id
stringlengths
36
36
url
stringlengths
46
109
text
stringlengths
5k
1.51M
213cb137-3176-475d-9538-1f1b55b4a21c
http://ejurnal.iaipd-nganjuk.ac.id/index.php/innovative/article/download/107/77
## UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK DI MA AL-KARIM GONDANG NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2017/2018. ## ANIK INDRAMAWAN& AMINATUL ZAHROH Institut Agama Islam Pangeran ZDiponegoro Nganjuk ## ABSTRAK Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan pemerintah, dan mempunyai keseragamana pola yang bersifat nasional, sehingga disebut dengan pendidikan formal. Pada jalur pendidikan sekolah, proses belajar mengajar merupakan proses mobilisasi segenap komponen pembelajaran oleh pendidik terarah kepada tujuan pendidikan ## Pendahuluan Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bukanlah sekedar Pendidikan merupakan usaha manusia atau pendidik untuk membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi- potensi kemanusiaannya. Dalam UU RI No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS bab I, pasal I, ayat I berbunyi : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 1 Pada awalnya pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua, namun dalam perkembangan selanjutnya Amier Daien Indra Kusuma mengatakan, “Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan”. 2 Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang harus dipelajari oleh seorang anak sehingga orang tua atau lingkungan keluarga sudah tidak mampu lagi memberikan kontribusi 1 Undang-Undang RI, No. 20 Th. 2003, Sistem Pendidikan Nasional 2003, ( Surabaya, Cemerlang, 2003) hal. 2 2 Amier Daien Indra Kusuma, Pengantara Ilmu Pendidikan, (Surabaya, Usaha Nasional, 1973) hal. 10 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 pengetahuan yang semakin kompleks, maka untuk mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan itu diperlukan dua jalur pendidikan yaitu : jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan pemerintah, dan mempunyai keseragamana pola yang bersifat nasional, sehingga disebut dengan pendidikan formal. Pada jalur pendidikan sekolah, proses belajar mengajar merupakan proses mobilisasi segenap komponen pembelajaran oleh pendidik terarah kepada tujuan pendidikan. 3 Pendidikan merupakan salah satu pilar penting yang mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan yang menuju ke arah peningkatan dan kesejahteraan hidup. Pendidikan pulalah yang memiliki tanggung jawab untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Di dalam pendidikan jalur sekolah proses pembelajaran memiliki peran yang sentral dalam memberikan pengaruh terhadap hasil pembelajaran tersebut. Salah satu indikasi kelancaran proses pembelajaran dapat dilihat dari baiknya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar sendiri juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : kualitas komponen dan kualitas pengeloalaan. Dari kedua hal tersebut di atas, guru, kepala sekolah dan tenaga-tenaga pendidik lain memegang peranan penting dalam pengelolaan. Bagaimana sikap guru dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki, dan bagaimana cara guru dalam mengajkarkan pengetahuan kepada anak didik turut menentukan bagaimana hasil belajar anak. 4 Pada proses pengajaran inilah seorang guru memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kepribadian dalam diri siswanya. Disinilah peran guru sangat diperlukan. Guru merupakan salah satu ujung tombak yang menjadi tumpuan harapan masyarakat, bangsa dan negara dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Hal ini menandakan bahwa junci keberhasilan pendidikan di sekolah berada di tangan guru. 5 Pada tataran praktis, proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas pada dasarnya merupakan interaksi yang berlangsung 3 Umar Tirtaraharja, Pengantar Pendidikan, , (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2000) hal.40 4 Ngalim Purwanto, Psikolgi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1998) hal.65 5 Hadirja Praba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Riska Agung Insane, 1998), hal.35 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 secara intensif antara guru, siswa, dan materi. Dalam proses pemebalajaran tidak sedikit masalah yang kita hadapi dewasa ini di tanah air kita. Perubahan dan perkembangan-perkembangan baru telah terjadi dalam pendidikan kita, baik yang bersifat sistem, materi, metode atau organisasinya. Hambatan-hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana, ketidakhadiran guru, guru kurang mampu mengelola proses belajar mengajar serta tidak ada kerjasama antara guru dan murid. Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus melandaskan diri pada prinsip profesionalitas. 6 Peran guru yang dilakukan dalam pembelajaran di dalam kelas tidak hanya sekedar mengajar, tapi yang lebih jauh yaitu mendidik, membimbing, memberikan kemudahan (fasilitator), dan memotivasi siswa agar lebih aktif dan bergairah dalam belajar. Cara dalam merealisasikan tujuan pendidikan hendaknya ada kerjasama antara komponen pendidikan di sekolah dalam proses belajar mengajar, sehingga tidak terdapat kekosongan dan keteledoran proses belajar mengajar. dapat kita pahami bahwa Allah memerintahkan kepada sebagian kelompok manuasia untuk mengajar, terutama memperdalam pengetahuan tentang agama. Namun tidak cukup bagi seseorang itu untuk mengajar atau menyampaikan ilmu penegtahuan yang telah didapat kepada yang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka peran guru dalam pembelajaran di kelas sangat kompleks karena kegiatan guru meliputi berbagai hal mulai dari menjadi seorang demonstrator dan contoh yang baik bagi siswa-siswanya, menciptakan iklim kondusif untuk belajar, mengevaluasi atau menilai prestasi dan juga tingkah laku siswa dalam kelas. Sehingga indikator keberhasilan guru dalam menjalankan perannya di kelas dapat dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung secara efektif dan juga dari hasil akhir pembelajaran yakni prestasi yang diperoleh siswa. Peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator serta evaluator sudah lama diakui sebagai beberapa faktor penting dalam menciptakan kelancaran dan keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja dalam hal ini sebagai demonstrator, 6 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif , (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009) hal 18. Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 mediator dan fasilitator serta evaluator tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi siswa itu sendiri. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah peran seorang guru dalam pembelajaran. Jika peran guru dalam pembelajaran dikorelasikan dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa akan sangat menarik untuk diteliti. Hal ini karena penulis berpendapat bahwa peran guru dalam pembelajaran sangat berpengaruh dan erat hubungannya dengan hasil akhir pembelajaran tersebut yakni prestasi belajar siswa. Dengan melakukan penelitian ini maka penulis berusaha untuk menguji apakah ada hubungan yang signifikan antara peran guru dalam pembelajaran dengan prestasi belajar siswa . Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk megadakan penelitian yang selanjutnya penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan tema “Hubungan peran guru dengan prestasi belajar siswa ## Metode Suatu desain penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak tergantung dari data yang diperoleh. Kualitas suatu penelitian juga didukung pula oleh proses pengelolaan yang dilakukan, oleh karena itu variabel yang digunakan, alat-alat pengumpulan data, penelitian, dan alat- alat analisis serta hal-hal yang di anggap perlu dalam penelitian harus tersedia. Metode penelitian dianggap paling penting dalam menilai kualitas hasil penelitian. Taylor mengatakan bahwa "penggunaan metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang dapat diharapkan akan menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang dan perilaku yaang diamati. 7 7 Dadang Kamad, Metode Penelitian Pgama, Prespektif Ilmu Perbandingan Agama , Bandung: Pusaka Setia,2000,97. Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Metode kualitatif lebih diutamakan dalam paradigma naturalistik, bukan karena anti kuantitatif, melainkan karena metode kualitatif lebih manusiawi karena manusia sebagai instrumen penelitian. Metode interview dan obsevasi, dan juga teknik-teknik analisisnya lebih eksistensi dari perilaku manusia. Seperti mendengarkan, berbicara, melihat, berinteraksi, bertanya,meminta penjelasan, mengekspresikan kesungguhan dan menangkap yang tersirat. 8 Data yaitu kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan (fakta), dapat berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol khusus atau gabungan dari ketiganya. Data masih belum dapat bercerita banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut. Pengertian data juga dapat berarti kumpulan file atau informasi dengan tipe tertentu baik suara, gambar atau yang lainnya. Dalam teknik pengumpulan data, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisa, penafsiran data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengambil, merekam, atau menggali data. Mengingat jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, maka metode yang digunakan adalah: ## 1. Observasi Partisipatif Dengan teknik observasi partisipatif, peneliti harus banyak memainkan peran selayaknya yang dilakukan oleh subyek peneliti pada situasi yang sama atau berbeda. Pada saat tercipta hubungan baik antara peneliti dan subyek, peneliti bisa berpera serta dalam kegiatan-kegiatan subyek itu. Kemudian peneliti bisa menarik diri lagi dari peran sertaanya sehingga ia tidak kehilangan tujuan utamanya. Peneliti yang terlalu atau berperan serta akan larut dalam pekerjaan subyek penelitian. Atau bisa kehilangan tujuan utamanya. Observasi sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini dilakukan secara sitematis, bukan observasi sambilan atau secra kebetulan dan diusahakan mengamati keadaaan yang wajar dan sebenarnya tanpa usaha yang di sengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasinya sehingga dalam penelitian ini observasi dilakukan beberapa kali, sampai memperoleh data yang meyakinkan. 2. Wawancara Pengumpulan data melalui wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pertanyaan yang diajukan. Wawancara mendalam dilakukan dengan 8 Neong Muhajir, Metode Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed , Yogyakarta: Rake Sarasin, 2007,175 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 tujuan untuk menggali informasi lebih dalam berdasarkan prespektifnya pencarian informasi secara emic. Informasi emic ini diolah, ditafsirkan dan di analisa oleh peneliti sehingga melahirkan etik pandangan peneliti tentang data. Dalam teknik wawancara, pewawancara ( interviewer ) mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai ( iterviewee ) untuk memberikan jawaban. Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur, 9 artinya pedoman wawancara hanya dibuat dengan garis besar yang akan dipertanyakan dan pelaksanaan pertanyaaan mengalir seperti percakapan sehari- hari. Dalam hal ini yang menjadi obyek wawancara peneliti Kepala Kelurahan/ Lurah, serta sebagian masyarakat yang tinggal di Kelurahan Kapas, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaaan seorang penyidik. a. Dokumentasi Pribadi Dokumen tidak selalu berbentuk lisan, melainkan dapat juga berupa foto atau rekaman lain yang dalam konteks ini bersifat milik atau melekat pada pribadi. b. Dokumentasi Resmi Dokumentasi resmi berbeda dengan dokumentasi pribadi, meskipun dilihat dari keperluan penelitian sifatnya dapat saling mengisi, saling melengkapi atau mungkin bahkan bertolak belakang. Dokumentasi resmi adalah dokumen instan. Isinya dapat memuat data subyek dalam konteks formal dan dapat juga memuat data mengenai pribadi seseorang. Mengumpulkan data lapangan dengan cara mencatat, merangkum data yang ada ditemukan dilokasi penelitian. Serta mencari data atau variable yang berupa catatan, transkip, buku. 10 Hal tersebut untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pokok penelitian. Analisa data dilakukan untuk berbagai keperluan. Pada awal penelitian dan di analisis untuk menentukan fokus penelitian. Selama proses penelitian berlangsung data di analisis untuk menentukan data apa lagi yang harus digali, juga untuk memastikan keabsahan data. Analisis data kualitatif menurut Bogman dan Biklen mengatakan bahwa "upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang 9 Lexy J. Moleong, Metodologi PenelitianKualitatif (Bandung: RemajaRosdaKarya, 2006), 191. 10 ibid. 135. Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 di pelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain". 11 Seiddel mengemukakan bahwa proses berjalannya analisa data kualitatif yaitu : 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membut indeksnya. 3. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum. 12 Setelah semua data terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data. Dalam penelitian hukum empiris analisis bahan data dapat digunakan dengan menggunakan metode analisis deskriptif, 13 dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing : adalah seleksi atau pemeriksaan ulang terhadap sumber-sumber data yang telah terkumpul. Kemudian sumber- sumber data yang sudah terkumpul diseleksi sesuai dengan ragam pengumpulan data, untuk menjawab pertanyaan yang terkandung dalam fokus penelitian. Hal ini dilakukan guna memeriksa kesalahan jika terdapat ketidaksesuaian. 2. Classifying : adalah mengklasifikasikan sumber-sumber data. Dimana hasil kerja awal pada penelitian data-data yang terkumpul diklasifikasikan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Klasifikasi yang dilakukan bertujuan agar lebih mudah dalam melkukan pembacaan data sesuai dengan kebutuhan. 3. Verifying : adalah memeriksa kembali data-data informasi yang ada agar validitasnya bisa terjamin. 4. Analizing : adalah analisa hubungan data-data yang telah dikumpulkan. Dimana upaya analisis ini dilakukan dengan menghubungkan apa yang diperoleh dengan fokus masalah yang diteliti. 5. Concluding : adalah pengambilan kesimpulan dari data yang telah diolah. Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yang merupakan suatu metode untuk mendeskripsikan, menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan kemudian 11 Lexy J. Moleong. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakrya,2010,216 12 Lexy J. Moleong, op.cit.246 13 Abdulkadir Muhammad, HukumDan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Baksti, 2004), 126. Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 menganalisanya dengan berpedoman pada sumber data tertulis yang diperoleh dari kepustakaan. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data sejumlah kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan yaitu : 1. Uji kepercayaan (credibility), dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Perpanjangan pengamatan. Memungkinkan peneliti untuk mendalami apa yang telah didapatkannya. Bertambahnya waktu di lapangan tentu memberi peluang kepada peneliti untuk membuat peruncian pengamatannta. b. Peningkatan ketekunan pengamatan. Dimaksudkan agar peneliti menjalankan prinsip "sempit dan dalam" yang memungkinkannya untuk lebih fokus menemukan konteks yang sesungguhnya dan relevansi dari apa yang telah diketahuinya. c. Triangulasi. Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas di artikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini teknuk triangulasi yang digunakan adalah : i. Triangulasi sumber, triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. ii. Triangulasi metode, triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh memiliki jaminan kepercayaan data dan menghindari subjektivitas dari peneliti, serta melakukan cross check dan dengan sumber dan teknik yang berbeda. iii. Triangulasi waktu. Digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan pengecekan data dari berbaagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan data yang sahih melalui observasi peneliti perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengaamatan saja. d. Pengecekan teman sejawat. Upaya peneliti untuk mendapatkan masukan dari teman sejawat yang tidak ikut serta meneliti. Peneliti memaparkan hasil temuannya, kemudian meminta kritik dan masukan. Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 e. Pengecekan anggota. Cek dan ricek diantara peneliti yang terlibat dalam proses penelitian. Ini dilakukan agar semua peneliti saling menyadari berbagai hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam. f. Analisa kasus negatif. Mencari temuan kasus-kasus negatif t\yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan apa yang sudah ditemukan. Ini sebagai pembanding. g.Kecukupan referensial. Penggunaan berbagai peralatan seperti perekam suara atau perekam gambar untuk melengkapi catatan tertulis. 2. Uji keteralihan (transferability), adalah kemungkinan memanfaatkan hasil penelitian pada latar lain. Hal ini di uji dari kemampuan peneliti untuk membuat laporan hasil penelitian yang lengkap, terperinci, jelas, spesifik dan mendalam sehingga siapapun yang membacanya dapat menilai apakah temuan itu bisa ditransfer atau tidak. 3. Uji ketergantungan (dependability), adalah pengecekan terhadap keseluruhan proses dan kemungkinannya untuk dilakukan ulang atau replikasiulang oleh peneliti lain. Jika kondisi dan persyaratannya sama dan hasilnya sama, maka uji ini tercapai. Uji kepastian (cinfirmability), adalah tercapainya kesepakatan antar subjek, antara peneliti dan pihak-pihak terkait ## Hasil dan Pembahasan Bentuk Kenakalan Remaja Peserta Didik Di Madrasah Aliyah Al- Data perolehan skor angket diatas merupakan data hasil penelitian yang masih dalam keadaan kasar dan belum bermakna. Agar mudah dipahami, perlu adanya pengolahan analisis data. Pengolahan dan analisis data penelitian ini dilakukan menggunakan statistik, yaitu teknik analisis Mean yang digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya nilai rata-rata dari variabel yang diteliti dan teknik analisis Product Moment yang digunakan untuk mencari korelasi antar dua variabel. Untuk menganalisis tinggi rendahnya nilai rata-rata dari peran guru dan prestasi belajar siswa terlebih dahulu dibuat tabel kerja kemudian dilanjutkan dengan perhitungan dengan menggunakan rumus Mean . Setelah itu disajikan interpretasi dan kesimpulannya. Adapun analisis data dengan menggunakan rumus Mean adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Tabel Peritungan untuk Mencari Nilai Rata-rata Variabel X (Peran Guru) dan Variabel Y (prestasi Belajar) No X 1 X 2 X 3 X 4 X Y 1 2 3 4 5 6 7 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 1 20 23 23 18 84 78 2 20 20 23 18 81 77 3 23 22 24 20 89 80 4 20 22 18 17 77 74 5 18 22 19 18 77 75 6 19 19 20 18 76 78 7 20 22 21 22 85 80 8 20 18 19 18 75 75 9 20 17 23 20 80 78 10 20 19 20 18 77 77 11 20 20 19 16 75 75 12 20 22 18 18 78 77 13 20 20 18 19 77 77 14 20 18 22 21 81 78 15 20 24 22 18 84 78 16 20 20 19 16 75 75 17 18 21 18 18 75 72 18 20 22 20 19 81 78 19 22 24 19 18 83 76 20 20 22 21 20 83 79 21 20 21 19 18 78 77 22 20 20 19 18 77 77 Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.6…… 1 2 3 4 5 6 7 23 19 18 22 19 78 79 24 19 23 24 18 84 79 25 22 20 21 16 79 76 26 18 17 19 15 69 73 27 16 19 16 15 66 70 28 20 17 19 17 73 77 29 19 18 20 19 76 79 30 20 17 19 18 74 78 31 18 22 17 13 70 70 32 22 23 23 21 89 80 33 20 19 19 18 76 77 34 20 17 19 18 74 76 35 22 20 17 27 86 74 36 19 21 21 28 89 78 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 37 23 17 18 16 74 73 38 21 23 22 23 89 83 39 19 21 19 18 77 75 40 21 22 23 20 86 80 41 22 22 20 17 81 77 42 20 17 23 19 79 81 43 19 24 22 23 88 85 44 20 17 20 18 75 79 45 18 20 16 16 70 72 46 18 17 19 17 71 77 47 22 20 21 22 85 82 48 19 22 18 23 82 82 49 18 21 18 18 75 78 50 17 18 16 15 66 71 51 18 18 19 16 71 72 52 22 20 23 19 84 80 53 20 18 19 16 73 75 54 17 19 23 22 81 81 55 19 16 23 24 82 84 Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.6…… 1 2 3 4 5 6 7 56 19 19 19 18 75 76 57 22 21 23 23 89 83 58 21 21 21 21 84 81 59 18 24 25 24 91 90 60 18 18 20 19 75 79 61 17 19 21 18 75 78 62 21 21 20 19 81 79 63 23 17 17 15 72 72 64 22 17 19 15 73 74 65 20 20 22 20 82 80 66 19 19 18 18 74 77 67 17 18 18 18 71 79 68 19 19 18 16 72 74 69 20 17 19 16 72 74 70 24 19 24 24 91 92 71 22 19 22 22 85 80 72 20 19 18 15 72 73 73 20 20 19 17 76 75 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 74 19 19 17 15 70 71 75 18 19 18 17 72 73 76 19 18 16 14 67 67 77 23 24 23 23 93 90 78 23 23 23 22 91 89 79 20 22 20 19 81 79 80 23 18 21 20 82 84 81 23 22 22 22 89 89 82 20 20 19 18 77 76 83 20 22 20 18 80 78 84 22 20 19 17 78 74 85 20 17 16 15 68 70 86 23 18 22 20 83 80 87 23 14 17 16 70 70 88 23 18 20 23 84 81 Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.6………… 1 2 3 4 5 6 7 89 23 23 20 22 88 80 90 20 23 19 19 81 78 91 23 22 21 22 88 84 92 23 18 22 21 84 83 93 20 17 18 17 72 75 94 16 14 14 14 58 49 95 19 19 17 18 73 79 96 22 22 24 21 89 84 97 19 18 20 16 73 73 98 23 24 23 23 93 86 Untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai rata-rata dari variabel X (peran guru) dan variabel Y (prestasi belajar), maka hasil dari penjumlahan di atas dimasukkan ke dalam rumus Mean , sebagai berikut : a) Analisis tinggi rendahnya nilai rata-rata variabel X 1 (peran guru sebagai demonstrator) : N X M x   100 2019  x M 19 , 20  x M Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Mean variabel X 1 (peran guru sebagai demonstrator ) adalah 20,19. b)Analisis tinggi rendahnya nilai rata-rata variabel X 2 (peran guru sebagai pengelola kelas) : Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Mean variabel X 2 (peran guru sebagai pengelola kelas ) adalah 19,81. c) Analisis tinggi rendahnya nilai rata-rata variabel X 3 (peran guru sebagai mediator) : Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Mean variabel X 3 (peran guru sebagai mediator ) adalah 19,98. d)Analisis tinggi rendahnya nilai rata-rata variabel X 4 (peran guru sebagai evaluator) : Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Mean variabel X 4 (peran guru sebagai evaluator ) 18,75. e) Analisis tinggi rendahnya nilai rata-rata variabel X (peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator) : Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Mean variabel X (peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator) 78,73. f) Analisis tinggi rendahnya nilai rata-rata variabel X (peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator) : 100 1981  x M 81 , 19  x M N X M x   100 1998  x M 98 , 19  x M N X M x   100 1875  x M 75 , 18  x M N X M x   100 7873  x M 73 , 78  x M N X M x   100 7751  x M 51 , 77  x M N X M x   Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Mean variabel Y (prestasi belajar siswa) 77,51. Untuk mengetahui hubungan antara variabel X (peran guru) dengan variabel Y (prestasi belajar),terlebih dahulu dibuat table kerja kemudian dilanjutkan dengan perhitungan dengan menggunakan rumus r Product Moment. Setelah itu disajikan interpretasi dan kesimpulannya. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut : a) Analisis tentang hubungan peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar (X 1 – Y). Tabel 4.3 Tabel Hubungan Peran Guru Sebagai Demonstrator dengan Prestasi Belajar (X 1 – Y) Responden X Y X 2 Y 2 XY 1 2 3 4 5 6 1 20 78 400 6084 1560 2 20 77 400 5929 1540 3 23 80 529 6400 1840 4 20 74 400 5476 1480 5 18 75 324 5625 1350 6 19 78 361 6084 1482 7 20 80 400 6400 1600 8 20 75 400 5625 1500 9 20 78 400 6084 1560 10 20 77 400 5929 1540 11 20 75 400 5625 1500 12 20 77 400 5929 1540 13 20 77 400 5929 1540 14 20 78 400 6084 1560 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.7…… 1 2 3 4 5 6 15 20 78 400 6084 1560 16 20 75 400 5625 1500 17 18 72 324 5184 1296 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 18 20 78 400 6084 1560 19 22 76 484 5776 1672 20 20 79 400 6241 1580 21 20 77 400 5929 1540 22 20 77 400 5929 1540 23 19 79 361 6241 1501 24 19 79 361 6241 1501 25 22 76 484 5776 1672 26 18 73 324 5329 1314 27 16 70 256 4900 1120 28 20 77 400 5929 1540 29 19 79 361 6241 1501 30 20 78 400 6084 1560 31 18 70 324 4900 1260 32 22 80 484 6400 1760 33 20 77 400 5929 1540 34 20 76 400 5776 1520 35 22 74 484 5476 1628 36 19 78 361 6084 1482 37 23 73 529 5329 1679 38 21 83 441 6889 1743 39 19 75 361 5625 1425 40 21 80 441 6400 1680 41 22 77 484 5929 1694 42 20 81 400 6561 1620 43 19 85 361 7225 1615 44 20 79 400 6241 1580 45 18 72 324 5184 1296 46 18 77 324 5929 1386 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.7…… 1 2 3 4 5 6 47 22 82 484 6724 1804 48 19 82 361 6724 1558 49 18 78 324 6084 1404 50 17 71 289 5041 1207 51 18 72 324 5184 1296 52 22 80 484 6400 1760 53 20 75 400 5625 1500 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 54 17 81 289 6561 1377 55 19 84 361 7056 1596 56 19 76 361 5776 1444 57 22 83 484 6889 1826 58 21 81 441 6561 1701 59 18 90 324 8100 1620 60 18 79 324 6241 1422 61 17 78 289 6084 1326 62 21 79 441 6241 1659 63 23 72 529 5184 1656 64 22 74 484 5476 1628 65 20 80 400 6400 1600 66 19 77 361 5929 1463 67 17 79 289 6241 1343 68 19 74 361 5476 1406 69 20 74 400 5476 1480 70 24 92 576 8464 2208 71 22 80 484 6400 1760 72 20 73 400 5329 1460 73 20 75 400 5625 1500 74 19 71 361 5041 1349 75 18 73 324 5329 1314 76 19 67 361 4489 1273 77 23 90 529 8100 2070 78 23 89 529 7921 2047 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.7…… 1 2 3 4 5 6 79 20 79 400 6241 1580 80 23 84 529 7056 1932 81 23 89 529 7921 2047 82 20 76 400 5776 1520 83 20 78 400 6084 1560 84 22 74 484 5476 1628 85 20 70 400 4900 1400 86 23 80 529 6400 1840 87 23 70 529 4900 1610 88 23 81 529 6561 1863 89 23 80 529 6400 1840 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 ] 60078 60376100 ][ 1076361 4109100 [ 15649269 15692600     xy r ] ) 7751 ( 603761 * 100 ][ ) 2019 ( 41091 * 100 [ ) 7751 )( 2019 ( 156926 * 100 2 2     xy r 298099 * 32739 43331  xy r 99525 , 98789 43331  xy r 43861729 , 0  xy r            ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy 100 20 78 400 6084 1560 ∑ =100 ∑X =2019 ∑Y =7751 ∑X 2 =41091 ∑Y 2 =603761 ∑XY =156926 Perhitungan : Df = N – nr = 100 – 2 = 98 r t pada t.s 5 % = 0,195 r t pada t.s 1 % = 0,254 Interpretasi : Diketahui bahwa ro : dari X 1 -Y adalah 0,439. Apabila dikonsultasikan dengan Tabel 3.2, maka diketahui bahwa ro= 0,439 ternyata berada pada nilai koefisien 0,40 - 0,70 dalam kategori sedang. Apabila dikonsultasikan dengan table 3.3 ro > rt (baik pada taraf signifikansi 5% = 0,195 dan 1% = 0,254). Berarti : Ho yang berbunyi “tidak ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar ”ditolak”. Kesimpulan yang dapat ditarik : “Ada hubungan positif yang signifikan antara peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar dalam kategori sedang” b). Analisis tentang hubungan peran guru sebagai pengelola kelas dengan prestasi belajar (X 2 – Y). Tabel 4.4 Tabel Hubungan Peran Guru Sebagai Pengelola Kelas dengan Prestasi Belajar (X 2 – Y) Responden X Y X 2 Y 2 XY 1 2 3 4 5 6 1 23 78 529 6084 1794 2 20 77 400 5929 1540 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.8…… 3 22 80 484 6400 1760 4 22 74 484 5476 1628 5 22 75 484 5625 1650 6 19 78 361 6084 1482 7 22 80 484 6400 1760 1 2 3 4 5 6 8 18 75 324 5625 1350 9 17 78 289 6084 1326 10 19 77 361 5929 1463 11 20 75 400 5625 1500 12 22 77 484 5929 1694 13 20 77 400 5929 1540 14 18 78 324 6084 1404 15 24 78 576 6084 1872 16 20 75 400 5625 1500 17 21 72 441 5184 1512 18 22 78 484 6084 1716 19 24 76 576 5776 1824 20 22 79 484 6241 1738 21 21 77 441 5929 1617 22 20 77 400 5929 1540 23 18 79 324 6241 1422 24 23 79 529 6241 1817 25 20 76 400 5776 1520 26 17 73 289 5329 1241 27 19 70 361 4900 1330 28 17 77 289 5929 1309 29 18 79 324 6241 1422 30 17 78 289 6084 1326 31 22 70 484 4900 1540 32 23 80 529 6400 1840 33 19 77 361 5929 1463 34 17 76 289 5776 1292 35 20 74 400 5476 1480 36 21 78 441 6084 1638 37 17 73 289 5329 1241 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.8…… 38 23 83 529 6889 1909 39 21 75 441 5625 1575 1 2 3 4 5 6 40 22 80 484 6400 1760 41 22 77 484 5929 1694 42 17 81 289 6561 1377 43 24 85 576 7225 2040 44 17 79 289 6241 1343 45 20 72 400 5184 1440 46 17 77 289 5929 1309 47 20 82 400 6724 1640 48 22 82 484 6724 1804 49 21 78 441 6084 1638 50 18 71 324 5041 1278 51 18 72 324 5184 1296 52 20 80 400 6400 1600 53 18 75 324 5625 1350 54 19 81 361 6561 1539 55 16 84 256 7056 1344 56 19 76 361 5776 1444 57 21 83 441 6889 1743 58 21 81 441 6561 1701 59 24 90 576 8100 2160 60 18 79 324 6241 1422 61 19 78 361 6084 1482 62 21 79 441 6241 1659 63 17 72 289 5184 1224 64 17 74 289 5476 1258 65 20 80 400 6400 1600 66 19 77 361 5929 1463 67 18 79 324 6241 1422 68 19 74 361 5476 1406 69 17 74 289 5476 1258 70 19 92 361 8464 1748 71 19 80 361 6400 1520            ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy ## Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.8…… Perhitungan : 1 2 3 4 5 6 72 19 73 361 5329 1387 73 20 75 400 5625 1500 74 19 71 361 5041 1349 75 19 73 361 5329 1387 76 18 67 324 4489 1206 77 24 90 576 8100 2160 78 23 89 529 7921 2047 79 22 79 484 6241 1738 80 18 84 324 7056 1512 81 22 89 484 7921 1958 82 20 76 400 5776 1520 83 22 78 484 6084 1716 84 20 74 400 5476 1480 85 17 70 289 4900 1190 86 18 80 324 6400 1440 87 14 70 196 4900 980 88 18 81 324 6561 1458 89 23 80 529 6400 1840 90 23 78 529 6084 1794 91 22 84 484 7056 1848 92 18 83 324 6889 1494 93 17 75 289 5625 1275 94 14 49 196 2401 686 95 19 79 361 6241 1501 96 22 84 484 7056 1848 97 18 73 324 5329 1314 98 24 86 576 7396 2064 99 17 71 289 5041 1207 100 22 78 484 6084 1716 ∑ =100 ∑X =1981 ∑Y =7751 ∑X 2 =39773 ∑Y 2 =603761 ∑XY =154152 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 ] 60078 60376100 ][ 3924361 3977300 [ 15354731 15415200     xy r 298099 * 52939 60469  xy r 7358 , 125603 60469  xy r 481426763 , 0  xy r ] ) 7751 ( 603761 * 100 ][ ) 1981 ( 39773 * 100 [ ) 7751 )( 1981 ( 154152 * 100 2 2     xy r Df = N – nr = 100 – 2 = 98 r t pada t.s 5 % = 0,195 r t pada t.s 1 % = 0,254 Interpretasi : Diketahui bahwa ro : dari X 2 -Y adalah 0,481. Apabila dikonsultasikan dengan Tabel 1.1, maka diketahui bahwa ro= 0,481 ternyata berada pada nilai koefisien 0,40 - 0,70 dalam kategori sedang. Apabila dikonsultasikan dengan table 3.3 ro > rt (baik pada taraf signifikansi 5% = 0,195 dan 1% = 0,254). Berarti : Ho yang berbunyi “tidak ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai pengelola kelas dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar ”ditolak”. Kesimpulan yang dapat ditarik : “Ada hubungan positif yang signifikan antara peran guru sebagai pengelola kelas dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar dalam kategori sedang. c) . Analisis tentang hubungan peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar (X 3 – Y) Tabel 4.5 Tabel Hubungan Peran Guru Sebagai Mediator dengan Prestasi Belajar (X 3 – Y) Responden X Y X 2 Y 2 XY 1 23 78 529 6084 1794 2 23 77 529 5929 1771 3 24 80 576 6400 1920 4 18 74 324 5476 1332 5 19 75 361 5625 1425 6 20 78 400 6084 1560 7 21 80 441 6400 1680 8 19 75 361 5625 1425 9 23 78 529 6084 1794 10 20 77 400 5929 1540 11 19 75 361 5625 1425 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.9…… 12 18 77 324 5929 1386 13 18 77 324 5929 1386 14 22 78 484 6084 1716 15 22 78 484 6084 1716 16 19 75 361 5625 1425 17 18 72 324 5184 1296 18 20 78 400 6084 1560 19 19 76 361 5776 1444 20 21 79 441 6241 1659 21 19 77 361 5929 1463 22 19 77 361 5929 1463 23 22 79 484 6241 1738 24 24 79 576 6241 1896 1 2 3 4 5 6 25 21 76 441 5776 1596 26 19 73 361 5329 1387 27 16 70 256 4900 1120 28 19 77 361 5929 1463 29 20 79 400 6241 1580 30 19 78 361 6084 1482 31 17 70 289 4900 1190 32 23 80 529 6400 1840 33 19 77 361 5929 1463 34 19 76 361 5776 1444 35 17 74 289 5476 1258 36 21 78 441 6084 1638 37 18 73 324 5329 1314 38 22 83 484 6889 1826 39 19 75 361 5625 1425 40 23 80 529 6400 1840 41 20 77 400 5929 1540 42 23 81 529 6561 1863 43 22 85 484 7225 1870 44 20 79 400 6241 1580 45 16 72 256 5184 1152 46 19 77 361 5929 1463 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Bersambung… Lanjutan Tabel 4.9…… 47 21 82 441 6724 1722 48 18 82 324 6724 1476 49 18 78 324 6084 1404 50 16 71 256 5041 1136 51 19 72 361 5184 1368 52 23 80 529 6400 1840 53 19 75 361 5625 1425 54 23 81 529 6561 1863 55 23 84 529 7056 1932 56 19 76 361 5776 1444 57 23 83 529 6889 1909 1 2 3 4 5 6 58 21 81 441 6561 1701 59 25 90 625 8100 2250 60 20 79 400 6241 1580 61 21 78 441 6084 1638 62 20 79 400 6241 1580 63 17 72 289 5184 1224 64 19 74 361 5476 1406 65 22 80 484 6400 1760 66 18 77 324 5929 1386 67 18 79 324 6241 1422 68 18 74 324 5476 1332 69 19 74 361 5476 1406 70 24 92 576 8464 2208 71 22 80 484 6400 1760 72 18 73 324 5329 1314 73 19 75 361 5625 1425 74 17 71 289 5041 1207 75 18 73 324 5329 1314 76 16 67 256 4489 1072 77 23 90 529 8100 2070 78 23 89 529 7921 2047 79 20 79 400 6241 1580 80 21 84 441 7056 1764 81 22 89 484 7921 1958 82 19 76 361 5776 1444 83 20 78 400 6084 1560 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 ] ) 7751 ( 603761 * 100 ][ ) 1998 ( 40440 * 100 [ ) 7751 )( 1998 ( 155826 * 100 2 2     xy r            ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy ] 60078 60376100 ][ 3992004 4044000 [ 15486498 15582600     xy r 298099 * 51996 96102  xy r 0233 , 124480 96102  xy r 77202 , 0  xy r Bersambung……. Lanjutan Tabel 4.9…… Perhitungan : Df = N – nr = 100 – 2 = 98 r t pada t.s 5 % = 0,195 r t pada t.s 1 % = 0,254 Interpretasi : Diketahui bahwa ro : dari X 3 -Y adalah 0,772. Apabila dikonsultasikan dengan Tabel 1.1, maka diketahui bahwa ro= 0,772 84 19 74 361 5476 1406 85 16 70 256 4900 1120 86 22 80 484 6400 1760 87 17 70 289 4900 1190 88 20 81 400 6561 1620 89 20 80 400 6400 1600 90 19 78 361 6084 1482 91 21 84 441 7056 1764 92 22 83 484 6889 1826 1 2 3 4 5 6 93 18 75 324 5625 1350 94 14 49 196 2401 686 95 17 79 289 6241 1343 96 24 84 576 7056 2016 97 20 73 400 5329 1460 98 23 86 529 7396 1978 99 18 71 324 5041 1278 100 24 78 576 6084 1872 ∑ =100 ∑X =1998 ∑Y =7751 ∑X 2 =40440 ∑Y 2 =603761 ∑XY =155826 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 ternyata berada pada nilai koefisien 0,70 - 0,90 dalam kategori tinggi. Apabila dikonsultasikan dengan table 3.3 ro > rt (baik pada taraf signifikansi 5% = 0,195 dan 1% = 0,254).Berarti : Ho yang berbunyi “tidak ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar ”ditolak”. Kesimpulan yang dapat ditarik : “Ada hubungan positif yang signifikan antara peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi”. d). Analisis tentang hubungan peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar (X 4 – Y). Tabel 4.6 Tabel Hubungan Peran Guru Sebagai Evaluator dengan Prestasi Belajar (X 4 – Y) Responden X Y X 2 Y 2 XY 1 18 78 324 6084 1404 2 18 77 324 5929 1386 3 20 80 400 6400 1600 4 17 74 289 5476 1258 5 18 75 324 5625 1350 6 18 78 324 6084 1404 7 22 80 484 6400 1760 8 18 75 324 5625 1350 9 20 78 400 6084 1560 10 18 77 324 5929 1386 11 16 75 256 5625 1200 12 18 77 324 5929 1386 13 19 77 361 5929 1463 14 21 78 441 6084 1638 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.10…… 1 2 3 4 5 6 15 18 78 324 6084 1404 16 16 75 256 5625 1200 17 18 72 324 5184 1296 18 19 78 361 6084 1482 19 18 76 324 5776 1368 20 20 79 400 6241 1580 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 21 18 77 324 5929 1386 22 18 77 324 5929 1386 23 19 79 361 6241 1501 24 18 79 324 6241 1422 25 16 76 256 5776 1216 26 15 73 225 5329 1095 27 15 70 225 4900 1050 28 17 77 289 5929 1309 30 18 78 324 6084 1404 31 13 70 169 4900 910 32 21 80 441 6400 1680 33 18 77 324 5929 1386 34 18 76 324 5776 1368 35 27 74 729 5476 1998 36 28 78 784 6084 2184 37 16 73 256 5329 1168 38 23 83 529 6889 1909 39 18 75 324 5625 1350 40 20 80 400 6400 1600 41 17 77 289 5929 1309 42 19 81 361 6561 1539 43 23 85 529 7225 1955 44 18 79 324 6241 1422 45 16 72 256 5184 1152 46 17 77 289 5929 1309 47 22 82 484 6724 1804 48 23 82 529 6724 1886 49 18 78 324 6084 1404 Bersambung… Lanjutan Tabel 4.10…… 1 2 3 4 5 6 50 15 71 225 5041 1065 51 16 72 256 5184 1152 52 19 80 361 6400 1520 53 16 75 256 5625 1200 54 22 81 484 6561 1782 55 24 84 576 7056 2016 56 18 76 324 5776 1368 57 23 83 529 6889 1909 58 21 81 441 6561 1701 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 59 24 90 576 8100 2160 60 19 79 361 6241 1501 61 18 78 324 6084 1404 62 19 79 361 6241 1501 63 15 72 225 5184 1080 64 15 74 225 5476 1110 65 20 80 400 6400 1600 66 18 77 324 5929 1386 67 18 79 324 6241 1422 68 16 74 256 5476 1184 69 16 74 256 5476 1184 70 24 92 576 8464 2208 71 22 80 484 6400 1760 72 15 73 225 5329 1095 73 17 75 289 5625 1275 74 15 71 225 5041 1065 75 17 73 289 5329 1241 76 14 67 196 4489 938 77 23 90 529 8100 2070 78 22 89 484 7921 1958 79 19 79 361 6241 1501 80 20 84 400 7056 1680 81 22 89 484 7921 1958 82 18 76 324 5776 1368 83 18 78 324 6084 1404 84 17 74 289 5476 1258 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.10…… Responden X Y X 2 Y 2 XY 85 15 70 225 4900 1050 86 20 80 400 6400 1600 87 16 70 256 4900 1120 88 23 81 529 6561 1863 89 22 80 484 6400 1760 90 19 78 361 6084 1482 91 22 84 484 7056 1848 92 21 83 441 6889 1743 93 17 75 289 5625 1275 94 14 49 196 2401 686 95 18 79 324 6241 1422 96 21 84 441 7056 1764 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053            ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy ] ) 7751 ( 603761 * 100 ][ ) 1875 ( 35969 * 100 [ ) 7751 )( 1875 ( 146486 * 100 2 2     xy r ] 60078 60376100 ][ 3515625 3596900 [ 14533125 14648600     xy r 298099 * 81275 115475  xy r 9504 , 155629 115475  xy r 741984429 , 0  xy r 97 16 73 256 5329 1168 98 23 86 529 7396 1978 99 15 71 225 5041 1065 100 20 78 400 6084 1560 ∑ =100 ∑X =1875 ∑Y =7751 ∑X 2 =35969 ∑Y 2 =603761 ∑XY =146486 Perhitungan : Df = N – nr = 100 – 2 = 98 r t pada t.s 5 % = 0,195 r t pada t.s 1 % = 0,254 Interpretasi : Diketahui bahwa ro : dari X 4 -Y adalah 0,741. Apabila dikonsultasikan dengan Tabel 1.1, maka diketahui bahwa ro= 0,741 ternyata berada pada nilai koefisien 0,70 - 0,90 dalam kategori tinggi. Apabila dikonsultasikan dengan table 3.3 ro > rt (baik pada taraf signifikansi 5% = 0,195 dan 1% = 0,254). Berarti : Ho yang berbunyi “tidak ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar ”ditolak”. Kesimpulan yang dapat ditarik : “Ada hubungan positif yang signifikan antara peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi”. e) . Analisis tentang hubungan secara bersama-sama antara peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar (X – Y). Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 Tabel 4.7 Tabel Hubungan Peran Guru dengan Prestasi Belajar (X – Y) Responden X Y X 2 Y 2 XY 1 84 78 7056 6084 6552 2 81 77 6561 5929 6237 3 89 80 7921 6400 7120 4 77 74 5929 5476 5698 5 77 75 5929 5625 5775 6 76 78 5776 6084 5928 7 85 80 7225 6400 6800 8 75 75 5625 5625 5625 9 80 78 6400 6084 6240 10 77 77 5929 5929 5929 11 75 75 5625 5625 5625 12 78 77 6084 5929 6006 13 77 77 5929 5929 5929 14 81 78 6561 6084 6318 15 84 78 7056 6084 6552 16 75 75 5625 5625 5625 17 75 72 5625 5184 5400 18 81 78 6561 6084 6318 19 83 76 6889 5776 6308 20 83 79 6889 6241 6557 21 78 77 6084 5929 6006 22 77 77 5929 5929 5929 23 78 79 6084 6241 6162 24 84 79 7056 6241 6636 25 79 76 6241 5776 6004 26 69 73 4761 5329 5037 27 66 70 4356 4900 4620 28 73 77 5329 5929 5621 29 76 79 5776 6241 6004 30 74 78 5476 6084 5772 31 70 70 4900 4900 4900 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.11…… 1 2 3 4 5 6 32 89 80 7921 6400 7120 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 33 76 77 5776 5929 5852 34 74 76 5476 5776 5624 35 86 74 7396 5476 6364 36 89 78 7921 6084 6942 37 74 73 5476 5329 5402 38 89 83 7921 6889 7387 39 77 75 5929 5625 5775 40 86 80 7396 6400 6880 41 81 77 6561 5929 6237 42 79 81 6241 6561 6399 43 88 85 7744 7225 7480 44 75 79 5625 6241 5925 45 70 72 4900 5184 5040 46 71 77 5041 5929 5467 47 85 82 7225 6724 6970 48 82 82 6724 6724 6724 49 75 78 5625 6084 5850 50 66 71 4356 5041 4686 51 71 72 5041 5184 5112 52 84 80 7056 6400 6720 53 73 75 5329 5625 5475 54 81 81 6561 6561 6561 55 82 84 6724 7056 6888 56 75 76 5625 5776 5700 57 89 83 7921 6889 7387 58 84 81 7056 6561 6804 59 91 90 8281 8100 8190 60 75 79 5625 6241 5925 61 75 78 5625 6084 5850 62 81 79 6561 6241 6399 63 72 72 5184 5184 5184 64 73 74 5329 5476 5402 65 82 80 6724 6400 6560 66 74 77 5476 5929 5698 Bersambung…… Lanjutan Tabel 4.11…… 1 2 3 4 5 6 67 71 79 5041 6241 5609 68 72 74 5184 5476 5328 69 72 74 5184 5476 5328 70 91 92 8281 8464 8372 Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053            ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy ] ) 7751 ( 603761 * 100 ][ ) 7873 ( 624631 * 100 [ ) 7751 )( 7873 ( 613390 * 100 2 2     xy r ] 60078 60376100 ][ 61984129 62463100 [ 61023623 16133900     xy r 298099 * 478971 315377  xy r 71 85 80 7225 6400 6800 72 72 73 5184 5329 5256 73 76 75 5776 5625 5700 74 70 71 4900 5041 4970 75 72 73 5184 5329 5256 76 67 67 4489 4489 4489 77 93 90 8649 8100 8370 78 91 89 8281 7921 8099 79 81 79 6561 6241 6399 80 82 84 6724 7056 6888 81 89 89 7921 7921 7921 82 77 76 5929 5776 5852 83 80 78 6400 6084 6240 84 78 74 6084 5476 5772 85 68 70 4624 4900 4760 86 83 80 6889 6400 6640 87 70 70 4900 4900 4900 88 84 81 7056 6561 6804 89 88 80 7744 6400 7040 90 81 78 6561 6084 6318 91 88 84 7744 7056 7392 92 84 83 7056 6889 6972 93 72 75 5184 5625 5400 94 58 49 3364 2401 2842 95 73 79 5329 6241 5767 96 89 84 7921 7056 7476 97 73 73 5329 5329 5329 98 93 86 8649 7396 7998 99 73 71 5329 5041 5183 100 86 78 7396 6084 6708 ∑ =100 ∑X =7873 ∑Y =7751 ∑X2 =624631 ∑Y2 =603761 ∑XY =613390 Perhitungan : Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 3905 , 377806 315377  xy r 834758246 , 0  xy r Df = N – nr = 100 – 2 = 98 r t pada t.s 5 % = 0,195 r t pada t.s 1 % = 0,254 Interpretasi : Diketahui bahwa ro : dari X-Y adalah 0,835. Apabila dikonsultasikan dengan Tabel 1.1, maka diketahui bahwa ro= 0,835 ternyata berada pada nilai koefisien 0,70 - 0,90 dalam kategori tinggi. Apabila dikonsultasikan dengan table 3.3 ro > rt (baik pada taraf signifikansi 5% = 0,195 dan 1% = 0,254). Berarti : Ho yang berbunyi “tidak ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar ”ditolak”. Kesimpulan yang dapat ditarik : “Ada hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama antara peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar siswa di MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi”. ## A. Rekapitulasi Hasil Penelitian dan Pembahasannya 1. Rekapitulasi hasil penelitian Sebelum dilakukan pembahasan terhadap penemuan-penemuan penelitian ini, maka perlu disajikan terlebih dahulu rangkuman hasil penelitian sebagai berikut : ## Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil penelitian dengan Mean No Variabel Hasil Analisis Kesimpulan 1 2 3 4 1 X 1 (Peran guru sebagai demonstrator) 20,19 Nilai rata-rata variabel X 1 tergolong tinggi 2 X 2 (Peran guru sebagai pengelola kelas) 19,81 Nilai rata-rata variabel X 2 tergolong tinggi Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 3 X 3 (Peran guru sebagai mediator) 19,98 Nilai rata-rata variabel X 3 tergolong tinggi 4 X 4 (Peran guru sebagai evaluator) 18,75 Nilai rata-rata variabel X 4 tergolong tinggi 5 X (Peran guru) 78,73 Nilai rata-rata variabel X tergolong tinggi 6 Y (Prestasi belajar) 77,51 Nilai rata-rata variabel Y tergolong tinggi Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil penelitian dengan Product Moment No Hipotesis Hasil Analisis Hasil Konsultasi Tabel 3.2 Kesimpulan 1 2 3 4 5 1 Ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar r 0 = 0,438 0,40 - 0,70 (sedang) Ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori sedang 2 Ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai pengelola kelas dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar r 0 = 0,481 0,40 - 0,70 (sedang) Ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai pengelola kelasdengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori sedang 3 Ada hubungan positif lagi signifikan antara r 0 = 0,772 0,70 - 0,90 (tinggi) Ada hubungan positif lagi signifikan antara Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi 4 Ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar r 0 = 0,742 0,70 - 0,90 (tinggi) Ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi 5 Ada hubungan positif lagi signifikan secara bersama-sama antara peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar r 0 = 0,835 0,70 - 0,90 (tinggi) Ada hubungan positif lagi signifikan secara bersama-sama antara peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi ## 2. Pembahasan temuan hasil penelitian a. Bahwa hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh dari variabel X (peran guru) dan variabel Y (prestasi belajar siswa tergolong tinggi. b. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori sedang. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah bahwa ada beberapa mata pelajaran salah satu contohnya adalah mata pelajaran Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 fiqih yang membutuhkan demonstrasi atau peragaan langsung dari guru sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dibahas menjadi lebih baik. Dengan pemberian contoh serta demonstrasi langsung dari guru dalam berbagai bentuk, hasilnya diharapkan dapat efektif dan mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran. c. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai pengelola kelas dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori sedang. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah bahwa agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, upaya yang dilakukan guru dalam mengelola kelas diantaranya berupa: (a) sebelum memulai pelajaran guru memeriksa kebersihan dan kerapian kelas, (b) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (c) guru dan siswa melakukan kerjasama dalm hal pengaturan tempat duduk, dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) apabila guru ada halangan sehingga tidak bisa mengajar guru mengusahakan untuk selalu memberi tugas kepada siswa. d. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah bahwa agar materi pelajaran terasa tidak membosankan bagi siswa maka guru di MAN Kota Blitar menggunakan beberapa media jika diperlukan. e. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah evaluasi dalam pembelajaran di MAN Kota Blitar ada dua macam yaitu: (1) penilaian terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses pengajaran. Penilaian hasil belajar siswa baik diantaranya berasal dari ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional. f. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan secara bersama-sama antara peran guru sebagai Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi. ## Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana telah di Bahwa hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh dari variabel X (peran guru) dan variabel Y (prestasi belajar siswa tergolong tinggi. a. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai demonstrator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori sedang. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah bahwa ada beberapa mata pelajaran salah satu contohnya adalah mata pelajaran fiqih yang membutuhkan demonstrasi atau peragaan langsung dari guru sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dibahas menjadi lebih baik. Dengan pemberian contoh serta demonstrasi langsung dari guru dalam berbagai bentuk, hasilnya diharapkan dapat efektif dan mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran. b. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai pengelola kelas dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori sedang. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah bahwa agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, upaya yang dilakukan guru dalam mengelola kelas diantaranya berupa: (a) sebelum memulai pelajaran guru memeriksa kebersihan dan kerapian kelas, (b) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (c) guru dan siswa melakukan kerjasama dalm hal pengaturan tempat duduk, dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) apabila guru ada halangan sehingga tidak bisa mengajar guru mengusahakan untuk selalu memberi tugas kepada siswa. g. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai mediator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah bahwa agar materi pelajaran terasa tidak membosankan bagi siswa maka Jurnal Ilmiah Innovative , Volume 7 nomor 1 maret 2020: 2355-4053 guru di MAN Kota Blitar menggunakan beberapa media jika diperlukan. h. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan antara peran guru sebagai evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi. Menurut guru mata pelajaran fiqih Ibu Siti Na’imah evaluasi dalam pembelajaran di MAN Kota Blitar ada dua macam yaitu: (1) penilaian terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses pengajaran. Penilaian hasil belajar siswa baik diantaranya berasal dari ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional. Bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif lagi signifikan secara bersama-sama antara peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan evaluator dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Blitar dalam kategori tinggi. ## Daftar Pustaka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2009, Mahmudi, Psikologi Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia,2014, Ary H. Gunawan ,Sosiologi Pendidikan , Jakarta, Rineka Cipta, 2010, Sudarsono, Kenakalan Rejama, Jakarta , PT Rineka Cipta, 2012, Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling, Jakarta, Amzah, 2016, Agus Hidayatulloh, Al-Qur’an Al Jamil, Bekasi, Cipta Bagus Segara, 2012, Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2012, Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling , Op Cit , Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Op Cit, Dadang Kamad, Metode Penelitian Pgama, Prespektif Ilmu Perbandingan Agama , Bandung: Pusaka Setia,2000, Neong Muhajir, Metode Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed , Yogyakarta: Rake Sarasin, 2007, Lexy J. Moleong, Metodologi PenelitianKualitatif (Bandung: RemajaRosdaKarya, 2006), Lexy J. Moleong. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakrya,2010,
6b8c5d4b-2ba7-4888-ab8d-cb6b016c9a05
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/download/1328/725
http://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya Jayapangus Press ISSN 2615-0913 (E) Vol. 4 No. 2 (2021) ## Faktor Menonton Drama Korea Melalui Media Online (Web) Pada Remaja Putri Talitha Reyhan Widana¹, Diajeng Herika Hermanu² ¹ Broadcasting , STIKOM InterStudi, Jakarta ² Communication , STIKOM InterStudi, Jakarta 1 [email protected] 2 [email protected] Keywords: Abstract Korean Wave, Korean Drama, Learning, Online Media, Sociability This study aims to identify the factors of watching Korean dramas through online media (web) in young women. The study was conducted by distributing 400 questionnaires to young women in DKI Jakarta through an online survey. Quantitative data analysis methods are used and analyzed through factor analysis. The factor analysis summarizes two factors of watching Korean dramas, namely the learning factor and the sociability factor. It was found that Learning and Sociability are factors that influence young women to watch Korean dramas through online media (web) be-cause of the easy internet access and complete streaming facilities. Kata Kunci: Abstrak Drama Korea, Korean Wave, Media online, Pembelajaran, Perilaku sosial. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor menonton drama Korea melalui media online (web) pada remaja putri. Penelitian dilakukan dengan membagikan 400 kuesioner kepada remaja putri di DKI Jakarta melalui survei online. Metode analisis data kuantitatif digunakan dan diana-lisis melalui analisis faktor. Analisis faktor meringkas dua faktor menonton drama Korea yaitu faktor Learning, dan faktor Sociability. Ditemukan bahwa Learning dan Sociability adalah faktor-faktor yang memang mempengaruhi para remaja putri untuk menonton drama Korea melalui media online (web) karena mudahnya akses internet serta lengkapnya fasilitas streaming. ## Pendahuluan Dalam era globalisasi saat ini kemajuan pada bidang teknologi maupun komunikasi kini memungkinkan manusia di seluruh dunia untuk dapat saling bertukar informasi atau berkomunikasi dengan satu sama lain. Hampir tidak ada batas untuk masyarakat melakukan pertukaran informasi antar bangsa di berbagai belahan dunia (Aw, 2010). Globalisasi dalam bentuk komunikasi antar budaya juga mulai tumbuh seiring dengan adanya interaksi sosial yang ditimbulkan, sehingga melibatkan nilai-nilai sosio- kultural individu maupun kelompok yang melintasi batas komunikasi untuk berhubungan dengan individu maupun kelompok lainnya. Interaksi antarbudaya di suatu wilayah juga menjadi gencar dengan ter-bukanya arus globalisasi yang kini memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi. Perkembangan teknologi juga menyebabkan peningkatan interaksi antarbudaya ini menjadi lebih memiliki kualitas dan kuantitas (Nasution, 2018). Saat ini sudah lebih dari satu dek-ade sejak beredar dan meluasnya budaya popular Korea kedalam Asia Timur, dan telah meluas ke negara Asia lainnya. Budaya popular Korea adalah produk budaya yang diproduksi secara massa seperti musik K-Pop, drama Korea, dan film Korea (Tuk, 2012). Hallyu atau Korean wave menjadi istilah yang digunakan untuk penyebaran budaya pop negara Korea Selatan yang terjadi secara mendunia di berbagai belahan negara di dunia, termasuk salah satunya di Indonesia (Shim, 2006). Perkembangan di bidang teknologi dan informasi telah berhasil membawa perubahan yang besar pada penyebaran Korean wave. Jika sebelumnya Hallyu atau Korean wave menyebar hanya dengan melalui media konvensional saja, seperti televisi, majalah, dan radio, sejak terjadinya perkembangan di bidang teknologi dan informasi, yang juga pada akhirnya membawa perubahan terhadap bentuk media dan memunculkan media baru, sehingga penyebaran Korean wave juga mengalami adanya perubahan. Produk budaya ini dipromosikan, didistri-busikan, dan dikonsumsi melalui new media oleh seluruh industri hiburan dan para penggemarnya (Kuwahara, 2014). Menurut Arango pada tahun 2016, saat ini, banyak situs Web yang menye-diakan layanan streaming online dengan adanya subtitle serta munculnya forum dan papan pesan yang memungkinkan komunitas online untuk berdiskusi mengenai budaya Korea. Misalnya, Dramafever adalah salah satu situs yang memungkinkan pemirsa untuk dapat menonton drama Korea secara gratis dan juga pemirsa dapat menulis ulasan dan menilai drama favorit mereka di situs (Web) tersebut, dengan adanya media online tersebut pemirsa merasa dimu-dahkan untuk menonton Drama Korea yang diinginkan (Arango, 2016). Selain dorongan perkembangan new media, Faktor Learning juga menjadi alasan meledaknya penyebaran budaya Korea di Indonesia, pasalnya hal tersebut telah mendorong minat orang-orang, teru-tama remaja, untuk mempelajari Bahasa Korea, melalui musik pop Korea, drama Korea, bahkan film Korea dapat menjadi salah satu cara yang paling menyenangkan untuk menyerap budaya dan Bahasa Korea (Sulastri & Hasby, 2017). Selain itu, dengan berkembangnya perusahaan besar Korea di Indonesia membuat Bahasa Korea menjadi Bahasa yang banyak diperhitungkan (Lestari, 2010). Selain Bahasa, setiap drama pasti memiliki adegan mengkonsumsi makanan khas Korea seperti kimchi, bulgogi , ramyun dan ja-jangmyeon yang membuat penonton tertarik dengan kuliner khas Korea, selain itu dari menyaksikan drama Korea tanpa sadar penonton akan mengetahui kebiasaan dan budaya orang Korea (Hipwee, 2017) . Sehingga, tanpa sadar rasa ingin tahu penonton terhadap sejarah Korea muncul saat menonton drama Korea, sa- lah satunya Scarlet Heart Ryeo yang dapat membuat penonton sampai mencari tahu masa- masa Kerajaan di Korea, dari masa dinasti Goryeo hingga masa dinasti Joseon, dan bagaimana kisah rajanya (Hipwee, 2017) . Selain itu, penonton K-Drama baik secara sadar maupun tidak, akan mengenal beberapa budaya serta kebiasaan orang Korea secara otodidak. Adapun hal-hal yang ditonjolkan seperti, memberi hormat dengan cara membungkuk, makanan khas Korea, melakukan apresiasi seni dalam keseharian (dalam hal budaya Korea), minum minuman beralkohol, mengenal pakaian tradisional Korea (hanbok), hingga mengenal tulisan Korea (hangul) bahkan mempelajarinya (I. P. Putri et al., 2019). Melihat tayangan drama Korea selain dapat menjadi hiburan bagi remaja, dapat menambah pengetahuan mengenai pem-belajaran Bahasa Korea, budaya Korea, dan berbagai hal yang tidak bisa didapat- kan di Indonesia, dan dapat memberikan sebuah motivasi dari karakter atau tokoh peran yang ada dalam drama atau film Korea maupun perjuangan kehidupan nyata idol Korea (Kaparang, 2013). Tidak hanya dari Faktor Learning, Faktor Sociability juga membuat remaja gemar menonton drama Korea agar dapat menambah intensitas bersosialisasi dengan teman dan keluarga, berdiskusi dengan teman-teman dan memiliki topik percakapan yang sama dengan teman dan keluarga mengenai drama Korea (Ama-ran, 2018). Drama korea memiliki berbagai macam genre dan dengan beragamnya genre tersebut dapat memberikan banyak dampak, salah satunya adalah dampak positif, sesuai dengan Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini yaitu Faktor Learning dan juga Sociability, dimana dampak positif tersebut seperti memiliki pengetahuan baru, cara mencari teman dan pekerjaan yang diperlihatkan dalam drama Korea, memahami bahasa korea, dan memiliki motivasi untuk mendapat Pendidikan yang bagus. Kebudayaan yang ditampilkan seperti adanya sistem hirearki yaitu menghormati orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa yang sopan dan selalu menghormati orang-orang yang lebih muda. Drama korea dengan genre pendidikan banyak diminati oleh sebagian audience karena banyak terdapat informasi seputar pendidikan di Korea Selatan yang tidak bisa didapatkan di Indonesia. Pendidikan di Korea Selatan memang terkenal dengan keketatannya serta betapa keras peserta didik disana untuk belajar demi mendapatkan nilai yang memuaskan dan dapat masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan serta jurusan yang memberikan jaminan kerja dengan prestise yang tinggi dalam masyarakat. Maka dari itulah genre pendidikan sangat diminati oleh audience remaja dengan berbagai permasalahan yang ditampilkan di drama Korea. Kemudian, melihat drama korea tidak hanya sekedar hiburan semata, namun dengan melihat drama korea audience juga dapat mempelajari bahasa korea. (Prasanti & Dewi, 2020) Remaja suka mengadopsi kosa kata bahasa korea dalam kehidupan sehari- hari. Kata-kata yang sering digunakan yaitu 감사합니다 / 고마워 (kamsahamnida /gomawo) yang memiliki arti terima kasih. Bahkan sebagian besar dari mereka lancar berbahasa korea tanpa harus membaca terjemahan untuk mengerti artinya.Tak jarang juga merekadapat membaca huruf Hangul atau huruf korea. Secara tidak langsung remaja juga melatih kemampuan linguistic mereka dengan mempelajari bahasa korea secara otodidak. Dengan itu penguasaan bahasa mereka tidak hanya terpaku pada bahasa internasional yaitu bahasa inggris namun, memiliki kemampuan bahasa yang beragam salah satunya adalah bahasa korea. Adanya drama korea juga memberikan motivasi bagi mereka untuk mencoba merasakan pendidikan ke Korea Selatan. Saat ini sudah banyak program pertukaran guru dan tenaga pengajar, pertukaran ahli di bidang primary and secondary education, kerjasama antar universitas/sekolah, recognition degrees, human resources development, pemberian beasiswa, joint research,dan penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar/konferensi/pameranyang dibuka akibat kerjasama pemerintah Indonesia dan Korea Selatan akan membuat motivasi untuk menuntut ilmu semakin tinggi. (Angelicha, 2020). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mazdan Ali Amaran, dinyatakan bahwa ada dua faktor yang direkomendasikan dan valid yang membuat remaja tertarik untuk menonton drama Korea, faktor tersebut adalah faktor Learning, dan faktor Sociability. Pada penelitian ini akan diteliti kembali dua faktor tersebut, apakah masih valid pada penelitian kali ini, yaitu faktor Learning, untuk memuaskan kebutuhan mempelajari budaya Korea seperti Bahasa, masakan Korea, fashion, dan juga tujuan wisata terkenal di Korea, dan faktor Sociability, dimana menonton drama Korea diharapkan dapat menambah intensitas bersosialisasi dengan teman dan keluarga seperti menghabiskan waktu bersama, memiliki diskusi drama dengan teman-teman dan memiliki topik percakapan umum yang sama dengan teman dan keluarga mengenai drama Korea (Amaran, 2018). Menurut hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada tahun 2019, pengguna Internet terbanyak adalah remaja dengan rentang usia 15-19 tahun (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2019), kemudian menurut suvei yang dilakukan oleh Tirto.id preferensi Drama korea di Indonesia didominasi oleh wanita sebesar 85,17% (Tirto.ID, 2017), Sehingga penelitian ini dilakukan terhadap remaja putri dengan rentang usia tersebut. Faktor yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh yang ditemukan dalam teori uses and gratification, menjelaskan bahwa remaja menonton drama Korea untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan mereka akan pembelajaran tentang budaya Korea seperti masakan Korea, trend mode, bahasa dan juga tempat-tempat wisata terkenal di Korea serta untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga, menghabiskan waktu bersama, mendiskusikan drama Korea dengan teman dan memiliki topik pem-bicaraan umum dengan teman dan keluarga. Pada penelitian sebelumnya yamg dilakukan oleh Mazdan Ali Amaran, menonton drama Korea dikalangan anak muda sangat dipengaruhi oleh faktor Learning dan faktor Sociability, sehingga pada penelitian kali ini, diteliti untuk mengetahui faktor menonton drama korea melalui media online (Web), terhadap remaja putri. Dari mengidentifikasi faktor-faktor menonton Drama Korea pada Remaja, pada penelitian ini adalah remaja putri, apakah memang benar bahwa faktor tersebut mempengaruhi remaja putri di penelitian ini. Tujuan ini diperoleh dengan cara menyelidiki apa hasrat dan kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh remaja putri dari menonton drama Korea melalui faktor-faktor tersebut khususnya faktor Learning dan faktor Sociability. ## Metode Penelitian akan diolah menggunakan metode kuantitatif , yaitu kegiatan untuk menemukan sebuah pengetahuan yang didukung dengan data dalam bentuk angka sebagai alat untuk menganalisis keterangan-keterangan mengenai apa saja yang ingin diketahui atau dibutuhkan (Kasirom, 2010). Penelitian dilakukan dengan bantuan Statistical Package of the Social Sciences (SPSS) versi 24.0 dan Microsoft Excel untuk menganalisis hasil yang diperoleh dari kuesioner. Data yang dikumpulkan dianalisis dan menjalani uji reliabilitas untuk menghasilkan nilai alpha Cronbach (Amaran, 2018). Menurut Suryabrata, reliabilitas akan menunjukkan seberapa jauh hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran tersebut dipastikan reliabel dalam artian benar-benar memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan yang kuat (Suryabrata, 2014). Menurut George & Malery, nilai alpha Cronbach yang kurang dari 0,5 tidak dapat diterima, nilai antara 0,5 sampai 0,6 dan 0,6 sampai 0,7 dianggap buruk dan dipertanyakan. Sedangkan kisaran nilai antara 0,7 sampai 0,8 dapat diterima dan kisaran nilai antara 0,8 sampai 0,9 dianggap baik. Terakhir, untuk nilai yang lebih tinggi dari 0,9 adalah nilai yang luar biasa (George & Mallery, 2010). Semua hasil yang dianalisis disajikan dalam bentuk tabel atau bagan. Data yang dikumpulkan juga dianalisis melalui analisis faktor untuk mencapai tujuan penelitian mengenai faktor-faktor menonton drama Korea melalui media online diantara remaja putri. Williams, Onsman, & Brown (Williams et al., 2010) menyatakan bahwa tes Kaiser Meyer Olkin (KMO) mengukur kecukupan pengambilan sampel dan Barlett’s test of Sphericity digunakan untuk mengukur apakah data responden sesuai untuk analisis faktor. Agar data sesuai untuk analisis faktor, nilai KMO harus berada di antara kisaran 0,5 sampai 1,0, nilai yang kurang dari 0,5 dinyatakan tidak sesuai untuk analisis faktor. Sebagaimana dikatakan oleh Dennis & Bocarnea, tes Barlett adalah untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel dalam matriks korelasi (Dennis & Bocarnea, 2005). Penelitian dilakukan di seluruh DKI Jakarta, pada bulan juni 2020. Alasan memilih lokasi pelenitian di DKI Jakarta yaitu karena DKI Jakarta merupa-kan ibu kota dan juga kota metropolitan sehingga mudah terkena dampak globalisasi yang salah satunya adalah mudahnya akses menggunakan internet untuk menggunakan media online sebagai media menonton drama Korea. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling, sebagai penelitian yang hanya fokus pada remaja dengan rentang usia 15-19 tahun (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2019). Selain itu, metode strat-ified random sampling ini juga digunakan untuk fokus hanya pada mereka yang pernah menonton drama Korea di media online untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Target populasi dalam penelitian ini adalah penduduk DKI Jakarta usia 15-19 tahun sebesar 418.400 jiwa (Databoks, 2020). Selanjutnya, penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan tingkat toleransi kesalahan sebe-sar 5% sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: N=418,400: (1+(418.400 X 0,05²)) N=418,400: (1+(418.400 X 0,0025)) N=418,400: (1+1.046) N=418,400: 1.047 N=399,61 (400) Berdasarkan tingkat toleransi kesalahan sebesar 0,05 (5%), maka dalam penelitian ini diperoleh hasil sampel atau responden sebanyak 399,61 dan dibulat-kan menjadi 400 wanita usia 15-19 tahun. Sesuai dengan perhitungan sampel menggunakan rumus slovin, kuisioner akan dibagikan kepada 400 responden remaja putri dengan usia 15-19 tahun di DKI Jakarta, serta didistribusikan melalui tautan survei online yang didukung oleh Google Form atau https://docs.google.com. Peneliti akan menjelaskan secara singkat kuesioner untuk memastikan bahwa responden me-mahami urutan kuesioner. Kuesioner beri-si tentang faktor menonton drama Korea melalui media online diantara remaja pu- tri. Selanjutnya, skala likert 6 peringkat digunakan untuk mengidentifikasi faktor menonton drama Korea melalui media online diantara remaja putri serta untuk mengukur pengaruh drama Korea pada pengetahuan dan perilaku sosial remaja putri. ## Hasil dan Pembahasan ## 1. Komunikasi dan Perkembangan Media Online Saat ini, dunia internasional, termasuk Indonesia, berada pada era yang penuh dengan komunikasi dan teknologi informasi. Kemajuan teknologi telah memberikan sumber informasi dan komunikasi yang dimiliki secara luas oleh umat manusia. Menurut catatan Bucy, komunikasi menggunakan Web terus berkembang. Lalu lintas data komunikasi dari server web meningkat. Situasi ini memberikan ruang baru bagi semua aspek kehidupan manusia. Ini karena web dan aplikasinya adalah lingkungan komu- nikasi yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. (Bucy, 2002). Teknologi informasi dan komunikasi ini memunculkan situasi dunia yang sama yang ditempati oleh masyarakat informasi, yaitu desa global. Pada saat yang sama, ada tren ekonomi untuk memperluas pasar ke seluruh penjuru dunia. Di era yang disebut globalisasi, sinergi ini telah melahirkan berbagai mode interaktif. Keberadaan Internet dan aplikasi web (sebagian) membuat ketersediaan informasi dalam jumlah besar di dunia yang tak terbayangkan (Bagdikian & Emeritus, 2004). ## 2. Remaja, Drama Korea dan Broadcasting Web Drama Korean wave saat ini cukup mempengaruhi dunia, tidak hanya para remaja bahkan orang-orang dewasa pun juga terpengaruhi. Di Indonesia sendiri budaya Korean wave bermula pada awal tahun 2000 yaitu dengan ditayangkannya drama seri Korea di televisi Indonesia. Lewat Korean wave yang melanda, banyak orang yang tertarik untuk kemudian berusaha mempelajari bahasa maupun kebudayaan Korea (Faidol Juddi, 2019) Menurut Briandana dan Ibrahim (Briandana, 2015), budaya populer Korea telah berhasil memperoleh ketenaran yang sangat luas dari Asia Timur ke kawasan Asia Tenggara sejak akhir tahun 1990-an. Salah satu drama seri Winter Sonata adalah salah satu drama seri yang menjadi awal mula industri K-pop di mana budaya populer Korea mulai diakui sebagai sebuah wabah media massa, yang juga dikenal sebagai gelombang Korea atau Korean wave (Hallyu), drama seri tersebut berhasil dengan sangat baik menyajikan makanan khas dan budaya serta daya tarik Suasana Pulau Nami yang menjadikan Korea sebagai salah satu negara yang paling banyak dikunjungi di Asia, dengan begitu, popularitas drama Korea mulai meningkat melalui gelom-bang korea yang kini menyebar ke seluruh dunia (Briandana, 2015). Menurut Nielsen Consumer and Media View pada tahun 2016, saat ini remaja terutama usia 15 – 19 tahun dapat dengan mudah mengakses serial drama apapun dengan adanya kemajuan teknologi. Menurut survei yang ada, remaja tersebut cenderung mengakses in-ternet dari rumah dan sebagian besar dari mereka menggunakan perangkat mobile terhitung sejak pagi hingga waktu menjelang tidur. Aktivitas penggunaan inter- net oleh remaja terbesar saat ini adalah untuk berinteraksi melalui social media, mengakses situs pencarian, bermain games online, mengunduh film dan mendengarkan musik (Nielsen, 2016). Untuk ketertarikan menonton, remaja Indonesia dapat menghabiskan satu hingga sedikitnya dua jam per hari (38,78 persen) dan 3 hingga 4 jam (33,08 persen) untuk menonton drama Korea pilihannya. Untuk pilihan waktu menonton, mayoritas remaja Indonesia penggemar drama Korea memilih untuk menonton sebelum beristirahat di malam hari (41,06 persen). Ada juga yang menonton nya di akhir pekan atau hari libur (37,26 persen) (Tirto.ID, 2017) . Sementara untuk mendapatkan drama favoritnya, mayoritas remaja Indonesia mengunduh sendiri drama Korea yang ingin mereka tonton (55,13 persen). Biasanya, mereka mengunduh melalui website penyedia drama yang difasilitasi dengan berbagai macam terjemahan dalam berbagai bahasa. Sementara, sebanyak 35,36 persen remaja lainnya melakukan streaming dari beberapa website seperti Youtube, Viki, dan lainnya (Tirto.ID, 2017). Riset Tirto.id ini menyebut bahwa media sosial, merupakan sumber informasi bagi para remaja milenial penggemar drama Korea menemukan rekomendasi drama yang akan ditonton (55,13 persen). Hanya 2,66 persen yang mendapatkan informasi mengenai tontonan drama Korea dari kerabat dekat. Hal tersebut menunjukkan bahwa penikmat drama Korea di Indonesia lebih menyukai mencari informasi melalui media online dibandingkan mencari tahu melalui kerabat dekat maupun lingkungan sosial lainnya (Tirto.ID, 2017). Dalam survei penelitian sebelumnya oleh Tirto.id, persentase masyarakat Indonesia yang menyukai drama Korea sebesar 80,61 persen, mereka menyatakan bahwa alur cerita yang menarik dan tidak langsung pada intinya adalah alasan utama audiens menonton drama Korea. Drama Korea memang terkenal di Indonesia karena memiliki perbedaan karakteristik dengan sinetron Indonesia yang cenderung panjang dan lebih bertele-tele (Tirto.ID, 2017). Sebagaimana dinyatakan oleh Lu dan Lo, adanya keterhubungan ditemukan menjadi faktor utama yang menarik perhatian penonton. Terhubung nya audiens dengan karakter dan latar yang kontekstual dalam seri drama tertentu berkontribusi terhadap kepuasan audiens terhadap seri drama tertentu (Lu & Lo, 2007). Namun, menurut Steinkamp menemukan bahwa keterhubungan saja tidak relevan untuk menjadi penentu utama kepuasan audiens karena perasaan audiens tentang keterhubungan dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Dengan demikian, Steinkamp mengemukakan bahwa faktor-faktor pemirsa yang menonton drama Korea harus diselidiki dalam perspektif memuaskan kebutuhan mereka seperti mempelajari budaya dan bahasa Korea, memudahkan sosialisasi dengan kerabat maupun keluarga yang memiliki kegemaran yang sama, dan lain sebagainya (Steinkamp, 2010). Namun, penelitian saat ini membahas faktor-faktor yang memotivasi remaja untuk menonton drama Korea dalam perspektif kepuasan yang dicari. Studi ini meneliti keinginan dan kebutuhan yang dicari pemirsa dari menonton drama Korea. Penelitian ini menggunakan teori gratifikasi sebagai landasan teori untuk mengembangkan kerangka penelitian (Gambar 1). (Jiang & Leung, 2012) men- gidentifikasi dua poin yang dicari pemirsa dari menonton serial drama yaitu Sociability , dan Learning, berdasarkan teori uses and gratification. Teori uses and gratification adalah pendekatan yang berpusat pada audiens tentang bagaimana pemirsa menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka (Jiang & Leung, 2012). Dua faktor yang diidentifi- kasi dalam penelitian ini adalah di antara motivasi yang ditemukan dalam teori uses and gratification yang menjelaskan bahwa remaja menonton drama Korea untuk memuaskan kebutuhan mereka akan pembelajaran tentang budaya Korea seperti masakan Korea, mode, bahasa dan juga tujuan wisata terkenal di Korea serta untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga seperti menghabiskan waktu bersama, bergabung dengan diskusi dra- ma dengan teman dan memiliki topik percakapan umum dengan teman dan keluarga. Secara keseluruhan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah menonton drama Korea melalui media online pada remaja putri sementara variabel independennya adalah Faktor Learning dan Faktor Sociability (Amaran, 2018) ## Gambar 1. Model Penelitian Hipotesis H1: Learning merupakan faktor dari menonton drama korea melalui media online pada remaja putri H2: Sociability merupakan faktor dari Menonton drama Korea melalu media Online pada remaja putri Item yang terlibat dalam latar belakang demografi responden adalah kelompok usia, domisili tempat tinggal (dalam lingkup DKI Jakarta), dan beberapa pertanyaan lain yang berhubungan dengan drama Korea seperti frekuensi menonton drama Korea, dan website yang sering digunakan responden untuk menonton drama Korea. ## Gambar 2. Tabel demografi Tabel menunjukkan bahwa responden dengan usia 15 tahun sebanyak 11 responden (2,8%) usia 16 tahun sebanyak 83 responden (20.8%), usia 17 tahun sebanyak 88 responden (78%), usia 18 tahun sebanyak 78 responden (19.1%), dan usia 19 dengan responden paling banyak yaitu 140 responden (35.3%). Selanjutnya, untuk domisili Jakarta Selatan memiliki responden paling banyak sebesar 176 responden (44.0%), Jakarta Utara sebanyak 28 responden (7.0%), Jakarta Barat sebanyak 73 responden (18.3%), Jakarta Timur sebanyak 91 responden (22.8%), Jakarta Pusat sebanyak 27 responden (6,8%), Kepulauan seribu sebanyak 5 responden (1.2%). Sementara website yang digunakan untuk menonton drama Korea, 95 responden (23.8%) menggunakan VIU, 81 responden (20.3%) menggunakan Netflix, 83 responden (20.7%) menggunakan Drakor.id, 114 responden (28.5%) menggunakan web streaming lainnya, sementara 27 responden (6.7%) menggunakan aplikasi lain. ## 3. Frekuensi menonton Drama Korea Dari hasil survey dapat dibuktikan bahwa responden yang hanya menonton drama Korea satu kali saja dalam suatu waktu sebanyak 18 responden (4,5%). 20 responden (5%) adalah mereka yang jarang menonton drama Korea. 126 responden (31.5%) adalah mereka yang terkadang menonton drama Korea. Kemudian, responden yang menonton drama korea sangat sering sebesar 236 responden (59%) dan ini merupakan persentase tertinggi dari frekuensi menonton drama Korea. Reliabilitas Analisis Gambar 3 menunjukkan statistik reliabilitas untuk pertanyaan. Analisis reliabilitas adalah untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan faktor menonton drama Korea di media online pada remaja putri untuk memastikan validitas hasil. Sesuai dengan (Field, 2013), kuesioner dengan Nilai Cronbach’s Alpha yang lebih tinggi dari 0,8 dianggap dapat dilanjutkan. Gambar 3 menggambarkan Nilai Cronbach alpha dari 7 item yang diteliti adalah 0,844. Nilai ini dianggap nilai yang baik dan sesuai (George & Mallery, 2010). ## Gambar. 3 Nilai Cronbach Alpha Faktor Analisis Analisis faktor bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi yang mendorong remaja putri untuk menonton drama korea melalui media online . Gambar menunjukkan hasil analisis faktor dengan hasil KMO sebesar 0,819 sesuai yang dikatakan oleh Williams, Osman, & Brown bahwa nilai minimal KMO adalah 0,5 (Williams et al., 2010) sehingga nilai KMO yang didapat sudah cocok untuk analisis faktor. Sedangkan Bartlett’s test untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel dalam correlation matrix (Dennis & Bocarnea, 2005). KMO and Bartlett's Test ## Gambar. 4 nilai KMO dan Bartlett’s Gambar 5 menunjukkan hasil analisis faktor dengan faktor awal dan kamunalitas. Faktor awal adalah faktor yang tidak mengalami rotasi dan memiliki pola dimensi yang kurang jelas dan tidak stabil. Kolom kedua dan ketiga pada gambar 5 menunjukkan seberapa besar kontribusi variabel terhadap faktor. Komunalitas adalah varian dalan variabel yang diamati yang diperhitungkan oleh dua faktor yang dipilih. Semakin tinggi nilai komunalitas menunjukkan bahwa varian suatu variabel sangat menjelaskan suatu faktor tertentu atau sebaliknya (Child, 2006). Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .819 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1247.652 df 21 Sig. .000 Berdasarkan gambar 5, variabel dengan komunalitas tertinggi yaitu memiliki kesamaan topik percakapan dengan teman dan keluarga sebesar 0,807 dan ini menggambarkan bahwa 80,7% variabel menjelaskan baik faktor 1 maupun faktor 2. Kemudian dilanjutkan dengan variabel Untuk menyaksikan drama korea bersama teman dan keluarga, dan banyaknya teman yang sering mendiskusikan drama korea dengan nilai komunalitas 0,765 dan 0, 763 masing-masing menunjukkan bahwa 76,5% dan 76,3% variabel menjelaskan kedua faktor tersebut. ## Gambar 5 Faktor awal dan Komunalitas Faktor 1 menyatakan persentase varian 52% sedangkan faktor 2 menyatakan 19% varian dan keduanya menyumbangkan nilai komunalitas sebesar 71%. Karena pola dimensi yang tidak jelas, seperti yang terlihat pada gambar, dengan demikian faktor- faktor membutuhkan untuk menjalani rotasi agar pola dimensi nya lebih stabil. Faktor- faktor tersebut diklasifikasikan menjadi dua dimensi seperti gambar 6 dan 7 yang mempresentasikan bobot faktor dan nilai eigen dari faktor 1 dan faktor 2 setelah rotasi. Empat variabel pertama seperti yang ditunjukkan gambar 6, berkenaan dengan pembelajaran mengenai masakan korea, trend fashion , bahasa korea, dan tempat wisata, menunjukkan perbedaan bobot faktor yang sangat mencolok antara faktor 1 dan faktor 2, oleh karena itu variabel ini diberi label dalam dimensi Learning . Di sisi lain, tiga variabel lainnya yaitu variabel banyaknya teman yang mendiskusikan drama korea, agar memiliki topik perbincangan dengan teman dan keluarga, dan menonton drama dengan teman dan keluarga masuk kedalam label Sociability . Faktor 1: Learning (setelah rotasi) untuk mempelajari masakan korea 0,810, untuk mengikuti trend mode terkini 0,744, untuk mempelajari Bahasa korea 0,801, untuk mengetahui tempat wisata 0,782. Setelah rotasi eigenvalue sebesar 2.622, % of variance sebesar 65.547, nilai Alpha Cronbach 0,823, untuk nilai KMO sebesar 0,766, bartlett’s test 0,000. ## Gambar 6 Faktor Learning setelah rotasi Gambar 6 menunjukkan kumpulan variabel terkait pembelajaran atau Learning dengan empat bobot signifikan setelah rotasi. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel yang paling signifikan adalah mempelajari tentang makanan korea dengan bobot tertinggi sebesar 0,810. Kemudian diikuti oleh variabel mempelajari bahasa korea sebesar 0,801, demikian juga mengetahui tempat wisata dan mengikuti trend fashion memberikan kontribusi bobot faktor setelah rotasi masing masing sebesar 0,782 dan 0,744. ## Gambar 7 Faktor Sociability setelah rotasi Gambar 7 menunjukkan variabel yang dikumpulkan terkait faktor kemampuan bersosialisasi atau Sociability dengan 3 bobot faktor setelah rotasi. Hasilnya menunjukkan bahwa memiliki topik percakapan yang sama dengan teman dan keluarga memiliki bobot faktor tertinggi sebesar 0,881, disusul menyaksikan drama korea Bersama teman dan keluarga, dan banyaknya teman yang mendiskusikan drama korea dengan bobot setelah rotasi masing masing 0,857 dan 0,830. Nilai eigen adalah ukuran varians yang diperhitungkan oleh faktor-faktor sebagai kontribusi faktor (Streiner, 1994). Menurut gambar 6, nilai eigen untuk faktor Learning adalah 2,622 sedangkan untuk Sociability adalah 2,334 seperti yang ditunjukkan pada gambar 6 dan gambar 7. Kedua nilai eigen tersebut lebih tinggi dari nol, hal ini menunjukkan bahwa faktor Learning dan Sociability dapat dipertahankan. Persentase varian menunjukkan seberapa besar total varian yang dikontribusikan oleh masing-masing faktor (Yong & Pearce, 2013). Persentase faktor Learning adalah 65.547% yaitu lebih rendah dibandingkan dengan persentase varian dari Sociability sebesar 77.811%. Ini menunjukkan Faktor Sociability tersebut merupakan faktor pendorong terbesar bagi remaja putri untuk menonton drama Korea pada media online web dibandingkan dengan faktor Learning secara keseluruhan. Selain itu, ada sekitar 71% varian kumulatif yang dapat menjelaskan dengan baik dimensi faktor Learning dan Sociability . Selanjutnya nilai Cronbach's alpha yang ditunjukkan pada faktor Sociability lebih tinggi dari faktor Learning masing-masing sebesar 0,857 dan 0,823. Hal ini menggambarkan faktor Sociability memiliki stabilitas dan konsistensi data yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor Learning . Nilai KMO untuk faktor Learning sebesar 0,766 lebih tinggi dari nilai faktor Sociability dengan nilai KMO 0,730. Hal ini menunjukkan bahwa faktor Learning memiliki kecukupan sampling yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor Sociability . Selain itu, kedua nilai KMO tersebut lebih tinggi dari 0,50 yang mana menunjukkan bahwa keduanya cocok untuk analisis faktor (Williams et al., 2010). Selain itu, kedua hasil uji bartlett’s menunjukkan nilai signifikan yaitu 0,000. Jadi, ini menunjukkan bahwa matriks korelasi adalah matriks identitas dengan semua elemen diagonal sama dengan 1 seperti yang ditunjukkan pada gambar 8. ## Gambar 8 Matriks Korelasi Gambar 8 menunjukkan matriks korelasi antar variabel. Variabel mempelajari makanan Korea sangat berkorelasi dengan mengetahui trend fashion terbaru (0,666). Sejalan dengan itu, variabel topik percakapan dengan teman dan keluarga juga sangat berkorelasi yang tinggi dengan banyaknya teman yang mendiskusikan drama Korea (0,696). Untuk menonton drama Korea dengan teman dan keluarga juga sangat berkorelasi dengan memiliki topik pembicaraan dengan teman dan keluarga mengenai drama Korea (0,675). Sesuai dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi nilai 0,60 – 0,799 terbilang kuat, sehingga semua korelasi antar variabel diatas terbilang kuat (Sugiyono, 2007). Ada dua faktor remaja menonton drama Korea yang diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu Learning dan Sociability setelah analisis faktor. Pada penelitian sebelumnya telah di identifikasi beberapa kategorisasi motivasi menonton seperti entertainment, relaxation, Learning, arrousal, passing time, diversion, escape , dan Sociability (Rubin et al., 2009). Selain itu, (Jiang & Leung, 2012) juga mengidentifikasi empat gratifikasi yang dicari penonton untuk menonton serial drama yang mencakup entertainment, Sociability, Learning dan escape, berbasis teori uses and gratification. Teori uses and gratification berpusat pada pendekatan audiens tentang bagaimana menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan kognitif dan afektif mereka (Jiang & Leung, 2012). Dua faktor yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah motivasi yang ditemukan dalam teori uses and gratification yang menjelaskan bahwa remaja putri menonton drama Korea melalui media online web untuk mendapatkan kepuasan dan kebutuhan mereka untuk mempelajari tentang budaya Korea seperti masakan Korea, fashion , bahasa dan juga destinasi wisata terkenal di Korea juga untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga seperti menghabiskan waktu bersama, bergabung dalam diskusi mengenai drama Korea dengan teman-teman dan menonton Bersama dengan teman dan keluarga. Faktor utama yang memotivasi remaja untuk menonton drama Korea secara keseluruhan adalah faktor Sociability . Sedikit dari mereka yang menonton drama korea hanya karena banyaknya teman teman yang sering mendiskusikan drama Korea, mereka cenderung menonton drama Korea agar mereka dapat mendiskusikannya Bersama teman dan keluarga. Remaja cenderung tergoda untuk menonton drama Korea untuk berinteraksi dengan orang lain karena mereka dapat berkomunikasi dengan menonton bersama atau dengan membicarakan drama yang mereka saksikan. Hal ini secara tidak langsung dijadikan alasan, memiliki topik pembicaraan yang sama dengan teman dan keluarga sebagai tujuan utama menonton drama Korea tertentu yang bisa mereka diskusikan tentang plot yang menarik dari serial drama favorit tertentu itu satu sama lain. Alasan penting berikutnya adalah, para remaja putri sangat menyukai menyaksikan drama Korea bersama teman dan keluarga karena dinilai lebih menyenangkan. Sejalan dengan itu, Learning ternyata menjadi faktor minor yang mendorong remaja putri untuk menonton drama Korea. Studi tersebut menemukan bahwa remaja cenderung menonton drama Korea untuk belajar lebih banyak tentang makanan Korea diikuti dengan mempelajari tentang bahasa Korea serta mengetahui tentang destinasi wisata. Selain itu, pada penelitian ini remaja putri ditemukan cenderung paling tertarik dengan destinasi wisata dibandingkan dengan fashion trend , sebagaimana hasil penelitian sebelumnya. Ditemukan juga bahwa remaja putri menonton drama Korea agar dapat menyaksikan drama Korea Bersama teman dan keluarga dibandingkan dengan banyaknya teman yang sering mendiskusikan drama Korea, atau singkatnya pada penelitian terdahulu remaja merasa bahwa menonton drama sendiri bukanlah sebuah masalah besar, sedangkan pada penelitian kali ini remaja putri lebih memilih menonton drama Korea bersama karena lebih asik dan menyenangkan. ## Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa Learning dan Sociability adalah faktor-faktor yang mendorong remaja putri untuk menyaksikan drama Korea dan 93,3% remaja putri memilih menyaksikan drama Korea melalui media online (web) karena mudahnya akses internet di kota besar dan tersedianya subtitle dalam berbagai bahasa yang dapat diunduh dengan mudah maupun disaksikan secara langsung (streaming). Keinginan para remaja putri untuk dapat bersosialisasi dengan baik didalam lingkup sosial mereka yang dirasa memiliki kegemaran atau ketertarikan yang sama, yaitu mengenai drama Korea membuat Sociablity menjadi faktor utama yang mempengaruhi remaja putri menonton drama Korea, dan Learning menjadi faktor selanjutnya yang mempengaruhi para remaja putri menonton drama Korea agar mereka dapat mempelajari budaya, bahasa, trend fashion , makanan, serta tempat wisata menarik dari negara Korea. ## Daftar Pustaka Amaran, M. A. (2018). Factors of watching Korean Drama Among Youth in Kuching City, Malaysia . www.ijac.org.uk Amaran, M. A. (2018). Factors of watching Korean Drama Among Youth in Kuching City, Malaysia . www.ijac.org.uk Arango. (2016). Like Newspapers, Cable TV Seeks to Profit on the Web - The New York Times . https://www.nytimes.com/2009/06/24/business/media/24pay.html Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2019). Hasil Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia tahun 2018 . https://www.apjii.or.id/content/read/39/410/hasil-survei-penetrasi-dan-perilaku- pengguna-internet-indonesia-2018 Aw, S. (2010). Komunikasi Sosial Budaya . Graha Ilmu. Bagdikian, B. H., & Emeritus, D. (2004). The New Media Monopoly . Beacon Press. Briandana, R. (2015). Intercultural Responses To Korean TV Drama Series on Part of University Student in Indonesia [BOOK]. Bucy, E. . (2002). Living In The Information Age: A New Media Reader . Wadsworth Thomson Learning. Child, D. (2006). The Essentials of Factor Analysis 3rd Edition (3rd editio). Bloomsbury Academic. Databoks. (2020). Proyeksi Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2020 | Databoks . https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/07/jumlah-penduduk-dki- jakarta-2020# Dennis, R. S., & Bocarnea, M. (2005). Development of the servant leadership assessment instrument. Leadership & Organization Development Journal . https://doi.org/10.1108/01437730510633692 Faidol Juddi, M. (2019). Komunikasi Budaya dan Dokumentasi Kontemporer - Moh Faidol Juddi - Google Buku . https://books.google.co.id/books/about/KOMUNIKASI_BUDAYA_DAN_DOK UMENTASI_KONTEM.html?id=EbmcDwAAQBAJ&redir_esc=y Field, A. (2013). Discovering statistics using IBM SPSS statistics. Statistics , 58 . George, D., & Mallery, P. (viaf)92115668. (2010). SPSS for Windows step by step : a simple guide and reference, 17.0 update (10th ed.) [BOOK]. Boston : Allyn & Bacon. http://lib.ugent.be/catalog/rug01:001424067 Jiang, Q., & Leung, L. (2012). Lifestyles, gratifications sought, and narrative appeal: American and Korean TV drama viewing among Internet users in urban China. International Communication Gazette . https://doi.org/10.1177/1748048511432601 Kasirom, M. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. In Malang: UIN Maliki Press . Kuwahara, Y. (2014). The Korean Wave: Korean Popular Culture in Global Context (Y. Kuwahara (ed.); 1st ed.). Palgrave Macmillan US. https://doi.org/10.1057/9781137350282 Lu, X., & Lo, H. P. (2007). Television audience satisfaction: Antecedents and consequences. Journal of Advertising Research , 47 (3), 354–363. https://doi.org/10.2501/S0021849907070365 Nasution, R. D. (2018). Pengaruh Modernisasi dan Globalisasi terhadap Perubahan Sosial Budaya di Indonesia. Jurnal Kominfo , 1–14. Nielsen. (2016). Gen Z: Konsumen Potensial Masa Depan . https://www.nielsen.com/id/en/press-releases/2016/gen-z-konsumen-potensial- masa-depan/ Rubin, R. B., Rubin, A. M., Graham, E. E., Perse, E. M., & Seibold, D. (2009). Communication Research Measures II : A Sourcebook (1st Editio). Routledge. https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9780203871539 Shim, D. (2006). Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia [JOUR]. Media Culture & Society - MEDIA CULT SOC , 28 , 25–44. https://doi.org/10.1177/0163443706059278 Steinkamp, C. (2010). Internet television use: Motivations and preferences for watching television online among college students Internet Television 1 College of Liberal Arts Internet Television Use: Motivations and Preferences for Watching Television . http://scholarworks.rit.edu/theses Streiner, D. L. (1994). Figuring out factors: The use and misuse of factor analysis. Canadian Journal of Psychiatry , 39 (3), 135–140. https://doi.org/10.1177/070674379403900303 Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Alfabeta. Suryabrata, S. (2014). Metodologi Penelitian Cetakan ke 25 . PT Raja Grafindo Persada. Tirto.ID. (2017). Drama Korea Hidup Saya . https://tirto.id/drama-korea-hidup-saya- cmbE Tuk, W. (2012). The Korean Wave: Who are behind the success of Korean popular culture? Williams, B., Onsman, A., & Brown, T. (2010). Australian paramedic graduate attributes: A pilot study using exploratory factor analysis [JOUR]. Emergency Medicine Journal : EMJ , 27 , 794–799. https://doi.org/10.1136/emj.2010.091751 Yong, A. G., & Pearce, S. (2013). A Beginner’s Guide to Factor Analysis: Focusing on Exploratory Factor Analysis. Tutorials in Quantitative Methods for Psychology , Vol. 9(2) , 79–94. https://doi.org/10.20982/tqmp.09.2.p079 T. Angelicha (2020). Dampak Kegemaran Menonton Tayangan Dram Korea Terhadap Perilaku Remaja. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, Vol. 2, 154-159. R. Prasanti., & A. Dewi. (2020). Dampak Drama Korea (Korean Wave) terhadap Pendidikan Remaja. Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 2, Agustus 2020.
f5cd1d44-bb90-4392-bc04-271caa021624
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/MIMS/article/download/38240/14424
eISSN 2722-9886 pISSN 1411-6669 https://jurnal.unej.ac.id/index.php/MIMS/index Penyelesaian khusus persamaan diferensial biasa ordo dua linier tak homogen dengan koefisien konstan untuk fungsi bagian demi bagian ( Particular solution of 2 nd order linier non homogeneous ordinary differential equations with constant coefficients for piecewise functions ) ## Gani Gunawan Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia korespondensi: [email protected] Received: 28-02-2023, accepted: 05-02-2024 ## Abstract Spring mechanical vibration motion system with a damped degree of freedom and influenced by external forces is mathematically expressed as an ordinary differential equation of order of two linear constant coefficients that are not homogeneous. If an external force acts on a stationary system describe as a continuous function 𝑓(𝑡) for any time t , then the system will experience mechanical vibrational motion , which mathematically the equation of motion can be expressed as a superposition. The equation consists of 𝑦 ℎ (𝑡) as a solution to a homogeneous form with mechanical vibrations 𝑦 𝑝 (𝑡) as a solution to a particular form. In terms of the particular solution 𝑦 𝑝 (𝑡) this article will show a mathematical way when f ( t ) is a continuous function section by the part which is defined at an interval, such that the mechanical vibration motion equation 𝑦 𝑝 (𝑡) is at the same time a complete solution 𝑦 𝑐 (𝑡) of the equation the mechanical vibration system. Keywords: Vibration, impulse functions, convolution MSC2020: 34A37 ## 1. Pendahuluan Bentuk umum dari Persamaan Diferensial Biasa (PDB) ordo dua linier tak homogen koefisien konstan ditulis 𝑚𝑦" + 𝑐𝑦′ + 𝑘𝑦 = 𝑓(𝑡) (1) dengan 𝑚, 𝑐, 𝑘 adalah konstanta, dan 𝑓(𝑡) ≠ 0 . Adapun Penyelesaian lengkap dari PDB (1) seperti yang dinyatakan dalam kepustakaan [ 1 ], [ 2 ], [ 3 ] ditulis 𝑦 𝑐 (𝑡) adalah berupa fungsi superposisi, yaitu 𝑦 𝑐 (𝑡) = 𝑦 ℎ (𝑡) + 𝑦 𝑝 (𝑡) (2) dengan 𝑦 ℎ (𝑡) adalah penyelesaian umum dari persamaan (1) dalam bentuk homogen, dan 𝑦 𝑝 (𝑡) adalah penyelesaian partikular. Dalam hal penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 (𝑡) dari persamaan (1), selama ini dilakukan untuk fungsi 𝑓(𝑡) tertentu seperti fungsi bentuk polynomial, eksponensial, trigonometri sinus dan cosinus, dimana penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 (𝑡) ditentukan melalui metoda koefisien tak tentu dan metoda variasi parameter, seperti yang dinyatakan dalam kepustakaan [ 4 ] atau bahkan dapat ditentukan dengan pembentukan fungsi Green [ 5 ]. Permasalahan muncul ketika menentukan penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 dari PDB (1) dengan 𝑓(𝑡) terdefinisi pada suatu interval dan merupakan fungsi bagian demi bagian pada interval tersebut. Dimotivasi dari hasil penelitian sebelumnya pada kepustakaan [ 6 ], artikel ini menyajikan suatu uraian pembahasan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Ha sil penelitian akan dinyatakan dalam sebuah Proposisi 3.1. Dalam aspek rekayasa teknik [ 7 ], sistem gerak getaran mekanis pegas dengan konstanta pegas 𝑘 diikatkan sebuah benda bermassa 𝑚 pada pegas tersebut (sebuah derajat kebebasan) dengan peredam 𝑐 dan dipengaruhi gaya luar 𝑓(𝑡) , secara matematis dapat dinyatakan sebagai Persamaaan Diferensial Biasa (PDB) (1). Pada saat 𝑡 = 0 , sistem dalam keadaan tidak bekerja. Sistem akan bekerja untuk waktu yang sangat singkat pada interval 0 < 𝑡 <  ketika ada gaya luar 𝑓(𝑡) beraksi pada sistem sebesar 𝐹 Selama gaya luar tersebut beraksi, kecepatan benda bergerak 𝑣(𝑡) akan timbul secara singkat dari 0 ke 𝑣(𝑡) , kemudian sistem bergerak dengan kecepatan konstan 𝑣(𝜀) dan tidak ada gaya luar berikutnya yang beraksi pada sistem tersebut. Dalam hal ini, kecepatan 𝑣(𝜀) dapat dinyatakan dalam 𝐹, 𝜀 , dan 𝑚. Menurut hukum Newton, gaya sebesar 𝐹 yang beraksi pada benda bermassa 𝑚 yang terikat kuat pada pegas akan sebanding dengan percepatan gerak getar benda pada sistem tersebut yang konstan sebesar a sedemikian sehingga 𝐹 = 𝑚𝑎 dan 𝑣(𝑡) = 𝑎𝑡 untuk 0  𝑡   , akibatnya 𝑣(  ) = 𝑎  = 𝐹  𝑚 (lihat [ 8 ] dan [ 9 ]). Oleh karena itu, ketika sistem dalam keadaan belum mulai bekerja namun ada gaya luar yang beraksi pada sistem saat itu, maka secara matematis dapat dinyatakan sebagai PDB (1) dengan masalah nilai awal sebagai berikut 𝑚𝑦" + 𝑐𝑦′ + 𝑘𝑦 = 𝑓(𝑡); 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 0. (3) Sedangkan saat benda mulai bergerak setelah ada gaya luar yang beraksi pada sistem dan tidak ada gaya aksi berikutnya pada sistem, secara matematis dinyatakan oleh 𝑚𝑦" + 𝑐𝑦′ + 𝑘𝑦 = 0; 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 𝐹𝜀 𝑚 . (4) Jika diasumsikan 𝐹  𝑚 = 1 , maka persamaan (3) ditulis 𝑚𝑦” + 𝑐𝑦 ′ + 𝑘𝑦 = 0; 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 1. (5) Selanjutnya, karena PDB pada persamaan (3) bersifat linier, sehingga jika penyelesaian dari persamaan (5) untuk 𝑡 > 0 adalah 𝑤(𝑡) , yaitu 𝑦(𝑡) = 𝑤(𝑡) dan 𝑤(𝑡) = 0 selain untuk 𝑡 > 0 , maka penyelesaian (4) untuk 𝑡 > 0 dapat ditulis 𝑦(𝑡) = 𝐹𝜀 𝑚 𝑤(𝑡). (6) Dalam rekayasa teknik [ 10 ], penyelesaian 𝑤(𝑡) pada (6) dapat dipandang sebagai fungsi bobot dari PDB tersebut yang selanjutnya dinamakan respon input satuan dari sistem. Dalam aspek mekanika [ 11 ], [ 12 ], [ 13 ], besaran 𝐹𝜀 disebut impulse dari gaya ( 𝐹  𝑚 adalah impulse per satuan massa), sehingga jika diasumsikan 𝐹  𝑚 = 1, maka fungsi 𝑤(𝑡) adalah respon sistem terhadap impulse satuan pada saat 𝑡 = 0 . Sebagai ilustrasi matematis dapat diperlihatkan bahwa PDB 𝑦” +  2 𝑦 = 0 dengan syarat awal 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 1 , mempunyai respon impulse satuan 𝑤(𝑡) adalah 𝑤(𝑡) = { 1 𝜔 sin𝜔𝑡, 𝑡 > 0, 0, untuk 𝑡 lainnya. Dalam hal ini fungsi respon impulse satuan dapat ditentukan melalui penyelesaian homogen dari PDB ilustrasi tersebut, yaitu 𝑦 ℎ (𝑡) = 𝑎 cos𝜔𝑡 + 𝑏 sin𝜔𝑡 setelah syarat awal disubstitusikan. Namun bagaimanakah bila PDB pada ilustrasi yang diberikan di atas adalah 𝑦” +  2 𝑦 = 𝑓(𝑡) dengan 𝑓(𝑡) adalah fungsi sembarang yang terdefinisi pada suatu interval terbatas, sedemikian sehingga 𝑓(𝑡) dapat berupa fungsi tangga, fungsi kontinu bagian demi bagian atau bahkan fungsi periodik. Untuk menjawab persoalan yang telah disebutkan di atas, pembahasan dapat dilakukan dengan berdasar kepada prinsip superposisi , operator polynomial 𝐿 , operator diferensial 𝐷 , dan formula Leibniz . Dalam hal ini 𝐷 = 𝑑 𝑑𝑥 dan 𝐿 = 𝑚𝐷 2 + 𝑐𝐷 + 𝑘 sedemikian sehingga PDB (1) dapat dinyatakan dalam operator 𝐿 sebagai berikut, yaitu 𝐿(𝑦) = 𝑓(𝑡) . (7) Selanjutnya persamaan matematis sistem gerak getaran mekanis pegas dengan gaya luar sembarang 𝑓(𝑡) akan dinyatakan oleh (7). Berdasarkan prinsip superposisi dalam kepustakaan [ 14 ], terdapat suatu fakta seperti yang dinyatakan pada Teorema 1.1. Teorema 1.1 Jika 𝑓(𝑡) = 𝑓 1 (𝑡) + 𝑓 2 (𝑡) + ⋯ + 𝑓 𝑛 (𝑡) dan 𝑦 𝑖 adalah penyelesaian particular dari 𝐿(𝑦 𝑖 ) = 𝑓 𝑖 (𝑡) , untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛, maka 𝑦 𝑝 = 𝑦 1 + 𝑦 2 + ⋯ 𝑦 𝑛 adalah penyelesaian partikular dari persamaan (3). Dalam hal ini 𝑓(𝑡) bukan merupakan jumlah berhingga dari beberapa fungsi sederhana, namun atas interval berhingga. Fungsi 𝑓(𝑡) dapat diaproksimasi oleh sejumlah fungsi yang demikian. Adapun pembuktian dari hasil penelitian dalam arikel ini, dapat ditunjukan dengan mengunakan formula Leibniz sebagai akibat dari Teorema 1.2. Teorema 1.2 Misal 𝑓(𝑥, 𝑦) adalah fungsi pada  2 = [𝑎, 𝑏] × [𝑐, 𝑑] dan 𝜕𝑓(𝑥,𝑦) 𝜕𝑥 kontinu pada  , maka 𝑑 𝑑𝑥 ∫ 𝑓(𝑥, 𝑡) 𝑏(𝑥) 𝑎(𝑥) 𝑑𝑡 = ∫ 𝜕𝑓(𝑥, 𝑡) 𝜕𝑥 𝑏 𝑎 𝑑𝑡. (8) Bukti. Dalam kepustakaan [ 15 ], [ 16 ] dinyatakan bahwa aturan integral Leibniz ditulis 𝑑 𝑑𝑥 ∫ 𝑓(𝑥, 𝑡) 𝑏(𝑥) 𝑎(𝑥) 𝑑𝑡 = 𝑓(𝑥, b(𝑥)) 𝑑 𝑑𝑥 𝑏(𝑥) − 𝑓(𝑥, 𝑎(𝑥)) 𝑑 𝑑𝑥 𝑎(𝑥) + ∫ 𝜕𝑓(𝑥, 𝑡) 𝜕𝑥 𝑏(𝑥) 𝑎(𝑥) 𝑑𝑡 (9) dengan −∞ < 𝑎(𝑥), 𝑏(𝑥) < ∞ . Dalam kasus fungsi 𝑎(𝑥) dan 𝑏(𝑥) adalah konstan, yaitu 𝑎(𝑥) = 𝑎 dan 𝑏(𝑥) = 𝑏 dengan 𝑎 dan 𝑏 suatu kontanta, maka dari persamaan (9) diperoleh 𝑑 𝑑𝑥 (∫ 𝑓(𝑥, 𝑡) 𝑑𝑡 𝑏 𝑎 ) = ∫ 𝜕𝑓(𝑥, 𝑡) 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝑏 𝑎 .  Akibat dari Teorema 1.2, jika ditetapkan 𝑎(𝑥) = 𝑎 dan b (𝑥) = 𝑥 maka diperoleh 𝑑 𝑑𝑥 (∫ 𝑓(𝑥, 𝑡) 𝑑𝑡 𝑥 𝑎 ) = 𝑓(𝑥, 𝑥) + ∫ 𝜕𝑓(𝑥, 𝑡) 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝑥 𝑎 (10) yang merupakan formula Leibniz [ 17 ]. ## 2. Metodologi Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi literatur ( literature study ) yang mengkolaborasikan antara teori vibrasi pada aspek fisika dan dinamika, serta teori persamaan diferensial biasa pada aspek matematika teknik. Adapun tujuan dari penenlitian ini untuk menentukan penyelesaian khusus atau penyelesaian lengkap dari PDB pada persamaan (3) melalui Proposisi 3.1. Proposisi 3.1 yang dinyatakan dalam penelitian ini dimotivasi hasil penelitian pada kepustakaan [ 18 ], dengan 𝑓(𝑡) adalah fungsi bagian demi bagian ( piecewise function ) yang terdefinisi pada suatu interval yang terbatas. Tahapan untuk menentukan penyelesaian khusus dari PDB pada persamaan (3) adalah sebagai berikut: 1. Konstruksi 𝑓(𝑡) yang terdefinisi untuk interval waktu 𝑡 ∈ [0, 𝑥] sedemikian sehingga untuk 𝑡 = 𝑥 , 𝑓(𝑡) menjadi fungsi bagian demi bagian yaitu 𝑓(𝑡) = { 𝐹 1 (𝑡), 𝐹 2 (𝑡), jika 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 1 , jika 𝑡 ≥ 𝑡 1 ; 2. Menentukan fungsi respon impulse satuan 𝑤(𝑡) melalui penyelesaian homogen dari PDB pada persamaan (5) dengan syarat awal 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 1, sedemikian sehingga ℎ(𝑡) = 𝑤(𝑡); 3. Menggunakan konvolusi (𝑓 ∗ 𝑤)(𝑡) sebagai penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 (𝑡) yaitu (𝑓 ∗ 𝑤)(𝑡) = ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡 𝑥 0 sedemikian sehingga 𝑦(𝑡) = 𝑦 𝑝 (𝑡) , yakni 𝑦(𝑡) = { ∫ 𝐹 1 (𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏 𝑡 1 0 , jika 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 1 , ∫ 𝐹 1 (𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏 𝑡 1 0 + ∫ 𝐹 2 (𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏, 𝑡 𝑡 1 jika 𝑡 ≥ 𝑡 1 ; 4. Menentukan parameter 𝜔 𝑑 , 𝜔 𝑛 , dan  melalui 𝑦 ℎ (𝑡) dari Persamaan (3); 5. Menetapkan nilai konstanta 𝑚, 𝑐 dan 𝑘 untuk memvalidasi 𝑦(𝑡) dengan grafik sebagai penyelesaian khusus persamaan (3) yang merupakan persamaan gerak getaran mekanis pegas dengan satu derajat kebebasan yang dipengaruhi gaya luar . ## 3. Hasil dan Pembahasan Misalkan 𝑡 termuat pada interval waktu [0, 𝑥] , untuk menentukan penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 (𝑡) dari persamaan (7) pada saat 𝑡 = 𝑥 , selanjutnya interval [0, 𝑥] dibagi menjadi n partisi dengan panjang partisi ∆𝑡 , yaitu 0 = 𝑡 0 < 𝑡 1 < 𝑡 2 <. . . < 𝑡 𝑖 < 𝑡 𝑖+1 < 𝑡 𝑛 = 𝑥 dengan 𝑡 𝑖+1 − 𝑡 𝑖 = ∆𝑡 . Untuk partisi sembarang ke- i , yaitu   1 , i i t t  dipunyai 𝑓(𝑡) = 𝑓(𝑡) ≈ 𝑓(𝑡 𝑖 ) , selanjutnya jika dikonstruksi 𝑓(𝑡) = { 𝑓(𝑡 𝑖 ), 𝑡 ∈ [𝑡 𝑖 , 𝑡 𝑖+1 ] 0, lainnya ; 𝑖 = 0, 1, . . , 𝑛 − 1 maka 𝑓(𝑡) ≈ 𝑓 0 (𝑡) + 𝑓 1 (𝑡)+. . . +𝑓 𝑛−1 (t) untuk 0 < 𝑡 < 𝑥. (9) Karena 𝑤(𝑡) adalah respon sistem persamaan (7) terhadap impulse satuan pada saat 𝑡 = 0 , maka respon dari persamaan (6) terhadap impulse yang diberikan oleh 𝑓(𝑡) (dengan kata lain, penyelesaian partikular persamaan (7) yang bersesuaian dengan 𝑓 𝑖 (𝑡) ) menjadi 𝑓(𝑡 𝑖 )𝑤(𝑡 − 𝑡 𝑖 )∆𝑡. (10) Dalam hal ini 𝑤(𝑡) telah bergeser sejauh 𝑡 𝑖 satuan ke kanan karena impulse terjadi pada waktu 𝑡 𝑖 dari waktu awalnya pada saat 𝑡 = 0 . Perkalian dengan 𝑓(𝑡 𝑖 )∆𝑡 karena merupakan impulse yang terjadi sebenarnya, gaya 𝑓 𝑖 (𝑡) mempunyai besaran 𝑓(𝑡 𝑖 ) dan digunakan atas interval waktu ∆𝑡 . Karena 𝑓(𝑡) dinyatakan dalam persamaan (9), dan persamaan (10) memberikan respon untuk setiap 𝑓 𝑖 (𝑡) , maka berdasarkan prinsip superposisi penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 (𝑡) dapat dinyatakan oleh 𝑦 𝑝 (𝑡) = ∑ 𝑓(𝑡 𝑖 )𝑤(𝑡 − 𝑡 𝑖 )∆𝑡 𝑛−1 𝑖=0 ; 0 ≤ 𝑡 ≤ 𝑥. Sehingga untuk 𝑡 = 𝑥 , diperoleh 𝑦 𝑝 (𝑡) ≈ ∑ 𝑓(𝑡 𝑖 )𝑤(𝑡 − 𝑡 𝑖 )∆𝑡. 𝑛−1 𝑖=0 (11) Dalam hal ini, Persamaan (11) merupakan jumlah yang mengaproksimasi definit integral. Jadi jika ditentukan nilai limit pada persamaan (11) untuk 𝑛 → ∞ , yaitu ∆𝑡 → 0 , maka diperoleh lim ∆𝑡→0 ∑ 𝑓(𝑡 𝑖 )𝑤(𝑡 − 𝑡 𝑖 )∆𝑡 𝑛−1 𝑖=0 = ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡 𝑥 0 atau 𝑦 𝑝 (𝑡) = ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡 𝑥 0 (12) yang merupakan respon sistem untuk 𝑓(𝑡) . Sehingga persamaan (12) ini dapat dipandang sebagai penyelesaian lengkap (2) dari persamaan (3) atau dengan kata lain persamaan (12) adalah 𝑦 𝑐 (𝑡) khusus (penyelesaian khusus) untuk persamaan (1) yang memenuhi syar at awal yang diberikan sedemikian sehingga 𝑦 𝑝 (𝑡) seperti pada (12) berlaku untuk syarat awal 𝑦 𝑝 (0) = 0 dan 𝑦 𝑝 , (0) = 0 . Dari uraian di atas didapat sebuah proposisi yang menunjukkan suatu kenyataan yang menguatkan terhadap proposisi dalam kepustakaan [18]. Proposisi 3.1 Konvolusi pada persamaan (12) adalah penyelesaian khusus dari persamaan (7) dengan syarat awal seperti yang dinyatakan pada persamaan (3). Bukti. Konvolusi pada Persamaan (12) dinyatakan oleh 𝑦 𝑝 (𝑡) = ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡 𝑥 0 . Dengan menggunakan formula Leibniz diperoleh 𝑦 𝑝 , (𝑡) = 𝑓(𝑥)𝑤(𝑥 − 𝑥) + ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤′(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡 𝑥 0 . Menurut persamaan (6), karena 𝐹  𝑚 adalah faktor yang tidak nol sehingga untuk 𝑦(0) = 0 akan didapat 𝑤(0) = 0 . Akibatnya suku pertama pada persamaan di atas adalah sama dengan nol. Selanjutnya dengan menggunakan formula Lebniz kembali, didapat 𝑦 𝑝 ,, (𝑡) = 𝑓(𝑥)𝑤′(𝑥 − 𝑥) + ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤"(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡. 𝑥 0 Karena pada persamaan (6), diasumsikan 𝐹  𝑚 = 1, maka untuk 𝑦′(0) = 1 diperoleh 𝑤′(0) = 1, sedemikian sehingga 𝑦 𝑝 ,, (𝑡) = 𝑓(𝑥) + ∫ 𝑓(𝑡) 𝑤"(𝑥 − 𝑡)𝑑𝑡. 𝑥 ## 0 Dengan mengambil 𝑚 = 1 pada persamaan (7) dan mensubtitusikannya pada PDB ## tersebut diperoleh 𝑦 𝑝 ,, + 𝑐𝑦 𝑝 , + 𝑘𝑦 𝑝 = 𝑓(𝑥) + ∫ 𝑓(𝑡)[𝑤"(𝑥 − 𝑡) + 𝑐𝑤′(𝑥 − 𝑡) + 𝑘𝑤(𝑥 − 𝑡)]𝑑𝑡. 𝑥 ## 0 Karena untuk setiap variabel bebas 𝑢 dan 𝑤(0) = 0 , 𝑤′(0) = 1 maka berlaku 𝑤"(𝑢) + 𝑐𝑤′(𝑢) + 𝑘𝑤(𝑢) = 0, berlaku juga untuk 𝑢 = 𝑥 − 𝑡 , 𝑤"(𝑥 − 𝑡) + 𝑐𝑤′(𝑥 − 𝑡) + 𝑘𝑤(𝑥 − 𝑡) = 0. Akibatnya 𝑓(𝑥) + ∫ 𝑓(𝑡)[𝑤"(𝑥 − 𝑡) + 𝑐𝑤′(𝑥 − 𝑡) + 𝑘𝑤(𝑥 − 𝑡)]𝑑𝑡 𝑥 0 = 𝑓(𝑥). Jadi 𝑦 𝑝 ,, + 𝑐𝑦 𝑝 , + 𝑘𝑦 𝑝 = 𝑓(𝑥).  Proposisi 3.1 menunjukan bahwa integral konvolusi yang dinyatakan pada Persamaan (12) memenuhi PDB yang dinyatakan pada Persamaan (1) dengan syarat awal seperti yang dinyatakan pada Persamaan (3). Bukti ini menguatkan terhadap fakta proposisi pada artikel kepustakaan [18]. Oleh karena itu, jika 𝑓(𝑡) pada persamaan (7) adalah fungsi bagian demi bagian yang terdefinisi untuk interval, yaitu 𝑓(𝑡) = { 𝐹 1 (𝑡), 𝐹 2 (𝑡), jika 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 1 , jika 𝑡 ≥ 𝑡 1 , (13) maka Persamaan (3) dapat dinyatakan sebagai berikut 𝑚𝑦 𝑝 ,, + 𝑐𝑦 𝑝 , + 𝑘𝑦 𝑝 = { 𝐹 1 (𝑡), 𝐹 2 (𝑡), jika 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 1 , jika 𝑡 ≥ 𝑡 1 . (14) Dengan menggunakan Proposisi 3.1, maka menurut artikel kepustakaan [6], penyelesaian Persamaan (14) dengan syarat awal 𝑦(0) = 0 , 𝑦′(0) = 0 dapat dituliskan dengan Persamaan (15) sebagai berikut, 𝑦(𝑡) = { ∫ 𝐹 1 (𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏 𝑡 1 0 , jika 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 1 , ∫ 𝐹 1 (𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏 𝑡 1 0 + ∫ 𝐹 2 (𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏, 𝑡 𝑡 1 jika 𝑡 ≥ 𝑡 1 . (15) Persamaan (15) mengiterpretasikan bahwa sistem gerak getaran mekasnis pegas dengan sebuah derajat kebebasan dengan syarat awal yang diberikan, seperti dinyatakan dalam Persamaan (3) merupakan sistem gerak getaran pegas dengan pengaruh gaya luar 𝑓(𝑡) terdenisi pada suatu interval yang terbagi saat 𝑡 𝑖 seperti dinyatakan dalam persamaan (14), dengan fungsi respon impulse satuan dari sistem dinyatakan oleh ℎ(𝑡) . Sebagai ilustrasi, pada sistem yang dalam kondisi awal diam ( 𝑦(0) = 0 , 𝑦′(0) = 0 ) ada aksi gaya luar 𝑓(𝑡) secara tiba-tiba dan konstan setelah waktu tertentu ( 𝑡 0 ) dapat dinyatakan dalam Persamaan (16). 𝑚𝑦" + 𝑐𝑦′ + 𝑘𝑦 = { 0, 𝐹 0 (𝑡), jika 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 0 , jika 𝑡 ≥ 𝑡 0 . (16) Sehingga menurut Proposisi 3.1 didapat 𝑦(𝑡) = ∫ 𝐹(𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏 𝑡 0 (17) dengan ℎ(𝑡) = 𝐹 0 𝑚𝜔 𝑑 𝑒 −  𝜔 𝑛 𝑡 sin𝜔 𝑑 𝑡. (18) Parameter pada Persamaan (18), seperti yang telah ditetapkan pada kepustakaan [ 19 ] dapat dibentuk dari penyelesaian homogen persamaan (16), yaitu 𝜔 𝑑 = √ 𝑘 𝑚 − ( 𝑐 2𝑚 ) 2 (19) dan 𝜔 𝑛 = 𝑐 2  𝑚 , (20) dalam hal ini  = 𝑐 2√𝑚𝑘 (21) sedemikian sehingga 𝜔 𝑑 2 𝑚𝑘 +  2 𝑘 2 = 𝑘 2 , (22) dengan  merupakan konstanta faktor redaman yang nilainya sebanding dengan koefisien redaman 𝑐 dan berbanding terbalik dengan akar kuadrat massa 𝑚 dan konstanta pegas 𝑘 . Oleh karena itu dengan mensubstitusi persamaan (18) ke (17) untuk 𝑡 > 𝜏 setelah sistem bekerja karena dampak dari adanya gaya luar yang bekerja pada sistem, didapat 𝑦(𝑡) = ∫ 𝐹 0 1 𝑚𝜔 𝑑 𝑒 −  𝜔 𝑛 𝑡 sin𝜔 𝑑 (𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏 𝑡 𝑡 0 (23) atau 𝑦(𝑡) = 𝐹 0 𝑚𝜔 𝑑 𝑒 −  𝜔𝑡 ∫ 𝑒  𝜔 𝑛 𝜏 𝑡 𝑡 0 sin𝜔 𝑑 (𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏. (24) Dengan menggunakan teknik pengintegralan pada kepustakaan [ 20 ] dan persamaan trigonometri pada kepustakaan [ 21 ], maka pengintegralan pada Persamaan (24) diperoleh hasil sebagai berikut, 𝑦(𝑡) = 𝐹 0 𝑘 − 𝐹 0 𝑘√1 −  2 𝑒 −  𝜔 𝑛 (𝑡−𝑡 0 ) cos[𝜔 𝑑 (𝑡 − 𝑡 0 ) − 𝛿] ; 𝑡 ≥ 𝑡 0 , (25) dengan 𝛿 = 𝑎𝑟𝑐tan (  √1−  2 ). Jelas bahwa hal ini mensyaratkan |  | < 1 agar sistem bergerak berada pada kondisi di bawah redaman. Persamaan (25) ini merupakan penyelesaian dari Persamaan (16). Sebagai validasi dari penerapan Proposisi 3.1 yang telah dihasilkan pada penelitian ini, dimisalkan nilai-nilai konstanta pada Persamaan (16) adalah sebagai berikut 𝑚 = 10 kg , 𝐹 0 = 30 N , 𝑘 = 1000 N/m , dan 𝑐 = 20 Ns/m , maka pada saat 𝑡 0 = 0 , dapat digambarkan grafik 𝑓(𝑡) pada Persamaan (16) dan grafik 𝑦(𝑡) pada Persamaan (25) seperti tampak pada Gambar 1. (𝑎). 𝑓(𝑡) = { 0, 𝐹 0 (𝑡), 0 ≤ 𝑡 < 𝑡 0 𝑡 ≥ 𝑡 0 (𝑏). 𝑦(𝑡) = 𝐹 0 𝑘 − 𝐹 0 𝑘√1 −  2 𝑒 −  𝜔 𝑛 (𝑡−𝑡 0 ) cos[𝜔 𝑑 (𝑡 − 𝑡 0 ) − 𝛿] ; 𝑡 ≥ 0 Gambar 1. ( a ) grafik 𝑓(𝑡) ( b ) grafik 𝑓(𝑡) Terlihat bahwa jika sistem gerak getaran mekenis pegas pada Persamaan (3) dipengaruhi gaya luar 𝑓(𝑡) yang merupakan fungsi bagian demi bagian seperti yang dinyatakan oleh Persamaan (16) (Gambar 1 ( a )), maka persamaan gerak getaran pegas tersebut dapat diperoleh melalui Persamaan (24) yang merupakan bentuk konvolusi dari Persamaan (17). Dalam hal ini, grafik persamaan 𝑦(𝑡) pada Gambar 1 ( b ) menunjukan bahwa gerak getaran mekanis pegas mengalami pergeseran statis ( static displacement ) sebesar 𝐹 0 𝑘 dengan penurunan simpang getar untuk setiap waktu t yang dipengarui faktor redaman  < 1 adalah sebesar 𝐹 0 𝑘√1−  2 𝑒 −  𝜔 𝑛 (𝑡−𝑡 0 ) . ## 4. Kesimpulan Diperoleh suatu fakta seperti yang dinyatakan pada Proposisi 3.1, bahwa bilamana suatu persamaan diferensial biasa linier koefisien konstan yang tak homogen seperti pada Persamaan (1) dan memenuhi syarat 𝑦(0) = 0 , 𝑦′(0) = 0 dengan 𝑓(𝑡) adalah fungsi bagian demi bagian yang terdefinisi pada suatu interval terbatas, maka penyelesaian partikular dari persamaan diferensial tersebut adalah suatu konvolusi antara 𝑓(𝑡) dan 𝑤(𝑡) , dengan 𝑤(𝑡) = ℎ(𝑡) adalah fungsi respon impulse satuan dari sistem. Sedemikian sehingga penyelesaian partikular 𝑦 𝑝 (𝑡) sekaligus merupakan penyelesaian khusus persamaan (1) dan ditulis sebagai sebuah konvolusi, yaitu 𝑦(𝑡) = (𝑓 ∗ ℎ)(𝑡) . ## Daftar Pustaka [1] W.-C. Xie, “Applications of linear differential equations,” Differ. Equations Eng. , pp. 188–243, 2012. [ CrossRef ] [2] J. R. Chasnov, “Differential Equations Adapted for Coursera: Differential Equations for Engineers, Lecture Notes for Coursera,” p. 149, Copyright © 2019-2022. [ GreenVersion ] [3] S. V Sangeetha, R. Mrithula, S. H. Priya, V. G. Preetha, and S. K. Arts, “Application of differential equation in simple harmonic motion,” vol. 4, no. 2, pp. 353–356, 2019. [ GreenVersion ] [4] A. N. Hadi, E. Djauhari, A. K. Supriatna, and M. D. Johansyah, “Teknik penentuan solusi sistem persamaan diferensial linear non-homogen orde satu,” Matematika , vol. 18, no. 1, pp. 29–40, 2019. [ CrossRef ] [5] M. A. Fathurrohman Al Ayubi, Dorrah Aziz, “Menyelesaikan persamaan diferensial linier orde- n non homogen dengan fungsi green." Prosiding Seminar Nasional Metoda Kuantitatif, ISBN No. 978-602-98559-3-7, 2017. [ CrossRef ] [6] G. Gunawan, “Prinsip Duhamel dan teorema konvolusi." Prosiding Seminar Nasional Matematika. UNPAR, AA 10-15, ISSN 1907-3909 Vol. 7. 2012. [7] M. Z. Muis Alie, I. M. Suci, A. Rajmi, and A. M. A. Arafat, “Sistem respon satu derajat kebebasan terhadap beban harmonik pada struktur portal 2D,” J. Penelit. Enj. , vol. 23, no. 2, pp. 136–140, 2019. [ CrossRef ] [8] S. Saran, “Theory of vibrations,” Dyn. Soils Their Eng. Appl. , pp. 15–68, 2021, doi: 10.1201/9781003080039-2. [ CrossRef ] [9] M. R. Aulia, “Osilasi teredam pada pegas dengan medium fluida,” J. Teach. Learn. Phys. , vol. 3, no. 1, pp. 22–26, 2018. [ CrossRef ] [10] D. Goutaudier et al. , “Impulse identification technique by estimating specific modal ponderations from vibration measurements," Journal of Sound and Vibration , 474 (115263), pp.1-20, 2020. [ GreenVersion ] [11] S. S. Law and J. F. Lin, “Unit impulse response estimation for structural damage detection under planar multiple excitations,” J. Appl. Mech. Trans. ASME , vol. 81, no. 2, 2014. [ CrossRef ] [12] A. C. Kemp and R. J. Telford, “Transfer functions,” Handb. Sea-Level Res. , pp. 470–499, 2015, doi: 10.1002/9781118452547.ch31. [13] J. W. Kirchner, “Impulse response functions for nonlinear, nonstationary, and heterogeneous systems, estimated by deconvolution and demixing of noisy time series,” Sensors , vol. 22, no. 9, 2022. [ CrossRef ] [14] N. Fusco, P. Marcellini, and C. Sbordone, “Ordinary Differential Equations,” UNITEXT - La Mat. per 3 piu 2 , vol. 137, pp. 187–235, 2022, doi: 10.1007/978-3- 031-04151-8_4. [15] A. E. Hamza and M. H. Al-Ashwal, “Leibniz’s rule and Fubini’s theorem associated with power quantum difference operators,” Int. J. Math. Anal. , vol. 9, no. 53–56, pp. 2733–2747, 2015. [ GreenVersion ] [16] H. Hernandez, “Leibniz’s rule and other properties of integrals of randomistic variables,” ForsChem Res. Reports , vol. 4, no. 8, pp. 1–15, 2019. [ GreenVersion ] [17] P. Haile, “Differentiating an Integral,” pp. 1–2, 2018. [ GreenVersion ] [18] G. Gunawan, “Penerapan konvolusi pada persamaan diferensial linier orde dua tak homogen koefisien konstan,” BAREKENG J. Ilmu Mat. dan Terap. , vol. 15, no. 3, pp. 409–416, 2021. [ CrossRef ] [19] O. S. Manakova, M. A. Mayorov, and A. V. Sidorov, “Vibrations in engineering systems,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng. , vol. 666, no. 1, 2019. [ CrossRef ] [20] M. Jandja and M. Lutfi, “The five columns rule in solving definite integration by parts through transformation of integral limits,” J. Phys. Conf. Ser. , vol. 1028, no. 1, 2018. [ CrossRef ] [21] I. Andreev, I. Georgiev, and M. Varbanova, “One approach for solving trigonometric equations using complex in the mathematical education,” TEM J. , vol. 8, no. 4, pp. 1339–1344, 2019. [ CrossRef ]
050838c8-6fb3-40f1-bb91-264ce80c8f04
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JKI/article/download/2739/1925
## Konseling Lansia: Upaya Lanjut Usia dalam Membangun Kemandirian Hidup dan Penerimaan Diri Terhadap Kesiapan Memasuki Masa Pensiun (Studi Pada Lansia di Bina Keluarga Lansia Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi) Diana Ariswanti Triningtyas 1 , Siti Muhayati 2 Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Madiun 1 , Program Studi Pendidikan Teknik Elektro FKIP Universitas PGRI Madiun 2 Email: [email protected] 1 , [email protected] 2 ## Abstract: In Indonesia, there are currently around 21 million elderly people or about 9.6% of the entire population of Indonesia. This shows that the Indonesian state has begun to belong to the aging population group. This research is motivated by the motivation of how to work for the elderly in building the independence of life. The purpose of the research is to describe and analyze the psychological impacts that affect the readiness to enter retirement, as well as how to build life independence and self-acceptance towards readiness to retire. The research design is qualitative descriptive. The sampling technique uses purposive sampling. Sources of data are obtained from informants, places, events and documents. Data collection techniques through participatory observation, in-depth interviews and documentation. Data analysis is carried out through stages, namely the data reduction stage, data presentation stage, and conclusions. Data validity, with technical triangulation, is by checking data to the same source with different techniques. The results of the study indicate that the independence of life of the elderly is relative. Psychological impacts that arise in the readiness to enter retirement for the elderly include aspects of health, economic aspects and social aspects. Understanding and building self-reliance and self-acceptance of readiness to retire in the Ngawi Cempaka Posyandu Family Elderly through Elderly Counseling. Keyword : Independence of Life, Self Acceptance, Elderly Counseling Received August 23, 2018; Revised September 03, 2018; Accepted October 01, 2018 How to Cite: Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2018). Konseling Lansia: Upaya Lanjut Usia dalam Membangun Kemandirian Hidup dan Penerimaan Diri Terhadap Kesiapan Memasuki Masa Pensiun (Studi Pada Lansia di Bina Keluarga Lansia Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi). JKI (Jurnal Konseling Indonesia) , 4 (1), 16-21. This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author and Universitas Kanjuruhan Malang. ## PENDAHULUAN Bekerja merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhannya (Barlian, 2016). Pada fase tertentu, individu akan menghadapi kenyataan bahwa, tidak selamanya akan bekerja. Seiring berjalannya waktu, individu akan melepas pekerjaan atau jabatan yang menjadi tugas serta tanggung jawabnya dan tiba saatnya untuk tidak bekerja lagi. Pelepasan masa jabatan atau pekerjaan ini sering disebut dengan pensiun. Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang berhenti dari suatu pekerjaan yang ditekuninya, yang berarti berhentinya seseorang dalam mencari nafkah bagi keluarganya (Hurlock, 2008). Sebab, setiap orang dewasa yang bekerja baik di instansi negeri maupun swasta, akan menjadi tua dan proses menua itu tidak dapat dihindari oleh siapapun. Indonesia saat ini terdapat sekitar 21 juta lansia atau sekitar 9,6% dari seluruh penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia sudah mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur tua (aging population). Hasil proyeksi sampai dengan tahun 2050 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai sekitar 314 juta jiwa (BPS) dan diperkirakan jumlah total lansia adalah 69,5 juta jiwa. Meningkatnyajumlah penduduk lanjut usia akan menimbulkan berbagai persoalan dan permasalahan bagi keluarga, masyarakat dan lanjut usia sendiri (BKKBN, 2015). Berbagai macam persoalan hidup yang dihadapi oleh lanjut usia baik fisik maupun secara psikososial akan saling berinteraksi satu sama lain (Marlita, Saputra, & Yamin, 2018). Secara umum bahwa kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia akan mengalami penurunan. Penurunan kondisi fisik lanjut usia ini akan berpengaruh pada kondisi psikis. Kesiapan para lanjut usia dalam menghadapi beragam permasalahan yang multi-dimensi yaitu secara fisik, psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual, idealnya lanjut usia mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Perjalanan hidup individu lanjut usia seperti halnya periode lain dalam perkembangan, juga akan ditandai oleh adanya tugas-tugas perkembangan yang harus dijalani di dalam masa hidupnya sesuai dengan norma masyarakat dan norma budaya (Mönks, Knoers, & Haditono, 1985). Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan lanjut usia ini adalah membangun kemandirian hidup. Membangun kemandirian hidup bagi lanjut usia merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki. Kemandirian hidup yang dimaksud dalam hal ini meliputi tanggung jawab, mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan, otonom, kemampuan memecahkan masalah, kebutuhan akan kesehatan yang baik dan juga support sosial. Salah satu komponen kebahagiaan bagi lanjut usia dalam membangun kemandirian hidup adalah penerimaan diri. Penerimaan diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri; penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi terhadap orang lain (Supratiknya, 1995). Individu yang mampu menerima dirinya adalah individu yang dapat menerima kekurangan dirinya sebagaimana kemampuannya untuk menerima kelebihannya. Tingkat kemampuan dalam penerimaan diri yang dimiliki oleh setiap individu adalah berbeda- beda. Hasil observasi awal yang diperoleh di lapangan menunjukkan berbagai permasalahan yang terjadi karena ketidaksiapan lanjut usia dalam menerima semua perubahan yang terjadi dan harus dihadapi. Terdapat beberapa lanjut usia yang mengalami beban mental yang ada dalam dirinya, seperti perasaan akan berkurangnya penghormatan orang lain terhadap dirinya, adanya ketakutan terhadap kegiatan yang belum jelas untuk dijalani ketika sudah memasuki masa pensiun serta faktor lain seperti berkurangnya pendapatan maupun fasilitas yang diterima. Oleh sebab itu, sangat penting bagi seseorang untuk mempersiapkan diri menghadapi usia lanjut. Fokus penelitian ini adalah upaya lanjut usia dalam membangun kemandirian hidup dan penerimaan diri terhadap kesiapan memasuki masa pensiun. Masa pensiun sering dianggap sebagai suatu kenyataan yang tidak menyenangkan, terlebih mereka yang terbiasa bekerja, dikarenakan perubahan drastis yang akan dihadapinya nanti (Yusuf, Nihayati, & Abidin, 2017). Perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang penting dalam hidup seseorang, individu yang tadinya bekerja menjadi tidak bekerja, berkurangnya penghasilan, berkurangnya interaksi dan relasi- relasi, dan meningkatnya waktu luang, seperti yang dipaparkan oleh (Safitri, 2013). Lebih jauh, (Fardila, Rahmi, & Putra, 2017) menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek persiapan dan kesiapan pribadi individu yang merupakan kebutuhan utama untuk mempersiapkan dalam memasuki masa pensiun, yaitu 1) kesiapan materi finansial berupa ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan atau aset dan kegiatan usaha; 2) kesiapan fisik, dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik pun akan semakin berkurang sehingga perlunya menjaga kesehatan fisik dengan menjalankan pola hidup yang benar; 3) kesiapan mental dan emosi, yakni kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, seperti perubahan status, kehilangan pekerjaan, pengurangan pendapatan, dan kehilangan kemampuan. Dan kemampuan dalam penerimaan diri yang dimiliki seseorang berbeda-beda tingkatannya karena kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. ## METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif (Hammersley, 2018). Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling (Etikan, Musa, & Alkassim, 2016). Sumber data diperoleh dari informan, tempat, peristiwa dan dokumen. Teknik pengumpulan data melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Analisa data dilakukan melalui tahapan, yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Validitas data, dengan triangulasi teknik yaitu dengan melakukan cek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. ## HASIL Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah para lanjut usia yang telah berusia 50 – 70 tahun, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 16 orang yang berusia lanjut. Penelitian dilakukan di Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi. Hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi bahwa para lanjut usia ini memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menyikapi saat memasuki masa usia lanjut. Menjadi tua, menurut sebagian besar mereka (para lanjut usia) merupakan hal yang wajar dan mau tidak mau haruslah dijalani. Secara psikologis, keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah-masalah baru dalam kehidupan para lansia apabila kesiapan memasuki masa pensiun ini kurang mendapat suatu perhatian. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi tersebut memiliki respon serta persepsi yang berbeda dari setiap individu khususnya adalah para lanjut usia ## PEMBAHASAN ## 1. Dampak Psikologis Dampak secara psikologis yang timbul dalam kesiapan memasuki masa pensiun bagi lanjut usia meliputi aspek kesehatan, aspek ekonomi dan aspek sosial (Kartinah & Sudaryanto, 2017). Lanjut usia dapat dikatakan mandiri apabila memiliki kondisi kesehatan yang baik. Kondisi kesehatan ini bisa diketahui saat lanjut usia mengikuti kegiatan di Bina Keluarga Lansia (BKL) posyandu Cempaka, dengan beragam keluhan-keluhan umum lansia yang dirasakannya. Penurunan kondisi fisik lanjut usia ini akan berpengaruh pada kondisi psikisnya. Dari aspek ekonomi, memiliki penghasilan serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Perubahan yang terjadi akan sangat memberikan pengaruh yang besar seperti berkurangnya pendapatan yang diterima, berkurangnya fasilitas yang diperoleh selama ini, dan lain sebagainya. Lanjut usia dengan kondisi fisik serta psikis yang menurun menyebabkan pula hasil pekerjaan yang kurang maksimal. Secara sosial, lanjut usia dapat melakukan aktivitas sosial serta memiliki hubungan yang baik melalui dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun masyarakat. Memasuki masa pensiun akan memberikan pengaruh dalam kehidupan lanjut usia baik secara finansial, fisik, mental dan emosional. ## 2. Kemandirian Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian lanjut usia dalam membangun hidup dan gambaran kehidupan lanjut usia di Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi bersifat relatif. Aktivitas kehidupan sehari-hari dalam kemandirian hidup ini memberikan pengaruh besar. Kemandirian hidup lanjut usia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari didefinisikan sebagai kemampuan atau kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh lanjut usia secara rutin, menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas kehidupan sehari-hari lansia di tengah-tengah masyarakat yakni dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Kemampuan seseorang untuk melakukan activity daily living secara mandiri dapat dikatakan sukses atau berhasil apabila lanjut usia mampu melakukan penerimaan terhadap usia tua dengan baik (Triningtyas & Muhayati, 2018). Kondisi-kondisi yang mempengaruhi dalam hal ini meliputi kondisi ekonomi, lanjut usia dapat mandiri apabila secara ekonomi memiliki penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hampir sebagian besar lanjut usia masih tetap melakukan aktivitas dengan bekerja. Mengingat sudah memasuki masa lanjut usia, maka aktivitas yang dilakukan menyesuaikan dengan kondisi fisik atau kesehatannya. Kondisi kesehatan sangat berpengaruh sekali, baik secara fisik maupun psikis. Sementara untuk aktivitas sosial, ada beragam kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial yang dapat dipilih oleh para lansia sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Melalui berbagai aktivitas sosial yang diikuti, sesama para lanjut usia dapat berkumpul bersama teman yang sebaya dengan usianya. Hal tersebut dengan tegas juga diungkapkan oleh (Uraningsari & Djalali, 2016), yang menyatakan bahwa jika komunitas lansia bergaul dengan orang-orang sebaya, maka lingkungan mendukung keberadaan lansia yang sama- sama sudah lanjut usia. ## 3. Penerimaan Diri Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan diri lanjut usia di Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi memiliki pengaruh yang besar. Masa tua merupakan proses alami yang akan terjadi pada setiap makhluk hidup. Semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia (Suardiman, 2011). Usia tua rentan terhadap penyakit. Beberapa kelemahan dan penyakit akan terjadi dengan bertambahya usia. Lanjut usia yang hidup dalam kelemahan, dan berbagai penyakit yang dirasakannya tentu tidak akan dapat menikmati masa tuanya dengan baik. Akan berbeda apabila lanjut usia yang dapat menerima dirinya. Individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri, sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Uraningsari & Djalali, 2016). Perubahan yang dirasakan seperti proses menua dapat diterima oleh lanjut usia dengan baik serta mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dimana ia berada. Keadaan fisik seseorang akan mempengaruhi tingkat penerimaan diri. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri pada lanjut usia yakni individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya serta mau hidup berdamai dengan keadaan tersebut. Lanjut usia yang mampu menerima dirinya atau tidak juga mendapat pengaruh dari lingkungan dimana ia berada. Hal senada juga diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Hariyadi, 2014), yang menyatakan bahwa seseorang yang dapat menerima dirinya mempunyai penilaian yang realistik terhadap potensi yang ada pada dirinya dan penilaian yang positif akan harga dirinya, karakteristik yang dimiliki dengan penerimaan diri akan diterimanya sebagai suatu anugerah. Segala hal yang menyenangkan yang terjadi pada diri individu akan dapat membuatnya menikmati kehidupan. ## 4. Motivasi Lansia Motivasi yang melatar-belakangi kondisi lanjut usia dalam membangun kemandirian hidup dan penerimaan diri terhadap kesiapan memasuki masa pensiun di Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi perlu menjadi teladan bagi para lanjut usia yang lain. Bagi mereka para lanjut usia yang sangat aktif dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia memperoleh beragam manfaat bagi lansia itu sendiri. Berdasarkan jumlah data lanjut usia yang diperoleh diatas bahwa mereka (para lanjut usia) sangat aktif dalam mengikuti kegiatan di Bina Keluarga Lansia Posyandu Cempaka Dusun Pojok Desa Beran Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi tersedianya fasilitas kesehatan di posyandu lansia khususnya posyandu Cempaka yang secara rutin menggelar berbagai aktivitas untuk para lanjut usia. Dukungan yang besar dari kader- kader posyandu Cempaka ini yang memotivasi para lanjut usia agar mengikuti kegiatan posyandu lansia. Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidupnya di masyarakat tetap terjaga dengan baik dan optimal. Memasuki lanjut usia merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Lanjut usia, khususnya di Dusun Pojok dapat membangun kemandirian hidup dengan baik. Di usia yang sudah lanjut ini, mereka (para lanjut usia) masih melakukan aktivitasnya dengan melakukan pekerjaan di sawah. ## 5. Konseling Lansia Berbicara lanjut usia, penuaan merupakan bagian alami dari proses perkembangan. Terjadinya perubahan yang berhubungan dengan penuaan menimbulkan masalah uatama bagi lanjut usia, seperti kesepian, sakit, memasuki masa pensiun, rasa malas, dan kehilangan. Menurut Havighurst (Gladding, 2012), lansia dituntut agar bisa belajar mengatasi hal yang terjadi berikut, seperti meninggalnya teman dan pasangan, menurunnya kekuatan fisik, pensiun dan berkurangnya pendapatan, waktu bersantai yang lebih banyak dan proses memiliki teman baru, berkembangnya peran sosial baru, mengubah perencanaan hidup. Secara menyeluruh, penuaan adalah masa bagi transisi dan transformasi. Upaya Lanjut Usia Dalam Membangun Kemandirian Hidup dan Penerimaan Diri Terhadap Kesiapan Memasuki Masa Pensiun (Studi Pada Lansia di Bina Keluarga Lansia Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi melalui Konseling Lansia. Memberi konseling pada lansia memerlukan latihan yang profesional. Bagi seorang konselor yang tidak dapat memahami lansia merupakan suatu hal yang mustahil akan dapat membantu lansia tersebut. Keterlibatan langsung dengan menggunakan strategi pengendalian yang baru dilakukan sebagai upaya meminimalisir terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh para lanjut usia. Layanan konseling bagi lansia akan tepat diberikan dan sangat membantu apabila fleksibel dan praktis serta berfokus langsung pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh lanjut usia. Dalam konseling lanjut usia terdapat ragam pelayanan, yang meliputi preventif/pencegahan, kuratif/penyembuhan dan rehabilitatif/pemulihan kembali. Preventif atau pencegahan, merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang diarahkan untuk pencegahan timbulnya masalah baru dan meluasnya permasalahan khususnya di usia lanjut. Kuratif atau penyembuhan, merupakan pelayanan sosial usia lanjut yang diarahkan untuk penyembuhan atas gangguan-gangguan yang dialami usia lanjut, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Rehabilitatif atau pemulihan kembali merupakan proses pemuihan kembali fungsi-fugsi sosial setelah individu mengalami berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya. ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat dismpulkan bahwa kemandirian hidup lansia bersifat relatif. Dampak psikologis yang timbul dalam kesiapan memasuki masa pensiun bagi lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti dukungan keluarga, kesehatan dan juga ekonomi. Adanya pemahaman dan membangun kemandirian hidup dan penerimaan diri terhadap kesiapan memasuki masa pensiun di Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi melalui Konseling Lansia kepada para lanjut usia. Layanan konseling bagi lansia akan tepat diberikan dan sangat membantu apabila fleksibel dan praktis serta berfokus langsung pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh lanjut usia. ## DAFTAR RUJUKAN Barlian, N. A. (2016). Pengaruh Tipe Kepribadian, Kontrak Psikologis, Komitmen Organisasi, motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Dan Kinerja Karyawan Di Rumah Sakit ParuKabupaten Jember. Jurnal Relasi Stie Mandala Jember , 12 (1), 366–373. BKKBN. (2015). Buku Saku Kegiatan KKN Mahasiswa . Surabaya: Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2016). Comparison of convenience sampling and purposive sampling. American Journal of Theoretical and Applied Statistics , 5 (1), 1–4. Fardila, N., Rahmi, T., & Putra, Y. Y. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kesiapan Menghadapi Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil. Jurnal RAP , 5 (2), 157–168. Gladding, S. T. (2012). Konseling Profesi yang Menyeluruh . Jakarta: Indeks. Hammersley, M. (2018). Routledge Revivals: The Dilemma of Qualitative Method (1989): Herbert Blumer and the Chicago Tradition . New York: Routledge. Hariyadi, Y. (2014). Hubungan Antara Penerimaan Diri Lansia dengan Angka Harapan Hidup di Kelurahan Wates Kota Mojokerto. Medica Majapahit , 6 (2), 78–95. Hurlock, E. B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . Jakarta: Erlangga. Kartinah, K., & Sudaryanto, A. (2017). Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia. Berita Ilmu Keperawatan , 1 (2), 93–96. Marlita, L., Saputra, R., & Yamin, M. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Lansia dalam Melakukan Activity Daily Living (ADL) di UPT PSTW Khusnul Khotimah. Jurnal Keperawatan Abdurrab , 1 (2), 64–68. Mönks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. (1985). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Safitri, B. R. (2013). Kesiapan Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari Peran Gender Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan , 1 (2), 191–204. Suardiman, S. P. (2011). Psikologi: Usia Lanjut . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis . Yogyakarta: Kanisius. Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2018). Activity Daily Living : Studi Pada Lanjut Usia di Bina Keluarga Lansia Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi. In Prosiding Seminar Nasional Universitas Muhammadiyah Semarang . Uraningsari, F., & Djalali, M. A. (2016). Penerimaan Diri, Dukungan Sosial dan Kebahagiaan Pada Lanjut Usia. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia , 5 (1), 15–27. Yusuf, A., Nihayati, H. E., & Abidin, Z. (2017). Cognitive Therapy Decrease the Level of Depression. Jurnal Ners , 3 (2), 163–169.
d66fb3bf-4921-475b-9dbe-57b547d4f432
https://e-jurnal.stikes-isfi.ac.id/index.php/JIIS/article/download/124/115
Uji Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Bayam ( Amaranthus spp ) Secara Destruksi Basah Menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) ## Nuryanti Program Studi Ilmu Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Email : [email protected] ## ABSTRAK Cemaran logam berat di lingkungan meningkat sebagai akibat dari aktifitas industri dan perkembangan teknologi. Potensi bahaya dari logam berat timbal (Pb) pada lingkungan dan kesehatan manusia telah menjadi perhatian besar bagi peneliti. Bayam ( Amaranthus spp ) didistribusikan secara luas dan telah menjadi varietas sayuran yang banyak di konsumsi di Indonesia, tanaman ini tumbuh dengan cepat dan luas yang dapat menjadi salah satu sumber dari timbal (Pb) hyperaccumulator. Uji kandungan logam berat Timbal (Pb) pada bayam ( Amaranthus spp ) telah dilakukan menggunakan metode destruksi basah. Sampel bayam segar diambil dari Pasar Tradisional Sunter, Jakarta Utara. Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) pada bayam merah dan bayam hijau diukur menggunakan Spektroskopi Serapan Atom. Hasil analisa menunjukkan bahwa daun bayam merah mengandung logam Pb sebesar 4.15 ppm dan daun bayam hijau sebesar 9.75 ppm. Jika dibandingkan dengan data Standard Nasional Indonesia (SNI) yaitu sebesar 0.5 ppm menunjukkan bahwa kadar logam berat Timbal (Pb) pada bayam merah ataupun bayam hijau melebihi ambang batas yang telah ditetapkan SNI. Kata Kunci : Timbal (Pb), Spektroskopi Serapan Atom, Amaranthus spp ## ABSTRACT Accumulation of heavy metals in the environment increase as effect of industrial activity and technological developments. The potential danger of heavy metal lead (Pb) in the environment and human health has become a major concern for researchers. The spinach is widely distributed and has become a widely consumed vegetable varieties in Indonesia. This plant grows rapidly and widely which can be one of the source of lead (Pb) hyperaccumulator. The analysis of heavy metal lead (Pb) in spinach has been carried out with wet destruction method. Sample of fresh spinach has been taken from Sunter traditional market, North Jakarta. Determination of heavy metal lead (Pb) in red spinach and green spinach were measured using atomic absorption spectroscopy. The analysis showed that red spinach leaves contain lead (Pb) metal of 4.15 ppm and green spinach leaves of 9.75 ppm. When compared with data of the Indonesian national standard (SNI) that is 0.5 ppm indicated that the heavy metal lead (Pb) in red spinach and green spinach exceed the threshold set by SNI Keywords : Lead (Pb), Atomic Absorption Spectroscopy, Amaranthus spp ## PENDAHULUAN Logam berat telah menjadi sumber pencemar bagi kehidupan manusia sejak beberapa abad yang lalu. Meningkatkatnya aktifitas industri dan semakin berkembangnya teknologi telah memperburuk cemaran logam berat di lingkungan. Hal ini juga dipicu oleh beberapa sumber diantaranya kosmetik (So Mi, L. et.al, 2008), farmasi (Cotte et al., 2006) dan juga industri kimia (Shahryar, A. et.al, 2011). Sayuran menyerap dan mengakumulasikan logam berat terutama melalui sistem akar dari tanah dan juga dapat menyerap gas atau debu yang mengandung logam berat dari udara (Li Xue De, et.al, 2004). Logam berat dalam sayuran umumnya tergantung pada tingkat polusi lingkungan. Akumulasi logam berat dalam sayuran masuk ke tubuh manusia melalui jaringan makanan sehingga dapat menyebabkan potensi gangguan kesehatan. Secara alami, level logam berat di bawah limit toksik tidak berbahaya bagi makluk hidup namun dengan konsentrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan keracunan, timbulnya penyakit sampai kematian (Lu M,et.al 2011). Dari berbagai logam berat, Pb (II) merupakan logam penting dalam hubungannya dengan kontaminasi rantai makanan karena tingkat toksisitasnya. Ion Pb (II) menyebabkan racun akut dan kronik, memberikan efek pada kerusakan ginjal, hati, jantung vascular dan sistem imun. Lebih jauh Pb (II) dapat menimbulkan penyimpangan kromosom, alergi kulit, kanker dan cacat lahir (Shahryar, A. et.al, 2011). Timbal (Pb) dapat terlepas ke atmosfir dari pertambangan, leburan, pembakaran bahan bakar fosil dan berbagai proses industri (Mukai et al, 2001). Perhatian pada kesehatan telah meningkat tajam pada mekanisme biotransformasi beberapa unsur yang berbahaya dari tanah pada sayuran. Pb merupakan neurotoxin yang dapat mempengaruhi hampir setiap organ atau sistem tubuh manusia, menurunkan perkembangan kognitif dan performa intelektual pada anak, kerusakan ginjal dan sistem reproduksi (Qin,et.al.2010). Pergerakan Pb dapat masuk pada jaringan lunak tubuh dan dapat menyebabkan gangguan musculoskeletal, renal, okular, immunological, dan perkembangan (ATSDR, 1999). Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penelitian mengenai akumulasi logam berat dalam sayuran penting untuk dilakukan. Bayam termasuk jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh manusia Penelitian ini membahas tingkat cemaran logam berat timbal (Pb) pada bayam hijau dan bayam merah dan resiko kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi sayuran ini. ## METODOLOGI PENELITIAN Preparasi Sampel Dalam penelitian ini digunakan sampel sayuran bayam jenis bayam hijau dan bayam merah yang dibeli dalam keadaan fresh (segar) dari pasar tradisional Sunter, Jakarta Utara. Sayuran bayam yang akan dianalisa ditempatkan pada wadah kaca kemudian dicuci bersih dan dipisahkan daun, batang dan akar. Sampel bayam yang telah dicuci kemudian di oven pada suhu 80°C selama 48 jam. Setelah kering sampel dihaluskan dengan mortar sampai menjadi serbuk. Setelah itu di masukkan dalam furnace pada suhu 450°C selama 12 jam sampai menjadi abu dan dilakukan destruksi meggunakan spektroskopi serapan atom secara kimia untuk mengetahui logam timbal (Pb) dalam sampel. ## Teknik Karakterisasi Untuk mengetahui kadar logam timbal (Pb) dalam sampel digunakan spektroskopi serapan atom varian iCE 3000 Series Thermo Scientific dengan lampu katoda dari wolfram/tungsten dengan kuat arus 10 µA, panjang gelombang 217 nm, burner Mark 7, monokromator, detektor jenis MPT (multi player tube), laju alir asetilen 2 L/menit, laju alir udara 10 L/menit, lebar celah 0.7 nm, tinggi burner 2 mm. Pembuatan Larutan Standard Timbal (Pb) Larutan standard timbal (Pb) yaitu Pb (NO 3 ) 2 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 1 mL larutan baku 1000 mg/L dalam labu ukur 100 mL, diencerkan sampai tanda batas. Larutan standard Pb dibuat dengan konsentrasi 0.7 mg/L, 1 mg/L, 3 mg/L, 5 mg/L dan 7 mg/L. Larutan standard Pb dianalisa dengan spektroskopi serapan atom sehingga diperoleh data adsorbansi masing- masing. Preparasi Sampel dengan Metode Destruksi Basah Sampel bayam hasil preparasi ditimbang, masukkan dalam beker gelas kemudian tambahkan HNO 3 65 %, panaskan sampai volume berkurang setengahnya dengan hot plate pada suhu 100°C untuk menguapkan sebanyak mungkin zat organik yang ada. Larutan didinginkan pada suhu kamar dan disaring dengan kertas saring Whatman no 42 kemudian dimasukkan dalam labu takar dan diencerkan dengan HNO 3 0.5 M selanjutnya dianalisa dengan spektroskopi serapan atom. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan sampel bayam hijau ( Amaranthus tricolor ) dan bayam merah ( Arternanthera ameona Voss ). Bagian daun digunakan untuk analisa logam timbal (Pb), hal ini disebabkan karena daun bayam paling banyak dikonsumsi oleh manusia sebagai sayuran dan secara alamiah logam timbal (Pb) akan diserap cepat oleh tanaman pada bagian daun dibandingkan dengan bagian lainnya (Darmono, 1995). Bayam dicuci bersih dan ditempatkan dalam wadah kaca (Gambar. 1) untuk selanjutnya di oven dan dihaluskan dengan mortar (Gambar. 2). Hal ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga akan mempercepat proses destruksi logam. Gambar 1. sampel bayam segar (a) bayam hijau dan (b) bayam merah Pengukuran larutan standard logam timbal (Pb) dinyatakan dalam kurva standard yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi dari serangkaian zat standard yang telah diketahui konsentrasinya (Gambar. 3). Berdasarkan hukum Lambert-Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi dimana semakin besar konsentrasi maka nilai absorbansinya juga akan semakin besar. Gambar 2. sampel bayam dihaluskan dengan mortar (a) bayam hijau dan (b) bayam merah Dari data kurva larutan standard logam timbal (Pb) diperoleh persamaan linier y = 0.0415x + 0.017. Keabsahan kurva kalibrasi dihasilkan dapat diuji dengan menentukan harga koefisien korelasi (R 2 ) yang menyatakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standard dengan absorbansinya yang merupakan suatu garis lurus. Nilai koefisien korelasi R 2 didapatkan sebesar 0.9933 dimana nilai ini mendekati +1 menunjukkan respon yang diberikan terhadap konsentrasi analit telah memenuhi syarat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kandungan logam timbal (Pb) pada bayam hijau sebesar 9.75 (a) (b) (a) (b) ppm dan pada bayam merah sebesar 4.15 ppm (Tabel. 1). Dari data uji kandungan logam timbal (Pb) menunjukkan bahwa kadar rata-rata logam timbal (Pb) pada daun bayam mempunyai pengaruh signifikan pada tiap jenisnya. Dapat dilihat bahwa kandungan logam timbal (Pb) pada daun bayam hijau lebih besar jika dibandingkan dengan bayam merah. Gambar 3. Grafik kurva standard logam timbal (Pb) Hal ini dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat pada daun. Bayam hijau mempunyai kandungan klorofil yang lebih besar jika dibandingkan dengan bayam merah. Akumulasi logam timbal (Pb) pada daun lebih tinggi bila terpapar asap kendaraan dengan jarak yang lebih dekat dan waktu pemaparan yang lebih lama (Mardja, 2000). Tabel 1 . Hasil uji kandungan logam timbal (Pb) pada sampel daun bayam hijau ( Amaranthus tricolor ) dan bayam merah ( Arternanthera ameona Voss ) Sampel Konsentrasi (ppm) Bayam hijau Bayam merah 9.75 4.15 Logam timbal (Pb) dapat mengganggu proses fotosintesis karena terganggunya kerja enzim yang berperan dalam proses biosintesis klorofil yaitu asam amino levulinic (ALAD) yang berperan dalam mengkatalisis pembentukan porphobilinogen sehingga akan dapat merusak kloroplas. Kloroplas tersusun dari Mg dan Fe yang diserap dalam tanah. Jika dalam tanah ataupun daun terdapat logam Pb yang cukup besar maka Mg dan Fe pada kloroplas akan digantikan oleh Pb sehingga klorofil tidak dapat terbentuk dengan maksimal akibatnya proses fotosintesis yang terjadi pada daun akan terganggu. (Novita, 2012). Kandungan logam timbal (Pb) yang terdapat pada bayam hijau dan bayam merah melebihi ambang batas yang diperbolehkan standard nasional Indonesia (SNI). Kadar maksimum logam berat pada sayur- sayuran yang diperbolehkan menurut SNI yaitu sebesar 0.5 ppm. Logam timbal (Pb) yang masuk dalam tubuh secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan. Gambar 4 . Perbandingan kandungan logam timbal (Pb) pada bayam hijau dan bayam merah Untuk mengantisipasi akumulasi logam timbal (Pb) dalam tubuh ditetapkan Provisional Tolereble Weekly Intake (PTWI) yang diterbitkan oleh organisasi dan lembaga pangan internasional World Health Organization (2006) dan Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additive (JECFA). PTWI dari logam berat timbal (Pb) ditetapkan sebesar 25 µ g/kg berat badan per minggu. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan logam berat timbal (Pb) yang terdapat pada bayam hijau lebih besar jika dibandingkan dengan bayam merah dan melebihi ambang batas yang telah ditetapkan standard nasional Indonesia (SNI). Hal ini akan berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi terus-menerus dalam waktu yang lama. 0 2 4 6 8 10 bayam hijau bayam merah Ka da r l og am ti m ba l ( pp m ) uji kandungan logam timbal (Pb) pada daun bayam ## UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih untuk semua tim yang telah membantu dalam penelitian ini khususnya untuk Kelompok Bidang Ilmu (KBI) Kimia Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. ## DAFTAR PUSTAKA Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR), 1999. Toxicological Profile for Lead. Agency for Toxic Substances and Disease Registry , US Department of Health and Human Services, Public Health Service, 205- 93-0606 BPOM RI, 1989. BPOM no. 03723/B/SK/VII/1989. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Pada Produk Pasaran . Badan Pengawas Obat dan Makanan. Cotte M,Checroun E, Susini J, Dumas P, Tchoreloff P , Besnard M, Walter P.2006. Kinetics of oil saponification by lead salts in ancient preparations of pharmaceutical lead plasters and painting lead mediums . Talanta, 70(5) 1136–1142 Departemen Kesehatan. 2001. Kerangka Acuan Kadar Timbal (Pb) Pada Spesimen Darah Kelompok Masyarakat Beresiko Tinggi Pencemaran Timbal . Ditjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI Jakarta Li Xue-de, Hua Ri-mao, Yue Yong-de Evaluation on contamination of Cr ,Pb ,Cd and Cu in vegetables of Hefei Region . Journal of Agro-Environment Science. 2004. 31(2),p143- 147 Lu, M., Toghill, K. E,Compton, R.G. 2011. Simultaneous detection of trace cadmium(II) and lead(II) using an unmodified edge plane pyrolytic graphite electrode . Electroanalysis, 23(5), 1089–1094 Mardja D. 2000. Pengaruh Jarak Dan Waktu Pemaparan Timbal (Pb) Pada Asap Kendaraan Bermotor Terhadap Bayam (Amaranthus sp) . Project Report. LP Universitas Andalas Mukai H, Tanaka A, Fujii TH, Zeng Y,Hong Y,Tang J Regional characteristics of sulfur and lead isotope ratios in the atmosphere at several Chinese urban sites . Environ Sci Technol 2001;35:1064– 71 Novita, Yulian, Tarzan P.2012. Penyerapan Logam Timbal (Pb) Dan Kadar Klorofil Elodea Canadensis Pada Limbah Cair Pabrik Pulp dan Kertas . Lentera Bio 1 (1) : 1- 8 Qin F, Chen W. 2010. Lead and copper levels in tea samples marketed in Beijing . China Bull. Environ. Contam. Toxicol. 78, 128-131 Shahryar A. Atousa B, Freshteh A.2011. A highly sensitive method for simultaneous determination of ultra trace levels of copper and cadmium in food and water samples with luminol as a chelating agent by adsorptive stripping voltammetry . Food Chemistry, 129, 1274–1280 SNI 7387. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam Pangan . Standard Nasional Indonesia (SNI) So Mi L, Hye Jin J, Ih Seop C.2008. Simultaneous determination of heavy metals in cosmetic products . Journal of Cosmetic Science, 59 (5) 441–448
95ae420c-5d67-414e-9995-cc5f4599d740
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/4354/3121
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 4 Tahun 2023 Page 7135-7147 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative ## Pengaruh Ulasan Produk Terhadap Kepuasan Pengguna Aplikasi Female Daily Amienah Atthahahirah Universitas Bakrie Email: [email protected] ## Abstrak Ulasan produk saat ini memiliki peran penting dalam mengetahui informasi baru dan menjadi sebuah pertimbangan yang nantinya menjadi suatu keputusan pembelian. Banyak platform mewadahi kumpulan informasi mengenai infromasi produk sebagai potensi pemenuhan harapan pengguna. Apakah ulasan produk bisa memenuhi harapan pengguna pada aplikasi Female Daily? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ulasan produk terdapat pengaruh terhadap kepuasan pengguna aplikasi Female Daily. Menggunakan metode kuantitatif dan pengolahan data menggunakan SPSS versi 27.0. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat antara ulasan produk terhadap kepuasan pengguna dibuktikan dengan hasil uji koefesien determinasi sebesar 72,9% kepuasan pengguna apliaksi Female Daily ditentukan oleh ulasan produk, Dimana sisanya sebesar 27,1% ditentukan hal lain diluar penelitian ini. Kata Kunci: Ulasan Produk, Kepuasan Pengguna, Female Daily ## Abstract Product reviews currently have an important role in knowing new information and becoming a consideration that will later become a purchasing decision. Many platforms accommodate a collection of information about product information as a potential fulfillment of user expectations. Is the product review able to fulfill user Female Daily Application's expectations? The purpose of this study is to determine whether product reviews have an influence on user satisfaction of the Female Daily application. The reasearch method used is a quantitative and data processing using SPSS version 27.0. The results showed that there was a strong influence between product reviews on user satisfaction as evidenced by the results of the determination coefficient test of 72.9% of the Female Daily application user satisfaction was determined by product reviews, while the remaining 27.1% was determined by other things outside this study. Keywords: Product Reviews, User Satisfaction, Female Daily ## PENDAHULUAN Erosi Internet menjadi sarana komunikasi serta menjadi pusat pertukaran berbagai informasi saat ini. Media mengubah cara berkomunikasi secara tradisional menjadi lebih berkembang pesat. International Tellecomunication Union tahun 2019 melakukan penelitian dengan hasil lebih dari 4 miliar pengguna yang tersambung ke internet dan masih akan terus bertambah hingga saat ini (Bastos and Moore, 2021). Melalui survei Asosiasi Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan tahun 2023 pengguna internet di Indonesia mencapai 78,19% atau menembus 215,626,156 pengguna dari jumlah penduduk tahun ini sebanyak 275,773,901 (APJJI, 2019). Penggunaan internet memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan masyarakat luas. Saat ini aspek komunikasi banyak digunakan dibidang media sosial, media sosial mampu memperluas wawasan dan juga pembahasan yang sedang trendi. Kotler and Keller (2016:338) mengatakan bahwa media sosial adalah tempat penggunanya berbagi gambar, video, teks dan juga informasi dengan orang lain. Tercipta komunikasi dan informasi yang berbentuk bervariatif yang diciptakan oleh sosial media (Thaib, 2021:8). Media sosial semakin berkembang dengan keunggulan dan karateristik masing- masing. Tujuan berkembangnya media sosial saat ini untuk mempermudah berkomunikasi dan mendapatkan informasi dari berbagai lapisan masyarakat yang terhubung dengan media sosial (Ardiansyah dan Maharari, 2021:51). Banyaknya media sosial yang muncul saat ini didukung oleh demand dari pengguna itu sendiri, salah satunya media sosial Female Daily. Aplikasi media sosial yang termasuk klasifikasi media social networking sites dimana penggunak menggunakan infromasi pribadi untuk terhubung dengan pengguna lainnya untuk bertukar informasi dan berkomunikasi melalui teks, gambar maupun video menurut (Kaplan dan Haenlein, 2010:69). Aplikasi ini tengah ramai digunakan sebagai platform untuk melihat ulasan produk, nilai produk dan berdiskusi secara intens antar pengguna Female Daily. Mengutip dari laman editorial female daily setelah 15 tahun berdiri, terdapat 1 juta member secara keseluruhan ditahun 2023. Alasan pengguna menjadi member aktif Female Daily adalah mencari tahu ulasan produk yang akan digunakan untuk dijadikan bahan pertimbangan kegunaan produk tersebut Selain itu juga terdapat banyak fitur yang seperti FD Talks yaitu ruang untuk berdiskusi antar pengguna yang membahas lebih dari 60 Grup dengan topik yang berbeda. Diskusi antar pengguna di dominasi oleh pertanyaan seputar ulasan setelah menggunakan produk tertentu, bagaimana efek yang diberikan setelah memakai produk tersebut serta bertukar informasi seputar ulasan-ulasan produk. Permasalahannya saat ini adalah dapat ditemukan beberapa ulasan palsu atau fake review diberbagai produk terutama produk baru atau brand yang memasarkan barangnya kepada publik (Fudmanto, 2022). Menurut (Wingate, 2019) ulasan palsu yang tidak sesuai dengan produk menjadi tidak berguna bagi siapapun. Pada ruang FD Talks akun @mitapunov mengatakan, “aku tadi abis liat review dan itu reviewnya sempurna dan banyak banget, jadi merasa ditipu karena produknya tidak sebagus itu”. Ketika terdapat ulasan palsu bisa meningkatkan dampak secara serius pada perkembangan ulasan-ulasan produk lainnya secara online (Wu et al., 2020). Banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh ulasan produk pada aplikasi Female Daily, namun tersedia ruang pembahasan pada kolom FD Talks yang sampai saat ini terus melakukan pengembangan dengan melihat antusias pengguna aplikasi Female Daily juga terdapat banyak fitur yang tersedia pad aplikasi Female Daily yang sering digunakan secara aktif oleh pengguna seperti fitur search brand or product, FD try and review, fd Article dan FD Studio. Pra Survei dalam penelitian ini menunjukkan hasil terdapat 100 pengguna aktif yang terpilih mengungkapkan bahwa ulasan produk kerap membantu namun juga masih membuat keraguan antar real or fake review yang terdapat pada ulasan produk pada aplikasi Female Daily. Rata-rata paling tinggi yaitu 4,39 persen pengguna saat ini mendapati bahwa beberapa produk menggunakan cara licik yaitu membuat ulasan palsu yang tidak sesuai. Tetapi para pengguna secara aktif masih membuka ulasan produk dari aplikasi Female Daily yang ingin dicari karena mereka mengetahui ciri-ciri dari ulasan palsu walaupun terkadang masih termakan fake review. Selanjutnya rata-rata 3,85 persen pengguna masih mengeluhlan respon yang diberikan antar pengguna Female Daily agar bisa secara aktif membantu di ruang diskusi dan memberikan informasi yang akurat. Kemudian rata-rata selanjutnya 3,1 persen pengguna berpendapat bahwa saat ini banyak sekali pengguna yang terlihat seperti flexing dalam produk kecantikan maupun secara personal yang mereka miliki sehingga membuat sebagian merasa tidak percaya diri bahkan membuat mereka menjadi pengguna yang implusif dan unplanned atau pengguna melakukan pembelian tanpa rencana terhadap produk-produk tersebut (Oktivera, et. al., 2020) Dari permasalahan yang ditimbulkan dan berdasarkan hasil pra survei dapat disimpulkan alasan peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ulasan produk terhadap kepuasan pengguna Female Daily. ## METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan pendekatakan kuantiatif. Penelitian kuantitatif lebih kepada pengujian teori dengan mengukur variable berdasarkan angka kemudian melakukan analisis data dengan prosedur statistic (Paramita et. al., 2021:10). Peneliti menggunakan data yang dapat menejelaskan suatu fenomena yang di teliti kemudian hasilnya dapat digeneralisasikan. Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel non probability sampling yaitu tidak memberi peluang yang sama terhadap populasi yang akan dipilih dalam melakukan riset (Paramita dan Ratna 2021:64). Kemudian teknik yang digunakan adalah purposive sampling, menurut Paramita dan Ratna (2021:64) menejlaskan bahwa teknik purposive sampling memiliki tujuan memilih sampelnya secara subjektif sehingga peneliti telah mengetahui responden yang dijadikan sampel dengan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Dalam menyeleksi sampel untuk penelitian ini, telah ditentukan kriteria sebagai berikut: (1) Responden FD aktif mencari ulasan produk dalam 2022-2023. (2) Responden telah mencoba semua fitur yang ada di FD lebih dai 2 tahun. (3) Responden berusia diatas 20 tahun. Dari kriteria yang telah ditentukan, peneliti mendapatkan 30 sampel yang sesuai dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner secara online yaitu Google Form menggunakan instrumen skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur tingkat kesetujuan responden terhadap pernyataan yang telah diberikan (Sugiyono, 2019:93). Menurut Sugiyono (2019:94) pengukuran tingkat kesetujuan responden dalam skala likert ditunjukkan sebagai berikut: (1) Sangat Setuju skor 5. (2) Setuju skor 4. (3) Kurang Setuju skor 3. (4) Tidak Setuju skor 2. (5) Sangat Tidak Setuju skor (5). Responden akan memilih jawaban berdasarkan skor yang diberikan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini memiliki fokus terhadap pengaruh ulasan produk terhadap kepuasan pengguna Female Daily. Peneliti menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, kemudian uji normalitas dan uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi. Data yang telah diterima melalui blue print kuesioner secara online kemudian diolah untuk sebagai bukti bahwa penelitian ini dapat dilanjutkan dan mendapatkan hasil yang sesuai. Dalam melakukan pengujian data, peneliti menggunakan software SPSS versi 27. ## a. Uji Validitas Setelah menentukan sampel, peneliti telqah menyerahkan pernyataan yang jawabannya langsung dipilih oleh responden berdasarkan tingkat kesetujuan setiap responden masing- masing. Uji validitas menunjukan bahwa blue print kuesioner online valid dan bias dilanjutkan untuk di teliti. Tabel 1. Uji Validitas Ulasan Produk (X) Nomor r hitung r table Ket. 1 0,824 0,361 Valid 2 0,753 0,361 Valid 3 0,883 0,361 Valid 4 0,774 0,361 Valid 5 0,812 0,361 Valid 6 0,840 0,361 Valid 7 0,860 0,361 Valid 8 0,716 0,361 Valid 9 0,773 0,361 Valid 10 0,819 0,361 Valid 11 0,729 0,361 Valid 12 0,813 0,361 Valid Sumber: Data Peneliti (2023) Hasil pada tabel 1 menunjukkan r hitung > r table. Sebanyak 12 pernyataan yang dijawab oleh 30 responden adalah valid. Artinya ulasan produk berpengaruh terhadap kepuasan pengguna Female Daily. Tabel 2. Uji Validitas Kepuasan Pengguna (Y) Nomo r r hitung r table Ket. 1 0,843 0,361 Valid 2 0,734 0,361 Valid 3 0,813 0,361 Valid 4 0,864 0,361 Valid 5 0,751 0,361 Valid 6 0,807 0,361 Valid 7 0,857 0,361 Valid 8 0,849 0,361 Valid Sumber: Data Peneliti (2023) Hasil yang ditunjukkan pada table 2 menunjukkan r hitung > r table. Terdapat 8 pernyataan yang dijawab oleh responden adalah valid berdasarkan pengolahan data yang dilakukan. Semua blue print item ulasan produk (X) dan kepuasan pengguna (Y) terbukti validdan data dapat digunakan untuk melakukan pengujian selanjutnya. ## b. Uji Reliabilitas Setelah semua item dinyatakan valid pada uji validitas, kemudian dilanjutkan dengan pengujian selanjutnya yaitu melakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan ketika variable independen dan variable dependen dapat dipercaya dan konsisten. Tabel 3. Uji Reliabilitas No Variabel α r table Ket. 1 Ulasan Produk (X) 0,948 0,361 Reliab el 2 Kepuasa n Penggun a (Y) 0,905 0,361 Reliab el Sumber: Data Peneliti (2023) Tabel 3 menunjukan hasil dari variabel ulasan produk (X) sebesar 0.948 dan kepuasan pengguna (Y) sebesar 0,905 Nilai yang dihasilkan adalah reliabel karena nilai dari Cronbach’s Alpha ( α) lebih besar dari nilai r table yaitu 0,31. c. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada residu normal atau tidak pada sebuah penelitian (Syariffudin dan Saudi, 2022:65). Syariffudin dan Saudi (2022:65) menambahkan bahwa model regresi yang baik adalah model yang memiliki residu dan terdistribusi secara normal. ## Tabel 4. Uji Normalitas ## Sumber: Data Peneliti (2023) Hasil akhir dapat dikatakan normal jika nilai assymtot lebih besar dari 0,05. Tabel 4 menunjukkan nilai assymtot 0,217 artinya lebih besar dari 0,05 dan data dari variabel independen maupun variabel depeden yang didistribusikan adalah normal. ## d. Uji Regresi Linier Sederhana Pengujian regresi linier sederhana menjelaskan bagaimana bentuk dari pengaruh variabel independen dan variabel dependen (Yuliara, 2016:2). ## Tabel 5. Uji Regresi Linier Sederhana ## Sumber: Data Peneliti (2023) Persamaan umum dari uji regresi linier sederhana secara matematis dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = a + bX + e Kemudian dari hasil persamaan regresi pada tabel diatas diperoleh jika nilai (a) sebagai konstanta sebesar 8,457 yang artinya nilai variabel dependen (Y) akan menjadi 8,457 ketika variabel independen (X) memiliki nilai 0. Selanjutnya untuk koefisien regresi (b) yang memiliki nilai sebesar 0,310 Artinya kepuasan pengguna atau variabel dependen (Y) bisa meningkat 0,310 ketika ulasan produk (X) bertambah. ## e. Koefisien Determinasi Penelitian ini menggunakan pengujian R square untuk menguji seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:97). Koefisien determinasi dapat mengukut tingkat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan interpretasi tingkat pengaruh menurut Sugiyono (2019). ## Tabel 6. Koefisien Determinasi ## Sumber: Data Peneliti (2023) Besarnya nilai R square pada tabel 5 adalah 0,729 atau sebesar 72,9% Menurut Syariffudin dan Saudi (2022:80) tidak ada ukuran yang pasti untuk mengukur sebuah nilai yang tepat pada koefisien determinasi. Namun menurut Sugiyono (2019:186) hasil yang didapatkan sebesar 72,9% termasuk dalam nilai interval rentang 60%-80% dengan tingkat pengaruh kuat. Hasil akhir menunjukan bahwa ulasan produk sangat berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Penelitian ini mengacu pada Cutlip & Center’s Effective Public Relations yang membahas Seven Cs of Communication terdiri dari credibility, context, content, clarity, continuity and consistency, channels, capability of the audience. Kredibilitas dapat diartikan rasa percaya terhadap sikap seseorang terhadap sesuatu yang tengah diperdebatkan. Sedangkan menurut Canggara (2019:95) berpendapat bahwa kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang berbagai macam kelebihan yang berasal dari sumber kemudian diterima dan juga diikuti oleh pengguna. Ulasan produk pada aplikasi Female Daily yang ditampilkan secara menarik dan mudah digunakan membuat suatu kepercayaan oleh para pengguna dengan melihat ulasan-ulasan produk untuk menambah keyakinan atau menjadi bahan pertimbangan suatu produk yang akan dimiliki nantinya. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini juga mendukung Seven CS selanjutnya yaitu konteks. Salah satu komunikasi dapat dikatakan efektif jika konteks yang disampaikan sudah sesuai sebagaimana mestinya. Ulasan produk pada platform Female daily saat ini sudah sangat terkemas dengan baik dan sangat mudah dipahami sehingga tujuan utama untuk mencari tahu tentang suatu produk pengguna berdasarkan kepada ulasan yang diberikan pada platform FD. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa ulasan yang menjadi konteks harus sesuai dan jelas bagi seluruh pengguna tetap maupun newbie dalam menggunakan platform Female Daily. Selanjutnya adalah konten. Menurut Chusumastuti dan Atthahirah (2023) dalam komunikasi konten dikenal sebagai isi atau maksud dari sebuah pesan. Pesan yang disampaikan pada ulasan produk berdasarkan penelitian ini sangat membantu para pengguna. Ulasan produk yang diberikan merupakan pesan yang berisi ajakan mengenai produk tersebut bagu atau cocok dengan jenis kulit tertentu, himbauan untuk berhati-hati jika ada kandungan dari produk yang tidak baik untuk kulit normal maupun sensitif dan juga menceritakan pengalaman yang sudah menggunakan produk tersebut secara detail bahkan harga serta tempat yang menjual barang tersebut tercantum disana. Hal ini juga berkaitan dengan kejelasan yang menjadi salah satu dalam Seven Cs, bahwa ulasan yang telah diberikan harus jelas. Pengguna menerima kejelasan dari sebuah ulasan produk yang tersedia di platform Female Daily. Pada hasil yang diberikan oleh penelitian ini menunjukkan kejelasan ulasan produk yang diberikan memberikan kejelasan bahasa yang berpengaruh terhadap ulasan produk dan kepuasan pengguna Female Daily. Para pengguna berpendapat setuju bahwa bahasa yang digunakan semakin jelas, maka ulasan produk tersebut sangat memberikan kepuasan bagi para pengguna. Oleh sebab itu, kejelasan yang ditekankan berkaitan dengan konten yang diberikan. Pengguna mengetahui jika itu adalah ulasan produk asli dan secara sadar dibuat untuk memberikan edukasi bukan hanya sekedar spamming ataupun buzzer dari brand tertentu. Dilanjutkan dengan konsistensi ulasan produk yang ditampilkan pada aplikasi Female Daily. Hasil penelitian menunjukan bahwa ulasan produk selalu bias dibaca secara berulang, bertambah dengan kemajuan-kemajuan dari segi konten maupun kejelasan yang ada. Ulasan produk tidak hanya berhenti atau memiliki periode tertentu, karena pengguna setuju bahwa ulasan yang ada pada platform Female Daily sudah konsisten sejak awal dan semakin baik dan maju sampai saat ini. Tercipta suatu komunikasi yang baik dampak dari konsistensi yang terus berkelanjutan dalam waktu yang lama sehingga membuat karateristik tersendiri bagi para pengguna Female Daily. Menurut pengguna berdasarkan hasil penelitian ini, ulasan-ulasan produk termasuk relevan dengan pengguna ketika dikaitkan deng Seven Cs selanjutnya yaitu channel atau pemilihan saluran yang mewadahi ulasan produk. Saluran sebagai faktor penting dalam penyampaian infromasi, ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengguna sangat setuju platform Female Daily merupakan saluran terbaik bagi para pencari ulasan produk. Saat ini tengah banyak aplikasi yang membuat hal serupa namun saluran Female Daily memiliki peringkat 1 dalam pencarian ketika seseorang ingin mengetahui ulasan produk yang sedang mereka cari, lalu saluran Female Daily banyak mendapatkan keuntungan seperti terdapat poin yang digunakan untuk menilai tingkatan, kemudahan untuk membagikan atau merekomendasikan aplikasi maupun fitur-fitur yang ada di Female Daily. Hal ini juga membuktikan bahwa dari tahun 2005-2023 saat ini terdapat banyak kunjungan terhadap Female Daily. Dimensi terakhir yang dibahas dalam buku Seven Cs adalah kemampuan audiens. Audiens disini adalah pengguna aplikasi Female Daily, kemampuan pengguna yang dimaksud adalah kemampuan dalam menerima pesan agar tidak menjadi salah paham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna setuju ulasan produk yang ada pada aplikasi Female Daily tidak membuat salah paham dibuktikan dengan ada beberapa produk yang sudah lebih dari 5,000 review secara konsisten namun tidak membuat salah paham atau membuat pengguna kebingungan. Hyal tersebut menjadi salah satu alasan pengguna masih menggunakan aplikasi Female Daily untuk mencari ulasan produk yang diinginkan kemudian mendapatkan kepuasan karena sesuai harapannya. Harapan yang dimiliki oleh para pengguna terhadap aplikasi Female Daily terjawab dengan hasil penelitian ini yang menggunakan indikator yang dikemukakan Indrasari (2019:92) yaitu: (1) kesesuaian harapan, (2) minat berkunjung kembali, (3) kesediaan merekomendasikan. Kesesuaian harapan pengguna aplikasi Female Daily sesuuai dengan kehendak maupun persepsi pengguna, hal ini dibuktikan pada uji koefisien determinasi bahwa ulasan produk memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepuasan pengguna. Artinya harapan pengguna terhadap ulasan produk pada aplikasi Female Daily sudah memenuhi keinginan yang dicari para pengguna. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa minat berkunjung kembali para pengguna stabil dan konsisten ditunjukkan dengan sampel yang dipilih merupakan pengguna aktif yang lebih dari satu tahun. Data menunjukan pengguna Female Daily pada tahun ini meningkat dan kunjungan ulasan produk mencapai 50,000 kunjungan. Penelitian membuktikan bahwa ulasan produk membuat pengguna memiliki minat berkunjung kembali sangat tinggi dan hal ini juga berkaitan dengan kesediaan merekomendasikan. Kesediaan merekomendasikan pada penjelasan dimensi channel atau saluran Seven Cs. Pengguna dengan mudah untuk membagikan atau merekomendasikan aplikasi Female Daily dan juga fitur-fitur yang diberikan. Kesediaan merekomendasikan ini juga menjadi faktor penting karena dalam aplikasi Female Daily, jika pengguna merekomendasikan apliaksi dengan menggunakan kode Female Daily pribadi, maka akan mendapatkan poin yang berguna untuk tingkatan akun yang banyak manfaat dan kegunaannya. Mayoritas pengguna telah menerima kepuasan terhadap ulasan produk yang diberikan oleh apliaksi Female Daily berdasarkan uji koefisien determinasi sebesar 72,9% kepuasan pengguna apliaksi Female Daily ditentukan oleh ulasan produk, Dimana sisanya sebesar 27,1% ditentukan hal lain diluar penelitian ini. ## SIMPULAN Dari penjabaran dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ulasan produk telah memenuhi harapan pengguna yang artinya ulasan produk berpengaruh terhadap pengguna aplikasi Female Daily. Ulasan produk telah digunakan dengan persepsi pengguna secara optimal kemudian ulasan produk telah sesuai dari segi tampilan, segi bahasa yang menarik bagi para pengguna. Ulasan produk tidak hanya menjadi hiburan bagi pengguna, namun menjadi sumber inforasi yang tujuan akhirnya menjadi bahan pertimbangan terhadap keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Aplikasi Female Daily dengan salah satu fiturnya yaitu ulasan produk memberikan dampak yang positif bagi pengguna. Selain itu, aplikasi ulasan produk yang dikemas dalam wadah aplikasi Female Daily salah satu bukti bahwa perkembangan teknologi di Indonesia telah menghadapi kemajuan dan menjadi acuan bagi platform lainnya. Ulasan produk bukan hanya sekedar konten atau pesan biasa, ulasan produk dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman yang secara nyata memberikan manfaat bagi pengguna. Keseluruhan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan Antara pengaruh ulasan produk dan kepuasan pengguna pada apliaksi Female Daily. ## DAFTAR PUSTAKA Aliyansyah Muhammad Andi, 2017. Analisa Hidrolika Aliran Sungai Blifard dengan Menggunakan HEC-RAS. Universitas Hasanuddin, Makassar. Adhikari, S. P., Meng, S., Wu, Y., Mao, Y., Ye, R., Wang, Q…Zhou, H. (2020). Novel Coronavirus during the early outbreak period: Epidemiology, causes, clinical manifestation and diagnosis, prevention and control, Infectious Disease Poverty, 9(29), 1 – 12. Andreas, Kaplan M., Haenlein Michael. (2010). "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of social media". Business Horizons. 53(1):59-68. Ardiansah, I., & Maharani, A. (2021). Optimalisasi Instagram Sebagai Media Marketing: Potret Penggunaan Instagram sebagai Media Pemasaran Online pada Industri UKM. CV. Cendekia Press. APJII. (2019). Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia Tahun 2018. Apjii, 51. (www.apjii.or.id) diunduh pada 28 April 2023. Bastos, W., & Moore, S. G. (2021). Making word-of-mouth impactful: Why consumers react more to WOM about experiential than material purchases. Journal of Business Research, 130(December 2019), 110 – 123. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2021.03.022. Cangara, Hafied. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua, Rajawali Pers, Jakarta. Chusumastuti, D., & Atthahirah, A. (2023). Pengaruh Konten Instagram Terhadap Kepuasan Followers@ barkas.jogjakarta. Jurnal Manajemen Kreatif dan Inovasi, 1(2), 31-44. Elsie Oktivera, S. S., Wirawan, F. W., & Tarakanita, S. (2020). E-Sales Promotion Membentuk Impulse Buying Konsumen Studi Kasus: Digital Payment OVO. Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA), 7(1). 1-7. Fudmanto, A. D. (2022). Pengaruh Iklan Shopee Versi Cristiano Ronaldo di Youtube terhadap Minat Beli Shopee. J-IKA: Jurnal Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung, 9(2), 107-114. Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25, Edisi Kesembilan, Universitas Diponegoro. Kotler, P. and Keller, Kevin L. 2016: Marketing Management, 15th Edition New Jersey: Pearson Pretice Hall, Inc. Indrasari, M. (2019). Pemasaran dan Kepuasan Pelanggan. Surabaya: Unitomo Press. Lackermair, G., Kailer, D., dan Kanmaz, K. (2013). Importance of Online Product Reviews From a Consumer’s Perspective. Journal of Advances In Economics and Business. Vol.1, No.1. 1-5. Mo, Z., Li, Y. F., & Fan, P. 2015. Effect of Online Reviews on Consumer Purchase Behavior. Journal of Service Science and Management, 8(03), 419-424. Ratna Wijayanti Daniar (2021), Metode Penelitian Kuantitatif, Widya Gama Press, Lumajang. Reginabraham (2022). FD Milestone: Apa Saja yang Sudah Dicapai Female Daily Selama 15 Tahun. (https://femaledaily.link/1mnz7E) diunduh pada 10 Mei 2023. Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alphabet, Bandung. Syariffundin, Saudi, Ibu Al. (2022). Metode Riset Praktis Regresi Berganda Dengan SPSS, Bobby Digital Center, Palangkaraya. Thaib, Erwin Jusuf, (2021). Problematika Dakwah di Media Sosial. Solok: Insan Cendekia Mandiri. Yuliara, I. M. (2016). Modul Regresi Linier Sederhana. Retrieved from https://imissu.unud.ac.id/:https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/321 8126438990fa0771ddb555f70be42.pdf. Wingate, N. (2019). The Influence of Fake Reviews on Consumer Perceptions of Risks and Purchase Intentions. Journal of Marketing Development and Competitiveness, 13(3), 133 – 144. https://doi.org/10.33423/jmdc.v13i3.2244.
0bbbfc3f-6f75-4d87-b143-c08d21609cb5
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/download/2383/1996
E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1 2013 Seri D --------------------------------------------------------------- ## TARI RENTAK GUMANTAN: PERKEMBANGAN BENTUK DARI TARI GUMANTAN DI DESA PISANG BEREBUS KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Gustri Wella 1 , Desafiarni 2 , Afifah 3 Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Email: [email protected] ## Abstract This article aims to describe the development of the Gumantan dance type in Pisang Berebus Village Gunung Toar Rengency, Kuantan Singingi District, Riau Province. Type of the research is qualitative with descriptive analysis method. The techniques of data collection are literature study, observation, interviews, photo shoot and recording. The technique of the data analysis is to classifying the data based on the conceptual framework. The result showed that: the development of Gumantan dance influenced by citizen in that area. The purpose of the citizen in that area is to the make Gumantan dance still exist so that Lukman Edi created Rentak Gumantan dance. The developments of that dance can we see from the part of elements. Those elements are movements, space design, music dance, costumes, the dance dynamics and composition group. Kata kunci: Perkembangan, Bentuk, dari, tari, Gumantan ## A. Pendahuluan Kebudayaan adalah suatu produk manusia yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Kebudayaan selalu tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat yang merupakan suatu perwujud dan sifat, nilai serta tingkah laku dalam kehidupan masyarakat tersebut, maka terwujudnya unsur-unsur kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan adalah satu kesatuan dan satu keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan, Sehingga tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan. Kesenian merupakan cabang dari kebudayaan. Kesenian merupakan salah satu perwujudan di dalam kebudayaan. Kesenian juga selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat (Soedarsono, 2002:4). Seiring dengan itu Kesenian daerah merupakan bentuk kesenian yang mencerminkan ciri khas daerah itu sendiri, kesenian tradisional yang dimiliki oleh daerah tersebut merupakan warisan yang diperoleh secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu baik itu dari seni tari, seni musik, seni rupa maupun seni teater dan lain sebagainya, 1 Mahasiswa Penulis Skripsi Prodi Strata 1 Pendidikan Sendratasik untuk Periode September 2013 2 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1 2013 Seri D --------------------------------------------------------------- yang ditampilkan dalam acara-acara seperti upacara adat, upacara pengobatan, perkawinan, pertunjukan dan hiburan. Desa Pisang Berebus merupakan nama suatu daerah yang terdapat Di Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Di desa tersebut terdapat tari tradisional seperti tari Gumantan, tari Sombah Cerano, tari Silek Payuang, tari Tarik Jalur, tari Batobo. tari-tari ini ditampilkan pada acara upacara adat, pembukaan pacu jalur, penutupan pacu jalur, penyambutan tamu- tamu penting, pengangkatan Kepala Desa dan Bupati. Khusus pada tari Gumantan , tari ini juga merupakan tari untuk upacara pengobatan. Di Desa Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi terdapat sebuah tradisi pengobatan Gumantan yang diciptakan semenjak tahun 1942. Menurut dukun Gumantan (Nasarrudin, 16 maret 2013) tari Gumantan ditampilkan apabila diantara masyarakat ada yang mengalami penyakit akibat dirasuki makhluk halus atau jin, demam parah (seperti step), menstruasi yang tak berhenti-henti, bali (penyakit yang diderita wanita saat hamil muda), tetawan (dibawa makhluk halus) dan lain-lain. Pada tari Gumantan ini sang dukun meminta bantuan kepada Allah dengan membaca kulima atau kalimat syahadat pada awal dan akhir pengobatan. Upacara pengobatan pada tari Gumantan memiliki unsur-unsur seni tari dan musik, karena disaat upacara pengobatan itu berlangsung dukun melakukan gerakan hentakan kaki, gerakan tangan yang diayun dan gerakan kepala berputar. Bila diperhatikan terdapat unsur ritmis dengan tempo dari musik rebab yang dimainkan (Mardiana Ulfa, 2008: 6). Di dalam tari Gumantan, gerak banyak dipengaruhi oleh tempo dan ritme. Karena di dalam tari Gumantan dukun bergerak sesuai dengan tempo irama yang dimainkan melalui gesekan rebab. Dalam setiap gerakan dukun tidak berpatokan pada hitungan melainkan mengikuti gesekan rebab. Nama-nama gerak pada tari Gumantan adalah sebagai berikut: Gerak mencari jalan, Gerak mencari penyakit, Gerak pulang Alat musik yang digunakan dalam tari Gumantan ini adalah rebab masyarakat di Desa Pisang Berebus lebih sering menyebutnya Robob . Cara memainkannya adalah dengan cara menggesekan pada senarnya yang dimainkan dari awal acara pengobatan sampai akhir rangkaian acara tersebut karena rebab ini adalah pengiring dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh dukun. Didalam tari Gumantan ini kostum tidak begitu diutamakan karena dukun memakai baju kaos dan ada pula baju itu tidak dikenakannya, dukun hanya memakai kain yang digunakan sebagai kain samping dan celana berwarna hitam atau gelap. Begitu pula dengan orang yang diobati, tidak ada pakaian khusus untuk sisakit dia hanya memakai busana sehari-hari. Tari Gumantan ini sangat erat keberadaannya ditengah-tengah masyarakat Desa Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi. Dalam perkembangan sekarang, tari Gumantan dikembangkan oleh Lukman Edi menjadi tari Rentak Gumantan. Lahirnya tari ini terinspirasi dari tari Gumantan yang digunakan pada upacara pengobatan. Sebagian terucap dari wawancara dengan pencipta tari berikut: Agar tari Gumantan tidak punah serta rasa kekhawatiran dan dengan adanya kepercayaan masyarakat Desa Pisang Berebus terhadap unsur-unsur magik dan pemikiran yang masih primitif, maka muncul ide untuk menciptakan tari Rentak Gumantan. (Lukman Edi, 15 Maret 2013). Tari Rentak Gumantan diciptakan tahun 1997, saat ini tari Rentak Gumantan ditampilkan untuk acara penyambutan tamu resmi pemerintah, perpisahan sekolah, pengangkatan Bupati, pengangkatan Kepala Desa. Edi Sedyawati (1984: 39) menyatakan perkembangan mengandung dua pengertian sebagai berikut: 1. Pengembangan dalam arti pengolahan berdasarkan unsur tradisi yang diberi nafas baru sesuai dengan tingkat perkembangan masa, tanpa mengurangi/menghilangkan nilai-nilai tradisi 2. Pengembangan dalam arti penyebarluasan, untuk dapat dinikmati dan diresapi oleh lingkungan masyarakat yang lebih luas. ## Bentuk tari 1. Tari Tari adalah paduan gerak-gerak indah dan ritmis yang disusun sedemikian rupa sehingga memberi kesenangan kepada pelaku dan penghayatannya (Edy Sedyawati, 1986:73). Kemudian Iyus Rusliana ( 1982:11) menyatakan tari adalah gerak-gerak yang telah distilasi atau stilir, dari penalaan ini sekarang kita dapat memberikan suatu penjelasan atau batasannya yakni tari adalah gerak-gerak distilir atau distilasi yang ritmis. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tari adalah gerak- gerak yang indah dan ritmis yang merupakan ungkapan ekspresi jiwa manusia yang disusun dan dapat memberikan kesenangan kepada prilakunya. Berkaitan dengan tari Rentak Gumantan yang berasal dari Desa Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi dapat dikatakan sebuah tari karena tari ini merupakan suatu seni tontonan bagi masyarakat pendukungnya. 2. Bentuk Setiap tari mempunyai bentuk ritme luar dan bentuk ritme dalam. Pengertian ini menghadirkan macam bentuk dalam kesenian (Sal Murgiyanto1983: 31)yaitu: Bentuk luar yang merupakan hasil susunan pelaksanaan elemen-elemen motorik yang teramati. Dengan perkataan lain bentuk luar berkepentingan dengan bagaimana kita mengolah bahan-bahan kasar dengan menentukan hubungan saling mempengaruhi antar elemen-elemen yang digunakan. Bentuk luar hasil penurunan pelaksanaan elemen-elemen motorik yang teramati yaitu gerak, disain ruang, iringan tari, kostum, dinamika, komposisi kelompok. a. Gerak Medium atau bahan baku tari berupa gerakan-gerakan tubuh yang semuanya kita miliki. Kita semua sering menggunakan bahan baku ini dalam tingkah laku dan kreasi kita. Hidup berarti bergerak dan gerak adalah bahan baku dalam sebuah tari yang merupakan unsur yang paling dominan dan utama dalam sebuah tari. Ruang, waktu, dan tenaga adalah elemen dasar dari gerak, (Sal Murgiyanto, 1986 : 123). ## b. Disain ruang Dalam hubungan dengan komposisi, beberapa elemen ruang yang patut mendapatkan perhatian adalah: garis, volume, atau ukuran besar kecil, arah, tinggi rendah, arah hadap, fokus pandang dan sebagainya. Merencanakan penataan dan pemaduan unsur-unsur keruangan tersebut agar dapat menghasilkan bentuk keruangan yang estetis (Sal Murgiyanto, 1986 : 125). c. Iringan tari Musik dan tari mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lain. Keduanya berasal dari dorongan yang sama yaitu dari dorongan atau naluri ritmis manusia. Tetapi jika ritme tari mewujud dalam gerak, maka ritme musik terwujud dalam tatanan bunyi dan suara. (Sal Murgiyanto, 1986 : 131) d. Kostum Kostum merupakan salah satu unsur pendukung dalam sebuah tari kostum tari dapat menggambarkan kebudayaan masyarakat dari mana tari itu berasal. Dengan melihat kostum yang dipakai penari maka orang yang menyaksikan tersebut akan mengetahui dari mana tari itu berasal. Sal Murgiyanton (1983 : 99). e. Dinamika Dalam dinamika yang menjadi perhatian bukanlah gerakan “apa” yang dilakukan tetapi “bagaimana” sebuah gerakan dilakukan. Penggunaan dinamika yang berganti-ganti akan lebih menarik dari pada berada dalam satu dinamika saja. Dinamika yang tajam dengan kecepatan tinggi memberikan kesan merangsang sedangkan dinamika yang lembut dengan kecepatan sedang atau perlahan memberikan kesan tenang, dinamika yang kuat dengan kecepatan yang terus menerus dapat memberikan kesan yang tegang (Sal Murgiyanto, 1986 : 135) f. Komposisi kelompok Kelompok dalam komposisi terbagi menjadi dua yaitu: kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok kecil adalah sebuah kelompok komposisi yang terdiri dari dua atau tiga orang penari, sedangkan kelompok besar adalah sebuah tarian yang terdiri lebih dari empat orang penari, memiliki kemungkinan pengaturan disain lebih banyak lagi baik dari desain ruang, waktu, dan dinamik (Sal Murgiyanto, 1986 : 138-139) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bentuk dalam tari Rentak Gumantan yaitu bentuk yang merupakan hasil susunan elemen-elemen motorik yang teramati yaitu gerak, disain ruang, iringan tari, kostum, dinamika, dan komposisi kelompok dalam tarian. ## B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode data deskriptif analisis yaitu memberikan gambaran tentang perkembangan bentuk dari tari Gumantan di Desa Pisang Berebus Kecamatan GunungToar Kabupaten Kuantan Singingi provinsi Riau. Instrument penelitian yaitu peneliti sendiri yang dibantu dengan alat tulis, camera photo. pengumpulan data yang digunakan yaitu: studi pustaka, observasi, wawancara, perekaman dan pemotretan. Pengamatan yang dilakukan yaitu untuk mengamati perkembangan bentuk dari tari Gumantan yang ada di Desa Pisang Berebus. perkembangan tersebut dapat dilihat dari elemen-elemen bentuk dalam sebuah tari yaitu dari segi gera. Disain ruang, iringan tari, kostum, dinamika dan komposisi kelompok. C. Pembahasan 1. Tari Rentak Gumantan Elemen-elemen bentuk yang berkembang pada Tari Rentak Gumantan yaitu gerak, disain ruang, iringan tari, kostum, dinamika dan komposisi kelompok. a. Gerak: dari segi sususan gerak, gerak tari Gumantan terdiri dari tiga macam gerak yaitu gerak mencari jalan, gerak mencari penyakit dan gerak pulang, Perkembangan tari Rentak Gumantan memiliki tujuh macam gerakan yaitu gerak Sembah Pembuka, gerak Memagar, gerak Pecah Mayang, gerak Pengobatan, gerak Sembah Penutup, gerak Putus Benang dan gerak Pulang. Perkembang gerak dapat dilihat dari setiap gerak yang dilakukan. Adanya gerak yang berkembang dapat dijelaskan bahwa gerak Sembah Pembuka dan gerak Memagar merupakan pengembagan dari gerak Mencari Jalan pada tari Gumantan, gerak Pecah Mayang, gerak Pengobatan dan gerak Putus Benang merupakan pengembangan gerak Mencari Penyakit pada tari Gumantan sedangkan gerak Sembah Penutup dan gerak pulang merupakan pengembangan dari gerak Pulang pada tari Gumantan. Gerak Sembah Pembuka dan Sembah Penutup memiliki level rendah, volume besar, fokus pandang kearah lantai dan arah hadap kedepan dengan waktu yang sedang dan intensitas yang lembut. Gerak Memagar dukun dan keenam penari menggunakan ruang waktu dan tenaga yang berbeda, dukun menggunakan level sedang, volume besar, arah hadap diagonal kiri depan fokus pandang kearah yang bergerak. Dan kelima penari menggunakan level rendah dan volume kecil, arah hadap kedepan dan fokus pandang kearah yang bergerak. Waktu yang digunakan pada gerak memagar sedang dengan degan intensitas yang lembut. Gerak Pecah Mayang dukun dan keenam penari menggunakan ruang, waktu dan tenaga yang berbeda. Dukun menggunakan level rendah, volume besar, arah hadap kedepan,dan fokus pandang kesamping kiri dan kesamping kanan. Sedangkan keenam penari menggunakan level rendah volume besar, arah hadap kedepan dan fokus pandang ketangan kiri dan juga ketangan kanan dengan hitungan yang berbeda. Waktu dan tenaga yang digunakan pada gerak Pecah Mayang menggunakan waktu sedang intensitas lembut dan kuat. Gerak Pengobatan dukun bergerak dengan level sedang, volume besar, arah hadap kedepan, fokus pandang kearah yang bergerak,dengan waktu yang sedang dan intensitas gerak yang kuat. Pembayu penari yang berada di tengah- tengah bergerak dengan level rendah, volume kecil, arah hadap kesemua arah penari, fokus pandang kearah dukun yang bergerak. Dengan waktu sedang dan intensitas tenaga yang lembut.dan kelima penari yang disebut dengan dayang menggunakan level rendah, volume kecil dan besar, arah hadap kedepan, fokus pandang kearah tangan yang bergerak, dengan waktu sedang dan intensitas yang lembut. Gerak Putus Benang dukun dan Pembayu menggunakan level sedang, volume besar, arah hadap kedepan, fokus pandang keatas, dengan waktu yang sedang dan intensitas yang kuat. Dan pada gerak Pulang semua penari melakukan gerak yang sama dengan level sedang, volume sedang, arah hadap pada bagian kiri dan kanan badan, fokus pandang kearah kaki yang bergerak, dengan waktu yang sedang dan intensitas gerak yang lembut. b. Disain ruang: yang digunakan pada Tari Gumantan yaitu diagonal, lurus dan lengkung karena pada Tari Gumantan dukun banyak melakukan gerakan maju mundur. Untuk perkembangan tari Rentak Gumantan disain ruang yang digunakan yaitu berbentuk lingkaran, lurus, diagonal dan lengkung. c. Irigan tari: juga mengalami perkembangan kalau iringan tari pada tari Gumantan menggunakan satu jenis alat iringan tari tradisional yaitu rebab yang berfungsi sebagai pengiring suasana dalam pengobatan. Perkembangannya pada tari Rentak Gumantan memiliki 3 jenis alat iringan tari tradisional yaitu gong, gendang 1 dan gendang 2 dengan bunyi irama yang berbeda. Iringan tari pada tari Rentak Gumantan berfungsi yaitu untuk pengatur tempo dalambergerak. d. Kostum: yang digunakan dukun pada tari Gumantan menggunakan kostum yang dominan berwarna hitam baik dari celana panjang yang di pakai dukun, deta sebagai ikat kepala, dan kain selendang sebagai ikan pinggang yang digunakan dukun semuanya menggunakan warna hitam, orang yang sakit pada tari Gumantan tidak menggunakan kostum yang tertentu tetapi orang yang sakit hanya menggunakan baju sehari-hari (baju bebas). Untuk perkembangan tari Rentak Gumantan dukun tetap menggunakan warna hitam yang melambangkan kekuasaan pada tari Gumantan dan tari Rentak Gumantan, yang mengalami perkembangan yaitu dari segi celana yang digunakan dukun pada tari Rentak Gumantan dukun menggunakan celana pendek yang berwarna hitam. Sedangkan pembayu (orang yang membantu dukun dalam pengobatan) dan kelima penari menggunakan kain songket sesuai warna yang ditentukan dan menggunakan selendang dan kain sesamping sesuai dengan warna kain songket. Pembayu menggunakan warna kuning dan lima orang penari (dayang) menggunakan warna merah e. Dinamika: pada tari Gumantan menggunakan dinamika yang lembut dan kuat dengan kecepatan yang sedang, tetapi dengan perkembangannya sekarang tari Rentak Gumantan menggunakan dinamika yang kuat dan lembut dengan kecepatan yang dilakukan yaitu sedang, Dinamika yang lembut dengan kecepatan sedang dapat kita lihat pada gerak sembah pembuka, memagar, sembah penutup dan gerak pulang sedangkan dinamika yang kuat dengan kecepatan sedang dapat dilihat pada gerakan pecah mayang, pengobatan dan putus benang. f. Komposisi kelompok: mengalami perkembangan, tari Gumantan menggunakan komposisi tunggal yang ditarikan satu orang penari yaitu dukun, sedangkan tari Rentak Gumantan merupakan komposisi kelompok besar karena ditarikan oleh tujuh orang penari, penari laki-laki sebagai dukun, satu orang penari perempuan sebagai pembayu (orang yang membantu dukun dalam pengobatan), dan lima orang penari perempuan (dayang). Tari Rentak Gumantan melakukan gerakan serempak dan berurutan serta berimbang, gerak serempak dapat dilihat pada gerakan gerah sembah pembuka dan penutup dan gerak pulang sedangkan gerak berurutan dapat dilihat pada gerak memagar E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1 2013 Seri D --------------------------------------------------------------- dan gerak pengobatan dan gerak berimbang dapat dilihat pada gerak putus benang. 2. Penyebab terjadinya perkembangan Tari Gumantan adalah salah satu tari yang terdapat di Desa Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi yang digunakan dalam Upacara Pengobatan. Agar tari Gumantan tidak hilang, maka munculah ide dari seorang masyarakat Desa Pisang Berebus yang bernama Lukman Edi untuk mengembangkan tari Gumantan menjadi tari Rentak Gumantan. Perkembangan tersebut dapat kita lihat dari elemen-elemen bentuk tari baik dari segi gerak, disain ruang, iringan tari, musik, kostum, dinamika, dan komposisi kelompok. ## D. Kesimpulan dan Saran Dari segi gerak , gerak yang terdapat pada tari Gumantan yaitu tiga macam gerak tetapi pada tari Rentak Gumantan terdiri dari tujuh macam gerak. Disain ruang yang digunakan pada tari Gumantan lebih pada disain lurus tetapi dengan perkembangan tari Rentak Gumantan menggunakan garis lurus, diagonal, lengkung dan lingkaran, iringan tari pada tari Gumantan menggunakan satu jenis iringan tari tardisional tetapi dengan perkembangannya tari Rentak Gumantan menggunakan 3 jenis iringan tari tradisional, kostum yang digunakan dukun pada tari Gumantan yaitu berwarna hitam baik dari celana, ikat pinggang, deta maupun selendang, dengan perkembangannya pada tari Rentak Gumantan juga mengalami perkembangan yaitu celana yang digunakan dukun. Dinamika pada tari Gumantan yaitu lembut dan kuat dengan kecepatan sedang, pada tari Rentak Gumantan menggunakan dinamika yang lembut dan kuat dengan kecepatan sedang, sedangkan komposisi pada tari Gumantan yaitu komposisi Tunggal, dan tari Rentak Gumantan merupakan komposisi kelompok besar yang terdiri dari tujuh orang penari. Diharapkan terhadap seniman daerah agar mampu mempelajari dan melatih generasi baru sebagai penerus kebudayaan daerah sendiri. Kepada generasi muda yang mempunyai bakat dan kemampuan dibidang seni agar dapat terus melestarikan kesenian tradisional daerahnya. Agar pemerintah daerah setempat memberi bantuan dana untuk kemajuan kesenian tari daerah Desa Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan pembimbing I . Dra. Desfiarni, M.Hum. Dan pembimbing II Afifah Asriati, S.Sn.,MA ## Daftar Rujukan Edi Sedyawati. 1984. Pertumbuhan Seni Pertunjukan . Jakarta: Sinar Harapan Rahmida Setiawati. 2008. Seni Tari . Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Sal Murgiyanto. 1983. Koreografi . Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1 2013 Seri D --------------------------------------------------------------- Sal Murgiyanto. 1986. Pengetahuan Elementer Tari Dari Beberapa Masalah Tari . Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Eraglobalisasi . Yogyakarta: Gajah Mada University Press
883aac07-f42e-40fb-8e20-62a96b497ca1
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/narada/article/download/8302/3697
## PROSES PRODUKSI PEMANFATAAN LIMBAH ## PELEPAH BATANG POHON PISANG UNTUK AKSESORIS KEPALA DI DAERAH KAUJON BANTEN Oleh: Hidayat Sirruhu 1 Televisi Republik Indonesia Vania Aqmarani Sulaiman 2 Program Studi Desain Produk, Fakultas Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana [email protected] 1 ; [email protected] 2 ## ABSTRAK Limbah pelepah batang pohon pisang dianggap sebagai bahan yang terbuang ketimbang dimanfaatkan sebagai bahan material yang bernilai ekonomis yang tinggi. padahal limbah pelepah batang pohon pisang ini merupakan bahan yang mudah ditemui di masyarakat atau desa-desa, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan limbah pelepah pisang ini sebagai material aksesoris kepala. Penelitian ini bertujuan mencoba mencari nilai lebih dari limbah pelepah batang pohon pisang untuk dijadikan suatu aksesoris kepala, dengan memanfaatkan limbah pelepah batang pohon pisang sebagai bahan materialnya, aksesoris kepala yang akan dibuat adalah bros patch, head piece, bandana, dan topi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui proses produksi pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang untuk aksesoris kepala tersebut. Metode yang digunakan adalah metode observasi ke pengrajin pelepah batang pohon pisang untuk mengetahui proses produksi dari awal hingga menjadi produk, proses produksi ini menggunakan teknik menganyam. Produk yang akan dihasilkan dalam proses produksi limbah pelepah batang pohon pisang ini berupa aksesoris kepala yaitu bros patch, head piece, bandana, dan topi. Hasil penelitian proses produksi limbah pelepah batang pohon pisang ini dapat mengurangi pembuangan dan dapat menjadi sumber daya terbarukan menjadi pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang. Produk yang dihasilkan dapat menjadi produk aksesoris kepala serta meningkatkan nilai ekonomi dan estetika serta fungsi dari limbah tersebut. Kata kunci : aksesoris, batang, pemanfaatan, pohon, pisang, produksi ## ABSTRACT Banana tree trunk waste is considered as wasted material rather than being used as a material with high economic value. whereas the banana tree trunk waste is a material that is easily found in the community or villages, so it does not rule out the possibility of utilizing this banana trunk waste as head material. This study aims to try to find more value from banana tree trunk waste to be used as a head accessory, by utilizing banana tree trunk waste as material, the head accessories that will be made are brooch patches, headpieces, bandanas, and hats. The study was conducted to determine the production process of the utilization of banana tree trunk waste for the head accessories. The method used is the method of observation to the banana tree stem midrib to find out the production process from the beginning to become a product, this production process uses weaving technique. The product that will be produced in the process of producing banana tree trunk waste is in the form of head accessories, namely brooch patch, headpiece, bandana, and hat. The results of research on the production process of banana tree trunk waste can reduce waste and can become a renewable resource into the utilization of banana tree trunk waste. The resulting product can be ahead of the accessory product and increase the economic and aesthetic value and function of the waste. Keywords: Accessories, banana, stem, tree, utilization, waste Copyright © 2020 Universitas Mercu Buana. All right reserved Received: 8 th May, 2020 Revised: 3 rd August, 2020 Accepted: 3 rd August, 2020 ## A. PENDAHULUAN Latar Belakang Aksesoris, adalah benda pelengkap yang dikenakan seseorang untuk menambah keindahan dan keselarasan penampilan bagi si pemakai. Dalam dunia busana, aksesoris amatlah penting dan sudah diterapkan dalam dunia busana sejak lama. Bentuk aksesori bermacam-macam dan banyak diantaranya terkait dengan peran gender pemakainya. Aksesori dalam bahasa Indonesia hampir selali berarti fashion aksesoris dalam penggunaan dalam bahasa inggris. Aksesoris yang ingin buat adalah aksesoris bagian kepala (topi, bros patch, heandpiece, bandana). Selama ini pelepah batang pisang dianggap sebagai bahan yang terbuang ketimbang dimanfaatkan sebagai bahan material yang bernilai ekonomis yang tinggi (Nurudin et al, 2018). padahal limbah pelepah batang pisang ini merupakan bahan yang mudah ditemui di masyarakat, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan limbah pelepah pisang ini sebagai material aksesoris kepala. Selain mudah dan murah, pelepah batang pisang ini juga ringan dan ramah lingkungan. Pelepah ini bertekstur unik (Sri et al, 2013) yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai material aksesoris kepala. Untuk memanfaatkan limbah pelepah batang pisang ini dipilih pada bagian lapisan kedua dari luar dan seterusnya. Hal ini disebabkan karena pelepah batang pisang yang terl uar sudah dianggap ‘rusak’ dan “ cacat ” . Dalam artian jika pelepah yang terluar digunakan, maka hasilnya tidak akan maksimal (Mandegani et al, 2016). Aksesoris dikenal sebagai benda pelengkap yang dikenakan oleh seseorang sebagai cara agar dapat menambah keindahan dan keselarasan penampilannya (Wisesa, 2015). Dalam konteks busana, aksesoris sudah diterapkan dalam dunia busana sejak lama. Oleh karena itu, bentuk aksesori memiliki banyak keragaman. Diantaranya terkait dengan peran gender pemakainya (Marcelina, 2011). Pemanfaatan pelepah pisang menjadi aksesoris hadir setelah memperhatikan bahwa keterampilan yang akan dikembangkan memiliki bahan baku yang sangat mudah diperoleh. Dikarenakan adanya bahan, peralatan dan penerapan teknologi yang sederhana, produk yang akan dihasilkan memiliki nilai jual tinggi dengan harga yang cukup terjangkau (Soedarwanto, 2018). Oleh karena itu, pemanfaatan pelepah pisang ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari pemanfaatan pelepah pisang tersebut (Wisesa, 2015). Permasalahan Istilah pemanfaatan adalah proses atau cara melakukan suatu perbuatan untuk memanfaatkan. Jadi pemanfaatan adalah merupakan suatu perbuatan untuk memanfaatkan agar sesuatu ada gunanya atau menjadi lebih berguna (Moeliono, 1990:555). Bahan adalah barang yang dibuat menjadi satu benda tertentu selain itu dapat juga diartikan sebagai barang yang akan dibuat menjadi barang yang lain, sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan (Haryanta, 2017). Sehingga pada penelitian ini masalah yang dirumuskan adalah - Bagaimana pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang menjadi lebih berguna sebagai bahan kerajinan khususnya produk aksesoris ## B. TINJAUAN PUSTAKA Dalam menyelesaikan persoalan, maka di perlukan dasar masalah sebagai penuntun menyelesaikan. Dasar yang digunakan biasanya merujuk pada teori dan penelitian yang sudah ada. Pada penjelasan kali ini penulis menjabarkan tentang beberapa hal yang berkenaan dengan pemanfataan limbah pelepah pisang dijadikan aksesoris. ## a. Pemanfaatan Pemanfaatan merupakan suatu metode alternatif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari keadaan sebelumnya (Purwanto, 2007: 8). Selain itu, pemanfaatan dikenal sebagai guna atau faedah, sehingga menjadikan artinya sebagai suatu menjadi ada manfaatnya dan ada gunanya atau menjadi lebih berguna. b. Limbah Limbah adalah suatu bahan hasil dari proses produksi yang sudah tidak terpakai. Terlepas dari baik itu hasil dari industri besar, menengah atau kecil (Wahyuni, 2011: 15). Hal ini dikarenakan setiap tempat masyarakat tinggal, maka di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal juga sebagai sampah, yang seringkali kehadirannya tidak diinginkan. Hak ini dikarenakan limbah padat dianggap tidak memiliki sebuah nilai ekonomis. Dengan kehadiran limbah yang dianggap dapat memberikan berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia yang dapat berdampak buruk ( Marliani, 2015). Jika limbah yang dijumpai sangatlah buruk, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Pengertian limbah juga dapat diartikan sebagai sisa atau hasil sampingan dari kegiatan program manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. ## c. Pelepah Pisang Pelepah pisang, dikenal sebagai salah satu bagian dari batang mulai dari akar sampai ke pangkal daun dan diketahui memiliki struktur yang berlapis, Dan setiap pelepah menerus ke atas menjadi batang daun. Lapisan ini bertumpuk dan berdiameter sampai dengan 30 cm di bagian bawah dan mengecil di bagian atas 15-20 cm (Nopriantina, 2013). ## d. Batang Pisang Batang pisang diketahui bahwa bukan termasuk “ batang sejati ” tapi merupakan “ batang semu ” yang merupakan proses hasil bentukan. pelepah daun panjang yang saling menelungkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu berkisar 3,5 - 7,5meter tergantung jenisnya (Kuswanto, 2003: 5). Batang pisang sebagian besar terdiri dari berbagai lapisan pelepah pisang yang membentuk dirinya menjadi batang pisang ” . (Satuhu & Supriyadi, 1993:8-11). Batang pisang dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai aktifitasnya. Seperti untuk membuat lubang pada bangunan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran, mengalirkan atau membagi air dipersawahan, untuk tancapan wayang, untuk membungkus bibit-bibitan, untuk tali industri pengolahan tembakau (Bahri, 2017) dengan proses pengeringan terlebih dahulu, dan baik pula untuk dibuat kompos. Tidak jarang, air dari batang pisang dapat dimanfaatkan untuk penawar racun dan untuk pengobatan tradisional (Satuhu & Supriyadi, 1993:6). ## C. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah tata cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi terhadap data yang didapatkan (Widiyono, 2013: 57). Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang artinya penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis makna dan proses yang lebih difokuskan dalam observasi (Gunawan. 2013: 10). Teori dimanfaatkan sebagai panduan agar fokus penelitian sesuai fakta lapangan. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat sebagai gambaran umum tentang tentang penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata. Oleh karena itu, data yang digunakan bukan berupa bilangan, angka, skor atau nilai; peringkat atau frekuensi; yang biasanya dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematik atau statistik (Creswell, 2009:4). Dalam penelitian kualitatif, informasi yang disampaikan oleh berbagai narasumber menjadi sesuatu yang berharga, sehingga peneliti memiliki tanggung jawab atas informasi yang diperoleh dari narasumber untuk menggunakan sebaik-baiknya. Penulis melakukan penelitian ini dengan metode: a. Wawancara Target pertama wawancara penulis yaitu pengrajin pelepah pisang dari kota serang banten. Sesi wawancara terhadap pengrajin pelepah pisang, pelepah pisang apa saja yang sering digunakan untuk membuat kerajinan (Gunawan, 2013: 56). Untuk mengetahui kajian berdasarkan opini pengrajin pelepah pisang. b. Observasi Observasi diketahui merupakan aktivitas terhadap suatu proses atau objek. Dengan maksud untuk merasakan dan memahami pengetahuan sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian (Hasanah, 2017). ## D. HASIL DAN PEMBAHSAN Hasil Hasil dari observasi pemanfaatan limbah pelepah batang pisang untuk dijadikan aksesoris kepala terdiri dari beberapa tahap yaitu:. Gambar 1: Narasumber wawancara dan observasi metode bekerjanya Nama : Abdul Hakim Alamat : Kaujon Buah Gede RT.04 RW.03 Kecamatan Kaujon Serang, Banten Proses pengerjaanya: a. Alat-alat yang digunakan Gambar 2: Peralatan yang digunakan - gergaji yang tidak tajam - pisau yang tidak tajam - lem tembak b. Proses pencarian dan proses penebangan Mencari pohon pisang yang sudah tidak produktif. lalu gergaji/tebang pohon pisang dengan kemiringan 35 0 -40 0 agar pohon tumbang ketempat yang diingikan dan agar tidak terlalu kencang terbanting ketanah, Karena jika terbanting kencang ketanah lapisan pertama sampai ke tiga tidak bisa terpakai. Gambar 3: Proses pemilihan batang pohon pisang - setelah di tebang kita potong lagi sesuai ukuran 1m-1,5m c. Cara pemisahan pelepah batang pisang Pemisahan pelepah batang pisang dilakukan secara satu persatu sampai ke bagian yang paling dalam. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pembusukan karena pelepah pisang sangat bnyak mengandung air, kedua supaya cepat proses pengeringanya. Gambar 4: Proses pemisahan pelepah pisang Yang selanjutnya proses memisahkan pelepah bagian luar dan bagian dalam. d. Proses penjemuran Proses penjemuran di sini masih memanfaatkan sinar matahari. Oleh karna itu penjemur memakan waktu hingga kering kurang lebih 3-4 hari (tergantung cuaca). Apabila cuaca mendung memerluka pengeringan paling lama 7 hari sampai 9 hari untuk cuaca mencung. e. Pembuatan pola dan penganyaman Setelah didapatkan pelepah batang pisang yang kering, kita buat pola kerajianan yang mau dibuat. Pola ini untuk mempermudah pembuatan sebuah produk. Karena dapat dijadikan acuan untuk mengikuti pola yang sudah ada. Gambar 6: Penganyaman pelepah pisang (Sumber:http://psmjogja.blogspot.co.id/2015/12/ke rajinan-debog-pisang.html) Anyam pelepah yang sudah dibuatseperti tali, sesuaikan dengan bentuk polanya yang tadi sudah di buat. f. Proses finishing dan produk akhir Produk yang sudah jadi difinising menggunakan propan dan menggunakan sedikit tambahan bahan agar tidak gatal pada saat digunakan. Gambar 7: Kerajinan pelepah pisang (Sumber:http://kub.suaragresik.com/2015/03/gedeb ok-art-kerajinan-pelepah-pisang.html) Dari hasil yang dilakukan, Terdapat metode dalam pemanfaatan pelepah pisang menggunakan metode standar oyang dilakukan oleh pengrajin. Hal ini dapat dilihat dari adanya metode untuk menebang pelepah batang pohon pisang yang akan dijadikan aksesoris kepala. Karena jika dilakukan dengan sembaranggan menebang maka pelepah pisang tidak dapat digunakan karena jika pelepah batang pisang terjatuh terlalu keras, maka pelepah bagian luar sampai lapisan ke empat akan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Selain itu, etelah pelepah pisang sudah di tebang maka pemisahan lapisan pelepah batang pisang harus dilakukan di hari yang sama, apabila dipisakan lapisan keesokan harinya pelepah batang pisang akan menjadi busuk. Selain itu, pihak pengrajin memiliki keahlian lain seperti menganyam dan mengetahui proses finishing agar produk dari pemanfaatan limbah pelepah pisang dapat menjadi produk. Pembahasan a. Manfaat pelepah batang pohon pisang Pelepah Pisang atau disebut dengan “g ebok ” di daerah tempat lokasi observasi, memiliki manfaat yang tidak sedikit. Dari hasil observasi, pemanfaatannya, terbagi menjadi dua yaitu pemanfaatan secara tradisional yang tidak jarang dijumpai di dunia pewayangan sebagai media untuk menancapkan wayang saat pertunjukan dan pemanfaatan secara modern sebagai property, atau alat untuk membuat sebuah lukisan. Setelah dimanfaatkan kembali melalui metode tradisional dan modern tersebut, pelepah pisang tidak dapat difungsikan kembali. b. Kelebihan dari produk ini adalah: - Tahan terhadap air - Memiliki desain yang unik dan modern - Digunakan sesuai ukuran kepala - Memiliki warna yang beragam (natural, merah muda, coklat gelap) - Menggunakan pewarna alami c. Kekurangan dari produk ini adalah: - Tidak tahan terhadap matahari. Karena matahari dapat merusak lapisan anti air. (untuk jangka panjang) - Produk ini tidak tahan lama. Karena produk ini menggunakan pelepah pisang jadi tidak kaya produk lainnya yang tahan lama. - Peroses Pengerjaanya terlalu lama memakan waktu hingga 1 minggu 30 pcs - Mudah berjamur ## E. KESIMPULAN Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari dan perkaitan dengan penelitian proses produksi pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang untuk aksesoris kepala. Kesimpulan ini didasarkan dari pengalaman selama proses penulisan laporan riset desain. 1. Kerajinan yang diproduksi berupa aksesoris kepala seperti bros patch, headpiece, bandana, dan topi. Berbahan dasar limbah pelepah batang pohon pisang. Produk yang dihasilkan adalah produk kreatif, ekonomi, dan ramah lingkungan. 2. Bahan baku utama produk aksesoris kepala berupa pelepah batang pohon pisang yang sudah tidah produktif. Pemanfaatan bahan tersebut selain mudah didapat, murah, dan ramah lingkungan. 3. Proses produksi dan langkah pembuatan produk aksesoris kepala ini meliputi: pemilihan pelepah batang pohon pisang, pemisahan pelepah batang pohon pisang, pisahkan pelepah bagian luar dan bagian dalam, proses penjemuran, proses pembuatan pola, proses penganyaman, proses penyelesaian, produk siap di pasarkan Saran Pemanfaatan pelepah pisang dapat dikembangkan menjadi berbagai macam bentuk dan opsi produk. Sehingga masih terbuka luas pemanfaatannya, karena berdasarkan produk yang ada, terbuka kesempatan untuk dapat mengembangkan produk lain dengan memanfaatkan limbah pelepah pisang sebagai material utamanya. ## F. DAFTAR PUSTAKA Buku Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative and mixed methods approaches. London: Sage Publications. Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif Jakarta: Bumi Aksara. Kuswanto. (2003). Bertanam Pisang dan Memeliharanya. Solo: Penerbit Deriko Moeliono, A, M. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. Purwanto, A, W. (2007). Aglaonema, Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun. Yogyakarta: Kanisius. Satuhu, S., & Supriyadi, A. (1993). Pisang: Budidaya. Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Wahyuni, S, (2011). Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah (Revisi). Yogyakarta: AgroMedia. Widiyono, S, S. (2013). Metode Penelitian Sosial untuk peneitian skripsi dan tesis. Jakarta: Penerbit Media. Jurnal Bahri, S. (2017). Pembuatan pulp dari batang pisang. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 4 (2), 36-50. Haryanta, A., Rochman, A., & Setyaningsih, A. (2017). Perancangan Sistem Informasi Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Home Industri . Jurnal SISFOTEK Global, Volume 7 (1). Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode pengumpulan data kualitatif ilmu- ilmu sosial). At-Taqaddum, Volume 8 (1), 21-46. Marcelina, R. (2011). Eksplorasi Kulit Sapi dan Ragam Hias Dayak dengan Teknik Laser Cutting dan Laser Engraving untuk Aksesoris Fashion. Craft, Volume 1 (1). Marliani, N. Pemanfaatan limbah rumah tangga (sampah anorganik) sebagai bentuk implementasi dari pendidikan lingkungan hidup . (2015). Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, Volume 4 (2). Mandegani, G. B., Sumarto, H., & Perdana, A. Kertas Seni Berbahan Limbah Pewarna Alam Rumput Laut Jenis Sargassum, Ulva Dan Pelepah Pisang Abaka. (2016). Dinamika Kerajinan dan Batik, Volume 33 (1), 33- 44. Nopriantina, N. Pengaruh Ketebalan Serat Pelapah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca) Terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Poliester-serat Alam. (2013). Jurnal Fisika Unand, Volume 2 (3). Nuruddin, M., Santoso, R. A., & Hidayati, R. A. (2018). Desain Komposisi Bahan Komposit yang Optimal Berbahan Baku Utama Limbah Ampas Serat Tebu (Baggase). In Prosiding Seminar Nasional Teknoka. Volume 3 , M53-M58. Soedarwanto, H. Eksplorasi Motif Dan Rajutan Kain Boti NTT Untuk Diterapkan Pada Anyaman Rotan. (2018). NARADA Jurnal Desain dan Seni, Volume 5 (3), 361-381 Sri, K., Lucky, H., & Sri, P. G. Pengaruh penambahan limbah pelepah pisang sebagai komponen daur ulang kertas. (2013). Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 5 Volume (1), 8-15. Wisesa, T. P. Pemanfaatan Limbah Kain Batik untuk Pengembangan Produk Aksesoris Fashion. (2015). Widyakala: Journal Of Pembangunan Jaya University, Volume 2 (1), 70-86.
