bahasa: Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Scanzoni, J. (1979). Social exchange and behavioral interdependence. In R. L. Burgess & T.L. Huston, Social Exchange in Developing Relationships. New York: Academic Press.
Schyns, P. & Koop, C. (2010). Political distrust and social capital in Europe and the USA. Social Indicators Research ,
96, 145–167
Steinberg, L. & Silverberg, S. B. (1986). The vicissitudes of autonomy in early adolescence. Child Development , 57,
841–851.
Syarif, Z. (2007). Dinamika politik kiai dan santri dalam pilkada Pamekasan. Disertasi, tidak diterbitkan, IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
Wahid, A. (1988). Pesantren sebagai subkultur. Dalam Dawam Rahardjo (Ed.), Pesantren dan Pembaharuan .
Jakarta: LP3ES.
Zakiah, L. & Faturrochman ( 2004).
Kepercayaam santri pada kiai. Buletin Fakultas Psikologi UGM, 12 (1) , 33-43.
Zhang, Q. & Wang, E. (2010). Local political trust, the antecedents an effect on earthquake victim’s choice for allocation of resource. Social Behavior and Personality , 38 (7), 929-940.
|
aea7a065-8d4f-4d7f-b630-d3c0eb3c11ad | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/8216/5546 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024 Page 2781-2793 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246
Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
Pengaruh Model Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Tema 4 Subtema 1 Jenis-Jenis Pekerjaan di SD Negeri No. 094133 Manik Rambung
Sania Segar Simanjuntak 1 ✉ , Eva Pasaribu 2 , Sunggul Pasaribu 3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar, Indonesia Email : [email protected] 1 ✉
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa di kelas IV di SD Negeri No.094133 Manik Rambung. Latar belakang penelitian menggarisbawahi masalah hasil belajar siswa yang rendah dan kurangnya variasi dalam metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Dalam rangka mengatasi masalah ini, penelitian ini akan mengeksplorasi apakah Model Pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dengan menggunakan metodologi yang tepat, data hasil belajar siswa akan dikumpulkan dan dianalisis sebelum dan setelah penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan yang berharga tentang efektivitas model pembelajaran ini dan dapat memberikan panduan bagi guru, praktisi pendidikan, dan pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan efektif. Penelitian ini mendukung tujuan yang lebih luas dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berpengetahuan melalui proses pendidikan yang lebih efektif.
Kata Kunci: Model, Picture And Picture, Hasil Belajar Siswa
## Abstract
This research aims to assess the impact of using the Picture and Picture Learning Model on student learning outcomes in the fourth-grade classroom of SD Negeri No.094133 Manik Rambung. The research background highlights issues related to low student learning outcomes and the lack of variety in teaching methods employed by teachers. To address these issues, the study explores whether the Picture and Picture Learning Model can enhance student understanding. Employing a relevant methodology, student learning outcome data will be collected and analyzed before and after the implementation of the Picture and Picture Learning Model. The results of this research are expected to provide valuable insights into the effectiveness of this teaching model and offer guidance to teachers, education practitioners, and policymakers in their efforts to improve the quality of instruction and student learning outcomes while creating a more engaging and effective learning environment. This research aligns with the broader goal of developing quality, knowledgeable human resources through more effective educational processes.
Keyword: Model, Picture And Picture, Student Learning Results
## PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik untuk membentuk watak siswa, menambah pemahaman dan mengubah sikap seseorang atau sekelompok orang. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam kehidupan manusia, sebagai bagian dari pembangunan yang diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas (Rosita, 2022). Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu, membentuk kepribadian individu yang cakap dan kreatif, serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 (ayat 1) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah cara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian. kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, diantaranya adalah peran guru disekolah bahkan orang tua di lingkungan keluarga (Sulfemi & Minati, 2018).
Sekolah merupakan wadah pendidikan, tempat dimana siswa melakukan berbagai macam aktivitas, ada berbagai aktivitas atau kegiatan yang di lakukan siswa di sekolah seperti kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan ibadah dan sebagainya. Terkait pelaksanaan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) merupakan upaya sebagai pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan,keterampilan, dan sikap yang baik sesuai tahap perkembangannya (Pratiwi & Aslam, 2021). Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami siswa sebagai anak didik. Hasil belajar peserta didik juga salah satu aspek yang dapat dijadikan sebagai patokan dari berhasil tidaknya proses belajar mengajar tersebut.
Hasil belajar merupakan nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar disekolah. Hasil belajar dapat dilihat melalui tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi lewat proses pembelajaran yang akan di sampaikan guru pada peserta didik.Ada beberapa faktor yang menyebabkan naik turunnya hasil belajar siswa, diantaranya strategi, media, model pembelajaran dan metode (Seran & Suani, 2019). Menurut Suprijono (2012:2) Hasil Belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dengan demikian secara umum belajar dapat dipahami sebagai proses perubahan seluruh tingkah laku seseorang yang relative penentu sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang di dapatkan peserta didik yang terkait pada kognitif, afektif, dan psikomotorik (Mabruroh & Irianto, 2020).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri No.094133 Manik Rambung peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terdapat di Kelas IV yaitu tingkat keberhasilan belajar siswa masih banyak ditemukan tidak menacapai KKM yang ditetapkan (70), hal tersebut terjadi karena pada saat proses pembelajaran guru cenderung masih menggunakan metode ceramah, dan tidak disertai alat peraga sehingga membuat peserta didik menjadi bosan, tidak aktif, sukar mengerti pembelajaran, dan membuat siswa pasif sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Apabila guru dapat memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan baik maka hasil pembelajaran akan baik pula atau dapat maksimal sesuai yang di hapkan oleh guru (Septaningsih et al., 2018). Namun yang sering di jumpai yaitu Permasalahan dari aspek guru, bahwa guru masih belum maksimal dalam memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya dan penggunaan model pembelajaran yang belum tepat, maka yang perlu di lakukan yaitu menerapkan model pembelajaran Picture and Picture. Dengan menerapkan model pembelajaran Picture and picture yang lebih efektif dalam mengajarkan mater i ”Jenis -jenis pekerjaan” dengan menggunakan gambar -gambar yang tersedia jelas dan mudah dimengerti oleh siswa yang diharapkan dapat menyampaikan materi pembelajaran dapat dipahami oleh siswa dengan baik (Khalimi, 2019).
Hasil belajar materi pada pembelajaran tematik pada tema 4 pembelajaran ke-1 bukan hanya seperangkat konsep-konsep yang wajib dihafal namun implikasinya harus berbentuk pengetahuan dan kemampuan analisis peserta didik terhadap keberadaan lingkungan sekitarnya. Melalui penerapan Model Picture and Picture diharapkan agar siswa dapat meningkatkan pemahamannya terhadap isi materi pembelajaran tematik pada tema 4 subtema 1 pembelajaran ke-1 dan dapat menjelaskan jenis-jenis pekerjaan dengan bukti kebenaran secara empiris sesuai dengan pengertian Model pembelajaran picture and picture Menurut Istarani (2017:7) Picture and Picture merupakan suatu rangkaian menyampaikan materi ajar dengan menunjukkan gambar-gambar konkrit kepada siswa sehingga siswa dapat memahami secara jelas tentang makna hakiki dari materi ajar yang disampaikan kepadanya.Dalam proses kegiatan pembelajaran siswa juga mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan topik yang dibahas baik itu berupa laporan hasil pengamatan, lembar kerja siswa dan yang lainnya, kemudian dikumpulkan dalam satu dokumen untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa (Munawaroh, 2017). Guna melihat lebih jauh efektivitas penggunaan Model Picture and Picture dalam meningkatkan hasil belajar siswa, atas dasar permasalahan diatas penulis hendak meneliti secara mendalam dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah berupa penelitian dengan judul: ”Pengaruh Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Tema 4 Subtema 1 Jenis-Jenis Pekerjaan di SD Negeri No.094133 Manik Rambung.
## METODE PENELITIAN
Menurut (Sugiyono, 2010:6) mengatakan bahwa Penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari perubahan atau pengaruh perlakukan tertentu yang lain dalam kondisi yang dapat terkendalikan. Untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Aisy & Ismah, 2022).
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pra-Eksperimen ( pra-experimen design) (Arikunto, 2013:4) mengemukakan bahwa pra-experimental design sering disebut dengan istilah experiment semu, karena experiment jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara experiment yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu. Jenis penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian menggunakan data berupa angka dan variable atau rumus-rumus penelitian (Purwani et al., 2018a).
Berdasarkan pendapat menurut para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian ilmiah yang menggunakan data berupa angka dan statistik untuk mengukur, menggambarkan, atau menjelaskan fenomena yang
diteliti guna mendapatakan suatu penelitian yang dilakukan memperoleh informasi dalam bentuk data (I. M. Sulaksana et al., 2021).
Desain penelitian ini menggunakan One Group Pretest Postest. Sebelum diberikan perlakukan, kelompok diberi pretest. Setelah hasil pretest diperoleh maka diberi tindakan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja sehingga tidak memerlukan kelompok control (Hasyda & Djenawa, 2020).
Peneliti memilih jenis penelitian Pre-experimental Design karena peneliti ini hanya menggunakan satu kelas dan sampel tidak dipilih secara random. Kemudian siswa diberikan pretest yang bertujuan sebagai mengukur sejauh mana kemampuan dari masing-masing peserta didik serta mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan. Selanjutnya dilakukan kegiatan pembelajaran terhadap siswa dengan menggunakan media gambar. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dalam ruangan kelas , maka siswa kemudian diberi posttest (Sulfemi, 2019).
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.094133 Manik Rambung Yang beralamat di Manik Rambung, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara dengan kode pos 21171. Waktu Penelitian ini diperkirakan akan dilaksanakan di SD Negeri No.094133 Manik Rambung pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2023/2024.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang meliputi: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:117). Menurut Arikunto (2002:108) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa populasi adalah suatu letak wilayah yang memberikan perlakuan terhadap subjek ataupun objek sebagai tindakan yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan dari sebuah hasil yang telah peneliti lakukan. Populasi dari peneliti ini adalah seluruh siswa di SD Negeri No.094133 Manik Rambung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Probability Sampling. Pada Probabilyti Sampling Teknik pengambilan Sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. jenis sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampling purposive (Erowati et al., 2019).Teknik pada peneliti yang memilih sendiri sampel purposive atau sampel yang bertujuan secara subyektif.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat kita pahami bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang lebih besar untuk mewakili karakteristik atau sifat populasi tersebut .Pengambilan sampel ini memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian dengan lebih
efisien. dari pernyataan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa Sampel adalah bagian yang akan diteliti untuk memperoleh data. Dengan demikian yang menjadi sampel penelitian yaitu siswa kelas IV di SD Negeri No.094133 Manik Rambung yang terdiri dari 40 siswa (Purwani et al., 2018b).
Teknik pengumpulan data adalah langkah awal yang dilakukan dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010:224).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
## Observasi
Observasi adalah Teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik yang digunakan untuk mengkaji suatu gejala atau peristiwa melalui upaya mengamati dan mencatat data secara sistematis (Sugiyono,2016:203). Pengumpulan data diawali dengan melakukan observasi pada siswa kelas IV di SD Negeri No.094133 Manik Rambung pada tanggal 31 Agustus 2023.
## Tes
Tes merupakan salah satu cara atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individua tau kelompok, dengan tujuan untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pretest dan posttest. Terdapat 30 butir soal pilihan berganda yang digunakan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data adalah proses yang terjadi setelah pengumpulan data dari semua responden atau sumber data lainnya. Kegiatan analisis data meliputi pengelompokan data menurut variable dan jenis responden, tabulasi data menurut terhadap variable dari seluruh responden, menyajikan data untuk setiap variable yang teliti, membuat perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan membuat perhitungan untuk menguji hipotesis yang dibuat (Lokat et al., 2022).
## Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas IV SD Negeri No.094133 Manik Rambung yang berjumlah 40 siswa yang merupakan kelas eksperimen dan SD Negeri 091287 panei Tongah yang berjumlah 22 siswa.kelompok Ekperimen dan kelompok control diberikan perlakuan yang berbeda. Yakni kelompok ekperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model Picture and Picture sedangkan kelompok control menggunakan metode ceramah.kedua kelompok tersebut dibererikan pretest untuk mengetahui keadaan
awal masing-masing siswa untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang telah di berikan (Dahlia et al., 2021).
Sebelum dilakukan uji coba pre-test dan postest terlebih dahulu dilakukan validasi oleh seorang validator kemudian dilakukan uji validitas,uji reliabilitas,uji tingkat kesukaran dan uji daya beda soal. Soal yang di ujicobakan sebanyak 20 butir soal. Soal tersebut yaitu tes objektif berbentuk pilihan berganda.dinyatakan hasil tersebut di peroleh melalui bantuan Microsoft Excel 2019 dan IBS SPSS Statistics versi 26.
## Hasil Uji Validitas
Sebelum melakukan penelitian soal akan di ujicoba terlebih dahulu untuj melihat apakah soal tersebut “ Valid atau Tidak Valid”.Uji instrument dilakukan pada kelas IV dengan responden 22 siswa dengan 30 butir soal pilihan berganda.
Pada Penelitian ini,soal yang digunakan adalah soal Valid,sedangkan soal yang tidak valid akan dihilangkan .oleh karena itu suatu soal dikatakan Valid apabila .berdasakan data yang diperoleh maka di ketahui = 0,374.
## Hasil Penelitian
Deskripsi Data Pretest
Pelaksanaan Pretest dilakukan disekolah SD Negeri No.094133 Manik Rambung . Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu memasuki ruangan , memperkenalkan diri, memberi salam perkenalan kepada siswa-siswi kelas lV, selanjutnya menjelaskan tujuan penelitian ini dilakukan. Kemudian peneliti memberikan soal pretest yang sudah divalidasi sebanyak 20 butir soal pilihan berganda kepada seluruh siswa. Siswa mengerjakan soal pretest selama 3 x 35 menit. Berikut data hasil pretest siswa-siswi kelas 1V SDN No.094133 Manik Rambung (I. Sulaksana, 2021).
Nilai Pretest dengan SPSS 26
Tabel 1. Hasil Nilai Pretest dengan SPSS 26.
## Descriptives
Statisti c Std. Error Pret est
Mean 48.03 2.022 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 43.94 Upper Bound 52.11 5% Trimmed Mean 48.22 Median 45.00 Variance 163.46 1
Minimum 20 Maximum 70 Range 50 Interquartile Range 15 Skewness -.251 .374 Kurtosis -.507 .733
Berdasarkan data hasil Pretest siswa di atas maka dapat disimpulkan yaitu nilai Maksimum yang didapat adalah 70 dan nilai Minimum yang didapat adalah 20 serta rata- rata bernilai 48 dengan kategori Kurang Baik.
## Deskripsi Data Posttest
Setelah peneliti selesai melakukan Pretest terhadap siswa-siswi kelas IV selanjutnya dilakukan treatment yaitu penerapan Model pembelajaran Picture and Picture terhadap siswa kelas IV . Kemudia peneliti memberikan soal Posttest yang sudah valid sebanyak 20 butir soal pilihan berganda kepada seluruh siswa-siswi mengerjakan soal pretest selama 2 x 35 menit . Berikut data hasil Posttest siswasiswi kelas IV 094133 Manik Rambung .
Tabel 2. Hasil Nilai Postest dengan SPSS 26
Descriptives Statisti c Std. Error Postte st
Mean 84.13 1.431 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 81.23 Upper Bound 87.02 5% Trimmed Mean 84.17 Median 85.00 Variance 81.907 Std. Deviation 9.050 Minimum 65 Maximum 100 Range 35 Interquartile Range 14 Skewness -.135 .374 Kurtosis -.635 .733
Berdasarkan data hasil Pretest siswa di atas maka dapat disimpulkan yaitu nilai Maksimum yang didapat adalah 100 dan nilai Minimum yang didapat adalah 65 serta rata- rata bernilai 84 dengan kategori Baik.
Uji Hipotesis (uji t) digunakan untuk melihat pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa melalui tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Uji t
Paired Samples Test
Paired Differences
t d f Sig. (2- taile d) M ea n
Std. Deviat ion St d.
Err or M ea n
95% Confidence
Lo we r U pp er Pair 1 post test - pret est
36 .10 0 16.383 2.
59 0 30 .8 60
41. 34 0 13. 93 6
3 9 .000
Berdasarkan dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan nilai diperoleh 13,936 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena probabilitas signifikan jauh lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan = 13,936 > = 2.02439 maka ditolak dan diterima, yang berarti bahwa terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar pada Tema 4 Subtema 1 Jenis - Jenis Pekerjaan dikelas Kelas IV SD Negeri No.094133 Manik Rambung.
## Pembahasan Penelitian
Penelitian ini menunjukkan Pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa pada tema 4 subtema 1 Jenis – Jenis Pekerjaan siswa kelas lV SD Negeri No.094133 Manik Rambung. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian One Group Pretest Posttest Design. Sebelum menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picrure peneliti memberikan siswa tes awal sebagai bagian dari proses penelitian. Menggunakan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas serta kualitas dari proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Dewi et al., 2019). Pada penelitian ini peneliti menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture sebagai model pembelajaran. Akan tetapi masih terdapat kesulitan dalam menggunakan model ini yaitu memakan banyak waktu untuk medampatkan atau mebuat suatu gamar yang di butuhkan sehingga siswa sering bersikap pasif dalam mengikuti proses pembelajaran., sehingga guru harus mampu dalam menerapkan Model Pembelajaran Picture and Picture. Kemudahan dalam menggunakan model ini adalah materi yang di sajikan sudah tersapat di internet atau bias
di gambarkan secara sederhana sesuai maktsud dan tujuan dari gambar tersebut. Dengan menggunakan gambar - gambar tertentu sesuai materi pembelajaran yang akan di ajarkan, sehingga memudahkan guru untuk menyampaikan dan menjelaskan materi kepada siswa.
Berdasarkan dari teori yang ada, diduga hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture lebih baik dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan model Picture and Picture (NITA, 2021).
Dilihat dari data pengujian hipotesis, ternyata dugaan benar. Dengan ditolaknya dan didukung dengan data yang diperoleh pada saat penelitian yaitu pada perbandingan nilai statistik studi menunjukkan bahwa ada 40 orang dalam sampel, dengan nilai pretest terendah adalah 20 dan tertinggi 70 Nilai posttest terendah 70, sedangkan nilai posttest tertinggi 100, dengan rata-rata nilai pretest 46 dan rata-rata posttest 85. Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture lebih baik dari pada pembelajaran tanpa menggunakan Model Picture and Picture .Hal ini dimungkinkan karena pendekatan yang berbeda pada saat menggunakan model dengan tidak menggunakan model (Prihatini et al., 2022). Dengan menggunakan model dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif, kreatif, dan membuat proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan meningkatkan motivasi siswa untuk memahami tentang mata pelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Sedangkan tanpa menggunakan model Picture and Picture lebih banyak siswa mendengarkan guru ceramah sehingga kurang efektif dalam belajar (Prihatiningsih & Setyanigtyas, 2018).
Hasil dari Nilai Pretest dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua siswa bernilai 20, dua siswa mendapat nilai 25, dua siswa mendapat nilai 30,satu siswa mendapat nilai 35, enam siswa mendapat nilai 40, sepuluh siswa mendapat nilai 45,dua siswa mendapat nilai 50,delapan siswa mendapat nilai 55,dua siswa mendapat nilai 60,tiga siswa mendapat nilai 63 dan dua siswa yang mendaptkan nilai 70.Dengan nilai dengan ini Minimum yaitu 20 dan nilai Maksimum 70 dengan nilai rata-rata 46 (Ananda & Fadhilaturrahmi, 2018). Hasil dari Nilai Posttest dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat satu siswa bernilai 65, dua siswa mendapat nilai 70, enam siswa mendapat nilai 75,tujuh siswa mendapat nilai 80, Sembilan siswa mendapat nilai 85, tiujuh siswa mendapat nilai 90, lima siswa mendapat nilai 95,dan tiga siswa mendapat nilai 100.Dengan nilai Minimum yaitu 65 dan nilai Maksimum 100 dengan nilai rata-rata 85 (Ahmad et al., 2018). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Picture and Picture berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu hasil belajar siswa mengalami peningkatan (Putra et al., 2018).
Hasil yang diperoleh daru uji-t diperoleh hasil dengan nilai yaitu 13.936. Nilai yaitu 2.02439 dengan frekuensi (db) sebesar 40 - 2 = 28. pada taraf signifikan = 0,05. Maka diperoleh > atau 13.936> 2.02439 maka ditolak dan diterima, yang berarti hipotesis dalam penelitian ini diterima yakni ada pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa pada tema 4 subtema 1 Jenis – Jenis Pekerjaan siswa kelas lV SD Negeri no. 094133 Manik Rambung. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh NDWI PUSPITA 2020 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar. Jadi dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran Picture and picture terhadap hasil belajar siswa.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa pada tema 4 Subtema 1 Jenis – Jenis Pekerjaan pada siswa kelas lV SD Negeri No.094133 Mani k Rambung. Hal ini terlihat pada pengujian uji “t”, diperoleh harga yaitu 13.936.
Dengan frekuensi (db) sebesar 40 - 2 = 38, pada taraf signifikan = 0,05 diperoleh yaitu 2.02439 Maka diperoleh
> atau 13,936 > 2.02439 maka ditolak dan
diterima, yang berarti hipotesis dalam penelitian ini diterima. Selain itu pada saat observasi, siswa menjadi lebih aktif dan antusias dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran yang tanpa menggunakan media pembelajaran.
## DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H., Hatu, R. A., & Ilato, R. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Picture And
Picture Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V Sdn 88 Kota Gorontalo. Akademika, 7(2), 172 – 184. Https://Doi.Org/Http://Dx.Doi.Org/10.31314/Akademika.V7i2.1027
Aisy, M. R., & Ismah, I. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Materi Aljabar. Fibonacci:
Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 7(2), 85 – 90. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.24853/Fbc.7.2.85-90
Ananda, R., & Fadhilaturrahmi, F. (2018). Analisis Kemampuan Guru Sekolah Dasar Dalam
Implementasi Pembelajaran Tematik Di Sd. Jurnal Basicedu, 2(2), 11 – 21.
Dahlia, D., Lestari, R., Brahmana, E. M., Hatika, R. G., & Nasution, S. H. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Materi Sistem Pencernaan. Jurnal Edu Research, 10(2), 1 – 6.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.30606/Jer.V10i2.1147
Dewi, N. N. K., Kristiantari, M. G. R., & Ganing, N. N. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Picture And Picture Berbantuan Media Visual Terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Journal Of Education Technology, 3(4), 278 – 285.
Erowati, D., Yulina, H., & Rapani, R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar. Pedagogi: Jurnal Pendidikan Dasar, 7(8). Hasyda, S., & Djenawa, A. (2020). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture Bermedia Mind Map Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sosoal Pada Peserta
Didik Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(3), 696 – 706. Https://Doi.Org/10.31004/Basicedu.V4i3.414
Khalimi, M. A. (2019). Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Siswa Kelas V Sd Islam Al Hasanah Ciledug- Tangerang. Fitk Uinjkt.
Lokat, Y. T., Bano, V. O., & Enda, R. R. H. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa. Binomial, 5(2), 126 – 135. Https://Doi.Org/10.46918/Bn.V5i2.1450
Mabruroh, L. H., & Irianto, A. (2020). Pengaruh Metode Picture And Picture Terhadap Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 11(1), 102 – 108.
Munawaroh, M. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Kelas Iii Di Mi Tarbiyatusshibyan. Attadib: Journal Of Elementary Education, 1(2), 94 – 111. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.32507/Attadib.V1i2.25
Nita, E. (2021). Pengaruh Metode Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Iv Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Mi Masyariqul Anwar
Bandar Lampung. Uin Raden Intan Lampung.
Https://Doi.Org/Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/Id/Eprint/15722
Pratiwi, N., & Aslam, A. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 3697 – 3703. Https://Doi.Org/10.31004/Edukatif.V3i6.1081
Prihatini, A. S., Gustiawati, S. G., & Sutisna, S. (2022). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Ii Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Mi Al – Ikhlas Cicadas Bogor. Koloni, 1(3), 393 – 402.
Prihatiningsih, E., & Setyanigtyas, E. W. (2018). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Dan Model Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 4(1), 1. Https://Doi.Org/10.30870/Jpsd.V4i1.1441
Purwani, N. P. R., Darsana, I. W., & Manuaba, I. B. S. (2018a). Pengaruh Model Pembelajaran Picture And Picture Berbasis Portofolio Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa. International Journal Of Elementary Education, 2(3), 165.
Https://Doi.Org/10.23887/Ijee.V2i3.15955
Purwani, N. P. R., Darsana, I. W., & Manuaba, I. B. S. (2018b). Pengaruh Model Pembelajaran Picture And Picture Berbasis Portofolio Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa. International Journal Of Elementary Education, 2(3), 165. Https://Doi.Org/10.23887/Ijee.V2i3.15955
Putra, W. S. E., Herpratiwi, H., & Taruna, R. M. (2018). Pengaruh Model Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Tematik Kelas Iv. Pedagogi: Jurnal Pendidikan Dasar, 6(6).
Rosita, R. (2022). Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Picture And Picture Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Muatan Ipa Peserta Didik Di Kelas Iv Sdn 98/X Rantau Indah Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022. Journal On Education, 4(2), 770 – 783. Https://Doi.Org/10.31004/Joe.V4i2.489
Septaningsih, S., Yulina, H., & Sudirman, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar. Pedagogi: Jurnal Pendidikan Dasar, 6(12).
Seran, E. Y., & Suani, V. L. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Iii Sd. Dunia Anak: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1 – 8. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.31932/Jpaud.V1i1.606
Sulaksana, I. (2021). Efektivitas/Peranan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dalam Pembelajaran Ips Kelas V Sd. Universitas Pendidikan Ganesha.
Sulfemi, W. B., & Minati, H. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas 3 Sd Menggunakan Model Picture And Picture Dan Media Gambar Seri. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 4(2), 228. Https://Doi.Org/10.30870/Jpsd.V4i2.3857
|
95adde7b-3b84-4354-8765-c556f832053f | https://jurnal.pknstan.ac.id/index.php/JMKP/article/download/2152/1297 |
## Penerapan Fungsi Anggaran Dalam Optimalisasi Anggaran Subsidi Pupuk Tahun 2023
Yogi Michael Matondang 1 , Rizka Amila 2 Politeknik Keuangan Negara STAN 1,2 [email protected] 1 , [email protected] 2
*penulis korespondensi
Keywords: Budget Function, Fertilizer Subsidy, Optimization
## ABSTRACT
Since 2023, several policies related to fertilizer subsidies have changed. Starting from reducing the types of subsidized fertilizers to two, namely Urea and NPK, to changing the fertilizer subsidy budgeting scheme where the allocation of the amount of fertilizer is determined after setting a definitive ceiling based on Farmer Land Spatial Data. This means that performance-based budgeting is not applied to the fertilizer subsidy budget. This then raises the issue of optimization. This issue is important because the nominal subsidy budgeted for in 2023 is the same as in 2022 even though the types of subsidized fertilizers have decreased. There is the potential for idle funds to become a source of fraud. This study examines the application of the budget function to fertilizer subsidies in 2023 using a mathematical model. The type of data is quantitative data and the data source are from government budget document and regulations. Based on the results of this study it is concluded that: 1) The fertilizer subsidy allocation set by the government for 2023 has not optimized the entire subsidy budget. 2) The government can optimize the 2023 fertilizer subsidy budget with several schemes that increase the allocation of subsidized fertilizers. In addition, optimization can be carried out by allocating more of the fertilizer subsidy budget for other types of fertilizer provided that the need for NPK and Urea fertilizers is fulfilled.
## Kata Kunci: Fungsi Anggaran,
Subsidi Pupuk, Optimalisasi.
## ABSTRAK
Sejak tahun 2023, beberapa kebijakan terkait subsidi pupuk mengalami perubahan. Mulai dari berkurangnya jenis pupuk yang disubsidi menjadi dua yaitu pupuk urea dan NPK, hingga berubahnya skema penganggaran subsidi pupuk dimana alokasi jumlah pupuk ditetapkan setelah penetapan pagu definitif berdasarkan Data Spasial Lahan Petani. Artinya penganggaran berbasis kinerja tidak diterapkan pada anggaran subsidi pupuk. Hal ini kemudian menimbulkan isu optimalisasi. Isu ini menjadi penting karena nominal subsidi yang
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
dianggarkan pada tahun 2023 sama dengan tahun 2022 meskipun jenis pupuk yang disubsidi menjadi berkurang. Akibatnya terdapat potensi dana idle yang dapat menjadi sumber fraud. Penelitian ini mengkaji tentang penerapan fungsi anggaran pada subsidi pupuk tahun 2023 dengan menggunakan model matematika. Jenis datanya adalah data kuantitatif dan sumber datanya berasal dari dokumen penganggaran, peraturan, dan laporan terkait. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) Alokasi subsidi pupuk yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2023 belum mengoptimalkan seluruh anggaran subsidi. 2) Pemerintah dapat mengoptimalkan anggaran subsidi pupuk tahun 2023 dengan beberapa skema yang menambah alokasi pupuk subsidi. Selain itu, optimalisasi dapat dilakukan dengan mengalokasikan lebih anggaran subsidi pupuk untuk jenis pupuk lainnya dengan syarat kebutuhan pupuk NPK dan Urea sudah tercukupi.
JEL CLASSIFICATION: H61
How to cite : Matondang, Y.M., Amila, R. (2023). Penerapan Fungsi Anggaran Dalam Optimalisasi Anggaran Subsidi Pupuk Tahun 2023, 7(2), 43-58.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. To view a copy of this license, visit http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
## PENDAHULUAN
Subsidi pupuk sebagai subsidi dengan anggaran terbesar dalam APBN kerap mengalami permasalahan. Seringkali jumlah pupuk subsidi tidak dapat menjawab kebutuhan pupuk subsidi untuk petani dalam negeri. Pada tahun 2022 yang lalu, pemerintah menganggarkan subsidi pupuk sebesar Rp25.276,6 miliar untuk 5 jenis pupuk dengan 70 komoditas. Namun hal ini menimbulkan permasalahan kecukupan persediaan pupuk subsidi. Melansir dari CNN Indonesia, kebutuhan pupuk subsidi untuk tahun 2022 sebesar 25 juta ton. Namun pemerintah hanya mengalokasikan 9,1 juta ton saja. Karenanya, pemerintah kemudian mengubah target subsidi pupuk dan skema penganggaran subsidi pupuk pada tahun 2023.
Berbeda dengan subsidi pupuk dalam RAPBN tahun 2022, subsidi pupuk dalam RAPBN 2023 dialokasikan hanya kepada petani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, diluar petani peternakan dan perikanan budidaya, yang telah tergabung dalam kelompok tani dan terdaftar dalam e-RDKK saja. Dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2023 disebutkan lebih lanjut bahwa alokasi pupuk bersubsidi difokuskan pada 2 jenis pupuk yakni pupuk Urea dan NPK, dan untuk komoditas yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi, kakao, dan tebu rakyat. Artinya hanya ada 9 komoditas pertanian yang akan mendapatkan subsidi pupuk di tahun 2023 dari sebelumnya 70 komoditas berdasarkan kebutuhan pangan pokok dan komoditas strategis pertanian. Hal ini juga dijelaskan lebih lanjut dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Meskipun subsidi pupuk kini diberikan hanya untuk 2 jenis pupuk saja, namun anggaran subsidi pupuk dalam APBN 2023 tidak mengalami perubahan. Besarnya anggaran tetap sebesar Rp25.276,6 miliar.
Skema penganggaran subsidi pupuk juga mengalami perubahan untuk tahun 2023. Dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 disebutkan bahwa skema penetapan alokasi pupuk bersubsidi pada tingkat pusat dilakukan setelah pagu definitif anggaran subsidi pupuk telah ditetapkan. Alhasil, rencana anggaran pupuk untuk tahun 2023 disamakan dengan anggaran pupuk tahun 2022. Alokasi kemudian didasarkan pada Data Spasial Lahan Petani. Namun jika Data Spasial Lahan Petani belum tersedia, digunakan data luas lahan dalam SIMLUHTAN. Jumlah alokasi pupuk bersubsidi kemudian akan dirinci berdasarkan jenis pupuk, jumlah pupuk, provinsi, dan sebaran bulanan. Alokasi ini kemudian ditetapkan dengan keputusan kementerian teknis terkait. Dalam hal ini, alokasi jumlah pupuk bersubsidi ditetapkan oleh Kementerian Pertanian dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023. Artinya penganggaran yang dilakukan tidak berdasarkan rencana pemenuhan kebutuhan pupuk di tahun 2023. Skema penganggaran subsidi pupuk dengan cara seperti ini menyebabkan munculnya sejumlah masalah karena tidak sesuai dengan konsep teori penganggaran berbasis kinerja ( performance based budgeting ).
Masalah optimalisasi anggaran akan muncul jika alokasi pupuk subsidi yang ditetapkan ternyata tidak mengoptimalkan seluruh anggaran subsidi. Apalagi target pupuk subsidi saat ini hanya diberikan untuk 2 jenis pupuk. Hal ini merupakan bagian dari kelemahan perencanaan jika penganggaran subsidi dilakukan tidak berbasis kinerja. Apabila pagu definitif ditetapkan terlebih dahulu sebelum jumlah alokasi pupuk maka dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan dana subsidi pupuk. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran subsidi pupuk, kekurangan pupuk subsidi untuk petani akan terjadi
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Namun jika terjadi kelebihan anggaran subsidi pupuk, maka ini akan menjadi pemborosan ataupun menjadi dana idle yang berpotensi fraud oleh instansi yang berwenang. Artinya penerapan anggaran tidak optimal.
Studi ini bermaksud untuk memberi gambaran kondisi kesenjangan anggaran subsidi pupuk dengan alokasi pupuk yang ditetapkan sebagai akibat tidak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja ( performance based budgeting ). Atas hal tersebut, penulis bermaksud memberikan solusi optimalisasi pupuk menggunakan fungsi anggaran untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul.
## TINJAUAN LITERATUR
## 1. Teori Penganggaran Publik
Anggaran digunakan untuk menghubungkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikannya (Surianti, 2015). Dengan adanya penganggaran, organisasi dapat membatasi pengeluaran yang sepadan dengan penerimaannya dan menjaga keseimbangan agar pengeluaran tidak melebihi batas atas yang telah ditetapkan (Surianti, 2015). Di sektor publik, penganggaran tersebut memiliki aspek teknis maupun politik yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti situasi ekonomi, opini publik, berbagai tingkat pemerintahan, kelompok kepentingan, pers, dan politik (Surianti, 2015).
Di Indonesia sendiri, dokumen anggaran digunakan oleh setiap Kementerian/Lembaga (K/L) yang berisi informasi akuntansi dan disajikan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) dan Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Informasi akuntansi tersebut memuat perencanaan, penganggaran, evaluasi, dan pelaporan (Aristiowati, 2015). Penggunaan anggaran yang dilakukan oleh setiap unit pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan, yang ditunjukkan dengan pencapaian kinerja dan penggunaan dana sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah kepada publik (Biswan & Grafitanti, 2021). Penyusunan dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta DIPA di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran.
## 2. Penganggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran berbasis kinerja merupakan salah satu pendekatan penyusunan anggaran yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2023 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran. Dengan begitu, seluruh penyusunan anggaran kementerian dan lembaga, termasuk anggaran subsidi pupuk, seharusnya disusun dengan pendekatan penganggaran berbasis kinerja. Penganggaran berbasis kinerja memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang diharapkan dengan memperhatikan efisiensi. Dengan berorientasi pada output dan outcome sebagai indikator utamanya, penganggaran berbasis kinerja ini akan sejalan dengan visi, misi, dan rencana strategis yang dimiliki oleh organisasi (Nainggolan, 2016). Penganggaran berbasis kinerja menurut Bastian (2010) memiliki kelebihan antara lain adanya pelimpahan wewenang, mendorong unit kerja untuk mengajukan dan menilai anggaran berdasarkan kenyataan,
memudahkan dalam proses perencanaan, serta meningkatkan optimalisasi alokasi dana secara efisien.
## 3. Penelitian Terdahulu
Penganggaran berbasis kinerja membutuhkan basis data dan informasi yang kuat untuk diterapkan (Lorenz, 2012). Hal ini menjadi isu utama yang muncul saat penganggaran berbasis kinerja coba diterapkan dalam anggaran subsidi pupuk. Basis Data Spasial Lahan Petani maupun SIMLUHTAN sampai saat ini masih kurang lengkap. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian Heliaantoro & Juwana (2018) menemukan bahwa pupuk subsidi masih tidak optimal dari segi pendataan, penganggaran, maupun pengawasan. Salah satu penyebabnya adalah data usulan RDKK untuk alokasi anggaran masih kurang memadai. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zulaiha, et al. (2018) menemukan bagaimana kebutuhan pupuk yang ada pada RDKK tidak dijadikan dasar oleh pemerintah dan juga DPR dalam menetapkan besarnya anggaran subsidi pupuk. Padahal RDKK memuat data kebutuhan pupuk petani. Hal ini menyebabkan adanya potensi ketidaktepatan penentuan alokasi pupuk subsidi. Penelitian Kurniawan & Widarti (2021) menyoroti pentingnya dilakukan sosialisasi e-RDKK kepada petani di Kubu Raya karena keterbatasan pemanfaatan RDKK oleh petani menyebabkan basis data pada RDKK menjadi tidak andal. Susila (2010) dalam penelitiannya menemukan adanya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan pupuk. Selain itu terdapat juga bias sasaran/target yang menjadi masalah utama dalam subsidi pupuk di Indonesia. Penelitian lain oleh Suryana, dkk. (2016) menemukan bahwa masih sering ditemukan keluhan terkait produksi dan distribusi pupuk yang tidak efisien dan tidak tepat sasaran. Kendala serupa juga dikemukakan oleh Azis & Dja’far (2016) bahwa sistem distribusi pupuk dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya di setiap daerah. Distribusi pupuk seperti ini mengakibatkan beberapa daerah memiliki jumlah pupuk yang berlebih sedangkan di daerah lain justru mengalami kekurangan. Tidak hanya pada level daerah, inefisiensi penyaluran pupuk ini juga terjadi di level petani (Azis & Dja’far, 2016). Kelemahan basis data dan informasi menyebabkan sulitnya penerapan penganggaran berbasis kinerja untuk anggaran subsidi pupuk. Pemerintah kemudian menetapkan alokasi anggaran pupuk untuk tahun 2023 disamakan dengan dengan tahun 2022.
## 4. Kesenjangan dalam Literatur
Penelitian-penelitian terdahulu telah membahas bagaimana kelemahan basis data dan informasi membuat penganggaran berbasis kinerja tidak diterapkan pada anggaran subsidi pupuk. Masalah yang sama juga ditemukan dalam anggaran subsidi pupuk tahun 2023. Namun, belum ditemukan penelitian yang secara khusus membahas penganggaran subsidi pupuk tahun 2023 meskipun terdapat beberapa perubahan dalam kebijakan subsidi pupuk di tahun ini. Penelitian ini secara khusus akan mengisi kesenjangan dalam literatur-literatur sebelumnya dengan memberikan gambaran mengenai tingkat optimalisasi anggaran subsidi pupuk tahun 2023. Selain itu, penelitian ini juga memberi upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah optimalisasi anggaran subsidi pupuk tahun 2023. Upaya optimalisasi dilakukan dengan pendekatan penerapan fungsi anggaran. Pendekatan ini belum ada pada penelitian-penelitian terdahulu. Pendekatan ini memiliki
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
kelebihan karena tingkat optimalisasi dapat diukur dengan pendekatan yang terukur dan aplikatif.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Tujuan penelitian dengan pendekatan deskriptif adalah untuk memperoleh gambaran atas suatu kejadian, orang, ataupun situasi yang ada (Saunders, et al., 2019). Penelitian dilakukan atas anggaran subsidi pupuk tahun 2023 dengan maksud menggambarkan masalah optimalisasi anggaran pupuk terhadap rencana jumlah alokasi pupuk karena tidak diterapkannya penganggaran berbasi kinerja. Peneliti menggunakan teknik dokumentasi dalam melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berasal dari Buku II Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2023, Permentan Nomor 10 Tahun 2022, Kepmentan Nomor 734 Tahun 2022, dan Laporan Keuangan PT Pupuk Kaltim tahun 2021.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas atas hal tersebut, teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data ialah melakukan literature review , pengumpulan data, tabulasi, penyusunan model matematika, analisis, dan penarikan kesimpulan. Literature review dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dan kerangka berpikir yang menyeluruh mengenai konsep penganggaran dan optimalisasi anggaran. Selanjutnya dilakukan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tabulasi, peneliti menggunakan data alokasi jumlah pupuk subsidi tahun 2023, data Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk subsidi tahun 2023, dan data laporan keuangan PT Pupuk Kaltim tahun 2021 untuk menghitung biaya produksi pupuk subsidi. Data diperoleh dari Permentan yang mengatur subsidi pupuk tahun 2023.
2) Menyusun fungsi anggaran (M) dan fungsi alokasi pupuk (T).
3) Melakukan eliminasi fungsi anggaran dan fungsi alokasi pupuk.
4) Mencari titik potong dan menentukan kuadran titik potong untuk menentukan tingkat optimalisasi anggaran subsidi pupuk terhadap jumlah alokasi pupuk.
Teori fungsi anggaran terbagi menjadi dua, yaitu teori produksi dan teori konsumsi (Dumairy, 2012). Pada teori produksi, fungsi anggaran digunakan sebagai batas maksimal kemampuan seorang produsen membeli dua macam masukan (faktor produksi) atau lebih, berkenaan dengan dana yang tersedia dan harga masing-masing masukan. Sedangkan pada teori konsumsi, fungsi anggaran digunakan sebagai batas maksimal kemampuan seorang konsumen dalam membeli dua macam keluaran atau lebih, berkenaan dengan jumlah pendapatannya dan harga masing-masing keluaran.
Dalam penelitian ini, karena objek yang dihitung yaitu anggaran subsidi yang diberikan oleh pemerintah, maka topik ini akan masuk ke dalam teori produksi. Adapun model matematika fungsi anggaran sebagai berikut:
M = x . Px + y . Py
Keterangan: M : jumlah dana produsen
x : jumlah masukan X y : jumlah masukan Y Px : harga X per unit Py : harga Y per unit
Dengan membandingkan fungsi anggaran subsidi dan fungsi volume pupuk, kita dapat mengetahui kombinasi terbaik dari jenis pupuk yang disubsidi agar dapat memenuhi target alokasi pupuk bersubsidi sekaligus mengoptimalkan anggaran subsidi yang telah ditentukan. Batas-batas tersebut juga akan menentukan apakah dua fungsi tersebut dapat terpenuhi secara bersamaan atau masih ada yang perlu ditingkatkan, baik dalam alokasi pupuk maupun penggunaan anggaran.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## 1. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Angka dalam APBN
Berdasarkan Buku II Nota Keuangan RAPBN 2023, pemerintah akan memberikan alokasi dana untuk subsidi pupuk sebesar Rp25.276,6 miliar. Berbeda dengan subsidi pupuk dalam RAPBN tahun 2022, subsidi pupuk dalam RAPBN 2023 dialokasikan hanya untuk 2 jenis pupuk yakni pupuk Urea dan NPK. Hal ini juga dijelaskan lebih lanjut dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.
Dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tersebut disebutkan bahwa penetapan alokasi pupuk bersubsidi pada tingkat pusat dilakukan setelah pagu definitif anggaran subsidi pupuk telah ditetapkan. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023 menetapkan jumlah alokasi pupuk bersubsidi tahun 2023 sebesar 9.013.706 ton pupuk subsidi. Dalam peraturan ini juga diatur mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk masing-masing jenis pupuk subsidi.
Dalam hal anggaran subsidi masih tersedia setelah alokasi pupuk urea subsidi dan pupuk NPK subsidi telah dipenuhi, maka sisa lebih anggaran subsidi pupuk dapat dialokasikan terhadap jenis pupuk lainnya apabila diperlukan untuk peningkatan kebutuhan produksi. Namun alokasi untuk jenis pupuk lainnya dapat dilakukan jika kebutuhan dalam negeri pupuk Urea dan NPK sudah tercukupi.
## 2. Perilaku Variabel-Variabel terhadap Angka APBN
Salah satu dasar perhitungan besarnya anggaran subsidi dalam APBN adalah realisasi anggaran pada tahun sebelumnya. Dengan data rata-rata harga penjualan pupuk dan Harga Eceran Tertinggi (HET), akan diperoleh nilai subsidi per kg jenis pupuk. Dengan hasil perhitungan variabel tersebut, pemerintah dapat menyusun anggaran yang tepat untuk ditetapkan dalam APBN 2023.
Penyusunan anggaran untuk program subsidi dihitung dan disesuaikan dengan kebutuhan realisasi pada tahun berjalan, salah satu unsur yang menjadi dasar pertimbangan yaitu perubahan kebijakan. Perubahan kebijakan sebagai salah satu variabel lain yang dapat mempengaruhi angka dalam APBN secara teori akan mengubah nilai anggaran subsidi. Namun, meskipun terdapat kebijakan baru terkait jenis pupuk yang disubsidi dan juga penerima pupuk tersebut semakin sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ternyata anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk program subsidi pupuk tetap sama, yaitu Rp25.276,6 miliar.
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
Namun, dengan total anggaran yang sama, alokasi pupuk bersubsidi yang ditetapkan pemerintah mengalami penurunan yang semula 9.118.237 juta ton dan 1.870.380 liter pupuk organik cair pada tahun 2022, menjadi 9.013.706 ton pada tahun 2023. Penurunan jumlah alokasi pupuk bersubsidi ini yang akan ditelaah lebih lanjut oleh peneliti untuk mengetahui apakah pemerintah sudah mengoptimalkan anggaran subsidi pupuk yang telah ditetapkan dalam APBN.
## 3. Model Matematika
Melalui variabel-variabel di atas, peneliti menggunakan model matematika fungsi penganggaran untuk mengetahui apakah jumlah pupuk subsidi yang dialokasikan sudah mengoptimalkan anggaran yang ada dalam RAPBN 2023. Model matematika fungsi penganggaran memiliki rumus sebagai berikut:
M = X . Px + Y . Py
Keterangan:
M = Jumlah anggaran subsidi pupuk dalam RAPBN 2023 X = Jumlah pupuk urea subsidi Y = Jumlah pupuk NPK subsidi Px = Besarnya subsidi pupuk urea per kg
Py = Besarnya subsidi pupuk NPK per kg
Dalam hal ini, besarnya subsidi pupuk urea per kg dihitung dengan mengurangkan harga jual pupuk urea non subsidi dengan harga eceran tertinggi pupuk urea subsidi yang diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023. Sedangkan besarnya subsidi pupuk NPK per kg dihitung dengan mengurangkan harga jual pupuk NPK non subsidi dengan harga eceran tertinggi pupuk NPK subsidi yang diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023.
Sementara model matematika untuk jumlah alokasi pupuk subsidi tahun 2023 dirumuskan sebagai berikut:
## T = X + Y
Keterangan: T = Jumlah pupuk subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk tahun 2023 X = Jumlah pupuk urea subsidi
Y = Jumlah pupuk NPK subsidi
Kedua fungsi tersebut dapat dieliminasi untuk mendapatkan kombinasi jumlah pupuk subsidi per masing-masing jenis pupuk yang mengoptimalkan anggaran subsidi pupuk dalam APBN 2023 namun tetap memenuhi target alokasi pupuk subsidi tahun 2023.
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023 menetapkan jumlah alokasi
pupuk bersubsidi tahun 2023 sebagai tercantum dalam tabel 1. Dalam penelitian ini, pupuk NPK biasa dan pupuk NPK formula khusus kakao digabungkan dalam satu kategori yang sama yaitu pupuk NPK untuk menyederhanakan model matematika.
Dalam kepmentan ini juga diatur mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk masing-masing jenis pupuk yang ditunjukkan oleh tabel 2. Sebagaimana disebutkan di atas, pupuk NPK biasa dan pupuk NPK formula khusus kakao akan dikelompokkan menjadi pupuk NPK biasa yang kemudian dalam penelitian ini nanti disebutkan sebagai pupuk NPK. Oleh karena itu, dalam menghitung besarnya subsidi pupuk NPK yang diberikan, harga eceran tertinggi (HET) yang digunakan untuk kedua jenis pupuk NPK ini adalah harga eceran tertinggi (HET) dari pupuk NPK biasa senilai Rp2.300 per kg.
Untuk mengetahui besarnya subsidi pupuk per kg, harga pupuk non subsidi dikurangkan dari harga eceran tertinggi. Harga jual pupuk non subsidi tentunya berbeda- beda oleh masing-masing produsen pupuk yang ditunjuk oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero). Oleh karena itu peneliti menggunakan harga jual rata-rata per kg oleh PT. Pupuk Kaltim pada tahun 2021.
PT Pupuk Kaltim adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual amoniak, pupuk Urea, dan pupuk UPK untuk pasar dalam negeri maupun pasar dalam negeri. Untuk pasar dalam negeri, tercatat dalam laporan keberlanjutan PT Pupuk Kaltim 2021, wilayah pemasarannya meliputi ⅔ bagian dari wilayah Indonesia yaitu wilayah timur Indonesia dan sebagian besar wilayah Jawa Timur dan Kalimantan, kecuali Kalimantan Barat. PT Pupuk Kaltim ditunjuk oleh PT Pupuk Indonesia (persero) untuk pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian. Oleh alasan tersebut, peneliti menggunakan harga rata-rata per kg pupuk non-subsidi sebagai dasar untuk mencari besarnya subsidi pupuk karena peneliti menganggap PT Pupuk Kaltim akan menggambarkan penjualan pupuk non subsidi di wilayah Indonesia. Berdasarkan data pada laporan keuangan konsolidasian dan laporan tahunan PT Pupuk Kaltim, diperoleh data sebagaimana ditampilkan dalam tabel 3 dan tabel 4.
Berdasarkan data-data tersebut dapat diperoleh nilai subsidi masing-masing pupuk non subsidi dengan mengurangkan harga rata-rata pupuk non subsidi per kg dengan harga eceran tertinggi (HET) pupuk non subsidi per kg. Diperoleh nilai subsidi masing-masing pupuk subsidi sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 5. Atas data-data tersebut maka dapat disusun model matematika untuk anggaran subsidi pupuk tahun 2023 dan jumlah pupuk subsidi tahun 2023 sebagai berikut:
2.454,90x + 2.651,09y = 25.276.600.000.000……….(1) x + y = 9.013.706.000……….(2)
Kedua persamaan tersebut kemudian dieliminasi untuk menemukan nilai x dan y yang mana nilai x dan y ini adalah titik potong yang merupakan kombinasi jumlah pupuk urea subsidi dan jumlah pupuk NPK subsidi yang akan menyerap seluruh anggaran pupuk subsidi tahun 2023.
2.454,90x + 2.651,09y = 25.276.600.000.000……….(3) 2.454,90x + 2.454,90y = 22.127.739.630.627……….(4)
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
Atas hasil eliminasi kedua persamaan tersebut, diperoleh nilai y adalah 16.050.055.402 dan x adalah -7.036.349.402. Hasil eliminasi menunjukkan nilai x yang negatif yang berarti titik potong terletak pada kuadran 2 sumbu x dan y. Hal ini tidak mungkin terjadi karena jumlah pupuk subsidi tidak bisa bernilai negatif. Selanjutnya dilakukan pendekatan grafik sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 1.
Persamaan 2.454,90x + 2.651,09y = 25.276.600.000.000 akan memotong sumbu X di titik (0; 9.534.417.919) dan akan memotong sumbu Y di titik (10.296.386.818; 0). Sedangkan persamaan x + y = 9.013.706.000 akan memotong sumbu X di titik (0; 9.013.706.000) dan akan memotong sumbu Y dititik (9.013.706.000; 0). Berdasarkan gambar 1, bisa dilihat bahwa grafik persamaan fungsi jumlah pupuk subsidi tahun 2023 berada di bawah grafik persamaan fungsi anggaran subsidi pupuk tahun 2023. Artinya jumlah pupuk subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk tahun 2023 berada di bawah jumlah pupuk subsidi yang sebenarnya dapat diadakan dengan anggaran sebesar Rp25.276,6 miliar. Atau dengan kata lain, dengan anggaran sebesar Rp25.276,6 miliar, pemerintah dapat mengalokasikan jumlah pupuk subsidi lebih dari 9.013.706.000 kg pupuk untuk tahun 2023. Hal ini membuktikan bahwa alokasi pupuk subsidi yang diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023 belum mengoptimalkan seluruh anggaran subsidi pupuk dalam APBN 2023. Temuan ini mengkonfirmasi teori penganggaran berbasis kinerja. Integrasi output yang ingin dicapai dengan alokasi anggaran dilakukan untuk mencapai efisiensi. Namun ketika output dialokasikan setelah anggaran ditetapkan seperti kasus pupuk subsidi tahun 2023, terdapat isu optimalisasi yang muncul.
Pemerintah memilih untuk mengalokasikan 9.013.706.000 kg pupuk untuk tahun 2023. Dari jumlah ini, melalui kepmentan tersebut, pemerintah menetapkan 5.570.330 ton untuk pupuk urea dan 3.443.376. ton untuk pupuk NPK. Jika nilai ini dimasukkan kedalam persamaan fungsi anggaran 2.454,90x + 2.651,09y = 25.276.600.000.000, maka total anggaran yang akan terserap adalah sebesar Rp22.803.302.796.840. Artinya terdapat sisa anggaran subsidi pupuk sebesar Rp2.473,3 miliar. Lebih anggaran subsidi pupuk ini ditunjukkan oleh area berwarna merah pada gambar 2.
Lebih anggaran subsidi pupuk tersebut dapat dioptimalkan pemerintah dengan sejumlah skema. Pemerintah dapat memilih untuk mengalokasikan lebih banyak subsidi pupuk urea dan NPK apabila dalam tahun berjalan terjadi penambahan kebutuhan pupuk urea dan NPK. Apabila pemerintah memilih untuk menggunakan lebih anggaran subsidi tersebut untuk pupuk urea dan NPK tanpa menambah anggaran subsidi pupuk untuk tahun 2023, maka pemerintah dapat menerapkan beberapa skema berikut ini. Pertama, optimalisasi dapat dilakukan dengan menggeser garis jumlah pupuk subsidi sampai persamaan baru memotong garis fungsi anggaran. Besarnya kenaikan alokasi pupuk dapat disesuaikan sepanjang titik potong baru yang terbentuk ada pada kuadran 1 sumbu x dan sumbu y. Adapun fungsi persamaan penambahan pupuk pupuk subsidi harus memenuhi persamaan sebagai berikut:
2.454,90x’ + 2.651,09y’ = 25.276.600.000.000……….(5) x’ + y’ = 9.013.706.000 + P……….(6) dimana:
Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
P = Jumlah penambahan alokasi pupuk subsidi X’ = Jumlah pupuk urea subsidi setelah penambahan jumlah alokasi pupuk Y’ = Jumlah pupuk NPK subsidi setelah penambahan jumlah alokasi pupuk
Dengan penambahan tersebut, garis persamaan fungsi produksi akan bergeser ke arah kanan sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 3. Jika pemerintah ingin mengoptimalkan seluruh anggaran subsidi pupuk tahun 2023, pemerintah dapat memilih titik potong baru sebagai kombinasi jumlah pupuk urea subsidi dan pupuk NPK subsidi yang baru. Kedua , jika jumlah kebutuhan nyata dari pupuk urea subsidi dan pupuk NPK subsidi tidak digambarkan oleh titik potong baru tersebut, pemerintah dapat memilih kombinasi pupuk urea subsidi dan pupuk NPK subsidi pada titik-titik yang tidak melampaui area saat garis persamaan fungsi anggaran subsidi pupuk di bawah garis persamaan fungsi jumlah pupuk subsidi yang baru dan tidak melampaui saat garis persamaan fungsi jumlah pupuk subsidi yang baru di bawah garis persamaan fungsi anggaran subsidi pupuk. Namun skema ini tentu belum mengoptimalkan anggaran subsidi pupuk yang ada. Pemerintah dapat mengalihkan sisa lebihnya untuk pengadaan jenis pupuk lain yang tidak mendapatkan subsidi. Ketiga , sebagaimana yang disebutkan dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian, apabila anggaran subsidi pupuk masih tersedia setelah dialokasikan terhadap jenis pupuk urea subsidi dan pupuk NPK subsidi dan dibutuhkan jenis pupuk lain untuk peningkatan kebutuhan produksi, lebih anggaran subsidi pupuk 2023 juga dapat dialokasikan seluruhnya untuk penyediaan jenis pupuk lain.
Ketiga skema tersebut adalah skema-skema yang dapat dipilih pemerintah untuk mengoptimalkan anggaran subsidi pupuk untuk tahun 2023. Pemerintah dapat memilih skema pertama dan kedua apabila kebutuhan pupuk Urea dan NPK dalam negeri ternyata lebih tinggi dari alokasi yang sudah ditetapkan. Hal ini kerap terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan skema ketiga dapat digunakan untuk mengoptimalkan penyerapan anggaran subsidi pupuk ketika ternyata kebutuhan pupuk Urea dan NPK dalam negeri sudah terpenuhi. Penambahan alokasi subsidi pupuk dapat dilakukan tanpa harus menambah anggaran subsidi dalam APBN 2023. Hal ini akan menjawab permasalahan dana idle atau munculnya potensi fraud dengan skema penganggaran subsidi pupuk tahun 2023.
## KESIMPULAN
Dengan menggunakan model matematika fungsi penganggaran, dapat disimpulkan bahwa alokasi pupuk bersubsidi tahun 2023 sebesar 9.013.706.000 kg masih belum mengoptimalkan anggaran Rp 25.276,6 miliar. Artinya, terdapat sisa lebih anggaran subsidi pupuk ketika pemerintah mengalokasikan 9.013.706.000 kg pupuk subsidi. Masalah ini terjadi karena tidak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja dalam anggaran subsidi pupuk tahun 2023 sebagai akibat dari kelemahan basis data yang ada dalam RDKK ataupun SIMLUHTAN. Anggaran ditetapkan mendahului alokasi kebutuhan jumlah pupuk subsidi tahun 2023. Namun pemerintah dapat mengoptimalisasi lebih anggaran ini untuk menjawab isu kekurangan pupuk subsidi yang mungkin muncul dalam tahun berjalan. Lebih anggaran ini juga dapat digunakan untuk menambah pupuk subsidi apabila terjadi penambahan luas lahan pertanian yang melebihi hitungan awal pemerintah sehubungan dengan kelemahan data yang digunakan dalam perhitungan penetapan alokasi pupuk
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
subsidi. Dengan anggaran tersebut, pemerintah dapat menaikkan batas alokasi pupuk, baik untuk jenis urea maupun jenis NPK agar anggaran yang telah ditetapkan dapat diserap secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri. Penambahan jumlah alokasi pupuk dapat menyesuaikan dengan kondisi pada tahun berjalan.
Namun apabila kebutuhan subsidi untuk pupuk urea dan pupuk NPK dirasa cukup, pemerintah juga dapat menggunakan sisa lebih anggaran subsidi pupuk untuk jenis pupuk lainnya sepanjang keadaan yang diatur dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian pasal 2 angka 5 terpenuhi. Optimalisasi ini penting untuk mencegah terjadinya dana idle yang berpotensi menjadi fraud .
## Saran
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih terkini agar perhitungan optimalisasi dapat lebih akurat. Akurasi perhitungan akan meningkat secara khusus apabila terdapat data harga produksi dan alokasi produksi pupuk Urea dan NPK tahun 2022.
## DAFTAR PUSTAKA
Aristiowati, I. (2015). Evaluasi Penganggaran dan Pelaksanaan Anggaran Organisasi Sektor Publik (Studi Pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Accounting and Business Information Systems Journal, 2(2).
Azis, A. D. Y., & Dja’far, A. (2016). Neraca Ketersediaan Pupuk; Perbaikan Sistim Distribusi Dan Efisiensi Penggunaannya Untuk Mendukung Program “Pajale.”. In Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 3: 1112-1117.
Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Biswan, A. T., & Grafitanti, I. D. (2021). Memaknai Kembali Penganggaran Berbasis Kinerja Berdasarkan Studi Implementasi Penganggaran Sektor Publik. Jurnal Manajemen Perbendaharaan, 2(1), 35-56.
Dumairy. 2012. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Heliaantoro, & Juwana, H. (2018). Prespektif Praktek Kebijakan Subsidi dalam Kaitannya dengan Rencana Penyempurnaan Kebijakan Subsidi Pupuk Menuju Kedaulatan Pangan di Indonesia. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 4(2), 37–65.
Kementerian Keuangan. (2023). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
Kementerian Pertanian. (2022). Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.
Kementerian Pertanian. (2022). Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023.
Kementerian Keuangan. 2022. Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023.
Kurniawan, H. M., & Widarti, S. (2021). Sosialisasi E-RDKK Pupuk Bersubsidi Pada Kelompok Tani Di WKPP Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Manajemen, 1(1), 30-39.
Lorenz, C. (2012). The genesis of performance budgeting. In The Impact of Performance Budgeting on Public Spending in Germany’s Laender (pp. 27-53). Wiesbaden: Gabler Verlag.
Nainggolan, A. (2016). Penganggaran Berbasis Kinerja dan Upaya Mewujudkan Good Government Governance. Jurnal Ilmiah METHONOMI, 2(1).
Peraturan Pemerintah. (2023). Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penyusunan rencana Kerja dan Anggaran.
Pupuk Kaltim. (2021). Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2021 dan 2020 dan 1 Januari 2020.
Pupuk Kaltim. (2021). Laporan Tahunan 2021: Pertumbuhan yang Tangguh dan Stabil. Surianti, M., & Dalimunthe, A. R. (2015). The implementation of Performance Based Budgeting in Public Sector (Indonesia case: A literature review). Research Journal of Finance and Accounting, 6(12), 198-210.
Suryana, A., Agustian, A., & Yofa, R. D. (2016). Policy alternatives on subsidized fertilizer distribution for food farmers. Analisis Kebijakan Pertonian, 14(1), 35-54.
Susila, W. R. (2010). Kebijakan Subsidi Pupuk: Ditinjau Kembali. Jurnal Litbang Pertanian, 29(2), 43–49.
Zulaiha, A. R., Nurmalina, R., & Sanim, B. (2018). Kinerja Subsidi Pupuk di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen (JABM), 4(2).
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
## LAMPIRAN
Gambar 1. Grafik Persamaan Fungsi 1 dan 2
Gambar 2. Lebih Anggaran Subsidi Pupuk Tahun 2023
Gambar 3. Pergeseran Garis Jumlah Pupuk Subsidi sebagai Akibat dari Penambahan Alokasi Pupuk Subsidi.
Tabel 1. Jumlah Alokasi Pupuk Subsidi Tahun 2023
Jenis Pupuk Subsidi Jumlah Pupuk Urea 5.570.330 Pupuk NPK 3.232.373 Pupuk NPK Formula Khusus Kakao 211.003 Total 9.013.706 Catatan: dalam ton Sumber: Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi
Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023
Tabel 2. Harga Eceran Tertinggi Pupuk Subsidi Tahun 2023 Jenis Pupuk Subsidi Harga Eceran Tertinggi Pupuk Urea Rp2.250 per kg Pupuk NPK Rp2.300 per kg Pupuk NPK Formula Khusus Kakao Rp3.300 per kg Sumber: Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
734/KPTS/SR.320/M/09/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023
Jurnal Manajemen Keuangan Publik Volume 7, No. 1, (p.43-58) e-ISSN: 2581-1207
Tabel 3. Penjualan Pupuk Urea Non Subsidi PT Pupuk Kaltim tahun 2021
Jenis Pupuk Non Subsidi Nilai Penjualan Pupuk Urea Sektor Industri Rp1.295.297.000.000 Pupuk Urea Sektor Perkebunan Rp4.511.499.000.000 Total Penjualan Pupuk Urea Rp5.806.796.000.000 Jumlah Penjualan Pupuk Urea Non Subsidi 1.234.202.000 kg
Harga rata-rata pupuk urea non subsidi per kg
Rp4.704,90
Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasian PT Pupuk Kalimantan Timur tahun 2021 dan Laporan Tahunan PT Pupuk Kalimantan Timur tahun 2021
Tabel 4. Penjualan Pupuk NPK Non Subsidi PT Pupuk Kaltim tahun 2021
Jenis Pupuk Non Subsidi Nilai Penjualan Pupuk NPK Rp765.458.000.000 Jumlah Penjualan Pupuk NPK Non Subsidi 1.234.202.000 kg
Harga rata-rata pupuk NPK non subsidi per kg
Rp4.951,09
Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasian PT Pupuk Kalimantan Timur tahun 2021 dan Laporan Tahunan PT Pupuk Kalimantan Timur tahun 2021
Tabel 5. Nilai Subsidi Berdasarkan Jenis Pupuk Subsidi
Jenis Pupuk Subsidi Nilai Subsidi per kg Pupuk Urea Rp2.454,90 Pupuk NPK Rp2.651,09
|
22cea2c7-0453-48cd-80a8-08aac7be7329 | https://journal.untar.ac.id/index.php/prologia/article/download/2455/1429 |
## FOKUS DAN RUANG LINGKUP
Prologia merupakan jurnal hasil karya tulis dari mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara. Jurnal ini menjadi forum publikasi bagi hasil karya mahasiswa. Artikel yang diterbitkan masih jauh dari sempurna dan terbuka untuk saran serta kritik yang membangun.
Prologia menerbitkan artikel hasil karya mahasiswa di bidang ilmu komunikasi, terutama di bidang periklanan, marketing komunikasi, public relations , jurnalistik, media, teknologi komunikasi, simbol, komunikasi antar budaya, komunikasi bisnis, dll. Prologia diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
## TIM PENYUNTING
Ketua Penyunting
Dr. Riris Loisa, M.Si
## Dewan Penyunting
Dr. Eko Harry Susanto, M.Si (Universitas Tarumanagara)
Dr. Rezi Erdiansyah, M.S. (Universitas Tarumanagara)
Drs. Widayatmoko, MM, M.IKom (Universitas Tarumanagara)
Sinta Paramita, SIP, MA (Universitas Tarumanagara)
Yugih Setyanto, S.Sos., M.Si (Universitas Tarumanagara)
## Penyunting Pelaksana
Wulan Purnama Sari, S.I.Kom., M.Si
Roswita Oktavianti S.Sos., M.Si
## Penyunting Tata Letak
Ady Sulistyo
## Sekretariat Administrasi
Purwanti
Alamat redaksi:
Jl. S. Parman No.1 Gedung Utama Lantai 11. Jakarta Barat 11440
Telepon : 021-56960586, Fax : 021-56960584 Hp : 081 8653 538 email : [email protected] Website : http://journal.untar.ac.id/index.php/prologia
## DAFTAR ISI
Upaya Pemasaran Agen Properti ERA DEA Melalui Pendekatan
Komunikasi Antarpribadi Adrian Aidil, Yugih Setyanto 1-4
Analisis Strategi Perencanaan Media di PT. Mega Pro Communications Andrew Thimotius, Wulan Purnama Sari ........................................................ 5-9
Strategi Komunikasi Pemasaran Band Indie Fourtwnty Dalam Industri Musik Indonesia Bagas Tanoto, Gregorius Genep Sukendro 10-16 Pengaruh Intensitas Penggunaan Smartphone dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Interaksi Sosial di dalam Keluarga Bella Sthefani, Rezi Erdiansyah 17-24 Strategi Pemanfaatan Media Sosial Instagram Dalam Membangun Reputasi Lippo Mall Puri Billy Samuel, Daniel Tamburian 25-30
Konsep Kreatif Pada Copywriter Dalam Pembuatan E-Advertising Sabun RDL Papaya di PT. Neo Digital Callista Lawrence, Sinta Paramita 31-38
Pengaruh Daya Tarik Pesan Iklan e-commerce Shopee di Televisi dan
Promosi Word of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Chyntia Wulandari, Rezi Erdiansyah 39-44 Corporate Branding Bioskop Dalam Industri Hiburan (Studi Kasus Cinema 21 Group Dengan CGV Cinemas) Cut Putri Chandra, Sinta Paramita 45-51 Proses Kreatif dalam Pembuatan Iklan Uber “The Fighter” Edy Gustino Hendra, Gregorius Genep Sukendro 52-55
Komunikasi Endorser Dalam Menyampaikan Pesan Tentang Produk
Pada Khalayak (Studi Kasus Tentang akun Instagram Angelica Chelsea dalam Instagram) Frengki, Riris Loisa 56-61 Peran Word of Mouth Dalam Mengkomunikasikan Jasa Modifikasi Sepeda Motor Hilman Radifan, Suherman 62-67
Analisis Pengaruh Brand Trust Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Wine Di Cork & Screw Jakarta Inez Febby, Rezi Erdiansyah 68-75
Analisis Proses Komunikasi Toko Garage Moving Terhadap Pelanggan Melalui Tokopedia Karina Rizki Shetianto, Yugih Setyanto 76-81 Pengaruh Daya Tarik Iklan Mobile Legends di Youtube Terhadap Keputusan Pembelian Skin Karakter Game Mobile Legends Kevin Prathama, Anoesyirwan Moeins, Diah Ayu Candraningrum ................ 82-87
Bentuk-Bentuk Komunikasi Pemasaran Event Organizer Marketology Limdya Effriany, Sinta Paramita 88-94 Analisis Peran Public Relations Dalam Menghadapi Persaingan di Industri Sepatu Di Indonesia (Studi Pada Pt. Sepatu Bata, Tbk.) Lolita Septiana, Yugih Setyanto 95-102 Pengaruh Terpaan Media pada Film Susah Sinyal Terhadap Keputusan Berwisata ke Pulau Sumba Maria, Widayatmoko 103-109 Analisis Faktor-Faktor Brand Identity Produk Samsung Pada Kalangan Remaja Di Jakarta Messy Stella Fabiola, Wulan Purnama Sari 110-116 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kepuasan Komunikasi (Studi Kasus Di PT. Wahana Solusi Manajemen) Michael, Widayatmoko 117-124
Strategi Integrated Marketing Communication (IMC) Brand Wuling Motor Indonesia Dalam Meningkatkan Brand Awareness Michael, Gregorius Genep Sukendro 125-129 Pengaruh Komunikasi Pada Social Media Marketing Instagram Terhadap Brand Image Wardah (Studi Kasus: Followers @Wardahbeauty) Monicca, Widayatmoko 130-137 Strategi Konten Kampanye 18th Asian Games di Media Sosial (Facebook, Instagram, Twitter, Youtube)
Novia, Gregorius Genep Sukendro .................................................................. 138-142 Analisis Komunikasi Internal PT. Pelayaran Nasional Bahtera Bestari Shipping Dalam Mensosialisasikan Kebijakan Perusahaan Kepada Karyawan Ping Ping, Yugih Setyanto 143-150
Bentuk Komunikasi Pemasaran PT. Home Center Indonesia Dalam Pengembangan Program Informa Custom Furniture
Priscilla Viby, Sinta Paramita .......................................................................... 151-156
Vol. 2, No. 1, Juli 2018
Pembentukan Budaya Komunikasi Organisasi PT. Yot Inspirasi Nusantara Berdasarkan Penerapan Nilai-Nilai Buku Young on Top Rabella Dimelati Hutabarat, Heri Budianto 157-163
Pemanfaatan Media Sosial (Instagram) Oleh Fashion Blogger Dalam Menginspirasi Style Para Viewers Rachael Febrina, H. Sunarto 164-169 Pengaruh Keragaman Budaya Karyawan dan Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan di PT Indosurya Sukses Ready Saputra 170-174
Pemanfaatan Kanal Youtube OtoDriver Dalam Upaya Membangun
Ketertarikan Subscriber Terhadap Fitra Eri Rhandi Seeto Wiguna, Eko Harry Susanto 175-182 Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Periklanan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Traveloka Sarah Putri Gunawan, Rezi Erdiansyah 183-189
Pengaruh Komunikasi Persuasif Endorser Rachel Vennya Terhadap Minat Beli Pada Kalangan Pengguna Instagram
Syani Putriani, Anoesyirwan Moein, Roswita Oktavianti .............................. 190-197
Perencanaan Komunikasi Pemasaran: Studi Kasus Tim Marketing
Asuransi PT ASWATA Timotius Sema Teguh, Farid Rusdi, Muhammad Adi Pribadi ......................... 198-202 Iklan Shopee Dalam Menarik Minat Beli Mahasiswa Tjam Robby, Eko Harry Susanto 203-208 Analisis Strategi Kreatif Iklan Billboard Gojek Di Kuningan Tjiara Willianto Setiawan, Gregorius Genep Sukendro 209-214 Public Relations Dalam Mengadapi Isu Negatif Pada Penanganan Isu
Di Starbucks Indonesia
Valintina, Yugih Setyanto ................................................................................ 215-221
Analisis Semiotika Peran Ganda Perempuan Dalam Memenuhi Kebutuhan
Hidup Rumah Tangga Pada Iklan Tesco Lotus: Power of Women
Yashinta Amelia, Widayatmoko ...................................................................... 222-228
|
159d7dab-2c9d-4d96-ba3c-af36f88c14b7 | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik/article/download/59399/25417 |
## TEKNIK, 44 (3), 2023, 1
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
## Analisis Pengaruh Perubahan Karakteristik DAS terhadap Keamanan Bendungan Pamukkulu Berdasarkan Penelusuran Banjir
Syahrizal Mufrodi * , Ignatius Sriyana
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
## Abstrak
Bendungan Pamukkulu direncanakan untuk mereduksi banjir Sungai Pappa hingga 29% terhadap debit desain Q PMF . Banjir disebabkan tingginya debit di sungai yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan limpasan permukaan. Fakta di lokasi menunjukkan adanya perubahan karakteristik DAS yang ditunjukkan dari peningkatan curah hujan maksimum dari tahun 2013 hingga tahun 2022 dan kecenderungan penurunan indeks tutupan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kontribusi perubahan karakteristik DAS seperti curah hujan harian maksimum dan perubahan tutupan lahan terhadap perubahan hidrograf banjir dan pengaruhnya terhadap kondisi keamanan Bendungan Pamukkulu dari bahaya terjadinya overtopping. Penelitian diawali dengan pengumpulan data, kemudian menganalisis distribusi hujan-jaman, analisis debit banjir rancangan, dan penelusuran banjir dengan Metode Level Pool Routing dan pemodelan HEC-HMS, Hasilnya menunjukkan debit banjir rancangan cenderung meningkat, khususnya pada Q PMF meningkat mencapai 1652,27 m 3 /detik (3,45%) dengan metode HSS ITB-1, dan 1893,37 m 3 /detik (18,54%) dengan model HEC-HMS. Meningkatnya debit banjir menyebabkan perubahan elevasi muka air maksimum waduk pada debit banjir Q PMF naik sebesar 0,04 m hingga 0,08 m di atas Muka Air Banjir (MAB) rencana (+129,68 m), dimana nilai ini masih dibawah elevasi puncak bendungan (+131,50 m) sehingga menunjukkan Bendungan Pamukkulu aman dari potensi terjadinya overtopping.
Kata kunci : debit banjir rencana; overtopping; penelusuran banjir; tinggi muka air
## Abstract
[Title: Analysis Of The Effects in Watershed Characteristics Changes on Safety of The Pamukkulu Dam Based On Flood Routing] Pamukkulu Dam planned to reduce flood up to 29% on Pappa River. Flood is caused by high discharge from the rain intensity and surface runoff. Facts show that there are watershed characteristics changes that indicate by an increasing trend in maximum rainfall from 2013 to 2022 and a decreasing trend in the vegetation cover index. This research aims to analysis the contribution of changes in maximum daily rainfall and land cover to flood hydrographs and their influence on the safety of Pamukkulu Dam. The research began with collecting data, then analyzing the distribution of rainfall, analyzing design flood, then flood routing analysis uses Level Pool Routing Method and HEC-HMS modeling. The results showed that the design flood discharge increase specifically in Q PMF increased to 1652.27 m 3 /s (3.45%) with the HSS ITB-I method, and 1893.37 m 3 /s (18.54%) with HEC-HMS modeling. The increase in flood discharge causes the maximum water level of the reservoir in the QPMF flood discharge simulation to increase by 0.04 m to 0.08 m above the planned Flood Water Level (+129.68 m), where this value is still below the top dam elevation (+131.50 m), so the conclusion is Pamukkulu Dam is safe from the potential of overtopping.
Keywords : flood discharge; flood routing; overtopping; reservoir water level
## 1. Pendahuluan
Sungai Pappa terletak di Provinsi Sulawesi selatan memiliki frekuensi kejadian banjir yang tinggi dan
luapannya menyebabkan Kabupaten Takalar tergenang (Amir, 2014). Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan yang tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan dikategorikan dalam hujan sangat lebat dengan intensitas mencapai 110 mm/hari, bahkan tergolong hujan ekstrem dengan
------------------------------------------------------------------
*) Penulis Korespondensi.
E-mail: [email protected]
## Tersedia online di: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik
## TEKNIK, 45 (1), 2024, 2
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
intensitas mencapai 197 mm/hari (Salsabila, Limantara, & Fidqi, 2021). Tingginya intensitas curah hujan menyebabkan akumulasi debit di sungai menjadi besar sehingga terjadi banjir pada Sungai Pappa pada musim penghujan (Haikal, Musa, & Sar, 2023). Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB-D) Provinsi Sulawesi Selatan sejak tahun 2008 hingga tahun 2021 tercatat telah terjadi 15 kejadian banjir akibat luapan Sungai Pappa. Oleh karena itu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun Bendungan Pamukkulu pada ruas Sungai Pappa yang direncanakan sejak tahun 2014 dan konstruksinya selesai pada tahun 2024. Bendungan Pamukkulu merupakan jenis bendungan serbaguna yang salah satu fungsi tampungannya adalah untuk mereduksi debit banjir yang mengalir ke daerah hilir yang desain bangunan utamanya direncanakan dengan debit banjir maksimum boleh jadi ( Probable Maximum Flood / Q PMF ).
Tantangan dalam pembangunan bendungan dengan fungsi mereduksi banjir adalah perubahan besaran debit banjir maksimum yang terjadi tidak sesuai dengan kondisi saat perencanaan sehingga akan memicu perubahan pada tinggi muka air dan kapasitas tampungan waduk yang tidak sesuai rencana (Sobriyah, Setiawan, & Qomariyah, 2016). Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan debit banjir, yaitu perubahan karakteristik DAS meliputi karakteristik hidrologi DAS seperti perubahan curah hujan maksimum dan karakteristik fisik DAS dengan adanya perubahan tutupan lahan, dimana pengaruh karakteristik hidrologi DAS berubah, hujan harian dan intensitas hujan yang kecenderungan meningkat akan diikuti dengan meningkatnya debit banjir, mengakibatkan lebih banyak risiko terdampak dan meningkatkan kerusakan bahkan kerugian akibat terjadi kegagalan (Suripin & Kurniani, 2016). Sedangkan pada fisik DAS, faktor peralihan fungsi pada suatu kawasan yang mampu menyerap air ( pervious )
menjadi kawasan yang kedap air ( impervious ) juga dapat mengakibatkan perubahan pada respon suatu DAS terhadap karakteristik hujan dan akan berpengaruh terhadap peningkatan hidrograf banjir dan besaran debit puncak banjir (Sari S, 2012).
Gambar 1 menunjukkan terjadinya peningkatan debit banjir di DTA Waduk Pamukkulu diperkuat secara faktual dengan adanya kecenderungan meningkatnya hujan harian maksimum tahunan sejak tahun 2013 hingga tahun 2022, dimana curah hujan harian maksimum tertinggi tercatat selama 10 tahun terakhir terjadi pada tahun 2022 yang mencapai 255 mm, selain itu adanya kecenderungan penurunan indeks tutupan vegetasi pada DAS Pappa daerah hulu dimana luas vegetasi permanen pada tahun 2008 sebesar 19,38% berkurang menjadi 16,96% pada tahun 2018 atau berkurang 0,25% tiap tahunnya (Serastiwati, Subaedah, & Syam, 2020), hal ini menunjukkan bahwa sejak tahun direncanakannya Bendungan Pamukkulu yaitu tahun 2014 telah terjadi perubahan hidrograf banjir yang selain dipengaruhi curah hujan, juga perubahan tutupan lahan menyebabkan hujan tidak terserap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) dan berubah menjadi limpasan aliran permukaan yang mengalir ke sungai (Kodoatie, 2020). Perubahan tutupan lahan pada DTA Waduk Pamukkulu pada tahun 2014 dan 2022 diperkirakan akan berpengaruh terhadap besaran limpasan permukaan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kontribusi perubahan karakteristik DAS seperti curah hujan harian maksimum dan perubahan tutupan lahan terhadap perubahan hidrograf banjir dan pengaruhnya terhadap kondisi keamanan Bendungan Pamukkulu dari bahaya terjadinya overtopping . Oleh karena itu berdasarkan kondisi dan tujuan tersebut, perlu dilakukan kaji ulang kemampuan kapasitas Waduk Pamukkulu dengan analisis penelusuran banjir pada kondisi terkini. Dengan hasil dari penelitian ini diharapkan skema pola operasi banjir yang telah direncananakan dapat disempurnakan
sehingga bermanfaat
untuk meningkatkan kesiapan fungsi reduksi banjir Bendungan Pamukkulu.
## 2. Bahan dan Metode
Data yang digunakan untuk analisis merupakan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang. Data yang dibutuhkan meliputi data teknis bendungan yang digunakan untuk analisis penelusuran banjir berupa data desain bangunan utama dan bangunan pelengkap bendungan; data hidrologi meliputi data curah hujan selama 20 tahun (2003-2022) dan data debit observasi selama tiga tahun pencatatan (2020-2022) untuk kalibrasi model hidrologi; selanjutnya data peta Digital Elevation Model (DEM), peta tutupan lahan, dan peta jenis tanah yang digunakan untuk parameterisasi DAS dalam model HEC-HMS.
Gambar 1 . Trend curah hujan harian maksimum tahunan DTA Waduk Pamukkulu
98.0 95.0 87.0 121.0 197.0 156.0 125.0 121.0 187.0 200.0 200.0 255.0 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 CH Maks T ahu n an (m m ) Tahun
## TEKNIK, 45 (1), 2024, 3
Penelusuran banjir di Waduk Pamukkulu dianalisis menggunakan perbandingan dua metode yaitu menggunakan persamaan empiris Metode Level Pool Routing dan Metode Soil Conservation Service Curve Number ( SCS CN ) dengan pemodelan perangkat lunak HEC-HMS 4.11 dengan batasan meliputi elevasi Muka Air Banjir (MAB) rencana pada +129,68 m, dan elevasi puncak Bendungan Pamukkulu pada elevasi +131,5 m (Santosa, Widyaningtias, Nugroho, & Nugroho, 2023).
## 2.1. Analisis Hidrologi
Perhitungan bertujuan untuk meramalkan debit banjir yang akan tertampung di Waduk Pamukkulu. Tahapan analisis hidrologi membutuhkan data curah hujan harian maksimum tahunan yang mempresentatifkan daerah penelitian dimana pada DTA Waduk Pamukkulu terdapat satu pos hujan yang mewakili keseluruhan DTA yaitu Pos Curah Hujan DAS Pamukkulu. Data curah hujan selama 20 tahun (2003- 2022) tersebut kemudian dilakukan analisis frekuensi dengan metode Log Pearson Tipe III untuk meramalkan besar curah hujan rencana, selanjutnya menganalisis curah hujan maksimum boleh jadi ( Probable Maximum Precipitation / PMP) dilakukan dengan Metode Hershfield , dan menganalisis distribusi hujan jam-jaman menggunakan metode PSA 007.
2.2. Analisis Debit Banjir Rancangan
Analisis debit banjir rancangan bertujuan untuk memperoleh hidrograf debit banjir untuk simulasi penelusuran banjir. Penelitian ini menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) sebagai hidrograf banjir inflow ke waduk Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) ITB-1. HSS ITB-1 merupakan salah satu perhitungan hidrograf satuan yang menggunakan parameter fisik DAS dan curah hujan (Damayanti, Limantara, & Haribowo, 2022). Metode analisis debit banjir rancangan selanjutnya menggunakan metode Hidrograf Sintesis Soil Conservation Service (SCS) melalui pemodelan HEC- HMS. Metode ini merupakan model hidrologi yang dikategorikan model matematik yang dikembangkan oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) (Kodoatie, 2020). 2.2. Penelusuran Banjir di Waduk Penelusuran banjir dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh ketika hidrograf banjir yang terjadi masuk ke waduk terhadap perubahan tinggi muka air waduk hingga mengisi tampungan sementara ( surcharge storage ) yaitu tampungan banjir yang berada di atas ambang pelimpah. Proses ini akan terjadi hingga puncak banjir tercapai, yaitu ketika inflow dan outflow akan menjadi sama (Perdanawanti, 2010). Pada penelitian ini dilakukan dua metode penelusuran banjir yaitu Metode Level Pool Routing (LPL) dan Model HEC-HMS. Metode Level Pool Routing menggambarkan konsep linear sederhana antara hubungan inflow dan outflow . Metode ini perlu untuk mengetahui jumlah debit maksimum dan mengetahui efektivitas waduk (Amalia &
Wesli, 2021). Persamaan 1 dan 2 menunjukkan persamaan yang umum dipakai dalam konsep penelusuran banjir Metode Level Pool Routing (Wijayanti, Istiarto, & Jayadi, 2021).
= / (1)
= 0, Δt, 2Δt, … … , jΔt, (j + 1)Δt (2)
Dimana I adalah debit inflow yang berasal dari analisis hujan-limpasan tiap kala ulang dan aliran dasar ( baseflow ) di sungai dari analisis HSS ITB-1 sedangkan O merupakan debit outflow yang dialirkan melalui pelimpah, dan Δt adalah interval routing . Perubahan antara debit inflow dan debit outflow selama Δt dianggap linear sehingga persamaan perubahan tampungan (S) ditunjukkan pada Persamaan 3 (Wijayanti et al., 2021):
= Δt Δt (3)
Dengan I j , I j+1 diketahui berdasarkan perhitungan inflow , O j , S j diperoleh dari perhitungan Δt sebelumnya, sedangkan S j+1 dan O j+1 merupakan besaran yang dicari. Metode penelusuran selanjutnya adalah dengan Pemodelan HEC-HMS. Metode ini diawali dengan pembuatan Basin Model dengan menggunakan data DEM untuk deliniasi subbasin . Adapun parameter yang perlu dilengkapi pada basin model adalah Parameter Loss untuk masing-masing subbasin meliputi nilai Curve Number (CN), Initial Abstraction , dan Percent Impervious yang diperoleh dari peta tutupan lahan dan peta jenis tanah. Nilai Curve Number (CN) sebagai input parameter subbasin merupakan nilai kurva limpasan untuk mengubah besaran hujan menjadi limpasan aliran permukaan (Kodoatie, 2020)
Model Tranform yang digunakan adalah SCS Unit Hydrograph , dimana yang perlu diisi pada metode ini adalab lag time (t lag ) dengan menggunakan persamaan Natural Resources Conservation Services (NRCS) untuk memperoleh waktu yang dibutuhkan untuk hujan menjadi debit limpasan ( time concentration / t c ).
Model Baseflow yang digunakan adalah Recession, dimana parameter yang dibutuhkan adalah initial discharge (debit awal) merupakan debit dasar pada Sungai Pappa, recession constant adalah nilai rasio antara aliran yang terjadi sekarang dan kemarin secara konstan (nilai 0 - 1), dan ratio to peak merupakan rasio aliran dasar ke puncak saat terjadi debit puncak.
Isian parameter Reach untuk routing menggunakan Lag method dan menu Control Specification Component digunakan mengatur tentang rentang waktu simulasi pada model hidrologi. Time Series Data Component adalah menu untuk melakukan
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
input data hidrologi dimana pada model penelitian ini menggunakan hasil analisis distribusi hujan jam-jaman kala ulang. Meteorological Model Component digunakan untuk menentukan model meteorologi yang berpengaruh pada tiap subbasin dimana metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Specified Hyetograph . dan Menu Paired Data merupakan hubungan antara kurva elevasi - tampungan dan elevasi - area sebagai input dari model reservoir yang diperoleh dari data pada perencanaan Bendungan Pamukkulu .
Hasil simulasi model HEC-HMS selanjutnya dikalibrasi. Kalibrasi model merupakan suatu tahapan dalam melakukan penyesuaian parameter daerah tangkapan air pada hasil simulasi model HEC-HMS agar sesuai atau mendekati pada kondisi asli di lokasi penelitian. Proses ini bertujuan mendapatkan parameter dengan tingkat korelasi dan koherensi yang lebih baik, Proses ini disebut optimasi (Novrizal, Hermawan, Wibowo, & Nasution, 2023).
Tahapan kalibrasi dimulai pada menyesuaikan parameter loss yaitu curve number dan initial abstraction , dilanjutkan dengan parameter baseflow yaitu initial discharge, recession constant , dan ratio to peak , dan yang terakhir dilakukan optimasi parameter transform dan routing yaitu lag time . Proses kalibrasi dilakukan secara runtut dan berulang hingga menguji tingkat kehandalannya antara hasil pemodelan dengan data observasi, kriteria batasan parameter statistic yaitu coefficient of determination R square (R 2 ) yang merupakan proporsi varian dalam data terukur yang dijabarkan pada model, Nash Suchlift ( NSE ) dan PBias, yang ditunjukkan pada Tabel 1.
## 3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Analisis Hujan Rencana Terdapat beberapa jenis distribusi yang digunakan dalam analisis frekuensi untuk mendapatkan besaran hujan rencana. Tiap distribusi memiliki persayaratan yang berbeda sehingga perlu dianalisis pemilihan distribusi berdasarkan simpangan baku dan kepencengan data hujan (Wasono, Sari, Sangkawati, & Nugroho, 2022), dalam penelitian ini digunakan distribusi frekuensi Log Pearson Tipe III karena distribusi ini memenuhi
persyaratan, sehingga diperoleh hasil analisis hujan rencana distribusi Log Pearson Tipe III untuk berbagai kala ulang dan hasil perhitungan hujan rencana Probable Maximum Precipitation (PMP) menggunakan Metode Hershfield ditunjukkan pada Tabel 2. 3.2. Distribusi Hujan Jam-Jaman
Distribusi hujan jam-jaman dilakukan dengan mendistribusikan curah hujan rencana pada Tabel 2 menggunakan metode distribusi hujan jam-jaman PSA- 007. Pemilihan durasi hujan karena tidak tersedianya data curah hujan jam-jaman di lokasi penelitian maka penentuan durasi hujan menggunakan acuan klasifikasi menurut Singh, 1994 dimana untuk DTA Waduk Pamukkulu diklasifikasikan DAS menengah dengan luas 10 – 100 km 2 yaitu ≤ 24 jam sehingga pada penelitian ini dipilih durasi hujan 12 jam. Penentuan koefisien pengaliran berdasarkan jenis tutupan lahan mengacu pada Sosrodarsono (Torimtubun & Asmaranto, 2018), terhadap lokasi DTA Waduk Pamukkulu yang merupakan dominasi pegunungan tersier sehingga ditentukan koefisien pengaliran 0,75. Sehingga diperoleh besaran hujan efektif terhadap koefisien pengaliran dan menghasilkan distribusi hujan jam-jaman pada DTA Waduk Pamukkulu ditunjukkan pada Tabel 3.
3.3. Perubahan Tutupan Lahan
Pada penelitian ini, penentuan besaran Curve Number (CN) didasarkan pada tutupan lahan di DTA Waduk Pamukkulu pada tahun 2014 dan 2022, dimana perubahan tutupan lahan yang terjadi disajikan pada Tabel 4, sedangkan untuk memperoleh nilai CN dengan mengklasifikasikan jenis tutupan lahan yang di- overlay peta jenis tanah dimana pada lokasi studi didominasi Nitosol. Jenis tanah Nitosol memiliki kategori Hydrology Soil Group ( HSG ) kategori “D” (Fadhilla & Lasminto, 2021). Sehingga diperoleh nilai CN terhadap tutupan lahan berdasarkan HSG kategori yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Perubahan tutupan lahan yang terjadi sejak tahun 2014 signifikan terjadi pada areal pemukiman yang meningkat mencapai 1,44 km 2 atau 1,62 persen sejak
Tabel 1 . Kriteria performa untuk evaluasi model (Novrizal et al., 2023)
Kriteria Parameter Sangat Baik Baik Memuaskan Tidak Memuaskan NSE > 0,80 0,70 - 0,80 0,50 - 0,70 ≤ 0,50 PBias (%) < ±5 ±5 - ±10 ±10 - ±15 > ±15 R 2 > 0,85 0,75 - 0,85 0,60 - 0,75 < 0,6
Tabel 2 . Curah hujan rencana distribusi Log Pearson
Tipe III No. Kala Ulang (Th) Hujan Rencana (mm) 1 2 145,821 2 5 190,246 3 10 219,031 4 25 253,709 5 50 281,246 6 100 307,482 7 200 333,794 8 500 379,417 9 1000 395,912 10 PMP 622,231
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
tahun 2014, selain itu terjadi peningkatan pada areal persawahan mencapai 8,51 km 2 atau mencapai 9,55 persen dari keseluruhan area. Di sisi lain perkembangan hutan tanaman yaitu daerah yang sudah ditanami sebagai daerah resapan ( pervious ) sangat minim, dimana pada lokasi penelitian didominasi oleh pertanian kering bercampur semak dan hutan lahan kering sekunder yang memiliki nilai CN yang besar. Perubahan tutupan lahan pada DTA Waduk Pamukkulu dari tahun 2014 ke tahun 2022 ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.