3b315cd0-b2e5-4754-94c6-8d2674e5ae9a
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jtpk/article/download/50382/28171
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 15 No. 2 Juni 2024: 127-137 ISSN 2087-4871 DOI: https://doi.org/10.24319/jtpk.15.127-137 EISSN 2549-3841 ## PENINGKATAN PERTUMBUHAN IKAN LELE ( Clarias Gariepinus) DAN IKAN NILA ( Oreochromis niloticus) MELALUI BIOPELET GROWTH IMPROVING OF CATFISH ( Clarias gariepinus) AND NILE TILAPIA ( Oreochromis niloticus) THROUGH BIOPELLET Rory Anthony Hutagalung 1* , Lucia Idelia Ulina Tindaon 2 , Meda Canti 2 , Arka Dwinanda Soewono 3 , Tati Barus 1 1 Program Studi Magister Bioteknologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jalan Raya Cisauk-Lapan 10, Sampora, Tangerang, Banten 15345, Indonesia 2 Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jalan Raya Cisauk-Lapan 10, Sampora, Tangerang, Banten 15345, Indonesia 3 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jalan Raya Cisauk-Lapan 10, Sampora, Tangerang, Banten 15345, Indonesia *Korespondensi: [email protected] ## ABSTRACT Biofloc material in aquaponics has been successfully produced into biopellets. However, the efficacy of these biopellets in enhancing fish growth and survival requires testing. This research aims to increase the survival and growth of catfish ( Clarias gariepinus ) and nile tilapia ( Oreochromis niloticus ), as well as the efficiency of the fish farming system, by utilizing biopellets made from biofloc as feed. The research was conducted using a factorial design method, with three repetitions and two types of treatment, namely fish species (sangkuriang catfish and red tilapia) and pellet types, namely commercial pellets, biopellets, and a combination of both pellets. Fish 5 g weight were kept in an aquarium size 40 x 60 x 40 cm 3 , with a density of 0.4 fish/L per aquarium. Biopellets formulation was carried out using biofloc and tapioca flour in a ratio of 7:5. Fish were fed 2 times a day. The variables measured were survival and growth rate, both in weight and length. A significant interaction (p: 0.035) between fish species and feed types was observed in the fourth week, where the combination feed was significantly higher (p: 0.042) than the biopellets for both types of fish. This shows that biopellet can produce good growth and survival rates when combined with commercial pellets. However, the combination feed did not perform the highest efficiency in both types of fish. Keywords: aquaponics, biofloc, biopellet, fish ## ABSTRAK Sisa bioflok pada kultur akuaponik telah berhasil diproduksi menjadi biopelet. Namun, efikasi biopelet untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan lele dan nila perlu diuji. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele ( Clarias gariepinus ) dan nila ( Oreochromis niloticus ) serta efisiensi sistem budidaya ikan melalui pakan biopelet berbahan baku bioflok. Penelitian dilakukan dengan metode rancangan faktorial dengan 3 kali ulangan dan dua jenis perlakuan yakni jenis ikan (lele sangkuriang dan nila merah), serta jenis pelet yakni pelet komersial, biopelet, dan kombinasi dari kedua pelet tersebut. Ikan berukuran 5 g dipelihara dalam akuarium berukuran 40 x 60 x 40 cm 3 , dengan kepadatan 0,4 ekor/L ikan per akuarium. Formulasi biopelet dilakukan menggunakan bioflok basah dan tepung tapioka dengan perbandingan 7:5. Ikan diberi pakan 2 kali sehari. Variabel yang diukur ialah sintasan dan pertumbuhan, baik berat maupun panjang. Interaksi yang nyata (p: 0,035) antara jenis ikan dan jenis pakan teramati pada minggu ke-empat, dimana pakan kombinasi menunjukkan pertumbuhan yang nyata (p: 0,042) lebih tinggi daripada biopelet. Hal ini menunjukkan bahwa biopelet dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik dan sintasan yang tinggi apabila dikombinasikan dengan pakan komersial. Namun demikian, pakan kombinasi tidak menunjukkan efisiensi tertinggi untuk kedua ikan yang dicobakan. Kata kunci: akuaponik, bioflok, biopelet, ikan ## PENDAHULUAN Akuaponik merupakan sistem budidaya multiguna karena dapat memproduksi sekaligus ikan dan tanaman. Akuaponik juga dianggap sistem budidaya yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah ( zero waste ). Input satu-satunya hanya pelet dan sisanya dimanfaatkan kembali oleh ikan bersama- sama dengan buangan metabolisme lainnya dalam bentuk bioflok. Sisa pelet dan bioflok dialirkan ke sistem hidroponik untuk diasimilasi oleh tanaman. Dengan demikian limbah dimanfaatkan secara maksimal dan kualitas air untuk ikan juga lebih baik. Keunggulan akuaponik lain dibanding dengan teknik budidaya lainnya terletak pada penghematan lahan dan air serta tidak membutuhkan pupuk buatan dan bebas dari kontaminan (Sastro 2016). Namun demikian, pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa masih terdapat sisa bioflok (lebih dari 50%) yang tidak dikonsumsi ikan ataupun diasimilasi oleh tanaman, sehingga sisa bioflok tersebut akan terakumulasi pada sistem dan menyebabkan peningkatan kadar amonia pada media budidaya yang dapat menghambat pertumbuhan ikan bahkan meningkatkan tingkat mortalitas ikan (Angarmona 2020; Aldo 2020). Sisa bioflok tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biopelet. Pemanfaatan sisa bioflok menjadi biopelet merupakan salah satu solusi dari limbah akuaponik tersebut, karena limbah yang terbentuk dalam rupa flok dapat diolah kembali menjadi pakan ikan. Pemanfaatan residu bioflok menjadi biopelet dapat mendukung prinsip teknik budidaya akuaponik, yaitu meminimalisir limbah semaksimal mungkin atau sering disebut dengan istilah zero waste (Avnimelech 2007). Dalam kegiatan budi daya ikan, pakan merupakan salah satu unsur penting yang dapat menunjang sintasan dan pertumbuhan ikan. Biaya pakan dalam usaha budi daya ikan air tawar merupakan salah satu biaya produksi terbesar. Oleh karena itu, diperlukan sumber pakan alternatif untuk mengatasi tingginya biaya produksi yang bersumber dari bahan pakan, salah satunya biopelet. Biopelet dari sisa bioflok dengan penambahan tepung tapioka dan dedak sebagai perekat memiliki daya apung dan daya tahan yang baik untuk pakan ikan (Hutagalung et al . 2021). Keunggulan biopelet sebagai pakan ikan yaitu dapat mengurangi pencemaran lingkungan khususnya yang disebabkan oleh limbah dan dapat mengurangi biaya pakan dalam budi daya ikan, khususnya ikan air tawar. Namun penelitian tentang biopelet untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan belum pernah dilakukan. Budi daya ikan secara multispesies merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan untuk menghindari sisa pakan yang berlebih. Dengan demikian makanan dapat dimanfaatkan oleh ikan yang memiliki relung yang berbeda seperti ikan lele ( Clarias gariepinus ) dan nila ( Oreochromis niloticus ), sehingga masing- masing ikan lebih efisien memanfaatkan pakan. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2024), jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu ikan lele sangkuriang dan ikan nila. Tingginya produksi perikanan budidaya ikan lele dan ikan nila sebanding dengan tingginya minat konsumsi masyarakat akan kedua jenis ikan tersebut (Wijaya et al . 2014). Di samping itu, ikan seperti lele dan nila memiliki daya tahan hidup yang baik karena memiliki alat pernafasan tambahan seperti arborescent . Dari segi species , ikan lele sangkuriang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lele lainnya. Laju pertumbuhan harian benih lele sangkuriang usia 5-26 hari lebih tinggi 43,57% dibanding lele dumbo (Zidni et al . 2013). Adapun ikan nila, kelebihannya terletak pada kemampuan berkembang biak, efisiensi penggunaan pakan, ketahanan terhadap penyakit, serta tingkat toleransi yang tinggi terhadap lingkungan. Hal ini didukung oleh sifat euryhaline nila, yakni memiliki kemampuan adaptasi pada perairan dengan tingkat salinitas yang tinggi. Batas toleransi pada nila diketahui sebesar 20%, dimana sifat ini didukung oleh tingginya respon organ tubuh nila saat sedang menyesuaikan dengan kondisi habitat yang sedang ditempati (Huri dan Syafriadiman 2009; Mansyur dan Mangampa 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan lele dan nila melalui pakan biopelet serta meningkatkan efisiensi sistem budidaya akuaponik melalui pemanfaatan sisa bioflok. ## METODE PENELITIAN Berhubung masa Pandemi Covid-19, penelitian yang direncanakan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya Kampus 3 BSD, dilakukan di rumah peneliti, Jl. K. H. Ramli Tengah no. 19 RT 11 RW 15, Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan selama 8 bulan mulai dari Januari 2021 sampai September 2022. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yakni pembuatan bioflok, pemanenan bioflok, formulasi biopelet, dan pengujian pengaruh biopelet terhadap pertumbuhan ikan. ## Pembuatan bioflok Bioflok didapatkan dari limbah sistem akuaponik. Tahap ini meliputi persiapan media akuakultur, media hidroponik, serta pemeliharaan ikan. Persiapan media akuakultur dilakukan dengan mengisi air pada 6 tangki besar, lalu larutan stok bakteri EM4 yang telah difermentasikan selama 7 hari diinokulasikan ke dalam tangki tersebut. Setelah itu, larutan pada tangki didiamkan selama 14 hari hingga air berubah warna menjadi hijau kemerahan. Kemudian benih ikan dimasukkan dan dipelihara dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. Pada sistem pemeliharaan tanaman (hidroponik), jenis tanaman yang ditanam ialah pakcoy ( Brassica rapa ) dan selada ( Lactuca sativa L.). Bersamaan dengan penanaman di hidroponik, ikan lele sangkuriang ( Clarias gariepinus var) berukuran 10-12 cm ditebar ke bak akualtur. Dua minggu sesudah pemeliharaan ikan, bioflok sudah siap untuk dipanen. Sebagai catatan, masa panen dapat disesuaikan dengan banyaknya bioflok yang dibutuhkan (Oktavian 2020). ## Pemanenan bioflok Pada sistem akuaponik, bioflok yang berbentuk gumpalan berwarna hijau kecokelatan, sebagian besar terakumulasi pada talang sistem hidroponik. Proses pemanenan dimulai dengan mematikan pompa air sehingga gumpalan bioflok terkumpul di dasar pipa hidroponik. Bioflok yang mengendap kemudian dipindahkan ke wadah dengan cara mengangkat talang hidroponik, agar air dan bioflok dapat mengalir ke wadah yang digunakan (Adelar 2020). ## Formulasi biopelet Formulasi biopelet dilakukan menggunakan formulasi biopelet pada penelitian sebelumnya (Oktavian 2020). Bioflok yang telah dipanen dari dasar talang sistem akuaponik disiapkan dalam wadah bersih. Setelah itu bioflok dicampurkan dengan tepung tapioka sebagai perekat, dengan perbandingan antara bioflok dan tepung tapioka sebanyak 7:5 (Oktavian 2020). Setelah tercampur, adonan kemudian dibagi ke dalam beberapa wadah bersih yang tersedia untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 24 jam (tergantung cuaca) untuk mendapatkan kadar air 16%. Kadar air adonan diukur menggunakan moisture content meter. Adonan biopelet kemudian dicetak secara manual menggunakan penggiling daging yang ujungnya dimodifikasi (Adelar 2020). Setelah dicetak, ukuran biopelet diseragamkan dengan menggunakan pisau hingga berukuran sama dan ditaburkan tepung tapioka untuk mencegah adonan biopelet saling menempel. Oven dipanaskan terlebih dahulu selama 10 menit pada suhu 30-40°C, agar panas tersebar merata pada seluruh bagian oven. Kemudian adonan biopelet dipanggang selama 15-25 menit, dengan catatan bahwa setiap 5 menit adonan biopelet pada loyang dibolak-balik dan setiap 10 menit posisi loyang ditukar untuk mencegah kegosongan pada biopelet. Setelah matang, pelet didinginkan pada suhu ruangan selama beberapa menit, kemudian disimpan pada wadah dan ditutup dengan rapat. ## Pengujian pengaruh biopelet terhadap pertumbuhan ikan ## Pemeliharaan ikan Tahapan pemeliharaan dilakukan untuk menguji khasiat biopelet terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan yang dilakukan menggunakan rancangan faktorial. Perlakuan pertama ialah jenis ikan yang terdiri dari dua taraf, yaitu lele sangkuriang ( Clarias gariepinus ) dan nila merah ( Oreochromis niloticus ). Perlakuan kedua ialah jenis pelet, yakni pelet komersial 781-2 (kontrol), biopelet (pelet berbahan dasar bioflok), dan kombinasi antara pelet komersial 781-2 dan biopelet. Ikan dipelihara dalam 6 buah akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm 3 yang telah dilengkapi dengan filter diisi dengan 50 ekor ikan pada masing-masing akuarium. Benih nila yang digunakan berukuran 5-7 cm, sedangkan benih lele yang digunakan berukuran 7-9 cm. Sistem resirkulasi air menggunakan filter yang berfungsi selama 24 jam (non-stop). Air yang digunakan pada penelitian adalah air tanah/PAM dengan pH 6,5-7. Percobaan dilakukan dengan tiga seri pengulangan yang masing-masing berlangsung selama satu bulan. Dengan demikian rancangan lingkungannya ialah rancangan kelompok, dimana bloknya ialah seri pengulangan. Sebelum tahap penebaran dilakukan aklimatisasi terhadap benih dengan cara meletakkan benih ikan pada wadah kosong tanpa air, kemudian dialirkan air dari akuarium hingga mencapai ¾ tinggi wadah. Setelah didiamkan selama beberapa menit, benih baru dipindahkan ke dalam akuarium (sesuai jenis perlakuan) dengan kepadatan 0,4 ikan/liter. Setiap hari, ikan pada tiap akuarium diberikan pakan dengan cara menaburkan pelet yang telah terlebih dahulu ditimbang. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit hingga ikan kenyang. Sedangkan pakan kombinasi diberikan dengan rasio pelet komersial dengan biopelet 1:2 (pelet komersial diberikan sesedikit mungkin karena fungsinya hanya sebagai perangsang ikan untuk memakan biopelet). Ikan diberi pakan 2 kali sehari, dengan jarak pemberian pakan 12 jam. Pada saat penebaran awal atau setiap kali dilakukan pergantian air, ikan dipuasakan. Pada satu seri ulangan (kelompok) masing-masing dari 6 akuarium diberikan pakan sesuai dengan perlakuan, yakni pelet komersial 781-2 nila, biopelet nila, pelet kombinasi nila, pelet komersial 781-2 lele, biopelet lele, serta pelet kombinasi lele. Penempatan perlakuan dilakukan secara acak. Bobot total pelet yang diberikan ditimbang dan dicatat, untuk kemudian dijadikan sebagai sumber data pada perhitungan FCR, yang dihitung dengan menyertakan juga data pengukuran pertumbuhan ikan. ## Pengukuran pertumbuhan dan sintasan ikan Variabel yang diukur pada penelitian ialah sintasan, pertumbuhan (baik berat maupun panjang), dan FCR. Untuk sintasan diperoleh dengan mencatat ikan yang mati setiap hari dan perhitungannya dilakukan pada akhir periode pemeliharaan. Untuk variabel pertumbuhan diperoleh dengan cara mengukur panjang dan berat total ikan setiap minggu untuk 6 kali pengukuran. Jumlah ikan yang diukur pada setiap pengukuran sebanyak 10 ekor yang diambil secara sampling . Pertumbuhan bobot dilakukan dengan cara menimbang wadah berisi air terlebih dahulu, kemudian angka yang didapatkan setelah ikan dimasukkan dikurangi dengan bobot awal wadah berisi air tanpa ikan. Pengukuran panjang ikan dilakukan bersamaan dengan pengukuran bobot, dengan menggunakan penggaris sebagai alat ukur panjang (Gambar 1). Data yang didapatkan dicatat dan dikumpulkan untuk digunakan sebagai sumber data untuk perhitungan FCR. ## Pengukuran pertumbuhan Kelangsungan hidup (survival rate) Kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup pada akhir periode pemeliharaan dihitung dari jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Effendie 1979): Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) ## Rasio konversi pakan (food convertion ratio) Rasio konversi pakan adalah ukuran untuk menyatakan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan 1 kg ternak, dalam hal ini lele dan nila. Nilai rasio konversi pakan dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie 1997): Keterangan : FCR = Konversi pakan (g) F = Jumlah pakan yang diberikan (g) Wo = Total bobot ikan pada awal penelitian (g) Wt = Total bobot ikan pada akhir penelitian (g) 𝐹𝐶𝑅 = 𝑊 𝑡 − 𝑊 𝑜 𝐹 𝑆𝑅 (%) = 𝑁𝑡 𝑁𝑜 × 100% ## Gambar 1. Metode pengukuran ikan yang digunakan ## Efisiensi penggunaan pelet Efisiensi penggunaan pelet diperoleh setelah seluruh data terkumpul pada akhir periode penelitian dengan membandingkan harga total pakan yang digunakan dengan total bobot ikan yang dihasilkan. Pengukuran indeks biaya pelet dilakukan berdasarkan perhitungan harga per 1 kg pakan dengan mengikuti rumus berikut (Sitepu et al . 2012): Apabila indeks biaya yang didapatkan semakin kecil, artinya efisiensi penggunaan pakan semakin tinggi. Untuk biopelet, harga bahan baku dianggap Rp 0 karena menggunakan residu bioflok. Dengan demikian, biaya produksi hanya terdiri dari harga total bahan perekat yang digunakan (tepung tapioka) dan ongkos kerja (Rp 10.000,00 per jam), dengan catatan bahwa untuk produksi 1 kg biopelet dibutuhkan 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 ( 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙 ) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 ( 𝑘𝑔 ) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 ( 𝑘𝑔 ) 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 ( 𝑏𝑖𝑜𝑝𝑒𝑙𝑒𝑡 ) = 𝑂𝑛𝑔𝑘𝑜𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑅𝑝 + ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑎𝑝𝑖𝑜𝑘𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 ( 𝑘𝑔 ) 700 g biopelet dan 500 g tepung tapioka. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan biopelet Produksi biopelet pada penelitan ini dilakukan dengan beberapa modifikasi dari penelitian sebelumnya (Adelar 2020; Oktavian 2020), khususnya pada proses pengeringan yang menggunakan oven (Gambar 2) serta penyesuaian ukuran biopelet terhadap ukuran mulut ikan sehingga diperoleh biopelet yang lebih baik dan memiliki ukuran yang lebih kecil dan seragam (Gambar 3). Pada penelitian sebelumnya, pengeringan biopelet masih sangat bergantung pada panas matahari serta ukuran biopelet yang dihasilkan masih terlalu besar untuk dikonsumsi oleh benih ikan (Adelar 2020; Oktavian 2020). Gambar 2. Pengeringan biopelet menggunakan oven ## Gambar 3. Hasil produksi biopelet (A: biopelet produksi metode lama dan B: biopelet produksi modifikasi) Pembuatan biopelet mengacu pada metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya (Adelar 2020; Oktavian 2020) dengan modifikasi yang bertujuan untuk memproduksi ukuran biopelet yang lebih kecil. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan ukuran mulut ikan. Modifikasi lainnya ialah penggunaan oven sebagai alternatif penjemuran untuk mengeringkan adonan biopelet, sehingga pengeringan dapat dilakukan lebih cepat dan tidak tergantung cuaca (Gambar 2). Modifikasi yang dilakukan berhasil memproduksi pelet berukuran lebih kecil dan lebih seragam (Gambar 3). Penggunaan dengan oven tidak bergantung pada cuaca, mempersingkat waktu pengerjaan, serta lebih higienis sehingga kualitas biopelet yang dihasilkan lebih baik. Pengeringan biopelet yang telah dicetak dan dipotong-potong dilakukan pada kisaran suhu 30-40°C karena suhu tersebut dianggap optimum untuk pengeringan. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan permukaan biopelet mengering lebih cepat daripada bagian dalamnya, sehingga biopelet yang dihasilkan lebih kering, rapuh, dan lebih cepat terurai di air (Suparno et al . 1992; Harris dan Agustiawan 2018). Sedangkan penyesuaian ukuran biopelet dilakukan untuk menyamakan diameter biopelet dengan ukuran pelet komersial pada umumnya, yaitu sekitar 2-3 mm. Namun demikian, berdasarkan hasil pencetakan biopelet, ukuran paling kecil yang dapat dicapai sekitar 5-7 mm. Alat penggiling daging manual (dengan diameter lubang pencetak terkecil) yang digunakan masih belum bisa menghasilkan biopelet yang lebih padat, kokoh, dan dapat dikecilkan lagi. Maka dibutuhkan alat pencetak pelet dengan tekanan yang lebih tinggi serta diameter lubang pencetak yang lebih kecil untuk dapat menghasilkan biopelet dengan ukuran, daya tahan, serta daya apung yang sama seperti pelet komersial (Yunaidi et al . 2019). ## Pertumbuhan ikan Hingga minggu ketiga, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p > 0,05) antar perlakuan, baik jenis ikan maupun pakan (Gambar 4 dan 5). Perbedaan yang signifikan mulai terlihat pada minggu ketiga (p = 0,00). Pertumbuhan lele lebih tinggi dibanding nila, baik untuk variabel bobot maupun panjang. Untuk variabel bobot terdapat interaksi yang nyata (p: 0,035) antara perlakuan jenis ikan dan jenis pakan, dimana perlakuan pakan kombinasi pada kedua jenis ikan menunjukkan pertumbuhan paling tinggi. Perbedaan yang nyata berlanjut pada minggu-minggu berikutnya. Pada minggu keempat dan kelima, perlakuan pakan komersial dan kombinasi secara nyata (p < 0,026) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan biopelet baik untuk variabel panjang maupun bobot. Khusus untuk variabel panjang, pada minggu kelima terdapat interaksi yang nyata (p: 0,045) antara perlakuan jenis ikan dan jenis pakan dimana pertumbuhan tertinggi ditunjukkan oleh nila yang diberi pakan pelet komersial (pellet 781) (p: 0,010). Perlakuan kombinasi pakan komersial dengan biopelet menghasilkan pertumbuhan ikan terbaik karena adanya bantuan rangsangan bau pada pelet komersial berupa atraktan alami (misalnya tepung ikan) yang kemudian akan merangsang nafsu makan ikan untuk mengambil biopelet yang mengandung paraprobiotik (Khasani 2013). Paraprobiotik diketahui dapat meningkatkan ketahanan penyakit terhadap infeksi dari patogen, meskipun mekanisme penghambatannya belum diketahui secara jelas (Choudhury dan Kamilya 2018). Di samping itu, paraprobiotik juga dapat mengaktivasi enzim pencernaan ikan (amilolitik, proteolitik, dan lipolitik) yang dapat meningkatkan kinerja pencernaan ikan terhadap pakan yang dikonsumsi. Namun perlakuan pakan biopelet 100% menghasilkan pertumbuhan ikan yang kurang baik dibanding dua perlakuan lainnya karena benih ikan sudah terbiasa diberi pakan komersial yang baunya jauh lebih menyengat, maka saat diberi pakan lain dengan bau yang kurang tajam ikan cenderung kurang responsif. Pakan ikan komersial mengandung protein, lemak, dan karbohidrat selaku penghasil energi utama pada ikan. Kurangnya pakan yang dikonsumsi dapat menyebabkan ikan kekurangan asupan nutrisi serta menyebabkan sisa pakan pada media pemeliharaan, yang kemudian menyebabkan penurunan kualitas air yang dapat menimbulkan stress , menghambat pertumbuhan, hingga menurunkan sintasan pada ikan (Rosmawati dan Muarif 2010; Anggraeni dan Abdulgani 2013; Tahir et al . 2021). Berdasarkan penelitian serupa yang juga melibatkan kombinasi pelet komersial dengan pakan lainnya, ditemukan hasil bahwa perlakuan pelet komersial 100% memberi hasil terbaik terhadap pertumbuhan ikan mas, namun memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan pemberian pakan kombinasi antara pelet komersial dengan daun kangkung air pada rasio 1:2. Pada rasio tersebut kuantitas daun kangkung yang diberikan masih dapat diolah di pencernaan ikan serta dapat melengkapi gizi yang terkandung pada pelet komersial. Kedua perlakuan tersebut memberi pengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan serta menimbulkan respon ikan yang jauh lebih baik dibanding perlakuan pakan daun kangkung air 100%. Dengan demikian jelaslah peranan pelet komersial sebagai umpan apabila ikan diberikan pakan selain pelet tersebut (Tahir et al . 2021). ## Sintasan Jumlah ikan yang hidup pada tiap akuarium pada akhir periode dihitung untuk menentukan sintasan ( survival rate ). Perhitungan sintasan dikelompokkan berdasarkan jenis ikan serta jenis pakan yang ditunjukkan pada Gambar 6. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p: 0,951) antara jenis ikan maupun jenis pakan. Gambar 4. Pertumbuhan (A) bobot dan (B) panjang nila berdasarkan jenis pakan ( pelet 781; biopelet; kombinasi pelet 781 dan biopelet) Gambar 5. Pertumbuhan (A) bobot dan (B) panjang lele berdasarkan jenis pakan ( pelet 781; biopelet; kombinasi pelet 781 dan biopelet) Gambar 6. Sintasan menurut jenis ikan dan jenis pakan Sintasan ikan didukung oleh kualitas air yang meliputi suhu, pH, serta oksigen terlarut. Ikan air tawar pada umumnya hidup pada air dengan kisaran suhu 25-30°C, pH 6,5-8,5, serta oksigen terlarut untuk nila sebesar 5-6 ppm dan lele sebesar 3-4 ppm. Mengingat akuarium yang digunakan terbuat dari kaca, dimana kaca bersifat konduktor, maka diperlukan pemasangan paranet di area sekitar akuarium untuk mencegah terjadinya lonjakan suhu secara drastis. Untuk menjaga pH air, dilakukan penggantian air tiap 3-4 hari sekali dan filter foam setiap seminggu sekali untuk mencegah penumpukan amonia yang dapat meningkatkan mortalitas pada ikan. Sedangkan untuk menjaga kadar oksigen terlarut, digunakan pompa air yang telah dilengkapi dengan aerator untuk membuat resirkulasi air pada akuarium (Andriani 2021). Tingkat sintasan ikan dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti padat tebar, metode aklimatisasi yang digunakan, perlakuan terhadap ikan saat pengukuran, dan pemberian pakan. Sintasan terbaik diperoleh pada perlakuan pakan kombinasi, dimana kedua jenis ikan memiliki persentase sintasan tertinggi (nila sebesar 76% dan lele sebesar 72%) meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata (p: 0,951) antara jenis ikan maupun jenis pakan. Kepadatan ikan harus dipertimbangkan bersamaan dengan jumlah oksigen terlarut pada air, efisiensi pakan yang diinginkan, serta besarnya media yang digunakan. Pada penelitian ini padat tebar sebesar 50 ekor ikan per akuarium, karena padat tebar ikan yang terlalu tinggi akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan rendahnya sintasan ikan karena terjadinya persaingan mendapatkan ruang gerak serta makanan (Diansari et al . 2013). Sebelum ditebar ke dalam media budidaya, perlu dilakukan aklimatisasi terhadap ikan. Aklimatisasi dilakukan dengan tujuan membantu adaptasi ikan dengan lingkungan budidaya, agar kemudian dapat meminimalisir kematian ikan akibat terjadinya stress karena gagal beradaptasi (Gusrina 2020). Pada pengukuran panjang ataupun bobot ikan yang dilakukan, wadah berisi air digunakan. Berbeda dengan metode pengukuran ikan pada umumnya, yakni mengukur ikan tanpa menggunakan wadah berisi air untuk dapat mendapatkan panjang ataupun bobot yang lebih akurat. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencegah stress pada ikan yang kemudian dapat berdampak buruk pada tingkat sintasan dan pertumbuhan ikan (Yuliati et al . 2003; Davis 2006; Lestari dan Syukriah 2020). ## Rasio konversi pakan (FCR) Rasio konversi pakan atau Food Conversion Ratio (FCR) merupakan ukuran untuk menyatakan banyaknya jumlah pakan yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan 1 kg ternak. Bobot ikan serta pakan yang terpakai ditotal pada tiap akhir periode pemeliharaan, lalu diperoleh data hasil perhitungan FCR (Gambar 7). Tidak terdapat interaksi yang nyata (p: 0,743) antara jenis ikan dan jenis pakan. Perbedaan yang nyata (p: 0,009) ditunjukkan oleh perlakuan jenis ikan, dimana FCR nila lebih tinggi daripada lele. Hal ini mungkin terjadi karena ikan nila memiliki usus yang relatif panjang (Nadhilah et al . 2022) sehingga penyerapan makanan lebih efisien. Dari ketiga jenis perlakuan didapatkan hasil bahwa perlakuan pakan kombinasi efektif dalam menekan FCR, dengan nilai FCR pada nila sebesar 0,58 dan pada lele sebesar 1,77. Dalam hal ini, makin rendahnya nilai FCR yang didapatkan menunjukkan seberapa baik kemampuan ikan mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang didapatkan dari pakan yang diberikan, yang kemudian akan meningkatkan bobot tubuhnya. Nilai FCR yang dianggap efisien adalah di bawah 3 (Effendi 2004). Secara khusus, perbedaan nilai FCR pada lele tidak terlalu besar karena lele cenderung rakus dan ukuran mulutnya yang lebih lebar dibanding nila memungkinkan 1 ekor benih lele untuk memakan banyak pelet yang diberikan (Radiawan 2016). Sedangkan faktor yang dapat menyebabkan besarnya perbedaan nilai FCR nila perlakuan pakan kombinasi dengan kedua perlakuan lainnya ialah sifat alami nila yang mudah bereproduksi, sehingga sebagian besar energi yang dihasilkan (khususnya nila betina) teralihkan untuk berkembang biak dan bergerak ketimbang digunakan untuk pertumbuhan (Pradana et al . 2017). ## Efisiensi penggunaan pakan Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 1. Nilai efisiensi yang lebih rendah menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi. Dengan demikian pelet komersial merupakan jenis pakan yang paling efisien karena memiliki nilai paling rendah. Efisiensi pakan dapat diperhitungkan menggunakan rumus indeks biaya, dengan keterangan semakin kecil indeks biaya yang dihasilkan maka efisiensi penggunaan pakan dianggap semakin tinggi (Sitepu 2012). Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1, nilai indeks biaya untuk pelet komersial lebih kecil dibandingkan biopelet maupun pakan kombinasi. Hal ini dapat terjadi karena kini produksi pelet komersial sudah dilakukan secara massal, berbeda dengan produksi biopelet yang dilakukan secara manual dan per 1 kg biopelet dibutuhkan waktu pengerjaan (di luar penjemuran adonan) ± 3 jam dan ongkos kerja dihitung Rp 10.000,00 per jam. Akan tetapi apabila suatu saat akan dilakukan scale up produksi biopelet (secara massal), tentu nilai indeks biaya yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan pelet komersial karena bahan baku biopelet berupa bioflok, residu dari sistem akuaponik yang dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, karena bioflok merupakan residu maka biaya bahan baku tersebut dianggap Rp 0,00. Gambar 7. FCR ikan berdasarkan perlakuan jenis pelet Tabel 1. Efisiensi penggunaan pakan Jenis Ikan Jenis Pakan Pelet Komersial Biopelet Kombinasi Nila Rp 122/g Rp 356/g Rp 426/g Lele Rp 115/g Rp 366/g Rp 491/g ## KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan Biopelet berhasil meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan nila maupun ikan lele, dengan syarat dikombinasikan dengan pelet komersial. Pakan kombinasi menghasilkan pertumbuhan ikan yang lebih tinggi dari perlakuan pakan biopelet, baik untuk variabel bobot maupun panjang. Meskipun tidak berbeda nyata, sintasan tertinggi ditunjukkan oleh ikan nila yang mengonsumsi pakan biopelet. Namun efisiensi (FCR) biopelet masih lebih rendah dari pelet komersial. Dengan kata lain, efisiensi penggunaan biopelet lebih rendah daripada pelet komersial. ## Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk menggunakan biopelet yang dicampur dengan pelet komersial 781 sebagai perangsang dan pelengkap gizi biopelet. Pada penelitian ini masih menggunakan pengulangan yang minim, yaitu sebanyak 3 kali. Untuk memverifikasi hasil dibutuhkan pengulangan yang lebih besar. Disarankan juga untuk melakukan formulasi ulang biopelet dengan menggunakan bahan tambahan berupa atraktan untuk meningkatkan aroma biopelet agar dapat lebih menarik perhatian ikan untuk dikonsumsi. Diperlukan juga pengujian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti kandungan mikroorganisme serta zat gizi yang terdapat dalam biopelet. ## UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya yang mendanai penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Adelar B. 2020. Analisis Kualitas Biopelet Berbahan Dasar Bioflok dari Akuaponik dengan Dedak sebagai Perekat [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Aldo C. 2020. Pengaruh Nutrisi dan Media Pertumbuhan terhadap Pertumbuhan Brassica rapa L. Varietas Nauli-F1 Menggunakan Sistem Akuaponik [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Andriani Y. 2021. Dasar-Dasar Budidaya Ikan . Bandung (ID): Bitread Digital Publishing. Angarmona AJ. 2020. Pengaruh Nutrisi dan Media Pertumbuhan pada Bayam ( Amaranthus tricolor sp.) Varietas Maestro pada Sistem Akuaponik [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Anggraeni NM, Abdulgani N. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Buatan terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu ( Oxyeleotris marmorata ) pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni ITS . 2(2): 197-201. Avnimelech Y. 2007. Feeding with Microbial Flocs by Tilapia in Minimal Discharge Bio-flocs Technology Ponds. Aquaculture . 264(1-4): 140-147. Choudhury TG, Kamilya D. 2018. Paraprobiotics: An Aquaculture Perspective. Reviews in Aquaculture . 11(4): 1258-1270. Davis KB. 2006. Management of Physiological Stress in Finfish Aquaculture. North American Journal of Aquaculture . 68(2): 116-121. Diansari RRVR, Arini E, Elfitasari T. 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Zeolite. Journal Aquaculture Management and Technology . 2(3): 37-45. Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan . Bogor (ID): Dewi Sri. Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan . Bogor (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur . Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Gusrina. 2020. Budidaya Ikan Sistem Bioflok . Yogyakarta (ID): Deepublish. Harris H, Agustiawan A. 2018. Analisis Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Mutu Organoleptik Pundang Seluang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan . 13(2): 767-774. Huri E, Syafriadiman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Alk(SO 4 ) 2 12H 2 O (Aluminium Potassium Sulfat) terhadap Perubahan Bukaan Operculum dan Sel Jaringan Insang Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus ). Berkala Perikanan Terubuk . 37(2): 21-36. Hutagalung RA, Canti M, Prasasty VD, Adelar B, Oktavian J, Soewono A. 2021. Karakteristik Daya Apung dan Daya Tahan Pelet dari Limbah Bioflok Akuaponik. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan . 12(1): 19- 26. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2023. Data Volume Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Per Komoditas Utama (Ton). https://statistik.kkp.go.id/home. php?m=prod_ikan_prov&i=2#panel- footer-kpda. [19 Januari 2024]. Khasani I. 2013. Atraktan pada Ikan: Jenis, Fungsi, dan Respons Ikan. Media Akuakultur . 8(2): 127-133. Lestari DF, Syukriah. 2020. Manajemen Stres pada Ikan untuk Akuakultur Berkelanjutan. Jurnal Ahli Muda Indonesia . 1(1): 96-105. Mansyur A, Mangampa M. 2011. Nila Merah Air Tawar, Peluang Budidayanya di Tambak Air Payau. Media Akuakultur . 6(1): 63-68. Nadhilah F, Nurhayati, Handayani L. 2022. Gambaran Histologi Usus Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) yang Diberikan Pakan dengan Campuran Adsorben Cangkang Langkitang ( Faunus ater ). Jurnal Tilapia . 3(2): 51-60. Oktavian J. 2020. Produksi Biopelet Berbahan Dasar Limbah Bioflok Akuaponik Menggunakan Tepung Tapioka sebagai Perekat [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Pradana FM, Basuki F, Nugroho RA. 2017. Pengaruh Ekstrak Purwoceng ( Pimpinella alpina ) terhadap Jantanisasi Nila ( Oreochromis niloticus ) dengan Lama Perendaman Larva yang Berbeda. Journal Aquaculture Management and Technology . 6(4): 85-94. Radiawan F. 2016. Analisis Pola Pemasaran dan Profitabilitas Lele ( Clarias sp.) di Kota Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian . 2(1): 56- 63. Rosmawati, Muarif. 2010. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Lele Dumbo ( Clarias sp.) pada Sistem Resirkulasi dengan Kepadatan Berbeda. Sains Akuatik . 13(2): 1-8. Sastro Y. 2016. Teknologi Akuaponik Mendukung Pengembangan Urban Farming . Jakarta (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta. Sitepu I, Sitorus NV, Napitupuluh M. 2012. Analisis Efisiensi Penggunaan Pakan Berbasis Cassapro dan Pakan Konvensional pada Budidaya Nila. Majalah Ilmiah Methoda . 2(2): 36-44. Suparno, Nasran S, Setiabudi E. 1992. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan . Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Tahir SHM, Damayanti AA, Lestari DP. 2021. Pengaruh Kombinasi Pakan Komersial dengan Daun Kangkung Air ( Ipomoea aquatica ) terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas ( Cyprinus carpio ). Jurnal Perikanan Tropis. 8(1): 45-55. Wijaya, Setya O, Prayogo B. 2014. Pengaruh Padat Tebar Ikan Lele terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate pada Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan . 6(1): 55-58. Yuliati P, Kadarini T, Rusmaedi, Subandiyah S. 2003. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Dederan Ikan Nila Gift ( Oreochromis sp.) di Kolam. Jurnal Iktiologi Indonesia . 3(2): 63-66. Yunaidi, Rahmanta AP, Wibowo A. 2019. Aplikasi Pakan Pelet Buatan untuk Peningkatan Produktivitas Budidaya Ikan Air Tawar di Desa Jerukagung Srumbung Magelang. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat . 3(1): 45-54. Zidni I, Herawati T, Liviawaty E. 2013. Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan Benih Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus ) dalam Sistem Akuaponik. Jurnal Perikanan Kelautan . 4(4): 315-324.
ee61f00c-a3fb-460a-80bf-19148692e4f8
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jmi/article/download/5687/4301
## Implementasi Location Based Service Dalam Perancangan Aplikasi Pencarian Lokasi Toko Grosir Manisan Dikota Bengkulu Muhammad Arif Triyandi 1 , Muntahanah 2 Email: [email protected] , [email protected] . 1,2, Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Bengkulu Jl. Bali, Po Box 118 Telp. (0736) 22756 Fax. (0736) 26161 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Bengkulu (Received: Nopember 2024, Revised : Februari 2024, Accepied : April 2024) Abstract — The use of LBS technology in the wholesale sweets shop location search application in Bengkulu City will help consumers find the sweets wholesale shop that best suits their preferences and location. Through research on the potential benefits offered by combining LBS technology in a wholesale sweets shop location search application in Bengkulu City, this research aims to investigate and develop innovative solutions to meet consumer needs and support local business growth. The method used in this research is the RAD method. The reason why using the RAD method is that it is an application development technique that is improved and developed quickly. In this research, there are several stages in the research, including problem analysis and system design. Problem analysis includes input or output analysis, data collection, and feature requirements analysis. In data collection, there are two ways of collecting data, including observation and literature study. And at the system design stage there are phases including the requirements planning phase, design phase, construction phase, implementation phase. Keyword: Location Based Service, Sweets Wholesale Shop, Google Maps API, Bengkulu City. I ntisari — Penggunaan teknologi LBS dalam aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan di Kota Bengkulu akan membantu konsumen dalam menemukan toko grosir manisan yang paling sesuai dengan preferensi dan lokasi mereka. Melalui penelitian tentang potensi manfaat yang ditawarkan oleh penggabungan teknologi LBS dalam aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan di Kota Bengkulu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dan mengembangkan solusi yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mendukung pertumbuhan bisnis lokal. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode RAD. Alasan menggapa menggunakan metode RAD yaitu teknik pengembangan aplikasi yang ditingkatkan dan dikembangkan secara cepat. Pada penelitian ini terdapat beberapat tahap dalam penelitian diantaranya analisis masalah, dan perancangan sistem. Analisis masalah meliputi analisis input atau output, pengumpulan data, dan analisis kebutuhan fitur, pada pengumpulan data terdapat dua cara dalam pengumpulan data di antaranya observasi dan study pustaka. Dan pada tahap perancangan sistem memiliki fase diantaranya fase perencanaan syarat-syarat, fase perancangan, fase konstruksi, fase pelaksanaan. Kata Kunci : Location Based Service , Toko Grosir Manisan, Google Maps API, Kota Bengkulu. ## I. PENDAHULUAN Dalam era digital saat ini, aplikasi mobile telah menjadi alat yang sangat berguna bagi konsumen untuk mencari informasi produk, termasuk lokasi toko grosir manisan terdekat. Location Based Service (LBS) adalah salah satu jenis layanan informasi yang dapat diakses oleh perangkat seluler, dan juga dilengkapi dengan kemampu menentukan posisi pengguna dan memberikan rincian tentang layanan lokal yang ditawarkan [1]. Dengan kata lain teknologi Location Based Service bisa juga digunakan untuk menampilkan lokasi [2]. Penggabungan teknologi LBS dalam perancangan aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan dapat memberikan manfaat besar bagi konsumen, pengusaha, dan ekonomi lokal. Penggunaan teknologi LBS dalam aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan di kota Bengkulu akan membantu konsumen dalam menemukan toko grosir manisan yang paling sesuai dengan preferensi dan lokasi mereka [3]. Location Based Service (LBS) ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat lokal dan pengunjung mendapatkan sebuah informasi secara cepat, tepat, dan benar [4]. Ini akan memudahkan konsumen untuk merencanakan kunjungan mereka ke toko grosir manisan, menghemat waktu, dan meningkatkan pengalaman berbelanja mereka. Selain itu, aplikasi ini juga akan memberikan manfaat bagi pengusaha toko grosir manisan [5]. Mereka dapat memanfaatkan data lokasi dan preferensi pelanggan untuk meningkatkan strategi pemasaran, mengoptimalkan stok produk, dan meningkatkan visibilitas toko mereka di pasar. Kota Bengkulu, sebagai lingkungan yang terus berkembang, juga akan mendapatkan manfaat dari adopsi teknologi ini, dengan menggabungkan teknologi LBS dalam perancangan aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan, kota dapat mempromosikan perdagangan lokal, mendukung pengusaha kecil dan menengah [6], serta menciptakan ekosistem bisnis yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dalam situasi ini, perancangan dan implementasi aplikasi berbasis lokasi yang memudahkan pencarian toko grosir manisan di Kota Bengkulu menjadi sangat relevan [7]. Melalui penelitian tentang potensi manfaat yang ditawarkan oleh penggabungan teknologi LBS dalam aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan di Kota Bengkulu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dan mengembangkan solusi yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mendukung pertumbuhan bisnis lokal. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengangkat judul “ Implementasi Location Based Service Dalam Perancangan Aplikasi Pencarian Lokasi Toko Grosir Manisan Dikota Bengkulu”. ## II. TINJAUAN PUSTAKA ## A. Toko Grosir Manisan Grosir adalah pedagang atau pihak yang melakukan usaha pembelian barang dalam jumlah yang besar dan menjualnya kembali dengan jumlah yang lebih kecil ke toko eceran [8]. Pelanggan yang melakukan pembelian dalam jumlah besar dari rumah, bisnis, institusi, dan toko semuanya akan menerima barang grosir. Produsen secara tidak langsung memanfaatkan pedagang besar sebagai perantara dalam proses distribusi. Akibatnya, barang-barang toko biasanya dihargai dengan harga grosir atau lebih rendah. B. Location Based Service (LBS) Location Based Service (LBS) adalah teknologi yang memanfaatkan informasi lokasi geografis dari perangkat pengguna, seperti smartphone atau GPS, untuk menyediakan layanan atau informasi yang relevan dengan lokasi tersebut. Dengan kata lain, LBS merupakan sebuah perangkat yang memiliki kemampuan untuk menunjukkan lokasinya dengan bantuan GPS [9]. Komponen utama Layanan Berbasis Lokasi (LBS) adalah Lokasi (Peta API), yang menawarkan sumber atau perangkat untuk sumber LBS [10]. Istilah " Location Based Service " (LBS) atau sekadar "layanan berbasis lokasi" menggambarkan teknologi yang memungkinkan kita menemukan perangkat yang kita gunakan. Jaringan seluler dapat digunakan untuk mengakses Location Based Service (LBS), sebuah layanan informasi seluler yang memanfaatkan keberadaan perangkat seluler [11]. ## III. METODOLOGI PENELITIAN Analisis masalah yaitu berfungsi sebagai memberikaninformasi lanjut tentang masalah yang ingin kita analisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sebuah metode yaitu metode RAD, berdasarkan analisis permasalahan yang disesuaikan dengan tema penelitian. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis permasalahan pada perancangan aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan dikota Bengkulu kemudian penulis melanjutkan ketahap perancangan sistem, dalam melakukan perancangan sistem penulis menggunakan metode RAD. Adapun fase atau tahapan dalam metode RAD adalah Fase Perancangan ## Diagram Konteks Diagram Konteks dalam Location-Based Service (LBS) adalah representasi visual tingkat tinggi dari sistem LBS yang menunjukkan interaksi antara sistem LBS dengan elemen-elemen lingkungan eksternalnya. Dalam konteks LBS, diagram ini biasanya mencakup entitas-entitas utama seperti pengguna, aplikasi LBS, server basis data, serta elemen geospasial seperti peta dan lokasi. Pada diagram konteks aplikasi pencari lokasi tokor grosir manisan yang ada dikota Bengkulu ini terdiri dari tiga enternal entity yaitu admin yang mengatur data, pemilik toko, pengunjung toko (pembeli). Diagram Konteks bisa dilihat pada gambar 1 berikut ini. ## Gambar 1 Diagram Konteks ## a) Data Flow Diagram (DFD) level 0 DFD level 0 merupakan sebuah hasil dari penjabaran diagram konteks , yang dimaksud yaitu diagram ini menjelaskan secara rinci tetang apa itu diagram konteks . DFD level 0 pada aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan yang ada dikota Bengkulu memiliki 5 tahap utama yaitu : registrasi, login, ubah data, pencarian, dan laporan. Data Flow Diagram (DFD) level 0 bisa dilihat pada gambar 2 berikut ini. Gambar 2 Data Flow Diagram (DFD) level 0 b) Data Flow Diagram (DFD) level 1 Registrasi Pada DFD level 1 regristrasi memiliki 3 tahapan yaitu memasukan data, menampilkan data, dan persetujuan. Data Flow Diagram (DFD) level 1 registrasi bisa dilihat pada gambar 3 berikut ini. Gambar 3 Data Flow Diagram (DFD) level 1 Registrasi c) Data Flow Diagram (DFD) level 1 Ubah Data Pada DFD level 1 ubah data memiliki 3 tahapan yaitu mengubah data toko, menambah data produk, dan mengubah data produk. Data Flow Diagram (DFD) level 1 ubah data bisa dilihat pada gambar 4 berikut ini. Gambar 4 Data Flow Diagram (DFD) level 1 Ubah Data d) Data Flow Diagram (DFD) level 1 Pencarian Pada DFD level 1 pencarian memiliki 3 tahapan yaitu mencari toko berdasarkan toko yang ramai dikunjungi, mencari toko berdasarkan rekomend terdekat, dan mencari toko berdasarkan kategori toko. Data Flow Diagram (DFD) level 1 pencarian bisa dilihat pada gambar 5 berikut ini. Gambar 5 Data Flow Diagram (DFD) level 1 Pencarian e) Data Flow Diagram (DFD) level 1 Laporan Pada DFD level 1 laporan memiliki 2 tahapan yaitu laporan pengunjung toko dan laporan jumlah toko. Data Flow Diagram (DFD) level 1 pencarian bisa dilihat pada gambar 6 berikut ini. Gambar 6 Data Flow Diagram (DFD) level 1 Laporan f) Data Flow Diagram (DFD) level 2 Login Pada DFD level 2 login memiliki 2 tahapan yaitu mengecek e-mail dan password. Data Flow Diagram (DFD) level 2 login bisa dilihat pada gambar 7 berikut ini. Gambar 7 Data Flow Diagram (DFD) level 2 Login g) Conceptual Data Model (CMD) Conceptual Data Model (CMD) pada aplikasi pencarian toko grosir manisan dikota Bengkulu terdapat empat table. Empat table berikut diantaranya yaitu data toko, data produk, data pengunjung dan data kategori toko. Conceptual Data Model (CMD) bisa dilihat pada gambar 8 yang ada berikut ini. e-ISSN 2723-4673 h) Physical Data Model (PMD) Langkah berikutnya yaitu menghasilkan sebuah dari data Conceptual Data Model (CMD) berubah menjadi Physical Data Model (PMD) bisa dilihat pada gambar 3.9 berikut ini. Gambar 3.9 Physical Data Model (PMD) i) Struktur Basis Data Setiap jenis data dikumpulkan dan ditampilkan dalam database ini sedemikian rupa sehingga terlihat jelas selama operasi. Fase ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang struktur database. Berikut adalah tampilan rencana perancangan struktur basis data. a. Struktur Basis Data Toko Nama Tabel : Toko Pimary Key : Id_Toko Foreign Key : Id_Kategori Tabel 11 Desain Basis Data Toko Nama Field Type Length Fungsi Id_Toko Varchar 16 Untuk menyimpan basis data produk Id_Kategori Varchar 16 Dekripsi Varchar 200 Nama_Toko Varchar 30 Alamat_Toko Varchar 100 Telpon_Toko Varchar 13 E-mail Varchar 50 Metode_Pembayaran Varchar 50 Nama_Pemilik Varchar 30 Status Varchar 25 Password Varchar 25 Gambar_Toko Image Long Binary b. Struktur Basis Data Produk Nama Tabel : Produk Pimary Key : Id_Produk Foreign Key : Id_ Toko Tabel 12 Desain Basis Data Produk Nama Field Type Length Fungsi Id_Produk Varchar 16 Untuk menyimpan basis data produk Id_ Toko Varchar 16 Nama_Produk Varchar 30 Harga Varchar 10 Gambar_Produk Image Long Binary c. Struktur Basis Data Kategori Nama Tabel : Kategori Pimary Key : Id_Kategori Foreign Key : - Tabel 13 Desain Basis Data Kategori Nama Field Type Length Fungsi Id_ Kategori Varchar 16 Untuk menyimpan basis data kategori Nama_Kategori Varchar 30 Gambar_ Kategori Image Long Binary d. Struktur Basis Data Pengunjung Nama Tabel : Pengunjung Pimary Key : Id_Toko Foreign Key : - Tabel 3.14 Desain Basis Data Pengunjung Nama Field Type Length Fungsi Id_ Pengunjung Varchar 16 Untuk menyimpan basis data pengunjung E-mail Varchar 50 Nama Varchar 30 Password Varchar 25 ## 1) Perancangan antar muka a) Rancangan Antarmuka Pemilik Toko Pada tampilan antarmuka pemilik toko, terdapat delapan tampilan dalam rancangan antarmuka yang dapat dilakukan pemilik toko yaitu registrasi toko registrasi toko, daftar login toko, login toko, menu utama login toko, menu utama toko, ubah data toko, tambah data produk, ubah data produk, laporan pengujung. Rancangan aplikasi sistem bisa dilihat pada tampilan dibawah ini. a. Rancangan Tampilan Registrasi Toko Rancangan tampilan registrasi toko terdapat beberapa bagiannya yaitu nama, e-mail , dan password . Rancangan tampilan registrasi toko bisa kita lihat pada gambar 10. Gambar 10 Tampilan Pada Registrasi Toko b. Rancangan Tampilan Daftar Login Toko Rancangan tampilan daftar login toko terdapat beberapa bagiannya yaitu nama, alamat, nomor telpon, e-mail , metode pembayaran, password , pemilik, kategori, gambar. Rancangan tampilan daftar login toko bisa kita lihat pada gambar 11. Gambar 11 Tampilan Pada Daftar Login Toko c. Rancangan Tampilan Login Toko Rancangan tampilan login toko terdapat beberapa bagiannya yaitu e-mail , dan password . Rancangan tampilan login toko bisa kita lihat pada gambar 12. Gambar 12 Tampilan Pada Login Toko ## d. Rancangan Tampilan Menu Utama Toko Rancangan tampilan menu utama toko terdapat beberapa bagiannya yaitu ubah data toko, ubah data produk, tambah produk, dan laporan pengunjung. Rancangan tampilan menu utama toko bisa kita lihat pada gambar 13. ## Gambar 13 Tampilan Pada Menu Utama Toko ## e. Rancangan Tampilan Ubah Data Toko Rancangan tampilan ubah data toko terdapat beberapa bagiannya yaitu nama toko, alamat toko, no telpon, e-mail , metode pembayaran, password , pemilik dan kategori toko. Rancangan tampilan ubah data toko bisa kita lihat pada gambar 14. ## Gambar 14 Tampilan Pada ubah Data Toko ## f. Rancangan Tampilan Tambah Data Produk Rancangan tampilan tambah data produk terdapat beberapa bagiannya yaitu nama produk, harga dan gambar. Rancangan tampilan tambah data produk bisa kita lihat pada gambar 15. ## Gambar 15 Tampilan Pada Tambah Data Produk ## g. Rancangan Tampilan Ubah Data Produk Rancangan tampilan ubah produk terdapat beberapa bagiannya yaitu nama produk, harga dan gambar. Rancangan tampilan ubah produk bisa kita lihat pada gambar 16. ## Gambar 16 Tampilan Pada Ubah Data Produk ## h. Rancangan Tampilan Laporan Pengunjung Rancangan tampilan laporan pengunjung terdapat beberapa bagiannya yaitu pada bagian pengunjung terdiri atas dua bagian antara lainnya yaitu bulan dan total, sedangkat bagian produk yaitu hanya total produknya saja. Rancangan tampilan laporan pengunjung bisa kita lihat pada gambar 17. ## Gambar 17 Tampilan Pada Laporan Pengunjung b) Rancangan Antarmuka Pengunjung a. Rancangan Tampilan Registrasi Pengunjung Rancangan tampilan registrasi pengunjung terdapat beberapa bagiannya yaitu nama, e-mail , dan password . Rancangan tampilan registrasi pengunjung bisa kita lihat pada gambar 18. ## Gambar 18 Tampilan Pada Registrasi Pengunjung b. Rancangan Tampilan Login Pengunjung Rancangan tampilan login pengunjung terdapat beberapa bagiannya yaitu e-mail , dan password . Rancangan tampilan login pengunjung bisa kita lihat pada gambar 19. Gambar 19 Tampilan Pada Login Pengunjung ## c. Rancangan Tampilan Menu Utama Pengunjung Rancangan tampilan menu utama pengunjung terdapat beberapa bagiannya yaitu maps , rekomendasi toko terdekat, dan kategori toko. Pada bagian menu kategori toko terbagi atas empat kategori diantara lainnya yaitu makanan pokok, kebutuhan kemasan, produk harian, dan produk segar. Rancangan tampilan menu utama pengunjung bisa kita lihat pada gambar 20. Gambar 20 Tampilan Pada Menu Utama Pengunjung d. Rancangan Tampilan Rekomendasi Toko Terdekat Rancangan tampilan rekomendasi toko terdekat terdapat beberapa bagiannya yaitu rekomendasi toko terdekat. Rancangan tampilan rekomendasi toko terdekat bisa kita lihat pada gambar 21. Gambar 21 Tampilan Pada Rekomendasi Toko Terdekat e. Rancangan Tampilan Pencarian Toko Berdasarkan Kategori Rancangan tampilan pencarian toko berdasarkan kategori berisi tentang nama toko, alamat, dan titik koordinat. Rancangan tampilan pencarian toko berdasarkan kategori bisa kita lihat pada gambar 22. ## Gambar 3.22 Tampilan Pada Pencarian Toko Berdasarkan Kategori c) Rancangan Antarmuka Admin a. Rancanga Tampilan Admin Aplikasi Rancangan tampilan admin aplikasi pada web terdapat beberapa bagiannya yaitu list daftar toko pendaftar dan member pengguna yang berisi tentang toko dan pengunjung. Rancangan tampilan admin aplikasi pada web bisa kita lihat pada gambar 23. Gambar 23 Tampilan Pada Admin Aplikasi ## b. Rancangan Tampilan Laporan Pengunjung Toko dan Pengunjung Rancangan tampilan laporan pengunjung toko dan pengunjung pada web terdapat beberapa bagiannya yaitu menunggu persetujuan, toko, nama toko dan pengunjung. Rancangan tampilan pengunjung toko dan pengunjung pada web bisa kita lihat pada gambar 24 ## . Gambar 24 Tampilan Pada Laporan Pengunjung Toko dan Pengunjung ## A. Fase Konstruksi Pada fase ini merupakan lanjutan dari fase sebelumnya yaitu implementasikan dari fase perancangan kedalam koding. Pada fase ini penulis merekomendasikan untuk menggunakan software atau tools yaitu android studio yang dapat digunakan oleh penulis pada penelitian berikutnya. ## B. Fase Pelaksanaan Setelah fase kontruksi selesai dilakukan maka penulis menyarankan pengujian aplikasi nantinya menggunakan pengujian aplikasi berbasis tools , adapun rujukan tool sebagai berikut : ## 1) Robotium Android Testing Tool Perangkat lunak berbasis Android sering di uji menggunakan salah satu tool pengujian otomatis pertama yaitu Robotium. Robotium adalah penguji antarmuka pengguna Android gratis. Pengujian otomatisasi berbagai versi Android dan subversinya dapat dilakukan dengan menggunakannya. Pengembang perangkat lunak sering menyebutnya sebagai Selenium untuk Android . Java merupakan bahasa pemrograman yang digunakan dalam pembuatan tes Robotium . Selain itu, Robotium merupakan perpustakaan untuk pengujian unit. Namun, membuat pengujian dengan Robotium membutuhkan banyak waktu dan usaha. karena melakukan pengujian otomatis memerlukan penulisan kode sumber program. Selain itu, karena tidak dapat mengunci dan membuka kunci tablet atau ponsel cerdas, alat ini tidak sesuai untuk digunakan dengan sistem perangkat lunak. Robotium tidak menyertakan fungsi rekam ,putar, dan juga tidak memiliki kemampuan screenshots . 2) MonkeyRunner Android App Testing Mengotomatiskan pengujian fungsional aplikasi Android dapat dicapai dengan bantuan alat terkenal yang disebut MonkeyRunner. Jika dibandingkan dengan Robotium , instrumen ini kalah canggih. Pengujian otomatis tidak memerlukan penulisan kode sumber. Python digunakan untuk menulis tes, yang juga dapat dijalankan menggunakan alat perekam. MonkeyRunner mampu melakukan pengujian pada perangkat yang terhubung ke PC atau emulator. Kontrol tablet, ponsel cerdas, dan emulator tersedia dengan API alat ini. Skrip harus ditulis untuk setiap perangkat, yang merupakan kelemahan dari solusi pengujian aplikasi seluler. Pengujian perlu disesuaikan ketika antarmuka pengguna perangkat lunak yang diuji berubah, yang merupakan masalah lain dengan MonkeyRunner . 3) Ranorex Android Application Testing Tool Ranorex adalah instrumen luar biasa untuk pengujian otomatis yang ditargetkan tidak hanya pada iterasi Android terbaru namun juga pada iterasi dan sub-versi sebelumnya, dimulai dengan Android 2.2. Salah satu fitur Ranorex adalah laporannya yang komprehensif, yang dilengkapi dengan tangkapan layar. Ranorex mungkin menggunakan jaringan WiFi untuk menghubungkan tablet atau ponsel cerdas ke Internet. ## 4) Appium Android Automation Framework Appium Android Automation Framework merupakan Kerangka pengujian otomatisasi untuk platform iOS dan Android . Utilitas gratis ini berfungsi dengan Android versi 2.3 dan lebih tinggi. Appium melakukan pengujian menggunakan antarmuka WebDriver . Banyak bahasa pemrograman, termasuk Java, C#, Ruby , dan lainnya yang menggunakan perpustakaan WebDriver , didukung oleh Appium . Di perangkat seluler, Appium memiliki kendali atas Chrome dan Safari . Hal ini memungkinkan untuk menguji halaman web seluler menggunakan browser dan Appium tersebut. Penguji otomatisasi telah mengidentifikasi dua masalah dengan Appium : pelaporan yang tidak memadai dan tidak memadai, serta penurunan dukungan untuk XPath di perangkat seluler. 5) UI Automator for Android Test Automation Android versi 4.1 kompatibel dengan tools ini. Semua jenis solusi perangkat lunak berbasis Android , termasuk sistem aplikasi, dapat berkomunikasi dengan UI Automator . Hal ini memungkinkan UI Automator mengunci dan membuka kunci tablet dan ponsel cerdas. Alat ini memungkinkan pembuatan skrip yang dapat dijalankan di beberapa sistem Android . Dengan cara ini, rangkaian tindakan pengguna yang rumit dapat direplikasi menggunakan UI Automator . Tombol eksternal pada perangkat, termasuk kontrol volume, tombol kembali, dan tombol on/off , juga dapat digunakan oleh UI Automator . ## V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Aplikasi pencarian toko grosir manisan dapat dibuat menggunakan perancangan pada penelitian ini. 2. Aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan di Kota Bengkulu direncanakan dapat di bangun dalam bentuk website maupun berbasis smartphone. 3. Aplikasi pencarian lokasi toko manisan yang direncanakan dapat menampilkan lokasi toko grosir manisan yang diinginkan oleh pengguna dengan mengimplementasikan Google Maps API dan metode Location Based Service (LBS) untuk menentukan jarak terdekat. B. Saran Metode Location Based Service dalam perancangan aplikasi pencarian lokasi toko grosir manisan di kota bengkulu perlu di kembangkan dan di implementasikan pada android agar dapat bermanfaat bagi pengelola dan pengguna aplikasi tersebut ## DAFTAR PUSTAKA [1] K. Kasmawi, M. Mansur, and D. A. Fitri, “Location Based Service Untuk Pencaria n Lokasi Usaha Lokal Menggunakan Ionic Framework,” Matrix J. Manaj. Teknol. dan Inform. , vol. 9, no. 1, p. 27, 2019, doi: 10.31940/matrix.v9i1.1258. [2] A. Pratama, Y. Sholva, and M. Azhar, “Aplikasi Jual Beli Barang Rongsok Berbasis Jarak Menggunakan Fitur Location Based Service Distance-Based Junk Sales and Purchase Applications Using Location Based Service Features,” (Jurnal Ris. Sains dan Teknol. Inform. , vol. 01, no. 1, pp. 93 – 99, 2023, doi: 10.26418/juristi.v1i1.61135. [3] N. A. Widiastuti and T. Tamrin, “Penerapan Aplikasi Mobile Location Based Service Untuk Persebaran Usaha Mikro Kecil Menengah Dikabupaten Jepara,” Simetris J. Tek. Mesin, Elektro dan Ilmu Komput. , vol. 11, no. 1, pp. 271 – 278, 2020, doi: 10.24176/simet.v11i1.4015. [4] A. A. Sumitro, A. A. E. Sinsuw, and X. B. N. Najoan, “Implementasi Location Based Service Untuk Aplikasi Mobile City Directory Studi Kasus Kota Kotamobagu,” J. Tek. Inform. Unsrat , vol. 11, no. 1, p. 141751, 2017. [5] M. Taufik, S. F. C. Haviana, and D. Kurniadi, “Utilization of location -based services for the design of agricultural sales applications,” J. Transform. , vol. 15, no. 2, p. 128, 2018, doi: 10.26623/transformatika.v15i2.598. [6] N. Nasution, M. Fadhli, and D. Nurmalasari, “Aplikasi Mobile Advertising Berbasis Location Based Service ( LBS ) Untuk Kafe Di Pekanbaru,” no. November, pp. 288– 294, 2015. [7] J. Teknologi, I. Dan, K. Politeknik, and N. Lhokseumawe, “ Jrr Rancang Bangun Aplikasi Data Buku Dan Toko Buku Dengan Metode Location-Based Service Berbasis Android Azhar,” J. Real Ris. | , vol. 4, no. 2, p. 164, 2022, doi: 10.47647/jrr. [8] Natalia, “Grosir adalah: Pengertian, Jenis, dan bedanya dengan Eceran,” accurate.id , 2021. https://accurate.id/bisnis-ukm/grosir-adalah/ (accessed Dec. 09, 2023). [9] R. K. Maulana Muhammad Iqbal, R. Rizal Isnanto, “LBS untuk penyewaan rumah kos,” Teknol. dan Sist. Komput. , vol. 3, no. 2, pp. 198 – 206, 2015. [10] J. Sinaga Sahat and M. Rahman, “Rancang Bangun Aplikasi Pemesanan Jasa Jahit Menggunakan Metode Location Based Service (LBS) Di Kota Medan Design Of An Application For Ordering Sewing Services Using The Location Based Service (LBS) Method In Medan City,” JL. K.L Yos Sudarso KM. 6 , vol. 1, no. 1, pp. 147 – 158, 2023, [Online]. Available: http://kti.potensi- utama.ac.id/index.php/JUREKSI/index [11] R. B. Pembuatan et al. , “Design and Development of a Tourism Search Application in North Sumatra Using the Location Based Service ( LBS) Method,” no. 3, 2023, [Online]. Available: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.0 1-10 [12] D. Daniswari, “PROFIL KOTA BENGKULU,” kompas.com , 2022. https://regional.kompas.com/read/2022/08/09 /144446378/profil-kota-bengkulu (accessed Dec. 12, 2023). [13] Wikipedia, “Kota Bengkulu,” wikipedia.org , 2023.https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Ben gkulu#Geografi (accessed Dec. 12, 2023). [14] H. Oktafia Lingga Wijaya, S. Musirawas, and J. H. Jend Besar Soeharto Kel Lubuk Kupang Kec Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau, “Perancangan ## Aplikasi Pemetaan Lokasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Kota Lubuklinggau Berbasis Goegraphic Information System (GIS) Dan Location Based Service (LBS),” Ijccs , vol. x, No.x, no. 2, p. 85, 2017, [Online]. Available: http://maps.google.com/.Google [15] R. Rizky Nugraha, “Pemanfaatan Google Map Api Untuk Pemetaan Lokasi Wisata Di Garut Berbasis Android,” pp. 1– 5, 2019. [16] K. Rizki and A. Adil, “Implementasi Google Maps API Berbasis Android untuk Lokasi Fasilitas Umum di Kabupaten Sumbawa,” J. MATRIK , vol. 17, no. 2, pp. 34 – 44, 2018, doi: 10.30812/matrik.v17i2.87. [17] B. D. Teang, N. Faizah, and W. Nurcahyo, “Perancangan Aplikasi Sistem Informasi Pariwisata Berbasis Web Di Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur Dengan Metode Location Based Service (Lbs),” J. Indones. Manaj. Inform. dan Komun. , vol. 4, no. 1, pp. 8 – 14, 2023, doi: 10.35870/jimik.v4i1.105. [18] A. Aisyah, D. Permata Sari, and K. ## Kusumanto, “Perancangan Aplikasi Presensi Dosen Real Time dengan Metode Global Positioning System (GPS) dan Location Based Service (LSB) Berbasis WEB di Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Negeri Sriwijaya,” J. Locus Penelit. dan Pengabdi. , vol. 1, no. 5, pp. 341 – 347, 2022, doi: 10.58344/locus.v1i5.73.
69905712-fa2c-4dbe-9551-606133139633
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/assabiqun/article/download/359/301
## PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA KELAS IX.1 SMPN 1 KERUAK Asri Nurhayani SMP Negeri 1 Keruak [email protected] ## Abstract This study aims to determine the increase in PPKN learning outcomes through the application of the STAD type of cooperative learning model for class IX.I students of SMP Negeri 1 Keruak in 2019/2020 Academic Year. This Classroom Action Research is carried out by applying the STAD (Student Teams Achievement Divisions) Cooperative Learning Model in order to improve the quality of the learning process that helps teachers carry out PPKN learning activities taught by means of maximizing the active role of students especially the knowledge they have and how they are applied in daily life -day. This Classroom Action Research (CAR) was conducted in 2 cycles, and the results of the actions that have been carried out are proven to be able to improve student achievement both in terms of completeness of student learning, namely in cycle I by 67%, can be increased to 90% in cycle II or in terms of the average value of the evaluation results in the first cycle of 70.7 to 76.5 in the second cycle, this means there is an increase of 23%. From the results of this classroom action research also showed an increase in the level of student learning activities from 2.83 Active Enough categories in the first cycle to 4.01 Active categories, meaning there was an increase of 1.18. Keywords : Learning Model, STAD Type, Learning Outcomes Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PPKN melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IX.I SMP Negeri 1 Keruak Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions ) dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran PPKN yang diajarkan dengan cara memakasimalkan peran aktif siswa terutama pengetahuan yang dimilikinya dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 2 siklus, dan dari hasil tindakan yang sudah dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari segi ketuntasan belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 67%, dapat meningkat menjadi 90% pada siklus II maupun dari segi nilai rata-rata hasil evaluasi yakni pada siklus I sebesar 70,7 menjadi 76,5 pada siklus II, ini berarti ada peningkatan sebesar 23%. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini juga menunjukkan adanya peningkatan tingkat aktivitas belajar siswa dari 2,83 kategori Cukup Aktif pada siklus I menjadi 4,01 kategori Aktif, berarti ada peningkatan sebesar 1,18. Kata Kunci : Model Pembelajaran, Tipe STAD, Hasil Belajar ## PENDAHULUAN Pendidik yang profesional dapat terlihat dari keahliannya di dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Dalam menyampaikan materi yang efektif dan efisien, seorang pendidik perlu mengenal berbagai jenis metode pembelajaran sehingga dapat memilih metode yang paling tepat untuk mengajarkan suatu bidang studi tertentu yang tidak hanya berpikir tentang apa saja yang akan diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna dari belajar, dan bagaimana kemampuan dari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. 1 Mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena dalam persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku, oleh karena itu siswa diharapkan melakukan pembelajaran yang kontekstual, melihat dari fenomena-fenomena yang dilakukan oleh masyarakat kemudian siswa diajak untuk melakukan atau membuat suatu pemecahan masalah yang terjadi di dalam masyarakat sekitar. Untuk mencapai tujuan PPKn tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagaimana yang dikehendaki dalam pembelajaran PPKn. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Komponen STAD menurut Slavin adalah sebagai berikut: (1) Presentasi kelas. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Murid harus betul-betul 1 Nur Jannah, E. (2019). Penerapan Metode Pembelajaran “Active Learning-Small Group Discussion” di Perguruan Tinggi Sebagai Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran. FONDATIA, 3(2), 19-34. memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran. (2) Belajar dalam tim. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan murid yang merasa mampu membantu murid yang kesulitan. (3) Tes individu yang dilaksanakan setelah pembelajaran. (4) Skor pengembangan individu. Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim. (5) Penghargaan tim. Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi mereka. 2 Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran PPKN kelas IX.I SMP Negeri 1 Keruak ternyata penulis banyak menemukan permasalahan sehingga penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar PPKN siswa. ## METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah siswa kelas IX.I SMP Negeri 1 Keruak Kabupaten Lombok Timur tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 31 siswa dan terdiri atas 6 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX.I SMP Negeri 1 Keruak yang merupakan tempat tugas peneliti. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan September 2019. Adapun yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah pencapaian prestasi anak dengan ketentuan sebagai berikut: Keberhasilan penelitian ini dilihat dari prestasi belajar mencapai ketuntasan klasikal yaitu jika 85% anak mendapat skor minimal bintang 3. 2 Kristin, F. (2016). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ditinjau dari Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(2), 74-79. ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan analisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil evaluasi pada setiap siklus yang telah direncanakan. Data yang diperolah berupa data kuantitatif dari hasil evaluasi dan data kualitatif yang dikumpulkan dari hasil observasi. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil evaluasi akan memberikan jawaban mengenai keberhasilan atau tidaknya proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions ) yang diukur dengan ketuntasan belajar secara klasikal. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang akan memberikan gambaran tentang aktivitas siswa maupun aktivitas guru yang dilakukan oleh observer pada setiap pertemuan pelaksanaan proses pembelajaran. Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian pada setiap siklus yang telah direncanakan. Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah kegiatan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil evaluasi pada siklus I, hasil evaluasi pada siklus II, lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1, lembar observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan II, kisi-kisi soal evaluasi, Instrumen soal evaluasi, Kunci Jawaban, dan Pedoman Penskoran pada Siklus I, kisi-kisi soal evaluasi, Instrumen soal evaluasi, Kunci Jawaban, dan Pedoman Penskoran pada Siklus II. Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk dapat menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penyampaian materi, termasuk di dalamnya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions ) dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk merekam jalannya proses pembelajaran. Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa proses pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dari pihak guru sendiri maupun dari pihak siswa, antara lain; Guru belum memaksimalkan peran siswa dalam pembelajaran, masih ada siswa yang tidak aktif dalam kegiatan berdiskusi/mengerjakan tugas kelompok dari materi pelajaran yang dipelajari. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa setelah dianalisa diperoleh data sebagai berikut: ## Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I Pertemuan Jumlah skor yang tampak Σ Skor aktivitas Rata-rata Aktivitas Kategori 1 2 3 4 5 6 Pertama 3 2,33 3 2,33 1,7 2,7 15,06 2,51 Cukup aktif Kedua 3,7 3,33 3,7 2,7 2,7 2,7 18,83 3,14 Cukup aktif Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 2,51 dan pertemuan 2 adalah 3,14. Tingkat aktivitas siswa ini tergolong cukup aktif. Oleh karena itu maka aktivitas siswa pada siklus berikutnya masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru setelah dianalisa diperoleh data sebagai berikut: ## Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I Pertemuan Jumlah skor yang tampak Σ Skor aktivitas Rata-rata Aktivitas Kategori 1 2 3 4 5 6 7 Pertama 2 2 3 2 2 2 2 15 2,14 Baik Kedua 3 2 3 2 3 2 3 18 2,57 Baik Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 adalah 2,14 dan pertemuan 2 adalah 2,57. Tingkat aktivitas guru ini tergolong baik. Oleh karena itu maka aktivitas guru pada siklus berikutnya masih perlu ditingkatkan. Dari hasil analisis diketahui bahwa ketuntasan belajar yang dicapai siswa adalah 67% dengan nilai rata-rata 70,7. Hasil ini belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sehingga pembelajaran dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas masih 74% berarti masih di bawah standar minimum yakni 85%. Hasil tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya. Dalam siklus I ini terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu untuk dipehatikan dan diperbaiki pada kegiatan siklus II, di antaranya: 1. Pemberian motivasi dan apersepsi yang masih kurang membuat siswa sedikit kebingungan dalam menerima materi atau pokok bahasan baru dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik STAD (Student Teams Achievement Divisions) sehingga pada siklus II pemberian motivasi dan apersepsi lebih diperhatikan. 2. Meminta siswa untuk lebih aktif dalam berdiskusi, (tidak hanya diam memperhatikan teman-temannya bekerja dan hanya mengobrol dengan temannya. 3. Meminta siswa agar lebih aktif dan bertanya jika mendapat kesulitan atau jika ada materi dan soal-soal diskusi yang belum dimengerti. 4. Kesimpulan yang belum jelas membuat siswa sedikit bingung atau kurang jelas dengan batasan materi yang disampaikan guru sehingga pada siklus II pemberian kesimpulan lebih diperhatikan. Proses pembelajaran pada siklus II diawali dengan pemberian umpan balik dari hasil evaluasi yang diberikan. Oleh karena itu, sebelum berdiskusi guru menghimbau agar siswa tidak ada yang ngobrol, mengganggu temannya yang lain, dan tidak ada siswa yang diam memperhatikan teman-temannya, demikian juga pembagian tugas dalam setiap kelompok harus lebih jelas sehingga siswa dapat melaksanakan tugasnya masing-masing. Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah kegiatan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan 1, lembar observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan 2, lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1, dan lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 2, kisi-kisi soal evaluasi siklus II, instrumen evaluasi siklus II, kunci jawaban instrumen evaluasi dan pedoman penskoran, hasil evaluasi siklus II. Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk dapat menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penyampaian materi, termasuk didalamnya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk merekam jalannya proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran siklus II telah dilakukan perbaikan, dari analisis hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II didapat bahwa aktivitas siswa tergolong aktif dalam setiap pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan ke dua, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. ## Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II Pertemuan Jumlah skor yang tampak Σ Skor aktivitas Rata-rata Aktivitas Kategori 1 2 3 4 5 6 Pertama 4 4 4 3,33 3,7 3,33 22,36 3,73 Aktif Kedua 4,7 4,33 4,7 3,7 4,33 4 25,76 4,29 Aktif Dari tabel di atas dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus II untuk pertemuan 1 adalah 3,73 dan pertemuan 2 adalah 4,29. Berdasarkan penggolongan aktivitas belajar siswa maka kategori aktivitas siswa pada siklus II adalah tergolong aktif. Sedangkan menyangkut aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II Pertemuan Jumlah skor yang tampak Σ Skor aktivitas Rata-rata Aktivitas Kategori 1 2 3 4 5 6 7 Pertama 3 2 4 3 3 3 2 20 2,86 Baik Kedua 4 4 4 3 3 3 3 24 3,43 Baik sekali Dari tabel di atas dilihat bahwa aktivitas guru pada siklus II untuk pertemuan 1 adalah 2,86 dengan kategori baik dan pertemuan 2 adalah 3,43 dengan kategori baik sekali. Berdasarkan penggolongan aktivitas belajar guru maka kategori aktivitas guru pada siklus II adalah tergolong baik sekali. Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II ini mencapai tingkat 90% jadi sudah dapat dikatakan tuntas, untuk itu tidak perlu lagi diadakan pembelajaran pada siklus berikutnya dengan ketuntasan belajar yang sudah dicapai, dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar PPKn. Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, di mana hasil observasi aktivitas siswa dapat tergolong aktif dilihat dari setiap kegiatan pembelajaran begitu juga aktivitas guru sudah tergolong baik sekali. Dari hasil analisis terhadap hasil evaluasinya terjadi peningkatan rata-rata kelas maupun persentase ketuntasan secara klasikal sudah mencapai/melebihi 85% artinya sudah 85% atau lebih siswa sudah mencapai nilai hasil ulangan sebesar KKM atau melebihi KKM yang ditentukan. Oleh karena itu penelitian ini dihentikan sampai siklus II sesuai dengan perencanaan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PPKn pada siswa kelas IX.I Semester I dengan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan/menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) di SMP Negeri 1 Keruak Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2019/2020. Berdasarkan hasil analisis data pada tiap siklus, terlihat bahwa hasil dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis data siklus I, untuk aktivitas siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,83 dan aktivitas siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 4,01. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis data siklus I, untuk aktivitas guru diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,36 dan aktivitas guru pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,15. Terkait dengan hasil ulangan pada siklus I dan II dapat dilihat rinciannya dibawah ini. Tabel Ringkasan Hasil Evaluasi Pada Siklus I No. Uraian Hasil 1 Nilai Terendah 60 2 Nilai Tertinggi 85 3 Rata-rata 70,7 4 Jumlah siswa yang tuntas 20 5 Jumlah siswa yang ikut tes 30 6 Persentase yang tuntas 67% Sedangkan pada siklus II hasilnya sebagai berikut. Tabel Ringkasan Hasil Evaluasi Pada Siklus II No. Uraian Hasil 1 Skor Terendah 60 2 Skor Tertinggi 90 3 Rata-rata 76,5 4 Jumlah siswa yang tuntas 27 5 Jumlah siswa yang ikut tes 30 6 Persentase yang tuntas 90% Setelah melihat kedua tabel hasil evaluasi dari siklus I dan II di mana nilai yang mereka peroleh sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar dan melebihi tingkat ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85%. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanaan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PPKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). ## KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapatlah kami simpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar PPKn pada siswa kelas IX.I SMP Negeri 1 Keruak Tahun Pelajaran 2019/2020. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas belajar para siswa pada mata pelajaran PPKn pada siswa kelas IX.I SMP Negeri 1 Keruak Tahun Pelajaran 2019/2020 yang dapat dilihat dari peningkatan aktivitas belajar dari siklus I sampai dengan siklus II, dari kategori cukup aktif dengan nilai rata-rata 2,83 sampai dengan kategori aktif dengan nilai rata-rata 4,01. 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn kelas IX.I di SMP Negeri 1 Keruak Tahun Pelajaran 2019/2020 mengalami peningkatan pada setiap siklus dengan persentase ketuntasan secara klasikal masing-masing siklus yaitu siklus I sebesar 67% dan siklus II sebesar 90% berarti ada kenaikan 23%. ## DAFTAR PUSTAKA Anita Lie, 2008. Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia. Kristin, F. (2016). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ditinjau dari Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(2), 74-79. Nur Jannah, E. (2019). Penerapan Metode Pembelajaran “Active Learning-Small Group Discussion” di Perguruan Tinggi Sebagai Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran. FONDATIA, 3(2), 19-34. https://doi.org/10.36088/fondatia.v3i2.219 Oemar Hamalik, 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Roestiyah N.K, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta : Rineka Cipta Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Suprijono Agus, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Syaiful Bahri Djamarah, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usana Offset Printing.
d76ce2d4-bb61-4cfd-902b-de4891d3c98d
https://ejournal.kompetif.com/index.php/dayasaing/article/download/55/49
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal cukup berperan dalam meningkatkan kualitas generasi muda yang cerdas dan berkepribadian dan dapat digunakan sebagai bekal untuk manjalankan kehidupan di masa depan. Bekal berupa ketrampilan atau skill sangat dibutuhkan generasi ke depan. Kebijakan pemerintah mengenai percepatan keberhasilan bidang pendidikan adalah dengan menetapkan dan menargetkan 60% SMK berbanding 40% SMA. Alasannya adalah pendidikan SMK adalah pendidikan kejuruan dan pada dasarnya lembaga pendidikan tersebut ingin mencetak tenaga kerja siap pakai dan siap bekerja di dunia pekerjaan. SMK memberikan skill kepada peserta didik secara teknis, penerapan pola pendidikannya juga berbeda dengan SMA dimana lebih banyak praktek bila dibandingkan dengan teori. Hal inilah yang membuat beda dan menjadikan lulusan SMK siap pakai dan juga siap menghadapi dunia kerja yang dibutuhkan saat ini. Kondisi perkembangan SMK dan SMA Swasta di daerah ini masih belum memadai. Berdasarkan data dapat diketahui perbandingannya mencapai 49% SMA, sedangkan SMK masih sebanyak 51%. Berikut ini data tentang prosentase SMA dan SMK di Kota Pekanbaru. Berbagai macam pola pendidikan yang diterapkan pada tingkat SMK dengan berbagai jurusan dan keahlian yang ditawarkan kepada peserta didik memberikan warna tersendiri dalam dunia pendidikan saat ini. Hal ini dapat dilihat dari model teori yang diterapkan, model praktek dengan menjalin kerjasama dengan berbagai dunia kerja dan juga penerapan model disiplin kepada siswa yang semi militer. Melalui berbagai pola dan model yang pembelajaran kepada siswa ini diharapkan akan terwujud siswa yang memiliki kompetensi baik kompetensi dalam pengetahuan maupun kompetensi dalam bentuk sikap disiplin. Pola semi militer menjadi salah satu fenomena yang menarik dipelajari, dimana beberapa SMK yang berkembang di Kota Pekanbaru menerapkan pola semi militer. Berseragam selayaknya militer dan juga bersikap dan latihan-latihan semi militer diterapkan kepada siswa agar siswa memiliki kedisiplinan diri dan memiliki sikap bertanggung jawab dalam mengemban tugas yang diberikan. Dalam pelaksanaannya dan untuk mencapai tujuan tersebut, peran guru ## Analisis Disiplin Kerja Guru SMK Swasta Taruna Pekanbaru ## Yulia Harwina Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau (STIER) Jln. HR. Subrantas 57 Panam Pekanbaru 28293 Telp. (0761) 63237 E-mail : [email protected] Abstract : Labor discipline is business as management implementation guidelines to strengthen the organization in achieving its intended purpose. The better the teacher labor discipline in terms of providing a form of business confidence for menuakinkan in order to understand the rules that exist in schools and also strive to adhere to the rules defined. Then have a keen desire to change is a positive attitude or also repairs done continuously by teachers in order to improve discipline in work. Also in the sacrifice of the efforts of teachers in making the work done iklas follow the rules that exist and also the attitude of openness in their duties. In terms of the value achieved is the result obtained in the form of real action of a teacher and an attitude of self-discipline that views of his actions every day as well as the achievement is the result of discipline that can be seen from the extent of the violations committed and compliments received by teachers in the discipline. Keywords: Work Discipline Vocational Teachers Analisis Disiplin Kerja Guru SMK Swasta Taruna Pekanbaru (Yulia Harwina) 126 sangat besar. Guru menurut Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Harapan yang diinginkan masyarakat terhadap dunia pendidikan adalah pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari peran guru dalam melaksanakan tugasnya. Sebab guru sebagai pelaksana terdepan atau ujung tombak terlaksananya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berhasil atau tidaknya upaya peningkatan mutu pendidikan banyak ditentukan oleh kompetensi yang ada pada mereka tersebut dalam mengembangkan tugas pokok sehari- hari. Guru dengan jenis pekerjaan ini tidak dapat dilaksanakan kebanyakan orang di luar pendidikan. Keahlian khusus yang dimaksud adalah upaya penanganan yang lebih spesifik dan perlunya kecermatan yang mendalam. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tugas guru diantaranya mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup, kemudian mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, selanjutnya melatih berarti mengembangkan keterampilan melalui minat, bakat dan kreativitas. Seorang guru menyadari bahwa titik pusat tujuan sekolah menyediakan program pendidikan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pribadi dan kebutuhan kemasyarakatan serta kepentingan individu para siswa. Siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, oleh sebab itu siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya dalam proses belajar mengajar melainkan juga di dalam kegiatan sekolah. Permasalahan yang dilihat dari observasi lapangan mengenai kinerja guru SMK Swasta Taruna di Kota Pekanbaru dapat dilihat dari data berikut ini: Guru dalam mendidik belum mampu menjadi contoh kepada peserta didik sebagaimana konsep taruna satria dalam hal disiplin baik dalam disiplin waktu maupun dalam bentuk disiplin perilaku. Kondisi ini dapat dilihat dari guru yang datang ke sekolah terlambat dan juga berpakaian belum rapi sebagaimana standar berpakaian yang diatur dalam standar berpakaian. Selain itu dalam berperilaku masih belum mampu memberikan contoh yang seharusnya kepada peserta didik seperti berkata kasar dan juga kurang bertanggung jawab. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2013: 129) disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman- pedoman organisasi. Dijelaskan disiplin terbagi menjadi dua yakni disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif adalah suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Kemudian disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi. Kemudian menurut Panji Anoraga (2009: 46) disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua factor yang penting yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan. Menurut Scott Snair (2008: 129) menyatakan kedisiplinan terjamin, maka harus dilakukan secepat mungkin, semakin dekat jarak antara hukuman dan pelanggaran semakin besar dampak yang ditinggalnya terhadap orang- orang yang diluruskan dan ingat bahwa tujuan akhir dari imbalan dan hukuman adalah mengatur dan mengarahkan perilaku agar bisa mencapai tujuan kelompok. Menurut Mangkunegara (2000: 129) disiplin kerja kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin pada hakekatntya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Menurut Sedarmayanti (2001: 10) disiplin merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan wujuan yang maksimal. Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan organisasi dan norma social. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Menurut Muhaimin (2008: 57) nilai disiplin adalah suatu nilai yang harus dimaknai sebagai kemajuan untuk mengerjakan yang prioritas dan mengerjakannya sampai tuntas. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan disiplin kerja adalah usaha yang sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Anwar Prabumangkunegara (2013: 137) dimensi disiplin kerja antara lain: 1) memberikan kepercayaan; 2) memiliki keinginan ingin berubah; 3) pengorban; 4) nilai yang dicapai; 5) pencapaian. Berdasarkan uraian di atas maka dimensi disiplin adalah memberikan kepercayaan; memiliki keinginan ingin berubah; pengorban; nilai yang dicapai; pencapaian. - memberikan kepercayaan merupakan adanya usaha yang dilakukan dalam mematuhi aturan yang berlaku. - memiliki keinginan ingin berubah merupakan usaha memperbaiki diri secara terus menerus. - pengorban merupakan tindakan dalam mematuhi aturan yang ada dalam organisasi. - nilai yang dicapai merupakan manfaat yang diperoleh dari adanya tindakan atau sikap disiplin itu sendiri. - pencapaian merupakan hasil kerja yang dicapai dalam bentuk penilaian. ## METODE Populasi menurut Sugiono (2009: 235) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek, subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Taruna swasta di Kota Pekanbaru yang berjumlah 3 sekolah yakni SMK Masmur, SMK Taruna Satria dan Pelayaran yang seluruhnya berjumlah 92 orang. Menurut M Nasution dalam penelitian tidak ada ketentuan pasti berapa jumlah sampel yang mesti diambil, namun sampel yang diambil untuk kegiatan penelitian haruslah memenuhi unsur representative (mewakili jumlah populasi) serta mencerminkan keadaan populasi secara keseluruhan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 92 orang, dianggap masih memungkinkan untuk diteliti secara keseluruhan oleh sebab itu jumlah populasi dalam penelitian ini sekaligus menjadi sampel penelitian. Metode pengambilan sampel dilakukan dilakukan dengan simple random sampling. Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik deskriptif, yakni dengan menggambarkan kondisi disiplin kerja guru SMK. Analisis Disiplin Kerja Guru SMK Swasta Taruna Pekanbaru (Yulia Harwina) 128 ## HASIL Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Taruna merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempersiapkan anak didiknya untuk dapat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri serta dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut di bidang ketrampilan teknis. Sejak awal pendiriannya SMK Taruna telah memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan profesional serta mampu berprestasi berwawasan internasional sejalan dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dengan berpegang teguh pada visi/misi sekolah serta nilai – nilai luhur agama dan budaya. Keunggulan sekolah SMK Taruna adalah menyelenggarakan pendidikan perbengkelan dengan program pengembangan diri ke mesin sepeda motor, mobil, sipil dan elektro serta bisnis dengan sarana dan fasilitas pendidikan yang dirancang untuk memberikan suasana yang nyaman, kondusif dan mampu merangsang niat belajar yang tinggi bagi peserta didik. Fasilitas ruang belajar dan laboratorium perbengkelan memiliki fasilitas lengkap dengan penataan seperti keadaan sebenarnya. SMK Taruna juga bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan di Pekanbaru termasuk dalam peningkatan keterampilan siswa khusunya untuk kegiatan praktek kerja industri Taruna, terbukti pula dengan peningkatan animo masyarakat untuk mengikuti pendidikan di SMK Taruna. Guru-guru pelajaran produktif yang mengajar untuk pengembangan keterampilan kompensasidi dunia industri, berasal dari para praktisi. Guru-guru pelajaran adaptif dan normatif pelajaran lain juga memiliki kompensasidan kualifikasi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya SMK Taruna juga memberikan dukungan yang kondusif untuk pengembangan kemampuan siswa dalam berprestasi. Kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan beragam seperti olah raga antara lain sepak bola, basket, volly, atletik, dan silat, di bidang kesenian seperti tari, serta ekstra yang berkaitan dengan pelajaran pengembangan diri yaitu jugling dan extra wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa yaitu PMR dan pramuka. SMK Taruna berprinsip, seorang siswa selain mengembangkan kemampuan akademiknya juga perlu mengembangkan semua potensi yang dimilikinya guna kehidupan mereka dimasa datang. Untuk mewujudkan hal tersebut SMK Taruna selalu terus menyempurnakan sarana, fasilitas dan SDM nya guna memberikan hasil terbaik bagi siswa didik dan masyarakat. Disiplin kerja adalah usaha yang sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. dimensi disiplin kerja antara lain: memberikan kepercayaan merupakan bentuk usaha untuk menuakinkan dalam rangka mengetahui akan aturan yang ada dalam sekolah dan juga berusaha untuk mematuhi aturan yang ditetapkan tersebut. memiliki keinginan ingin berubah merupakan sikap positif atau juga perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh guru dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja. Pengorban merupakan usaha yang dilakukan guru dalam menjadikan pekerjaannya dilakukan secara iklas mengikuti aturan yang ada dan juga sikap keterbukaannya dalam menjalankan tugasnya. nilai yang dicapai merupakan hasil yang diperoleh dalam bentuk tindakan nyata seorang guru dan sikap disiplin diri yang dilihat dari tindakannya setiap hari. Pencapaian merupakan hasil kedisiplinan yang dapat dilihat dari sejauhmana pelanggaran yang dilakukan dan pujian yang diterima guru dalam menegakkan disiplin. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dari jawaban guru terhadap pernyataan bahwa skor atau tingkat capaian rata-rata (TCR) disiplin guru pada SMK Taruna di Pekanbaru berada pada tingkat cukup dengan nilai 3,11 atau TCR 77,7%. Jawaban tertinggi terletak pada item Analisis Disiplin Kerja Guru SMK Swasta Taruna Pekanbaru (Yulia Harwina) 129 Sekolah mendapatkan pujian dari masyarakat atas penerapan disiplinnya. Sedangkan item terendah pada bertindak sesuai aturan yang berlaku. ## PEMBAHASAN Disiplin kerja adalah usaha yang sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semakin baik disiplin kerja guru dalam hal memberikan kepercayaan merupakan bentuk usaha untuk menuakinkan dalam rangka mengetahui akan aturan yang ada dalam sekolah dan juga berusaha untuk mematuhi aturan yang ditetapkan tersebut. Kemudian memiliki keinginan ingin berubah merupakan sikap positif atau juga perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh guru dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja. Juga dalam pengorbanan merupakan usaha yang dilakukan guru dalam menjadikan pekerjaannya dilakukan secara iklas mengikuti aturan yang ada dan juga sikap keterbukaannya dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal nilai yang dicapai merupakan hasil yang diperoleh dalam bentuk tindakan nyata seorang guru dan sikap disiplin diri yang dilihat dari tindakannya setiap hari serta pencapaian merupakan hasil kedisiplinan yang dapat dilihat dari sejauhmana pelanggaran yang dilakukan dan pujian yang diterima guru dalam menegakkan disiplin. Maka akan semakin baik kinerja guru adalah capaian atau hasil kerja dari pelaksanaan tugas sebagai guru yakni dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Seperti dalam mendidik merupakan tindakan memberikan teladan, bertanggung jawab, sikap mandiri dan berwibawa kepada peserta didik, mengajar merupakan memberikan pengetahuan kepada peserta didik berlandaskan bahan ajar dan kesesuaiannya sehingga peserta didik mendapatkan pelajaran yang terarah sesuai dengan kompetensinya. Membimbing dan mengarahkan merupakan bentuk bantuan kepada siswa, memahami siswa, pengarahan diri dan menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan. Melatih merupakan upaya yang dilakukan dalam meninggkatkan ketrampilan peserta didik dalam meningkatkan kecerdasan intelektual dan motorik. menilai merupakan bentuk dalam evaluasi terhadap siswa yang dilakukan dengan memberikan penilaian secara psikologi terhadap perilaku dan juga mental dan mengevaluasi peserta didik merupakan kebijakan yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pengalaman peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Fatchurrohman (2009) bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja para guru di SMP Negeri 1 kota Salatiga cukup positif terhadap guru-guru yang memperoleh sertifikat pendidik, baik pada kedisiplinan kerja dan kedisiplinan administratif akademik. Pada sisi lain, program sertifikasi guru tertentu kurang berdampak terhadap kinerja para guru yang belum mendapatkannya. Mereka biasa- biasa saja dalam bekerja, tidak terjadi peningkatan yang berarti akibat program sertifikasi guru. Kemudian juga Jasril (2004) bahwa kinerja guru SLTP dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh factor disiplin dan motivasi kerja baik secara parsial maupun secara simultan ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin guru Guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK Taruna di Kota Pekanbaru. ## DAFTAR RUJUKAN Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Rosda Karya, Bandung Analisis Disiplin Kerja Guru SMK Swasta Taruna Pekanbaru (Yulia Harwina) 130 Hasibuan, Malayu SP, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusi , Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, 2006, Evaluasi Kinerja SDM, Remaja Rosda Karya, Bandung. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia , Remaja Rosda Karya, Bandung. Moeheriono, 2012, Indikator Kinerja Utama Cetakan Ke – 2, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Muhaimin, 2008, Manajaemen Pendidikan, penerbit Pernada Media Group, Jakata. Sedarmayanti, 2001, Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Bandung Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi , Alphabeta, Bandung. Fatchurrohman, 2009, Pengaruh disiplin terhadao Kinerja Guru SMP Negeri 1 Salatiga Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
938226f9-2a36-4802-b18e-8c8ff9763643
https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/SKT/article/download/17580/10423
S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) Faktor – Faktor yang mempengaruhi Intensitas Aset Tetap, Profitabilitas, Leverage, dan Size terhadap Manajemen Pajak (studi kasus pada sektor pertanian dan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020) Imam Hidayah 1 , Rika Umiah 2 1) Universitas Muhammadiyah Tangerang. email : [email protected] 1 [email protected] 2 ARTICLES INFORMATION ABSTRACT ## JURNAL SEKURITAS ( Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi ) Vol.5, No.3, Mei 2022 Halaman : 223 – 237 © LPPM & Prodi Manajemen ## UNVERSITAS PAMULANG ISSN ( online ) : 2581-2777 ISSN ( print ) : 2581-2696 Keyword : Fixed Asset Intensity; Leverage; Profitability; Size; Tax Management JEL. classification : C33, G21, G24, N15, N25 ## Contact Author : ## PRODI MANAJEMEN UNPAM JL.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan – Banten Telp. (021) 7412566, Fax (021) 7412491 Email : [email protected] This study aims to analyze and obtain empirical evidence regarding the effect of fixed asset intensity, profitability, leverage, and size on tax management. The population of this research is 73 agricultural and mining sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2018 to 2020. Based on the criteria, 10 agricultural and mining sector companies have been obtained to serve as research samples. The statistical method used is multiple regression analysis. The results showed that profitability and size had a positive effect on tax management. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh intensitas aset tetap, profitabilitas, leverage, dan size terhadap manajemen pajak. Populasi dari penelitian ini adalah 73 perusahaan sektor pertanian dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 sampai 2020. Berdasarkan kriteria, 10 perusahaan sektor pertanian dan pertambangan telah diperoleh untuk dijadikan sampel penelitian. Metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan size memiliki pengaruh dengan arah positif terhadap manajemen pajak. Hasil lain menunjukkan bahwa intensitas aset tetap, dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen pajak. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) ## A. PENDAHULUAN ## Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan utama yang digunakan pemerintah untuk mendukung kegiatan pembangunan nasional. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28, pajak adalah iuran wajib negara kepada negara yang tidak diwajibkan oleh orang perseorangan atau badan hukum untuk secara langsung mengganti dan melayani keperluan-keperluan sebagai berikut. negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak menjadi beban masyarakat karena mengurangi pendapatannya dan masyarakat tidak menerima gaji langsung saat membayar pajak. Pajak bisnis dianggap sebagai beban yang mengurangi laba bersih bisnis. Strategi laba bersih yang dapat diterapkan perusahaan efektif dalam membayar beban pajak. Untuk menerapkan strategi ini, banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan pajak. Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak yang tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. terdapat istilah yang sering digunakan dalam meminimumkan kewajiban pajak yaitu tax avoidance dan tax evasion . Tax avoidance merujuk pada usaha meminimumkan kewajiban pajak yang masih memenuhi ketentuan pajak (l awful ), sedangkan tax evasion merujuk kepada usaha meminimumkan kewajiban pajak yang melanggar peraturan perpajakan ( unlawful ). Penelitian ini mengkaji fenomena administrasi perpajakan di sektor pertanian dan pertambangan. Melihat sektor-sektor dalam laporan aplikasi APBN 2018 yang dipublikasikan di website (kemenkeu.go.id, 2018), angka pemungutan pajak dari sektor pertanian tahun 2018 mencapai Rp. T 20,69 mengalami penurunan sebesar 21,03% dibandingkan kenaikan 28,75% pada tahun 2017. Sebaliknya, penerimaan pajak sektor pertambangan meningkat 51,5% dibandingkan kenaikan 40,83% pada tahun 2017 dan mencapai 80,55 TL. Menurut (bisnis.tempo.co, 2014), (economy.bisnis.com, 2019), (katadata.co.id, 2019), sektor pertanian dan pertambangan termasuk dalam kelompok industri yang rawan penghindaran pajak. Situasi di atas merupakan bukti bahwa pengelolaan keuangan perlu mendapat perhatian lebih. Penelitian pengelolaan keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Wijayanti dan Muida (2020), Rahmawati (2017), Sinaga (2018), Afifah dan Mhd (2020), Jailani (2018), Efata dan Meiriska (2017), Yuniati. dan Elly (2017), Damanik dan Abdul (2019), Ganang dan Imam (2017), Daiman (2021), dan Ningrum dan Erna (2018). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hasil yang berbeda dengan variabel independen yang berbeda. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya tentang perlakuan pajak, sebagian besar faktor pendukungnya berasal dari internal atau internal perusahaan . Berdasarkan penjelasan tersebut maka Penelitian l ini berfokus l kepada empat Variabel l yang mempunyai l pengaruh terhadap l manajemen pajak l yaitu intensitas aset tetap, profitabilitas l leverage, dan size. Berdasarkan l pendahuluan dan l penelitian l terdahulu, maka peneliti l berkeinginan untuk l melakukan penelitian l ini dengan l mengambil l judul: “Faktor – Faktor yang mempengaruhi Intensitas Aset Tetap, Profitabilitas l Leverage dan Size Terhadap l Manajemen Pajak l (studi kasus pada l sektor pertanian dan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020). Di antara faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memaksimalkan pengelolaan pajak perusahaan, masalah yang disajikan dalam l penelitian ini l adalah sebagai l berikut: 1. Apakah l intensitas aset tetep berpengaruh terhadap l manajemen l pajak? 2. Apakah l prifitabilitas berpengaruh terhadap l manajemen l pajak? 3. Apakah l leverage berpengaruh terhadap l manajemen l pajak? 4. Apakah l size berpengaruh terhadap l manajemen l pajak? S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) ## B. KAJIAN LITERATUR Teori Keagenan (Agency Theory) Teori l keagenan menjelaskan l mengenai hubungan l kerja antara l pemilik l perusahaan/pemegang saham l (principal) dengan l manajemen perusahaan l (agen). Pemilik l perusahaan (pemegang l saham) memberikan l wewenang dan l tugasnya kepada l manajemen perusahaan l untuk mengelola l perusahaan yang l dimilikinya (Soemarso, l 2018). Masri l dan Martani l (2012) menjelaskan l bahwa pelaksanaan l dari teori l agensi akan l menghasilkan biaya l yang disebut l dengan agency l cost . Agency l cost ialah l biaya yang l muncul agar l agen memiliki l tujuan yang l selaras dengan l prinsipal. Misalnya l dilakukan pengawasan l atau membuat l kontrak. Timbulnya l manajemen pajak l dipengaruhi oleh l masalah keagenan l (agency l problem). Perbedaan kepentingan l antara principal l dan agen l menjadi hal l yang paling l sering berhubungan l dengan praktik l manajemen l Pajak. Pihak agen l ingin terjadinya l peningkatan kompensasi l guna untuk l meningkatkan kinerja l mereka, sedangkan l pihak principal tidak l ingin mengurangi l penghasilan yang l didapat dengan l cara menekan l beban l pajaknya. Manajemen l Pajak l Manajemen l pajak ialah l pemenuhan terhadap l kewajiban pajak l menggunakan cara l yang benar l namun menekan l serendah mungkin l jumlah pajak l yang dibayar l guna untuk l mendapatkan likuiditas l dan laba l yang diinginkan l (Suandy, l 2011). Tarif Pajak l efektif ( effective l tax l rate) digunakan pada l penelitian ini l untuk pengukuran l manajemen l Pajak. Tarif tersebut l digunakan karena l mampu menggambarkan l besarnya Pajak l yang dibayarkan l berdasarkan laba l perusahaan, sehingga l dapat mencerminkan l usaha manajemen l pajak dalam l meminimalisir kewajiban l pajak perusahaan l (Damayanti dan l Gazali, l 2018). Intensitas l Aset Tetap l PSAK l No. 16 Tahun l 2017 termasuk aset l tetap yaitu aset l berwujud yang l dibeli di muka atau dalam bentuk siap pakai, digunakan dalam usaha perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan operasi perusahaan normal. . perusahaan memiliki masa manfaat atau umur lebih dari satu tahun. Ardyansah dan l Zulaikha berpendapat bahwa l “perusahaan dengan aset l tetap yang l tinggi juga akan mengeluarkan biaya keuangan yang tinggi”. Ini karena jika perusahaan tidak mendepresiasi aset tetapnya dan memperhitungkan properti pribadi yang dimilikinya, seperti kendaraan, tidak semua penyusutan dapat diperoleh, jika pengguna akhir membawanya pulang. pemeliharaan, tetapi hanya 50%. (Afife dan Hasyim 2020). Menurut Wardani dan Putri (2018), “perusahaan dengan tingkat depresiasi aset tetap yang besar membayar pajak yang lebih rendah daripada perusaha an dengan tingkat depresiasi aset tetap yang lebih kecil.” Menurut l Henny dan Febrianti l (2016), “proporsi aset tetap l suatu perusahaan dapat l dihitung secara terpisah dari total l aset l perusahaan”. ## Profitabilitas Wariyah (2017: l 142) menjelaskan bahwa l rasio profitabilitas l yang sering disebut l dengan rasio profitabilitas adalah l metrik yang digunakan l untuk mengukur l kemampuan suatu perusahaan l dalam menghasilkan l laba atau l earning. Profitabilitas suatu perusahaan l menggambarkan perbandingan antara l keuntungan dan aset atau l modal yang l menghasilkan keuntungan. Laba l akuntansi adalah l selisih antara pengukuran l pendapatan dan l beban. Ketika suatu perusahaan l memperoleh laba, dapat l dikatakan bahwa l manajemen melakukan pekerjaan yang baik l untuk memaksimalkan l sumber l daya yang l dimiliki perusahaan l sehingga pendapatan l yang dihasilkan perusahaan l lebih besar l daripada biaya l yang l dikeluarkan. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) Leverage l Leverage l ialah rasio l yang mencerminkan l kemampuan perusahaan l untuk pemenuhan l kewajiban perusahaan l tersebut berkaitan l dengan pinjaman l jangka panjang l maupun pendek l (Setiawan dan l Kholiq, l 2016). Leverage menunjukkan l penggunaan utang l untuk membiayai l investasi. Hal l tersebut memengaruhi l timbulnya perbedaan l kepentingan antara l pihak prinsipal l dan l agen. Pihak manajer l sebagai agen l setuju dengan l penggunaan l utang, karena utang l akan menghasilkan l beban bunga l yang dapat l menjadi pengurang l pajak (Ardyansah l dan l Zulaikha, 2014). Namun l disisi l lain, pemilik perusahaan l (pemegang l saham) sebagai pihak l prinsipal tidak l setuju dengan l penggunaan l utang, hal tersebut l dikarenakan penggunaan l utang yang l tinggi dapat l menyebabkan risiko l kebangkrutan. Penelitian l Sinaga dan l Sukartha l (2018), l Susilowati, dkk (2018) menyatakan l bahwa kebijakan l pendanaan memengaruhi l manajemen pajak l yang dilakukan l oleh l perusahaan. Utang yang l digunakan sebagai l sumber pendanaan l akan menghasilkan l beban bunga l yang harus l dibayarkan. Ketika l semakin tingginya l leverage maka l beban bunga l yang timbul l juga akan l semakin l meningkat. Tingkat pembayaran l Pajak dapat l dipengaruhi oleh l hal l tersebut. ## Size l Ukuran l perusahaan l (size) ialah l skala dimana l perusahaan dapat l dikategorikan memiliki l ukuran kecil l atau l besar. Aset perusahaan l dapat menggambarkan l besar kecilnya l ukuran perusahaan l tersebut (Ardyansah l dan l Zulaikha, 2014). Menurut l teori l agensi, pihak manajemen l menggunakan ukuran l perusahaan untuk l memaksimalkan kompensasi l kinerja l manajer, yaitu dengan l menggunakan sumber l daya yang l perusahaan miliki l untuk meminimalisir l beban pajak l perusahaan (Darmadi l dan l Zulaikha, 2013). Namun l disisi l lain, ukuran perusahaan l yang besar l akan l memudahkan perusahaan l tersebut untuk l memasuki pasar l modal, sehingga l prinsipal menggunakan l kesempatan ini l untuk mendapatkan l dividen yang l tinggi (Arjana l dan l Saputra, 2017). Berkaitan l dengan sumber l daya, perusahaan l dengan ukuran l besar tentunya l akan memiliki l lebih banyak l sumber daya l yang dapat l dimanfaatkan. Pemanfaatan l sumber daya l tersebut di l antaranya yaitu l untuk mengembangkan l keahlian dalam l perencanaan pajak l dan mengatur l kegiatan perusahaan l dengan cara l penghematan pajak l dengan optimal l (Darmawan dan l Sukartha, l 2014). Size yang l besar cenderung l memiliki aset l yang l besar. Aset tersebut l dapat menjadi l pengurang beban l pajak l perusahaan, khususnya aset l tetap. Hal l tersebut dikarenakan l aset tetap l mengalami penyusutan l setiap tahunnya l (Ardyansah dan l Zulaikha, l 2014). Hipotesis Pengaruh l Intensitas Aset l Tetap terhadap l Manajemen Pajak l Aset l tetap adalah aset l berwujud yang l dimiliki oleh l perusahaan yang l digunakan dalam kegiatan l produksi, penyediaan l barang dan l jasa, serta l dapat disewakan kepada orang lain l untuk digunakan dalam kegiatan l produksi. Aset tetap Perusahaan selalu disusutkan selama jangka waktu tertentu dan Perusahaan menggunakan beban penyusutan untuk mengurangi hutang pajak. Karena biaya-biaya tersebut l akan mengurangi l keuntungan perusahaan, maka pajak l yang dikenakan l kepada perusahaan l akan lebih l rendah (Agustina l 2017). Survei Afifah l dan Hasymi l (2020) juga l menyatakan bahwa “aset l tetap tidak l berdampak pada pengelolaan keuangan”. Di sisi lain, penelitian Asneli (2018) menemukan bahwa "konsentrasi aset tetap berdampak signifikan terhadap pengelolaan keuangan dan investasi aset l tetap perusahaan l dapat mengurangi l pajak akibat penyusutan yang l berkaitan dengan aset l tetap." Berdasarkan penjelasan sebelumnya, konstruksi hipotesis survei ini adalah sebagai berikut: H1: Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap manajemen pajak. Pengaruh Profitablitas terhadap l Manajemen Pajak l Profitabilitas l dapat diartikan l sebagai kemampuan l pengelolaan aset l perusahaan yang l efektif dan l efisien untuk l memperoleh laba l perusahaan (Arianandini l dan l Ramantha, S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) 2018). Menurut l teori l agensi, profitabilitas yang l selalu meningkat l akan memotivasi l pihak prinsipal l untuk menjalin l kontrak dengan l tujuan untuk l menyejahterakan l dirinya. Namun disisi l lain, beban l Pajak akan l meningkat jika l profitabilitas l meningkat. Hal tersebut l akan mendorong l pihak agen l untuk berusaha l dalam meminimalisir l pajak, dengan l tujuan agar l laba perusahaan l tidak berkurang l karena adanya l beban Pajak l sehingga kompensasi l kinerja manajer l pun tidak l berkurang (Dewinta l dan l Setiawan, 2016). Profitabilitas l tinggi mampu l memanfaatan beban l amortisasi dan l penyusutan, serta l beban pengembangan l dan penelitian l sebagai pengurang l penghasilan kena l pajak, sehingga l dapat menggambarkan l kemampuan perusahaan l dalam mengelola l asetnya dengan l baik. Bahkan l profitabilitas yang l tinggi dapat l dimanfaatkan perusahaan l untuk memperoleh l keuntungan dari l adanya insentif l pajak, sehingga l tarif pajak l efektif yang l dihasilkan l rendah. Berdasarkan uraian l di atas l perumusan hipotesis l dari penelitian l ini l adalah: H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen pajak. Pengaruh Leverage l terhadap Manajemen Pajak Leverage l adalah metrik yang digunakan untuk l menentukan bagaimana perusahaan l dapat mengelola dan melunasi kewajibannya. Leverage ini termasuk beban bunga yang timbul atas hutang. Dalam perpajakan, beban bunga merupakan beban yang sah, yaitu beban yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak (SEP). Akibatnya, tarif pajak efektif perusahaan menjadi rendah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, konstruksi hipotesis survei ini adalah sebagai berikut: H3: Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap l manajemen l pajak. Pengaruh l Size terhadap Manajemen l Pajak Perusahaan l besar cenderung l membutuhkan modal yang l lebih banyak dibandingkan l dengan perusahaan l kecil l (Ardyansah, l 2014). Perusahaan menggunakan dana tersebut l untuk menambah jumlah aset l dan meningkatkan l keuntungan l perusahaan. Peningkatan ini konsisten dengan l penghargaan manajer untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan agensi. Ukuran perusahaan l juga dapat l digunakan untuk l mendapatkan insentif l pajak. Menurut Nicodeme l (2007), perusahaan l kecil tidak l optimal menangani pajak l karena kurangnya l tenaga ahli di bidang l ini, sehingga perusahaan l kehilangan kesempatan untuk l menerima insentif pajak l (Darmadi, l 2013). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, konstruksi hipotesis survei ini adalah l sebagai l berikut: H4 : Size berpengaruh l positif terhadap l manajemen l pajak. ## C. METODOLOGI PENELITIAN ## Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Sugyono (2016, 8), “Metode penelitian kuantitatif dapat dipahami sebagai metode penelitian yang didasarkan pada filosofi positivis, digunakan untuk mempelajari populasi atau sampel tertentu, mengumpulkan data dengan menggunakan alat penelitian, menganalisis data kuantitatif/statistik, untuk menetapkan hipotesis uji Data l yang dibutuhkan l dalam penelitian ini l adalah data l yang relevan dengan l tujuan penelitian l dan permasalahan yang l ada, sehingga l data yang l ada akan l dikumpulkan dan l diolah lebih lanjut l dengan teori- teori l yang l ada. Data yang l digunakan dalam l penelitian ini l dikumpulkan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) https://www.idx.co.id/. BEI) pada tahun 2018. -2020. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi Variabel l Penelitian l Variabel l adalah segala sesuatu yang l dapat membedakan l suatu nilai atau menambah suatu l variabel (Sekaran, l 2006). Dua variabel, variabel terikat dan variabel bebas, digunakan dalam penelitian ini. a. Variabel terikat (independent variable) adalah variabel l yang dipengaruhi l oleh variabel l lain. Variabel l terikat yang digunakan l dalam penelitian l ini adalah l manajemen l keuangan (Y). Perdagangan pajak l merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban perpajakan, tetapi jumlah pajak yang terutang dapat diminimalkan agar diperoleh profitabilitas dan likuiditas l yang diharapkan l oleh penguasa (Lumbantoruan, l 1996). Penelitian ini l menjelaskan bagaimana mengukur administrasi perpajakan dengan menggunakan l pendekatan tarif l pajak l efektif. Pendekatan tarif l pajak yang efektif l adalah margin laba sebelum pajak dari beban pajak l penghasilan perusahaan. Beban l pajak dan l laba sebelum l pajak penghasilan l badan disajikan pada laporan laba l rugi l perusahaan. Beban pajak l yang disajikan dalam l laporan keuangan l adalah jumlah pajak l yang terutang ditambah dengan l jumlah pajak tangguhan l yang terutang. Tarif pajak l efektif perusahaan l dapat diukur l dengan menggunakan l rumus yang l digunakan oleh Darmadi l dan Zulaikha l (2013): b. Variabel l bebas (independen l variabel) adalah l variabel yang l mempengaruhi variabel l lain baik l secara positif l maupun negatif l (Sekaran, l 2006). Variabel bebas l dalam penelitian l ini adalah l Intensitas Aset Tetap (X1), Profitabilitas (X2), Leverage (X3), Size (X4). ## Definisi Operasional Intensitas l Aset Tetap l Penelitian l ini menggunakan l indeks kepadatan aset tetap l untuk menggambarkan l jumlah aset tetap l yang dimiliki l perusahaan. Konsentrasi aset l tetap suatu perusahaan l dapat diperoleh l dengan menghitung nilai total l aset tetapnya relatif terhadap total l aset yang l dimiliki l perusahaan. Semakin tinggi l rasio ini, semakin l tinggi aset tetap l mewakili kepemilikan dalam total l aset l perusahaan. Jika tingkat l kepemilikan aset l tetap l tinggi, biaya penyusutan yang terkait dengan aset l ini juga l tinggi. Penyusutan akan bertindak l sebagai pengurang l dari pendapatan operasional bersih dan l mengurangi beban l pajak yang l harus dibayar l perusahaan. Aktiva tetap dan l total aktiva yang l digunakan untuk perhitungan disajikan dalam l laporan posisi l keuangan l perusahaan. Variabel intensitas l aset tetap l dirumuskan sebagai l berikut: ## Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari penggunaan aset atau modal selama periode tertentu. Dalam penelitian ini digunakan return l on assets (ROA) yang l merupakan l salah satu l rasio l profitabilitas. ROA juga l dapat dikatakan l sebagai ukuran perputaran l aktiva yang dimiliki l suatu perusahaan untuk l mengukur kemampuan l perusahaan dalam l menghasilkan laba l di masa l yang akan datang. Menurut Wardiyah l (2017:142) menyatakan l bahwa ROA l dapat dihitung l dengan: Effective Tax Rate (ETR) = Beban Pajak Penghasilan Laba Sebelum Pajak Intensitas Aset Tetap = Total Aset Tetap Total Aset S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total l Aset l Perhitungan l rasio ROA l dengan menggunakan l laba sebelum l pajak yang l tercantum dalam l laporan laba l rugi dan l penghasilan komperhensif l lain l perusahaan. Sedangkan untuk l total aset l tercantum dalam l laporan posisi l keuangan. Dasar l penggunaan laba l sebelum pajak l untuk menghitung l ROA dikarenakan l dengan menggunakan l laba sebelum l pajak dapat l mengetahui kemampuan l perusahan dalam l menghasilkan laba l yang berasal l dari aktivitas l operasi tanpa l terpengaruh oleh l keputusan investasi l dan l pajak. Leverage l Leverage l adalah rasio l keuangan yang l memperhitungkan total l utang (utang l jangka pendek l ditambah utang l jangka l panjang) terhadap total l aset l perusahaan. Leverage didapatkan l dari total l liabititas l (utang) dibagi l dengan total l asetnya (Steffi l dan l Meiriska, 2017). Rumus l yang digunakan l pada penelitian l ini yaitu l sebagai l berikut: Size l Ukuran l Perusahaan/ Size l adalah pengelompokkan l perusahan berdasarkan l besar kecilnya l perusahaan yang l digambarkan dengan l kegiatan operasional l dan pendapatan l perusahaan yang l diperoleh dari l kegiatan l operasionalnya. Ukuran perusahaan l diukur dengan l logaritma dari l total asset l perusahaan (Steffi l dan l Meiriska, 2017). Size l = LN (Total l Aset) ## Populasi dan Sempel Subyek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor pertanian dan pertambangan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020. Ada 73 perusahaan yang terdaftar di sektor pertanian dan pertambangan, namun peneliti meneliti 10 perusahaan. Pilih periode survei 3 tahun untuk membandingkan situasi perusahaan selama periode 3 l tahun. Dalam penelitian l ini pengambilan l sampel dilakukan l dengan cara l random sampling, lebih spesifiknya adalah intensional sampling. “Intentional sampling digunakan dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono 2016, 85). Kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Perusahaan di sektor pertanian dan pertambangan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020 2) Perusahaan di sektor pertanian dan pertambangan telah merilis laporan keuangannya untuk periode referensi 2018-2020 3) Perusahaan sektor pertanian dan pertambangan yang tidak mengalami rugi selama periode obervasi 2018-2020 4) Perusahaan l manufaktur menggunakan l rupiah dalam l laporan l keuangannya. 5) Data-data l yang dibutuhkan l untuk menganalisis l setiap variabel l dalam l penelitian. Jenis l data pada l penelitian ini l menggunakan data l sekunder. Data l yang digunakan l berupa laporan l tahunan (annual l reports) dari l perusahaan manufaktur l sektor pertanian dan pertambangan tahun l 2018 sampai 2020. Data l tersebut diperoleh dari l situs Bursa Efek l Indonesia l (BEI), yaitu l l www.idx.co.id. DAR = Total Liabilitas Total Aset S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) ## D. HASIL DAN PEMBAHASAN ## Uji Statistik Deskriptif Variabel Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ETR IAT ROA DAR SIZE Mean 0.382447 0.276423 0.065070 0.445613 18.67600 Median 0.326300 0.247300 0.047150 0.412000 18.23000 Maximum 0.921800 0.624800 0.281800 0.688300 24.23000 Minimum 0.246000 0.050100 0.001000 0.268500 13.96000 Std. Dev. 0.164324 0.139134 0.059963 0.129962 3.294481 Skewness 1.916475 0.986706 1.849907 0.370382 0.311194 Kurtosis 5.901283 3.846895 6.924837 2.039947 1.827478 Jarque-Bera 28.88618 5.764479 36.36622 1.838043 2.202719 Probability 0.000001 0.056009 0.000000 0.398909 0.332419 Sum 11.47340 8.292700 1.952100 13.36840 560.2800 Sum Sq. Dev. 0.783066 0.561393 0.104272 0.489812 314.7545 Observations 30 30 30 30 30 ## Sumber : data diolah, Eviews ## Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menghitung pengaruh dari variabel itensitas aset tetap, profitabilitas, leverage dan size terhadap manajemen pajak. Tabel 1 menunjukkan bahwa mean adalah mean dari data yang diperoleh l dengan menjumlahkan l semua data dan l membaginya dengan l jumlah data l (Winarno, l 2015: 3.9). Rerata terbesar l adalah variabel l SIZE, yaitu 18,67600, sedangkan ROA memiliki mean terkecil, 0,065070. Median adalah rata-rata ketika data diurutkan dari terkecil ke terbesar (jika data genap, itu adalah rata-rata dari dua mean) (Winarno, l 2015: 3.9). Rerata terbesar l yang dicatat oleh variabel l SIZE, adalah 18,23000, sedangkan variabel ROA memiliki mean terendah, 0,047150. Maksimum adalah nilai data terbesar (Winarno, 2015: 3.9). Variabel SIZE yaitu 24.23000 memiliki nilai maksimum terbesar, sedangkan variabel l ROA memiliki l nilai maksimum terkecil l yaitu 0,281800. Nilai l minimum adalah nilai terkecil dalam data l (Winarno, l 2015: 3.9). Nilai minimum terbesar l adalah variabel SIZE l yaitu 13.96000, sedangkan variabel ROA memiliki l nilai minimum l terkecil yaitu 0,001000. l Std. Raksasa (Standard l Deviation) adalah ukuran l varians atau range dari suatu data l (Winarno, l 2015:3.9). Nilai standar l deviasi maksimum yang dialami oleh variabel SIZE, adalah 3,294481; Artinya variabel LDR memiliki risiko perubahan yang lebih tinggi selama periode penelitian dibandingkan variabel lainnya. Sedangkan variabel ROA memiliki risiko paling l rendah sebesar l 0,059963. Hal ini l menunjukkan bahwa l variabel ROA l tidak banyak berubah selama masa l penelitian. Deviasi adalah l ukuran dari distribusi l data yang miring di l sekitar l mean. Variabel ETR dan ROA l memiliki nilai l lebih besar dari 0 (nol), yang l berarti penyimpangan distribusi l data di sekitar l mean berada di luar l normal, sedangkan variabel l IAT, DAR dan SIZE memiliki l nilai l sekitar 0 (nol ). Hal ini berarti l bahwa deviasi distribusi l data disekitar l mean adalah l normal. Kurtosis l Mengukur ketinggian l suatu l distribusi. Kurtosis suatu l data berdistribusi l normal adalah l 3. Bila l melebihi 3, maka l dikatakan leptokurtis l terhadap l normal. Bila kurang l dari 3, maka dikatakan datar l dibandingkan dengan l data l normal. Bila kurtosis l kurang dari l 3, distribusi l datanya datar l (platykurtic) dibandingkan l dengan data l berdistribusikan normal l (Winarno, l 2015: 3.10). untuk variabel l ETR, IAT dan ROA memiliki l nilai lebih l dari 3, berarti l S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) data tidak l normal, sementara l variabel DAR dan SIZE memiliki l nilai kurang l dari 3, berarti l data bersifat l normal. Jarque-Bera l adalah uji l statistik untuk menentukan apakah l data berdistribusi l normal. Pengujian ini l mengukur perbedaan l deviasi dan ketajaman data l dan membandingkannya apakah data l tersebut normal atau tidak. Untuk data l terdistribusi normal, uji l Jarquw-Bera dengan l H0 terdistribusi dengan 2 derajat l kebebasan X2. Probabilitas menunjukkan probabilitas bahwa nilai Jarque-Bera akan melebihi nilai yang diamati (dalam hal nilai absolut) di bawah l hipotesis l nol. Nilai probabilitas l yang kecil l cenderung menolak hipotesis l nol dari distribusi l normal. Mengingat probabilitas l variabel IAT 0,56009, DAR l 0,398909 dan SIZE 0,332419 (besar = 5%), kita tidak dapat menyangkal bahwa H0 terdistribusi normal dalam data. Tabel 2. Hasil Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.964482 (9,16) 0.5018 Cross-section Chi-square 13.002545 9 0.1625 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 Berdasarkan hasil l perhitungan diatas l nilai Probabilitas l Cross-section F dan l Cross- section l Chi- square > ɋ (0,05), maka l dapat disimpulkan l bahwa Commom Efect l Model l (CEM) lebh layak l digunakan dibandingkan l Fixed Effect l Model l (FEM). ## Tabel 3. Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 5.179652 4 0.2694 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 Berdasarkan l hasil perhitungan diatas l nilai Probabilitas l (Prob.) l Cross-section random l > ɋ (0,05) maka l dapat disimpulkan l bahwa Random l Effect Model l (REM) lebih l layak digunakan l dibandingkan Fixed l Efect Model l (FEM). ## Tabel 4. Langrange Multiplier Lagrange Multiplier Tests for Random Effects Null hypotheses: No effects Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided (all others) alternatives Test Hypothesis Cross-section Time Both Breusch-Pagan 1.010293 0.788369 1.798662 S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) (0.3148) (0.3746) (0.1799) Honda -1.005133 0.887902 -0.082895 -- (0.1873) -- King-Wu -1.005133 0.887902 0.374547 -- (0.1873) (0.3540) Standardized Honda -0.154052 1.398109 -2.512717 -- (0.0810) -- Standardized King-Wu -0.154052 1.398109 -1.537160 -- (0.0810) -- Gourierioux, et al.* -- -- 0.788369 (>= 0.10) *Mixed chi-square asymptotic critical values: 1% 7.289 5% 4.321 10% 2.952 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 Berdasarkan hasil l perhitungan diatas l nilai Probabilitas l Cross-section l Breausch- pagan l > ɋ (0,05) maka l dapat disimpulkan l bahwa Common Efect Model l (CEM) lebih layak l digunakan dibandingkan l Random Efect Model l (REM). ## Tabel 5. Kesimpulan Model Regresi Data Panel yang digunakan No Metode Pengujian Hasil 1 Uji Chow CEM vs FEM CEM 2 Uji Hausman REM vs FEM REM 3 Uji Lagrange Multiplier CEM vs REM CEM Berdasarkan l hasil ke l tiga pengujian l yang sudah l dilakukan maka l dapat disimpulkan l bahwa Model l Regresi Data l Panel yang l akan digunakan l dalam Uji l Hipotesis dan l persamaan Regresi l Data Panel l adalah model l Common Efect Model (CEM). Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas ETR IAT ROA DAR SIZE ETR 1.000000 0.053251 -0.510838 0.193944 0.357114 IAT 0. 053251 1.000000 -0.337474 -0.264637 0.320435 ROA -0.510838 -0.337474 1.000000 -0.239423 -0.125347 DAR 0.193944 -0.264637 -0.239423 1.000000 0.312424 SIZE 0.357114 0.320435 -0,125347 0.312424 1.000000 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 Dari output di atas dapat l dilihat tidak l terdapat variabel l indenpenden yang memiliki l nilai lebih l dari l 0.8, sehingga dapat l disimpulkan tidak l terjadi multikolinearitas dalam l model l regresi. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) ## Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Residual Cross-Section Dependence Test Null hypothesis: No cross-section dependence (correlation) in residuals Equation: Untitled Periods included: 3 Cross-sections included: 10 Total panel observations: 30 Note: non-zero cross-section means detected in data Cross-section means were removed during computation of correlations Test Statistic d.f. Prob. Breusch-Pagan LM 64.03486 45 0.0325 Pesaran scaled LM 0.952357 0.3409 Pesaran CD -0.476531 0.6337 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 Dari l output diatas l dapat dilihat l nilai l Prob. Breusch-Pagan l LM sebesar l 0.0325 < ɋ 0,05, maka l dengan demikian l maka Ha diterima l yang artinya l terjadi l heteroskedastisitas. Tabel 8. Hasil Uji F R-squared 0.420867 Mean dependent var 0.382447 Adjusted R-squared 0.328206 S.D. dependent var 0.164324 S.E. of regression 0.134685 Akaike info criterion -1.020749 Sum squared resid 0.453499 Schwarz criterion -0.787216 Log likelihood 20.31123 Hannan-Quinn criter. -0.946040 F-statistic 4.541995 Durbin-Watson stat 2.631477 Prob(F-statistic) 0.006782 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 Tabel 9. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R-squared 0.420867 Mean dependent var 0.382447 Adjusted R-squared 0.328206 S.D. dependent var 0.164324 S.E. of regression 0.134685 Akaike info criterion -1.020749 Sum squared resid 0.453499 Schwarz criterion -0.787216 Log likelihood 20.31123 Hannan-Quinn criter. -0.946040 F-statistic 4.541995 Durbin-Watson stat 2.631477 Prob(F-statistic) 0.006782 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) ## Tabel 10. Hasil Uji t Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.292219 0.169679 1.722187 0.0974 IAT -0.411246 0.232520 -1.768650 0.0892 ROA -1.689720 0.481924 -3.506195 0.0017 DAR -0.235557 0.240985 -0.977474 0.3377 SIZE 0.022426 0.009023 2.485485 0.0200 Sumber: Hasil output Eviews versi 10 ## Pengujian Hipotesis ## Uji Kelayakan Model (Uji F) Tabel l 8 menunjukkan bahwa nilai statistik l F adalah 4,541995, sedangkan pada panel F dengan taraf = 5%, df1 (k-1) = 4 dan l df2 (nk) = 25, nilai l tabel F adalah 2, 758710. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa F statistik (4,541995) > F Tabel l (2,758710) dan l nilai probe (F l statistik) 0,006782 < 0,05 Ha diterima, sehingga dapat l disimpulkan bahwa l terdapat variabel bebas dalam l penelitian. Ini l mencakup IAT, ROA, DAR, dan SIZE, yang bersama-sama memengaruhi ETR. ## Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Tabel 9, nilai l Adjusted R-squared l adalah 0,420867; Artinya variasi l kenaikan dan penurunan ETR dapat l dijelaskan oleh l 42 persen IAT, ROA, DAR dan SIZE, dan sisanya l 58 persen dapat dijelaskan l oleh variabel l lain. tidak l diselidiki dalam penelitian l ini. ## Uji T Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Manajemen Pajak Berdasarkan tabel 10, Nilai l t-statistic IAT sebesar l 1,768650, sementara l t Tabel l dengan tingkat l ɋ = 5%, df (n-k) = 25 didapat l nilai t Tabel l sebesar 2,059538. dengan l demikian t-statistic l IAT (-1,768650) < t Tabel l (2,059538) dan nilai l Prob. 0.0892 > 0,05. Maka l dapat disimpulkan l bahwa variabel l intesitas aset tetap (IAT) dalam penelitian l ini tidak l memiliki pengaruh l terhadap manajemen l pajak (ETR). Hasil l penelitian ini l sejalan dengan l penelitian Afifah dan Hasymi (2020) yang l juga menyatakan bahwa l aset tetap tidak l berdampak pada pengelolaan keuangan. Hasil l ini menunjukkan bahwa l peran konsentrasi aktiva tetap l perusahaan tidak l berpengaruh terhadap pengelolaan pajak l l perusahaan. Namun, melihat l sisi positif dari l hasil l penelitian, hal ini l menunjukkan bahwa l semakin tinggi proporsi aset l tetap, semakin l tinggi tarif l pajak l efektif. Semakin tinggi l tarif pajak l efektif l (ETR), semakin l buruk pengelolaan pajak l perusahaan. Pemusatan aktiva tetap berpengaruh positif dalam pengelolaan pajak atas aktiva tetap perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi tidak disusutkan, serta aktiva berwujud seperti kendaraan jika diberikan oleh pengguna pulang. , Anda tidak dapat mengumpulkan semua biaya penyusutan atau pemeliharaan, tetapi hanya 50%. Perhitungan beban penyusutan oleh perusahaan l dapat mempengaruhi l perhitungan beban l pajak yang l harus dibayar perusahaan. Namun menurut hasil l survei, proporsi aset tetap l tidak berpengaruh signifikan l terhadap pengelolaan keuangan. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) Pengaruh l Profitabilitas terhadap l Manajemen Pajak l Berdasarkan l tabel 10, Nilai l t-statistic ROA l sebesar 3,506195, sementara l t Tabel l dengan tingkat l ɋ = 5%, df (n-k) = 25 didapat l nilai t Tabel l sebesar 2,059538. dengan l demikian t-statistic l ROA (3,506195) > t Tabel l (2,059538) dan nilai l Prob. 0.0017 < l 0,05. Maka dapat l disimpulkan bahwa l variabel l propitabilitas (ROA) memiliki l pengaruh terhadap l manajemen pajak (ETR). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian l yang dilakukan l oleh Darmadi l dan Zulaikha l (2013); Ambarukmi l dan Diana l (2017) dan l Sinaga dkk. (2018) menemukan l bahwa profitabilitas l berpengaruh positif l terhadap transaksi l pajak. Hal ini l menunjukkan bahwa semakin l menguntungkan perusahaan maka semakin buruk pengelolaan pajak perusahaan tersebut. Kasus terburuk untuk pengelolaan keuangan menunjukkan kenaikan tarif pajak efektif (ETR). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Henny dan Febrianti (2016), Wijaya dan Febrianti (2017), dan Susilowati, Widyawati dan Nuraini (2018), yang penelitiannya menghasilkan keuntungan dan berdampak negatif terhadap transaksi pajak. Aspek negatif menunjukkan bahwa semakin menguntungkan perusahaan, semakin baik manajemen pajak perusahaan tersebut. Kasus administrasi perpajakan terbaik menunjukkan indikasi penurunan tarif pajak efektif (ETR). Pengaruh l Leverage terhadap l Manajemen Pajak l Berdasarkan l tabel 10, Nilai l t-statistic DAR sebesar l 0,977474, sementara t Tabel l dengan tingkat l ɋ = 5%, df (n-k) = 25 didapat l nilai t Tabel l sebesar 2,059538. dengan l demikian t-statistic l IAT (0,977474) < t Tabel (2,059538) dan l nilai l Prob. 0.3377 > 0,05. Maka l dapat disimpulkan l bahwa variabel l Leverage (DAR) dalam l penelitian ini l tidak memiliki l pengaruh terhadap l manajemen pajak (ETR). Peneliti l tidak menemukan l adanya pengaruh l signifikan antara l leverage dengan l manajemen l pajak, sehingga peneliti l beragumen bahwa l perusahaan tidak l mengutamakan utang l jangka panjang l ataupun utang l jangka pendek l dalam kegiatan l operasional perusahaan l melainkan lebih l mengutamakan equity l financing . Jikapun l perusahaan menggunakan l dana dari l pihak l eksternal, dana tersebut l digunakan perusahaan l untuk melakukan l investasi dan l akan menghasilkan l pendapatan di l luar usaha l perusahaan. Dengan l adanya pendapatan l tersebut maka l akan meningkatkan l laba perusahaan l sehingga beban l pajak perusahaan l semakin l besar. Adanya leverage l yang menimbulkan l beban pajak l sebagai deductable l expense yang l dapat dikurangkan l dalam penghasilan l kena l pajak, tidak mempengaruhi l perusahaan untuk l melakukan utang l sebesar-besarnya l dalam tahap l manajemen pajak l di l perusahaan. Maka dapat l dikatakan bahwa l leverage tidak l berpengaruh terhadap l manajemen pajak l pada penelitian l ini. Hasil l penelitian ini l selaras dengan penelitian l yang dilakukan l oleh (Wijaya l dan l Febrianti, 2017) dan l (Ardyansyah dan l Zulaikha, l 2014) yang menyatakan l bahwa leverage l tidak berpengaruh l signifikan terhadap l manajemen l pajak. Sedangkan, menurut l hasil penelitian l yang bertentangan l dengan penelitian l ini dilakukan l oleh Derashid dan l Zhang (2003) menjelaskan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen pajak. ## Pengaruh SIZE terhadap Manajemen Pajak Berdasarkan tabel 10, Nilai l t-statistic SIZE l sebesar 2,485485, sementara l t Tabel l dengan tingkat l ɋ = 5%, df l (n-k) = 25 didapat l nilai t Tabel l sebesar 2,059538. dengan l demikian t-statistic l ROA (2,485485) > t Tabel l (2,059538) dan nilai l Prob. 0.0200 < 0,05. Maka l dapat disimpulkan l bahwa variabel l (SIZE) memiliki l pengaruh terhadap l manajemen pajak (ETR). Hal tersebut dikarenakan ukuran l perusahaan l (size) besar l memiliki lebih l banyak sumber l daya yang l dapat dimanfaatkan l untuk mengembangkan l keahlian dalam l melakukan manajemen l pajak. Selain l itu, ukuran l perusahaan l (size) yang l besar cenderung l memiliki aset l yang l besar. Aset tersebut l dapat menjadi l pengurang beban l pajak l perusahaan, khususnya aset l tetap. Berkurangnya l beban pajak l perusahaan memberikan l gambaran bahwa l perusahaan tersebut l berhasil dalam l melakukan manajemen l pajak. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) Size l b erpengaruh terhadap l manajemen pajak l disebabkan karena l ukuran perusahaan l (size) yang l besar memiliki l sumber daya l yang lebih l besar yang l dapat dimanfaatkan l untuk mengembangkan l keahlian dalam l perencanaan pajak l dan mengatur l kegiatan perusahaan l dengan cara l penghematan pajak l dengan l optimal. Selain l itu, ukuran perusahaan l (size) yang l besar cenderung l memiliki aset l yang l besar. Dimana, aset l dapat menjadi l pengurang beban l pajak l perusahaan, khususnya aset l tetap. Hal l tersebut dikarenakan l aset tetap l mengalami penyusutan l setiap l tahunnya, sehingga berdampak l pada pembayaran l pajak yang l ditanggung oleh l perusahaan. Hasil l penelitian ini l sesuai dengan l teori l keagenan, dimana pihak l manajemen menggunakan l ukuran perusahaan l ( size) untuk l memaksimalkan kompensasi l kinerja l manajer, yaitu dengan l menggunakan sumber l daya yang l perusahaan miliki l untuk meminimalisir l beban pajak l perusahaan (Darmadi l dan l Zulaikha, 2013). Hasil l penelitian ini l selaras dengan l penelitian Darmadi l dan Zulaikha l (2013), Ardyansah l dan Zulaikha l (2014), Sinaga l dan Sukartha l (2018), Stamatopoulos l (2019) bahwa l size memengaruhi l manajemen l pajak. Namun, hasil l penelitian ini l tidak selaras l dengan penelitian l Imelia (2015), Henny l dan Febrianti l (2016), Fridagustina l dan Rahayu l (2016) bahwa l size tidak l memengaruhi manajemen l pajak. ## E. KESIMPULAN Berdasarkan l hasil dan l pembahasan dalam l penelitian ini l tentang pengaruh l Intensitas Aset Tetap, Profitabilitas, l Leverage, dan size , terhadap l manajemen pajak l dapat disimpulkan l bahwa variabel l Profitabilitas dan Size mempengaruhi manajemen pajak. Sedangkan Intensitas Aset Tetap dan leverage tidak mempengaruhi manajemen pajak. Keterbatasan l yang terdapat l dalam penelitian l ini adalah l penelitian yang l dilakukan terbatas l pada periode l 3 l tahun, pengukuran manajemen l pajak hanya l diukur menggunakan l effective tax l rate , variabel l independen yang l digunakan hanya l terbatas pada l variabel intensitas aset tetap, profitabilitas, leverage, dan size. Disarankan l agar peneliti l berikutnya dapat l melakukan penelitian l lanjutan dengan l menambahkan l variabel-variabel independen l yang kemungkinannya l dapat mempengaruhi l manajemen l pajak, baik itu l dari faktor l internal dan l juga eksternal l perusahaan. Yaitu l seperti: Fasilitas l Perpajakan, Pertumbuhan Pendapatan, Dewan Komisaris, Struktur Modal, Intensitas Persediaan, dan lain-lain. ## DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadim, K., Nardi Sunardi, S., Hendro Waryanto, W., Dessy Adelin, A., & Endang Kusmana, K. (2018). The Effects Of Bank Soundness With The RGEC Approach (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Of Leverage And Its Implications On Company’s Value Of State Bank In Indonesia For The Period Of 2012- 2016. IJER (International Journal of Economic Research) , 15 (11), 41-52. Devina, M., & Pradipta, A. (2021). Pengaruh Fasilitas Perpajakan , Return on Asset , Leverage , Ukuran Perusahaan , dan Intensitas Aset Tetap Terhadap Manajemen Pajak. Jurnal Akuntansi TSM, 1(1), 25 –32. http://jurnaltsm.id/index.php/ejatsm Hakim, L., Sunardi, N. (2017). Determinant of leverage and it's implication on company value of real estate and property sector listing in IDX period of 2011-2015. Man in India , 97 (24), pp. 131-148. Helentina, & Malau, H. (1967). Pengaruh Profitabilitas Dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951 – 952. , 465 , 106 –111. S S E E K K U U R R I I T T A A S S ( ( S S a a h h a a m m , , E E k k o o n n o o m m i i , , K K e e u u a a n n g g a a n n d d a a n n I I n n v v e e s s t t a a s s i i ) ) Husain, T., & Sunardi, N. (2020). Firm's Value Prediction Based on Profitability Ratios and Dividend Policy. Finance & Economics Review , 2 (2), 13-26. Kadim, A., & Sunardi, N. (2022). Financial Management System (QRIS) based on UTAUT Model Approach in Jabodetabek. International Journal of Artificial Intelligence Research , 6 (1). Kadim, A., Sunardi, N & Husain, T. (2020). The modeling firm's value based on financial ratios, intellectual capital and dividend policy. Accounting , 6(5), 859-870. Nardi Sunardi Et Al (2020). Determinants of Debt Policy and Company’s Performance, International Journal of Economics and Business Administration Volume VIII Issue 4, 204-213 Noviatna, H., Devi Safitri, dan, & Riau, U. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity Ratio dan Komisaris Independen terhadap Manajemen Pajak. Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis, 14 (1), 93 –102. https://jurnal.pcr.ac.id/index.php/jakb/ Nurfitriani, F., & Hidayat, A. (2021). Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Tingkat Hutang Dan Kompensasi Dewan Komisaris Dan Direksi Terhadap Manajemen Pajak. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 10 (1), 1 –18. https://doi.org/10.46367/iqtishaduna.v10i1.264 Nurjanah, M., Diatmika, I. P. G., & Yasa, I. N. P. (2018). Pengaruh profitabilitas, capital intensity ratio, size, dan leverage perusahaan pada manajemen pajak. E-Journal Universitas Ganesha, 8 (2), 1 –9. file:///Users/machintosh/Downloads/54-13354-1-SM.pdf Profitabilitas, P., & Perusahaan, U. (2020). Intensitas Aset Tetap dan Fasilitas Terhadap Manajemen Pendahuluan . 4 (1), 1 –12. Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020). Konsep Icepower (Wiramadu) sebagai Solusi Wirausaha menuju Desa Sejahtra Mandiri (DMS) pada Masa Pandemi Covid-19. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma) , 4 (1). Waharini, F. M., & Annisa, F. (2017). Manajemen Laba Dan Struktur Modal Terhadap Manajemen Pajak. Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi, 15 (1), 9 –19. https://doi.org/10.31603/bisnisekonomi.v15i1.1000 Wijaya, S. E., & Febrianti, M. (2017). Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Inventory Intensity, dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 19 (4), 274 –280. http://jurnaltsm.id/index.php/JBA/article/view/296 Wijayanti, R., & Muid, D. (2020). Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Inventory Intensity, Corporate Governance dan Capital Intensity Ratio Terhadap Manajemen Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018). Diponegoro Journal of Accounting , 9 (4), 1 –12. http://repository.fe.unj.ac.id/9369/3/Chapter1.pdf http://scholar.unand.ac.id/30399/2/BAB%201.pdf
b3275b0a-5635-4ad0-80e5-7d200f8a5877
http://journal.iaisambas.ac.id/index.php/edukatif/article/download/2657/2268
E-ISSN: 2745-4681 Volume 9 Nomor 2, Desember 2023 Halaman: 248-262 Evaluasi Program Model CIPP Pada Pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu Raya Abdul Pandi 1 , Siti Mania 2 , Muhammad Nur Akbar Rasyid 3 1,2,3 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Indonesia E-Mail: [email protected] ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi Pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris dengan model CIPP (Context, Input, Prosess, Product) yang dilaksanakan pada STITDAR Kubu Raya, Jenis Penelitian ini menggunakan kualitatif. Sumber data penelitian yaitu dosen mata kuliah Bahasa Inggris, wakil ketua bidang kurikulum, serta ketua prodi. metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan analisis komponen konteks dapat dikatakan bahwa jumlah mahasiswa, dosen dan sarana dan prasarana yang tersedia dapat dikatakan cukup memenuhi untuk melaksanakan proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris di STITDAR Kubu Raya sehingga dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan evaluasi input hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang sedang mencari ilmu pengetahuan, kurikulum, bahan ajar, dosen, serta sarana belajar merupakan alat yang dapat membantu mencapai sebuah tujuan pembelajaran hal ini perlu dipertahankan serta dikembangkan. Berdasarkan analsis data menyebutkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sudah terpenuhi dan memenuhi standar yang telah ditetapkan bersama serta harus tetap terjaga selama proses pembelajaran berlangsung. Dan hasil belajar menunjukkan bahwa mahasiswa pada STITDAR Kubu Raya selama proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris dapat dikatakan cukup baik atau efektif berdasarkan data nilai yang diperoleh mahasiswa. Kata Kunci: Evaluasi Program; Model CIPP; Pembelajaran ## Abstract This research aims to evaluate the CIPP (Context, Input, Process, Product) model program implemented at the Darul Ulum Kubu Raya Tarbiyah College of Science. This type of research uses qualitative. Sources of research data are English lecturers, deputy head of curriculum, and head of study program. data collection methods: observation, interviews and documentation. Based on the context component analysis, it can be said that the standard is that the name of the college is clearly visible, the number of students, lecturers and the facilities and infrastructure available can be said to be sufficient to carry out the English language learning process at the Darul Ulum Kubu Raya Tarbiyah College of Science so that it can be carried out well. . Based on the input evaluation, it can be said that students who are looking for knowledge, curriculum, teaching materials, lecturers, and learning facilities are tools that can help achieve a learning goal. This needs to be maintained and developed. Based on data analysis, it is stated that the learning process carried out has been fulfilled and meets the standards that have been set together and must be maintained throughout the learning process. And the learning results show that students at the Darul Ulum Kubu Raya Tarbiyah College of Science during the learning process for English courses can be said to be quite good or effective based on the value data obtained by the students Keyword : Program Evaluation; CIPP Model; Learning ## Pendahuluan Pendidikan salah satu kebutuhan yang signifikan untuk kemajuan intelektual sebab mereka inilah bagsa dan negara menjadi negara maju dan berkembang sesuai dengan harapan para pejuang bangsa. Untuk mencapai sebuah kemajuan, maka para intelektuan diharap memiliki kemampuan komunikasi dengan masyarakat dari berbagai belahan dunia salah satunya ialah bahasa Inggris (Rahman et al., 2022). Indonesia memasukkan bahasa Inggris kedalam mata kuliah diawal semester guna meningkatkan kemampuan berbahasa para mahasiswa dan mahasiswi diseluruh perguruang tinggi dalam mencari referensi yang menggunakan bahasa inggris. Begitu juga di STITDAR Kubu Raya mata kuliah bahasa inggris dilaksanakan pada awal semester yang di sampaikan oleh dosen yang berpengalaman dibidangnya. Bahkan para dosen bahasa Inggris selalu berinovasi dalam penyampaian materi agar modah dipahami oleh mahasiswa. Keberhasilan mahasiswa mendapatkan hasil merupakan bukti utama dalam mengikuti proses belajar melalui pendidikan. Sedangkan proses belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya ialah pendidik, mahasiswa, kurikulum dan sarana dan prasarana yang terdapat dilingkungan STITDAR Kubu Raya. Untuk mengetahui tercapainya sebuah tujuan proses pembelajaran maka dosen dianggap perlu mengadakan evaluasi, maka dalam hal ini model CIPP ( Context, Input, Prosess, dan Product ) (Ibrahim, 2018). menjadi pilihan untuk mengadakan evaluasi pada mata kuliah Bahasa Inggris di STITDAR Kubu Raya. Pemilihan suatu model tergantung pada kemampuan evaluator, tujuan dan objek yang akan dievaluasi. Proses evaluasi dilakukan dengan memfokuskan dengan jelas pada proses perbaikan dan pertanggung jawaban pada hasil dan harus dioperasikan sesuai dengan titik intervensi (objek dalam atau program) untuk perubahan (Nurhakim & Fahruddin, 2022). Maka informasi yang diperoleh dari program evaluasi CIPP sebagai tolak ukur semua mata kuliah dimasa yang akan datang dan semester berikutnya. Selanjutnya yang akan berhubungan dengan sistem pendidikan yang dilaksanakan seperti memelihara, mengembangkan, membina, mendidik yang dilakukan oleh para guru/dosen/murobbi/mu’allim sebagai seorang pendidik yang dapat menentukan kualitas intelektual dimasa yang akan datang sehingga akan terbentuk akhlah/budi pekerti yang baik (Sartika, 2022). Maju mundurnya sebuah bangsa dan negara disebakan oleh majunya pendidikan, sebab pendidikan merupakan kunci majunya sebuah bangsa dan negara. Dalam rangka terbentuknya akhlak mulia demi tercapainya sebuah peradaban dan martabat bangsa. Selain itu juga tujuan dari mengembangkan potensi para siswa terbentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, berakhlak, krearif, inovatif, demokratis serta mandiri dan bertanggung jawab dalam menjalankan roda kehidupan dimasyarakat. Kalimat evaluasi dalam proses belajar mengajar setiap program selalu dilakukan evaluasi pada akhir kegiatan. Maka dalam hal ini evaluasi diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan apakah pembelajaran tercapai atau masih terdapat hal yang perlu diperbaiki. Evaluasi program ialah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi ketercapaian atau keberhasilan sebuah kegiatan yang telah direncanakan (Dalmia & Alam, 2021). Dengan evaluasi dapat diketahui persoalan setiap proses pembelajaran. Menurut Dedi Lazwardi mengatakan bahwa evaluasi itu ialah sesuatu yang membedakan antara yang ada dengan sesuatu yang memiliki standar apakah terdapat selisih atau tidak(Bhakti, 2017). Pendapat lain juga mengatakan bahwa evaluasi adalah sebuah prosedur atau kegiatan yang dikerjakan secara teratur dan salah satu tahap akhir dalam sebuah proses kegiatan (Rahman et al., 2022). Sedangkan hakekat evaluasi menurut Undang – undang Nomor 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang didalam pasa 57 ayat (1) ialah evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas dan penyelenggaraan mutu pendidikan kepada pihak-pihak yang memeiliki kepentingan, diantaranya ialah peserta didik, lembaga dan program Pendidikan (SISDIKNAS, 2022). Maka suatu evaluasi dapat dikatakan baik jika memiliki kriteria-kriteria tertentu seperti apa yang dikatakan oleh Smitth bahwa evaluasi ialah Validitas , dan Obyektifitas dan Prakticabilit y (Cherek et al., 1983). Berdasarkan dari evaluasi tersebut maka akan berdampak terhadap motivasi guru, dosen, mu’allim serta kepda siswa/peserta didik. Berdasarkan hasil evaluasi yang baik maka didapatkan motivasi baik yang diberikan kepada mahasiswa dan dosen. Dalam proses pembelajaran evaluasi terdapat beberapa jenis evaluasi pendidikan yang digunakan dari beberapa jenis evaluasi tersebut terdapat banyak perbedaan namun mempunyai maksud dan tujuan untuk mengumpulkan data dan mencari informasi tentang obyek penelitian yang dievaluasi, yang bertujuan, untuk mengadakan bahan penelitian dan menentukan keberlanjutan penelitian. Munculnya model evaluasi disebabkan oleh manusia yang merasa ingin tahu lebih dalam tentang pengukuran pendidikan, ilmu pendidikan, perilaku, dan seni (Ichsan et al., 2023). Evaluasi sangat berperan efektif dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan guna mengetahui atau memperbaiki metode, strategi atau bahan ajar yang mesti disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Jaya & Ndeot, 2019). Terdapat tiga aspek dalam proses pembelajaran aspek yaitu (kognitif, afektif, dan psikomotor) (Herpratiwi, 2016). Evaluasi hasil belajar dilakukan oleh mahasiswa agar mampu memahami materi pembelajaran dan menerapkan teori pembelajaran yang diperoleh dalam kehidupan sehari- hari. Keberhasilan utama dalam belajar bagi mahasiswa yang berprestasi yaitu mahasiswa bisa menuntut ilmu yang didapatkan dari pendidikan baik secara formal, non formal dan informal. Mahasiswa, dosen, kurikulum, alat pembelajaran (Herpratiwi, 2016). Dalam suatu pembelajaran perlu dilakukan evaluasi guna mengetahui apakah sudah tercapai atau tidak suatu pembelajaran tersebut menggunakan model CIPP (Context, Input, Prosess, Product). Model evaluasi ini untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa dalam menguasai materi yang dipelajari oleh karena itu seorang dosen selalu mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh mahasiswa. Model CIPP ini merupakan acuan untuk peningkatan dan memperbaiki pembelajaran dalam waktu ke depan. Evaluasi adalah keinginan dosen untuk mendapatkan informasi hasil belajar mahasiswa dari ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Maka dalam proses pembelajaran evaluasi model CIPP perlu dilakukan. Beberapa studi telah menerapkan model evaluasi CIPP ataupun model evaluasi lainnya dalam program pembelajaran atau semacamnya. Salah satunya dilakukan oleh Akhmad et al. (2023) yang melakukan evaluasi terhadap Pembelajaran Jarak Jauh yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Pembangunan Indonesia dengan menggunakan model CIPP. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Abu Huraerah et al. (2023) mengevaluasi bagaimana keberhasilan program Tahfizhul Quran di sebuah Pondok Pesantren yang Bernama Ponpes Assalaam di Manado dengan menggunakan Model CIPP. Penelitian yang menggunakan model yang sama, CIPP juga dilakukan oleh Bhakti (2017) dengan fokus evaluasi pada program pembelajaran IPA. Kedua penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Haryati et al. (2023) terkait evaluasi pembelajaran Statistik Pendidikan di STAI Al Khairaat Labuha dengan menggunakan model evaluasi Discrepancy dan Kirkpatrick. Berdasarkan dengan penelitian diatas, terkait dengan pembelajaran model evaluasi CIPP, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan model CIPP, evaluasi Konteks pembelajaran mata kuliah bahasa inggris, Input pembelajaran mata kuliah bahasa inggris, proses pembelajaran mata kuliah bahasa inggris dan hasil pembelajaran mata kuliah bahasa inggris. ## Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif menggunakan model CIPP (context, input, process, product). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif kemudian data yang diperoleh dideskripsikan secara narasi. Penelitian ini dilakukan di STITDAR Kubu Raya. Kelas yang digunakan untuk penelitian yaitu mahasiswa semester pertama pada Mata Kuliah Bahasa Inggris. Pendekatan yang digunakan ialah kualitatif. Dari data yang dikumpulkan, dijelaskan secara narasi. Sehingga sepanjang melakukan penelitian, dimulai dari awal observasi, tahap mengumpulkan data, laporan dan Simpulan. Dan hasil dari penelitian tersebut dinarasikan. Analisis pada instrumen dalam penelitian ini divalidasi oleh ahli/pakar yang berisi indikator. Dalam penilaian digunakan skor nilai 1-4 pada lembar validasi. Berdasarkan indikator tersebut maka masing-masing indikator memiliki skor yang berbeda untuk mencapai ketercapaiannya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: Pertama, o bservasi: dilakukan untuk pengamatan evaluasi program pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris menggunakan model CIPP. Kedua, wawancara: dalam membuat kerangka pertanyaan dahulu sebelum subjek penelitian diwawancarai, dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris menggunakan metode CIPP di STITDAR Kubu Raya. Ketiga, dokumen yang dimiliki oleh dosen pengampu mata kuliah sebagai perolehan data (Creswell, 2007). Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek pengumpulan data ialah 1 orang Wakil ketua I yang akan membidangi kurikulum, 2orang Ketua program studi, 1 orang dosen mata kuliah bahasa Inggris dan 3 orang mahasiswa/i. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif, dimana tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Analisa dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul. ## Hasil Penelitian Pembahasan terkait evaluasi mata kuliah Bahasa Inggris di program studi Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dapat kami paparkan berdasarkan rumusan masalah. ## Program evaluasi konteks pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris Lokasi penelitian evaluasi program dilaksanakan di STITDAR Kubu Raya Provinsi Kalimatan Barat pada Pragram studi Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang sedang berada di semester awal/ganjil 2023-2024. Berdasarkan hasil analisis dokumen yang di peroleh dapat dijelaskan bahwa masing-masing kelas jumlah mahasiswa terdiri antara 25-30 mahasiswa/i jadi dua kelas yang di ambil menjadi 48 mahasiswa/i. Sarana pembelajaran layak digunakan dalam proses pembelajaran didalam kelas dan Prasarana juga sangat mendukung terlaksananya pembelajaran bahasa inggris yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa didalam kelas. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan ketua program studi mengatakan bahwa jumlah dosen keseluruhan berjumlah 23 orang dan 1 orang dosen Bahasa Inggris maka dengan jumlah robel hanya 2 kelas maka dosen mata kuliah bahasa inggris telah terpenuhi. Dan berdasarkan hasil observasi dan analisis dokumen yang diperoleh dari lapangan maka keadaan bagunan pada STITDAR Kubu Raya di anggap sudah dapat terpenuhi untuk dipergunakan melaksanakan proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris. Terdapat Ruang belajar 8 kelas, 1 untuk ruang sidang, Ruang Ketua, Wakil Ketua, LPM, Akademik, Kaprodi, Sekprodi, Perpustakaan, LP2M, Laboratorium, masjid, toilet, kantin dan lahan parkir dosen dan mahasiswa. Maka secara garis besar komponen konteks memenuhi standar yang telah ditentukan bahwa jumlah mahasiswa dan dosen juga memenuhi standar termasuk sarana dan prasarana yang tersedia dapat dikatakan cukup memenuhi untuk melaksanakan proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris di STITDAR Kubu Raya sehingga dapat terlaksana dengan baik. Hal ini sesuai dengan penyataan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikutip oleh Suharsimi, “Sarana Pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien” (Nurhayati, 2022). Ini membuktikan bahwa semua lembaga pendidikan diharapkan memenuhi semua kebutuhan masyarakat. ## Program evaluasi komponen Input pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris Sajian input dalam penelitian ini meliputi: (1) Mahasiswa, (2) Kurikulum (3) bahan ajar, (4) dosen, dan (5) sarana belajar. Komponen input dapat dijelaskan sebagai berikut: terkait aspek mahasiswa, berdasarkan hasil temuan dilapangan melalui data dokumen dapat diketahui bahwa mahasiswa yang mengikuti pembelajaran mata kuliah bahasa inggris pada program studi Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul ulum Kubu Raya terdapat sebanyak 48 mahasiswa aktif dari 2 program studi mendapatkan nilai dengan baik. Terkait aspek Kurikulum, dari hasil temuan dari data dokumen yang dilakukan peneliti maka kurikulum yang digunakan pada kedua prodi untuk mata kuliah bahasa inggris pada STITDAR Kubu Raya menggunakan kurikulum berbasis KKNI, Silabus dibuat oleh dosen pengampu, menyiapkan alat bantu untuk pembelajaran, presentasi menggunakan power point dan menyiapkan program audio yang disediakan. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka proses pelaksanaan mata kuliah bahasa inggris dapat terlaksana dengan baik karna terpenuhinya semua kriteria pembelajaran. Hasil analisis dokumen tersebut diperkuat dengan data hasil wawancara dengan beberapa pejabat kampus diantaranya ialah: Bapak M. Jali, M. Pd sebagai wakil ketua I yang menyatakan bahwa: Mahasiswa aktif yang mengikuti perkuliahan bahasa Inggris berjumlah 48 orang dari dua prodi yang berada di STITDAR Kubu Raya, dan para dosen membuat silabus masing-masing berdasarkan dengan kurikulum yang digunakan oleh STITDAR Kubu Raya yang berbasis KKNI. Pernyataan dari wakil ketua I tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah seorang dosen bahasa Inggris Bapak Khatibul Umam, M. Pd ia menyatakan bahwa: Apa yang disampaikan oleh wakil ketua I memang benar adanya bahwa mahasiswa dari ke dua program studi itu hanya berjumlah 48 mahasiswa sesuai dengan absen yang saya pakai, Dosen juga dituntut untuk membuat silabus di awal pertemuan atau semester sebagai rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum KKNI. Saya juga sebagai dosen menyiapkan alat bantu dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa untuk mempermudah mahasiswa memahami mata kuliah bahasa Inggris. Data hasil wawancara dengan pengelola tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa atas nama Soleh yang menyatakan bahwa: Betul pak, Jumlah dikelas saya di prodi Manajemen Pendidikan Islam hanya berjumlah 25 orang mahasiswa dan di prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 23 orang mahasiswa, Ia pak, semua dosen setiap awal semester menyerahkan silabus yang dibuat oleh masing-masing dosen sebagai landasan kami untuk menerima materi perkuliahan dari semua dosen, dan semua dosen di minta menyiapkan alat bantu dalam menyampaikan materi terutama mata kuliah bahasa Inggris. Terkait aspek Bahan Ajar, berdasarkan penelusuran peneliti melalui dokumen ditemukan bahwa bahan ajar yang digunakan oleh dosen untuk memberikan materi perkuliahan ialah menggunakan Silabus, RPS yang di buat oleh dosen berdasarkan atau mengacu kepada Kurikulum KKNI sehingga penyampaian materi tidak akan keluar dari jalur yang telah ditetapkan secara nasional. Selanjutnya silabus yang dirancang oleh dosen diberikan kepada mahasiswa dan dipresentasikan tiap pertemuan satu materi, setelah dipresentasikan dosen memberikan penguatan terhadap materi yang disampaikan oleh mahasiswa. Bahan ajar mata kuliah Bahasa Inggris juga didukung dengan adanya diklat, pelatihan dan seminar dalam rangka meningkatkan penyediaan pendukung bahan ajar selain silabus atau RPS. Program Audio, Power Poin serta makalah yang dibuat oleh mahasiswa. Oleh karena itu ketersediaan bahan ajar yang di lakukan oleh dosen dapat dipertahankan atau bahkan diperkuat dengan mengikut sertakan para dosen dalam kegiatan Hasil analisis dokumen tersebut diperkuat dengan data hasil wawancara dengan kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Bapak Salito, M. Pd mengatakan. Apa yang diperoleh dari data dokumen itu benar, bahwa dosen menyiapkan silabus dan RPS untuk diberikan ke mahasiswa sebagai acuan materi yang akan di presentasikan oleh mahasiswa setiap pertemuan, mahasiswa juga dibebani dengan membuat makalah sebagai bahan presentasi setiap pertemuan disamping itu juga semua dosen diharapkan untuk memberikan penguatan dengan menggunakan power poin, apalagi mata kuliah bahasa inggris dosen menyediakan program audio juga sebagai tambahan dalam memahami bahasa asing. Diperkuat juga oleh kaprodi Manajemen Pendidikan Islam Ibu Samiyah, M. Pd menegaskan. Saya juga minta kepada semua dosen tanpa terkecuali dosen bahasa inggris untuk membuat bahan ajar untuk di sampaikan setiap pertemuan sebagai penguat dari materi yang disampaikan oleh mahasiswa. Bahkan saya juga menegaskan bekerjasama dengan keuangan jika dosen tidak menyerahkan silabus dalam waktu dua bulan maka saya minta tidak mengeluarkan tunjangannya. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah seorang dosen bahasa Inggris yang menyatakan bahwa: Betul sekali pak, semua dosen membuat bahan ajar untuk memberikan penguatan kepada mahasiswa setelah mereka melakukan presentasi dikelas, lalu dosen memberikan penguatan dengan bahan ajar yang disediakan oleh dosen masing- masing, apalagi saya sebagai dosen mata kuliah bahasa inggris serasa sangat wajib untuk membuat bahan ajar yang akan diberikan setiap pertemuan kepada mahasiswa kami. Data hasil wawancara dengan pengelola tersebut juga sejalan dengan hasil Wawancara dengan salah seorang mahasiswi atas nama Romiatun menyatakan: Menurut saya semua dosen di STITDAR Kubu Raya membuat bahan ajar, apalagi dosen bahasa inggris, setiap kali pertemuan pasti memberikan penguatan dengan dibantu dengan bahan ajar seperti power poin kadang audio dan lainnya tergantung dari ketersediaan bahan ajar yang dibuat oleh dosen. Terkait aspek Dosen, Jumlah dosen yang terdapat di STITDAR Kubu Raya hanya 23 orang sedangkan yang mengampu mata kuliah bahasa inggris 1 orang dosen. Dosen tersebut termasuk dosen tetap Yayasan Darul Ulum Kabupaten Kubu Raya dan berlatar belakang pendidikan Magister Pendidikan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari dokumen maka diperkuat juga dengan hasil wawancara dengan bapak Khatibul Umam, M. Pd sebagai dosen mata kuliah Bahasa Inggris ia mengatakan: Alhamdulillah pak, saya memiliki pengalaman mengajar kurang lebih 4 tahun serta memiliki pengalaman mengajar di Perguruan Tinggi sekitar Kabupaten Kubu Raya. Diperkuat juga oleh Bapak Jali, M. Pd sebagai wakil ketua I bagian kurikulum mengatakan: Semua dosen disini, diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh beberapa kampus baik lokal maupun Nasional untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam merancang silabus/RPS dan melakukan proses penilaian akhir semester. Disamping itu hasil wawancara dengan ketua program studi mengatakan bahwa dosen di ikutsertakan dalam beberapa kegiatan yang diadakan oleh DIKTI atau Kopertais XI berkaitan dengan rancangan silabus, RPS dan penguatan pengalaman mata kuliah termasuk mata kuliah Bahasa Inggris. Maka berdasarkan hasil dari temuan dari evaluasi input peningkatan kualitas dosen terus dilakukan dengan baik, maka perlu dipertahankan kegiatan tersebut agar tetap meningkatkan kemampuan semua dosen termasuk dosen Bahasa Inggris guna meningkatkan mutu pembelajaran diperguruan tinggi khususnya di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu Raya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 37 tahun 2009 pasal 1 tentang dosen menyatakan bahwa: dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Himpunan Peraturan Perundang-undangan, 2011). Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Himpunan Peraturan Perundang-undangan, 2011). Sarana Belajar Mahasiswa , Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui observasi diperoleh data tempat belajar/ruangan kelas yang digunakan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu raya dalam proses perkuliahan menggunakan sistem tatap muka memiliki kelayakan yang baik hal ini sesuai dengan pernyataan wakil ketua II bagian sarana dan prasarana bahwa sarana didalam kelas terdapat Infokus/proyektor yang dapat di gunakan oleh dosen dan mahasiswa pada saat proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris dan lainnya, ruang belajar, ruang perpustakaan, masjid terpenuhi dengan baik. Bedasarkan data yang diperoleh dari dokumen menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan, koleksi buku perpustakaan yang masih belum memiliki berbagai referensi serta dilihat dari data pemakaian/peminjaman buku di perpustakaan walaupun belum terpenuhi membuktikan bahwa perpustakaan sering dikunjungi mahasiswa untuk belajar. Ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara dengan dosen bahasa inggris yang menyebutkan bahwa: Saya berusaha untuk melengkapi semua akses yang dapat disediakan untuk mahasiswa, akan tetapi referensi buku bahasa inggris masih sedikit karna dalam penyediaan buku referensi banyak mata kuliah yang harus disediakan, jadi mahasiswa menggunakan buku sesuai apa yang ada didalam perpustakaan kampus. Ketersedian sarana dan prasarana tentu akan membantu mahasiswa dan dosen dalam hal mencapai sebuah tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu alat yang dapat meningkatkan dan keuntungan harus tetap dipertahankan hal ini sesuai dengan pernyataan tentang sumber daya yang diartikan sebagai suatu alat yang berguna untuk mencapai tujuan atau kemampuan memperoleh keuntungan dan kesempatan yang ada (Onsardi, 2020). Berdasarkan hal tersebut dapat kita pahami bahwa mahasiswa yang mencari ilmu pengetahuan, kurikulum mata kuliah bahasa inggris, bahan ajar mata kuliah bahasa inggris, dosen, dan sarana belajar merupakan alat yang dapat membantu mencapai sebuah tujuan dan perlu dipertahankan bahkan dikembangkan. ## Program evaluasi komponen proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris Berdasarkan data yang diperoleh melalui dokumen bahwa STITDAR Kubu raya memiliki standar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2012, bahwa perguruan tinggi dalam penyusunan kurikulum memiliki otonomi, untuk mencapai hasil yang optimal, bagus dan memuaskan (Zulkifli et al., 2020). Berdasarkan tujuan tersebut maka semua mahasiswa STITDAR Kubu Raya harus mengikuti mata kuliah dasar salah satunya mata kuliah Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Rencana Pelaksanaan Semester yang telah dibuat oleh dosen di implementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Syarat dalam pelaksanaan pembelajaran data diperoleh melalui observasi kepada dosen mata kuliah Bahasa Inggris, wakil ketua bidang kurikulum dan ketua prodi serta didukung data dokumentasi. Syarat pembelajaran yaitu jumlah mahasiswa dalam satu kelas adalah jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Bahasa Inggris pada STITDAR Kubu Raya sebanyak 25-30 orang mahasiswa. Oleh karena itu mata kuliah Bahasa Inggris sesuai dengan standar yang ditentukan, maka dengan demikian berdasarkan data yang diperoleh pada tahap proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris pada program studi di STITDAR Kubu Raya perlu dipertahankan mengikuti standar kelas yang sudah ditetapkan bersama, dalam hal ini rekomendasi selanjutnya agar tetap mengikuti perkembangan pembelajaran melalui teknologi-teknologi yang selalu berkembang. Kedua berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data dokumen dapat dijelaskan beban kerja dosen. Beban kerja dosen atau (BKD) mencakup beberapa aspek diantaranya ialah: a. Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, b. Memberikan pelayanan ke mahasiswa, c. Penghargaan yang diberikan sesuai Indikator Kinerja Utama pada STITDAR Kubu Raya Jumlah sub unsur memiliki kontribusi pada pencapaian Indikator Kinerja Utama pada STITDAR Kubu Raya, d. Pendidikan Formal serta Sertifikat Profesional dosen, e. Pelaksanaan Pendidikan, Pelaksanaan Penelitian pelaksanaan PKM terkadang masih belum maksimal, sebagai bahan pembelajaran masing-masing mahasiswa wajib memiliki modul mata kuliah Bahasa Iinggris, materi dan metode yang dibahas dalam pembelajaran mengikuti silabus yang telah disesuaikan dengan kerangka kurikulum KKNI. Observasi dilapangan diperoleh data sebagaimana tabel ini: Tabel: 3. Nilai Proses Pelaksanaan Pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris di STITDAR Kubu Raya Proses Pelaksanaan Pembelajaran Rerata Skor Klasifikasi Tidak Efektif Kurang Efektif Cukup Efektif Efektif Pengelolaan kelas dan saran pembelajaran 3,7 * Pelaksanaan proses pembelajaran 3,1 * Interaksi antara dosen dan antar mahasiswa 3,2 * Selalu berisikap terbuka pada saat proses pembelajaran dan pada saat diskusi 3,3 * Menyampaikan kemampuan khusus materi mata kuliah tertentu 3,4 * Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar 3,4 * Kesan umum kinerja dosen 3,2 * Dari beberapa data dan pembahasan diatas maka maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris yang terdapat di STITDAR Kubu Raya dapat dikatakan cukup efektif karna didukung dengan adanya kelengkapan jumlah mahasiswa yang sesuai dengan standar yang ditentukan, kelengkapan silabus, RPS serta metode pembelajaran, pengelolaan kelas yang baik. Hal tersebut dilihat dari tabel data diatas bahwa dalam semua aspek pelaksanaan pembelajaran mendapat skor lebih dari 3,0. Tidak hanya data yang diperoleh dari dokumen akan tetapi data yang diperoleh dari wawancara kaprodi Manajemen Pendidikan Islam Ibu Samiyah, M. Pd menyebutkan bhawa: Mahasiswa yang terdapat disetiap kelas tidak melebihi standar yang telah di tetapkan dan semua dosen melaksanakan proses pembelajaran semua mata kuliah tanpa terkeculi mata kuliah bahasa inggris sesuai dengan silabus yang dibuat di awal pertemuan serta dibagikan ke semua mahasiswa baik prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah juga diberikan pelayanan yang sama. Dosen juga memenuhi satndar BKD dalam setiap semester. Serta melakukan penilaian sesuai dengan format yang telah ditentukan dari STITDAR Kubu Raya. Hasil dari wawancara dosen pengampu mata kuliah bahasa inggris memperkuat pernyataan kaprodi: Jumlah mahasiswa tidak melebihi standar hal ini sesuai dengan absen yang saya pegang disitu masing-masing tertera jumlah mahasiswanya, terkait dengan proses, saya melaksanakan pembelajaran setiap minggu sampai 16 kali pertemuan karna sesuai dengan silabus yang telah dibuat saya di awal pertemuan dan diberikan ke mahasiswa untuk dipresentasikan dan saya juga memberikan penguatan setiap akhir materi yang disampaikan oleh mahasiswa. Saya juga melakukan tridharma perguruan tinggi yang dikemas dengan melaksanakan pembelajaran, penelitian dan PkM sehingga memenuhi laporan beban kerja dosen. Dan di akhir semester tetap memberikan peniaian sesuai dengan tuntutan STITDAR Kubu Raya. Menurut pedoman penskoran yang telah dibuat sebelumnya maka dapat ditentukan bahwa dalam proses pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris dapat dikatakan cukup efektif. Efektivitas pembelajaran adalah semua komponen yang dapat membantu untuk mencapai tujuan. Pembelajaran efektif memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat (Fithri, 2014). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sudah terpenuhi dan memenuhi standar yang telah ditetapkan bersama dan hal ini harus tetap terjaga selama terjadi proses pembelajaran berlangsung. ## Program evaluasi komponen produk pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris Komponen produk berupa capaian hasil belajar mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu Raya yang diperoleh dari nilai keaktifan, UTS, UAS dan tugas individu informasi yang diperoleh dari dosen sudah mencapai standar kriteria nilai 90-100 kategori A, dan nilai 75-90 kategori B. Berdasarkan data dokumen yang diperoleh ada sekitar 63% mahasiswa mendapatkan nilai A atau 30 orang mahasiswa, dan 37% mendapatkan nilai B atau 18 orang mahasiswa. Perolehan nilai tersebut merupakan syarat ketuntasan pembelajaran dalam satu semester. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, Atitut dan skil menjadi lebih baik (Fithri, 2014). Berdasarkan data dokumen tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa program studi pada STITDAR Kubu Raya selama proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris dapat dikatakan cukup efektif berdasarkan nilai yang diperoleh mahasiswa. Hasil analisis dokumen tersebut diperkuat dengan data hasil wawancara dengan ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam Ibu Samiyah, M. Pd yang menyatakan bahwa: Data yang di peroleh itu benar, dosen bahasa inggris yang di ampu oleh Bapak Khatibul Umam, M. Pd setiap akhir semester mengumpulkan nilai ke kaprodi masing- masing, saya selalu melihat semua nilai mahasiswa yang di berikan oleh semua dosen termasuk dosen bahasa inggris. Saya sangat senang jika mahasiswa kami mendapat nilai A atau B karna menurut saya mahasiswa yang mendapatkan nilai A atau B sudah mampu menyerap materi yang disampaikan oleh dosennya masing-masing, jadi tinggal melanjutkan ke semester selanjutnya. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah seorang dosen bahasa Inggris yang menyatakan bahwa: Selaku dosen bahasa inggris saya selalu ingin memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa kami, karrna jika kami tidak memberikan pelayanan yang baik tentu akan berdampak kepada nilai yang diperoleh oleh mahasiswa. Saya memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa masing-masing, jika mahasiswa sudah memenuhi kriteria yang ditentukan pasti saya memberikan nilai A atau B dan nilai itu diperoleh dari ke aktivan mahasiswa, tugas-tugas, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban. Evaluasi ini berupaya mengidentifikasikan dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncana atau yang tidak direncana, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap hasil dari proses pembelajaran mata kuliah bahasa inggris, implementasi program serta menakar keberhasilan tujuan yang telah dicapai oleh mahasiswa. Tentu dalam hal ini hasil yang diperoleh oleh mahasiswa tidak semua mendapat hasil yang maksimal akan tetapi masih ada sebagian mahasiswa yang mendapatkan hasil kurang maksimal, dari hasil data yang diperoleh inilah para pemangku jabatan baik dari wakil ketua I, kaprodi dan dosen dapat melakukan perbaikan-perbaikan yang akan mengantarkan mahasiswa ke arah yang lebih baik lagi. Pelaksanaan evaluasi ini diarahkan untuk melakukan perbaikan, atau perubahan sebuah cara dan lainnya yang akan mengantarkan mahasiswa mendapatkan hasil yang optimal hal ini sesuai dengan kegunaaan evaluasi produk yaitu evaluasi produk digunakan untuk mengetahui perencanaan yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik atau tidak. Berdasarkan hasil evaluasi proses hendaknya menjadi acuan pengambilan keputusan mengenai apakah program dapat dilanjutkan, dimodifikasi atau bahkan perlu dihentikan (Widoyoko, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh maka dalam hal ini perlu melakukan perbaiakan terhadap mekanisme proses pembelajaran agar semua tujuan dapat tercapai dan sesuai dengan apa yang direncanakan. ## Penutup Berdasarkan analisis komponen konteks dapat dikatakan bahwa standar yang telah ditentukan bahwa nama perguruan tinggi nampak jelas, jumlah mahasiswa, dosen dan sarana dan prasarana memenuhi untuk melaksanakan proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris di STITDAR Kubu Raya sehingga dapat terlaksana. Berdasarkan evaluasi input hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang sedang mencari ilmu pengetahuan, kurikulum, bahan ajar, dosen, serta sarana belajar merupakan alat yang dapat membantu mencapai sebuah tujuan pembelajaran hal ini perlu dipertahankan serta dikembangkan. Berdasarkan analsis data menyebutkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sudah terpenuhi dan memenuhi standar yang telah ditetapkan bersama serta harus tetap terjaga selama proses pembelajaran berlangsung. Dan hasil belajar menunjukkan bahwa mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu Raya selama proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris dapat dikatakan cukup efektif berdasarkan data nilai yang diperoleh mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi maka dapat direkomendasikan kepada kampus agar tetap berusaha menyediakan referensi buku untuk menambah pengetahuan mahasiswa, dalam proses pemeblajaran dosen lebih ditingkatkan lagi dalam pemberian penguatan kepada mahasiswa karna jika kurang dalam hal penguatan maka akan berdampak ketidak pahaman mahasiswa terhadap materi yang di bahas terakhir kepada mahasiswa agar tetap memaksimalkan ketersediaan sarana buku yang ada disamping mencari referensi di perpustakaan daerah provinsi, kabupaten atau bahkan menggunakan teknologi dengan mencari ebook di internet. Selanjutnya disampaikan juga bahwa pada penelitian ini tidaklah sempurna serta memerlukan masukan dan arahan yang membangun dan perlu peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis guna menguji ketepatan dan keabsahan data dan teori yang diungkap dalam penelitian ini semoga penelitian sederhana ini dimanfaatkan oleh semua kalangan masyarakat. ## Kesimpulan Berdasarkan evaluasi menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product) pada pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu Raya, beberapa kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut: Evaluasi konteks menunjukkan bahwa kebutuhan akan pembelajaran Bahasa Inggris di institusi ini sangat relevan dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi berbahasa Inggris sebagai bagian dari persiapan karir mereka di bidang pendidikan. Aspek input mencakup ketersediaan sumber daya seperti dosen yang berkualifikasi, bahan ajar yang memadai, serta fasilitas pendukung. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa secara umum input sudah mencukupi, meskipun ada beberapa area yang perlu ditingkatkan, seperti pembaruan bahan ajar dan peningkatan fasilitas teknologi. Evaluasi proses pembelajaran mengidentifikasi bahwa metode pengajaran yang digunakan cukup bervariasi dan sesuai dengan prinsip-prinsip pedagogi yang efektif. Namun, masih terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan, seperti partisipasi mahasiswa yang belum merata dan perlu adanya lebih banyak kegiatan praktik berbahasa. Evaluasi hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa berhasil mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan dalam pencapaian hasil antar mahasiswa yang menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih individual dalam pembelajaran. Secara keseluruhan, evaluasi program model CIPP pada pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kubu Raya menunjukkan bahwa program ini telah berjalan cukup baik dengan beberapa rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang, terutama dalam hal peningkatan fasilitas, pembaruan bahan ajar, dan pendekatan yang lebih individual kepada mahasiswa. ## Daftar Pustaka Abu Huraerah, A. J., Mania, S., & Rasyid, M. N. A. (2023). Evaluasi Program Tahfizhul Quran di Pondok Pesantren Assalaam Manado dengan Menggunakan Model CIPP. Jurnal Ilmiah Iqra’ , 17 (2), 198 – 213. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30984/jii.v17i2.2575 Akhmad, N. A., Mania, S., & Rasyid, M. N. A. (2023). Evaluasi pembelajaran jarak jauh di Prodi Pendidikan Biologi STKIP Pembangunan Indonesia. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter , 6 (2), 101 – 110. Bhakti, Y. B. (2017). Evaluasi program model CIPP pada proses pembelajaran IPA. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah , 1 (2). Cherek, D. R., Steinberg, J. L., & Brauchi, J. T. (1983). Effects of caffeine on human aggressive behavior. Psychiatry Research , 8 (2). https://doi.org/10.1016/0165-1781(83)90101-4 Creswell, J. W. (2007). Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing Among Five. In Public Administration (Vol. 77, Issue 4). Dalmia, D., & Alam, F. A. (2021). Evaluasi Program Model Context dan Input dalam Bimbingan Konseling. Jurnal Bimbingan Konseling Dan Psikologi . https://www.neliti.com/publications/439253/evaluasi-program-model-context-dan- input-dalam-bimbingan-konseling Fithri, R. (2014). Buku Perkuliahan: Psikologi Belajar. Prodi Psikologi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Uin Sunan Ampel Surabaya . Geradin, M., & Rixen, D. J. (2015). Solution Methods for the Eigenvalue Problem. In Mechanical Vibrations: Theory and Application to Structural Dynamics . Haryati, H., Rasyid, M. N. A., Mania, S., & Widodo, S. (2023). Evaluasi pembelajaran Statstik Pendidkan di STAI Al Khairaat Labuha dengan model evaluasi Discrepancy and Kirkpatrick. PALAPA: Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan , 11 (1), 426 – 445. https://doi.org/https://doi.org/10.36088/palapa.v11i1.3251 Herpratiwi. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran . Media Akademi. Ichsan, Santosa, T. A., Ilwandri, Sofianora, A., & Yastanti, U. (2023). Efektivitas Evaluasi Model CIPP Dalam Pembelajaran IPA di Indonesia : Meta-Analisis. Jurnal Pendidikan Dan Konseling , 5 (2). Jaya, P. R. P., & Ndeot, F. (2019). Penerapan Model Evaluasi CIPP dalam Mengevaluasi Program Layanan PAUD Holistik Integratif. PERNIK : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 1 (1). https://doi.org/10.31851/pernik.v1i01.2622 Nurhakim, H. A., & Fahruddin. (2022). Evaluasi Program Pembelajaran Sejarah Daring dengan Model CIPP. Jurnal Evaluasi Pendidikan , 13 (2), 111 – 118. https://doi.org/10.21009/jep.v13i2.27456 Nurhayati. (2022). Determinasi Manajemen Pendidikan Islam. Jmpis , 3 (1). Onsardi, O. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia. Modul Kuliah MSDM International , Rahman, A., Munandar, S. A., Fitriani, A., Karlina, Y., & Yumriani. (2022). Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan dan Unsur-Unsur Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam , 2 (1). Ropii, M., & Fahrurrozi, M. (2017). Evaluasi Hasil Belajar. Evaluasi Hasil Belajar. In Yogyakarta: Pustaka Pelajar . Sartika, S. B. (2022). Buku Ajar Belajar Dan Pembelajaran. In Buku Ajar Belajar Dan Pembelajaran . https://doi.org/10.21070/2022/978-623-464-043-4 SISDIKNAS. (2022). Rancangan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ekombis Sains: Jurnal Ekonomi, Keuangan Dan Bisnis , 2 (1). Zulkifli, Maftuh, B., & Malihah, E. (2020). Pendidikan Multikulturalisme Sebagai Resolusi Konflik: Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan. JPPHK (Jurnal Pendidikan Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan) , 10 (2).
a83b80ba-f7ef-48a9-ba3c-f8ef72bf373c
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jmki/article/download/21816/15725
Volume 7 Nomor 2 Agustus 2019 ## Pengaruh Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin terkait Pencegahan Risiko Kehamilan di Kabupaten Pemalang Heni Irawati*, Apoina Kartini**, Sri Achadi Nugraheni** *Staf Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, ** Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang Email: [email protected] ## ABSTRACT : One of the causes of a high maternal mortality rate is the low knowledge of women's reproductive health, especially about the prevention of pregnancy risks. This can be overcome by increasing the knowledge of prospective brides, one of them is by providing health education with booklet media. The purpose of this study was to determine the effect of booklets on the knowledge and attitudes of reproductive health of brides related to the prevention of the pregnancy risks. This type of research is quasi- experimental with a non-equivalent control group design. The study population was the future brides who attended the course of Future Bride and Groom at the Religious Affairs Office in Pemalang Regency. The samples were 50 brides for the intervention group and 50 brides for the control group. The instruments were questionnaires and booklets. An intervention group and a control group were compared based on the result of pre and post intervention. Statistical analysis used t-test and mann whitney test. The results showed that there is a differentiation in reproductive health knowledge after intervention between intervention group and control group (p = 0,000 <0,05) and there is a differentiation in reproductive health attitudes after intervention between intervention group and control group (p = 0,008 <0,05). The knowledge average of future brides increased by 4.28 points and the attitude average increased by 1.84 points after intervention. It can be concluded that the booklet can be used to increase the reproductive health knowledge and attitudes of future brides in prevention of pregnancy risks, especially in the case of anemia causing bleeding, chronic energy deficiency, and puerperal danger signs. It is recommended that the booklet can be developed as a media for reproductive health education in the course of Bride and Groom at the Religious Affairs Office. Key Words: Reproductive health; Knowledge; Attitudes; Booklet; Brides ## PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong tinggi walaupun menunjukkan penurunan dari angka 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. 1 Risiko kehamilan merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu. Risiko kehamilan yang sering dialami ibu antara lain anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK). Berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi KEK pada ibu hamil usia 15-49 tahun sebesar ## Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Manajemen Kesehatan Manajemen Kesehatan Indonesia 24,2% dan prevalensi anemia pada perempuan dan remaja putri usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. 2 Pengetahuan tentang risiko kehamilan ini perlu diberikan secara dini agar ibu hamil bisa mengenali tanda bahaya sehingga mampu membuat keputusan untuk segera mencari pelayanan kegawatdaruratan yang tepat. Melihat kenyataan ini, maka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi perlu diberikan kepada calon pengantin. Calon pengantin sebagai seseorang yang akan memasuki gerbang pernikahan sangat memerlukan adanya informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang perencanaan kehamilan yang tepat agar kelak mempunyai keturunan yang sehat dan ibu melahirkan dengan selamat. Informasi dan edukasi perlu diberikan karena masih banyaknya anggapan yang salah tentang kesehatan reproduksi sehingga diperlukan persamaan persepsi dan informasi agar tidak salah perilaku dalam kesehatan reproduksi. 3 Pendidikan kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin salah satunya adalah kegiatan kursus calon pengantin yang diadakan di KUA, dimana salah satu materi yang diberikan adalah tentang kesehatan reproduksi. 4 Materi kesehatan reproduksi dalam kursus catin masih disampaikan dengan metode penyuluhan konvensional sehingga diperlukan adanya inovasi dalam pendidikan kesehatan. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan booklet . Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa media booklet mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi. 5 Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk melakukan intervensi pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap tingkat pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi terkait pencegahan risiko kehamilan ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental, pendekatan kuasi eksperimen dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design . 6 Pengumpulan data menggunakan kuesioner ( self-administered questionnaire ). Populasi yaitu calon pengantin wanita yang terdaftar dan mengikuti kursus calon pengantin di KUA Kabupaten Pemalang. Sampel terdiri dari 50 sampel kelompok intervensi dan 50 sampel kelompok kontrol yang diambil secara Consecutive Sampling . Analisis data menggunakan uji T-Test dan Mann Whitney. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Kelompok intervensi maupun kelompok kontrol memiliki karakteristik yang hampir sama, yaitu sebagian besar calon pengantin berada pada umur reproduksi sehat, lama pendidikan sebagian besar < 9 tahun, dan sebagian besar bekerja. Data variabel umur dan pendidikan responden antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama (homogen), sedangkan variabel pekerjaan mempunyai varian yang berbeda (tidak homgen) Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi pretest, posttest ke-1, dan posttest ke-2 pada kelompok intervensi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi pretest, posttest ke-1, dan posttest ke-2 pada kelompok kontrol Analisis Homogenitas Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan antara Tingkat Pengetahu an Pretest Posttest 1 Posttest 2 (n) (%) (n) (%) (n) (%) Kurang 35 70 25 50 21 42 Baik 15 30 25 50 29 58 Jumlah 50 100 50 100 50 100 Sikap Tidak Mendukung 15 30 14 28 15 30 Mendukung 35 70 36 72 35 70 Jumlah 50 100 50 100 50 100 Tingkat Pengetahu an Pretest Posttest 1 Posttest 2 (n) (%) (n) (%) (n) (%) Kurang 35 70 11 22 3 6 Baik 15 30 39 78 47 94 Jumlah 50 100 50 100 50 100 Sikap Tidak Mendukung 19 38 9 18 23 46 Mendukung 31 62 41 82 27 54 Jumlah 50 100 50 100 50 100 Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Berdasarkan analisis homogenitas menggunakan uji Mann Whitney diketahui bahwa hasil pretest tingkat pengetahuan mempunyai nilai p= 0,209, sikap mempunyai nilai p= 0,240. Hal ini mengartikan bahwa data variabel tingkat pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi calon pengantin sebelum diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama (homogen). Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol a. Tingkat Pengetahuan terkait Kesehatan ## Reproduksi Pada kelompok intervensi, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik pada saat posttest ke-1 adalah 78% dan saat posttest ke-2 adalah 94%. Nilai ini meningkat dibandingkan pada saat pretest yaitu sebesar 30%, sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik pada saat posttest ke-1 dan posttest ke-2 lebih banyak sebesar 50% dan 58% dibandingkan pada saat pretest yaitu sebesar 30%. b. Sikap terkait Kesehatan Reproduksi Pada kelompok intervensi, responden yang memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan risiko kehamilan pada saat pretest adalah 62%, meningkat pada posttest ke-1 menjadi 82%, tetapi menurun pada posttest ke-2 yaitu sebesar 54%, sedangkan pada kelompok kontrol responden yang memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan risiko kehamilan pada saat posttest ke-1 lebih banyak sebesar 72% dibandingkan pada saat pretest yaitu sebesar 70%. Namun pada saat posttest ke-2, responden yang memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan risiko kehamilan menjadi 70%, lebih sedikit dibandingkan posttest ke-1. Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil analisis dengan uji Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan terkait pencegahan risiko kehamilan sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,000). Analisis Perbedaan Sikap Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap yang signifikan terkait kesehatan reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,008). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi pretest, posttest ke-1, dan posttest ke-2 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Analisis Perbedaan Perubahan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan tingkat pengetahuan calon pengantin yang signifikan terkait kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,000). Nilai rerata selisih tingkat pengetahuan pada kelompok intervensi (4,28) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (1,26). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian booklet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan Tingkat Pengetahuan Intervensi (n=50) Kontrol (n=50) Nilai p Mean ± SD (Min-Max) Mean ± SD (Min-Max) Posttest 1 15,90 ± 1,876 (60-100) 14,68 ± 1,622 (60-90) 0,001 Posttest 2 17,02 ± 1,622 (60-100) 14,72 ± 1,457 (60-90) 0,000 Sikap Posttest 1 14,04 ± 0,880 (73-100) 13,80 ± 1,010 (67-100) 0,201 Posttest 2 14,34 ± 0,895 (73-100) 13,96 ± 0,807 (80-100) 0,008 kesehatan reproduksi calon pengantin dibandingkan dengan penyuluhan konvensional dengan ceramah. Tabel 4. Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Tingkat Pengetahuan Intervensi (n=50) Kontrol (n=50) Nilai p Mean ± SD Mean ± SD Selisih Posttest 2 - Pretest 4,28 ± 2,733 1,26 ± 1,651 0,000 Sikap Selisih Posttest 2 - Pretest 1,84 ± 1,899 0,98 ± 1,317 0,009 Analisis Perbedaan Perubahan Sikap Kesehatan Reproduksi antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan sikap calon pengantin yang signifikan terkait kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,009). Nilai rerata selisih sikap pada kelompok intervensi (1,84) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (0,98). Hal ini menunjukkan bahwa booklet lebih efektif dalam meningkatkan sikap calon pengantin terkait pencegahan risiko kehamilan dibandingkan dengan penyuluhan konvensional dengan ceramah. Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Ada perbedaan tingkat pengetahuan calon pengantin yang signifikan terkait kesehatan reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan setelah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan rata- rata skor pengetahuan kelompok dengan media booklet lebih besar dibandingkan dengan kelompok metode ceramah. 7 Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terbukti dapat meningkatkan pengetahuan responden. 8 Hal ini sebagai akibat dari penerimaan informasi yang baru serta pemberian media yang dapat dibaca oleh responden untuk menambah pemahaman dan informasi tentang kesehatan reproduksi. Kemampuan responden dalam menangkap informasi melalui indera pendengaran sangat terbatas sehingga pengetahuan yang didapat oleh setiap responden akan berbeda. Oleh karena itu diperlukan pendidikan kesehatan yang efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan, meliputi faktor pendidik (fasilitator), kurikulum, kondisi peserta didik, proses penyelenggaraan, sarana yang dipergunakan serta metode dan media yang dipakai. Media pembelajaran mampu mempengaruhi efektifitas pembelajaran sehingga mampu meningkatkan peserta didik dalam belajar dan mampu membantu meningkatkan penyerapan materi dan memfokuskan informasi pengetahuan. 9 Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa media booklet terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi responden. 10 Media booklet memiliki manfaat antara lain membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat, membuat sasaran pendidikan tertarik dan ingin tahu lebih dalam untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan serta mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. 11 Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Peningkatan pengetahuan calon pengantin tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun sudah banyak terbukti adanya hubungan positif antara keduanya. Perubahan perilaku seseorang terjadi salah satunya adalah karena seseorang mengetahui tentang perilaku baik maupun manfaat perilaku tersebut. Perilaku calon pengantin yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku calon pengantin yang tidak didasari oleh pengetahuan. 12 Perbedaan Sikap Kesehatan Reproduksi Calon pengantin Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Ada perbedaan sikap calon pengantin yang signifikan terkait kesehatan reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil diatas menunjukkan bahwa dari pengetahuan yang diterima melalui pendidikan kesehatan, responden kemudian mencerna dan memahami informasi yang didapat. Sehingga perubahan sikap ini menjadikan responden lebih peduli dengan kesehatan reproduksinya. Sikap yang baik dan langgeng bila didasari oleh pengetahuan yang baik pula. 13 Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan sikap responden. Peningkatan sikap dipengaruhi oleh pengetahuan yang meningkat dan menjadikan responden berubah sikap. 14 Pendidikan kesehatan membantu orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup. Pendidikan kesehatan dapat mengubah sikap seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari peningkatan rata-rata skor sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan. Sikap responden tentang pencegahan risiko kehamilan dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap hal yang sama. Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keyakinan/kepercayaan yang didapatkan dari hasil pengindraan, yang salah satunya didapatkan pada pendidikan atau proses belajar. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri manusia, karena melalui pendidikan manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelumnya. Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. 15 Media juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang. Media bermanfaat menimbulkan minat sasaran, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain, dan memudahkan penyampaian informasi. Media berfungsi untuk memudahkan seseorang dalam memahami informasi yang dianggap rumit. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wanodya, dkk yang menunjukkan bahwa ada peningkatan rerata sikap responden setelah intervensi dengan menggunakan media booklet . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa booklet merupakan media yang efektif untuk meningkatkan sikap remaja putri terkait kesehatan reproduksi. 7 Peningkatan sikap juga disebabkan oleh peningkatan pengetahuan. Peningkatan pengetahuan dan sikap ini diperoleh dari proses belajar dengan memanfaatkan semua alat indera, dimana 13% dari pengetahuan diperoleh melalui indera dengar dan 35-55% melalui indera pendengaran dan penglihatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian media booklet yaitu menghasilkan peningkatan pengetahuan yang akan mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku. 7 Perbedaan Perubahan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Ada perbedaan perubahan tingkat pengetahuan calon pengantin yang signifikan terkait kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai rerata selisih tingkat pengetahuan pada kelompok intervensi (4,28) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (1,26). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan media booklet efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi calon pengantin terkait pencegahan risiko kehamilan. Pada penelitian ini, pengukuran pengetahuan baik pada saat posttest ke-1 maupun posttest ke-2 sudah dapat melihat perbedaan perubahan pengetahuan yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam waktu dua minggu sudah dapat untuk melihat perbedaan perubahan pengetahuan yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa media booklet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi dibandingkan dengan media leaflet dengan nilai p 0.020 (< 0.05). Walaupun booklet dan leaflet sama-sama meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, namun ada perbedaan dalam hal ini yaitu media booklet lebih bermakna mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dibandingkan dengan menggunakan leaflet. 16 Hasil penelitian Ninuk juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan perubahan pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media booklet. 17 Pada penelitian ini, meskipun sama-sama meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi, metode pendidikan kesehatan dengan booklet lebih meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi calon pengantin dibandingkan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah saja. Hal ini terlihat dari rerata selisih tingkat pengetahuan kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan dengan booklet lebih tinggi dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan pendidikan kesehatan dengan ceramah. Penggunaan media cetak seperti booklet cenderung lebih memudahkan calon pengantin untuk memahami tentang muatan informasi karena informasi yang tercantum di dalam booklet ringan dan dapat dipelajari sendiri oleh calon pengantin sedangkan dengan metode ceramah calon pengantin cenderung bersikap pasif dan hanya mendengarkan sehingga akan menimbulkan kebosanan. Analisis Perbedaan Perubahan Sikap Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin antara Kelompok Intervensi dan ## Kelompok Kontrol Ada perbedaan perubahan sikap calon pengantin yang signifikan terkait kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Handayani yang menunjukkan bahwa ada perbedaan selisih rata-rata sikap tentang perilaku seks pranikah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Selain itu, penelitian Zahra menyebutkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara peningkatan pengetahuan dengan peningkatan sikap kesehatan reproduksi setelah pemberian konseling pranikah. 18 Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengetahuan, pengalaman pribadi, emosional, pendidikan, orang lain yang dianggap penting. 19 Pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol terdapat perbedaan pada pemberian input pengetahuan berupa pemberian pendidikan kesehatan dengan media booklet pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol hanya mendapatkan penyuluhan konvensional. Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa booklet lebih efektif dan dapat memberi pengaruh pada peningkatan sikap terkait kesehatan reproduksi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurrohimah yang menunjukkan bahwa ada peningkatan sikap pencegahan anemia remaja putri setelah pendidikan kesehatan dengan booklet (p= 0,000). 20 Sikap seseorang terbentuk karena tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang/tidak senang) terhadap obyek, sedangkan komponen konasi menjawab pertanyaan tentang bagaimana kesediaan bertindak terhadap obyek. 19 ## KESIMPULAN Data variabel umur dan pendidikan responden antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama (homogen). Data variabel tingkat pengetahuan dan sikap calon pengantin terkait kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama (homogen). Ada perbedaan pengetahuan maupun sikap terkait kesehatan reproduksi catin sesudah diberikan pendidikan kesehatan Serta ada perbedaan perubahan pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi catin terkait pencegahan risiko kehamilan. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Data dan Informasi. Situasi Kesehatan Ibu . Jakarta: Kemenkes RI; 2014 2. Dirjen Bina Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin . Jakarta: Kemenkes RI; 2015. 3. Hasanah, H. Pemahaman Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan . Jurnal SAWWA . 2016;11. 4. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI. JUKLAK BIMWIN 881 TAHUN 2017 . Jakarta: Kementrian Agama RI; 2017. 5. Arosna, A. D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa di FIK-UMS(Skripsi) .Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014. 6. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta; 2016. 7. Puspitaningrum, W., Agushybana, F., Mawarni, A. & Nugroho, D. Pengaruh Media Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Terkait Kebersihan dalam Menstruasi di Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak Triwulan II Tahun 2017 . Jurnal Kesehatan Masyarakat . 2017; 5 : 274–281. 8. Oktarina, J. The Effect of Reproductive Health Education by Peer Educators on Knowledge and Attitude to Prevention of Premarital Sex at SMAN 1 Sukamara , Sukamara District , Central Kalimantan . Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Januari 2017; 20 (1): 26-33. 9. Nurasiah, A. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Pasangan Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kuningan Tahun 2015 . Midwife Journal . 2016; 2 : 44–53. 10. Ma’munah, M. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet terhadap Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur (Skripsi). Jakarta: Univ. Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2015. 11. Hermawan, H. Efektivitas Konseling Gizi Menggunakan Media Booklet Dibandingkan dengan Leaflet terhadap Kualitas Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Gamping II . Yogyakarta : Politeknik Kesehatan Yogyakarta; 2017. 12. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni . Jakarta : Rineka Cipta ; 2014. 13. Aisah, S., Sahar, J. & Hastomo, S. P. Pengaruh Edukasi Kelompok sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi pada Wanita Usia subur di Kota Semarang. UNIMUS: Prosiding Seminar Nasional UNIMUS ; 2010. 14. Yulizawati, Sinta, L., Nurdiyan, A. & Insani, A. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education Mengenai Skrining Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Di Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016 . Journal Of Midwifery. 2016; 1 (2) :11–20 15. Ristraningsih, G. P. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri 28 Semarang . Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2017. 16. Windi, Y. K. Komparasi Efektivitas Booklet dengan Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Perubahan Sikap Siswi terhadap Aborsi (Tesis) . Surabaya : Universitas Airlangga; 2001. 17. Sumaryati, N. Pengaruh Intervensi Buklet Info Anemia Gizi dalam Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswi Sekolah Menengah Umum di Kabupaten Demak ( Tesis ). Semarang : Universitas Diponegoro Semarang; 2003. 18. Baghersad, Z., Fahami, F., Beigi, M. & Hasanzadeh, A. Sexual knowledge and attitude among girls who getting married based on the inforation from Yas pre- marriage counseling center . Iran J. Nurse Midwifery Res. Cent . 2017; 22: 255–256 19. Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya . Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2005 20. Nurrohimah, N. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Anemia Terhadap Pengetahuan Mencegah Anemia Di Smk Ma ’ Arif Nu Ciamis (Skripsi) . Yogyakarta : Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta; 2017.
530ae9b6-89b3-4723-a414-43f2b6f54316
https://e-journal.metrouniv.ac.id/al-fathin/article/download/5608/3567
## Meningkatkan Keterampilan Khat Imla’ dengan Pengembangan Modul ## Novita Fitri Handayani Universitas Negeri Raden Intan Lampung Email: [email protected] ## Koderi Universitas Negeri Raden Intan Lampung Email: [email protected] ## Guntur Cahaya Kesuma Universitas Negeri Raden Intan Lampung Email: [email protected] ## Erlina Universitas Negeri Raden Intan Lampung Email: [email protected] ## Abstract The background of this research is that when students learn Arabic language skills they have difficulty in writing Arabic. This study aims to develop and analyze the feasibility of khat and imla 'materials for seventh grade students of Madrasah Tsanawiyah. This development research uses the Borg and Gall development research model with six stages. The results of this study indicate that teaching materials have been developed according to the Borg and Gall seven-step model, namely problem and potential identification, information gathering, product design, design validation, design revision, product testing, and product revision. The results of the validation of the developed teaching materials showed that the material experts assessed that the developed product was very well qualified, the learning expert was very well qualified, and the media expert was also very well qualified. Keywords :material, skills, writing, khat, imla' ## Abstrak Siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah mengalami kesulitan dalam menulis bahasa Arab yang berimplikasi rendahnya nilai yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal, untuk itu dibutuhkan penelitian pengembangan modul khat dan imla’. Penelitian pengembangan ini menggunakan model penelitian pengembangan Borg and Gall dengan enam tahapan. Alat pengumpul data observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.Analisis data kualitatif menggunakan reduksi, display, dan kesimpulan, data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini dikembangkan menjadi enam langkah, yaitu identifikasi masalah dan pengumpulan informasi, desain produk, validasi, perbaikan, uji coba produk, dan revisi produk. Hasil validasi produk yang dikembangkan menunjukkan bahwa nilai rata-rata ahli materi 85%, ahli pembelajaran 89,86%, ahli media96,49%, dan praktisi 92,5% kualitas nilai ini dikatakan sangat baik. Kata kunci: materi, keterampilan, menulis, khat, imla’ ## Pendahuluan Salah satu komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran adalah materi pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran di MTs Ismaria Al-Qur’aniyyah Rajabasa yang telah disiapkan oleh guru berupa buku lembar kerja siswa (LKS) dan buku cetak bahasa Arab terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia 2020. LKS dan buku cetak tersebut menyajikan materi yang berupa keterampilan-keterampilan dan unsur-unsur bahasa. Peneliti melihat buku tersebut tidak ada materi keterampilan menulis. Berdasarkan hasil observasi pra survei peneliti melihat latar belakang siswa di MTs tidak semuanya lulusan SD yang pernah belajar bahasa Arab. 1 Tujuan pembelajaran di madrasah adalah memberikan empat keterampilan berbahasa bagi siswa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 2 Keterampilan menulis adalah keterampilan tertinggi dari empat keterampilan bahasa. Menulis adalah ______________________________ 1 Kelas 7 MTs Ismaria Al-Qur’aniyyah Rajabasa, “Observasi, Wawancara dan Dokumentasi dengan siswa dan telaah buku ajar”, (Rajabasa, n.d.). 2 Direktorat Kskk Madrasah et al., “Keputusan Menteri Agama No.183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum dan Bahasa Arab pada Madrasah”, 2019, h.50. kegiatan yang berkaitan dengan proses berpikir dan kemampuan mengekpresikan diri melalui tulisan. Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan yang sangat kompleks. Hal ini karena persyaratan mengorganisasikan dan menata gagasan secara konsisten dan logis serta kemampuan menyajikan tulisan dalam berbagai bahasa tulis dan kaidah penulisan yang berbeda. 3 Menurut Nurlaila menyebutkan bahwa menulis merupakan sarana komunikasi berbahasa antar manusia yang tidak terikat waktu dan tempat. Pembelajaran menulis fokus pada tiga hal: imla’ , khat , dan insya ’. 4 Selanjutnya, menurut Ulin Nuha menyebutkan bahwa keterampilan menyimak dan keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif , sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan produktif . 5 Hakikatnya seluruh keterampilan tersebut saling berkaitan, namun materi ajar yang ______________________________ 3 Munawarah dan Zulkiflih, “Pembelajaran Keterampilan Menulis (Maharah al-Kitabah) dalam Bahasa Arab”, Loghat Arabi : Jurnal Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Arab , Vol. 1 No. 2 (2021), h.23, https://doi.org/10.36915/la.v1i2.15. 4 Tri Priyatmi Norhidayah, “Pembelajaran maharah kitabah berbasis online”, Prosiding Koneferensi Bahasa Arab (KONASBARA) , 2021, hal. 445–53, tersedia padahttp://prosiding.arab- um.com/index.php/konasbara/article/view/999 (2021). 5 Koderi et al., “Iplementasi Strategi Mimicrymemorization pada Pembelajaran Mufradat Bahasa Arab bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah MIN 7 Bandar Lampung”, Al-Fathin , Vol. 4 (2021), h.51. terdapat dalam buku cetak dari kementerian agama belum ada submateri keterampilan menulis. Ahmad Yasir Amrullah menyebutkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi siswa Indonesia yaitu kesulitan menulis khat , karena pada fase khat ini baik guru atau siswa tidak memberikan perhatian lebih saat belajar. Problem lain yaitu siswa sulit menulis dengan baik dan benar, serta menganggap bahwa menulis hanya sebuah bakat. 6 Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti mengembangkan modul khat dan imla’. Menurut Asyrofi tahapan awal untuk keterampilan menulis diawali dengan mengenali bentuk huruf hijaiyyah, latihan menulis huruf, menyambung huruf, hingga menyambung kata. 7 Keterampilan dasar ini menentukan penulisan tingkat lanjutan karena gagal pada tahap ini akan sulit untuk majuke tahap berikutnya. Selain itu menurut Ulyan aspek-aspek maharah al- kitabah adalah khat dan imla’ . 8 ______________________________ 6 Ahmad Yasir Amrulloh dan Muhammad Fauzi, “Peningkatan Keterampilan Kitabah Melalui Khat Riq ‟ ah dengan Manhaj Hamidi di Sekolah Kaligrafi AL- Qur ‟ an ( SAKAL ) Jombang”, Edulab: Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan , Vol. 6 No. 1 (2021), h.48. 7 Sitti Kuraedah, “Aplikasi Maharah Kitabah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, At-Ta’dib , Vol. 8 No. 2 (2015), hal. 82–98, tersedia pada file:///C:/Users/User/Downloads/412-738-1-SM.pdf (2015). 8 Munawarah dan Zulkiflih, Loc.Cit. Problematika lain menurut Guntur Cahaya Kesuma yaitu guru kurang maksimal mengajar imla’ , indikasinya yaitu persiapan guru mengajar kurang dari RPP, strategi, sehingga berakibat rendahnya nilai belajar imla’ dan keterampilan lain. 9 Hasil observasi dan dokumentasi siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah mengalami kesulitan dalam menulis bahasa Arab yang berimplikasi rendahnya nilai yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal.Problematikan ini mendorong peneliti mengembangkan modul untuk siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran madrasah, yaitu mencapai keterampilan berbahasa. Menurut Mayer modul adalah sebuah bahan ajar yang isinya relatif singkat dan spesifik dan biasanya dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran. 10 Sejalan dengan pendapat Asep Herry Hermawan mengungkapkan bahwa modul merupakan unit program pembelajaran terencana yang dirancang untuk membantu peserta didik ______________________________ 9 Guntur Cahaya dan Asti Fauziyah Kesuma, “Penerapan Metode Imlâ’ untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Arab Peserta Didik Kelas X SMA IT Pondok Pesantren Al-Mujtama’ Al- Islami Karang Anyar Lampung Selatan”, Al-Bayan , Vol. 8 No. 2 (2016). 10 Idris Harta et al., “Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP”, Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP , Vol. 9 No. 2 (2014), h.163, https://doi.org/10.21831/pg.v9i2.9077. mencapai tujuan latihan belajar mereka. 11 Modul adalah sebuah bahan ajar yang ditulis untuk dipakai siswa belajar secara mandiri. 12 Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar berupa buku yang disusun secara terencana, singkat, untuk membantu peserta didik belajar secara mandiri guna mencapai pembelajaran. Penyusunan modul bertujuan untuk menyediakan materi yang memenuhi persyaratan kurikulum dengan memperhatikan kebutuhan siswa, khususnya materi dan karakteristik siswa serta konteks lingkungan atau sosialnya. 13 Andi Prastowo menyebutkan bahwa tujuan penyusunan modul diantaranya a) melatih peserta didik belajar secara mandiri, b) agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran, c) peserta didik belajar kejujuran, d) meningkatkan prestasi dan kecepatan belajar peserta didik, ______________________________ 11 Asep Herry Hermawan; Permasih; Laksmi Dewi, Pengembangan Bahan Ajar , n.d., h.7. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar , 2008, h.13. 13 Novianti Aditia, M. Taufik & Muspiroh, “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat Dan Islam (Salingtemasis) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Ekosistem Kelas X Di Sma Nu (Nadhatul Ulama) Lemahabang Kabupaten Cirebon”, scienticiae Educatia , Vol. 2 No. 2 (2013), h.8, tersedia pada https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/sced ucatia/article/view/478/454 (2013). e) peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang dipelajari. 14 Manfaat modul bagi siswa yaituberkesempatan belajar mandiri, serta menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari selain di kelas, mengekspresikan belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya, menguji kemampuan diri sendiri dengan latihan yang disajikan dalam modul, mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. 15 Kelebihan pembelajaran dengan modul adalah modul dapat memberikan umpan balik sehingga peserta didik dapat mengidentifikasi kelemahannya dan segera memperbaikinya, dan modul memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, bahwa pembelajaran siswa selaras dengan pencapaian tujuan pembelajaran, modul yang dirancang menarik yang mudah dipelajari, responsif terhadap kebutuhan dan secara alami memotivasi siswa untuk belajar, kemampuan untuk meminimalkan modul kompetitif sehingga dapat terjalin kerjasama antara peserta didik dan peserta didik lainya, modul memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk ______________________________ 14 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif , ed. Desy Wijaya, VIII (Jogjakarta: DIVA Press, 2015), h.108. 15 Novianti Aditia, M. Taufik & Muspiroh, Op.Cit. h.8. mengidentifikasi kelemahan mereka berdasarkan penilaian yang diberikan sehingga dapat diambil tindakan korektif. 16 Materi pembelajaran khat dan imla’ adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi keterampilan menulis sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. 17 Materi ajar khat imla’ yang dikembangkan peneliti hasilnya yaitu bahan ajar cetak keterampilan menulis berupa materi khat dan imla’. Menurut Abdul Hamid keterampilan menulis khat dan imla’ mempunyai tiga aspek, yaitu: 1) terampilmembentuk huruf dan menguasai ejaan, 2) terampil memperindah tulisan, dan 3) terampil menuangkan pikiran dan perasaan dalam tulisan. 18 Penelitian sebelumnya yang relevan adalah 1) penelitian Koderi membahas mengenai pengembangan modul elektronik berbasis SAVI (somatis, audio, visual, intelektual) untuk pembelajaran bahasa Arab di MTs, menunjukkan pembelajaran bahasa ______________________________ 16 Idris Harta et al., Op.Cit. h.164. 17 Mohamad Ainul Churri dan Yudha Anggana Agung, “Pengembangan Materi dan Media Pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Audio Video untuk SMK Negeri 7 Surabaya”, Pendidikan Teknik Elektro , Vol. 2 No. 2 (2013), h.803, tersedia pada https://core.ac.uk/download/pdf/230721799.pdf (2013). 18 Munawarah dan Zulkiflih, Op.Cit. h.22. Arab sangat memerlukan media modul. 19 2) Penelitian Ahmad Saiful Mujib, menyatakan bahwa modul pembelajaran bahasa Arab berbasis perkembangan remaja sangat membantu dalam meningkatkan emosi, motivasi, dan berprestasi dalam belajar. 20 3) Penelitian Noza Aflisia mengemukakan bahwa pengembangan bahan ajar bahasa Arab berbasis pendekatan komunikatif mampu meningkatkan penguasaan bahasa Arab baik secara teori, praktik dan komunikasi. 21 Perbedaan dengan penelitian yang relevan tersebut yaitu 1) penelitian sebelumnya membahas tentang modul bahasa Arab untuk tiga keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara dan membaca, 2) pengguna modul siswa Madrasah Aliyah. Sedangkan modul yang dikembangkan oleh peneliti ini adalah modul khat imla’ untuk keterampilan menulis siswa madrasah tsanawiyah. Peneliti mengembangkan produk ______________________________ 19 Koderi, “Pengembangan Modul Elektronik Berbasis SAVI Untuk Pembelajaran Bahasa Arab”, jurnal Teknologi Pendidikan , Vol. 19 No. 3 (2017), h.206. 20 Ahmad Saiful Mujab et al., “Pengembangan Modul Bahasa Arab Berbasis Teori Psikologi Perkembangan Remaja Elizabeth B. Hurlock Kelas X MA”, Lisanul Arab , Vol. 7 No. 1 (2018), h.1. 21 Hazuar Noza Aflisia, “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis Pendekatan Komunikatif”, Arabiyatuna , Vol. 4 No. 1 (2020), h.112, https://doi.org/10.29240/jba.v4i1.1380. modul khat dan imla’ diharapkan dapat melengkapi materi ajar bahasa Arab untuk mencapai tujuan pembelajaran keterampilan menulis, guna menyempurnakan keterampilan menyimak, berbicara dan membaca di madrasah. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana mengembangkan modulkhat imla’ kelas VII Madrasah Tsanawiyah? 2) Bagaimana kelayakan modul khat imla’ kelas VII Madrasah Tsanawiyah? Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengembangkan modul khat imla’ kelas VII Madrasah Tsanawiyah 2) untuk mengetahui kelayakan modul khat dan imla’ untuk kelas VII Madarasah Tsanawiyah. ## Metode Penelitian pengembangan modul khat imla’ini merupakan penelitian dan pengembangan ( research and development ). Penelitian pengembangan ini menggunakan model Borg and Gall yang dimodifikasi menjadi enam langkah yaitu1) identifikasi dan pengumpulan informasi awal, 2) desain produk, 3) validasi produk, 4) perbaikan produk, 5) uji coba produk, dan 6) revisi produk. 22 ______________________________ 22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatitif dan R&D , (23 ed.) (Bandung: ALFABETA, 2016), h.298. Tahapan penelitian pengembangan ini sebagai berikut: Gambar1. Sintax pengembangan modul khat dan imla’ Pengembangan modul khat imla’ ini divalidasi oleh empat orang validator yaitu ahli materi, ahli pembelajaran, ahli media dan praktisi/ guru. Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Ismaria Al-Qur’aniyyah berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan angket. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. ## Hasil dan Pembahasan Penelitian ini menghasilkan produk modul khat imla’ yang dapat digunakan sebagai pendukung pembelajaran kelas VII di Madrasah Tsanawiyah. Prosedur pengembangan modul khat imla’ ini dilakukan menggunakan model Borg and Identifikasi dan pengumpulan informasi Desain produk Validasi produk Perbaikan desain Uji coba produk Revisi produk Gambar 1Sintax pengembangan modul khat dan imla’ Gall dengan enam tahapan, serta divalidasi oleh validator ahli untuk mengetahui kelayakan materi yang dikembangkan. Adapun prosedur yang dikembangkan peneliti dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini: 1) Identifikasi dan pengumpulan informasi yang dilakukkan saat observasi, wawancara, dan tes kepada siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Peneliti menyimpulkan ada potensi masalah di MTs Ismaria Al-Qur’aniyyah yaitu kesulitan dalam menulis bahasa Arab yang berimplikasi rendahnya nilai yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal. Problematika ini mendorong peneliti mengembangkan modul untuk siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran madrasah, yaitu mencapai keterampilan berbahasa. 23 Penyusunan modul bertujuan untuk menyediakan materi dengan memperhatikan kebutuhan siswa. 24 Menurut Andi Prastowo tujuan penyusunan modul diantaranya, melatih belajar mandiri, agar ada peran peserta didik, meningkatkan prestasi, dan mampu mengukur sendiri tingkat ______________________________ 23 Observasi, Wawancara dan Dokumentasi dengan siswa kelas 7 MTs Ismaria Al-Qur’aniyyah Rajabasa dan telaah buku ajar,(Selasa, 22 November 2021, pukul 10.51 WIB). 24 Novianti Aditia, M. Taufik & Muspiroh, Op.Cit. h.8. penguasaan materi yang dipelajari. 25 2) Desain produk. Peneliti mengembangkanproduk modul khat imla’ sebagai bahan ajar keterampilan menulis bahasa Arab untuk siswa kelas VII Madarasah Tsanawiyah. Berikut ini peneliti paparkan gambaran produk: Karakteristik modul khat imla’ ini terdapat contoh-contoh huruf dan kata hijaiyyah, macam-macam khat, cara menulis menyambung huruf dan kata, dan latihan menulis indah. Menulis merupakan kegiatan yang berkaitan dengan proses berpikir dan kemampuan mengekpresikan diri melalui ______________________________ 25 Andi Prastowo, Desy Wijaya, Op.Cit. h.108. Gambar 2 Modul Khat Imla' tulisan. Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan yang sangat kompleks. Hal ini karena saat menulis dituntut untuk mengorganisasikan dan menata gagasan secara konsisten dan logis serta kemampuan menyajikan tulisan dalam berbagai bahasa tulis dan kaidah penulisan yang berbeda, maka perlu dipahami tujuan, prinsip serta teknik pembelajaran menulis untuk membantu siswa mencapai tujuan keterampilan menulis. 26 Menurut Nurlaila menulis merupakan sarana komunikasi berbahasa antar manusia yang tidak terikat waktu dan tempat. Pembelajaran menulis fokus pada tiga hal: imla’ , khat , dan insya ’. 27 Karena menulis tidak terikat waktu dan tempat, maka pembelajaran menulis bisa tetap dipelajari dari berbagai sumber baik itu buku, modul, jaringan internet, zoom meeting, youtube dan lain-lain. 28 Menurut Sirajuddin AR perkembangan khat tahun 1970 sampai 2000 di pesantren membentuk para penulis khat yang khusus menulis Al-Qur’an, dekorasi masjid, teks agama dengan menggabungkan gaya khat Tsuluts, Naskhi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah. 29 ______________________________ 26 Munawarah dan Zulkiflih, Op.Cit. h.23. 27 Tri Priyatmi Norhidayah, Op.Cit. h.446. 28 Ibid. , h.448. 29 A R Sirojuddin, “Peta Perkembangan 3) Validasi produk. Validasi produkdilakukan kepada ahli materi dan ahli pembelajaran untuk melihat kelayakan modul khat dan imla’. Berikut ini peneliti sajikan grafik hasil validasi ahli materi dan ahli pembelajaran: Grafik.1 Hasil Validasi Ahli Pembelajaran dan Ahli Materi Hasil penilaian validasi oleh ahli pembelajaran dan ahli materi yang dilakukan sebanyak 2 kali dengan hasil persentase rata- rata yang diperoleh 89,86% artinya “sangat baik”, namun validator tetap memberikan saran agar revisi desain cover, latihan ditambah. Ahli materi memberikan nilai rata-rata mencapai 85% dengan artinya materi ajar keterampilan menulis “sangat Kaligrafi Islam di Indonesia”, Al-Turas , Vol. XX No. 1 (2014), hal. 219–32,. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Hasil Validasi Ahli Pembelajaran dan Materi Hasil Ahli Pembelajaran Hasil Ahli Materi baik”. Menurut Hamdani bahan ajar diartikan seperangkat materi baik tertulis maupun tidak tertulis yang disusun secara sistematis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana kondusif yang memungkinkan siswa untuk belajar. 30 Menurut Sudjana bahan ajar pada dasarnya adalah isi mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepada seorang siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh siswa tersebut. 31 Berdasarkan pendapat tersebut maka bahan ajar memiliki prinsip yaitu benar atau sesuai dengan kurikulum, serta menarik agar menciptakan suasana belajar yang kondusif. Berikut ini peneliti dipaparkan grafik hasil validasi ahli media: ______________________________ 30 Desi Rusnita; Daimun Hambali; Endang Widi Widiarni, “Pengembangan Bahan Ajar Buku Cerita Berbasis Discovery Learning Pada Materi IPA Konsep Perpindahan Panas Di Kelas V Sekolah Dasar”, JP3D (Jurnal Pembelajaran dan Pengajaran Pendidikan Dasar) , Vol. 2 No. 2 (2019), h.201. 31 Desi Rusnita; Daimun Hambali; Endang Widi Widiarni, Loc.Cit. Grafik.2 Hasil Validasi Ahli Media Tanggapan ahli media terhadap modul khat imla’ kelas VII Madrasah Tsanawiyah rata-rata mencapai 96,49%, namun validator memberikan beberapa saran, diantaranya ukuran kertas sesuaikan dengan standar ISO. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan itu adalah mencapai prestasi berupa pencapaian aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorisnya. 32 Penggunaan media dapat membantu siswa dan gurumengingat lebih lama, merangsangbelajar yang efektif lebih konkret, memperbesar minat dan perhatian para siswa dalam proses pembelajaran sehingga menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran, baik secara individu maupun kelompok. 33 Berikut juga peneliti sajikan hasil validasi praktisi: ______________________________ 32 Abdul Wahid, “Pentingnya media pembelajaran dalam meningkatkanprestasi belajar (”, ISTIQRA" , Vol. V Nomor 2 (2018). 33 Mohammad Yusuf Ahmad Hasyim Khaerunnisa Azizatur Rahma, Zukhaira, “Pengembangan Media Booklet 3D Berbahan Flanel untuk Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Arab Siswa Kelas V MI”, Jurnal Lisanul Arab , Vol. 6 No. 1 (2017), hal. 59–63,. 3,4 3,6 3,8 4 4,2 Ukuran bahan ajar Desain sampul bahan ajar Desain isi bahan ajar Hasil Validasi Ahli Media Alternatif Penilaian Grafik.3 Hasil Validasi Praktisi Tanggapanpraktisiterhadapmateri ajar keterampilan menulis kelas VII Madrasah Tsanawiyah rata-rata mencapai 92,5%, yang artinyaberada pada kategori sangat baik. Praktisi memberikan apresiasi juga atas pengembangan materi ajar khat dan imla’ yang dapat bermanfaat untuk siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis di sekolah. Modul merupakan bahan ajar cetakyang dapat dipelajar mandiri oleh peserta didik saat pembelajaran. 34 Modul dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa, dikarenakan saat ini pengembangan bahan ajar berupa modul menjadi kebutuhan mendesak. Penggunaan modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas, dan dengan hasil yang berkualitas. 35 ______________________________ 34 Ahmad Saiful Mujab et al., Loc.Cit. 35 Sulthan Syahril dan M. Akmansyah, “Pengembangan Modul Tarakib di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lampung Selatan”, Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Berdasarkan data dan pembahasan dengan ahli materi, ahli pembelajaran, ahli media dan praktisi dapat dipahami bahwa modul khat imla’yang dirancang dengan sangat baik akan memudahkan siswa mencapai pembelajaran keterrampilan menulis, artinya modul khat imla’ untuk keterampilan menulis layak digunakan untuk pembelajaran bahasa Arab. 4) Perbaikan desain dilakukan peneliti setelah para ahli melakukan validasi, serta memberikan saran dan kritik. Selanjutnya peneliti melakukan perbaikan desain materi ajar keterampilan menulis kelas VII Madarasah Tsanawiyah sesuai dengan saran validator. 5) Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap modul khat imla’ kelas VII Madarasah Tsanawiyah. 6) Revisi produk dilakukan setelah uji coba produk. Dari uji coba produk didapatkan tanggapan siswa. Apabila tanggapan siswa mencapai kategori sangat baik, maka produk sudah sudah menarik, dan dapat dikatakan bahwa materi ajar telah selesai dikembangkan. Namun apabila produk belum sempurna maka dari hasil uji coba dapat dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan modul, sehingga Arab , Vol. 8 No. 2 (2016), hal. 1–16, https://doi.org/10.24042/albayan.v8i2.366. 0 1 2 3 4 5 Kes esu … Kele ng … Ma ter i… Ma ter i… Gam bar … C on to h… Ma ter i… Kes esu … B ah as a… Kali m at … Hasil Validasi Praktisi Alternatif Penilaian menghasilkan produk yang siap digunakan untuk pembelajaran kelas VII Madarasah Tsanawiyah. ## Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan ada dua temuan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan: 1) Pengembangan modul khat dan imla’ dilakukan dengan enam langkah, yaitu identifikasi masalah dan pengumpulan informasi, desain produk, validasi, perbaikan, uji coba produk, dan revisi produk. 2) Hasil validasi produk yang dikembangkan menunjukkan bahwa nilai rata-rata ahli materi 85%, ahli pembelajaran 89,86%, ahli media 96,49%, dan praktisi 92,5% kualitas nilai ini dikatakan sangat baik, sehingga modul khat dan imla’ dikatakan layak dipakai untuk pembelajaran keterampilan menulis di sekolah. ## Daftar Pustaka Aditia, M. Taufik & Muspiroh, Novianti. “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat Dan Islam (Salingtemasis) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Ekosistem Kelas X Di Sma Nu (Nadhatul Ulama) Lemahabang Kabupaten Cirebon”. scienticiae Educatia . Vol. 2 no. 2 (2013), hal. 8–9. tersedia pada https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/in dex.php/sceducatia/article/view/478/45 4 (2013). Amrulloh, Ahmad Yasir, dan Muhammad Fauzi. “Peningkatan Keterampilan Kitabah Melalui Khat Riq ‟ ah dengan Manhaj Hamidi di Sekolah Kaligrafi AL- Qur ‟ an ( SAKAL ) Jombang”. Edulab: Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan . Vol. 6 no. 1 (2021), hal. 43–58. Churri, Mohamad Ainul, dan Yudha Anggana Agung. “Pengembangan Materi dan Media Pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Audio Video untuk SMK Negeri 7 Surabaya”. Pendidikan Teknik Elektro . Vol. 2 no. 2 (2013). tersedia pada https://core.ac.uk/download/pdf/230721 799.pdf (2013). Dewi, Asep Herry Hermawan; Permasih; Laksmi. Pengembangan Bahan Ajar n.d. Harta, Idris et al. “Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP”. Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP . Vol. 9 no. 2 (2014), hal. 161–74. https://doi.org/10.21831/pg.v9i2.9077. Kelas 7 MTs Ismaria Al-Qur’aniyyah Rajabasa. “Observasi, Wawancara dan Dokumentasi dengan siswa dan telaah buku ajar”. Rajabasa, n.d. Kesuma, Guntur Cahaya dan Asti Fauziyah. “Penerapan Metode Imlâ’ untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Arab Peserta Didik Kelas X SMA IT Pondok Pesantren Al- Mujtama’ Al-Islami Karang Anyar Lampung Selatan”. Al-Bayan . Vol. 8 no. 2 (2016). Khaerunnisa Azizatur Rahma, Zukhaira, Mohammad Yusuf Ahmad Hasyim. “Pengembangan Media Booklet 3D Berbahan Flanel untuk Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Arab Siswa Kelas V MI”. Jurnal Lisanul Arab . Vol. 6 no. 1 (2017), hal. 59–63. Koderi et al. “Iplementasi Strategi Mimicrymemorization pada Pembelajaran Mufradat Bahasa Arab bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah MIN 7 Bandar Lampung”. Al-Fathin . Vol. 4 (2021). -------. “Pengembangan Modul Elektronik Berbasis SAVI Untuk Pembelajaran Bahasa Arab”. jurnal Teknologi Pendidikan . Vol. 19 no. 3 (2017), hal. 206–23. Kuraedah, Sitti. “Aplikasi Maharah Kitabah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. At- Ta’dib . Vol. 8 no. 2 (2015), hal. 82–98. tersedia pada file:///C:/Users/User/Downloads/412- 738-1-SM.pdf (2015). Madrasah, Direktorat Kskk et al. “Keputusan Menteri Agama No.183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum dan Bahasa Arab pada Madrasah”. 2019. ## Mujab, Ahmad Saiful et al. “Pengembangan Modul Bahasa Arab Berbasis Teori Psikologi Perkembangan Remaja Elizabeth B. Hurlock Kelas X MA”. Lisanul Arab . Vol. 7 no. 1 (2018), hal. 1–7. Munawarah, dan Zulkiflih. “Pembelajaran Keterampilan Menulis (Maharah al- Kitabah) dalam Bahasa Arab”. Loghat Arabi : Jurnal Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Arab . Vol. 1 no. 2 (2021), hal. 22. https://doi.org/10.36915/la.v1i2.15. Nasional, Departemen Pendidikan. Panduan Pengembangan Bahan Ajar 2008. Norhidayah, Tri Priyatmi. “Pembelajaran maharah kitabah berbasis online”. Prosiding Koneferensi Bahasa Arab (KONASBARA) . 2021 445–53. tersedia pada http://prosiding.arab- um.com/index.php/konasbara/article/vi ew/999 (2021). Noza Aflisia, Hazuar. “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis Pendekatan Komunikatif”. Arabiyatuna . Vol. 4 no. 1 (2020), hal. 111–30. https://doi.org/10.29240/jba.v4i1.1380. Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Diedit oleh Desy Wijaya VIII. Jogjakarta: DIVA Press, 2015. Sirojuddin, A R. “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia”. Al-Turas . Vol. XX no. 1 (2014), hal. 219–32. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatitif dan R&D (23 ed.). Bandung: ALFABETA, 2016. Syahril, Sulthan, dan M. Akmansyah. “Pengembangan Modul Tarakib di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lampung Selatan”. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab . Vol. 8 no. 2 (2016), hal. 1–16. https://doi.org/10.24042/albayan.v8i2.3 66. Wahid, Abdul. “Pentingnya media pembelajaran dalam meningkatkanprestasi belajar (”. ISTIQRA" . Vol. V Nomor 2 (2018). Widiarni, Desi Rusnita; Daimun Hambali; Endang Widi. “Pengembangan Bahan Ajar Buku Cerita Berbasis Discovery Learning Pada Materi IPA Konsep Perpindahan Panas Di Kelas V Sekolah Dasar”. JP3D (Jurnal Pembelajaran dan Pengajaran Pendidikan Dasar) . Vol. 2 no. 2 (2019), hal. 199–209.
e6196fe1-f0ae-4472-8846-f12e8640144e
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK/article/download/1261/1127
memiliki resiko tinggi bagi terjadinya bencana karena secara geologis terletak pada pertemuan Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Lempeng pegunungan Sirkum Mediterania dan Sirkum merupakan negara kepulauan, dengan bentuk ## URGENSI KURIKULUM PENDIDIKAN KEBENCANAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA ## Mirza Desfandi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: [email protected] ## Abstract This article was written to give an idea of the urgency of disaster education curriculum based on local wisdom in Indonesia. For that purpose, the author uses the method of literature. As a country which has enormous potential for disaster, Indonesia needs to implement a disaster curriculum in educational institutions so that students have the knowledge and insight about the disaster. This disaster education have a common goal to provide an overview and reference in the learning process of disaster preparedness. Through education students are expected to be able to think and act fast, precise, and accurate in the face of disaster. Empathy toward victims can also be constructed so that learners can help others appropriately and carefully. Pattern and diversity of natural disasters faced also vary because each region has different characteristics as well. Then, disaster curriculum should accommodate local wisdom, as an effort to provide appropriate education to deal simultaneously with a disaster. Curriculum based on local wisdom will explain the relationship between humans and the natural environment and cultural environment around them. Keywords:disaster education curriculum, local wisdom ## Abstrak Artikel ini menjelaskan urgensi kurikulum pendidikan kebencanaan berbasis kearifan lokal di Indonesia. Untuk maksud tersebut penulis menggunakan metode kepustakaan. Sebagai negara yang memiliki potensi bencana sangat besar, Indonesia perlu menerapkan kurikulum kebencanaan di lembaga-lembaga pendidikan agar peserta didik memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kebencanaan. Pendidikan kebencanaan ini memiliki tujuan umum untuk memberikan gambaran dan acuan dalam proses pembelajaran siaga bencana. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik mampu berpikir dan bertindak cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi bencana. Sikap empati terhadap korban bencana juga dapat dibangun agar peserta didik dapat membantu orang lain secara tepat dan cermat. Pola dan ragam bencana alam yang dihadapi juga berbeda-beda karena setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Maka, kurikulum bencana harus mengakomodasi kearifan lokal yang ada, sebagai upaya memberikan pendidikan yang tepat untuk menghadapi sekaligus menangani bencana. Kurikulum berbasis kearifan lokal akan menjelaskan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya yang ada di sekitarnya. Kata kunci: kurikulum pendidikan kebencanaan, kearifan lokal ## A. Pendahuluan Berbagai bencana di Indonesia sebagian besar terkait secara langsung dengan proses geologi (geological seperti gempa bumi dan vulkanisme, proses hidro-meteorologi (hydrometeorological) seperti kekeringan, kebakaran, longsor, abrasi, erosi, angin topan, banjir, dan lain-lain. Dilihat dari letak dan Pemahaman masyarakat berupa pengetahuan persepsi yang teraktualisasi dalam sikap dan atau tindakan dalam menghadapi bencana. Hasil dari sikap dan/atau tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah strategi adaptasi yang berarti penyesuaian yang dilakukan akibat dari ancaman lingkungan. 3 Wilayah Indonesia banyak gunung api, memberikan banyak pengalaman empiris tentang kejadian bencana yang membawa korban. Dari pengalaman ini, masyarakat lokal umumnya memiliki pengetahuan lokal, kearifan dalam memprediksi dan melakukan mitigasi bencana alam di daerahnya. Pengetahuan lokal tersebut diperoleh dari pengalaman akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh, masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi, di Jawa Tengah, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya letusan. Selain masih kuatnya keyakinan spiritual, masyarakat di sana biasanya membaca tanda-tanda alam melalui perilaku hewan, seperti turunnya hewan- hewan dari puncak atau keluar dari rimbun hutan, burung-burung atau hewan lainnya mengeluarkan bunyi suara yang tidak biasa, atau adanya pohon-pohon di sekeliling kawah yang kering dan layu. Berdasarkan hal tersebut, disadari bahwa pemahaman tentang bencana alam harus dimiliki oleh semua orang. Diperlukan upaya konkret dalam memahami dan mengantisipasi kondisi alam secara terpadu. Salah satu wujudnya, melalui upaya pengurangan risiko bencana yang berbasis komunitas. Pendidikan menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mengurangi risiko bencana dengan memasukkan materi pelajaran tentang bencana alam sebagai pelajaran wajib bagi setiap siswa di semua tingkatan, terutama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah risiko bencana. Kurikulum yang berbasis kearifan lokal, diharapkan dapat diterima dan dapat dengan mudah di pahami oleh siswa. ## B. Pembahasan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang 3 Su Rito Hardoyo. 2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Meng- hadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan . Yogyakarta: Fakultas Geo- Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan bencana, dengan karakteristik yang berbeda, sehingga penanganan terhadap setiap karakteristik dan potensi bencana baik secara nasional maupun lingkungan sekitar, sangat diperlukan pengetahuan untuk pengurangan risiko bencana. Pemahaman tentang dinamika di permukaan bumi (alam dan manusia), yang alam di suatu wilayah memiliki implikasi secara langsung terhadap masyarakat di wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat untuk mengurangi dan menghindari risiko bencana penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat. 1 Masyarakat menjadi objek utama saat terjadi bencana, seharusnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengetahui kerentanan yang ada, sehingga dapat menjadi pelaku (subjek) utama dalam usaha-usaha pengurangan risiko bencana, sehingga kerugian dapat diminimalisir. Hal itu hanya dapat terjadi jika masyarakat mempunyai perencanaan untuk mengurangi risiko bencana dan mempunyai pengetahuan serta mengerti tentang apa yang seharusnya dilakukan pada saat bencana belum terjadi (prabencana), pada saat tanggap darurat, dan pada saat pasca bencana. Pentingnya peningkatan pemahaman dan ketahanan terhadap bencana itu harus ditanamkan kepada masyarakat sekitar, terutama anak di usia dini yang masih belum mengerti tentang hal-hal apa yang harus mereka lakukan saat peristiwa bencana tidak terduga terjadi. Masyarakat merupakan elemen yang memiliki pengalaman langsung dalam kejadian bencana sehingga pemahaman yang dimiliki menjadi modal bagi pengurangan risiko bencana. 2 Dalam konteks manajemen bencana alam, respon masyarakat terhadap bencana sangat penting untuk dipahami. Respon merupakan awal dari sebuah strategi adaptasi oleh masyarakat yang dihasilkan melalui pemahaman terhadap bencana alam yang terjadi. 1 Suryanti, dkk, 2010. Motivasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan Kepesisiran Parangtritis dalam Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis, Yogyakarta . Yogyakarta: PSBA Universitas Gadjah Mada. 2 M. Zein, A. 2010. Community Based Approach to Flood Hazard and Vulnerability Assessment in Flood Prone Area: A Case Study in Kelurahan Sewu, Surakarta City, Indonesia. Thesis , ITC, The Netherland. Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Penanggulangan bencana bertujuan untuk: (1) memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, (2) menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, (3) menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, (4) menghargai budaya lokal, (5) membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta, (6) mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan, dan (7) menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Terdapat 4 fase dalam penanganan bencana, yaitu prevention/mitigation, preparadness, response dan recovery. Pertama, prevention/Mitigation adalah serangkaian upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana, baik melalui dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya) misalnya melarang pembakaran hutan dalam perladangan dan melarang penambangan batu di daerah curam. Kedua, preparadness adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan/pedoman penanggulangan bencana. Ketiga, response adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Keempat, recovery adalah proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan adalah disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau fak- tor nonalam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 4 Pengertian bencana ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya risiko dampak bencana bergantung pada kerentanan setiap komponen yang terkena dampak. Hal ini seperti yang diungkap Hyogo Framework for Ac- tion 2005-2015 , bahwa risiko bencana akan me- ekonomi, dan lingkungan. Sebelumnya para ahli telah mengungkap tentang tiga sistem utama yang mengalami kerugian akibat bencana yai- physical environment ), sosial kependudukan ( socio-demographic ), dan lingkun- gan terbangun ( built environment ). 5 Karakteristik dari ketiga sistem tersebut menentukan dera- jat atau tingkat kerugian dari sebuah bencana alam. Hyogo Framework for Action 2005-2015 , mengungkap bahwa kerugian bencana akan se- makin besar oleh kerentanan yang disebabkan - nomi dan teknologi, pembangunan pada zona bahaya tinggi, degradasi lingkungan, perubahan iklim, bahaya geologi, kelangkaan sumberdaya, dan dampak epidemi. Bencana dikategorikan 3 jenis, yaitu: 1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. 6 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Ten- tang Penaggulangan Bencana 5 D.S. Mileti & L.P. Gottschlich, Hazards and Sustainable Develop- ment in the United States. Journal Risk Management , Vol. 3, No. 1: 61-70, 2001. 6 Ibid 4 mulai jenjang pendidikan SD hingga SMA. Namun pada praktiknya tidak dimasukkan langsung jadi mata pelajaran atau kurikulum khusus bencana, tetapi dimasukkan ke dalam mata pelajaran secara faktual dalam memahami dan mengantisipasi kondisi alam secara terpadu. 9 Salah satu wujudnya, melalui upaya pengurangan risiko bencana yang berbasis komunitas, dan pendidikan sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mengurangi risiko bencana dengan memasukkan materi pelajaran tentang bencana alam sebagai pelajaran wajib bagi setiap siswa di semua tingkatan, terutama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah risiko bencana. Pendidikan kebencanaan dapat disisipkan pada mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, Agama atau juga mata pelajaran yang lain. Pendidikan kebencanaan ini memiliki tujuan umum untuk memberikan gambaran dan acuan dalam proses pembelajaran siaga bencana. Guru dan kepala sekolah mendapat pendidikan dan pelatihan untuk dapat menerapkan pendidikan dan keterampilan siaga bencana. Melalui pendidikan ini diharapkan siswa mampu berpikir dan bertindak cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi bencana. Sikap empati terhadap korban bencana juga dibangun agar siswa dapat membantu orang lain. Pendidikan yang diberikan tidak mencakup bencana sosial seperti kerusuhan dan tawuran. Hanya seputar bencana alam saja. Edukasi bencana dapat dilaksanakan dengan tiga cara. Apabila kebutuhan sekolah hanya sekadar pengetahuan saja, maka bahan ajar akan berintegrasi dengan mata pelajaran. Bisa masuk dalam pelajaran pengetahuan alam. Jika kebutuhan dirasa perlu mencakup pelatihan, maka dapat dimuat dalam muatan lokal dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH). Pelaksanaan pendidikan dapat pula meluas hingga kegiatan ekstrakurikuler. Pembelajaran bencana yang telah dilaksanakan sekarang hanya berupa tema yang disiapkan pada mata pelajaran lain, sehingga hasilnya masih belum optimal. Sebagai negara yang memiliki potensi bencana sangat besar, 9 Karyono, 2010. Pendidikan Mitigasi Bencana Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia . Dalam Halim, Muliha. (pyt.) Prosiding Makalah Seminar Nasional Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll). 7 Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian risiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung risiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui bahaya (hazard) , kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang dan wilayahnya. Mitigasi bencana merupakan kewajiban berbagai pihak, pemerintah, para ahli dan masyarakat. 8 Pengenalan dan pemahaman bencana, proses terjadinya, dan penilaian merupakan tugas para ahli. Pengetahuan, pemahaman dan kesiapsiagaan perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar dapat mengantisipasi, mengatasi, dan meminimalkan kerugian. Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan yang bersifat rutin dan berkelanjutan ( sustainable disaster mitigation ). Kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari seebelum kejadian bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari waktu- waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari yang diperkirakan semula. Selain itu pemerintah hendaknya juga aktif memberikan berbagai arahan yang tepat dan berkesinambungan dalam memghadapi peristiwa bencana atau dengan kata lain bisa beradaptasi dengan resiko potensi bencana alam yang ada. Dalam konteks pengurangan risiko bencana, mitigasi bencana juga dipahami sebagai upaya meningkatkan kapasitas masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana untuk menghilangkan atau mengurangi akibat dari ancaman dan tingkat bencana. Sektor pendidikaan merupakan penentu dalam pengurangan risiko bencana. Karena itu diperlukan upaya konkret Pada tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional telah mulai menerapkan kurikulum bencana 7 Ibid . h. 4 8 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Dan Penanganan Pengungsi Di Daerah. Prinsip relevansi mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), relevan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, dan relevan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat. 12 Prinsip efesiensi dan efektivitas terkait dengan biaya yang akan digunakan dan hasil yang akan dicapai dalam implementasi kurikulum. Sebuah kurikulum dikatakan memenuhi prinsip efesiensi apabila kurikulum tersebut memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak terlalu besar. Semakin sedikit/kecil waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan dalam mengembangkan dan melaksanakan kurikulum, maka semakin efesien kurikulum tersebut. Namun penerapan prinsip ini jangan sampai apapun suatu kurikulum, tapi kalau tidak efektif, juga tidak ada artinya. Prinsip efektivitas terkait dengan besarnya atau banyaknya tujuan kurikulum yang dicapai. Semakin banyak tujuan pendidikan yang dicapai melalui proses pembelajaran (implementasi kurikulum), maka dikatakan kurikulum tersebut efektif. keluwesan dalam tahap implementasi kurikulum adalah bahwa suatu kurikulum harus saat diimplementasikan memungkinkan untuk dilakukan perubahan untuk disesuaikan dengan kondisi yang ada yang tidak terprediksi saat kurikulum tersebut dirancang. Bagi kurikulum perbedaan kondisi tidak menghambat keberlangsungan pembelajaran. Dengan sedikit melakukan perubahan pada aspek media yang digunakan pembelajaran tetap dapat berlangsung namun tetap mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Kurikulum dikatakan baik apabila mampu memfasilitasi dan menstimulasi potensi yang dimiliki siswa agar menjadi kompetensi yang dapat digunakan untuk membangun lingkungannya di era global. Kurikulum yang mampu menghasilkan siswa yang kreatif dan inovatif, mampu mengangkat potensi diri 12 Khaerudin. 2009. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lokal Berwawasan Global. Diakses pada tanggal 11 November 2013 dari: http://ilmupendidikan.net. Indonesia perlu menerapkan kurikulum kebencanaan di lembaga-lembaga pendidikan agar anak didik memiliki pengetahuan dan wawasan tentang potensi bencana yang sangat rawan terjadi di dalam negeri khususnya. Pentingnya kurikulum kebencanaan adalah bagaimana siswa bisa terlibat langsung dalam penanganan bencana. Upaya ini sebaiknya dilakukan sejak dini melalui pendidikan formal mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, yaitu dengan menyiapkan kurikulum berdasarkan konsep dan pelaksanaannya, maupun kurikulum berdasarkan struktur dan materi pelajarannya. menumbuhkan kesadaran kesiapsiagaan bencana penting dilakukan sejak usia dini sehingga menanamkan di benak anak- anak bagaimana upaya menjaga keselamatan minimal dirinya sendiri dari dampak bencana. Hal itu akan lebih efektif jika dilakukan secara berkelanjutan melalui kurikulum di sekolah- sekolah. 10 Kurikulum bencana alam penting di negara rawan bencana termasuk Indonesia agar sejak dini anak-anak diberi pengetahuan soal kebencanaan, kurikulum bencana lebih efektif diingat dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar dan menengah ketimbang praktik yang justru mudah dilupakan. 11 Ini secara alami yang kita butuhkan masyarakat yang sudah paham, khususnya di daerah-daerah yang rawan bencana gempa bumi. Indonesia rawan bencana gempa dan tsunami serta meletusnya gunung api. Peta rawan tsunami dan gunung api sudah dikeluarkan oleh pemerintah, sehingga perlu edukasi. Oleh sebab itu, sejak masih sekolah seluruh masyarakat Indonesia bisa menyadari potensi bencana di wilayah masing-masing dan bisa segera menghindari bencana tersebut. Kalau sudah mendarah daging pengetahuan bencana maka harapan kita akibat bencana bisa diminimalisir. Untuk mendapatkan kurikulum kebencanaan yang bermakna, kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan prinsip- prinsip yang tepat. Ada sejumlah prinsip pengembangan kurikulum, di antaranya prinsip 10 Siti Irene Astuti dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah Dalam Pem- belajaran Mitigasi Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana . Volume 1 No. 1/2010 h. 30-42. 11 Syafri Burhanuddin,. 2010. Kurikulum Bencana Alam untuk Tahun Aja- ran 2010-2011. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013 dari: www.poskotanews.com. Keempat, cara penyebarluasan kearifan lokal yang bersifat non formal memberi sebuah contoh yang baik untuk upaya pendidikan lain dalam hal pengurangan risiko bencana. Masing-masing daerah memiliki pengetahuan dan kearifan lokal yang beragam dan berbeda bentuknya. Walaupun istilah yang digunakan berbeda dan cara-cara yang sudah menjadi tradisi tidak sama, semua ini merupakan potensi dalam membangun mitigasi bencana yang berbasis pada potensi kearifan lokal. Kearifan lokal dapat dijadikan suatu cara mengantisipasi bencana lebih awal. Kearifan lokal adalah salah satu langkah yang dapat dijadikan antisipasi bencana. Meskipun tanpa menggunakan rumus, ataupun teori dari akademis, alam telah mengajarkan manusia banyak hal. Kearifan lokal lebih efektif dalam membentuk kesadaran tentang kebencanaan dibanding imbauan aparat. 14 Edukasi tentang kebencanaan akan lebih cepat meresap jika dilakukan lewat tokoh masyarakat. Peninggalan berupa warisan kearifan lokal dari generasi sebelumnya sangat bijak jika diteruskan ke generasi seterusnya. Kearifan lokal itu merupakan pelajaran yang komprehensif dalam mendeteksi bencana di sebuah daerah. Dengan belajar seperti itu, kita lebih mengenal bencana yang sering terjadi di kawasan di mana kita berada. Karena itu kegiatan penanggulangan yang berdimensi mitigasi dan kesiapsiagaan yang menyentuh akses kearifan lokal, perlu di kembangkan. Praktik kearifan lokal terbukti telah mengurangi dampak bencana alam, misalnya di tiga pulau di Sumatera, yakni Simeulue, Nias, dan Siberut. Dengan kebudayaan yang berbeda- beda, ketiga pulau itu, yang dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami bencana gempa bumi dan tsunami, telah mengangkat ke permukaan pelbagai praktik kearifan lokal yang sebelumnya luput dari perhatian masyarakat internasional yang peduli pada upaya pengurangan risiko bencana. Praktik yang mencakup antara lain seperti sarana komunikasi tradisional, metode pembangunan dan perencanaan hunian, serta upacara ritual yang terkait. 14 Surono. 2013. Kearifan Lokal, Senjata Tangguh Hadapi Bencana . Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013 dari: www.metrotvnews.com. siswa dan daerahnya menjadi sesuatu yang bernilai tambah. Kurikulum yang mampu mendidik siswanya menghadapi tantangan globalisasi dan mengelolalnya sedemikian rupa sehingga menjadi peluang untuk mendapatkan manfaat yang besar dari kondisi tersebut. Ini artinya sebuah kurikulum yang baik harus memperhatikan minimal tiga aspek, yaitu potensi siswa, kondisi lingkungan lokal, dan kondisi lingkungan global. 13 Di samping bertujuan mengembangkan potensi siswa menjadi kompetensi, pendidikan juga harus mampu mendidik dan mempersiapkan siswa menjadi manusia yang mampu berkiprah di dalam masyarakatnya. Untuk itu, setiap individu harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang seluk-beluk daerah asal dan sekitarnya, agar mereka tahu betul akan sejarah, kebutuhan, dan karakteristik daerahnya. Kalau kita kaitkan dengan bencana, setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, pola dan ragam bencana alam yang dihadapi juga berbeda-beda. Kurikulum bencana harus mengakomodasi kearifan lokal yang ada karena hampir seluruh wilayah Indonesia yang rawan bencana, sebagai upaya memberikan pendidikan yang tepat tentang menghadapi sekaligus menangani bencana. Di tengah keterbatasan teknologi dalam mitigasi bencana, kearifan lokal bisa menjadi alternatif dalam upaya pengurangan risiko bencana. Dalam khasanah pustaka pengurangan risiko bencana, ada empat argumen dasar yang mendukung pentingnya kearifan lokal. Pertama, asli yang terkandung di dalam kearifan lokal, yang telah terbukti sangat berharga dalam menghadapi bencana-bencana alam, dapat ditransfer dan diadaptasi oleh komunitas- komunitas lain yang menghadapi situasi serupa. Kedua, pemaduan kearifan lokal ke dalam praktik dan kebijakan yang ada akan mendorong partisipasi masyarakat yang terkena bencana dan memberdayakan para anggota masyarakat untuk mengambil peran utama dalam semua kegiatan pengurangan risiko bencana. Ketiga, informasi yang terkandung di dalam kearifan lokal dapat membantu memberikan informasi yang berharga tentang konteks setempat. 13 Ibid. h.12 berbasis kearifan lokal perlu dibangun sejak dini dalam diri setiap elemen masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya sehingga dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Dalam hal ini, mitigasi dibangun bukan pula hanya sebagai sistem peringatan dini tetapi ia menjadi sebuah budaya dalam perilaku masyarakat. Langkah efektif yang bisa dilakukan antara lain adalah melalui pembekalan kepada masyarakat baik melalui pendidikan di bangku sekolah maupun pelatihan kepada masyarakat umum. Pendidikan di sekolah bagi siswa sangat strategis untuk menanamkan pengetahuan tentang kebencanaan sejak usia dini dan sosialisasi tentang kearifan lokal yang dimiliki daerah tersebut. Sekolah adalah sarana yang efektif, di mana dengan peran guru terhadap murid mampu mendorong terbangunnya budaya mitigasi dalam lingkup sekolah dan keluarga. Berkaitan dengan kurikulum pendidikan kebencanaan berbasis kearifan lokal, Indonesia memerlukan kurikulum yang mengajarkan local wisdom atau kearifan lokal suatu daerah agar masyarakatnya tangguh menghadapi bencana. 17 Ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana itu diperoleh dari pemahaman secara menyeluruh tentang kearifan di daerahnya. ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana itu diperoleh dari pemahaman secara menyeluruh tentang kearifan di daerahnya. Sehingga dalam konteks mitigasi pengurangan risiko bencana, adanya kurikulum berbasis kearifan lokal akan dapat menjelaskan tentang hubungan manusia dengan alam dan budayanya. Karena masyarakat yang tangguh terhadap bencana adalah masyarakat yang toleran terhadap alamnya dan memahami alam yang ditempatinya. ## C. Penutup Dilihat secara geologis, geomorfologis dan bencana, terutama bencana geologis dan hidro- potensi bencana baik yang ada di Indonesia maupun lingkungan sekitar sangat diperlukan sebagai pengetahuan terhadap pengurangan risiko bencana. Selain itu, partisipasi masyarakat Masyarakat Simeulue menggunakan kata smong untuk menyebut peristiwa tsunami. Adanya istilah lokal untuk menyebut peristiwa tsunami membuktikan bahwa masyarakat setempat memiliki pengetahuan hingga tingkat tertentu berkaitan dengan fenomena alam itu. Ketika Tsunami 2004 lalu korban yang jatuh di daerah tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan wilayah lain, yaitu sekitar 44 jiwa. Hal ini terjadi karena para orangtua di daerah tersebut telah mengetahui apa yang mereka anggap sebagai pertanda. Jika laut surut tidak seperti biasanya secara mendadak, kemudian banyak ikan yang menggelepar di garis pantai, maka akan terjadi bencana. Para tetua di sana kemudian memerintahkan agar penduduk Simeulue untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. 15 Smong adalah kearifan lokal masyarakat di Pulau Simeulue dalam membaca fenomena alam pantai telah menyelamatkan banyak masyarakat dari bencana tsunami. Teriakan smong merupakan peringatan dini yang diartikan adanya situasi dimana air laut surut dan masyarakat harus lari ke bukit. Ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari leluhur belajar dari kejadian bencana yang pernah terjadi puluhan tahun lalu. Smong ini yang menyelamatkan masyarakat di pulau sangat dekat dengan pusat gempa. Smong bagi masyarakat pulau Simeulue disosialisasikan turun temurun melalui dongeng dan legenda oleh tokoh masyarakat sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya di hati masyarakat pulau itu. Dengan pengetahuan yang dimiliki orang Simeulue banyak masyarakat pesisir pantai lainnya di Aceh terselamatkan saat tsunami terjadi. 16 Penggalian terhadap kearifan lokal sangat diperlukan karena memberikan pemahaman dan panduan dalam lingkup tradisi lokal bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk pengetahuan ciri-ciri bencana dan larangan melakukan kegiatan yang merusak lingkungan atau keseimbangan ekosistem. Budaya mitigasi 15 Borokoa. 2010. Membangun Budaya Mitigasi Bencana Berbasis Potensi Ke- arifan Lokal Nias . Diakses pada tanggal 11 November 2013 dari: http://niasonline. net. 16 Respati Wikantiyoso, 2010. Mitigasi Bencana Di Perkotaan; Adap- tasi Atau Antisipasi Perencanaan Dan Perancangan Kota? (Potensi Kearifan Lokal Dalam Perencanaan Dan Perancangan Kota Untuk Upaya Mitigasi Bencana). Jur- nal Local Wisdom . Volume 2 No. 1/Januari 2010 H. 18-29. M. Zein, A. 2010. Community Based Approach to Flood Hazard and Vulnerability Assessment in Flood Prone Area: A Case Study in Kelurahan Sewu, Surakarta City, Indonesia. Thesis , ITC, The Netherland. Respati Wikantiyoso. 2010. Mitigasi Bencana Di Perkotaan; Adaptasi atau Antisipasi Perencanaan dan Perancangan Kota? (Potensi Kearifan Lokal Dalam Perencanaan dan Perancangan Kota Untuk Upaya Mitigasi Bencana). Jurnal Local Wisdom . Volume 2 No. 1/Januari 2010. Siti Irene Astuti dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana . Volume 1 No. 1/2010. Su Rito Hardoyo. 2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan . Gadjah Mada. Surono. 2013. Kearifan Lokal, Senjata Tangguh Hadapi Bencana . Diakses pada 7 Oktober 2013 dari: www.metrotvnews.com. Suryanti, dkk. 2010. Motivasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan Kepesisiran Parangtritis dalam Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis, Yogyakarta . Yogyakarta: PSBA Universitas Gadjah Mada. Syafri Burhanuddin. 2010. Kurikulum Bencana Alam untuk Tahun Ajaran 2010-2011. Diakses pada 7 Oktober 2013 dari: www. poskotanews.com. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penaggulangan Bencana. untuk mengurangi dan menghindari risiko bencana penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat. Pentingnya kurikulum kebencanaan adalah bagaimana siswa dapat terlibat langsung dalam penanganan bencana. Upaya ini sebaiknya dilakukan sejak dini melalui pendidikan formal mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, yaitu dengan menyiapkan kurikulum berdasarkan konsep dan pelaksanaannya, maupun kurikulum berdasarkan struktur dan materi pelajarannya. Kurikulum bencana harus mengakomodasi kearifan lokal yang ada karena hampir seluruh wilayah Indonesia yang rawan bencana, sebagai upaya memberikan pendidikan yang tepat tentang menghadapi sekaligus menangani bencana. ## Daftar Pustaka Borokoa. 2010. Membangun Budaya Mitigasi Bencana Berbasis Potensi Kearifan Lokal Nias . Diakses pada 11 November 2013 dari: http://niasonline.net. D.S. Mileti & L.P. Gottschlich. 2001. Hazards and Sustainable Development in the United States. Journal of Risk Management , Vol. 3, No. 1. 2001. Karyono. 2010. Pendidikan Mitigasi Bencana Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia . Dalam Halim, Muliha. (pyt.) Prosiding Makalah Seminar Nasional Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Dan Penanganan Pengungsi di Daerah. Khaerudin. 2009. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lokal Berwawasan Global. Diakses pada 11 November 2013 dari: http:// ilmupendidikan.net.
d81288ed-9b93-4c90-9c3f-2b9fbb5912e8
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa/article/download/15216/11533
ISSN: 1410-8917 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 12 (3) (2009) : 81 – 87 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi ## Journal of Scientific and Applied Chemistry Journal homepage: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa Pengaruh Penambahan Natrium Klorida pada Larutan Karbohidrat untuk Efisiensi Proses Pemasakan Nasi Dian Arlita Yuliana a , Mukhammad Asy’ari a* , Wasino Hadi Rahmanto b a Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro University, Jalan Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang 50275 * Corresponding author: [email protected] A r t i c l e I n f o A b s t r a c t Keywords: Cooking rice, sodium chloride, carbohydrates, efficiency Cooking rice is a routine activity most of the population in Asia, which is generally less efficient in the use of heat energy. One of the strategies for energy efficiency in cooking rice is through material processing techniques. In this study we observed the effect of NaCl on the ability to transfer and store the hot energy of pure and mixed carbohydrate solution, then applied for the efficiency of rice cooking process. The study was conducted by observing the temperature rise during the heating process and the decreasing of temperature during the settling process. Based on the results obtained the addition of NaCl at various concentrations did not affect the ability of transfer however it tended to decrease the ability to store heat energy of carbohydrate solution. The addition of 1% NaCl caused the ability to store heat energy from carbohydrate solutions with complex molecular structure and larger molecular size longer than carbohydrate solutions with simple molecular structure and small molecular size. The application results showed that the addition of 3.0% jelly solution with the addition of 1% NaCl in the cooking process was able to achieve energy efficiency of 28.14% and 20% efficiency. The most efficient cooking process can be done by heating for 18 minutes and sifting for 7 minutes in a sealed system. ## A b s t r a k Kata kunci: pemasakan nasi, natrium klorida, karbohidrat, efisiensi Memasak nasi merupakan rutinitas yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk di Asia, yang pada umumnya kurang efisien dalam penggunaan energi panas. Salah satu strategi untuk efisiensi energi dalam memasak nasi adalah melalui teknik pengolahan bahan. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pengaruh NaCl terhadap kemampuan mentransfer dan menyimpan energi panas larutan karbohidrat murni dan campuran, kemudian diaplikasikan untuk efisiensi proses pemasakan nasi. Penelitian dilakukan dengan pengamatan kenaikan suhu selama proses pemanasan dan penurunan suhu selama proses pendiaman. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penambahan NaCl pada berbagai konsentrasi tidak mempengaruhi kemampuan mentransfer tetapi cenderung menurunkan kemampuan menyimpan energi panas larutan karbohidrat. Penambahan NaCl 1% menyebabkan kemampuan menyimpan energi panas dari larutan karbohidrat dengan struktur molekul kompleks dan ukuran molekul besar lebih lama dibandingkan dengan larutan karbohidrat dengan struktur molekul sederhana dan ukuran molekul kecil. Hasil aplikasi menunjukkan bahwa penambahan larutan jeli 3,0% dengan penambahan NaCl 1% dalam proses pemasakan nasi mampu mencapai efisiensi energi sebesar 28,14% dan efisiensi waktu 20%. Proses pemasakan nasi paling efisien bisa dilakukan dengan pemanasan selama 18 menit dan pendiaman selama 7 menit dalam sistem bersekat. ## 1. Pendahuluan Memasak nasi merupakan rutinitas dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Asia baik dalam skala rumah tangga maupun usaha. Pada umumnya penggunaan energi panas dalam proses memasak nasi kurang efisien, karena banyak energi yang terbuang ke lingkungan. Akibatnya proses pemasakan nasi membutuhkan energi lebih besar dan waktu lebih lama. Strategi dalam memasak nasi perlu disiapkan dalam upaya untuk efisiensi energi, antara lain jenis kompor dan sumber energi, desain dan jenis material peralatan memasak, serta teknik pemasakan nasi [1]. Strategi dari jenis kompor dan sumber energi bisa dilakukan dengan penggunaan kompor gas elpiji yang dapat menghasilkan nyala api biru yang menunujukkan tingkat energi panas lebih tinggi dibanding nyala api merah (rizki, 2008). Salah satu cara efisiensi agar kompor lebih efisien dilakukan dengan mengatur sirkulasi oksigen dan elpiji secara tepat pada sistem kompor. Desain dan jenis material pembentukan peralatan memasak juga mempengaruhi proses pengolahan bahan pangan contohnya panci Teflon yang memiliki polimer PTFE (Politetrafluoroetilen) pada lapiasan permukaan, yang akan cepat mematangkan bahan pangan dibandingkan dengan panci biasa. Sehingga proses pematangan bahan pangan lebih cepat dibandingkan dengan panci biasa [2]. Peralatan memasak yang dibuat untuk efisiensi energi, contohnya adalah panci tekan. Tutup panci tekan yang berat menyebabkan uap tidak bisa keluar ke lingkungan, akibatnya suhu di sistem tetap tinggi dan tekanannya meningkat. Pengaruh dari tekanan dan suhu sistem tinggi inilah yang membuat bahan pangan matang tanpa pemanasan terus-menerus. Dalam proses pengolahan pangan, bahan pangan selain berperan sebagai bahan yang diolah, juga berperan dalam metransfer dan menyimpan energi panas. Memasak sayuran dengan penambahan garam merupakan peristiwa sehari-hari (empiris) yang menunjukkan bahwa pada saat memasak sayuran, garam dapur ditambahkan pada saat masakan setengah matang atau akhir masakan karena garam dapur selain dapat larut, garam yang bersifat konduktor akan mentransfer energi panas lebih cepat ke luar masakan, sehingga garam dapur akan menurunkan panas yang diterima masakan dari kompor sehingga tidak terjadi kematangan yang berlebih. Selain berdasarkan pengalaman empiris dalam memasak sayuran dengan menambahkan garam, hasil uji pendahuluan yang dilakukan pada bahan pangan berbasis karbohidrat dan garam juga menunjukkan bahwa larutan karbohidrat mempunyai kemampuan dalam mentransfer dan menyimpan energi panas. Kemampuan mentransfer dan menyimpan energi panas dipengaruhi oleh struktur dan ukuran molekul. Larutan agar dan larutan jeli memiliki kemampuan transfer energi panas lebih baik daripada larutan tepung pati, larutan gula, dan larutan garam. Berdasarkan fenomena dalam memasak sayuran dengan penambahan garam dapur, serta hasil pengujian pendahuluan dihipotesiskan bahwa sifat konduktor NaCl mampu menghantarkan panas (konduktor). Adanya korelasi pengaruh penambahan NaCl dengan struktur molekul, ukuran molekul, dan komponen larutan terhadap kemampuan mentransfer dan menyimpan panas. Untuk membuktikan hipotesis tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap larutan karbohidrat murni, dan larutan karbohidrat yang berupa campuran dengan penambahan NaCl. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pengujian penentuan kemampuan mentransfer dan menyimpan panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl, serta aplikasi pada proses pemasakan nasi. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pengaruh NaCl terhadap kemampuan mentransfer dan menyimpan energi panas larutan karbohidrat murni dan campuran, kemudian diaplikasikan untuk efisiensi proses pemasakan nasi. ## 2. Metode Penelitian ## Pelarutan Bahan Agar 2,5%, sukrosa 50%, glukosa 50%, dekstrin 3%, jeli 3%, dan amilum 2,5% ditambahkan dengan natrium klorida (NaCl) dengan variasi konsentrasi 1%; 5%; 10%; dan 20% kemudian diencerkan pada gelas beker volume 100 mL memakai akuades. ## Kemampuan Mentransfer Energi Panas Larutan Karbohidrat dengan Penambahan NaCl Larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditutup dengan sumbat yang telah terpasang termometer. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 100 0 C (gelas beaker 600 mL), kemudian dipanaskan di atas kompor listrik. Selanjutnya dilakukan pengamatan kenaikan suhu setiap 1 menit sampai suhu konstan, kemudian penangas air diangkat dari sumber panas. ## Kemampuan Menyimpan Energi Panas Larutan Karbohidrat dengan Penambahan NaCl Larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl setelah pemanasan, didinginkan pada suhu ruangan dengan sistem terbuka. Selanjutnya dilakukan pengamatan kenaikan suhu setiap 1 menit sampai suhu konstan. ## Proses Pemasakan Nasi ## Penambahan NaCl dalam Larutan Karbohidrat untuk Efisiensi Energi Beras dan akuades dimasukkan dalam panci, dipanaskan pada kompor listrik sampai ¾ matang (berdasarkan hasil observasi), kemudian dilepaskan dari sumber panas. Selanjutnya air tajin diambil dan diganti dengan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl panas (larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl terbaik yang diperoleh dari hasil uji mentransfer dan menyimpan energi panas sebelumnya). Dipanaskan kembali dengan variasi waktu waktu 8 menit, 10 menit, dan 15 menit, kemudian dilepaskan dari sumber panas dan ditempatkan pada termos modifikasi dengan sistem tertutup selama 20 menit. Diamati penurunan suhunya setiap 1 menit dan diamati kematangan dan cita rasa nasi. ## Penambahan NaCl dalam Larutan Karbohidrat untuk Efisiensi Waktu Beras dan air dimasukkan dalam panci, dipanaskan pada kompor listrik sampai ¾ matang (berdasarkan hasil observasi), kemudian dilepaskan dari sumber panas. Selanjutnya air tajin diambil dan diganti dengan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl panas (larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl terbaik yang diperoleh dari hasil uji efisiensi energi). Pemanasan II dilakukan berdasarkan hasil uji dari efisiensi energi. Kemudian dilepaskan dari sumber panas dan ditempatkan pada termos modifikasi dengan sistem tertutup dengan variasi waktu, yaitu selama 5 menit, 7 menit, 10 menit, dan 15 menit. Diamati penurunan suhunya setiap menit dan diamati kematangan dan cita rasa nasi. ## Penentuan Sistem Terbaik Beras dan air dimasukkan dalam panci, dipanaskan pada kompor listrik sampai ¾ matang (berdasarkan hasil observasi), kemudian dilepaskan dari sumber panas. Selanjutnya air tajin diambil dan diganti dengan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl panas (larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl terbaik yang diperoleh dari hasil uji efisiensi energi). Pemanasan II dilakukan berdasarkan hasil uji dari efisiensi energi. Kemudian dilepaskan dari sumber panas dan ditempatkan pada termos modifikasi dengan memvariasi sistem, yaitu meliputi: 1. Sistem bersekat, yaitu di dalam termos diberi sekat busa tahan panas pada setiap sisi dan juga penutup dari busa tahan panas 2. Sistem tertutup, yaitu hanya ditutup dengan busa tahan panas, dan 3. Sistem terbuka, yaitu dibiarkan di udara terbuka. Waktu pendiaman dilakukan berdasarkan hasil dari uji efisiensi waktu. Diamati penurunan suhunya setiap menit dan diamati kematangan dan cita rasa nasi. ## Penentuan Kadar Gula Pereduksi dengan Metode Nelson Somogyi[3] Untuk membuktikan tingkat kematangan dari nasi yang telah ditambahkan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl, dilakukan uji kadar gula pereduksi pada nasi sistem terbaik. Selain itu uji ini juga untuk membandingkan banyaknya kadar glukosa pada beras sebagai kontrol negatif, nasi matang pemasakan normal sebagai kontrol positif, nasi matang hasil uji terbaik dalam segi efisiensi energi, efisiensi waktu maupun sistem pada kondisi matang dan setengah matang. Pengujian dilakukan dengan reagen [3]. ## Preparasi Sampel Sebanyak 100 g sampel nasi dihomogenasi dalam 50 mL akuades, kemudian disaring dengan menggunakan kain kasa. larutan putih kental yang terbentuk diencerkan dalam 50 mL akuades panas, kemudian distirer sampai homogen. Larutan disentrifugasi pada 2000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang terbentuk kemudian didiamkan selama 24 jam untuk menyempurnakan pengendapan. Pada beras, sebanyak 10 g beras dihomogenasi dengan 35 mL akuades. Perlakuan berikutnya sama seperti yang dilakukan pada sampel nasi. Untuk mengetahui banyaknya kadar glukosa yang terkandung pada sampel nasi dan beras terlebih dahulu dilakukan pengukuran pada kurva standar glukosa yang telah diketahui konsentrasinya. Untuk kurva standar glukosa sebanyak 10mg glukosa dilarutkan dalam akuades sampai 100mL. Selanjutnya dari larutan glukosa tersebut dibuat pengenceran dengan variasi konsentrasi 2 : 4 : 6 : dan 8 mg/100mL. ## Penentuan Kadar Gula Pereduksi Sebanyak 0,1 mL larutan sampel ditambah akuades sampai 1,5 mL, kemudian ditambah 0,2 ml larutan Ba(OH) 2 0,01 M dan 0,2 mL larutan ZnSO 4 0,01 M, digojog dan disentrifuse pada 2000 rpm selama 15 menit. Sebanyak 1 mL supernatan dibubuhi 1 mL reagen Nelson- Soumogyi, lalu dipanaskan di dalam air mendidih selama 15 menit, kemudian dinginkan dalam air dingin. Setelah itu dibubuhi 1 mL reagen Arsenomolibdat dan dibiarkan selama 1 menit sampai semua endapan larut. Encerkan larutan hasil yang berwarna biru dalam akuades sampai 10 mL, kemudian ditentukan absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada λ = 510 nm. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap larutan standar glukosa. ## 3. Hasil dan Pembahasan ## Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Kemampuan Mentransfer dan Menyimpan Energi Panas Larutan karbohidrat yang mampu mentransfer dan menyimpan energi panas secara optimal adalah glukosa 50%, sukrosa 50%, dekstrin 3%, agar 2,5%, jeli 3%, dan amilum 2,5% yang kemudian dilakukan penambahan NaCl dalam variasi konsentrasi sehingga didapatkan kemampuan mentransfer (Tabel 1) dan menyimpan energi panas (Tabel 2). ## Tabel 1. Kemampuan mentransfer energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl Sampel Waktu*(menit) NaCl 0% NaCl 1% NaCl 5% NaCl 10% NaCl 20% Glukosa 50% 4 4 3 4 4 Sukrosa 50% 3 4 5 4 4 Dekstrn 3,0% 5 4 5 4 4 Amilum 2,5% 4 5 5 4 5 Jeli 3,0% 4 4 4 4 4 Agar 2,5% 5 4 4 4 4 Keterangan: (*) waktu yang dibutuhkan sampel untuk mencapai suhu 98 0 C selama pemanasan Dari Tabel 1 diperoleh hasil bahwa penambahan NaCl dalam berbagai konsentrasi kurang mempengaruhi kemampuan larutan karbohidrat dalam mentransfer energi panas, terlihat dari waktu yang relatif sama yang dibutuhkan oleh sampel untuk mencapai suhu 98 o C. Glukosa 50% dengan penambahan NaCl 5% mempunyai kemampuan mentransfer energi panas paling baik dibandingkan dengan dengan sampel lain yang yang juga terdapat penambahan NaCl. Glukosa 50% memiliki struktur molekul yang sederhana dan ukuran molekul yang kecil serta adanya penambahan NaCl 5% yang memiliki sifat konduktor sehingga berakibat pada pencapaian suhu maksimum dari glukosa 50% dengan penambahan NaCl 5% lebih tinggi dan dengan waktu yang lebih cepat. Tabel 2 Kemampuan meyimpan energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan variasi konsentrasi NaCl Sampel Waktu*(menit) NaCl 0% NaCl 1% NaCl 5% NaCl 10% NaCl 20% Glukosa 50% 37 27 26 26 27 Sukrosa 50% 35 29 24 25 24 Dekstrn 3,0% 31 31 29 29 28 Amilum 2,5% 33 33 32 33 30 Jeli 3,0% 33 34 31 31 31 Agar 2,5% 34 32 29 28 27 Keterangan: (*) waktu yang dibutuhkan sampel untuk mencapai suhu 43 0 C selama pendiaman Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa pengaruh penambahan NaCl dalam berbagai konsentrasi cenderung menurunkan kemampuan larutan karbohidrat dalam menyimpanan energi panas. Semakin tinggi konsentrasi NaCl yang ditambahkan pada larutan karbohidrat, kemampuan menyimpan energi panasnya semakin rendah. Dari Tabel 2 diperoleh kemampuan optimal dalam menyimpan energi panas pada larutan karbohidrat dengan penambahan variasi konsentrasi NaCl yaitu NaCl dengan konsentrasi 1%. ## Profil Energi Panas dalam Larutan Karbohidrat dengan Penambahan NaCl 1% Profil energi panas merupakan grafik yang menggambarkan kondisi energi panas saat pemanasan ataupun pendiaman. Data-data yang diperoleh kemudian dikorelasikan dalam bentuk grafik, sehingga didapatkan profil energi panas dalam larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% untuk tiap sampel pada konsentrasi optimum, seperti disajikan pada gambar 1. Gambar 1. Profil energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% Profil energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% dari semua sampel digunakan untuk mengetahui larutan karbohidrat yang memiliki kemampuan mentransfer dan menyimpan energi panas terbaik. Data profil larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% kurang dapat menjelaskan pengaruh NaCl 1% terhadap larutan karbohidrat, sehingga dari data pemanasan dan pendiaman larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% dibuat relatif dengan data pemanasan dan pendiaman larutan karbohidrat yang dirumuskan seperti pada persamaan IV.2 T relatif penambahan NaCl = T larutankarbohidrat tanpa penambahan NaCl 1% T larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% Keterangan : T = Suhu ( o C) Profil suhu relatif penambahan NaCl dalam larutan karbohidrat disajikan pada gambar 2 Gambar 2 Profil suhu larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% relatif terhadap suhu larutan karbohidrat tanpa NaCl Profil relatif penambahan NaCl pada menit ke-0 menunjukkan suhu awal beberapa larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% berada pada keadaan yang rendah yaitu dibawah angka 1,0 (glukosa 50%, dekstrin 3,0%, jeli 3,0%, dan agar 2,5%). Sedangkan sukrosa 50% dan amilum 2,5% berada diatas angka 1,0 yang berarti sukrosa 50% dan amilum 2,5% dengan penambahan NaCl 1% mempunyai profil energi panas lebih tinggi dibandingkan sukrosa 50% dan amilum 2,5% tanpa penambahan NaCl 1%. Pada saat larutan karbohidrat mulai dipanaskan, suhu larutan karbohidrat cenderung berada pada keadaan yang sama yaitu diantara angka 1,0 yang menandakan profil energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl dan tanpa penambahan NaCl dapat mencapai suhu optimum pemanasan yang sama. Pada saat pendiaman yaitu mulai menit ke-9, larutan karbohidrat dijauhkan dari sumber panas sehingga beberapa larutan karbohidrat profilnya berada diatas angka 1,0 yaitu amilum 2,5% dan jeli 3,0% sedangkan larutan glukosa 50%, sukrosa 50%, dekstrin 3,0%, dan agar 2,5% memiliki profil energi panas yang rendah (dibawah 1,0). Hal ini dikarenakan pada larutan karbohidrat dengan struktur molekul yang kompleks dan ukuran molekul yang besar mempunyai pengaruh yang kecil terhadap penambahan NaCl. Tetapi pada pendiaman dengan waktu yang lebih lama, glukosa 50% dan sukrosa 50% mempunyai profil energi panas yang sangat drastis penurunannya. Hal ini dikarenakan T larutan karbohidrat tanpa penambahan NaCl 1% struktur molekul yang sederhana dan ukuran molekul yang kecil serta adanya NaCl cenderung menurunkan kemampuan menyimpan energi panas. Sedangkangkan pada amilum 2,5%, dekstrin 3,0, agar 2,5%, dan jeli 3,0% pada saat pendiaman, profil energi panasnya stabil dan mendekati angka 1,0. Karena larutan karbohidrat dengan stuktur molekul yang kompleks dan ukuran molekul yang besar lebih baik dalam kemampuan menyimpan energi panas. ## Kemampuan Larutan Karbohidrat dengan Penambahan NaCl 1% dalam Mentransfer Energi Panas Kemampuan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% dalam mentransfer energi panas terbaik ditentukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh bahan untuk mencapai suhu maksimum. Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan kemampuan mentransfer energi panas larutan karbohidrat seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kemampuan mentransfer energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl Sampel Waktu*(menit) NaCl 0% NaCl 1% Glukosa 50% 4 4 Sukrosa 50% 3 4 Dekstrin 3,0% 5 4 Amilum 2,5% 4 5 Jeli 3,0% 4 4 Agar 2,5% 5 4 Keterangan: (*) waktu yang dibutuhkan sampel untuk mencapai suhu 98 0 C selama pemanasan Dari Tabel 3 terlihat bahwa adanya NaCl 1% dalam larutan karbohidrat cenderung kurang mempengaruhi dalam mentransfer energi panas. Hal tersebut dikarenakan NaCl mempunyai sifat konduktor pada saat pemanasan sehingga larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl kurang dapat menahan panas dalam larutan karbohidrat dan cenderung cepat keluar dari sistem ke lingkungan. ## Kemampuan Larutan Karbohidrat dengan Penambahan NaCl 1% dalam Menyimpan Energi Panas Kemampuan larutan karbohidrat dalam menyimpan energi panas ditentukan berdasarkan waktu terlama untuk mencapai suhu konstan tertinggi. Berdasarkan hasil penelitian maka urutan kemampuan menyimpan energi panas larutan karbohidrat disajikan pada Tabel 4. ## Tabel 4. Kemampuan menyimpan energi panas larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl Sampel Waktu*(menit) NaCl 0% NaCl 1% Glukosa 50% 37(VI) 27(VI) Sukrosa 50% 35(V) 29(V) Dekstrin 3,0% 31(IV) 31(IV) Amilum 2,5% 33(III) 33(II) Jeli 3,0% 33(II) 34 (I) Agar 2,5% 34(I) 32(III) Keterangan: (*) waktu yang dibutuhkan sampel untuk mencapai suhu 43 0 C selama pendiaman Dari data pada Tabel 4 terlihat pula bahwa, dengan adanya NaCl kemampuan menyimpan energi panasnya semakin rendah sehingga waktu menyimpan dari larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl juga semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan NaCl mempunyai sifat konduktor sehingga NaCl dalam larutan karbohidrat cenderung melepaskan energi panas dari sistem ke lingkungan. Jeli 3,0% dengan penambahan NaCl 1% memiliki kemampuan menyimpan energi panas paling baik dibandingkan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% lain yang memiliki struktur molekul kompleks dan ukuran molekul yang besar. Hal ini karena jeli 3,0% memiliki kemampuan membentuk gel pada saat didinginkan. Ketika didinginkan, molekul-molekul jeli mulai saling merapat, memadat, dan membentuk kisi- kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga dapat terbentuk sistem koloid padat-cair [4](Belitz et al, 2004). ## Proses Pemasakan Nasi ## Penambahan NaCl 1% pada Larutan Karbohidrat untuk Efisiensi Energi Penentuan larutan karbohidrat yang lebih efisien energi dalam pemasakan nasi didasarkan pada kemampunnya dalam mematangkan nasi dengan waktu paling cepat saat pemanasan kedua. Data mengenai pengukuran suhu ditampilkan pada Lampiran H. Berdasarkan penelitian maka didapatkan hasil pemasakan nasi dengan variasi waktu pemanasan kedua disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil pemasakan nasi dengan variasi waktu pemanasan kedua Larutan karbohidrat + NaCl 1% yang ditambahkan Waktu pemanasan kedua (menit Hasil Amilum 2,5% 8 Tidak matang 10 Matang 15 Matang Agar 2,5% 8 Tidak matang 10 Matang 15 Matang Jeli 3,0% 8 Matang 10 Matang 15 Matang Hasil pengujian didapatkan larutan jeli 3,0% dengan penambahan NaCl 1% mampu mematangkan nasi pada pemanasan kedua selama 8 menit. Gel yang terbentuk dari jeli 3,0% menahan energi panas terlepas dari sistem, sehingga suhu sistem tetap tinggi. Penurunan suhu pun tidak terlalu drastis, sehingga energi panas dapat digunakan untuk mematangkan nasi, data mengenai hal ini disajikan pada lampiran H.3.1. Energi panas dari sistem tidak cepat lepas ke lingkungan karena terlindungi oleh termos, sehingga suhu sistem cukup tinggi dan tertahan cukup lama. Salah satu profil efisisensi energi adalah profil efisiensi energi pada semua larutan karbohidrat yang disajikan pada gambar 3. Untuk menentukan larutan karbohidrat yang lebih efisien energi dilakukan dengan menghitung kebutuhan energi listrik (kompor) untuk mematangkan nasi pada tahap pemanasan yang disajikan pada Lampiran I. Kebutuhan energi listrik untuk mematangkan nasi disajikan pada Tabel 6. ## Tabel 6. Kebutuhan energi listrik untuk mematangkan nasi Pemasakan nasi (matang) Waktu pemanasan total* (menit) Energi listrik terpakai (kwh) Efisiensi Energi (%) Penambahan Agar 2,5%+NaCl 1% 10 0,133 20,36 Penambahan Amilum 2,5%+NaCl 1% 10 0,133 20,36 Penambahan Jeli 3,0%+NaCl 1% 8 0,12 28,14 Keterangan: (*) Waktu pemanasan total adalah pemanasan I+pemanasan II Berdasarkan Tabel 6 penambahan larutan jeli 3,0% dengan penambahan NaCl 1% pada pemanasan II selama 8 menit merupakan pemanasan lebih efisien energi, yaitu sebesar 28,14% dibandingkan dengan pemanasan normal. ## Penambahan NaCl 1% pada Jeli 3,0% dengan untuk Efisiensi Waktu Penentuan larutan karbohidrat yang lebih efisien energi dalam pemasakan nasi didasarkan pada kemampunnya dalam mematangkan nasi dengan waktu paling cepat saat pendiaman. Berdasarkan penelitian maka didapatkan hasil pemasakan nasi dengan variasi waktu pendiaman disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil pemasakan nasi dengan variasi waktu pendiaman Waktu pendiaman (menit) Hasil 5 Tidak matang 7 Tidak matang 10 Matang 15 Matang Dari Tabel 7 dapat disimpulkan semakin lama waktu pendiaman nasi akan matang. Untuk menentukan larutan karbohidrat dengan penambahan NaCl 1% yang lebih efisien waktu dilakukan dengan menghitung berapa lama waktu yang digunakan untuk mematangkan nasi pada tahap pendiaman yang disajikan pada Lampiran K. Efisiensi waktu untuk mematangkan nasi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Efisiensi waktu untuk mematangkan nasi Waktu pemasakan total* (menit) Efisiensi waktu (%) 35 (pemasakan normal dengan pendiaman 20 menit) 0 28 (pendiaman selama 10 menit) 20 33 (pendiaman selama 15 menit) 5,71 38 (pendiaman selama 20 menit) -8,57 Keterangan: (*) Waktu pemanasan total adalah pemanasan I+pemanasan II Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa dengan pemasakan nasi dengan penambahan NaCl 1% pada larutan jeli pada pendiaman selama 10 menit merupakan waktu memasak yang lebih efisien, yaitu sebesar 20% dibandingkan pemasakan normal. ## Penentuan Sistem Terbaik dalam Proses Pemasakan Nasi Penentuan sistem terbaik dalam pemasakan nasi sama seperti pada penentuan efisiensi waktu, yaitu didasarkan pada kemampunnya dalam mematangkan nasi dengan waktu paling cepat saat pendiaman. Hasil yang diperoleh adalah nasi matang pada saat ditempatkan pada sistem bersekat dan tertutup, sementara pada sistem terbuka nasi tidak matang. Hal ini disebabkan karena pada sistem terbuka energi panas dari sistem langsung lepas ke lingkungan, sehingga energi panas akan cepat turun, akibatnya nasi belum matang. Data mengenai pengukuran suhu disajikan pada Lampiran L. Untuk menguji kematangan dilakukan dengan metode organoleptik. Dari segi tingkat kematangan, sistem bersekat lebih matang daripada yang lain. Dari hasil yang didapatkan, disimpulkan bahwa sistem bersekat merupakan sistem terbaik untuk memasak nasi. Kematangan nasi dari hasil penentuan sistem terbaik juga diuji dengan menggunakan metode [3]Nelson-Somogyi, yang bisa diketahui dari konsentrasi gula pereduksi yang terukur. Pada saat proses pemasakan nasi, pati atau amilum yang terkandung didalamnya akan terhidrolisis menjadi gula pereduksi (salah satunya glukosa) karena adanya pemanasan. Pengujian dilakukan pada nasi matang dan setengah matang hasil penentuan sistem terbaik, dan sebagai kontrol positif menggunakan nasi matang hasil pemasakan normal, sedangkan kontrol negatif menggunakan beras. Dari hasil pengukuran (Lampiran N) diperoleh nasi matang hasil penentuan sistem terbaik mengandung gula pereduksi paling besar dibandingkan yang lain, yaitu 0,423 mg/100 mL. Hal ini membuktikan bahwa kondisi pemasakan untuk nasi matang mampu menghidrolisis polisakarida lebih baik dibandingkan kondisi pemasakan sampel yang lain. ## 4. Kesimpulan Penambahan NaCl pada berbagai konsentrasi tidak mempengaruhi kemampuan mentransfer, tetapi cenderung menurunkan kemampuan menyimpan energi panas larutan karbohidrat. Penambahan NaCl 1% menyebabkan kemampuan menyimpan energi panas dari larutan karbohidrat dengan struktur molekul kompleks dan ukuran molekul besar lebih lama dibandingkan dengan larutan karbohidrat dengan struktur molekul sederhana dan ukuran molekul kecil. Efisiensi energi 28,14% dan waktu 20% bisa dicapai pada proses pemasakan nasi dengan penambahan jeli 3,0% dan NaCl 1%. Proses pemasakan nasi yang paling efisien bisa dilakukan dengan pemanasan total 18 menit dan pendiaman selama 7 menit dalam sistem bersekat. ## 5. Daftar Pustaka [1] Matthew J. Taylor, Biomass in the borderlands: charcoal and firewood production in Sonoran Ejidos, Journal of the Southwest, 48, 1, (2006) 63-90. [2] Roy J. Plunkett, The History of Polytetrafluoroethylene: Discovery and Development, in: R.B. Seymour, G.S. Kirshenbaum (Eds.) High Performance Polymers: Their Origin and Development: Proceedings of the Symposium on the History of High Performance Polymers at the American Chemical Society Meeting held in New York, April 15 – 18, 1986, Springer Netherlands, Dordrecht, 1986, pp. 261-266. [3] Michael Somogyi, A new reagent for the determination of sugars, Journal of Biological Chemistry, 160, (1945) 61-68. [4] HD Belitz, W Grosch, P Schieberle, Food Chemistry, 3rd revised English edition, in, Springer, Berlin, 2004.
c10d4127-dcba-42a1-8d7c-4ebb9d48702d
https://ioinformatic.org/index.php/JUKI/article/download/221/180
## Media Pembelajaran Rumah Adat Batak Toba “Jabu Bolon” Berbasis Multimedia dengan menggunakan Macromedia Flash 1 Tonni Limbong, 2 Pilipus Tarigan 1 Universitas Katolik Santo Thomas, Medan Indonesia 2 Universitas Mandiri Bina Prestasi Medan, Indonesia Email: 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak. Media pembelajaran Rumah Adat Batak Toba “jabu Bolon” ini merupakan media pembelajaran untuk mata pelajaran muatan lokal dalam melestarikan Budaya di Indonesia secara khusus di Sumatera Utara suku Batak Toba, setelah mempelajari Rumah Adat Batak Toba selanjutanya aplikasi juga menyediakan halaman evaluasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal Rumah Adat Batak Toba dan Sejarahnya dengan mengetahui bagian atau unsur yang belum dipahami oleh banyak orang. Dalam ajaran Budaya setiap orang wajib mengetahui dan mengenal budaya dan Sejarahnya agar kearifan lokal tetap terjaga dan dapat menjadi sebuah sumber pendapatan bagi dunia pariwisata. Pada umumnya Rumah Adat Batak toba dan Sejarahnya dikenalkan pada anak-anak karena sejarah dan budaya sangat baik untuk dicontoh dan ditiru oleh anak-anak agar anak tersebut dapat berkembang menjadi pribadi yang memiliki akhlak yang baik. Saat ini Indonesia semakin berkembang namun anak-anak tidak boleh melupakan dengan budaya nenek moyang atau leluhur dimana sekarang jarang siswa yang memahami karena tidak antusias dalam pembelajaran muatan lokal dikarenakan kurangnya media pembelajaran. Pada aplikasi ini pengguna akan disuguhkan sejarah rumah adat sebagai bahan bacaan dan bentuk rumah di Sumatera Utara khususnya Suku Batak Toba yang dilengkapi dengan evaluasi dengan model Puzzle dan Pilihan Ganda untuk memperdalam pengetahuan mengenai Rumah Adat Batak Toba. Kata Kunci: Multimedia, Pembelajaran, Rumah Adat Batak Toba, Sejarah ## PENDAHULUAN Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa dalam belajar mengajar yang diharapkan akan membantu guru dalam mengajar dan memudahkan siswa untuk menerima dan memahami materi pelajaran[1], [2]. Media pembelajaran yang digunakan di sekolah maupun di lembaga pendidikan lain secara umum masih menggunakan alat bantu papan tulis, buku-buku maupun diktat. Penggunaan alat bantu tersebut masih belum dapat mencapai tujuan secara optimal sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan [3]. Untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran yang lebih komunikatif dan interaktif, maka komputer dalam bentuk aplikasi perangkat lunak merupakan solusi yang tepat dalam media pembelajaran dengan bantuan berbasis multimedia [4]. Media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi komputer dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat bagi siswa, dapat juga memberikan motivasi belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa [5]. Saat ini masih banyak sekolah yang khususnya di daerah di luar kota yang hanya mementingkan aspek kognitif saja dan kurang memandang persoalan motivasi belajar siswa. Hal ini juga terjadi pada sekolah SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan Provinsi Sumatera Utara terutama pada pembelajaran muatan lokal materi tentang Rumah Adat Batak Toba. Kurangnya motivasi untuk belajar sejarah Rumah Adat dikarenakan kurang kreatifnya guru dalam mengajar serta media pembelajaran yang masih sederhana yaitu berupa buku. Selain itu, buku merupakan media pembelajaran umum yang digunakan dalam menceritakan sejarah Rumah Adat, namun media seperti buku memiliki beberapa kekurangan seperti fisik yang mudah rusak, dan kurang interaktif yang menyebabkan mudah bosan. Dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan media pembelajaran berupa media pembelajaran interaktif berbasis komputer. Media pembelajaran interaktif berbasis komputer ini sangat berguna sebagai perantara dan juga sangat diperlukan dalam merangsang pikiran, perhatian, minat serta motivasi belajar siswa untuk mendukung proses belajar mengajar agar berjalan lancar. Dalam proses belajar, biasanya guru memulai pelajaran bercerita, atau bahkan membacakan apa yang tertulis dalam buku ajar dan akhirnya langsung menutup pelajaran begitu selesai jam belajar. Tidak mengherankan seorang guru sering timbul kesan bahwa mengajar seni budaya itu mudah. Namun, dalam pembahasan ini ditekankan agar para siswa SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan mendapatkan informasi tentang Rumah Adat Batak Toba, dan diupayakan juga dapat melihat bentuk rumah adat secara visual sehingga para siswa dapat mudah mengetahui dan memahami bentuk rumah adat Batak Toba [6]. Dengan adanya media pembelajaran ini diharapkan para siswa SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan mengenal secara visual tentang rumah adat yang ada di Suku Batak Toba. Media pembelajaran ini juga bisa menjadi alternatif bagi para siswa yang ingin melihat rumah adat Batak Toba tanpa harus melihat langsung ke objeknya. Rumah tradisional Batak Toba disebut Rumah Bolon, bentuknya persegi panjang dan dapat dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk masuk ke rumah kita harus menaiki tangga yang terletak di tengah rumah, dengan berbagai anak tangga ganjil. Jika orang ingin masuk ke rumah Batak Toba, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok melintang. Ini berarti pengunjung harus menghormati pemilik rumah [7]. Dasar rumah acap kali dibangun setinggi 1.75 meter di atas tanah, dan bagian bawah digunakan untuk kandang babi, ayam, dan sebagainya [8]. Pintu rumah memiliki dua jenis daun pintu, yaitu daun pintu horisontal dan vertikal. Namun sekarang, daun pintu horisontal tidak digunakan lagi. Ruangan di rumah tradisional adalah sebuah ruang terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun di situ didiami beberapa keluarga, tetapi itu tidak berarti tidak ada pembagian area, karena ini disesuaikan dengan pembagian kediaman dari rumah tersebut yang diatur oleh adat mereka yang kuat [9]. Macromedia flash adalah platform multimedia dan perangkat lunak yang digunakan untuk animasi, game dan aplikasi dapat dilihat, dimainkan, dan dijalankan di Adobe Flash Player, Selain itu sudah tersedia sarana untuk membuat dan mengembangkan program sudah difasilitasi dengan adanya Action Script [10]. Penggunaan macromedia flash sebagai media pembelajaran, bermanfaat bagi guru sebagai alat bantu dalam menyiapkan bahan ajar dan menyelenggarakan pembelajaran. Media ini dapat memancing stimulus siswa agar dapat memanipulasi konsep-konsep serta dapat mengetahui bentuk nyata konsep matematika yang abstrak. Macromedia Flash merupakan teknologi audio-visual seperti teks, gambar, sound, animasi, dan lainnya sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik karena berbasis multimedia untuk mendukung proses pembelajaran [11]. Pembelajaran berbasis multimedia dapat menyajikan pembelajaran yang lebih menarik, dan tidak monoton, sehingga siswa terhindar dari kejenuhan dan bosan dalam proses pembelajaran [12]. ## METODE PENELITIAN Model pengembangan media pembelajaran ini menggunakan model Multimedia Development Life Cycle (MDLC). Dengan mengamati proses pembelajaran di SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan Provinsi Sumatera Utara masih dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran konvensional. Alur sistem yang berjalan untuk saat ini di SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan dimana pembelajaran yang diterapkan masih sederhana yaitu berupa buku. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran muatan lokal materi rumah adat batak toba yang lebih menarik dan efisien dari media pembelajaran sebelumnya menggunakan Macromedia Flash dengan 6 tahapan yaitu konsep, desain, pengumpulan materi, perakitan, pengujian dan distribusi [3][13], seperti pada Gambar 1 di bawah ini: 1. CONCEPT 2. DESIGN 3. MATERIAL COLLECTION 4 ASSEMBLY 5 TESTING 6. DISTRIBUTION ## Gambar 1. Tahapan pengembangan model MDLC Penjelasan dari gambar tersebut adalah sebagai berikut [14]: ## 1. Concept Tahap konsep dalam hal menentukan tujuan dan siapa yang akan menjadi pengguna program (identifikasi audiens), bentuk aplikasi, tujuan pembuatan aplikasi, dan spesifikasi aplikasi secara umum. Aturan dasar yang digunakan untuk perancangan juga ditentukan pada tahap ini, misalnya ukuran aplikasi, target aplikasi, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Tujuan dari tahap pendefinisian ini adalah untuk mendefinisikan dan mendefinisikan segala sesuatu yang diperlukan dalam suatu konsep instruksional. Ada 5 hal yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: a. Analisis awal dan akhir Meneliti dan mencari tahu tentang apa saja permasalahan mendasar yang dihadapi guru terkait mengajarkan materi muatan lokal budaya batak toba untuk materi Rumah Adat “Rumah Bolon”. Selama penelitian ini, akan ditemukan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dan lebih efisien melalui semua pertimbangan. b. Analisis siswa Mengidentifikasi karakter siswa yang akan mengikuti pembelajaran. Karakter yang dimaksud adalah kompetensi siswa dan latar belakang pengalaman belajar siswa, perilaku umum siswa terhadap topik pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, format dan bahasa yang akan digunakan. c. Analisis tugas Mengidentifikasi keterampilan utama yang dibutuhkan siswa dalam belajar dan memecahnya menjadi keterampilan yang lebih spesifik. d. Analisis konsep Mengidentifikasi konsep-konsep utama yang harus diajarkan oleh guru, menyusun kembali konsep- konsep tersebut menjadi hierarki dan merinci sifat atau karakteristik dari setiap konsep. Analisis ini akan membantu mengidentifikasi serangkaian pemikiran tentang contoh-contoh yang dapat dibawa ke dalam pengembangan. e. Tetapkan tujuan pembelajaran Mengubah hasil analisis semua tugas dan analisis semua konsep menjadi tujuan dalam bentuk perilaku yang diharapkan. Serangkaian tujuan ini akan digunakan sebagai dasar untuk persiapan tes, desain dan integrasi lebih lanjut dari tujuan tersebut ke dalam materi pelajaran. ## 2. Design Desain adalah menyusun detail mengenai arsitektur aplikasi yang akan dibangun, corak, bentuk tampilan dan bahan/materi apa yang dibutuhkan untuk pembuatan aplikasi pembelajaran. Spesifikasi yang dibuat harus sangat detail sehingga pada tahap selanjutnya yaitu pengumpulan dan perakitan material tidak diperlukan lagi keputusan baru, melainkan menggunakan apa yang telah ditentukan pada tahap desain. Meskipun demikian, masih sering terjadi penambahan materi atau bagian media pembelajaran, terkadang dihilangkan atau diubah pada awal pengerjaan proyek. Tujuan dari perancangan ini adalah desain awal antarmuka media pembelajaran. Tahap ini dapat terlaksana jika tujuan materi pelajaran telah ditetapkan dengan baik pada tahap sebelumnya. Ada empat langkah pada tahap ini, yaitu: a. Menyusun kriteria uji (menetapkan kriteria acuan uji) Tahap ini merupakan jembatan yang menghubungkan tahap I dan II. Kriteria yang dikembangkan mengubah tujuan menjadi kerangka materi pembelajaran. b. Pemilihan media (pemilihan media) Pemilihan media yang tepat untuk menyajikan materi/isi pembelajaran. Proses ini meliputi sumber ajar, rencana diseminasi dan sifat-sifat media pembelajaran. c. Pemilihan format (pemilihan format) Langkah ini terkait dengan pemilihan media sebelumnya. Format pembelajaran mengacu pada komunikasi media yang digunakan, strategi pengajaran dan teknik penggunaan media. Pilihan format ini tergantung pada format visual, audiovisual, non-verbal dan sebagainya. d. Desain awal Menyajikan dasar-dasar pembelajaran melalui media yang tepat dan dengan urutan yang tepat. Langkah ini juga mencakup persiapan berbagai kegiatan belajar mengajar seperti membaca buku referensi, mewawancarai siswa dan guru tertentu dan menerapkan keterampilan yang berbeda dengan memperhatikan setiap siswa dan guru. 3. Material collecting Pengumpulan bahan adalah tahap mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pengembangan media pembelajaran, seperti gambar bangun datar, foto, animasi, video, deskripsi rumah adat batak toba, audio, dan lain-lain yang diperoleh dari guru matematika dan dibuat sesuai dengan desain sendiri. Tahap ini dapat dilakukan bersamaan dengan tahap perakitan. ## 4. Assembly Tahap perakitan merupakan tahap pembuatan semua objek atau bahan multimedia. Pembuatan objek dan aplikasi berdasarkan storyboard, flowchart, dan struktur navigasi sesuai tahapan desain. Tujuan tahap ini adalah memodifikasi isi materi pembelajaran yang ada pada draf awal. Hasil tahap desain harus diperhatikan sebagai dasar awal agar pada akhirnya diperoleh hasil yang efektif yaitu teknik untuk mendapatkan saran perbaikan materi. Sejumlah pakar atau ahli juga dilibatkan untuk mengevaluasi dan memberikan saran terhadap materi dari segi pembelajaran dan teknik penyampaian materi. Berdasarkan umpan balik para ahli, draf awal ini telah dimodifikasi. ## 5. Testing Setelah aplikasi dirancang, langkah selanjutnya adalah menguji dan mengukur kemampuan dan kinerja media pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Disini adalah tahap mengkompilasi ulang (recompile) apakah semua teks, link, tombol, dan fitur lainnya dapat berfungsi dengan baik. Pada langkah ini materi digunakan dalam kondisi tiruan yang menunjukkan siapa yang belajar, apa yang dipelajari, dalam kondisi apa dan berapa banyak waktu yang digunakan. Pada tahap ini bahan juga harus diperiksa oleh orang yang profesional untuk memperoleh pendapat yang objektif tentang kecukupan dan relevansinya. Pelaksanaan pengujian materi pada siswa untuk menentukan bagian-bagian yang memerlukan revisi. Berdasarkan tanggapan siswa dan komentar siswa, materi dapat dimodifikasi. Siklus pengujian dan revisi dilakukan untuk mendapatkan materi yang konsisten dan efektif. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem media pembelajaran yang digunakan saat ini oleh SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan masih menggunakan sistem pembelajaran yang masih sederhana yaitu berupa buku. Hal ini mengakibatkan para siswa kurang minat dalam pembelajaran karena buku masih kurang efektif dalam menumbuhkan minat baca siswa. Dari hasil penelitian penulis saat berada di SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan terdapat beberapa masalah : 1. Pembelajaran masih menggunakan buku 2. Belum adanya media pembelajaran interaktif 3. Kurangnya informasi mengenai edukasi tentang Rumah Adat yang dapat diakses secara cepat, mudah dan praktis. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis berencana untuk membuat sebuah aplikasi media pembelajaran interaktif Rumah Adat Batak Toba sebagai alat bantu dalam belajar mengajar muatan lokal di SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan. Adapun aplikasi ini memiliki fitur: 1. Menampilkan Rumah Adat Batak Toba beserta sejarahnya. 2. Terdapat Rumah Adat berbentuk 2D sesuai Rumah Adat Batak Toba. 3. Menampilkan kuis sebagai bahan evaluasi siswa terdiri dari Puzzle dan Pilihan ganda Pada rumah adat Batak Toba juga dihiasi oleh beragam ukuran yang mempunyai makna. Ukiran tersebut disebut sebagai gorga. Ukiran ini dapat ditemukan pada bagian luar dan juga bagian dalam rumah. Berikut ini merupakan beberapa gorga yang ada pada rumah adat bolon [7]. 1. Gorga berbentuk cicak. Hewan cicak merupakan hewan yang menggambarkan bahwa suku Batak dapat hidup dan juga beradaptasi dimanapun mereka berada. Meskipun suku Batak jauh dari tanah asalnya, mereka tetap menjalin persaudaraan dengan sesama sukunya. 2. Gorga berbentuk kerbau. Ukiran berbentuk hewan kerbau ini merupakan bentuk tanda terima kasih terhadap hewan tersebut. Dimana kerbau dipercaya telah membantu kehidupan dari manusia. 3. Gorga berbentuk ular. Hewan ular merupakan hewan yang masih berhubungan dengan kepercayaan suku Batak. Dimana jika rumah dimasuki oleh ular, maka dapat dipercaya dapat mendatangkan keberkahan. Bagian Bawah Kolong – Kaki Rumah BANUA TORU (BAWAH BUMI) Dunia Kematian Bagian Tengah – Badan Rumah BANUA TONGA (DUNIA) Tempat Tinggal Manusia Bagian Atap Atap BANUA GINJANG (LANGIT) Tempat Tinggal Para Dewa Rumah adat Batak juga terbagi menjadi tiga bagian. Berikut ini merupakan penjelasan bagian-bagiannya! 1. Bagian bawah atau yang disebut dengan Tombara. Bagian ini merupakan bagian bawah yang digunakan untuk tempat menyimpan hewan, baik itu ayam, kuda, hingga kerbau. 2. Bagian tengah atau yang disebut dengan Tonga. Tonga merupakan bagian tengah atau badan dari rumah. Bagian ini digunakan sebagai tempat penghuninya beraktivitas sehari-hari. 3. Bagian atas rumah atau disebut dengan Ginjang. Masyarakat suku Batak sendiri percaya bahwa pada bagian bawah rumah mencerminkan kematian, sedangkan pada bagian tengah mencerminkan dunia manusia dan pada bagian atas mencerminkan dunia dewa. Terdapat berbagai makna kehidupan pada rumah adat Batak [9]. Berikut ini beberapa filosofi yang ada pada rumah bolon. 1. Pondasi rumah yang kokoh melambangkan bahwa masyarakat suku Batak akan selalu bersama-sama dalam menghadapi beban berat. 2. Tiang penyangga rumah atau yang disebut dengan ninggor melambangkan kejujuran dari setiap warga sekitar 3. Atap rumah atau disebut dengan Songsong boltok, bermakna yakni agar ketika ada sikap yang kurang berkenan dadi pemilik rumah, maka sebaiknya disimpan dalam hati. 4. Lantai rumah yang mempunyai makna kehidupan 5. Bagian bawah rumah yang mempunyai makna tentang mengingat manusia akan kematian. 6. Bagian tengah yang menggambarkan kehidupan manusia sehari-hari 7. Bagian atas yang bermakna dunia para dewa. 8. Pola ret-ret yang melambangkan bahwa kehidupan manusia sehari-hari akan hidup saling membutuhkan. 9. Hal yang menarik pada masyarakat suku Batak Toba adalah dimana mereka selalu membuang kotoran melalui telaga yang biasanya terletak di dekat tungku. Hal tersebut ternyata mempunyai makna yakni untuk menghilangkan segala keburukan di dalam rumah dan menghilangkan setiap perbuatan buruk dari penghuninya. 10. Pada bagian rumah juga terdapat panggung yang mempunyai ukuran kecil. Panggung tersebut digunakan untuk menyimpan hasil panen, tempat ini juga mempunyai makna harapan kepada Sang Pencipta agar penghuni rumah senantiasa dilimpahkan rezeki Banyaknya makna tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa ternyata rumah tersebut didirikan bukan hanya untuk tempat berteduh dan tempat tinggal, melainkan juga dibuat dengan penuh pedoman hidup yang telah diwujudkan dalam setiap bagian rumah. Pada bagian pintu atas depan rumah Bolon terdapat Gorga, yaitu sebuah lukisan berwarna merah, hitam, dan putih. Biasanya terdapat lukisan hewan seperti cicak, ular ataupun kerbau. Dua hewan yang menjadi dekorasi rumah Bolon memiliki makna yang sangat berarti. Pada gorga yang dilukis gambar hewan cicak bermakna, orang Batak mampu bertahan hidup di manapun meski dia merantau sekalipun ke tempat yang jauh. Hal ini karena orang Batak memiliki rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antara sesama sukunya. Sedangkan gambar kerbau bermakna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau telah membantu manusia dalam pekerjaan ladang masyarakat [8]. Adapun bagian dari isi rumah adat batak Toba adalah :  Jabu Bong,yang ditempati oleh Kepala Rumah atau Porjabu Bong, dengan istri dan anak-anak yang masih kecil.  Jabu bong dinamakan Jabu Soding, yang dikhususkan untuk anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri.  Jabu Suhat, diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang sudah menikah.  Tampar Piring yang diperuntukkan bagi tamu.  Tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah. Gambar 3. Keterangan isi dalam Rumah adat batak Toba Analisis Kebutuhan Sistem disusun dalam sebuah tabel elisitasi dilakukan untuk mengetahui data apa saja yang dibutuhkan oleh guru SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Rumah Adat Batak Toba dengan Macromedia Flash CS6 ActionScript 3.0. Tabel 1. Kebutuhan Fungsional dan Non-Fungsional Kebutuhan Fungsional Home Menu Rumah Adat Batak Toba Sejarah Rumah Adat Batak Toba Evaluasi Profil Keluar Aplikasi Kebutuhan Non- Fungsional Tampilan Menarik Mudah Digunakan Type SWF Mp3 “Lagu O Tano Batak” Unified Modeling Language yang diusulkan pemodelan Use Case Diagram menggambarkan batasan sistem dan fungsi utama dari aplikasi. Mendeskripsikan fungsi dari sebuah sistem dari perspektif user. Use Case Diagram terdiri dari tiga bagian yaitu, definisi actor, definisi use case dan skenario use case. Keluar Gambar Rumah Adat Batak Toba Sejarah Rumah Adat Batak Toba Evaluasi Profile Home Pilihan Ganda Puzzle Gambar 4. Use Case Diagram Aplikasi Gambar 3. diatas merupakan Use Case diagram yang dibuat untuk menggambarkan sistem yang baru. Fungsi dari sistem yang baru menggambarkan kegiatan user yang nantinya diproses oleh sistem seperti melihat Rumah Adat, mempelajari sejarah Rumah Adat, menjawab evaluasi, profil penulis dan profil SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan serta keluar dari aplikasi. Proses pembuatan objek background dan karakter menggunakan software Macromedia Illustrator. Untuk proses pembuatan media pembelajaran interaktif menggunakan software Macromedia flash cs6. Pada tampilan halaman utama menampilkan menu Rumah Adat, Sejarah Rumah Adat, Evaluasi, dan profil. ## Gambar 5. Halaman Utama Pembelajaran Pada tampilan halaman menu Rumah Adat terdapat menu sejarah Rumah Adat tersebut. Pada menu ini menampilkan bentuk 2D dari Rumah Adat tersebut. Gambar 6. Halaman Sejarah dan Profile Rumah adat Batak Toba Pada tampilan halaman menu Evaluasi terdapat dua pilihan jenis evaluasi yaitu Puzzle dan Pilihan Ganda. Diharapkan menu dapat melatih siswa untuk mengingat dan mengenal elemen-elemen dari rumah adat Batak Toba “Jabu Bolon”. ## Gambar 7. Halaman Evaluasi Media pembelajaran interaktif yang telah dibuat dan divalidasi oleh ahli media dan ahli materi. Validasi ahli media dilakukan oleh dua dosen Universitas Katolik Santo Thomas. Validasi ahli materi oleh guru. Penilaian dilakukan dengan menunjukan pembelajaran interaktif kemudian memberikan angket. Skala penilaian pada angket ada lima yaitu dari sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan buruk. Di dalam angket untuk ahli media dan ahli materi juga disediakan kolom saran untuk perbaikan pembelajaran interaktif yang dihasilkan. Saran perbaikan dari ahli media dan ahli materi telah diperbaiki atau ditambahkan. Hasil penilaian secara lengkap dapat dilihat pada halaman lampiran. Berikut rata-rata penilaian dari ahli media: Tabel 2. Rata-rata Penilaian Ahli Media No Aspek Penilaian ∑ Nilai Rata-rata (∑ nilai) Kategori 1 Pewarnaan dan Bahasa 25 4 Layak 2 Desain Multimedia 34 4 Layak 3 Teks dan Kalimat 19 4 Layak Tabel 3. Rata-rata Penilaian Ahli Materi No Aspek Penilaian ∑ Nilai Rata-rata (∑ nilai) Kategori 1 Pewarnaan dan Bahasa 21 4 Layak 2 Desain Multimedia 35 4 Layak 3 Audio pendukung 31 4 Layak Setelah dilakukan perbaikan, media pembelajaran diujicobakan kepada peserta didik. Uji coba dilakukan pada peserta didik SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan yang berjumlah 33 siswa. Berikut adalah rata rata hasil penilaian oleh peserta didik: Tabel 4. Rata-rata Penilaian Ahli Materi No Aspek Penilaian Jawaban YA (%) Jawaban Tidak (%) 1 Pemrograman 95.70 4.30 2 Interaksi Pengguna 97.56 2.44 3 Pembelajaran 97.90 2.10 4 Warna dan Gambar 98.00 2.00 . Data hasil implementasi kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kelayakan media pembelajaran secara keseluruhan. Berikut adalah tabel hasil uji kelayakan dari ahli media, ahli materi, dan peserta didik: Tabel 5. Hasil Uji Kelayakan No Responde n Rata- rata (∑ nilai) presentase Katego ri 1 Ahli Media 3.52 87.75% Layak 2 Ahli Materi 3.59 89.81% Layak 3 Peserta Didik 3.26 81.50% Layak Penilaian kelayakan media pembelajaran interaktif Rumah Adat Batak Toba ini berdasarkan pada ahli media termasuk pada kategori sangat layak, ahli materi termasuk kategori sangat layak dan uji coba pada peserta didik termasuk pada kategori sangat layak. Dengan penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran interaktif Rumah Adat Batak Toba ini layak digunakan sebagai media pembelajaran di SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbanghasundutan. ## KESIMPULAN Pembuatan media pembelajaran interaktif Rumah Adat Batak Toba berbasis multimedia dengan Macromedia Flash CS6 dengan Actionscript 3.0 melalui lima tahapan yaitu analisis, desain, pembuatan, implementasi dan evaluasi. Pada tahap analisis ditemukan bahwa media pembelajaran yang digunakan masih berupa buku, selanjutnya menganalisis kebutuhan alat penelitian. Pada tahap desain membuat model dan storyboard untuk mempermudah programmer dalam menterjemahkan desain ke dalam bahasa pemrograman. Pada tahap pembuatan digunakan program Macromedia flash CS6 dengan bahasa pemrograman ActionScript 3.0. Tahap selanjutnya yaitu pengujian yang dilakukan oleh ahli media, ahli materi dan peserta didik sebagai calon pengguna. Tahap terakhir yaitu mengevaluasi data yang diperoleh untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dibuat. Media pembelajaran berfungsi untuk mewujudkan situasi pembelajaran secara efektif. Pengguna media merupakan bagian internal dalam sistem pembelajaran, media pembelajaran sangat penting digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran muatan lokal yaitu untuk mengembangkan kemampuan mengenal budaya seabgai salah satu wacana pelestarian ke arifan lokal, Agar pengguna mampu mempelajari dan menguasai materi pembelajaran Rumah Adat Batak Toba dengan baik. ## DAFTAR PUSTAKA [1] T. Limbong, P. Simanullang, and E. Napitupulu, “Aplikasi Pembelajaran Pengenalan Angka Untuk Usia Dini Menggunakan Objek Gambar Benda (Studi Kasus SD Negeri No. 173395 Dolok Sanggul),” Semin. Nas. Ilmu Komput. , no. October, pp. 73–81, 2016, doi: 10.13140/RG.2.2.29625.57442. [2] T. Limbong and J. Simarmata, Media dan Multimedia , 1st ed. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020. [3] Munir, Multimedia Konsep & Aplikasi Dalam Pendidikan , vol. 58, no. 12. Bandung: Penerbit Alfabeta, Bandung, 2012. [4] S. Nurajizah, “Implementasi Multimedia Development Life Cycle Pada Aplikasi Pengenalan Lagu Anak-Anak,” J. PROSISKO , vol. 3, no. 2, pp. 14–19, 2016. [5] Setiawan, “Cara membuat database sederhana dengan SQL Server 2008 R2 – INFO_KOMPUTER,” Media Pembelajaran , Oct. 2016. https://msetiawansite.wordpress.com/2016/10/05/cara-membuat- database-sederhana-dengan-sql-server-2008-r2/ (accessed Aug. 14, 2021). [6] T. Limbong, J. Simarmata, and P. Simanullang, “Pelatihan Pembelajaran Model Permainan untuk Pelajaran Muatan Lokal Aksara Batak pada Siswa SD Negeri 173403 Sirisirisi Kabupaten Humbang Hasundutan Pendahuluan Landasan Teori,” vol. 2, pp. 57–64, 2023. [7] Alex Nova, “Gema Budaya: Makna Filosofis Arsitektur Rumah Adat Batak,” Dec. 2011. http://gema- budaya.blogspot.com/2011/12/makna-filosofis-arsitektur-rumah-adat.html (accessed Jun. 22, 2023). [8] Sihotang.K, Naibaho.P, and Aritonang.E, “Tipologi fasad rumah adat batak toba,” J. Arsit. ALUR , vol. 2, no. 2, pp. 13–21, 2019. [9] Y. S. Antono, “Rumah Tradisional Batak Toba Menuju Kepunahan,” LOGOS J. Filsafat- Teol. , vol. 4, no. 2, pp. 107–133, 2005. [10] A. A. Dwiana et al. , “Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar,” JURNALBASICEDU , vol. 6, no. 1, pp. 499–505, 2022. [11] M. S. M. Rahmi, M. A. Budiman, and A. Widyaningrum, “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash 8 pada Pembelajaran Tematik Tema Pengalamanku,” Int. J. Elem. Educ. , vol. 3, no. 2, pp. 178–185, 2019. [12] U N Tsany, A. Septian, and E. Komala, “The ability of understanding mathematical concept and self- regulated learning using macromedia flash professional 8 ,” J. Phys. Conf. Ser. , vol. 1657, p. 12074, 2020, doi: 10.1088/1742-6596/1657/1/012074. [13] T. Limbong and Z. A. Matondang, “Development of Flat Shape Learning Media to Improve Children ’ s Mathematical Understanding Using Macromedia Flash,” vol. 4, pp. 39–50, 2022. [14] D. Y. Pramesti and R. W. Arifin, “Metode Multimedia Development Life Cycle Pada Media Pembelajaran Pengenalan Perangkat Komputer Bagi Siswa Sekolah Dasar,” J. Students‘ Res. Comput. Sci. , vol. 1, no. 2, pp. 109–122, Nov. 2020, doi: 10.31599/JSRCS.V1I2.400.
3d25c77a-70f0-4fb5-bc72-79afa3224c43
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/35787/24084
Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. ## PEDAHULUAN Kehamilan merupakan keadaan yang memiliki kerentanan terhadap berbagai hal dan sewaktu-waktu dapat menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan seperti komplikasi kehamilan atau bahkan kematian apabila tidak dilakukan perawatan yang maksimal selama masa kehamilan. Salah satu perawatan yang biasa dilakukan oleh ibu hamil adalah pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dimana kegiatan tersebut merupakan pemeriksaan terhadap kehamilan secara bertahap dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bagi ibu hamil baik fisik maupun mental sehingga mampu menjalani proses persalinan, nifas, persiapan dalam pemberian air susu ibu (ASI) untuk bayi secara eksklusif, sampai dengan pemulihan kesehatan alat reproduksi 1 . World Health Organization (WHO) menyarankan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit sebanyak delapan kali pemeriksaan. Pelaksanaan kunjungan pertama dilakukan saat trimester pertama dengan usia kehamilan sekitar 0- 12 minggu, kunjungan kedua dan ketiga dilakukan saat trimester kedua dengan usia kehamilan mencapai 20 dan 26 minggu, serta kunjungan selanjutnya dilakukan saat trimester ketiga dimana usia kehamilan sudah mencapai 30, 34, 36, dan 40 minggu 2 . Berbeda dengan rekomendasi WHO, Kemeskes RI menganjurkan pelaksanaan Antenatal Care (ANC) dilakukan minimal 4 kali pemeriksaan selama kurun waktu 9 bulan kehamilan atau biasa dikenal dengan ANC K4 dan masing-masing dilaksanakan pada trimester pertama dan trimester kedua sebanyak satu kali, dilanjutkan pemeriksaan pada trimester ketiga ## Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019 Trends Analysis Scope of Fe-3 Tablet Administration and ANC K4 Activities towards Pregnancy Complications in Surabaya in 2019 Sukma Arum Sekar Taji 1 , Lucia Yovita Hendrati 1 * 1 Department of Epidemiology, Biostatistics, Population Studies and Health Promotion, Faculty of Public Health, Uinversitas Airlangga, Surabaya, Indonesia RESEARCH STUDY Versi Bahasa OPEN ACCESS INFO ARTIKEL Received: 10-05-2022 Accepted: 24-08-2022 Published online: 03-03-2023 *Koresponden: Lucia Yovita Hendrati [email protected] DOI: 10.20473/amnt.v7i1.2023.79-87 Tersedia secara online: https://e- journal.unair.ac.id/AMNT Kata Kunci: ANC K4, Fe-3, Komplikasi kehamilan ## ABSTRAK Latar Belakang: Komplikasi kehamilan dapat terjadi pada ibu dan janin semasa kehamilan yang dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian. Salah satu faktor risikonya ialah tidak patuh mengkonsumsi tablet besi (Fe) dan pelayanan Antenatal Care (ANC) yang tidak teratur. Upaya untuk mengurangi komplikasi yaitu dengan memberikan informasi tentang faktor risiko kehamilan dan lokasi penderita untuk memudahkan pelaksanaan intervensi kepada kelompok sasaran. Tujuan: Penelitiaan ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis komplikasi kehamilan berdasarkan cakupan pemberian tablet besi (Fe-3) dan ANC K4 pada tahun 2019 di Surabaya. Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif observasional dengan desain studi populasi dari 31 Kecamatan di Kota Surabaya. Penelitian menggunakan data sekunder Profil Kesehatan Kota Surabaya tahun 2019. Metode analisis yang digunakan ialah uji korelasi spearman . Pembuatan peta persebaran menggunakan Health Mapper 4.3. Hasil: Peta persebaran dari cakupan pemberian tablet Fe-3 dan kegiatan ANC K4 di Surabaya sama-sama menunjukkan 6 kecamatan yang memiliki cakupan rendah dan 7 kecamatan memiliki cakupan tinggi. Hasil analisis menyebutkan hubungan antara cakupan pemberian tablet Fe-3 dengan komplikasi kehamilan sangat kuat (p=0,001; r=0,985) dan arah yang positif. Selain itu, cakupan antara kegiatan ANC K4 dan komplikasi kehamilan berhubungan dengan korelasi sangat kuat (p=0,001; r=0,982) serta arah yang positif. Kasus komplikasi terjadi di seluruh wilayah Surabaya. Kesimpulan: Cakupan pemberian tablet Fe-3 dan kegiatan ANC K4 tahun 2019 memiliki hubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya. Kasus komplikasi kehamilan terbanyak berada pada wilayah dengan cakupan pemberian tablet besi (Fe-3) dan kegiatan ANC K4 yang tinggi. Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. sebanyak dua kali 3 . Seiring berjalannya waktu, minimal pelaksanaan ANC telah ditambahkan oleh pemerintah pada tahun 2021 menjadi sekurang-kurangnya pemeriksaan kehamilan ialah 6 kali semasa kehamilan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan saat trimester pertama sebanyak satu kali, trimester kedua sebanyak dua kali pemeriksaan, dan tiga kali pemeriksaan saat trimester ketiga 4 . Tahun 2017 – 2019di Indonesia terkait cakupan pelaksanaan ANC K4 mengalami kenaikan secara bertahap yaitu 87,3% pada tahun 2017, 88% pada tahun 2018, dan 88,5% pada tahun 2019 5 . Cakupan kegiatan ANC K4 yang ada di Jawa Timur hampir sama dengan data Nasional yaitu pada tahun 2017 – 2019 cakupan ANC K4 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2020 menurun dari yang sebelumnya 99,44% pada tahun 2019 menjadi 90,94% pada tahun 2020. Cakupan ANC K4 di wilayah Jawa Timur tersebut belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menargetkan sebesar 100% 6 . Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Surabaya, cakupan ANC K4 di Surabaya dari tahun 2017 – 2019 mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu masing- masing 98,55% pada tahun 2017, 98,98% pada tahun 2018, dan 99,67% pada tahun 2019 7 . Cakupan ANC K4 di kota Surabaya tersebut melebihi cakupan yang ada di Nasional maupun di Jawa Timur. Salah satu rangkaian yang dilakukan pada kegiatan ANC baik K1 atau K4 adalah dengan memberikan tablet Fe atau tablet besi. Tablet besi (Fe) ialah tambahan suplemen yang berguna untuk tubuh dalam proses membentuk sel darah merah dan hemoglobin dan sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Zat besi yang diperlukan untuk ibu hamil setidaknya 800-1.000 mg selama masa kehamilan dimana janin selama proses berkembang membutuhkan 300 mg zat besi, untuk menambah masa hemoglobin selama kehamilan membutuhkan 500 mg, dan 200 mg lainnya digunakan untuk menggantikan cairan yang telah dikeluarkan oleh tubuh 8 . Tablet tambah darah yang diberikan kepada ibu hamil minimal sebanyak 90 tablet atau Fe-3 semasa kehamilan. Kebutuhan akan zat besi bagi ibu hamil setiap waktu akan berbeda selama masa kehamilan. Pada trimester I ibu hamil dalam sehari membutuhkan sekitar 0,8 mg dan secara siginifikan meningkat pada trimester II dan trimester II, yaitu perhari membutuhkan 6,3 mg. Bertambahnya kebutuhan zat besi diakibatkan oleh volume darah meningkat pada saat kehamilan memasuki usia minggu ke-6 sampai minggu ke-8. Selanjutnya pada bebeapa minggu kemudian yaitu minggu ke-32 - ke-34 9 kebutuhan akan zat besi telah mencapai puncak tertingginya. Cakupan pemberian tablet Fe-3 di Indonesia pada tahun 2018 ialah 81,42% dan menurun sebanyak 17,42% menjadi 64% pada tahun 2019 yang dimana capaian tersebut masih di bawah Restra yang ditetapkan pada tahun 2019 yaitu 98% 10 . Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, cakupan pemberian Fe-3 tahun 2019 mencapai 89,8% dan pada tahun 2020 capaian yang di dapatkan sebesar 88,9%. Angka tersebut telah mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMN pada tahun 2020 yaitu sebesar 85% 6 . Cakupan dalam pemberian tablet Fe-3 di Surabaya sendiri mencapai 95,81% pada tahun 2017, 99,96% pada tahun 2018, dan naik 0,1% atau 99,97% pada tahun 2019 7 . Pemberian tablet Fe tersebut bertujuan untuk meminimalisir risiko komplikasi yang kemungkinan terburuknya akan menimbulkan kematian pada ibu hamil. Kematian pada ibu hamil akibat komplikasi kehamilan yang sering terjadi ialah perdarahan, sepsis, hipertensi, dan juga persalinan yang macet 11 . Penelitian oleh Mahendra dkk (2019), menyatakan kepatuhan kegiatan ANC memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian komplikasi kehamilan 11 . Pada tahun 2020, sebanyak 1.330 ibu hamil di Indonesia mengalami kematian akibat perdarahan, 1.110 ibu hamil meninggal dunia akibat hipertensi, dan 230 kematian ibu hamil diakibatkan oleh gangguan sistem peredaran darah 5 . Persentase angka kematian ibu di Surabaya pada tahun 2017-2019 secara umum menurun dari 79 menjadi 59 per 100.00 kelahiran hidup. Pelayanan kesehatan ibu hamil dapat meminimalisir terjadinya komplikasi yang kemungkinan dapat membahayakan kesehatan baik bagi ibu maupun bayinya sehingga saat ibu hamil menjalankan pelayanan kesehatan kemungkinan dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Apabila pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil seperti mengkonsumsi tablet Fe-3 dan pelaksanaan ANC K4 dilakukan secara maksimal, diharapkan dapat mengurangi kejadian komplikasi pada ibu hamil dan menekan angka kematian ibu. Lokasi dari para ibu haml yang mengalami komplikasi kehamilan pun perlu diketahui guna memudahkan dalam mengintervensi kelompok sasaran. Berdasarkan hal tersebut, penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk memetakan dan menganalisis komplikasi kehamilan berdasarkan cakupan pemberian tablet Fe-3 dan cakupan kegiatan ANC K4 di Surabaya. Untuk mengetahui cakupan kegiatan ANC K4 dan pemberian tablet FE-3 di Surabaya secara lebih jelas dapat dilihat dengan peta persebaran. Nantinya, penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat terkait pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya pelayanan kesehatan kehamilan dan kepada pemerintah untuk dapat meminimalisir kejadian komplikasi kehamilan. Selain itu, pemberian informasi mengenai risiko yang dapat terjadi saat kehamilan juga perlu dilaksanakan. ## METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain studi populasi dari 31 Kecamatan yang ada di Kota Surabaya. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan data sekunder yang berasal dari Profil Kesehatan Kota Surabaya tahun 2019. Data yang digunakan terdiri dari cakupan pemberian tablet Fe-3, cakupan kegiatan ANC K4, serta data kejadian komplikasi kehamilan dari masing-masing kecamatan yang ada di Surabaya. Data yang digunakan berasal dari Profil Kesehatan Kota Surabaya tahun 2019. Analisis yang dilakukan adalah uji korelasi spearman . Uji tersebut digunakan untuk mengetahui kuat hubungan antar variabel independen yang terdiri dari cakupan pemberian tablet Fe-3 dan cakupan ANC K4 serta variabel dependen yaitu kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya tahun 2019. Kekuatan koefisien korelasi yang dihasilkan nantinya dapat diketahui dari interval r-value berikut 12 : (1) 0,00 – 0,199 menyatakan korelasi sangat lemah, (2) 0,20 – 0,399 menyatakan korelasi lemah, (3) Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. 0,40 – 0,599 menyatakan korelasi sedang, (4) 0,60 – 0,799 menyatakan korelasi kuat, (5) 0,80 – 1,00 menyatakan korelasi sangat kuat. Sebelum dilakukan uji pada data yang digunakan, perlu dilakukan uji normalitas menggunakan Kolomogorov Smirnov . Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak normal. Data yang digunakan dikatakan normal apabila nilai signifikan yang dihasilkan >0,05. Uji korelasi maupuan normalitas pada data menggunakan SPSS. Selain itu, persebaran cakupan kegiatan ANC K4 dan pemberian tablet Fe-3 dengan kejadian komplikasi kehamilan akan disajikan dalam bentuk peta yang dibuat menggunakan Health Mapper versi 4.3. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji normalitas yang telah dilakukan pada variabel yang digunakan dalam riset dapat terlihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 menunjukkan bahwa data yang digunakan terdiri dari 3 variabel yaitu cakupan pemberian tablet Fe-3, cakupan kegiatan ANC K4, dan kejadian komplikasi kehamilan berdistribusi normal. Hal tersebut dikarenakan nilai signifikan yang dihasilkan masing-masing > 0,05. ## Tabel 1. Hasil uji normalitas data Kategori Hasil N Asymp. Sig (2-tailed) Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 31 0,301 Cakupan Kegiatan ANC K4 31 0,452 Kejadian Komplikasi Kehamilan 31 0,394 Distribusi Kasus Komplikasi Kehamilan Berdasarkan Pemberian Tablet Fe -3 di Surabaya Tahun 2019 Pemetaan yang dilakukan antara cakupan pemberian tablet Fe-3 dengan kejadian komplikasi kehamilan yang terjadi di Surabaya pada tahun 2019 dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Dari hasil pemetaan yang terlampir pada gambar 1 diketahui bahwa terdapat 6 kecamatan dengan cakupan pemberian tablet Fe-3 terendah yang ditandai dengan warna jingga/ orange . Kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Bulak, Kecamatan Dukuh Pakis, Kecamatan Gayungan, Kecamatan Genteng, dan Kecamatan Pakal. Selain itu, terdapat 7 Kecamatan dengan cakupan pemberian tablet Fe-3 tertinggi yang ditandai dengan warna putih kekuningan dimana kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Gubeng, Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Sawahan, Kecamatan Semampir, Kecamatan Tambaksari, dan Kecamatan Wonokromo dan Kecamatan Sukamanunggal. Kasus komplikasi kehamilan yang terjadi berdasarkan pemberian tablet Fe-3 terbanyak terdapat pada daerah dengan cakupan pemberian tablet Fe-3 tertinggi dengan 1 dot pada gambar mewakili 50 kasus yang terjadi. Hal tersebut diketahui dari dot-dot yang tersebar pada peta paling banyak berada pada daerah disekitar warna putih kekuningan yang artinya daerah tersebut merupakan daerah dengan cakupan pemberian tablet Fe-3 tertinggi dengan kasus komplikasi terbanyak. Kecamatan dengan kasus komplikasi kehamilan terbanyak berdasarkan pemberian tanbel Fe-3 diantaranya yaitu Kecamatan Tambaksari dengan 694 (21,19%) kasus komplikasi, Kecamatan Semampir dengan 626 (20,99%) kasus komplikasi, Kecamatan Sawahan dengan 598 (19,76%) kasus komplikasi, Kecamatan Kenjeran dengan 578 (19,71%) kasus komplikasi, Kecamatan Wonokromo dengan 447 (20,62%) kasus komplikasi, dan Kecamatan Sukomanunggal dengan 324 (16,96%) kasus komplikasi. Zat besi (Fe) sangat bermanfaat untuk membentuk mioglobin atau suatu protein yang berfungsi untuk mengantarkan oksigen menuju otot, membuat enzim serta menghasilkan kolagen. Ibu hamil membutuhkan zat besi (Fe) untuk meningkatkan nutrisi yang dibutuhkan calon bayi di dalam kandungan, menghindari terjadinya anemia akibat defisiensi zat besi bagi ibu hamil, menghindari pendarahan yang dapat terjadi saat melahirkan, serta menghindari risiko kematian bagi ibu hamil karena terjadinya pendarahan hebat saat proses melahirkan tersebut 8 . Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling sering terjadi dan dapat membahayakan ibu maupun janinnya. Umumnya seorang wanita tidak memiliki simpanan zat besi yang cukup dalam tubuhnya untuk memenuhi peningkatan kebutuhan selama trimester II dan III selama kehamilan 13 . Walaupun zat besi bisa didapatkan dari makanan, namun masih memerlukan tambahan tablet Fe bagi ibu hamil selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan anjuran dari Kementian Kesehatan RI bahwa makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang mengandung, dapat diproduksi zat besi sebanyak 8-10 mg dari setiap 100 kalori yang dikonsumsi. Selama masa kehamilan yang kurang lebih 288 hari, makanan yang dikonsumsi ibu hamil dapat memproduksi zat besi sekitar 100mg. Kurangnya kebutuhan yang diperlukan oleh ibu hamil mengharuskan ibu hamil tersebut tetap mengkonsumsi tambahan zat besi sebanyak minimal 90 tablet atau biasa disebut dengan tablet Fe-3 selama masa kehamilan 8 . Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet Fe-3 sesuai jadwal yang diberikan dapat menghasilkan dampak yang negatif seperti anemia dan kurang energi kronis (KEK) sehingga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan atau bahkan kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Milah (2019), menunjukkan bahwa anemia yang terjadi pada ibu hamil berhubungan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe saat masa kehamilan (p=0,002). Ibu hamil yang mengalami anemia dapat mengalami komplikasi kehamilan atau bahkan komplikasi persalinan. Hal ini dikarenakan riawayat anemia yang dialami oleh ibu hamil dapat menjadi faktor risiko terjadinya pendarahan postpartum. Pendarahan yang hebat dapat berdampak pada penurunan kesadaran akibat dari keluarnya banyak darah selama persalinan 14 . Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe yang dilakukan saat masa kehamilan berhubungan dengan kejadian anemia (p=0,010) 15 . Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. Penelitian Natalia dkk (2017), menyatakan hasil yang berbeda dimana cakupan tablet Fe tidak memiliki korelasi dengan kejadian komplikasi ditandai dengan p-value yang dihasilkan >0,05 16 . Anemia pada kehamilan telah menjadi faktor utama penyebab kematian ibu di negara Nigeria dan negara berkembang lainnya. Penyebab paling utama terjadinya anemia kehamilan di negara tersebut adalah karena defisiensi zat besi yang dialami oleh ibu hamil dimana diketahui prevalensi defisiensi zat besi pada ibu hamil masih terbilang cukup tinggi yaitu sekitar 25- 45,6% 17 . Defisiensi zat besi yang parah dapat mengakibatkan anemia semakin parah pula sehingga semakin menjadi faktor risiko komplikasi kehamilan bahkan sampai kematian pada ibu hamil. Distribusi Cakupan Pemberian Tablet Fe -3 dengan Kasus Komplikasi Kehamilan Tahun 2019 Distribusi Tablet Fe-3 Tahun 2019 di Surabaya Kurang dari 863 863 – 1.161 1.162 – 1.478 1.479 – 1.909 Lebih dari 1.910 Keterangan : 1 dot = 50 kasus Gambar 1. Cakupan pemberian tablet Fe-3 dengan kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya tahun 2019 Tidak berbeda dengan anemia, kurang energi kronis (KEK) dapat mengakibatkan efek negatif bagi ibu hamil dan janin dimana KEK akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin. Kurang energi kronis ini juga dapat disebabkan oleh tidak patuhnya ibu hamil mengkonsumsi tablet penambah darah. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Mardiatun dkk (2015), dimana tingkat konsumsi tablet Fe dengan risiko kejadian KEK di NTB dan Jogjakarta saling berhubungan 18 . Penelitian tersebut juga menyampaikan bahwa ibu hamil di daerah Jogjakarta yang tidak mengkonsumsi tablet Fe memiliki risiko 23 kali lebih besar mengalami KEK. Selain dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe, kejadian KEK yang dialami oleh ibu hamil juga dapat dipengaruhi oleh riwayat status gizi sebelum hamil, riwayat penyakit kronis, dan lain sebagainya. Akibat dari kurangnya mengkonsumsi tablet Fe ditambah dengan riwayat kesehatan lainnya yang kurang baik, maka kejadian komplikasi akibat kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil akan semakin parah. ## Distribusi Kasus Komplikasi Kehamilan Berdasarkan Kegiatan ANC K4 di Surabaya Tahun 2019 Pemetaan yang telah dilakukan pada cakupan kegiatan ANC K4 dengan kasus komplikasi kehamilan di Surabaya tahun 2019 terlihat pada gambar 2 dibawah ini. Diketahui bahwa kecamatan dengan cakupan kegiatan ANC K4 terendah sama dengan cakupan pemberian tablet Fe-3 dimana kecamatan tersebut terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Bulak, Kecamatan Dukuh Pakis, Kecamatan Gayungan, Kecamatan Genteng, dan Kecamatan Pakal yang ditandai dengan warna orange. Tidak berbeda dengan sebelumnya, Kecamatan Gubeng, Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Sawahan, Kecamatan Semampir, Kecamatan Tambaksari, dan Kecamatan Wonokromo masih menjadi kecamatan dengan cakupan tertinggi untuk cakupan kegiatan ANC K4 yang ditambah dengan Kecamatan Tandes. Dari gambar 2 tersebut juga diketahui mengenai daerah-daerah dengan kasus komplikasi kehamilan berdasarkan cakupan kegiatan ANC K4 yang dilaksanakan. 1 dot yang ada pada peta mewakili 50 kasus yang ada di daerah tersebut. Kasus komplikasi kehamilan terbanyak yang terjadi di Surabaya terdapat pada Kecamatan dengan cakupan kegiatan ANC K4 yang tinggi. Kecamatan Tambaksari menjadi kecamatan dengan kasus komplikasi kehamilan terbanyak yaitu dengan 694 (22,56%) ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan, Kecamatan Semampir dengan 626 (22,96%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Sawahan dengan Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. 598 (20,97%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Kenjeran dengan 578 (20,01%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Wonokromo dengan 447 (20,53%) kasus komplikasi kehamilan, dan Kecamatan Tandes dengan 298 (13,27%) kasus komplikasi kehamilan. ## Distribusi Cakupan Kegiatan ANC K4 dengan Kasus Komplikasi Kehamilan tahun 2019 di Surabaya Distribusi Kegiatan ANC K4 Tahun 2019 di Surabaya Kurang dari 861 861 – 1.089 1.090 – 1.476 1.477 – 2.024 Lebih dari 2.025 Keterangan : 1 dot = 50 kasus Gambar 2. Cakupan kegiatan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya tahun 2019 Kasus komplikasi kehamilan yang ada di Surabaya terbilang merata dan dapat ditemukan pada setiap kecamatan. Kasus yang ada di kecamatan dengan cakupan kegiatan ANC K4 terendah sangat beragam jumlahnya seperti pada Kecamatan Pakal terdiri dari 183 (21,43%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Dukuh Pakis terdiri dari 182 (22,55%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Genteng terdiri dari 168 (20,02%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Asemrowo terdiri dari 159 (19,95%) kasus komplikasi kehamilan, Kecamatan Bulak terdiri dari 146 (21,66%) kasus komplikasi kehamilan, dan Kecamatan Gayungan terdiri dari 134 (22,11%) kasus komplikasi kehamilan. Banyakanya kasus komplikasi pada daerah dengan cakupan tertinggi sejalan dengan hasil perhitungan korelasi spearman antara cakupan kegiatan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan pada Tabel 3 yang menunjukkan hasil positif dan searah sehingga semakin tinggi cakupan di wilayah yang ada di Surabaya maka kejadian komplikasi juga semakin meningkat. Kegiatan Antenatal Care (ANC) sangat perlu untuk dilakukan guna mengetahui lebih dini terkait tanda bahaya kehamilan yang berguna untuk mencegah keparahan dari komplikasi kehamilan. Kurangnya kemampuan dari seorang ibu dalam mengenali tanda bahaya dapat menjadi sumber utama terjadinya komplikasi atau bahkan kematian. Tanda bahaya yang kebanyakan kurang diketahui oleh ibu hamil dapat memperparah keadaan kehamilan ialah seperti hiperemesis, perdarahan pervaginaan, bengkak ekstermitas dan wajah, serta sakit kepala 19 . Terkadang, seorang ibu hamil tidak melalukan pemeriksaan ANC dikarenakan berbagai hal seperti faktor ekonomi, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pelayanan kesehatan kehamilan, serta tidak adanya keinginan ibu tersebut untuk melaksanakan pemeriksaan. Penelitian Fatkhiyah dkk (2020), menunjukkan bahwa usia ibu hamil menunjukkan adanya hubungan usia dengan kepatuhan pemeriksaan ANC. Rentang usia ibu hamil yang rutin melaksanakan pemeriksaan ANC adalah 20-35 tahun yang merupakan usia reproduksi sehat 20 . Berbeda dengan penelitian lainnya yaitu usia ibu hamil dengan kepatuhan melaksanakan Antenatal Care (ANC) tidak berhubungan yang ditunjukkan dengan p-value =0,094 21 . Menurut Prawihardjo dalam Kurniasih (2020), ketidakpatuhan dalam melaksanakan ANC selama kehamilan dapat berdampak pada kesehatan yang dialami oleh ibu dan janin nantinya. Ibu hamil yang tidak melaksanakan pemeriksaan ANC kemungkinan besar tidak mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya sehingga apabila terjadi komplikasi kehamilan tidak akan diketahui 19 . Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut maka sangat penting dilakukan pemerikasaan ANC secara lengkap atau ANC K4 selama masa kehamilan guna menghindari terjadinya komplikasi kehamilan. Namun, terdapat suatu penelitian yang menyebutkan bahwa kepatuhan dalam pemeriksaan ANC tidak berhubungan dengan diagnosis kehamilan. Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. Fatkhiyah dkk (2020), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil diagnosis kehamilan normal maupun tidak yang didapatkan dari pemeriksaan kehamilan, ibu hamil tersebut tepat patuh dalam melaksanakan kunjungan ANC K4 secara teratur 20 . Dilakukannya pemerikasaan ANC sedini mungkin sangat penting dan perlu dilakukan agar ibu hamil dan keluarganya dapat membuat suatu perencanaan yang tepat untuk memungkinkan tindak lanjut perawatan yang optimal sampai melahirkan nantinya 22 . Dengan perencanaan perawatan yang optimal tersebut diharapkan kejadian komplikasi kehamilan dapat diminimalisisr agar tidak terjadi. Analisis Korelasi antara Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dengan Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Berikut adalah hasil analisis korelasi antara cakupan pemberian tablet Fe - 3 dan cakupan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan. Tabel 2. Korelasi cakupan pemberian tablet Fe-3 dan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya tahun 2019 Variabel Kejadian Komplikasi Kehamilan Kekuatan Jumlah Sig. (2 tailed) Koefisien Korelasi N p-value r-value Cakupan Tablet Fe-3 31 0,001 0,985 Sangat Kuat Cakupan ANC K4 31 0,001 0,982 Sangat Kuat Korelasi antara cakupan pemberian tablet Fe-3 dengan kejadian komplikasi kehamilan yang terjadi di Surabaya pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 2. Tabel tersebut menunjukkan cakupan pemberian tablet Fe-3 kepada ibu hamil memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya pada tahun 2019 diketahui dari nilai p-value yaitu 0,001 dan memiliki korelasi hubungan yang sangat kuat dengan r- value 0,985. Pemberian tablet Fe-3 dan kejadian komplikasi kehamilan memiliki arah hubungan yang positif sehingga apabila cakupan pemberian tablet Fe-3 di suatu wilayah tinggi, maka kejadian komplikasi kehamilan pun tinggi. Secara teoritis, cakupan pemberian tablet Fe yang tinggi diharapkan dapat menurunkan kejadian komplikasi kehamilan. Namun hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan hal yang sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pula pada peta persebaran antara cakupan pemberian tablet Fe-3 dengan kejadian komplikasi kehamilan yang ada di Surabaya. Pemberian tablet Fe-3 termasuk salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan Antenatal Care . Pemberian tablet Fe-3 sendiri merupakan program pencegahan dari pemerintah untuk mengurangi terjadinya anemia pada ibu hamil sehingga prevalensi anemia juga dapat menurun dengan memberikan tablet tambah darah secara berturut-turut minimal sebanyak 90 hari selama kehamilan 7 . Selain itu, tablet Fe-3 juga diharapkan dapat menurunkan risiko komplikasi pada ibu hamil. Kemungkinan terjadinya perbedaan antara harapan dengan kejadian sesungguhnya terkait komplikasi kehamilan yang tinggi walaupun cakupan pemberian tablet Fe sudah cukup baik dikarenakan oleh beberapa faktor seperti faktor pengetahuan dan pengalaman paritas. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe-3. Hal ini sejalan dengan penelitian Chotimah dkk (2017) yang menyebutkan bahwa pengetahuan ibu hamil berpengaruh terhadap kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe ( p-value =0,013). Seseorang dengan pengetahuan yang baik akan terdorong untuk melakukan perilaku hidup sehat seperti mengkonsumsi tablet Fe-3 selama masa kehamilan 23 . Selain itu, dalam penelitian yang serupa disebutkan bahwa pengalaman paritas mempengaruhi ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet Fe karena sudah memiliki pengalaman kehamilan. Apabila di kehamilan sebelumnya terdapat suatu masalah, maka ibu hamil tersebut akan mencegah terjadinya hal serupa dengan patuh untuk melakukan pelayanan kehamilan yang salah satunya adalah mengkonsumsi tablet Fe-3. Kejadian tersebut dapat diketahui secara nyata di negara Pakistan, dimana kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe-3 pada ibu yang telah memiliki pengalaman paritas sebelumnya akan meningkat. Diketahui pada penelitian Ali dkk (2021), ibu dengan pengalaman paritas >2 anak memiliki persentase mengkonsumsi tablet Fe-3 sebesar 56% sedangkan bagi ibu dengan paritas ≤ 2 anak sedikit lebih rendah yaitu sebesar 44% 24 . Walaupun cakupan pemberian tablet Fe-3 sudah cukup baik apabila tablet tersebut tidak dikonsumsi setelah diberikan karena tingkat kepatuhan yang rendah, maka kejadian komplikasi kehamilan akan tetap menjadi tinggi. Kurangnya konsumsi tablet Fe-3 dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janinnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Abidaturrosyidah dan Marlina Fujiyanti (2018), bahwa ibu hamil dengan konsumsi tablet Fe kurang dari standar minimal memiliki risiko 14,412 kali lebih besar mengalami komplikasi dibanding ibu hamil dengan konsumsi tablet Fe yang cukup 25 . Ibu hamil yang kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe juga berpengaruh terhadap kejadian anemia yang nantinya dapat memberikan efek kesakitan bahkan kematian bagi ibu dan janin. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Emilia Silvana (2018) bahwa kurang patuhnya mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) berhubungan dengan anemia yang dialami oleh ibu hamil ( p-value =0,024) 26 . Namun, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa antara kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan komplikasi yang terjadi tidak terdapat hubungan seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sayyid Muhammad Sahil dkk (2021). Dalam penelitian tersebut dijelaskan tidak berhubungannya antara kepatuhan dalam meminum tablet Fe sehari-hari dengan komplikasi yang dialami ibu terjadi karena berbagai faktor seperti tidak patuhnya mengkonsumsi tablet Fe dan ibu yang memiliki riwayat anemia akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut sehingga faktor risiko yang terjadi dapat diminimalisir 27 . Banyaknya kasus komplikasi kehamilan yang ada di Surabaya walaupun cakupan pemberian tablet Fe-3 sudah cukup baik kemungkinan terjadi karena ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet tersebut. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dapat diukur Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. dari ketepatan jumlah yang dikonsumsi, ketepatan cara minum tablet Fe, dan frekuensi yang diminum per hari 26 . Analisis Korelasi antara Cakupan Kegiatan ANC K4 dengan Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019 Korelasi yang dilakukan antara cakupan kegiatan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan di Surabaya telah ditampilkan pada tabel 3 di atas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa cakupan kegiatan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan yang terjadi di Surabaya pada tahun 2019 mempunyai hubungan yang signifikan ditandai dengan p-value 0,001 dan memiliki hubungan korelasi yang sangat kuat dilihat dari nilai r- value yang mendekati 1 dengan 0,982. Selain itu, antara cakupan kegiatan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan memiliki hubungan yang searah sehingga apabila kegiatan ANC K4 di suatu wilayah meningkat maka kasus komplikasi kehamilan pun akan ikut meningkat. Hal ini dapat diketahui dari peta persebaran antara cakupan kegiatan ANC K4 dengan kejadian komplikasi kehamilan yang ada di Surabaya. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena tujuan dilakukannya pelayanan Antenatal Care (ANC) sendiri yaitu untuk melindungi ibu dan janin dari faktor risiko komplikasi dengan melakukan deteksi dini, mencegah, dan apabila terdapat tanda bahaya yang mengarah kepada komplikasi untuk segera ditangani sedini mungkin 7 . Tingginya kejadian komplikasi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pelaksanaan skrining antenatal. Skrining antenatal yang dilakukan berguna untuk mengantisipasi suatu keadaan darurat obstetrik yang bisa dijadikan sebagai strategi dalam menurunkan kematian dan kesakitan ibu akibat komplikasi 28 . Faktor keterlambatan juga dapat mempengaruhi terjadinya kematian dan kesakitan ibu akibat komplikasi seperti tanda bahaya dari komplikasi yang terlambat dikenali, kurang cepat dalam menentukan keputusan, terlambat tiba di fasilitas kesehatan dan kurang cepatnya penanganan kegawatdaruratan 3 . Keterlambatan tersebut dapat terjadi kemungkinan karena pelaksanaan skiring antenatal tidak dilakukan sesuai jenis atau program yang telah ditetapkan. Adapun program yang biasa dilakukan saat skrining antenatal pada ibu hamil terdiri dari pengecekan kondisi ibu dan janin, melaksanakan tes Hb dan urine untuk mengetahui kadar protein dan glukosa, memberikan pengetahuan kepada ibu hamil terkait kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti kejadian anemia, kurang energi kronis (KEK), infeksi saluran kemih (ISK), dan juga tanda-tanda bahaya yang sering dijumpai saat kehamilan 29 . Oleh karena itu, skrining antenatal sangat penting dilaksanakan karena semakin baiknya skrining antenatal yang dilakukan maka kejadian komplikasi akan dapat dicegah dengan baik. Ibu hamil yang patuh melakukan pelayanan Antenatal Care khususnya ANC K4 dapat menjadi salah satu faktor untuk menurunkan kejadian komplikasi kehamilan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahendra dkk (2019), dimana hasil dari riset tersebut menyebutkan bahwa “kepatuhan ibu hamil yang melakukan Antenatal Care (ANC) berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan di Puskesmas Tiudan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung”. Hal tersebut ditunjukkan dengan 63,3% responden yang patuh melaksanakan ANC tidak mengalami komplikasi 11 . Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ibu hamil yang menghadiri kunjungan antenatal kurang dari jumlah yang ditentukan akan memiliki risiko pendarahan post partum, eklampsia, dan perawatan intensif lainnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang patuh terhadap kunjungan ANC mereka. Ibu yang tidak melakukan ANC secara rutin memiliki risiko 12 kali lebih besar mengalami perburukan pada kondisinya dan 53 kali lebih besar mengalami perburukan pada bayinya. Selain itu, disebutkan juga bahwa ketidakpatuhan dalam melakukan ANC dapat memberikan risiko lebih tinggi kematian pada neonatal dibandingkan dengan ibu yang mengahadiri kunjungan ANC sesuai yang dianjurkan 30 . Kepatuhan dalam melaksanakan ANC K4 dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengetahuan, pendidikan, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan 31 . Faktor yang mempengaruhi tersebut sejalan dengan hasil riset dari Santi Marianna pada tahun 2015 menyebutkan “ibu hamil denga n pengetahuan yang baik memiliki peluang untuk melakukan pemeriksaan ANC K4 3,010 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang”. Prasetyaningsih dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan kunjungan Antenatal Care dengan p-value 0,005 32 . Pengetahuan dari seorang ibu tidak lepas dari pendidikan yang dijalaninya. Kemampuan seseorang dalam menyerap dan memahami penjelasan terkait faktor risiko yang dapat terjadi selama kehamilan sehingga paham akan pentingnya melaksanakan ANC K4 dapat dipengaruhi oleh status pendidikan 11 . Selain itu, dukungan suami dan petugas kesehatan juga menjadi faktor pendukung seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan dimana dukungan yang diberikan akan mengurangi rasa kekhawatiran yang dimiliki. Analisis yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan membuktikan adanya hubungan yang sangat kuat antara kegiatan ANC K4 dengan komplikasi kehamilan. Sri Untari dan Sehmawati (2019), menjelaskan bahwa Antenatal Care yang dilakukan dapat mendeteksi secara dini komplikasi kehamilan sehingga dapat segera diatasi agar tidak semakin parah. Ibu hamil yang rutin melakukan kunjungan ANC memiliki kesempatan untuk mengetahui komplikasi kehamilan yang dirasakan sebesar 70%. Namun, ibu hamil yang rutin melaksanakan pemeriksaan ANC dalam penelitian tersebut juga tidak jarang mengalami komplikasi dimana hampir 58,72% ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan dengan usia kandungan yang berbeda-beda 33 . Komplikasi kehamilan dapat terjadi pada trimester pertama hingga menjelang melahirkan dan kadang tidak disertai gejala yang dirasakan oleh ibu hamil. Oleh karena itu, kemungkinan banyaknya kasus komplikasi kehamilan yang terjadi tersebut muncul saat dilakukan pelayanan Antenatal Care dalam kunjungan yang ke 4 atau ANC K4 dan belum terdeteksi pada pemeriksaan sebelumnya. ## KESIMPULAN Hasil pemetaan yang dilakukan di wilayah Surabaya menunjukkan bahwa di seluruh wilayah terdapat kasus komplikasi kehamilan. Cakupan antara Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. kegiatan ANC K4 dengan pemberian tablet Fe-3 cenderung sama. Kasus komplikasi kehamilan terbanyak terdapat di wilayah dengan cakupan pemberian tablet Fe- 3 tertinggi dan kegiatan ANC K4 yang tinggi. Antara cakupan pemberian tablet Fe-3 dengan kegiatan ANC K4 memiliki hubungan yang sangat kuat dengan kejadian komplikasi kehamilan yang ada di Surabaya tahun 2019. Sosialisasi terkait pentingnya kunjungan Antenatal Care dan konsumsi tablet Fe perlu digencarkan lagi terutama pada wilayah dengan cakupan yang rendah. Selain itu, faktor-faktor yang menjadi alasan jumlah kasus komplikasi terbanyak di wilayah dengan cakupan tertinggi perlu diketahui lebih jelas agar dapat diketahui cara untuk menurunkan angka kasus tersebut. ## ACKNOWLEDGEMENT Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dari Departemen Epidemiologi, Biostratistika, Kependudukan dan Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang tanpa pamrih memberikan bimbingan dan masukan dalam pengerjaan artikel. ## Konflik Kepentingan dan Sumber Pendanaan Penulis pertama dan penulis kedua tidak mempunyai konflik kepentingan dalam artikel ini. Penelitian ini menggunakan dana pribadi peneliti. ## REFERENCES 1. Kemenkes RI. Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Fasilitas Kesehatan. Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1 – 2 https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya- pemeriksaan-kehamilan-anc-di-fasilitas- kesehatan (2018). 2. WHO. WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive Pregnancy Experience . World Health Organization (World Health Organization, 2016). 3. Kemenkes RI. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. J. Sustain. Agric. No. 97 , (2014). 4. Kemeskes RI. Permenkes No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual. 1 – 184 (2021). 5. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020 . IT - Information Technology vol. 48 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021). 6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2020 . Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2021). 7. Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2019 . Dinas Kesehatan Kota Surabaya vol. 2019 (2020). 8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi Ibu Hamil. Kementrian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1 http://promkes.kemkes.go.id/pentingnya- konsumsi-tablet-fe-bagi-ibu-hamil (2018). 9. Rizki, F., Lipoeto, N. I. & Ali, H. Hubungan Suplementasi Tablet Fe dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang. J. Kesehat. Andalas 6 , 502 – 506 (2018). 10. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). doi:10.5005/jp/books/11257_5. 11. Mahendra, A. D., Hidajaturrokhmah, N. Y. & Anggraeni, S. Analisis Kepatuhan Antenatal Care (ANC) terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan Di Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. J. Ilm. Ilmu Keperawatan Indones. 9 , 673 – 680 (2019). 12. Riyanto, S. & Hatmawan, A. A. Metode Penelitian Kuantitatif Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan, dan Eksperimen . (Deepublish Publisher, 2020). 13. Breymann, C. Iron Deficiency Anemia in Pregnancy. Semin. Hematol. 52 , 339 – 347 (2015). 14. Millah, A. S. Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Desa Baregbeg Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2018. J. Keperawatan Galuh 1 , 12 (2019). 15. Wahyuni, I. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru. J. Med. Usada 2 , 32 – 39 (2019). 16. Natalia, S., Sumarmi, S. & Nadhiroh, S. R. Cakupan Anc Dan Cakupan Tablet Fe Hubungannya dengan Prevalensi Anemia di Jawa Timur. Media Gizi Indones. 11 , 70 (2017). 17. Ugwu, N. & Uneke, C. Iron Deficiency Anemia in Pregnancy in Nigeria --A Systematic Review. Niger. J. Clin. Pract. 22 , 1070 – 1077 (2019). 18. Mardiatun, Yani, L. A., Purnamawati, D., Zulkifli & Ristrini. Hubungan Riwayat Ante Natal Care (ANC) dan Tingkat di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan di Daerah Istimewa (Analisis Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2013). Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 18 , 221 – 228 (2015). 19. Erwin Kurniasih. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Tanda Bahaya Kehamilan dengan Kepatuhan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Geneng Kabupaten Ngawi. War. Bhakti Husada J. Kesehat. 561 – 564 (2020). 20. Fatkhiyah, N., Rejeki, S. T. & Atmoko, D. Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Berdasarkan Faktor Maternal. J. SMART Kebidanan 7 , 29 – 34 (2020). 21. Murni, F. A. & Nurjanah, I. Ibu Hamil dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care (ANC) K4 Di Puskesmas. J. Ilm. Kebidanan Indones. 10 , 9 – 12 (2020). 22. Hiersch, L., Attali, E. & Melamed, N. Special Considerations Regarding Antenatal Care and Copyright ©2023 Faculty of Public Health Universitas Airlangga Open access under a CC BY – SA license | Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga How to cite: Taji, S. A. S., & Hendrati, L. Y. Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019: Analisis Kecenderungan Cakupan Pemberian Tablet Fe-3 dan Cakupan ANC K4 terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan di Surabaya Tahun 2019. Amerta Nutrition, 7(1), 79 – 87. Pregnancy Complications in Dichorionic Twin Pregnancies. Am. J. Obstet. Gynecol. MFM 4 , 100500 (2022). 23. Chotimah, C. & Mukarromah, S. B. Predisposisi Perilaku Ibu Hamil Anemia yang Mempengaruhi Kepatuhan Antenatal Care dan Mengkonsumsi Tablet Fe. Public Heal. Perspect. J. 2 , 148 – 154 (2018). 24. Ali, S. A. et al. Predictors of Iron Consumption for at Least 90 Days during Pregnancy: Findings from National Demographic Health Survey, Pakistan (2017 – 2018). BMC Pregnancy Childbirth 21 , (2021). 25. Abidaturrosyidah & Fujiyanti, M. Konsumsi Tablet Fe Yang Kurang Sebagai Faktor Risiko Kejadian Komplikasi Persalinan di Puskesmas Terara Lombok Timur. J. Ilmu Kesehat. dan Farm. 6 , 44 – 47 (2018). 26. Sitompul, E. S. Pengaruh Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Besi dan Kunjungan Kehamilan terhadap Anemia di Puskesmas Hutabaginda. J. Reprod. Heal. 3 , 22 – 31 (2018). 27. Rizkiannur, A. & Aminyoto, M. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Samarinda. 8 , 100 – 108 (2021). 28. Suhariadi, F. Model Pemanfaatan Antenatal care (ANC) di Puksesmas Kota Surabaya - Unair News. UNAIR NEWS http://news.unair.ac.id/2019/12/30/model- pemanfaatan-antenatal-care-anc-di-puksesmas- kota-surabaya/ (2019). 29. Astuti, S. Skrening Kehamilan sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya J. Apl. Ipteks untuk Masy. 7 , 285 – 289 (2018). 30. Azzaz, A. M. S. E.-S., Maestre, M. A. M. & Cardoso, R. T. Antenatal Care Visits during Pregnancy and Their Effect on Maternal and Fetal Outcomes in Pre-Eclamptic Patients. J. Obstet. Gynaecol. Res. 42 , 1102 – 1110 (2016). 31. Sembiring, S. M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan K4 pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas H.A.H. Hasan di Kota Binjai Tahun 2015. (Universitas Sumatera Utara, 2015). 32. Ningsih, P. Hubungan Umur, Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Antenatal Care (Anc) (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Pariaman Tahun 2018. J. Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 11 , 62 (2020). 33. Untari, S. & Sehmawati, S. Hubungan Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Antenatal Care (Anc) dengan Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan di Puskesmas Karangrayung I. J. Akad. Kebidanan 4 , 36 – 44 (2019).
1dd7c65a-cc86-4dfb-a097-4f27a7b64b83
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/download/4905/3620
## NurseLine Journal ## Vol. 1 No. 2 Nopember 2016 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X ## HUBUNGAN PENYAKIT KEHAMILAN DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD dr DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG ( THE RELATIONSHIP OF PREGNANCY DISEASE AND LABOR TYPE TO NEONATAL AS- PHYXIA AT dr DRADJAT PRAWIRANEGARA GENERAL HOSPITAL SERANG ) ## Nila Marwiyah STIKes Faletehan Serang Banten Jl. Raya Cilegon KM. 06 Pelamunan Serang-Banten 42161 e-mail: [email protected] ## ABSTRAK Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir mengalami gagal nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Setiap tahunnya terdapat 120 juta bayi lahir didunia dan 1 juta bayi meninggal disebabkan asfiksia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penyakit kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional . Sampel dalam penelitian ini 203 bayi, yang diambil dari data sekunder. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa, sebagian besar penyakit kehamilan adalah preeklamsi berat (45,8%), sebagian besar jenis persalinan adalah persalinan spontan (44,3%), dan sebagian besar bayi yang dilahirkan adalah asfiksia sedang (82,8%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi square mengenai penyakit kehamilan menunjukkan bahwa nilai p = 0,025, dimana nilai p < alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyakit kehamilan dengan asfiksia. Hal ini dapat terjadi karena penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi dan preeklamsia akan mempengaruhi janin dimana sirkulasi uteri plasenta yang kurang baik berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin serta gangguan pernafasan. Sedangkan untuk jenis persalinan, hasil menunjukkan nilai p = 0,945, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan asfiksia. Saran dari penelitian ini diharapkan perlunya pemantauan kondisi ibu hamil dan janin khususnya ibu dengan penyakit kehamilan serta memotivasi untuk melakukan kunjungan ANC secara rutin. ## ABSTRACT Asphyxia is a condition in which a newborn baby suffers from respiratory failure spontaneously and regularly. It causes neonatal mortality. Globally, 120 million babies are born every year and 1 million of them die because of asphyxia. The research aimed to find the relationship of pregnancy disease and labor type to asphyxia. The research design was cross-sectional. The sample size was 203 ba- bies, taken from secondary data. The statistical test showed that most of the preg- nancy disease was severe preeclampsia (45.8%), most of the labor type was spon- Kata kunci: jenis persalinan kejadian asfiksia penyakit kehamilan Keywords: asphyxia labor type pregnancy disease taneous labor (44.3%), and most of neonatals was moderate asphyxia (82.8%). The result of statistical test by using Chi Square showed p value of 0.025, in which p value < alpha (0.05). It can be concluded that the relationship of pregnancy disease and asphyxia was present. It may happen due to a disease suffered by the mother such as hypertension and preeclampsia which influences placental uterine circulation of fetus. A deficient placental uterine circulation impacts on fetus devel- opment disorder and respiratory disorder. Meanwhile, the relationship of labor type and asphyxia showed p value of 0.945. It can be concluded that there was no correlation between labor type and asphyxia. The research recommends monitor- ing on the condition of pregnant mother and her fetus, especially the mother with pregnancy disease, and motivating pregnant mother to do ANC visits regularly. ## PENDAHULUAN Angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi di bawah usia satu tahun pada setiap 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup. Artinya terdapat 32 bayi yang meninggal dalam setiap 1000 kelahiran hidup. Pencapaian AKB pada tahun 2012 tidak sesuai dengan target renstra kemenkes yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2014 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI, 2012). Menurut world health organization (WHO, 2007 dalam DepKes, 2008) setiap tahunnya ada 120 juta bayi yang lahir di dunia. Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 7 hari (perinatal), dan terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 28 hari (neonatal). Dari 120 juta bayi yang dilahirkan, terdapat 3,6 juta bayi (3%) yang mengalami asfiksia, dan hampir 1 juta bayi asfiksia (27,78%) yang meninggal. Sebanyak 47% dari seluruh kematian bayi di Indonesia terjadi pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 5 menit terdapat satu neonatal yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indone- sia adalah BBLR (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. Menurut Dinkes Kabupaten Serang (2015) jumlah kematian neonatal (0-28) hari terdapat 54 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian diantaranya adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) sebanyak 16 kasus (29,6 %), asfiksia sebanyak 13 kasus (24,04%), tetanus neonatorum sebanyak 10 kasus (18,51%), sepsis sebanyak 5 kasus (9,25%), kelainan kongenital sebanyak 4 kasus (7,40%), gizi buruk 3 kasus (5,6%), dan lain-lain 3 kasus (5,6%). Dengan demikian, asfiksia merupakan penyebab terbesar kedua kematian neonatal di Kabupaten Serang. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan menurut Mochtar (2011). Menurut Islam, Ara & Chudhury (2012) bahwa proses persalinan lana juga dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia sebesar 33,3%. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia (Dewi, 2005). Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2012), angka kejadian asfiksia yang disebabkan oleh penyakit ibu di antaranya preeklamsia dan eklamsi sebesar (24%), anemia (10%), infeksi berat (11%), sedangkan pada faktor persalinan meliputi partus lama atau macet sebesar (2,8-4,9%), persalinan dengan penyulit (seperti letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forsep) sebesar (3-4%). Berdasarkan data tersebut mengenai jenis persalinan didukung oleh penelitian yang dilakukan Mulastin (2014) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis persalinan spontan dan tidak spontan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tika (2011) bahwa hipertensi pada kehamilan dapat mengakibatkan neonatal mengalami asfiksia, hal ini sesuai penelitian Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa preeklamsi ringan dapat menyebabkan komplikasi asfiksia pada bayi yang dilahirkan. Menurut Ravindran, S Gietha (2011) yang menyatakan bahwa preeklamsi ringan dapat mengakibatkan asfiksia pada neonatal. Menurut penelitian yang dilakukan Raras (2010) bahwa preeklamsi berat dapat mengakibatkan komplikasi pada neonatal lahir dengan apgar di bawah delapan yang artinya terjadi asfiksia ringan sampai berat pada neonatal, dan kematian janin. Jenis persalinan juga merupakan indikator terjadinya asfiksia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Surjono (2005) bahwa jenis persalinan sectio caesarea (SC) perabdominam dapat mengakibatkan komplikasi asfiksia pada neonatal, hal ini sesuai dengan penelitian Neneng (2011) di RSUD dr M Soewandhie Surabaya menyatakan bahwa sectio caesarea (SC) perabdominam dapat mengakibatkan kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) bahwa jenis persalinan normal dan s ectio caesare (SC) dapat mengakibatkan bayi mengalami asfiksia. Seringkali bayi yang baru lahir tidak dapat diantisipasi akan mengalami kesulitan dalam bernafas, sehingga akibat lebih lanjut dari asfiksia ini dapat menyebabkan epilepsi dan keterbelakangan mental (Aristianti, 2010). Hasil penelitian Kurnia (2008) yang mengemukakan bahwa 61% neonatus dengan asfiksia berat mengalami gagal ginjal akut. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang Perinatalogi RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang, tercatat angka kejadian asfiksia neonatorum pada tahun 2015 terdapat 1.604 bayi dan pada tahun 2016 sebanyak 1.562 bayi dengan kategori asfiksia ringan, sedang dan berat. Mengingat masih banyaknya angka kejadian asfiksia neonatorum, dan asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan ingin mengetahui hubungan antara penyakit kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatrum diruang Perinantalogi RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016. ## METODE Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu bayi yang mengalami asfiksia pada bulan Januari-Juni 2016 sebanyak 203 bayi dengan menggunakan total sampling . Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data yang sudah ada (Hidayat, 2011). Instrumen penelitian ini menggunakan lembar check list mengenai penyakit kehamilan, jenis persalinan, serta tingkatan asfiksia dengan melihat catatan register ruang VK dan ruang Perinatalogi RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016, dan analisis data secara univariat dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Chi square . ## HASIL ## Penyakit Kehamilan Pada tabel 1 didapatkan bahwa sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara tahun 2016 adalah bayi dengan ibu yang memiliki penyakit preeklamsi berat (PEB), yaitu sebanyak 93 (45,8%). ## Jenis Persalinan Pada tabel 2 didapatkan sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016 dilahirkan secara spontan yaitu sebanyak 90 (44,3%). ## Asfiksia Neonatorum Pada tabel 3 didapatkan sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016 mayoritas mengalami asfiksia sedang yaitu sebanyak 168 atau sebesar (82,8%). ## Hubungan Penyakit Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada tabel 4 menunjukkan terdapat 93 bayi mengalami asfiksia dari ibu dengan preeklamsi berat yaitu sebanyak 11 bayi yang mengalami asfiksia ringan, 77 bayi yang mengalami asfiksia sedang, dan sebanyak 5 bayi yang mengalami asfiksia berat. Nilai p adalah 0,025. ## Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada tabel 5 bahwa terdapat 90 bayi yang mengalami afiksia neonatorum dengan lahir spontan, di antaranya 8 bayi yang mengalami asfiksia ringan, 73 bayi yang mengalami asfiksia sedang dan 9 bayi yang mengalami asfiksia berat. Nilai p adalah 0,945. ## PEMBAHASAN ## Gambaran Penyakit Kehamilan Berdasarkan hasil analisis telah diketahui bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016 adalah bayi dari ibu yang mengalami preeklamsi berat (PEB) sebanyak 93 bayi (45,8%). Penyakit hipertensi yang dapat terjadi meliputi berbagai gangguan pada pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan dan terjadi sebagai sebuah komplikasi selama masa kehamilan atau pada awal masa pascapartum (Reeder et al., 2011). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Badriyah & Tajhyani (2013) menyatakan bahwa frekuensi kejadian persalinan dengan preeklamsi berat di RSUD dr M Soewardhie Surabaya pada tahun 2013 cukup tinggi yaitu sebanyak Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyakit Kehamilan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Persalinan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Tabel 4. Hubungan Penyakit Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Penyakit Kehamilan Jumlah % Anemia 32 15,8 Hipertensi 1 0,5 Preeklamsi Ringan 62 30,5 Preeklamsi Berat 93 45,8 Eklamsi 15 7,4 DM Gestasional 0 0 Total 203 100 Jenis Persalinan Jumlah % Spontan 90 44,3 Vakum 39 19,2 Forsep 0 0 Secsio Caessarea 74 35,5 Total 203 100 Asfiksia Neonatorum Jumlah % Asfiksia Ringan 16 7,9 Asfiksia Sedang 168 82,8 Asfiksia Berat 19 9,4 Total 203 100 Penyakit Kehamilan Kejadian Asfiksia Total p value Ringan Sedang Berat Anemia 0 30 2 32 0,025 Hipertensi 0 1 0 1 Preeklamsi Ringan 4 51 7 62 Preeklamsi Berat 11 77 5 93 Eklamsi 1 9 5 15 Total 16 168 19 203 56,64%. Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Gafur (2012) yang menyatakan terdapat 81 (50%) responden mengalami preeklamsi. Hal ini di pengaruhi oleh usia responden yang <= 20 tahun, status persalinan primipara dan usia kehamilan responden <= 37 minggu yang mengakibatkan tingginya angka kejadian preeklamsi. Menurut Wiknjosastro (2006) preeklamsi berat (PEB) merupakan hipertensi dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan diastolik 110 mmHg pada dua kali pengukuran dengan rentang waktu minimal 6 jam ketika klien tirah baring, pro- teinuria minimal 4 gram per 24 jam atau positif 3 sampai positif 4 dengan menggunakan analisa semi kuantitatif, edema paru atau sianosis, gangguan serebral seperti: gangguan kesadaran, sakit kepala, atau penglihatan kabur yang terjadi setelah kehamilan mencapai 20 minggu. Menurut Manuaba (2007) setelah umur kehamilan 20 minggu terjadi peningkatan superim- posed preeklamsi atau eklamsi. Kejadian selaras dengan makin meningkatnya frekuensi kontraksi Braxton-Hicks setelah umur kehamilan di atas 20 minggu. Kegagalan invasi sel trofoblas ekstravilli khususnya pada trimester kedua pada arterioli pada otot uterus, menyebabkan terjadinya berbagai bentuk pelebaran pembuluh darah arteriolinya dan masih terdapat otot polos yang didalam arteriolinya. Bentuk kuantitas dan kualitas invasi sel trofoblas yang tidak sempurna ini tidak seluruhnya memuluskan aliran darah menuju retroplasenta. Dengan demikian, maka kontraksi Braxton-Hicks mempunyai kesempatan lebih mengganggu aliran darah menuju retroplasenta sirkulasi, dengan akibat bila terjadi iskemia regio uteroplasenter, akan terjadi superimposed preeklamsi sampai dengan eklamsi. ## Gambaran Jenis Persalinan Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016 dilahirkan secara spontan yaitu sebanyak 90 bayi (44,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulastin (2014) yang menyatakan bahwa frekuensi jenis persalinan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara mayoritas bersalin secara spontan sebanyak 787 (68,4%). Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden beranggapan ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan dengan keadaan yang memungkinkan responden bersalin secara spontan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara yang juga merupakan rumah sakit yang mencanangkan program jampersal (jaminan persalinan). Persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2006). Pada persalinan spontan terdapat mekanisme serta tahapan persalinan yang meliputi kala I, kala II, kala III, dan kala IV dengan batas waktu maksimal 18 jam, selebihnya harus ditolong dengan persalinan buatan agar tidak terjadi gawat janin. ## Gambaran Asfiksia Neonatorum Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa sebagian besar bayi yang lahir di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016 yang mengalami asfiksia, yaitu sebanyak 168 atau sebesar (82,8%) bayi mengalami asfiksia sedang. Hal ini menunjukkan kejadian asfiksia sedang di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang pada tahun 2016 tinggi. Asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya (Manuaba, 2009). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rupiyanti (2014) di Rumah Sakit Hubungan Penyakit Kehamilan Dan Jenis Persalinan 261 Tabel 5. Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Jenis Persalinan Kejadian Asfiksia Total p value Ringan Sedang Berat Spontan 8 73 9 90 0.945 Vakum 2 33 4 39 SC 6 62 6 74 Total 16 168 19 203 Islam Kedal yang menyatakan bayi yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 37 (61,7%) yang disebabkan bayi lahir prematur, ketuban pecah dini, dan persalinan sunsang. Menurut Wiknjosastro (2007), asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O 2 dari ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O 2 dan dalam menghilangkan CO 2 . Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.Sehingga saat persalinan O 2 tidak cukup dalam darah disebut hipoksia dan CO 2 tertimbun dalam darah disebut hiperapnea. Akibatnya dapat menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran dengan asidosis metabolik karena mengalami metabolisme yang anaerob serta juga dapat terjadi hipoglikemia. Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan cairan paru-paru janin. Cairan paru-paru janin harus dibersihkan terlebih dahulu apabila udara harus masuk ke dalam paru-paru bayi baru lahir. Dalam kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan yang cukup besar untuk mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli dapat berkembang untuk pertama kalinya. Untuk mengembangkan paru-paru, upaya pernapasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari pada tekanan untuk pernapasan berikutnya berhasil. Pada saat kelahiran, peredaran darah di paru- paru harus meningkat untuk memungkinkan proses oksigenasi yang cukup. Keadaan ini akan dicapai dengan terbukanya arterioli dan diisi darah yang sebelumnya dialirkan dari paru-paru melalui duktus arteriosus. Bayi dengan asfiksia, hipoksia dan asidosis akan mempertahankan pola sirkulasi janin dengan menurunnya peredaran darah paru-paru (Prawirohardjo, 2006). ## Hubungan Penyakit Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,025 (p < alfa) yang berarti H0 ditolak artinya terdapat hubungan antara penyakit kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Artinya baik penyakit anemia, hipertensi, preeklamsi ringan, preeklamsi berat, maupun eklamsi dapat menyebabkan terjadinya asfiksia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, bayi dengan ibu anemia yang mengalami asfiksia sebanyak 26 (72,2%), bayi dengan ibu hipertensi mengalami asfiksia sebanyak 1 (0,5%), bayi dengan ibu preeklamsi ringan yang mengalami asfiksia sebanyak 62 (30,5%), bayi dengan ibu preeklamsi berat yang mengalami asfiksia sebanyak 93 (45,8%), dan bayi yang mengalami asfiksia dengan ibu eklamsi sebanyak 15 (7,4%). Hal ini menunjukkan kejadian asfiksia neonatorum dapat terjadi pada bayi dari ibu yang mengalami penyakit anemia, hipertensi, preeklamsi ringan dan berat, maupun eklamsi. Penelitian yang dilakukan Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa preeklamsi ringan dapat menyebabkan komplikasi asfiksia pada bayi yang dilahirkan. Dan hasil penelitian yang dilakukan Raras (2010) bahwa preeklamsi berat dapat mengakibatkan komplikasi pada neonatal lahir dengan apgar di bawah delapan yang artinya terjadi asfiksia ringan sampai berat pada neonatal, dan kematian janin. Preeklampsi dan eklampsi dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau intra uter- ine growth restriction (IUGR) dan kelahiran mati. Dikarenakan preeklampsi dan eklampsi pada ibu menyebabkan perkapuran didaerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, sehingga suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Reeder et al., 2007). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala ruang bersalin (VK) RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang mengenai angka kejadian preeklamsi berat yang masih sangat tinggi, di antaranya faktor primigravida, penyakit diabetes mellitus atau hipertensi, riwayat preeklamsi, stres selama kehamilan, kehamilan multifetus, jumlah ANC yang kurang selama kehamilan dan faktor gaya hidup ibu yang kurang memperhatikan kesehatannya selama kehamilan seperti konsumsi makanan yang tidak sehat atau terkontrol, jarang melakukan aktivitas olah raga, dan lain-lain. Menurut Wiknjosastro (2006) penyakit hipertensi yang diderita ibu akan mempengaruhi janin karena meningkatnya tekanan darah yang disebabkan oleh meningkatnya hambatan pembuluh darah perifer sehingga mengakibatkan sirkulasi uteri plasenta kurang baik, keadaan ini menimbulkan gangguan lebih berat terhadap insufiensi plasenta dan berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin, gangguan pernafasan. Vasokonstriksi pembuluh darah mengakibatkan kurangnya suplai darah ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin.Akibat lanjut dari hipoksia janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia neonatorum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tika (2011) bahwa hipertensi pada kehamilan dapat mengakibatkan neonatal mengalami asfiksia. Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kemudian disusul dengan pernafasan teratur dan tangisan bayi. Proses perangsangan pernafasan ini dimulai dari tekanan mekanik dada pada persalinan, disusul dengan keadaan penurunan tekanan oksigen arterial dan peningkatan tekanan karbondioksida arterial, sehingga sinus bernafas. Bila mengalami hipoksia akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterine, maka saat persalinan maupun pasca persalinan beresiko asfiksia (Reeder et al., 2011). Menurut Manuaba (2009) penyakit anemia pada ibu dapat menyebabkan aliran darah menuju plasenta akan berkurang sehingga O 2 dan nutrisi semakin tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. Kemampuan transportasi O 2 semakin menurun sehingga O 2 pada janin tidak terpenuhi, dan metabolisme janin sebagian menuju metabolisme anaerob sehingga terjadi timbunan asam laktat dan piruvat, serta menimbulkan asidosis metabolik.Semuanya memberikan kontribusi pada penurunan konsentrasi O 2 dan nutrisi dalam darah menuju plasenta sehingga O 2 dan nutrisi janin semakin menurun, sehingga mengakibatkan bayi mengalami sindrom gawat nafas dan asfiksia. Didukung penelitian yang dilakukan oleh (Safitri, 2014) bahwa kejadian anemia pada kehamilan juga dapat mengakibatkan komplikasi asfiksia pada neonatal. ## Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,945 (p > alfa) yang berarti H0 gagal ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Meskipun secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna namun penelitian menunjukan jenis persalinan dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Berdasarkan hasil penelitian bayi yang dilahirkan secara spontan mengalami asfiksia neona- torum sebanyak 90 bayi (44,3%), sedangkan bayi yang dilahirkan tidak spontan yaitu dengan cara vakum yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 39 bayi (19,2%) dan dengan cara sectio caessarea mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 74 bayi (35,5%). Hal ini menunjukkan asfiksia terjadi pada bayi yang lahir spontan maupun tidak spontan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulastin (2014) di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara yang menyatakan dari 1.150 terdapat 242 atau (21,0%) bayi mengalami asfiksia sedang. Hal ini disebabkan karena dari 1.150 responden, mayoritas melakukan persalinan buatan yang menyebabkan bayi mengalami asfiksia sedang sebesar 119 responden (10,4%), sedangkan persalinan spontan menyebabkan bayi mengalami asfiksia sedang sebanyak 123 responden (10,7%). Menurut DepKes RI (2008) menyatakan persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, seksio sesarea, ekstraksi vakum dan ekstraksi forseps) adalah faktor predisposisi asfiksia neonatorum. Bones (1980), dalam Cunningham (2008) juga melaporkan hasil akhir pada janin yang dilahirkan dengan ekstraksi forseps, vakum ekstraksi dan seksio sesarea merupakan morbiditas dan asfiksia neonatorum. Resiko terjadinya kejadian asfiksia pada persalinan dengan ekstraksi forseps mempunyai frekuensi 10%, begitupun dengan vakum ekstraksi sebesar 10% menurut Williams (1991), dalam Cunningham (2008). Persalinan dengan tindakan seksio sesarea mengakibatkan komplikasi berupa asfiksia karena penggunaan obat analgesik maupun anestesi pada ibu sehingga terjadi depresi pusat pernapasan pada janin (Aminullah, 2006). Selain akibat penggunaan obat analgesik maupun anestesi, tidak adanya kompresi yang terjadi pada persalinan tidak spontan kemungkinan menyebabkan asfiksia (Cunningham, 2008). Persalinan menggunakan forseps dapat berdampak buruk bagi bayi baru lahir, tekanan dari forseps dapat menyebabkan perdarahan intrakranial, edema intrakranial serta kerusakan medula oblongata sebagai pusat pernapasan, hal inilah yang menyebabkan bayi mengalami asfiksia. Pada persalinan menggunakan vakum asfiksia dapat terjadi akibat edema jaringan saraf pusat ataupun perdarahan (Manuaba, 2009). Berdasarkan catatan register perinatalogi di RSUD dr Dradjat prawiranegara Serang tahun 2016, diketahui adanya faktor lain yang menyertai kejadian asfiksia pada bayi yang lahir spontan meliputi usia gestasi (kehamilan), berat bayi lahir rendah (BBLR), riwayat persalinan gemeli, partus lama, dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan faktor-faktor tersebut yang memungkinkan menyebabkan asfiksia pada bayi yang lahir spontan. Selain itu, didapatkan pada beberapa bayi lahir spontan dengan BBLR dan riwayat persalinan kembar (gemeli), kemungkinan BBLR dan gemeli yang menyebabkan asfiksia.Bayi dengan riwayat persalinan kembar cenderung mengalami BBLR dan mengalami asfiksia. Wardani (2007) menyebutkan persalinan kembar (gemeli) merupakan penyebab terjadinya asfiksia. Manuaba (2007) menyebutkan terdapat hubungan berat lahir bayi dengan usia gestasi (kehamilan) sehingga bayi baru lahir dapat dikategorikan KMK (kecil masa kehamilan), SMK (sesuai masa kehamilan), dan BMK (besar masa kehamilan), sehingga bayi yang lahir spontan dengan BBLR ini termasuk dalam bayi lahir kecil untuk masa kehamilan atau dismaturitas yang berisiko menyebabkan terjadinya asfiksia. Dewi (2005) dalam penelitiannya menyebutkan kondisi antepartum dan intrapartum yang menyebabkan risiko terjadinya asfiksia pada bayi lahir spontan adalah air ketuban yang bercampur mekonium, kala II yang lama, KMK (kecil masa kehamilan). Wiknjosastro (2006) menyebutkan bahwa kehamilan preterm berisiko menyebabkan terjadinya asfiksia. Hal ini disebabkan sistem organ bayi yang belum matang, yang ditandai dengan masih lemahnya otot pernapasan sehingga bayi prematur sering mengalami asfiksia berat, penyakit membran hialin, dan apnu. Kehamilan posterm dapat menyebabkan terjadinya asfiksia, sebagai akibat penurunan fungsi respirasi dan nutrisi pada plasenta yang bertambah umurnya. Namun, Pada beberapa kasus meskipun usia kehamilan melebihi 42 minggu, fungsi plasenta tetap baik sehingga terjadi anak besar (> 4000 gram) yang dapat menyulitkan persalinan dan berakhir dengan persalinan tidak spontan. Berat bayi lahir rendah (BBLR) berkaitan dengan tingkat maturitas janin. Pada bayi prematur ditandai dengan sistem or- gan pernapasan yang belum matang, sehingga bayi akan sulit beradaptasi dengan lingkungan ektra uterin yang berakibat terjadinya asfiksia saat persalinan. UNICEF (2007) dalam Farhania (2008) menyebutkan bahwa gemeli menjadi faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi yang lahir spontan. Secara fisiologis gemeli pada janin menyebabkan janin mendapatkan oksigen yang berasal dari ibu harus dibagi, keadaan ini yang berisiko menyebabkan asfiksia (Cunningham, 2008). Partus lama berisiko menyebabkan asfiksia. Pada ibu yang mengalami partus lama, kontraksi uterus berlangsung lebih lama dari pada ibu yang bersalin normal. Hal ini mengakibatkan peredaran darah yang membawa oksigen ke janin terhenti lebih lama, proses ini membuat janin kekurangan suplai oksigen yang berakibat pada kejadian asfiksia (Cunnningham, 2008). Menurut kepala ruangan Perinatalogi didapatkan bahwa angka kejadian asfiksia tinggi disebabkan karena faktor ibu seperti (penyakit yang diderita ibu saat hamil, usia ibu yang ektrim, paritas ibu, demam saat kehamilan, dan infeksi yang terjadi saat ibu hamil), faktor jenis persalinan yang dilakukan dan masalah yang terjadi saat persalinan berlangsung seperti (partus lama), faktor plasenta, faktor janin (bayi prematur, letak bayi sungsang), faktor tali pusat, dan sistem rujukan yang dimana saat proses persalinan mengalami suatu masalah dengan keterbatasan alat yang minim sehingga mengharuskan pasien dirujuk, mengakibatkan proses persalinan tertunda maka bayi mengalami asfiksia. ## SIMPULAN Asfiksia neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016 masih mengalami peningkatan dimana sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan dengan ibu yang mengalami preeklamsi berat dan berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan antara penyakit kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum namun tidak terdapat hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia. ## SARAN Diharapkan petugas kesehatan baik ketika ANC maupun proses melahirkan untuk dapat memantau kondisi ibu dan janin khususnya ibu dengan penyakit kehamilan untuk terus menjaga tekanan darah, memotivasi ibu untuk melakukan ANC secara rutin serta membantu proses persalinan secara tepat dan cepat ## KEPUSTAKAAN Ambarwati, WN. & Irdawati. 2009. Hubungan Preeklamsi dengan Kondisi Bayi yang di Lahirkan Secara Sectio Caesarea di RSUD dr. Moewardi Surakarta Tahun 2009.Berita Ilmu Kesehatan ISSN 1979-2697. Vol. 2 No. 1. Diakses dari https:// publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ tanggal 26 Januari 2016. Aminullah, A. 2006. Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Aristianti, R. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Asfiksia di RSB Kasih Insani tahun 2010. Skripsi Tidak di Publikasi. STIKes Faletehan. Badriyah, L. & Tjahyani, E. 2013.Hubungan Antara Preeklamsia Berat dengan Kejadian Berat Bayi lahir Rendah.Diakses dari http://jurnal- gr iya hus a da . com/ a wa l / ima ges/ f iles/ HUBUNGAN%20ANTAR A%20PR E- EKLAMPSIA%20BERAT%20DENG- AN%20KEJADIAN%20BERAT%20B- AYI%20LAHIR %20RENDAH(1). pdf tanggal 17 Juni 2015. Cunningham. 2008. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Damayanti, I. 2010. Hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian asfiksia di RSB Kasih Insani tahun 2010. Skripsi Tidak Dipublikasikan. STIKes Faletehan. Depkes. 2008. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dewi, N., Setyowireni, D. & Surjono A. 2005. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Cukup Bulan. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran vol 37 no 3. Diakses dari https:/ /jurnal.ugm.ac.id/index.php/bik/article/ viewFile/4032/3303 Dewi, RT. 2013. Hubungan Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia di RSUD Pringsewu Periode Januari-Juni 2012.Diakses dari https:/ /rosnawibowo.files.wordpress.com/2013/09/ kti-d3.doc tanggal 25 Maret 2015. Dinkes Kota Serang. 2015. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Serang Tahun 2014. Kota Serang Banten. Farhania, I. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia di Ruang Perinatalogi RSUD Cibabat. Tesis Tidak di publikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Gilang, Notoatmodjo, H. & Rakhmawatie, MD. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Tugurejo Semarang.Diakses dari http:// download.portalgaruda.org/article.php tanggal 25 Maret 2015. Hidayat, AAA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Islam, JA., Ara, G. & Chudhury, GA. 2012. Risk fac- tors and outcome of obstructed labour at a tertiary care hospital.J Shaheed Suhrawardy Med Coll; 4(2):43-46 ISSN 2226-5368.. Kurnia, A. 2008. Hubungan Antara Asfiksia Ringan dan Berat dengan Gagal Ginjal Akut pada neonates di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Januari-Desember 2007. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/13521/ tanggal 2 April 2015. Manuaba, I. 2009. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi & Osbtetri-Ginekologi Sosial. Jakarta : EGC. Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Mulastin. 2014. Hubungan Jenis Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSIA Kumala Siwi Pecangaan Jepara.Karya Tulis Ilmiah.Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara. Neneng, YS. 2011. Hubungan antara Jenis Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. M Soewandhie Surabaya.Skripsi tidak dipublikasi.Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acusn Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neona- tal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Raras, AA. 2011. Pengaruh Peeklamsi Berat Terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Uni- versitas Diponegoro. Ravindran & Gietha, S. 2011. Hubungan Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir dari Ibu Pre- Eklampsi di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2008-2011.Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/ 37594 tanggal 25 Maret. Reeder, SJ., Martin, LL. & Koniak-Griffin, D. 2011. Keperawatan maternitas: Kesehatan wanita, bayi dan keluarga.Volume 1 Edisi 18. (Yati Afriyati, Imami Nur Rachmawati, Sri Djuwitaningsih, penerjemah). Jakarta: EGC Rupiyanti, R. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia pada Neonatus di Rumah Sakit Islam Kendal. Diakses dari http:// d o w n l o a d . p o r t a l g a r u d a . o r g / article.php?article Safitri, DF. 2014. Hubungan antara Anemia dalam Kehamilan terhadap Kejadian Asfiksia Neo- natorum Di RSUD Sukoharjo Tahun 2014.Skripsi.Fakultas Kedokteran Surakarta. SDKI. 2012. Profil Survei Demografi Kesehatan In- donesia Tahun 2012 .Diakses http:// www.depkes.go.id/resources/download/ pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil- kesehatan-indonesia-2012.pdf. tanggal 12 Maret 2015. Surjono, A. 2005. Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum pada Bayi Cukup Bulan di RSUP dr. Surdjito Yogyakarta. Diakses dari http:// jurnal.ugm.ac.id/bik/article/viewFile/4032/ 3303 tanggal 1 April 2015. Tika, TS. 2012. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Asfiksia Neonatorum di RSD Jombang Periode 1 Januari-31 Desember 2007.Skripsi.Fakultas Kedokteran Muhammidiyah Malang. Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 266 NurseLine Journal Vol. 1 No. 2 Nopember 2016: 257-266
2d4a705d-08d6-47a3-a900-92efd7bef3ae
http://christianeducation.id/e-journal/index.php/regulafidei/article/download/104/88
Volume 7 | Nomor 2 | September 2022 Strategi Pembelajaran yang Relevan dalam Mengajarkan Soteriologi pada Anak Sekolah Minggu Usia 6-12 tahun Lidia Susanti 1 , Eko Wahyu Suryaningsih 2 1 Sekolah Tinggi Pendidikan Agama Kristen (STIPAK) Malang 2 Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia Email korespondensi: [email protected] Abstract: The condition of increasing percentage of Christian youth who are not interested in regular worship at the church continues to increase according to their age group, so the church needs to make improvements in its efforts to reach children and youth. Some alternatives that can be done are to teach the doctrine of soteriology correctly and appropriately according to their learning style, so that they can appreciate God's work in their lives as a gift that must be held for the rest of their lives. One way to provide soteriology lessons to children and adolescents is to use relevant learning strategies. Where the characteristics of this learning focus on goal orientation, matching motives, using something common. Some of the advantages of this relevant learning strategy, among others, can raise students' learning motivation, persistence in following learning and completing tasks, seeing things around them and encouraging ideas to solve problems. Sunday School teachers need to use this strategy in teaching soteriology so that children feel involved in the learning material and focused on the goal, by working on the salvation they have received. Keywords : relevant learning strategies; soteriology; Sunday school Abstrak : Kondisi peningkatan persentase remaja Kristen yang tidak tertarik dengan ibadah rutin di gereja terus meningkat mengikuti kelompok usianya, maka gereja perlu melakukan pembenahan dalam usaha menjangkau anak-anak dan remaja. Beberapa alternative yang bisa dilakukan adalah mengajarkan doktrin soteriologi dengan benar dan tepat sesuai gaya belajarnya, sehingga mereka dapat menghargai karya Tuhan dalam hidup mereka sebagai anugerah yang harus dipegang seumur hidupnya. Salah satu cara memberikan pelajaran soteriology kepada anak-anak dan remaja adalah menggunakan strategi pembelajaran relevan. Dimana karakteristik pembelajaran ini berfokus kepada: orientasi tujuan, penyamaan motif, menggunakan sesuatu yang umum. Beberapa kelebihan strategi pembelajaran relevan ini, antara lain dapat memunculkan motivasi belajar peserta didik, ketekunan mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas, melihat hal-hal yang ada di sekitar mereka dan mendorong ide-ide untuk memecahkan masalah. Guru-guru Sekolah Minggu perlu menggunakan strategi ini dalam mengajarkan soteriology agar anak-anak merasa terlibat dalam materi pembelajaran dan berfokus pada tujuan, dengan mengerjakan keselamatan yang telah mereka terima. Kata kunci : soteriologi; strategi pembelajaran relevan; sekolah Minggu ## PENDAHULUAN Bilangan Research Center menunjukkan persentase remaja yang tidak rutin mengikuti ibadah di gereja mengalami peningkatan berdasarkan rentang usinya. Jumlah remaja usia 15-18 tahun yang tidak rutin mengikuti ibadah sebesar 7.7%, dan pada usia 19-22 tahun mengalami peningkatan sebesar 10.2% sedangkan pada usia 23-25 tahun bertambah sebesar 13.7%. Adanya peningkatan jumlah persentase, bila dilihat dari rentang usia yang muda sampai ke rentang usia dewasa, melihat semakin tinggi persentase remaja pada rentang usia tersebut yang tidak beribadah, maka hal ini perlu menjadi perhatian gereja kepada anak-anak usia remaja. Bahkan ada data yang diperoleh bahwa remaja mulai merasa bahwa gereja sudah tidak menarik lagi dan kurang cocok bagi remaja, diperoleh data jumlah sebesar 61.8%. 1 Data ini akan mengkhawatirkan regenerasi di gereja-gereja terhadap jumlah generasi muda yang akan makin berkurang. Ada banyak penyebab generasi muda tidak tertarik ke gereja, antara lain: pemahaman doktrin Alkitab yang sangat kurang, diperoleh data sebesar 36.5% yang menyatakan bahwa anak muda tidak rutin membaca dan mendalami Alkitab, dan bahkan diperoleh data 4.6% tidak pernah membaca Alkitab 2 , kemudian ada generasi muda yang merasa banyak kegiatan yang lebih menarik di luar gereja sebanyak 28.2%, ada yang menilai tata ibadah di gereja sudah tidak menarik 12.4%, dan 11.2% merasakan banyaknya kepura-puraan dalam gereja 3 , dan ada yang merasa kepemimpinan gereja buruk sebesar 82%. 4 Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh gereja adalah memberi pembinaan intensif tentang kebenaran doktrin Alkitab yang relevan dalam kehidupan remaja 5 , membina iman remaja untuk tetap teguh di dalam Yesus 6 . Adanya pemahaman prinsip kebenaran yang mendasar pada generasi muda akan membuat mereka menghargai karya Tuhan Yesus atas orang-orang berdosa yang ditebus dengan cuma-cuma ini 7 . Soteriologi atau Doktrin Keselamatan adalah doktrin yang mengajarkan karya penebusan Tuhan Yesus atas manusia yang berdosa, dan secara cuma-cuma diselamatkan. Pemahaman doktrin keselamatan ini, mempunyai peranan penting bagi kehidupan orang-orang percaya, gereja dan anak-anak. Tuhan mengampuni manusia 1 Cemara A Irawan, Handi; Putra, “Gereja Sudah Tidak Menarik Bagi Kaum Muda Title,” Bilangan Research , last modified 2022, https://bilanganresearch.com/gereja-sudah-tidak-menarik-bagi- kaum-muda.html. 2 Anonimus, “Fakta Yang Menyebabkan Anak Muda Meninggalkan Gereja. Apakah Gereja Akan Berdiam Diri Saja?,” SuperbookIndonesia.Com , last modified 2022, https://www.superbookindonesia.com/article/read/584). 3 Irawan, Handi; Putra, “Gereja Sudah Tidak Menarik Bagi Kaum Muda Title.” 4 David Kinnaman, “In Review: 3 Key Insights About Young Adults Around the World,” Barna.Com , last modified 2022, https://www.barna.com/research/reviewing-global-young-adults/. 5 Ibid. 6 Primary Powell, Kara; Mulder, Jake; Griffin, Brad; Researchers, “Churches Engaging Young People Project Overview And Research Method,” Fuller Youth Institute (2016): 1–17. 7 Janes, “Pemahaman Doktrin Soteriologi Terhadap Kegiatan Memberitakan Injil,” PRUDENTIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2018): 74–93, http://e- journal.sttbaptisjkt.ac.id/index.php/prudentia. ketika manusia masih berdosa, walau Tuhan menanggung dosa manusia, di saat yang sama Tuhan tetap benar. Kristus mau menjalani hukuman sebagai orang berdosa, agar kita diselamatkan (Roma 3:25,26) 8 . Kata Soteriologi berasal dari dua kata Yunani yaitu “Soteria” yang artinya keselamatan dan “Logi” yang artinya ilmu, dapat diartikan soteriology adalah bagian dari ilmu teologi yang membahas tentang keselamatan, dimana keselamatan merupakan tema yang sentral dari Alkitab 9 . Pentingnya doktrin soteriologi ini, maka anak-anak perlu memahami doktrin ini dengan benar sehingga mereka dapat menghargai, menghidupi seumur hidup, dan bersyukur buat karya Tuhan dalam hidup mereka. Guru-guru Sekolah Minggu perlu memahami tulisan Paulus dalam Filipi 2:12, yang berbicara mengenai ketaatan orang-orang percaya kepada Injil yang dilandasi dengan pengenalan yang benar kepada Kristus. Adanya ketaatan yang dimiliki ini, akan mendorong mereka untuk aktif mengerjakan keselamatan mereka dan dapat mengusahakan agar keselamatan menjadi efektif di antara mereka sebagai suatu komunitas orang percaya yang saling membangun, karena kebaikkan Allah yang bekerja di antara orang-orang percaya dalam membuahkan keinginan dan tindakan 10 . Seorang guru perlu memahami teori atau doktrin dengan benar, menurut Wilson 11 , guru yang menguasai teori maka akan mampu mengajarkan teori dengan tepat pula sehingga mampu memahami makna dari sebuah teori, kemudian mampu menyampaikan teori dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat menyesuaikan materi dengan keadaan yang relevan untuk anak-anak. Ketika guru Sekolah Minggu memahami doktrin dengan benar maka diharapkan mampu mengimplementasikan doktrin tersebut dengan memodifikasi pengetahuan anak-anak dan mendorong untuk merelevansikannya dalam kehidupan mereka. Pentingnya pengetahuan doktrin soteriology yang benar untuk anak-anak, maka perlu usaha dari guru-guru Sekolah Minggu untuk mengajarkan kepada anak-anak dengan mempertimbangkan cara pengajaran yang sesuai dengan style belajar anak-anak jaman sekarang. Cara pengajaran yang tepat, maka perlu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat pula 12 , kemudian disesuaikan dengan learning style 13 anak- 8 Ibid. 9 Eko Wahyu Suryaningsih & Djoko Sukono, Pengantar Teologi Sistematika (Semarang: STBI Semarang, 2020). 10 Azaria Manullang and others, “Implikasi Filipi 2: 12 Terhadap Ajaran Arminianisme (Makna Frasa Kerjakanlah Keselamatanmu),” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 11, no. 1 (2021): 65–80. 11 Deirdre Wilson, “Relevance Theory and Literary Interpretation,” in Reading Beyond the Code: Literature and Relevance Theory , 2018. 12 Helene Zeeb et al., “Make It Relevant! How Prior Instructions Foster the Integration of Teacher Knowledge,” Instructional Science 47, no. 6 (2019). 13 Nurasma’ Shamsuddin and Jasber Kaur, “Students’ Learning Style and Its Effect on Blended Learning, Does It Matter?,” International Journal of Evaluation and Research in Education 9, no. 1 (2020). anak. Hal ini akan menolong guru dalam proses pembelajaran berlangsung dan menolong anak-anak untuk mencapai outcome yang direncanakan guru 14 . Salah satu alternative strategi pembelajaran yang dapat digunakan di Sekolah Minggu adalah strategi pembelajaran relevan 15 . Karakteristik strategi pembelajaran relevan adalah strategi pembelajaran yang menghubungkan teori dengan keadaan, kenyataan, realilta yang ada 16 . Strategi pembelajaran relevan ini dapat dijadikan alternatif strategi atau cara penyampaian pembelajaran kepada anak-anak oleh guru- guru Sekolah Minggu. Strategi pembelajaran relevan memiliki kelebihan-kelebihan dan telah diteliti oleh beberapa orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data yang diperoleh 17 adalah signifikan, yaitu dapat meningkatkan pemahaman peserta didik 18 , ketertarikan peserta didik pada konten yang diberikan 19 , meningkatkan persepsi yang peserta didik, dan memberikan keyakinan peserta didik dalam memecahkan masalah 20 . Sekolah Minggu merupakan kegiatan yang dapat diikuti oleh anak-anak untuk mengenal Firman dengan benar dan melalui kegiatan ini, guru-guru Sekolah Minggu dapat mengajarkan dan mendaratkan doktrin soteriology dengan baik kepada anak-anak sejak dini. ## METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan metode kepustakaan dan jenis penelitian kepustakaan ini adalah analisis buku teks 21 . Analisis buku teks memiliki karakteristik, antara lain: evaluasi dan analisis ditujukan untuk mengukur relevansi teori dengan perkembangan sosial budaya yang ada di masyarakat serta dihubungkan dengan perkembangan teknologi yang terjadi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Seorang guru Sekolah Minggu perlu memahami dan menghidupi kitab Filipi 2: 12-13 “Kerjakan keselamatanmu”, sehingga guru Sekolah Minggu terus berusaha untuk terus mengusahakan dan berupaya, agar banyak anak-anak yang mendengar berita selamat dan mereka diselamatkan. 14 Mary Jo Stanley, “Teaching toward Contextual Instruction in the Classroom,” Journal of Nursing Education and Practice 11, no. 1 (2020). 15 Jeffrey R. Albrecht and Stuart A. Karabenick, “Relevance for Learning and Motivation in Education,” Journal of Experimental Education , 2018. 16 Steven M. Ross, Gary R. Morrison, and Deborah L. Lowther, “Educational Technology Research Past and Present: Balancing Rigor and Relevance to Impact School Learning,” Contemporary Educational Technology 1, no. 1 (2020). 17 Jennifer A. Schmidt et al., “Why Are We Learning This? Using Mixed Methods to Understand Teachers’ Relevance Statements and How They Shape Middle School Students’ Perceptions of Science Utility,” Contemporary Educational Psychology 57 (2019): 9–31. 18 Matthew T. McCrudden, Joseph P. Magliano, and Gregory Schraw, “Exploring How Relevance Instructions Affect Personal Reading Intentions, Reading Goals and Text Processing: A Mixed Methods Study,” Contemporary Educational Psychology 35, no. 4 (2010). 19 José David Moreno et al., “Relevance Instructions Combined with Elaborative Interrogation Facilitate Strategic Reading: Evidence from Eye Movements,” Psicologia Educativa 27, no. 1 (2021). 20 Albrecht and Karabenick, “Relevance for Learning and Motivation in Education.” 21 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan - Libraty Research (Kajian Filosofi, Teoretis Dan Aplikatif) , Literasi Nusantara , vol. 1, 2019. ## Kerjakan Keselamatanmu Kitab Filipi ditulis oleh Paulus dari dalam penjara (Filipi 1: 7, 13-14), kemungkinan besar ditulis di Roma (Kisah Para Rasul 28: 16-31). Ketika Paulus mendengar dari Efaproditus, ada permasalahan di jemaat Filipi, yaitu penderitaan jemaat, adanya penentang iman Kristen dan terjadi perpecahan di antara jemaat 22 . Jemaat Filipi ini adalah jemaat yang dibentuk dan dibina oleh Paulus sekitar tahun 49- 50 SM. Hubungan Paulus dengan jemaat Filipi terjalin dengan baik terbukti dari kesediaan Jemaat Filipi untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus, melalui perantaraan Epafroditus. Tetapi di dalam kehidupan berjemaat di Filipi ada sekelompok orang yang tidak menyukai pengajaran Paulus dan menentang Paulus (Filipi 1:27- 30; 2:21) 23 . Jemaat Filipi mengadapi penderitaan karena keputusannya mengikut Yesus Kristus, konsekuensi yang harus mereka hadapi adalah masuk penjara sampai eksekusi mati karena imannya kepada Yesus Kristus. Pemerintahan Romawi dan Orang Yahudi sangat mempermasalahkan pengikut Kristus yang memilih untuk menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN, sebagai penghinaan kepada kaisar. Sehingga pemerintah Roma sangat menginginkan para pengikut Kristus dipenjara atau dihukum mati, akibatnya orang Yahudi pengikut Kristus, akan dituduhkan sebagai orang berdosa dengan menghujat ALLAH, kemudian dihakimi menurut Hukum Taurat, sehingga orang percaya akan dipenjara, bahkan dirajam dengan batu sampai mati. Adanya permasalahan ini maka Rasul Paulus mengirim surat, seperti surat martir agar orang percaya berani untuk mengikut Yesus sampai mati walau mati sebagai martir. Melalui surat ini, jemaat Filipi mengetahui bahwa rasul Paulus sendiri sudah mempersiapkan diri untuk mati sebagai martir (Keener dalam Marbun 24 ). Kata “kerjakan” κατεργάζομαι (present jamak) dalam Filipi 2: 12 di analisa setidaknya ada lima pengertian yaitu sebagai berikut; (1) Ergazomai artinya digunakan secara intransitive, mengerjakan, menghasilkan, melakukan sesuatu. (2) Katergazomai merupakan bentuk tegas dari kata bekerja, mencapai, efek dengan kerja keras. (3) Energeo dapat diartikan bekerja dengan aktif, bekerja digunakan untuk. (4) Poieo adalah melakukan "bekerja" dalam Mat 20:12. (5) Sunergeo adalah bekerja dengan atau bersama-sama, membantu dengan. Dari beberapa kata asli ini, maka dari kata “kerjakan” dapat disimpulkan adalah mengerjakan dengan aktif untuk menghasilkan sesuatu 25 . Ada juga yang mengartikan kata kerjakan ini ditunjukkan kepada seseorang untuk bekerja dengan sepenuh hati, demi mencapai atau menyelesaikan sesuatu. Sedangkan kata keselamatan (σωτηρία) diartikan seorang penyelamat yang memberikan 22 Tolop Marbun, “Kajian Biblika Tentang Keselamatan Berdasarkan Kitab Filipi 2:12,” BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 84–103. 23 Manullang and others, “Implikasi Filipi 2: 12 Terhadap Ajaran Arminianisme (Makna Frasa Kerjakanlah Keselamatanmu).” 24 Marbun, “Kajian Biblika Tentang Keselamatan Berdasarkan Kitab Filipi 2:12.” 25 Rodenita Br Barus, “ANALISA TEKS ‘ TETAPLAH KERJAKAN KESELAMATANMU ’ MENURUT FILIPI 2 : 12-13 DALAM ISU SOTERIOLOGI ‘ Historis Kemunculan Penafsiran Yang Salah ,’” Jurnal Shema 2, no. 1 (2022): 13. keselamatan. Dapat diartikan dari kata kerjakan keselamatanmu yaitu biarlah setiap orang percaya, bekerja dengan sepenuh hati untuk memberitakan seorang penyelamat manusia kepada orang lain sampai banyak orang percaya kapada Tuhan. Kata mengerjakan dalam konteks Filipi 2: 12 menegaskan bahwa keselamatan telah diterima oleh jemaat Filipi, dan tidak berhenti diselamatkan saja tetapi perlu menunjukkan buah pertobatan kepada setiap orang melalui perbuatan-perbuatan baik, sebagai bentuk nyata akan ketaatan jemaat Filipi pada ajaran Yesus Kristus. Kitab ini ditulis untuk jemaat di Filipi, Paulus mengingatkan jemaat di Filipi akan keselamatan yang telah diperoleh, semua itu hanya karena kasih karunia Tuhan semata. Tidak berhenti disitu, tetapi Paulus mendorong untuk Jemaat di Filipi, terus mengerjakan keselamatan sampai akhir. ## Teologi Sistematika Alkitab mengajarkan bahwa Allah telah menyediakan keselamatan melalui Putra- Nya yang diutus menjadi manusia untuk menebus manusia, mati ganti kita, sehingga dapat menyelamatkan manusia dari kesalahan, hukuman, dan kuasa dosa. Sang Putra Allah menyempurnakan penebusan bagi manusia dan bangkit kembali dari antara orang mati, kemudian naik ke surga kepada Allah Bapa dan Yesus menerima kedudukan yang berkuasa di sebelah kanan Allah, PutraNYA menghadap Allah untuk orang percaya 26 . Teks Filipi 2:12 bila membaca sepintas teks ini terkesan bahwa orang-orang Kristen di Filipi “diwajibkan” untuk berusaha mempertahankan keselamatan dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan baik. Namun jika membaca surat-surat Paulus yang lain seperti keseluruhan Surat Roma, Surat Galatia dan Surat Efesus, maka dapat diketahui bahwa Paulus menekankan keselamatan sebagai pemberian anugerah Allah tanpa usaha manusia. Bagi Paulus, manusia telah mati di dalam dosa dan orang yang sudah mati tidak dapat berbuat apa-apa, termasuk untuk menolong dirinya sendiri. Hanya anugerah Allah lah yang menyelamatkan manusia (Efesus 2:1-10). Keyakinan Paulus yang mempercayai keselamatan sebagai anugerah Allah, diyakini oleh para tokoh Reformasi Gereja dan ada perbedaan pemahaman keselamatan, seperti Martin Luther dan Yohanes Calvin. Doktrin keselamatan menurut Yohanes Calvin menyatakan, “Melalui Firman-Nya dan Roh-Nya, Allah secara efektif memanggil semua yang Ia tetapkan untuk hidup yang kekal. Roh-Nya memperbaharui dan menarik orang percaya pada Yesus Kristus. Hanya anugrah Tuhan semata, keselamatan dapat diterima oleh manusia. Allah membenarkan orang-orang percaya, dan mendeklarasikan mereka sebagai orang benar. Allah mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya dan menguduskan mereka. Pertobatan adalah sebuah doktrin iman yang menyelamatkan dan perbuatan-perbuatan yang baik merupakan buah dari iman orang percaya yang sejati.” Dijelaskan bahwa orang percaya yang diselamatkan oleh Allah, tidak dapat secara total keluar dari anugerah, tetapi sampai pada akhirnya akan diselamatkan secara kekal”. 27 26 Henry C; Vernon D Doerkses Thiessen, Teologi Sistematika , Gandum Mas , sepuluh. (Malang, 2020). 27 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology , Literatur SAAT , 2010. Berbeda dengan keyakinan kelompok Calvinis, kelompok Arminian menekankan tanggung jawab manusia sebagai respon dari keselamatan yang diterima, dengan cara; menyadari dosa-dosanya, berpaling dari dosa, bertobat, dan mengaku dengan iman. “Melalui anugerah keselamatan yang diberikan kepada semua orang, membuat manusia mampu untuk bekerjasama dengan Allah sebagai respon keselamatan yang telah diterima orang-orang percaya dalam iman. Anugerah yang diterima manusia memutarbalikan dampak dari dosa Adam.” Terlihat jelas bahwa ada perbedaan yang mencokok antara keyakinan kaum Calvinis yang menekankan anugerah Allah dan kaum Arminian yang menekankan perbuatan baik sebagai bentuk tanggung jawab untuk mempertahankan keselamatan. Apa yang tertulis dalam Filipi 2:12, jika hanya dibaca pada ayat 12 maka ada kesan bahwa keselamatan adalah tanggung jawab manusia. Manusia bertanggung jawab untuk “menjaga” keselamatannya agar tidak hilang. Bentuk tanggung jawab itu adalah dengan “mengerjakan” keselamatan itu. Namun, jika dibaca dengan teliti, Filipi 2:12 belum merupakan keseluruhan konsep yang dijelaskan Paulus. Masih ada tanda “koma” pada bagian akhir ayat 12 tersebut. Konsep “mengerjakan” keselamatan baru lengkap dijelaskan pada ayat 13. Dengan demikian, jelas bahwa yang mengerjakan keselamatan itu bukanlah manusia tetapi Allah yang mengerjakannya di dalam diri manusia atau orang-orang yang sudah diselamatkan oleh anugerah Tuhan. ## Strategi Pembelajaran Relevan Strategi pembelajaran yang tepat akan membuat guru mengalami kemudahan saat menyampaikan pembelajaran karena proses pembelajaran berlangsung dengan menarik dan kreatif sehingga peserta didik belajar dengan efektif untuk mencapai outcome yang direncanakan oleh guru. 28 Menurut Keller, focus guru dalam menggunakan strategi pembelajaran relevan, beracuan pada tiga hal, yaitu: 1) Orientasi Tujuan (Bagaimana guru bisa memenuhi kebutuhan belajar murid?) 2) Penyamaan motif (Bagaimana guru bisa memadukan pembelajaran dengan style belajar peserta didik?) 3) Menggunakan sesuatu yang umum (Bagaiaman guru dapat mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman peserta didik?). 29 Selanjutnya pembelajaran yang relevan dapat memperhatikan point-point ini 30 : ## Tabel 1. Konsep Pembelajaran Relevan Focus & Proses Bertanya Pendukung Utama Orientasi Tujuan. (Bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan murid saya?) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Memastikan pembelajaran tersebut memenuhi kebutuhan siswa. Goal (tujuan) harus jelas dan memberi kesempatan peserta didik untuk mencapainya. Mendorong peserta didik membuat goal sesuai pembelajaran. 28 José A. León et al., “Specific Relevance Instructions Promote Selective Reading Strategies: Evidences from Eye Tracking and Oral Summaries,” Journal of Research in Reading 42, no. 2 (2019). 29 Krista M. Reynolds, Lindsay Michelle Roberts, and Janet Hauck, “Exploring Motivation: Integrating the ARCS Model with Instruction,” Reference Services Review 45, no. 2 (2017). 30 Lidia Susanti, Starategi Pembelajaran Berbasis Motivasi ARCS , ed. Amir Hamzah (PT Elex Media Komputindo - Kompas Gramedia Bandung, 2019). Penyamaan motif. (Bagaimana saya bias memadukan style belajar peserta didik?) Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan style belajar peserta didik. Memberikan tantangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga memotivasi peserta didik untuk mencapai tujuan. Guru perlu memberi kesempatan untuk mencapai tujuan walaupun bisa gagal. Menggunakan sesuatu yang umum. (Bagaiaman saya dapat mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa?) Menyajikan sesuatu yang umum dan berhubungan dengan pengalaman siswa. Meminta siswa untuk berbagi pengalaman sebelumnya sehingga guru dapat menghubungkan dengan pembelajaran. Memodifikasi pembelajaran seperlunya. Menggunakan analogi untuk meningkatkan familieritas ketika mengajar konsep. ## Karakteristik Strategi Pembelajaran Relevan Strategi pembelajaran relevan merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan keadaan yang terjadi atau yang akan terjadi, dan yagn ada di sekitar peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran yang bermakna sehingga membuat peserta didik mampu melihat, membayangkan, terlibat, dan mampu memecahkan masalah yang ada di sekitar mereka, juga di masa yang akan datang 31 . Apabila peserta didik tahu manfaat dalam belajar, maka persepsi tiu akan mempengaruhi tugas-tugas yang diberikan. Mereka akan mengerjakan dengan antusias, mengumpulkan tepat waktu, ada ide-ide yang dituangkan pada tugas yang dikerjakan 32 . Selain itu pembelajaran yang relevan dapat meningkatkan motivasi peserta didik dan ketekunan mereka dalam mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru bila akan menggunakan strategi pembelajaran relevan, antara lain: 1) mengidentifikasi pengetahuan awal siswa untuk menginformasikan instruksi; 2) melibatkan siswa untuk mempromosikan perubahan konseptual sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mendalam yang diatur dalam kerangka konseptual; dan 3) mendorong metakognisi untuk membangun kebiasaan pembelajar untuk menentukan tujuan pembelajaran mereka dan memantau kemajuan mereka sendiri 33 . Hasil penelitian Susanti 34 pada pembelajaran agama Kristen di Sekolah Dasar, menyatakan bahwa penggunaan strategi pembelajaran relevan memunculkan motivasi peserta didik ketika mempelajari materi yang diberikan, karena peserta didik merasa pelajaran tersebut bermakna dan sesuai dengan kebutuhannya. Adanya beberapa penelitian dan kelebihan strategi pembelarajaran relevan ini, maka dapat digunakan juga untuk mengajar anak-anak Sekolah Minggu karena strategi ini berfocus pada 31 Schmidt et al., “Why Are We Learning This? Using Mixed Methods to Understand Teachers’ Relevance Statements and How They Shape Middle School Students’ Perceptions of Science Utility.” 32 Wladimir Kirsch, “On the Relevance of Task Instructions for the Influence of Action on Perception,” Attention, Perception, and Psychophysics 83, no. 6 (2021): 2625–2633. 33 Stephen J. Krause et al., “Effect of Contextualization of Content and Concepts on Students’ Course Relevance and Value in Introductory Materials Classes,” in ASEE Annual Conference and Exposition, Conference Proceedings , 2016, 1–17. 34 Lidia Susanti and Carla Imbiri, “Implementasi Motivasi Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (April 13, 2020): 254–263, https://doi.org/10.30648/dun.v4i2.284. pembelajaran yang bermakna, dimana peserta didik dibawa kepada mengidentifikasi makna dan dapat menarik kesimpulan secara mandiri 35 . Sekolah Minggu yang diikuti oleh anak-anak umur 6 sampai 12 tahun maka perlu mengajarkan materi dengan pendekatan strategi pembelajaran relevan, agar anak-anak dapat memahami dengan baik karena mereka merasa pelajaran Alkitab itu bermakna untuk hidupnya dan dengan tekun melakukan Firman Tuhan dalam keseharian mereka. ## Psikologi Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun Usia 6 sampai 12 tahun dalam tahap psikologi masuk dalam perkembangan akhir, tahap ini anak-anak memasuki masa sekolah : terjadi perubahan sikap, nilai, dan perilaku dan mulai masuk dalam masa sulit : dimana ada pengaruh teman, guru, dan apa saja yang dilihatnya, kemudian masa imitasi social: masa anak-anak mulai meniru orang lain dan mulai ingin diterima di dalam kelompok, sehingga masuk masa penyesuaian diri. 36 Peran orang tua pada anak usia 6 – 12 tahun masih sangat diperlukan, seperti pada penelitian Kuppens 37 bahwa anak pada usia ini, perkembangan psikologinya sangat dipengaruhi oleh orang tua. Pada penelitian ini ada empat gaya pengasuhan yang kongruen: gaya pengasuhan otoritatif, otoritatif positif, otoriter, dan tidak terlibat. Penelitian ini dilakukan pada 800 anak dan hasilnya adalah gaya pengasuhan otoritatif positif lebih menguntungkan untuk menghasilkan anak-anak yang dekat orang tua dan patuh kepada orang tua. Guru Sekolah Minggu dapat memanfaatkan perkembangan psikologi anak-anak dan sebagai orang tua di dalam Tuhan, untuk merencanakan pembelajaran di kelas sekolah minggu, sehingga pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai kebutuhan anak- anak akan meningkatkan keingintahuan mereka dalam mempelajari Firman Tuhan dan melakukan Firman. Peran Sekolah Minggu dalam masa ini, sangat mempengaruhi pertumbuhan gereja. 38 Adanya penelitian-penelitian tentang Sekolah Minggu, perlu diperhatikan sebagai factor pertumbuhan gereja di masa mendatang. ## KESIMPULAN Penurunan remaja mengikuti ibadah, menyadarkan gereja untuk memodifikasi pembelajaran doktrin di gereja. Doktrin gereja yang perlu didaratkan sejak anak-anak adalah soteriologi. Pendaratan doktrin soteriology perlu menggunakan strategi pembelajaran relevan. Pembelajaran relevan memiliki karakteristik focus pada orientasi tujuan, penyamaan motif, menggunakan sesuatu yang umum. Kelebihan strategi pembelajaran relevan akan meningkatkan motivasi belajar dan ketekunan peserta didik. Penggunaan strategi pembelajaran relevan pada Sekolah Minggu, akan menolong anak- anak memahami doktrin soteriology dengan benar. 35 Wilson, “Relevance Theory and Literary Interpretation.” 36 Erick Burhaein, “Indonesian Journal of Primary Education Aktivitas Fisik Olahraga Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Siswa SD,” Indonesian Journal of Primary Education 1, no. 1 (2017): 51–58, http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index. 37 Sofie Kuppens and Eva Ceulemans, “Parenting Styles: A Closer Look at a Well-Known Concept,” Journal of Child and Family Studies 28, no. 1 (2019). 38 Yenny Anita Pattinama, “Peranan Sekolah Minggu Dalam Pertumbuhan Gereja,” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 8, no. 2 (2020). ## DAFTAR PUSTAKA Albrecht, Jeffrey R., and Stuart A. Karabenick. “Relevance for Learning and Motivation in Education.” Journal of Experimental Education , 2018. Anonimus. “Fakta Yang Menyebabkan Anak Muda Meninggalkan Gereja. Apakah Gereja Akan Berdiam Diri Saja?” SuperbookIndonesia.Com . Last modified 2022. https://www.superbookindonesia.com/article/read/584). Barus, Rodenita Br. “ANALISA TEKS ‘ TETAPLAH KERJAKAN KESELAMATANMU ’ MENURUT FILIPI 2 : 12-13 DALAM ISU SOTERIOLOGI ‘ Historis Kemunculan Penafsiran Yang Salah .’” Jurnal Shema 2, no. 1 (2022): 13. Burhaein, Erick. “Indonesian Journal of Primary Education Aktivitas Fisik Olahraga Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Siswa SD.” Indonesian Journal of Primary Education 1, no. 1 (2017): 51–58. http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index. Hamzah, Amir. Metode Penelitian Kepustakaan - Libraty Research (Kajian Filosofi, Teoretis Dan Aplikatif) . Literasi Nusantara . Vol. 1, 2019. Irawan, Handi; Putra, Cemara A. “Gereja Sudah Tidak Menarik Bagi Kaum Muda Title.” Bilangan Research . Last modified 2022. https://bilanganresearch.com/gereja-sudah-tidak-menarik-bagi-kaum-muda.html. Janes. “Pemahaman Doktrin Soteriologi Terhadap Kegiatan Memberitakan Injil.” PRUDENTIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2018): 74–93. http://e-journal.sttbaptisjkt.ac.id/index.php/prudentia. Kinnaman, David. “In Review: 3 Key Insights About Young Adults Around the World.” Barna.Com . Last modified 2022. https://www.barna.com/research/reviewing-global-young-adults/. Kirsch, Wladimir. “On the Relevance of Task Instructions for the Influence of Action on Perception.” Attention, Perception, and Psychophysics 83, no. 6 (2021): 2625– 2633. Krause, Stephen J., Cindy Waters, William Joseph Stuart, Eugene Judson, Casey Jane Ankeny, and Bethany B. Smith. “Effect of Contextualization of Content and Concepts on Students’ Course Relevance and Value in Introductory Materials Classes.” In ASEE Annual Conference and Exposition, Conference Proceedings , 1–17, 2016. Kuppens, Sofie, and Eva Ceulemans. “Parenting Styles: A Closer Look at a Well- Known Concept.” Journal of Child and Family Studies 28, no. 1 (2019). León, José A., José David Moreno, Inmaculada Escudero, Ricardo Olmos, Marcos Ruiz, and Robert F. Lorch. “Specific Relevance Instructions Promote Selective Reading Strategies: Evidences from Eye Tracking and Oral Summaries.” Journal of Research in Reading 42, no. 2 (2019). Manullang, Azaria, and others. “Implikasi Filipi 2: 12 Terhadap Ajaran Arminianisme (Makna Frasa Kerjakanlah Keselamatanmu).” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 11, no. 1 (2021): 65–80. Marbun, Tolop. “Kajian Biblika Tentang Keselamatan Berdasarkan Kitab Filipi 2:12.” BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 84–103. McCrudden, Matthew T., Joseph P. Magliano, and Gregory Schraw. “Exploring How Relevance Instructions Affect Personal Reading Intentions, Reading Goals and Text Processing: A Mixed Methods Study.” Contemporary Educational Psychology 35, no. 4 (2010). Moreno, José David, José A. León, Johanna K. Kaakinen, and Jukka Hyönä. “Relevance Instructions Combined with Elaborative Interrogation Facilitate Strategic Reading: Evidence from Eye Movements.” Psicologia Educativa 27, no. 1 (2021). Pattinama, Yenny Anita. “Peranan Sekolah Minggu Dalam Pertumbuhan Gereja.” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 8, no. 2 (2020). Paul Enns. The Moody Handbook of Theology . Literatur SAAT , 2010. Powell, Kara; Mulder, Jake; Griffin, Brad; Researchers, Primary. “Churches Engaging Young People Project Overview And Research Method.” Fuller Youth Institute (2016): 1–17. Reynolds, Krista M., Lindsay Michelle Roberts, and Janet Hauck. “Exploring Motivation: Integrating the ARCS Model with Instruction.” Reference Services Review 45, no. 2 (2017). Ross, Steven M., Gary R. Morrison, and Deborah L. Lowther. “Educational Technology Research Past and Present: Balancing Rigor and Relevance to Impact School Learning.” Contemporary Educational Technology 1, no. 1 (2020). Schmidt, Jennifer A., Stephen S. Kafkas, Kimberly S. Maier, Lee Shumow, and Hayal Z. Kackar-Cam. “Why Are We Learning This? Using Mixed Methods to Understand Teachers’ Relevance Statements and How They Shape Middle School Students’ Perceptions of Science Utility.” Contemporary Educational Psychology 57 (2019): 9–31. Shamsuddin, Nurasma’, and Jasber Kaur. “Students’ Learning Style and Its Effect on Blended Learning, Does It Matter?” International Journal of Evaluation and Research in Education 9, no. 1 (2020). Stanley, Mary Jo. “Teaching toward Contextual Instruction in the Classroom.” Journal of Nursing Education and Practice 11, no. 1 (2020). Sukono, Eko Wahyu Suryaningsih & Djoko. Pengantar Teologi Sistematika . Semarang: STBI Semarang, 2020. Susanti, Lidia. Starategi Pembelajaran Berbasis Motivasi ARCS . Edited by Amir Hamzah. PT Elex Media Komputindo - Kompas Gramedia Bandung, 2019. Susanti, Lidia, and Carla Imbiri. “Implementasi Motivasi Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (April 13, 2020): 254–263. https://doi.org/10.30648/dun.v4i2.284. Thiessen, Henry C; Vernon D Doerkses. Teologi Sistematika . Gandum Mas . Sepuluh. Malang, 2020. Wilson, Deirdre. “Relevance Theory and Literary Interpretation.” In Reading Beyond the Code: Literature and Relevance Theory , 2018. Zeeb, Helene, Felicitas Biwer, Georg Brunner, Timo Leuders, and Alexander Renkl. “Make It Relevant! How Prior Instructions Foster the Integration of Teacher Knowledge.” Instructional Science 47, no. 6 (2019). Albrecht, Jeffrey R., and Stuart A. Karabenick. “Relevance for Learning and Motivation in Education.” Journal of Experimental Education , 2018. Anonimus. “Fakta Yang Menyebabkan Anak Muda Meninggalkan Gereja. Apakah Gereja Akan Berdiam Diri Saja?” SuperbookIndonesia.Com . Last modified 2022. https://www.superbookindonesia.com/article/read/584). Barus, Rodenita Br. “ANALISA TEKS ‘ TETAPLAH KERJAKAN KESELAMATANMU ’ MENURUT FILIPI 2 : 12-13 DALAM ISU SOTERIOLOGI ‘ Historis Kemunculan Penafsiran Yang Salah .’” Jurnal Shema 2, no. 1 (2022): 13. Burhaein, Erick. “Indonesian Journal of Primary Education Aktivitas Fisik Olahraga Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Siswa SD.” Indonesian Journal of Primary Education 1, no. 1 (2017): 51–58. http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index. Hamzah, Amir. Metode Penelitian Kepustakaan - Libraty Research (Kajian Filosofi, Teoretis Dan Aplikatif) . Literasi Nusantara . Vol. 1, 2019. Irawan, Handi; Putra, Cemara A. “Gereja Sudah Tidak Menarik Bagi Kaum Muda Title.” Bilangan Research . Last modified 2022. https://bilanganresearch.com/gereja-sudah-tidak-menarik-bagi-kaum-muda.html. Janes. “Pemahaman Doktrin Soteriologi Terhadap Kegiatan Memberitakan Injil.” PRUDENTIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2018): 74–93. http://e-journal.sttbaptisjkt.ac.id/index.php/prudentia. Kinnaman, David. “In Review: 3 Key Insights About Young Adults Around the World.” Barna.Com . Last modified 2022. https://www.barna.com/research/reviewing-global-young-adults/. Kirsch, Wladimir. “On the Relevance of Task Instructions for the Influence of Action on Perception.” Attention, Perception, and Psychophysics 83, no. 6 (2021): 2625– 2633. Krause, Stephen J., Cindy Waters, William Joseph Stuart, Eugene Judson, Casey Jane Ankeny, and Bethany B. Smith. “Effect of Contextualization of Content and Concepts on Students’ Course Relevance and Value in Introductory Materials Classes.” In ASEE Annual Conference and Exposition, Conference Proceedings , 1–17, 2016. Kuppens, Sofie, and Eva Ceulemans. “Parenting Styles: A Closer Look at a Well- Known Concept.” Journal of Child and Family Studies 28, no. 1 (2019). León, José A., José David Moreno, Inmaculada Escudero, Ricardo Olmos, Marcos Ruiz, and Robert F. Lorch. “Specific Relevance Instructions Promote Selective Reading Strategies: Evidences from Eye Tracking and Oral Summaries.” Journal of Research in Reading 42, no. 2 (2019). Manullang, Azaria, and others. “Implikasi Filipi 2: 12 Terhadap Ajaran Arminianisme (Makna Frasa Kerjakanlah Keselamatanmu).” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 11, no. 1 (2021): 65–80. Marbun, Tolop. “Kajian Biblika Tentang Keselamatan Berdasarkan Kitab Filipi 2:12.” BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 84–103. McCrudden, Matthew T., Joseph P. Magliano, and Gregory Schraw. “Exploring How Relevance Instructions Affect Personal Reading Intentions, Reading Goals and Text Processing: A Mixed Methods Study.” Contemporary Educational Psychology 35, no. 4 (2010). Moreno, José David, José A. León, Johanna K. Kaakinen, and Jukka Hyönä. “Relevance Instructions Combined with Elaborative Interrogation Facilitate Strategic Reading: Evidence from Eye Movements.” Psicologia Educativa 27, no. 1 (2021). Pattinama, Yenny Anita. “Peranan Sekolah Minggu Dalam Pertumbuhan Gereja.” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 8, no. 2 (2020). Paul Enns. The Moody Handbook of Theology . Literatur SAAT , 2010. Powell, Kara; Mulder, Jake; Griffin, Brad; Researchers, Primary. “Churches Engaging Young People Project Overview And Research Method.” Fuller Youth Institute (2016): 1–17. Reynolds, Krista M., Lindsay Michelle Roberts, and Janet Hauck. “Exploring Motivation: Integrating the ARCS Model with Instruction.” Reference Services Review 45, no. 2 (2017). Ross, Steven M., Gary R. Morrison, and Deborah L. Lowther. “Educational Technology Research Past and Present: Balancing Rigor and Relevance to Impact School Learning.” Contemporary Educational Technology 1, no. 1 (2020). Schmidt, Jennifer A., Stephen S. Kafkas, Kimberly S. Maier, Lee Shumow, and Hayal Z. Kackar-Cam. “Why Are We Learning This? Using Mixed Methods to Understand Teachers’ Relevance Statements and How They Shape Middle School Students’ Perceptions of Science Utility.” Contemporary Educational Psychology 57 (2019): 9–31. Shamsuddin, Nurasma’, and Jasber Kaur. “Students’ Learning Style and Its Effect on Blended Learning, Does It Matter?” International Journal of Evaluation and Research in Education 9, no. 1 (2020). Stanley, Mary Jo. “Teaching toward Contextual Instruction in the Classroom.” Journal of Nursing Education and Practice 11, no. 1 (2020). Sukono, Eko Wahyu Suryaningsih & Djoko. Pengantar Teologi Sistematika . Semarang: STBI Semarang, 2020. Susanti, Lidia. Starategi Pembelajaran Berbasis Motivasi ARCS . Edited by Amir Hamzah. PT Elex Media Komputindo - Kompas Gramedia Bandung, 2019. Susanti, Lidia, and Carla Imbiri. “Implementasi Motivasi Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (April 13, 2020): 254–263. https://doi.org/10.30648/dun.v4i2.284. Thiessen, Henry C; Vernon D Doerkses. Teologi Sistematika . Gandum Mas . Sepuluh. Malang, 2020. Wilson, Deirdre. “Relevance Theory and Literary Interpretation.” In Reading Beyond the Code: Literature and Relevance Theory , 2018. Zeeb, Helene, Felicitas Biwer, Georg Brunner, Timo Leuders, and Alexander Renkl. “Make It Relevant! How Prior Instructions Foster the Integration of Teacher Knowledge.” Instructional Science 47, no. 6 (2019).
20fb8287-e8c0-436a-8a86-050e1e547d47
https://online-journal.unja.ac.id/JKAM/article/download/15338/11990
## Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Masyarakat Di Sekitar Kelurahan Marunda Jakarta Utara Rahmi Trisnayanti, April Gunawan Malau, Jaya Alamsyah STIP Jakarta, Jakarta Utara, Indonesia Email Korespondensi : [email protected] ## ABSTRAK Artikel ini merupakan hasil dari pengabdian kepada masyarakat mengenai pemberian pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat sekitar Kelurahan Marunda Jakarta Utara telah terlaksana dengan baik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk bakti sosial. Memberikan pengecekan kesehatan yang optimal adalah langkah yang harus dilakukan untuk membantu masyarakat dan mencegah terjadinya ketidakpedulian masyarakat terhadap kesehatan. Tingkat pelayanan kesehatan umumnya masyarakat Indonesia masih jauh dari kata puas terutama bagi masyarakat yang kurang mampu dari segi ekonomi. Kegiatan pengabdian seperti ini dapat dilakukan secara rutin baik di lokasi yang sama maupun yang berbeda dengan sasaran masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Key words: Pengabdian Kepada Masyarakat, Pemeriksaan Kesehatan Gratis ## PENDAHULUAN ## Latar Belakang Peduli sosial dalam kehidupan masyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Menurut Darmiyati Zuchdi (2011: 170) peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Menurut Elly M. Setiadi, dkk (2012: 66), lingkungan sosial merujuk pada lingkungan dimana seseorang melakukan interaksi sosial, baik dengan anggota keluarga, teman, dan kelompok sosial lain yang lebih besar. Furqon (2010: 34) menguraikan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan karakter peduli sosial, antara lain: 1) Peduli pada orang lain. 2) Menghargai orang lain. 3) Menghormati hak-hak orang lain. 4) Bekerja sama. 5) Membantu dan menolong orang lain. Berdasarkan kajian teori diatas indikator karakter peduli sosial yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Bertindak santun. 2) Mau terlibat dalam kegiatan masyarakat. 3) Mampu bekerjasama. 4) Peduli pada orang lain. Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan Sivitas Akademika dalam mengamalkan dan membudayakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa dalam struktur sosial masyarakat, kondisi lingkungan umumnya menonjolkan kultur budaya yang selalu berbeda. Hal ini hanya tidak terjadi dalam ruang lingkup kecil namun telah menjadi global sehingga memicu terjadinya jarak antar kelompok masyarakat. Salah satunya di dunia pendidikan. Salah satu pelaku yang terlibat dalam pengembangan pendidikan. Selain karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung, factor ekonomi juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap minimnya pengembangan pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu. Melalui program bantuan social ini diharapkan dapat sedikit memberi informasi segar kepada masyarakat untuk dapat terus meningkat pendidikan. Salah satu program pengabdian yang dilakukan adalah dalam bentuk bakti sosial. Bakti sosial ini merupakan wadah pembekalan Dosen atau pembinaan Taruna untuk menyalurkan minat dan bakatnya dalam mengamalkan profesionalisme disiplin ilmu ke tengah masyarakat. Manfaat lain dari bakti sosial ini adalah menciptakan rasa kepekaan terhadap sesama yang membutuhkan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, keberadaan masyarakat tradisonal dan masyarakat pedesaan makin hari makin kurang diperhatikan, baik dari kalangan pemerintahan ataupun dari kalangan orang-orang yang bisa dikatakan berkecukupan atau berada dari sisi ekonomi dan pekerjaan. Berbagai persepsipun kian membuming ditelinga kita tentang kondisi masyarakat yang semakin merosot dan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. baik dari segi pendapatan, ataupun dari segi lapangan pekerjaan sangat kurang sekali diperhatikan, sehingga tidak jarang jikalau hari ini mareka terjadi berbagai macam penambangan liar yang berdampak pada system lingkungan dan kemungkinan akan menimbulkan gejala alam yang akan merugikan masyarakat itu sendiri. Itu semua dilakukan oleh masyarakat semata - mata untuk menghidupkan keluarga atau sanak family mereka. Dan salah satu cara untuk menenggulangi hal tersebut adalah dengan meningkatkan perhatian kita baik pemerintah maupun kalangan orang berada juga mahasiswa untuk senantiasa memberikan kontribusi dan dharma bakti kepada masyarakat sekitarnya yang memerlukan bantuan atau santunan. Hal ini dilaksanakan dalam rangka partisipasi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta dalam DIES NATALIS STIP ke 63 Tahun. untuk memberikan pengabdiannya dan tambahan ilmu terkait kesehatan yang terdapat berbagai permasalahan kesehatan yang terjadi pada masyarakat sekitar. Memberikan pengecekan kesehatan yang optimal adalah langkah yang harus dilakukan untuk membantu masyarakat dan mencegah terjadinya ketidakpedulian masyarakat terhadap kesehatan. Tingkat pelayanan kesehatan umumnya masyarakat Indonesia masih jauh dari kata puas terutama bagi masyarakat yang kurang mampu dari segi ekonomi. Oleh karena itu, sebagai perwujudan nyata kepedulian kami sebagai Lembaga Pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kami akan menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara. Kami akan memberikan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk mendapat pemeriksaan dan pengobatan umum secara gratis. Kami berharap kegiatan tersebut mampu memberikan kemudahan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang menderita berbagai macam penyakit dan sedikit meringankan beban mereka. ## Maksud dan Tujuan Kegiatan Memberikan fasilitas akan pengecekan kesehatan gratis pada masyarakat sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan menjalin hubungan yang harmonis dengan warga sekitar wilayah Kelurahan Marunda. Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan rasa solidaritas antar sesame 2. Mempererat tali persaudaraan antar sesame 3. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan dan mewujudkan program pelayanan kesehatan 4. Membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan 5. Meningkatkan dan mewujudkan semangat keperdulian terhadapa sesame 6. Menyelamatkan jiwa orang lain secara langsung ## METODE PELAKSANAAN KEGIATAN ## Bentuk Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : 1. Penyuluhan Dengan memberikan pengarahan pada masyarakat akan pentingnya menjaga kepedulian kesehaan terhadap masyarakat sekitar khusunya di lingkungan wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara guna pemahaman dan kualitas hidup masyarakat, dilanjutkan dengan diskusi memperoleh hasil sesuai sebagai bentuk pemecahan masalah dan kendali yang dihadapi. 2. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu. 3. Perlengkapan yang diberikan Adapun perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan secara gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara, adalah sebagai berikut: No. Nama Barang Jumlah Satuan 1 Kursi 140 buah 2 Meja 10 buah 3 Alat tulis 1 set 4 Sound System 1 unit 5 Banner 1 pcs 6 Alat kesehatan 5 set 7 Perlengkapan cek lab 100 set 8 Obat-obatan 100 paket 9 Vitamin 100 paket 10 Snack 140 pcs 11 Air mineral 140 pcs ## PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN ## Lokasi Kegiatan Kegiatan Pengabdian pada masyarakat mengenai penyuluhan dan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan secara gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara, Penyuluhan dan bakti sosial ini dilaksanakan pada Tanggal 21 Februari 2020 dengan sasaran masyarakat wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara. 1. Pelaksanaan Kegiatan ## NO ## KEGIATAN 1 Pembukaan, Penjelasan Prosedur pengecekan kesehatan, menjelaskan alur pengecekan kesehatan dan alat – alat pengecekan kesehatan. 2 Memanggil nama yang sudah tanda tangan kehadiran untuk pengecekan kesehatan 3 Melakukan pengecekan kepada masyarakat secara perorangan yang dilakukan oleh tim dokter, kemudian diberikan resep obat 4 Memberikan obat-obatan dan vitamin kepada masyarakat yang sudah dicek oleh dokter, dan dapat meninggalkan tempat pengecekan gratis ## Hasil Kegiatan Selama berlangsungnya pengabdian, masyarakat sempat antusias berpartisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan dan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan secara gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara yang dilakukan oleh tim pelaksana pengabdian dari awal sampai berakhirnya acara. Pada dasarnya masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga kepedulian sosial guna melestarikan dan meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial. Namun dalam pelaksanaan meningkatkan pemahaman tersebut, dibutuhkan motivasi lebih lanjut baik dari pemerintah maupun dari organisasi. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, yang menjadi sasaran adalah masyarakat di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara yang berada disekitar lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Sedangkan yang menjadi target kegiatan pengabdian masyarakat ini, melalui penyuluhan dan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan secara gratis di wilayah Kelurahan Marunda Kota Jakarta Utara telah tercapai, ditunjukan dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Dari hasil pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan penyuluhan dan bakti sosial ini diketahui bahwa kegiatan ini memberikan manfaat yang signifikan pada lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Dengan bakti sosial memberikan manfaat kebersihan dan kenyamanan sehingga masyarakat sekitar yang berdagang pun merasa nyaman. Hal demikian memberi manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran secara umum. ## KESIMPULAN Sebagai makhluk sosial kita harus saling bersosialisasi kepada masyarakat. Kesadaran masyarakat khususnya warga di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran akan pentingnya menjaga kepedulian sosial dimana kita sebagai manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Pentingnya pemahaman konsep Kepedulian Sosial bagi masyarakat sejak dini sehingga masyarakat yang membutuhkan dapat dibantu, selain itu juga kita dapat menjaga silaturahmi kepada masyarakat. Adapun yang menjadi faktor - faktor yang Mendukung Penanaman Karakter Peduli Sosial merupakan modal utama pengembangan rasa kepedulian terhadap masyarakat sekitar, sehingga dibutuhkan peran aktif masyarakat untuk mengupayakan kepedulian sosial. ## DAFTAR PUSTAKA Elly M. Setiadi, dkk. 2012. Ilmu sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Darmiyati, Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam Prespektif Teori dan Praktek. Yogyakarta: UNY Press. Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. Lembaran Negara RI Tahun 2012, Nomor 158. Kementrian Sekretariat Negara RI. Jakarta. Astutik, Endri Dwi. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Kepedulian Sosial Melalui Kegiatan Hisbul Wathan. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah surakarta.
8bed972d-b401-4226-abb4-9a5e45314b33
https://jurnalku.org/index.php/jolas/article/download/351/320
## ASPEK PERPAJAKAN ATAS AKSI KORPORASI PT CIPUTRA DEVELOPMENT TBK (CTRA) Fatima Asahra 1) , Hidayat Primadi 2) , Muhammad Bobby Mulya 3) , Suparna Wijaya 4) 1) [email protected], Politeknik Keuangan Negara STAN 2) [email protected], Politeknik Keuangan Negara STAN 3) [email protected], Politeknik Keuangan Negara STAN 4) [email protected] , Politeknik Keuangan Negara STAN ## Abstract In the year of 2017, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) took a corporate action in the form of a business merger with PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) and PT Ciputra Property Tbk (CTRP). The corporate action was also carried out together with other corporate actions, such as increasing authorized capital, issuing new shares, and repurchasing outstanding shares on the Indonesia Stock Exchange. The corporate actions that occur have an influence on the taxation aspects of CTRA. This study aims to review the taxation aspects (Income Tax and Value Added Tax) on corporate actions carried out by CTRA. This study uses qualitative research methods with primary data in the form of annual reports and financial statements of PT Ciputra Development Tbk in 2016 and 2017. The results show that the corporate actions carried out are increasing authorized capital, issuing new shares, business mergers, and also the repurchase of outstanding shares causes the emergence of taxation aspects, both income tax and value added tax that must be fulfilled by CTRA. Keywords: Corporate Action, Merger, Tax ## Abstrak Pada tahun 2017, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) melakukan aksi korporasi berupa penggabungan usaha dengan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) dan PT Ciputra Property Tbk (CTRP). Dalam aksi korporasi tersebut juga dilakukan bersama dengan aksi korporasi lain yaitu peningkatan modal dasar, penerbitan saham baru, dan pembelian kembali saham beredar di Bursa Efek Indonesia. Atas aksi korporasi yang terjadi, memiliki pengaruh terhadap aspek perpajakan pada CTRA. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan aspek perpajakan (Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai) atas aksi korporasi yang dilakukan CTRA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan data yang digunakan yaitu data primer berupa laporan tahunan dan laporan keuangan PT Ciputra Development Tbk tahun 2016 dan 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atas aksi korporasi yang dilakukan baik itu peningkatan modal dasar, penerbitan saham baru, penggabungan usaha, dan juga pembelian kembali saham beredar menyebabkan timbulnya aspek perpajakan baik itu pajak penghasilan dan juga pajak pertambahan nilai yang harus dipenuhi kewajibannya oleh CTRA. Kata Kunci: Aksi korporasi, Penggabungan Usaha, Pajak ## PENDAHULUAN Aksi Korporasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan publik, yang dapat mempengaruhi harga efek seperti saham atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Aksi korporasi dapat mencakup pembagian dividen, hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), waran, saham bonus, stock split , reverse stock , buyback , merger , akuisisi, dan divestasi (Bareksa, n.d.). Aksi korporasi dilakukan dengan beberapa tujuan tertentu sesuai yang diharapkan oleh perusahaan, diantaranya adalah untuk pertumbuhan atau diversifikasi, meningkatkan dana, menciptakan sinergi, pertimbangan dalam aspek perpajakan, untuk meningkatkan keterampilan bagi perusahaan, melindungi diri dari pengambilalihan, dan untuk meningkatkan likuiditas pemilik perusahaan. Menurut Abdul Moin (2003), pengertian merger adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Perusahaan yang dibubarkan mengalihkan aktiva dan kewajibannya ke perusahaan yang mengambil alih sehingga perusahaan yang mengambil alih mengalami peningkatan aktiva. Aksi korporasi yang dilakukan oleh PT Ciputra Development Tbk adalah peningkatan modal dasar dan penerbitan saham baru kepada pemegang saham PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) dan PT Ciputra Property Tbk (CTRP) dalam rangka penggabungan usaha ( merger ). Jumlah saham ditawarkan yaitu sebanyak 3,135,012,177 lembar dengan nilai nominal Rp250. Perusahaan juga membeli kembali sebanyak 24.608.142 dari sahamnya sendiri dengan biaya agregat sebesar Rp33,348 dari pemegang saham yang tidak sepakat dan saham Odd Lot sebagai hasil dari transaksi penggabungan usaha atas CTRS dan CTRP dengan Perusahaan. Pembelian kembali saham ini dicatat sebagai “Saham Treasuri”. Penggabungan usaha ( merger ) memberikan beberapa dampak. Salah satunya adalah segera setelah tanggal efektif berlakunya penggabungan usaha ( merger ), CTRA sebagai surviving company akan menerima seluruh aktivitas, kegiatan usaha, operasi usaha, aset, liabilitas, tagihan dan karyawan perusahaan yang bergabung demi hukum beralih kepada CTRA. Untuk karyawan CTRS dan CTRP, maka akan beralih kepada CTRA sebagai perusahaan hasil penggabungan atau kepada entitas anaknya. Selanjutnya, perusahaan yang bergabung akan berakhir demi hukum tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu. Perusahaan telah memperoleh pemberitahuan efektifnya pernyataan penggabungan usaha dari Otoritas Jasa Keuangan yang termuat di dalam surat No. S-766/D.04/2016 tanggal 23 Desember 2016. Dengan terjadinya beberapa aksi korporasi sesuai yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, tentu ada keuntungan ekonomis yang diharapkan terjadi dari aksi korpoasi tersebut. Sehingga, perlu diperhatikan juga apakah sudah terpenuhinya kewajiban perpajakan baik itu Pajak Penghasilan maupun Pajak Pertambahan Nilai. Analisis ini menggunakan data yang tertera pada Laporan Keuangan Tahunan PT Ciputra Development Tbk tahun 2017 sebagai sumber utama dalam menemukan detail transaksi aksi korporasi yang telah dilakukan pada tahun 2017. Sumber utama yang juga digunakan adalah Undang - Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) untuk menentukan aspek pajak penghasilan dan Undang - Undang nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk menentukan aspek Pajak Pertambahan Nilai. Sebagai sumber sekunder, penggunaan media internet digunakan untuk informasi tambahan mengenai informasi tambahan dalam transaksi pada aksi korporasi tersebut. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Juari (2012) dalam penelitiannya yang menganalisis aksi korporasi atas hak untuk membeli dan hak untuk menjual saham antara PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk dan PT Indika Energy Infrastructur. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini ialah metode perpustakaan. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah melakukan analisis aksi korporasi perseroan terbatas. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas mengenai penghematan pajak penghasilan atas capital gain yang dilakukan oleh pemegang saham pendiri saham perseroan didalam melakukan penjualan sahamnya terhadap akuisisi saham mereka oleh pihak IEI. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ifieliano, dkk. (2022) yang menganalisis perpajakan atas aksi korporasi atas right issue dalam Free Float guna mendorong likuiditas pasar modal. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian normatif. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah membahas terkait pajak penghasilan terhadap aksi korporasi. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas mengenai Implikasi dari kebijakan insentif pajak penghasilan terhadap aksi korporasi right issue . Sementara Prasodjo (2013) menganalisis aksi korporasi PT Ciputra Property Tb katas aksi korporasi berupa buy back saham. Hasil penilaian dengan menggunakan relative valuation , diperoleh hasil sebagai berikut: untuk estimasi nilai saham per lembar PT Ciputra Property Tbk. dengan menggunakan rasio PER sebesar Rp366 berdasarkan PBV sebesar Rp172 dan rasio P/S sebesar Rp499. Dari hasil rata-rata ketiga nilai tersebut kemudian diberikan pembobotan dan ## Journal of Law, Administration, and Social Science ditambahkan control premium didapatkan hasil bahwa nilai saham PT Ciputra Property, Tbk. per lembar berdasarkan relative valuation adalah sebesar Rp499. Sementara perhitungan menggunakan metode discounted cash flow didapatkan hasil sebesar Rp444 per lembar saham dan ditambahkan control premium menjadikan nilai saham menjadi Rp577 per lembar saham. Kemudian didapatkan rekonsiliasi nilai saham sebesar Rp546 per lembar saham. Adapun jika melihat hasil pembelian kembali yang dilakukan perseroan selama bulan Desember 2011 harga saham yang dibeli kembali berkisar antara Rp460 sampai dengan Rp505 per lembar saham. Berdasarkan hasil analisa dan realisasi pembelian saham, harga saham PT Ciputra Property Tbk. pada saat penutupan bursa tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp490 per lembar termasuk masih undervalued . Adapun Nisa et al. (2019) menganalisis dampak aksi korporasi terhadap abnormal return periode 2016 – 2018. Hasil dari penelitian terhadap 4 perusahaan di Indonesia ditemukan adanya perbedaan rerata return perusahaan berdasarkan variabel Cumulative Average Return (CAR), Cumulative Market Adjusted Return (CMAR) dan Difference (Dif). Berdasarkan uji beda dengan metode CAR dan CMAR menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata return perusahaan pra dan pasca pengumuman merjer dan akuisisi. Penelitian terdahulu yang menganalisis perpajakan atas aksi korporasi juga dilakukan oleh Al Azis et al. (2022). PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk Tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksi korporasi berupa penggabungan usaha yang dilakukan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) dengan PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) pada tahun 2018, berpengaruh terhadap kepemilikan para pemegang saham peserta penggabungan dalam perusahaan hasil penggabungan. Penggabungan usaha juga memiliki pengaruh terhadap aspek PPh final Pasal 4 ayat 2 atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan, PPh badan terkait pembebanan rugi fiskal JPRS, dan total PPN setelah merger . Adapun Putri et al. (2022) dengan hasil penelitian berupa PT Bank Danamon Indonesia Tbk tidak melakukan aksi korporasi berupa penjualan saham sehingga tidak terdapat potensi pajak. PT Bank Danamon Indonesia Tbk melakukan transaksi peleburan usaha dengan PT Bank Nusantara Parahyangan. Penggabungan usaha dilakukan dengan metode pooling of interest dengan menggunakan nilai buku dalam penggabungannya. Penggunaan metode tersebut tidak berimplikasi langsung baik pada pajak penghasilan badan yang timbul dari pengalihan aset, PPN, serta pajak pengalihan hak atas tanah dan bangunan. Berbeda dengan itu, Prebawa et al. (2022) melakukan analisis perpajakan terhadap aksi korporasi yang dilakukan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) yang merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di sektor kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerbitan agio saham atas penggabungan usaha dan penambahan aset tetap serta goodwill. Berdasarkan data kepemilikan pemegang saham pengendali, menyebabkan terciptanya kecenderungan transaksi terhadap pihak berafiliasi sehingga diindikasikan terdapat hubungan istimewa. Lain lagi dengan Banjarnahor et al. (2023) yang melakukan analisis perpajakan atas aksi korporasi yang dilakukan perusahaan telekomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksi korporasi yang dilakukan oleh PT Indosat Tbk dan PT Hutchison Tri Indonesia mempengaruhi kepemilikan saham para pemegang saham hasil penggabungan. Aksi korporasi berupa penggabungan usaha juga memiliki pengaruh terhadap aspek perpajakan yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sementara itu Pamungkas & Puspitasari (2018) melakukan analisis terhadap aksi korporasi PT Ciputra Development Tbk untuk tahun 2017. Berdasarkan analisis fundamental: valuasi saham CTRA meningkat, dan saham CTRA semakin likuid karena jumlah saham beredar lebih besar, dan lebih sering diperdagangkan di bursa. ROE dari CTRA tidak banyak berubah, masih di kisaran 6% per tahun. Berdasarkan Analisa teknikal, dapat disimpulkan bahwa pergerakan saham CTRA sepanjang tahun 2017 cenderung membentuk trend bearish . Berdasarkan hasil dampak analisis kebijakan korporasi: skema pembayaran KPR yang semakin menarik oleh CTRA, diversifikasi yang lebih luas, dan CTRA mampu mengakses sumber- sumber keuangan dari CTRP dan CTRS yang sebelumnya terpisah. Penelitian Pamungkas & Puspitasari (2018) belum menggunakan analisis perpajakan atas aksi korporasi tersebut. Sehingga menarik minat untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ketentuan perpajakan. ## KAJIAN PUSTAKA Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah sebuah catatan informasi yang berkaitan dengan keuangan perusahaan dan merupakan cerminan kinerja serta kondisi keuangan perusahaan yang berguna bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan seperti pemilik, direksi, investor, pemerintah, serta pihak lain yang berkepentingan. Harahap (2015) dalam bukunya yang berjudul “Analisis kritis atas laporan keuangan” menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang tidak asing lagi dikenal adalah laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan. Dengan begitu, keberadaan laporan keuangan sangat membantu banyak pihak untuk melakukan analisis terhadap performa terkini perusahaan. Setelah mengetahui performa perusahaan, hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan yang bisa dipakai untuk menentukan kegiatan ekonomi. Laporan keuangan diterbitkan dengan kegunaan sebagai alat bantu untuk menyediakan informasi terkait hal -hal mengenai keuangan perusahaan seperti posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi banyak kalangan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan ekonomi. Selain penerbitan secara berkala tiap kuartil dan tahunan, penerbitan laporan keuangan dapat dilakukan dalam saat maupun periode tertentu. Sehingga, informasi keuangan perusahaan dapat segera diterbitkan bagi yang membutuhkan. Dengan begitu, pemanfaatan untuk pengambilan keputusan yang dapat optimal dengan data yang relevan. Harahap (2015) memberikan pengertian terkait proses analisis laporan keuangan yaitu sebagai proses penguraian pos - pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Ismail (2021) dalam makalahnya menyatakan bahwa analisis laporan keuangan digunakan sebagai sarana evaluasi sebuah laporan keuangan perusahaan tertentu dalam rangka melakukan prediksi bagaimana kondisi keuangan perusahaan tersebut dimasa yang akan datang. Selain itu, analisis ini juga dapat memberikan pertimbangan mengenai tingkat profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan tersebut. Manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya analisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan adalah sebagai berikut: (1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat untuk menilai kinerja dan prestasi perusahaan; (2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan; (3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan; (4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditur untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman; dan (5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. ## Aksi Korporasi Riyanto (2020) mengemukakan tentang definisi dari aksi korporasi yang merupakan sebuah kejadian atau keputusan yang menyebabkan perubahan yang signifikan untuk perusahaan. Aksi korporasi ini terjadi karena keputusan manajerial yang menyebabkan perubahan pada struktur kepemilikan saham dan menyebabkan perbedaan yang signifikan daripada sebelum perubahan tersebut. Riyanto (2020) juga menyatakan bahwa aksi korporasi dilakukan dengan tujuan tertentu untuk meningkatkan nilai perseroan dan harga efek perseroan sebagai langkah strategis perusahaan dalam menghadapi ketatnya dan tekanan persaingan usaha. Ada beberapa tujuan aksi korporasi yaitu: (1) Pertumbuhan atau Diversifikasi usaha perusahaan; (2) Meningkatkan Dana yang dimiliki perusahaan; (3) Menciptakan Sinergi; (4) Pertimbangan Pajak; (5) Meningkatkan Keterampilan Perusahaan; (6) Melindungi Diri Dari Pengambilalihan; dan (7) Meningkatkan Likuiditas Pemilik. Riyanto (2020) menyatakan bahwa pada praktik umumnya, ada beberapa jenis aksi korporasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan, diantaranya yaitu: (1) IPO, penawaran perdana saham kepada masyarakat sebagai investor umum melalui bursa; (2) Pembagian dividen, keuntungan yang dibagi dan diberikan kepada pemegang saham; (3) Rights Issue , pelepasan saham baru untuk menambah modal perusahaan dengan cara Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan non-HMETD; (4) Waran t, Shareholders berhak membeli/menjual sejumlah saham; (5) Saham bonus, Saham dibagi pada shareholders secara cuma-Cuma; (6) Stock split, Memecah par value dan menambah jumlah saham beredar; (7) Pembagian dividen, Saham dividen yang dibagi pada pemegang saham; (8) Reverse stock , Penggabungan par value saham; (9) Buyback , Membeli kembali saham yang beredar di publik; (10) Merger , Penggabungan dua atau lebih perusahaan menjadi satu; (11) Akuisisi, pengambilalihan sebagian maupun seluruh kepemilikan saham; dan (12) Divestasi, Pengurangan jenis aset. ## Transfer Pricing Setiawan (2014) menyatakan bahwa transfer pricing memiliki arti sebagai sebuah kegiatan untuk menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, dan barang tak berwujud oleh suatu perusahaan. Dalam prakteknya ada dua jenis transfer pricing, yang pertama adalah intra-company transfer pricing yang merupakan kegiatan transfer pricing pada antar divisi dalam satu perusahaan dan yang kedua adalah inter-company transfer pricing yang merupakan kegiatan transfer pricing yang dilakukan oleh dua perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Inter-company transfer pricing juga dibagi menjadi dua yaitu transaksi dalam negeri (domestik) dan transaksi luar negeri (internasional). Rafinska (2019) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan yang diinginkan oleh perusahaan yang melakukan transfer pricing , yaitu: (1) Mengoptimalkan penghasilan perusahaan secara global setelah dipotong pajak; (2) Evaluasi kinerja antar cabang baik domestik maupun internasional; (3) Mengamankan posisi perusahaan agar tetap kompetitif; (4) Mengurangi risiko keuangan; (5) Mengatur arus kas pada cabang perusahaan; (6) Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah; (7) Mengurangi beban pajak dan bea masuk. ## Hubungan Istimewa Hubungan istimewa merupakan sebuah hubungan antara Wajib Pajak dengan pihak lain sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh atau Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang PPN. Dalam Undang - Undang tersebut menjelaskan ada beberapa jenis dalam hubungan istimewa, diantaranya : 1. Hubungan Kepemilikan ( Pasal 18 UU PPh Jo SE – 04/PJ.7/1993Jo SE – 18/PJ.53/1995 ) : a. Penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar 25% atau lebih pada wajib pajak lainnya. b. Hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan 25% atau lebih pada dua wajib pajak atau lebih. c. Hubungan antara dua wajib pajak atau lebih yang modalnya sebesar 25% atau lebih dimiliki oleh pihak yang sama. 2. Hubungan Penguasaan : Hubungan antara wajib pajak yang menguasai wajib pajak lainnya, atau dua wajib pajak atau lebih berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung, baik penguasaan melalui manajemen maupun melalui penggunaan teknologi. 3. Hubungan Darah atau Perkawinan : Hubungan istimewa karena terdapat hubungan keluarga baik sendiri maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat. Contohnya seperti hubungan dengan orang tua, anak, saudara, mertua, ipar, hingga suami atau istri. ## Manipulasi Melalui Transfer Pricing Achmadiyah (2013) menjelaskan bahwa transfer pricing merupakan hal yang netral. Namun, istilah transfer pricing ini sering dikonotasikan sebagai hal yang tidak baik ( Abuse of transfer pricing ). Sehingga timbul istilah manipulasi melalui transfer pricing yang merupakan sebuah kegiatan untuk memperbesar biaya atau merendahkan tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Setiawan (2014) menambahkan beberapa manipulasi harga yang dapat dilakukan dengan transfer pricing diantaranya adalah manipulasi pada: (1) Harga penjualan; (2) Harga pembelian; (3) Alokasi biaya administrasi dan umum atau pun pada biaya overhead ; (4) Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham ( shareholder loan ); (5) Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya; (6) Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar; dan/atau (7) Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak mempunyai substansi usaha (seperti: dummy company , letter box company atau reinvoicing center ). ## Pajak Penghasilan Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi maupun badan, atas penghasilan mereka yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak (Ardianti, 2019). Sementara definisi dari penghasilan diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang - undang Pajak Penghasilan yang merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Sehingga, jika ditemukan adanya objek pajak penghasilan dalam aksi korporasi ini, perlakuan aspek perpajakan yang terjadi akan disesuaikan dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. ## METODE Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang pada kondisi objek alamiah (Sugiyono, 2005). Penelitian ini menggunakan data dan teori sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Menurut Hamidi (2004), Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Sehingga pengumpulan data dilakukan menggunakan laporan tahunan dan laporan keuangan PT Ciputra Development Tbk Undang - undang perpajakan, jurnal lain yang relevan dengan masalah yang dibahas. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pajak Peningkatan Modal Dasar Peningkatan modal dasar dapat dilakukan dengan setoran tunai dan juga inbreng (setoran non tunai). Dalam hal peningkatan modal dasar dilakukan dengan setoran tunai maka ketentuan pada pasal 4 ayat (3) Undang - Undang Pajak Penghasilan menjelaskan bahwa salah satu yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan adalah harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. Sedangkan jika penyertaan modal dilakukan dengan inbreng, maka ketika nilai wajar lebih besar dari nilai buku, akan terdapat gain yang terutang PPh Pasal 17 (PPh badan) bagi pihak yang menerima pengalihan aset ini sesuai Pasal 10 ayat 5 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Dimana ketika penyerahan aset untuk ditukar dengan kepemilikan sejumlah saham, maka aspek PPh nya muncul, yaitu selisih antara nilai saham yang diperoleh dengan nilai sisa buku aset yang dialihkan. Gambar IV.1 Modal Saat Penggabungan Usaha Sumber : Laporan Keuangan PT Ciputra Development Tbk. Tahun 2017 Menurut Pasal 1A ayat (2) huruf d UU Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bahwa tidak termasuk dalam pengertian pengalihan BKP adalah “Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, pemekaran, dan pengambilan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP.’’ Atas aksi korporasi inbreng dilakukan pada 2017 (Sebelum Undang - Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan), pengalihan Barang Kena Pajak (BKP) untuk tujuan setoran modal pengganti saham tidak termasuk dalam definisi Pasal 1A ayat (2) UU PPN, sehingga atas penyerahan setoran modal yang dilakukan oleh sesama Pengusaha Kena Pajak (PKP) masih terutang PPN. Pada laporan keuangan keuangan tahun 2017, terdapat peningkatan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayarkan sebesar Rp86.722.000.000. ## Aspek Pajak Penerbitan Saham Baru Penerbitan saham merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau modal yang dapat digunakan untuk pengembangan bisnis. Dalam hal ini, penerbitan saham baru yang dilakukan oleh CTRA ditujukan untuk proses akuisisi emiten CTRS dan CTRP. Sebagai perusahaan terbuka, saham baru yang telah diterbitkan nanti akan ditransaksikan melalui Bursa Efek Indonesia. Penerbitan saham baru saat perusahaan sudah berjalan berbeda dengan Penawaran perdana (IPO), sehingga saham ini tidak dapat dikondisikan sebagai saham pendiri. Dalam aksi korporasi ini, CTRA melakukan penerbitan saham baru dengan jumlah sebanyak 3.135.012.177 lembar dan dengan harga Rp500 per lembarnya. Penerbitan saham baru dan ditransaksikannya melalui BEI merupakan objek Pajak Penghasilan. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang - Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) yang berbunyi : “Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final: ….C. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.” Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa transaksi penjualan saham melalui bursa akan dikenakan PPh Final pasal 4 ayat 2 dengan tarif yang diatur pada Pasal 2 KMK-282/1997 sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham. Dengan tarif tersebut, maka Pajak Penghasilan yang terutang atas transaksi penerbitan saham baru ini sebesar : PPh Terutang : 0,1% x 3.135.012.177 lembar x Rp500 = Rp1.567.506.088,5. Sehingga, atas transaksi aksi korporasi penerbitan saham baru tersebut CTRA dikenai Pajak Penghasilan sesuai pasal 4 ayat 2 UU PPh dengan jumlah sebesar Rp1.567.506.088,5. Saham merupakan salah satu jenis surat berharga. Definisi dari surat berharga sendiri menurut Maulidia (2020) adalah dokumen yang memiliki nilai, dilindungi oleh hukum dan diakui oleh negara. Dalam aspek Pajak Pertambahan Nilai (PPN), saham merupakan salah satu objek yang tidak dikenakan PPN atasnya. Hal ini sesuai dengan pasal 4A ayat (2) huruf d Undang - Undang nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berbunyi : “Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut: …. d. uang, emas batangan, dan surat berharga.” Dengan begitu, atas transaksi penerbitan saham baru ini tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai karena saham merupakan surat berharga yang tidak dikenai PPN. ## Aspek Pajak Penggabungan Usaha (Merger) Penggabungan usaha (merger) merupakan penyatuan dua atau lebih perusahaan menjadi satu surviving company. Dalam hal ini, CTRS, CTRP, dan CTRA melakukan merger dengan menggabungkan kepemilikan menjadi satu surviving company yaitu CTRA. Dengan begitu, seluruh aset dan kewajiban milik CTRS dan CTRP akan diambil alih menjadi milik CTRA. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1d UU PPh, keuntungan dari pengalihan harta merupakan objek pajak badan yang dikenai PPh badan yang dikenai tarif pasal 17. Pada tahun 2017, tarif PPh Badan yaitu sebesar 25% yang akan dikalikan dengan keuntungan dari pengalihan harta tersebut. Lalu Pengalihan dari tanah dan bangunan akan dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat (2) UU PPh dengan tarif 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan bangunan. Atas terjadinya penggabungan usaha ini, dalam laporan keuangan PT Ciputra Development Tbk tahun 2017, terdapat akun Pendapatan yang telah dikenakan pajak yang bersifat final (PPh pasal 4 ayat (2) UU PPh) yaitu Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang pada tahun 2016 dengan jumlah Rp0 dan pada tahun 2017 memiliki jumlah Rp162.263.000.000. Dengan begitu, PPh final pasal 4 ayat 2 yang terutang atas pengalihan tanah dan bangunan ini adalah : Pendapatan atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum dikenai PPh final = Rp162.263.000.000 (100%-2,5%) Pendapatan atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum dikenai PPh final PPh final 4 ayat 2 atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan = Pendapatan sebelum dikenakan pajak - Pendapatan setelah dikenakan pajak PPh final 4 ayat 2 atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan = Rp166.423.000.000 - Rp162.263.000.000 PPh final 4 ayat 2 atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan = Rp4.160.000.000 Berdasarkan Pasal 1a ayat 2d UU PPN, Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak, maka kegiatan yang berhubungan dengan peleburan, pemekaran, dan pengambilalihan usaha bukan merupakan objek PPN. ## Potensi Transfer Pricing Dengan Pihak Afiliasi Dikutip dari britama.com , sebelum terjadinya merger baik antara CTRS dengan CTRA maupun CTRP dengan CTRA, kedunya merupakan entitas yang saling memiliki. Dalam hal ini, CTRA menguasai sejumlah 56,28% saham CTRP dan juga memiliki penguasaan dengan jumlah 62,66% saham CTRS. Hal ini membuat CTRA merupakan induk dari CTRS dan CTRP. Sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan, penyertaan modal dengan jumlah lebih dari 25% pada wajib pajak lainnya disebut memiliki adanya hubungan istimewa. Dengan begitu, kondisi CTRA saat melakukan aksi korporasi berupa merger dengan CTRS dan CTRP merupakan kondisi terjadinya transaksi dengan wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa. Sehingga, memungkinkan adanya potensi transaksi yang dilakukan dengan transfer pricing. Perlu diperhatikan kembali tentang kewajaran baik dari nilai - nilai aset dari hasil merger tersebut. ## Aspek Pajak Pembelian Kembali Saham Beredar Menurut Ayufajari (2022), Pembelian kembali saham ( Buyback) merupakan sebuah aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk membeli sahamnya sendiri yang beredar di publik mengurangi jumlah saham beredar yang tersedia di pasar terbuka. Dalam hal ini, CTRA melakukan buyback sahamnya sendiri dari pemegang saham yang tidak sepakat dan saham Odd Lot sebagai hasil dari transaksi penggabungan usaha atas CTRS dan CTRP dengan Perusahaan. CTRA mencatat pembelian kembali saham ini sebagai “Saham Treasuri”. Dalam aksi korporasi ini, CTRA melakukan pembelian kembali saham beredar dengan jumlah sebanyak 24.608.142 lembar dan dengan harga Rp1.350 per lembarnya. Pembelian kembali saham treasuri ( buyback) oleh sebuah perusahaan terbuka akan dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga, dalam aksi korporasi ini akan terutang Pajak Penghasilan sesuai pasal Pasal 4 ayat (2) Undang - Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) yang berbunyi : “Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final: …. C. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.” Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa transaksi pembelian saham treasuri melalui bursa akan dikenakan PPh Final pasal 4 ayat 2 dengan tarif yang diatur pada Pasal 2 KMK-282/1997 sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham. Dengan tarif tersebut, maka Pajak Penghasilan yang terutang atas transaksi pembelian kembali saham treasuri ini sebesar : PPh Terutang : 0,1% x 24.608.142 lembar x Rp1.350 = Rp33.220.991,7 Sehingga, atas transaksi aksi korporasi pembelian kembali saham treasuri tersebut, CTRA dikenai Pajak Penghasilan Final pasal 4 ayat 2 UU PPh dengan jumlah sebesar Rp33.220.991,7. Saham treasuri juga termasuk sebagai salah satu surat berharga. Sehingga, atas aksi korporasi pembelian saham kembali ini tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini sesuai dengan Pasal 4A ayat (2) huruf d Undang - Undang nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berbunyi : “Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut: …. d. uang, emas batangan, dan surat berharga.” Dengan begitu, atas transaksi pembelian saham kembali ini tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai karena saham treasuri merupakan surat berharga yang tidak dikenai PPN. ## PENUTUP Berdasarkan hasil uraian pembahasan pada Bab - Bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan atas aspek pajak dari aksi korporasi yang dilakukan oleh PT Ciputra Development Tbk pada tahun 2017. Dalam ketentuan Pajak penghasilan, ditemukan adanya aspek pajak penghasilan pada aksi korporasi peningkatan modal dasar jika transaksi tersebut dilakukan dengan metode inbreng (setoran non tunai) yaitu dengan objek atas gain dari selisih nilai wajar dan nilai buku aset yang diserahkan dan dikenakan tarif pasal 17 UU PPh untuk badan. Selain itu, penerbitan saham yang dilakukan oleh CTRA dalam aksi korporasi ini juga menyebabkan timbulnya aspek PPh final pasal 4 ayat (2) UU PPh dengan tarif 0,1% dari nilai bruto dikarenakan CTRA merupakan perusahaan masuk bursa. Atas transaksi ini terutang PPh final pasal 4 ayat (2) dengan total Rp1.567.506.088,5. Dalam aksi korporasi merger yang dilakukan, terdapat aspek pajak penghasilan yaitu atas keuntungan dari pengalihan harta selain tanah dan bangunan yang dikenakan tarif PPh badan pasal 17, sementara pengalihan tanah dan bangunan akan dikenakan PPh final pasal 4 ayat (2) dengan tarif 2,5% dari jumlah bruto penyerahannya. Dalam merger yang terjadi di tahun 2017 ini, terdapat penghasilan dari pengalihan tanah dan bangunan yang pada tahun sebelumnya tidak ada. Sehingga atas transaksi ini terutang PPh final pasal 4 ayat (2) dengan jumlah Rp4.160.000.000. Lalu, Aksi korporasi pembelian saham kembali merupakan objek pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2) UU PPh dengan tarif 0,1% karena CTRA merupakan perusahaan masuk bursa. Atas transaksi ini, maka terutang PPh final dengan jumlah sebesar Rp33.220.991,7. Dalam hal pajak penghasilan dengan objek yaitu keuntungan atas pengalihan harta, perlu dilakukan analisis mendalam terkait potensi transfer pricing dari pengaturan harga penyerahan dan besarnya keuntungan yang diterima tersebut. Hal ini dikarenakan adanya potensi transfer pricing dikarenakan pada dasarnya, baik CTRP maupun CTRS merupakan pihak yang berhubungan istimewa dengan CTRA. Dalam aspek Pajak Pertambahan Nilai, objek Pajak Pertambahan Nilai hanya terdapat pada aksi korporasi peningkatan modal dasar yang dilakukan dengan inbreng. Hal ini dikarenakan inbreng merupakan penyerahan BKP yang tidak termasuk yang dikecualikan sebagai objek PPN. Pada laporan keuangan tahun 2017, ditemukan adanya peningkatan jumlah PPN yang dibayarkan yaitu sebesar Rp86.722.000.000. Sedangkan aksi korporasi lainhya tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai. hal ini diakrenakan kegiatan setoran modal termasuk sebagai yang dikecualikan dari objek Pajak Pertambahan Nilai. ## DAFTAR PUSTAKA Achmadiyah, R. (2013). TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING MENURUT HUKUM ISLAM. Maliyah , 3 (2). https://media.neliti.com/media/publications/147935-ID-none.pdf Al Azis, B. P., Nainggolan, B. R. P., Laksonoputra, N. S., Rahman, H. T., & Wijaya, S. (2022). Penggabungan Usaha Dan Analisis Perpajakan Yang Dilakukan Oleh PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk Tahun 2018. Educoretax , 2 (3), 208-216. https://doi.org/10.54957/educoretax.v2i3.264 Ardianti, K. (2019). Pengertian Pajak Penghasilan . Pajakku. Retrieved August 15, 2022, from https://www.pajakku.com/read/5da034e6b01c4b456747b723/Pengertian-Pajak- Penghasilan Artikel Binus. (2021, December 12). Apa itu Hubungan Istimewa dalam Perpajakan? – Accounting . BINUS Accounting. Retrieved July 17, 2022, from https://accounting.binus.ac.id/2021/12/12/apa-itu-hubungan-istimewa-dalam- perpajakan/ Ayufajari, N. D. (2022, February 7). Apa Itu Buyback Saham? Simak Proses, Cara Kerja, dan Contohnya . Finansial Bisnis.com. Retrieved July 17, 2022, from https://finansial.bisnis.com/read/20220207/55/1497603/apa-itu-buyback-saham-simak- proses-cara-kerja-dan-contohnya Banjarnahor, M. S. G., Muslindra, N. A., Sitanggang, S. A., & Wijaya, S. (2023). Analisa Perpajakan Atas Aksi Korporasi PT Indosat Ooredoo Dan PT Hutchison Tri Indonesia. Akuntansiku, 2(1), 59–66. https://doi.org/10.54957/akuntansiku.v2i1.348 Bareksa. (n.d.). Aksi Korporasi - Pengertian, Arti, dan Definisi . Bareksa. Retrieved August 15, 2022, from http://bareksa.com/kamus/a/aksi-korporasi Britama.com. (n.d.). Sejarah dan Profil Singkat CTRP (Ciputra Property Tbk) – britama.com . Britama. Retrieved July 18, 2022, from https://britama.com/index.php/2012/10/sejarah- dan-profil-singkat-ctrp/ Britama.com. (n.d.). Sejarah dan Profil Singkat CTRS (Ciputra Surya Tbk) – britama.com . Britama. Retrieved July 18, 2022, from https://britama.com/index.php/2012/10/sejarah- dan-profil-singkat-ctrs/ Chandra, E. (2022, June 26). Corporate Action - Pengertian, Jenis dan Contohnya . Finansialku. Retrieved July 16, 2022, from https://www.finansialku.com/tindakan- korporasi/#Jenis_Aksi_Korporasi Halim, I. (2021). ANALISISLAPORAN KEUANGAN. Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif . Malang : UMM Press. Harahap, S. S. (2015). Analisis kritis atas laporan keuangan (Cetakan ke-12, Februari 2015 ed.). Jakarta : Rajawali Pers,. Ifieliano, B. N., Suryamah, A., & Singadimedja, H. N. (2022, Juni). Implikasi Kebijakan Insentif Pajak Penghasilan Terhadap Aksi Korporasi Right Issue Dalam Pemenuhan Kebijakan Free Float Guna Mendorong Likuiditas Pasar Modal. Jurnal Sains Sosio Humaniora , 6 . https://online-journal.unja.ac.id/JSSH/article/view/19426/13795 Ikatan Akuntan Indonesia. (n.d.). Workshop Ikatan Akuntan Indonesia . Workshop Ikatan Akuntan Indonesia. Retrieved July 16, 2022, from http://iaiglobal.or.id/v03/PPL/email_ppl-137.html Juari. (2012). Analisis Aksi Korporasi Perseroan Terbatas dalam Hal Perikatan Tentang Hak untuk Membeli dan Hak untuk Menjual Saham setelah Perseroan Menjadi Perseroan Terbatas Terbuka (Studi Kasus: PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk dan PT Indika Energy Infrastructure. https://123dok.com/document/zwvxl7e7-universitas-indonesia.html Volume 3 No. 1, 2023 Maulidia, R. (2020, August 19). Kenali Surat Berharga & Jenisnya yang Berlaku di Indonesia . Online Pajak. Retrieved July 17, 2022, from https://www.online-pajak.com/tentang-pph- final/jenis-surat-berharga Menteri Keuangan. (1997). KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 282/KMK.04/1997 TENTANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK . Nisa, C., Astuti, M., & Mariana, C. D. (2019). Dampak merjer dan akuisisi terhadap abnormal return saham perusahaan di Indonesia periode 2016-2018. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 10(1), 44-70. Onlinepajak. (2016, November 30). Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Apa Itu? Online Pajak. Retrieved August 15, 2022, from https://www.online-pajak.com/tentang-ppn- efaktur/pajak-pertambahan-nilai-ppn Pamungkas, R., & Puspitasari, R. (2018). Analisis Kebijakan Manajemen Keuangan jangka panjang (Studi kasus pada PT Ciputra Development Tbk). Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan, 6(2), 81-87. Pemerintah Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Pemerintah Indonesia. (2009). Undang-undang (UU) Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah . Prasodjo, B. (2013). PENENTUAN NILAI INTRINSIKSAHAM PT CIPUTRA PROPERTY TBK. UNTUK KEPENTINGAN PEMBELIAN KEMBALI/BUY BACK SAHAM (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). Prebawa, P. A. W., Aji, W. K., Evantri, A. F., Fajri, L., & Wijaya, S. (2022). Aksi Korporasi Perusahaan Terbuka Terhadap Peraturan Perpajakan (Studi Kasus PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk). Educoretax, 2(3), 217–228. https://doi.org/10.54957/educoretax.v2i3.270 Prihadi, T. (2019). Analisis Laporan Keuangan . Gramedia Pustaka Utama. Putri, D. A. W., Putra, N. R. K., & Wijaya, S. (2022). Analisis Perpajakan Aksi Korporasi PT Bank Danamon Tbk Tahun 2019. Educoretax, 2(4), 249–259. https://doi.org/10.54957/educoretax.v2i4.274 PT Ciputra Development Tbk. (2017). Laporan Tahunan tahun 2016 . https://ciputradevelopment.com/wp-content/uploads/2020/01/AR-CTRA-FY16.pdf PT Ciputra Development Tbk. (2018). Laporan Tahunan tahun 2017 . https://ciputradevelopment.com/wp-content/uploads/2020/01/AR-CTRA-FY17.pdf Rafinska, K. (2019, October 11). Transfer Pricing, Kenali Istilah Finansial Ini dan Tujuan Penerapannya! Online Pajak. Retrieved July 17, 2022, from https://www.online- pajak.com/tentang-efiling/transfer-pricing Riyanto, A. (2020, Mei). CORPORATE ACTION, APAKAH ITU? https://business- law.binus.ac.id/2020/05/17/corporate-action-apakah-itu/ Setiawan, H. (2014). Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara. Buletin Info Risiko Fiskal (IRF) , III . https://fiskal.kemenkeu.go.id/kajian/2014/03/27/124234496163067-transfer-pricing- dan-risikonya-terhadap-penerimaan-negara Sugianto, O. (2020, April 13). Penelitian Kualitatif, Manfaat dan Alasan Penggunaan . BINUS UNIVERSITY. Retrieved August 16, 2022, from https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-manfaat-dan-alasan- penggunaan/
7dc4d5cc-c8de-46a5-bd88-299404d2dc13
https://tajdidukasi.or.id/index.php/tajdidukasi/article/download/100/28
## PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA Dwikoranto SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta e-mail: [email protected] ## Abstrak Kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta masih belum sesuai dengan yang diharapkan dalam hal persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui supervisi akademik di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah 29 orang guru SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Adapun metode pengumpulan data menggunakan observasi dengan bantuan instrumen observasi tentang supervisi akademik dan penilaian kinerja guru. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik sederhana (deskriptif). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supervisi akademik dengan teknik supervisi individual (kunjungan kelas, observasi kelas dan pertemuan individu) dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru pada siklus I rata-rata 78 kategori Cukup dan siklus II rata-rata 83 kategori Baik, dalam prosentase pada siklus I ada peningkatan 14,7% dan pada siklus II meningkat 6,41%. Kata kunci : kinerja guru,supervisi akademik dan SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta Ta j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 ## PENDAHULUAN Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan dan ketrampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikan dapat berhasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1999:104) peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya. Untuk menjadikan guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Untuk membuat mereka menjadi profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang layak dengan keprofesionalnya sehingga memungkinkan guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik. Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah memberikan bantuan teknis profesional pada guru-guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Dalam menjalankan tugas sebagai supervisor, kepala sekolah dapat memilih pendekatan yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi guru dan perlu memper-hatikan tingkat kematangan guru. Supervisi tidak didefinisikan secara sempit sebagai satu cara terbaik untuk diterapkan disegala situasi melainkan perlu memperhatikan kemampuan individu, kebutuhan, minat, tingkat kematangan individu, karakteristik personal guru, semua itu dipertimbangkan untuk menerapkan supervisi. Sebagaimana disarankan oleh Sergiovanni (1991: 3 282) sebagai Dwikoranto - Peningkatan Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik .... berikut: ” Appropriate supervisory strategies are viewed in light of teacher needs and dispositions, time available to the principal, the task at hand or purpose intended for supervision, and professional com-petency level of teachers,teaching modes and instructional strategies are additional concerns.” Maknanya,strategi supervisi yang tepat dilihat dari sudut pandang dan faktor kebutuhan guru, waktu yang tersedia bagi kepala sekolah, tugas atau tujuan su-pervisi dan tingkat kompetensi guru, sedangkan model pengajaran dan strategi pengajaran merupakan fokus tambahan. Jika faktor-faktor tersebut berubah, maka pendekatan supervisi juga harus berubah sesuai dengan situasi kondisinya. Dalam praktek kegiatan supervisi terdapat bermacam-macam pendekatan antara lain, supervisi kolaboratif, supervisi klinis, supervisi kolegial, supervisi kunjungan kelas ( supervisory visits to classroom ), supervisi informal (Oliva, 1984; Sergiovanni, 1991; Lovell & Wiles, 1988). Tidak ada strategi, model, atau prosedur yang paling baik dalam kegiatan supervisi, masing-masing pendekatan mempunyai kelebihan disamping kekurangannya. Dari beberapa pendekatan supervisi, peneliti memilih supervisi kunjungan kelas, observasi kelas dan pertemuan individual. Pendekatan dalam supervisi kunjungan kelas, observasi kelas dan pertemuan individual, kepala sekolah dapat langsung mengetahui proses pembelajaran di kelas dan dilakukan dialog antara guru dan kepala sekolah untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangannya (Sahertian, 1989). Kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta masing belum sesuai dengan yang diharapkan, ini terlihat persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran belum maksimal. Dalam persiapan pelaksanaan pembelajaran (RPP), baik materi ajar, langkang-langkah kegiatan pembelajaran, strategi/metode pembelajaran belum rinci. Sedangkan dalam pelaksanaannya memberikan apresiasi ke siswa, penguasaan materi pembelajaran, penguasaan kelas dan penggunaan media belum maksimal, begitu juga pada evaluasi pembelajaran, penilaian belum relevan dengan tujuan yang ditetapkan, bentuk dan jenis evaluasi, alokasi waktu belum sesuai dengan waktu yang disediakan sehingga penilaian kinerja guru (PKG) belum semua baik, untuk itu perlu peningkatan hasil kinerja guru khususnya di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Kinerja guru adalah perilaku nyata guru yang dapat diamati dalam tugasnya sebagai guru bidang studi. Perilaku guru bidang studi sebagaimana dimaksud berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengelolaan pengajaran dan pengembangan profesi meliputi kegiatan-kegiatan: (1) mampu menyusun program atau praktek, (2) mampu menyajikan program pengajaran, (3) mampu melaksanakan evaluasi belajar, (4) mam-pu melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek, (5) mampu menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, (6) mampu membuat karya tu-lis/karya ilmiah di bidang pendidikan, (7) mampu mengembangkan kurikulum. Kegiatan- Ta j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 kegiatan tersebut akan diukur dengan angket yang dikerjakan oleh guru atau kepala sekolah. Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Menurut Isjoni (2004) bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/ media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervise akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas- aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Sedangkan teknik supervisi kelompok adalah satu cara Dwikoranto - Peningkatan Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik .... melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan- kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/ bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Adapun teknik supervisi yang akan diteliti atau dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah teknik supervisi individual berupa a) kunjungan kelas, b) observasi kelas, dan c) pertemuan individual. a) Teknik Kunjungan Kelas Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas: a) Dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya, b) Atas permintaan guru bersangkutan, c) Sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan d) Tujuan kunjungan harus jelas. Adapun kriteria kunjungan kelas, adalah : a) Memiliki tujuan-tujuan tertentu; b) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; c) Menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif; d) Terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; e) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan f) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut. b) Teknik Observasi Kelas Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi adalah: a) Usaha-usaha dan aktivitas guru- siswa dalam proses pembelajaran, b) C a r a m e n g g u n a k a n m e d i a pengajaran c) Variasi metode, d) Ketepatan penggunaan media dengan materi e) Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan f) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap: a) persiapan, b) pelaksanaan, c) penutupan, d) penilaian hasil observasi; dan e) tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran. Ta j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 c). Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah: a. M e m b e r i k a n k e m u n g k i n a n pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; b. Mengembangkan hal mengajar yang lebih baik c. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan e. Menghilangkan atau menghindari segala prasangka. Jenis-jenis pertemuan individual mengacu pada pendapat Swearingen (1961) yang mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut a) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat). b) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru. c) causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru d) observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas. P e l a k s a n a a n p e r t e m u a n individual Supervisor harus berusaha mengembangkan segi segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan- kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan sekolah. Peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sebelum penelitian tindakan dilakukan peneliti melihat kondisi awal kinerja guru dalam pembelajaran disekolah baik dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Bersama kolaborator peneliti merekap hasil kondisi awal kinerja guru di SMK Muhammadiyah 2 Yogakarta. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Dimulai siklus I sejak: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi hingga siklus II 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan • Menyerahkan lembar/instrumen penilaian kinerja guru kepada kolaborator. Instrumen ini diadopsi dari Lampiran Penilaian Kinerja Guru. Instrumen ini berisi 40 (empat puluh) deskriptor, yaitu deskriptor 1-8 berkaitan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), deskriptor 9-32 berkaitan dengan Pelaksanaan Pembelajaran, dan deskriptor 33-40 berkaitan dengan Evaluasi Pembelajaran. Dwikoranto - Peningkatan Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik .... Instrumen ini digunakan oleh kepala sekolah (supervisor) sebagai daftar penilaian terhadap kinerja guru. Skala nilai adalah 1 – 5 dengan ketentuan sebagai berikut: Nilai 5 jika semua deskriptor tampak, nilai 4 jika sebagian besar deskriptor yang tampak, nilai 3 jika hanya sebagian deskriptor yang tampak, nilai 2 jika hanya sebagian kecil deskriptor yang tampak, dan nilai 1 jika tidak ada deskriptor yang tampak. • Mengingat jadwal pelaksanaan supervisi yang begitu padat, maka kepala sekolah dibantu oleh tiga supervisor. Kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik kepada guru yang mempunyai sertifikat asesor PKG, sedangkan guru yang belum mempunyai sertifikat asesor PKG disupervisi oleh supervisor yang ditunjuk. • M e n g a d a k a n W o r k s h o p Administrasi guru termasuk RPP dan sekaligus pembagian jadwal pelaksanaan supervisi untuk guru . b. Pelaksanaan Tindakan (action) • Peneliti melaksanakan tindakan supervisi akademik secara individu dengan kunjungan kelas melihat proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. • Supervisi dilaksanakan di dalam ruang kelas selama 2 x 40 menit/ guru. Pelaksanaan tindakan dimulai minggu pertama September 2016 dan berakhir minggu kedua September 2016. • Sebelum masuk ruang kelas, kepala sekolah sebagai supervisor menginformasikan kepada seluruh guru tentang jadwal pelaksanaan supervisi. Supervisor dan guru bersama-sama masuk ruang kelas. Guru melaksanakan pembelajaran di depan ruang kelas sedangkan supervisor duduk di deret paling belakang tempat duduk siswa. Pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran, supervisor mengamati proses pembelajaran dan sekaligus mengisi angket yang telah disediakan. Supervisor mengikuti semua kegiatan guru dan siswa, mulai dari pembukaan, pelaksanaan, sampai dengan penutup. c. Pengamatan (observation) Peneliti/Kolaborator mengamati pelaksanaan tindakan didalam kelas dengan mengisi instrumen penilaian kineja guru sesuai dengan hasil pengamatan d. Refleksi ( reflection ) Pada akhir siklus I ini diadakan refleksi berdasarkan data / hasil pengamatan peneliti/kolaborator agar peneliti dapat melihat bahwa supervisi akademik yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kinerja guru ## 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan (planning) • Peneliti menyampaikan hasil penilai kinerja guru pada siklus I kepada kolaborator dan menginformasikan rencana pelaksanaan tindakan pada siklus II. • Rapat pembekalan untuk siklus II dilanjutkan dengan pendampingan dan pertemuan individu serta pembagian jadwal pelaksanaan supervisi untuk guru awal minggu Ta j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 ketiga September 2016. b. Pelaksanaan tindakan ( action ) • Sama halnya dengan pelaksanaan pada siklus 1, pada siklus 2 ini supervisor melaksanakan supervisi di dalam ruang kelas selama 2 x 40 menit/ guru. • Pelaksanaan tindakan berlangsung selama dua minggu yaitu minggu ketiga dan–keempat bulan September 2016. • Sebelum masuk ruang kelas, kepala sekolah sebagai supervisor menginformasikan kepada seluruh guru tentang jadwal pelaksanaan supervisi. Supervisor dan guru bersama-sama masuk ruang kelas. Guru melaksanakan pembelajaran di depan ruang kelas sedangkan supervisor duduk di deret paling belakang tempat duduk siswa. Pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran, supervisor mengamati proses pembelajaran dan sekaligus mengisi instrumen yang telah disediakan. Supervisor mengikuti semua kegiatan guru dan siswa, mulai dari pembukaan, pelaksanaan, sampai dengan penutup. c. Pengamatan (observation) P e n e l i t i d a n k o l a b o r a t o r melaksanakan pengamatan dengan mengisi lembar instrumen penilaian kinerja guru dan menilai proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas d. Refleksi (reflection) Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data instrumen penilaian kinerja guru agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) berupa supervi- si akademik melalui dua siklus. Dalam siklus I dan siklus II pemberian tindakan berupa supervisi akademik (Teknik Su- pervisi Individual) terhadap guru-guru SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta 1. Deskripsi Kondisi Awal Temuan di lapangan kondisi awal hasil kinerja guru-guru SMK Muhammadiyah 2 dalam proses pembelajaran masih kurang baik terbukti dengan hasil yang ada. Hasil rata-rata kondisi awal kinerja guru 68 . Sehingga rata-rata hasilnya termasuk kategori cukup artinya masih kurang dari baik. Tujuan pembelajaran yang tercantum dalam RPP tidak semuanya tercapai oleh guru, Secara umum guru hanya menggunakan paket sebagai media pembelajaran/penggunaan media belum variatif. Gambar-gambar yang ada dalam buku paket pada umumnya dijadikan sebagai media dan tidak semua guru menyediakan instrumen penilaian untuk materi pembelajaran yang diajarkannya. Hasil yang masih cukup tersebut karena belum ada supervisi akademik dari kepala sekolah atau kolaborator (asesor PKG) secara terprogram atau terjadwal untuk masing-masing guru. Kondisi Awal kinerja guru SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta dapat diamati pada Grafik di bawah ini: Dwikoranto - Peningkatan Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik .... Grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata kinerja guru-guru SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta dalam proses pembelajaran belum baik dengan hasil rata-rata 68 (cukup) maka mereka perlu disupervisi akademik secara individual dengan kunjungan kelas agar hasilnya bisa meningkat. ## 2. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Ti n d a k a n p e n e l i t i d i a w a l i dengan pertemuan dengan guru-guru bersama WKS Kurikulum , penulis merencanakan pembimbingan untuk guru dalam pembuatan persiapan pembelajaran (RPP) melalui kegiatan Workshop .serta pembuatan administrasi guru secara lengkap. yang terdiri dari: 1. Jadwal Mengajar, 2. Daftar Perangkat Administrasi, 3. Kalender Pendidikan, 4. Program Tahunan, 5. Program Semester, 6.Silabus, 7. Rencana Pelaksnan Pembelajaran (RPP), 8.Analisis Kebutuhan Media, 9. Daftar buku Pegangan/Modul/Materi Pembelajaran, 10. Daftar Hadir Siswa, 11. Daftar Nilai Siswa, 12. Daya Serap Siswa, 13. Analisis hasil ulangan, 14. Program Perbaikan dan Pengayaan, 15. Agenda Guru. Dilanjutkan dengan membimbing membuat RPP yang terdiri dari: 1. Data sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester,, Materi Pokok dan Alokasi waktu, 2. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian, 3. Tujuan Pembelajaran, 4. Materi Pembelajaran, 5. Metode Pembelajaran, 6. Media, Alat dan Sumber Belajar, 7. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran; a. Pendahuluan, b. Kegiatan Inti, apresiasi, explorasi dan 8. Kegiatan Penutup, 9. Penilaian Hasil Pembelajaran b. Pelaksanaan Tindakan a. Melalui worshop peneliti menyam- paikan cara-cara pembuatan admi- nistrasi guru dan RPP . Bagaimana menghitung jumlah jam minggu efektif/ hari efektif yang benar da- lam satu tahun pembelajaran (se- mester gasal dan semester genap), 63 64 65 66 67 68 69 70 71 Guru 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Kondisi Awal 25 27 29 Gambar. 1 Grafik Kondisi Awal Kinerja Guru Ta j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 Pembuatan Program Tahunan (Pro- ta), Program Semester (Prosem), disesuaikan jumlah jam efektif yang ada, begitu pula jumlah jam pelajaran yang di sulabus. Dileng- kapi daftar hadir siswa, daftar nilai siswa, analisis hasil ulangan sampai dengan pengayaan dan perbaikan serta cara memilih media pembela- jaran yang tepat.. b. Peneliti menjelaskan aspek-aspek yang akan dinilai melalui instrumen penilaian kinerja guru dalam pembelajaran yang terdiri dari rencana persiapan pembelajaran ada 8 indikator penilaian, pelaksanaan pembelajaran ada 24 indikator penilaian dan evaluasi pembelajaran 8 indikator penilaian c. Waktu supervisi dilaksanakan sesuai jadwal supervisi yang telah ditentukan , selama 2x40 menit atau 2 jam pelajaran pada masing- masing guru yang disupervisi. c. Hasil Pengamatan Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut : Saat kunjungan kelas peneliti/ kolaborator sudah siap dengan instrumen penilaian kinerja guru. Hasil pengamatan guru dituangkan ke instrumen penilaian kinerja guru. Hasil supervisi dari kolaborator diserahkan kepada kepala sekolah. Hasil tindakan pada siklus I ada kenaikan, pada saat kondisi awal rata-rata 68 sedangkan pada siklus I rata-rata hasil kinerja guru 78 naik sebesar 14,7%. Hasil tindakan pada siklus I dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 G ur u 1 3 5 77 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Kondisi Awal Siklus I Kondisi Awal Siklus I Gambar. 2 Grafik Kondisi awal dan siklus I d. Refleksi: Pada Grafik di atas menunjukkan tindakan pada siklus I melalui workshop pembuatan bersama administrasi guru. kinerja guru dalam proses pembelajaran ada Dwikoranto - Peningkatan Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik .... peningkatan 14,7%. Namun demikian hasil yang dicapai masih dalam kategori cukup (C). Hasil siklus I masih perlu supervisi akademik lagi karena pada kegiatan PBM ada beberapa hal yang masih kurang seperti : tujuan pembelajarannya belum semua tercapai, penggunaan kreasi media belum maksimal, instrumen penilaiannya belum semua membuat. Maka perlu tindakan lanjutan yaitu supervisi akademik kunjungan kelas secara individual pada siklus II. ## 3. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Menyampaikan hasil siklus I kepada guru dan kolaborator. Kekurangan hasil pada siklus I ini ditindaklanjuti peneliti dengan mengadakan diskusi dan memberi pedampingan kepada Bapak/Ibu guru, bagaimana cara membuat RPP/Administrasi guru yang lengkap dan benar, supaya guru-guru mengetahui kekurangsempurnaannya d a l a m m e l a k s a n a k a n p r o s e s pembelajaran jika dilihat dengan juknis instrumen penilaian yang ada. Dengan pendampingan akan dapat menyelesaikan kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. ## b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan supervisi akademik siklus II ini dilaksanakan dengan memberi pendampingan dan pertemuan individu oleh peneliti dan kolaborator (Guru yang mempunyai sertifikat Asesor PKG) untuk membantu guru- guru dalam meningkatkan kekurangan hasil kinerja guru pada siklus I supaya disesuaikan dengan instrumen penilaian kinerja yang ada. Bapak/Ibu guru diberi kesempatan untuk menanyakan sampai sejelas-jelasnya dengan harapan kinerja guru dalam proses pembelajaran pada siklus II nanti hasilnya lebih optimal. Dalam siklus II ini setelah diadakan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kekurangan pada siklus I, para guru lebih siap ketika supervisi kunjungan kelas siklus II yang dilaksanakan oleh peneliti dan kolaborator. c. Hasil Pengamatan Melakukan pemantauan selama kegiatan belajar berlangsung dengan lembar observasi/instrumen yang telah tersedia. Hasil kinerja guru- guru dalam proses pembelajaran setelah mendapat pembekalan dan pertemuan individu hasilnya meningkat. Kinerja guru pada siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan dibanding siklus I. Rata-rata siklus 1 78 pada siklus 2 naik menjadi 83, ada kenaikan sebesar 6,41%. Sebagian besar tujuan pembelajarannya semua bisa tercapai, materi ajar sudah dijabarkan dan media pembelajaran sudah variatif begitu pula dengan instrumen penilaiannya. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini: Grafik di atas menunjukkan bahwa pendampingan dan pertemuan individu untuk guru-guru dapat lebih meningkatkan kualitas kinerja guru dalam pembelajaran. d. Refleksi Pembekalan dan pertemuan individu untuk guru-guru dapat lebih meningkatkan kualitas kinerja guru dalam pemberlajaran.. Rata-rata hasil kemampuan/kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II kategori baik (83) sedangkan hasil siklus I rata-rata 78, meningkat 6,41% dibanding siklus I. P a d a k e g i a t a n i n t i s u d a h menunjukkan kegiatan tujuan pembelajaran semua bisa tecapai, penggunaan media yang variatif, penguasaan materi yang bagus dan kelengkapan instrumen evaluasi. ## 4. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus a. Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan setelah melihat kondisi awal, kemudian dimulai dengan memberikan bimbingan dan materi menyusun RPP/administrasi guru untuk satu hari, hasilnya dinilai peneliti dan kolaborator dengan menggunakan instrumen supervisi yang disiapkan peneliti. Kemudian kolaborator menyerahkan kepada peneliti beserta hasilnya. Hasil pada siklus I rata-rata 78 naik 14,7% dibanding kondisi awal sehingga masih belum maksimal maka perlu pembekalan kepada guru-guru pada tindakan siklus II. b. Siklus II Setelah mengetahui kekurangan kemampuan/kinerja guru pada siklus I peneliti memberikan pembekalan tentang kekurang sempurnaan yang 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 G ur u 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Siklus I Siklus II Gambar. 3 Grafik Hasil Siklus I dan Siklus II Dwikoranto - Peningkatan Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik .... telah dilaksanakan oleh guru agar lebih baik pada siklus II, terbukti hasilnya meningkat 6,41% dibanding hasil siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada Gambar. 4 dan Gambar. 5 di bawah ini. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 G u ru 1 3 5 77 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kondisi Awal Siklus I Siklus II Gambar. 4 Grafik Hasil Penelitiaan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Kondisi Awal Kondisi Awal Siklus I Siklus II Hasil Rata-rata Gambar. 5 Grafik Hasil Rata-rata Ta j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 ## PENUTUP Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja para guru dalam proses pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017, pada siklus 1 rata- rata 78 ada peningkatan 14,7% dan pada siklus II rata-rata 83 meningkat 6,41%. ## DAFTAR PUSTAKA D e p a r t e m e n P e n d i d i k a n d a n Kebudayaan. 1998. Alat Penilaian Kemampuan Guru . Jakarta: Dirjen Pendidikan dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah U m u m . 1 9 9 4 . P e t u n j u k Pelaksanaan Supervisi di Sekolah . Jakarta: Depdikbud Gay, L.R. 2000. Education Research: Competences for Analysis and Application. New Jersey: Prentice- Hall, Inc. H.A.R. Tilaar. (1999), Manajemen Pendidikan Nasional, P.T. Remaja Rosdakarya Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional . Bandung: Remaja Rosdakarya Oliva, P.F.1984. Supervision for Todays School . New York: Tomas J. Crowell Company. P u r w a n t o , M . N g a l i m . 2 0 0 4 . Administrasi dan Supervisi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya. Republik Indonesia. 2003. Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta: Depdiknas. Sahertian, Piet. 1989. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia . Jakarta: Rineka Cipta. Segiovanni, T. J. 1991. The Principals: A Reflective Practice Perspective . (2rd Ed) Boston Allyn and Bacon. Sergiovani, T. J. 1971. Emerging Paterns Of Supervision : Human Perspective . New York: Mc Graw – Hill Book Company
d0dd1f7c-7d2c-4431-8cd3-8bd69d643a95
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/8676/2102
Abstrak—Kemajuan jaman saat ini banyak sekali penemuan-penemuan teknologi tentang penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai upaya penghematan energi. Salah satunya adalah memanfaatkan energi surya.Energi surya sebagai energi alternatif yang dirasakan sesuai dengan kondisi saat ini karena disamping murah juga bersifat renewable. Alat yang digunakan untuk menyerap energi surya salah satunya adalah pemanas air kolektor surya pelat datar.Dimensi dari kolektor itu sendiri adalah 500 mm x 1500 mm Untuk meningkatkan efisiensi dari kolektor dengan cara memperluas permukaan penyerapan panas yaitu menggunakan sirip (fin) berbentuk annular.Metodologi penelitian yang dilakukan adalah menggunakan satu dan dua kaca penutup pada kolektor dengan cara memvariasikan sudut kemiringan kolektor sebesar 10º, 20º, dan 30º pada debit air tetap yaitu 1000 liter/jam.. interval waktu pengambilan data dilakukan selang waktu 1 jam sekali selama 6 jam perhari mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Pengambilan data dilakukan selama 12 hari pada bulan juni 2014. Parameter yang diukur adalah intensitas cahaya (I T ), kecepatan angin (V w ), temperatur udara luar (T ∞1 ), temperatur antar kaca penutup (T ∞2 ), temperatur dalam kolektor (T ∞3 ), temperatur permukaan kaca satu (T c1 ), temperatur permukaan kaca dua (T c2 ), temperatur permukaan pipa tembaga (Tsc), temperatur permukaan pelat absorber (Tsp), temperatur air masuk kolektor (Ti), temperatur air keluar kolektor (T O ), temperatur triplek (T T ). Dari hasil penelitian didapatkan temperatur air keluar kolektor tertinggi terjadi pada sudut kemiringan kolektor 30 derajat yaitu sebesar 42,8 ºC dengan intensitas matahari (I T ) rata-rata 764,71 W/m 2 untuk 1 kaca penutup, sedangkan untuk 2 kaca penutup temperatur sebesar 44,8 ºC dengan intensitas matahari (I T ) rata-rata 790,85 W/m 2 . Dari semua sudut kemiringan, efisiensi rata – rata solar kolektor satu kaca penutup 51,98%, dan untuk efisiensi rata – rata solar kolektor dua kaca penutup 56,21%. Sehingga efisiensi rata – rata solar kolektor dua kaca penutup 4,23% lebih baik dibandingkan efisiensi rata – rata solar kolektor satu kaca penutup. Kata Kunci—Dua kaca penutup, kolektor surya pelat datar, satu kaca penutup, sudut kemiringan kolektor. ## I. PENDAHULUAN EMAJUAN jaman saat ini banyak sekali penemuan- penemuan teknologi tentang penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai upaya penghematan energi yang menggunakan fosil. Salah satunya adalah memanfaatkan energi surya.Energi surya sebagai energi alternatif yang dirasakan sesuai dengan kondisi saat ini karena disamping murah juga bersifat renewable dan tersedia sangat melimpah di daerah tropis khususnya negara Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa.Energi surya yang sampai ke bumi, dapat dikumpulkan dan diubah menjadi energi panas yang berguna melalui suatu alat yang dinamakan kolektor surya. Kolektor surya kebanyakan menggunakan pelat datar sebagai absorber dan fluida kerja melewati pipa. Salah satu cara untuk meningkatkan output energi berguna ( usefull energy ) dari kolektor tenaga surya, yaitu memperluas permukaan penyerapan panas (pipa yang dialiri fluida kerja). Memperluas permukaan bidang penyerapan panas dapat dilakukan dengan menambah luas permukaan pipa menggunakan penambahan fin model seperti cincin ( annular fin ) yang melingkari pipa sepanjang panjang pipa dengan jarak tertentu antar fin. Dimensi fin berdiameter 30 mm dengan tebal 0,55 mm dan jarak antar fin adalah 40 mm. Penggunaan fin disini dimaksudkan untuk menyerap panas lebih banyak karena luasannya ditambah sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap panas yang diterima air yang mengalir didalam pipa, semakin banyak panas yang dierima maka akan semakin cepat proses pemanasannya. Dan cara yang kedua adalah dengan cara memvariasi sudut kemiringan kolektor, sudut kemiringan kolektor divariasi sebesar 10º, 20º, 30º ini dimaksudkan untuk mencari intensitas yang paling baik antara ketiga variasi sudut tersebut. Dari pemikiran awal ini, nampaknya penggunaan fin pada pipa dan variasi sudut kemiringan akan meningkatkan efisiensi kolektor surya. ## II. TINJAUAN PUSTAKA ## A. Kolektor Surya Pelat Datar Kolektor surya pelat datar berfungsi untuk menyerap energi radiasi matahari.Radiasi yang diterima permukaan penutup transparan kolektor, sebagian besar diteruskan dan kemudian diterima pelat kolektor yang bekerja sebagai pengumpul energi.Pelat kolektor menjadi sumber radiasi memancarkan energi radiasi kembali ke permukaan dalam penutup transparan kolektor, tetapi radiasinya tidak mampu menembus penutup dengan adanya radiasi yang terperangkap dalam rumah kaca. Akibat kasus ini menyebabkan temperatur di dalam ruang menjadi panas dibandingkan dengan temperatur lingkungan Kolektor surya memiliki bagian-bagian utama, diantaranya: a. Pelat penyerap b. Penutup transparan c. Isolator Berkas radiasi matahari yang menimpa kolektor, pertama akan menembus penutup transparan (kaca), kemudian ## Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa Unggul Dwi Setyadi dan Bambang Arip Dwiyantoro Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia email : [email protected] K menimpa pelat penyerap. Radiasi ini sebagian diserap oleh pelat penyerap, sebagian yang lain dipantulkan kembali. Pantulan dari pelat penyerap tersebut akan dipantulkan kembali oleh penutup kaca. Sehingga akan terjadi proses pemantulan yang terulang. Hal ini ditunjukkan pada gambar 1 berikut: ## Gambar 1 Penyerapan radiasi oleh pelat penyerap[1] Bila sejumlah energi radiasi menimpa kolektor, maka energi sebesar (τα) akan diserap oleh pelat penyerap dan sebesar (1 – α) τ dipantulkan kembali ke penutup. Pantu dari pelat penyerap dianggap sebagai radiasi hambur (diffusi radiation), sehingga (1 – α) τ yang mengenai penutup merupakan radiasi hambur, dan (1 – α) τρ kembali ke pelat penyerap. Proses pemantulan tersebut terus berulang. Maksimum energi yang dapat diserap kolektor adalah: ( ) = ∑[(1 − ) ] = ( ) Untuk pendekatan perhitungan kolektor dapat digunakan: ## ( ) ≈ 1,01 Dimana: τ adalah transmisivitas penutup dan α adalah absorpsivitas pelat penyerap. Perkalian transmisivitas absorpsivitas rata-rata ( ) , didefinisikan sebagai radiasi perbandingan radiasi matahari yang diserap kolektor (S) terhadap radiasi matahari yang menimpa kolektor (I Sehingga radiasi matahari yang diserap oleh permukaan pelat penyerap adalah: = ( ) . = 1,01. . ## B. Tahanan Termal Satu kaca Penutup Gambar 2 Skema tahanan termal satu kaca penutup JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) menimpa pelat penyerap. Radiasi ini sebagian diserap oleh pelat penyerap, sebagian yang lain dipantulkan kembali. Pantulan dari pelat penyerap tersebut akan dipantulkan kembali oleh penutup kaca. Sehingga akan terjadi proses ni ditunjukkan pada gambar Bila sejumlah energi radiasi menimpa kolektor, maka energi sebesar (τα) akan diserap oleh pelat penyerap dan α) τ dipantulkan kembali ke penutup. Pantulan dari pelat penyerap dianggap sebagai radiasi hambur (diffusi α) τ yang mengenai penutup α) τρ d dipantulkan kembali ke pelat penyerap. Proses pemantulan tersebut terus i yang dapat diserap kolektor adalah: (1) Untuk pendekatan perhitungan kolektor dapat digunakan: (2) Dimana: τ adalah transmisivitas penutup dan α adalah absorpsivitas pelat penyerap. Perkalian transmisivitas- , didefinisikan sebagai radiasi perbandingan radiasi matahari yang diserap kolektor (S) matahari yang menimpa kolektor (I T ). Sehingga radiasi matahari yang diserap oleh permukaan (3) ## C. Tahanal Termal Dua Kaca Penutup ## Gambar 3 Skema tahanan termal dua kaca penutup ## D. Analisa Perhitungan Untuk mendapatkan nilai kehilangan panas total pada kolektor surya (bisa dilihat pada gambar 2 dan gambar 3) dapat dicari menggunakan rumus: Kerugian panas bagian atas:  Rangkaian thermal pada penutup ke lingkungan yaitu: =  Rangkaian thermal pada penutup dua ke kaca penutup satu yaitu: =  Rangkaian thermal pada pelat absorber ke kaca penutup yaitu:  Rangkaian thermal pada pelat absorber ke pipa yaitu: = . .  Rangkaian thermal pada pipa ke kaca penutup yaitu: = . .  Rangkaian thermal pada fin ke fluida yaitu: = ( / ) + Kerugian panas bagian bawah: = + + Sehingga kerugian panas total untuk 1 kaca penutup (gambar 2): = ( ) .( ) ## Tahanal Termal Dua Kaca Penutup ## tahanan termal dua kaca penutup Untuk mendapatkan nilai kehilangan panas total (bisa dilihat pada gambar 2 dan gambar Rangkaian thermal pada penutup ke lingkungan (4) Rangkaian thermal pada penutup dua ke kaca (5) Rangkaian thermal pada pelat absorber ke kaca = (6) Rangkaian thermal pada pelat absorber ke pipa (7) Rangkaian thermal pada pipa ke kaca penutup (8) ## Rangkaian thermal pada fin ke fluida yaitu: (9) (10) untuk 1 kaca penutup (11) Sedangkan untuk 2 kaca penutup, kerugian panas totalnya (gambar 3) adalah: = ( ) .( ) Setelah mendapatkan nilai U L , selanjutnya mencari nilai faktor pelepasan panas, rumusnya adalah sebagai berikut: = 1 + − − Energi berupa panas pada kolektor surya dapat dihitung dengan persamaan berikut: = [ − ( − )] Sedangkan energi yang digunakan sebagai pemanas air adalah sebagai berikut: = ̇ ( − ) Efisiensi kolektor surya pemanas air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: = ## III. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan kajian matematis. Kegiatan penelitian ini dibuat model penambahan luasan pada pipa tembaga (fin), dimana fin yang digunakan berbentuk annular, serta menggunakan satu dan dua kaca penutup yang diharapkan dapat meyerap panas lebih banyak. Penelitian ini juga memvariasi sudut kemiringan kolektor sebesar 10º, 20º, dan 30º yang dimaksudkan untuk mendapat intensita paling baik.Penelitian dilakasanakan di gedung lantai 2 Teknik Mesin ITS Surabaya pada bulan juni 2014. Pengambilan data dilakukan selama 12 hari. ## Gambar 4 Gambar instalasi penelitian Pada pengujian ini akan dilakukan pengambilan data sebanyak 2 kali untuk masing-masing variasi jumlah kaca penutup dan variasi debit. Untuk gambar instalasi percobaan dapat dilihat pada gambar 4.Kaca penutup yang digunakan sebanyak satu dan dua buah, sehingga waktu yang digunakan untuk pengambilan data adalah 12 hari.Pada masing-masing pengujian terdiri dari 3 tahap penjelasan masing-masing tahap akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap persiapan 1. Mempersiapkan dan memastikan dalam kondisi baik peralatan yang digunakan 2. Merangkai peralatan alat ukur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Sedangkan untuk 2 kaca penutup, kerugian panas totalnya (12) , selanjutnya mencari nilai faktor pelepasan panas, rumusnya adalah sebagai berikut: (13) Energi berupa panas pada kolektor surya dapat dihitung ] (14) Sedangkan energi yang digunakan sebagai pemanas air (15) Efisiensi kolektor surya pemanas air dapat dihitung (16) ## PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan kajian matematis. Kegiatan luasan pada pipa in yang digunakan berbentuk annular, serta menggunakan satu dan dua kaca penutup yang diharapkan dapat meyerap panas lebih banyak. Penelitian ini juga memvariasi sudut kemiringan kolektor sebesar 10º, 20º, dan 30º yang dimaksudkan untuk mendapat intensitas paling baik.Penelitian dilakasanakan di gedung lantai 2 Teknik Mesin ITS Surabaya pada bulan juni 2014. Pada pengujian ini akan dilakukan pengambilan data masing variasi jumlah kaca Untuk gambar instalasi percobaan Kaca penutup yang digunakan gga waktu yang digunakan untuk pengambilan data adalah 12 hari.Pada pengujian terdiri dari 3 tahap. Adapun masing tahap akan dijelaskan sebagai 1. Mempersiapkan dan memastikan dalam kondisi b. Tahap pengambilan data 1. Pastikan peralatan sudah terpasang pada tempatnya 2. Menyalakan pompa 3. Mengatur posisi kolektor surya menghadap ke utara. 4. Memvariasikan sudut kemiringan kolektor dengan mengatur kemiringan kolektor mulai 10º, 20°, sampai 30°. 5. Ambil data meliputi:  Intensitas cahaya, I T. Kecepatan angin, V  Temperatur udara luar (ambient), T  Temperatur antar kaca penutup (dua kaca penutup), T ∞2  Temperatur dalam kolektor, T  Temperatur permukaan kaca satu, T  Temperatur permukaan kaca dua, T  Temperatur permukaan pipa tembaga (base), T  Temperatur permukaan pelat absorber, T  Temperatur air masuk kolektor, T  Temperatur air keluar kolektor, T  Temperatur triplek, T T c. Tahap akhir 1. Matikan pompa 2. Amankan peralatan ukur ## IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Grafik Temperatur Air Keluar (a) (b) 30 32 34 36 38 40 42 44 09.00 10.0011.0012.00 13.0014.00 Temperatur air keluar fungsi waktu untuk sudut kemiringan 10 Waktu Pemanasan Te m pe ra tu r ( ⁰ C) 32 34 36 38 40 42 44 46 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 Temperatur air keluar fungsi waktu untuk sudut kemiringan 20 Pastikan peralatan sudah terpasang pada 3. Mengatur posisi kolektor surya menghadap ke 4. Memvariasikan sudut kemiringan kolektor n mengatur kemiringan kolektor mulai Kecepatan angin, V w Temperatur udara luar (ambient), T ∞1 Temperatur antar kaca penutup (dua kaca Temperatur dalam kolektor, T ∞3 Temperatur permukaan kaca satu, T c1 Temperatur permukaan kaca dua, T c2 Temperatur permukaan pipa tembaga (base), T sc Temperatur permukaan pelat absorber, T sp Temperatur air masuk kolektor, T i Temperatur air keluar kolektor, T 0 PEMBAHASAN 14.0015.00 1 kaca penutup 2 kaca penutup air keluar fungsi waktu untuk sudut kemiringan 10˚ 14.00 15.00 1 kaca penutup 2 kaca penutup air keluar fungsi waktu untuk sudut kemiringan 20 ˚ (c) Gambar 5 Grafik temperatur air keluar pada sudut kemiringan (a) 10 derajat, (b) 20 derajat, (c) 30 derajat Pada gambar 5diatas dapat dilihat bahwa kolektor divariasi sudut kemiringan 10 derajat, 20 derajat, 30 derajat serta divariasikan jumlah kaca penutup yaitu satu dan dua kaca penutup. Untuk masing-masing variasi sudut kemiringan, pada dua kaca penutup temperatur air kel lebih tinggi daripada temperatur air keluar dengan satu kaca penutup. Dapat dilihat pada grafik sama-sama 10 derajat nilai temperatur air keluar satu kaca penutup sebesar 41,3 °C dan nilai temperatur air keluar dua kaca penutup sebesar 42,3 °C, untuk 20 derajat nilai temperatur air keluar satu kaca penutup sebesar 42,1 nilai temperatur air keluar dua kaca penutup sebesar 43,7 untuk 30 derajat nilai temperatur air keluar penutup sebesar 42,8 ºC dan nilai temperatur kaca penutup sebesar 44,8 ºC. Hal ini terjadi karena pada dua kaca penutup efek rumah kaca lebih kecil daripada satu kaca penutup sehingga temperatur di dalam kolektor lebih tinggi dibandingkan satu kaca penutup.Radiasi dari matahari yang d kembali oleh pelat absorber lebih sedikit pada dua kaca penutup dibandingkan satu kaca penutup. Untuk dua kaca penutup temperatur didalam kolektor lebih tinggi akibatnya proses untuk memanaskan air lebih cepat dibandingkan satu kaca penutup. B. Grafik Energi (Qu) (a) 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 Temperatur air keluar fungsi waktu untuk sudut kemiringan 30˚ 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Q u (W ) Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fungsi intensitas untul sudut kemiringan 10˚ 1 kaca penutup JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) emperatur air keluar pada sudut kemiringan (a) 10 diatas dapat dilihat bahwa kolektor divariasi sudut kemiringan 10 derajat, 20 derajat, 30 derajat serta divariasikan jumlah kaca penutup yaitu satu dan dua masing variasi sudut kemiringan, pada dua kaca penutup temperatur air keluar lebih tinggi daripada temperatur air keluar dibandingkan satu kaca penutup. Dapat dilihat pada grafik yang 10 derajat nilai temperatur air keluar satu kaca penutup sebesar 41,3 °C dan nilai temperatur air keluar dua r 42,3 °C, untuk 20 derajat nilai temperatur air keluar satu kaca penutup sebesar 42,1 ºC dan nilai temperatur air keluar dua kaca penutup sebesar 43,7 ºC, air keluar satu kaca penutup sebesar 42,8 ºC dan nilai temperatur air keluar dua Hal ini terjadi karena pada dua kaca penutup efek rumah kaca lebih kecil daripada satu kaca penutup sehingga temperatur di dalam kolektor lebih tinggi dibandingkan satu kaca penutup.Radiasi dari matahari yang dipantulkan kembali oleh pelat absorber lebih sedikit pada dua kaca penutup dibandingkan satu kaca penutup. Untuk dua kaca penutup temperatur didalam kolektor lebih tinggi akibatnya proses untuk memanaskan air lebih cepat dibandingkan satu (b) (c) (d) (e) 15.00 1 kaca penutup 2 kaca penutup fungsi waktu 1000 1 kaca penutup Qu solar kolektor Qu solar water heater 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q u (W ) Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 20˚ 1 kaca penutup 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q u (W ) Intensitas Matahari (W/m Energi (Qu) fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 30˚ 1 kaca penutup 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Q u (W ) Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 10˚ 2 kaca penutup 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Q u (W ) Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fugnsi intensitas untuk sudut kemiringan 20˚ 2 kaca penutup B-34 900 1000 Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fungsi intensitas 1 kaca penutup Qu solar kolektor Qu solar water heater 900 1000 Intensitas Matahari (W/m ²) Energi (Qu) fungsi intensitas 1 kaca penutup Qu solar kolektor Qu solar water heater 900 Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fungsi intensitas 2 kaca penutup Qu solar kolektor Qu solar water heater 900 Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fugnsi intensitas 2 kaca penutup Qu solar kolektor Qu solar water heater (f) Gambar 6 Grafik energi (Qu) untuk 1 kaca penutup (a) 10 derajat, (b) 20 derajat, (c) 30 derajat dan 2 kaca penutup (d) 10 derajat, (e 20 derajat, (f) 30 derajat Dari gambar 6diatas dapat kita lihat bahwa dari semua variasi sudut kemiringan kolektor dan jumlah kaca penutup, nilai Q U solar kolektor lebih tinggi daripada nilai Qu solar water heater. Nilai intensitas berbanding lurus dengan nilai Qu, semakin besar nilai intensitas matahari maka semakin tinggi nilai Qu. Pada sudut kemiringan 10 derajat nilai Qu solar kolektor paling besar adalah 367,92 W/m 2 dengan intensitas matahari 865,30 W/m 2 , nilai Qu solar water heater paling besar adalah 253,6 W/m 2 dengan intensitas matahari 865,30 W/m 2 . Pada sudut kemiringan 20 derajat nilai Qu solar kolektor paling besar adalah 383,39 W/m 2 dengan intensitas matahari 891,35 W/m 2 , nilai Qu solar water heater paling besar adalah 296,36 W/m 2 dengan intensitas matahari 891,35 W/m 2 . Pada sudut kemiringan 30 derajat nilai Qu solar kolektor paling besar adalah 378,22 W/m 2 dengan intensitas matahari 717,84 W/m 2 , nilai Qu solar water heater paling besar adalah 322,26 W/m 2 dengan intensitas matahari 717,84 W/m 2 . Perbedaan nilai antara Qu solar kolektor dengan Qu solar water heater ini disebabkan karena untuk Qu solar kolektor banyak faktor yang mempengaruhi dalam perhitungannya, seperti U L , F R , T∞. Sesuai dengan rumus = [ − ( − )] . Sedangkan untuk Qu solar water hanya memperhitungkan nilai temperatur air yang keluar dan yang masuk kolektor.Sesuai dengan rumus = ṁ ( − ) . C. GrafikEfisiensi Solar Kolektor (a) (b) ## (c) Gambar 7 Grafik efisiensi solar kolektor pada sudut kemiringan (a) 10 derajat, (b) 20 derajat, (c) 30 derajat Pada gambar 7 diatas terlihat bahwa efisiensi solar kolektor cenderung konstan seiring bertambahnya nilai intensitas matahari.Untuk efisiensi 2 kaca penutup nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan 1 kaca penutup. Pada sudut kemiringan 10˚, efisiensi rata – rata solar kolektor 2 kaca penutup yaitu 57,13%, 5,08% lebih baik dibandingkan efisiensi rata – rata 1 kaca penutup yaitu 52,05%. Pada sudut kemiringan 20˚, efisiensi rata – rata solar kolektor 2 kaca penutup yaitu 56,52%, 3,96% lebih baik dibandingkan efisiensi rata – rata 1 kaca penutup yaitu 52,56%. Pada sudut kemiringan 30˚, efisiensi rata – rata solar kolektor 2 kaca penutup yaitu 54,99%, 3,66% lebih baik dibandingkan efisiensi rata – rata 1 kaca penutup yaitu 51,33%. Dari semua sudut kemiringan, efisiensi rata – rata solar kolektor satu kaca penutup 51,98%, dan untuk efisiensi rata – rata solar kolektor dua kaca penutup 56,21%. Sehingga dapat disimpulkan efisiensi rata – rata solar kolektor dua kaca penutup 4,23% lebih baik dibandingkan efisiensi rata – rata solar kolektor satu kaca penutup. ## V. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dan analisa grafik yang telah dibuat pada bab-bab sebelumnya maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan penambahan fin, temperatur air keluar lebih tinggi dibandingkan tanpa fin. Tanpa fin temperatur air keluar sebesar 40,6 °C dengan fin temperatur air keluar sebesar 41,3 °. Secara keseluruhan dari sudut kemiringan kolektor, temperatur air keluar pada 2 kaca penutup lebih tinggi daripada 1 kaca penutup. Satu kaca penutup temperatur tertinggi sebesar 42,8 °C dengan intensitas matahari (I T ) rata-rata 764,71 W/m 2 , sedangkan untuk 2 kaca penutup temperatur tertinggi sebesar 44,8 °C dengan intensitas matahari (I T ) rata-rata 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q u (W ) Intensitas Matahari (W/m²) Energi (Qu) fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 30˚ 2 kaca penutup Qu solar kolektor Qu solar water heater 40 45 50 55 60 65 500 600 700 800 900 Ef is ie ns i % Intensitas Matahari (W/m ²) Efisiensi Solar Kolektor fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 10˚ 1 kaca penutup 2 kaca penutup 40 45 50 55 60 65 500 600 700 800 900 Ef is ie ns i % Intensitas Matahari (W/m ²) Efisiensi Solar Kolektor fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 20 ˚ 1 kaca penutup 2 kaca penutup 40 45 50 55 60 65 500 600 700 800 900 Ef is ie ns i % Intensitas Matahari (W/m ²) ## Efisiensi Solar Kolektor fungsi intensitas untuk sudut kemiringan 30˚ 1 kaca penutup 2 kaca penutup 790,85 W/m 2 . Hal ini dikarenakan pada 2 kaca penutup efek rumah kaca lebih kecil daripada 1 kaca penutup sehingga temperatur di dalam kolektor 2 kaca penutup lebih tinggi. 2. Energi solar kolektor yang tertinggi adalah pada sudut kemiringan 20 derajat dan dua kaca penutup yaitu sebesar 383,39 W dengan intensitas matahari (I T ) 891,35 W/m 2 . Dan untuk energi solar water heater yang tertinggi adalah pada sudut kemiringan 30 derajat dan dua kaca penutup yaitu sebesar 322,26 W/m 2 dengan intensitas matahari (I T ) 717,84 W/m 2 . Energi (Qu) solar kolektor lebih besar dibandingkan energi (Qu) solar water heater, hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi dalam perhitungannya, seperti F R , U L , T∞. Sedangkan untuk energi (Qu) solar water heater hanya memperhitungkan nilai temperatur air yang keluar dan masuk kolektor. 3. Dari semua sudut kemiringan, efisiensi rata – rata solar kolektor satu kaca penutup 51,98%, dan untuk efisiensi rata – rata solar kolektor dua kaca penutup 56,21%. Sehingga dapat disimpulkan efisiensi rata – rata solar kolektor dua kaca penutup 4,23% lebih baik dibandingkan efisiensi rata – rata solar kolektor satu kaca penutup. ## UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah- Nyapenelitianini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik dan lancar.Banyak dorongan dan bantuan yang penulis dapatkan selama penyusunan artikel ini sampai terselesaikannya penelitian ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan ketenangan dalam jiwaku. 2. Dr. Bambang Arip D, S.T., M.Eng.sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan sangat sabar, tidak bosan-bosannya membantu dan memberikan ide serta ilmu hingga terselesaikannya penelitian ini. 3. Ayah dan Ibuku tercinta yang benar - benar memberikan dorongan dan semangat dengan cinta dan kasih sayangnya yang tiada batas dan tak terbalaskan, doa dan restunya. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Duffie J. A And Beckmann W. A. (1991). Solar Enggineering of Thermal Processes, Second Edition. John Willey and Sons, Inc. New York.