## 3.4. Debit Banjir Rancangan
Analisis debit banjir rancangan dengan Metode HSS ITB-1 dan Metode SCS CN dengan Model HEC- HMS menggunakan input hidrologi berupa distribusi hujan jam-jaman kala ulang yang telah dianalisis pada Tabel 3 dan parameter fisik DAS. Khusus untuk metode SCS CN, nilai CN sebagai gambaran kondisi DAS ditentukan berdasarkan jenis tanah di lokasi penelitian yang didominasi Nitosol yang sejenis dengan tanah clay .
Jenis tanah ini memiliki kategori Hydrology Soil Group tipe “D” (Fadhilla & Lasminto, 2021) Penentuan klasifikasi HSG dalam metode SCS CN digunakan untuk menentukan kelas nilai CN yang sesuai jenis tutupan lahan seperti yang telah ditunjukkan pada Tabel 4.
Hasil simulasi kemudian dilakukan kalibrasi debit. Periode kalibrasi pada DTA Pamukkulu dilakukan terhadap data debit tahun 2019 hingga 2022 dengan acuan hasil pengamatan debit pada pos duga air Pamukkulu yang berada di hilir bendungan kurang lebih berjarak 2,7 km. Pengujian kehandalan menunjukkan hasil yang sangat baik yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Hasil analisis debit banjir rancangan dari setiap kala ulang pada Metode HSS ITB-1 dan Metode SCS CN dengan Model HEC-HMS menghasilkan debit pada puncak hidrograf yang ditunjukkan pada Tabel 6, yang menunjukkan baik dengan metode HSS ITB-1 atau metode SCS CN dengan Model HEC-HMS menunjukkan adanya perubahan hidrograf banjir pada tahun 2022 dari
Tabel 3 . Distribusi hujan jam-jaman DTA Waduk Pamukkulu
Jam ke t Hujan netto jam-jaman (mm/jam) 2 5 10 25 50 100 200 500 1000 PMP 1 2,19 2,85 3,29 3,81 4,22 4,61 5,01 5,69 5,94 9,33 2 2,19 2,85 3,29 3,81 4,22 4,61 5,01 5,69 5,94 9,33 3 2,19 2,85 3,29 3,81 4,22 4,61 5,01 5,69 5,94 9,33 4 6,93 8,56 9,31 10,15 10,55 9,99 10,01 9,49 8,91 12,44 5 8,75 11,41 13,14 15,22 16,87 18,45 20,03 22,76 23,75 37,33 6 53,59 71,34 83,78 98,95 111,80 126,84 142,70 167,89 178,16 289,34 7 13,12 17,12 19,71 22,83 25,31 27,67 27,54 31,30 32,66 46,67 8 6,93 8,56 9,31 10,15 10,55 9,99 10,01 9,49 8,91 12,44 9 6,93 8,56 9,31 10,15 10,55 9,99 10,01 9,49 8,91 12,44 10 2,19 2,85 3,29 3,81 4,22 4,61 5,01 5,69 5,94 9,33 11 2,19 2,85 3,29 3,81 4,22 4,61 5,01 5,69 5,94 9,33 12 2,19 2,85 3,29 3,81 4,22 4,61 5,01 5,69 5,94 9,33 Koef. Pengaliran 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 Hujan Efektif (mm) 109,37 142,68 164,27 190,28 210,93 230,61 250,35 284,56 296,93 466,67
Tabel 4 . Nilai CN dan perubahan tutupan lahan DTA Waduk Pamukkulu tahun 2014-2022 (Fadhilla & Lasminto,
2021) No. Jenis Tutupan Lahan Nilai CN Luas (Km 2 ) Prosentase Luasan (%) 2014 2022 2014 2022 1 Hutan Lahan Kering Primer 79 0,00 0,90 0,00 1,01 2 Hutan Lahan Kering Sekunder 86 16,06 17,68 18,03 19,85 3 Pemukiman 87 0,00 1,44 0,00 1,62 4 Pertanian Lahan Kering 89 0,14 0,13 0,15 0,15 5 Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 89 56,80 48,35 63,74 54,27 6 Sawah 81 0,00 8,51 0,00 9,55 7 Semak/ Belukar 83 15,76 11,79 17,69 13,23 8 Tubuh Air 98 0,35 0,30 0,39 0,33 Jumlah 89,105 89,105 100 100
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919 tahun 2014 yang diinterpretasikan oleh besaran debit puncak tiap kala ulang. Besarnya peningkatan debit banjir sejak tahun 2014 hingga tahun 2022 berkisar 32,57 %
(Q 2th ) hingga 3,45% (Q PMF ) dengan metode HSS ITB-I. Sedangkan pada metode SCS CN dengan pemodelan HEC-HMS menunjukkan peningkatan debit banjir
Gambar 2 . Peta tutupan lahan DTA Waduk Pamukkulu tahun 2014 (KLHK, 2023)
Gambar 3 . Peta tutupan lahan DTA Waduk Pamukkulu tahun 2022 (KLHK, 2023)
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
rancangan terjadi pada kala ulang 50 tahun hingga debit PMF yang berkisar 0,57% (Q 50th ) hingga 18,54%.(Q PMF ) Tabel 7 menunjukkan perbandingan Q PMF sebagai debit banjir rancangan pada DTA Waduk Pamukkulu, dimana debit puncak banjir pada Metode HSS ITB-1 dalam kajian ini menghasilkan puncak banjir yang lebih tinggi daripada penelitian Santosa (2022), sedangkan analisis oleh Santosa (2022) menggunakan metode creager (1892,06 m 3 /detik) dengan analisis penelitian ini dengan pemodelan HEC-HMS (1893,37 m 3 /detik) menunjukkan nilai yang mendekati dan menunjukkan terjadinya peningkatan debit jika dibandingkan dengan Q PMF tahun 2014 (1597,18 m 3 /detik), hal ini dipengaruhi perubahan curah hujan harian maksimum dan perubahan tutupan lahan yang terjadi di DTA Waduk Pamukkulu. Untuk mengetahui pengaruh meningkatnya debit banjir rancangan terhadap kondisi tampungan Waduk Pamukkulu selanjutnya dilakukan analisis penelusuran banjir.
## 3.5. Penelusuran Banjir di Waduk
Penelusuran banjir di Waduk Pamukkulu dilakukan untuk menganalisis pengaruh banjir kala ulang terhadap perubahan karakteristik tampungan waduk. Adapun skema penelusuran banjir yang dianalisis menggunakan initial condition atau elevasi awal pada elevasi muka air normal yang setara elevasi ambang mercu pelimpah pada elevasi + 126,00 m. Dari hasil penelusuran banjir selain memperoleh fluktuasi debit inflow banjir dan outflow yang melalui pelimpah juga diperoleh fluktuasi tinggi muka air waduk.
Hasil analisis penelusuran banjir metode Level Pool Routing menghasilkan karakteristik tampungan waduk dengan tinjauan muka air waduk dengan inflow debit banjir rancangan berbagai kala ulang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan pada tinjauan elevasi muka air waduk pada setiap simulasi debit banjir kala ulang, dimana hasilnya menunjukkan tidak terjadi overtopping atau limpasan di atas puncak bendungan dimana elevasi tertinggi yaitu pada hasil penelusuran banjir Q PMF yaitu pada +129,76 m, lebih tinggi dari Muka Air Banjir (MAB) rencana pada elevasi +129,68 m, lebih tinggi 0,08 m di atas MAB rencana, Hasil ini dipengaruhi adanya peningkatan besaran debit banjir rancangan yang terjadi di DTA Waduk Pamukkulu. Secara rinci gambaran hidrograf banjir pada Q PMF ditunjukkan pada Gambar 5
Gambar 5 menunjukkan pada hidrograf banjir Q PMF, waktu untuk mencapai debit puncak (1652,27 m 3 /detik) terjadi pada jam ke-8 dan elevasi muka air maksimum (+129,76 m) terjadi pada jam ke-9. Sehingga dari hasil analisis penelusuran banjir terhadap perubahan curah hujan maksimum dan perubahan tutupan lahan dengan metode Level Pool Routing menunjukkan bahwa adanya peningkatan debit banjir rancangan, tidak menyebabkan luapan pada puncak bendungan atau aman dari potensi terjadinya overtopping .
Metode selanjutnya untuk penelusuran banjir Waduk Pamukkulu menggunakan pemodelan HEC- HMS. Hasil simulasi penelusuran banjir di waduk menghasilkan karakteristik tampungan waduk yang ditunjukkan pada Gambar 6 dan kurva inflow-outflow pada Q PMF yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 6 menunjukkan hasil pemodelan penelusuran banjir di Waduk Pamukkulu terdapat elevasi
Tabel 5 . Pengujian hasil kalibrasi DTA Waduk Pamukkulu
Parameter Nilai Ket. Nilai Ket. Sebelum Kalibrasi Setelah Kalibrasi R 2 0,71 Kuat 0,86 Sangat Kuat NS Indeks 0,57 Memuaskan 0,83 Sangat Baik Percent Bias (%) 35,01 Tidak Memuaskan 3,16 Sangat Baik Tabel 6 . Hasil analisis debit banjir rancangan DTA Waduk Pamukkulu Kala Ulang Rencana (2014) Metode HSS ITB-1 Metode SCS CN (HEC- HMS) Th m 3 /detik m 3 /detik m 3 /detik 2 291,97 387,06 274,82 5 419,23 504,66 403,69 10 503,49 580,96 492,83 25 612,24 672,91 603,22 50 690,07 746,01 693,98 100 767,90 815,98 786,78 200 - 885,95 879,35 500 - 1007,48 1042,14 1000 1026,44 1051,54 1103,78 PMF 1597,18 1652,27 1893,37
Tabel 7 . Perbandingan debit Inflow Waduk Q PMF di DTA waduk Pamukkulu dengan penelitian terdahulu Debit Inflow Q PMF (m 3 /detik) Rencana (2014) Santosa, dkk (2022) Mufrodi & Sriyana (2023) Metode HSS ITB-1 Metode HSS ITB-1 Metode Creager Metode HSS ITB-1 Metode SCS CN (HEC- HMS) 1597,18 1580,42 1892,06 1652,27 1893,37
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
maksimum muka air waduk pada debit banjir PMF yang melampaui batas Muka Air Banjir (MAB) rencana (+129,68 m) yaitu pada elevasi +129,72, lebih tinggi 0,04 m di atas MAB rencana. Namun masih dibawah elevasi puncak bendungan. Hasil ini dipengaruhi adanya peningkatan besaran debit banjir rancangan yang terjadi di DTA Waduk Pamukkulu.
Sedangkan hidrograf banjir hasil simulasi penelusuran banjir pada Q PMF dengan Model HEC-HMS yang dapat dilihat pada Gambar 7 menunjukkan waktu untuk mencapai debit puncak (1893,37 m 3 /detik) dan elevasi muka air maksimum (+129,68 m) terjadi pada jam ke-11. Sehingga dari hasil analisis penelusuran banjir
dengan Model HEC-HMS menunjukkan peningkatan debit banjir rancangan tidak menyebabkan luapan pada puncak bendungan atau aman dari potensi terjadinya overtopping . Rekapitulasi hasil penelusuran banjir ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukkan rekapitulasi hasil penelusuran banjir di Waduk Pamukkulu dengan Metode Level Pool Routing (LPL) dan Model HEC-HMS, dimana elevasi maksimum setiap kala ulang tidak menunjukkan adanya bahaya overtopping , namun adanya perubahan hidrograf banjir menyebabkan perubahan prosentase reduksi puncak banjir dari Waduk Pamukkulu, khususnya pada debit desain Q PMF dengan metode analisis yang sama dengan rencana yaitu metode Level Pool Routing , reduksi banjir terjadi penurunan dari 29% (tahun 2014) menjadi 26% (tahun 2022).
Sedangkan hasil dengan Metode Pemodelan HEC-HMS prosentase mereduksi debit banjir mencapai 33% (tahun 2022). Hal ini disebabkan time lag pada model HEC-HMS memiliki durasi lebih panjang yang dipengaruhi model HEC-HMS dipengaruhi oleh panjang
Gambar 4 . Kurva muka air waduk hasil penelusuran banjir metode Level Pool Routing 126 127 128 129 130 131 132 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Elevasi Muk a A ir W ad uk Jam ke- 2 th 5 th
10 th 25 th 50 th 100 th 200 th 500 th 1000 th PMF El. Puncak Bendungan El. Muka Air Banjir
Gambar 6 . Kurva muka air waduk hasil penelusuran banjir Waduk Pamukkulu dengan pemodelan HEC-HMS
126 127 128 129 130 131 132 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Elevasi Muk a A ir W aduk Jam ke-
2 th 5 th
10 th 25 th 50 th 100 th 200 th 500 th 1000 th PMF El. Puncak Bendungan El. Muka Air Banjir
Gambar 7 . Hasil penelusuran banjir Waduk Pamukkulu pada debit banjir PMF dengan pemodelan HEC-HMS
126.0 127.0 128.0 129.0 130.0 131.0 132.0 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 4 8 12 16 20 24 El. Mu ka A ir W adu k Debit (m ³/d t) Waktu (jam) Q Inflow Q Outlow El. Muka Air Waduk
Gambar 5 . Hasil penelusuran banjir Waduk Pamukkulu pada debit banjir PMF metode Level Pool Routing 126.0 127.0 128.0 129.0 130.0 131.0 132.0 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 4 8 12 16 20 24 El. Mu ka A ir W adu k Debit (m ³/dt) Waktu (jam) Q Inflow Q Outlow
El. Muka Air Waduk
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
sungai, kemiringan sungai dan retensi air maksimum terhadap hujan tiap subbasin (Wiliya, 2022)
## 4. Kesimpulan
Perubahan curah hujan harian maksimum dan perubahan tutupan lahan pada DTA Waduk Pamukkulu menyebabkan perubahan respon DAS sehingga limpasan permukaan menjadi meningkat kemudian mengakibatkan peningkatan debit banjir di sungai. Besarnya peningkatan debit banjir sejak tahun 2014 hingga tahun 2022 berkisar 32,57 % (Q 2th ) hingga 3,45% (Q PMF ) dengan metode HSS ITB-I. Sedangkan pada metode SCS CN dengan pemodelan HEC-HMS menunjukkan peningkatan debit banjir rancangan terjadi pada kala ulang 50 tahun hingga debit PMF yang berkisar 0,57% (Q 50th ) hingga 18,54%.(Q PMF ). Meningkatnya debit
banjir mempengaruhi fluktuasi elevasi muka air waduk saat terjadi debit banjir yang berpotensi berpengaruh terhadap aspek keamanan bendungan yang menyebabkan peningkatan elevasi maksimum muka air waduk melebihi MAB rencana (+129,68 m) hingga 0,08 m nilai ini masih dibawah elevasi puncak bendungan (+131,50 m)
sehingga menunjukkan Bendungan Pamukkulu aman dari potensi terjadinya overtopping . Selanjutnya dalam upaya pengelolaan Bendungan Pamukkulu, rekomendasi yang dapat diberikan melihat karakteristik hidrologi suatu DAS sifatnya dinamis seiring bertambahnya waktu yaitu perlu dilakukan suatu sistem pemantauan dan evaluasi secara berkala keamanan dari Bendungan Pamukkulu.
## Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dan BBWS Pompengan- Jeneberang yang telah mendukung keberlangsungan jurnal ini.
## Daftar Pustaka
Amalia, A., & Wesli, W. (2021). Penelusuran Banjir Menggunakan Metode Level Pool Routing Waduk Kota Lhokseumawe. Teras Jurnal , 5 (1), 1–11. Amir. (2014). Studi Alternatif Pengendalian Banjir Kota Takalar Amir Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi
Tabel 8 . Rekapitulasi hasil penelusuran banjir Waduk Pamukkulu pada kala ulang n-tahun
Kala Ulang Kondisi Debit Inflow Maks. Debit Outflow Maks. El. MA di atas pelimpah TMA di atas Pelimpah Reduksi Puncak Banjir th m 3 /detik m 3 /detik m m % 2 Rencana (2014) 291,97 162,28 126,98 0,98 44 LPL (2022) 387,06 215,93 127,30 1,30 44 Hec-HMS (2022) 274,82 128,51 126,88 0,88 53 5 Rencana (2014) 419,23 245,69 127,30 1,30 41 LPL (2022) 504,66 298,48 127,59 1,59 41 Hec-HMS (2022) 403,69 200,63 127,18 1,18 50 10 Rencana (2014) 503,49 303,07 127,50 1,50 40 LPL (2022) 580,96 355,80 127,77 1,77 39 Hec-HMS (2022) 492,83 252,60 127,38 1,38 49 25 Rencana (2014) 612,24 380,30 127,80 1,80 38 LPL (2022) 672,91 423,89 127,97 1,97 37 Hec-HMS (2022) 603,22 320,35 127,61 1,61 47 50 Rencana (2014) 690,07 436,99 127,92 1,92 37 LPL (2022) 746,01 479,67 128,13 2,13 36 Hec-HMS (2022) 693,98 381,48 127,80 1,80 45 100 Rencana (2014) 767,90 505,87 128,12 2,12 34 LPL (2022) 815,98 533,49 128,27 2,27 35 Hec-HMS (2022) 786,78 444,69 127,97 1,97 43 200 Rencana (2014) *tidak tersedia dalam rencana (2014) LPL (2022) 885,95 588,10 128,41 2,41 34 Hec-HMS (2022) 879,35 507,67 128,14 2,14 42 500 Rencana (2014) *tidak tersedia dalam rencana (2014) LPL (2022) 1007,48 683,85 128,64 2,64 32 Hec-HMS (2022) 1042,14 623,45 128,42 2,42 40 1000 Rencana (2014) 1026,44 705,13 128,66 2,66 31 LPL (2022) 1051,54 718,77 128,73 2,73 32 Hec-HMS (2022) 1103,78 667,82 128,53 2,53 39 PMF Rencana (2014) 1597,18 1138,26 129,68 3,68 29 LPL (2022) 1652,27 1224,45 129,76 3,76 26 Hec-HMS (2022) 1893,37 1259,53 129,72 3,72 33
doi: 10.14710/teknik.v45i1.59399 Copyright © 2024, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
Teknik Dharma Yadi Makassar . 12 , 1–7.
Damayanti, A. C., Limantara, L. M., & Haribowo, R. (2022). Analisis Debit Banjir pada DAS di Pulau Sumba dengan Metode HSS Nakayasu dan Metode HSS GAMA-1. Jurnal Teknik Sumber Daya Air , 1 (1), 11–20. https://doi.org/10.56860/jtsda.v1i1.6 Fadhilla, I. N., & Lasminto, U. (2021). Pemodelan Hujan- Debit DAS Kali Madiun Menggunakan Model HEC-HMS. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil , 19 (3), 361.
Haikal, A., Musa, R., & Sar, M. (2023). Model Sedimentasi Dengan Menggunakan Aplikasi Hec- Ras” (Studi Kasus : Sungai Pappa Kab. Takalar) . 3 , 8004–8013.
Kodoatie, R. J. (2020). Pengaruh Perubahan Kondisi DAS terhadap Debit Sungai Studi Kasus DAS Waduk Jatigede. Media Komunikasi Teknik Sipil , 26 (1), 95–103.
Novrizal, D., Hermawan, F., Wibowo, M. A., & Nasution, I. A. (2023). Analisis Inflow Lokal Waduk Jatiluhur. Media Komunikasi Teknik Sipil , 28 (2), 300–309. Perdanawanti, M. (2010). Studi Penentuan Control Water Level Maksimum Waduk Sutami dan Lahor untuk Menghindari Kemungkinan terjadi Overtopping Akibat Banjir PMF . (12810605).
Salsabila, N., Limantara, L. M., & Fidqi, J. (2021). Analisis Curah Hujan Serial Terhadap Debit Maksimum di Sub DAS Kampili, DAS Jeneberang, Sulawesi Selatan Nadia. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Sumber Daya Air , 1 (2), 736–749.
Santosa, D., Widyaningtias, W., Nugroho, J., & Nugroho, E. (2023). Upaya Penanggulangan Banjir Akibat Keruntuhan Bendungan Pamukkulu Dalam Kondisi
Hujan Ekstrem, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Conference Paper , (September).
Sari S. (2012). Studi limpasan permukaan spasial akibat perubahan penggunaan lahan (menggunakan model KINEROS). Jurnal Teknik Pengairan , 2 (2), 148– 158.
Serastiwati, A. R., Subaedah, S., & Syam, N. (2020). Analisis Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Hidrolisis Das Pamukkulu Sulawesi Selatan. AGROTEK: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian , 4 (1), 62–76.
Sobriyah, Setiawan, A. R. I., & Qomariyah, S. (2016). Tinjauan Debit Banjir Kala Ulang Terhadap Tinggi Muka Air Waduk Krisak Kabupaten Wonogiri. Matriks Teknik Sipil , 4 (3q), 706–713.
Suripin, S., & Kurniani, D. (2016). Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Hidrograf Banjir di Kanal Banjir Timur Kota Semarang. Media Komunikasi Teknik Sipil , 22 (2), 119.
Torimtubun, A., & Asmaranto, R. (2018). Analisis banjir akibat keruntuhan bendungan banyukuwung dengan menggunakan hec-ras . Wasono, A., Sari, Y. K., Sangkawati, S., & Nugroho, H. (2022). Analisis Debit Banjir Berdasarkan Data Curah Hujan Pada DAS Sekampung Menggunakan Pemodelan HEC-HMS. Agregat , 7 (2), 686–692. Wijayanti, P., Istiarto, I., & Jayadi, R. (2021). Wonogiri reservoir operation pattern after the construction of new spillway for flood control. Media Komunikasi Teknik Sipil , 27 (2), 268–276. Wiliya, W. (2022). Pemodelan Hujan-Debit Menggunakan Model HEC-HMS Di DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil , 20 (2), 193.
|
7613dd88-1e77-488b-9fb1-0b3bbe9c66a5 | https://e-journal.metrouniv.ac.id/nizham/article/download/867/707 |
## POLITIK HUKUM PEMERINTAH KOLONIAL TERHADAP PERADILAN AGAMA
## Dri Santoso
STAIN Jurai Siwo Metro Abstract
Holand kingdom government delegation is Vereenigde oost indische compagnie (VOC) has been sent to Nusantara Islands at XVI century, has goal: The first as trade mission and get result of plantation, the comodity with hight price in europe at the time. The other goal of their mission are to colonialize new territory as market of result industry and as resource to develope holand kingdom, beside it there is hidden mission to spread kristen relegion.
To realize of their goal have been arrangged strategy , strategy is used to break people againt. Like stratgy with aply syariah (Islamic Law) in all aspec of life, this policy has based on receptio in complexu theory . this strategy has suxesful l and has been acept by ellite local Muslim. and than becouse of anxious at Pan Islamisme Movement in Turky will Influence Nusantara Muslim. Holand Kigdom Government change their political law with limitation in many aspec. For example limitation Absholue competension in Relegious court. The policy is based receptie theory of Snauckh Hugronje. So is clear that all of political law of holand colonial or Hindia Belanda at Relegious court to colling down muslim againts with soft politik or other way.
Keywords : Law, Government, Religious courts
## A. Pendahuluan
Pada Abad XVI Pemerintah Kerajaan Belanda mengirimkan VOC ( Vereenigde Oostindische Compagnie ) sebagai delegasi dagang ke kepulauan Nusantara dengan tugas utama mendapatkan hasil bumi terutama rempah-rempah. pada tahun 1596 VOC Mendarat di Banten, dengan tujuan untuk memperoleh barang dagangan yang saat itu banyak dicari orang Eropa karena harganya mahal, yaitu rempah-rempah. Motivasi kedatangan VOC di Indonesia ternyata tidak semata-mata di dorong untuk berdagang, akan tetapi punya tujuan lain yaitu politik dan agama. 1 Secara politik kedatangan belanda adalah sebagai kepanjangan kolonialisme yakni mengusai wilayah Nusantara sebagai wilayah jajahanya untuk dikeruk kekayaanya dan di jadikan pasar bagi hasil industrinya. Sedangkan misi agama yang dijalankan adalah menyebarkan agama Kristen ke Indonesia.
Pada saat VOC datang Ke Nusantara, wilayah ini merupakan wilayah berkebudayaan tinggi, di mana sebelumnya sudah banyak berdiri kerajaan-kerajaan besar, baik kerajaan- kerajaan Hindu dan Budha, maupun kesultanan Islam sebagai realitas yang terjadi pada saat itu, mungkin kondisinya berbeda dengan koloni-koloni lain sebagaimana di benua Afrika, Amerika maupun Australia yang penduduknya masih primitif. Pada abad XVI wilayah Indonesia berada di bawah kekuasaan beberapa kesultanan Islam, dengan infrasruktur politik yang mapan, di mana ajaran Islam di jalankan dalam segala bidang termasuk di dalamnya peradilan Agama.
Di kerajaan Mataram Islam di kenal dengan Pengadilan Surambi, karena dilaksanakan di serambi Mesjid. Wewenang peradilan ini tidak hanya terbatas pada perkara perdata tetapi juga berwenang mengadili perkara pidana. Di Kerajaan aceh di kenal istilah Keucik, Balai Hukum Mukim, Panglima Sagi dan Mahkamah Agung, yang memiliki kewenaangan berjenjang baik perdata maupun pidana. Selanjutnya peradilan agama yang
1 Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia , (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hal,46
memiliki kewenangan yang serupa sebagaimana terdapat di Kesultanan Priangan, Kesultanan Banten, Kesultanan Goa dan Kesultanan-Kesultanan lain di Indonesia. 2
Melihat kenyataan yang di hadapi merupakan masyarakat yang memiliki kebudayaan yang tinggi selama ber abad-abab, Pemerintah Kerajaan Belanda menyadari bahwa kondisi tersebut tidak dapat ditaklukan dengan mudah, baik dengan cara politik maupun militer, oleh karena itu dikirimlah para sarjana untuk melakukan penelitian dan merumuskan langkah kebijakan yang tepat, sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Politik Hukum atau kebijakan Pemerintah Kerajaan Belanda di ambil atas dasar masukan dari para ahli, baik ahli hukum, kebudayaan, politik dan lainnya yang dikirim ke Nusantara, bermuara pada pertimbangan-pertimbangan dalam membuat peraturan perundangan yang diberlakukan di antaranya dengan membentuk Peradilan Agama (PA) di wilayah jajahanya yang selanjutnya di kenal dengan Hindia Belanda, Peradilan Agama yang dibentuk oleh Hindia Belanda kini menjadi bagian dari sitem hukum nasional dan bernaung di bawah pembina administratif maupun pembina yustisial Mahkamah Agung.
Seolah ingin melepaskan diri dari kungkungan politik hukum Hindia Belanda, Peradilan Agama waktu demi waktu mengalami perkembangan ke arah yang positif, kini di samping statusnya yang sejajar dengan dengan Peradilan lain di Indonesia, sumber hukumnya juga jauh mengalami perubahan, dengan lahirnya beberapa undang-undang tentang Peradilan Agama sebagai sumber hukum formal, dalam hukum material, waulupun belum ada kodifikasi terhadap hukum material peradilan Agama. Akan tetapi lahirnya Kompilasi Hukum Islam dan beberapa Undang-undang, seperti undang-undang tentang zakat, wakaf dan haji, merupakan indikasi terhadap arah perkembangan yang positif Peradilan Agama.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa politik hukum suatu rezim berperan besar dalam mempengaruhi keberadan Peradilan Agama, dengan demikian menarik untuk mengetahui
2 Ibid , hal38-45
politik hukum kolonial Belanda, karena sebagai pihak yang mula-mula mendirikan peradilan agama yang sampai saat ini masih terasa pengaruhnya, terutama dalam hal kompetensi absolutnya terhadab Peradilan Agama.
Tulisan ini akan mengkaji politik hukum yang di tempuh pemerintah kerajaan Belanda dalam membentuk Peradilan Agama.
## B. Pembahasan
1. Politik Hukum Kolonial Era VOC
Hukum Islam lahir di Indonesia yaitu sejak datangnya Islam ke Indonesia, jauh sebelum pemerintah Hindia Belanda datang. 3 Hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat terkait kapan datangnya Islam ke Indonesia. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Islam datang ke Indonesia yaitu pada abad ke-7 Masehi, hal ini didasarkan pada adanya pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia dan India yang sudah sampai ke kepulauan Nusantara. Pendapat lain menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia yaitu pada Abad ke-13 Masehi, hal ini ditandai adanya masyarakat muslim di Samudera Pasai, Perlak dan Palembang. Sementara di Jawa terdapat makam Fatimah Binti Maimun di Leran, Gresik yang berangka tahun 475 H atau 1082 M, dan makam- makam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13. Hal ini merupakan bukti perkembangan komunitas Islam termasuk di pusat kekuasaan Hindu Jawa ketika itu, yakni Majapahit.
Pada akhir abad ke enam belas atau tepatnya tahun 1596, organisasi perusahaan Belanda bernama Vereenigde Oostindische Compagnie atau yang lebih dikenal dengan sebutan VOC, merapatkan kapalnya di pelabuhan Banten, Jawa Barat. Maksud kedatangan VOC semula untuk berdagang, namun kemudian
3 Sirajuddin, Legislasi Hukum Islam di Indonesia , Cet.1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hal, 69
berubah untuk menguasai kepulauan Indonesia. Untuk mencapai maksud tersebut, Pemerintah Belanda memberi kekuasaan kepada VOC ( Vereenigde Oostindische Compagnie ) untuk mendirikan benteng-benteng dan mengadakan perjanjian dengan raja-raja Indonesia. Karena hak yang diperolehnya itu, VOC mempunyai dua fungsi yaitu pertama sebagai pedagang dan kedua sebagai badan pemerintahan. 4
Sebagai usaha memantapkan pelaksanaan kedua fungsi itu, VOC mempergunakan hukum Belanda yang dibawanya. Untuk itu di daerah-daerah yang dikuasainya, VOC membentuk badan-badan peradilan untuk Indonesia. Namun, oleh karena susunan badan peradilan yang disandarkan pada hukum Belanda itu, tidak dapat berjalan dengan baik pada praktiknya, sebagai upaya untuk menghindari perlawanan dari umat Islam, maka VOC membiarkan lembaga-lembaga asli yang ada dalam masyarakat berjalan terus seperti keadaan sebelumnya. Misalnya, karena di kota Jakarta dan sekitarnya hukum Belanda yang dinyatakan berlaku tidak dapat dilaksanakan, maka VOC terpaksa harus memperhatikan hukum yang hidup dan diikuti oleh rakyat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam Statuta Jakarta tahun 1642 disebutkan, bahwa mengenai kewarisan orang Indonesia yang beragama Islam harus dipergunakan hukum Islam yakni hukum yang dipakai oleh rakyat sehari-hari. 5
Pada waktu VOC pertama kali menguasai Indonesia, mereka kurang menghiraukan agama dan kebudayaan bangsa Indonesia. Akan tetapi Setelah kekuasaan VOC diambil oleh kerajaan Belanda abad ke- 18, barulah ada perhatian Belanda kepada kehidupan kebudayaan dan agama. Belanda selalu kuatir dan curiga terhadap perkembangan Islam di Indonesia terutama karena ada gerakan Panislamisme yang berpusat di Turki
4 Abdul Halim, Op.Cit ., hal.46
5 Sirajudin, hal, 103
semasa kekuasaan Usmaniyah di Istambul. Pemerintah Kerajaan Belanda mengalami perlawanan politik dan militer dari kesultanan-kesultanan dan pemimpin- pemimpin ummat Islam di daerah-daerah Indonesia, terutama sepanjang abad ke-19 dan yang terakhir pada tahun 1903, jadi sudah masuk abad ke-20 bahkan pada tahun 1908 di Sumatera Barat terjadi lagi pemberontakan rakyat muslimin terhadap Belanda. Oleh karena itu, Belanda memperhatikan psikologi massa antara lain dengan membiarkan berlakunya hukum Islam di Indonesia. 6
Pada waktu VOC diberi kekuasaan oleh pemerintah Belanda untuk mendirikan benteng-benteng dan mengadakan perjanjian-perjanjian dengan raja-raja kepulauan Indonesia, VOC membentuk badan-badan peradilan khusus pribumi di daerah kekuasaannya. Dalam Statuta Batavia tahun 1642 disebutkan, bahwa mengenai soal kewarisan, orang Indonesia yang beragama Islam harus dipergunakan hukum Islam. Sehubungan dengan hal ini, VOC meminta D.W Freijer menyusun suatu compendium yang berisi hukum perkawinan dan kewarisan Islam. Conpendium tersebut kemudian dipergunakan dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi antara umat Islam di daerah-daerah yang dikuasai oleh VOC. Kitab hukum tersebut terkenal dengan nama Compendium Freijer. 7
Di samping Compendium Freijer, pada masa VOC juga muncul kitab hukum Mogharraer (Moharrar) untuk Pengadilan Negeri Semarang. Kitab ini adalah kitab perihal hukum-hukum Jawa yang dialirkan dengan teliti dari kitab hukum Islam moharrar yang didalamnya merupakan kumpulan hukum Tuhan, hukum alam, dan hukum anak negeri yang dipergunakan oleh Landraad
6 Saidus Syahar, Asas-Asas Hukum Islam , (Bandung, Alumni, 1996), hal, 133-134 7 Ahmad Roestandi dan Muchyidin Efendi , Komentar Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, hal 103
(pengadilan negeri) Semarang dalam memutuskan perkara perdata dan pidana yang terjadi dikalangan rakyat setempat. 8
Organisasi VOC pada tanggal 31 Desember 1799 dibubarkan karena mengalami kebangkrutan. Setelah kekuasaan VOC berakhir kemudian digantikan oleh Belanda yang mana sikap Belanda berubah ubah terhadap hukum Islam, kendati perubahan itu terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi tujuan utama pemerintah kolonial belanda di Nusantara tidak mengalami perubahan yaitu: Pertama, menguasai kepulauan Nusantara sebagai wilayah yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah terutama hasil perkebunan seperti: lada, pala, cengkih, kopi cokelat dan lain-lain. Kedua, menghilangkan pengaruh Islam dari sebagian besar orang Islam dengan proyek kristenisasi. Ketiga, keinginan Belanda untuk menerapkan apa yang disebut dengan politik hukum yang sadar terhadap Indonesia. Maksudnya, Belanda ingin menata dan mengubah kehidupan hukum di Indonesia dengan hukum Belanda. 9
Tujuan utamanya dari politik hukum Pemerintah hindia Belanda adalah: Memperoleh sebanyak-banyak hasil bumi Indonesia terutama rempah-rempah yang merupakan komoditas yang sangat laku di pasar Eropa, memisahkan Penduduk kepulauan Nusantara dengan ajaran Islam sehingga terlepas dari pengaruh pergerakan Panislamisme maupun gerakan pembaharuan Islam lainnya, Memberlakukan hukum Belanda sehingga dapat mencabut rakyat kepuluan Nusantara dengan akar budayanya. Selanjutnya setelah dapat ditaklukan secara ekonomi, agama dan budaya, secara politik akan mudah dikuasai.
Namun upaya Belanda tersebut mendapat perlawanan dari penduduk pribumi sebagaimana yang disampaikan Harry J. Benda bahwa:
8 Abdul Ghofur Anshori, Op.Cit . hal. 56 9 Ibid .,
“Ever since the arrival of the Dutch East India Company in Southeast Asia at the turn of the seventeenth century, the Dutch had encountered Muslim hostility in Indonesia. Time and again, the consolidation of their expanding power was threatened by local outbreaks of Islamic inspired resistence, led either by Indonesian rulers converted to the faith of the prophet or, at the village level, by fanatical ulama, the independent teacher and scribes of Islam”. 10
“Sejak kehadiran Perusahaan hindia Belanda di Asia Tenggara pada abad ke 17, Belanda telah menunjukkan kepada kaum muslimin dengan sifat bersahabat, Seiring berjalannya waktu, konsolidasi dari pergeseran kekuasaan yang mereka miliki terancam oleh pemberontak muslim yang melakukan perlawanan, yang juga dipimpin oleh pemimpin lokal yang beriman pada nabi, pada level pedesaan, pada ulama yang fanatik, guru dan cendekiawan muslim, yang mencium adanya niat terselubung kolonial dibalik sikap bersahabatnya.
Upaya pemerintah untuk mengubah hukum Islam belum dimulai pada masa Pemerintahan Hindia Belanda di zaman Daendels (1800-1811). Di masa itu, secara umum hukum Islam dianggap sebagai hukum asli orang pribumi. Karena pendapat yang demikian, Daendels mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa perihal hukum agama orang Jawa tidak boleh diganggu gugat dan hak-hak penghulu mereka untuk memutus beberapa macam perkara tentang perkawinan dan kewarisan harus diakui oleh kekuasaan Pemerintah Belanda. Di samping itu, ia menegaskan bahwa kedudukan para penghulu sebagai tenaga ahli hukum Islam yaitu hukum asli orang Jawa dalam susunan badan peradilan yang dibentuknya sebagai penasihat dalam suatu masalah atau perkara. 11
Ketika Inggris menguasai Indonesia (1811-1816) keadaan tidak berubah. Thomas S. Raffles yang menjadi
10 Harry J. Benda, Chistian Snauch Hugronje and the Foundations of Ducth Islamic Policy in Indonesia , The University of Chicago Press,
http://www.jstor.org/pss/1876034, 27 Januari 2012.
11 Abdul Halim, Loc. Cit
Gubernur Jenderal Inggris suntuk kepulauan Indonesia pada waktu itu menyatakan bahwa hukum yang berlaku dikalangan rakyat adalah hukum Islam. Ia mengatakan “ the koran…. forms the general law of Java .” Namun setelah Indonesia dikembalikan oleh Inggris kepada Belanda berdasarkan konvensi yang ditandatangani di London pada tanggal 13 Agustus 1814, Pemerintah Kolonial Belanda membuat suatu undang-undang tentang kebijaksanaan pemerintah, susunan pengadilan,
pertanian dan perdagangan dalam daerah jajahannya di Asia. Undang-undang ini mengakibatkan perubahan di hampir semua bidang kehidupan orang Indonesia, termasuk bidang hukum yang akan merugikan perkembangan hukum Islam selanjutnya. 12
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda di zaman Daendels (1800-1811) dan sewaktu Inggris menguasai Indonesia (1811-1816) yang mana Thomas S. Raffles menjadi Gubernur Jendral Inggris untuk kepulauan Indonesia, hukum Islam merupakan hukum yang berlaku bagi masyarakat. Pada masa itu hukum Islam dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang terjadi dikalangan orang Islam. Hal tersebut sibagai kebijakan yang mengakui realitas yang ada, di kepulauan Nusantara pada saat itu. Kenyataan di atas sebagaimana diakui oleh Van Den Berg, yang melahirkan teori receptio incomplexu yang menyatakan bahwa syariat Islam secara keseluruhan berlaku bagi pemeluk-pemeluknya. Sehingga berdasarkan pada teori ini, maka pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1882 mendirikan peradilan agama bagi pemeluk agama Islam, yang berlaku untuk pulau Jawa dan Madura. 13
Sesuai dengan pendapat Carel Frederick Winter, seorang ahli tertua mengenai soal-soal Jawa Javaichi yang lahir dan meninggal di Yogyakarta (1799-1859),
12 Ibid .,
13 Saidus Syahar. Asas-Asas Hukum Islam , (Bandung, Alumni, 1996), hal. 105-106
Solomon Keuzer (1823-1868) Maha Guru Ilmu Bahasa dan Ilmu Kebudayaan Hindia Belanda, terakhir Lodewijke Willem Christian Van Den Berg (1845-1927), yang dalam tahun 1884 menulis buku Muhammadansch Recht (asas-asas hukum Islam) menyatakan bahwa hukum Islam diperlukan bagi orang-orang Islam bumi putera walaupun dengan sedikit penyimpangan- penyimpangan.
Teori receptio in complexu ini yang mendasari kelahiran Pasal 75 dan Pasal 78 jo, pasal 109 RR. Pasal 75 ayat (3) R.R tersebut mengatur: “Apabila terjadi sengketa perdata antara orang-orang Indonesia yang beragama Islam oleh hakim Indonesia haruslah diperlakukan Hukum Islam gonsdientig wetten dan kebiasaan mereka. Sedangkan dalam ayat (4) Pasal 75 R.R. disebutkan: “Undang-undang agama, adat dan kebiasaan itu juga dipakai untuk mereka oleh Hakim Eropa pada pengadilan yang Huger Beroep, bahwa dalam hal terjadi perkara perdata antara sesama orang Indonesia atau mereka yang dipersamakan dengan orang Indonesia, maka mereka tunduk kepada keputusan hakim agama atau tokoh masyarakat mereka menurut undang-undang agama atau ketentuan lama mereka.
Menurut Pasal 109 R.R. ditentukan pula: “Ketentuan seperti tersebut dalam Pasal 75 dan Pasal 78 itu berlaku juga bagi mereka yang dipersamakan dengan orang-orang Indonesia, yaitu orang-orang Arab, Moor, orang Cina dan semua mereka yang beragama Islam, maupun orang-orang yang tidak beragama.
Menurut Pasal 7 Rechterlijke Organisatie ditetapkan: “Sidang-sidang pengadilan negeri ( landraad ) harus dihadiri oleh seorang fungsionarie yang mengetahui seluk beluk agama Islam, kalau yang dihadapkan itu tidak beragama Islam, maka penasehat itu adalah kepala masyarakat dari orang itu. 14
14 Mohd Idris Ramulyo, Asas-asas Hukum Islam , Op.Cit , hal 55
Sejalan dengan berlakunya hukum Islam itu, pemerintah Hindia Belanda membentuk pengadilan agama dimana berdiri pengadilan v negeri dengan Staatsblad 1882 No. 152 dan 153, kemudian diiringi terbentuknya pengadilan tingggi agama (mahkamah syar’iyyah) yang berfungsi sebagai pengadilan agama tinggi banding dan terakhir berdasarkan Pasal 7 g Staatsblad 1937 No. 610 dan dalam tahun 1937 dengan Staatsblad 1937 No. 638 dan 639 dibentuk pula peradilan agama di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dengan nama Pengadilan Qadhi Kecil pada tingkat pertama dan Pengadilan Qadhi Besar untuk tingkat banding dan terakhir. Pada masa itulah dikenal dengan masa Receptio on Complexu, yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa di Indonesia berlaku hukum Islam, walaupun dengan sedikit penyimpangan. 15
Paham tentang teori Receptio in Complexu pada masa ini telah mempengaruhi politik hukum kolonial belanda dan pada saat inilah hukum Islam benar benar diakui berlaku sebagai hukum positif bagi masyarakat yang beragama Islam sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 75 ayat (3) Regeerings Reglement yang menyebutkan bahwa apabila terjadi sengketa perdata antara orang-orang Indonesia yang beragama Islam, oleh hakim Indonesia haruslah diperlakukan Hukum Islam gonsdientig wetten dan kebiasaan mereka. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1882 mendirikan pengadilan agama yang kemudian diiringi dengan terbentuknya pengadilan tinggi agama (mahkamah syar’iyyah).
Teori Receptio In Complexu ini menjadikan hukum Islam diakui dan berlaku sebagai hukum positif pada masa pemerintahan Hindia Belanda, merupakan pemahaman yang jujur dan obyektif dalam menggambarkan tentang berlakunya pranata-pranata hukum yang berlaku di kalangan penduduk asli
15 Abdul Ghafur Anshori dan Yulkarmain Harahap, Op. Cit ., hal,125
nusantara pada masa itu. Walaupun pada dasarnya hukum Islam telah ada berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia jauh sebelum pemerintah Hindia Belanda tiba di Indonesia.
2. Teori resepsi dan pembatasan peran hukum Islam Terlepas dari politik hukum yang melatar belakangi kelahiran peradilan Agama, bertujuan untuk melanggenggengkan kepentingan Kolonial Belanda, keberadaan peradilan Agama yang memiliki kewenangan luas, karena di dasarkan pada teori receptio in complexu, cukup di terima oleh umat Islam pada saat itu. Hingga lahirlah teori receptie yang meralat teori sebelumnya.
Teori receptio in complexu kemudian ditentang oleh Van Vollenhoven dan Snouck Hurgronje sebagai pencipta teori baru yaitu teori receptie (resepsi) yang menyatakan bahwa hukum Islam dapat diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum adat.Menurut pandangan teori ini, untuk berlakunya hukum Islam harus diresepsi (diterima) terlebih dahulu oleh hukum adat. Oleh karenanya menurut teori tersebut seperti hukum kewarisan Islam tidak dapat diberlakukan karena belum diterima atau bertentangan dengan hukum adat. 16
Munculnya teori receptie ini berpangkal dari keinginan Snouck Hurgronje agar orang-orang pribumi rakyat jajahan jangan sampai kuat memegang ajaran Islam, sebab pada umumnya orang-orang yang kuat memegang ajaran Islam dan hukum Islam tidak mudah dipengaruhi oleh peradaban Barat. Atas dasar itulah ia memberikan nasihat kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mengurus Islam di Indonesia dengan berusaha menarik rakyat pribumi (inlander) agar lebih mendekat kepada kebudayaan Eropa dan pemerintah Hindia
16 Ibid , hal. 106
Belanda dengan menempuh kebijaksanaan sebagai berikut : 17 a. Dalam kegiatan agama dalam arti yang sebenarnya (agama dalam arti sempit), pemerintah Hindia Belanda hendaknya memberikan kebebasan secara jujur dan secara penuh tanpa syarat bagi orang-orang Islam untuk melaksankan ajaran agamanya.
b. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah Hindia Belanda hendaknya menghormati adat istiadat dan kebiasaan rakyat yang berlaku dengan membuka jalan yang dapat meningkatkan taraf hidup rakyat jajahan kepada suatu kemajuan dengan memberikan bantuan kepada mereka.
c. Dibidang ketatanegaraan, mencegah tujuan yang dapat membawa atau menghubungkan kearah gerakan Pan Islamisme yang mempunyai tujuan untuk mencari kekuatan-kekuatan lain dalam hubungan menghadapi pemerintah Hindia Belanda. Upaya sistemik yang kemudian ditempuh oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai realisasi teori receptie ini adalah dengan berusaha melumpuhkan dan menghambat pelaksanaan hukum Islam dengan cara: a. Sama sekali tidak memasukkan masalah hudud dan qishash dalam bidang hukum pidana. Mengenai hukum pidana ini telah diunifikasi dengan Wet Boek Van Strafrecht yang mulai berlaku sejak Januari 1919 (Staatsblad 1915 No. 732).
b. Dibidang tatanegara, ajaran Islam yang mengenai hal tersebut dihancurkan sama sekali. Segala bentuk kajian yangberhubungan dengan politik ketatanegaraan (siyasah) dilarang keras. c. Mempersempit berlakunya hukum muamalah yang menyangkut hukum perkawinan dan hukum kewarisan. Bahkan khusus untuk hukum kewarisan
17 Afdol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2006 & Legislasi Hukum Islam di Indonesia , dikutip dari Abdul Ghofur Anshori, hal. 16
Islam diupayakan tidak berlaku yang ditandai oleh adanya upaya dari pemerintah Hindia Belanda untuk menanggalkan wewenang peradilan agama dibidang kewarisan pada pengadilan agama di Jawa, Madura dan Kalimantan Selatan, kemudian kewenangan dibidang kewarisan ini diserahkan kepada landraad. Di samping itu juga terdapat larangan penyelesaian dengan hukum Islam jika di tempat terjadinya perkara tidak diketahui bagaimana bunyi hukum adatnya. 18
Realisasi teori receptie ini yaitu terjadinya perubahan secara sistematis Regeerings Reglement Stbl. 1855 No. 2 menjadi Wet Op De atau I.S. pada tahun 1925 (Stbl. 1925 No. 416) seterusnya dengan Stbl. 1929 No. 221, dimana dinyatakan bahwa hukum Islam tidak lagi mempunyai kedudukan yang tersendiri. Hukum Islam baru dianggap berlaku sebagai hukum apabila telah memenuhi dua syarat yaitu:
a. Norma hukum Islam harus diterima terlebih dahulu oleh hukum kebiasaan (adat masyarakat setempat);
b. Kalaupun sudah diterima oleh hukum adat, norma dan kaidah hukum Islam itu juga tidak boleh bertentangan ataupun tidak boleh telah ditentukan lain oleh ketentuan perundang-undangan Hindia Belanda. Sejalan dengan perubahan Regeerings Reglement itu menjadi Indische Staats Regeling oleh pemerintah Hindia Belanda dikeluarkan pula Staatsblad 1937 No. 116 yang membatasi wewenang dan tugas peradilan agama yang semula berhak menetapkan tentang hal waris,nikah talak rujuk dan hadlhanah dan sebagainya, kemudian hanya berwenang mengadili sepanjang yang berkenaan dengan nikah, talak dan rujuk saja, di luar itu tidak berwenang.
Adanya teori resepsi yang menyatakan bahwa hukum Islam dapat diberlakukan sepanjang tidak
18 Moh. Idris Ramulyo, Op.cit . Wewenang Pengadilan Agama Dialihkan Menjadi Wewenang Pengadilan Negeri, hal . 108
bertentangan dengan hukum adat yang dalam realisasinya dikeluarkan Staatsblad 1937 No. 116 yang membatasi wewenang dan tugas peradilan agama menjadikan peranan hukum Islam sangat dibatasi. Pada saat itu hukum Islam mengalami kondisi yang sangat berat karena harus berhadapan dengan hukum adat dan hukum pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu.Dampaknya adalah hukum Islam yang telah berlaku secara formal dipersempit ruang geraknya oleh pemerintah Hindia Belanda seperti wewenang menyelesaikan hukum waris yang sebelumnya menjadi kewenangan Peradilan Agama
C. Penutup
Politik Hukum Pemerintah Kolonial Belanda terhadap keberadaan peradilan Agama dipengaruhi oleh tujuan kolonialisme yaitu, Sebagai upaya persuasif dalam meredam perlawanan umat Islam Indonesia, sehingga tujuan murni kolonial Belanda yaitu: Pertama untuk mengekploitasi kekayaan alam di Kepulauan Nusantara tercapai, ke dua menyebarkan agama kristen dengan cara-cara simpatik, ke tiga Memperluas wilayah jajahan dan memperpanjang masa kekuasaan dengan perlawanan yang minimal dari penduduk setempat. Hal ini dapat terlihat :
1. Pada awalnya pemerintah Hindia Belanda berusaha untuk merangkul umat Islam Indonesia, dengan memberlakukan hukum Islam secara keseluruhan, karena pada kenyataanya berdasarkan teori receptio in complexu, Syariat Islam sudah di serap secara keseluruhan oleh umat Islam Indonesia, sehingg dengan cara ini akan mengurangi perlawanan dari masyarakat.
2. Kekhawatiran terhadap pergerakan Pan Islamisme di Turki akan berpengaruh secara masif di kalangan Muslimin Indonesia, oleh karena itu Hindia belanda berusaha menjauhkan umat Islam dengan ajaranya, untuk itu di tempuh dengan mengurangi wewenang peradilan Agama berdasarkan teori receptie.
## DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Peradilan Agama Dalam Politik Hukum di Indonesia , Raja Grafindo Persada, 2000.
Abdul Ghofur Anshori dan Yulkarnain Harahab, Hukum Islam Dinamika dan Perkembanganya di Indonesia , ctk. Pertama, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2008.
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia , Akademika Presindo, Jakarta, 1992
Ash Shiddieqy, Hasbi, Peradilan dan Hukum Acara Islam , Al- Maarif, Jogjakarta, 1969
Ali Zainudin, Hukum Islam , Sinar Grafika, Jakarta 2006.
Abd. Shomad, Hukum Islam , Kencana Prenada Media Group,
2010.
Cik Hasan Bisri, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata
Sosial , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Daniel S. Lev. Peradilan Agama Islam di Indonesia , alih bahasa, Zaini Ahmad Noeh, intermasa, 1986.
Djalil, Basiq. Peradilan Agama di Indonesia, Gemuruhnya Politik Hukum (Hk. Islam, Hk. Barat dan Hk. Adat) dalam Rentang Sejarah bersama pasang surut Lembaga Peradilan Agama hingga lahirnya peradilan Syari’at Islam Aceh, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2006.
Departemen Agama R.I, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia , Jakarta, 1991.
Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Syari’ah , Kencana Prenada, 2005
Hadi Setia Tunggal, Undang-undang republik Indonesia Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan ke dua Atas Undang- undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Harvarindo, 2010.
HJ. Benda, Cristian Snouch Hugronje and the foundation of duch policy in Indonesia , the journal modern History, University Chikago press,1958.
Kansil., C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia , Balai Pustaka: Jakarta, 1982.
M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama , Sinar Grafikan, 2005
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra aditia bakti, Bandung, 2004
Mohd .Idris Ramulyo, . Asas-asa Hukum Islam (sejarah timbul dan berkembangnya kudukan hukum islam dan sistem hukum di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 1997.
Syaidus Sahar, Asas-Asas Hukum Islam , Alumni Bandung, 1996.
|
43cf7706-94c5-4e91-97ac-3bf0f2a86fa5 | https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/mechanical/article/download/1396/537 | Analisa Kebisingan Pada Alat Berat Wheel Loader Wa-350
## Berdasarkan Perbandingan Jarak 50, 100, 150 Cm Dan Kapasitas
Suriady Sihombing 1,* , Wilson Sabastian Nababan 1 , Miduk Tampubolon 1 , Cris Stevan Turnip 2
1 Prodi Teknik Mesin, Fak. Teknik, Universitas HKBP Nommensen, Medan
2 Mahasiswa Prodi Teknik Mesin, Fak. Teknik, Universitas HKBP Nommensen, Medan
* [email protected]
## Abstract
Wheel loader as one of the heavy equipment that facilitates work by using hydraulic energy. Where testing on the combustion chamber of the wheel loader generated can produce noise data. By carrying out stages, namely first the researcher prepares a sound level meter as a noise detection device for wheel loader heavy equipment, the second is to take measurements with several variations in the distance between the combustion chamber and the sound level meter is 50 cm, 100 cm and 150 cm. In the next step we can find out the noise level read at the sound level meter with ideal, medium, and maximum rotation on the WA-350 wheel loader. So according to Permenaker No. per-51 / MEN / 1999, ACGIH, 2008 and SNI 16-7063-2004 regarding the threshold value (NAB) of normal noise is 85 dB. It can be concluded that the noise produced by the Wheel Loader above the Permenaker NAV is 104.7dB so it can cause tingling, not feeling well, hearing saturation, stomach pain, and circulatory problems. It is recommended that workers are required to use earmuffs or ear muffs.
Keywords : Wheel Loader WA-350, Noise, Sound Level Meter
## Abstrak
Wheel loader sebagai salah satu alat berat yang mempermudah pekerjaan dengan menggunakan energi hidrolik. Dimana pengujian pada ruang bakar wheel loader yang ditimbulkan dapat menghasilkan data kebisingan. Dengan melakukan tahapan yaitu pertama peneliti menyiapkan sound level meter sebagai alat pendeteksi kebisingan alat berat wheel loader, kedua melakukan pengukuran dengan beberapa variasi jarak antara ruang bakar dan sound level meter adalah 50 cm, 100 cm dan 150 cm.. Pada langkah selanjutnya kita dapat mengetahui tingkat kebisingan yang terbaca pada sound level meter dengan putaran ideal, menengah, dan maksimal pada wheel loader WA-350. Sehingga menurut Permenaker No. per-51/MEN/ 1999,ACGIH, 2008 dan SNI 16-7063-2004 mengenai nilai ambang batas (NAB) kebisingan yang normal adalah 85 dB . Dapat disimpulkan kebisingan yang dihasilkan Wheel Loader diatas NAB Permenaker adalah 104,7dB maka dapat menyebabkan kegelisaan, tidak enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran darah. Dianjurkan tenaga kerja diwajibkan menggunakan penutup telinga atau ear muff. Kata kunci : Wheel Loader WA-350, Kebisingan, Sound Level Meter
## 1. PENDAHULUAN
Putaran dan kapasitas pada mesin mengakibatkan terjadinya getaran dan gesekan yang menghasilkan kebisingan, sehingga dapat diketahui apakah mesin itu masih memiliki tingkat kenyamanan atau tidak pada saat dioperasikan. Dengan adanya volume ruang mesin yang terbatas dan ditambah lagi dengan adanya berbagai macam permesinan yang ada didalamnya, baik permesinan penggerak utama seperti motor induk maupun permesinan pendukung yang lain seperti motor listrik, kompresor, pompa-pompa dan sebagainya, yang semuanya merupakan sumber bising, maka akan menimbulkan kebisingan suara yang tinggi [1].
Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa (engineering) mengalami getaran sampai derajat tertentu dan rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya [2].
Pada analisa getaran, digunakan juga teknik untuk mendiagnosa, yang dapat diaplikasikan sebagai : acceptance testing, pengendalian mutu, mendeteksi bagian yang mengalami kelonggaran, pengendalian kebisingan, mendeteksi adanya kebocoran, desain dan rekayasa mesin, dan optimasi produksi [3], [4].
Alat berat merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah proses pekerjaan sehingga menjadi lebih cepat, mudah dan hasilnya sesuai dengan harapan. Penggunaan alat berat tersebut harus benar-benar tepat dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan [5]. Wheel loader sebagai salah satu jenis alat berat yang mirip dengan dozer shovel akan tetapi dengan roda karet (ban) sehingga memiliki kemampuan dan kegunaannya sedikit berbeda. Dimana wheel loader hanya mampu beroperasi pada daerah yang keras, rata, kering dan tidak licin [6],[7].
Alat berat ini umumnya dipakai untuk menangani material proyek, terutama material hasil penggalian atau timbunan material. Penemu alat berat ini berasal dari seorang kontraktor yang bernama Ed Wagner & Sons dengan menciptakan pemuat artikulasi pertama di dunia pada tahun 1936 (disebut Scoopmobiles), itu Volvo yang dikreditkan untuk penemuan wheel loader pertama pada tahun 1954. Mereka menamakannya H10, dan inspirasi itu datang dari traktor terbalik. Sehingga awal tahun 1970-an, pemuat yang lebih besar telah diproduksi oleh Volvo yang memiliki sistem lengan angkat baru dan kabin yang lebih aman dan nyaman [8].
Kebisingan sebagi suara yang tidak dikehendaki oleh pandangan manusia, yaitu suara yang mempunyai multi frekuensi dan multi amplitudo dan biasanya terjadi pada frekuensi tinggi. Dimana sifat kebisingan terdiri dari berbagai macam antara lain konstan, fluktuasi, kontinu, intermitten, impulsif, radom dan impact noise [9], [10]. Menurut siswanto (2002) dalam radam (2013), kebisingan adalah terjadinya bunyi yang keras sehingga menggangu dan atau membahayakan kesehatan. Sedangkan menurut Gabriel (1996) dalam ramdan (2013), bising di definisikan sebagai bunyi yang tidak di kehendaki yang merupakan aktivitas alam dan buatan manusia.
Dengan pengukuran kebisingan sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memantau tingkat getaran dan kelayakan suatu alat berat ini, dimana wheel loader adalah alat berat yang memiliki suara yang sangat kuat sehingga dapat menganggu pendengaran manusia dan menggangu aktivitas masyarakat setempat [11].
Maka peneliti ingin melakukan analisa kebisingan pada alat berat wheel loader wa-350 berdasarkan perbandingan jarak sound level meter terhadap ruang bakar yaitu
50 cm, 100 cm, 150 cm dan kapasitas di PT. Mitra Enginering Grup, Desa Paku, Galang.
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
## 2.1. Perhitungan Kebisingan
Dengan mengetahui frekuensi sebagai gejala fisis objektif yang dapat di ukur oleh instrumen-instrumen akustif. Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seorang yang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah peristiwa. Hasil perhitungan ini menyatakan dalam satuan herts (HZ) yaitu nama pakar fisika jerman Heinrich Rudolf hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi yang dapat di dengar oleh manusia berkisar 20 sampai 20.000 Hz dan jangkauan frekuensi ini dapat mengalami penurunanan pada batas atas rentang frekuensi sejalan pada bertambahnya umur manusia. Jangkauan frekuensi audio manusia akan berbeda jika umur manusia juga berbeda. Besarnya frekuensi dapat menggunakan rumus:
……………………………………..(1)
Dimana: f = Frekuensi (Hz) dan T = Waktu (detik)
Desibel adalah satuan untuk mengukur tekanan suara suara, dan intensitas suara. Disibel hampir sama dengan derajat kecil dari perbedaan kekerasan yang biasa dideteksi oleh telinga manusia. Pada skala desibel, mewakili suara lemah yang terdengar 120 umumnya dianggap permulaan dari kesakitan.
Panjang gelombang adalah jarak diantara unit berulang dari gelombang, yang diukur dari satu titik pada gelombang ke titik yang sesuai di unit yang berikutnya. Panjang gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini adalah kecepatan cahaya c, untuk sinyal gelombang di udara, ini merupakan cepat rambat bunyi. Dapat di tulis sebagai berikut:
V = . F ……………………………….(2)
Dimana: = panjang gelombang bunyi, v = cepat rambat gelombang (m/s), dan
f = frekuensi (Hz).
Intensitas bungyi berasal dari bahan latin yaitu intention yang berarti ukuran kekuatan, keadaan tingkatan atau ukuran intensinya. Pengertian intensitas bunyi yaitu energi bunyi yang tiap detik (daya bunyi) yang menembus bidang setiap satuan luas permukaan secara tegak lurus. Dapat dilihat sebagai berikut:
......................................................(3)
Dimana : l = intensitas gelombang (W/m 3 ), w = daya akutik (Watt), A = luas area (m 2 ).
Radiasi bunyi yang dihasilkan suatu bunyi akan mengelilingi udara sekitarnya. Radiasi bunyi ini akan mendorong partikel udara yang dekat dengan permukaan luar sumber bunyi. Hal ini akan menyebabkan pergerakan partikel-partikel di sekitar bunyi yang dengan kecepatan partikel
.......................................................(4)
Dimana: v = kecepatan partikel (m/detik), P = tekanan (Pa) , p = Massa jenis (kg/m 3 )
c = cepat rambat bunyi (m/s).
Amplitudo yaitu sebuah pengukuran skalar yang non negatif dari besar osilasi suatu gelombang. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak atau simpangan yang terjauh dari titik kesetimbangan dalam gelombang sinusoide simpangan yang kita pelajari pada mata pelajaran fisika maupun matematika. Amplitudo juga dapat disimbolkan dalam sistem internasional dengan simbol(A) dan satuan meter. Rumus amplitude simpangan periode:
T=t/n…………………………………….(5)
Dimana: T = periode, t= waktu melakukan getaran, dan n = banyak getaran
Amplitudo juga adalah sampingan dari getaran rumus besar frekuensi getar adalah:
F=n/t…………………………………..(6)
Dimana: F = Frekuensi (Hz) , n = banyak getaran, t = waktu.
Rumus untuk hubungan antara frekuensi dan periode adalah :
T=1/f atau f=1/T………………………..(7)
Dimana: T = periode, f = frekuensi (Hz)
## 2.2 Desain Mesin Wheel Loader WA-350
Dalam penelitian ini menggunakan alat berat Wheel Loader sebagai bahan penelitian yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Gambar Desain Mesin Wheel Loader WA-350
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Dari data hasil pengujian dilapangan yang dihasilkan dalam uji kebisingan pada wheel loader menggunakan alat sound level meter dengan jarak 50,100, dan 150 cm pada bagian pembakaran dengan arah pengukuran: vertikal, Horizontal, longitudinal. Metode pengujian wheel loader yang digunakan dengan cara mengukur secara langsung kebisingan yang dihasilkan wheel loader dengan menggunakan alat sound level meter pada saat wheel loader sedang digunakan. Putaran wheel loader yang di hitung pada putaran 1800 rpm pada saat beroperasi (ideal, menengah, maksimal) dengan jarak yang diuji kebisingan adalah 50 cm, 100 cm, dan 150 cm dengan arah vertikal, horizontal, longitudinal sumbu pengukuran dapat di lihat pada tabel 1 berikut.
1. Pada saat beroperasi dengan ideal.
Tabel 1. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Ideal Jarak 50 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 84.1 84.6 84.3 20 83.8 84.7 84 30 83.7 84.9 84.3 40 84 84.6 84.5 50 84.2 84.2 84 60 83.6 84.3 84.6 70 84 84.5 84.1 80 83.8 84.4 83.6 90 83.7 84.7 83 100 83.9 84.8 83.3 110 84 84.6 83.9 Rata-rata 83.89 84.57 83.96
Dari data kebisingan vs waktu pada table 1 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
82 82,5 83 83,5 84 84,5 85 85,5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 ke b isi n ga n ( d B) Waktu (dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal longitudinal
Gambar 2. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Ideal Pada Jarak 50 Cm
Dari gambar 2 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah horizontal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi sebesar 84,9 dB pada detik ke 30 di saat pengukuran dengan jarak 50 cm.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat ideal pada jarak 100 cm pada ruang bakar.
Tabel 2. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Ideal Jarak 100 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 80.1 80.6 81.2 20 80.9 81.7 81.8 30 80.2 80.8 82.6 40 80 80.9 80.9 50 80.7 81.6 81.5 60 79.8 80.2 82.3 70 80 79.8 81.5 80 79.6 79.6 82.3 90 79.4 80.2 81.5 100 79.6 81 81.3 110 79.6 81.2 82 Rata-rata 80.11 80.69 81.71
Dari data kebisingan vs waktu pada table 2 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
76 78 80 82 84 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 ke b isi n ga n ( d B) Waktu(dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal
Gambar 3. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Ideal Pada Jarak 100 Cm Dari gambar 3 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah longitudinal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi sebesar 82,6 dB pada detik ke 30 di saat pengukuran dengan jarak 100 cm.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat ideal pada jarak 150 cm pada ruang bakar.
Tabel 3. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Ideal Jarak 100 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB)
10 78.1 79.1 79.3 20 78.5 79.8 79.4 30 78.6 79 80 40 78.2 78.9 79.1 50 79 78.8 79.6 60 78.8 79.2 79.9 70 79.2 79.8 79 80 78.1 79.2 80 90 78.8 79.1 79.8 100 78 78.9 79.1 110 78.3 79.1 80 Rata-rata 78.50 79.17 79.56
Dari data kebisingan vs waktu pada table 3 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
77 78 79 80 81 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 keb isi n ga n ( d B) Waktu(dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal longitudinal
Gambar 4. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Ideal Pada Jarak 100 Cm Dari gambar 4 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah longitudinal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi ssebesar 80 dB pada detik ke 30,70,100 pada proses pengukuran dengan jarak 150 cm.
## 2. Pada saat beroperasi dengan menengah.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat beroperasi menengah pada jarak 50 cm.
Tabel 4. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Menengah Jarak 50 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 98.1 98.6 99.2 20 97.5 99 99 30 97.6 98.7 98.7 40 98.3 99.1 98.9 50 97.8 98.9 99.1
60 98 98 98.8 70 98.2 99.2 99 80 97.9 99 98.5 90 98 98.8 98.6 100 97.7 98.5 99 110 98 98.6 99.1 Rata-rata 97.91 98.76 98.9
Dari data kebisingan vs waktu pada table 4 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
96,5 97 97,5 98 98,5 99 99,5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 keb is in ga n ( d B) Waktu (dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal longitudinal
Gambar 5. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Menengah Jarak 50 Cm Dari gambar 5 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah horizontal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi yaitu sebesar 99.2 pada detik ke 10 dan detik ke 60 pada proses pengukuran dengan jarak 50 cm.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat beroperasi menengah pada jarak 100 cm.
Tabel 5. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Menengah Jarak 100 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 97.1 97.6 97.1 20 96.8 97.2 97.3 30 97 96.9 97 40 96.7 96.8 96.8 50 96.8 96.5 97.6 60 97 96.8 97.4 70 97.1 97.5 97.3 80 96.7 97.2 97 90 97 97.1 96.9 100 96.9 97 97.3 110 96.8 97.1 97.2 Rata-rata 96.6 97.06 97.17
Dari data kebisingan vs waktu pada table 5 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
Gambar 6. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Menengah Jarak 100 Cm Dari gambar 6 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah horizontal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi yaitu sebesar 97,6 pada detik ke 0 dan arah longitudinal sebesar 97,6 pada detik ke 40 pada proses pengukuran dengan jarak 100 cm.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat beroperasi menengah pada jarak 150 cm.
Tabel 6. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Menengah Jarak 150 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 95.7 96.1 96.1 20 95.4 96 95.9 30 94.9 96.1 95.8 40 94.8 95.7 96.5 50 95 95.8 95.5 60 95.1 95 95.9 70 95.2 94.9 96.3 80 94.8 95.6 96 90 95.1 95.1 96.2 100 95 94.7 95.3 110 94.6 95 95.1 Rata-rata 95.05 95.45 95.87
Dari data kebisingan vs waktu pada tabel 6 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
93 94 95 96 97 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 ke b isi n ga n ( d B) Waktu (dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal Series 3
Gambar 7. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Menengah Jarak 150 Cm Dari gambar 7 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah longitudinal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi yaitu sebesar 96,5 dB pada detik ke 30 pada proses pengukuran dengan jarak 150 cm.
## 3. Pada saat beroperasi dengan maksimal.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat beroperasi maksimal pada jarak 50 cm.
Tabel 7. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Maksimal Jarak 50 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 104 103.8 104.2 20 104.6 104.4 104.7 30 104.3 103.7 104.4 40 104.1 103.8 103.9 50 104.2 104.2 103.8 60 104.6 104 104.2 70 103.9 104.5 104.6 80 104 104.6 104.7 90 104.4 104.2 104 100 104.7 104 104.1 110 103.8 104.5 103.8 Rata-rata 104.23 104.15 104.21
Dari data kebisingan vs waktu pada tabel 7 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
103 103,5 104 104,5 105 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 ke b isi n ga n ( d B) Waktu (dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal longitudinal
Gambar 8. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Maksimal Jarak 50 Cm
Dari gambar 7 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah arah vertikal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi yaitu sebesar 104.7 pada detik ke 90 dan longitudinal sebesar 104.7 pada detik ke 10 dan 70 pada proses pengukuran dengan jarak 50 cm.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat beroperasi maksimal pada jarak 100 cm.
Tabel 8. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Menengah Jarak 100 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 101.8 102.4 102.2 20 102 102.1 102 30 102.1 102.3 101.9 40 101.9 101.8 102.1 50 102 101.5 101.8 60 101.9 102 102.4 70 101.3 101.3 102.2 80 101.2 101.6 101.7 90 101.5 101.2 101.9 100 101.2 101.4 102 110 102 102.1 101.8 Rata-rata 101.71 101.79 102
Dari data kebisingan vs waktu pada tabel 8 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
100,5 101 101,5 102 102,5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 ke b isi n ga n ( d B) Waktu (dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal longitudinal
Gambar 9. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Maksimal Jarak 100 Cm Dari gambar 9 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah arah Horizontal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi yaitu sebesar 102.4 dB pada detik ke 0 dan longitudinal sebesar 102.4 dB pada detik ke 50 pada proses pengukuran dengan jarak 100 cm.
Data pengukuran kebisingan pada ruang bakar pada saat beroperasi maksimal pada jarak 150 cm.
Tabel 9. Data Pengujian Kebisingan Vs Waktu (S) Untuk Wheel Loader Pada Beroperasi Menengah Jarak 150 Cm.
Waktu (Detik) Vertikal (dB) Horizontal (dB) Longitudinal (dB) 10 98.3 98.9 99.2 20 98.7 99 99.4 30 98.9 99.2 99.4 40 99.1 98.6 98.8 50 98.8 98.8 98.7 60 98.9 98.7 99 70 98.5 99.1 99.1 80 98.6 99 98.9 90 99.1 98.7 99 100 99 98.6 98.8 110 98.9 99 99.2 Rata-rata 98.8 98.87 99.04
Dari data kebisingan vs waktu pada tabel 9 diatas maka dapat dibuat grafik kebisingan vs waktu yang menunjukan perbandingan vs waktu yang menunjukkan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
97,5 98 98,5 99 99,5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 ke b isi n ga n ( d B) Waktu (dtk) Kebisingan (dB) vs Waktu vertikal horizontal longitudinal
Gambar 10. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Maksimal Jarak 150 Cm Dari gambar 10 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa pada arah arah longitudinal menghasilkan tingkat kebisingan tertinggi yaitu sebesar 99,4 dB pada detik ke10 dan 20 pada proses pengukuran dengan jarak 150 cm.
## 3.2. Pembahasan
Berikut adalah tabel hasil rata-rata pengukuran kebisingan wheel loader WA-350 yang telah di ukur dengan alat sound level meter.
Tabel 10. Hasil Rata-Rata Pengukuran Kebisingan Ruang Bakar Pada Putaran Ideal, Menengah, Maksimal Jarak 50 Cm.
NO Kapasitas (Ton) Kebisingan (dB) 1 2 83,9 2 4 97,9 3 6 104,2
Dari data kebisingan vs kapasitas pada tabel 10 di atas maka dapat di buat grafik kebisingan vs kapasitas yang menunjukan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
0 20 40 60 80 100 120 2 ton 4 ton 6 ton ke b is in ga n (d B ) Kapasitas (ton) Kebisingan (dB) Vs Kapasitas jarak 50 cm
Gambar 11. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Ideal, Menengah dan Maksimal Jarak 50 Cm.
Dari gambar 11 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa kebisingan tertinggi yang dihasilkan pada kapasitas 6 ton yaitu sebesar 104,2 dB pada proses pengukuran dengan jarak 150 cm.
Tabel 11. Hasil Rata-Rata Pengukuran Kebisingan Ruang Bakar Pada Putaran Ideal, Menengah, Maksimal Jarak 100 Cm.
NO Kapasitas (Ton) Kebisingan (dB) 1 2 80,1 2 4 96,6 3 6 101,7
Dari data kebisingan vs kapasitas pada tabel 11 di atas maka dapat di buat grafik kebisingan vs kapasitas yang menunjukan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
0 20 40 60 80 100 120 2 ton 4 ton 6 ton Kebisingan (dB) Vs Kapasitas jarak 100 cm
Gambar 12. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Ideal, Menengah dan Maksimal Jarak 100 Cm. Dari gambar 12 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa kebisingan tertinggi yang dihasilkan pada kapasitas 6 ton yaitu sebesar 101,7dB pada proses pengukuran dengan jarak 100 cm.
Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengukuran Kebisingan Ruang Bakar Pada Putaran Ideal, Menengah, Maksimal Jarak 150 Cm.
Dari data kebisingan vs kapasitas pada tabel 12 di atas maka dapat di buat grafik kebisingan vs kapasitas yang menunjukan perbandingan tingkat kebisingan pada ruang bakar alat berat wheel loader WA-350.
NO Kapasitas (Ton) Kebisingan 1 2 78,5 2 4 95.1 3 6 98,8
0 20 40 60 80 100 120 ideal menengah maksimal keb is in ga n ( d B) Kapasitas (ton) Kebisingan (dB) Vs Kapasitas jarak 1 1/2 meter
Gambar 13. Grafik Kebisingan Wheel Loader WA-350 Ruang Bakar Beroperasi Ideal, Menengah dan Maksimal Jarak 150 Cm.
Dari gambar 13 grafik kebisingan pada ruang bakar diatas, maka dilihat bahwa kebisingan tertinggi yang dihasilkan pada kapasitas 6 ton yaitu sebesar 98,8 dB pada proses pengukuran dengan jarak 150 cm.
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisa yang di lakukan pada maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujin kebisingan pada wheel loader WA-350 diperoleh hasil kebisinganya adalah: Bising Impulsif Berulang.
2. Pengujian analisa Wheel Loader WA-350 dicatat hasil kebisingan tertinggi 104,7 dB detik ke 90 beroperasi maksimal pada jarak 50 cm dan terendah 78,1 dB detik ke 80 beroperasi ideal pada jarak 100 cm.
3. Nilai Ambang Batas Kebisingan menurut Permenaker No. per-51/MEN/ 1999,ACGIH, 2008 dan SNI 16-7063-2004 adalah 85 dB. Jadi kebisingan yang dihasilkan Wheel Loader diatas NAB Permenaker 104,7dB maka dapat menyebabkan kegelisaan, tidak enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran darah.
5. REFRENSI
[1] D. D. KRISTIAWAN, “Analisa Kebisingan sistem Ventilasi Kamar Mesin KR. Baruna Jaya VII,” 1999.
[2] T. Siagian, “Analisa Getaran Dan Koefisien Korelasi Antara Getaran Pada Mesin (Engine) Dan Tempat Duduk Operator (Seat) Dengan Variasi Tingkat Kebisingan Mesin Forklift Type Fd 30 Pa Sumitomo,” J. Al Ulum LPPM Univ. Al Washliyah Medan , vol. 10, no. 2, pp. 54–60, 2022.
[3] N. A. SATRIO, “Pengukuran Serta Analisa Getaran Dan Kebisingan Pada Spindle Mesin Bubut Run Master Model No. Run-330x1000rr Dengan Serial No. 08210810080”.
[4] L. O. N. Fajrin, “Analisis Getaran dan kebisingan Mesin Diesel Type TV1 Akibat Pengaruh Purifikasi Bahan Bakar= Analysis Of The Vibration And Noise Of The TV1 Type Diesel Engine Due To The Effect Of fuel Purification,” 2022.
[5] M. Y. Raynonto et al. , Perencanaan Produktivitas Alat Berat Bagi Pemula . Tohar Media, 2023.
[6] D. N. Setiawati and A. Meddeppungeng, “Analisis produktivitas alat berat pada proyek pembangunan pabrik krakatau posco zone IV di Cilegon,” Konstruksia , vol. 4, no. 2, 2013.
[7] E. N. Kulo, J. E. Waani, and O. H. Kaseke, “Analisa Produktivitas Alat Berat Untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Jalan Lingkar SKPD Tahap 2 Lokasi Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur),” J. Sipil Statik , vol. 5, no. 7, 2017.
[8] “Apa itu Wheel Loader.” OMNIA MACHINERY, Desember 2021. [Online]. Available: https://www.omniamachinery.com/id/2021/12/what-are-wheel-loaders/
[9] R. A. Khalik and A. R. Hermawanto, “Analisis Kebisingan Pada Ruangan Mesin Border Terhadap Kelelahan Operator Mesin Border Di Home Industri Berkah Border,” Sist. J. Ilm. Nas. Bid. Ilmu Tek. , vol. 7, no. 2, pp. 34–44, 2019.
[10]I. Maha Putra, I. Darmadi, and I. Aryasih, “Hubungan Usia, Masa Kerja Dan Penggunaan Sumbat Telinga Dengan Keluhan Subyektif Pekerja,” 2018.
[11]F. ZUHRA, “Pengaruh Kebisingan Terhadap Status Pendengaran Pekerja Di Pt. Kia Keramik Mas Plant Gresik,” 2019.
[12]G. Baumgartel, R. Divine, C. Johnson, K. R. Wells, W. Wuest, and SCIENCE APPLICATIONS INTERNATIONAL CORP MCLEAN VA, “Environmental Assessment Base Civil Engineer Complex, Altus Air Force Base, Oklahoma,” 2003.
[13] R. F. Barron, Industrial noise control and acoustics . CRC Press, 2002.
[14] C. M. Harris, Handbook of acoustical measurements and noise control . McGraw- Hill New York, 1991.
[15]L. Knopoff, “Attenuation of elastic waves in the earth,” Phys. Acoust. , vol. 3, no. part B, pp. 287–324, 2012.
|
870872dd-3526-4af9-9e09-7a3e01192f8f | https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/ecobisma/article/download/2087/1894 |
## DETERMINAN BID-ASK SPREAD PERUSAHAAN YANG MELAKSANAKAN
KEBIJAKAN STOCK SPLIT
TAHUN 2016-2019
## BID-ASK SPREAD DETERMINANTS OF COMPANIES IMPLEMENTING
THE STOCK SPLIT POLICY
YEAR 2016-2019
Yuni Amalia 1 , Tri Kartika Pertiwi 2
1,2 ( Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan
Nasional“Veteran” Jawa Timur, Indonesia)
Email: 1 [email protected], 2 [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kontribusi harga saham, volume perdagangan saham, dan return saham terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang menerapkan kebijakan stock split di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian kuantitatif. Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Ada beberapa pengujian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu uji outlier, uji normalitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji hipotesis. Berdasarkan uji parsial yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa harga saham dan volume perdagangan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask, dan return saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid-ask spread.
## Kata Kunci: Bid-Ask Spread , Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, Return Saham
## ABSTRACT
This study was conducted to find out whether there is a contribution to stock prices, stock trading volume, and stock returns on bid-ask spread in companies that implement stock split policies on the Indonesia Stock Exchange from 2016 to 2019. This research is classified as quantitative research. Sampling was determined by using purposive sampling. There are several tests used in this study, namely outlier test, normality test, classical assumption test, multiple linear regression analysis, hypothesis testing. Based on the partial test conducted, the results obtained are stock prices and stock trading volumes have a significant negative effect on the bid-ask, and stock returns have a significant positive effect on the bid-ask spread.
## PENDAHULUAN
Pasar modal membawa simbiosis mutualisme antara emiten dengan investor. Emiten memanfaatkan pasar modal guna menghimpun dana dari investor untuk menjadi
sumber pembiayaan perusahaan dengan harapan bisa memperoleh pendapatan dan laba, sedangkan investor memanfaatkan pasar modal untuk berinvestasi dengan harapan bisa memperoleh dividen di masa mendatang atau memperoleh capital gain atas selisih jual beli saham. Perusahaan yang go public perlu menerapkan sistem keterbukaan atau memberikan informasi-informasi penting kepada masyarakat mengenai kondisi perusahaannya, sehingga masyarakat bisa menilai kinerja perusahaan dalam periode tertentu untuk dijadikan pertimbangan dalam melakukan investasi. Informasi memiliki urgensi tersendiri bagi investor dalam dunia pasar modal. Adanya informasi menjadi landasan investor mengambil keputusan investasi, akankah akan melaksanakan aksi penjualan atau pembelian instrumen investasi di pasar modal. Informasi dipakai oleh investor untuk melakukan investasi pada saham suatu emiten yang diperkirakan akan memberikan return paling besar dibandingkan dengan emiten lainnya dengan tingkat risiko tertentu. Ketidakpastian yang bisa saja terjadi dapat diminimalisir dengan informasi-informasi yang diperoleh oleh investor, dengan deminikian investasi yang dipilih bisa selaras dengan keinginan dan maksud dilakukannya investasi. Salahs satu contoh informasi yang biasa diumumkan oleh emiten kepada investor yaitu kebijakan stok split . Stock split ialah kebjakan yang dilaksanakan emiten penerbit saham saham di bursa saham dengan memecah saham yang beredar agar lebih banyak, sehingga jumlah peredaran saham di masyarakat semakin bertambah. Pemecahan saham dilakukan agar bisa menjaga tingkat optimalnya perniagaan saham menggunkan harga saham. Kebijakan stock split dilaksanakan emiten ketika saham harganya dirasa terlalu tinggi, yang kemudian membuat investor turun kemampuanya dalam berinvestasi saham. Jika harga saham terlampau tinggi maka menjadi sulit dijangkau investor dan menyebabkan likuiditas perdagangan saham menjadi turun.Oleh karena itu emiten memecah saham agar saham harganya menjadi lebih rendah dan bisa menarik minat beli investor atas saham.
Investor berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dalam berinvestasi di pasar modal. Keuntungan tersebut bisa diperoleh melalui dividen dan capital gain . Investor juga perlu memiliki pengetahuan mengenai bid-ask spread guna mendukung keputusan investasi, sehingga keuntungan yang diperoleh bisa sesuai dengan yang diharapkan. Bid-ask spread memperlihatkan perbandingan antara nilai penerimaan paling tinggi investor ingin menjual serta penawaran terendah investor ingin
membeli. Saat investor hendak melakukan perdagangan saham, maka investor akan menerima salah satu dari dua harga yaitu ask dan bid. Hal ini tergantung pada transaksi yang hendak dilakukan investor. Jika investor ingin melakukan transaksi beli maka bisa memperhatikan harga penawaran ( bid ), sedangkan jika ingin melakukan transaksi jual maka bisa memperhatikan harga permintaan ( ask ). Pada perusahaan yang melaksanan kebijakan stock split tahun 2016 sampai dengan 2019 terjadi peningkatan dan penurunan atas bid-ask spread pra dan pasca peristiwa stock split. S tock split sejatinya diharapkan dapat meningkatkan permintaan dan penawaran saham yang dapat tercermin pada bid- ask spread . Namun, pada tahun penelitian tersebut tidak semua perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split mengalami peningkatan bid-ask spread. Peningkatan bid-ask spread terjadi pada perusahaan Rukun Raharja (RAJA), Kedaung Indah Can (KICI), PP Properti (PPRO), Sarana Menara Nusantara (TOWR), Bukit Uluwatu Villa (BUVA), Bintraco Dharma (CARS) dan Barito Pacific (BRPT) . Sedangkan perusahaan lainnya seperti Impack Pratama Industri (IMPC), Kresna Graha Investama (KREN), Multi Prima Sejahtera (KKGI), Inti Agri Resources (IIKP), Voksel Electric (VOKS), Mitra Adiperkasa MAPI), Gema Grahasarana (GEMA), Mark Dynamics Indonesia MARK), dan Toba Bara Sejahtera (TOBA) mengalami penurunan. Terdapat faktor- faktor yang disinyalir bisa pengaruhi Terdapat faktor-faktor yang disinyalir bisa pengaruhi bid-ask spread yaitu hara saham, volume perdagangabsaham, serta return saham (Stoll, 1989).
Setelah dilakukannya stock split perdagangan saham meningkat karena banyak investor yang melakukan pembelian saham, bertambahnya peminat saham menjadikan harganya mengalami peningkatan. Banyaknya permintaan atas suatu saham tersebut juga membuat investor tidak butuh waktu lama menyimpannya, sehingga bid-ask spread menjadi lebih sempit (Wahyuliantini & Suarjaya, 2015). Pengamatan pada reaksi pasar atas informasi yang dikeluarkan emiten bisa menggunakan instrumen volume pedagangan saham. Besarnya volme perdagangan saham menandakan saham banyak diminati dan diperdagangkan investor. Tingkat volume perdagangan yang tinggi. bisa mengecilkan bid-ask spread (Kurniawan & Afriyenti, 2019).
Harga saham yang cenderung mengalami kenaikan dalam setiap perdaganganya dapat memberikan return saham yang tinggi. Tingginya return saham mengindikasikan aktifnya perdagangan saham sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk
menyimpan saham. Nilai bid-ak spread bisa menjadi kecil ketika return saham membesar. Sebelumnya sudah ada beberapa peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis dengan penelitian ini dan masih memiliki perbedaan antara hasil penelitian satu dengan yang lainnya. Hasil penelitian Kurniawan & Afriyenti (2019) dan Hamidah et al., (2018) melihat adanya imbas signifikan hargaa saham atas spread , sedang penelitian Patoni & Lasmana (2015) hasilnya memperlihatkan tidak adanya dampak harga saham- pada bid-ask-spread . Kurniawan & Afriyenti (2019) dan Wahyuni & Rikumahu (2017) melihat adanya imbas volume perdagangan saham pada bid-askspread dengan arah hubungan negatif, sedangkan Parulian (2020) menemukan hasil penelitian mengenai volume perdagangan saham yang tak berimbas pada bid-ask spreadc . Imbas negatif juga signifikan return saham atas bid-ask spread ditemukan dalam studi yang dilakukan (Dewi & Kartika, 2015).
Mengingat pentingnya bid-ask spread dalam membantu investor menentukan keputusun investasi dan masih adanya inkonsistensi pada penelitian sebelum- sebelumnya, hingga kemudian peneliti mengambil penelitian ini dengan maksud dan tujuan guna mengetahui kontribusi variabel bebas hrga saham, volume perdaangan saham, dan return saham atas variabel terikat bid-ask spread emiten yang mengambil kebijakan stock split .
## KAJIAN LITERATUR
## Bid-Ask Spread
Immanuel & Muzamil (2018) menjelaskan bid-ask spread ialah beda bid dengan ask . Harga bidd memperlihatkan harga yang diusulkan pihak yang hendak membeli saham, dan harga saham yang diusulkan pihak yang hendak menjual saham atau disebut offer/ask price (Darmadji & Fakhruddin, 2012). Bid-as spread yang tinggi dapat membawa keuntungan tersendiri bagi investor , tetapi jika bid-ask spread terlalu tinggi justru berakibat pada saham yang minim ditransaksikan di bursa. Spread yang diambil yaitu rata-rata lima hari setelah stock split .
Spread = (𝑨𝒔𝒌−𝑩𝒊𝒅) ½ (𝑩𝒊𝒅 −𝑨𝒔𝒌 )
## Harga Saham
Darmadji & Fakhruddin (2012) menjelaskan harga saham ialah pemberlakuan harga di pasar saham pada suatu waktu. Harga saham bisa mengalami naik atau turun
dalam tempo yang cukup kilat. Kejadiaan tersebut mungkin saja terjadi tergantung pada permintaan dan penawaran antara pihak yang hendak membeli saham dengan pihak yang hendak menjual saham. Karena pergerakan harga saham inilah yang biasa dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh keuntungan. Maka dari itulah pemegang saham membutuhkan informasi mengenai determinan yang dapat mempengaruhi pergerakan harga yang terjadi. Harga saham yang diambil yaitu rata-rata lima hari setelah stock split .
## Volume Perdagangan Saham
Volume perdaangan saham ialah total lembaran saham yang ditransaksikan pada suatu waktu Rengifuryaan et al. (2019) Aktifnya perdagangan saham dapat tercermin dari besaran volumee perdagangan saham, ini mengartikan investor menggemari saham yang diterbitkan emiten sehingga saham yang diperdagangkan menjadi likuid. Pengukuran volume pedagangan saham bisa dilakukan memakai Trading Volume Activity (TVA), yang tidak lain ialah perbandingan jumlah saham yang diperjualbelikan dengan jumlah peredaran saham di masyarakat (Khajar, 2016). Volume perdagangan saham yang diambil yaitu rata-rata lima hari setelah stock split . Sehingga rumus TVA dapat dituliskan sebagai berikut:
TVA i = Jumlah perdagangan saham
## Jumlah peredaran saham
## Return Saham
Return saham dimaknai sebagai profit yang didapat investor akibat memegang saham pada suatu perusahaan. Menurut Hartono (2017) return merupakan hasil yang didapat atas invetasi yang dilakukan. Return dan risiko memiliki perbandingan yang lurus, maksudnya ialah jika risiko yang dipilih oleh pemegang saham besar, maka return yang dapat diperoleh atas investasi yang dilakukan juga semakin besar, begitupun dengan sebaliknya. Return saham yang diambil yaitu rata-rata lima hari setelah stock split . Sehingga rumus return menurut Hartono (2017) dapat dituliskan seperti berikut:
R it = P t −P t−1 P t−1
Dimana :
R it = Return periode tertentu suatu saham
P t = Harga saham (periode t)
P t-1 = Harga saham (periode t-1)
## Kerangka Konseptual
Gambar 1. Model Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini ialah: H 1 : Harga saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread .
H 2 : Volume perdaangan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread.
H 3 : Return saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread.
## METODE PENELITIAN
Objek yang dipakai ialah seluruh perusahaan penerbit surat berharga di BEI yang melaksanakan kebijakan perusahaan yaitu stock split pada tahun 2016 sampai dengan 2019, yaitu 70 perusahaan. Pemakaian teknik purposive sampling dipakai untuk mengambil sampel, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan berdasar pada sub kategori tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dengan teknik itu didapat sebanyak 39 emiten yang dapat dijadikan sampel. Data yang dibutuhkan meliputi data harian harga penutupan saham, jumlah saham yang dipedagangkan, jumlah peredaran saham, ask price dan bid price lima hari setelah perusahaan melaksanakan stock split .
Data yang dipakai ialah data sekunder, yakni data yang disatukan dan diolah orang lain yang bisa diakses oleh masyarakat umum. Laman resmi Indonesia Stock Exchange yakni (www.idx.co.id) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dalam situs resminya (www.ksei.co.id) dipakai guna memperoleh data. Analisis regresi berganda dipilih sebagai metode analisis guna memperlihatkan kontribusi variabel bebas atas
variabel teikat. Model pesamaan regresi lineiar berganda dalam penelitian ini dapat dituliskan dengan rumus:
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e
Dimana :
Y = Bid-ask spread a = Konstanta
b 1 , b 2 , b 3 = Koefisien variabel bebas
X 1
= Harga saham
X 2
= Volume perdagangan saham X 3
= Return saham
e
= Faktor pengganggu
Uji outlier, uji normalitas, dan uji asumsi klasik dilaksanakan sebelum melakukan analiss regresi. Serta guna memecahkan rumusan masalah, maka dilakukanlah uji hipotesiis yakni uji pasrial dan uji simultan, serta uji koefisin deteminasi dilaksanakan guna mengetahui besarnya kesanggupan variabell independen dapat menjerlaskan variabel dependennya (Ghozali, 2016).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Hasil Penelitian
## Uji Outlier
Jika Mhl. Distace Max > Prob. & Total variabel [=CHIINV(0,001; 4) maka data tersebut terdapat outlier. Nilai Prob. & Total variabel [=CHIINV(0,001; 4) ialah 18,466 didapat dari perhitungan excel. Berdasar pada hasil uji outlier pertama menunjukkan bahwa terdapat outlier, karena nilai Mhl. Distace Max > Prob. & Total variabel [=CHIINV(0,001; 4) yaitu 21,693 > 18,466. Terdapat satu unit data yang memiliki nilai yang ekstrim, karena itu perlu dilakukan eliminasi untuk memperoleh data penelitian yang berkualitas Setelah dilakukan uji oulier yang kedua terhadap data yang telah dieliminasi didapatkan nilai Mhl. Distace Max > Prob. & Total variabel [=CHIINV(0,001; 4) yaitu 18,031 < 18,466, bermakna tidak ditemukan outlier dalam data. Maka dari itu 38 data berkualitas, dan dapat diolah lebih lanjut.
## Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian dipakai guna mencari tahu model regresi yang dipakai, variabel bebas dan variabel terikatnya terdistribusi normal ataukah tidak. Uji kolmogorov smirnov bisa dipakai guna pengujian normalitas. Berdasar pada pengujian normalitas memamakai kolmogorov smirnov memperlihatkan data variabel penelitian distribusinya normal. Hal tersebut diketahui dari nilai signifikansi atau Asymp. Sig tiap- tiap variabel independen dan juga dependen yang lebih dari 0,05.
## Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas yakni pemeriksaan guna mencari tahu korelasi antar variabel bebas melalui pengukuran tolerance dan Variance Inflation Factors (VIF). Tolerance batasnya ialah 0,10 serta VIF ialah 10. Bilamana tolerance value melebihi 0,10 atau VIF dibawah 10 menandakan tidak ada multikolinearitas. Berdasar pengujan multikolinearitasa, masing-masing variabel indepeden memiliki nilai tolerance melebihi 0,10 serta memiliki nilai VIF dibawah 10. Oleh karenanya model regresi dalam penelitian terbebas multikolineiaritas.
## Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dipergunakan guna menguji ada tidaknya penyimpangan variabel dependen di masing-masing variabel independen untuk pengamatan model regressi. Berdasar hasil uji heteroskedastisitais memakai korelasi rank spearman menunjukkan tidak terdapat korelasi antara variabel independen dengan residual. Hal tersebut nampak pada semua variabel independen dimana signifikansinya bernilai diatas 0,05.
## Uji Autokorelasi
Model regresi dikatakan bagus bila terbebas dari autokorelasi. Untuk mencari tahu model regresi yang dipakai bebas autokorelasi atau tidak, maka dilakukanlah uji autokorelasi. Berdasar pengujian autokorelasi didapat hasil yang menunjukkan Durbin Watson bernilai 2,178. Nilai tabel Durbin Watson untuk n= 38 dan variabel indeipenden (k) = 3 serta ∝ = 0,05, maka nilai dL = 1,3177, dU = 1,6563, dan 4-dU = 2,6823. Sehingga model yang dipakai tidak ada autokorelasi dikarenakan memiliki Durbin Watson yang posisinya diantara 1,6563 sampai dengan 2,6823.
## Analisa Regresi Linear Berganda
Analisis regresi dipakai guna menguji variabel independen yang melebihi satu variabel terhadap variabel dependen. Dengan asumsi persamaan regresi terbebas dari multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan data terdisrtibusi normal, maka model persamaan regresi :
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e Tabel 1. Hasil Analisa Regresi Berganda Ustd. Coefficients Std. Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .032 .005 HARGA SAHAM -1.505E-5 .000 -.346 VOL PERDAG SAHAM -3.346 1.703 -.278 RETURN SAHAM .295 .110 .380
Berdasar hasil analisiss regresi maka persamaan regresi berganda yang didapat ialah :
Y=0,032 –1,505E-5 X 1 –3,346 X 2 +0,295 X 3
Konstanta memiliki nilai sebesar 0,032 mengartikan bahwa apabila tidak ada variable harga sahm, volume perdagangaan saham, dan return saham yang merupakan variabel independen maka i bid-ask spread memiliki nilai sebesar 0,032. Koefisien harga saham memiliki nilai sebesar -1,505E-5 menunjukkan apabila nilai harga saham bertambah satu satuan variabel, maka penurunan akan terjadi pada bid-ask spread sebesar 1,505E-5, begitupun sebaliknya. Koefisien volume perdagangan saham memiliki nilai sebesar -3,346 menunjukkan apabila volume perdagangan saham naik satu satuan variabel, maka penurunan akan terjadi pada bid-ask spread sebesar 3,346, begitupun sebaliknya. Nilai koefisien return saham sebesar 0,295 apabila return saham naik satu satuan variabel, maka kenaikan juga akan terjadi pada bid-ask spread sebesar 0,295, begitupun sebaliknya.
## Uji Hipotesis
## Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan sebenarnya memperlihatkan imbas keseluruhan variabel bebas regresi pada variabel terikat. Uji F pada pnelitian ini dipakai guna mmenunjukkan apakah hargaa saham, volum perdagangan saham, serta return sahammampu menjelaskan perubahan bid-ask spreda .
Tabel 2. Hasil Uji Simultan Model F Sig. Regress. 5.593 .003 a
Berdasar hasil uji simultan memperlihatkan besaran F hitung nilainya 5,593 serta signifikansinya bernilai 0,003 berada dibawah 0,05. Hal tersebut mengartikan ketiga variabel, yakni haga saham, volume perdagangan saham, serta retunr saham secara serentak memberi kontribusi pada perubahan bid-ask spread .
## Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (Uji t) dilaksanakan guna melihat besaran imbas variabel bebas secara terpisah atas variabel terikat. Uji t pada pnelitian ini dipakai guna mmenunjukkan apakah harga saham, volume prdagangan saham, serta return saham mampu menjelaskan perubahan bid-ask sprea secara terpisah. Perbandingan Sig t dengan besaran signifikansi 5% dilakukan pada Uji t. Apabila Sig t kurang dari 0,05, H 0 tidak diterima dan H 1 diterima.
Tabel 3. Hasil Uji Parsial B Sig. (Constant) .032 6.454 HARGA SAHAM -1.505E-5 -2.423 VOL PERDAG SAHAM -3.346 -1.964 RETURN SAHAM .295 2.687
Berdasar hasil uji parsial memeprlihatkan bahwa harga saham yang merupakan variabel independen memiliki nilai koefisien sebesar -1,505E-5 dengan nilai sigifikansi 0,021 lebih rendah dari nilai ∝ = 0,05 (0,021 < 0,05) menjelaskan jika harga saham mambawa pengaruh negatif juga signifikan atas bid-ask spreada . Pada variabel independen volumee perdagangan saham nilai koefisiennya sebesar -3,346 serta nilai sigifikansi 0,048 dibawah ∝ = 0,05 (0,048 < 0,05) menjelaskan bahwa volume perdagangann saham yag merupakan variabel independen berpengaruh ngatif juga signifikan atas bid-ask sread . Pada variabel independen return saham meunnjukkan nilai koefisiennya sebesar 0,295 serta signifikansinya 0,011 lebih kecil dari nilai ∝ = 0,05 (0,011 < 0,05) menjelaskan adanya imbas postif signifikan return saham atas bid- ask spread .
Uji Koefisien Determinasi (R 2 )
Uji koeifisien determinasi dimaksudkan guna mengetahui besaran persentase kesanggupan variabel bebas mampu menerangkan variabel terikat.
Table 4. Hasil Uji Koef. Determinasi Model R R-Square Adj. R-Square 1 .575 a .330 .271
Berdasar tabel hasil uji koef. determinasi memperlihatkan besaran nilai R square (R 2 ) yaitu 0,330 maknanya ialah harga saham (X1), volume perdagangan saham (X2), serta retunr saham (X3) sanggup menjelaskan variabel bid-ask spread dengan persentase sebesar 33%, sementara itu kurangnya yakni sebesar 67% dijelaskan variabel lainnya yang belum diuji dalam penelitiain ini.
## Pembahasan
Pengaruh Harga Saham Terhadap Bid-Ask Spread
Harga saham memberikan imbas signifikan terhadap varibel bid-ask spread dengan arah hubungan negatif. Maka hipotesis H1 penelitian ini diterima, yaitu harga saham berpengaru negatif atas bid-ask spread .Ini menjelaskan bahwa bilamana harga saham tinggi, semakin tinggi juga bid-ask spread . Hal tersebut terjadi setelah perusahaan melakukan stock split banyak investor berminat membeli saham, sehingga meningkatnya permintaan atas saham tersebut membuat harga saham ikut serta meningkat. Banyaknya permintaan tersebut juga membuat saham semakin likuid dan tidak membutuhkan waktu lama untuk disimpan. Penyimpann saham dalam waktu yang tidak lama itu mampu menurunkan inventory holding cost dan order processing cost yang merupakan elemen id-ask spread. oleh karena itu akibat dari menurunnya waktu simpan tersebut membuat bid-sk spread menjadi rendah. Penelitian ini berarti selaras dengan penelitian sebelumnya dari Hamidah et al. (2018) , Wahyuni & Rikumahu (2017) dan Wahyuliantini & Suarjaya (2015) dengan meneliti variabel serupa, dimana hasilnya memperlihatkan adanya pengaruh negatif juga signifikan harga saham atas bid- ask spread .
## PengaruhVolume Perdagangan Saham Terhadap Bid-Ask Spread
Volume pedagangan saham memberikan imbas signifikan atas bid-ask spread dengan arah hubungan negatif. Maka hipotesis H2 penelitian ini diterima,yaitu volume perdagngaan saham berpengaruh negatif atas bid-ask spread . Ini menjelaskan kenaikan volume perdagangan saham menjadikan saham bertambah likuid. Semakin likuidnya saham membuat investor tidak menyimpan saham dalam waktu lama. Penyimpann saham dalam waktu yang tidak lama itu mampu menurunkan inventory holding cost dan order processing cost yang merupakan elemen b id-ask spread. maka dari itu akibat dari menurunnya waktu simpan tersebut membuat bid-ask spread menjadi rendah. Penelitian ini berarti selaras dengan studi sebelumya dari Hamidah et al (2018), Wahyuni dan Rikumahu (2017) dengan meneliti variabel serupa, dimana hasilnya memperlihatkan adanya pengaruh negatif juga signifikan volume perdagangan saham atas bid-ask spread .
## Pengaruh Return Saham Terhadap Bid-Ask Spread
Secara pasrsial return saham memberikan imbas signifikan atas bid-aski spread dengan arah hubungan positif. Maka hipotesis H3 dalam penelitian ini tidak diterima, yaitu return saham berpengaruh negatif atas bid-ask spread . Ini menjelaskan, perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split atau tepatnya pada masa setelah perusahaan melaksanakan stock split , bilamana return suatu saham menghadapi kenaikan maka bid-ask spread ikut serta naik, begitupula sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena dalam periode penelitian ini banyak return saham yang bergerak naik mengakibatkan kenaikan pada bid-ask spread . Sementar itu ketika return saham mengalami penurunan, bid-ask spread juga menurun. Hal tersebut terjadi pada perusahaan stock split yang memiliki return saham tinggi akan memicu investor menahan sahamnya sampai pada suatu waktu. Bertambah lamanya saham tersebut ditahan maka akan berimbas pada spread yang besar, dikarenakan biaya kepemilikan yang merupakan elemen bid-ask spread ikut diserap. Oleh sebab itu return saham berbanding lurus dengan bid- ask spread. Penelitian ini mendapatkan hasil berbeda dengan hasil penelitiain Dewi & Kartika (2015) yang menjadi rujukan hipotesis penelitian. Namun penlitian ini berarti selaras dengan penelitian sebelumnya dari Anita (2019) dan Erlinda et al. (2020) yang menjelaskan bahwa return saham berdampak
posiif pada bid-ask spread .
## KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diberikan dalam penelitian ini yakni harga saham(X1) dan volume perdagangan saham(X2) terbukti memberi pengaruh negatif juga signifikan atas bid-ask spread , ini menjelaskan kenaikan harga dan volume perdagangan saham berimbas pada turunnya bid-ask spread , begitupula sebaliknya. Sementara itu variabel return saham(X3) memberi pengaruh positif signifikan atas bid- ask spread . Ini menjelaskan kenaikan return saham berimbas pada naiknya bid- ask spread . Selanjutnya variabel independen harga saham(X1), volume perdagangan saham(X2), serta return saham(X3) keseluruhannya memberi pengaruh pada variabel bid-ask spread (Y).
## SARAN
Bagi emiten diharapkan lebih memperhatikan aksi-aksi perusahaan yang dilakukan guna kepentingan perusahaan. Dikarenakan aksi yang dilaksanakan bisa berimbas pada perdagangan saham. Hasil ini diharapkan dapat berguna bagi investor dalam memilih investasi yang hendak dilakukan. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa melakukan pengujian kembali untuk mencari tahu determinan bid-ask spread dengan menambah variabel independen lainnya diluar model penelitian guna memperkaya penelitian.
## REFERENSI
Anita, N. (2019). Pengaruh Return Saham dan Volume Perdagangan terhadap Bid Ask- Spread Saham Syariah dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di ISSI Periode 2015-2017) . Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Darmadji, T., & Fakhruddin. (2012). Pasar Modal Di Indonesia (Ketiga). Salemba Empat.
Dewi, A. N. A., & Kartika, I. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi Indonesia , 4 (2), 85–96. https://doi.org/10.30659/jai.4.2.85-96
Erlinda, D., Lukiana, N., & Budiwati, H. (2020). PENGARUH RETURN SAHAM ,
VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN VOLATILITAS HARGA SAHAM TERHADAP BID-ASK SPREAD ( Studi Kasus pada Perusahaan Stock Split di BEI Periode 2017-2019 ). Journal of Organization and Business Management (Jobman) , 3 (2), 101–106.
Hamidah, H., Maryadi, S., & Ahmad, G. N. (2018). Pengaruh Harga Saham, Volatilitas Harga Saham, Dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Bid-Ask Spread Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Issi Periode Juni 2016ˆ’Juni 2017. JRMSI - Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia , 9 (1), 145–167. https://doi.org/10.21009/jrmsi.009.1.10
Hartono, J. (2017). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi (Kesebelas). BPFE.
Immanuel, K., & Muzamil, O. M. (2018). Saham Dan Varian Return Saham Terhadap Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum Dan Sesudah Stock Split Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei . 10 (2), 135–152.
Khajar, I. (2016). Analisis Stock Split Terhadap Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham Indek Lq-45 Periode 2010 - 2016. Jurnal Keuangan Dan Perbankan , 20 (3), 395–406. https://doi.org/10.26905/jkdp.v20i3.290
Kurniawan, D., & Afriyenti, M. (2019). Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan,
dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread (Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan Stock Split yang Terdaftar di Bursa Efek di Asia Tenggara
Tahun 2018). Wahana Riset Akuntansi , 7 (1), 1397–1414. https://doi.org/10.24036/wra.v7i1.104564
Parulian. (2020). THE EFFECT OF STOCK PRICE AND TRADE VOLUME OF BID
ASK SPREAD IN LQ 45 INDEX Period 2018-2019. Journal of Business, Management, and Accounting , 2 (1), 92–100. http://e-journal.stie- kusumanegara.ac.id
Patoni, A., & Lasmana, A. (2015). Pengaruh Harga Saham dan Frekuensi Perdagangan Saham terhadap Bid-Ask Spread (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2009- 2014). Jurnal Akunida , 1 (2), 1–12.
Rengifuryaan, F., Diana, N., & Junaidi. (2019). PENGARUH HARGA SAHAM, VARIAN RETURN, VOLUME PERDAGANGAN DAN ABNORMAL
## RETURN TERHADAP BID - ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN
SESUDAH RIGHT ISSUE ( Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018 ). E-JRA Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Malang , 08 (04), 65–79.
Stoll. (1989). Infeering the Components of The Bid-Ask Spread : Theory of Empirical Test. Journal of Finance , 12 (1), 58–76.
Wahyuliantini, N. M., & Suarjaya, A. A. G. (2015). Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, Dan Volatilitas Return Saham Pada Bid-Ask Spread. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan , 9 (2), 146–155. https://doi.org/10.24843/MATRIK:JMBK
Wahyuni, A. I., & Rikumahu, B. (2017). ANALISIS PENGARUH HARGA SAHAM , VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN VARIAN RETURN TERHADAP BID-ASK SPREAD ( Studi pada Sub Sektor Jalan Tol , Pelabuhan , Bandara dan Sejenisnya Periode 2012-2016 ). SHOSIOHUMANITAS , 19 (2), 76–91. www.idx.co.id www.ksei.co.id
|
752b1a89-691e-48c3-b96c-deb0db9a16ac | https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/download/3161/2525 |
## Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME)
Vol. 8, No. 2, April 2022 p-ISSN : 2442-9511, e-2656-5862 DOI: 10.36312/jime.v8i2.3161 /http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME
## DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL YOUTUBE TERHADAP PERILAKU NEGATIF ANAK (Studi Kasus pada SDN 2 SUMBAWA)
Luthfiyah Kurniawati¹, Abdul Alimun Utama 2
Fakultas Psikologi dan Humaniora, Universitas Teknologi Sumbawa 1, 2 Article Info ABSTRACT Article history: Accepted: 17 Maret 2022 Publish: 05 April 2022
Tujuan penelitian Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk penggunaan media sosial youtube pada anak (studi kasus pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa). Untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis informasi yang paling banyak diminati oleh anak (studi kasus pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa). Untuk mengetahui dan mendeskripsikan dampak penggunaan media sosial youtube terhadap perilaku negatif anak (studi kasus pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa). Berdasarkan hasil penelitian Siswa bisa ketergantungan dengan teknologi dan media komunikasi.
Siswa cenderung mengrjakan tugas sediri dengan bantuan internet dari pada belajar kelompok. Dapat berpengaruh pada pergaulan karena kurang kontrol dari Guru.
Siswa bisa bebas dalam mengakses semua situs-situs yang tidak baik. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet atau melalui media dari pada bertemu secara langsung. Kemungkinan besar siswa tanpa sepengetahuan Guru dapat mengakses video-vidio yang mengandung unsur-unsur kekerasan dan agresivitas. Media sosial youtube memberi banyak manfaatnya bagi kehidupan kalau digunakan secara bijak, seperti membantu dalam proses belajar. Selain itu Media sosial youtube dikalangan siswa juga memberi dampak yang negatif, seperti membuat anak-anak menjadi malas belajar, merasa ketergantungan dengan media komunikasi internet dan dampak yang paling bahaya dari penggunaan media sosial youtube ini yaitu merusak kesehatan mata karena terlalu sering memandangi layar gadget , komputer, dan televisi. Maka dari itu dalam mengurangi dampak dari penggunaan Media sosial youtube ini perlu adanya pengawasan dari Orang Tua dan Guru.
Keywords:
Media Sosial Youtube, Perilaku
Negatif Anak
Article Info
Abstract Article history: Diterima: 17 Maret 2022 Terbit: 05 April 2022 The research objective was to find out and describe the form of using social media youtube in children (a case study on Grade 5 students of SDN 2 Sumbawa). This is to find out and describe the type of information that the children are most interested in (a case study on Grade 5 students of SDN 2 Sumbawa). To find out and describe the impact of using YouTube social media on children's negative behavior (a case study on Grade 5 Students of SDN 2 Sumbawa). Based on the research results, students can depend on technology and communication media. Students tend to do their own assignments with the help of the internet rather than group study. Can affect the relationship because of lack of control from the teacher. Students can freely access all bad websites. Reducing the social nature of humans because they tend to prefer to connect via the internet or through the media rather than meeting in person. It is likely that students without the Teacher's knowledge can access videos that contain elements of violence and aggressiveness. YouTube social media provides many benefits for life if used wisely, such as helping in the learning process. In addition, the social media youtube among students also has a negative impact, such as making children lazy to learn, feeling dependent on internet communication media and the most dangerous impact of using social media youtube, which is damaging eye health because they look at gadget screens too often, Computers and Television. Therefore, in reducing the impact of using YouTube social media, it is necessary to have supervision from parents and teachers.
This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi- BerbagiSerupa 4.0 Internasional
Corresponding Author: Name of Corresponding Author, Luthfiyah Kurniawati Fakultas Psikologi dan Humaniora [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya dapat membantu akses pengetahuan lebih mudah, dimanapun dan kapanpun. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mampu mengubah pola kehidupan masyarakat dalam hal pemenuhan informasi (Machsun, 2018: 35). Sebelum adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi seseorang untuk mendapatkan informasi sangat terbatas bahkan sulit. Dulu informasi serta berita hanya dapat diperoleh dari televisi dan media cetak seperti surat kabar, sedangkan dengan adanya perkembangan teknologi seseorang mampu mendapatkan berita maupun informasi dengan lebih mudah melalui internet.
Penggunaan smartphone bukan hanya sebagai alat komunikasi saja, melainkan mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Kecanggihan smartphone sudah hampir menyerupai komputer, sehingga smartphone dapat menginstall berbagai program dalam komputer seperti Microsoft Office, Winamp, serta media sosial seperti Facebook, Twitter, Line, Whatsapp, Instagram, Youtube, dan program- program lain yang dapat memudahkan dan memanjakan kehidupan manusia. Pengguna smartphone di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 86.600.000 dan lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia akan mencapai lebih dari 100.000.000 orang (Wahyudi, 2017: Diakses 27 Januari 2022). Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial. Dari berbagai kalangan dan usia, hampir semua masyarakat Indonesia memiliki dan menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana guna memperoleh dan menyampaikan informasi ke publik. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam (Alyusi, 2016: 48), bahwa jika pada masa lalu masyarakat berinteraksi secara face to face communication, maka dewasa ini masyarakat berinteraksi di dunia maya atau melalui interaksi sosial online. Dan dalam Anang, 2016: 142) mengatakan, media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran di seluruh indonesia. Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. Media sosial merupakan media online yang memungkinkan bagi pengguna untuk berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi (Yanti, 2014: 32). Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada. Salah satu media sosial yang sudah dikenal oleh masyarakat luas adalah youtube . Youtube merupakan satu dari banyaknya situs jejaring sosial yang sedang banyak digunakan baik dewasa maupun anak-anak. Youtube merupakan layanan file sharing berbasis web, video/audio yang memungkinkan individu.
Teknologi pembelajaran menggunakan web atau media sosial seperti youtube telah dikenal lama oleh Negara Negara besar dunia, terutama Amerika, youtube lebih dikenal banyak orang saat ini, dengan adanya media sosial youtube akan lebih mudah untuk belajar dan cepat memahami. Sehingga dengan adanya tayangan-tayangan yang berkaitan pendidikan pada youtube tentunya sangat membantu proses pendidikan. Baik dari segi pemahaman ataupun contoh-contoh yang mungkin tersedia. Dalam Adisasmita (2005: 35) mengatakan bahwa, Orang Tua perlu meningkatkan pengawasan terhadap anak dan tidak hanya Contorling Roles saja tetapi juga nurturing roles, selain itu orang tua juga perlu memperluas kemampuan dalam literasi media, supaya bias mengimbangi perkembangan teknologi dan membatasi anak dalam penggunaannya.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, tentunya hal ini membawa pengaruh pada kehidupan manusia. Berbicara tentang kehidupan pada manusia
maka tidak lepas dari perilaku manusia. Dengan ini dalam Kris (2012: 2) mengatakan bahwa, Perilaku adalah tindakan, aktivitas, respon, reaksi, gerakan serta proses yang dilakukan organisme. Perilaku manusia dapat dilihat secara langsung karena perilaku manusia merupakan tindakan, aktivitas, respon, reaksi, gerakan serta proses yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Perilaku manusia merupakan respon yang dilakukan manusia terhadap rangsangan dari luar, baik dari pengalaman manusia itu sendiri maupun lingkungan.
Perilaku manusia terdapat dua bentuk, yaitu perilaku positif dan perilaku negatif. Perilaku positif berarti manusia memberikan respon positif berupa tindakan, tingkah laku, reaksi yang bersifat baik dan berdampak positif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Begitu juga sebaliknya, perilaku negatif manusia merupakan respon nega tif manusia berupa tindakan, tingkah laku dan reaksi yang bersifat buruk dan berdampak buruk bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Anak merupakan individu yang tanggap akan setiap situasi dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu apa yang berlaku pada anak satu belum tentu berlaku pada anak yang lainnya.
Perilaku anak yang berbentuk perilaku positif dan negatif dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya faktor bawaan, faktor lingkungan dan faktor antara bawaan dan lingkungan (Nurul, 2013: 18). Orang tua sebagai sentral pembentukan perilaku anak merupakan panutan yang senantiasa akan berdampak pada perilaku anak. Selain itu perilaku anak juga dipengaruhi oleh pengalaman yang pernah mereka lalui, di mana perilaku merupakan respon terhadap stimulus dari luar diri anak. Idealnya dalam pembentukan anak orang tua harus berperan aktif dalam memberikan bimbingan, arahan dan pembiasaan kepada anak.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk penggunaan media sosial youtube pada anak (studi kasus pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa). (2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis informasi yang paling banyak diminati oleh anak (studi kasus pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa). (3) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan dampak penggunaan media sosial youtube terhadap perilaku negatif anak (studi kasus pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa).
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk penggunaan media sosial youtube pada anak (Studi kasus pada siswa kelas 5 SDN 2 Sumbawa)
2. Bagaimanakah jenis informasi yang paling banyak diminati oleh anak (Studi kasus pada siswa kelas 5 SDN 2 Sumbawa)
3. Bagaimanakah dampak penggunaan media sosial youtube terhadap perilaku negatif anak (Studi kasus pada siswa kelas 5 SDN 2 Sumbawa)
## 2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilakukan.. Oleh karena itu, penelitian kualitatif mampu mengungkap fenomena-fenomena pada suatu subjek yang ingin diteliti secara mendalam. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktfitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun, kelompok. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama yaitu, (1) menggambarkan dan mengungkapkan, (2) menggambarkan dan menjelaskan (Sukmadinata, 2010: 54). Lokasi penelitian ini di SDN 2 Sumbawa, tepatnya di Jl. Hasanudin No.107, Kampung Bugis Kecamatan Sumbawa Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat 84313. Data di kumpulkan dengan menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu metode wawancara dan observasi.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sampai data yang diperoleh sudah jenuh atau tidak
ditemukan data baru. Kegiatan analisis data sudah dimulai sejak peneliti mengambil data sampai data penelitian selesai dikumpulkan. Model interaktif kegiatan analisis data yang dimulai dari data collection , data reduction , data display dan conclusion drawing/verification (Mulyatiningsih, 2013: 25). Untuk menetapkan keabsahan data yang diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria: (1) derajat kepercayaan (credibility); (2) keteralihan (transferabilitas); (3) ketergantungan (dependability); (4) kepastian (confirmbility) (Moleong, 2013: 87).
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Bentuk Penggunaan Media Sosial Youtube Pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa Media sosial youtube dapat digunakan oleh siapa saja dan untuk apa saja tergantung dari kebutuhan pemilik. Pemakaian media sosial youtube pada sekarang ini sudah digunakan mulai dari anak usia dini hingga orang dewasa. Penggunaan oleh orang dewasa biasanya digunakan untuk alat komunikasi, mencari informasi atau browsing , menonton vidio ataupun lainnya. Sedangkan pemakaian pada anak usia dini biasanya terbatas dan penggunaannya hanya sebagai media pembelajaran, dan menonton vidio. Pemakaiannya pun dapat memiliki waktu yang beragam dan berbeda durasi serta intensitas pemakaiannya pada orang dewasa dan anak-anak.
Penggunaan media sosial youtube pada anak usia dini biasanya dipakai untuk bermain dari total keseluruhan pemakaian. Sedangkan yang cukup banyak juga dikalangan anak usia dini adalah penggunaan media sosial youtube untuk menonton animasi atau serial kartun anak-anak. Sedangkan hanya sedikit sekali yang menggunakannya untuk alat komunikasi, mencari informasi, browsing atau melihat vidio pembelajaran. Pemberian nasihat dan pengertian terhadap anak harus disampaikan secara perlahan dan bertahap. Karena anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental pada kehidupan selanjutnya. Berikut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Guru di SDN 2 Sumbawa, banyak tentang pemberian arahan-arahan kepada siswa ketika menggunakan media sosial youtube , serta aplikasi-aplikasi yang sering digunakan siswa. Pertama, menurut Ibu Erdawati bahwa: “Setiap kali siswa menggunakan media sosial youtube atau menggunakan dengan durasi yang terlalu lama sebagai media pembelajaran maka saya memberikan arahan dan nasihat- nasihat kepada siswa untuk memberikan batasan waktu” (Wawancara pada tanggal 10 November 2021).
b. Jenis Informasi Yang Paling Banyak Diminati Oleh Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa Dari hasil wawancara, jenis informasi yang paling banyak dicari oleh siswa-siswi di youtube adalah sebagai berikut:
1. Kreatifitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman (Elizabeth, 1978: 4). Sebagian siswa-siswi yang peneliti wawancarai mengatakan bahwa mereka juga mencari informasi tentang kreativitas, baik itu yang berhubungan dengan hobi mereka, maupun yang berhubungan dengan tugas sekolah yang akan mereka kerjakan. Kreativitas adalah hal yang penting dalam proses belajar mengajar siswa, seorang siswa yang bernama Avin Suprianto Putra mengatakan bahwa: “Cari informasinya sesuai dengan hobi, misalnya cari video-video tentang menggambar, terus diikuti. Untuk cari inspirasi kalau ada tugas kesenian di sekolah, di youtube ada banyak contoh-contoh kesenian yang bisa kita lihat” (Wawancara pada tanggal 12 November 2021.
2. Kuliner
Kata kuliner merupakan unsur serapan bahasa Inggris yaitu culinary yang berarti berhubungan dengan memasak. Kuliner adalah hasil olahan yang berupa
masakan berupa lauk-pauk, panganan maupun minuman. Kuliner tidak terlepas dari kegiatan masak-memasak yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari (Kanal informasi, diakses 27 Januari 2022). Teori dasar keterampilan memasak mencakup manajemennya, pemilihan bahan, persiapan bahan sebelum diolah, penyimpanan bahan, pengaturan menu, pengolahan makanan, pemanfaatan sisa makanan, pemanfaatan alat masak, tata penampilan makanan, dan pengaturan tenaga kerja (Tuti, 2013: 2). Seorang siswi yang bernama Zahra Ananda Pratiwi mengatakan bahwa: “Hobi saya makan, jadi saya juga suka cari-cari informasi tentang makanan. Misalnya saya lihat vidio-vidio makan di Youtube, cara masak makanan yang lagi digemari sekarang dan cara membuat kue-kue” (Wawancara, pada tanggal 12 November 2021).
3. Media Kartun
Media kartun merupakan salah satu bentuk komunikasi grafis, yakni suatu gambar yang interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap maupun tingkah laku.
Dalam Yudhi (2008: 88) mengatakan bahwa, kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti dengan cepat. Kalau kartun dapat diterima dengan baik, pesan yang besar bisa disajikan secara ringkas dan kesannya akan tahan lama diingat.
Media kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat, walaupun terdapat sejumlah kartun yang berfungsi untuk membuat orang tersenyum, seperti halnya kartun-kartun yang dimuat dalam surat kabar. Kartun sebagai alat bantu mempunyai manfaat penting dalam pengajaran, terutama dalam menjelaskan rangkaian isi bahan dalam satu urutan logis atau mengandung makna (Nana 2010: 58). Seorang siswa yang bernama Avin Suprianto Putra mengatakan bahwa: “Saya suka sekali kartun animasi karena gambar-gambarnya yang lucu-lucu dan menarik” (Wawancara, pada tanggal 12 November 2021).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media kartun adalah media yang berupa gambar atau karikatur yang mempunyai manfaat dalam kegiatan pembelajaran untuk menjelaskan rangkaian isi materi pelajaran dan mengandung makna secara mudah, menarik dan cepat dibaca oleh peserta didik.
c. Dampak Penggunaan Media Sosial Youtube Terhadap Perilaku Negatif Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa
Pada mulanya media sosial youtube memang lebih difokuskan kepada sebuah media alat komunikasi, namun semenjak kemajuan zaman media sosial youtube dipercanggih dengan berbagai fitur-fitur yag ada didalam nya sehingga memungkinkan penggunaanya untuk melakukan berbagai kegiatan dengan satu media sosial ini, mulai dari berkirim pesan, email, share vidio dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan perkembangan sosial merupakan kondisi kemampuan seseorang dalam berperilaku yang sesuai tuntutan sosial. Perkembangan sosial pada anak dimaksudkan sebagai perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat tempat tinggalnya.
Media sosial youtube merupakan salah satu bentuk nyata dari berkembangnya ipteks pada zaman sekarang. Dengan berkembangnya ipteks, hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia baik dari segi pola pikir maupun perilaku. Penggunaan media sosial youtube dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya mempengaruhi perilaku orang
dewasa, siswa pun tidak luput dari pengaruh penggunaan media sosial youtube , salah satunya dalam pengaruh perubahan perilaku.
Berdasarkan dampak penggunaan media sosial youtube pada perilaku siswa di SDN 2 Sumbawa tentang apakah siswa mempunyai perilaku negatif ketika sudah mulai mengenal media sosial youtube , Pertama, menurut Ibu Erdawati mengatakan: “Tergantung dari apa yang dilihat oleh anak-anak. Media Sosial Youtube sekarang banyak konten-konten yang hoak. Jadi bahaya juga bagi kita sebagai tenaga pendidikan, bahaya juga bagi anak-anak jika salah penafsiran. Terutama tentang kekerasan, kebencian terhadap pemerintah, karena mereka sudah mahir sekali menggunakan Handphone. Ada beberapa anak yang mengikuti style penampilan seperti mewarnai rambut, maupun sikap malas yang mereka contoh dari media sosial. Menurut saya menggunaan Media sosial bagi anak dibawah umur sangat tidak penting, karena mengakibatkan kecanduan untuk terus menonton” (Wawancara, pada tanggal 10 November 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari pendapat Guru diatas bahwa pengaruh perubahan perilaku siswa tidak hanya dipengaruhi oleh media sosial youtube saja. Masih ada media- media lain yang juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku siswa khususnya perilaku negatif yaitu televisi. Televisi pada umumnya hanya sekedar media hiburan dan informasi, tidak hanya sampai disitu saja. Media sosial youtube dan televisi sama-sama mempunyai negatif, jika keduanya digunakan tanpa pengawasan dari Guru dengan durasi yang melampaui batas maka kemungkinan besar mempunyai dampak negative bagi penggunanya terutama siswa.
Berdasarkan penyajian data di atas melalui hasil wawancara dan observasi, menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan media sosial youtube pada siswa kelas 5 di SDN 2 Sumbawa sangatlah berpengaruh terhadap perilaku siswa. Dalam hal ini peran Orang Tua sangatlah penting, dikarenakan Orang Tua sebagai agen pendidikan pertama di rumah terhadap siswa pada masa pertumbuhan. Pengawasan penggunaan media sosial youtube terhadap siswa sangatlah penting, dikhawatirkan anak bisa menyalahgunakan media sosial youtube untuk menonton konten-konten yang bukan seusianya. Seperti contohnya siswa menonton konten yang ada unsur kekerasannya, jika disalah gunakan sang siswa akan mempraktekan kepada teman-temannya dan siswa menjadi sedikit lebih arogan. Disinilah tugas Guru sebagai pembimbing serta memilah konten-konten yanh sesuai dengan usianya. Guru harus benar-benar memberikan pengarahan kepada siswanya mengenai dampak buruknya penggunaan media sosial youtube , karena apabila disalah gunakan akan membawa dampak yang buruk bagi perilaku siswa. Pendapat Guru pada Siswa kelas 5 di SDN 2 Sumbawa yaitu, Pendapat pertama dari Ibu Erdawati yaitu: “Iya, siswa sudah mulai menggunakan media sosial youtube , ini dikarenakan sekolah-sekolah lain sudah menggunakan fasilitas media sosial youtube sebagai media pembelajaran. Penggunaan media sosial youtube pada usia yang masih dini dapat menimbulkan efek negatif pada siswa yang masih dalam masa tumbuh dan berkembang” Wawancara, pada tanggal 12 November 2021 (Wawancara, pada tanggal 10 November 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari Guru, bahwa Siswa terutama kelas 5 sudah menggunakan media sosial. Media sosial yang digunakan yaitu media sosial youtube . Guru memberikan fasilitas gadget sebagai media pembelajaran ketika Guru memintanya untuk membuka media sosial youtube dengan durasi rata-rata yang kurang dari satu jam. Jika Siswa menggunakannya terlalu lama dan membuka konten-konten yang tidak mendidik dan diluar pembelajaran, maka Guru memberikan nasihat serta arahan-arahan supaya anak lambat laun paham akan dampak buruknya penggunaan media sosial youtube jika terlalu lama digunakan.
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan pada Bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: (1) Youtube merupakan aplikasi media sosial yang paling digemari oleh
siswa-siswi SDN 2 Sumbawa saat ini. Di dalam aplikasi ini terdapat berbagai macam jenis informasi. Para pengguna dapat dengan bebas mengkonsumsi informasi apa saja yang mereka butuhkan. Semua informan yang peneliti wawancarai diawasi dalam penggunaan media sosial youtube oleh Kepala Sekolah, wali kelas dan guru pendamping mereka. Dari hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa, penggunaan media sosial youtube berdampak kepada perilaku siswa-siswi SDN 2 Sumbawa terutama siswa-siswi kelas 5. (2) Para guru, guru pendamping, wali kelas, hingga Kepala Sekolah SDN 2 Sumbawa mengawasi penggunaan media sosial youtube dengan cara membuat ketentuan umum tentang larangan membawa dan menggunakan gadget di sekolah. Hampir dari semua orang tua siswa-siswi mengawasi penggunaan gadget dan media sosial youtube anak mereka selama mereka berada di rumah.
Adapun motif siswa-siswi SDN 2 Sumbawa dalam menggunakan media sosial youtube adalah untuk mencari informasi, melihat vidio dan sebagai media unjuk diri. Jenis informasi yang paing banyak diminati oleh siswa-siswi SDN 2 Sumbawa adalah informasi tentang kreativitas, kuliner, dan kartun.
Berdasarkan hasil penelitian, dampak negatif media sosial youtube terhadap perilaku negatif siswa-siswi SDN 2 Sumbawa yaitu;
a. Siswa bisa ketergantungan dengan teknologi dan media komunikasi.
b. Siswa cenderung mengrjakan tugas sediri dengan bantuan internet dari pada belajar kelompok.
c. Dapat berpengaruh pada pergaulan karena kurang kontrol dari Guru.
d. Siswa bisa bebas dalam mengakses semua situs-situs yang tidak baik.
e. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet atau melalui media dari pada bertemu secara langsung.
f. Kemungkinan besar siswa tanpa sepengetahuan Guru dapat mngakses video-vidio yang mengandung unsur-unsur kekerasan dan agresivitas.
g. Media sosial youtube memberi banyak manfaatnya bagi kehidupan kalau digunakan secara bijak, seperti membantu dalam proses belajar. Selain itu Media sosial youtube dikalangan siswa juga memberi dampak yang negatif, seperti membuat anak-anak menjadi malas belajar, merasa ketergantungan dengan media komunikasi gadget dan dampak yang paling bahaya dari penggunaan media sosial youtube ini yaitu merusak kesehatan mata karena terlalu sering memandangi layar gadget , komputer, dan televisi. Maka dari itu dalam mengurangi dampak dari penggunaan Media sosial youtube ini perlu adanya pengawasan dari Guru.
## SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
a. Sejauh ini belum ditemukan kesenjangan yang sangat berarti antara perilaku negatif siswa- siswi SDN 2 Sumbawa yang disebabkan oleh penggunaan media sosial youtube . Namun sangat sangat diharapkan kepada para siswa-siswi untuk lebih bisa menyaring informasi yang dapat dari media sosial youtube , dan lebih bijak dalam memilih dan memilih informasi mana yang berdampak positif dan yang berdampak negatif terhadap perilaku siswa.
b. Peneliti berharap agar kedepannya para siswa-siswi tidak terlalu cepat mengikuti apa yang mereka lihat di media sosial youtube . Masa anak-anak memang merupakan masa pembentukan perilaku dan masa proses mencari jati diri.
c. Diharapkan kepada Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru Pendamping, dan Orang Tua Siwa- siswi agar lebih aktif dalam mengawasi anak-anak dalam menggunakan media sosial youtube , baik dari segi intensitas waktu penggunaan media sosial youtube , maupun vidio yang mereka bagikan di akun sosial youtube .
d. Diharapkan Guru melakukan pendekatan khusus terhadap siswa yang mempunyai perilaku negatif. Dan guru melakukan kerjasama atau pendekatan terhadap orang tua siswa.
## 5. UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah dan bersyukur pada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala atas waktu dan kesempatan diberikan pada saya Luthfiyah Kurniawati, M.Pd. dan rekan saya Abdul Alimun Utama, M.Pd.I. dapat menyelesaikan penelitian di SDN 2 Sumbawa. Dalam penulisan ini sangat menyadari bahwa penulisan ini bukanlah tujuan akhir dari hasil meneliti, karena meneliti adalah sesuatu yang tidak terbatas. Adapun dalam proses penelitian tak luput pula dari sebuah kesulitan dan hambatan yang kami hadapi, baik dari segi moral maupun materil. Namun berkat pertolongan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala , berupa kesungguhan dan bantuan dari pihak SDN 2 Sumbawa, kami ucapakan terima kasih banyak dan penelitian ini dapat diselesaikan.
## 6. DAFTAR PUSTAKA
## Buku
Adisasmita, Rahardjo. 2005. “ Dasar-dasar Ekonomi Wilayah ”. Jakarta: Graha Ilmu. Alyusi, S. D. 2016. “ Media Sosial: Interaksi, Identifikasi, dan Modal Sosial ”. Jakarta: kencana. Chomaria, Nurul. 2013. “ 25 Masalah Anak” (Jakarta: Gramedia), 18. Harlock, Elizabeth. 1978. “ Perkembangan Anak” , (Jakarta: Erlangga), hal. 4. Kris H. Timotius, “ Otak dan Perilaku” (Yogyakarta:ANDI, tt), 2. Moleong, L. J. 2013. “ Metodologi Penelitian Kualitatif ”. (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyatiningsih, E. 2013. “ Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan ”. Bandung: Alfabeta. Munadi, Yudhi. 2008. “ Media Pembelajaran ”, (Jakarta: Gaung Persada Press), h. 88. Soenardi, Tuti. 2013. “ Teori Dasar Kuliner”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 2. Sudjana, Nana. 2010. “ Media Pembelajaran ”, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), h.58 Sukmadinata. S. 2010. “ Metode Penelitian Pendidikan ”. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 54
## Jurnal Ilmiah
Anang Sugeng Cahyono 2016, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia”. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tulungagung : h. 142. Yanti Herlanti, 2014. “ BlogQuest+:Pemanfaatan Media Sosial pada Pembelajaran Sains Berbasis Sosiosaintifik untuk Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi dan Literasi Sains” (Bandung: Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia), h: 32
Internet
Ade, Wahyudi 2017. “ Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia ”. Emarketer,
https://databoks.katadata.co.id/datablog/2017/01/24/indonesia-raksasa-teknologi-digital-asia . Diakses 27 Januari 2022, jam 17.50 WITA
Kanal Informasi, “ Pengertian Kuliner” , https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner, diakses 27 Januari 2022 , jam 17.50 WITA
Machsun Rifauddin, “ Fenomena Cyberbullying Pada Remaja”. Jurnal Ilmu Perpustakaan Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Online, Vol. 4 No. 1, hal. 35 . Diakses 17 Desember 2021, jam 08.20 WITA
## Dokumentasi
Wawancara dengan ibu Erdwawati selaku Kepala SDN 2 Sumbawa pada Hari Rabu tanggal 10 November 2021, jam 09.30 WITA
Wawancara dengan Zahra Ananda Pratiwi selaku Siswi Kelas 5 SDN 2 Sumbawa pada Hari Jumat tanggal 12 November 2021, jam 09.00 WITA
Wawancara dengan Avin Suprianto Putra selaku Siswa Kelas 5 SDN 2 Sumbawa pada Hari Kamis tanggal 12 November 2021, jam 09.00 WITA
|
7773fcb4-9f3b-471a-b385-6d7968d6a115 | https://riset-iaid.net/index.php/bestari/article/download/401/371 |
## UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SANDPAPER LETTERS BERBASIS MONTESSORI
Nina Nur’aeni Diki Najib Fuadi Soni Samsu Rizal
## Abstract
This class action research article successfully revealed several findings: First, the ability of teachers to prepare lesson plans for cycle 1 meetings with an average of 88.57, cycle I meetings with an average of 90.57, cycle II meetings with an average of 91.84 and cycle II meeting 2 averages 92.84. Second, the learning process in the first cycle of meeting 1 averaged 88.8, the first cycle of meeting 2 averaged 89.72, the second cycle meeting 1 averaged 91.72 and the second cycle meeting 2 averaged 92.81. Third, the ability to write vertically continued students experience improvement, it can be seen from the results of tests that obtained grades in the first cycle 1 meeting an average of 75.2, the first cycle meeting 2 an average of 77, second cycle meeting 1 an average value of 79, 5 and cycle II meeting 2 an average value of 82. Based on the results of the study it can be concluded that the use of Montessori-based sandpaper letters props on Indonesian subjects the subject of upright writing can improve students' writing skills.
Keywords : Indonesian Language, Montessori-Based Sandpaper Letters, Writing Skills
## PENDAHULUAN
Secara umum pendidikan berfungsi untuk membangun watak dan peradaban suatu bangsa sesuai dengan isi Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Oleh karena itu pemerintah melakukan perbaikan dalam segala aspek demi meningkatkan mutu pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan sehingga di dalam al Qur'an juga menjelaskan ayat sebagai berikut :
## ِااوُنَما َنْيِذّلااَهُيَاي
َو ْمُكَل ُهّللا ِحَسْفَي ا ْوُحَسْف اَف ِسِل اَجَمْل ا ْيِف ْوُحَّسَفَت ْمُكَل َلْيِقاَذ ِتاَج َرَد َمْلِعْلا اوُتْوُا َنْيِذَّلاَو ْمُكْنِم اْوُنَم َا َنْيِذَّلا ُلله ا ِعَفْرَي ْاوُزُشْناَفاْوُزُشْناَلْيِق ذِإ َمْلا( ٌرْيِبَج َنْوُلَمْعَتاَمِب ُهّللاَو )اا:ةلَداَج
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah di dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S: Al- Mujadilah:11).
Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan yang dilalui setelah taman kanak-kanak. Banyak keterampilan yang diharapkan untuk dimiliki siswa dari sekolah dasar, diantaranya yaitu keterampilan berbahasa yang baik. Keterampilan berbahasa pada siswa sekolah dasar didapatkan dari mata pelajaran bahasa Indonesia.
Mata pelajaran bahasa Indonesia di ruang lingkup SD/MI diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami, menguasai dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti halnya kemampuan membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI dilaksanakan secara terpadu. Isi dan tujuan dari standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat mata pembelajaran bahasa yaitu belajar berkomunikasi dan belajar sastra. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat dan benar seharusnya mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomuniasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati 2003:12)
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa sekolah dasar adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis yang diajarkan adalah keterampilan menulis huruf cetak dan menulis huruf tegak bersambung. Menulis huruf
tegak bersambung merupakan salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di SD pada kelas rendah yaitu pada kelas I dan kelas II.
Menulis tegak bersambung adalah kegiatan menulis yang menyambungkan huruf demi huruf. Ketika siswa berlatih menulis huruf tegak bersambung, kemampuan motorik halus siswa akan semakin terasah. Menulis huruf tegak bersambung akan merangsang otak, terutama otak kanan siswa yang merupakan tempat mengatur berbagai macam seni estetika. Artinya, dengan dilakukannya kegiatan menulis huruf tegak bersambung diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir dan mengasah motorik halus siswa sehingga tulisan siswa lebih rapi dan mudah dibaca.
Pentingnya menulis huruf tegak bersambung di siswa kelas rendah perlu ditekankan kepada siswa, supaya siswa dapat menulis permulaan dengan benar, sehingga tulisan tegak bersambung siswa dapat dibaca dengan mudah. Pelajaran menulis di kelas rendah diorientasikan pada kemampuan menulis mekanik. Siswa dilatih untuk menuliskan lambang-lambang tulis, jika dirangkaikan dalam sebuah kata, maka lambang-lambang tersebut akan menjadi kalimat yang bermakna. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir dan mengasah motorik halus siswa. Hal ini senada dengan pendapat Sella (2010:13) bahwa kemampuan motorik halus siswa akan semakin terasah ketika siswa menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung akan merangsang kerja otak, terutama otak kanan siswa yang merupakan tempat mengatur berbagai macam seni dan estetika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, dapat dikemukakan bahwa proses pembelajaran menulis tegak bersambung siswa kelas II di MI Daarul Hasanah Panjalu masih kurang efektif. Saat ini siswa lebih menguasai huruf cetak dibandingkan huruf tegak bersambung. Banyak siswa yang belum memahami bagaimana penulisan huruf tegak bersambung. Hal ini dikarenakan pembelajaran menulis tegak bersambung hanya dicontohkan di papan tulis dengan suatu kalimat tanpa dijelaskan cara penulisannya.
Gambaran seperti itulah yang membuat siswa tidak memahami bagaimana cara penulisan huruf tegak bersambung.
Akibatnya masih banyak kesalahan siswa dalam menulis tegak bersambung yang mencakup kerapihan tulisan serta ukuran dan bentuk huruf kecil maupun kapital. Hal itu terlihat dengan adanya siswa yang menulis tidak di garis ketiga dalam buku garis lima, penulisan huruf kecil sambung yang masih seperti huruf lepas, penulisan huruf kapital dalam tegak bersambung, kerapihan tulisan, dan penulisan tegak bersambung yang belum sesuai dengan aturan yang berlaku.
Di tingkatan sekolah dasar, guru kelas diwajibkan menguasi beberapa mata pelajaran dengan tuntutan materi yang sangat padat. Karena hal inilah, guru masih belum memaksimalkan penerapan metode dalam pembelajaran menulis huruf tegak bersambung. Guru juga belum mencoba membuat alat peraga untuk melatih siswa menulis tegak bersambung. Selain itu, saat menilai hasil tulisan tegak bersambung siswa, guru tidak memberikan perbaikan kepada penulisan huruf yang salah.
Untuk melatih siswa menulis tegak bersambung, dalam pengajarannya guru harus menemukan metode dan alat peraga yang tepat serta penjelasan secara menyeluruh mengenai cara penulisan huruf tegak bersambung, sehigga siswa menulis tegak bersambung dengan tepat dan lancar. Salah satu alat peraga yang dapat digunakan guru dalam melatih siswa menulis tegak bersambung adalah sandpaper letters berbasis Montessori. Sandpaper letters berbasis Montessori ini membantu siswa untuk mengetahui penulisan huruf tegak bersambung dengan dua alat indra yang dimilikinya, yaitu indra peraba dan indra penglihatan. Dengan terlibatnya dua alat indra tersebut, siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat cara.
## KAJIAN TEORI
Menurut Brown (dalam Arifin dan Haryono 2016:12-13) hakikat bahasa yaitu:
1) Bahasa itu sistematik, yaitu beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang beraturan.
2) Bahasa itu manasuka ( arbitrer), yaitu acak, bisa muncul tanpa alasan dengan yang disimbolkannya.
3) Bahasa itu vokal, yaitu vokal dalam hal ini berarti bunyi. Bahasa terwujud dalam bentuk bunyi. Kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa.
4) Bahasa itu simbol, yaitu simbol atau lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi tertentu.
5) Bahasa itu mengacu pada dirinya, yaitu sesuatu yang disebut bahasa mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
6) Bahasa itu manusiawi, yaitu bahasa berarti kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Manusialah yang berbahasa, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki bahasa, mereka dalam berkomunikasi menggunakan instink.
7) Bahasa itu alat komunikasi, yaitu fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahwa bahasa berfungsi sebagai sarana komunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai sarana untuk mempererat antar manusia dalam komunikasinya, dari komunitas kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran yakni bagaimana mengajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik (Dimyati dan Mudjino, 2006:7).
Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Bahasa berasal dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan dan kemudian terujar lewat mulut (Abidin, 2010:1).
Bahasa adalah satu alat komunikasi, melalui bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Oleh karena itu belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam berkomunikasi,
baik lisan maupun tertulis, ini sesuai pendapat (Resmini dkk, 2006: 49) yang mengemukakan bahwa, pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi dengan bahasa baik lisan maupun tulis.
Menurut Cahyani (2009:36) Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari misalnya belajar, bekerja sama dan berinteraksi. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu proses perjalanan panjang yang dilalui oleh setiap siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa kedua setelah bahasa Ibu. Adapun kompetensi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi: menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain (Santoso,2013:21).
Menurut Cahyani (2009:37) mata pelajaran Bahasa Indonesia ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis.
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual.
5) Memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual.
Dari tujuan tersebut menurut Solchan (2008:32) bahwa fungsi pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar siswa.
2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan mengurangi control guru yang kaku dan tradisional, seperti memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan perencanaan program pendidikan yang lebih sistematis, serta pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian perilaku.
4) Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan menongkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media komunikasi, serta penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit serta memberikan pengetahuan
yang sifatnya langsung. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan alat media masa.
Menurut BSNP (2006:25) ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI mencakup komponen kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagi berikut:
1) Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, dan bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan nara sumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.
2) Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menuliskan hasil sastra berupa dongeng cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
3) Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedi, serta mengapresiasi dan berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
4) Menulis, seperti menulis karangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memerhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, serta kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi.
Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia diatas, maka pembelajaran Bahasa Indonesia mengarah kepada peningkatan kemapuan berkomunikasi, karena keempat kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan dan memiliki peranan penting dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2008:22).
Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan menuangkan tentang suatu hal baik pikiran, gagasan, ide atau pesan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung kepada penerima atau orang lain yang dituju. Sama seperti yang telah diungkapkan oleh Henry Guntur Tarigan (2008:3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menurut Ahmad Susanto (2013:284) menulis adalah suatu cara mengoperasikan otak secara totalitas yang juga menyertakan raga, jari, dan tangan sedangkan menurut Dindin Ridwanudin (2015:130) mengemukakan bahwa menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis- jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukan hanya sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran- pikiran dalam satu struktur tulisan yang teratur.
Keterampilan menulis adalah salah satu aspek keterampilan dalam bahasa Indonesia yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk tulisan. Seperti narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi serta tulisan sederhana seperti tulisan halus, dikte dan lain sebagainya sesuai dengan tingkatan keahlian masing-masing seseorang. Keterampilan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa merupakan tahapan akhir yang dikuasai siswa, karena siswa dapat menulis dengan baik apabila serangkaian tahapan aspek keterampilan berbahasa telah dikuasai siswa (Zulela, 2014:83).
Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Keterampilan menulis itu tidak datang dengan sendirinya. Hal itu menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram (Tarigan, 2008:9).
Selain itu Montessori juga mengatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan motorik halus yang memerlukan koordinasi antara mata dan tangan. Sehingga diperlukan latihan yang intensif untuk membelajarkan kepada anak bagaimana cara menulis yang benar. (Ciara dan Erny, 2012:3).
Berdasarkan berapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan koordinasi antara mata dan tangan yang dilakukan setiap orang untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis itu tidak datang dengan
sendirinya, sehingga diperlukan pendidikan yang berprogram, latihan yang intensif, dan praktik yang banyak.
Mulyana menyatakan bahwa menulis tegak bersambung atau menulis halus adalah kegiatan menghasilkan huruf yang saling bersambung dilakukan tanpa mengangkat alat tulis. Menulis huruf tegak bersambung memberikan banyak manfaat terhadap anak yaitu merangsang perkembangan motorik anak, menulis lebih cepat, tulisan yang dihasilkan lebih indah dan rapi (Delmawati, 2015:16).
Menulis tegak bersambung merupakan salah satu bentuk keterampilan menulis dengan memperhatikan aturan dan nilai estetika yang menggabungkan huruf yang saling bersambung dengan bentuk yang membulat. Menulis tegak bersambung pada dasarnya merupakan menulis dengan menyambungkan huruf- huruf sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Menulis tegak bersambung merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa sejak tingkat dasar. Dalam menulis sambung, siswa tidak hanya menyambungkan huruf demi huruf melainkan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1) Bentuk setiap huruf harus benar.
2) Ukuran setiap huruf (ke atas dan ke bawah garis) harus tepat.
3) Huruf harus tegak lurus (Depdiknas, 2009:37-38).
Untuk membantu siswa dalam melatih keterampilan menulis tegak bersambung, siswa dapat menggunakan buku halus garis lima. Selama latihan menulis huruf tegak bersambung, siswa menggunakan buku tulis halus garis lima.
Dalam pembelajaran menulis huruf tegak bersambung, penggunaan buku tulis halus garis lima sangat bermanfaat sekali bagi kelas rendah atau permulaan. Buku halus garis lima ini memudahkan siswa untuk memulai menulis huruf tegak bersambung, membedakan ukuran setiap huruf sehingga tulisan menjadi rapi, indah dan mudah dibaca.
Langkah-langkah menulis huruf tegak bersambung di buku halus garis lima sebagai berikut:
1) Mengenalkan jika menulis di buku garis lima dimulai dari tepi bawah baris ke-3
2) Sebelum menulis, siswa harus bisa membedakan huruf mana yang memiliki jambul atau ekor atau memiliki keduanya atau tidak memiliki keduanya.
Menurut Nafia dan Asep (2015:97) menulis huruf tegak bersambung bukan hanya semata-mata untuk latihan menulis biasa. Siswa dilatih untuk bisa menulis tegak bersambung karena ada beberapa alasan. Menulis tegak bersambung dapat mengembangkan motorik halus siswa, karena dalam menulis tegak bersambung dibutuhkan koordinasi gerakan jari-jari tangan. Senada dengan pendapat Delmawati (2015:19) menulis huruf tegak bersambung memberikan banyak manfaat terhadap anak yaitu merangsang perkembangan motorik anak, menulis lebih cepat, dan tulisan yang dihasilkan lebih indah dan rapi
Menurut Mulyono Abdurrahman (2012: 183) para ahli menyarankan agar anak belajar dengan menulis huruf sambung lebih dahulu bertolak dari tiga alasan. Ketiga alasan tersebut adalah:
1) Tulisan sambung dapat memudahkan anak dalam mengenal kata-kata sebagai satu kesatuan.
2) Tidak memungkinkan anak menulis terbalik-balik
3) Menulis dengan huruf sambung lebih cepat karena tidak ada gerakan pensil yang terhenti untuk tiap huruf.
Menurut Yusuf, dengan latihan menulis huruf tegak bersambung dapat melatih siswa agar tulisannya bisa lebih indah dan rapi, dapat melatih motorik anak dan jika seseorang yang dapat menulis huruf tegak bersambung dipastikan tidak akan mengalami kesulitan membaca dan menulis huruf balok (Delmawati, 2015:18).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis tegak bersambung yaitu melatih siswa agar dapat menulis dengan cepat, tulisannya bisa lebih indah dan rapi serta tidak memungkinkan anak menulis terbalik-balik. Selain itu, dengan menulis tegak bersambung motorik halus siswa dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan saat menulis tegak bersambung dibutuhkan koordinasi gerakan antar jari-jari tangan.
Dalam mengajarkan baca dan tulis, seorang guru dapat menggunakan metode Montessori dalam kegiatan pembelajaran. Metode Montessori adalah suatu pendekatan yang dicetuskan oleh
Maria Montessori. Pembelajaran dengan pendekatan Montessori adalah salah satu cara mengajarkan baca tulis dengan menyenangkan dan menggunakan dua belahan otak, otak kanan dan otak kiri. Anak akan mudah belajar baca dan tulis sekaligus bermain dengan menggunakan motorik halus, merasakan tekstur garam atau kertas ampelas (Pancaningrum, 2015: 314).
Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut dengan istilah direktis atau pembimbing). Metode Montessori menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk mengendalikan kesalahan (Agustin, 2016:36).
Semua alat indera anak akan mendapatkan porsi pembelajaran yang cukup dalam pembelajaran montessori. Montessori berpendapat bahwa alat indera merupakan pintu gerbang jiwa anak. Alat-alat atau media pembelajaran Montessori juga dikembangkan untuk mengoptimalkan perkembangan alat indera anak (Yus, 2010:17).
Dr. Montessori believed that all senses should be trained andutilized. She designed a variety of activities for each of the sense. Pada teori tersebut, Montessori percaya bahwa semua indera harus dilatih dan dimanfaatkan. Dia merancang berbagai kegiatan untuk masing-masing indera. Untuk melatih indera peraba, mereka bisa dikenalkan berbagai objek dengan tekstur yang berbeda. Yang terpenting, objek tersebut mampu menarik perhatian dan mempertahankan minat mereka. Apabila pendidikan berbasis indera susah dikuasai, seiring dengan minat anak-anak, mereka bisa diajarkan belajar materi edukatif yang rill. Kita bisa mengenalkan alphabet tidak dalam bentuk buku, melainkan huruf-huruf yang bisa diletakkan di atas meja dengan warna yang berbeda agar bisa disentuh dan dilacak dengan jari- jari mereka. (Magini, 2013:32)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Montessori adalah salah satu cara mengajarkan baca tulis dengan menyenangkan dan menggunakan dua belahan otak, otak kanan dan otak kiri. Anak akan mudah belajar baca dan
tulis sekaligus bermain dengan menggunakan motorik halus, merasakan tekstur garam
atau kertas ampelas. Metode pendidikan yang diberikan kepada siswa yang disesuaikan dengan usia perkembangannya. Metode montessori juga merupakan pelatihan terhadap indera manusia diantaranya adalah indera peraba dan indera penglihatan. Dengan menggunakan alat indera dalam pembelajaran, maka motorik halus siswa juga akan terlibat. Jadi menulis huruf tegak bersambung dapat mengembangkan motorik halus siswa agar dapat berkembang menjadi lebih baik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia alat dapat didefinisikan sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, Menurut Sunardi, dkk (2005:8) menjelaskan alat peraga adalah alat media pelajaran untuk memperagakan sajian pelajaran. Dari pengertian tersebut alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik pada siswa.
Senada dengan pendapat di atas Ali (dalam Sundayana, 2014:7) berpendapat bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian serta kemauan siswa agar dapat membantu proses pembelajaran. Seperti halnya dengan pendapat Rusefendi (dalam Sundayana, 2014:7) alat peraga adalah alat yang memerangkan atau menyampaikan konsep pelajaran kepada siswa.
Berbagai pendapat di atas menyatakan bahwa alat peraga memiliki fungsi untuk membantu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Maria Montessori, Montessori juga beranggapan bahwa siswa membutuhkan seperangkat peralatan pendidikan ( didactic apparatus) yang berguna untuk perkembangannya.
Metode dan media pembelajaran ciptaan Montessori dibagi menjadi tiga bagian, yaitu motorik, sensorik, dan bahasa. Penekanan ditujukan pada perkembangan alat-alat indra. Metode dan media yang digunakan sekaligus sebagai materi belajar. Materi-materi yang dirancang untuk mengembangkan kelima indra, semuanya ditujukan untuk membantu pemikiran anak terfokus pada suatu kualitas tertentu. Materi-materi ini
memberikan pengetahuan kepada anak secara sistematis sehingga aturan mainnya semakin jelas dan anak akan terbantu untuk mengetahui apa yang mereka lihat. Suatu kontrol kesalahan ( control of error ) akan terlihat jelas pada semua materi yang memungkinkan anak melihat dengan jelas dan membetulkan kesalahan-kesalahannya sendiri (Yus, 2010:16-17).
Alat peraga pembelajaran sandpaper letters merupakan alat peraga edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf abjad. Penggunaan kertas ampelas ini bertujuan untuk membuat media yang menarik dan bisa disentuh maupun dirasakan oleh anak usia dini. Sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana huruf ditulis. Besar hurufnya sekitar 6 cm yang ditempel pada kertas halus yang tebal dan berwarna (Ciara dan Erny, 2012:3)
Senada dengan pendapat Sabrina Winda Agustin (2016:20) bahwa alat peraga sandpaper letters adalah salah satu alat peraga Montessori yang digunakan untuk melatih siswa agar mengetahui cara menulis huruf tegak bersambung dan mengasah motorik halus siswa dengan meraba ( tracing) huruf yang ada pada papan sandpaper.
Alat peraga sandpaper letters ini bertujuan mengajarkan anak tentang pengenalan huruf abjad dengan cara merasakan bentuk-bentuk huruf dan menelusuri arah bagaimana huruf-huruf tersebut ditulis sehingga anak bisa mengerti bagaimana cara menulis huruf yang benar (Mutiah, 2010:167).
Alat peraga sandpaper letters ini bertujuan mengajarkan anak tentang pengenalan huruf abjad dengan cara merasakan bentuk-bentuk huruf dan menelusuri arah bagaimana huruf-huruf tersebut ditulis sehingga anak bisa mengerti bagaimana cara menulis huruf yang benar. Lewat latihan ini, mereka belajar untuk membuat gerakan menuruti huruf. Mereka suka mengulangi latihan ini, karena mereka masih berada dalam periode kepekaan untuk mempelajari suara dan memperbaiki indra sentuhan mereka (Delmawati, 2012:2).
Melalui pemanfaatan huruf-huruf kertas sandpaper , anak belajar mengenali huruf dengan cara melihat dan menyentuh, di samping mendengarkan setiap huruf yang diucapkan. Dia akan merasakan huruf dengan jari-jarinya. Anak-anak belajar sementara tangannya bekerja, dan dia harus memegang huruf-
huruf dan menjadi akrab dengan huruf-huruf itu sebelum membaca ataupun menuliskannya (Hainstock, 2002:85).
Dalam hal ini, yang dilatih adalah jalur-jalur psikomotorik dan memapankan memori otot dari tiap-tiap huruf. Anak meraba huruf, tidak hanya dengan jari telunjuk tangan kanan, tetapi dengan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah. Dia meraba huruf- huruf dengan sebuah tongkat kayu kecil, yang dipegang sebagaimana sebuah pena dalam menulis (Maria Montessori Gerald LEE Gutek, ed, 2015:305).
Anak meraba huruf, tidak hanya dengan jari telunjuk tangan kanan, tetapi dengan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah. Pastikan bahwa anak menelusuri (bentuk) huruf-huruf dengan arah yang sama, seakan-akan dia menulis huruf-huruf itu. Adapun langkah-langkah penggunaan alat peraga sandpaper letters: a) Ambil alat dan sebutkan namanya serta cara membawanya; b) Persilahkan anak untuk mencoba bawa dan meletakannya di atas meja; c) Guru duduk di sebelah tangan dominan siswa; d) Guru memulai kegiatan dengan mengenalkan huruf; e) Pegang alat peraga di tangan sebelah kiri; Sentuh bentuk huruf dengan menggunakan dua jari tangan kanan (telunjuk dan jari tengah); f) Ikuti bentuk huruf sesuai aturan cara penulisan huruf; g) Latihan menulis huruf di kertas (variasi dan pengembangan); h) Kenalkan huruf yang lain; i) Mengembalikan peralatan ketempatnya (Hainstock, 2002: 86).
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan cara penggunaan alat peraga sandpaper letters yaitu dengan cara meraba secara perlahan kertas yang terdapat tekstur halus dan tekstur kasar dengan dua jari (ujung jari telunjuk dan jari tengah) dengan gerakan seperti gerakan sedang menulis, selain itu siswa juga dapat meraba dengan tongkat kayu kecil yang diumpamakan sebagai pensil. Setelah itu, siswa akan mengenal huruf apa yang terbentuk dari bagian yang bertekstur kasar. Terakhir, siswa mengingat bagaimana gerakan tangan untuk membentuk huruf tersebut dan menuliskannya di kertas (Arsari, 2016:2).
Salah satu alat peraga Motessori yaitu sandpaper letters memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran siswa pada keterampilan menulis huruf tegak bersambung. Dalam penggunaannya, alat peraga sandpaper letters pastinya memiliki keunggulan dibandingkan alat peraga lainnya. Kelebihan dari alat peraga ini, yaitu:
a) membangun ingatan terhadap otot tangan, membangun ingatan visual terhadap simbol, belajar cara/ arah menulis huruf (Arsari, 2016:4).
b) Alat peraga ini dibuat sedemikian sehingga tidak lagi hanya penglihatan, tetapi juga sentuhan, yang secara langsung mengajari gerakan menulis dengan pengendalian yangbaik (Maria Montessori, Gerald LEE Gutek (Ed), 2015:311).
Meraba huruf-huruf dan melihatnya pada saat yang bersamaan, menyimpan gambaran-gambaran tersebut lebih cepat melalui kerja sama indera-indera (Maria Montessori, Gerald LEE Gutek (Ed), 2015 : 308).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori ini adalah membangun ingatan visual terhadap bentuk huruf lebih cepat dan membangun ingatan terhadap otot tangan, kerena melalui kerja sama antara indra penglihatan dan indra peraba. Alat peraga sandpaper letters ini media yang menarik sehingga siswa senang untuk mengulangi latihan menulis dengan alat peraga ini dan akhirnya siswa bisa mengerti bagaimana cara menulis huruf yang benar.
## METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTKmodel Kurt Lewin), karena masalah yang diteliti yaitu masalah yang terjadi di dalam kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, teknik tes, dan teknik analisis deskripsi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis tegak bersambung. Penelitian Tindakan Kelas di kelas II MI Daarul Hasanah Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari kegiatan yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama, dapat diketahui bahwa kinerja guru dalam merancang RPP dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai rata-rata guru dalam menyusun RPP sebesar 88,57 dari skor ideal 100. hal ini terjadi karena masih ada kekurangan dalam penyusunan RPP, di antaranya model pembelajaran kurang bervariasi. Maka kinerja guru dalam merancang RPP perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai rata-rata guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebesar 88,8 dari skor ideal 100. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa dengan kondisi kelas baru, penjelasan langkah-langkah kegiatan pembelajaran kurang tersusun tersusun rapi yang mengakibatkan peserta didik belum memahami intruksi dari guru. Namun, Kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Dari hasil tes peserta didik diperoleh nilai keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik mencapai nilai rata-rata 75,2 dengan presentase ketuntasan 53,3%. Dengan kriteria ketuntasan sebanyak 8 orang peserta didik dan yang belum tuntas sebanyak 7 orang peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik masih kurang aktif bertanya, mengajukan pendapat, serta kurang fokus terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Pada siklus I pertemuan kedua, dapat diketahui bahwa kinerja guru dalam merancang RPP dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai rata-rata guru dalam menyusun RPP sebesar 90,57 dari skor ideal 100. Hal ini terjadi karena menyusun RPP yang dibuat guru belum maksimal, di antaranya yaitu dalam merumuskan tujuan pembelajaran belum menggunakan kata-kata operasional sesuai dengan hirarki materi pembelajaran. Maka nilai ini belum mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan, sehingga peneliti berkesimpulan harus dilakukan perbaikan lagi yakni dengan tindakan pada siklus II.
Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai rata-rata guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebesar 89,72 dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa
guru harus memperbaiki pola pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tindakan selanjutnya. Namun, kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan pertama.
Dari hasil tes peserta didik diperoleh nilai keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik mencapai nilai rata-rata 77 dengan presentase ketuntasan 60%. Dengan kriteria ketuntasan sebanyak 9 orang peserta didik dan yang belum tuntas sebanyak 6 orang peserta didik. Hal ini perlu ditingkatkan terutama dalam pemahaman konsep tentang cara menulis huruf tegak bersambung agar nilai keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik dapat meningkat.
Pada siklus II pertemuan pertama, guru sudah mampu menyusun RPP dengan menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori . Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP mencapai nilai rata-rata 91,84 dari skor ideal 100. Hal ini dikarenakan guru harus memperbaiki RPP yang telah dibuat, kadang masih melupakan apa yang harus dilampirkan di RPP.
Kemampuan guru dalam mengajar pada siklus II pertemuan pertama diperolehnilai rata-rata 91,72 dari skor ideal 100 dan termasuk kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan sebagian peserta didik ada yang tidak memperhatikan guru. Maka guru harus lebih kreatif dalam memberikan apersepsi kepada peserta didik agar aktif mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil tes peserta didik diperoleh nilai keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik mencapai nilai rata-rata 79,5 dengan presentase ketuntasan 80%. Dengan kriteria ketuntasan sebanyak 12 orang peserta didik dan yang belum tuntas sebanyak 3 orang peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik harus belajar lebih giat di rumah agar hasil belajarnya mencapai nilai KKM. Namun masih ada peserta didik yang belum tuntas diakibatkan oleh kemalasan belajar peserta didik dan suasana hati yang berubah-ubah.
Pada siklus II pertemuan kedua diperoleh dengan nilai rata-rata 92,84 dari skor ideal 100 dan termasuk kategori sangat baik yang menunjukan bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP mengalami peningkatan dari siklus II pertemuan pertama.
Kemampuan guru dalam mengajar pada siklus II pertemuan kedua diperoleh nilai rata-rata 92,81 dari skor ideal 100 dan termasuk kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengajar mengalami peningkatan dari siklus II pertemuan pertama. Namun guru harus tetap meningkatkan kualitas mengajar di dalam kelas maupun luar kelas.
Dari hasil tes peserta didik diperoleh nilai keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik mencapai nilai rata-rata 85 dengan presentase ketuntasan 93%. Dengan kriteria ketuntasan sebanyak 14 orang peserta didik dan yang belum tuntas sebanyak 1 orang peserta didik. Hal ini dikarenakan salah satu peserta didik yang masih belum bisa membaca dan menulis. Maka dari itu, guru harus melatih kemampuan membaca dan menulis agar peserta didik tersebut tidak ketinggalan dalam kegiatan belajar mengajar.
Maka dari itu dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori di kelas II MI Daarul Hasanah Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis sudah baik dan dapat meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik serta mencapai nilai rata-rata diatas KKM yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
(Sumber : Hasil Penelitian MI Daarul Hasanah) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 RPP Proses Pembelajaran Hasil Belajar
Dari grafik rekapitulasi nilai antar siklus tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori dapat meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan RPP, proses pembelajaran dan keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis tegak bersambung dikatakan berhasil karena setiap siklusnya ada peningkatan di setiap pertemuannya. Oleh karena itu, menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori dapat meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung peserta didik.
## KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah peneliti kemukakan pada pembahasan sebelumnya, dan dengan berpijak pada perumusan masalah. Maka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis tegak bersambung dengan menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori di kelas II MI Daarul Hasanah Kabupaten Ciamis yang dilaksanakan oleh peneliti mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal itu berdasarkan hasil penilaian observer terhadap kinerja peneliti dalam penyusunan RPP mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama mencapai rata- rata 88,57, siklus I pertemuan kedua mencapai rata-rata 90,57, siklus II pertemuan pertama mencapai rata-rata 91,84 dan siklus II pertemuan kedua mecapai rata-rata 92,84 dan siklus II pertemuan kedua mencapai nilai rata-rata 92,81.
2. Upaya guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis tegak bersambung dengan menggunakan alat peraga Sandpaper letter berbasis Montessori untuk meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung siswa di kelas II MI Daarul Hasanah Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis juga mengalami peningkatan. Hal itu telihat dari hasil observasi kemampuan guru mengajar setiap siklusnya. Hasil penilaian observer terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus I pertemuan pertama mencapai nilai rata-rata 88,8, siklus I pertemuan kedua mencapai nilai rata-rata 89,72, siklus II pertemuan pertama
mencapai nilai rata-rata 91,72 dan siklus II pertemuan kedua mencapai nilai rata-rata 92,81
3. Keterampilan menulis tegak bersambung siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis tegak bersambung melalui penggunaan alat peraga sandpaper lettes berbasis Montessori di kelas II MI Daarul Hasanah Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan dari siklus ke siklusnya. Hal tersebut dilihat dari hasil tes peserta didik siklus I pertemuan pertama mencapai rata-rata nilai 75,2 dengan perhitungan 8 orang yang tuntas dan 7 orang yang belum tuntas dari nilai KKM yang telah ditentukan, siklus I pertemuan kedua mencapai rata-rata nilai 77 dengan perhitungan 9 orang yang tuntas dan 6 orang yang belum tuntas dari nilai KKM yang telah ditentukan, dan siklus II pertemuan pertama mencapai rata-rata nilai 79,5 dengan perhitungan 12 orang yang tuntas dan 3 orang yang belum tuntas dari nilai KKM yang telah ditentukan dan siklus II pertemuan kedua mencapai rata-rata nilai 82 dengan perhitungan 14 orang yang tuntas dan 1 orang yang belum tuntas dari KKM dikarenakan belum menguasai materi pembelajaran dan salah satu peserta didik kesulitan membaca dan menulis.
## DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2012). Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abidin, Yunus. (2010). Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqi Press.
Agustin, Sabrina Winda. (2016). Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letters Materi Menulis Kalimat Tegak Bersambung . Skripsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta: tidak dipublikasikan.
Arifin, Zaenal & Anung, Haryono. (2016). Metodologi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tanggerang: Pustaka Mandiri.
Arsari, Deny
Tri. Sandpaper Alphabet .
(www.raisingamontessorian.com) diakses pada tanggal 27 Februari 2018.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar. Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Cahyani, Isah. (2009). Pembelajaan Bahasa Indoesia. Jakarta: Danendra.
Delmawati. (2012). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Sandpapper Letters Terhadap Kemampuan Meniru Huruf Anak. Jurnal Ilmiah Pendidikan , 1, 1-12.
(2015). Meningkatkan Kemampuan Menulis Melalui Latihaan Menulis Huruf Tegak Bersambung pada Anak Kesulitan Belajar . Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus , 1, 1-22.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya , (Edisi
2002). Jakarta: Yayasan Imam Jama mitra utama Lajnah.
Depdiknas. (2009). Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1, 2, 3. Jakarta: Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak- Kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati & Mudjino. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Fikasari, Ciara & Roesminingsih, Erny. (2012). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Sandpaper Letters Terhadap Kemampuan Meniru Huruf Kelompok A PAUD Ar- rahman Jombang. Jurnal Pendidikan , 1, 1-7.
Hainstock, Elizabeth G. (2002). Montessori Untuk Prasekolah . Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa.
Hartati, Tatat. (2003). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah. Bandung: UPI PRESS .
Magini, Agustina Prasetyo. (2013). Sejarah Pendekatan Montessori . Yogyakarta: Kanisius
Montessori, Maria Gerald LEE Gutek, (ed). (2015). Metode Montessori . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurhamzah. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wahana Karya Grafika.
Pancaningrum, Novita. (2015). Pengenalan Baca Tulis Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 3, 310-336.
Resmini. (2006). Pembinaan dan pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.
Ridwanudin, Dindin. (2015). Bahasa Indonesia . Ciputat: UIN Press.
Santoso, Anang. (2013). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka .
Sella. (2010). Kemampuan Motorik Halus Anak. Bandung: PT Alfabeta.
Solchan. (2008). Pembelajaran Menulis di Kelas I SD. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.
Sundayana. (2014). Alat Peraga Untuk Siswa SD. Jakarta: PT Alfabeta
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar , Jakarta: Kencana.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa , Bandung: Angkasa Bandung.
Wafiqni, Nafia & Latip, Asep Ediana. (2015). Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD . Ciputat: UIN Press.
Yus, Anita. (2010). Model Pendidikan Anak Usia Dini , Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zulela. (2014). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Sekolah Dasar , 1, 58-89.
|
b3c673bf-7266-4a8b-9a91-3905b73fc7b0 | https://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom/article/download/4109/2742 |
## Analisis Kepuasan Pelayanan Go-Food dengan Menggunakan PIECES
Framework pada Mahasiswa/i STMIK BI
Arni Septiana Putri * , Joy Nashar Utama Jaya, Hafes Aria Akbar
Program Studi Sistem Informasi, STMIK Borneo Internasional, Balikpapan, Indonesia Email: 1’* [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected] Submitted 09-05-2022 ; Accepted 31-05-2022 ; Published 30-06-2022
## Abstrak
Di era modern ini, transportasi merupakan salah satu alat transportasi yang penting dalam kegiatan sehari-hari terutama di perkotaan. Penelitian ini berfokus untuk menganalisis tingkat kepuasan pengguna atau konsumen GoFood khususnya yang menggunakan layanan GoFood di STMIK BI Balikpapan. Hasil analisis PIECES berupa dokumen yang menjadi rekomendasi perbaikan yang akan dilakukan terhadap sistem dan kemudian dikembangkan untuk memperbaiki sistem sebelumnya yang ada. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi dan berbagai variable yang muncul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan persepsi responden yang menggunakan pelayanan Go-food pada mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan. Berdasarkan hasil dari perhitungan daftar pernyataan yang telah disebarkan kepada responden yang merupakan pengguna pelayanan Go-food dengan variable dengan hasil nilai rata-rata 4.06 yang termasuk dalam kategori puas. Penerapan sistem informasi yang saat ini di gunakan mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan berdasarkan kerangka PIECES sudah berjalan dengan baik. Maka hasil perhitungan nilai tingkat kepuasan pengguna pelayanan Go-food berada pada nilai rata-rata 4.06, dimana dalam range skor tersebut dapat di kategorikan puas terhadap pengguna pelayanan Go-food sebagai media berbagi Informasi.
Kata Kunci: Go-food; PIECES; Informasi; Sistem; STMIK BI
## Abstract
In this modern era, transportation is one of the most important means of transportation in daily activities, especially in urban areas. This study focuses on analyzing the level of satisfaction of GoFood users or consumers, especially those who use GoFood services at STMIK BI Balikpapan. The results of the PIECES analysis are in the form of documents that become recommendations for improvements to be made to the system and then developed to improve the existing system. This study uses a quantitative descriptive method which aims to describe, summarize, various conditions, various situations and various variables that arise in the community which are the object of research based on the perceptions of respondents who use Go-food services to STMIK BI Balikpapan students. Based on the results of the calculation of the list of statements that have been distributed to respondents who are Go-food service users with a variable with an average value of 4.06 which is included in the satisfied category. The implementation of the information system currently used by STMIK BI Balikpapan students based on the PIECES framework has been going well. So the results of the calculation of the level of satisfaction of Go-food service users are at an average value of 4.06, where in the range of scores can be categorized as satisfied with Go-food service users as a medium for sharing information.
Keywords : Go-food; PIECES; Information; System; STMIK BI
## 1. PENDAHULUAN
Di era modern seperti sekarang ini, transportasi merupakan salah satu alat transportasi yang penting dalam kegiatan sehari- hari terutama di perkotaan. Transportasi yang baik juga dapat mencerminkan tatanan perkotaan yang baik, karena transportasi merupakan alat yang memandu pembangunan di kota. Selain itu, transportasi juga merupakan prasarana pergerakan orang atau barang dari kegiatan di kota. Transportasi merupakan sarana pembangunan yang penting dan strategis untuk mempercepat berfungsinya perekonomian, membangun persatuan dan kesatuan, serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan[1]. Namun, untuk memenuhi permintaan akan layanan transportasi, diperlukan penyedia layanan untuk menawarkan layanan yang lebih baik dan lebih inovatif[2]. Inovasi bukan hanya proses menciptakan sesuatu yang baru, tetapi juga merupakan produk atau hasil aktual[3]. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi transportasi juga berkembang dengan pesat. Saat ini sudah banyak layanan transportasi online di Indonesia seperti Gojek, Grab, Maxim dan lain-lain[4].
Gojek (sebelumnya disingkat GOJEK) adalah perusahaan teknologi Indonesia yang menyediakan jasa transportasi melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 13 Oktober 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim[5]. Gojek merupakan salah satu penyedia jasa transportasi online yang berafiliasi dengan PT. Aplikasi Anak nasional khususnya sepeda motor. Gojek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi dalam industri ojek. Aplikasi Gojek dapat diunduh di smartphone dengan sistem operasi iOS dan Android[6]. Menggunakan aplikasi smartphone, Gojek dengan aplikasi Go Ride akan menjemput konsumen dan mengantarnya ke tempat tujuan. Tidak hanya pengiriman, Gojek juga menyediakan banyak layanan lain seperti Gofood yang bisa mendapatkan makanan favorit Anda dari mana saja berdasarkan pesanan Anda[7]. Meski Gojek sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa kampus STMIK Borneo International Balikpapan, namun pelayanan di bidang transportasi tetap berkaitan dengan kenyamanan, keamanan dan kepuasan konsumen[8]. Jika konsumen puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Gojek, maka pelanggan Gojek akan menggunakan layanan Gojek berkali-kali (pembelian berulang) yang kemudian dapat menjadi pelanggan setia sehingga perusahaan GOJEK Indonesia berpeluang menjadi market leader yang akan membuat masyarakat lebih progresif dan dipercaya oleh pelanggan di Indonesia[9].
Metode Pieces merupakan metode yang ditinjau dari aspek performance, information, economy, efficiency, safety dan service yang digunakan untuk mengungkap permasalahan yang ada pada suatu sistem, sehingga dapat diketahui solusi yang ada dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan sistem itu sendiri[10]. Penelitian terkait metode pieces telah banyak dilakukan oleh mahasiwa maupun akademis diantaranya:
Elvin Leander Hadisaputro, Endri Wandi, Adi Hermawansyah pada tahun 2019 yang berjudul “Analisis Kepuasan Pengguna Layanan Aplikasi Gojek Roda Dua Dengan Kerangka Kerja PIECES” dimana didapatkan hasil dari kuesioner menunjukan bahwa responden Berdasarkan hasil perhitungan data dan analisa terhadap tingkat kepuasan konsumen Go- Jek (Go-Ride, Go-Food, Go-Shop, Go-Send) diKecamatan Balikpapan Selatan maka dapat disimpulkan, tingkat kepuasan konsumen Go-Jek (Go-Ride, Go-Food, Go-Shop, Go-Send) dikota Balikpapan Kecamatan Balikpapan Selatan tingkat kepuasan konsumen masuk dalam kategori Cukup Puas[11]. Penelitian selanjutnya adalah Sahrul, Satrio Aji Alfi Hidayatullah dan Elvin Leander Hadisaputro pada tahun 2019 yang berjudul “Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Layanan Aplikasi Gojek Dengan Metode PIECES Framework” dimana hasil dari penelitian menunjukan bahwa seluruh variabel PIECES mendapat kategori puas sehingga bisa dikatakan bahwa aplikasi Gojek berperan dengan baik dalam meningkatkan kualitas. Dari penelitian Sahrul, Satrio Aji Alfi Hidayatullah dan Elvin Leander Hadisaputro diatas penulis tertarik untuk melakukan analisis kepuasan pelayanan dari aplikasi gojek dengan menggunakan metode yang sama dan hanya menggunakan fitur aplikasi dari gopay sebagai objek penelitian[12].
Penelitian ini berfokus untuk menganalisis tingkat kepuasan pengguna atau konsumen GoFood khususnya yang menggunakan layanan GoFood di STMIK Borneo International Balikpapan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang timbul dari perbandingan hasil yang dirasakan. Dengan adanya kepuasan pelanggan ini berdampak pada retensi dan loyalitas pelanggan, sehingga berdampak positif bagi kelangsungan suatu organisasi dan dapat memberikan rujukan kepada pelanggan baru yang potensial[13]. Dalam menganalisis dan mengevaluasi sistem informasi, beberapa metode atau model analisis dapat digunakan, salah satunya adalah model analisis PIECES Framework. Untuk memudahkan evaluasi, diusulkan metode analisis dengan kerangka PIECES yang menggambarkan enam kelemahan dan kelemahan analisis, yaitu kinerja, informasi dan data, dan ekonomi, kontrol dan keamanan, efisiensi dan pelayanan[14]. Hasil analisis PIECES berupa dokumen kelemahan sistem, yang menjadi rekomendasi perbaikan yang akan dilakukan terhadap sistem, yang kemudian dikembangkan untuk memperbaiki sistem sebelumnya yang ada[15].
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi dan berbagai variable yang muncul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan persepsi responden yang menggunakan pelayanan Go-food pada mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan.
## 2.1 Tahapan Penelitian
Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah Identifikasi masalah, identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan dalam mengenali masalah dalam objek tertentu. Identifikasi masalah digunakan agar menegetahui masalah yang akan dianalisis. Penelitian ini diangkat karena ingin mengetahui sejauh mana kepuasan pengguna selama menggunakan pelayanan Go-food. Kemudian tahap yang kedua yaitu studi literatur, pada tahap ini studi literatur bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan yang menjadi dasar penelitian, sumber literatur dapat diperoleh dari jurnal nasional maupun jurnal internasional, mengakses web public, dan penelitian terdahulu. Kemudian pada tahap ketiga Penyusunan kuesioner, pada tahap ini digunakan untuk menampung dan mengelolah pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi data untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna pelayanan Go-food. Lalu berikutnya tahap ke empat yaitu pengumpulan data, pengumpulan data dilakukan untuk memastikan data yang dimiliki valid dan reabel. Data yang dicakup melingkupi data primer yang berasal dari penyebaran kuesioner. Kemudian tahap ke lima yaitu analisis data dan evaluasi, tahap ini data yang diperoleh dari responden yang telah dihitung rata-ratanya dengan menggunakan rumus rata-rata kepuasan yang ditentukan berdasarkan enam aspek yang dimiliki metode PIECES. Dan kemudian tahap akhir ini memberikan hasil yang dilakukan setelah menganalisis data menggunakan metode PIECES. Tahap ini memberikan kesimpulan dan saran terhadap penelitian[16]. Berikut adalah Flowcart Penelitian:
## 2.2 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan yang menggunakan pelayanan Go-food dengan jumlah 51 responden dan Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan random sampling. Random sampling adalah Teknik yang paling sederhana atau simple. Sampel yang diambil secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai subjek[17].
## 2.3 Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang akan di teliti. Dalam metode pengamatan ini yang akan dilakukan adalah mengamati secara langsung tentang pelayanan Go-food yang di gunakan pada mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan.
b. Kuesioner
Selanjutanya pada metode ini yaitu kuesioner yang merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan perangkat atau link pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab secara online. Kuesioner akan disebarkan kepada mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan. Dengan jenis angket ini yaitu angket tertutup dimana jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawab yang sudah disediakan.
## 2.4 Pengukuran Data
Perhitungan nilai dari hasil kuesioner menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur presepsi atau pendapat individu tentang suatu kondisi. Pilihan dari massing-masing skor akan diberi nilai atau skor dapat di lihat pada tabel 1 dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 2. Skala Tingkat Kepuasan Jawaban Kriteria Skor Sangat Setuju SS 5 Setuju SS 4 Netral N 3 Tidak Setuju TS 2 Sangat Tidak Setuju STS 1
Untuk mendapatkan rata-rata tingkat kepuasan pengguna pelayanan Go-food dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅𝐾 = JSK JK
(1)
Keterangan: RK = Rata-rata kepuasan JSK = Jumlah skor dari kuesioner JK = Jumlah kuesioner Berikut adalah tabel karakteristik penilaian untuk metode PIECES
Tabel 3. Skala Tingkat Kepuasan Skala Kategori Penilaian 4.92 - 5 Sangat Puas 3.4 - 4.91 Puas 2.6 - 3.39 Netral 1.8 – 2.59 Tidak Puas 1.00 – 1.79 Sangat Tidak Puas
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode PIECES merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu problem, opportunition dan directive s yang teerdapat pada bagian scope definition, analisis dan perancangan sistem. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar mendapatkan 51 responden yang merupakan mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan. Sebagai pengguna sistem informasi untuk mendapatkan hasil dari evaluasi penerapan sistem informasi, maka hasil kuesioner di olah dan dihitung menggunakan rumus interval dan nilai rata-rata, kemudian diukur berdasarkan karakteristik penilaian pada masing- masing variable dari metode PIECES[15]. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner terkait analisis kepuasan pengguna pelayanan Go-food:
a. Performance
Performance atau kinerja merupakan variable yang memiliki peran penting untuk mengetahui seberapa baik dan handal suatu sistem informasi dalam memproses atau mengelolah data untuk menghasilkan informasi dan tujuan yang diharapkan. Berikut adalah beberapa pernyataan pada indikator performance dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 4 . Indikator Performance
No Pernyataan
1 Pilihan menu dan navigasi yang tersedia memudahkan anda menggunakan fitur tersebut
2 Menu-menu yang tersedia secara instan dapat memunculkan informasi sesuai dengan yang ada
3 Menu dan navigasi yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif
4 Tersedia instruksi-instruksi pembatalan perintah dengan mudah manakala diperlukan
Berikut adalah skor perhitungan pada indikator Performance , dapat dilihat pada tabel 4 dibawah:
Tabel 5. Skor Perfomance Pernyataan Responden 5 4 3 2 1 P1 15 31 4 1 0 P2 14 32 5 0 0 P3 16 25 10 0 0 P4 12 30 8 0 1 Jumlah 57 118 27 1 0 𝑅𝐾 = (5 ∗ 57) + (4 ∗ 118) + (3 ∗ 27) + (2 ∗ 1) + (1 ∗ 0) 57 + 118 + 27 + 1 + 0 𝑅𝐾 = 840
203
## 𝑅𝐾 = 4.13
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai kepuasan pengguna pelayanan Go-food pada variabel performance memperoleh hasil akhir sebesar 4.13, hal ini menunjukan bahwa nilai 4.13 termasuk kedalam kategori puas.