e41673db-6d1a-4ae0-af16-11cdde0bd36a
https://journal.unpak.ac.id/index.php/JPPGuseda/article/download/866/738
e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941 ## POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNA NETRA BERPRESTASI USIA SEKOLAH DASAR Suci Setiarani 1) , Yudhie Suchyadi 1) 1) Universitas Pakuan, Pakuan, Indonesia e-mail korespondensi : [email protected] diterima: 14 Juli 2018; direvisi: 15 Agustus 2018; disetujui: 06 September 2018 Abstract . Parenting patterns of parenting are the ways and habits that parents do and feel by children, so the pattern will certainly be different on every parent. The aim of this research is to know the parenting pattern of the parent to the blind children with achievement of the blind student with achievement. Sample is taken by looking for SLB-A (blind) in Bogor. This research method is carried out by case study method. Data analysis is an effort done by working with data, organizing data, sorting it into manageable units, synthesizing it, finding and finding patterns, finding what is important and what is learned, and deciding what can be told to others. The result of the research about parenting pattern of the blind children with the achievement of elementary school age shows that the pattern of care is the great potential that make up the achievement of the blind child. Not only one form of parenting, but consists of several parenting patterns, including the pattern of foster democracy, laissez faire care, self-melt parenting, manipulation parenting, parenting patterns, parenting over the role and parenting consultant. Keywords: Patterns of Care, Blind, Achievement. ## I. PENDAHULUAN Pendidikan adalah faktor yang paling penting dan prioritas utama yang membutuh-kan perhatian serius dari semua pihak, karena pendidikan adalah penentu kemajuan bangsa di masa depan. Tujuan dan cita-cita nasional, untuk kehidupan intelektual bangsa terkandung dalam UUD 1945. Pemerintah bersama masyarakat terus mencari pengembangan pendidikan demi terwujudnya bangsa yang mandiri, unggul dan siap menghadapi dunia globalisasi [1]. Pola asuh orang tua merupakan cara dan kebiasaan yang dilakukan orang tua dan dirasakan oleh anak, sehingga pola tersebut tentu akan berbeda pada setiap orang tua. Pola asuh yang diterapkan orang tua yang memiliki anak tuna netra dan anak normal pun dapat menjadi alasan pola asuh yang berbeda. Jika anak pada usia 6-12 tahun, biasanya orang tua yang memiliki anak normal masih bisa memberikan pola asuh yang membebaskan dan membiarkan, lain halnya dengan orang tua yang memiliki anak tunanetra. Anak tuna netra memerlukan pendampingan khusus dari orang tua, karena keterbatasan anak dalam melihat dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan psikisnya. Tuna netra merupakan suatu kondisi tidak berfungsinya indra penglihatan pada seseorang secara sebagian atau secara keseluruhan. Kondisi ini memerlukan tindakan yang tepat agar gangguan penglihatan tidak menjadi hambatan bagi perkembangan fisik dan psikisnya. Data yang dipubllikasikan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial pada tahun 2010 pada akun resminya merilis peringatan World Sight Day yang jatuh pada tanggal 11 Oktober yang dilaksanakan pada tahun 2012 lalu, badan kesehatan dunia WHO merilis data bahwa setidaknya ada 40-45 juta penderita kebutaan. Pertahunnya tidak kurang dari 7 juta orang mengalami kebutaan atau permenitnya terdapat satu penduduk bumi menjadi buta. Survai indra penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996 menunjukan angka kebutaan di Indonesia 1,5% (paling tinggi di Asia) dibandingkan dengan Bangladesh 1%, India 0,7% dan Thailand 0,3%. Artinya jika ada 12 penduduk dunia buta dalam setiap 1 jam, empat diantaranya berasal dari Asia Tenggara dan dipastikan 1 orangnya dari Indonesia, survey ini juga disepakati oleh Direktur Jendral Bina Kesmas Kementrian Kesehatan RI, Budiharja. Berbagai data tersebut menunjukan banyaknya penderita gangguan penglihatan yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Melihat merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Anak usia 6-12 tahun (usia siswa sekolah dasar) masih berpikir konkret, pada periode ini anak hanya mampu berpikir dengan logika dan memecahkan persoalan- persoalan yang sifatnya konkret atau nyata saja, yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan persoalan-persoalan tersebut. “Bagaimana berpikir konkret yang dijalani oleh anak yang justru tidak dapat mengamati?” merupakan pertanyaan dalam benak penulis dan dirasa perlu untuk dikaji secara mendalam. Namun, seperti anak yang tidak mengalami gangguan disabilitas lainya, prestasi merupa-kan hal yang juga dapat diraih oleh anak penyandang tunanetra. Prestasi yang didapat para penyandang tuna netra tersebut di- pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor yang berasal dari dalam antara lain intelegensi, motivasi, kepribadian, dan bakat. Faktor yang berasal dari luar antara lain lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Hasil observasi peneliti pada guru dari siswa dengan riwayat yang sama (tuna netra berprestasi) di Kota Bogor menunjukan bahwa pola asuh orang tua merupakan faktor lingkungan rumah (eksternal) yang pertama dirasakan anak dan dominan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak tuna netra. Hal di atas menjadi latar belakang dalam penelitian ini yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua pada anak e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941 tunanetra berprestasi. Salah satunya yang ditemui pada beberapa orang tua siswa tunanetra berprestasi di kota Bogor. Pola asuh ini perlu diperhatikan agar orang tua yang memiliki anak tuna netra dapat memberikan dukungan terbaik agar anaknya berprestasi. Pada penelitian ini, peneliti mengkaji lebih dalam pada pola asuh orang tua bagi anak tunanetra berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pola asuh orang tua terhadap anak tunanetra berprestasi dengan orang tua siswa tunanetra berprestasi di Kota Bogor, sample diambil dengan cara mencari SLB-A (tunanetra) di kota Bogor dan mengambil siswa dengan raport terbaik dari masing-masing sekolah, diseleksi kembali dengan membandingkan nilai akhir raport siswa dari semua sekolah dan diambil nilai raport terbaik. ## Hakikat Pola Asuh Menurut Tafsir dalam Bahri [2] pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Menurut Alfiana [3] pola asuh dapat diartikan sebagai corak atau model memelihara dan mendidik anak. Yang dimaksud pola asuh dalam penelitian ini yaitu sistem, cara atau pola yang digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap anak. Sistem atau cara tersebut meliputi cara mengasuh, membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin anak. Pola ini tentu saja dalam setiap keluarga mempunyai pola yang berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Menurut Papalia dalam Teviana dan Yusiana [4] pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, lmpotensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Menurut Djamarah [2] Anak siswa sekolah dasar (SD) adalah suatu masa dimana anak berada dalam rentang usia 6- 7 tahun. Masa ini disebut masa matang sekolah. Pada masa ini anak sudah tertarik pada pekerjaan sekolah. Di samping itu, mereka pun memiliki kemampuan untuk mematuhi, mengikuti, dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tanda- tanda itu merupakan ciri kematangan untuk belajar. Menurut Nasution dalam Djamarah [2] masa usia SD (sekolah dasar) sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Masa ini dikenal juga sebagai masa matang untuk belajar. Disebut masa sekolah karena anak sudah menamatkan TK (taman kanak-kanak) sebagai lembaga pesiapan bersekolah yang sebenarnya. Dalam masa ini anak sudah matang secara intelektual dan telah memasuki medan masa keserasian sekolah. Sebagai petunjuk anak matang secara intelektual. Pola asuh orang tua adalah kebiasaan yang biasa dilakukan oleh ayah dan ibu yang diterapkan kepada anak dalam perkembangan-nya, berbagai bentuk pola asuh dapat diterapkan kepada anak, namun sangat bijak apabila pola asuh orang tua yang akan diberikan kepada anak disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Sering kali ditemukan kesalahan yang sudah menjadi kebiasaan orang tua namun masih tetap dilakukan oleh orang tua. Informasi yang ditayangkan dalam pemberitaan yang dapat kita lihat di televisi masih sering menayangkan pola asuh orang tua yang tidak baik, dengan cara melakukan kekerasan fisik dan psikis anak, hal ini perlu dicermati dan dihindari. Tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dengan membentak dan dengan hukuman fisik, orang tua perlu mencari alternatif lain agar maksud orang tua menyadarkan anak tidak salah sasaran, berupa dampak negatif yang ditunjukan oleh anak dari perlakuan orang tua yang salah tersebut. ## Hakikat Anak Tunanetra Menurut Kosasih [5] dalam bidang Pendidikan Luar Biasa, anak yang mengalami gangguan pengelihatan disebut anak tunanetra. Penggunaan istilah ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang buta, melainkan mencakup juga mereka yang mampu melihat tapi sangat terbatas dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Menurut Kosasih [5] memiliki sikap tidak berdaya, sifat ketergantungan, memiliki tingkat kemampuan rendah dalam orientasi waktu, tak suka berenang, menikmati suara dari televisi, memiliki sifat kepribadian yang penuh dengan frustasi-frustasi, resisten terhadap perubahan-perubahan, cenderung kaku, dan cepat menarik tangan dari lawannya saat bersalaman, serta mudah mengalami kebingungan ketika memasuki lingkungan yang tidak familiar yang ditunjukan dengan perilaku-perilaku yang tidak tepat. Tunanetra adalah suatu kondisi seseorang dengan keterbatasan melihat. Ada dua faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini terjadi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari penderita dan terjadi saat penderita masih ada dalam kandungan, contohnya karena usia kehamilan yang belum sempurna dan kelainan genetik. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul di luar dari penderita dan terjadi pasca dilahirkan, contohnya kecelakaan yang merusak kornea mata. Tunanetra bukanlah alasan seseorang untuk berdiam diri dan tidak melakukan apapun, pada zaman sekarang ini sudah banyak tawaran yang coba diberikan medis untuk menangani kondisi ketunanetraan atau pun berbagai alat bantu yang diperuntukan untuk orang yang mengalami ketunanetraan ## Hakikat Prestasi Belajar Tingkat kecerdasan setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kecerdasan yang diperoleh diaktualisasikan dalam bentuk prestasi belajar. Menurut Sudjana dalam Gunawan [6] belajar adalah proses perubaha tingkah laku akibat interaksi individu dengang lingkungan. e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941 Perubahan itu mengandung pengertian yang luas, yakni pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan lain sebagainya atau yang lazim disebut dengan istilah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penguasaan siswa terhadap pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif), serta keterampilan (psikomotor) dengan baik menunjukan keberhasilan belajar yang telah dicapainya. Keberhasilan belajar inilah yang dalam dunia pendidikan dinamakan prestasi belajar. Secara etimologis istilah prestasi merupa kan kata serapan dari bahasa Belanda yaitu dari kata prestatie, yang biasa diartikan sebagai hasil usaha, atau suatu hal yang telah dicapai, baik itu dilakukan ataupun dikerjakan. Dalam dunia pendidikan terdapat dua jenis prestasi, yaitu prestasi akademik dan prestasi belajar. Yang dimaksud prestasi akademik yaitu prestasi yang bersifat kognitif ( cognitive ) dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution dalam Wahab [7] menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena suatu hal. Gunawan [6] lebih menekankan indi kator prestasi belajar hanya pada satu ranah yaitu ranah kognitif. Menurutnya pengukuran perubahan tingkah laku seluruh ranah dirasa sangat sulit terutama ranah afektif. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik dimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Berdasarkan kajian teoritik yang didapat maka ditarik kesimpulan mengenai pola asuh, tunanetra dan prestasi. Adapun kesimpulannya sebagai berikut. Pola asuh orang tua adalah kebiasaan yang biasa dilakukan oleh ayah dan ibu yang diterapkan kepada anak dalam perkembangannya, ada 15 Pola asuh pola asuh. Namun sangat bijak apabila pola asuh orang tua yang akan diberikan kepada anak disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Sering kali ditemukan kesalahan yang sudah menjadi kebiasaan orang tua namun masih tetap dilakukan oleh orang tua. Dijumpai orang tua yang membentak dan memberikan hukum-an fisik pada anak, hal ini perlu dicermati dan dihindari. Tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dengan membentak dan dengan hukuman fisik, orang tua perlu mencari alternatif lain agar maksud orang tua menyadarkan anak tidak salah sasaran, berupa dampak negatif yang ditunjukan oleh anak dari perlakuan orang tua yang salah tersebut. ## II. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus karena berangkat dari adanya masalah yaitu pola asuh orang tua anak tunanetra berprestasi. Creswell dalam Herdiansyah [8] menyatakan bahwa studi kasus menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai denga penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks Data penelitian diperoleh dari sampel penelitian terhadap orang tua siswa tuna netra di kota Bogor dengan prosedur: Tahap pra-lapangan 1. Menyusun rancangan penelitian 2. Memilih lapangan penelitian 3. Mengurus perizinan 4. Menjajaki dan menilai lapangan 5. Memilih dan memanfaatkan informan 6. Menyiapkan perlengkapan penelitian 7. Persoalan etika penelitian Tahap pekerjaan lapangan 1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2. Memasuki lapangan 3. Berperan-serta dan mengumpulkan data Tahap analisis data Membuat kesimpulan Pengambilan data penelitian dilakukan di Kediaman Orang Tua Siswa yang Berlokasi Di Kampung Limusnunggal RT. 03/RW.05, Kelurahan Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, dan di Sekolah Luar Biasa Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang berlokasi di Jalan Sedane, Kampung Empang, Kelurahan Empang, Kecamatan. Bogor Selatan Kota Bogor. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorgani-sasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemu-kan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong [9]. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN Orang tua merupakan peran penting pembentukan anak tunanetra berprestasi, Orang tua Anisah khususnya ibu Ium selalu mendampingi Anisah belajar bahkan memberikan pelajaran tambahan. Penelitian pun menunjukkan bahwa orang tua tidak hanya menerapkan satu pola asuh. Orang tua Anisah menerapkan beberapa pola asuh kepada Anisah, diantaranya pola asuh demokrasi, pola asuh laissez faire, pola asuh melebur diri, pola asuh manipulasi, pola asuh transaksi, pola asuh alih peran dan pola asuh konsultan. e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941 Banyak sekali pertimbangan orang tua Anisah untuk memberikan asuhan kepada Anisah. Mereka mempertimbangkan usia, kemampuan, lingkungan, kondisi Anisah mau pun kondisinya sendiri. Orang tua Anisah selalu memiliki alasan mengapa mereka menerapkan beberapa pola asuh, karena mereka tidak ingin anaknya mendapatkan asuhan yang salah. Menurut orang tua Anisah beberapa asuhan yang salah untuk diterapkan kepada anak khususnya yang mengalami ketunanetraan berupa pola asuh yang tidak memberikan kepercayaan kepada anak, terlalu membatasi anak sehingga anak kurang bisa berkembang dan tidak memiliki kepercayaan diri. Anisah termasuk anak tunanetra yang tergolong setengah melihat atau low vision, pada awalnya orang tua Anisah tidak mengetahui kondisi Anisah tunanetra. Mereka baru mengetahui kondisi Anisah tunanetra setelah 40 hari terhitung setelah kelahirannya. Orang tua Anisah tidak melihat adanya gejala-gejala yang ditimbulkan dari tuna netra, tiba-tiba Anisah mengalami demam tinggi dan pandangan Anisah selalu melihat ke atas. Sudah banyak pengobatan yang dilakukan oleh orang tuanya kepada Anisah, namun tidak menunjukkan hasil. Akibat dari ketuna- netraannya, orang tuanya menyekolahkan Anisah ke sekolah luar biasa agar Anisah mendapatkan penanganan yang tepat dari segi pendidikan. Prestasi belajar Anisah sangat baik terbukti dengan nilai raport yang dimilikinya lebih baik dibandingkan degan nilai raport siswa tunanetra lainnya dari tiap-tiap sekolah. Potensi besar yang membentuk prestasi Anisah adalah asuhan orang tuanya. Banyak hal yang dilakukan oleh orang tuanya untuk Anisah, seperti mencari sekolah yang terbaik, mengikutsertakan Anisah les komputer dan pengajian, membimbing Anisah belajar, jemput-antar dan menunggu di sekolah. ## IV. SIMPULAN 1. Subyek sadar tentang potensi yang dimilikinya untuk membentuk prestasi anak. Subyek menerapkan beberapa pola asuh dengan berdasarkan pada beberapa pertim- bangan diantaranya usia anak, kemampuan anak, lingkungan, serta kondisinya. Pola asuh yang diterapkan oleh subyek diantaranya pola asuh demokratis, pola asuh laissez faire, pola asuh melebur diri, pola asuh manipulasi, pola asuh transaksi, pola asuh alih peran, dan pola asuh konsultan . 2. Bentuk asuhan yang baik bagi anak tunanetra adalah asuhan yang meningkatkan kepercayaan diri anak, membangun ke-mandirian anak, dan menunjukkan kepedulian kepada anak. 3. Pola asuh orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan prestasi anak, karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan diri anak. Waktu anak lebih banyak dilalui di rumah dibandingkan di sekolah, oleh karena itu, orang terdekatnya (orang tua) merupakan potensi besar yang membentuk prestasi belajar anak. Orang tua sudah sepatutnya menerapkan pola asuh yang mendorong, memberi semangat, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya. Hasil penelitian tentang pola asuh orang tua terhadap anak tunanetra berprestasi usia sekolah dasar menunjukkan pola asuh merupakan potensi besar yang membentuk prestasi anak tunanetra. ## Saran Bentuk pola asuh orang tua yang diterapkan kepada anak tunanetra berprestasi seyogyanya tidak hanya satu bentuk pola asuh, tetapi terdiri dari beberapa pola asuh yang bervariasi misalnya pola asuh demokrasi, pola asuh laissez faire, pola asuh melebur diri, pola asuh manipulasi, pola asuh transaksi, pola asuh alih peran dan pola asuh konsultan. ## REFERENSI [1] Y. Suchyadi, “Relationship between Work Motivation and Organizational Culture in Enhancing Professional Attitudes of Pakuan University Lecturers,” vol. 01, no. 01, 2017. [2] S. B. Djamarah, Pola Komuni-kasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga . Jakarta: Rineka Cipta, 2015. [3] Ester Alfiana N, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Dalam Keluarga Pada Bidang Pendidikan Di Dusun Pandanan Desa Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten . Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013. [4] F. Teviana and M. A. Yusiana, “Pola asuh orang tua terhadap tingkat kreativitas anak,” J. STIKES , vol. 5, no. 1, pp. 48–60, 2012. [5] Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus . Bandung: Yrama Widya, 2012. [6] Gunawan, Pendidikan Ekonomi . Lampung: Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial, Universitas Lampung, 2013. [7] A. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam . Jakarta: Permada Media, 2016. [8] Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial . Jakarta: Salemba Humanika, 2011. [9] Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
1768da90-2328-4eb6-a5b5-acc7e6adfbc9
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/makna/article/download/2782/2038
## PENANGGUNG JAWAB Dekan FIKOM Evie Sofiati MI, M.I.Kom Sekretaris Dekan Dian Marhaeni K, M.Si Ketua Penyunting Made Dwi Adnjani, M.Si Sekretaris Mubarok, M.Si Bendahara Parwati, SH Dewan Penyunting Trimanah, M.Si Edi Ismoyo, M.Si Suharyoso, S.Sos Seksi Usaha Endang Winarsih, S.Sos Sirkulasi dan Distribusi Aldino Leoniv, ST Alamat Redaksi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Po. Box 1054/SM Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 ext. 448/ 449 Fax. (024) 6582455 email : [email protected] ## Jurnal Ilmiah Komunikasi MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 ISSN : 2087-2461 Pengaruh Perubahan Nama Terhadap Citra Pada Telkom University Felesia Ekafaya Kirianawati, Roro Retno Wulan, Kharisma Nasionalita [email protected] 1-12 Komunikasi Lintas Budaya Etnis India, Etnis China serta Pribumi di kampung Lubuk Pakam Meilani Dhamayanti [email protected] 13-21 Analisis Komunikasi Pemasaran Melalui Strategi Brand Activation Pond’s Untuk Meraih Top Brand Award 2013 Rustono Farady Marta 1 , Pricillia 2 , Maria Fransisca Kosasih 3 , Maria Christina Evelyn Iskandar 4 [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 , [email protected] 4 22-30 Analisis Isi Visual Iklan Dan Strategi Kreatif Kategori Print Ad Pemenang Gold, Silver, dan Bronze Citra Pariwara 2015 Dina Nur Handayani 1 ([email protected]) Ratih Hasanah Sudrajat 2 ([email protected] 2) Ayub Ilfandy Imran 3 ([email protected] 3 ) 31-45 Refleksi Citra Indonesia Sebagai Dampak Politik Migrasi TKI ke Malaysia Mutia Rahmi Pratiwi ([email protected]) Amida Yusriana ([email protected]) 46-59 Karakteristik Press Release Praktisi Public Relations Hotel di Yogyakarta Margaretha Sonya, Meylani Yo, Nobertus Ribut Santoso [email protected] 60-70 Isu LGBT dalam Bingkai Media Online Muhammad Ghifari Putra 1 ( 1 [email protected]) Kharisma Nasionalita 2 2 [email protected] 71-87 Telepon Selular dan Ruang Publik : Representasi Identitas Siswantini [email protected] 88-94 Kepemilikan dan Bingkai Media (Analisis Framing Pemberi- taan Joko Widodo Sebagai Kandidat Calon Presiden pada Koran SINDO) Nani Kurniasari 1 ([email protected] 1 ) Gilang Gusti Aji 2 ([email protected] 2 ) 96-116 Fakultas Ilmu Komunikasi UNISSULA Semarang Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing ## ISU LGBT DALAM BINGKAI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Robert Entman Pada Pemberitaan Kasus SGRC-UI Terkait ISU LGBT di Indonesia Pada Republika.co.id dan okezone.com) Oleh : Muhammad Ghifari Putra 1 , Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A 2 1,2 Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung 1 [email protected], 2 [email protected] ## Abstract Framing is the way the media pack an information on an event that occurred. using the selection information, protrusion, aspect, the selection issue, the choice of words and the negation of the information that should be displayed Issues about LGBT in Indonesia back into public attention. This caused by the news media about SGRC-UI group that provides counseling to LGBT groups on January 21, 2016 until January 27, 2016. There is differences news framing between the two media, republika.co.id preach with the title "Gay and Lesbian Counseling by UI Student caused a stir in social media "while okezone.com preach with the title "UI Does Not Admit SGRC Group that Supporting LGBT ". The purpose of framing is to create some image, impression or a certain meaning towards an event according to what media desire This research discusses how online media Republika.co.id and Okezone.com do issues selection and protrusion aspects at news case SGRC-UI related to LGBT issues in Indonesia. This research uses a constructivist paradigm and a qualitative method This research uses a framing analysis approach. Framing Analysis is a text analysis media which are descriptive and used to see how the event conceived and framed by the media. Framing Model analysis that being used is Robert Entman framing analysis model. This model is used to describe the process of selection and showing off certain aspects of reality that are made by the media. The results of this research is the issue of Selection by republika.co.id is more refer to the problem of the existence of the support group and the LGBT community on campus with highlighting aspects that displays the information that showed that the SGRC-UI support LGBT and a people trying to do acceptance in society. While the Selection Issues by okezone.com is more refer to the problem of whether SGRC-UI official authorized or not in organizing activities with highlighting aspects more to the selection of speakers who stressed the problems on SGRC - UI that does not have permission from university to carry out its activities. Keywords : Framing analysis, online media, LGBT Issue. ## Abstrak Framing adalah cara media mengemas suatu informasi atas suatu peristiwa yang terjadi. dengan menggunakan penyeleksian informasi, penonjolan, aspek, penyeleksian isu, pemilihan kata maupun peniadaan informasi yang seharusnya di tampilkan. Isu seputar LGBT di Indonesia kembali menjadi perbincangan dan perhatian masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh pemberitaan media tentang kelompok SGRC UI yang memberikan layanan konseling kepada kelompok LGBT pada tanggal 21 Januari 2016 sampai dengan 27 Januari 2016. Dalam pemberitaannya terdapat perbedaan pembingkaian (framing) pemberitaan yang dilakukan oleh ke dua media tersebut, republika.co.id memberitakan dengan judul “Konseling Homo dan Lesbian Mahasiswa UI Hebohkan Media Sosial” sedangkan okezone.com memberitakan dengan judul “UI tak Akui Kelompok SGRC Pendukung LGBT”. Tujuan dari framing atau pembingkaian berita adalah untuk menciptakan citra, kesan ataupun makna tertentu terhadap suatu peristiwa Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing sesuai dengan apa yang diinginkan media. Penelitian ini membahas tentang bagaimana media online Republika.co.id dan Okezone.com melakukan seleksi isu dan penonjolan aspek pada pemberitaan kasus SGRC-UI yang terkait isu LGBT di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis framing . Analisis framing merupakan analisis teks media yang bersifat deskriptif dan dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Model analisis framing yang digunakan adalah model analisis framing Robert Entman. Model ini digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas yang dibuat media. Hasil dari penelitian ini adalah Seleksi isu oleh republika.co.id lebih mengarah kepada permasalahan adanya kelompok pendukung dan komunitas kaum LGBT di kampus dengan penonjolan aspek yang menampilkan informasi-informasi yang menunjukan bahwa SGRC- UI mendukung kaum LGBT dan berusaha melakukan penerimaan di masyarakat. Sedangkan Seleksi Isu oleh okezone.com lebih kepada permasalahan resmi atau tidaknya SGRC-UI dalam menyelenggarakan aktivitasnya dengan penonjolan aspek lebih kepada pemilihan narasumber yang menekankan permasalahan ada pada SGRC-UI yang tidak memiliki izin dari pihak universitas. ## Kata Kunci : Analisis framing, media online, Isu LGBT ## 1. PENDAHULUAN Sejak dahulu, isu LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) menjadi perdebatan di kalangan masyarakat dunia. Di Indonesia sendiri LGBT merupakan hal yang tabu dan tergolong masih hal yang belum sepenuhnya dipahami oleh ma- syarakat indonesia. Marjinal secara umum diidentikan dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan. Jika ditinjau secara umum, kelompok LGBT termasuk kelompok marjinal, hal ini dikarenakan kelompok LGBT cenderung mendapatkan perlakuan tidak adil serta diskriminatif aki- bat persoalan gender . Menurut “Laporan LGBT Nasional Indonesia – Hidup Sebagai LGBT di Asia”, hukum nasional dalam arti luas tidak memberi dukungan bagi ke- lompok LGBT walaupun homoseksuali- tas sendiri tidak ditetapkan sebagai tindak pidana. Baik perkawinan maupun adopsi oleh orang LGBT tidak diperkenankan. Ti- dak ada undang-undang anti-diskriminasi yang secara tegas berkaitan dengan orien- tasi seksual atau identitas gender . Hukum Indonesia hanya mengakui keberadaan gender laki-laki dan perempuan saja, se- hingga orang transgender yang tidak me- milih untuk menjalani operasi perubahan kelamin, dapat mengalami masalah dalam pengurusan dokumen identitas dan hal lain yang terkait. Sejumlah Perda melarang homoseksualitas sebagai tindak pidana karena dipandang sebagai perbuatan yang tidak bermoral Dari sudut pandang sosial, kelompok LGBT di anggap menyebarkan penyakit HIV/AIDS, mereka yang memi- liki penyimpangan orientasi seksual diang- gap sebagai salah satu penyebar penyakit HIV/AIDS, jika melihat LGBT dari sudut pandang agama dan asusila, LGBT meru- pakan suatu hal yang menyimpang dan bertentangan dengan ajaran-ajaran agama dan norma-norma yang ada di masyarakat, indonesia dengan penduduknya yang ber- mayoritas agama islam, kristen dan katho- lik menolak keberadaan kelompok LGBT. Penolakan ini berdasarkan kepercayaan mereka yang melarang perbuatan LGBT itu sendiri. Dalam hal ini media mengambil peran yang cukup besar dalam memben- tuk opini masyarakat terhadap LGBT di Amerika Serikat. Kelompok LGBT di beritakan secara positif, contohnya seperti tokoh-tokoh besar yang telah mengakui dirinya gay, seperti Tim Cook CEO Apple diberitakan secara positif dan didukung oleh media. Bahkan media ikut meliput pernikahan sejenis perdana menteri Lux- Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing emburg Xavier Bettle dengan Gauthier Destenay. Media juga melakukan fram- ing pemberitaan terhadap hal-hal yang mendiskriminasi kaum LGBT di Amerika Serikat. Hal ini secara tidak langsung me- munculkan dukungan kepada kelompok terdiskriminasi yaitu kelompok LGBT. Se- dangkan di Indonesia menurut “Laporan LGBT Nasional Indonesia – Hidup Seb- agai LGBT di Asian”, liputan media massa di Indonesia tentang permasalahan LGBT cukup bervariasi, mulai dari mendukung hingga bermusuhan. Diperlukan pelatihan aktivis LGBT mengenai urusan media dan juga pelatihan bagi pekerja media menge- nai permasalahan LGBT, disertai dengan pendekatan lebih strategis untuk hubungan media. Sementara itu, teknologi informasi dan komunikasi digunakan oleh individu maupun organisasi LGBT untuk menye- barkan informasi dan mengembangkan serta menampilkan materi budaya, meski- pun menghadapi beberapa masalah terkait dengan pemblokiran situs web oleh penye- dia jasa internet atas desakan pemerintah. Isu seputar LGBT di Indonesia kembali menjadi perbincangan dan per- hatian masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh pemberitaan media tentang kelom- pok SGRC UI pada tanggal 21 Januari 2016 sampai dengan 27 Januari 2016, isi pemberitaan tersebut menyebutkan bahwa kelompok SGRC-UI memberikan layanan konseling terhadap kelompok LGBT dan bekerja sama dengan melela.org untuk membangun jaringan peer support anak- anak muda LGBT. Pemberitaan kasus ini pertama kali ada pada media online yaitu, republika.co.id dan okezone.com. Mereka secara intens meng- update pemberitaan ka- sus ini setiap hari. Oleh karena sifat media online yang mudah menyebarkan informa- si dengan cepat. Maka isu ini pun akhirnya menjadi pembicaraan di masyarakat yang lalu kemudian memunculkan pro dan kon- trak di masyarakat. Intensitas pemberitaan yang tinggi serta jumlah pengunjung yang besar pada media online republika.co.id dan okezone.com membuat kasus SGRC- UI yang terkait isu LGBT di Indonesia langsung menjadi perhatian masyarakat. Dalam pemberitaannya terdapat perbedaan pembingkaian (framing) pemberitaan yang dilakukan oleh ke dua media tersebut, re- publika.co.id memberitakan dengan judul “Konseling Homo dan Lesbian Mahasiswa UI Hebohkan Media Sosial” sedangkan okezone.com memberitakan dengan judul “UI tak Akui Kelompok SGRC Pendukung LGBT”. Dapat kita lihat bahwa media dalam melihat suatu peristiwa yang sama bisa mengalami perbedaan pemahaman. Dengan menggunakan analisis framing , peneliti berusaha melihat bagaimana cara media dalam memahami, memaknai, serta membingkai, kasus ataupun peristiwa di- beritakan. Perbedaan penyajian berita dan pembingkaian berita yang dilakukan ke dua media tersebut penting untuk dikaji, karena pembingkaian berita akan menen- tukan bagaimana opini publik nantinya terhadap kelompok LGBT. Pemberitaan yang berat sebelah akan semakin memper- berat posisi kelompok LGBT di indonesia yang sebelumnya telah terdiskriminasi dan termajinalkan. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah: Bagaimana pe- nonjolan dan seleksi isu dalam pembing- kaian berita ( framing ) yang dilakukan oleh media online republika.co.id dan okezone. com pada pemberitaan kasus SGRC-UI yang terkait isu LGBT di Indonesia? ## 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Definisi komunikasi paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (dalam Ardianto et al, 2007 :3) menu- rutnya komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui me- dia massa pada sejumlah besar orang. Menurut Gerbner (dalam Ardianto et al, 2007 :3) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berland- askan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas di- miliki orang dalam masyarakat industri. Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing 2.2 Media Online Definisi media online adalah media yang didalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media didalam- nya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2006). Media massa online keberadaannya didorong per- tumbuhan internet dan kebutuhan ma- nusia yang ingin mengkonsumsi infor- masi secepat mungkin, dimanapun dan kapanpun kita mau. Keuntungan media online sendiri dibandingkan dengan media massa lainnya adalah kecepa- tannya dalam menghadirkan berita. Internet dianggap sebagai perluasan dari media konvesional dan merupak- an “ new mass medium ” seperti yang diungkapkan oleh Morris dan Ogan. Disini Moris dan Ogan melihat bahwa Internet berperan sebagai medium dari suatu komunikasi massa. Moris dan Ogan (1996) melihat bentuk-bentu komunikasi Internet, one-to-one asyn- chronous communication (e-mail), ma- ny-to-many asynchronous communica- tion (EBBs), one-to one , one to-few, one-to-many synchronous communica- tion organized around a topic or object (i.e., role playing, chat rooms), dan asynchronous communication , dimana dicirikan pada kebutuhan orientasi re- ceivers (penerima). ## 2.3 Konstruksi Realitas Sosial Realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial di sekelilingnya. Pe- ter L.Berger berpendapat bahwa re- alitas tidak terjadi begitu saja tetapi dibentuk dan dikonstruksikan. Bahasa jelas berimplikasi terhadap kemun- culan makna tertentu (Sobur, 2015: 90). Menurut Hamad (dalam Sobur, 2015: 90), bahasa bukan cuma mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus menciptakan realitas. Bahasa yang dihadirkan dalam teks berita bukan- lah sekedar wacana dan tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata. Disini juga harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, yang didalamnya didalamnya sarat akan kepentingan, fakta, konflik yang beragam. (Intan, 2014). Melalui peng- gunaan bahasa sebagai simbol yang paling utama, wartawan mampu men- ciptakan, memelihara, mengembang- kan, dan bahkan meruntuhkan suatu realitas (Eriyanto, 2002: xi) Peter L. Berger dan Thomas Luckmann pada tahun 1966 melalui bukunya “ The so- cial Construction of Reality: A Trea- tis in the Sociological of Knowledge ” menjelaskan bahwa individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama se- cara subjektif. Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman an- tara “kenyataan” dan “pengetahuan” (Sobur, 2015: 91). Menurut mereka (dalam Eriyanto, 2002: 16-17) proses dialektis dalam penciptaan realitas ter- diri dari tiga tahapan. Pertama, ekster- nalisasi, , yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental mau- pun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Ketiga, internalisasi, yaitu merupakan proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam ke- sadaran sedemikian rupa sehunggan subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Mereka men- gartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan yang ti- dak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan dide- fenisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Semen- tara pengetahuan didefinisikan sebagai Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing kepastian bahwa realtisa-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik secara spesifik (Sobur, 2002: 91). Seperti di- katakan Peter Dahlgren (dalam Eriyan- to, 2002: xii) realitas sosial menurut pandangan konstruktivis (fenomenolo- gis), setidaknya sebagian merupakan produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa. ## 2.4 Framing Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimak- nai sebagai struktur konspetual atau perangkat kepercayaan yang mengor- ganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk men- gapresiasi realitas. Konsep ini kemu- dian dikembangakan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandai- kan frame sebagai kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimb- ing individu membaca realitas (Sobur, 2015:161-162). Pada dasarnya fram- ing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas suatu peristiwa. Cara bercerita itu ter- gambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas (Eriyanto, 2002: 11). Definisi framing menurut Entman (dalam Eriyanto, 2002: 77) adalah proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian ter- tentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyer- takan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah pros- es membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2002 : 221). Framing menurut Entman dapat muncul dalam dua level. Perta- ma, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi sebagai karakteristik dari teks berita. Misal- nya, frame anti-militer yang dipakai untuk melihat dan memproses suatu informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame bisa dilihat dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, ci- tra dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol diband- ingkan bagian lain dalam teks. Itu di- lakukan lewat pengulangan, penempa- tan yang lebih menonkol, atau meng- hubungkan dengan bagian lain dalam teks berita, sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak (Er- iyanto, 2002: 224). ## 2.5 Isu LGBT Pada dasarnya isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau ke- bijakan yang dapat diperdebatkan, dan LGBT adalah sebuah istilah yang ter- kait orientasi seksual. Isu LGBT adalah pertanyaan tentang fakta, nilai, atau- pun kebijakan seputar orientasi seksual yang diperdebatkan oleh khalayak. Isu seputar LGBT diindonesia sudah ada sejak dahulu, kehadiran komunitas LGBT sudah ada sejak zaman Hindia Belanda walaupun belum muncul seb- agai pergerakan sosial. Pada sekitar ta- hun 1968 istilah wadam (wanita adam) digunakan sebagai pengganti kata ban- ci atau bencong yang dianggap bercitra negatif. Sehingga didirikan organisasi Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing wadam yang pertama, dibantu serta di- fasilitasi oleh gubernur (Sinyo, 2014). Tercatat beberapa kasus kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelom- pok fundamentalis terhadap komuni- tas LGBT di Indonesia. Antara lain kasus-kasusnya adalah penolakan dan pengusiran konferensi ILGA-Asia (In- ternational Lesbian gay Association) ke-4 yang rencananya akan diadakan di Surabaya pada Maret 2010. Selanjut- nya pembubaran pelatihan Hak Asasi Manusia bagi komunitas transgender yang diselenggarakan oleh Komisi Na- sional Hak Asasi Manusia pada bulan April 2010. Lalu seminar HIV & AIDS di Bandung dan peringatan Hari Inter- nasional Melawan Homophobia di Yo- gyakarta juga mendapat ancaman dan akhirnya dibatalkan pada bulan Mei 2010. Dalam kasus ini kebebasan ber- kumpul dan ekspresi komunitas LGBT sebagai warga negara tidak dilindungi oleh pemerintah sebagaimana dimak- sud dalam pasal 28 UUD 1945 (Manaf, 2011). ## 3. METODELOGI PENELITIAN Paradigma yang digunakan penu- lis pada metode framing kali ini adalah paradigma konstruktivisme, konstruktivis adalah sebuah paradigma yang meman- dang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2002: 43). Penelitian ini merupakan penel- itian kualitatif, adapun penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan menjelas- kan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumupulan data. Metode pene- litian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis fram- ing. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas peristiwa. Pada dasarnya cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling, yakni lebih menekankan pada kedalaman (kualitas) data, bukan banyakan (kuantitas) data (Krisyanto, 2006:57) Peneliti memilih menggunakan metode analisis framing dengan tujuan untuk melihat bagaimana seleksi isu dan penojolan aspek yang dibentuk oleh re- publika.co.id dan okezone.com dalam pemberitaan kasus SGRC-UI terkait isu LGBT. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermak- na, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2002 : 221). Konsep mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan di- tandakan oleh wartawan. Define Problems (pendefinisian masalah) Elemen ini meru- pakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peris- tiwa dipahami oleh wartawan, ketika ada masalah atau peristiwa bagaimana peris- tiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan bingkai yang berbeda ini akan menye- babkan realitas bentukan yang berbeda (Eriyanto, 2002: 225). Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) Ele- men kedua ini merupakan elemen framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, ma- salah yang dipahami secara berbeda, pe- nyebab masalahnya secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Dengan demikian, pendefinisian sumber Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing masalah ini menjelaskan siapa yang diang- gap sebagai pelaku dan siapa yang menjadi korban dalam kasus tersebut (Eriyanto, 2002: 225-226). Make moral Judgement (membuat pilihan moral) merupakan ele- men framing yang dipakai untuk mem- benarkan / memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, pe- nyebab masalah sudah ditentukan, dibu- tuhkan sebuah argumentasi yang kuat un- tuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak (Eriyanto, 2002: 226). Element framing terakhir adalah Treatment recommenda- tion (menekankan penyelesaian) Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dike- hendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Pe- nyelesaian masalah itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. (Eriyanto, 2002: 227). Subjek dalam penelitian ini adalah republika.co.id dan okezone.com lalu ke- mudian objek penelitian ini adalah teks- teks berita terkait isu LGBT pada pem- beritaan kasus SGRC-UI yang dimuat di media online republika.co.id dan okezone. com pada tanggal 21 Januari hingga 27 Januari 2016. Unit analisis dari penelitian ini adalah teks berita yang ditayangkan kedua subjek penelitian, yaitu Republika. co.id dan Okezone.com. Berita mengenai pemberitaan terhadap kelompok SGRC UI yang memberikan layanan konseling terhadap kelompok LGBT dan bekerjasa- ma dengan melela.org untuk membangun jaringan peer support anak-anak muda LGBT. Pemberitaan dipilih karena nilai berita yang bagus, yang mengandung as- pek aktualitas (timeliness), keterkenalan (prominence), kedekatan (proximity), dan dampak (consequence) sehingga layak di- munculkan ke publik. Pemberitaan menge- nai kelompok SGRC UI ini mendapatkan perhatian besar dari masyarakat, karena peristiwa ini berkaitan dengan isu LGBT di Indonesia. Pemberitaan yang peneliti ambil memang tidak mewakili permasala- han terkait isu LGBT di Indonesia secara keseluruhan, tetapi pemberitaan ini men- jadi kontroversi dan menuai pro-kontra di masyarakat yang menyebabkan isu LGBT di Indonesia kembali menjadi perhatian. Pemberitaan pada kasus SGRC-UI terkait isu LGBT ini penting untuk diteliti karena tidak hanya menyangkut masalah UI dan SGRC-UI saja, karena juga menyangkut bagaimana masyarakat Indonesia pada nantinya menyikap keberadaan kelompok LGBT di Indonesia. Secara keseluruhan terdapat 10 berita di kedua media online tersebut sejak tanggal 21 Januari hingga 27 Januari 2016, dengan rincian 5 berita di Republika.co.id dan 5 berita di Okezone.com. Peneliti menggambil 10 berita sebagai objek pene- litian karena dari kesepuluh berita terse- but mewakili pertanyaan penulis, dengan memiliki latar belakang kasus yang sama, narasumber yang sama, tetapi penyajian penulisan dan penojolan fakta yang ber- beda. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan penulis berdasar- kan kebutuhan analisis dan pengkajian. Metode pengumpulan data yang digu- nakan adalah metode dokumenter. Doku- menter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan do- kumenter (Bungin, 2007: 125). Adapun beberapa macam bahan dokumenter antara lain salah satunya adalah data tersimpan di website. Dalam hal ini Peneliti melaku- kan proses dokumentasi berita di website republika.co.id dan okezone.com. Proses Dokumentasi dimulai pada rentang waktu 21 Januari 2016 sampai 27 Januari 2016, kemudian berita – berita tersebut akan dis- eleksi dan pilih yang berhubungan dengan pemberitaan SGRC UI yang menyangkut isu LGBT di Indonesia. Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing ## Judgement 4A. NH AA LS IS IL IS DAN PEMBAHASAN ## 4.1 Hasil Analisis Berikut hasil rangkuman inden-tifikasi masalah beserta seleksi isu dan penojolan aspek pada pemberitaan yang dilakukan oleh republika.co.id dan okezone.com, periode 21 Januari – 27 Januari 2016 dengan menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman, diperoleh hasil sebagai berikut: ## Rangkuman Identifikasi Masalah oleh Republika.co.id Judul Berita Define Problems Diagnose Causes Make Moral Treatment Recommedation “Konseling Ho- mo dan Lesbian Ma-hasiswa UI Hebohkan Me- dia Sosial” dan O k ezo ne. co m yang berjudul “UI Tak Akui K e l o m p o k SGRC Pendu- kung LGBT” “UI akan Peran- gi Ko-munitas Homo-Lesbian di Kalangan Ma-hasiswa” “ T a w a r k a n Konse l ing, Pendiri SGRC Ternyata se- orang Gay” Dalam berita ini republika.co.id mendefinisikan masalahnya pada adanya kelom- pok pendukung LGBT di UI Dalam berita ini republika.co.id mendefinisikan masalahnya pada sikap UI terhadap komunitas pen- du-kung LGBT, UI bertekad me- merangi komuni- tas LGBT Dalam berita ini republika.co.id mendefinisikan masalahnya pada kelompok pen- dukung LGBT (SGRC) didirikan oleh seorang gay Merujuk kepada pendefinisian ma- salah, maka Sum- ber masalah menu- rut republika.co.id adalah munculnya poster yang berisi penawaran layan- an jasa konseling untuk kaum LGBT yang dibuat oleh mahasiswa UI yang menamakan dirinya SGRC Merujuk pada pendefenisian ma- salah, ma-ka sum- ber permasalahan me-nurut repub- lika.co.id adalah UI bersikap terkait aktivitas sekelom- pok mahasiswa dan alumni UI yang menamakan diri SGRC yang merupakan kelom- pok pendu-kung LGBT Merujuk kepada pendefinisian ma- salah yang dilaku- kan oleh republika. co.id, maka menu- rut republika.co.id sumber masalah terdapat pada SGRC yang men- dukung dan men- coba melakukan penerimaan ke- pada kaum LGBT di masyarakat hal ini dikarenakan SGRC didirikan oleh seorang gay Gagasan pendu- kung oleh repub- lika.co.id terlihat dalam beritanya yang menampilkan kutipan dari poster yang disebarkan yang isinya berupa dukungan untuk membantu kaum LGBT Gagasan pendu- kung oleh repub- lika.co.id terlihat dalam beritanya yang menampil- kan pendapat dari Wakil Rektor Bi- dang Kemaha- siswaan UI, Bam- bang Wibawarta yang memaparkan organisasi yang mendeklarasikan mendukung LGBT (SGRC-UI) tidak pernah terdaftar sebagai organisasi resmi dan ataupun UKM Gagasan pendu- kung oleh repub- lika.co.id terlihat dalam beritanya yang menampilkan kutipan dari firman yang menyatakan misi SGRC-UI, yang pernyataan- nya mengarah ke- pada SGRC-UI adalah kelompok pendukung LGBT, oleh karena itu harus di tolak ke- beradaannya Dalam pembing- kain berita yang dilakukan oleh republika.co.id ti- dak ada terdapat upaya penyelesa- ian masalah yang ditawarkan Dalam pembing- kaian berita yang dilakukan oleh re- publika.co.id upa- ya penyelesaian yang ditawarkan adalah UI tidak akan pernah me- legalkan prilaku LGBT bahkan UI akan memer- anginya karena banyaknya per- tanyaan apakah SGRC resmi di UI atau tidak Dalam pembing- kain berita yang dilakukan oleh republika.co.id ti- dak adanya peny- elesaian masalah yang ditawarkan Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing “P engakuan Mahasiswa UI soal LGBT” “Menristek- dikti: Bukan Larang SGRC, Tapi Aktivitas Asusila di Kam- pus” Dalam berita ini republika.co.id mendefinisikan masalahnya pada adanya organisasi atau komunitas bagi kalangan LGBT di dalam UI Dalam berita ini republika.co.id mendefinisikan masalahnya pada sikap menristek dengan tegas me- larang segala tin- dakan asusila di kampus Merujuk pada pendefinisian masalah, maka sumber masalah menurut repub- lika.co.id terdapat pada kehadiran sebuah organisasi (SGRC-UI) yang memfasilitasi para LGBT untuk tem- pat berkumpul, bersosialisasi dan curhat, dan ang- gotanya sudah ter- diri dari 200 ang- gota LGBT Merujuk kepada pendefinisian ma- salah, republika. co.id melihat sumber masalah adalah aktivitas- aktivitas yang me- langgar nilai dan norma, dalam hal ini aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas kaum LGBT di dalam wilayah kampus yang harus dila- rang oleh kampus Gagasan pendu- kung oleh repub- lika.co.id terlihat dalam beritanya yang menampil- kan komentar dari mahasiswa UI yang menyatakan bahwa SGRC-UI adalah tempat berkumpul- nya LGBT dan me- nolak keras kelom- pok LGBT di UI Gagasan pendu- kung oleh repub- lika.co.id terlihat dalam beritanya yang menampilkan per-nyataan men- ristek yang fokus kepada aktivitas yang dianggap melarang norma asusila di masyara- kat, serta dalam menghasilkan riset seksualitas ataupun gender. Hal yang terpenting, tambah dia, kampus harus menjaga betul nilai dan norma meng- ingat peranannya sebagai contoh ma- syarakat Dalam pem- bingkaian berita yang dilakukan oleh republika. co.id upaya pe- nyelesaian yang ditawarkan adalah dengan bersama- sama menolak keberadaan ke- giatan LGBT di kampus UI, den- gan cara mem- buat gerakan anti LGBT secara berkelompok Dalam pembing- kaian berita yang dilakukan oleh r ep u blik a . co.id upaya penyelesai- an yang ditawar- kan adalah de- ngan mengutip pernyataan men- ristekdikti menge- nai ke-lompok ri- set dan diskusi apa pun harus tetap mendapatkan izin dari kampus yang menaungi. karena segala kegiatan yang berlangsung di kampus harus memperoleh izin terlebih dahulu dari universitas terkait ## Rangkuman Identifikasi Masalah Oleh Okezone.com Judul Berita Define Problems Diagnose Causes Make Moral Treatment “UI Tak Akui K e l o m p o k SGRC Pendu- kung LGBT” Dalam berita ini o k e z o n e . c o m m e n d e f i n i s i - kan masalahnya pa-da kelom- pok pendukung LGBT yang dibentuk oleh mahasiswa dan alumni UI yang menamakan diri mereka SGRC Merujuk kepada pendefinsian ma- salah, sumber masalah menu- rut okezone.com adalah dalam b e r a k t i v i t a s , kelompok SGRC turut memakai nama UI Judgement Gagasan pendu- kung oleh oke- zone.com terlihat dalam beritanya yang menampil- kan per-nyataan resmi dari ke- pala humas dan KIP UI, yang isinya SGRC tidak pernah m e n g a j u k a n izin dalam penyelenggaraan kegiatannya,. Recommedation Dalam pembing- kain berita yang dilakukan oleh okezone.com ti- dak ada terdapat upaya penyelesa- ian masalah yang ditawarkan Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing “ P o l e m i k LGBT di UI, “Logo & Nama UI Ada Aturan- nya” “Bukan LGBT, SGRC: Kami Semua Punya Pacar Lawan Jenis" “Ada Grup Pendukung LGBT, Ma- hasiswa Harus Gimana?” Dalam berita ini o k e z o n e . c o m mendefinisikan masalahnya pada sikap dari UI terkait aktivi- tas sekelompok mahasiswa UI yang menamak- an diri SGRC, m e n d u k u n g kelompok LGBT Dalam berita ini o k e z o n e . c o m mendefinisikan masalahnya pada klarifikasi SGRC bahwa mereka bukan LGBT, mereka cuma memberikan ad- vokasi dan kajian akademis Dalam berita ini okezone.com mendefinisikan masalahnya pada sikap mahasiswa yang tidak perlu khawatir dan resah terhadap kehadiran kelom- pok pendukung LGBT ataupun komunitas LGBT Merujuk kepada p e n d e f i n i s i a n masalah, maka sumber masalah menurut oke- zone.com adalah SGRC yang mendeklarasikan diri mendukung LGBT melalui flyer atau poster tidak pernah terdaftar sebagai organisasi resmi ataupun UKM di UI Merujuk kepada pendefinsian ma- salah, sumber masalah menu- rut okezone.com adalah pemberi- taan sa-lah satu media yang men- gaitkan LGBT, SGRC dan peris- tiwa pembunuhan mahasiswa UI Akseyna Ahad Dori di Danau Kenanga Merujuk kepada p e n d e f e n i s i a n masalah, sumber masalah menu- rut okezone.com LGBT masih san- gat tabu dan sen- sitif dimasyarakat Indonesia yang menekankan sek- sualitas pada ko- drat, oleh karena itu, pernyataan Gagasan pendu- kung oleh oke- zone.com terlihat dalam beritanya yang menampil- kan ku-tipan dari Wakil Rektor Bidang Kemaha- siswaan UI Bam- bang Wibawarta, yang menyatakan bahwa SGRC tidak memiliki izin resmi sebagai UKM di UI, SGRC telah mengklaim dan menggunakan nama dan logo UI tanpa izin karena penggunaan nama dan logo UI sudah ada ketentuannya. Gagasan pendu- kung oleh oke- zone.com terlihat dalam beritanya yang menampil- kan pernyataan dari Co Founder dan Koordinator SGRC-UI Nadya Karima Melati yang menyatakan tuduhan oleh salah satu mahasiswa FMIPA yang di- beritakan oleh media kepada mereka, terkait LGBT, dan ke- matian Akseyna tidak ada hubun- gannya dengan mereka, setelah mereka mencari kebe-radaan ma- hasiswa tersebut di FMIPA dan ternyata tidak ada dan ia juga men- gutarakan bahwa ma s ing - ma s in g pengurus SGRC mempunyai pacar lawan jenis. Gagasan pendu- kung oleh o k e z o n e . c o m terlihat dalam beritanya yang menampilkan per- nyataan dari Harry Kurniawan yang aktif di Center of Expertise di bidang seksualitas, kesehatan repro- duksi, dan gender Dalam pembing- kaian berita yang dilakukan oleh o k e z o n e . c o m upaya penyele- saian yang dita- warkan adalah sikap universitas tegasnya lebih kepada perizinan yang harus dilakukan SGRC konten SGRC yang pro LGBT tidak terlalu di permasala hkan, oleh karena itu pihak SGRC harus melakukan perizinin terlebih dahulu kepada kampus terkait penyelenggaraan kegiatannya Dalam pembing- kaian berita yang dilakukan oleh o k e z o n e . c o m upaya penye-le- saian yang dita- warkan adalah kasus pemberi- taan salah satu media yang men- gaitkan LGBT, SGRC dan peristiwa pem- bunuhan maha- siswa UI Akseyna Ahad Dori di Da- nau Kenanga se- baiknya diba-wa SGRC ke Aliansi Jurnalis Indepen- den (AJI) hingga Dewan Pers un- tuk meminta hak jawab karena merupakan fitnah demi untuk untuk mengembalikan nama baik para mahasiswa yang tergabung dalam SGRC Dalam pembing- kain berita yang dilakukan oleh okezone. com tidak adanya upaya penyelesaian masalah yang ditawarkan Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing “Menristek- dikti: Kampus Lembaga Pen- jaga Moral” Dalam berita ini o k e z o n e . c o m mendefinisikan masalahnya pa- da tanggapan Menristekdikti, Mohamad Nasir tentang larangan tindakan asusi- la di kampus (Pelaku LGBT) UI harus dipahami sebagai tindakan untuk menganti- sipasi penolakan atau protes dari berba-gai kalan- gan. Merujuk kepada pendefinsian ma- salah, sumber masalah menu- rut okezone.com adalah Men- ristekdikti me- larang tindakan asusila di kampus (Pelaku LGBT) yang tidak sesuai dengan tata nilai dan norma yang menyatakan kelompok yang mengkaji masalah seksual dan gen- der seperti SGRC bu-kan bermaksud meng-LGBT-kan kampus melain- kan harus disikapi positif dan tidak perlu ditakuti karena bisa men- jadi contoh supaya ti-dak melakukan yang sama Gagasan pendu- kung oleh oke- zone.com terlihat dalam beritanya yang menampil- kan per-nyataan pernyataan dari menristekdikti yang ingin men- jaga kampus su- paya menjadi lembaga penjaga moral, karena hal tersebut mencak- up masalah tata nilai, norma dan kesusilaan serta didalamnya ada agama dan harus sesuai dengan per- aturan undang-un- dang yang berlaku Dalam pembing- kaian berita yang dilakukan oleh o k e z o n e . c o m upaya penyele- saian yang dita- warkan adalah dengan mem- bekali mahasiswa de-ngan wawasan kebangsaan dan bela negara ter- hadap isu ini (LGBT) aspek tersebut harus dikuatkan menu- rutnya, dan jika mereka ingin mempunyai ko- munitas sebai- knya berada di luar kampus ## Tabel Seleksi Isu & Penonjolan Aspek Republika.co.id Judul Berita Seleksi Isu Penonjolan Aspek “Konseling Homo dan Lesbian Mahasiswa UI Hebohkan Media Sosial” “UI akan Perangi Komunitas Homo- Lesbian di Kalangan Mahasiswa” “Tawarkan Konseling, Pendiri SGRC Ternyata seorang Gay” “Pengakuan Maha- siswa UI soal LGBT” Adanya kelompok pendukung LGBT di UI (SGRC-UI) yang berusaha melakukan penerimaaan di masyarakat Sikap UI yang akan perangi kelompok pendukung dan komunitas LGBT Pendiri SGRC-UI yang ternyata seorang gay Sikap memerangi kelompok pendukung dan komunitas LGBT Poster yang berisi tawaran konseling terhadap kaum LGBT di tampilkan, berikut dengan kutipan-kutipan pada beritanya yang mengarahkan bahwa adanya suatu kelompok pendukung LGBT di UI yang berusaha melakukan penerimaan di masyarakat. Pernyataan dari narasumber yang menegaskan bahwa UI akan perangi LGBT lebih di tonjolkan daripada pernyataan UI yang lebih mempermasahkan izin SGRC Pernyataan dari narasumber yaitu firmansyah, yang menyatakan dirinya adalah seorang gay , serta misi dari SGRC-UI adalah berusaha melakukan penerimaan terhadap kaum LGBT di masyarkat Pernyataan dari narasumber yang menyatakan bahwa SGRC-UI memfalisitasi LGBT dan anggota SGRC- UI sendiri adalah LGBT, pernyataan dari mahasiswa UI yang akan memerangi LGBT dan membentuk gerakan anti LGBT Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing “Menristekdikti: Bukan Larang SGRC, Tapi Aktivitas Asusila di Kampus” Pelarang Tindakan asusila di kampus oleh Menristekdikti Pernyataan dari narasumber yaitu Menristekdikti yang menyatakan dengan tegas melarangan tindakan asusila di kampus. LGBT dianggap sebagai tindakan asusila dan kampus dianggap sebagai contoh masyarakat. Tabel Seleksi Isu & Penonjolan Aspek Okezone.com Judul Berita Seleksi Isu Penonjolan Aspek “UI Tak Akui Kelompok SGRC Pendukung LGBT” “Polemik LGBT di UI, Logo & Nama UI Ada Aturannya!” “Bukan LGBT, SGRC: Kami Semua Punya Pacar Lawan Jenis” “Ada Grup pendukung LGBT, Mahasiswa Harus Gimana?” “Menristekdikti: Kampus Lembaga Penjaga Moral” Permasalahan izin kelompok pendukung LGBT di UI (SGRC-UI) Penggunaan tanpa izin nama dan logo UI pada kelompok SGRC Anggota SGRC bukanlah LGBT Sikap positif terhadap kehadiran SGRC-UI dan kehadiran kaum LGBT tidak perlu dikhawatirkan Larangan menrsitekdi terhadap tindakan asusila di kampus dan bukan pada kelompok kajiannya Pernyataan resmi dari UI ditampilkan yang isinya, kegiataan SGRC-UI serta penggunaan nama dan logo UI digunakan tanpa izin dan UI tidak bertanggung jawab pada kegiatan kelompok pendukung LGBT yang menamakan diri SGRC-UI Pernyataan dari narasumber yang menegaskan permasalahan ada pada izin SGRC untuk menggunaan nama dan logo UI serta tidak adanya izin dalam penyelenggaraan kegiatannya. Pernyataan dari narasumber yaitu Co Founder dan Koor- dinator SGRC-UI Nadya Karima Melati, yang menyatakan bahwa anggota SGRC-UI bukanlah LGBT. Mereka hanya memberikan adovokasi dan kajian akademis Pernyataan dari narasumber yang mengajak untuk menyikapi positif kehadiran SGRC-UI, serta kehadiran kelompok LGBT tidak perlu dikhawatirkan adapun pernyataan UI harus dipahami sebagai tindakan untuk mengantisipasi penolakan atau protes dari berbagai kalangan Pernyataan dari narasumber yaitu Menristekdikti yang menyatakan dengan tegas bahwa larangannya adalah tindakan asusila di kampus bukan terhadap kelompok kajiannya. LGBT dianggap sebagai tindakan asusila oleh karena itu harus dilarang dan kampus dianggap sebagai lembaga penjaga amoral ## 4.2 Pembahasan Media online memiliki fungsi komunikasi massa yang sama dengan media massa konvesional, karena me- dia online merupakan perpanjangan tangan dari media massa konvesional. Adapun hal ini kemukakan oleh Mor- ris dan ogan (1996), menurutnya inter- net adalah perluasan dari media kon- vesional dan merupakan “ new mass medium ”, mereka melihat internet berperan sebagai medium dari suatu Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing komunikasi massa, oleh karena itu media online merupakan sebuah ben- tuk perpanjangan tangan dari media massa, dan memiliki fungsi yang sama dengan media massa. Fungsi komuni- kasi massa antara lain menurut Devito (2011) adalah menghibur, meyakinkan, menginformasikan, menganugrahkan status, membius, dan menciptakan rasa kebersatuan. Fungsi menginformasi- kan ini terlihat ketika republika.co.id dan okezone.com mengangkat pember- itaan mengenai kasus SGRC-UI yang memberikan layanan konseling terha- dap kaum LGBT, terdapat isu LGBT yang coba diangkat dalam pemberitaan tersebut. Isu LGBT sampai sekarang tetap menjadi perdebatan diantara ma- syarakat sehingga kasus SGRC-UI ini langsung mendapat perhatian publik. Jika dikaitkan dengan nilai ber- ita, republika.co.id dan okezone.com mengangkat kasus ini karena diang- gap penting ( Prominance ). Peristiwa adanya kelompok pendukung LGBT di wilayah kampus akan menarik pem- baca, karena isu LGBT sampai saat ini masih menjadi pro dan kontra di ma- syarakat ( Conflict ) oleh karena itu leb- ih potensial untuk diberitakan daripada peristiwa yang biasa-biasa saja. Dalam hal ini republika.co.id dan okezone.com mengangkat berita yang sama yakni tentang kasus SGRC- UI yang memberikan layanan konsel- ing terhadap kaum LGBT. Sebuah peristiwa yang sama dapat diberitakan secara berbeda oleh media, hal ini ter- jadi karena dalam membuat sebuah pemberitaan setiap media mempunyai caranya masing-masing dalam melaku- kan seleksi isu dan penonjolan aspek- aspek tertentu dalam pemberitaannya. Menurut Berger dan Luckman (dalam Eriyanto, 2002: 16-17) proses dialektis dalam penciptaan realitas terdiri dari tiga tahapan. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspre- si diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Ketiga, internalisasi, yaitu merupakan proses penyerapan kem- bali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif in- dividu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Dalam proses eksternalisasinya republika.co.id terlebih dahulu melihat masalahnya ada pada SGRC-UI yang dianggap sebuah gerakan untuk men- dukung kaum dan berusaha melakukan penerimaan kaum LGBT di masyarakat melalui kegiatannya, hal ini di anggap sebagai kerangka pemahaman terha- dap peristiwa yang terjadi. Selanjutnya adalah proses internalisasi kerangka pemahaman tersebut digunakan oleh republika.co.id untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi. Dalam hal ini republika.co.id memang melihat bah- wa SGRC-UI adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh kaum LGBT agar eksistensinya diakui oleh masyarakat. Sedang objektivasi adalah pembuatan berita yang dilakukan oleh republika. co.id itu sendiri yang isinya menekank- an permasalahan ada pada gerakan kaum LGBT yang berusaha melakukan penerimaan di masyarakat. Berbeda dengan republika.co.id dalam proses eksternalisasinya okezone.com melihat masalah dalam kasus SGRC-UI ada pada pada permasalahan izin SGRC- UI dalam menyelenggarakan kegiatan- nya di UI, hal ini dijadikan sebagai kerangka pemahaman untuk memaha- mi peristiwa yang terjadi. Selanjutnya adalah proses internalisasi kerangka pemahaman tersebut digunakan oleh okezone.com untuk menjelaskan peris- tiwa yang terjadi. Dalam hal ini oke- zone.com melihat SGRC-UI menggu- nakan nama dan logo UI tanpa izin dan dalam penyelenggaraan kegiatannya ti- Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing dak memiliki izin dari UI adapun kon- tenya yang mendukung LGBT tidak terlalu dipermasalahkan. Sedang ob- jektivasi adalah pembuatan berita yang dilakukan oleh okezone.com itu sendiri yang isinya menekankan permasalahan ada pada permasalahan izin SGRC-UI dalam menyelenggarakan kegiatannya. Selain itu republika.co.id dan okezone.com menggunakan narasum- ber yang sama tetapi terdapat perbe- daan pemberitaan keduanya Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih ber- makna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2002 : 221). Hal ini membuktikan media membingkai sebuah peristiwa dengan caranya masing-masing, menonjolkan suatu isu dan menghilangkan isu yang lain agar sesuai dengan tujuannya. Walaupun mengutip narasumber yang sama tetapi dengan melakukan seleksi isu dan penonjolan aspek khusus pada pemberitaannya, berita dapat menjadi berbeda satu sama lain, adapun nara- sumber digunakan media untuk mem- bantunya dalam mendefinisikan suatu masalah dalam sebuah peristiwa. Bahasa jelas berimplikasi ter- hadap kemunculan makna tertentu (So- bur, 2015: 90). Bahasa tidak hanya un- tuk menggambarkan realitas atas suatu peristiwa melainkan bisa menentukan gambaran mengenai suatu realitas yang muncul di benak khalayak. Dengan menggunakan bahasa sebagai simbol yang paling utama, wartawan mampu menciptakan, memelihara, mengem- bangkan, dan bahkan meruntuhkan suatu realitas (Eriyanto, 2002: xi) Oleh karenanya penggunaan bahasa tertentu dapat digunakan untuk menciptakan suatu realtitas yang diinginkan oleh media, dalam hal ini republika.co.id menggunakan kata-kata seperti, peran- gi, menolak, anti pada setiap hal yang ada hubungannya dengan LGBT. Se- lain itu republika.co.id banyak meng- gunakan kata pergerakan, dukungan, memfasilitasi untuk menggambarkan SGRC yang ada hubungannya dengan dukungan terhadap kelompok LGBT. Adapun okezone.com dalam memberi- takan kasus SGRC-UI terkait isu LGBT di Indonesia sering menggunakan kata izin, peraturan, klarifikasi untuk meng- gambarkan SGRC, hal ini berusaha dikonstruksikan oleh okezone.com bahwa yang menjadi masalah ada per- soalan perizinan bukan karena konten SGRC yang mendukung LGBT Seperti dikatakan Peter Dahlgren (dalam Eri- yanto, 2002: xii) realitas sosial menurut pandangan konstruktivis (fenomenolo- gis), setidaknya sebagian merupakan produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa. Framing menurut Entman dapat muncul dalam dua level. Perta- ma, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi sebagai karakteristik dari teks berita. Misal- nya, frame anti-militer yang dipakai untuk melihat dan memproses suatu informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame bisa dilihat dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, ci- tra dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol diband- ingkan bagian lain dalam teks. Itu di- lakukan lewat pengulangan, penempa- tan yang lebih menonjol, atau meng- hubungkan dengan bagian lain dalam teks berita, sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak (Er- Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing iyanto, 2002: 224). Jika kita melihat melihat Pemb- ingkaian level pertama republika.co.id, konsep mental dalam pemberitaan re- publika.co.id adalah anti-LGBT ter- lihat dari pemberitaannya yang me- nyudutkan dan memberatkan LGBT maupun SGRC-UI, yang pada kenyata- annya SGRC-UI hanyalah kelompok kajian advokasi dan kajian akademis yang membahas isu seputar gender dan seksualitas, tetapi kenapa pada pem- beritaanya republika.co.id menyudut- kan SGRC dan juga sampai membuat sebuah pemberitaan tentang salah satu pendiri SGRC yang seorang gay ? Lalu pada level selanjutnya , perangkat spe- sifik dari narasi berita yang dipakai un- tuk membangun pengertian mengenai suatu peristiwa. Republika.co.id lebih menonjolkan kepada penolakan kepa- da LGBT disetiap beritanya, dalam se- tiap beritanya, selalu ditampilkan kuti- pan-kutipan yang dimana kaum LGBT berusaha mencoba melakukan peneri- maan di masyarakat luas. Okezone. com pada pembingkaian level perta- manya, konsep mentalnya lebih kepa- da penegakan hukum, pokok persoalan menurut okezone.com terdapat pada resmi atau tidaknya SGRC di UI, kon- sep mental ini selanjutnya berpenga- ruh pada perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai suatu peristiwa. Okezone.com lebih menonjolkan ke- pada permasalahan hukum yang ditiap pemberitaannya. Konten SGRC yang pro LGBT tidak terlalu dipermasalah- kan tetapi lebih kepada izin SGRC dalam penyelenggaraan kegiatannya. Hal ini selalu ditonjolkan dan diulang pada setiap pemberitaannya. Menurut pandangan konstruk- tivis, berita bukan refleksi dari realitas, ia hanyalah konstruksi dari realitas. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fak- ta itu dipahami dan dimaknai. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan ber- ita yang berbeda, karena ada cara meli- hat yang berbeda. Berita bukanlah rep- resentasi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari kerja jurnalistik., bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemkaian kata, gambar, sampai pe- nyuntingan) memberi andil bagaima- na realitas tersebut hardir di hadapan khalayak. (Eriyanto, 2002: 30). Harus dipahami bahwa Pembingkaian dalam suatu berita ( Framing ) adalah suatu usaha media untuk menggiring opini publik pada suatu persepsi tertentu ter- hadap sebuah peristiwa ataupun isu. Ini menunjukkan bahwa berita merupakan konstruksi sosial media bukan reali- tas sosial yang ada. Pembaca dibawa untuk memahami analisis dari nara- sumber yang ditulis ulang oleh jurna- lis melalui hasil pemahamannya. Dari pembahasan ini dapat dilihat bahwa re- publika.co.id sudah melakukan perger- akan framing pada kelima beritanya yaitu, anti LGBT sedangkan okezone. com juga melakukan usaha konstruksi realitas dengan pergerakan framing pada kelima beritanya yaitu penegakan hukum. ## 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas mengenai rumusan ma- salah, Seleksi isu oleh republika.co.id lebih kepada permasalahan adanya kelompok pendukung dan komunitas kaum LGBT di kampus. Republika. co.id menitik beratkan kepada peno- lakan terhadap kelompok pendukung dan komunitas kaum LGBT di wilayah kampus. Konten SGRC-UI diperma- salahkan karena memberikan dukungan dan mencoba melakukan penerimaan terhadap kaum LGBT dimasyarakat, Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing dan pelarangan aktivitas asusila LGBT di wilayah kampus Penonjolan as- pek yang ditampilkan republika.co.id adalah dengan menampilkan informa- si-informasi yang menunjukan bahwa SGRC-UI mendukung kaum LGBT dan berusaha melakukan penerimaan di masyarakat, adapun pemilihan nara- sumber lebih menitik beratkan kepada pernyataan yang menolak LGBT. Seleksi Isu oleh okezone.com lebih kepada permasalahan hukum, akibat dari SGRC-UI yang tidak mem- punyai izin dalam penyelenggaraan kegiataannya serta penggunaan nama dan logo UI. okezone.com tidak terlalu mempermasalahkan konten SGRC- UI yang mendukung LGBT dan men- ganggap bahwa isu LGBT masih san- gat tabu dan sensitif di masyarakat Indonesia yang masih menekankan seksualitas pada kodrat. Oleh karena itu pernyataan UI terhadap SGRC-UI dianggap sebagai antisipasi terhadap penolakan dan protes dari berbagai kalangan, dan adapun penonjolan as- pek yang ditampilkan okezone.com adalah dengan pemilihan narasumber yang menekankan permasalahan ada pada SGRC-UI yang melanggar hu- kum karena tidak memiliki izin dari UI dalam menyelenggarakan kegiatannya serta tidak mempermasalahkan konten SGRC-UI yang mendukung LGBT. ## 5.2. Saran 5.1.1 Saran Akademis 1. Penelitian ini hanya bertujuan mencari tahu bagaimana penonjo- lan dan seleksi isu dalam pemb- ingkaian (framing) yang dilakukan oleh media online republika.co.id dan okezone.com terkait isu LGBT di Indonesia. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisis secara menyelu- ruh hingga wawancara terhadap ju- rnalis yang membuat berita 2. Dalam penelitian selanjutnya dapat digunakan metode analisis fram- ing yang berbeda pada tema yang sama agar didapatkan hasil yang berbeda. ## 5.1.2 Saran Praktis 1. Kepada media online republika. co.id dan okezone.com untuk membuat agar beritanya menjadi lebih baik, dalam setiap pemberita- an sebaiknya lebih mementingkan kelengkapan beritanya daripada kecepatan pemberitaan. 2. Kepada media online repub- lika.co.id dan okezone.com agar melakukan cover bothside dalam setiap pemberitaannya untuk menghindar subjektifitas dalam pemberitaan. ## DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, Lukiati, Karlinah. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualititatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua. Ja- karta: Prenada Media Group Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruk- si, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta : LKiS. Intan, Theresia. 2014. CITRA PERUSAHAAN ## DALAM BERITA KRISIS PERUSAHAAN Konstruksi Citra Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS): Kebun Binatang Surabaya dalam Teks Berita Kematian Michael di Harian Jawa Pos dan Sindo dalam Jurnal Kajian Komunikasi Volume 2. No 2. Bandung: Universitas Padjajaran Krisyanto, Rakhmat. 2006. Teknik Praktis Ri- set Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muhammad Ghifari Putra Kharisma Nasionalita, S.Sos.,M.A Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online LGBT Issue In Online Media Framing Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006. Handbook of New Media. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washing- ton DC: Sage Publications Ltd. Manaf, Kamilia. 2011. Kami Tidak Bisu. Ja- karta: Institut Pelangi Perempuan Morris, M., & Ogan, C. 1996. The Internet as Mass Medium. The Journal of Communication, 46(1), 39-50. Di akses pada tanggal 15 April 2016 pukul 23:00 WIB melalui (http://onlinelibrary.wiley.com/ doi/10.1111/j.1083-6101.1996.tb00174.x/ full) Oetome, Suvianita. 2013. Laporan LGBT Na- sional Indonesia – Hidup Sebagai LGBT di Asia. Di akses pada tanggal 1 Mei 2016 pada pukul 21.00 WIB melalui (https:// www.usaid.gov/sites/default/files/docu- ments/2496/Being_LGBT_in_Asia_Indo- nesia_Country_Report_Bahasa_language. pdf) Sinyo. 2014. Anakku Bertanya Tentang LGBT. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Sobur, Alex. 2015. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
b81294f5-28e2-41a0-a82f-42c13765a17d
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/jpm-upr/article/download/11046/5288
## Penerapan Sistem Monitoring Pergeseran Tanah berbasis Internet of Things (IoT) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, ## Kota Palangka Raya Wilson Jefriyanto 1* , Agung Samudra 2 , Kadek Ayu Cintya Adelia 1 , Kevin Bryan 1 , Yoricho Costapierro Sukoco 1 1 Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya 2 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya *Email: [email protected] ## Abstract Landslides occur as a result of a geological process caused by the displacement of rock or soil masses. In general, landslides are caused by shifting soil and excessive water content due to high rainfall. One of the processes that occur in rivers is sedimentation With the entry of sediment into the river flow, it will result in increased river surface flow and deposition which causes siltation of the river. This siltation will greatly affect the capacity of the river when the rainy season arrives, because it can cause floods. For this reason, assistance and training are needed to increase community knowledge about the use of Internet of Things (IoT) based monitoring system tools around the Kahayan river basin. IoT is a technology that allows smart objects, things, and machines to be connected via the internet so that data can be received in real time. The people of Pahandut Village were enthusiastic in participating in the socialization activities provided and felt the benefits of increasing knowledge starting from an understanding of the Internet of Things and the use of monitoring system tools for land shifts. Based on the evaluation results, it is known that participants have increased knowledge and insight into the Internet of things and its application in this case the soil shift monitoring system tool which will later be installed in residential areas around the watershed. Keywords: ablation, IoT, land displacement, youth organization ## Pendahuluan Bencana tanah longsor adalah suatu ancaman serius bagi suatu pemukiman. Tanah longsor merupakan suatu proses geologi yang disebabkan oleh adanya perpindahan massa batuan maupun tanah, Secara umum tanah longsor disebabkan karena pergeseran tanah dan kadar air berlebih akibat curah hujan yang tinggi. Pergeseran tanah ( land displacement ) merupakan peristiwa alam dimana volume tanah atau batuan dalam satu area tertentu mengalami perubahan posisi dari keadaan awalnya (Jefriyanto, Saka, Andololo, dan Rahman, 2021). Bencana tanah longsor seringkali terjadi pada musim penghujan salah satunya di Kelurahan Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang rusak akibat ablasi Sungai Kahayan. Tanah ablasi adalah proses erosi air sungai atau suatu proses pengikisan tanah di sekitar aliran air. Salah satu proses yang terjadi pada sungai adalah sedimentasi (Potemkina dan Potemkin, 2022). Sedimentasi sangat dipengaruhi oleh besarnya debit aliran hal ini karena semakin besar debit aliran di daerah aliran sungai, maka semakin banyak pula sedimen yang terjadi di sungai tersebut. Dengan masuknya sedimen ke dalam aliran sungai maka akan mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan sungai dan pengendapan yang menyebabkan pendangkalan sungai (Tarafdar dan Kaur, 2021). Pendangkalan ini akan sangat mempengaruhi daya tampung sungai apabila musim hujan tiba, karena dapat mengakibatkan bencana banjir. Sedimentasi dapat dipengaruhi oleh 2 faktor misalnya dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti perubahan tataguna lahan, dan sedimentasi alami seperti curah hujan yang tinggi yang dapat mengakibatkan erosi pada tanah (Oktasandi, Hisyam, dan Gunawan, 2019). Tata guna lahan yang terjadi di DAS akan mempengaruhi erosi yang terjadi (W, 2018). Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan persentase tingkat pendidikan terakhir penduduk Kota Palangka Raya sebagian besar lulusan SMA/MA/SMK sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat dalam penggunaan alat teknologi lanjut yang secara umum dipelajari di Perguruan Tinggi masih kurang. Menurut data dari Badan Statistik Kota Palangka tidak ada sistem peringatan dini bencana alam yang terpasang di Kota Palangka Raya khususnya di daerah yang rawan longsor/abrasi (DR., 2023) . Untuk itu diperlukan pendampingan serta pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan alat sistem monitoring berbasis Internet of Things (IoT) di sekitar daerah aliran sungai Kahayan. IoT adalah teknologi yang memungkinkan objek, benda, dan mesin pintar dapat terhubung melalui internet sehingga data dapat diterima secara real time (Khumaidi, 2020). Pada dasarnya, IoT beroperasi dengan cara menghubungkan berbagai jenis perangkat seperti software atau hardware ke jaringan internet. Ada 3 komponen utama yang berperan penting dalam proses kerja IoT, yaitu sensor, gateway, dan cloud . Sensor yang digunakan pada konsep ini dapat berupa sensor gerakan, sensor cahaya, dan jenis sensor lainnya. Tujuan dari penggunaan komponen ini adalah untuk mengumpulkan data dari objek-objek fisik yang terhubung dengan jaringan internet. Setelah sensor berhasil mengumpulkan data tersebut, komponen gateway berfungsi untuk mentransmisikan data ke cloud /internet yang terhubung. Gateway di sini juga dapat memproses serta melakukan tindakan otomatis terhadap data yang ada, seperti mematikan atau menyalakan perangkat yang terhubung. Saat ini sistem IoT juga berkontribusi pada pemantauan dan pengelolaan lingkungan alam. Karang Taruna memiliki potensi yang sangat diperhitungkan, untuk menunjukkan jati dirinya sebagai organisasi yang mampu membawa perubahan bagi peningkatan kesejahteraan warganya (Suprayoga, Iswoyo, dan Syahrial, 2016). Karang Taruna ini merupakan bagian dari warga di sekitar DAS yang berpotensi untuk dilakukan pendampingan dalam penggunaan alat sistem monitoring pergeseran tanah abrasi. Dengan pelaksanaan kegiatan ini besar harapan dari pemuda Karang Taruna dapat menambah pengetahuan akan teknologi informasi sehingga kualitas sumber daya manusia khususnya pemuda lebih baik dan tentunya dapat berdampak bagi daerah mereka. Warga di sekitar Sungai Kahayan masih khawatir akan adanya bencana abrasi selanjutnya. Namun karena mereka tidak punya pilihan tempat tinggal yang lain, sehingga mereka masih menetap tinggal di bantaran sungai Kahayan. Dengan adanya kegiatan ini, harapan penduduk sekitar DAS sungai Kahayan bisa memiliki sistem mitigasi bencana yang dapat dijadikan peringatan dini bencana abrasi, sehingga meminimalisir korban jiwa. Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mendukung program pemerintah dalam ikut menyukseskan program pendidikan yang tidak hanya tentang pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah tetapi juga memberikan pengalaman-pengalaman baru khususnya kepada para pemuda Karang Taruna maupun civitas akademika kampus dalam ikut menyukseskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta membantu dalam mitigasi bencana. ## Metode Pelaksanaan ## Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai tahap persiapan pada bulan Juli hingga tahap pendampingan kegiatan di bulan Desember 2023. Pada tahap kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait penggunaan alat dilaksanakan pada tanggal 10 oktober 2023 bertempat di Kantor Kelurahan Pahandut, Palangka Raya. Dalam kegiatan ini beberapa komponen dan prinsip kerja alat diperkenalkan oleh Tim. Peserta dari kegiatan ini didominasi oleh pemuda/pemudi yang merupakan warga di sekitar Sungai Kahayan, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut. Selain itu, diikuti juga oleh Ketua RT dan beberapa perangkat Keluarahan Pahandut lainnya. ## Hasil dan Pembahasan Tahap pertama yang dilakukan oleh Tim adalah survei lokasi dan menggali informasi dari masyarakat sekitar mengenai kejadian pergeseran tanah yang mengakibatkan longsor sering terjadi di sekitar pemukiman warga apalagi disaat musim penghujan tiba dan juga mengenai penerapan teknologi otomatis berbasis teknologi IoT dari sisi operasi dan keunggulannya untuk monitoring pergeseran tanah untuk mitigasi bencana. Tim langsung berkoordinasi Bersama Kelurahan Pahandut Kota Palangka Raya agar kegiatan ini dapat terfasislitasi dengan baik dari sisi sasaran mitra tim pengabdian yaitu karang taruna dan masyarakat sekitar daerah rawan ablasi. Gambar 1. Diskusi bersama warga di DAS Kahayan Gambar 2. Lokasi kejadian terjadinya ablasi Selanjutnya adalah perancangan dan pembuatan Sistem dalam tahap perancangan dan pembuatan sistem dilakukan setelah melaksanakan survei dan studi lapangan. Analisis kebutuhan komponen yang digunakan juga menjadi pertimbangan guna membuat teknologi IoT yang akan diterapkan pada alat monitoring pergeseran tanah. Tim juga melakukan diskusi mengenai pembagian tugas terkait alat system monitoring yang akan dibuat agar maksimal hingga hasil akhir. Pembuatan dan pengujian alat monitoring dilaksanakan di Laboratorium Fisika, Universitas Palangka Raya. Gambar 3. Tim berdiskusi mengenai sistem monitoring yang akan dibuat Gambar 4. Pembuatan Sistem Pada Alat Monitoring Setelah alat monitoring selesai dibuat maka tim melaksanakan kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di aula Kantor Kelurahan Pahandut. Peserta yang hadir berjumlah 30 orang yang terdiri masyarakat/Karang Taruna di Kelurahan Pahandut. Sosialisasi dimulai dengan memperkenalkan Internet of Things kepada masyarakat, yang mana masyarakat mungkin sering menggunakan fitur IoT dalam kehidupan hari-hari akan tetapi tidak memahami cara kerja dari Intenet of Things . Pada sosialisasi juga Ketua Tim memberikan penjelasan tata cara pengoperasian sistem monitoring pergeseran tanah baik yang beroperasi secara otomatis lewat smartphone dan juga teknik perawatan alat sistem monitoring yang digunakan agar alat dapat beroperasi dengan optimal dan mempunyai jangka waktu panjang dalam penggunaannya. Gambar 4. Sosialisasi Sistem Monitoring Pergeseran Tanah Gambar 5. Sosialisasi Internet of Things Gambar 6. Pengenalan Alat Sistem Monitoring Pergeseran Tanah Masyarakat dan Karang Taruna juga diberikan pemahaman mengenai alat monitoring pergeseran tanah yang dibuat Tim. Ketua tim juga menjelaskan sensor Linear Variable Differential Transformer (LVDT) (Jefriyanto, Saka, Pineng, dan Djamal, 2020) dimana sensor ini yang menjadi alat utama dalam memonitoring pergeseran tanah yang terjadi. Antusiasme karang taruna maupun mayarakat ditunjukan dengan aktifnya peserta dalam berinteraksi mengajukan pertanyaan berkaitan dengan alat sistem monitoring yang dibuat oleh Tim. Baik terkait perawatan alat maupun hal-hal teknis lainnya. Setelah selesai sosialisasi tim memberikan post-test untuk mengukur kepemahaman peserta mengenai sosialisasi pada hari ini, yang sebelumnya juga telah diberikan pretest diawal sebelum mulainya kegiatan. Gambar 7. Antusiasme karang taruna dan masyarakat pada sesi diskusi Gambar 8. Grafik Hasil Pretest dan Post-test para peserta Dari Gambar 8 di atas terlihat hasil pretest dan post-test peserta yang terdiri dari 30 peserta. Terlihat hasil pretest peserta dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 50. Dari nilai pretest ini didapatkan nilai rata- rata 36. Sedangkan untuk hasil post-test nilai terendah yaitu 40 dan tertinggi 80, dengan nilai rata-rata 57. Berdasarkan perbandingan nilai pretest dan post-test ini, dapat dilihat adanya peningkatan pemahaman para peserta terhadap Internet of Things dan alat sistem monitoring pergeseran tanah dan yang telah disosialisasikan Gambar 9. Para Peserta mengerjakan post- test sebagai evaluasi Di akhir kegiatan tim memberikan kepada perwakilan dari kelurahan pahandut alat sistem monitoring berbasis Internet of Things (IoT) yang telah dibuat oleh tim, dengan harapan agar dapat digunakan dengan maksimal dan tentu akan tetap dalam pengawasan dan pendampingan tim pada proses penggunaan kedepan. Gambar 10. Penyerahan alat sistem monitoring pergeseran tanah Gambar 11. Foto Bersama para peserta kegiatan ## Kesimpulan Masyarakat Kelurahan Pahandut antusias dalam mengikuti kegiatan sosialisasi yang diberikan dan merasakan manfaatnya terhadap peningkatan ilmu pengetahuan mulai dari pemahaman akan Internet of Things dan penggunaan alat sistem monitoring pergeseran tanah. Berdasarkan hasil evaluasi nilai pretest dan post-test menunjukkan peningkatan pengetahuan dan wawasan peserta terhadapat materi Internet of things dan penerapannya dalam hal ini alat sistem monitoring pergeseran tanah yang nantinya akan dipasang di daerah pemukiman tempat tinggal masyarakat sekitar daerah aliran sungai (DAS). ## Ucapkan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemendikbudristek Dikti atas bantuan dana BOPTN DRTPM dalam kegiatan Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Kompetitif Nasional dengan skema pemberdayaan berbasis masyarakat tahun 2023. Ucapan terimaksih juga disampaikan kepada Kelurahan Pahandut dan semua pihak yang terlibat demi terlaksananya kegiatan ini. ## Daftar Pustaka DR., T. 2023. Tak Hanya Permukiman, Abrasi Sungai di Palangkaraya Kini Juga Merusak Jalan. Kompas.Id , pp. 1–3. Jefriyanto, W., Saka, B. G. M., Andololo, J., dan Rahman, I. (2021). Simulasi Monitoring Pergeseran Tanah Menggunakan Sensor LVDT ( Linear Variable Differential Transformer ). Saintifik , 7 (1), 70–76. https://doi.org/10.31605/saintifik.v7i1.28 1 Jefriyanto, W., Saka, B. G. M., Pineng, M., dan Djamal, M. (2020). Development of LVDT ( Linear Variable Differential Transformer ) sensor as land displacement sensor. Journal of Physics: Conference Series , 1528 (1). https://doi.org/10.1088/1742- 6596/1528/1/012041 Khumaidi, A. (2020). Sistem Monitoring dan Kontrol Berbasis Internet of Things untuk Penghematan Listrik pada Food and Beverage. Jurnal Ilmiah Merpati (Menara Penelitian Akademika Teknologi Informasi) , 8 (3), 168. https://doi.org/10.24843/jim.2020.v08.i0 3.p02 Oktasandi, B., Hisyam, E. S., dan Gunawan, I. (2019). Analisis Erosi pada Daerah Aliran Sungai (Das) Pompong Kabupaten Bangka. FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) , 7 (2), 70–84. https://doi.org/10.33019/fropil.v7i2.1625 Potemkina, T., dan Potemkin, V. (2022). Quantifying the actual sediment load flux into Lake Baikal: A case study of the main tributary – The Selenga River (Russia). International Journal of Sediment Research , 37 (2), 238–247. https://doi.org/10.1016/j.ijsrc.2021.08.00 4 Suprayoga, S., Iswoyo, A., dan Syahrial, R. (2016). Model Pemberdayaan Karang Taruna di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Ajie , 1 (2), 134–147. https://doi.org/10.20885/ajie.vol1.iss2.art 5 Tarafdar, A., dan Kaur, B. P. (2021). Microfluidization-Driven Changes in Some Physicochemical Characteristics, Metal/Mineral Composition, and Sensory Attributes of Sugarcane Juice. Journal of Food Quality , 2021 . https://doi.org/10.1155/2021/3326302 W, D. (2018). Kajian Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Sungai Batang Arau. ArtikTek Sipil [Internet] , 1 (1), 1–15.
7021c5f1-7e3b-4297-8757-7688097716dd
https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/download/7157/4499
How to cite: Grace Devina Mulyadi (2022) Analisis Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Animasi Untuk Sekolah Dasar, Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7 (5). E-ISSN: 2548-1398 Published by: Ridwan Institute Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 7, No. 5, Mei 2022 ## ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANIMASI UNTUK SEKOLAH DASAR ## Grace Devina Mulyadi Program Master Teknologi Informasi, Universitas Pradita, Indonesia Email: [email protected] ## Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran berbasis animasi untuk sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka, sedangkan teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan mengeksplorasi jurnal-jurnal serta informasi lain yang relevan dengan kajian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan media pembelajaran berbasis animasi merupakan media yang efektif untuk dijadikan sarana pembelajaran, terdapat beberapa tahapan untuk menjadikan animasi sebagai media pembelajaran mulai dari menganalisa rumusan masalah dan tujuan materi pembelajaran, kemudian diolah ke dalam bentuk animasi video menggunakan perangkat lunak 2D atau 3D. Setelah itu, video animasi tersebut dievaluasi oleh tenaga pendidik agar tidak ada kekeliruan makna yang tersampaikan pada saat implementasi langsung di sekolah dasar. Implementasi media pembelajaran animasi di sekolah dasar dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya yaitu melalui persentasi langsung menggunakan proyektor, atau melalui sosial media seperti Youtube, Whatsapp dan lain sebagainya. Kata Kunci : Pengembangan, Media Pembelajaran, Animasi, Sekolah Dasar ## Abstract This article aims to describe the development of animation-based learning media for elementary schools. The method used is a literature review, while the data collection technique is carried out by exploring journals and other information relevant to the study. The results of this study indicate that the development of animation-based learning media is an effective medium to be used as a learning tool, there are several stages to make animation as a learning medium starting from analyzing the problem formulation and the objectives of the learning material, then processing it into video animation using 2D software or 3D. After that, the animated video was evaluated by educators so that there were no misunderstandings of meaning conveyed during direct implementation in elementary schools. The implementation of animation learning media in elementary schools can be done in various ways, including through direct presentations using a projector, or through social media such as Youtube, Whatsapp and so on. Keywords: Development, Learning Media, Animation, Elementary School ## Pendahuluan Pendidikan merupakan sebuah upaya mendidik siswa melalui proses pembelajaran dengan tujuan siswa tersebut mampu memahami dan menerapkan materi yang disampaikan. Selain itu, pendidikan mampu mendorong siswa mengembangkan potensi diri sehingga dapat menangani perubahan-perubahan signifikan dampak dari kemajuan teknologi. Selaras dengan teknologi, proses pembelajaran juga mengalami perkembangan yang ditandai dengan beragamnya media pembelajaran yang digunakan. Media pembelajaran merupakan suatu perantara komunikasi yang digunakan pada saat pembelajaran (Miftah, 2013) . Memilih media pembelajaran harus diperhitungkan dengan baik karena mampu membantu perkembangan psikologis dan minat belajar pada anak. Selain itu media pembelajaran yang tepat dinilai mampu membuat hal-hal yang bersifat abstrak menjadi lebih nyata (Supriyono, 2018) . Salah satu media pembelajaran dalam pendidikan diimplementasikan dengan animasi yang merupakan gabungan dari audio dan visual dengan prosedur penceritaan memakai tahapan animasi serupa dengan kartun (Fathurohman, Nurcahyo, & Rondli, 2014) . ## Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kajian pustaka. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Yazdi, 2012) . Sementara teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengeksplorasi jurnal-jurnal serta informasi lain yang relevan dengan kajian. Jurnal yang digunakan dicari pada penelurusan Google Scholar dengan beberapa format penulisan. Setelah ditelusuri dan terkumpul, jurnal disortir berdasarkan tahun diterbitkannya. ## Hasil dan Pembahasan Media pembelajaran dijadikan sebagai alat guna mencapai tujuan sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, meminimalisir verbalisme serta menumbuhkan nilai-nilai yang ada pada dalam diri siswa. Terdapat beberapa langkah yang efektif untuk merancang media pembelajaran yang baik diantaranya yaitu media harus didesain sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, sederhana sehingga jelas dan mudah dipahami namun tidak mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri serta media bisa didesain dalam bentuk model, gambar, bagan berstruktur dan jenis lainnya. Salah satu media pembelajaran yang dinilai dan terbukti efektif untuk siswa sekolah dasar adalah dengan mengembangkan media pembelajaran animasi, hal ini karena media animasi menyajikan materi dengan memvisualisasikan kehidupan sehari-hari yang melibatkan manusia, peristiwa, benda, tempat dan lain sebagainya yang dekat dengan diri siswa (Hildayah, 2019) . Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Bujuri, 2018) menyebutkan bahwa kemampuan kognitif anak usia dasar masih terbatas dalam hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena keterbatasan pola pikir, media pembelajaran animasi menjadi solusi atas permasalahan tersebut dimana penyajiannya memvisualisasikan materi yang bersifat abstrak menjadi lebih nyata. Contohnya anak kisaran usia sekolah dasar akan mengalami kesulitan jika dihadapkan dengan pertanyaan mengapa teknologi mampu membuat komunikasi jarak jauh lebih mudah. Pertanyaan yang dinilai mudah bagi orang dewasa, justru akan membuat anak usia dasar mengalami stress dan kebingungan untuk menjawab. Animasi diartikan (Putri, Fahlevi, & Daifiria, 2021) sebagai sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan. Sehingga penggunaan animasi sebagai media pembelajaran merupakan gabungan dari gambar yang bergerak atau dibuat bergerak dalam bentuk file video. Pengembangan media animasi dibedakan menjadi dua yakni perangkat lunak ( software) animasi 2D dan 3D. Perangkat lunak animasi 2D merupakan software yang digunakan untuk membuat animasi tradisional ( flat animation) yang memiliki kemampuan mengatur gerak, waktu, gambar dan suara. Contohnya diantara lain yaitu Macromedia Flash, Adobe Flash, Macromedia Director, ToonBoom Studio, Adobe ImageReady, Adobe After Effect dan lain sebagainya. Sedangkan perangkat lunak 3D merupakan software yang memiliki fungsi serupa namun dengan segudang fasilitas yang lebih canggih seperti mampu membuat obyek 3D, mengatur gerak kamera, member efek, mengimpor video dan lain-lain. Contohnya meliputi 3D Studio Max, Maya, Poser (figure animation), Bryce (landscape animation), Vue (landscape animation) dan lain sebagainya (Toding, Lumenta, & Mamahit, 2017) . Kemampuan dasar tenaga pendidik meliputi kemampuan untuk merancang program pembelajaran serta kemampuan mengkomunikasikannya kepada siswa. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, guru dituntut untuk memiliki keterampilan lain selain keahlian dasar tadi. Salah satu contohnya adalah kemampuan untuk mengoperasikan komputer sebagai sarana pembuatan animasi. Jika tenaga pendidik memiliki keahlian lain yang mendukung proses pembelajaran, hal tersebut akan memudahkan guru dalam memaparkan materi sehingga terciptanya pembelajaran yang efektif. Sebelum materi dikembangkan menjadi animasi, tenaga pendidik harus menganalisa terlebih dahulu rumusan masalah dan tujuan dari materi yang akan disampaikan (Kusmiah, 2019) . Selanjutnya dalam tahap pengembangan yaitu mengolah materi tersebut ke dalam bentuk animasi video menggunakan software yang tersedia, animasi hasil olahan dari software tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menampilkan tulisan, gambar, suara serta animasi dalam satu file video. Jika dilihat dari segi pembuatannya, teknik pembuatan animasi dibagi menjadi 3 macam yaitu Animasi Stop-motion (Stop Motion Animation), Animasi Tradisional (Traditional animation) dan Animasi Komputer (Computer Graphics Animation). Terdapat beberapa prinsip yang harus diterapkan agar animasi terlihat seperti nyata diantaranya yaitu waktu, lengkungan, gerakan dan lain sebagainya. Misalnya prinsip mengenai waktu yang menggambarkan gerakan tersebut alami atau tidaknya. Contohnya menentukan waktu kecepatan gerakan tangan agar terlihat natural. Setelah melewati serangkaian pembuatan animasi, video animasi tersebut harus dievaluasi kembali oleh tenaga pendidik yang menguasai materi tersebut agar tidak ada kekeliruan makna yang tersampaikan pada saat implementasi langsung di sekolah dasar (Ponza, Jampel, & Sudarma, 2018) . Implementasi media pembelajaran animasi di sekolah dasar dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya yaitu melalui persentasi langsung menggunakan proyektor. Namun pandemi Covid-19 membuat pemerintah menetapkan kebijakan untuk pembelajaran jarak jauh, oleh karena itu alternatif implementasi media pembelajaran animasi dapat melalui sosial media Youtube, Whatsapp, Zoom, Instagram dan lain sebagainya. Menariknya media pembelajaran animasi ini menjadi solusi yang efektif dalam permasalahan pembelajaran jarak jauh yang terjadi saat ini, dimana siswa dapat mengulang video animasi sendiri hingga paham (Achmad, Fanani, Wali, & Nadhifah, 2021) . ## Kesimpulan Media pembelajaran berbasis animasi dinilai dan terbukti efektif diimplementasikan kepada siswa sekolah dasar dikarenakan penyajian materinya memvisualisasikan kehidupan sehari-hari yang melibatkan manusia, peristiwa, benda, tempat dan lain sebagainya yang dekat dengan diri siswa. Hal tersebut juga menjadi solusi atas permasalahan pola pikir siswa sekolah dasar yang masih bersifat konkret, dengan animasi materi yang bersifat abstrak akan lebih nyata. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki keterampilan lain selain keahlian dasar. Salah satu contohnya adalah kemampuan untuk mengoperasikan komputer sebagai sarana pembuatan animasi. Pengembangan media pembelajaran berbasis animasi di sekolah dasar dapat dilakukan melalui beberapa pilihan software diantaranya seperti perangkat lunak 2D contohnya Macromedia Flash, Adobe Flash, Macromedia Director, Adobe Flash, Macromedia Director atau perangkat lunak 3D contohnya 3D Studio Max, Maya, Poser (figure animation). Setelah itu, video animasi tersebut dievaluasi oleh tenaga pendidik agar tidak ada kekeliruan makna yang tersampaikan pada saat implementasi langsung di sekolah dasar. Implementasi media pembelajaran animasi di sekolah dasar dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya yaitu melalui persentasi langsung menggunakan proyektor, atau melalui sosial media seperti Youtube, Whatsapp dan lain sebagainya. ## BIBLIOGRAFI Achmad, Zainal Abidin, Fanani, Muhammad Iqbal Dwi, Wali, Ghifari Zaka, & Nadhifah, Rizkiyatul. (2021). Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran Efektif bagi Siswa Sekolah Dasar di Masa Pandemi COVID-19. JCommsci-Journal Of Media and Communication Science , 4 (2), 54–67. https://doi.org/https://doi.org/10.29303/jcommsci.v4i2.121. Google Shcolar Bujuri, Dian Andesta. (2018). Analisis perkembangan kognitif anak usia dasar dan implikasinya dalam kegiatan belajar mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) , 9 (1), 37–50. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21927/literasi.2018.9(1).37-50. Google Scholar Fathurohman, Irfai, Nurcahyo, Agung Dwi, & Rondli, Wawan Shokib. (2014). Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran Terpadu Untuk Memacu Keaksaraan Multibahasa Pada Siswa Sekolah Dasar. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan , 4 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.24176/re.v5i1.430. Google Scholar Hildayah, Dewi. (2019). Penggunaan Media Visual, Auditif, Dan Kinestik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP , 2 (1), 137–146. Google Scholar KUSMIAH, IRDA. (2019). Pengembangan Media Video Animasi Pembelajaran Berbasis Powtoon Pada Kelas Iii Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penelitian di SD Negeri Gerem III Kelas III Kota Cilegon Tahun Ajaran 2018/2019) . Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Google Scholar Miftah, Muhammad. (2013). Fungsi, dan peran media pembelajaran sebagai upaya peningkatan kemampuan belajar siswa. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan , 1 (2), 95–105. https://doi.org/https://doi.org/10.31800/jurnalkwangsan.v1i2.7. ## Google Scholar Ponza, Putu Jerry Radita, Jampel, I. Nyoman, & Sudarma, I. Komang. (2018). Pengembangan Media Video Animasi pada Pembelajaran Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar. Jurnal Edutech Undiksha , 6 (1), 9–19. https://doi.org/https://doi.org/10.23887/jeu.v6i1.20257. Google Scholar Putri, Dini Ridha Dwiki, Fahlevi, Muhammad Reza, & Daifiria, Daifiria. (2021). Masking Dan Guide Menggunakan Macromedia Flash 8 (Studi Kasus: SMA Negeri 20 Medan). PUBLIDIMAS (Publikasi Pengabdian Masyarakat) , 1 (1), 92–99. Google Schola r Supriyono, Supriyono. (2018). Pentingnya Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Sd. Edustream: Jurnal Pendidikan Dasar , 2 (1), 43–48. https://doi.org/https://doi.org/10.26740/eds.v2n1.p43-48. Google Scholar Toding, Christman, Lumenta, Arie S. M., & Mamahit, Dringhuzen J. (2017). Pembuatan animasi 3 dimensi perbedaan sampah organik dan anorganik untuk anak- anak. Jurnal Teknik Informatika , 12 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.35793/jti.12.1.2017.17657. Google Scholar Yazdi, Mohammad. (2012). E-learning sebagai media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi. Jurnal Ilmiah Foristek , 2 (1). Google Scholar Copyright holder: Grace Devina Mulyadi (2022) First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under:
afc1dc5e-0d56-4973-83c9-f35104d2766a
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/download/9534/5984
Journal of Telenursing (JOTING) Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2024 e-ISSN: 2684-8988 p-ISSN: 2684-8996 DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v6i1.9534 ## INTERVENSI SPIRITUALITAS UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI TERHADAP PASIEN KANKER Ida Yanti 1 , Tuti Nuraini 2 ,Chiyar Edison 3 , Dewi Gayatri 4 Universitas Indonesia 1,2,3,4 [email protected] 1 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat spiritualitas dengan tingkat cemas dan depresi pada pasien kanker. Metode yang digunakan adalah sitematika review dari beberapa database seperti Scopus; Google scholar PubMed; ProQuest, dan EBSCOHost yang digunakan dalam pencarian artikel yang relevan. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat total 9 artikel yang telah dianalisis satunya adalah dengan Keadaan penyakit kanker yang kompleks menyebabkan penderita menghadapi berbagai macam gejala klinis, baik secara fisik maupun psikologis dan spiritualitas diperlukan pada pasien kanker dapat memberikan kenyamanan. Dalam konteks ini, kebutuhan akan aspek spiritualitas tidak dapat diabaikan, karena dapat memberikan kenyamanan dan memiliki dampak positif bagi kesehatan serta penyembuhan pasien. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritualitas merupakan hal yang sangat penting selain memperhatikan aspek kebutuhan lainnya pada individu yang mengalami kanker. Simpulan, intervensi spiritualitas yang dilakukan sesuai untuk menurunan tingkat kecemasan dan depresi pada pasien kanker diantaranya adalah terapi berdzikir, membaca buku-buku tentang keagamaan,konseling spiritual, asuhan keperawatan berdasarkan model asuhan spiritual berbasis dukungan, psikoterapi religius-spiritual, dan intervensi spiritual kelompok berbasis Al-Quran dan Islam. Kata Kunci: Cemas, Depresi, Kanker, Spiritualitas ## ABSTRACT This study aims to determine the factors that influence the level of spirituality and the level of anxiety and depression in cancer patients. The method used was a systematic review of several databases, such as Scopus, Google Scholar, PubMed, ProQuest, and EBSCOHost, which were used in the search for relevant articles. The research results show that there are a total of 9 articles that have been analyzed, one of which is the complex condition of cancer-causing sufferers to face various clinical symptoms, both physical and psychological, and the spirituality needed by cancer patients to provide comfort. In this context, the need for aspects of spirituality cannot be ignored because it can give comfort and positively impact the health and healing of patients. Therefore, fulfilling spiritual needs is very important, apart from paying attention to other aspects of needs in individuals experiencing cancer. Conclusion: The spiritual interventions carried out are suitable for reducing levels of anxiety and depression in cancer patients, including dhikr therapy, reading books about religion, spiritual counseling, nursing care based on a support-based spiritual care model, religious-spiritual psychotherapy, and Al- based group spiritual interventions. -Quran and Islam. Keywords: Anxiety, Depression, Cancer, Spirituality ## PENDAHULUAN Penyakit Kanker merupakan penyakit yang tidak menular dan dapat ditemukan di hampir semua organ atau jaringan tubuh ketika sel-sel abnormal tumbuh tak terkendali dan biasanya menyerang bagian tubuh yang berdekatan dan atau menyebar ke organ lain (metastasis) dan kanker merupakan penyebab utama kematian (WHO, 2022) . Kanker juga merupakan penyakit kronis yang berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan penderitanya baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Selama proses penyakit dan penyembuhan kanker, terjadi proses perubahan baik fisik ataupun psikis. Pembatasan hidup dan dampak buruk lain karena kanker dapat terjadi pada keluarga karena penyakitnya tersebut (Otto et al., 2020). Pasien yang mengidap kanker memiliki resiko tinggi untuk mengalami depresi dan peningkatan kecemasan (Khezri et al., 2022). Pasien yang didiagnosis kanker mengalami masalah dengan pemenuhan kebutuhan yang meliputi area emosional, psikologis, dan spiritual. Spiritual pada pasien pengidap kanker dapat mempengaruhi kecemasan dan depresi dan meningkatkan rasa ketidak kenyamanan (Moosavi et al., 2020). Kecemasan yang berlebihan dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga risiko tertular virus ini akan semakin tinggi (Padila et al., 2022; Andri et al., 2021; Pole et al., 2021). Masalah psikologis pasien kanker banyak mengalami gangguan kecemasan, depresi, keresahan akan munculnya kanker lain, ketakutan menjalani pemeriksaan, kekambuhan penyakit, dan kematian. Kecemasan merupakan gangguan psikologi yang disebabkan karena pasien menghadapi ketidakpastian, kekhawatiran tentang diagnosis penyakit kanker, efek pengobatan kanker, takut akan perkembangan kanker yang mengakibatkan kematian (Baqutayan., 2020). Beberapa situasi mereka merasa marah, takut sedih dan tertekan serta seringkali mengalami perubahan suasana hati. Gejala kecemasan yang dialami pasien kanker meliputi keluhan kelelahan, marah secara emosional, kurang tidur, kesal, agresif, merasa putus asa, sulit menerima penyakit, merasa membebani keluarga karena tidak bisa sembuh sepenuhnya, serta memikirkan pertumbuhan kanker yang menyebar keseluruh tubuh dalam waktu yang cepat (Baqutayan., 2020). Depresi pada pasien kanker disebabkan oleh efek samping pengobatan kemoterapi seperti mual muntah, rambut rontok, dan hot flushes (Ahmadi et al., 2022). Gejala depresi yang dialami pada pasien kanker seperti merasa putus asa, takut akan kematian Pada pasien dengan kanker stadium lanjut depresi akan meningkat. Diagonis cemas dan depresi, ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan penunjang. Terdapat beberapa kuisoner yang telah divalidasi dapat membantu untuk menegakkan diagnosis, salah satunya adalah HARS ( Hamilton anxiety rating scale ), Beck Depression Inventory Bdi). Dimensi spiritual dan agama dalam kehidupan pasien harus dijadikan komponen yang dapat terintegrasi dengan perawatan pasien. Dimensi spiritual memberi makna pada hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan lingkungan ( Nugroho et al., 2022). Membuat hipotesis bahwa kesejahteraan spiritual terhadap iman dan kualitas hidup dapat menurunkan angka depresi dan memberikan kedamaian pada pasien kanker. Pemenuhan kebutuhan spiritual individu meningkatkan kualitas hidup, tingkat kesejahteraan spiritualitas pasien, relaksasi pasien dan dapat menurunkan tingkat kecemasan, stress dan depresi yang dialami pasien kanker (Chen et al., 2021). Beberapa peneliti terdahulu yang dilakukan oleh seperti Wiksuarini et al., (2021) menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel hanya satu kali, pada satu saat dan dapat memberi informasi atau gambaran analisis situasi yang ada pada satu waktu yang menunjukkan besarnya dampak gangguan psikologis dengan keberhasilan terapi dan juga pada penelitian Beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Nasution et al., (2021) dengan tema yang terkait intervensi spiritual terhadap koping dan kesejahteraan spiritual pada 108 pasien kanker ginekologi dengan metode quasi eksperimen telah terbukti efektif dan juga penelitian De Ruysscher et al., (2020) yang terkait intervensi spiritual dan keagamaan pada pasien kanker dewasa dan pengasuhnya dengan metode systematic review pada artikel dengan metode RCT, quasi eksperimen dan uji klinis terkontrol yang memberikan gambaran intervensi spiritual yang ditemukan dengan menilai manfaat dan kerugian intervensi spiritual tersebut. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat melihat gambaran tingkat spiritualitas pada pasien pengidap kanker yang mengalami kecemasan dan depresi apakah ibadah spiritualitasnya menurun atau terjadi peningkatan,bila terjadi penurunan pada pasien pengidap kanker yang mengalami cemas dan depresi, spiritualitas merupakan hal yang sangat penting bagi pasien kanker untuk mendapatkan makna dan tujuan hidup ketika terdiagnosis. Hal ini perlu perencanaan dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu dengan fenomena tersebut perlu dilakukan penelitian ini untuk mengeksplorasi dan mensintesa literature ilmiah tentang hubungan tingkat spiritualitas terhadap cemas dan depresi yang efektif dapat meningkatkan kesejahteraan spiritual pada pasien pengidap kanker. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menerapkan intervensi kebutuhan spiritual yang dibutuhkan dan merupakan bagian dari asuhan keperawatan holistik pasien pengidap kanker dalam peningkatan kebutuhan kesejahteraan spiritual dengan memberikan edukasi berupa video tentang tata cara sholat, berwudhu/tayamun, membaca kitab keagaman, berdzikir pada pasien pengidap kanker yang dapat dilakukan ditempat tidur. ## METODE PENELITIAN Desain dan Metode Penelusuran Literatur Pencarian artikel ini menggunakan motode PRISMA dengan desaian Systematic review . untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhui tingkat spiritualitas dengan tingkat cemas dan depresi pada pasien kanker.melalui strategi pencarian jurnal atau artikel menggunakan data- based yang relevan dengan disesuaikan topik dari penelitian antara lain : Scopus, PubMed, ProQuest, dan EBSCOHost, Google schlar. Kata kunci yang digunakan. “ spiritual care intervention” or “spiritual intervention” AND “Anxiety And Deprresion ”. Gambar. 1 PRISMA Flow Diagram of Search Process Data Based, Pubmed, Scince Direct, EBSCOhost, Springer link,Google Sochler Keyword “Spiritualittas” AND Anxiety AND “Depression”And Cancer Hasil Pencarian (n6725) : Pubmed (n= 1586), Science Direct (n = 251), EBSCOhost (n= 256), Springer Link (n= 4623 Sc re ning Artikel yang akan diskrining judul dan abstak n = 6725 Artikel yang di ekslusi n = 6428 Inc lude Artikel yang di publish full- text = n = 297 1.Jurnal tidak sesuai dengan tema dan abstrak 2.Tidak berhubungan dengan lingkup tema yang diteliti 3.Bukan full+ text Artikel yang di review n = 10 Ide nti fi cati on Pemilihan artikel dilakukan analisis dan sintesis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel diskrining dengan membaca kembali untuk kesamaan judul, full-text , materi spesifik terhadap judul penelitian,sesuai dengan abstrak. Setelah itu, semua artikel yang sudah dipilih, dilakukan critical appraisal menggunakan format ceklis JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies . Pada setiap proses penilaian kritis dibahas oleh dua orang peninjau, jika terdapat perbedaan pendapat maka peninjau ketiga dilibatkan untuk menguatkan analisis dan memberikan ulasan dari artikel yang sudah disaring. Tahap akhir seleksi didapatkan sepuluh artikel jurnal yang akan dilakukan review. Terdapat tiga artikel yang menggunakan desain cross-sectiona dan tujuh Quasi eksperimental . Artikel tersebut akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhui tingkat spiritualitas dengan tingkat cemas dan depresi pada pasien kanker. ## HASIL PENELITIAN Tabel. 1 Deskripsi Artikel yang Dianalisis Identitas Jurnal Metode Penelitian Hasil Penelitian Huang, L., Tai, C., Longcoy, J., Susan, C. (2021). The Mutual Effects of Perceived Spiritual Needs on Quality of Life in Patients with Advanced Cancer and Family Caregivers (Journal of Hospice & Palliative Cross sectional study kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi. Secara khusus pada pasien kanker dilaporkan lebih banyak kebutuhan spiritual yang terkait dengan kebutuhan komunitas dan kebutuhan lain, seperti bersama keluarga Pasien dengan kanker stadium lanjut juga memiliki kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi; di antaranya, pergi ke layanan keagamaan (25,5%) dan bersama teman (9,8%) Ahmadi, A., Heidarzadeh, A., Dehghan, M., Safarizadeh, M. H., & Forouzi, M. A. (2023). Spiritual coping strategies: Relationship with physical, anxiety, and depression symptoms of patients with cancer. Indian Journal of Cancer. A cross-sectional Penelitian menunjukkan bahwa mean (±SD) penerapan metode strategi coping spiritual adalah 35,69 ± 10,92 dan untuk subskalanya mean (±SD) penerapan dan nonreligius adalah 16,92 ± 5,6 dan 18,77 ± 6,24. Tidak ada korelasi yang signifikan antara gejala fisik, kecemasan, dan depresi dengan strategi coping spiritual (r = - 0.12,P=0,12; r = 0,07,P=0,41; dan r = - 0,05,P=masing-masing 0,5) Chen, J., You, H., Liu, Y., Kong, Q., Lei, A., & Guo, X. (2021). Association between spiritual well-being, quality of life, anxiety and depression in patients with gynaecological cancer in China. Medicine (United States ), 100(1), E24264. Cross Sectional Hasil Kesejahteaan spiritual berkorelasi positif dengan kualitas hidup pada pasien kanker Erwin, W., Beti, H,, M, Amarullah. (2021). Spiritualitas dan Depresi pada Pasien Kanker cross sectional Hasil bahwa spiritualitas secara signifikan berhubungan terhadap depresi dengan nilai P value 0.01 < 0.05. Pada penderia kanker diharapkan agar lebih memperhatikan masalah spiritualitas Khezri, E., Bagheri-Saveh, M. I., Kalhor, M. M., Rahnama, M., Roshani, D., & Salehi, K. (2022). Nursing care based on the Support- Based Spiritual Care Model increases hope among women with breast cancer in Iran. Supportive Care in Cancer. Quasi eksperimen Pemberian asuhan keperawatan berdasarkan Model Asuhan Spiritual Berbasis Dukungan dapat meningkatkan harapan pada pasien kanker payudara. Implikasi klinis Profesional kesehatan dapat meningkatkan harapan pada pasien kanker melalui perencanaan yang tepat dan dukungan yang memadai Mehr, S. S., Saberian, N., Akbari, M. E., & Asem, F. M. (2021). A Study on the Effectiveness of Spiritual Intervention on Perception of God and Attitude toward Death in Women with Breast Cancer Saeedeh Sarafraz Mehr Narjes Saberian. Quasi eksperimental Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi spiritual (P< 0,05) efektif secara signifikan dalam meningkatkan persepsi tentang Tuhan dan mengurangi raasa kecemasan guna mengindari kematian pada pasien kanker payudara Xiang-B., Yan-Q. (2021 ). Efficacy of combined naikan and morita therapies on psychological distress and posttraumatic growth in Chinese patients with advanced cancer Quasi eksperimen Menunjukkan penurunan skor tekanan psikologis dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan skor total pertumbuhan pasca-trauma dan skor subskala yang lebih tinggi dalam hubungannya dengan orang lain perubahan spiritual, dan apresiasi kehidupan. Penurunan yang signifikan dalam, kegugupan/kecemasan. Mustafa Durmus. (2021). Pengaruh Perawatan Spiritual terhadap Tingkat Kecemasan dan Depresi pada Pasien yang Mendapat Perawatan kronis Uji Coba Terkontrol Secara Acak Quasi-eksperimen Penguatan spiritualitas efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan dan depresi pasien yang menerima perawatan kronis. Dapat disarankan agar perawatan spiritual digunakan sebagai metode pelengkap dalam praktik layanan kesehatan untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. Wardaningsih, S., & Junita, A. P. (2021). Nurse’s experiences in implementing an islamic care nursing practice in sharia-based hospital Yogyakarta: A phenomenological study. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences. Quasi-eksperimen Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan pasien pada pre test dan post test kelompok perlakuan. Perubahan ini terjadi karena pengaruh intervensi spiritual yang diberikan kepada pasien kanker serviks sehingga Nasution, L. A., Afiyanti, Y., & Kurniawati, W. (2021). The Effectiveness of Spiritual Intervention in Overcoming Anxiety and Depression Problems in Gynecological Cancer Patients. Jurnal Keperawatan Indonesia Quasi-eksperimen Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan skor rata-rata kecemasan dan depresi antara kelompok intervensi dan kontrol (p = 0,001). Intervensi spiritual dapat diterapkan sebagai bagian dari asuhan keperawatan holistik pada pasien kanker, terutama yang ginekologi. Penelitian dalam artikel tersebut dilakukan di beberapa negara seperti di Turki, Portugal, Taiwan. dan Amerika. Beberapa dari tinjauan sistematis ini meringkas 10 studi mengenai spiritual, cemas, depresi. Penelitian ini menunjukkan menunjukan penguatan spiritual efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan dan depresi pada pasien kanker yang menerima perawatan. ## PEMBAHASAN Intervensi spiritual dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan spiritual sehingga kualitas hidup pasien kanker bisa meningkat. Pada t emuan dari studi tinjauan sistematik ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai efek positif pada dimensi psikologis pasien pengidap kanker yang ditimbulkan dari adanya pemberian therapi berbasis spiritual. Penelitian Damen at el., (2022) menunjukan spiritual efektif untuk meningkatkan kesehatan, seperti yang terlihat pada kesehatan mental, spiritualitas, kesejahteraan, dan hasil fisik. Hal ini sangat penting bagi perawat dan manajer perawat yang ingin memberikan perawatan holistik kepada pasiennya. Mayoritas studi menunjukkan bahwa penurunan skala kecemasan dan depresi selama pasien menjalani kemoterapi rutin paling sering dilaporkan setelah adanya pemberian intervensi spiritual (Durmuş & Ekinci, 2022; Moosavi et al., 2020). Hasil penelitian studi korelasi mengungkapkan bahwa kesehatan mental yang buruk, stres psikologis, gangguan tidur, dan keluhan psikosomatis dikaitkan dengan kesejahteraan eksistensial dan spiritual yang lebih rendah. Kesejahteraan spiritual merupakan faktor pelindung terhadap gangguan kejiwaan ringan. Semakin tinggi skor kesejahteraan spiritual dan, khususnya, kesejahteraan eksistensial, semakin tinggi kemungkinan kesehatan mentalnya lebih baik. Temuan hasil tinjauan sistematik lainnya mengungkapkan bahwa efek pemberian terapi berbasis spiritualitas ini juga mampu memberikan penurunan ketakutan melalui pemberian sesi meditasi, relaksasi dan mendengarkan musik selama pasien Hosseini et al., (2023), penurunan keputusasaan melalui pemberian s piritual emotional freedom technique (SEFT) Irman & Wijayanti (2022), peningkatan skor spiritual well-being melalui pemberian nyanyian spiritual De Ruysscher et al., (2020) serta kesejahteraan emosional melalui meditasi dan peningkatan hubungan dengan Tuhan pada pasien hemodialisis ( Otto et al., 2020). Pasien pengidap kanker sebagian besar dilaporkan akan mengalami keterbatasan dalam peran fisik, peran emosional, status pekerjaan, kinerja pekerjaan, dan kualitas hidup yang rendah. Hal ini mengakibatkan pasien penderita kanker akan berisiko mengalami permasalahan dalam hal kemandirian, mekanisme adaptasi dan komunikasi terganggu karena ketidakpastian tentang masa depan, dan krisis spiritual dapat muncul pada orang tersebut (Huang et al., 2021). Pada titik inilah peningkatan kemampuan dan terapi spiritualitas pasien pengidap kanker dapat diberikan. Beberapa dari penelitian sudah melakukan penelitian tentang kebutuhan spiritual pada pasien pengidap kanker yang mengalami kecemasan dan depresi dengan mempertimbangkan berbagai aspek dari setiap individu. Kebutuhan spiritual pada pasien pengidap kanker sangat beragam berhubungan dengan kepercayaan, adat istiadat dan aktivitas spiritual menurut agama islam diantaranya adalah praktik religius keagamaan, seperti mentalkin kan pasien dying, membacakan ayat-ayat Al- Quran ataupun kitab suci lainnya dan berdoa (Ahmadi et al., 2022). Sehingga perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu mengetahui bagaimana pasien menjalankan praktik keagamaan-ibadah pasien kanker yang menjalani perawatan di Rumah Sakit (Wardaningsih & Junita., 2021). Oleh karena itu, perawat dapat membantu dalam perjalanan religius pasien selama menjalani rawat inap di rumah sakit, dapat memfasilitasi dan mendukung pencarian makna yang lebih dalam tentang keimanan dan Perawat percaya bahwa kegiatan keagamaan dapat berfungsi sebagai bagian dari terapi (Mehr et al., 2021). Spiritualitas menjadi sangat penting pada pasien pengidap kanker ketika individu mengalami situasi kritis, oleh sebab itu percaya kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi dapat mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh penyakit kanker (Damen et al., 2022). Beberapa studi menemukan bahwa kebutuhan spiritual meningkatkan kesehatan dalam semua dimensi dan secara positif mempengaruhi kualitas hidup. World Health Organization (WHO) menambahkan kesehatan spiritual sebagai bagian penting dari kesehatan, menunjukkan bahwa kesehatan keseluruhan pasien dalam tubuh, pikiran, masyarakat dan jiwa harus ditekankan dan ditingkatkan. Dengan demikian, kesehatan spiritual diwajibkan untuk semakin dihargai oleh staf medis (Zhang et al., 2020). Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman yang dirasakan seseorang secara subyektif terhadap ancaman (Hudock et al., 2023). Berdasarkan penelitian Fanoodi et al., (2020) ketakutan akan kematian memiliki konsekuensi yang berbahaya, seperti dikaitkan dengan depresi, kecemasan yang berdampak pada kualitas hidup pasien kanker. Kecemasan dan depresi akan meningkat sejalan dengan keparahan penyakitnya sehingga dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengatasi beban penyakit, menurunkan penerimaan pengobatan, memperpanjang waktu perawatan, meningkatkan resiko bunuh diri dan mengurangi kualitas hidup (Ijriani & Rahmawati, 2021). Depresi pada pasien kanker disebabkan karena spiritualitas yang rendah (Asher et al., 2023). Penanganan spiritualitas dan religius koping negatif seperti perasaan ditinggalkan atau dihukum oleh Tuhan, mempertanyakan Tuhan sehingga menyebabkan kualitas hidup yang lebih buruk (Mehr et al., 2021). Sehingga dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengatasi beban penyakit, menurunkan penerimaan pengobatan, memperpanjang waktu perawatan, meningkatkan resiko bunuh diri dan mengurangi kualitas hidup. ## SIMPULAN Intervensi spiritualitas dengan penguatan spiritual antara lain:mentalkinkan pasieng dying,membaca ayat-ayat Alquran ataupun kitab suci lainnya dan aktifitas berdoa,efektif membantu menurunkan tingkat kecemasan dan depresi pada pasien kanker. Oleh sebab itu, penting bagi Perawat untuk mengetahui kebutuhan spiritual pasien kanker agar dapat direncanakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan dengan kebutuhan pasien. ## SARAN Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker, terutama untuk memfasilitasi kebutuhan spiritual pasien kanker, penelitian selanjutnya dapat memberikan masukan untuk membuat standar operasional prosedur pemenuhan kebutuhan spiritual pasien pengidap kanker dirumah sakit, dan dapat memberikan pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan masalah kesehatan spiritualitas pada pasien pengidap kanker dengan cara memberikan pelatihan pada tenaga kesehatan untuk dapat mengkaji dan menangani masalah spiritualitas pada pasien kanker. ## DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A., Heidarzadeh, A., Dehghan, M., Safarizadeh, M. H., & Forouzi, M. A. (2023). Spiritual Coping Strategies: Relationship with Physical, Anxiety, and Depression Symptoms of Patients with Cancer. Indian Journal of Cancer, 60 (3), 439–446. https://doi.org/10.4103/ijc.IJC_902_20 Andri, J., Padila, P., & Arifin, N. A. W. (2021). Tingkat Kecemasan Pasien Kardiovaskuler pada Masa Pandemi COVID-19. Journal of Telenursing (JOTING), 3 (1), 382-389. https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/2167 Asher, A., Shirazipour, C. H., Capaldi, J. M., Kim, S., Diniz, M., Jones, B., & Wertheimer, J. (2023). A 6-Week Program to Strengthen Resiliency Among Women With Metastatic Cancer: A Randomized Clinical Trial. Oncologist, 28 (8), E669–E682. https://doi.org/10.1093/oncolo/oyad091 Baqutayan, S. M. S. (2020). What Determine the Givers Behavior? The Mindset of Waqf Giver in Malaysia. Sociology International Journal, 4 (1), 17-23. https://doi.org/10.15406/sij.2020.04.00218 Chen, J., You, H., Liu, Y., Kong, Q., Lei, A., & Guo, X. (2021). Association between Spiritual Well-Being, Quality of Life, Anxiety and Depression in Patients with Gynaecological Cancer in China. Medicine (United States), 100 (1), E24264. https://doi.org/10.1097/MD.0000000000024264 Damen, A., Raijmakers, N. J. H., van Roij, J., Visser, A., Beuken-Everdingen, M. van den, Kuip, E., van Laarhoven, H. W. M., van Leeuwen-Snoeks, L., van der Padt-Pruijsten, A., Smilde, T. J., Leget, C., & Fitchett, G. (2022). Spiritual Well-Being and Associated Factors in Dutch Patients with Advanced Cancer. Journal of Pain and Symptom Management , 63 (3), 404–414. https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2021.10.004 De Ruysscher, D., Faivre-Finn, C., Nackaerts, K., Jordan, K., Arends, J., Douillard, J. Y., Ricardi, U., & Peters, S. (2020). Recommendation for Supportive Care in Patients Receiving Concurrent Chemotherapy and Radiotherapy for Lung Cancer. Annals of Oncology , 31 (1), 41–49. https://doi.org/10.1016/j.annonc.2019.10.003 Fanoodi, A., Aramjoo, H., Khorasani, S. H. M., Saberi, A., Ashrafipour, M., & Ramazani, A. (2020). Relationship Between Spiritual Health and Stress, Depression, and Anxiety in Hemodialysis Patients. Health Technology Assessment in Action , 4 (4). https://doi.org/10.18502/htaa.v4i4.6864 Hosseini, B., El Abd, A., & Ducharme, F. M. (2022). Effects of Vitamin D Supplementation on COVID-19 Related Outcomes: A Systematic Review and Meta- Analysis. Nutrients , 14 (10), 2134. https://doi.org/10.3390/nu14102134 Huang, L. T., Tai, C. Y., Longcoy, J., & McMillan, S. C. (2021). The Mutual Effects of Perceived Spiritual Needs on Quality of Life in Patients With Advanced Cancer and Family Caregivers. Journal of Hospice and Palliative Nursing : JHPN : The Official Journal of the Hospice and Palliative Nurses Association , 23 (4), 323–330. https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000758 Hudock, N. L., Mani, K., Khunsriraksakul, C., Walter, V., Nekhlyudov, L., Wang, M., Lehrer, E. J., Hudock, M. R., Liu, D. J., Spratt, D. E., & Zaorsky, N. G. (2023). Future Trends in Incidence and Long-Term Survival of Metastatic Cancer in the United States. Communications Medicine , 3 (1). https://doi.org/10.1038/s43856-023-00304-x Ijriani, A., & Rahmawati, R. (2021). Intervensi Spiritual terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA) , 3 (3), 109–114. https://doi.org/10.36590/jika.v3i3.194 Khezri, E., Bagheri-Saveh, M. I., Kalhor, M. M., Rahnama, M., Roshani, D., & Salehi, K. (2022). Nursing Care Based on the Support-Based Spiritual Care Model Increases Hope Among Women with Breast Cancer in Iran. Supportive Care in Cancer, 30 (1), 423–429. https://doi.org/10.1007/s00520-021-06413-4 Mehr, S. S., Saberian, N., Akbari, M. E., & Asem, F. M. (2021). A Study on the Effectiveness of Spiritual Intervention on Perception of God and Attitude toward Death in Women with Breast Cancer. European Journal of Medicine and Natural Sciences, 4 (1), 11-26. https://revistia.com/index.php/ejmn/article/view/5037 Moosavi, S., Borhani, F., Akbari, M. E., Sanee, N., & Rohani, C. (2020). Recommendations for Spiritual Care in Cancer Patients: A Clinical Practice Guideline for Oncology Nurses in Iran. Supportive Care in Cancer : Official Journal of the Multinational Association of Supportive Care in Cancer , 28 (11), 5381–5395. https://doi.org/10.1007/s00520-020- 05390-4 Nasution, L. A., Afiyanti, Y., & Kurniawati, W. (2021). The Effectiveness of Spiritual Intervention in Overcoming Anxiety and Depression Problems in Gynecological Cancer Patients. Jurnal Keperawatan Indonesia , 24 (2), 99–109. https://doi.org/10.7454/jki.v24i2.990 Nugroho, E. G. Z., Nugroho, H. A., Abdurrahman, A., & Kusuma, H. (2022). Terapi Spiritual terhadap Kecemasan dan Depresi pada Pasien Hemodialisis : Literatur Review. Jourkep : Journal Keperawatan , 1 (1), 36–42. https://doi.org/10.58774/jourkep.v1i1.8 Otto, I. M., Donges, J. F., Cremades, R., Bhowmik, A., Hewitt, R. J., Lucht, W., Rockström, J., Allerberger, F., McCaffrey, M., Doe, S. S. P., Lenferna, A., Morán, N., van Vuuren, D. P., & Schellnhuber, H. J. (2020). Social Tipping Dynamics for Stabilizing Earth’s Climate by 2050. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America , 117 (5), 2354–2365. https://doi.org/10.1073/pnas.1900577117 Padila, P., Ningrum, D. S., Andri, J., Sartika, A., & Andrianto, M.. (2021). Kecemasan Orang Tua Ketika Anak Berinteraksi Sosial di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Keperawatan Silampari, 5 (1), 168-177. https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2709 Pole, J. S., Andri, J., & Padila, P. (2021). Cardiovascular Patient’s Anxiety in the Time of the COVID-19 Pandemic. JOSING: Journal of Nursing and Health, 2 (1), 15-21. https://doi.org/10.31539/josing.v2i1.3022 Wardaningsih, S., & Junita, A. P. (2021). Nurse’s Experiences in Implementing an Islamic Care Nursing Practice in Sharia-Based Hospital Yogyakarta: A Phenomenological Study. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences , 9 , 182–188. https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.5814 Wiksuarini, E., Haerani, B., & Amrullah, M. (2021). Spiritualitas dan Depresi pada Pasien Kanker. In Jurnal Kesehatan Qamarul Huda , 9 (2), 93-99. https://doi.org/10.37824/jkqh.v9i2.2021.265 Zhang, Y., & Ma, Z. F. (2020). Impact of the COVID-19 Pandemic on Mental Health and Quality of Life Among Local Residents in Liaoning Province, China: A Cross-Sectional Study. International Journal of Environmental Research and Public Health , 17 (7). https://doi.org/10.3390/ijerph17072
635a7914-c9ee-437d-90d8-0c5d0b5c6470
https://jurnal.stkippgribl.ac.id/index.php/lentera/article/download/477/417
LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan p-ISSN 1979-5823 e-ISSN 2620-7672 http://jurnal.stkippgribl.ac.id/index.php/lentera ## UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING (Penelitian Tindakan di Kelas X IPA 1 SMAN 3 Metro) Hepi Rosita SMAN 3 Metro [email protected] How to cite (in APA Style) : Rosita, Hepi. (2020). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Metode Discovery Learning (Penelitian Tindakan di Kelas X IPA 1 SMAN 3 Metro). LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan , 13 (2), pp. 391-402. Abstract: In learning of Biology, motivation is needed by students to build self-readiness in improving and storing learning information delivered by educators at school. Therefore, this study aims to determine the increase in motivation and learning outcomes of class X IPA 1 SMA Negeri 3 Metro on biodiversity material using the discovery method. The research design used was classroom action research. Data collection procedures in the study include observation, documentation, and interviews. Data collection techniques and tools are test and non-test. The results showed that the average student learning motivation before the action was taken was 40.27 in the sufficient category, while the average learning outcome was at a score of 59. From Cycle I, the motivation aspect obtained a score of 77.83 in the good category. While the learning outcomes reached a score of 76. Furthermore, in Cycle II, the motivation aspect reached a score of 105.70 (very good), and learning outcomes obtained an average of 90. The conclusion of this study shows that there is an increase in motivation from the first cycle of 37.56% and learning outcomes 17%, Cycle II motivation increased to 27.87 and learning outcomes increased 14%. Keywords: discovery learning, motivation, and learning outcomes. Abstrak: Dalam pembelajaran Biologi, motivasi sangat diperlukan peserta didik untuk membangun kesiapan diri dalam meningkatkan dan menyimpan informasi pembelajaran yang disampaikan pendidik di sekolah. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri 3 Metro pada materi keanekaragaman hayati dengan metode discovery . Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian meliputi observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik dan alat pengumpulan data adalah tes dan non tes. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata motivasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan adalah 40,27 dengan kategori cukup, sedangkan rata-rata hasil belajar berada pada skor 59. Dari Siklus I, pada aspek motivasi memperoleh skor 77,83 dalam kategori baik. Sedangkan hasil belajar mencapai skor 76. Selanjutnya, pada Siklus II, aspek motivasi mencapai skor 105,70 (sangat baik), dan hasil belajar memperoleh rata-rata sebesar 90. Simpulan penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari siklus I sebesar 37,56% dan hasil belajar 17%, Siklus II motivasi meningkat menjadi 27,87 dan hasil belajar meningkat 14%. Kata Kunci: discovery learning , motivasi, dan hasil belajar. PENDAHULUAN Dalam proses belajar mengajarmotivasi sangat besar peranannya terhadap hasil belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Pada semua usia, motivasi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung akan mempunyai sikap positif untuk berhasil (Andriyani, dkk., 2018). Begitu pula dalam pembelajaran Biologi diperlukan dorongan atau motivasi bagi peserta didik agar lebih memahami makna pembelajaran yang diberikan baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Berbagai upaya dilakukan untuk penguatan materi dilakukan di akhir pembelajaran, seperti memberi contoh laporan sederhana untuk ditentukan setiap topik pembelajaran, juga penjelasan ulang, namun, hal tersebut tidak menyumbang banyak untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam belajar sehingga hasilnya kurang memuaskan. Berdasarkan pengamatan pembelajaran bilogi di kelas X IPA 1 SMA Negeri 3 Metro tersebut, dapat diduga penyebab mengapa mutu belajar peserta didik masih rendah karena metode yang digunakan kurang relevan dengan materi ajar. Peserta didik kurang termotivasi untuk belajar di rumah sebelum belajar di sekolah; peserta didik merasa bosan dalam pembelajaran biologi karena pendidik yang masih mengandalkan metode ceramah. Untuk menyelesaikan masalah tersebut penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakan metode Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar Biologi. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedangakn guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu sehingga prestasi siswa meningkat. Discovery Learning mengacu pada pembelajaran yang terjadi ketika siswa terlibat dalam pengalaman dan eksperimen, dimana mereka mendapatkan pengetahuan dan konsepnya sendiri Salah satu pemilihan metode discovery ini dikarenakan peserta didik akan lebih tertarik untuk belajar jika melibatkan aspek psikomotor peserta didik. Sehubungan dengan itu, penerapan metode discovery dalam proses pembelajaran biologi melibatkan media belajar sebagai benda yang memeragakan konsep keanekaragaman hayati. Penggunaan media pembelajaran perlu dipertimbangkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang tepat dapat membuat proses pembelajaran menarik, sehingga memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi pelajaran sehingga memungkinkan mereka mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Adyan, dkk., 2019). Dalam pembelajaran, ada berbagai media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan oleh para guru untuk menarik perhatian siswa di kelas, antara lain: animasi, modul, peta konsep, komik, laboratorium real, laboratorium virtual, dan lain-lain. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Eanekaragaman Hayati dengan Metode Discovery Learning (Penelitian Tindakan di Kelas X IPA 1 SMAN 3 Metro)”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri 3 Metro dalam pembelajaran biologi pada materi keanekaragaman hayati dengan metode discovery. ## KAJIAN TEORI Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang dapat merubah tingkah laku seseorang secara disadarinya. Menurut Winataputra (2012:1.5) mengatakan belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami yangditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Pendapat lain oleh Hamalik (2013:154), dikemukakan pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai bentuk interaksi antara peserta didik dengan lingkungan untuk melakukan proses pembelajaran yang dilakukan secara sengaja. Dimyati dan Mudjiono (2013:9) mengatakan belajar adalah suatu perilaku, pada saat seseorang belajar akan mendapatkan respon yang baik. Orang belajar menghasilkan sesuatu, sekarang orang belajar sekaligus menghasilkan sesuatu berupa karakter pembelajaran. Pendapat ini meberikan penjelasan bahwa belajar dapat mendapatkan atau menghasilkan sesuatu yang berharga atau bermanfaat bagi orang lain. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas belajar (Suprijono, 2013:2). Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku, hal ini berarti bahwa dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. ## Hakikat Motivasi Belajar Motivasi adalah pernyataan perasaan atau pikiran yang membantu terciptanya kerja yang optimal dan keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Sardiman (2010:85) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu set yang dapat individu lakukan dalam kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Masih dalam hal yang sama Hamalik (2013:175) mengatakan bahwa fungsi motivasi adalah suatu yang mendorong untuk berbuat timbulnya kelakuan atau perbuatan. Berkaitan dengan pendapat tersebut penulis menjelaskan ada tiga hal pokok dalam motivasi, yaitu ada dorongan, usaha dan tindakan (perilaku) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai dorongan. Sehubungan dengan hal tersebut Mamik (2010:138) mengatakan „motivasi merupakan konsep yang kita gunakan untuk menggambarkan dorongan- dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakan dan mengarahkan perilaku”. Dimyati dan Mudjiono (2013:35) mengatakan sebagai berikut “kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan atau tenaga yang berasal dari dalam diri manusia yang mendorong untuk bertindak, melakukan sesuatu, untuk mencapai suatu tujuan khususnya tujuan pembelajaran. ## Indikator Motivasi Belajar Peserta Didik Motivasi belajar sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam melaksanakan rposes pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:83) menyatakan sebagai berikut: a) Adanya hasrat atau keinginan berhasil, b) Dorongan dan kebutuhan dalam belajar, c) Adanya harapan dan cita-cita, d) Adanya penghargaan dlam belajar, e) Kegiatan belajar yang menarik, dan f) Lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut diperjelas oleh Sardiman (2010: 87: mengatakan bahwa: a) Tekun menghadapi tugas, b) Ulet dalam menghadapi kesulitan, c) Menunjukkan minat terhadap masalah dalam belajar, d) Lebih senang bekerja mandiri e).Cepat bosan dengan tugas yang rutin, f) Dapat mempertahankan pendapatnya, g) Tidak mudah melepas terhadap hal yang diyakini, dan h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi belajar peserta didik ditentukan oleh kepedulian, daya tahan dalam menghadapi setiap tantangan dan masalah serta tekun dalam belajar. Dalam proses pembelajaran bilogi motivasi belajar menjadi sangat penting, maka pendidik harus berupaya untuk membangkitkan motivasi peserta didik khususnya kelas X IPA 1 dalam hal pembelajaran biologi. Berkaiatan dengan hal ini dipertegas oleh Djamarah (2014:148) mengatakan bahwa: a. Membangkitkan dorongan peserta didik untuk belajar b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai c. Memberikan rewad atas prestasi yang diperoleh peserta didik sehingga merangsang motivasi untuk belajar. d. Membiasakan belajar yang baik e. Membantu serta membimbing kesulitan dalam belajar. f. Menggunakan metode yang bervariasi. ## Hasil Belajar Biologi Hakikat hasil belajar merupakan tujuan akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, dimana peserta didik diberikan perlakuan berupa tes untuk mengukur ketercapaian terhadap penguasaan materi yang telah diberikan. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Bloom (Suprijono, 2013: 6) mengatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Susanto (2014:5) mengatakan hasil belajar merupakan perubahan –perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kedua pendapat tersebut dapat diberikan penjelasan bahwa hasil belajar sebagai keseluruhan proses setelah mengikuti proses pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Jihad dan Haris (2012: 14) mengatakan sebagai berikut, hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Secara lebih mendalam, Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang diakhiri dengan proses evaluasi. Pendapat ini memberikan makna bahwa hasil belajar sebagai bentuk interaksi pengalaman belajar untuk mencapai titik tertentu yaitu berupa hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran. Menurut Caroll (dalam Sudjana, 2010:40) menyatakan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: 1) bakat siswa, 2) waktu yang tersedia abagi siswa, 3) waktu yang diperlukan bagi guru, untuk menjelaskan materi, 4) kualitas pengajaran, dan 5) kemampuan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Rusman (2013:124) mengatakan sebagai berikut: faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dn faktor instrumental. Kedua pendapat tersebut memberikan makna bahwa hasil belajar sanagat dipengaruhi oleh kedua faktor peserta didik baik internal dan eksternal. Sehubungan dengan hal tersebut Slameto (2015:54-60) menyatakan bahwa faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen ada tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor eksteren terdiri dari faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada kesempatan yang sama (Suryabrata, 2014:234) menyatakan sebagai berikut: tinggi rendahnya hasil belajar siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya, antara lain: 1) semangat belajar siswa kurang, 2) sarana belajar kurang, 3) penggunaan metode mengaja yang tidak efektif, dan 4) guru yang kurang bersemangat dalam mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syah (2013:144) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yanti faktor internal yang terdiri dari fisiologi dan psikologi, sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan sosial, dan lingkungan non sosial. Lebih jauh Annurahman (2014:178) mengatakan bahwa hasil belajar berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, mengolah bahan ajar, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Metode Discovery Learning (Penelitian Tindakan di Kelas X IPA 1 SMAN 3 Metro) kebiasaan belajar, faktor guru, lingkungan sosial, dan sarana prasarana. Pendapat ini memebrikan makna bahwa hasil belajar peserta didik tidak hanya yang berasal dari interen saja tetapi juga di dalamnya ada faktor guru, metode yang digunakan, bahan ajar yang memadai, serta sarana prasarana yang cukup. Sedangkan menurut Susanto (2014:5) mengatakan hasil belajar merupakan perubahan –perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Purwanto (2011: 46) mengatakan hasil belajar adalah perubahan peserta ddii akibat belajar. Jadi dalam hal ini motivasi belajar dan hasil belajar berpengaruh terhadap minat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi, karena semakin tinggi motivasi belajar maka hasil belajar yang dicapai akan semakin meningkat. Kedua pendapat tersebut dapat diberikan penjelasan bahwa hasil belajar sebagai keseluruhan proses setelah mengikuti proses pembelajaran. ## Pembelajaran Biologi dengan Metode Discovery Metode discovery merupakan metode pembelajaran penemuan dimana peserta didik diarahkan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran biologi kelas X IPA 1 SMA Negeri 3 Metro. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 58 (2014:554) menjelaskan bahwa metode discovery learning, inkuiri bassed learning, project bassed learning dan problems bassed learning memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik dapat dikembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut Humairoh (2014:2) mengatakan pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan peserta didik didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Menurut Syah (2013:244) mengatakan bahwa prosesing sebagai bentuk proses pembelajaran dengan baik dan kreatif, pendidik memberikan kesempatan pserta didik untuk menemukan teori, konsep, pemahaman yang dijumpai dalam kehisupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat tersebut peserta didik berusaha untuk memeriksa kembali terhadap informasi untuk mencari jawaban hippotesis yang telah dirumuskan. ## METODE Desain penilitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) . Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut (Trianto, 2011). Penelitian ini dilaksanakan dengan empat tahapan pada tiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket dan tes siklus. Data yang diperoleh adalah aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru, motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar peserta didik sebelum dilakukan tindakan adalah 40,27 dikatakan cukup, hasil belajar bilogi rata-rata mencapai skor 59. ## Hasil Siklus I Observasi dilakukan pada tanggal 26, Juli 2016 dan 2 dan 9 Agustus 2016 pukul 07.15 – 08.45 oleh teman sejawat menggunakan instrument daftar cek list terkait dengan proses pembelajaran dan keterlaksanaan pembelajaran biologi. Tabel 1. Deskrispsi Hasil Angket Motivasi Belajar Bilogi Prasiklus- Siklus I Indikator Pra sik. (%) Sik.I (%) Pening- katan (%) Keinginan untuk berhasil 36 75,6 6 39,33 Dorongan dan kebutuhan 36,2 79 43,5 Tekun dalam mengerjakan tugas 37,5 78,5 41 Ulet dalam menghadapi masalah 54,5 80,5 26 Senang belajar mandiri 47 73,5 26,5 Cepat merasa bosan terhadap tugas-tugas rutin 37 78 41 Gigih mempertahankan pendapat 36,5 79 43,2 Sering mencari pemecahan soal- soal 37,5 78,5 41 Rata-rata 40,2 7 77,8 3 37,56 Angket motivasi brata-rata motivasi belajar peserta didik sebelum dilakukan tindakan adalah 77,83 dikatakan baik, meningkat sebesar 37,56% dan hasil belajar 76, meningkat 17%. ## Tabel 2. Sebaran Tingkat Motivasi Prasiklus ke Siklus I Predikat Siklus Ket. Pra sik. Sik.I Termotivasi Kurang 32 0 Termotivasi Cukup 0 32 + Termotivasi Baik 0 0 + Termotivasi Sangat Baik 0 0 Selain hasil angket, diperoleh data bahwa hasil tes dapat ditampilan pada tabel berikut. Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar ## Biologi Prasiklus - Siklus I Aspek yang Diukur Pra sik. Sik. Pening- katan Rata-rata 59 76 17 Nilai Tertinggi 80 90 10 Nilai Terendah 30 60 30 Simpangan Baku 13 10 Tuntas 3 18 Belum Tuntas 29 14 15 Di atas rata- rata 19 18 Di bawah rata- rata 13 14 Jumlah 1.890 2.430 540 Banyak data 32 32 Untuk melihat perkembangan atau kemajuan motivasi dan hasil belajar biologi kelas X IPA 1 semester ganjil SMA Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016-2017 ditampilkan pada gambar berikut. Gambar 1. Deskripsi Hasil Belajar Biologi Prasiklus ke Siklus I Refleksi Data nilai hasil belajar siklus I ketika dibandingkan dengan prasiklus menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar biologi dari prasiklus ke siklus I ditampilan pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Biologi ## Prasiklus ke Siklus I Peningkatan rata-rata terjadi 17 dari 59 pada prasiklus menjadi 76 pada siklus I menunjukkan pengaruh tindakan pada pencapaian hasil belajar peserta didik/ Tindakan yang dilakukan pada siklus I telah memberikan perubahan pada hasil belajar peserta didik. Meskipun sudah lebih baik tetapi belum mencapai indikator ketercapaian 75. ## Hasil Siklus II Tes hasil belajar biologi mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam keanekaragaman hayati di Indonesia sebelum perlakuan pada siklus I. Observasi dilakukan pada tanggal 16, 23, dan 30 Agustus 2016 pukul 07.15 – 08.45. 2) Hasil Angket Motivasi Belajar Biologi Tabel 4. Deskrispsi Hasil Angket Motivasi Belajar Bilogi Siklus II Indikator Sik.I (%) Sik.II (%) Pening- katan (%) Keinginan untuk berhasil 75,66 101,66 26 Dorongan dan kebutuhan 79 105,5 26,5 Tekun dalam mengerjakan tugas 78,5 102,5 24 Ulet dalam menghadapi masalah 80,5 116 35,5 Senang belajar mandiri 73,5 101,5 28 Cepat merasa bosan terhadap tugas-tugas rutin 78 102,5 24,5 Gigih mempertahank an pendapat 79 114 35 Sering mencari pemecahan soal-soal 78,5 102 23,5 Rata-rata 77,83 105,70 27,87 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar peserta didik sebelum dilakukan tindakan kedua adalah 105,70, meningkat sebesar 27,87%. Data tersebut dapat ditampilkan pada gambar berikut. 0 20 40 60 80 100 Prasiklus Siklus I Column1 0 20 40 60 80 Rata- rata Prasiklus Siklus I Column1 Gambar 3. Sebaran Angket Siklus I ke Siklus II Tabel 5. Sebaran Tingkat Motivasi Siklus I ke Siklus II Predikat Siklus Ket. Pra sik I Sik.II Termotivasi Kurang 0 0 Termotivasi Cukup 32 0 - Termotivasi Baik 0 21 + Termotivasi Sangat Baik 0 11 + ## 3) Hasil Belajar Biologi Selain hasil angket, diperoleh data bahwa hasil tes dapat ditampilan pada tabel berikut. Tabel 6. Deskripsi Data Hasil Belajar Biologi Siklus I - Siklus II Aspek yang Diukur Sik.I Sik.II Pening- katan Rata-rata 76 90 14 Nilai Tertinggi 90 100 10 Nilai Terendah 60 80 20 Simpangan Baku 10 8 Tuntas 18 32 Belum Tuntas 14 0 Di atas rata- rata 18 22 Di bawah rata- rata 14 10 Jumlah 2.870 440 2.430 Banyak data 32 32 Berdasarkan tabel tersebut hasil belajar biologi: 1) Rata-rata 76 siklus I, pada siklus II menjadi 90 meningkat menjadi 14%. Untuk melihat perkembangan atau kemajuan motivasi dan hasil belajar biologi kelas X IPA 1 semester ganjil SMA Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016-2017 ditampilkan pada gambar berikut. Gambar 4. Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siklus I ke ## Siklus II ## 4) Refleksi Data nilai hasil belajar siklus II ketika dibandingkan dengan siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar biologi dari prasiklus ke siklus II ditampilan pada gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siklus I ke Siklus II 0 20 40 60 80 100 120 Siklus I Siklus II Column1 0 20 40 60 80 100 120 Siklus I Siklus II Column1 65 70 75 80 85 90 95 Rata-rata Siklus I Siklus II Series 3 Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Metode Discovery Learning (Penelitian Tindakan di Kelas X IPA 1 SMAN 3 Metro) Peningkatan rata-rata terjadi 14 dari 76 pada siklus I menjadi 90 pada siklus II menunjukkan pengaruh tindakan pada pencapaian hasil belajar peserta didik/ Tindakan yang dilakukan pada siklus II telah memberikan perubahan pada hasil belajar peserta didik. Sudah lebih baik mencapai indikator ketercapaian >75. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Ada peningkatan motivasi belajar Biologi dengan metode discovery pada konsep keanekaragaman hayati bagi siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016- 2017 pada prasiklus rata-rata 40,27%, siklus I 77,83%, dan siklus II menjadi 105,70%. 2. Ada peningkatan hasil belajar Biologi pada prasiklus rata-rata 59, tuntas belajar 3 orang belum tuntas 29 orang, pada siklus I rata-rata menjadi 76, tuntas belajar 10 orang dan belum tuntas 14 orang, terjadi peningkatan rata-rata 17 %. Pada Siklus I rata-rata 76, siklus II menjadi 90, terjadi peningkatan sebesar 14%, ketuntasan belajar siklus I mencapai 18 orang, pada siklus II menjadi 32 orang, terjadi peningkatan sebesar 14%. ## DAFTAR PUSTAKA Adyan, Faiz Brikinzky; Purwanto, Andik; Nirwana. (2019). UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY. Jurnal Kumparan Fisika , Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 153-160 Ahmadi, H. Abu, dan Widodo Supriyono, 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Andriyani, Fitri; Slameto; Radia, Elvira Hoesein. (2018). PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING . Jurnal Guru Kita (JGK) . Vol 2 (2) Maret 2018, hlm. 123-131 Annurohman. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dimyati dan Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful. (2014). Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. (2013). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan . Jakarta: Bumi Aksara. Humairoh, Iftitah,Dian, (2014). Metode Discovery Learning .Skripsi. Universitas Jember. Jihad, A. dan Haris, Abdul. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Mamik. (2010). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Sidoarjo: Prins Media Publishing. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014. Purwanto, R. (2011). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Sistem Koordinasi Melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team terhadap Siswa Kelas Xi IPA SMA Smart Ekselensia Indonesia Tahun Ajaran 2010-2011. Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa , 2(01) 55-65. Rusman, T. (2013). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada . Sudjana, Nana. (2010). Metode Statistika. Bandung: Tarsisto Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbbin. (2013). Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru . Bandung: Rosdakarya. Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar Suryabrata, Sumadi. (2014). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo. Susanto. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Slameto. (2015). Belajar dan faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Prestasi Pustaka. Winataputra, Udin S. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Universitas Terbuka. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Metode Discovery Learning (Penelitian Tindakan di Kelas X IPA 1 SMAN 3 Metro)
dd7a2c80-1d48-42cf-9aaa-acd7f56f01a9
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/metta/article/download/1306/702
## MEMBANGUN KARAKTER MELALUI EKSTRAKURIKULER DRUM BAND DI SD NEGERI 1 LEGIAN Ni Luh Gita Safitri 1 , I Made Alit Mariana 2 , I Made Wirahadi Kusuma 3 123 Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Email: [email protected] ## Abstract Drum band is one of the extracurricular activities carried out at SD Negeri 1 Legian. The activity was carried out on Tuesday at the school yard. This extracurricular activity is able to build and grow certain characters in the students who participate in it. According to the Ministry of National Education and Culture, there are 18 values developed in human, religious, namely honesty, tolerance, discipline, hard work, creative, independent, democratic, curiosity, national spirit, love for the country, respect for achievement, friendship. communicative, peace-loving, fond of reading, caring for the environment, and responsibility. Researchers will associate these 18 characters with the characters that can be raised from the drum band extracurricular at SD Negeri 1 Legian. This research use constructivism theory, behaviorism theory, and value theory. This type of research data consists of primary data and secondary data obtained from observation techniques, interviews, literature study, and documentation. The results showed the following: (1) The types of activities carried out in the drum band extracurricular at SD Negeri 1 Legian, namely, praying, arriving early, playing musical instruments, cleaning musical instruments, playing different musical instruments, practicing during the day , singing the national anthem, maintaining cleanliness at the practice site, reminding, and allowing students to worship during extracurricular activities, (2) The process of implementing drum band extracurricular activities at SD Negeri 1 Legian requires students to understand 4 main parts of the drum band extracurricular, namely, percussion, brass, color guard, and majororet, (3) The values contained in the drum band extracurricular at SD Negeri 1 Legian are curiosity, responsibility, discipline, religious, independent, friendly / communicative, hard work, a spirit of tolerance, and care for the environment. Each of these values if applied seriously will foster human character who has good morals and ethics. ## Keywords: Character; Extracurricular Drum Band ## Abstrak Drum band merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di SD Negeri 1 Legian. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa yang bertempat di halaman sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler ini mampu membangun dan menumbuhkan karakter tertentu pada siswa-siswi yang ikut di dalamnya. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, terdapat 18 nilai yang dikembangkan di dalam diri manusia yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Berdasarkan 18 karakter ini peneliti kaitkan dengan karakter yang dapat dimunculkan dari ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian. Penelitian ini menggunakan teori konstruktivisme, teori behaviorisme, dan teori nilai. Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui metode observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan hal berikut (1) Jenis kegiatan yang dilakukan dalam ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian yaitu, kegiatan berdoa, datang lebih awal, membunyikan alat musik, membersihkan instrument musik, memainkan alat musik yang berbeda-beda, latihan pada siang hari, menyanyikan lagu kebangsaan, menjaga kebersihan di tempat latihan, saling mengingatkan, dan kegiatan mengijinkan siswa melaksanakan ibadah saat ekstrakurikuler berlangsung, (2) Proses pelaksanaan ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian mewajibkan siswa-siswinya memahami 4 bagian pokok dalam ekstrakurikuler drum band yaitu, perkusi, brass, color guard, dan mayoret, (3) Nilai yang terdapat di dalam ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian adalah rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, religius, mandiri, bersahabat/ komunikatif, kerja keras, semangat, toleransi, dan peduli lingkungan. Setiap nilai ini jika diterapkan dengan sungguh-sungguh akan menumbuhkan karakter manusia yang memiliki moral dan etika yang baik. ## Kata Kunci: Karakter; Ekstrakurikuler Drum Band ## Pendahuluan Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang penting untuk dilakukan oleh negara, karena pendidikan ada disetiap bidang yang digeluti oleh masyarakatnya. Sehingga masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi dan bagus sekaligus mampu mempengaruhi perkembangan negara itu sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Helaluddin, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan sebuah negara karena setiap lini dan bidang selalu berkaitan dengan pendidikan (Helaluddin, 2018). Fungsi dan tugas pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan kepribadian, memanusiakan manusia, mengembangkan berbagai potensi kemanusiaan, mengembangkan berbagai keterampilan hidup, mempersiapkan anak untuk dapat melaksanakan tugas hidup dan memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya sendiri, dan mengantarkan anak pada kehidupan yang baik. Pada umumnya orang tua yang masih memiliki pola pikir tradisional akan menuntut dan mengatur anaknya agar memiliki masa depan yang mendekati dirinya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Haderani, kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional umum tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuanya (Haderani, 2018). Agar anak memiliki masa depan yang lebih bagus dari orang tuanya maka diperlukan sebuah institusi formal sebagai wadah dari pendidikan itu sendiri, dan sekolah menjadi sarana yang tepat untuk itu. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang terdepan dalam mengembangkan pendidikan karakter. Melalui sekolah, proses pembentukan dan pengembangan karakter siswa dapat dilihat dan diukur, baik di dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan pada jam pelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi kegiatan belajar mengajar dalam berbagai bidang mata pelajaran, dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya berisi tentang pengembangan diri dan melatih kreativitas siswa. Kurikulum yang dianut oleh sekolah di Negara Indonesia berciri memiliki standar isi, standar proses, dan standar kompetensi lulusan yang sama. Akan tetapi, setiap sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda-beda, salah satunya seperti Sekolah Dasar Negeri 1 Legian di Kabupaten Badung. Salah satu visi dan misi di sekolah ini adalah menjunjung tinggi seni budaya, oleh karena itu sekolah ini memiliki banyak ekstrakurikuler di bidang seni seperti tari, baleganjur, drum band dan lain-lain. Pentingnya ekstrakurikuler disekolah adalah sebagai sarana pengembangan kreativitas siswa dan sebagai media mendidik karakter, karena ketika siswa mengikuti ekstrakurikuler, mereka belajar bekerjasama dengan siswa lainnya. Selain itu, ekstrakurikuler sebagai sarana bagi guru untuk melihat kemampuan atau potensi siswa, karena siswa yang pintar di kelas belum tentu ia juga pintar dalam ekstrakurikuler, begitupun sebaliknya siswa yang kurang pandai saat proses belajar mengajar belum tentu juga ia tidak terampil dalam ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai. Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program-program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka (Lutan, 1986). Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan potensi anak didik mencapai taraf maksimum selain itu sebagai pembentuk karakter siswa. Karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari (Muchlas Samani, 2012). Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Alfiana, 2017). Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang ditanamkan dalam diri siswa sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai karakter yang berjumlah 18 tersebut telah disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan dalam praksis pendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, terdapat 18 nilai yang dikembangkan. Selain melalui pendidikan formal di sekolah sebagai wujud upaya membantu mengembangkan potensi siswa, penyelenggaraan pendidikan nonformal juga dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 102 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bahwa pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional sangat penting dalam rangka mendukung pendidikan di Indonesia dan tercapainya tujuan pendidikan nasional (Triana, 2017). Sebagai seorang guru, pada dasarnya dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik kepada peserta didik. Hal inilah yang seringkali dijadikan landasan bagi seorang guru dalam rangka memberikan dril soal dan latihan kepada peserta didiknya, karena dianggap bahwa yang terbaik bagi siswa adalah nilai yang tinggi. Pada hakikatnya pendidikan karakter bukan hendak mengebiri tanggung jawab dan wewenang guru dalam menjadi pamong bagi peserta didik melainkan adalah memberi kesempatan bagi guru untuk bisa memberi motivasi dan bimbingan kepada peserta didik dalam menghadapi permasalahannya terutama yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru tersebut. Salah satu ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri 1 Legian di Kabupaten Badung adalah drum band. Ekstrakurikuler ini merupakan kegiatan yang diminati oleh para siswa, karena ekstrakurikuler ini memiliki daya tarik tersendiri, seperti instrument musik yang dimainkan, karya yang dimainkan, dan banyaknya jumlah pemain. Ekstrakurikuler ini juga menjadi daya tarik bagi para orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di Sekolah Dasar Negeri 1 Legian. Drum band merupakan ekstrakurikuler yang memiliki peranan penting disekolah ini, yaitu menaikkan gengsi sekolah terhadap sekolah yang lainnya karena sekolah lain di Kabupaten Badung masih jarang yang memiliki ekstrakurikuler drum band. Drum band pada umumnya diartikan sebagai permainan kelompok musik yang mengutamakan unsur drum atau genderang. Bentuk kebersamaan di dalam permainan drumband yang meliputi beberapa instrumen musik perkusi “drum” yang terdiri atas snare drum, tenor drum, bass drum, tritom-tom (Sinaga:1). Pengenalan terhadap alat musik, biasanya dimulai dari klarifikasi atau penggolongannya. Sebab, untuk penentuan golongan diperlukan pengenalan, sehingga dengan usahanya penggologan akan memaksa kita untuk semakin mengenalnya, lebih-lebih bila penggolongan kita lakukan dari berbagai segi (Soeharto, 1989). Pengenalan instrument dilakukan agar siswa mengenal, bahwa di dalam drumband, instrument atau alat musik dibagi menjadi dua golongan yaitu ritmik seperti snare, bass drum, tenor, simbal dan lainnya, serta alat musik melodi seperti bellyra dan pianika. Banoe (1989) menyebutkan band adalah kesatuan besar pemain musik yang inti peralatannya adalah alat musik tiup, dengan sudut alat musik perkusi sebagai alat musik penunjang derap. Kegiatan bermain musik drumband hanya mengutamakan unsur ritmis, sedangkan unsur melodi merupakan pengganti bentuk melodi lagu, artinya musik drum band tidak membutuhkan unsur musik pengiring, dan pada umumnya musik drumband dipandang sebagai musik pengiring langkah orang berbaris. ## Metode Jenis penelitian ini dirancang dengan menggunakan desain kualitatif deskriptif. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data ini meliputi teknik observasi, teknik wawancara, teknik kepustakaan dan dokumentasi. Analisis data di lakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klasifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abtraksi teoritis terhadap impormasi lapangan, dengan mempertimbangkan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal (Burhan, 2001). Bentuk analisa data yang di pertimbangkan dalam penelitian ini yaitu peroses analisa data kualitatif, yaitu melaporkan data yang di perolah kemudian di susun suatu kesimpulan yang bersumber pada hasil penelitian. ## Hasil Dan Pembahasan ## 1. Jenis Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Ekstrakurikuler Drum Band di SD Negeri 1 Legian Pemberian materi diberikan selangkah demi selangkah oleh Pembina. Setiap bagian alat musik tentu berbeda cara mengajarnya, karena setiap bagian alat musik mendapatkan notasi yang berbeda. Artini (wawancara pada 20 Agustus 2019) menyatakan bahwa, siswa melakukan latihan secara berkelompok di masing-masing bagian alat, sehingga mereka bisa menyerap materi yang diberikan dan mempraktekkannya dengan benar. Menurut Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan bahwa pada pianika, terkadang hasil tiupannya tidak sesuai dengan notasi yang diberikan sehingga hasil suara yang keluar dari alat tiup tersebut tidak sesuai dengan notasi dan pastinya mempengaruhi satu kesatuan musik apabila nantinya disatukan dengan alat musik lainnya. Proses pembelajaran drum band ini sangat membutuhkan waktu yang panjang, dan siswa diharapkan bertanggung jawab, mandiri dan disiplin dalam menerima setiap materi yang diajarkan dan mempraktekkannya dengan benar. Bila masing- masing bagian dirasa sudah mampu mempraktekkan notasi musik yang ditentukan, maka Pembina menyatukan bagian-bagian drum band menjadi satu kesatuan dengan membentuk formasi barisan. Barisan tersebut berjalan membentuk formasi sesuai dengan kesepakatan formasi bentuk yang telah ditentukan yang dipandu oleh mayoret dan pemimpin barisan. Saat membentuk formasi barisan ini, siswa diharapkan bekerja sama satu dengan lainnya sehingga berjalan dengan baik. Apabila ada siswa yang lupa atau salah dalam mempraktekkan formasi maka siswa lainnya bisa memberi kode agar siswa tersebut dapat dengan segera memperbaikinya. Hal ini menimbulkan rasa bersahabat/ komunikatif antara siswa satu dengan siswa lainnya. Setiap pertemuan/ kegiatan, pembina menuntut masing-masing siswa untuk benar- benar memperhatikan setiap materi basic yang diberikan. Materi tersebut tidak hanya sekedar teori namun beberapa materi yang diberikan itu dipalikasikan dalam setiap gerakan kegiatan. Siswa akan kesulitan sendiri mengaplikasikannya apabila dalam penerimaan materi siswa tersebut tidak memperhatikan. Untuk itu siswa dituntut disiplin, dan tanggung jawab dalam mendengarkan materi yang disampaikan dan kerja keras dalam mengaplikasikan gerakan dengan baik dan benar. Suarni (wawancara 23 Juli 2019) menyebutkan, foto tersebut adalah ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian pernah mengikuti acara sebagai bintang tamu Langgam Indonesia 2019 dalam rangka lomba nasional drum band marching band di Bali. Seperti gambar di atas siswa menggunakan baju putih dengan bawahan hitam dibalut dengan kain bermotif Bali dan pita merah putih. Siswa laki-laki memakai pita yang dipasang melingkar di dahi. Siswa perempuan memakai pita yang diikat pada rambut. Pembina selalu memberikan motivasi dan semangat kepada siswa binaannya untuk melaksanakan kegiatan dengan baik, harapannya akan mendapat juara di setiap lomba yang diikuti. Putra (wawancara 13 Agustus 2019) Slogan yang diberikan pembina kepada siswanya adalah “Hanya ada kamu, alatmu, dan teammu”, dan menumbuhkan semangat dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan teori behaviorisme dimana siswa dituntut untuk berusaha memberikan yang terbaik dengan mengikuti lomba-lomba yang diikuti, sehingga siswa berusaha menampilkan yang terbaik demi mendapatkan juara. Kegiatan ekstrakurikuler drum band, apabila kegiatan masih berlangsung di jam-jam ibadah, maka Pembina akan mengijinkan siswa nya untuk melaksanakan ibadah dulu, sehingga hal ini menumbuhkan sikap toleransi beragama diantara siswa. Siswa dibiasakan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing dan dengan pembelajaran kebiasaan ini menyebabkan siswa akan memiliki nilai agama yang kuat. Selain itu, selama kegiatan ektrakurikuler berlangsung siswa di tuntut untuk menjaga kebersihan areal kegiatan (peduli lingkungan) dan (bertanggung jawab) menjaga alat musik maupun alat lainnya. Suratningsih (wawancara 22 Agustus 2019) menyebutkan bahwa ekstrakurikuler drum band merupakan ekstrakurikuler favourite di SD Negeri 1 Legian, dan merupakan ekstrakurikuler yang di dalam proses kegiatannya banyak memberikan pembelajaran pendidikan karakter kepada siswanya. Hal tersebut senada dengan yang di ungkapkan salah satu orang tua siswa yaitu Setiani (wawancara 24 Agustus 2019) dengan mengikuti ekstrskulikuler Drumband anak saya menjadi lebih fleksibel dalam berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, dan kepercayaan dirinya menjadi meningkat. Dengan mengikuti ektrakurikuler drum band, siswa dapat menerapkan pendidikan karakter, dan nantinya bermanfaat bagi perkembangan karakter masing-masing siswa SD Negeri 1 Legian. ## 2. Proses pelaksanaan ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian Terdapat 4 bagian dalam ekstrakurikuler yaitu Perkusi (snare drum, multitom, bass drum, cymbal, dan belira/ marchingbell), Brass (pianika, accordion), Color Guard (flag, cyber, riffle), Mayoret (stick mayoret). Untuk alat pianika bisa dilakukan oleh semua tingkatan siswa, dari kelas 3 sampai kelas 6. Untuk alat perkusi dilakukan oleh siswa kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Untuk bendera bisa dilakukan oleh siswa kelas 3, kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Sedangkan mayoret, dilakukan oleh siswa kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, alat tiup terompet tidak ada dalam drum band karena siswa SD jangkauan nafasnya masih pendek. ±7 bulan untuk bisa belajar meniup, delum belajar untuk main lagu. Karena dibutuhkan waktu lama, maka alat tiup terompet ditiadakan karena menghindari bosannya siswa dalam pembelajaran. Siswa–siswi yang baru bergabung dengan ekstrakurikuler drum band ini dapat menentukan sendiri bagian mana yang akan dipilih. Namun nantinya dalam proses pembelajaran, pembina mengarahkan bagian lainnya kepada siswa sekiranya siswa tersebut dinilai lebih mampu di bagian lainnya. Ada beberapa pula siswa yang pindah bagian saat proses pembelajaran. Awalnya siswa tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran pada bagian yang dipilihnya, setelah melihat bagian lain dan timbul rasa ingin tahu serta keinginan yang lebih kuat untuk mempelajari lebih dalam, maka siswa tersebut menyampaikan kepada pembina untuk pindah bagian. Pembina akan memberikan ijin siswa tersebut untuk pindah ke bagian lainnya apabila siswa tersebut dinilai mampu dan dapat melakukan kegiatan ektrakurikuler ini dengan lebih baik. Alat musik yang digunakan dalam mendukung proses kegiatan ekstrakurikuler drum band diantaranya snare drum , tom/ tenor drum, bass drum , cymbat , pianika, terompet, brass, dan alat pendukung yaitu bendera. Alat musik ini telah disiapkan oleh SD Negeri 1 Legian, sehingga siswa siswi yang mengikuti ekstrakurikuler drumband diajak untuk bertanggung jawab dalam pemeliharaan alat-alat tersebut dengan cara membersihkannya 3 bulan sekali. Suarni (wawancara 23 Juli 2019) menyebutkan, kegiatan ekstrakurikuler drum band ini dilaksanakan seminggu sekali dan berlangsung 2 jam setiap kali pertemuan, setelah jam pelajaran selesai di hari selasa. Kegiatan ekstrakurikuler drum band ini dilakukan di lapangan sekolah. Para Pembina hadir 10 – 15 menit sebelum kegiatan berlangsung sehingga menjadi contoh sikap disiplin bagi siswa. Hal ini mencerminkan pembelajaran yang diberikan oleh Pembina yang nantinya secara tidak langsung akan dicontoh oleh siswa sesuai teori konstruktivisme menurut Sutiah, yaitu kegiatan pembelajaran yang dilihat secara langsung. Begitu pula siswa dituntut untuk hadir 10 – 15 menit sebelum kegiatan dimulai, karena kegiatan drum band ini membutuhkan persiapan sebelum kegiatan, diantaranya pemanasan fisik/ peregangan (starching, pemanasan alat (warming up), dan penyampaian materi penampilan. Persiapan sebelum kegiatan sangat penting karena merupakan bagian awal dan tidak bisa dipisahkan dari kegiatan drum band, sehingga harus dilakukan karena memang sangat dibutuhkan agar kegiatan drum band maksimal dan lancar. Untuk itu siswa pun dituntut hadir 10 – 15 menit sebelum kegiatan berlangsung, agar persiapan bisa dilakukan bersama-sama dan masing-masing materi yang disampaikan untuk kegiatan setiap pertemuan dapat disimak oleh siswa dan saat kegiatan berlangsung siswa dapat menerapkan materi yang telah disampaikan melalui praktek dengan benar. Arwati (wawancara 27 Agustus 2019) menyebutkan, kegiatan ektrakurikuler drum band ini membutuhkan proses pembelajaran, sehingga dimana setiap pertemuan materi yang diberikan akan selalu baru. Tuntutan kehadiran sebelum kegiatan berlangsung mengajarkan kedisiplinan bagi siswa dan rasa tanggung jawab untuk dapat menerima setiap materi baru yang diberikan. Diharapkan dengan contoh tersebut siswa dapat hadir sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga setiap pembelajaran yang diberikan dapat sepenuhnya diterima oleh siswa. Selain tiga persiapan tersebut, hal yang utama sebelum dilakukannya kegiatan adalah berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing, agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan selalu dalam lindungan Nya. Hal ini mengajarkan siswa untuk selalu berdoa dalam semua kegiatan dan menumbuhkan rasa religius di setiap masing-masing siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan manfaat dari belajar memainkan Colour guard ialah mampu menumbuhkan insting dan kekuatan fisik siswa, sehingga siswa menjadi memiliki ketepatan insting dalam menangkap bendera Colour guard dan memiliki imun yang kuat karena fisiknya sering terlatih untuk melakukan gerakan-gerakan yang menarik. ## 3. Nilai pendidikan ekstrakurikuler drumband sebagai pendidikan karakter di SD Negeri 1 Legian Pendidikan karakter yang di dapat melalui ektrakurikuler drum band sesuai dengan Nilai Praksis Menurut Harton dan Hunt (dalam Krisna, 2018:26) adalah nilai yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Perwujudan nilai praksis inilah yang memiliki penjabaran nilai dasar Pancasila, yang terus berkembang dan selalu dapat berubah dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi masyarakat (PPKN.co.id, 2020). Melihat penjabaran mengenai nilai praksis bisa dilihat dari sifat dari masing-masing individu maupun kelompok, maka pentingnya bagi lembaga pendidikan maupun lingkungan keluarga pada khususnya dalam membiasakan untuk memberi contoh penerapan yang baik dalam mengaplikasikannya, karena nilai praksis itu bisa dibentuk atau diubah. Apabila siswa tersebut berada dalam lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan yang menerapkan nilai praksis berdasarkan pengembangan Pancasila, maka sikap dan tingkah lakunya pun sesuai nilai praksis dalam Pancasila. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter dari ekstrakurikuler drum band sesuai nilai praksis diantaranya adalah: rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, religius, mandiri, bersahabat/ komunikatif, kerja keras, semangat, toleransi, dan peduli lingkungan. Tabel 1. Hubungan Kegiatan Terkait Pengembangan Karakter Di Dalam Kegiatan Drum Band No Kegiatan Karakter 1 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan drum band yang dilaksanakan pada hari Selasa yang bertempat di halaman sekolah. Siswa mengawali kegiatan dengan berdoa terlebih dahulu pada jam 2 siang dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa kembali. Doa awal bertujuan agar kegiatan berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan, dan doa akhir kegiatan bertujuan untuk rasa terima kasih kepada Tuhan karena proses latihan telah berjalan dengan baik. Kegiatan berdoa yang selalu dilakukan siswa-siswi ini sekaligus memunculkan rasa bakti dan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Religius 2 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, datang lebih awal pada saat latihan dan melakukan pemanasan sebelum kegiatan drum band. Kegiatan drum band dimulai pada pukul 2 siang, siswa-siswi diharapkan hadir 15 menit sebelum kegiatan dimulai. Selain siswa-siswi pelatih drum band juga wajib hadir 15 menit sebelum kegiatan di mulai. Dengan demikian Pembina dapat dijadikan contoh sikap kedisiplinan oleh siswa-siswi. Selain datang 15 menit sebelum kegiatan, siswa-siswi juga diwajiban untuk melakukan pemanasan sebelum kegiatan di mulai. Hal tersebut dilakukan untuk melatih saraf motorik siswa- siswi. Disiplin 3 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, kegiatan membunyikan alat musik. Pada saat latihan, Pembina memberikan materi lagu-lagu kepada siswa. Mandiri Setelah dirasa siswa sudah mampu memainkan materi lagu yang diberikan, siswa dibiarkan mempraktekannya sendiri tanpa arahan dari Pembina. Kegiatan tersebut sekaligus memunculkan rasa percaya diri dan mandiri terhadap siswa itu sendiri. 4 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, kegiatan ikut membersihkan alat-alat musik setiap 3 bulan sekali. Alat musik drum band setelah digunakan selama 3 bulan akan kotor dan tentunya mengganggu kesehatan dan kelancaran proses latihan. Oleh karena itu Pembina mengajak siswa untuk membersihkan setiap instrumen di dalam ensambel drum band tersebut. Dengan demikian setiap instrumen menjadi bersih, awet dan terawat. Kegiatan membersihkan alat musik seperti ini mampu menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab pada siswa. Tanggung jawab 5 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, kegiatan mencoba menggunakan alat musik yang berbeda-beda. Pembina memberi arahan siswa untuk mencoba setiap instrumen yang ada di dalam drum band. Setiap siswa diwajibkan untuk menguasai 2 instrumen musik yang berbeda. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena hanya mempelajari 1 instrumen saja. Selain itu kegiatan mempelajari lebih dari 1 instrumen juga mampu meningkatkan skill dan rasa ingin tahu dari siswa itu sendiri. Rasa ingin tahu 6 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, kegiatan latihan yang dilakukan pada siang hari saat teriknya matahari. Kegiatan latihan drum band dilakukan pada jam 2 siang. Pada pukul tersebut matahari sedang teriknya, siswa diwajiban latihan pada pukul tersebut agar siswa merasakan kerasnya proses latihan drum band. Hal tersebut sekaligus menumbuhkan mental yang kuat dan kerja keras dalam diri siswa. Kerja keras 7 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, setiap hari senin diadakan drum band dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu wajib nasional. Siswa diwajibkan untuk menghafalkan lagu-lagu wajib nasional yang dibawakan hari senin pada saat upacara bendera. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa mempunyai rasa nasionalisme dan semangat kebangsaan sebagai warga Negara Indonesia. Semangat kebangsaan 8 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, menjaga kebersihan pada tempat latihan. Siswa-siswi diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di tempat latihan. Kebersihan di tempat latihan mampu menunjang proses latihan agar berjalan dengan lancar. Selain memperlancar proses latihan Peduli lingkungan kegiatan ini sekaligus menumbuhkan rasa menjaga dan keperdulian terhadap lingkungan. 9 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, siswa memberikan kode pada siswa yang lain pada saat mempraktekkan formasi berbaris saat kegiatan dan Saling mengingatkan apabila ada teman yang lupa atau melakukan kesalahan. Pada saat siswa memainkan lagu bersama dengan temannya, pasti ada salah satu temannya yang tidak fokus sehingga lupa dengan lagu ataupun gerak yang dilakukan. Pada saat kejadian tersebut terjadi siswa yang lainnya membantu mengingatkan temannya yang lupa agar tidak menganggu irama dari lagu yang sedang dimainkan. Kegiatan tersebut sekaligus menumbuhkan rasa perduli, kerjasama dan komunikatif antar siswa. Bersahabat/komunikatif 10 Putra (wawancara 13 Agustus 2019) menyebutkan, mengijinkan siswa melaksanakan ibadah saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung padan jam-jam ibadah. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler drum band tentunya memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Jika pada saat proses latihan ada siswa yang meminta izin untuk melakukan ibadah, maka Pembina akan mengijinkannya. Hal tersebut sekaligus memberi contoh sikap fleksibelitas dan toleransi antar siswa. Toleransi ## Sumber: wawancara dengan pelatih drum band SD Negeri 1 Legian, 2019 ## Kesimpulan Ada 10 jenis kegiatan yang dilakukan dalam ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian yaitu. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan (religius), kegiatan datang lebih awal pada saat latihan (disiplin), kegiatan membunyikan alat musik (mandiri), kegiatan membersihkan instrument musik setiap 3 bulan sekali (tanggung jawab), kegiatan memainkan alat musik yang berbeda-beda (rasa ingin tahu), kegiatan latihan pada siang hari (kerja keras), kegiatan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu wajib nasional (semangat kebangsaan), kegiatan menjaga kebersihan pada tempat latihan (peduli lingkungan), kegiatan saling mengingatkan apabila ada teman melakukan kesalahan (bersahabat/komunikatif), dan kegiatan mengijinkan siswa melaksanakan ibadah saat ekstrakurikuler berlangsung (toleransi). Proses pelaksanaan ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian di bina oleh 2 orang Pembina yaitu dengan 1 orang Pembina dan 1 orang pendamping Pembina. Salah satu pembina bernama Ketut Gede Putra Sudharsana atau biasa dipanggil Kak Denox. Dalam proses pelaksanaanya siswa-siswi diwajibkan memahami 4 bagian pokok dalam ekstrakurikuler drum band yaitu, perkusi, brass, color guard, dan mayoret. Dalam implementasinya siswa-siswi menentukan sendiri bagian mana yang akan dipilih. Namun nantinya dalam proses pembelajaran, pembina mengarahkan bagian lainnya kepada siswa sekiranya siswa tersebut dinilai lebih mampu di bagian lainnya. Nilai yang terdapat di dalam ekstrakurikuler drum band di SD Negeri 1 Legian adalah: rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, religius, mandiri, bersahabat/ komunikatif, kerja keras, semangat, toleransi, dan peduli lingkungan. Setiap nilai ini jika diterapkan dengan sungguh-sungguh akan menumbuhkan karakter manusia yang memiliki moral dan etika yang baik. ## Daftar Pustaka Alfiana, D. (2017). PENGARUH BUDAYA RELIGIUS TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI MTs DARUL FALAH BENDILJATI KULON SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG . Institute Agama Islam Negeri. Anbiya, B. F. (2018). Peran Kegiatan Ekstra Kurikuler Paskibra Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa . Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Aqib, Z, S. (2011). Panduan Pendidikan Karakter . Bandung: Y Rama Widya. Banoe, P. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru. Bogdan, R. dan S. T. (1992). Pengantar Metode Kualitatif . Surabaya: Usaha Nasional. Budiningsih, A. (2005). Belajar dan pembelajaran . Jakarta: Rineka cipta. Burhan, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif . Surabaya: Airlangga UniversityPress. Corey, G., & Koswara, E. (2005). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi . Bandung: PT Refika Aditama. Dahlan, M. D. (1985). Beberapa pendekatan dalam penyuluhan (Konseling) . Bandung: Diponegoro. Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian #KB . Grasindo. Haderani. (2018). TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG FUNGSI PENDIDIKAN DALAM HIDUP MANUSIA. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan , 7 No. Hariyanto, M. S. (2016). Pendidikan Karakter; Konsep dan Model . PT Remaja Rosdakaya. Haryanto, S. (2008). Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Helaluddin. (2018). RESTRUKTURISASI PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA: PENERAPAN TEORI ESENSIALISME DI INDONESIA. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran , Vol 6 No 2 . Isnaeni, H. N. (n.d.). KONTRIBUSI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KARATE . Krisna, I. M. D. (2018). Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Upacara Ngusaba Padi di Pura Subak Uma Utu Desa Adat Bahahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan . IHDN Denpasar. Lutan, R. (1986). Interaksi Kegiatan Intrakurikuler, Ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler . Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2010). NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN (NOMOR 20 T). Moleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian . Remaja Rosdakarya. Muchlas Samani, M. H. (2012). Konsep dan model pendidikan karakter . Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter :Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional . Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, H. (2001). Manajemen sumber daya manusia . Jakarta: Bumi Aksara. Novita, G. G. (2017). Pendidikan Karakter Dalam Ekstrakurikuler Hizbul Wathan (Studi DI SMP Muhammadiyah Al-Kautsar PK Kartasura-Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017) . Muhammadiyah Surakarta. Poerwadarminta, W. J. S. (1984). Kamus umum bahasa Indonesia . Balai Pustaka. PPKN.co.id. (2020). Nilai Praksis Pancasila. Retrieved from https://ppkn.co.id/nilai-praksis- pancasila/ Prawira, P. A. (2017). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru . Yogyakarta: Ar - Ruzz Media. Redana, M. (2006). Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal Riset . Institut Hindu Dharma Negeri. Sani Insan Muhamadi, A. H. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter Peduli Sesama Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Relawan . Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Sari, M. (2017). Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan Pada Kelas V Sdn Baureno I Bojonegoro. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar , 5 (3), 254670. Soeharto, M. (1989). Pelajaran Seni Musik Untuk Sltp . Retrieved from http://slims.ip- dynamic.com/library/index.php?p=show_detail&id=4252 Soelaeman, M. (1992). Ilmu Sosial Dasar dan Konsep Ilmu Sosial . Bandung: Refika Aditama. Strauss, A. L., & Corbin, J. M. (Eds. ). (1997). Grounded theory in practice . Sage Publications, Inc. Sugiyono, S. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta . Suryabrata, S. (2005). Psikologi pendidikan . PT Rajagrafindo. Sutiah. (2003). Buku Ajar Teori BelajarDan Pembelajaran . Malang: UIN. Triana, I. (2017). HUBUNGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKSTRAKULIKULER KEPRAMUKAAN DENGAN HASIL BELAJAR PKn SISWA SD KELAS V GUGUS HASANUDIN KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN . UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. Wibowo, A. (2012). Pendidikan karakter: Strategi membangun karakter bangsa berperadaban . Pustaka Pelajar. Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
6357cbaa-5fb8-4891-bd04-b2cf2879735c
https://ejournal.unma.ac.id/index.php/bernas/article/download/3795/2351
## BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No 1, 2023, pp. 135-140 DOI: https://doi.org/10.31949/jb.v4xi1.3792 e-ISSN 2721-9135 p-ISSN 2716-442X ## PENYULUHAN PERIJINAN BAGI PELAKU UMK DI DESA CIOMAS KECAMATAN CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Dede Djuniardi 1 , Dikdik Harjadi 2 , Lili Karmela 3 , Aini Nursyafaah 4 ## 1,2,3,4 Prodi Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Kuningan Email korespondensi: [email protected] ## Abstract Following the Covid 19 outbreak, Micro, Small, and Medium Enterprises in Kuningan Regency are working to establish themselves and create well-known products. However, there is still a lack of knowledge on licensing issues, including BINs and MSME Business Permits. MSMEs must also be familiar with various licenses, including those from the Home Industry Food (PIRT), Drug and Food Control Agency (BPOM), Halal Products (BPJPH), and Intellectual Property Rights (HAKI). The preliminary survey's findings demonstrate that MSME actors in Ciomas village still do not comprehend the significance of permits for their companies. By demonstrating the significance of permits—particularly Business Identification Numbers and Small and Medium Enterprise Permits—as well as a number of other types of permits required by MSME actors in Ciomas Village, Ciawigebang District, Kuningan Regency, these issues will be resolved. Starting with socialization on the value of licensing and the licensing procedure at the approved agency or institution, the counseling approach is applied. 30 MSMEs in Ciomas Village are expected to comprehend various kinds of business licenses as a result of this training, which is the goal. ## Keywords: NIB, UMK, Licensing ## Abstrak Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Kuningan pasca pandemic Covid 19 berupaya untuk bangkit dan mengembangkan produk produk yang sudah dikenal masyarakat. Akan tetapi persoalan perijinan khususnya Nomor Induk Berusaha dan Ijin Usaha UMK masih belum dimaknai dan dipahami dengan baik. Bukan hanya itu, para pelaku UMK juga wajib untuk mengetahui perijinan lainnya seperti Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Produk Halal (BPJPH), dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Hasil survey pendahuluan menunjukkan bawa 85% pelaku UMK di desa Ciomas masih belum memahami pentingnya perijinan bagi usaha meraka. Permasalahan tersebut akan dijawab dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya perijinan khususnya Nomor Induk Berusaha dan Ijin Usaha Kecil dan Menengah serta beberapa jenis perijinan lainnya yang diperlukan oleh pelaku UMK di Desa Ciomas Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan. Metode penyuluhan yang dilakukan mulai dari sosialisasi tentang pentingnya perijinan sampai dengan proses perijinan pada dinas atau lembaga yang berwenang. Target yang ingin dicapai dalam pelatihan ini adalah 32 pelaku UMK di Desa Ciomas memahami berbagai jenis perijinan usaha. ## Kata Kunci: NIB, UMK, Perijinian Accepted: 2022-12-24 Published: 2023-01-06 ## PENDAHULUAN Desa wisata saat ini menjadi tren baru di dunia pariwisata. Desa wisata adalah sebutan untuk kawasan pedesaan yang menawarkan suasana pedesaan yang otentik, baik berupa kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, arsitektur bangunan dan struktur tata ruang yang khas, atau kegiatan ekonomi yang unik dan menarik serta memiliki potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan seperti atraksi, akomodasi, kuliner, dan kebutuhan wisata lainnya (Hadiwijoyo, 2012). Pengertian tersebut senada dengan pendapat (Nuryanti, 1993) yang menyatakan bahwa desa wisata adalah bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, maupun fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Kedua pengertian di atas merupakan definisi desa wisata dari objek atau unsurnya, sementara dari segi aktivitasnya (Inskeep, 1991) memberikan definisi desa wisata sebagai bentuk pariwisata dengan sekelompok wisatawan tinggal di dalam atau di dekat kehidupan tradisional atau di desa-desa terpencil untuk mempelajari pola kehidupan dan lingkungannya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan sektor usaha yang banyak tumbuh dan menjadi penopang ekonomi pada level masyarakat bawah. Usaha usaha yang dibangun kebanyakan merupakan sektor usaha informal. Berbagai produk dihasilkan dan diperdagangkan untuk memutar roda perekonomian. Pandemi Covid 19 memberikan dampak yang besar kepada sektor UMK. Banyak pelaku usaha yang berguguran dan tidak mampu untuk berproduksi. Paska pandemic kembali sektor usaha ini menggeliat dengan berbagai aktifitasnya. Akan tetapi kebanyakan dari pelaku usaha mikro kecil belum memahami pentingnya perijinan usaha bagi mereka. Padahal dengan legalitas usaha maka pelaku UMK akan terlindungi, memperoleh kepastian hokum, jaminan keamanan serta kenyamanan berusaha (Safaah et al, 2022). Selain juga kemungkinan untuk melakukan perluasan pasar ke tingkat regional, nasional bahkan internasional. Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meluncurkan system periijinan dengan memberikan Nomor Induk Berusaha (NIB). Pelaku usaha diwajibkan untuk memiliki NIB sebagai bentuk terdaftarnya usaha mereka dan menjadi identitas usaha yang berguna sebagai ijin usaha dalam pengembangan usaha mereka. Melalui Peraturan Presiden No 14 tahun 2014, perijinan untuk UMK menjadi lebih sederhana, mudah dan cepat sehingga lebih menguntungkan bagi pelaku UMK (Kusnindar, 2019). Peraturan Presiden tersebut kemudian di perbaharui dengan Perpres no. 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perijinan Berusaha Secara Elektronik (Peraturan Pemerintah Republik Indoneisa, 2018). Data kemenkopukm menunjukkan bahwa terdapat 64,2 juta UMK dan 99,62% usaha mikro belum memiliki perijinan usaha (Sawitri et al, 2021). Gambar 1 Desa Ciomas Kecamatan Ciawigebang berjarak 6,68 km dari Kampus Universitas Kuningan Kabupaten Kuningan merupakan kabupaten yang memiliki banyak potensi sumber daya alam. Penduduk Kuningan pada tahun 2020 mencapai 1,3 juta jiwa (BPS Kuningan, 2020). Terdapat 32 kecamatan di kabupaten Kuningan, salah satunya adalah kecamatan Ciawigebang. Desa Ciomas merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciawigebang yang masyarakatnya aktif dalam kegiatan ekonomi. Berbagai jenis usaha dilakukan mulai dari kegiatan konveksi sampai dengan kegiatan perdagangan. Permasalahan yang ada adalah hampir 85% pelaku UMK di Desa Ciomas belum memahami pentingnya perijinan dan mendaftarkan usahanya atau belum memiliki Nomor Induk Berusaha dan ijin usaha. Hal ini disebabkan masih minimnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya memiliki Nomor Induk Berusaha dan bentuk perijinan lainnya seperti PIRT, BPOM, Halal, dan Hak Atas Kekayaan Intelektual seperti Merek, Paten, Rahasia Dagang, dll. Berdasarkan hal tersebut maka tim melaksanakan pengabdian di Desa Ciomas untuk memberikan pemahaman dan membantu pelaku usaha dalam mendapatkan perijinan NIB dan IUMK. ## METODE Tahapan dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Melakukan survey awal dan pemetaan permasalahan yang ada pelaku UMK di desa Ciomas. Melakukan diskusi bersama perangkat desa untuk membahas tentang permasalahan pelaku UMK yang ada di desa Ciomas. 2. Melaksanakan penyuluhan dan evaluasi terhadap pelaksanaannya 3. Masih banyaknya pelaku UMK di desa Ciomas yang belum memahami pentingnya perijinan, maka pelatihan dan pendampingan pembuatan Nomor Induk Berusaha dan Ijin Usaha UMK dilakukan. Besarnya potensi pelaku UMK di Desa Ciomas dengan beraneka ragam produk yang dihasilkan harus didukung dengan aspek legalitasnya. Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan oleh tim menggunakan dana hibah internal LPPM Universitas Kuningan. Metoda pengabdian yang dilakukan oleh tim melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan perijinan usaha. Usaha mikro kecil di desa Ciomas didominasi oleh usaha konveksi. Usaha konveksi yang dijalankan berbentuk kerjasama dengan usaha konveksi di Jakarta. Pekerjaan tergantung dengan ada tidaknya order dari konveksi di Jakarta. Jenis usaha lainnya adalah makanan minuman, usaha pemancingan, usaha toko kelontong, usaha peternakan burung, jasa rental sound system, dll. Sosialisasi perijinan ini diikuti oleh 32 peserta pelaku UMK di Desa Ciomas Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan. Pelatihan memberikan wawasan dan pencerahan akan aspek legalitas bagi pelaku usaha di Desa Ciomas. Selanjutnya pendampingan dalam pembuatan NIB dan ijin usaha UMK membuat pelaku usaha menjadi lebih leluasa dalam pengembangan pasar, bukan hanya pasar local dan regional tetapi juga pasar internasional. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Desa Ciomas dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 November 2022 bertempat di Balai Desa. ## Gambar 2 Pembukaan Kegiatan PKM Pelatihan dan pendampingan yang diberikan membuat UMK menjadi sadar akan pentingnya aspek legalitas dan pemanfaatannya dalam pengembangan usaha khususnya pengembangan pasar. Tahap awal dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sosialisasi kepada pelaku UMK terkait pentingnya memiliki NIB dan perijinan lainnya. Selanjutnya pelaku usaha akan didampingi dalam mengakses. Website OSS BKPM untuk mengisi data dan mengajukan permohonan NIB dan Surat Ijin Usaha MKM. Pendaftaran dilakukan secara online dengan data data usaha dan pemilik maka kemudian akan keluar Nomor Induk Berusaha dan Ijin Usaha MKM. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Peserta kegiatan mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya perijinan Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai dasar perijinan usaha termasuk di dalamnya Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK). Selanjutnya sertifikasi perijinan seperti Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Produk produk dibawah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Jaminan Kehalalan produk oleh Badan Pengelola Jaminan Produk Halal (BPJPH), Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan khususnya mengenai Nomor Induk Berusaha yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Materi yang disampaikan terkait dengan Aspek Perijinan / Legalitas Usaha yang meliputi PIRT, BPOM, Halal, Haki, dan Nomor Induk Berusaha. PIRT merupakan sertifikasi yang harus dilaksanakan oleh pelaku UMK karena sertifikasi ini memberikan jaminan terhadap pelaksanaan proses produksi yang higienis dan aman bagi konsumen. Dinas Kesehatan memiliki kewenangan untuk memberikan sertfikasi. UMK sudah tersertifikasi oleh Dinkes akan mendapatkan nomor PIRT yang terdiri dari 15 digit angka. Ijin yang dikeluarkan kemudian akan dievaluasi kembali setiap 2 tahun. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengawasi peredaran obat dan makanan di seluruh wilayah Indonesia. Produk produk UMK juga menjadi obyek yang diawasi oleh BPOM. Adapun kriteria produk yang tidak wajib mendapatkan nomor ijin BPOM adalah : 1. Masa simpan kurang dari 7 hari, kecuali produk susu dan turunannya wajib untuk mengajukan sertifikasi ke BPOM 2. Diimpor dalam jumlah kecil 3. Digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku 4. Pangan olahan yang dikemas dalam jumlah besar dan tidak dijual secara langsung pada konsumen akhir 5. Diolah dan dikemas oleh hadapan pembeli 6. Pangan siap saji 7. Mengalami pengolahan minimal (pasca panen) meliputi pencucian, pengupasan, pengeringan, penggilingan, pemotongan, penggaraman, pembekuan, pencampuran dan atau blansir serta tanpa tambahan Bahan Tambahan Pangan, kecuali BTP untuk pelilinan. ## Gambar 3 Pelaksanaan Penyuluhan Perijinan Sertifikasi Halal terutama untuk produk makanan dan minuman menjadi isu penting bukan hanya ditingkat nasional tetapi juga global. Sertifikasi halal dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Produsen yang membutuhkan sertifikat produk halal mengajukan permohonan kepada BPJPH yang kemudian menunjuk Lembaga Pemeriksa Halal yang akan merekomendasikan produk halal kepada BPJPH dengan waktu 15 hari kerja. Selanjutnya BPJPH akan meminta kepada MUI untuk memberikan fatwa halal terhadap produk tersebut. Untuk persyaratan permohonan sertifikasi halal, yaitu mengunduh surat permohonan dan formulir pendaftaran, menyertakan NIB serta aspek legal lainnya, nama dan jenis produk, daftar bahan yang digunakan, proses alur pembuatan produk, dokumen SJPH dari LPH. Sertifikasi halal menganut system telusur ( traceability ) bukan dan bukan “ End Product Analysis ”. Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan produk atau proses yang berguna untuk manusia, dan secara ekonomis dapat dinikmati hasil dari kreativitas intelektual tersebut. Materi ini memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pelaku UMK agar menjaga hak atas kekayaan intelektual yang mereka miliki misalnya Merek, Rahasia Dagang dan Paten. Hak Atas Kekayaan Intelektual dikeluarkan oleh Kementrian Hukum dan HAM. Perlindungan atas kekayaan intelektual masih rendah pada pelaku UMK. Nomor Induk Berusaha (NIB) merupakan kewajiban bagi setiap pelaku usaha. Nomor Induk Berusaha mengurangi perijinan yang sebelumnya cukup banyak seperti TDP, SIUP, HO, dll. Nomor Induk Berusaha bahkan dapat menjadi ijin untuk melaksanakan ekspor dan impor barang. Nomor Induk Berusaha di keluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk menyederhanakan perijinan. Pelaksanaan pembuatan NIB dapat melalui Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Satu Pintu. Adapun untuk pembuatan NIB dan IUMK dilakukan berbasis internet melalui One Single Submission dari BKPM. Pembuatannya bisa dilakukan sendiri, melalui pendamping atau datang ke Mal Pelayanan Publik. Persyaratan untuk mengajukan NIB teridiri dari KTP pemilik usaha, email yang masih aktif, dan NPWP. Kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh tim dapat menambah pengetahuan bagi pelaku UMK di Desa Ciomas tentang jenis jenis perijinan atau legalitas usaha. Untuk pengembangan dan penguatan usaha pelaku UMK harus setidaknya memiliki Nomor Induk Berusaha dan Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK) yang dikeluarkan oleh BKPM melalui aplikasi OSS. Kegiatan pengabdian masyarakat oleh tim dari UNIKU ini dapat menumbuhkan semangat untuk mampu bersaing baik pada pasar local maupun pasar internasional. Pada sesi tanya jawab, terungkap bahwa belum dimilikinya perijinan usaha oleh UMK adalah: (1) kurang pahamnya pelaku UMK tentang pentingnya memiliki perijinan khususnya NIB. (2) kurangnya pemahaman tentang benefit dari dimilikinya perijinan usaha. (3) kurangnya pengetahuan dalam mengurus perijinan, persyaratan dan dokumen yang dibutuhkan. (4) persepsi rumitnya pengurusan ijin usaha. Langkah langkah pengurusan perijinan bagi pelaku UMK: 1. Siapkan KTP, nomor HP aktif, e-mail yang aktif, karena sistem akan mengirimkan username dan password melalui email. 2. Buat perijinan NIB dan IUMK melalui aplikasi http:/oss.go.id untuk memperoleh akun pengguna. 3. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi data sesuai yang diminta dalam system. 4. Setelah pengisian selesai maka system OSS akan menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sekaligus juga Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK). ## KESIMPULAN Perijinan / aspek legalitas bagi pelaku UMK di Desa Ciomas masih sangat awam, hampir seluruh peserta yang mengikuti pelatihan belum memiliki perijinan khususnya Nomor Induk Berusaha yang merupakan kewajiban bagi setiap pelaku usaha untuk memilikinya. Mereka cenderung menganggap mengurus perijinan merepotkan dan buang waktu. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat bahwa aspek legalitas usaha sangat penting dalam menjalankan usaha. Begitu juga dengan bentuk bentuk sertifikasi perijinan lainnya seperti PIRT, BPOM, Halal dan Haki masih belum dianggap perlu oleh pelaku usaha. Nomor Induk Berusaha merupakan nomor identitas usaha yang di proses melalui system OSS dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. Seluruh pelaku usaha wajib untuk memiliki Nomor Induk Berusaha agar memiliki legalitas usaha dan dapat digunakan sebagai ijin bertransaksi ekspor dengan pihak luar negeri. Pasca pandemic pelaku UMK harus kembali tumbuh dan berkembang melalui penguatan aspek perijinan usaha disamping aspek konsep bisnis usaha. Setelah pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pelaku UMK di desa Ciomas memiliki pengetahuan tentang pentingnya memiliki perijinan. Untuk selanjutnya, perlu ada penguatan terkait dengan perijinan dan sertifikasi wajib bagi para pelaku usaha dengan pendampingan. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini akan dilaksanakan pendampingan pembuatan NIB bagi pelaku usaha UMK di desa Ciomas. ## DAFTAR PUSTAKA BPS Kuningan. (2020). Kabupaten Kuningan Dalam Angka 2020 . © BPS Kabupaten Kuningan . Kusnindar, A. A. (2019). Pendampingan Perijinan UMK Di Kabupaten Pringsewu. Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia , 2 (2). https://doi.org/10.36085/jpmbr.v2i2.447 Peraturan Pemerintah Republik Indoneisa. (2018). PP Nomor 24 Tahun 2018 Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektonik, 78. Safaah, E., Felycia, Yulianti, N., & Rahmat. (2022). Pendampingan Perijinan Berusaha Berbasis Digital Melalui Online Single Submission Pada PPKM Darurat Pandemi Covid- 19. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat DASABHAKTI , 1 (1). Sawitri, A. P., Asjari, F., Adi, B., & ... (2021). Penguatan UMK Penyandang Disabilitas Naeema Melalui Perijinan Usaha dan Modal Usaha. Ekobis Abdimas: Jurnal … , 2 , 80–87. Retrieved from http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/ekobisabdimas/article/view/4856%0Ahttp://jurnal.unipas by.ac.id/index.php/ekobisabdimas/a
54b97fc3-e19f-4041-b319-877d7089b61d
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/download/26241/4066
Abstrak — Tembakau ( Nicotiana tabacum ) merupakan tanaman dengan nilai ekonomi tinggi. Saat ini tembakau banyak digunakan untuk bahan baku industri rokok, biopestisida, bioinsektisida dan lainnya. Tingkat produksi tembakau dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti iklim. Dewasa ini fenomena la nina yang mengakibatkan pergeseran iklim berdampak langsung pada tingkat produksi tembakau. Untuk itu dilakukan seleksi tembakau agar didapat tembakau yang tahan terhadap kondisi iklim yang ekstrim dengan cara mutasi iradiasi. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui respon perkecambahan tembakau yang telah diiiradiasi. Tembakau diberi perlakuan iiradiasi dengan berbagai konsentrasi yaitu 0 Gy, 10 Gy, 25 Gy, 50 Gy, dan 100 Gy. Biji diamati selama 7 hari. Hasilnya viabilitas dan vigoritas biji tembakau yang telah diiradiasi menunjukkan adannya penurunan perkecambahan dilihat dari daya kecambah, keserempakan tumbuh, dan laju perkecambahan seiring dengan meningkatnya dosis iradisi yang diberikan. Kata Kunci — Tembakau, Iradiasi, Perkecambahan. ## I. PENDAHULUAN EMBAKAU ( Nicotiana Tabacum) merupakan salah satu komoditas perkebunan utama di Jawa Timur yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi regional maupun nasional [1]. Tembakau merupakan tanaman semusim sekali panen pada saat sudah berumur ±90-120 hari [2]. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tembakau adalah iklim. Dewasa ini adanya fenomena El Nino dan La Nina secara global menyebabkan adanya pergeseran iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tembakau [3]. Hingga saat ini tidak tersedia sumber gen ketahanan untuk sifat tahan kering pada tanaman tembakau. Oleh karena itu diperlukan induksi keragaman. Salah satu metode yang efektif untuk induksi keragaman adalah teknik iradiasi. Induksi keragaman merupakan langkah awal sebelum dilakukan seleksi untuk karakter ketahanan terhadap kekeringan. Selain menggunakan teknik iradiasi, induksi keragaman juga dapat dilakukan dengan menggunakan EMS ( Ethyl methanesulfonate ), variasi somaklonal, pengkalusan dan lainnya [4]. Iradiasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan mutasi atau induksi keragaman pada tanaman. Mutasi yang dihasilkan dari perlakuan iradiasi bisa bersifat merugikan atau sebaliknya berisfat menguntungkan [5][6]. Penggunaan mutagen fisik seperti iradiasi sinar gamma banyak dilaporkan penggunaannya dalam upaya mendapatkan varian tanaman dengan berbagai karakter unggul yang diinginkan [7]. Induksi keragaman dapat dilakukan pula menggunakan mutagen kimia seperti EMS. Senyawa EMS merupakan senyawa alkil yang mengubah guanin menjadi 7- etilguanin yang berpasangan dengan timin [8]. Senyawa ini banyak digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman dan perbaikan kualitas tanaman [9]. Salah Satu penelitian yang dilakukan oleh [10], [11] menggunakan EMS sebagai agen mutasi pada tanaman abaka berhasil mendapatkan mutan yang tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Keberhasilan mutasi dengan mutagen kimia pada tiap tanaman tergantung pada konsentrasi dan lama perendaman yang digunakan [12]. Selain dua metode diatas, dapat pula digunakan teknik variasi somaklonal sebagai agen mutasi atau induksi keragaman. Variasi somaklonal telah digunakan untuk memperoleh kultivar yang unik dan bermanfaat bagi pemuliaan tanaman secara konvensional. Pada teknik ini kemungkinan terjadinya sifat dominan lebih besar dibandingkan induksi mutasi menggunakan teknik in vivo. Teknik variasi somaklonal yang dilakukan secara in vitro merupakan tahap seleksi genetik yang pertama. Tahap selanjutnya sel akan beregenerasi membentuk variasi somaklonal dan setelah diaklimatisasi, planlet akan menghasilkan tanaman mutan dengan sifat beragam [13], [14]. Dari beberapa metode induksi keragaman tersebut, induksi menggunakan iradiasi sinar gamma lebih dipilih karena jika menggunakan mutagen kimia seperti EMS ( ethyl methane sulphonat ), DES, etilin amina (EM), etil nitroso urea (ENH), dan metil nitroso urea serta kelompok azida bersifat toksik dan mudah terhidrolisis sehingga menjadi tidak efektif lagi sebagai mutagen [4][15][16]. Induksi mutasi menggunakan teknik iradiasi sinar gamma juga lebih menguntungkan karena dosis yang digunakan lebih akurat dan penetrasi penyinaran ke dalam sel bersifat homogen [17]. Sehingga dapat menghasilkan sifat tau variasi tanaman yang diinginkan. Dari uraian diatas perlu adanya peningkatan kualitas tanaman tembakau untuk meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan. Salah satu cara untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap kekeringan dapat digunakan metode induksi mutasi. Mutasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan EMS ( Ethyl methanesulfonate ), iradiasi sinar gamma, subkultur berulang dan pengkalusan [4]. Tembakau memiliki sistem perakaran tunggang dan rambut- rambut akar yang tumbuh kesamping. Daun tanaman ## Respon Perkecambahan Tembakau ( Nicotiana tabacum ) Varietas Jepon Mawar Hasil Iradiasi Sinar Gamma Khoirun Nisak dan Triono B. Saputro Departemen Biologi, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail : [email protected] T tembakau berbentuk bulat lonjong atau bulat tergantung pada varietasnya. Lapisan atas dari daun tembakau terdiri atas lapisan palisade parenkim dan parenkim spongy pada bagian bawah daun. Umumnya permukaan adaksial dan abaksial daun diselimuti oleh bulu-bulu halus putih. Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat dan termasuk tanaman herbaceous atau tidak berkayu. Tanaman tembakau memiliki bakal buah yang berada diatas dasar bunga dan terdiri dari dua ruang yang dapat membesar. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong setiap ruang berisi bakal biji. Bunga dari tanaman tembakau berbentuk seperti terompet dan berwarna putih- merah muda hingga kemerahan. Umumya bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, memiliki kelopak bunga yang berbulu, memiliki lima benang sari (anther) dan satu kepala putik [18][19]. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering maupun iklim yang basah [20]. Tanaman tembakau merupakan tanaman yang sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari. Kurangnya penyinaran matahari menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi tembakau [21]. Tanaman tembakau memiliki banyak varietas atau sub spesies. Namun pada penelitian ini hanya akan digunakan varietas Jepon Mawar yang telah diberi perlakuan iiradiasi dengan berbagai varian konsentrasi. Iiradiasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan mutasi pada tanaman [22]. Hal ini telah banyak dilaporkan dapat memperbesar ragam genetik tanaman dalam program pemuliaan tanaman seperti pada tanaman padi, kedelai, kacang hijau, gandum dan lain-lain [5]. ## II. METODE PENELITIAN ## Waktu dan Tempat A. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016 sampai Mei 2016. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap iradiasi dan tahap pengujian viabilitas dan vigoritas biji. Tahap iradiasi biji dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Iradiasi (PATIR) BATAN Jakarta. Pengujian viabilitas dan vigoritas biji dilakukan selama satu minggu di Laboratorium Biosains dan Teknologi Tumbuhan Biologi ITS Surabaya. ## Alat dan Bahan B. Dalam penelitian ini digunakan peralatan antara lain: pinset dan cawan petri. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: biji tembakau varietas Jepon Mawar yang tidak diiiradiasi dan yang diiiradiasi, kapas, akuades, dan kertas strimin. ## Biji Tembakau C. Biji tembakau yang digunakna dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu biji tembakau varietas Jepon Mawar (Lihat lampiran) tanpa iradiasi dan biji tembakau varietas Jepon Mawar dengan iradiasi sinar gamma 0 Gy, 25 Gy, 50 Gy, 100 Gy. Kemudian biji akan ditumbuhkan pada medium perkecambahan selama 7 hari. Tembakau dapat dipanen dan diambil bijinya pada saat sudah berumur ±90-120 hari [2]. Biji yang telah dipanen umumnya disimpan terlebih dahulu dalam cool storage dengan suhu ± 10˚C dan disimpan selama ± 1 tahun. ## Inokulasi Eksplan D. Eksplan yang digunakan berupa biji tembakau. Media perkecambahan berupa kapas yang diatasnya telah diletakkan kertas strimin 10 x 10. Media yang telah diberi kertas strimin, disiram menggunakan akuades secukupnya namun tidak sampai menggenang. Kemudian biji tembakau yang diinokulasi ke media perkecambahan. Biji diamati perkecambahannya selama 7 hari. ## Parameter Pengamatan E. Perkecambahan tanaman diamati dengan cara mengamati proses perkecambahan atau pecah benih dalam waktu 1 minggu. Pada pengamatan perkecambahan biji tembakau dicatat pada hari ke berapa tanaman mulai muncul radikula dan tumbuh planlet hingga muncul 2 daun. Pengamatan biji dilakukan setiap hari. ## 1) Daya Berkecambah Biji tembakau yang berkecambah, kemudian dihitung menggunakan rumus [23] sebagai berikut: JK JC Keterangan: DK : Daya kecambah JK : Jumlah kecambah normal yang dihasilkan JC : Jumlah contoh benih yang diuji ## 2) Laju Perkecambahan Laju perkecambahan ditentukan dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikula atau plumula selama jangka waktu tertentu (7 hari). Menurut Soetopo dalam [23] sebagai berikut: N1T1 + N2T2 + N3T3 … + NXTX Jumlah total benih yang berkecambah Keterangan: LP: Laju perkecambahan N :Jumlah benih yang berkecambah dalam satuan waktu tertentu T : Jumlah waktu antara pengujian awal sampai akhir dari interval tertentu suatu pengamatan 3) Keserempakan Tumbuh Keserempakan tumbuh benih dihitung dengan menggunakan presentase kecambah normal kuat pada hitungan antara pengamatan I dan II hari ke-4 menurut Sajad dalam [23] dengan rumus sebagai berikut: KST = KK TB Keterangan: KST : Keserampakan tumbuh KK : Jumlah kecambah kuat TB : Total benih yang dianalisis X 100% DK = LP = (1) (2) (3) Gambar 1. Grafik daya kecambah tembakau varietas Jepon Mawar terhadap iradiasi sinar gamma dengan berbagai konsentrasi. Gambar 2. Grafik keserempakan tumbuh tembakau varietas Jepon Mawar terhadap iradiasi sinar gamma dengan berbagai konsentrasi. Tabel 1. Presentase Daya kecambah biji tembakau hasil iradiasi Dosis iradiasi (Gy) Presentase perkecambahan (%) 0 93 25 69 50 63 100 49 Tabel 2. presentase keserempakan tumbuh biji tembakau hasil iradiasi Dosis iradiasi (Gy) Presentase perkecambahan (%) Jumlah kecambah abnormal 0 93 0 25 42 27 50 34 29 100 29 20 Tabel 3. Laju perkecambahan biji tembakau hasil iradiasi Dosis iradiasi (Gy) Laju perkecambahan 0 8,5 25 8,3 50 8,2 100 8,2 ## Rancangan Penelitian dan Analisis Data F. Rancangan penelitian untuk pengujian vigoritas dan viabilitas biji tembakau menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu dosis iradiasi sinar gamma yang digunakan. ## III. HASIL DAN DISKUSI ## Hasil Iradiasi Sinar Gamma pada Viabilitas Biji A. Tembakau Varietas Jepon Mawar Biji tembakau yang diberi perlakuan iradiasi menunjukkan adanya penurunan perkecambahan. Dari daya kecambah (Detail data dapat dilihat gambar 1) dan keserempakan tumbuh (gambar 2) dapat diketahui bahwa biji tanpa iradiasi cenderung berkecambah lebih baik, yaitu 93% dengan kecambah mati paling sedikit yaitu 7 biji dan 0 biji abnormal. Sedangkan pada iradiasi 25 Gy dan 50 Gy Didapatkan persentase daya kecambah hampir sama yaitu 69% dan 63% namun memiliki keserempakan tumbuh yang secara signifikan berbeda. Pada presentase keserempakan tumbuh biji iradiasi 25 Gy didapatkan presentase sebesar 42% dengan kecambah abnormal 27 kecambah. Sedangkan pada 50 Gy didapatkan presentase sebesar 34% dengan kecambah abnormal lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol yakni 29 kecambah. Untuk biji tembakau dengan iradiasi 100 Gy memiliki presentase daya kecambah paling rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol dan biji yang diiradiasi 25 Gy dan 50 Gy, yakni 49%. Begitu pula denga hasil presentase keserempakan tumbuh, biji iradiasi 100 Gy memiliki presentase paling rendah yaitu 29% namun memiliki jumlah kecambah abnormal lebih sedikit dibandingkan dengan biji iradiasi 25 Gy dan 50 Gy, yaitu 20 kecambah. Dari tabel 4.3 dapat diketahui tanaman kontrol memiliki laju perkecambahan paling tinggi yaitu sebesar 8,5. Sedangkan untuk biji tembakau dengan iradiasi 25 Gy memiliki laju perkecambahan sebesar 8,3. Sedangkan biji iradiasi 100 Gy dan 50 Gy memiliki laju perkecambahan yang sama yaitu 8,2. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Vigoritas Biji B. ## Tembakau Varietas Jepon Mawar Meskipun persentase perkecambahan yang diperoleh dari uji perkecambahan cenderung tinggi, namun setiap dosis menunjukkan jumlah kecambah abnormal yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan [24] yaitu pada beberapa percobaan radiasi pada benih, radiasi pada dosis rendah dapat meningkatkan persen perkecambahan, namun jika radiasinya terlalu tinggi maka benih-benih tersebut akan mati. Penurunan perkecambahan pada uji perkecambahan terjadi seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi pada penelitian, tergantung pada pemberian radiasi sinar gamma [25]. Dosis iradiasi yang digunakan dan pengaruhnya terhadap perkecambahan benih berbeda-beda untuk tiap jenis dan genotipe. Namun secara umum, dosis iradiasi yang lebih tinggi cenderung menghambat perkecambahan [26]. Pada biji kontrol (tanpa iradiasi) hasil yang didapatkan tidak 100%, baik pada perhitungan laju perkecamabhan, daya kecambah maupun keserempakan tumbuh. Hal ini dimungkinkan biji yang digunakan memiliki vigoritas yang kurang baik. Biji yang mempunyai kekuatan tumbuh (vigor) yang baik akan menjadi cepat proses reaktivasi metebolismenya apabila kondisi lingkungan tumbuh optimum dan proses metabolisme biji tidak terhambat. Biji dengan vigor yang baik akan mempunyai nilai keserempakan tumbuh yang tinggi. Sebaliknya, biji yang mempunyai vigor buruk akan berpengaruh terhadap fisiologi maupun morfologi tanaman yang dihasilkan [27]. Dalam penelitian [28] melaporkan juga bahwa iradiasi benih pepaya dosis 10 Gy meningkatkan persentase perkecambahan menjadi 50% dari kontrol 30%. Hal ini sesuai dengan uji perkecambahan pada penelitian iradiasi tembakau dimana terjadi penurunan presentase daya kecambah dan keserempakan tumbuh pada dosis iradiasi tertinggi 100 Gy. Gambar 3. Grafik laju perkecambahan biji tembakau varietas Jepon Mawar terhadap iradiasi sinar gamma dengan berbagai konsentrasi. a b Gambar 4. a. tanaman tembakau Jepon Mawar, b. daun tembakau Jepon Mawar Hasil yang didapat pada penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan yang sama dengan yang ditemukan oleh [29] dan [30] yang menyatakan bahwa iradiasi dosis tinggi dapat mengurangi perkecambahan benih. Fenomena ini dikenal dengan istilah pengaruh hormesis yang didefinisikan [31] sebagai stimulasi dengan dosis rendah iradiasi ionisasi dan penghambatan pada dosis yang tinggi. Dosis iradiasi rendah yang digunakan pada biji, umbi- umbian, dan spora dilaporkan dapat mempercepat proses perkecambahan, mempercepat proses pertumbuhan, dan meningkatkan hasil akhir pada saat dipanen. Sebaliknya, dosis yang tinggi akan mengakibatkan adanya penghambatan pertumbuhan atau bahkan letal pada tanaman [32][33], dan [34]. Namun terdapat pula faktor fisiologi yang dapat meningkatkan bahaya iradiasi pada tanaman seperti suhu, air, konsentrasi oksigen, dan ketersediaan nutrisi [34]. Iradiasi yang dilakukan pada benih, secara umum memiliki kisaran dosis efektif yang lebih tinggi dibandingkan jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya, yaitu berkisar 50 Gy - 250 Gy [16]. Umumnya dosis optimum dalam induksi mutasi yang dapat menimbulkan keragaman dan menghasilkan mutan terbanyak biasanya terjadi di sekitar LD 50 yaitu tingkat dosis yang menyebabkan kematian sebesar 50% dari populasi tanaman yang diiradiasi [33]. Seperti yang terlihat dari daya kecambah tanaman dengan dosis iradiasi 100 Gy dengan daya kecambah hanya 49%. Pada uji keserempakan tumbuh didapatkan hasil dimana kecambah tidak serempak pertumbuhannya seiring meningkatnya dosis iradiasi. Keserempakan tumbuh merupakan salah satu parameter vigor. Cara yang digunakan adalah dengan menghitung persentase kecambah normal kuat pada hari ke-7. Hal tersebut menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma menyebabkan vigor benih menurun, akibat pengaruh radiosensitivitas masing-masing varietas berbeda [35]. Perlakuan iradiasi pada benih menyebabkan kerusakan fisik ( physical damage ) yaitu menurunkan daya pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi dosis iradiasi akan semakin menghambat pertumbuhan [36]. Indikasi biokimia dalam benih yang mengalami kemunduran viabilitas dan vigoritas menurut [37] adalah (a) perubahan aktivitas enzim (b) perubahan laju respirasi; (c) perubahan di dalam cadangan makanan; (d) perubahan di dalam membran, dan (e) kerusakan kromosom. Hal ini terjadi karena prinsip kerja sinar gamma yaitu menghasilkan radikal bebas yang reaktif dan bereaksi dengan molekul dalam sistem biologi, sehingga mengacaukan proses proses biokimia di dalam sel sehingga mengganggu homeostatis/keseimbangan sel [16]. Selain itu ketidakserempakan kecambah tumbuh dapat dikarenakan oleh faktor fisiologi dalam benih tersebut sehingga dapat menurunkan daya tumbuh kecambah. Penurunan daya tumbuh benih menurut [37] dapat ditunjukkan oleh gejala fisiologis sebagai berikut: (a) terjadinya perubahan warna benih (b) tertundanya perkecambahan; (c) menurunnya toleransi terhadap kondisi lingkungan suboptimum selama perkecambahan (d) rendahnya toleransi terhadap kondisi simpan yang kurang sesuai (e) peka terhadap radiasi; (f) menurunnya pertumbuhan kecambah; (g) menurunnya daya berkecambah, dan (h) meningkatnya jumlah kecambah abnormal. Dalam penelitian [25] melaporkan bahwa untuk mendapatkan individu yang memperlihatkan perubahan sifat (mutan) tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, kekerasan, dan material uji. Pemanfaatan radiasi sinar gamma pada berbagai konsentrasi diharapkan mendapatkan jenis varietas unggul yang mempunyai karakter lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang dilaporkan oleh [17] bahwa iradiasi sinar gamma dapat meningkatkan daya kecambah dan kecepatan berkecambah sengon ( Albizia falcataria ) pada dosis rendah yaitu 5 Gy sampai 90 Gy. Sedangkan [38] melaporkan padi varietas Situ Bagendit yang diiradiasi sinar gamma mengalami penurunan perkecambahan seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi yaitu 200 Gy dan 300 Gy. Namun mengalami peningkatan perkecambahan dan pertumbuhan pada dosis 100 Gy. Begitu pula dalam penelitian [39] menggunakan kalus embrio somatik kacang tanah varietas Lokal Bima yang mengalami pertumbuhan maksimal pada iradiasi sinar gamma dengan dosis rendah 15 Gy dan 20 Gy. Sedangkan pada iradiasi 25 Gy kalus terjadi penurunan pertumbuhan. ## IV. KESIMPULAN Viabilitas dan vigoritas biji tembakau yang telah diiradiasi menunjukkan adannya penurunan perkecambahan dilihat dari daya kecambah, keserempakan tumbuh, dan laju perkecambahan seiring dengan meningkatnya dosis iradisi yang diberikan. ## LAMPIRAN Tembakau ( N. tabacum ) varietas Jepon Mawar umumnya memiliki tinggi tanaman sedang antara 119,6 cm-149,8 cm. Tembakau ini memiliki warna batang hijau kekuningan dan sepanjang batang diselimuti oleh bulu-bulu halus. Bentuk daun tembakau ( N. tabacum ) Jepon Mawar bulat memanjang dengan tepi daun licin atau rata. Dalam satu tanaman umumnya memiliki jumlah daun 20-26 lembar atau rata-rata 23 lembar daun. Memiliki panjang daun 48,3cm-77,0cm atau rata-rata 62,5cm serta lebar daun 31,2cm-42,5cm atau rata-rata 36,8 cm [40]. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, “ Komoditi Tanaman Tembakau, ” 2016. [2] A. Suwarso, A. Herwati, and S. Rachman, “ Pemuliaan Tembakau Madura, ” Malang, 1999. [3] T. Yohannes, M. Andargie, and A. Takele, “ In Vitro Screening for Drought Tolerance in Different Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Varieties, ” J. Stress Physiol. Biochem. , vol. 9, no. 3, 2013. [4] R. Yunita, “ Pemanfaatan Variasi Somaklonal Dan Seleksi In Vitro Dalam Perakitan Tanaman Toleran Cekaman Abiotik, ” J. Litbang Pertan. , vol. 28, no. 4, pp. 142 – 148, 2009. [5] H. Soeharto, “ Pemuliaan Mutasi Pada Sorghum (Sorghum Bicolor L.) Untuk Perbaikan Tanaman Sebagai Pakan Ternak Ruminansia, ” Jakarta, 1998. [6] D. Ermavitalinia, I. P. Sari, E. N. Prasetyo, N. Abdulgani, and T. B. Saputro, “ Effect of Gamma 60Co Irradiation On The Lipid Content and Fatty Acid Composition of Nannochloropsis sp. Microalgae, ” in Proceeding of International Biology Conference , 2016. [7] I. S. Aisyah, A. Hajrial, S. Asep, M. Budo, and S. Sarsidi, “ Induksi Mutasi Pada Stek Pucuk Anyelir (Danthus caryophyllus Linn.) Melalui Iradiasi Sinar Gamma, ” J. Agron Indones. , vol. 37, no. 1, pp. 62 – 70, 2009. [8] C. VL. Mutagenesis, “ Investigating the process and processing the outcome for crop improvement, ” J. Curr. Sci. , vol. 89, pp. 353 – 359, 2005. [9] \ M. Imelda, P. Deswina, S. Hartati, Estiati, and S. Atmowijoyo, “ Chemical Mutation by Ethyl Methane Sulfonate (EMS) for Bunchy Top Virus Resistence in Banana, ” Ann. Bogor. , vol. 38, no. 3, pp. 205 – 211, 2000. [10] R. D. Purwati, U. Budi, and S. Sudarsono, “ Penggunaan Asam Fusarat dalam Seleksi in vitro untuk Resistensi terhadap Fusarium oxysporum f.sp. cubense, ” J. Littri , vol. 7, no. 2, pp. 80 – 91, 2007. [11] R. D. Purwati, K. E. Sudjindro, and S. Sudarsono, “ Keragaman Genetika Varian Abaka yang Diinduksi dengan Ethyl Methane Sulphonate (EMS), ” J. Littri , vol. 15, no. 4, pp. 152 – 161, 2008. [12] Y. Yanti, “ Banana Treatments of Ethyl Methane Sulphonate Muthagen Throuhg In Vitro, ” in The Third Asian Conference on Plant Pathology , 2007, pp. 467 – 471. [13] S. Soedjono, “ Aplikasi Mutasi Induksi Dan Variasi Somaklonal Dalam Pemuliaan Tanaman, ” J. Litbang Pertan. , vol. 22, no. 2, 2003. [14] T. B. Saputro, S. Dianawati, N. F. Sholihah, and D. Ermavitalini, “ Genetic diversity of improved salt tolerant calli of maize (Zea mays L.) using RAPD, ” in Proceeding of International Biology Conference , 2016. [15] IAEA, “ Manual On Mutation, Viability And Population Structure, ” Acta Agric. Cand , vol. 4, pp. 601 – 632, 1997. [16] A. M. Van Harten, Mutation breeding. Theory and Practical Aplications . USA: Cambridge University Press, 1998. [17] Litbang Pertanian, “ Teknik Mutasi Untuk Pemuliaan Tanaman, ” 2014. . [18] Listyanto, Budidaya Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Menggunakan Pupuk Hayati Bio Z . Jakarta: PT Alam Lestari Maju Indonesia, 2010. [19] K. Kamal, “ Monograph Of Tobacco (Nicotiana tabacum), ” Indian J. Drugs , vol. 2, no. 1, pp. 5 – 23, 2014. [20] BAPPEDA Kendal, “ Tentang Tembakau, ” 2016. . [21] P. J. G. Smykal, D. B. Stefanie, R. Venkatesh, and M. Siegbert, “ Flowering Of Strict Photoperiodict Nicotiana Varieties In Non-Inductive Condition By Transgenic Approaches, ” Plant Mol Bio , vol. 6, 2007. [22] M. Zanzibar and Witjaksono, “ Pengaruh Penuaan Dan Iiradiasi Benih Dengan Sinar Gamma (60C) Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Blume Merr), ” J. Penelit. Hutan Tanam. , vol. 8, no. 2, pp. 89 – 95, 2011. [23] M. K. Lesilolo, J. Patty, and N. Tetty, “ Penggunaan Desikan Abu dan Lama Simpan terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) pada Penyimpanan Ruang Terbuka, ” Agrogolia , vol. 1, no. 1, pp. 51 – 59, 2012. [24] N. D. S. Daeli, A.P.P.Lollie, and N. Isman, “ Pengaruh Radiasi Simar Gamma Terhadaptanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Kondisi Salin, ” J. Online Agroekoteknologi , vol. 1, no. 2, 2013. [25] G. N. Sutapa and I. G. A. Kasmawan, “ Efek Induksi Mutasi Radiasi Gamma 60co Pada Pertumbuhan Fisiologis Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.), ” J. Keselam. Radiasi dan Lingkung. , vol. 1, no. 2, 2016. [26] M. Zanzibar and D. J. Sudrajat, “ Prospek Dan Aplikasi Teknologi Iradiasi Sinar Gamma Untuk Perbaikan Mutu Benih Dan Bibit Tanaman Hutan, ” Jakarta, 2009. [27] D. S. Rini, Mustikoweni, and T. Surtiningsih, “ Perkecambahan Benih Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Terhadap Perlakuan Osmoconditioning Dalam Mengatasi Cekaman Salinitas, ” Ber. Biol. , vol. 7, no. 6, 2005. [28] Y. K. Chan and P. F. Lam, “ Irradiation-Induced Mutations In Papaya With Special Emphasis On Papaya Ringspot Resistance And Delayed Fruit Ripening. Working Material – Improvement Of Tropical And Subtropical Fruit Trees Through Induced Mutations And Biotechnology, ” Vienna , pp. 35 – 45, 2002. [29] K. G. Hell and M. Silveira, “ Imbibition And Germination Of Gamma Irradiation Phaseolus vulgaris Seeds, ” F. Crop Abst , vol. 38, no. 6, p. 300, 1974. [30] D. Marcu, V. Cristea, and L. Daraban, “ Dose-dependent effects of gamma radiation on lettuce (Lactuca sativa var. capitata) seedlings, ” Int. J. Radiat. Biol. , pp. 1 – 5, 2012. [31] T. Luckey, “ Radiation Hormesis Overview, ” RSO Mag. , vol. 4, pp. 19 – 36, 2003. [32] H. Ali, G. Zoya, S. Sandal, and G. Alvina, Effect Of Gamma Radiation On Crop Production . Springer, 2016. [33] Asadi, “ Peran Sumberdaya Genetik Pertanian Bagi Pemuliaan Mutasi ” Dalam Mugiono, D. Sopandi, S. Hudiyono, N. Kuswandi, Z. Irawati, P. Sidauruk, H. Winarno, Sobrizal, dan R. Chosdu (eds.), ” in Prosiding Simposium dan Pameran Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi , 2011. [34] M. G. Hale and D. M. Orcutt, The Physiology Of Plant Under Stress . New York: John Wiley & Sons Inc, 1987. [35] F. C. Indriani, H. Kuswantoro, R. T. Hapsari, and A. Supeno, “ Radiosensitivitas Beberapa Varietas Kedelai Terhadap Iradiasi Sinar Gamma, ” in Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi , 2012. [36] T. D.S. Hanafiah, S. Yahya, and D. Wirnas, “ Studi Radiosensitivitas Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Varietas Argomulyo Melalui Iradiasi Sinar Gamma, ” Bionatura , vol. 12, no. 2, pp. 105 – 111, 2010. [37] B.H. Siwi, “ Pengaruh Radiasi Sinar Gamma (Co-60) Terhadap Beberapa Varietas Padi Di Indonesia, ” 2016. [Online]. Available: http://www.digilib.batan.go.id/e-prosiding/pdf. [38] Y. C. F. Salsinha, “Pengaruh Iradiasi Sinar Γ (Gamma) Co -60 Terhadap Pertumbuhan Padi (Oryza Sativa) ‘ Situ Bagendit ’ Pada Cekaman Kekeringan, ” Pap. J. Fak. Biol. , 2015. [39] A. F. Hermon, “ Induksi Mutasi Dengan Iradiasi Sinar Gamma Dan Seleksi In Vitro Untuk Identifikasi Embrio Somatik Kacang Tanah Cv. Lokal Bima Yang Toleran Pada Media Polietilen Glikol, ” Crop. Agro , vol. 3, no. 1, pp. 65 – 71, 2010. [40] PT. SADHANA, Buku Kunci Identifikasi Tanaman Tembakau . Sadhana Agro Center, 2015.