## b. Information and Data
Information and Data adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi untuk kemajuan suatu sistem Informasi dan data yang dihasilkan oleh sistem informasi harus memiliki nilai yang berguna untuk pengambilan keputusan. Berikut adalah pernyataan pada indikator information and data , dapat dilihat pada tabel 5 dibawah:
Tabel 6 . Indikator Information and Data
No Pernyataan 1 Fitur Go-food dalam aplikasi gojek mudah digunakan
2 Fitur Go-food dalam aplikasi gojek tidak melakukan proses input data yang rumit
3 Fitur Go-food dalam aplikasi gojek sangat mudah untuk dipelajari
Berikut merupakan skor perhitungan data pada indikator Information and Data , dapat dilihat pada tabel 6 dibawah:
Tabel 7.. Skor Information and Data Pernyataan Responden 5 4 3 2 1 P1 20 25 5 1 0 P2 15 26 8 2 0 P3 18 26 7 0 0 Jumlah 53 77 20 3 0
𝑅𝐾 = (5 ∗ 53) + (4 ∗ 77) + (3 ∗ 20) + (2 ∗ 3) + (1 ∗ 0)
53 + 77 + 20 + 6 + 0
𝑅𝐾 = 639 156
𝑅𝐾 = 4.09
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai kepuasan pengguna pelayanan Go-food pada variabel information and data memperoleh hasil akhir sbesar 4.09 yang dapat diartikan bahwa nilai 4.09 termasuk kedalam kategori puas. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan Go-food telah memberikan informasi yang sangat memadahi terhadap pengguna.
c. Economis
Economis menjadi salah satu parameter apakah dengan pengeluaran pelanggan untuk mengaplikasikan sistem informasi ini sepadan apakah dengan hasil yang diperoleh. Berikut adalah beberapa pernyataan dari indikator economis , dapat dilihat pada tabel 7 dibawah:
Tabel 8 . Indikator Economis No Pernyataan 1 Go-food mempercepat penyelesaian pekerjaan (efisiensi waktu) 2 3
Go-food menghemat biaya operasional (efisiensi biaya)
Dengan menggunakan Go-food, pekerjaan menjadi lebih mudah diselesaikan (efisiensi tenaga dan pikiran)
Berikut merupakan skor perhitungan data pada indikator Economis , dapat dilihat pada tabel 8 dibawah :
Tabel 9 . Skor Economis Pertanyaan Responden 5 4 3 2 1 P1 18 26 7 0 0 P2 P3 10 11 28 33 10 7 3 0 0 0 Jumlah 39 87 24 3 0
𝑅𝐾 = (5 ∗ 39) + (4 ∗ 87) + (3 ∗ 24) + (2 ∗ 3) + (1 ∗ 0) 39 + 87 + 24 + 3 + 0
𝑅𝐾 = 621
## 153
## 𝑅𝐾 = 4.05
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai kepuasan pengguna pelayanan Go-food pada variabel economis memperoleh hasil akhir sebesar 4.05 yang dapat diartikan hasil nilai 4.05 termasuk kedalam kategori puas. Hal ini menunjukan bahwa pengguna pelayanan Go-food sangat memberikan manfaat ekonomi yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bertukar informasi tanpa memerlukan banyak waktu dan biaya.
## d. Control and Security
Control and Security merupakan seuatu sistem yang disertai dengan adanya pengendalian dan pengamanan yang baik dan kuat, karena apabila tidak disertai dengan control dan keamanan maka pihak dari luar akan mudah untuk masuk dan mengacaukan sistem tersebut. Berikut adalah pernyataan pada indikator Control and Security , dapat dilihat pada tabel 9 dibawah:
Tabel 10 . Indikator Control and Security No Pernyataan 1 Fitur Go-food tidak pernah mengalami eror saat digunakan
2 Proses pencarian data berlangsung cepat
Berikut merupakan skor perhitungan data pada indikator Control and Security , dapat dilihat pada tabel 10 dibawah:
Tabel 11 . Skor Control and Security Pertanyaan Responden 5 4 3 2 1 P1 9 17 19 5 1 P2 42 59 11 3 0 Jumlah 51 76 30 8 1
𝑅𝐾 = (5 ∗ 51) + (4 ∗ 76) + (3 ∗ 30) + (2 ∗ 8) + (1 ∗ 1) 51 + 76 + 30 + 8 + 1
𝑅𝐾 = 666
## 𝑅𝐾 = 4.01
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai kepuasan pengguna pelayanan Go-food pada variabel control and security memperoleh hasil akhir sebesar 4.01 yang dapat diartikan kedalam kategori puas. Hal ini, menunjukan bahwa pelayanan Go-food ini memberikan rasa aman dalam keaman karena menggunakan sistem pengamanan otentifikasi dengan OPT.
## e. Effeciency
Effeciency adalah sistem informasi yang digunakan harus memiliki nilai keunggulan dibandingkan dengan pengguna sistem secara manual. Keunggulan tersebut dapat diliat pada sistem informasi tersebut saat beroperasi atau berjalan. Berikut adalah pernyataan pada indikator Effeciency, dapat dilihat pada tabel 11 dibawah:
Table 12 . Indikator Effeciency No Pernyataan 1 Fitur Go-food yang ada di Aplikasi Gojek sesuai dengan kebutuhan
2 Fitur Go-food memberikan informasi yang relevan dengan aturan
Berikut adalah tabel skor perhitungan data pada indikator Effeciency :
Tabel 13 . Skor Effeciency Pertanyaan Responden 5 4 3 2 1 P1 12 29 9 1 0 P2 11 29 10 1 0 Jumlah 23 58 19 2 0
𝑅𝐾 = (5 ∗ 23) + (4 ∗ 58) + (3 ∗ 19) + (2 ∗ 2) + (1 ∗ 0) 23 + 58 + 19 + 2 + 0 𝑅𝐾 = 408 102
## 𝑅𝐾 = 4.00
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai kepuasan pengguna pelayanan Go-food pada variabel efficiency memperoleh hasil akhir sebesar 4.00 yang dapat diartikan bahwa hasil nilai 4.00 termasuk dalam kategori puas. Hal ini menujukan bahwa pelayanan Go-food sangat memberikan kemudahan dalam berkomunikasi.
## f. Service
Service merupakan pelayanan terhadap konsumen yang sangat penting untuk pengguna, apakah pengguna tertarik dan merasa puas dengan pelayanan yang dimiliki dan diberikan perusahaan[11]. Berikut adalah pernyataan pada indikator Servive , dapat dilihat pada tabel 14 dibawah:
Tabel 14. Indikator Service No Pernyataan 1 Fitur Go-food dapat digunakan dengan mudah 2 3 Setiap menu dapat diakses dengan mudah Informasi dapat diakses dengan mudah
Berikut adalah tabel perhitungan skor pada indikator Service:
Tabel 15 . Skor Service Pertanyaan Responden 5 4 3 2 1 P1 13 32 6 0 0 P2 P3 13 16 29 30 8 5 1 0 Jumlah 42 91 19 1 0
𝑅𝐾 = (5 ∗ 42) + (4 ∗ 91) + (3 ∗ 19) + (2 ∗ 1) + (1 ∗ 0) 42 + 91 + 19 + 2 + 0
𝑅𝐾 = 633 154
## 𝑅𝐾 = 4.11
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai kepuasan pengguna pelayanan Go-food pada variabel service memperoleh hasil akhir sebesar 4.11 yang dapat diartikan bahwa hasil nilai 4.11 termasuk dalam kategori ] puas. Hal ini menunjukan bahwa aplikasi pelayanan Go-food telah memberikan pelayanan yang sangat baik bagi pengguna melalui fitus-fitur yang disediakan antara lain dapat mengrim pesan singkat mengirim file berupa gambar, video, dokumen.
Berikut merupakan tabel skor rekapitulasi keseluruhan indikator pada PIECES Framework:
Tabel 16 . Rekapitulasi Indikator PIECES Indikator Nilai Performance 4.13 Information and Data 4.09 Economis 4.05 Control and Security 4.01 Effeciency 4.00 Service 4.11 Jumlah Rata-rata 4.06
Berdasarkan hasil dari perhitungan daftar pernyataan yang telah disebarkan kepada responden yang merupakan pengguna pelayanan Go-food dengan variable (Perfomance, Information and Data, Economis, Control and Security, Effeciency, Service) dengan jumlah hasil nilai rata-rata 4.06 yang termasuk dalam kategori puas. Artinya penerapan sistem informasi yang saat ini di gunakan mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan berdasarkan kerangka PIECES sudah berjalan dengan baik. Namun sistem pelayanan Go-food tetap harus ditinggkatkan agar sistem tersebut tidak kalah dengan sistem yang lainnya.
## 4. KESIMPULAN
Gojek adalah perusahaan teknologi indonesia yang menyediakan jasa transportasi melalui jasa ojek. Gojek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi dalam industri ojek. Tidak hanya mengantar penumpang, Gojek juga menyediakan banyak layanan lain seperti Gofood yang bisa mendapatkan makanan favorit Anda dari mana saja berdasarkan pesanan Anda. Untuk mengetahui bagaimana sistem kinerja pada pelayanan Go-food penelitian ini mengukur dari perhitungan kepuasan pengguna pelayanan Go-food sebagai media berbagi informasi pada mahasiswa/i STMIK BI Balikpapan, menggunakan metode PIECES Framework, maka diperoleh nilai rata-rata kepuasan pengguna masing- masing variable yaitu pada variable Performance memperoleh hasil nilai sebesar 4.13 dengan kategori puas. variabel Information and Data memperoleh hasil nilai sebesar 4.09 dengan kategori puas, variabel Economis memperoleh hasil nilai sebesar 4.05 dengan kategori puas, variabel Control and Security memperoleh hasil nilai sebesar 4.01 dengan kategori puas, variabel Efficiency memperoleh hasil nilai sebesar 4.00 dengan kategori puas,dan variabel Service memperoleh hasil akhir sebesar 4.11 dengan kategori puas. Maka hasil perhitungan nilai tingkat kepuasan pengguna pelayanan Go-food berada pada nilai rata-rata 4.06, dimana dalam range skor tersebut dapat di kategorikan PUAS terhadap pengguna pelayanan Go-food sebagai media berbagi Informasi.
## REFERENCES
[1] D. S. Canta, “Analisis Kepuasan Penggunaan Aplikasi Grab Customer dengan Menggunakan PIECES Framework Pada UKM IT STMIK BI,” j-sim : Jurnal Sistem Informasi, 2019. http://ojs.stmik-borneo.ac.id/index.php/J-SIm/article/view/53/26 (accessed Apr. 30, 2022).
[2] M. Ahmadi, Hairul, and Kurniaty, “Analisis Inovasi Fitur Pelayanan Pada Aplikasi Dalam Meningkatkan Kualitas Kinerja Driver Ojek Online PT. GOJEK INDONESIA BANJARMASIN No Title,” 2019.
[3] S. M. A. A. Yuli, “Analisa Dalam Mengukur Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Menggunakan Metode PIECES,” p. 9, 2017.
[4] I. Granita, “PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM APLIKASI GOJEK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN.,” Jurnal Teknologi Informasi (JALTI), 2019. http://ojs.elearning- pintar.com/index.php/jalti/article/view/50/36
[5] N. Parmana, “Tinjauan Terhadap Perjanjian Kerjasama Kemitraan Antara Restoran Dengan PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa
(Go-Jek) Dalam Layanan Go-Food Di Pekanbaru,” p. 100, 2019, [Online]. Available:
https://repository.uir.ac.id/9789/1/151010155.pdf
[6] D. Despriansyah, “PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN GO–FOOD PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG,” 2020. http://repository.univ-tridinanti.ac.id/2242/
[7] I. A. A. Sulistyastuti, “Strategi Komunikasi Persuasif Gojek Dalam Menarik Minat Pelanggan (studi kasus Gojek di Wilayah Ponorogo),” 2020. http://etheses.iainponorogo.ac.id/9109/1/Thesis ISNA AYU.pdf
[8] S. U. W. Sediyarto, Eko Heri, “PENGARUH HARGA, PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE GOJEK (STUDI KASUS PADA PELANGGAN DI WILAYAH DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA),” STIE Widya Wiwaha, 2019. http://eprint.stieww.ac.id/773/
[9] D. D. Deccasari, “Pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel
intervening pada jasa transportasi ojek online (studi kasus pada konsumen gojek malang),” Jurnal Administrasi dan Bisnis, 2018.
[10] S. Wahyuni, “Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Perpustakaan (SIPRUS) menggunakan Analisis PIECES Ditinjau dari Persepsi Pustakawan (Studi Kasus Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),” Tibanndaru: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi 4.1, 2020. https://journal.uwks.ac.id/index.php/Tibandaru/article/view/908
[11] A. H. Hadisaputro, Elvin Leander, Endri Wandi, “Analisis Kepuasan Pengguna Layanan Aplikasi Gojek Roda Dua Dengan Kerangka Kerja Pieces.,” SENSITif : Seminar Nasional Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, 2019. https://www.ejurnal.dipanegara.ac.id/index.php/sensitif/article/view/459/402
[12] E. L. H. Sahrul, Satrio Aji Alfi Hidayatullah, “Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayan Aplikasi Gojek Dengan Metode PIECES Framework.,” j-sim : Jurnal Sistem Informasi, 2019. http://ojs.stmik-borneo.ac.id/index.php/J- SIm/article/view/46
[13] Irania, “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN TARIF KARGO TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN (Studi Pada PT. Jasa Multi Solusi Indonesia),” 2019. http://repository.stei.ac.id/6359/
[14] W. A. D. Indah Dwi Mumpuni, “Analisis Dan Pengembangan Sistem Self Services Terminal (SST) Dengan Pendekatan PIECES Pada STMIK Pradnya Paramita Malang,” Matics 9.1, 2017. http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/saintek/article/view/4127
[15] M. F. Dewantoro, “Evaluasi sistem informasi akuntansi persediaan barang dagang dengan menggunakan metode analisis PIECES: Studi pada Minimarket Abimart Kota Malang.,” 2019. http://etheses.uin-malang.ac.id/16514/
[16] A. D. N. Kinanti, A. Putri1, “Penerapan PIECES Framework sebagai Evaluasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Penggunaan Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAKADU) pada Universitas Negeri Surabaya,” 2021. https://siakadu.unesa.ac.id/
[17] R. D. Septiani, Yuni, Edo Aribbe, “Analisis Kualitas Layanan Sistem Informasi Akademik Universitas Abdurrab Terhadap Kepuasan Pengguna Menggunakan Metode Sevqual (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Abdurrab Pekanbaru),” Jurnal Teknologi Dan Open Source 3.1, 2020.
|
69041a17-4720-4978-abd6-03c87d85c104 | https://jurnal.unsur.ac.id/jmtsi/article/download/61/118 | Jurnal Media Teknik & Sistem Industri Vol.1 (2017) hal.60-65 http://jurnal.unsur.ac.id/index.php/JMTSI e-issn: 2581-0561 p-issn: 2581-0529
Kajian Pemanfaatan Silika dari Sekam Padi dalam Pengolahan Limbah Tekstil
Isma Masrofah 1
1 Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Suryakancana Jl. Pasir Gede Raya Cianjur 43216
[email protected]
Dikirimkan: 11, 2017. Diterima: 12, 2017). Dipublikasikan: 12, 2017.
Abstract – Textile industry is one of the waste contamination industries that can pollute the environment, so that the rapid development of textile industry must be followed by the improvement of its sewage treatment system. Along with the global issue of Green Manufacturing, the textile industry waste treatment can promote environmentally friendly waste treatment process and derived from renewable substances. Therefore, it is necessary to study the utilization of rice husk silica in the processing of textile waste. The purpose of this literature review process is to provide information on textile waste, silica from rice husk and its properties, and textile waste treatment mechanism using silica from rice husks. The results of the study provide information that textile wastes come from all processes in the textile industry, from pretreatment to finishing. Rice husk ash silica is a material utilized adsorption of textile waste or mixture of PolyVinylChloride (PVC) membrane material to filter textile waste. The characteristics of rice husk silica are influenced by the extraction method. The initial washing process using acid and then combustion at 600 ° C - 750 ° C produces a relatively high purity of silica with a maintained silica amorphous level.
Keywords: Rice Husk Silica, Textile Waste, Textile Waste Processing, Silica Characteristic
Abstrak – Industri tekstil merupakan salah satu industri penyumbang limbah yang dapat mencemari lingkungan, sehingga pesatnya perkembangan industri tekstil harus diikuti pula dengan peningkatan sistem pengolahan limbahnya. Seiring dengan isu global tentang Green Manufacturing , maka pengolahan limbah industri tekstil dapat mengedepankan proses pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan berasal dari zat yang terbarukan. Oleh karena itu, perlu kajian mengenai pemanfaatan silika sekam padi dalam pengolahan limbah tekstil. Tujuan proses kajian literatur ini yaitu untuk memberikan infomasi mengenai limbah tekstil, silika dari sekam padi dan sifatnya, serta mekanime pengolahan limbah tekstil menggunakan silika dari sekam padi. Hasil kajian memberikan informasi bahwa limbah-limbah tekstil bersumber dari semua proses dalam industri teksil, mulai dari pretreatment sampai dengan finishing. Silika abu sekam padi merupakan material yang dimanfaatkan adsorpsi limbah tekstil atau campuran bahan membran PolyVinilChlorida (PVC) untuk menyaring limbah tekstil. Karakteristik silika sekam padi dipengaruhi cara ekstraksi. Proses pecucian awal menggunakan asam kemudian pembakaran pada suhu 600 o C – 750 o C mengasilkan kemurnian silika yang relatif tinggi dengan tingkat keamorfan silika yang masih terjaga.
Kata kunci: Kata Kunci: Silika Sekam Padi, Limbah Tekstil, Pengolahan Limbah Tekstil, Karakteristik Silika
I. P ENDAHULUAN Pesatnya perkembangan industri di Indonesia, termasuk industri tekstil mengakibatkatkan adanya peningkatan limbah yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, baik itu lingkungan air, darat maupun udara Hal ini bertolak belakang dengan adanya isu Go Green yang sedang digalakan di setiap Negara.
Oleh karena itu, adanya perkembangan industri ini harus diikuti pula dengan alternatif
penanganan dampak yang akan ditimbulkan. Dampak yang timbulkan misalnya pada penurunan kualitas air untuk konsumsi masyarakat dan pertanian. Air menjadi tidak layak dikonsumsi karena berubah warna, tingkat kesadahan meningkat, terjadi peningkatan pH, dan lain-lain.
Kondisi seperti itu, bertentangan dengan salah satu indikator Go Green yaitu dengan melaksanakan Green Manufacturing, yang menjadi komitmen beberapa negara di dunia, termasuk para pelaku industri untuk
meningkatkan perhatian dan kesadaranya dalam aspek lingkungan, dengan menerapkan proses/sistem yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan[1]. Begitupun halnya proses pengolahan limbah padat maupun limbah cair yang dihasilkan oleh industri tekstil dapat dilakukan dengan pemanfaatan absorben yang terbarukan sehingga diharapkan akan lebih ramah lingkungan.
Guna menunjang hal tersebut, pemanfaatan silika dari sekam padi sebagai absorben menjadi cara alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis karena berasal dari alam serta dapat mengurangi limbah hasil pertanian. Menurut Danarto dalam Nurhasni, sekam padi memiliki nilai gizinya rendah, tahan terhadap pelapukan, memiliki kandungan abu yang tinggi, bersifat abrasif, menyerupai kandungan kayu, serta memiliki kandungan karbon yang cukup tinggi [2]. Komposisi tertinggi dalam abu sekam padi adalah silica (SiO2) yaitu sekitar 86.9 – 96.3 %
[3], 87 – 97 % [4].
Selain merupakan bahan terbarukan, proses ekstraksi silika relatif mudah dalam mendapatkan silika dari sekam padi yaitu dengan pembakaran pada suhu 500 oC[3], silika amorf dengan kemurnian 99 % dihasilkan dari sekam padi melalui proses pencucian dengan asam klorida atau asam sulfat yang diikuti dengan proses pembakaran pada suhu 600 oC selama 2 jam [5]
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai limbah yang dihasilkan oleh industri teksil, mengetahui silika dari sekam padi dan sifatnya, serta mekanisme pengolahan limbah tekstil menggunakan silika dari sekam padi.
## II. M ETODOLOGI P ENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik kajian literatur. Kajian yang digunakan dalam mendapatkan informasi untuk mengkaji pemanfaatan silika sekam padi dalam pengolahan limbah tekstil, yaitu dengan melakukan studi literatur dari berbagai artikel, makalah dan jurnal yang terkait dari media elektronik. Proses pencarian literatur tersebut melalui data base berbagai situs pencarian literatur seperti, Google Scholar, Science Direct, Elsevier, Directory of Open Access Journals (DOAJ) dan International of Electrical and Electronics Engineers (IEEE).
Melalui situs-situs tersebut diperoleh ratusan artikel, makalah dan jurnal. Beberapa dari literatur yang dihasilkan tersebut dipilih
yang sesuai dengan proses kajian pemanfaatan silika sekam padi dalam pengolahan limbah tekstil serta dapat menunjang kelancaran proses kajian.
Pembahasan dari kajian ini yaitu dimulai dengan mengkaji limbah tekstil, literature yang digunakan dalam kajian ini yaitu jurnal, seksi buku yang berisisi penelitian-penelitian yang terkait dengan limbah tekstil, dengan judul- judul: Application of Electro-Oxidation Method for Treatment of Dye Textile Wastewater Using Stainless Steel Electrode: Study of Electrolyte Concentration Effect to Color Remova, Characterization and Treatment of Textile Wastewater, Textile Water Treatment .
Bagian kedua dari pembahasan yaitu mengenai silika abu sekam padi. Pada Subbab ini dijelaskan bagaimana mengestraski silika dari sekam padi serta karakteristik silika sekam padi. Bagian ketiga dari pembahasan yaitu menjelaskan tentang mekanisme pengolahan limbah tekstil dengan silika sekam padi. Pada subbab ini dijelaskan mengenai teknik yang dapat digunakan dalam pemanfaatan silika sekam padi sebagai zat untuk mengolah limbah tekstil.
## III. P EMBAHASAN
## 3.1 Limbah Tekstil
Proses industri tekstil dimulai proses pretreatment sampai dengan finishing. Keseluruan proses ini akan memberikan limbah tekstil, baik itu limbah organik maupun limbah anorganik. Adapun contoh jenis polutan utama pada limbah cair tekstil dan asal proses limbah itu dihasilkan dapat dilihat pada Tabel I.
Proses basah yang biasa dilakukan di industri tekstil meliputi singeing, sizing, desizing, scouring, bleaching, mercerization, dyeing, printing, finishing . Setiap proses tersebut dalam industri tekstil dibutuhkan air, sehingga berdampak pada timbulnya limbah cair tekstil, apa bila pada industri tekstil tersebut tidak dilakukan proses pengolahan limbah.
Tabel I memperlihatkan bahwa polutan dri limbah tektil berasal dari semua proses yang ada di industri tekstil mulai dari pretreatment sampai dengan fininshing .
Parameter yang penting dalam limbah tekstil diantaranya : warna, pH, konduktivitas, Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemichal Oxygen Demand (BOD), kesadahan, minyak, lemak, klorida, fenol, Total Dissolved Solids (TDSs), alkalinitas total, florida, sulfat, silika, sodium, logam-logam berat (Cu, Pb, Mn, dan Cd)[6].
komposisi dan karakteristik limbah industri tekstil dapat di lihat di Tabel II.
Proses pengolahan limbah tekstil bisa dilakukan dengan cara konvensional (koagulasi, adorpsi, oksidasi, dan dengan penguraian warna secara biologi) dan dengan teknologi terbaru seperti, elektrik, sonik, magnetik, optik dan metode-metode termal. Limbah tekstil yang kompleks memerlukan kombinasi pengolahan menggunkan proses bilogi,fisika dan kimia, pengolahan system membrane lebih sesuai dalam menangani jenis seperti limbah yang kompleks [7].
T ABEL I
J ENIS P OLUTAN U TAMA D ALAM L IMBAH C AIR T EKSTIL
D AN P ROSES A SALNYA Polutan Jenis Bahan Kimia Utama Proses Utama Asal Bahan Organik Pati, Enzim, Lemak, Minyak, Lilin, Surfaktan, Asam Asetat Desizing, bleaching, dyeing Pewarna Zat warna, pembersihan kotoran wol Dyeing Nutrisi (N dan P) Garam-garam ammonium, penyangga berbasis urea fosfat Dyeing Efek PH dan Garam NaOH, asam- asam mineral/organic, garam-garam natrium Scouring, desizeng, bleaching, merserizing, dyeing Sulfur Sulfat, Sulfida, garam-garm Hydrosulfit dan asam sulfur Dyeing Zat-zat beracun Logam-logam berat, zat pereduksi, zat pengoksidasi Desizing, Bleaching, Dyeing, Finising Bahan-bahan organik tahan api Surfaktan, zat warna, resin, kanji sintetik, senyawaorganik terklorinasi, pelarut-pelarut organik buatan Desizing, Bleaching, Dyeing, Finising
Sumber :[6]
Proses adsorpsi juga dapat dikombinasi dengan metode membrane seperti proses nanofiltrasi. Material adsorsi seperti karbon aktif cukup mahal, oleh karena itu, perlu pemilihan material alami untuk proses adsorpsi.
Peningkatan adsorpsi dari silika dapat dilakukan dengan cara memodifikasi silika dari
sekam padi. Proses modifikasi dapat dibentuk sebagai silika gel dan hibrida merkapto silika.
T ABEL II K OMPOSISI DAN K ARAKTERISTIK L IMBAH I NDUSTRI K ECIL Parameter Zodi, dkk. (2009) Akanksha, dkk. (2013 Manenti, dkk. (2014) Mukminin. dkk. (2015) BOD (mg/L) - 2.674 200 44,54 COD (mg/L) 3.260 12.900 - 17.800 1.200 470 pH 7 4,68 11,3 11,7 Konduktivi- tas (mg/cm) 1,9 - 18 - Nitrat (mg/L) - 5,28 3,3 - Klorida (mg/L) - 199, 93 5.500 - Sulfat (mg/L) - 8,98 119 0,757 Fosfat (mg/L) - 39,40 < 0,2 - Krom - - - < 0,03
Sumber : [8]
3.2 Silika Abu Sekam Padi
Silika adalah senyawa hasil polimerisasi asam silikat, yang tersusun dari rantai satuan SiO 4 tetrahedral dengan formula umum SiO 2 [9]. Silika merupakan komposisi paling besar dari sekam padi, yaitu sekitar 90% dari total komposisi penyusun sekam padi lainnya, dapat dilihat pada Tabel 3.
Proses ekstraksi silika dapat dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi kemudian proses alkalinasi. Pada percobaan [4] proses ekstraksi silika dari sekam padi dilakukan dengan cara membakar sekam dalam tunguku perapian pada suhu 700 oC selama 4 jam, kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan alkali (digunakan larutan NaOH 1 N) pada suhu 80 o C selama 1 jam.
Proses ekstraksi silika dari sekam padi melalui pencucian awal dengan asam memberikan kemurnian yang cukup tinggi setelah dilakukan pembakaran pada suhu 600 oC[5] dan pada suhu 750 o C [10].
Karakterisasi silika sekam padi melalui uji Scanning Electron Microscope (SEM), Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD), dan Brunaeur – Emmet – Teller (BET) adalah sebagai berikut [5][10] :
1. Silika mengadung gugus silanol (gugus - OH) sehingga lebih hydrous.
2. Struktur dan karakteristik pori silika sekam padi tidak mengalami perubahan (tetap
bersifat amorf) hingga pembakaran sampai suhu 600 o C - 750 o C.
3. Memiliki luas permukaan spesifik yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben.
Kenaikan suhu sintering mulai 1000 o C mulai mempengaruhi gugus fungsional silika dari sekam padi secara signifikan, hal ini memperlihatkan bahwa terjadi kristalisasi yang mengakibatkan jerjadinya pemadatan pada struktur silika sekam padi [11]. Analisis SEM sampel cordierite hasil sintesis dari silika sekam padi yang mengalami sintering dan tidak mengalami sintering dapat dilihat pada Lampiran.
T ABEL III K OMPOSISI S EKAM P ADI Komposisi Presentase Bose, dkk. (2016) Bakar, dkk. (2016) SiO 2 86,9 – 96,3 99,083 K 2 O 0,58 – 2,5 0,016 Na 2 O 0 – 1,75 - MgO 0,12 – 1,96 0,035 P 2 O 5 0,2 – 2,85 0,130 CaO 0,2 – 1,5 0,050 SO 3 0,1 – 1,13 0,046 Cl Tr – 0,42 - Fe Tr – 0,56 Fe 2 O 3 =0,017
Al 2 O 3 - 0,605 Sumber : [3][5]
Tabel III meperlihatkan bahwa silika merupakan komposisi yang paling banyak dari komposisi penyusun sekam padi,yaitu berkisar sekitar 90 %.
3.3 Mekanisme Pengolahan Limbah Tekstil dengan Silika Sekam Padi
Karakteristik silika sekam padi yang memiliki luas permukaan spesifik relatif tinggi dan memiliki struktur amorf, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben.
Salah satu pengolahan limbah tekstil yaitu dengan proses adsorpsi. Proses adsorpsi menggunakan adsorben silika sekam padi, didukung dengan gugus silanol yang terdapat dalam silika sekam padi, adanya gugus ini meningkatkan polaritas, sehingga memungkinkan
untuk mengikat senyawa-senyawa lainnya dalam larutan.
Kinetika laju adsorpsi limbah tekstil dengan silika dari sekam padi dapat dituliskan dalam persamaan berikut :
) 1 .( ........ .......... .......... pers kA dt dC r A Pers. (1) diintegralkan didapat : ) 2 .( ........ .......... .......... ln 0 pers kt C C A A
Dimana: C A = konsentrasi akhir limbah tekstil C A0 = konsentrasi awal limbah tekstil
t = waktu akhir – waktu awal dan konversi limbah tekstil dalam
X = (C A0 – C A )/C A0
Gambar 1. Hubungan Berat Abu Sekam Padi dengan Konstanta adsorpsi Sumber : [12]
Gambar 1 menunjukan bahwa dengan bertambahnya Abu sekam padi yang tambahkan sebagai adsorben maka akan menaikan konstanta adsorpsi, berarti akan semakin banyak jumlah limbah yang teradsorpsi.
Proses pengolahan limbah dengan memanfaatkan silika dapat dilakukan dengan metode membrane silika, campuran silika pada membrane PVC akan meningkatkan filtrasi dari limbah cair tekstil, terindikasi dengan menurunnya kekeruhan pada limbah yang ditandai dengan meningkatnya koefisiean rejeksi. Meningkatnya koefisien rejeksi maka meningkat pula kemampuan membrane untuk mefiltrasi limbah [13], dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Nilai Koefisien Rejeksi Kekeruhan pada Variasi Volume Limbah 100% Sumber : [13]
Pengembangan pemanfaat silika sebagai adsorben yaitu dengan mengkombinasi dengan kitosan. Kombinasi ini dikenal dengan membran komposit kitosan dan silika abu sekam padi. Membrane jenis ini akan meningkat adsorpsi terhadap logam seperti Cr(VI) [14] Pb 2+ dan Cu 2+ [15].
## IV. K ESIMPULAN
Limbah-limbah tektil dihasilkan dari semua proses dalam industry tekstil mulai dari proses pretreatment sampai dengan finishing .
Silika yang berasal dari abu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai adsorben limbah tekstil, baik adsorpsi mengggunakan reagen atupun menggunakan membran.
Struktur amorf dan luas permukaan spesifik yang relatif tinggi dari silika dapat dipertahankan dengan suhu ekstrksi silika berada di rentang 500 o C - 900 o C.
Perlu dilakukan pengujian lebih detail untuk mendapatkan konsetrasi optimal dari silika sekam padi yang harus ditambahkan dalam proses adsorpsi menggunakan reagen ataupun filtrasi menggunakan membran.
## R EFERENSI
[1] Reni Amaranti, Drajad Irianto, and Rajesri Govindaraju, "Green Manufacturing : Kajian Literatur," in Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 , Surakarta, 2017, pp. 171-181.
[2] Nurhasni, Hendrawati, and Nubzah Saniyyah, "Sekam Padi untuk Menyerap Ion Logam
Tembaga dan Timbal dalam Air," Valensi , p. 131, 2014.
[3] Dwarka Nath Bose, "Innovative process for preparation of multi- crystalline Silicon from rice-husk," in International Conference on
Emerging Technologies and Innovative
Business Practices for the Transformation of , 2016.
[4] Prima Astuti Handayani, Eko Nurjanah, and Wara Dyah Pita Rengga, "Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Silika Gel," Jurnal Bahan Alam Terbarukan , vol. 4, no. 2, 2015.
[5] Rohani Abu Bakar, Rosiyah Yahya, and Seng Neon Gan, "Production of High Purity Amorphous Silica from Rice Husk," in 5th International Conference on Recent Advances in Materials, Minerals and Environment ,
2016, pp. 189-195. [6] Himanshu Patel and R.T. Vashi,
Characterization and Treatment of Textile Wastewater .: Elsevier, 2015.
[7] Serkan Arslan, Murat Eyvaz, Ercan Gürbulak, and Ebubekir Yüksel, "A Review of State-of- the-Art Technologies in Dye-Containing Wastewater Treatment – The Textile Industry Case," in Textile Water Treatment .: ExLi4EvA, 2016.
[8] Jumardin Rua, Mega Maghfirotul Fajrin Yulan, Zaina Rohayati, and Riyanto, "Application of Electro-Oxidation Method for Treatment of Dye Textile Wastewater Using Stainless Steel Electrode: Study of Electrolyte Concentration Effect to Color Removal ," Eksakta : Jurnal Ilmu-Ilmu MIPA , vol. 17, no. 2, pp. 147 -153, 2017.
[9] Siti Sulastri and susila Kristianingrum, "Berbagai Macam Senyawa Silika : Sintesis, Karakterisasi dan Pemanfaatannya," , Yogyakarta, 2010, pp. K-211 - K-266.
[10] Andy Chandra, Y.I.P. Arry Miryanti, Livia Budyanto Widjaja, and Andika Pramudita, "Isolasi dan Karakterisasi Silika dari SekamPadi," 2012.
[11] Simon Sembiring, Posman Manurung, and Pulung Karo-Karo, "Pengaruh Suhu Tinggi terhadap Karakteristik Keramik Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi," Jurnal Fisika dan Aplikasinya , vol. 5, no. 1, pp. 090107-1 - 090107-4, 2009.
[12] Okik Hendriyanto Cahyo Nugroho, "Kinetika Adsorpsi Warna Limbah Tekstil dengan Abu Sekam Padi Menggunakan Reagen Tawas," Jurnal Teknik Kimia , vol. 1, no. 2, April 2007.
[13] Veny Rachmawati and Alia Damayanti,
"Pengolahan Limbah Cair Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Aliran Cross Flow untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan," JURNAL TEKNIK POMITS , vol. 2, no. 2, pp.
D-113 - D-118, 2013. [14] Fifia Zulti, Kiagus
Dahlan, and Purwantiningsih Sugita, "Adsorption of Waste Metal Cr(VI) with Composite Membranes (Chitosan-Silica Rice Husks)," Makara Journal of Science , pp. 163 - 168, 2012.
[15] Ani Mulyasuryani, Barlah Rumhayati,
Chandrawati Cahyani, and Soebiantoro, "Adsorpsi Pb 2+ dan Cu 2+ Menggunakan Kitosan-Silika dari Abu Sekam Padi," Valensi , vol. 3, no. 2, pp. 88 - 92 , 2013.
## Lampiran
Analisis SEM sampel cordierite hasil sintesis dari silika sekam padi (a) tanpa sintering, (b) 1000 ◦C, (c) 1200 ◦C dan (d)
1400 ◦C Sumber : [11] (a) (b) (c) (d)
|
c8fa03b3-679d-4014-951f-0082727517a4 | https://journal.uwgm.ac.id/fisipublik/article/download/208/156 |
## Pengaruh Pendapatan Daerah Sinergi dengan MP3EI Koridor Provinsi Kaltim
Abd.Rachim AF.
Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda [email protected]
## Abstract
In total, Net Regional Income (PAD) gives share into Regional Income of East Kalimantan for 40.56%, causing East Kalimantan Government to build Regional Company along with the total insertion (Investment) of IDR1,084.415 Billion. The execution of MP3EI by identifying 25 infrastructures, Road Constructions, Bridges, Airports, Harbors, Islands, and Electricity Power Plant plus the Railway and the Trains which support the motion of Main Economy Actions starting from the planning and the execution as well as Post – Actions.
MP3EI,the main corridor of East Kalimantan’s Economic Development, will broaden and intensify the management of the Natural Resources. Economic Growth and Development Acceleration, through very comparative economic sources done in a region to be able for it to compete in making products with price – to – value that is able to compete locally, nationally, and globally.
Keyword : Regional income MP3EI East Kalimantan
## Abstract
Secara totalitas Pendapatan Asli Daerah memberikan share terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Kaltim 40,56 % Memacu perekonomian daerah Pemerintah Provinsi Kaltim membentuk Perusahaan Daerah, dengan Penyertaaan Modal (Investasi) keseluruhan sebanyak Rp 1.084,415 milyar. Pelaksanaan MP3EI dengan mengidentifikasi 25 Infrastruktur meliputi Pembangunan Jalan, Jembatan, Bandara, Pelabuhan, Pulau, dan Pembangkit Tanaga Listrik serta Rel dan Kereta Api. yang mendukung pelaksanaan Kegiatan Ekonomi Utama mulai Perencanaan dan Pelaksanaan serta Pasca kegiatan.
MP3EI Koridor Pembangunan Ekonomi Utama Kaltim akan memperluas dan mengintensifkannya pengeloalaan sumber daya alam tersebut. Percepatan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi, melalui kajian sumber ekonomi yang sangat komparatif dilaksanakan di suatu daerah agar mudah bersaing dalam menghasilkan produk dan harga jual sehingga memungkin dapat bersaing ditinngkat lokal, nasional, regional dan global.
## Kata kunci : Pendapatan daerah sinergi MP3EI Kaltim.
*). Guru besar ekonomi pembanguna dan keuangan negara & daerah / Rektor Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.
## A. PEDAHULUAN
1. Latar Belakang
Komponen Pendapatan Daerah diatur dalam Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. dan Undang Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, selain mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah., juga memperoleh Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat, baik bersumber dari bagi hasil pajak daerah maupun dari bagi hasil sumber daya alam meliputi, Pertambangan Umum,Perhutanan, Perikanan, Minyak Bumi dan Gas Alam serta berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Besarnya perimbangan yang diperoleh Provinsi Kalimantan Timur, karena daerah ini memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat besar sumbangannya dalam perekenomian daerah dan nasional, namun perlu diingat bahwa sebagaian besar Sumber Daya Alam (SDA) tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara, yang suatu saat berkurang.
Bertitik tolak pemikiran tersebut di atas, maka peranan Pendapatan Asli Daerah di masa mendatang menjadi sangat penting karena dana perimbangan dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui tersebut akan semakin berkurang. Untuk itu perlu digali sumber pendapatan lain yang tidak tergantung kepada sumber daya alam. Demi mengatasi kelangsungan Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian untuk mengetahui Pengaruh pendapatan daerah Sinergi dengan MP3EI Koridor Provinsi Kaltim. Sedangkan manfaat penelitian bagi Pemerintah daerah dapat digunakan sebagai bahan kebijakan untuk meningkatkan kinerja Pemerintah daerah sesuai dengan MP3EI Koridor Kaltim.
## B. KAJIAN TEORITIS
Peningkatan Pendapatan Daerah melancarkan penyelenggaraan roda Pemerintahan Daerah, daerah diberikan urusan untuk memungut pajak daerah dan
retribusi daerah serta berkreasi untuk membangun badan usaha .Secara anatomi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, ditetapkan dengan peraturan daerah, meliputi Pendapatan daerah, Belanja daerah dan Pembiayaan daerah. Untuk memperbesar pendapatan daerah, diperlukan peningkatan kapasitas pembangunan daerah melalui kegiatan Sosial Ekonomi Daerah, dari hasil tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada gilirannya meningkatkan Pendapatan Daerah.
Kenyataanya Ketergantungan Pemerintah Daerah sangat besar kepada Pemerintah Pusat, sehingga pelaksanaan pembangunan Daerah sangat ditentukan oleh Pemerintah Pusat dalam mentransfer dana perimbangan, kondisi ini menuntut kreatif dan inovatif dalam penyelenggaraan Pendapatan Daerah. Ketergantungan yang besar pemerintah daerah dari Pemerintah Pusat, memerlukan perbaikan Sistem dan Prosedur pemungutan juga diperlukan kreatifitas dan Inovasi dalam pengembangan sumber pendapatan daerah.
Pendapatan Daerah yang dikelola harus disesuaikan dengan urusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Undang-undang nomor ; 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah . pada pasal 5 disebutkan. Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan. Pembiayaan bersumber dari Sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah,dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
## C. METODE PENELITIAN.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan fokus penelitian pada penyusunan dan penggunana anggaran untuk belanja daerah tahun 2012 dikaikan dengan kebijakan MP3 EI koridor Kaltim.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan dan mengkaji data-data yang diperoleh dan menarik kesimpulan dari hasil kajian. Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran efektifitas dan efisiesi
penggunaan angaran belanaja daerah untuk roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
3. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan bersifat kuantitatif, berbentuk penjabaran APBD pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012
## D. HASIL PENELTIAN
Pendapatan Daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana perimbangan , Lain-lain Pendapatan Yang Sah dan Sisa Lebih Anggaran Tahun Lalu. Tahun Anggaran 2012 ditetapkan Target Pendapatan Daerah sebagai berikut :
NO PENDAPATAN DAERAH
TARGET (Dalam 000.000) % Total 1. Pendapatan Asli Daerah Rp. 4.303.713,- 40,56 a. Pajak Daerah Rp. 3.558.500,- 33,54 - Pajak Kendaraan Bermotor Rp. 550.000,- 5,18 - Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Rp. 900.000,- 8,48 - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Rp . 2.100.000,- 19,79 - Pajak Pengambilan & Pendapatan Air Permukaan Rp. 8.500,- 0,08 b. Retribusi Daerah Rp. 17.994,- 0,17 - Jasa Umum Rp. 14.032,- 0,13 - Jasa Usulan Rp. 3.925,- 0,04 - Perijinan Tertentu Rp. 37,- 0,00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan Rp. 222.692,- 2,69 - Laba Perusahaan Milik Daerah Rp. 219.817,- 2,1 o Perusda Melati Bhakti Satya Rp. 500,- 0,00 o Perusda Kehutanan Rp. 97,- 0,00 o Perusda Perkebunan Rp. 220,- 0,01 o Perusda Pertambangan Rp. 15.000,- 0,14 o Perusda PT. Mandiri Pratama Rp. 4.000,- 0,02 o Perusda Bank Pembangunan Daerah Rp. 200.000,- 1,18 o Perusda Kelistrikan Rp. - - - Investasi Kepada Pihak Ketiga
o Mall Lembuswana Rp. 1.000,- 0,01 o PT Askrida Rp. 1.875,- 0,02 d. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Rp. 504,- 0,00 2. Dana Perimbangan Rp. 4.392.796,- 41,40 a. Bagi Hasil Pajak Rp. 600.000,- 5,65 - Pajak Bumi dan Bangunan Rp. 350,000,- 3,29 - BPHB Rp. - - - PPH Pasal 21 Rp. 250.000,- 2,35 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Rp. 3.687.267,- 34,75 - Provisi Sumber Daya Hutan Rp. 30.000,- 0,28 - Ijin Usaha Pertambangan Rp. 3.600,- 0,03 - Landrent Rp. 4.500,- 0,04 - Iuran Eksplorasi/Royalti Rp. 780.000,- 7,35 - Minyak Bumi Rp. 779.490,- 7,34 - Gas Alam Rp. 2.089.677,- 19,69 c. Dana Alokasi Umum (DAU) Rp. 52.637,- 0,49 d. Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp. 34.616,- 0,32 e. Dana Insentif Daerah Rp. 18.274,- 0,17 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah Rp. 414.013,- 3,90 4. Sisa Lebih Tahun lalu Rp. 1.500.000,- 14,13 TOTAL PENDAPATAN DAERAH Rp. 10.610.522,- 100
## E. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
## 1. Pendapatan daerah dan perusahaan daerah
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dari APBD Provinsi KalimantanTimur tahun 2013. Secara totalitas Pendapatan Asli Daerah memberikan share terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Kaltim 40,56 % dapat dikatagorikan cukup, dengan masing-masing share Pajak Daerah 33,54 %, Retribusi Daerah 0,17 %, Pengelolalaan Kekayaan Yang Dipisahkan 2,10 %, Secara Parsial jika dicermati, share tersebut sangat didominasi pendapatan dari sumber Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , secara keseluruhan 33,45 % . Memperhatikan kondisi diatas, seharus tidak boleh berbangga dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah
yang besar, karena bersumber dari Sumber Daya Alam tidak dapat diperbaharui (Unrenewable) selain itu pelaksanaan pemungutan untuk menghimpun dana tersebut relatif mudah atas obyek pajak yang dikenakan.Seharusnya untuk menjaga keberlanjutan pendapatan daerah yang diorientasikan bersumber yang terbaharukan.
Dalam menggerakan dan memacu perekonomian daerah Pemerintah Provinsi Kaltim membentuk Perusahaan Daerah, dengan Penyertaaan Modal (Investasi) data tahun 2011 Bankaltim Rp 728,915 milyar, Perusda Bara Kaltim Sejahtera Rp 5 milyar, Kehutanan Sulva Kaltim Sejahtera Rp 5 milyar, Perkebunan Kaltim Utama Rp 27 milyar, Listrik Kaltim Rp 126 milyar, Melati Bhakti Satya Rp 32,500 milyar dan Inters Join Operation Body Rp 160 milyar. Keseluruhan sebanyak Rp 1.084,415 milyar diatas Rp 1 Triliun dana diinvestasikan pada perusahaan.
Membangun perusahaan minimal yang harus ditetapkan adalah apakah perusahaan tersebut sebagai Publik Commersial, Publik Utilities atau Publik Service. Prinsip dasar ini harus dicantumkan dalam pembentukan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah. Jika perusahaan didirikan dengan tujuan Publik Comersial, maka wajib laba, jika Publik Utilities, boleh saja kembali pokok dan public Service, tidak masalah rugi yang dibiayaai pendapatan daerah lainnya. Tetapi apa kenyataanya dana sebagai investasi kepada perusahaan daerah tahun 2012 target memberikan keuntungan sebagai share terhadap pendapatan daerah yakni Bankaltim Rp 200 milyar, , Perusda Bara Kaltim Sejahtera Rp 15 milyar, Kehutanan Sulva Kaltim Sejahtera Rp 0,097 milyar, Perkebunan Kaltim Utama Rp 0,22 milyar, Listrik Kaltim Rp ? milyar, Melati Bhakti Satya Rp 0,50 milyar dan Inters Join Operation Body Rp 2,87 milyar. Keseluruhan Keutungan Perusahaan Daerah target tahun 2012 sebesar Rp 222.,69 miliyar Data ini menunjukan mana perusahaan daerah yang harus ditinjau kembali keberadaanya dengan mempertimbangkan ketiga azas tersebut di atas dan keuntungan yang diberikan perusahaan daerah terhadap Pendapatan Daerah. Dengan munguji melalui Marginal Eficiensi Of Capital (MEC). Jangan sampai keberadan Perusahaan Daerah menjadi parasit atau duri dalam daging Pendapatan Daerah/APBD Provinsi Kaltim.
2. Pendapatan daerah Sinergi dengan MP3EI koridor Kaltim.
Berkait dengan Target Pemerintah Pusat melaksanakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dimana Kaltim masuk Koridor 3 Kalimantan dan secara khusus Kalimantan Timur dengan kegiatan Ekonomi Utama Minyak dan Gas, Batu Bara, Bauksit/Alumina, Perkayuaan dan Kelapa Sawit. Guna mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Rencana tersebut dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 32 tahun 2011. Melalui MP3EI ini, tema baru pembangunan diarahkan pada peningkatan nilai tambah, pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif, menjaga keuntungan kompetitif, menekankan pembangunan transportasi yang seimbangan antara darat, laut dan udara dan pendanaan dilakukan kerjasama antara Pemerintah dan swasta.
Pelaksanaan MP3EI dengan mengidentifikasi 25 Infrastruktur meliputi Pembangunan Jalan, Jembatan, Bandara, Pelabuhan, Pulau, dan Pembangkit Tanaga Listrik serta Rel dan Kereta Api. yang mendukung pelaksanaan Kegiatan Ekonomi Utama mulai Perencanaan dan Pelaksanaan serta Pasca kegiatan, yang juga harus mempersiapkan implikasi dan dampaknya terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yang negatif dan postif dalam mendukung pencapaian tujuan. Disinilah peran Pemerintah Provinsi Kaltim untuk menjabarkan rencana besar dari MP3EI khusus berkaitan dengan koridor pembangunan ekonomi utama Kaltim, sehingga sinergi pembangunan dan pendapatan dapat diketahui guna menetapkan kebijakan yang harus dilaksanakan.
## 3. Ekonomi utama pembangunan Kaltim.
Sumber daya alam Kaltim dari pengamatan kisaran sejak tahun 1960 Kaltim jual rotan dan damar, 1970 jual kayu, 1980 jual minyak, 1980 jual gas, 1990 jual emas, 2000 buka hutan bakau untuk tambak udang dan tahun 2010 jual batu bara. Apa yang terjadi kita tinggalkan bekasnya seperti di Loa Kulu, Sanga-Sanga, Anggana, Teluk Bayur, Loa Janan dan Kalian. Kedepan melalui MP3EI Koridor Pembangunan Ekonomi Utama Kaltim akan memperluas dan mengintensifkannya pengeloalaan sumber daya alam tersebut. Percepatan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi, melalui kajian sumber ekonomi yang sangat komparatif dilaksanakan di suatu daerah agar mudah bersaing dalam menghasilkan produk dan harga jual sehingga memungkin dapat
bersaing ditinngkat lokal, nasional, regional dan global. Semua itu harus dilaksanakan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi disatu sisi dan lingkungan dan pemberdayaan dan kearifan lokal disisi lain juga harus mendapat perhatian.
Berkaca data Statistik Kemiskinan Kaltim tahun 2010 secara relatif terutama daerah sebagai lumbung Sumber Daya Alam cukup besar dan beranda Kaltim,Tingkat Kemiskinan cukup tinggi, yakni Kabupaten Malinau 15,13 %, Bulungan 14,58 %, Tana Tidung 13,89 % Nunukan 12,45 %, Kutai Timur 11,39 %, Penajam Paser Utara 10,47 % Kota Tarakan 10,23 % Kabupaten Kutai Barat 9,90 %, Kutai Karartanegara 8,69 %, Kota Bontang 6,67 %, Kabupaten Berau 6,60 %, Kota Samarinda 5,21 % dan Balikpapan 4,07 %. Data menggambarkan daerah pedesaan lebih tinggi dibanding daerah perkotaan tingkat kemiskinan, hal ini menjadi anomaly pembangunan daerah dimana daerah produk tingkat kemiskinan tinggi. Ini tidak lain bagaimana anomali sumberdaya Kaltim dapat terhindar, dengan meninggalkan persoalan kehidupan kini dan masa mendatang, semua ini merupakan tanggung jawab bersama, yang seharusnya diarahkan oleh Pemerintah Provinsi dan Kota/Kabupaten se Kaltim.
## A. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
1. Kesimpulan
Berdasar hasil kajian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Secara totalitas Pendapatan Asli Daerah memberikan share terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Kaltim 40,56 % dapat dikatagorikan cukup, dengan masing-masing share Pajak Daerah 33,54 %, Retribusi Daerah 0,17 %, Pengelolalaan Kekayaan Yang Dipisahkan 2,10 %, Secara Parsial jika dicermati, share tersebut sangat didominasi pendapatan dari sumber Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , secara keseluruhan 33,45 %
b. Memacu perekonomian daerah Pemerintah Provinsi Kaltim membentuk Perusahaan Daerah, dengan Penyertaaan Modal (Investasi) data tahun 2011 Bankaltim Rp 728,915 milyar, Perusda Bara Kaltim Sejahtera Rp 5 milyar, Kehutanan Sulva Kaltim Sejahtera Rp 5 milyar, Perkebunan Kaltim Utama Rp 27 milyar, Listrik Kaltim Rp 126 milyar, Melati Bhakti Satya Rp 32,500 milyar dan Inters Join Operation Body Rp 160 milyar. Keseluruhan sebanyak Rp 1.084,415 milyar.
c. Pelaksanaan MP3EI dengan mengidentifikasi 25 Infrastruktur meliputi Pembangunan Jalan, Jembatan, Bandara, Pelabuhan, Pulau, dan Pembangkit Tanaga Listrik serta Rel dan Kereta Api. yang mendukung pelaksanaan Kegiatan Ekonomi Utama mulai Perencanaan dan Pelaksanaan serta Pasca kegiatan, yang juga harus mempersiapkan implikasi dan dampaknya terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yang negatif dan postif dalam mendukung pencapaian tujuan. Sumber daya alam Kaltim dari pengamatan kisaran sejak tahun 1960 Kaltim jual rotan dan damar, 1970 jual kayu, 1980 jual minyak, 1980 jual gas, 1990 jual emas, 2000 buka hutan bakau untuk tambak udang dan tahun 2010 jual batu bara. Apa yang terjadi kita tinggalkan bekasnya seperti di Loa Kulu, Sanga-Sanga, Anggana, Teluk Bayur, Loa Janan dan Kalian. Kedepan melalui MP3EI Koridor Pembangunan Ekonomi Utama Kaltim akan memperluas dan mengintensifkannya pengeloalaan sumber daya alam tersebut. Percepatan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi, melalui kajian sumber ekonomi yang sangat komparatif dilaksanakan di suatu
daerah agar mudah bersaing dalam menghasilkan produk dan harga jual sehingga memungkin dapat bersaing ditinngkat lokal, nasional, regional dan global. Semua itu harus dilaksanakan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi disatu sisi dan lingkungan dan pemberdayaan dan kearifan lokal disisi lain juga harus mendapat perhatian.
d. Kemiskinan Kaltim tahun 2010 secara relatif terutama daerah sebagai lumbung Sumber Daya Alam cukup besar dan beranda Kaltim,Tingkat Kemiskinan cukup tinggi, yakni Kabupaten Malinau 15,13 %, Bulungan 14,58 %, Tana Tidung 13,89 % Nunukan 12,45 %, Kutai Timur 11,39 %, Penajam Paser Utara 10,47 % Kota Tarakan 10,23 % Kabupaten Kutai Barat 9,90 %, Kutai Karartanegara 8,69 %, Kota Bontang 6,67 %, Kabupaten Berau 6,60 %, Kota Samarinda 5,21 % dan Balikpapan 4,07 %. Data menggambarkan daerah pedesaan lebih tinggi dibanding daerah perkotaan tingkat kemiskinan
2. Implikasi
a. Bagi pemerintah daerah
Kondisi ini harus dilakukan Sinergi Pendapatan daerah dengan MP3Ei, untuk mempercepat perekonomian tumbuh dan berkembang.
b. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama diharapkan mampu melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kinerja belanja daerah Provinsi Kalimantan Timur.
## DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentangKeuangan Negara Undang – undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendahaaraan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang undang Nomor 28 tahunPermendagri nomor 13 tahun 2006 jo 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah nomor 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012.
|
3f45d9e0-7a6d-41af-b93c-30147150fd06 | https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/5535/1642 | Abstrak — Autonomous Underwater Vehicle (AUV) merupakan kendaraan bawah air yang dapat bergerak tanpa kendali manusia dan bermanuver sesuai dengan perintah yang diberikan. AUV memiliki kemampuan manuver yang dinamis untuk melacak lintasan. Kemampuan AUV mencakup untuk beroperasi di daerah yang memiliki dinamika nonlinear dan belum dapat diprediksi. Sehingga dibutuhkan model kontrol berbasis nonlinear untuk meningkatkan kemampuan dan misi AUV. Gerak lateral merupakan salah satu bentuk pergerakan AUV di dalam air. AUV dijaga agar tetap stabil pada lintasan dan kedalaman yang dikehendaki. Pengaturan kestabilan AUV di dalam air pada gerak lateral menggunakan metode Sliding Mode Control (SMC) diharapkan agar respon yang diperoleh menyerupai input referensi sistem linear orde satu dan tetap stabil pada koordinat lintasan yang telah ditentukan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa SMC dapat mempertahankan kestabilan AUV tetap pada lintasan yang telah ditentukan pada 0 radian dengan osilasi maksimal pada lintasan persegi, segitiga dan jajaran genjang sebesar 0,19 radian atau sekitar 10,89 o .
Kata Kunci — AUV, Kestabilan, Gerak Lateral, SMC.
## I. PENDAHULUAN
UV pertama kali dibuat pada pada tahun 1950 di laboratorium fisika terapan Universitas Washington. AUV tersebut digunakan untuk mendapatkan data oseanografi di bawah air es [1].
Pada tahun 1984, sebuah lembaga penelitian yaitu Martin Marietta Aero and Naval System memulai program penelitian dan pengembangan yang diarahkan untuk pengembangan teknologi AUV. Program tersebut fokus pada kontrol dinamis AUV. Tujuan utamanya adalah pengembangan flight control system yang dapat meningkatkan kemampuan misi AUV[2]. AUV memerlukan kestabilan yang kuat untuk berbagai lingkungan dan dinamika nonlinear di dalam air, sehingga dibutuhkan algoritma untuk mengatur kestabilan AUV. AUV memiliki karakteristik mudah terganggu dengan kondisi lingkungan.
Melalui tugas akhir yang berjudul “Pengaturan Kestabilan Autonomous Underwater Vehicle untuk Gerak Lateral Menggunakan Sliding Mode Control ” diharapkan dapat menangani masalah pengaturan kestabilan gerak AUV di dalam air yang nonlinear .
Gambar. 1 AUV Berbentuk Torpedo Dilihat Dari Samping
## II. TOERI DASAR
## A. Pergerakan AUV
AUV yang digunakan memiliki bentuk seperti torperdo dengan sebuah propeller yang terpasang di belakang, satu pasang sirip kiri dan kanan pada bagian belakang untuk bergerak naik turun di dalam air, dan satu pasang rudder atas bawah pada bagian belakang sebagai kemudi untuk bergerak ke kanan dan kiri, seperti ditunjukan pada gambar 1.
AUV dapat bergerak maju dan mengerem dengan memutar propeller belakang, searah atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sedangkan bergerak ke kanan dan ke kiri pada saat berjalan digunakan rudder belakang. Untuk bergerak naik ke atas dari dalam air atau turun ke bawah dari permukaan air pada saat berjalan digunakan sirip belakang. AUV dapat berguling dengan menggerakan kedua sirip secara berlawan, gerak berguling ini biasa disebut dengan istilah gerak roll .
## B. Pemodelan AUV[3]
AUV memiliki 2 kerangka sistem koordinat, yaitu kerangka bumi dan kerangka badan atau sering disebut dengan istilah Earth-Fixed Frame (EFF) dan Body-Fixed Frame (BFF). Dua kerangka tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan persamaan umum dan menggambarkan pergerakan AUV.
merupakan vektor posisi dan orientasi pada koordinat earth-fixed , merupakan vektor kecepatan linear dan anguler pada koordinat body-fixed , dan merupakan gaya dan momen yang bekerja pada kerangka body-fixed , ditunjukan dalam Persamaan 1 dan 2.
## Perancangan Sistem Pengaturan Kestabilan Autonomous Underwater Vehicle (AUV) untuk Gerak Lateral Menggunakan Sliding Mode Control (SMC)
Septian Ainur Rofiq 1 , Rusdhianto Effendie. AK 2 , dan Aries Sulisetyono 3 .
1,2 Jurusan Teknik Elektro, 3 Jurusan Teknik Perkapalan, 1,2 Fakultas Teknologi Industri, 3 Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail : 2 [email protected], 3 [email protected]
A
## Gambar. 2 Kerangka Sistem Koordinat AUV
Gambar. 3 Sumbu Koordinat diputar terhadap kerangka earth- fixed
T T v v v T ] 2 1 [ ] 2 1 [ ] 2 1 [
##
(1)
Entri Persamaan 1 ditunjukan pada Persamaan 2 T N M K T Z Y X T r q p v T w v u v T T z y x
2 1 1 1 2 1
(2)
## 1. Kinematika AUV
Persamaan kinematika AUV dengan acuan koordinat earth- fixed ditunjukan dalam Persamaan 3
1 2 1 ) ( v J
(3)
di mana
z y x 1 (4) ( ) adalah matriks transformasi sudut Euler. Sumbu koordinat diputar terhadap kerangka earth-fixed seperti pada gambar 3, maka akan menghasilkan matriks pada Persamaan 5.
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1
c s s c z C c s s c y C c s s c x C (5)
Kombinasi 3 putaran pada sumbu koordinat, diperoleh matriks ( ) seperti pada Persamaan 6.
s c s c s s s s s c s s s c c c s s c c s s s s c c s s c
(6)
di mana
cos sin c s (7)
## 2. Dinamika AUV
Berdasarkan hukum Newton 2, diperoleh persamann gerak AUV yang diasumsikan sebagai benda tegar, jumlah gaya yang bekerja samadengan massa dikali dengan percepatan benda, dituliskan dalam permsaan matematika ditunjukan pada Persamaan 8.
) ( ) ( ) ( ( 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 v v v r m v I v v I r v v r v v v v m a m G o o G G (8)
di mana
m = massa total dari AUV (kg)
a = percepatan (m/s 2 )
o I = inersia tensor AUV yaitu berupa matrik simetri yang definit positif (kg.m 2 )
Hasil dari penjabaran persamaan umum gerak 6 degree of freedem (DOF) diperoleh 3 persamaan untuk gerak translasi yaitu surge, sway, heave dan 3 persamaan untuk gerak rotasi yaitu roll, pitch, yaw ditunjukan Persamaan 9.
) ( ) ( ) ( 2 2 q pr z r pq y r q x wq vr u m X G G
G ) ( ) ( ) ( 2 2 r pq x p qr z p r y ur wp v m Y G G
G ) ( ) ( ) ( 2 2 p rp y q rp x q p z vp uq w m Z
G G G ) ( ) ( ) ( ur wp v z vp uq w y m qr I I p I K G G yy zz xx ) ( ) ( ) ( vp uq w x wp vr u z m rp I I q I M G G zz xx yy ) ( ) ( ) ( wp vr w y ur wp v x m pq I I r I N G G xx yy zz (9)
3. Gaya Hidrodinamika Dalam proses pemodelan dinamika AUV gaya hidrodinamika merupakan gaya yang paling sulit untuk dicari. Gaya hidrodinamika berhubungan dengan kecepatan dan percepatan. Gaya hidrodinamika ditentukan berdasarkan koefisien yang relevan dari gaya-gaya tersebut.
Koefisien gaya hidrodinamika dihitung melalui pendekatan empiris jika sudah diketahui kecepatan dan percepatan selama bergerak. Gaya hidrodinamika pada AUV dapat dibagi menjadi 3, yaitu gaya hambat ( drag force ), gaya angkat ( lift force ), dan gaya added mass (added mass force) .
a) Gaya Hambat (Drag Force)
Gaya drag merupakan gaya yang menolak gerakan benda pada saat melalui cairan. Gaya drag terdiri dari gaya gesek dan gaya tekan. Gaya drag dibagi menjadi 4 bagian, yaitu radiasi induksi, gesekan kulit, gaya tarik gelombang, dan gaya tarik akibat vortex medding .
Gaya yang akan dihitung merupakan gaya drag yang sejajar dengan sumbu x yang merupakan hambatan aksial, dan gaya drag yang tegak lurus dengan sumbu x yang merupakan hambatan crossflow . Ketika AUV bergerak 6 DOF, gaya
hidrodinamik sangat tidak linear . Gaya drag dicari menggunakan Persamaan 10
2 2 1 V A C D f D (10)
Dengan = massa jenis cairan
D C = koefisien gaya drag
f A = luas penampang yang menimbulkan gaya drag
V = kecepatan aliran cairan
## b) Gaya Angkat (Lift Force)
Ketika AUV berpindah melalui cairan dan membentuk sudut terhadap cairan tersebut, maka cairan akan terpisah. Tekanan di atas permukaan AUV menurun dan tekanan di bawah permukaan AUV meningkat. Daya angkat yang dibangkitkan tegak lurus terhadap aliran air yang mengenai bagian luar AUV. Jika titik angkat efektif yang digunakan tidak tepat pada koordinat body-fixed , maka akan terjadi momen. Besarnya gaya dan momen lift dicari menggunakann Persamaan 11.
2 2 1 V A C L f L dan 2 2 1 V A C M f M (11)
= massa jenis cairan
L C = koefisien gaya lift
M C = koefisien momen lift
f A = l;uas penampang yang menimbulkan gaya drag
V = kecepatan aliran cairan
## c) Gaya Added Mass (Added Mass Force)
Pada dinamika fluida, sebuah percepatan atau perlambatan benda akan memindahkan volume yang menempati cairan pada perpindahan akhir. Karena objek dan cairan tidak dapat menempati ruang fisik yang sama secara simultan. Pada saat AUV berpindah, cairan juga akan menambah gaya untuk berpindah secara bersamaan. Fenomena tersebut samadengan menambah inersia pada AUV, penambahan inersia disebut dengan istilah gaya added mass. Besarnya gaya dan momen added mass dicari menggunakan Persamaan 12.
dS n P F B S a dan B S a dS n r P M ) ( (12)
Dengan P = tekanan pada permukaan dS
n = vektor normal
r = posisi vektor pada dS
B S = keseluruhan daerah diluar lintasan AUV
4. Sliding Mode Control (SMC)[5]
SMC merupakan metode pengontrolan menggunakan pengaturan switch berkecepatan tinggi untuk menggerakan lintasan state dari sebuah plant menuju permukaan luncur atau sliding surface . Proses untuk mengarahkan state plant menuju sliding surface disebut dengan istilah reching mode .
Proses untuk mempertahankan state plant tetap pada lintasannya disebut dengan sliding mode . Hitting time adalah waktu yang dibutuhkan oleh state trajectory sebuah sistem dari kondisi awal menuju permukaan luncur yang telah
ditentukan. Chattering adalah perubahan sinyal kontrol dengan frekuensi tinggi yang timbul akibat fungsi switch pada aksi kontrol, sehingga untuk mengurangi perubahan sinyal kontrol tersebut dilakukan perubahan pada nilai sinyal kontrol.
a) Permukaan Luncur (Sliding Surface)
Sebuah sistem linear dinyatakan dalam Persamaan 13 dalam persamaan state ̇( ) ( ) ( ) (13) Sinyal kontrol susuai dengan Persamaan 14
(14) Substitusi Persamaan 14 ke dalam persmaan 13 sehingga diperoleh persamaan sistem loop tertutup pada Persamaan 15. ̇( ) ( ) ( ) (15) Sliding surface dipilih dengan mempertimbangkan lintasan state dapat menuju permukaan luncur dalam waktu yang terbatas dan state sistem dapat bertahan pada sliding surface . Persamaan sliding surface dinyatakan dalam Persamaan 13. ( ) * ( ) ( ) ∫ ̇( ) + (16) ( ) dan ( ) merepresentasikan posisi awal dari ( ) , matrik dipilih agar agar dapat dicari inversnya.
## b) Sinyal Kontrol SMC
Sinyal kontrol pada SMC terdiri dari 2 jenis, yaitu sinyal ekivalen dan sinyal kontrol natural. Sinyal kontrol ekivalen merupakan sinyal kontrol yang berfungsi memaksa state menuju permukaan luncur. Sinyal kontrol ekivalen diperoleh dari turunan persamaan permukaan luncur yaitu ̇ . Substitusi persamaan ̇ dan Persamaan 12 ke dalam Persamaan 13, sehingga diperoleh Persamaan 17.
̇( ) [( ( ) ( )) ( ) ( )] (17) Dengan
( ) ( ) ( ) (18)
Turunan permukaan luncur ditunjukan pada Persamaan 19 ̇( ) ( ) ( ) (19) Sinyal kontrol natural merupakan sinyal kontrol yang mempertahankan state pada sliding surface atau permukaan luncur. Untuk mendesain sinyal kontrol natural menggunakan analisa kestabilan Lyapunov. Persamaan kestabilan Lyapunov ditunjukan pada Persamaan 20.
( ) (20)
kemudian Persamaan 20 diturunkan menjadi Persamaan 21 ̇( ) ̇ (21) Syarat kestabilan Lyapunov terpenuhi jika ̇( ) , sehingga diperoleh nilai ̇( ) , atau ̇ , atau . Dapat dituliskan pada prsamaan 22. , maka , maka (22)
Sehingga akan terjadi aksi untuk mempertahankan lintasan state tetap berada pada permukaan luncur atau sliding surface . Rumus sinyal kontrol natural ditunjukan pada Persamaan 23
( ) ( ) (23) Untuk mengurangi chattering , fungsi diskontinyu signum diganti dengan fungsi saturasi, sehingga rumus sinyal kontrol natural seperti pada Persamaan 24
( ) ( ) (24)
Gambar. 4 Diagram Blok Sistem Keseluruhan
Penjumlahkan sinyal kontrol ekivalen dengan sinyal kontrol natural diperoleh persamaan sinyal kontrol pada Persamaan 25 ( ) ( ) (25)
## III. PERANCANGAN SISTEM
## A. Gambaran Sistem
AUV merupakan benda tegar yang dapat bergerak di dalam air dan memiliki 6 DOF. 3 DOF untuk gerak rotasi dan 3 DOF untuk gerak translasi. Diagram blok sistem yang ingin dibangun ditunjukan pada gambar 4.
AUV yang digunakan berbentuk kapal selam mini yang dibuat oleh Universitas Quensland, menyerupai bentuk seperti torpedo dengan panjang 1,5 m, diameter 0,15 m. AUV tersebut telah diuji dan diperoleh paramteter-parameternya[4].
## B. Model Matematika AUV
AUV diidentfikasi secara fisik, sehingga diperoleh model dinamika yang menyatakan 6 DOF AUV. 6 DOF tersebut adalah gerak yaw, pitch, roll, surge, sway dan heave . Model tersebut dinyatakan dalam persaman state seperti ditunjukan pada Persamaan 26. AUV tersebut memiliki parameter ditunjukan pada tabel 1
T r q p w z v y u x X
##
N zz M yy K xx Z Y X xx yy G G zz zz xx G G yy yy zz G G xx G G G G G G G G G I I I m m m pq I I wp vr w y ur wp v x m I r rp I I vp uq w x wp vr u z m I q qr I I ur wp v z vp uq w y m I p p rp y q rp x q p z vp uq w r pq x p qr z p r y ur wp v q pr z r pq y r q x wq vr u X 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 ) ( ) ( ) ( 1 ) ( ) ( ) ( 1 ) ( ) ( ) ( 1 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2
(26)
## C. Perancangan SMC
Kontroler berfungsi untuk mengatur sistem agar memiliki output sesuai dengan input referensi yang diberikan. Kontroler yang digunakan adalah SMC, diharapkan output sistem yang dihasilkan dapat mengikuti lintasan yang diberikan. Kontroler yang digunakan untuk mengatur pergerakan lateral AUV.
Output sistem diharapkan menyerupai output sistem orde 1 dengan persamaan fungsi alih . Dilakukan subsitusi output AUV dengan sistem yang dijadikan referesi dinyatakan pada Persamaan 27.
(27)
Diperoleh persamaan error
ditunjukan pada Persamaan 28.
(28)
Pada saat ̇ dalam keadaan stabil, maka ̇ , sehingga Persamaan error dapat dinyatakan pada Persamaan 29. ̇ (29)
Jika , diperoleh persamaan untuk sliding surface ditunjukan persaman 30.
̇ (30) Gerak lateral AUV dinyatakan dalam Persamaan 31.
N zz G G zz zz xx yy I wp vr w y ur wp v x I m pq I I I r 1 ) ( ) ( ) ( (31)
Persamaan 28 dilakukan linearisasi terhadap deflexion rudder ( ) ( ) , diperoleh persamaan fungsi alih orde 2 yang memiliki persamaan umum seperti ditjunjukan pada Persamaan 32.
( ) ( ) ( ) (32)
Parameternya ditunjukan pada Persamaan 33
( ) ( ) ( ) ( ) ( ̇ ) ( ) ̇ (33)
Tabel 1. Parameter Utama AUV Parameter Simbol Nilai Satuan Massa m 18.826 Kg Momen inersia X Ixx 0.0727 Kg.m 2 Momen inersia Y dan Z Iyy = Izz 1.77 Kg.m 2 Panjang L 1.391 m Diameter lambung R 0.076 m Jarak fin dengan pusat berat Xfin 0.537 m Jarak Pusat Massa dengan Pusat Gravitasi [Xg, Yg, Zg] [-0.0012 0 0.0048] m Gaya Buoyancy B 184.6793 Kg.m/s 2
Gambar .5 Lintasan AUV dengan Bentuk Persegi
Analisa kestabilan Lyapunov menyatakan sebuah sistem akan stabil jika ̇( ) ̇
.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh besar sinyal kontrol ditunjukan pada Persamaan 34.
( ) ( ) ( ) (34)
Nilai ( ) dan ( ) ditunjukan pada Persamaan 35
( ) ( )
( ) ( ( )) ̇ ̈ (35)
## D. Perencanaan Lintasan Gerak Lateral
Koordinat lintasan gerak yang ingin dicapai ada 3 macam lintasan, yaitu berupa lintasan persegi, segitiga dan trapesium. Lintasan dengan bentuk persegi memiliki titik koordinat pada sumbu X = [0 80 210 390 400 400 390 210 200 200 210] dan sumbu Y = [0 0 150 150 160 340 350 350 340 160 150].
Lintasan dengan bentuk segitiga memiliki titik koordinat pada sumbu X = [0 80 110 190 200 155 145 100 110] dan sumbu Y = [0 0 100 100 110 200 200 110 100]. Lintasan dengan bentuk jajaran genjang memiliki titik koordinat pada sumbu X = [0 80 110 190 210 240 220 160 140 90 110] dan sumbu Y = [0 0 50 50 60 190 200 200 190 60 50 ]. Lintasan yang ingin dicapai oleh AUV berbentuk persegi, segitiga dan jajaran genjang dapat dilihat pada Gambar 5, 6 dan 7.
## E. Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan simulasi sistem dan perancangan kontroler yaitu menggunakan Matlab 2012b.
Gambar. 6 Lintasan AUV dengan Bentuk Segitiga
Gambar.7 Lintasan AUV dengan Bentuk Jajaran Genjang
Gambar. 8 Pergerakan AUV pada Sumbu X dan Y dengan kontroler SMC
## IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA
Simulasi yang dilakukan yaitu dengan menjalankan plant yang telah dimodelkan pada perangkat lunak matlab, kemudian diberikan kontroler untuk mengatur agar tetap stabil dan tetap pada lintasan yang diperintahkan.
## A. Lintasan Persegi
AUV diberikan perintah untuk bergerak menyelam pada kedalam 10 m, kemudian bergerak melewati koordinat yang diberikan berupa lintasan berbentuk persegi seperti ditunjukan pada gambar 5, diapatkan respon pergerakan AUV seperti ditunjukan pada gambar 8. Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada gambar 9.
Parameter Simbol Nilai Satuan Momen gaya lift sirip 𝑁 𝑢𝑢𝛿𝑟 -6.08 kg/rad Momen badan dan sirip 𝑁 𝑢𝑣 -24 kg Gaya added mass 𝑁 𝑟̇ -4.3 kg.m 2 /rad 2
Gaya Added mass silang dan gaya lift sirip 𝑁 𝑢𝑟 -4.93 kg.m/rad
Gambar. 9 Sinyal Kontrol SMC pada Lintasan Persegi
Gambar.10 Pergerakan AUV pada Lintasan Segitiga dengan SMC
## Gambar. 11 Sinyal Kontrol SMC pada Lintasan Segitga
## B. Lintasan Segitiga
AUV diberikan perintah untuk bergerak menyelam pada kedalam 10 m, kemudian bergerak melewati koordinat yang diberikan berupa lintasan berbentuk persegi seperti ditunjukan pada Gambar 6, diapatkan respon pergerakan AUV seperti ditunjukan pada Gambar 10.
Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 11.
## C. Lintasan Jajaran Genjang
AUV diberikan perintah untuk bergerak menyelam pada kedalam 10 m, kemudian bergerak melewati koordinat yang diberikan berupa lintasan berbentuk persegi seperti ditunjukan pada Gambar 7, diperoleh respon pergerakan AUV seperti ditunjukan pada Gambar 12.
Gambar. 12 Pergerakan AUV pada Lintasan Jajaran Genjang dengan SMC
Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar. 13 Sinyal Kontrol SMC pada Lintasan Jajaran Genjang
## V. KESIMPULAN
Hasil simulasi pergerakan AUV pada lintasan berbentuk persegi, segitiga dan jajaran genjang menggunakan SMC dapat disimpulkan bahwa SMC dapat memaksa pergerakan agar selalu stabil pada lintasannya 0 radian dengan osilasi maksimal pada lintasan persegi, segitiga dan jajaran genjang sebesar 0,19 radian atau sekitar 10,89 o .
Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 9, 11 dan 13 menunjukan bahwa terjadi chatering yaitu perubahan sinyal kontrol dengan frekuensi tinggi yang timbul akibat fungsi switch pada aksi kontrol untuk mempertahankan posisi AUV tetap pada lintasan.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] D.R. Blidberg, “The Development of Autonomous Underwater Vehicles (AUVs); A Brief Summary”, 2001
[2] F. Dougherty, “An autonomous underwater vehicle (auv) flight control system using sliding mode control”, Martin Marietta Aero & Naval Systems, CH2585-8/88/0000, IEEE, 1988.
[3] C. Yang, “Modular modeling and control for autonomous underwater vehicle (AUV)”, Thesis Submitted National University Of Singapore, 2007 .
[4] P. Ridley, “Submarine dynamic modeling”, School Of Mechanical Engineering, Australia, 2003.
[5] T. Fatmila, “Kontrol tracking pada sistem pendulum-kereta menggunakan fuzzy-integral sliding mode control”, Tugas Akhir, ITS, 2013.
|
a0ebd40b-84a8-4e94-9f47-6a0b2946c4db | https://journal2.um.ac.id/index.php/jktpk/article/download/16722/8498 |
## Ilmu Pendidikan Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan
Volume 6 Nomor 1 Juni 2021, 33-42 ISSN 2549-7774 (online) & 2548-6683 (print) DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um027v6i12021p033 Journal Homepage: http://journal2.um.ac.id/index.php/jktpk
## © 2021 Aditya Chandra Setiawan
Cara mengutip: Setiawan, A. C. (2021). Kesiapan Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, 6 (1), 33-42. http://dx.doi.org/10.17977/um027v6i12021p033
## Kesiapan Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19
## Aditya Chandra Setiawan
1 * 1 Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Jl. Lidah Wetan, Surabaya, Jawa Timur, 60123, Indonesia
## Abstract
This study describes the factors of readiness of students to follow online learning during the covid-19 pandemic; and discover the factors that formed about the readiness of students to follow online learning during the covid-19 pandemic. The research method used is quantitative-explorative approach with EFA (Exploratory Factor Analysis) model and factor analysis assumption test. The respondents to the study were students of the Faculty of Education, State University of Surabaya as of the 2019/2020 school year a total of 4,244 respondents. Sampling using sampling techniques is simple random sampling, quota sampling and a total of 221 respondents. This study concluded that there are 20 (twenty) indicator items identified based on the results of previous research and found 6 (six) factors of student readiness to follow online learning during the covid-19 pandemic formed from indicators.
## Keywords
factor analysis; readiness; online learning; covid-19 pandemic
## Abstrak
Penelitian ini mendeskripsikan faktor kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19; dan menemukan faktor yang terbentuk tentang kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif-eksploratif dengan model EFA ( Exploratory Factor Analysis ) dan uji asumsi analisis faktor. Responden penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya per tahun ajaran 2019/2020 sejumlah 4.244 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling , quota sampling dan sejumlah 221 responden. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat 20 (dua puluh) butir indikator yang diidentifikasi berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan menemukan 6 (enam) faktor kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 yang terbentuk dari indikator-indikator.
## Kata kunci
analisis faktor; kesiapan; pembelajaran daring, pandemi covid-19
## PENDAHULUAN
Perkembangan kondisi masyarakat di seluruh dunia dewasa ini cukup memprihatinkan, karena adanya pandemi covid-19 yang melanda hampir semua negara. Tak terkecuali Indonesia yang teridentifikasi pada awal tahun 2020, yang mana secara kuantitiatif angka positif dan kematian terdampak virus tersebut cenderung naik setiap waktunya. Data menyebutkan bahwa per 19 Oktober 2020 terdapat 365.240 positif, 12.617 meninggal dan 289.243 sembuh di Indonesia (Satgas Covid-19, 2020). Pandemi sangat berdampak pada kehidupan masyarakat dari berbagai lapisan, tak hanya masalah kesehatan, bahkan aspek ekonomi yang cenderung signifikan terdampak. Hasil penelitian (Nasution dkk, 2020) menyatakan bahwa dampak pandemi covid-19 menyebabkan rendahnya sentimen investor terhadap pasar yang pada akhirnya membawa pasar ke arah cenderung negatif. Arah pasar negatif tentu berdampak pada
*Penulis koresponden Aditya Chandra Setiawan 📧 [email protected]
masyarakat yang berprofesi sebagai pengusaha bahkan karyawan dan buruh, pemutusan hubungan kerja pegawai tentu tak terhindarkan.
Selain aspek kesehatan dan ekonomi, aspek pendidikan juga terdampak pandemi, hal tersebut dibuktikan dengan diberlakukannya work from home dan school from home sehingga mengakibatkan ketidaksiapan unit sekolah dalam mengantisipasi pembelajaran di masa pandemi covid-19. Hal tersebut juga memunculkan kendala yang dihadapi dunia pendidikan hingga saat ini, yang meliputi penguasaan teknologi masih kurang, penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan bagi orang tua dalam mendampingi anak belajar, komunikasi dan sosialisasi antar peserta didik, pendidik dan orang tua menjadi berkurang dan yang paling memprihatinkan yaitu jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi pendidik karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua, pendidik lain, dan kepala sekolah demi terjadanya kualitas pembelajaran (Purwanto dkk, 2020).
Dampak pandemi yang dirasakan dunia pendidikan sangat kompleks, mulai dari sistem pendidikan hingga pengelolaan pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan yang di ‘paksa’ untuk beradaptasi dengan teknologi. Tak terkecuali pada jenjang pendidikan tinggi, dampak sangat terasa dengan adanya kebijakan pembelajaran daring mulai bulan April oleh Kemendikbud. Tentu kondisi seperti ini akan memengaruhi proses akademik di kampus, baik layanan pada mahasiswa maupun pembelajaran. Sehingga seluruh institusi di pendidikan tinggi berlomba-lomba memformulasikan strategi untuk menghadapi kendala pembelajaran dalam masa pandemi covid-19. Munculnya gagasan Cyber University yang menawarkan berbagai model pembelajaran dengan sistem daring dan pemutakhiran kurikulum program studi (prodi) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar (Karim, 2020). Disisi lain, terdapat peluang-peluang yang dapat diambil perguruan tinggi saat pandemi covid-19 yaitu penyelengaraan perkuliahan jarak jauh untuk menarik animo mahasiswa dan calon mahasiswa dari seluruh penjuru wilayah, percepatan kinerja kampus guna meningkatkan peringkat pada klaster perguruan tinggi, dan mempertimbangkan penyelenggaraan perkuliahan daring khusus karyawan (Indrawati, 2020). Namun semua terobosan dan inovasi yang digagas tersebut akan ditentukan dengan mengukur sejauh mana kesiapan sistem pendidikan pada perguruan tinggi dalam menyelenggarakan layanan pendidikan di masa pandemi covid-19 dan berbagai tantangannya.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan perguruan tinggi dalam menyikapi kesiapan sistem dan layanan pendidikan yaitu dengan memulai merancang strategi perubahan yang inovatif dan senantiasa melakukan pengembangan diri pada setiap kampus dengan memanfaatkan segala potensi serta sumber daya yang dimiliki. Lewin dalam (Robbins & Judge, 2015) menawarkan 3 (tiga) tahap dalam menghadapi suatu perubahan yaitu dengan melakukan unfreezing, movement dan refreezing .
Langkah pertama unfreezing yaitu perguruan tinggi berusaha mengubah strategi untuk mengatasi tekanan dari resistensi individu dan kesesuaian kelompok (kondisi pandemi). Langkah kedua movement yaitu proses perubahan yang dilakukan perguruan tinggi untuk mengubah strategi organisasi dari status quo ke keadaan akhir (pasca-pandemi) yang diinginkan. Langkah ketiga refreezing yaitu perguruan tinggi menstabilkan intervensi perubahan dengan menyeimbangkan kekuatan pendorong (untuk menjauh dari kondisi status quo /pandemi) dan kekuatan penahan (hal yang menghambat gerakan stabilitas kondisi di masa pandemi). Manajemen perubahan yang dilakukan perguruan tinggi harus diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia dan non-manusia yang dimiliki, salah satunya terkait kesiapan sisi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran daring di perguruan tinggi pada masa pandemi covid-19. Kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring tentu harus dipandang secara komprehensif. Kesiapan didefinisikan sebagai penyiapan diri secara mental atau fisik untuk beberapa pengalaman atau tindakan tertentu (Koon & Teddy, 2005). Selain itu, kesiapan pembelajaran daring menentukan apakah suatu institusi dan mahasiswanya siap secara psikologis dan teknis serta memiliki peralatan untuk menerapkan pembelajaran daring (Borotis et.al, 2008). Terdapat beberapa kategori dalam mengukur kesiapan pembelajaran daring menurut pendapat (Aydın & Tasci, 2005) yaitu (1) sumber daya manusia; (2) sistem manajemen pembelajaran; (3) peserta didik; (4) konten; (5) teknologi informasi; (6) keuangan; dan (7) vendor. Sedangkan (Contreras & Hilles, 2014) mengukur kesiapan pembelajaran daring dari perspektif peserta didik yaitu (1) akses teknologi; (2) ketrampilan teknologi; dan (3) sikap terhadap pembelajaran daring. Pendapat lain terkait model pengukuran kesiapan pembelajaran daring yaitu adanya faktor (1) kesiapsiagaan peserta didik; (2) kesiapsiagaan pendidik; (3) infrastruktur teknologi
## Gambar 1. Tiga Langkah Model Perubahan Kurt Lewin (Robbins & Judge, 2015)
informasi; (4) dukungan manajemen; (5) budaya sekolah; dan (6) preferensi untuk bertemu tatap muka (Koon & Teddy, 2005).
Model pengukuran kesiapan pembelajaran menurut (Coopasami et.al, 2017) yaitu (1) kesiapan psikologis; (2) kesiapan teknologi; (3) kesiapan peralatan; dan (4) kesiapan pembelajaran secara keseluruhan. Hasil penelitian lain yaitu mengemukakan model pengukuran kesiapan pembelajaran daring meliputi (1) kesiapan keterampilan teknologi; (2) kesiapan peralatan/infrastruktur; (3) kesiapan gaya belajar online; (4) kesiapan sikap; (5) kesiapan sumber daya manusia; (6) kesiapan budaya; (7) kesiapan lingkungan; dan (8) kesiapan keuangan (Navani & Ansari, 2016). Model pengukuran lain yaitu mempertimbangkan faktor (1) sumber daya manusia; (2) organisasi; (3) teknologi; (4) materi pembelajaran daring; (5) keuangan; dan (6) infrastruktur (Fariani, 2013). Penelitian terakhir menawarkan model pengukuran kesiapan pembelajaran daring sebagai berikut (1) penggunaan internet untuk pendidikan; (2) frekuensi pelatihan pendidik; (3) kesiapan penggunaan internet untuk pendidikan; dan (4) strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran daring (Vate-U-Lan, 2020). Merujuk beberapa hasil penelitian terkait kesiapan pembelajaran daring tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat bermacam-macam model pengukuran yang telah digunakan dalam penelitian terdahulu.
Penelitian ini mengembangkan kerangka pola pikir tersendiri atau ‘sementara’. Pola pikir yang dimaksud yaitu mengelompokkan kajian literatur yang mempertimbangkan substansi komponen dan kesamaan makna dalam konteks masalah kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19. Karena posisi faktor masih belum jelas dan acak sehingga perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut. Adapun hasil pengelompokan yang akan dieksplorasi dalam bentuk item pernyataan/pertanyaan pada Tabel 1.
Tabel 1 menjelaskan bahwa pola pikir terbentuk atas dasar pertimbangan kesamaan makna dan substansi pada beberapa hasil penelitian terdahulu. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya 20 item pernyataan/ pertanyaan sebagai pola pikir ‘sementara’ yang mana pada setiap item secara acak ditemukan dalam hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan rasionalitas masalah dan state of the art yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan faktor kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19; dan menemukan faktor yang terbentuk tentang kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. Sehingga urgensi dalam penelitian ini akan diketahui seberapa tinggi tingkat kesiapan mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran daring berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya dan hal ini menjadi inovasi ( novelty ) dalam pembelajaran pada perguruan tinggi yang mengadopsi sistem
Tabel 1. Pola Pikir Penelitian Berdasarkan Hasil Penelitian Terdahulu
No Item Pernyataan/Pertanyaan
1 Anda memiliki komputer dan akses internet yang memadai
2 Teknologi informasi membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif
3 Anda mampu mencari berbagai sumber informasi dengan internet
4 Anda mampu menggunakan berbagai aplikasi dalam komputer untuk menyelesaikan tugas
5 Anda lebih sering berinteraksi dalam pembelajaran daring dibanding pembelajaran tatap muka
6 Anda cepat memberikan respon/umpan balik pada pembelajaran daring
7 Pembelajaran daring dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
8 Pembelajaran daring membuat proses pembelajaran lebih terorganisasi
9 Biaya untuk pembelajaran daring lebih murah
10 Tidak semua mahasiswa memiliki akses internet
11 Persiapan infrastruktur teknologi dan informasi untuk pembelajaran daring memerlukan pembiayaan yang besar
12 Anda tidak mampu menggunakan teknologi
13 Respon yang tertunda dari dosen membuat frustasi mahasiswa
14 Kebijakan pemerintah sebagai faktor pendukung untuk menggunakan pembelajaran daring 15 Generasi muda sekarang lebih menyukai pembelajaran jarak jauh 16 Infrastruktur teknologi, informasi dan komunikasi mendukung pembelajaran jarak jauh
17 Harga komputer yang semakin murah mendukung penggunaan pembelajaran daring
18 Sumber pembelajaran terbuka di Internet memberikan prospek yang cerah untuk pembelajaran daring 19 Anda akan merekomendasikan pembelajaran daring ke sesama mahasiswa 20 Bagaimana pendapat Anda mengenai pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19?
dalam jaringan (daring) baik itu sinkronus maupun asinkronus, serta disisi lain akan memunculkan kebijakan- kebijakan baru dalam siste pembelajaran di perguruan tinggi selama masa pandemi.
## METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis faktor-eksploratori. Analisis faktor adalah teknik interdependensi yang tujuan utamanya untuk menentukan struktur yang mendasari di antara variabel dalam suatu analisis (Hair et.al , 2013). Pendapat lain mengatakan bahwa analisis faktor mencoba menemukan dimensi umum yang mendasari dalam data dan terutama berkaitan dengan varians umum (Field, 2018). Responden penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Adapun populasi responden berdasarkan data (PDDIKTI, 2020) per tahun ajaran 2019/2020 sejumlah 4.244 responden. Proses pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling , quota sampling dan incidental sampling . Karena pada masa pandemi covid-19 adanya himbauan pembatasan tatap muka dan physical distancing dari pemerintah, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak melalui penyebaran link Google Form ke setiap WAG (WhatsApp Group ) kelas mahasiswa di lingkungan FIP Unesa dan ditentukan pula kuota responden sejumlah 221 responden. Asumsinya yaitu dengan tercapainya jumlah responden sesuai kuota maka proses pengumpulan data dihentikan dan telah memenuhi kaidah ilmiah. Adapun proses ujicoba instrumen dilakukan di Fakultas Bahasa dan Seni Unesa dengan sampel 47 responden. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dan terbuka dengan bantuan media Google Form, karena adanya pembatasan tatap muka dan mempertimbangkan faktor kesehatan
## Tabel 2. Jabaran Item Pernyataan/Pertanyaan
No Item Pernyataan/Pertanyaan Butir Soal Kuesioner 1 Anda memiliki komputer dan akses internet yang memadai X1 Tertutup 2 Teknologi informasi membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif X2 Tertutup 3 Anda mampu mencari berbagai sumber informasi dengan internet X3 Tertutup 4 Anda mampu menggunakan berbagai aplikasi dalam komputer untuk menyelesaikan tugas X4 Tertutup 5 Anda lebih sering berinteraksi dalam pembelajaran daring dibanding pembelajaran tatap muka X5 Tertutup 6 Anda cepat memberikan respon/umpan balik pada pembelajaran daring X6 Tertutup 7 Pembelajaran daring dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja X7 Tertutup 8 Pembelajaran daring membuat proses pembelajaran lebih terorganisasi X8 Tertutup 9 Biaya untuk pembelajaran daring lebih murah X9 Tertutup 10 Tidak semua mahasiswa memiliki akses internet X10 Tertutup 11 Persiapan infrastruktur teknologi dan informasi untuk pembelajaran daring memerlukan pembiayaan yang besar X11 Tertutup 12 Anda tidak mampu menggunakan teknologi X12 Tertutup 13 Respon yang tertunda dari dosen membuat frustasi mahasiswa X13 Tertutup 14 Kebijakan pemerintah sebagai faktor pendukung untuk menggunakan pembelajaran daring X14 Tertutup 15 Generasi muda sekarang lebih menyukai pembelajaran jarak jauh X15 Tertutup 16 Infrastruktur teknologi, informasi dan komunikasi mendukung pembelajaran jarak jauh X16 Tertutup 17 Harga komputer yang semakin murah mendukung penggunaan pembelajaran daring X17 Tertutup 18 Sumber pembelajaran terbuka di Internet memberikan prospek yang cerah untuk pembelajaran daring X18 Tertutup 19 Anda akan merekomendasikan pembelajaran daring ke sesama mahasiswa X19 Tertutup 20 Bagaimana pendapat Anda mengenai pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19? X20 Terbuka
serta keamanan dalam proses pengumpulan data, sedangkan pengukuran kuesioner menggunakan Skala Likert dengan 4 (empat) pilihan jawaban. Berikut jabaran variabel kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring pada Tabel 2.