68ed9019-ac3f-47bd-9c7a-bd9c2f913211
https://ejurnal.uij.ac.id/index.php/AXI/article/download/966/878
Pemanfaatan Augmented Reality Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII SMP/MTs The Utilization of Augmented Reality at the Space Shape of the Flat Side Material in the Eight Grade Studet of SMP/MTs Tarto Sanusi [email protected] ## SMP Negeri Satu Atap Kandang ## Abstrak Media atau bahan ajar merupakan hal yag harus dimiliki oleh seorang guru guna melacarka proses pembelajaran. Seorang guru harus kreatif dalam mendesain dan memanfaatkan media teknologi dalam pembelajaran matematika, smartphone merupakan alat untuk pembelajaran yang berbasis augmented reality untuk mempermudah pada kegiatan pembelaran virtual dalam pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi datar untuk memberikan simulasi berbasis virtual untuk pole pikir siswa. Manfaat menggunakan media berbasis augmented reality diataraya: menigkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran, membantu siswa dalam kegitan pembelajaran, bisa dipakai dimanapun hanya saja membutuhkan baterai, minim ram untuk mengoprasikannya, tidak membutuhkan biaya mahal, praktis dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, tempat penelitian di SMP Negeri Satu Atap Kandang Kapongan Situbondo untuk siswa kelas VIII. Kendala dalam untuk menfaatkan media pembelajaran augmented reality diantaranya: belum terbiasa untuk mengobrasikan, siswa yang belum mempunyai smartphone berbasis android, penyalagunaan smartphone di sekolah bukan untuk pembelajaran. Kata kunci: augmented reality ## Abstrack Media or teaching materials are things that must be owned by a teacher in order to carry out the learning process. A teacher must be creative in designing and utilizing technology media in mathematics learning, smartphones are tools for learning based on augmented reality to facilitate virtual learning activities in mathematics learning, especially flat- sided building materials to provide virtual-based simulations for student thinking. The benefits of using augmented reality-based media include: increasing students 'critical thinking skills and attracting students' interest in learning, helping students in learning activities, can be used anywhere, only requires batteries, minimal RAM to operate, does not require expensive, practical and efficient. This study used a descriptive qualitative research method, the place of research at SMP Negeri One Atap Kandang Kapongan Situbondo for grade VIII students. Constraints in utilizing augmented reality learning media include: not accustomed to inspiring, students who do not yet have an Android- based smartphone, the use of smartphones in schools is not for learning. Keywords: augemented reality ## PENDAHULUAN Teknologi informasi dan komunikasi merupa perihal yang tidak asing lagi ditelinga kita. Teknologi pengaruhi pola kehidupan bermasyrakat mulai dari aspek perekonomian, aspek seni, budaya, politik serta pembelajaran. dunia campus maupun sekolah tidak ingin ketinggalan dalam pergantian yang dipengaruhi dalam teknologi dari bermacam berbagai aktivitas, dokumentasi individu ataupun kolektif buat membagikan bimbingan kepada publik buat perihal yang positive dalam dunia pembelajaran. kedatangan teknologi merupakan kesempatan yang sangat besar dalam membagikan pendidikan yang relevan serta pengalaman yang menarik (Suartama et al., 2019) supaya siswa termotivasi buat aktif dalam aktivitas pendidikan. Proses pendidikan banyak metode buat mengantarkan sesuatu pesan kepada siswa/ mahasiswa buat memperoleh data dari guru ataupun dosen buat gampang dimengerti dalam modul spesialnya modul matematika dengan pokok materi Bangun ruang sisi datar. Materi tersebut sangat kita jumpai kehidupan satu hari hari diantara barang berupa kubus serta balok buat menghitung geomrtri spesialnya dalam membangun rumah, jarak harus dihitung secara benar akan kontruksi bangunan dapat berdiri tegak dan kokoh itu salah satu manfaat belajar matemamtika dengan materi tersebut. Keberhasilan pembelajaran yang berkualitas untuk peneliti mencari solusi sebuah media pembelajaran yang bisa digunakan belajar yang mana cara belajar dulu dan sekarang sangat jauh berbeda jauh,media pembelajaran yang menggunakan Augmented reality merupakan konsep oleh teknologi pendidikan kepada kita. Yang bertintegrasi antara dunia nyata (Yen et al., 2013)(Aldalalah et al., 2019). (YILDIZ, 2018) membawah siswa/atau mahasiswa untuk dunia maya untuk membuat siswa atau mahasiswa berfikir secara virtual dengan dibantu oleh software dan perangkat kamera untuk mengoprasikannya. Menurut (Ozdamli & Hursen, 2017) menggunakan media Augmented reality harus memiliki tiga krekteristik dasar : (1) Kombinasi suatu objek virtual yang nyata kedalam dunia maya.(2). Studi intraktif dalam lingkungan real time. (3) konsistensi antara objek nyata dan virtual. Dalam hasil peneltian oleh (Nuanmeesri, 2018)manfaat aplikasi Augmented reality dengan menggunakan ## Tarto Sanusi sistem operasi Android yang tersedia di smartphone maupun tablet. 1) peserta didik termotivasi dalam proses pembalajaran tanpa batas waktu 2). Media Augmented reality bisa di ulang ulang lagi untuk pembelajaran 3). Meningkatkan minat belajar peserta didik agar dapat mengejar diera digital. ## METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun subjek penlitian yang dipilih yaitu siswa kelas VIII di SMPN 1 Atap Kandang Kapongan Situbondo. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik snowball, dimana peneliti juga mencari gatekeeper untuk menjadi informan yang dapat membantu menunjukan dan mengantarkan pada informan berikutnya. Sedang metode analisis data yang digunakan yaitu meliputi tiga tahapan utama (1). Reduksi Data (2) Penyahian Data (3) Menarik Kesimpulan ## HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Atap kandang Situbondo kelas VIII dalam materi Bangun ruang sisi datar merupakan bab yang dipelajari kelas VIII untuk SMP/MTs. Siswa kelas VIII memiliki minat untuk belajar yang bisa digunakan kehidupan sehari sehari di masyarakat. Kelas VIII sudah tertarik pada perubahan teknologi maupun industri sains. (Anisimova et al., 2020) untuk dampak positive dalam kegiatan pembelajaran menambah antusias semangat belajar mudah mengoprasikannya. Augmented Reality sebagai media pembelajaran untuk pendidikan, (Nurbekova & Baigusheva, 2020)(Elmqaddem, 2019)awalnya Augmented Reality untuk meningkatkan pelatihan komersial dan manafaktur untuk hiburan, teknik, kedokteran pada saat ini banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Augmented Reality adalah media yang berbasis dunia nyata berimajinasi ke dunia may. Guru dapat menggunakan Augmented Reality dengan beberapa sepesifik untuk menggunakanya (1). Handphone sistem operasi android (2) RAM minimal 1 GB. (3) Kamera (4) Barkode atau bahan yang bertektur. Menurut (Ilmawan, 2016) Augmented Reality didalam dunia pendidikan dapat dimanfaatkan (1). Merangsang pola pikir siswa dalam berfikir kritis serta ## Tarto Sanusi ketertarikan dalam pembelajaran (2). Membantu siswa dalam proses kegiatan pembelajaran (3) bisa digunakan dimanapun dan kapanpun dengan membutuhkan batree (4) dapat menvisualisasikan konsep abstrak buat menguasai serta struktur sesuatu model objek yang membolehkan selaku media lebih efisien serta efisien (6) menggunakan smartphone jauh lebih mahal dari komputer. Berdasarka hasil yang di teliti adapun manfaat Augmented Reality di SMPN 1 Atap Kandang Situbondo melalui beberapa langkah sebagai berikut ## Membuka Aplikasi Augmented Reality Untuk mengobrasikan Augmented Reality hingga wajib menjajaki langkah langkah berikut ini: 1) Mendaftar terlebih dulu bisa menggunakan akun facebook ,apple maupuan akun google seperti gambar dibawah ini Gambar 1 Mendaftar akun 2) Setelah mendaftarakan akun pilij topik dan memilih mata pelajaran matematika dan ke ceometry cube Gambar 2 Join kelas ## Untuk mengoprasikan Augmented Reality Untuk bisa mengoprasikan Software Augremed reality harus mengetahui spesifikasi untuk smartphone atau tablet agar bisa menjelakannya dalam pengoprasikanya dengan maksimal. a. Langkah ke tiga yakni untuk mengobrasikan media pembelajaran Augremed reality untuk materi Bangun ruang sisi datar tampilan awal pada media pembelajaran Gambar 3 tampilan awal Augremed reality b. Langkah ke empat untuk menggeser memperbesar tampilan dengan menggunakan tombol kanan dan kiri. ## Tarto Sanusi ## Gambar 4 tampilan awal Augremed reality c. langkah ke lima Materi Bangun ruang sisi datar ,” Mengatahui sisi dalam bentuk kubus “ Gambar 5 mengatahui sisi kubus 6 yang koruwen berbentuk persegi Gambar 6 unsur unsur kubus ## Tarto Sanusi ## Gambar 7 jaring jaring kubus ## Kendalaa yang dihadapi dalam pemanfaatan Augmented Reality Dalam mengoprasikan saat pelaksanaan untuk media pembelajaran menggunakan Augmented Reality adaanya kesulitan siswa menggunakan media pembelajaran antara lain : 1. Siswa kesulitan dalam mengoprasikan Augmented Reality dikarenakan belum terbiasa menggunakannya berbeda dengan media sosial yang sering dipakai untuk aktivitas sehari hari 2. Seorang guru harus mengatahui tentang berbagai mungkin penyalahgunaan smartphone yang digunakan oleh siswa disekolah. 3. Siswa ada yang masih belum mempunyai smartphone yang mengoprasikan menggunakan android. Yang diteliti oleh (Muhayat et al., 2017) menyatakan pemanfaatan media pembelajaran menggunakan Augmented Reality diSMK Negeri 2 Kendal bisa diterima serta dibesarkan lebih lanjut walaupun masih memerlukan pembehanahan dari sisi ketersediaan sumber energi pendukung pembehanahan dari sisi ketersediaan sumber daya pendukung dan lamanya pembuatan media berbasis Augmented Reality. Hasil penelitian dari (Sugiana & Muhtadi, 2019) 1). Tidak memerlukan membawah buku terlalu banyak 2). Menciptkan pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan efektif 3). Siswa memperoleh pengalaman belajar dunia maya dengan menggunakan Augremed reality. Penelitian tersebut sejalan dengan (Yuliono et al., 2018) penelitian bahwa pemanfaatan media pembelajaran Augremed reality diperbantukan menggunakan smartphone maupun tablet mempunyai bebarapa kelebihan ## Tarto Sanusi yang dapat mendorong rasa ingin belajar siswa dan motivasi dalam pembelajaran untuk mendorong literasi berbasis digital. Bersumber pada riset tersebut hingga pemanfaatan Augremed reality yang diharapkan buat tingkatkan pertumbuhan teknologi dalam media pembelajaran ## KESIMPULAN DAN SARAN ## KESIMPULAN Bersumber pada hasil penelitian serta pembehasan hingga bisa diambil kesimpulan meningkatnya kemampuan berpikir kritis sisw, siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran, membantu siswa dalam kegitan pembelajaran, bisa dipakai dimanapun, tidak membutuhkan biaya mahal, praktis dan efisien . Dengan hambatan yang dialami dalam pemanfaatan augremed reality siswa kesulitan menggunakan karena belum terbiasa mengoprasikannya sehingga perlu didampingi oleh guru. Banyak yang tidak mempunyai smartphone dengan system operasi android kebanyak masih menggunakan handphone jadul yang tidak bisa diinstalasi software augmented reality . ## Saran 1. Pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi datar menggunakan media augmented reality sangat efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan alternatif media dalam mengajar matematika 2. Sebelum menerapakan media pembelajaran menggunakan augmented reality sebaiknya dipersiapakan dengan baik instrumen yang akan digunakan ## DAFTAR PUSTAKA Aldalalah, O. M., Ababneh, Z., Bawaneh, A., & Alzubi, W. (2019). Effect of Augmented Reality and Simulation on the Achievement of Mathematics and Visual Thinking Among Students. International Journal of Emerging Technologies in Learning (IJET) , 14 (18), 164. https://doi.org/10.3991/ijet.v14i18.10748 Anisimova, T. I., Sabirova, F. M., & Shatunova, O. V. (2020). Formation of design and research competencies in future teachers in the framework of STEAM education. International Journal of Emerging Technologies in Learning , 15 (2), 204–217. https://doi.org/10.3991/ijet.v15i02.11537 ## Tarto Sanusi Elmqaddem, N. (2019). Augmented Reality and Virtual Reality in education. Myth or reality? International Journal of Emerging Technologies in Learning , 14 (3), 234–242. https://doi.org/10.3991/ijet.v14i03.9289 Ilmawan, M. (2016). PEMANFAATAN AUGMENTED REALITY SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Ilmawan. Jurnal Pendidkan Teknologi Dan Kejuruan , 13 (2), 174–183. https://doi.org/10.1109/SIBIRCON.2010.5555154 Muhayat, U., Wahyudi, W., Wibawanto, H., & Hardyanto, W. (2017). Pengembangan Media Edukatif Berbasis Augmented Reality untuk Desain Interior dan Eksterior Abstrak . 6 (2), 98–107. Nuanmeesri, S. (2018). The Augmented Reality for Teaching Thai Students about the Human Heart . 13 (6), 203–213. Nurbekova, Z., & Baigusheva, B. (2020). On the Issue of Compliance with Didactic Principles in Learning using Augmented Reality . 15 (15), 121–132. Ozdamli, F., & Hursen, C. (2017). An Emerging Technology : Augmented Reality to Promote Learning . 12 (11), 121–137. Suartama, I. K., Setyosari, P., Sulthoni, & Ulfa, S. (2019). Development of an instructional design model for mobile blended learning in higher education. International Journal of Emerging Technologies in Learning , 14 (16), 4–22. https://doi.org/10.3991/ijet.v14i16.10633 Sugiana, D., & Muhtadi, D. (2019). Augmented Reality Type QR Code : Pengembangan Perangkat Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers , 135–140. Yen, J.-C., Tsai, C.-H., & Wu, M. (2013). Augmented Reality in the Higher Education: Students’ Science Concept Learning and Academic Achievement in Astronomy. Procedia - Social and Behavioral Sciences , 103 , 165–173. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.322 YILDIZ, E. P. (2018). Trends of augmented reality applications and research throughout the world: Meta-analysis of thesis, articles and papers. Uluslararası Mühendislik ve Teknoloji Araştırmaları Dergisi , 3 (1), 12–27. https://doi.org/https://doi.org/10.3991/ijet.v14i22.11768 Yuliono, T., Sarwanto, S., & Rintayati, P. (2018). Keefektifan Media Pemelajaran Augmented Reality Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan Manusia. Jurnal Pendidikan Dasar , 3 (3), 65–84.
d346b545-dd98-414c-9e8a-a7eaffbc6724
https://financial.ac.id/index.php/financial/article/download/46/46
## PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA, Tbk. YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Apriliandy Simare Mare S1 Akuntansi Yansen Siahaan, Jubi, Elly Susanti Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui gambaran profitabilitas, kebijakan dividen, dan nilai perusahaan serta pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini seperti: uji asumsi klasik, analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini adalah Ŷ = -846,494 + 21,384X 1 + 10,505X 2 . Hasil analisis koefisien korelasi yaitu nilai r sebesar 0,763 dan nilai R sebesar 0,582. Hasil uji F menunjukkan bahwa F hitung <F tabel atau 2,783<6,94 dan tingkat signifikansi 0,175>0,05 berarti profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji t untuk profitabilitas t hitung <t tabel (1,939<2,77645) atau Sig.>alpha (0,125>0,05), berarti profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji t untuk kebijakan dividen t hitung <t tabel (1,202<2,77645) atau Sig.>alpha (0,296>0,05), berarti kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran yang dapat diberikan adalah perusahaan sebaiknya meningkatkan pendapatan dan menurunkan beban, memaksimalkan kebijakan dividen dengan menjaga profitabilitas tetap meningkat setiap tahunnya, serta memperluas pengungkapan informasinya untuk memberikan sinyal yang baik bagi investor dan calon investor. Kata Kunci: Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Nilai Perusahaan. ## Abstract The purpose of this research is to know the description of profitability, dividend policy and value of firm and the influence of profitability and dividend policy on the firm value at PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. listed on the Indonesia Stock Exchange. The research design used in this research is a library research. The analysis data technique used in this research as: assumption classic test, qualitative and quantitative descriptive analysis The result of multiple regression analysis obtained the following regression is Ŷ = -846,494 + 21,384X 1 + 10,505X 2 . Correlation coefficient of r = 0,763 and R value of 0,582. Where as simultaneous test results (F) is obtained F count <F table or 2,783<6,94 and a significance level obtained 0,175>0,05 means profitability and dividend policy have not significant effect on the value of firm at PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. listed on the Indonesian Stock Exchange. The t-test results show profitability has t count <t table or 1,939<2,77645 and a significance level of 0,125>0,05, means profitability insignificant effect on the value of firm at PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. listed on the Indonesian Stock Exchange. The t-test results that dividend policy to t count >t table or 1,202<2,77645 and significance level of 0,296>0,05, dividend policy insignificant effect on the value of firm at PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. listed on the Indonesian Stock Exchange. The result of this research suggests the Company should improve income and reduce operating expenses, to maximize Dividend Policy to maintain profitability while increasing every year, and companies should expand disclosure to give a good signal for investor and potential investor. Keywords: Profitability, Dividend Policy, and Firm Value ## A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan yang semakin tinggi merupakan keinginan setiap pemilik perusahaan karena nilai yang tinggi menunjukkan besarnya kemakmuran para pemegang saham. Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Kebijakan dividen pada perusahaan- perusahaan publik sangat diperhatikan oleh para investor. Kebijakan tersebut dapat mengundang investor untuk membeli/ mempertahankan saham perusahaan. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Peningkatan pada profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan tergantung bagaimana persepsi investor terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Persepsi investor dalam menanggapi profitabilitas akan mempengaruhi harga saham sekaligus nilai dari perusahaan tersebut. Tabel 1 Gambaran Return on Equity (ROE), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Price to Book Value (PBV) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Periode 2009-2015 Tahun Profitabilitas Kebijakan Dividen Nilai Perusahaan Return on Equity (%) Dividend Payout Ratio (%) Price to Book Value (%) 2009 48,629 52,945 432,551 2010 62,873 119,245 1.198,885 2011 79,049 109,312 1.663,101 2012 74,729 87,616 1.958,696 2013 76,429 91,453 1.917,895 2014 75,426 98,460 2.212,760 2015 32,369 114,175 1.366,081 Sumber: www.idx.co.id, data diolah Dari Tabel 1 pada tahun 2009 dan 2013 ROE mengalami peningkatan sementara PBV mengalami penurunan. Pada tahun 2012 dan 2014 ROE mengalami penurunan sementara PBV mengalami peningkatan. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Brigham dan Joel (2010:150), jika rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, dan profitabilitas semuanya terlihat baik, dan jika kondisi ini berjalan terus menerus secara stabil, maka rasio nilai pasar juga akan tinggi, harga saham kemungkinan tinggi sesuai dengan yang diperkirakan. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana gambaran profitabilitas, kebijakan dividen, dan nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Bagaimana pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial. 3. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui gambaran umum profitabilitas, kebijakan dividen, dan nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial. ## 4. Metodologi Penelitian Objek penelitian pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data skunder, untuk mendapatkan data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan cara mengakses dari situs http://www.idx.co.id Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan ( library research ). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Asumsi Klasik, Analisa Deskriptif Kualitatif, Analisa Deskriptif Kuantitatif ## B. LANDASAN TEORI 1. Laporan Keuangan Menurut Kieso, Jerry, dan Terry (2007:2), menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Selain laporan keuangan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang perusahaan di masa lampau dan dapat memberi petuntuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang. Menurut Martani (2012:62), laporan keuangan merupakan informasi bagi penggunanya, terutama pemilik perusahaan, investor, kreditor, dan juga manajemen untuk mengambil keputusan- keputusan terkait perusahaan di masa mendatang. Menurut Kieso, Jerry dan Terry (2007:5), tujuan penyajian laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit. b. Menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan. c. Menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahnnya. 2. Analisis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2010:93), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka- angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Menurut Horne dan John (2012:163), rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua buah data keuangan dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. ## 3. Profitabilitas Menurut Sudana (2011:22), profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumbernya yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas tersebut antara lain: a. Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, yang dihitung dengan membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi tingkat likuiditas, maka semakin baiklah posisi perusahaan di mata kreditor. b. Rasio Manajemen Aset Manajemen aset yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam mengelola asetnya. Efektifitas dalam pengelolaan aset akan membawa dampak positif bagi profitabilitas sebuah perusahaan. ## 4. Kebijakan Dividen Menurut Sudana (2011:167), kebijakan dividen adalah besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Menurut Astuti (2004:145), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain: a. Peraturan pemerintah b. Hambatan dalam perjanjian/kontrak c. Hambatan internal d. Perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang e. Pertimbangan pemilik perusahaan f. Pertimbangan pasar 5. Nilai Perusahaan Menurut Keown (2004:470), nilai perusahaan adalah nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Menurut Horne dan John (2012:3), faktor- faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah: a. Keputusan Investasi b. Keputusan Pendanaan c. Keputusan Manajemen Aset 6. Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan ( earning power ) dan resiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan menurut Gordon dan Lithner (1963) dalam Sudana (2011:169), theory bird in the hand , kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Jadi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. C. PEMBAHASAN 1. Analisis a. Analisis Deskripsi Kualitatif 1) Gambaran Profitabilitas PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Rata-rata Return on Equity (ROE) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015 pada Tabel 2. Tabel 2 Return on Equity (ROE) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2015 (Dalam jutaan Rupiah) Tahun Laba Setelah Pajak (Rp) Total Ekuitas (Rp) ROE (%) 2009 5.087.339 10.461.616 48,629 2010 6.422.748 10.215.452 62,873 2011 8.064.426 10.201.789 79,049 2012 9.945.296 13.308.420 74,729 2013 10.818.486 14.155.035 76,429 2014 10.181.083 13.498.114 75,426 2015 10.363.308 32.016.060 32,369 Minimum 32,369 Maksimum 79,049 Rata-rata 64,215 Sumber: Laporan Keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.(Data diolah) Dari Tabel 2, dapat disajikan grafik sebagai berikut: Sumber: Data Diolah (www.idx.co.id) Gambar 1 Perkembangan Return on Equity (ROE) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. periode 2009-2015 Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 di atas tingkat perkembangan Return on Equity (ROE) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. periode 2009-2015 berfluktuasi dan cenderung menurun. ROE mengalami peningkatan selama beberapa tahun dimana ROE berada di atas rata-rata pada tahun 2011-2014 sebesar 79,049%; 74,729%; 76,429%; dan 75,426%. Pada tahun 2009, 2010, dan 2015 ROE berada di bawah rata-rata yaitu sebesar 48,629%; 62,873%; dan 32,369%. Nilai minimum ROE terjadi pada tahun 2015 sebesar 32,369% yang disebabkan oleh jumlah ekuitas yang meningkat cukup tinggi debandingkan dengan laba setelah pajak. Peningkatan jumlah ekuitas pada tahun 2015 disebabkan oleh meningkatnya tambahan modal disetor karena adanya pembagian saham dari pihak perusahaan kepada karyawan yang telah bekerja selam tiga tahun. 2) Gambaran Kebijakan Dividen pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. periode 2009-2015 Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Sebagai berikut : Tabel 3 Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Periode 2009-2015 (Dalam satuan Rupiah) Tahun Dividen (Rp) Lembar saham beredar (Rp) DPS (Rp) EPS (Rp) DPR (%) 2009 2.063.000.000.000 4.383.000.000 470 889 52,945 2010 6.068.000.000.000 4.383.000.000 1.384 1.161 119,245 2011 7.019.000.000.000 4.383.000.000 1.601 1.465 109,312 2012 7.066.000.000.000 4.383.000.000 1.612 1.840 87,616 2013 9.095.000.000.000 4.383.000.000 2.075 2.269 91,453 2014 10.650.690.000.000 4.383.000.000 2.430 2.468 98,460 2015 12.250.000.000.000 4.652.723.076 2.633 2.306 114,175 Minimum 52,945 Maksimum 114,175 Rata-rata 96,172 Sumber: Laporan Keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.(Data diolah) Berdasarkan Tabel 3 dapat disajikan grafik DPR PT Hanjaya Mandala Sampoerna,Tbk. periode 2009-2015 sebagai berikut: Sumber: Data Diolah (www.idx.co.id) Gambar 2 Perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR) PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2015 Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2, menunjukkan tingkat perkembangan DPR pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015 berfluktuasi dan cenderung meningkat. DPR berada di atas rata-rata pada tahun 2010, 2011, 2014, dan 2015 yaitu sebesar 119,245%; 109,312%; 98,460%; dan 114,175%. Pada tahun 2009, 2012, dan 2013 DPR berada di bawah rata-rata sebesar 52,945%, 87,616%, dan 91,453%. Nilai maksimum DPR terjadi pada tahun 2010 sebesar 119,245% yang disebabkan oleh dividen meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya dengan jumlah saham beredar stabil sehingga Dividend Per Share (DPS) meningkat dan Earning Per Share (EPS) meningkat. Nilai minimum DPR terjadi pada tahun 2009 sebesar 52,945% yang disebabkan oleh rendahnya dividen, jumlah saham beredar stabil sehingga DPS menurun dan EPS meningkat. 3) Gambaran Nilai Perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015 Price to Book Value (PBV) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. sebagai berikut : Tabel 4 Price to Book Value (PBV) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2015 (Dalam satuan Rupiah) Tahun Total Ekuitas (Rp) Lembar saham Beredar Nilai Buku (Rp) Harga Saham (Rp) PBV (%) 2009 10.461.616.000.000 4.383.000.000 2.387 10.325 432,551 2010 10.215.452.000.000 4.383.000.000 2.331 27.946 1.198,885 2011 10.201.789.000.000 4.383.000.000 2.328 38.717 1.663,101 2012 13.308.420.000.000 4.383.000.000 3.036 59.466 1.958,696 2013 14.155.035.000.000 4.383.000.000 3.230 61.948 1.917,895 2014 13.498.114.000.000 4.383.000.000 3.080 68.153 2.212,760 2015 32.016.060.000.000 4.652.723.076 6.881 94.000 1.366,081 Minimum 432,551 Maksimum 2.212,760 Rata-rata 1.535,710 Sumber: Laporan Keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.(Data diolah) Berdasarkan Tabel 4 di atas, maka disajikan grafik PBV per tahun pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna,Tbk. periode 2009-2015 sebagai berikut: Sumber: Data Diolah (www.idx.co.id) Gambar 3 Perkembangan Price to Book Value (PBV) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2015 Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 3 di atas menunjukkan tingkat perkembangan PBV pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. periode 2009-2015 berfluktuasi dan cenderung meningkat. Nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) selama periode 2009-2015 adalah sebesar 1.535,710%. Artinya, pasar menghargai saham 1.535,710 lebih tinggi dari pada nilai buku. Hal ini menyatakan bahwa Price to Book Value (PBV) berada di atas rata-rata pada tahun 2011-2014 sebesar 1.663,101%; 1.958,696%; 1.917,895%; dan 2.212,760%. Pada tahun 2009, 2010, dan 2015, PBV berada di bawah rata-rata sebesar 437,963%; 432,551%; 1.198,885%; dan 1.366,081%. Nilai maksimum PBV terjadi pada tahun 2014 sebesar 2.212,760%. Meningkatnya nilai PBV disebabkan oleh penurunan jumlah ekuitas dengan lembar saham yang stabil sehingga nilai buku menurun dari tahun sebelumnya sedangkan harga saham mengalami peningkatan. Nilai minimum PBV terjadi pada tahun 2009 sebesar 432,551%. Menurunya nilai PBV dipengaruhi oleh peningkatan total ekuitas dari tahun sebelumnya dengan lembar saham beredar yang stabil sehingga nilai buku mengalami peningkatan serta harga saham yang ikut meningkat. ## b. Analisis Deskrisptif Kuantitatif 1) Regresi Linier Berganda Pengujian analisis regresi berganda pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 20 dengan hasil yang terlihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) -846,494 1073,981 ROE 21,384 11,031 ,628 DPR 10,505 8,741 ,390 a. Dependent Variable: PBV Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 5, model persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Ŷ = -846,494 + 21,384X 1 + 10,505X 2 Berdasarkan model persamaan regresi berganda tersebut, dapat diartikan bahwa profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2015. ## 2) Koefisien Korelasi dan Determinasi Berikut hasil pengolahan data yang menunjukkan koefisien korelasi dan determinasi pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,763 a ,582 ,373 475,048897 Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 6 nilai r adalah 0,765 yang berarti hubungan antara profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. adalah kuat. Sementara koefisien determinasi (R Square ) adalah 0,582 yang berarti bahwa variabel profitabilitas dan kebijakan dividen berkontribusi terhadap nilai perusahaan sebesar 58,2% dan sisanya sebesar 41,8%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini, seperti return on asset, earning power dan profit margin. ## 3) Uji Hipotesis a) Uji Simultan (Uji F) Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji F Model F Sig. 1 Regression 2,783 ,175 b Residual Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 7 di atas, hasil uji F menunjukkan F hitung < F tabel atau 2,783 < 6,94 maka H 0 diterima, yang berarti bahwa antara profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. ## b) Uji Parsial (Uji t) Hasil uji t dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil Uji t Model Standardized Coefficients t Sig. Beta 1 (Constant) -,788 ,475 ROE ,628 1,939 ,125 DPR ,390 1,202 ,296 Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 8 di atas, untuk variabel profitabilitas, nilai t hitung < t tabel (1,939 < 2,77645) atau tingkat signifikan 0,125 > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya, profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Untuk kebijakan dividen t hitung < t tabel (1,202 < 2,77645) atau tingkat signifikansi 0,296 > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya, kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Evaluasi a. Evaluasi Profitabilitas pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan sebaiknya meningkatkan pendapatan dan menurunkan beban. Meningkatkan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset, sehingga perusahaan dapat mengurangi penggunaan modal sendiri untuk membiayai asetnya dan laba yang dihasilkan perusahaan akan meningkat. Sehingga pemegang saham dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. b. Evaluasi Kebijakan Dividen pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Berdasarkan penelitian ini, perusahaan sebaiknya memaksimalkan kebijakan dividen dengan menjaga profitabilitas tetap meningkat setiap tahunnya. Apabila semakin tinggi dividen yang dibagikan perusahaan, semakin meningkat minat investor untuk membeli saham pada perusahaan. Karena tujuan utama investor berinvestasi adalah memperoleh keuntungan dari pembagian dividen atau juga capital gain . c. Evaluasi Nilai Perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan sebaiknya mengelola aset secara efisien, meningkatkan laba, dengan laba yang tinggi akan mendatangkan investor untuk berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan saham. Perusahaan sebaiknya meminimalkan resiko finansial agar banyak investor yang akan berinvestasi, sehingga permintaan saham meningkat dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. d. Evaluasi Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Berdasarkan hasil regresi linier berganda, diketahui bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. yaitu Ŷ = -846,494 + 21,384X 1 + 10,505X 2. Besar pengaruh yang dimaksud adalah 21,384 yang berarti bahwa setiap kenaikan Return on Equity (ROE) sebesar 1 satuan akan diikuti kenaikan Price to Book Value (PBV) sebesar 21,384. Sebaliknya setiap penurunan Return on Equity (ROE) sebesar 1 satuan akan diikuti penurunan Price to Book Value (PBV) sebesar 21,384. Hasil analisis regresi linier berganda tersebut sesuai dengan pendapat ahli di atas, bahwa perusahaan cukup efisien menggunakan modal dalam menghasilkan laba setelah pajak. e. Evaluasi Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Berdasarkan hasil regresi linier berganda, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yaitu Ŷ = -846,494 + 21,384X 1 + 10,505X 2. Besar pengaruh yang dimaksud adalah 10,505 yang berarti bahwa setiap kenaikan DPR sebesar 1 satuan akan diikuti kenaikan PBV sebesar 10,505. Hasil analisis regresi linier berganda tersebut sesuai dengan pendapat ahli bahwa perusahaan cukup baik dalam membagikan dividen dari laba bersih yang diperoleh. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t hitung < t tabel (1,202 < 2,77645) atau nilai signifikansi 0,296 > 0,05 yang berarti H 0 diterima. ## D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Nilai rata-rata profitabilitas yang dihitung dengan menggunakan Return on Equity (ROE) pada PT Hanjaya Mandala Sampoena, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2015 adalah sebesar 64,215%. b. Nilai rata-rata kebijakan dividen yang dihitung dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT Hanjaya Mandala Sampoena, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2015 adalah sebesar 96,172%. c. Nilai rata-rata nilai perusahaan yang dihitung dengan menggunakan Price to Book Value (PBV) pada PT Hanjaya Mandala Sampoena, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2015 adalah sebesar 1.535,710%. d. Hasil regresi linier berganda diperoleh persamaan Ŷ = -846,494 + 21,384X 1 + 10,505X 2 . bahwa terdapat pengaruh positif antara profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e. Koefisien korelasi diperoleh hasil r sebesar 0,763 bahwa hubungan antara profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2015 memiliki hubungan yang kuat. f. Koefisien determinasi diperoleh nilai R Square adalah 0,582 yang berarti variabel Return on Equity (ROE) dan Dividend Payout Ratio (DPR) berkontribusi 0,582 atau 58,2% terhadap Price to Book Value (PBV). Sedangkan sisanya sebesar 41,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain, seperti return on asset, earning power dan profit margin. g. Hasil uji F dengan F hitung < F tabel atau 2,783 < 6,94 maka H 0 diterima, berarti bahwa antara Return on Equity (ROE) dan Dividend Payout ratio (DPR) berpengaruh tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. h. Dari hasil uji t diperoleh bahwa nilai: 1) Untuk variabel profitabilitas t hitung < t tabel yaitu 1,939 < 2,77645 dengan tingkat signifikan 0,125 > 0,05 maka H 0 diterima bahwa profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2) Untuk variabel kebijakan dividen t hitung < t tabel yaitu 1,202 < 2,77645 dengan tingkat signifikansi 0,296 > 0,05 maka H 0 diterima artinya kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Saran a. Perusahaan sebaiknya meningkatkan pendapatan dan menurunkan beban. Meningkatkan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset, sehingga perusahaan dapat mengurangi penggunaan modal sendiri untuk membiayai asetnya dan laba yang dihasilkan perusahaan akan meningkat. Sehingga pemegang saham dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. b. Perusahaan sebaiknya memaksimalkan kebijakan dividen dengan menjaga profitabilitas tetap meningkat setiap tahunnya. Apabila semakin tinggi dividen yang dibagikan perusahaan, semakin meningkat minat investor untuk membeli saham pada perusahaan. Karena tujuan investor berinvestasi adalah memperoleh keuntungan dari pembagian dividen atau juga capital gain . c. Perusahaan sebaiknya mengelola aset secara efisien, meningkatkan laba, dengan laba yang tinggi akan mendatangkan investor untuk berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan saham. Perusahaan sebaiknya meminimalkan resiko finansial agar banyak investor yang akan berinvestasi, sehingga permintaan saham meningkat dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. d. Ketika perusahaan berhasil meraih laba dan membagikan dividen, perusahaan sebaiknya memperluas pengungkapan informasinya untuk memberikan sinyal yang baik bagi investor dan calon investor. ## E. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia Horne, James C. Van dan John M. Wachowiccz, Jr. 2012. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Ketigabelas, Jilid Satu. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Keown, et. al. 2004. Manjemen Kuengan: Prinsip-prinsip Dasar dan Aplikasi, Edisi Kesembilan, Jilid Satu. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia Kieso, E. Donald, Jerry J, Weygant, dan Terry D. Warfield. 2007. Akuntansi Intermediate , Edisi XII, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Martani, Dwi, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta : Erlangga.
3776fab4-7a4c-4183-a928-49f1d3ed717b
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/isrof/article/download/6/12
## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 ## PENINGKATAN PENGUNGKAPAN DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ## PERSON CENTERED PADA SISWA KELAS XI DI MA MADANIA ## YOGYAKARTA Fatmah K ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang [email protected] Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengungkapan diri dan penyesuaian diri beberapa siswa kelas XI Madrasah Aliyah Madania Bantul Yogyakarta yang cukup rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengungkapan diri dan penyesuaian diri peserta didik melalui konseling kelompok dengan pendekatan person centered. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan yang dilakukan dalam tiga siklus menggunakan model Kemmis dan Taggart. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Madrasah Aliyah Madania Bantul Yogyakarta yang memiliki penyingkapan diri dan penyesuaian diri yang rendah yaitu berjumlah 5 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok dengan pendekatan orang berpusat dapat meningkatkan pengungkapan diri dan adaptasi siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Madania Bantul Yogyakarta. Peningkatan ini telah dibuktikan melalui penelitian pada masing-masing kelompok, yaitu: jumlah subjek yang memiliki pengungkapan diri yang tinggi pada siklus 1 adalah 20%, siklus 2 adalah 40% dan semakin meningkat pada siklus 3 menjadi 80%, sedangkan untuk penyesuaian diri yang telah disesuaikan dalam siklus adalah 40%, 60% dan meningkat pada siklus ke-3 sebanyak 80%. Hasil juga diperkuat melalui pengamatan yang menunjukkan bahwa peserta didik telah dapat ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 berkomunikasi, mengekspresikan diri dan cocok. Dari wawancara, peserta didik mengakui bahwa kegiatan konseling kelompok dapat meningkatkan kemampuan untuk mengekspresikan diri, menyesuaikan diri dengan orang lain dan merasa membantu dalam memecahkan masalah. Kata kunci: pengungkapan diri, penyesuaian diri, konseling kelompok pendekatan person centered Abstract. This research is motivated by the self-disclosure and adaptation of some students of class XI Madrasah Aliyah Madania Bantul Yogyakarta which is quite low. This study aims to improve students' self-disclosure and self-adjustment through group counseling with a person centered approach. This study uses a type of action research conducted in three cycles using the Kemmis and Taggart models. Each cycle consists of four stages, planning, action, observation and reflection. The subjects of this study were students of class XI Madrasah Aliyah Madania Bantul Yogyakarta who had low self-disclosure and adjustment, amounting to 5 people. The results showed that group counseling with a person centered approach could improve self-disclosure and adaptation of class XI students in Madrasah Aliyah Madania Bantul Yogyakarta. This increase has been proven through research in each group, namely: the number of subjects who have high self- disclosure in cycle 1 is 20%, cycle 2 is 40% and has increased in cycle 3 to 80%, while for adjustment that has been adjusted in the cycle is 40%, 60% and increased in the 3rd cycle by 80%. The results are also strengthened through observations that show that students have been able to communicate, express themselves and match. From interviews, students acknowledge that group counseling activities can improve the ability to express themselves, adjust to others and feel helpful in solving problems. ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 Keywords: self-disclosure, self-adjustment, group counseling, person centered approach A. PENDAHULUAN ## Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial yang selalu terhubung dan membutuhkan orang lain dalam kehidupan mereka 1 . Agar antar individu menjadi harmonis dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, individu dituntut menyesuaikan diri. Penyesuaian sosial adalah salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu baik penyesuaian diri dengan individu lain dalam kelompok atau di luar kelompok. Salah satu aspek penting dari keterampilan sosial adalah pengungkapan diri 2 . Menurut John self disclosure adalah pengungkapan reaksi atau respons kita terhadap situasi yang kita hadapi dan memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau dapat berguna untuk memahami respons kita di masa sekarang. Pengungkapan diri juga diperlukan untuk remaja, karena remaja adalah periode individu belajar menggunakan kemampuan mereka untuk memberi dan menerima dengan orang lain. Jika remaja tidak memiliki kemampuan untuk membuka diri, maka ia akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain sehingga penyesuaiannya rendah. Dilingkungan sekolah, kami menemukan banyak komunikasi yang tidak efektif antara pelajar dan guru atau pelajar dengan teman- temannya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Madrasah Aliyah Madania Bantul pada 8 Maret 2017, diketahui ada beberapa peserta didik yang memiliki kurang penyesuaian diri dan 1 Rusmin Tumangger , et al. “ Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ”. Jakarta : Kencana. (2012): 58 2 Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1998). Five Domain of Internasional Competence in Peer Relationships. Journal of Personality and Social Psycology , 55 (6), 991-1008 ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 pengungkapan diri kepada teman dan guru. Kurangnya pengungkapan diri terlihat ketika ada pelajar yang jarang berbicara dengan teman sekelas, cenderung diam dan malu dalam berkomunikasi, sering melamun dan tidak dapat berkonsentrasi penuh saat mereka belajar. Selain itu masih ada peserta didik yang mengalami hambatan dalam membuka diri untuk mengungkap masalah yang sedang dihadapi dirinya, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pribadi. Peserta didik yang tidak mampu mengekspresikan diri terbukti sulit menyesuaikan diri, tidak percaya diri dan tertutup. Dari beberapa fenomena ini jelas bahwa ada siswa yang memiliki kurang penyesuaian diri dan kurangnya pengungkapan diri, sehingga situasi ini tidak dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dan keakraban di dalam kelas. Fakta-fakta di lapangan diperkuat oleh wawancara dengan 7 siswa kelas X Madrasah Aliyah Madania Bantul, peserta didik mengatakan bahwa ia enggan menceritakan perasaannya kepada orang lain karena ia khawatir tentang apa yang akan diceritakan akan diketahui oleh masyarakat. Ini karena banyak peserta didik yang tinggal dan sekolah di lingkungan yang sama sehingga ketika informasi tersebut bocor akan diketahui oleh kebanyakan orang. Masalah lain adalah latar belakang mereka yang membuat mereka berkelompok sehingga sering menimbulkan pertengkaran karena perbedaan pendapat. Konselor menyarankan bahwa masih banyak peserta didik mengalami berbagai masalah, salah satunya adalah hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain karena kurangnya pengungkapan diri Berdasarkan beberapa masalah yang ada, ada masalah yang menjadi perhatian utama, yaitu rendahnya keterbukaan diri dan penyesuaian diri peserta didik yang perlu ditingkatkan agar peserta ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 didik dapat mengekspresikan masalah. Dalam proses pembentukan keterbukaan diri peserta didik dipengaruhi dari lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Jika pengungkapan diri peserta didik tidak ditingkatkan maka dampak yang akan diperoleh adalah bahwa siswa akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan orang lain baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling disediakan oleh konselor, terutama mengenai pengungkapan diri dan penyesuaian diri peserta didik. Masalah rendahnya pengungkapan diri dan penyesuaian diri sering dialami oleh peserta didik. Konselor telah memberikan layanan untuk meningkatkan penyingkapan diri dan penyesuaian diri peserta didik, tetapi pekerjaannya belum berhasil secara optimal, peserta didik tidak memiliki penyingkapan diri dan penyesuaian yang baik. Layanan yang diberikan oleh konselor belum mampu mengatasi masalah pengungkapan diri dan penyesuaian diri peserta didik, sehingga peserta didik belum berhasil memiliki pengungkapan diri dan penyesuaian diri yang baik. Fenomena ini menginspirasi para peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas pada bentuk layanan konseling kelompok untuk membantu pelajar memecahkan masalah mereka. Konseling kelompok adalah pendekatan layanan bimbingan dan konseling dengan sistem kelompok. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri dalam dinamika kelompok untuk menyelesaikan masalah yang dialami. ## B. KAJIAN TEORI ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 ## 1. Keterbukaan Diri Keterbukaan diri merupakan tipe percakapan khusus dimana seseorang berbagi informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain 3 , keterbukaan diri (self disclosure) merupakan aspek intim dari diri kepada orang lain. Hubungan yang saling akrab memiliki kemungkinan besar untuk tetap bertahan ketika individu merasakan keseimbangan dalam kebersamaannya, ketika lawan bicara juga memahami individu dan menerima sesuai dengan yang telah mereka berikan ke dalam suatu hubungan tersebut. Salah satunya imbalan yang diterima dari kebersamaan atau adanya unsur timbal balik dalam keterbukaan merupakan kesempatan untuk melakukan keterbukaan diri secara intim, suatu tahap akan dicapai secara bertahap saat setiap individu membalas keterbukaan individu lainnya sehingga akan semakin meningkat keterbukaan diri. Keterbukaan diri memang sangat penting untuk kehidupan remaja, karena dari self disclosure tersebut remaja bisa mendapatkan beberapa fungsi yang berguna untuk kehidupan remaja. ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu Ekspresi, penjernih diri, keabsahan sosial, kendali sosial, perkembangan hubungan. Keterbukaan diri bermanfaat untuk seseorang memulai dan memperdalam hubungan dengan berbagi reaksi, perasaan, informasi pribadi dan rahasia. Selain itu keterbukaan diri meningkatkan kualitas hubungan, keterbukaan diri memungkinkan seseorang untuk memvalidasi persepsi mereka tentang realita, keterbukaan diri meningkatkan kesadaran diri dan pemahaman individu tentang dirinya sendiri, ekspresi perasaan dan reaksi merupakan pengalaman yang membebaskan, seseorang dapat mengungkapkaninformasi tentang dirinya sendiri atau tidak sebagai 3 Taylor., Peplau,. & Sears. Psikologi Sosial (Edisi Kedua belas) . Jakarta: Kencana Prenada Media Group (2009): 335 ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 alat kontrol sosial, memberikaninformasi diri merupakan bagian penting dari mengelola stres dan kesulitan, keterbukaan diri memenuhi kebutuhan individu untuk diketahui dan diterima. ## 2. Penyesuaian diri Definisi penyesuian diri bahwa “ change is difficult ” sebab kebanyakan orang ingin tetap berada dalam zona aman ( comfort zone ) dan menghilangkan segala sesuatu yang dapat memindahkannya dari zona aman tersebut. Kekhawatiran bergeser dari zona aman itu sendiri dapat menghadirkan rasa tidak aman. Kondisi tersebut membutuhkan penyadaran bahwa setiap orang perlu membangun diri meningkatkan kemampuan penyesuaian dirinya sehingga dapat berfungsi secara maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis yaitu kondisi fisik dan faktor psikologis antara lain seperti pengalaman, aktualisasi diri, frustrasi dan depresi. Dalam proses penyesuaian diri, terdapat individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri secara salah. karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah antara lain; 1) Penyesuaian diri secara positif Mereka yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut; a) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional. b) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis. c) Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi. ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 d) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. e) Mampu dalam belajar. f) Menghargai pengalaman. g) Bersikap realistik dan objektif. 2) Penyesuaian diri yang salah Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri salah, sebagai berikut: a) Reaksi bertahan ( defence reaction ) Individu berusaha mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. b) Reaksi menyerang ( aggressive reaction ) Orang yang mempunyai penyesuian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya, ia tidak mau menyadari kegagalannya. c) Reaksi melarikan diri ( escape reaction ) Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan. ## 3. Konseling kelompok Pengertian konseling kelompok dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: Konseling kelompok (group ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar 4 . Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic). memberikan definisi lain terkait konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok 5 . Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. layanan konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk menangani konflik-konflik antarpribadi dan membantu individu-individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka. Konseling kelompok memiliki dua jenis tujuan yaitu: tujuan proses dan tujuan hasil. Tujuan hasil adalah tujuan yang berkaitan dengan perilaku perubahan dalam kehidupan anggota kelompok seperti mendapatkan pekerjaan, meningkatkan hubungan interpersonal, menjaga ketenangan, atau merasa lebih percaya diri. Kelompok konseling yang berfokus pada keprihatinan anggota dirasanya jauh lebih menguntungkan daripada kelompok yang berfokus pada interaksi antar anggota 6 . 4 Latipun. Psikologi Konseling (Edisi Ketiga). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press (2008): 178 5 Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah . Jakarta: PT Rineka Cipta(2008): 68 6 Jacobs ED. E, et al. Group Counseling: Strategies and Skills, Seventh Edition.USA: Brook/Cole (2012): 340 ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 Tujuan proses merujuk pada tujuan yang berkaitan dengan proses kelompok. Misalnya, tujuan proses bisa untuk membantu anggota meningkatkan tingkat kenyamanan mereka dalam kelompok, untuk meningkatkan keterbukaan mereka dalam kelompok, dan belajar untuk menghadapi anggota dengan cara yang lebih produktif. Beberapa pendidik mengajarkan bahwa fokus kelompok harus berhubungan dengan apa yang terjadi “ di sini dan sekarang” dan bahwa kekhawatiran di luar kurang begitu penting. Dengan pendekatan ini, banyak waktu yang dihabiskan untuk interaksi, umpan balik anggota, dan konfrontasi. Meskipun berfokus pada tujuan proses dapat menjadi aspek berharga dari kelompok konseling, kami merasa ini tidak boleh menjadi fokus utama untuk setiap kelompok konseling, fokusnya harus pada kekhawatiran individu dan tujuan hasil. Tahapan dalam penyelenggaraan konseling kelompok sebenarnya sama, hanya secara redaksionalnya yang berbeda. Inti dari tahapan pelaksanaan konseling kelompok adalah tahap pembentukan, peralihan menuju tahap kegiatan konseling kelompok yang intensif, tahap kegiatan yang telah disusun, tahap akhir dan tindak lanjut pelaksanaan konseling kelompok. Di dalam sebuah kegiatan terdapat tahap-tahap kegiatan yang harus dilalui konseli. Pada setiap tahap kegiatan konseling, konseli dituntut untuk dapat melalui setiap tahap dengan baik. konseling kelompok memiliki keunggulan dan keterbatasan. Adapun keunggulan dari konseling kelompok adalah lebih efisien, melatih kemampuan komunikasi atar pribadi anggota kelompok, memiliki kesempatan menerima dan diterima orang lain, serta konseli lebih mudah mengungkapkan masalahnya dalam suasana kelompok. Keterbatasan dari konseling kelompok adalah tidak semua konseli dapat ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 berkomunikasi dengan mudah dalam kelompok, perhatian konselor meluas artinya tidak hanya fokus pada satu konseli saja, membutuhkan waktu yang lama dalam melaksanakan konseling kelompok serta konseli belum siapa untuk bersikap terbuka dan jujur. Cara untuk mengatasi keterbatasan dari konseling kelompok adalah menegaskan asas kerahasiaan sejak awal kegiatan pada seluruh anggota kelompok. Ketika ada salah satu anggota kelompok sedang memaparkan permasalahan yang sedang dihadapi maka harus ada kesepakatan bahwa kerahasiaan pribadinya akan aman, terjaga dan anggota kelompok lainnya dengan sungguh-sungguh sanggup untuk menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua masalah kelompok. ## 4. Pendekatan Person Centered Pendekatan Person Centered dikembangkan oleh Carl. R. Rogers. Pada dasarnya Person Centered Approach lebih menekankan mutu pribadi konselor daripada keterampilan teknisnya dalam memimpin kelompok, karena tugas dan fungsi utama fasilitator kelompok adalah mengerjakan apa yang diperlukan untuk menciptakan suatu iklim yang subur dan sehat di dalam kelompok. Iklim seperti itu dibentuk antara anggota- anggota kelompok dengan fasilitator dengan menciptakan hubungan yang didasari oleh sikap tertentu seperti pemahaman empati yang teliti, penerimaan, penghargaan yang positif, kehangatan, perhatian, rasa hormat, keaslian ( genuineness) , spontan, dan keterbukaan diri Person centered approach bertujuan untuk menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai organismenya sendiri, mengembangkan evaluasi internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan dengan cara-cara lain bergerak menuju taraf- ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi diri anggota 7 . Tujuan dari person centered approach yaitu untuk memungkinkan individu bergerak ke arah definisi diri idealnya, karena individu tidak hanya memiliki konsep atau definisi diri tapi juga sebagai bentuk ideal yang diinginkan 8 . Tahapan dalam konseling kelompok dengan person centered approach adalah pada dasarnya tahapan dari kedua ahli secara redaksionalnya sama yang terdiri dari 15 pola tahapan konseling kelompok yaitu; 1) mencari arah; 2) penolakan terhadap pernyataan dan penjajakan pribadi; 3) deskripsi tentang perasaan masa lalu; 4) ekspresi perasaan negatif; 5) pernyataan dan penjajakan materi secara pribadi sangat bermakna; 6) ekspresi yang langsung antar anggota kelompok; 7) pengembangan kemampuan penyembuhan di dalam kelompok; 8) penerimaan diri dan permulaan dari perubahan; 9) memecahkan tirai pelindung; 10) umpan balik; 11) konfrontasi; 12) hubungan diluar pertemuan kelompok; 13) pertemuan dasar; 14) ekspresi perasaan kedekatan; 15) perubahan perilaku dalam kelompok ## C. PEMBAHASAN Kegiatan konseling kelompok dengan pendekatan person centered yang dilakukan menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan diri dan kemampuan peserta didik memecahkan masalah dengan pikiran positif agar dapat menyesuaikandiri dengan baik. Pada kegiatan konseling kelompok, 7 Corey, G. Theory & Practise of Group Counseling. Belmont : Brooks/Cole, Cengage Learning 2012: 109 8 Mcleod, J. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Edisi Ketiga) . Jakarta: Kencana Prenada Media Group (2006): 187 ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 peserta didik diminta untuk dapat terbuka, jujur, saling menghargai dan saling percaya terhadap anggota kelompok yang lain. Pada awal pertemuan konseling kelompok, peserta didik masih menunjukkan sikap malu dan ragu terhadap kegiatan konseling kelompok. Intensitas komunikasi antara anggota kelompok masih sedikit. Terlebih untuk mengeluarkan pendapat di dalam kelompok sehingga hal ini mempengaruhi jalannya konseling kelompok. Pada saat konseling kelompok dilaksanakan peserta didik kurang mampu beradaptasi dengan anggota lain. Hal ini disebabkan karena antara peserta didik belum saling mengenal lebih dekat. Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik mampu berkomunikasi setelah pemimpin kelompok mengarahkan pembicaraan ke arah yang serius. Selain itu, peserta didik juga menunjukkankepeduliannya terhadap anggota lain dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil wawancara yang dilakukan kepada peserta didik, peserta didik mengungkapkan bahwa ia diam atau kurang dapat mengungkapkan diri karena merasa malu dam memiliki masalah pribadi yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi peserta didik muncul bagi mereka yang baru tinggal di asrama. Pemimpin kelompok mencoba menggali informasi secara lebih mendalam sehingga secara tidak sadar peserta didik tersebut telah melakukan keterbukaan diri dan bisa menyesuaikan diri dalam aspek pikiran dan perasaan. Selain itu pemimpin kelompok juga membantu peserta didik tersebut untuk lebih mampu dalam mengungkapkan diri dan menyesuaikan diri agar membantu peserta didik dalam memecahkan masalah. Seorang ahli Devito (Maryam B. Gainau, 2009:8) mengungkapkan bahwa manfaat keterbukaan diri adalah mampu mengenal diri sendiri, mampu dalam menyelesaikan masalah, dan mengurangi beban. Sesuai dengan ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 pendapat ahli diatas, peserta didik yang kurang mampu mengungkapkan diri menyatakan bahwa setelah diadakan konseling ia merasa beban yang dimilikinya berkurang. Peserta didik tersebut juga menuturkan bahwa ia mampu mengenali dirinya baik kelebihan ataupun kekurangan yang dimiliki. Konseling kelompok dengan pendekatan person centered meningkatkan keterbukaan diri dan penyesuaian diri pada peserta didik kelas XI MA Madania Bantul Yogyakarta dapat dilihat dari hasil skala yang telah disebar baik dari pretest dan post test . Selain itu juga dapat dilihat dari hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan pada tingkat keterbukaan diri dan penyesuaian diri dari siklus yang dilakukan. Peningkatan keterbukaan diri dan penyesuaian diri peserta didik kelas XI MA Madania Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada gambar berikut ini: 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Pretest Posttest 1 Posttest 2 Posttest 3 ## Peningkatan Keterbukaan Diri Gambar 1. Peningkatan keterbukaan diri ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 ## gambar 2. Peningkatan penyesuaian diri Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui peningkatan keterbukaan diri dari perbandingan hasil pretest dengan post test I, II, dan III. Sebelum pelaksanaan tindakan 0% peserta didik hanya memiliki tingkat keterbukaan diri dalam kategori rendah. Setelah dilakukan penelitian siklus pertama yang terdiri dari 3 pertemuan 20% peserta didik sudah memiliki peningkatan. Setelah dilaksanakan penelitian siklus kedua dengan 3 pertemuan meningkat menjadi 40% peserta didik memiliki keterbukaan diri tinggi namun belum mencapai target. Selanjutnya dilakukan siklus ketiga yang terdiri dari 3 pertemuan terjadi peningkatan menjadi 80% peserta didik sudah memiliki keterbukaan diri dan sudah mencapai target. Untuk penyesuaian diri dari perbandingan hasil pretest dengan post test I, II, dan III. Sebelum pelaksanaan tindakan 0% peserta didik hanya memiliki penyesuaian diri dalam kategori rendah. Setelah dilakukan penelitian siklus pertama yang terdiri dari 3 pertemuan ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 40% peserta didik sudah memiliki peningkatan. Setelah dilaksanakan penelitian siklus kedua dengan 3 pertemuan meningkat menjadi 60% peserta didik memiliki keterbukaan diri tinggi namun belum mencapai target. Selanjutnya dilakukan siklus ketiga yang terdiri dari 3 pertemuan terjadi peningkatan menjadi 80% peserta didik sudah memiliki keterbukaan diri dan sudah mencapai target. ## D. KESIMPULAN Keterbukaan diri dan penyesuaian diri peserta didik dapat ditingkatkan melalui konseling kelompok dengan pendekatan person centered . Kegiatan konseling kelompok dilakukan melalui tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, siklus III dan melakukan beberapa tahap. Yang pertama adalah tahap awal yang berisi perkenalan sebelum menjalani konseling kelompok, kemudian tahap kegiatan yang berisi proses konseling kelompok dengan pendekatan person centered dan yang terakhir adalah tahap akhir yang berisi evaluasi terhadap masing-masing subjek yang telah menjalani konseling kelompok. Pelaksanaan konseling kelompok dilakukan dengan jumlah subjek yang memiliki keterbukaan diri tinggi di siklus I 20%, siklus II 40% dan mengalami peningkatan di siklus III menjadi 80%, sedangkan untuk jumlah subjek yang memiliki penyesuian diri tinggi di siklus I 40%, siklus II 60% dan mengalami peningkatan di siklus III sebanyak 80%. Hasil tersebut juga diperkuat melalui observasi yang menunjukkan bahwa peserta didik telah mampu berkomunikasi, mengungkapkan diri dan menyesuaikan diri dengan baik. Dari hasil wawancara, peserta didik mengaku bahwa kegiatan konseling kelompok dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan diri, menyesuaikan diri dan merasa terbantu dalam memecahkan masalah. ## Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang ISSN: 2622-674X Volume 1 No. 1 Juni 2019 ## DAFTAR PUSTAKA Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1998). Five Domain of Internasional Competence in Peer Relationships. Journal of Personality and Social Psycology, 55 (6), 991-1008 Corey, G. (2012). Theory & Practise of Group Counseling. Belmont : Brooks/Cole, Cengage Learning Gibson, R.L dan Mitchell, M.H. (2011). Bimbingan dan Konseling (Edisi Tujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jacobs ED. E, et al. (2012). Group Counseling: Strategies and Skills, Seventh Edition. USA: Brook/Cole Latipun. (2008). Psikologi Konseling (Edisi Ketiga). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press Mcleod, J. (2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Edisi Ketiga) . Jakarta: Kencana Prenada Media Group Neukrug, E. (2007). The World of Counselor. USA: Thomson Brooks Sears. D,O,. dkk. (1999). Psikologi Sosial (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah . Jakarta: PT Rineka Cipta. Tumanggar. R, dkk. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
f49b17d3-d50d-4477-b555-39edc12f14f5
http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/download/2949/2552
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 5 No. 3, 2024 |pp: 3555-3559 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v5i3.2949 ## Penyuluhan Hukum Pecegahan Bullying di SDN 3 Airgegas 1) Arief Rahman Hakim, 2) Atika Rahmi 1,2) Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Indonesia Email Corresponding: [email protected] ## INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK KataKunci: Penyuluhan hukum Perlindungan anak Pencegahan bullying Legal awareness Pengabdian masyarakat Bullying adalah prilaku menyimpang yang terjadi dikalangan anak-anak ataupun remaja,kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman hukum perlindungan anak kepada guru sekolah dalam rangka pencegahan bullying di lingkungan sekolah.Peneliti melakukan kerjasama dengan para guru beserta para staf SDN 3 AIRGEGAS,penyuluhan di SDN 3 AIRGEGAS dilakukan agar informasi tentang Undang- undang perlindungan anak dan bahayanya bullying dilingkungan sekolah.Pentingnya penyuluhan agar guru lebih memperhatikan dan antisipasi terhadap bullying di sekolah dan siswa juga memahami diri sendiri serta teman – temannya dari segi emosional dan cara berteman yang sehat. ## ABSTRACT Keywords: Legal counseling Child protection Bullying prevention Legal awareness Community service Bullying is a deviant behavior that occurs among children and adolescents. This community service activity aims to increase teachers' understanding of child protection laws to prevent bullying in the school environment. The researchers collaborated with the teachers and staff of SDN 3 Airgegas. The outreach program at SDN 3 Airgegas was conducted to provide information about child protection laws and the dangers of bullying in the school environment. The importance of the outreach program is to ensure that teachers pay more attention to and anticipate bullying in schools, and for students to understand themselves and their peers emotionally and learn healthy ways of making friends. This is an open access article under the CC–BY-SA license. ## I. PENDAHULUAN Sekolah adalah lembaga pendidikan resmi yang tanggung jawab dan tujuannya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut sangat menekankan perlunya pendidikan untuk mewujudkan potensi setiap siswa secara maksimal dan menjamin kesehatan, pengetahuan, kemampuan, ketakwaan, rasa percaya diri, dan akhlak mulia. Namun, terdapat berbagai faktor yang memengaruhi efektivitas program pendidikan di sekolah. Selain itu, sekolah juga menjadi tempat yang menerima siswa dari latar belakang yang beragam, yang dapat menimbulkan berbagai masalah yang mengganggu proses pembelajaran. Satu hal yang mengejutkan komunitas pendidikan adalah meningkatnya kejadian kekerasan, atau intimidasi, di lingkungan sekolah. Bullying merupakan tindakan agresif yang berulang dan bertujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mengendalikan individu yang dianggap lemah, baik secara fisik maupun psikologis. Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari di sebuah sekolah dasar di Ungaran oleh Wakhid, Andriani, dan Saparwati (Wakhid et al., 2017) mengungkapkan bahwa sekitar 31,9% (29 siswa) anak berusia 10 hingga 12 tahun terlibat dalam perilaku intimidasi ringan. Penindasan verbal adalah jenis penindasan ringan yang lazim terjadi di mana remaja sering kali menggunakan bahasa kasar dan kasar terhadap teman sebayanya. Bullying memiliki konsekuensi negatif yang serius bagi korban dan harus segera ditangani untuk mencegah dampak lebih lanjut. Jika dibiarkan terus menerus, korban bullying dapat mengalami isolasi diri Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 5 No. 3, 2024 |pp: 3555-3559 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v5i3.2949 karena rasa takut dan mungkin mengajukan permintaan untuk pindah sekolah agar tidak lagi berhadapan dengan pelaku bullying. Kemampuan belajar korban juga akan terpengaruh negatif, menyebabkan kesulitan akademis dan sosial yang berkelanjutan. ## II. MASALAH Permukiman Pergam terletak di Bangka Belitung, kecamatan Airgegas, kabupaten Bangka Selatan. Pengetahuan hukum di masyarakat masih minim, khususnya terkait Perlindungan Anak yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Di SDN Airgegas 3, peneliti juga menemukan bukti adanya peristiwa perundungan yang melibatkan siswa saat jam istirahat makan siang dan jam istirahat. proses pembelajaran. ## Gambar 1. Perkenalan dari Mahasiswa Kepada Para Guru dan siswa SDN 3 AIRGEGAS ## III. METODE Sekolah Dasar Negeri 3 Airgegas di pilih sebagai tempat untuk menyelenggarakan sesi penyuluhan kepada siswa dan guru dengan focus pada pencegahan bullying dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Tujuan dari konseling ini adalah untuk mendidik guru dan siswa tentang gagasan intimidasi dan inisiatif perlindungan anak. Penyuluhan yang ditujukan untuk guru SDN 3 airgegas tentang bahayanya bullying bagi anak/siswa jika guru hanya menjalankan peran sebagai tenaga pengajar namun tidak menjadi seorang pendidik. Instruksi hukum tentang keselamatan anak juga diberikan kepada para guru. Sesuai Pasal 1 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, perlindungan anak mencakup segala upaya yang bertujuan untuk menjamin dan melindungi anak serta hak-haknya, memungkinkan mereka untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi semaksimal mungkin, sesuai dengan hak asasi manusia. Nilai-nilai dan martabat, Bagi siswa SDN 3 airgegas penyuluhan yang diberikan mengenai efek dari melakukan bullying dan bentuk bullying. Gambar 2. Penyuluhan ke setiap kelas di SDN 3 AIRGEGAS Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 5 No. 3, 2024 |pp: 3555-3559 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v5i3.2949 ## Gambar 3. Penyuluhan terhadap guru di SDN 3 AIRGEGAS ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berbagai jenis intimidasi di alami oleh anak-anak di sekolah dasar dan lingkungan pendidikan terkait. Bullying merupakan bagian dari kekerasan terhadap anak yang semakin menjadi perhatian utama belakangan ini. Kejadian bullying sering kali terjadi di lingkungan sekolah. Peneliti menyadari bahwa siswa di SDN 3 AIRGEGAS melakukan bullying terhadap sesama siswa dan cendurung bullying terjadi karena siswa membentuk geng atau kelompok, karena adannya geng ini siswa yang tidak termasuk kedalamnya merasa terintimidasi berdekatan dengan kelompok tersebut. Intimidasi ini melibatkan perilaku agresif yang di tujukan kepada individu yang lebih lemah, dan dapat terjadi di sekolah, tempat kerja, rumah, atau area bermain. Meskipun hanya merupakan sebagian kecil dari kejadian yang sebenarnya, kekerasan di sekolah masih menjadi masalah yang serius. Jika kekerasan ini tidak ditangani secara serius dan teratur, maka kekerasan ini akan terus berlanjut. Media sering kali meliput prevalensi intimidasi di lingkungan pendidikan. Pembelajaran terjadi di sekolah ketika terjadi kekerasan. Anak-anak yang dianggap lemah biasanya menjadi sasaran penindasan, yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesenangan atau keuntungan financial kepada si penindas. Jika perilaku ini dilakukan secara rutin, bersifat ofensif, dan dilakukan oleh seseorang atau kelompok, maka tindakan ini dapat di kualifikasikan sebagai penindasan. Bentuk perundungan yang dilakukan anak dapat bersifat fisik seperti menyerang, memukul, atau menampar.Bullying yang dilakukan siswa SDN 3 AIRGEGAS bersifat indirect, Seperti yang diungkapkan Apriadi (2019:16), dalam kasus-kasus yang genting atau emosional, berbagai jenis perlakuan dapat terjadi, seperti ejekan, penyebaran gosip, penghasutan, isolasi, ketakutan, pemerasan, intimidasi, dan intimidasi. Peneliti menyadari tindak bullying indirect tersebut saat siswa SDN 3 AIRGEGAS melakukan Latihan gerak jalan untuk perisapan menyambut hari kemerdekaan Indonesia, saat proses Latihan berlangsung terlihat bahwa ada beberapa siswa membully salah satu temannya yang tidak sengaja melakukan kesalahan, peneliti mengangap ini sebagai tindak bullying karena siswa yang di bully menunjukkan raut wajah sedih dan bully yang dilakukan hanya menargetkan satu siswa. Setelah melihat tindak bullying yang terjadi di SDN 3 AIRGEGAS dan berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada guru-guru SDN 3 AIRGEGAS peneliti mulai memberikan penyuluhan, peneliti menjelaskan jenis-jenis bullying kepada guru dan siswa SDN 3 ARIGEGAS dimulai dari kelas 4,5, dan 6. Penyuluhan yang diberikan kepada siswa berbentuk permainan tanya jawab berhadiah,supaya siswa lebih bersemangat dan lebih memperhatikan materi penyuluhan. Peneliti membuka penyuluhan dengan menjelaskan tindakan verbal dan nonverbal salah satu bentuk bullying yang umum terjadi di SDN 3 Airgegas. Mengolok-olok teman yang kesulitan mengerjakan tugas sekolah, mengabaikan atau mengucilkan teman yang tidak mereka sukai, dan mengolok-olok teman saat kelas atau jam istirahat adalah beberapa contoh penindasan. Menurut Bauman (2008), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut: a. Overt bullying (Intimidasiterbuka) mengacupadatindakan verbal dan fisik yang memaksa, seperti mendorong korban ke tanah, memukul, menyerang dengan kekerasan, menyebut nama korban yang meremehkan, mengancam, dan mengolok-olok mereka dengan tujuan menyakiti korban. b. Indirect bullying (Intimidasi tidak langsung), di mana pelaku penindas merugikan hubungan social korban dengan mengucilkan mereka, menyebarkan rumor, atau mengharuskan mereka melakukan sesuatu atau menerima pujian sebagai imbalan atas persahabatan mereka. Meskipun kadang-kadang Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 5 No. 3, 2024 |pp: 3555-3559 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v5i3.2949 dianggap sebagai lelucon yang tidak berbahaya di antara teman-teman, penindasan tidak langsung sebenarnya dapat memiliki dampak emosional yang lebih besar dibandingkan penindasan fisik. Penindasan yang merusak ikatan social kemungkinan besar akan terus berlanjut hingga masa dewasa, meskipun penindasan secara fisik cenderung menurun seiring bertambahnya usia anak. Peneliti juga memberikan penyuluhan kepada guru tentang bahayanya bullying karena bullying tidak hanya menyebabkan stres bagi korbannya, namun juga dapat membuat mereka merasa sengsara, putus asa, gelisah, dan sedih. Bahkan bisa membuat mereka enggan bersekolah, yang bisa berdampak pada masa depan mereka. Penindasan dapat terjadi sebagai akibat dari peristiwa kekerasan di rumah, yang ditiru oleh anak-anak ketika berinteraksi dengan teman sekelasnya. Menurut Setiono (2011), keluarga memainkan peran penting dalam reproduksi sosial, sosialisasi, pendidikan anak, dan memberikan keamanan dan bantuan bagi kelompok rentan, termasuk orang tua lanjut usia. Tingkat kepercayaan diri seseorang sangat penting dalam kehidupannya. Taylor (2011) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai keyakinan seseorang terhadap kapasitasnya untuk terlibat dalam aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Anak-anak yang mengalami penindasan biasanya mengalami ketakutan, kecemasan, dan harga diri yang rendah dibandingkan dengan teman-teman mereka yang tidak mengalami penindasan. Perilaku intimidasi juga bisa dipicu oleh konteks sosial. “Tripusat Pendidikan” terdiri dari tiga setting pendidikan yang sangat menentukan bagaimana anak berperilaku dan mengembangkan kepribadiannya, menurut Ki Hajar Dewantara (Siswoyo et al., 2007). Ada tiga lingkungan berbeda di mana pendidikan berlangsung: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kepribadian seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan rumahnya. Tugas guru di kelas adalah memimpin, menasihati, dan membimbing siswa . Tugas seorang guru di sekolah adalah memimpin, menasihati, dan mengarahkan siswa ke jalan yang benar sehingga mereka dapat mencapai tujuan hidup terbaiknya. Karena interaksi mereka yang intim dengan siswa dan sifat lingkungan sekolah yang lebih terbuka, guru memainkan peran penting dalam menangani perilaku bullying. Guru perlu mengajari siswanya bagaimana membedakan antara perilaku yang pantas dan tidak pantas. Guru di lingkungan sekolah perlu dipersiapkan dengan pengetahuan dan teknik untuk menangani masalah intimidasi. Undang – undang nomor 35 tahun 2014 perlindungan anak dijelaskan di pasal 9 ayat 1A Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.( UU Nomor 35 Tahun 2014 , t.t.) Dalam kapasitasnya sebagai pendidik, pengajar memikul tanggung jawab ganda yaitu membentuk perilaku dan karakter siswa di samping keberhasilan akademisnya. Dengan memberikan nasehat kepada siswa yang melakukan perundungan, para guru di SDN 3 Airgegas telah berupaya untuk mengekang perilaku perundungan, berdasarkan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instruktur menangani pelaku intimidasi dengan sabar dan menghindari menanyakan pertanyaan yang terlalu pribadi atau menyelidik. Mereka menjunjung tinggi martabat siswa, memperlakukan mereka dengan hormat, dan mempertanyakan para pelaku intimidasi tentang bagaimana mereka memperlakukan korbannya. Guru juga mendorong pelaku intimidasi untuk merasakan perspektif korban dan mengembangkan empati. Dengan menekankan pada kekuatan dan bakat positif pelaku intimidasi, mereka dapat mengalihkan energi mereka ke hal-hal yang konstruktif. ## V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bullying yang terjadi di SDN 3 AirGegas merupakan bentuk nonfisik yang meliputi perilaku verbal dan nonverbal seperti pengejekan dan ancaman terhadap teman. Guru-guru juga tidak mengetahui bahwa undang – undang perlindungan anak telah diperbarui dan bullying yang terjadi di sekolah SDN 3 AIRGEGAS dapat menjadi hal yang serius jika dibiarkan. Penyuluhan yang diberikan kepada siswa-siswa dan guru-guru SDN 3 AIRGEGAS memberikan hasil yang memuaskan, para siswa-siswa dan guru-guru SDN 3 AIRGEGAS lebih paham apa itu bullying dan dampak buruk bullying di lingkungan sekolah. Penyuluhan tentang Undang-undang perlindunan anak kepada guru- guru SDN 3 AIRGEGAS menjadikan bullying masalah yang mememang harus segera di Atasi. ## DAFTAR PUSTAKA Adiyono, A., Irvan, I., & Rusanti, R. (2022). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Bullying. Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah , 6 (3), 649. https://doi.org/10.35931/am.v6i3.1050 Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 5 No. 3, 2024 |pp: 3555-3559 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v5i3.2949 Agustini, N. M. S. (2018). Tripusat Pendidikan Sebagai Lembaga Pengembangan Teori Pembelajaran Bagi Anak. MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman , 9 (2). https://doi.org/10.31942/mgs.v9i2.2543 Budiman, A., & Asriyadi, F. (2021). Perilaku Bullying Pada Remaja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya . Penerbit CV. Pena Persada . Doniarsah, A., Hopsah, S. R., Lestari, L., Rosilawati, M., Saputri, I., & Sudiri, W. O. L. (t.t.). Pemanfaatan Potensi Lahan Sempit Untuk Pengembangan Produktif Tanaman Toga Menuju Kelurahan Sehat . 1–6. Endang, B. (2009). Optimalisasi Peran Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Anak. Guru Membangun , 22 (2). Farkhiyah, M., Fadli, F., & Baharudin, A. (t.t.). Peran Guru Pendidikan Agama dalam Menangani Perundungan di Sekolah. Studocu . Diambil 27 Januari 2024, dari https://www.studocu.com/id/n/72606607?sid=01706340867 Novianti, C., Nduru, M. P., Seto Se, B. R., Se’e, S., & Ansel, M. F. (2023). Sosialisasi Perundungan (Bullying) Terkait Undang- Undang Perlindungan Anak Terhadap Siswa SDI Wolowona II. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) , 4 (1), 295–298. Ramdhani, M. A., Kadarisman, A., & Soedewi, S. (2023). Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Kesehatan Mental Dan Pencegahan Bullying Pada Era Digital Untuk Remaja Usia 12-15 Tahun Di Kota Bandung. e-Proceeding of Art & Design , 10 (6), 8774–8791. Suhariyanti, M. (2017). Identifikasi Perilaku Bullying Dalam Pembelajaranpendidikan Jasmani DI Sekolah Dasar [Skripsi]. UNiversitas Negeri Yogyakarta. UU Nomor 35 Tahun 2014 . (t.t.).
e2f5190e-0a41-4513-b50f-dbbd7820be85
https://journal.uwks.ac.id/index.php/sosioagribis/article/download/529/508
Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) ## RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN PACITAN Gyska Indah Harya [email protected] Dosen pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian ## Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ## ABSTRAK Penelitian ini dengan judul Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan adalah untuk strategi pembangunan yang dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan perempuan dan laki- laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di bidang pembangunan. Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) Memberikan panduan dan arahan di dalam menyusun kebijakan, program dan kegiatan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring–evaluasi (monev) yang responsif gender pada setiap tahapan pembangunan; 2) Mengefektifkan pelaksanaan strategi PUG secara lebih konkrit dan terarah untuk menjamin agar perempuan dan laki-laki memperoleh akses, partisipasi, mempunyai kontrol dan memperoleh manfaat yang adil dari pembangunan, dan berkontribusi pada terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender. Hasil Penelitian ini berupa kaidah pelaksanaan RAD PUG yang diintergrasikan ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah baik dalam rencana jangka menengah yaitu RPJMD dan Renstra SKPD maupun dalam rencana jangka pendek (tahunan) yaitu dalam RKPD maupun Renja SKPD. Pemerintah Kabupaten Pacitan (Seluruh SKPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dunia Usaha dan seluruh komponen masyarakat Kabupaten Pacitan wajib mendukung pelaksanaan RAD PUG ini dengan memperhatikan dan melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang tercantum dalam RAD PUG ini. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RAD PUG wajib dilakukan oleh Bappeda dan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Beren-cana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memaksimalkan efektivitas. RAD PUG Kabupaten Pacitan ini memiliki jangka waktu hingga tahun 2021. Dalam rangka mempertahankan keberlanjutan penyelenggaraan pengarus-utamaan gender, maka pada periode berikutnya perlu disusun kembali RAD PUG sesuai dengan tingkat kemajuan penyelenggaraan pengarusutamaan gender di Kabupaten Pacitan. Kata kunci : Pengarusutamaan Gender, Monitoring Evaluasi, Perencanaan Daerah. ## PENDAHULUAN Latar Belakang Pengarusutamaan gender merupakan strategi pembangunan yang dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelak-sanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) kebijakan, program dan kegiatan di bidang pembangunan. Pengarusutamaan gender merupakan proses memasukkan analisis gender ke dalam program dan kegiatan dari instansi pemerintah dan organisasi kemasyarakatan mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebi-jakan, program dan kegiatan instansi pemerintah dan organisasi kema-syarakatan. Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 pasal 15 huruf k mengamanatkan kepada kabupaten/kota untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pengarus-utamaan Gender (RAD PUG). Untuk mengimplementasikan amanat ter-sebut, maka Kabupaten Pacitan perlu menyusun RAD PUG yang akan memberikan arahan kepada setiap stakeholders dalam melaksanakan strategi pengarusutamaan gender untuk mencapai Kesetaraan dan Ke-adilan Gender dengan lebih fokus, efektif, sistematik, terukur dan berke-lanjutan. Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender (RAD-PUG) Kabupaten Pacitan diharapkan dapat mendorong upaya percepatan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang responsif gender. ## Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender adalah sebagai berikut: 1. Memberikan panduan dan arahan di dalam menyusun kebijakan, program dan kegiatan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring–evaluasi (monev) yang responsif gender pada setiap tahapan pembangunan; 2. Mengefektifkan pelaksanaan strategi PUG secara lebih konkrit dan terarah untuk menjamin agar perempuan dan laki-laki memperoleh akses, partisipasi, mempunyai kontrol dan memperoleh manfaat yang adil dari pembangunan, dan berkontribusi pada terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender. Adapun kegunaan RAD PUG Kabupaten Pacitan adalah menjadi pedoman bagi seluruh SKPD di Kabupaten Pacitan dalam melaksanakan pengarusu-tamaan gender agar lebih terfokus, terukur, efisien, sistematis dan berkelanjutan dalam proses penyusunan rencana pembangunan, pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan, monitoring dan evaluasi pembangunan yang responsif gender. ## TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan PUG dalam Peraturan Perundangan di Daerah Pedoman pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah yaitu 1) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; dan 2) Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 ten-tang Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender di Daerah yang diper-baharui dengan Permendagri Nomor 67 Tahun 2011 tentang perubahan Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pengarus- utamaan Gender di Daerah. Dalam kedua peraturan tersebut terdapat amanat dalam proses perencanaan pembangunan yaitu: 1. Integrasi isu gender dalam proses pembangunan dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi; ## Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) 2. Internalisasi pengarusutamaan gender dalam dokumen perencanaan jangka panjang (20 Tahun), menengah (5 Tahun) dan jangka pendek (1 Tahun) serta pelembagaan pengelolaan PUG. Kelembagaan PUG mengarah pada upaya percepatan pencapaian kesetaraan dan keadilan gender melalui berbagai lembaga yang ada di daerah seperti Kelompok Kerja (Pokja PUG), Tim Teknis Pokja PUG dan Focal Point PUG. Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dan Rencana Kerja SKPD. Dalam rangka mempercepat pelaksanaan PUG pada tingkat SKPD dibentuk focal point SKPD, sayangnya hingga kini belum seluruh SKPD di Kabupaten Pacitan memiliki Focal Point. Pembentukan focal point ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala SKPD. Focal point terdiri dari pejabat dan/atau staf yang membidangi tugas Pemberdayaan Perempuan dan Perwakilan tiap bidang yang ada. Adapun tugas dari focal point yaitu: 1. mempromosikan pengarusutamaan gender pada unit kerja; 2. memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan penganggaran SKPD yang responsif gender; 3. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat dan staf di lingkungan SKPD; 4. melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan SKPD; 5. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap kebijakan, program, dan kegiatan pada unit kerja; dan 6. memfasilitasi penyusunan data gender pada masing-masing SKPD; Pada tahap pelaporan monitoring dan evaluasi, Bupati Pacitan mempersiapkan laporan pelaksanaan PUG kepada Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Selain itu, Bupati melakukan pemantauan dan evaluasi pe-laksanaan PUG pada setiap SKPD. Bupati melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi: (1) penetapan panduan teknis pelak-sanaan PUG skala Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan; (2) penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi, dan koor-dinasi; (3) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kelurahan dan pada SKPD; (4) peningkatan kapasitas focal point dan Pokja PUG; dan (5) strategi pencapaian kinerja. ## Kedudukan PUG dalam Siklus Perundangan di Daerah Integrasi Pengarusutamaan Gender dalam perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, terdapat empat tahapan dalam siklus perencanaan pembangunan nasional, yaitu (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Pada tingkat daerah, perencanaan pembangunan daerah juga disusun melalui empat tahapan dalam siklus perencanaan pembangunan daerah. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme-rintahan Daerah, yaitu bahwa Dalam rangka penyelenggaraan peme-rintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) Pembangunan di daerah di awali dengan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan pembangunan daerah di susun secara berjangka, dokumen perencanaan pembangunan untuk kurun waktu 20 Tahun disebut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dokumen perencanaan pembangunan untuk kurun waktu 5 Tahun disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan dokumen perencanaan Tahunan disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), RKPD menjadi dasar dalam penyusunan RAPBD dan Penetapan APBD. Pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), perencanaan pembangunan untuk jangka waktu lima Tahun disebut Rencana Strategis SKPD (Renstra SKPD). Renstra SKPD merupakan penjabaran dari RPJMD. Perencanaan Tahunan di SKPD disebut Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) yang merupakan penjabaran dari RKPD yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD). Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 jo Permendagri Nomor 67 Tahun 2011, merupakan strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral mulai perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan serta program pembangunan nasional. Penyelenggaraan peng-arusutamaan gender di daerah di mulai dari tahap perencanaan, pelak-sanaan dan evaluasi. Pengarusutamaan gender dilaksanakan melalui langkah-langkah analisis gender serta Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang pengarusutamaan gender pada instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Tahap perencanaan, pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, dan Renja SKPD. Peren canaan responsif gender disini adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki (Permendagri 15 Tahun 2008). Pengintegrasian PUG juga mencakup proses penganggaran pembangunan daerah, yaitu pada tahap penyusunan RAPBD berdasarkan RKA-SKPD dan penetapan APBD yang selanjutnya dirinci dalam rincian APBD. Perencanaan dan penganggaran pembangunan yang responsif gender harus melalui proses analisis gender menggunakan metode Alur Kerja Analisis Gender ( Gender Analisys Pathway /GAP), dan Gender Budget Statement (GBS). GAP dan GBS digunakan untuk menganalisis isu gender yang berkembang, merumuskan tujuan, menyusun kegiatan yang responsif gender, menyusun indikator capaian, dan menentukan target kinerja atas rumusan kegiatan rensponsif gender. Perumusan isu gender sampai dengan penentuan indikator capaian dan penetapan target kinerja dengan analisis GAP dan GBS dilakukan menggunakan data pilah gender (data menurut jenis kelamin). Data pilah gender penting untuk mengetahui sejauhmana kesenjangan akses, kontrol, partisipasi dan peran antara laki- laki dengan perempuan. GAP merupakan salah satu alat analisis gender yang dikembangkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang dapat digunakan untuk membantu para perencana memasukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) proyek, dan atau kegiatan pembangun-an. Perencana dapat mengidentifikasikan kesenjangan dan permasalahan gender serta sekaligus menyusun rencana kebijakan/program/proyek/ kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender dengan menggunakan GAP. Berdasarkan buku pedoman teknis perencanaan dan penganggaran responsif gender bagi daerah yang dikeluarkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Tahun 2010, metode GAP meliputi 9 (sembilan) langkah yaitu: 1. Pilih Kebijakan/Program/Kegiatan yang akan di analisis: a. memilih kebijakan/program/kegiatan yang hendak dianalisis; b. menuliskan tujuan kebijakan/program/ kegiatan. 2. Menyajikan Data Pembuka Wawasan: a. menyajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin; b. data terpilah ini bisa berupa data statistik yang kuantitatif atau yang kualitatif, misalnya hasil survei, hasil FGD, review pustaka, hasil kajian, hasil pengamatan, atau hasil intervensi kebijakan/program/ kegiatan yang sedang dilakukan. 3. Mengenali Faktor Kesenjangan Gender: Menemukan dan mengetahui ada tidaknya faktor kesenjangan gender yaitu Akses, Partisipasi, Kontrol, dan Manfaat (APKM). 4. Menemukan Sebab Kesenjangan Internal: Temukan isu gender di internal lembaga. Misalnya terkait dengan produk hukum, kebijakan, pemahaman gender yang masih kurang diantara pengambil keputusan dalam internal lembaga. 5. Menemukan Sebab Kesenjangan Eksternal: Temukan isu gender di eksternal lembaga. Misalnya apakah budaya patriakhi , gender stereotype (laki-laki yang selalu dianggap sebagai kepala keluarga). 6. Reformulasi Tujuan: Merumuskan kembali tujuan kebijakan/ program/kegiatan supaya responsif gender. 7. Rencana Aksi: a. menetapkan rencana aksi; b. rencana aksi diharapkan mengatasi kesenjangan gender yang teriden-tifikasi pada langkah 3, 4 dan 5. 8. Data Dasar: a. menetapkan data dasar yang dipilih untuk mengukur kemajuan (progress); b. data yang dimaksud diambil dari data pembuka wawasan yang telah diungkapkan pada langkah 2 yang terkait dengan tujuan kegiatan dan ouput kegiatan. 9. Indikator Gender: Menetapkan indikator gender sebagai pengukuran hasil melalui ukuran kuantitatif maupun kualitatif. Selanjutnya dalam pelaksanaan pembangunan PUG juga terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di setiap SKPD yang mengampu urusanurusan yang dilimpahkan pusat kepada daerah. Dalam pelak-sanaan kegiatan yang berhubungan dengan manusia secara langsung maupun tidak harus memperhatikan akses kontrol, partisipasi dan peran antara perempuan dan laki-laki. Apalagi kegiatankegiatan yang langsung mengarah pada penyelesaian kesenjangan antara laki-laki dan perempuan Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) harus secara efektif dapat mengurangi kesenjangan antara laki-laki dengan perempuan atau sebaliknya. Tahap pelaksanaan pembangunan daerah PUG tetap harus menjadi “jiwa” setiap kegiatan yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pacitan Kelompok Kerja (Pokja) PUG harus mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan supaya tetap memperhatikan kesetaraan gender. Pokja PUG melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing- masing instansi agar pengarusutamaan gender berjalan dengan optimal. Pokja PUG beserta tim teknis Pokja PUG dan Focal point menjadi garda terdepan dalam mengawal pengarusutamaan gender di Kabupaten Pacitan. Pokja PUG dibentuk berdasarkan SK Bupati, sedangkan focal point SKPD ditetapkan dengan SK Kepala SKPD. Tahap evaluasi, dokumen rencana responsif gender menjadi acuan utama dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan. Tahap pelaporan pelaksanaan pembangunan PUG menjadi jiwa dalam substansi laporan pelaksanaan pembangunan daerah. Keadilan dan kesetaraan gender merupakan tujuan utama dalam evaluasi terhadap kinerja SKPD dan evaluasi dokumen perencanaan, sehingga dapat diketahui apakah hasil kinerja SKPD dan perencanaan sudah responsif gender atau belum. Dalam tahap ini integrasi perencanaan penganggaran di Kabupaten Pacitan belum secara spesifik mencantumkan pengarusutamaan gender dalam dokumen RPJMD Tahun 2016-2021. ## Kedudukan PUG dalam RPJMD dan RKPD Kedudukan PUG ke dalam RPJMD diwujudkan dalam penggambaran kondisi, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan yang selalu memperhatikan akses, kontrol, partisipasi dan peran laki-laki dan perempuan secara sei-mbang. Perhatian terhadap akses, kontrol, partisipasi dan peran laki-laki dan perempuan dalam setiap aspek dalam RPJMD diwujudkan dalam setiap aspek dalam perencanaan jangka menengah daerah tersebut. Penyusunan perencanaan yang mengintegrasikan PUG selalu didasarkan pada data pilah. Pada setiap penyajian kondisi dan prediksi selalu memperhatikan data pilah gender dan issue gender yang berkembang berkaitan dengan kondisi data yang ada. Pengintegrasian pengarusutaman gender melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan langkah strategis dalam proses pengarusutamaan gender di daerah. Hal ini karena RPJMD akan dijadikan acuan dalam menyusun rencana strategis SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dalam RPJMD meskipun secara umum harus memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender, ter-utama dalam salah satu rumusan misi pembangunan-nya. Demikian juga dalam tujuan pembangunan yang menjabarkan misi tersebut, dengan secara tegas menyatakan tujuan pengarusutamaan gender, misalnya mengurangi ketimpangan gender; penguatan kelembagaan dan pember-dayaan perempuan, sehingga dapat mencantumkan sasaranya misalnya: 1) meningkatnya indeks pembangunan gender (IPG); 2) meningkatnya indeks pemberdayaan gender (IDG); 3) meningkatnya kesadaran hukum oleh masyarakat; 4) terwujudnya peningkatan sumber daya manusia dan kualitas hidup pe-rempuan dan perlindungan anak yang kompetitif dan memiliki kompetensi; 5) terwujudnya masyarakat yang mempunyai ke-mampuan dan pengetahuan yang berlandaskan keadilan dan Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) kesetaraan gender dalam pene-rapan segala aspek kehidupan. Dengan secara tegas mencantumkan pengarusutamaan gender dalam misi, tujuan dan sasaran pada RPJMD akan menjadi modal awal untuk perencanaan pembangunan Tahunan, yaitu RKPD dan Renja SKPD yang lebih responsif gender. Kedudukan PUG dalam Dokumen RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) merupakan arus utama dalam setiap arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan. Pengarusutamaan gender akan menjadi jiwa dalam dokumen RKPD yang menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD untuk ditetapkan menjadi APBD. RAPBD disusun dengan mendasarkan pada Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) seluruh SKPD. APBD ini kemudian akan dijabarkan menjadi Daftar Penetapan Anggaran (DPA) SKPD. Dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan Tahunan, SKPD perlu melakukan analisis gender, sehingga dapat diketahui permasalahan kesenjangan gender menyangkut akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang diperoleh penduduk perempuan dan laki-laki, dan menentukan rencana aksi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan Tahunan harus dimulai sejak penyusunan RKPD. Sementara titik kritis dalam perencanaan yang responsif gender yaitu pada saat penyusunan RKA dan DPA SKPD. Hal ini karena dalam kedua dokumen tersebut telah menyebut-kan kelompok sasaran suatu kegiatan, dimana sudah harus memperhatikan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan gender. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Kemajuan Pembangunan dan Pemberdayaan Gender 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks pembangunan Manusia adalah angka yang digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan sumberdaya manusia. Unsur pembentuk IPM terdiri dari tiga bidang yaitu kesehatan, pendidikan dan perekonomian. Indikator dari bidang kesehatan yaitu usia harapan hidup, indikator dari bidang pendidikan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama se-kolah, sementara dari bidang perekonomian indikator yang dipergunakan yaitu rata-rata pengeluaran per-kapita. Per-kembangan IPM di Kabupaten Pacitan dalam periode 2013- 2017 menunjukkan pening-katan. Tahun 2013 IPM Kabupat en Pacitan sebesar 63,38, Tahun 2015 meningkat menjadi 64,92, dan Tahun 2017 menjadi sebesar 65,92. Dibandingkan dengan kabupaten sekitar, capaian IPM Kabupaten Pacitan selama periode 2013-2017 merupakan Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) yang terendah. Bila dibandingkan dengan rata-rata IPM Provinsi Jawa Timur, IPM Kabupaten Pacitan juga masih lebih rendah. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut. 2. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah angka pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia sama seperti IPM, namun terpilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Dikatakan tidak ada kesenjangan pembangunan apabila nilai IPG sama dengan nilai IPM. Pada kurun waktu 2013-2017 capaian IPG Kabupaten Pacitan menunjukkan kecenderungan trend yang meningkat. Tahun 2013 IPG Kabupaten Pacitan sebesar 82,12 meningkat menjadi 84,41 pada Tahun 2017. Sebagaimana IPM, dibandingkan dengan kabupaten sekitar, capaian IPG Kabupaten Pacitan selama periode 2013-2017 merupakan yang te-rendah. Bila dibandingkan dengan rata-rata IPG Provinsi Jawa Timur, IPG Kabupaten Pacitan juga masih lebih rendah. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut. 3. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks Pemberdayaan Gender merupakan angka komposit yang ter-susun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses pe-ngambilan keputusan dalam bidang politik dan ekonomi. Perkembangan IDG di Kabupaten Pacitan dalam periode tahun 2013-2017 meskipun fluktuatif, tetapi masih menunjukkan trend perkembangan yang meningkat. Pada tahun 2013 IDG Kabupaten Pacitan sebesar 68,70, tahun 2014 turun menjadi 67,29, kemudian tahun 2015 meningkat menjadi 67,42 dan meningkat lagi hingga menjadi 69,01 pada Tahun 2017. Dibandingkan dengan IPM dan IPG, capaian indeks pemberdayaan gender (IDG) Kabupaten Pacitan dalam perspektif kabupaten kota disekitarnya, Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) menunjukkan kondisi capaian yang lebih baik. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Analisis Isu Gender Dalam Pembangunan 1. Bidang Kesehatan a. Masih tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan, tahun 2017 sebesar 101,94 per-100 ribu kelahiran hidup, sementara target SDGs 70 per-100 ribu kelahiran hidup (Target SDGs Pemerintah Indonesia untuk AKI adalah 306 per 100 ribu kelahiran hidup); b. Masih rendahnya proporsi persalinan ditolong tenaga kesehatan ter-latih, tahun 2017 sebesar 82,39 persen, mengalami penurunan di-bandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar 87,40 persen dan tahun 2015 yang tercatat sebesar 99,80 persen, sementara target SDGs Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 95 persen; c. Masih rendahnya kunjungan K4 yang baru mencapai 82,25% pada tahun 2017, d. Masih rendahnya jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 (0,03 %), TT-2 (0,05 %), TT-2+ (12,60 %), dan TT-5 (10,60 %) pada tahun 2017 yang dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan juga kematian bayi; e. Kebutuhan keluarga berencana yang belum terpenuhi ( Unmetneed ); f. Rendahnya partisipasi laki-laki dalam program KB. 2. Bidang Pendidikan a. Masih rendahnya rata-rata lama sekolah, tahun 2017 baru sebesar 7,10 tahun, sementara target SDGs Pemerintah Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 8,8 tahun; b. Pada APK jenjang pendidikan SLTA sederajat terdapat kesenjangan gender ditunjukkan dengan indeks paritas gender untuk APK pada jenjang pendidikan SLTA sederajat sebesar 138,34 persen dengan angka disparitas gender sebesar 27,01 anak, artinya Penduduk perempuan lebih banyak berpartisipasi dalam menempuh pendi-dikan pada sekolah menengah atas dibandingkan dengan laki-laki; c. Masih belum tercapainya target SDGs untuk APK jenjang pendidikan SD/MI dan SLTP/MTs, dimana capaian APK jenjang SD/MI untuk tahun 2017 adalah sebesar 104,73 persen, sementara target SDGs yang dicanangkan Pemerintah pada tahun 2019 adalah 114,09 persen, sedangkan capaian APK SMP/MTs untuk tahun 2017 adalah sebesar 98,75 persen, sementara target SDGs yang dicanangkan Pemerintah pada tahun 2019 adalah 116,94 persen; d. Indeks paritas gender untuk APM jenjang pendidikan SMA/MA/SMK sebesar 138,38 persen, terdapat kesenjangan gender pada tingkat partisipasi penduduk dalam menempuh pendidikan di sekolah menengah atas, dimana partisipasi penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki; e. Angka putus sekolah anak usia 13-15 tahun masih menunjukkan kategori rendah, namun terdapat kesenjangan gender dengan in-deks paritas gender sebesar 69.23 persen dengan angka disparitas gender sebesar -8 anak usia 13-15 tahun. Hal ini menunjukkan pada usia 13-15 tahun, laki-laki lebih banyak putus sekolah dibandingkan dengan perempuan; Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) f. Angka putus sekolah 16-18 tahun juga masih termasuk kategori rendah dan terdapat kesenjangan gender dengan indeks paritas gender 131,25 persen dan angka disparitas gender sebesar 5 anak 16-18 tahun. Hal ini berarti bahwa pada usia 16-18 tahun, perem-puan lebih banyak putus sekolah dibandingkan dengan laki-laki; g. Angka melek huruf di Kabupaten Pacitan pada tahun 2017 dengan capaian sebesar 93,14 persen masih belum mencapai target SDGs yang dicanangkan Pemirintah Republik Indonesia yang mentarget-kan pada tahun 2019 sebesar 95,20 persen. Sementara itu indeks paritas gender untuk angka melek huruf pada tahun 2017 adalah h. sebesar 92,76 persen, artinya meskipun kecil, terjadi kesenjangan gender terhadap angka melek huruf, dimana perempuan lebih se-dikit yang melek huruf dibandingkan laki-laki, dengan angka dispa-ritas gender sebesar -7 jiwa. 3. Bidang Ketenagakerjaan a. Terjadi kesenjangan gender pada angkatan kerja di Kabupaten Pacitan tahun 2017 dengan indeks paritas gender sebesar 86,25 persen dengan angka disparitas gender sebesar -27.112 orang. Indeks ini menggambarkan bahwa jumlah angkatan kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah angkatan kerja perempuan; b. Tingkat pengangguran terbuka termasuk kategori kecil dengan persentase sebesar 0,84 persen. Indeks paritas gender untuk peng-angguran terbuka sebesar 191.14 persen. Angka tersebut menun-jukkan bahwa terdapat ketimpangan gender dalam jumlah peng-angguran. Jumlah pengangguran perempuan lebih banyak diban- dingkan dengan laki-laki dengan angka disparitas sebesar 967 jiwa; c. Terdapat kesenjangan gender pada peduduk yang bekerja dengan indeks paritas gender untuk penduduk bekerja sebesar 65,68 per-sen. Jumlah penduduk yang bekerja lebih banyak laki-laki diban-dingkan dengan perempuan. 4. Bidang Ekonomi a. Belum tersedianya data terpilah gender untuk jumlah anggota koperasi laki-laki dan perempuan, serta perkembangannya minimal untuk 5 (lima) tahun terakhir pada unit-unit koperasi yang ada di Kabupaten Pacitan; b. Belum tersedianya data terpilah gender untuk jumlah pekerja laki-laki dan perempuan, serta perkembangannya minimal untuk 5 (lima) tahun terakhir pada usaha industri kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Pacitan. 5. Bidang Sosial a. Masih tingginya persentase penduduk miskin, pada tahun 2017 se-besar 15,42 persen, dimana target Pemerintah Republik Indonesia mentargetkan tingkat kemiskinan nasional pada tahun 2019 sebe-sar 7~8 persen; b. Masih tingginya penduduk lanjut usia terlantar dan sebagian besar adalah perempuan, tahun 2017 sebanyak 1.499 orang; c. Masih relatif tinggi kasus-kasus kekerasan pada perempuan dan anak; d. Meskipun tergolong sedikit, masih terdapat ±641 rumah tangga yang menghuni rumah tidak layak huni; e. Masih terdapat rumah tangga dengan persoalan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak. 6. Bidang Politik dan Pengambilan Keputusan Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) a. Masih rendahnya keterwakilan perempuan dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pacitan (15%); b. Masih terbatasnya peran perempuan dalam rangka penegakkan hukum. Hal ini terlihat dari jumlah jaksa, polisi, dan hakim di Kabupaten Pacitan yang didominasi oleh laki-laki; c. Pejabat struktural maupun fungsional di Kabupaten Pacitan masih didominasi oleh laki-laki mulai dari eselon IV sampai dengan eselon II. Indeks paritas gender untuk pejabat struktural di Kabupaten Pacitan secara keseluruhan masih menunjukkan adanya kesen-jangan gender dalam jabatan struktural maupun fungsional; d. Masih rendahnya keterlibatan perempuan dalam organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. ## Dukungan/Komitmen Politik Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender Dukungan politik ( political will ) dari Bupati dan pimpinan DPRD Kabupaten Pacitan merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan PUG. Kondisi di Kabupaten Pacitan dukungan politik ( political will ) dalam penyelenggaraan PUG di Kabupaten Pacitan terutama dari Bupati dan Wakil Bupati Pacitan sangat baik. Dukungan politik tersebut tergambarkan dari komitmen untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan yang diwujudkan dengan mendorong penyelenggaraan pengarusutamaan gender, melalui pembentukan kelompok kerja pengarusutamaan gender (Pokja PUG). Pem-bentukan Pokja PUG dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati Pacitan Nomor: 88.45/157/KPTS/408.12/2017 tentang Kelompok Keja Pengarus-utamaan Gender Kabupaten Pacitan. Hal ini menjadi bekal bagi SKPD utama yaitu: 1) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) selaku Ketua Pokja PUG; 2) Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Beren-cana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang menjadi sekretaris Pokja PUG; dan 3) segenap SKPD sebagai anggota untuk me-nindaklanjuti dukungan kepala daerah dalam pelaksanaan berbagai ke- giatan yang dapat mempercepat pelaksanaan PUG di Kabupaten Pacitan. Dukungan politik dari pimpinan dan anggota DPRD juga merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan pelaksanaan PUG di Kabupaten Pacitan. Pelaksanaan PUG memperoleh respon positif berupa komitmen DRPD untuk melaksanakan dan mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Komit-men tersebut dilakukan dengan memberikan perhatian besar terhadap penganggaran yang berkaitan dengan keadilan dan kesetaraan gender. ## Kebijakan Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender Komitmen dari Bupati dan Pimpinan Dewan, meskipun belum secara spesifik dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. Meski demikian pada misi ke-4 RPJMD Tahun 2016-2021 Kabupaten Pacitan, yaitu “ Meningkatkan kesalehan sosial dan harmonisasi antar seluruh lapisan masyarakat ”, kata harmonisasi semestinya dapat memiliki arti kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan (akses) dan memafaatkan berbagai pelayanan publik, serta kesetaraan dalam berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) Pelaksanaan PUG diarahkan melalui kebijakan dari Pimpinan daerah baik Bupati maupun Pimpinan DPRD Kabupaten Pacitan. Kebijakan penyelenggaraan PUG di Kabupaten Pacitan diwujudkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) Nomor 13 Tahun 2014 tantang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah. Kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender juga tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya, dan dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pengen- dalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Per-lindungan Anak pada Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. ## Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Kelembagaaan dalam Pelaksanaan PUG di tingkat Kabupaten terdiri dari dua lembaga yaitu Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (Pokja PUG), Tim Teknis Pokja dan Focal Point . Kedua lembaga tersebut harus dibentuk di tingkat Kabupaten sesuai amanat Permendagri Nomor 15 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun 2008 jo Permendagri nomor 67 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, pada pasal 14 disebutkan bahwa Bupati/Walikota membentuk Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (Pokja PUG) dan Tim Teknis Pokja PUG melalui SK Bupati/Walikota. Pokja PUG merupakan wadah konsultasi bagi pelaksana dan penggerak pengarusutamaan gender dari berbagai instansi/lembaga di daerah. Pembentukan Pokja PUG dan Tim Teknis Pokja PUG ini sudah dilaksanakan pada tahun 2014 melalui Keputusan Bupati Pacitan Nomor: 188.45/466.A/ 408.21/2014, dan diperbaharui pada tahun 2017 dengan Keputusan Bupati Pacitan Nomor: 88.45/157/KPTS/408.12/2017 tentang Kelompok Kerja Peng-arusutamaan Gender Kabupaten Pacitan. Menurut ketentuan Permendagri Nomor 15 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, pada pasal 15 Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (Pokja PUG) dan Tim Teknis Pokja PUG memiliki tugas sebagai berikut: 1. Mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing-masing SKPD; 2. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Camat, Kepala Desa, dan Lurah; 3. Menyusun program kerja setiap tahun; 4. Mendorong terwujudnya perencanaan dan penganggaran yang res-ponsif gender; 5. Menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun; 6. Bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Wakil Bupati/Wali-kota; 7. Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati/Walikota; 8. Menyusun Profil Gender Kabupaten/Kota; 9. Melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing instansi; 10. Menetapkan Tim Teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah; 11. Menyusun Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Kabupaten/Kota; dan 12. Mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-masing SKPD. Beberapa tugas penting Pokja PUG sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 jo Permendagri Nomor 67 tahun 2011 yang belum terlaksana Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) dengan baik, diantaranya adalah: 1) Mendorong perwujudan pelaksanaan anggaran yang responsif gender di masing-masing SKPD; 2) Perumusan rekomendasi kebijakan Bupati; Fasilitasi SKPD atau Unit Kerja yang membidangi Pendataan untuk menyusun Profil Gender Kabupaten Pacitan; 3) Pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing instansi; 4) penetapan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah; 5) Mendorong pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-masing SKPD. Melihat berbagai kekurangan diatas, maka diper-lukan upaya keras untuk membentuk kelembagaan pengarustamaan gender dengan jaringan yang kuat, sehingga dapat mempercepat pelak- sanaan pengarustamaan gender di Kabupaten Pacitan. Diperlukan duku-ngan seluruh SKPD untuk mendukung penguatan kelembagaan PUG di tingkat Kabupaten Pacitan. Pelaksanaan PUG pada tingkat SKPD sesuai dengan ketentuan Permendagri nomor 15 tahun 2008 jo Permendagri nomor 67 tahun 2011 menjadi tanggungjawab Kepala SKPD yang sekaligus menjadi anggota Kelompok Kerja (Pokja) PUG. Sesuai dengan ketentuan Permendagri nomor 15 tahun 2008 jo Permendagri nomor 67 tahun 2011 pasal 1 angka 13, yang disebut focal point adalah aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengarusutamaan gender di Unit kerjanya masing-masing. Perkembangan penyelenggaraan PUG di masing-masing SKPD sudah mulai tampak. Beberapa SKPD telah membentuk focal point. Beberapa SKPD belum membentuk focal point dikarenakan belum tersosialisasikannya dengan baik pembentukan focal point pada masing-masing SKPD. Bebe-rapa SKPD yang sudah membentuk focal point beberapa telah berperan dalam memperkuat PUG di Kabupaten Pacitan. focal point PUG merupakan aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengarus-utamaan gender di unit kerjanya masing-masing. 1. Focal point menjalakan tugas dengan berpedoman pada Permendagri Nomor 15 tahun 2008 jo Permendagri 67 tahun 2011, Focal Point SKPD memiliki tugas sebagai berikut: 2. Mempromosikan pengarusutamaan gender pada unit kerja; 3. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan penganggaran SKPD yang responsif gender; 4. Melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat dan staf di lingkungan SKPD; 5. Melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan SKPD; 6. Mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap kebijakan, program, dan kegiatan pada unit kerja; dan 7. Memfasilitasi penyusunan data gender pada masing-masing SKPD; Promosi pengarusutamaan gender pada unit kerja baru dilaksanakan pada sebagian SKPD, walaupun telah dilaksanakan sosialisasi PUG yang dihadiri perwakilan dari masing- masing SKPD. Beberapa SKPD teknis belum menguasai bagaimana aplikasi PUG dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Oleh sebab itu, beberapa SKPD belum meng-anggap penting promosi PUG di masing-masing SKPD. Kondisi demikian menjadikan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat dan staf di lingkungan SKPD belum menjadi agenda yang harus dilaksanakan oleh SKPD bersangkutan. Pemahaman aparat SKPD mengenai pentingnya data pilah gender untuk keperluan analisis gender dan perumusan kebijakan pembangunan masih perlu ditingkatkan, sehingga Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) SKPD dalam penyusunan profil pembangunan dapat menampilkan data pilah gender secara lengkap. Proses perencanaan dan penganggaran di tingkat SKPD pada masing-masing SKPD secara umum sudah memperhatikan kesenjangan gender dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari proses penyusunan Rencana Kerja (Renja) oleh beberapa SKPD yang sudah didahului dengan analisis gender, sehingga indikasi kegiatan yang disusunpun memperhatikan kesen-jangan gender yang terjadi. Proses penyusunan RKA dan DPA kegiatan pada beberapa SKPD selama ini juga sudah didahului dengan analisis gender menggunakan instrumen Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS). Oleh karena itu dalam proses penentuan sasaran kegiatan, substansi materi dan hal lain yang terkait dalam kegiatan tersebut mengarah pada peningkatan kesetaraan dan keadilan gender. ## Sumberdaya Manusia dalam Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender Penyelenggaraan PUG di Kabupaten Pacitan akan berjalan dengan baik bila didukung dengan Sumberdaya Manusia yang memadai. Akan tetapi sampai dengan saat ini sumberdaya manusia yang ada di Kabupaten Pacitan masih terbatas baik dari kualitas dan kuantitas. Keterbatasan kualitas dilihat dari pemahaman oleh aparatur tentang gender, perencanaan dan penganggar-an yang responsif gender masih perlu diperkuat lagi. Selain itu kemampuan dalam menggunakan instrumen Gender Analysis Pathaway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS) juga masih perlu ditingkatkan. Keterbatasan kuantitas dilihat dari perwakilan yang dikirimkan oleh SKPD dalam mengikuti koordinasi hanya orang yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa selama ini pengetahuan tentang gender belum tersebar luaskan secara baik. Peningkatan kualitas SDM pada tahun 2016 dilakukan dengan mengadakan pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif gender. Dalam pela-tihan ini peserta mempraktikkan langsung teknik analisis gender meng-gunakan GAP dan GBS. Selain itu juga dilakukan pendampingan kepada SKPD yang menjadi pilot project , peserta dari pendampingan ini yaitu perwakilan bidang-bidang yang ada di SKPD bersangkutan. Hal ini untuk mempercepat penyebarluasan pengetahuan tentang penyelenggaraan PUG di Kabupaten Pacitan. Pelatihan dan pendampingan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas aparatur yang ada di SKPD, sehingga penyelenggaraan PUG dapat berjalan dengan optimal. ## Ketersediaan Sistem Data dan Informasi Gender Kondisi ideal agar PUG dapat berjalan dengan baik adalah tersedianya data base PUG, yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan untuk data yang berkaitan dengan orang atau manusia. Data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan ini akan dapat digunakan oleh siapa saja yang memerlukan untuk merumuskan isu atau permasalahan gender yang selanjutnya membutuhkan pemecahan berupa kegiatan. Ketersediaan data pilah di tingkat SKPD belum optimal, bahkan beberapa SKPD belum me-naruh perhatian pada pengumpulan data pilah. Data pilah penting untuk merumuskan strategi dan arah kebijakan pem-bangunan, sehingga sasaran pembangunan akan sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Belum Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) tersedianya dengan lengkap data pilah antara laki-laki dan perempuan dikarenakan kesadaran dan pemahaman aparatur tentang pentingnya data pilah masih rendah. Untuk mendorong SKPD melakukan pengumpulan data pilah bisa dengan mengeluarkan Peraturan Bupati tentang data pilah. Peraturan ini nantinya mengatur data pilah apa saja yang harus dikumpulkan oleh SKPD. ## Target dan Arah Kebijakan Pencapaian Pengarusutamaan Gender Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah merupakan rumusan peren-canaan komprehensif tentang upaya Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD yang diselaraskan dengan Pencapaian Percepatan Pengarus-utamaan Gender (PuG) dengan efektif dan efisien. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Arah kebijakan merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan strategi yang dipilih. Penentuan arah kebijakan per tahun selama 5 (lima) tahun memberikan gam-baran prioritas pembangunan daerah pada setiap tahunnya. Dengan demikian, arah kebijakan RPJMD Kabupaten Pacitan diimplementasikan dalam RKPD Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2021 dengan prioritas yang jelas. Prioritas pem-bangunan Kabupaten Pacitan selama 5 (lima) tahun sekurang-kurangnya di-arahkan pada 8 (delapan) agenda Prioritas Utama yang dapat disingkat menjadi HASTA TAMA, yang terdiri dari: 1. Layanan Pendidikan 2. Layanan Kesehatan 3. Penanggulangan Kemiskinan 4. Ketahanan Pangan Daerah 5. Daya Saing Ekonomi 6. Infrastruktur Dasar Berkelanjutan 7. Kehidupan Beragama Dan Sosial Kemasyarakatan 8. Tata Kelola Pemerintahan Prinsip-prinsip pembangunan yang dikedepankan dalam pembangunan 5 (lima) tahun mendatang, yaitu: 1. Pembangunan untuk semua (seluruh lapisan masyarakat), bukan untuk sebagian masyarakat atau golongan tertentu. 2. Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. 3. Keterbukaan informasi pembangunan. Secara umum strategi pencapaian pengarustamaan gender (PUG) berdasarkan Indikator Umum atau 7 (tujuh) Prasyarat sebagaimana Surat Edaran Nomor: 270/M.PPN/11/2012; Nomor: SE-33/MK.02/2012; Nomor: 050/4379A/SJ; Nomor: SE 46/MPP-PA/11/2012 tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG), meliputi : 1. Komitmen Prasyarat komitmen adalah adanya komitmen politik dan kepemimpinan lembaga, misalnya komitmen yang tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJMD, Resntra, RKPD dan Renja). Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) Secara umum, Komitmen pemerintah Kabupaten Pacitan umum dalam mendukung percepatan Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pembangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan daerah Strategi : Menerapkan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan Arah Kebijakan : 1. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah secara terpadu 2. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan asset daerah 2. Kebijakan Merupakan kerangka kebijakan sebagai wujud komitmen pemerintah yang ditujukan bagi perwujudan kesetaraan gender di berbagai bidang pem-bangunan. (kebijakan, strategi, program, panduan, Juklak/juknis, dan lain-lain). Kebijakan pemerintah Kabupaten Pacitan dalam mendukung percepatan Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pembangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : 1. Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan daerah; 2. Menurunnya pengangguran; 3. Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial. Strategi : 1. Menerapkan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan 2. Memperluas kesempatan kerja dan usaha 3. Memberdayakan dan meningkatkan pelayanan ter-hadap penyandang masalah kesejahteraan sosial Arah Kebijakan : 1. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah secara terpadu 2. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan eko-nomi keluarga 3. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak 3. Kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud merupakan Struktur dan mekanisme peme-rintah yang mendukung pelaksanaan PUG, seperti Pokja PUG, focal point, forum, dan tim focal point gender dll Secara umum prasyarat terkait kelembagaan, Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam mendukung percepatan Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pembangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : 1. Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial 2. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan daerah Strategi : 1. Memberdayakan dan meningkatkan pelayanan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial 2. Menerapkan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan Arah Kebijakan : 1. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) ## 2. Peningkatan tata kelola pemerintahan ## 4. Sumber Daya Terkait adanya sumber daya yang memadai, yang meliputi : 1. Sumber daya manusia yang memiliki kepekaan, pengetahuan, dan ketrampilan analisis gender. 2. Sumber dana yang memadai untuk pelaksanaan Pengarustamaan Gender (PUG) dan Anggaran responsif Gender (ARG). Secara umum prasyarat terkait sumber daya, Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam mendukung percepatan Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pembangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : 1. Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial 2. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan daerah Strategi : 1. Memberdayakan dan meningkatkan pelayanan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial 2. Menerapkan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan Arah Kebijakan : 1. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak 2. Peningkatan tata kelola pemerintahan 5. Data Terpilah Dalam pelaksanaan Pengarustamaan Gender (PUG) sangat dibutuhkan data terpilah melalui sistem informasi dan data terpilah menurut jenis kelamin. Penyediaan data terpilah, Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam mendu-kung percepatan Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pem-bangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : 1. Menurunnya pengangguran 2. Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial Strategi : 1. Memperluas kesempatan kerja dan usaha 2.Memberdayakan dan meningkatkan pelayanan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial Arah Kebijakan : 1. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan ekonomi keluarga 2. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak 6. Alat Analisis . Idenfikasi secara sistemats tentang isu-isu gender yang disebabkan karena adanya pembedaan peran serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki. Analisis gender dilakukan dengan mengkaji isu/kesenjangan gender dalam output kegiatan. Alat analisis gender yang digunakan Gender Ana-lysis Pathway (GAP) Model analisis Gender Analysis Pathway (GAP) untuk mengetahui kesenjangan gender dengan empat aspek, akses, par*sipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dalam program/kegiatan pembangunan mulai kebijakan sampai dengan moni-toring dan evaluasi Dalam pelaksanaan Pengarustamaan Gender (PUG) Gender Analysis Pathway (GAP) sebagai alat analisis sangat dibutuhkan melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG), Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam mendukung percepatan Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pembangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : 1. Meningkatnya tata kelola pemerintahan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik yang prima 2. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan daerah 3. Meningkatnya akses dan mutu pendidikan 4. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat 5. Menurunnya angka kemiskinan 6. Menurunnya pengangguran 7. Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial 8. Menguatnya kondisi perekonomian daerah 9. Meningkatnya kemandirian Usaha Mikro dan koperasi 10. Meningkatnya kinerja sektor industri 11. Meningkatnya kinerja sektor pariwisata daerah 12. Meningkatnya daya saing sektor pertanian 13. Meningkatnya ketersediaan dan cadangan pangan 14. Meningkatnya layanan infrastruktur dasar yang menjangkau seluruh wilayah 15. Meningkatnya kualitas lingkungan 16. Meningkatnya kerukunan, kemanan dan ketertiban Strategi : 1. Meningkatkan pelayanan publik secara profesional 2. Menerapkan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan 3. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang merata dan terjangkau 4. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan masya-rakat yang merata dan terjangkau 5. Mempercepat penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat 6. Memperluas kesempatan kerja dan usaha 7. Memberdayakan dan meningkatkan pelayanan ter-hadap penyandang masalah kesejahteraan sosial 8. Meningkatkan sinergi pengelolaan perekonomian daerah 9. Meningkatkan peran UM dan koperasi dalam aktifitas ekonomi untuk mendukung sektor unggulan daerah 10. Meningkatkan pengembangan sektor industri untuk mendukung sektor unggulan daerah 11. Meningkatkan pengembangan sektor pariwisata unggulan daerah yang terintegrasi dan berdaya saing 12. Meningkatkan kualitas produksi dan produktifitas sektor pertanian 13. Pacitan bebas rawan pangan 14. Meningkatkan kualitas infrastruktur dasar yang memadai Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) 15. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup sesuai daya dukung dan daya tampung 16. Meningkatkan keamanan dan ketertiban masya-rakat (Pacitan Adem Ayem). Arah Kebijakan : 1. Peningkatan pelayanan publik yang prima berbasis Teknologi Informasi 2. Peningkatan kapasitas aparatur 3. Peningkatan pengelolaan perpustakaan dan arsip pemerintah daerah secara profesional 4. Peningkatan akses informasi publik yang akurat dan up to date 5. Pengembangan sistem penanggulangan bencana yang responsif 6. Peningkatan tata kelola pemerintahan 7. Penataan organisasi/kelembagaan 8. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah secara terpadu 9. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan asset daerah 10. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penye-lenggaraan pemerintahan daerah 11. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan desa 12. Peningkatan akses PAUD dan pendidikan dasar yg bermutu dan terjangkau 13. Peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kepen-didikan serta kualitas manajemen pendidikan 14. Peningkatan kualitas peran pemuda dan prestasi olah raga 15. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan 16. Peningkatan akses kesehatan masyarakat 17. Peningkatan kualitas layanan kesehatan 18. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pene-rapan PHBS 19. Penerapan jaminan kesehatan masyarakat dan pemenuhan pelayanan kesehatan dasar 20. Peningkatan ketahanan keluarga dan program keluarga berencana 21. Peningkatan kapasitas dan keterampilan masya-rakat kurang mampu 22. Perluasan akses permodalan dan layanan keuangan 23. Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 24. Peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan 25. Pengendalian jumlah penduduk 26. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan eko-nomi keluarga 27. Pengembangan industri kreatif dan wirausahawan muda kreatif 28. Peningkatan kapasitas dan keterampilan angkatan kerja untuk memenuhi kebutuhan pasar 29. Peningkatan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, dan penanganan PMKS Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) 30. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak 31. Pemberian dukungan regulasi untuk mendorong iklim investasi yang positif 32. Peningkatan pengendalian harga bahan pokok 33. Pengembangan sarana prasarana perdagangan untuk mendukung produksi dan distribusi per-ekonomian di daerah 34. Penguatan dan pemberdayaan UM dan koperasi 35. Pengembangan sistem kemitraan UM dan koperasi dengan sektor unggulan daerah 36. Mendorong pengembangan industri kecil dan menengah 37. Perluasan jaringan kerjasama dan pemasaran hasil industri kecil dan menengah 38. Peningkatan pengelolaan destinasi wisata unggulan 39. Perluasan jaringan kerjasama dan pemasaran pari-wisata 40. Pemenuhan infrastruktur pertanian di sentra pro-duksi pangan 41. Penguatan dan pemberdayaan petani dan pelaku usaha sektor pertanian 42. Mendorong keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat 43. Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan berkelanjutan 44. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi darat (jalan dan jembatan) 45. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur air minum 46. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur sanitasi 47. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur sumber daya air dan irigasi 48. Menetapkan rencana strategis dalam mendorong pengembangan wilayah 49. Peningkatan pengelolaan sampah dan pengenda-lian pencemaran lingkungan 50. Peningkatan kualitas keagamaan dan kerukunan hidup umat beragama. 51. Penumbuhan rasa nasionalisme dan akhlak mulia 52. Pelestarian seni budaya tradisonal dan benda cagar budaya serta kearifan lokal sebagai jati diri masyarakat Pacitan 7. Partisipasi Masyarakat . Partisipasi masyarakat dalam mekanisme dapat berbentuk dialog dan diskusi dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, peman-tauan dan evaluasi. Secara umum prasyarat terkait Partisipasi Masyarakat, Pemerintah Kabu-paten Pacitan dalam mendukung percepatan Pengarustamaan Gender (PUG) melalui program pembangunan daerah Kabupaten Pacitan dengan rincian sebagai berikut: Sasaran : Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan daerah Strategi : Menerapkan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas tata kelola Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) pemerintahan Arah Kebijakan : 1. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah secara terpadu 2. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan asset daerah ## Monitoring dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender 1. Monitoring a. Monitoring Perencanaan Pembangunan Responsif Gender: Pelaksanaan monitoring perencanaan pembangunan responsif gender dilaksanakan dengan mengamati dan menghimpun informasi ber-kaitan dengan proses perencanaan pembangunan. Perencanaan responsif gender adalah perencanaan pembangunan yang memper-hatikan dan mempertimbangkan kesetaraan dan keadilan gender dalam penyusunan issue strategis, visi dan misi, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan. Sasaran monitoring perencanaan yangresponsif gender adalah proses penyusunan dokumen-dokumen pe-rencanaan seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra) SKPD, dan Rencana Kerja (Renja) SKPD. Monitoring perencanaan responsif gender pada RPJMD dan RKPD di-lakukan oleh tim Pokja PUG, sedangkan monitoring perencanaan responsif gender pada SKPD dilakukan oleh Focal Point SKPD. b. Monitoring Penganggran Responsif Gender: Monitoring penganggaran responsif gender merupakan upaya peng-amatan dan penilaian terhadap proses penyusunan anggaran yaitu mulai dari penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Rencana Kerja Anggaran (RKA) sampai dengan Daftar Penetapan Anggaran (DPA). Penganggaran responsif gender adalah penganggaran pembangunan daerah yang memperhatikan kepentingan laki-laki dan perempuan secara se-imbang dan selalu memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Sasaran dalam melakukan monitoring terhadap penganggaran res- ponsive gender adalah proses penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD, Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Ang-garan Sementara (PPAS) serta RAPBD. Monitoring terhadap RKA, KUA dan PPAS serta RAPBD dilakukan oleh institusi yang berbeda. Moni-toring terhadap RKA dilakukan oleh Focal Point sedangkan monitoring terhadap KUA, PPAS dan RAPBD dilakukan oleh Pokja PUG. Ada dua kegiatan yang harus dilakukan dalam monitoring terhadap Anggaran Responsif Gender (ARG), yaitu: 1) Persiapan, yaitu meng-umpulkan, memilah dan menyajikan data yang terkait dengan penerapan anggaran responsif gender pada kegiatan/sub kegiatan; 2) Pe-laksanaan, yaitu pelaksanaan monitoring oleh SKPD untuk menjawab pertanyaan yang sudah tersedia pada instrumen monitoring dan evaluasi. Di bawah ini adalah format sederhana yang dapat digu-nakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban. 2. Evaluasi Evaluasi terhadap pelaksanaan penganggaran responsif gender dilaku-kan pada saat penyusunan KUA PPAS, RKA dan DPA. Evaluasi ini dilaku-kan dalam rangka untuk Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) mengetahui isu strategis gender yang diter-jemahkan kedalam kegiatan telah tertulis didalam dokumen KUA PPAS, RKA dan DPA. Instrumen Evaluasi hanya menjumlahkan nilai yang ada dalam instrumen monitoring. Pendekatan yang digunakan dalam evaluasi ini menitikberatkan pada dokumen kebijakan kegiatan/sub kegiatan, yaitu sejauhmana substansi kegiatan/sub kegiatan menerapkan prinsip penyu-sunan anggaran responsif gender. Evaluasi ini mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban kegiatan/sub kegiatan. ## KESIMPULAN RAD PUG Kabupaten Pacitan memberikan arahan bagi seluruh stakeholders dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Melalui RAD PUG ini setiap program dan kegiatan yang dilakukan oleh stakeholder dilaksanakan secara lebih fokus, efektif, sistematik, terukur dan berkelanjutan. Agar RAD PUG ini dilaksanakan dengan baik diperlukan kaidah-kaidah pelaksanaan yang memberikan pedoman bagi pengguna RAD PUG ini. Kaidah-kaidah pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut: 1. RAD PUG ini perlu diintergrasikan ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah baik dalam rencana jangka menengah yaitu RPJMD dan Renstra SKPD maupun dalam rencana jangka pendek (tahunan) yaitu dalam RKPD maupun Renja SKPD. 2. Pemerintah Kabupaten Pacitan (Seluruh SKPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dunia Usaha dan seluruh komponen masyarakat Kabupaten Pacitan wajib mendukung pelaksanaan RAD PUG ini dengan memperhatikan dan melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang tercantum dalam RAD PUG ini. 3. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RAD PUG wajib dilakukan oleh Bappeda dan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memaksimalkan efektivitas. 4. RAD PUG Kabupaten Pacitan ini memiliki jangka waktu hingga tahun 2021. Dalam rangka mempertahankan keberlanjutan penyelenggaraan pengarusutamaan gender, maka pada periode berikutnya perlu disusun kembali RAD PUG sesuai dengan tingkat kemajuan penyelenggaraan pengarusutamaan gender di Kabupaten Pacitan. Selain itu jika terjadi perubahan peraturan Perundangundangan ataupun perubahan kebijakan nasional yang terkait dengan pelaksanaan pengarusutamaan gender didaerah maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap RAD ini. ## DAFTAR PUSTAKA Australia Indonesia Partnership for Decentralization (AIPD), 2014, Pedoman Teknis Penyusunan dan Analisis Data Terpilah untuk Perencanaan Penganggaran yang Responsif Gender di Daerah, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2011, Ensiklopedia Indikator Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2018, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2017, Jakarta. Rencana Aksi Pengarusutamaan Gender Kabupaten Pacitan (Gyska Indah Harya) Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2017, Kabupaten Pacitan Dalam Angka Tahun 2017, Pacitan. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2017, Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Timur – Agustus 2016, Surabaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2017, Laporan Eksekutif Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2016, Surabaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2017, Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2016, Surabaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2017, Perempuan dan Laki-Laki di Jawa Timur 2017, Surabaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2017, Provinsi Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2017, Surabaya. Departemen Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi negara, 2007, (Modul-Modul Diklat), Teknis Penyadaran Gender di Era Desentralisasi ( Gender Awareness in Decentrali-zation Era ), Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, 2018, Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2017, Pacitan. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018, Profil Kesehatan Proinsi Jawa Timur Tahun 2017, Surabaya. Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, 2018, Profil Pendidikan Kabupaten Pacitan Tahun 2017, Pacitan. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, 2013, Pembangunan Kese- taraan Gender – Background Study RPJMN (2015-2019), Jakarta.
387695ce-42e7-46eb-8eb5-a0c88f3f710f
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/download/3187/3050
## SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR AL-QUR’AN PADA ABAD KE VII H Oleh : Andi Miswar Email: [email protected] Dosen Tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Abstrac The VII th century is known as the mutaakhhirin period in the development of Qur'anic interpretation. In this era of interpretation activities experienced a very significant development, for example from the form of bi al-ma'tsur ( riwayah ) exagesis to the form of dirayah (al-ra'yu ) exagesis that is interpretation based on ijtihadiy as contained in Mafatih al-ghaib / Al-kabir exagesis by al-Razi in the style of philosophy in which there are philosophical views of the Qur'anic statements. On the other hand the exagesis book was published in that century is the interpretation of Anwār al-tanzil wa Asrār al ta'wil by Al-Baidhawi who uses the source of interpretation bi al-Ra’yi exagesis with the style of ilmiy exagesis who tends to use logical argument and explore various problems of science, and the exagesis that has the form of al-isyariy (intuition) with shufiy interpretative style is Ibn 'Arabi’ s exagesis . The tendency of exagesis mostly impluenced by their personal understanding, school of thought, and qualifications of their knowledge. Key word: Development; exagesis; interpretation. ## A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan nikmat luar biasa yang Allah turunkan kepada umat manusia untuk mensucikan hati, membersihkan jiwa, menjelaskan aqidah-aqidah, menunjukkan jalan kebenaran dan keadilan, mengajarkan akhlak yang luhur dan sifat-sifat terpuji, memperingatkan mereka agar tidak berbuat kemungkaran dan amal-amal buruk lainnya, mensucikan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang merusak tatanan kehidupan dan menunjukkan kepada mereka jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Olehnya itu, maka wajib atas ummat Islam mengkaji al-Qur’an melalui kajian khusus yang mampu mengungkapkan segala kandungannya kepada manusia, yaitu norma-norma hukum yang bernilai tinggi, syariat yang penuh dengan hikmah dan norma-norma akhlak, dan dapat mengimformasikan kepada dunia bahwa al- Qur’an mempunyai kaitan yang kuat dengan tatanan-tatanan politik, peperangan, kemasyarakatan, ekonomi dan akhlak dan jalan kebahagiaan dalam setiap aspek kehidupan. Dengan adanya upaya penafsiran, akan berdampak pada penampakan fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk dan pemisah antara yang haq dan yang bathil dan akan menunjukkan sifat fleksibilitasnya al-Qur’an yang dipandang pantas, cocok dan sesuai untuk dipedomani ummat manusia disetiap waktu dan tempat. Kajian al-Qur’an atau kegiatan penafsiran telah dilakukan sejak masa Nabi, namun perlu disadari bahwa produk penafsiran masa lampau, penafsiran satu generasi, individu dan kelompok tertentu tidak kosong sama sekali dari pengaruh berbagai persoalan yang sedang menguasai zamannya. Situasi dan kondisi yang dialaminya tidak pernah lepas dari pengaruh pikiran, pandangan, hukum yang sedang berlaku, kondisi politik, sosio kultural, ilmu pengetahuan, mazhab dan berbagai kemajuan peradaban dan kebudayaan, dan kecendrungan subjektifitas yang dialami waktu itu akan berbeda dengan perkembangan di era-era selanjutnya. Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan difokuskan pada : Bagaimana perkembangan tafsir pada abad VII H ? Bagaimana karakteristik dan corak tafsir pada abad VII H ? ## B. Pembahasan ## 1. Perkembangan Tafsir Abad VII H. Dalam sejarah perkembangan tafsir, dikenal adanya corak tafsir yakni ciri khas tafsir pada masing-masing masa dan atau periode perkembangannya. Dalam hal ini Muhammad Husain al-Zahabi misalnya membagi sejarah perkembangan tafsir dengan berbagai coraknya atas tiga masa. Pertama, tafsir pada masa Nabi saw dan sahabatnya yang ciri perkembangannya ditandai dengan tafsir bi al-ma’tsur. Yang kedua, tafsir pada masa tabiin yang ciri khas perkembangannya ditandai dengan madrasah-madrasah tafsir. Ketiga, tasir pada masa pembukuan yang ciri khas perkembangannya ditandai dengan masuknya cerita-cerita israiliyat dan merupakan batu loncatan tafsir bi al-ra’yi. 1 Yang terakhir ini adalah salah satu bagian dari ciri khas perkembangan tafsir pada abad VI H disamping ciri khas lainnya yang akan dijelaskan. Secara historis, kecendrungan penafsiran secara ilmiah sudah muncul sejak masa perkembangan ilmu pengetahuan di era dinasti Abbasiyah, khususnya pada 1 Lihat Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (.Cet.4; Kairo: Maktabah Wahabiyah, 1421 H/ 2000 M). h. 32 Lihat pula Ignaz Goldziher salah seorang orientalis yang populer dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an, membagi priodisasi sejarah perkembangan tafsir dalam tiga masa , yakni ; (1) Tafsir pada masa perkembangan mazhab-mazhab terbatas pada tempat berpijak tafsir bi al-ma’tsur, (2) tafsir pada masa perkembangan menuju mazhab-mazhab ahl ra’yi, (3)Tafsir pada masa perkembangan kebudayaan Islam yang ditandai dengan timbulnya pemikiran baru. Demikian yang dikemukakan Ignaz Glodziher dengan Joseph schaht, An Introduction to islamic law (oxford:Clarendon Press, 1964), h. 4-5. masa pemerintahan al-Makmun (198/813 M). Munculnya kecendrungan ini sebagai akibat pada penerjemahan kitab-kitab ilmiah yang pada mulanya dimaksudkan untuk mencoba mencari hubungan dan kecocokan antara pernyataan yang diungkapkan al-Qur’an dengan hasil penemuan ilmiah (sains). Gagasan ini selanjutnya ditekuni oleh Imam al-Ghazali dan ulama-ulama lain yang sependapat dengan dia. Rekaman akan fenomena ini antara lain dituangkan oleh Fakhruddin al- Razi dalam kitabnya Mafātih al-Ghaib. Walaupun Fakhru al-Razi tidak sepenuhnya sependapat dengan al-Ghazali, namun kitab tafsirnya Mafatih al-Ghaib dipenuhi dengan pembahasan ilmiah menyangkut filsafat, teologi, ilmu kalam, astronomi, kedokteran dan sebagainya. Sampai-sampai kitab tafsirnya tersebut dinilai secara berlebihan sebagai mengandung segala sesuatu kecuali tafsir. Menurut penilaian Golziher, ia berusaha membuktikan bahwa al-Qur’an mencakup segala hakikat ilmiah yang diungkapkan oleh pendapat-pendapat kontemporer (pada masanya), khususnya di bidang filsafat dan sosiologi. 2 Indikasi tersebut di atas menunjukkan bahwa penafsiran akan berbeda apabila pendekatan dan teori yang digunakan berbeda. Hasil penafsiran menggunakan paradigma ilmiah tidaklah sama dengan hasil penafsiran secara harfiah. Untuk itu, penafsiran al-Qur’an yang banyak melibatkan disiplin ilmu pengetahuan akan menghasilkan teori-teori baru dari realitas al-Qur’an. Dengan teori ini, obyek pengamatan yang terdapat dalam masyarakat dapat diamati secara jelas dan ayat- ayat al-Qur’an dapat dipahami secara lebih kontekstual dan menghasilkan penjelasan-penjelasan yang lebih bisa diterima, baik yang berhubungan dengan peristiwa sejarah masa lampau maupun keadaan sekarang. Bertitik tolak dari a-Qur’an sebagai realitas yang dapat didekati melalui pengalaman empiris sejalan dengan sinyalemen al-Qur’an tentang ayat-ayat kauniah dan eksistensi manusia dalam masyarakat, maka sesungguhnya tepat pula apabila ayat-ayat al-Qur’an ditafsirkan secara ilmiah dan memadukannya secara relevansif dengan perkembangan ilmu pengetahuan melalui pendekatan analitis interdisipliner dan kontekstual. Sedemikian banyak cara yang ditempuh oleh para ahli tafsir. Ada yang ketat membatasi tafsirnya hanya pada riwayat-riwayat hadis saja, ada yang menggabungkan riwayat hadis dengan pertimbangan akal, ada yang menafsirkan secara ilmiah dan ada pula yang menggunakan akal fikiran secara berlebihan. Berikut ini akan diuraikan beberapa tafsir dan coraknya yang tumbuh pada abad VII H. ## B. Karakteristik Tafsir Abad VII H. Pada abad ke VII ini adalah termasuk periode mutaakhkhirin, dimana al- Qur’an tidak hanya mengandalkan kekuatan tafsir bi al-ma’tsur yang telah lama mereka warisi, tetapi juga berupaya keras mengembangkan tafsir bi al-dirayah ( al- ra’yu ) dengan berbagai implikasinya. Karena itu, tafsir al-Qur’an mengalami 2 Sayid Musa Husaini, “Model Penafsiran Saintis di dalam buku-buku Tafsir Modern” dalam situs Qur’an al-Shia Online, akses 19 Mei 2010, h. 26. http// quran.al- shia.com/id/metode/01.htm perkembangan sedemikian rupa dengan fokus perhatian pada pembahasan aspek- aspek tertentu sesuai dengan tendensi dan kecendrungan mufassir itu sendiri. 3 Diantara tafsir yang lahir dalam abad ke tujuh yang sampai sekarang masih terkenal adalah : ## 1. Tafsir Mafātih al-Ghaib / al-Tafsīr al-Kabīr. Tafsir ini disusun ole Fakhruddin Al-Razi yang terkenal dengan al-Fakhru al- Razi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Umar Ibn al- Husin Ibn al-Hasan Ibn Ali al-Qurasyi al-Taimi al-Bakri al-Tabrastani al-Razi. Ia dilahirkan di Rey pada tanggal 15 Ramadhan tahun 544 H dan wafat pada tahun 605 H. 4 Ketika al-Razi tumbuh menjadi dewasa, ia melakukan rihlah ilmiah/ menuntut ilmu ke tempat-tempat yang terkenal seperti Khawarizmi dan Khurasan . Setelah ia belajar dari bapaknya yang termasuk salah seorang murid dari al- Baghawi, ia kemudian berguru lagi dengan al-Kamal al-Sam’ani, al-Majdi al-Jaili, dan banyak lagi ulama yang sezaman dengan mereka. Al-Razi dikenal pakar dalam ilmu logika, juga sebagai salah seorang imam dalam ilmu syar’i, ahli tafsir dan bahasa, dan ahli fiqh dalam mazhab syafi’i. Ulama ini sangat keras mempertahankan memelihara aqidah. Beliau terkenal ahli berpidato dengan dua bahasa, yaitu Arab dan Ajam. Ceramahnya sangat berkesan bagi pendengarnya, karena ia sering menangis sehingga benar-benar menyentuh perasaan hati pendengar ditambah lagi dengan seringnya beliau mengungkapkan perasaannya dengan syair yang menggetarkan hati. 5 Mengenai kitab Mafatih al-Ghaib menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, kitab tersebut sebenarnya disempurnakan oleh Syamsuddin Ahmad Ibn Khalil al-Hauby al-Rify (709 H). Mukhtasarnya bernama al-Tanwir fī Tafsir . 6 Al-Razi telah menerapkan ilmu pengetahuan yang bercorak saintis dan pemikiran, yang dilahirkan oleh lingkungan Islam, untuk memahami ayat-ayat al- Qur’an. Sehingga ada sebahagian ulama yang berkomentar : Al-Fakhru al-Razi telah memaparkan segala hal dalam kitab tafsirnya, kecuali tafsir itu sendiri. 7 Ada yang menilai bahwa tafsir ini banyak menyajikan tema-tema menarik, namun 3 Ahmad Izzan, Metodologi ilmu afsir, (Bandung:Tafakur, 2007), h. 23 4 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006),h. 320 5 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006),h. 321. 6 M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Cet.15, Jakarta:PT.Bulan Bintang 1994), h. 233. 7 Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahru al-Muhīt ,Cet.I, Juz I, Mesir:Mathba’ah al- Sa’ādah, 1328 H, h. 341. sebagian dari tema tafsir tersebut sudah keluar dari batasan tafsir itu sendiri, yang menjadi acuan kebanyakan penafsir al-Qur’an. Telah disinggung bahwa al-Ghazali dalam bukunya jawahir al-Qur’an telah menyebutkan penafsiran beberapa ayat al-Qur’an yang dipahami dengan menggunakan beberapa disiplin ilmu, dan upaya al-Ghazali ini dianggap sebagai langkah awal bagi kemunculan penafsiran ilmiah, meskipun dinilai belum berhasil merealisasikan corak tersebut. Namun setelah satu abad berlalu Fakhru al-Razi di dalam Mafatih al-Ghaibnya berhasil merealisasikan corak penafsiran yang pernah menjadi percikan pemikiran al-Ghazali tersebut. 8 Antara lain contoh dalam hal ini adalah pernyataan Fakhru al-Razi ketika menafsirkan QS. Al-Nahl :68-69 : Terjemahnya: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit- bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia" Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang- orang yang memikirkan. Ketahuilah Bahwa Allah swt. Ketika menjelaskan bahwa dikeluarkannya susu dari binatang, dan dikeluarkannya arak dan rizki yang halal dari buah kurma dan anggur adalah bukti-bukti yang kuat dan penjelasan yang benar-benar jelas, bahwa alam ini mempunyai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Bijaksana. Begitu pula dengan dikeluarkannya madu dari lebah juga merupakan bukti yang tegas dan argumentasi yang riil tentang maksud ini. Kata wahiya dan auhā pada ayat tersebut di atas, ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah ilham. Maksud dari ilham adalah bahwa Allah swt telah menetapkan pada diri lebah aktifitas-aktifitas yang menakjubkan, yang tidak sanggup dilakukan oleh manusia yang berakal sekalipun. Misalnya lebah itu mampu membangun rumah-rumah segi enam, dengan ruas yang sama, antara satu sama lain tidak ada yang melebihi, hanya dengan cetakannya, sementara manusia yang berakal tidak mungkin membuat ruas-ruas yang sangat simetris tanpa bantuan peralatan seperti mistar dan jangka. Hewan ini sangat luar biasa dengan 8 Sayid Husaini, “Metode Penafsiran Saintis, Ibid, h. 26. keistimewaan yang menakjubkan, sekaligus menunjukkan kecerdikan dan kepandaiannya. 9 Beberapa karakteristik penulisan tafsir ini diantaranya adalah : Dalam memberikan penjelasan, al-Razi dalam tafsirnya sangat memperhatikan munasabah (hubungan antara ayat – ayat dan antara surah dalam al-Qur’an. Demikian pula ilmu fiqh, ilmu ushul, al-Balaghah, dan al-Nahwu tak lupuk dari uraiannya. Disamping itu ia memasukkan banyak pendapat para filosof, ahli ilmu kalam dan menolaknya. Juga sering masuk pada pembahasan tentang ilmu matematika, filsafat biologi. seringkali juga menentang pemikiran orang-orag mu’tazilah dan melemahkan dalil-dalil mereka. Apabila ia menemui ayat-ayat hukum, maka ia selalu menyebutkan semua mazhab fuqaha. Akan tetapi ia lebih cenderung kepada mazhab Syafi’i yang merupakan pegangannya dalam beribadah dan bermu’amalah. 10 Mani’ menambahkan bahwa bahwa secara global tafsir al-Razi lebih pantas untuk dikatakan sebagai ensiklopedia yang besar dalam ilmu alam, biologi, dan ilmu-ilmu yang ada hubungannya (baik secara langsung maupun tdak langsung) dengan ilmu tafsir dan semua ilmu yang menjadi sarana untuk memahaminya. 11 Al-Razi dalam menulis tafsirnya menggunakan metode tahlili , dan dengan menggunakan ijtihad setelah menguasai pelbagai disiplin ilmu terkait, menunjukkan bahwa corak tafsir Mafatih al-Ghaib adalah tafsir bi ra’yi . Adapun karya-karya al-Razi diantaranya adalah : Mafatih al-Ghaib, Lawami’ al-Bayyinat, syarh nama-nama Allah dan sifatnya , Ma’alim Ushuluddin, al-Masāil al-khams  n fī ush  l ilmi al-kalam, Asarār al-Tanzīl fī al-Tauhid, al- Mabāhis al-Musyrikiyyah, al-Mahsh  l fī ilmi al-Ush  l, al-Sirr al-Maktum fī Mukhātabah al-Nuj  m, al-Handasah, Ma’ālim Ushuluddin, Muhashshil al- Mutaqaddimin wa al-Muta’akhirin min al-Ulamā wa al-Hukamā wa al- Mutakallimin, dan masih banyak yang lain yang menjadikan ia setaraf dengan ulama-ulama besar, dan para pemikir dan filosof-filosof Islam lainnya. 2. Tafsir Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl . Buku tafsir ini disusun oleh al-Baidhawi, Nama lengkapnya adalah Imam Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Ali al-Syairazi Abu Zaid Abu al-Khair Nasiruddin al-Baidhawi. Ia berasal dari sebuah desa yang bernama Baidho’ sebuah daerah bagian di Negara Persia (Iran). Wafat pada tahun 691 H. di kota Tibris. Al- Baidhawi adalah seorang Qadli al-Qudhat , Ketua Pengadilan di Syairaz.. Beliau adalah seorang ahli tafsir al-Qur’an, dan banyak menulis tentang berbagai bidang 9 Fakhruddin al-Razi, Mafātih al-Ghaib, Juz V, Istambul :al-Mathba’ah al-Āmirah, 1308 H. h. 485. 10 Muhammad Husain al-Zahabiy, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz I.Cet.4; Kairo: Maktabah Wahabiyah, 1421 H/ 2000 M. h. 209-210. Lihat juga Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi tafsir, op cit, h. 323. 11 Mani’ Abd Halim Mahmud, ibid, h.324 ilmu pengetahuan. Ia seorang imam yang alim di bidang Fiqh, Tafsir, Ushul Fiqh, Ushuluddin, Bahasa Arab dan Mantiq. Kehidupannya dihiasi dengan semangat ibadah, zuhud dari kehidupan dunia fana. Dan ia banyak mengikuti mazhab syafi’i. Al-Baidhawy (685 H), dalam menafsirkan ayat al-Qur’an menerangkan i’rab, qira-at dan balaghah yang dikandung oleh lafadz ayat-ayat al-Qur’an tersebut. Sebagaimana pemilik kitab al-Kasyaf adz-Zunun berkata bahwa Tafsir Baidhawy adalah kitab yang mulia, tidak butuh penjelasan lagi, ia merangkum dari kitab al- Kasyaf, yang berkaitan dengan I’rab, ma’ani dan bayan,.Sementara dari tafsir al- Kabir karya al-Razi ia merangkum yang berkaitan dengan hikmah dan ilmu kalam. Kitab Anwār al-Tanzīl ini merupakan sebuah kitab tafsir yang diterima baik oleh para ulama. Dalam penafsiran beliau, ia bertumpu pada al-Tafsīr al-Kabīr yang nama asalnya Mafātih al-Ghaib . 12 Dan menurut Hasbi Al-Shiddieqy bahwa berdasarkan penyelidikan sebahagian ahli tafsir, bahwa tafsir ini adalah mukhtasar dari tafsir al-Kasysyaf. Al-Baidhawy mengambl tafsirnya dari al-Kasysyaf dengan mengabaikan pendapat-pendapat al-Zamaksyari yang disesuaikan dengan madzhab Mu’tazilah. 13 Abdul Majid menambahkan bahwa beliau meninggalkan banyak kejanggalan-kejanggalan yang ada di dalamnya. Untuk itu, beliau telah memasukkan banyak atsar yang dikemukakan oleh para sahabat dan tabi’in. 14 Adapun karya-karya al-Baidhawi diantaranya adalah : al-Mukhtasar kitab al-Kasyaf, metodologi ilmu usul fiqh, syarah al-Mukhtasar karya Ibnu Haji di bidang usul, syarah al-muntakhab fi usul karya Imam Fakhruddin , Syarah al- Mutthali’ fi al-Mantiq, al-Idlah fi Ushuluddin, al-Ghayatul Quswa fi al-Fiqh, al- Thawali’ fi al-kalam, Syarah al-Kafiyah karya Ibnu Hajib , Syarh al-Masabih walubb al-Lubab fi ilmi al-I’rab, al-Ghayat al-Quqwa fi Dirasah al-Fatwa fi al- Fiqh al-Syafi’ . 15 Salah satu contoh tafsir al-Baidhawi adalah ketika ia menafsirkan QS.al- An’am (6): 161-163 sebagai berikut : 12 Abdul Majid Abd Salam al-Muhtasib, Ittijāhāt al-Tafsir fi al-Ashri al-Rahim, diterjemah oleh Magfur Wachid, Visi dan Paradigma Tafsir al-Qur’an Kontemporer (Cet I, Jawa Timur: al-Izzah, 1982), h. 265. 13 T.M.Hasbi Al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/ Tafsir, (Cet.15; Jakrta: Bulan Bintang, 1994), h. 234. 14 Abdul Majid, op cit, h. 265. 15 Mani’ Abd Halim Mahmud, op cit, h. 112-113. Terjemahnya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik".Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama- tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Penggalan ayat ي ِكُسُن َو يِتَلاَص َّنِإ ْلُق yakni semua ibadahku , atau pendekatanku, atau hujjahku, ي ِتاَمَم َو َياَيْحَم َو yakni apa yang aku miliki dalam hidupku dan akan aku mati karenanya, yaitu iman da kebaktian atau kebaktian hidup, kebaikan-kebaikan. Dan adanya idhafah kepada lafal َمَم ََ يِتا seperti wasiat dan pengaturan, atau kehidupan dan kematian itu sendiri. Imam Nafi’ membaca mahyay dengan menyukunkan huruf ya-nya . Karena menyambungkan di tempat waqaf َنيِمَلاَعْلا ِهب َر ِ ه ِلِل . Kemudian kalimat ُهَل َكي ِرَش َلا, yakni memurnikan dan tidak menyekutukannya dalam ibadah kepada selain-Nya. َكِلَذِب َو yakni ucapan dan keikhlasan. َنيِمِلْسُمْلا ُل َّوَأ ْاَنَأ َو ُت ْرِمُأ karena kepasrahan setiap Nabi lebih dahulu dari keislaman umatnya. 16 Contoh lain ketika menafsirkan QS.al-Baqarah (1-2) sebagai berikut: ةطقنب ةلص اهل ةيآ ريسفتل ضرعي امدنع ،ةلزتعملا بهذمو ةَّنُّسلا لهأ بهذم ررقي ام ًاريثك ىواضيبلا دجن [ نيتيلآا ىف ىلاعت هلوقل هريسفت دنع صلاثمف.مهنيب عازنلا طقن نم 2 [ و ] 3 ُباَتِكْلا َكِلَذ{ :ةرقبلا ةروس نم ] ِفْنُي ْمُهاَنْق َز َر اَّمم َو َةلاَّصلا َنوُميِقُي َو ِبْيَغْلاِب َنوُنِم ْؤُي َنيِذَّلا * َنيِقَّتُمْلِهل ىًدُه ِهيِف َبْي َر َلا ضرعي هارن َنوُق نايبل عسوتب .جاروخلاو ةلزتعملاو ةَّنُّسلا لهأ دنع قافنلاو ناميلإا ىنعم .ةَّنُّسلا لهأ بهذمل هنم حيجرتو ،رهاظ ىذلا فلاخلل ضرعتي هارن َنوُقِفْنُي ْمُهاَنْق َز َر اَّمم َو{ :ًاضيأ ةرقبلا ةروس لوأ ىف ىلاعت هلوقل هريسفت دنع ًلاثمو لهأ بهذمل هحيجرت عم ،قيرف لك رظن ةهجو ركذيو ،قزرلا مسا هيلع قلطُي اميف ةلزتعملاو ةَّنُّسلا لهأ نيب ُّسلا .ةَّن 17 3. Tafsir Ibnu Arabi Nama lengkap Ibnu Arabi adalah Abu Bakar Muhammad Muhyiddin Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi at- Ta’i , ia lahir di Andalusia pada 560 H/ 1165 M. Wafat di Damaskus pada 638 H/ 1240 M. Ia salah seorang sufi terbesar dalam dunia Islam dab bahkan seorang pemikir mistik besar dalam dunia Islam. Beberapa sufi besar wanita menjadi sumber inspirasi mistis bagi Arabi. Ketika masih berada di Spanyol ia bertemu dengan dua wanita sufi yang bernama Syam dari Machena dan Fathimah bint Ibn Muthanna dari cordova. Di dalam karyanya tentang biografi sufi-sufi Andalus yang berjudul Ruh al-Quds (jiwa yang suci) dan al-Durrat al-Fakhrah (butiran Permata 16 Ibid, h.116-117 17 Muhammad Husain Al-Zahabiy, Al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz 1(Cet.7;Kairo: Maktabah Wahbah, 1421 H/ 2000 M ), h. 212. keagungan). Ia mengisahkan bahwa kedua sufi wanita tersebut, seraya menyatakan bahwa drinya banyak mengambil pelajaran dari keduanya. 18 Sejumah pengalaman tasawwuf memperkuat pendapatnya mengenai kesatuan hakikat agama-agama kecuali hanya bentuk luaran saja yang berbeda satu sama lainnya. Ia menerangkan panjang lebar mengenai hal, atau situasi spiritual, yang mana pada posisi tersebut ia memiliki sifat-sifat sebagaimana yang dimiliki Yesus. Di dalam sebuah judul syairnya di dalam Tarjuman al-Asywaq , Ibn Arabi berkata : Hatiku terbuka untuk segala macam bentuk Ia bagaikan padang rumput untuk kawanan rusa, Dan bagaikan biara bagi pendeta-pendeta kristen, Bagaikan sebuah candi untuk sejumlah berhala, dan Sebagai Ka’bah untuk menjalankan perjalanan haji, Bagaikan lembaran taurat dan sekaligus kitab suci al-Qur’an. Milikku adalah agama cinta, kemanapun kabilah Allah bergerak, Agama cinta akan tetap menjadi agama dan keyakinanku. 19 Meskipun Ibn Arabi dipandang sebagai seorang intelektual sufi, baginya mahabbah (cinta) merupakan inti dari pada tasawuf bukan ma’rifah (pengetahuan), karena menurutnya kesatuan ketuhanan (tauhid) lebih memungkinkan terjadi melalui mahabbah . Ibnu ‘Araby telah menulis banyak kitab. Diantaranya, al-Jam’u wa Tafshīl fi Ibdā’i Ma’āni al-Tanzīl. Tafsir ini termasuk golongan tafsir isyary. Diantara sejumlah karyanya mempunyai signifikansi tinggi adalah kitabnya yang menyingkap tentang bentuk terbaik dari esensi personalitas dan legalitasnya sebagai seorang sufi yang selalu mengingatkan dirinya untuk berzikir. Karya tersebut adalah yang paling monumental di bidang tasawwuf yaitu al - futuhat al-Makkiyah (Penyingkapan Mekah). Kitab ini merupakan kitab ensiklopedi pengetahuan yang dirangkai dengan metode sufistiknya yang terdiri dari 560 bab. Karya tersebut sama besarnya dengan Fushus al-Hikam (cincin permata Kebijaksanaan ). Penafsiran yang digeluti Ibnu Arabi kebanyakan pada prilaku kehidupan ruhiyah, jalan untuk mengembangkan perolehan pengetahuan yang benar dan penampakan manifestasi Allah di alam nyata. Ia pun mewujudkan bentuk-bentuk penafsiran yang mendalam terhadap kisah-kisah al-Qur’an yang terbentang dalam wilayah yang sempit. Salah satu contoh penafsiran Ibn Arabi adalah ketika ia menemukan beberapa isyarat dalam kisah pembuangan Musa yang masih bayi ke sungai Nil, sebagaimana yang terdapat dalam QS.al-Qashash (28)71. Dalam pandangan Ibnu Arabi bahwa setiap lompatan-lompatan peristiwa yang dialami Musa ketika itu serta wujud yang mengitarinya memiliki makna yang luar biasa. Peti yang di dalamnya terdapat Musa bermakna karakter kamanusiaanya dengan daya indrawi 18 Glasse,Cyril, The Concise Ensyclopedia of Islam,Peneerjemah Ghufron A.Mas’udi, Ed I, Cet.3, Jakrta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002. h. 146. 19 Ibid. kemanusiaannya pula serta daya pandangan dan pemikirannya. Sementara sungai yang di permukaannya Musa dihanyutkan bermakna ilmu dan pengetahuan yang sangat luas dan dalam Demikian juga ketika Musa menolak setiap perempuan yang hendak menyusuinya selain ibunya sendiri yang menggambarkan bahwa semua itu mempunyai peran dan ta’wil imajinatif, yang berarti isyarat bahwa Musa akan mengganti syariat-syariat terdahulu karena ia akan dinobatkan sebagai Rasul. 20 Masih terdapat beberapa tafsir yang lahir Pada abad VII ini, namun karena keterbatasan waktu, penulis tidak sempat membahas secara keseluruhan, seperti halnya tafsir al-Qayyim susunan al-Imam Ibnu Qayyim, al-Jāmi’ li ahkam al- Qur’an yang disusun oleh imam Abu Abdullah al-Qurtuby (671 H), Al-Inshaf fi jami’ baina al-kasyfi wa al-kasyaf oleh Ibnu Atsir (606 H), Madarik al-Tanzil wa haqaiq al-Ta’wil susunan Abul Barakat, Abdullah Ibn Muhammad dan Nasafy (701 H). ## III. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah : 1. Penafsiran al-Qur’an di era ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Ditengah percaturan keilmuan islam, perkembangan bentuk dan corak tafsir semakin meluas, seperti halnya model tafsir bi ar-ra’yi dan corak tafsir bi al- ilmi yang penulisnya menggunakan akal serta berusaha menggali berbagai masalah sains dan berbagai pandangan filsafat dari statemen-statemen al-Qur’an . 2. Corak tafsir yang lahir pada abad ini diantaranya corak tafsir falsafy seperti tafsir al-Razi, tafsir bi al-ra’yi dengan corak ilmi seperti tafsir al- Baidhawy, dan tafsir shufi dari Ibnu Arabi. 3. Kecendrungan Mufassir dalam melakukan penafsiran kebanyakan dipengaruhi oleh pemahaman pribadi, mazhab, dan kwalifikasi keilmuan mereka . ## DAFTAR PUSTAKA Abd Halim Mahmud, Mani’, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006 Ash-Shiddieqy M.Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir , (Cet.15, Jakarta:PT.Bulan Bintang 1994. 20 Ignaz Goldziher, Madzāhib al-Tafsir al-Islam, Beirut Libann: Dar Iqra’ 1983. Diterjemahkan oleh Alaika Salmullah, Saifuddin Zuhri Qudsy dan Badru yamsul Fata dengan judul Mazhab Tafsir, Yogyakarta :el-SAQ Press, 2006. h. 271-272. Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahru al-Muhīt ,Cet.I, Juz I, Mesir:Mathba’ah al- Sa’ādah, 1328 H,. al-Razi, Fakhruddin, Mafātih al-Ghaib , Juz V, Istambul :al-Mathba’ah al-Āmirah, 1308 H. Abd Salam al-Muhtasib, Abdul Majid , Ittijāhāt al-Tafsir fi al-Ashri al-Rahim , diterjemah oleh Magfur Wachid, Visi dan Paradigma Tafsir al-Qur’an Kontemporer (Cet I, Jawa Timur: al-Izzah, 1982) Glasse Cyril, , The Concise Ensyclopedia of Islam ,Peneerjemah Ghufron A.Mas’udi, Ed I, Cet.3, Jakrta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002. Husaini, Sayid Musa, “ Model Penafsiran Saintis di dalam buku-buku Tafsir Modern” dalam situs Qur’an al-Shia Online, akses 19 Mei 2010 Ignaz Goldziher, Madzāhib al-Tafsir al-Islam , Beirut Libann: Dar Iqra’ 1983. Diterjemahkan oleh Alaika Salmullah, Saifuddin Zuhri Qudsy dan Badru yamsul Fata dengan judul Mazhab Tafsir , Yogyakarta :el-SAQ Press, 2006. al-Zahabiy, Muhammad Husain, al-Tafsir wa al-Mufassirun , Juz I.Cet.4; Kairo: Maktabah Wahbah, 1421 H/ 2000 M.. Izzan Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung:Tafakur, 2007) Muhammad Husain al-Zahabi, Tafsir wa al-Mufassirun , Juz 1 (Cet.VI; Mesir: t.pt, 1416H/1990 M), Thameen Ushama, Methodologies of The Qur’aniq Exegisis diterjemahkan oleh Hasan Basri dan Amroeni dengan judul Metodologi Tafsir al-Qur’an : Kajian Kritis Obyektif dan Komprehensif (Cet, I; Jakarta : Riora Cita, 2000), Nashruddin Baidan, Wasan baru ilmu tafsir (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Cet.I; Bandung: Tafkkur-Humaniora- IKAPI, 207) . Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Zubdah al-itqan fi ulum al-Qur’an diterjemahkan oleh Rosihan Anwar dengan judul mutiara Ilmu-ilmu al- Qur’an : Intisari Kitab al-Itqan fi ulum al-Qur’an al-Sayuti (Cet. I: Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Mani’ Abd Halim Mahmud, Manhaj al-Mufassirin , diterjemahkan oleh Syahdianor dan Faisal Saleh dengan judul Metodologi Tafsir : Kajian Komprehensif Metode Para Ahli (Cet. I; Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006 ),. Ismail .R.Al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam diterjemahkan oleh Ilyas Hasan ( Cet.III; t.tp: Mizan, 2001), h. 276. Lihat juga Mochtar Effendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat (Cet. I; t.tp: Percetakan Universitas Sriwijaya, 2001),. Lihat jua Departemen Agama RI, Ensiklopedia Islam di Indonesia (Jakarta: CV A nda Utama, 1992-1993),
400b24e8-1185-4985-b64d-ad45a5da1aea
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/JABE/article/download/5167/2777
## PENGARUH PRAKTEK PENGALAMAN LUAR, DAN MOTIVASI MASUK DUNIA KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Oleh: Herlina Yustati 1 Lucy Auditya 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Email: ## [email protected] ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Praktik Pengalaman Luar dan Motivasi Memasuki Dunia Kerja terhadap Keiapan Kerja mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah di Lembaga Keuangan Syariah.Metode yang digunakan adalah kuantitafi dengan menyebarkan kuesioner di kalangan mahasiswa.Hasil peneltian menunujukkan bahwa secara simultan Praktik Pengalaman luar (PPL)dan motivasi memasuki dunia kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan memasuki dunia kerja.Demikian juga secara parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa Praktik Pengalaman Luar memiliki pengaruh terhadap kesiapan kerja, motivasi memasuki dunia kerja berpengaruh signifikan terhadap kesiapan memasuki dunia kerja. Kontribusi yang diberikan oleh Variabel Praktik Pengalaman Luar dan Motivasi memasuki dunia kerja sebesar 69,8% dalam mempengaruhi kesiapan kerja mahasiswa. Sisanya 30,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci : Keaktifan Mahasiswa, Kesiapan Kerja, Praktik Pengalaman Luar (PPL) ## A. PENDAHULUAN Pada era global saat ini menuntut semua pihak dalam berbagai bidang tidak terkecuali bidang pendidikan untuk senantiasa untuk meningkatkan kompetensinya.Dengan demikian diharapkan dunia pendidikan mampu menyiapkan manusia yang sudah siap kerja. Hal ini disebabkan karena kualitas sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa(Handayani & Rediana Setiyani, 2015). Masalah SDM tidak bisa lepas dari masalah tenaga kerja.Kualitas tenaga kerja sangat bergantung pada kualitas SDM.Oleh karena itu, kualitas SDM harus mendapatkan prioritas utama untuk ditingkatkan dan dikembangkan guna mendapatkan kualitas tenaga kerja yang baik.Ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia(SDM) nasional, menyebabkan semakin terpuruknya posisi Indonesia dalam kancah persaingan global apabila tidak secara sungguh-sungguh mempersiapkan diri dengan berbagai keunggulan untuk menghadapi persaingan yang akan terus berkembang secara ketat dan semakin tajam. Pertambahan penduduk yang tidak memiliki keterampilan kerja akan mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu pasar utama bagi produk- produk asing dan pasar lapangan kerja bagi tenaga asing, serta akan menjadi bencana bagi Indonesia jika tidak diikuti dengan peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, era ini menuntut tenaga kerja sebagai sumber daya berkualitas yang mampu berkompetisi dalam bidang teknologi dengan bekal keahlian yang profesional di bidangnya supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks.(Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011). Peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi generasi muda sebagai calon tenaga kerja merupakan tanggung jawab dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan merupakan bagian integral yang tidakdapat dipisahkan dari proses penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh, dan terampil. Dengan kata lain, melalui pendidikan akan diperoleh calon tenaga kerja yang berkualitas sehingga lebih produktif dan mampu bersaing dengan negara lain. Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kesiapan kerja sangat penting dimiliki oleh seorang mahasiswa, karena mahasiswa merupakan harapan masyarakat untuk menjadi lulusan sarjana yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya diterima di dunia kerja atau mampu mengembangkan melalui wirausaha. Kesiapan kerja terbentuk dari tiga aspek yang mendukung, yaitu: aspek penguasaan pengetahuan, penguasaan sikap kerja, dan aspek penguasaan keterampilan kerja yang dimiliki mahasiswa. Salah satu usaha perguruan tinggi dalam mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja adalah dengan menerapkan Praktik Pengalaman Luar sebagai salah satu mata kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa. Dalam pelaksanaannnya, mahasiswa diharapkan tidak hanya mampu mengaplikasikan segala ilmu dan teori-teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan, tetapi juga harus mampu menimba pengetahuan baru dan bekerja sama di tempat mahasiswa melaksanakan Praktik Pengalaman Luar. Praktek Pengalaman Luar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di laksanakan dengan 2 metode, yaitu PPL Berbasis Administrasi dan PPL berbasis Industri. (PPL) berbasis Administrasi Perkantoran dilaksanakan selama 1 (satu) bulan setara dengan 30 (tiga puluh) hari, sedangkan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) berbasis Industri waktu disesuaikan dengan kesediaan lembaga menerima peserta Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Dengan dilaksanakan PRaktik pengalaman luar diharapkan memilik pengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa Program studi perbankan syariah di lembaga keuangan syariah nantinya. Selain melaksanakan praktik pengalam Luar bagi mahasiswa diharpakan mahasiswa juga memiliki motivasi yang kuat untuk memasuki dunia kerja, karena dengan memiliki motivasi yang kuat maka akan memiliki kesiapan yang matang dalam memasuki dunia kerja. Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Praktik Pengalaman Luar dan Motivasi memasuki dunia kerja terhadap kesiapan Kerja di Lembaga Keuangan Syariah pada mahasiswa Perbankan Syariah IAIN Bengkulu. ## B. KAJIAN PUSTAKA ## 1. Kesiapan Kerja Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “Tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikkan sesuatu” menurut Chalpin, dikemukakan juga bahwa “Kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan dirinya jika akan memulai serangkaian gerakan yang berkaitan dengan kesiapan mental dan jasmani (Sutrisno, 2009). Kesiapan adalah tingkatan atau keadaaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional ((Oemar Hamalik, 2008). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kerja diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian (Depdiknas, 2005). Kerja diartikan sebagai suatu kelompok aktivitas, tugas, atau kewajiban yang sama dan dibayar, yang memerlukan atribut-atribut yang sama dalam suatu organisasi tertentu (Manribu, 1998). Kesiapan kerja adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa (Kartini Kartono, 1991). kesiapan kerja adalah daftar perilakuyang bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan melaksanakan tujuantujuan bekerja yang tersedia bagi individu tertentu sesuai dengan usia perkembangannya (Manribu, 1998).Faktor- faktor yang mempengaruhi Kesiapan Kerja antara lain a) Motivasi Belajar; b) Pengalaman Praktik Luar; c) Bimbingan Vokasional; d) Latar Belakang Ekonomi Orang Tua; e) Prestasi Belajar Sebelumnya; f) Informasi Pekerjaan; g) Ekspektasi Masuk Dunia kerja ## 2. Praktik Pengalaman Luar Pengalaman adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari praktik atau dari luar usaha belajar”.Pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang diketahui dan dikuasai seseorang sebagai akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu. Seseorang dikatakan berpengalaman apabila telah memiliki tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan memadai sesuai dengan bidang keahliannya(Chalpin J.P, 2006). Pengalaman adalah sumber pengetahuan dan pengalaman diperoleh karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya (Oemar Hamalik, 2008). Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah suatu tingkat penguasaan dan pemahaman seseorang berdasarkan bidang yang diminatinya dan dapat diukur dari lamanya belajar serta tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Pengalaman dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.Pada dasarnya pendidikan dimaksud guna mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki lapangan pekerjaan agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat yang dikehendaki oleh suatu jenis pekerjaan. Dengan cara belajar, belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan (Dalyono, 2015). ## 3. Motivasi Memasuki Dunia Kerja Kesiapan kerja mahasiswa salah satunya dapat dipengaruhi oleh kematangan mental.Kematangan mental ini dapat dilihat dari tinggi rendahnya motivasi memasuki dunia kerja yang ada pada diri mahasiswa. Bagi mahasiswa, peran motivasi pada diri mereka menjadi sangat penting karena motivasi ini yang akan memberikan dorongan dan semangat untuk bekerja. Adanya motivasi kerja yang tinggi akan mendorong mahasiswa untuk sebanyak mungkin membekali diri dengan berbagai kompetensi yang diperlukan dalam bekerja sehingga kesiapan kerja yang dimiliki menjadi memadai. ## C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Populasi penelitian adalah 421 Orang.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode incidental sampling .Untuk menentukan sample ( sample size ) digunakan rumus slovin sehingga sampel yang digunakan sebanyak 81 Orang.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.Data primer didapatkan dari penyebaran angket kuisioner dan data sekunder didapatkan dari program studi Perbankan Syariah IAIN Bengkulu.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, uji hipotesis serta uji kelayakan model. ## D. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh dua variable bebas yaitu Praktik Pengalaman Luar (X 1 ), Motivasi Memasuki Dunia Kerja (X 2 ) yang mempengaruhi kesiapan kerja mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah IAIN Bengkulu di Lembaga Keuangan Syariah.Analisis dilakukan dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut: 𝑌 = 𝑎 0 + 𝑏 1 𝑋 1 + 𝑏 2 𝑋 2 + 𝜖 𝑌 = 2,885 + 0,629𝑋 1 + 0,551𝑋 2 + 𝜖 Dimana: Y = Kesiapan Kerja di Lembaga Keuangan Syariah a 0 = Konstanta b 1,2 = koefisen regresi dari variabel independent X 1 = Praktik Pengalaman Luar X 2 = Motivasi memasuki dunia kerja e = Epsilon (variabel- variabel independen lain yang tidak diukur dalam penelitian yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen). Interpretasi persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Nilai konstanta sebesar 2.885 artinya apabila PPL (X 1 ) dan motivasi memasuki dunia kerja (X 2 ) dalam konstansta atau 0, maka kesiapan kerja nilainya sebesar 2.885. 2. Variabel PPL sebesar 0,629 artinya setiap kenaikan satu variabel PPL (X 1 ) mahasiswa alami, maka kesiapan kerja (Y) akan naik sebesar 0,629 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. 3. Variabel motivasi memasuki dunia kerja sebesar 0,551 artinya setiap kenaikan satu variabel motivasi memasuki dunia kerja (X 2 ) mahasiswa alami, maka kesiapan kerja (Y) akan naik sebesar 0,551 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Tabel 1. (Uji F/Simultan) ## Hasil Uji F Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 261.984 2 130.992 94.591 .000 a Residual 108.016 78 1.385 Total 370.000 80 Sumber : Data Primer diolah, 2019 Uji Fdigunakan untuk mengetahui apakah variabel PPL (X 1 ) dan Motivasi memasuki dunia kerja (X 2 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja (Y). Hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.13 diatas dapat diketahuibahwa nilai signifikansi (0,000) < (α) 0,05, maka disimpulkan bahwa PPL dan Motivasi memasuki dunia kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja. Hasil penelitian ini diperkuat oleh kajian teori, dimana kajian teori tersebut mengatakan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja baik internal maupun eksternal.Faktor internal meliputi kematangan baik fisik maupun mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan, prestasi belajar, motivasi, kepribadian, cita-cita. Sedangkan faktor eksternal yaitu keadaan ekonomi keluarga, peran masyarakat, keluarga, sarana, dan prasarana sekolah, informasi dunia(Jumaidi, Armida, & Susanti, 2018). Tabel 2.Hasil Uji-t/Parsial Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta (Constant) 2.885 .986 2.927 .004 PPL .462 .075 .446 6.169 .000 MOTIVASI .483 .068 .514 7.102 .000 Sumber : Data Primer diolah, 2019 Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah PPL (X 1 ) dan Motivasi memasuki dunia kerja (X 2 ) secara persial berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja (Y).Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Praktik Pengalaman Luar berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja mahasiswa perbankan syariah di Lembaga Keuangan Syariah dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dalam melaksanakan praktik pengalaman Luar maka akan semakin baik juga kesiapan mahasiwa dalam memasuki dunia kerja. Hal ini sependapat dengan penelitain Ahmad Awaludin Baitu dan Sudji Munadi bahwa terdapat pengaruh antara pengalaman praktik terhadap kesiapan kerja siswa SMK Program Studi Keahlian Teknik Elektronika seluruh Kabupaten Sleman(Baiti & Munadi, 2014). Dan sependapat juga dengan penelitian Ufi Naili Fajriah dan Ketut Sudrama bahwa ada pengaruh positif praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa (Fajriah & Sudarma, 2017). Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah PPL (X 1 ) dan Motivasi memasuki dunia kerja (X 2 ) secara persial berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja (Y).Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Praktik Motivasi memasuki dunia kerja berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja mahasiswa perbankan syariah di Lembaga Keuangan Syariah dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dalam memotivasi diri memasuki dunia kerja maka akan semakin baik juga kesiapan mahasiwa dalam memasuki dunia kerja. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Ufi Naili Fajriah dan Ketut Sudrama bahwa ada pengaruh positif motivasi memasuki dunia kerja terhadap kesiapan kerja siswa(Fajriah & Sudarma, 2017). Dan senada juga dengan penelitian Nia Junaidi, Armida, Dessi Susanti bahwa motivasi memasuki dunia kerja mempengaruhi kesiapan kerja mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi FE UNP di era MEA. Apabila motivasi memasuki dunia kerja semakin tinggi, maka akan membuat tingkat kesiapan kerja yang tinggi pula. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kardimin dalam Aulia (2017) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah motivasi(Jumaidi et al., 2018). Tabel 3. ## Kontribusi Pengalaman Praktik Luar Dan Motivasi Memasuki Dunia Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Dari Tabel 3 dapat menunjukkan besarnya Adjusted R square sebesar 0,698 atau 69,8 %. Dapat diartikan bahwa 69,8 % kesiapan kerja mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah untuk bekerja di Lembaga Keuangan Syariah dipengaruhi oleh variable Praktik Pengalaman Lapangan dan motivasi memasuki dunia. Sedangkan sisanya 30,2 % dipengaruhi oleh variabel lain selain Praktik Pengalaman Luar dan motivasi memasuki dunia kerja. ## E. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara simultan PPL (X 1 ) dan Motivasi memasuki dunia kerja (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja (Y) hal ini dibuktikan dengan hasil uji F dengan nilai signifikansi (0,000) < (α) 0,05. 2. Praktik Pengalaman Luar berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja mahasiswa perbankan syariah di Lembaga Keuangan Syariah dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dalam melaksanakan praktik pengalaman Luar maka akan semakin baik juga kesiapan mahasiwa dalam memasuki dunia kerja. 3. Motivasi memasuki dunia kerja berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja mahasiswa perbankan syariah di Lembaga Keuangan Syariah dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dalam memotivasi diri memasuki dunia kerja maka akan semakin baik juga kesiapan mahasiwa dalam memasuki dunia kerja. 4. 69,8 % kesiapan kerja mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah untuk bekerja di Lembaga Keuangan Syariah dipengaruhi oleh variable Praktik Pengalaman Lapangan dan motivasi memasuki dunia. Sedangkan sisanya 30,2 % dipengaruhi oleh variabel lain selain Praktik Pengalaman Luar dan motivasi memasuki dunia kerja. ## Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .840 a .705 .698 1.181 a. Predictors: (Constant), ORGANISASI , PPL ## DAFTAR PUSTAKA Baiti, A. A., & Munadi, S. (2014). Pengaruh pengalaman praktik, prestasi belajar dasar kejuruan dan dukungan orang tua terhadap kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi , 4 (2), 164–180. https://doi.org/10.21831/jpv.v4i2.2543 Chalpin J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Dalyono. (2015). Psikologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas, P. B. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka. Fajriah, U. N., & Sudarma, K. (2017). Pengaruh Praktik Kerja Industri, Motivasi Memasuki Dunia Kerja, Dan Bimbingan Karir Pada Kesiapan Kerja Siswa. Economic Education Analysis Journal , 6 (2), 421–432. Handayani, U. S., & Rediana Setiyani. (2015). Pengaruh Prestasi Akademik Mata Diklat Produktif Akuntansi, Praktik Kerja Industri, Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas Xii Smk Negeri 1 Kebumen Program Keahlian Akuntansi Tahun Ajaran 2014/2015. Economic Education Analysis Journal , 4 (3), 864–875. Jumaidi, N., Armida, & Susanti, D. (2018). PENGARUH MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP KESIAPAN KERJA MAHASISWA ## JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG. EcoGen , 1 (2016), 955–966. Kartini Kartono. (1991). Menyiapkan dan Memandu Karier . Jakarta: Rajawali Pers. Manribu, M. T. (1998). Pengantar Bimbingan dan Konseling karir . Jakarta: Depdikbud. Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia . Surabaya: Kencana. Baiti, A. A., & Munadi, S. (2014). Pengaruh pengalaman praktik, prestasi belajar dasar kejuruan dan dukungan orang tua terhadap kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi , 4 (2), 164–180. https://doi.org/10.21831/jpv.v4i2.2543 Chalpin J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Dalyono. (2015). Psikologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas, P. B. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka. Fajriah, U. N., & Sudarma, K. (2017). Pengaruh Praktik Kerja Industri, Motivasi Memasuki Dunia Kerja, Dan Bimbingan Karir Pada Kesiapan Kerja Siswa. Economic Education Analysis Journal , 6 (2), 421–432. Handayani, U. S., & Rediana Setiyani. (2015). Pengaruh Prestasi Akademik Mata Diklat Produktif Akuntansi, Praktik Kerja Industri, Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas Xii Smk Negeri 1 Kebumen Program Keahlian Akuntansi Tahun Ajaran 2014/2015. Economic Education Analysis Journal , 4 (3), 864–875. Jumaidi, N., Armida, & Susanti, D. (2018). PENGARUH MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP KESIAPAN KERJA MAHASISWA ## JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG. EcoGen , 1 (2016), 955–966. Kartini Kartono. (1991). Menyiapkan dan Memandu Karier . Jakarta: Rajawali Pers. Manribu, M. T. (1998). Pengantar Bimbingan dan Konseling karir . Jakarta: Depdikbud. Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia . Surabaya: Kencana.
f1a8fa8f-1929-4773-a764-ed4e34fc09d7
https://jurnal.pnj.ac.id/epigram/article/download/1422/968
## PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DENGAN MURID BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Guru dengan Murid Tunarungu di SLB Nurul Iman) Gabrielle Paskalia Gultom 1) , Nur Atnan 2) 1,2 Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom E-mail: 1 [email protected], 2 [email protected] __________________________________________________________________________ ## Abstract The purposes ond conclution of this research are to find out how the application of interpersonal communication between teachers and deaf students in Nurul Iman extraordinary school in the utilization of social media, to find out what factors hinder and support the application of interpersonal communication in the utilization of social media in Nurul Iman extraordinary school, and to know what impact occurs on students in the utilization of social media in interpersonal communication with the teacher, which is the overall purpose of this research by paying attention to the quality of supportive attitudes. The method used in this research uses qualitative research methods with a case study research approach. Keywords: Interpersonal communication, utilization of social media, supportive attitude __________________________________________________________________________ Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan komunikasi interpersonal antara guru dengan murid tunarungu SLB Nurul Iman dalam pemanfaatan media sosial, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung penerapan komunikasi interpersonal dalam pemanfaatan media sosial di SLB Nurul Iman, serta untuk mengetahui dampak apa terjadi pada siswa dalam pemanfaatan media sosial dalam komunikasi interpersonal dengan guru, yang dimana keseluruhan tujuan penelitian dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus.. Kata kunci: Komunikasi interpersonal, pemanfaatan media sosial, sikap mendukung. __________________________________________________________________________ ## PENDAHULUAN Seiring perkembangan internet tentu berkembang pula media-media lain yang lebih memudahkan seseorang untuk berkomunikasi, yaitu media sosial. Cukup dengan menggunakan sebuah media sosial, orang dengan sangat mudah dapat berkomunikasi dengan orang yang dituju. Penggunaan media sosial untuk melakukan komunikasi bukanlah suatu hal yang baru lagi, begitu pun dengan anak atau murid tunarungu. Sekolah Luar Biasa Nurul Iman di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, guru memiliki tugas lebih yaitu mengontrol anak didik tunarungunya dalam penggunaan sosial media mereka. Peneliti menemukan fenomena di sekolah tersebut bahwa banyak murid-murid tunarungu yang telah _____________________________________________________________________________________________________ Epigram Vol. 16 No. 1 April 2019 mengerti dan menggunakan sosial media, tetapi, dalam penggunaan sosial media mereka, mereka terkadang menggunakannya bukan untuk hal-hal yang positif. Sebagai contohnya adalah salah satu guru spesialis tunarungu pernah menjadi salah satu korban media sosial yang digunakan oleh anak didiknya, dimana foto guru tersebut tersebar luaskan di Facebook karena salah satu muridnya pernah mengunduh foto guru tersebut tanpa sepengetahuan dan seizin guru tersebut. Melihat hal ini menjadikan guru Sekolah Luar Biasa Nurul Iman memanfaatkan media sosial untuk membangun komunikasi interpersonal mereka dengan murid tunarungu. Dalam pendekatan humanistis untuk efektivitas antarpribadi, terdapat lima kualitas umum yang dipertimbangkan, antara lain; keterbukaan, empati, sikap mendukung, rasa positif, dan kesetaraan (Devito, 2011, p.285). Yang ingin peneliti angkat diantara kelima kualitas umum dalam pendekatan humanistis untuk efektivitas antarpribadi adalah sikap mendukung, dimana memperlihatkan sikap mendukung adalah dengan bersikap (1) deskriptif, (2) spontan, dan (3) provisional. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan Media Sosial dalam Komunikasi Interpersonal Guru dengan Murid Tunarungu (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Guru dengan Murid Tunarungu di SLB Nurul Iman).” Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana penerapan komunikasi interpersonal antara Guru dengan murid tunarungu SLB Nurul Iman dalam pemanfaatan media sosial dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung? 2. Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung penerapan komunikasi interpersonal dalam pemanfaatan media sosial di SLB Nurul Iman dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung? 3. Dampak apa yang terjadi pada murid dalam pemanfaatan media sosial dalam komunikasi interpersonal dengan Guru dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan komunikasi interpersonal antara Guru dengan murid tunarungu SLB Nurul Iman dalam pemanfaatan media sosial dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung penerapan komunikasi interpersonal dalam pemanfaatan media sosial di SLB Nurul Iman dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung. 3. Untuk mengetahui dampak apa terjadi pada siswa dalam pemanfaatan media sosial dalam komunikasi interpersonal dengan Guru dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung. Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoretis Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal Guru dengan siswa tunarungu b. Kegunaan Praktis 1. Bagi Sekolah Luar Biasa Nurul Iman Peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada SLB Nurul Iman dan membuat SLB Nurul Iman lebih banyak diketahui oleh masyarakat. 2. Bagi Guru Spesialis Tunarungu Sekolah Luar Biasa Nurul Imam Peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat memberikan _____________________________________________________________________________________________________ Gabrielle Paskalia Gultom, Nur Atnan Pemanfaatan Media Sosial... gambaran komunikasi antara Guru dengan siswa tunarungu sehingga dapat membantu para Guru untuk dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dengan siswanya. 3. Bagi Pihak Lain Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi terkait dengan penelitian komunikasi interpersonal Guru dengan siswa penyandang tunarungu. ## METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Arikunto mengemukakan penelitian studi kasus adalah “suatu penelitian yang digunakan secara intensif terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu” (2006, p.142). Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Nurul Iman yang beralamat di Komplek Pasigaran Dayeuhkolot RT 5/RW 9, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Penelitian ini juga dilakukan di mulai dari bulan Agustus hingga Desember 2018. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi dan wawancara, serta ditambah dengan referensi buku, jurnal terdahulu, dan internet searching. Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk mengukur keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangluasi sumber, triangulasi teknik, triangluasi waktu, dan pakar terkait topik. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan komunikasi interpersonl antara guru dengan murid tunarungu SLB Nurul Iman dalam pemanfaatan media sosial dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung Deskriptif Untuk menjadikan komunikasi interpersonal menjadi efektif kita harus mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi bukan dengan menunjukan komunikasi dengan nada yang menilai, karena jika kita melakukan komunikasi dengan nada yang menilai (evaluatif) itu sering kali akan membuat lawan bicara kita menjadi defensif (Devito, 2011). Saat guru melihat muridnya melakukan hal yang tidak benar di sosial medianya, guru akan segera menegur anak tersebut. Saat guru menegur anak tersebut, guru sedang melakukan komunikasi interpersonal dengan murid dengan bentuk komunikasi non-verbal. Komunikasi non verbal merupakan pertukaran pesan dengan menggunakan bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kecepatan dan volume bicara, dan lain-lain. Nierenberg dan Calero (dalam Devito, 2011, p.193) mengatakan bahwa “kita ingin belajar bagaimana “membaca seseorang seperti sebuah buku,” yang dimaksudkan adalah kita ingin bisa melihat apa yang ada dibalik pesan-pesan verbal yang jelas.” Dalam penerepan komunikasi interpersonal guru harus memperhatikan bahasa ataupun kata-kata yang digunakan, dikarenakan karakter anak tunarungu dari segi bahasa dan bicara yang miskin kata- kata, serta karaketer anak tunarungu dari segi emosi dan sosial dimana mereka yang sensitif dan cepat tersinggung (Somad & Hernawati, 1995) sehingga saat menjalin komunikasi interpersonal dengan murid, guru harus berhati-hati dan menggunakan kata-kata yang bukan abstrak yang mudah diterima dan dicerna oleh murid. _____________________________________________________________________________________________________ Epigram Vol. 16 No. 1 April 2019 Murid pun ketika dinasehati oleh guru, mereka tidak merasa sakit hati, justru respon mereka hanya kaget atau malu karena kegiatan mereka di sosial media ketahuan oleh guru. Dalam hal ini guru dapat menangkap reaksi murid secara non-verbal yaitu murid merasa kaget sesuai dengan pengertian komunikasi interpersonal dimana komunikasi interpersonal dilakukan antara orang- orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non- verbal (Mulyana, 2008). ## Spontanitas Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama yaitu terus terang dan terbuka, atau secara garis besar yang dimaksud dengan spontanitas adalah kejujuran (Devito, 2011). Dalam melakukan komunikasi, guru berusaha untuk selalu jujur dengan muridnya, namun, pada waktu tertentu jika guru sedang menegur muridnya yang melakukan kesalahan di media sosial, terkadang guru sebenarnya tahu kelakukan murid yang bersalah tersebut dari teman murid tunarungu yang lain, tetapi guru saat menegur murid yang bersalah, guru akan memberitahu jika dirinya sendiri yang melihat aktivitas anak tersebut di sosial medianya, hal ini bertujuan agar tidak terjadi konflik antara satu murid dengan murid lainnya. Menurut pakar jika guru menutupi sumber informan dengan alasan untuk sesuatu yang diharapkan positif itu merupakan hal yang sah-sah saja dan bukanlah suatu kesalahan yang fatal karena memiliki tujuan yang baik. Di sisi lain murid juga berusaha untuk jujur dengan gurunya, walaupun pada awalnya murid suka membantah untuk membela diri tetapi akhirnya murid pun jujur bahwa memang mereka melakukan kesalahan di sosial media. Menurut pakar, ini wajar karena alaminya seorang manusia akan bersifat defensif terlebih dahulu jika ia ketahuan melakukan suatu kesalahan karena itu suatu bentuk cara manusia untuk mempertahankan dirinya. Namun, jika sudah diberikan di bukti harus berani mengakui apa yang telah diperbuat. ## Provisionalisme Provisionalisme bukan merupakan suatu keyakinan kita yang kita pegang teguh dan tidak dapat tergoyahkan, namun bersikap provisional artinya terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berbeda dengan dirinya serta mampu mengubah posisi jika keadaannya mengharuskan (Devito, 2011). Saat melakukan komunikasi dengan murid, guru memposisikan dirinya sebagai teman agar murid merasa lebih nyaman saat berkomunikasi. Guru pun merasa jika memposisikan diri sebagai teman, komunikasi akan menjadi lebih efektif. Selain itu, saat melakukan komunikasi dengan murid, guru juga mendengarkan dan menerima alasan yang dikemukakan oleh murid mengapa mereka melakukan hal-hal negatif di sosial media, saat murid sudah menejelaskannya, guru akan berusaha memahami yang kemudian memberikan arahan kepada murid untuk tidak mengulanginya lagi. Dalam hal ini guru berperan sebagai seorang penasehat dimana guru sudah mengetahui kepribadian murid. Kompasiana.com: (Ahmadi, 2015, Juni 25). Guru berusaha untuk mengerti murid yang kemudian guru setelah mengetahui kondisi murid, guru memberikan nasehat kepada mereka. Murid pun mengetahui bahwa apa yang disampaikan guru adalah hal yang baik untuk diri mereka, dan murid pun berusaha untuk memahami guru dan mengikuti arahan yang guru berikan. _____________________________________________________________________________________________________ Gabrielle Paskalia Gultom, Nur Atnan Pemanfaatan Media Sosial... Faktor penghambat dan pendukung murid dalam penerapan komunikasi interpersonal dalam pemanfaatan media sosial di SLB Nurul Iman dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung Faktor penghambat – Deskriptif Setelah menggunakan media sosial, faktor yang menghambat komunikasi interpersonal antara guru dan murid tunarungu dalam aspek deskriptif adalah karakter anak tunarungu yang miskin bahasa dan kata-kata atau pembendaharaan kata mereka yang sedikit. Karena salah satu faktor inilah guru dan murid sulit berkomunikasi karena anak tunarungu terbatas dalam penguasaan bahasa dan tidak mengenal kata-kata yang abstrak. Selain itu karena anak tunarungu tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang jelas dari mulutnya, sehingga jika mereka menemukan kata-kata baru dari sosial media, mereka harus menunjukan secara langsung kata baru tersebut kepada gurunya. Tanggapan pakar mengenai hal ini adalah memang sampai saat ini belum ada temuan kembali yang dapat memudahkan anak tunarungu untuk berkomunikasi. Namun, dengan cara murid menunjukan sesuatu berupa visual kepada guru, itu merupakan salah satu cara komunikasi yang efektif untuk berbicara dengan anak tunarungu karena memang karakteristik mereka akan lebih mudah mencerna sesuatu yang berupa visual. ## Faktor penghambat – Spontanitas Faktor penghambat yang menjadikan guru dan murid sulit berkomunikasi secara spontanitas menurut murid adalah karena mereka takut dimarahi. Murid takut dimarahi karena mereka melakukan kesalahan di sosial media mereka, sehingga ketika kelakuan tersebut diketahui oleh gurunya, menjadikan mereka untuk berbohong tidak mengakui kesalahannya. Namun, guru pun mempunyai bukti sehingga murid tidak dapat menyangkal lagi dan mengakui kesalahannya. Saat murid telah mengakui kesalahannya dan meminta maaf, guru pun memberikan nasehat kepada mereka untuk tidak melakukannya lagi, tetapi, karena murid tidak mudah kapok, murid dapat melakukannya lagi. Menurut pakar dalam menanggapi hal tersebut adalah pertama faktor anak takut dimarahi guru itu dapat dilihat dari faktor kedekatan mereka, jika mereka sangat dekat, itu dapat menumbuhkan rasa dimana murid tidak berani jujur karena mereka takut melukai perasaan guru yang sudah begitu baik dengan mereka. Jika anak takut karena mereka takut melukai perasaan guru itu adalah hal yang wajar. Selain itu mereka tidak mudah kapok dan dengan karakter mereka yang polos dan sederhana ditambah dengan usia mereka yang remaja, sangat wajar jika mereka sering terbawa arus sosial media yang buruk, karena pada saat saat inilah mereka sedang krisis identitas dan berulang kali melakukan hal yang sama. Selain itu salah satu karakteristik media sosial adalah penyebaran (sharing) dimana khalayak aktif menyebarkan konten sekaligus mengembangkannya (Nasrullah, 2015, p.15). Konten ini pun dapat bersifat positif maupun negatif. Karakter murid yang polos juga menyebabkan mereka dapat terbawa arus penyebaran yang sesungguhnya negatif dan dengan arsip ini guru dapat menemukan rekam jejak aktivitas murid di sosial media. ## Faktor penghambat – Provisionalisme Bagi guru dan murid tidak ada faktor yang menghambat mereka berkomunikasi dalam aspek provisionalisme, karena guru selalu mengerti dan memahami murid, guru memposisikan dirinya sebagai murid karena guru pun pernah melewati masa- masa yang murid alami. Selain itu murid pun mengerti apa yang guru inginkan dan _____________________________________________________________________________________________________ menganggap guru seperti orang tua sendiri. ## Faktor pendukung – Deskriptif Pada dasarnya murid suka bercerita kepada guru dan menanyakan kata-kata baru yang mereka temukan di sosial media. Jika mereka menemukan sesuatu yang dirasa baru bagi mereka, mereka akan berfokus pada hal tersebut dan bahkan pada waktu tertentu hal yang mereka fokuskan dapat mengganggu konsentrasi mereka. Salah satu karakteristik murid tunarungu adalah perhatian mereka sukar dialihkan yang dimana jika anak tunarungu sudah berkonsentrasi kepada suatu hal, maka anak tunarungu akan sukar dialihkan perhatiannya (Somad & Hernawati, 1995). Karakteristik ini sesuai dengan murid tunarungu yang memiliki rasa penasaran yang tinggi dan akan berfokus pada apa yang mereka pikirkan, salah satunya adalah kata-kata yang mereka temukan di sosial media ataupun hal-hal yang mereka temukan di sosial media yang kemudian akan mereka ceritakan kepada guru. Dengan hal ini juga akan menambah pembendaharaan kata untuk murid tunarungu dan akan semakin memudahkan guru dan murid untuk berkomunikasi. Tanggapan pakar mengenai uraian di atas bahwa jika guru dan murid sering berdiskusi atau bercerita satu sama lain, itu bisa dijadikan salah satu tolak ukur kedekatan mereka. Jika murid suka bercerita atau ngadu suatu hal kepada guru, berarti dalam hal ini sudah terjalin trust antara guru dan murid. ## Faktor pendukung – Spontanitas Saat berkomunikasi dengan murid untuk mengklarifikasi sesuatu yang guru temukan di sosial media mereka, guru mempunyai bukti yang akan membuat anak mengaku dan tidak berbohong. Ini merupakan salah satu faktor yang mendukung guru dan murid berkomunikasi dengan memperhatikan aspek spontanitas. Dengan bukti yang dimiliki oleh guru tentu anak akan jujur dan mengaku kesalahannya serta meminta maaf kepada guru. Walaupun murid bersalah, tetapi menurut murid, guru akan selalu memaafkan mereka dan ini juga yang menjadi faktor pendukung komunikasi antara guru dan murid dalam aspek spontanitas. Jika pada akhirnya murid tahu memaafkan mereka namun dilain sisi mengapa murid pada awalnya takut utuk jujur, hal itu adalah wajar karena memang pada saat ini mereka belum dapat menentukan apa yang sebetulnya mereka inginkan. Jika saat ini murid mengatakan mereka mengingkan suatu hal, namun keesokan harinya mereka berkata lain, itu adalah hal wajar. ## Faktor pendukung – Provisionalisme Faktor yang mendukung guru dan murid berkomunikasi dalam aspek provisionalisme adalah guru memposisikan dirinya sebagai murid, dimana guru pernah mengalami kejadian yang pernah dialami murid dan kemudian menggiring murid ke arah yang lebih baik. Murid pun dapat memahami guru dalam berkomunikasi dan murid sudah menganggap guru seperti orang tua sendiri. Ini sesuai dengan peran guru sebagai pembimbing dan sebagai pembaharu yaitu guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Kemudian guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Disini guru seolah-olah pernah mengalami pengalaman yang dirasakan murid dan memberikan arahan yang baik kepada murid berdasarkan pengalamannya dan murid pun menerima pandangan dan arahan dari guru. _____________________________________________________________________________________________________ Gabrielle Paskalia Gultom, Nur Atnan Pemanfaatan Media Sosial... Dampak pada murid dalam pemanfaatan media sosial dalam komunikasi interpersonal dengan Guru dengan memperhatikan kualitas sikap mendukung Dampak pada aspek Deskriptif Dampak yang terjadi pada murid adalah dengan adanya sosial media, pembendaharaan kata mereka bertambah walaupun terkadang kata-kata yang mereka dapatkan adalah kata-kata yang kasar atau kurang baik. Salah satu kelebihan media sosial adalah anak akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman- teman yang mereka jumpai secara online. Kompasiana.com: (Pratiwi, 2018, Juli 5). Karena mereka berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain. Kemudian salah satu kelemahan media sosial adalah tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa. Karena murid tunarungu SLB Nurul Iman aktif bermain sosial media dan memiliki teman dan aktif berinteraksi, mereka menemukan kata-kata baru akibat mereka beriteraksi di sosial media dan terkadang kata yang mereka temukan adalah kata yang kurang baik, karena dalam media sosial setiap orang dapat berbicara apa saja. ## Dampak pada aspek Spontanitas Dampak yang terjadi pada murid dalam aspek spontanitas adalah dengan adanya media sosial ini murid menjadi lebih jujur, karena bagi murid walaupun mereka tidak jujur dari awal pada akhirnya mereka akan ketahuan oleh guru dan menjadi jujur sehingga tidak dapat berbohong. Guru pun mengatakan bahwa murid menjadi jujur namun tetap harus diberikan bukti. Menanggapi dampak ini, tanggapan pakar adalah jika murid menjadi lebih jujur karena bukti yang diberikan guru itu adalah hal yang sah-sah saja karena mereka tandanya mau mengakui kesalahannya. Dampak pada aspek Provisionalisme Dampak yang terjadi pada murid dalam aspek provisionalisme adalah murid menjadi semakin mengerti guru, murid dapat mengikuti instruksi guru demi kebaikan diri mereka sendiri. Dalam hal ini murid tidak berusaha untuk membantah guru dan lebih mengikuti pandangan guru. ## KESIMPULAN DAN SARAN Saat berkomunikasi dengan murid, guru harus memperhatikan bahasa dan kata-kata yang digunakan karena murid tunarungu miskin bahasa. Guru dan murid pun sama-sama berusaha jujur saat berkomunikasi memposisikan diri menjadi lawan bicara saat berkomunikasi. Adapun faktor yang menghambat yaitu pembendaharaan kata murid tunarungu yang sedikit, murid tak tidak mampu berbicara secara jelas, murid yang awalnya tidak jujur karena takut dimarahi serta murid yang tidak mudah kapok. Faktor yang mendukung adalah murid suka bertanya dan bercerita sesuatu pada guru, guru yang selalu memaafkan murid, murid yang jujur karena bukti-bukti yang dimiliki guru serta guru dan murid yang memahami dan memposisikan menjadi lawan bicaranya saat berkomunikasi. Dampak yang terjadi pada murid yaitu pembendaharaan kata murid yang semakin banyak, murid yang semakin menjadi jujur serta murid yang semakin mengeri dan memahami guru. Diskusi merupakan cara komunikasi interpersonal yang paling efektif agar guru dan murid sama-sama mengetahui apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan. Dengan diskusi yang baik, akan menumbuhkan komunikasi interpersonal juga yang baik dan menumbuhkan rasa trust antara guru dan murid. Trust juga berpengaruh pada aspek spontanitas murid dan guru. Dengan diskusi dan trust akan dapat membuat penerapan komunikasi interpersonal dalam aspek deskriptif, spontanitas, dan _____________________________________________________________________________________________________ Epigram Vol. 16 No. 1 April 2019 provisionalisme akan menjadi semakin efektif. ## DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Fatah. (2015, Juni 25). Peran dan Fungsi Guru. Diperoleh dari https://www.kompasiana.com/fatah ahmadi/55124f2aa33311eb56ba82e 8/peran-dan-fungsi-guru Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Devito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Tangerang: Karisma Publishing Group. Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasrullah, Rulli. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarugu. Bandung: Dekdibud Dikti. Pratiwi, Siska. (2018, Juli 5). Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial. Diperoleh dari: https://www.kompasiana.com/siska pratiwi9511/5b3dbe93dd0fa839625 ec7c2plusminus-sosial-media _____________________________________________________________________________________________________ Gabrielle Paskalia Gultom, Nur Atnan Pemanfaatan Media Sosial...