Analisis data yang digunakan yaitu Exploratory Factor Analysis (EFA) atau biasa disebut juga Principle Component Analysis (PCA), teknik tersebut untuk mengeksplorasi indikator-indikator yang telah ada terkait kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring yang nantinya memenuhi keperluan pengelompokan indikator atau variabel baru berdasarkan hasil penelitian. Hal tersebut diperjelas oleh (Hair et al., 2013) yang menyatakan bahwa ciri khas EFA adalah faktor-faktor tersebut berasal dari hasil statistik, bukan dari teori. Adapun uji asumsi yang harus dipenuhi yaitu (1) Uji Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling - Measures of Sampling Adequacy (KMO-MSA); (2) Uji Bartlett’s dan (3) Anti- Image Correlation . Sedangkan analisis faktor eksploratori dapat dilihat dari hasil (1) Total Variance Explained (Scree Plot) ; (2) Communalities ; (3) Factor Loading ; dan (4) Rotate Factor . Keseluruhan proses analisis EFA dan uji asumsi dibantu dengan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 22 for Windows .
## HASIL
Deskripsi Responden Adapun deskripsi responden penelitian dengan teknik cross-tabulation ( crosstab ) berdasarkan jenis kelamin dan angkatan mahasiswa FIP Unesa, dalam bentuk diagram batang. Gambar 2 menjelaskan bahwa distribusi responden penelitian di FIP Unesa didominasi oleh angkatan 2020 sejumlah 142 perempuan dan 18 laki-laki; angkatan 2019 sejumlah 20 perempuan dan 8 laki-laki; angkatan 2018 sejumlah 7 perempuan dan 4 laki-laki; angkatan 2017 sejumlah 19 perempuan dan 3 laki-laki; serta angkatan 2016 sejumlah 0 perempuan dan 0 laki-laki, sehingga total keseluruhan sejumlah 221 responden. Uji Asumsi
Berdasarkan hasil analisis Tabel 3, uji asumsi analisis faktor menggunakan KMO- MSA diperoleh nilai 0,804 > 0,5 yang artinya data analisis faktor telah sesuai. Tabel 4 menjelaskan bahwa adanya korelasi secara parsial yang dilihat dari tabel output anti-image correlation . Nilai yang diperoleh secara keseluruhan berada pada posisi > 0,5.
Analisis Faktor Kesiapan Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran Daring Adapun 6 (enam) komponen tersebut, sejumlah 60% (60,570%) menyerap seluruh informasi dari 19 komponen, yang mana hasil tersebut dapat diketahui pada output Total Variance Explained . Selain itu
Gambar 2. Cross-tabulation Jenis Kelamin & Angkatan Responden
## Tabel 3. Uji Asumsi KMO MSA dan Bartlett’s
KMO and Bartlett’s Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,804 Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi-Square 998,615 df 171 Sig. ,000
dapat dilihat dari grafik Scree Plot berikut. Berikut adalah hasil rotasi komponen pada 6 (enam) faktor yang terbentuk.
Hasil pemetaan berdasarkan analisis faktor tersebut, dapat diintrepertasikan bahwa 19 komponen menyebar disetiap 6 faktor yang terbentuk, sehingga mewakili informasi disetiap butirnya. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian identitas faktor yang telah terpetakan dengan melihat karakteristik item pernyataan/pertanyaan secara rinci.
## PEMBAHASAN
Deskripsi Responden Pada Gambar 2 dapat diasumsikan angkatan 2016 sudah tidak terjadwal perkuliahan namun masih aktif sebagai mahasiswa, sehingga tidak terdampak secara langsung terkait kesiapan mahasiswa mengikuti kuliah daring. Namun angkatan 2016 akan terdampak pada proses penyelesaian tugas akhir dalam pembimbingan maupun pengumpulan data. Sedangkan angkatan 2017, 2018, 2019 dan 2020 terdampak langsung karena masih terjadwal matakuliah dan tentunya dilakukan secara daring pada masa pandemi covid-19.
Uji Asumsi
Sesuai hasil pada Tabel 3 dan merujuk pada pernyataan bahwa, ukuran KMO kecukupan pengambilan sampel adalah indeks yang digunakan untuk memeriksa kesesuaian analisis faktor. Nilai tinggi (antara 0,5 dan 1,0) menunjukkan bahwa analisis faktor sesuai. Nilai di bawah 0,5 menyiratkan bahwa analisis faktor mungkin tidak sesuai (Malhotra et.al., 2017). Sedangkan hasil Bartlett’s Test of Sphericity dengan melihat nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 yang artinya ada korelasi variabel dengan dirinya sendiri. Uji Sphericity Bartlett’s adalah statistik tes yang digunakan untuk memeriksa
## Tabel 4. Uji Asumsi Korelasi Parsial KMO MSA (Anti-Image Correlation)
Anti-Image Correlation X1 0,778 X11 0,533 X2 0,870 X12 0,655 X3 0,721 X13 0,505 X4 0,703 X14 0,850 X5 0,840 X15 0,837 X6 0,907 X16 0,715 X7 0,813 X17 0,821 X8 0,854 X18 0,886 X9 0,767 X19 0,874 X10 0,581
Gambar 3. Grafik Scree Plot (6 Faktor)
## Tabel 5. Matrik Rotasi Faktor
Rotated Component Matrix Component 1 2 3 4 5 6 X1 ,212 ,153 ,762 -,111 -,128 ,045 X2 ,320 ,429 ,199 ,391 ,128 ,009 X3 ,081 -,054 ,574 ,242 ,244 -,045 X4 ,032 ,111 ,669 ,160 ,069 -,455 X5 ,674 ,019 ,356 -,004 -,122 ,038 X6 ,520 ,203 -,085 ,382 -,001 ,002 X7 ,159 ,136 ,018 ,741 ,151 -,176 X8 ,710 ,005 ,044 ,379 ,078 -,031 X9 ,133 ,108 ,261 ,639 -,376 ,133 X10 ,004 -,058 ,044 ,142 ,712 ,027 X11 -,051 ,097 ,035 -,119 ,744 ,051 X12 ,131 -,137 -,341 -,147 -,090 ,735 X13 -,257 ,144 ,186 ,101 ,385 ,695 X14 ,460 ,506 -,039 -,190 ,252 ,041 X15 ,694 ,149 ,070 ,052 -,112 ,011 X16 ,017 ,813 -,039 ,027 ,002 -,051 X17 ,145 ,688 ,150 ,127 -,087 ,030 X18 ,317 ,618 ,089 ,347 ,057 -,064 X19 ,667 ,368 ,105 ,093 ,008 -,150
hipotesis bahwa variabel tidak terkait dalam populasi. Dengan kata lain, matriks korelasi populasi adalah matriks identitas; setiap variabel berkorelasi sempurna dengan dirinya sendiri (r = 1) tetapi tidak memiliki korelasi dengan variabel lain (r = 0) (Malhotra et al., 2017). Tabel 4 menjelaskan bahwa adanya korelasi secara parsial yang dilihat dari tabel output anti-image correlation . Nilai yang diperoleh secara keseluruhan berada pada posisi > 0,5 yang artinya adanya kecukupan disetiap varibelnya dengan acuan sesuai KMO MSA. Matriks korelasi parsial di antara variabel setelah analisis faktor, mewakili tingkat di mana faktor-faktor saling menjelaskan dalam hasil. Diagonal berisi ukuran kecukupan pengambilan sampel untuk setiap variabel, dan nilai off-diagonal adalah korelasi parsial di antara variabel (Hair et al., 2013).
## Analisis Faktor Kesiapan Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran Daring
Bagian pertama dari proses ekstraksi faktor adalah menentukan komponen linear dalam variabel- eigenvectors . Terdapat 19 komponen sesuai identifikasi pola pikir penelitian ini, yang mana diperoleh 6 (enam) komponen dipertahankan dengan nilai eigenvalue lebih dari 1. Hal tersebut merujuk pada pernyataan bahwa secara default, kriteria Kaiser mempertahankan faktor dengan melihat nilai eigenvalues lebih besar dari 1 (Hair et al., 2013).
Komunalitas adalah jumlah varians saham variabel dengan semua variabel lain yang sedang dipertimbangkan. Ini juga merupakan proporsi varians yang dijelaskan oleh faktor-faktor umum lainnya (Hair et al., 2013). Adapun pada butir X1 menghasilkan nilai 0,680 > 0,5 yang artinya sudah terjelaskan disetiap 6 (enam) faktor yang terbentuk sesuai nilai eigenvalue . Selain melihat nilai komunalitas, pemuatan faktor ( factor loading ) dikatakan tinggi jika nilai korelasi antara variabel original terhadap faktor yg terbentuk sebesar ≥ 0,40). Hal tersebut mengacu pada kriteria yang menyebutkan pemuatan faktor dalam kisaran ≥ 0,30 hingga ≥ 0,40 dianggap memenuhi tingkat minimal untuk interpretasi struktur (Hair et al., 2013). Agar pemuatan faktor lebih jelas perlu dilakukan rotasi faktor, salah satunya menggunakan Varimax. Adapun metode rotasi faktor ortogonal yang meminimalkan jumlah variabel dengan memuat pada faktor, sehingga meningkatkan interpretabilitas faktor- faktor (Malhotra et al., 2017). Berdasarkan hasil rotasi komponen pada Tabel 5, dapat diperoleh hasil nilai disetiap komponen yang terbentuk dengan melihat nilai > 0,5. (Hair et al., 2013) berpendapat bahwa pemuatan ≥ 0,50 atau lebih besar dianggap praktis signifikan. Adapun pemetaan yang dihasilkan sebagai berikut: (1) Komponen
40 | Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, Volume 6 Nomor 1 Juni 2021 Tabel 6. Hasil Analisis Faktor Eksplorasi No Item Pernyataan/Pertanyaan Butir Soal Nama Faktor 1 Anda lebih sering berinteraksi dalam pembelajaran daring dibanding pembelajaran tatap muka X5 Kesiapan Interaksi Pembelajaran ( Learning Interaction Readiness ) 2 Anda cepat memberikan respon/umpan balik pada pembelajaran daring X6 3 Pembelajaran daring membuat proses pembelajaran lebih terorganisasi X8 4 Generasi muda sekarang lebih menyukai pembelajaran jarak jauh X15 5 Anda akan merekomendasikan pembelajaran daring ke sesama mahasiswa X19 6 Teknologi informasi membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif X2 Kesiapan Kebijakan Teknologi ( Technology Policy Readiness ) 7 Kebijakan pemerintah sebagai faktor pendukung untuk menggunakan pembelajaran daring X14 8 Infrastruktur teknologi, informasi dan komunikasi mendukung pembelajaran jarak jauh X16 9 Harga komputer yang semakin murah mendukung penggunaan pembelajaran daring X17 10 Sumber pembelajaran terbuka di Internet memberikan prospek yang cerah untuk pembelajaran daring X18 11 Anda memiliki komputer dan akses internet yang memadai X1 Kesiapan Ketrampilan Teknologi ( Technology Skills Readiness ) 12 Anda mampu mencari berbagai sumber informasi dengan internet X3 13 Anda mampu menggunakan berbagai aplikasi dalam komputer untuk menyelesaikan tugas X4 14 Pembelajaran daring dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja X7 Kesiapan Keuangan ( Financial Readiness ) 15 Biaya untuk pembelajaran daring lebih murah X9 16 Tidak semua mahasiswa memiliki akses internet X10 Kesiapan Infrastruktur ( Infrastructure Readiness ) 17 Persiapan infrastruktur teknologi dan informasi untuk pembelajaran daring memerlukan pembiayaan yang besar X11 18 Anda tidak mampu menggunakan teknologi X12 Kesiapan Psikologi ( Psychological Readiness ) 19 Respon yang tertunda dari dosen membuat frustasi mahasiswa X13
1 (X5, X6, X8, X15 dan X19); (2) Komponen 2 (X2, X14, X16, X17 dan X18); (3) Komponen 3 (X1, X3 dan X4); (4) Komponen 4 (X7 dan X9); (5) Komponen 5 (X10 dan X11); (6) Komponen 6 (X12 dan X13).
Komponen 1 terdiri atas lima pernyataan yang pada setiap butirnya menyatakan perihal kondisi interaksi mahasiswa ketika mengikuti pembelajaran daring, dibuktikan dengan adanya kata ‘berinteraksi respon/umpan balik’, ‘pembelajaran lebih terorganisasi’, ‘lebih menyukai pembelajaran jarak jauh’, dan ‘merekomendasikan pembelajaran daring’. Kata kunci tersebut dapat diinterpretasikan bahwa proses pembelajaran daring dapat memberikan kesan lebih fleksibel, menarik, menyenangkan dan memberi kebebasan belajar pada mahasiswa. Hal tersebut diperkuat dengan adanya kesiapan pembelajaran secara keseluruhan, kesiapan gaya belajar daring dan kesiapan strategi meningkatkan kualitas pembelajaran daring (Coopasami et al., 2017; Navani & Ansari, 2016; Vate-U-Lan, 2020).
Komponen 2 yang terdiri dari lima item menyatakan bahwa, kebijakan pemanfaatan teknologi yang ditetapkan pemerintah berperan dalam memberikan kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring. Hal tersebut diasumsikan dengan adanya kebijakan yang jelas, pembelajaran akan mudah dilaksanakan karena berbagai faktor pendukung lainnya akan terpenuhi dengan berjalannya waktu. Terdapat kata kunci yang menunjukkan kondisi kebijakan dan faktor pendukung pembelajaran daring antara lain ‘lebih efektif’, ‘kebijakan pemerintah sebagai faktor pendukung’, ‘teknologi, informasi dan komunikasi mendukung’, ‘komputer yang semakin murah’, dan ‘internet memberikan prospek yang
Setiawan - Kesiapan Mahasiswa Mengikuti... | 41 cerah’. Faktor tersebut juga diperkuat bahwa dukungan manajemen dan teknologi informasi sangat menentukan berjalannya pembelajaran daring (Contreras & Hilles, 2014; Koon & Teddy, 2005). Komponen 3 terdiri atas kata kunci ‘komputer dan akses internet yang memadai’, ‘mampu mencari berbagai sumber informasi’, dan ‘mampu menggunakan berbagai aplikasi’. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan diri baik secara kognitif, afektif, psikomotorik sangat dibutuhkan dalam mengikuti pembelajaran daring, terutama hal yang berkaitan dengan teknis pengoperasian teknologi informasi. Oleh karena itu, adanya kesiapan sumber daya manusia (peserta didik) dan ketrampilan teknologi yang dimiliki mahasiswa akan menjadi faktor pendukung keefektifan pembelajaran daring (Aydın & Tasci, 2005; Contreras & Hilles, 2014).
Komponen 4 hanya berisi dua item dengan kata kunci ‘biaya untuk pembelajaran daring lebih murah’ dan ‘daring dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja’ memiliki arti bahwa faktor kemampuan finansial atau dana sangat menentukan keberhasilan pembelajaran daring, karena akan mempertimbangkan dana operasional penyelenggaraan pembelajaran yang akan lebih dapat ditekan (Aydın & Tasci, 2005; Fariani, 2013; Navani & Ansari, 2016).
Komponen 5 juga berisikan dua item dengan kata kunci ‘mahasiswa memiliki akses internet’ dan ‘persiapan infrastruktur teknologi dan informasi’. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa faktor kesiapan infrastruktur sangat diperlukan dan diutanakan. Jika melihat kondisi pendidikan Indonesia dan khususnya pada tingkat perguruan tinggi dewasa ini cukup baik pada segi kualitas infrastruktur pendukung pembelajaran daring, hal tersebut tentu akan membantu secara signifikan pelaksanaan pembelajaran daring (Aydın & Tasci, 2005; Contreras & Hilles, 2014; Coopasami et al., 2017; Fariani, 2013; Koon & Teddy, 2005; Navani & Ansari, 2016; Vate-U-Lan, 2020).
Komponen 6 berisikan dua kata kunci ‘tidak mampu menggunakan teknologi’ dan ‘respon yang tertunda dari dosen membuat frustasi mahasiswa’. Keduanya sangat berkaitan erat dengan psikologi mahasiswa ketika tidak dapat menggunakan atau mengoperasikan teknologi dan adanya respon yang kurang responsive membuat semangat belajar mahasiswa menurun, sehingga faktor kesiapan psikologi juga sangat memengaruhi kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajarn daring (Contreras & Hilles, 2014; Coopasami et al., 2017; Navani & Ansari, 2016; Vate-U-Lan, 2020). Selain itu, dalam item pertanyaan terbuka dapat diperoleh garis besar pendapat mahasiswa mengenai pembelajaran daring yaitu munculnya kekhawatiran pembelajaran daring kurang efektif, komunikasi antara dosen dan mahasiswa yang dikhawatirkan sering terjadi kesalahpahaman, kemampuan setiap mahasiswa yang berbeda dalam hal kualitas sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran daring. Namun banyak pula optimisme dalam pelaksanaan pembelajaran daring, hal tersebut seperti adanya keluwesan secara waktu dan kebebasan pemerolehan informasi dari berbagai sumber belajar, terjaminnya kesehatan dan keamanan diri baik dosen maupun mahasiswa pada masa pandemi covid-19.
## SIMPULAN
Berdasarkan eksplorasi item pernyataan dan pertanyaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 yaitu (1) kesiapan interaksi pembelajaran ( learning interaction readiness ); (2) kesiapan kebijakan teknologi ( technology policy readiness ); (3) kesiapan ketrampilan teknologi ( technology skills readiness ); (4) kesiapan keuangan ( financial readiness ); (5) kesiapan infrastruktur ( infrastructure readiness ); dan (6) kesiapan psikologi ( psychological readiness ). Sehingga kajian manajemen perubahan yang dilakukan perguruan tinggi harus diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia dan non-manusia yang dimiliki, salah satunya terkait kesiapan sisi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran daring di perguruan tinggi pada masa pandemi covid-19.
## DAFTAR RUJUKAN
Aydın, C. H., & Tasci, D. (2005). Measuring Readiness for e-Learning: Reflections from an Emerging Country. Journal of Educational Technology & Society , 8 (4), 244–257. Retrieved from http:// www.jstor.org/stable/jeductechsoci.8.4.244
Borotis, S., Zaharias, P., & Poulymenakou, A. (2008). Critical Success Factors for E-Learning Adoption. In Handbook of Research on Instructional Systems and Technology (pp. 498–513). https://doi. org/10.4018/978-1-59904-865-9.ch035
Contreras, J., & Hilles, S. M. (2014). Assessment in E-Learning Environment Readiness of Teaching Staff, Administrators, and Students of Faculty of Nursing-Benghazi University . Coopasami, M., Knight, S., & Pete, M. (2017). e-Learning readiness amongst nursing students at the Durban University of Technology. Health SA Gesondheid , 22 , 300–306. https://doi.org/10.1016/j. hsag.2017.04.003
42 | Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, Volume 6 Nomor 1 Juni 2021
Fariani, R. I. (2013). Pengukuran Tingkat Kesiapan E-Learning (E-Learning Readiness) (Studi Kasus pada Perguruan Tinggi ABC di Jakarta) . Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), 1–7. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Field, A. (2018). Discovering Statistics Using IBM SPSS Statistics (5th ed.). London: Sage Publication. Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2013). Multivariate Data Analysis: Pearson New International Edition . Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=oLCpBwAAQBAJ Indrawati, B. (2020). Tantangan dan Peluang Pendidikan Tinggi dalam Masa dan Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Ilmiah , 1 (1), 39–48.
Karim, B. A. (2020). Pendidikan Perguruan Tinggi Era 4.0 Dalam Pandemi Covid-19 (Refleksi Sosiologis). Eljour: Education and Learning Journal , 1 (2), 102–112. Koon, K., & Teddy, S. (2005). The e-learning readiness of teachers in Hong Kong. Fifth IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (ICALT’05) , 806–808. https://doi. org/10.1109/ICALT.2005.266 Malhotra, N., Nunun, D., & Birks, D. (2017). Marketing Research: An Applied Approach (5th ed.). New York: Pearson Education. Nasution, D. A. D., Erlina, E., & Muda, I. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Benefita , 5 (2), 212. https://doi.org/10.22216/jbe.v5i2.5313 Navani, Y., & Ansari, M. A. (2016). A Study of E-Learning Readiness of University. International Journal of Current Research , 8 .
PDDIKTI. (2020). Data Pelaporan Tahun 2019/2020. Retrieved from Forlap Kemendikbud website: https://forlap.kemdikbud.go.id/perguruantinggi/detail/ Q0IxMTU0QjQtMTBCQS00NzEyLUI5MTYtMzYwNTFCQTdDMzJG Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C., Wijayanti, L., Putri, R., & Santoso, P. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns Journal , 2 (1), 1–12. Robbins, S. ., & Judge, T. . (2015). Organizational Behavior (16th ed.; R. Saraswati & F. Sirait, Eds.). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Satgas Covid-19. (2020). Data Sebaran Covid-19. Retrieved from Satgas Penanganan Covid-19 website: https://covid19.go.id/
Vate-U-Lan, P. (2020). Readiness of eLearning Connectivity in Thailand. International Journal of the Computer, the Internet and Management , 15 (3), 1–7.
|
d7ebd8c4-cf7f-481c-9175-6eac42f36c10 | http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jumin/article/download/698/555 |
## JURNAL MEDIA INFORMATIKA [JUMIN]
Volume 2, Nomor 2, Juni 2021,74-77 ISSN 2808-005X (media online) Available Online at http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jumin
Nora Anisa Br Sinulingga , Copyright © 2021, JUMIN , Page 74 Submitted: 14/05/2022 ; Accepted: 12/06/2021 ; Published: 28/06/2021
## Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Kualitas Lulusan Bidang Teknologi Informasi ( Study Case STMIK Pelita Nusantara Medan)
## Nora Anisa Br Sinulingga
Administrasi Perkantoran Politeknik Trijaya Krama, Medan, Indonesia Email : [email protected]
Abstrak- Dalam meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi harus melakukan strategi bauran pemasara terdiri dari Produk (Program Studi), Harga (Biaya Pendidikan), Tempat (Lokasi Kampus) dan Promosi (Web, Sosial Media). Produk (Program Studi) merupakan kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggara pendidikan akademik atau professional. Program studi ini diselenggarakan atas dasar kurikulum yang ditunjukan agar mahasiswa dapat mengusai pengetahuandan keterampilan dibidang teknologi informasi. Harga (Biaya Pendidikan) merupakan pengorbanan keuangan yang akan dikeluarkan oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikan di STMIK Pelita Nusantara Medan. Tempat merupakan lokasi dimana lembaga pendidikan berada yang biasaya ada kaitannya dengan jauh tidaknya dari kota (strategis). STMIK Pelita Nusantara sangat strategis yaitu berlokasi di JL. Iskandar Muda No 1 Medan. Promosi merupakan penyampaian informasi kepada masyarakat untuk memilih STMIK Pelita Nusantara. Promosi yang dilakukan STMIK Pelita Nusantara melalui online yaitu berupa WEB dan Sosial Media (Facebook, Whatsapp). Jika Perguruan Tinggi sudah menerapkan bauran pemasaran yang baik maka dapat mencetak tenaga kerja yang siap pakai terhadap perusahaan yang membutuhkan, dan mendapatkan lulusan yang berkualitas khusunya dibidang Teknologi Informasi.
Kata Kunci : Bauran Pemasaran, Kualitas Lulusan
Abstract- In improving the quality of tertiary graduates, a marketing mix strategy must be carried out consisting of Product (Study Program), Price (Tuition Fees), Place (Campus Location) and Promotion (Web, Social Media). The product (Study Program) is a unified study plan as a guideline for administering academic or professional education. This study program is organized on the basis of a curriculum that is intended so that students can master knowledge and skills in the field of information technology. The price (education fee) is the financial sacrifice that will be incurred by students in studying at STMIK Pelita Nusantara Medan. Place is the location where the educational institution is located which is usually related to whether it is far from the city (strategic). STMIK Pelita Nusantara is very strategic, which is located on JL. Iskandar Muda No. 1 Medan. Promotion is the delivery of information to the public to choose STMIK Pelita Nusantara. Promotions carried out by STMIK Pelita Nusantara online are in the form of WEB and Social Media (Facebook, Whatsapp). If Universities have implemented a good marketing mix, they can produce a ready-to-use workforce for companies that need it, and get quality graduates, especially in the field of Information Technology.
Keywords: Marketing Mix, Quality of Graduates
## 1.PENDAHULUAN
Dewasa ini pendidikan semakin tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena pendidikan merupakan faktor pendukung yang memegang peranan penting di segala sektor. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan adalah usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Menurut UU No 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi dapat berbentuk Akademik, Politeknik, Institut atau Universitas. Pendidikan tinggi ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Perguruan Tinggi-PTS), departemen atau lembaga pemerintah yang lain (Perguruan Tinggi Kedinasan-PTK) atau masyarakat (Perguruan Tinggi Swasta-PTS). Saat ini kebutuhan jasa pendidikan, khususnya pendidikan tinggi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini menyebabkan kapasitas jasa pendidikan tinggi yang diselenggarakan pemerintah tidak lagi mampu menampung seluruh calon peserta didik[1].
Kondisi jumlah perguruan tinggi swasta yang sangat besar serta perubahan tuntutan mahasiswa dan calon mahasiswa terhadap atribut dan kinerja jasa pendidikan yang mereka dapatkan memicu meningkatnya intensitas persaingan antara penyedia jasa pendidikan tinggi. Sekarang ini penyedia jasa pendidikan tinggi dituntut untuk bisa menerapkan strategi pemasaran yang tepat dengan berusaha menawarkan jasa pendidikan tinggi yang sesuai dengan yang diharapkan mahasiswa. Dalam mengembangkan atribut dan kinerja jasa perguruan tinggi, perguruan tinggi swasta perlu mempertimbangkan strategi pemasaran dalam bentuk kombinasi bauran pemasaran dengan kualitas lulusan yang tepat untuk memenangkan persaingan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum
## JURNAL MEDIA INFORMATIKA [JUMIN]
ISSN 2808-005X (media online) Available Online at http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jumin
untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Untuk itu, masyarakat di Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka globalisasi perguruan tinggi juga dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas lulusannya karena perguruan tinggi merupakan jas a yang ditawarkan kepada masyarakat yang ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusianya [2].
Perguruan tinggi juga merupakan institusi pendidikan yang melahirkan SDM -SDM berupa lulusan yang diharapkan siap diserap oleh masyarakat sebagai penggunanya. Alumni/lulusan merupakan ujung tombak akuntabilitas sebuah universitas di mata masyarakat. Keberadaan dan aktivitas mereka akan membawa atribut perguruan tinggi, kelebihan, keunikan maupun kekurangan perguruan tinggi tidak akan lepas dari alumni. Alumni yang terserap pasar dengan baik, baik mereka berwirausaha maupun bekerja dengan orang lain, mampu menjadi dasar apakah keberadaan institusinya (program studi/jurusan/fakultas) masih akan dipertahankan atau tidak[3].
Kualitas lulusan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan waktu tunggu lulusan dalam bekerja, karena diserap pasar dengan cepat. Apalagi dalam Borang Akreditasi, kurun waktu tunggu lulusan dan kepuasan konsumen pengguna lulusan menjadi salah satu item penilaian[4]. Hal ini sangat penting karena akreditasi program studi saat ini menjadi sesuatu yang urgent . Salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ingin meningkatkan kualitas lulusannya adalah STMIK Pelita Nusantara Medan, dalam meningkatkan kualitas lulusan bidang teknologi STMIK Pelita Nusantara Medan melakukan bauran pemasaran karena bauran pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas lulusan. Menurut [5] Strategi bauran pemasaran terdiri dari Produk (Program Studi), Harga (Biaya Pendidikan), Tempat (Lokasi Kampus) dan Promosi (Web, Sosial Media).
Produk (Program Studi) merupakan kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggara pendidikan akademik atau professional. Program studi ini diselenggarakan atas dasar kurikulum yang ditunjukan agar mahasiswa dapat mengusai pengetahuan dan keterampilan dibidang teknologi informasi. Harga (Biaya Pendidikan) merupakan pengorbanan financial yang akan dikeluarkan oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikan di STMIK Pelita Nusantara Medan. Tempat merupakan lokasi dimana lembaga pendidikan berada yang biasaya ada kaitannya dengan jauh tidaknya dari kota (strategis). STMIK Pelita Nusantara sangat strategis yaitu berlokasi di JL. Iskandar Muda No 1 Medan. Promosi merupakan penyampaian informasi kepada masyarakat untuk memilih STMIK Pelita Nusantara. Promosi yang dilakukan STMIK Pelita Nusantara melalui online yaitu berupa WEB dan Sosial Media (Facebook, Whatsapp). Jika Perguruan Tinggi sudah menerapkan bauran pemasaran yang baik maka dapat mencetak tenaga kerja yang siap pakai terhadap perusahaan yang membutuhkan, dan mendapatkan lulusan yang berkualitas khusunya dibidang Teknologi Informasi[6].
## 2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey, yaitu kegiatan pengumpulan data sebanyak- banyaknya mengenai fakta-fakta yang merupakan pendukung terhadap penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status, gejala, menentukan kesamaan status dengan cara membandingkan standard yang sudah dipilih dan atau ditentukan [7] Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaana atau objek penelitian), yang dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistic [8]). Sifat penelitian ini adalah ekpkanatory , yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain [9]
Fokus dan tujuan utama dari penelitian ini adalah ingin memanfaatkan secara optimal dengan cara menganalisis secara cermat, mendalam, dan komprehensif terhadap data tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap kualitas lulusan di STMIK Pelita Nusantara Medan. Dengan demikian penelitian ini merupakan studi kasus, dengan obyek penelitian adalah mahasiswa STMIK Pelita Nusantara Medan[10].
## 1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan utama yang digunakan dalam penelitian terdiri atas hardware dan software. Hardware menggunakan seperangkat komputer dengan OS Windows 7, sedangkan softwarenya menggunakan SPSS 20[11].
## 2 Prosedur Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistematis yang hasilnya berguna untuk rnengetahui suatu keadaan atau persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah.
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Library Research, yaitu Riset yang dilakukan dengan cara membaca dari buku-buku literature, majalah- majalah, bahan-bahan kuliah dan sumbersumber lainya yang mendukung data yang sesuai dengan objek penelitian.
2. Field Research, yaitu Riset yang dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data- data yang lebih akurat terhadap objek yang akan diteliti.
## JURNAL MEDIA INFORMATIKA [JUMIN]
ISSN 2808-005X (media online) Available Online at http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jumin
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Uji Test Variabel t Sig. (Constan)
X1
X2 X3 X4 .182 .181 .053 .672 .001 .000 .069 .001 .000
Dari hasil pengolahan data diatas jelas terlihat bahwa variabel Produk (X1) memiliki nilai signifikan 0.000 itu berarti bahwa produk memiliki pengaruh terhadap kualitas lulusan di STMIK Pelita Nusantara. Pada variabel Harga (X2) memiliki nilai signifikan 0.069 itu berarti tidak adanya pengaruh antara harga terhadap kualitas lulusan di STMIK Pelita Nusantara, karena harga tidak dapat menentuka nilai kualitas lulusan, harga juga tidak dapat memainkan peran citra perguruan tinggi di STMIK Pelita Nusantara Medan. Variabel Tempat (X3) memiliki nilai signifikan 0.001 yang berarti bahwa tempat memiliki pengaruh terhadap kualitas lulusan mahasiswa, karena kampus STMIK Pelita Nusantara Medan sangat strategis, mudah dijangkau dan sangat berdekatan dengan kampus-kampus swasta ataupun PTN, sehingga dapat menjadi pembanding dan bertukar informasi. Nilai signifikan variabel Promosi (X4) sebesar 0.000 yang artinya adanya pengaruh promosi terhadap kualitas lulusan, karena jika memiliki kualitas lulusan yang baik maka secara tidak langsung mahasiswa ataupun alumni tersebut akan menjadi media pemasaran melalui Word of mouth (WOM).
Tabel 2. Hasil Uji F Model F Sig. Regresion Residual Total 17.174 .000
Berdasarkan hasil penelitian uji f terlihat bahwa nilai f hitung sebesar17.174 dan nilai signifikan sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05 . Dari hasil tersebut didapat Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama variabel bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi) terhadap kualitas lulusan di STMIK Pelita Nusantara Medan. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini terbukti.
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan landasan teori dan didukung oleh analisis data hasil uji instrument penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdiri dari variabel produk (X1), harga (X2), tempat (X3) dan promosi (X4) mempengaruhi kualitas lulusan (Y). Adapun hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh signifikan antara variabel produk, tempat dan promosi terhadap kualitas lulusan di STMIK Pelita Nusantara Medan. Tetapi berbanding terbalik dengan variabel harga yaitu dimana dalam penelitian ini menunjukan bahwa harga tidak berpengaruh terhadap kualitas lulusan di STMIK Pelita Nusantara karena menurut mahasiswa STMIK Pelita Nusantara Medan menganggap bahwa harga tidak dapat menentuka nilai kualitas lulusan, harga juga tidak dapat memainkan peran citra perguruan tinggi di STMIK Pelita Nusantara Medan.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini
## DAFTAR PUSTAKA
[1] S. Belajar, A. Permainan, and U. Paud, “Al Fitrah Journal Of Early Childhood Islamic Education”.
[2] N. Yuniati, B. Eka Purnama, and G. Kristianto Nugroho, “Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam Pada Sekolah Dasar Negeri Kroyo 1 Sragen,” Online.
## JURNAL MEDIA INFORMATIKA [JUMIN]
ISSN 2808-005X (media online) Available Online at http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jumin
[3] R. Nofianti, “INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN CERITA BERGAMBAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS ANAK USIA DINI DI PAUD UMMUL HABIBAH KELAMBIR V MEDAN,” vol. 12, no. 2, 2019.
[4] Seminar Nasional Sains & Teknologi Informasi (SENSASI) . 2018. [Online]. Available: http://seminar- id.com/semnas-sensasi2018.html
[5] Setyoningsih, “E LEARNING:PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI.”
[6] A. Putri, C. Budihartanti, P. Studi Sistem Informasi, S. Informasi, and S. Nusa Mandiri Jakarta, “JISICOM (Journal of Information System, Informatics and Computing) KOMPARASI METODE SAW DAN MOORA DALAM PEMILIHAN JURUSAN PADA SMAN 108 JAKARTA.” [Online]. Available: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisicomTelp.+62-21-3905050,
[7] N. Nurhaliza and R. Adha, “PERBANDINGAN METODE AHP, TOPSIS, DAN MOORA UNTUK REKOMENDASI PENERIMA BEASISWA KURANG MAMPU,” Jurnal Ilmiah Rekayasa dan Manajemen Sistem Informasi , vol. 8, no. 1, pp. 23–30, 2022.
[8] C. Fadlan, A. Perdana Windarto, and I. S. Damanik, “Penerapan Metode MOORA pada Sistem Pemilihan Bibit Cabai (Kasus: Desa Bandar Siantar Kecamatan Gunung Malela),” 2019. [Online]. Available: http://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAIC
[9] M. S. Rais, “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Perumahan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),” Riau Journal Of Computer Science , vol. 2, no. 2, pp. 59–72, 2016.
[10] C. Budihartanti and A. Nasution, “KOMPARASI METODE SAW DAN MOORA PADA SMAN 15 JAKARTA DALAM PEMILIHAN SISWA BERPRESTASI,” vol. 7, no. 2, 2020.
[11] A. Afrisawati and S. Sahren, “ANALISIS PERBANDINGAN MENGGUNAKAN METODE MOORA DAN WASPAS PEMILIHAN BIBIT SAPI POTONG TERBAIK,” JURTEKSI (Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi) , vol. 6, no. 3, pp. 269–276, Aug. 2020, doi:
10.33330/jurteksi.v6i3.827.
|
bb8f8c34-2754-4415-8c8c-49e22ad2df20 | http://journal.uyr.ac.id/index.php/BBM/article/download/641/507 |
## PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA
Ari Kuntardina 1 , Latifah Anom 2 , David Rusdianto Efendi 3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cendekia Bojonegoro 1), 2), 3)
Email: [email protected] 1)
## Abstrak
Adanya fenomena berkaitan kinerja karyawan PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro yang diduga akibat penerapan sistem K3 yang kurang maksimal. Metode penelitian adalah kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Teknik sampling jenuh digunakan untuk menentukan sampel, yaitu 33 orang responden karyawan. Regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara parsial berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan. Program K3 berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan. Nilai determinasi menunjukkan bahwa K3 mampu menjelaskan kinerja karyawan sebesar 32,3%.
Kata Kunci : keselamatan kerja, kesehatan kerja, kinerja
## THE INFLUENCE OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH (K3) ON PERFORMANCE
## Abstrack
There is a phenomenon related to the performance of employees of PT. Sincerely Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro which is suspected due to the application of the K3 system that is less than optimal. The research method is quantitative. Data collection using interviews and questionnaires. The saturated sampling technique was used to determine the sample, which was 33 employee. Multiple linear regression is used to analyze data. The results showed that occupational and safety occupational health has a positive effect on employee performance. The K3 program also has a positive effect on employee performance. The determination value shows that K3 is able to explain employee performance by 32.3% while the remaining 67.7%.
Key Word: occupational safety, occupational health, performance
## A. PENDAHULUAN
Karyawan dalam melaksanakan tugas memiliki tanggung jawab untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Sehingga, hasil kerja atau kinerja menjadi perhatian perusahaan. Hasibuan (2012) juga menambahkan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan, beban kerja karyawan didasarkan atas kecakapannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengalamannya dalam bekerja, kesungguhan menyelesaikan tugas dan waktu. Pengukuran kinerja karyawan berdasarkan ukuran keberhasilan perusahaan.
Permasalahan yang sering berhubungan dengan kinerja antara lain keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penerapan K3 memengaruhi kinerja karyawan pada saat mereka menjalankan fungsi-fungsi pekerjaan yang ditetapkan manajemen perusahaan. Kecelakaan kerja lebih sering terjadi pada pekerjaan berisiko tinggi. Perusahaan dengan pekerjaan berisiko tinggi harus menerapkan standar prosedur operasional yang berhubungan dengan K3.
Perusahaan bisa berupaya mencegah kecelakaan kerja dengan melaksanakan program K3. Program K3 adalah program yang mengupayakan pencegahan kecelakaan kerja dalam lingkungan kerja, membantu pemeliharaan fisik karyawan, serta mengantisipasi terjadinya hal yang memicu kecelakaan kerja. Upaya lainnya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja. Hal tersebut menciptakan perasaan nyaman dan aman dalam bekerja bagi karyawan. Pengabaian permasalahan K3 akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental karyawan.
Program K3 di PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro mulai diterapkan pada tahun 2021. Akan tetapi banyak karyawan kurang memperhatikan program K3. Mereka beranggapan bahwa alat pelindung diri dan penerapan prosedur kerja hanya menghambat upaya karyawan dalam mengejar target dari perusahaan. Penilaian kinerja karyawan berdasarkan jumlah target pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh karyawan. Karyawan mengejar target kerja supaya kinerjanya meningkat, sehingga memperoleh promosi jabatan atau bonus. Akibat dari praktek kerja tersebut dan penerapan sistem manajemen K3 belum maksimal, pernah terjadi penyebaran penyakit berupa virus Covid-19 di PT Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro. Berikut tabel karyawan PT Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro yang terdampak penyakit di tempat kerja:
Tabel 1.
Data Karyawan Terpapar Covid-19 PT.Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro Jabatan Jumlah Penyakit 1. 2020 4 2. 2021 1 3. Januari 2022-April 2022 0 Total 5 Sumber : Data Internal Perusahaan
Kasus penyakit akibat kerja terjadi pada tahun 2020 dan 2021, setelah diterapkannya sistem manajemen mengenai K3 pada tahun 2021, kasus penyakit akibat kerja di PT Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro pada tahun 2021 hingga April 2022 terus mengalami penurunan.
Perlindungan keselamatan kerja merupakan aspek perlindungan tenaga kerja, bermaksud agar karyawan mampu menyelesaikan pekerjaannya sehingga produksi dan produktifitas tetap terjaga. Karyawan diharapkan diberikan perlindungan keselamatan kerja dari kemungkinan terjadinya masalahan yang dapat menimpanya dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Usaha menciptakan suasana aman dan tentram buat karyawan di perusahaan saat bekerja adalah definisi keselamatan kerja yang dikemukakan Suma’mur (Sucipto, 2014). Sedangkan Megginson mendefinisikannya sebagai bekerja dalam kondisi yang memberikan rasa aman atau terbebas dari penderitaan, terlindung dari kecacatan atau kerusakan dan merugi di tempat kerja (Mangkunegara, 2011), atau u p a y a m elindungi karyawan dari gangguan berasal dari lingkungan kerja, meliputi perlindungan dari kecelakaan dan cidera yang mengakibatkan kerugian di dalam suatu pekerjaan. Sucipto (2014) menambahkan bahwa fungsi keselamatan kerja adalah usaha mulai dari sebelum kerja dimulai yaitu mengantisipasi terjadinya kecelakaan; mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan kerja dan
pelaksanaan kerja yang membahayakan proses kerja; membuat perencanaan desain untuk pengendalian bahaya. Upaya perusahaan pada saat kerja berlangsung d e n g a n menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan kolega kerjaa dalam upaya pengendalian bahaya. Selain itu dalam program pengendalian bahaya perlu melakukan; mengukuran bahaya, melakukan pengecekan ulang efektifitas pengendalian bahaya dan programnya. Karyawan yang mendapatkan perasaan aman pada saat bekerja, nyaman bekerja dalam lingkungan yang mengutamakan perlindungan keselamatannya, akan bekerja dengan kesungguhan dan usaha maksimal sehingga kinerjanya menjadi lebih baik. Hal tersebut mendorong adanya hipotesis pertama, yaitu:
H 1 : Keselamatan kerja berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan.
Kondisi karyawan yang sehat juga perlu mendapatkan perhatian dari perusahaan. Kondisi kesehatan yang terjaga akan menambah produktivitas. Sedangkan pekerjaan yang sehat menurut Megginson merupakan kondisi terbebas dari keadaan yang menyakitkan secara fisik, gangguan secara emosi dan mental, atau menderita sakit dikarenakan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2011).
Sucipto (2014) berpendapat fungsi dari kesehatan dalam aktivitas kerja terdapat dalam keseluruhan proses program K3, pada permulaan melakukan identifikasi dan penilaian resiko yang membahayakan kesehatan di tempat kerja; kemudian menyumbangkan masu kan p ada s aat proses pembuatan rencana, mengorganisasi dan praktek pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya keikutsertaan dalam mendesain tempat kerja ; memberitahukan hal terbaru terkait kesehatan dalam bekerja, pelatihan dan pengetahuan tentang kesehatan kerja dan APD kepada karyawan; Melakukan pengawasan pelaksanaan kesehatan kerja di perusahaan; Ikut serta dalam proses rehabilitasi apabila ada karyawan mengalami kecelakaan saat bekerja; Mengelola P3K dan tindakan darurat. Karyawan yang mendapatkan perawatan kesehatan dari perusahaan akan mengalami perasaan aman dan jauh dari rasa cemas dalam menjalani pekerjaannya, dapat fokus melakukannya, sehingga dapat mempertahankan tingkat kinerjanya. Hal tersebut mengacu pada rumusan hipotesis kedua, yaitu:
H 2 : Kesehatan kerja berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan.
Program K3 apabila benar-benar diterapkan dalam kegiatan operasional perusahaan, tentunya akan membawa banyak keuntungan bagi karyawan dan perusahaan. Penerapan kedua program tersebut apabila dilaksanakan secara bersamaan dan dengan proporsi yang sesuai, diharapkan akan meningkatkan tingkat keselamatan karyawan dalam bekerja dan meningkatkan kesehatan karyawan. Dengan demikian akan mengurangi kecelakaan kerja dan mengurangi tingkat absensi dalam kerja karena sakit. Karyawan dengan tingkat kesehatan yang bagus, jarang absen dalam bekerja, dan tingkat kecelakaan rendah kemungkinan besar akan memiliki kinerja yang bagus. Hal tersebut mendorong hipotesis tiga, yaitu:
H 3 : Program K3 berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan
## B. METODE PENELITIAN
Data yang diperoleh dari PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro mengenai jumlah karyawan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Data karyawan PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro
Jabatan laki-laki Perempuan Manajemen 1 -
Bagian administrasi 5 - Bagian teknik 27 -
Total 33 0
Sumber: Data Internal Perusahaan
Populasi penelitian berjumlah 33 orang. Teknik sampel jenuh digunakan, sehingga keseluruhan karyawan diambil sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Kuesioner berupa daftar pernyataan mengenai K3 dan kinerja karyawan. Skala pengukurannya adalah 5 skala Likert .
Variabel Keselamatan Kerja (X 1 ), upaya melindungi orang yang bekerja pada perusahaan dari kemungkinan gangguan dari lingkungan di tempat bekerja, t e r m a s u k perlindungan dari kecelakaan dan cidera yang merugikan. Indikator X 1 adalah lingkungan kerja yang berbentuk secara fisik; lingkungan dari segi sosial psikologis, indikator diambil dari pendapat (Moenir, 2006).
Kesehatan Kerja (X 2 ), menurut Megginson keadaan terhindarnya karyawan dari gangguan secara fisik, gangguan dalam mental serta gangguan emosi atau merasakan kesakitan yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara, 2011:161). Indikator X 2 adalah lingkungan kerja dari sudut pandang medis, lingkungan kesehatan tenaga kerja, pemeliharaan kesehatan tenaga kerja (Mannulang,2006).
Variabel Kinerja Karyawan (Y) merupakan suatu pencapaian kerja karyawan secara kualitas maupun kuantitas dalam melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, diukur melalui kuantitas dan kualitas hasil kerja; ketepatan waktu (Dharma, 2003:335). Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
## C. HASIL DAN PEMBAHASAN
## Hasil Penelitian
Dari uji validitas diketahui pernyataan-pernyataan dalam variabel X 1 , X 2 , dan Y adalah valid. Nilai Cronbach Alpha pada uji reliabilitas untuk variabel X 1 adalah 0,755, X 2 yaitu 0,798, dan Y adalah 0,695. Nilai Cronbach Alpha semua variabel lebih besar dari 0,60 yang menunjukkan dapat diterimanya derajat reliabilitas.
Uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi yang didapat adalah 0,200 dan lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan data berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikansi lebih besar dari pada nilai alpha .
Hasil Uji multikolinieritas menunjukkan nilai variabel X 1 adalah 1,013, dan kurang dari 10. Nilai X 2 sebesar 1,013 dan juga kurang dari 10. Nilai VIF yang dihasilkan masih diantara nilai 1 dan 10, sehingga tidak terjadi multikolinieritas.
Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas menggunakan pola gambar scatterplot . Dari gambar dilihat tidak ada heteroskedastisitas, sehingga model dapat digunakan untuk pengujian, gambar dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1. Scatterplot Sumber: Hasil pengolahan data
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Tabel 3.
Hasil Uji t X 1
Model beta Std.Error Beta T hitung Sig. Konstanta 24.093 5.289 4.555 0.000 Keselamatan kerja (X 1 ) 0.535 0.186 0.459 2.873 0.007 Sumber: Data diolah 2020
Nilai t hitung X 1 adalah 2,873 dan nilai t tabel 2,042. Nilai t tabel lebih kecil daripada nialai t hitung . Nilai signifikansi 0,007 yang lebih kecil daripada 0,05 sehingga diterima. Hal tersebut berarti X 1 berpengaruh positip dan signifikan terhadap Y.
Tabel 4. Hasil Uji t X 2
Model beta Std.Error Beta T hitung Sig. Konstanta 26.591 4.607 5.772 0.000 Kesehatan kerja (X 2 ) 0.434 0.157 0.444 2.758 0.010
Sumber: Data diolah 2020
Nilai t hitung X 2 = 2,758 dan t tabel = 2,042 dengan tingkat signifikansi 0,01. Nilai t tabel lebih kecil daripada nilai t hitung . Nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05 sehingga H a diterima. Hal tersebut berarti X 2 berpengaruh positip dan signifikan terhadap Y.
Uji Kelayakan (Uji F)
Tabel 5. Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig Regression 81.138 2 40.569 8.637 0.001 Residual 140.922 30 4.697
Total 222.061 32 Sumber: Data diolah 2020
Nilai F hitung = 8,637 dan tingkat signifikansi 0,001. F tabel bernilai 3,32. Nilai F tabel lebih kecil daripada F hitung . Tingkat signifikansi kurang dari 0,05 sehingga Ha diterima, sehingga program K3 berpengaruh positip dan signifikan terhadap kinerja.
Analisis Regresi Berganda
Tabel 6.
## Hasil Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std.Error Beta T Sig Konstanta 14.294 6.027 2,372 ,024 Keselamatan kerja (X 1 ) .482 .171 .413 2,822 ,008 Kesehatan Kerja (X 2 ) .388 .143 .396 2,708 ‘011 Sumber : data diolah 2020
Nilai b 1 variabel Keselamatan Kerja sebesar 0,482, nilai b 2 variabel Kesehatan Kerja sebesar 0,388 dan nilai konstanta (α) adalah 14.294, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y= 14,294 + 0,482X 1 + 0,388X 2
Konstanta (α) = 14.294 merupakan keadaan saat variabel kinerja karyawan (Y) tanpa pengaruhi X 1 dan X 2 . Tanpa variabel independen, kinerja karyawan bernilai 14.294. Koefisien b1 sebesar 0.482, menunjukkan bahwa X 1 berngaruh positif pada Y, berarti setiap penambahan 1 satuan variabel X 1 maka akan mempengaruhi Y sebesar 0.482. Koefisien b2 sebesar 0.388, menunjukan X 2 berpengaruh positif terhadap Y, berarti setiap adanya kenaikan 1 satuan X 2 maka akan mempengaruhi Y sebesar 0.388.
Nilai R 2 sebesar 0.604 sama dengan 60.4%, berarti hubungan antara X 1 dan X 2 terhadap Y sebesar 60.4%. Menurut Situmorang dan Lutfi (2014:163) nilai koefisien determinasi (R 2 ) berkisar antara 0,6 sampai 0,79 dapat dikatakan erat hubungannya. Nilai R Square 0,365 atau 36.5% dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh variabel X 1 dan X 2 terhadap Y sebesar 36.5%. Sedangkan sisanya sebesar 63.5% dapat dijelaskan oleh variabel lain.
## Pembahasan
Keselamatan kerja mempengaruhi kinerja secara positip pada kinerja karyawan PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro. Pelaksanaan sistem keselamatan kerja dalam perusahaan dapat
memengaruhi kinerja karyawan. Semakin bagus pelaksanaan sistem maka semakin bagus kinerja karyawannya.
Sistem keselamatan kerja yang baik di tempat kerja dapat ditingkatkan melalui perbaikan lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik di tempat kerja dapat diperbaiki dengan cara menyediakan perlengkapan kerja untuk upaya pencegahan, pertolongan, dan perlindungan kerja. Tata letak penempatan peralatan kerja dan material kerja juga harus diperhatikan, disesuaikan dengan aliran kerja. Serta penempatan peralatan kerja dan material kerja perlu memperhatikan tingkat keselamatan karyawan.
Lingkungan sosial psikologis dapat ditingkatkan dengan cara memberikan asuransi terhadap para karyawan, kejelasan mengenai aturan mengenai ketertiban dalam bekerja. Aturan mengenai keadilan distributif, yaitu keadilan terkait rasio gaji yang diterima dengan kinerja karyawan. Aturan mengenai keadilan prosedural, terkait bagaimana pengambilan keputusan diproses dan pelaksanaan keputusan yang terkait dengan karyawan. Aturan mengenai keadilan interaksional dalam organisasi, mengenai keadilan perlakuan yang diterima karyawan dari atasannya.
Sistem keselamatan kerja pada PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro yang diterapkan dalam berbagai cara menciptakan atmosfir di tempat kerja yang dirasakan aman dan tentram oleh karyawan. Hasil penelitian Setiawan (2020) menunjukkan kesamaan dengan hasil penelitian ini, dimana adanya peningkatan keselamatan kerja, maka kinerja karyawan yang dihasilkan juga meningkat.
Kesehatan kerja berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro. Peningkatan kualitas lingkungan kerja secara medis dapat dilakukan melalui usaha perusahaan menjaga kebersihan lingkungan kerja dengan baik, dan usaha perusahaan dalam menciptakan sistem pengolahan limbah di tempat kerja. Lingkungan kesehatan tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan cara perusahaan menyediakan air bersih yang cukup, sarana tempat istirahat yang layak, dan menyediakan kamar mandi yang bersih memenuhi standart keberhasilan. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan usaha perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan untuk karyawan, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Item kesehatan kerja yang paling berpengaruh adalah “ Pemeliharan kesehatan tenaga kerja”, dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa adanya perhatian terhadap penyediaan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan karyawan akan meningkatkan kinerja karyawannya. Hasil penelitian Andreyanto (2018) mendukung hasil hipotesis kedua, dimana semakin baik tingkat kesehatan kerja dan kepedulian perusahaan terhadap kesehatan kerja, maka akan meningkatkan kinerja pegawai.
Program K3 berpengaruh positip terhadap kinerja karyawan. Maka dengan upaya meningkatkan kualitas program K3 dalam perusahaan akan meningkatkan kinerja karyawan. Program K3 memengaruhi kinerja karyawan sebesar 36,5%.
PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro didirikan pada pertengahan tahun 2019. Bergerak di bidang kontraktor kelistrikan yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan tenaga
listrik, konstruksi kelistrikan dan ketinggian. Potensi bahaya yang terdapat pada pekerjaan sangat besar yaitu tersengat aliran listrik, kemungkinan terjatuh pada saat melakukan perbaikan di konstruksi kelistrikan yang ada pada ketinggian yang membahayakan, tertimpa peralatan kerja atau material yang digunakan pada saat proses pekerjaan sedang berlangsung, tertular penyakit dan risiko membahayakan lainnya. PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro sangat mengutamakan keselamatan dan kesehatan karyawannya, salah satunya dengan cara menyediakan fasilitas penunjang kesehatan seperti kantor yang memadai dengan adanya penambahan ruang istirahat dan tempat ibadah yang nyaman dan terdaftar sebagai anggota BPJS. PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro juga menyediakan fasilitas penunjang keselamatan seperti perlengkapan dan peralatan kerja yang sesuai peraturan K3 yang berlaku seperti pakaian kerja, helm, sarung tangan, sepatu dan juga masker dan menerapkan sistem manajemen K3.
Program K3 juga membutuhkan dukungan dari karyawan. Jika program K3 tidak didukung karyawan, maka kecelakaan dan kasus penyakit akibat kerja akan sering terjadi sehingga merugikan karyawan dan perusahaan. Bagi karyawan, mereka absen dari kerja, turunnya hasil kerja, dan berkurangnya waktu untuk bekerja yang pada akhirnya menurunkan pendapatan karyawan dan menurunkan efektivitas penyelesaian tugas secara keseluruhan. Apabila terjadi kecelakaan yang diakibatkan pekerjaan, perusahaan harus menanggung biaya kecelakaan kerja langsung maupun tidak langsung. Kelalaian perusahaan dalam penerapan program K3 dan juga karyawan yang tidak taat prosedur K3 yang telah diterapkan akan mengarah pada adanya kecelakaan.
## D. SIMPULAN DAN SARAN
Keselamatan kerja dan kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel tersebut mempengaruhi baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Keduanya bergabung program K3. Program K3 mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Artinya, semakin bagus pelaksanaan program K3 di PT Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro maka semakin meningkat kinerja karyawan.
Saran yang bisa diberikan adalah mempertahankan dan meningkatkan program K3 yang telah diterapkan selama ini untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan pada saat bekerja atau penyakit akibat kerja yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. PT. Ikhlas Mulia Teknik Nusantara Bojonegoro s e n a n ti a s a memperhatikan keselamatan kerja karyawannya dengan cara melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala terhadap fasilitas kantor, perlengkapan dan peralatan kerja. Memberikan bekal pengetahuan dan wawasan atau pelatihan tentang K3 secara rutin dan terjadwal. Seluruh karyawan diharapkan selalu memakai APD saat bekerja dan memperhatikan prosedur pekerjaan yang berlaku.
## E. DAFTAR PUSTAKA
Andreyanto, Renaldo, 2018. Pengaruh Program K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan . Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FE Universitas Sanata Dharma.
Anjani, Mersya, 2014. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Karyawan Bagian Produksi PT.International Power Mitsui Operation And Maintenance . Indonesia: Jurnal Administrasi Bisnis.
Dharma, Agus, 2003. Manajemen Prestasi Kerja: Pedoman Praktek Bagi Para Penyelia Untuk Meningkatkan Prestasi Kerja : Rajawali Press, Jakarta.
Hasibuan, SP., Malayu, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia _Edisi Revisi: PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu., 2011. Manajemen Sumber Daya Perusahaan : PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Manullang, M., Dasar-dasar Manajemen , Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006, cet. 9. Moenir, A.S., 2006. Pendekatan Manusiawi Dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian : PT.Gunung Agung, Jakarta.
Nazir, M., 2005. Metode Penelitian : Ghalia Indonesia, Jakarta.
Prigia, Sintia, 2021. Pengaruh Keselamatan Dan KesehatanKerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan PT.Keluarga Elektro 2014 Bojonegoro . Bojonegoro: FE STIE Cendekia.
Setiawan, Johan, 2020. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.PLN (Persero) UP3 Cikokol . Skripsi tidak diterbitkan.Tanggerang: FB Universitas Buddhi Dharma.
Situmorang dan Lutfi M. 2014. Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan: USU Press Sucipto, 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Pustaka Baru, Yogyakarta.
Syafi’I, M., Fauzi, 2008. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PG. Rajawali 1 Unit Krebet Baru Bululawang Malang . Malang: FE UIN. Wirawan, 2012. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Salemba Empat, Jakarta.
|
b72bdf4c-88c8-4c6e-af0e-79a48d81010b | https://jurnal.stkippgritulungagung.ac.id/index.php/jipi/article/download/4411/1865 |
## ANALISIS DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PERUSAHAAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF 9.2 (STUDI KASUS: UNIT HUMAN CAPITAL )
Denisa Putri Wirmasari* 1) , Ari Fajar Santoso 2) , Dhata Praditya 3)
1. Universitas Telkom, Bandung, Indonesia
2. Universitas Telkom, Bandung, Indonesia
3. Universitas Telkom, Bandung, Indonesia
Article Info
ABSTRAK
Kata Kunci: Enterprise Architecture; Framework; TOGAF ADM; blueprint.
Keywords: Enterprise Architecture; Framework; TOGAF ADM; blueprint.
Article history: Received 16 November 2023 Revised 30 November 2023 Accepted 14 December 2023 Available online 1 March 2024
DOI : https://doi.org/10.29100/jipi.v9i1.4411
* Corresponding author. Denisa Putri Wirmasari E-mail address: [email protected]
Teknologi informasi diperlukan oleh perusahaan pada zaman digital ini untuk mempermudah pengelolaan bisnis dan pencapaian target perusahaan. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun dan mengembangkan sistem internal mereka sendiri, yang bahkan bisa menjadi sistem yang kompleks. Pada penelitian ini, penerapan teknologi informasi akan dirancang pada PT. XYZ yang bergerak di bidang financial technology solution . Salah satu divisi yang ada pada PT. XYZ adalah unit Human Capital , divisi ini masih memiliki kendala yaitu proses rekruitasi karyawan yang dilakukan secara manual, sehingga data belum terintegrasi secara menyeluruh. Hal ini memerlukan strategi yang tepat dalam penggunaan teknologi informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan pendekatan Enterprise Architecture (EA) untuk mendukung implementasi sistem informasi perusahaan secara merata serta memberikan keselarasan antara kebutuhan bisnis dan implementasi teknologi informasi. Perancangan enterprise architecture pada penelitian ini menggunakan TOGAF ADM version 9.2 pada fase preliminary, architecture vision, business architecture, information system architecture, technology architecture, dan opportunities and solution . Penerapan enterprise architecture pada unit Human Capital PT. XYZ diharapkan dapat membantu dalam mendukung pembuatan keputusan, membuat peta perencanaan untuk perubahan, dan gambaran bisnis teknologi informasi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah blueprin t yang menunjukan kondisi existing dan targeting dari perancangan enterprise architecture pada unit Human Capital.
## ABSTRACT
Information technology is needed by companies in this digital era to facilitate business management and achieve company targets. Because of this, it is important for companies to build and develop their own internal systems, which can even be complex systems. In this study, the application of information technology will be designed at PT. XYZ is engaged in financial technology solutions. One of the divisions in PT. XYZ is a Human Capital unit, this division still has problems, namely the employee recruitment process is done manually, so the data is not fully integrated. This requires the right strategy in the use of information technology to solve the problem. One thing that can be done by companies is to use the Enterprise Architecture (EA) approach to support the implementation of corporate information systems evenly and provide alignment between business needs and the implementation of information technology. The design of enterprise architecture in this study uses TOGAF ADM version 9.2 in the preliminary phase, architecture vision, business architecture, information system architecture, technology architecture, and opportunities and solutions. Implementation of enterprise architecture in the Human Capital unit of PT. XYZ is expected to assist in supporting decision making, creating a planning map for change, and an overview of
Vol. 9, No. 1, Maret 2024, Pp. 168-180
information technology business. The result of this research is a blueprint that shows the existing conditions and the targeting of the enterprise architecture design for the Human Capital unit.
## I. P ENDAHULUAN
EKNOLOGI Informasi (TI) di era sekarang mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangannya mengacu pada semua kemajuan teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan juga menggunakan informasi sesuai dengan kebutuhan [1]. Peran teknologi informasi dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan dan merealisasikan visi misi perusahaan [2]. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan keselarasan antara implementasi teknologi informasi dan proses bisnis perusahaan. Tidak semua perusahaan berhasil dalam menerapkan teknologi informasi untuk mendukung proses bisnisnya. Banyak juga perusahaan yang dianggap gagal dalam implementasi teknologi, diukur dari tingginya investasi yang dikeluarkan untuk implementasi dan adopsi teknologi informasi, namun kecil dampaknya dalam pencapaian target dan tujuan perusahaan. Yang dapat dianggap sebagai salah satu faktor penyebab kegagalan tersebut adalah karena kurangnya perencanaan strategis dan pengelolaan teknologi informasi yang belum maksimal. Maka diperlukan solusi untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut karena jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi perusahaan.
Solusi dari permasalahan tersebut salah satunya adalah melakukan perencanaan strategis enterprise architecture, misalnya menggunakan kerangka kerja TOGAF. Enterprise Architecture (EA) merupakan praktek manajemen untuk memaksimalkan kontribusi dari sumber daya organisasi, investasi teknologi informasi dan aktivitas pembangunan sistem untuk mencapai tujuan kinerjanya [3]. Enterprise architecture merupakan struktur organisasi yang didalamnya terdapat komponen-komponen enterprise , sifat dan hubungan antara komponen tersebut [4]. Setiap perusahaan perlu menerapkan enterprise architecture untuk digunakan dalam membangun dan mengembangkan sistem informasi secara terstruktur, terarah, tersusun, tercatat, efektif dan efisien. PT. XYZ merupakan bagian dari Telkom Group yang bekerjasama dengan sebuah yayasan karyawan pebankan Indonesia dan telah menjadi salah satu perusahaan penyedia layanan pembayaran digital terkemuka di Indonesia. XPay merupakan umbrella brand produk dari PT. XYZ yang mulai beroperasional pada tahun 2006 sebagai penyedia layanan teknologi keuangan dan fokus memberikan solusi bagi berbagai industri yang membutuhkan solusi pembayaran digital dan pendukungnya.
PT. XYZ memiliki beberapa head office salah satunya unit Human Capital yang menjadi ruang lingkup penelitian penulis untuk melakukan perancangan enterprise architecture . Unit Human Capital pada PT. XYZ memiliki keterbatasan dalam integrasi sistem dan rekruitasi karyawan baru yang dilakukan secara manual. Hal ini menghambat produktivitas, efesiensi perusahaan, tingkat kesalahan yang lebih tinggi, dan keterlambatan informasi. Penerapan enterprise architecture mampu menyelaraskan teknologi informasi dan proses bisnis sehingga solusi yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sebuah framework untuk perancangan EA, yaitu The Open Group Architecture Framework version 9.2 (TOGAF) karena fitur perancangan dan pemodelannya cukup lengkap untuk menggambarkan infrastruktur teknologi informasi dan infrastruktur bisnis. Dalam mengidentifikasi rancangan arsitektur, TOGAF terbagi menjadi 4 arsitektur yaitu, arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur teknologi, dan arsitektur aplikasi.
Penelitian terdahulu merujuk pada studi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya terkait pengembangan Enterprise Architecture menggunakan TOGAF ADM pada sektor peternakan. Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Penelitian menurut Muhammad Ilham Alhari dan Asti Amalia Nur Fajrillah yang berjudul Enterprise Architecture: A Strategy to Achieve e-Government Dimension of Smart Village Using TOGAF ADM 9.2 penelitian menghasilkan rancangan architecture enterprise smart village yang membantu pemerintah desa dalam menggambarkan suatu target berupa rancangan pembangunan digital pada dimensi e-Government berupa beberapa platform aplikasi yang mencakup berbagai penyelenggaraan pelayanan administrasi publik, aspirasi pembangunan publik, dan manajemen. Pembangunan desa dan pengurusan dokumen pemerintahan desa. Penelitian menurut Gusti Ananda Respati yang berjudul Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan Framework Togaf Adm Pada Divisi Human Resource Unit Pengembangan Di PT Albasia Nusa Karya penelitian menghasilkan penggunaan Framework TOGAF ADM, perancangan EA pada Divisi Human Resource Unit Pengembangan di PT Albasia Nusa Karya diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen sumber daya manusia, mengintegrasikan sistem, menghadapi perubahan bisnis, dan mendukung tujuan strategis perusahaan secara keseluruhan.
T
## II. M ETODE P ENELITIAN
## A. Model Konseptual
Penelitian menggunakan model konseptual yang mampu memberikan gambaran dari penelitian perancangan enterprise architecture pada PT. XYZ. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan merancang enterprise architecture pada unit Human Capital di PT. XYZ menggunakan framework TOGAF ADM 9.2.
Metode penelitian yang digunakan antara lain interview , observasi, dan studi literatur. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa blueprint yang menggunkan kerangka berfikir TOGAF ADM 9.2.
Gambar. 1. Model Konseptual
Model konseptual yang digunakan pada penelitian ini yang diadopsi dari Design Science Research . Elemen pertama yaitu environment yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu orang, organisasi, dan teknologi. Pada bagian orang terdapat user yang terjun langsung dalam kegiatan operasional perusahaan dan menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu Person in Charge (PIC) pada unit Human Capital PT. XYZ.
Elemen kedua yaitu information system research yang dibagi menjadi dua bagian yaitu pengembangan dan evaluasi. Pada pengembangan berisi detail penelitian yang ingin dikembangkan yaitu artefak arsitektur berdasarkan kerangka kerja TOGAF 9.2. Sedangkan evaluasi merupakan proses validasi hasil penelitian oleh narasumber. Elemen ketiga yaitu knowledge base yang dibagi menjadi dua bagian yaitu fondasi yang terdiri dari enterprise architecture dan framework TOGAF ADM. Untuk elemen kedua yaitu metode yang akan digunakan pada penelitian yaitu wawancara, observasi, dan studi literatur.
## B. Sistematika Penyelesaian Masalah
Sistematika penyelesaian masalah secara sistematis menggambarkan alur atau proses yang dilakukan dalam penelitian untuk memecahkan masalah yang diteliti dan menjelaskan alur dalam kegiatan penelitian yang dilakukan.
Vol. 9, No. 1, Maret 2024, Pp. 168-180
## Gambar. 2. Sistematika Penyelesaian Masalah
Untuk penggambaran alur pada sistematika penyelesaian masalah berdasarkan alur yang dimulai dari empat tahapan yaitu tahap inisiasi/persiapan, tahap identifikasi, tahap analisis dan perancangan dan terakhir tahap hasil analisis dan perancangan. Tahap awal yaitu tahap inisiasi dimana pada fase menentukan objek yang akan diteliti, survey objek penelitian hingga pengenalan objek penelitian. Setelah menentukan objek yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu pada unit Human Capital di PT. XYZ, kemudian mengidentifikasi permasalahan dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, yang didapat melalui wawancara dan didukung dengan studi literatur. Pada tahap selanjutnya, data yang sudah terkumpul akan dianalisis kemudian melakukan perancangan enterprise architecture dengan framework TOGAF. Pada perancangan enterprise architecture peneliti menggunakan tools berupa bizagi modeller, dan visual paradigm . Pada tahap terakhir yaitu menghasilkan blueprint rancangan enterprise architecture.
## C. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu metode kualitatif, dimana metode kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data kemudian melakukan analisis data dan juga informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan salah satu narasumber dari objek penelitian yaitu Person in Charge (PIC) unit Human Capital pada PT. XYZ.
Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, dimana data primer sendiri mencakup mengenai hasil wawancara dengan mengajukan pertanyaan langsung terhadap narasumber. Sebelum melakukan wawancara, penulis melakukan presentasi terlebih dahulu kepada narasumber dengan tujuan untuk menjelaskan terkait penelitian yang akan dilakukan pada unit Human Capital di PT. XYZ, selain itu agar narasumber juga mengerti terkait data yang dibutuhkan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Sedangkan untuk data sekunder, penulis dapatkan dari website resmi perusahaan, baik berupa visi, misi, dan informasi resmi lainnya. Data sekunder ini digunakan untuk melengkapi sekaligus memvalidasi data primer yang didapat. Selain itu penelitian ini juga menggunakan referensi modul maupun jurnal yang terkait dengan topik penelitian yaitu enterprise architecture, lalu mempelajarinya untuk dapat memperoleh suatu perbandingan seperti kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada penelitian tersebut, dengan cara tersebut penelitian yang sudah ada dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode yang akan diteliti.
## D. Enterprise Architecture
Enterprise adalah prinsip atau sistem yang dijalani sebuah organisasi untuk mendapatkan sebuah keuntungan. Dalam lingkup enterprise architecture , enterprise adalah suatu entitas organisasi yang menggunakan teknologi informasi untuk melaksanakan misinya [5].
Architecture merupakan prinsip organisasi dari suatu sistem atau enterprise yang komponen-komponennya saling berhubungan, hubungan dengan lingkungan serta panduan pokok pada perancangan dan evolusinya [6]. Perencanaan architecture dapat diwujudkan melalui gambar dan model dari bagian suatu komponen dengan sudut pandang tertentu yang akan membentuk sebuah pola terstruktur dan memiliki tujuan [7]. Enterprise architecture mendorong strategi dan aktifitas-aktifitas bisnis untuk mendukung management planning dan pengambilan keputusan dengan menyediakan pandangan yang terkoordinasi mengenai perusahaan secara keseluruhan [8].
Enterprise architecture memiliki 4 komponen utama, antara lain:
## Gambar. 3. Komponen Utama EA
1) Arsitektur Bisnis, didalamnya terdapat pengetahuan dan definisi bisnis yang didalamnya terdapat penjaminan/keamanan.
2) Arsitektur Data, didalamnya terdapat definisi data, model objek data, struktur, dan aliran informasi baik dokumentasi data yang sensitif dan keamanannya untuk kebutuhan bisnis.
3) Arsitektur Aplikasi, didalamnya terdapat definisi aplikasi yang membantu jalannya bisnis, deskripsi dari aplikasi, perancangan aplikasi, interface, dan kemampuan untuk bisa diakses.
4) Arsitektur Teknologi, didalamnya terdapat definisi teknologi yang membantu jalannya bisnis, lokasi-lokasi bisnis, perangkat keras dan lunak, jaringan dan keamanan teknologi.
## E. TOGAF (The Open Group Architecture Framework)
TOGAF ( The Open Group Architecture Framework ) adalah sebuah kerangka kerja yang tahapannya rinci dan jelas bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan arsitektur teknologi informasi dan arsitektur enterprise. TOGAF digunakan untuk melihat kebutuhan stakeholder , menghasilkan arsitektur enterprise yang konsisten, menggunakan best practice, dan mempertimbangkan kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang [9].
TOGAF ADM (Architecture Development Method) adalah tahapan yang jelas dan spesifik untuk memberikan gambaran enterprise architecture yang dikembangkan, kegiatan tersebut dilakukan secara berulang dan diterapkan pada sebuah organisasi agar perusahaan lebih terkontrol dan dapat melihat peluang bisnis [10]. Berikut tahapan dan penjelasan fase pada TOGAF ADM yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
## Gambar. 4. Fase TOGAF
1) Preliminary Phase Menyusun dan mempersiapkan kegiatan yang dibutuhkan termasuk menyusun kerangka kerja TOGAF serta menjelaskan prinsip-prinsip arsitektur.
2) Phase A: Architecture Vision Pengujian terhadap proses pengolahan architecture requirement selama siklus Architecture Development Method (ADM).
3) Phase B: Business Architecture Menjelaskan pembentukan struktur bisnis ( Business Architecture ) guna mendukung visi arsitektur ( Architecture Vision ) yang telah disepakati.
4) Phase C: Information System Architecture Menjelaskan proses pengembangan arsitektur sistem informasi untuk sebuah proyek, yang meliputi pembangunan arsitektur data dan aplikasi di dalamnya.
5) Phase D: Technology Architecture Menjelaskan perkembangan arsitektur teknologi untuk sebuah proyek di dalam suatu organisasi.
6) Phase E: Opportunities and Solutions Mengevaluasi model yang telah dibuat untuk arsitektur sekarang. Pengembangan peluang dan solusi dalam model yang telah dibuat agar dapat menentukan apa yang bisa digunakan ulang dan apa yang harus disediakan. Fase ini akan membahas GAP analisis yang telah dilaksanakan pada fase sebelumnya.
7) Phase F: Migration Planning Perpindahan sistem lama menuju sistem baru yang dikoordinasikan dengan organisasi untuk mengelola perubahan enterprise. Tujuannya agar menjadi terarah dan berjalan dengan baik. Melakukan analisis resiko dan biaya.
8) Phase G: Implementation Governance Fase ini bertujuan untuk memeriksa kesesuaian rencana kerja dengan solusi yang ditargetkan dan mengolahnya agar mencapai arsitektur yang diinginkan.
9) Phase H: Architecture Change Management Fase akhir dalam TOGAF ADM adalah saat di mana perubahan arsitektur dikelola dan diatur. Tahap ini dimulai dari pemeliharaan hingga mencapai perancangan ulang arsitektur.
## III. H ASIL DAN P EMBAHASAN
## A. Preliminary Phase
Preliminary atau fase persiapan adalah fase awal dari TOGAF ADM. Pada fase ini menjelaskan mengenai persiapan dalam proses perancangan enterprise architecture [11]. Prinsip-prinsip arsitektur yang hasilkan dijelaskan dari sisi bisnis, data, aplikasi, dan teknologi pada perusahaan atau organisasi. Prinsip-prinsip aristektur didefinisikan dalam bentuk principle catalog . Principle catalog menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang digunakan sebagai acuan dasar dalam perancangan arsitektur perusahaan yang berdasarkan pada domain EA [12]. Berikut adalah prinsip yang digunakan dalam merancang model referensi architecture enterprise pada unit Human Capital di PT. XYZ.
T ABEL I
## P RELIMINARY P HASE
## B. Architecture Vision
Architecture vision merupakan fase awal yang ada pada framework TOGAF ADM, dimana fungsinya adalah untuk mengetahui nilai bisnis yang dimiliki oleh perusahaan garmen [13]. Fase ini menjelaskan tujuan dari objek penelitian pada unit Human Capital , sehingga dapat ditentukan bagaimana model referensi arsitektur enterprise yang akan dirancangan pada unit Human Capital . Pada artefak ini terdapat Value chain diagram yang merupakan
No Arsitektur Prinsip Deskripsi 1 Business Architecture SDM yang kompeten Meningkatkan kualitas SDM, langkah yang diambil adalah memberikan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang perkembangan terbaru dalam bidang IT Compliance with internal and external policies Setiap kegiatan operasional atau proses bisnis yang dilakukan harus mematuhi kebijakan, prosedur, dan peraturan yang berlaku Business Continuity Proses bisnis di perusahaan harus tetap berlangsung meskipun menghadapi kendala seperti gangguan sistem atau hal lainnya Maximize Benefit to The Enterprise Maksimalkan nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan guna meningkatkan keuntungan perusahaan 2 Data Architecture Valueable data asset Data memiliki nilai yang tinggi dan dianggap sebagai salah satu aset berharga bagi perusahaan Data security Data perusahaan harus dijaga dan dilindungi agar keamanannya terjamin dan terhindar dari ancaman serta pencurian oleh pengguna yang tidak berwenang Data is Accessible Setiap karyawan memiliki akses ke data sesuai dengan tingkat otoritas yang mereka miliki Akurasi data keakuratan data dapat dipertanggungjawabkan 3 Application Architecture Ease of Use Aplikasi memiliki fitur yang optimal dan penggunaannya mudah bagi pengguna Right to use Hak akses yang diberikan kepada pengguna sesuai dengan tingkat otoritas yang valid. Capability Aplikasi yang terintegrasi dengan baik sehingga dapat mendukung semua proses bisnis yang dilakukan 4 Technology Architecture Keamanan teknologi Teknologi yang terlindungi dengan baik dari segala serangan dan ancaman yang mungkin terjadi . Interoperability Teknologi harus mampu mendukung sistem di perusahaan dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan untuk mendukung integrasi data, aplikasi, dan teknologi Teknologi sesuai kebutuhan bisnis perusahaan Pemilihan teknologi yang digunakan oleh perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis perusahaan agar dapat mendukung operasional perusahaan dengan baik
alat visual yang digunakan untuk membantu dalam pemahaman dan analisis proses bisnis, mengidentifikasi titik- titik nilai tambah, serta menyoroti hubungan antara aktivitas-aktivitas yang berbeda.
Gambar. 5. Value Chain Diagram
Selain itu, terdapat pula Solution concept diagram adalah diagram yang menggambaran aplikasi eksisting dan usulan aplikasi untuk menjalankan kebutuhan bisnis yang ada di PT. XYZ. Solution concept diagram dibagi menjadi 3 bagian yaitu front office, middle office, dan back office . Front office yaitu aplikasi yang berinteraksi langsung dengan user , middle office adalah aplikasi yang akan menunjang kinerja PT. XYZ dan back office adalah aplikasi yang digunakan untuk melaporkan data-data yang ada di PT. XYZ.
## C. Business Architecture
Business architecture merupakan penghubung strategi bisnis dengan operasional bisnis, memastikan bahwa keputusan strategis yang diambil dapat diimplementasikan dengan efektif [14]. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang tujuan bisnis, model nilai, proses bisnis, struktur organisasi, aliran informasi, dan kebutuhan sumber daya untuk mencapai tujuan bisnis. Pada fase business architecture menjelaskan bagaimana keadaan proses bisnis eksisting dan merancang proses bisnis target, yang akan digunakan sebagai landasan atau baseline untuk perancangan arsitektur berikutnya. Salah satu artefak pada Business Architecture yaitu Functional Decomposition Diagram yang merupakan diagram yang menggambarkan setiap fungsi bisnis dengan layanan bisnis yang ada pada unit Human Capital PT. XYZ. Dimana fungsi bisnis yang digambarkan berdasarkan dari value chain diagram yang telah dibuat pada fase architecture vision.
Gambar. 7. Functional Decomposition Diagram
## D. Data Architecture
Data Architecture cakupan pemodelan, perancangan, dan pengelolaan data secara holistik untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan teknis. Tujuan dari data architecture adalah memastikan ketersediaan, akurasi, keamanan, dan integritas data dalam sistem informasi. Berfungsi sebagai panduan dalam merancang basis data, mengidentifikasi hubungan antara entitas data, mengatur struktur data, serta mengelola proses pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data. Salah satu artefak pada Data Architecture yaitu Data Dissemination Diagram merupakan diagram ini dapat membantu dalam merancang dan mengoptimalkan proses pengiriman data, mengidentifikasi titik kelemahan atau bottleneck dalam distribusi data, serta memastikan bahwa data tersedia dengan tepat pada penerima yang membutuhkannya [15].
Vol. 9, No. 1, Maret 2024, Pp. 168-180
Gambar. 8. Data Dissemination Diagram
## E. Application Architecture
Application Architecture merupakan gambaran atau rancangan struktur sistem aplikasi yang terdiri dari komponen-komponen aplikasi dan interaksi antara komponen tersebut. Arsitektur aplikasi menggambarkan cara aplikasi diorganisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan komponen lain dalam lingkungan yang lebih luas. Salah satu artefak pada Application Architecture yaitu Application Communication Diagram merupakan aplikasi saling berinteraksi, berkomunikasi, dan bertukar data satu sama lain dalam konteks yang lebih luas.
Gambar. 9. Application Communication Diagram
## F. Technology Architecture
Technology yaitu technology architecture yang menjelaskan mengenai pengembangan teknologi yang terdapat pada unit Human Capital PT. XYZ. Pada technology architectre terdiri dari komponen software dan hardware .
Pada Technology Architecture yaitu Environment and Location Diagram merupakan artefak berupa diagram yang menggambarkan mengenai teknologi yang digunakan dan keterkaitan aplikasi dalam menunjang proses bisnis yang ada pada perusahaan.
Gambar. 10. Environment and Location Diagram
Selain itu, terdapat pula Platform decomposition diagram yang merupakan artefak yang menggambarkan platform technology yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional sistem . Platform decomposition diagram memiliki 3 komponen yaitu User Access, Data Integration, Infrastructure. User access terdiri dari internet dan intranet, Data Integration terdiri dari Data Dissemination data Data Transaction, Infrastructure terdiri dari Performance and Availability, Client Platform, dan Server Platform.
Vol. 9, No. 1, Maret 2024, Pp. 168-180
Gambar. 11. Platform Decomposition Diagram
## IV. K ESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian perancangan Enterprise Architecture pada unit Human Capital , maka dapat diambil kesimpulan bahwa dilakukan pada business architecture yaitu terdapat proses bisnis existing yang dilakukan secara manual. Dan ada beberapa proses yang perlu dilakukan perbaikan sehingga lebih menjadi efektif seperti proses bisnis rekruitasi karyawan, manajemen kinerja karyawan, dan perencanaan kebutuhan pelatihan. Dan juga belum adanya sistem atau aplikasi yang menunjang jalannya proses bisnis sehingga di usulkan rancangan untuk aplikasi Sistem Recruitment (SiRec) dan Sistem Manajemen Kinerja (SiMaKin). Perancangan Enterprise Architecutre yang dihasilkan pada penelitian menggunakan framework TOGAF ADM ini meliputi Preliminary Phase, Architecture Vision, Business Architecture, Data Architecture, Application Architecture, dan Technology Architecture . Pada penelitian ini berupa blueprint yang menunjukan kondisi existing dan targeting dari perancangan enterprise architecture pada unit Human Capital PT. XYZ, serta rancangan arsitektur target dari perancangan enterprise architecture pada unit Human Capital PT. XYZ dalam bentuk blueprint yang bisa dijadikan acuan oleh perusahaan dalam melakukan perbaikan dan pembaruan untuk meningkatkan kinerja unit Human Capital PT. XYZ.
## D AFTAR P USTAKA
[1] Rumere, H., Tanaamah, A. and Sitokdana, M. (2020) “ANALISIS KINERJA TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5.0”, Sebatik , 24(1), pp. 14- 21. Available at: https://jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik/article/view/926 (Accessed: 6July2023).
[2] E. Putri Primawanti and H. Ali, “PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI, SISTEM INFORMASI BERBASIS WEB DAN KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP KINERJA KARYAWAN (LITERATURE REVIEW EXECUTIVE SUPPORT SISTEM (ESS) FOR BUSINESS)”, JEMSI , vol. 3, no. 3, pp. 267-285, Jan. 2022.
[3] A. Priatna and A. M. Yusuf, “Pengembangan Integrated System Architecture Dengan Menggunakan Framework Togaf Adm (Studi kasus: PT XWZ)”, interkom , vol. 15, no. 2, pp. 63–71, Jul. 2020.
[4] Rakhmadi Rahman, “ENTERPRISE ARCHITECTURE POS (EAPOS)”, JITEK , vol. 3, no. 1, pp. 82–88, Mar. 2023.
[5] Y. Mulyanto and D. Rosiyadi, “Perancangan Arsitektur Enterprise untuk Mendukung Proses Bisnis Menggunakan TOGAF Architecture Development Methode (ADM) di STMIK Dharma Negara”, JTK3TI , vol. 4, no. 2, pp. 34-47, Apr. 2018.
[6] A. H. Fikri, W. Purnomo, dan W. H. N. Putra, “Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM pada PT. Hafintech Prima Mandiri”, J-PTIIK , vol. 4, no. 7, hlm. 2032–2042, Agu 2020.
[7] Y. M. Maulana, “Tinjauan Naratif: Keselarasan Strategi pada Perencanaan Enterprise Architecture berdasarkan Framework TOGAF”, TEMATIK , vol. 10, no. 1, pp. 1-7, Jun. 2023.
[8] R. T. Jurnal, “PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE PERGURUAN TINGGI DENGAN PENDEKATAAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING (EAP) (STUDI KASUS POLITEKNIK PIKSI GANESHA): M. Farid Rifai”, petir , vol. 9, no. 2, pp. 112–118,
Jan. 2019.
[9] T. Agustin, M. Mulyadi, and E. Effiyaldi, “Perencanaan Arsitektur Enterprise Klinik Inti Sehat Medika dengan TOGAF ADM”, Media Sisfo , vol. 15, no. 2, pp. 129–137, Oct. 2021.f
[10] Y. Putra and P. Subakti, “Desain Arsitektur Enterprise Naskah Dinas Elektronik menggunakan Togaf 9.1 ADM di Perguruan Tinggi”, JTK3TI , vol. 8, no. 1, pp. 19-31, Jan. 2022.
[11] R. Bahri and Y. Afrizal, “PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE SISTEM INFORMASI DENGAN TOGAF ADM 9.1 DI CV. COTELLIGENT INDONESIA”, JTK3TI , vol. 4, no. 1, pp. 43-56, Sep. 2021.
[12] E. S. Almunadia, T. F. Kusumasari, and I. Santosa, “Perancangan Enterprise Architecture Pada Bidang Agroforestry Menggunakan Metode Togaf 9.1 Adm”, J. RESTI (Rekayasa Sist. Teknol. Inf.) , vol. 3, no. 2, pp. 210 - 215, Aug. 2019.
[13] E. R. Wikata, N. Y. Setiawan, dan Y. T. Mursityo, “Perencanaan Sistem Penjualan Menggunakan TOGAF Architecture Development Method (TOGAF-ADM) Studi Pada PT. Millennium Pharmacon International Tbk Cabang Malang”, J-PTIIK , vol. 2, no. 9, hlm. 2589–2598, Feb 2018.
[14] N. . Sasgita and S. . Assegaff, “Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan Kerangka Kerja Togaf ADM Pada Dinas Perkebunan Dan Peternakan Kab. Muaro Jambi”, Jurnal MSI UNAMA , vol. 7, no. 3, pp. 461–472, Sep. 2022.
[15] R. Setiawan, M. Rikza Nashrulloh, R. Ramadhani, and A. Sutedi, “ENTERPRISE ARCHITECTURE SYSTEM IN PRIVATE VOCATIONAL SCHOOL USING TOGAF ADM (CASE STUDY OF SMK Al-HIKMAH)”, J. Tek. Inform. (JUTIF) , vol. 3, no. 1, pp. 183-191, Feb. 2022.
|
3697c6f1-6aeb-40d9-8b7a-0c5c0d492dd3 | https://jurnalptiq.com/index.php/andragogi/article/download/107/95 |
## ANDRAGOGI 2 (2), 2020, 317-330
Article Type : Research Article Date Received : 16.06.2020 Date Accepted : 20.06.2020 Date Published : 15.08.2020 DOI : 10.36671/andragogi.v2i2.107
## PENDIDIKAN ISLAM DI ERA PLURALITAS AGAMA DAN BUDAYA: SEBUAH KAJIAN RESOLUSI KONFLIK MELALUI MODEL PENDIDIKAN PLRUALISME
Saihu
Institut PTIQ Jakarta, Indonesia [email protected]
Kata Kunci : Abstrak Pluralisme, Konflik, Multikultural, Resolusi Tulisan ini membahas tentang model pendidikan Islam di era pluralitas agama dan budaya. Kajian ini memfokuskan pada sebuah resolusi konflik pada masyarakat majemuk atau multikultural melalui model pendidikan pluralisme. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui kajian literatur melalui beberapa mesin pencari seperti Google scholar, DOAJ, Libgen.is, Elsevier. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa untuk menghadirkan sebuah model pendidikan pluralisme perlu merevitalisasi beberapa pendekatan pendidikan, yaitu dari pendekatan pendidikan yang “misterius” menjadi rasional dan dari pendekatan yang eksklusif menjadi inklusif. Selain itu juga perlu dilakukan untuk memahami perbedaan pemahaman keagamaan yang bersifat absolut, relatif dan bahkan relatif absolut menggunakan metode bayani, burhani , dan irfani melalui pendekatan hermenutika. Kajian ini menyimpulkan bahwa model pendidikan pluralisme adalah sebuah model pendidikan yang tidak saja berguna untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan, tetapi di saat yang sama juga mengakui keberadaan umat lain yang melakukan aktivitas yang sama. Sebuah model pendidikan yang komprehensif berguna untuk menciptakan sebuah asosiasi, integrasi, komplementasi, dan sublimasi yang kuat ditengah-tengah masyarakat yang multikultural. Key Words : Abstracts Pluralism, Conflict, Multiculturalism, Resolution This paper discusses the Islamic education model in an era of religious and cultural plurality. This study focuses on a conflict resolution in a pluralistic or multicultural society through the educational model of pluralism. Sources of data in this study were obtained through literature review through several search engines such as Google scholar, DOAJ, Libgen.is, and Elsevier. The results of this study show that in order to present a pluralism education model it is necessary to revitalize several educational approaches, namely from a "mysterious" approach to education to being rational and from an exclusive to inclusive approach. Apart from that, it is also necessary to understand the differences in religious understanding which are absolute, relative and even relatively absolute using the methods of bayani, burhani , and irfani through the hermeneutic approach. This study concludes that the pluralism education model is an educational model that is not only useful for increasing piety
and faith, but at the same time acknowledging the existence of other people who carry out the same activities. A comprehensive educational model is useful for creating a strong association, integration, complementation, and sublimation in the midst of a multicultural society.
## A. PENDAHULUAN
Salah satu pemicu utama kegagalan pendidikan nasional sebagai perekat kohesi sosial, disebabkan oleh kekeliruan memilih paradigma pembangunan nasional masa lampau yang berpijak pada unity in uniformity, 1 yaitu sebuah konsep pembangunan yang menitikberatkan pada keseragaman dan persatuan dalam bentuk kesamaan pada seluruh pilar-pilar kehidupan kenegaraan, kebangsan, dan kemasyrakatan. Pembangunan hanya diarahkan pada sistem sentralisasi – termasuk dalam pendidikan – ditekankan pada penyeragaman, mulai dari muatan kurikulum, materi-materi pelajaran, buku sumber belajar (buku), dengan tidak memperhatikan varietas peserta didik, mulai dari latar belakang budaya, lingkungan sosial, dan lingkungannya. 2 Eksklusivisme pendidikan Islam terlihat dari cara pandang klasik-skolastik. 3 Abdul Munir Mulkhan, menilai bahwa eksklusivisme sistem pendidikan Islam di Indonesia terkait pada pemaknaan yang spesifik dan eksklusif terhadap bidang tauhid atau akidah, karena selama ini tauhid atau akidah dipahami secara spesifik dan eksklusif, padahal untuk masyarakat multikultural seperti di Indonesia, tauhid harusnya dapat dimaknai secara substantif, universal, inklusif dan pluralistik. 4
Hasil penelitian Balitbang, memandang bahwa akar masalah terjadinya konflik sosial di Indonesia umumnya dilatarbelakangi oleh tiga hal; Pertama, adanya krisis di berbagai bidang yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga mengakibatkan hilangnya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap aparat pemerintah, birokrasi, dan militer, yang selama bertahun-tahun telanjur memperlihatkan sikap yang kurang menarik simpati sebagian masyarakat yang diikuti munculnya sikap saling curiga antar berbagai kelompok masyarakat; Kedua, dampak arus globalisasi informasi yang mendunia, maka berkembang pula paham keagamaan yang semakin menciptakan eksklusivitas dan sensitivitas kepentingan kelompok; Ketiga, adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik, sehingga mempermudah pengikut agama terlibat dalam arus persaingan, pertentangan, dan yang lebih jauh lagi permusuhan antar kelompok. 5 Dalam kajian Kementerian Agama Republik Indonesia (Badan Litbang), disebutkan, bahwa berbagai konflik sosial yang terjadi pada awalnya bukan konflik agama, tetapi banyak faktor-faktor sosial yang sering terkait. 6 Agama kemudian dibawa sebagai faktor legitimasi sekaligus untuk menutupi akar konflik yang
1 Hafid Abbas, Menegakkan Dimensi HAM dalam Mereposisi Arah Pendidikan Nasional (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 65.