48936f4a-eb9e-4dd4-b146-0678445cb272
https://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/JUSIKOM/article/download/565/435
## PERANCANGAN SISTEM PENYUSUNAN MARGA SUKU BATAK TOBA BERBASIS WEB Billy Pranata , Marulitua Lumban Gaol, Yonata Laia * Fakultas Teknologi dan ilmu komputer, Universitas Prima Indonesia, Indonesia E-mail: *[email protected] ABSTRAK . Silsilah batak atau disebut sebagai Tarombo Batak adalah Silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu. Suku Batak dikenal dengan banyaknya marga yang diambil berdasarkan garis keturunan bapak (patrilineal), yang dimiliki oleh setiap keluarga Batak. Garis keturunan tersebut disebut dengan Tarombo. Dahulu tarombo keluarga disampaikan seorang ayah secara lisan, kepada anak laki-laki yang akan pergi merantau atau menikah sebagai bekal utama. Garis keturunan menurut bapak yaitu anak laki-laki yang telah Dewasa. Ukuran dewasa dalam hal ini bukan usia, tetapi telah berumah tangga. Keturunan atau anak laki-laki yang belum menikah tidak masuk kategori dicatatkan dalam tarombo, apabila yang bersangkutan sampai akhir hayatnya tidak mempunyai anak laki-laki maka garis silsilah akan terhenti. Dengan adanya Silsilah Batak seorang batak dapat mengetahui posisinya di dalam marga, silsilah keturunan dan saudara-saudara semarga secara keseluruhan. ## Kata kunci : marga batak toba, web. ## I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dimana masing-masing suku bangsa tersebut memiliki perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat istiadat, kebiasaan, dan berbagai hal lain yang memperkaya keanekaragaman dari budaya Indonesia itu sendiri[14]. Suku batak merupakan salah satu suku bangsa indonesia yang terletak di sumatera utara. Nama batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari tapanuli dan sumatera timur. Suku bangsa yang dikategorikan ke dalam suku batak yaitu batak toba, batak karo, batak pakpak, batak simalungun, batak angkola, dan batak mandailing, masing-masing sub suku yang ada tentu memiliki keunikan dan kekhasan masing- masing[16]. Suku batak dikenal dengan banyaknya marga yang diambil berdasarkan garis keturunan bapak (patrilineal), yang dimiliki oleh setiap keluarga batak[7]. Nama marga dalam suku Batak diambil dari nama Si Raja Batak. Si Raja Batak kemudian mempunyai keturunan dan nama-nama dari keturunannya inilah yang kelak berkembang menjadi marga-marga suku batak. Di kalangan masyarakat batak, sistem marga itu bertujuan untuk membina kekompakan dan solidaritas sesama anggota marga sebagai keturunan dari satu leluhur. Walaupun keturunan satu leluhur suatu saat nanti akan terbagi sebagai marga-marga cabang, namun sebagai keluarga besar marga-marga cabang tersebut akan selalu mengingat kesatuannya dalam marga. Dengan adanya keutuhan marga, maka kehidupan sistem kekerabatan akan tetap lestari[1]. ## I. Latar Belakang ## 1. Suku Batak Suku Batak adalah suatu suku yang tinggal di Provinsi Sumatera Utara[6]. Suku Batak merupakan bagian dari enam (6) sub suku yakni : Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku ini menempati daerah induk masing- masing di daratan Provinsi Sumatera Utara [10]. Namun sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba, padahal Batak tidak hanya diwakili oleh suku Toba. Sehingga tidak ada budaya dan bahasa Batak, tetapi budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama daerah asalnya misalnya Batak Toba mendiami daerah Toba, Batak Karo mendiami daerah Karo, Batak Simalungun mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya[11]. Orang Batak merupakan anggota dari suatu marga, oleh karena itu sekelompok masyarakat yang memiliki marga yang sama akan menjadi dongan sabutuha (saudara dari keturunan bahwa pragmatik sangat berkaitan dengan cara marga yang sama). Implikasinya adalah bahwa semua anggota dari marga yang sama adalah keluarga. Hubungan antara mereka tidak dapat dipisahkan. Selain itu, adat kalangan masyarakat Batak mewajibkan agar anggota suatu marga membantu anggota kelompok marga yang lain. Hal ini berdasarkan pandangan tradisional masyarakat Batak yaitu dalihan na tolu' (tungku tiga), yang mengumpamakan solidaritas masyarakat Batak sebagai api yang harus ada agar tungku yang digambarkan pada dalihan na tolu tersebut dapat berfungsi dengan baik, Dari sini tampak bahwa solidaritas sangat penting bagi masyarakat Batak[12]. Orang Batak memiliki sembilan nilai budaya utama, secara spesifik menegaskan bahwa dalam pandangan orang Batak, sistem nilai budaya yang menjadi tujuan dan pandangan hidup serta diwariskan dari generasi ke generasi, yakni kekayaan (hamoraon), banyak keturunan (hagabeon) dan kehormatan (hasangapon)[15]. ## 2. Sejarah Batak Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia, namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatra Timur. Bahasa dan bukti- bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak, maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatra Utara pada zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang bernama Barus, yang terletak di pesisir barat Sumatra Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatra. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatra Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal. Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari bangsa batak[18]. ## 3. Identitas Batak Pada setiap individu melekat berbagai identitas, tidak hanya identitas personal yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lain. Identitas ini mengandung adanya perasan memiliki kelompok bersama, melibatkan emosi dan nilai-nilai signifikan pada diri individu terhadap kelompok tersebut[3]. Identitas merupakan hal penting bagi suatu bangsa sebab akan menunjukkan ciri khas dari bangsa yang bersangkutan manakala berhubungan dengan bangsa lain. Sebuah bangsa membutuhkan identitas karena pada dasarnya membangun bangsa adalah membangun identitas suatu komunitas yang disebut bangsa [8]. Identitas Batak merupakan pelabelan etnograf asing sejak abad XIV menunjuk pemukim di pedalaman ( inland ) utara Sumatra. Label Batak diberikan guna menyebut cara-cara hidup masyarakat pemukim di pedalaman (inland society) atau pegunungan ( hinterla nd society ) yang disebut liar ( savage ) , belum beradab ( uncivilized ) , penyembah berhala (pagan) ataupun eat human flesch [13]. Suku batak sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Melihat letak geografisnya, suku bangsa batak berasal dari rumpunan melayu yang membuat suku bangsa batak termasuk salah satu suku bangsa tertua yang ada di indonesia. Suku bangsa batak memiliki sejarah yang cukup panjang dalam kebudayaan yang dimiliki indonesia sehingga suku bangsa batak memiliki arti penting dalam ranah kebudayaan di indonesia. Suku bangsa batak secara umum diketahui berasal dari sianjur mula-mula yang terletak di gunung pusuk buhit dan dari sanalah keturunan-keturunan si Raja Batak menyebar ke penjuru negeri. Salah satu kebudayaan suku bangsa batak yang masih dijunjung tinggi adalah sistem kekerabatan yang disusun dalam kebudayaan Dalihan Na Tolu[5]. 4. Dalihan Natolu Dalihan Na Tolu merupakan System yang membagikan masyarakat Batak dalam tiga golongan fungsional, yaitu hula-hula, dongan sabutuha dan boru. Ketiga-tiganya saling berhubungan menurut pola tertentu, sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Pengertian Dalihan Na Tolu secara literal adalah Satuan tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu. Pada zamannya, kebiasaan masyarakat Batak memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku itu, dalam bahasa Batak disebut dalihan. Falsafah Dalihan Na Tolu dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. Tungku merupakan bagian peralatan rumah yang sangat vital karena digunakan untuk memasak makanan dan minuman yang terkait dengan kebutuhan untuk hidupkeluarga[9]. ## 5. Silsilah Batak Silsilah batak atau disebut Tarombo Batak adalah Silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak[19]. Silsilah merupakan Suatu bagan yang menampilkan hubungan keluarga dalam suatu struktur pohon atau tree. Silsilah keturunan berguna untuk mengetahui garis keturunan maupun generasi terdahulu dari sebuah keluarga. Hubungan dari setiap anggota keluarga akan membentuk sebuah relasi yang menjadi penghubung masing-masing keturunan sesuai dengan hubungannya dalam keluarga tersebut. Pada zaman sekarang masyarakat kesulitan untuk mengetahui garis keturunan keluarganya dan asal usul dari generasi mana dia berasal. Di samping itu terjadinya kesulitan menelusuri silsilah keturunan dikarenakan tempat tinggal yang berjauhan menyebabkan kesulitan dalam pengumpulan data serta pembuatan struktur silsilah keturunan yang pembuatannya masih secara manual. Oleh sebab itu sebagai salah satu bentuk pemanfaatan perkembangan teknologi, silsilah keturunan disajikan dengan proses komputerisasi yang disajikan dalam bentuk sistem yang mampu menampung data keluarga dan menampilkannya dalam bentuk yang saling berhubungan[4]. Penelitian ini bertujuan membangun sebuah aplikasi web silsilah batak dengan menggunakan framework yang mampu menjadi media untuk membuat silsilah batak. Aplikasi ini juga mampu memfasilitasi visualisasi silsilah yang akan terbentuk dan mengakomodasi penyimpanan data yang semakin banyak. ## 2. ISI PENELITIAN ## 2.1. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai suatu penyelesaian masalah dengan mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, individu, sekolah, masyarakat dalam suatu desa maupun kota dan kelompok kecil lainnya. Dengan semikian peneliti harus terjun langsung ke lapangan dan akan menyelidiki lebih mendalam. Objek penelitian adalah persepsi terhadap nilai-nilai perkawinan dan silsilah batak. ## 2.2. Use Case Diagram Diagram ini menggambarkan aktifitas aktor di dalam sistem yang dirancang. dibuat berdasarkan keperluan aktor, merupakan apa yang dikerjakan sistem, bukan bagaimana sistem mengerjakannya. Hubungan antara aktor dengan sistem tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Input Data Silsilah Lihat dan Edit Data Lihat dan Hapus Data Lihat Halaman Login Lihat Tampilan Admin Lihat Tampilan Silsilah Lihat Tampilan Marga SYSTEM Gambar 2.1 Use Case Diagram dari Sistem Terdapat satu pengakses sistem pada Gambar 2.1 yaitu User memiliki hak dan peran yang sama untuk menggunakan atau menjalankan aplikasi tersebut. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang disajikan oleh sistem berdasarkan pembangunan aplikasi silsilah marga batak berbasis website adalah Sebuah aplikasi pengenalan silsilah marga batak yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang silsilah marga batak kepada masyarakat luas. Agar masyarakat batak mengetahui asal dan usul munculnya sih raja batak tersebut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan aplikasi berbasis website ini, para pengembang kami harapkan mencari banyak cara untuk mengembangkan framework pada aplikasi ini untuk kedepannya dan mempermudah penggunaan aplikasi tersebut. Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari pembangunan aplikasi perancangan pendiktesitas silsilah batak berbasis web dapat dilihat sebagai berikut : ## 1. Tampilan Form Login Tampilan sistem login yang dilakukan oleh user dapat diterangkan dengan langkah-langkah seperti pada gambar 2.5. ## Gambar 2.5 Tampilan Form Login 2 . Tampilan Form Admin Tampilan sistem admin dilakukan oleh user dapat diterangkan langkah-langkah seperti gambar 2.6. Gambar 2.7 Tampilan Form Tambah Marga ## Gambar 2.6 Tampilan Form Admin ## 3. Tampilan Form Menu Tambah Tampilan sistem tambah marga dilakukan oleh user dapat diterangkan langkah-langkah seperti gambar 2.7. Setelah user menambahkan nama, nama tersebut akan muncul di tampilkan di menu admin dan from marga. Tampilan sistem Hapus marga dilakukan oleh user dapat diterangkan langkah-langkah seperti gambar 2.8. Ketika user menambahkan nama dalam form admin dan user salah mengimput data maka user dapat menghapus data tersebut dengan mengklik delete maka data tersebut akan terhapus. Gambar 2.8 Tampilan Form Tambah Marga 4. Tampilan Form Tombol Edit Tampilan sistem edit marga dilakukan oleh user dapat diterangkan langkah-langkah seperti gambar 2.9. Ketika user inggin mengedit data nama dalam form admin maka user tinggal Klik tombol Update maka data tersebut berhasil diperbaharuhi. Gambar 2.9 Tampilan Form Edit Data ## 5. Tampilan Form Marga Tampilan sistem marga dilakukan oleh user dapat diterangkan langkah-langkah seperti gambar 2.10. Halaman Form Marga ini kegunaannya adalah untuk melihat semua marga yang terlah di input oleh user dari halaman admin. Gambar 2.10 Tampilan Form Marga ## DAFTAR PUSTAKA [1] Adon Nasrullah Jamaludin. (2015). Sistem Kekerabatan Masyarakat Kampung Sawah di Kota Bekasi. El-Harakah , 17 (2), 259-274. [2] Budi Prasetyo, Timothy Jhon Pattiasina, Anggya Nanda Soetarmono. (2015). Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi Gudang (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Area Surabaya Barat). TEKNIKA , 4 (1), 12-16. [3] Dhedi Hendriawan. (2016). Kajian Tentang Etnis Pendatang di Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. eJournal Sosiatri-Sosiologi , 4 (3), 167-180. [4] Dian Puspita, Erlin. (2013). Sistem Silsilah Keturunan Menggunakan Metode Komposisi Relasi. SATIN , 2 (2), 1-8. [5] Eben Ezer ButarButar. (2015, Juni 9). Hubungan Antara Identitas Etnis Batak Dengan Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Etnis Batak Di Universitas Kristen Satya Wacana. pp. 1-33. [6] Farida Meliana Hutabarat, Ermanto, & Novita Juita. KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK MANDAILING. Vol 2 (1), pp. 1-13. [7] Gratia Putra Gultom. (2018, MEI 17). Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Silsilah Keluarga Batak Fam Lumbanraja Komunitas Batak Salatiga. Artikel Ilmiah . [8] Maria Serlitaria Nainggolan. (2017). Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan. eJournal ilkom , 5 (1), 156 -169. [9] Megawati. Manullang. (2018). Inkulturasi Dalihan Na Tolu Bentuk Misi Kristen Di Tanah Batak. Teologi Cultivation , 2 (1), 304-324. [10] Murni, E. R., & Simanungkalit, D. A. (2015). Dampak Modernisasi Terhadap Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Anthropos , 1 (2), 167-174. [11] Muttaqin Nasution, M. Irwan Padli Nasution. (2015). Sistem Tarombo Batak. STTH , 5 , 1-7. [12] Roswita. Lumban Tobing. (2015). Tingkat Tutur Dalam Budaya Jawa dan Batak. ePrints@UNY , 14 (2), 102-107. [13] Ryan. Prayogi. (2016). Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai Sebagai CIVIC CULTURE di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. HUMANIKA , 23 (1), 61-79. [14] Sugiyarto. (2017). Menyimak (Kembali) Integrasi Budaya di Tanah Batak Toba. Endogami , 1 (2), 34-41. [15] Tience Debora, W. (2018). Apakah Hasangapon, Hagabeon, dan Hamoraon sebagai Faktor Protektif atau Faktor Risiko Perilaku Bunuh Diri Remaja Batak Toba? Sebuah Kajian Teoritis tentang Nilai Budaya Batak Toba. Buletin Psikologi , 26 (1), 1-11. [16] Timbun Armada Tambun, Ratih Hasanah Sudrajat. (2015). Student Identity Batak Toba Perantau T hird Generation In The City Of Bandung. e-Proceeding of Management , 2 (3), 4190. [17] Wahana. Komputer. (2005). Pengembangan Web Di Linux dengan Apache, My SQL, dan PHP . Jakarta: Andi. [18] Pedoman, Bengkulu. (2018, 4). Sejarah Suku Batak di Sumatera . Retrieved 1 7, 2019, from http://pedomanbengkulu.com/2018/04/sejarah- suku-batak-di-sumatera/ [19] Wikipedia. (2019). Tarombo Batak. Retrieved Mei 01, 2019, from https://id.wikipedia.org/wiki/Tarombo_Batak
677f38f0-5aae-4098-b9c2-802ee6741b95
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIBK/article/download/42289/23415
## Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha Volume 13 Number 3, 2022, pp XX- XX ISSN: Print 2598-3199 – Online 2598-3210 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/jibk.v13i3 Open Access https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIBK/index ## JIBK UNDIKSHA Dukungan Sosial Pegawai dan Psychological Well-Being pada Wanita Claudya Anindya Putri Ganda Sarana 1*) , Christiana Hari Soetjiningisih 2 12 Universitas Kristen Satya Wacana *Corresponding author, e-mail: [email protected] Received Sept, 2022; Revised Oct, 2022; Accepted Oct, 2022; Published Online November, 2022 Conflict of Interest Disclosures: The authors declare that they have no significant competing financial, professional or personal interests that might have influenced the performance or presentation of the work described in this manuscript. Abstract: This study aims to determine the relationship between social support and psychological well-being. Participants are beneficiaries at the Wanodyatama Women's Rehabilitation Center Surakarta with a total of 30 people. Data collection uses a social support scale consisting of 28 items and ascale psychological well-being consisting of 26 items and both have met the requirements of good reliability. Data analysis usingcorrelation technique Pearson product moment. The results of this study show a correlation coefficient of 0.994 with a significance value, meaning that there is a significant positive relationship between social support and psychological well-being, which means that the higher the social support, the higher the psychological well-being. on the other hand, the lower the social support, the lower the psychological well-being. Through this research, it is hoped that more attention is paid to which beneficiaries need more social support from employees so that the beneficiaries at the Wanodyatama Women's Rehabilitation Center in Surakarta are able to maintain and even improve their psychological well- being. Keywords: Social support; Psychological well-being; Womens Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis. Peserta merupakan penerima manfaat di Pusat Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data menggunakan skala dukungan sosial yang terdiri dari 28 item dan skala kesejahteraan psikologis yang terdiri dari 26 item dan keduanya telah memenuhi syarat reliabilitas yang baik. Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,994 dengan nilai signifikansi, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis. sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial, semakin rendah kesejahteraan psikologis. Melalui penelitian ini diharapkan dapat lebih diperhatikan penerima manfaat yang lebih membutuhkan dukungan sosial dari karyawan agar para penerima manfaat di Pusat Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta mampu menjaga bahkan meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Kata Kunci: Dukungan sosial; Psychological well-being ; Wanita This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author How to Cite: Claudya Anindya Putri Ganda Sarana 1*) , Christiana Hari Soetjiningisih 2 . 2022. Dukungan Sosial Pegawai dan Psychological Well-Being pada Wanita, 13 (3): pp. XX-XX, DOI: https://doi.org/10.23887/jibk.v13i3 ISSN: 2613-9642 (Online) ISSN : 2613-9634 (Print) ## Pendahuluan Wanita tuna susila atau pekerja seks komersial merupakan wanita yang memberikan pelayanan seksual kepada lawan jenis dengan bayaran yang sudah disepakati sebelum melakukan hubungan seksual yang dikenal sebagai prostitusi. Edlund dan Korn (2002) menyatakan bahwa prostitusi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh wanita yang memiliki keterampilan rendah untuk mendapatkan pemasukan yang tinggi. Koentjoro (2004) menyatakan bahwa pekerja seks komersial (PSK) merupakan kegiatan seks di luar pernikahan yang ditandai oleh bermacam-macam kepuasan yang melibatkan pria maupun wanita, dilakukan demi uang dan dijadikan sumber pendapatan. Pekerja seks komersial juga memiliki kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan seperti manusia pada umumnya. PSK juga memiliki keinginan untuk bahagia serta kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, seperti manusia lainnya. Apalagi ketika manusia berada dalam tahap dewasa awal menurut Havigurst ( Dariyo, 2003) salah satu tugas perkembangan adalah mencari dan menemukan pasangan hidup . Hal yang sama dirasakan oleh Selly (bukan nama sebenarnya), yang ingin berhenti menjadi pekerja seks selama ada laki-laki yang mau menikahinya. Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama merupakan wadah bagi mantan pekerja seks komersial dari berbagai daerah untuk dibina dan dibimbing dengan pemberian ilmu pengetahuan serta keterampilan sebagai bekal agar tidak lagi menjadi pekerja seks komersial. Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta berdiri sejak tahun 1951 pada zaman pemerintahan kerajaan majapahit yang dulunya akrab disebut sebagai wangkung. Mantan wanita pekerja seks komersial dalam panti rehabilitasi ini disebut sebagai penerima manfaat serta memiliki seorang pembimbing yang akan memberikan dukungan dan bimbingan dengan harapan setelah keluar dari panti rehabilitasi dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain secara positif. Pegawai panti dan penerima manfaat memiliki hubungan yang cukup akrab, hal ini diharapkan dapat diterima sebagai dukungan sosial dari pegawai panti untuk kebaikan penerima manfaat. Selain sebagai pembimbing, pegawai panti juga bertugas untuk mencari tahu riwayat hidup penerima manfaat, hal ini dilakukan untuk mengetahui tindakan atau intervensi apa saja yang perlu diberikan secara khusus bagi penerima manfaat selama masa rehabilitasi. Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama menerapkan konsep seperti asrama, penerima manfaat tidak dengan bebas melakukan apa saja seperti kehidupan sebelum rehabilitasi dan harus bisa menyesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pengelola panti. Penerapan ini dilakukan untuk melatih setiap penerima manfaat supaya terbiasa dengan aturan dan norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta dibekali dengan keterampilan yang dapat menunjang keterampilan diri, kedisiplinan, bersosialisasi yang baik, menentukan ide peluang kerja meskipun pendidikan yang dimiliki tidak ada ataupun rendah, menerima diri di masa lampau, memiliki pandangan di masa depan untuk hidup lebih baik dari sebelumnya dan didukung dengan hasil wawancara yang didapati peneliti baik pada pegawai yang menjadi pembimbing maupun tidak dan penerima manfaat. Pegawai panti sangat bekerja keras memberikan pemikiran serta pelayanan yang sangat baik untuk seluruh penerima manfaat secara merata bahkan pegawai panti sebagai pembimbing memandang Penerima Manfaat sebagai saudara yang harus diperhatikan. Setelah mendapatkan pembinaan, sebagian penerima manfaat merasakan manfaat baik jasmani maupun rohani, mulai mampu melihat masa lalu sebagai pelajaran, serta memiliki hasrat untuk kehidupan lebih baik di masa depan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada enam orang penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta pada bulan Februari hingga Maret 2020, peneliti mendapati bahwa Eks Pekerja Seks Komersial dibimbing serta dibina dengan memberikan ilmu pengetahuan baik secara rohani, jasmani maupun keterampilan di Panti Rehabilitasi tersebut. Namun, beberapa penerima manfaat merasa terkekang atau jauh dari kebebasan seperti kehidupan penerima manfaat sebelumnya. Meskipun mendapatkan pembinaan keterampilan di Panti Rehabilitasai namun penerima manfaat merasa lebih nyaman dengan kehidupan sebelumnya sebagai pekerja seks komersial. Hal tersebut tidak sejalan dengan aspek penerimaan diri, dimana penerima manfaat kurang menerima dirinya secara positif dan menolak untuk meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih baik dan positif. Beberapa penerima manfaat lainnya merasa tidak bisa mendapatkan penghasilan karena tidak menjadi pekerja seks komersial meskipun di Panti Rehabilitasi telah difasilitasi dengan berbagai pembinaan keterampilan berupa tata rias, jahit, tata boga, musik, dan lain sebagainya. Hal tersebut tidak sejalan dengan aspek personal growth karena penerima manfaat tidak sadar akan potensi yang dimiliki dirinya dan kurangnya keinginan untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik, serta merasa tidak bisa melakukan hal selain menjadi pekerja seks komersial untuk mendapat penghasilan. Beberapa penerima manfaat lainnya merasa tidak memiliki teman yang dapat memahaminya dan ingin segera dipulangkan meskipun dari hasil interaksi yang peneliti dapati bahwa penerima manfaat mendapatkan pendampingan yang baik serta pegawai cukup membuka diri ketika berdialog dan mau untuk berbagi pengalaman hidup. Hal tersebut tidak sejalan dengan aspek hubungan positif dengan orang lain, dimana penerima manfaat kurang mampu menjalin hubungan interpersonal baik dengan sesama penerima manfaat maupun dengan pendamping. Dari pengalaman ini peneliti melihat bahwa penerima manfaat kurang dapat memahami setiap hal positif yang diberikan pada diri mereka melalui dukungan sosial yang telah diberikan oleh pegawai panti rehabilitasi tersebut serta penerima manfaat belum mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih disiplin, serta kurang mampu melihat peluang untuk mengembangkan diri agar tidak kembali ke kehidupan prostitusi dimana hal ini tidak sejalan dengan aspek penguasaan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta masih kurang mampu untuk menerima dirinya sendiri, kurang mampu melihat potensi yang ada dalam dirinya, serta merasa tertekan dengan kehidupan yang lebih positif dan disiplin. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada penerima manfaat yang belum merasa sejahtera secara psikologis. Menurut Ryff (1989) psychological well-being merupakan kondisi yang tidak hanya bebas dari tekanan dan masalah mental saja tetapi lebih dari itu yaitu kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menerima diri sendiri maupun masa kehidupan di masa lalu. Ryff (1989) mendefinisikan psychological well-being sebagai kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan, dapat mengatur tingkah laku diri, dapat mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup, membuat hidup lebih bermakna, berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri. Psychological well-being dapat dicapai dengan memenuhi aspek-aspek yang dikemukakan oleh Ryff (1989) yang terdiri dari enam aspek yaitu aspek penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan diri, lingkungan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Menurut Ryff dan Keyes (1995) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being diantaranya: demografis, usia, jenis kelamin, status sosial dan budaya. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi seseorang untuk mencapai psychological well-being sesuai dengan pengalaman hidup yang berbeda sebab kesejahteraan penting untuk dapat dicapai oleh setiap individu dalam kehidupan sosial. Ryff dan Keyes (1995) berpendapat bahwa dukungan sosial adalah salah satu faktor yang mendukung psychological well-being dalam diri individu dimana hal ini mempengaruhi penerimaan diri individu dalam lingkungan sosial untuk timbulnya rasa aman dan dicintai. Menurut Baron and Byrne (2005) dukungan sosial merupakan suatu bentuk pemberian perasaan nyaman baik secara fisik maupun psikologis oleh teman maupun keluarga untuk menghadapi stress. Pemberian dukungan sosial yang baik akan menimbulkan rasa aman dan dicintai dari pegawai panti yang dapat memberikan kesimbangan psikologis saat penerima manfaat mengalami stress dengan masalah yang sedang dihadapi. Weiss (1974) mengungkapkan bahwa dukungan sosial merupakan pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain yang mencakup aspek emosional, instrumental, informasi, dan penilaian individu.Menurut Weiss (dalam Aini, 2016) dukungan sosial ini memiliki aspek-aspek yang dibagi menjadi enam bagian yaitu kerekatan emosional, integrasi sosial, adanya pengakuan, ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan dan kesempatan untuk mengasuh. Kerekatan emosional merupakan perasaan yang timbul berupa rasa aman dan tidak aman, bersumber pada dukungan sosial yang didapatkan dari siapapun yang berkaitan dengan hidup yang dialami oleh penerima manfaat terutama kehidupan selama di dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Penerima manfaat dibagi dalam kelompok untuk berbagi minat dan melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif untuk membangkitkan rasa aman pada kelompok penerima manfaat. Hal tersebut dapat didukung dengan adanya aspek integrasi sosial pada penerima manfaat. Adanya aspek pengakuan akan prestasi atau kemampuan yang dicapai dari penerima manfaat merupakan penunjang dukungan sosial yang didapati dari teman, keluarga serta lingkungan tempat tinggal yaitu Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta, penerima manfaat mendapatkan ketergantungan yang mampu diandalkan, percaya bahwa orang lain dapat diandalkan untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dialami dalam bentuk dukungan serta aspek bimbingan dalam dukungan sosial yakni memiliki hubungan sosial dengan pembimbing seperti hubungan sosial guru dan murid yang memberikan dampak positif, dapat memberi masukan dan nasehat ketika menghadapi masalah, hal ini dapat mendukung terbentuknya aspek kesempatan untuk mengasuh yang dimaksudkan sebagai individu yang memiliki hubungan interpersonal dengan orang lain dan memiliki ISSN: 2613-9642 (Online) ISSN : 2613-9634 (Print) perasaan seperti dibutuhkan. Dari hasil pengalaman peneliti selama melakukan observasi, didapati bahwa setiap aspek yang dikemukakan oleh Robert Weiss termasuk ke dalam tindakan yang diberikan oleh Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta sebagai Dukungan Sosial untuk penerima manfaat agar dapat bertahan dalam Panti Rehabilitasi, menyadari potensi dan mau menggali keterampilan yang dimiliki oleh Penerima manfaat ketika berada dalam Panti Rehabilitasi. Menurut Stanley dan Beare (2007) adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi hubungan sosial yakni, kebutuhan fisik, kebutuhan sosial dan kebutuhan psikis. Faktor-faktor ini dibutuhkan individu dalam dunia sosial untuk dapat merasakan rasa aman dan dicintai. Dari hasil penelitian yang dilakukan Aini (2016) menunjukkan hasil adanya hubungan positif antara dukungan sosial terhadap psychological well-being Santri Pamekasan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Nugraheni & Prastiti (2016) diperoleh hasil yang menunjukan hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan psychological well-being Guru Honorer Daerah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Adawiah (2010) diperoleh hasil bahwa dukungan sosial merupakan peran penting untuk meningkatkan psychological well-being yang dimiliki individu. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Hardjo & Novita (2015) didapati bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well- being pada korban sexual abuse. Penelitian lain dilakukan oleh Ismail & Indrawati (2013) ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada Mahasiswa STIE Dharmaputera program studi ekonomi manajemen Semarang. Dari hasil penelitian Ngaru (2016) didapati bahwa dukungan sosial keluarga, pembimbing, teman serta kerohanian merupakan sumber kesejahteraan psikologis. Penelitian dilakukan oleh Zahra (2017) didapati bahwa terdapat hubungan antara hubungan persepsi dukungan sosial dan psychological well-being pada narapidana secara positif. Penelitian lain dilakukan oleh Sauida (2015) menunjukan bahwa dukungan sosial berperan penting untuk psychological well- being seseorang. Terdapat hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, alat ukur yang digunakan berdasarkan teori yang berbeda serta penelitian tentang dukungan sosial dan psychological well- being sebelumnya belum pernah dilakukan pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta maupun pada mantan wanita tuna susila di panti lainnya. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik dan melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial pegawai dengan psychological well-being penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Hipotesis penelitian ini adalah “terdapat hubungan positif dukungan sosial dengan psychological well-being pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Su rakarta”. Semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin tinggi psychological well-being yang dimiliki, semakin rendah dukungan sosial, maka akan semakin rendah psychological well-being yang dimiliki. ## Metode Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan saturation sampling atau sampel jenuh. Saturation sampling atau sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini jumlah sampel dari Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta berjumlah 30 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek menurut Weiss (1974). Skala kedua dalam penelitian ini yaitu skala Psychological well-being diukur menggunakan skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Ryff (1989). Kedua skala ini telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan lingkungan partisipan di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Model penskalaan yang digunakan yaitu model skala Likert yang mana aitem-aitem dalam skala ini berupa pernyataan dalam empat pilihan jawaban, yaitu : STS (sangat tidak sesuai), TS (tidak sesuai), S (sesuai), SS (sangat sesuai). Skala penellitian ini disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable dengan diberikan skor yang bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : STS = 1, TS = 2, S =3, SS = 4. Adapun bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : STS = 4, TS=3, S=2, SS=1. Dalam penyebaran data, peneliti menggunakan kuesioner pada Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta dengan prosedur online melalui google form dimana partisipan membuka link yang sudah dibagikan kemudian partisipan diminta untuk mengisikan skala dari setiap pernyataan dengan gadget partisipan, setelah partisipan mengisi skala dari setiap pernyataan maka jawaban kuesioner dikirimkan kembali ke peneliti. Dalam penyebaran kuesioner, teknik pengambilan sample dengan menggunakan teknik sampling total, hal ini karena jumlah populasi relatif kecil (Azwar, 2017). Analisis aitem untuk kedua skala menggunakan corrected item-total correlation. Azwar (2017) mengemukakan bahwa korelasi aitem-total yang mencapai nilai minimal ≥0,30 memiliki daya beda dianggap memuaskan sehingga peneliti memilih kriteria ini untuk digunakan dalam penelitian. Analisis aitem dilakukan pada dukungan sosial dan skala Psychological well-being . Skala dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 28 aitem yang terdiri dari 16 aitem favorable dan 12 aitem unfavorable . Pada pengujian pertama uji daya diskriminasi aitem tidak ada aitem yang gugur, artinya semua aitem pada pengujian kedua memenuhi daya diskriminasi baik sesuai dengan batas koefisien aitem total ≥ 0,30 (Azwar, 2017). Dengan demikian terdapat 28 aitem yang dapat dilakukan analisa dalam penelitian ini. Skala Psychological well-being yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 29 aitem yang terdiri dari 16 aitem favorable dan 13 aitem unfavorable . Sesudah pengujian ke dua terdapat 26 aitem yang dapat dilakukan analisa dalam penelitian ini. Dalam pengujian reliabilitas, teknik yang digunakan adalah teknik alpha cronbach . Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui bahwa alat ukur dukungan sosial yang dipakai memiliki koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,945. Dan alat ukur Psychological well-being yang dipakai memiliki koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,960. Artinya alat ukur memenuhi syarat reliabilitas yang baik. ## Hasil dan Pembahasan Analisis deskriptif dari variabel dukungan sosial dan Psychological well-being diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1. Pengukuran Variabel Dukungan Sosial No Interval Skor Kategori F % Mean 1 <91 - ≤ 112 Sangat Tinggi 0 0% 68,26 2 <70 - ≤ 91 Tinggi 14 47% 3 <49 - ≤ 70 Rendah 9 30% 4 <28 - ≤ 49 Sangat Rendah 7 23% Jumlah 30 100 Min = 28| Max = 112 | SD = 21 Data diatas menunjukan tingkat dukungan sosial pada Penerima manfaat dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Pada kategori sangat rendah didapati persentase sebesar 23%, kategori rendah sebesar 30%, kategori tinggi sebesar 47%, dan kategori sangat tinggi 0%. Dengan mean/rata-rata yang diperoleh sebesar 68.26. Berdasarkan mean yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa tingkat dukungan sosial Penerima manfaat dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta tinggi. Tabel 2. Pengukuran Variabel Psychological well-being No Interval Skor Kategori F % Mean 1 84,5< x ≤ 104 Sangat Tinggi 0 0% 76,2 2 65,< x ≤ 84,5 Tinggi 12 40% 3 45,5< x ≤ 65 Rendah 11 37% 4 26< x ≤ 45,5 Sangat Rendah 7 23% Jumlah 30 100% Min = 26 | Max = 104 | SD = 19,5 ISSN: 2613-9642 (Online) ISSN : 2613-9634 (Print) Data diatas menunjukan Psychological well-being pada Penerima manfaat dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Pada kategori sangat rendah didapati persentase sebesar 23%, kategori rendah sebesar 37%, kategori tinggi sebesar 40%, dan kategori sangat tinggi sebesar 0%. Dengan mean/rata-rata yang diperoleh sebesar 53,92. Berdasarkan mean yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kualitas Psychological well-being pada Penerima manfaat dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta tergolong tinggi. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program aplikasi IBM SPSS statistics 25. Penyebaran data dabat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi p > 0,05. Berikut hasil uji normalitas: ## Uji Normalitas Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DS PWB N 30 30 Test Statistic .132 .114 Asymp. Sig. (2-tailed) .191c,d .200c a. Test distribution is Normal. Dari hasil uji normalitas yang ditunjukan pada tabel 1.3 diperloeh nilai K-S-Z dari dukungan sosial diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,191 (p>0,05). Nilai K-S-Z dari Psychological well-being diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05). Data tersebut diartikan bahwa variabel dukungan sosial dan Psychological well-being berdistribusi normal. Uji Linearitas dalam penelitian ini menggunakan metode Compare means dan scatter plot dengan menggunakan program aplikasi IBM SPSS statistics 25. Penyebaran data dapat dikatakan linear apabila nilai signifikansi p > 0,05. Hasil uji linearitas adalah sebagai berikut: ## Uji Linearitas Tabel 4. ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. DS*PWB Between (Combined) 9020.300 20 451.015 113.086 .000 Groups Linearity 8947.740 1 8947.853 2640.350 .000 Deviation 72.447 19 3.813 1.125 .448 From Linearity Within Groups 30.500 9 3.389 Total 9050.800 29 Hasil uji linearitas pada tabel 1.4 menunjukan nilai signifikansi deviation from linearity 0,448 (p>0,05). Artinya ada hubungan yang linear antara dukungan sosial dan Psychological well-being Pada penerima manfaat dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Uji korelasi pada penelitian ini menggunakan pearson correlation dengan program aplikasi IBM SPSS Statistics 25. Kedua variabel dapat dikatakan memiliki hubungan yang signifikan apabila sig. (1-tailed) <0.05 ## Uji Korelasi Tabel 5. Correlations DS PWB Dukungan sosial* Psychological well- being Pearson Correlation 1 .994** Sig. (1-tailed) .000 N 30 30 Dari hasil uji korelasi yang ditunjukan pada tabel 1.5 menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.470 dengan signifikansi 0,000. (p<0,05) Artinya dukungan sosial dan Psychological well-being pada Penerima manfaat dalam Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta terdapat hubungan positif yang signifikan. Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial pegawai dengan psychological well- being pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta, didapatkan hasil adanya korelasi positif yang signifikan antara dukungan sosial pegawai dengan psychological well-being r2 = 0,988; (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial pegawai maka semakin tinggi psychological well-being begitu pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial pegawai maka semakin rendah psychological well-being pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Salah satu faktor yang mendukung psychological well-being adalah dukungan sosial (Ryff & Keyes 1995). Weiss (1974) mendefinisikan bahwa dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain. Keberadaan keluarga dan jaringan sosial yang memberikan dukungan sosial menunjukan kontribusi terhadap peningkatan psychological well-being (Litwin, 2006). Dukungan ini dapat berasal dari berbagai sumber diantaranya orang yang dicintai seperti orang tua, pasangan, anak, teman, dan kontak sosial dengan masyarakat (Rietschlin, dalam Taylor, 2009). Dukungan sosial merupakan keberadaan orang lain yang dapat di andalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan,dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan atau kualitas hidup bagi individu yang bersangkutan (Jhonson & Jhonson, 1991). Teori ini memperkuat fenomena yang terdapat dilapangan yang menunjukan adanya peningkatan psychological well-being para penerima manfaat karena adanya dukungan dari pegawai panti yang juga berperan sebagai pembimbing maupun penerima manfaat serta kegiatan- kegiatan positif di panti rehabilitasi wanita Wanodyatama yang meningkatkan keterampilan penerima manfaat. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa psychological well-being pada penerima manfaat di Panti Rehabilitas Wanita Wanodyatama Surakarta dominan berada pada kategori tinggi sebanyak 40% dan 0% pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta mampu mengatur tingkah laku diri, membuat keputusan, memiliki tujuan hidup, serta berusaha mengembangkan serta mengeksplorasi diri agar memiliki hidup yang lebih bermakna, namun masih ada 37% penerima manfaat pada kategori rendah yang kurang mampu mengembangkan diri dan mengatur perilaku. Terdapat 23% penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta yang masih membutuhkan dukungan lebih untuk menimbulkan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, mengatur tingkah laku, serta usaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri untuk hidup yang lebih bermakna. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa dukungan sosial pegawai pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta paling banyak berada pada kategori tinggi sebanyak 47%, kategori sangat rendah sebanyak 30%, kategori sangat rendah sebanyak 23%, kemudian kategori sangat tinggi 0%. Data tersebut menunjukkan hasil bahwa rata-rata dukungan sosial pegawai pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta memiliki dukungan sosial yang baik sehingga menimbulkan sikap positif pada penerima manfaat untuk mengatur tingkah laku dan membuat hidup lebih bermakna. Dukungan sosial pegawai berkontribusi sebesar 98,8% pada psychological well-being . Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sauida (2015) yang mendapatkan hasil adanya hubungan positif signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada Wanita bercerai, yang berarti semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi psychological well- ISSN: 2613-9642 (Online) ISSN : 2613-9634 (Print) being , demikian pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula psychological well-being . ## Simpulan Berdasarkan dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang positif signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi psychological well-being pada penerima manfaat di panti rehabilitasi wanita wanodyatama surakarta. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah psychological well-being pada penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta. Dukungan sosial pegawai berkontribusi sebesar 98,8% pada psychological well-being . Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti menyarankan bagi pegawai di Panti Rehabilitas Wanita Wanodyatama Surakarta diharapkan lebih memperhatikan penerima manfaat mana yang membutuhkan dukungan sosial lebih dari pegawai sehingga penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Wanita Wanodyatama Surakarta mampu mempertahankan bahkan meningkatkan psychological well-being agar tercipta individu dengan pandangan yang semakin positif terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar tersebut. Untuk peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan tambahan referensi untuk keperluan penelitian selanjutnya dan bisa juga melanjutkan penelitian ini dengan subjek yang sama untuk dikaitkan atau ditambahkan dengan variabel lain. ## Ucapan Terimakasih Peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam seluruh proses penelitian ini sehingga penyusunan artikel selesai. ## Refrensi Aini, N. (2016). Pengaruh dukungan sosial terhadap psychological well-being santri di Pesantren Mambaul Ulum Karang Anom Pamekasan ( Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ). Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial . Jakarta: Erlangga. Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: PT Grasindo. Davidoff, L. L., & Juniati, M. (1991). Psikologi: Suatu Pengantar, Jilid 2 . Edlund, L., & Korn, E. (2002). A theory of prostitution. Journal of political Economy , 110 (1), 181-214. Fitriyani, N. (2019). Pengaruh dukungan sosial dan psychological well being terhadap prestasi belajar Santri Kelas X (Studi Kasus di MBS Sleman dan Ibnul Qoyyim Putri). LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 10 (1), 34-46. Garc ı ́ a, M. F. M., Ram ı ́ rez, M. G., & Jariego, I. M. (2002). Social support and locus of control as predictors of psychological well-being in Moroccan and Peruvian immigrant women in Spain. International Journal of Intercultural Relations, 26 (3), 287-310. Hadi, S. (2000). Metode Research Jilid I . Yogyakarta: Penerbit Andi. Hardjo, S., & Novita, E. (2015). Hubungan dukungan sosial dengan psychological well-being pada remaja korban sexual abuse. Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 7 (1), 12-19. Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . Alih bahasa : Isti Widayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga Ismail, R. G., & Indrawati, E. S. (2013). Hubungan dukungan sosial dengan psychological well being pada mahasiswa STIE Dharmaputera Program Studi Ekonomi Manajemen Semarang. Jurnal EMPATI, 2 (4), 416-423. Johnson, D. W., & Johnson, F. P. (1991). Joining together: Group theory and group skills . Prentice-Hall, Inc Koentjoro. (2004). On the spot: Tutur dari sarang pelacur . Tinta. Litwin, H. (2006). The path to well-being among elderly Arab Israelis. Journal of cross-cultural gerontology, 21 (1), 25-40. Ngaru, P. N. (2016). The influence of social support on the pyschological well being of students in University of Nairobi. American Journal of Psychology, 1 (1), 64-78. Nugraheni, A. S., & Prastiti, W. D. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well being pada guru honorer daerah ( Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta ). Rusyanti, A. (2017). Pengaruh dukungan sosial terhadap psychological well-being wanita dewasa madya ( Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang ). Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological well- being. Journal of personality and social psychology, 57 (6). Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of personality and social psychology, 69 (4), 719. Stanley & Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta, EGC. Suaida, R., Prasetya, B. E., & Wahyuningrum, E. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan psychological well-being pada wanita bercerai. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana . Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D . Taylor, S.E. 2009. Health Psychology 7 Edition . New York: McGraw Hill Companie, Inc. Weiss, R. S. (1974). The provisions of social relationships. Doing unto others, 17-26. Yasin, A. S., & Dzulkifli, M. A. (2010). The relationship between social support and psychological problems among students. International Journal of Business and Social Science, 1 (3). Zahra, F. I. (2017). Hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada narapidana remaja di LPKA Kelas I Blitar ( Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya ). ## Article Information (Supplementary) ## Conflict of Interest Disclosures: The authors declare that they have no significant competing financial, professional or personal interests that might have influenced the performance or presentation of the work described in this manuscript. Copyrights Holder: <Sarana> <2022> First Publication Right: JIBK Undiksha https://doi.org /10.23887/jibk.v13i3 Open Access Article | CC-BY Creative Commons Attribution 4.0 International License. Word Count:
8d563855-8ad4-49a3-a8c0-3c71fd1cc6c0
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJCSL/article/download/11893/7587
Gst Ayu Mahayukti, Djoko Waluyo, Wayan Sadra. (2017). Pelatihan Penyegaran Materi Ajar Matematika Bagi Guru Sd Kelas Rendah Di Kecamatan Tabanan. International Journal of Community Service Learning . Vol.1 (1) 6-9 ## PELATIHAN PENYEGARAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU SD KELAS RENDAH DI KECAMATAN TABANAN Gst Ayu Mahayukti 1, *, Djoko Waluyo 2 , Wayan Sadra 3 1 Jurusan Pendidikan Matematika. Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia 2 Jurusan Pendidikan Matematika. Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia 3 Jurusan Pendidikan Matematika. Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia ## Abstrak Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan penguasaan materi ajar matematika bagi guru-guru SD di kecamatan Tabanan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan/diklat. Materi diklat meliputi materi ajar matematika untuk kelas rendah (2-3), yang meliputi konsep bilangan dan pecahan serta operasinya. Prosedur evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai Pre-test dan post test dan Observasi. Kegiatan dikatakan berhasil jika minimal 85% sasaran hadir, dan minimal 85% peserta hadir yang hadir mengikuti secar penuh. Dari hasil tes terkait bilangan bulat dan pecahan diperoleh bahwa tingkat penguasaan materi guru lumayan baik, karena rata-rata skor test terendah adalah 72 dan peserta yang hadir 23 orang dari 25 orang yang diundang (lebih dari 85%). Respon guru terhadap materi yang disajikan sangat tinggi, ini ditunjukkan oleh antusias guru mengajukan permasalahan dan memberikan tanggapan jika diberikan permasalahan. ## Pendahuluan Para pakar pendidikan seringkali menegaskan bahwa guru merupakan sumber daya manausia yang sangat menentukan keberhasilan program pendidikan. Apapun yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak mungkin ada tanpa peningkatan kualitas performansi gurunya (Mendiknas, 2013). Oleh karenanya dalam menjawab tantangan di zaman globalisasi, peningkatan kualitas performansi guru mutlak harus dilakukan secara terus menerus dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya keberadaan seorang guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar secara profesional. Keberadaan guru di sekolah atau ditengah-tengah masyarakat sangat diharapkan sebagai salah satu unsur yang tidak hanya dapat dijadikan teladan, tetapi juga dapat senantiasa mengikuti derap perkembangan zaman. Seorang guru dituntut senantiasa dapat memberi jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang diajukan siswanya dan memberikan jalan keluar. Oleh karena itu dituntut dapat menyesuaikan diri dengan segala proses perubahan yang terjadi pada saat dan kurun waktu, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Adanya melaksanakan tes UKG oleh pemerintah mulai tahun 2015 untuk guru-guru penerima dana sertifikasi ataupun untuk guru yang belum menerima dana tersebut sudah membuat para guru kelimpungan. Hal itu wajar mengingat dari tes yang dilakukan Depdiknas Tahun 2002/2003 diperoleh data bahwa ditinjau dari kelayakan mengajar ada 49,3 % guru SD yang tidak layak mengajar dan jika ditinjau dari tes permata uji diperoleh data bahwa dari 100 soal yang diujikan kepada guru SD, masih terdapat guru yang hanya mampu menjawab hanya 5 soal dan maksimal 77 soal. Untuk guru matematika dari 40 soal yang diujikan, masih terdapat guru yang hanya mampu menjawab hanya 2 soal dan maksimal hanya mampu menjawab 36 soal. Ditinjau dari tugas pokoknya, guru adalah konservatif. Dalam arti, sukar menerima perubahan dan pembaharuan dalam proses belajar mengajar. Setiap ada perubahan kurikulum, setiap ada pembaharuan system pembelajaran hampir semua guru mengeluh karena terpaksa harus mempelajari materi yang baru, mengganti satuan pelajaran, membuat soal-soal baru dan lain sebagainya (Anom, 1998). Subagia (2006) menungkapkan bahwa, salah satu kemampuan yang dituntut harus dimiliki seorang guru adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran. Adanya tes UKG merupakan tantangan Keywords: Pelatihan, Materi Ajar Matematika, Guru SD tersendiri yang dihadapi oleh kalangan guru khususnya bagi guru-guru di kabupaten Tabanan. Di sisi lain, para guru nampaknya belum dipersiapkan untuk menghadapi hal tersebut baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Di samping itu, para guru nampaknya sudah lama tidak memperoleh penyegaran materi ajar, padahal penguasaan terhadap materi ajar khususnya matematika sangat membantu dalam menghadapi tes UKG tersebut. Di samping itu juga pelatihan ini membantu guru untuk menambah wawasan guru untuk lebih memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang selama ini masih ada yang salah konsep, seperti konsep perkalian yang menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dari kegiatan pelatihan ini nantinya guru dapat membantu siswa dalam memahami konsep- konsep matematika. Salah satu kemampuan dasar yang secara subtantif minimal dikuasai oleh guru dalam mengikuti tes UKG tersebut adalah penguasaan materi ajar. Kabupaten Tabanan sebagai salah satu kabupaten dari 9 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Bali, memiliki visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pertanian, pendidikan dan kesehatan. Di kecamatan Tabanan terdapat 53 SD dengan jumlah guru sebanyak 674 orang. Rata-rata kualifikasi guru SD yang ada adalah setingkat D II PGSD dan ada 560 orang guru yang sudah sarjana tetapi tidak dalam bidang studi matematika. Dalam rangka meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme guru pemerintah kecamatan maupun kabupaten telah mengalokasikan dana untuk membantu guru melanjutkan studi baik reguler lewat UT maupun swasta. Di samping itu, untuk penyegaran wawasan dan pengetahuan para guru SD, pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan pemuda dan Olahraga Kabupaten Tabanan telah memprogramkan secara periodik dan berkesinambungan untuk mengirimkan para guru untuk ikut penataran atau pelatihan dan mendatangkan pakar dan profesional dari luar kabupaten baik yang berasal dari LPTK maupun lembaga pendidikan lainnya yang terkait, hanya beberapa guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan kare terbatas anggaran. Pada pelaksanaan ujian akhir nasional untuk jenjang SD rata-rata nilai yang diperoleh pada mata pelajaran matematika senantiasa sangat rendah. Rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa, sampai saat ini masih menjadi sorotan dari banyak pihak di masyarakat. Selanjutnya, kecamatan Tabanan sangat potensial untuk dikembangkan dalam berbagai aspek. Dalam bidang pendidikan, diperoleh informasi bahwa, masih banyak yang perlu dibenahi terkait dengan kualitas pendidikan di kelurahan dan desa tersebut termasuk kualitas pendidikan matematika di SD. Keadaan ini perlu mendapat kajian yang mendalam bagi kalangan praktisi pendidikan untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya serta mencari solusinya. Di samping itu kegiatan yang berkaitan dengan penataran ataupun pelatihan terkait penyegaran materi ajar sangat jarang diadakan. Hal ini juga dikuatkan hasil angket yang disebarkan di akhir kegiatan P2M tahun 2014 dimana 60 % guru minta kegiatan P2M tersebut dilanjutkan terutama membahas permasalahan dalam pembelajaran materi ajar matematika khususnya topik-topik yang sulit diajarkan guru di kelas, hal di atas juga ditunjang oleh surat permintaan dari Kepala UPTD kecamatan Tabanan yang memohon agar kegiatan P2M ini bisa dilanjutkan pada tahun berikutnya (lampiran 01). Sehingga hal tersebut nampaknya layak dijadikan salah satu tema atau fokus kegiatan, karena sifatnya aktual-faktual dan prediktif perbaikan mutu pendidikan SD di kecamatan Tabanan Kepala UPTD kecamatan Tabanan menyatakan bahwa mereka sangat mengharapkan agar guru- guru khususnya di eklas rendah dapat diberikan penataran atau pelatihan penyegaran materi ajar dan juga telah menyatakan kesanggupannya untuk menyediakan tempat maupun fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam pelatihan tersebut.. Berdasarkan analisis situasi di atas, maka permasalahan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah masih rendahnya penguasaan guru-guru SD di Kecamatan Tabanan pada materi ajar matematika. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan penguasaan materi ajar matematika bagi guru-guru SD di kecamatan Tabanan. Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini memberikan kontribusi positif terhadap usaha peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan matematika di jenjang SD. Secara eksplisit kontribusi hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dijabarkan sebagai berikut. a) Para guru SD peserta pelatihan mendapatkan wawasan baru terkait penguasaan materi ajar matematika, diharapkan pula bahwa pengalaman itu dapat ditularkan kepada guru sejawat. b) Bagi Dinas Pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Tabanan, program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan di Tabanan, khususnya pada jenjang SD. Undiksha, program ini sangat bermanfaat dalam menjalin kerjasama yang mutualistis antara LPTK dengan kalangan masyarakat luas, sehinnga tenaga dan bergagai potenssi yang ada dapat disumbangkan kepada kalayak luas khususnya yang berkenan dengan sektor pendidikan. ## Metode Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa muara dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya penguasaan guru terhadap materi ajar matematika di SD. Terkait dengan hal ini, khalayak sasaran yang strategis dan tepat untuk dilibatkan dalam kegiatan ini adalah guru- guru SD kelas rendah. Dalam kegiatan pengabdian periode ini sebagai khalayak sasaran ditetapkan guru- guru SD di Gugus 3 dan 4 kecamatan Tabanan, yang mana ada 5 SD di Gugus 3 dan 6 SD di Gugus 4, masing SD akan dilibatkan 2 guru, 1 orang kepala K2S dan 2 orang pengawas sehingga total peserta adalah 25 orang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan/diklat. Materi diklat meliputi materi ajar matematika untuk kelas rendah (2-3), yang meliputi konsep bilangan dan pecahan serta operasinya. Prosedur evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pre-test dan post test dan Observasi. Observasi selama pelatihan untuk mengetahui aktivitas dan antusiasme para peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan. Ada dua aspek yang dievaluasi pada kegiatan ini. Aktivitas peserta selama pelatihan berlangsung. Keberhasilan dapat dilihat dari kehadiran dan aktivitas peserta selama kegiatan baik bertanya, menjawab pertanyaan dan berdiskusi. Kegiatan dikatakan berhasil jika minimal 85% sasaran hadir, dan minimal 85% peserta hadir yang hadir mengikuti secar penuh. Tingkat penguasaan materi. Keberhasilan dilihat dari skor perolehan pada post test, yakni jika tergolong tuntas, yaitu rata-rata skor post test minimal 70 dengan minimal 85 % peserta skornya lebih dari 70. Pendampingan Pasca pelatihan dilakukan pendampingan untuk melihat bagaimana guru mengimplementasikan hasil pelatihan. Pendampingan dilakukan sekali yang dilaksanakan 3 minggu setelah pelatihan dan diambil dua sekolah di masing- masing Gugus (SD 3 Dajan Peken dan SD 5 Gubug). ## Hasil Dan Pembahasan Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat “Pelatihan Penyegaran Materi Ajar Matematika bagi Guru-Guru SD di kecamatan Tabanan” melibatkan masing- masing 2 orang guru kelas rendah (I, II dan III) di Gugus 3 dan 4 kecamatan Tabanan, yang mana ada 5 SD di Gugus 3 dan 6 SD di Gugus 4, 1 orang ketua K2S dan 2 orang pengawas sehingga total peserta adalah 25 orang. Hampir semua kegiatan telah terlaksana yakni 1) penyusunan materi pelatihan berupa “operasi bilangan bulat dan pengenalan konsep pecahan dan pembelajarannya,” 2) pelaksanaan pelatihan penyegaran materi ajar matematika yang diberikan oleh bapak I Made Suarsana, S.Pd, M.Si. Hasil pelaksanaan masing-masing sub kegiatan dapat dipaparkan sebagai berikut. Materi pelatihan meliputi operasi bilangan bulat, pengenalan konsep bilangan pecah dan pembelajarannya. Untuk materinya lebih banyak mengadopsi materi buku pegangan siswa dan pembelajarannya mengadopsi dari pendidikan matematika III (diktat PGSM). Kegiatan “ Pelatihan Penyegaran Materi Ajar Matematika Bagi Guru SD kelas Rendah di kecamatan Tabanan” yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2016. Dari 25 orang guru yang diundang hanya 23 orang yang hadir, dan yang tidak hadir 2 orang karena sedang mengikuti kegiatan pelatihan yang sejenis. Adapun susunan acara pelaksanaan penyegaran materi ajar matematika sebagai berikut. Table 1 daftar kegiatan pelatihan Waktu Kegiatan 08.00 -08.30 Pembukaan 08.30 – 10.00 Pemaparan makalah 10.00-11.00 Diskusi 11.00-12.30 Latihan Soal-soal dan tanya Jawab 12.30-13.00 Istirahat makan siang 13.00 Penutup Dari hasil tes terkait bilangan bulat dan pecahan diperoleh bahwa tingkat penguasaan materi guru lumayan baik, karena rata-rata skor test terendah adalah 72 dan peserta yang hadir 23 orang dari 25 orang yang diundang (lebih dari 85%). Respon guru terhadap materi yang disajikan sangat tinggi, ini ditunjukkan oleh antusias guru mengajukan permasalahan dan memberikan tanggapan jika diberikan permasalahan. Dari tugas kerja kelompok yang diberikan hasilnya juga baik karena cuma satu kelompok yang kurang lengkap dan masih ada kesalahan, begitu juga saat diskusi kelompok mereka sangat serius dan kompak dan saat tanya jawab dengan nara sumber juga sampai melebihi waktu yang direncanakan. Angket yang diedarkan juga memberikan respon yang positif dan 75 % mengharapkan kegiatan ini bisa dilanjutkan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendampingan dilakukan sekali dan yang dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2016 di SD 3 Dajan Peken dan SD 5 Gubug. Guru SD 4 Gubug yang didamping adalah ibu Ni Wayan Mariati dan Ni Made Widiari guru SD 2 Sudimara. Pada saat pedampingan kepala sekolah juga turut serta mendampingi sehingga guru menjadi lebih bersemangat dan banyak mendiskusikan hal-hal yang ditemui saat mengajar seperti kurangnya alat peraga yang murah dan mudah digunakan untuk menjelaskan konsep pecahan dan operasi bilangan bulat. Demikian juga dalam dalam penanaman konsep perkalian,guru kebingungan karena siswa sering lupa hasil kali dua buah bilangan, ataupun hasil bagi dua buah bilangan misal perkalian 5x6, 63: 7,7x9, atau 9x7, 5 dan lain-lain. Padahal jika mereka ingat sifat komutatif dan sifat pembagian pasti mereka mudah untuk memahami hal tersebut. Mereka juga mempertanyakan mungkan tidak guru kembali menerapkan sistem driil untuk siswanya khususnya untuk perkalian agar konsep- konsep dikuasai dan diingat lama oleh siswa, karena tidak semua siswa dapat mengkostruksi sendiri pengetahuannya. Kegiatan “Pelatihan Penyegaran Materi Ajar Matematika bagi Guru-Guru SD di kecamatan Tabanan berlangsung sesuai rencana dan guru sangat antusias selama mengikuti pelatihan, dan respon mereka juga sangat positif. Kegiatan ini dirasakan sangat besar manfaatnya bagi peserta. Hal ini didukung oleh jawaban peserta terhadap angket yang diberikan pada akhir pelatihan. Kegiatan ini juga dipandang perlu dan penting oleh peserta. Hal ini terlihat dari keantusiaan dan ketekunan peserta saat pemaparan materi dari nara sumber, keaktifan peserta dalam diskusi kelompok dan tanya jawab. Jumlah peserta yang hadir juga melebihi target minimal yang direncanakan, ini berarti kerjasama Ka. UPTD, pengawas, K3S dan Undiksha sangat bagus. Berdasarkan hasil tes, hasil observasi dan respon peserta terhadap angket yang disebarkan dapt disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan P2M ini berhasil. ## Simpulan Dan Saran Beberapa kesimpulan yang dapat dibuat dari kegiatan ini adalah 1) Setelah mengikuti pelatihan ini guru kelas rendah mendapatkan pencerahan dalam mengatasi permasalah dalam pembelajaran konsep bilangan bulat dan pecahan. Materi ini sangat bermanfaat bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran, memberi penguatan bagi siswanya. 2) Setelah mengikuti pendampingan beberapa permasalah di kelas bisa langsung divarikan solusinya karena narasumber langsung mendampingi di kelas. 3) Kegiatan pelatihan ini dipandang sangat bermangfaat dan diperlukan bagi guru-guru dan mereka berkeinginan kegiatan semacam ini berlangsung secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Perlu dilakukan pelatihan dengan waktu yang lebih panjang (2-3) hari, sehingga peserta dapat lebih banyak mempraktekan materi yang didapatkan. Perlu dilakukan kegiatan pelatihan yang berlangsung secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Perlu pendampingan ke sekolah-ke sekolah yang lebih banyak sehingga guru lebih siap di kelas. ## Daftar Pustaka Anom, Ida Bagus, 1998. Upaya pengikatan Profesionalisme Guru IPA pada Era Globalisasi Suatu Tantangan Perubahan. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Profil Guru MIPA dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berwawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa di MIPA STKIP Singaraja tanggal 19 Januari 1998. Bali: Depdikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Badan PSDMPK-PMP. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2013. Materi Diklat Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Sekolah Dasar. Jakarta: Badan PSDMPK-PMP. Sumarna Surapranata. 2006. Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi Pendidik. Makalh. Disampaikan dalam Seminar Nasional pendidikan di IKIP Negeri Singaraja tanggal 1 Februari 2006. Jakarta: Dikti Depdiknas. Subagia, I Wayan. 2006. Pengembangan Kompetensi Pedagogik dalam Kurikulum Pendidikan Guru Pemula. Makalah. Disampaikan pada Seminar Pengembanangan Kurikulum Pendidikan MIPA Menyongsong Sertifikasi Guru di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja, 22 April 2006. Singaraja: FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.
ca4d5e30-9705-4c81-a787-3946a433d73c
https://www.jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jei/article/download/4470/2367
Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1654-1660 Digitalisasi dan Keberlangsungan UMKM Kuliner Halal Selama Pandemi Covid-19 Anton Priyo Nugroho 1*) , Abd Rahman 2) 1) Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia 2) Prodi Perbankan Syariah, STEI Yogyakarta *Email korespondensi: [email protected] ## Abstract The digitization of MSMEs is transforming the use of digital applications in micro, small and medium enterprises so that all forms of activity in them can be carried out through several applications that provide online buying and selling services, especially MSMEs in the culinary sector. This study determines the role of digitizing MSMEs on the sustainability of MSMEs in this Covid-19 pandemic condition due to changes in people's lifestyles that also impact the condition and sustainability of MSMEs. This qualitative research used interviews of 15 owners of culinary MSMEs labeled halal and 15 consumers around the Catur Tunggal sub-district, Depok Sleman. This study shows that the digitization of MSMEs plays a role in increasing the number of sales and business revenues and helps the sustainability of MSMEs during the Covid-19 pandemic. ## Keywords: Halal MSMEs, Digitalization of MSMEs, Covid-19 Pandemic Saran sitasi : Nugroho, A. P., & Rahman, A. (2022). Digitalisasi dan Keberlangsungan UMKM Kuliner Halal Selama Pandemi Covid-19 . Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8 (02), 1654-1660. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4470 DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4470 ## 1. PENDAHULUAN Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terbukti mampu memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS pada tahun 2018 jumlah UMKM sebanyak 64,2 juta unit. Angka tersebut mencapai 99,9 % dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia yang berkontribusi 60,3 % dari total Produk Domestik Bruto (PDB), serta menyerap 97 % dari total tenaga kerja dari total 99 % lapangan kerja (BPS, 2018). Jumlah UMKM di Provinsi Daerah IsrimewaYogyakarta pada tahun 2017 diketahui sebanyak 238.619 dengan persebaran Kota Yogyakarta sebesar 14 %, Sleman sebesar 18 %, Gunungkidul 22 %, Bantul sebesar 26 % dan Kulon Progo sebesar 20 %. (Depkop.go.id, 2019). Salah satu bentuk UMKM yang sering banyak dijumpai adalah UMKM di bidang kuliner yang sering disebut dengan Street food atau Pedagang Kaki Lima (PKL). UMKM di bidang kuliner banyak tersedia di Yogyakarta tidak terkecuali di Kabupaten Sleman. Street food banyak digemari masyarakat karena jenis makanan dan minuman yang beragam serta banyak dijumpai di kawasan wisata seperti di Kabupaten Sleman. Selain itu, karena sebagian besar masyarakat di kabupaten Sleman maupun masyarakat Indonesia adalah muslim makanan halal tetap menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, jaminan kehalalan makanan salah satunya dengan mencantumkan label halal yang terdapat pada Street Food juga memberi kesan tersendiri terutama bagi muslim yang ingin menikmati jajanan pedagang kaki lima. Penilaian produk dapat dilihat dari sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh DSN MUI. Pemberian label halal pada produk makanan dapat ditentukan dari beberapa aspek seperti bahan-bahan yang digunakan, pengolahan, kehigenisan dan lain sebagainya. Selain dari MUI dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mulai dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober 2019 setidaknya ada tiga pihak yang berperan serta dalam pelaksanaan sertifikasi halal diantaranya, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) selaku regulator, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai pemberi fatwa dan Lembaga Pemeriksaan Halal (LPH) sebagai lembaga yang bertugas memeriksa kehalalan produk. Akan tetapi penjualan kuliner street food di Indonesia khususnya di Kabupaten Sleman sempat menurun saat pandemi Covid-19, terleih adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan masyarakat menuruti protokol kesehatan sehingga UMKM yang harus tutup sementara. Selain itu adanya penerapan masa Sosial distancing , Physical distancing hingga Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) sebanyak lebih dari 47.000 UMKM sudah terdapak selama pandemi Covid-19 (Republika.co.id, 2020). Walaupun demikian masyarakat dan UMKM terus mengembangkan strategi pemasarannya agar tetap bertahan selama pandemi. Salah satu strategi yang dilakukan UMKM adalah dengan menggunakan digital marketing . Proses penjualan produk melalui digitalisasi UMKM memanfaatkan media sosial yang ada atau dengan menggunakan fasilitas e-commerce serta marketplace lainnya. Riswantio & Devi (2020) dalam penelitian yang dilakukan Wibowo (2018) menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya usaha mikro, kecil dan menengah yang terlibat ekonomi digital membuat pertumbuhan lebih cepat dari segi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan Dewi (2020) dan Komalasari et al. (2020) yang berpendapat pemanfaatan teknologi saat ini menjadi strategi penting yang dapat diterapkan oleh UMKM untuk dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19 . Data yang dilansir oleh We Are Social , sebuah agensi digital marketing di Amerika, menyebutkan bahwa platform media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia per Januari 2017 adalah Youtube, (49%) dan oleh Facebook (48%). Posisi selanjutnya ditempati oleh Instagram (39%), Twitter (38%), Whatsapp (38%), dan Google (36%). Sisanya ditempati secara berurutan oleh FB Messenger, Line, Linkedin, BBM, Pinterest, dan Wechat . Digitalisasi UMKM juga merupakan program dari Kementrian Koperasi dan UKM bersama Kominfo. Pada tahun 2017 membuat sebuah kebijakan program 8 juta UMKM go online sampai tahun 2020 (Kominfo, 2017). Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Sleman juga turut berperan dalam proses digitaliasi UMKM salah satunya adalah dengan menyediakan marketplace Kendi Sembada. (Sindonews.com, 2020). ## 1.1. Digitalisasi UMKM Digitalisasi merupakan proses kegiatan merubah arsip tekstual menjadi arsip media baru terbaca oleh komputer. Dalam Vital Wave & Caribou Digital (2014) terdapat tiga elemen dasar dalam membentuk suatu digitalisasi UMKM di dalam pasar yang sedang berkembang diantaranya: a. Akses internet b. Akses transaksional c. Entrepreneurship Strategi pemasaran online meliputi aktivitas- aktivitas yang berkaitan dengan hal berikut (Setyorini et al., 2019): a. Pengiklanan, b. Promosi, c. Penetuan harga, Peran digitalisasi UMKM juga ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan Purwana et al. (2017) dan Irawan (2020) . Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan faktor pendukung keberlangsungan UMKM. Selain itu, strategi revitalisasi UMKM secara digital perlu diterapkan lebih masif. ## 1.2. Keberlangsungan UMKM Keberlangsungan UMKM merupakan suatu keadaan atau kondisi usaha, dimana didalamnya terdapat cara-cara untuk mempertahankan, mengembangkan dan melindungi sumber daya serta memenuhi kebutuhan yang ada didalamnya. Keberlangsungan usaha merupakan bentuk konsistensi dari kondisi usaha. Untuk menjaga kelangsungan usaha serta pengembangan usaha berujung pada eksistensi dan ketahanan usaha (Hudson et al., 2001). Adapun indikator keberlangsungan usaha dapat dilihat dari aspek berikut : a. Inovasi b. Pengelolan karyawan dan pelanggan c. Pengembalian modal awal Penelitian yang dilakukan Awali (2020) dan Kala’lembang (2020) menunjukkan penggunaan e- marketing melalui marketplace perlu untuk diterapkan agar dapat menjamin keberlangsungan usaha UMKM saat pandemi dan tantangan revolusi industri 4.0. Penelitian sejenis seperti yang dilakukan Hardilawati (2020) juga merekomendasikan beberapa strategi bertahan yang dapat di lakukan UMKM untuk dapat mempertahankan bisnisnya, yaitu dengan melakukan penjualan melalui e-commerce dan melakukan pemasaran produk dengan memanfaatkan teknologi digital (digital marketing) untuk dapat menjangkau lebih banyak konsumen. ## 1.3. Label halal Label halal sebuah produk dapat di cantumkan pada sebuah kemasan apabila produk tersebut telah mendapatkan sertifikasi halal oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap konsumen. Kategori makanan dan minuman halal dapat diukur dari beberapa aspek seperti halal dzatnya, halal cara mendapatkannya, yaitu makanan dan minuman halal harus didapatkan dengan cara yang halal pula, halal proses pengolahannya. Dari tinjauan pustaka di atas dapat dibuat kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut: ## Gambar. 1 Kerangka Berikir ## 2. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengungkapkan peran digitalisasi UMKM terhadap keberlangsungan UMKM di Kabupaten Sleman menghadapi pandemi Covid-19 . Data diperoleh dari UMKM sektor kuliner (street food) atau makanan jalanan (PKL) berlabel halal berjumlah 15 orang pemilik UMKM dan 15 orang konsumen yang ada di Jl. Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data penelitian dilakukan selama tanggal 15-24 Maret 2021. Adapun instrumen dalam penelitian Peran digitalisasi UMKM berlabel halal terhadap keberlangsungan UMKM di masa pandemi Covid-19 adalah sebagai berikut : Tabel. 1 Identifikasi Pertanyaan No Variabel Indikator Sumber 1 Digitalisasi UMKM a. Akses internet b. Akses transaksional c. Entrepreneurship (Vital Wave & Caribou Digital, 2014) 2 Keberlangsungan UMKM sektor kuliner (Street food) berlabel halal a. Inovasi b. Pengelolaan karyawan dan pelanggan c. Pengembalian modal awal (Hudson et al., 2001) Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dengan mengacu pada tujuan dari penelitian ini seperti profil usaha, kondisi usaha sebelum dan pada saat pandemi Covid- 19 berlangsung dan keberlangsungan UMKM saat pandemi Covid-19 dengan digitalisasi. Data yang telah terkumpul diolah menggunakan analisis deskriptif kualitatif menggunakan teknik analisis Miles & Huberman. Aktivitas analisis data beberapa langkah sesuai teori Miles, Huberman dan Saldana yaitu menganalisis data dengan tiga langkah, data collection, data display, data reduction dan conclusion drawing and verification . Huberman dan Salda akan diterapkan sebagaimana berikut : Ketidakstabilan UMKM sektor kuliner (street food) Digitaisasi UMKM Distribusi Pendapatan Covid-19 Gambar. 2 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Sleman Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Indonesia mencapai hampir 60 juta pelaku usaha pada tahun 2017 yang tersebar di seluruh Indonesia (Endrianto, 2015). UMKM di wilayah Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta sampai tahun 2018 memiliki 36.000 UMKM yang tersebar di 86 Desa dan dapat menghasilkan omset pertahun rata- rata 300 juta rupiah (Aprita, 2018). Selain itu, data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa UMKM pada sektor usaha Kuliner merupakan sektor usaha UMKM terbanyak kedua dengan jumlah 7.435 UMKM. Sumber: dinkopukm.slemankab.go.id Gambar. 3 Jumlah UMKM berdasarkan sektor Dari banyaknya UMKM sektor kuliner yang ada, subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah UMKM yang berada di Jl. Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 30 orang terdiri dari 15 pemilik atau karyawan kunci UMKM sektor kuliner berlabel halal dan 15 konsumen yang diambil secara acak yang berada disekitar kawasan kuliner. 3.2. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap UMKM UMKM sektor kuliner merupakan salah satu sektor yang paling terdampak pandemi. Kondisi UMKM ditengah pandemi terus mengalami penurunan kapasitas, mulai dari penurunan kapasitas produksi hingga penurunan penghasilan (Amri, 2020). Semua responden dalam penelitian ini menyampaikan bahwa usahanya mengalami penurunan pendapatan selama pandemi Covid-19 . Pembatasan aktivitas masyarakat sebagai upaya penanganan pandemi Covid-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan secara nasional baik dari segi penjualan secara online ataupun penjualan secara offline (Hadiwardoyo, 2020). Senada dengan hal itu penelitian Susilawati et al., (2020) juga menunjukkan sektor lain yang terkena dampak selama pandemi Covid-19 adalah sektor jasa, seperti transportasi dan pariwisata serta sektor lain seperti perdagangan, kesehatan serta sektor lainnya. Beberapa dampak yang dialami seperti penurunan penjualan, kesulitan permodalan, hambatan distribusi produk, serta kesulitan bahan baku. Akan tetapi, terlepas dari dampak negatif dari kondisi pandemi, UMKM semakin berinovasi agar usahanya terus berjalan. Hal tersebut memicu berbagai inovasi baik produk maupun strategi pemasaran yang berakselerasi pada proses transformasi digital (Abdul Rahman Rusli Tanjung, 2012). 3.3. Peran Digitalisasi UMKM Terhadap Keberlangsungan UMKM di Masa Pandemi ## Covid-19 Salah satu strategi jangka panjang difokuskan pada pengenalan dan penggunaan teknologi digital bagi UMKM sekaligus persiapan untuk memasuki era Data Collection Data Condensation Conclusion atau Verification Data Display Industri (Nalini, 2021). Dari semua responden menyatakan bahwa digitalisasi bisa menjadi solusi dan alternatif dalam kondisi pandemi ini dalam kaitannya dengan keberlangsungan UMKM. Dunia usaha dalam hal ini UMKM dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi sebagai upaya meningkatkan peluang usahanya. Dunia digital akan menjadi poin yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia dalam hal ini termasuk dalam kegiatan bisnis. Beberapa kemudahan yang ditawarkan dari digitalisasi ini seperti promosi yang lebih efisien dengan jangkauan target pasar yang lebih luas serta proses transaksi yang semakin mudah. Aspek pemahaman pelaku UMKM terhadap transformasi digital menjadi sangat penting peranannya dalam pengembangan dan keberlangsungan UMKM. Perkembangan teknologi digital memungkinkan para pelaku UMKM melek teknologi, oleh karena itu diperlukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman serta dapat menginspirasi pelaku UMKM dalam memanfaatkan teknologi internet dan jejaring sosial sebagai alat untuk menjalankan bisnisnya (Purwana et al., 2017). Beberapa hal yang menjadi kelebihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM dari digitalisasi ini sebegai berikut, ## a. Kemudahan dalam Melakukan Transasksi Antara Penjual dan Pembeli Proses digitalisasi pada sektor UMKM ini dimaksudkan untuk memudahkan pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya dalam kondisi pandemi Covid-19 . Aplikasi digital membantu dalam menfasilitasi kegiatan pembelian menjadi lebih mudah dan nyaman. Penggunaan aplikasi digital dapat menghemat waktu pelanggan dibandingkan jika pelanggan tersebut melakukan pembelian secara offline . Selain itu, pembelian atau transaksi online memungkinkan pelanggan dapat memperoleh harga lebih murah dibandingkan jika membeli secara offline . Hal ini di dukung dalam penelitian PratamaYudha et al., (2018) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh baik secara simultan dan parsial antara variabel kemudahan penggunaan, kualitas pelayanan, harga dan promosi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kepuasan pelanggan. Dalam konteks ekonomi Islam, Allah menghendaki kemudahan dan tidak memberikan kesusahan kepada hambanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayar 185 sebagai berikut: َر ْس ُع ْ لا ُم ُ كِب ُدي ِر ُي اَلَو َر ْسُي ْ لا ُم ُ كِب ُ ه للَّا ُدي ِرُي .... Artinya: ...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. b. Menambah Pendapatan Pelaku UMKM Pelaku UMKM merasakan adanya tambahan pendapatan setelah menggunakan aplikasi digital karena tidak hanya menunggu pelanggan yang melakukan transaksi secara langsung tetapi juga dari pelanggan yang pesan lewat aplikasi. Sehingga pelaku UMKM mempunyai dituntut semakin kreatif dan mampu mengaplikasikan aplikasi digital dalam usahanya. Aplikasi digital yang paling banyak memberikan tambahan jumlah pendapatan kepada pelaku UMKM di sektor kuliner (street food) berlabl halal, adalah aplikasi Grab dan Gojek walaupun saat ini sudah banyak bermunculan aplikasi-aplikasi yang menyediakan layanan serupa seperti Jogjakita, Shopee food dan lain semacamnya. Dalam penelitian Bambang Suprayogi dan Abdur Razak, (2019) Pemanfaatan dan Implementasi teknologi digital dalam melakukan pemasaran berbasis digital bertujuan untuk memperoleh konsumen, membangun preferensi pelaku UMKM, promosi merek, memelihara konsumen, serta meningkatkan penjualan yang pada akhirnya meningkatkan profit atau pendapatan pelaku UMKM itu sendiri. Implementasi pemasaran digital diharapkan customer dapat memperoleh seluruh informasi mengenai profile UMKM, produk dan bertransaksi melalui internet. Pemasaran digital dapat membantu menyebarkan informasi mengenai produk secara cepat dan tepat. ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Penggunaan aplikasi digital pada usaha mikro, kecil dan menengah khusunya di sektor kuliner (stret food) memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah pesanan dan jumlah pendapatan. Disisi lain, proses digitalisasi di sektor UMKM dianggap lebih efektif dan efisien bagi pelaku usaha dan juga bagi konsumen mengingat kondisi pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri dimasa pandemi covid-19 para pelaku mengalami penurunan jumlah pendapatan jika dibandingkan dengan sebelumnya. b. Aplikasi digital yang paling banyak memberikan tambahan jumlah pendapatan kepada pelaku UMKM di sektor kuliner (street food) adalah aplikasi Grab dan Gojek walaupun saat ini sudah banyak bermunculan aplikasi-aplikasi yang menyediakan layanan serupa seperti Jogjakita, Shopee food dan lain semacamnya. Selain itu penelitian ini dapat disampaikan saran sebagai berikut: a. Perlunya turut andil pemerintah dalam rangka menyiapkan dan meningkatkan pemahaman pelaku usaha dalam proses digitalisasi di sektor UMKM sehingga dapat membantu meningkatkan UMKM dan pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 baik melalui pelatihan, seminar dan lain sebagainya. b. Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai solusi bagi UMKM agar dapat bertahan dalam kondisi pandemi Covid-19 dan meningkat jangakuan jaringan internet khususnya bagi masyarakat pedesaan yang memiliki usaha dan juga terdampak pandemi Covid-19 ini sehingga semua lapisan masyarakat dapat merasakannya. ## 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak terutama kepada UMKM sektor kuliner berlabel halal di wilayah Kabupaten Sleman yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penelitian ini. ## 6. REFERENSI Abdul Rahman Rusli Tanjung. (2012). MUSIBAH DALAM PERSPEKTIF ALQURAN : Studi Analisis Tafsir Tematik. Journal Analytica Islamica , 1 (1), 148–162. http://www.jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytic a/article/view/376 Amri, A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Brand , 2 (1), 147– 153. https://www.academia.edu/42672824/Dampak_ Covid-19_Terhadap_UMKM_di_Indonesia Aprita, A. (2018). 36 Ribu UMKM Di Sleman Berhasil Capai Omzet Rp 300 Juta Per Tahun Artikel Ini Telah Tayang Di Tribunjogja.Com Dengan Judul 36 Ribu UMKM Di Sleman Berhasil Capai Omzet Rp 300 Juta Per Tahun. [Online] (Updated 05 Nov 2018) URL: https://Jogja.Tribunnews.Com/ . Awali, H. (2020). Urgensi Pemanfaatan E-Marketing Pada Keberlangsungan Umkm Di Kota Pekalongan Di Tengah Dampak Covid-19. BALANCA : Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam , 2 (1), 1–14. https://doi.org/10.35905/balanca.v2i1.1342 Bambang Suprayogi, S.E., M.SI.Abdur Razak, S.E., M. (2019). Implementasi_pemasaran_digital_meningkatkan _penjualan_UMKM_Ciamis . 3 (2), 16–24. Badan Pusat Statistik. (2018). Data Jumlah UMKM, diakses tanggal 3 Januari 2022 Depkop.go.id. (2019). Pertumbuhan UMKM di DI Yogyakarta tahun 2017 . diakses tanggal 3 Januari 2022 Dewi, M. C. (2020). Pemanfaatan Teknologi Bagi Umkm Selama Pandemi Covid-19 . XII , 11–19. Endrianto, W. (2015). Prinsip Keadilan dalam Pajak atas UMKM. Binus Business Review , 6 (2), 298. https://doi.org/10.21512/bbr.v6i2.978 Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19. Baskara: Journal of Business and Entrepreneurship , 2 (2), 83–92. https://doi.org/10.24853/baskara.2.2.83- 92 Hardilawati, W. laura. (2020). Strategi Bertahan UMKM di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Akuntansi Dan Ekonomika , 10 (1), 89–98. https://doi.org/10.37859/jae.v10i1.1934 Hudson, M., Smart, A., & Bourne, M. (2001). Theory and practice in SME performance measurement systems. In International Journal of Operations and Production Management (Vol. 21, Issue 8). https://doi.org/10.1108/EUM0000000005587 Irawan, A. (2020). Challenges and Opportunities for Small and Medium Enterprises in Eastern Indonesia in Facing the COVID-19 Pandemic and the New Normal Era. TIJAB (The International Journal of Applied Business) , 4 (2), 79. https://doi.org/10.20473/tijab.v4.i2.2020.79- 89 Kala’lembang, A. (2020). Adopsi E-Commerce Dalam Mendukung Perkembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Masa Pandemi Covid-19. Capital: Jurnal Ekonomi Dan Manajemen , 4 (1), 54. https://doi.org/10.25273/capital.v4i1.7358 Komalasari, R., Harto, B., & Setiawan, R. (2020). UMKM Go-Digital sebagai Adaptasi dan Inovasi Pemasaran Arkha Minoritas pada Pandemi COVID-19. IKRAITH-ABDIMAS Vol 4 No 1 Bulan Maret 2021 , 4 (59), 1–7. Kominfo. (2017). program 8 juta UMKM go online .diakses pada tanggal 4 Januari 2022 Miles, B. M. dan M. H. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta : UIP . UIP. Nalini, S. N. L. (2021). Dampak Dampak covid-19 terhadap Usaha MIkro, Kecil dan Menengah. Jesya (Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah) , 4 (1), 662–669. https://doi.org/10.36778/jesya.v4i1.278 PratamaYudha, S. A., Arifin, R., & HUFRON, M. (2018). Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kualitas Pelayanan,Harga Dan Promosi Tehadap Kepuasaan Pelanggan Grabfood. E – Jurnal Riset Manajemen , 77–90. Purwana, D., Rahmi, R., & Aditya, S. (2017). Pemanfaatan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Di Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM) , 1 (1), 1–17. https://doi.org/10.21009/jpmm.001.1.01 Republika.co.id. (2020). Ribuan UKM Sleman terdampak covid-19 . diakses tanggal 3 Januari 2022 Riswantio, A., & Devi, A. (2020). Digitalisasi Warung Sembako Dan Terintegrasi Dengan Payment Gateway Berbasis Syariah. Pkm-P , 4 (2), 208. https://doi.org/10.32832/pkm-p.v4i2.747 Setyorini, D., Nurhayati, E., & Rosmita. (2019). Pengaruh Transaksi Online (e-Commerce) Terhadap Peningkatan Laba UMKM (Studi Kasus UMKM Pengolahan Besi Ciampea Bogor Jawa Barat). Jurnal Mitra Manajemen (JMM Online) , 3 (5), 501–509. Sindonews.com. (2020). Berita Terkini Pengembangan UMKM di Sleman. diakses pada tanggal 3 Januari 2022. Susilawati, S., Falefi, R., & Purwoko, A. (2020). Impact of COVID-19’s Pandemic on the Economy of Indonesia. Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences , 3 (2), 1147– 1156. https://doi.org/10.33258/birci.v3i2.954 Vital Wave & Caribou Digital. (2014). Digital Economies In Emerging Markets . December . Wibowo, H. (2018). Pengembangan Ekonomi Kreatif Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Menuju Koperasi Berbasis IT. Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 3(1) , 17 – 3 .
a6736f94-1df1-4037-8395-594866fad1aa
https://ejournal.unma.ac.id/index.php/j-ensitec/article/download/1434/901
Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering ## ANALISIS PENENTUAN SUPPLIER KABEL AMP TERBAIK DI PT AURA TRIDAYA SEMESTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) H.Dadang Hendriana.M.Sc 1 , Muhammad Fatih Addin 2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Pasundan Email : [email protected]. ## ABSTRAK Iklim persaingan dalam dunia usaha menunjukan kecenderungan yang meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, tidak hanya dalam skala nasional melainkan juga dalam skala internasional. Para pelaku ekonomi pada berbagai sektor usaha selalu mengupayakan pertambahan daya saing perusahaan, setidaknya dengan mempertahankan kekuatan yang telah dimiliki . Maka dari itu diperlukan strategi yang dapat meningkatkan produktifitas pada perusahaan yaitu dengan menentukan supplier terbaik kepada perusahaan. Karena supplier memegang peranan penting dalam ketersediaan bahan baku untuk berlangsungnya aktivitas produksi suatu perusahaan. Pemilihan supplier yang tepat tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan tetapi juga meningkatkan kepuasan pelanggan. PT Aura Tridaya Semesta dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya dihadapkan kepada permasalahan yang berkaitan dengan pemilihan supplier berdasarkan kriteria yang dibutuhkan sehingga nantinya diharapkan pengadaan barang kabel AMP dapat terpenuhi dengan baik. Dalam proses pengadaan barang kabel AMP terdapat beberapa supplier yang telah lolos seleksi administratif dan dapat langsung melanjutkan ketahap tender. Diantara perusahaan yang telah memenuhi persyaratan administratif adalah PT Bascom Net, PT Infinity dan PT Sistech Karisma. Untuk mengukur kinerja dari masing-masing supplier maka menggunakan pendekatan metode ( Analitycal Hierarchy Process) . Dalam melakukan evaluasi kinerja supplier pada prakteknya terbagi atas tiga kriteria yaitu : penentuan kriteria, sub -kriteria dan Alternatif. Setelah dihitung maka didapatkan bobot prioritas tertinggi yaitu PT Bascom Net menduduki peringkat pertama, kemudian PT Sistech Karisma diperingkat kedua dan PT Infinity diperingkat ke tiga. Evaluasi kinerja supplier harus terus dilakukan secara periodik untuk bisa menunjang keberhasilan perusahaan. Kata Kunci : AHP , Supplier, Quality, Cost, Delivery, Flexibility, Responsiveness 1. Pendahuluan 1. pendahuluan Persediaan bahan baku yang cukup merupakan salah satu faktor dalam menjaga keseimbangan lintasan produksi. Dalam proses produksi yang bergerak di bidang manufaktur ataupun jasa bekerjasama dengan beberapa supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dengan jenis-jenis tertentu sesuai dengan proses produksinya. Proses pembelian bahan baku memerlukan hubungan kerjasama yang baik antara pihak supplier dan pihak perusahaan. Supplier memegang peranan penting dalam ketersediaan bahan baku untuk berlangsungnya aktivitas produksi suatu perusahaan. Dalam hal ini perusahaan perlu untuk bekerjasama dengan supplier untuk melanjutkan aktivitas produksinya. Pada bagian pengadaan suatu perusahaan, pemilihan supplier merupakan permasalahan yang cukup penting. Pemilihan supplier yang tepat tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan tetapi juga meningkatkan kepuasan pelanggan. PT Aura Tridaya Semesta merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan barang dan jasa. Perusahaan yang berdiri pada hari Sabtu 20 Januari 2010 ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai aktivitas kegiatan yaitu perdagangan barang dan jasa seperti menyuplai atau memasok barang-barang yang dibutuhkan oleh sebuah industri dan instansi pemerintahan ( general supplier) . Berdasarkan data pesanan & pengadaan barang PT Aura Tridaya Semesta pada tahun 2013, 2014 dan 2015, pengadaan barang yang mengalami Repeat Order adalah pengadaan barang Kabel AMP, dimana pengadaan barang kabel AMP ini memiliki presentase yang cukup besar dalam pemesanannya yaitu 30% sampai 36% dari pengadaan barang-baranng yang lainnya. Untuk pengadaan barang elektronik seperti pengadaan kabel AMP dalam proses pengadaannya, PT Aura Tridaya Semesta membutuhkan suppplier yang akan menjadi penunjang pada terlaksananya proses pengadaan Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering barang tersebut. Diantara supplier yang terdaftar untuk membantu pengadaan barang-barang investasi di bidang pengadaan barang elektronik adalah PT Bascom Net, PT Infinity dan PT Sistech Karisma. PT Aura Tridaya Semesta memiliki ketentuan sendiri dalam menentukan supplier yang akan ditunjuk untuk memenuhi barang yang diperlukan. Akan tetapi, ketentuan dalam memilih supplier pada perusahaan ini hanya mengandalkan harga termurah yang diberikan oleh supplier tanpa melihat kekurangan dari supplier yang akan ditunjuk, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi proses berjalannya sistem di PT Aura Tridaya Semesta. ## 2. METODE PENELITIAN Pengertian Supply Chain Management Menurut Schroeder adalah perancangan, desain, dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan konsumen sekarang dan di masa depan. Menurut Simchi-Levi adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin. Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa SCM adalah suatu rantai pengadaan barang kepada pelanggan dalam rangka menjamin ketersediaan material dan meminimalisasikan biaya. Istilah purchasing atau pembelian sinonim dengan procurement atau pengadaan barang. Berikut adalah definisi procurement menurut Brown dkk. (2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “ managing the inputs into the organization’s transformation (production process) ”, yang mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi. Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (2001:323), yaitu : “ Procurement is the business process of selecting a source, ordering, and acquiring goods or services , yang mempunyai arti bahwa pengadaan barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pembelian merupakan area yang penting yang dikemukakan Brown dkk. (2001:131), yaitu : a) Fungsi pembelian memiliki tanggung jawab untuk mengelola masukan perusahaan pada pengiriman, kualitas dan harga yang tepat, yang meliputi bahan baku, jasa dan sub- assemblies untuk keperluan organisasi. b) Berbagai penghematan yang berhasil dicapai lewat pembelian secara langsung direfleksikan pada lini dasar organisasi. Dengan kata lain, begitu penghematan harga dibuat, maka akan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap struktur biaya perusahaan. Sehingga sering dikatakan bahwa penghematan pembelian 1% ekivalen dengan peningkatan penjualan sebesar 10%. c) Pembelian dan suplai material mempunyai kaitan dengan semua aspek operasi manajemen. Memilih supplier merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang kritis dan/ atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item yang dipasok. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga dan ketepatan waktu pengiriman. Namun sering kali pemilihan supplier membutuhkan berbagai krireria lain yang dianggap penting oleh perusahaan. penelitian yang dilakukan oleh Dickson hampir 40 tahun yang lalu menunjukkan bahwa kriteria pemilihan supplier bisa sangat beragam. Dalam penelitian Dickson responden diminta memilih angka 0 – 4 pada skala likert dimana 4 berarti sangat penting. Untuk lebih jelas diuraikan pada tabel 1 Pada tabel tersebut menunjukan bahwa rata-rata responden melihat kualitas sebagai aspek terpenting dalam memilih pemasok Pujawan, 2005). Tabel 1 Kriteria Pemilihan / Evaluasi Pemasok Kriteria Skor Kriteria Skor Kualitas 3.5 Management and organization 2.3 Delivery 3.4 Operating 2.2 Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering controls Perfomance history 3.0 Repair service 2.2 Warranties and claim policies 2.8 Attitudes 2.1 Price 2.8 Impression 2.1 Technical capability 2.8 Packaging ability 2.0 Financial position 2.5 Labor relation records 2.0 Procedural compliance 2.5 Geographical location 1.9 Communication system 2.5 Amount of past business 1.6 Reputation and position in industry 2.4 Training aids 1.5 Desire of business 2.4 Reciprocal arrangements 0.6 Sumber : Pujawan (2005) Ada beberapa metode yang sering dipakai untuk menentukan strategi keputusan ( Decisions Making ) yaitu Promethee ( Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation ), AHP ( Analytic Hierarchy Process), TOPSIS ( Technique for Order Preference by Similatity to Idea Solution ), dan ANP (Analytic Network Process ) . Metoda AHP ( Analytic Hierarchy Process ) merupakan teori umum mengenai pengukuran empat macam skala pengukuran yang biasanya digunakan secara berurutan adalah skala nominal, ordinal, interval dan ratio . Skala yang lebih tinggi dapat dikategorikan menjadi skala yang lebih rendah, namun tidak sebaliknya (Saaty, T.L, 1993 : 13). AHP ( Analytic Hierarchy Process ) digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun continue . Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metoda ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan. Penggunaan AHP ( Analytic Hierarchy Process ) dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub Garis- garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi. Level 1 merupakan tujuan dari penelitian yakni memilih alternatif moda yang tertera pada level 3. Faktor-faktor pada level 2 diukur dengan perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam memilih karakter supplier yang baik, mana yang lebih penting antara faktor biaya dan kecepatan dalam melaksanakan tugas? Mana yang lebih penting antara faktor harga murah, dan kecepatan serta ketepatan dalam melakukan tugasnya sebagai supplier dan seterusnya. Langkah pertama dalam menentukan susunan prioritas elemen dengan menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut kemudian diinformasikan dalam bentuk matrix untuk maksud analitics numeric. Tabel 2 Matriks Perbandingan Berpasangan C A1 A2 A3 ...……. An A1 ………. A1n A2 ...……. A2n A3 ………. A3n …… …… …… … …….. … An An1 An2 An3 ………. Ann Sumber ( Saaty,T.L, 1994 : 47) Penilaian perbandingan antara elemen dari hirarki tersebut menggunakan skala penilaian 1 sampai 9 skala ini dapat dilihat pada tabel 3 Bobot yang dicari dinyatakan alam vector w=(w1.w2.wn) nilai wn menyatakan bobot relatif kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut. Tabel 3 Skala Penilaian Perbandingan Tingkat Kepentingan Definisi Keterangan 1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama 3 Sedikit lebih penting Pengalaman dari penilai sedikit memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya 5 Lebih Pengalaman Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering penting dari penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya 7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan elemen pasangan 9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya pada keyakinan tinggi Sumber : Saaty (1994 : 73) Hubungan preferensi yang dikenakan antara dua elemen tidak mempunyai konsistensi relasi. Bila elemen A adalah 2 kali lebih penting dari elemen B, maka elemen B adalah ½ kali pentingnya dari elemen A. Tetapi konsistensi seperti ini tidak selalu berlaku bila terdapat banyak elemen yang harus dibandingkan. Karena keterbatasan kemampuan numeric manusia maka prioritas yang diberikan untuk sekumpulan elemen tidaklah selalu konsisten secara logis. Mungkin Y adalah 9 kali lebih penting dari pada A. P adalah 5 kali lebih penting dibandingkan A, dan G adalah 3 kali lebih penting daripada P, maka tidak akan lebih untuk menemukan bahwa secara numeric G adalah 17/9 kali lebih penting dari Y. Hal ini berkaitan dengan sifat penerapan metode AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) dilakukan berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang bersifat objektif dan subjektif. Sehingga secara numeric, terdapat kemungkinan suatu rangkaian penilaian yang menyimpang dari konsistensi logis. Dalam prakteknya konsistensi seperti diatas tidak mungkin didapat. Aij akan menyimpang dari ratio wi / wj dan dengan demikian persamaan sebelumnya tidak dapat terpenuhi pada matriks konsisten. Secara praktis λmaks = n sedangkan pada matrix tak konsisten setiap variasi dari n merupakan suatu CI. Nilai CI tidak berarti bila tidak terdapat patokan untuk menyatakan apakah CI menunjukkan suatu matrix yang konsisten. Saaty (1995-57) memberikan patokan dengan perbandingan random atas 500 bual sampel. Saaty berpendapat bahwa suatu matrix yang dihasilkan dari perbandingan yang dilakukan secara acak merupakan suatu matrix yang mutlak dan konsisten dari matrix random tersebut didapatkan juga nilai CI yang disebut RI. Dengan membandingkan CI dan RI maka didapatkan patokan untuk menentukan tingkat konsistensi penilaian matrix yang dimaksud dengan CR. Dari 500 buah sampel matrix acak dengan skala perbandingan 1 sampai 9 untuk beberapa orde matrix. Saaty mendapatkan nilai rata-rata RI yang disebut dengan Random Index. Setelah ditentukan CI dan RI kemudian menghitung nilai Eigen Vector (EV) λmaks, Consistency Index (CI), dan Consistensing Ration (CR). Nilai λmaks dapat dinilai dengan cara menambahkan nilai pada masing-masing nilai pada matrix perbandingan berpasangan (jumlah kolom). Kemudian kalikan nilai jumlah kolom pertama dengan nilai bobot yang telah dinormalisasikan pada nilai pertama dan seterusnya. Kemudian dijumlahkan. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: λmaks = EV (Jumlah kolom X bobot normal) CI = CR = Setelah itu dilakukan pengujian konsistensi hirarki dilakukan dengan mengkalikan semua nilai CI ( consistency Index ) dengan bobot suatu kriteria yang menjadi acuan pada suatu matrix Perbandingan Berpasangan dan kemudian menjumlahkannya. Jumlah tersebut kemudian dijumlahkan dengan nilai yang didapat dengan cara sama tetapi untuk suatu matrix random. Hasil akhirnya berupa suatu matrix parameter yang disebut consistency of hierarcy. Secara rinci prosedur perhitungan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki akan menghasilkan beberapa Matrix Perbandingan Berpasangan. Setiap Matrix Perbandingan Perbandingan Berpasangan akan mempunyai hal-hal sebagai berikut : a. Suatu kriteria yang menjadi acuan perbandingan antara kriteria pada tingkat hirarki dibawahnya. b. Nilai bobot untuk kriteria acuan tersebut relatif terhadap kriteria tingkat tinggi. c. Nilai CI ( Consistency Index ) untuk Matrix Perbandingan Berpasangan tersebut. λ maks - n (n-1) CI CR Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering d. Nilai RI ( Random Index ) untuk matrix Perbandingan Berpasangan tersebut. 2. Untuk setiap Matrix Perbandingan, kalikan dengan nilai CI ( Consistency Index ) dengan bobot kriteria acuan. Kemudian jumlahkan semua hasil perkalian tersebut, maka akan didapatkan CIH ( Consistency Index of Hierarcy ). 3. Untuk setiap Matrix Perbandingan, kalikan nilai RI ( Random Index ) dengan bobot acuan, kemudian jumlahkan semua nilai perkalian tersebut maka akan didapatkan RIH ( Random Indx of Hierarcy ). 4. Nilai CHR didapat dari pembagian CIH dengan RIH. Sama halnya dengan konsistensi Matrix Perbandingan Berpasangan, suatu hirarki konsisten apabila CHRnya tidak lebih atau sama dengan 0,10 (CHR<0,10) ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengumpulan dan pengolahan data Dalam pengumpulan data terdapat beberapa hal yang dilakukan yaitu : a) mencari data perusahaan dan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam perusahaan yaitu pemilihan supplier terbaik. b) Memilih metode untuk menyelasaikan permasalahan yang ada pada PT Aura Tridaya Semesta. c) Mengumpulkan data kuesioner dari responden yang berkompeten dalam bidang departemen pengadaan di PT Aura Tridaya Semesta d) Penyusunan Penyusunan hirarki masalah dimulai dengan mengidentifikasikan masalah elemen-elemen yang berkaitan dengan pemilihan supplier terbaik yaitu terdiri dari : 1. Level 0, Sasaran atau tujuan dari penyusunan hirarki masalah adalah penentuan supplier terbaik untuk pengadaan barang kabel AMP 2. Level 1, adalah kriteria-kriteria yang merupakan syarat-syarat yang digunakan untuk mencapai tujuan hirarki masalah. Kriteria-kriteria untuk penentuan supplier terbaik adalah sebagai berikut : ➢ Quality (kualitas) QU ➢ Cost (harga) CO ➢ Delivery (pengiriman) DE ➢ Flexibility (fleksibilitas) GD ➢ Responsiveness (kemampuan merespon) RE 3. Level 2, adalah sub kriteria yang merupakan penjelasan dari kriteria. Berikut adalah sub kriteria dari kriteria- kriteria diatas : ➢ Kondisi material KM ➢ Jaminan kerusakan JK ➢ Harga bersaing HB ➢ Diskon Harga DH ➢ Tepat waktu TW ➢ Tepat Jumlah TJm ➢ Pemenuhan perubahan permintaan jumlah barang PJ ➢ Pemenuhan perubahan permintaan jumlah barang PW ➢ Cepat Tanggap CT ➢ Tanggung Jawab TJw 4. Level 3, alternatif adalah penentuan kriteria tertinggi (bobot prioritas tertinggi) dari supplier terbaik yang dipilih oleh PT Aura Tridaya Semesta. supplier yang mengikuti lelang pengadaan kabel AMP di PT Aura Tridaya Semesta adalah sebagai berikut: ➢ PT Bascom Net PT A ➢ PT Infinity PT B ➢ PT Sistech Karisma PT C Serangkaian indikator ini akan menjadi masukan utama dalam penilaian terhadap kinerja supplier yang telah terdaftar di PT Aura Tridaya Semesta. e) Pengolahan data yang didasarkan pada data responden dengan menggunakan menggunakan metode AHP ( Analitycal hierarchy process ) sebagai tool yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang terdapat di PT Aura Tridaya Semesta yaitu penentuan supplier terbaik untuk pengadaan kabel AMP . Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering 2. Analisis dan pembahasan Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data dari penelitian untuk studi kasus penentuan supplier terbaik di PT Aura Tridaya Semesta, maka pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai proses pengolahan data dan hasil pemilihan terhadap bobot prioritas yang paling besar pada devisi pengadaan untuk penentuan supplier terbaik. Dimana untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka dibantu dengan metode AHP ( Analitycal Hierarchy Process ). Secara mendasar, ada tiga langkah dalam model AHP yaitu: membangun hirarki, penilaian, dan sintesis prioritas a. Analisis Proses Pembentukan Hirarki Dalam menentukan supplier terdapat kriteria-kriteria pada hirarki yang digunakan sebagai acuan dalam pemilihan supplier. Struktur hirarki untuk penentuan supplier terbaik untuk barang kabel AMP di PT Aura Tridaya Semesta dapat dilihat pada gambar 3.1 pada BAB III dimana untuk level yang tertinggi yaitu level 0 adalah tujuan yang ingin dicapai dalam menentukan prioritas supplier kabel AMP di PT Aura Tridaya Semesta. Kemudian pada level 1 merupakan kriteria-kriteria yang mempengaruhi tercapainya tujuan yang diinginkan. Level 2 pada struktur hirarki merupakan bentuk dari hirarki kriteria yang ada sebelumnya. Sedangkan pada level 3 merupakan alternatif untuk menentukan perusahaan supplier terbaik yang akan dipilih sebagai rekanan kerja untuk pengadaan barang kabel AMP di PT Aura Tridaya Semesta. Berikut adalah Struktur Hirarki hasil pembobotan untuk seluruh kriteria Pemilihan Supplier: Gambar 2. Struktur Hirarki hasil pembobotan untuk seluruh kriteria Pemilihan Supplier b. Analisis Hasil Penilaian terhadap Kriteria Setelah dilakukan proses pengolahan data dari data mentah responden maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4. Bobot Prioritas Pada Kriteria No Kriteria Bobot Prioritas 1 Quality (QU) 0,32279 1 2 Cost (CO) 0,19935 2 3 Delivery (DE) 0,17519 3 4 Flexibility (FE) 0,13407 5 5 Responsiveness (RE) 0,16853 4 Hasil pembobotan pada tabel 4 menunjukkan bahwa PT Aura Tridaya ini menentukan supplier untuk pengadaan kabel AMP lebih dominan dengan peringkat pertama yaitu pada kriteria Quality (QU) dengan prosentase 32,28% dimana kualitas merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksinya. Kriteria Cost (CO) ada pada peringkat kedua dengan bobot prosentase 19,94%. Untuk peringkat ketiga yaitu Delivery (DE) dengan bobot prosentase 17,52%. Kemudian diperingakat keempat yaitu Responsiveness (RE) dengan bobot prosentase yaitu 16,85%. Selanjutnya diperingkat terakhir yaitu Flexibility (FE) dengan bobot prosentase yaitu 13,41%. Berdasarkan hasil wawancara perubahan permintaan dari perusahaan sangat jarang terjadi. Akan tetapi fleksibilitas dari supplier sangat dibutukan mengingat jika ada permintaan surat pesanan dari pasar yang sifatnya urgent. Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering c. Analisis Hasil Penilaian terhadap Sub Kriteria Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa urutan prioritas kriteria yang menjadi dasar penentuan supplier terbaik untuk kabel AMP di PT Aura Tridaya Semesta berdasarkan sub-kriteria yang diperlukan oleh perusahaan yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Bobot Prioritas Untuk Sub- kriteria No Sub-Kriteria Bobot Prioritas 1 Kondisi material (KM) 0,21274 1 2 Jaminan kerusakan (JK) 0,11005 2 3 Harga bersaing (HB) 0,09966 4 4 Diskon harga (DH) 0,09969 3 5 Tepat waktu (TW) 0,09715 5 6 Tepat jumlah (TJm) 0,07804 8 7 Pemenuhan perubahan permintaan jumlah (PJ) 0,06703 10 8 Pemenuhan perubahan permintaan waktu (PW) 0,06704 9 9 Cepat tanggap (CT) 0,08426 7 10 Tanggung jawab (TJw) 0,08427 6 Hasil pembobotan pada tabel 5 menunjukkan bahwa PT Aura Tridaya ini menentukan supplier untuk pengadaan kabel AMP lebih dominan dengan peringkat pertama yaitu pada sub-kriteria Kondisi material (KM) dengan bobot prosentase 21,274%. Kemudian Jaminan kerusakan (JK) menduduki peringkat kedua dengan bobot prosentase 11,005%. Selanjutnya peringkat ke tiga yaitu Diskon harga (DH) dengan bobot prosentase 9,969%. Selanjutnya peringkat ke empat yaitu Harga bersaing (HB) dengan bobot prosentase 9,966%. Kemudian Tepat waktu (TW) menduduki peringkat kelima dengan bobot prosentase 9,715%. Selanjutnya peringkat ke enam yaitu Tanggung jawab (TJw) dengan bobot prosentase 8,427%. Selanjutnya peringkat ketujuh yaitu Cepat tanggap (CT) dengan bobot prosentase 8,426%. Kemudian Tepat jumlah (TJm) menduduki peringkat kedelapan dengan bobot prosentase 7,804%. Selanjutnya peringkat kesembilan yaitu Pemenuhan perubahan permintaan waktu (PW) dengan bobot prosentase 6,704%. Dan pada peringkat yang terakhir (kesepuluh) yaitu Pemenuhan perubahan permintaan jumlah (PJ) dengan bobot prosentase 6,703%. Ini dikarenakan perusahaan sering mengalami pesanan yang sifatnya mendadak maka dari itu perusahaan membutuhkan supplier yang mempunyai fleksibilitas dalam hal pemenuhan perubahan permintaan jumlah. Sub kriteria Pemenuhan perubahan permintaan jumlah mendapatkan prioritas terakhir karena perusahaan mungkin jarang sekali bermasalah dengan sub kriteria tersebut d. Analisis terhadap Alternatif Setelah dilakukan pengolahan data dengan dukungan data yang telah dikumpulkan oleh penulis selama melakukan penelitian dengan metode AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) sebagai metode pemecahan masalah, maka dapat diketahui urutan prioritas supplier terbaik dimulai dari proses pertama dengan bobot terbesar, hingga prioritas terakhir dengan bobot terendah. Adapun untuk urutan supplier terbaik adalah sebagai berikut: Tabel 6. Bobot Prioritas Pada Alternatif No Alternatif Bobot Prioritas 1 PT. A 0,35263 1 2 PT. B 0,30501 3 3 PT. C 0,34230 2 Berdasarkan hasil pembobotan tersebut diatas, supplier yang mempunyai bobot prioritas tertinggi adalah PT.A (PT Bascom Net) dengan bobot prosentase sebesar 35,26%. Kemudian peringkat kedua yaitu PT.C (PT Sistech Karisma) dengan bobot prosentase 34,23%. Dan yang terakhir yaitu PT.B (PT Infinity) dengan bobot prosentase 30,50%. Dari hasil pembobotan tersebut maka alternatif supplier yang cocok untuk PT Aura Tridaya Semesta adalah PT.A (PT Bascom Net) dengan nilai tingkat prioritas tertinggi yaitu 35,26%. Nilai ini diberikan oleh peneliti pada perusahaan untuk menilai kinerja yang dilakukan selama ini oleh supplier , serta dapat dievaluasi untuk proses pemilihan pada kontrak selanjutnya. Evaluasi kinerja supplier harus terus dilakukan secara periodik untuk bisa menunjang keberhasilan perusahaan. Diharapkan dengan Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering adanya evaluasi secara periodik maka perusahaan dapat mengetahui kriteria supplier yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan . Selain itu perusahaan supplier yang masih kurang memenuhi kriteria yang diharapkan oleh perusahaan, maka diharapkan dapat memperbaiki kinerjanya kembali. Ini bertujuan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang lainnya. ## 4. KESIMPULAN Setelah penulis melakukan penelitian tentang Analisis Penentuan Supplier Kabel AMP Terbaik di PT Aura Tridaya Semesta dengan menggunakan metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: a. PT Aura Tridaya Semesta dalam melakukan rancanganan penentuan supplier terbaik mempuyai kriteria-kriteria yang diperlukan yaitu Quality, Cost, Delivery, Flexibility dan Responsiviness. Dari kriteria-kriteria tersebut mempunyai dua sub-kriteria pada masing- masing kriteria tersebut. Yaitu Quality memiliki sub-kriteria Kondisi material dan Jaminan kerusakan, Cost memiliki sub- kriteria Harga bersaing dan Diskon Harga, Delivery memiliki sub-kriteria Tepat waktu dan Tepat jumlah, Flexibility memiliki sub- kriteria Pemenuhan perubahan permintaan jumlah dan Pemenuhan perubahan permintaan waktu dan yang terakhir Responsiviness memiliki sub-kriteria Cepat tanggap dan Tanggung jawab b. Kriteria yang memberikan kontribusi besar terhadap pemilihan supplier di PT Aura Tridaya Semesta ini adalah kriteria Quality (QU) dengan bobot prosentase 32,28%, kemudian Kriteria Cost (CO) dengan bobot prosentase 19,94%, kemudian Kriteria Delivery (DE), kemudian Responsiveness (RE) dengan bobot prosentase yaitu 16,85%. Dan yang terakhir yaitu kriteria Flexibility (FE) dengan bobot prosentase yaitu 13,41%. c. PT Aura Tridaya Semesta dalam menentukan supplier terbaik pertama kali yang dinilai yaitu dari segi sub-kriteria Kondisi material (KM) dengan bobot prosentase 21,274%, kemudian Jaminan kerusakan (JK) menduduki peringkat kedua dengan bobot prosentase 11,005%, kemudian Diskon harga (DH) dengan bobot prosentase 9,969%, kemudian Harga bersaing (HB) dengan bobot prosentase 9,966%, kemudian Tepat waktu (TW) menduduki peringkat kelima dengan bobot prosentase 9,715%, kemudian Tanggung jawab (TJw) dengan bobot prosentase 8,427%, kemudian Cepat tanggap (CT) dengan bobot prosentase 8,426%, kemudian Tepat jumlah (TJm) menduduki peringkat kedelapan dengan bobot prosentase 7,804%, Pemenuhan perubahan permintaan waktu (PW) dengan bobot prosentase 6,704%, kemudian dan yang terakhir yaitu Pemenuhan perubahan permintaan jumlah (PJ) dengan bobot prosentase 6,703% d. Berdasarkan hasil pembobotan tersebut diatas, supplier yang mempunyai bobot prioritas tertinggi adalah PT.A (PT Bascom Net) dengan bobot prosentase sebesar 35,26%. Kemudian peringkat kedua yaitu PT.C (PT Sistech Karisma) dengan bobot prosentase 34,23%. Dan yang terakhir yaitu PT.B (PT Infinity) dengan bobot prosentase 30,50%. Supplier dengan bobot yang paling besar adalah supplier terbaik 5. Daftar pustaka a. Habibi, Ashif S. 2009. Analisis penentuan supplier terbaik dengan mengedepankan konsep green purchasing di Direktorat Aerostructure PT Dirgantara Indonesia menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Jurusan Logistik Bisnis: Politeknik Pos Indonesia: Bandung b. Iryanto. 2008 .”Eksposisi Analytic Hierarchy Process Dalam Riset Operasi: Cara Efektif Untuk Pengambilan Keputusan”. http://www.usu.ac.id , diakses 13 Agustus 2015 c. Latifah, Siti. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analityc Hierarchy Process . Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. e- USU Reposritory : Sumatra Utara d. Marimin, M.Sc. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk . Penerbit PT Grasindo : Jakarta e. Selamet, Robertus M. 2015. Pemilihan supplier terbaik dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process)) di cv. Dian shoes bandung. Jurusan Teknik Industri: Universitas Pasundan: Bandung
f1552bfb-d1eb-4c42-8551-9ce01c3b3e63
https://perspektif-hukum.hangtuah.ac.id/index.php/jurnal/article/download/263/145
Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Transaksi Jual Beli Pada Marketplace Erlyna Yunita Amalia 1* , Muridah Isnawati 2 1 Universitas Muhammadiyah Surabaya, Email: [email protected] 2 Universitas Muhammadiyah Surabaya, Email: [email protected] Articcle Information Article History: Received : 18-12-2023 Revised : 31-12-2023 Accepted : 03-04-2024 Published : 22-05-2024 Keyword: Law Protection; Technology; Media; Communication; Device ## Abstract The times open up opportunities for convenience in various sectors of life, especially in the context of electronic media-based buying and selling transactions on the marketplace. With these developments there are advantages and disadvantages for users. This research aims to provide an understanding of legal protection for victims of electronic transaction fraud. The focus of this problem includes two main questions, namely, legal protection for victims and legal remedies that can be taken. This research is normative in nature using a statutory approach. This normative legal research is conducted through analysis of library materials and secondary data to overcome the legal problems faced. The findings of the research show that victims get legal protection regulated by the provisions in Article 19 paragraph (1) of Law Number 8 Year 1999 concerning Consumer Protection. There are two efforts to protect and maintain consumer rights such as, out-of-court settlement as an alternative method and settlement through court channels as the last step that can be taken. ## Abstrak Perkembangan zaman membuka peluang kemudahan di berbagai sektor kehidupan terutama pada konteks transaksi jual beli berbasis media elektronik pada marketplace. Dengan perkembangan tersebut terdapat keuntungan dan juga kerugian bagi pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait perlindungan hukum bagi korban penipuan transaksi elektronik. Fokus permasalahan ini mencakup dua pertanyaan utama yakni, perlindungan hukum bagi korban serta upaya hukum yang dapat ditempuh. Penelitian ini bersifat normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan. Penelitian hukum normatif ini dilakukan melalui analisis bahan kepustakaan dan data sekunder untuk mengatasi permasalahan hukum yang dihadapi. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa korban mendapatkan perlindungan hukum yang diatur oleh ketentuan dalam Perlindungan Konsumen. Terdapat dua Upaya untuk melindungi dan menjaga hak konsumen seperti, penyelesaian di luar pengadilan sebagai metode alternatif dan penyelesaian melalui jalur pengadilan sebagai langkah terakhir yang dapat ditempuh. ## PENDAHULUAN Ekonomi digital terus berkembang sejalan dengan waktu. Masyarakat semakin akrab dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktivitas ekonomi mereka. Kepraktisan dan efisiensi menjadi fokus utama dalam proses digitalisasi ekonomi. Pada era globalisasi, aspek penting dalam bidang ekonomi melibatkan industrialisasi serta kegiatan impor dan ekspor antar negara di seluruh dunia. 1 Dalam isu pembangunan berkelanjutan, perdagangan tidak hanya memperhatikan aspek fisik dan lingkungan, namun juga kepentingan dan keselamatan. 2 Permasalahan perekonomian merupakan permasalahan universal yang menarik perhatian seluruh dunia. Sistem perekonomian berkembang pesat tidak terlepas dari peran dan teknologinya yang hebat. Kreativitas para teknokrat ekonomi kapitalis, dengan segala rekayasa. 3 Transaksi jual beli secara daring di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun, dipicu oleh kemajuan teknologi dan tingginya minat belanja dari masyarakat. Marketplace adalah pasar virtual tempat pembeli dan penjual bertemu dan bertransaksi. 4 Model bisnis pada platform marketplace adalah suatu situs web yang tidak hanya mempromosikan produk, melainkan juga menyediakan fasilitas untuk melakukan transaksi pembayaran secara online bagi penjual online. 5 Pertumbuhan pesat dalam era teknologi yang terus berkembang telah secara tidak terduga mengubah perspektif masyarakat terhadap gaya jual beli. Dalam dunia bisnis saat ini, pertemuan langsung dan pengetahuan mendalam tentang konsumen tidak lagi menjadi keharusan, karena semuanya dapat dilakukan melalui internet. 6 Model bisnis digital marketplace bertindak sebagai penyambung antara penjual dan pembeli dalam satu platform. Model bisnis ini merupakan bisnis digital 1 Muhammad Fitri Rahmadana, Ekonomi Digital , ed. Hamdan, Pertama (Bandung: Nilacakra, 2021). 2 Satria Unggul Wicaksana Prakasa, “Perdagangan Internasional Dan HAM: Relasinya Dengan Sustainable Development,” Jurnal Hukum Novelty 9, no. 1 (2018): 36, https://doi.org/10.26555/novelty.v9i1.a9224. 3 Achmad Hariri, “Rekonstruksi Ideologi Pancasila Sebagai Sistem Ekonomi Dalam Perspektif Welfare State,” Jurnal Hukum Replik 7, no. 1 (2020): 19, https://doi.org/10.31000/jhr.v7i1.2447. 4 Hutauruk, “Analisis Dan Perancangan Aplikasi Marketplace Cinderamata Khas Batak Berbasis Android,” Jurnal Methodika 3, no. 1 (2017): 242–46. 5 Satria Nur Fauzi and Lushiana Primasari, “Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Di Situs Jual Beli,” Reciidive 7, no. 3 (2018): 250–61. 6 Rahmadany Jiyan Puspitasari and Al-qodar Purwo Sulistyo, “Jurnal Hukum Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Online Shop Dengan Merujuk Pada Undang - Undang Nomor 19 Tahun,” Eksaminasi : Jurnal Hukum 2, no. 1 (2022): 1–8. marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli dalam satu platform. Uang biasanya diperoleh melalui komisi perantara, atau komisi tetap. Namun, juga dapat menggunakan biaya keanggotaan di platform atau melalui iklan . 7 Kemajuan teknologi menyebabkan munculnya kasus penipuan dalam jual beli online. Penipuan merupakan sebuah istilah dalam hukum pidana mempunyai pengaruh satu sama lain dalam penandatanganan kontrak yang ada di masyarakat kemajuan industri berkorelasi dengan teknologi, dan teknologi berkorelasi dengan kebutuhaan. 8 HAM manusia dan sumber daya lainnya bagian dari evolus i industri yang dinamis dan akan berdampak pada kebutuhan hukum. 9 Pasal 378 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengenai Tindak Pidana Penipuan menjadi dasar utama bagi penegak hukum pidana dalam mengadili kasus pidana dengan tujuan melindungi kepentingan umum. Secara umum, penipuan merupakan tindak kejahatan di mana cara operasinya didasarkan pada penggunaan keuntungan material sebagai tujuan utama. 10 Kasus penipuan jual beli online menyebabkan banyaknya korban dikarenakan kurangnya pemahaman oleh konsumen mengenai hak-haknya, rendahnya pengetahuan serta kurangnya informasi dan pengetahuan terkait hukum pada bisnis online. Pada artikel ini penulis mengangkat Kasus pertama mengenai penipuan melalui toko online dengan modus yang dilakukan oleh 4 Orang pemuda dengan motif melakukan transaksi manipulatif dengan menggunakan akun palsu melalui Tokopedia pada tanggal 18 Juli 2019 sehingga pihak Tokopedia dirugikan akibat kasus tersebut. Sebelum melaksanakan tindakannya, pelaku-pelaku tersebut menjual Voucher yang awalnya dibeli di Indomaret. Voucher tersebut kemudian dijual melalui Tokopedia dengan menggunakan akun bernama Mr. Crab. Mereka mencapai keuntungan dengan cara menjual Voucher dan melakukan pembelian sendiri, dengan tujuan mendapatkan Cashback (Uang Kembali) dari transaksi, yang memberikan mereka keuntungan sebesar 10 persen dari total pembelian. 11 Penipuan 7 Sujinah, Kontribusi Kampus Untuk Negeri Di Era Pandemi (Surabaya: Eduliters, 2020). 8 Yahman, Karakteristik Wanprestasi & Tindak Pidana Penipuan , (Yogyakarta : Uny Press,2008). 9 M.Ed Soepranoto et al., “ Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Era 4.0 ,” (Jakarta : Gemala ,2020). 10 A Budiansyah, '' Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan Online di Polda Aceh", (2023). 11 Kominfo, “Polda Ungkap Tindak Pidana ITE Lewat Toko Online,” Dinas Kominfo, 2023, https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/polda-ungkap-tindak-pidana-ite-lewat-toko-online. ini telah dilakukan melalui 1.500 akun, dengan jumlah transaksi mencapai 17 kali, yang menyebabkan kerugian bagi pihak Tokopedia. Kasus ini kemudian ditangani oleh Subdit Siber Ditreskrimsus Polda Jatim. Akibat perbuatan tersebut, pelaku dijerat dengan Pasal 35 jo Pasal 51 Nomor 19 Tahun 2016 ayat 1 dalam Undang- Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu, mereka juga terlibat dalam tindak pidana penipuan, sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP. Pada contoh kasus kedua penulis mengangkat kasus penipuan jual beli barang yang tidak sesuai dengan pesanan yang dibeli oleh pembeli. Kasus tersebut dilakukan oleh dua orang sindikat penipuan pada jual beli online yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara yang ditangkap dan diamankan di Polres Banjarbaru. Pada kasus tersebut merugikan korban yang berasal dari Kota Banjarbaru yang mengalami penipuan dengan modus penjualan Mixer Sound System serta Speaker Sound System melalui iklan di Facebook tanggal 10 Januari 2023. 12 Modus penipuan ini dengan cara penjualan melalui Facebook penjualan barang secara online namun barang yang dikirimkan tidak sama seperti barang yang jual. Akibat perbuatannya kedua pelaku diamankan di Polres Banjarbaru dan dijerat dengan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara. Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Seperti disebutkan di atas, Indonesia memiliki Undang-Undang ITE yang mengatur hal-hal terkait transaksi elektronik termasuk jual beli online. Namun faktanya masih banyak kejahatan penipuan yang terjadi dalam transaksi tersebut. Situasi ini dapat terjadi karena penegakan hukum belum memadai, dan seringkali aparat penegak hukum menghadapi kendala dalam menegakkan peraturan hukum yang berkaitan dengan transaksi elektronik. 13 Kasus penipuan di platform marketplace masih menjadi permasalahan yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan konteks tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki fondasi hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen terhadap tindak 12 Humas Polri, “Polres Barru Ungkap Kasus Penipuan Transaksi Jual Belui Online,”Ahkam,2020, https://humas.polri.go.id/2023/01/10/polres-banjarbaru-sukses-ringkus-dua-anggota-sindikat- penipuan-jual-beli-online/. 13 Anggreany Haryani Putri and Endang Hadrian, “Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Jual Beli Online,” Krtha Bhayangkara 16, no. 1 (2022): 131–38, https://doi.org/10.31599/krtha.v16i1.1018. pidana yang terjadi di marketplace. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan mekanisme perlindungan hukum yang dapat lebih efektif dalam melindungi hak-hak konsumen, sehingga implementasi hukum dapat dilaksanakan dengan lebih efisien. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian normatif yang menggunakan metode pendekatan perundang-undangan. Penelitian hukum normatif ini melibatkan analisis literatur dengan memanfaatkan sumber hukum utama dan sekunder untuk mengatasi permasalahan hukum. Pendekatan perundang- undangan (Statute Approach) diterapkan dengan menganalisis Undang-Undang yang relevan terkait dengan isu hukum yang melibatkan korban pada tindak pidana penipuan di dalam transaksi jual beli di platform marketplace. ## PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual Beli Pada Marketplace Pada era modern sekarang, masyarakat aktif memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya dalam melakukan transaksi jual beli secara online. Marketplace menyediakan berbagai opsi, termasuk metode pembayaran, estimasi pengiriman, pemilihan produk berdasarkan kategori, dan fitur-fitur lainnya. 14 Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat, membawa dampak langsung maupun tidak langsung pada pola hidup dan perilaku masyarakat. Perubahan tersebut mencakup aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan tidak menutup kemungkinan adanya perubahan dalam konteks penegakan hukum di tingkat global. Ragam tindak pidana di dalam masyarakat, termasuk di dalamnya kejahatan penipuan, semakin meningkat dengan berbagai bentuk dan perkembangan yang menunjukkan peningkatan tingkat kecerdasan kejahatan. Hal ini menjadikan penipuan menjadi semakin kompleks. Definisi penipuan dapat merujuk pada tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan fakta material guna 14 Joko Sutopo, Buku Panduan Marketplace , Kementerian Sekretariat Negara RI (Surabaya, 2014). mencapai keuntungan finansial. Agar penipuan dapat terjadi, langkah pertama biasanya melibatkan upaya untuk memperoleh kepercayaan korban melalui tindakan yang menipu. Jenis perilaku ini dapat mendapatkan sanksi pidana sebagai konsekuensi dari tindakan tersebut. 15 Perdagangan merupakan salah satu sektor pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan pembangunan ekonomi difokuskan pada sektor perdagangan. 16 Sebuah tindak kejahatan merujuk pada perbuatan yang bisa mengakibatkan hukuman sesuai dengan ketentuan dalam hukum pidana, dan orang yang melakukan tindak kejahatan dianggap sebagai "subyek" hukum pidana, yaitu individu manusia. Sanksi yang mungkin diterapkan terhadap pelaku kejahatan melibatkan kemungkinan penjara dan denda. 17 Penyalahgunaan digital, termasuk penipuan digital, meningkat secara signifikan seiring dengan perkembangan metode dalam sistem digital Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemetaan insiden, saluran, korban, kerugian, dan rekomendasi yang sesuai untuk mengatasi permasalahan tersebut. 18 Peran utama dalam mengatur tindak penipuan ditempatkan pada Pasal 378 KUHP, yang menjadi titik fokus di antara berbagai ketentuan lainnya. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat berakibat pada sanksi hukuman penjara. 19 Penipuan yang terjadi di platform marketplace adalah bentuk kejahatan daring yang sepenuhnya bergantung pada eksploitasi sistem teknologi. Kejahatan dunia maya ini tidak hanya menggunakan teknologi komputer yang canggih, tetapi juga memanfaatkan teknologi komunikasi sebagai bagian integral dari aktivitas 15 Rosyadah Novia Permata Sari, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Yang Mengatasnamakan E-Commerce,” Journal Transformation Od Mandalika 4, no. 9 (2023): 1–23. 16 Levina Yustitianingtyas Saraya Husna, “Tanggung Jawab Eksepedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL ) Bagi Pengguna Jasa Akibat Barang Yang Rusak / Hilang Selama Proses Pengiriman Melalui Laut,” Cakrawala Hukum 24, no. 2 (2022): 1–8. 17 Muridah Isnawati, “Tinjauan Tentang Hukum Pidana Pemilu Dan Formulasi Pertanggungjawaban Dalam Tindak Pidana Muridah Isnawati Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya,” Perspektif Hukum 18 (2018): 294–314. 18 Novi Kurnia -Rahayu -Engelbertus et al., Modus, Medium, Dan Rekomendasi Penipuan Digital Di Indonesia (Yogyakarta, 2022). 19 Yahman, Cara Mudah Memahami Wanprestasi Dan Penipuan , 2016th ed. (Jakarta: Prenanda Media Group, 2016). kriminalnya. 20 Pasal 378 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mencakup elemen-elemen dari perbuatan penipuan. Menurut Girasa pada tahun 2002, kejahatan siber didefinisikan sebagai tindakan yang mengandalkan teknologi komputer sebagai komponen utamanya. 21 Kejahatan ekonomi sebagai tindak pidana hanya dapat dipidana jika diatur dengan undang-undang. Hukum pidana dapat dijadikan sebagai norma hukum pertama adalah KUHP bagi kejahatan-kejahatan konvensional seperti pemalsuan, penipuan, dan kejahatan-kejahatan lainnya. 22 Setiap peristiwa penipuan, baik yang terjadi secara daring maupun luring, selalu melibatkan pihak yang merugi dan pihak lain yang mendapatkan keuntungan secara tidak sah. Dengan merujuk pada hal tersebut, KUHP mengatur hak-hak yang dimiliki oleh korban sebagai berikut: 1. Hak untuk membuat pengaduan (sebagaimana diatur dalam Pasal 108 Ayat (1) KUHP) 2. Hak untuk mengendalikan penyidik dan jaksa penuntut umum (sebagaimana diatur dalam Pasal 77 Jo. 80 KUHP) 3. Hak untuk mengejar klaim kompensasi sebagai akibat dari tindak pidana melalui penggabungan perkara perdata dengan perkara pidana (Pasal 96 hingga Pasal 101 KUHP). Perlindungan hukum merupakan usaha untuk melindungi hak-hak dan kepentingan setiap individu dari berbagai ancaman dan gangguan. Tindakan perlindungan hukum dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk negara, masyarakat, dan individu. Menurut definisi dari Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum didefinisikan sebagai upaya melindungi martabat dan harkat, serta mengakui hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, tanpa adanya penyalahgunaan kekuasaan. 23 Menurut Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945, tanggung jawab untuk melindungi, 20 Achmad et al., Korelasi Kejahatan Siber Dan Kejahatan Agresi Dalam Perkembangan Hukum Internasional , Korelasi Kejahatan Siber Dan Kejahatan Agresi Dalam Perkembangan Hukum Internasional (Makasar: Nas Media Pustaka, 2020). 21 Clay Wilson, Cyber Crime , Cyberpower and National Security , 2022nd ed. (Jakarta: Program Studi Hubungan Masyarakat Program Vokasi Universitas Indonesia, 2022), https://doi.org/10.5750/dlj.v26i0.936. 22 Ariehta Eleison Sembiring, Penipuan Dan Penggelapan , Dictum , vol. 7 (Jakarta: Bina Karya, 2014), http://leip.or.id/wp-content/uploads/2017/04/Dictum-Edisi-7-Mei-2014.pdf. 23 Leni Dwi Nurmala, “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Pendidik,” Gorontalo Law Review 1, no. 1 (2018): 67, https://doi.org/10.32662/golrev.v1i1.98. memajukan, menegakkan, dan memenuhi hak asasi manusia adalah tugas negara, terutama pemerintah. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 menyebutkan adanya dua unsur dalam pidana: 1. Aspek objektif terdiri dari tindakan menyebarkan, isi yang didistribusikan termasuk dalam berita palsu dan menyesatkan, serta perbuatan yang berpotensi menimbulkan dampak konstitusional, khususnya yang merugikan konsumen dalam konteks transaksi elektronik. 2. Aspek subjektif mencakup keberadaan niat yang disengaja untuk melakukan tindakan penyebaran berita bohong dan menyesatkan yang menyebabkan kerugian bagi konsumen dalam transaksi elektronik, serta tindakan hukum yang dilakukan tanpa dasar hukum yang sah. 24 Berikut adalah peraturan hukum yang menangani perlindungan hukum untuk konsumen dalam situasi penipuan dalam transaksi jual beli online di marketplace: a) Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang tindak pidana penipuan menjelaskan bahwa seseorang yang dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi atau orang lain secara melanggar hukum, menggunakan nama palsu atau reputasi palsu, dengan tindakan tipu daya atau serangkaian kebohongan, mengarahkan orang lain untuk menyerahkan barang atau memberikan hutang atau menghapuskan piutang, dapat dihukum penjara dengan ancaman hukuman empat tahun. b) Pasal 19 ayat (1) dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa pelaku usaha memiliki tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat dari mengonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan oleh pelaku usaha tersebut. 24 Muhammad Thufail Farhani and Muridah Isnawati, “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Belanja Daring Dalam Metode Pembayaran Ditempat,” Jurna; Hukum Dan Tatanan Sosial 2, no. 1 (2023): 126–34. c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 1. Pasal 28 Ayat (1) menyatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita palsu dan menyesatkan yang menyebabkan kerugian bagi konsumen dalam transaksi elektronik dapat dikenai sanksi pidana. 2. Pasal 45A Ayat (1) menyatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita palsu dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian bagi konsumen dalam transaksi elektronik dapat dihukum dengan pidana penjara maksimal 6 tahun dan/atau denda maksimal Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). 3. Pasal 35 menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau secara melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, atau pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik, dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik. 4. Pasal 51 menyatakan bahwa setiap orang yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 35 dapat dihukum dengan pidana penjara maksimal 12 tahun dan/atau denda maksimal Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Pada kasus 1 yang dijelaskan pada pendahuluan berdasarkan analisis penulis dari hasil penelitian, dapat menyimpulkan bahwa pelaku adalah 4 Orang pemuda dengan motif melakukan transaksi manipulatif dengan menggunakan akun palsu melalui Tokopedia pada tanggal 18 Juli 2019 sehingga pihak Tokopedia dirugikan akibat kasus tersebut. Pelaku bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar 10 persen dari total pembelian dengan cara menjual Voucher dan melakukan pembelian sendiri, dimana tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan Cashback dari transaksi yang dilakukan oleh korban. Dengan cara ini, pelaku berusaha mendapatkan uang dari pembeli yang membeli Voucher yang dijualnya di marketplace . Akibat tindakan tersebut, pelaku dijerat dengan Pasal 35 jo Pasal 51 Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam kasus kedua, penulis menyimpulkan bahwa pelaku adalah seseorang yang melakukan penipuan di marketplace dengan berpura-pura menjual barang, namun sebenarnya melakukan manipulasi terhadap pengiriman barang untuk merugikan pihak lain. Mereka menipu pembeli dengan menawarkan barang di bawah harga normal. Tujuan dari tindakan pelaku ini adalah untuk memperoleh keuntungan dari pembeli. Sebagai konsekuensi dari perbuatan tersebut, kedua pelaku ditangkap oleh Polres Banjarbaru dan dijerat dengan Pasal 378 KUHP serta Pasal 19 ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan uraian kedua kasus tersebut peraturan hukum yang dapat dikenakan kepada pelaku penipuan tergantung dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku penipuan, dikarenakan setiap kasus penipuan memiliki perbedaan pada pelaku kejahatan dan perbedaan pada perbuatan atau cara-cara yang dilakukan pelaku. Hukum dapat diselesaikan dengan menggunakan berbagai cara antara lain adalah menggunakan doktrin hukum Lex Spesialis Derogat Legi Generalis . Dapat diartikan bahwa pasal 28 ayat (1) UU ITE adalah Lex Spesialis Derogat Legi Generalis dari Pasal 378 KUHP. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis adalah salah satu asas hukum, yang mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum. Perlindungan hukum yang diatur dalam Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan usaha untuk menyelesaikan perkara melalui jalur pidana. Namun, kasus penipuan di marketplace masih terjadi secara rutin. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerangka hukum yang lebih spesifik untuk mengatur transaksi elektronik. UU ITE telah mengalami beberapa kali perubahan dengan tujuan untuk menjamin kepastian hukum bagi pelaku transaksi elektronik, memajukan pertumbuhan ekonomi, mencegah kejahatan berbasis teknologi informasi, dan melindungi masyarakat yang menggunakan teknologi informasi. 25 Peran penegak hukum perlu disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, dan selain itu, partisipasi masyarakat, konsumen, dan produsen juga sangat penting untuk melakukan pengawasan dan melawan kasus penipuan. Konsumen harus berperan 25 I brahim Fikma Edrisy, Pengantar Hukum Siber , Oktober (Lampung: Sai Wawai Publishing, 2019). bijak dan waspada saat melakukan pembelian di marketplace agar dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tindak pidana penipuan. ## B. Upaya Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual Beli Pada Marketplace Upaya hukum merupakan suatu solusi yang diberikan hukum kepada korban yang belum terpenuhi haknya atas keadilan, serta memberikan kenyamanan dan rasa damai kepada korban dalam kaitannya dengan hukum pidana. 26 Hukum memberikan perlindungan berupa hak konsumen memiliki kekuasaan mewajibkan penjual mengirimkan produk yang sudah dibayarkan dan upaya yang dapat dilakukan di dalam pencegahan kasus ini upaya preventif (pencegahan) dan represif (penindakan). Upaya memberikan penangulangan dalam memberikan kebijakan pidana dilaksanakan dengan aspek kriminalisasi pada hukum pidana yakni dengan membentuk undang-undang khusus dalam mengatur hal hal yang dilarang dalam hal tersebut. 27 Perbuatan hukum merupakan suatu penyelesaian yang diberikan undang-undang kepada korban yang tidak terpenuhi haknya atas keadilan, serta memberikan keringanan dan ketenangan jiwa atas tindak pidana yang menimpanya. 28 Tindakan perlindungan hukum dalam transaksi jual beli elektronik di marketplace melibatkan langkah-langkah berikut: 1. Upaya Hukum Litigasi Upaya Jalur litigasi hukum merujuk pada usaha hukum yang dilakukan melalui proses peradilan yang mengikuti ketentuan peradilan umum di Indonesia. Proses ini umumnya memerlukan waktu dan biaya yang tidak kecil. Konsumen memiliki opsi untuk mengajukan gugatan terhadap pelaku usaha dan menyelesaikan sengketa melalui jalur pengadilan, sesuai dengan Pasal 45 ayat (2) UUPK yang menyatakan bahwa, "Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui jalur pengadilan atau di luar pengadilan, sesuai dengan pilihan sukarela para pihak 26 Rahmadhani Maghfirahtul Fitri, Ahmad Yulianto Ihsan, and Muridah Isnawati, “Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Perdagangan Online,” Jurnal Hukum Dan Tatanan Sosial 1, no. 1 (2022): 67–81. 27 Noor Rahmad, “Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan Secara Online,” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 3, no. 2 (2019): 103–17. 28 Fitri, Ihsan, and Isnawati, “Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Perdagangan Online.” yang terlibat dalam sengketa." Dasar hukum yang dipakai pada upaya hukum melalui litigasi diatur dalam peraturan berikut: a) Secara khusus, langkah-langkah untuk mengatasi kejahatan penipuan online dijelaskan dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE. Perlindungan yang diberikan oleh UU ITE terfokus pada penyelesaian kasus dan pemberian hukuman pidana kepada tersangka atau terdakwa. Ini berbeda dengan prosedur hukum pidana yang memberikan perlindungan kepada korban melalui hak untuk memberi pemberitahuan kepada korban, hak untuk mengawasi jaksa penuntut umum, dan hak untuk menggabungkan penuntutan dalam proses hukum pidana dan perdata guna mendapatkan kompensasi. 29 b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur bahwa sengketa antara konsumen dan pelaku usaha dapat diatasi melalui jalur litigasi dan non-litigasi. Prosedur penyelesaian sengketa konsumen diatur dalam Pasal 45 hingga 48 dalam UUPK. Aturan tersebut menjelaskan bahwa konsumen yang mengalami kerugian dapat mengajukan gugatan terhadap pengusaha melalui lembaga yang memiliki tanggung jawab dalam menangani sengketa konsumen atau melalui pengadilan di peradilan umum. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan baik melalui jalur litigasi (pengadilan) maupun non-litigasi (di luar pengadilan). 30 c) Penipuan secara online pada dasarnya mirip dengan penipuan konvensional yang diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Perbedaan utama antara penipuan konvensional dan penipuan secara online terletak pada alat yang digunakan dalam pelaksanaannya. KUHP telah merinci tindak pidana ini dan menambahkan kejahatan baru yang berkaitan dengan cybercrime , termasuk penipuan melalui internet yang diatur dalam Buku II Bab VIII, 29 Dhaniar Eka Budiastanti, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet,” Indonesia Berdaya 3, no. 4 (2022): 771–78, https://doi.org/10.47679/ib.2022326. 30 Nurul Fibrianti, “Perlindungan Konsumen Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Jalur Litigasi,” Jurnal Adhaper 1, no. 1 (2015): 111–26. yang menangani tindak pidana yang dapat membahayakan keamanan umum terkait orang, barang, kesehatan, dan lingkungan hidup. d) Berkaitan dengan korban tindak pidana, termasuk korban penipuan melalui internet, KUHAP telah mengatur beberapa hak yang berkaitan dengan korban kejahatan. Namun, hak-hak yang diberikan kepada korban dalam KUHP cenderung minim jika dibandingkan dengan hak- hak yang diberikan kepada tersangka atau terdakwa. Hak-hak korban yang relevan dalam KUHAP, terkait dengan korban tindak pidana penipuan melalui internet, mencakup hak untuk membuat laporan, hak untuk mengontrol penyidik dan penuntut umum, serta hak untuk menuntut ganti rugi akibat tindak pidana melalui penggabungan perkara perdata dengan perkara pidana. 31 1. Upaya Hukum Non-Litigasi Upaya Hukum non-litigasi adalah usaha hukum yang dilakukan di luar ruang pengadilan, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 47 UUPK, yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa di luar pengadilan diadakan untuk mencapai kesepakatan terkait bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan khusus untuk memastikan bahwa kerugian yang dialami oleh konsumen tidak akan terjadi lagi atau tidak akan ditagih kembali. Penyelesaian di luar pengadilan yang seringkali digunakan sebagai metode penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui proses negosiasi dan mediasi. a) Negosiasi melibatkan pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa, membahas mengenai ganti rugi terkait penipuan di marketplace. Dalam proses ini, komunikasi berlangsung untuk membicarakan kerugian yang dialami oleh pembeli, dengan harapan dapat menyelesaikan sengketa tanpa melibatkan jalur pengadilan. b) Mediasi melibatkan peran seorang mediator yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui jalur mediasi dengan memberikan masukan dan saran dalam aspek hukum, termasuk fakta dan bukti yang disajikan. Tidak semua perselisihan harus diatasi melalui 31 Budiastanti, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet.” pengadilan, terutama dalam penyelesaian sengketa jual beli online. Penyelesaian damai sejatinya merupakan usaha hukum yang harus diupayakan terlebih dahulu oleh kedua belah pihak sebelum memutuskan untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan. (Silviasari, 2020). 32 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Transaksi Informasi Elektronik memberikan kontribusi signifikan dalam dua aspek. Pertama, keduanya mengakui transaksi elektronik dan dokumen elektronik dalam konteks hukum perikatan dan hukum pembuktian. Ini menjamin keamanan hukum bagi transaksi yang melibatkan dokumen elektronik. Kedua, dalam mengklasifikasikan dan mengkategorikan tindakan pelanggaran hukum yang terkait dengan penyalahgunaan teknologi informasi, termasuk pemberian sanksi pidana. 33 Dalam aspek hukum mengenai penanganan terhadap pelaku tindak pidana penipuan melalui marketplace, digunakan dua peraturan hukum, yaitu Pasal 45 a Ayat (1) UU ITE Jo. Pasal 378 KUHP. Pemilihan kedua peraturan tersebut disebabkan oleh adanya unsur-unsur penipuan yang diatur dalam KUHP, sementara larangan dan ketentuan pidana terkait penipuan melalui internet diatur dalam UU ITE. Tindakan penipuan dalam konteks online atau elektronik secara jelas dilarang dalam undang- undang karena dapat menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Keterlibatan aktif masyarakat sangat diperlukan untuk membantu mengungkap kejahatan penipuan online. Kerjasama yang baik antara masyarakat dan aparat penegak hukum akan mempermudah kepolisian dalam membongkar kasus penipuan online tersebut. 34 32 S S Bennedicta, “Perlindungan Hukum Terhadap Penjual Dalam Transaksi Jual Beli Online Dengan Metode Pembayaran Cash on Delivery (Cod),” UNES Law Review 5, no. 4 (2023): 2536– 48, https://review-unes.com/index.php/law/article/view/558%0Ahttps://review- unes.com/index.php/law/article/download/558/379. 33 Ari Suhartanto Sumartono, “Tindak Penipuan Bisnis Online Dalam Kajian Perspektif Hukum Pidana Dan Sosiologi Pada Masyarakat Sosial Media,” Eduscotech 1, no. 1 (2019): 72–86. 34 Kristian Tonggo Situmorang, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Transaksi Jual Beli Melalui Media Online,” Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers, Part J: Journal of Engineering Tribology 224, no. 11 (2019): 122–30. ## PENUTUP ## KESIMPULAN Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli online di marketplace diatur dalam Pasal 378 KUHP jo Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Keberadaan Undang-Undang ITE bersifat khusus (Lex Spesialis Derogat Lex Generalis), sehingga dapat menjadi panduan dan dasar hukum bagi masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli elektronik. Selain itu, Undang-Undang ITE juga memiliki keterkaitan dengan pasal-pasal yang terdapat dalam KUHP, yang menjadi dasar dalam menangani perkara hukum. Upaya perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli online di marketplace diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang ini menetapkan bahwa sengketa antara konsumen dan pelaku usaha dapat diselesaikan melalui jalur litigasi dan jalur non-litigasi. Rinciannya diatur dalam Pasal 45 hingga 48 UUPK. Hak-hak korban tindak pidana penipuan juga terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam konteks kasus ini, penyelesaian sengketa dilakukan melalui metode alternatif, seperti negosiasi dan mediasi. ## SARAN Penelitian ini diharapkan kepada pemerintah agar dapat berperan lebih di dalam kehidupan masyarakat sebagai upaya pencegahan adanya tindakan pidana penipuan dalam transaksi jual beli secara online di marketplace . Banyak masyarakat yang menjadi korban penipuan pada masyarakat salah satu bentuk dari kurangnya perhatian dari pemerintah dan kurangnya pemahaman masyarakat terkait perlindungan hukum di dalam bertransaksi menggunakan media elektronik. Peran pemerintah sangatlah dibutuhkan seperti adanya pemberian sosialisasi terhadap masyarakat terkait jual beli secara online. Selain itu juga perlu adanya kerjasama dengan apparat penegak hukum karena di dalam tindak pidana penipuan jual beli online dapat mengakibatkan kerugian yang besar terhadap korban maka dari itu peningkatan pengawasan dan keamanan dari aparat penegak hukum sangat dibutuhkan serta pemberian pidana hukuman bagi para pelaku. ## DAFTAR PUSTAKA Buku: Achmad, Naswar, Maskun Assidiq, Hasbi, Armelia Safira, and Siti Nurhalima Lubis. Korelasi Kejahatan Siber Dan Kejahatan Agresi Dalam Perkembangan Hukum Internasional . Korelasi Kejahatan Siber Dan Kejahatan Agresi Dalam Perkembangan Hukum Internasional . Makasar: Nas Media Pustaka, 2020. Budiansyah, A. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan Online Banda Aceh : UIN Ar-Raniry Fakultas Syariah dan Hukum, 2023 Edrisy, Ibrahim Fikma. Pengantar Hukum Siber . Lampung: Sai Wawai Publishing, 2019. Kurnia -Rahayu -Engelbertus, Novi, Wendratama Zainuddin, Muda Z Monggilo - Acniah, Damayanti Dewa, Ayu Diah, and Angendari -Firya Qurratu’ain Abisono. Modus, Medium, Dan Rekomendasi Penipuan Digital Di Indonesia . Yogyakarta, 2022. Muhammad Fitri Rahmadana. Ekonomi Digital . Bandung: Nilacakra, 2021. Sembiring, Ariehta Eleison. Penipuan Dan Penggelapan . Jakarta: Bina Karya, 2014. Sujinah. Kontribusi Kampus Untuk Negeri Di Era Pandemi . Surabaya: Eduliters, 2020. Sutopo, Joko. Buku Panduan Marketplace . Kementerian Sekretariat Negara RI . Surabaya, 2014. Wilson, Clay. Cyber Crime . Cyberpower and National Security . Jakarta: Program Studi Hubungan Masyarakat Program Vokasi Universitas Indonesia, 2022. Yahman. Cara Mudah Memahami Wanprestasi Dan Penipuan . Jakarta: Prenanda Media Group, 2016. Yahman. Karakteristik Wanprestasi & Tindak Pidana Penipuan . Yogyakarta: UNY Press, 2008. Jurnal: Amari, Rizqa Oktavia. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Online Melalui MarketPlace Berdasarkan Hukum Positif Di Indonesia,” 2023, 31–41. Bennedicta, S S. “Perlindungan Hukum Terhadap Penjual Dalam Transaksi Jual Beli Online Dengan Metode Pembayaran Cash on Delivery (Cod).” UNES Law Review 5, no. 4 (2023): 2536–48. Budiastanti, Dhaniar Eka. “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet.” Indonesia Berdaya 3, no. 4 (2022): 771–78. Farhani, Muhammad Thufail, and Muridah Isnawati. “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Belanja Daring Dalam Metode Pembayaran Ditempat.” Jurna; Hukum Dan Tatanan Sosial 2, no. 1 (2023): 126–34. Fauzi, Satria Nur, and Lushiana Primasari. “Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Di Situs Jual Beli.” Reciidive 7, no. 3 (2018): 250–61. Fibrianti, Nurul. “Perlindungan Konsumen Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Jalur Litigasi.” Jurnal Adhaper 1, no. 1 (2015): 111–26. Fitri, Rahmadhani Maghfirahtul, Ahmad Yulianto Ihsan, and Muridah Isnawati. “Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Perdagangan Online.” Jurnal Hukum Dan Tatanan Sosial 1, no. 1 (2022): 67–81. Hariri, Achmad. “Rekonstruksi Ideologi Pancasila Sebagai Sistem Ekonomi Dalam Perspektif Welfare State.” Jurnal Hukum Replik 7, no. 1 (2020): 19. Haryani Putri, Anggreany, and Endang Hadrian. “Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Jual Beli Online.” Krtha Bhayangkara 16, no. 1 (2022): 131–38. Hutauruk. “Analisis Dan Perancangan Aplikasi Marketplace Cinderamata Khas Batak Berbasis Android.” Jurnal Methodika 3, no. 1 (2017): 242–46. Isnawati, Muridah. “Tinjauan Tentang Hukum Pidana Pemilu Dan Formulasi Pertanggungjawaban Dalam Tindak Pidana ” Perspektif Hukum 18 (2018): 294–314. Muhammad Fitri Rahmadana. Ekonomi Digital . Edited by Hamdan. Pertama. Bandung: Nilacakra, 2021. Nurmala, Leni Dwi. “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Pendidik.” Gorontalo Law Review 1, no. 1 (2018): 67. Prakasa, Satria Unggul Wicaksana. “Perdagangan Internasional Dan HAM: Relasinya Dengan Sustainable Development.” Jurnal Hukum Novelty 9, no. 1 (2018): 36. Puspitasari, Rahmadany Jiyan, and Al-qodar Purwo Sulistyo. “Jurnal Hukum Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Online Shop Dengan Merujuk Pada Undang - Undang Nomor 19 Tahun.” Eksaminasi : Jurnal Hukum 2, no. 1 (2022): 1–8. Rahmad, Noor. “Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan Secara Online.” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 3, no. 2 (2019): 103–17. Rosyadah Novia Permata Sari. “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Yang Mengatasnamakan E-Commerce.” Journal Transformation Od Mandalika 4, no. 9 (2023): 1–23. Saraya Husna, Levina Yustitianingtyas. “Tanggung Jawab Eksepedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL ) Bagi Pengguna Jasa Akibat Barang Yang Rusak / Hilang Selama Proses Pengiriman Melalui Laut.” Cakrawala Hukum 24, no. 2 (2022): 1–8. Situmorang, Kristian Tonggo. “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan Transaksi Jual Beli Melalui Media Online.” Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers, Part J: Journal of Engineering Tribology 224, no. 11 (2019): 122–30. Soepranoto, M.Ed, Anang Dony Irawan, Hastangka, Sri Rahayu Pudjiastuti, Muhammad Awin Alaby, Suryanto AL & Armiawan, Rika Kartika, Sudaru Murti, Toni & Parida Harahap Nasution, and Susilawati. “Implementasi Nilai- Nilai Pancasila Di Era 4.0.” Garuda 3 (2020). Sumartono, Ari Suhartanto. “Tindak Penipuan Bisnis Online Dalam Kajian Perspektif Hukum Pidana Dan Sosiologi Pada Masyarakat Sosial Media.” Eduscotech 1, no. 1 (2019): 72–86. Website: humas polri. “Polres Barru Ungkap Kasus Penipuan Transaksi Jual Beli Online.” Ahkam, 2020. https://humas.polri.go.id/2023/01/10/polres-banjarbaru-sukses- ringkus-dua-anggota-sindikat-penipuan-jual-beli-online/. (Diakses tanggal 10 Januari 2023) Kominfo. “Polda Ungkap Tindak Pidana ITE Lewat Toko Online.” Dinas Kominfo, 2023. https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/polda-ungkap-tindak- pidana-ite-lewat-toko-online. (Diakses tanggal 17 Januari 2023) ## Peraturan Perundang-Undangan: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 ## Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ## Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
1000ceac-f16d-45f8-b377-10a206b70bc8
https://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jdm/article/download/1851/1112
Journal of Didactic Mathematics 2023, 4(2), 65-76 Doi: 10.34007/jdm.v4i2.1851 https://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jdm [email protected] Ways of thinking siswa dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin: Suatu penelitian fenomenologi hermeneutik Aiyub* Department of Mathematics Education, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia, 23111 * Corresponding Author : [email protected] Abstract. This study was conducted with the aim of investigating and exploring students' ways of thinking (WoT) in solving non-routine number pattern problems. This study used a qualitative method with a hermeneutic phenomenological approach with grade 8 students at a junior high school in Banda Aceh. To achieve the research objectives, data collection was carried out using a written test instrument with a number pattern on a 4-digit palindrome, structured documentation, and clinical interviews. The results of the study show that students' WoT in solving non-routine number pattern problems is that there are four approaches used in solving non-routine problems, namely: first, determining the special case; second, determining the pattern; third, using a mathematical model; and fourth, using a similar problem. The subject of critical reflection uses the three WoTs above except for using similar problems. The subject of explicit reflection uses the three approaches above except for using a mathematical model. While Subjects who cannot solve the problem only use the strategy of identifying special cases. Another finding is that the subject of critical reflection tends to use different strategies from those given by the teacher, is unique, and gives reasons for algebraic forms. In contrast, explicit reflection subjects tend to be less flexible in using strategies and tend to use inductive or arithmetic reasons. To support students in their ability to pattern and think algebraically, teachers must accustom students to solving non- routine mathematical problems in various contexts of learning by using number patterns. Historis Artikel: Diterima: 30 Juni 2023 Direvisi: 25 Juli 2023 Disetujui: 07 Agustus 2023 Keywords: Ways of thinking; solution to problem; number patterns; palindrome Sitasi: Aiyub, A. (2023). Ways of thinking siswa dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin: Suatu penelitian fenomenologi hermeneutik. Journal of Didactic Mathematics , 4 (2), 65-76. Doi: 10.34007/jdm.v4i2.1851 ## PENDAHULUAN Belajar matematika dewasa ini bukan hanya untuk menguasai materi matematika, tapi juga harus dapat mengembangkan pola pikir siswa untuk dapat menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam kehidupan yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harel ( 2008 ) bahwa matematika terdiri atas dua subhimpunan yang saling melengkapi yaitu pertama adalah himpunan semua Ways of Understanding (selanjutnya disingkat sebagai WoU) yaitu koleksi atau struktur yang terdiri atas aksioma, definisi, teorema, bukti, masalah, dan solusi; dan kedua terdiri atas semua Ways of Thinking (selanjutnya disingkat sebagai WoT) yang merupakan karakteristik aksi mental yang mana produk dari subhimpunan pertama. Dimana aksi mental yang dimaksud merupakan elemen dasar kognisi manusia yang tidak hanya dalam sains atau matematika, namun ada di setiap kehidupan kita. Beberapa aksi mental siswa dalam belajar matematika seperti menafsirkan, menduga, menyimpulkan, membuktikan, menjelaskan, menata, menggeneralisasi, menerapkan, memprediksi, mengklasifikasi, mencari, memecahkan masalah, dan sebagainya (Suryadi, 2019a ). Harel ( 2008 ) mengatakan WoT merupakan karakterisktik dari aksi mental meliputi bagaimana seseorang memecahkan masalah, bagaimana menafsirkan suatu simbol matematika, bagaimana membuktikan suatu pernyataan, apakah fleksibel dan bisa menghubungkan ke beberapa konsep yang lain atau infleksibel dan terpaku pada satu konsep, dan sebagainya. Sedangkan WoU merupakan produk dari aksi mental yang meliputi solusi dari suatu masalah, bukti dari suatu pernyataan, interpretasi siswa terhadap suatu simbol, suatu masalah, atau suatu konsep. Harel ( 2008 ) mengatakan bahwa tindakan mental manusia dapat dipelajari dengan mengamati pernyataan dan tindakannya. Pernyataan dan tindakan seseorang dapat menandakan produk kognitif dari tindakan mental yang dilakukan oleh orang tersebut. Produk semacam itu adalah cara pemahaman orang yang terkait dengan tindakan mental itu. Pengamatan berulang terhadap cara pemahaman seseorang yang terkait dengan tindakan mental yang diberikan dapat mengungkapkan karakteristik kognitif tertentu dari tindakan tersebut. Karakteristik seperti itu disebut sebagai cara berpikir yang terkait dengan tindakan itu. Suryadi ( 2019a ) menggambarkan hubungan antara aksi mental, WoU, dan WoT sebagai model Triadic Aksi Mental-WoT-WoU. Dimana aksi mental yang dilakukan siswa akan mewarnai WoT, WoT yang terbentuk pada siswa akan memfasilitasi proses terbentuknya WoU, selanjutnya WoU yang terbentuk pada siswa akan memperbaiki aksi mental yang dapat dilakukan siswa berikutnya. Lebih lanjut, perbedaan antara WoU dan WoT dijelaskan oleh Harel ( 2008 ) melalui tiga aksi mental yaitu interpreting act (menafsirkan), problem solving act (memecahkan masalah), dan proving act (membuktikan). Ditinjau dari tindakan menafsirkan (interpreting act) , WoT meliputi bagaimana siswa menafsirkan, apakah fleksibel (multi interpretasi dan dapat menghubungkan dengan konsep lain) atau infleksibel (terpaku pada suatu konsep), apakah referensial (dapat dihubungkan dengan kenyataan) atau nonreferensial (tidak dapat dihubungkan dengan kenyataan), atau apakah siswa dapat melakukan manipulasi aljabar. Sedangkan WoU meliputi suatu interpretasi atau arti yang diberikan siswa terhadap suatu masalah, konsep, ataupun simbol. Alasan mengapa WoT siswa begitu menarik untuk diselidiki? Pembelajaran matematika kenyataannya berpikir matematis siswa tidak fokus pada kinerja tetapi pada preferensi individu. Pendekatan ini didasarkan pada teori WoT (Harel, 2008 ). Bagi Harel WoT adalah karakteristik kognitif dari tindakan mental. Karakteristik seperti itu selalu disimpulkan dari pengamatan cara pemahaman produk kognitif dari tindakan mental. Ini bukan kemampuan, melainkan cara yang lebih disukai atau lebih akrab untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki seseorang. Sebuah WoT mengacu pada bagaimana seseorang suka melakukan sesuatu. Dalam pengertian ini, WoT tidak dikaitkan dengan seberapa baik sesuatu dilakukan, tetapi cara seseorang menyukai sesuatu untuk dilakukan. Dua kategori pengetahuan matematika yaitu WoT dan WoU sangat diperlukan dalam konteks kajian pembelajaran matematika (Suryadi, 2019a ). Dintinjau dari tindakan pemecahan masalah (problem solving act) maka WoT yang bersesuaian adalah bagaimana siswa memilih pendekatan pemecahan masalah yang dimulai dari bagaimana menyederhanakan masalah, lalu menemukan kemungkinan yang dapat menjadi suatu solusi masalah, menemukan representasi yang cocok untuk masalah tersebut, atau bahkan menggunakan kata kunci dari masalah. Sedangkan WoU yang bersesuaian adalah solusi dari suatu masalah tersebut (Harel 2008 ; Suryadi, 2019a ). Pendekatan atau strategi (WoT) yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, erat kaitannya dengan proses reflective inquiry yaitu proses berpikir yang melibatkan pengalaman terdahulu dalam memahami asumsi dan implikasi suatu masalah. Dimana proses reflective inquiry ini dapat terjadi pada tiga level yaitu implicit reflection, explicit reflection, dan critical refletion (Suryadi, 2019b ). Suryadi menjelaskan, ketika seseorang berhadapan dengan suatu masalah, kemudian berpikir dan merujuk pada pengalaman, pengetahuan sendiri sampai ditemukan solusi dari masalah tersebut, maka proses tersebut merupakan implicit reflection , suatu proses reflection level pertama. Selanjut seringkali seseorang dihadapkan pada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan merujuk pada pengalaman dan pengetahuan sendiri. Pada situasi seperti ini, seseorang biasanya mencari informasi dari luar dirinya, dengan mengkaji pengetahuan eksplisit dari literatur juga berdiskusi dengan beberapa pihak lain di lingkungannya sampai diperoleh jawaban atau solusi yang dicari. Proses ini dikenal sebagai explicit reflection , yang merupakan proses reflektif level dua. Adakalanya proses pencarian solusi atas masalah yang dihadapi menemui jalan buntu. Situasi seperti ini biasanya digambarkan sebagai “situasi kritis”, seperti keadaan sebuah kurva antara naik dan turun, atau antara naik dan lebih naik lagi. Pada situasi seperti itulah seseorang melakukan critical reflection , suatu proses reflective yang memicu daya kreatif manusia sampai ditemukan jawaban baru, yang tidak didasarkan atas pengetahuan eksplisit yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini akan mengkaji WoT siswa dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin berdasarkan proses reflective inquiri. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah WoT siswa dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin? ## METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Interpretasive Phenomenological Analysis (IPA) yang bertujuan untuk memaknai dan menginterpretasi suatu fenomena berdasarkan pengalaman manusia (Eatough & Smith, 2017 ). Di mana IPA berhubungan erat dengan fenomenologi dan hermeneutik yang berfokus pada pengalaman seseorang. Sebagaimana dikatakan Ricoeur ( 1986 ) perlu memadukan kajian pengalaman dan kajian makna dan pemaknaan dengan pengalaman tersebut karena saling melengkapi. Hal ini dipilih untuk mengungkapkan ragam makna dan mendeskripsikan proses berpikir matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematis non rutin materi pola bilangan. Adapun kerangka kajian penelitian ini berdasarkan Theory of Situation Didactical of Mathematics (Brousseau, 2002 ). Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 dengan melibatkan sebanyak 30 siswa kelas 8 pada salah satu SMP di Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan dua instrumen utama untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan seperti soal tes tertulis masalah pola bilangan non rutin dan pedoman wawancara klinis semi terstruktur untuk menggali WoT dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. Adapun masalah pola bilangan yang diberikan kepada siswa dalam penelitian yaitu masalah palindrom 4 angka seperti berikut ini: “ Angka seperti 1331 disebut palindrom karena dapat dibaca sama baik dari depan maupun dari belakang. Seorang teman anda menyatakan bahwa semua palindrom 4 angka habis dibagi 11. Benarkah pernyataan teman anda tersebut? ” Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tahapan yang dikembangkan oleh Creswell ( 2007 ) yaitu data managing, reading-memoing, describing-clasifying- interpreting, dan representing-visualizing . Data managing , yaitu mengatur data ke dalam file komputer untuk dianalisis, mentranskrip data rekaman dan wawancara siswa, dan mengetik catatan observasi. Reading-memoing yaitu membaca dan memaknai data yang terkumpul serta memberi mencatat atau memo di pinggir catatan lapangan atau transkrip atau di bawah foto untuk membantu dalam proses awal eksplorasi data. Describing-clasifying-interpreting, yaitu membentuk kode atau kategori mewakili inti dari analisis data. Peneliti membangun deskripsi rinci, mengembangkan tema atau dimensi, dan memberikan interpretasi berdasarkan pandangan mereka sendiri atau pandangan perspektif dalam literatur. Representing-visualizing , yaitu merepresentasikan hasil analisis data dalam bentuk teks, tabel, atau gambar. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Dari analisis hasil tes dan wawancara siswa dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin dapat diidentifikasi empat WoT siswa yaitu: (i) menentukan apa yang diketahui, yang ditanyakan, dan informasi yang diperlukan; (ii) mengidentifikasi pola atau aturan; (iii) menggunakan model matematika, dan; iv) menyelesaikan dengan menggunakan masalah yang mirip. Dimana ke empat WoT siswa tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori siswa yaitu pertama kelompok siswa yang dapat menyelesaikan masalah secara unik (c ritical Reflection); kedua kelompok siswa yang dapat menyelesaikan masalah dengan bantuan scaffolding (explicit reflection), dan; ketiga kelompok siswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Pengkategorian ini dilakukan karena WoT siswa sangat dipengaruhi oleh proses reflective inquiry yang dapat dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah non rutin pola bilangan (Aiyub et al., 2022 ; Aiyub, 2023 ; Suryadi, 2019b ). Berikut paparan data ke empat WoT siswa dalam menyelesaikan masalah matematis palindron 4 yang diberikan di mana S1 (subjek pertama) mewakili siswa kategori kelompok critical refection ; S2 (subjek kedua) mewakili siswa kategori kelompok explicit reflection ; dan S3 (Subjek tiga) mewakili siswa kelompok yang tidak dapat menyelesaikan masalah. ## Mengidentifikasi kasus khusus dari yang masalah ditanyakan Berdasarkan analisis hasil respon yang diberikan ketiga kategori siswa dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin memberikan respon dengan mengidentifikasi kasus khusus dari masalah yang diberikan. Ketiga kategori subjek penelitian memberikan contoh kasus khusus dari bilangan palindrom 4 angka untuk ditunjukkan habis dibagi 11. Mengidentifikasi kasus khusus merupakan salah satu strategi atau pendekatan yang disering digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah (Herman, 2000 ; NCTM 2000 ; Polya, 1985 ). Berikut ini adalah respon yang diberikan subjek S1 dari kategori kelompok critical reflection dalam menyelesaikan masalah palindrom 4 angka dengan mengidentifikasi dua contoh kasus khusus palindrom 4 angka yaitu 1221 dan 2442 yang menunjukkan habis dibagi 11. ## Gambar 1. WoT S1 dalam mengidentifikasi kasus khusus Berdasarkan respon yang diberikan subjek S1 pada gambar 1 di atas menunjukkan subjek dapat memberikan kasus khusus dari palindrom 4 angka yang habis dibagi 11 dengan memberikan contoh palindrom 4 angka 1221 dan 2442. Selanjutnya subjek S1 mencoba melihat ke dua palindrom 4 angka yang dipilih apakah habis dibagi 11? Berdasarkan kasus khusus yang dipilih S1 menunjukkan kedua palindrom tersebut yang dipilih ternyata dapat dibagi 11. Dimana palindrom 1221 dibagi 11 hasilnya 111, dan palindrom 2442 dibagi 11 hasilnya 222. Seperti halnya Subjek S1, Subjek S2 juga menggunakan strategi penyelesaian masalah palindrom ini dimulai dengan mengidentifikasi contoh khusus dari masalah palindrom 4 angka. Berikut respon S2 dalam mengidentifikasi kasus kusus dalam menyelesaikan masalah pola bilangan non rutin. Gambar 2. WoT S2 dalam mengidentifikasi kasus khusus dalam menyelesaikan masalah Berdasarkan respon yang diberikan S2 pada gambar 2 di atas menunjukkan subjek S2 mengidentifikasi kasus khusus dengan memilih tiga contoh palindrom 4 angka yaitu 1221, 2112, 4224. Selanjutnya subjek mencoba melihat ke empat palindrom 3 angka yang dipilih apakah habis dibagi 11? Berdasarkan kasus khusus yang dipilih subjek S2 menunjukkan ke tiga palindrom tersebut ternyata dapat dibagi 11. Subjek S3 yang mewakili dari kelompok yang tidak dapat menyelesaikan masalah palindrom juga dapat mengidentifikasi kasus khusus dari palindrom 4 angka yang habis dibagi 11. Berikut ini respon subjek S3 saat mengidentifikasi kasus khusus untuk menyelesaikan masalah dengan mengidentifikasi kasus khusus dari palindrom 4 angka. Gambar 3. Respon S3 mengidentifikasi kasus khusus palindrom 4 angka yang habis dibagi 11 Berdasarkan respon yang diberikan S3 pada gambar 3 di atas menunjukkan subjek S3 dapat mengidentifikasi kasus khusus memilih dua contoh palindrom 4 angka yaitu 1221 dan 3883 dan menunjukkan bahwa kedua palindrom yang dipilih dapat dibagi atau habis dibagi 11. Mengidentifikasi pola Pendekatan atau strategi mengidentifikasi pola/aturan dari masalah palindrom 4 angka dapat digunakan oleh subjek S1 dan S2. Mengidentifikasi pola atau aturan merupakan salah satu strategi atau pendekatan yang disering digunakan siswa dalam menyelesikan masalah non rutin (Herman, 2000 ; NCTM 2000 ; Polya, 1985 ). Subjek S1 dapat mengidentifikasi bahwa palindrom 4 angka mempunyai pola yaitu angka pertama sama dengan angka ke empat merupakan kelipatan dari 11. Selanjutnya angka ke dua sama dengan angka ke tiga juga merupakan kelipatan dari 11. Sehingga S1 berkesimpulan bahwa karena angka pertama dan ke empat kelipatan 11 dan angka kedua dan ketiga kelipatan 11, maka palindrom 4 angka habis dibagi 11. Gambar 4. Pendekatan mengidentifikasi pola S1 dalam menyelesaikan masalah pola bilangan Berdasarkan respon yang dicantumkan pada gambar di atas menunjukkan bahwa subjek S1 menyelesaikan masalah pola bilangan dengan menggunakan pola atau aturan yang dapat diidentifikasi pada palindrom 4 angka. Subjek S1 mengatakan bahwa “angka pertama sama dengan angka ke empat dan merupakan kelipatan 11, sedangkan angka kedua sama dengan ke tiga dan merupakan kelipatan 11” Berikut kutipan wawancara dengan S1 untuk menggal i informasi tentang strategi penyelesaian masalah dengan mengidentifikasi pola atau aturan yang digunakan pada masalah pola bilangan. P : “Untuk masalah yang ke dua ini, S1 menggunakan pola apa ini?” S1 : “… Pada masalah ini, saya lihat angka pertama dan ke empat sama pak, berarti ini kelipatan dari 11. Begitu juga untuk angka kedua sama dengan angka ke tiga, berarti juga kelipatan 11” P : “…Lalu apa gunanya pola ini untuk menunjukkan palindrom habis dibagi 11?” S1 : “…Iya karena angka -angka bisa dilihat kelipatan dari 11, sehingga palindrom 4 angka dapat dibagi 11 pak!” Sedangkan S2 dapat menggunakan pola yang berlaku pada masalah pola bilangan. Ia dapat merumuskan pola dari suatu palindrom 4 angka dengan bantuan scaffolding dari peneliti. Berikut respon subjek S2 dalam menggunakan pola untuk menyelesaikan masalah pola bilangan setelah diberikan scaffolding . Gambar 5. Respon S2 dalam menggunakan pola untuk menyelesaikan masalah pola bilangan Berdasarkan respon subjek S2 seperti yang dicantumkan pada gambar di atas menunjukan subjek dapat mengidentifikasi pola atau aturan yang terdapat pada palindrom 4 angka yaitu selisih satu palindrom dengan palindrom lainnya adalah 110, selain itu selisih palindrom paling besar pada suatu ribuan dengan palindrom terkecil dengan palindrom berikutnya adalah 11. Dalam tahap ini S2 memberi dua contoh seperti palindrom 2112 dikurangi 2002 hasilnya sama dengan 110, dan palindrom 1221 dikurangi palindrom 1111 hasilnya sama dengan 11. Dengan pola yang dapat diidentifikasi ini S2 menyusun kalimat atau pernyataan matematika dari panlindrom 2332 yang memiliki faktor 11. Subjek S3 juga mencoba untuk mengidentifikasi pola dari bilangan palindrom 4 angka sehingga dapat ditunjukkan baha semua palindrom 4 angka dapat dibagi 11. Berikut pola dapat diidentifikasi oleh subjek S3 dalam menunjukkan bahwa semua palindrom 4 angka habis dibagi 11. Gambar 6. Respon S3 dalam mengidentifikasi pola menyelesaikan masalah palindrom 4 angka Berdasarkan respon yang berikan subjek S3 pada gambar 6 di atas menunjukkan bahwa subjek S3 dapat mengidentifikasi salah satu pola dari palindrom 4 angka yaitu selisih dari satu palindrom ke palindrom selanjutnya adalah 110. Sedangkan untuk pola kelipatan dari 1001 tidak berhasil diidentifikasi. Berikut adalah kutipan interaksi Peneliti dengan S3 untuk menggali informasi tentang pola yang dapat diidentifikasi oleh subjek S3 dalam menyelesaikan masalah palindrom 4 angka. P : “ Bagaimana pola yang dapat dilihat dari bilangan palindrom 4 angka ?” S3 : “ Selisih satu palindrom ke palindrom berikutnya 110! ” P : “ Lalu bagaimana selisih palindrom paling besar dari suatu ribuan ke palindrom paling kecil dari ribuan berikutnya ?” S3 : “ 111 pak !” P : “…Coba diperiksa kembali, apa sudah benar hasilnya 111 ? ” S3 : “ O iya 11 pak hasilnya !” P : “Lalu bilangan 1001 ini, polanya dari mana?” S3 : “Tidak tahu pak! P : “Bagaimana hubungan palindrom terkecil dengan palindrom terkecil pada ribuan selanjutnya?” S3 : “Tidak tahu pak!” Berdasarkan respon yang diberikan dan kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan subjek S3 belum dapat mengidentifikasi semua pola yang diperlu untuk dapat menunjukkan bahwa semua palindrom 4 angka habis dibagi 11. Hal ini menunjukkan subjek S3 belum dapat menyelesaikan masalah palindrom yang diberikan, sehingga dapat dikategorikan bagian dari kelompok siswa yang belum dapat menyelesaikan masalah. ## Membuat dan menggunakan model matematika Setelah dapat mengidentifikasi pola atau aturan yang berlaku pada palindorm 4 angka, selanjutnya subjek S1 menyusun suatu model matematika atau pernyataan matematika yang dapat dapat digunakan menujukkan semua palindrom 4 angka habis dibagi 11. Model matematika sering dipakai sebagai strategi untuk menyelesaikan masalah STEM (English, 2023 ). Seperti dicatat dalam beberapa publikasi, interdisipliner sifat pemodelan matematika membuatnya ideal untuk pemecahan masalah berbasis STEM (English, 2016 ; Maass, et al., 2019 ). Banyak definisi model dan pemodelan ada dalam literatur (misalnya, Brady et al., 2015 ; Muthukaruppan et al., 2013 ). Untuk artikel ini, pemodelan melibatkan pengembangan inovasi konseptual dalam menanggapi kebutuhan untuk menunjukkan palindrom 4 angka dalam habis dibagi 11. Pemodelan yang efektif membutuhkan bergerak melampaui cara berpikir konvensional yang diterapkan dalam masalah sekolah yang khas (Lesh, et al., 2013 ) untuk memasukkan analisis kontekstual dan kritis. Berikut model matematika dapat disusun dan digunakan subjek S1 dalam menunjukkan bahwa palindrom 4 angka dapat ditunjukkan habis dibagi 11. Gambar 7. Pendekatan memodelkan matematika S1 dalam menyelesaikan masalah pola bilangan Berdasarkan respon yang dicantumkan pada gambar di atas menunjukkan bahwa subjek S1 menyelesaikan masalah pola bilangan dengan menggunakan model matematika berdasarkan pola yang dapat diidentifikasi pada palindrom 4 angka. Berikut adalah kutipan wawancara dengan S1 untuk menggali informasi tentang strategi penyelesaian masalah dengan membuat model matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah palindrom 4 angka. P : “ Bagaimana model matematika ini dapat disusun ?” S1 : “Model matematika dapat disusun dari contoh palindrom 2332 dapat disusun menjadi 2002 + 330 disusun menjadi (1001) 2 + (110)3 ” P : “…Lalu apa makna 11((91.n) + (10.a)) ?” S1 : “ Karena palindrom naan dapat ditunjukkan merupakan kelipatan 11, sehingga semua palindrom 4 angka dapat dibagi 11 pak!” Berdasarkan respon yang diberikan dan kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan subjek S1 dapat menyelesaikan masalah palindrom 4 angka dengan menggunakan alasan deduktif dalam bentuk aljabar. Hal ini dapat dilakukan subjek S1 secara unik atau kreatif , sehingga dapat dikategorikan bagian dari kelompok siswa critical refelction . ## Menyelesaikan dengan menggunakan masalah yang mirip Pendekatan menyelesaikan dengan menggunakan masalah yang mirip digunakan salah satu subjek S2 dalam mengidentifikasi syrategi penyelesaian masalah palindrom 4 angka. Hal ini dilakukan subjek S2 dengan menggunakan konsep nilai tempat sehingga dapat ditunjukkan suatu palindrom 4 angka habis dibagi 11. Menggunakan masalah yang mirip merupakan salah satu strategi atau pendekatan yang dapat digunakan siswa dalam menyelesikan masalah (Herman, 2000 ; NCTM 2000 ; Polya, 1985 ). S2 dapat memberikan bukti aritmetika dalam menyelesaikan masalah palindrom 4 angka dengan bantuan scaffolding dari peneliti. S2 dapat menunjukkan semua palindrom 4 angka habis dibagi 11 dengan menggunakan nilai tempat dari suatu palindrom 4 angka. Berikut respon subjek S1 dalam memberikan bukti dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. Gambar 8. Respon S2 dalam menggunakan masalah yang mirip dengan konsep nilai tempat Berdasarkan respon yang diberikan S2 pada gambar 8 di atas, menunjukkan bahwa S2 menjawab pertanyaan dari masalah palindrom 4 angka ini dengan menggunakan argumen induktif dalam bentuk aritmetik yaitu dengan menunjukkan semua palindrom habis dibagi 11 dengan menggunakan nilai tempat dari suatu palindrom 4 angka. Adapun solusi ini dapat dilakukan S2 dengan bantuan scaffolding dari peneliti. Berikut adalah kutipan interaksi peneliti dengan S2 saat memberikan scaffolding dalam menyelesaikan masalah non rutin palindro 4 angka. P : “Bisa dijelas kan nilai dari masing-masing posisi angka dari palindrom 2332 ?” S2 : “posisi angka 2 yang pertama bernilai ribuan, posisi angka pertama 3 bernilai ratusan dan 3 kedua bernilai puluhan, sedangkan posisi 2 yang kedua bernilai satuan ” P : “Iya benar… Bisa dituliskan kalau dijabarkan seperti apa?” S2 : Mencoba menjabarkan palindrom 2332 menjadi (1000)2 + (100)3 + (10)3 + (1)2 P : “Baik.. Sekarang bagaimana bentuknya kalau yang mempunyai bilangan perkalian yang yang sama digabungkan?” S2 : Mencoba menggabung menjadi (1001)2 + (110)3 P : “Bisa dijabarkan angka 1001 dan 110 dalam bentuk perkalian dari 11?” S2 : Mencoba membagi angka 1001 dan 110 masing-masing dengan 11. P : Berdasarkan hasil yang diperoleh, apa kesimpulannya yang dapat diambil?” S2 : “Semua palindrom 4 angka dapat ditunjukkan memiliki faktor 11, ini menunjukkan bahwa semua pilndrom 4 angka habis dibagi 11 Berdasarkan respon yang diberikan subjek S2 dan kutipan interaksi peneliti dengan subjek S2 dalam membantu menyelesaikan masalah bilangan palindrom 4 angka, menunjukkan subjek S2 dapat dikategorikan bagian dari kelompok siswa yang dapat menyelesaikan masalah non rutin dengan bantuan dari peneliti (explicit reflection). Berikut ini rekapitulasi hasil analisis data penelitian menurut kategori kelompok subjek penelitian berdasarkan proses reflective inquiri yang dapat dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah non rutin pola bilangan. Tabel 1. Rangkuman WoT berdasarkan kelompok siswa No Subjek Penelitian Kategori Kelompok Masalah Pola Bilangan 1 Subjek 1 (S1) Critical Reflection 1. Mengidentifikasi kasus khusus dari yang masalah ditanyakan 2. Mengidentifikasi pola 3. Menggunakan Model Matematika 2 Subjek 2 (S2) Explicit Reflection 1. Mengidentifikasi kasus khusus dari yang ditanyakan 2. Mengidentifikasi pola 3. Menggunakan masalah yang mirib 3 Subjek 3 (S3) Belum dapat menyelesaikan masalah Mengidentifikasi kasus khusus dari yang ditanyakan Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa subjek kategori critical reflection dapat menggunakan tiga strategi atau pendekatan untuk menyelesaikan masalah palindrom 4 angka yang diberikan. Pertama, menentukan contoh kasus khusus dari masalah yang ditanyakan; kedua mengidentifikasi pola atau aturan yang berlaku dari masalah yang ditanyakan; dan terakhir ketiga menyusun dan menggunakan model matematika. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Herman ( 2000 ) bahwa strategi menentukan contoh kasus khusus sering digunakan untuk memperjelas kemungkinan solusi yang akan diberikan. Sedangkan strategi mengidentifikasi pola atau aturan adalah salah satu strategi dalam menyelesaikan masalah matematika, dimana kita dapat mengamati informasi yang diberikan seperti gambar, angka, huruf, kata, warna, atau suara digunakan sebagai cara untuk menyusun kemungkinan strategi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Terakhir ketiga digunakan strategi membentuk dan menggunakan model matematika untuk menyelesaikan masalah yang digunakan. Hal ini sesuai yang dikatakan English ( 2023 ) bahwa model matematika sering dipakai sebagai strategi untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan subjek kategori explicit reflection menggunakan tiga strategi atau pendekatan dalam menyelesaikan masalah palindrom 4 angka, yaitu pertama menentukan nilai atau contoh khusus dari yang ditanyakan; kedua mengidentifikasi pola atau aturan dari yang ditanyakan; dan ketiga menggunakan masalah yang mirip untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini seperti dikatakan Herman ( 2000 ) untuk menyelesaikan masalah yang sulit untuk diselesaikan karena di dalamnya terkandung permasalahan yang cukup kompleks misalnya menyangkut bilangan yang sangat besar, bilangan sangat kecil, atau berkaitan dengan pola yang cukup kompleks, dapat dilakukan dengan menggunakan analogi melalui penyelesaian masalah yang mirip atau masalah yang lebih mudah (Aiyub, 2023 ). Sedangkan untuk kategori subjek yang tidak dapat menyelesaikan masalah hanya dapat mengidentifikasi nilai atau contoh kasus khusus dari solusi yang ditanyakan. Subjek kategori yang tidak dapat menyelesaikan masalah tidak dapat menentukan strategi yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa semua palindrom 4 habis dibagi 11, karena kesulitan dalam mengidentifikasi pola yang diperlu dalam menyusun strategi penyelesaian. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Herman ( 2000 ) bahwa tanpa melalui latihan, sangat sulit bagi seseorang untuk menyadari bahwa dalam permasalahan yang dihadapinya terdapat pola yang bisa diungkap. Temuan lain dalam penelitian ini WoT subjek critical refelction pada umumnya fleksibel dalam menggunakan simbol matematika, mereka cenderung menggunakan cara yang berbeda dengan yang digunakan guru; Mereka menggunakan petunjuk pada pertanyaan untuk memecahkan masalah, dan mereka jarang menggunakan rumus untuk menyelesaikan masalah, mereka tidak menggunakan contoh atau persepsi visual dalam menyelesaikan masalah, dan mereka cenderung mengikuti aturan deduksi atau menggunakan penyelesaian aljabar. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Lee et al. ( 2011 ) telah memeriksa kemampuan anak-anak yang berkembang dalam memecahkan masalah aljabar terkait dengan kemahiran mereka dalam pola. Lee et al. ( 2011 ) mengatakan bahwa kemahiran pada pola memprediksi kemahiran aljabar. Kecakapan pada tugas- tugas pola pada gilirannya diprediksi akan memperbarui kapasitas anak. Sedangkan WoT yang digunakan subjek kategori explicit reflection dalam penelitian ini dalam menyelesaikan masalah cenderung kurang leluasa dan lebih berfokus dengan strategi yang diajarkan guru, serta cenderung menggunakan contoh, atau aturan induktif atau penyelesaian aritmetik. Secara umum penelitian ini sejalan dengan temuan (Harel & Sowder, 1998 ; Lee et al., 2011 ) bahwa skema penyelesaian yang umum digunakan di kalangan siswa adalah skema otoritatif dan skema empiris yang penyelesaiannya bergantung pada contoh atau persepsi visual (Uyangör, 2019 ). Temuan ini juga sejalan hasil penelitian Lee et al. ( 2011 ) menunjukkan bahwa penalaran aljabar mungkin sulit jika anak memiliki kapasitas pembaruan dan fasilitas yang buruk dengan perhitungan atau kesulitan dalam mengenali dan menggeneralisasi aturan tentang pola. Untuk mendukung siswa dari kategori explicit refeltion dalam memberikan WoT secara aljabar, guru harus merancang pembelajaran yang memperluas konteks masalah dalam matematika agar siswa terbiasa menyelesaikan verifikasi aljabar secara simbolik. Tall ( 2008 ) menyatakan bahwa transisi ke aksiomatik formal dapat dibangun melalui pengalaman tentang perwujudan dan simbolisme. Kemudian pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dalam berbagai jenis pembuktian. Berbagai jenis masalah tersebut dapat memberikan pengalaman kepada siswa yang dapat digunakan sebagai media transisi berpikir. Untuk mendukung WoT siswa dari kategori yang tidak dapat menyelesaikan masalah, guru harus membiasakan siswa menyelesaikan masalah dengan cara megidentifikasi pola dan dapat memperdiksi semua kesulitan siswa yang mungkin menjadi kendala siswa dan merumuskan kemungkinan scaffolding yang dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi kemungkinan solusi menyelesaikan masalah baik secara aritmetik maupun aljabar atau simbolik. ## KESIMPULAN WoT siswa dalam menyelesaikankan masalah pola bilangan non rutin ada empat strategi atau pendekatan yang digunakan siswa yaitu; pertama menentukan kasus khusus dari masalah yang ditanyakan; kedua menentukan pola atau aturan dari masalah yang diberikan; ketiga menggunakan model matematika; dan terakhir keempat mengunakan masalah yang mirip dari yang ditanyakan. Subjek critical reflection menggunakan tiga WoT yaitu menentukan kasus khusus, mengidentifikasi pola yang berlaku dari masalah yang diberikan, dan menggunakan model matematika. Subjek explicit refelction mengidentifikasi kasus khusus; mengidentifikasi pola; dan menggunakan masalah yang mirib. Sedangkan siswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah hanya dapat mengidentifikasi kasus khusus dari masalah yang ditanyakan. Temuan lainnya terkait WoT subjek critical refelction lebih fleksibel dan cenderung menggunakan cara yang berbeda dengan yang digunakan guru (unik) dan cenderung meggunakan alasan aljabar. Sedangkan subjek explicit reflection kurang leluasa dalam mengidentifikasi strategi penyelesaian, dan cenderung menggunakan alasan induktif atau aritmetik. Untuk mendukung siswa dalam kemampuan pola dan berpikir secara aljabar guru harus membiasakan siswa menyelesaikan masalah matematis non rutin berbagai kontek dalam pembelajaran dengan menggunakan pola. ## DAFTAR PUSTAKA Aiyub, A. (2023). Proses berpikir matematis dan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematis non rutin berdasarkan kerangka teori situasi didaktis . Disertasi (S3). Universitas Pendidikan Indonesia. Aiyub, A., Suryadi, D., Fatimah, S., & Kusnandi, K. (2022). Investigation of the critical thinking process in solving non-routine mathematical problems. European Online Journal of Natural and Social Sciences , 11 (4), 1212 – 1233. Brady, C., Lesh, R., & Sevis, S. (2015). Extending the reach of the models and modelling perspective: A course-sized research site. In G. A. Stillman et al. (Eds.), Mathematical Modelling in Education Research and Practice (pp. 55 – 66). Dordrecht: Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-18272-8_4 Brousseau, G. (2002). Theory of didactical situations in mathematics . In R. S. and V. W. Nicola Balacheff, Mantin Cooper (Ed.), Kluwer Academic Publishers (Edited and). Kluwer Academic Publishers. https://doi.org/10.1007/0-306-47211-2 Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among five approaches (Second Eds) . Sage Publication, Inc. Eatough, V., & Smith, J. (2017). Interpretative phenomenological analysis. In: Willig, C. and Stainton-Rogers, W. (eds.) Handbook of qualitative psychology . Sage Publication Ltd. English, L. D. (2016). STEM education K-12: Perspectives on integration. International Journal of STEM Education , 3 (1), 1 – 8. https://doi.org/10.1186/s40594-016-0036-1 English, L. D. (2023). Ways of thinking in STEM-based problem solving. ZDM - Mathematics Education . https://doi.org/10.1007/s11858-023-01474-7 Harel, G. (2008). What is mathematics? A pedagogical answer to a philosophical question. In B. Gold & R. A. Simons (Eds.), Proof and Other Dilemmas: Mathematics and Philosophy . United States of America: The Mathematical Association of America, Inc. https://doi.org/10.5948/upo9781614445050.018 Harel, G., & Sowder, L. (1998). Students’ proof schemes: Results from expl oratory studies. In A. Schoenfeld, J. Kaput, & E. Dubinsky (Eds.), Research in collegiate mathematics education III (pp. 234-283). Providence, RI: American Mathematical Society. https://doi.org/10.1090/cbmath/007/07 Herman, T. (2000). Strategi pemecahan masalah (problem solving) dalam pembelajaran matematika . In Makalah. Tidak Diterbitkan. http://file.upi.edu/Direktori Lee, K., Ng, S. F., Bull, R., Lee Pe, M., & Ho, R. H. M. (2011). Are patterns important? An investigation of the relationships between proficiencies in patterns, computation, executive functioning, and algebraic word problems. Journal of Educational Psychology , 103 (2), 269 – 281. https://doi.org/10.1037/a0023068 Lesh, R., Riggs, C., English, L., & Sevis, S. (2013). Problem solving in the primary school (K-2) Let us know how access to this document benefits you. The Mathematics Enthusiast , 10 (1 – 2), 35 – 60. Maass, K., Geiger, V., Romero Ariza, M., & Goos, M. (2019). The role of mathematics in interdisciplinary STEM education. ZDM Mathematics Education , 51 (6), 869 – 884. https://doi.org/10.1007/s11858-019-01100-5 Muthukaruppan, S., Eswari, A., & Rajendran, L. (2013). Mathematical modelling of a biofilm: The Adomian decomposition method. Natural Science , 05 (04), 456 – 462. https://doi.org/10.4236/ns.2013.54059 NCTM. (2000). Principles standards and for school mathematics . Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc. Polya, G. (1985). How to solve it . In Princeton University Press (Second Edi). Ricoeur, P. (1986). Lectures on ideology and utopia . New York: Columbia University Press. https://archive.org/details/pdfy-oRPzWEh3nXrYxehT/page/n13/mode/2up Suryadi, D. (2019a). Landasan filosofis penelitian desain didaktis (DDR) [philosophical foundations of didactic design research (DDR)] . Bandung: Gapura Press. Suryadi, D. (2019b). Penelitian desain didaktical (DDR) dan implementasinya . Bandung: Gapura Press. Tall, D. (2008). The transition to formal thinking in mathematics. Mathematics Education Research Journal , 20 (2), 5 – 24. https://doi.org/10.1007/BF03217474 Uyangör, S. M. (2019). Investigation of the mathematical thinking processes of students in mathematics education supported with graph theory. Universal Journal of Educational Research , 7 (1), 1 – 9. https://doi.org/10.13189/ujer.2019.070101
c3574dbe-c394-446f-9aba-ebb3eb92925c
https://journal.sties-purwakarta.ac.id/index.php/EKSISBANK/article/download/6/3
## INFORMAL SECTOR AS FOOD SECURITY IN PILAR SUSTAIN DEMOCRATIC ECONOMY ## Rina Nurhayati Dosen Prodi Ekonomi Syariah STIES Indonesia Purwakarta Jl. Veteran No 150-152 Ciseureuh Purwakarta Jawa Barat Indonesia [email protected] ## ABSTRACT Small businesses are in the informal sector among the lower layers of society in order to survive. Global economic conditions amid an increasingly competitive force people to think creatively. Create a wide variety of ideas results, fikir power, which is manifested in a real innovative. Emerging creative economy and bloom like mushrooms grown where - where in the form of a small business, is now becoming a phenomenon. The phenomenon that is present as a result of the effort to be able to defend themselves in a hostile economic conditions. This research was conducted through a qualitative method approach with a descriptive case study that describes the informal sector as a pillar of food security in supporting the social economy. Through informal businesses in this global competition, the fact that businesses in the community canteen trader is able to survive in the midst of heavy and hard to face the era of the Asean Economic Community (AEC) by the inclusion of a wide range of formal business sectors on a large scale. Many investors into Indonesia with the ease of getting the facility. In the end, small businesses in the informal sector with a wide range of creative product capable of competing creative ideas continue to be developed along with the ability and willingness to be applied in the work of innovative, to be able to continue to live better. This is the central pillar of food security which occur in supporting community economy competitive. Keyword: Informal Sector, Pillars of Food Security, Economic Democracy SEKTOR INFORMAL SEBAGAI PILAR KETAHANAN PANGAN DALAM MENOPANG EKONOMI KERAKYATAN Rina Nurhayati Dosen Prodi Ekonomi Syariah STIES Indonesia Purwakarta Jl. Veteran No 150-152 Ciseureuh Purwakarta Jawa Barat Indonesia [email protected] ## ABSTRAK Usaha kecil merupakan sektor informal di kalangan masyarakat lapisan bawah dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi perekonomian global yang semakin kompetitif tengah memaksa manusia untuk berfikir kreatif. Membuat berbagai macam hasil ide, daya fikir, yang dituangkan dalam bentuk nyata yang inovatif. Ekonomi kreatif yang muncul dan marak layaknya jamur berkembang dimana – mana dalam bentuk usaha kecil, kini tengah menjadi sebuah fenomena. Fenomena yang hadir sebagai akibat dari usaha untuk dapat mempertahankan diri dalam kondisi ekonomi yang tidak bersahabat. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan metode kualitatif dengan studi kasus deskriptif yang memaparkan mengenai sektor informal sebagai pilar ketahanan pangan dalam menopang ekonomi kerakyatan. Melalui usaha informal dalam persaingan global ini, pada kenyataannya para pelaku usaha dalam komunitas pedagang kantin mampu bertahan di tengah arus deras dan keras menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dengan masuknya berbagai macam bidang usaha formal dalam skala besar. Banyaknya investor yang masuk ke Indonesia dengan kemudahan mendapatkan fasilitas. Pada akhirnya, usaha kecil dalam sector informal dengan berbagai macam hasil kreatifitas mampu berkompetisi sepanjang ide kreatif terus dikembangkan disertai adanya kemampuan dan kemauan yang diaplikasikan dalam hasil karya inovatif, untuk dapat terus hidup lebih baik. Inilah pilar ketahanan pangan yang tengah terjadi dalam menopang ekonomi kerakyatan yang berdaya saing. Keyword : Sektor Informal, Pilar Ketahanan Pangan, Ekonomi Kerakyatan ## I. PENDAHULUAN ## A. Latar Belakang Masalah Mempertahankan hidup merupakan fitrah manusia. Adakalanya dengan berbagai cara, manusia akan berusaha untuk tetap survive ketika berada dalam kondisi tertekan. Ibarat pasir dalam genggaman jari tangan yang dikepalkan dengan kuat, maka banyak jalan untuk pasir tersebut agar dapat keluar dari berbagai tekanan jari jemari. Hal ini sebuah ekspresi dari keadaan kondisi perkembangan global yang sangat pesat terutama dalam bidang ekonomi. Persaingan semakin ketat sebagai akibat dari kemajuan zaman yang tidak seimbang, antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemajuan Sumber Daya Manusia. Tetapi sebagai makhluk yang dianugerahi akal serta fikiran, maka sudah tentu manusia akan berusaha untuk dapat mempertahanan diri, melalui gagasan, ide, akan harapan keinginan untukhidup lebih baik, maka kini banyak manusia berlomba untuk dapat mengaplikasikannya dalam bentuk hasil karya yang inovatif. Menambah nilai jual di pasar. Adapun hal paling mendasar yang dibutuhkan manusia adalah pangan. Demi pangan terpenuhi, ada kalanya manusia dapat bertarung bersaing tanpa melihat siapa yang dihadapinya. Usaha kecil merupakan sektor informal di kalangan masyarakat lapisan bawah dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi perekonomian global yang semakin kompetitif tengah memaksa manusia untuk berfikir kreatif. Membuat berbagai macam hasil ide, daya fikir, yang dituangkan dalam bentuk nyata yang inovatif. Ekonomi kreatif yang muncul dan marak layaknya jamur berkembang dimana – mana dalam bentuk usaha kecil, kini tengah menjadi sebuah fenomena. Fenomena yang hadir sebagai akibat dari usaha untuk dapat mempertahankan diri dalam kondisi ekonomi yang tidak bersahabat. Tempat berkumpulnya para pelaku usaha kecil dalam sector informal di bidang kuliner murah meriah salah satunya bertempat di kantin sekolah. Kantin sekolah merupakan sebuah tempat yang disuka bagi anak-anak sekolah, kantin merupakan sebuah tempat terjadinya transaksi yang menyenangkan antara anak dan para pedagang makanan. Adapun para pedagang yang berjualan di kantin sekolah telah banyak yang menempati selama bertahun – tahun dengan cara menyewa kepada pihak sekolah. Tidak sedikit para pedagang telah melakukan kegiatan berjualannya selama berpuluh tahun dari awal sekolah berdiri terutama pada sekolah negeri. Kreativitas dalam mengolah makanan yang menarik, enak dan alami menjadi suatu hal yang dilakukan para pelaku pedagang kuliner mengingat mereka turut bertanggung jawab dalam menyediakan asupan makanan bagi anak – anak sekolah. Sebuah fenomena yang menarik, di saat para pelaku bisnis di sector formal sangat terpengaruh dengan era globalisasi dan perkembangan global yang pesat, di satu sisi sector informal dalam usaha kecil dapat senantiasa bertahan dalam gelombang arus modernisasi yang kian mendera. Tetapi para pedagang dapat tetap beraktivitas dengan berjualan guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya terutama dalam kebutuhan pangan. ## B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dibuat karena sebuah fenomena yang menarik bagi penulis, dengan tujuan Untuk Mengetahui Mengenai Sektor Informal Sebagai Pilar Ketahanan Pangan Dalam Menopang Ekonomi Kerakyatan, sehingga dapat menjadikan sebuah masukan bagi pembaca. Pada studi kasus Pedagang Kantin SMPN 3 Karawang, Jawa Barat. ## C. Review Penelitian Terdahulu Pada penelitan terdahulu dengan judul Pengaruh Pendapatan Pekerja Wanita Sektor Perdagangan Informal Terhadap Pendapatan Keluarga dengan Studi Kasus Pedagang Eceran Di Pasar Inpres Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti yang dilakukan oleh Nova Yohana, Sri Maryati, dan Yolamalinda dan penelitian yang berjudul Peran Strategis Ekonomi Berbasis Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi Sektor Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm), Ditinjau Dari Penerapan Akuntansi Syariah Dengan Akuntansi Umkmyang dilakukan oleh Dini Arwati Universitas Widyatama Bandung. Sehingga dari penelitian tersebut dapat dilihat adanya perbedaan baik pada judul, variable, objek penelitian, tempat penelitan dan metodologi penelitian pada penelitian ini dengan dua peneliti tersebut. ## II. KAJIAN PUSTAKA A. Sektor Informal Pengertian Sektor Informal adalah lingkungan usaha tidak resmi; lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja, seperti wiraswasta : Usaha yang paling menguntungkan dari sektor informal adalah membuka rumah makan di tempat-tempat yang ramai atau unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Contohnya: asongan, pedagang kaki lima, dll. 1 Sesuai dengan definisi di atas maka lokasi penelitian dilakukan di Kantin Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Karawang Jawa Barat dimana pada kantin tersebut terdapat 9 pedagang kuliner makanan yang sudah bertahan lama, dari semenjak sekolah tersebut berdiri. Dan pedagang yang disebut baru saja sudah berjualan selama 8 tahun dari sejak 2007. Kantin sekolah sebagai bagian dari Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” 4 B. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. 2 C. Ekonomi Kerakyatan Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya.Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat local dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada. Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para ahli ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh negara negara berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan. Penerapan teori pertumbuhan yang telah membawa kesuksesan di negara negara kawasan Eropa ternyata telah menimbulkan kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbeda. Salah satu harapan agar hasil dari pertumbuhan tersebut bisa dinikmati sampai pada lapisan masyarakat paling bawah, ternyata banyak rakyat di lapisan bawah tidak selalu dapat menikmati cucuran hasil pembangunan yang diharapkan itu. Bahkan di kebanyakan negara negara yang sedang berkembang, kesenjangan sosial ekonomi semakin melebar. Dari pengalaman ini, akhirnya dikembangkan berbagai alternatif terhadap konsep pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi tetap merupakan pertimbangan prioritas, tetapi pelaksanaannya harus serasi dengan pembangunan nasional yang berintikan pada manusia pelakunya. 3 ## III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian sederhana yang telah dilakukan di salah satu sekolah menengah pertama di Kota Karawang ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, karena sesuai dengan salah satu fungsi dan pemanfaatan penelitiannya yaitu digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui (Moleong,2010:7). Pendekatan Penelitian Kualitatif dengan studi kasus. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, dengan bentuk desain kasus tunggal, dimana peneliti mengumpulkan data yang terarah berdasarkan pertanyaan yang lebih dahulu sudah ditentukan. Pada penelitian ini, peneliti membatasi aspek yang dipilih, agar lebih terfokus pada materi penelitian. Hal ini dikarenakan Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu ilmu sosial. Studi kasus selama ini telah menjadi strategi penelitian bidang bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik dan perencanaan. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus kehidupan seseorang, proses proses organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungann hubungan internasional, dan kematangan industri industri. Definisi yang paling sering dijumpai tentang studi kasus semata mata mengulangi jenis jenis topik yang aplikatif. (Yin,2011:17). Sedangkan menurut pakar Ilmu Komunikasi, Prof. Deddy Mulyana, dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif, sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal hal berikut 1) Studi kasus merupakan sarana utama bagi peneliti etnik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. 2) Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari hari. 3) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden. 4) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan ( trustworthiness ). 5) Studi kasus memberikan “uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas”. 6) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut (Mulyana,2008:201-202), dan Sasaran Penelitian ini adalah pelaku usaha kecil dengan Lokasi Penelitian yang berjualan di Kantin Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Karawang Jawa Barat. Sebelum memulai pada inti penelitian, tentunya harus ada desain yang dibuat agar penelitian ini terarah serta tidak menyimpang. Desain penelitian adalah suatu rencana tindakan untuk berangkat dari sini ke sana. Desain penelitian lebih dari sekadar rencana kerja. Tujuan pokok desain adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan pertanyaan awal penelitian (Yin,2010:28). Sedangkan pertanyaan-pertanyaan disusun dengan lebih mendalam, dan karateristik umum desain penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi studi kasus yakni a) Desain kasus tunggal holistic, b) Desain kasus tunggal terjalin, c) Desain multikasus holistic, dan d) Desain multikasus terjalin (Yin,2010:46). Desain studi kasus yang diterapkan pada penelitian ini adalah desain kasus tunggal holistik, karena hanya menganalisis 1 (satu) unit saja, yakni pelaku usaha kecil di kantin SMPN 3 Karawang sebagai bagian dari sector informal yang kreatif hingga mampu bertahan dalam persaingan ekonomi yang tak menentu hingga menjadi focus penelitian yaitu Pertama , penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua , penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-ekslusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang perlu dikumpulkan dan data mana pula, yang walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan, tidak perlu dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan (Moleong,2010:95). Sebuah penelitian sudah barang tentu membutuhkan fokus penelitian, agar pada penelitian ini didapat kesimpulan akhir yang dapat diterima sebagai hasil kajian kualitatif. Ke y Informan diperlukan sebagai sumber informasi terpenting pada setiap penelitian. Pemilihan narasumber pada penelitian ini dilakukan dengan metode purpossive sampling , dimana pertanyaan penelitian akan diajukan kepada narasumber yang benar – benar kompeten di bidangnya. Yakni pedangan kantin yang sudah berjualan selama 25 tahun, Menurut Moleong (2010:132 informan adalah “orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Di samping itu pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring”. Untuk keabsahan data maka digunakan teknik triangulasi data yaitu dengan melakukan crosscheck pada narasumber lainnya. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 5 alat bantu yakni Pedoman Wawancara Observasi. Dokumen. Studi Kepustakaan Suatu penelitian memerlukan data-data yang benar serta valid. Menurut Moleong (2010:324), ada 4 (empat) kriteria yang digunakan dalam keabsahan data, yaitu a) Derajat Kepercayaan ( credibility ), b) Keteralihan ( transferability ), c) Kebergantungan ( dependability ), d) Kepastian ( confirmability ). Analisis data merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penelitian, karena berkaitan dengan bagaimana peneliti membaca hasil yang didapat di lapangan. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu dengan Menggunakan metode non statistik yaitu analisis deskriptif. Artinya dari data yang diperoleh melalui penelitian kemudian dilaporkan apa adanya, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapat gambaran mengenai fakta yang ada (Prajarto,2004:38). Maka apabila terdapat data-data yang berupa angka-angka, maka akan dideskripsikan agar terdapat suatu gambaran, karena penelitian dengan metode kualitatif dapat menggunakan data-data pada kuntitatif. Hal tersebut senada dengan Moleong yang menyatakan bahwa Data yang diperoleh, dibaca, diedit dan dianalisis kemudian diperoleh suatu kesimpulan yang signifikan. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, ketegori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,2001:103). Metode analisis data yang dilakukan adalah pengelolaan data kualitatif yang menjelaskan tentang eksistensi sebuah permasalahan dengan menggambarkan secara sistematis terhadap seluruh elemen yang bersifat kualitatif yang berkaitan dengan permasalahannya. Metode analis data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 komponen, yakni 1). Reduksi Data, 2). Penyajian Data, 3).Menarik Kesimpulan . ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor Informal pada umumnya dilakukan oleh masyarakat menengah ke bawah dengan tingkat modal dan persediaan peralatan yang sederhana. Sehingga kemudian di Jawa Barat saja potensi pasar usaha menengah kecil dan mikro cukup besar baik secara kuantitas maupun andilnya terhadap perekonomian daerah. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kepala Koperasi dan UMKM Jawa Barat, Wawan Hernawan, MH, di tahun 2000 yang lalu tercatat 8.524.493 unit dengan daya serap terhadap tenaga kerja mencapai 13.542.296 orang. Dan total sumbangan terhadap laju pertumbuhan ekonomi (LPE) 9,91% serta andil bagi produk domestic regional brutto (PDRB) sebesar Rp 381,94 T (2014;44). Berdasarkan data uyang disampaikan oleh pejabat Kepala Koperasi UMKM Jawa Barat Tersebut memberikan sebuah bukti kuat bahwa sector informal yang menjadi lahan kegiatan usaha di kalangan masyarakat kecil bisa bertahan untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu berkaca pada kenyataan yang ada, nampakmya sector informal ini sudah menjadi aktivitas masyarakat se-hari-hari jika terjadi fluktuasi ekonomi pada tingkat Nasional sector ini mampu bertahan menjadi pilar perekonomian rakyat. Sehingga masyarakat kecil yang bergerak di sector ini yang jumlahnya cukup besar secara ekonomis tidak menjadi beban pemerintah. Contoh yang actual bisa temukan pada masyarakat yang terkena PHK mereka segera mencari peluang usaha di sector ini baik sebagai pembuat dan penjaja makanan, bergerak di home industry atau beralih posisi sebagai Tukang Ojek. Kenyataannya, tahun demi tahun, para pedagang kantin di sekolah dapat tetap eksis berjualan. Bahkan dari sejak nilai dolar di kisaran Ro 2.000/dolar amerika hingga kini telah mencapai Rp 13.000-an/dolar amerika, mereka tetap survive, bisa tetap bertahan dan pada akhirnya kekuatan mental para pedangan dalam kesabaran, keuletan mampu memperjuangkan hidupnya dengan menuangkan kreativitas yang dimilikinya. Adapun keterampilan yang dimilikinya adalah didapat melalui pengalaman sebelumnya, belajar dari keluarga atau teman serta melalui literature, bacaan. Kemampuan para pelaku sector informal, pedagang kecil di Kantin Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Karawang dalam menawarkan dan menjual dagangannya dengan menggunakan bahan yang aman untuk dikonsumsi para siswa adalah sebuah factor pendukung yang baik agar usahanya bisa bertahan hingga bertahun tahun. Dikatakan aman karena ketika adanya sidak yang dilakukan oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tidak ditemukan makanan yang mengandung zat berbahaya seperti Borax, Formalin, dan zat kimia berbahaya lainnya. Kreativitas dalam mengolah makanan dengan menggunakan bahan alami, aman dikonsumsi dan dijual dengan harga terjangkau para siswa, merupakan sebuah strategi tersendiri bagi para pedagang hingga varian makanan yang dijual bisa laku dan habis dibeli. Sehingga para pedagang dapat pulang ke rumah tidak dengan tangan hampa. Kreativitas para pedagang tradisional dalam mengolah makanan yang baik merupakan sebuah aplikasi dari ekonomi kreatif yang sudah dicanangkan pemerintahan SBY, “Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan, dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. Sumber: Focus Group Discussion subsektor Kuliner, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei— Juni 2014). 5 Pada Buku Ekonomi Kreatif : Rencana Pengembangan Kuliner Nasional 2015 – 2019 Terdapat beberapa kata kunci 5 , yaitu kreativitas, estetika, tradisi, dan kearifan lokal yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Kreativitas . Kreativitas yang dimaksud adalah aspek ide baru yang dapat memberikan nilai tambah pada sebuah makanan dan minuman. Kreativitas ini dapat tertuang melalui kreasi resep, kreasi cara pengolahan, dan kreasi cara penyajian. Proses kreativitas tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang 100% baru, namun bisa berupa pengembangan dari sesuatu yang sudah ada sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan lebih menarik di pasar. Hal ini pula yang dilakukan oleh para pedagang kantin SMPN 3 Karawang mencoba berkreasi dengan model makanan yang dijual. Missal yang biasa dijual kue berbentuk bulat, maka guna menarik minat siswa dibuatlah model segitiga, kotak, dll. Dari rasa yang biasanya rasa manis, kini divariasikan dengan rasa keju, barbeque, pedas dll. 2. Estetika . Estetika yang dimaksud adalah aspek tampilan dari sebuah makanan dan minuman yang ditata dengan memperhatikan unsur keindahan sehingga menjadikan produk kuliner tersebut memiliki nilai lebih dan mampu menggugah selera konsumen untuk menikmatinya. Contohnya adalah menyajikan masakan tradisional khas suatu daerah menjadi lebih modern. Hal ini pula yang dilakukan oleh para pedagang kantin SMPN 3 Karawang dengan menggunakan kemasan yang baik, tidak menggunakan Koran bekas sebagai alasnya. Tetapi menggunakan kertas nasi agar lebih aman jika makanan panas dikonsumsi. 3. Tradisi . Tradisi yang dimaksud adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan dalam mengolah dan mengonsumsi makanan dan minuman. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya proses ini, suatu tradisi dapat punah. Unsur tradisi ini sangat penting dalam menjaga warisan budaya kuliner Indonesia. Hal ini pula yang dilakukan oleh para pedagang kantin SMPN 3 Karawang bahwa yang dijual oleh para pedang di kantin sekolah ini adalah makanan yang memang makanan biasa yang dijual secara turun temurun dengan kekhasan tersendiri. Missal : gorengan yang merupakan camilan khas Indonesia, cireng merupakan camilan khas jawa barat, kue – kue tradisional Indonesia, dan makanan berat sejenis Nasi Uduk, Nasi Kuning, Nasi Goreng, Mie Goreng maupun Bihun Goreng. 4. Kearifan Lokal . Kearifan lokal yang dimaksud adalah identitas suatu daerah berupa kebenaran yang telah tertanam dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Berkaitan dengan kuliner, kearifan lokal akan membentuk karakter kuliner suatu daerah yang harus mampu diangkat dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Hal ini pula yang dilakukan oleh para pedagang kantin SMPN 3 Karawang yakni dengan seni menjual makanan melalui pendekatan psikologis, karena biasanya para siswa akrab berbincang, bercanda dengan para pedagang. Tiga Pilar Ketahanan Pangan 2 adalah : 1) Ketersediaan, hal ini berkaitan dengan cara para pedagang memanaje rumah tangganya. Berkaitan dengan pola manajemen keuangan pribadinya sehingga bisa bermanfaat hasil yang dibawa dari tempat mengais nafkah. 2) Akses, terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi bahan pangan. Pengelolaan biaya produksi untuk berjualan dengan biaya kebutuhan tumahtangga yang harus dipenuhi agar terhindar dari kelaparan dan agar dapat tetap hidup survive. 3) Pemanfaatan, bahwa bahan pangan yang dikonsumsi harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Hal ini merupakan bagian dari kegiatan dalam kehidupan sehari – hari para pedagang dalam memanfaat kan hasil usahanya, serta memanfaatkan sisa waktu yang dapat digunakan untuk mengais rezeki pada bidang lain. Dan tentunya hal ini dilakukan semua untuk menjaga keajegan pribadi mereka para pedagang dalam berkehidupan bermasyarakat. Kehidupan mereka yang tidak pernah lepas dari sandungan akibat dari dampak ekonomi yang kian tak menentu tetapi mereka dapat tetap bertahan hidup dan senantiasa mensyukuri setiap hasil kecil yang mereka dapatkan. ## V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikatakan bahwa melalui kegiatan sector informal pada bidang usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat menengah khususnya para pedagang di Kantin Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Karawang Jawa Barat, dengan mengerahkan seluruh hasil kreativitasnya, dan pengelolaan yang baik dalam manajemen rumah tangga atau pribadinya, menjaga estitika, tradisi dan kearifan local seperti yang telah dicanangkan oleh mantan Presiden SBY. Serta memenuhi 3 (tiga) pilar ketahanan pangan sehingga para pedagang dapat tetap survive. SARAN Kegiatan berjualan pada ruang tertutup di kantin sekolah merupakan kegiatan yang baik, karena makanan yang dijual dapat dipertanggungjawabkan dalam arti identitas penjual makanan di kantin diketahui oleh pihak sekolah, berbeda dengan para penjual makanan PKL di luaran sekolah yang kita tidak tahu siapa yang berjualannya dan apa yang dijualnya. Sehingga akan sangat membantu jika pemerintah dapat memperdulikan usaha para penjual makanan kantin dengan memberikan kemudahan dalam meminjam modal usaha. ## VI. DAFTAR PUSTAKA IKAPI Bandung. Ekonomi Islam. Paragraf Publishing. Bandung. 2014 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007 Suryana. Kewirausahaan. Salemba Empat. 2013 Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi. RajaGrafindo Perdana. 2013 ## JURNAL Yohana et al. Pengaruh Pendapatan Pekerja Wanita Sektor Perdagangan Informal Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pedagang Eceran Di Pasar Inpres Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti) Arwati, Dini. Peran Strategis Ekonomi Berbasis Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi Sektor Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Ditinjau Dari Penerapan Akuntansi Syariah Dengan Akuntansi UmkmUniversitas Widyatama Bandung. Jurnal Ekono Insentif Kopwil4, Volume 4 No. 1, Juli 2010. ISSN: 1907 - 0640, 1 https://id.wiktionary.org/wiki/sektor_informal 2 https://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan 3 https://succesary.wordpress.com/2008/12/10/sistem-ekonomi-kerakyatan 4 https://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah 5 Program.indonesiakreatif.net
c3f89bfd-c1b5-4a2e-957a-3d43e13c881a
https://jurnal-stkip.babunnajah.ac.id/index.php/metakognisi/article/download/124/128
Analisis Penggunaan Anafora dan Katafora dalam Novel Sabai Sunwoo Karya Akmal Nasery Basral serta Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Lia Sa’adatul Ulfah 1 , Aceng Hasani 2 , Ade Anggraini Kartika Devi 3 1,2,3 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 1 [email protected] ## Abstrak Anafora dan katafora merupakan bagian dari kohesi gramatikal yang berperan penting dalam menjaga kesatuan dan keutuhan makna dalam suatu teks. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan penggunaan anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral serta implikasi penggunaan anafora dan katafora pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Studi ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi ( content analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Sabai Sunwoo mengandung penggunaan anafora dan katafora berupa pronomina persona, pronomina demonstratif, dan pronomina komparatif. Penggunaan anafora dan katafora yang ditemukan berjumlah 346 buah, di antaranya 271 buah penggunaan anafora berupa dan 75 buah penggunaan katafora. Penanda referensial berupa pengacuan anafora ditemukan sebanyak 8 pronomina yaitu 1) pronomina persona pertama tunggal, yaitu saya, aku, dan -ku; 2) pronomina persona pertama jamak, yaitu kami dan kita ; 3) pronomina persona kedua tunggal, yaitu kamu dan -mu ; 4) pronomina persona kedua jamak, yaitu kalian ; 5) pronomina persona ketiga tunggal, yaitu dia, beliau, dan -nya ; 6) pronomina persona ketiga jamak, yaitu mereka ; 7) pronomina demonstratif penunjuk umum, yaitu ini dan itu ; dan 8) pronomina demonstratif penunjuk tempat, yaitu sana . Penanda referensial berupa pengacuan katafora ditemukan sebanyak 8 pronomina yaitu 1) pronomina persona pertama tunggal, yaitu saya dan -ku ; 2) pronomina persona pertama jamak, yaitu kami ; 3) pronomina persona kedua tunggal, yaitu kamu, Anda, kau dan -mu ; 4) pronomina persona ketiga tunggal, yaitu dia dan -nya ; 5) pronomina persona ketiga jamak, yaitu mereka ; 6) pronomina demonstratif penunjuk umum, yaitu ini dan itu ; 7) pronomina demonstratif penunjuk tempat, yaitu sini ; dan 8) pronomina komparatif (perbandingan), yaitu seperti, sama seperti, persis, mirip, dan berbeda . Kata kunci: Analisis Wacana, Anafora dan Katafora, Novel, Pembelajaran Bahasa Indonesia ## Abstract Anaphora and cataphora are part of grammatical cohesion that plays an important role in maintaining the unity and integrity of meaning in a text. The purpose of this study is to describe the use of anaphora and cataphora in the novel Sabai Sunwoo by Akmal Nasery Basral in the novel Sabai Sunwoo by Akmal Nasery Basral and the implications of the use of anaphora and cataphora in Indonesian learning in high school. This study uses a qualitative descriptive analysis method with content analysis techniques. The results of the study show that the novel Sabai Sunwoo contains the use of anaphores and cataphores in the form of persona pronouns, demonstrative pronouns, and comparative pronouns. The use of anaphores and cataphores found amounted to 346 pieces, of which 271 were anaphores and 75 were cataphoresis. Referential markers in the form of anaphoric references were found as many as 8 pronouns, namely 1) single first persona pronouns, namely saya, aku, and -ku; 2) the first plural persona pronoun, kami and kita; 3) the singular second persona pronoun, kamu and -mu; 4) the plural second persona pronoun, kalian; 5) the singular third persona pronoun, dia, beliau, and -nya; 6) the plural third persona pronoun, mereka; 7) demonstrative pronouns of general denominators, ini and itu; and 8) demonstrative pronouns of place, sana. Reference markers in the form of cataphoric references were found as many as 8 pronouns, namely 1) singular first persona pronouns, namely saya and -ku; 2) plural first persona pronouns, namely kami; 3) singular second persona pronouns, namely kamu, Anda, kau and -mu; 4) singular third persona pronouns, namely dia and -nya; 5) the plural third persona pronoun, mereka; 6) the demonstrative pronoun of the common denominator, ini and itu; 7) the demonstrative pronoun of the place, sini; and 8) the comparative pronoun (comparison seperti, sama seperti, persis, mirip, dan berbeda . Keywords : Discourse Analysis, Anaphora and Cataphora, Novel, Indonesian Language Learning Article Information Received: 28-06-2024 Revised: 28-06-2024 Accepted: 30-06-2024 ## PENDAHULUAN Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Analisis wacana melibatkan eksplorasi struktur pesan dalam komunikasi atau tinjauan terhadap berbagai fungsi (pragmatik) bahasa. Melalui pendekatan analisis wacana, hal yang dapat diidentifikasi tidak hanya isi teks dalam suatu wacana, tetapi juga memahami maksud pesan yang ingin disampaikan, alasan di balik penyampaian pesan, serta cara penyusunan dan pemahaman pesan tersebut. Bentuk penyampaian pesan tersebut yakni melalui kalimat. Dalam paragraf, kalimat pertama menyebabkan timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadi acuan kalimat ketiga, kalimat ketiga mengacu kembali ke kalimat pertama dan seterusnya. Rentetan kalimat yang berkaitan atau menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan yang dinamakan wacana (Alwi et al ., 2014:419). Wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi tingkatannya atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi yang berkesinambungan (Panggabean, 2020:13). Wacana yang baik adalah wacana yang harus memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Wacana yang lebih besar umumnya terdiri atas beberapa paragraf. Setiap paragraf dibangun oleh serangkaian kalimat yang saling terkait, membentuk inti dari suatu gagasan, dan disokong oleh kalimat-kalimat penjelas. Dari kalimat-kalimat yang berkesinambungan tersebut dapat membentuk teks atau wacana yang memiliki keutuhan dan kepaduan. Kohesi dan koherensi merupakan unsur wacana yang turut menentukan keutuhan dan kepaduan sebuah wacana. Koherensi berkaitan dengan pertalian dan hubungan. Apabila dilihat dari segi bentuk dan makna, dapat disimpulkan bahwa kohesi berfokus pada aspek bentuk, sedangkan koherensi menyangkut hubungan makna. Kohesi berfokus pada aspek bentuk yang menampakkan kepaduan dan keutuhan sebuah wacana. Sementara itu, koherensi menyangkut hubungan makna. Kohesi terdiri atas dua bagian yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan kohesi yang berkenaan dengan struktur kalimat, sedangkan kohesi leksikal merupakan sebuah kohesi yang berkenaan dengan segi makna. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan menggunakan unsur- unsur kohesi, di antaranya pengacuan, penyulihan, pelepasan, perangkai, pengulangan, dan koloaksi. Wacana yang baik harus mengandung unsur kohesi yang berarti memiliki kalimat yang tersusun secara gramatikal dan koheren antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya. Oleh karena itu, kohesi gramatikal yang tepat sangatlah penting digunakan dalam wacana, baik lisan maupun tulisan. Hal ini membuat penulis atau pembicara dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan jelas dan efektif kepada pembaca atau pendengar. Kohesi gramatikal merupakan aspek penting dalam analisis wacana dan linguistik karena kohesi gramatikal mengacu pada elemen-elemen dalam sebuah teks atau wacana yang saling berkaitan dan berkesinambungan secara gramatikal serta membentuk suatu kesatuan yang koheren dan bermakna. Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antarunsur yang dimarkahi alat gramatikal—alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa (Kushartanti, 2009:96). Dalam hal ini, baik wacana lisan maupun tulisan dapat diteliti atau dianalisis dengan menggunakan berbagai pendekatan ataupun teori, satu di antaranya adalah analisis wacana dengan menggunakan kohesi gramatikal pengacuan atau referensi. Pengacuan atau referensi mengacu pada satuan lingual lain baik yang mendahului maupun yang mengikutinya. Referensi atau pengacuan adalah hubungan antara kata dan sesuatu (benda, binatang, atau orang, dan sebagainya) yang dirujuk oleh pembicara atau penulis (Junaiyah dan Arifin, 2010:14). Di dalam wacana, pengacuan atau referensi terbagi atas pengacuan luar teks (eksofora) dan pengacuan dalam teks (endofora). Berdasarkan arah acuannya, pengacuan endofora dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengacuan anafora dan pengacuan katafora. Pengacuan anafora adalah penggunaan kata atau frasa yang merujuk kembali ke suatu elemen yang sudah disebut sebelumnya dalam teks, sementara pengacuan katafora adalah penggunaan kata atau frasa yang merujuk ke suatu elemen yang akan disebutkan kemudian dalam teks. Anafora dan katafora adalah dua bentuk referensi dalam bahasa yang penting untuk memahami bagaimana informasi dipertahankan dan disusun dalam sebuah wacana. Hal ini menarik untuk dikaji atau diteliti karena masih banyak kekurangpahaman pembaca dalam membaca sebuah wacana dalam novel atau bahan bacaan lainnya, terutama dalam hal penggunaan bahasa, gaya bahasa, dan tata bahasa yang tepat dalam bahasa Indonesia. Misalnya, dalam hal unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, keterangan, perbuatan yang dilakukan subjek, tempat perbuatan, dan lain-lain. Kekurangpahaman inilah yang dapat menyebabkan suatu teks wacana tidak kohesif dan koheren. Dengan demikian, hal tersebut dapat menyebabkan ketidaksinambungan antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada wacana tulis yaitu pada novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral. Novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral merupakan sekuel atau lanjutan cerita dari novel Dayon yang ia keluarkan sebelumnya. Novel ini mengambil fokus cerita pada kehidupan dan lika-liku seorang model blasteran Minang-Korea bernama Sabai Rangkayo Sunwoo. Alasan memilih novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral karena cerita yang disajikan sangat kental dengan kebudayaan Minang dan Korea. Selain itu, novel ini berisi cerita yang menarik dan kekinian namun tetap memperhatikan kohesi dan koherensi dalam wacananya. Novel sebagai bentuk karya sastra sangat mudah ditemukan dan disukai oleh hampir semua golongan usia, baik remaja maupun orang dewasa (Muhyidin, 2021:111). Demikian juga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pelajaran membaca dan menulis. Novel merupakan jenis karya sastra yang digunakan sebagai sumber belajar yang nantinya akan memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi para siswa karena novel biasanya berisi tentang potret kehidupan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep anafora dan katafora dalam sebuah wacana, khususnya dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral serta implikasinya pada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam materi teks cerita pendek (cerpen) di SMA. Novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral terbitan Mekar Cipta Lestari tahun 2022 ini ditemukan aspek penanda penggunaan anafora dan katafora. Mengenai kohesi dan koherensi, novel ini memiliki keterpaduan yang baik antarkalimat dan paragrafnya sehingga cerita dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini menarik karena novel yang digunakan belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Selain itu, penelitian ini penting dilakukan karena masih banyaknya siswa atau peserta didik yang kurang dapat memahami isi keseluruhan bacaan, teks atau wacana. ## KAJIAN TEORETIK Kajian teori ditulis menggunakan bahasa Indonesia dan dapat juga ditulis dalam bahasa Inggris tergantung konteks penelitian. Pada bagaian ini memuat kajain teoretik yang relevan dengan tema dan diutamakan sumber diambil dari buku terbitan terbaru atau jurnal yang telah diterbitkan pada jurnal Nasional terkareditasi. Penelitian ini mengkaji jenis pengacuan atau referensi, yaitu anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral serta implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap penelitian membutuhkan teori-teori untuk menjelaskan, mendeskripsikan, dan menganalisis data secara sistematis. Begitu juga dengan penelitian ini. Kajian pustaka yang berkenaan dengan penelitian ini, yaitu analisis wacana, wacana, kohesi gramatikal, pengacuan atau referensi, novel, pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Analisis wacana merupakan metode yang digunakan untuk mempelajari dan menganalisis suatu teks atau wacana. Hal ini sejalan dengan pendapat Rosidin (2015:302) yang mengemukakan bahwa “analisis” adalah kata yang sering digunakan untuk menjelaskan sebuah proses atau mengurai sesuatu. Analisis adalah proses sistematis untuk memilah-milah sesuatu atau melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, analisis wacana secara khusus menekankan pada proses analitis secara relatif jelas. Menurut Tarigan (2021:23) analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Sementara Alwi, et al . (2014:419) mengemukakan bahwa rentetan kalimat yang berkaitan atau menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan yang dinamakan wacana. Dengan kata lain, analisis wacana melibatkan eksplorasi struktur pesan dalam komunikasi atau tinjauan terhadap berbagai fungsi (pragmatik) bahasa. Melalui pendekatan analisis wacana, hal yang dapat diidentifikasi tidak hanya isi teks dalam suatu wacana, tetapi juga memahami maksud pesan yang ingin disampaikan, alasan di balik penyampaian pesan, serta cara penyusunan dan pemahaman pesan tersebut. Bentuk penyampaian pesan tersebut yakni melalui kalimat. Analisis wacana merupakan kajian bahasa yang dilakukan untuk mengamati bagaimana manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, khususnya bagaimana para pembicara menyusun pesan linguistik untuk lawan bicara dan bagaimana lawan bicara dapat menangkap pesan linguistik untuk ditafsirkan (Rusminto, 2020:4). Dalam hal ini, analisis wacana berperan penting dalam sebuah komunikasi agar terjalinnya komunikasi yang baik dan efektif baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, analisis wacana juga sangat penting dipelajari agar kalimat yang digunakan dalam wacana berkohesi dan berkoheren. Kohesi adalah konsep sentral dalam analisis wacana dan linguistik yang merujuk pada keterkaitan dan keterpaduan antarunsur bahasa dalam suatu teks atau wacana. Dengan kata lain, kohesi mengacu pada cara kata, frasa, kalimat, dan paragraf dihubungkan secara gramatikal dan semantik untuk membentuk satu kesatuan yang koheren. Hal ini sejalan dengan pendapat Djajasudarma (2017:39) yang mengemukakan bahwa kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Dalam konteks paragraf, kohesi melibatkan interaksi antarkalimat sehingga kalimat-kalimat tersebut tidak bertentangan satu sama lain, melainkan terlihat menyatu dan bersama-sama mendukung gagasan utama paragraf. Senada dengan hal tersebut, Rusminto (2020:32) mengemukakan bahwa suatu teks atau wacana benar-benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa ( language form ) terhadap ko-teks (situasi dalam bahasa) dan konteks (situasi di luar bahasa). Kohesi memiliki dua bagian yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan kohesi yang berkenaan dengan struktur kalimat, sedangkan kohesi leksikal merupakan sebuah kohesi yang berkenaan dengan segi makna. Kohesi gramatikal sangat penting untuk dipahami dalam analisis wacana karena kohesi gramatkal bukan sekadar keterkaitan struktural, tetapi juga merupakan faktor penentu dalam memastikan bahwa informasi disampaikan secara efektif dan jelas kepada pembaca atau pendengar. Kohesi gramatikal membantu menciptakan aliran berpikir yang logis, mengurangi ambiguitas, dan menghindari kontradiksi antarunsur bahasa dalam teks. Dengan adanya kohesi gramatikal, sebuah teks tidak hanya menjadi padu secara bahasa, tetapi juga memberikan dukungan yang kokoh terhadap gagasan utama, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan kualitas komunikasi. Kushartanti, et al . (2009:96) mengemukakan bahwa kohesi gramatikal memiliki wujud, yaitu a) referensi; b) substitusi; c) elipsis; dan d) konjungsi. Salah satu jenis kohesi gramatikal yang merujuk pada hubungan antar unsur dalam suatu wacana adalah referensi atau pengacuan. Pengacuan atau referensi adalah aspek penting dalam analisis wacana dan studi linguistik yang mengarah pada cara elemen-elemen bahasa saling merujuk atau saling terkait dalam suatu teks atau wacana. Hal ini sejalan dengan pendapat Rosidin (2015:311) referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dan acuannya. Di sisi lain, Kushartanti, et al . (2009:96) menyatakan bahwa referensi adalah hubungan antara kata dan objeknya. Dengan kata lain, referensi atau pengacuan merupakan keterkaitan antara kata dengan objek yang disebutkan pada konteks kalimat dalam suatu teks atau wacana. Dalam konteks wacana, interpretasi makna dapat dilakukan dengan merujuk pada kalimat sebelumnya atau sesudahnya. Referensi atau pengacuan terdiri dari dua jenis, yaitu eksofora (situasional) dan endofora (tekstual). Referensi eksofora bersifat situasional, di mana acuannya terletak di luar teks. Rosidin (2015:311) mengemukakan bahwa referensi dapat bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke anteseden yang ada di luar wacana. Di samping itu, referensi endofora memiliki pengertian sebaliknya, yaitu bersifat tekstual di mana acuannya terletak di dalam teks. Referensi endofora terdiri atas anafora dan katafora berdasarkan posisi (distribusi) acuannya (referensinya). Pengacuan anafora menunjukkan hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain di dalam teks. Hubungan itu mengacu pada sesuatu (anteseden) yang telah disebutkan. Pengacuan anafora lazim disebut pengacuan ke kiri . Sedangkan pengacuan katafora mengacu pada objek yang akan disebutkan atau yang akan dituliskan. Pengacuan katafora lazim juga disebut pengacuan ke kanan (Junaiyah dan Arifin, 2010:31). Pengacuan anafora disebut pengacuan ke kiri karena acuannya berada di sebelah kiri satuan lingual yang mengacu padanya, sedangkan pengacuan katafora disebut pengacuan ke kanan karena acuannya berada di sebelah kanan satuan lingual yang mengacu padanya. Anafora merujuk pada penggunaan suatu kata atau frasa yang mengacu kepada suatu elemen yang sudah disebutkan sebelumnya dalam teks. Sementara katafora memiliki arti sebaliknya, yakni melibatkan penggunaan kata atau frasa yang merujuk kepada suatu elemen yang akan dibahas atau diperkenalkan selanjutnya dalam teks. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusminto (2020:20) bahwa anafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan terdahulu, sedangkan katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian. Dalam hal ini, Rusminto (2020:22-23) juga menjelaskan bahwa bentuk relasi referensi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni referensi pronomina persona, referensi pronomina demonstratif, dan referensi pronomina komparatif. Pronomina persona adalah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda. Berdasarkan jelas atau tidaknya rujukan yang diacu, referensi pronomina persona dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina takrif dan pronomina taktakrif. Pronomina takrif yaitu merujuk silang pada nomina yang referensinya jelas pronomina persona I, II, III baik tunggal maupun jamak. Sementara pronomina taktakrif yaitu merujuk silang pada orang atau benda yang tidak tentu, seperti: seseorang, sesuatu, barang siapa, siapa-siapa, apa-apa, anu, masing-masing, setiap, sendiri . Selanjutnya, pronomina demonstratif merupakan kata ganti penunjuk. Pronomina demonstratif dibagi menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif penunjuk umum seperti: ini, itu , dan pronomina demonstratif penunjuk tempat, seperti: sini, situ, sana . Kemudian, pronomina komparatif (perbandingan) ini ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: sama, persis, serupa, mirip, seperti, selain, berbeda, identik, dan sebagainya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selaras dengan hal tersebut, Rahyubi (2012:6) mengemukakan bahwa pembelajaran melibatkan interaksi antara siswa dan terjadi dalam konteks pembelajaran yang dipandu oleh seorang guru. Penggunaan kurikulum yang relevan dan dinamis menjadi kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran. Kurikulum yang efektif tidak hanya mengajarkan keterampilan akademis, tetapi juga mengembangkan kreativitas, kritis berpikir, serta kemampuan sosial dan emosional. Oleh karena itu, konsep kurikulum merdeka muncul sebagai inisiatif untuk menghadirkan pendekatan pendidikan yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kebutuhan individu, salah satunya adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan alat bantu pembelajaran yang disusun khusus untuk memandu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Rahayu (2019:12), LKPD merupakan sumber belajar yang berbentuk lembaran-lembaran tugas, petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas, evaluasi pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKPD atau sering disebut LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar- lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik serta mengacu pada capaian atau tujuan pembelajaran (Prastowo, 2012:204). LKPD biasanya berisi rangkaian kegiatan atau latihan yang dirancang oleh guru untuk memfasilitasi pemahaman konsep, penerapan keterampilan, atau evaluasi kemajuan belajar peserta didik. LKPD dapat berupa lembar kerja tulis, aktivitas praktikum, soal latihan, atau tugas proyek, tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan utama LKPD adalah memperkuat pemahaman dan keterampilan peserta didik dalam suatu mata pelajaran atau topik tertentu, serta memberikan dukungan tambahan dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan sumber atau sarana belajar berupa lembaran tugas, petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas, evaluasi pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang dibuat sesuai dengan capaian atau tujuan pembelajaran. METODE PENELITIAN Metode penelitian memegang peranan penting dalam sebuah penelitian. Hal ini dikarenakan metode penelitian sangat membantu peneliti untuk mencapai tujuan atau hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2017:3), secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Fiantika et. al (2022:4) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan sekumpulan kegiatan, peraturan dan prosedur yang diterapkan peneliti pada suatu disiplin ilmu tertentu. Metode penelitian merupakan alat untuk memperoleh data yang valid dalam sebuah penelitian. Berbagai jenis penelitian dapat dikaji dari perspektif yang berbeda, seperti dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sekait dengan metode penelitian kualitatif, Sugiyono (2017:9) menyatakan bahwa metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode ini pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Menurut Nazir (2011:43) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, objek, atau sistem pemikiran pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Berpijak pada penjabaran tersebut, metode penelitan kualitatif digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif analisis isi ( content analysis ) karena sesuai dengan tujuan dan harapan yang akan penulis lakukan dalam memecahkan dan menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Junaiyah dan Arifin (2010:114) mengemukakan bahwa analisis konten (isi) wacana ( content analysis ) digunakan untuk menganalisis isi wacana, misalnya karya sastra. Dengan demikian, untuk mendeskripsikan penggunaan anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral, serta implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA sesuai dengan hasil penelitian yang terdapat pada novel tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis isi. Hal itu karena data yang didapat berupa kalimat dalam novel Sabai Sunwoo sehingga tidak dapat dianalisis secara statistik (tidak dapat diukur dan dihitung secara akurat, dinyatakan dalam kata-kata dan bukan angka) serta difokuskan pada penunjukkan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian ini tidak akan memenuhi standar data yang ditetapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2017:224) yang mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, teknik yang digunakan yaitu teknik studi pustaka dan teknik catat. Teknik studi pustaka adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis informasi dari berbagai sumber tertulis seperti buku, artikel, dan sebagainya. Sukardi (2009:33-34) mengemukakan bahwa studi pustaka dilakukan oleh peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan atau pondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan sementara, sehingga para peneliti dapat mengerti, melokasikan, mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, teknik studi pustaka digunakan untuk menganalisis penggunaan bentuk anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral. Selain teknik studi pustaka, penelitian ini juga menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah suatu metode yang digunakan peneliti untuk mencatat data yang ditemukan dalam suatu penelitian. Senada dengan hal ini, Mahsun (2012:92) mengemukakan bahwa teknik catat adalah teknik yang digunakan untuk mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa yang dilakukan secara tertulis. Oleh sebab itu, teknik catat dilakukan untuk mencatat data bentuk penggunaan anafora dan katafora dalam penelitian ini. Pencatatan dilakukan dengan cara mencatat data pada kartu data yang telah disiapkan. Setelah itu dilakukan pengklasifikasian untuk membedakan bentuk anafora dan katafora pada novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2014:248). Berkenaan dengan uraian tersebut, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Analisis isi ( content analysis ) adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis teks atau isi komunikasi secara mendalam (Moleong, 2014:248). Metode ini dapat membantu dalam mengklasifikasikan data, membuat prediksi, dan memberikan gambaran yang mendalam tentang pesan yang terkandung dalam teks atau komunikasi tertentu. Menurut Junaiyah dan Arifin (2010:114), analisis konten (isi) wacana ( content analysis ) digunakan untuk menganalisis isi wacana, misalnya karya sastra. Dengan demikian, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis isi ( content analysis ). ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan beserta pembahasannya. Penelitian ini menganalisis penggunaan anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusminto pada tahun 2020. Selain itu, penelitian ini juga berimplikasi pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) di jenjang SMA kelas XI. Penelitian ini berupa data tertulis yang diperoleh dengan cara membaca, mengamati, dan mengambil data pada wacana yang terdapat dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral. Novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral memiliki rangkaian cerita tentang kehidupan seseorang dengan orang di sekitarnya, serta cerita tersebut berisikan dialog antar tokoh di dalamnya. Hal ini menjadi pendukung banyaknya penggunaan anafora dan katafora dalam novel tersebut. Hasil temuan data pada penelitian ini merupakan jawaban dari fokus dan pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) mendeskripsikan penggunaan anafora pada novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral sebanyak 8 pronomina (271 data); (2) mendeskripsikan penggunaan katafora sebanyak 8 pronomina (75 data); dan (3) mendeskripsikan implikasi anafora dan katafora pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Selanjutnya, hasil pengambilan data yang menjadi sumber data dalam penelitian ini kemudian diidentifikasikan dan digolongkan menurut data yang berupa kata ke dalam pengacuan anafora dan katafora. Kemudian, data tersebut diidentifikasi sesuai dengan jenis pengacuan anafora dan katafora. Identifikasi data ke dalam jenis pengacuan anafora dan katafora tersebut ialah berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan pengacuan anafora dan katafora dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Rusminto (2020). Teori tersebut menjelaskan bahwa anafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan terlebih dahulu, sedangkan katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian. Pengacuan anafora dan katafora tersebut menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini, serta pemanfaatan teori Rusminto mengenai pengacuan anafora dan katafora dijadikan sebagai pisau pembedah penelitian ini. Sekait dengan hal tersebut, wacana dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral memiliki banyak data yang ditemukan berdasarkan teori dan jenis pengacuan Rusminto. Rusminto (2020:20) menyebutkan bahwa anafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan terlebih dahulu, sedangkan katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian. Sementara itu, Junaiyah dan Arifin (2010:31) menyatakan bahwa pengacuan anafora lazim disebut pengacuan ke kiri, sedangkan pengacuan katafora lazim juga disebut pengacuan ke kanan. Dengan demikian, pengacuan anafora mengacu pada unsur yang telah disebutkan sebelumnya, sementara katafora mengacu pada unsur yang akan disebutkan setelahnya. Rincian hasil temuan penggunaan anafora dan katafora diwujudkan dalam tabel berikut. Tabel 1. Temuan Referensi Endofora No. Klasifikasi Referensi Endofora Jumlah Anafora Katafora 1. Pronomina Persona 240 59 299 2. Pronomina Demonstratif 31 5 36 3. Pronomina Komparatif 0 11 11 Jumlah 271 75 346 Penggunaan Anafora Penggunaan anafora ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 271 buah berupa pronomina persona sebanyak 240 buah dan pronomina demonstratif sebanyak 31 buah. Anafora merujuk pada penggunaan suatu kata atau frasa yang mengacu kepada suatu elemen yang sudah disebutkan sebelumnya dalam teks. Sementara katafora memiliki arti sebaliknya, yakni melibatkan penggunaan kata atau frasa yang merujuk kepada suatu elemen yang akan dibahas atau diperkenalkan selanjutnya dalam teks. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusminto (2020:20) bahwa anafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan terdahulu, sedangkan katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian. Rincian hasil temuan penggunaan anafora diwujudkan dalam tabel berikut. Tabel 2. Temuan Penggunaan Anafora A. Pronomina Persona Wujud Jumlah 1 Pertama Tunggal saya, aku, -ku 6 2 Pertama Jamak kami, kita 5 3 Kedua Tunggal kamu, -mu 12 4 Kedua Jamak kalian 3 5 Ketiga Tunggal dia, beliau, -nya 190 6 Ketiga Jamak mereka 24 B. Pronomina Demonstratif 1 Penunjuk Umum ini, itu 22 2 Penunjuk Tempat sana 9 Jumlah 271 Berdasarkan perincian tersebut, data pengacuan anafora dalam penelitian ini berupa pronomina persona didominasi oleh pronomina persona ketiga tunggal, yaitu dia, beliau, dan -nya berjumlah 190 buah. Hal ini disebabkan wacana dalam novel lebih banyak memberitakan atau menyampaikan sesuatu dengan cara mempersonakan orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Berkaitan dengan hal tersebut, penggunaan pronomina persona ketiga tunggal seperti dia, beliau, dan -nya digunakan untuk lebih memperjelas serta mempertegas arah tuturan yang disampaikan. Hal ini bertujuan untuk lebih mengefektifkan kalimat dan tidak berulang-ulang. Kemudian, data berupa pengacuan demonstratif didominasi oleh pronomina demonstratif penunjuk umum yaitu ini dan itu berjumlah 22 buah. Hal ini disebabkan dalam novel lebih banyak menggunakan pronomina demonstratif penunjuk umum karena dapat meningkatkan kejelasan, kohesi, dan efektivitas narasi dalam novel. Hal tersebut memungkinkan penulis dapat membuat cerita yang menarik, jelas dan mudah dipahami, serta membantu menciptakan alur yang lebih alami dalam ceritanya. Berikut ini adalah beberapa contoh analisis data penggunaan anafora. (1) Ayah dan ibunya keluar dari kamar. Ishtar dan Ikram sontak berdiri. “Selamat malam, Om. Saya Ishtar kawan Dayang. Ini adik saya Ikram. Saya mohon izin ikut merayakan tahun baru di sini diajak Dayang.” (Sabai Sunwoo, 2022:168) (2) “Mama dan Appa kira kamu sudah tidur saat kami bertengkar hebat malam itu. Maafkan Mama.” (Sabai Sunwoo, 2022:92) (3) “Sab, bangun, Nak. Kamu mimpi buruk?” Dayang mengguncang bahu putrinya. (Sabai Sunwoo, 2022:92) (4) “Kedatangan Sunhwa, Byung-ho, dan ketiga anak mereka betul-betul menjadi hiburan yang menyenangkan. “Kalau kondisi Sabai sudah memungkinkan dibawa keluar, kami akan mengunjungi rumah kalian ,” Dayang berjanji kepada kakak iparnya.” (Sabai Sunwoo, 2022:70) (5) “Sorry,” desis Boyon. Dia tahu kali ini kedua anaknya hanya bisa tidur pulas jika lambung mereka penuh. (Sabai Sunwoo, 2022:3) (6) Begitu tangannya sampai di depan pintu kamar mandi, otaknya berbisik lembut. Istirahat lebih penting bagimu. Sebelum azan subuh nanti, Wes dan Talia pasti terbangun untuk menyusu. Kamu harus mengurus mereka lagi . (Sabai Sunwoo, 2022:7) (7) Baju batabue adalah baju kurung dengan taburan pernik benang emas. Baju ini terdiri dari empat warna dominan, yaitu merah dan lembayung—seperti dikenakan para penari wanita di panggung—serta warna biru dan hitam yang dipakai penari lelaki di belakang panggung yang menunggu giliran tampil. (Sabai Sunwoo, 2022:9) (8) “Lakshmi yang barusan menelepon itu kawan kecilku di Korea. Dia sedang di Depok, tapi Sabtu depan ke Padang. Bagaimana menurut Dayon kalau aku ketemu Lakshmi? Kita sekeluarga ke sana bersama Mama dan Mak juga. Sekalian liburan kecil karena mereka ikut sibuk sejak aku melahirkan,” ujar Sabai. (Sabai Sunwoo, 2022:190) Data (1) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona pertama tunggal, yakni saya . Pronomina saya pada data (1) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Ishtar yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial saya . Penanda referensial ini digunakan untuk memersonakan orang pertama yang sifatnya tunggal. Data (2) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona pertama jamak, yakni kami . Pronomina kami pada data (2) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Mama dan Appa yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial kami . Penanda referensial ini digunakan untuk memersonakan orang pertama yang sifatnya jamak. Data (3) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona kedua tunggal, yakni kamu . Pronomina kamu pada data (3) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Sab yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial kamu . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang kedua yang sifatnya tunggal. Data (4) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona kedua jamak, yakni kalian . Pronomina kalian pada data (4) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Sunhwa, Byung-ho, dan ketiga anak mereka yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial kalian . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang kedua yang sifatnya jamak. Data (5) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona ketiga tunggal, yakni dia . Pronomina dia pada data (5) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Boyon yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial dia . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang ketiga yang sifatnya tunggal. Data (6) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona ketiga jamak, yakni mereka . Pronomina mereka pada data (6) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Wes dan Talia yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial mereka . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang ketiga yang sifatnya jamak. Data (7) menunjukkan jenis data berupa pronomina demonstratif penunjuk umum, yakni ini . Pronomina ini pada data (7) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden baju batabue yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial ini . Data (8) menunjukkan jenis data berupa pronomina demonstratif penunjuk tempat, yakni sana . Pronomina sana pada data (8) merupakan bentuk pengacuan anafora karena mengacu pada anteseden Padang yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial sana . ## Penggunaan Katafora Penggunaan katafora ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 75 buah berupa pronomina persona sebanyak 59 buah, pronomina demonstratif sebanyak 5 buah, dan pronomina komparatif (perbandingan) sebanyak 11 buah. Anafora merujuk pada penggunaan suatu kata atau frasa yang mengacu kepada suatu elemen yang sudah disebutkan sebelumnya dalam teks. Sementara katafora memiliki arti sebaliknya, yakni melibatkan penggunaan kata atau frasa yang merujuk kepada suatu elemen yang akan dibahas atau diperkenalkan selanjutnya dalam teks. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusminto (2020:20) bahwa anafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan terdahulu, sedangkan katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian. Rincian hasil temuan penggunaan anafora diwujudkan dalam tabel berikut. ## Tabel 3. Temuan Penggunaan Katafora A. Pronomina Persona Wujud Jumlah 1 Pertama Tunggal saya, -ku 8 2 Pertama Jamak kami 1 3 Kedua Tunggal kamu, Anda, kau, -mu 25 4 Ketiga Tunggal dia, -nya 24 5 Ketiga Jamak mereka 1 B. Pronomina Demonstratif 1 Penunjuk Umum ini, itu 4 2 Penunjuk Tempat sini 1 C. Pronomina Komparatif 1 Perbandingan Umum seperti, sama seperti, persis, mirip, berbeda 11 Jumlah 75 Berdasarkan perincian tersebut, data pengacuan katafora dalam penelitian ini berupa pronomina persona didominasi oleh pronomina persona kedua tunggal, yaitu kamu , Anda, kau, dan -mu berjumlah 25 buah. Hal ini dikarenakan penggunaan pronomina persona kedua tunggal merujuk atau memersonakan orang kedua sebagai lawan bicara. Dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral, wacana disajikan dalam bentuk informatif atau untuk menyampaikan sesuatu atau informasi. Dengan demikian, penggunaan anafora maupun katafora dalam sebuah wacana sangat diperlukan untuk mendukung keutuhan dan kepaduan sebuah wacana, khususnya di dalam novel. Penggunaan pronomina dalam sebuah novel dilakukan untuk membuat wacana lebih efektif dan tidak bertele-tele. Selain itu, penggunaan pronomina digunakan untuk menggantikan nama tokoh atau hal-hal yang lainnya, baik pronomina persona pertama, kedua, ketiga (tunggal atau jamak), pronomina demonstratif, maupun pronomina komparatif. Berikut ini adalah beberapa contoh analisis data penggunaan katafora. (1) “Uang ku habis,” sahut Sastri lemah. (Sabai Sunwoo, 2022:22) (2) Begitu usai makan malam dan kembali ke kamar, Mak berkata, “Wes dan Talia kami bawa ke kamar ya? Mak dan Mama ingin lebih lama bersama mereka.” (Sabai Sunwoo, 2022:247) (3) Sebelum dia menjawab kelakar itu, sang dekan kembali berkomentar. Suaranya serius terdengar. “Tak ada salahnya sesekali Anda tampil mewakili fakultas dalam acara seperti ini. Sosialisasi itu penting selain urusan kompetensi. Anda termasuk orang yang saya jagokan sebagai pemimpin masa depan fakultas ini bahkan sebagai calon rektor, Profesor Han. Anda hanya harus menambah banyak pengalaman di luar bidang ekonomi, membangun jejaring, muncul di banyak acara meski tetap harus selektif.” (Sabai Sunwoo, 2022:11) (4) Nah, itu dia . Sunwoo. Kenapa jadi sawo? Ya, Tuhan! Pantas saja IP-ku cuma dua koma. Mengingat nama orang pun bahlul tingkat dewa . (Sabai Sunwoo, 2022:34) (5) “Pilihan apa yang tersedia? Aku kabari pun mereka tak akan setuju dan memberi restu. Kalian tahu sendiri bagaimana karakter aboji dan omoni ,” ujar Sunwoo. (Sabai Sunwoo, 2022:68) (6) Bocah itu mematung menyaksikan trofi yang patah berserakan. Wajah sedih Miss Mary memantul dari lantai. Sabai melihat ke pintu: Appa dan Mama mematung terkesima. (Sabai Sunwoo, 2022:91) (7) Boyon terdiam. Kalau Sabai sudah bersikap kepala batu begini, dia tahu akan sulit mengubahnya. “Apakah Mak dan Mama juga harus di sini ikut reuni?” tanya Dayon. “Dayon tanya mereka apakah mau di Padang atau pulang ke Bukittinggi,” jawab Sabai. (Sabai Sunwoo, 2022:251) (8) Dayang melihat gambar yang seperti goresan anak SD baru memegang pensil. Seorang lelaki dengan jas formal, tangannya memegang tas kerja. Di sampingnya ada gambar hati dan tulisan ‘Seoul’ yang meleyot-leyot. Dayang menatap ahjumma dengan pandangan bingung. (Sabai Sunwoo, 2022:18) Data (1) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona pertama tunggal, yakni -ku . Pronomina -ku pada data (1) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden Sastri yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan sesudah atau setelah wujud penanda referensial -ku . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang pertama yang sifatnya tunggal. Data (2) menunjukkan bahwa jenis data berupa pronomina persona pertama jamak, yakni kami . Pronomina kami pada data (2) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden Mak dan Mama yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan sesudah atau setelah wujud penanda referensial kami . Penanda referensial ini digunakan untuk memersonakan orang pertama yang sifatnya jamak. Data (3) menunjukkan bahwa jenis data berupa pronomina persona kedua tunggal, yakni Anda . Pronomina Anda pada data (3) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden Profesor Han yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan sesudah atau setelah wujud penanda referensial Anda . Penanda referensial ini digunakan untuk memersonakan orang kedua yang sifatnya tunggal. Data (4) menunjukkan bahwa jenis data berupa pronomina persona ketiga tunggal, yakni dia . Pronomina dia pada data (4) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden Sunwoo yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan sesudah atau setelah wujud penanda referensial dia . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang ketiga yang sifatnya tunggal. Data (5) menunjukkan jenis data berupa pronomina persona ketiga jamak, yakni mereka . Pronomina mereka pada data (5) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden aboji dan omoni yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan sesudah atau setelah wujud penanda referensial mereka . Penanda referensial ini digunakan untuk mempersonakan orang ketiga yang sifatnya jamak. Data (6) menunjukkan jenis data berupa pronomina demonstratif penunjuk umum, yakni itu . Pronomina itu pada data (6) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden Sabai yang terletak di sebelah kiri atau ditemukan sebelum wujud penanda referensial itu . Data (7) menunjukkan jenis data berupa pronomina demonstratif penunjuk tempat, yakni sini . Pronomina sini pada data (7) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada anteseden Padang yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan setelah wujud penanda referensial sini . Data (8) menunjukkan jenis data berupa pronomina komparatif (perbandingan), yakni seperti . Pronomina seperti pada data (8) merupakan bentuk pengacuan katafora karena mengacu pada gambar anak SD yang baru memegang pensil yang terletak di sebelah kanan atau ditemukan setelah wujud penanda referensial seperti . ## Implikasi Hasil Penelitian pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, hasil penelitiannya memiliki implikasi bagi pembelajaran menulis cerita pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Merdeka khususnya di SMA kelas XI (Fase F) dalam buku yang berjudul Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia pada bab 3 materi Menggali Sejarah Bangsa Lewat Cerita Pendek pembelajaran ke 4 dengan tema Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Kejadian Sehari-hari . Implikasi pembelajarannya diwujudkan dalam bentuk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Analisis penggunaan anafora dan katafora dalam novel penting untuk diimplikasikan ke dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) karena alasan-alasan berikut. 1) Meningkatkan pemahaman teks. Hal ini dapat membantu peserta didik memahami bagaimana pengarang menghubungkan kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf untuk menciptakan kohesi dan koherensi dalam suatu teks atau wacana; 2) meningkatkan kemampuan membaca kritis. Dalam pembelajaran, peserta didik dilatih agar dapat membaca dengan lebih kritis serta memperhatikan detail-detail penting yang mendukung pemahaman menyeluruh terhadap teks melalui penggunaan pengacuan (referensi) anafora dan katafora; 3) membangun keterampilan menulis dan analisis teks. Melalui analisis ini, peserta didik dapat belajar cara menggunakan anafora dan katafora dalam tulisan mereka sendiri untuk menciptakan kohesi dan koherensi, sehingga tulisan mereka lebih terstruktur dan jelas. Dengan mempraktikkan analisis anafora dan katafora, peserta didik terlatih untuk melakukan analisis teks secara mendalam, tidak hanya dalam pembelajaran bahasa dan sastra saja, tetapi juga dalam berbagai disiplin ilmu lainnya; dan 4) mengembangkan pemahaman konteks linguistik, khususnya pada penggunaan anafora dan katafora. Penggunaan anafora dan katafora dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis struktur kalimat serta penggunaan bahasa yang lebih kompleks. Berdasarkan alasan-alasan yang telah disebutkan, analisis penggunaan anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral diimplikasikan ke dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) agar guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan membaca dan menulis yang lebih kompleks, serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap teks sastra. Selain itu, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digunakan agar peserta didik dalam penugasannya lebih terarah dan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan oleh guru, serta sesuai dengan tujuan dan capaian pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran mengenai penggunaan referensi anafora dan katafora berupa pronomina persona, demonstratif, dan komparatif dapat membantu peserta didik dalam memahami kriteria atau kaidah kebahasaan yang digunakan dalam menulis cerita pendek atau novelet. Peserta didik dapat membuat cerita pendek yang sifatnya tidak monoton dan ceritanya lebih berkembang, serta peserta didik mampu memahami makna yang tersirat dalam cerita pendek atau novelet. Pembelajaran mengenai penggunaan pengacuan anafora dan katafora dapat membuat guru merancang model pembelajaran yang menarik serta mampu membuat peserta didik lebih cakap di kelas. Selain itu, guru dapat memperkenalkan bentuk kohesi gramatikal pengacuan (referensi) anafora dan katafora melalui bahan ajar yang bervariasi, serta tidak terfokus pada teori dan buku siswa saja, tetapi dapat melalui cerpen, novel, majalah, dan lain-lain. Kemudian, guru dapat memfasilitasi peserta didik agar mampu membuat cerita pendek dengan baik dan menarik serta mudah dipahami, baik dalam penggunaan pronomina persona (I, II, dan III), pronomina demonstratif, maupun pronomina komparatif. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian tentang analisis penggunaan anafora dan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral serta implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, dapat disimpulkan sebagai berikut. Penanda referensial berupa pengacuan anafora yang terdapat dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral tahun 2022 ditemukan sebanyak 8 pronomina dengan rincian: (1) pronomina persona pertama tunggal, yaitu saya, aku, dan -ku ; (2) pronomina persona pertama jamak, yaitu kami dan kita ; (3) pronomina persona kedua tunggal, yaitu kamu dan -mu ; (4) pronomina persona kedua jamak, yaitu kalian ; (5) pronomina persona ketiga tunggal, yaitu dia, beliau, dan -nya ; (6) pronomina persona ketiga jamak, yaitu mereka ; (7) pronomina demonstratif penunjuk umum, yaitu ini dan itu ; dan (8) pronomina demonstratif penunjuk tempat, yaitu sana . Penggunaan anafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral menunjukkan adanya peran penting dalam menggambarkan tokoh, emosi atau pengalaman tokoh, dan beberapa karakter lainnya. Anafora digunakan dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral karena dapat meningkatkan kekuatan retorika dalam mendalami pengalaman pembaca terhadap tokoh/karakter, tema, dan emosi yang disampaikan dalam cerita. Penanda referensial berupa pengacuan katafora yang terdapat dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral tahun 2022 ditemukan sebanyak 8 pronomina dengan rincian: (1) pronomina persona pertama tunggal, yaitu saya dan -ku ; (2) pronomina persona pertama jamak, yaitu kami ; (3) pronomina persona kedua tunggal, yaitu kamu, Anda, kau dan -mu ; (4) pronomina persona ketiga tunggal, yaitu dia dan -nya ; (5) pronomina persona ketiga jamak, yaitu mereka ; (6) pronomina demonstratif penunjuk umum, yaitu ini dan itu ; (7) pronomina demonstratif penunjuk tempat, yaitu sini ; (8) dan pronomina komparatif (perbandingan), yaitu seperti, sama seperti, persis, mirip, dan berbeda . Penggunaan katafora dalam novel Sabai Sunwoo karya Akmal Nasery Basral dapat memberikan kebebasan penulisnya untuk membuat teks atau wacana yang lebih menarik dan tidak monoton. Dengan demikian, katafora tidak hanya memperkaya bahasa, tetapi juga dapat memperluas makna dan interpretasi dalam sebuah teks atau wacana serta dapat membuat pembaca lebih mudah memahami cerita. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA diwujudkan dalam bentuk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang mengacu pada buku berjudul Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia pada bab 3 materi Menggali Sejarah Bangsa Lewat Cerita Pendek pembelajaran ke 4 dengan tema Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Kejadian Sehari-hari . Pembelajaran mengenai pengacuan anafora dan katafora tidak tercantum secara khusus dalam buku pembelajaran bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka, akan tetapi hasil analisis tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik dalam penguasaan (pemahaman) dan penggunaan bahasa ketika menulis cerita pendek atau novelet melalui Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Dengan mempelajari pengacuan anafora dan katafora, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan menulis cerpen yang lebih koheren, jelas (tidak membuat pembaca kebingungan), dan menarik. Teknik ini tidak hanya memperkaya keterampilan menulis saja, tetapi juga dapat meningkatkan daya tarik bagi pembaca. ## REFERENSI Alwi, H. et. al . (2014). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Basral, A. N. (2022). Sabai Sunwoo. Jakarta: Mekar Cipta Lestari. Djajasudarma, F. (2017). Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Aditama. Fiantika, F. R. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi. Junaiyah, H., & Arifin, Z. (2010). Keutuhan Wacana. Jakarta: Grasindo. Kushartanti. (2009). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia. Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo. Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhyidin, A. (2021). Kajian Kohesi Gramatikal Substitusi Dan Elipsis Dalam Novel "Khotbah Di Atas Bukit" Karya Kuntowijoyo. Deiksis , 110-121. Nazri. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Pangabean, S. (2020). Pengantar Wacana. Medan: Universitas HKBP Nommensen Press. Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Rahayu, A. (2019). Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Tematik Kelas IV SDN Tahunan Kota Yogyakarta. Yogyakarta: FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Rahyubi, H. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media. Rosidin, O. (2015). Percikan Linguistik. Serang: Untirta Press. Rusminto, N. E. (2020). Analisis Wacana: Kajian Teoretis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Tarigan, H. G. (2021). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