2 Made Saihu, Merawat Pluralisme Merawat Indonesia: Potret Pendidikan Pluralisme Agama Di Jembrana-Bali (Yogyakarta: DEEPPUBLISH, 2019), 67.
3 Fatkhul Mubin Saih u, Kidup Supriyadi, Karmawan, “Religious Pluralism Education in Bali Indonesia: Studi on Cultural and Religious Integration in Completing Contemporary Social Conflict,” International Journal of Advanced Science and Technology 29, no. 7 (2020): 3761 – 70.
4 Abdul Munir Mulkhan, Humanisasi Pendidikan (Bandung: Mizan, 2000), 19-20.
5 M. Atho Mudzhar, Kebijakan Negara dan Pembangunan Lembaga pemimpin Agama dalam Rangka Keharmonisan Hubungan antar Umat Beragama, 14-15.
6 M. Atho Mudzhar, Kebijakan Negara dan Pembangunan Lembaga Pemimpin Agama dalam Rangka Keharmonisan Hubungan antar Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang Depag. 2004), 13.
sebenarnya. 7 Oleh karena itu, isu agama menjadi sensitif untuk melakukan pembelaan diri dari kelompok-kelompok lain. Ketika terjadi penyerangan terhadap agama atau kelompok agama tertentu, orang-orang yang menyerang biasanya berargumentasi, bahwa penyerangan itu mereka lakukan demi membela agama yang dianutnya. 8
Kajian ini bertujuan untuk menghadirkan sebuah paradigma pendidikan yang inklusif yang mengarah pada pendidikan humanis dan damai dalam masyarakat yang majemuk, penulis menyebutnya sebagai pendidikan plrualisme. Paradigma pendidikan ini, meliputi; pengakuan terhadap hak dasar, keragaman, dan potensi yang dimiliki, dengan melibatkan masyarakat ataupun peserta didik secara aktif dalam proses pendidikan dalam rangka mewujudkan nilai-nilai positif dalam dirinya sebagai hasil interaksi sosial dan budaya. 9
Pendidikan pluralisme menekankan pada bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi dan antar pribadi dengan kelompok di dalam komunitas. Model pendidikan seperti ini bertujuan tidak saja mengasah intelektual, tetapi juga menyelaraskan kecerdasan emosional, sosial dan spiritual, sehingga memberi keseimbangan pada setiap individu dari aspek individualitas kepada aspek sosialitas yang melahirkan kepekaan dalam kehidupan bersama sebagai suatu sistem masyarakat sekolah atau masyarakat secara umum. 10 Di samping itu, model pendidikan ini lebih dari sekadar pengajaran, akan tetapi pendidikan merupakan suatu proses di mana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. 11 Jadi, pendidikan pluralisme pada dasarnya merupakan upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia supaya dapat menjadi manusia yang mandiri serta dapat berkonstribusi terhadap masyarakat dan bangsanya.
## B. METODE
Penelitian ini adalah penelitian literatur yang bertujuan untuk mengkaji model pendidikan pluralisme, meliputi pendekatan dan metode yang dipakai dalam implementasinya. Pentingnya menggunakan studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber yang dapat digunakan terkait maslah yang akan diteliti. Penelitian literatur juga merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi atau cara untuk menelusuri
7 Saihu, “Pendidikan Islam Multikulturalisme,” Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam 1, no. 2 (2019): 170 – 87, https://doi.org/10.36670/alamin.v1i2.8.
8 Menurut Denny J.A., Sensitivitas masyarakat majemuk dalam label agama yang bisa menjadi faktor penyebab dan akar terjadinya konflik dalam masyarakat, disebabkan oleh: Pertama, adanya klaim kebenaran absolut ( absolute truth claims ); Kedua, adanya ketaatan buta ( blind obedience ), yaitu dengan mengesampingkan akal sehat dan sikap kritis dalam memahami ajaran agama; Ketiga, adanya tujuan akhir membenarkan apapun dalam mencapai tujuan ( the end justifies the means ). Biasanya hal ini dikobarkan ketika menghadapi konflik antar pemeluk agama. Faktor-faktor ini menjadikan konflik- konflik sosial yang terjadi tampak lebih permanen dan sulit untuk diselesaikan karena menyimpan dendam yang mendalam, apalagi jika berpatokan bahwa mati dalam membela agama adalah perbuatan terpuji dan mati syahid. Denny J.A, Menjadi Indonesia tanpa Diskriminasi (Jakarta: Inspirasi.co, 2014), 49.
9 Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Pembimbingan Pribadi (Jakarta: Grasindo, 2002), 20.
10 Saihu, “Pendidi kan Pluralisme Agama: Kajian Tentang Integrasi Agama Dan Budaya Dalam Menyelesaikan Konflik Sosial Kontemporer,” Indo-Islamika 9, no. 1 (2019): 67 – 90.
11 Azyumardi Azra. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi (Jakarta: Kompas, 2002), 4.
fakta sosial. Penulis merasa perlu menggunakan kajian literatur ini untuk mengetahui fenomena meliputi historis, sosiologis, psikologis, dan kondisi masyarakat majemuk di Indonesia. Menurut Sugiono, studi literatur merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 12
Selanjutnya, dalam melihat fenomena variabilitas masyarakat indonesia dalam kaitannya dengan pendidikan, penulis mengklasifikasikannya pada dua sumber, yaitu sumber primer (primary source) dan kedua sumber sekunder (secondary source). Dalam penelusuran beberapa literatur, penulis menggunakan mesin pencari, seperti Google Scholar, DOAJ, libgen.is dan Social Network lainnya. Penelitian dengan studi literatur juga sebuah penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya ilmiah karena pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi penelitian. Oleh karena itu penulis menggunakan penelitian dengan kajian literatur
## C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Manusia dan pendidikan adalah dua hal yang secara substansial tidak dapat dipisahkan. Keduanya, hanya dapat dipisahkan secara teoretis dan analisis dikarenakan manusia sepanjang hidupnya senantiasa melaksanakan pendidikan. 13 Bahkan sering didengar pepatah yang mengatakan “Pendidikan berlangsung dari ayunan sampai ke liang lahat”. 14 Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pendidikan dilaksanakan secara lebih sistematis dan terorganisasi dalam bentuk pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan pendidikan informal. Dalam konteks ini, manusia pada dasarnya menjadi subjek sekaligus objek pendidikan. 15 Sebagai subjek pendidikan, manusia berperan aktif dalam proses dan pelaksanaannya. Manusia juga bertanggung jawab sebagai perencana, pengelola sekaligus pihak yang harus mengevaluasi dan mengawasi proses berlangsungnya pendidikan. 16 Sedangkan sebagai objek pendidikan, manusia menjadi sasaran yang harus digarap dan dituju oleh pendidikan. 17 Analogi ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Syafii Ma’arif. Menurutnya, pendidikan dapat diibaratkan seperti kompas, ia hanya menunjukkan arah yang seharusnya dituju, selanjutnya manusialah yang harus bergerak menuju arah yang telah ditunjukkan kompas itu. 18 Pertanyaannya berkaitan dengan hal ini adalah, Bagaimana cara menuju arah yang sudah ditetapkan oleh kompas tersebut?
12 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA, 2005), 329.
13 Mundzier Suparta, Pendidikan Kedewasaan Beragama (Jakarta: Gifani Alfatana Sejahtera, 2009), 74.
14 Saihu, “Rintisan Peradaban Profetik Umat Manusia Melalui Peristiwa Turunnya Adam AS Ke - Dunia,” Mumtaz 3, no. 1 (2019): 268 – 79, https://doi.org/https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.44.
15 Christian Zwingmann, M. Wirtz, “Positive and negative religious coping in German breast cancer patients. Journal of Behavioral Medicine, 29 , Np. 6 (2012): 533 – 547.
16 SAIHU, “Konsep Manusia Dan Implementasinya Dalam Perumusan Tujuan Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari,” Andragogi 1, no. 2 (2019): 197 – 217.
17 Yaya Suryana & H. A. Rusdiana, Pendidikan Multikultural: Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 43.
18 Lihat Mukhrizal Arif, “Pendidikan Post Modernisme” Telaah Pemikiran Tokoh Pendidikan (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 281.
## 1. Pendekatan pendidikan Pluralisme
Beberapa pendekatan pendidikan pluralisme sebagai upaya resolusi konflik di masyarakat disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel. 1.
Pendekatan Pendidikan Pluralisme Pendekatan Tujuan Misteri Rasional (Fungsionalitas : Internalisasi nuansa agama dalam kehidupan, seperti transformasi nilai, penafsiran, dan reaktualisasi berdasarkan konteks Eksklusif Inklusif (Fundamental) : Menanamkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti kesadaran atas kemajemukan yang wajib dibangun secara sistematis, skematis,
Di samping mengarahkan pada pendidikan humanis, pendidikan pluralisme juga mengarahkan pada pendidikan “damai”. Pendidikan damai sebenarnya adalah istilah lain dari pendidikan multikulturalisme. Multikulturalisme memberikan pengandaian akan adanya kesadaran bagi setiap komunitas dengan identitas kultural tertentu dan posisinya sebagai bagian dari harmoni kehidupan. Multikulturalisme meniscayakan keragaman dan pluralitas dengan titik tekan-nya pada kesadaran akan keragaman. Jika pluralisme mengisyaratkan kesadaran dibangun atas individu dengan cita-cita ideal adanya personal right yang mengarah pada liberalisme dan masyarakat komunikatif, maka multikulturalisme dibangun atas dasar kesadaran kolektif, yaitu sebuah komunitas yang mengarah pada pembentukan masyarakat madani yang multi- etnis, keragaman agama dan identitas sosial yang lain, sehingga antara pemahaman pluralisme pasti akan mengarah kepada pemahaman multikulturalisme. 19
Multikulturalisme dapat diartikan pula sebagai pluralitas kebudayaan dan pluralitas agama. 20 Jika kebudayaan itu plural, maka manusia dituntut untuk memelihara pluralitas agar terjadi kehidupan yang ramah dan penuh perdamaian. Pluralitas kebudayaan adalah interaksi sosial dan politik antara orang-orang yang berbeda cara hidup dan berpikirnya dalam suatu masyarakat. 21 Secara ideal, pluralisme kebudayaan berarti penolakan terhadap kefanatikan, berburuk-sangka, rasisme, tribalisme. Dengan menerima keanekaragaman secara inklusif, maka integrasi sosial dalam masyarakat majemuk dapat tercapai. Penulis memaknai integrasi sosial sebagai proses atau potensialitas yang mendorong ke arah proses yang mana komponen- komponen dua kelompok sosial atau lebih menjadi terpadu sehingga memberikan kebersamaan dan kesatuan antara kelompok-kelompok yang ada.
## 2. Relevansi Tiga Wilayah Keagamaan dalam Pendidikan Islam
Beberapa wilayah keagamaan yang berimplikasi langsung kepada pemahaman pendidikan Islam antara lain sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah ini:
19 Mundzier Suparta, Islamic Multicultural Education , 6.
20 William A. Haviland, Antropology, 2 (Jakarta: Airlangga, 1998), 289-290.
21 Saihu, “Urgensi ‘Urf Dalam Tradisi Male Dan Relevansinya Dalam Dakwah Islam Di Jembrana- Bali,” Jurnal Bimas Islam 12, no. 1 (2019): 174 – 201.
## Tabel. 2.
Wilayah Keagamaan dalam Pendidikan Islam Absolut Relatif Relatif Absolut Ide dasar ketuhanan, kebaikan,
kesejahteraan, kesehatan kedamaian, keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan, ketenangan, spiritualitas, integritas, kejujuran, ketertiban,
keselamatan, dan keindahan.
1. Tingkat perbedaan pengalaman sejarah yang dijalani oleh suku, umat, bangsa dan lain sebagainya; 2. Adanya perbedaan stratifikasi sosial dan tingkat pendidikan; 3. Adanya perbedaan teknologi, jaringan kerja, intensitas kontak antar kelompok dan lain-lain. 1. Bercampurnya sifat pemahaman keagamaan yang relatif-partikular seolah-olah itulah yang absolut- universal. 2. Adanya upaya pengukuhan dan penegasan dan atau memperteguh identitas diri dan kelompoknya di hadapan berbagai rival kelompok sosial-keagamaan lainnya.
Tiga wilayah keagamaan yang berhubungan langsung dengan pendidikan, yaitu; wilayah absolute, relative, dan relative absolut . Jika dibedakan terlebih dahulu – meskipun ketiganya tidak dapat dipisahkan – antara konsep keberagamaan manusia (religiosity), keanekaragaman agama (religious), dan proses “menjadi” ke arah yang lebih baik, sempurna, lengkap, tidak kenal henti, dan terus-menerus berlangsung selama hayat dikandung badan (being religious) , ketiga wilayah keagamaan ini, mana yang dianggap absolute (mutlak); mana yang dianggap relative (nisbi); dan mana yang dianggap relative absolute (relatif absolut), dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ketiganya sering sekali bercampur aduk, sehingga menyulitkan umat beragama dalam mencari solusi persoalan sosial-keagamaan. Sehingga tidak jarang pencampur-adukan itu membawa kepada percekcokan, permusuhan, dan konflik antar umat beragama. 22 Religiositas yang juga merupakan tuntutan dan pemenuhan hal-hal yang bersifat pokok, fundamental, dan mendasar, juga merupakan sebuah tuntutan dan kebutuhan manusia yang bersifat mutlak, karena setiap manusia tanpa membedakan suku, agama, dan ras, mendambakan hal yang sama. Akan tetapi, ketika hal-hal yang dianggap absolute ini masuk ke dalam sosial-kemasyarakatan yang bersifat historis- empiris-kultural, maka terjadilah berbagai pendekatan, strategi, metode, teknis, taktik, dan model pendidikan untuk mencapainya. 23 Perbedaan pendekatan,
22 M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama di Era Multikultural, Multireligius, 147-149.
23 Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut antara lain: 1) pendekatan pembelajaran; 2) strategi pembelajaran; 3) metode pembelajaran; 4) teknik pembelajaran; 5) taktik pembelajaran; dan 6) model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang pendidik terhadap proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
metodologi, teknik, dan konsep ini terkadang membuat sebagian masyarakat bertikai dan berselisih untuk memperebutkan yang “terasli”, “terbaik”, “terunggul”, yang tanpa disadari manusia telah memasuki wilayah pertarungan dan kompetisi yang bersifat sosiologis.
Urgensi sebuah model pendidikan yang komprehensif, inklusif, dan pluralis, yang kemudian diterapkan pada setiap lembaga pendidikan, baik itu lembaga pendidikan formal, non-formal, dan informal, akhirnya menjadi sebuah keharusan untuk berkata sebuah kewajiban. Apalagi sebagaimana direkam dalam sejarah bahwa Paradigma pembangunan dengan keharusan penyeragaman ( uniformity) selama 32 tahun dibawah rezim Orde Baru, kemajemukan hanya diperkenalkan melalui simbol saja tanpa menyentuh esensinya. 24 Bhineka Tunggal Ika hanya simbol yang di cengkeram burung Garuda tanpa banyak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan, menurut Azyumardi Azra, 25 kebiasaan pemerintah Orde Baru kerap mengambil kebijakan “menyembunyikan sesuatu di bawah karpet” (hiding it under it’s carpet), karena alasan sara dan semacamnya. Barulah ketika Orde Baru tumbang dan keran keterbukaan telah dimulai, cengkeraman terhadap kebebasan seperti terlepas dari suatu belenggu besar yang mengikat. Keanekaragaman dan kemajemukan
tertentu. Contoh dari pendekatan pembelajaran adalah: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa ( student centered approach ) dan 2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru ( teacher centered approach ). Dari pendekatan pembelajaran selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Exposition Discovery Learning dan Group-individual Learning, dengan langkah- langka: 1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik; 2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif; 3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran; 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “ a plan of operation achieving something ” sedangkan metode adalah “ a way in achieving something ”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, pengalaman lapangan, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya sedikit. Dalam hal ini, pendidik pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Apabila pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik. Atau dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ahmad Sudrajat, “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran”, Artikel Pendidikan , 2008.
24 Mundzier Suparta, Islamic Multicultural Education, 4.
25 Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara Merajut Kerukunan Antar Umat (Jakarta: Kompas, 2002), 204.
budaya, adat istiadat, kehidupan sosial mulai ditampilkan, sehingga akibat dari euforia yang berlebihan itu berdampak terhadap adanya gesekan-gesekan sosial yang merupakan bibit unggul dalam melahirkan konflik sosial atau dengan kata lain meledaknya social discontent yang selama ini terpendam. 26
Menghadirkan sebuah pendidikan Islam yang komprehensif, humanis, dan pluralis pada setiap jalur pendidikan, diperlukan pemahaman dan aplikasi epistemologi yang berkaitan dengan persoalan bagaimana seseorang memperoleh ilmu pengetahuan, bisa melalui epistemologi klasik dan epistemologi kontemporer. Menurut Amin Abdullah, 27 epistemologi klasik, memberikan perhatian pada aspek sumber (origin) ilmu pengetahan (panca indera, rasio, intuisi, wahyu), sedangkan titik tekan epistemologi kontemporer, terletak pada bagaimana proses ( process ) , prosedur, dan metodologi yang digunakan seseorang atau kelompok untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Untuk dapat mengaplikasikan persoalan verstehen (memahami) dan erklaren (menjelaskan) dalam pendidikan Islam, dapat dilakukan dengan menggunakan metodologi Hermeneutika. 28 Karena dengan menggunakan metodologi hermeneutika, pendidikan Islam yang terhubung langsung dengan dimensi praksis- sosial keagamaan – untuk tidak mengatakannya terbatas pada kajian pemikiran yang bersifat teoretis-konseptual – seperti banyak dipahami selama ini dapat, diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, pendekatan hemeneutika dalam menafsirkan teks-teks agama (al- Qur’an dan Hadi s) menjadi sebuah keharusan dalam menjawab fenomena kehidupan kontemporer. Untuk menjawab fenomena sosial di masyarakat, Abid Al-Jabiri, 29 menawarkan tiga tradisi keilmuan, yaitu; tradisi bayani, burhani, dan ‘irfani. Berdasarkan analisisnya, wilayah kajian tafsir al- Qur’an hanya terbatas pada tradisi-tradisi keilmuan bayani dan belum masuk dalam tradisi burhani, apalagi ‘irfani. Tujuan dari penggunaan tiga pendekatan keilmuan tersebut, adalah untuk menghadirkan interpretasi teks-teks suci keagamaan agar menjadi lebih segar, terbuka, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal menjadi wajib diaplikasikan karena wilayah pendidikan Islam sesungguhnya merupakan bentuk interaktif yang bersifat dialektis-dialogis antara ketiga hal tersebut ( bayani, burhani, ‘irfani ). Bandingkan dengan tradisi Yudeo-Kristiani yang ternyata banyak dijumpai ahli-ahli ilmu agama yang mampu memperluas lingkup bahasan interpretasi kitab Injil ke wilayah tradisi pendekatan hermeneutika dalam payung pendekatan kultural- filosofis. 30
Diskursus pendidikan Islam, mau tidak mau harus memasuki wilayah penafsiran dan pemahaman kitab suci serta doktrin-doktrin keislaman lainnya dengan menggunakan pendekatan hermeunetika. Karena ia terkait dengan persoalan- persoalan praksis-sosial dan budaya lokal yang menjadi lahan sosialisasi ide-ide pendidikan Islam. Oleh karenanya, tema sentral pembaharuan pemikiran pendidikan Islam dalam konteks ini terletak pada semboyan i’adat al -Islam, yang berarti
26 Sagaf S. Pettalongi , “ Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial”, Jurnal Pendidikan Nasional, No. 2 (2013): 172
27 M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural dan Multi Religius, 47-48.
28 Lihat E. Sumaryono, Hermeunetika: sebuah metode filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 23-33.
29 Abid Al-Jabiri, Bunyat al’Aql al - ‘Arabi, Dirasaat al - Tahliliyyah li al Nuzhum al Ma’rifah fi al Tsaqafah al ‘Arabiyyah (Beirut: Markaz Dirasat al Wih dah al ‘Arabiyyah, 1990), 13, 22, 38
30 M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural dan Multi Religius, 49.
mengembalikan peran dunia Islam dalam percaturan global peradaban dunia, seperti ketika umat Islam mencapai puncak kejayaan kurang lebih selama 7 abad. 31
Garis besar i’ adat al-Islam (khususnya di Mesir) terpola menjadi dua aliran pemikiran: Pertama, tajdid al-Fahm (pembaharuan pemahaman). Menurut pendukung aliran ini, ada yang salah dalam pemahaman umat Muslim terhadap ajaran-ajaran pokok Islam. Generasi Muslim terdahulu, khususnya 5 abad terakhir, terlalu terpaku pada patokan-patokan historis undang-undang fikih yang mestinya fleksibel, menjadi kaku dan terpola pada pemikiran kalam-yang bersifat klasik-skolastik. Baginya kebudayaan jauh lebih luas daripada fikih, akidah, maupun akhlak, karena ia mencakup wilayah natural-sciences dan humanities-sciences, ilmu kealaman dan ilmu budaya. Aliran ini dimotori oleh Muhammad Abduh (1849-1905).
Kedua, tathbiq al- syari’ah, 32 yaitu upaya mengaplikasikan atau mempraktikkan kembali undang-undang dan tata cara kenegaraan yang pernah dilakukan generasi Muslim terdahulu. Aliran ini dimotori oleh M. Rasyid Ridha. Menurut Amin Abdullah, dalam realitas pergumulan pemikiran umat Islam secara umum, tajdid dan tathbiq akan selalu ada tanpa mengenal perbedaan geografis, tingkat pendidikan maupun intelektualitas. Hanya saja, program i’adat al -Islam yang mengambil pola tathbiq mungkin hanya akan dapat berjalan di pusat kebudayaan Islam, yakni di wilayah Kabah berada. 33 Sudah barang tentu pernyataan ini lebih bersifat metaforis dan sangat diragukan keabsahannya oleh para antropolog. Karena semakin jauh lokasi kebudayaan Islam dari Mekah-Madinah, maka akan semakin sulit pula program tathbiq tersebut dilakukan.
Dari kedua aliran pemikiran tersebut, terlihat bahwa yang menjadi inti persoalan adalah wilayah mentalitas atau cara berfikir. Artinya ia tergantung pada kadar kemampuan seseorang, kelompok, atau masyarakat untuk menangkap nilai- nilai, esensi dan substansi ajaran Islam. Agar tidak hanya dapat mengenal dan terjebak pada historisitas kelembagaan-nya, penulis berargumen, bahwa, alur pemikiran tajdid dapat dipadankan dengan istilah kontekstualisasi, reaktualisasi, interpretasi, restrukturisasi, dengan melihat prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai keagamaan, perlu diinternalisasikan dan disosialisasikan dalam dunia pendidikan Islam khususnya di Indonesia yang plural dan multikultural. Hal ini penting untuk dilakukan, mengingat situasi praksis sosial di Indonesia sangat jauh berbeda dengan wilayah lain. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutika dalam mengaplikasikan pendidikan Islam, akan terbentuk hubungan yang dialogis-dialektis-kritis antara normativitas nilai-nilai al-Q ur’an yang sesungguhnya bersifat universal -transendental-transkultural dan historisitas penerapan dalam wilayah praksis sosial nilai-nilai tersebut yang bersifat partikular-kultural-sosiologis-keindonesiaan.
Metodologi pendidikan Islam di Indonesia yang masyarakat dan budayanya sangat plural, tidak bisa dilepaskan dari dimensi sosial-politik-ekonomi, serta harus mencerminkan pola hubungan dan pemahaman yang bersifat dialogis-dialektis-
31 Hukum sejarah yang berlaku diatas rel kausalitasnya sendiri ini disebutkan dalam al- Qur’an QS.[3]:140: “Memang begitulah perputaran roda sejarah peradaban manusia kami putar diantara umat manusia”
32 Konsep Rasyid Ridha yang ingin mengembalikan sistem pemerintahan khilafah dalam ditelaah dalam Markom H. Kerr, Islamic Reform: The Political Theories of Muhammad Abduh and Rasyid Ridha (Berkeley and Los Angeles: University of California Press, 1966), 17.
33 M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural dan Multi Religius, 53.
hermeneutik, sehingga tidak terlalu tampak warna rigiditas tekstual-skriptualnya. 34 Apalagi pencuplikan ayat-ayat tau teks-teks kitab suci, khususnya yang terkait dengan persoalan hubungan sosial keagamaan secara parsial sesuai dengan keperluan dan kepentingan sesaat, belum tentu dapat menggambarkan dan mewakili maksud pandangan al- Qur’an secara utuh dan komprehensif. Jika dikontekstualisasikan dengan Negara Indonesia yang multikultural, maka konsep pemikiran pendidikan Islam, harus mampu menyentuh pada aspek sosiologis, antropologis dan fenomenologis masyarakat Indonesia yang multi-agama, multi-budaya, dan multi-ras. Dengan demikian akan tercipta suatu tatanan kehidupan yang humanis, harmonis, dan beradab. 35
Sejarah penggunaan pendekatan metode hermeneutika dengan tidak menjadikan perbedaan sebagai penghalang dalam mengelola institusi pendidikan, telah dipraktikkan jauh sebelum Islam mengenal Institusi pendidikan modern. Menurut Suwito, institusi pendidikan Islam pada zaman khalifah Al- Ma’mun (813 -833 M), telah mempraktikkan konsep pendidikan yang plural-multikultural di Bayt al- Hikmah. 36 Konsep itu antara lain: Pertama, nilai-nilai kebebasan berekspresi, keterbukaan, toleransi dan kesetaraan; Kedua, perbedaan etnis kultural dan agama bukan halangan dalam melakukan penerjemahan. 37 Di sinilah peran pendidikan Islam untuk mengingatkan bahwa yang dituju oleh al- Qur’an bukanlah Tuhan in Himself, tetapi manusia dan tingkah lakunya. 38 Apa yang dijelaskan oleh Suwito, menunjukkan, pendidikan Islam sejatinya telah berbicara banyak tentang aspek kemasyarakatan yang plural-multikultural. Sehingga apa yang telah diterapkan pada zaman khalifah Al- Ma’mun tersebut, bisa dijadikan contoh atau rujukan dalam pengimplem entasian pendidikan dalam masyarakat, sekaligus bisa menjadi sebuah resolusi konflik dalam masyarakat yang heterogen.
34 Indonesia sendiri belum memiliki pengalaman pendidikan mutlikultural yang ter- desain secara terencana, karena belum ada pengalaman yang dikontrol dalam sebuah penelitian akademik. Tetapi jika mengutip Will Kymlicka, yang mencoba mendeskripsikan multicultural citizenship – pengalaman di Amerika Utara – maka, materi-materi yang seharusnya diberikan dalam pendidikan multikultural di Indonesia adalah: 1) Tentang hak-hak individual dan hak-hak kolektif dari setiap anggota masyarakat; 2) Tentang kebebasan individual dan budaya; 3) Tentang keadilan dan hak-hak minoritas; 4) Jaminan minoritas untuk bisa berbicara dan keterwakilan aspirasinya dalam struktur pemerintahan dan legislatif; 5) Toleransi dan batas-batasnya, yakni bahwa etnik minoritas yang tidak memiliki wakil langsung di lembaga legislatif atau lembaga birokrasi pemerintahan, harus dilindungi oleh etnik atau kelompok mayoritas yang menguasai lembaga-lembaga pemerintahan sebagai lembaga otoritatif. Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah (Depok: Kencana, 2017), 322.
35 Adeng Muchtar Ghazali, “the Concept of Tolerance in Islamic Education”, Journal of Education, 1 (2014).
36 Suwito, et al., Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), 28.
37 Para penerjemah yang memiliki perbedaan etnik kultural dan agama, yaitu; 1) Abu Sahl Fazhl bin Nawbakht, berkebangsaan Persia; 2) Alan al- Syu’ubi, berkebangsaan Persia; 3) Yuha nna (John) bin Masuya, berkebangsaan Syiria; 4) Hunayn bin Ishak, beragama Kristen Nestorian dari Hirah; 5) Qutha bin Luqa, beragama Kristen Yacobite; 6) Abu Bisr Matta ibn Yunus, beragama Kristen Nestorian; 7) Ishak bin Hunayn beragama Kristen Nestorian; dan 8) Hubaish beragama Kristen. Suwito.et.al, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 29.
38 Fazlur Rahman, menjelaskan, bahwa yang dituju oleh al- Qur’an bukanlah Tuhan, melainkan manusia dan tingkah lakunya. Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok al- Qur’an, terj. Anas Mahyuddin (Bandung: Pustaka, 1993), 4.
Dalam uraian lebih spesifik – untuk menumbuh-kembangkan rasa sosialitas atau kebersamaan diantara peserta didik – Sally Philiphs, 39 menganjurkan para pendidik untuk selalu meng-improvisasi model pembelajaran yang digunakan, karena pendidik merupakan elemen yang sangat sentral sekaligus menjadi aktor utama dalam kegiatan pembelajaran. 40 Misalnya, dari model active learning dikembangkan menjadi collaborative learning . Dalam model pembelajaran active learning , peserta didik diwajibkan untuk memperbanyak sumber bacaan, mulai dari buku, teks, perpustakaan, internet, dan lain sebagainya, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman yang tidak saja menambah kompetensi pengetahuan mereka, tetapi juga kemampuan analitis, sintesis, dan menilai informasi untuk dijadikan nilai baru dalam hidupnya ( self-discovering learning ). Ketika self-discovering learning itu berjalan efektif, maka untuk mengembangkan pengetahuan yang telah didapat oleh peserta didik, model pembelajaran dikembangkan menjadi collaborative learning , yaitu proses pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama dalam beragam perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik.
Dalam collaborative learning , tugas pendidik hanya mentransformasikan pengalamannya kepada peserta didik atau dari senior ke junior. Pendidik harus membantu berbagai kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar junior dalam segala kompleksitas yang mereka hadapi. Demikian pula diantara peserta didik dan teman sebayanya, menjadi bagian penting yang bermanfaat tidak saja hanya belajar bersama, namun di dalamnya terdapat proses saling membantu antara satu dengan yang lainnya, yang bermuara pada proses untuk saling memahami karakter masing-masing yang bisa jadi berasal dari budaya, agama, suku, dan ras yang berbeda. 41
Dengan demikian, menurut penulis, jia manusia mampu mengembangkan nilai-nilai rohani (nilai-nilai budaya) meliputi; nilai pengetahuan, keagamaan, kesenian, ekonomi, kemasyarakatan dan politik, maka ia dapat dikatakan sebagai manusia yang “benar - benar” manusia, karena naluri dasar manusia sesungguhnya adalah ia ingin diperlakukan secara manusiawi. 42 Keharusan itu dapat diwujudkan dalam komitmen kemanusiaan kepada pengejawantahan budaya tanpa kekerasan, budaya yang menghargai hidup, budaya solidaritas, dan tata cara ekonomi yang adil, serta membiasakan budaya toleransi, hidup yang benar, dan budaya kesamaan hak dan komitmen laki-laki dengan perempuan. 43
## D. KESIMPULAN
Penelitian menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, untuk menghadirkan sebuah model pendidikan puralisme maka diharuskan merubah fungsionalitas pendekatan pendidikan agama yan g tadinya “misterius” menjadi rasional agar terjadi sebuah proses internalisasi nuansa agama dalam kehidupan, seperti transformasi nilai, penafsiran, dan reaktualisasi berdasarkan konteks; Kedua ,
39 Sally Philips, “Opportunities and Responsibilities; Competence, Creativity, Collaboration, and Caring”, in, John K Roth, Inspiring Teaching (USA: Angker Publishing Company, 1997), 80.
40 Armai Arief , “Tugas dan Tanggung Jawab Guru Sebagai Pendidik dalam al - Qur’an, dalam Jejen Musfah dan Yanti Herlanti, Pendidikan Islam Isu dan Inovasi (Ciputat: FITK Press, 2017), 38.
41 Dede Rosyada, “Paradigma Pendidikan Demokratis”, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2004), 156.
42 Lihat Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Pembimbingan Pribadi , 10
43 Ishak Ngeljaratan , “Artikulasi Nilai Keadilan Melalui Sikap dan Perilaku Budaya”, dalam Hamka Haq, eds., Damai; Ajaran Semua Agama (Makassar: Al-Ahkam, 2004), 85.
merubah paradigma pendidikan yang tadinya eksklusif menjadi insklusif agar proses penanaman nilai-nilai luhur bangsa, seperti kesadaran atas kemajemukan yang tersusun secara sistematis, skematis, menjadi efektif dan efisien. Di samping itu, yang tak kalah pentingnya adalah merevitalisasi kehidupan sosial-keagamaan dengan tidak mencampuradukkan sesuatu yang absolute dengan sesuatu yang relative bahkan partikular seolah-olah itulah yang absolut-universal. Pemisahan pemahaman pendidikan keagamaan ini dapat dilakukan melalui metode burhani, bayani , dan irfani dengan menggunakan pendekatan hermenutika.
Penelitian merekomendasikan pentingnya memikirkan kembali sebuah model pendidikan plrualisme, setidaknya terkait dengan relasinya antara Muslim dan non- Muslim dengan menggunakan teori-teori pembelajaran yang dianggap relevan, bahkan untuk umat beragama di Indonesia secara keseluruhan. Karena, sebenarnya, akar masalah dari konflik sosial, bisa jadi disebabkan dari ketidaktahuan setiap individu di masyarakat akan pentingnya manfaat dari model pendidikan plurlaisme. Manfaat yang dapat diambil model pendidikan pluralisme ini selain untuk meingkatkan keimanan dan ketakwaan seseorang, disaat yang sama juga mengakui keberadaan umat lain. Sebuah model pendidikan yang komprehensif berguna untuk menciptakan sebuah asosiasi, integrasi, komplementasi, dan sublimasi yang kuat ditengah-tengah masyarakat yang multikultural.
## DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hafid. Menegakkan Dimensi HAM dalam Mereposisi Arah Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Al-Jabiri, Abid. Bunyat al’Aql al - ‘Arabi, Dirasaat al - Tahliliyyah li al Nuzhum al Ma’rifah fi al Tsaqafah al ‘Arabiyyah . Beirut: Markaz Dirasat al Wihdah al ‘Arabiyyah, 1990 . Arif, Mukhrizal. “Pendidikan Post Modernisme” Telaah Pemikiran Tokoh Pendidikan.
Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi . Jakarta: Kompas, 2002.
_____, Reposisi Hubungan Agama dan Negara Merajut Kerukunan Antar Umat (Jakarta: Kompas, 2002), 204.
Ghazali, Adeng Muchtar “the Concept of Tolerance in Islamic Education”, Journal of Education, 1 (2014). Haviland, William A., Antropology, 2 (Jakarta: Airlangga, 1998), 289-290.
J.A., Denny. Menjadi Indonesia tanpa Diskriminasi. Jakarta: Inspirasi.co, 2014. Kerr, Markom H. Islamic Reform: The Political Theories of Muhammad Abduh and Rasyid Ridha. Berkeley and Los Angeles: University of California Press, 1966.
Mulkhan, Abdul Munir. Humanisasi Pendidikan. Bandung: Mizan, 2000. Mudzhar, M. Atho. Kebijakan Negara dan Pembangunan Lembaga Pemimpin Agama dalam Rangka Keharmonisan Hubungan antar Umat Beragama. Jakarta: Puslitbang Depag. 2004.
Musfah, Jejen dan Yanti Herlanti, Pendidikan Islam Isu dan Inovasi. Ciputat: FITK Press, 2017.
Ngeljaratan, Ishak “Artikulasi Nilai Keadilan Melalui Sikap dan Perilaku Budaya”, dalam Hamka Haq, eds., Damai; Ajaran Semua Agama. Makassar: Al-Ahkam, 2004.
Pettalongi , Sagaf S. “ Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial”,
Jurnal Pendidikan Nasional, No. 2 (2013): 172 Philips, Sally “Opportunities and Responsibilities; Competence, Creativity, Collaboration, and Caring”, in, John K Roth, Inspiring Teaching. USA: Angker Publishing Company, 1997.
Rahman, Fazlur. Tema-Tema Pokok al- Qur’an, terj. Anas Mahyuddin. Bandung: Pustaka, 1993.
Riyanto, Theo. Pembelajaran sebagai Pembimbingan Pribadi . Jakarta: Grasindo, 2002. Rosyada, Dede. Madrasah dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah. Depok: Kencana, 2017.
_____, “Paradigma Pendidikan Demokratis”, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2004.
Saihu, Kidup Supriyadi, Karmawan, Fatkhul Mubin. “Religious Pluralism Education in Bali Indonesia: Studi on Cultural and Religious Integration in Completing Contemporary Social Conflict.” International Journal of Advanced Science and Technology 29, no. 7 (2020): 3761 – 70. Saihu. “Pendidikan Islam Multikulturalisme.” Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam 1, no. 2 (2019): 170 – 87. https://doi.org/10.36670/alamin.v1i2.8.
———. “Pendidikan Pluralisme Agama: Kajia n Tentang Integrasi Agama Dan Budaya Dalam Menyelesaikan Konflik Sosial Kontemporer.” Indo-Islamika 9, no. 1 (2019):
67 – 90.
———. “Rintisan Peradaban Profetik Umat Manusia Melalui Peristiwa Turunnya
Adam AS Ke- Dunia.” Mumtaz 3,
no. 1 (2019): 268 – 79. https://doi.org/https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.44.
———. “Urgensi ‘Urf Dalam Tradisi Male Dan Relevansinya Dalam Dakwah Islam Di Jembrana- Bali.” Jurnal Bimas Islam 12, no. 1 (2019): 174 – 201.
SAIHU. “Konsep Manusia Dan Implementasinya Dalam Perumusan Tujuan P endidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari.” Andragogi 1, no. 2 (2019):
197 – 217.
Saihu, Made. Merawat Pluralisme Merawat Indonesia: Potret Pendidikan Pluralisme Agama Di Jembrana-Bali . Yogyakarta: DEEPPUBLISH, 2019.
Sudrajat, Ahmad. “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran”, Artikel Pendidikan , 2008.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, 2005. Sumaryono, E. Hermeunetika: sebuah metode filsafat . Yogyakarta: Kanisius, 1993. Suparta, Mundzier. Pendidikan Kedewasaan Beragama. Jakarta: Gifani Alfatana Sejahtera, 2009.
Suryana, Yaya & H. A. Rusdiana, Pendidikan Multikultural: Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Suwito, et al., Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2005. Zwingmann, Christian M. Wirtz. “Positive and negative religious coping in German breast cancer patients. Journal of Behavioral Medicine, 29 , Np. 6 (2012): 533 – 547.
|
933a04b5-bc50-490e-a337-4b165fe9d8f6 | https://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/download/16468/2819 |
## Pendekatan Metode Bayesian untuk Kajian Estimasi Parameter Distribusi Log-Normal untuk Non-Informatif Prior
## Evi Noor Diana dan Soehardjoepri
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail : [email protected]
Abstrak — Distribusi Log-Normal merupakan salah satu dari beberapa distribusi kontinu. Distribusi Log- Normal tersebut memiliki parameter yang harus di estimasi yaitu parameter mean θ dan varians 𝛔 𝟐 . Penelitian dilakukan dengan metode Bayes yaitu penggabungan distribusi sampel dan distribusi prior, sehingga diperoleh distribusi posterior. Distribusi prior yang digunakan adalah non-informatif prior. Teknik penentuan dari non-informatif prior menggunakan metode Jeffrey’s dari distribusi Log-Normal univariat.
Setelah mendapatkan distribusi posterior, menemukan distribusi marginal dari mean θ dan varians 𝛔 𝟐 . Setelah mendapatkan distribusi marginal, langkah selanjutnya adalah mendapatkan nilai harapan (ekspektasi) dari distribusi marginal. Sehingga akan mendapatkan estimasi titik untuk mean θ dan varians 𝛔 𝟐 .
Kata Kunci — Distribusi Log-Normal , Fungsi Likelihood, Non-Informatif Prior, Metode Bayes, Distribusi Posterior.
## I. PENDAHULUAN
stimasi adalah suatu metode dimana kita dapat memperkirakan nilai dari suatu populasi dengan menggunakan nilai dari sampel. Jenis estimasi ada dua yaitu estimasi titik dan estimasi interval. Estimasi titik adalah nilai yang berfungsi untuk suatu pendugaan dari parameter populasi. Estimasi Interval adalah interval yang menyatakan keberadaan dari suatu parameter populasi [1]. Contoh sederhana, apabila kita ingin menyebrang jalan, kita menaksir berapa kecepatan kendaraan yang melewati jalan pada saat itu. Sehingga kita dapat memutuskan akan menyebrang atau tidak. Untuk mengestimasi parameter suatu populasi maka diambil sebuah sampel yang representatif, sebelum estimasi dilakukan, perlu diketahui lebih dulu keadaan populasi variabel acak tersebut secara apriori, seperti bentuk distribusinya, dan karakteristik parameter-parameter lain. Walaupun kerapkali informasi tentang populasinya sangat minimal, informasi yang diperoleh secara apriori itu kemudian dapat ditambahkan pula dengan informasi yang diperoleh dari sampel itu sendiri
Metode Bayes memandang parameter sebagai variabel yang menggambarkan pengetahuan awal tentang parameter sebelum pengamatan dilakukan dan dinyatakan dalam suatu distribusi yang disebut dengan
distribusi prior. Pemilihan prior secara umum dilakukan berdasarkan diketahui atau tidaknya informasi mengenai parameter. Jika informasi mengenai parameter diketahui, maka prior informatif, yaitu prior yang memengaruhi hasil distribusi posterior dan bersifat sangat subjektif, sedangkan jika informasi mengenai parameter tidak tersedia, maka digunakan prior non-informatif yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap distribusi posterior, sehingga informasi yang diperoleh dari data amatan bersifat lebih objektif. Setelah pengamatan dilakukan, informasi dalam distribusi prior dikombinasikan dengan informasi dengan data sampel melalui teorema Bayes, dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk distribusi yang disebut distribusi posterior [2].
Sebuah peubah dapat dimodelkan sebagai log- normal bila ia dapat dipandang sebagai hasil kali dari banyak peubah acak bebas (independen) masing- masing bernilai positif. Sebagai contoh, dalam keuangan, peubah ini dapat mewakili pendapatan majemuk dari sederetan perdagangan atau faktor diskonto jangka panjang dapat diturunkan dari hasil kali faktor-faktor diskonto jangka pendek. Dalam komunikasi nirkabel, atenuasi yang disebabkan oleh pembayangan atau pengaburan lambat dari benda acak sering dianggap berdistribusi Log-Normal.
Salah satu contoh penelitian yang membahas estimasi parameter dengan metode Bayes adalah penelitian yang dilakukan oleh Sultan dan Ahmad. Penelitiannya menjelaskan tentang mendapatkan perbandingan nilai estimasi titik metode Maksimum Likelihood Estimator (MLE) dengan metode Bayesian .
Menggunakan distribusi Log-Normal dengan
diketahui distribusi prior ( informative prior) . Kemudian dicari fungsi likelihood lalu dikalikan dengan distribusi prior menjadi distribusi posterior. Setelah mendapatkan distribusi posterior, menemukan distribusi marginal dari mean 𝜇 dan varian 𝜎 2 . Langkah selanjutnya mendapatkan nilai harapan ( ekspektasi) dari distribusi marginal sehingga mendapatkan estimasi titik untuk mean 𝜇 dan varians 𝜎 2 [3].
Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini akan membahas tentang estimasi parameter distribusi Log- Normal untuk non-informatif prior. Estimasi titik didapatkan dengan menggunakan metode Bayes.
E
## II. TINJAUAN PUSTAKA
## Distribusi Log-Normal
Misalkan sebuah peubah acak X bilangan real positif ( 0 < 𝑥 < ∞ ). Sedemikian sehingga 𝑌 = ln 𝑥 merupakan distribusi Normal dengan rata-rata θ dan variansi 𝜎 2 . 𝑋 = 𝑒 𝑦 merupakan distribusi Log-Normal atau dapat ditulis dengan 𝐿𝑁(𝜃, 𝜎 2 ) dan 𝑌 ≈ 𝑁(𝜃, 𝜎 2 ) . Karena X dan Y dihubungkan oleh relasi 𝑌 = ln 𝑥 , maka fungsi kepekatannya adalah sebagai berikut [1] :
𝑓(𝑥) = { 1 𝑥 𝜎√2𝜋 𝑒𝑥𝑝 [ − (ln x −𝜃) 2 2𝜎 2 ] , 𝑥 > 0 0 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎
(1)
Variabel acak positif X yang berdistribusi Log-Normal mempunyai mean exp (𝜃 + 𝜎 2 2 ) dan varians exp( 2𝜃 + 𝜎 2 ) {exp( 𝜎 2 ) − 1} [1].
## Fungsi Likelihood
Fungsi Likelihood adalah misalkan 𝑋 1 , 𝑋 2 , … . , 𝑋 𝑛 sampel acak dengan fungsi peluang 𝑓(𝑥 𝑖 ; θ) , i = 1, 2, ..., n. Apabila L yaitu fungsi peluang bersama dari 𝑋 1 , 𝑋 2 , … . , 𝑋 𝑛 dipandang sebagai fungsi dari θ dan 𝑥 1 , 𝑥 2 , … . , 𝑥 𝑛 sebagai bentangan tertentu maka [4]
𝐿(𝜃) = ∏ 𝑓(𝑥 𝑖 ; θ) 𝑛 𝑖=1 (2)
## Non-Informatif Prior
Non-informatif berhubungan dengan situasi dimana distribusi prior tidak memiliki basis populasi. Hanya terdapat sedikit informasi prior sehingga distribusi prior berperan minimal dalam distribusi posterior. Salah satu bentuk pendekatan dari prior non- informatif adalah dengan menggunakan metode Jeffrey’s. Distribusi prior untuk satu parameter 𝜃 adalah sekitar non informatif jika diambil proposional maka akar kuadrat dari informasi Fisher [2].
𝑓(𝜃) = [𝐼(𝜃)] 1 2
(3)
dimana 𝐼(𝜃) merupakan nilai harapan informasi Fisher
𝐼(𝜃) = −𝐸 𝜃 [ 𝜕 2 log 𝑓(𝑥;𝜃) 𝜕𝜃 2 ] (4)
## Metode Bayes
Pendekatan Bayes dalam mengestimasi estimator dari parameter menggabungkan informasi dari sampel dengan informasi lain telah tersedia sebelumnya.
Besaran parameter 𝜃 dalam sebuah populasi yang memuat variabel acak x dapat digunakan dalam bentuk aturan peluang, yaitu sebagai berikut [5]:
𝑓(𝜃|𝑥) = 𝑓(𝑥|𝜃)𝑓(𝜃)
𝑓(𝑥)
(5)
## Distribusi Posterior
Distribusi posterior adalah penggabungan distribusi sampel dan distribusi prior [2].
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 ~ 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑 𝑥 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟
𝑓(θ| x) = 𝑓(x | θ) . 𝑓(𝜃)
(6)
dimana 𝑓(x | θ) merupakan fungsi likelihood dan 𝑓(𝜃) merupakan distribusi prior.
## III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
## Fungsi Likelihood
Jika 𝑋 1 , 𝑋 2 , … . , 𝑋 𝑛 adalah sampel acak berdistribusi Log-Normal dengan densitas 𝑓(𝑥 1 ; 𝜃, 𝜎 2 ) maka fungsi likelihoodnya didefinisikan dengan [5]:
𝐿(𝜃, 𝜎 2 ) = ∏ 𝑓(𝑥 𝑖 ; θ, 𝜎 2 ) 𝑛 𝑖=1 ( 1 √2𝜋 𝜎 2 𝑥 𝑖 2 ) 𝑛 𝑒𝑥𝑝 [− 1 2𝜎 2 ∑ (ln 𝑥 𝑖 − 𝜃) 2 𝑛 𝑖=1 ] (7)
## Non-informatif Prior
Distribusi non-informatif prior 𝑓(𝜗) dimana 𝜗 = (𝜃, 𝜎 2 ) , diasumsikan bahwa 𝜃 dan 𝜎 2 adalah independen (bebas) sehingga 𝑓(𝜗) = 𝑓(𝜃)𝑓(𝜎 2 ). Menentukan distribusi non-informatif prior 𝑓(𝜎 2 ) adalah sebagai berikut:
𝑓(𝑥; θ, 𝜎 2 ) = 1 𝑥𝜎√2𝜋 𝑒𝑥𝑝 [ − (ln 𝑥−𝜃) 2 2𝜎 2 ]
log 𝑓(𝑥; θ, 𝜎 2 ) = − 1 2 log 2𝜋 − 1 2 log 𝜎 2 − 1 2 log 𝑥 2 − ( (ln 𝑥 − 𝜃) 2 2𝜎 2 )
Jika 𝑢 = 𝜎 2 maka log 𝑓(𝑥; θ, 𝑢) = − 1 2 log 2𝜋 − 1 2 log 𝑢 − 1 2 log 𝑥 2 − ( (ln 𝑥 − 𝜃) 2 2𝑢 ) 𝑑 log 𝑓(𝑥; θ, 𝑢) 𝑑𝑢 = − 1 2𝑢 + (ln 𝑥 − 𝜃) 2 2𝑢 2 𝑑 2 log 𝑓(𝑥; θ, 𝑢) 𝑑𝑢 2 = 1 2𝑢 2 − (ln 𝑥 − 𝜃) 2 𝑢 3 𝑑 2 log 𝑓(𝑥; θ, 𝑢) 𝑑𝑢 2 = 1 2𝜎 4 − (ln 𝑥 − 𝜃) 2 𝜎 6 𝐼(𝜎 2 ) = −𝐸 [ 𝑑 2 log 𝑓(𝑥; θ, 𝑢) 𝑑𝑢 2 ] 𝐼(𝜎 2 ) = 1 2𝜎 4 𝑓(𝜎 2 ) = √𝐼(𝜎 2 ) ∝ 1 𝜎 2
Sedangkan nilai non-informatif prior untuk 𝑓(𝜃) = c (konstan) sehingga diperoleh
𝑓(𝜗) = 𝑓(𝜃)𝑓(𝜎 2 ) = 𝑐 𝑥 1 𝜎 2 ∝ 1 𝜎 2 (8)
Jadi nilai non-informatif prior
𝑓(𝜗) = 𝟏 𝝈 𝟐 (9)
## Distribusi Posterior
Setelah mencari fungsi likelihood dan menentukan distribusi prior dari distribusi Log-Normal dapat dicari distribusi posteriornya. Kepadatan posterior bersama dari 𝜃 dan 𝜎 2 adalah diberikan
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 ∝ 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟 ∗ 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑 𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) ∝ 𝑓(𝜗) ∗ 𝐿(𝜃, 𝜎 2 ) (10)
Dari persamaan (1) dan (2) Kepadatan posterior bersama dari 𝜃 dan 𝜎 2 adalah diberikan
𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) ∝ (( 1 √2𝜋𝑥 𝑖 ) 𝑛 ( 1 𝜎 2 ) ( 𝑛 2 +1) ) 𝑥 (exp [− 1 2𝜎 2 ∑ (ln 𝑥 𝑖 − 𝜃) 2 𝑛 𝑖=1 ]) 𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) ∝ ( 𝑐 (𝜎 2 ) ( 𝑛 2+1) 𝑒𝑥𝑝 [− 𝛽 2𝜎 2 ]) 𝒙 (exp [ −𝑛 2𝜎 2 (𝜃 − ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 ) 2 ]) (11)
Dimana 𝛽 = (𝑛 − 1) ∑ ln 𝑥 𝑖 2 𝑛 𝑖=1 𝑛 dan c adalah konstanta normal. [2] menjelaskan jika 𝑃(𝜃) menjadi prior dan 𝑃(𝑥|𝜃) menjadi fungsi likelihood, fungsi padat peluang (pdf) posterior 𝑃(𝜃|𝑥) diberikan 𝑃(𝜃|𝑥) = 𝑐 𝑃(𝜃)𝑃(𝑥|𝜃) , dimana c adalah konstanta normal. Lalu nilai dari c diperoleh dari 𝑐 = [∫ 𝑃(𝜃)𝑃(𝑥|𝜃)𝑑𝜃] −1 dimana c dapat menjadi
𝑐 −1 = ∫ ∫ 𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) 𝑑𝜃 𝑑𝜎 2 ∞ −∞ ∞ 0 𝑐 −1 = ∫ ∫ ( 1
(𝜎 2 ) ( 𝑛 2 +1) 𝑒𝑥𝑝 [− 𝛽 2𝜎 2 ]) 𝑥 ∞ −∞ ∞
0
(exp [ −𝑛 2𝜎 2 (𝜃 − ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 ) 2 ]) 𝑑𝜃 𝑑𝜎 2 (12)
Menggunakan transformasi 𝑡 = √𝑛 𝜎 (𝜃 − ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 ) 𝑐 −1 = √ 2𝜋 𝑛 ∫ 𝑒𝑥𝑝[− 𝛽 2𝜎2 ] (𝜎 2 ) ( 𝑛+1 2 ) 𝑑𝜎 2 ∞ 0 𝑐 −1 = √ 2𝜋 𝑛 ( 𝛽 2 ) −( 𝑛−1 2 ) Γ ( 𝑛−1 2 ) 𝑐 = √ 𝑛 2𝜋 ( 𝛽 2 ) ( 𝑛−1 2 ) 1 Γ ( 𝑛−1 2 ) (13)
Persamaan (13) di subtitusikan ke persamaan (11) menjadi
𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) = (√ 𝑛 2𝜋 (𝛽) ( 𝑛−1 2 ) Γ ( 𝑛−1 2 )(𝜎 2 ) ( 𝑛 2+1) 𝑒𝑥𝑝 [ −𝛽 2𝜎 2 ]) 𝑥 (exp [ −𝑛 2𝜎 2 (𝜃 − ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 ) 2 ]) (14)
## Distribusi Posterior Marginal
Distribusi posterior marginal dari 𝜃 adalah integral terhadap 𝜎 2 dari persamaan (14) menjadi
𝑓(𝜃|𝑥) = ∫ 𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) 𝑑𝜎 2 ∞ 𝜎 2 =0 𝑓(𝜃|𝑥) = √ 𝑛 𝛽 1 𝐵( 1 2 , 𝑛−1 2 ) [1+ 𝑛 𝛽 (𝜃− ∑ ln 𝑥𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 ) 2 ] 𝑛 2 (15)
Distrribusi posterior marginal dari 𝜎 2 adalah integral terhadap 𝜃 dari persamaan (14) menjadi
𝑓(𝜎 2 |𝑥) = ∫ 𝑓(𝜃, 𝜎 2 |𝑥) 𝑑𝜃 ∞ 𝜃=−∞ 𝑓(𝜎 2 |𝑥) = (𝛽) ( 𝑛−1 2 ) 𝑒𝑥𝑝[ −𝛽 2𝜎2 ] (𝜎 2 ) ( 𝑛+1 2 ) (2) ( 𝑛−1 2 ) Γ ( 𝑛−1 2 ) (16)
## Estimasi Posterior
Hasil dari distribusi posterior marginal dari 𝜃 adalah diberikan pada persamaan (6). Sehingga estimasi posterior dari 𝜃 adalah sebagai berikut:
𝜃 ∗ = 𝐸(𝜃|𝑥) = √ 𝑛 𝛽 1 𝐵( 1 2 , 𝑛−1 2 ) ∫ 𝜃 𝑑𝜃 [1+ 𝑛 𝛽 (𝜃− ∑ ln 𝑥𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 ) 2 ] 𝑛 2 ∞ −∞ (17)
Misalkan: 𝑡 = √ 𝑛 (𝑛−1)𝑠 2 (𝜃 − 𝑥̅) √𝑛 − 1
𝜃 ∗ = ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 √𝑛−1𝐵( 1 2 , 𝑛−1 2 ) ∫ 𝑑𝑡 [1+ 𝑡2 𝑛−1 ] 𝑛 2 ∞ −∞ 𝜃 ∗ = ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛
(8)
Sekarang distribusi posterior marginal dari 𝜎 2 adalah diberikan pada persamaan (4.7). Sehingga estimasi posterior dari 𝜎 2 adalah sebagai berikut:
𝜎 ∗2 = 𝐸(𝜎 2 |𝑥) = ∫ (𝛽) ( 𝑛−1 2 ) 𝑒𝑥𝑝[ −𝛽 2𝜎2 ] 𝜎 2
(𝜎 2 ) ( 𝑛+1 2 ) (2) ( 𝑛−1 2 ) Γ ( 𝑛−1 2 ) ∞ 0 𝑑𝜎 2
𝜎 ∗2 = (𝛽) ( 𝑛−1 2 ) (2) ( 𝑛−1 2 ) Γ ( 𝑛−1 2 ) ∫ 𝑒𝑥𝑝[ −𝛽 2𝜎2 ] (𝜎 2 ) ( 𝑛−1 2 ) ∞ 0 𝑑𝜎 2
𝜎 ∗2 = 𝜷 𝒏−𝟏 (9)
Kemudian estimasi posterior dari 𝜃 1 ∗ dan 𝜎 1 ∗2 adalah
𝜃 = exp [𝜃 ∗ + 𝜎 ∗2 2 ] 𝜃 1 ∗ = exp [ ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 + 𝛽 2(𝑛−1) ] (10)
Dan 𝜎 2 = exp[2𝜃 ∗ + 𝜎 ∗2 ](exp[𝜎 ∗2 ] − 1)
𝜎 1 ∗2 = exp [2 ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 + 𝛽 𝑛−1 ] 𝑥 (exp [ 𝛽 𝑛−1 ] − 1) (11)
## IV. PENUTUP
Dari analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa mengestimasi parameter dengan menggunakan metode Estimasi Bayesian untuk mendapatkan estimasi titik. Nilai estimasi titik dari parameter mean θ varians 𝜎 2 diperoleh dengan bentuk
𝜃 1 ∗ = exp [ ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 + 𝛽 2(𝑛−1) ] 𝜎 1 ∗2 = exp [2 ∑ ln 𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑛 + 𝛽 𝑛 − 1 ] (exp [ 𝛽 𝑛 − 1 ] − 1)
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Supranto, J. 2001. Statistika Teori dan Aplikasi Edisi ke-6 . Jakarta: Erlangga.
[2] George E. P. Box dan George C. Tiao. 1973. Bayesian Inference in Statistical Analysis . Boston: Addison-Wesley Publishing Company, 1973.
[3] Sultan, R. dan Ahmad, S. P. 2013. Comparison of Parameters of Lognormal Distribution Based On the Classical and Posterior Estimates . Journal of Modern Applied Statistical Methods. < http://digitalcommons.wayne.edu/cgi/ >. Diakses pada tanggal 04 Maret 2016 pada pukul 08.10.
[4] Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3 . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[5] Sugito dan Ispriyanti, D. 2010. Distribusi Invers Gamma Pada Inferensi Bayesian . Media Statistik, (2010, Desember), 59-68.
|
9d0b3619-6fd3-4549-8272-e77cda4eab30 | http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/article/download/268/198 | Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 4, No. 1 (2018) 25 – 40
Analisis Pengelolaan Keuangan pada PT Pelabuhan
## Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare
Nur Haerana 1 , Rudy Arafa 2
1,2 Universitas Muhammadiyah Parepare
## INFO NASKAH
Diserahkan
23 November 2018 Diterima 23 November 2018 Diterima dan disetujui 29 Desember 2018
## Kata Kunci:
Biaya operasional Kinerja Keuangan
## ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui biaya operasional dan kinerja keuangan dari tahun 2011-2015 pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitaif yang merupakan data angka yang dikelola dan dianalisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui biaya operasional digunakan rumus anggaran biaya operasional dan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan digunakan rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat anggaran biaya operasional belum efisien, karena pada tahun 2011, 2012, 2014, realisasi biaya operasional lebih besar dari anggaran yang disediakan, dan pada tahun 2013 dan 2015 anggaran biaya operasional mengalami penurunan yang disebabkan oleh rendahnya realisasi dari yang dianggarkan. Kinerja keuangan pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas belum efisien karena masih di bawah nilai standar rata-rata yang telah ditetapkan.
## 1. Pendahuluan
Pengelolaan perusahaan yang baik dapat meningkatkan keuntungan dan dapat mengurangi tingkat risiko kerugian perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di masa depan. Perusahaan sebagai entitas ekonomi biasanya memiliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dalam jangka pendek perusahaan bertujuan memperoleh laba secara maksimal. Sementara dalam jangka panjang tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan perusahaan, maka secara periodik perusahaan melakukan pengukuran kinerja yang telah dicapai atau diperoleh.
## Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo
## Jurnal Ekonomi Pembangunan
http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/index
Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan operasional perusahaan dan tidak akan terlepas dari kegiatan yang berhubungan dengan kas. Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan perusahaan. Salah satunya dapat dilihat dari perkembangan keuangannya untuk menunjang keefektifan penggunaan biaya operasional perusahaan. Perusahaan memerlukan adanya analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, yaitu analisis atau mengukur biaya-biaya umum, administrasi dan lain sebagainya.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (2012) menetapkan dasar- dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum ( general purpose financial statements ) yang selanjutnya disebut “laporan keuangan” agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare merupakan perusahaan milik Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare menunjukkan bahwa lmenunjukkan bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir efisiensi keuangan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare masuk pada kategori kurang efisien. Hal itu berarti pengelolaan keuangan pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare masih perlu ditinjau kembali untuk melihat sejauh mana kinerja keuangannya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis Pengelolaan Keuangan Pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare ” .
## 2. Kajian Pustaka
## 2.1 Tinjauan Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan. Meskipun banyak ahli yang memberikan pengertian tentang pengelolaan yang berbeda-beda, namun pada prinsipnya memiliki maksud dan tujuan yang sama. Menurut Prajudidalam M. Fahri. R (2014:11), pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut
suatu perencanaan diperlukan untuk menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu.
## 2.2 Biaya Operasional
Menurut Mulyadi (2005:08), biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Henry Faizal Noor (2013:172) biaya ( cost ) adalah pengeluaran yang tidak dapat dielakkan dalam mencapai tujuan tertentu dengan kata lain, biaya adalah bagian dari pengeluaran.
## 2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasiu efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang dilaksanakan pada priode waktu tertentu. Menurut Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan pada saat tertentu dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak ukur analisis rasio yang didasarkan pada laporan keuangan. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan.
## 2.4 Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:105) laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan pada saat tertentu dan pada jangka waktu tertentu. Menurut PSAK (2015:1.2) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan penggunalaporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban ( stewardship ) manajemen atas penggunaan sumber- sumber daya dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:
a. Asset
b. Kewajiban
c. Ekuitas
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan
e. Arus kas
Kasmir (2014:7) dalam pengertian sederhana laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam satu priode tertentu. Dalam praktiknya secara umum menurut Kasmir (2014) ada lima macam laporan keuangan yang biasadisusun, yaitu:
a. Neraca
Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya disusun pada priode tertentu, misalnya satu tahun. Namun, neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan biasanya hal ini sering dilakukan pihak manajemen pada saat tertentu. Menurut Kasmir (2014:30) neraca merupakan ringkasan laporan keuangan. Artinya, laporan keuangan disusun secara garis besarnya saja dan tidak mendetail. Kemudian, neraca juga menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis) harta, utang, dan modal perusahaan. Maksud pada tanggal tertentu adalah neraca dibuat dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan, namun neraca dibuat biasanya akhir tahun.
b. Laporan Laba Rugi
Menurut Kasmir (2014:29) laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu priode tertentu. Menurut Hery (2010:25) kegunaan laporan laba rugi adalah menyajikan ukuran kebehasilan operasi perusahaan selama priode tertentu. Lewat laporan laba rugi, investor dapat mengetahui besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan investe. Lewat laporan laba rugi, kreditur juga dapat mempertimbangkan kelayakan kredit debitur.
## c. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal doperusahaan. Laporan perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. Artinya laporan ini dibuat bila memang ada perubahan modal.
## d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama priode laporan. Laporan kas terdiri arus kas masuk ( cash in) dan arus kas keluar ( cash out) selama priode tertentu.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebi dulu sehingga jelas. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah menafsirkannya.
Jadi dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah melakukakn analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
## 2.5 Analisis Rasio
Menurut Kasmir (2013:104) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka- angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan. Kemudian angka yang dibandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu
## periode maupun beberapa periode.
Analisis rasio keuangan digolongkan beberapa bagian untuk menilai kinerja perusahaan.
## a. Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2014:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dalam suatu priode tertentu. Rasio profibilitas ini memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
## b. Rosia Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang diguanakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, Kasmir (2014:151).
c. Rasio Likuiditas
Rasio Likuidatas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya (likuiditasnya). Rasio likuiditas atau sering disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total utang lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa priode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.
## d. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas ( activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Hasil pengukuran ini, dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama ini.
## 3. Metode Penelitian
## 3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini berlangsung di PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian selama 3 bulan dari bulan April-Juni tahun 2016 dengan interval waktu tersebut diharapkan penelitian ini rampung secara tuntas. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Tujuan deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan bagaimana biaya operasional dan kinerja keuangan pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare.
## 3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang merupakan kumpulan informasi yang bersifat angka-angka seperti neraca dan laba rugi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu:
a. Person , merupakan data yang diperoleh melalui personal dalam instansi itu sesuai dengan pokok pembahasan.
b. Paper , merupakan data yang diperoleh berupa laporan tertulis atau biasa disebut dengan dokumen yang signifikan terkait dengan masalah yang diteliti.
c. Place , merupakan data yang diperoleh dari suatu tempat penelitian baik secara lisan maupun tulisan.
## 3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan (lokasi penelitian)
b. Interview
Interview yaitu dengan menggunakan wawancara dengan pimpinan manajer dan beberapa responden terkait dengan penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengadakan penelitian terhadap laporan kegiatan operasional perusahaan dan struktur organisasi.
## 3.4 Teknik Analisis Data
Rumus yang digunakan untuk mengetahui biaya operasional pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare, dengan menggunakan analisis anggaran biaya operasional. Menurut Trisnadi Wijaya, dkk (2012), adalah sebagai berikut:
anggaran BO = Realisasi Anggaran
Yang dianggarkan X 100%
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare, dengan menggunakan analisis rasio. Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis rasio menurut Kasmir (2014), sebagai berikut:
a. Rasio Profitabilitas
𝑅𝑂𝐴 = EBIT (Earning Befor Tax)
Total Aktiva X 100%
## b. Rasio Solvabilitas
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total Utang Total Aktiva X 100%
## c. Rasio likuiditas
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = Aktiva Lancar Utang Lancar X 100%
## d. Rasio Aktivitas
TATO = Total Pendapatan Total Aktiva X 100%
## 4. Hasil dan Pembahasan
## 4.1 Hasil Penelitian
Tabel 1. Anggaran realisasi Biaya Operasional Tahun 2011-2015
Sumber: Olahan Data PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare
Tabel 2. Rasio Profitabilitas
Sumber: Olahan Data PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare
## Tabel 3. Rasio Solvabilitas
Sumber: Olahan Data PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare
Tahun
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % 2011 5.389.567.000 5.714.786.481 106 2012 6.678.228.000 7.167.436.846 107 2013 9.813.702.000 9.273.435.347 94 2014 9.604.679.000 10.700.742.293 111 2015 11.666.969.000 11.526.142.076 99 Tahun EBT (Rp) Total Aktiva (Rp) ROA 2011 3.559.681.862 22.653.009.860 16 2012 4.379.317.870 25.519.909.709 17 2013 4.407.507.813 30.896.846.367 14 2014 6.087.063.973 31.517.206.642 19 2015 5.381.571.963 59.632.998.858 9 Tahun Total Aktiva (Rp) Total Utang (Rp) Debt Rasio 2011 22.653.009.860 1.195.196.224 5 2012 25.519.909.709 704.536.471 3 2013 30.896.846.367 3.321.319.265 11 2014 31.517.206.642 1.875.907.122 6 2015 59.632.998.858 1.890.241.807 3
## Tabel 4. Rasio Likuiditas
Sumber: Olahan Data PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare
## Tabel 5. Rasio Aktivitas
Sumber: Olahan Data PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare
## 4.2 Pembahasan
## Biaya Operasional
Berdasarkan hasil perhitungan, anggaran biaya operasional pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare. Diketahui bahwa anggaran biaya operasioanl dari tahun 2011- 2015, mengalami fluktuasi setiap tahunnya, karena pada tahun 2011 biaya operasional pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare, menunjukkan bahwaanggaran biaya operasional pada perusahaan sebesar 106% disebabkan karena besarnya realisasi sebesar Rp5.714.786.481 dan anggaran sebesar Rp5.389.567.000, pada tahun 2012 meningkat sebesar 107%, hal ini disebabkan besarnya realisasi sebesar Rp7.167.436.846 dibanding anggaran sebesar Rp6.678.702.000 pada tahun 2013 biaya operasional pada perusahaan turun menjadi 94%, hal ini disebabkan karena rendahnya realisasi perusahaan sebesar Rp9.273.435.347 dibanding yang dianggarkan perusahaan sebesar Rp9.813.702.000 pada tahun 2014 meningkat
Tahun Aktiva Lancar (Rp) Utang Lancar (Rp) Current rasio 2011 65.885.412 469.732.137 14 2012 1.068.886.278 478.017.945 223 2013 1.144.232.226 3.094.800.739 37 2014 998.173.966 1.944.854.596 51 2015 1.282.796.254 1.890.241.807 68 Tahun Total Pendapatan (Rp) Total Aktiva (Rp) Tato 2011 9.274.468.342 22.653.009.860 41 2012 11.546.754.719 25.519.909.709 45 2013 13.781.464.775 30.896.846.367 45 2014 16.787.806.266 31.517.206.642 53 2015 16.907.714.039 59.632.998.858 28
lagi menjadi 111% disebabkan karena meningkatnya pula realisasi perusahaan sebesar Rp10.700.742.293 dan menurunnya anggaran perusahaan sebesar Rp9.604.679.000 dan pada tahun 2015 turun menjadi 99% karena jumlah realisasi sebesar Rp11.526.142.076 dan anggaran sebesar Rp11.666.969.000.
## Kinerja Keuangan
Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare, menunjukan bahwa hasil perhitungan dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi atau masih dibawah nilai standar rata-rata yang telah ditetapkan.
## Tabel 6. Kinerja Keuangan
Tahun Profitabilitas Solvabilitas Likuiditas Aktivitas 2011 16% 5% 14% 41% 2012 17% 3% 223% 45% 2013 14% 11% 37% 45% 2014 19% 6% 51% 53% 2015 9% 3% 68% 28% Total 75%/5 28%/5 393%/5 212%/5 Rata-rata 15% 6% 79% 42%
## Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015. Dimana pada tahun 2011 tingkat presentasinya menunjukkan sebesar 16% dapat dikatakan baik karena berada di atas nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2012 rasio ini meningkat dengan persentasi sebesar 17%, rasio ini berada diatas rata-rata perusahaan, pada tahun 2013 rasio ini menurun dengan tingkat persentasi 14%, dapat dikatakan kurang baik, karena rasio ini berada di bawah nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2014 kembali meningkat dengan persentasi sebesar 19% rasio ini berada di atas nilai rata-rata perusahaan, dan pada tahun 2015 kembali menurun dengan tingkat persentasi sebesar 9%, rasio ini berada di bawah nilai rata-rata perusahaan.
Dikatakan di bawah nilai rata-rata perusahaan apabila hasil perhitungan rasio di bawah 15%, dan dikatakan di atas nilai rata-rata apabila hasil perhitungan di atas 15%. Penurunan
rasio ini disebabkan karena rendahnya laba dan meningkatnya aktiva yang dimiliki, dan sebaliknya peningkatan rasio ini disebabkan karena tingginya laba dan meningkatnya pula aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Jadi dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 belum efisien, karena masih berada dibawah nilai standar rata-rata yang telah ditetapkan.
## Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2011 tingkat presentasinya sebesar 5% dapat dikatakan baik karena berada di bawah nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2012 rasio ini menurun dengan persentasi sebesar 3%, rasio ini berada di bawah rata-rata perusahaan, pada tahun 2013 rasio ini meningkat dengan tingkat persentasi 11%, dapat dikatakan kurang baik, karena rasio ini berada di atas nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2014 kembali menurun dengan persentasi sebesar 6% rasio ini berada di nilai rata-rata perusahaan, dan pada tahun 2015 kembali menurun dengan tingkat persentasi sebesar 3%, rasio ini berada di bawah nilai rata-rata perusahaan.
Dikatakan di bawah nilai rata-rata perusahaan apabila hasil perhitungan rasio di bawah 6%, dan dikatakan di atas nilai rata-rata apabila hasil perhitungan diatas 6%. Peningkatan rasio ini disebabkan total aktiva yang menurun menyebabkan rasio tinggi, begitu pula apabila total utang menurun maka total aktiva meningkat menyebabkan rasio rendah. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin berisiko.
Jadi dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 sudah efisien, karena berada dibawah nilai standar rata-rata yang telah ditetapkan.
## Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015. Dimana pada tahun 2011 tingkat presentasinya sebesar 14% dapat dikatakan kurang baik karena berada di bawah nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2012 rasio ini
meningkat dengan persentasi sebesar 223%, dapat dikatakan baik karena rasio ini berada di atas rata-rata perusahaan, pada tahun 2013 rasio ini kembali menurun dengan tingkat persentasi 37%, dapat dikatakan kurang baik, karena rasio ini berada di atas nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2014 meningkat dengan persentasi sebesar 51% rasio ini berada di atas nilai rata-rata perusahaan, dan pada tahun 2015 tingkat persentasinya sebesar 68%, rasio ini berada di bawah nilai rata-rata perusahaan.
Dikatakan di bawah nilai rata-rata perusahaan apabila hasil perhitungan rasio di bawah 79%, dan dikatakan di atas nilai rata-rata apabila hasil perhitungan diatas 79%. Penurunan rasio ini karena besarnya utang lancar dibanding aktiva lancar, dan peningkatan rasio ini karena meningkatnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang lancarnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa rasio likuiditas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 belum efisien, atau masih berada dibawah nilai standar rata-rata yang telah ditetapkan.
## Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015. Dimana pada tahun 2011 tingkat persentasinya sebesar 41% dapat dikatakan kurang baik karena berada di bawah nilai rata-rata perusahaan, pada tahun 2012 dan 2013 rasio ini meningkat dengan masing-masing persentasi sebesar 45%, dapat dikatakan baik karena rasio ini berada di atas rata-rata perusahaan, pada tahun 2014 kembali meningkat dengan persentasi sebesar 53% rasio ini berada di atas nilai rata-rata perusahaan, dan pada tahun 2015 tingkat persentasinya kembali menurun sebesar 28%, rasio ini berada di bawah nilai rata-rata perusahaan.
Dikatakan di bawah nilai rata-rata perusahaan apabila hasil perhitungan rasio di bawah 42%, dan dikatakan di atas nilai rata-rata apabila hasil perhitungan diatas 42%. Rendahnya rasio ini disebabkan total pendapatan rendah sedangkan total aktiva tinggi, begitupun sebaliknya peningkatan rasio ini disebabkan karena total pendapatan meningkat seiring meningkatnya total aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula aktivitas yang dilakukan perusahaan.
Jadi dapat dikatakan bahwa rasio aktivitas pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 belum efisien, atau masih berada dibawah nilai standar rata-rata yang telah ditetapkan.
## 5. Simpulan dan Saran
Anggaran biaya operasional pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015, pada tahun 2011, 2012 dan 2014 realisasi biaya operasional pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare lebih besar dari pada anggaran atau terjadi penyimpangan yang tidak menguntungkan. Pada tahun 2013 dan 2015 realisasi biaya operasional pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare lebih rendah dari anggaran. Kinerja keuangan pada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare dari tahun 2011-2015 dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas. Kinerja keuangan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Parepare, belum efisien, karena pada rasio likuiditas masih dibawah standar rata-rata yang telah ditetapkan.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah hendaknya pihak Manajemen yang berkaitan dengan penganggaran di Perusahaan lebih teliti, akurat didalam menentukan asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam penyusunan anggaran, agar pencapaian realisasi anggaran lebih optimal, dan mengoptimalkan pelaksanaan pengen dalian yang telah ditetapkan, agar hasil yang dicapai sesuai yang dianggarkan. Kinerja keuangan harus ditinjau secara terus menerus agar perubahan-perubahan yang terjadi pada keuangan perusahaan dapat terlihat dengan jelas dan pihak manajeman dapat berantisipasi dengan cepat mengambil keputusan untuk kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi dimasa yang akan datang serta untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan sekarang dan untuk masa yang akan datang. Selain itu, untuk peneliti berikutnya, diharapkan dapat menganalisis BUMN lain, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja keuangan perusahaan secara umum.
## Daftar Pustaka
Ali, I. 2014. Analisis Efektivitas Biaya Operasional dalam Pelaksanaan Anggaran pada PT PLN (Persro) Sektor Pembangkit Bakaru Kota Parepare . Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas muhammadiyah Parepare.
Dedy Saputra, I. 2008. Analisis Biaya Operasional pada CV Rahmat P Siantara . Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Fahmi. 2012. Kinerja Keuangan . http://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/03/pengertian- kinerja-keuangan-menurut.html, di akses: 14 April 2016.
Fahri M.R. 2014. E fektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah Di Sektor Pendidikan Kota Parepare . Skripsi, Fakutas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Parepare.
Harahap, S.S. 2013. Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan . Jakarta: Rajawali Pers.
Herlina. 2013. Analisis Biaya Operasional Terhadap Realisasi Target Pendapatan Perusahaan Pada PT PLN (Persero) Area Parepare . Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Parepare.
Hery. 2010. Soal-Jawaban Akuntansi Menengah . Jakarta: Bumi Aksara.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan . Jakarta: Salemba Empat.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan . Jakarta: Bumi Aksara.
Karno, S.S.D., R. Effendi, dan T Wijaya. 2012. Analisis Anggaran Biaya Operasional dan Anggaran Pendapatan Terhadap Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Return on Asset (ROA) pada PT. Graha Sarana Duta Palembang .
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan . Jakarta: Rajawali.
Kuswandi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam . Jakarta: PT Elex Media Kompotindo.
Muhammad, A. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum Parepare . Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Parepare.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya . Edisi 5. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Murhadi, W.R. 2013. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham . Jakarta: Selemba Empat.
Noor, H.F. 2013. Ekonomi Manajerial . Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Raiborn, C.A. dan M.A. Kinney. 2011. Akuntansi Biaya . Edisi 7. Jakarta: Selemba Empat. Rezky, K.A. 2011. Analisis Kinerja Keuangan pada PT Mega Indah Sari Makassar . Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin Makassar.
Sadeli, L.M. 2010. Dasar-Dasar Akuntansi . Jakarta: Bumi Aksara.
Saraswati, D., 2013. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Keuangan pada Koperasi Universitas Brawijaya Malang Priode 2009-2012. Jurnal Administrasi Bisnis, 6 (2): 1-10.
Siregar, B., B. Suripto, D. Hapsoro, E. Widodo, dan F. Biyanto. 2013. Akuntansi Manajemen . Jakarta: Selemba Empat.
Soekanto. 2011. Pengertian Pengelolaan, Pengertian Perencanaan dan Pengertian Pelaksanaan .
http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-pengelolaanperencanaan-dan.html
Syarifuddin. 2005. Pengelolaan Keuangan . http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=42362
Yuli, A. 2009. Analisis Pengendalian Biaya Operasional pada PT Pelabuhan Indonesia 1 (Persero) Medan . Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
|
d9a23faa-6c65-486b-bb30-6bda25d60f9a | https://journal.ipb.ac.id/index.php/coj/article/download/35380/22935 |
## KESESUAIAN UKURAN KONSTRUKSI PURSE SEINE SIBOLGA BERDASARKAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
## SUITABILITY OF SIBOLGA PURSE SEINE CONSTRUCTION BASED ON GOVERNMENT POLICIES
Ratu Sari Mardiah 1* , Ratih Purnama Sari 1 , Sri Yenica Roza 1 , Tyas Dita Pramesthy 1 , Erwin Erlangga Sianturi 1
1 Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai, BRSDM KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan *Corresponding author: [email protected]
## ABSTRAK
Distribusi ikan-ikan dari Sibolga ditangkap menggunakan purse seine. Alat tangkap ini sangat popular di kalangan nelayan Sibolga. Konstruksi utama yang terbuat dari jaring dengan mesh size kecil < 1 inci sangat menguntungkan nelayan. Tujuan laporan ini untuk mengetahui jenis purseine yang beroperasi di PPN Sibolga dan menganalisis kesesuaian konstruksi purse seine berdasarkan kebijakan pemerintah. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran terhadap 5 sampel purse seine. Hasil nya adalah jenis purse seine yang beroperasi di PPN Sibolga terdiri atas 2 jenis, yaitu purse seine tongkol dan purse seine rapat. Panjang konstruksi purse seine yang digunakan adalah 500 m dengan mesh size 20-30 mm, sedangkan berdasarkan KEPMEN KP No 71 Tahun 2016 panjang jaring 300–600 m harus memiliki mesh size ≥ 1 inci. Ukuran mesh size yang digunakan nelayan PPN Sibolga lebih kecil dan belum sesuai dengan peraturan. Konstruksi lainnya dinyatakan sudah sesuai dengan referensi yang dicantumkan.
Kata kunci: konstruksi, purse seine, Sibolga dan ukuran mata jarring
## ABSTRACT
Fish distribution from Sibolga was caught using purse seine. This fishing gear is very popular among fishermen in Sibolga. The main construction with a mesh size < 1 inch is very beneficial for fishermen. The purpose of this report is to determine the types of purse seine operating at PPN Sibolga and to analyze the suitability of purse seine construction based on government policies. The methods used were interviews and observation. Data collection was done by measuring 5 samples. The result is that the type of purse seine that operates at PPN Sibolga consists of 2 types, namely auxis purse seine and tight purse seine. The length of the purse seine construction used is 500 meters with a mesh size of 20-30 mm, while based on KEPMEN KP number 71/2016, the length of the net of 300–600 m must have a mesh size of ≥ 1 inch. The mesh size used by Sibolga fishermen is smaller and does not comply with regulations. Other constructions are stated to be in accordance with the references listed.
Keywords: construction, mesh size, purse seine, Sibolga
Article history: Received 08/01/2020; Received in revised from 15/03/2020; Accepted 21/05/2020
COJ (Coastal and Ocean Journal) Vol. 4, No. 1, Juni 2020 : 15-26
COJ (Coastal and Ocean Journal) e-ISSN: 2549-8223 Journal home page: https://journal.ipb.ac.id/index.php/coj ; email: [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
Purse seine adalah alat tangkap yang banyak di gunakan oleh nelayan Indonesia. Karakteristik purse seine adalah mengurung gerombolan ikan. Saat ini purse seine adalah salah satu alat tangkap paling efektif untuk menangkap ikan bergerombol (Maulana et al., 2017). Salah satu sentral penangkapan ikan menggunakan purse seine adalah PPN Sibolga. Konstruksi purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga memiliki komponen yang sama dengan komponen Purse seine pada umumnya. Peraturan yang terdapat pada PERMEN KP Nomor 71 tahun 2016 pasal 23 menyatakan alat tangkap purse seine terbagi atas dua jenis, yaitu purse seine pelagis kecil dan purse seine pelagis besar. Alat penangkapan ini merupakan alat tangkap yang bersifat aktif. Mesh size badan jaring yang terlalu kecil berpengaruh terhadap hasil tangkapan, sehingga ikan yang belum layak tangkap dapat masuk ke badan jaring. Kerapatan mata jaring juga mempengaruhi lama penarikan sehingga ikan dapat lolos dari kurungan badan jaring.
Faktanya banyak nelayan Sibolga menggunakan alat tangkap purse seine yang belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71 Tahun 2016. Hal ini berdasarkan survei pra penelitian yang dilakukan pada bulan November 2019. Ukuran konstruksi utama purse seine harus sesuai dengan ketetapan pemerintah dan dihitung sesuai dengan SNI 8186:2015. Hal ini penting dilakukan dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait purse seine dan rancang bangun alat tangkap purse seine.
Jurnal yang mendukung penelitian ini adalah Silitonga et al., (2017) tentang studi konstruksi alat tangkap pukat cincin ( purse seine ) di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga Kelurahan Pondok Batu Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Publikasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini ditulis oleh Senggetang et al. (2011) tentang Teknik Pengopersian Purse seine di KM. Timur Laut PT. Pathemaang raya, Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jenis purse seine yang beroperasi di PPN Sibolga dan menganalisis kesesuaian konstruksi purse seine berdasarkan kebijakan pemerintah.
## 2. METODE PENELITIAN
## 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2020. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga.
## 2.2. Metode dan Analisa Data
Metode yang dilakukan yaitu wawancara dan observasi. Wawancara adalah cara yang dilakukan secara lisan dalam bentuk struktur maupun tidak terstruktur. Wawancara dilakukan langsung dengan nelayan Sibolga menggunakan kuesioner. Observasi yaitu dengan mengamati secara langsung konstruksi alat tangkap purse seine yang digunakan oleh nelayan Sibolga. Suyitno (2018) menyatakan bahwa observasi merupakan kegiatan mencatat apa yang dilihat, didengar atau dirasakan, tanpa memasukkan pendapat dari masyarakat atau objek penelitian.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis deskriptif komparatif adalah analisis yang membandingkan perbedaan atau persamaan antara dua kelompok tertentu (Silitonga et al. , 2017). Analisis data kedua yang digunakan adalah
menghitung ukuran konstruksi utama purse seine, yaitu ukuran panjang dan minimal purse seine. Rumus menghitung panjang maksimal purse seine berdasarkan SNI yang digunakan adalah:
Rumus menghitung panjang minimal purse seine yang digunakan adalah:
## 3. HASIL DAN DISKUSI
## 3.1. Jenis dan Kesesuaian Purse Seine Sibolga
Nelayan Sibolga salah satu nelayan yang dominan menggunakan alat tangkap purse seine . Hal ini merupakan alat tangkap purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan yang lebih banyak. Purse seine berkembang pada penangkapan ikan pelagis dalam skala besar dan dapat digunakan pada perairan yang jauh dari garis pantai. Purse seine termasuk kedalam klasifikasi surrounding net . Pengoperasian purse seine dengan cara melingkari gerombolan ikan dimana akhir dari pengoperasian purse seine ini berbentuk seperti mangkuk.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pada Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga terdapat dua jenis purse seine yaitu purse seine pukat tongkol dan purse seine pukat rapat. Kedua jenis purse seine ini dibedakan dari segi panjang jaring dan mesh size jaring. Kerja Praktik Akhir di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga ada 5 purse seine yang dijadikan sampel untuk mengambil datanya dengan GT 80-98. Berdasarkan bentuk konstruksi dan cara pengoperasiannya alat purse seine yang ada di Sibolga bertipe Amerika. Alasan nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga menggunakan tipe Amerika karena biasanya nelayan menggunakan satu kapal untuk mengoperasikan alat tangkap dan bentuk persegi (tipe amerika) lebih mudah untuk dioperasikan dengan sempurna membentuk mangkuk pada akhir pengoperasian. Berikut merupakan gambar purse seine tipe Amerika yang digunakan nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga.
Gambar 1. Purse seine persegi panjang
Ukuran mata jaring pada purse seine bervariasi mulai dari 1 inci yang berfungsi sebagai kantong dan 4 inci yang terdapat bagian sisi luar (Sudirman, 2013). Berdasarkan PERMEN KP No 71 Tahun 2016 menyatakan pukat cincin pelagis kecil mesh size 1 inci dengan panjang 300-600 m dan pukat cincin pelagis besar mesh size diatas 2 inci dengan
panjang jaring 700-1500 m. Kantong jaring berada di bagian pinggir (kepala), terbuat dari bahan polyvinyl alcohol (PVA) dengan ukuran mesh size yang digunakan adalah 20 mm (Silitonga et al., 2017). Berikut merupakan perbandingan konstruksi purse seine dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Konstruksi Purse seine No. Bagian Konstruksi Data pribadi 2020 PERMEN KP 71/2016 Silitonga et al. 2017 Hermawanto et al . 2016 1 Panjang purse seine 500 m - Pelagis kecil 300 m- 600 m - Pelagis besar 700 m- 1500m 420 m - 2 Tali ris atas 500 m, 15 mm - 420 m, 15 mm - 3 Tali Pelampung 500 m, 14 mm - 420 m, 15 mm - 4 Srampatan 500 m, ∑ 15 mj - - - 5 Tali ris bawah 500 m, 10 mm - - 352 m, 10 mm 6 Tali pemberat 500 m, 10 mm - 420 cm, 10 mm - 7 Tali cincin 30 cm, 10 mm - 30 cm, 10 mm - 8 Tali kerut 550 cm, 10 mm - 480 m, 47 mm 500 m, 35 mm 9 Pelampung 1.000 buah - 1.500 buah 105 buah 10 Pemberat 1.500 buah - - - 11 Cincin 105 buah - - -
Konstruksi alat tangkap purse seine yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga memiliki dua komponen yaitu komponen utama dan komponen kedua. Komponen utama merupakan jaring ( webbing ) yang terdiri dari kantong jaring, badan jaring dan sayap jaring. Komponen kedua merupakan komponen penunjang yang terdiri dari srampat ( selvedge ), tali ris atas ( upper ris line ), tali ris bawah ( under ris line ), tali pelampung ( float line ), tali pemberat ( sinker line ), tali cincin ( ring line ), tali kerut ( purse line ), pelampung ( float ), pemberat ( sinker ), dan cincin ( ring ).
## 3.2. Komponen Utama Purse Seine
Pengukuran yang dilakukan yaitu konstruksi alat tangkap purse seine pada jaring ( webbing ) terdiri dari kantong jaring, badan jaring dan sayap jaring. Pengukuran jaring ini menggunakan alat ukur meteran dan jangka sorong. Webbing atau lebih dikenal oleh masyarakat nelayan Sibolga dengan muih. Berdasarkan bentuk konstruksi alat tangkap purse seine termasuk kedalam tipe Amerika, hal ini dapat dilihat alat tangkap purse seine yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) berbentuk persegi panjang. Pada umumnya alat tangkap purse seine pada umumnya berbentuk jaring utama yaitu bentuk empat persegi panjang, bentuk lekuk dan bentuk trapesium.
Jenis simpul yang digunakan pada alat tangkap purse seine menggunakan simpul double english knot sedangkan pada kantong jaring yang tidak memiliki simpul knotless type diagonal . Kelebihan double english knot lebih kuat dan tidak mudah rusak karena sistem pengikatnya lebih kuat dibandingkan knotless type diagonal yang hanya sekali pengikat. Sedangkan kelemahan dari double english knot lebih tebal dan berat dibandingkan knotless type diagonal . Kelebihan knotless type diagonal lebih elastis dan tidak kaku dibandingkan double type diagonal , sedangkan kelemahan knotless type diagonal lebih mudah putus dan rusak dibandingkan double type diagonal . Jenis simpul yang digunakan pada jaring alat tangkap purse seine yang menjadi sampel menggunakan
simpul double english knot, kecuali pada kantong jaring yang tidak memiliki simpul knotless type diagonal (Silitonga et al. 2017).
Gambar 2. Knotless type diagonal
Gambar 3. Double english knot
Jaring yang digunakan pada alat tangkap purse seine yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga ini terdiri dari beberapa jenis jaring yang memiliki fungsi dan ukuran yang berbeda seperti:
- Jaring 1 merupakan bagian jaring yang berfungsi sebagai kantong pada saat pengoperasian alat tangkap. kantong jaring berada di bagian pinggir. Kantong jaring terbuat dari bahan polyvinyl alcohol (PVA) dengan ukuran mesh size 20 mm;
- Jaring 1,5 merupakan jaring yang berfungsi sebagai badan jaring yang memiliki mesh size 24 mm terbuat dari bahan polyvinyl alcohol (PVA)
- Jaring 2 merupakan jaring yang berfungsi sebagai badan jaring purse seine yang memiliki mesh size 24 mm terbuat dari bahan polyvinyl alcohol (PVA);
- Jaring 3 merupakan jaring yang berfungsi sebagai sayap ( wing ) jaring yang memiliki mesh size 30 mm dan terbuat dari bahan polyvinyl alcohol (PVA). BSN (2014) menyatakan bahwa dengan panjang tali kerut ≤ 600 meter memiliki mesh size sayap 31,8 -50,8, badan jaring 31,8 – 38,1, dan kantong 25,4 – 31,8 dengan jenis bahan PA multifilament , dan jenis simpul yang digunakan double English knot . Menurut Dirjen Perikanan (1996) menyatakan bahwa mesh size pada kantong ( bunt ) pada alat tangkap purse seine harus diatas ¾ inci atau 1,9 cm dan mesh size pada sayap jaring diatas 1 inci, hal ini sesuai dengan dengan alat tangkap purse seine yang digunakan nelayan Sibolga di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN). Ukuran mata jaring pada purse seine bervariasi dimulai dari 1 inci yang berfungsi sebagai kantong dan 4 inci yang terdapat pada sisi luar (Sudirman, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa mesh size pada
jaring purse seine mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Pengukuran webbing atau jaring dari segi panjang dan lebar, jenis simpul, mesh size , diameter benang, bahan yang digunakan dan pintalan tali yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 3 .