67654c6b-ae70-4d05-8d17-3b020057e502
http://mapindo.ejurnal.info/index.php/manajemen_pelayanan_hotel/article/download/41/24
Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sari & Prayogi, halaman 66-80) Vol 2, No 2 Edisi Juli-Desember 2018 ## TUTURAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK PELAYANAN RESTORAN MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERHOTELAN STIPAR TRIATMA JAYA Ni Luh Komang Julyanti Paramita Sari* 1 STIE Triatma Mulya Putu Agus Prayogi* 2 STIPAR Triatma Jaya I Nengah Aristana*3 ## STIE Triatma Mulya ## ABSTRACT Bali is always trying to improve itself in aspects of tourism especially in accommodation and services. In terms of service to tourists, communication is one of the most decisive factors. It encourages workers in tourism sector to have good communication skills, especially communication in English. This phenomenon requires the graduates in education and training institutions of hospitality and tourism to have good communication skills, especially communication in English. In this study, researcher raised the students of STIPAR Triatma Jaya joring in Management Business Hospitality as an object of research. The analysis in this study was made to answer the following questions: (1) the problems faced by students in speaking English in terms of speech act (pragmatic), and (2) to find some factors inhibiting students in learning to speak. This researchshowed that students majoring in Management Business Hospitality, experienced problems during the lesson especially in communicate English pronunciation, word selections and the using of English grammar. It is still influenced by the magnitude of the first language or mother tongue. Some factors have limited the students in speaking English, those factors are: components of linguistic mastery, and mastery of the content component, and environmental conditions during the learning process for example, the conditions where there was a little open space in the class room resulting the inclusion of sounds that interfere the process of learning . Keywords: speaking, speect act, barriers, foreign language (English) ## PENDAHULUAN ## 1.1 Latar Belakang Bali telah menjadi salah satu destinasi pariwisata di Indonesia yang diminati baik dari wisatawan luar maupun wisatawan lokal. Dalam pariwisata erat kaitannya dengan industri hospitality.Hospitality memiliki arti keramah tamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling menghormati.Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa hospitality merupakan roh, jiwa, semangat dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak memiliki nilai untuk dijual (S.Pendit, 2003).Dalam industri ini pelayanan menjadi salah satu kunci kepuasan bagi para wisatawan. Dalam era globalisasi, kini masyarakat dituntut tidak hanya mampu untuk menguasai satu bahasa, tetapi harus menguasai bahasa lain selain bahasa ibu terlebih bagi mereka yang bekerja di sektor pariwisata. Hal ini disebabkan oleh bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan kita. “Language is the system of sounds and words used by humans to express their thoughts and feelings” (Hornby, 1995:662). Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan sistem bunyi dan kata yang digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka. Dengan bahasa pula kita mampu berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik dalam masyarakat. Jendra (2007:20) menyatakan bahwa bahasa merupakan sebuah alat untuk merefleksikan pikiran, perasaan, ide, atau dengan kata lain, bahasa dapat dikatakan sebagai suatu sistem simbol vokal yang bebas yang digunakan oleh anggota masyarakat sebagai alat bekerja sama atau berhubungan. Dalam penggunaannya bahasa dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Pada bahasa lisan seseorang dapat mengutarakan maksud, ide, dan pikirannya secara langsung, sedangkan pada bahasa tulisan diperlukan alat guna mengutarakan maksud yang ingin diutarakan. Dalam pemerolehan bahasa, seseorang tidak dapat dipisahkan dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa dorongan dari dalam untuk menguasai bahasa tersebut dari diri sendiri.Faktor eksternal adalah faktor lingkungan sekitar yang mendukung penguasaan bahasa itu sendiri. Menurut Jendra (2007:21), bahasa dikatakan sebagai sebuah kemampuan manusia yang diperoleh pada waktu proses belajarnya semenjak bayi sampai dewasa, malahan sampai ajalnya tiba. Dalam pemerolehan bahasa seseorang dapat mengalami beberapa pemerolehan bahasa, yaitu pemerolehan bahasa pertama, yaitu bahasa ibu yang didapatkan dari kecil yang juga merupakan bahasa utama sebagai jembatan untuk proses pemerolehan bahasa kedua ataupun bahasa asing lainnya. Dalam kaitannya dengan sektor pariwisata, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang paling banyak digunakan selain bahasa asing lainnya. Hal ini terjadi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional dan dipakai di banyak negara, baik sebagai bahasa asli ( native ) maupun sebagai bahasa kedua. Di Indonesia, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing. Bahasa Inggris dalam penguasaannya, seperti halnya belajar bahasa pada umumnya telah dibagi menjadi lima keterampilan ( skills ), yaitu speaking (berbicara/ komunikasi), listening (menyimak), writing (menulis), reading (membaca), dan structure/vocab (tata kalimat atau grammar dan kosakata). Salah satu keterampilan yang dibahas dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara ( speaking ) khususnya pada penggunaan tuturan. Speaking diangkat dalam penelitian karena kini banyak perusahaan tidak hanya menekankan pada keterampilan menulis ( writting ), tetapi juga keterampilan berbicara ( speaking ) dengan baik dan benar sesuai ketentuan tata bahasa ( grammar ) bahasa Inggris, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata ( hospitality) .Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata ( hospitality), seperti hotel, lebih menekankan kemampuan karyawannya pada keterampilan berbicara ( speaking ) karena berhubungan dengan kemampuan komunikasi dengan para wisatawan. ## Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penggunaan tuturan mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya dalam kegiatan praktek pelayanan di restoran selama perkuliahan? 2. Hambatan apa sajakah yang dialami mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya dalam kegiatan praktek pelayanan restoran selama perkuliahan? Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sari & Prayogi, halaman 66-80) Vol 2, No 2 Edisi Juli-Desember 2018 ## METODE PENELITIAN ## Pendekatan Penelitian Seperti dikemukakan sebelumnya penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antarfenomena yang diteliti secara sistematis, faktual, dan akurat (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:29). Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya semester 3. Pengambilan data dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar praktek dengan melaksanakan dan mengamati penerapan teknik bermain peran beserta pengaruh teknik tersebut dalam pembelajaran berupa faktor-faktor hambatan yang dialami oleh pembelajar, dan tindak tutur yang dihasilkan oleh mahasiswa dalam proses belajar. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer selama proses belajar mengajar sehingga secara langsung dapat melihat kemampuan mahasiswa di dalam keterampilan berbicara khususnya dalam hal tuturan, serta hambatan- hambatan yang dialami pembelajar selama praktek. ## Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIPAR TRiatma Jaya yang berlokasi di Jl. Kubu Gunung, Tegal Jaya, Dalung, Badung. Objek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya. ## Jenis dan Sumber data ## Jenis data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif.Data ini diperoleh dari mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya yang menjadi objek penelitian. Setiap mahasiswa memiliki latar belakang yang berbeda dalam hal pendidikan dan usia. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil proses pembelajaran selama praktek pelayanan restoran, baik berupa pencatatan dari hasil penggunaan tuturanyang dipakai oleh mahasiswa selama proses belajar mengajar. Selain pelafalan dan tindak tutur yang digunakan oleh mahasiswa, dalam penelitian ini dicoba ditemukan faktor-faktor hambatan yang memengaruhi proses pembelajaran berbicara mahasiswa, pelafalan yang digunakan, dan tindak tutur yang digunakan selama proses belajar mengajar dalam penerapan teknik bermain peran . Semua data dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk tulisan. ## Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu sebagai berikut. Data primer Data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat atau pemaparan berupa paragraf yang diperoleh dari subjek penelitian, yaitu mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya. Kata-kata dalam penelitian ini merupakan hasil dari tuturan pembelajar dalam penggunaan bahasa Inggris . Faktor- faktor yang menghambat mahasiswa dalam pembelajaran berbicara selama penerapan teknik bermain peran tersebut dipaparkan dalam bentuk paragraf yang didapatkan dari hasil wawancara dan pengamatan langsung. ## Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber tidak langsung, antara lain dokumentasi dan arsip-arsip yang mendukung hasil penelitian, yaitu kurikulum, silabus Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya, SAP Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya dan pendukung lainnya, seperti daftar hadir mahasiswa, daftar hadir dosen, dan buku ajar. ## Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, metode observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Rai, 2012:52). Metode observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai penerapan teknik bermain peran selama proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara pembelajar, baik dalam hal pelafalan (pronounciation) maupun tindak tutur yang digunakan oleh mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer secara langsung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan dokumentasi berupa hasil rekaman percakapan mahasiswa pada saat proses belajar mengajar dikelas. Sebagai observer , peneliti melakukan wawancara kepada mahasiswa dan ikut terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. ## Metode dan Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif merupakan suatu kegiatan analisis yang terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu komparasi data (membandingkan data yang satu dengan data yang lain), verifikasi, dan penyajian data. Data disajikan dengan pemaparan kata untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan permasalahan yang dibahas.Kemudian dilakukan komparasi data, penyajian data, dan penarikan simpulan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang berlandaskan pada kajian pustaka, konsep, kerangka teori (pragmatikdan hambatan berbicara), dan metode analisis kualitatif. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Tindak Tutur Bahasa Inggris oleh Mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya. ## 1) Analisis Berdasarkan Teori Etnografi Berbicara Setting : setting dilakukan di sebuah restoran Participant : Percakapan melibatkan 4 orang, yaitu 1 staf restoran sebagai pramusaji dan3 tamu . End /Tujuan : Percakapan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik khususnya dalam bidang pelayanan restoran ( Food and Beverage Service ). Act / Amanat : Tamu meminta informasi dan pelayanan mengenai pelayanan makanan dan minuman . Key : Percakapan dilakukan dengan santai, tetapi terkesan formal sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas. Instrument : Percakapan dilangsungkan dengan langsung antara pramusaji dan tamu Norm : Dalam percakapan pramusaji melayani dengan ramah dan sabar sehingga penyampaian informasi kepada tamu dapat diterima dengan jelas dan baik Genre : Komunikasi dalam percakapan ini adalah tipe pelayanan kepada publik 2) Analisis tindak tutur menurut Searle a. Tindak Tutur Lokusi Selama proses pembelajaran dengan menerapkan teknik bermain peran pembelajar menggunakan beberapa tindak tutur yang memiliki makna lokusi di dalamnya. Beberpa contoh tindak tutur tersebut dapat dilihat pada contoh berikut: (1) W : Good afternoon ladies and gentlemen, welcome to STIPAR Restaurant, do you have reservation before? G : No, We don’t have reservation before (2) W : Excuse me Sir, I would like to explain the menu. Special menu today is for appetizer, we have asinan Jakarta, for soup we have sup ikan laut, and for main course we have semur daging sapi with nasi putih, and the last for dessert we have pisang goring saus vanilla. (3) W : How many person? G : 3 please (4) W : Would you like to follow me? (5) W : oke madam, I want to repeat your order, you order……….that’s alright sir?thank you for order please wait a moment, I’ll take your food. Informasi Indeksal: Pada data (1-5) merupakan jenis tindak tutur lokusi dimana setiap ujaran atau tuturan yang diucapkan oleh pramusaji maupun tamu memiliki unsur memberikan informasi kepada kedua belah pihak.Pada kelima data tersebut tidak ada tendensi untuk melakukan sesuatu (makna tersirat) atau memengaruhi lawan bicaranya. b. Tindak Tutur Ilokusi Dari beberapa sampel data yang telah diambil selama proses penelitian berlangsung terdapat beberapa ujaran yang diujarkan oleh pembelajar yang memiliki makna ilukosi. Artinya, sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu juga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu. Ujaran tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh di bawah ini: (1) W : Good afternoon ladies and gentlemen, welcome to STIPAR Restaurant, do you have reservation before? G : No, We don’t have reservation before (2) W: Good afternoon, welcome to STIPAR Restaurant, would you like table for 3 person? Informasi Indeksal: Pada kedua data diatas mengandung unsur ilokusi dimana pada data (1) ujaran yang diberikan oleh tamu selain menginformasikan bahwa tamu belum membuat pemesanan meja sebelumnya, makna ilokusinya adalah tamu juga ingin agar staf restoran bersedia untuk mencarikan meja bagi para tamu. Sedangkan pada data (2) diujarkan oleh pramusaji dimana selain meyakinkan dirinya untuk jumlah tamu sebanyak 3 orang, makna ilokusisnya adalah untuk mempercepat proses penyambutan tamu sehingga pramusaji dapat menentukan meja yang akan diberikan kepada tamu. c. Tindak tutur perlokusi Tindak tutur perlokusi juga ditemukan pada beberapa ujaran yang diujarkan mahasiswa dalam praktek pelayanan restoran selama proses belajar mengajar. Ujaran tersebut dipaparkan sebagai berikut. (1) W : I would to repeat your order miss, 3 asinan Jakarta, 3 semur daging sapi, 3 sup ikan laut and 3 pisang goring saus vanilla. That’s right miss? (2) W : Excuse me …(pramusaji membuka dan memberikan napkin Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sari & Prayogi, halaman 66-80) Vol 2, No 2 Edisi Juli-Desember 2018 pada tamu saat tamu duduk) (3) W : Please have a seat. (4) W : I will have your table, please follow me. Informasi Indeksal: Pada data (1) diatas selain memiliki makna lokusi memaparkan pesanan dari tamu, namun terdapat pula makna perlokusi yaitu diharapkan agar tamu merasakan keramahan serta ketelitian dari pramusaji agar tidak terjadi kesalahan pemesanan makanan.Sedangkan pada data (2) selain memiliki makna lokusi untuk meminta ijin memberikan napkin kepada tamu terkandung pula unsur ilokusi dimana pramusaji ingin memeberikan perhatian dan pelayanan semaksimal mungkin serta efek atau unsur perlokusinya adalah tamu merasa puas dan senang dengan pelayanan yang diberikan. Pada data (3 dan 4) selain memiliki makna lokusi untuk meminta tamu duduk dan menunjukan meja kepada tamu, terkandung pula unsur perlokusi yaitu dengan memberikan pelayanan yang maksimal sehingga tamu menjadi senang dengan harapan tamu tersebut akan kembali lagi mengunjungi restoran. 3) Analisis Tindak Tutur Menurut Wijana dan Rohmadi Analisis juga diamati berdasarkan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Wijana dan Rohmadi (2011:27).Ditemukan beberapa penggunaan tindak tutur yang dianalisis berdasarkan jenis kalimat (modus) dan kesesuaian makna yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah hasil analisis data berdasarkan teori tersebut a. Tindak Tutur Langsung Literal (1) W : Good afternoon gentlemen, welcome to STIPAR restaurant, do you have reserve table? (2) W : Good afternoon ladies and gentlemen welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? (3) W : good afternoon Miss, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? (4) W : Good afternoon, welcome to STIPAR restaurant would you like table for 3 person? (5) W : do you have reservation? G : No, we don’t have (6) W : would you like to follow me? (7) W :Would you like table for 3?ok follow me please. (8) W : I will have your table, please follow me. Data (1-8) merupakan jenis tindak tutur langsung literal interogatif atau kalimat tanya. Hal ini dilihat dari penggunaan modus kalimat yang sesuai dengan maksud kalimat yang terkandung di dalamnya yaitu kalimat tanya. Jika ditinjau dari fungsi bahasanya, tindak tutur pada data (1-8) merupakan tindak tutur yang termasuk ke dalam welcoming guest procedures . (9) W : do you have reservation? G : No, we don’t have (10) G : No, I Haven’t (11) W: Excuse me Sir, I would like to explain the menu. Special menu today is for appetizer we have asinan Jakarta, for soup we have sup ikan laut, and for main course we have semur daging sapi with nasi putih, and the las for dessert we have pisang goring saus vanilla. (12) W : I would to repeat your order. Tuturan pada data (9-12) merupakan tutur langsung literal deklaratif, dimana mengandung unsur memberikan informasi.Ditinjau dari fungsi bahasanya merupakan tuturan dalam welcoming guest data (9&10) serta taking order pada data (11-12). (13) W : Would you like table for 3?ok follow me please (14) W :Please have a sit (15) W :Wait a moment please I take your food. (16) W : please wait a moment, I will be back with your order. Pada data (13-16) merupakan tindak tutur langsung literal imperatif dimana pada tuturan resebut mengandung unsur memerintah.Ditinjau dari fungsi bahasanya tuturan pada data (13-14) merupakan tuturan dalam escorting guest procedures .Dan data (15-16) merupakan tuturan dalam taking order procedures . b. Tindak tutur langsung tidak literal (1) W : please have a sit (2) W : Good afternoon miss, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? G ; No, I haven’t (3) W : I will be back to appetizer (4) W : I will have your table please follow me (5) W : I would repeat your order miss,………..(repeating), that’s right miss? (6) W : your order……… that’s alright Sir? (7) W : You start your order? (8) W : Want to order? Pada tuturan (1-8) di atas termasuk ke dalam tindak tutur langsung tidak literal. Modus yang dipakai penutur sesuai dengan maksud yang diinginkan yaitu bertanya dengan menggunakan benuk pertanyaan dan memberikan informasi menggunakan kalimat berita, Akan tetapi kata-kata penyusunnya tidak sama dengan maksud yang ingin dituturkan penutur.Pada tuturan (1- 4) terdapat kesalahan pada penggunaan kata-kata penyusun dari kalimat atau tuturan. Seperti pada tuturan (1) penggunaan kata sit dianggap kurang sesuai yang dibutuhkan bukanlah kata kerja akan tetapi kata benda seat . Sedangkan pada tuturan (2) jawaban tamu kurang sesuai dengan pertanyaan yang diujarkan oleh pramusaji. Tamu seharusnya menggunakan kata no, I don’t sebagai bentuk jawaban. Tuturan (3&4) kesalahan penggunaan kata terlihat pada kata to dan have dimana pramusaji seharusnya menggunakan kata with dan show untuk menyempurnakan maksud yang diinginkan pemnutur. Pada tuturan (5-8) terlihat kesalahan dalam pembentukan kalimat tanya sesuai dengan tata bahasa Bahasa Inggris. Kalimat tanya dalam tata bahasa Bahasa Inggris dapat diawali dengan penggunaan tobe atau auxiliaries. Akan tetapi pada tuturan diatas terjadi kesalahan penenpatan tobe dan pelesapan auxiliaries pada tuturan-tuturan tersebut. 4) Analisis prinsip kerja sama menurut Grice dan prinsip kesantunan menurut Leech. a. Maksim kuantitas Maksim kuantitas adalah salah satu prinsip kerja sama Grice yang mengharapkan seorang penutur untuk memberikan informasi atau tuturan seinformatif yang diperlukan dan tidak berlebihan. Berikut ini adalah beberapa tuturan-tuturan yang mengandung maksim kuantitas: (1) W: Good afternoon gentlemen, welcome to STIPAR restaurant, do you have reserve table before? (2) W : Good afternoon ladies and gentlemen, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? G : No, we don’t have reservation before (3) W : good afternoon Miss, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? G : No, I haven’t (4) W : good afternoon, welcome to STIPAR restaurant, would you like table for 3 person? (5) W : how many person? Informasi Indeksal: Tuturan (1-5) menunjukan pramusaji menerapkan prinsip maksim kuantitas pada tuturan yang diujarkan.Tuturan diatas dituturkan oleh seorang pramusaji dan seorang tamu.Pramusaji menyapa tamu dangan ramah dan menanawarkan bantuan kepada tamu serta meminta informasi dituturkan dengan jelas dan tidak berlebihan. b. Maksim Kualitas (1) W : Excuse me Sir, I would like to explain the menu. Special menu today is for appetizer we have asinan Jakarta, for soup we have sup ikan laut, and for main course we have semur daging sapi with nasi putih, and the last for dessert we have pisang goreg saus vanilla. Wait a moment please, I will take your food. (2) W : Oke ladies and gentlemen, I would like to explain the menu. For appetizer we have asinan Jakarta, for the soup we have sup ikan laut, for the main course we have nasi putih, semur daging sapi, and for dessert we have pisang goring saus vanilla. Thank you for attention, wait a moment please, I will be back with your order. (3) W : I would to repeat your order Miss, you order 2 asinan Jakarta, 3 sup ikan laut and 3semur daging sapi, 3 nasi putih and 3 pisang goring saus vanilla,that’s right Miss? Informasi Indeksal: Data (1-3) diujarkan oleh seorang waiter kepada tamu. waiter tersebut memberikan informasi mengenai makanan yang tersedia dan pesanan makanan dari tamu. Dari tuturan tersebut, terlihat bahwa ujaran mengandung maksim kualitas karena pemberian informasi yang diberikan adalah benar adanya dan sesuai dengan fakta yang ada. c. Maksim hubungan (1) W : Good afternoon ladies and gentlemen, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? G : No, we don’t have reservation before W : How many person? G : 3 person please W : would you like to follow me? G : Thank you Informasi Indeksal: Data (1) di atas diujarkan oleh pramusaji dan tamu dalam konteks proses welcoming guest . Tindak tutur yang diujarkan oleh W dan G sama-sama memiliki relevansi, baik pertanyaan maupun jawaban yang diutarakan oleh kedua belah pihak. Dengan demikian, tindak tutur di atas dapat dikategorikan mengandung maksim hubungan. d. Maksim cara (1) W : Good afternoon ladies and gentlemen, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? G : No, we don’t have reservation before W : How many person? G : 3 person please W : would you like to follow me? G : Thank you W : Excuse me… (seating the guest & giving the napkin) W : Oke ladies and gentlemen, I would like to explain the menu. Informasi Indeksal: Data (1) dituturkan oleh seorang waiter dan seorang tamu dalam proses mengantarkan tamu (welcoming &escorting guest). Percakapan tersebut mengandung maksim cara yang terlihat dari tuturan-tuturan yang diujarkan oleh waiter yang berbicara dengan teratur, jelas, dan tidak berlebihan, seperti dimulai dari memberikan salam, menanyakan jumlah tamu dengan tujuan memastikan kursi tersedia, serta menawarkan bantuan dan menunjukan meja yang telah disediakan. Tuturan- tuturan yang disampaikan oleh pramusaji pun disambut baik oleh tamu dengan jawaban yang ringkas dan tidak berlebihan. e. Maksim kebijaksanaan (1) W : Would you like to follow me (2) W : I will have(show) your table, please follow me. (3) W : I would like to explain the menu for today (4) W : I would to repeatyour order Miss,…… Informasi Indeksal: Data (1-4) di atas dituturkan oleh seorang pramusaji kepada tamu dalam proses escorting guest & taking order . Tuturan yang dituturkan oleh TO mengandung maksim kebijaksanaan, yaitu pramusaji menawarkan bantuan berupa kemudahan kepada tamu selama proses escorting guest , seperti tuturan I will have(show) your table, please follow me , dan ‘I would like to explain the menu for today ’ tuturan tersebut sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yaitu kurangi kerugian orang lain dan tambahi keuntungan orang lain, dimana dengan meneunjukan tempat dan menginformasikan menu dalam prosedur dapat memberikan kemudahan bagi tamu. f. Maksim Kedermawanan (1) W : Please have a sit (2) W : Excuse me Sir/Madam….(seating the guest) Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sari & Prayogi, halaman 66-80) Vol 2, No 2 Edisi Juli-Desember 2018 (3) W : excse me Sir/madam… (giving the napkin) (4) W : wait a moment please, I will be back with your order. Informasi Indeksal: Data (1-5) dituturkan oleh pramusaji kepada tamu selama proses seating the guest & taking order . Tuturan tersebut mengandung maksim kedermawanan yang terlihat dari pramusaji yang memberikan pelayanan berupa bantuan kepada tamu untuk menarikan kursi dan mendudukan tamu serta memberikan dan membuka napkin untuk dipakai oleh tamu serta meminta tamu untuk menunggu pramusaji yang datang dengan membawa pesanan dari tamu. g. Maksim Penghargaan (1) W :Thank you for waiting, this is your food please enjoy Informasi Indeksal: Data (1) dituturkan oleh waiter selama proses pemesanan makanan. pramusaji yang meminta tamu sebelumnya untuk menunggu beberapa saat ketika pramusaji mengambilkan makanan. Tuturan yang diuturkan oleh pramusaji di atas mengandung maksim penghargaan, yaitu ucapan terima kasih kepada tamu yang sudah dengan sabar menunggu proses tersebut. h. Maksim pemufakatan (1) W :Madam, I want to repeat your order G : yes please (2) W : Please wait a moment, I will be back with your order G : sure, thank you Informasi Indeksal: Data (1 dan 2) dituturkan oleh pramusaji dan tamu selama proses pemesanan makanan. Dari tuturan antara pramusaji dan tamu terlihat bahwa tuturan tersebut mengandung maksim pemufakatan.Tamu memberikan tuturan dalam bentuk kalimat deklaratif begitu pula respon yang diberikan oleh tamu. i. Maksim kesimpatisan (1) W : Please follow me..(menunjukan jalan/arah) (2) W : Good afternoon, welcome to STIPAR restaurant, do you have reservation before? (mencakupkan tangan) Informasi Indeksal: Data (1 dan 2) di atas merupakan tuturan dari pramusaji selama proses welcoming guest dan escorting guest . Tuturan yang diujarkan mengandung maksim kesimpatisan yang terlihat dari tuturan dan sikap penutur yang memaksimalkan sikap simpati antara pihak satu dan lainnya selama komunikasi berlangsung.Pada data 1, maksim kesimpatisan terlihat dari tamu yang menganggukkan kepala dan tersenyum kepada pramusaji yang menunjukkan jalan kepadanya. Data 2 mengandung maksim kesimpatisan yang ditunjukkan oleh pramusaji yang menyambut tamu dengan ramah dan bahasa yang sopan serta sikap santun dengan senyuman dan cakupan tangan (salam nasional) Faktor-faktor yang Memengaruhi dan Menghambat Mahasiswa dalam Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Selama proses pembelajaran berlangsung pembelajar mendapatkan beberapa kesulitan atau hambatan dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris pada penerapan teknik bermain peran yang memengaruhi kefektifan berbicara. Permasalahan tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Adapun faktor-faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut. 4.2.1 Penguasaan komponen kebahasaan Penguasaan komponen kebahasaan merupakan salah satu faktor internal yang meliputi lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa dan gaya bahasa. 1) Pelafalan dan intonasi Pembelajar masih dipengaruhi oleh bahasa pertama yang dikuasai, yaitu bahasa Indonesia atau bahasa daerah (Bali). Berikut adalah beberapa contoh kesalahan pelafalan bahasa Inggris mahasiswa: a. Pelesapan bunyi suffix /-ed/ pada kata kerja bentuk lampau. b. Pelesapan suffix /-s/ pada kata benda dalam bentuk nominal dan penunjuk orang ketiga tunggal dalam simple present tense c. Pe lesapan bunyi /θ/ pada bilangan bertingkat (ordinal number) d. Perubahan pelafalan konsonan /v/ menjadi konsonan /p/ e. Perubahan pelafalan konsonan / ʃ/yang menjadi /s/ f. Perubahan pelafalan konsonan /θ/ menjadi /t/ g. Perubahan pelafalan konsonan /f/ menjadi /p/ h. Perubahan pelafalan bunyi konsonan /t ʃ/ yang dilafalkan menjadi /c/ dan /t/ i. Perubahan pelafalan bunyi vokal / ɪ/ menjadi bunyi /e/ j. Perubahan pelafalan bunyi vokal / ɔ:/ menjadi /a/ dan /u/ k. Perubahan pelafalan bunyi vokal / ɒ/ yang menjadi vokal /o/ l. Perubahan pelafalan bunyi vokal /i:/ menjadi /e/ m. Perubahan pelafalan bunyi vokal /u:/ dan /o/ Intonasi yang dihasilkan mahasiswa masih terbata-bata saat mengutarakan ujaran bahasa Inggris.Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penguasaan kebahasaan yang mereka miliki. Selain pengutaraan ujaran, faktor lain yang memengaruhi pelafalan dan intonasi pembelajar adalah kecenderungan mahasiswa untuk menggunakan aksen bahasa daerah maupun bahasa Indonesia selama berkomunikasi dalam penerapan teknik bermain peran. 2) Pemilihan kata (diksi) Pemilihan kata juga termasuk ke dalam faktor penguasaan kebahasaan. Selama proses belajar pembelajar cenderung menggunakan pilihan kata (diksi) yang sama dan kurang variatif, seperti penggunaan diksi dalam bentuk respon pertanyan juga kurang bervariasi seperti respon ‘ certainly’ atau ‘ yes ’ yang bisa diganti bentuk lain seperti ‘ absolutely ’, ‘ pleasure ’, ’no worries’ , dll. Mahasiswa cenderung menjawab pertanyaan yang diberikan oleh lawan bicara mereka dengan singkat serta menggunakan kata yang sama berulang-ulang. Hal tersebut membuat komunikasi menjadi kurang bervariasi. 3) Struktur bahasa dan gaya bahasa Selain pemilihan kata unsur struktur bahasa termasuk ke dalam faktor penghambat yang dialami mahasiswa.Keterbatasan pembelajar dalam penguasaan struktur bahasa merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penghambat pembelajar dalam berkomunikasi.Keterbatasan tersebut sering kali membuat mereka menjadi takut untuk membuat kesalahan dalam penggunaan struktur bahasa dan berdampak menjadi enggan untuk berkomunikasi serta takut mencoba dengan menggunakan bahasa tersebut. Hal ini pula yang secara tidak langsung membuat pembelajar menjadi ragu dan menghambat proses berbicara. Akan tetapi, karena keterbatasan kemampuan mereka, kesalahan-kesalahan dalam penggunaan struktur bahasa tidak bisa dihindari dan masih sering ditemukan selama proses penerapan teknik bermain peran. Berikut adalah beberapa kesalahan penggunaaan struktur bahasa. 1) W : Do you have reservation before? G : No, I haven’t (data 12). Kesalahan penggunaan struktur terlihat pada kalimat yang digarisbawahi.Pada kalimat di atas penggunaan No, I haven’t kurang tepat karena pertanyaan dari pramusaji diawali dengan auxiliaries‘do’ . 2) W : You start your order? (data 9) Pelesapan auxiliaries untuk membentuk kalimat tanya pada ujaran di atas membuat kesalahan pemahaman yang dialami lawan bicara penutur. Dimana dalam pembentukan kalimat tanya seperti maksud yang diinginkan harus ditambahkan dengan modal auxiliaries would menjadi ‘would you start your order?’ 3) RC : Anything else? (data 11) Ujaran di atas dikemukakan oleh seorang resepsionis kepada tamu.Terlihat pada tuturan tersebut mahasiswa kurang memerhatikan penggunaan struktur bahasa Inggris. Pertanyaan tersebut memiliki kesalahan struktur simple present tense dimana seharusnya tuturan tersebut diujarkan ‘is there anything else?’ sebagai bentuk menawarkan bantuan. Namun, selama penerapan teknik bermain peran mahasiswa cenderung menggunakan ujaran tanpa mengindahkan bentuk tenses yang dipakai. 4) W : th at’s right miss? Tuturan di atas dituturkan oleh seorang pramusaji ketika ingin memastikan pesanan dari tamu.Pada tuturan yang tersebut mahasiswa kurang mengindahkan penggunaan bentuk tata bahasa (grammar). Kesalaahan peletakan tobe ‘is’ membuat tuturan tersebut memiliki makna lain. 5) G : (nodding) How much I pay my bill? (data 8) Kalimat di atas diujarkan oleh seorang tamu perihal pembayaran biaya makan. Kesalahan struktur yang terjadi pada kalimat di atas adalah kurangnya penggunaan kata bantu ( auxiliary ) ‘ do ’. Dalam tata bahasa bahasa Inggris penggunaan kata pertanyaan W-H questions diikuti oleh kata bantu dalam pembentukan kalimat tanya. Kesalahan tersebut terjadi akibat keterbatasan pengetahuan siswa serta kurangnya perhatian pada pengggunaan tata bahasa yang benar dalam berkomunikasi. Dari pemilihan kata yang digunakan, tampak selama penerapan teknik tersebut pembelajar menggunakan gaya bahasa resmi. Hal itu terlihat dari pemilihan kata- kata yang sopan dan santun.Beberapa faktor di atas juga didukung oleh hasil wawancara yaitu sebagian besar dari mereka merasakan manfaat teknik bermain peran . Teknik bermain peran membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan mempermudah pembelajaran mahasiswa.Dalam kaitannya dengan komponen kebahasaan pembelajar dapat mengingat kata-kata bahasa Inggris lebih mudah karena dipraktikkan secara langsung.Akan tetapi, para pembelajar tidak memungkiri hambatan yang dialami dari faktor terbatasnya komponen kebahasaan yang dimiliki. 4.2.2 Penguasaan komponen isi Selain faktor komponen kebahasaan faktor lain yang turut menjadi hambatan adalah faktor hambatan dalam komponen isi yang meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi. Selama proses penerapan teknik bermain peran kerap kali pembelajar menghadapi hambatan dalam hal penguasaan isi khususnya dalam hal struktur isi dan kualitas isi. Artinya, selama proses pembicaraan berlangsung beberapa pembelajar memiliki pembicaraan yang kurang terstruktur sehingga mengakibatkan lawan bicaranya menjadi mengalami kebingungan dan tidak fokus. Disamping itu secara kualitas isi pembicaraan yang sulit dimengerti juga turut menjadi faktor penghambat sebuah komunikasi yang terjadi akibat kesalahan struktur bahasa yang dipakai selama pembicaraan berlangsung.Hambatan tersebut terlihat pada contoh berikut. G : (checking the bill) my bill is expensive what is this? W : this is hmm… you ordered 2 extra beer sir, and this is your bill support please check. I think that’s not a mistake, it’s your bill. Well you agree? G : (nodding) how much I pay my bill? W : one million and forty five thousand. is that correct? (tdk relevan) G : yes, this is my money Pada contoh di atas, kalimat yang digarisbawahi merupakan salah satu contoh kesalahan penggunaan kalimat dan kesalahan penempatan kalimat tanya yang menyebabkan ketidakrelevanan antara konteks kalimat satu dan lainnya. Pada percakapan tersebut resepsionis seharusnya menggunakan bentuk pertanyaan yang lain, seperti ‘is there anything else?’ atau may I have your money?’ sehingga akan tercipta korelasi dengan jawaban yang diberikan oleh pramusaji atau tamu. Hambatan di atas juga didukung oleh hasil wawancara yang menyebutkan bahwa mereka kurang memahami topik atau komponen isi lainnya yang disebabkan oleh kurang memerhatikan atau kurang memahami penguasaan peranan yang diperankan. Selain faktor tersebut di atas proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor- faktor di luar pembelajar seperti kondisi ruangan yang sedikit terbuka yang mengakibatkan masuknya suara atau bunyi- bunyian yang berasal dari luar ruangan dan menganggu percakapan selama proses pembelajaran. Pembelajar menjadi tidak fokus dan tidak dapat mendengar ujaran yang disampaikan dengan jelas.Hal tersebut menyebabkan pembelajar harus mengulangi beberapa ujaran yang tidak terdengar jelas oleh lawan bicara mereka. ## SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikaji pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa simpulan mengenai penelitian ini, yaitu sebagai berikut; 1. Penggunaan tindak tutur mahasiswa Program Studi Diploma IV Perhotelan STIPAR Triatma Jaya dalam praktek pelayanan restoran adalah tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur langsung tidak literal. Dalam penerapan teknik bermain peran mahasiswa juga menerapkan beberapa maksim dalam tuturan yang diujarkan seperti maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim hubungan, maksim cara, maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan ungkapan verbal yang digunakan sebagian besar dalam bentuk tindak tutur langsung. Dan dari segi pragmatik sebagian besar tuturan mengandung makna lokusi. Dari sisi kesantunan tuturan yang diujarkan pada umumnya adalah santun meskipun masih ditemui beberapa kesalahan pemilihan kata (diksi) dalam tuturan yang mengakibatkan beberapa tuturan menjadi kurang relevan. 2. Hambatan yang dialami mahasiswa dalam keterampilan berbicara pada praktek pelayanan restoran adalah faktor penguasaan komponen kebahasaan yang meliputi pelafalan dan intonasi yang masih dipengaruhi bahasa pertama atau bahasa kedua serta kurangnya pengetahuan mereka dalam pelafalan bahasa Inggris. Pemilihan kata (diksi) yang kurang bervariatif juga menjadi salah satu kendala yang dialami mahasiswa selama penerapan teknik bermain peran. Hambatan ketiga dalam faktor kebahasaan adalah struktur bahasa dalam beberapa tuturan mahasiswa yang tidak sesuai dengan tata bahasa ( grammar ) bahasa Inggris. Selain faktor kebahasaan, penguasaan komponen isi juga turut menjadi salah satu hambatan yang dialami oleh mahasiswa. Penguasaan komponen isi tersebut meliputi meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi. Selain beberapa faktor tersebut, situasi dan keadaan di luar pembelajar turut memberikan hambatan dan pengaruh selama proses belajar mengajar yang meliputi kondisi lingkungan seperti kondisi ruangan yang sedikit terbuka yang mengakibatkan masuknya bunyi- bunyian yang mengganggu proses pembelajaran berbicara. Saran 1. Terkait dengan penggunaan tindak tutur yang dihasilkan pada penerapan teknik bermain peran, ragam budaya bisa menjadi salah satu unsur yang ikut dilibatkan. Sehingga hal tersebut dapat menambah wawasan para peserta didik dalam berkomunikasi serta bersosialisasi. Diharapkan di kemudian hari mereka memiliki tindak tutur yang baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. 2. Dalam penerapan teknik bermain peran terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat selama proses belajar mengajar berlangsung. Untuk itu selain pemberian evaluasi selama proses belajar berlangsung, hendaknya pembelajar dibekali unsur komponen kebahasaan, komponen isi serta pemberian materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka ( target needs dan learning needs ) seperti yang terpaparkan pada silabus dan SAP. Pengaturan manajemen kelas yang baik dan lingkungan yang mendukung juga sangat diperlukan. Hal itu akan menjadikan suatu pembelajaran lebih efektif sehingga mampu mencapai kompetensi yang diharapkan. ## Daftar Pustaka Arsjad, M.G, dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Benrbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Budiars a dkk. 2009. “Bentuk, Fungsi, dan Makna Pragmatik Tuturan Pemandu Wisata di Daerah Pariwisata Badung dan Denpasar, Bali” (Hasil Penelitian). Denpasar: Universitas Udayana. Chaer A. dan Agustina L. (2010).Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Grice, H.P. 1975. “ Logic and Conversation ” Syntax and Semantics, Speech Act . New York: Academic Press Hornby, A.S. 1974. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English . Oxford: Oxford University Press. Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sari & Prayogi, halaman 66-80) Vol 2, No 2 Edisi Juli-Desember 2018 Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press. Hornby, A.S. 2005. Oxford Advanced Learner’s Dictionary . Oxford: Oxford University Press Hynes.Judie. 2007. Getting Started with English Language Learners: How Educator Can Meet the challenge . Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Iskandarwassid dan Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jendra, I Wayan. 2007. Sosiolinguistik Teori dan Penerapannya . Surabaya: Paramita. Klein, Wolfgang. 1986. Second Language Acquisition . Cambridge: Cambridge University Press. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman. Group Ltd. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik . Jakarta: Universitas Indonesia Maharany, Andy Firdha. 2016. Gejala Fonologis Bahasa Indonesia Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di Paud Permata Hati Kota Kendari . Jurna Bastra: Vol. 1 No. 2, Juli 2016. ISSN:2503-3875 Muslich, Masnur. 2010. Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah . Jakarta: PT Bumi Aksara. Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana . Jakarta. Pradnya Paramita Rusmiati, Nepi. ( 2002). “Model Show Casa dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa Kelas I SMUN 18”. Bandung: Skripsi FPBS UPI. Searle. 1969. Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language . Cambridge: Cambridge University Press. Sugiarto, Endar dan Kusmayadi.2000 . Metodologi Penelitian dalam Bidang Pariwisata . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, H.G. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu dan Mohammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
8eb68b99-7e6f-4c6d-83d7-c0f62757c22e
https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/download/915/815
## Terapi Kanker Payudara Stadium Lanjut HER2 (+) ## Hastarita Lawrenti Dokter Umum, Jakarta, Indonesia ## ABSTRAK Pada sekitar 15%-20% kanker payudara dijumpai over -ekspresi dan/atau amplifikasi human epidermal growth factor receptor 2 (HER2). Subtipe kanker payudara ini dikaitkan dengan perilaku agresif, kekambuhan tinggi, dan prognosis buruk. Namun, dengan dikenalkannya terapi target HER2, trastuzumab , harapan hidup pasien meningkat. Pada pasien HER2 positif dengan stadium lanjut, taxane yang dikombinasi dengan trastuzumab dan pertuzumab diberikan dalam setting lini pertama. Pada lini kedua dan berikutnya, tersedia beberapa terapi anti-HER2, seperti trastuzumab deruxtecan, tucatinib , T-DM1, neratinib, lapatinib , pyrotinib, margetuximab . Kata kunci: HER2, kanker payudara, stadium lanjut. ## ABSTRACT Approximately 15-20% of breast cancers harbor human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) overexpression and/or amplification. This subtype of breast cancer is associated with aggressive behavior, high recurrence rates, and worse prognosis. However, with the introduction of HER2-targeted therapy, trastuzumab, the survival rates have greatly improved. In patients with HER2 positive advanced disease, taxane in combination with trastuzumab and pertuzumab is given in the first-line setting. In the second-line setting and beyond, several emerging anti- HER2 therapies are becoming available including trastuzumab deruxtecan, tucatinib, T-DM1, neratinib, lapatinib, pyrotinib, margetuximab. Hastarita Lawrenti. Therapy for HER2 positive Advanced Breast Cancers. Keywords: HER2, breast cancer, advanced stage. ## PENDAHULUAN Human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) mengalami over -ekspresi dan/atau amplifikasi pada sekitar 15%-20% kasus kanker payudara. 1,2 Kanker payudara stadium lanjut over -ekspresi dan/atau amplifikasi HER2 merupakan subtipe yang klinis agresif dengan outcome survival buruk. 1,2 Namun, dengan penggunaan terapi target HER2 atau anti- HER2 trastuzumab , telah terjadi perbaikan angka survival . 1 Trastuzumab bekerja dengan mengikat domain IV ekstraseluler dari HER2, sehingga menghambat berbagai jalur signaling intraseluler, meningkatkan degradasi HER2, dan mengaktifkan respons imun melalui sitotoksisitas seluler tergantung antibodi (Gambar 1). 1 Trastuzumab tunggal memiliki efikasi rendah, tetapi penambahan kemoterapi bersifat sinergistik. 1 Trastuzumab dan kemoterapi memperbaiki progression free survival (PFS) dan overall survival (OS) pasien kanker payudara stadium dini dan lanjut HER2 positif secara bermakna. 2 Walaupun terdapat perbaikan, masih banyak tantangan, di antaranya kekambuhan pasien dan resistensi terhadap terapi anti-HER2. 1 Sekitar 16%-22% pasien kanker payudara stadium dini mengalami kekambuhan, dan 22%-25% pasien kanker payudara metastatik HER2 positif menunjukkan resistensi primer ( de novo ) atau sekunder (didapat) terhadap terapi [email protected] rmin Dunia Kedokteran is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International Licens Ce e. Alamat Korespondensi email: 107 ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 μ m. Partikel dengan diameter 5-10 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 μ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 μ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 μ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing „ Murah „ Mudah digunakan „ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI „ Tidak efisien „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan „ Bising Ultrasonic nebulizer „ Mudah digunakan „ Lebih efisien dibanding jet nebulizer „ Tidak bising „ Volume residu besar „ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol „ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer „ Portable „ Mudah digunakan „ Tidak bising „ Memiliki sumber daya sendiri „ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik „ Lebih efisien dibanding nebulizer lain „ Lebih mahal „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer „ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering target HER2. 2 Sebagian besar pasien kanker payudara metastatik yang awalnya berespons terhadap trastuzumab , mengalami resistensi dalam 1 tahun setelah terapi dimulai. 4 Oleh karena itu, telah dikembangkan strategi terapi lain dengan target HER2. 1,2 Tulisan ini lebih berfokus pada pasien kanker payudara HER2 positif stadium lanjut. ## Pilihan Terapi Lini Pertama Kombinasi trastuzumab dan pertuzumab serta kemoterapi merupakan terapi standar lini pertama pasien kanker payudara stadium lanjut HER2 positif. 1,5 Pertuzumab termasuk antibodi monoklonal yang mengikat domain II ekstraseluler dari HER2 yang mencegah dimerisasi HER2 dengan reseptor HER lain, serta menyebabkan blokade signaling yang lebih komprehensif. 1 Persetujuan penggunaan pertuzumab adalah berdasarkan hasil uji klinik CLEOPATRA. 1 Dalam uji klinik fase III ini, pasien kanker payudara metastatik HER2 positif (n= 808) mendapat terapi trastuzumab dan docetaxel dengan pertuzumab atau plasebo sebagai terapi lini pertama. 6,7 Hasil uji klinik CLEOPATRA menunjukkan bahwa pasien yang mendapat trastuzumab , docetaxel , dan pertuzumab, memiliki progression free survival (PFS) lebih panjang dibandingkan trastuzumab , docetaxel, plasebo (18,7 bulan vs 12,4 bulan; p <0,001). 6 Overall response rate (ORR) dicapai berturut-turut sebesar 80,2% dan 69,3%. 1 Setelah follow up sekitar 100 bulan, overall survival (OS) lebih panjang pada pasien dengan trastuzumab , docetaxel, dan pertuzumab (median OS 57,1 bulan vs 40,8 bulan; p <0,001). 7 ## Pilihan Terapi Lini Kedua Pada sebagian besar pasien yang progresif dengan kemoterapi berbasis trastuzumab atau pertuzumab pada lini pertama, monoterapi T-DM1 dipertimbangkan menjadi terapi standar lini kedua. 1,5 T-DM1 merupakan antibody drug conjugate (ADC) yang terdiri dari terapi target HER2, trastuzumab ; sitotoksik penghambat mikrotubulus, DM1 (derivat maytansine ); dan penghubung yang sifatnya stabil. 1 Uji klinik fase III, EMILIA, membandingkan T-DM1 dengan lapatinib plus capecitabine , yang merupakan terapi standar lini kedua sebelumnya untuk pasien kanker payudara stadium lanjut HER2 positif (n= 991). 8,9 Pasien harus progresif dengan trastuzumab dan taxane dalam setting metastatik atau progresif <6 bulan setelah menyelesaikan terapi untuk stadium dini. 8,9 Terdapat perbaikan PFS (median 9,6 bulan vs 6,4 bulan; p <0,001) dan OS (median 29,9 bulan vs 25,9 bulan; p <0,001). 8,9 ORR lebih tinggi pada kelompok T-DM1 (44% vs 31%). 8,9 Efek samping derajat ≥3 dan yang menyebabkan penurunan dosis lebih sedikit pada kelompok T-DM1. 1,8 Uji klinik fase III lain, TH3RESA, menunjukkan perbaikan PFS (median 6,2 bulan vs 3,3 bulan; p <0,001) dan OS (median 22,7 bulan vs 15,8 bulan; p <0,001) dengan T-DM1 dibandingkan terapi pilihan dokter, pada pasien kanker payudara HER2 positif yang pernah mendapat 2 lini terapi anti-HER2 termasuk trastuzumab dan lapatinib (n= 602). 10 Berdasarkan kedua hasil uji klinik fase III tersebut, T-DM1 disetujui oleh US FDA dan EMA pada tahun 2013. 1 Sebelum T-DM1 dikembangkan, lapatinib kombinasi dengan capecitabine merupakan terapi standar lini kedua. 1 Lapatinib merupakan molekul kecil oral yang menghambat tyrosine kinase HER2 dan HER1 secara reversibel. 1,11 Lapatinib kombinasi dengan capecitabine superior dibandingkan capecitabine saja pada pasien kanker payudara HER2 positif yang telah diterapi sebelumnya dengan anthracycline , taxane , dan trastuzumab (n= 324). 11 Median waktu sampai terjadinya progresivitas lebih panjang pada kelompok lapatinib dan capecitabine (8,4 bulan vs 4,4 bulan; p <0,001). 11 Perbaikan ini dicapai tanpa peningkatan efek toksik serius. 11 Berdasarkan hasil uji klinik ini, lapatinib dan capecitabine disetujui untuk terapi pasien kanker payudara metastatik HER2 positif yang progresif dengan anthracycline, taxane, dan trastuzumab . 1 Dengan perkembangan terapi dan efikasi yang lebih baik berdasarkan hasil uji klinik, guideline terkini justru memasukkan trastuzumab deruxtecan sebagai lini kedua. 5 Trastuzumab deruxtecan merupakan ADC yang terdiri dari trastuzumab , penghubung, dan penghambat topoisomerase I poten sebagai obat sitotoksik dengan rasio obat terhadap antibodi sekitar 8 ( Gambar 2 ). 1,12-14 Selain itu, trastuzumab deruxtecan memiliki efek bystander , yang menunjukkan bahwa trastuzumab deruxtecan memiliki efek terhadap sel-sel tumor di sekitarnya terlepas dari ekspresi target oleh sel, karena sitotoksin yang dilepaskan dapat menembus membran sel dengan mudah (Gambar 2). 1,12-14 Uji klinik fase III, DESTINY-Breast03, dilakukan pada pasien kanker payudara metastatik HER2 positif yang pernah diterapi sebelumnya dengan trastuzumab atau taxane , atau progresif dalam 6 bulan setelah terapi neoadjuvan atau Gambar 2. Mekanisme kerja trastuzumab deruxtecan. 12-14 ## ANALISIS ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 μ m. Partikel dengan diameter 5-10 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 μ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 μ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 μ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing „ Murah „ Mudah digunakan „ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI „ Tidak efisien „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan „ Bising Ultrasonic nebulizer „ Mudah digunakan „ Lebih efisien dibanding jet nebulizer „ Tidak bising „ Volume residu besar „ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol „ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer „ Portable „ Mudah digunakan „ Tidak bising „ Memiliki sumber daya sendiri „ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik „ Lebih efisien dibanding nebulizer lain „ Lebih mahal „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer „ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering adjuvan trastuzumab atau taxane (n= 524). 15 Pasien mendapat terapi trastuzumab deruxtecan atau T-DM1. 15 Median PFS pada kelompok trastuzumab deruxtecan lebih baik dibandingkan T-DM1 (28,8 bulan vs 6,8 bulan; p <0,0001). 15 Median OS belum tercapai pada kedua kelompok dengan overall survival events sebesar 28% pada kelompok trastuzumab deruxtecan dan 37% pada kelompok T-DM1 (p=0,0037). 15 Efek samping yang membutuhkan terapi segera derajat 3 atau lebih sebanding pada kedua kelompok (56% vs 52%). 15 Sejumlah 15% pasien kelompok trastuzumab deruxtecan dan 3% pasien kelompok T-DM1 mengalami penyakit paru interstisial atau pneumonitis (tidak terdapat derajat 4 dan 5 pada kedua kelompok). 15 Pada umumnya, trastuzumab diberikan pada pasien kanker payudara dengan ekspresi HER2 tinggi (skor imunohistokimia +3), trastuzumab deruxtecan merupakan terapi yang menjanjikan karena dapat diberikan pada pasien dengan ekspresi HER2 rendah (skor imunohistokimia +1, atau +2 dan hasil negatif pada in situ hybridization ). 16 Hal ini didukung oleh uji klinik fase III lainnya, DESTINY-Breast04 yang dilakukan pada pasien kanker payudara metastatik HER2 rendah, yang pernah mendapat 1 atau 2 lini kemoterapi sebelumnya (n= 557). 16 Pasien mendapat terapi trastuzumab deruxtecan atau kemoterapi pilihan dokter. 16 Secara keseluruhan, median PFS (9,9 bulan vs 5,1 bulan; p <0,001) dan OS (23,4 bulan vs 16,8 bulan; p=0,001) lebih baik pada kelompok trastuzumab deruxtecan . 16 Demikian juga di antara pasien dengan reseptor hormon positif, median PFS (10,1 bulan vs 5,4 bulan; p < 0,001) dan OS (23,9 bulan vs 17,5 bulan; p=0,003) lebih baik pada kelompok trastuzumab deruxtecan . 16 Efek samping derajat ≥3 berturut-turut dijumpai sebesar 52,6% dan 67,4% pada kelompok trastuzumab deruxtecan dan kemoterapi pilihan dokter. 16 Penyakit paru interstisial terjadi pada 12,1% pasien yang mendapat trastuzumab deruxtecan ; 0,8%-nya dengan derajat 5. 16 Berdasarkan hasil uji klinik fase III di atas, trastuzumab deruxtecan telah disetujui US FDA untuk: 1) Terapi pasien kanker payudara metastatik atau tidak dapat dibedah HER2 positif yang telah mendapat regimen berbasis anti-HER2 sebelumnya dalam setting metastatik atau setting neoadjuvan atau adjuvan dan mengalami kekambuhan selama atau dalam 6 bulan setelah menyelesaikan terapi, 2) Pasien kanker payudara metastatik atau tidak dapat dibedah HER2 rendah (skor imunohistokimia +1 atau atau +2 dan hasil negatif pada in situ hybridization ) yang telah mendapat kemoterapi sebelumnya dalam setting metastatik atau mengalami kekambuhan selama atau dalam 6 bulan setelah kemoterapi adjuvan. 17 Trastuzumab deruxtecan memiliki potensi untuk diberikan pada pasien kanker payudara HER2 positif dengan metastasis ke otak. 18,19 Dalam analisis subgrup uji klinik fase III, pasien dengan metastasis ke otak (n= 82) yang mendapat trastuzumab deruxtecan memiliki overall intracranial response 63,8%, dibandingkan 33,3% dengan T-DM1. 18 Sementara itu, analisis subgrup uji klinik fase II menunjukkan bahwa trastuzumab deruxtecan menghasilkan intracranial response rate 47,1% pada pasien dengan metastasis ke otak (n= 24). 19 Terapi Setelah Trastuzumab , Pertuzumab , dan T-DM1 Belum ada algoritma terapeutik yang jelas untuk pasien kanker payudara metastatik HER2 yang progresif dengan trastuzumab , pertuzumab , dan T-DM1. 1 Terdapat beberapa obat yang telah disetujui dalam setting ini dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini berikutnya walaupun urutan optimal belum diketahui. 1 Pilihan terapi harus mempertimbangkan karakteristik pasien, seperti riwayat medis pasien, toksisitas pada lini sebelumnya, waktu sampai penyakitnya progresif, lokasi metastasis, preferensi pasien, dan biaya. 1 Tucatinib Tucatinib merupakan penghambat tyrosine kinase oral yang sangat selektif terhadap domain kinase HER2 dengan penghambatan minimal terhadap HER1. 1,20 Uji klinik fase II, HER2CLIMB, dilakukan pada pasien kanker payudara metastatik yang sebelumnya diterapi dengan trastuzumab , pertuzumab , dan T-DM1 (n= 612). 20,21 Pasien dengan metastasis otak dimasukkan dalam uji klinik ini, kecuali jika memerlukan intervensi lokal tambahan. 20,21 Pasien mendapat terapi tucatinib atau plasebo dalam kombinasi dengan trastuzumab dan capecitabine . 20,21 Median PFS pada kelompok tucatinib adalah 7,8 bulan, dibandingkan 5,6 bulan pada kelompok plasebo (p <0,001), sedangkan median OS berturut-turut adalah 21,9 bulan dan 17,4 bulan (p= 0,00480). 20,21 Di antara pasien dengan metastasis otak, median PFS (7,6 bulan vs 5,4 bulan; p <0,001) dan median OS (18,1 bulan vs 12 bulan; p= 0,005) lebih baik pada kelompok tucatinib . 20,21 ORR pada intrakranial cenderung lebih tinggi dengan tucatinib (47,3% vs 20,0%). 20,21 Diare derajat 3 dan peningkatan enzim transaminase lebih sering dijumpai pada kelompok tucatinib . 20,21 Pada tahun 2020, tucatinib disetujui oleh US FDA untuk terapi kanker payudara stadium lanjut, metastatik, tidak dapat dibedah HER2 positif termasuk metastatik otak, yang telah mendapat 1 atau lebih regimen berbasis anti- HER2 dalam setting metastatik. 1 ## Neratinib Neratinib merupakan penghambat tyrosine kinase oral yang menghambat HER1, HER2, dan HER4 secara ireversibel. 1,22 Dalam uji klinik fase III, NALA, neratinib kombinasi dengan capecitabine dibandingkan dengan lapatinib kombinasi dengan capecitabine pada pasien kanker payudara metastatik HER2 positif yang telah mendapat setidaknya 2 anti- HER2, termasuk pasien metastasis sistem saraf pusat asimtomatik atau stabil (n= 621). 22 Terdapat sekitar 16% pasien dengan penyakit sistem saraf pusat di awal dan skrining pasien metastasis sistem saraf pusat tidak diwajibkan dalam uji klinik ini. 22 Secara keseluruhan, neratinib memperbaiki PFS (rerata 8,8 bulan vs 6,6 bulan; p=0,006) tetapi tidak memperbaiki OS (rerata 24 bulan vs 22,2 bulan; p=0,210). 22 Pasien kelompok neratinib kurang memerlukan intervensi untuk sistem saraf pusat (22,8% vs 29,2%), hal ini menunjukkan waktu sampai terjadinya penyakit di sistem saraf pusat lebih lama dengan neratinib . 22 Diare derajat 3 lebih sering dijumpai dengan neratinib (24,4% vs 12,5%) walaupun sudah diberikan profilaksis dengan obat anti-diare. 1,22 Berdasarkan hasil uji klinik ini, neratinib kombinasi dengan capecitabine disetujui US FDA pada tahun 2020 untuk pasien kanker payudara stadium lanjut setelah 2 atau lebih lini terapi dengan target HER2. 1 ## Pyrotinib Pyrotinib merupakan penghambat tyrosine kinase pan-HER . 1,23 Uji klinik fase III, PHOEBE, dilakukan pada pasien ireversibel kanker payudara stadium lanjut HER2 positif yang sebelumnya diterapi dengan trastuzumab dan taxane dan/atau anthracycline (n= 267). 23 Pasien mendapat terapi pyrotinib atau CDK-321/ vol. 50 no. 10 th. 2023 107 ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 μ m. Partikel dengan diameter 5-10 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 μ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 μ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 μ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing „ Murah „ Mudah digunakan „ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI „ Tidak efisien „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan „ Bising Ultrasonic nebulizer „ Mudah digunakan „ Lebih efisien dibanding jet nebulizer „ Tidak bising „ Volume residu besar „ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol „ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer „ Portable „ Mudah digunakan „ Tidak bising „ Memiliki sumber daya sendiri „ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik „ Lebih efisien dibanding nebulizer lain „ Lebih mahal „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer „ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering lapatinib kombinasi dengan capecitabine . 23 Median PFS dijumpai sebesar 12,5 bulan dengan pyrotinib plus capecitabine dan 6,8 bulan dengan lapatinib plus capecitabine (p <0,001). 23 ORR cenderung lebih baik dengan pyrotinib plus capecitabine (67,2% vs 51,5%). 23 Efek samping derajat 3 yang sering dijumpai adalah diare, yang lebih sering dijumpai pada kelompok pyrotinib (30,6% vs 8,3%). 23 Pyrotinib belum mendapat persetujuan dari US FDA, tetapi telah disetujui di Cina untuk digunakan dalam kombinasi dengan capecitabine pada pasien kanker payudara metastatik HER2 yang pernah diterapi regimen kemoterapi anthracycline atau taxane sebelumnya. 1,24 ## Margetuximab Margetuximab merupakan antibodi monoklonal anti-HER2 derivat trastuzumab dengan rekayasa Fc, yang mengikat epitop yang sama dari HER2 (Gambar 3). 1,25 Dibandingkan trastuzumab , margetuximab memiliki regio Fc imunoglobulin 1 yang dimodifikasi secara genetik, sehingga memiliki afinitas lebih tinggi terhadap alel (158V [ikatan tinggi] dan 158F [ikatan rendah]) reseptor stimulatori Fc γ RIIIA (dikode CD16A) dan afinitas yang lebih rendah terhadap reseptor penghambat Fc γ RIIB (dikode CD32B) dari sel NK, yang bertujuan meningkatkan sitotoksisitas seluler tergantung antibodi (Gambar 3). 1,25 Uji klinik fase III, SOPHIA, dilakukan pada pasien kanker payudara metastatik HER2 positif setelah progresif dengan setidaknya 2 lini terapi anti-HER2, termasuk pertuzumab (n= 536). 26 Pasien mendapat margetuximab atau trastuzumab , keduanya dikombinasikan dengan kemoterapi. 26 Pasien yang mendapat margetuximab memiliki median PFS lebih baik dibandingkan trastuzumab (5,8 bulan vs 4,9 bulan; p=0,03), namun tidak diterjemahkan dalam median OS (21,6 bulan vs 21,9 bulan; p=0,620). 26 Di antara pasien dengan CD16A-158V, median OS lebih baik dengan margetuximab dibandingkan trastuzumab (31,1 bulan vs 22 bulan; HR 1,77; 95% CI 1,01- 3,12). Reaksi infus lebih sering dijumpai pada kelompok margetuximab . 26 Margetuximab telah disetujui oleh US FDA pada tahun 2020 untuk terapi pada pasien yang telah mendapat 2 atau lebih regimen anti-HER2 sebelumnya, salah satunya untuk penyakit metastatik. 1 ## Terapi untuk Kanker Payudara Stadium Lanjut HER2 Positif dalam Guideline Dalam guideline NCCN untuk kanker payudara dengan reseptor estrogen dan/atau progesteron positif dan HER2 positif rekuren tidak dapat dibedah atau metastatik, anti- HER2 dapat dikombinasikan dengan terapi endokrin. 27 Anti-HER2 trastuzumab dapat ditambahkan pada penghambat aromatase, fulvestrant , atau tamoxifen . 27 Anti-HER2 lain seperti lapatinib dapat ditambahkan pada penghambat aromatase . Kombinasi lapatinib dan trastuzumab juga dapat ditambahkan pada penghambat aromatase . 27 Sementara itu, dalam kombinasi dengan kemoterapi, pilihan terapi lini pertama untuk kanker payudara rekuren tidak dapat dibedah atau metastatik reseptor hormon positif atau negatif dan HER2 positif adalah pertuzumab + trastuzumab + docetaxel atau paclitaxel ; pilihan terapi lini kedua adalah trastuzumab deruxtecan ; pilihan terapi lini ketiga adalah tucatinib + trastuzumab + capecitabine atau T-DM1; pilihan terapi lini keempat dan seterusnya adalah trastuzumab + docetaxel atau vinorelbine , trastuzumab + paclitaxel ± carboplatin, capecitabine + trastuzumab atau lapatinib , trastuzumab + lapatinib , trastuzumab + kemoterapi lain, neratinib + capecitabine , margetuximab + kemoterapi ( capecitabine, eribulin, gemcitabine , atau vinorelbine ). 27 Guideline ASCO yang dipublikasikan tahun 2022 merekomendasikan terapi target HER2 untuk pasien kanker payudara stadium lanjut HER2 positif, kecuali pasien dengan gagal jantung kongestif atau gangguan fraksi ejeksi ventrikel kiri. 28 Trastuzumab , pertuzumab , dan taxane direkomendasikan sebagai terapi lini pertama dan trastuzumab deruxtecan sebagai terapi lini kedua. 28 Terdapat beberapa pilihan untuk terapi lini ketiga, yaitu tucatinib , T-DM1, trastuzumab deruxtecan (jika belum diberikan sebelumnya), neratinib , lapatinib , kemoterapi, margetuximab , terapi hormonal, dan abemaciclib plus trastuzumab plus fulvestrant , pertuzumab (jika belum diberikan sebelumnya). 28 ## SIMPULAN Kanker payudara stadium lanjut over -ekspresi dan/atau amplifikasi HER2 merupakan subtipe yang agresif secara klinis dengan outcome survival yang buruk. Namun, dengan penggunaan trastuzumab , telah terjadi perbaikan angka survival . Walaupun terdapat perbaikan mayor, masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi, di antaranya kekambuhan pasien dan resistensi terhadap terapi anti-HER2. Anti- HER2 lain telah dikembangkan dan pilihan terapi lini berikutnya harus mempertimbangkan karakteristik pasien, seperti riwayat medis pasien, toksisitas pada lini sebelumnya, waktu sampai penyakitnya progresif, lokasi metastasis, preferensi pasien, dan biaya yang diperlukan. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Martinez-Saez O, Prat A. Current and future management of HER2-positive metastatic breast cancer. JCO Oncol Pract. 2021;17:594-604. 2. Choong GM, Cullen GD, O’Sullivan CC. Evolving standards of care and new challenges in the management of HER2-positive breast cancer. CA ## ANALISIS 107 ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 μ m. Partikel dengan diameter 5-10 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 μ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 μ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 μ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing „ Murah „ Mudah digunakan „ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI „ Tidak efisien „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan „ Bising Ultrasonic nebulizer „ Mudah digunakan „ Lebih efisien dibanding jet nebulizer „ Tidak bising „ Volume residu besar „ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol „ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer „ Portable „ Mudah digunakan „ Tidak bising „ Memiliki sumber daya sendiri „ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik „ Lebih efisien dibanding nebulizer lain „ Lebih mahal „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer „ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering ## ANALISIS ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 μ m. Partikel dengan diameter 5-10 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 μ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 μ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 μ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing „ Murah „ Mudah digunakan „ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI „ Tidak efisien „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan „ Bising Ultrasonic nebulizer „ Mudah digunakan „ Lebih efisien dibanding jet nebulizer „ Tidak bising „ Volume residu besar „ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol „ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer „ Portable „ Mudah digunakan „ Tidak bising „ Memiliki sumber daya sendiri „ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik „ Lebih efisien dibanding nebulizer lain „ Lebih mahal „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer „ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering Cancer J Clin. 2020;70:355-74. 3. Bartelemy P, Leblanc J, Goldbarg V, Wendling F, Kurtz JE. Pertuzumab: Development beyond breast cancer. Anticancer Res. 2014;34:1483-92. 4. Landaverde D, Verma S. Recent treatment advances in HER2-positive metastatic breast cancer: A clinical approach. Clin Pract. 2012;9(3):287-99. 5. Nader-Marta G, Martins-Branco D, de Azambuja E. How we treat patients with metastatic HER2-positive breast cancer. ESMO Open 2022 doi: 10.1016/j.esmoop.2021.100343. 6. Swain SM, Baselga J, Kim SB, Ro JS, Semiglazov V, Campone M, et al. Pertuzumab, trastuzumab, and docetaxel in HER2-positive metastatic breast cancer. N Engl J Med. 2015;372:724-34. 7. Swain SM, Miles D, Kim SB, Im YH, Im SA, Semiglazov V, et al. Pertuzumab, trastuzumab, and docetaxel for HER2-positive metastatic breast cancer (CLEOPATRA): End-of-study results from a double-blind, randomised, placebo-controlled, phase 3 study. Lancet Oncol. 2020;21(4):519-30. 8. Martinez MT, Perez-Fidalgo JA, Martin-Martorell P, Cejalvo JM, Pons V, Bermejo B, et al. Treatment of HER2 positive advanced breast cancer with T-DM1: A review of the literature. Crit Rev Oncol/Hematol. 2016;97:96-106. 9. Verma S, Miles D, Gianni L, Krop IE, Welslau M, Baselga J, et al. Trastuzumab emtansine for HER2-positive advanced breast cancer. N Engl J Med. 2012;367:1783-91. 10. Krop IE, Kim SB, Martin AG, LoRusso PM, Ferrero JM, Badovinac-Crnjevic T, et al. Trastuzumab emtansine versus treatment of physician’s choice in patients with previously treated HER2-positive metastatic breast cancer (TH3RESA): Final overall survival results from a randomised open-label phase 3 trial. Lancet Oncol. 2017;18(6):743-54. 11. Geyer CE, Forster J, Lindquist D, Chan S, Romieu CG, Pienkowski T, et al. Lapatinib plus capecitabine for HER2-positive advanced breast cancer. N Engl J Med. 2006;355:2733-43. 12. Li LX, Zhang D, Liu BL, Lv D, Zhai JT, Guan XW, et al. Antibody-drug conjugates in HER2-positive breast cancer. Chinese Medical Journal 2022;135(3):261-7. 13. Azar I, Alkassis S, Fukui J, Alsawah F, Fedak K, Al Hallak MN, et al. Spotlight on trastuzumab deruxtecan (DS-8201, T-DXd) for HER2 mutation positive non-small cell lung cancer. Lung Cancer: Targets and Therapy 2021;12:103-14. 14. Nguyen X, Hooper M, Borlagdan JP, Palumbo A. A review of fam-trastuzumab deruxtecan-nxki in HER2-positive breast cancer. Ann Pharmacother. 2021 doi: 10.1177/1060028021998320. 15. Hurvitz SA, Hegg R, Chung WP, Im SA, Jacot W, Ganju V, et al. Trastuzumab deruxtecan versus trastuzumab emtansine in patients with HER2- positive metastatic breast cancer: Updated results from DESTINY-Breast03, a randomised, open-label, phase 3 trial. Lancet 2023;402:105-17. 16. Modi S, Jacot W, Yamashita T, Sohn J, Vidal M, Tokunaga E, et al. Trastuzumab deruxtecan in previously treated HER2-low advanced breast cancer. N Engl J Med. 2022;387:9-20. 17. Trastuzumab deruxtecan. Product Information [FDA]. 2022 [cited 2022 May 29]. Available from: www.fda.gov. 18. Jacobson A. Trastuzumab deruxtecan improves progression-free survival and intracranial response in patients with HER2-positive metastatic breast cancer and brain metastases. The Oncologist 2022;27(Suppl 1):S3-4. 19. Jerusalem G, Park YH, Yamashita T, Hurvitz SA, Modi S, Andre F, et al. Trastuzumab deruxtecan in HER2-positive metastatic breast cancer patients with brain metastases: A DESTINY-Breast01 subgroup analysis. Cancer Discov. 2022;12:1-9. 20. Murthy RK, Loi S, Okines A, Paplomata E, Hamilton E, Hurvitz SA, et al. Tucatinib, trastuzumab, and capecitabine for HER2-positive metastatic breast cancer. N Engl J Med. 2020;382:597-609. 21. Shah M, Wedam S, Cheng J, Fiero MH, Xia HM, Li F, et al. FDA approval summary: Tucatinib for the treatment of patients with advanced or metastatic HER2-positive breast cancer. Clin Cancer Res. 2021;27:1220-6. 22. Saura C, Oliveira M, Feng YH, Dai MS, Chen SW, Hurvitz SA, et al. Neratinib plus capecitabine versus lapatinib plus capecitabine in HER2-positive metastatic breast cancer previously treated with ≥ 2 HER2-directed regimens: Phase III NALA trial. J Clin Oncol. 2020;38:3138-49. 23. Xu BH, Yan M, Hu XC, Feng JF, Ouyang QC, Tong ZS, et al. Pyrotinib plus capecitabine versus lapatinib plus capecitabine for the treatment of HER2-positive metastatic breast cancer (PHOEBE): A multicenter, open-label, randomised, controlled, phase 3 trial. Lancet Oncol. 2021;22:351-60. 24. Blair HA. Pyrotinib: First global approval. Drugs 2018 doi: 10.1007/s40265-018-0997-0. 25. Schlam I, Nunes R, Lynce F. Profile of margetuximab: Evidence to date in the targeted treatment of metastatic HER2-positive breast cancer. Onco Targets and Therapy 2022;15:471-8. 26. Rugo HS, Im SA, Cardoso F, Cortes J, Curigliano G, Musolino A, et al. Margetuximab versus trastuzumab in patients with previously treated HER2-positive advanced breast cancer (SOPHIA): Final overall survival results from a randomized phase 3 trial. J Clin Oncol. 2022 doi: 10.1200/JCO.21.02937. 27. NCCN clinical practice guidelines in oncology. Breast cancer. Version 4.2023 [cited 2023 May 26]. Available from: https://www.nccn.org/ professionals/physician_gls/pdf/breast.pdf 28. Giordano SH, Franzoi MAB, Temin S, Anders CK, Chandarlapaty S, Crews JR, et al. Systemic therapy for advanced human epidermal growth factor receptor 2-positive breast cancer: ASCO guideline update. J Clin Oncol. 2022;40:2612-35. CDK-321/ vol. 50 no. 10 th. 2023 107 ## ANALISIS CDK-313/ vol. 50 no. 2 th. 2023 Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 μ m. Partikel dengan diameter 5-10 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 μ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 μ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 μ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 μ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing „ Murah „ Mudah digunakan „ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI „ Tidak efisien „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan „ Bising Ultrasonic nebulizer „ Mudah digunakan „ Lebih efisien dibanding jet nebulizer „ Tidak bising „ Volume residu besar „ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol „ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer „ Portable „ Mudah digunakan „ Tidak bising „ Memiliki sumber daya sendiri „ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik „ Lebih efisien dibanding nebulizer lain „ Lebih mahal „ Sulit dibersihkan „ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer „ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering
8d55b482-6a4b-4b47-993e-05d2c647850a
https://jurnal.um-palembang.ac.id/JGSA/article/download/6072/3619
## Pengaruh Berbagai Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai ## The Effect of Various Kinds of Mulch on the Growth and Production of Chili Plants Fitri Yetty Zairani, Burlian Hasani*, Laili Nisfuriah, Dali, Rastuti Kalasari, Gamal Abd. Nasser Fakultas Pertanian Universitas Palembang, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia *Penulis Korespondensi: [email protected] ## Received June 2023, Accepted July 2023 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian macam mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Satu perlakuan 4 tanaman contoh. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: M 0 : Tanpa menggunakan mulsa; M 1 = Menggunakan mulsa alang-alang; M 2 = Menggunakan mulsa Jerami padi; M 3 = Menggunakan mulsa plastik hitam perak; M 4 = Menggunakan mulsa plastik bening; M 5 = Menggunakan mulsa bening yang dilapisi koran. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah cabang sekunder, berat buah setiap tanaman, berat berangkasan kering tanaman dan produksi setiap hektar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka diambil kesimpulan bahwa: perlakuan mulsa plastik hitam perak memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, seperti tinggi tanaman, jumlah cabang sekunder, berat buah setiap tanaman, berat berangkasan kering tanaman, dan produksi setiap hektar. Sedangkan produksi cabai merah per hektar yang dihasilkan mulsa plastik hitam perak mempunyai kemampuan yang lebih tinggi yaitu 8.02 ton/ha dan hasil yang terendah mulsa plastik bening 3.01 ton/ha. Kata kunci: mulsa alang-alang; mulsa plastik; cabai merah ## ABSTRACT This study aims to determine the effect of mulching on the growth and production of chili plants. This study used a randomized block design, with 6 treatments and 4 replications. One treatment 4 sample plants. The treatments used are as follows: M 0 : Without using mulch; M 1 = Using reed mulch; M 2 = Using rice straw mulch; M 3 = Use silver black plastic mulch; M 4 = Using clear plastic mulch; M 5 = Use clear mulch covered with newspaper. The variables observed were plant height, number of secondary branches, fruit weight per plant, dry plant weight and production per hectare. Based on the results of the research that has been carried out, it was concluded that: black silver plastic mulch treatment gave the best effect on the growth and production of chili plants, such as plant height, number of secondary branches, fruit weight of each plant, dry weight of plant trunks, and production per hectare. Meanwhile, the production of red chilies per hectare produced by silver black plastic mulch has a higher capacity of 8.02 tons/ha and the lowest yield is 3.01 tons/ha of clear plastic mulch. ## Keywords: imperata mulch, plastic mulch, red chili ## PENDAHULUAN Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran semusim yang banyak mengandung vitamin A, B dan C, kalori, karbohidrat, lemak, protein, fosfor serta zat besi (Hapernas, 2015). Akan tetapi yang paling banyak kandungannya adalah vitamin A (Prabowo dkk., 2018). Selain mengandung vitamin A dan C juga mengandung gizi lain yang penting bagi tubuh manusia. Tanaman cabai termasuk tanaman perdu dari famili Solanaceae, cabai juga merupakan komoditas ekspor yang sedang digalakkan Indonesia pada saat ini (Eliyatiningsih dan Mayasari., 2019). Untuk itu terdapat banyak peluang unetuk mengusahakan tanaman cabai, baik untuk komoditas ekspor maupun untuk kebutuhan dalam negeri (Anwarudin et al., 2015). Dalam meningkatkan produksi tanaman cabai tentunya teknologi budidaya yang baik merupakan kunci yang utama (Hutapea et al ,, 2021; Prajnanta, 2011). Permintaan cabai untuk kota besar dengan lebih dari 1 juta penduduk adalah sekitar 804.444 ton/tahun atau 66.000 ton/bulan (Prabowo et al., 2018). Rata-rata produksi cabai nasional baru mencapai 4,35 ton/ha, sementara potensi produksi cabai dapat mencapai lebih 10 ton/ha (Chandra dan Adi., 2014). Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produksi cabai antara lain kekeringan, banjir, serangan hama dan penyakit serta adanya persaingan dengan gulma. Untuk menanggulangi masalah diatas, salah satu usaha untuk meningkatkan produksi cabai adalah dengan penggunaan mulsa atau penutup tanah, karena mulsa dapat menahan penguapan air tanah akibat proses penguapan air oleh sinar matahari sehingga kelembaban dapat dipertahankan lebih lama (Hasibuan., 2015). Mulsa merupakan penutup tanaman yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma dan penyakit agar tanaman dapat tumbuh subur (Yetnawati dan Hasnelly, 2021). Rumakuway et al . (2016) menyatakan peranan mulsa sebagai pengatur kelembaban. Bahan-bahan mulsa yang biasa digunakan antara lain jerami padi, alang-alang, serbuk gergaji, serpihan kayu, bonggol jagung yang merupakan sisa kegiatan dibidang pertanian. Mulsa plastik bening dapat mentransmisikan cahaya datang, yang terperangkap di bawah plastik dan menembus untuk mengaktifkan mikroorganisme di dalam tanah (Faisal dan Yelni., 2021). Mulsa jerami menurunkan suhu tanah, mengurangi erosi, melestarikan tanah, dan menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu (Chairumansyah, 2010). Pemulsaan umumnya dilakukan untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang dapat memperbaiki produktivitas tanah antara lain adalah dapat melindungi tanah dari daya rusak butir hujan, meningkatkan penyerapan air tanah, mengurangi volume dan aliran permukaan, memelihara suhu dan kelembaban tanah. Adanya beberapa keuntungan yang diperoleh memungkinkan hasil tanaman akan meningkat, mulsa yang digunakan mudah didapatkan dan merupakan limbah pertanian atau sisa-sisa kegiatan dibidang pertanian. Beberapa manfaat mulsa telah terbukti menguntungkan terutama dalam usaha mempertahankan tingkat produktivitas lahan. Usaha ini terbukti berpengaruh nyata pada tanaman system perakaran dangkal, sehingga memungkinkan dapat diterapkan secara luas untuk berbagai jenis tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman pangan lainnya. Lapisan mulsa akan membentuk penyekat yang menghalangi udara di permukaan tanah bergerak secara bebas. Mulsa mengurangi cahaya matahari langsung mencapai permukaan tanah sehingga menghasilkan suhu tanah yang lebih rendah. Pada malam hari mulsa dapat mencegah pelepasan panas sehingga suhu minimum dapat lebih tinggi, sedangkan mulsa di daerah tropika dimaksudkan mencegah penguapan air tanah, memperkecil perbedaan suhu antara siang dan malam hari serta mencegah penyinaran langsung dari sinar matahari. Mulsa dapat mempertahankan kelembaban tanah dan suhu tanah sehingga perkembangan akar tanaman lebih baik, meningkatkan perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah cabang serta hasil yang diperoleh lebih tinggi. Selanjutnya setelah mengalami berbagai komposisi mulsa merupakan pengadaan bahan organik pada tanah sehingga air meningkat dan memperbaiki kapasitas menahan air. Mulsa plastik hitam perak lebih baik dari mulsa yang lainnya dikarenakan plastik hitam perak dapat memantulkan cahaya serta menjaga kelembaban dan kestabilan suhu tanah sehingga menjamin kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian macam mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai . ## Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan di lahan Universitas Palembang Jl. Dharmapala No. 1A Palembang, dari bulan Januari 2022 sampai bulan April 2022. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah, pupuk kandang ayam, fura dan 3G, Pupuk Urea, TSP, KCl, Dithane M-45, Benlate, Bayleton, Curacron 500 EC, daun pisang, mulsa alang-alang, mulsa jerami padi, mulsa plastic hitam perak, mulsa plastic bening, dan kertas koran, cangkul, meteran, ajir, tali plastik, handsprayer, timbangan, oven pengering, dan alat- alat tulis lainnya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Satu perlakuan 4 tanaman contoh. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: M 0 : Tanpa menggunakan mulsa; M 1 = Menggunakan mulsa alang-alang; M 2 = Menggunakan mulsa Jerami padi; M 3 = Menggunakan mulsa plastik hitam perak; M 4 = Menggunakan mulsa plastik bening; M 5 = Menggunakan mulsa bening yang dilapisi koran. Tanah untuk persemaian diayak hingga diperoleh butiran yang halus dan seragam, kemudian dicampur dengan pupuk kendang dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah itu dilakukan pencampuran dengan fungisida dan insektisida lalu tanah tersebut dimasukkan kedalam koker yang terbuat dari daun pisang, kemudian disiram hingga kadar air mencapai kapasitas lapang. Selanjutnya biji cabai yang telah direndam dengan air dimasukkan kedalam koker dengan kedalaman 0,5 cm, setiap koker diisi benih cabai 2 biji, koker yang telah diisi benih tersebut disusun di bawah naungan atap yang dibuat dengan arah membujur dari utara ke selatan. Selanjutnya persemaian dijaga supaya tetap lembab agar benih cabai cepat tumbuh. Lahan disiapkan sebanyak 24 petakan dengan luas tiap petakan 1,2 m x 3 m dengan jarak antar petakan 0,5 m. Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum pemindahan bibit ke lapangan, yaitu 20 ton setiap hektar atau 12 kg setiap petakan. Pupuk urea pertama diberikan pada waktu tanaman berumur 2 minggu setelah tanam bersamaan dengan TSP dan KCl. Urea kedua atau setengah dari jumlah yang diberikan pada umur 4 minggu setelah tanam. Takaran pupuk yang diberikan adalah Urea 200 kg setiap hektar atau 4,8 g setiap lobang tanam. Begitu juga untuk TSP 150 kg setiap hektar atau 3,6 g setiap lobang, sedangkan untuk KCl 150 kg setiap hektar atau 3,6 g setiap lobang. Sedangkan untuk pupuk daun dilakukan penyemprotan dengan interval 2 minggu sekali atau bersamaan dengan penyemprotan fungisida dan insektisida. Pemberian mulsa dilakukan sebelum tanam. Mulsa terlebih dahulu dikeringkan kemudian diberikan diantara barisan tanaman dengan jarak 2,5 cm dari lobang tanam. Mulsa diberikan 10 ton setiap hektar setara dengan 3,6 kg setiap petak untuk mulsa Jerami dan lang-alang, sedangkan untuk mulsa plastic 1,2 m x 3 m untuk setiap petak. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah membentuk 4 helai daun (umur 4 minggu). . Pemindahan bibit dari persemaian dengan cara koker dibuang atau dapat juga langsung dimasukkan ke dalam lobang tanam dengan cara hati-hati. Selanjutnya lobang tanam yang telah ditanami ditimbun kembali dengan tanah setiap lobang tanam ditanami dengan satu bibit cabai dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm. Populasi tanaman sebanyak 15 batang setiap petakan, untuk emlindungi bibit dari sinar matahari yang terik diberikan pelindung dari pelepah pisang agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan. Pemeliharaan meliputi penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sedang- kan pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan sejak dipersemaian hingga di lapangan. Tanaman cabai dapat dipanen setelah tanaman berumur 3 bulan setelah tanam, buah dipetik setelah warna buah cabai merah (30 persen warna buah merah). Untuk pemungutan hasil berikutnya dilakukan dengan selang waktu 3-4 hari sekali. Pemungutan hasil akan dilakukan sebanyak delapan kali panen, setelah tanaman berumur 5 bulan atau pada panen ke 8 akan dilakukan pemungutan hasil secara keseluruhan. Pengamatan meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah cabang sekunder (cabang), berat buah setiap tanaman (g), berat berangkasan kering tanaman (g), produksi setiap hektar (ton). ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini didapatkan bahwa pengaruh mulsa dari masing- masing parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji BNJ pemberian mulsa terhadap peubah yang diamati Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah cabang sekunder Berat buah setiap tanaman (g) Berat berangkasan kering tanaman (g) Produksi setiap hektar (ton) M 0 74,50 b AB 9,00 a A 90,70 a A 105,15 a AB 5,44 b AB M 1 83,25 b B 10,20 ab AB 184,46 bc B 107,00 a AB 6,26 bc B M 2 83,05 b B 10,00 ab AB 208,40 bc B 119,32 b BC 6,00 bc B M 3 77,80 b B 12,50 b B 240,84 c B 144,01 b C 8,02 c B M 4 60,15 a A 9,00 a A 163,58 b AB 91,27 a A 3,01 a A M 5 76,05 b B 10,00 ab AB 188,19 bc B 104,41 a AB 6,14 bc B BNJ 0,05= 0,01= 12,53 15,83 2,31 2,92 64,39 81,37 21,57 27,26 2,11 2,66 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf 5% dan 1% Pada tinggi tanaman, tumbuhan terus tumbuh setiap waktu, menunjukkan adanya pembelahan dan pembesaran sel (Yetnawati dan Hasnelly., 2021). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berbeda sangat nyata dibanding perlakuan lainnya. Tabel 1 menunjukkan bahwa uji BNJ terlihat perlakuan M 1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan M 4 , serta berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 0 , M 5 , M 3 , dan M 2 . Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata dibanding perlakuan lainnya pada jumlah cabang sekunder. Uji BNJ terlihat perlakuan M 3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan M 0 , dan M 4 serta berbeda tidak sangat nyata dengan perlakuan M 1 , M 5 , M 2 dan M 3. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata dibanding perlakuan lainnya pada peubah berat buah setiap tanaman. Uji BNJ terlihat perlakuan M 3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan M 0 , dan M 4 serta berbeda tidak sangat nyata dengan perlakuan M 1 , M 5 , M 2 dan M 3 . Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata dibanding perlakuan lainnya pada peubah berat berangkasan kering tanaman. Uji BNJ terlihat perlakuan M 3 berbeda tidak sangat nyata dengan perlakuan M 2 , serta berbeda sangat nyata dengan perlakuan M 4 , M 5 , M 0 dan M 1 . Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata dibanding perlakuan lainnya pada produksi per hektar. Uji BNJ terlihat perlakuan M 3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan M 4 , serta berbeda tidak sangat nyata dengan perlakuan M 0 , M 5 , M 1 dan M 2 . Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan, bahwa pemberian mulsa plastik hitam perak (MPHP) menunjukkan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Hasil uji BNJ terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang sekunder, berat buah setiap tanaman, berat berangkasan kering tanaman dan produksi setiap hektar, MPHP menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. MPHP mempunyai pengaruh baik karena dapat memantulkan cahaya, menjaga kelembaban tanah, kestabilan suhu tanah, mencegah terjadinya evaporasi, dapat mengendalikan gulma serta dapat mengendalikan hama dan penyakit sehingga menjamin kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sedangkan pengaruh baik yang diberikan mulsa organik seperti alang-alang dan Jerami padi karena dapat meningkatkan fase pertumbuhan tanaman, misalnya tinggi tanaman. Hal ini disebabkan mulsa organik dapat mengalami pelapukan dan mengakibatkan bertambahnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya, pemberian mulsa organic seperti alang-alang dan Jerami padi akan meningkatkan N tersedia dalam bentuk organik dan juga K total, dimana kedua unsur tersebut berperan dalam pembentukan komponen vegetative dan reproduktif tanaman. Samiati et al . (2012) mengemukakan bahwa mulsa mempengaruhi iklim mikro melalui penerusan dan pemantulan cahaya matahari, suhu dan kelembaban di bawah dan di atas mulsa serta kadar lengas tanah. Salah satu fungsi mulsa sebagai bahan penambah unsur hara tanaman yang dapat memperbaiki kesuburan tanah, proses kimia, fisik dalam tanah dikendalikan oleh suhu dan kemudian proses ini akan mengendalikan reaksi biologi dalam tanaman. Dari hasil penelitian bahwa pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya pemberian mulsa. Pemberian mulsa organik dan mulsa plastik hitam perak dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Ekowati et al. (2017) yang menyatakan bahwa mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan suhu udara. Adanya berbagai keuntungan dari pemakaian mulsa mengakibatkan hasil pertanian akan meningkat, baik mutu maupun jumlahnya. Pengaruh langsung mulsa tersebut dalam mengendalikan suhu tanah, kelembaban tanah, evaporasi dan yang lebih penting adalah pengendalian gulma. Selanjutnya dikatakan bahwa proses asimilasi, pernafasan dan transpirasi tergantung pada suhu tanah. Nurdin et al , (2015) menemukan bahwa efek mulsa terlihat ketika kondisi lingkungan tumbuh terkena cekaman kekeringan. Fase pertumbuhan tanaman cabai meningkat akibat pemakaian mulsa yang dapat memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Hal ini sejalan dengan pengaruh mulsa terhadap suhu tanah merupakan faktor penting karena dapat memperbaiki adanya berbagai pengaruh lingkungan, bahan organik dalam tanah terus menerus mengalami pelapukan, demikian pula mulsa organik walaupun persentasenya sangat kecil. Menurut Wisudawati (2016), peningkatan suhu hingga batas optimum dapat meningkatkan hasil fotosintesis bersih, tetapi pada batas suhu maksimum hasil menurun tajam karena peningkatan respirasi ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlakuan mulsa plastik hitam perak memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, seperti tinggi tanaman, jumlah cabang sekunder, berat buah setiap tanaman, berat berangkasan kering tanaman, dan produksi setiap hektar. 2. Mulsa plastik hitam perak mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam memberikan hasil yaitu 8.02 ton/ha dan hasil yang terendah mulsa plastik bening 3.01 ton/ha. ## DAFTAR PUSTAKA Anwarudin, M.J., Sayekti, A.L., Marendra, A., dan Hilman, Y. 2015. Dinamika Produksi dan Volatilitas Harga Cabai : Antisipasi Strategi dan Kebijakan Pengembangan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. 8 (1): 33- 42. Chairumansyah. 2010. Keuntungan Penggunaan Mulsa Plastik. http://binatani.blo- 50 gspot.com/2010/03/keuntungan-penggunaan- mulsaplastik.html. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. Chandra dan Adi, I.G.A. 2014. Deteksi Simultan Cmv Dan Chivmv Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) dengan Duplex RT-PCR. Tesis. Universitas Udayana Ekowati, V.D, Koesriharti dan Tatik, W. 2017. Pengaruh Mulsa Dan Sumber Unsur Hara Nitrogen Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah ( Allium cepa var. ascalonicum ). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 5 (4) : 625 – 631. Eliyatiningsih dan F. Mayasari. 2019. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Agrica Jurnal Agribisnis Sumatera Utara . Vol.12 (1). 7-16. Faisal, M., dan G. Yelni. 2021. Pengaruh Berbagai Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah Di Ultisol Kabupaten Bungo. Jurnal Sains Agro . Vol. 6 (1): 42-51. Hapernas, A. dan Dermawan, R. 2015. Cabai Unggul . Jakarta. Penerbit Swadaya. Kementrian Pertanian. Hasibuan, ASZ. 2015. Pemanfaatan Bahan Organik Dalam Perbaikan Beberapa Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of Agro Science . 3 (1). Hutapea, E.N., B.Arifin, and Z. Abidin. 2021. Determinan Produksi Dan Keuntungan Usahatani Cabai Merah Besar Di Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan . Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribusiness Science , Vol. 9 (1): 33-40. Nurdin, M., Khaidir dan Munazar. 2015. Peranan Mulsa dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L. ). Jurnal Fakultas Pertanian , Universitas Mali-kussaleh. Prabowo, S.M., S. A. Dewi, dan D. Susilarto. 2018. Peningkatan Hasil Cabai Rawit ( Capsicum Frutescens L .) Dengan Menggunakan Efektif Mikroorganisme (EM4). Agronomika. Vol. 13 (1). 206-209. Prajnanta, F. 2011. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai . Penebar Swadaya. Jakarta. Rumakuway, D. F.J. Rumahlatu dan M.H. Makaruku. 2016. Pengaruh Jenis Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi ( Brassica juncea L .). J. Budidaya Pertanian . Vol. 12(2). Samiati, Bahrun A. dan L.O. Safuan. 2012. Pengaruh Takaran mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Sawi ( Brassica juncea L .). Berkala Penelitian Agronomi .Vol. 1 No. 2. Wisudawati. D, M. Anshar dan I. Lapanjang. 2016. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Per- tumbuhan Dan Hasil Bawang Merah ( Allium ascalonicum Var. Lembah Palu ) Yang Diberi Sungkup. e-J. Agrotekbis . Vol. 4 (2) :126-133. Yetnawati dan Hasnelly. 2021. Pengaruh Beberapa Jenis Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung ( Solanum melongena L ). Jurnal Sains Agro . Vol. 6 (1).
26b90c63-c605-4d15-8d71-0be15ba24866
https://jsisfotek.org/index.php/JSisfotek/article/download/23/23
## Jurnal Sistim Informasi dan Teknologi https://jsisfotek.org 2020 Vol. 2 N o . 2 Hal: 59-64 e-ISSN: 2686-3154 ## Peningkatan Kenyamanan Pelanggan dengan Sistem Customer Relationship Management (CRM) Yolla Rahmadi Helmi 1  1 Universitas Putra Indonesia YPTK Padang [email protected] ## Abstract In a business / company engaged in health both hospitals, clinics, practice requires something that can entice patients. In order to be comfortable and get facilities that can make patients loyal to treatment. One of the most supportive systems is the construction of an information system website that can facilitate patients and companies in carrying out their activities and can establish good communication and get reciprocal relationships between patients and doctors. Smile Dental Care is a dental clinic specializing in braces installation in the city of Padang, West Sumatra. The purpose of this research is to apply Customer Relationship Management (CRM) to improve the relationship between patients and doctors, so that they get comfortable with each other. The results of this study are the creation of an information system website, which is useful to support the improvement of Smile Dental Care, and provide excellent service to patients. Keywords: Website, Customer Relationship Management (CRM), Information Systems, Improve, Smile Dental Care. ## Abstrak Pada suatu usaha/perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan baik itu rumah sakit, klinik, praktek membutuhkan sesuatu yang dapat memikat pasiennya. Agar dapat nyaman dan mendapatkan fasilitas yang bisa membuat pasien setia untuk melakukan pengobatan. Salah satu sistem yang paling mendukung adalah dibangunnya sebuah website sistem informasi yang dapat memudahkan pasien dan perusahaan dalam melakukan aktivitasnya serta dapat menjalin komunikasi yang baik serta mendapatkan hubungan timbal balik antara pasien dengan dokter. Smile Dental Care adalah salah satu klinik gigi spesialis pemasangan kawat gigi yang berada di kota Padang, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan menerapkan Customer Relationship Management (CRM) ini dapat meningkatkan hubungan antara pasien dengan dokter, sehingga mendapatkan kenyamanan satu sama lain. Hasil dari penelitian ini adalah terciptanya website sistem informasi, yang mana bermanfaat untuk menunjang peningkatan Smile Dental Care, dan memberikan pelayanan yang prima pada pasiennya. Kata kunci: Website, Customer Relationship Management (CRM), Sistem Informasi, Meningkatkan, Smile Dental Care. © 2020 JSisfotek ## 1. Pendahuluan Perkembangan Teknologi Informasi (TI) semakin hari semakin pesat, sehingga banyak perusahaan yang menggunakannya. Salah satu dari penggunaan penggunaan TI ini adalah dalam meningkatkan pelayanan dengan menggunakan Customer relationship management (CRM). Pelayanan pelanggan dengan CRM dapat berfungsi membantu perusahaan mengelola interaksi pelanggan secara lebih efektif untuk mempertahankan daya saing [ 1 ]. Sementara pelanggan banyak menuntut sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan program- program CRM [ 2 ]. Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan CRM ini adalah website. Bermacam kegiataan perusahaan menyedikan website dengan indikator yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Banyak manfaat yang didapatkan dalam sistem website [ 3 ], diantara: a. Wadah informasi dalam penjualan produk dan jasa. Website ini berfungsi alat untuk menginformasikan produk dan jasa kepada masyarakat pengguna internet. Semakin banyak yang menggunakan internet, maka mendapatkan peluang calon pembeli dan pengguna, sehingga akan mendatangkan keuntungan yang besar; b. Memperlancar komunikasi dan interaksi secara daring. Komunikasi dengan website secara iteraktif, baik secara langsung atau tidak langsung. Saat ini telah banyak fitur komunikasi, seperti email, chat, phone call atau video call; c. Media promosi. Website dapat memperkenalkan profil objek yang diinginkan, sehingga lebih dikenal secara luas dan tanpa batas waktu dan ruang; d. Mendapatkan calon relasi baru. Website sebagai sarana untuk mendatangkan calon relasi baru, seperti konsumen atau klien baru. Relasi ini tidak terbatas pada ruang lokasi operasi objek, tetapi dapat menjagkau kawasan seantero dunia; e. Wadah publikasi resmi. Website menjadi sarana publikasi resmi dalam menggaet relasi lama atau baru, seperti pemberian undian, hadiah dan penghargaan lainnya; f. Branding atau merek. Website menjadi wadah dalam membuat branding atau merek dalam menciptakan identitas spesifik yang dikenal oleh kelayak ramai; g. Memudahkan dalam memberikan dan mengetahui Informasi terbaru. Website dapat mempermudah dalam mengupdate informasi terbaru, sehingga relasi dapat mengetahui perkembangan terbaru dengan cepat dan tepat. Website juga dapat membantu relasi untuk berinteraksi langsung dengan bagian pelayan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan; h. Kemudahan dalam jejak pendapat. Website sangat memudahkan dalam sarana untuk mengetahui keadaan dan keinginan relasi. Jejak pendapat dapat dilakukan dengan mudah dan praktis secara untuk mendapatkan hasil yang maksimal; i. Profesionalisme. Website dapat memberikan perhatian lebih, karena relasi mendapatkan kemudahan dalam layanan. Website suatu teknologi dari rancangan dalam bentuk aplikasi yang sangat membantu sekali untuk pelayanan relasi. Banyak perusahaan menemukan kendala dalam embangun sebuah website. Untuk itu, perusahaan harus sungguh-sungguh memikirkan arah dan tujuan dari website yang akan dibangun. Website yang dibagun harus dapat menunjang pekerjaan perusahaan sehingga dapat menghemat waktu, dan sistem sudah terkomputerisasi serta bersentuhan langsung dengan konsumen melalui teknologi pendukung. Salah satu metode dalam pembangunan website seperti ini adalah metode Customer Relationship Management (CRM). CRM ( Customer Relationship Management ) merupakan strategi bisnis dalam mengkolaborasikan proses, manusia dan teknologi dalam menarik prospek bisnis. Setiap manuasi yang menjadi relasi dapat dijadikan pelanggan, serta perlu dipertahankan dengan meningkatkan kepuasannya. Pelanggan yang puas ini akan menjadi loyal terhadap perusahaan. Metode CRM bertujuan mendata kebutuhan dan prilaku pelanggan, sehingga dapat diberikan pelayanan yang optimal [ 4 ]. Pelayanan yang optimal akan mempertahankan hubungan yang sudah ada untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis [ 5 ]. Bermacam perusahaan yang menerapkan CRM, seperti pelayanan dirumah sakit dalam meningkatkan pelayanan terhadapat pasien sehingga tingkat pertumbuhan pasien meningkat [ 6 ] [ 7 ]. Penerapan CRM juga dapat diimplementasikan pada lembaga pendidikan dalam meningkatkan pelayanan siswa dan menarik calon siswa baru dalam menjaring calon siswa yang lebih banyak [ 8 ]. Maka dalam penelitian ini menerapkan CRM dalam meningkatkan layanan pada Smile Dental Care Padang. Pelayanan yang terdapat pada Smile Dental Care adalah pengobatan dan perawatan gigi. Seperti dalam perawatan gigi terhadap pasien yang menggunakan kawat gigi (behel) yang dilakukan setiap 3 minggu per pasien. Pelayanan seperti ini merupakan rutinitas yang tinggi terhadap setiap pasien, sedangakan sistem pelayanan masih menggunakan manual. Sistem manualnya adalah setiap dokter ataupun receptionis dan asisten dokter masih melakukan pengecekkan tanggal kontrol pada masing-masing data pasien berdasarkan kartu-kartu rawat pasien. Sehingga dalam sistem CRM ini membangun sebuah web dengan menmbahkan www dialamat situs untuk menampilkan menu layanan pengunjung secara menarik [ 9 ]. Sehingga dalam penelitian ini membangun website dengan menerapkan CRM pada Smile Dental Care Padang. 2. Metodologi Penelitian Kerangka dalam penelitian bertujuan untuk mengelompokan langkah-langkah yang diambil dalam melakukan perancangan, agar tahapan proses dapat terarah dan hasil yang maksimal. Langkah-langkah yang dibuat pada penelitian ini disusun secara sistematis dan dapat dijadikan pedoman. Urutan langkah-langkah pada penelitian ini disajikan pada gambar 1. ## Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian Tahapan penelitian pada gambar 1 melakukan proses- proses terhadap data pada pada Smile Dental Care Padang. ## 2.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini adalah langkah pertama yang dilakukan di dalam suatu penelitian. Yang mana penelitian ini dilakukan pada Smile Dental Care Padang. Bertujuan untuk memecahkan masalah pada sistem yang lama, memudahkan receptionis dalam melakukan pendataan pasien, memudahkan dalam antrean pasien yang akan kontrol serta memudahkan pasien dalam mendapatkan atau mengakses informasi. ## 2.2. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan urutan dalam melaukakan penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data dan informasi. Dalam penelitian ini, peneliti sekaligus berperan langsung sebagai instrumen utama yang terjun langsung kelapangan serta berusaha sendiri dalam mengumpulkan data dan mendapatkan data guna untuk kelancaran penelitian ini. Pengumpulan data yang dilaksanakan pada penelitian ini, dilakukan melalui observasi maupun wawancara secara lebih rinci teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara dan dokumentasi. ## 2.2.1. Metode Observasi (Pengamatan) Pengamatan adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik kasus- kasus yang diselidiki. Pada metode ini, penulis secara langsung terjun ke lapanga untuk melihat situasi dan kondisi terkini yang ada pada Smile Dental Care Padang. Data yang diperlukan dalam metode pengamatan ini adalah bagaimana proses pendataan pasien, bagaimana proses antrean pasien, serta bagaimana informasi yang akurat yang bisa didapatkan pasien. ## 2.2.2. Metode Interview (Wawancara) Metode ini dapat disebut juga dengan metode wawancara, yang mana suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab dengan sumber data. Dalam wawancara ini dilakukan oleh peneliti terhadap informan yang menjadi objek dari penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang ada relevasi -nya dengan pokok persoalan penelitian. Wawancara dilakukan dengan dokter sekaligus pemilik dari Smile Dental Care Padang serta wawancara dengan receptionis yang bekerja pada Smile Dental Care Padang guna untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. ## 2.2.3. Metode Dokumentasi Dalam penelitian ini terdapat sumber data yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen, foto- foto, dan bahan statistic . Metode dokumentasi ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang bersifat sangat mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk me- revisi -nya karena sumber datanya tetap dan tidak berubah. ## 2.3. Analisa Berdasarkan penelitian pendahuluan di atas, maka dibutuhkan analisa data terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pemecahan masalah dapat menghasilkan solusi yang tepat, bukan malah menjadi kemunculan sebuah masalah yang baru. Maka dari itu CRM sangatlah cocok untuk menjalin hubungan timbal balik antara Smile Dental Care Padang dengan pasiennya. Hal ini dapat membantu keterkaitan hubungan serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien Smile Dental Care Padang. ## 2.4. Perancangan Dalam perancangan sistem dilakukan pemodelan beriorentasi objek dengan mendesain Unified Modelling Language (UML) yang berfungsi untuk memodelkan atau menggambarkan semua jenis aplikasi piranti lunak. Aplikasi berjalan pada perangkat keras, serta ditulis dalam bahasa pemrograman dengan tujuan memberikan model yang siap pakai dan dapat dimengerti secara umum. ## 2.5. Implementasi Pada tahap ini dibahas perihal bahasa pemrograman yang dipakai pada penelitian ini adalah bahasa pemrograman Hypertext Preprocessor (PHP) sebagai alat bantu dalam melakukan proses pengolahan data yang ada. PHP merupakan bahasa pemrograman yang sesuai untuk membuat aplikasi website maupun sebuah portal. PHP memiliki performa yang tinggi, lebih mudah dipelajari, open source, multiplatform dinamis, dan mudah sekali dikoneksikan dengan berbagai macam database . 2.6. Pengujian Pengujian dilakukan dengan menggunakan Personal Computer (PC) yang diakses melalui localhost dengan bantuan aplikasi browser dan web server . PC dihosting agar dapat diakses lebih luas. ## 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisa Sistem Tahap analisa sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat penting dalam pengembangan sistem informasi, karena pada tahap inilah dilakukan evaluasi seberapa jauh kinerja sistem yang sedang berjalan. Identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, rancangan sistem dan langkah-langkah untuk kebutuhan perancangan dan sampai pada kesimpulan analisis untuk kelayakan untuk digunakan. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada saat analisa sistem diatasi dengan mengadakan perubahan-perubahan dengan cara merancang suatu sistem yang baru. Sistem yang baru dapat melakukan perbaikan dari sistem yang lama dengan tujuan untuk menutupi kesalahan-kesalahan dan kekurangan- kekurangan yang terdapat pada sistem yang lama. ## 3.2 Perancangan Sistem Perancangan website atau sistem informasi secara komputerisasi pada Smile Dental Care Padang dirancang menggunakan alat bantu berupa UML ( Unified Modelling Language ). Perancangan UML bertujuan utnutk mempermudah dalam perancangan dan konsep sistem yang dirancang ke dalam bentuk program. Rancangan tersebut teridiri atas Diagram Use Case dan Class Diagram . 3.2.1. Diagram Use Case Use Case Diagram merupakan hubungan antara satu atau lebih aktor dengan suatu sistem. Use Case Diagram menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan dan memanfaatkan sistem serta. Dalam Use Case Diagram terdapat proses-proses yang terjadi pada suatu sistem. Pada sistem ini memiliki 3 aktor yaitu admin , pasien, dan guest . Pasien dapat melakukan aktivitas tertentu yang ada pada sistem, sedangkan admin dapat melakukan aktivitas-aktivitas khusus yang tidak bisa dilakukan oleh pasien dan guest harus melakukan registrasi terlebih dahulu agar dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh pasien. Use case diagram pada sistem Smile Dental Care Padang disajikan pada gambar 2. Gambar 2. Use Case Diagram ## 3.2.2. Class Diagram Class diagram menjelaskan relasi atau hubungan antar kelas pada sistem Smile Dental Care Padang. Class diagram pada sistem Smile Dental Care Padang disajikan pada gambar 3. ## Gambar 3. Class Diagram ## 3.3 Implementasi Sistem Sistem yang dibangun pada website Smile Dental Care Padang menggunakan bahasa pemrograman PHP dan My Structured Query Language (MySQL) sebagai databasenya. Tampilan dari CRM yang disajikan terdiri atas tampilan awal, Pembookingan, Halaman Admin, dan Halaman login pasien. Untuk tampilan awal website disajikan pada gambar 4. ## Gambar 4. Tampilan Awal Tampilan awal ini berupa identitas home yang terdapat sub menu admin , pasien dan guest . Website ini menyajikan layanan home berupa berita, tentang Smile Dental Care Padang. Hak akses terhadap admin dan pasien dapat langsung login pada button login yang sudah disediakan, sedangkan guest harus melakukan registrasi terlebih dahulu. 3.3.1. Halaman Pembookingan Antrean Pasien Tampilan halaman pembookingan hanya berupa button yang dapat diklik oleh pasien pada saat ingin melakukan kontrol. Sehingga pasien mengetahui urutan keberapa di antrian. Tampilan pembookingan disajikan pada gambar 5. Gambar 5. Pembookingan ## 3.3.2. Halaman Admin Tampilan halaman admin ini merupakan tampilan yang hanya dapat dilihat oleh admin saja. Admin yang dapat mengelola halaman ini. Tampilan halaman admin disajikan pada gambar 6. ## Gambar 6. Halaman Admin ## 3.3.3. Halaman Login Admin dan Login Pasien Halaman ini berfungsi untuk pelayanan pasien dan dokter yang diatur oleh Admin . Login admin berfungsi mengatur dan memanejem sistem secara keseluruhan termasuk mengakses data dokter dan pasien. Pada login pasien dapat digunakan oleh pasien dalam menginformasikan keluhan dan layanan yang diinginkan. Tampilan halaman ini disajikan pada gambar 7. (a) (b) Gambar 7. Halaman Login, (a) Halaman login Admin, (b) Halam Login Pasien Setelah dilakukan pengujian bahwa dengan menerapkan CRM pada Smile Dental Care Padang dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien, sehingga pasien dapat berkomunikasi secara langsung melalui website. Dokter dan pelayan pada Smile Dental Care Padang dan pasien juga mendapatkan pelayanan terbaik dari Smile Dental Care Padang. Dengan sistem yang sudah dibuat dengan menerapkan Customer Relationship Management (CRM) dapat memudahkan pasien dalam memperoleh informasi, dan melakukan pembooking yang tidak perlu repot- repot harus datang ke Smile Dental Care Padang. Sistem Smile Dental Care Padang dapat memperbaiki proses kerja dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Sistem yang terkomputerisasi telah dapat memudahkan pekerjaan dan menghemat waktu dalam mengelola data pasien maupun mengelola pasien yang akan kontrol berobat, sehingga kenyamanan dokter dan pasien sebagai pelanggan dapat ditingkatkan. ## 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa sistem website dengan menerapkan CRM dapat meningkatkan pelayanan pelanggan dengan baik. Sehingga sistem ini sangat cocok dan tepat diterapkan pada layan yang masih menggunakan kartu-kartu rekam medik dengan sistem yang terkomputerisasi. ## Daftar Rujukan [1] Mishra, A., & Mishra, D. (2009). Customer Relationship Management: Implementation Process Perspective . Acta Polytechnica Hungarica , 6 (4), 83-99. [2] Campbell, A. J. (2003). Creating Customer Knowledge Competence: Managing Customer Relationship Management Programs Strategically. Industrial Marketing Management, 32 (5), 375-383. DOI: https://doi.org/10.1016/S0019- 8501(03)00011-7 . [3] Dawson, A. (2009). How Can My Website be Improved?. In: Getting StartED Building Websites. DOI: https://doi.org/10.1007/978-1-4302-2518-8_9 . [4] Kamisi, A. P., Syarif, A. C., & Elisabeth, E. (2015). Perancangan Layanan Elektronik Informasi Komersial Terpadu Kota Makassar . Jurnal Tematika, 3 (1), 23-30. [5] Utomo, Y. B., Winarno, W. W., & Amborowati, A. (2016). Perancangan Customer Relationship Management pada Klinik (Studi Kasus: Klinik Pratama Nusa Medika Meritjan). Multitek Indonesia, 10 (1), 57. DOI: https://doi.org/10.24269/mtkind.v10i1.239 . [6] Babar, M. P., & Saitakela, M. (2019). Implementasi Customer Relationship Management (Crm) pada Klinik Valerie Beauty. JITU : Journal Informatic Technology And Communication, 3 (1), 58–63. DOI: https://doi.org/10.36596/jitu.v3i1.74 . [7] Suhartono, J., Cahyadi, A. V., & Yunus, D. (2015). Perancangan Aplikasi Customer Relationship Management untuk Meningkatkan Pelayanan pada Rumah Sakit St. Carolus. ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications, 6 (2), 161. DOI: https://doi.org/10.21512/comtech.v6i2.2261 . [8] Yulianti, E., & Putra, I. (2014). Perancangan Aplikasi Customer Relationship Management (CRM) pada English Language School (ELS) dengan Bahasa Pemrograman PHP . Jurnal Momentum, 16 (1), 18-24. [9] Wibowo, K. A. T., & Winarno, W. W. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Portal Web Perguruan Tinggi Swasta dengan Metode UTAUT dan TTF . Jurnal INFORMA Politeknik Indonesia Surakarta, 5 (1), 49-53.
3f5717ca-0c50-4351-a11f-e172f4183f96
https://journal.umpr.ac.id/index.php/jsm/article/download/5146/3221
## Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin Covid-19 dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua yang Anaknya Menerima Vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Correlation of Knowledge about Covid-19 Vaccine with Anxiety Level of Parents Which Children Received Vaccine in The Work Area of UPT Puskesmas Kereng Susi Andriani 1* Fitriani Ningsih 2 Riska Ovany 3 STIKES Eka Harap, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia *email: [email protected] ## Abstrak COVID-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernapasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak napas serta nyeri tenggorokan. Dalam menangani keragu-raguan menerima vaksin COVID-19 yang meluas mengharuskan adanya kolaborasi upaya pemerintah, pembuat kebijakan kesehatan, dan sumber media, termasuk media sosial yang direkomendasikan untuk membangun kepercayaan vaksinasi COVID-19 di kalangan umum publik, melalui penyebaran pesan yang tepat waktu dan sangat jelas melalui saluran advokasi terpercaya dalam keamanan dan kemanjuran vaksin COVID-19 yang sudah tersedia saat ini. Selain itu peran tenaga kesehatan harus ditingkatkan dalam memberikan promosi kesehatan tentang vaksinasi sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa manfaat Vaksinasi lebih banyak dibandingkan efek sampingnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin COVID-19 Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Menerima Vaksin. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang anaknya menerima vaksin di wilayah kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Data penelitian ini diambil menggunakan kuesioner setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin COVID-19 Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Menerima Vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai (dengan nilai P value 0,004 < a 0,05) UPT Puskesmas Kereng Bangkirai perlu membuat program dan kebijakan terkait kegiatan vaksinasi, kemudian melibatkan Tenaga Kesehatan Masyarakat untuk memberikan promosi kesehatan secara optimal dalam banyak aspek Promotif sehingga pengetahuan semakin baik. Kata Kunci: Pengetahuan Vaksin COVID-19 Kecemasan Keywords : Knowledge COVID-19 Vaccine Anxiety ## Abstract COVID-19 is a disease caused by the corona virus that attacks the respiratory tract, causing high fever, cough, flu, shortness of breath and sore throat. Addressing widespread hesitation about receiving a COVID-19 vaccine requires the collaborative efforts of governments, health policy makers and media sources, including recommended social media to build confidence in COVID-19 vaccination among the general public, through timely dissemination of messages and This is very clear through trusted advocacy channels on the safety and efficacy of currently available COVID-19 vaccines. In addition, the role of health workers must be increased in providing health promotion about vaccination so that the public can know that the benefits of vaccination outweigh the side effects. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge about the COVID-19 vaccine and the level of anxiety of parents whose children received the vaccine. The design of this study used analytical research methods using a cross sectional design. The population in this study were all parents whose children received vaccines in the working area of the UPT Puskesmas Kereng Bangkirai with a total sample of 52 respondents. The sampling method used is purposive sampling. The research data was taken using a questionnaire after tabulating the existing data and analyzed using the chi square test. The results showed that there was a relationship between knowledge about the COVID-19 vaccine and the level of anxiety of parents whose children received vaccines in the working area of the UPT Puskesmas Kereng Bangkirai (with a P value of 0.004 < a 0.05). UPT Puskesmas Kereng Bangkirai needs to make programs and policies related to activities vaccination, then involving Public Health Workers to provide optimal health promotion in many promotive aspects so that knowledge gets better. © 2023 The Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). DOI: https://doi.org/10.33084/jsm.v9i1.5146. ## PENDAHULUAN COVID-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak napas serta nyeri tenggorokan (Asy’ari, 2020). Menurut Rachmani et al., (2021). Tata laksana virus COVID-19 mendapatkan rekomendasi dari WHO untuk tindakan pencegahan penyebaran COVID-19 antara lain adalah melakukan hand hygiene , social distancing , memakai masker, meningkatkan daya tahan tubuh dan salah satunya vaksinasi (Izazi & Kusuma, 2020). Pengetahuan adalah komponen penting dalam terbentuknya perilaku di masyarakat khususnya perilaku sehat. Setelah seseorang di tahap mengetahui kemudian akan timbul reaksi yang dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan perhatian yang membentuk suatu kesiapan sebelum melakukan suatu perilaku salah satu perilaku dalam menerima vaksin COVID-19. Vaksin adalah salah satu cara yang paling efektif dan ekonomis untuk mencegah penyakit menular (Makmun & Hazhiyah, 2020). Fenomena yang terjadi bahwa sebagian masyarakat sudah terpapar pengetahuan tentang vaksin melalui sosialisasi dari tenaga kesehatan, namun masyarakat masih banyak tidak mau mengikuti vaksin COVID-19, kurangnya pengetahuan tentang Vaksin COVID-19 akan mempengaruhi kecemasan orang tua. Sebagian orang tua yang cemas karena mendengar berita bahwa ada anak yang meninggal setelah diberi Vaksin COVID-19, masyarakat yang kurang mendapat informasi menyebabkan masyarakat kurang mengetahui tentang Vaksin COVID-19 sehingga masyarakat ragu dengan adanya vaksinasi dan menyebabkan masyarakat menolak untuk diberi vaksin kepada anaknya, ( Pakpahan et al., 2021). Tingkat kecemasan dan keragu-raguan masyarakat yang menyebabkan masyarakat berpersepsi buruk terkait kegiatan vaksinasi COVID-19 bermula dari tidak adanya komunikasi yang efektif maupun edukasi yang sesuai dari layanan kesehatan untuk masyarakat sehingga menyebabkan berita yang beredar di masyarakat justru mengandung unsur hoax dan menakutkan masyarakat untuk menjalani vaksinasi. Keragu-raguan yang muncul dari masyarakat disebabkan karena kurangnya informasi yang memadai ( Astuti et al., 2021). Data vaksin di seluruh dunia dosis diberikan 6.54 milyar, divaksin lengkap 2,78 milyar penduduk, populasi divaksinasi lengkap 35.6% (Our Word In Data) . Vaksin di Indonesia yaitu total dosis yang diberikan 158 juta, orang yang divaksinasi secara tuntas 57.6 juta, di vaksinasi secara tuntas 21.1% (Our Word In Data). Kementerian Kesehatan bersama beberapa organisasi (II AGI, UNICEF dan WHO) melakukan survei daring pada 19-30 September 2020 untuk mengetahui penerimaan publik terhadap vaksin covid-19. Survei tersebut melibatkan lebih dari 1500 responden dari 34 provinsi di Indonesia. Berdasarkan survei tersebut, diketahui bahwa 658 responden bersedia menerima vaksin COVID-19 jika disediakan Pemerintah, sedangkan 8% di antaranya menolak, 274 sisanya menyatakan ragu dengan rencana Pemerintah untuk mendistribusikan vaksin COVID-19. Berdasarkan data responden yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) yang dirilis pada Oktober 2020, menunjukkan bahwa masih ada sekitar 7,6% masyarakat yang menolak untuk divaksinasi dan 26,6% masyarakat belum memutuskan dan masih kebingungan (Gilang, 2020). Data Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) hingga 30 November 2021 menunjukkan sebanyak 363 KIPI Serius yang dilaporkan di seluruh provinsi di Indonesia ( CNBC Indonesia, 2022). Cakupan vaksinasi dosis 1 di provinsi Kalimantan Tengah, hari ini Sabtu, 29 Januari 2022, telah mencapai 87,7 %. Angka ini setara dengan 1,79 juta peserta vaksin dari target yang ditetapkan sebanyak 2,04 juta orang. Sementara untuk vaksinasi dosis 2 telah tercapai 54,77 % dari target. Data yang dirilis Tim Satgas penanganan covid-19 Provinsi Kalimantan Tengah per tanggal 19 Januari 2022 target sasaran vaksin 1 COVID-19 untuk anak-anak usia 6-11 tahun sebanyak 29.300 dengan capaian vaksin 1 sebanyak 19.335 (66%) dengan penambahan 282 sementara itu untuk persentase vaksinasi 1 yaitu 66,06% sementara itu vaksin II COVID-19 untuk anak-anak 6- 11 tahun dengan target sasaran 29.300 dengan capaian vaksinasi 2 yaitu 1.510 (5,15%). RRI Palangka Raya, (2022). Hal ini memperlihatkan capaian vaksin dosis 1 dan 2 untuk anak usia 6-11 tahun masih rendah. Dan berdasarkan dari data Puskesmas yang didapatkan pada tahun 2021 vaksin dosis 1 yaitu 827 orang, kemudian pada tahun 2022 vaksin dosis 1 yaitu 358 orang dan dosis 2 yaitu 898 orang. Menurut Supriyadi & Setyorini, (2020) salah satu penyebab timbulnya kecemasan adalah pengetahuan, pengetahuan seseorang dapat menentukan bagaimana seseorang itu berperilaku ataupun stimulus yang akan dilakukannya. Selain itu kecemasan dapat terjadi akibat banyaknya informasi negatif yang beredar atau diterima seseorang sehingga sebagian masyarakat masih meragukan dan menolak Vaksin yang akan diberikan kepada anaknya. Dampak dari masyarakat yang menolak vaksin beresiko lebih tinggi terinfeksi COVID-19 dibandingkan masyarakat yang sudah mendapat vaksin dan ketika terinfeksi COVID-19 akan menimbulkan gejala lebih berat dibandingkan yang sudah mendapat Vaksinasi seperti demam tinggi, sakit kepala, batuk, terjadinya infeksi paru hingga mengalami sesak napas. Menurut Astuti et al., (2021) dampak lain yang akan muncul jika masyarakat tidak mempercayai vaksin COVID-19 adalah kelumpuhan seluruh sektor baik ekonomi, sosial dan pariwisata di dunia akan mengalami penurunan yang drastis sehingga menyebabkan banyak tingkat pengangguran karena penutupan lapangan pekerjaan, bencana kelaparan, muncul berbagai penyakit lain seperti gizi buruk dan terjadi peningkatan kematian seluruh populasi dunia. Menurut hasil penelitian Rinaldi & Yuniasanti, (2020) Penyebab munculnya kecemasan adalah perubahan yang signifikan hampir di seluruh tatanan kehidupan diakibatkan COVID-19. Pada saat ini masyarakat harus mampu beradaptasi di masa pandemik secara cepat sehingga kesehatan masyarakat tidak terganggu baik secara psikologis dan fisiologis. Didukung dari hasil penelitian Sidabuke et al., (2022 ) menyatakan ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang, mayoritas berada di tingkat kecemasan ringan (43 orang) dan kecemasan sedang (18 orang), hanya 1 orang saja yang memiliki tingkat kecemasan ringan. Jumlah responden yang tidak merasa cemas hanya sebanyak 5 responden dan 4 diantaranya berpengetahuan baik, berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value < 0.05 (0.024) yang bermakna terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kecemasan orangtua di tengah pandemik COVID-19. Dalam menangani keragu-raguan menerima vaksin COVID-19 yang meluas mengharuskan adanya kolaborasi upaya pemerintah, pembuat kebijakan kesehatan, dan sumber media, termasuk media sosial yang direkomendasikan untuk membangun kepercayaan vaksinasi COVID-19 dalam kalangan umum publik, melalui penyebaran pesan yang tepat waktu dan sangat jelas melalui saluran advokasi terpercaya dalam keamanan dan kemanjuran vaksin COVID-19 yang sudah tersedia saat ini ( Astuti et al., 2021). Selain itu UPT Puskesmas Kereng Bangkirai perlu membuat program dan kebijakan terkait kegiatan vaksinasi, kemudian melibatkan tenaga kesehatan masyarakat untuk memberikan promosi kesehatan secara optimal dalam banyak asfek promotif, sehingga pengetahuan masyarakat tentang vaksinasi semakin baik. Peneliti memilih lokasi di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai karena daerah tersebut pernah termasuk zona merah dan masih banyak orang tua yang ragu menerima vaksin untuk anaknya. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian hubungan pengetahuan tentang vaksin COVID-19 dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya akan menerima vaksin di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. ## METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian melakukan pengukuran atau penelitian dalam suatu waktu. Populasi penelitian adalah orang tua yang anaknya menerima vaksin COVID-19 di wilayah kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai sebanyak 52 orang responden setelah dilakukan perhitungan besar sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Menggunakan Kuesioner yang di isi oleh responden secara langsung. selanjutnya dianalisis untuk melihat distribusi frekuensi dari semua variabel. Dan Crosstab untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen. Analisis data menggunakan uji Chi-Square.. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang vaksin COVID-19 dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya menerima vaksin di wilayah kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. Data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner selanjutnya di olah dan analisis secara univariate dan bivariat dengan bantuan Komputer. ## Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik responden, pengetahuan serta tingkat kecemasan orang tua yang anaknya menerima vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kereng Bangkirai Tahun 2022 Karakteristik f % Umur ≤ 20 Tahun 9 17,3 21-30 Tahun 20 38,5 31-40 Tahun 10 19,2 41 - 50 Tahun 4 7,7 > 50 Tahun 9 17,3 Total 52 100 Jenis Kelamin Perempuan 21 40,4 Laki-laki 31 59,6 Total 52 100 Pendidikan Tidak Sekolah 2 3,8 SD 4 7,7 SMP 7 13,5 SMA 27 51,9 Perguruan Tinggi 12 23,1 Total 52 100 Pekerjaan PNS 5 9,6 Swasta 33 63,5 Wiraswasta 13 25 Tidak Bekerja 1 1,9 Total 52 100 Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden berdasarkan usia tertinggi pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu 20 responden (38,5%) dan terendah 41-50 tahun yaitu 4 responden (7,7%); jenis kelamin tertinggi pada kategori laki-laki yaitu sebanyak 31 responden (59,6%) sedangkan perempuan sebanyak 21 responden (40,4%); pendidikan tertinggi adalah pendidikan SMA yaitu 27 responden (51,9%) dan yang terendah tidak sekolah yaitu 2 responden (3,8%); serta pekerjaan tertinggi pada kategori swasta yaitu 33 responden (63,5%) sedangkan yang terendah tidak bekerja sebanyak 1 responden (1,9%). Distribusi frekuensi pengetahuan dan tingkat kecemasan Tabel II. Distribusi frekuensi pengetahuan responden dan tingkat kecemasan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kereng Bangkirai Tahun 2022 Variabel f % Pengetahuan Baik 20 38,5 Cukup 17 32,7 Kurang 15 28,8 Total 52 100 Tingkat kecemasan Tidak cemas 20 38,5 Ringan 19 36,5 Sedang 13 25 Total 52 100 Berdasarkan tabel di atas pengetahuan responden tertinggi pada kategori baik yaitu 20 responden (38,5%) dan terendah pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (28,8%). Sedangkan pada variabel tingkat kecemasan tertinggi pada kategori tidak cemas yaitu 20 responden (38,5%) dan yang terendah yaitu pada kategori sedang sebanyak 13 responden (25%). ## Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang vaksin COVID-19 dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya menerima vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Tabel III. Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin COVID-19 Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Menerima Vaksin Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Tahun 2022 Pengetahuan Tingkat kecemasan Total P Value Tidak cemas Ringan Sedang F % f % f % f % Baik 11 55 7 35 2 10 20 100 0,004 Cukup 6 35,3 9 52,9 2 11,8 17 100 Kurang 3 20 3 20 9 60 15 100 Total 20 38,5 19 36,5 13 25 52 100 Berdasarkan tabel di atas, pengetahuan responden yang baik sebanyak 20 responden, mayoritas tingkat kecemasan responden pada kategori tidak cemas yaitu sebanyak 11 responden sedangkan responden yang berpengetahuan cukup mayoritas tingkat kecemasan kategori cemas ringan yaitu sebanyak 9 responden (52,9%) dan responden yang berpengetahuan kurang baik mayoritas tingkat kecemasan pada kategori cemas sedang yaitu 9 responden (60%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p value 0,004 (< a 0,05) artinya ada hubungan pengetahuan tentang vaksin covid-19 dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya menerima vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. ## PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Tentang Vaksin COVID-19 Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden tertinggi pada kategori baik yaitu 20 responden (38,5%) dan terendah pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (28,8%). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya. Pancaindra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Budiman and Agus, 2013). Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang diantaranya pendidikan, pekerjaan dan usia. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya, Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Frekuensi kesakitan dan kematian terkait erat dengan jenis pekerjaan dan Usia, makin tua umur seseorang maka proses- proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur- umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Budiman & Agus, 2013; Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian ini tidak terdapat adanya kesenjangan antara teori dan fakta. Hal ini disebabkan karena pengetahuan baik responden didukung dengan pendidikan mayoritas SMA, umur mayoritas umur produktif yaitu 21-30 tahun dan pekerjaan mayoritas responden memiliki pekerjaan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi daya tangkap seseorang terhadap informasi yang diterima khususnya mengenai COVID-19 karena tingkat pendidikan ini menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang didapat. Selama pandemi COVID-19 banyak program yang dilakukan pemerintah untuk membantu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai COVID-19 dengan tujuan agar masyarakat memahami betul pengertian, penyebab, cara penularan serta bagaimana mencegah Covid-19. Salah satu cara untuk memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19 adalah dengan mendapatkan vaksin (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021). Apabila pengetahuan masyarakat baik tentang COVID-19 makan akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk mendapatkan vaksin. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan responden maka, semakin baik pula pengetahuannya. Begitu juga dengan usia, hasil penelitian menujukkan bahwa usia responden berada pada rentang usia 21-30 tahun pada usia ini dianggap usia matang secara psikologis. Karena semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, sehingga dapat mempengaruhi pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan penelitian Pramesti, (2022) yang menunjukkan sebanyak 220 responden (94,8%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 9 responden (3,9%) memiliki tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 3 responden (1,3%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden diantaranya adalah pendidikan dan usia responden dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Karena Pendidikan yang di anggap tinggi adalah Pendidikan SMA, semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah seseorang dalam menerima atau menangkap informasi. Sedangkan pada usia > 20 tahun dianggap cukup matang untuk memikirkan hal baik bagi diri sendiri. Hasil penelitian Kairupan, (2022) dengan populasi masyarakat usia 18-59 tahun dengan sampel berjumlah 55 responden, berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,002 lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat Hubungan pengetahuan tentang vaksin Covid-19 dengan Kecemasan pada masyarakat di Desa Kalait Minahasa Tenggara. Pada penelitian ini odds ratio 7,071 yang artinya Pengetahuan yang kurang baik mempunyai peluang 7 kali untuk mengalami kecemasan terkait vaksin COVID-19. 2. Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Menerima Vaksin Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kecemasan tertinggi pada kategori tidak cemas yaitu 20 responden (38,5%) dan yang terendah yaitu pada kategori sedang sebanyak 13 responden (25%). Kecemasan merupakan suatu keadaan normal yang mungkin dirasakan oleh setiap orang jika ada jiwa yang mengalami tekanan atau perasaan yang sangat dalam sehingga dapat menyebabkan masalah psikiatris. Kecemasan seringkali berkembang dalam jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan tetapi hanya setelah terbentuk pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang (Ulfadhina, 2016). Hasil penelitian ini tidak terdapat adanya kesenjangan antara teori dan fakta. Tingkat kecemasan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan responden pada hasil penelitian ini mayoritas berpengetahuan baik, sehingga dapat mengurangi kecemasan responden terhadap vaksin yang akan diterima oleh anaknya. Selain itu, faktor usia juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Dimana seseorang yang berusia lebih muda lebih mudah mengalami gangguan kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, selain itu jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kecemasan seseorang, karena wanita cenderung memiliki tingkat cemas yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki- laki. Hal ini juga didukung dengan penelitian Pramesti (2022) menunjukkan sebanyak 224 responden (96,6%) tidak mengalami gangguan kecemasan, 7 responden (3,0%) memiliki gangguan kecemasan ringan, dan 1 responden (0,4%) memiliki gangguan kecemasan sedang. Kecemasan merupakan respon emosional yang normal dan merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Berbagai informasi yang salah terkait vaksin COVID-19 menjadikan masyarakat memiliki persepsi negatif dan menyebabkan masyarakat merasa cemas dan lebih memilih menolak untuk melakukan vaksinasi. Kecemasan yang dialami oleh masyarakat merupakan hal yang sangat wajar terjadi mengingat vaksinasi COVID-19 masih tergolong baru dan pertama kalinya dilakukan oleh masyarakat, namun kecemasan berlebih yang dimiliki oleh masyarakat secara tidak langsung akan menghambat pencapaian target program vaksinasi COVID-19 yang direncanakan oleh pemerintah demi mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. Tingkat kecemasan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan. Semakin baik pengetahuan seseorang, maka rasa was-was ataupun rasa cemas akan efek samping vaksin juga akan berkurang. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Padriani dan Angga Putri pada tahun 2020 dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Tentang Efek Samping Pemberian Imunisasi DPT” yang menyatakan bahwa hasil Statistic Uji Chi Square menunjukkan nilai p value 0,03 atau p < 0,05 dimana dapat disimpul bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan. 3. Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin COVID-19 Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Menerima Vaksin Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden yang baik sebanyak 20 responden, mayoritas tingkat kecemasan responden pada kategori tidak cemas yaitu sebanyak 11 responden sedangkan responden yang berpengetahuan cukup mayoritas tingkat kecemasan kategori cemas ringan yaitu sebanyak 9 responden (52,9%) dan responden yang berpengetahuan kurang baik mayoritas tingkat kecemasan pada kategori cemas sedang yaitu 9 responden (60%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p value 0,004 (< a 0,05) artinya ada hubungan pengetahuan tentang vaksin COVID-19 dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya menerima vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan membantu seseorang mengembangkan cakrawala berfikir sehingga mudah baginya untuk menentukan suatu sikap. Oleh karena itu kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu tergantung pada pengetahuan yang dia miliki. Dengan adanya pengetahuan, akan membawa seseorang untuk memahami sekaligus menerapkan apa yang ia ketahui dalam kehidupan sehari-hari Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang ( over behavior ). Berdasarkan pengalaman dan penelitian diperoleh bahwa perilaku yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Budiman; Riyanto, 2013). Hasil penelitian ini tidak terdapat adanya kesenjangan antara teori dan fakta karena menurut peneliti, kecemasan dapat timbul akibat ketidaktahuan seseorang, pengetahuan juga dapat mengatasi permasalahan kekhawatiran itu sendiri. Hal ini didukung dengan penelitian D’prinzessin, (2021) didapatkan hasil p value berada dibawah 0,05, sehingga dapat dibuktikan bahwa H0 dari penelitian ini dapat ditolak, mengindikasikan bahwa dijumpainya korelasi yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat kecemasan. Kecemasan merupakan suatu keadaan normal yang mungkin dirasakan oleh setiap orang jika ada jiwa yang mengalami tekanan atau perasaan yang sangat dalam sehingga dapat menyebabkan masalah psikiatris. Kecemasan seringkali berkembang dalam jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan tetapi hanya setelah terbentuk pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang (Ulfadhina, 2016) Tuntutan, persaingan serta bencana, dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan psikologis, salah satunya adalah kecemasan (Stein & Craske, 2017). Mengingat bahwa COVID- 19 merupakan penyakit baru dan memiliki dampak negatif yang dirasakan secara global, dapat mengakibatkan munculnya kebingungan, kecemasan dan ketakutan pada masyarakat. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pandemi COVID-19 merupakan stres berat pada kasus ini, dan selama masa krisis, kecemasan merupakan hal yang umum dijumpai karena kecemasan merupakan kondisi umum dari ketakutan ataupun perasaan yang tidak nyaman (Nevid et al., 2018). Penelitian lainnya oleh Sidabuke et al., (2022) juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kecemasan orangtua pada saat pandemik COVID-19. Kecemasan dapat timbul akibat ketidaktahuan seseorang, pengetahuan juga dapat mengatasi permasalahan kekhawatiran itu sendiri (Fudyartanta, 2012). Kurangnya pengetahuan ibu terkait pencegahan penularan infeksi COVID-19 menimbulkan kecemasan sehingga terjadi penurunan keaktifan orang tua membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. COVID-19 memberikan dampak buruk pada kesehatan mental seperti kecemasan, insomnia, gejala depresi, ketakutan dan kemarahan (Torales et al., 2020). Informasi terkait tingginya kematian yang disebabkan oleh COVID-19 berakibat timbulnya rasa panik hingga stres. Keadaan juga semakin didukung dengan adanya pembatasan sosial yang memaksa seluruh masyarakat membatasi ruang gerak seperti keluar rumah dan bertemu sanak saudara mengakibatkan rasa jenuh dan bosan. Hal yang sama disampaikan dalam hasil penelitiannya Cameron et al., (2020) adanya peningkatan kecemasan dan depresi pada ibu dan anak di masa pandemik COVID-19 ini yang akan berdampak panjang di siklus kehidupannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sidabuke et al., (2022), didapati dari 66 responden 65% mayoritas responden mengalami kecemasan ringan dan hanya 8% saja yang tidak mengalami kecemasan. Menurut peneliti, hal ini dapat terjadi dikarenakan penelitian ini dilakukan di awal pandemik COVID-19. Kelurahan Pekan Tanjung Morawa ditemukan banyak kasus positif tidak hanya pada kelompok rentan saja hingga kasus kematian akibat COVID- 19. Informasi dari pemerhati imunisasi anak berdasarkan survei cepat (April 2020) ditemui 83, 9% pemberian imunisasi terhambat disebabkan COVID-19. Kasus tersebut hampir terjadi di beberapa daerah di Indonesia disebabkan sebagian faktor antara lain pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Penurunan cakupan imunisasi ini dapat menimbulkan potensi wabah ganda (Yurianto, 2020). Berbagai pertimbangan orangtua yang menggambarkan keraguan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan mengakibatkan kegiatan imunisasi tidak berjalan dengan baik, salah satunya keraguan adalah takut terinfeksi COVID-19. ## KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Pengetahuan responden tertinggi pada kategori baik yaitu 20 responden (38,5%) dan terendah pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (28,8%); Tingkat kecemasan tertinggi pada kategori tidak cemas yaitu 20 responden (38,5%) dan yang terendah yaitu pada kategori sedang sebanyak 13 responden (25%); Ada hubungan pengetahuan tentang vaksin COVID-19 dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya menerima vaksin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. ## UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan Terima kasih kepada: Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKES Eka Harap; Ibu Melisa Frisilia, S.Kep., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan selaku ketua penguji; Ibu Rizki Muji Lestari, SST., M.Kes selaku ketua Penguji; Ibu Fitriani Ningsih, SST., M.Kes, selaku pembimbing I; Ibu Riska Ovany, SKM., M.Kes (Epid), selaku pembimbing II; Hellyana, S.kep.Ns selaku Kepala UPT Puskesmas Kereng Bangkirai; Seluruh Staf UPT Puskesmas Kereng Bangkirai; Kepada Orang tua dan saudara saya, seluruh keluarga yang selalu mendukung, memberikan perhatian, dan selalu memberikan dorongan do’a; Seluruh rekan mahasiswa (i) program studi kesehatan masyarakat STIKES Eka Harap Palangka Raya Angkatan II, TA 2021/2022 serta seluruh Sahabat saya di Stikes Eka Harap. ## REFERENSI Astuti, P. N., Nugroho, Z. G. E., Lattu, C. J., Potempu, R. I., Swandana, A. D. 202). Persepsi Masyarakat Terhadap Penerimaan Vaksinasi Covid-19 : Literature Review. Jurnal Keperawatan , 13 (3), 569–580. https://doi.org/10.32583/keperawatan.v13i 3.1363 Budiman dan Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner : Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan , Penerbit Salemba Medika, Jakarta, Pp. 11-22. Fakl Farmasi; Skripsi . Cameron, E. E., Joyce M. K., Delaquis, P. C., Reynolds, K., Protudjer, P. L. J., Roos, E. L. 2020. Maternal Psychological Distress dan Mental Health Service Use DuringThe Covid-19 Pandemic. In Journal Of Affective Disorders . https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.07.081 Gilang. 2020. Issues, Conflict And Public Opinion . Penerbit Lutfi Gilang. Izazi dan Kusuma. 2020. Respondent Results Of Community Knowledge On How To Process Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) And Galangal (Kaemferia Galanga) As Improvement Of Immunity During Covid-19 Using The Concept Of Leximancer Program Approach. Journal Of Pharmacy And Science , 5 (2), 93–97. ## Makmun dan Hazhiyah. 2020. Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin Covid 19. Molucca Medica , 52–59. Pakpahan, Martina and Siregar, Deborah and Susilawaty, Andi and Mustar, Tasnim and Ramdany, Radeny and Manurung, Evannyi Indah and Sianturi, Efendi and Tompunu, Marianna Rebecca Gadis and Sitanggang, Yenni Ferawati and Maisyarah. 2021. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan . Yayasan Kita Menulis. http://repositori.uin- alauddin.ac.id/id/eprint/19791 Rachmani, S. A., Budiyono, Dewanti, Y. A. N. 2021. Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pencegahan Covid-19 Pada Masyarakat Kota Depok, Jawa Barat . Mppki (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal Of Health Promotion , 4 (1), 97–104. https://doi.org/10.56338/mppki.v4i1.1353 Rinaldi, dan Yuniasanti. 2020. Kecemasan Pada Masyarakat Saat Masa Pandemi Covid-19 Di Indonesia. Covid-19 Dalam Ragam Tinjauan Perspektif , 137–150. Sidabuke dan Aritonang. 2022. Hubungan Pengetahuan Dan Kecemasan Orangtua Membawa Bayi (0-12 Bulan) Ke Posyandu Di Tengah Pandemi Covid-19. Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton , 8 (1), 231–240. Stein dan Craske. 2017. Treating Anxiety In 2017: Optimizing Care To Improve Outcomes. Jama , 318 (3), 235–236. Supriyadi dan Setyorini. 2020. The Effect Of Health Education On Prevention Of Covid-19 Against Anxiaety In Community Yogyakata. Jurnal Keperawatan , 12 (4), 767–776.
fae69c61-1634-4551-9b98-97fa347f0d43
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MLJ/article/download/1323/1152
## AKTA PENGAKUAN HUTANG YANG DISERTAI DENGAN AKTA KUASA MENJUAL YANG MEMUAT KLAUSUL PEMBERIAN HAK KEPADA KREDITUR UNTUK MENENTUKAN HARGA DAN SYARAT PENJUALAN ## OBYEK JAMINAN Johanes Dipa Widjaja Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Email : [email protected] ## Abstract The purpose of this study is to find out how the legal consequences of the deed of debt recognition accompanied by the power of attorney for sell which contains a clause granting the right to the creditor to determine the price and conditions of sale of the collateral object. This research was conducted using a statuttory approach and a conceptual approach (conceptual approach). Bosed on the ressults of this resiearch and discusion, it can be concludied that the deed of recognition of debt accompanied by a deed of selling power which contains a clause granting the right to the creditor to determine the price and terms of sale of the collateral object is considered to have violated the principle of good faith even if it was made before a competent official (in this case a notary ) because such a clause places the debtor in a very weak position that is vulnerable to arbitrary actions on the part of creditors such as selling the object of debt security at below market prices Keywords: Legal Deed of Debt Recognition, Power of Attorney For Sell, Debt Collateral. ## A. PENDAHULUAN Manusia menurut sifat alamiahnya adalah sebagai makhluk sosial ( homo socius ) yang hidup saling berhubungan dan bergantung antara manusia/individu satu dengan mannusia/individu yang lainnya dalam suatu gugus yang disebut masyarakat. Selain sebagai makhluk social yang hidup bergantung antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam masyarakat, manusia juga disebut sebagai makhluk ekonomi ( homo economicus ) yang artinya bahwa manusia secara terus menerus berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginannya, tidaklah mungkin dapat dilakukan seorang diri (swadaya) tanpa bantuan orang lain dikarenakan masing-masing manusia memiliki keterbatasan sehingga perlu menjalin hubungan dan interaksi antara satu dengan yang lainnya, dengan jalan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palu berinteraksi itulah keterbatasan individu yang satu dan lainnya dapat diatasi atau ditutupi dengan kelebihan individu yang lainnya, dengan demikian terjadi suatu interaksi yang saling melengkapi dan saling menutupi kelemahan masing-masing individu. Kebutuhan dan keinginan manusia yang memiliki kecenderungan tak terbatas dan semakin terus meningkat dari waktu ke waktu, yang seringkali dipenuhi dengan dengan cara berutang. Untuk menjamin kepastian pembayaran utang maka diantara para pihak biasanya menyusun suatu perjanjian/kontrak yang mengatur mengenai batas waktu pelunasan serta mengatur hak maupun kewajiban dari masing-masing pihak. Dalam peraturan perundang-undangan memang tidak terdapat suatu keharusan bahwa perjajian utang dibuat dalam bentuk tertulis, namun untuk mempermudah pembuktian apabila dikemudian hari terjadi permasalahan diantara para pihak terkait pelaksanaan perjanjian maka seringkali perjanjian utang dibuat secara tertulis. Selain tidak disyaratkan dibuat secara tertulis, dan juga tidak keharusan dibuat dalam bentuk akte otentik. Dalam pembuatan perjanjian utang, kreditur kadangkala meminta kepada debitur agar diberikan jaminan berupa barang sehingga apabila debitur lalai memenuhi kewajiban membayar utangnya maka barang jaminan tersebut akan dipergunakan sebagai pelunasanan utangnya. Borang yang aakn menjadi jaminan utang dapat berbentuk barang bergerak maupun tidak bergerak. Apabila barang tidak bergerak yang berupa hak atas tanah dan bangunan, maka jaminan utang tersebut berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yong Berkaaitan Dengan Tanah (slanjutnya diisebut UU Hak Tanggungan) dibuat dalam bentuk Akta Pembebanan Hak Tangungan (APHT). Apabila hak atas taanah dan bangunan yang berupa hok guna usaha (HGU), hak guna bagunan (HGB) serta haak milik (SHM) hendak dibuat jaminan/agunan dalam bentuk APHT maka andaikata debitur wanprestasi, obyek APHT tersebut tidak dapat serta merta dijual atau dimiliki oleh kreditur melainkan harus melalui prosedur lelang Hak Tanggungan, hasil penjualan melalui lelang tersebutlah yang akan dipergunakaan untuk pelunasan utang debitur dan apabila ada lebih maka kelebihannya merupakan hak debitur yang harus diserahkan kepada debitur. Dalam praktik banyak dijumpai pemeberian jaminan berupa hak atas tanah dan bangunan tidak dibuat dalam bentuk APHT melainkan dibuat dalam bentuk akta pengakuan hutang (selanjutnya disebut APH) disertai dengan akta kuasa menjual (selanjutnya disebut AKM) dimana di dalamnya dicantumkan klausul pemberian hak kepada kreditur untuk menentukan harga dan syarat penjualan atas obyek jaminan, tujuannya untuk mempermudah Kreditur memperoleh pelunasan utang debitur tanpa perlu melalui prosedur penjualan secara lelang yang dirasa lebih rumit dan memakan waktu yang panjang. Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas perlu kiranya dilakukan kajian mengenai bagaimana akibat hukum APH yang disertai dengan AKM yang memuat klausul yang pada pokoknya memberi hak kepada kreditur untuk menentukan harga dan syarat penjualan obyek jaminan. ## B. METODE PENELITIAN Adapun metode peneletian yang digunnakan dalam penelitian ini adalah penelitian dalam bentuk juridis normatif, yaitu dengan cara mengkaji norma- norma/ktentuan-keterntuan hukum maupun asas-asas hokum. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perudang-undangan ( statue approach ), yakni dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai bahan hukum primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hokum Perdata (selanjuttnya disebut sebagai KUHPer) dan UU Hak Tanggunngan. ## C. PEMBAHASAN 1. Akibat Hukum akte pengakuan hutang yang disertai dengan akta kuasa menjual yang memuat klausul pemberian hak kepada kreditur untuk menentukan harga dan syarat penjualan obyek jaminan. Akte pengakuan hutang (APH) yang disertai dengan akte kuasa menjual (AKM) yang dibuat oleh debitur adalah salah satu bentuk perjanjian. Perjanjian- perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang tidak bernama atau yang dikenal dengan istilah onbenoemde overeenkomst , disebut sebagai perjanjian tidak bernama ( onbesnoemde overeenkomtts) dikarenakan perjanjian-perjanjian tersebut merupakan perjanjian-perjanjian yang tidak diotur di dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPer. Perjanjian-perjanjian tersebut muncul di dalam praktik dikarenakan hukum perjanjian yang memiliki sifat terbuka dengan asasnya yang dikenal sebagai asas kebebasan berkontrak ( contractvrijheid/freedom of contract ) yang termuat di dalam Pasal 1338 KUHPer, pada pokoknya mengatur bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang untuk para pihak yong membuatnya. Keberadaan asas kebebasan berkontrak ( contractvrijheid/frreedom of contract ) membuka peluang bagi semua pihak untuk dapat membuat perjanjiian dalam bentuk, isi serta syarat-syarat yang sesuai dengan kehendak dari para pihak. Namun demikian kebebasan itu bukan berarti bebas tanpa batas, adapun yang menjadi batasannya adalah sepanjang tidak bertetangan dengan peraturan perudang-umdangan ( wet ), kesusilaan (moral) dan ketretiban umum ( public order ) sebagaimana diatur di dalem Pasal 1337 KUHPer, apabila perjanjian tersebut bertentangan dengan peraturan perunndang-undang ( wet ), kesusilaan (moral) dan ketertban umum ( public order ) maka dapat berakibat batal demi hukum batal demi hukum ( null and avoid ) artinya secara hokum sejak dari awal dianggap perjanjian tersebut tidak pernah ada. Selain itu, berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUHPer juga diwajibkan bahwa suatu perjanjian harus dijalankan dengan itikad baik. APH yang disertai AKM meriupakan perjajian accesoir, sedangkan yang perjanjiian pokoknya adalah perjjanjian hutang-piutang. Disebut sebagai perjanjian accesoir karena APH yang disertai dengan AKM adalah sebagai perjanjian ikutan atas perjanjian hutang-piutang yang merupakan perjanjian pokoknya, yang sudah dibuat terlebih dahulu dan apabila tidak ada perjanjian utang-piutang maka tidak mungkin dibuat APH yang disertai dengan AKM. Adapun alasan kreditur lebih memilih diberikan jaminan dalam bentuk APH yang disertai dengan AKM dibandingkan dengan menggunakan APHT karena apabila debitur wanprestasi dan sudah tidak mampu membayar maka kreditur dapat melakukan penjualan sendiri atas obyek jaminan hutang yang ada dengan menggunakan akta kuasa menjual tersebut tanpa memerlukan campur tangan dari debitur, disamping itu prosedurnya juga dirasa lebih sederhana dan menghemat biaya dibandingkan dengan prosedur penjaminan dengan APHT. Apabila jaminan utang berupa tanah dan bangunan milik debitur dibuat dalam bentuk APHT maka setidaknya perlu melalui beberapa prosedur, diantaranya yaitu dengan pendaftaran sertifikat hak tanggungan. Sedangkan proses pendaftaran dan penrebitan sertifikat hak tanggungan membutuhkan waktu yang cukup loma, disamping itu procedur eksekusi jaminan hak tangungan juga membutuhkan proses yang panjang dan lebih rumit serta membutuhkan biaya yang mahal karena harus melalui proses penjualan melalui lelang umum sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 6 UU Hak Tangunggan. Sekalipun berdasarkan ketetuan Pasal 20 ayat (2) UU Hak Tanggungan juga terbuka peluang untuik menjuall obyek hak tangungan di bawah tangam, namun untuk pelaksanaannya tetap dirasa lebih rumit karena penjualan di bawah tangan atas obyek hak tanggungan baru dapat dilakukan apabila ada kesepakatan antara pemberi dan pemegang APHT dan penjualan di bawah tangan tersebut baru dapat dilaksanakan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan, sejak pemberi dan/atau pemegang APHT memberitahukan secara tertulis kepada pihak-pihak yang berkepentingan, selain itu juga wajib diumumkan paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar/media massa, misalnya melalui radio dan televisi yang dapat menjangkau/meliputi daerah diamana terletak obyek hak tanggungan yang bersangkutan, serta tidak ada pihak- pihak yang mengajukan keberatan. Untuk dapat mengetahui bagaimanakah akibat hukum APH dengan AKM sebagai jaminan utang, maka dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek yaitu apakah APH yang disertai dengan AKM tersebut telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian dan yang kedua adalah apakah akta pengakuan hutang yang disertai dengan kuasa menjual tersebut dibuat berdasarkan asas itikad baik. APH yang disertai dengan AKM sebagai suatu bentuk perjanjian dianggap sah dan mempunyai kekuatan mengikat layaknya peraturan perundang-undangan bagi para pihak yang membuatnya apabila APH yang disertai dengan AKM tersebut telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPer yaitu adanya : 1. Kesepakatan antara mereka yang mengikattkan diirinya ( toesteming ), 2. Kecakapan ( bekwandheid ) 3. Suotu hal tertentu (onderwep derovereenskomst ), dan 4. Suatu sebab yang tidak diilarang/halal ( geoorlofde oorzaak ), Jika dalam suatu perjanjiaan tidak terpenuhi syarat subyektifnya yaitu kesepakatan ( toesteming ) dan kecakapan ( bekwandhied ) maka perjanjian tersebut dapat dibatallkan ( canceling ) oleh salah sotu pihak, sedangnkan apabila syarat obyektif yang tidakk terpenehui yaitu adanya suatu hal tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan maka perjanjian menurut hukum perjanjian yang dibuat menjadi batal demi hukum ( null and avoid ) artinya secara yuridis dari semula dianggap tidak ada suatu perjanjian. Sejak berlakunya UU Hak Tanggungan, hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB) serta hak milik (SHM), yang hendak dijadikan jaminan hutang dapat dibebani dengan APHT sebagaimana ketentuan Pasal 4 UU Hak Tangungan. Dalam UU Hak Tanggungan tidak dimuat/diatur tentang larangan atau sanksi apabila jaminan utang dalam bentuk hak guna usaha (HGU), hak guna angunan (HGB) serta hak milik (SHM) dibuat selain dalam bentuk APHT, sehingga dengan kata lain bahwa pembuatan APH yang disertai dengan AKM tidak serta merta dapat dianggap melanggar UU Hak Tanggungan yang dapat berakibat batal demi hukum atas APH yang disertai dengan AKM yang telah dibuat. Namun apabila ditinjau dari sifat dari norma hokum benda yang termuat di Buku-II KUHPer maka dapat diketahui bahwa hukum benda, norma-normanya mempunyai sifat tertutup/memaksa ( dwingen recht ), dengan demikian jaminan kebendaan yang merupakan bagian dari hukum benda juga memiliki sifat yang sama dengan induknya, artinya bahwa tidak dimungkinkan dibuat jaminan kebendaan dalam bentuk lain selain dalam bentuk yang telah ditentukan oelh peraturan perudang-undangan yang berlaku. Dengan diundangkannya UU Hak Tangunggan, maka sebenarnya terhadap setiap hak atas tanah baik itu berupa hak guna usaha (HGU), hak guna bbangunan (HGB) serta hak milik (SHM) yang hendak dijadikan jaminan hutang oleh debitur kepada kreditur harus dibuat dalam bentuk APHT. Selanjutnya yang perlu dilihat adalah apakah APH yang disertai dengan AKM tersebut dibuat berdasarkan asas itikad baik. Dalam bahasa Inggris itikad baik disebut good faith. Asas itikad baik ini berkaitan dengan pelaksanaan suatu perjanjian sebagaimana diatur di dalam Pasal 1338 ayat(3) KUH Per yaitu bahwa suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. KUHPer tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan itikad baik, sehingga untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan itikad baik maka perlu dilakukan penafsiran terkait dengan pengertiannya. Menurut Black’s LawDictionary, itikad baik atau good faith adalah : “ A state of mind consisting in: 1. Honsty in belief or purpose; 2. Faithflness to one’s duty or obligation; 3. Obbservance ofreasonable commercial standards of fair deqling in a given trade or bussines; or 4. Abssence of intent to dfraud or to seik unconsconable advntage. Dalam hokum perjanjian/kontrak Romawi, itikad-baik dititikberatkan pada 3 wujud perilaku pihak-pihak dalem perjanjian/kontrak, yaitu : 1 1. Pihak-pihak wajib memegang teguh perkatannya dan janji-janjinya; 2. Pihak-pihak tak diperbolehkan menggambil keeuntungan pihak yang lain dengan tiindakan-tndakan yang menyesattkan ; 3. Pihak-pihak diharuskan mentaati kewajiban-kewajibannya, serta harus berperilaku seperti layaknya orang yang jujur dan terhormat sekalipun kewajiban-kewajiban tersebut tidak diatur/termuat dengan tegas dalam perjanjian. Asas itiikad baik sebetulnya merupakan gagasan yang dipakaii guna mencegah perbuatan-perbuatan yang beritikad buruk dan ketidak jujuran yang berpotensi dilakukan oleh pihak-pihak yang membuat perjanjian, baik dalam tahap perancangan ( pra contractual ) maupun dalam peleksanaan suatu perjanjian. 2 Pada prinsipnya asas itikad baik ini bertujuan agar piihak yang jujur/beriitikad baik mendapatkan perlindungan, sebaliknya pihok yang tidak jujur/beritikad buruk 1 Reiinhard Zimerman dan Simon Whittaker dalam Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hokum Perjanjian, Sumur, Bandung, 2006,h.56. 2 Charles Fried dalam Ridwan Khairady, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, h.74. sudah sepatutnya merasakaan penderitaan karena ketidakjujurannya/itikad buruk yang dilakukannya. Charles Fried berpendapat bahwa itikad baik adalah cara bertransaksi dengan pihak lain dalam suatu perjanjian dengan cara yang baik ( decently ) dan jujur ( honesty ). 3 Sedangkan menurut Wery yang dimaksud denagn itiikad baik ( goodfaith/uitvooering te goeder truow ) yaitu suatu kondisi dimana “Masing- masing pihak harus berlaku jujur antara satu dengan yang lainnya seperti sepatutnya diantara orang- orang yang sopan dan tanpa tipu daya/akaal-aakalan, tipu muslihat, tidak mengganggu pihak lainnya, serta tidak berfokus pada kepentinggannya sendiri saja, melainkan jugaa harus memperhatikan kepentingan-kepentingan pihak yang lainnya” 4 Secara umum pemahaman atas pengertian itikad baik terdiri dari 2 (dua) pengertian : 5 1. Pengertian/arti yang obyektif, yakni: perjanjiann/kontrak yang dibuat itu wajib dilaksaanakan dengan mengindahken norma kesusilaan dan kepatutan 2. Pengertian/arti yang subyektif, yakni : pengertian itikad baikyang terletak didalam sikap bathin individu Simpossium Hokum Perdata Nasional yang diselengarakan oelh Badan Pembinan Hokum Nasional (BPHN), mengartikan itikad baik, sebagaiberikut : 1. Jujur pada saat pembuatan perjanjian/kontrak 2. Apabila para pihak membuat perjanjian/kontrak di hadapan pejabat yang berwenang, maka pihak yang membuat tersebut dianggap telah beritikad baik (namun pendapat ini masih terdapat pertentangan dari beberapa pihak) 3. Pada tahap pelaksanan, yaitu terkait suatu penilaian baik atas perilaku pihak- pihak dalam mengerjakan apa yang telah disepakati dalam perjanjian, tidak lain dengan tujuan mencegah perbuatan/tindakan yang tak patut dalam peloksanaan perjanjian/kontrak tersebut. Berkaitan dengan berlakunya asas itikad boik pada tahap perancangan perjanjjian dapat dijelaaskan bahwa jika pelaksanaan perjanjian menimbulkan ketidakseimbangan atau melanggar rasa keadilan, maka haakim dapat melakkukan penyesauaian terhadap hak dan kewajiban yang tercantum dalam perjanjian itu. Di 3 Ibid. 4 Wirjono Projodikoro, Ibid . 5 Muhamad Syaifuddin, HukumKontrak, Memahami Kontrak Dalam Perspektif Filsafat, Teori Dogmatik dan Praktk Hokum, MandarMaju, Bondung , 2012, h.95. dalam praktiknya, hakim dimungkinkan untuk dapat menggunakan kewenangannya mencampuri isidari suatu perjanjian, sebab itu nampaknya itikad baik memang perlu ada bukan hanya pada tahap pembuatan (penanda-tanganan perjanjian) dan pada tahap pasca pembuatan (pelaksanaan perjanjian) akan tertapi juga pada tahap pra pembuatan (perancangan perjanjian). 6 Dengan demikian pengujianm itikad baik harus dilakukan pada setiap tsahapan perjanjian, baik pada tahap pra pembuatan/perancangan perjanjian, tahap pembuatan perjanjian, maupun pada tahap pelaksanaan perjanjian. Pasal 1339 KUHPer pada pokoknya mengatur bahwa dalam perjanjian/kontrak bukan hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas diatur di dalamnya namun juga terhadap segala hal yang menurut sifat perjannjian tersebut, diharuskann menurut kebiasaan, kepatutan, atau peraturan perundang-undangan. Riduan Syahrini mendefinisikan kepatutan sebagai keadilan, keseimbangan membagi-bagi keuntungan dan kerugian diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Kepatutan kadang dipakai untuk menambah ketentuan hukum, kadang sebagai kebalikan dari hukum yang sudah tegas, dimana keadilan menentukan isi perkataan yang timbul dari perjanjian, dan juga dimana hakim dalam beberapa hal harus menilai menurut keadilan. 7 Syarat kepatutan dalam suatu perjanjian pada dasarnya berakar pada sifat dari peraturan hokum pada umumnya, yaitu untuk menciptakan suatu hubungan yang seimbang/keseimbangan dari berbagai kepentingan yang terdapat di dalam masyarakat. Pada prinsipnya dalam suatu tata-hukum tidak diperkenankan kepentingan seseorang seluruhnya dipenuhi yang mana dapat mengakibatkan kepentngan pihak yang lain terabaikan sehingga menimbulkan ketidakseimbangan. 8 APH yang disertai dengan AKM tidak dapat dianggap melanggar asas itikad baik, sepanjang dibuat oleh para pihak dengan jujur dalam arti tidak mengambil keuntungan dengan tindakan-tindakan yang menyesatkan pihak lain atau dengan 6 Ibid. 7 Riduan Syahrini, Kata-KataKunci Mempelajari Ilmu Hukum, P.T. Alumni, Bandung, 2009,h.107 8 Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit ., h.84-85 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palu kata lain klasusul-klausul yang termuat di dalamnya tidak melanggar kepatutan yang berarti mencerminkan keseimbangan antara hak dan kewajiban dari para pihak. Disamping itu apabila APH yang disertai dengan AKM dibuat di hadapan pejebat yang berewenang (notaris) maka APH yang disertai dengan AKM tersebut dapat dianggap dibuat dengan itikad baik sebagaimana parameter itikad baik yang disepakati dalam Simposium Hokum Perdata Nasianal yang diselenggarakan oleh Badan Pembimaan Hokum Nasional (BPHN). Namun apabila dalam suatu APH yang disertai dengan AKM memuat klausul yang pada pokoknya memberikan hak kepada kreditur untuk menentukan harga dan syarat-syarat penjualan atas obyek jaminan tanpa memerlukan campur tangan debitur maka A{PH yang disertai dengan AKM tersebut dapat dianggap telah melanggar asas itikad baik, sekalipun APH dan AKM tersebut dibuat di hadapan pejabat yang berwenang (notaris), karena klausul/ketentuan yang demikian menempatkan debitur dalam posisi yang sangat lemah yang rentan terhadap tindakan sewenangan-wenang dari pihak kreditur seperti misalnya menjual obyek jaminan hutang di bawah harga pasar. Klausul sebagaimana tersebut di atas, terkesan hanya melindungi kepentingan kreditur saja dan mengesampingkan kepentingan dari pihak debitur, hal tersebut tentu bukanlah transaksi yang jujur ( honesty ) dan baik ( decently ) berdasarkan asas itikad baik. Dengan demikian apabila APH yang disertai dengan AKM yang pada pokoknya memuat klausul memberikan hak kreditur untuk menentukan harga dan syarat-syarat penjualan atas obyek jaminan tanpa memerlukan campur tangan debitur, dapat berakibat batall demi hukum ( nietig/null and void ) jika dikategorikan sebagai pelanggaran asas itikad baik dalam arti yang obyektif. Namun dapat pula dimintakan pembatalan ( voidable atau vernietigbaar ) dengan dasar pelanggaran asas itikad baik dalam arti yang subyektif. ## D. PENUTUP 1. Kesimpulan Dengan diundangkannya UU Hak Tanggungan, maka sebenarnya terhadap setiap bentukhak atas taanah dan banggunan baik itu berupa hak guna usha (HGU), hak guna bangunan (HGB) serta hak miliik (SHM) yang hendak dijadikan jaminan hutang oleh debitur kepada kreditur harus dibuat dalam bentuk Akta Pemebebanan Hak Tanggunggan (APHT). Namun dikarenakan di dalam UU Hak Tanggungan tidak diatur mengenai sanksi atau akibat hukum yang tegas apabila jaminan berupa hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB) serta hak miliik (SHM) dibuat dalam bentuk selain APHT, maka APH yang disertai dengan AKM tidak serta merta dapat dianggap melanggar UU Hak Tanggungan yang mempunyai akibat batall demi hokum ( neitig/niull and void ) sepanjang APH yang disertai dengan AKM tersebut dibuat oleh para pihak dengan tidak melanggar syarrat-syaarat sahmya perjanjian dan dibuat berdasarkan asas itikad baik dimana klausul-klausul yang termuat di dalamnya tidak melanggar kepatutan. Namun apabila APH yang disertai dengan AKM tersebut memuat klausul yang pada pokoknya memberikan hak kepada kreditur untuk menentukan harga dan syarat-syarat penjualan atas obyek jaminan tanpa memerlukan campur tangan debitur maka APH yang disertai dengan AKM tersebut dapat dianggap telah melanggar asas itikad baik sekalipun akta-akta tersebut dibuat secara notariil di hadapan pejabat yang berwenang (notaris), sehingga APH dan AKM yang demikian akibatnya dapat batal demi hukum ( null and void atau nietig ) jika dikategorikan sebagai pelanggaran asas itikad baik dalam arti yang obyektif. Namun dapat pula APH dan AKM yang demikian dimintakan pembatalan ( voidable atau vernietigbaar ) dengan dasar pelanggaran asas itikad baik dalam arti yang subyektif. 2. Saran Perlu adanya peraturan yang mengatur secara tegas mengenai keharusan dibuat Akta Pembebnan Hak Tangungan (APHT) apabila yang dijadikan jaminan hutang berupa hak guna usaha (HGU), hak guna bngunan (HGB) serta hak milik (SHM) guna menjamin kepastian hokum yang dapat menjamin perlindunggan hukm bagi para pihak. ## DAFTAR PUSTAKA Charles Fried dalam Ridwan Khairady, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004 Muhamad Syaifuddin, HukumKontrak, Memahami Kontrak Dalam Perspektif Filsafat, Teori Dogmatik dan Praktk Hokum, MandarMaju, Bondung , 2012 Reiinhard Zimerman dan Simon Whittaker dalam Wirjono Projodikoro, Asas- Asas Hokum Perjanjian, Sumur, Bandung, 2006 Riduan Syahrini, Kata-KataKunci Mempelajari Ilmu Hukum, P.T. Alumni, Bandung, 2009
05fec5e3-fc47-45af-bd0c-fa1324f4f91e
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JAGo/article/download/9324/5654
## Jurnal Akuntansi dan Governance http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jago ## Determinan Stock Price: Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat ## Diah Kusuma Wardhani, Henny Mulyati Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta [email protected] Informasi Artikel ## A B S T R A C T Terima 22/05/2021 This study is conducted to analyze the determinant of stock price simultaneously and partially in Property and Real Estate (RE) Exchange in 2014-2019. The type of this research used quantitative with the causal associative method. The use of purposive sampling technique is in accordance with the criteria for determining the research sample. The finding of the research shows that leverage, profitability, and market value simultaneously affect the stock price by 44,6% as well as partially effect stock price with a value of 248.159 on DER, 1066.566 on NPM, and a value of 19.922 on PER. ## A B S T R A K Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis determinan stock price baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan Properti dan Real Estat (RE) yang terdaftar di BEI periode 2014–2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif kausal. Teknik Purposive sampling digunakan berdasarkan kriteria yang mempengaruhi sampel penelitian ini. Dari studi ini ditemukan hasil bahwa determinan stock price secara bersama-sama berasal dari leverage , profitabilitas dan market value adalah sebesar 44,6% serta secara terpisah memberikan efek positif signifikan dimana leverage memiliki nilai sebesar 248.159, profitabilitas sebesar 1066.566, dan market value sebesar 19.922. Revisi 14/06/2021 23/06/2021 27/06/2021 Disetujui 01/07/2021 Keywords : DER, NPM, PER, stock price. Kata Kunci: DER, NPM, PER, Stock Price. ## PENDAHULUAN Stock price mengalami fluktuasi bergantung pada kekuatan penawaran dan permintaan (Zulfikar, 2016). Beberapa faktor penyebab naik turunnya stock price terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu internal dan eksternal perusahaan yang sulit dikendalikan oleh perusahaan seperti peristiwa alam, pergantian suku bunga, kurs valuta asing, inflasi serta yang lain yang terjalin di luar industri. Stock price emiten di BEI mengalami fluktuasi, tanpa terkecuali perusahaan properti dan Real Estat (RE), bisa menjadi sangat tinggi, rendah atau bahkan sangat rendah. ## Gambar 1 Grafik Sektor IHSG Tahun 2018 Sumber: Adi (2019) Pada Gambar 1 di atas, sejak akhir tahun 2017 sektor properti dan RE terus menunjukkan penurunan harga. Namun, pada tahun 2019 terjadi pertumbuhan pesat di mana sektor ini menduduki peringkat tertinggi dari 9 sektor yang ada di BEI dengan skala 7,37 year to date (ytd) (Hariana, 2019). Pasar menilai sektor properti memiliki potensi keuntungan karena melihat harga properti dan RE yang semakin tinggi. Sebelumnya pada periode 2014, sektor ini juga pernah mengalami kenaikan stock price yang cukup tinggi sampai dengan periode tahun 2017, tahun dimana terjadi penurunan secara terus-menerus, sampai akhirnya stock price sektor ini mengalami kenaikan kembali cukup tajam pada tahun 2019. Analisis determinan stock price pada sektor ini, khususnya dari intern perusahaan, yaitu financial performance dan market value perlu dilakukan untuk membuktikan determinan stock price pada periode yang mencakup fluktuasi harga yang lebih bervariasi yaitu kenaikan (2014), penurunan (2017) dan kenaikan (2019). Periode tahun buku 2014-2019 adalah periode yang mewakili kondisi tersebut, dimana di antara periode tersebut terjadi fluktuasi yang tajam pada sektor tersebut. Di tengah periode fluktuasi harga tersebut dapat dipelajari determinan stock price dari faktor financial performance emiten. Penelitian sebelumnya hanya membuktikan determinan stock price dengan periode fluktuasi harga saham kenaikan dan penurunan atau penurunan dan kenaikan. Beberapa studi sebelumnya di sektor properti dan RE telah dirangkum, mulai dari Wardana & Muhammad (2019) yang menguji financial performance dengan menggunakan data tahun 2017-2019, menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap stock price di kurun waktu penurunan dan kenaikan selama tiga tahun pengamatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan keempat faktor financial performance yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA) dan Total Asset Turn Over (TATO) bukan merupakan determinan stock price pada industri properti dan RE. Sementara itu, penelitian Azhari et al. (2016) yang menggunakan data tahun 2007-2010, memperlihatkan bhawa hasil secara simultan Return on Equity (ROE), DER, TATO dan Price Earning Ratio (PER) memberikan kontribusi 16,3% terhadap perubahan stock price , sementara selisihnya dipengaruhi faktor lain. Hasil Azhari et al. (2016) juga menunjukan ROE dan PER memberikan pengaruh signifikan terhadap perubahan stock price sektor Properti dan RE, sementara DER dan TATO tidak berpengaruh signifikan. Menariknya, dengan menggunakan pengamatan data tahun 2010-2014, Hermawanti & Hidayat (2016) menemukan bahwa hasil uji F atas variabel Earning Per Share (EPS), PER, DER, ROA, ROE memberikan kontribusi pengaruh 47,2% terhadap perubahan stock price , sisanya dipengaruhi peubah lain. Hal ini menandakan pada periode 2010-2014 kinerja perusahaan berupa ROE, DER, PER secara simultan memberikan dampak signifikan terhadap perubahan stock price dibandingkan kurun waktu antara 2007 dan 2010. Menurut Kurniasih (2017), kenaikan pengaruh simultan kinerja keuangan terhadap stock price juga masih berlangsung pada periode penelitian 2014 dan 2016, di mana nilai koefisien determinasi ( adjusted R squ are) sebesar 0,798. Artinya, sebesar 79,8% kinerja perusahaan terdiri dari CR, Net Profit Margin (NPM), DER, dan EPS merupakan determinan stock price dan sisanya 20,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Tujuan studi ini untuk menganalisis pengaruh financial performance dengan rasio leverage dengan DER sebagai proxy, profitabilitas dengan NPM sebagai proxy dan market value dengan PER sebagai proxy terhadap stock price pada perusahaan publik Properti dan RE dengan periode waktu lebih lama dari studi-studi sebelumnya yaitu 6 tahun dari tahun 2014 – 2019, di mana pada periode tersebut stock price berada pada kondisi sangat fluktuatif. ## KAJIAN LITERATUR Studi determinan harga saham bertujuan menganalisis faktor-faktor peubah stock price . Studi ini dilandasi hipotesis pasar modal efisien. ## Pasar Modal Efisien Stock price pada pasar modal yang efisien mampu memberikan informasi relevan yang yang diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan (Husnan & Suad, 2009). Informasi yang relevan yaitu terkait dengan informasi masa lalu, financial report , pembagian dividen dan informasi tentang stock split . Sedangkan syarat untuk dipenuhinya pasar modal yang efisien adalah pengungkapan penuh dan perfect market (Fahmi & Hadi, 2009). Stock Price Stock price dapat menunjukkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Cash flow kepada shareholders , penentuan waktu arus kas dan risiko dapat menentukan tinggi rendahnya stock price . Sementara itu, lingkungan keuangan, investasi, pembiayaan dan keputusan kebijakan dividen yang dibuat manajer keuangan mempengaruhi tingkat dan risiko arus kas (Astawinetu et al., 2020). Seperti halnya penjualan pada umumnya, stock price dalam hal ini ditentukan oleh perusahaan sebagai jumlah yang tawarkan pada transaksi jual beli. Harga penutupan (closing price) menjadi proxy dari stock price . Leverage Proxy leverage DER merupakan indikator kinerja perusahaan dalam yang menjelaskan tingkat utang terhadap aset perusahaan. Perbandingan yang dimaksud adalah utang terhadap ekuitas perusahaan. Indikator ini menjelaskan bagaimana kebijakan utang perusahaan mempengaruhi pengelolaan aset emiten (Kasmir, 2017). Alat ukur atau rasio ini digunakan oleh perusahaan untuk memperhitungkan utang dan ekuitas. Profitability Proxy Profitabilitas NPM merupakan indikator kemampuan emiten dalam menghasilkan net profit atas net sales yang diperolehnya. Pengukuran NPM dengan rumus laba bersih dibagi penjualan bersih (Hery, 2017). ## Market Value Proxy Market Value yaitu PER merupakan indikator yang menunjukkan nilai wajar dari saham emiten secara real . Perhitungan PER dilakukan dengan membandingkan stock price dengan net profit emiten. PER digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui stock price real atau tidaknya bukan secara perkiraan melainkan secara nyata. ## Studi Sebelumnya Berikut dirumuskan studi sebelumnya pada sektor Properti dan RE menggunakan variabel dependen stock price dengan variabel independen dan hasil sebagai berikut: Tabel 1 ## Studi Sebelumnya Menggunakan Variabel Dependen Stock Price No Nama Penulis Variabel Independent Signifikansi Signifikan Tidak Signifikan 1 Azhari at al. (2016) ROE, DER ROE, PER TATO, DER TATO, PER 2 Rimbani (2016) ROE, EPS, PBV, DER, NPM ROE, EPS, PBV, DER, NPM - 3 Bailia, F. F. W. (2016) Pertumbuhan Penjualan, DPR, DER DER Pertumbuhan Penjualan, DPR 4 Hermawanti & Hidayat (2016) RPS, PER, DER, ROA, ROE EPS, ROA, ROE PER dan DER 5 Kurniasih (2017) CR, NPM, DER dan EPS NPM, RPS CR dan DER 6 Wardana & Muhammad (2017) CR, DER, ROA dan TATO - ROA, CR, DER, TATO 7 Pratama & Erawati (2014) CR, DER, ROE, NPM, EPS CR, DER, ROE, NPM, EPS 8 Devi & Badjra (2014) ROE, NPM, Leverage , Nilai Pasar ROE, Leverage, Nilai Pasar NPM 9 Azmy & Lestari (2019) CR, DER, EPS, PER, ROE DER, EPS, ROE CR, PER ## HIPOTESIS ## Leverage Terhadap Stock Price Rasio leverage diproksikan oleh DER merupakan satu dari beberapa indikator kesehatan keuangan perusahaan yang menunjukkan tingkat hutang terhadap ekuitas. Perusahaan yang mempunyai utang dengan jumlah besar bisa jadi beresiko tidak dapat melunasi utang tersebut. DER sangat bermanfaat bagi seorang investor sebagai informasi yang relevan dalam menentukan keputusan investasi. Penelitian Azhari at al. (2016) menggunakan data tahun 2007-2010, Rizal & Permatasari (2015) dengan tahun pengamatan 2009-2013, Rimbani (2016) menggunakan data tahun 2011-2013, dan Bailia (2016) dengan hasil pengujian DER memberikan pengaruh terhadap stock price . H 1 : Leverage mempengaruhi stock price . ## Profitabilitas Terhadap Stock Price Proxy profitabilitas yang digunakan yaitu net profit margin (NPM) merupakan indikator financial performance dalam menghasilkan net profit margin yang bersumber dari net sales . Semakin tinggi rasio NPM menunjukan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya produksi dengan baik dan berhasil menetapkan harga produk dengan benar, sehingga menghasilkan laba penjualan yang tinggi. Investor menaruh perhatian terhadap NPM perusahaan. NPM yang tinggi dianggap menguntungkan bagi perusahaan dan juga investor. Jika rasio NPM tinggi, permintaan terhadap saham meningkat, maka sesuai hukum keseimbangan pasar maka akan meningkatkan stock price . Kurniasih (2017), tahun penelitian 2014-2016, dan Rimbani (2016) tahun penelitian 2011-2013, membuktikan NPM mempengaruhi stock price secara signifikan. H 2 : Profitabilitas mempengaruhi stock price. ## Rasio Pasar Terhadap Stock Price Proxy market value yang digunakan yaitu price to earning rati o (PER) ialah alat ukur atau rasio yang digunakan untuk mengetahui stock price real bukan secara perkiraan saja. PER merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan profit beberapa tahun mendatang. Sebagian besar investor menggunakan PER untuk mempertimbangkan saham mana yang akan memberikan keuntungan untuk investasi yang akan dilakukan investor tersebut. Arah hubungan antara PER dan stock price positif di mana setiap kenaikan PER menyebabkan kenaikan stock price dan sebaliknya. Analisis hubungan PER terhadap stock price dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Azhari et al. (2016), menunjukkan hasil dimana PER merupakan determinan stock price. H 3 : PER mempengaruhi stock price . ## METODE PENELITIAN Penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif kausal merupakan desain yang dianggap tepat dalam studi ini. Studi ini mengambil data laporan keuangan dari www.idx.co.id dan website perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel operasional yang dikaji ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Operasional Variabel Variabel Independen Variabel Asal Data Indikator Skala Pengukuran DER (X 1 ) Laporan Keuangan DER = Total Utang ( Debt ) Ekuitas ( Equity ) Sumber: Kasmir (2017) Rasio NPM (X 2 ) Laporan Keuangan NPM = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan Sales Sumber: Kasmir (2017) Rasio PER(X3) Laporan Keuangan PER = Stock Price Earning Per Share (EPS) Sumber: Kasmir (2017) Rasio Variable Dependen Harga Saham (Y) Laporan Tahunan Closing Price Sumber: Kasmir (2017) Interval Studi ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Carsel, 2018 ) . Berikut adalah merupakan kriteria dalam pemilihan sampel oleh peneliti yaitu perusahaan Properti dan RE yang terdaftar di BEI. Pemilihan sektor ini sesuai dengan pemilihan objek studi. Pengurangan sampel yang dianggap tidak sesuai: 1. Perusahaan Properti dan RE yang tidak menerbitkan financial report secara rutin dan lengkap dari 2014-2019. 2. Perusahaan Properti dan RE yang mempunyai perfoma finansial negatif pada periode pengamatan yaitu perusahaan yang tidak mencapai laba yang diisyaratkan dalam pengukuran NPM. Untuk dapat menggunakan NPM sebagai variabel penelitian maka perusahaan harus berada dalam kondisi margin positif Tabel 3 ## Kriteria Pengambilan Sampel Perusahaan No Keterangan Jumlah 1 Kriteria 1 62 2 Pengurangan sampel poin a (30) 3 Pengurangan sampel poin b (18) Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian 14 Perusahaan x 6 Tahun 84 Data outlier (13) Jumlah Sampel dari tahun 2014-2019 71 Sumber: Data Diolah (2020) Dari 62 perusahaan di atas terdapat 14 perusahaan yang memenuhi kriteria, yaitu : Tabel 4 Sampel Terpilih No Kode Perusahaan Perusahaan 1 ASRI PT. Alam Sutera Realty Tbk 2 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Tbk 3 BEST PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 4 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk 5 GWSA PT. Greenwood Sejahtera Tbk 6 DILD PT. Intiland Development Tbk 7 JRPT PT. Jaya Real Property Tbk 8 KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka 9 MDLN PT. Modernland Realty Tbk 10 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk 11 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Tbk. 12 BKSL PT. Sentul City Tbk 13 SMRA PT. Summarecon Agung Tbk 14 SMDM PT. Suryamas Dutamakmur Tbk Sumber : Data diolah (2020) Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik analisis data dengan alat bantu SPSS 2.2. Data dianalisis dengan metode deskriptif, uji asumsi klasik, koefisien determinasi dan uji hipotesis menggunakan regresi. ## Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dan diolah menggunakan ukuran pusat, ukuran penyebaran, ukuran letak data, kemiringan ( skewness) , dan kemencengan (kurtosis ) disebut statistik deskriptif (Pramesti, 2018) ## Uji Asumsi Klasik Dalam melakukan uji regresi jenis uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa model regresi memenuhi karakter normalitas residual, tidak adanya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Purnomo, 2017). ## Uji Hipotesis Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk mendapatkan jawaban atas dugaan sementara mengenai diterima tidaknya dugaan peneliti sebelum pengujian dilakukan. (Gulo, 2002:153). Jenis-jenis analisis terdiri dari analisis Multiple Regression Analysis , koefisien Determinasi, uji Statistik t (t–test) dan uji Simultan (Uji F). ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Descriptive Statistics Descriptive statistics memberikan gambaran secara umum mengenai karakter untuk variabel leverage, profitabilitas, market value dan stock price menggunakan proxy DER, NPM dan PER. Berikut merupakan hasil uji descriptive statistics. Tabel 5 Descriptive Statistics Sumber: Data Diolah, 2020 Dari hasil uji descriptive statistics pada Tabel 5 yang dilakukan, DER diketahui minimum value pada 0.06 sedangkan maximum value adalah 1.83. Nilai rata – rata ( mean ) pada variabel solvabilitas adalah 0.8315 dengan simpangan baku 0.43386. Minimum value NPM sebesar 0.04 sedangkan maximum value sebesar 0.71. Nilai rata– rata ( mean ) rasio NPM adalah 0.2745 dengan simpangan baku 0.14936. PER diketahui minimum value sebesar 0.01 sedangkan maximum value pada 40.28. Nilai rata–rata ( mean ) PER sebesar 10.5225 dengan simpangan baku 9.12200. Harga saham diketahui minimum value sebesar 1.01 sedangkan maximum value adalah 945.00. Nilai rata–rata ( mean ) stock price sebesar 280.3365 dengan simpangan baku 267.15207. Hal ini memperlihatkan bahwa stock price rata–rata perusahaan Properti dan RE yang terdaftar di BEI tahun penelitian 2014–2019 adalah 280.3365. ## Multiple Regression Analysis Berikut adalah hasil dari multiple regression analysis pada Tabel 6 di bawah ini: ## Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DER 71 .06 1.83 .8315 .43386 NPM 71 .04 .71 .2745 .14936 PER 71 .01 40.28 10.5225 9.12200 Stock Price 71 1.01 945.00 280.3365 267.15207 Valid N (listwise) 71 ## Tabel 6 Multiple Regression Analysis Coefficients 2 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 (Constant) -428,431 99,723 4,296 .000 DER 248,159 57,274 .403 4,333 .000 .915 1,09 3 NPM 1066,566 186,857 .596 5,708 .000 .725 1,37 9 PER 19,922 2,980 .680 6,685 .000 .764 1,30 8 Dependent Variable : Stock Price Sumber : Output SPSS 22 Dari tabel 6 di atas, didapat persamaan: Y = ɑ + β1x1 + β2x2 + β3x3 + e HS = -428,431+248,159DER+1066,566NPM+19,922PER+e Penjelasan persamaan: 1. Kostanta (ɑ) Nilai konstanta adalah -428,431 yang menunjukkan apabila DER, NPM dan PER memiliki nilai nol atau tidak ada, maka harga saham akan menunjukkan nilai sebesar -428,431 atau dalam kata lain jika tidak ada DER, NPM dan PER maka stock price adalah sebesar -428,431 2. Koefisien Regresi DER DER memiliki koefisien regresi sebesar 248,159 yang artinya setiap satu kenaikan satu satuan DER, maka stock price meningkat sebesar 248,159. Jadi, setiap DER naik, maka stock price akan naik. 3. Koefisien Regresi NPM NPM memiliki koefisien regresi sebesar 1066,566 yang artinya setiap satu kenaikan satu satuan NPM, maka stock price meningkat sebesar 1066,566. Jadi, setiap NPM naik, maka stock price akan naik. 4. Koefisien Regresi PER PER memiliki koefisien regresi sebesar 19,922 menunjukkan bahwa setiap satu kenaikan satu satuan PER, maka stock price meningkat sebesar 19,922. Jadi, setiap PER naik, maka stock price akan naik. Pada Tabel 7 di atas menunjukkan koefisien determinasi sebesar 0.446 atau sebesar 44.6%. Artinya, 44.6% dari variabel stock price dipengaruhi oleh DER, NPM dan PER dan sisanya 55.4% dipengaruhi variabel lain. Koefisien Determinasi (R Square) Tabel 7 Hasil Koefisien Determinasi (R Square) Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin - Watson 1 ,685 a .470 .446 198.83902 1.976 a. Predictors : (Constant), PER, DER, NPM b. Dependent Variable : stock price Uji Statistik t (t – test) Tabel 8 Hasil Uji Statistik t (t – test) Coefficients 2 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -428.431 99.723 -4.296 .000 DER 248.159 57.274 .403 4.333 .000 .915 1.09 3 NPM 1066.566 186.857 .596 5.708 .000 .725 1.37 9 PER 19.922 2.980 .680 6.685 .000 .764 1.30 8 ## Dependent Variable : Stock Price Berdasarkan hasil uji statistik t (t – test) pada tabel 8 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Determinan DER terhadap Stock Price Dari output perhitungan uji statistik t berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa untuk variabel DER memiliki t hitung sebesar 4.333. Adapun nilai signifikansi variabel sebesar 0.000. Tingkat nilai t hitung sebesar 4.333 yang dimiliki variabel DER lebih besar dari t tabel sebesar 1.99601 dan untuk tingkat signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05. Dari output tersebut maka H 1 diterima atau dapat dikatakan bahwa DER merupakan determinan stock price. 2. Determinan NPM terhadap Stock Price Dari output perhitungan uji statistik t berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa untuk variabel NPM memiliki t hitung sebesar 5.708. Adapun nilai signifikansi variabel sebesar 0.000. Tingkat nilai t hitung sebesar 5.708 yang dimiliki variabel NPM lebih besar dari t tabel sebesar 1.99601 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05. Dari output tersebut maka H 2 diterima atau dapat dikatakan bahwa NPM merupakan determinan stock price . 3. Determinan PER terhadap Stock Price Dari hasil perhitungan uji statistik t berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa untuk variabel PER memiliki t hitung sebesar 6.685. Adapun nilai signifikansi variabel sebesar 0.000. Tingkat nilai t hitung sebesar 6.685 yang dimiliki variabel PER lebih besar dari t tabel sebesar 1.99601 dan untuk nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05. Dari output tersebut H 3 diterima atau dapat dikatakan bahwa PER merupakan determinan stock price . Uji Simultan (Uji Statistik F) Berikut hasil uji simultan yang ditunjukkan pada tabel 9. Tabel 9 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ANOVA a Model Sum Of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2346939.770 3 782313.257 19.787 ,000 b Residual 2648976.059 67 39536.956 Total 4995915.829 70 a. Dependent Variable : Stock Price b. Predictors : (Constant), PER, DER, NPM Sumber : Output SPSS 22 Pengujian keseluruhan variabel menggunakan uji F, pada Tabel 9 menunjukkan nilai F hitung sebesar 19.787 dengan significant value 0.000. F tabel dicari dengan significant value sebesar 0.05, df 1 = k-1 yaitu 4-1 dan df 2 = n – k yaitu 71 – 4 = 67, diperoleh nilai F tabel sebesar 2.74. Tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 dan nilai F hitung sebesar 19.787 lebih besar dari F tabel sebesar 2.74. Hal ini membuktikan bahwa DER, NPM dan PER merupakan determinan stock price . Nilai koefisien determinasi R 2 = 0.446 atau sebesar 44.6%. Dapat dinyatakan bahwa 44.6% dari variabel dependen yaitu stock price adalah dipengaruhi atau peubahnya berasal dari variabel yang diuji. Sedangkan 55.4% sisanya dipengaruhi oleh peubah lain. ## PEMBAHASAN Determinan Stock Price dari Leverage DER merupakan rasio liabilitas berbanding ekuitas pemilik. Semakin besar DER, maka semakin rendah dana sendiri yang dipasok oleh perusahaan. Sebagaimana terlihat dalam Berdasarkan Tabel 8, hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa DER memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai t hitung adalah 4.333 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1.99601. Dapat diartikan bahwa DER menjadi determinan stock price dan memiliki hubungan searah. Hasil ini sesuai dengan analisis Azhari et al. (2016) dengan tahun pengamatan 2007-2010, Rizal & Permatasari (2015) dengan tahun pengamatan 2009-2013, Rimbani (2016) menggunakan data tahun 2011-2013, Bailia (2016) tahun penelitian 2011-2014, di mana DER memberikan pengaruh signifikan terhadap terhadap stock price . Sebaliknya, tidak sesuai dengan Hermawanti & Hidayat (2016) dengan tahun analisa 2010-2014, Kurniasih (2017), dengan tahun analisa 2014-2016 serta Wardana & Muhammad (2019) tahun 2015-2017, yang menemukan bahwa DER tidak mempengaruhi stock price . Ketidakkonsistenan terhadap hasil penelitian ini mungkin dikarenakan rentang tahun penelitian yang berbeda di mana tiap rentang waktu memiliki fluktuasi stock price berbeda dan rata-rata menggunakan tahun pengamatan kurang dari 5 tahun. Penelitian ini mengamati tahun-tahun di mana stock price berada pada kenaikan harga, diikuti penurunan dan kenaikan kembali yaitu pada rentang waktu tahun 2014-2019 (enam tahun). DER juga ditemukan memberikan arah positif terhadap stock price . Analisa arah positif antara DER dan stock price berkaitan dengan kenaikan utang menyebabkan kenaikan beban bunga yang membuat jumlah pajak yang dibayarkan berkurang. Hal ini ternyata mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. ## Determinan Stock Price dari Profitabilitas NPM merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net profit yang dihitung setelah pajak dari penjualan yang diperoleh pada satu tahun pembukuan. Sebagaimana terlihat dalam tabel 8, hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa NPM memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai t hitung sebesar 5.708 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1.99601. Dapat diartikan bahwa NPM merupakan determinan stock price dan memiliki hubungan searah. Hasil ini sesuai dengan temuan Rimbani (2016), Kurniasih (2017) yang menyimpulkan bahwa NPM merupakan determinan stock price . Pada studi Pratama & Erawati (2014), juga terlihat hasil NPM merupakan determinan stock price dan memiliki hubungan searah. Kenaikan NPM menyebabkan kenaikan stock price secara signifikan. Investor dalam mempertimbangkan pembelian saham memberikan perhatian terhadap kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba atas penjualan bersih yang diterimanya. Namun, hasil berbeda ditemukan Devi & Badjra (2012) di mana NPM bukan determinan stock price . Menurut hasil studinya para investor cenderung mengabaikan NPM karena sektor Properti & RE cenderung mengalami fluktuasi dipengaruhi faktor lainnya dengan beberapa data yang menunjukkan NPM negatif. ## Determinan Stock Price dari Market Value Sebagaimana terlihat dalam Tabel 8, hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa PER memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai t hitung sebesar 6.685 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1.99601. Dapat diartikan bahwa PER secara parsial merupakan determinan stock price dan memiliki hubungan yang searah dengan stock price . Faktor apresiasi pasar terhadap emiten merupakan determinan stock price . Hasil uji ini sesuai dengan Azhari et al. (2016), di mana PER mencerminkan harapan investor terhadap emiten dan mempengaruhi stock price . Namun bertolak belakang dengan Hermawanti & Hidayat (2016), market value tidak berpengaruh secara kuat namun bernilai positif terhadap stock price . Investor lebih mengutamakan financial performance emiten dari kemampuannya menghasilkan laba. Hasil uji korelasi menunjukkan pengaruhnya yang sangat lemah terhadap stock price . Pada penelitian yang dilakukan Azmy & Lestari (2019), juga menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan penelitian ini yaitu, market value tidak berpengaruh signifikan terhadap stock price namun profitabilitas dan leverage perusahaan yang merupakan determinan stock price pada periode penelitiannya. Hal ini mungkin sejalan dengan analisa Hermawanti & Hidayat (2016), dikarenakan investor lebih mengutamakan aspek financial performance karena market value tidak mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola kegiatan operasionalnya. ## KESIMPULAN DAN SARAN Hasil studi seperti diuraikan di atas menunjukkan financial performance berupa leverage yang diproksikan dengan DER, profitabilitas menggunakan NPM dan market value PER secara simultan merupakan determinan stock price . Secara parsial financial performance perusahaan tersebut dan market value nya yang telah diuji dalam penelitian ini pun menunjukkan determinan yang kuat terhadap stock price . Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi terutama untuk investasi jangka panjang khususnya pada sektor properti dan RE di mana kinerja perusahaan sejatinya merupakan determinan stock price baik dipandang dari aspek teoritis maupun berdasarkan hasil studi empirisnya. Dengan demikian investor untuk tujuan investasi jangka panjang disarankan tetap memperhatikan financial performance emiten dan emiten sebagai pihak yang memiliki informasi keuangan secara konsisten melaporkan kinerjanya secara transparan kepada publik. Keterbatasan studi ini adalah terbatas menganalisis data menggunakan tiga independen faktor yaitu DER, NPM dan PER, sehingga besarnya koofisien determinasi hanya 44,6% yang dapat dijelaskan melalui penelitian ini. Saran bagi penelti selanjutnya perlu menambahkan rasio lainnya seperti rasio aktivitas dan rasio kas untuk kurun waktu pengamatan lebih dari 5 tahun. Selain itu, penelitian ini menggunakan SPSS yang terbatas pada pengolahan data secara umum. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan Eviews , karena Eviews dapat membedakan data time series dan cross section dengan akurasi hasil yang lebih tinggi. Implikasi teoritis dari hasil studi ini adalah bahwa dalam periode lebih dari 5 (lima) tahun atau kurun waktu jangka panjang (data pengamatan), secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa determinan harga saham dari faktor financial performance yang diproksikan oleh DER, NPM serta market value yang diproksikan dengan PER adalah sesuai. Dengan demikian implikasi praktis bagi investor dan emiten, DER, NPM dan PER merupakan determinan stock price yang dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dari uraian di atas, temuan dari studi ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap investor dan emiten untuk memanfaatkannya sebagai referensi pengambilan keputusan bahwa dalam jangka panjang financial performance terkonfirmasi sebagai determinan stock price sektor properti dan RE. ## DAFTAR PUSTAKA Adi, W. (2019). Menelisik Saham Property dan Real Estate 2019. https://stockpapers.id/menelisik-saham-property-dan-real-estate-2019/ Astawinetu, E. D., & Handini, S. (2020). Manajemen Keuangan: Teori dan Prakte k. Surabaya: Scopindo Media Pustaka . Azhari, D. F., Rahayu, S. M., & Zahroh, Z. A. (2016). Pengaruh ROE, DER, TATO, dan PER terhadap Stock Price Perusahaan Property & RE yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis , 32 (2), 1–5. Azmy, A., & Lestari, A. (2019). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan RE & Property di Indonesia. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia , 10 (2), 226–248. Bailia, F. F. W. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Dividend Payout Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi , 16 (3). Carsel, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan . Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Devi., & Badjra. (2014). Pengaruh ROE, NPM, Leverage dan Nilai Pasar Terhadap Harga Saham. Jurnal E-Manajemen, 3 (2), 1379-1397. Fahmi., I., & Hadi, Y.L. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi: Teori dan Soal Jawab . Bandung: Penerbit Erlangga Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian . Jakarta: Grasindo. Hariana, Y. (2019). Analis Menilai Kenaikan Saham Properti di Awal 2019 Disebabkan Sudah Undervalued . https://investasi.kontan.co.id/news/analis-menilai-kenaikan- saham-properti-di-awal-2019 Hermawanti, P., & Hidayat, W. (2016). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity (DER), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham Studi Kasus pada Perusahaan Go Public Sektor Property & RE yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis , 5 (3), 28–41. Hery. (2017). Balanced Scorecard for Business . Jakarta: Grasindo. Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan . Depok: PT. Raja Grafindo Persada. Husnan., & Suad. (2009). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Kurniasih, L. (2017). Pengaruh Current Ratio (CR), Nnet Profit Margin (NPM), Debt To Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property & RE yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2016. Skripsi. Kediri. UN PGRI KEDIRI . Pramesti, G. (2018). Mahir Mengolah Data Penelitian dengan SPSS 25 . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Pratama, A., & Erawati, T. (2014). Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share terhadap Harga Saham (Study Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011). Jurnal Akuntansi , 2 (1), 1–10. Purnomo, R. A. (2017). Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS . Ponorogo: CV. Wade Group. Rimbani, R. P. (2016). Analisis Pengaruh ROE, EPS, PBV, DER, DAN NPM terhadap Stock Price pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013. Jurnal Bisnis dan Manajemen , 53 (12). Rizal, S., & Permatasari, F. (2015). Pengaruh Kinerja Keuangan DER dan ROE terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI (Periode 2009-2013). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan , 6 (2). Wardana, M. G., & Muhammad, A. F. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Stock price pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Zulfikar. (2016). Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan Statistika . Yogyakarta: Penerbit Deeppublish.
078709e9-e5b3-4b88-a408-82d9cb6fd8b7
http://journal.uny.ac.id/index.php/economia/article/download/7956/6921
## SINYAL LABA DALAM PERISTIWA PEMECAHAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA ## Naning Margasari, Muniya Alteza, & Musaroh Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: [email protected] Abstrak: Sinyal Laba dalam Peristiwa Pemecahan Saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh informasi privat dalam peristiwa pemecahan saham yang diproksikan dengan split factor signal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui laba bersih sesudah pajak, pertumbuhan laba bersih sesudah pajak dan laba per lembar saham. Total sampel yang dikumpulkan sesuai kriteria purposive sampling mencakup 55 sampel pemecahan saham. Teknik analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa split factor signal berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap kinerja keuangan yang diukur menggunakan laba bersih sesudah pajak perusahaan. Penelitian ini juga menemukan bahwa split factor signal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur menggunakan pertumbuhan laba bersih sesudah pajak dan laba per lembar saham. Kata kunci: pemecahan saham, split factor signal , laba bersih sesudah pajak, pertumbuhan laba bersih sesudah pajak, laba per lembar saham Abstract. Profitability Signal of Stock Split Events in Indonesia Stock Exchange. This research aimed to test the effects of private information in stock split as proxied by split factor signal toward financial performance of firms as measured by earning after tax, growth of earning after tax and earning per share. The total samples collected based on purposive sampling criteria were 55 stock splits. Data analysis was conducted through multiple linear regression. The result of this research showed that split factor signal had positive and significant effect on financial performance masured by earning after tax. Besides that the results indicated that split factor signal had no significant effect on the financial performance measured by growth of earning after tax and earning per share. Keywords: stock split, split factor signal, earning after tax, growth of earning after tax, earning per share ## PENDAHULUAN Pemecahan saham (stock split) merupakan salah satu corporate action yang banyak dilakukan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam pemecahan saham perusahaan akan memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham nantinya setelah pemecahan saham akan menjadi 1/n harga sebelumnya. Keputusan melakukan pemecahan saham oleh suatu perusahaan merupakan kesepakatan para pemegang saham yang dibicarakan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Pemecahan saham dikategorikan sebagai suatu peristiwa yang dapat memengaruhi efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal, karena menyebabkan terjadinya perubahan nilai nominal saham, nilai pasar saham, dan jumlah saham yang beredar. Oleh karena itu, maka keputusan pemecahan saham harus segera diumumkan pada masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui pengumuman di bursa serta di surat kabar yang terbit di Indonesia. Pemecahan saham memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1) nilai pasar saham menjadi berkurang; 2) tidak terdapat perubahan nilai kapitalisasi; 3) proporsi kepemilikan saham tidak mengalami perubahan; 4) terdapat penurunan pada nilai buku perusahaan, earning per share dan harga pasar per saham; dan 5) terjadi pencapaian optimal trading range untuk harga pasar per saham (Cahyaning, 2005). Pemecahan saham ada dua jenis yaitu pertama, pemecahan naik (split up) adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham beredar dengan split factor tertentu. Kedua, pemecahan turun ( split down atau reverse stock split ) adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham beredar dengan split factor tertentu. Hingga saat ini terdapat pandangan beragam mengenai motivasi perusahaan melakukan pemecahan saham. Pendapat pertama menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan corporate action yang sifatnya adalah kosmetik dan administratif yaitu upaya memoles saham agar tampak lebih menarik di mata investor, di mana tindakan ini hanya menyebabkan perubahan akuntansi lewat pengurangan par value tetapi tidak mengubah jumlah modal di neraca sehingga tidak mengubah kekayaan perusahaan (Sukardi, 2000:24). Tindakan pemecahan saham menimbulkan efek fatamorgana saja di mana investor seolah- olah menjadi lebih makmur karena memegang lembar saham dalam jumlah lebih banyak. Padahal penambahan lembar saham yang dimiliki juga diiringi dengan penurunan nilai per lembar saham. Dari sini bisa disimpulkan bahwa pemecahan saham sebenarnya tidak mengandung nilai ekonomis. Meski demikian, banyaknya peristiwa pemecahan saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia tetap mengindikasikan bahwa pemecahan saham merupakan salah satu instrumen penting yang dipakai perusahaan di pasar modal. Penjelasan lain yang mendasari pemecahan saham terkait dengan kandungan informasi dari pemecahan saham. Penelitian yang dilakukan memperlihatkan hasil yang beragam dan tidak konsisten. Ada yang membuktikan bahwa pemecahan saham berpengaruh terhadap variabel harga dan likuiditas saham dan ada pula yang sebaliknya. Fatmawati dan Asri (1998) melakukan penelitian pada 30 sampel perusahaan yang melakukan pemecahan saham di BEJ selama bulan Juli 1995-Juni 1997. Penelitian ini menguji pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid-ask spread di BEJ. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa secara keseluruhan aktivitas pemecahan saham berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume turnover , dan persentase spread . Penelitian oleh Haryanto dan Hermawan (2005) menguji dampak pemecahan saham terhadap likuiditas dan abnormal return saham perusahaan di BEJ periode Januari 1999-Desember 2003. Dari hasil pengujian statistik pada periode 10 hari sebelum dengan 10 hari sesudah pengumuman pemecahan saham terhadap likuiditas saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Penelitian oleh Cahyaning (2005) menguji dampak pemecahan saham terhadap return saham (perusahaan yang melakukan pemecahan saham periode 1999- 2002) menggunakan periode penelitian 41 hari bursa, 30 hari bursa dari pengumuman perusahaan melakukan pemecahan saham, dan 11 hari sekitar tanggal pengumuman, yaitu 5 hari sebelum, 1 hari peristiwa, dan 5 hari sesudah pengumuman, variabel yang digunakan adalah actual return, expected return , abnormal return , dan pemecahan saham. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara return saham sebelum pengumuman dengan return saham setelah pemecahan saham, ada pengaruh pengumuman pemecahan saham terhadap abnormal return di sekitar hari peristiwa pada t0 dan t+1, juga terdapat perbedaan signifikan mean abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham . Dampak pemecahan saham terhadap keuntungan investor juga dijelaskan oleh Grinblatt et.al (1984) dalam Kurniawati (2003), bahwa di sekitar pengumuman pemecahan saham menunjukkan adanya perilaku harga saham yang abnormal. Namun di sisi lain, Aggarwal dan Chen (dalam Miliasih, 2000) tidak menemukan adanya abnormal return berkaitan dengan pengumuman pemecahan saham Hasil berbeda juga ditemukan dalam pengujian Margaretha (2003) di mana tidak ada perbedaan signifikan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham, yang mengindikasikan pasar tidak bereaksi dengan adanya pemecahan saham. Sedangkan Nichols dan McDonald (1983) dalam Fatmawati dan Asri (1998) menyimpulkan adanya pasar yang anomali dimana dengan adanya pemecahan saham, laba perusahaan menjadi bertambah besar. Hal ini diperkuat oleh Asquith dalam Hartono (2003), yang melalui pengujiannya terhadap 121 perusahaan pada periode 1970-1980 menemukan bahwa perusahaan melakukan pemecahan saham setelah terjadi kenaikan terhadap laba perusahaan. Hasilnya adalah pengumuman pemecahan saham mempunyai dampak terhadap harapan investor akan kenaikan earning (sementara atau tetap) pada saat, sebelum, dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Simpulan bertentangan dikemukakan oleh Miliasih (2000) yang meneliti dampak pemecahan saham terhadap earning. Berdasarkan data pemecahan saham selama satu tahun ternyata penelitiannya menunjukkan bahwa stock split berdampak negatif terhadap earning . Alasan perusahaan melakukan pemecahan saham terkait dengan dua hal yaitu sinyal mengenai prospek perusahaan yang akan disampaikan kepada publik, tertuang dalam signaling theory dan kemahalan harga saham, dirumuskan dalam trading range theory . Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Menurut teori ini, manajer dapat menggunakan peristiwa pemecahan saham untuk memberikan sinyal positif ( good news ) atau ekspektasi optimis kepada publik. Dalam hal ini pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan manajemen bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa depan. Tidak semua perusahaan dapat melakukan pemecahan saham. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Copeland (1979) dalam Haryanto dan Hermawan (2005) menyatakan bahwa pemecahan saham yang dilakukan perusahaan memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus yang dapat menanggung biaya. Menurut trading range theory , perusahaan melakukan pemecahan saham untuk menata kembali rentang harga saham agar tidak terlalu mahal. Menurut teori ini, perusahaan yang melakukan pemecahan saham memiliki harga saham yang terlalu tinggi sehingga menurunkan daya beli investor dan menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Ketika harga saham mulai naik, sebagian investor akan merasa harga saham tersebut terlalu mahal untuk dibeli dan merasa tidak mampu lagi untuk berpartisipasi dalam perdagangan. Pemecahan saham akan membuat harga saham lebih rendah atau turun pada level tertentu sehingga terjangkau oleh investor. Akibatnya membuat harga saham lebih atraktif, permintaan saham akan cenderung meningkat, sehingga saham akan lebih aktif diperdagangkan di bursa. Huang, Liano dan Pan (2002) merumuskan bahwa trading range theory tidak dapat menjelaskan latarbelakang perusahaan melakukan pemecahan saham apabila perusahaan melakukan pemecahan dengan split factor yang kecil. Alasannya split factor yang kecil tidak akan banyak membantu perusahaan untuk menurunkan harga saham kembali ke trading range yang optimal. Dengan demikian mestinya signaling theory yang mampu menjelaskan fenomena pemecahan saham dengan split factor kecil. Menurut signaling theory pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan. Manajemen mempunyai informasi lebih tentang prospek perusahaan dibandingkan pihak luar (investor). Para manajer perusahaan menggunakan pemecahan saham untuk menarik perhatian investor dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi dan prospek yang bagus (Khomsiyah dan Sulistyo, 2001). Pemecahan saham digunakan emiten untuk menunjukkan kredibilitas sebagai perusahaan dengan kinerja keuangan yang bagus karena pemecahan saham memerlukan biaya sehingga perusahaan yang bagus saja yang mampu melakukannya. Sinyal pertama dan yang paling mudah ditangkap oleh investor adalah sinyal yang menggambarkan kondisi perusahaan itu baik atau tidak yaitu dari kinerja keuangannya. Salah satu informasi akuntansi yang paling besar proporsinya adalah informasi mengenai laba tahunan (Beaver dalam Ewijaya dan Indriantoro, 1999). Dalam penelitian ini, kinerja keuangan yang mudah dan secara langsung dapat disinyalkan dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan adalah laba bersih sesudah pajak ( Earning After Tax ), pertumbuhan laba bersih sesudah pajak dan laba per lembar saham ( Earning Per Share ). Investor akan dapat mudah menangkap sinyal tersebut dengan menilai perusahaan untung atau rugi, mencermati pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan, dan bagian laba per lembar saham. Semakin besar laba bersih sesudah pajak, pertumbuhan laba bersih sesudah pajak dan laba per lembar saham menunjukkan kinerja perusahaan dalam kondisi yang baik. Perusahaan berharap dengan mensinyalkan kondisi tersebut akan menarik investor berpartisipasi dalam perdagangan sahamnya. Apabila peristiwa pengumuman pemecahan saham mempunyai kandungan informasi mengenai laba perusahaan di masa depan maka besarnya faktor pemecahan (split factor) seharusnya dapat dipakai sebagai sinyal bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini terutama berlaku bagi perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan split factor yang kecil, karena split factor yang kecil tentunya secara efektif tidak dapat menurunkan harga saham ke optimal trading range. Oleh karena itu signaling theory seharusnya menjadi latar belakang yang memotivasi perusahaan melakukan pemecahan saham. Split factor ini dapat dipakai sebagai sinyal karena mencerminkan informasi privat yang dimiliki pihak manajemen perusahaan dan belum diketahui oleh investor. Informasi tersebut terkait dengan peningkatan prospek dan kondisi perusahaan di masa depan, khususnya yang terkait dengan kinerja keuangan. Beberapa penelitian yang terkait dengan ini di antaranya Brennan dan Copeland, Brennan dan Hughes (dalam Huang, Liano dan Pan, 2002) yang mengemukakan bahwa besaran split factor mensinyalkan informasi tertentu. Marwata (2001) membuktikan bahwa pemecahan saham membawa sinyal positif tentang kondisi perusahaan yang diperlihatkan dengan peningkatan laba dari tahun ketiga sampai tahun ke satu sebelum pemecahan saham. Pengujian Annafi’ (2007) membuktikan bahwa ada perbedaan laba dan pertumbuhan laba antara perusahaan yang melakukan pemecahan saham dan tidak. Hasil ini kontradiktif dengan temuan Khomsiyah dan Sulistyo (2001) yang tidak menemukan faktor pertumbuhan laba sebagai variabel yang memengaruhi keputusan pemecahan saham. Dengan melihat hasil penelitian terdahulu yang masih belum konsisten maka penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah peristiwa pemecahan saham dapat dipakai oleh investor sebagai sinyal mengenai laba perusahaan bersangkutan di masa yang akan datang. Apabila peristiwa pemecahan saham merupakan sinyal yang tepat untuk laba maka terdapat pengaruh positif variabel split factor signal sebagai proksi informasi privat yang dimiliki perusahaan terhadap besaran laba perusahaan. ## METODE Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan pengumuman pemecahan di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2002- Desember 2008. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah purposive sampling , yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan jenis split up ; perusahaan masih terdaftar di bursa selama satu tahun setelah peristiwa pemecahan saham; perusahaan yang memiliki Earning After Tax (EAT) dan Return on Equity (ROE) positif; dan perusahaan yang memiliki kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh 55 pemecahan saham sebagai sampel. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan ukuran kinerja keuangan dengan tiga proksi yang berbeda yaitu: 1. Laba bersih sesudah pajak ( Earning After Tax ) Earning adalah alat manajemen yang digunakan untuk mengukur besarnya bagian laba dan menilai pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan dan pemegang saham. Laba bersih yang dipakai dalam penelitian ini adalah laba bersih sesudah pajak yang tercantum dalam laporan keuangan akhir tahun. 2. Pertumbuhan laba bersih Pertumbuhan laba bersih adalah selisih antara laba bersih sesudah pajak satu tahun sebelum pemecahan saham dengan laba bersih sesudah pajak pada tahun pemecahan saham. 3. Laba per lembar saham (Earning per ## Share) Laba per lembar saham diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar. Data yang digunakan adalah data akhir tahun yang tercantum dalam laporan keuangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah split factor signal, yaitu informasi privat yang dimiliki oleh perusahaan pada saat melakukan pemecahan saham dan dipakai sebagai sinyal kondisi perusahaan di masa depan (Huang, Liano dan Pan, 2002). Perhitungan split factor signal mengacu pada pengujian McNichols dan Dravid (1990), Nayak dan Prabhala (2001) dan Huang, Liano dan Pan (2002) memakai persamaan regresi sebagai berikut: SPR =  0 +  1 PRICE+  2 MV +  3 RUNUP + Split Signal Keterangan: SPR = Ukuran split ratio perusahaan yang melakukan pemecahan saham yang dihitung dari (jumlah lembar saham sesudah pemecahan-sebelum pemecahan)/ lembar saham sebelum pemecahan. PRICE = Harga saham lima hari sebelum pemecahan saham MV = Logaritma natural kapitalisasi pasar perusahaan RUNUP = Rasio harga saham lima hari sebelum pemecahan saham dengan harga saham satu tahun sebelum pemecahan saham Split Signal = Split factor signal (residual regresi) Selain itu penelitian ini menggunakan satu variabel kontrol yaitu Return on Equity (ROE) dengan alasan berdasar penelitian terdahulu yaitu Freeman et al. (1982) dan Huang, Liano dan Pan (2002) ROE berpengaruh terhadap besaran laba perusahaan. ROE dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan nilai ekuitas saham biasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari Indonesian Capital Market Directory dan www.idx.co.id . Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linier berganda. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Penelitian ini menggunakan tiga persamaan regresi yang masing-masing diuji secara terpisah yaitu: EAT =  0 +  1 Split Factor Signal +  2 ROE + ε ∆ EAT =  0 +  1 Split Factor Signal +  2 ROE + ε EPS =  0 +  1 Split Factor Signal +  2 ROE + ε Keterangan: EAT = Laba bersih sesudah pajak ∆ EAT = Pertumbuhan laba bersih sesudah pajak EPS = Laba per lembar saham Split Factor Signal = Informasi privat dalam pemecahan saham ROE = Return on Equity ε = error term Hipotesis akan diterima apabila nilai signifikansi yang diharapkan lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 5% dengan arah yang sama. Dengan demikian hipotesis terbukti apabila masing-masing koefisien regresi  1 di tiap-tiap persamaan bernilai positif dan signifikan artinya semakin besar kandungan informasi dalam pemecahan saham (split factor signal) maka semakin besar pula laba perusahaan. Selain itu juga akan dilihat besaran Adjusted R 2 untuk mengetahui kemampuan variabel dependen menjelaskan variabilitas variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R 2 berarti model penelitian ini semakin bagus karena semakin banyak variabilitas variabel dependen yang dapat diterangkan melalui variabel independen yang dipilih. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji asumsi klasik sehingga regresi memenuhi kaidah BLUE ( Best Linear Unbiased Estimator ) (Hair et al., 1998). Pengujian normalitas dilakukan melalui One Sample Kolmogorov Smirnov. Hasilnya memperlihatkan bahwa residual ketiga persamaan regresi dalam penelitian ini memiliki signifikansi lebih besar dibandingkan alpha sebesar 5% sehingga disimpulkan regresi terdistribusi normal. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson dan semua angka terletak di daerah bebas autokorelasi. Pendeteksian multikolinearitas menggunakan nilai Tolerance dan VIF. Hasilnya memperlihatkan bahwa ketiga persamaan regresi memiliki nilai Tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10 sehingga regresi terbebas dari masalah multikolinearitas. Pengujian asumsi klasik selanjutnya adalah heteroskedastisitas yang dilakukan dengan metode Glejser yaitu meregresikan nilai absolut residual dengan variabel bebas. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun koefisien regresi yang memiliki signifikansi lebih kecil dari alpha sebesar 5%. Dengan demikian maka regresi memenuhi asumsi homoskedastisitas. Berdasarkan hasil regresi di atas diperoleh koefisien regresi variabel split factor signal sebesar 0,044 dan signifikansi sebesar 0,022. Hasil ini menunjukkan bahwa split factor signal sebagai proksi informasi privat yang terkandung dalam peristiwa pemecahan saham berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur melalui laba bersih sesudah pajak perusahaan. Nilai F hitung sebesar 97,273 dengan nilai signifikansi 0,00 yang bermakna bahwa terdapat goodness of fit dari model regresi. Nilai Adjusted R 2 menunjukkan kemampuan model untuk menjelaskan variasi variabel dependen laba bersih sesudah pajak sebesar 78,10% dan sisanya sebesar 20,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi. Berdasarkan Tabel 2 nilai koefisien variabel split factor signal yang merupakan informasi privat yang terkandung dalam pemecahan saham sebesar 1,250E7 dengan nilai signifikansi 0,827. Temuan ini memperlihatkan bahwa split factor signal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan pertumbuhan laba bersih sesudah pajak. Nilai F hitung untuk model kedua ini sebesar 7,226 dengan nilai signifikansi 0,002 yang bermakna model dapat dipakai untuk prediksi karena terdapat goodness of fit . Kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variasi pertumbuhan laba bersih sesudah pajak ditunjukkan melalui nilai Adjusted R 2 sebesar 18,70% sedangkan sisanya sebesar 81,30% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Sesuai dengan Tabel 3 nilai koefisien regresi informasi privat dalam pemecahan saham yang diproksikan dengan split factor signal sebesar 3,603 dan nilai signifikansi Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Menggunakan Pertumbuhan Laba Bersih Sesudah Pajak sebagai Variabel Dependen Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi Konstanta -5,891E8 -2,196 0,033 Split Factor Signal 1,250E7 0,220 0,827 ROE 5,408E7 3,772 0,000 F hitung = 7,226 Signifikansi = 0,002 Adjusted R 2 = 0,187 Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Menggunakan Laba Bersih Sesudah Pajak sebagai Variabel Dependen Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi Konstanta 2,592 7,436 0,000 Split Factor Signal 0,044 2,362 0,022 ROE 1,032 13,947 0,000 F hitung = 97,273 Signifikansi = 0,000 Adjusted R 2 = 0,781 0,849. Hal ini berarti bahwa split factor signal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan laba per lembar saham. Model ketiga ini memiliki nilai F hitung 3,528 dengan signifikansi 0,037 sehingga disimpulkan terdapat goodness of fit model regresi. Nilai Adjusted R 2 model ketiga ini cukup kecil yaitu sebesar 0,086 yang bermakna bahwa variabel independen mampu menjelaskan variasi laba per lembar saham sebesar 8,6% dan sisanya sebesar 91,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model. Berdasarkan hasil uji hipótesis yang dilakukan terlihat bahwa peristiwa pemecahan saham tidak sepenuhnya dapat digunakan pasar sebagai sinyal atas kinerja keuangan perusahaan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa split factor signal sebagai proksi informasi privat yang dimiliki perusahaan hanya berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang berupa laba bersih sesudah pajak. Sedangkan kinerja keuangan yang lainnya yaitu pertumbuhan laba bersih sesudah pajak dan laba per lembar saham tidak dipengaruhi oleh informasi privat yang terkandung dalam peristiwa pemecahan saham. Hasil yang memperlihatkan pengaruh positif split factor signal terhadap laba bersih ini mendukung keberadaan signalling theory sebagai teori yang mendasari alasan perusahaan melakukan pemecahan saham. Melalui peristiwa pemecahan saham perusahaan ingin memberikan sinyal positif kepada publik mengenai kondisi keuangan yang tercermin dari laba bersih. Dengan demikian maka peristiwa pemecahan saham dapat dimanfaatkan investor untuk membantu pengambilan keputusan investasi di mana perusahaan yang melakukan pemecahan saham dianggap memiliki prospek yang cerah di masa depan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marwata (2001) yang mengindikasikan bahwa pemecahan saham membawa sinyal positif tentang kondisi perusahaan. ## SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa split factor signal sebagai proksi informasi privat berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan laba bersih sesudah pajak perusahaan. Ini bermakna bahwa peristiwa pemecahan saham memberikan sinyal yang positif seperti yang dihipotesiskan dalam signalling theory . Perusahaan melakukan pemecahan saham untuk menginformasikan kepada pasar bahwa Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Menggunakan Laba Per Lembar Saham sebagai Variabel Dependen Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi Konstanta -69,382 -0,780 0,439 Split Factor Signal 3,603 0,191 0,849 ROE 12,550 2,640 0,011 F hitung = 3,528 Signifikansi = 0,037 Adjusted R 2 = 0,086 mereka memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa split factor signal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur menggunakan pertumbuhan laba bersih sesudah pajak dan laba per lembar saham. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi privat yang terkandung dalam pemecahan saham tidak dapat digunakan untuk memprediksi dua ukuran kinerja keuangan tersebut. Temuan ini mengimplikasikan bahwa pemecahan saham dapat digunakan sebagai salah satu alat bagi perusahaan untuk memberikan sinyal positif kepada pasar mengenai kondisinya di masa yang akan datang. Meskipun pemecahan saham secara ekonomis tidak menambah kekayaan investor tetapi investor dapat memanfaatkan informasi privat yang terkandung dalam peristiwa ini sebagai indikator bahwa laba bersih perusahaan akan meningkat dan mengambil keputusan investasi yang tepat. ## DAFTAR PUSTAKA Annafi‘, D. H. (2007) Perbedaan Kinerja Keuangan dan Kemahalan Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Pemecahan Saham dan Tidak Melakukan Pemecahan Saham (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2003- 2006). Skripsi Tidak Dipublikasikan . Universitas Negeri Yogyakarta. Cahyaning. (2005) Dampak Stock Split terhadap Return Saham (Perusahaan yang Melakukan Stock Split Periode 1999- 2002). Skripsi Tidak Dipublikasikan . Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ewijaya dan Indriantoro, N. (1999) Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia , 2(1), 53-65. Fatmawati, S., dan Asri, M. (1998) Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham Yang Diukur Dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia , 14(4), 93- 110. Freeman, R. N., Ohlson J.A., dan Penman, S. H.. (1982). Book Rate of Return and Prediction of Earnings Changes: An Empirical Investigation. Journal of Accounting Research, 20, 639- 653. Hair et al. (1998) Multivariate Analysis. 5th Edition. Singapore: Prentice Hall International. Hartono, J. (2003) Teori Portofolio dan Analisis Investasi . Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE. Haryanto, & Hermawan, W.D. (2005) Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan Abnormal Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Buletin Ekonomi , 3(3), 209-228. Huang, G.C, Liano, K., Pan, M.S. (2002) Do Stock Split Signal Future Profitability? Working Paper. Alabama State University. www.ssrn.com Khomsiyah & Sulistyo. (2001) Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham ( Stock split ): Aplikasi Analisis Diskriminan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia , 16(4), 388-400. Kurniawati, I. (2003) Analisis Kandungan Informasi Stock split dan Likuiditas: Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading. Jurnal Riset Akuntansi , 6(3), 264-275. Margaretha, F. (2003) Tinjauan Persepsi Manajemen Terhadap Struktur Modal Perusahaan Go Public . Media Riset Bisnis dan Manajemen, 3, 98-115. Marwata. (2001) Kinerja Keuangan, Harga Saham, dan Pemecahan Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia , 4(2), 151-164. McNichols, M., & Dravid, A. (1990) Stock Dividends, Stock Splits, and Signaling. Journal of Finance 45, 857-879. Miliasih, R. (2000) Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Earning. Jurnal Bisnis dan Akuntansi , 2(2), 131-144. Nayak, S. dan Prabhala, N. R. (2001) Disentangling the Dividend Information in Splits: A Decomposition Using Conditional Event-Study Methods. Review of Financial Studies 14, 1083- 1116. Sukardi. (2000) Reaksi Pasar Terhadap Stock Split. Aplikasi Bisnis , 1(1), 24-29.