Gambar 4. Jaring ( webbing )
Tabel 2. Pengukuran komponen utama ( webbing )
Keterangan: Ø = Diameter benang Ho = Dalam webbing saat diregang Lo = Panjang jaring saat diregang
3.3. Komponen Penunjang Purse Seine
a. Tali ris atas
Tali ris atas memiliki panjang 500 meter dengan diameter 15 mm, arah pintalan Z (pintalan kiri), dan menggunakan bahan polyethylene (PE). Tali ris atas berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan badan jaring agar jaring terlentang dengan sempurna dan merupakan penghubung antara tali pelampung. Ukuran tali ris atas biasanya sama besarnya dengan tali pelampung (Mallawa, 2012).
## b. Tali Pelampung
Tali pelampung yang digunakan pada alat tangkap purse seine ini sama dengan tali ris atas yaitu memiliki panjang 500 meter. Ukuran diameter 15 mm, arah pintalan Z dan menggunakan bahan polyethylene (PE). Menghubungkan tali pelampung dengan tali ris atas digunakan tali penguat yang terbuat dari bahan kuralon dengan diameter 14 mm. Tali pelampung ini berfungsi untuk menempatkan atau memasang pelampung yang satu dengan pelampung lainnya, serta berfungsi sebagai penghubung dengan jaring pada tepi
No Komponen Jenis Jaring Jaring 1 (Kantong) Jaring 1,5 (Badan) Jaring 2 (Badan) Jaring 3 ( Sayap) 1 Jenis simpul Knotless type diagonal Double english knot Double english knot Double english knot 2 Mesh size (mm) 20 24 24 30 3 Ho (m) 60 60 60 60 4 Lo (m) 60 80 90 170 5 Ø (mm) 2 2 2 2 6 Bahan PVA PVA PVA PVA 7 Pintalan Z Z Z Z
bagian atas. Menurut BSN (2014), tali pelampung memiliki diameter 12 – 14 mm dengan jenis bahan polyethylene (PE).
Gambar 5. Tali ris atas
Gambar 6. Tali pelampung
c. Srampat
Srampat yang digunakan nelayan Sibolga pada purse seine memiliki panjang 500 meter, pintalan Z (pintalan kiri) dengan ukuran mesh size 40 mm, berjumlah 15 mata jaring yang terbuat dari bahan polyethylene (PE). Bahan srampat ( selvage ) yaitu PE ( polyethylene ) dengan ukuran srampat 1,5 – 2 inci dan berjumlah 10 – 15 mata secara vertikal hanya terletak bagian bawah webbing (Setyasmoko et al. , 2016). Srampat berfungsi melindungi bagian tepi jaring utama yang diikat pada tali ris atas dan tali ris bawah agar bagian pinggir tidak rusak dan sobek. Ukuran benang pada Srampat biasanya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada jaring utama (Sudirman, 2013). Pernyataan ini sama dengan menurut Pratama et al. (2016) yang menyatakan bahwa ukuran ketebalan benang jaring bagian srampatan baik bawah maupun atas biasanya lebih tebal agar tidak putus karena untuk menahan beban tarikan ketika pengangkatan jaring keatas kapal.
Gambar 7. Srampat
## d. Tali ris bawah
Tali ris bawah yang digunakan nelayan Sibolga memiliki panjang 500 dengan diameter 10 mm dengan pintalan Z (pintalan kiri), tali terbuat dari bahan polyethylene (PE). Tali ris bawah pada alat tangkap purse seine berfungsi sebagai menghubungkan jaring dengan pemberat agar jaring tegak lurus dengan baik. Sama hal nya jika dibandingkan dengan pernyataan menurut Hermawanto et al (2016) bahwa tali ris bawah berfungsi sebagai penghubung antara jaring dengan tali pemberat, tali ris bawah diikat dengan srampat bawah yang digunakan untuk menggantungkan jaring dan kemudian tali pemberat dan tali ris diikatkan supaya lebih kuat. Diameter tali ris bawah yaitu 10 mm, bahan tali ris bawah terbuat dari PE ( polyethylene) dengan panjang tali ris bawah yaitu 352 m dan arah pintalan tali Z (pintalan kiri). Menurut BSN (2014) menyatakan bahwa diameter 8 -10 mm dengan bahan polyethylene.
Gambar 8. Tali ris bawah
e. Tali Pemberat
Tali pemberat memiliki panjang 500 meter sama dengan panjang tali ris bawah, diameter 10 mm, arah pintalan Z (pintalan kiri) dan tali terbuat dari bahan polyethylene (PE). Tali pemberat berfungsi untuk menempatkan atau memasang pemberat yang satu dengan pemberat yang lainnya, serta berfungsi sebagai penghubung dengan jaring pada tepi bagian bawah jaring.
Gambar 9. Tali pemberat
## f. Tali Cincin
Tali cincin yang digunakan nelayan Sibolga pada alat tangkap purse seine memiliki panjang 30 cm dengan diameter 10 mm, arah pintalan Z (pintalan kiri), tali yang terbuat dari bahan polyethylene (PE) dan tali cincin berfungsi untuk menyatukan cincin dengan pemberat.
## Gambar 10. Tali cincin
Tipe tali yang digunakan bentuk kaki tunggal. Bentuk tali cincin dibuat berbagai macam yaitu bentuk kaki tunggal, kaki ganda, kaki dasi (Mallawa, 2012). Nelayan Sibolga menggunakan tali kaki tunggal karena dinilai lebih irit tidak memakai banyak tali dan pengikatannya tidak menggunakan sistem pengikatan khusus. Kelebihan tipe kaki tunggal lebih mudah dan cepat mengikat ke cincin karena tidak menggunakan sistem pengikatan yang khusus dibandingkan dengan tipe kaki ganda dan tipe kaki dasi. Sedangkan kelemahan dari tipe kaki tunggal lebih rentan mudah putus dibandingkan tipe kaki ganda dan tipe kaki dasi karena hanya seutas tali yang menghubungkan dengan cincin. Silitonga et al. (2016) menyatakan bahwa bentuk tali cincin dibuat dari bahan kuralon atau bahan polyethylene (PE).
Gambar 11 . Tipe tali cincin
g. Tali Kerut
Tali kerut yang digunakan nelayan Sibolga memiliki panjang 550 meter yang memiliki diameter tali 47 mm dan terbuat dari bahan PE dengan menggunakan pintalan braided (anyaman). Tali kerut berfungsi untuk mengumpulkan cincin pada saat hauling sehingga bagian bawah jaring tertutup dan ikan tidak dapat lolos dari bawah (Sudirman dan Mallawa, 2012). Tali kerut merupakan tali yang ukurannya paling besar
dibandingkan tali lainnya karena tali kerut memerlukan kekuatan yang lebih besar dalam proses penarikan jaring. Penggunaan bahan PE dikarenakan memiliki keunggulan lebih lentur (tidak kaku) dibandingkan tali lainya, tahan terhadap bahan kimia, kuat, tahan air dan tahan terhadap sinar matahari. Jenis tali ini terbuat dari serat sintetis sehingga diberi nama polyethylene (PE). Hal ini sama jika dibandingkan dengan menurut Hermawanto et al (2016) tali kerut berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring saat berada di dalam perairan, tali kerut lebih panjang dan lebih besar diameternya, panjang tali kerut 500 m dengan diameter 35 m dan arah pintalan kombinasi pintalan Z dan S terbuat dari bahan polyethylene. Menurut SNI (2014) menyatakan bahwa diameter tali kerut 24 – 30 dengan bahan polyethylene.
Gambar 12 . Tali kerut
Pengukuran pada komponen tali alat tangkap Purse seine dari segi panjang, diameter, jenis bahan dan pintalan yang digunakan terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengukuran jenis tali
No Tali ris atas Ø (mm) Jenis bahan Panjang (m) Pintalan 1 Tali ris atas 15 PE 500 Z 2 Tali ris bawah 15 PE 500 Z 3 Tali pelampung 10 PE 500 Z 4 Tali pemberat 10 PE 500 Z 5 Tali cincin 10 PE 0,3 Z 6 Tali kerut 47 PE 550 Anyaman
Beberapa komponen alat tangkap purse seine seperti pelampung, pemberat dan cincin. Pengukuran pada komponen alat tangkap purse seine ini dari segi diameter, tebal, panjang, dan jumlah pada pelampung, pemberat, dan cincin dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengukuran dimensi pelampung, pemberat dan cincin
No Nama Konstruksi Ø1 (mm) Ø2 (mm) Tebal (mm) Panjang (mm) Jenis bahan Jumlah (buah) 1 Pelampung 30 120 55 170 Styrofoam 1.000 2 Pemberat 12 30 4 55 Logam 1.500 3 Cincin 220 260 16 - Besi putih 105 Keterangan:
Ø1 = Diameter rongga/dalam Ø2 = Diameter dalam
## 4. KESIMPULAN
Kesimpulan pertama pada penelitian ini adalah jenis purse seine yang beroperasi di PPN Sibolga terdiri atas 2 jenis, yaitu purse seine tongkol dan purse seine rapat. Kesempilan kedua yaitu panjang konstruksi purse seine yang digunakan nelayan di PPN Sibolga adalah 500 m dengan mesh size 20-30 mm, sedangkan berdasarkan KEPMEN KP Nomor 71 Tahun 2016 panjang jaring 300–600 m harus memiliki mesh size ≥ 1 inci. Ukuran mesh size yang digunakan nelayan PPN Sibolga lebih kecil dan belum sesuai dengan peraturan pemerintah. Konstruksi lainnya dinyatakan sesuai dengan referensi yang dicantumkan.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantuu dalam penelitian ini terutama kepada seluruh pihak Pelabuhan Perikanan Sibolga yang sudah membantu dalam kelancaran penelitian.
## DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standar Nasional. 2014. SNI Alat Tangkap Ikan. Diakses www.bsn.go.id. Jakarta.
Maulana, R.A., Sardiyatmo dan Kurohman, F. 2017. Pengaruh lama waktu setting dan penarikan tali kerut ( Purse Line ) terhadap hasil tangkapan alat tangkap mini purse seine Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology . 6(4): 11-19.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. 30 Hlm.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2016 Tentang Penempatan Alat Tangkap dan Alat Bantu Penangkap Ikan pada WPP Republik Indonesia. 16 Hlm.
Kuswoyo, A. dan Ilhamdi, H. 2013. Komposisi hasil tangkapan dan aspek penangkapan purse seine Bitung yang berbasis ponton di Laut Maluku dan Sulawesi. Balai Pelitian Perikanan Laut . 11(2): 57-60.
Rahardjo, B. 1978. Studi Pendahuluan Hidrodinamika Dari Purse seine . Bogor: Institut Pertanian Bogor. 114 Hlm.
Rosyidah, I.N., Farid, A, dan Nugraha, W.A. 2011. Efektifitas alat tangkap mini purse seine menggunakan sumber cahaya berbeda terhadap hasil tangkapan ikan kembung ( Rastrelliger sp ) di Teluk Bone. Jurnal Kelautan . 1(1): 50-56.
Silitonga, C., Isnaniah dan Syofyan, I. 2017. Studi konstruksi alat tangkap pukat cincin di Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN. Sibolga. Journal Online Mahasiswa. 4(1): 1-11.
Senggetang, C., Ondang, H. dan Santoso, H. 2011. Teknik Pengoperasian Purse seine di KM. Timur Laut PT. Pathemaang Raya Bitung Sulawesi Utara. 1 -15.
Setyasmoko, T.B., Fitri, A.D.P. dan Gautama, S.D. 2016. Kesesuaian teknis rasio gaya apung ( buoyance force ) dan gaya tenggelam ( sinking force ) pada purse seine tipe waring Di Tpi Sendang Sikucing, Kabupaten Kendal. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology . 5(1): 118-127.
Sudirman. 2013. Mengenal Alat dan Metode Penangkapan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. 257 Hlm.
Sudirman dan Mallawa, A. 2012. Teknik Penangkapan Ikan . Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 211 Hlm.
Suyitno. 2018. Metode Penelitian Kualitatif . Tulungagung: Akademi Pustaka.
Tambunan, K.J.H. 2014. Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumetera Utara . Bogor: Institut Pertanian Bogor.
|
92bf954a-b22d-4fbf-a4db-078a90878ef1 | https://autentik.stkippgrisumenep.ac.id/index.php/autentik/article/download/104/61 |
## IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD N KEMASAN 1 POLOKARTO
## Meidawati Suswandari
Universitas Veteran Bangun Nusantara Email: [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran tematik di SD N Kemasan 1, Polokarto. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif- kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Informan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD N Kemasan 1 Polokarto. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran tematik di SD N Kemasan 1 Polokarto meliputi1) berpusat pada peserta didik. 2) memberikan pengalaman langsung pada peserta didik ( direct experiences ) 3) pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas. 4) menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran 5) fleksibel atau luwes. 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa sebab siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensinya sesuai dengan keinginannya.
Kata Kunci: pembelajaran tematik, siswa, guru, sekolah dasar
## Abstract
This study aims to describe the implementation of thematic learning in SD N Kemasan 1, Polokarto. This research use desciptive qualitative approach. The sampling technique used purposive sampling. The informants in this study were teachers and fifth grade students of SD N Kemasan 1 Polokarto. Data collection techniques used include observation and documentation. Data analysis using data reduction techniques, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the thematic learning process at SD N Kemasan 1 Polokarto includes 1) learner-centered. 2) provide direct experiences to students (direct experiences) 3) the separation between subjects is not so real and clear. 4) presents a concept from various subjects in a learning process 5) flexible or flexible. 6) learning outcomes are in accordance with students' interests and needs because students are given the opportunity to optimize their potential according to their wishes.
Keywords: thematic learning, students, teachers, elementary schools
## Pendahuluan
Membangun pembelajaran yang efektif adalah menciptakan pembelajaran aktif yang memberdayakan siswa untuk mencapai kompetensinya. Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang
bersifat student centered yang menekankan siswa tidak pasif dalam proses belajar mengajar. Sementara itu, proses pembelajaran yang pasif menciptakan suasana belajar yang tidak ada kerjasama antar siswa, siswa tidak
## Meidawati Suswandari
percaya diri, dan siswa sulit berkomunikasi sesama teman ataupun guru. Proses pembelajaran yang berlangsung tersebut, cenderung berpusat pada guru/ teacher centered (Fayombo, 2015: 83; Misseyanni, Lytras, Papadopoulou, & Marouli, 2018: 399- 400) . Guru berfokus pada penyampaian materi (pengetahuan) saja dan kurang memperhatikan penilaian dalam aspek afektif serta psikomotorik siswa. Pembelajaran efektif ditujukan dengan kemampuan siswa dalam belajar dengan caranya sendiri. Dengan demikian, proses pembelajaran efektif dilakukan dengan keterlibatan keaktifan siswa dan guru tidak mengambil hak siswa untuk memperoleh kesempatan membangun sendiri pengetahuannya sehingga memperoleh pemahaman secara mendalam (Afandi, Evi, & Oktarina, 2013: 24-25; Irwan & Nasution, 2016: 11- 12).
Suasana belajar yang kondusif adalah suasana belajar dengan kenyamanan dan ketenangan. Nyaman artinya suasana belajar terhindar dari suara dan bunyi yang merusak kosentrasi belajar siswa seperti keramaian di sekitar lingkungan kelas/sekolah. Menyenangkan artinya suasana belajar siswa gembira,
menciptakan antusias siswa, tidak disertai suasana tegang dan membangkitkan motivasi belajar siswa. Iklim pembelajaran tersebut dapat menghilangkan rasa canggung siswa ketika pembelajaran di kelas, baik antara siswa dan guru, maupun antar siswa. Iklim pembelajaran berbentuk interaksi sosial antara guru dan siswa dalam berbicara, mengemukakan pendapat, dan mengajukan pertanyaan pada guru (Akin, 2018: 19-20; Elliot, 2015: 3).
Jika situasi pembelajaran yang terbangun maksimal dalam interaksi sosial antara guru dengan siswa maka berdampak secara maksimal pada keberlangsungan pembelajaran tematik di kelas. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian terwujud dalam dua hal, yakni: (1) integrasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran; dan (2) integrasi berbagai konsep dasar yang terkait. Tema dikemas dalam berbagai konsep sehingga siswa tidak belajar konsep pengetahuan/pemahaman secara terpisah. Oleh sebab itu, pembelajaran
dapat bermakna dan berjalan utuh (Arifin, 2016).
Karakteristik pembelajaran tematik yang menjadi pembeda dengan pembelajaran yang lain adalah sebagaimana berikut: (1) Berpusat pada peserta didik. Pembelajaran dengan menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator, (2) Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik ( direct experiences ); sehingga siswa belajar secara nyata, (3) Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas yaitu fokus pembelajaran pada pembahasan tema-tema yang terdekat dengan kehidupan siswa, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran agar secara utuh dan membantu permasalahan siswa dalam kehidupan sehari-hari, (5) Fleksibel atau luwes, artinya bahan ajar dalam satu mata pelajaran dapat dikaitkan dengan mata pelajaran yang lainnya, (6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa agar mengoptimalkan potensi siswa, (7) Adanya prinsip belajar sambil bermain, sehingga proses pembelajaran bermakna dan menyenangkan (Purwanti, Septiningrum, Hidayat, & Hidayah, 2018).
Khususnya pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Hal ini tertuang dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menegah yang menyebutkan bahwa ”Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu”. Pelaksanaan kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan melalui pendekatan tematik terpadu/integratif dari kelas I sampai kelas VI Kemendikbud (2013: 189)., Wahyuni, Setyosari & Kuswandi (2016: 132-133).
Pembelajaran tematik yang harus ada keterapaduan dan sinergitas tersebut, juga dilakukan di SD N Kemasan 1 Polokarto. Pada saat observasi bulan November 2019 di SD N Kemasan 1,
Polokarto, proses pembelajaran tematik telah berpusat pada siswa yang ditunjukan ketika pengamatan di kelas V SD N Kemasan 1. Proses pembelajaran dalam bentuk siswa belajar mengamati objek sesuai dengan tema/materi, mencoba untuk melakukan percobaan dan mengikuti instruksi guru dan mengkomunikasikan di depan kelas. Hasil observasi dikelas V SD N Kemasan 1 pada saat proses
## Meidawati Suswandari
pembelajaran tematik tentang jual beli dengan menggunakan metode bermain peran. Ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Peran tersebut memunculkan interaksi antara penjual dan pembeli. Keduanya saling berkomunikasi untuk mendapatkan kesepakatan jual beli barang. Dengan pembelajaran seperti in, maka siswa dapat belajar bagaimana cara
berkomunikasi yang baik (mata pelajaran
Bahasa Indonesia), materi tentang pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar- menawar) merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Sedangkan tawar menawar harga yang terjadi antara penjual dan pembeli merupakan bagian dari mata pelajaran matematika, sehingga proses pembelajaran mejadi bermakna dengan mengkaitkan antar konsep mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain.
Akan tetapi pada satu sisi, berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa, terlihat siswa lebih senang dengan pembelajaran tematik daripada pembelajaran KTSP karena beban belajar yang ringan. Tetapi dalam pelaksanaan di kelas memang ada beberapa siswa yang masih bingung dengan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik yang menarik bagi siswa dengan konsep belajar sambil bermain, peneliti lakukan penelitian lebih mendalam dalam bentuk deskripsi. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran tematik di SD N Kemasan 1, Polokarto.
## Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran tematik di SD N Kemasan 1, Polokarto. Selain itu pendekatan kualitatif deskriptif lebih efektif digunakan dalam penelitian ini karena dapat menggali data penelitian secara mendalam. Informan dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di SD N Kemasan 1 Polokarto.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi dan dokumentasi. Observasi merupakan kegiatan observasi untuk mendapatkan kedalaman data melalui fenomena yang muncul selama penelitian khususnya mengenai proses pembelajaran tematik
pada kurikulum 2013 di kelas V SD N Kemasan 1 Polokarto. Dokumentasi adalah pencarian data melalui arsip, dokumen, foto dan file / portofolio yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tematik pada kurikulum 2013. Selanjutnya dari keseluruhan data
yang dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi kemudian diolah dengan menggunakan analisis data interaktif. Adapun analisis interaktif meliputi tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
## Bagan 1. Analisis Interaktif Milles & Huberman
## Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian Sekolah Dasar Negeri Kemasan 1 Polokarto terkait tujuan penelitian tentang pelaksanaan proses pembelajaran tematik terbagi dalam 7 karakteristik pembelajaran tematik, antara lain: 1. Pembelajaran bersifat student active learning atau pembelajaran yang
Berpusat pada siswa. Artinya, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan posisi guru sebagai fasilitator.
Pembelajaran tematik yang menitikberatkan keterlibatan siswa sebagai sumber belajar sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Hal ini bertujuan dapat
## Meidawati Suswandari
menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa yang aktif akan mampu memahami materi dengan kegiatan terlibat langsung, seperti demonstrasi dan diskusi. Namun bagi siswa yang pasif, tidak dapat mengikuti materi yang sedang dipelajarinya. Pelaksanaan pembelajaran tematik di SD N Kemasan 1 berpusat pada siswa sehingga membutuhkan kesiapan dari siswa dan guru. Guru dapat mengkondisikan pembelajaran di kelas dengan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat belajar dengan senang, nyaman dan dapat memahami materi yang disampaikan.
Hal ini sependapat dengan Fayombo, 2015: 83; Misseyanni, Lytras, Papadopoulou, & Marouli, 2018: 399-400 bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang bersifat student centered yang menekankan siswa tidak pasif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini bertujuan untuk membangun pembelajaran yang efektif dan menciptakan pembelajaran aktif yang memberdayakan siswa untuk mencapai kompetensinya. Pembelajaran efektif ditujukan dengan kemampuan siswa dalam belajar dengan caranya sendiri. Dengan demikian, proses
pembelajaran efektif dilakukan dengan keterlibatan keaktifan siswa dan guru tidak mengambil hak siswa untuk memperoleh kesempatan membangun sendiri pengetahuannya sehingga memperoleh pemahaman secara mendalam (Afandi et al., 2013; M Suswandari, 2017; Wahyuni, H.T, Setyosari, P & Kuswandi, 2016)
Pada kegitan inti pembelajaran tematik menempatkan guru untuk memberikan contoh dan berperan sebagai fasilitator. Pada kegiatan inti guru selalu mengadakan tanya jawab dengan siswa dan sebisa mungkin mencoba bertindak sebagai fasilitator tujuannya adalah agar dapat membantu siswa untuk lebih mandiri dan aktif terlibat dalam pembelajaran. Guru juga menggunakan media pembelajaran walau sifatnya masih sederhana. Media dalam pembelajaran tematik merupakan hal yang penting dan tidak semata-mata hanya untuk pelengkap pembelajaran saja namun penggunaan media bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi, menyamakan presepsi siswa terhadap materi, mempermudah guru dalam penyampaian materi, dan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif (Suswandari, 2019). . Hal ini terlihat
pada guru kelas V di SD N Kemasan 1 ketika proses pembelajaran tematik dengan memberikan contoh dan
mengaitkan materi berdasarkan kehidupan nyata siswa.
Pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 tersebut juga identik dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini diistilahkan pendekataan saintifik. Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik ini meliputi 5 tahapan, yaitu Mengamati, Menanya, Mencoba, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasi. Hal ini sependapat dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Kemasan 1.
“Bagus kurikulum 2013 dengan istilah pendekatan scientific yang mana siswa diarahkan pada 5M yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring”. (wawancara kepala sekolah SD N Kemasan 1
Polokarto). 2. Memberikan pengalaman langsung
pada peserta didik ( direct
experiences ) secara nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal bersifat abstrak.
Pembelajaran tematik memberikan penekanan dengan belajar sambil melakukan sesuatu ( learning by doing ).
Sehingga peran guru perlu menciptakan
pembelajaran yang merancang siswa belajar secara langsung. Salahsatunya merancang dalam pembuatan RPP tematik. Rancangan RPP tematik oleh guru perlu dirancang dan dikemas sesuai pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang berkaitan dengan kehidupan nyata (konseptual). Integrasi antar mata pelajaran dapat membuat siswa belajar secara utuh. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu ( learning by doing ). Pembuatan RPP oleh guru perlu dirancang dan dikemas sesuai pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar yang berkaitan dengan kehidupan nyata (konseptual) menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar sangat membantu siswa, karena sesuai
## Meidawati Suswandari
dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan. Pernyataan tersebut sependapat dengan teori belajar konstruktivisme bahwa cara guru dalam mengajar yang berpusat pada pembelajaran siswa yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar dengan membangun pengetahuan dengan pembelajaran bermakna yang berasal dari pengalaman terdekat siswa (Suhendi, 2018; Suswandari, 2018).
Hasil observasi di kelas V SD N Kemasan 1 terkadang guru mampu menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa dengan mengambil beberapa contoh pada kehidupan sehari-hari yang dialami oleh sekitar lingkungan siswa. Cara ini dilakukan oleh guru sebagai bagian dari mengaitkan materi yang sesuai dengan kisah atau pengalaman nyata di sekitar siswa. Tujuan saling mengkaitkan dalam proses pembelajaran yaitu siswa akan terbiasa dan siswa tidak melihat mata pelajaran itu berdiri sendiri. Namun siswa melihat objek atau peristiwa itu terdapat sejumlah konsep/materi dari beberapa pelajaran. Berikut hasil wawancara dengan guru kelas V di SD N Kemasan 1 menyatakan bahwa :
“Saat dalam menyampaikan materi pembelajaran sebisa mungkin yang disampaikan dengan mengambil contoh-contoh sekitar anak. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dan memahami maksud dari materi yang sedang saya sampaikan.
Oleh sebab itu, contoh harus konkret”.
3. Pemisahan antara mata pelajaran kurang jelas dan nyata dari tema- tema yang paling dekat dengan kehidupan siswa.
Hal ini pula terjadi pada guru di SD N Kemasan 1 Polokarto kesulitan dalam mengaitkan materi dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Pengkaitan mata pelajaran yang menghubungkan keadaan sekitar siswa agar memudahkan dan membelajarkan siswa untuk belajar menyenangkan di kelas. Menyenangkan bisa diwujudkan dalam bentuk bermain tebak kata, menari, menyanyi, dan teka-teki. Menyenangkan tidak dimaksudkan banyak tertawa atau banyak bernyanyi. Menyenangkan artinya „mengasyikan‟, dan siswa secara fisik maupun mental terlibat dalam proses pembelajaran sejak perencanaan
hingga
evaluasi pembelajaran. Selain itu, melalui pengkaitan ini juga siswa juga diharapkan adanya pemberian
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
4. Menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran secara utuh untuk membantu permasalahan
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran tematik dalam memadukan konsep mata pelajaran yang satu dengan yang lain, salah satu tujuan pembelajaran tematik yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Misalnya memadukan konsep mata pelajaran bahasa Indonesia dengan konsep mata pelajaran IPA dari kedua konsep mata pelajaran yang berbeda guru mampu meramunya sehingga membuat satu tema yang kemudian dibuatkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) itulah keistimewaan dari Rencana pembelajaran tematik yaitu
penggabungan dari beberapa mata pelajaran.
Perencanaan pembelajaran tematik guru harus memperhatikan hal-hal tersebut dengan cara mengkaji silabus terlebih dahulu. Selanjutnya mempersiapkan materi, menentukan tujuan, mempersiapkan metode dan
strategi, mempersiapkan dan menggunakan media serta merencanakan evaluasi atas
pembelajaran yang telah dilaksanakan apakah telah tercapai atau harus ada pengulangan dan tindak lanjut.
Mengkaji Silabus menurut Ibu Betty, S,Pd (Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kemasan 1) merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran, yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar materi pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu sumber belajar, dan penilaian Silabus ini akan sangat bermanfaat sebagai pedoman guru karena menyesuaikan tujuan dan ruang lingkup materi yang harus dipelajari oleh siswa. Selain itu, juga menerangkan tentang kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan dalam proses pembelajaran kepada siswa.
Selanjutnya perangkat setelah silabus diturunkan dalam bentuk RPP. Pada umumnya RPP pada kurikulum 2013 setiap satu tema dilaksanakan selama 3 minggu, sedangkan dalam 1 Minggu ada 6 kali pertemuan. Jadi dalam satu tema dilaksanakan dalam 18 kali pertemuan. Melalui pembelajaran tematik guru mengemas pembelajaran dengan sebuah tema menarik, guru
## Meidawati Suswandari
senantiasa menciptakan suasana belajar menjadi arena bermain yang mendidik, membuat materi pembelajaran menjadi lebih nyata. Guru merencanakan pembelajaran secara tertulis maupun tidak tertulis. RPP yang dibuat oleh guru telah termuat identitas sekolah, tema, sub tema, muatan pelajaran, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) yang diuraikan menjadi indikator.
Hal ini juga atas dasar kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses yang berisikan komponen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus memuat tujuan
pembelajaran.
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih mata pelajaran menata urutan
topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat
bantu untuk
pembelajaran melalui prosedur
pengajaran serta ketersediaan alat ukur (evaluasi) yang standar untuk mengukur prestasi belajar siswa ( Nugraha,
Sudiatmi, & Suswandari, 2020) .
5. Fleksibel atau luwes, artinya bahan ajar dalam satu mata pelajaran dapat
dikaitkan dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat dikaitkan dengan lingkungan tempat sekolah dan siswa berada.
Pembelajaran tematik memiliki sifat yang fleksibel/luwes bahwa guru mampu mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan tempat sekolah dan siswa berada. Sehingga pemahaman materi siswa berdampak pada kebermaknaan, holistik dan bahkan meningkatkan minat. Pembelajaran dengan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan pun menjadi prioritas dalam menerapkan pembelajaran tematik.
Penyajian konsep/materi/bahan ajar dari berbagai muatan mata pelajaran secara fleksibel dengan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Melalui pembelajaran tematik dapat bermakna karena adanya pemberiankesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas. Hasil observasi di SD N Kemasan 1, guru belum maksimal dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas- tugas secara
berkelompok. Hal ini terlihat dari beberapa metode, model, pendekatan, dan media pembelajaran yang
digunakan oleh guru di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara guru SD N Kemasan 1 mengungkapkan bahwa:
“Seorang guru atau pendidik yang berprofesional mampu menggunakan metode yang bervariasi dengan luwes, baik dan berkesinambungan seperti diskusi kelompok dan lainnya”
Arti luwes atau fleksibel juga dimaknai dalam bentuk pembuatan perencanaan pembelajaran. Pembuatan RPP yaitu dalam menentukan indikator- indikator yang saling berkaitan antara mata pelajaran satu dengan yang lain. Di sisi lain, pengalokasian waktu juga perlu diperhatikan oleh guru karena porsi setiap mata pelajaran berbeda-beda. Sehingga akan terjadi pada satu pertemuan pembelajaran tematik dimana ada mata pelajaran yang materinya sudah habis, namun masih memiliki jam pertemuan. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya tidak dapat sepenuhnya sempurna, karena pembelajaran tematik menyesuaikan keluwesan dari
ciri/karakteristik siswa serta situasi dan kondisi di kelas.
6. Hasil pembelajaran diperoleh dari minat dan kebutuhan siswa agar mengoptimalkan minat dan kebutuhan siswa.
Penilaian siswa lebih banyak dilakukan pada proses pembelajaran maka guru setiap hari harus ada penilaian proses. Penilaian tersebut dijawujudkan dalam bentuk deskripsi yang dituliskan pada rapot hasil belajar siswa. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dalam merumuskan deskripsi niali siswa pada rapor karena tidak terbiasa (Suswandari, 2017). Salahsatu kendalanya yaitu guru harus menuliskan kompetensi yang dikuasai siswa dan yang masih membutuhkan bimbingan guru. Oleh sebab itu, penulisan rapot secara deskripsi memang memberatkan tugas guru dan memerlukan waktu lama dalam pengerjaaanya, sehingga jadwal pembagian rapor sering mundur dari yang ditetapkan.
Guru menyadari bahwa penilaian begitu penting untuk mendapatkan umpan balik atas kinerjanya. Melalui penilaian guru dapat melihat dan
## Meidawati Suswandari
menganalisis kekurangan selama proses pembelajaran tematik. Penyusunan penilaian pembelajaran tematik yang dibuat oleh guru SD N Kemasan 1 masih mengikuti dari buku guru ataupun buku siswa. Betapa pentingnya menyusun evaluasi pembelajaran di kelas tersebut, juga mengharuskan guru menyusun soal-soal evaluasi secara benar. Guru di SD N Kemasan 1 jarang menyusun soal- soal tes yang akan diujikan kepada siswa dengan langkah-langkah yang benar. Bahkan yang terjadi dari soal tersebut belum ada rubrik penilaian. Tidak adanya rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar dapat berdampak pada ketidakpastian skala penilaian.
Penilaian siswa pada pembelajaran tematik lebih banyak dilakukan pada proses pembelajaran, setiap hari harus ada penilaian proses. Penilaian tersebut dipaparkan dalam bentuk deskripsi yang dituliskan pada rapot hasil belajar siswa. Hal inilah yang menjadikan optimalisasi dalam potensi siswa akan minat dan kebutuhan. Seperti yang dijelaskan oleh Gandasari (2019: 88) dan Sungkono (2006: 53) bahwa kelebihan pembelajaran tematik yaitu: a) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya, b) Kegiatan yang
dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, c) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
## Kesimpulan
Pelaksanaan
proses pembelajaran tematik pada siswa kelas V SD N Kemasan 1 Polokarto terbagi dalam 6 karakteristik pembelajaran tematik, antara lain: 1) berpusat pada peserta didik. Artinya, pembelajaran sesuai dengan pendekatan belajar modern yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan posisi guru sebagai fasilitator. 2) memberikan pengalaman langsung pada peserta didik ( direct experiences ) yang dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas yang diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran untuk memahami konsep- konsep tersebut secara utuh serta untuk membantu permasalahan siswa dalam kehidupan sehari-hari. 5) fleksibel atau luwes, artinya bahan ajar dalam satu
mata pelajaran dapat dikaitkan dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat dikaitkan dengan lingkungan tempat sekolah dan siswa berada. 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa sebab siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensinya sesuai dengan keinginannya. Pelaksanaan pembelajaran tematik diharapkan bagi
guru dapat benar-benar mengintegrasikan pembelajaran dengan utuh dan memberikan pengalaman belajar langsung pada siswa. Sedangkan saran bagi siswa adalah mampu mengikuti pembelajaran tematik tanpa membedakan muatan pelajaran sehingga belajar dengan utuh dan berdasarkan tema/sub tema yang diberikan oleh guru.
## Daftar Pustaka
Afandi, M., Evi, C., & Oktarina, P. W. (2013). Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah . Unisulla Press. https://doi.org/10.1007/s00423-006-0143-4
Akin, I. (2018). Of Student Self-Esteem And Resilience. Contemporary Issues in Education Research , 11 (1), 15 –22.
Arifin, S. (2016). Pengaruh Pembelajaran Tematik-Integratif Berbasis Sosiokultural Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Iii Di Sekolah Dasar. Profesi Pendidikan Dasar , 3 (1), 16. https://doi.org/10.23917/ppd.v3i1.2716 elliot ziwira. (2015). Creating a Conducive Learning Environment. Independent Development Fund , june , 1 –11. http://www.herald.co.zw/creating-a-conducive- learning-environment/
Fayombo, G. A. (2015). Active learning strategies and student learning outcomes among some university students in Barbados. Journal of Educational and Social Research , 2 (October), 79 –90. https://doi.org/10.5901/jesr.2012.v2n9p79
Gandasari, M. . (2019). Pengembangan model pembelajaran tematik Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia , 15 (1), 22 –27.
Engaging students: creating classrooms that improve learning, (2017). http://www.grattan.edu.au/.
Irwan, M., & Nasution, P. (2016). Strategi Pembelajaran Efektif Berbasis Mobile
## Meidawati Suswandari
Learning pada Sekolah Dasar. Jurnal Iqra , 10 (01), 1 –14. https://doi.org/10.1016/S0169-5347(97)01048-3
Misseyanni, A., Lytras, M. D., Papadopoulou, P., & Marouli, C. (2018). Active Lea rning Strategies in Higher Education : Teaching for Leadership, Innovation, and Creativity. Emeral Publishing , April , 399.
Purwanti, S.D; Septiningrum, E.S, Hidayat, A.M; & Hidayah, R. (2018). Implementation of thematic learning in the SD N 6 Panjer Kebumen. 3rd National Seminar on Educational Innovation (SNIP 2018) , 3 , 373 –380.
Nugraha, S. A., Sudiatmi, T., & Suswandari, M. (2020). Studi Pengaruh Daring Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV. Jurnal Inovasi Penelitian , 1 (3), 265-276.
Suhendi, A., & . P. (2018). Constructivist Learning Theory: The Contribution to Foreign Language Learning and Teaching. KnE Social Sciences , 3 (4), 87. https://doi.org/10.18502/kss.v3i4.1921
Sungkono. (2006). Pembelajaran tematik dn implementasinya di Sekolah Dasar. Majalah Ilmiah Pembelajaran , 2 (1), 51 –58.
Suswandari, M. (2017). Keterampilan Guru Sekolah Dasar dalam Mengembangkan Bahan Ajar IPS. Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran , 2 (4), 354- 363.
Suswandari, M. (2018). Membangun budaya literasi bagi suplemen pendidikan di indonesia. Jurnal Dikdas Bantara , 1 (1).
Suswandari, M. (2019). Cooperative Learning: Strategi Pengembangan Inovasi Pendidikan Di Indonesia. SCAFFOLDING: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme , 1 (01), 16-24.
Wahyuni, H.T, Setyosari, P & Kuswandi, D. (2016). Implementasi pembelajaran tematik kelas 1 SD. Edcomtech , 1 (2), 129 –136.
|
1e7f807e-367d-45d5-b47e-0365b537ccec | https://e-journal.metrouniv.ac.id/ath_thariq/article/download/3302/2434 | Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
## ETIKA KOMUNIKASI NETIZEN DI INSTAGRAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM
## Lutfi Muawanah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
[email protected]
## Abstract
Rapid technological advances in the field of communication create a variety of innovations that aim to facilitate the communication process. With the social media tools that exist today we are faced with various options to access or convey information, one of which is instagram. Currently in Indonesia instagram is more popular compared to facebook and twitter. The topic in this study is the number of people who use instagram media but do not heed the ethics of communication in accordance with Islamic teachings. This study uses qualitative methods. The purpose of this study is expected to be an overview of how the ethics of netizen communication in using instagram in accordance with Islamic teachings. As for data analysis, this study uses an interactive analysis model of Miles and Huberman. There are six principles of communication mentioned in the Qur'an, namely consisting of qaulan sadidan, qaulan baligha, qaulan ma'rufa, qaulan karima, qaulan layyina, and qaulan maysura. If netizens apply these six principles in the communication process, then the communication is done in accordance with Islamic teachings.
Keywords : Communication ethics, Instagram, Islam
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
## A. Pendahuluan
Kemajuan teknologi yang berkembang pesat pada bidang komunikasi menciptakan berbagai inovasi yang memiliki tujuan untuk mempermudah proses komunikasi. Seiring berkembangnya teknologi membuat manusia menjadi mudah dalam berkomunikasi. Hadirnya kecanggihan yang dimiliki smartphone dari berbagai merek membuat manusia tidak bisa lepas dari telepon genggam.Dengan sarana media yang ada saat ini kita dihadapkan berbagai pilihan untuk mengakses atau menyampaikan informasi, salah satunya adalah media sosial. Sosial media dapat memenuhi kebutuhan untuk banyak orang. Dengan media sosial kita bisa terhubung dengan dunia luar sehingga dapat mengetahui apa yang terjadi dilingkungan sekitarnya.
Saat ini penggunaan media sosial telah menjadi bagian dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Akses terhadap mediapun telah menjadi suatu kebutuhan primer bagi setiap orang. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan informasi, pendidikan, hiburan, dan akses pengetahuan dari berbagai negara yang berbeda. 1 Saat ini hampir sebagian orang dapat saling berbagi informasi dan berkomunikasi dengan menggunakan media sosial. Harold D. Laswell mengatakan fungsi media dibagi menjadi tiga. Pertama,media memiliki fungsi sebagai pemberi informasi untuk publik luas tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan pengelihatan mereka. Kedua,media berfungsi melakukan seleksi, evaluasi, dan interpretasi atas informasi yang diperoleh. Ketiga,media berfungsi menyampaikan nilai dan warisan sosial-budaya kepada masyarakat. 2 Dari penjelasan tersebut, fungsi media tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan dan mendapatkan informasi, akan tetapi memberikan interpretasi atas informasi dan menyebarkan nilai budaya.
Salah satu aplikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah instagram. Aplikasi tersebut memudahkan pengguna mengambil foto dan vidio dengan berbagai filter dan dapat dibagikan kepada pengguna lainnya. Dalam penggunaannya kita juga diberikan kebebasan untuk saling berbalas komentar. Pengguna instagram biasa disebut dengan netizen. Menurut wikipedia, netizen adalah sebuah lakuran dari kata warga ( citizen ) dan internet. Netizen dapat diartikan sebagai warga internet (warganet). 3 Jadi netizen bisa dikatakan sebagai orang-orang yang terlibat aktif di media online. Netizen memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ruang pada internet memudahkan seseorang untuk saling berkomunikasi, berbagi dan mendapatkan informasi dan lainnya yang dapat dilakukan para pengguna internet.Seperti halnya adanya blog memudahkan para netizen untuk menyuarakan pendapatnya ke masyarakat luas. Dengan adanya
1 Rulli Nasrullah, Media Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 1 2 Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 11
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Warganet diakses pada tanggal 23 April 2021
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
media sosial membuat penyebaran informasi menjadi lancar sehingga pesan sampai sesuai dengan tujuannya serta bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Media sosial dapat mempengaruhi seseorang, oleh karena itu sebagai pengguna kita harus bijak dalam menyikapinya sehingga tidak melupakan kewajiban di kehidupan nyata. Dalam menggunakan media sosial etika juga harus dijaga sehingga bisa mendapatkan hal-hal yang positif dan mendapatkan informasi secara faktual. Sebaiknya pengguna mengetahui etika apa saja yang perlu diperhatikan ketika menggunakan media sosial. Pada saat melakukan komunikasi dengan menggunakan media instagram, banyak yang melupakan etika dalam menyampaikan pesannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya kata- kata yang seharusnya tidak digunakan dan sering muncul pada kolom komentar di instagram baik disengaja maupun tidak sengaja. Tentu hal ini berimbas pada rendahnya moral masyarakat karena tidak bisa menjaga kesantunan bahasa sehingga dapat berakibat kekerasan fisik.
Memasuki zaman modern, ketajaman lisan kadang ada dalam aktivitas di media sosial melalui komentar atau status-status yang ditulis. Sudah semestinya, sebagai umat Islam dalam berkomentar maupun membuat status di media sosial tidak membicarakan aib dan menyinggung orang lain.Hal ini juga terdapat dalam Q.S Al-Hujurat: 12 yang berbunyi:
Artinya: " Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudanya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ." (Q.S Al-Hujurat: 12). Dalam ayat diatas, menjelaskan bahwa membicarakan keburukan orang lain diibaratkan memakan bangkai saudaranya sendiri. Ayat ini diriwayatkan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij, bahwa dalam suatu riwayat dikemukakan berkenaan dengan turunnya ayat ini. Salman al-Farisi yang biasa setelah makan suka terus tidur dan mendengkur. Karena perbuatannya waktu itu terdapat orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Sehingga Allah menurunkan ayat ini, yaitu melarang seseorang untuk mengumpat dan menceritakan aib orang lain. 4 Jadi seseorang tidak diperbolehkan mencari keburukan orang lain dan menggunjingnya. Hal ini dapat menimbulkan keributandan menyinggung perasaan orang lain.
4 H. A. A. Dahlan, K.H.Q Shaleh, Asbab Nuzul (Diponogoro : CV. Penerbit Diponogoro, 2000), h. 517
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Banyak sekali teori yang menjelaskan etika dalam bersosial media untuk bisa menggunakan bahasa yang benar, sopan, tidak mengadung sara dan tidak melakukan body shaming. Agama Islam mengajarkan untuk lebih baik diam jika kata-kata tersebut menyinggung orang lain dan menimbulkan keributan. Selain itu berbicara keburukan orang lain diibaratkan memakan bangkai saudaranya sendiri. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak netizen yang tidak mempedulikan etika komunikasi saat berkomentar di media instagram jika ditinjau dari perspektif Islam.Jadi komunikasi Islam perlu dijalankan sesuai dengan apa yang telah perintahkan. Dalam menyampaikan informasi diharapkan sesuai dengan apa yang terjadi. Pada zaman sekarang, manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan media sosial sehingga informasi yang disampaikan berupa nilai-nilai kebaikan dapat menyebar di lingkungan masyarakat luas.
Netizen Indonesia saat ini sungguh memperihatikan, pasalnya netizen Indonesia disebut memliki tingkat kesopanan yang dinilai rendah dan menempati rangking bawah di dunia. Bahkan netizen Indonesia dinobatkan paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 32 negara mengenai tingkat kesopanan netizen se-Asia Tenggara. 5 Artinya, netizen Indonesia berada pada posisi ke-tiga paling tidak sopan. Jadi dalam hal ini diharapkan netizen dapat memperhatikan kata dalam kalimat yang diunggahnya agar mendapatkan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan yang dimaksud penulis ataupun pembaca. Adanya kesalahan dalam memilih kata dapat menyebabkan pesan yang disampaikan kurang efektif.
Penelitian ini menggambarkan permasalahan mengenai etika komunikasi netizen di instagram yang dilihat dari sudut pandang Islam. Etika komunikasi netizen yang dimkasud adalah perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang-orang dalam menyampaikan pesan/gagasan melalui instagram. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana etika komunikasi netizen di instagramyang ditinjau dalam perspektif Islam. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi landasan bagi pengguna internet maupun masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial terutama pada instagram.
## B. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan Taylor mengemukakan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 6 Data yang akan di deskripsikan dalam
5 M. Ikhsan, Netizen di Indonesia Paling Tak Sopan se-Asia Tenggara, diakses https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210225115954-185-610735/riset-netizen-di-indonesia- paling-tak-sopan-se-asia-tenggara pada tanggal 23 April 2021
6 Bogdan dan Taylor, Prosedur Penelitian. Dalam Moleong, Pendekatan Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 4
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
penelitian ini adalah etika komunikasi netizen di media sosial instagram dalam persepktif Islam.
Teknik penelitian pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer berupa pengamatan pada akun instagram seperti presiden, berita dan publik figur artis. Pada data sekunder, penulis mengambil dari literatur pengetahuan seperti buku dan jurnal yang sifatnya dokumentasi.
Sedangkan untuk analisis data, penelitian ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama yaitu: Pertama, reduksi data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan. Kedua, penyajian data yakni mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam bentuk teks naratif. Ketiga, penarikan kesimpulan. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, tetapi kesimpulan final tidak pernah bisa dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada. Peneliti masih harus merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final mengenai gejala atau realitas yang diteliti. 7
## C. Pembahasan
## 1. Etika Komunikasi Perspektif Islam
Etika atau biasa disebut etik, bila ditinjau dari sudut etimologi atau ilmu yang mempelajari asal usul kata berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti norma-norma, nilai-nilai kaidah-kaidah bagi tingkah laku manusia yang baik. 8 Dalam arti terminologi etika yaitu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. 9 Etika juga merupakan aturan dalam berperilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antarsesamanya dan menegaskan mana yang baik dan buruk.
Etika membahas mengenai baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya bertindak. 10 Etika membantu manusia dalam mengambil sikap terhadap semua norma, supaya manusia mencapai kesadaran moral.
7 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKIS, 2017), h. 106
8 Ny Djanewer, Etika Komunikasi Perkantoran (Bandung, Ganeca Exact Bandung, 1992), h. 9
9 Abudidn Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 90
10 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2009), h. 174
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata communico yang artinya membagi. 11 Secara umum komunikasi adalah usaha menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain dan sebaliknya. Dalam berkomunikasi kita diajarkan untuk bertutur kata dengan kalimat-kalimat yang baik kepada siapa saja. Hal ini agar tidak menyinggung perasaan atau melukai hati orang lain.
Ketika etika digabungan dengan komunikasi, maka etika menjadi dasar pondasi dalam berkomunikasi, etika memberikan landasan untuk membangun tata susila terhadap semua perilaku dan sikap seseorang dalam berkomunikasi. Tanpa etika maka komunikasi menjadi tidak etis. Jadi etika komunikasi adalah ilmu yang memperhatian baik buruknya dalam berkomunikasi. Etika komunikasi merupakan norma atau aturan tingkah laku dan tindakan yang harus dilakukan saat berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini etika sangat berkaitan dengan komunikasi agar seseorang lebih berhati-hati ketika melakukan komunikasi dengan orang lain sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada saat menyampaikan pesan.
Etika komunikasi adalah sebuah nilai, norma atau ukuran tingkah laku yang dianggap baik dalam proses kegiatan komunikasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Etika komunikasi tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik tetapi juga berangkat dari niat yang tulus yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Sehingga bentuk komunikasi demikian akan menciptakan suatu komunikasi dua arah yang mencirikanpenghargaan, perhatian dan dukungan timbal balik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. 12
Pelanggaran terhadap suatu etika yang berlaku, tidak hanya dapat merugikan seseorang yang melakukan perbuatan tersebut, tetapi juga dapat merugikan orang lain, baik secara individu maupun secara kolektif. Dalam bidang komunikasi, pelakunya harus juga tunduk terhadap norma atau etika yang berlaku di masyarakat lingkungannya. Selaku warga negara Indonesia, kita harus bertumpu kepada nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai utama yang dijadikan acuan etis. Sebagai penganut agama Islam, tentu juga harus mendasarkan kepada norma etika yang terdapat dalam ajaran Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa etika komunikasi Islam adalah tata cara berkomunikasi yang sesuai dengan norma yang berkenaan dengan akhlak yang bersumber pada Al- Qur’an dan Hadist. Seperti dalam menilai mana yang baik dan tidak baik diucapkan serta mana yang boleh dan tidak boleh diucapkan.
11 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 32
12 Andy Corry, “Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi. Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanegara, 1 Januari 2009, h. 15
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Komunikasi dalam Islam dianggap sebagai fitrah manusia. Manusia diberi kelebihan dari makhluk lainnya dalam segi komunikasi. Seperti yang tertuang dalam Al- Qur’an surat Ar -Rahman ayat 1-4 yang dijelaskan dengan kata “ Al-Bayan ” (pandai berbicara). Dalam tafsir Fath Al-Qodir kata “ Al- Bayan ” diartikan sebagai kemampuan berkomunik asi. Degan kemampuan tersebut manusia menjadi makhluk yang terus berkembang berdasarkan kemampuan dan kebutuhannya dalam berkomunikasi. 13 Dapat dikatakan dari 75% waktu yang dimiliki manusia dihabiskan untuk berkomunikasi, sehingga sangat tepat jika dikatakan manusia tidak bisa jika tidak berkomunikasi.
Komunikasi dalam perspektif Islam dipandang sebagai upaya untuk membangun hubungan secara vertikal dengan Allah SWT ( Hablumminallah ) dan juga secara horizontal yaitu hubungan dengan sesama manusia ( hablumminanas ). Komunikasi yang tercermin dengan Allah SWT melalui ibadah-ibadah yang telah ditentukan seperti shalat, zakat, puasa, haji, zikir dan sebagainya dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan hamba yang bertakwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia tercermin dalam aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya dengan tujuan menciptakan kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. Komunikasi Islam dapat dipahami sebagai suatu proses kegiatan menyampaikan pesan maupun informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan prinsip maupun kaidah komunikasi yang terdapat dalam Al- Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad SAW.
Al-Syaukani dalam buku Tafsir Fath Al-Qadir mengartikan al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Selain al-bayan, kata kunci untuk komunikasi dalam Al- Qur’an adalah al-qaul. Dengan memperhatikan kata al- qaul yang masuk dalam konteks perintah ( amr ), maka dapat disimpulkan ada enam prinsip komunikasi yang disebutkan dalam Al- Qur’an, y aitu:
a. Qaulan Sadidan
Qaulan sadidan adalah kemampuan berkata benar atau berkomunikasi dengan baik. 14 Wahbah Al-Zuhaily mengartikan qaulan sadidan adalah ucapan yang benar bukan yang bathil. Dalam hal ini berarti ucapan yang tepat dan bertanggung jawab, yaitu ucapan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong, tidak memanipulasi fakta, benar sesuai dengan ajaran Islam. Dalam berkomunikasi harus berkata sesuai dengan apa yang terjadi sehingga terhindar dari informasi yang bersifat bohong.
13 Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi : Pendekatan Budaya dan Agama (Bandung: Simbiosa Rekatama media, 2007), h. 67 14 Rahmat, Efektifitas Berkomunikasi dalam Islam (Bandung: Mizan, 1999), h. 71
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
b. Qaulan Baligha
Kata baligha berarti tepat, fasih, lugas, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha berarti menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti, efetktif, tepat sasaran, tidak berbelit-belit dan langsung ke pokok masalah ( stratight to the point ). 15 Agar komunikasi tepat sasaran, pesan yang disampaikan hendaklah sesuai dengan intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Gaya bicara dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu berbeda dengan kalangan cendekiawan. Berbicara dengan orang tua tentu berbeda dengan teman. Ketika berkomunikasi di media khususnya media massa menggunakan bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa. Berbicara dengan anak kecil tentu berbeda dengan mahasiswa. Hal ini karena kapasitas dan kemampuan tiap orang yang berbeda-beda.
c. Qaulan Ma’r ufa
Qaulan Ma’rufa adalah perkataan yang baik, santun, tidak kasar, dan tidak menyinggung atau menyakiti perasaan. Qaulan ma’rufa bermakna pada pembicaraan yang bermanfaat serta menimbulkan kebaikan. Untuk mewujudkan komunikasi yang baik seseorang harus berhati-hati dan memikirkan apa yang akan diucapkan. Jika tidak hal ini akan menjadi malapetaka atau bencana.
d. Qaulan Karima
Imam Ibnu Katsir (1999) menjelaskan Qaulan Karima adalah perkataan yang lembut, diiringi rasa hormat dan mengagungkan, mulia, enak didengar dan bertatakrama. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran,Qaulan Karima bermakna menggunakan kata-kata yang tidak kasar, tidak vulgar, santun, dan menghindari “ bad taste ”, seperti jijik, muak dan sadis.
e. Qaulan Layyina
Qaulan Layina adalah pembicaraan yang lemah lembut, penuh keramahan, enak didengar sehingga menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, yang dimakasud layina adalah kata-kata sindiran, bukan dengan kata-kata terus terang atau lugas apalagi kasar.
f. Qaulan Masyura
Qaulan Masyura adalah perkataan atau ucapan yang mudah, yakni mudah dimengerti, mudah dicerna dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya yaitu kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal menggembirakan via perkataan yang mudah dan pantas . 16
Untuk menciptakan komunikasi yang baik, seseorang tentu harus selalu berhati-hati mengenai apa yang akan diucapkan. Lisan diibaratkan seperti
15 Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual (Jakarta: Mizan, 1996), h. 83 16 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 83
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
pisau, jika salah menggunakannya akan melukai banyak orang. Di zaman modern ini, ketajaman lisan terkadang hadir dalam aktivitas di media sosial melalui status dan komentar yang ditulis. Oleh karena itu, sudah seharusnya sebagai umat Islam membuat status dan komentar di media sosial dengan tidak menyebarkan berita bohong dan hal-hal yang menyinggung orang lain.
## 2. Instagram Sebagai Media Sosial
Instagram berasal dari pengertian keseluruhan fungsi pada aplikasi ini. Instagram terdiri dari dua kata “Insta” dan “Gram”. Kata “Insta” berasal dari kata “Instan”, yang berarti bahwa instagram menampilkan foto-foto secara instan layaknya kamera polaroid di dalam tampilannya. Sedan gkan “Gram” berasal dari kata “Telegram” yang berarti memiliki cara kerja untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Sehingga Instagram dapat mengacu ke kata “Instan - Telegram”. 17 Dapat disimpulkan bahwa instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memudahkan penggunanya untuk meningkatkan kreatifitas karena instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah.
Media sosial merupakan kebutuhan dalam kehidupan sehari hari. Pengguna media sosial saat ini menjadikan media sosial sebagai kebutuhan primer. Para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, membuat blog dan lainnya yang dapat digunakan oleh masyarakat seluruh dunia. Kini mereka menggunakan media sosial bukan hanya untuk bercakap-cakap atau sekedar melihat-lihat tetapi mereka memanfatkan media sosial yang ada. Menurut Arif Rohmadi, media sosial memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai berikut: 18
a. Mendapatkan Informasi
Informasi yang dapat diperoleh melalui media sosial, seperti informasi beasiswa, pendidikan, lowongan pekerjaan, info seputar agama maupun hal-hal yang sedang trend yang dibicarakan banyak orang.
b. Menjalin Silaturahmi
Melalui sosial media, penggunanya dapat melakukan komunikasi meski dengan jarak yang berjauhan dengan pengguna lain sehingga terjalin silaturahmi, baik dengan orang baru, teman lama, bahkan kerabat dan keluarga.
c. Kegiatan Sosial
17 Instagram” (on -line), tersedia di https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram diakses pada tanggal 23 April 2021 18 Arif Rohmadi, Tiga Produktif Ber-Sosial Media ( Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2016), h. 2
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Melalui media sosial, pengguna dimudahkan dalam menggalang dana bantuan untuk kegiatan sosial, hal ini dikarenakan informasi tentang penggalangan bantuan dapat dilihat dari oleh banyak orang dalam waktu yang singkat. Sehingga semakin banyak orang yang terketuk hatinya maka bantuan yang diperlukan akan terpenuhi.
d. Branding
Branding merupakan kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan agar brand (merk) yang mereka tawarkan dikenal. Dalam perkembangan saat ini, branding tidak hanya dilakukan oleh perusahaan saja, namun meluas sampai tingkat personal (perorangan) atau yang lebih dekenal dengan personal branding.
e. Promosi
Adanya sosial media memudahkan orang mempromosikan produk atau jasa yang dimiliki, jika dahulu untuk berjualan harus berada dipinggir jalan, sekarang dari rumah pun kita bisa berjualan dengan menggunakan media sosial.
Instagram merupakan sebuah desain yang memiliki fungsi menjadi sebuah media komunikasi praktis dan menjadi sebuah media komunikasi melalui foto maupun vidio. Instagram merupakan situs yang digunakan untuk menampilkan berupa teks dan foto, yang seiring zaman digunakan sebagai penyampai pesan oleh para pembaca. 19
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini di Indonesia instagram lebih populer dibandingkan dengan facebook maupun twitter. Para pengguna instagram menggunakan layanan ini untuk hiburan maupun mencari informasi online shop dan mengunggah foto maupun vidio. Selain itu, dengan instagram dapat mengetahui berita terbaru dari publik figur. Dalam hal ini tidak ada yng bisa mengelak bahwa instagram sebagai platform media sosial yang akan semakin berpengaruh di masa mendatang.
## 3. Netizen dalam Media Internet
Semakin berkembangya teknologi memudahkan manusia menyebarkan segala informasi ke publik dengan mudah meskipun tetap ada efek negatif dari perkembangan internet saat ini. Kemajuan teknologi ini membuat kita yang sedang mengakses internet kerap mendengar banyak sekali istilah baru. Salah satunya yaitu kata netizen sehingga banyak orang yang menggunakan internet menyebut dirinya sebagai netizen. Fenomena netizen sudah begitu akrab terdengar di telinga masyarakat. Saat ini pengguna internet semakin meningkat sehingga semakin banyak pula netizen di dunia maya.
19 Abu Bakar Fakmi, Mencerna Situs Jejaring Sosial (Jakarta: Elex Media Komputindo), h. 22
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Netizen berasal dari gabungan kata internet dan citizen (warga, penduduk), sedangkan netizen adalah pengguna internet, atau juga disebut-sebut sebagai penghuni yang aktif terlibat di komunitas online di internet. Aktiftas itu bisa bermacam-macam jenisnya, dari yang sekedar berbincang-bincang dan untuk bersenang sampai aktivisme yang menuntut perubahan di dunia nyata atau bahkan dunia maya. Secara etimologis kata netizen berasal dari perpaduan dua kosakata Bahasa Inggris yaitu internet dan citizen . Bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, internet adalah akses pada dunia maya dan citizen berarti warga. Maka dari gabungan dua kosakata tersebut diperoleh artian netizen secara singkat yaitu warga internet atau warga dunia maya. 20 Jadi netizen adalah mereka yang mengakses dan menggunakan jaringan internet. Mereka juga saling bertukar aspirasi di media internet. Misalnya melalui sosial media seperti Facebook, instagram, Twitter, Tumblr, Blogger, dan sebagainya. Dengan kata lain netizen adalah pengguna media internet.
## D. Hasil Penelitian
Saat ini di Indonesia, instagram menjadi media populer dibandingkan dengan facebook maupun twitter. Para pengguna instagram menggunakan layanan ini untuk hiburan, mencari informasi online shop dan mengunggah foto maupun vidio. Selain bisa di simpan untuk pribadi, foto dan vidio yang dihasilkan bisa dibagikan ke pengguna lainnya. Selain itu, dengan instagram dapat mengetahui info berupa pendidikan, keagamaan, fashion dan masih banyak lagi. Dalam hal ini tidak ada yang bisa mengelak bahwa instagram sebagai platform media sosial yang akan semakin berpengaruh di masa mendatang.
Dalam penelitian ini akan membahas mengenai etika komunikasi netizen dengan menggunakan enam jenis gaya bicara atau perkataan (qaulan) yang terdapat dalam Al- Qur’an dan dikategorikan seb agai prinsip-prinsip komunikasi Islam.
Prinsip yang pertama adalah Qaulan Sadidan, yang berarti perkataan yang benar, jujur dan tidak bohong. Qaulan Sadidan terdapat dalam Al- Qur’an surah An-Nisa ayat 9:
“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar ” . (Q.S An-Nisa[4]:9)
20 http://bahasyuk.blogspot.com/2015/12/arti-kata-netizen-beserta-penjelasan.html di akses pada tanggal 24 April 2021
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Jika mengacu pada ayat diatas, saat ini pada kenyataannya di media sosial instgram masiih banyak ditemukan informasi bohong (hoax) yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Netizen masih sering menerima dan menyebarkan informasi tanpa memeriksa dahulu kebenarannya. Berikut adalah salah satu contoh netizen di media sosial instagram yang belum menerapkan prinsip qaulan sadidan.
Gambar 1. Komentar netizen pada akun tante_rempong
Prinsip kedua dalam komunikasi Islam adalah Qaulan Baligha. Kata Qaulan Baligha artinya tepat sasaran, mudah dimengerti dan tidak berbelit- belit. Agar pesan komunikasi tepat sasaran maka pesan yang disampaikan harus sesuai dengan kadar intelektualitas komunikan serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Gambar 2. Komentar netizen pada akun Jokowi Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk komunikasi yang digunakan di media sosial khususnya instagramhampir semua penggunanya menggunakan bahasa yang tidak baku. Salah satu faktor penyebabnya karena di dunia maya pengguna belum mengetahui atau belum mengenal sesama pengguna lainnya, walaupun ada juga yang sudah mengenal satu sama lain secara tatap muka di dunia nyata yang kemudian melanjutkan komunikasinya ke dunia maya atau media sosial. Bahasa yang digunakan di media sosial bukanlah bahasa resmi seperti halnya menulis artikel karya ilmiah, jurnal, skripsi, tesis dan makalah. Dapat dikatakan sedikit pengguna media sosial yang menulis status maupun berkomentaryang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Padahal penulisan yang baku penting dilakukan karena terkait dengan etika dalam berkomunikasi dengan sesama pengguna media sosial seperti instagram. Gambar diatas menunjukkan semua komentar menggunakan bahasa nonformal meskipun ditujukan untuk publik figure bahkan presiden sekaligus.
Prinsip yang ketiga adalah Qaulan Ma’rufa.Qaulan Ma’rufa berarti perkataan yang baik, santun, ungkapan yang pantas dan tidak menyakiti perasaan. Dalam hal ini sebagai seorang muslim, ketika menggunakan instagram, kita juga harus menuliskan kata-kata yang baik. Jangan sampai mencari kejelekan orang lain, mengkritik, menghasut, menghujat dan memfitnah. Untuk mewujudkan komunikasi yang baik seseorang harus berhati-hati dan memikirkan apa yang akan diucapkan. Jika tidak hal ini akan menjadi malapetaka atau bencana.
Gambar 3. Komentar netizen pada akun instagram Nissa Sabyan Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pengguna instagram saat ini masih berbanding terbalik dengan prinsip Qaulan Ma’rufa. Bahasa yang digunakan netizen tidak santun, mengkritik dan mencari kesalahan orang
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
lain. Netizen akan memberikan komentar berupa pujian yang berlebihan pada sesuatu yang disukainya, tetapi sebaliknya mereka akan memberikan umpatan yang kasar dan mengktritik jika mereka tidak menyukainya. Seperti halnya sebelum muncul isu mengenai Nissa sabyan yang dikabarkan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Ayus, para netizen selalu memuji-muji keindahan suara yang dimiliki Nissa dan selalu memberi semangat kepadanya untuk terus menyanyikan lagu-lagu religi, namun ketika terjadi satu kesalahan netizen langsung membicarakan kejelekan, mengkritik dan mencemooh dengan kata-kata yang kasar. Bahkan para netizen akan membully sesuatu yang tengah viral. Netizen seakan-akan berlomba-lomba memberikan kritikan pada kolom komentar akun instagram Nissa Sabyan. Tidak semua netizen memberikan komentar buruk pada semua unggahan, biasanya masih ada netizen yang memberikan komentar bijak dan santun. Dalam hal ini tentu pentingnya etika komunikasi dalam menyampaikan pesan.
Prinsip komunikasi Islam selanjutnya adalah Qaulan Karima.Qaulan Karima berarti perkataan yang mulia, lemah lembut, enak didengar dan bertatakrama.
Gambar 4. Komentar netizen pada akun instagram Nissa Sabyan Namun pada kenyataannya, netizen dalam megonsumsi media sosial instagram masih banyak yang menggunakan kata-kata yang tidak sopan, kasar dan vulgar. Jika ada hal yang tidak disukainya, dalam berkomentar netizen tidak segan-segan menggunakan kata-kata kasar seperti goblok, jijik,
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
muak dan kata-kata yang tidak pantas lainnya, bahkan netizen ada yang menyebut alat kelamin.
Komunikasi yang islami adalah komunikasi yang beretika dan berakhlakul karimah. Dari pemaparan tersebut jika diterapkan dalam penelitian ini maka komentar netizen di instagram belum mencerminkan etika komunikasi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Komunikasi yang baik untuk umat Islam adalah komunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam yang tersumber dalam Al- Qur’an dan al -Hadits. Prinsip yang kelima adalah Qaulan Layyina. Qaulan Layyina adalah pembicaraan yang lemah lembut,penuh keramahan, enak didengar dan tidak bermaksud merendahkan orang lain.
Gambar 5. Komentar netizen pada akun instagram Nissa Sabyan Di media instagram, netizen tentu saja bebas memberikan komentar. Terlalu bebasnya, komentar yang ditulis tidak disaring terlebih dahulu. Terkait dari segi pesan yang disampaikan oleh netizen masih terlalu kasar. Nyatanya, apa yang mereka tulis dikomentar itu baik. Seperti mengingatkan seseorang bila ada tindakan dan perilaku yang salah, tetapi cara penyampaian pesan dan etika sering diabaikan. Pesan yang disampaikan melalui komunikasi dapat berdampak positif, begitu pula sebaliknya. Jika
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
peserta komunikasi memahami dan menguasai keterampilan komunikasi yang baik dan beretika maka komunikasi akan berjalan efektif. Etika komunikasi tidak hanya berkaitan dengan ucapan yang baik, tetapi harus juga dengan niat tulus yang diungkapkan dari rasa ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini akan menghasilkan komunikasi dua arah yang ditandai dengan saling menghargai, perhatian dan dukungan dari kedua belah pihak.
Komunikasi dalam perspektif Islam tidak hanya menyampaikan pesan, merubah perilaku dan sikap komunikan. Tetapi komunikasi Islam berperan sangat penting dalam menyampaikan kemaslahatan serta kemuliaan antara komunikator dan komunikan. Jadi komunikasi Islam lebih unggul dibandingkan dengan komunikasi lainnya. Komunikasi Islam tidak terlepas dari fungsi mengingatkan dan membimbing manusia untuk berada di jalan Allah SWT.
Prinsip komunikasi Islam yang keenam adalah Qaulan Maysura. Qaulan Maisura berarti dalam menyampaikan pesan mudah dipahami, mudah dimengerti dan mudah dicerna komunikan. Dalam berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan, tentu kita harus menggunakan bahasa yang ringkas, mudah dan tepat sehingga mudah untuk dipahami.
Namun pada kenyataan di media instagram seringkali tidak membahas mengenai hal-hal yang ringan tetapi membahas tentang politik yang dapat menimbulkan konflik serta berdebatan sehingga berujung saling melontarkan kata-kata kasar.
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
Gambar 6. Komentar netizen pada akun instagram Fahri Hamzah
Pelanggaran terhadap etika yang berlaku akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam bidang komunikasi kita harus tunduk terhadap etika atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai umat Islam tentu harus mendasarkan kepada etika yang bersumber dalam Al- Qur’an dan al -Hadits. Oleh karena itu, sebagai netizen diharapkan bijak dengan memperhatikan dan memikirkan apa yang akan disebarkan dalam dunia maya. Hal ini bertujuan untuk menghindari konflik dari komentar-komentar yang terkadang akan menimbulkan masalah. Adapun etika komunikasi dalam menggunakan media sosial yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu tidak menggunakan kata kasar, tidak membicarakan kejelekan orang lain, memberikan komentar dengan bahasa yang santun, jangan memposting status yang dapat menimbulkan konflik dan tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya.
## E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, adapun kesimpulan yang ada bahwasanya etika komunikasi dalam menggunakan media instagram sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir hal-hal negatif yang ditimbulkan dari cara pandang dan tanggapan pembaca atau masyarakat. Etika
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
komunikasi dalam menggunakan media sosial perlu diperhatikan baik dalam menulis status dan komentar harus difikirkan dan dipertimbangkan secara hati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain meskipun semua pengguna media sosial mempunyai hak kebebasan berpendapat dengan memberikan komentar tanpa ada batasnya.
Etika komunikasi juga mendapat perhatian besar dalam agama Islam. Komunikasi yang baik untuk umat Islam adalah komunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al- Qur’an dan al -Hadits. Dalam penelitian ini, netizen belum sepenuhnya melakukan komunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Banyak komentar yang tidak santun, menyebarkan berita bohong, membicarakan kejelekan orang lain dan menggunakan bahasa kasar. Hal ini sangat disayangkan karena masih banyak netizen yang belum mengindahkan etika komunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam.
Adapun etika komunikasi dalam menggunakan media sosial yang sesuai dengan ajaran Islam dengan menerapkan enam prinsip komunikasi yang disebutkan dalam Al- Qur’an, yaitu terdiri dari qaulan sadidan, qaulan baligha, qaulan ma’rufa, qaulan karima, qaulan layyina, dan qaula n maysura.
Etika Komunikasi Netizen Di Instagram…….
## DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Fakmi, Mencerna Situs Jejaring Sosial , Jakarta: Elex Media Komputindo Abudidn Nata, Akhlak Tasawuf , Jakarta: Rajawali Pers, 2010 Andy Corry, “Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi. Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanegara, 1 Januari 2009 Arif Rohmadi, Tiga Produktif Ber-Sosial Media , Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2016 Bogdan dan Taylor, Prosedur Penelitian. Dalam Moleong, Pendekatan Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2012 H. A. A. Dahlan, K.H.Q Shaleh, Asbab Nuzul , Diponogoro : CV. Penerbit Diponogoro, 2000 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2014 Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi, Yogyakarta: Kanisius, 2007 Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, Jakarta: Mizan, 1996 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi , Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009 Ny Djanewer, Etika Komunikasi Perkantoran , Bandung, Ganeca Exact Bandung, 1992 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKIS, 2017 Rahmat, Efektifitas Berkomunikasi dalam Islam, Bandung: Mizan, 1999 Rulli Nasrullah, Media Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015 Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi : Pendekatan Budaya dan Agama, Bandung: Simbiosa Rekatama media, 2007 http://bahasyuk.blogspot.com/2015/12/arti-kata-netizen-beserta- penjelasan.html di akses pada tanggal 24 April 2021 https://id.wikipedia.org/wiki/Warganet diakses pada tanggal 23 April 2021 Instagram” (on -line), tersedia di https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram diakses pada tanggal 23 April 2021
M. Ikhsan, Netizen di Indonesia Paling Tak Sopan se-Asia Tenggara, diakses https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210225115954-185-
610735/riset-netizen-di-indonesia-paling-tak-sopan-se-asia-tenggara pada tanggal 23 April 2021
|
bd065fda-940c-4c77-aded-4a50867ae264 | http://journal.unhas.ac.id/index.php/jhm/article/download/10979/7138 | Prediksi Erosi Berdasarkan Metode Universal Soil Loss Equation (Usle) Untuk Arahan Penggunaan Lahan Di Daerah Aliran Sungai Lawo
Nurul Apriani 1* , Usman Arsyad 1 , Baharuddin Mapangaja 1
1 Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar *Email: [email protected]
ABSTRACT: This study aims (1) to determine the ratio of the erosion value of the usle methods in the Lawo watershed (2) to plan soil and water conservation in the Lawo watershed. This research is based on mapping which is classified as non-experimental research using survey method. The erosion value was predicted using the Universal Soil Loss Equation (USLE) model. The results showed that land use in the Lawo watershed ware secondary forest, plantation forest, dry land agriculture, dry land farming mixed with shrubs, shrubs, settlements and open land. The rate of erosion that occurs in the Lawo River Basin is 12,59 tons/ha/years. Lawo watershed recovery plan in the form of land use patterns to reduce the rate of erosion, namely agroforestry dry land farming, while for settlements in the form of infiltration wells, enrichment of plants for plantation forest land use, refinement of bench terraces on paddy land use and terracing use accordingly the field, as well as reforestation and planting of land cover for the use of shrub land.
Keywords : Erosion, USLE, Land Use, Soil and Water Conservation
DOI: 10.24259/jhm.v13i1.10979
## 1. PENDAHULUAN
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan masalah besar yang sampai saat ini masih belum mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Peningkatan pemanfaatan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan kebijakan yang belum berpihak kepada pelestarian sumber daya alam, serta masih kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam konteks pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam, menjadi salah satu penyebab kerusakan DAS yang mengalami degradasi dan menjadi kritis atau bahkan akan sangat kritis. Di Indonesia, DAS yang saat ini memperoleh perhatian adalah sebanyak 458 DAS, dan 62 DAS diantaranya dalam kondisi kritis dan sangat kritis akibat erosi dari lahan kritis dan aktivitas manusia (Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011).
Requiner (1977) dalam Suripin (2010) menyatakan bahwa erosi merupakan salah satu penyebab faktor kerusakan tanah dan menyebabkan penurunan produktivitas tanah/fungsi tanah. Erosi adalah peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media berupa air ataupun angin. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur yang baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi yakni terjadi kemunduran sifat – sifat kimia dan fisik tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, meningkatnya kepadatan
penetrasi tanah, dan menurunya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air tanah (Arsyad, 2010.)
Laju erosi yang terjadi pada setiap penggunaan lahan dapat diprediksi. Prediksi erosi sangat bermanfaat untuk menentukan cara pencegahan erosi atau sistem pengelolaan tanah pada umumnya, sehingga kerusakan tanah oleh erosi dapat ditekan sekecil mungkin. Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengetahui besarnya erosi yang akan terjadi pada suatu penggunaan lahan, dengan pengelolaan tertentu dan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu areal tanah (Arsyad, 2010). Pendugaan laju erosi dapat dilakuan dengan beberapa persamaan seperti Universal Soil Lost Equation (USLE).
Universal Soil Lost Equation adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata – rata erosi tanah dalam waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan pengelolaan tertentu. Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur dibawah keadaan tertentu, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Wischmeier dan Smith 1978 dalam Arsyad 2010).
Daerah Aliran Sungai Lawo merupakan salah satu sungai utama di Kabupaten Soppeng yang memiliki masalah serius untuk ditangani akibat degradasi dan transformasi hutan terus meningkat dan tidak terkendali (BPDAS Jeneberang Walanae, 2012). Aktivitas penduduk pada wilayah DAS secara tidak terkendali akan berdampak terhadap perubahan kondisi fisik sungai terutama dalam bentuk erosi dan sedimentasi. Menurut Pratiwi et al (2011) dan BPDAS Jeneberang Walanae, (2012) pada DAS Lawo, luas kawasan yang rawan erosi seluas 2 283.14 Ha (13.35%) dan Tingkat Bahaya Erosi sebesar 38,297. Selanjutnya di sepanjang sungai juga terjadi erosi tebing sungai. Akibat dari erosi tersebut maka di daerah hilir terjadi sedimentasi berlebihan yang menyebabkan penyempitan sungai hingga berukuran 6 meter. Akibatnya kapasitas tampung sungai semakin kecil dan sering terjadi banjir.
Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang Prediksi erosi berdasarkan metode USLE. Adapun dari hasil laju erosi yang didapat diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi laju erosi di DAS Lawo serta sebagai masukan dan pertimbangan penanganan problem erosi lahan di Kabupaten Soppeng.
## 2. METODE PENELITIAN
## 2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2019 di Daerah Aliran Sungai Lawo yang secara administrasi berada di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan dan di Laboratorium Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin. Lokasi Penelitian tertera pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
## 2.2 Teknik Pengumpulan Data
2.3.1. Perhitungan Nilai R (Erosivitas Hujan)
Data iklim harian yang diperoleh dari BSWS Pompengan Jeneberang meliputi berupa curah hujan yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan nilai R (Faktor Indeks Erosivitas Hujan).
## 2.3.2. Penentuan Nilai K (Erodibilitas Tanah)
Data jenis tanah dari Peta RePPProt (Regional Physical Planning Project for Transmigration), yang dilengkapi dengan parameter fisik dan kimia tanah yang diperoleh dari database informasi tanah Peta RePPProt dan Web Soil USDA Natural Resource Conservation Service (websoilsurvey.sc.egov.usda.gov.). Jenis tanah dijadikan acuan dalam menentukan Nilai Erodibilitas Tanah (Nilai K).
2.3.3. Penentuan faktor panjang dan kemiringan lereng (Nilai LS).
Pegumpulan data kelerengan diperoleh dari data DEM yang disediakan oleh United States Geological Survey (USGS) yang dapat diunduh melalui website http://earthexplorer.usgs.gov, data ini selanjutnya akan digunakan untuk penentuan faktor panjang dan kemiringan lereng (Nilai LS).
## 2.3.4. Data Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi Tanah (Nilai CP)
Pengamatan data dan pengamatan kondisi penutupan lahan serta tindakan konservasi tanah dilakukan pada unit lahan yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dari pengamatan ini akan digunakan untuk penentuan nilai faktor C dan P.
## 2.3.5. Arahan Konservasi Tanah dan Air
Hasil pendugaan erosi di DAS Lawo selanjutnya digunakan untuk arahan konservasi khususnya pada daerah – daerah yang memiliki erosi berat dan sangat berat ataupun erosi di atas batas normal erosi diperkenankan. Perencanaan ini dimaksudkan untuk menekan erosi yang tidak diperkenankan. dan juga untuk menekan erosi yang terjadi tidak semakin besar. Meskipun pada penggunaan lahan tertentu tidak memungkinkan untuk diarahkan menjadi penggunaan lahan yang lain, setidaknya pengelolaan konservasi dapat diperbaiki.
## 2.4 Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat erosi (nilai A) dengan menggunakan medel USLE maka dilakukan analisis terhadap faktor-faktor penentu erosi yaitu R (Erosivitas), K (Indeks erodibilitas), LS (Indeks panjang dan kemiringan lereng), C (Indeks penutupan vegetasi dan pengelolaan tanaman) dan P (Indeks pengelolaan lahan/tindakan konservasi tanah) pada tiap unit lahan
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deliniasi Daerah Aliran Sungai menunjukkan bahwa DAS Lawo masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Soppeng. Provinsi Sulawesi Selatan seluas 15460,16 ha. DAS Lawo menurut Harjianto dkk., (2016) sebagian merupakan daerah depresi (daerah cekungan) dan resapan air, yang alirannya langsung masuk ke Danau Tempe. Penggunaan lahan yang terdapat pada Daerah Aliran Sungai Lawo berdasarkan hasil interpretasi citra landsat 8 serta hasil observasi
lapangan yaitu Hutan sekunder, Hutan tanaman, Pertanian lahan kering, Pertanian lahan kering campur semak, Sawah, Semak belukar, Pemukiman, Tanah terbuka.
## 3.1 Gambaran Lokasi dan Masyarakat
## 3.1.1 Faktor Erosivitas Hujan (R)
Nilai faktor erosivitas hujan (R) di DAS Lawo dihitung berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang. Stasiun iklim yang mempengaruhi DAS Lawo dilakukan dengan metode polygon thiessen yang merupakan area yang dipengaruhi oleh titik (stasiun iklim) yang berada dalam atau sekitar DAS Lawo. Data Polygon thiessen menujukkan bahwa hanya ada satu stasiun yag masuk dalam wilayah tersebut di yaitu Stasiun Malanroe -040730004. Data ini selanjutnya diolah untuk mendapatkan nilai eroivitas untuk rumus USLE seperti berikut.
Faktor erosivitas hujan pada USLE diperoleh dari analisis data curah hujan 10 tahun terakhir. Nilai R (erosivitas) diperoleh dengan rumus Bols:
30 = ( ) 1,21 ( ) -0,47 ( ) 0,53
## Dimana :
30 = erosivitas hujan rata-rata tahunan
= curah hujan rata-rata bulanan (cm)
= jumlah hari hujan rata-rata per tahun (hari)
= curah hujan maksimum rata-rata dalam 24 jam per bulan untuk kurun waktu satu tahun (cm)
Nilai Erosivitas Hujan Daerah Aliran Sungai Lawo dengan motode USLE dengan menggunakan rumus Bols disajikan pada Tabel 1.
Tabel. 1 Nilai R DAS Lawo
Stasiun Nilai R Luas (Ha) Persentase (%) Malanroe 040730004 1119,14 15460,18 100,00
Berdasarkan hasil analisis dari menggunakan metode USLE nilai R yang dihasilkan untuk adalah 1119,14. Semakin besar nilai R pada suatu wilayah maka akan semakin besar pula potensinya terjadinya erosi akibat faktor yang dipengaruhi oleh curah hujan, begitupun sebaliknya.
## 3.1.2 Faktor Erodibilitas (K)
Besarnya erodibilitas atau resistensi tanah juga ditentukan oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agreagat tanah, kapasitas infiltrasi, dan kandungan organic dan kimia tanah. Karakteristik tanah tersebut bersifat dinamis, selalu berubah oleh karenanya, karakteristik tanah dapat berbeda seiring dengan perubahan waktu dan tataguna lahan atau sistem pertanaman (Asdak, 2010). Berdasarkan hasil analisis SIG, jenis tanah dan nilai erodibiitas (nilai K) pada DAS Lawo disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis- jenis tanah dan Nilai K DAS Lawo
No. Jenis Tanah Nilai K Luas (Ha) Persentase (%) 1. Dystropepts 0.21 12294,62 79,52 2. Paleudults 0.23 251,16 1,62 3. Tropaquepts 0.20 2914,40 18,85 Total 15460,18 100,00
Hasil analisis jenis tanah di DAS Lawo menujukkan ada tiga jenis tanah yaitu dystropepts, paleudults, dan tropoquepts. Jenis tanah selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai erodibilitas tanah (nilai K). Nilai K terbesar yaitu pada jenis tanah Paleudults (0.23) dengan luas 251,16 ha atau 1,62% dari luas DAS Lawo. Nilai ini menujukkan bahwa jenis tanah ini lebih rentan terhadap erosi apabila dibandingkan dengan jenis tanah Dystropepts (0.21) dan tropaquepts (0.20). Dystropepts sendiri berada pada areal seluas 12294,62 ha atau 79,52 % dari luas DAS Lawo, sedangkan untuk jenis tropaquepts berada pada areal seluas 2914,40 ha atau 18,85% dari luas DAS Lawo. Faktor erodibilitas tanah di DAS Lawo tergolong rendah (0.11 – 0.20) dan sedang (0.21 – 0.32). Peta nilai K disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Nilai K
## 3.1.3 . Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (Nilai LS)
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Panjang lereng mengacu pada aliran air permukaan, yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadinya deposisi sedimen. Pada umumnya kemiringan lereng diperlukan sebagai faktor yang seragam (Asdak, 2010). Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragamann dan arah lereng. Berdasarkan hasil analisi SIG, nilai LS dengan metode USLE di DAS Lawo, disajikan pada Table 3.
Tabel.3 Nilai LS pada Daerah Aliran Sungai Lawo
No. Topografi Kelerengan (%) Nilai LS Luas (Ha) Persentase (%) 1. Datar 0-8% 0.4 5334,34 34,50 2. Landai 8-15% 1.4 1567,83 10,14 3. Agak Curam 15-25% 3.1 1750,07 11,32 4. Curam 25-40% 6.8 4476,82 28,96 5. Sangat Curam >40% 9.5 2331,13 15,08 Total 15460,18 100
Berdasarkan Tabel 3 dari hasil analisis panjang dan kemiringan lereng DAS Lawo dapat dilihat bahwa lokasi penelitian didominasi oleh topografi datar (0 – 8%) dan curam (25-40%). Semakin panjang dan curam lereng yang didikung dengan intensitas hujan yang besar dan terjadi dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan erosi akan semakin besar pula. Luas pengggunaan lahan dengan topografi yaitu 5334,34 ha atau sekitar 34,50 % dari luas DAS Lawo. Faktor LS terhadap erosi pada suatu areal dapat ditekan dengan melakukan tindakan konservasi tanah dan air pada pengelolaan lahan terutama pada penggunaan lahan dengan topografi curam dan sangat curam. Pembuatan teras di lahan – lahan pertanian dan peruntukan tanah – tanah dengan kemiringan lereng yang besar serta pengelolaan tanaman yang bertujuan untuk menekan terjadinya erosi dan longsor.
Pengelolaan tanaman dan tindakan dan tindakan konservasi yang baik sangat diperlukan untuk menekan laju erosivitas pada kelas lereng yang curam dan sangat curam. Kecepatan aliran permukaan pada topografi tersebut harus dikurangi untuk menurunkan erosi yang terjadi. Peta nilai LS DAS Lawo disajikan pada Gambar 3.
## Gambar 3. Nilai LS
3.1.4. Faktor Pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah dan air (P)
Faktor pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P) adalah faktor yang dapat dikendalikan untuk pencegahan erosi. Pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan mempertahankan keberadaan vegetasi yang ada atau dengan melakuan penanaman kembali pada areal yang gundul akibat pembalakan liar, longsor, pembukaan lahandan faktor – faktor lainnya. Faktor C menujukkkan keseluruhan pengauh dari vegetasi, serasah, kondisi permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hiang (erosi) yang didasarkan pada panduan penetapan indeks penutupan lahan (nilai C) oleh Kementerian Kehutanan (2009). Oleh karena itu besarnya angka C tidak selalu sama dalam kurun waktu satu tahun (Asdak, 2010). Tindakan konservasi pada suatu wilayah atau penggunaan lahan dikenal dengan faktor P. Penentuan nilai faktor P sendiri didasarkan panduan penetapan indeks konservasi tanah (nilai P) oleh Kementerian Kehutanan (2009). Semakin rendah nilai P maka semakin baik pengaruhnya terhadap erosi yang akan terjadi. Hal ini menandakan bahwa tindakan konservasi yang dilakukan semakin baik pula. Faktor tindakan konservasi tanah (P) merupakan nisbah besarnya erosi dari tanah dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah menurut arah lereng (Arsyad, 2010). Kedua faktor ini memiliki keterkaitan satu sama lain terhadap erosi.
Tabel 4. Pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah dan air (P) DAS Lawo
No. Penggunaan Lahan Nilai C Nilai P Nilai CP Luas (Ha) Persentase (%) 1. Hutan Sekunder 0.005 1 0.005 5089,94 32,92 2. Hutan Tanaman 0.2 0.75 0.15 202,23 1,31 3. Pertanian Lahan Kering 0,14 808,57 5,23
4. Pertanian Lahan Kering Campur Semak 0.43 6190,07 40,04 5. Sawah 0.01 0.15 0.0015 2643,61 17,10 6. Semak Belukar 0.3 1 0.3 225,37 1,46 7. Pemukiman 0.3 268,04 1,73 8. Lahan Terbuka 0.9 32,36 0,21 TOTAL 15460,18 100,00
Berdasarkan hasil analisis faktor pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P) di DAS Lawo dapat dilihat bahwa nilai CP terkecil berada pada penggunaan lahan hutan sekunder. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengelolaan tanaman pada penggunaan lahan yang ada. maka nilai CP akan semakin kecil. Nilai CP pada hutan sekunder berada pada luas 5089,94 ha atau sekitar 32,92 % dari luas total DAS Lawo. Tajuk yang rapat pada suatu penggunaan lahan akan semakin baik dalam menghalang buitr – butir air hujan yang menyebabkan erosi percik terjadi. Nilai CP kedua terkecil yaitu penggunaan lahan sawah. Hal ini sangat diengaruhi oleh penerapan teknik konservasi dan pengelolaan tanaman. Pada areal yang semakin curam, pembuatan teras bangku pada sawah sangat baik dalam menekan erosi khususnya aliran permukaan. Nilai CP untuk sawah yang berada pada areal seluas 2643,61 ha (17,10%) yaitu 0,0015. Pertanian lahan kering campur campur semak sendiri yang memiliki luasan terbesar denan nilai CP sebesar 0,07. Pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi sangat perlu dilakukan untuk menekan laju erosi khususnya faktor erosivitas pada daerah – daerah yang berlereng curam dan sangat curam. Hal ini sejalan dengan pemaparan dalam disertasi Arsyad (2010) dengan banyak vegetasi kayu dan banyak lapisan tajuk akan menahan dan mematahkan daya rusak setiap tetes air hujan yang mengenai bagian – bagian pohon pada hutan, mulai dari lapisan tajuk sampai ke lapisan serasah/permukaan tanah. Bagian air hujan yang tiba dipermukaan tanah akan tertahan lebih dahulu pada lapisan serasah dan tanaman penutup tanah lainnya sebelum tiba dan masuk ke dalam tanah. Nilai CP terbesar ada pada penggunaan lahan pemukiman dan lahan terbuka, hal ini menandakan bahwa pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi kurang baik dalam menekan laju erosi.
## 3.1.5. Prediksi Erosi Daerah Aliran Sungai Lawo
Hasil prediksi erosi di DAS Lawo berdasarkan metode USLE di tampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Prediksi Erosi DAS Lawo Berdasarkan Metode USLE No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Erosi (ton/ha/tahun) 1. Hutan Sekunder 5056,83 0,08 2. Hutan Tanaman 202,23 0,18 3. Pertanian Lahan Kering 818,61 3,01 4. Pertanian Lahan Kering Campur Semak 6173,07 4,40 5. Sawah 2636,7 0,09 6. Semak Belukar 235,89 0,09 7. Pemukiman 304,51 4,35 8. Lahan Terbuka 32,36 0,39 TOTAL 15460,18 12,59
Berdasarkan hasil analisis SIG untuk prediksi erosi di DAS Lawo dengan disajikan pada Tabel 5, erosi terbesar terjadi pada penggunaan lahan pertanian lahan kering campur semak, hal ini disebabkan karena Pertanian lahan kering campur semak adalah penggunaan lahan terluas di DAS Lawo. Selain faktor itu penggunaan lahan tersebut juga mayoritas berada pada pada kelas lereng curam (30-40%) sampai dengan sangat curam (<40%). Erosivitas juga sangat mempengaruhi tingginya erosi yang terjadi, aliran permukaan yang ada pada kelas lereng sangat curam lebih berpotensi menyebabkan erosi apabila dibandingkan dengan kelas – kelas lereng dibawahnya. Pengelolaan tanaman untuk kelas lereng seperti ini diperuntukan agar tanaman kehutanan, yang berfungsi menekan terjadinya erosi. Faktor pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi sangat dibutuhkan dalam menekan laju erosi yang disebabkan oleh erosivitas hujan beserta faktor panjang dan kecuraman lereng. Semakin rendah nilai faktor pengelolaan tanaman dan faktor tindakan konservasi maka akan semakin baik dalam menekan erosi yang terjadi, begitupun sebaliknya.
Erosi terbesar kedua berdasarkan hasil analis SIG yaitu pemukiman. Adanya pemukiman membuat lahan menjadi menjadi tertutup sehingga minim serapan air yang mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan (run off). Energi dari limpasan permukaan (run off) yang tinggi ini akan mengikis tanah yang tidak tertutup sehingga mengakibatkan lahan rentan mengalami erosi (Taslim dkk., 2019). Pemukiman juga memiliki nilai CP tinggi, yaitu bernilai 0,3 yang menandakan bahwa penggunaan lahan tersebut sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi.
Penyumbang erosi terbesar ketiga di DAS Lawo yaitu Pertanian Lahan Kering, meskipun pengelolaan tanaman pada penggunaan lahan ini tergolong cukup baik, akan tetapi kelas lereng kembali menjadi faktor utama yang menyebabkan tingginya erosi. Faktor kedua yang menyebabkan tingginya erosi pada pertanian lahan kering adalah tidak adanya tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan run off. Seperti yang dipaparkan oleh Budiwati (2014). Tanaman penutup tanah ditanam bertujuan untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki kondisi tanah. Tanaman penutup tanah juga mempunyai peranan dalam menahan dan megurangi daya perusak butir – butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah.
Lahan terbuka berada pada urutan kempat penyumbang erosi terbesar. Lahan terbuka juga memiliki nilai CP tertinggi yaitu 0,9 yang disebabkan karena tidak adanya vegetasi pada penggunaan lahan tersebut. Vegetasi berfungsi menghalagi butir – butir air hujan yang dapat mengenai tanah secara langsung sehingga mengurangi terjadinya erosi. Vegetasi juga sangat berfungsi dalam memperbaiki infiltrasi yang teradi sehingga tidak meyebabkan aliran permukaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Suripin (2004), bahwa vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat melawan terhadap pengaruh faktor – faktor lain yang memepengaruhi erosi seperti hujan, topografi, dan karakteristik tanah.
Selanjutnya erosi terbesar kelima adalah penggunaan lahan Pertanian disusul dengan hutan sekunder, sawah dan semak belur. Ke empat penggunaan lahan ini memiliki nilai erosi lebih kecil dibandingankan dengan empat penggunaan lahan sebelumnya disebakan karena luasan penggunaan lahan yang lebih kecil serta faktor panjang dan kecuraman lereng yang sangat mempengaruhi peningkatan erosi.
## 3.2. Tingkat Bahaya Erosi Daerah Aliran Sungai Lawo
Tingkat bahaya erosi di DAS Lawo didapatkan dari hasi perhitungan erosi dari faktor erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang lereng (L) kecuraman lereng (S) pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P). Tingkat bahaya erosi di DAS Lawo bervariasi seperti yang disajikan pada Tabel 6.
## Tabel 6. Tingkat Bahaya Erosi DAS Lawo
No. Tingkat Bahaya Erosi Luas (ha) Persentase (%) 1. Erosi Sangat Ringan 5168,45 33,43 2. Erosi Ringan 3764,35 24,35 3. Erosi Sedang 2527,19 16,34 4. Erosi Berat 2205,44 14,27 5 Erosi Sangat Berat 1794,76 11,61 Total 15460,18 100,00
Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa tingkat erosi yang terjadi Das Lawo didominasi oleh erosi sangat ringan yaitu 5168,45 ha (33,43%). Pengklasifikasian tingkat bahaya erosi di DAS Lawo di dasarkan pada penetapan Kelas Tingkat Bahaya berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Nomor P. 4/V-SET/2013. Peta tingkat bahaya erosi disajikan pada Gambar 4
Gambar 4. Peta Tingkat Bahaya Erosi
Tingginya faktor erosivitas hujan serta kurangnya tindakan konservasi dan pengelolaan tanaman adalah faktor utama yang menyebabkan terjadinya erosi. Selanjutnya pada urutan terbesar kedua erosi yaitu erosi ringan.
Semakin tinggi besar erosi yang terjadi dari waktu ke waktu akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan ekosistem DAS. Permasalahan tersebutlah yang mendasari pengelolaan DAS untuk menekan laju erosi yang semakin besar. Penerapan teknik konservasi dan pengelolaan tanaman dilakukan sebaik mungkin untuk menekan erosi berat dan erosi sangat berat.
## 3.3. Perencanaan Arahan Penggunaan Lahan di DAS Lawo
Tingkat erosi di DAS Lawo terbagi menjadi lima klasifikasi mulai dari kategori erosi sangat ringan, erosi ringan, erosi sedang, erosi berat dan tidak erosi sangat berat. Perencanaan Arahan ditentukan dengan mebandingan nilai tingkat erosi dan penggunaan lahan di DAS Lawo dengan pola ruang di Kabupaten Soppeng.
Hasil pendugaan erosi di DAS Lawo selanjutnya digunakan untuk arahan penggunaan lahan khususnya pada daerah – daerah yang memiliki erosi berat dan sangat berat ataupun erosi di atas batas normal erosi diperkenankan. Perencanaan ini dimaksudkan untuk menekan erosi yang terjadi agar tidak semakin besar. Meskipun pada penggunaan lahan tertentu tidak memungkinkan untuk diarahkan menjadi penggunaan lahan yang lain, setidaknya pengelolaan konservasi dapat diperbaiki. Berdasarkan tujuan dari uraian tersebut, maka perencanaan arahan penggunaan lahan sangat diperlukan dengan tetap memperhatikan manfaat ekonomi dan ekologi dari pengelolaan yang akan dilakukan. Peranan manusia pada tahap ini sangat penting, dimana dalam pemanfaatan lahan manusia cenderung mengabaikan manfaat ekologi dari suatu lahan. Manusia hanya mencari manfaat ekonomi dalam memanfaatkan dalam pemanfaatan lahan yang ada tanpa menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu fungsi hidrologi DAS pada umumnya terganggu. Berikut ini merupakan uraian mengenai arahan Arahan Penggunaan Lahan di DAS Lawo berdasarak Pola Ruang Kabupaten Soppeng
Tabel 7. Arahan Penggunaan Lahan di DAS Lawo berdasarak Pola Ruang Kabupaten Soppeng
No. Penggunaan Lahan Tingkat Erosi Pola Ruang Arahan 1. Pemukiman Berat Hutan Produksi Terbatas Pemukiman Sangat Berat Hutan Lindung Pemukiman Komoditi Padi Ladang, Jagung, dan Sapi Pemukiman Komoditi Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung dan Sapi Pemukiman 2. Pertanian Lahan Kering Sangat Berat Komoditi Padi Ladang, Jagung dan Sapi Pertanian Budidaya Komoditi Padi Sawah, Padi Pertanian Budidaya
Ladang, Jagung dan Sapi 3. Pertanian Lahan Kering Campur Semak Berat Hutan Lindung Reboisasi/Hutan Hutan Produksi Terbatas Reboisasi/Hutan Sangat Berat Hutan Lindung Reboisasi/Hutan Hutan Produksi Terbatas Reboisasi/Hutan Komoditi Padi Ladang, Jagung dan Sapi Pertanian Budidaya Komoditi Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung dan Sapi Pertanian Budidaya 4. Tanah Terbuka Sangat Berat Hutan Produksi Terbatas Hutan/Reboisasi
## 4. KESIMPULAN
Erosi yang terjadi di DAS Lawo dengan metode USLE adalah 12,59 ton/ha/tahun. Erosi di DAS Lawo umumnya disebabkan oleh erosivitas dan faktor kelerengan yang masuk dalam kategori curam serta kurangnya pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi. Perlu dilakukan pengelolaan yang lebih baik untuk menekan laju erosi yang sangat besar menjadi lebih kecil.
Rencana pemulihan DAS Lawo dalam bentuk arahan pola penggunaan lahan guna menekan laju erosi yaitu pertaninan lahan kering berupa pola agroforestry, sedangkan untuk pemukiman berupa sumur resapan, pengkayaan tanaman untuk penggunaan lahan hutan tanaman, penyempurnaan teras bangku pada penggunaan lahan sawah dan penggunaan terasering (teras gulud, teras bangku, teras datar, teras kredit, dan teras kebun) yang sesuai berdasarkan keadaan lapangan, serta penghutanan kembali dan penanaman penutup tanah untuk penggunan lahan semak belukar.
## DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. IPB Press. Bogor
Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press.
## Yogyakarta Reque
Budiwati.2014. Tanaman Penutup Tanah Untuk Mencegah Eosi. Staf Pengajar FMIPA UNY. Yogyakarta
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2011. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta
Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosila No.P.2/V-Set/2015. Petunjuk Teknis Pemanfaatan Model Hidrologi Dalam Pengelolaan DAS. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta
Pertiwi N, Sapei A, Januar MJP, Astika I W. 201 1. “Pembangunan konsep Ekohidrolik Sebagai Upaya Pengendalian bencana Wilayah Pemukiman pada Sungai Lawo kabupaten Soppeng”.
Jurnal Forum Bangunan. Vol. 9. No.1. januari 2011.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Edisi Kedua. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Taslim, R. K., M. Mandala dan Indarto. Pengaruh Luas Erosi: Studi Pada Beberapa DAS di Wilayah Tapal Kuda Jawa Timur. Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Vol 3 No.2 Oktober 201 : 141 - 158
|
f901bf98-ae10-4168-b533-f44d7f876aeb | https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/article/download/3555/2611 | JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
## Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis PBL
Nina Faoziyah 1 , Gilang Rusadi Akhmad 2 , Doni Setiawan 3
1,2,3 Politeknik Muhmmadiyah Tegal, Jl. Melati No. 27 Tegal 52125, Jawa Tengah, Indonesiaama Email : [email protected]
## Abstrak
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi trigonometri masih menjadi suatu masalah yang harus diperhatikan. Guru sebagai pengajar hendaklah menggunakan beraneka macam model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X-Multimedia 2 SMK Muhammadiyah Kota Tegal melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi trigonometri. Dalam Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-Multimedia 2 SMK Muhammadiyah Kota Tegal tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data meliputi tes kemampuan pemecahan masalah dan observasi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat. Pada siklus kesatu, terdapat 12 siswa yang berhasil mencapai KKM (37,5%), pada siklus kedua jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 25 siswa (78%). Berdasarkan hasil pencapaian siswa yang mencapai KKM pada siklus kesatu dan kedua, maka kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat sebesar 40,5% dari siklus satu ke siklus dua.
Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Problem Based Learning (PBL), Trigonometri.
## Abstract
Students' mathematical problem-solving ability in trigonometry is still a problem that must be considered. Teachers as teachers should use a variety of learning models that can improve students' mathematical problem-solving abilities. This study aims to improve students' mathematical problem-solving ability in class X-Multimedia 2 SMK Muhammadiyah Tegal City through the Problem Based Learning (PBL) learning model on trigonometry material. This research uses classroom action research (CAR), which consists of two cycles and two meetings. The subjects of this study were students of class X-Multimedia 2 SMK Muhammadiyah Tegal City for the 2019/2020 academic year, totalling 32 people. Data collection techniques include problem-solving ability tests and observation. The data that has been obtained is then analyzed using descriptive analysis. From the research, it was found that the students' mathematical problem-solving ability increased. In the first cycle, 12 students reached the KKM (37.5%). In the second cycle, the number of students who achieved the KKM increased to 25 (78%). Based on the achievement of students who reached the KKM in the first and second cycles, the students' mathematical problem-solving ability increased by 40.5% from cycle one to cycle two.
Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Problem Based Learning (PBL), Trigonometry.
## PENDAHULUAN
Aspek terpenting pada pengembangan suatu Negara adalah pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013 merupakan upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia, mengingat persaingan di abad 21 yang menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam sains, teknologi, desain teknik dan matematika sehingga diharapkan pendidikan dapat mengintegrasikan empat disiplin ilmu (Utami et al., 2018).
Hasil penelitian
Program for International Students Assesments (PISA) tahun 2015 (OECD, 2015) menunjukkan
bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia berada pada peringkat ke 63 dari 71 negara dengan skor yang diperoleh adalah 386. Selanjutnya, hasil penelitian Trends in International Mathematic and Science Study
(TIMSS) tahun 2015 (Science, 2015)
menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 44 dari 49 negara dengan perolehan skor adalah 397. Sehingga, dapat diketahui bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia berada dalam kategori rendah yang berdampak pula pada salah satu kemampuan matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah rendah.
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Berdasarkan wawancara tidak terstruktur dengan salah satu guru mata pelajaran matematika SMK Muhammadiyah Kota Tegal, memperoleh informasi bahwa mayoritas siswa masih mengalami kesusahan dalam belajar, terutama ketika menyelesaikan soal cerita. Hal ini dikarenakan siswa masih kesulitan dalam membaca dan memahami masalah yang diberikan. Selanjutnya, peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran matematika yang terjadi di kelas X-Multimedia 2. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan ada sebagian besar siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini disebabkan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, guru masih menggunakan
model pembelajaran konvesional atau model pembelajaran langsung yang seluruh kegiatan pembelajaran masih terpusat kepada guru sehingga siswa menjadi lebih pasif.
Trigonometri merupakan materi yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehingga guru dalam proses pembelajarannya bisa memakai beraneka macam model pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada siswa agar dapat mencari sendiri jawaban sesuai pengalaman yang mereka alami. Salah satu model pembelajaran yang bisa dipakai adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (Shofiyah & Wulandari, 2018) menjelaskan model PBL sering digunakan dalam penelitian pada mata pelajaran sains, (Assegaff & Sontani, 2016) menjelaskan model PBL juga sering digunakan dalam penelitian sosial, dan (Maryati, 2018) menjelaskan bahwa masih sedikit penelitian menggunakan model PBL pada mata pelajaran matematika. Sebenarnya, materi pada pelajaran matematika banyak yang bisa diawali dengan pemberian masalah, contohnya materi trigonometri.
(Laamena et al., 2021) menjelaskan model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu masalah yang menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. PBL merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan
memberikan suatu masalah kepada siswa dimana masalah yang diberikan merupakan pengalaman sehari-hari atau pernah dialami siswa. Kemudian siswa menyelesaikan masalah yang diberikan supaya mendapatkan pengetahuan yang baru. Pada proses pembelajaran guru melibatkan siswa untuk lebih aktif dan dapat memperluas wawasan guru mengenai strategi yang digunakan dalam pembelajaran agar proses pembelajaran tidak membosankan dan siswa tidak pasif, sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat.
Salah satu Model pembelajaran yang dipercayai dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran PBL. Hal tersebut sesuai dengan sintaks model PBL yang diadaptasi menurut Arends (Ratumanan & Matitaputty, 2017). Awal penerapan pada proses pembelajaran model PBL, siswa diarahkan dengan suatu masalah yang dapat mengasah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, kreatif serta dapat memecahkan suatu masalah. Selanjutnya, siswa diorganisasikan untuk belajar. Pada tahap ini, diberikan baik secara individu maupun dalam kelompok supaya siswa dilatih untuk bertanya dalam memahami serta menalar tentang masalah yang diberikan. Guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan dan menyajikannya untuk dianalisa serta dievaluasi ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Dengan penerapan pembelajaran menggunakan model PBL, siswa lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran serta siswa lebih dapat memahami isi pelajaran. Hal tersebut juga bermanfaat bagi siswa terlebih dalam mencapaian hasil belajar. Hasil penelitian (Laamena et al., 2021) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran yang mengunakan model pembelajaran langsung karena model PBL dapat menjadikan siswa lebih aktif serta mampu untuk memecahkan masalah matematika.
Hubungan pengunaan model PBL dengan materi trigonometri adalah kemampuan
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
pemecahan masalah matematis siswa meningkat pada materi trigonometri. Hal tersebut terlihat pada langkah awal penerapan model PBL yaitu orientasi masalah terhadap siswa ketika siswa dihadapkan dengan masalah berupa soal cerita yang bisa melatih kemampuan siswa untuk membaca serta memahami masalah dan menentukan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut yang menjadikan alasan peneliti untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X SMK Muhammadiyah Kota Tegal pada materi trigonometri menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
## METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Bentuk siklus keempat tahapan ini seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto et al., 2006)
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-Multimedia 2 SMK Muhammadiyah Kota Tegal tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus dilakukan sebanyak dua pertemuan.
Teknik penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: (1) Tes diberikan setiap diakhir siklus. Kemudian hasil tes dianalisis dengan tujuan untuk mengukur keberhasilan penelitian yang disesuaikan pada indikator yang telah ditentukan; (2) Observasi dilaksanakan pada sumber yang diteliti yaitu siswa kelas X-Multimedia 2 dan guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas
tersebut. Observasi dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat sesuai sintaks PBL.
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data hasil belajar siswa dianalisa dengan data kuantitatif dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa (Purwanto, 2009) adalah sebagai berikut
Hasil belajar = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100
Selanjutnya, hasil belajar siswa diklasifikasikan menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMK Muhammadiyah Kota Tegal, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Keterangan ≥70 <70 Tuntas Tidak Tuntas Pada penelitian ini, suatu pembelajaran dikatakan tuntas apabila secara individu maupun klasikal menyatakan bahwa (1) seorang siswa dinyatakan tuntas apabila siswa tersebut sudah mencapai KKM yaitu ≥ 70; (2) suatu kelas dinyatakan tuntas apabila pada kelas tersebut terdapat 65% dari jumlah siswa mencapai KKM yaitu ≥ 70. Secara klasikal, dalam perhitungan presentasi ketuntasan siswa terhadap materi pelajaran digunakan rumus.
Persentase Ketuntasan Klasikal = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
Kemudian, dalam menganalisa aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan analisa data kualitatif. Data kualitatif dianalisis menggunakan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubbermen (Sugiyono, 2011). Sehingga dalam penelitian ini analisis data dengan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data bertujuan untuk memfokuskan, menajamkan, dan mengambil yang hanya diperlukan dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan – kesimpulan dapat
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
ditarik dan diverifikasi. Setelah data direduksi maka akan disajikan lebih sederhana serta penarikan kesimpulan dalam bentuk naratif.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus dimana tiap siklus sebanyak dua pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan sintaks PBL yang diawali dengan memberikan suatu masalah dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan materi trigonometri. Siswa diminta untuk mencari solusi dengan cara mereka sendiri, dan guru memvalidasi hasil dari pekerjaan siswa dengan diberikan bimbingan selama diskusi di kelas. Siswa dibimbing supaya dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep trigonometri. Dengan menggunakan konsep trigonometri, siswa sendirilah yang akan menguji hasil yang telah diperoleh.
Pemberian tes kemampuan pemecahan masalah pada siswa setelah proses pembelajaran pada pertemuan kedua. Hasil tes akhir pada siklus satu seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tes Akhir Siklus Satu
KKM Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan ≥70 <70 12 20 37,5%% 62,5% Tuntas Tidak Tuntas
Berdasarkan Tabel 2, persentase siswa yang tidak tuntas adalah 62,5% hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa masih belum menguasai materi trigonometri. Apabila dibandingkan sesuai dengan syarat ketuntasan belajar klasikal (lebih dari 65 % siswa tuntas) berarti dapat disimpulkan bahwa siklus kesatu masih belum berhasil, maka harus dilanjutkan pada siklus kedua.
Sebelum dilanjutkannya siklus kedua, guru beserta observer melakukan refleksi terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus kesatu sesuai hasil observasi. Kekurangan- kekurangan yang berasal baik dari guru ataupun siswa harus diminimalkan atau dihilangkan pada siklus kedua. Kekurangan- kekurangan tersebut diantaranya adalah (1) siswa masih belum terbiasa menggunakan model PBL sehingga siswa mengalami kesulitan ketika siswa diminta untuk
menemukan penyelesaian dengan cara sendiri ketika guru memberikan suatu masalah; (2) Apersepsi yang diberikan oleh guru belum sesuai dengan model PBL; (3) bimbingan guru belum bisa menolong siswa menemukan konsep trigonometri; (4) masih ada siswa yang belum serius ketika pembelajaran berlangsung dan tidak diperhatikan oleh guru.
Siklus kedua dilaksnakan seperti siklus kesatu yang sesuai dengan sintaks PBL dengan memperhatikan kekurangan- kekurangan pada siklus kesatu. Hasil tes akhir pada siklus dua seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Tes Akhir Siklus Dua
KKM Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan ≥70 <70 25 7 78% 22% Tuntas Tidak Tuntas
Berdasarkan Tabel 3, terlihat diakhir siklus kedua menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat secara signifikan. Persentase siswa yang mencapai tuntas adalah 78%, sehingga kalau dibandingkan dengan syarat ketuntasan belajar klasikal (lebih dari 65 % siswa tuntas) berarti dapat disimpulkan bahwa siklus kedua berhasil sehingga tidak dilanjutkan pada siklus ketiga. Sedangkan, bagi siswa yang tidak tuntas, diberi tugas pengayaan dan guru memberikan bimbingan terbatas agar dapat memahami materi yang diberikan. Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis pada siklus satu dan dua disajikan dalam diagram garis seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Gambar 2 menerangkan bahwa dari siklus satu ke siklus dua jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan, sebaliknya jumlah siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan dari siklus satu ke siklus dua. Hal ini
0 10 20 30 Siklus 1 Siklus 2 Tuntas Tidak Tuntas
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Artinya, hipotesis tindakan telah diterima yaitu, pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X Muhammadiyah Kota Tegal pada materi Trigonometri.
## Pembahasan
Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari siklus satu ke siklus dua terjadi karena kekurangan- kekurangan pada siklus satu telah diperbaiki. Kekurangan yang menyebabkan ketidaktuntasan pada siklus satu berkaitan dengan apersepsi. Apersepsi perlu dilakukan guru sebelum memulai suatu materi yang baru. Pada awal pembelajaran guru diharapkan dapat menghubungkan materi pelajaran sebelumnya yang dikuasai siswa melalui proses tanya jawab. Ini berarti bahwa pemberian apersepsi dalam proses pembelajaran sangat penting. (Nasution, 2015) menerangkan bahwa apersepsi merupakan suatu proses untuk mendapatkan hubungan-hubungan antara tanggapan- tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Artinya bahwa, dengan diberikannya apersepsi, siswa bisa memahami materi baru yang diberikan melalui pemahaman materi yang telah dimiliki sebelumnya.
Kekurangan lain dalam proses pembelajaran pada siklus satu adalah guru masih belum menguasai dan mengelola kelas dengan baik, sehingga masih ada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik dan masih terdapat siswa yang pasif selama diskusi kelompok berlangsung. Pasifnya siswa selama proses pembelajaran disebabkan kurangnya interaksi dengan anggota kelompok yang lain. Dari masalah yang disebutkan di atas menjadi penyebab tidak berjalannya proses pembelajaran dengan baik. Hal tersebut yang menjadikan penyebab perolehan hasil belajar siswa pada tes akhir di siklus satu. Siswa mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan soal tes akhir siklus satu, yang mengakibatkan perolehan hasil belajar
belum mencapai KKM. Sementara itu dalam model pembelajaran PBL mempunyai salah satu ciri dimana guru diharapkan dapat memvotivasi serta memberikan bimbingan dalam penyelesaian suatu masalah kepada siswa baik secara individu ataupun kelompok (Laamena et al., 2021), (Nafiah & Suryanto, 2014) & (Shofiyah & Wulandari, 2018).
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat pada siklus dua, maka kesimpulannya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang sudah dilaksanakan oleh guru pada saat pembelajaran di kelas sudah dilaksanakan dengan baik serta dalam pelaksanaan tindakannya juga telah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut disebabkan guru sudah bisa menangani kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran sebelumnya dan dapat melaksanakan suatu tindakan perbaikan yang sudah direncanakan. Tidak hanya apersepsi yang diberikan, guru juga sudah baik dalam pengelolaan kelas dan mengontrol siswa serta guru sudah bisa mengarahkan kepada semua siswa untuk dapat membuat sebuah kesimpulan yang berhubungan dengan materi yang sudah dipelajari di akhir pembelajaran.
Pada siklus kedua, guru memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada saat proses diskusi dan kerja sama kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah yang telah diberikan oleh guru. Pada setiap kelompok, guru membagikan LKS dan tiap-tiap siswa bersama-sama melakukan diskusi dan menyelesaikan LKS tersebut. Dari siklus satu ke siklus dua, kemampuan siswa pada saat proses diskusi dalam kelompok mengalami peningkatan dalam berinteraksi dan bertukar pendapat. Hal tersebut terlihat pada lembar hasil observasi aktivitas siswa dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok juga mempelajari bahan ajar yang telah dibagikan oleh guru, serta siswa yang sudah lebih dulu memahami materi tersebut mengajari teman sebayanya kepada siswa yang lain dalam kelompok.
Penyebab meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa karena
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL yang dilaksanakan dengan baik pada siklus satu serta melakukan perbaikan pada siklus dua. Dalam Proses pembelajaran yang mengguakan model pembelajaran PBL, ketika pikiran siswa dipaksa untuk berpikir kreatif dan kritis pada saat mereka diberikan suatu masalah dan mereka diminta untuk menemukan suatu penyelesaian dengan cara mereka sendiri. Sesuai hasil penelitian (Nafiah & Suryanto, 2014) mengatakan hal yang sama yaitu melalui penerapan model PBL dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Selanjutnya, dalam model PBL siswa juga dilatih dalam berfikir nalar untuk memahami suatu masalah yang telah diberikan serta memikirkan bagaimana penyelesaiannya. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian (Shofiyah & Wulandari, 2018) yang mengatakan
bahwa bahwa
scientific reasoning siswa dapat dilatih dengan model PBL.
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah model pembelajaran PBL. Hal tersebut dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan sintaks model PBL yaitu orientasi siswa pada masalah yang dapat melatih kemampuan siswa dalam membaca dan memahami suatu masalah serta dapat menyelesaikan pemecahan masalah. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat (Ratumanan & Matitaputty, 2017) yang mengatakan bahwa PBL
bermanfaat untuk meningkatkan objek tak langsung matematika seperti: Kemampuan Berpikir; Kemampuan Menyelidiki; Kemampuan Pemecahan Masalah; dan Kemandirian Belajar. Pada penelitian (Laamena et al., 2021) juga menjelaskan bahwa dengan model PBL, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri karena model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menjadikan siswa
lebih aktif serta pembelajaran yang terjadi menjadi lebih bermakna akibatnya siswa mendapatkan perolehan hasil belajar yang baik.
## KESIMPULAN
Hasil dari PTK yang telah dilaksanakan, diperoleh bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X SMK Muhammadiyah Kota Tegal pada materi Trigonometri. Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang menunjukan bahwa terjadi kenaikan jumlah siswa yang dapat menyelesaikan soal indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Kemudian diperoleh bahwa siswa yang telah berhasil mencapai KKM sudah mencapai target penelitian pada hasil evaluasi kemampuan pemecahan masalah matematis di siklus kedua.
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhadjono, & Supardi. (2006).
Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta:
Bina Aksara.
Assegaff, A., & Sontani, U. T. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analitis Melalui Model Problem Based Learning (Pbl). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran , 1 (1), 38. https://doi.org/10.17509/jpm.v1i1.3263 Laamena, C. M., Mataheru, W., & Hukom, F. F. (2021). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Smp Menggunakan
Model Problem Based Learning (Pbl) Berbantuan Aplikasi Swishmax Dan Model Pembelajaran Konvensional
Pada Materi Prisma Dan Limas. BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika Dan Terapan , 15 (1), 029–036.
https://doi.org/10.30598/barekengvol15i ss1pp029-036
Maryati, I. (2018). P Enerapan M Odel P
Embelajaran B Erbasis M Asalah Pada. Jurnal Mosharafa , 7 (1), 63–74.
Nafiah, Y. N., & Suryanto, W. (2014). Penerapan Model Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index Terakreditasi Sinta 6 ( No. SK: 164/E/KPT/2021 )
Vol. 7. No. 2 Juni 2022 p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Keterampilan Berpikir Kritis Dan the Application of the Problem-Based Learning Model To Improve the Students Critical Thinking. Jurnal Pendidikan Vokasi , 4 (1), 125–143. Nasution, S. (2015). Didaktik Asas-asas Mengajar (6th ed.) . Jakarta: Bumi Aksara.
OECD. (2015). PISA 2015 Results in Focus .
Paris: OECD.
Purwanto, N. (2009). Evaluasi Hasil Belajar . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratumanan, T. G., & Matitaputty, C. (2017).
Belajar dan Pembelajaran Matematika . Bandung: Alfabeta. Science, I. of E. (2015).
TIMSS 2015 Assessment Framework . Boston:
TIMSS & PIRLS International Study
Center, Lynch School of Education.
Shofiyah, N., & Wulandari, F. E. (2018).
Model Problem Based Learning (Pbl) Dalam Melatih Scientific Reasoning
Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan
IPA , 3 (1), 33. https://doi.org/10.26740/jppipa.v3n1.p3 3-38 Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan . Bandung: Alfabeta. Utami, T. N., Jatmiko, A., & Suherman, S. (2018). Pengembangan Modul Matematika dengan Pendekatan Science, Technology, Engineering, And Mathematics (STEM) pada Materi Segiempat. Desimal: Jurnal Matematika , 1 (2), 165.
https://doi.org/10.24042/djm.v1i2.2388
|
406086b3-5377-4be2-a374-545c932ad2a7 | https://journal.ittelkom-pwt.ac.id/index.php/inista/article/download/124/63 | OPEN ACCESS J. O F INISTA, V OL . 2, N O . 2, PP .054-060, M AY 2020 ISSN : 2622-8106 (ONLINE)
DOI: 10.20895/INISTA.V2I2
Journal of Informatics, Information System, Software Engineering and Applications
Desain Digital Right Management (DRM)
## Untuk Perangkat Lunak Berbasis Desktop Menggunakan Teknik Mutual Authentication
Yoso Adi Setyoko
Fakultas Informatika, Institut Teknologi Telkom Purwokerto Jalan D.I. Pandjaitan No. 128 Purwokerto
[email protected],
Accepted on 19-05-2020
## Abstrak
Software yang tergolong sebagai aplikasi desktop cukup rentan dari bentuk pembajakan. Pembajakan perangkat lunak di Indonesia untuk Microsoft Office terdapat 177480 salinan perangkat lunak. Selain itu Indonesia saat ini masih menduduki peringkat kedua pembajakan software di Asia Pasifik dengan skor 83 persen. Pembajakan terhadap software sangat mudah yaitu dengan cara menduplikat software tersebut. Untuk menanggulangi permasalahan duplikasi aplikasi tersbut maka dibutuhkan mekanisme perlindungan data yang disebut sebagai Digital Right Management (DRM). Beberapa pihak pembuat software telah menerapkan teknik-teknik DRM contohnya dengan menggunakan Public Key Infrasturktur (PKI), kemudian dengan teknik penggunaan kode lisensi, serta Attribute Based Access Control (ABAC).Sedangkan penelitian kami saat ini melakukan pendekatan lain dalam pembuatan DRM yaitu menggunakan teknik rekayasa protokol jaringan yang disebut dengan proses Mutual Authenticataion atau autentikasi dua arah. Pada tahun 2004 Philips menerbitkan sebuah dokumen dan protokol yang digunakan untuk komunikasi smart card dan reader -nya. Protokol yang dibuat oleh Philips di dalamnya menggunakan teknik Mutual Authentication . Mutual Authentication merupkan langkah untuk melakukan autentikasi dua belah pihak proses inisialisasi komunikasi. Pada penelitian ini penulis mengadopsi protokol tersebut untuk diterapkan sebagai DRM. Hasil penelitian kami dapat membuktikan secara sistematis bahwa protokol hasil adopsi dan modifikasi tersebut mampu mengamankan komunikasi yang dilakukan antara client (software) dan server menggunakan analisis ancaman dan upaya pengamanan protokol. Celah yang dapat ditanggulangi melalui protokol ini adalah celah kebocoran kunci, celah kebocoran autentikasi, dan celah kebocoran pertukaran data.
Keywords: DRM, key diversification, mutual authentication, secure channel , protokol, Philips Semiconductor.
## I. PENDAHULUAN
S aat ini perangkat lunak yang berbasis desktop yang di- install langsung di komputer masih digunakan oleh beberapa badan usaha. Salah satu keunggulan perangkat lunak desktop adalah tidak memerlukan koneksi internet. Perangkat lunak berbasis desktop saat ini umumnya menggunakan verifikasi serial number yang dilakukan sekali menggunakan koneksi internet. Contoh aplikasi-aplikasi tersebut adalah Microsoft Office, AutoCad, Photoshop, Corel Draw yang saat ini masih sangat banyak digunakan oleh personal maupun badan usaha. Namun, keberadaanya saat ini luput terhadap perlindungan data. Banyak perangkat lunak yang dibajak berhasil dibajak oleh pengguna aplikasi itu sendiri. Menurut informasi yang diperoleh dari kabar24.bisnis.com menyatakan bahwa di Indonesia pada tahun 2006 terdapat 177480 salinan perangkat lunak Microsoft Office.
Kemudian di tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat kedua pembajakan software di Asia Pasifik sebesar 83 persen [8]. Oleh karena itu, suatu perangkat lunak membutuhkan perlindungan terhadap pembajakan. Perlindungan terhadap pembajakan tersebut dinamakan dengan Digital Right Management (DRM). Menurut penelitian [3] DRM dibagi menjadi 4 pilar yaitu encryption, conditional access, copy policy, identification and tracking . Pilar encryption mencakup teknik mengenkripsi konten digital, conditional access adalah pembuatan kontrol akses ke perangkat lunak, copy policy mencakup pengaturan terhadap pengubahan dan duplikasi data, sedangkan identification and tracking mencakup kontrol penyebaran penggunaan data digital. Beberapa penelitian terkait mengenai DRM adalah pemakaian Public Key Infrastructure (PKI) untuk mekanisme autentikasi pengguna dengan pemilik perangkat lunak [1]. Penelitian ini melakukan perlindungan terhadap perangkat lunak secara online . Yang dilakukan oleh penelitian [1] adalah autentikasi antara perangkat lunak dengan server PKI secara online. Kemudian untuk penelitian kedua juga merancang teknik autentikasi antara perangkat lunak yang dilakukan secara online . Penelitian kedua melakukan dua kali proses autentikasi online yaitu antara client dengan server autentikasi serta antara client dengan server lisensi pada channel televisi [2]. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian [3] melakukan proses DRM dengan memanfaatkan access control yaitu dengan teknik Attribute Based Access Control (ABAC). ABAC adalah bagian dari teknik DRM yang melakukan identifikasi pengguna perangkat lunak menggunakan atribut yang dimiliki oleh pengguna maupun atribut yang dimiliki oleh perangkat lunak, contoh : username, password, ip address , mac- address . Sedangkan menurut Zhaofeng DRM dapat ditinjau dari aspek model, teknologi dan aplikasi [10]. Tiga penelitian pertama peneletian di atas di dalamnya terdapat bagian utama dari DRM yaitu teknik autentikasi. Teknik autentikasi ini yang digunakan untuk melindungi perangkat lunak. Selanjutnya ada juga penelitian yang melakukan pengembangan DRM dengan metode Content Decryption Module (CDM)[9]. CDM Oleh karena itu teknik autentikasi ini menjadi bagian yang dikembangkan pada penelitan kami.
Salah satu teknik autentikasi yang dapat kami jadikan rujukan adalah teknik mutual authentication yang dibuat oleh Philips Semiconductor [4]. Mutual authentication adalah teknik autentikasi yang dilakukan oleh client dan server dimana keduanya saling memberikan challenge dan response . Teknik mutual authentication yang dilakukan oleh Philips semiconductor termasuk algoritma yang ringan. Philips semiconductor sebelumnya menggunakan algoritma mutual authentication antara perangkat smart card dan alat pembaca smart card . Namun, menurut kami teknik autentikasi yang digunakan oleh Philips Semiconductor ini dapat diadopsi sebagai alat autentikasi pada DRM perangkat lunak.
Penelitian kami adalah pembuatan DRM perangkat lunak dengan teknik access control dan teknik autentikasi. Fungsionalitas pertama yang dimiliki oleh DRM yang kami buat adalah mutual authentication antar perangkat lunak dengan server. Fungsionalitas kedua adalah enkripsi pesan yang dikirimkan antara perangkat lunak dan server .
## II. TINJAUAN PUSTAKA
Digital Right Management (DRM) merupakan upaya perlindungan perangkat lunak dari sebuah pembajakan. Menurut penelitian [3] DRM dibagi menjadi 4 pilar yaitu:
a. Encryption adalah teknik mengenkripsi konten digital,
b. Conditional access adalah pembuatan kontrol akses ke perangkat lunak,
c. Copy policy mencakup pengaturan terhadap pengubahan dan duplikasi data,
d. Identification and tracking mencakup kontrol penyebaran penggunaan data digital.
Beberapa penelitian yang kami jadikan rujukan salah satunya adalah yang ditulis oleh Tian [1]. Tian membuat DRM dengan memanfaatkan algoritma kunci publik. Algoritma kunci publik dimanfaatkan untuk melakukan proses autentikasi. Tian membuat DRM untuk melindungi akses siaran Televisi. Tian mengenkripsi konten siaran televisi. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Haytham [2]. Haytham juga membuat DRM untuk melindungi konten siaran televisi. Haytham melakukan dua proses autentikasi yaitu autentikasi untuk pemilihan chanel televisi dan autentikasi untuk mendapatkan konten televise. Kemudian penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Ubaidillah. Ubaidillah membuat
DRM dengan teknik Attribute Based Access Control (ABAC). Ubaidillah menggunakan banyak atribut yang dimiliki oleh komputer maupun user perangkat lunak sebagai parameter perangkat lunak.
Tiga penelitian di atas menunjukkan bahwa DRM adalah hal yang sangat penting untuk melindungi akses maupun data yang melekat pada perangkat lunak. Dapat diambil kesimpulan bahwa tiga penelitian sebelumnya menggunakan teknik autentikasi dalam DRM. Dapat disimpulkan kembali teknik autentikasi merupakan bagian yang cukup banyak digunakan pada DRM.
Dengan melihat pentingnya teknik autentikasi pada DRM maka penulis mengambil teknik autentikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Yoso [5]. Yoso menerapkan teknik autentikasi yang dibuat oleh Philips Semiconductor. Teknik autentikasi yang dilakukan oleh Philips masih digunakan hingga saat ini yaitu pada smart card . Contoh smart card buatan Philips di Indonesia adalah E-KTP, kartu BPJS Kesehatan, kartu SIM mobil dan motor. Kartu-kartu di atas menggunakan algoritma muthual authentication buatan Philips pula. Beberapa kelebihan teknik autentikasi yang dibuat oleh Philips yaitu sederhana namun mampu melakukan mutual authentication [4]. Keunggulan teknik mutual authentication yang dilakukan oleh Philips tidak membutuhkan algoritma kunci publik. Karena tidak menggunakan algoritma kunci publik maka komputasi yang dilakukan jauh lebih ringan. Yoso pernah memanfaatkan teknik mutual authentication tersebut pada teknologi smart card [5]. Perangkat smart card yang ada di Indonesia saat ini kebanyakan menggunakan protokol komunikasi buatan Philips Semiconductor . Oleh karena algoritma mutual authentication yang dibuat oleh Philips memenuhi aspek keamanan autentikasi sekaligus ringan maka algoritma ini akan diadopsi pada DRM. Bab berikutnya akan membahas algoritma mutal authentication yang dibuat oleh Philips.
## 1) Philips Mutual Authentication
Berikut merupakan algoritma mutual authentication yang dibuat oleh Philips yang diimplementasikan pada smart card saat ini. Bahkan smart card yang digunakan di Indonesia sebagian besar menggunakan smart card buatan NXP dengan protokol buatan Philips Semiconductor.
Gambar 1. Algoritma Mutual Authentication oleh Philips Semiconductor.[4]
Sequence Diagam di atas adalah proses mutual authentication yang dibuat oleh Philips Semiconductor. Mutual Authentication ini sebelumnya diimplementasikan pada smart card buatan NXP Semiconductor.
Berdasarkan sequence diagram di atas Philips memiliki 2 tahap komunikasi yaitu key diversification dan mutual authentication . Protokol ini diterapkan pada smart card dan reader -nya.
## 2) Tiny Encryption Algorithm (TEA)
Tiny Encription Algoritma (TEA) merupakan algoritma enkripsi kunci simetris [6]. Algoritma ini merupakan algoritma yang sangat ringan jika dibandingkan dengan algoritma lain seperti AES, DES. Oleh karena algoritma ini sangat ringan maka kami memilihnya untu diimplementasikan pada protokol yang kami buat. Berbeda dengan penerapan protokol yang dilakukan ole Philips yang mana menggunakan algoritma DES.
## II. M ETODE P ENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas bagaimana penelitian ini akan mengacu pada sebuah metodologi. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada desain metodologi ilmiah untuk riset sistem informasi yang mencakup enam aktivitas riset. Metodologi ilmiah tersebut dikenal dengan nama Design Science Research Methodology (DSRM) untuk riset sistem informasi [7]. DSRM terbagi menjadi tiga tahap yaitu problem identification, solution detail, dan evaluation . Dari tiga tahap tersebut kami sisipkan beberapa tahap agar metodologi yang digunakan lebir terperinci. Metodologi yang sudah sering dipakai untuk penelitian- penelitian sejenis. DSRM untuk sistem informasi memiliki empat kemungkinan entri poin atau inisiasi aktivitas riset, yaitu orientasi masalah, orientasi solusi atau tujuan, orientasi desain dan pengembangan, serta orientasi pengguna atau konteks. Penelitian ini menggunakan entri poin yang diinisiasi oleh orientasi desain dan pengembangan.
Gambar 2. Metodologi Penelitian Design Science Research Methodology
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan analisis masalah yang terjadi pada Digital Right Management (DRM). Masalah- masalah tersebut mencakup melihat karakteristik DRM beserta pilar-pilar yang ada pada DRM.
2. Penentuan Tujuan Penelitian
Pada tahap ini penulis menentukan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah membangun sistem DRM untuk perangkat lunak agar terlindung dari pembajakan.
3. Perancangan dan Pengembangan
Pada tahap ini penulis melakukan perancangan sistem DRM. DRM dibangun melekat langsung pada setiap perangkat lunak yang dibangun. DRM yang dibangun mengadopsi dan memodifikasi teknik mutual authentication milik Philips Semiconductor.
4. Demonstrasi dan Evaluasi
Pada tahap ini penulis melakukan uji coba DRM yang telah dibangun. Penelitian akan dievaluasi. Hasil evaluasi DRM akan menjadi bahan penelitian selanjutnya.
5. Komunikasi
Pada tahap ini penulis melakukan publikasi penelitian. Melalui publikasi penelitian dapat menjadi bagian evaluasi.
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini akan mengadopsi protokol di atas untuk dipasang pada server dan client desktop apps . Berikut rancangan protokol antara server dan client untuk implementasi mutual authentication . Protokol komunikasi di atas akan diadopsi untuk diimplementasikan pada perangkat server dan client ( desktop application ). Berikut rancangan protokol dalam hasil adopsi.
Gambar 3 Modifikasi Protokol Mutual Authentication Philips
Dari sequence diagram yang tertera di atas dapat dieketahui bahwa fitur dan aspek keamanan terbagi dalam tiga tahap yaitu key diversification, mutual authentication, dan secure channel / secure data . Penjelasan tiga fase protokol komunikasi di atas adalah sebagai berikut.
## 1) Key Diversification
Key Diversification merupakan sebuah proses menentukan kunci privat. Dalam scenario komunikasi di sini kunci privat dibuat oleh dua server dan client . Sehingga dengan proses ini maka kedua belah pihak akan memiliki kunci privat. Pada protokol yang ada pada Philips sebelumnya kunci privat ini akan dibangkitkan menggunakan parameter UID. Perancangan protokol saat ini akan menggunakan mac address sebagai pengganti UID. Mac address digunakan sebagai bahan proses key diversification . Mac address akan diambil dan diacak sedemikian rupa sehingga akan membentuk kunci baru. Selain menggunakan mac address kedua belah pihak juga menggunakan secret stored key untuk membangkitakan private key . Attacker tidak akan kecil kemungkinan untuk menemukan kunci dikarenakan attacker tidak mengetahui fungsi key diversification - nya. Perlu diketahui bahwa proses key diversification tidak melakukan pertukaran kunci. Ukuran kunci yang digunakan sebesar 128 bit. Berikut proses key diversification pada system yang kami buat. Dengan bahan ini maka setiap device yang menggunakan protokol ini akan memiliki kunci yang berbeda.
2) Mutual Authentication
Mutual authentication adalah proses autentikasi dua arah. Untuk perancangan protokol yang dibuat saat ini mutual authentication akan dilakukan oleh client dan server. Client autentikasi ke server begitu juga sebaliknya server melakukan autentiasi juga ke client . Dengan adanya fungsi ini maka client dan server tidak akan dapat melakukan transaksi dengan sembarang device . Setelah key diversification selesai maka proses selanjutnya adalah mutual authentication. Client dan server masing-masing saling memberikan challenge dan response. Proses mutual autentikasi yang kami buat melibatkan fungsi enkripsi dan dekripsi. Algoritma yang digunakan adalah algoritma TEA.
3) Secure Channel
Setelah proses mutual authentication berhasil dilakukan maka proses selanjutnya adalah pembuatan saluran pertukaran data yang aman. Komunikasi yang aman dapat dibuat dengan memanfaatkan kunci privat yang dibuat pada tahap sebelumnya. Pada bagian ini client dan server sudah dapat bertukar data terenkripsi antara client dan server.
Selanjutnya pada bagian ini kami akan menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian kami adalah validasi skenario protokol. Perancangan komunikasi antara client dan server dibuat menggunakan pemrograman socket. Dengan pemrograman socket ini maka client dan server akan menggunakan nomor port tertentu untuk komunikasi. Algoritma yang digunakan pada penelitian ini adalah TEA.
## A. Analisis Ancaman dan Upaya Pengamanan
Dengan adanya tiga fase proses komunikasi maka berikut kami sajikan objektif keamanan yang disediakan oleh system. Kami menyajikan tabel analisis celah keamanan yang kemungkinan teradi pada sistem yang kami buat sebagai berikut.
Tabel 1. Daftar Celah dan Pengamanan Celah Keamanan Celah Kunci Bocor Celah User Akses Celah Pesan Bocor Penanggulangan Dapat ditanggulangi dengan fungsing key Dapat ditanggulangi dengan mutual authentication Dapat ditanggulangi dengan secure channel dalam pertukaran data.
diversification Pilar DRM Pilar Identification and Tracking Pilar Conditional Access Pilar Encryption
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada tiga celah keamanan yang mungkin terjadi antara client dan server yaitu celah kunci bocor, celah user akses, dan celah pesan bocor. Pada protokol yang kami buat tiga celah tersebut sudah kami tanggulangi. Protokol keamanan yang kami buat adalah hasil modifikasi dari protokol yang dibuat oleh Philips. Hal ini dapat diketahui dari sequence diagram yang kami buat. Begitu juga implemantasi yang kami lakukan tidak menggunakan smart card namun dimanfaatkan pada komunikasi client-server .
## V. K ESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perancangan protokol keamanan yang dibuat dapat dibutktikan secara matematis dan sistematis dapat melindungi komunikasi antara client dan server . Dari hasil analisis keamanan menunjukkan ada tiga potensi celah dan ancaman keamanan yaitu celah kebocoran kunci, celah kebocoran autentikasi, serta kebocoran pertukaran data. Penulis berhasil menyusun sedemikian rupa protokol sehingga dapat menanggulangi tiga celah keamanan tersebut. Tiga teknik penanggulangan tersebut adalah teknik key diversification, teknik mutual authentication , dan teknik secure channel . Ketiga fungi tahap protokol tersebut masuk ke dalam DRM untuk pilar identification and tracking , conditional access , dan encryption . Kelanjutan dari penelitian ini adalah pengujian availability dan dan performansi protokol.
## D AFTAR P USTAKA
[1] Sumit Goswami, Sudip Misra, and Mukesh Mukesh, “A replay attack resilient system for PKI based authentication in challenge- response mode for online application”, 3rd International Conference on Eco-friendly Computing and Communication Systems. IEEE, (2014).
[2] Haytham Al-Feel, “Semantic-Based Digital Rights Management System for TV Broadcasting”, IEEE. (2015).
[3] Ubaidillah, “Digital Rights Management with ABAC Implementation To Improve Enterprise Document Protection”, IEEE, (2014)
[4] Philips Semiconductor, mifare DESFire Contactless Multi-Application IC with DES and 3DES Security MF3 IC D40. Philips. (2004)
[5] Yoso Adi Setyoko, “ Security Protection Profile on Smart Card System Using ISO 15408 Case Study: Indonesia Health Insurance Agency ”, Sixth International Conference on ICT(ICoICT), IEEE, (2018).
[6] Derek Williams. “The Tiny Encryption Algorithm (TEA)”. Columbus State University. (2008)
[7] Philipp Offermann. Olga Levina. Marten Schönherr. Udo Bub. “Outline of a Design Science Research Process”. Conference Paper. ResearchGate. (2009)
[8] https://kabar24.bisnis.com/read/20200103/16/1186527/indonesia-dan-pembajakan-perangkat-lunak. Diakses pada 18 Mei 2020.
[9] Stefan Pham, Stefan Arbanowski, Stefan Kaiser. “An Open Source Open Decryption Module to improve DRM Integration with HTML5 platforms”. International Symposium on Multimedia. IEEE. 2015.
[10] Zhaofeng Ma. “Digital Rights Management: Model, Technology and Application”. China Communications (Volume: 14, Issue: 6, 2017). IEEE. 2017.
|
8357cde3-f7e4-4d90-8900-234e5cad0eab | https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/idarah/article/download/1779/1236 |
## ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENGELOLAAN DANA BUMDES BANTAL ASEMBAGUS SITUBONDO
Achmad dan Edi Mulyanto, Ahmadi
[email protected] , [email protected], [email protected]
## Universitas Ibrahimy
## ABSTRAK
Sistem Pengendalian Internal merupakan sebuah sistem yang perlu dikembangkan oleh setiap organisasi, agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Penerapan sistem pengendalian dengan menciptakan lingkungan pengendalian, melakukan aktifitas pengendalian, pengelolaan risiko, informasi dan komunikasi, serta pemantauan kegiatan secara berkesinambungan merupakan serangkaian aktifitas yang sangat berguna untuk menjaga dan meningkatkan aset usaha.
BUMDes Bantal Mandiri adalah badan usaha milik desa Bantal Asembagus Situbondo, yang mengembangkan usaha di bidang jasa, pengembangan obyek wisata, peternakan, pengelolaan sumber air, dan pertanian. Dalam menjalankan aktifitas operasional usaha, BUMDes Bantal telah memiliki struktur organisasi yang terdiri dari dewan pengawas, komisaris, direktur, ketua unit usaha, bendahara, dan beberapa karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilaksanakan di BUMDes Bantal, diperoleh kesimpulan bahwa BUMDes Bantal telah menerapkan sistem pengendalian internal sesuai konsep komponen COSO. Hal ini dibuktikan dari adanya pembagian tugas dan kewenangan yang jelas antar pengurus BUMDes, adanya otorisasi dari setiap aktifitas bisnis, serta dilakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik. Kelemahan yang masih dijumpai yaitu belum adanya dokumen standar operasional prosedur dalam penerimaan dan pengeluaran keuangan.
Keyword : Sistem Pengendalian Internal, Pengelolaan Dana, BUMDES
## PENDAHULUAN
Membangun Indonesia dengan memperkuat daerah dan desa adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mewujudkan pembangunan nasional dan tertuang pada NAWACITA ketiga tahun 2014-2019. Hal ini diperkuat
dengan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, yang secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan dengan fasilitas, supervisi dan pendampingan untuk mewujudkan dasa yang mandiri dan inovatif (Anom surya putra, 2015). Sehingga kementerian desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi memiliki amanah mendampingi desa dalam melaksanakan program pemerintah, guna mewujudkan desa yang maju, kuat, mandiri dan demokrasi (Anom surya putra, 2015). Untuk itu, pembangunan desa diharapkan mampu untuk memperkuat fondasi perekonomian negara, mempercepat penggentasan kemiskinan, dan dapat mengurangi kesenjangan perkembangan antar wilayah.
Salah satu pendekatan yang diharapkan bisa menggerakkan roda perekonomian pedesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat desa, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes adalah suatu lembaga usaha desa yang dikelola pemerintah desa bersama masyarakat desa dengan tujuan untuk memperkuat perekonomian desa, yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi yang ada di desa (V. Wiratna Sujarweni, 2019).
BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial ( social institution ) dan komersial ( commercial institution ). Sebagai lembaga sosial, BUMDes berpihak pada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan layanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial, bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar, berlandaskan pada prinsip efisiensi dan efektifitas (V. Wiratna Sujarweni, 2019).
BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Pendirian BUMDes merupakan salah satu upaya dari Pemerintah dalam meningkatkan pendapatan desa. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa serta agar tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengganggu nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.
Untuk dapat mencapai tujuannya, dalam pengelolaan BUMDes harus dijalankan berdasarkan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable, dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara professional dan mandiri (V. Wiratna Sujarweni, 2019).
Desa Bantal kecamatan Asembagus Situbondo merupakan salah satu desa yang memiliki badan usaha yang dikelola oleh pemerintah desa bersama masyarakat. Sebagaimana tertera dalam undang-undang tujuan berdirinya BUMDes desa Bantal Asembagus Situbondo adalah untuk mensejahterakan rakyat dan membantu terhadap pendapatan asli desa (PAD) sesuai dengan potensi yang ada. Adapun jenis usaha yang dijalankan BUMDes diantaranya adalah usaha salon, sewa peralatan pernikahan, obyek wisata, peternakan, sumber air, dan pertanian.
Semua jenis usaha yang dijalankan adalah untuk membantu segala kebutuhan masyarakat agar masyarakat mudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Meski demikian bukan berarti BUMDes tidak mengalami masalah dalam menjalankan usahanya. Ada beberapa kendala yang dihadapi BUMDes dalam mengembangkan dan memajukan usaha-usaha, diantaranya adalah masalah pengendalian dalam pengelolaan masing-masing usaha yang masih kurang efektif.
Dari beberapa jenis usaha yang dijalankan BUMDes Bantal, hanya beberapa unit usaha yang berjalan cukup lancar, seperti obyek wisata dan sewa peralatan perkawinan. Namun dalam aktivitasnya masih kurang optimal dalam mencapai target yang telah ditentukan ( Sekretaris Desa, Wawancara, Situbondo, 15 November 2019 ). Kendalanya adalah kurang totalitas dalam pengelolaannya. Hal ini dikarenakan karyawan dan pengelola usaha (manajer) BUMDes rata-rata lebih fokus pada pekerjaan rutin utamanya. Dalam artian, memiliki dua pekerjaan ( double job ), seperti bertani, PNS, dan sebagainya. Kendala lainnya yaitu tidak tetapnya gaji yang diberikan, sehingga karyawan tidak maksimal dalam mengelola BUMDes ( Sekretaris Desa, Wawancara, Situbondo, 15 November 2019 ). Selain faktor tersebut, kendala berikutnya yaitu dana modal operasional BUMDes.
Dari hasil studi pendahuluan di atas, peneliti bermaksud untuk menganalisis lebih mendalam terhadap sistem pengendalian internal pengelolaan dana BUMDes Bantal Asembagus Situbondo.
## KAJIAN TEORI
## A. Sistem Pengendalian Internal
Secara bahasa, sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Valery G. Kummat, 2011). Menurut James A Hall, sistem adalah kelompok dari dua komponen atau lebih atau sub sistem yang saling berhubungan dan berfungsi dengan tujuan yang sama (James A. Hall, 2007).
Menurut Mulyadi, sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2010) . Pengendalian internal ( internal control ) merupakan rencana organisasi atau metode yang digunakan untuk menjaga dan melindungi aktiva, sehingga menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya (Krismiaji, 2010). Sistem pengendalian internal didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang keandalan pelaporan keuangan, efektifitas dan efesiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Amin Widjaja Tunggal, 2010).
COSO ( Comitte Of Sponsoring Organization Of Treadway Commision ) mengidentifikasikan lima komponen untuk mencapai tujuan pengendalian internal, yaitu; (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian risiko, (3) aktifitas pengendalian, (4) informasi dan komunikasi, dan (5) pemantauan.
Lingkungan pengendalian diartikan sebagai sekumpulan standar, proses, dan struktur yang menjadi dasar pelaksanaan internal organisasi, termasuk didalamnya standar prilaku yang diharapkan oleh manajemen (COSO, 2013) . Penilaian risiko merupakan kegiatan mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang relevan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu untuk memastikan tindakan manajemen dalam menangani risiko. Sedang pemantauan adalah proses penilaian mutu pengendalian secara berkelanjutan atau periodik untuk menentukan bahwa pengendalian telah beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
## B. Pengelolaan Dana
Secara umum, pengelolaan dana disebut juga dengan manajemen keuangan, yang berarti suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi. Didalamnya termasuk kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya, serta upaya untuk menggunakan dan mengalokasikan dana secara efisien untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Asnaini, 2012) .
Manajemen keuangan ( financial management ) adalah keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan dana suatu perusahaan serta mengalokasikan dana tersebut (Bambang Riyanto, 1995) . Kesuluruhan aktivitas yang dimaksud adalah; (Herispon, 2018) (a) Planning of funds yaitu merencaknakan keperluan dana; (b) Obtaining of funds yaitu usaha memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang paling ringan; dan (c) Allocation of funds yaitu mengelola dana yang diperoleh.
## C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes adalah suatu badan usaha yang dikelola pemerintah desa bersama dengan masyarakat desa. BUMDes diharapkan mampu untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadi peluang usaha atau lapangan pekerjaan, dan mampu menambah wawasan masyarakat desa. Dengan kata lain, BUMDes bertujuan untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa (V. Wiratna Sujarweni, 2019) .
Pendirian suatu BUMDes dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan perekonomian desa, meningkatkan sumber pendapatan asli desa, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi masyarakat desa, dan sebagai perintis bagi kegiatan usaha di desa. BUMDes bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat desa dalam mengelola sumber pendapatan lain yang sah, menumbuh kembangkan usaha sektor informal agar dapat menyerap tenaga kerja masyarakat di desa, dan meningkatkan kreatifitas berwirausaha masyarakat desa.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem pengendalian internal merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan menggolongkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem organisasi. Sehingga seluruh aktivitas perusahaan dapat berjalan sesuai perencanaan manajemen dan mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Dari hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal pengelolaan dana BUMDes Bantal Mandiri, diperoleh temuan sebagai berikut:
## 1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan komponen dasar terpenting bagi komponen pengendalian lainnya. Bagaimana sikap ketua BUMDes merupakan cerminan lingkungan pengendalian sebuah organisasi. Integritas dan nilai-nilai etis telah diterapkan oleh BUMDes Bantal Asembagus sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan. Meski tidak semua aturan dan prosedur dilaksanakan secara maksimal, tetapi sejauh ini tidak ada pegawai yang melakukan pelanggaran berat terhadap aturan yang berakibat fatal terhadap BUMDes Bantal. Apabila dijumpai suatu pelanggaran, maka yang dilakukan pengurus BUMDes adalah menegur secara lisan. Selanjutnya dilakukan teguran tertulis apabila tidak ada perkembangan. Dan terakhir akan diminta untuk mengundurkan diri dari jabatan. Dalam penempatan posisi jabatan, BUMDes Bantal Mandiri memperhatikan keahlian yang dimiliki pegawai. Pemantauan yang ada di BUMDes Bantal dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali oleh dewan pengawas dan juga komisaris untuk memeriksa kinerja usaha BUMDes Bantal.
Berdasar teori COSO, bahwa lingkungan pengendalian internal adalah sekumpulan standar, proses, dan struktur yang memberikan dasar bagi pelaksanaan organisasi. Dimana dewan direksi dan manajemen menetapkan pentingnya sistem pengendalian internal, termasuk didalamnya standar prilaku. Pengendalian internal merupakan suatu kesadaran sikap dari seluruh manajemen dan karyawan tentang pentingnya pengendalian. Lingkungan pengendalian ini menjadi fondasi dari semua komponen pengendalian lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. Ada 6 faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian, diantaranya adalah integritas
dan nilai-nilai etis, komitmen kepada kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite audit, filosofi dan gaya manajemen, struktur organisasi, kebijakan dan pengelolaan sumber daya manusia. Maka dengan demikian, dari aspek lingkungan pengendalian, operasional tata kelola organisasi BUMDes sudah sesuai dengan konsep komponen COSO.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko terhadap pengelolaan dana BUMDes Bantal Mandiri terletak pada peran dan tugas bendahara serta ketua unit masing-masing usaha, yang sudah mampu melakukan pencatatan, penggolongan, pengolahan, penyimpanan dan pengarsipan administrasi keuangan. Kelemahan yang ada saat ini adalah upaya yang dilakukan oleh ketua unit masih kurang maksimal untuk mendapatkan sumber keuangan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Permasalahan risiko tersebut harus mendapat penanganan yang tepat untuk tercapainya tujuan sebagaimana konsep COSO. Titik lemah yang menjadi risiko harus dikelola oleh BUMDes sehingga tidak sampai merugikan BUMDes Bantal untuk mencapai tujuannya.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang diterapkan oleh BUMDes Bantal yaitu dengan melakukan pemisahan tugas dan wewenang berdasarkan jabatan. Ketua BUMDes Bantal melakukan pemeriksaan secara independen dan mengotorisasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh pegawai BUMDes, serta rutin melakukan evaluasi terhadap kesalahan prosedur yang mungkin terjadi dalam aktivitasnya. Dalam pemeliharaan dokumen usaha dan keuangan, BUMDes Bantal telah melakukan penyimpan secara baik dan dijadikan bukti dalam laporan yang dilakukan setiap tahunnya.
Dalam konsep COSO, bahwa aktivitas pengendalian adalah suatu kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa tindakan yang telah diambil oleh manajemen untuk menangani risiko telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian umum dibagi menjadi 5 jenis, diantaranya adalah pemisahan tugas yang memadai, otorisasi transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan yang memadai, pengendalian fisik atas aktiva dan catatan, serta pemeriksaan kinerja secara independen. Sehingga dengan demikian, implementasi aktivitas pengendalian yang dilakukan BUMDes Bantal Asembagus telah sesuai dengan teori COSO.
## 4. Informasi dan Komunikasi
Informasi akuntansi BUMDes Bantal dikelola dengan menggunakan aplikasi terbaru yang diberlakukan secara nasional sejak bulan Juni 2020, sehingga ketua BUMDes Bantal dapat memantau langsung terhadap aktivitas transaksi yang terjadi pada masing-masing unit usaha secara realtime. Komunikasi terhadap alur keuangan BUMDes Bantal selama ini belum memiliki alur yang ditetapkan dalam aturan atau SOP. Namun dalam pelaksanaannya, alur keuangan BUMDes disesuaikan dengan job deskription yang ada. Sehingga bendahara BUMDes melakukan komunikasi langsung dengan dewan pengawas dan komisaris untuk meminta persetujuan terhadap kebutuhan BUMDes yang berada di luar Anggaran dan Belanja.
Dalam konsep COSO, bahwa informasi yang relevan dan berkualitas sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian internal untuk mendukung pencapaian tujuannya organisasi. Komunikasi adalah countinual atau bersifat terus menerus dalam menyediakan, berbagi, dan mendapatkan informasi yang diperlukan. Sehingga, alur pengelolaan keuangan BUMDes Bantal perlu dilengkapi dengan aturan yang memadai (berupa SOP keuangan) untuk menjadi acuan dalam proses pengelolaan pengeluaran dan pemasukan BUMDes. Namun aplikasi keuangan yang digunakan BUMDes sudah cukup baik untuk menyediakan informasi secara terus menerus bagi para pemangku kepentingan.
5. Pemantauan
BUMDes Bantal Mandiri memiliki dewan pengawas dan komisaris sebagai pemantau terhadap seluruh aktivitas kegiatan BUMDes. Selain itu ketua BUMDes juga berperan sebagai pemantau terhadap jalannya kegiatan dan keuangan BUMDes. Evaluasi oleh Ketua dilaksanakan setiap satu bulan satu kali, untuk mengetahui sejauh mana keuangan yang dikeluarkan masing-masing unit usaha dan bagaimana pendapatan (laba) yang diperoleh.
Hal ini sejalan dengan konsep COSO yang mengatakan bahwa pemantauan adalah proses penilaian mutu pengendalian internal yang dilakukan secara periodik dan berkelanjutan, untuk menentukan apakah operasional perusahaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga dengan demikian, pemantauan yang dilakukan BUMDes secara periodik tersebut sudah sesuai dengan teori COSO.
6. Evaluasi Pengelolaan Dana BUMDes
Sumber dana BUMDes terdiri dari dana penyertaan pemerintah dan masyarakat dengan perbandingan minimal 51% modal pemerintah desa dan maksimal 49% modal masyarakat. Sumber modal yang dikelola oleh BUMDes Bantal adalah modal yang bersumber dari pemerintah melalui dana PK2 dan APBDes/DD. Modal yang ada digunakan oleh BUMDes sesuai dengan rancangan anggaran biaya (RAB). Ketergantungan pada Desa dan tidak adanya sumber dana dari pihak ke-3. membuat BUMDes Bantal kesulitan dalam mengelola unit usaha. Selain itu BUMDes Bantal kekurangan SDM yang kompeten dalam mengelola keuangan yang ada agar bisa menghasilkan keuntungan sesuai dengan target yang ditetapkan. Oleh karena itu, pengurus BUMDes Bantal Asembagus perlu melakukan terobosan-terobosan pendanaan, seperti: hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan, atau dengan membangun kerjasama, atau membuka usaha tabungan atau simpanan dana masyarakat.
## KESIMPULAN
1. Ditinjau dari aspek komponen COSO, bahwa sistem pengendalian internal BUMDes Bantal Asembagus sudah berjalan dengan baik, hanya pada komponen informasi dan komunikasi yang masih belum ditopang dengan standar operational prosedure (SOP) keuangan. Selain itu, BUMDes perlu secara rutin melaksanakan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi karyawannya.
2. Pengelolaan dana BUMDes Bantal Asembagus sudah direncanakan dengan baik, meski keuntungan keuntungan yang diperoleh masih belum mencapai target yang ditetapkan oleh pengurus BUMDes. Kelemahannya adalah faktor sumber modal operasional yang mengandalkan anggaran dari APBDes. Sehingga BUMDes perlu meningkatkan kerjasama permodalan dengan pihak swasta dan/atau lembaga sosial kemasyarakatan.
## DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal. (2010). Teori dan Praktek Auditing. Jakarta : Harvarindo. Anom surya putra. (2015). Badan Usaha Milik Desa : Spirit Usaha Kolektif Desa, (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertingggal Dan Transmigrasi RI, .
Asnaini. (2012). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Teras .
Bambang Riyanto. (1995). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
COSO. (2013). Internal Control – Integrated Framework : Executive Summary.
Durham: North Carolina.
Herispon. (2018). Buku Ajar Manajemen Keuangan. Pekanbaru: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau.
James A. Hall. (2007). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Krismiaji. (2010). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
V. Wiratna Sujarweni. (2019). Akuntansi BUMDes. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Valery G. Kummat. (2011). Internal Audit. Jakarta: Erlangga.
Veithzal Rivai. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
|
38988a69-1f82-452d-a46f-5aa30813c303 | https://jurnaledukasia.org/index.php/edukasia/article/download/861/593 | Vol. 5, 1 (June, 2024), pp. 815-822 ISSN: 2721-1150 EISSN: 2721-1169
## Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual terhadap Minat Belajar Siswa pada Materi Sistem Pernafasan Kelas V SD
Ita Dwi Cahyani 1 , Uci Ulfa Nur Afifah 2 , Novia Rahma Rista Utami 3
1 STKIP Modern Ngawi, Indonesia; [email protected] 2 STKIP Modern Ngawi, Indonesia; [email protected]
3 STKIP Modern Ngawi, Indonesia; [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting sebagai landasan terpenting bagi pembangunan nasional dan dalam menambah potensi juga mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dilaksanakan secara terencana untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh sebab itu, agar menambah tingkat mutu pendidikan, memerlukan guru profesional yang dapat mengajar dengan menggunakan metode, strategi, dan teknik pengajaran yang berbeda, serta dapat menguasai dan menggunakan teknologi (Kaban et al. 2020). Keberhasilan pertumbuhan dan kemajuan berkelanjutan suatu negara sangat bergantung pada efektivitas dan kualitas sistem pendidikannya. Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan harus tersedia bagi semua individu.
Belajar merupakan kegiatan utama di sekolah. Keinginan utama seorang guru adalah membantu siswanya belajar dengan sukses. Keberhasilan ini selalu merupakan hasil usaha guru dan siswa itu sendiri. Tujuan penggunaan metode yang berbeda adalah agar siswa tetap fokus pada proses pembelajaran tanpa merasa bosan (Benar 2019). Minat adalah salah satu faktor utama dalam kegiatan
## ARTICLE INFO ABSTRACT
Keywords: Media Audio Visual; Interest in learning; Elementary Students The purpose of this study was to determine the effect of the use of audio-visual learning media on students' learning interest about the respiratory system in class V. The method used was quantitative with a pre-test and post-test group design. The population of this study was all students of SDN Banjarbanggi 1 and the samples were taken using purposive sampling techniques, namely grade V students of SDN Banjarbanggi 1 totaling 15 people. Data was collected using questionnaires and data analysis was carried out through testing questionnaire instruments in the form of validity and reliability tests, prerequisite tests in the form of normality and homogeneity tests, and hypothesis tests using paired sample t-tests. The results showed that the use of audio- visual learning media was effective and students' interest in learning increased after treatment with these media. The use of audio-visual learning media has a significant influence on student interest in respiratory system learning materials in class V.
Article history:
Received 2024-02-18 Revised 2024-04-10 Accepted 2024-05-26
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license.
Corresponding Author:
Ita Dwi Cahyani STKIP Modern Ngawi, Indonesia; [email protected]
belajar mengajar. Dalam konteks sistem pembelajaran, yang dimaksud dengan media pembelajaran yang dipergunakan sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran agar pengalaman belajar menjadi lebih menarik.
Kurangnya minat belajar seorang siswa dapat mengakibatkan kegiatan pembelajaran berjalan dengan tidak baik atau tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dikarenakan penggunaan metode yang monoton saat proses pembelajaran akan membuat siswa bosan, menurunkan minat belajar siswa, dan akhirnya menurunkan tingkat hasil belajar dari siswa. Hasil belajar yang rendah menunjukkan bahwa mutu pembelajaran masih rendah. Hal ini dapat membuat proses pembelajaran menjadi kurang efektif (Yakin dan Ainol 2021).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, peneliti menemukan terdapat beberapa siswa yang mengalami kurangnya minat belajar pada pembelajaran IPA terutama pada materi sistem pernafasan dikarenakan materi IPA merupakan salah satu materi yang abstrak apabila tidak dijelaskan menggunakan alat bantu atau media pembelajaran. Hal ini dapat diamati saat proses pembelajaran di mana terdapat siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan, juga saat penerapan media pembelajaran, guru kurang memvariasikan penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran. Akibat dari keterbatasan ini, guru cenderung terbatas pada penjelasan materi, memberikan tugas kepada siswa kemudian melakukan sesi tanya jawab mengenai materi yang telah diberikan. Dampaknya, siswa tampak kurang tertarik dan kurang termotivasi, sehingga menjadi pasif dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Media atau alat bantu dalam belajar merupakan segala bentuk sesuatu yang bisa dipergunakan untuk mengirimkan pesan dan informasi saat kegiatan belajar, dengan tujuan menarik perhatian dan minat siswa, serta mendukung pemahaman materi secara visual, merangsang kreativitas, dan imajinasi siswa (Adnan dan Amin 2020). Hal ini bertujuan untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Saat ini, pendidik dihadapkan pada tuntutan untuk menjadi lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran, sementara siswa-siswi diharapkan aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran agar lebih dinamis.
Penerapan media pembelajaran yang tidak sesuai dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar siswa, contohnya jika media pembelajaran tidak cocok dengan materi yang diajarkan dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Solusi dari permasalahan tersebut yaitu dengan pemilihan serta penggunaan media pembelajaran yang cermat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Mashuri, Rofiq, dan Ismawati 2021). Seorang pendidik harus mempunyai pemahaman yang baik tentang media pembelajaran karena berfungsi sebagai alat komunikasi yang meningkatkan efektivitas kegiatan belajar. Oleh sebab itu, penting untuk disadari bahwa media pembelajaran merupakan landasan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai guru, kita tidak hanya mengenal media pembelajaran, tetapi juga memiliki keterampilan memilih, menggunakan, serta mengoptimalkan media tersebut seiring berkembangnya teknologi (Mashuri, Rofiq, dan Ismawati 2021). Dalam konteks ini, pendidik dapat menggunakan media pembelajaran seperti media audiovisual untuk menyampaikan isi pembelajaran.
Media audio visual mempunyai kemampuan merangsang indera pendengaran dan penglihatan secara bersamaan ketika menyampaikan pesan dan informasi. Media audio visual yang dapat menampilkan video dan memberikan informasi terkait materi pembelajaran dapat menambah tingkat semangat siswa dalam kegiatan belajar. Merangsang indera pendengaran dan penglihatan siswa secara bersamaan memungkinkan mereka menggunakan media tersebut secara efektif dalam situasi pembelajaran (Sudarmawan, Surya Abadi, dan Putra 2020). Media pembelajaran audio visual dinilai cocok untuk menambah tingkat minat belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Media audio visual merupakan salah satu jenis media yang dipergunakan untuk pembelajaran dengan menggunakan indera pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Melalui media tersebut pesan dan informasi dapat disampaikan melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang efektif memanfaatkan keterampilan visual dan pendengaran (Asyhar 2012). Oleh karena itu, penggunaan media audio visual menjadi jalan keluar yang potensial untuk menambah tingkat minat belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Hal ini
bertujuan untuk menambah tingkat minat siswa, dan media audio visual dimaksudkan untuk membantu siswa memahami apa yang diajarkan guru dan mendukung pembelajaran mandiri.
Berdasarkan paparan penjelasan di atas yang maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio visual Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V Materi Pernafasan Di SDN Banjarbanggi 1”.
## 2. METODE
Metode penelitian yang diterapkan yaitu pendekatan kuantitatif untuk mengukur sejauh mana dampak dari penerapan media pembelajaran audio visual untuk menambah tingkat minat belajar siswa di SDN Banjarbanggi 1 dengan desain one grup pre-test post-test . Populasi terdiri dari seluruh siswa SDN Banjarbanggi 1 dan sampel kelas V berjumlah 15 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling . Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen angket. Analisis data meliputi uji validitas dan reliabilitas instrumen, uji prasyarat seperti uji normalitas dan homogenitas, serta uji hipotesis dengan menggunakan uji paired sampel t-test.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## Media Pembelajaran Audio Visual
Media pembelajaran yaitu salah satu sumber belajar yang tersedia. Ada berbagai jenis media, dari media sederhana seperti kartu hingga media yang lebih modern seperti komputer, internet, telepon seluler, LCD, televisi, dan VCD (Sadiman, 2018). Secara umum media dalam proses pembelajaran mempunyai kelebihan yaitu mendorong terjadinya interaksi antara guru dan siswa, merangsang pikiran, perhatian, perasaan dan minat belajar siswa, serta mendorong kegiatan belajar menjadi lebih aktif (Yakin dan Ainol 2021). Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat penunjang berisi bahan-bahan pembelajaran yang dipergunakan pendidik dalam proses belajar dengan tujuan agar pembelajaran lebih menarik bagi siswa.
Media pembelajaran audio visual adalah alat yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang memanfaatkan kemampuan indra penglihatan dan pendengaran peserta didik. Keterlibatan kedua indra ini secara bersamaan membuat penggunaan media tersebut efektif dalam konteks pembelajaran (Sudarmawan, et al ., 2020). Media audio visual merupakan media yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan, mengaktifkan kedua indra secara bersamaan (Wahyu 2018). Dalam kegiatan pembelajaran, media audio visual menggabungkan penglihatan juga suara serta menawarkan pendekatan yang lebih beragam dari sekedar komunikasi verbal. Contoh media tersebut antara lain film, acara televisi, pertunjukan teater, video di platform YouTube, serta pembacaan puisi dan adaptasi musik. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran audio visual adalah suatu alat yang dipergunakan dalam kegiatan belajar berdasarkan penglihatan dan suara, dan penggunaannya memerlukan jenis komunikasi yang berbeda-beda.
Media audio visual mempunyai beberapa keunggulan yang efektif dalam menyampaikan informasi dan pesan serta sangat efektif dalam proses pembelajaran. Menurut (Diana, Sukamti, dan Winahyu 2022) beberapa manfaat penggunaan media audio visual antara lain, yakni: a. Makna materi menjadi lebih jelas sehingga memudahkan siswa dalam memahami dan mencapai tujuan pembelajarannya b. Proses pembelajaran menjadi lebih beragam dan tidak lagi hanya bergantung pada komunikasi verbal guru. Hal ini mencegah siswa dari rasa bosan, merangsang minatnya dalam kegiatan belajar, dan meningkatkan motivasi belajar c. Siswa lebih asyik dalam kegiatan pembelajaran karena tidak sekedar mendengarkan penjelasan guru.
Meskipun media audio visual memiliki beberapa kelebihan, namun terdapat juga beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. (Faujiah et al. 2022), menyatakan kelemahan penggunaan media audio visual antara lain: a. Media pidato biasanya mengandalkan suara serta bahasa dan hanya dapat dimengerti sepenuhnya oleh pendengar yang memiliki kosa kata juga kemampuan bahasa yang kuat b. Penyampaian materi melalui media audio cenderung menyebabkan pendengar membesar-besarkan aspek kebahasaan c. Tidak dapat sepenuhnya mewakili detail objek yang disajikan.
## Minat Belajar
Minat merupakan perasaan alami menyukai atau merasa terhubung dengan sesuatu atau kegiatan tanpa ada paksaan dari pihak lain. Siswa yang memiliki minat pada sesuatu objek atau topik secara umum akan menunjukkan tingkat perhatian yang lebih tinggi terhadap objek tersebut Amri, et al sebagaimana dikutip dalam (Magta dan Pebrianti 2019). Individu yang merasa minat terhadap sesuatu hal akan lebih memberikan perhatian dengan sukarela, tanpa tekanan, dan dengan perasaan bebas. Ekspresi minat dapat tercermin melalui pernyataan yang menunjukkan preferensi terhadap suatu hal tertentu, serta melalui keterlibatan dalam aktivitas terkait. Minat belajar merupakan kecenderungan alami untuk terus-menerus memperhatikan dan mengingat hal tertentu baik individu, objek, atau aktivitas yang disertai dengan kemauan untuk memahami dan mempelajarinya serta menerapkannya dalam perubahan perilaku atau sikap yang relatif tetap (Magta dan Pebrianti 2019)
Indikator minat belajar mencerminkan tingkat ketertarikan atau motivasi seseorang terhadap memahami materi atau mengikuti kegiatan pembelajaran. Peran penting minat belajar terlihat dalam perilaku, sikap, dan keterlibatan seseorang dalam proses belajar-mengajar serta berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran. (Slameto 2010) menyatakan seberapa tertariknya siswa dalam belajar dapat diukur dari kesenangan, minat, penerimaan, dan keterlibatannya dalam kegiatan belajar. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan berupa minat belajar adalah pemusatan perhatian yang meliputi aspek emosional, kegembiraan, dan keinginan bawah sadar untuk menerima informasi dari luar (lingkungan).
## Pembelajaran IPA Sistem Pernafasan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha untuk memahami segala hal di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri, dengan menjawab berbagai pertanyaan tentang alasan dan mekanisme terjadinya fenomena-fenomena tersebut, baik yang berkaitan dengan alam, tumbuhan, hewan, maupun hal-hal yang oleh mata manusia tak dapat terlihat (Herawati dan Muhtadi 2018). Materi IPA yaitu hal yang menggembirakan, membuka wawasan baru, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru dengan cara bertanya, sehingga kita siap menghadapi tantangan di masa depan (Maryana , et al ., 2021). Pembelajaran IPA sekolah dasar berfokus pada topik-topik yang umum terjadi pada kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran IPA bermakna pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman siswa sehari-hari (Lukman, Hayati, dan Hakim 2019).
Sistem pernafasan merupakan sekumpulan organ yang terlibat dalam pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam darah. Sistem pernafasan dapat diinterpretasikan juga sebagai suatu sistem yang menjalankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida melalui proses yang kompleks (Sutanta, 2019). Organ pernafasan manusia merupakan struktur struktur yang terlibat dalam proses pernafasan. Komponen-komponen yang membentuk sistem pernafasan yaitu hidung, sebagai pintu pertama masuknya udara ke dalam tubuh dan merupakan bagian organ pernafasan yang berhubungan langsung dengan udara dari luar. Faring, sebagai titik pertemuan anatara saluran pernafasan dan saluran pencernaan (Romlah, 2015). Laring, merupakan bagian pangkal batang tenggorokan yang menghubungkan faring dengan trakea. Trakea, berfungsi sebagai penghubung antara laring dan cabang tenggorokan atau bronkus (Z 2011). Bronkus, yaitu bercabang dari trakea dan masuk ke dalam paru-paru. Paru-paru, merupakan organ pernafasan utama dalam sistem pernafasan manusia (Mukarromah, Rosyidah, dan Musthofiyah 2021).
Kesehatan organ pernapasan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kesejahteraan tubuh manusia. Ketidakseimbangan pada organ pernapasan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang serius. Maka dari itu, penting untuk dilakukan upaya-upaya yang berkelanjutan dalam menjaga kesehatan organ pernapasan. (Rahman 2021) menyebutkan beberapa langkah yang harus diambil untuk menjaga kesehatan organ pernapasan, antara lain: a. Berhenti merokok, karena rokok mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi paru-paru. Penggunaan rokok dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit paru-paru b. Melakukan olahraga, karena olahraga dapat meningkatkan kesehatan organ pernapasan dengan memperlancar sirkulasi
darah dalam tubuh c. Mengonsumsi makanan sehat yang tinggi antioksidan, terutama sayuran berdaun hijau, karena mereka menyediakan perlindungan bagi organ pernapasan d. Mengonsumsi vitamin, seperti Vitamin A, C, dan D-3, yang berkontribusi positif untuk menjaga kesehatan paru-paru
## Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Banjarbanggi 1 yang berlokasi di Desa Banjarbanggi, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat instrumen penelitian berupa angket. Angket tersebut telah divalidasi oleh dosen ahli dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di STKIP Modern Ngawi dan dinyatakan layak sebagai instrumen penelitian. Setelah angket dinyatakan layak digunakan, peneliti mendistribusikan angket tersebut pada kelas yang dijadikan sampel, yaitu kelas V dengan 15 siswa, kemudian angket tersebut diuji reliabilitasnya.
Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan software SPSS 24. Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan ketentuan nilai Cronbach's Alpha , didapatkan yaitu nilai pretest minat sebesar 0,998 > 0,6, nilai posttest minat sebesar 0,998 > 0,6, dan nilai posttest media pembelajaran sebesar 0,996 > 0,6. Jadi, dapat dinyatakan bahwa data tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji valisitas dan reliabilitas, maka selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data sebagi berikut.
## a. Uji Prasyarat Analisis
1). Uji Normalitas
(Sugiyono 2019) menyatakan uji normalitas digunakan sebagai evaluasi apakah variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan menggunakan software SPSS 24 untuk menentukan distribusi normal data. Hasil deskripsi uji normalitas dipaparkan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ketika nilai signifikansi (sig) > 0,05, maka residual tersebut berdistribusi normal, sedangkan ketika nilai sig < 0,05, maka residual tersebut tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh bahwa nilai signifikansi untuk pretest minat belajar siswa yaitu 0,615 > 0,05, nilai posttest minat belajar siswa yaitu 0,22 > 0,05, dan nilai posttest media pembelajaran yaitu 0,55 > 0,05. Oleh karena itu, diambil kesimpulan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
## 2). Uji Homogenitas
Uji homogenitas perlu dilakukan untuk menentukan apakah kedua data memiliki sifat homogen dengan membandingkan variansi masing-masing. Uji ini dilakukan menggunakan software SPSS 24. Berdasarkan hasil uji homogenitas, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,545 > 0,05. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa distribusi data tersebut homogen. Deskripsi hasil uji homogenitas dipaparkan dalam tabel 3 di bawah ini.
## Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Hasil Belajar 1.00 .162 15 .200 * .955 15 .615 2.00 .212 15 .069 .857 15 .022 3.00 .186 15 .174 .884 15 .055
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas
## b. Uji Hipotesis
1). Uji paired t-test
Penelitian ini memilki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan media pembelajaran audio visual terhadap minat belajar siswa pada materi sistem pernafasan kelas V SD. Uji t-tes menggunakan paired sampel t-test dengan bantuan software SPSS 24. Deskripsi hasil uji t-test dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Paired Sampel t-test
Hasil dari uji paired sample t-test di dalam penelitian ini menyatakan apabila nilai sig.(2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, apabila nilai sig.(2-tailed) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan tabel, nilai sig.(2-tailed) yaitu 0,005 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil analisis uji paired sample t-test menunjukkan nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,005, lebih kecil dari 0,05, dan t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu 3,326 > 2,145, sehingga hipotesis diterima. Oleh karena itu, terdapat pengaruh signifikan penggunaan media pembelajaran audio visual dalam menambah tingkat minat belajar siswa pada materi sistem pernapasan di kelas V SD.
## Pembahasan
Media pembelajaran audio visual adalah alat yang dipergunakan saat kegiatan belajar mengajar yang memanfaatkan indera penglihatan dan pendengaran peserta didik. Keterlibatan indra pendengaran dan penglihatan peserta didik secara bersamaan membuat penggunaan media ini menjadi efektif dalam konteks pembelajaran (Sudarmawan, Surya Abadi, dan Putra 2020). Dengan kemampuannya untuk menampilkan gambar bergerak dan memberikan informasi yang relevan dengan proses pembelajaran, media audio visual dapat meningkatkan antusiasme siswa saat proses pembelajaran
Saat pelaksanaan pretest siswa cenderung pasif dan lebih banyak mengerjakan pertanyaan dengan berdiskusi bersama temannya. Sebelum diberikan perlakuan penggunaan media pembelajaran, siswa cenderung mudah bosan dalam proses pembelajaran dan sulit memahami materi terutama materi IPA karena materi IPA merupakan salah satu materi yang kompleks apabila dijelaskan tidak menggunakan media pembelajaran. Setelah dilakukan penerapan media pembelajaran audio
## Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig. Hasil Belajar Based on Mean .679 2 42 .513 Based on Median .476 2 42 .624 Based on Median and with adjusted df .476 2 34.830 .625 Based on trimmed mean .616 2 42 .545
## Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailed) Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pretest - posttest minat -4.60000 5.35590 1.38289 -7.56600 -1.63400 -3.326 14 .005
visual, para siswa lebih tertarik dalam proses belajar dan tidak mudah bosan serta lebih bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran. Saat pelaksanaan posttest para siswa lebih fokus pada pertanyaan masing-masing dan tidak berdiskusi dengan teman lainnya. Penelitian dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan rincian: pelaksanaan pretest minat belajar siswa, perlakuan dengan media pembelajaran audio visual selama 2 kali dan pelaksanaan posttest minat belajar siswa serta posttest media pembelajaran.
Minat adalah salah satu faktor utama dalam kegiatan belajar mengajar. Minat belajar yang tinggi dapat menambah tingkat motivasi siswa agar berpartisipasi aktif saat proses pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih baik. Minat merupakan rasa suka atau perasaan yang wajar terhadap sesuatu atau kegiatan tanpa adanya paksaan dari orang lain. Siswa yang tertarik pada suatu objek atau topik umumnya menunjukkan tingkat perhatian yang lebih tinggi terhadap objek tersebut (Amri et al ., dikutip dalam (Gading, Magta, dan Pebrianti 2019). Individu yang tertarik pada suatu hal cenderung memberikan perhatiannya secara bebas dan spontan, tanpa merasa tertekan.
Penerapan media pembelajaran audio visual dapat merangsang minat belajar siswa karena media ini lebih menyenangkan, menarik perhatian siswa, dan mencegah kebosanan selama kegiatan pembelajaran, terutama melalui media audio visual yang menggunakan penglihatan dan suara, karena dapat meningkatkan kenikmatan belajar dan membantu siswa lebih mudah memahami materi. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji paired sample t-test . Nilai Sig (dua sisi) adalah 0,005, dan karena kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari sini dapat dinyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran audio visual berpengaruh terhadap minat siswa terhadap materi pembelajaran sistem pernafasan di SD V.
Media pembelajaran audio visual dinilai efektif dalam menambah tingkat minat belajar siswa. Media ini sekaligus memasukkan aspek pendengaran dan visual ke dalam kegiatan pembelajaran (Asyhar 2012). Maka media audio visual dapat menjadi solusi untuk menambah tingkat minat belajar siswa. Untuk membangkitkan minat siswa, penerapan media audio visual bertujuan untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap konten yang disampaikan guru dan mendukung kemandirian belajar siswa.
Pelaksanaan penelitian ini didukung oleh studi sebelumnya yang serupa yang dilaksanakan oleh Lucyana Rahmi dan Alfurqan (2021) dengan judul "Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual pada Minat Belajar Siswa pada masa Pandemi COVID-19". Temuan riset menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran audio visual secara signifikan meningkatkan minat belajar siswa. Sebelum adopsi media audio visual, rata-rata nilai klasikal kelas adalah 68,16, sedangkan setelah penerapan media tersebut, nilai meningkat menjadi 90,53. Hal ini mencerminkan peningkatan sebesar 27,1% dalam minat belajar siswa setelah penggunaan media audio visual.
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan penganalisisan data dan pembahasan dapat dinyatakan yaitu penerapan media pembelajaran audio visual memiliki pengaruh yang signifikan untuk menambah tingkat minat belajar siswa yang ditunjukkan dengan uji Paired Sample T-test. Hasil pengujian ini menyatakan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Oleh sebab itu, penggunaan media pembelajaran audio visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat siswa dalam mempelajari topik pernafasan di kelas V. Sebelum diberikan perlakuan nilai postes siswa pada angket minat belajar masih rendah, namun setelah diberikan perlakuan nilai siswa pada angket meningkat. Oleh karena itu, media pembelajaran audio visual berpengaruh untuk menambah tingkat minat belajar siswa.
## REFERENSI
Adnan, Aryadi, dan Heri Amin. 2020. “Studi Tentang Beberapa Komponen Kondisi Fisik Atlet Bola Voli Smk Negeri 1 Kota Solok.” Jurnal Patriot 1: 266 – 77. Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran . Jakarta: Referensi Jakarta.
Benar, A. 2019. “Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas CI IPS di SMA Negeri 3 Kota Jambi.” Climate Change 2013 – The Physical Science Basis 53 (9): 1 – 30. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Diana, Dela, Sukamti, dan Sri Estu Winahyu. 2022. “Analisis Pemanfaatan Media Pembelajaran IPA di SD.” Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan Pendidikan 2 (11): 1110 – 20. https://doi.org/10.17977/um065v2i112022p1110-1120.
Faujiah, N, S. N Septiani, T Putri, dan U Setiawan. 2022. “Kelebihan dan Kekurangan Jenis -jenis Media.” JUTKEL: Jurnal Telekomunikasi, Kendali Dan Listrik 3 (2).
Gading, I Ketut, Mutiara Magta, dan Fenny Pebrianti. 2019. “Pengaruh Metod e Suku Kata Dengan Media Kartu Kata Bergambar Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan.” Jurnal Mimbar Ilmu 24 (3): 270 – 76.
Herawati, Nita Sunarya, dan Ali Muhtadi. 2018. “Pengembangan modul elektronik (e -modul) interaktif pada mata pelajaran Kimia kelas XI SMA.” Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan 5 (2): 180 – 91. https://doi.org/10.21831/jitp.v5i2.15424.
Kaban, Raka Hermawan, Dewi Anzelina, Reflina Sinaga, dan Patri Janson Silaban. 2020. “Pengaruh Model Pembelajaran PAKEM terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 5 (1): 102 – 9. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.574. Lukman, Apriza l, Dwi Kurnia Hayati, dan Nasrul Hakim. 2019. “Pengembangan Video Animasi Berbasis Kearifan Lokal pada Pembelajaran IPA Kelas V di Sekolah Dasar.” Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 5 (2): 153. https://doi.org/10.32332/elementary.v5i2.1750.
Magta, Mutiara, dan Fenny Pebrianti. 2019. “Pengaruh Metode Suku Kata Dengan Media Kartu Kata” 24 (3): 270 – 76.
Mashuri, Imam, Ainur Rofiq, dan Mamik Ismawati. 2021. “Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smk Ibnu Sina Genteng.” INCARE, International Journal of Educational Resources 2 (4): 452 – 62. https://doi.org/10.59689/incare.v2i4.314.
Mukarromah, Siti, Arini Rosyidah, dan Dewi Nur Musthofiyah. 2021. “Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatk an Mutu Pendidikan di Madrasah.” Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1 (1). https://doi.org/10.18860/rosikhun.v1i1.13889.
Rahman, Sunarti. 2021. “Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar.” Merdeka Belajar dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0 , no. November: 289 – 302. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta.
Sudarmawan, I Made, Ida Bagus Gede Surya Abadi, dan Made Putra. 2020. “Model Pembelajaran SETS Berbantuan Media Audio Visual Terhad ap Kompetensi Pengetahuan IPA.” Jurnal Edutech Undiksha 8 (2): 171. https://doi.org/10.23887/jeu.v8i2.28968. Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&D, dan Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta. Wahy u, N. 2018. “Penggunaan Metode Demontrasi Dan Media Audio Visual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Ips.” Jurnal Pendas Mahakam .
Yakin, dan Moh Ainol. 2021. “Media Pembelajaran dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Si swa Kelas X.” Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS(JPPI) 15 (2). Z, Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan . Jakarta: Kencana.
|