8c5542d7-b4ff-4a92-bebf-762712d231e3
https://ejournal.lembagakeris.net/index.php/Defendonesia/article/download/59/25
## KEIKUTSERTAAN INDONESIA PADA MASYARAKA EKONOMI ASEAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING ## Inda Rahadiyan 1 Karina Amanda Savira 2 Abstrak Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implikasi keikutsertaan Indonesia pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terhadap pengaturan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan ( library research ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan Indonesia pada MEA menimbulkan implikasi terhadap pengaturan TKA, diantara yakni pengaturan mengenai penggunaan TKA. Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Tenaga Kerja Asing. ## 1. PENDAHULUAN 12 Komitmen para pemimpin negara Asia Tenggara dalam rangka membentuk masyarakat ASEAN (ASEAN Community) sebagaimana tercantum di dalam Visi ASEAN 2020 3 telah memasuki tahapan baru pasca tercapainya kesepakatan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada pertemuan Bali Concord II. 4 Berbagai pertemuan terkait pembentukan MEA terus dilakukan secara berkesinambungan oleh para pemimpin negara ASEAN. Salah satu hasil kesepakatan penting yang dicapai adalah mengenai percepatan rencana pembentukan MEA yang semula diagendakan pada tahun 2020 kemudian dipercepat sehingga pembentukan MEA disepakati akan dilaksanakan pada tahun 2015. 5 Sebagai suatu bentuk liberalisasi ekonomi regional, MEA memiliki 1 Penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu dan Strata Dua pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Kini penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan bidang kekhususan hukum perdata-bisnis 2 Mahasiswa aktif pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan program kekhususan hukum perdata- bisnis 3 Mengenai ini baca: ASEAN Vision 2020, http://www.aseansec.org/1814.htm 4 Mengenai ini baca: Bali Concord II, http://www.aseansec.org/15159.htm 5 Kesepakatan ini dicapai pada KTT ASEAN ke-12 bulan Januari tahun 2007. karakteristik utama yang meliputi; (1) pasar tunggal dan basis produksi tunggal, (2) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta (4) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. 6 Berdasarkan pada karakteristik yang demikian maka sistem perekonomian kawasan Asia Tenggara akan benar-benar menyatu dengan sistem perekonomian global. Integrasi sistem perekonomian dalam konteks demikian tentu memiliki implikasi dan keterkaitan dengan berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek penting yang terkait dalam konteks ini adalah aspek ketenagakerjaan. Hal demikian dapat dipahami mengingat salah satu elemen utama kesepakatan MEA adalah terbentuknya aliran bebas tenaga kerja terdidik ( skilled labor ). 7 Aliran bebas tenaga kerja ini pada tataran selanjutnya akan berimplikasi pada kebijakan setiap negara anggota dalam menciptakan regulasi ketenagakerjaan khususnya pengaturan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA). 6 ASEAN Economic Community Blueprint, http:www.//asean.org 7 Baca: ASEAN Economic Community Blueprint, http:www.//asean.org Pengaturan terhadap TKA 8 menjadi salah satu isu krusial mengingat semangat hukum ketenagakerjaan di Indonesia sejatinya ditujukan bagi terwujudnya jaminan kesempatan bekerja 9 bagi seluruh Warga Negara Idonesia. 10 Oleh karena itu, pengkajian/analisis mengenai implikasi keikutsertaan Indonesia pada MEA terhadap pengaturan penggunaan TKA menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. ## 2. RUMUSAN MASALAH Penelitian ini dilakukan dalam rangka menjawab sebuah rumusan masalah yakni bagaimana implikasi keikutsertaan Indonesia pada Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap pengaturan penggunaan Tenaga Kerja Asing? ## 3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh keikutsertaan Indonesia pada MEA terhadap pengaturan penggunaan tenaga kerja asing. ## 4. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan ( library research ). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari serta menganalisis berbagai sumber pustaka yang relevan. Data hasil penelitian kemudian disajikan secara kualitatif berdasarkan relevansinya terhadap rumusan masalah. 11 8 Berdasarkan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Asing (TKA) adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud untuk bekerja di wilayah Indonesia. 9 Mengenai ini baca Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10 Uraian lebih lanjut mengenai hal ini, baca: 10 May Yanti Budiarti, Perizinan Penggunaaan Tenaga Kerja Asing Dengan Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN, Tesis, Magister Ilmu Hukum, Universitas Negeri Lampung, 2016, diakses dari www.digilib.unila.ac.id pada tanggal 23 Januari 2017 pukul 11:51 WIB. 11 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Normatif , 2006, Bayumedia Publishing, Malang, hlm. 63. ## 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN Sebagai Bentuk Liberalisasi Ekonomi Regional ’Interdependence’’ may be overused but it accurately describes our world today. Economic forces flow with great rapidity from one country to the next. Despite all the talk about sovereignty and independence, in the fact these concepts can mislead and irrelevant when applied to the today’s world economy . 12 Kutipan ini memberikan gambaran jelas mengenai kondisi perekonomian dunia dewasa ini yang menunjukkan adanya ketergantungan antar negara terlebih sejak muncul dan berkembangnya arus globalisasi. Saling ketergantungan (interdependensi) antar negara pada tataran selanjutnya telah mendorong terjadinya penyatuan (integrasi) ekonomi baik dalam skala global 13 maupun dalam skala regional. 14 Integrasi perekonomian ditandai dengan lahirnya berbagai kerjasama ekonomi antar negara. Secara historis terbentuknya World Trade Organization (WTO) didahului oleh terbentuknya blok- blok ekonomi regional seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (European Union), NAFTA, AFTA serta APEC. Dengan demikian, tidak ada kontradiksi antara regionalisasi dengan globalisasi ekonomi. Sebaliknya, integrasi ekonomi global telah mendorong terciptanya integrasi ekonomi regional termasuk di dalamya 12 John H. Jackson, William J. Davey and Alan O. Sykes. Legal Problems of International Economic Relations . 2002. West Group. ST Paull Minn., hlm.1. 13 Integrasi ekonomi dalam skala global terutama ditandai dengan lahirnya World Trade Organization (WTO). 14 Integrasi ekonomi dalam skala regional ditandai dengan kemunculan berbagai kerjasama ekonomi regional seperti NAFTA, AFTA, APEC. berupa blok-blok perdagangan baru. 15 Pembicaraan mengenai liberalisasi ekonomi regional di kawasan Asia Tenggara tentu tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Cikal bakal kerjasama ekonomi negara- negara Asia Tenggara diawali dengan kesepakatan pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) pada tahun 1992 yang meliputi kesepakatan di bidang perdagangan barang. Langkah liberalisasi kemudian dilanjutkan melalui kesepakatan kerjasama perdagangan bidang jasa (ASEAN Framework Agreement on Services) pada tahun 1993 dan kesepakatan bidang investasi (ASEAN Investment Area) pada tahun 1998. Upaya pembentukan integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara kemudian mencapai puncaknya melalui kesepakatan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC/MEA) pada tahun 2003. 16 MEA dibentuk dalam rangka menciptakan kawasan Asia Tenggara sebagai sebuah pasar tunggal ( single market ) dan basis produksi tunggal ( production base ) melalui pembebasan aliran barang, jasa, tenaga kerja terampil ( skilled labor ) serta arus penanaman modal yang lebih bebas ( freer flow of capital ) antar negara anggota. 17 Percepatan pembentukan MEA disepakati dalam KTT ASEAN ke-12 yang 15 Bary Hufbauer, “International Trade Organization and Economies in Transition: A Glimpse of The Twenty-First Century”, Law and Policy in International Business, Vol.29, 1995, hlm.108 16 Chia, S.Y., 2013, “The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges and Prospects”, ADBI Working Paper 440. Tokyo: Asian Development Bank Institute, hlm. 1, http://www.adbi.org, diakses pada tanggal 03 Februari 2015 pukul 14.40 WIB. 17 ASEAN Economic Community Blueprint , Loc.Cit. diselenggarakan pada bulan Januari 2007 melalui penandatanganan “Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015” . Sebagai tindak lanjut atas kesepakatan tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN kemudian menginstruksikan kepada Sekretariat ASEAN untuk menyusun sebuah Cetak Biru ASEAN Economic Community 18 yang memuat empat pilar utama: (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan yang berdaya saing tinggi di bidang ekonomi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang bersifat merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah serta prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Laos dan Vietnam; (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi penuh dengan perekonomian global. Aliran bebas tenaga kerja terdidik ( skilled labor ) 19 18 Dian Triansyah Djani, “ASEAN Selayang Pandang” , Direktur Jendral Kerjasama ASEAN, Jakarta, hlm. 33. 19 Berdasarkan kepustakaan bisnis, skilled labour/skilled worker didefinisikan sebagai: “An individual that is merupakan elemen utama dalam kesepakatan MEA. 20 Hal ini berarti bahwa era liberaliasi ekonomi regional dalam konteks MEA akan ditandai dengan aliran bebas tenaga kerja terdidik di antara negara anggota. 5.2 Keikutsertaan Indonesia Pada Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Implikasinya Terhadap Pengaturan Penggunaan TKA Pembebasan aliran tenaga kerja terdidikmenuntut kesiapan Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah strategis guna menghadapi era liberalisasi tenaga kerja terampil regional ini. Sesuai dengan fungsi dan kewenangannya, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka menghadapai era aliran bebas TKA dalam konteks MEA. 21 Setidaknya terdapat empat langkah strategis yang telah dilakukan oleh Pemerintah melalui Kemenakertrans dalam rangka pengaturan TKA, yakni: 22 (1) Memperketat pengaturan terkait tenaga kerja asing (TKA) Pengetatan terhadap aturan penggunaan TKA dilakukan dalam rangka melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Langkah memperketat aturan penggunaan TKA knowledgeable about a specific skill or trade . Definisi diakses dari Business Dictionary, www.businessdictionary.com . Pada tanggal 23 Januari 2017 pada pukul 13.40 WIB. 20 Baca: ASEAN Economic Community Blue Print, loc.cit. 21 Anonim, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5464d0751336 8/jelang-mea--kemenakertrans-perketat-aturan-tenaga- kerja-asingdiakses pada hari Sabtu tanggal 14 Februari 2015 jam 13.19 WIB. 22 Rencana Kemenakertrans untuk memperketat aturan aturan tenaga kerja asing tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kemenakertrans Bapak Abdul Wahab Bangkona dalam acara Forum Komunikasi Bakohumas Kemenakertrans pada hari Kamis tanggal 13 November 2014. Berkaitan dengan hal ini baca: Anonim, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5464d0751336 8/jelang-mea--kemenakertrans-perketat-aturan-tenaga- kerja-asing diwujudkan dengan menerbitkan peraturan- peraturan menyangkut batasan jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh TKA sehingga TKI akan tetap dapat terserap dengan baik. (2) Melakukan perbaikan terhadap sistem pelayanan publik terkait perizinan dan pendataan tenaga kerja asing secara online 23 Melalui sistem pelayanan secara online , masyarakat dapat melakukan konsultasi terkait penggunaan tenaga kerja asing dengan memanfaatkan fitur sarana teknologi informasi berbasis internet. Selain itu guna memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan penggunaan TKA, Kemenakertrans juga telah memperbanyak loket pelayananinformasi terkait penggunaan tenaga kerja asing. (3) Kewajiban bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja asing untuk mencermati undang- undang ketenagakerjaan 24 Perusahaan yang mempekerjakan TKA harusmencermati kewajiban- kewajibantertentu berkaitan dengan penggunaan TKA sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang- 23 Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Herry Sudarmanto selaku Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing Kemenakertrans dalam acara Forum Komunikasi Bakohumas Kemenakertrans pada hari Kamis tanggal 13 November 2014. Berkaitan dengan hal ini baca : “Jelang MEA Kemenakertrans Perketat Aturan Tenaga Kerja Asing”, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5464d0751336 8/jelang-mea--kemenakertrans-perketat-aturan-tenaga- kerja-asing 24 Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kemenakertrans Bapak Abdul Wahab Bangkona, loc.cit. undangan. Kewajiban- kewajiban dimaksud antara lain: Pertama, penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping dari tenaga kerja asing yang bekerja pada perusahaan yang bersangkutan. 25 Kedua, ketaatan terhadap ketentuan mengenai jabatan dan standar kompensasi yang berlaku 26 . Ketiga, pihak yang mempekerjakan TKA berkewajiban memulangkan TKA ke negara asalnya setelah masa perjanjian kerja berakhir. 27 (4) Memperketat pengawasan dan penegakan hukum 28 Pengawasan terhadap penggunaan TKA dilakukan mulai dari tingkat pusat hingga daerah melalui kerja sama dengan pihak imigrasi, kepolisian serta instansi terkait lainnya. Selain memperketat pengawasan, upaya lain yang terus dilakukan adalah mengenau optimalisasi penegakan hukum. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan dalam rangka membenahi sistem penggunaan tenaga TKA dan 25 Kewajiban untuk melakukan penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing diatur di dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Tujuan dari penunjukan tenaga kerja pendamping tersebut adalah untuk alih teknologi dan alih keahlian. Pihak yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. Pendidikan dan pelatihan tersebut ditujukan bagi tenaga kerja Indonesia yang berperan sebagaipendamping tenaga kerja asing. Pendampingan oleh tenaga kerja Indonesia ini dimaksudkan untuk transfer ilmu dan teknologi dari tenaga kerja asing ke tenaga kerja Indonesia. Transfer ilmu dan teknologi ini dimaksudkan agar tenaga kerja Indonesia memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan yang sebelumnya diduduki oleh tenaga kerja asing. Tenaga kerja Indonesia yang menjadi pendamping tenaga kerja asing memiliki peran yang sangat penting yaitu mamastikan bahwa transfer ilmu dan teknologi dari tenaga kerja asing dapat berjalan dengan baik. 26 Pasal 44 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 27 Pasal 48 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 28 Ibid. meningkatkan daya saing TKI dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Khusus berkaitan dengan penggunaan TKA, hanya beberapa pihak saja yang diperbolehkan oleh peraturan perundang- undangan untuk mempekerjakan TKA, antara lain : 29 instansi pemerintah, badan-badan internasional, perwakilan negara asing, kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakilan berita asing, perusahaan swasta asing, badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftar di instansi berwenang di Indonesia, lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan; usaha jasa impresariat. 30 Pihak yang mempekerjakan TKA harus memiliki izin tertulis dari Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi 31 serta harus memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 32 Pada level teknis, terdapat pula beberapa keputusan menteri yang mengatur mengenai jabatan- jabatan tertentu yang dapat diduduki TKA. Beberapa diantara keputusan-keputusan tersebut, yakni: (1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing. 29 Pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 30 Usaha jasa impresariat adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan di Indonesia, baik yang mendatangkan maupun memulangkan tenaga kerja asing di bidang seni dan olahraga yang bersifat sementara. 31 Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 32 Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 354 Tahun 2013 tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman. (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 355 Tahun 2013 tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Pengadaan air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah Golongan Pokok Pengelolaan Limbah. (4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 356 Tahun 2013 tentang Jabatan Yang dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Tekstil. (5) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 357 Tahun 2013 tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi. (6) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 358 Tahun 2013 tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Makanan. (7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 359 Tahun 2013 tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Barang Logam Bukan Mesin Dan Peralatannya. (8) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 708 Tahun 2012 tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Kesenian, Hiburan, Dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian Dan Kreativitas Dan Golongan Pokok Olahraga dan Rekreasi Lainnya. Dengan pengaturan yang demikian maka TKA yang akan bekerja di Indonesia hanya diperbolehkan untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu. Ketentuan mengenai jabatan- jabatan tertentu yang dapat diduduki oleh TKA wajib ditaati oleh pihak yang mempekerjakan TKA. ## 6. PENUTUP Pembebasan aliran tenaga kerja terdidik ( free flow of skilled labor ) sebagaimana kesepakatan MEAmenuntut kesiapan Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah strategis guna menghadapi era liberalisasi tenaga kerja ini. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah melakukan berbagai upaya pengaturan terhadap TKA.Pengaturan terhadap TKA dimaksud, antara lain adalah pengaturan mengenai batasan penggunaan TKA dan aturan mengenai jabatan-jabatan tertentu yang dapat diduduki oleh TKA. Melalui berbagai pengaturan yang telah dilakukan, diharapkan keikutsertaan Indonesia pada MEA tidak menimbulkan dampak negatif terutama bagi TKI dalam hal memperoleh jaminan kesempatan bekerja. ## DAFTAR PUSTAKA ## Buku Dian Triansyah Djani, ASEAN Selayang Pandang , Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, Jakarta, hlm. 33. John H. Jackson, William J. Davey and Alan O. Sykes. Legal Problems of International Economic Relations . 2002. West Group. ST Paull Minn., hlm.1. Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Normatif , 2006, Bayumedia Publishing, Malang, hlm. 63. ## Jurnal Bary Hufbauer, International Trade Organization and Economies in Transition: A Glimpse of the Twenty-First Century, Law and Policy in International Business, Vol.29, 1995. ## Hasil Penelitian May Yanti Budiarti, Perizinan Penggunaaan Tenaga Kerja Asing Dengan Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN, Tesis, Magister Ilmu Hukum, Universitas Negeri Lampung, 2016. ## Peraturan Perundang-Undangan dan Keputusan Menteri Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 354 Tahun 2013 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 355 Tahun 2013 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Pengadaan air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah Golongan Pokok Pengelolaan Limbah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 356 Tahun 2013 Tentang Jabatan Yang dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Tekstil Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 357 Tahun 2013 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 358 Tahun 2013 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Makanan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 359 Tahun 2013 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Barang Logam Bukan Mesin Dan Peralatannya Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 708 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Kesenian, Hiburan, Dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian Dan Kreativitas Dan Golongan Pokok Olahraga dan Rekreasi Lainnya ## Data Elektronik Anonim, Kemenakertrans Perketat Aturan Tenaga Kerja Asing, www.hukumonline.com . ASEAN Economic Community Blueprint, http:www.//asean.org ASEAN Vision 2020, http://www.aseansec.org Bali Concord II, http://www.aseansec.org Business Dictionary, www.businessdictionary.com . Chia, S.Y., 2013, The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges and Prospects”, ADBI Working Paper 440. Tokyo: Asian Development Bank Institute, http://www.adbi.org
102d5f3f-3213-4cb4-bce6-9362e994b9da
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/historia/article/download/15050/6568
## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual Arditya Prayogi IAIN Pekalongan [email protected] ## Abstract The popularity of the qualitative approach has recently increased. Especially in the social sciences (including the humanities), where this approach has its own place, although, the most important substance in science, namely the theory itself, is actually qualitative. This is further strengthened by the essence of a qualitative approach (in the social sciences of the humanities) which emphasizes the investigation of a social phenomenon and human problem. This article describes how a qualitative approach is used (particularly) in the science of history, as well as the various characteristics inherent in qualitative research which is so closely related to the science of history. This article was written using descriptive analytical method supported by literature study as the data mining process. From the results of the description, it is known that history as a family of humanities will inevitably (still) use a qualitative approach in its scientific description. This qualitative approach is in the form of a narrative-descriptive-analytical explanation of history, which makes history, apart from being a science, also a story. The task of history is to tell stories through narrative texts, so that a qualitative approach is embedded in the science of history. Keywords : Approach, Qualitative, Historical Science ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi ## Pendahuluan Diskursus mengenai pendekatan keilmuan, secara umum sering digambarkan dalam pengkutuban antara ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Kemanusiaan (Ilmu Sosial/Humaniora/Budaya). Jika di satu kutub Ilmu Pengetahuan Alam, proses pengambilan kesimpulan (generalisasi) dilakukan melalui proses analisis-kuantitatif, maka, di kutub yang lain, Ilmu Kemanusiaan, mengambil kesimpulan melalui rumusan analisis melalui proses deskriptif-kualiatif. Dalam hal ini, pendekatan kualitatif yang (banyak) digunakan dalam ilmu-ilmu kemanusiaan (akhirnya) sering mendapat pandangan sebagai sesuatu yang tidak objektif atau subjektif. Hal demikian menjadi problematis, baik dalam pengembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya serta salah satu bidang dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Problematisasi ini terutama didasari pada objek studi dalam ilmu-ilmu kemanusiaan (soshum), yaitu manusia itu sendiri, dimana selain sebagai objek kajian sekaligus juga menjadi subjek kajian. Dengan posisi yang demikian, “tuduhan” bahwasanya ilmu-ilmu kemanusiaan sesungguhnya adalah “bukan ilmu” menjadi semakin kentara. Kedudukan yang demikian berbeda dalam ilmu-ilmu alam (eksakta) yang menjadikan benda tak hidup (objek) hanya sebagai objek yang jelas-jelas memiliki jarak yang jauh dengan peneliti (manusia) sebagai subjeknya, sehingga ilmu-ilmu alam sering dipahami sebagai ilmu yang objektif. Meski pada akhirnya, bias ukur yang digunakan lebih mengarah kepada tolak ukur keilmiahan ilmu- ilmu eksakta atau ilmu pengetahuan alam, yaitu dalam hal ke-obyektifannya. Puncak aliran rasionalisme yang berujung pada fase positivisme (walaupun terdapat banyak cabang didalamnya), pada medio abad ke-18 dan 19, menjadi latar utama timbulnya diskursus mengenai standar keilmuan. Latar demikian menggambarkan bagaimana kemajuan Ilmu Pengetahuan Alam kemudian menjadi ”hakim” dalam penentuan standar apakah suatu cabang ilmu –secara normatif, dikategorisasikan sebagai ”ilmu”, dengan menggunakan kriteria dalam kemampuannya membuat generalisasi dan memprediksi masa depan yang terhubung dengan kemampuan merumuskan dalil atau hukum (alam). Atas dasar inilah kemudian ilmu-ilmu kemanusiaan atau sosio-humaniora (Sejarah, Filsafat, Antropologi, dan lain sebagainya) dikategorisasi menjadi bukan ”ilmu” dikarenakan tidak adanya kemampuan ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi ”merumuskan dalil atau hukum”. 1 Hal ini juga diperkuat dengan anggapan bahwa karya ilmiah haruslah mengeyampingkan sisi kemanusiaan dan bersifat ajeg. Walhasil, penelitian yang melibatkan manusia sebagai objeknya (ilmu kemanusiaan) dianggap (hanya) memiliki daya “penghibur”, sehingga hasil penelitian sosial lebih diklaim sebagai karya sastra semata dan berakhir menjadi tidak ilmiah. Meski, pada perkembangannya kemudian terjadi peleburan antara karya fakta dan fiksi menjadi sebuah karya ilmiah yang terjadi belakangan, yang terjadi kurang lebih pada abad ke-20. 2 Sebagai jalan keluar maka muncul dua pendekatan, yang masing- masing ingin berdiri dengan jalan/metode keilmuannya sendiri, serta mengawinkan antara kedua metode ini. 3 Pendekatan/metode kualitatif, dikembangkan sebagai sebuah cara untuk mengkaji kehidupan manusia dalam kasus-kasus yang terbatas, namun holistik karena semakin demokratik dan ”people centered”-nya kehidupan manusia. Pendekatan ini juga dikembangkan sebagai suatu upaya untuk mengungkapkan berbagai gejala dalam kehidupan masyarakat seperti yang terefleksikan dalam kehidupan warga masyarakat itu sendiri, yang bebas dari intervensi pengamat/peneliti. Dengan arah yang demikian, pendekatan kualitatif tidak mengizinkan berkembangnya perspektif konseptual dari sudut amatan para peneliti. 4 Hal lain yang juga terkait, bahwasanya, pendekatan/metode kualitatif dalam ilmu-ilmu kemanusiaan digunakan sebagai metode penelitian mengenai makna aksi individu dan berbagai interaksi antar individu yang terdapat dalam tatanan perilaku dan kehidupan manusia. Penelitian dalam ilmu-ilmu kemanusiaan didorong serta agar banyak menggunakan metode kualitatif sebagai paradigma teoretik yang rancangan metodologisnya amat berbeda dengan metode kuantitatif –di kutub yang lain. Adalah sejarah sebagai salah satu kajian di bidang ilmu humaniora sendiri yang juga menjadikan objek manusia dalam masyarakat yang menjadi aspek penting penelitian seperti halnya juga disiplin-disiplin ilmu 1 Watloly Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan : Mempertimbangkan Epistemologi Secara Kultural (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 55–87. 2 Santana K. Septiawan, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), 14–20. 3 Rasyid A. Asba, Paradigma Baru Perkembangan Teori Dalam Ilmu Sejarah dan Arkeologi , Makalah Bulan Bahasa (Universitas Hassanudin, 2007), 1. 4 Asba, 2. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi sosial/humaniora lain. Yang diteliti dalam sejarah kemudian adalah kehidupan masyarakat -lebih khusus lagi individu manusia- yang menekankan pada aspek budayanya dalam kaitannya dengan aspek masa lalunya. Oleh karena itu, bidang kajian sejarah umumnya juga menggunakan pendekatan kualitatif seperti juga ilmu sosial-humaniora lainnya. ## Metode Penelitian Penulisan artikel ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan berdasarkan penggalian data melalui metode studi pustaka/studi literatur dari beberapa sumber literatur (tertulis). Penulisan dilakukan melalui proses penggalian data dari berbagai sumber rujukan yang membahas berbagai artikel/tulisan terkait dengan berbagai literatur mengenani pendekatan kualitatif, terutama yang berkaitan dengan ilmu sejarah. Berbagai sumber ini dimuat di media publik, sehingga dapat diakses melalui beragam tempat (perpustakaan) dan media internet secara terbuka. Tulisan ini dapat menjadi elaborasi dari berbagai artikel dan tulisan yang terkait. Demikian pula, artikel ini lebih merupakan sebuah sintesis dari tulisan-tulisan yang pernah ada, untuk kemudian dilihat dalam hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan dalam konteks saat ini. ## Hasil dan Pembahasan Karakteristik Penelitian Kualitatif Ada banyak definisi mengenai pendekatan/metode kualitatif dalam studi literatur/pustaka, baik secara etimologis maupun terminologis. Atas dasar ini maka artikel ini lebih banyak mengulas karakteristik penelitian kualitatif yang mana dari beberapa karakteristiknya, maka dapat dikatakan sangat dekat dengan ilmu sejarah. Natural setting atau (pendekatan) penelitian naturalistik, adalah istilah lain metode penelitian kualitatif. Hal ini karena proses penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, tanpa menggunakan alat bantu ukur dan menjadikan kondisi alamiah sebagai wilayahnya. Selain itu, penelitian kualitatif dikenal pula dengan metode etnografi, 5 Penggunaan istilah ini 5 Istilah penelitian kualitatif memang dikenalkan dalam beberapa metode keilmuan. Dalam hal ini ada lima bidang kajian yang kemudian menggunakan metode penelitian kualitatif yakni etnografi, biografi, studi kasus, fenomenologi, dan grounded theory (J.R. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi sangat terkait erat dengan penelitian bidang antropologi budaya 6 yang mana berbagai data yang terkumpul dan disajikan tidak menggunakan model- model matematik, statistik atau komputer 7 , namun menggunakan deskripsi kata/kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki objek kajian berupa seluruh aspek dalam kehidupan manusia, yakni manusia dan segala hal yang dapat dipengaruhi oleh manusia. Untuk itulah maka penelitian kualitatif menjadi sangat dekat dengan bidang ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Penelitian kualitatif menghimpun data berbagai aspek dalam kehidupan manusia, baik sejarah, hukum, agama, ekonomi, dan lain sebagainya, digambarkan dalam bentuk kalimat, yang diolah melalui proses logika kritik-analitik-sintetik hingga tuntas. Penelitian kualitatif mengungkap kondisi alamiah sebagaimana adanya melalui pola berpikir yang runut, teratur, tertib, dan cermat, serta menghubungkan berbagai data satu dengan lainnya dan konteks dalam problematika yang akan diungkap. Penyusunan aturan berpikir serta menyusun asumsi dasar menjadi tahap awal untuk memulai proses penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif, jika dipahami secara ringkas, akan berangkat dari sebuah data, yang kemudian akan dianalisis menggunakan sebuah teori dan akan menghasilkan kembali sebuah teori. 8 Secara sederhana dapat pula diartikan bahwa data berupa kalimat (tidak melibatkan angka) dalam proses pengumpulan informasi serta proses Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya (Jakarta: Grasindo, 2007), 37–38.) 6 Walau memiliki berbagai jenis, penelitian kualitatif yang digunakan dalam ilmu sosial/humaniora memiliki kesamaan berupa adanya pengalaman manusia didalamnya, melihat peristiwa secara holistik, ditujukan untuk mencari arti serta makna, mencari hakikat dari sebuah peristiwa, mempelajari pengalaman manusia yang tidak dapat dikuantifikasi, bersifat subjektif, serta menuntut adanya peranan penting dari subjek peneliti (Raco, 52–55.) 7 Ada banyak definisi terkait penelitian kualitatif. Diantaranya mengartikan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam bahasa yang sederhana dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak menggunakan prosedur statistik atau cara-cara lain dari metode kuantitatif (Puput Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif,” Jurnal Equilibrium 5, no. 9 (2009): 2.) 8 Rahmat, 5. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi penafsirannya merupakan aktivitas inti dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini, penelitian kualitatif pun memiliki karakteristik tersendiri antara lain, a. Lingkungan alamiah menjadi titik tekannya. Artinya, data didapatkan serta berada di tempat dimana penelitian itu akan dibuat. Dalam hal ini juga peneliti menjadi terlibat langsung dalam seluruh proses pengolahan data didalamnya. Untuk memeroleh lingkungan alami, juga diperlukan penyatuan dari berbagai perspektif hingga dapat memunculkan satu kesatuan gambaran. b. Bersifat induktif dan fleksibel. Hal ini berarti penelitian kualitatif akan dimulai dari hal-hal spesifik menuju hal-hal umum atau mencari generalisasi. Sifat induktif akan lebih memperhatikan fakta empiris daripada hipotesa. Selain itu dengan sifat fleksibel, penelitian kualitatif tidak menutup diri dari ditemukannya teori-teori baru, sehingga sifat kelimuannya tidak menjadi kaku. Hal ini akan terus memicu munculnya kreativitas dalam menjalani sebuah penelitian. c. Adanya “masalah” merupakan pijakan awal dimulainya Penelitian Kualitatif. Masalah adalah suatu kesenjangan ( discrepancy ) antara apa yang seharusnya ( das sollen ) dengan apa yang ada ( das sein ) dalam kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara harapan dengan kenyataan. Dalam penelitian kualitatif "masalah" yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, "masalah" dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau mungkin berganti setelah peneliti berada di lapangan. Secara mudah, rumusan masalah dalam penelitian kualitatif diawali dengan kata tanya why (mengapa) dan how (bagaimana), tidak sebatas what (apa), who (siapa), when (kapan), dan where (dimana). d. Peneliti turut pula mengambil bagian menjadi instrumen penelitian di dalam penelitian kualitatif. Berlangsungnya proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, peneliti diharapkan mampu berinteraksi dengan obyek (masyarakat) yang dijadikan sasaran penelitian. Keberhasilan dalam penelitian kualitatif sangat terkait erat dengan apa yang didapat melalui proses seksama pencatatan informasi dari lapangan (data lapangan). Dengan ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi kata lain, Peneliti haruslah memiliki kepekaan dalam menangkap berbagai gejala menggunakan pendekatan alamiah. Ketidakcermatan dalam menangkap berbaga data lapangan akan berakhir pada sulitnya proses analisis dalam pengambilan kesimpulan yang nantinya justru merugikan peneliti sendiri. Beberapa hal penting yang perlu dikerjakan dalam proses penghimpunan data kualitatif antara lain; (1). Data hasil kontak dengan sumber dapat diringkas, (2). Simbol atau ringkasan digunakan sebagai kode, (3). Pembuatan catatan objektif, klasifikasi dan mengedit data, (4). Mencatat secara reflektif, (5). Komentar dibuat dalam catatan marginal, (6). Penyimpanan data, (7). Menganalisis proses penghimpunan data, (8). Analisis antar lokasi. 9 e. Berproses dari pengalaman langsung. Data yang dihasilkan dalam penelitian kualitatif memunculkan karakter bahwa data tersebut merupakan pengalaman langsung dari para pelaku/partisipan. Dengan menjadi sebuah pengalaman langsung, maka data merupakan hasil dari tangan pertama para pelaku, dan menghindari terjadinya subjektivitas yang terlalu tinggi. f. Membutuhkan kedalaman sumber dan deskripsi yang jelas ( indepth ). Penelitian kualitatif akan bersifat deskriptif dan menghasilkan data berupa sebuah teks untuk dibaca dan diharapkan dapat menggambarkan situasi dengan jelas sehingga dapat memengaruhi pembaca dan pembaca seolah-olah juga dapat merasakan langsung. Proses deskripsi akan membutuhkan kekuatan teks sehingga membutuhkan adanya kedalaman sumber, yang berarti dapat mengerti bagaimana orang memahami sesuatu. g. Penelitian kualitatif memiliki ciri berupa pendalaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Pendalaman ( indepth ) dibutuhkan untuk menentukan fokus penelitian. Sebelum merumusan fokus penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan pendalaman terhadap topik tersebut. Hal yang menarik untuk diteliti atau isu yang menarik perhatian peneliti dari topik tersebut dan akan diperoleh jawabannya melalui proses penelitian dalam proses pendalaman ini. secara 9 Syukur Kholil, Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Gramedia, 2006), 120– 35. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi sederhana upaya pendalaman akan menghasilkan topik dan juga metode penelitiannya. Hal ini penting agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan. h. Berlangsungnya proses penelitian kualitatif, harus sejalan dengan munculnya keabsahan. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukanreduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk memperoleh keabsahan data ( check dan re-check ) dilakukan berbagai cara untuk menjaga kredibilitas, 10 transferabilitas 11 dan dependabilitas. 12 i. Lebih mementingkan proses, dimana dinamika terjadinya peristiwa akan lebih disoroti daripada hasil dari peristiwa itu. j. Dapat menangkap arti/makna. Penelitian kualitatif harus dapat menangkap makna dari sebuah peristiwa. Tafsiran/intepretasi yan dilakukan oleh peneliti juga harus didukung dengan data yang kuat sehingga makna yang muncul dapat menjadi sebuah generalisasi. k. Bersifat holistik. Sifat induktif dari penelitian kualitatif mensyaratkan bahwa penelitian yang dilakukan harus mencakup berbagai aspek secermat dan selengkap mungkin agar mampu menutup segala celah yang mungkin akan timbul. 10 Menjaga kredibilitas dapat dilakukan dengan: a). Observasi dalam waktu cenderung panjang, b). Pengamatan secara intens, c). Data yang ditrianggulasi, d). Orang lain menjadi objek yang dibicarakan ( peer debriefing ), e). Analisis kasus negatif, f). Penggunaan berbagai bahan referensi, dan g). Mengadakan member check. 11 Transferabilitas sangat berkaitan dengan masalah generalisasi, dalam artian sejauh mana batas suatu generalisasi dapat berlaku bagi berbagai kasus lain di luar penelitian. Penelitian kualitatif tidak memberikan jaminan atas keberlakuan hasil penelitiannya pada subyek lain. Hal demikian disebabkan karena tujuan penelitian kualitatif bukanlah untuk menggeneralisir, mengingat penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak, kerena bersifat pursosive sampling . 12 Dependabilitas (atau disebut pula “reliabilitas instrumen”) merupakan indeks yang memperlihatkan sebatas mana suatu alat pengukur dapat diandalkan atau dipercaya. Indeks reliabilitas dapat memperlihatkan hingga sejauh mana suatu hasil dalam proses pengukuran dipercaya/konsisten jika dikalibrasikan terhadap gejala yang sama dengan alat yang juga sama. Maka, “reliabilitas” ini dilakukan dengan teknik check and recheck . Faktor subyektivitas harus dapat diminimalisir oleh peneliti sehingga muncul obyektivitas melalui indikator berupa pem-benar-an atau proses ”confirm” oleh peneliti lain. Dari sinilah obyektifitas menjadi identik dengan istilah ”confirmability”. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi l. Terdapat partisipasi aktif dari partisipan dan adanya penafsiran. Adanya partisipasi aktif dari subjek dan objek penelitian merupakan hal yang tidak dapat dihindari untuk menjaga keilmiahan penelitian kualitatif. Penafsiran yang dilakukan juga tidak dapat dilakukan tanpa didukung data dan pemahaman yang tidak lengkap. 13 Dengan adanya karakteristik ini maka penelitian kualitatif memiliki keunggulan bahwa data yang dihasilkan merupakan data empiris atau berdasar fakta. Pembahasannya yang holistik dan sifatnya yang fleksibel memungkinkan penelitian kualitatif untuk terus berkembang. Penempatan manusia sebagai subjek dan objek didalamnya menjadikan manusia “ditempatkan” sebagaimana mestinya. Pendekatan kualitatif tidak menutup diri atas kelemahannya, namun pendekatan kualitatif dalam ilmu sosial humaniora masih relevan untuk terus digunakan dan tidak dapat dilepaskan sebagai sebuah keharusan, walau dewasa ini penggunaan metode gabungan berupa kuantitatif juga mulai dirasakan perlu untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. ## Ilmu Sejarah dan Pendekatan Kualitatif Dalam ilmu sejarah, permasalahan data sejarah dan terutama intepretasinya, sering dianggap sebagai sesuatu yang “kurang ilmiah”. Hal demikian memunculkan kesan bahwasanya ilmu sejarah bukanlah ilmu itu sendiri karena memiliki titik lemah utama sebagai ilmu. Ilmu sejarah akhirnya (sering) dipandang sebagai sebuah ilmu yang sangat subjektif. Kesubjektifan itu pada dasarnya merupakan sebuah keniscayaan jika mengacu pada definisi sejarah subjektif, dimana sejarah merupakan hasil (subjektifitas) para sejarawan. Dasar filosofis keilmiahan ilmu yang diukur dengan adanya ”keajegan” tidak dapat ditemukan dalam sejarah karena sejarah itu unik dan terjadi hanya sekali. Walaupun begitu, ilmu sejarah sebagai salah satu rumpun ilmu humaniora mau tidak mau (masih) akan menggunakan pendekatan kualitatif dalam deskripsi keilmuannya. Pendekatan kualitatif ini berupa penjelasan sejarah secara naratif-deskriptif-analitis, yang menjadikan sejarah selain sebagai sebuah ilmu juga sebuah cerita. Tugas sejarah adalah menceritakan 13 Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya , 56–62. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi kisah melalui teks-teks naratif, sehingga pendekatan kualitatif menjadi lekat dalam ilmu sejarah. Metode kualitatif digunakan dalam ilmu-ilmu sosial termasuk sejarah mengingat beberapa hal yang mesti dipertimbangkan lebih lanjut. Yang utama yaitu penggunaan metode kualitatif menjadi penting, karena metode kualitatif dalam ilmu sejarah dapat menghadapi kenyataan ganda yang muncul dalam ranah kehidupan manusia. Hal lain yang penting pula, metode kualitatif dalam ilmu sejarah dapat pula menggambarkan hakikat hubungan antara peneliti dan responden secara langsung, serta metode ini memiliki kepekaan untuk dapat beradaptasi dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 14 Namun begitu, yang masih menjadi soal, apakah sejarah mampu untuk menjadi ilmu yang melahirkan suatu keajegan agar kemudian sejarah lebih bernilai sebagai ilmu. 15 Untuk itulah akhirnya dalam sejarah dikenal dengan konsep generalisasi sejarah. Generalisasi sejarah muncul sebagai jawaban atas tuduhan “ketidakilmiahan” sejarah sebagai ilmu. Para ahli sejarah memberikan jalan keluar, bahwa sifat sejarah memang tidak dapat didekati dengan pendekatan positivism. 16 Berangkat dari hal ini, ahli-ahli ilmu sosial kemudian memberikan batasan masing-masing ilmu alam dan manusia dengan metode dan metodologi kelmuannya, walaupun berangkat dari sesama fakta empiris. Sejarawan menekankan bahwa suatu fakta empiris akan menjadi sejarah jika diobservasikan sehubungan dengan apa-apa yang tunggal dan individual. Pun begitu dengan proses kausalitas dalam sejarah, dimana sejarah hanya menilai suatu proses atau faktor-faktor yang berhubungan dengan kebudayaan historis. 17 Sejarah adalah ilmu yang bersifat idiografis, kualitatif dan subjektif, sehingga menimbulkan kesulitan untuk mengilmiahkannya atau membuat generalisasi didalamnya. Namun begitu, kesulitan generalisasi ini dapat 14 Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), 5. 15 Asba, Paradigma Baru Perkembangan Teori Dalam Ilmu Sejarah dan Arkeologi , 6. 16 Arditya Prayogi, “Paradigma Positivisme Dan Idealisme Dalam Ilmu Sejarah: Tinjauan Reflektif Terhadap Posisi Sejarah Sebagai Ilmu,” Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam 21, no. 1 (2021): 75–90. 17 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia : Suatu Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982), 48–50. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi direduksi dengan adanya tingkatan dalam generalisasi sejarah (begitu juga ilmu sosial/humaniora), yakni generalisasi universal, dan generalisasi lokal. Atas dasar ini, generalisasi dalam sejarah merupakan sebuah istilah yang tidak sepenuhnya diterima, namun telah menjadi sebuah konsep. Sebagai ilmu yang menekankan kekuatan narasi/kualitatif, maka sejarah memiliki generalisasi yang dapat dijelaskan melalui pendekatan ilmu-ilmu sosial. Sejarah jarang atau tidak pernah mengalami sebuah keajegan yang menimbulkan dalil atau hukum universal. Dalam hal ini terdapat “konsep” yang dapat menjadi alat analisis generalisasi dalam sejarah seperti perubahan, revolusi, sebab akibat, dan sebagainya yang bisa dilihat dari berbagai historiografi yang ada. 18 Dalam praktiknya, terdapat empat makna penting yang dimiliki dalam penulisan generalisasi sejarah yaitu covering law , silogisme, generalisasi sejarah, dan inferensi statistik. Yang pertama, covering law . Merupakan hukum universal yang berasal dari hukum ilmu alam. Hakikatnya sejarawan adalah ahli ilmu alam itu sendiri, dimana kausalitas sejarah itu haruslah dianggap sama saja dengan kausalitas ilmu alam, yang turut patuh pada hukum-hukum yang universal ( general laws ). Kedua, silogisme merupakan proses generalisasi empiris. Ketiga, generalisasi sejarah, adalah generalisasi yang dibuat dengan proses pembandingan berbagai unit sejarah. Terakhir, inferensi statistik, yang merupakan metode statistik, berupa distribusi, korelasi, regresi, content analysis , dan time series yang berakhir pada pembentukan generalisasi itu sendiri. 19 Dengan sifatnya yang berupa eksplanasi, sejarah sebagai ilmu haruslah menghasilkan sebuah kesimpulan layaknya ilmu-ilmu yang lain. Metode sejarah yang bersifat kualitatif, akan membedakannya dengan ilmu- imu alam, dimana jika ilmu alam akan menghasilkan teori atau hukum alam yang ajeg, maka sejarah akan menghasilkan generalisasi. Generalisasi merupakan efek dari salah satu karakteristik yakni induktif, dimana generalisasi mencari dalil umum yang ditarik dari peristiwa yang khusus. Generalisasi dalam sejarah dapat bertujuan untuk saintifikasi dan simplifikasi, 18 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 351. 19 Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 97–98. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi Secara sederhana, generalisasi adalah proses penarikan kesimpulan dari hal spesifik/khusus kepada hal yang general /umum yang dapat memunculkan dugaan sementara/hipotesis (yang deskriptif). Tujuan generalisasi sendiri mencakup dua hal; saintifikasi dan simplifikasi. Dalam sejarah, tujuan saintifikasi itu sendiri, menempatkan generalisasi dapat menjadi spesifikasi bagi ilmu lain, atau dalam posisi lain dapat dianggap menjadi ”dasar teori”/ grounded theory . Jika sejarah dipahami sebagai sebuah “teori” (atau menghasilkan teori) maka hal tersebut adalah “generalisasi” itu sendiri. Sedangkan simplifikasi, dilakukan agar sejarawan dapat melakukan analisis lebih jauh. Generalisasi sendiri terdiri dari berbagai bentuk antara lain, generalisasi konseptual, personal, tematik, spasial, periodik, sosial, kausal, kultural, sistemik, struktural, deskriptif, korelatif, dan kondisional. 20 Meski demikian, dalam generalisasi, para sejarawan (sering) terjebak apabila generalisasi (justru) dianggap sebagai hukum umum yang pasti serta tidak representatif Padahal di sisi lain, ilmu sejarah itu bersifat induktif dan bukan deduktif. Untuk mempertanggung jawabkan keilmiahan sejarah sebagai ilmu dengan pendekatan kualitatif, maka seorang sejarawan harus mampu untuk mengumpulkan semua data yang relevan dengan pertimbangan yang definitif. Sejarawan juga harus menilai penuh setiap data yang dikumpulkannya dan melakukan usaha semaksimal mungkin untuk netral dalam wilayah yang ditelitinya Sejarawan juga harus mampu memberikan pertimbangan matang dan menghindari konklusi yang tidak logis dan tidak berdasarkan atas bukti. 21 Dalam sejarah dan sifat-sifatnya, pengungkapan keajegan dapat dieksplorasi dengan bantuan berbagai alat analitis dari ilmu sosial- humaniora. Pada titik ini juga muncul istilah “sejarah berulang”, yang berarti memberikan suatu generalisasi berupa pola jalannya suatu proses. Dalam kajian sejarah dapat diberikan suatu contoh mengenai generalisasi dalam sebuah studi komparatif. Revolusi misalnya, dimana dalam segi substansialnya, tiap peristiwa revolusi merupakan hal yang unik, namun dalam segi formalnya akan mampu memunculkan generalisasi. Gerakan petani, dapat digeneralisasikan sebagai sebuah gerakan sosial, dengan aspek 20 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2001), 142–49. 21 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah , Terj. Nugr (Jakarta: UI Press, 2006), 236– 38. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi adanya ideologi sebagai penggerak, sifat revolusi yang berlangsung singkat, dan berakhir dengan kekerasan. Darisini sejarah dengan pendekatan kualitatif yang hanya mendeskripsikan sebuah peristiwa khusus saja, tanpa adanya sebuah generalisasi menjadi sebatas pemberitahuan fakta dan informasi semata. Namun dengan adanya penarikan induksi, generalisasi sejarah mampu memunculkan sebuah “dalil” atau hukum yang dapat mengembangkan sejarah sebagai ilmu lebih jauh. 22 Hingga saat ini, pendekatan kualitatif (masih akan) menjadi kecenderungan yang digunakan dalam metode sejarah, walau masih terdapat kelemahan didalam pendekatan kualitatif. Kelemahan-kelemahan itu bersumber dari tidak adanya dasar-dasar pengukuran akan kebenaran data dan fakta sejarah yang jelas dalam berbagai instrumennya, serta tidak adanya pedoman-pedoman umum apalagi khusus, dalam teknik serta metode dalam menganalisis hubungan antar berbagai peristiwa sejarah, hingga analisis antar hubungannya lebih banyak ditentukan oleh intepretasi subjektif yang erat kaitannya dengan intuisi dan imajinasi sejarawan yang pengujian kadar kebenarannya sulit dilakukan secara empiris. Generalisasi dalam sejarah pun dianggap memiliki validitas yang terbatas dan tak dapat diklaim bahwa validitas serta intepretasi seorang sejarawan lebih unggul dari sejarawan lain. Atas dasar ini, para sejarawan haruslah mampu membedakan berbagai peristiwa yang “historicable” dan yang tidak. Untuk itulah pendekatan kualitatif dalam sejarah kemudian mengharuskan para sejarawan untuk menjadikan sejarah sebagai ilmu dengan berbagai cara yang harus dilakukannya. ## Simpulan Sebuah penelitian kualitatif pada dasarnya adalah penelitian ilmiah. Penelitian dengan pendekatan kualitatif telah memiliki metodologi tersendiri yang berbeda dengan ilmu alam, sehingga masing-masing klaim keilmuan dapat terpenuhi. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai penelitian yang alamiah, tanpa melalui rekayasa eksperimen dan menjadikan manusia sebagai subjek juga objek penelitiannya. Sifatnya yang holistik serta 22 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1989), 103–6. ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi fleksibel juga dengan mekanisme induksi menjadikan kebenaran dalam penelitian kualitatif menjadi sebuah kebenaran relatif. Sejarah sebagai ilmu humaniora berarti sejarah memiliki metode dan metodologi keilmuannya sendiri yang membedakannya dengan ilmu alam. Perdebatan tentang keilmiahan suatu ilmu turut dijawab sejarah melalui generalisasi. Sifat sejarah yang deskriptif-naratif dan menekankan pada kekuatan bahasa, menghasilkan sebuah generalisasi umum berupa sebuah konsep atau pola dalam sejarah dan turut memengaruhi perkembangan ilmu- ilmu sosial lain. Generalisasi dalam sejarah tentu tidak berdiri sendiri karena sejarah membutuhkan bantuan ilmu sosial lain dalam ekplanasinya. Pun begitu, sejarah tetaplah sebuah eksplanasi atas peristiwa yang dialami manusia pada masa lampau yang dikonstruksi kembali oleh sejarawan. Hal ini menjadikan unsur subjektivitas tidak dapat dihilangkan dan pada akhirnya menjadikan pendekatan kualitatif menjadi tidak terpisahkan dalam ilmu sejarah. ## Daftar Sumber Aholiab, Watloly. Tanggung Jawab Pengetahuan : Mempertimbangkan Epistemologi Secara Kultural . Yogyakarta: Kanisius, 2001. Asba, Rasyid A. Paradigma Baru Perkembangan Teori Dalam Ilmu Sejarah dan Arkeologi . Makalah Bulan Bahasa . Universitas Hassanudin, 2007. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah . Terj. Nugr. Jakarta: UI Press, 2006. Kartodirdjo, Sartono. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia : Suatu Alternatif . Jakarta: Gramedia, 1982. ———. Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah . Jakarta: Gramedia, 1989. Kholil, Syukur. Metode Penelitian Komunikasi . Jakarta: Gramedia, 2006. Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah . Yogyakarta: Bentang, 2001. ———. Penjelasan Sejarah . Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008. Muhsin Z, Mumuh. “Urgensitas Analisis Kuantitatif Dalam Penelitian Sejarah”. Makalah Seminar Akademik . Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran, 2009. Prayogi, Arditya. “Paradigma Positivisme Dan Idealisme Dalam Ilmu Sejarah: Tinjauan Reflektif Terhadap Posisi Sejarah Sebagai Ilmu.” ## Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sejarah: Sebuah Telaah Konseptual| Arditya Prayogi Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam 21, no. 1 (2021). Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya . Jakarta: Grasindo, 2007. Rahmat, Puput Saeful. “Penelitian Kualitatif.” Jurnal Equilibrium 5, no. 9 (2009). Septiawan, Santana K. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif . Jakarta: Yayasan Obor, 2007. Sjamsudin, Helius. Metodologi Sejarah . Yogyakarta: Ombak, 2007. Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural . Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
55d35af0-3787-44eb-b544-69bd9aed171b
http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt/article/download/524/262
Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt ISSN 2549-7383 (online) https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) Bobot Karkas Dan Lemak Abdomen Ayam Broiler Yang Diberi Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive Dengan Lama Waktu Yang Berbeda Anie Insulistyowati 1 , Maksudi 2 , Agus Budiansyah 3 1,2,3 Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Email : [email protected] Submit : 16-11-2023 Revisi : 3-12-2023 Diterima : 20-12-2023 ## ABSTRACT The use of herbal ingredients is often included in the diet and drinking water of broiler chickens to enhance their immune system and performance. However, the duration of administering herbal concoctions can have positive or negative effects. Thus, this study was conducted to determine the effect of the length of administration of Curcuma xanthorriza Roxb), turmeric, and probiotic herbal concoctions on carcass weight and abdominal fat in broiler chickens. The research involved 200 MB-202 DOC broilers in colony cages with 10 birds per cage and commercial feed Novo-511 Non-AGP from the starter to finisher phase. The completely randomized design was used to apply treatments based on the length of time the herbal concoction was given: P0: without herbal concoction (ad-libitum), P1: administration for 1 week, P2: administration for 2 weeks, P3: administration for 3 weeks, and P4: administration for 4 weeks. The results showed that administering herbal concoctions for 1 up to 4 weeks significantly increased consumption and absolute carcass weight, but did not significantly reduce abdominal fat. Therefore, the study concluded that administering herbal concoctions for 1 week was sufficient in increasing absolute carcass weight and reducing abdominal fat in broiler chickens. Keywords : Abdominal fat, Curcuma xanthorriza Roxb, Feed additive, Probiotics, ## Turmeric ## ABSTRAK Penggunaan ramuan herbal sering digunakan dalam ransum maupun air minum ayam broiler dengan tujuan untuk menjaga daya tahan tubuh dan performanya. Durasi pemberian ramuan herbal pada ternak dapat memberikan efek yang positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemberian ramuan herbal temulawak, kunyit dan probiotik terhadap bobot karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Penelitian menggunakan 200 ekor DOC broiler MB-202 dalam kandang koloni yang diisi dengan 10 ekor per kendang dengan pakan komersil Novo-511 Non-AGP. Perlakuan yang diterapkan dalam rancangan acak lengkap adalah lama waktu pemberian ramuan herbal yaitu: P0: tanpa ramuan herbal (ad-libitum), P1: pemberian selama1 minggu, P2: pemberian selama 2 minggu, P3: pemberian selama 3 minggu, dan P4: pemberian selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ramuan herbal 1sampai 4 minggu nyata meningkatkan konsumsi dan bobot karkas mutlak, namun tidak nyata dalam menurunkan lemak abdomen. Disimpulkan pemberian ramuan herbal selama 1 minggu sudah mampu meningkatkan bobot karkas mutlak dan cenderung menurunkan lemak abdomen ayam broiler. Kata kunci: Feed additive, Lemak abdomen, Kunyit, Probiotik, Temulawak. ## 1 Pendahuluan Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang murah dan berkualitas serta digemari masyarakat. Permintaan produk ayam broiler sekarang bukan berdasarkan bobot badan broiler yang tinggi semata namun mempunyai timbunan lemak http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) yang rendah. Oleh karena itu, produsen broiler dituntut untuk menghasilkan daging rendah lemak, karena lemak mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatan konsumen (Ismail et al., 2021). Untuk mendapatkan ayam dengan karkas dan kandungan lemak yang rendah diperlukan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang sesuai (Tahalele et al., 2018). Banyak penelitian dilakukan menggunakan ramuan herbal yang menghasilkan penurunan lemak abdominal. Penggunaan ramuan herbal ini sebenarnya ditujukan untuk peningkatan imun tubuh, nafsu makan sehingga mengakibatkan peningkatan dari pertambahan dari bobot badan. Lipinski et al. (2019) mengunakan ransum yang mengandung formula herbal Superliv (Ayurvet; Delhi, India) yang mengandung seperti: Ichnocarpus frutescens, Terminalia chebula, Sida cordifolia, Terminalia arjuna, Phyllanthus emblica, Tephrosia purpurea, Fumaria indica, Andrographis paniculata, Azadirachta indica, Tinospora cordifolia, Achyranthes aspera, Boerhavia diffusa, Solanum nigrum, Citrullus colocynthis, Eclipta alba, Aphanamixis polystachya and Phyllanthus niruri menghasilkan lemak abdominal yang menurun. Penggunaan ramuan herbal kunyit dan daun sirih di dalam air minum juga telah dilakukan oleh Alhadi et al. (2021) pada ayam broiler menghasilkan lemak abdominal yang cenderung menurun. Salmah (2020) menggunakan bawang putih ( Allium satuvum ), kencur ( Kaempferia galangal ), kunyit ( Curcuma domestika ), temulawak ( Curcuma xanthoriza ), jahe ( Zingiber officinale ), daun sirih ( Piper Better Linn ), sereh lewat air minum pada ayam broiler menghasilkan persentase lemak abdominal yang meningkat. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda dalam penurunan lemak abdominal. Herbal seperti kunyit dan temulawak sudah banyak digunakan dalam ransum maupun air minum broiler untuk meningkatkan nafsu makan dan imun tubuh. Kunyit dan temulawak kaya akan antioksidan yang memberikan efek positif terhadap kesehatan dan ketahanan tubuh ternak serta mengandung minyak atsiri (Khurun’in et al., 2023). Senyawa kurkumin dan minyak atsiri pada kunyit membantu proses metabolisme enzim pada tubuh ternak (Kuswandi et al., 2022). Penggunaan rimpang kunyit dalam pakan ayam umumnya bertujuan untuk menurunkan tingkat populasi bakteri dalam saluran pencernaan ayam serta pencemaran produknya (Rahayu & Budiman, 2015), sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Sementara itu, khasiat temulawak yang sudah dirasakan manusia adalah untuk mengatasi gangguan pada organ pencernaan seperti pembangkit nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati (Dalimartha, 2000). Penggunaan sebanyak 2-3% tepung temulawak dalam ransum dapat menurunkan lemak abdomen ayam broiler (Sinar & Wardiny, 2012). Dipertegas oleh hasil Jumiati et al., (2017), bahwa penggunaan temulawak dalam ransum sebanyak 1-3% juga dapat meningkatkan bobot Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt ISSN 2549-7383 (online) https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) potong dan menurunkan persentase lemak abdominal. Kinerja temulawak dan kunyit ini dapat didukung dengan penambahan probiotik yang mengandung bakteri baik bagi pencernaan, seperti asam laktat. Hasil penelitian Manin et al. (2014) pemberian probiotik probio_FM dapat meningkatkan jumlah eritrosit dan hemoglobin, serta mampu menurunkan nilai pH dan jumlah bakteri Eshericia coli usus halus ternak itik Kerinci jantan periode pertumbuhan. Jamu kombinasi jahe, kunyit, dan temulawak mampu meningkatkan performa ayam broiler dengan menekan mortalitas dan mengoptimalkan fungsi organ dalam broiler (Mustika et al., 2022). Pemberian campuran herbal (tepung alfalfa, kayu manis, akar Arctium , akar Glycyrrhiza glabra ) sebanyak 10g/kg ransum pada ayam broiler umur 1-21 hari, 1-33 hari dan 1-42 hari, menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol (Khaligh et al., 2011). Namun demikian, pemakaian herbal dapat menimbulkan efek samping (efek negatif) disebabkan oleh over dosis dan waktu pemakaian yang salah (Primandini et al., 2012). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemberian ramuan herbal (temulawak dan kunyit yang ditambah dengan probiotik) di dalam air minum terhadap bobot karkas dan lemak abdominal ayam broiler. ## 2 Metode Penelitian dilakukan di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Sebanyak 200 ekor DOC broiler MB-202 P digunakan dalam penelitian ini. Kandang yang digunakan adalah kandang koloni yang masing-masing menampung 10 ekor ayam. Pakan yang diberikan selama penelitian adalah Novo-511 Non-AGP, yaitu pakan non-AGP yang sesuai untuk fase pertumbuhan dari starter hingga finisher. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Masing-masing unit percobaan terdiri atas 10 ekor ayam. Perlakuan yang diterapkan adalah lama waktu pemberian ramuan herbal yang dicampur dalam air minum ayam broiler, yaitu: P0: tanpa ramuan herbal (ad-libitum), P1: pemberian selama1 minggu, P2: pemberian selama 2 minggu, P3: pemberian selama 3 minggu, dan P4: pemberian selama 4 minggu. Ramuan herbal yang digunakan dalam perlakuan adalah temulawak dan kunyit yang dicampur dengan probiotik Probio FM (1:1:0,2). http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) Tabel 1. Tabel komposisi ramuan hebal Bahan-bahan Komposisi pemakaian Kunyit (g) 500 Temulawak (g) 500 Molases (ml) 250 Probio-FM (ml) 100 Air bersih (ml) 10.000 Penyiapan larutan herbal untuk ternak; temulawak dan kunyit segar dicuci, diiris tipis, dan dihaluskan menggunakan blender. Molase dan probiotik kemudian ditambahkan ke dalam campuran. Air bersih ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran ini hingga volumenya mencapai 10 liter, dan diaduk rata. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik tertutup dan disimpan pada suhu kamar. Tutupnya dibuka selama 6 menit setiap hari dan larutan diaduk. Setelah 6 hari atau setelah tidak ada pembentukan gas, larutan herbal siap dicampurkan ke dalam air minum ternak khususnya ayam dengan konsentrasi 4,5%. Sebanyak 45 ml bahan herbal dicampur dengan 955 ml air hingga menjadi 1000 ml air minum untuk mencapai konsentrasi tersebut (Insulistyowati et al. 2010). Dalam penelitian ini performa ayam dievaluasi berdasarkan berbagai variabel yang diamati, seperti rasio dan konsumsi ransum, bobot karkas mutlak, bobot lemak abdomen, dan persentase lemak abdomen (lemak abdominal relatif). 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐴𝑏𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓(%) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑎𝑏𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝑔) 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 (𝑔) 𝑥100 Data yang terkumpul dianalisis menggunakan ANOVA dengan rancangan acak. Apabila terdapat pengaruh yang nyata maka akan dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1997). ## 3 Hasil dan Pembahasan Pengaruh lama pemberian ramuan herbal dalam air minum broiler terhadap rataan bobot potong, bobot karkas mutlak, dan bobot karkas relatif tercantum pada Tabel 2. Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt ISSN 2549-7383 (online) https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) Tabel 2. Rataan konsumsi ransum dan bobot karkas mutlak ayam yang diberikan ramuan herbal dengan lama waktu yang berbeda Lama waktu pemberian (minggu) Konsumsi ransum (g/ekor.mgg) Bobot karkas mutlak (g/ekor) Kontrol (tanpa ramuan herbal – ad libitum) 269,90 C 535,00 B 1 288,94 B 586,00 A 2 286,71 B 588,00 A 3 317,42 A 600,75 A 4 317,45 A 607,25 A Keterangan: Superskrip dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perberdaan nyata (P<0,01) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama pemberian ramuan herbal dalam air minum sangat nyata (P<0,01) meningkatkan konsumsi ransum dan bobot karkas mutlak. Konsumsi ransum dan bobot karkas mutlak dari ayam yang diberikan ramuan herbal dengan lama waktu pemberian yang berbeda berbeda nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan kontrol (tanpa ramuan herbal). Konsumsi ransum dan bobot karkas mutlak meningkat dengan meningkatnya lama waktu pemberian ramuan herbal dalam air minum. Persentase peningkatan bobot potong yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih baik dibandingkan yang dilaporkan oleh Alifian et al. (2018) dimana pemberian feed additive herbal temulawak dan kunyit dalam air minum tidak memberikan pengaruh terhadap bobot badan akhir, bahkan cenderung menurunkan bobot badan akhir. Penelitian Alhadi et al. (2021) melaporkan bobot karkas ayam broiler (umur 28 hari) yang diberikan ramuan kunyit sebanyak 25% dalam air minum hanya memberikan persentase peningkatan sebesar 0,1%. Primandini et al. (2012) melaporkan bahwa penambahan ampas mengkudu sebanyak 0,5 – 1 g/kg, yang diberikan secara terus menerus maupun dengan jeda waktu seminggu sekali tidak menunjukkan perubahan anatomi usus. Sementara, anatomi usus termasuk villi usus berkaitan dengan kemampuan sekresi enzim pencernaan, sehingga ternak mempunyai kemampuan penyerapan gizi yang sama. Tabel 3. Rataan lemak abdomen (LA), dan lemak abdomen relatif (LAR) ayam yang diberikan ramuan herbal dengan lama waktu yang berbeda Lama waktu pemberian (minggu) Lemak abdomen (g/ekor) Lemak abdomen relatif (%) Kontrol (air minum tanpa ramuan herbal – ad libitum) 7,25 ± 0,96 1,356 ± 0,18 1 8,00 ± 1,15 1,362 ± 0,15 2 8,00 ± 0,82 1,396 ± 0,14 3 8,25 ± 1,26 1,369 ± 0,16 4 8,38 ± 1,09 1,326 ± 0,13 Pemberian ramuan herbal dalam air minum dengan lama waktu yang berbeda tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap lemak abdomen baik mutlak maupun relatif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ramuan herbal dalam air minum dengan lama waktu yang http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) berbeda dari 1 sampai 4 minggu dapat menghasilkan bobot lemak abdomen relatif yang relatif sama, namun secara persentase lama waktu pemberian 4 minggu cenderung menurun dibandingkan kontrol. Penurunan lemak abdominal disebabkan karena berkurangnya nilai proksidasi lipid dari ayam yang diberikan suplemen herbal sebagai akibat dari efek antioksidan dari suplemen herbal (Rao & Gurram 2021). Hasil penelitian pemberian jamu herbal yang mengandung kunyit ( Curcuma longa Linn), temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan kencur ( Kaempferia galanga Linn) yang difermentasi dengan EM-4 menurunkan persentase lemak abdominal ayam broiler (Susilawati, 2018). Di penelitian lain, Tahalele et al (2018) juga memberikan ramuan herbal berbagai macam rimpang (temu lawak, kunyit, jahe dan kencur), daun sirih dan daun mahkota dewa yang difermentasi dengan EM4 an secara nyata menurunkan persentase lemak abdomen. Hasil yang sama diperoleh oleh Giang et al., (2023), penggunaan herbal mix (bawang putih, kunyit, sereh dan herbal mix lainnya) sampai 1% di dalam ransum cenderung menurunkan lemak abdomen, meskipun pengaruhnya tidak nyata. ## 4 Kesimpulan Lama pemberian ramuan herbal dalam air minum selama 1 minggu sudah dapat meningkatkan bobot karkas mutlak dan penurunan lemak abdomen. Pemberian ramuan herbal selama 4 minggu menghasilkan peningkatan bobot karkas mutlak dan penurunan lemak abdomen yang lebih baik . ## DAFTAR PUSTAKA Alifian, M. D., Nahrowi, dan Evvyernie, D. (2018). Pengaruh pemberian imbuhan pakan herbal terhadap performa ayam broiler. Buletin Makanan Ternak 16(1): 47-57 Alhadi, M. P., Erwan, E., Elviriadi dan Rodiallah, M. (2021). Efek pemberian air rebusan kunyit ( Curcuma domestica ) dan daun sirih ( Piper betle linn) di dalam air minum dan kombinasi keduanya terhadap bobot karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Jurnal Sain Peternakan Indonesia , 16(2): 148-155. DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.2.148-155 Dalimartha, S. (2000). Tiga Puluh Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol . Panebar Swadaya, Jakarta. Giang, N. T., Hang, L. T. T., Khoa, D. V. A., Chau, M. H., Loan, P. P., Loan, L. T. T., Hoang, V. T. K., and Mai, B. T. D. (2023). Effect of the herb mixture as phytogenic feed additive on growth performance and carcass traits of Noi chickens. Livestock Research for Rural Development. Volume 35, Article #44. Retrieved December 9, 2023, from http://www.lrrd.org/lrrd35/5/3544ntgi.htm Insulistyowati, A., Manin, F., dan Maksudi, (2010)., Penggunaan Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan Probiotik Lactobacillus acidophilus sebagai Feed Aditive Dalam Air Minum Terhadap Performans dan Kolesterol Ayam Broiler. Laporan Penelitian. Program IM-HERE, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt ISSN 2549-7383 (online) https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) Ismail, I., Nohong, B., Semaun, R., Rasbawat. (2021). Berat Dan Persentase Karkas Broiler Dengan Penambahan Tepung Daun Katuk. Agromedia 39(1): 24-32 Jumiati, S., Nuraini, dan Rahim. (2017). Bobot potong, karkas, giblet dan lemak abdominal ayam broiler yang temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam pakan. JITRO 4(3): 11-19. Khaligh, F., Sadeghi, G., Karimi, A., and Vaziry, A. (2011) Evaluation of different medicinal plants blends in diets for broiler chickens. Journal of Medicinal Plants Research 5(10), 1971-1977. Khurun’in, A., Kristanti, N. D., Sutoyo. (2023). Penambahan feed additive berupa sari kunyit ( Curcuma domestica Val.) dan temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb) untuk sapi peranakan simmental di departemen riset PT. Petrokimia Gresik. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis , 6(1): 1-8 . Kuswandi, W., Berliana, Nelwida, & Nurhayati. (2022). Bobot organ pencernaan broiler yang diberi tepung kunyit (Curcuma domestica) dalam ransum yang mengandung black garlic. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan , 25(2), 199-214. DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v2 5i2.19271 Lipinski, K., Antoszkiewicz, Z., Kotlarczyk, S., Mazur-Ku´snirek, M., Kaliniewicz, J., and Makowski, Z. (2019). The effect of herbal feed additive on the growth performance, carcass characteristics, and meat quality of broiler chickens fed low-energy diets. Arch. Anim. Breed , 62; 33–40. https://doi.org/10.5194/aab-62-33-2019 Manin F., Hendalia, E., Yatno, Rahayu, P. (2014). Dampak Pemberian Probiotik Probio_FM Terhadap Status Kesehatan Ternak Itik Kerinci (Impact of Probiotik Probio_FM to Health Status of Kerinci Duck). Jurnal Ilmu Ternak , 1(2): 7 – 11 Mustika, A. A., Andriyanto, Mohamad, K., Sutardi, L. N., Rabiáh, S., Pangesti, U. I., Leluala, S. M. (2022). Performa broiler dengan pemberian jamu kombinasi jahe kunyit dan temulawak. Acta Veterina Indonesiana 10(3): 253-261 Primandini, Y., Mahfudz, L. D., dan Sukamto, B. (2012). Interval Waktu Penambahan ampas Mengkudu ( Morinda citrifolia L.) dalam ransum terhadap performans ayam broiler. Agripet 12(1): 16-22 Rao, H. and S. Gurram. (2021). Effect of Herbal Feed Additives on Performance, Immunity, Serum Parameters, and E. coli Counts of Broilers under Heat Stress. Indian J. Anim. Nutr. 38 (1): 61-67. doi: 10.5958/2231-6744.2021.00009.8 Rahayu, I.H.S. dan Budiman C. (2015). Pemanfaatan tanaman tradisional sebagai feed additive dalam upaya menciptakan budidaya ayam lokal ramah lingkungan, Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal . p 126-131. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83266 Sinar, T. E. A. dan Wardiny, T. M. 2012. Pengaruh temulawak ( Curcuma xanthorriza Roxb) dalam ransumterhadap penampilan dan kandungan lemak abdomen ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional MIPA UNDIKSHA. Salmah. (2020). Pengaruh penambahan ramuan herbal pada air minum terhadap persentase karkas dan persentase lemak pada ayam kampung super. Indonesian Journal of Educational Development (IJED) , 1(3): 410-416. https://doi.org/10.5281/zenodo.4285032 Steel, R.G.D., and Torrie, J.H. (1991). Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik . Alih bahasa. Sumantri. Gramedia. Jakarta. http://ojs.stiperkutim.ac.id/index.php/jpt Jurnal Pertanian Terpadu 11(2): 103-110, Desember 2023 https://doi.org/10.36084/jpt..v8i2.273 ISSN 2354-7251 (print) Susilawati, N. P. (2018). Persentase bobot karkas dan lemak abdominal ayambroiler yang di beri ramuan jamu hasil fermentasi menggunakan EM-4 ( Effective microorganisms - 4). Jurnal Fapertanak , Vol. III, No.1; 82-88 Tahalele, Y., Montong, M. E. R., Nangoi, F. J., Sarajr, C. L. K. (2018). Pengaruh penambahan ramuan herbal pada air minum terhadap persentase karkas, persentase lemak abdomen dan Persentase hati pada ayam kampung super. Jurnal Zootek 38(1): 160 - 168
6ab205ec-3219-4c48-a86c-29f4ccddac99
https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/TAWAZUN/article/download/4515/2789
## Tawazaun Jurnal Pendidikan Islam http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/TAWAZUN/index Vol. 14, No. 2, 2021, e-ISSN: 2654-5845, hlm. 143-151, DOI: 10.32832/tawazun.v14i2.4515 Article Information: Received March 19, 2021, Accepted August 30, 2021, Published August 31, 2021 Published by: Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor How to cite: Qorni, A. W. A., & Mujahidin, E. (2021). Manajemen Rekrutmen Santri Tahfidz Al- Qu’ran di Ma’had Tahfidz Bina Madani Putri Bogor. Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam, 14(2), 143 – 151. doi: 10.32832/tawazun.v14i2.4515 Manajemen Rekrutmen Santri Tahfidz Al- Qu’ran di Ma'had Tahfidz Bina Madani Putri Bogor Agung Wais Al Qorni*, Endin Mujahidin 1 Pondok Pesantren Al-Ma ’tuq Sukabumi, Indonesia 2 Sekolah Pascasarjana, Universitas ibn Khaldun Bogor , Indonesia *[email protected] ## Abstract The achievement in implementing all programs in the tahfidz Al-Qur ’ an institution is the result of a combination of neat management, the cleverness of the educators and the availability of facilities and infrastructure as well as the input of quality students, this research finds out how the management of santri Mahad Tahfidz Bogor recruitment, a place in meticulous is Ma'had Tahfidz Al-Qur ’ an Boarding Scool which has a focus and commitment in fostering its students to complete memorization of 30 juz, Ma ’ had Bina Madani Boarding scool which is equivalent to the level of Madrasah aliyah. Research shows the existence of santri recruitment management which is carried out in Ma ’ had Bina Madani for adequate input attainment in achieving the target of memorizing the Qur ’ an. This study uses a descriptive qualitative approach with data collection methods with in-depth interviews, observation and documentation. The results showed that Ma ’ had Bina Madani had managed the recruitment of students which included (1) Planning for Santri Tahfidz (2) Implementation of the New Santri Tahfidz Recruitment which included one PSB committee formation, two determinations of the number of students received, three announcements of new santri admissions. Four Registration Five Entrance Selection Six Announcement of New Santri Admission (3) PSB Evaluation (4) New Student Orientation. Keywords : Recruitment; Santri; Tahfidz Al- Qu’ran ; Ma'had Tahfidz; Bina Madani Putri Bogor Abstrak Ketercapaian dalam melaksanakan semua program dalam lembaga tahfidz Al-Qur ’ an merupakan hasil dari paduan antara manajemen yang rapi, keikhlasan para pendidik dan ketersediaan sarana dan prasarana juga input peserta didik yang berkualitas, penelitian ini mengetahui bagaimana manajemen rekrutmen santri Mahad Tahfidz Bogor , tempat yang di teliti merupakan Ma'had Tahfidz Al-Qur ’ an Boarding Scool yang memiliki fokus dan komitmen dalam membina peserta didiknya untuk menyelesaikan hafalan 30 juz, Ma ’ had Bina Madani Boarding scool yang setara dengan jenjang Madrasah aliyah. Penelitian menunjukkan adanya manajemen rekrutmen santri yang dilaksanakan di Ma ’ had Bina Madani untuk ketercapaian Input yang memadai dalam mencapai target hafalan Al Qur ’ an. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma ’ had Bina Madani telah melakukan manajemen rekrutmen santri yang meliputi (1) Perencanaan Santri Tahfidz (2) Pelaksanaan Rekrutmen Santri Tahfidz Baru yang Mencakup satu pembentukan panitia PSB, Dua Penentuan Jumlah Santri yang di terima, tiga Pengumuman Penerimaan santri Baru Empat Pendaftaran Lima Seleksi Masuk Enam Pengumuman Penerimaan Santri Baru (3)Evaluasi PSB (4) Orientasi Peserta didik Baru. Kata kunci: Rekrutmen; Santri; Tahfidz Al- Qu’ran ; Ma'had Tahfidz; Bina Madani Putri Bogor ## Pendahuluan Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan terutama Lembaga tahfidz dalam menjalankan rencana dan target – target yang sudah ditetapkan dalam menghafal Al-Qur ’ an kerap kali antara apa yang direncanakan jauh dengan hasil dan kenyataan, permasalahan ini tentu merupakan rintangan dan sekaligus tantangan bagi lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan tahfidz Al-Qur ’ an yang perlu mendapatkan solusi. Permasalahan yang sering menjadi kendala dalam mencapai target hafalan dalam Lembaga tahfidz Al-Qur ’ an adalah Ketika Pengaturan yang buruk atau dari segi manajemen dan kemampuan suberdaya manusia yang masih jauh dari standar. dua faktor yang telah disebutkan sebelumnya terpenuhi akan tetapi tidak memiliki pengontrolan yang bagus dalam pelaksanaannya maka faktor ini juga yang membuat terganggunya dari pencapaian target Al Qur ’ an, maka dengan manajemen peserta didik, kemampuan peserta didik dapat di alokasikan dan di gunakan untuk menyempurnakan target hasil belajar (Suminar, 2018). Kata Manajemen berasal dari Bahasa Inggris to mange yang memiliki arti mengelola, yang mana pengelolaan dilakukan melalui proses dan di kelola berdasarkan urutan dan fungsi- fungsi manajemen itu sendiri, dan manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang di miliki sekolah, organisasi atau lembaga yang di antaranya adalah manusia, uang, metode, materil, mesin dan pemasaran yang dilakukan secara sistematis dalam suatu proses (Rohiat, 2010). Peserta didik merupakan komponen penting dalam lembaga pendidikan, secara singkat Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada dalam tingkatan perkembangan dan pertumbuhan baik secara psikis, maupun Fisik.(Mustari: 2014), definisi yang lainnya tentang peserta didik adalah: Peserta didik dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang digunakan untuk menunjuk kan pada anak didik, tiga istilah tersebut adalah murid yang secara harfiah adalah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu, tilmidz yang jamaknya tilmidz yang berarti murid, dan thalib al-ilmi yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya. Pada sekolah yang tingkatannya rendah seperti sekolah dasar (SD) digunakan istilah murid atau tilmidz sedangkan pada sekolah yang tingkatannya lebih tinggi seperti SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi digunakan istilah thalib al-ilm (Nata: 2005). Manajemen peserta didik yang berkualitas bagi lembaga pendidik sangat Penting, sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang seiring dengan kemampuan fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik (Deniyati, 2017). Manajemen peserta didik bisa pula di artikan sebagai suatu proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolah, mulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan yang dilakukan selama siswa berada di sekolah sampai dengan siswa menyelesaikan Pendidikannya di sekolah. Dengan kata lain manajemen kesiswaan merupakan keseluruhan proses penyelenggaraan usaha kerja sama dalam bidang kesiswaan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah (Nurhamiyah & Jauhar, 2015) Manajemen kesiswaan di definisikan sebagai penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai keluarnya peserta didik tersebut dari satu sekolah. manajemen kesiswaan bukan hanya bentuk pencatatan data peserta didik melainkan merupakan aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2014) Merupakan faktor pendukung dari kesuksesan rekrutmen peserta didik adalah seleksi, Pentingnya Proses seleksi peserta didik dalam rangka menyelenggarakan Pendidikan menentukan kualitas dan minat yang akan dijadikan pilihan oleh calon peserta didik dalam mengembangkan diri. Di antara fungsi seleksi adalah menganalisis informasi hasil dari proses sebelumnya, membandingkan hasil wawancara dan resume. Membandingkan calon satu dan yang lainnya, membandingkan kelemahan dan kekuatan pera calon, dan memutuskan calon yang paling sesuai dengan persyaratan tenaga yang diperlukan (Anwar: 2011). Sistem penerimaan Santri atau peserta didik lebih cenderung pada cara di mana sistem penerimaan peserta didik adalah cara penerimaan dan penetapan kriteria peserta didik yang di inginkan oleh suatu Lembaga Pendidikan. Di antara sistem penerimaan santri baru ada dua macam sistem meliputi: Pertama, dengan menggunakan sistem promosi, yang mana sistem ini adalah proses penerimaan peserta didik yang tidak menggunakan tes atau seleksi dengan kata lain setiap peserta didik yang mendaftar dan masuk ke suatu lembaga pendidikan tertentu, di terima begitu saja, tidak ada yang ter eliminasi dari semua yang mendaftar dan otomatis menjadi peserta didik suatu sekolah. Berdasarkan penelusuran Ilmiah tentang penelitian yang membahas secara spesifik dari kajian yang terdahulu yang berkaitan tentang Bagaimana Manajemen Rekrutmen santri Tahfidz Al Qu’ran untuk Tingkat Madrasah Aliyah, penulis menemukan kajian terdahulu yang membahas berkaitan tentang penelitian tersebut hanya beberapa yang berhasil di telusuri di antaranya adalah: pertama, Penelitian yang ditulis oleh A. Ubaidillah dalam Tesisnya yang berjudul “Rekrutmen Peserta didik Dalam meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan” dengan hasil Penelitian: strategi Seleksi Penerimaan Peserta didik dalam menyaring Calon Peserta didik yang berkualitas adalah: (1) Menggunakan Strategi Presentasi. (2) Menggunakan seleksi Ketat dan Terintegrasi. (3) Menggunakan dua jalur Pendaftaran. (4) Menggunakan Strategi Pencitraan.( Ubaidillah: 2017) Berdasarkan kondisi yang ada dan pentingnya manajemen rekrutmen santri dalam sebuah lembaga tahfidz Al-Qur ’ an, penelitian ini akan menyajikan manajemen rekrutmen yang diselenggarakan di Ma'had Bina Madai Puri Bogor di mana tempat yang diteliti memiliki keunikan dan hal -hal yang menarik untuk diteliti, sehingga dapat dipaparkan menjadi beberapa poin di antaranya Pertama pelaksanaan rekrutmen santriwati kedua kebijakan penerimaan santriwati baru ketiga sistem seleksi santriwati baru ke empat Pengumuman Penerimaan santriwati baru, kelima Pendaftaran santriwati, ke enam pengumuman peserta didik yang diterima, ke tujuh Evaluasi rekrutmen santriwati di Ma'had Tahfidz Bina Madani Bogor . ## Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-Analitik dengan pendekatan kualitatif Field Research , penelitian ini menggunakan Teknik pengumpulan data dengan menggunakan pendekatan wawancara, secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan penelitian keterangan yang dilaksanakan secara lisan, sepihak dengan arah tujuan yang telah di tentukan guna dalam rangka mendapatkan informasi dari informan, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang mana dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara sebagai intervieweer sedangkan yang terwawancara adalah interviewe yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan ( Moleong, 2019). Dalam melengkapi data dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan yang diteliti yaitu Ma'had Tahfidz Bina Madani Putri Bogor dan data yang berkaitan dengan bidang-bidang di bawahnya, setelah terkumpul dari informasi data kemudian diolah dan dianalisis serta memadukan temuan-temuan di lapangan dengan teori yang di lapangan menjadi landasan penelitian. ## Hasil dan Pembahasan ## A. Perencanaan Santriwati Tahfidz Perencanaan merupakan salah satu dari prinsip yang terdapat dalam kajian manajemen dan merupakan terjemahan dari Planning yang berarti perencanaan atau di lapangan apa yang harus dilakukan. Perencanaan merupakan salah satu hal yang diperhatikan dalam agama Islam dan mendorong kepada umatnya untuk memperhatikan dalam kehidupannya mempersiapkan dan merencanakan perkara yang akan dilakukan sebagai mana firman Allah dalam Surat Al Hasyr 18: َذللَّ ٱ ذن ِ ا ََۚ ذللَّ ٱ ْاوُقذت ٱَو ٖۖ دَغِل ۡتَمذدَق اذم ٞسۡفَن ۡر ُظنَتۡلَو َ ذللَّ ٱ ْاوُقذت ٱ ْاوُنَماَء َنيِذلَّ ٱ اَهيَُّأَٰٓ َي ## َنوُلَمۡعَت اَمِب ُُۢيِبَخ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dalam ayat ini Allah memberikan pelajaran pada kita bahwa setiap perbuatan kita mesti membuat planing atau perencanaan untuk hari esok yang dimaksudkan di sini adalah hari di mana bertemu dengan Allah, sebagaimana yang dikuatkan oleh Imam ibn Katsir tentang makna ayat ini adalah: hendaklah seorang di antara kita menghisab diri kita sebelum kita dihisab oleh Allah, dan hendaklah mempersiapkan amalan untuk hari esok atau planing ( hari kembali kepada Allah)Katsir, 2012). Dalam mengawali merencanakan santri berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan di Ma ’ had Bina Madani Bogor dengan mempertimbangkan segala aspek dan pengalaman yang sudah dirasakan selama menjalan kan Pendidikan khususnya dalam bidang tahfidz Al Qur ’ an, Dalam rangka memulai perencanaan santri di lingkungan Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor dimulai dengan meninjau perencanaan kebutuhan jumlah santri yang akan di rekrut dengan kapasitas dan daya tampung sekolah. Dalam rangka persiapan peserta didik terdapat tahapan yang mencakup) adalah di antara langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan peserta didik, langkah-langkah tersebut meliputi perkiraan Program, perumusan dan pembuatan tujuan, Kebijakan Program, pemrograman itu sendiri, Menyusun langkah-langkah dan tahapannya, Penjadwalan dan Perencanaan Pembiayaan(Imron, 2012). Sebagai mana yang dilaksanakan di Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor membuat perencanaan perkiraan jumlah santri yang akan diterima, menentukan perumusan tujuan, memberikan kebijakan dalam perencanaan santri tahfidz membuatkan program yang langkah-langkah biasa dilaksanakan serta membuat perencanaan anggaran yang akan dikeluarkan semasa kegiatan penerimaan santri tahfidz. Perencanaan rekrutmen santriwati yang dilakukan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor sesungguhnya merupakan satu kegiatan yang termasuk salah satu dari bagian proses manajemen, lebih khususnya dalam manajemen rekrutmen santri. Semua perencanaan yang disusun dan dilaksanakan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor semuanya berpusat dan tidak lepas dari Visi dan Misi Ma'had. ## B. Pelaksanaan Rekrutmen Santri Tahfidz Proses Rekrutmen adalah kegiatan yang memiliki urgensi yang tinggi dalam sebuah lembaga pendidikan, karna kegiatan ini merupakan slah satu motor untuk mendapatkan jumlah siswa atau santri. Sebagai mana pelaksanaan rekrutmen yang dilakukan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor Secara rinci, langkah-langkah pelaksanaan seleksi penerimaan santriwati tahfidz di antaranya adalah: 1) Pembentukan Panitia Penerimaan Santri Baru. 2) Rapat panitia Penerimaan santri Tahfidz. 3) Pembuatan dan pemasangan pengumuman. 4) Pendaftaran. 5) Seleksi. 6) Penentuan Santri yang diterima. 7) Pengumuman santri yang diterima. 8) Daftar Ulang. Proses terakhir yakni; 9) Evaluasi. Pertama, pelaksanaan Penerimaan Santriwati Baru PSB yang dilaksanakan di Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor dengan pembentukan ketua panitia yang ditunjuk secara langsung oleh Mudiroh Ma'had setelah melakukan rapat pimpinan bersama ketua yayasan, yang mana dalam rapat tersebut menghasilkan keputusan terpilihnya ketua PSB yang akan melaksanakan semua persiapan dan pemilihan tahap selanjutnya seluruh struktur bagian dalam kepanitiaan, selanjutnya ketua PSB di Ma ’ had Bina Madani memilih struktur yang dan menentukan semua tugas dan fungsi dalam melaksanakan penerimaan santri baru. Kedua, proses ini merupakan proses terusan yang dilakukan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor yaitu mengadakan rapat panitia peserta santriwati baru, yang di pimpin langsung oleh ketua PSB yang meliputi pemberian pengarahan dan motivasi, mensosialisasikan semua tugas dan fungsi bagian-bagian yang ada di bawah ketua pelaksana. Dalam rapat ini juga setelah pemaparan dan penyampaian semua tugas dan fungsi masing-masing bagian dan seluruh seksi yang ada, keseluruhan anggota panitia dapat berbicara sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Berdasarkan fakta di atas Ma ’ had Bina Madani mengadakan rapat kepanitiaan penerimaan santriwati baru dengan sangat dini bahkan melakukan persiapan dalam tenggang waktu yang sangat jauh dari pendaftaran calon santriwati, dengan sebab memiliki peluang persiapan yang sangat luas dan memilik kesempatan dalam mengantisipasi semua kemungkinan yang tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan waktu yang lam. Ketiga, langkah berikutnya dalam pelaksanaan rekrutmen santriwati tahfidz yang dilakukan adalah pembuatan pengumuman yang dilakukan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor dalam menyelenggarakan penerimaan calon santriwati baru memilih strategi publikasi dengan cara pembuatan pengumuman dengan menyebar brosur yang memuat di dalamnya informasi yang berkaitan penerimaan calon santriwati baru, selain mencetak brosur dalam rangka publikasi dan pengumuman rekrutmen yang ditempuh adalah dengan memaksimalkan fungsi website Ma'had dan pemaksimalan fungsi media sosial. Di antara informasi penting yang tercantum dalam brosur adalah informasi tentang lembaga pendidikan mencakup Visi dan Misi Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor , moto, yang mana ini terhimpun dalam bagian profil Ma'had. Juga tercantum syarat pendaftaran yang meliputi informasi berkaitan syarat administrasi, ataupun syarat akademik, kegiatan ma'had ekstra kurikuler dan Event yang diselenggarakan oleh ma'had, informasi biaya pendidikan dan pendaftaran, batas waktu dimulai pendaftaran dan akhir pendaftaran, juga tercantum yang berkaitan jadwal pengujian atau agenda waktu pelaksanaan tes masuk baik untuk gelombang pertama dan ke dua. Tidak kalah penting Ma ’ had Bina Madani menyematkan dalam brosur yang menjadi sumber informasi yang berkaitan pengumuman penerimaan calon santriwati baru. Keempat, pendaftaran Santriwati baru merupakan langkah yang dihasilkan setelah rangkaian kegiatan yang telah di sebutkan, pendaftaran calon santriwati yang berjalan di Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Januari, dengan jeda waktu yang disediakan ini merupakan jeda yang lumayan panjang, akan tetapi karna mengikuti kebutuhan dan standar yang telah disepakati dalam rapat-rapat sebelumnya pembukaan pendaftaran yang dilakukan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor masih melakukan pembukaan pendaftaran di bulan setelahnya sebagai pendaftaran untuk gelombang ke dua yang dikondisikan dan dibuat dalam penerimaan calon santriwati tahfidz baru. Ketentuan ini tentu memiliki perbedaan dengan sekolah atau lembaga pendidikan negeri atau umum, bahkan dengan pesantren dan lembaga pendidikan yang sederajat, dikarenakan Ma ’ had Bina Madani berstatus sebagai sekolah swasta sehingga memiliki ketentuan yang sesuai disepakati oleh kehendak lembaga bersangkutan Pendaftaran yang dilakukan oleh pihak Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor memilih waktu tersebut, memiliki alasan dan tujuan di antaranya adalah lebih memiliki kebebasan dalam mencari santri yang berbakat dalam bidang tahfidz, selanjutnya menghindari dari calon santriwati yang menjadikan pilihan terakhir atau pilihan alternatif dari sekolah alternatif lain. Kelima, sistem seleksi, Setelah selesai dari fase pendaftaran maka proses selanjutnya adalah proses Seleksi Calon santriwati di mana sistem seleksi yang dianut oleh bina madani menggunakan sistem Karantina yang mana tes ini merupakan penyeleksian yang dilaksanakan selama tiga hari penuh yang di dalamnya memiliki serangkaian tes yang bertahap dan membuat seorang calon santriwati tidak akan bisa melewati tahapan selanjutnya sebelum lolos dari tahapan sebelumnya. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan menggambarkan bagai mana seleksi berjalan dengan nama program karantina, yang mana pada tes ini calon santriwati Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor dites tentang bacaan/ qiraahnya sebagai acuan kemampuan dalam membaca dan menerapkan ilmu tajwid. Setelah mendapatkan hasil dan seluruh panitia yang ditugaskan menyelesaikan tes yang pertama, kemudian calon santriwati baru diberikan kesempatan untuk menghafal, yang mana hafalan yang diberikan dari ayat-ayat yang telah ditentukan dan calon santriwati baru diberikan kesempatan selama satu malam dalam menghafalkan ayat yang telah di berikan oleh masing- masing pengujinya. Di hari selanjutnya para calon santriwati wajib menyetorkan hafalan yang sudah diberikan di hari sebelumnya, kepada Musyarif yang telah ditentukan. Tujuan dari tes Karantina yang demikian adalah sebagai bentuk ikhtiar dalam memiliki calon penghafal Al- Qur ’ an yang berkualitas dan mengetahui batas kemampuan dalam menghafal. Selain seleksi yang berkaitan dengan inti penerimaan calon santriwati baru adalah Al Qur ’ an, dalam masa karantina terdapat penilaian akhlak yang diperhatikan selama berlangsungnya karantina, yang mana poin ini sangat penting dan mempengaruhi terhadap diterima dan tidaknya calon santriwati tersebut. Seleksi yang tak kalah pentingnya adalah seleksi kesehatan yang menjadi pelengkap dari kriteria diterima dan ditolaknya seorang calan santriwati, yang mana tes ini berpedoman kepada tes yang diprasyaratkan di awal masuk dan mengajukan pendaftaran dengan melampirkan surat sehat dari dokter berupa hasil medical chekup . Poin terakhir dari seleksi karantina yang dilaksanakan adalah psikotes dan wawancara calon Santriwati, Di mana Ma ’ had Bina Madani dalam penyelenggaraan untuk psikotes bekerja sama dengan Lembaga yang khusus bergerak dalam psikotes, yang mana Lembaga yang diajak bekerja sama menyiapkan instrumennya dan di kirim ke sekolah atau Ma ’ had Bina Madani, setelah itu di kembalikan ke Lembaga yang diajak kerja sama dan ma'had menerima hasil dari psikotes dari yang telah di isi oleh calon santriwati. Keenam, menentuan santriwati yang diterima, Dalam rangka menentukan calon santri yang diterima dan tidak diterima dalam sebuah Lembaga pendidikan setelah proses penyeleksian memiliki beberapa macam cara dalam menentukan peserta didik yang diterima di antaranya ada yang menggunakan Sistem DANEM atau Data Nilai Ebta Murni, maka yang menentukan dengan kriteria ini akan menerima calon peserta didiknya berdasarkan nilai DANEM tersebut sesuai standar yang di sepakati sebuah lembaga, yang lainnya dengan sistem PMDK yang mana calon Peserta didik akan diterima Berdasarkan Rangking dan yang terakhir penerimaan dan penentuan peserta didik yang diterima berdasarkan Tes, konsekuensi dari penerapan sistem ini sekolah akan menerima calon peserta didiknya berdasarkan hasil Tes( Imron: 2021). Penentuan calon Santriwati yang diterima yang dilakukan oleh Ma ’ had Bina Madani Putri menggunakan sistem tes yang dinamakan karantina, di mana semua calon santriwati yang mendaftar akan disaring dan akan melakukan proses karantina secara murni. Secara umum calon santriwati yang mengikuti ujian seleksi dengan Karantina dinyatakan lulus apabila dilihat dari segi bacaan Al-Qur ’ an dengan nilai yang baik yang menstandarinya adalah di atas 80 dari skala 100, yang mana ini merupakan tes yang harus lolos di tahap yang pertama, belum selesai di sana calon santriwati harus lulus Tes karantina yang mana dalam karantina terdapat tes Hafalan yang diberikan sebanyak satu halaman yang diberikan tenggang waktu selama satu malam, yang mana calon santriwati yang dinyatakan lolos adalah yang mampu dan sukses serta lancar dalam menyetorkan hafalannya dengan memperhatikan seluruh aspek bacaan, kelancaran hafalan dan banyak baris yang dihafalkan. Ketika dinyatakan lulus dalam tes hafalan tidak serta merta lulus, akan tetapi ada aspek lain yang menjadi bagian dari karantina yang menentukan kelulusan yaitu penilaian akhlak yang dilakukan oleh semua penguji atau panitia penerimaan santriwati baru melalui pengamatan penuh selama mas Karantina, dan diakhiri dengan kelulusan calon santriwati dalam wawancara dan psikotes yang merupakan rangkaian akhir dari ujian penentuan calon santriwati. Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor dalam menetapkan kebutuhan santriwati yang didasarkan pada kemampuan yang dimiliki untuk penerimaan santriwati baru khusus tingkat madrasah Aliyah yang mana dalam lingkungan Ma ’ had Bina Madani memiliki penyebutan dengan tingkat Mukatsaf menetapkan dalam satu periode penerimaan adalah 25 santriwati. Ketujuh, pengumuman Santriwati yang diterima, proses pengumuman merupakan proses yang penting dalam pelaksana penerimaan calon santri baru, yang mana setiap lembaga pendidikan memiliki cara tertentu dalam pelaksanaannya, proses pengumuman calon santri yang diterima biasnya memiliki jeda waktu yang tidak terlalu jauh dari setelah proses seleksi calon santri baru dilaksanakan, dalam penetapan dan pengumuman calon santri yang diterima melalui penetapan dalam rapat yang diselenggarakan oleh sekolah yang dihadiri oleh seluruh panitia penerimaan santri baru, kepala sekolah dan pimpinan yayasan. Dalam pelaksanaan pengumuman yang terlaksana lingkungan Ma ’ had Bina Madani, setelah melalui proses penetapan dalam rapat penentuan santriwati tahfidz yang dihadiri oleh Mudiroh dan seluruh panitia yang tergabung dalam panitia PSB, menetapkan santriwati yang lulus. Santriwati yang dinyatakan lulus maka akan diumumkan dan diberikan informasi baik secara khusus dengan memberikan pesan yang disampaikan secara pribadi tentang ke lulusannya. Sebagai mana hasil wawancara di atas, Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor termasuk yang menjalan kan pengumuman santri yang telah diterima dengan sistem pengumuman yang terbuka, di mana Lembaga mengumumkan hasil kelulusan santriwati yang bergabung dengan menggunakan website resmi lembaga yang mana semua santri yang mendaftar dapat melihat dan mengakses berita kelulusan. Selain menggunakan Website secara resmi, Ma ’ had Bina Madani juga memaksimalkan pengumuman melalui media sosial terutama WhatsApp yang dikelola oleh sekretaris lembaga. Kedelapan, daftar Ulang, daftar ulang merupakan proses penentuan dan memastikan kesiapan dan kesediaan seluruh santri atau peserta didik yang telah dinyatakan lulus dalam penerimaan santri baru, proses ini wajib dilakukan karna merupakan acuan bagi sekolah dalam menyiapkan segala kebutuhannya. Calon santriwati yang dinyatakan lulus dalam tes yang dilaksanakan oleh Ma ’ had Bina Madani dan telah mendapatkan pengumuman secara resmi wajib mendaftar ulang dengan memenuhi semua persyaratan yang telah disepakati. Di antara syarat yang harus dipenuhi oleh calon santri tahfidz yang dinyatakan lulus adalah memenuhi persyaratan administrasi yang rinciannya sebagai berikut: 1. Uang infak pembangunan: a. Rp. 15.000.000;00 b. Rp. 17.000.000;00 c. Rp. 20.000.000;00 2. Uang DKS (Dana Kebutuhan Santri): Rp. 6.700.000;00 3. Infak bulanan: Rp. 1.350.000;00 4. Biaya eksul dan Kegiatan: Rp.520.000;00 Seluruh biaya yang dicantumkan di atas wajib bagi seluruh calon santriwati yang telah dinyatakan lulus untuk membayarnya ketika melakukan pendaftaran ulang, dari yang dilaksanakan dalam pembayaran yang disyaratkan oleh Ma ’ had Bina Madani terdapat kebijakan bahwa ada keringanan dalam pembayaran ketika mendaftar ulang yaitu membolehkan membayar infak DKS dan membayar infak bangunan di pendaftaran ulang 50 persen. Kesembilan, evaluasi, proses akhir dari infak pelaksanaan penerimaan santriwati Ma ’ had Bina Madani Putri Bogor adalah proses evaluasi penerimaan peserta didik. Tujuan evaluasi sebuah program merupakan salah satu tahapan untuk menjadi acuan dalam ketercapaian sebuah kegiatan akan tingkat keberhasilan dari yang sudah direncanakan, dalam kaitannya dengan evaluasi dalam pembahasan ini adalah, kegiatan evaluasi kegiatan penerimaan santriwati dan santriwati baru yang dilaksanakan di dua lembaga tahfidz yaitu Mahad' Bina Madani Putri Bogor kegiatan evaluasi penerimaan santri baru tahun 2020/2021 terlaksana dengan baik, dan merupakan kegiatan yang sering dilaksanakan setiap tahun ketika setelah selesai dari proses penerimaan calon santri baru. ## Kesimpulan Berdasarkan pembahasan penelitian yang dilakukan ini maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut bahwa manajemen rekrutmen santriwati yang dijalankan oleh Ma'had Tahfidz Bina madani Bogor memiliki pengaruh yang positif terhadap ketercapaian dari menghasilkan santriwati yang mampu mengikuti semua program yang diselenggarakan oleh Lembaga Tahfidz Bina Madani Putri Bogor, yang mana dari mulai persiapan perencanaan penerimaan santriwati tahfidz, pelaksanaan penerimaan santri baru yang mencakup: pertama pembentukan panitia penerimaan santri baru. Kedua, rapat panitia penerimaan santri tahfidz. Ketiga, pembuatan dan pemasangan pengumuman. Keempat , pendaftaran. Kelima , seleksi. Keenam , penentuan santri yang diterima. Ketujuh , pengumuman santri yang diterima. Kedelapan , daftar ulang. Proses terakhir yaitu; kesembilan evaluasi. Pengumuman penerimaan calon santriwati baru, dan evaluasi kegiatan penerimaan calon santriwati baru, semuanya berjalan sesuai dengan prosedur. Dilihat dari hasil penemuan di lapangan dan observasi data Ma ’ had Bina Madani Bogor memiliki keunikan dan ciri khas dalam tes penerimaan calon santriwati baru, di mana lembaga ini menggunakan penerimaan calon santriwatinya dengan pendekatan karantina. Dengan karantina ini memiliki tingkat penyaringan yang ketat dan menghasilkan santriwati yang murni dalam mengikuti ujian, dalam tes karantina dilaksanakan pengujian terhadap kemampuan membaca Al-Qur ’ an, menghafal Al-Qur ’ an ditemukan juga tes akademik, dan tes kesehatan yang mana semuanya menjadi faktor penentu dalam rekrutmen santriwati. Rekrutmen santriwati yang dilakukan dan dijalankan oleh Lembaga Tahfidz Bina Madani Putri Bogor, memiliki dampak yang signifikan dan memberikan nilai positif terhadap keberlangsungan peningkatan hafalan santriwati serta mampu meningkatkan ketercapaian target Al-Qur ’ an dengan durasi yang telah ditetapkan yaitu selama tiga tahun. Fakta di lapangan berdasarkan observasi dan dokumentasi data menunjukkan ketercapaian program tahfidz Tigapuluh juz dapat dicapai dan diikuti oleh mayoritas santriwati yang telah secara ketat mengikuti rekrutmen santriwati yang sudah berjalan, bahkan ditemukan ada beberapa santriwati yang menyelesaikan di bawah tiga tahun. Pengambilan keputusan dan kebijakan dalam menentukan jumlah santri serta waktu yang diambil dalam pelaksanaan rekrutmen santri baru yang di lembaga Tahfidz Bina Madani Putri Bogor menjadi keputusan yang tepat dan mendukun pemilihan dan penyaringan terhadap kualitas pendaftar dan memberikan peluang yang luas bagi lembaga untuk mendapatkan para calon santriwati yang belum mendaftar ke lembaga tahfidz yang lain. Sehingga pembukaan pendaftaran secara dini merupakan langkah yang strategis dalam mendukung mendapatkan kualitas input yang menunjang, maka dengan semua rangkaian manajemen rekrutmen yang dilaksanakan di lembaga Tahfidz Bina Madani Putri Bogor secara tertib dan ketat serta konsisten terhadap semua konsekuensi dan tuntutan dari diharapkan menjadi sebuah percontohan bagi lembaga tahfidz Al-Qur ’ an dalam pelaksanaan rekrutmen peserta didik, sehingga dapat memenuhi target yang menjadi tujuan dalam program menghafal Al-Qur ’ an. ## Daftar Pustaka Deniyati, N. (2017). Manajemen Rekrutmen Peserta Didik. Jurnal Isema: Islamic Educational Management, 2(2), 33 – 39. https://doi.org/10.15575/isema.v2i2.5000. Imron, A. (2011). Manajemen peserta didik berbasis sekolah . Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy, J. ( 2019). Metodologi penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mujahidin, E., & Haris, A. (2020). Pengembangan manajemen peserta didik program tahfizh. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam , 9(1), 068-088. doi: http://doi.org/10.32832/tadibuna.v9i1.2699 Mulyasa, E. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mustari, Muhammad. (2014). Manajemen pendidikn, Jakatra: PT. Raja Grafindo. Nata, Abudin, (2005). Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama. NurHamiyyah, Muhammad Jauhar. et. al. (2015). Pengantar Manajemen Pendidikan di Sekolah . Jakarta: Prestasi Pustaka. Prabu Mangkunegara, A., (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rohiat, D., & Pd, M. (2010 ). Manajemen sekolah . Bandung: PT Refika Aditama. Ubaidillah, A. (2017). "Rekrutmen Pesertadididk Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan", Tesis Pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Nata, Abudin, (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. Katsir, I. A. a. F. I. b. U. I. (2012). Tafsir Al-Qur ’ an al 'Adzim. Mesir: Daar al 'alamiyah.
86a63e99-5f4f-4629-9845-90f6067dd8ec
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/sainstekes/article/download/1426/846
## Tingkat Pengetahuan Erosi Gigi pada Mahasiswa Profesi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Jakarta ## The Level of Knowledge on Tooth Erosion Among Dental Students in Dental Hospital, Jakarta Alisa Novianty Pratiwi, Okky Marita Ardy Faculty of Dentistry, YARSI University, Jakarta Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510 Correspondent Email: [email protected] KATA KUNCI ## Erosi Gigi, Pelajar Gigi, Pengetahuan ABSTRAK Desain penelitian ini adalah penelitian cross-sectional , dengan tujuan untuk menilai pengetahuan yang berkaitan dengan erosi gigi diantara mahasiswa profesi kedokteran gigi yang bekerja di rumah sakit gigi dan mulut, Jakarta. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang didistribusikan kepada 90 peserta dari tiga rumah sakit gigi dan mulut di Jakarta. Tingkat respon peserta adalah 100%. Uji Chi-square dan Mann-Whitney digunakan untuk menganalisis variabel penelitian (p<0,05). Mayoritas peserta telah mendengar tentang erosi (95,6%). 33,3% dari responden hampir tidak melihat pasien dengan erosi gigi, dan 37,8% melaporkan mereka melihat pasien yang mengalami erosi gigi dalam sebulan di rumah sakit gigi dan mulut, tempat mereka bekerja. 90% responden mengetahui dan merasa dapat melakukan diagnosa kondisi erosi gigi. ## KEYWORDS ABSTRACT Tooth Erosion, Dental Student, Knowledge The aim of this cross-sectional study was to assess knowledge related to tooth erosion among dental students in dental hospital, Jakarta. Data were collected by means of a self-applied questionnaires that were distributed among 90 participants from three dental hospitals in Jakarta. The response rate was 100 percent. Chi-square and Mann- Whitney tests were used for statistical analysis (p<0.05). The majority of the participants had heard about erosion (95.6 percent). 33.3 percent of the students almost had not seen a patient with erosion, and 37.8 percent reported they saw a patient with erosion in a month at their dental hospital. 90 percent of the students were knowledgeable and well-prepared to diagnose the condition. ## PENDAHULUAN Erosi gigi bukanlah lesi baru dalam dunia kedokteran gigi. Sebuah survei epidemiologi di Hong Kong menyatakan bahwa 75% anak usia 12 tahun mengalami erosi gigi (Zhang et al ., 2014), dan di negara Libya, terdapat 40,8% anak usia 12 tahun yang mengalami erosi gigi (Huew et al ., 2012). Pada negara Yunani terdapat 78,8% anak- anak usia 5 tahun yang memiliki gigi yang erosi (Montananaki, 2013). Pada kota Jakarta, Indonesia prevalensi erosi gigi pada anak usia 12 tahun sebesar 88% (Septalita et al ., 2017), dan 23,3% anak usia 5 tahun telah memiliki erosi gigi (Maharani et al ., 2019). Erosi gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang bersifat progresif dan irreversible, terjadi oleh karena proses kimia tanpa melibatkan aktifitas bakteri. Pada erosi gigi terjadi proses demineralisasi email oleh asam, namun bukan berasal dari asam hasil metabolisme bakteri (Lussi, 2006; Ren, 2011). Telah diketahui bahwa erosi gigi disebabkan oleh paparan asam tanpa melibatkan aktifitas bakteri. Asam ini dapat berasal dari dalam tubuh (faktor intrinsik) dan luar tubuh (faktor ekstrinsik). Asam intrinsik pada erosi gigi dapat disebabkan oleh asam yang berasal dari gangguan pencernaan seperti pada penderita gastroesophageal reflux disease (GERD), bulimia, anoreksia dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh produksi asam yang berlebih. Asam ekstrinsik erosi gigi adalah asam yang didapatkan karena mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung asam (pH rendah), dan dapat pula berasal dari paparan uap asam yang ada di lingkungan masyarakat. (Lussi, 2006; Ren, 2011). Gejala awal erosi gigi dapat terlihat pada lapisan email yang terkikis, dan bila terus berkembang dapat mencapai lapisan dentin, dan ruang pulpa. Kehilangan struktur gigi ini dapat menyebabkan fraktur email yang mengurangi nilai estetik, serta dapat menyebabkan berkurangnya dimensi vertikal dari oklusal gigi, sehingga dapat mengganggu pengunyahan. Pada tahap lebih lanjut dapat menimbulkan rasa sakit berupa gejala hipersensitif dentin, dan inflamasi pulpa. (Lussi, 2006; Ren, 2011; Tao, 2015). Penyebab erosi gigi yang multifaktorial, dan keadaan erosi gigi tahap awal yang sulit didiagnosa, merupakan salah satu alasan tingkat kesadaran erosi gigi rendah di masyarakat maupun di kalangan tenaga kesehatan gigi (Chu, 2010). Kebanyakan orang tidak akan mencari perawatan untuk erosi gigi sampai lesi ini mencapai tahap lanjut yang menimbulkan gejala hipersensitif, dan membutuhkan perawatan restoratif (Lussi, 2006). Sebagai langkah preventif dari erosi gigi, maka dokter gigi harus mampu mengidentifikasi erosi gigi sejak tahap awal, memahami faktor risiko yang menyebabkan erosi gigi pada setiap pasien, dan melakukan perawatan preventif maupun kuratif yang diperlukan. Kemampuan melakukan diagnosa erosi gigi pada tahap awal sangat tergantung pada kemampun dokter gigi untuk mendeteksi gambaran klinis erosi gigi, namun demikian, belum ada penelitian adekuat yang dapat memberi gambaran tingkat pengetahuan mengenai erosi gigi di kalangan tenaga kesehatan gigi, khususnya di Jakarta. Mahasiswa fakultas kedokteran gigi tingkat profesi yang telah melakukan kegiatan praktik di rumah sakit gigi dan mulut Jakarta, merupakan calon dokter gigi yang memegang peranan penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting untuk mendapatkan data me- ## TINGKAT PENGETAHUAN EROSI GIGI PADA MAHASISWA PROFESI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT JAKARTA mengenai tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi pada mahasiswa tingkat profesi kedokteran gigi. ## METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian cross-sectional , yang di- laksanakan dalam periode Oktober 2018 hingga Maret 2019 di tiga RSGM Jakarta. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat profesi yang bekerja di RSGM Universitas YARSI, RSGM Universitas Indonesia, dan RSGM Universitas Trisakti. Penelitian ini Menggunakan kuesioner yang terlebih dahulu telah dilakukan validasi. Tahapan pertama adalah adapatasi kuesioner dari peneitian terdahulu untuk populasi DKI Jakarta berdasarkan Expert Opinion. Tahapan berikutnya melakukan translation, back translation, review dan penilaian dari ahli yang memiliki kemampuan bilingual (Inggris dan Indonesia), dan kemudian hasilnya dilakukan pretesting pada 25 orang ( convenience sample ). Instrumen yang digunakan sudah dalam bahasa Indonesia. Reliabilitas kuesioner diukur dengan Cronbach s alpha, dengan koefisien 0,72 yang mengindikasikan dapat diterima. Kuesioner berisi beberapa bagian yaitu 9 pertanyaan terbuka mengenai informasi demografi responden, dan 16 pertanyaan tertutup mengenai pengetahuan responden terhadap erosi gigi, dan penilaian diri sendiri atas pengetahuan serta kemampuannya dalam menegakkan diagnosa erosi gigi. Kuesioner didistribuikan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden. Responden yang tidak mengisi secara lengkap kuesioner, maka dianggap gugur. Jenis data pada penelitian ini adalah data primer. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 20 dengan uji deskriptif untuk menilai frekuensi jawaban setiap pertanyaan pada kuesioner. Analisis chi square dan mann- whitney dilakukan untuk menilai perbedaan berdasarkan variabel jenis kelamin, asal RSGM tempat responden bekerja, tahun masuk program sarjana kedokteran gigi (SKG), tahun masuk program profesi kedokteran gigi (pDRG), serta lama responden bekerja di RSGM dengan tingkat pengetahuan erosi gigi. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05 (p. value < 0.05). ## ISI Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik berdasarkan surat kelayakan etik No.292/KEP-UY/BIA/XI/2018, dan pengambilan data penelitian dilakukan mulai Januari hingga Februari 2019. Jumlah responden yang diperiksa dalam penelitian ini adalah 90 mahasiswa tingkat profesi yang bekerja di tiga Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) di Jakarta, yaitu RSGM Universitas YARSI, RSGM Universitas Indonesia, dan RSGM Universitas Trisakti. Seluruh 90 responden tersebut telah setuju mengikuti penelitian, dan melengkapi kuesioner yang dibagikan. Berdasarkan ini respone rate penelitian ini sebesar 100%. Distribusi responden pada penelitian ini adalah, 30 mahasiswa yang bekerja di RSGM Universitas YARSI, 30 mahasiswa yang bekerja RSGM Universitas Indonesia, dan 30 mahasiswa yang bekerja di RSGM Universitas Trisakti (Tabel 1). Responden adalah ma- ## ALISA NOVIANTY PRATIWI, OKKY MARITA ARDY hasiswa yang memulai studi kedokteran gigi sejak 2012, 2013, dan 2014, dan memulai program profesi di RSGM sejak 2016, 2017, dan 2018, artinya terdapat mahasiswa yang baru memulai program profesi selama 1 semester hingga 6 semester. Responden penelitian menjawab 16 pertanyaan yang berkaitan dengan erosi gigi, 12 pertanyaan akan menggambarkan tingkat pengetahuan erosi gigi, 4 pertanyaan lainnya mengenai kesadaran mereka akan tingkat pengetahuan dan kemampuannya dalam mendiagnosa erosi gigi, serta sumber informasi pertama mereka mengetahui mengenai erosi gigi. Berdasarkan dari 12 pertanyaan tingkat pengetahuan, kemudian dikelompokan menjadi tiga tingkat pengetahuan mengenai erosi gigi, yaitu rendah, sedang, tinggi. Maka didapatkan bahwa 2 (2.2%) responden memiliki pengetahuan yang rendah, 32 (35.6%) responden memiliki pengetahuan erosi gigi yang sedang dan 56 (62.2%) reponden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (Tabel 2). Melalui pertanyaan mengenai kesadaran mereka akan tingkat pengetahuan mengenai erosi gigi, didapatkan bahwa 44 (48.9%) merasa bahwa memiliki pengetahuan yang sangat baik, dan 46 (51.1%) merasa pengetahuannya kurang baik mengenai erosi gigi. Berdasarkan kesadaran mereka mengenai kemampuan dalam mendiagnosa dan melakukan perawatan erosi gigi, 81 (90%) responden merasa mampu melakukannya, dan hanya 9 (10%) merasa belum mampu. Peneliti juga menanyakan frekuensi responden melihat kasus erosi gigi pada pasien RSGM tempat mereka bekerja, dan dinyatakan bahwa 4 (4.4%) repsonden melihat kasus tersebut setiap hari, 8 (8.9%) seminggu sekali, 34 (37.8%) sebulan sekali, 14 (15.6%) setahun sekali, dan 30 (33.3%) responden tidak pernah melihat kasus erosi gigi selama bekerja di RSGM. Tabel 1. Distribusi responden penelitian berdasarkan RSGM tempat bekerja, dan jenis kelamin RSGM Laki – Laki n(%) Perempuan n(%) Total Universitas YARSI Universitas Indonesia Universitas Trisakti 2 (22.2%) 3 (33.3%) 4 (44.4%) 8 (34.6%) 27 (33.3%) 26 (32.1%) 30(100%) 30(100%) 30(100%) Total 9 (100%) 81 (100%) 90(100%) Tabel 2. Distribusi responden penelitian berdasarkan tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi RSGM Tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi Total Rendah Sedang Tinggi Universitas YARSI Universitas Indonesia Universitas Trisakti 0(0) 2(6.7%) 0(0) 14(46.7%) 9(30%) 9(30%) 16(53.3%) 19(63.3%) 21(70%) 30(100%) 30(100%) 30(100%) Total 2(2.2%) 32(35.6%) 56(62.2%) 90(100%) ## TINGKAT PENGETAHUAN EROSI GIGI PADA MAHASISWA PROFESI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT JAKARTA Pada penelitian ini, responden juga ditanyakan mengenai sumber informasi pertama kali mereka mendengar mengenai erosi gigi, dan didapatkan bahwa 86 (95.6%) mendengar informasi erosi gigi pada saat menjalankan program sarjana kedokteran gigi, 1 (1.1%) pada saat program profesi kedokteran gigi, 1(1.1%) melalui seminar, dan 2 (2.2.%) melalui media informasi lainnya, seperti buku, jurnal, atau video pengetahuan. Analisa lebih mendalam dilakukan melalui uji statitisk chi square dan uji mann-whitney untuk mendapakan perbedaan hubungan antara tingkat kesadaran dan pengetahuan dengan jenis kelamin, RSGM tempat responden bekerja, tahun masuk program sarajana kedokeran gigi, tahun masuk program profesi kedokteran gigi dan lama mereka bekerja di RSGM (semester). Berdasarkan hasil uji tersebut, didapatkan bahwa hanya jenis kelamin yang memiliki perbedaan bermakna dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi, dengan hasil p- value <0,05 (Tabel 3). Tabel 3. Analisis perbedaan tingkat pengetahuan erosi gigi pada mahasiswa profesi yang bekerja di RSGM Jakarta Tingkat Pengetahun Total P-Value Rendah n (%) Sedang n (%) Tinggi n (%) n (%) Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan 0(0) 2(2.5%) 0(0) 32(39.5%) 9(100%) 47(58%) 9(100%) 81(100%) 0,048* RSGM Universitas YARSI Universitas Indonesia Universitas Trisakti 0(0) 2(6.7%) 0(0) 14(46.7%) 9(30%) 9(30%) 16(53.3%) 19(63.3%) 21(70%) 30(100%) 30(100%) 30(100%) 0.182 Tahun masuk SKG 2012 2013 2014 0(0) 1(1.8%) 1(4.2%) 4(44.4%) 17(29.8%) 11(45.8%) 5(55.6%) 39(68.4%) 12(50%) 9(100%) 57(100%) 24(100%) 0.542 Tahun masuk pDRG 2016 2017 2018 0(0) 1(1.8%) 1(4.2%) 4(44.4%) 17(29.8%) 11(45.8%) 5(55.6%) 39(68.4%) 12(50%) 9(100%) 57(100%) 24(100%) 0.542 Jumlah Semester pDRG 1 2 3 4 5 6 0(0) 1(5%) 0(0) 1(2.2%) 0(0) 0(0) 2(50%) 9(45%) 4(36.4%) 13(28.3%) 1(50%) 3(42.9%) 2(50%) 10(50%) 7(63.3%) 32(69.6%) 1(50%) 4(57.%) 4(100%) 20(100%) 11(100%) 46(100%) 2(100%) 7(100%) 0.950 Penelitian ini menyatakan bahwa erosi gigi bukanlah hal baru lagi bagi para mahasiswa yang bekerja di tiga RSGM kawasan Jakarta. 95.6% dari repsonden telah mengetahui erosi gigi bahkan sejak mereka menempuh program sarjana kedokteran gigi, dan 90% diantaranya merasa mampu dalam mendiagnosa dan melakukan perawatan erosi gigi. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa 62.2% diantara mereka memiliki tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi yang tinggi, serta 35.6% memiliki tingkat yang sedang. Namun demikian, berdasarkan jawaban responden 37.8% hanya melihat kasus erosi gigi sekitar sebulan sekali, dan 33.3% hampir tidak pernah melihat kasus tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dkk . , yang menyatakan bahwa kasus erosi gigi di DKI Jakarta sudah terlihat sejak usia 5 tahun, dan prevalensinya meningkat terus seiring bertambah usia (Maharani et al., 2019). Penelitian lain dari Septalita dkk. menyatakan bahwa 88% anak usia 12 tahun di Jakarta telah mengalami erosi gigi, dan prevalensi juga meningkat seiring bertambah usia (Septalita et al., 2017). Berdasarkan dua penelitian ini, dapat diasumsikan bahwa kasus erosi gigi akan mudah ditemukan pada pasien di RSGM. Hal ini mungkin terjadi karena, pasien yang datang ke RSGM memiliki kasus kesehatan gigi lain seperti kalkulus yang mencapai permukaan oklusal/incisal, karies gigi tahap lanjut, dan kehilangan gigi, sehingga gigi yang berisiko terkena erosi gigi telah lebih dulu terkena penyakit lainnya. Mendiagnosa erosi gigi secara klinis pada tahapan awal banyak dianggab sulit, bahkan oleh para ahli. Hal ini juga dapat menjadi alasan mengapa erosi gigi jarang terlihat pada pasien di RSGM (Lussi , 2006; Zhang et al., 2014) Berbagai penelitian belakangan ini, telah banyak membuktikan bahwa prevalensi erosi gigi telah meningkat di berbagi negara, dan di berbagai kelompok usia. Informasi ini telah diketahui oleh 53.3% responden, dan terdapat 38.9% yang menjawab tidak tahu, 4.4% menjawab tidak berubah, 3.3% menjawab prevalensi menurun. Hal ini berarti walaupun tingkat pengetahuan erosi gigi baik, namun terdapat 46.6% repsonden yang tidak menyadari bahwa erosi gigi kini menjadi salah satu lesi yang menjadi perhatian di kalangan ahli kesehatan gigi karena telah terjadi peningkatan prevalensi di masyarakat. Erosi gigi juga dikhawatirkan menjadi beban kesehatan, karena erosi gigi dapat memberikan dampak, seperti menurunnya estetik, dentin hipersensitif, dan menurunkan kemampuan mengunyah, sehingga dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Selain itu, perawatannya membutuhkan perawatan yang kompleks sehingga biayanya tinggi. Responden penelitian ini ada yang telah bekerja di RSGM selama 1 semester sampai 6 semester. Responden yang telah bekerja selama 4 semester memiliki tingkat pengetahuan erosi gigi yang lebih baik, karena 69.6% diantaranya memiliki tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti, karena umumnya masa kerja di RSGM adalah 4 semester, sehingga mahasiswa yang telah mencapai masa studi tersebut memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik, diikuti dengan mahasiswa profesi yang telah menempuh 5 dan 6 semester. Berdasarkan analisa ditribusi jawaban dari 12 pertanyaan mengenai erosi gigi, mayoritas responden dapat menjawab dengan benar mengenai penye- ## TINGKAT PENGETAHUAN EROSI GIGI PADA MAHASISWA PROFESI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT JAKARTA bab, pencegahan, pemeriksaan dan perawatan erosi gigi, namun hanya 44.4% yang dapat menjawab dengan benar faktor risiko penyebab erosi gigi. 55.6% lainnya menjawab dengan tidak benar, dan 46.7% diantaranya menganggab bahwa hanya faktor kimia seperti pH rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva yang menjadi faktor risiko erosi gigi. Erosi gigi tidak terjadi hanya karena adanya faktor etiologi (asam). Terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya erosi gigi. Faktor risiko erosi gigi, diantaranya adalah faktor biologis seperti saliva, acquired dental pellicle , struktur dan posisi gigi yang berkaitan dengan jaringan lunak dan lidah. Faktor risiko lainnya adalah faktor kimia yang terdiri dari pH dan jenis asam, kapasitas buffer, adhesi dan ions Ca, P, dan F. Faktor perilaku juga dapat menjadi faktor risiko. Perilaku diet asam, perilaku dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta kebiasaan muntah. Faktor sosial-ekonomi, pendidikan, pengetahuan, dan kesehatan umum juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gigi. Faktor–faktor tersebut akan saling berinteraksi. Hasil dari interaksi tersebut dapat menimbulkan efek risiko, atau dapat pula menimbulkan efek proteksi terhadap erosi gigi. Interakasi yang saling mempengaruhi inilah yang menyebabkan terdapat orang yang lebih berisiko terkena erosi gigi dibandingkan orang lain (Meurmann et al ., 1996; Magalhaes et al ., 2006; Lussi, 2006; Ren, 2011). Berdasarkan hal ini, sangat penting bagi para praktisi kesehatan gigi untuk memahami faktor risiko erosi gigi, bukan saja mengetahui etiologinya. Mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia, khususnya di Jakarta umumnya memiliki perbandingan jenis kelamin yang tidak seimbang. Jumlah mahasiswa perempuan selalu lebih banyak daripada mahasiswa laki–laki. Hal ini cukup mempersulit peneliti untuk mendapatkan perbandingan responden yang berimbang, sehingga jumlah repsonden perempuan lebih banyak daripada responden laki– laki. Variabel jenis kelamin memiliki perbedan bermakna terhadap tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi. Hal ini bertolak belakang pada penelitian terdahulu oleh Al-Ashtal dkk., yang tidak menemukan hubungan antara jenis kelamin dan tingkat pengetahuan erosi gigi (Al-Ashtal et al ., 2015). Perbedaan yang jauh antara jumlah responden laki–laki dan perempuan dapat menjadi kekurangan dalam penelitian ini, sehingga hasilnya dapat menjadi bias. Namun demikian, penelitian ini adalah penelitian pertama yang menganalisa tingkat pengetahuan erosi gigi di kalangan praktisi kesehatan gigi di Jakarta. Hasil penelitian yang didapatkan dapat menjadi gambaran awal tingkat kesadaran dan pengetahuan erosi gigi, dan menjadi dasar penelitian selanjutnya mengenai erosi gigi. ## PENUTUP Erosi gigi merupakan lesi yang sudah diketahui oleh mahasiswa program profesi yang bekerja di RSGM wilayah Jakarta. Mayoritas responden mengetahui etiologi, gambaran klinis, cara pencegahan, pemeriksaan, dan perawatan yang tepat untuk kasus ini. Erosi gigi adalah lesi multifaktorial, yang sulit didiagnosa pada tahap awal, dan bila telah mencapai tahap lanjut, maka membutuhkan perawatan yang kompleks dengan biaya yang cukup mahal. Berdasarkan hal tersebut, prevalensi erosi ## ALISA NOVIANTY PRATIWI, OKKY MARITA ARDY gigi harus segera dikendalikan, salah satunya dengan memastikan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan gigi telah baik. ## DAFTAR PUSTAKA ## Al-Ashtal Amin, Johansson Anders, Omar Ridwaan, Johansson Ann-Katrin. 2015. Awareness and knowledge of dental erosion among Yemeni dental professional and students . BMC Oral Health. Volume 15, pp 119-126. Chu C.H., Pang K.K.L., Lo E.C.M. 2010. Dietary behavior and knowledge of dental erosion among Chinese adults. BMC Oral Health. Volume 10, pp 13-19. Huew, R., Waterhouse, P., Moynihan, P.J., Kometa, S., Maguire, A.2012. Dental caries and its association with diet and dental erosion in Libyan schoolchildren. Int J Pediatry Dentistry. Volume 22, No.1, pp 68-76. Lussi A, Jaeggi T. 2008. Erosion – diagnosis and risk factors. Clinical Oral Invest. Volume 12, No. 1, pp 5- 13 Magalhaes A.C., Wiegand A, Rios D.2009. Insight Into Preventive Measures for Dental Erosion. J Appl Oral Science. Volume 17, No.2, pp 75-86. Maharani D.A., Pratiwi A.N., Setiawati F., Zhang S., Gao S.S., Chu C.H. et al. 2019. Tooth wear among five- year-old children in Jakarta, Indonesia. BMC Oral Health. Volume 19, No.1, pp 192-198. Meurmann J.H., Cate J.M. 1996. Pathogenesis and modifying factors of dental erosion. Europe Journal Science. Volume 104, pp 199-206. Montananaki M, Kounaro H.K., Homata EM, Papaioannou W.2013. Dental erosion prevalence and associated risk indicators among preschool children in Athens, Greece . Clinical Oral invest. Volume 17, pp 585-593. Ren, YF. 2011. Dental Erosion: Etiology, Diagnosis and Prevention. American Dentistry. pp75-85. https://www.rdhmag.com/patiet- care/article/16406331/dental- erosion-etiology-diagnosis-and- prevention (Diakses 09 September 2019). Septalita A., Bahar A., Agustanti A., Rahardjo A., Maharani DA., Rosalien R. 2017. Dental Erosion in 12-year-old school living in Jakarta . Journal of Physics: Conference Series https://iopscience.iop.org/article/10 .1088/1742-6596/884/1/012040 . (Diakses 09 September 2019). Tao, D.Y., Hao, G., Lu, H.X., Tian, Y., Feng, X.P. 2015. Dental erosion among children aged 3-6 years and its associated indicators. J Public Health Dentistry. Volume 75, No.4, pp 291-297. Zhang, S. Chau A.M.H., Lo E.C.M., Chu C.H.2014. Dental caries and erosion status of 12-year-old Hong Kong children. BMC Public Health. Volume 14, pp 1-7.
622d5df5-438b-4f1c-a5c2-4c4920e9246d
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/psiko/article/download/1550/2742
## Koefisien Reliabilitas Sebagai Karakteristik Sampel: Pengujian dengan instrument Potrait Values Questionnare (PVQ) dari Schwartz ABSTRAK Koefisien reliabilitas seringkali disalahpahami oleh peneliti sebagai indicator konsistensi alat ukur. Padahal, sebagaimana dinyatakan Vacha-Haase (1998) dan Thompson (1994), reliabilitas merupakan karakteristik sampel. Koefisien reliabilitas suatu alat ukur akan dipengaruhi oleh karakteristik sampel. Penelitian ini dilakukan untuk membutkikan pernyataan tersebut. Peneliti menggunakan Potrait Values Questionnaire (PVQ) Schwartz untuk melakukan pengambilan data pada 36 area pengambilan data (jumlah responden sebanyak 1.083). Koefisien reliabilitas PVQ pada masing-masing area dihitung kemudian diregresikan dengan proporsi laki-laki dan perempuan serta tingkat perkembangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi perempuan memiliki sumbangan efektif terhadap koefisien reliabilitas sebesar 34,8% (beta = -0,348). Artinya, semakin besar proporsi responden perempuan maka koefisien reliabilitas PVQ semakin rendah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa karakteristik sampel yang digunakan mempengaruhi reliabilitas PVQ. Kata kunci : Koefisien reliabilitas, Skala, Sampel, PVQ Helly P. Soetjipto ## Moh. Abdul Hakim Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Jl. Humaniora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta Email: [email protected] PSIKOISLAMIKA , Jurnal Psikologi Islam (JPI) Copyrigth © 2011 Lembaga Penelitian Pengembangan Psikologi dan Keislaman (LP3K). Vol 8 No. 2, Januari 2011 247-260 PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 ## Muqadimah Koefisien reabilitas digunakan oleh peneliti psikologi untuk menunjukkan seberapa konsisten parameter yang ia gunakan untuk mengukur konstruk psikologis tertentu pada sampel. Di dalam jurnal, skripsi, tesis, dan bahkan disertasi psikologi, banyak peneliti yang menyebutkan “reabilitas tes” atau menulis bahwa “skala yang digunakan reliabel”. Istilah reliabilitas alat tes tampaknya telah diterima secara luas di kalangan penelitian psikologi di Indonesia. Misalnya, dalam aturan penulisan, penyunting Jurnal Phronesis (2003) menyebutkan penulis diharuskan mencantumkan informasi ”reliabilitas alat ukur”. Kemudian, dari hasil penelaahan artikel- artikel Jurnal Anima sepanjang tahun 2004, peneliti menemukan 6 artikel (Basoeki, dkk., 2004; Budiharjo, 2004; Djalali, 2004; Moesono, 2004; Simanjuntak, 2004; dan Amriang, dkk., 2004) menyebutkan koefisien reliabilitas Cronbach’s alpha sebagai koefisien reliabilitas instrumen. Pernyataan-pernyataan di atas, menurut Tammi Vacha-Haase (1998), merupakan kesalah pahaman konsep skor reabilitas. Dalam aturan penulisan Jurnal Educational and Psychological Measurement , Thompson (1994) menegaskan bahwa reabilitas tidak merujuk pada alat tes atau skala melainkan pada skor-skor yang dihasilkan oleh alat ukur pada kelompok sampel yang diukur. Sementara Rowley (1976) mengemukakan bahwa instrumen tidak dapat dikatakan reliabel atau tidak reliabel. Ia menjelaskan sebuah instrumen dapat menghasilkan skor-skor reliabel dan skor-skor tidak reliabel pada beberapa kelompok sampel yang berbeda. Oleh karena itu, alat ukur yang sama bila digunakan pada kelompok sampel yang berbeda-beda, maka koefisien reabilitas yang dihasilkan pun akan berbeda-beda. Selanjutnya, peneliti sebaiknya menyebutkan koefisien reliabilitas sebagai reliabilitas skor atau reliabilitas pengukuran (Thompson, 1994 dan Vacha-Haase, 1998). Senada dengan pendapat ketiga ahli tersebut, Miller (2009) dalam menjelaskan validitas dan reliabilitas menulis: ”Reliability and validity are not global properties of an assessment. Instead, they are properties of specific uses and interpretations that are made from a set of test scores. A test could be valid for a particular use or interpretation and not for another. For example, a test might measure the curriculum covered in a school without providing valid estimates of student performance because of the PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 length of the tests or the nonequivalence of forms. The same is true for reliability. For example, a test might provide reliable scoring without being stable over time. In addition, reliability and validity are a matter of degree. Tests are not considered valid or invalid. Instead, they are valid to some degree. Similarly, a test is not considered reliable or unreliable, but is reliable to some degree.” Kekeliruan pemahaman skor reabilitas tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, apabila peneliti tidak mencantumkan koefisien reliabilitas dari data penelitian yang sesungguhnya, maka tidak diketahui seberapa konsisten hasil pengukurannya itu. Sehingga, kesimpulan dari penelitian tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap hasil penelitian skripsi, tesis, dan laporan-laporan penelitian lain, peneliti mengidentifikasi tiga tipe kesalahan yang sering dilakukan oleh peneliti terkait dengan koefisien reabilitas. Tipe kesalahan pertama, peneliti tidak menyebutkan koefisien reabilitas dalam laporan penelitiannya. Hal ini disebabkan dari hasil pengumpulan data, peneliti menemukan skor reabilitas yang tidak memuaskan dan cenderung fluktuatif. Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan bahwa reabilitas skor tidak perlu dijadikan sebagai landasan analisis data. Fakta menunjukkan, tidak banyak peneliti yang mencantumkan koefisien reliabilitas dalam laporan penelitian mereka (Thompson, 2002), bahkan pada laporan penelitian yang sudah termuat di jurnal-jurnal ilmiah internasional Misalnya, Shields, dkk. (2007) mengungkapkan bahwa dari 470 laporan penelitian yang menggunakan The Michigan Alchoholism Screening Test , hanya 13,2% (62) diantaranya saja yang mencantumkan koefisien reliabilitas data penelitian. Selanjutnya, untuk instrumen Teacher Efficacy Scale , Henson, dkk (2001) menemukan hanya 40,38% laporan yang mencantumkan koefisien reliabilitas, sementara Beretvas, dkk. (2008) melaporkan sebanyak 76,9% penelitian yang menggunakan Rotter’s Locus of Control Scale tidak mencantumkan koefisien reliabilitas data penelitiannya. Tipe kesalahan kedua, peneliti menyebutkan koefisien reabilitas skala yang sama dari hasil penelitian lain. Kesalahan tipe kedua disebabkan secara langsung oleh kesalahpahaman peneliti yang menganggap bahwa koefisien reabilitas mengacu pada skala. Setelah peneliti melihat skala tertentu pada suatu penelitian menunjukkan PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 koefisien reliabilitas yang memuaskan, peneliti kemudian berkesimpulan bahwa skala yang sama cukup meyakinkan untuk digunakan dalam penelitiannya sendiri tanpa melalui pengujian reliabilitas dengan datanya sendiri. Tipe kesalahan ketiga, peneliti hanya menyebutkan koefisien reabilitas dari data try out sebagai landasan analisis data penelitian yang sesungguhnya. Sebagai contoh, Yuliani M. dan Rostiana (2003) dalam laporan penelitiannya menulis: ”.......dari hasil uji coba alat tes terhadap 35 responden didapat nilai α komitmen organisasi = 0,7778; α iklim organisasi = 0,8810; dan α motivasi berprestasi = 0,7794.” Walaupun dalam hal ini peneliti lebih berhati-hati terhadap tipe kesalahan kedua, namun peneliti tidak menyadari bahwa karakteristik kelompok sampel pada saat try out tidak sama dengan kelompok sampel pada penelitian sesungguhnya. Artinya, data try out dan data penelitian dihasilkan oleh dua penelitian yang berbeda. Dikecualikan dari kesalahan tipe ketiga ini bagi peneliti yang menggunakan baik skala maupun kelompok sampel yang sama persis antara try out dan penelitian sesungguhnya. ## Kerangka Kerja Teoritik Sekilas Tentang Classical Test Theory Seperti yang telah umum diketahui, teori reliabilitas skor berakar pada true score theory of measurement. Dijelaskan oleh William M. K. Trochim (2006), skor-skor pada tiap pengukuran terdiri atas dua komponen, yaitu level responden sebenarnya pada pengukuran itu ( true ability) dan kesalahan random ( random error ). Secara sederhana asumsi ini dirumuskan dengan dimana X adalah pengukuran X, T adalah skor responden sebenarnya ( true score ), dan ex merupakan kesalahan random pada pengukuran X. Skor T akan ditentukan oleh validitas pengukuran, sementara nilai e akan mempengaruhi reliabilitas pengukuran. Menurut classical test theory (CTT), error merupakan jumlah keseluruhan komponen- komponen random dan true score adalah jumlah keseluruhan efek yang konsisten. X = T + e x PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 Pada kenyataannya, peneliti tidak mungkin mengetahui skor T dan e sebenarnya. Penting untuk mengetahui bahwa nilai e pada tiap-tiap pengukuran bersifat random. Bila dari pengukuran yang berulang-ulang dari satu orang sampel peneliti mendapatkan skor X yang bervariasi maka diasumsikan bahwa variasi ini disebabkan oleh variasi error (var(ex)) sementara nilai T selalu tetap. Dengan demikian, peneliti dapat menghitung estimasi reliabilitas skor. Semakin nilai e mendekati nol maka reliabilitas skor semakin mendekati nilai 1. Dikarenakan e adalah random, maka semakin banyak pengukuran, nilai e akan semakin mendekati nol mengikuti asumsi kurve normal. Sehingga, semakin banyak item pada skala maka koefisien reliabilitas akan semakin baik (Collins, 2006; Embretson dan Reise, 2000). Pada keadaan ideal, nilai e sama dengan nol sehingga nilai X sama dengan nilai T. Hal ini akan ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas yang bernilai 1. Disamping kesalahan random, tidak menutup kemung kinan pengukuran dipengaruhi oleh kesalahan yang sistematis ( systematic error ). Kesalahan sistematis timbul sebab ada faktor tertentu yang mempengaruhi seluruh sampel. Misalnya, ketika peneliti melakukan pengukuran terhadap mahasiswa di kelas. Kemudian, ada keriuhan di luar kelas yang mempengaruhi konsentrasi seluruh mahasiswa dalam memberikan skor. Perbedaan mendasar antara random error dan sistematic error adalah bahwa random error tidak mempengaruhi rata-rata skor, hanya berpengaruh terhadap variabilitas disekitar nilai rata-rata. Sementara systematic error berpengaruh terhadap nilai rata-rata skor sampel. Hal ini disebut sebagai bias (Trochim, 2006). Pengaruh systematic error dalam pengukuran dapat direduksi dengan prosedur penyusunan skala dan administrasi pengukuran yang dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka para ahli mendefinisikan koefisien reliabilitas sebagai perbandingan antara true score variance (var(T)) dengan varians skor yang dihasilkan oleh pengukuran ( observed score variance ) (Miller, 2007; Trochim, 2006). Koefisien reliabilitas juga dapat diartikan sebagai rasio antara var(T) dengan jumlah antara var(T) dan error variance (var(e)). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas adalah proporsi variasi pada skor-skor tes yang dapat diatribusikan pada pengukuran yang konsisten (Miller, 2007). PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 ## Reliabilitas dan Karakteristik Sampel Sebagaimana telah dikemukakan pada awal tulisan, koefisien reliabilitas skor yang dihasilkan oleh instrumen psikologi dapat berubah-ubah sesuai dengan karakteristik sampel yang digunakan. Sebab, reliabilitas tidak hanya dipengaruhi oleh instrumen yang digunakan melainkan juga oleh sampel (Dawis, 1987). Hal inilah yang melandasi Eason (1991) menyebut koefisien reliabilitas sebagai karakteristik data. Senada dengan pendapat ini, Thompson (1994) menjelaskan, bila alat ukur yang sama diadministrasikan pada kelompok sampel yang lebih heterogen atau lebih homogen, akan menunjukkan skor reliabilitas yang berbeda-beda. Shield dan Caruso (2003) mengidentifikasi enam jenis karakteristik yang mempengaruhi koefisien reliabilitas, yaitu rata- rata usia responden, jenis kelamin, tipe sampel, variabilitas skor, latar belakang etnis, dan koefisien reliabilitas otentik. Pengaruh karakteristik sampel terhadap skor reliabilitas telah dibuktikan oleh Tammi Vacha-Haase (1998). Dengan memperkenalkan metode reliability generalization , Vacha-Haase meneliti pengaruh karakteristik kelompok sampel pada koefisien reliabilitas skor The Bem Sex Role Inventory (BSRI) yang digunakan dalam 87 jurnal ilmiah. Hasilnya, koefisien reliabilitas skor BSRI dipengaruhi oleh beberapa karakteristik sampel, yaitu tipe reliabilitas, jender, dan jumlah sampel. Temuan serupa dikemukakan oleh banyak peneliti lain, seperti Henson, dkk (2001) untuk instrumen Teacher Efficacy Scale (TES), Beretvas, dkk. (2008) untuk instrument Rotter’s Locus of Control Scales dan Nowicki- Strickland’s Locus of Control Scales , Shields, dkk (2007) untuk The Michigan Alchoholism Screening Test , dan Bachner dan O’Rourke (2007) untuk instrument The Zarit Burden Interview . ## Potrait Values Questionnare (PVQ) Schwartz PVQ merupakan instrument pengukuran nilai-nilai yang disusun oleh Schwartz berdasarkan teori konten dan struktur nilai yang ia kembangkan sendiri. Nilai adalah dorongan, tujuan yang bersifat trans situasional, yang berbeda-beda pada tingkat kepentingan, yang berfungsi sebagai pedoman-pedoman prinsip dalam hidup seseorang (Barnea dan Schwartz, 1998). Teori konten dan struktur nilai Schwartz terdiri atas 10 nilai motivasional yang disebut sebagai; Power, Achievement, Hedonism, Stimulation, Self-Direction, Universalism, Benevolence, Tradition, Conformity, dan Security . Delapan PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 nilai motivasional di antaranya ( Power, Achievement, Hedonism, Stimulation, Self-Direction, Benevolence Conformity, dan Security ) merepresentasikan tiga kebutuhan universal eksistensi manusia, yaitu kebutuhan sebagai organisme biologis, kebutuhan koordinasi dalam interaksi social, dan kebutuhan berkelompok untuk bertahan hidup dan mencapai kesejahteraan. Kemudian, berdasarkan studi empirisnya, Schwartz menambahkan dua nilai lainnya ( Universalism dan Tradition ) (Schwartz, 1992). Kesepuluh nilai ini telah diverifikasi di 47 negara. Penjelasan mengenai 10 nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. ## Tabel 1: Pengertian 10 Nilai Motivasional Schwartz (Barnea dan Schwartz, 1998) POWER Status sosial dan kehormatan, kontrol dan dominasi atas orang lain dan sumber daya (kekuatan sosial, otoritas) ACHIEVEMENT Sukses pribadi dengan menunjukkan kompetensi ber- dasarkan standar sosial (kesuksesan, kesejahteraan, ambisi) HEDONISM Kesenangan atau kenikmatan ragawi (kesenangan, me- nikmati hidup) STIMULATION Kegembiraan, kesenangan, dan tantangan dalam hidup (keberanian, hidup yang bervariasi, kehidupan yang pe- nuh kegembiraan) SELF-DIRECTION Cara berpikir dan bertindak dalam memilih, mencip- takan, dan menyelidiki secara independent (kreatifitas, kebebasan, keandirian, kemampuan, kebijaksanaan, dan dunia keindahan) UNIVERSALISM Pemahaman, apresiasi, toleransi, dan perlindungan kese- jahteraan untuk semua orang dan alam (kejujuran, piki- ran yang luas, pelestarian lingkungan, makna hidup) BENEVOLENCE Perlindungan dan peningkatan kesejahteraan orang- orang yang sering menjalin hubungan personal (bantu- an, memaafkan, dan keadilan social) TRADITION Respek, komitmen, dan menerima adat dan ide-ide yan ditawarkan oleh agama dan budaya (kesalehan, peng- hormatan kepada tradisi, kerendahan hati, kehidupan spiritual) PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 CONFORMITY Pengendalian perilaku, kecenderungan, dan keinginan yang dapat membahayakan dan mengganggu orang lain dan merusak norma-norma atau kepentingan social (disiplin diri, kesopanan, penghormatan kepada kedua orang tua dan orang-orang tua, kepatuhan) SECURITY Keamanan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, hubun- gan antar warga, dan diri (keamanan keluarga, keama- nan nasional, dan tata tertib sosial PVQ memuat 40 item yang terdiri atas 4 item untuk tipe nilai Conformitiy, 4 item Tradition, 4 item Benevolence, 6 item Universalism, 4 item Self-Direction, 3 item Stimulation, 3 item Hedonism, 4 item Achievement, 3 item Power, dan 5 item Security. Dalam pemaparannya mengenai teori Content and Structure of Values, Schwartz menjelaskan tentang aspek spiritualitas yang tidak ia rumuskan sebagai satu tipe nilai tersendiri. Pada umumnya, teoritikus nilai sering kali menjadikan spiritualitas sebagai tipe nilai independen (misalnya teori nilai Rokeach, 1968). Spiritualitas atau religiusitas selama ini memang terbukti menjadi factor psikologis yang penting bagi individu. Sebagai contoh, Orsolya Lelkes (2006) menemukan bahwa individu-individu yang religius cenderung lebih resisten terhadap depresi dan stress saat terjadi krisis ekonomi di Eropa Timur dibanding individu yang tidak religius. Mengenai aspek spiritualitas ini Schwartz mengatakan bahwa nilai spiritualism sudah tercakup di dalam tipe nilai universalism. Dengan teknik multidimensional scaling , Schwartz membuktikan bahwa nilai spiritualitas berada dalam satu dimensi dengan nilai-nilai kejujuran, pikiran yang luas, pelestarian lingkungan, dan pemaknaan hidup (nilai uiversalism) (Schwartz, 1992). Jadi, bagi Schwartz, spiritualitas atau religiusitas tidak mesti berkaitan dengan apakah seseorang memeluk agama tertentu, agnostic, ataupun atheis. Agama dalam hal ini ia kategorikan sebagai nilai tradisi sehingga spiritualitas lebih bersifat universal. PVQ merupakan instrument pengukuran nilai yang relatif baru. Saat peneliti melakukan penelusuran tentang PVQ di database-database jurnal ilmiah international (EBSCO, PsyArticles, SpringerLink, ScienceDirect, dan Jstore) dengan kata kunci “Portrait Values Questionnaire” dan “Schwartz”, peneliti hanya mendapatkan 9 artikel penelitian yang menggunakan PVQ. Karena terlalu PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 sedikitnya sampel yang dibutuhkan untuk dapat menggunakan metode reliability generalization (Vacha-Haase, 1998), maka dalam studi ini, peneliti hanya akan melakukan analisis korelasional dan regresi untuk mengetahui beberapa hubungan antara karakteristik sampel terhadap reliabilitas pengukuran dengan PVQ. Berdasarkan uraian teori di atas, peneliti mengajukan hipotesis bahwa koefisien reliabilitas dipengaruhi oleh karakteristik sampel. ## Metode Data koefisien reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data survey kepemimpinan dan nilai yang dilakukan oleh Helly P. Soetjipto pada tahun 2006. Data survey terdiri atas 36 paket data yang masing-masing disebar dari berbagai daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua Barat. Pada saat penyebaran, tiap paket berisi 30-40 kuesioner. Saat pengumpulan data, jumlah kuesioner dari tiap paket menjadi 21 sampai dengan 40 bendel. Kemudian, peneliti menghitung koefisien reliabilitas masing- masing paket untuk digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Potrait Values Questionnaire (PVQ). Peneliti menggunakan PVQ versi bahasa Indonesia yang diadaptasi dari PVQ versi bahasa Inggris. Dalam prosedur penyajiannya, pertama, responden diminta untuk merespon 40 item pernyataan yang merepresentasikan 10 tipe nilai (Schwartz, 1992). Responden memberikan rating pada tiap item berkisar antara skor 6 untuk pernyataan yang “sangat serupa dengan diri saya” dan 1 untuk pernyataan yang “sama sekali tidak serupa dengan diri saya”. Untuk mengetahui skor tiap nilai, item-item pada satu kategori nilai dihitung rata-ratanya. Data demografis . Sebelum mengisi skala, responden diminta untuk mengisi data diri yang terdiri atas usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sampel terhadap koefisien reliabilitas pengukuran, peneliti menggunanakan teknik analisis regresi. Penghitungan data statistik dibantu dengan software SPSS versi 12.0. PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 ## Hasil Variabel-variabel karaktersitik sample yang dalam penelitian ini digunakan sebagai predictor koefisien reliabilitas pengukuran PVQ adalah jenis kelamin ( laki-laki dan perempuan) dan tahap-tahap perkembangan (remaja, dewasa awal, dewasa tengah, dan dewasa akhir). Analisis regresi linier digunakan untuk menguji predictor- prediktor tersebut. Adapun hasilnya dapat dilihat pada table 2. ## Tabel 2. Hasil regresi variabel demografi terhadap koefisien reliabilitas pengukuran PVQ N Mean SD r Beta VIF Laki2 15,97 4,025 0,253 -0.010 2,208 Perempuan 14,03 3,637 -0,348* -0,348* 2,208 Remaja 3,93 2,495 0,046 -0,166 2,404 Dewasa awal 11,21 4,854 0,122 -0,213 4,639 Dewasa tengah 11,71 5,195 10,284 -0,428 2,744 Dewasa akhir 2,71 2,946 -0,062 -0,083 2,066 *signifikan, p<0,05 ## Uji Prasyarat Dua asumsi penting yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi adalah uji liniearitas dan uji kolinieritas. Hasil uji linieritas dengan menggunakan koe fisien Pearson menunjukkan hanya variabel independen N perempuan yang linier dengan variabel koefisien reliabilitas PVQ (r = -0,356, p<0,01). Sementara lima variabel independen lainnya, yaitu N laki-laki (r = 0,253, p > 0,05), N remaja (r = 0,046, p > 0,05), N dewasa awal (r = 0,122, p > 0,05), N dewasa tengah (r = 10,28, p > 0,05), dan N dewasa akhir (r = -0,062, p > 0,05) tidak menunjukkan hubungan dengan koefisien reliabilitas PVQ. Selanjutnya peneliti melakukan uji koliniearitas untuk memeriksa apakah ada hubungan yang berlebihan antar variabel independen. Pengujian menggunakan koefisien VIF dengan asumsi tidak ada kolinieritas antar variabel independen bila VIF < 4,00 (Garson, 2009). Pada tabel 1 dapat dilihat hanya variabel N dewasa awal yang menunjukkan kolinieritas (VIF = 4,639), sementara lima variabel independen lainnya, yaitu N laki-laki (VIF = 2,208), N PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) perempuan (VIF = 2,208), N remaja (VIF = 2,404), N dewasa tengah (VIF = 2,744), dan N dewasa akhir (VIF = 2,066) tidak menunjukkan kolinieritas. Berdasarkan uji linieritas dan uji kolinieritas tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel N perempuan dapat dianalisis lebih lanjut dengan teknik analisis regresi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Seberapa besar sumbangan efektif variabel independen sebagai prediktor terhadap variabel dependen diketahui dengan melihat skor beta. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, pada akhirnya hanya variabel N perempuan yang dapat diuji regresi. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel N perempuan merupakan perdiktor terhadap koefisien reliabilitas PVQ. Sumbangan efektif variabel independen N perempuan (R = 0,348) terhadap koefisien reliabilitas PVQ adalah sebesar 34,8 % sementara 65,2 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis ”terdapat pengaruh karakteristik sampel terhadap koefisien reliabilitas” diterima. Koefisien beta variabel N perempuan adalah sebesar -0,348. Hal ini mengindikasikan pengaruh negatif jumlah sampel perempuan terhadap koefisien reliabilitas PVQ. Semakin banyak jumlah responden perempuan akan semakin menurunkan konsistensi pengukuran dengan PVQ. ## Diskusi Penelitian ini membuktikan pengaruh karaktersitik sampel pada koefisien reliabilitas PVQ. Hasil penelitian tersebut selaras dengan beberapa penelitian sebelumnya (Eason, 1991; Dawis, 1987; Thompson, 1994; Shield dan Caruso, 2003, dan Vacha-Haase, 1998). Shield dan Caruso mengidentifikasi enam karaktersitik sampel yang dapat mempengaruhi reliabilitas pengukuran, yaitu rata-rata usia responden, jenis kelamin, tipe sampel, variabilitas skor, latar belakang etnis, dan koefisien reliabilitas otentik. Namun, penelitian ini menunjukkan hanya jumlah responden wanita yang mempengaruhi koefisien reliabilitas PVQ. Pengaruh proporsi sampel wanita pada skor reliabilitas juga terungkap dari studi meta analitik Shields, Howell, Potter, dan Weiss (2007) pada The Michigan Alcoholism Screening Test (MAST) dan versi pendek skala ini, Short Michigan Alcoholism Screening Test (SMAST). Sama dengan hasil penelitian ini, Shields dkk. menyimpulkan PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 bahwa semakin besar proporsi sampel laki-laki dibanding sampel perempuan, maka skor reliabilitas MAST dan SMAST semakin tinggi. Secara umum, hasil penelitian ini memperkuat pendapat Eason (1991) dan Thompson (1994) yang menyatakan bahwa skor reliabilitas merupakan karakteristik data. Tingkat heterogenitas atau homogenitas latar belakang responden akan mempengaruhi tinggi rendah konsistensi pengukuran. Hal ini harus benar-benar dicermati oleh para peneliti yang melaporkan koefisien reliabilitas guna menghindari tiga tipe kesalahan pelaporan sebagaimana yang telah dipaparkan pada awal tulisan. Kesalahan yang paling umum dilakukan oleh peneliti adalah hanya melaporkan skor reliabilitas data try out. Semestinya, peneliti juga harus melaporkan skor reliabilitas data penelitian yang sesungguhnya mengingat heterogenitas karaktersitik sampel berbeda dengan data try out. ## Kesimpulan Proporsi sampel wanita berpengaruh negatif terhadap 1. koefisien reliabilitas pengukuran dengan Potrait Values Questionnaire . Semakin besar proporsi sampel wanita maka reliabilitas pengukuran PVQ semakin menurun. Skor reliabilitas pengukuran merupakan karakteristik data 2. penelitian. Pada setiap pelaporan hasil penelitian, peneliti harus 3. mencantumkan skor reliabilitas pengukuran dengan data sesungguhnya, bukan reliabilitas pengukuran data try out. ## Daftar Pustaka Amriang, F., Probowati R, Y., dan Atmadji, Gunardi. 2004. Anima: Indonesian Psychological Journal Vol. 18 No. 1 hlm 179-193 Bachner, Y. G. dan O’Rourke, N. 2007. Reliability generalization of responses by care providers to the Zarit Burden Interview. Aging & Mental Health, November 2007; 11 (6): 678-685 Basoeki, L., Warsiki, E., Hanimah, F., Aryono, D., dan Soetjipto. 2004. Problems of Internally Displaced Children (IDC) in West Ketapang, Madura. Anima: Indonesian Psychological Journal Vol. 18 No. 1 hlm 136-147 PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 Barnea, M.F. dan Schwartz, S. H. 1998. Values and Voting. Political Psychology, 19, 17-40 Beretvas, S. Natasha, Suizzo, Marie-Anne, Durham, Jennifer A., dan Yarnell, Lisa M. 2008. A Reliability Generalization Study of Scores on Rotter’s and Nowicky-Strickland’a Locus of Control Scales. Educational and Psychological Measurement, Feb 2008; vol. 68: pp. 97-119 Budiharjo, Andreas. 2004. Information System, Job Decision Latitude, Responsiveness, Planner Experience, and Planning Effectiveness. Anima: Indonesian Psychological Journal Vol. 19 No. 2 hlm 111-121 Collins, Linda M. 2006. Reliability for static and dynamic categorial latent variables . In Linda M. Collins and line G. Soyer (Ed). New Methods for The Analisis of Change. American Psychological Association: Washington D. C Dawis, R. V. 1987. Scale construction. Journal of Counseling Psychology, 34(4), 481-489 Djalali, M. As’ad. 2004. Tpe Kepribadian Kode Warna dan Kreativitas. Anima: Indonesian Psychological Journal Vol. 18 No. 1 hlm 24-30 Editor. 2006. Tata Aturan untuk Penulis. Jurnal Phronesis Vol. 8 No. 2 Embretson, Susan E. dan Reise, Steven P. 2000. Item Response Theory for Psychologist . Lawrence Erlbaum Associates, Publisher: London Moesono, Anggadewi. 2004. Variabel Pengasuhan Ibu yang Mampu Mencerdaskan Anak. Anima: Indonesian Psychological Journal Vol. 18 No. 1 hlm 12-23 Simanjuntak, E., Sumargi, A. M., dan Apsari, Y. 2004. Metode Pengajaran Menggunakan Mailing List dan Motivasi Belajar Mahasiswa. Anima: Indonesian Psychological Journal Vol. 18 No. 1 hlm 167-178 Yuliani M. dan Rostiana. 2006. Komitmen Organisasi Ditinjau Berdasarkan Iklim Organisasi dan Motivasi Berprestasi. Jurnal Phronesis Vol. 5 No. 9 Vacha-Haase, T. (1998). Reliability generalization: Exploring variance in measurement error affecting score reliability across studies. Educational and Psychological Measurement, 58, 6–20 Thompson, B. 1994. Guideline for authors. Educational and Psychological Measurement, 54, 837-847 PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2 Tahun 2011 Thompson, B. 2002. What future quantitative social science research colud look like: Confidence intervals for effect sizes. Educational Researcher, 31(3), 24-31 Rowley, G. L. (1976). The reliability of observational measures. American Educational Research Journal, 13 , 51-59. Miller, M. David. 2009. Reliability . Encyclopedia of Educational Psychology. 2007. SAGE Publications. 14 Jan. 2009 . Shields, A. L., Howell, R. T., Potter, J. S., dan Weiss, R. D., 2007. The Michigan Alcoholism Screening Test and Its Shortened Form: A Meta-Analytic Inquiry Into Score Reliability. Substance Use & Misuse, 42:1783-1800 Henson, R. K. Dan Thompson, B. 2002. Characterizing Measurement Error in Score Across Studies: Some Recommendations for Conducting “Reliability Generalization” Studies. Measurement and Evaluation in Counseling and Development. July 2008 Volume 35 Trochim, W. dan Donnelly, J. P. 2007. The Research Methods Knowledge Base, 3 rd edition. Atomic Dog Publishing: Ohio Schwartz, S. H. 1992. Universals in the content and structure of values: Theoritical advances and empirical test in 20 countries. In M. P. Zanna (Ed,), Advances in experimental social psychology Shields, A.L., & Caruso, J.C. (2003). Reliability generalization of the alcohol use disorders identification test. Educational and Psychological Measurement, 63, 404–413 Rokeach, M. 1968. Beliefs, Attitudes and values ; a theory of organization and change . Jossey-Bass: London Lelkes, Orsolya, 2006. Tasting freedom: Happiness, religion and economic transition . Journal of Economic Behavior & Organization , Elsevier, vol. 59(2), pages 173-194, February
36d6f60d-a241-40e7-ae65-5ab1d178b726
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/RDJE/article/download/14204/5451
Vol. 9, No. 1, April 2023, Pp : 01 – 05 p–ISSN 2406-9744 DOI: http://dx.doi.org/10.30998/rdje.v9i1.14204 Available online at https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/RDJE MANAJEMEN PENDIDIK MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KABUPATEN DELI SERDANG Azwardi 1(*) , Syaukani 2 , Mara Samin Lubis 3 UIN Sumatera Utara, Medan, Indonesia 123 [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 Abstract Received: Revised: Accepted: 05 September 2022 05 September 2022 15 September 2022 Manajemen pendidik dilaksanakan dengan memfungsikan semua sumber daya yang ada secara optimal. Hal ini disebabkan karena seluruh proses diharuskan melibatkan seluruh komponen yang ada agar dapat mengelola serta menfungsikan seluruh komponen agar sesuai dengan fungsinya masing-masing guna memperoleh hasil pendidikan dan pembelajaran yang bermutu. Tujuan dari penelitain ini adalah agar dapat memperoleh pemahaman mengenai Representasi manajemen pendidik madrasah aliyah swasta di kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologis. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini terbagi 2 yakni sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu Ketua Yayasan, Kepala Madrasah, Guru, dan Murid. Dan sumber data sekunder yakni dokumen – dokumen madrasah, jurnal, catatan lapangan, dan berbagai dikumentasi lainnya. Prosedur pengumpulan data penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik analisis data yaitu reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Setelah itu dilaksanakan Uji keabsahan data melalui Pengujian kredibilitas, dependability , transferability , dan confirmability . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Deli Serdang telah menerapkan fungsi manajemen pendidik. Hal ini didasari pada temuan penelitian dan diperoleh data yang menunjukkan bahwasanya Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Deli Serdang telah melaksanakan seluruh tahapan-tahapan dalam manajemen. Tahapan-tahapan manajemen tersebut meliputi perencanaan pendidik, pelaksanaan pendidik, kontrol pendidik dan evaluasi pendidik. Keywords: Manajemen; Pendidik; MA (*) Corresponding Author: Azwardi, [email protected] How to Cite: Azwardi, A., Syaukani, S., & Lubis, M. S. (2023). MANAJEMEN PENDIDIK MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KABUPATEN DELI SERDANG. Research and Development Journal of Education , 9(1), 01-05. ## INTRODUCTION Saat masyarakat memasuki era 5.0, pendidikan menjadi faktor penting dalam memajukan budaya bangsa . Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari kualitas pendidikan yang baik di negara tersebut. Selain perannya dalam memajukan pembangunan nasional, pendidikan penting untuk pembentukan pemikiran dan sikap setiap individu. Karena pentingnya pendidikan, diharapkan kualitas pendidikan di semua negara akan terus meningkat (Nasti, 2020). Kualitas pendidikan di Indonesia memprihatinkan. Kutipan Data Referensi DiriKamu (2019)Menurut data yang termasuk dalam Global Education Monitoring Report (GEM), UNESCO menempatkan pendidikan Indonesia pada tahun 2016 di peringkat 10 dari 14 negara berkembang. Hal ini tentu menjadi perdebatan tentang ## Azwardi, Syaukani, & Lubis keadaan mutu pendidikan yang selama ini belum menjadi fokus utama para pengelola sektor pendidikan. Situasi kualitas yang genting, kualitas lulusan yang rendah, kurikulum dan tuntutan industri yang tidak memadai, serta lemahnya moral dan karakter ketimuran menghalangi banyak lulusan untuk bersaing di dunia kerja (Ritter, 2017). Hal ini berdampak sangat negatif terhadap kepuasan masyarakat, terutama mengenai kualitas lulusan saat ini, sehingga banyak yang mulai mempertanyakan relevansi kurikulum dengan kebutuhan masyarakat (Eugene, 2020). Banyak faktor yang mempengaruhi status mutu suatu lembaga pendidikan, dimulai dari kepemimpinan Kepala Sekolah agama (Ningsih, 2021), guru berkualitas (profesional) (Susanto, 2021), kurikulum dan kebutuhan masyarakat, fasilitas pendidikan yang memadai, dan akuntabilitas pendidikan (Majorno, 2018), manajemen institusi pendidikan yang efektif (Kunani, 2020) Kami bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan lembaga pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tercermin dalam peran guru di sini. Kualitas seorang guru dapat dilihat tidak hanya pada kognisi (pengetahuan) yang harus dimiliki seorang guru sebagai seorang guru, tetapi juga pada emosional (sikap atau akhlak mulia) dan psikomotorik (kesadaran dan kemampuan diri). Guru juga harus memiliki keterampilan manajemen. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan guru di sekolah Islam. Jika berbagai fungsi manajemen perencanaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian berjalan dengan baik, maka berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru. Hal ini bertujuan agar sekolah Islam dapat bersaing secara global dan menghasilkan hasil yang berkualitas tinggi. Kami mengejar pendidikan yang berkualitas. Guru yang bertanggung jawab atas sekolah agama memiliki tanggung jawab untuk memenuhinya. Hal ini, tentu saja, paling baik dilakukan jika semua sumber Aliyah yang tersedia, semua seminari swasta Harian Kabupaten Serdang, tersedia. Kualitas staf tidak hanya ditentukan oleh madrasah/madrasah, tetapi juga berubah dari waktu ke waktu berdasarkan pandangan dan harapan masyarakat (Eugene, 2020). Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat internasional tentang persepsi publik tentang kualitas lulusan sekolah Islam swasta. Observasi awal dua madrasah aliyah swasta di Harian Kabupaten Serdang menunjukkan bahwa kepengurusan guru madrasah aliyah swasta di Harian Serdang berjalan dengan baik. Terlihat banyak guru yang aktif mengikuti kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Guru Mata Pelajaran Konseling). Pengelolaan mutu guru yang dilakukan selama ini mengikuti fungsi manajemen perencanaan, perencanaan (planning), promosi (pelaksanaan), pengendalian, dan evaluasi. Namun, implementasinya jauh dari tugas administratif. Penguasaan keterampilan dasar mengajar guru, termasuk kompetensi guru, khususnya, pemahaman dan pengorganisasian guru dan proses kerja dan tanggung jawabnya, dan bidang spesialisasi yang tidak cocok di antaranya, termasuk ketidakdisiplinan yang kurang parah. Kontrol atas pelaksanaan kegiatan atau program sekolah agama. tapi kenyataan di lapangan Berbagai upaya atau upaya terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru yang lebih baik. Namun di sisi lain, manajemen mutu guru madrasah swasta di wilayah Delhi Serdang telah meningkatkan semua bidang yang ada termasuk kegiatan belajar mengajar, termasuk keterampilan guru itu sendiri, untuk mencapai tujuannya dengan sebaik-baiknya. Para guru madrasah harian swasta Kabupaten Serdang dikelola dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada. Sebab, untuk hasil belajar mengajar yang berkualitas, semua komponen yang ada harus dilibatkan dalam keseluruhan proses. Oleh karena itu, penanggulangannya harus diimbangi dengan kemampuan manajemen yang ## Azwardi, Syaukani, & Lubis baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian atau pengawasan, termasuk Program Prioritas Madrasah dan program lain yang bertanggung jawab atas keberhasilan pelatihan swasta di madrasah aliya di daerah. ## METHODS Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan lingkungan alam . Dalam metode penelitian ini, peneliti hanya mengidentifikasi sekelompok responden untuk penelitian dan tidak secara acak menetapkan subjek individu. Hal ini untuk menjaga agar sekelompok responden tertentu tetap terbuka terhadap masukan baru. Artinya data dan informasi selalu terbuka bagi peneliti untuk mendengarkan dan mengamati prosesnya, kecuali data dan informasi tersebut berasal dari kelompok responden yang diteliti.Pengurus Harian Madrasah Alia Swasta Kabupaten Serdang. Area penelitian mengacu pada area penelitian yang dipilih oleh seorang peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait dengan penyelesaian tesis. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah dua sekolah agama di Kabupaten Deli Serdang. Tahapan penelitian tesis ini adalah sebagai berikut, dan tahapan pelaksanaan penelitian adalah (1) tahap perencanaan. Tahap perencanaan meliputi penyelidikan awal, observasi, dan proposal. Fase ini akan berlangsung pada September 2021. (2) Fase implementasi dan penyelesaian. Pada fase ini, peneliti akan melakukan penelitian pada November 2021 hingga Maret 2022. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara berkala selama proses penelitian. Analisis data dan informasi berupa catatan lapangan, hasil wawancara responden dan dokumen terkait Pengurus Harian Pendidik Madrasah Aliyah Swasta Kabupaten Serdang. Selain itu, masing-masing metode analisis data dijelaskan melalui data reduction, display data, dan conclusion/ verification. ## RESULTS & DISCUSSION 1. Perencanaan Pendidik Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, supervisi guru harus dilakukan semaksimal mungkin. Mulailah dengan rencana yang baik untuk ide-ide yang berbeda untuk meningkatkan kualitas pendidikan Anda. Program guru di MAS DA dan MAS IKM berjalan dengan baik. Dimulai dengan rasio siswa (1:20) yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Selain itu, setiap guru yang dipetakan kepala madrasah perlu melaksanakan kegiatan pembelajaran terkait domain dan kompetensi satu bulan sebelum akhir tahun ajaran. Di MAS DA dan MAS IKM, keterampilan dan latar belakang pendidikan guru sangat penting untuk mendukung proses belajar dan mengajar secara memadai untuk mencapai keberhasilan siswa baik dalam mode akademik maupun non-akademik. Kemudian, MAS DA dan MAS IKM harus melakukan tes micro teaching pada penyampaian bahan ajar saat merekrut guru. Juga, sebelum calon guru diterima, mereka melalui pola perekrutan berikut: a. Tahap aplikasi adalah tahap dimana dokumen pelamar diseleksi. b. Fase tes (pembelajaran mikro dan wawancara pribadi) Penelusuran sejarah calon guru dilakukan melalui wawancara pribadi dan pengumpulan informasi, yang dapat memberikan informasi tentang keadaan, keadaan dan pengalaman calon guru. 2. Pelaksanaan Pendidik Berdasarkan hasil wawancara di atas, pelaksanaan guru MAS DA dan MAS IKM sudah baik, dan berbagai tindakan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain: Siswa didorong untuk belajar dan berprestasi. Hadiahi siswa. Belajar, berlatih, mengikuti tes, dan memilih study tour. Dan untuk setiap orang – setiap guru hendaknya menggunakan RPP, kurikulum, prota dan proseum serta manualnya sendiri sebagai kebutuhan pendidikannya. MAS DA dan MAS IKM memberikan bimbingan dan pelatihan bagi guru untuk melibatkan seluruh guru dalam kegiatan seperti KKG, MGMP, baik internal maupun eksternal yang direncanakan dalam program pelatihan dan akreditasi. Kemudian, pada Aplikasi Disiplin MAS DA dan MAS IKM, teknologi sidik jari digunakan untuk memastikan guru dapat masuk kelas dan pulang tepat waktu. Selain itu, MAS DA dan MAS IKM memberikan penghargaan atau hadiah kepada guru atas kinerja yang baik. Di MAS DA, penghargaan ini diberikan untuk waktu dan kegiatan tertentu yang disebut Intamulin (Penggemar Ilmu Pengetahuan dan Akademik) yang biasanya diadakan setiap akhir tahun ajaran. Namun pada dasarnya, tujuan dari pemberian penghargaan tersebut adalah untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas seluruh guru yang ada. 3. Kontrol Pendidik Berdasarkan hasil wawancara di atas, kontrol terhadap guru MAS DA dan MAS IKM dimulai dengan mengamati perilaku kepala sekolah agama terhadap guru. Hal ini biasanya dilakukan oleh kepala sekolah agama yang mengunjungi kelas setiap hari. Seorang siswa dapat melaporkan perilaku guru yang tidak pantas untuk pekerjaan itu. MAS DA dan MAS IKM telah memperingatkan bahwa guru mengabaikan tugasnya. Selain itu, kepala sekolah MAS DA dan MAS IKM mengikuti dan mematuhi strategi kinerja misi guru. Karena menggunakan pendekatan yang tepat bagi guru akan berdampak positif bagi sekolah agama, baik akademik maupun non akademik. MAS DA dan MAS IKM terbuka untuk saran dan komentar yang membangun dari segala aspek. Karena sekolah Islam khususnya membutuhkan saran dan pendapat untuk meningkatkan kualitas guru. Guru membutuhkan saran dan masukan yang konstruktif dari seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan profesionalismenya. 4. Evaluasi Pendidik Guru MAS DA dan MAS IKM dievaluasi secara menyeluruh berdasarkan hasil wawancara di atas. Hal ini tercermin dari kinerja guru yang semakin baik. Guru MAS DA dan MAS IKM berkomitmen untuk meningkatkan kinerja. Sekolah agama telah melakukan berbagai upaya baik secara internal maupun eksternal. Karena nilai yang lebih tinggi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala MAS DA dan MAS IKM sangat memperhatikan kelebihan dan kekurangan guru. Kelebihan guru sangat dihargai dan kelemahannya didorong menjadi kekuatan yang mendukung perkembangan sekolah agama. Selain itu, pimpinan MAS DA dan MAS IKM menganalisis kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, hambatan dan batasan tidak menghalangi upaya siswa untuk mencapai keberhasilan akademik dan madrasah, baik akademik maupun non-akademik. ## CONCLUSION Berdasarkan hasil penyelidikan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Peran manajemen guru Madrasah Aliyah Swast Darul Arafa (MAS DA) berjalan lancar. Proses pelaksanaan fungsi manajemen guru di madrasah diwujudkan melalui proses perencanaan guru, pelaksanaan guru, pengendalian guru dan evaluasi guru. Pemahaman proses ini didukung oleh hasil dari data proses program guru yang menunjukkan R.hubungan guru-murid dalam kegiatan pembelajaranK. sangat ideal untukKelayakan Departemen berdasarkan Pengangkatan FakultasKashmirPenerapan tes kemahiran untuk jenis profesionalDiperlukan untuk Mdll.terhubungSKCK sebagai syarat pendaftaranDan iniPengumumanwaktuSejarah Guru Masa Depan dan Sistem Rekrutmen GuruIni bekerja dengan baik. 2. Manajemen Pendidik Madrasah Aaliya Privya Insaan Kesuma Madani (MAS IKM) berjalan dengan baik. Proses pelaksanaan fungsi manajemen guru di madrasah diwujudkan melalui proses perencanaan guru, pelaksanaan guru, pengendalian guru dan evaluasi guru. 3. Melaksanakan peran manajemen guru untuk secara efektif dan efisien melaksanakan tujuan manajemen guru di Seminari Swasta Harian Aliyah Kabupaten Serdang. Proses pelaksanaan fungsi manajemen meliputi langkah-langkah seperti perencanaan guru, pelaksanaan guru, pengendalian guru, dan evaluasi guru. ## REFERENCES Eugene dan Sylvia Angelini. (2020). Manajemen Kurikulum untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. Diurutkan : Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan 3(2): 214- 21. Kunani. (2020). Membangun Standar Manajemen Berbasis Organisasi Berkualitas (Survei MTSN 16 Jakarta Timur). Al Amin: Jurnal Kajian dan Kebudayaan Islam 3(2): 226-36. Majorno. (2018). Akuntabilitas Madrasah: Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah. Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1(1): 29-41. Nasti, Faulinda Gali dan Aghani Rizki Nimal 'Abdu. (2020). Mempersiapkan Pendidikan Indonesia untuk Era Masyarakat 5.0. Jurnal EdcomTech Penelitian Teknologi Pendidikan 5(1): 61-66. Ningsih, Kartini Devi, Eddie Harapan dan Destiny. (2021). Dampak Dewan Madrasah dan Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan dan Monitoring Pendidikan) 6(1): 1- 14. Ritter, Barbara A, Erica E. Small, John W. Mortimer dan Jessica L. Bucket. (2017). Merancang Kurikulum Manajemen untuk Kesiapan Tempat Kerja.: perkembangan siswa,keterampilan lunak. Jurnal Pendidikan Manajemen 1-24. Susanto, Haspari, Rambat Nur Sasongko dan Muhammad Kristiawan. (2021). Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Era Globalisasi. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Guru 4(1): 135-41 .
c0c4302d-fce4-4182-be5e-4625f1fe28fd
https://e-journal.unair.ac.id/BIOKULTUR/article/download/21721/12126
## Perubahan Perilaku Budaya dari Mburi Omah ke Ngarep Omah Masyarakat Pinggir Sungai ## Behavior Culture Changing of Mburi Omah to Ngarep Omah in Riverbank Society Afiarta Akbar Alfiyansyah PT. Pertamina (Persero) Fuel Terminal Boyolali, Central Java Alamat: Jl. Raya Boyolali-Semarang, Dusun II, Mojolegi, Teras, Boyolali, Central Java, Indonesia 57372 Email: [email protected] ## Abstrak Tujuan penelitian ini mengungkap proses perubahan perilaku budaya masyarakat pinggir sungai ketika membuang sampah. Metode penelitian adalah etnografi dan pendekatan etnografi. Lokasi penelitian di Sungai Kalipepe Desa Tawangsari, Kabupaten Boyolali. Informan dipilih adalah warga desa yang tinggal di pinggir sungai lebih dari 5 tahun, kepala dusun, kepala desa, 8 orang dari warga desa yang tergabung dalam komunitas Wisnu Kencana, manajer Corporate Social Responsibility, anggota Tim CSR. Data dikumpulkan melalui observasi, observasi partisipasi dan wawancara mendalam kepada informan. Hasil penelitian ini menunjukkan masyarakat pinggir sungai Kalipepe mengalami perubahan perilaku budaya dari membuang sampah di sungai belakang rumah/ mburi omah ke tempat sampah depan rumah/ ngarep omah. Mereka merubah cara berpikir dan sistem budaya mburi omah ke ngarep omah untuk menjadikan Kalipepe sebagai destinasi wisata melalui proses panjang dari tahun 2017. Proses perubahan ini terjadi sesudah ada warga masyarakar pinggir sungai yang tergabung dalam kelompok- kelompok sampai menjadi komunitas tidak membuang sampah ke Kalipepe. Kemudian warga terlibat dalam aktivitas kerjasama susur sungai komunitas lokal dan tim CSR. Susur sungai/ tubing river dengan membersihkan sampah di sungai hingga sungai bersih sehingga layak dan dapat dinikmati wisatawan domestik. Kata kunci : perubahan perilaku budaya, sampah, Sungai Kalipepe, mburi omah, ngarep omah, CSR, tubing river ## Abstract The purpose of this research is to reveal the process of changing the cultural behavior of the riverside community when disposing of garbage. The research method used ethnography and ethnographic approach. The research location is in the Kalipepe River, Tawangsari Village, Boyolali Regency. The informants selected were villagers who lived on the riverbank for more than 5 years, hamlet head, village head, 8 people from the village who are members of the Wisnu Kencana community, managers of Corporate Social Responsibility, members of the CSR Team. Data were collected through observation, participatory observation and in-depth interviews with informants. The results of this study indicate that the people on the edge of the Kalipepe river have experienced a change in cultural behavior from throwing garbage in the river behind the house / “mburi omah” to the trash in front of the house / “ngarep omah”. They changed the way of thinking and the cultural system of “mburi omah” to “ngarep omah” to make Kalipepe a tourist destination through a long process from 2017. This change process occurred after residents of the riverbanks joined in groups to become a community that did not throw garbage at Kalipepe. Then the residents were involved in collaborative activities along the rivers of the local community and the CSR team. Tubing river is done by cleaning trash in the river until the it is clean so that is feasible and can be enjoyed by domestic tourists. Keywords: cultural behavior change, garbage, Kalipepe River, mburi omah, ngarep omah, CSR, tubing rive Biokultur, 2020, 9 (1): 48-61. DOI: http://dx.doi.org/10.20473/bk.v9i1.21721. Article History: Received August 31, 2020; Accepted September 22, 2020; Published Online September 23, 2020 ## Pendahuluan Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai masyarakat mengalami perubahan sosial budaya karena pengaruh faktor eksternal, yaitu masuknya program dari pihak luar masyarakat. Selain itu ada perubahan sosial budaya masyarakat karena faktor internal, yaitu masyarakat sendiri yang ingin berubah. Hasil penelitian terkait faktor eksternal ini diantaranya penelitian; Juliana (2015), bahwa program pembagunan telah merubah nilai sosial, perilaku, keorganisasian, institusi sosial, dan interaksi sosial, ekonomi masyarakat desa Tara-tara . Gunawan, Suryadi, Elly (2018), perubahan sosial budaya masyarakat pertanian dan perkebunan di Desa Wisata Cihideung, Cianjur karena pembangunan obyek pariwisata dan sarana pendukungnya. Perubahan sosial budaya yang terjadi antara lain: 1) berkurangnya interaksi sosial, 2) berkurangnya solidaritas sosial, 3) proses sosialisasi dipengaruh pihak luar desa, 4) berkurangnya pengawasan sosial dan kepedulian, 5) meningkatnya eksistensi kesenian, 6) mata pencarian yang heterogen dan 7) terjadi mobilitas sosial. Yunita, Indrawati, Sahadi (2018), meneliti perubahan sosial pada Masyarakat Desa. Kebutuhan air bersih dipenuhi oleh PDAM yang menyediakan air bersih bagi masyarakat desa Genteng. Karena itu terjadi perubahan aturan dalam kelompok masyarakat desa terkait penggunaan air di desanya, mereka harus berbagi “sumber air” dengan PDAM. Pemanfaatan sumber air masyarakat desa oleh PDAM mendorong terjadinya perubahan sosial pada masyarakat desa Genteng. Perubahan tersebut terjadi karena hilangnya kontrol masyarakat desa atas sumber air yang menjadi sumber pengairan pertanian masyarakat desa yang membuat hilangnya basis produksi material masyarakat desa. Perubahan tersebut terjadi pada pola pertanian, mata pencaharian, relasi sosial dan struktur sosial masyarakat desa. Cahyono, (2016) meneliti pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di Indonesia. Hasilnya bahwa media sosial adalah sebuah media online . Penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Dampak positif dari media sosial adalah memudahkan penggunanya untuk berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, biaya lebih murah. Sedangkan dampak negatif dari media sosial adalah menjauhkan orang-orang yang sudah dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka cenderung menurun, membuat orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan konflik, masalah privasi, rentan terhadap pengaruh buruk orang lain. Adanya media sosial telah mempengaruhi kehidupan sosial dalam masyarakat. Perubahan-perubahan dalam hubungan sosial ( social relationships ) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan ( equilibrium ) hubungan sosial dan segala bentuk perubahan-perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok- kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial positif seperti kemudahan memperoleh dan menyampaikan informasi, memperoleh keuntungan secara sosial dan ekonomi. Sedangkan perubahan sosial yang cenderung negatif seperti munculnya kelompok – kelompok sosial yang mengatasnamakan agama, suku dan pola perilaku tertentu yang terkadang menyimpang dari norma – norma yang ada. Faktor internal yang berpengaruh terhadap perubahan masyarakat , Andriati (2016) meneliti perubahan budaya kerja nelayan. Fluktuasi alam membuat budaya nelayan jadi terganggu, sehingga mereka tidak bisa pergi melaut. Para nelayan beralih pekerjaan menjadi pengemis, pemulung, dan pengamen. Para nelayan melakukan siasat manipulatif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Laut yang tidak lagi menjajikan bagi nelayan membuat mereka beralih mencari pekerjaan yang lain. Sehingga memiliki budaya kerja selain menjadi nelayan dan melakukan politik kooperasi dengan bekerja di lahan lain selain di laut sebab laut tidak lagi menghasilkan ikan. Berdasar hasil penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang peruba han perilaku budaya dari mburi omah ke ngarep omah masyarakat pinggir sungai Kalipepe. Apakah perubahannya karena faktor eksternal atau internal. Desa Tawangsari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali dengan masyarakat yang mayoritas orang jawa. Aktivitas masyarakat yang dilakukan biasanya berhubungan dengan pertanian, pertambangan dan perkebunan. Bentuk lahan di desa Tawangsari yang membuat masyarakat mayoritas menggunakan lahan untuk bertani. Selain itu yang berada di pinggiran sungai masyarakat kebanyakan melakukan penambangan pasir dan batu secara tradisional. Dalam komunikasi sehari-hari masyarakat dalam keluarga dan kegiatan di desa menggunakan bahasa Jawa kromo inggil dan bahasa Indonesia. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1998) merupakan serangkaian ide atau gagasan yang diwujudkan dalam norma dan aturan yang dipatuhi masyarakat dalam berperilaku dan bertindak yang didapatkan melalui proses belajar. Dalam suatu budaya terdapat 7 unsur kebudayaan yakni sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem peralatan hidup, sistem ekonomi, sistem organisasi, religi dan kesenian. Dari ketujuh unsur budaya tersebut diwujudkan dalam 3 hal yakni sistem ide, sistem sosial dan budaya fisik. Sistem ide merupakan inti dari suatu kebudayaan yang sangat sulit dirubah oleh masyarakat itu sendiri sebab merupakan pengetahuan tradisional yang melekat dalam diri masyarakat. Letak Desa Tawangsari yang berada di dekat TBBM Boyolali membuat para community development officer Pertamina tertarik untuk melakukan corporate social responsibility di desa ini. Modal sosial yang ada di Desa Tawangsari memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi suatu objek wisata. Masalah yang ada dalam masyarakat menjadi suatu pontensi pula bagi masyarakat untuk membuat Desa Tawangsari menjadi desa wisata. Masuknya tim CSR Pertamina membantu komunitas Wisnu Kencana dalam mengembangkan kegiatan di sungai dalam rangka melestarikan sungai yang tercemar. Para relawan telah berkegiatan terlebih dahulu sebelum Pertamina membantu dengan dana CSR perusahaan. Bantuan Pertamina dimulai dari tahun 2018 dengan memberikan perspektif baru mengenai pencegahan buang sampah di sungai melalui kegiatan wisata yang mana bantuan berupa peralatan operasional river tubing. Fuel Terminal (FT) Boyolali merupakan bagian perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang memiliki berbagai program pemberdayaan masyarakat dan pengolahan lingkungan sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar perusahaan. Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan terhadap kelestarian lingkungan diwujudkan dalam program keanekaragaman hayati dan pemberdayaan masyarakat di sungai Kalipepe. Pelestarian lingkungan sungai Kalipepe yang berdekatan dengan lokasi perusahaan tersebut disebabkan adanya pencemaran lingkungan sungai. Pencemaran tersebut bukan dikarenakan oleh perusahaan melainkan oleh masyarakat yang masih belum peduli akan kelestarian lingkungan. Teori Fungsional dari Talcott Parson yang digunakan untuk melihat perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dimana masyarakat diibaratkan tubuh manusia yang saling berkaitan satu sama lain sebagai satu kesatuan sistem. Sistem yang dimaksud oleh Talcott Parson yakni adanya keharmonisan dan keutuhan fungsi yang saling koordinasi. Tubuh yang memiliki terbagi menjadi berbagai bagian dan memiliki fungsi masing-masing, sepertihalnya masyarakat yang mana antar lembaga saling berkaitan untuk menjaga keharmonisan masyarakat. ## Metode Metode penelitian ini menggunakan metode etnografi. Penelitian etnografi biasanya terdapat pertanyaan seperti bagaimana suatu masyarakat memaknai budaya mereka sebagai pembentuk tingkah laku keseharian mereka dan diinterpretasikan pula oleh mereka. Selanjutnya data dikumpulkan kemudian dilanjut dengan observasi dengan pertanyaan–pertanyaan yang bersifat deskriptif. Setelah itu dilanjutkan menganalisis data yang telah ditemukan di lapangan, dan pada tujuan akhirnya menulis etnografi setelah berhasil mengumpulkan data-data yang ada (Spradley 2007: 131). Peneliti melakukan observasi partisipasi dengan terlibat langsung dalam kegiatan – kegiatan komunitas Wisnu Kencana, baik dalam acara susur sungai dan sosialisasi masalah sungai bersama masyarakat setempat. Observasi lain yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi mengenai perilaku membuang sampah warga pinggir sungai Kalipepe setiap hari dari sebelum, sedang dan pasca program pemberdayaan masyarakat/CSR dan kegiatan mereka sehari-hari. Observasi juga dilakukan pada aktivitas anggota Wisnu Kencana terkait program CSR di wilayah pinggir sungai Kalipepe ketika mereka menjaga lingkungan. Informan dipilih secara purposive , yaitu warga desa yang tinggal di pinggir sungai lebih dari 5 tahun, kepala dusun, kepala desa, 8 orang dari warga desa yang tergabung dalam komunitas Wisnu Kencana, manajer Corporate Social Responsibility, anggota Tim CSR Wawancara mendalam dengan pedoman wawancara kepada 5 orang informan warga yang tinggal lebih dari 5 tahun di pinggir sungai Kalipepe. Pertukaran pemahaman antara peneliti dan informan terjadi. Wawancara berjalan santai dengan obrolan yang serius yang membuat informan tidak merasa seperti diinterogasi, melainkan seperti sedang berbincang dan bertukar cerita dengan seorang teman dekat. Saat inilah rapport peneliti dengan para informan terjalin. Wawancara mendalam juga kepada informan Kepala Dusun dan Kepala Desa Tawangsari, manajer CSR PT Pertamina. Dalam meneliti mengenai komunitas Wisnu Kencana, peneliti menggunakan teknik pemilihan informan yang sudah banyak digunakan para peneliti-peneliti lain dalam menentukan informan yang dijadikan objek pengambilan data yaitu kriteria pemilihan informan dari James P. Spradley. Dalam memperoleh informan peneliti memilih berdasarkan rekomendasi dari ketua komunitas yang memahami betul kondisi dari komunitas beserta peran-peran dari para anggotanya, tentu saja tidak semua rekomendasi diterima namun dipilah lagi oleh peneliti berdasarkan keperluan pemilihan yang purposive , atau berdasarkan tujuan dari peneliti. Wawancara mendalam kepada 5 orang dari komunitas Wisnu Kencana yaitu komunitas yang sedang melakukan pemberdayaan masyarakat pinggir sungai Kalipepe. Gambaran awal tentang permasalahan penelitian bisa didapatkan, merujuk kepada penjelasan yang lebih mendalam tentang peran anggota Wisnu Kencana kepada warga masyarakat pinggir sungai. Lokasi penelitian berada di homebase Wisnu Kencana yakni ngebrak/basecamp Dusun Suko Desa Tawangsari, selain itu juga di lingkungan masyarakat Desa Tawangsari. ## Hasil dan Pembahasan Desa Tawangsari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Masyarakat Tawangsari banyak yang beraktivitas sebagai petani. Mereka memiliki lahan yang subur. Desa ini dilalui sungai sebagai sumber pengairan bagi kehidupan masyarakat. Desa Tawangsari memiliki berbagai program pemberdayaan yang bekerja sama dengan Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) diantaranya ada Difabelfreuner, Camp Bell 2 Edupark, UMKM Karak, dan River Tubing /Susur Sungai Wisnu Kencana. Desa Tawangsari juga menjadi desa percontohan karena desa ini termasuk kedalam desa inovatif pada tahun 2017 yang lalu. Di Desa Tawangsari terdapat sungai yang berada di sekitaran pemukiman warga, sungai ini di kenal dengan nama Kalipepe yang menjadi sumber penghidupan masyarakat. Masyarakat Tawangsari memiliki perspektif mengenai sungai, seperti dijelaskan oleh informan tokoh masyarakat bahwa “…mereka menganggap bahwa sungai merupakan “ mburi omah”/ belakang rumah. Barang tidak dipakai, sampah rumah ya dibuang ke sungai. Membuang sampah di belakang rumah ya di sungai itu. Sungai kan airnya mengalir terus, sampahnya ya ikut mengalir ke laut…tapi kadang air sungai kurang lancar. Hujan deras datang, sampah di sungai ikut jalan… Banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sungai Kalipepe karena berada dibelakang rumah yang tidak terlihat oleh orang lain. Muncul mainset masyarakat mengenai sungai sebagai “ mburi omah” yang mana masyarakat menganggap sungai sebagai tempat kotor membuang sampah…”. Mburi omah merupakan pemahaman masyarakat mengenai sungai bahwa berada di belakang rumah yang tidak memiliki manfaat. Adanya pemikiran masyarakat yang demikian membuat masyarakat Desa Tawangsari tidak dapat melihat potensi yang besar dari adanya sungai. Warga masyarakat yang akhirnya membuang sampah di sungai sebab adanya pemikiran bahwa sungai merupakan “ mburi omah”. Berdasar observasi peneliti, nampak kondisi sungai menjadi kotor. Selain itu sungai Kalipepe ini diekploitasi warga pinggir sungai dengan mengambil dan menjual pasir dan batu dari sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seperti yang diungkapkan informan Sarno (49) warga Desa Tawangsari: “Kalipepe ini biasanya digunakan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari, kebutuhan rumah tangga, pengairan sawah dan lain-lain. Masyarakat sini belum melihat manfaat sungai bagi ekonomi mereka. Selain itu sungai yang berada di mburi omah atau belakang rumah membuat warga dulu sering membuang sampah ke sungai”. Pengetahuan lokal masyarakat Desa Tawangsari mengenai sungai, bahwa sungai merupakan “ mburi omah”. Mburi omah merupakan pemahaman masyarakat mengenai sungai bahwa berada di belakang rumah yang tidak memiliki manfaat. Adanya pengetahuan lokal ini membuat masyarakat Desa Tawangsari tidak dapat melihat potensi yang besar dari adanya sungai. Banyak masyarakat yang akhirnya membuang sampah di sungai. Pengetahuan lokal bahwa membuang sampah di belakang rumah tidak akan mempengaruhi ekonomi mereka sebab sungai masih dilihat sebagai sesuatu yang tidak memiliki dampak ekonomi. Hal tersebut membuat sungai menjadi kotor dan di ekploitasi untuk keberlangsungan hidup masyarakat sekitar sungai dengan menjual pasir dan batu sungai. Selain itu kondisi pemukiman masyarakat yang berada di bantaran sungai dan tidak mempunyai tempat sampah, juga berakibat mereka sering membuang sampah ke sungai. Kebiasaan ini yang kemudian mengakibatkan sungai menjadi kotor dan jorok. Saat musim kemarau tiba, sampah di sungai sering menimbulkan bau yang tidak sedap dan menyengat warga pinggir sungai dan sekitarnya. Apalagi jika angin bertiup, bau tidak sedap makin menyebar. Selain itu adanya aktivitas penambang pasir dan batu di sungai, mengakibatkan rusaknya ekosistem sungai. Informan kepala dusun dan kepala desa menjelaskan bahwa; “…Kondisi penambangan pasir dan batu ini, jika tidak diantisipasi lebih dini maka kerusakan ekosistem bisa lebih parah. Hal ini tertanam dalam pemikiran masyarakat yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Banyak dari masyarakat menganggap bahwa tumpukan sampah yang menimbulkan bau yang tidak enak akan hilang ketika musim hujan tiba, sebab sampah-sampah tersebut akan hanyut terbawa arus banjir…”. Pengetahuan lokal masyarakat mengenai sungai tersebut merupakan bagian dari wujud kebudayaan yang pertama yakni sistem ide. Sistem ide ini merupakan pengetahuan lokal masyarakat yang melekat karena disosialisasi secara turun-menurun dari generasi ke generasi. Hal tersebut merupakan hasil konstruksi sosial yang akhirnya menjadi perilaku masyarakat dalam melihat dan memanfaatkan sungai. Konstruksi sosial menurut Luckman dan Berger merupakan realitas sosial yang diciptakan oleh individu yang secara bebas menentukan kehendaknya sehingga dapat membentuk suatu perilaku dalam masyarakat (Basrowi dan Sukidin 2002: 194). Dari sana diketahui bahwa perilaku manusia merupakan suatu hasil pembentukan pemikiran mengenai sesuatu hal oleh masyarakat dalam lingkungannya. Perilaku tersebut menjadi suatu kebudayaan seperti yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat (1998) bahwa perilaku manusia didapat dari proses belajar di masyarakat dalam lingkungannya. Dengan menggunakan dasar CSR triple buttom line yakni planet, pople dan profit diketahui bahwa pembangunan berkelanjutan yang dilakukan perusahaan tidak hanya berkonsentrasi pada isu-sisu lingkungan tetapi ada sisi sosial masyarakat dan keuntungan perusahaan. Seperti dijelaskan informan manajer CSR Pertamina bahwa: “…Dalam program perbaikan lingkungan sungai melalui program wisata river tubing atau susur sungai dari Pertamina sebagai perusahaan dibidang energi menjadi pelopor perbaikan kerusakan lingkungan sungai. Perbaikan secara lingkungan tersebut didukung dengan adanya penanaman pohon di sekitar DAS Kalipepe. Selain itu Pertamina juga menggandeng kelompok relawan pecinta sungai. Kelompok ini yang kemudian di up skilling kemampuan menjadi guide wisata susur sungai yang menghasilkan keuntungan secara finansial bagi kelompok. Kegiatan tersebut bagian dari tujuan Pertamina dalam mensejahterakan masyarakat...”. Selanjutnya dijelaskan informan manajer CSR Pertamina bahwa: “…Sungai yang seharusnya asri di daerah perdesaan menjadi kotor seperti sungai- sungai di daerah perkotaan dengan banyaknya sampah-sampah plastik di sisi-sisi sungai. Sampah-sampah itu mengganggu aliran sungai ke area pertanian warga sehingga sering kali lahan sawah kekurangan air dan bahkan kotor dengan sampah plastik yang terbawa oleh aliran sungai. Selain itu penambangan liar yang dilakukan oleh warga setempat tanpa pengawasan membuat sungai tersebut menjadi semakin buruk. Itu sebabnya Pertamina dengan CSRnya berusaha mensosialisasi dan menyadarkan warga pinggir sungai agar tidak mbuang sampah di sungai lagi...”. Menurut informan Kepala Desa; “…Sayangnya penambangan pasir dan batu terus terjadi. Ada 22 warga sekitar dan pinggir sungai yang setiap harinya menggunakan alat-alat yang masih tradisional menambang pasir dan batu. Puluhan truk ngangkut pasir dan batu tiap hari…lingkungan sungai rusak… mau dilarang ya repot, warga nggantungkan ekonomi keluarganya dari upah nambang itu….” Penambangan di sekitaran sungai Desa Tawangsari begitu masif sehingga dapat merusak lingkungan sungai pada masa mendatang. Aktivitas penambangan dilakukan setiap hari yang menghasilkan batu dan pasir sampai puluhan truk dalam sehari. ## Perubahan Sosial Masyarakat Tepi Sungai Adanya kerusakan ekosistem sungai yang mulai dirasakan oleh masyarakat sekitar membuat beberapa warga yang peduli akan sungai di desanya. Kelompok ini berawal dari sekelompok bapak-bapak Desa Tawangsari yang memiliki rasa peduli akan sungai di Tawangsari, kemudian kelompok-kelompok ini menjadi suatu komunitas dengan memiliki tujuan yang sama. Mereka tergerak sebab melihat sungai yang semakin tercemar. Mereka menamakan komunitas ini Wisnu Kencana, yaitu suatu komunitas yang diharapkan dapat merangkul masyarakat pinggir sungai untuk peduli akan kebersihan sungai. Komunitas ini mulai membersihkan sungai dengan harapan sungai menjadi bersih dan lebih lestari. Seperti yang diungkapkan ketua komunitas Wisnu Kencana Ibnu (51 tahun) sebagai berikut: “komunitas ini dibentuk sebagai tindak lanjut terhadap adanya kerusakan lingkungan yang semakin parah. Warga masyarakat di luar desa yang melihat sungai kotor kemudian ikut membuang sampah ke sungai saat lewat jembatan sampah rumah tangga mereka di lempar ke sungai. Kebiasaan mbuang sampah di Kalipepe tidak hanya menggangu warga pinggir sungai tapi baunya kemana- mana mencemari udara lingkungan Kalipepe dan sekitarnya. Kalipepe penuh sampah, dilihat juga menjijikkan”. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Badan-badan sungai yang dipenuhi sampah rumah tangga ## Sumber: Data Primer Munculnya komunitas masyarakat peduli sungai tersebut sebagai respon atas perubahan yang muncul di masyarakat. Adanya ketidakseimbangan sistem yang terjadi di masyarakat membuat pembaharuan adaptasi pada lingkungan. Seperti yang diungkapkan Tallcot mengenai masyarakat seperti tubuh manusia yang merupakan seperangkat sistem sehingga jika ada yang tidak sesuai atau mulai membuat masyarakat tidak nyaman akan membuat perubahan. Seperti yang diungkapkan informan Bapak Trijoko warga yang tinggal di pinggir sungai: “kalinya sudah gak sebagus dulu ditambah lagi kalo sampah numpuk sering bau. Selain itu aliran-aliran sungai ke daerah pertanian kadang sering mampet gara-gara sampah. Saya setuju sungai dibersihkan bersama… gotong royong, supaya sungai Kalipepe bersih. Warga mesti mbuang sampah di bak sampah, tidak boleh lagi mbuang sampah di sungai belakang rumah/ mburi omah. Warga tidak boleh mbuang sampah pagi, siang, sore, malam baik diawasi atau tidak sama warga lain atau warga yang bertugas”. Keresahan tersebut yang mulai membuat masyarakat mulai sadar untuk tidak membuang sampah di sungai. Namun begitu jika ada warga yang masih membuang sampah ke sungai, maka warga lain sering memberi teguran agar tidak lagi membuang sampah ke sungai. Teguran ini dilakukan sesuai larangan kepala desa. Sering kali kemudian dilakukan ronda malam di dekat jembatan agar masyarkat tidak lagi membuang sampah ke sungai. Adanya kelompok ini membuat masyarakat takut jika membuang sampah di siang hari, padahal sebelumnya hal tersebut seperti kebiasaan membuang sampah kapanpun ke sungai. Terjadi perubahan perilaku di masyarakat dengan munculnya rasa malu jika ada yang melihat mereka melemparkan sampah ke sungai. Namun hal tersebut belum juga membuat sadar hanya mengubah rasa malu dan menimbulkan rasa takut, masyarakat kemudian membuang sampah di malam hari. Ini yang kemudian menjadi agenda selanjutnya komunitas Wisnu Kencana dengan menjaga sungai di malam hari, yang ternyata setelah dilakukan ronda malam jaga sungai hal ini sangat efektif untuk mengedukasi masyarakat. Keresahan tersebut yang mulai membuat masyarakat mulai sadar untuk tidak membuang sampah di sungai. Namun begitu jika ada warga yang masih membuang sampah ke sungai, maka warga lain sering memberi teguran agar tidak lagi membuang sampah ke sungai. Teguran ini dilakukan sesuai larangan kepala desa. Sering kali kemudian dilakukan ronda malam di dekat jembatan agar masyarkat tidak lagi membuang sampah ke sungai. Adanya kelompok ini membuat masyarakat takut jika membuang sampah di siang hari, padahal sebelumnya hal tersebut seperti kebiasaan membuang sampah kapanpun ke sungai. Terjadi perubahan perilaku di masyarakat dengan munculnya rasa malu jika ada yang melihat mereka melemparkan sampah ke sungai. Namun hal tersebut belum juga membuat sadar hanya mengubah rasa malu dan menimbulkan rasa takut, masyarakat kemudian membuang sampah di malam hari. Ini yang kemudian menjadi agenda selanjutnya komunitas Wisnu Kencana dengan menjaga sungai di malam hari, yang ternyata setelah dilakukan ronda malam jaga sungai hal ini sangat efektif untuk mengedukasi masyarakat. Langkah selanjutnya yang dilakukan para relawan komunitas Wisnu Kencana yakni dengan melakukan kegiatan susur sungai setiap minggu dengan agenda membersihkan aliran sungai akibat sampah rumah tangga yang menumpuk dipinggir dan badan sungai. Awal mereka lakukan dari tahun 2017 pertengahan dengan jumlah relawan 8 orang. Aktivitas kelompok ini kemudian terdengar oleh Tim CSR FT Boyolali yang kemudian dilakukan assessment kepada kelompok. Setelah mendapat informasi dan data yang cukup kemudian tercetuslah konsep wisata sungai yang memanfaatkan aliran deras sungai dan kedalaman air yang sedang saja. Komunitas Wisnu Kencana ini kemudian menjadi unit usaha dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tawangsari sehingga pemerintah Desa dapat berkontribusi dengan peraturan desa mengenai pemanfaatan dan pelindungan sungai. ## Gambar 2. Para Peserta River Tubing Sumber: Data Primer Keramaian wisata river tubing di Kalipepe semakin hari memperlihatkan peningkatan, pernah para relawan melakukan river tubing dari pagi hingga sore hari tanpa berhenti. River tubing sendiri yakni merupakan aktivitas susur sungai yang dilakukan dengan menggunakan ban mobil untuk dapat memanfaatkan aliran sungai yang deras. Kegiatan river tubing ini tidak dapat dilakukan kapan saja sebab harus memperhatikan cuaca agar selama susur sungai dapat lebih aman. Ada peserta river tubing yang ditolak akibat terlalu sore dan cuaca yang sudah mendung. Banyaknya kunjungan wisata di Kalipepe untuk kegiatan river tubing membuat masyarakat sekitaran bantaran sungai senang melihat aktivitas river tubing memiliki dampak ekonomi bagi mereka. Intensitas yang mulai sering dilakukan di Kalipepe membuat masyarakat bantaran sungai menjadi sungkan untuk membuang sampah ke sungai. Masyarakat secara sukarela membuat tampungan sampah untuk kemudian di integrasikan dengan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yang ada di Desa Tawangsari. Perubahan pada masyarakat perlahan-lahan memperlihatkan perilaku yang baru mengenai tindakan terhadap sungai. Sebelumnya masyarakat yang belum melihat nilai ekonomi dari sungai saat ini dengan adanya wisata mereka mulai sadar jika sungai bersih akan mendatangkan rejeki. Hadirnya komunitas pencinta sungai Wisnu Kencana menjadi bagian tidak terpisahkan dari perubahan perilaku masyarakat, agenda-agenda menjaga sungai dengan memberikan pengertian secara baik membuat perubahan perilaku masyarakat menjadi sangat alamiah yang tidak menimbulkan pergesekan di masyarakat. Pengaruh perubahan ini seperti yang diungkapkan Hanifah dkk dalam jurnal yang berjudul “Analisa Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung Sebagai Desa Wisata” bahwa adanya proses sosialisasi yang di pengaruhi oleh unsur dari dalam desa yaitu komunitas Wisnu Kencana dan luar masyarakat yakni adanya dukungan dari CSR PT. Pertamina (Persero) FT Boyolali, yang juga terlibat membuat wisata sungai dan mengakibatkan perubahan perilaku membuang sampah ke sungai. Keramaian wisata river tubing di Kalipepe semakin hari memperlihatkan peningkatan, pernah para relawan melakukan river tubing dari pagi hingga sore hari tanpa berhenti. Selain itu juga ada peserta river tubing yang ditolak akibat terlalu sore dan cuaca yang sudah mendung. Banyaknya kunjungan wisata di Kalipepe untuk kegiatan river tubing membuat masyarakat sekitaran bantaran sungai senang menonton aktivitas river tubing. Intensitas yang mulai sering dilakukan di sungai Kalipepe membuat masyarakat bantaran sungai menjadi sungkan untuk membuang sampah ke sungai. Masyarakat secara sukarela membuat tampungan sampah untuk kemudian di integrasikan dengan TPST/Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang ada di Desa Tawangsari. ## Dampak Positif Perubahan Sosial Masyarakat Dari program river tubing , terdapat beberapa dampak positif mulai dari Kalipepe Desa Tawangsari menjadi bersih, terdapat peningkatan keanekaragaman hayati, penambahan pendapatan kelompok dan desa. Kebersihan Kalipepe membawa berkah bagi penghidupan masyarakat yang dulu banyak sampah di sungai membuat sarang penyakit bagi masyarakat yang tinggal di bantaran atau pinggir sungai. Program ini telah mengubah kebiasaan/ habit di masyarakat bantaran sungai yang menganggap bahwa sungai sebagai “ mburi omah ” menjadi “ ngarep omah ” dengan metode pendekatan wisata. Pendekatan wisata ini membuka pikiran masyarakat mengenai betapa berharganya sumber kekayaan alam seperti sungai Kalipepe jika dimanfaatkan dengan baik. Diungkapkan informan Bambang (53 tahun) Relawan Wisnu Kencana; “ kali niku sumber panguripan dadi nek kaline resik, rejekine dadi apik ” “sungai itu sumber kehidupan, jadi jika sungainya bersih, rejeki jadi baik” Gambar 3. Suasana Aktivitas River Tubing Sumber: Data Primer Kini wajah Kalipepe di Desa Tawangsari menjadi begitu indah dengan bantaran sungai yang bersih dan air sungai yang bersih jernih yang aliran airnya deras. Wajah baru Kalipepe ini menjadi salah satu bentuk program yang berdampak sosial ekonomi dan budaya lebih besar. Suatu kebudayaan yang telah tertanam sejak dulu sangat sulit untuk dirubah sebab mengubah suatu kebudayaan harus membuka ide atau gagasan yang ada di masyarakat. Tetapi dengan program wisata sungai ini masyarakat lebih mudah mengubah pola pikir mereka yang kemudian berdampak pada perubahan perilaku mereka. Perilaku awal membuang sampah ke sungai dikarenakan ide dan pengetahuan lokal mereka yang menganggap sungai sebagai tempat sampah. Namun demikian saat ini pengetahuan lokal mereka berubah dan beranggapan bahwa sungai sebagai sumber penghidupan masyarakat sehingga perilaku membuang sampah ke sungai sudah ditinggalkan. Hasilnya saat ini Kalipepe di Desa Tawangsari menjadi destinasi wisata di Boyolali yang memberi dampak sosial ekonomi dan budaya di masyarakat. Salah satu pemuda yang ikut dalam komunitas Wisnu Kencana yakni Rian (17 tahun) mengatakan: “merasa bangga menjadi bagian komunitas yang membuat sungai bersih kembali, seru ketika ada tamu yang berkunjung dan ingin mencoba susur sungai. Sekarang sungai bagi masyarakat bukan lagi mburi omah tetapi menjadi ngarep omah. Kegiatan susur sungai atau arung jeram ini menyenangkan dan stress hilang, segar pokoknya ” Kebanggaan pemuda Desa Tawangsari ini karena perubahan sungai yang kini bersih dan lingkungan sungai menjadi sangat enak untuk dinikmati. Selain itu dampak positip untuk bidang sosial ekonomi dan budaya ke arah positip yang dirasakan masyarakat membuat perubahan perspektif yang ada dari sungai yang dianggap sebagai mburi omah saat ini menjadi ngarep omah. Hal ini memperlihatkan bahwa sungai harus dijaga dan dirawat, sebab sungai merupakan tampilan depan rumah bagi masyarakat jika terlihat kumuh mana mungkin pengunjung atau tamu akan mampir ke rumah mereka. Kondisi lingkungan alam sungai yang sudah mendukung dan lingkungan sosial budaya masyarakat desa umumnya dan masyarakat pinggir sungai Kalipepe khususnya yang sudah berubah ini, relatif hamper sama dengan masyarakat Jawa umumnya. Sebagian masyarakat Jawa akan mempercantik bagian depan rumah mereka sebab hal tersebut memperlihatkan kepribadian penghuninya dan masyarakat Jawa percaya jika rumah terlihat indah dan bersih akan banyak rejeki yang akan datang kepada mereka. Perubahan tersebut juga terjadi di awali oleh pengaruh dari luar. Pengaruh dari luar masyarakat seperti yang dilakukan oleh CSR PT. Pertamina (Persero) ini memiliki dampak yang sangat positif di masyarakat. Namun demikian tampak tanpa dorongan kesadaran dari masyarakat sendiri tidak akan mungkin perubahan itu terjadi, sehingga keterkaitan antara pihak ekternal dan internal menjadikan perubahan perilaku budaya yang masif di masyarakat. Perubahan perilaku budaya tidak membuang sampah ke sungai kembali membuat kawasan sungai di Desa Tawangsari menjadi bersih. Kebersihan area sungai ini membuat ketertarikan orang dari luar sebagai wisatawan domestik dating ke Desa Tawangsari untuk berkunjung dan mencoba river tubing atau susur sungai yang membuat mereka gembira. Menurut informan Ketua sekaligus pengelola wisata River Tubing Wisnu Kencana Ibnu (51 tahun): “setiap ada pengunjung yang melakukan river tubing minimal terjadi perputaran uang di kawasan wisata 00ini sebesar Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00, terlihat dari hasil tiket masuk, pedagang yang hadir dan penjualan souvenir” Sebagai suatu kawasan wisata, river tubing telah memiliki sistem yang sangat baik mulai dari pengelolaan kawasan sungai, penjualan makanan, souvenir dan lain sebagainya. Sistem kawasan wisata air ini menjadi sangat menarik kedepannya karena ada banyak perbaikan yang telah diberikan oleh CSR PT. Pertamina mulai dari infrastruktur dan kapasitas pengelola yang telah ditingkatkan kemampuan melayani tamu dan kemampuan menghadapi bencana di air. Para relawan juga memiliki kegiatan edukasi sungai di mana membuka bagi masyarakat yang ingin mengetahui mengenai masalah sungai. Kemampuan relawan dalam kedaruratan sungai dan pengetahuan sungai tidak diragukan sebab para anggota telah mengikuti berbagai kegiatan penunjang seperti water rescue yang diselenggarakan CSR FT Boyolali bersama Tim SAR Boyolali. Sosialisasi dengan cara yang seru dan menarik menjadi salah satu cara memberikan pengetahuan terhadap masyarakat. Saat melakukan susur sungai dengan arum jeram ada penyisipan edukasi bagi pengunjung agar lebih menjaga lingkungan. Sesekali relawan mengadakan tanam pohon di pinggir sungai bersama anak-anak sekolah di sekitar desa, dengan begitu kegiatan akan lebih mudah dipahami oleh anak-anak. Gambar 4. Kegiatan Sekolah Sungai Sumber: Data Primer Saat ini komunitas Wisnu Kencana menjadi sasaran bagi pelajar-pelajar sekitar Desa Tawangsari untuk memperoleh pengetahuan mengenai lingkungan dan pelestariannya. Sisi edukasi yang diangkat dalam agenda Komunitas Wisnu Kencana ini juga menyasar anak-anak agar sejak dini dapat lebih sadar menjaga lingkungan alam sungai. Komunitas Wisnu Kencana merupakan sekumpulan orang pecinta sungai yang ingin memperhatikan sungai. Kelompok ini memiliki aktor intelektual yakni Sumanto sebagai penggagas sekolah sungai. Menurut informan Sumanto (38 tahun): “awal berdirinya komunitas sekolah sungai karena adanya keresahan di masyarakat bantaran sungai dengan tumpukan sampah yang menimbulkan bau. Kemudian mereka hanya membuat sosialisasi di masyarakat sambil melakukan razia sungai jika ada masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Kemudian ternyata di BPBD Boyolali terdapat program sekolah sungai yang tujuannya merevitalisasi badan-badan sungai agar lingkungan sungai tidak rusak, ketika peresmian komunitas tersebut salah satu yang ikut diresmikan yakni komunitas wisnu kencana.” Masyarakat yang awalnya hanya membuat kumpulan untuk sosialisasi pelindungan lingkungan sungai yang kemudian berkembang hingga saat ini. Razia yang sering dilakukan bukan secara masif tetapi kondisional sehingga masyarakat hanya memberikan teguran bagi orang-orang yang membuang sampah ke sungai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyoalali memiliki program yang sangat sesuai dengan harapan masyarakat yakni sekolah sungai. Dari program BPBD ini kemudian komunitas Wisnu Kencana diberikan pelatihan peningkatan kapasitas kelompok pecinta sungai. Kegiatan di sungai kalipepe tiap bulannya yakni membersihkan badan sungai dari sampah-sampah yang menumpuk dan kemudian memberikan pemahaman kepada masyarakat bantaran sungai. Selain itu juga adanya dukungan dari Pemerintah Desa Tawangsari dan CSR PT. Pertamina seperti yang diungkapkan informan Sumanto (38 tahun): “Pemerintah Desa Tawangsari memberikan dukungan dengan membuatkan papan informasi larangan membuang sampah di sungai, sekaligus membuatkan aturan bagi masyarakat agar menjaga lingkungan. Selain itu Pemdes yang bekerja sama dengan CSR PT. Pertamina memperkenalkan komunitas wisnu kencana yang kemudian dilakukan pengoptimalan kelompok”. Adanya dukungan dari Pemerintah Desa Tawangsari ini membuat komunitas bersemangat menjalankan agenda-agenda pemanfaatan lingkungan. Dukungan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemdes Tawangsari membuat mudah komunitas pecinta lingkungan Wisnu Kencana untuk melakukan sosialisasi dan memberikan tindakan dukungan bagi masyarakat. Pemerintah Desa Tawangsari memiliki visi membangun desa berbasis lingkungan sebab terdapat banyak masyarakat yang bergantung pada pertanian. Informan Kepala Desa Tawangsari yakni Yayuk TS (56 tahun) mengungkapkan: “selama ini Pemdes tidak pernah memiliki program untuk memberdayakan masyarakat, adanya CSR di desa saya ini kemudian banyak memperlihatkan potensi desa yang tidak disadari oleh masyarakat. Pemdes memberi dukungan penuh untuk program lingkungan sebab sudah banyak masyarakat yang resah mengenai sampah yang dibuang di sungai. Selaku Pemdes mendukung melalui kebijakan dan mencari pendanaan untuk aktivitas wisata.” Masalah lingkungan di desa Tawangsari menjadi pokok perhatian sejak awal oleh Kepala Desa. Banyaknya masalah yang muncul di desanya membuat Yayuk selaku Kepala Desa mendukung penuh para relawan yang menjadi bagian penting dalam perbaikan lingkungan. Masyarakat yang secara sukarela peduli terhadap lingkungan menjadi sangat penting dalam agenda desa memperbaiki ekosistem lingkungan. Adanya laporan bahwa sampah-sampah yang terbawah arus Kalipepe masuk ke area persawahan membuat para petani kesulitan mengairi sawah mereka. Tim CSR PT. Pertamina sebagai pendamping kelompok memberikan dampingan kepada masyarakat seperti yang diungkapkan informan Noor (26 tahun) sebagai pendamping CSR sejak 2017: “awalnya program tersebut atas inisiatif masyarakat setempat, kita disini hanya memberikan bantuan dan pelatihan agar komunitas tersebut dapat meningkatkan kapasitas mereka. Selain itu sebagai perusahaan besar memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, hal tersebut yang membuat kita mendampingi kelompok Wisnu Kencana”. Sebagai perusahaan minyak terbesar di Indonesia PT. Pertamina memberikan bantuan CSR kepada masyarakat sekitar agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga. CSR memberikan stimulus kepada kelompok Wisnu Kencana berupa bantuan perlengkapan operasional river tubing , dan pelatihan penunjang bagi komunitas agar cakap menghadapi masalah yang mungkin terjadi di sungai. Pendampingan tim CSR merupakan suatu kewajiban perusahaan agar masyarakat di sekitar perusahaan mendapat timbal balik yang positif dengan adanya perusahaan di lingkungan mereka. Keterlibatan berbagai pihak dalam mengubah persepsi masyarakat bantaran sungai kalipepe dilakukan secara masif. Mulai dari kelompok pencinta lingkungan yang terbentuk secara swadaya masyarakat, pemerintah desa yang mendukung secara kebijakan, BPBD yang memiliki program sekolah sungai, dan tim CSR yang membantu peningkatan kapasitas komunitas. Pihak-pihak tersebut menbantu percepatan perubahan sosial di masyarakat bantaran sungai, membuang sampah ke sungai yang selama ini menjadi habit kemudian berubah menjadi perilaku yang positif. Masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai bahkan dari mereka ada yang ikut pelestarian sungai dalam komunitas Wisnu Kencana. Pendekatan secara persuasif melalui berbagai kegiatan ternyata lebih dapat menyentuh masyarakat sehingga perubahan sosial tidak menimbulkan konflik. Melihat wisata sungai yang ramai tersebut warga menjadi sungkan dan bahkan malu untuk membuang sampah di sungai. ## Simpulan Perubahan masyarakat yang terjadi pada masyarakat bantaran atau pinggir sungai Kalipepe Desa Tawangsari melalui proses panjang. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai faktor baik secara internal dan maupun eksternal. Faktor internal yang membuat perubahan masyarakat bantaran sungai Kalipepe yakni munculnya rasa tidak nyaman akibat banyaknya sampah menumpuk di sungai, bau menyengat dan air sungai mampet. Munculnya kesadaran awal dari kelompok-kelompok kemudian menjadi komunitas warga yang mengajak dan mensosialisasi warga berubah membuang sampah dari ‘mburi omah’ ke ‘ngarep omah’ . Pengetahuan lokal mereka dirubah. Selain itu faktor eksternal yang berpengaruh adalah komunitas peduli sungai yang menggalakkan sosialisasi jaga sungai, intervensi CSR PT. Pertamina (Persero) dalam membuat dan melaksanakan wisata River Tubing , banyaknya pengunjung yang mulai berdatangan dan adanya Peraturan Pemerintah Desa Tawangsari yang melarang membuang sampah ke sungai. Kini Desa Tawangsari dengan wisata River Tubing menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan dan tantangan susur sungai. Sistem baru yang muncul dalam masyarakat membawa berkah bagi mereka untuk memperoleh tambahan pendapatan dari adanya perubahan perilaku mereka. Selain itu para penambang sudah mulai mengurangi aktivitas tambang dan sering terlibat dalam mendampingi pengunjung menyusuri sungai Kalipepe. Kaearifan lokal yang bertahan pasca operasional river tubing penting dikaji lebih lanjut. ## Daftar Pustaka Andriati R (2016) Perubahan Budaya Kerja Nelayan. Biokultur, 5 (1): 61-74. Cahyono AS (2016) Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia. Publiciana, 9 (1): 140-157 . Gunawan H, Suryadi K & Malihah Elly (2018) Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata. Jurnal Sosietas, 5 (2). Manuabu PIB (2008) Memahami Teori Konstruksi Sosial. Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Koentjaraningrat (1998) Pengantar Antropologi. Jakarta: Gramedia. Spradley JP (2007 ) Metode Etnografi . Yogyakarta : Tiara Wacana. Yunita D, Sagita NI & Sahadi Humaedi (2018) Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa: Tinjauan Materialisme Budaya dari Pemanfaatan Bersama Mata Air Pada Era Revolusi Industri 4.0 Universitas Padjajaran. Social and Political Challenges in Industrial 4.0. Proceeding Open Society Conference: 58-87.
9a5c9967-f89c-417f-8b63-668c4474cd57
https://scholar.ummetro.ac.id/index.php/armatur/article/download/2865/1243
## Pengaruh bahan baku sampah sayuran dan buah terhadap produksi biogas menggunakan starter Effective Mikroorganisme 4 Dwi Irawan 1* , Wahyudi Saipulloh 2 , Ardyanto Darmanto 3 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Kota Metro, Lampung, Indonesia 3 Prodi Teknik Otoranpur Politeknik Angkatan Darat Kesatrian Pusdik Arhanud Pussenarh, Kodiklat TNI AD, Desa Pendem Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Malang, Jawa Timur * Corresponding author : [email protected] ## Abstract Vegetable and fruit waste in traditional markets is very abundant, consisting of several waste materials left over from the sorting process for sale such as kale, cabbage, spinach, mustard greens, sweet potato leaves, cassava leaves and broccoli. Then fruit waste such as oranges, salak, melons, watermelons, and mangoes also adorn the market. In fact, the rest of the vegetables and fruits that are only used as waste can be used as materials to be processed to produce alternative energy, namely biogas. The purpose of the study was to determine the effect of vegetable and fruit waste raw materials with the addition of effective microorganisms (EM4) on the production and pressure of the biogas produced. The research was carried out with variations of raw materials for vegetable and fruit waste with a ratio of 50%; 50%, 60% ; 40%, and 60% ; 40%. The results in comparison 1 obtained a mass of 0.03169 kg with a pressure of 14751 N/m 2 , while in the second comparison, better results were obtained, the resulting pressure was 2552, 62 N/m 2 and the mass obtained was 0.0323956 kg, then in the third comparison, the resulting pressure is 11635.66 N/m 2 with a mass obtained of 0.315107 kg. Keywords: Vegetables, Fruit Biogas, Pressure, Effective Mikroorganisme ## Abstrak Sampah sayuran dan buah di pasar tradisional sangat berlimpah jumlahnya, terdiri dari beberapa bahan buangan sisa proses penyortiran untuk dijual seperti kangkung, kubis, bayam, sawi, daun ubi jalar, daun ubi kayu dan brokoli. Kemudian sampah buah seperti jeruk, salak, melon, semangka, dan mangga juga menghiasi pasar. Sesungguhnya sisa sayur dan buah- buahan yang hanya menjadi sampah ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan guna diproses agar menghasilkan energi alternatif yaitu biogas. Adapun tujuan dari penelitian Mengetahui pengaruh bahan baku sampah sayuran dan buah dengan penambahan effective mikroorganisme (EM4) terhadap hasil produksi dan tekanan biogas yang dihasilkan. Penelitian dilakukan variasi bahan baku sampah sayuran dan buah dengan perbandingan 50% ; 50%, 60 % ; 40 %, dan 60% ; 40%. Hasil pada perbandingan 1 didapat massa sebesar 0,03169 kg dengan tekanan 14751 N/m 2 sedangkan pada perbandingan ke 2 di dapat hasil yang lebih baik tekanan yang di hasilka sebesar 2552, 62 N/m 2 dan massa yang di peroleh sebesar 0,0323956 kg, kemudian pada perbandingan yang ke 3 yaitu tekanan yang di hasilkan sebesar 11635,66 N/m 2 dengan massa yang di dapat sebesar 0,315107 kg. Kata kunci: Sayuran, Buah, Biogas, Tekanan, Effective Mikroorganisme. ## Pendahuluan Biogas merupakan campuran antara gas-gas yang dihasilkan dari proses penguraian anaerob (tanpa udara) atau fermentasi dari material organik seperti kotoran hewan, lumpur kotoran, sampah padat atau sampah terurai [1]. Sampah organik berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan biogas, namun belum banyak dimanfaatkan. Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah pencemaran yang berdampak pada kesehatan lingkungan. Umumnya sampah organik yang dihasilkan dari aktivitas pasar setiap harinya yang dapat meningkatkan volume sampah dan pada akhirnya menimbulkan bibit penyakit dari pembusukkan sampah organik tersebut [2]. Secara alami proses pembentukan biogas membutuhkan waktu yang relatif lama karena aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi hanya berasal dari bahan organik yang membusuk. Untuk meningkatkan efisiensi pembentukan biogas dari sampah organik, diperlukan optimalisasi peran mikroorganisme. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan inokulan mikroorganisme [3]. Inokulan mikroorganisme yang terdiri dari 90% Lactobacillus Sp ini memproduksi asam laktat yang dapat mempercepat perombakan bahan organik seperti lignin dan selulosa [3][4]. Efective Microoganisme (EM4) berperan mempercepat degradasi atau fermentasi bahan organik dalam proses pembentukan biogas disebut sebagai biakan ( starter), menekan perkembangan mikroorganisme patogen, dan sebagainya [5]. Proses fermentasi hanya membutuhkan waktu 1 - 2 minggu, dengan cara menginokulasikan EM4 dalam kondisi anaerob sampai aerob fakultatif dan hasilnya dikenal dengan istilah Bokashi [6]. ## Tinjauan Pustaka ## Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas: ± 60 % CH 4 (metana), ± 38 % CO 2 (karbondioksida), ± 2 % N 2 , O 2 , H 2 , dan H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan [4][7]. Tabel 1. Komposisi kandungan jenis gas Jenis Gas Kandungan (%) Metana 60-70 Karbondioksida 30-40 Nitrogen 3 Hidrogen 1-10 Oksigen 3 Hemiselulosa Sulfida 5 ## EM4 (Efective Microoganisme) Merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang di dalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan/ persediaan unsur hara dalam tanah. Mikroorganisme atau kuman yang berwatak “baik“ itu terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomydetes, dan jamur peragian. ## Sampah Organik Sisa sayuran dan buah hasil sortiran dipasar-pasar tradisional menjadikan bahan yang tidak termanfaatkan dan menjadi sampah. sampah organik yang dihasilkan dari aktivitas tumbuhan hasil pemeliharaan dan budi daya, dapur rumah tangga, pasar, mengandung lebih banyak bahan organic yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sedikit cairan. Karena banyak mengandung bahan organik, limbah ini dapat terdekomposisi secara cepat, terutama ketika cuaca hangat[2]. ## Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan secara eksperimental. Yang menggunakan sampah organik cacah, efective mikroorganisme dan air sebagai bahan baku pembuatan biogas nya. Dengang perbandingan antara bahan baku sampah organik cacah dan air adalah 1:1 pada setiap percobaan. Penelitian ini menggunakan variasi bahan baku sampah sayuran dan buah dengan perbandingan 50% ; 50%, 60 % ; 40 %, dan 60% ; 40%. Dengan menggunakan bahan pemicu/ starter yang digunakan adalah jenis efective mikroorganisme 4 (EM4) dengan konsentrasi penambahan 9 % / sampel. Setelah bahan baku sampah organik cacah atau di haluskan telah dicampur dengan air dan pemicu/starter kemudian dilakukan proses fermentasi bahan baku tersebut dengan menggunakan tabung digester untuk mendapatkan hasil biogas yang maksimal. ## Hasil dan Pembahasan ## Tekanan biogas yang dihasilkan perhari ## Gambar 1. Grafik hubungan tekanan biogas terhadap produksi biogas setiap hari Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tekanan yang paling tinggi pada variasi 60%:40% untuk sampah sayuran dan komposisi 50%:50% di bawahnya sedangkan yang terendah adalah 40%:60% untuk sampah buah. Hasil ini diakibatkan karena kandungan serat pada sayuran lebih besar dibandingkan dengan buah. serat pangan (dietary fibre) adalah bagian dari tanaman dalam makanan yang resistan terhadap pencernaan secara enzimatik, yang terdiri dari sellulosa dan non sellulosa seperti hemisellulosa, protopektin, pektin, gom, serta lignin yang semuanya merupakan komponen pembentuk dinding sel tanaman [8]. Dalam pembentukan biogas sellulosa, hemisellulosa dan lingnin merupakan komponen inti yang sangat berguna untuk terjadinya reaksi pembentukan biogas. ## Massa biogas yang dihasilkan perhari Gambar 2. Grafik hubungan massa biogas terhadap produksi biogas setiap hari Dari grafik di atas terlihat bahwa massa biogas yang dihasilkan paling banyak yaitu pada komposisi 60%:40% untuk sayuran karena kandungan seratnya yang lebih banyak. Dan juga di karenakan sampah sayuran lebih mudah terurai di bandingkan dengan sampah buah buahan karena sampah sayuran lebih mudah dihaluskan dibandingkan sampah buah buahan. Bahan dengan ukuran lebih kecil akan lebih cepat terdekomposisi dari pada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan bahan dengan ukuran lebih kecil memiliki luas kontak permukaan yang lebih besar dibandingkan bahan berukuran besar. Pengecilan ukuran sebagai perlakuan awal berpotensi menghasilkan biogas yang secara signifikan meningkat. Agar didapat keseragaman kecepatan penguraian, maka ukuran bahan dapat dibuat menjadi lebih kecil dengan cara dicacah manual atau mekanis (menggunakan mesin). Dengan begitu akses bagi substrat terhadap enzim akan lebih baik [6]. ## Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tekanan biogas yang paling baik dihasilkan pada 98000 100000 102000 104000 106000 108000 110000 112000 5 10 15 20 25 50%:50% 60%:40% 40%:60% T ek ana n ( N / m 2 ) Hari Ke GRAFIK TEKANAN BIOGAS 0,06 0,061 0,062 0,063 0,064 0,065 0,066 0,067 0,068 5 10 15 20 25 50%:50% 60%:40% 40%:60% Massa (k g ) Hari Ke GRAFIK MASSA BIOGAS komposisi 60%:40% untuk sampah sayuran dengan nilai tekanan tertinggi 110134,4 𝑵 𝒎 𝟐 ⁄ pada hari ke 15. Massa biogas yang dihasilkan terbanyak pada komposisi 60%:40% untuk sampah sayuran dengan besaran massa 0,067 kg pada hari ke 15. ## Referensi [1] D. Irawan and K. Ridhuan, “Pengaruh Temperatur Mesofilik Terhadap Laju Aliran Biogas Dan Uji Nyala Api Menggunakan Bahan Baku Limbah Kolam Ikan Gurame,” Turbo J. Progr. Stud. Tek. Mesin , vol. 5, no. 2, 2017, doi: 10.24127/trb.v5i2.238. [2] J. Sutrisno, “Pembuatan Biogas Dari Bahan Sampah Sayuran (Kubis, Kangkung Dan Bayam),” WAKTU J. Tek. UNIPA , vol. 8, no. 1, pp. 100– 112, 2010, doi: 10.36456/waktu.v8i1.885. [3] G. M. Sanjaya, “Biokonversi Sampah Organik Pasar Menjadi Biogas Menggunakan Starter Effective Microorganisms (EM4),” Sains dan Mat. , vol. 1, no. 1, pp. 17–19, 2017. [4] D. Irawan and E. Suwanto, “Pengaruh Em4 (Effective Microorganisme) Terhadap Produksi Biogas Menggunakan Bahan Baku Kotoran Sapi”. [5] D. Irawan and T. Santoso, “Pengaruh Perbedaan Stater Terhadap Produksi Biogas Dengan Bahan Baku Eceng Gondok,” Turbo J. Progr. Stud. Tek. Mesin , vol. 3, no. 2, pp. 2301–6663, 2014, doi: 10.24127/trb.v3i2.10. [6] A. Astuti, “Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan,” J. Ilmu Pertan. , vol. 13, no. 2, pp. 92– 104, 2016. [7] D. Irawan, K. Ridhuan, J. Juliyanto, D. Saputra, and U. Muhammadiah Metro, “Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Sebagai Bahan Bakar Rumah Tangga Di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah,” 2020. [8] E. Pardede, “Tinjauan Komposisi Kimia Buah dan Sayur: Peranan Sebagai Nutrisi dan Kaitannya dengan Teknologi Pengawetan dan Pengolahan,” J. VISI , vol. 21, no. 3, pp. 10–16, 2014.
056c8f0f-8160-413c-8573-82c5cccf63bc
http://journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp/article/download/442/388
## Arwana Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan Penggunaan tepung azolla sp sebagai bahan baku pakan ikan nila merah ( Oreochromis sp.) [Use of Azolla sp flour as raw material for red tilapia ( Oreochromis sp.) feed] Darmianawati 1* 1 Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian Universitas Almuslim. Jln. Almuslim Matangglumpangdua, Bireuen-Aceh ABSTRACT  The research was conducted at the Laboratory of Aquaculture, Faculty of Agriculture, Almuslim University, Matangglumpangdua. This study aims to obtain an alternative raw material for tilapia feed from high quality herbal ingredients. And to find out how to use Azolla flour which is used for additional feed that can accelerate fish growth. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments with 3 replications, namely: A (100% commercial feed), B (77% commercial feed + 20% Azolla flour + 3 grams of adhesive), and C (67% feed. commercial + 30% Azolla flour + 3 grams of gluten). The quality parameters observed were survival rate, fish growth rate and water quality. The results showed that the treatment of adding Azolla flour to red tilapia feed had a significant effect on the weight growth rate, while the length growth and survival yielded results that were not significantly different where each treatment produced the same amount, the highest growth rate was found in treatment C (67%). commercial feed + 30% Azolla flour + 3 grams of adhesive) and the lowest was in treatment A (100% commercial feed). Key words  The nile tilapia, azolla ABSTRAK  Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Matangglumpangdua. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alternatif bahan baku pakan ikan nila dari bahan herbal yang berkualitas. Dan untuk mengetahui cara penggunaan tepung Azolla yang digunakan untuk pakan tambahan yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan yaitu : A ( 100% pakan komersil), B (77% pakan komersil+ 20% tepung Azolla + 3 gram perekat), dan C (67% pakan komersil + 30% tepung Azolla + 3 gram perekat). Parameter mutu yang diamati adalahtingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan ikan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penambahan tepung Azolla pada pakan ikan nila merah berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot, sedangkan pertumbuhan panjang dan kelangsungan hidup menghasilkan hasil yang tidak berbeda nyata dimana setiap perlakuan menghasilkan jumlah yang sama, laju pertumbuhan tertinggi ditemukan pada perlakuan C (67% pakan komersil + 30% tepung Azolla + 3 gram perekat) dan terendah pada perlakuan A (100% pakan komersil). Kata kunci  Ikan nila merah, azolla Received  2 April 2021, Accepted  25 Mei 2021, Published  30 Mei 2021. *Koresponden  Darmianawati, Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian Universitas Almuslim. Jln. Almuslim Matangglumpangdua, Bireuen-Aceh. Email: [email protected] Kutipan  Darmianawati, D. (2021). Penggunaan tepung azolla sp sebagai bahan baku pakan ikan nila merah ( Oreochromis sp.) . Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan, 3(1), 10 – 15. p-ISSN (Media Cetak)  2657-0254 e-ISSN (Media Online)  2797-3530 © 2021 Oleh authors. Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan . Artikel ini bersifat open access yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License . ## PENDAHULUAN Pakan buatan adalah salah satu faktor penting dalam usaha budidaya ikanintensif karena merupakan biaya variabel terbesar dalam proses produksi ikanintensif yakni 30 % - 60 % (Webster dan Lim, 2002). Salah satu kendala yang dihadapi dalam pembuatan pakan adalah ketersediaan bahan baku yang sebagianbesar masih diimpor dari luar negeri. Data Direktorat doi: 10.51179/jipsbp.v3i1.442 Darmianawati (2021)|Arwana  Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan  3(1), 10-15 Produksi, Dirjen Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan (2009) menyatakan bahwa bahanbaku pakan ikan yang diimpor tersebut antara lain adalah tepung ikan, tepungcumi, tepung krustasea, meat bone meal (MBM), poultry meat meal (PMM), tepung kedelai, terigu, serta berbagai jenis vitamin dan mineral dengan total nilaiimpor pada tahun 2008 mencapai US$ 132.367.966,81. Oleh karena itu, perludicari bahan baku pakan alternatif yang murah, berkualitas, dan dapat tersedia. Perkembangan impor periode Indonesia periode Januari tahun 2012 sebesar US$ 14,55 miliar atau naik 15,89 persen terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Imporbahan baku mempunyai nilai impor terbesar yaitu US$ 10,35 miliar dan mempunyaikontribusi/peran sebesar yaitu 71,11 persen terhadap total impor, diikuti oleh impor barangmodal sebesar US$ 2,96 miliar atau memiliki peran 20,33 persen dan impor barangkonsumsi senilai US$ 1,25 miliar atau memiliki peran 8,57 persen dari total impor. Perlu diketahui selama tahun 2011 impor bahan baku mencapai US$ 129,45 miliar peran72,95 persen, barang modal US$ 33,11 miliar peran 18,66 persen dan barang konsumsiUS$ 14,88 miliar peran 8,39 persen (Sumber : BPS, diolah Pusdatin Kementerian Perindustrian). Pelet herbal merupakan pakan ikan buatan dengan bahan baku utama berbasis tumbuhan. Beberapa jenis dedaunan (herbal) mempunyai potensi untuk dapat dipergunakan sebagai bahan baku pakan karena memenuhi beberapa persyaratan seperti kandungan nutrisi yang cukup memadai, tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang cukup, serta relatif murah harganya. Dedaunan yang akan digunakan sebagai bahan baku pelet herbal sebaiknya tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan memiliki kandungan gizi yang baik. Azolla digunakan sebagai bahan baku pelet herbal yang mempunyaikandungan nutrien yang baik meliputi (dalam berat kering) 24- 30%, protein 10-15 % mineral dan 7-10 % asam amino (Utomo, 2011). Ikan nila Oreochromis sp. merupakan ikan omnivor yang mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan berbagai sumber bahan nabati seperti tepung bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung pollard, tepung eceng gondok, tepung alfalfa, serta tepung dari berbagai jenis tanaman legumes seperti daun lamtoro (Arie, 1999). Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi ikan nila tahun 2011sebanyak 639.300 ton. Jumlah ini naik sekitar 36,26% dari tahun 2010 yang sebanyak 469.173 ton (DKP, 2011). Hal ini disebabkan karena daging ikan nila sangat digemari pasar dunia karena warna dagingnya putih bersih, kenyal,dan tebal (Khairumas, 2012). Tanaman azolla mempunyai potensi yang tinggi untuk dijadikan bahan penyusun pakan ikan, kerena kandungan proteinnya tinggi dan komposisi asam amino essensialnya lengkap. Tetapi dengan potensi yang ada tanaman azolla belum dapat dikatakan berkualitas untuk bahan penyusun pakan ikan, karena kandungan serat kasarnya tinggi. Sehingga perlu dilakukan percobaan untuk meningkatkan kualitas pakan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alternatif bahan baku pakan ikan nila dari bahan herbal yang berkualitas. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui cara penggunaan tepung azolla yang digunakan untuk pakan tambahan yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan dan untuk mengetahui dalam proses pemeliharaan ikan nila merah. ## BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan memberikan perlakuan pada masing-masing ikan nila merah berupa tepung azolla. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Universitas Almuslim Peusangan Bireuen. ## Persiapan Wadah Penelitian Persiapan wadah diawali dengan membersihkan wadah, penyiapan batu aerasi dan pengisian air. Wadah yang digunakan adalah aquarium dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 50 cm dan tinggi 40 cm. Volume air mencapai ketinggian 25 cm untuk setiap wadah. ## Biota Uji Biota uji yang digunakan pada saat penelitian ini adalah ikan nila merah dengan ukuran 3 cm/ekor sebanyak 15 ekor/wadah kemudian ikan dimasukkan kedalam aquarium yang telah diisi air mencapai ketinggian 25 cm/aquarium. Pembuatan Tepung Azolla (Azola sp) Darmianawati (2021)|Arwana  Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan  3(1), 10-15 Langkah-langkah pembuatan tepung azolla yaitu daun azolla yang masih segar dicuci terlebih dahulu agar bersih dari lumpur, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari 3-4 hari kemudian daun mata lele digiling sampai menjadi tepung dan diayak. ## Pemberian Pakan Pakan yang diberikan pada saat penelitian yaitu pakan hasil pencampuran antara tepung Azolla dengan pakan komersial dengan dosis yang berbeda. Untuk komposisi pakan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Komposisi Pakan (per 100 gram Pakan) Perlakuan No. Pakan A (100 %) Pakan Buatan Pakan B (20 %) Tepung Azolla Pakan C (30 %) Tepung Azolla 1 Pakan Komersial 97 gram 77 gram 67 gram 2 Tepung Azolla 0 gram 20 gram 30 gram 3 Tepung tapioka 3 gram 3 gram 3 gram Total 100 gram 100 gram 100 gram Parameter analisis Parameter yang dikaji meliputi Kelangsungan Hidup (SR), Laju Pertumbuhan Ikan dan Pengukuran Kualitas Air Analisa Statistik Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini yaitu: Perlakuan A= 100% pakan komersial, Perlakuan B = 77% pakan komersial + 20% tepung azolla + 3 gram perekat Perlakuan C= 67% pakan komersial + 30% tepung azolla + 3 gram perekat. Data yang diperoleh dari pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dianalisa dengan uji F (Anova). Apabila F hitung lebih besar nilainya dibandingkan F tabel berarti berbeda nyata dan diuji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 0.05, (Torrie, 1993). ## HASIL Kelangsungan Hidup (SR) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah akibat pengaruh penggunaan tepung azolla sebagai bahan baku pakan ikan yang dibudidayakan dalam aquarium selama 30 hari menunjukkan bahwa setiap perlakuan tidak berbeda nyata antara perlakuan A, B dan C menunjukkan hasil yang sama yaitu hidup 100% . Dari hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan nila merah tidak berbeda nyata antar perlakuan pada (P>0,05) akibat pengaruh penggunaan tepung azolla sebagai bahan baku pakan ikan nila merah yang diberikan selama 30 hari. Untuk lebih jelas tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah selama 30 hari dapat dilihat pada grafik 4.1 dibawah ini : Grafik 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah dengan Penggunaan Tepung Azolla ## Panjang Ikan Hasil penelitian dan uji lanjut BNJ pada taraf (0,05) menunjukkan bahwa tingkat laju pertumbuhan panjang ikan nila merah dengan pengaruh penggunaan tepung Azolla sebagi bahan baku pakan yang tertinggi dijumpai pada perlakuan C dengan nilai rata-rata 0,866 cm. Sedangkan pertumbuhan panjang terendah dijumpai pada perlakuan A yaitu sebagai kontrol tanpa menambahkan tepung Azolla dengan nilai rata-rata 0,862 cm. Terdapat perbedaan pertumbuhan mutlak dari setiap perlakuan karena perbedaan yang terjadi pada laju pertumbuhan harian, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini : Darmianawati (2021)|Arwana  Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan  3(1), 10-15 ## Gambar 2. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Merah dengan Penggunaan Tepung Azolla Hasil dari grafik diatas menunjukkan nilai rata- rata laju pertumbuhan harian pada perlakuan C yang diberikan pakan komersil 67% dan tepung Azolla 30% lebih tinggi dari perlakuan B, sedangkan yang terendah pada perlakuan A dengan pakan komersil 100%. ## Bobot Ikan Untuk melihat perlakuan yang terbaik dari hasil Analisis Uji F , maka dilakukan Uji lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur). Berdasarkan hasil uji BNJ diperoleh bahwa tingkat pertumbuhan bobot ikan nila merah akibat pengaruh pengunaan tepung Azolla 30% pakan komersil 67% menunjukkan hasil yang terbaik. Rata-rata tingkat pertumbuhan bobot ikan nila merah setelah penggunaan tepung Azolla dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 3 Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Bobot Ikan Nila Merah dengan Penggunaan Tepung Azolla Dari Grafik diatas menunjukkan perbedaan pertumbuhan bobot pada tiap- tiap perlakuan, pertumbuhan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan penggunaan tepung Azolla 30%. Sedangkan dari hasil sidik ragam menghasilkan hasil berbeda nyata F hitung 6,5> F Tabel 5,14. Kualitas Air Kisaran suhu tersebut masih optimal untuk pertumbuhan ikan nila. Menurut Achmad (2004) suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila antara 25 – 30 ºC. Suhu air berpengaruh terhadap nafsu makan dan proses metabolisme ikan. Pada suhu rendah proses pencernaan makanan pada ikan berlangsung lambat, sedangkan pada suhu hangat proses pencernaan berlangsung lebih cepat. Derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini berkisar antara 6,9 – 7,8. Tabel. 2 Hasil pengukuran parameter kualitas air pada penelitian Perlakuan Parameter yang Diukur Suhu (oC) DO (ppm) pH A 25,5 4,8 7,6 B 25,4 5,1 7,7 C 26,5 4,5 7,7 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa suhu air berkisar antara 25 – 26,0 ºC. Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam penelitian ini berkisar antara 4,5 – 5,1 ppm. Nilai DO yang baik untuk kegiatan budidaya ikan laut berkisar antara 5 mg/L- 8 mg/L. ## PEMBAHASAN Tingkat kelangsungan hidup ikan adalah jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan. Untuk mengetahui digunakan rumus sederhana, yaitu jumlah ikan yang ditebar dikurangi dengan jumlah ikan yang hidup kemudian dikalikan seratus persen. Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup antara lain lingkungan, kualitas air, pH, kekeruhan. Selain itu, faktor makanan dan predator juga bisa menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan. Berdasarka hasil penelitian yang telah dilakukan tingkat kelangsungan hidup ikan akibat penggunaan tepung Azolla sebagai banan baku pakan ikan nila merah menunjukkan bahwa setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Selain itu, ikan nila merah merupakan salah satu ikan yang memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Hal ini disebabkan ikan nila merah mampu beradaptasi dengan mudah pada berbagai kondisi pakan yang diberikan, serta mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang buruk (Mudjiman, 2000). Menurut Haetami dan Sastrawibawa (2005), bahwa angka mortalitas yang mencapai 30-50% masih dianggap normal. Pada umumnya kematian ikan nila terjadi setelah sampling yaitu pada saat pengukuran panjang dan penimbangan berat. Mortalitas pada ikan Darmianawati (2021)|Arwana  Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan  3(1), 10-15 biasanya disebabkan karena serangan bakteri, jamur, kekurangan vitamin C, dan ketidakseimbangan gizi pada pakan (Haetami dan Sastrawibawa, 2005). Menurut Hidayah(-), ikan nila bersifat herbivora, omnivora dan pemakan plankton. Sifat penting lain dari ikan nila adalah pertumbuhannya relatif cepat dibandingkan ikan jenis lainnya. Ikan nila dikenal sebagai ikan yang relatif tahan terhadap perubahan lingkungan hidup walaupun hidup di perairan tawar. Nila adalah spesies akuakultur yang cukup menarik karena pertumbuhannya cepat. Pertumbuhan panjang ikan nila merah merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya perkembangan bentuk. Pertambahan panjang ditunjukkan dengan adanya penambahan ukuran ikan nila merah. Pertumbuhan mutlak adalah pertumbuhan dari bobot rata-rata ikan saat awal penelitian hingga akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung Azolla dalam pakan terhadap pertumbuhan panjang ikan nila merah tidak berbeda nyata. Laju pertumbuhan harian merupakan laju pertumbuhan spesifik, persentase pertambahan bobot per hari. Menurut Fitriah (2004), bobot dan panjang ikan mengalami peningkatan selama masa pemeliharaan. Adanya variasi ukuran pada akhir pemeliharaan terkait dengan pemberian pakan buatan pada media dengan dosis yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan adalah jumlah dan keseimbangan nutrien pakan, artinya komposisi gizi dari bahan baku pakan dapat saling melengkapi kebutuhan nutrien ikan sehingga laju pertumbuhan dan kandungan gizi ikan pun juga meningkat (Elyana, 2011). Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang maupun berat dalam kurun waktu tertentu. Menurut (Hariati, 1989). Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik bobot atau panjang dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik dan hormon, selain faktor genetik dan hormon, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh zat hara (makanan) yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, ditambah air dan oksigen. Menurut Menurut NRC (2003), zat pakan yang penting untuk pertambahan berat ikan adalah protein. Nilai nutrisi Azolla mengandung kadar protein tinggi antara 24-30%. Sedangkan kandungan protein pada ikan nila , yaitu 16-24%, pada ikan yang telah diolah kandungan protein bisa mencapai 35%. Pertumbuhan hanya akan terjadi apabila kandungan energi dalam pakan melebihi dari energi yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti sel rusak (Zonneveld et al., 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung Azolla terhadap pertumbuhan bobot ikan nila merah berbeda nyata. Air merupakan media atau habitat yang paling penting bagi kehidupan ikan. Kualitas air yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya ikan. Menurut Noor, (1990), kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk minum, pertanian, perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda- beda sesuai dengan peruntukkannya. Adapun parameter air yang di amati dalam penelitian ini antara lain suhu, pH, dan DO. Kualitas air terdiri dari dua faktor yaitu faktor fisika dan faktor kimia (Achmad,, 2004). Kualitas air memegang peranan penting dalam keggiatan budidaya. Penurunan kualitas air secara tiba-tiba dan sangat signifikan dapat mengakibatlan kematian, pertumbuhan terhambat, timbulnya hama dan penyakit dan kurangnya rasio konversi pakan. Faktor yang berhubungan dengan air perlu diperhatikan antara lain oksigen terlarut, suhu, pH, dan lain- lain (Achmad, 2004). Suhu merupakan efek terbesar dalam fisiologi ikan. Hal ini karena ikan menyesuaikan suhu tubuhnya mendekati keseimbangan suhu air (Alaerts dan Santika, 1987). Ikan bersifat poikilothermal, hal ini berarti suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan (Tarumingkeng, 2003). Suhu mempunyai pengaruh yang nyata pada respirasi, pemasukan pakan, kecernaan, pertumbuhan dan berpengaruh terhadap metabolisme ikan (Alaerts dan Santika ,1987). ## KESIMPULAN Laju pertumbuhan ikan nila merah setelah diberikan tepung Azolla pada pakan buatan terlihat lebih meningkat pada hari 20-30, dimana rata-rata laju pertumbuhan yang baik terdapat pada perlakuan C dengan nilai rata- rata mencapai 5,43 gr dengan tingkat kelangsungan hidup 100% dan yang terendah terdapat pada perlakuan A (tanpa tepung Azolla) dengan nilai rata-rata mencapai mencapai 5,40 gr dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 100%. Dari hasil uji lanjut menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan nila merah tidak berbeda nyata antar perlakuan. ## DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. (2004). Kimia lingkungan. Yogyakarta: Andi. Alaerts, G., & Santika, S. S. (1987). Metode penelitian air. Usaha Nasional. Surabaya, 309. Elyana, P. (2011). Pengaruh penambahan ampas kelapa hasil fermentasi Aspergillus oryzae dalam pakan komersial terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.). Fitriah, H. (2004). Pengaruh Penambahan Dosis Karbon Berbeda pada Media Pemeliharaan terhadap Produksi Benih Lele Dumbo (Clarias sp.) Skripsi. Departemen budidaya perairan fakultas peerikanan dan ilmu kelautan institut pertanian bogor. Bogor, 50. Haetami, K., & Sukaya, S. (2005). Evaluasi kecernaan tepung Azola dalam ransum ikan bawal air tawar Colossoma macropomum Cuvier (1818). Jatinangor: Universitas Padjadjaran. Hidayah, N. Optimasi Pemberian Spirulina Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Benih Ikan Nila (Orhecromis nilaticus). Marzuki, S., Rustam, R., & Hariati, T. (1989). Study on squids (Loliginidae steenstrup, 1861) resources in Alas strait (West Nusa Tenggara, Indonesia). Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Mudjiman, A. (2000). Budidaya Ikan Nila. CV. Yasaguna. Jakarta, 46. National Research Council. (2011). Nutrient requirements of fish and shrimp. National academies press Noor, A. K., & Burton, W. S. (1990). Assessment of computational models for multilayered anisotropic plates. Composite structures, 14(3), 233-265. Schug, S. A., & Torrie, J. J. (1993). Safety assessment of postoperative pain management by an acute pain service. Pain, 55(3), 387-391. Tarumingkeng, I. R. C., & Purwantara, B. (2003). Siklus nitrogen di laut. Utomo, N. B. P., & Nurfadhilah, J. E. (2011). Fermentasi daun mata lele Azolla sp. dan pemanfaatannya sebagai bahan baku pakan ikan nila Oreochromis sp. Fermentation of Azolla sp. leaves and the utilization as a feed ingredient of tilapia Oreochromis sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 10(2), 137-143. Webster, C. D., & Lim, C. (Eds.). (2002). Nutrient requirements and feeding of finfish for aquaculture. Cabi. Zonneveld, N., Huisman, E. A., & Boon, J. H. (1991). Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT Gramedia Pustaka Utama.
37640915-30b2-4b21-a0e9-b15136b4fa67
https://pasca.jurnalikhac.ac.id/index.php/munaddhomah/article/download/325/168
Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam e-ISSN: 2775-2933 Volume 3, Issue. 4, 2022, pp. 406-414 ## Pendidikan Wanita Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Fawziyah Tansya 1 , Salminawati 2 , Usiono 3 123 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis posisi wanita dalam Islam, kesetaraan wanita dan laki-laki dalam menuntut ilmu dan pandangan pendidikan wanita dalam perspektif filsafat pendidikan islam. Penelitian ini menggunakan library research (penelitian pustaka), yaitu dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya, dan menggunakan teknik Analisis Isi (Content Analysis) dan tekhnik Analisis Komparatif Konstan (Constan Comparative Analysis). Analisis isi bersifat pembahasan yang mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam tidak pernah melarang wanita untuk belajar dan memiliki pendi dikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sudah menekankan bahwa belajar itu wajib atas setiap muslim tanpa membedakan pria maupun wanita. Dengan penekanan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka semua jalan pengetahuan untuk pria dan wanita. Kata kunci : Pendidikan Wanita, Filsafat Pendidikan Islam https://doi.org/10.31538/munaddhomah.v3i4.325 How to Cite Tansya, F., Salminawati, S., & Usiono, U. (2023). Pendidikan Wanita Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam , 3(4), 406-414. ## PENDAHULUAN Secara historis perempuan telah mengalami ketidakadilan sosial dan perampasan pendidikan. Sebelum munculnya Islam, orang Arab telah melakukan pembunuhan terhadap bayi perempuan. Oleh karena itu Allah memerintahkan nabi untuk membaca dan memperoleh ilmu sebagai petunjuk ilahi. Kala Islam tiba, Islam mengangkut bagian perempuan serta membagikan hak-haknya. Islam melarang menewaskan anak wanita yang lahir, bahkan Islam membagikan hak harta peninggalan untuk perempuan serta maskawin pada perempuan. Tercantum hak perempuan yang dijunjung besar oleh Islam yakni hak memperoleh pembelajaran. Rasulullullah shallallahu‘ alaihi wa sallam bersabda : “setiap muslim dan mukmin memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu ” (Majah, n.d.). Namun, al- Ghazali menerangkan kalau yang diartikan dengan“ Mukmin” pada perkataan nabi ini yakni melingkupi laki-laki serta perempuan. Oleh karena itu, istri- istri Rasul ialah rujukan dalam menuntut ilmu (Janawi, 2019). Menuntut ilmu di anggap sebagai sesuatu peranan dalam agama Islam. Peranan berlatih ini tertuju pada semua pemeluk Islam tanpa dispensasi. Semua mukmin mulai dari kanak-kanak hingga manula, serta laki- laki ataupun perempuan, harus menuntut ilmu (Rasyidin & Ja’far, 2015) . Realita historis di atas membagikan argumentasi kalau pembelajaran wanita dalam Islam tidak terbebas dari asal usul dini penyebaran Islam di era Rasul Muhammad saw. Islam mengarahkan pertemuan status pria dengan wanita dalam segi-segi kebatinan, peranan keimanan, sosial, pembelajaran, ekonomi serta serupanya. Tidak benarlah pemikiran yang berkata kalau Islam menghalangi ruang aksi wanita dalam memainkan andil untuk kondisi kehidupan sosial, tercantum dalam mendapatkan hak-hak pendidikan. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban yang suci. Pentingnya pemerolehan dan penyiaran pendidikan telah digarisbawahi terus-menerus dalam Al- Qur’an dan hadits, yang seperti diketahui sebagai dasar petunjuk yang menentukan bagi umat Islam (Janawi, 2019). Nabi shalallahu alaihi wasallam berkata, “ Sampaikan dariku bahkan satu ayat dari Al- Qur’an .” (Al-Bukhari, 2010). Filosofi pendidikan Islam melihat prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang melandasi pembelajaran. Dalam hal ini, pendidikan merupakan hak asasi manusia yang utama setelah terjaminnya hak untuk hidup. Adapun pendidikan Islam merupakan salah satu skema pendidikan terbesar, yang menjadikan manusia layak disajikan dengan segala potensinya (Bahri, 2022; Madkan & Mumtahana, 2022). Tak hanya itu, pembelajaran dalam proses pendidikan memandang prinsip- prinsip serta konsep-konsep yang mendasari pembelajaran dalam Islam baik itu menganalisa, mengkritisi, merekonstruksi serta mendisintegrasikan prasarana pembelajaran dengan cara menembus ataupun menunjukkan apa yang sepatutnya jadi rancangan dalam perencanaan pembelajaran. Pembelajaran Islam berupaya menggapai kedudukan bahkan pembaruan serta arsitektur kehidupan manusia (Krisbiyanto & Nadhifah, 2022; Saadah & Asy’ari, 2022) . Pendidikan Islam tidak mendorong kemandirian berpikir, misalnya, beberapa peneliti modern menyimpulkan bahwa mereka menentang pemikiran mandiri. Misalnya, Halstead berpendapat bahwa filsafat dan pendidikan Islam tidak berkembang kritis seperti: “Kemandirian pemikiran dan otonomi pribadi tidak masuk ke dalam diri seorang Muslim yang berpikir tentang pendidikan, yang lebih mementingkan inisiasi progresif murid ke dalam penerimaan kebenaran iman (Janawi, 2019). Berdasarkan paparan di atas, artikel ini berusaha menjelaskan pembelajaran perempuan dalam perspektif metafisika pembelajaran islam yang melingkupi posisi perempuan dalam Islam, kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam menuntut ilmu serta pemikiran pembelajaran perempuan dalam perspektif metafisika pembelajaran Islam. ## METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan Library Research (Penelitian Perpustakaan), yaitu dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya, dan menggunakan teknik Analisis Isi ( Content Analysis ) dan tekhnik Analisis Komparatif Konstan ( Constan Comparative Riset memakai Library Research (Riset Bibliotek), ialah dilaksanakan dengan memakai kesusastraan( daftar pustaka) dari riset lebih dahulu, serta memakai metode Analisa Isi( Konten Analysis) serta tekhnik Analisa Komparatif Konsisten (Constan Comparative Analysis). Analisa isi bertabiat ulasan yang mendalam kepada isi sesuatu data tercatat ataupun tercetak dalam alat massa. Analisa isi pula bisa dimaksud selaku tekhnik riset buat membuat inferensi- inferensi yang bisa ditiru serta shahih informasi dengan mencermati konteksnya. Sebaliknya tekhnik Analisa Komparatif merupakan tekhnik yang dipakai buat menyamakan kejadiankejadian yang terjalin dikala periset menganalisa peristiwa itu serta dicoba dengan cara selalu selama riset itu dicoba. Sebagian tahap yang dicoba dalam aplikasi metode ini buat analisa informasi kualitatif ialah langkah menyamakan peristiwa yang bisa diaplikasikan pada masing- masing jenis, langkah mencampurkan kategori- kategori dan ciri- cirinya, langkah menghalangi lingkup filosofi serta langkah menulis filosofi. Buat memperoleh informasi dicoba mengamati serta menganalisa sebagian rancangan yang terdapat kaitannya dengan ulasan yang dikemukakan dalam riset ini dan data keilmuan yang dijadikan selaku pangkal informasi utama serta pangkal informasi data pendukung . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Posisi Wanita dalam Islam Wanita merupakan bagian dari warga/masyarakat. Wanita merupakan seseorang bunda/Ibu, kakak, adik, anak, istri ataupun bibi. Apabila kondisi bathin dan pemikiran mereka baik dan terpancar aura bahagia maka bagus pula kondisi warga/masyarakat itu. Seseorang anak perempuan yang lahir kedunia menjadi pijakan atensi seorang Ibu sampai mereka jadi baligh. Oleh karenanya apabila ibunya bagus, maka bagus pula asuhannya dalam mendidik seorang anak. Sebaliknya, apabila Ibunya tidak bagus, maka sudah pasti asuhannya dalam mendidik anak akan cacat pola asuh hingga tidak bisa diharap suatu kebaikan darinya. Kedudukan wanita dalam pembangunan suatu masyarakat dan Negara sangat urgen. Hal ini menjadi amat yang berarti, sehingga wanita dijatuhkan hak untuk dapat memperoleh pendidikan dan pembelajaran. Islam tiba dengan membawa panutan agung untuk seluruh elemen makhluk hidup dengan membebaskan kebodohan bagi siapapun yang ingin menuntut ilmu. Sejalan dengan hal itu, Allah berfirman: “ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak .” (QS. An -Nisa : 1). Bertakwa pada Allah di atas (melaksanakan seluruh perintah-Nya serta menghindari larangan-Nya) bermakna buat seluruh manusia (tercantum perempuan) (Ar-Razi, n.d.). makna takwa ini dapat diperoleh melalui pendidikan. Adapun posisi perempuan dalam perspektif agama Islam sangat istimewa dari sudut pandang ketakwaan. Bahkan Allah Swt. telah menganugerahi kaum perempuan seperti halnya Allah menganugerahi kepada laki-laki. Perempuan dan laki-laki telah Allah berikan kelebihan dalam mengemban tugas sehingga membuat mereka akan mampu melakukan rutinitas secara personality dan kolektif (Hidayat, 2011). Dalam perspektif gender keterwakilan perempuan malah mendapat perioritas, seperti dalam dunia politik ditetapkan adanya keterwakilan calon legislatif dari perempuan, komisioner pemilihan umum juga diharuskan ada yang perwakilan dari perempuan, bahkan di dunia kerja perempuan juga tidak kalah berprestasi (Ganiem, 2016). Perempuan dalam semua pandangan memiliki aspek semacam ketetapan tersendiri (Britannica, 1986). Oleh karena itu, perempuan dalam Islam mempunyai kedudukan yang berarti di sebagian aspek kehidupan (Na’imah, 2020; Wahidah & Nuranisah, 2020) . Kitab suci Alquran banyak memberi gambaran yang tegas tentang posisi dan kedudukan perempuan. Banyak ayat yang membicarakan tentang semesta dan isinya, dan selalu menyatakan keduanya dengan memakai dhamir tasniah. Berikut ini akan dipaparkan ayat al- qur’an yang berkenaan dengan posisi dan kedudukan wanita dalam Al- Qur’an (Syamsudin, 2010): Tabel 1. Kedudukan wanita dalam Al- Qur’an No Aspek Kehidupan Kedudukan Wanita Setara dengan Laki-Laki dalam Islam 1 Aspek Agama • Adam dan Hawa sama-sama memakai keindahan surga (QS. Al-Baqarah : 35) • Keduanya sama-sama digoda oleh setan (QS. Al- A’raf: 20) • Adam dan Hawa sama-sama meminta ampunan dan mereka diampuni oleh Allah (QS. Al- A’raf : 23) • Tingkat kemuliaan disisi Allah adalah sama tidak memunculkan RAS. (QS. Al.Hujarat :13) 2 Aspek Sosial • Kitab suci kita tidak menganut paham ada jenis kelamin yang memberi keutamaan kepada jenis kelamin tertentu, dan the first ethnic yang menomorsatukan suku tertentu. 3 Aspek Politik • Laki-laki dan perempuan dari bangsa dan suku apa saja memiliki kemampuan untuk menjadi abid (ahli ibadah) dan khalifah (pemimpin) (Qs. Al-Nisa: 124 & Al-Nahlu : 97) • Kitab suci memperhatikan orang-orang yang berfikir (ulul albab). Ulul albab bukan hanya laki-laki tetapi juga perempuan. (QS. Ali-Imran : 195) • Perempuan muslimah diibaratkan sebagai individu yang mempunyai kemampuan berpolitik. (QS. Mumtahanah : 12) 4 Aspek Ekonomi • Perempuan mempunyai kemampuan dalam memahami perekonomian. (QS. Al-Nahl : 97) ## Kesetaraan Derajat Wanita dan Lelaki dalam Mendapatkan Ilmu Islam amat mendesak agar wanita menjalani proses pembelajaran baik dalam aspek agama ataupun sosial. Tidak terdapat prioritas untuk pria di atas wanita dalam kaitannya dengan hak atas pembelajaran ini. Keduanya wajib memperoleh pembelajaran dan pendidikan. Sebetulnya ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan pembelajaran telah mengadvokasi wawasan keilmuan yang ditujukan baik itu pada kaum laki-laki ataupun kaum perempuan. Kewajiban ini pula legal untuk perempuan sebagaimana wajibnya pada laki-laki, sebab hal ini akan dipertanggung jawabkan pada hari kiamat (Saiful, 2016). Namun, ketika Islam mengangkat derajat perempuan dengan melarang penguburan hidup-hidup atas bayi perempuan, maka disinilah perempuan menjadi dimuliakan dengan tidak mengabaikan kebutuhan akan peningkatan mental dan spiritual mereka (Sabaruddin, 2020). Jadi, tiap-tiap perempuan terletak perbedaan berdasarkan peranan akhlak, wawasan, kecerdasan, pemikiran yang luas, bakat serta potensi (Garba & Yakubu, 2022; Pakpahan, Ikhsannudin, & Kholis, 2021). Islam hendak mensosialisasikan pengabaian dimensi-dimensi ini dengan menewaskan karakter-karakter buruk tentang wanita di zaman Jahiliyah dulu. Oleh sebab itu, pendidikan karakter dilakukan secara konsisten dan terus menerus (Hidayati, Rahmi, & Yasri, 2022). Dalam tujuan pembelajaran secara Islam, wanita di anggap sebagai pangkal dalam mencerdaskan generasi muslim. Sementara Al- Ghazālī menggambarkan tujuan pembelajaran dengan tujuan hidup manusia yaitu menggapai kebahagiaan dengan terus untuk mendekat dengan Tuhan (Al-Ghazali, 2010). Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran merupakan jalan dalam meningkatkan karakter manusia yang baik dan menaati pembelajaran agama, serta karenanya tercipta keamanan serta keceriaan dalam kehidupan yang kekal di akhirat. Aisyah radhiyallahu‘anhu sempat menyanjung perempuan Anshar sebab antusias mereka dalam berlatih dan bergairah dalam menuntut ilmu. Dalam shahih al-Bukhari juga menuturkan bahwa: “Sebaik -baik wanita ialah wanita Anshar, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memahami dan mempelajari agama ini.” Sejalan dengan hal itu, Aisyah binti Sa’ ad memaparkan “Ayahku sudah mengarahkan kepadaku tulis- menulis”. Sedemikian itu pula dalam perihal pengajaran, para perempuan sahabiyyah sanggup berkompetisi dengan kalangan pria dalam perihal tulis menulis. Ada juga Ummu Darda’ yang sudah dikaruniai ilmu berkata: “Sungguh aku telah merasakan dan menjalankan berbagai macam ibadah, namun yang paling bisa merasuk dan menyembuhkan jiwaku ialah tatkala duduk dan dzikir di hadapan para ulama”. Imam Nawawi sendiri mengakui kefaqihan Ummu Darda` ini dengan pujiannya: “Semua telah bersepakat tentang kefaqihan dan kehebatan Ummu Darda` dalam hal pemikiran dan pemahaman. Beliau radhiyallahu ‘anhuma hidup pada masa Mu’awiyyah” (Maknun & Ihwan Amalih, 2022). Demikianlah, Islam tidak mencegah para wanita untuk berlatih tulis menulis, membaca dan hal yang berkaitan dengan pendidikan agama. Tidak ada hambatan secara mutlak untuk para perempuan mencari jalur perkembangan akal dan ilmu untuk dirinya, jika hambatan itu tidak datang sendiri dari dirinya. Apalagi para ahlul ilmi serta pakar fiqh era terdahulu ataupun saat ini bersepakat bahwa menuntut ilmu merupakan fardhu‘ ain atas laki-laki dan wanita. Pendidikan Wanita dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Pendidikan adalah usaha untuk mempersiapkan anak baik dari segi jasmani, segi akal, dan segi rohaninya sehingga dia menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, baik untuk dirinya maupun bagi umatnya (Akmalia, 2018) . Anwar Jundi dalam kitabnya “at -Tarbiyyah wa Binaal-Ajyal fi Dhaui al- Islam”, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah menumbuhkan manusia dengan pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Sedangkan Athiyah al-Abrasyi, mendefiniskan pendidikan sebagai upaya untuk mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna (Effendi, 2020)). Dari ketiga definisi di atas diketahui pendapat tersebut tidak saling bertentangan melainkan saling menguatkan dan meyakinkan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membentuk individu manusia dari sejak ia lahir sampai akhir hayat agar kuat jasmaniyah, ruhiyah maupun aqliyahnya (Asari, Lubis, & Sabariah, 2020; U. H. Harahap & Hasanah, 2022). Dalam Islam hak memperoleh pendidikan antara laki-laki dan perempuan tidak ada batasan. Alquran telah menegaskan orang yang paling mulia disisi Allah adalah mereka yang bertakwa. Antara perempuan dan laki-laki tidak ada diskriminasi (Firdaus, 2019). Pendidikan dalam perspektif gender seolah tren baru dalam pendidikan di masa kini, sehingga menjadi sorotan secara global terhadap kebijakan dalam pendidikan secara umum terutama dalam pendidikan Islam (Arisandy, 2016). Islam membagikan atensi yang besar kepada kalangan perempuan serta menaruh posisi perempuan pada tempat yang baik (Muis & Arifuddin, 2018). Meskipun pada zaman dahulu, para perempuan cuma diajarkan gimana memasak, menjahit serta membesarkan anak-anak (D. Harahap, 2015). Namun, dewasa ini semua telah berubah. Wanita diharuskan memiliki ilmu agar bisa mendidik generasi lanjutan dan mampu berkarya untuk memgembangkan kehidupannya. Selain itu, Islam sangat konsisten dalam membela hak-hak pemberdayaan perempuan melalui proses pendidikan (Arif, 2018). Perhatian Al-Qabisi terhadap pendidikan bukan hanya tertuju pada anak laki-laki, akan tetapi pendidikan bagi anak perempuan menurutnya merupakan suatu keharusan, sama dengan pendidikan anak laki-laki (Mursi, 1987). Pendidikan dan pembelajaran merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia (Puspita, 2021). Opini Al-Qabisi yang luar biasa mengenai perhatiannya di aspek pembelajaran antara lain setiap orang memiliki hak seluruh untuk melewati proses belajar mengajar. Beliau mengehendaki supaya pembelajaran kanak-kanak mukmin dilaksanakan dalam satu tempat, serta mendapatkan perhatian dari pengajar (guru). Kesetaraan pembelajaran pria dan wanita telah ada dalam khazanah metafisika Islam yang bisa dibuktikan dalam pandangan Ibnu Rusyd (1126- 1198 M), figur yang diketahui selaku kritikus Aristoteles. Ia berpendapat bahwa, wanita memiliki fakta sebagai insan yang cerdas berias, memiliki keahlian berdialog yang bagus serta memiliki intelektual yang mumpuni (Anshori, 2015). Begitu pula dengan pendapat Ridha bahwa dalam al- Qur’ an ataupun al -Sunnah banyak membahas perkara keagamaan, wawasan, kebaikan shaleh, ibadah, serta muamalah yang tidak lain melibatkan kaum pria ataupun kalangan wanita (Nuralam & Ridlo, 2021). Atas dasar pemikiran inilah, proses pembelajaran di kalangan wanita amat dicermati oleh Rasyid Ridha serta al-Qabisi (Mappanganro & Ridha, 1999). Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya tidak ada permasalahan untuk memberikan peluang dalam memperoleh ilmu pada kalangan wanita maupun pria, baik ditingkat resmi, informal, ataupun non resmi. Hanya saja secara syariat, tidak membenarkan pencampuran antara kaum lelaki dan perempuan tanpa adanya unsur kepentingan. Akan tetapi, pembelajaran yang bersifat keagamaan boleh saja dengan dibimbing langsung guru atau pendidiknya. Mereka wajib diajarkan kepatuhan pada keluarga, keramah tamahan, kebersihan, kasih cinta, hak-hak suami dan istri setelah menikah, seimbang dalam membelanjakan harta, serta seluruh perihal yang terpaut dengan pengajaran hal rumah tangga, melindungi anak, ilmu hitung, asal usul, bahasa Arab, kesusastraan, serta geografi (Monalisa, Akmalia, Harahap, & Aulia, 2022). Pembahasan Filosofi pembelajaran Islam memandang prinsip serta konsep-konsep yang mendasari pembelajaran seperti menganalisa serta mengkritisi, mendekonstruksi serta mendisintegrasikan sebuah ilmu pengetahuan. Pembelajaran Islam berupaya menggapai kedudukan yang berlainan dari zaman Jahiliyah dahulu dimana menginginkan pembaruan serta arsitektur kehidupan manusia. Rancangan kehidupan Islami ini melandaskan pada pokok rancangan serta konsep sebagai individu, dan masyarakat, dimana pendidikan bekerja untuk menemukan hubungan yang seimbang dan merata yang didasarkan pada hubungan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan antara satu pihak dengan pihak lainnya, atau dengan kata lain antara pihak yang satu tidak bisa hidup tanpa pihak lain. Sejalan dengan hal itu, salah satu tujuan yang diprakarsai oleh agama Islam yaitu menyejajarkan derajat kaum perempuan dan laki-laki. Periode sebelum Islam, perempuan dalam posisi yang terpinggirkan. Perempuan diposisikan sebagai obyek bukan subyek, dalam ruang publik perempuan sama dengan laki-laki. Perempuan dipandang sebagai the second human being (Astuti, 2016). Al-Faraby (670-950M) merupakan filsuf muslim, dan terkenal sebagai maha guru dalam filsafat Islam, sangat berkontribusi dalam menyejajarkan antara filsafat Yunani dengan filsafat Islam (Suyatno, 2013). Dimana dalam agama samawi, buah pikirannya mampu mempengaruhi para filsuf nonmuslim. Filsafat Islam melihat bahwa kaum perempuan dan laki-laki tidak berazaskan pada karakter saja, melainkan juga kompetensi kognitif dan spiritualitas. Hal tersebut pernah dipelopori oleh filsuf Ibnoe Siena (980 M-1037 M) yang notabene filsuf Islam tentang tinjauan perempuan. Tiap perempuan memiliki perbedaan yang terletak pada peranan masing-masing sebagai anak, ibu, istri dan masyarakat. Oleh sebab itu, Islam amat mendesak pembelajaran bagi kaum wanita agar menjalani proses dalam menuntut ilmu. Bahkan wanita diizinkan menekuni tiap bidang ilmu dan dituntut untuk memiliki wawasan yang luas agar mampu mendidik generasi muslim dengan baik sesuai tuntunan agama. Wanita memang multidimensi jika dilihat daria spek agama, politi, sosial (anak/ orang dewasa isteri, dan ibu), dan aspek ekonomi. Dari segi agama, wanita benar-benar setara dengan pria di mata Allah dalam hal hak dan kewajibannya. Ini tertuang dalam QS. An-Nahl : 97, yang berbunyi: “ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan .” (QS. An-Nahl : 97) Dari segi politik, wanita juga memiliki partisipasi dalam diskusi dan berargumen bahkan dengan Nabi sallallahu alaihi wasallam. Dalam surat Al-Mujadilah ayat 1 disebutkan bahwa: “ Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat .” Dari segi sosial, sebagai anak wanita mendapatkan perlindungan sampai ia dewasa. Setelah dewasa dan menjadi istri wanita juga secara khusus memiliki hak penuh atas maharnya, hadiah perkawinan yang diberikan kepadanya dari suaminya dan hal tersebut termasuk dalam akad perkawinan, dan bahwa kepemilikan tersebut tidak dapat dipindahkan kepada ayahnya atau suaminya (Umar, 2007). Dan tatkala telah menjadi Ibu, Islam memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada Allah sesuai dengan Firman-Nya dalam QS. Al- Israa’ : 23, yang berbunyi: “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya .” (QS. Al - Israa’ : 23) Adapun dari segi ekonomi menurut hukum Islam, hak-hak wanita terhadap uang, barang, dan jenis harta lainnya diakui secara penuh. Hak ini berjalan tanpa perubahan apakah dia bertatus belum menikah atau telah menikah. Dia memiliki hak untuk membelanjakan, menjual, menggadaikan atau menyewakan apa saja dari hartanya. Yang penting bahwa hak tersebut berlaku untuk harta yang didapatkan sebelum menikah ataupun sesudahnya. Mengenai hak wanita untuk bekerja, harus ditegaskan sebelumnya bahwa Islam memandang tugasnya dalam masyarakat sebagai ibu dan isteri sebagai peranan yang sangat suci dan penting. Namun, tidak ada satupun ketetapan dalam Islam yang melarang wanita bekerja manakala ada kebutuhan untuk itu, khususnya pada pekerjaan yang sesuai dengan kewanitaanya dan masyarakat memang membutuhkannya. Contohnya seperti perawat, pengajar, dokter dan lainnya. Selanjutnya, Islam mengembalikan hak wanita dalam hal warisan, setelah sebelumnya dia hanyalah objek yang diwariskan pada beberapa budaya. Warisannya merupakan hak miliknya dan tidak ada yang dapat mengklaim warisan tersebut darinya, termasuk ayah dan suaminya. Dalam Alquran Allah menjelaskan: “ Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari hartapeninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan .”(QS. An -Nisa: 7) Dalam hal ini bagian wanita adalah setengah dari bagian pria, ini tidak berarti bahwa wanita bernilai setengah daripada pria. Di sisi lain, wanita jauh lebih terjamin dalam hal keuangan dan tidak terbebani dengan segala jenis tuntutan terhadap harta pribadinya. Harta pribadi sebelum menikah tidak berpindah kepada suaminya dan dia bahkan tetap menggunakan nama aslinya sebelum menikah. Pengkajian terhadap hukum waris dalam kesatuan kerangka hukum islam menunjukkan tidak saja Islam berlaku adil tetapi juga sangat menaruh perhatian pada wanita (Muthahhari, 2001). Jadi, wanita adalah sosok yang sangat dimuliakan. Kebutuhan rasul dalam pembelajaran wanita termanifestasi dalam realitas kalau rasul sendiri dahulu membimbing para wanita bersama dengan laki-laki untuk memperoleh pengetahuan. Para istri rasul, paling utama Aisyah, tidak cuma mengajari wanita, mereka pula mengarahkan pria serta banyak kawan rasul dalam berlatih Alquran, serta sunnah dari Aisyah sendiri (Aminah, 2015). Jadi, baik laki-laki maupun perempuan wajib mencari ilmu pengetahuan dengan tujuan menambah wawasan dan untuk meningkatkan kecerdasannya, meluaskan pemikirannya, meningkatkan bakatnya serta menggunakan potensinya bagi kebaikan masyarakat maupun negara. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa wanita adalah bagian dari masyarakat. Wanita/ perempuan adalah seorang ibu, kakak, adik, anak, istri atau bibi. wanita dalam Islam yang memiliki peran yang penting di beberapa aspek kehidupan, seperti aspek agama, aspek social, aspek politik dan aspek ekonomi. Islam tidak melarang para wanita untuk belajar agama, maupun bidang keilmuan lainnya. Tidak mengapa bagi para wanita untuk mencari jalan kemajuan melalui pendidikan dan proses pembelajaran bagi dirinya. Bahkan para ahlul ilmi dan ahli fiqh zaman terdahulu sepakat, bahwa menuntut ilmu menjadi kebutuhan pokok dan wajib hukumnya. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam hal ini. Dalam sejarah Islam, sejak masa Nabi dan kekhilafahan Islam, wanita yang berhasil menempuh pendidikan dikenal sebagai wanita-wanita berilmu serta dijadikan sebagai rujukan, seperti, Aisyah, Asiah, Fatimah, Khadijah, Khansa’, Lubna dan lain -lain. Sedangkan ulama yang punya perspektif berkaitan dengan pendidikan perempuan adalah al-Qabisi dan Muhammad Rasyid Ridha. Al-Qabisi maupun Rasyid Ridha, keduanya hidup pada era yang sangat jauh rentangannya. Namun, keduanya memiliki perspektif dan perhatian terhadap pendidikan kaum perempuan. Pandangan dan dukungan kedua tokoh ini berkaitan dengan pembelaan terhadap hak-hak pendidikan kaum perempuan, sangat urgen dipublikasikan, agar dapat menjadi bukti sejarah bahwa Islam sangat konsisten dalam membela hak-hak pemberdayaan perempuan melalui proses pendidikan. ## REFERENSI Akmalia, R. (2018). Membangun Great Team dan Great Players Menuju Perubahan yang Inovatif dan Kreatif di Satuan Pendidikan Islam. Sabilarrasyad: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kependidikan , III (01), 1 – 11. Al-Bukhari, M. ibn I. (2010). Shahih al-Bukhari, tarqim wa tartib Muhammad Fuad ‘Abdal -Baqi . Kairo: Dar Ibn Hazm. Al-Ghazali, A. H. (2010). Ihyā’ ‘Ulūm al - Dīn (Edisi Ke- 3). Dimashq: Dār al - Faihā. Aminah. (2015). Pemikiran Kartini Terhadap Pendidikan Perempuan Dalam Prespektif Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam , 4 (1). Anshori, M. A. (2015). Perempuan: Perspektif Filsafat, Tasawuf dan Fiqih . Arif, A. M. (2018). Perempuan dalam Perspektif Al-Qabisi dan Rasyid Ridha. Musawa , 3 (1). Arisandy, N. (2016). Pendidikan dan Karir Perempuan dalam Perspektif Islam. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender , 15 (2), 125 – 135. Ar-Razi, F. (n.d.). Mafatih al-Ghaib . Beirut: Dar Ihya’ at -Turats al- ‘Arabi. Asari, H., Lubis, S. A., & Sabariah, H. (2020). Non-Formal Islamic Education for Women Prisoner in Rumah Tahanan Negara. Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam , 3 (3), 425 – 443. https://doi.org/10.31538/nzh.v3i3.844 Astuti, S. (2016). Peran Perempuan dalam Perkembangan Pendidikan Islam di Aceh (Kajian Terhadap Kontribusi Wanita dalam Tinjauan Sejarah). Jurnal Al-Maiyyah , 9 (2), 189 – 204. Bahri, S. (2022). Pendidikan Akhlak Anak dalam Perspektif Imam Al-Ghazali. At-Tadzkir: Islamic Education Journal , 1 (1), 23 – 41. Britannica, E. (1986). The Encyclopedia Britannica . Chicago. Effendi, Z. (2020). Pendidikan Wanita dalam Filsafat Pendidikan Islam. Waraqat : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman , 5 (1). https://doi.org/10.51590/waraqat.v5i1.95 Firdaus, D. (2019). Pendidikan Perempuan Perspektif Quraish Shihab Dalam Tafsir Al Misbah. Jurnal Pendidikan Islam , 53 (9), 1689 – 1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Ganiem, L. M. (2016). Pemberdayaan Perempuan Miskin Kota Melalui Pendidikan. Aspikom , 3 (2), 239 – 255. Garba, K. A., & Yakubu, A. (2022). Afterlife as Motivation for Later Life Education among Elderly Women: Evidence from Bauchi Emirate North-Eastern Nigeria. Tafkir: Interdisciplinary Journal of Islamic Education , 3 (2), 119 – 134. https://doi.org/10.31538/tijie.v3i2.164 Harahap, D. (2015). Kebahagiaan dan Akhir Kehidupan Menurut Filsafat Ekonomi Islam. Dalam Jurnal Falah , 2 (2). Harahap, U. H., & Hasanah, M. (2022). Women’s Perspectives on Career in Family and Community Environment. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya , 5 (1), 30 – 41. https://doi.org/10.31538/almada.v5i1.1773 Hidayat, R. (2011). Bias Gender Dalam Prestasi Akademik Laki-laki: Studi tentang Perbandingan Prestasi Akademik Laki-laki Laki-laki dan Perempuan di SMA 12 Bekasi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 17 (4), 472. https://doi.org/10.24832/jpnk.v17i4.42 Hidayati, S., Rahmi, W., & Yasri, A. (2022). Pola Perilaku Guru Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Siswa di SMAN 8 MEDAN. Jurnal Informasi Keagamaan, Manajemen Dan Strategi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam (IKaMaS) , 2 (2), 104 – 108. Janawi. (2019). Memahami Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. Tarbawy: Jurnal Pendidikan Islam , 6 (2), 78. Krisbiyanto, A., & Nadhifah, I. (2022). Pengaruh Lokasi dan Citra Sekolah Terhadap Keputusan Siswa Memilih Sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri. Academicus: Journal of Teaching and Learning , 1 (1), 20 – 31. Madkan, & Mumtahana, L. (2022). Islam dan Tradisi Perspektif Al- Qur’an dan As -Sunnah. At- Tadzkir: Islamic Education Journal , 1 (1), 55 – 62. Majah, I. (n.d.). Sunan Ibn Majah, tahqiq M uhammad Fuad ‘Abd al -Baqi . Kairo: Dar Ihya’ al -Kutub al- ’Arabiah. Maknun, M. K., & Ihwan Amalih. (2022). Identitas Manusia dalam Konsep Insan Kamil (Studi Atas Pemikiran Abdul Karim Al-Jili). El-Waroqoh: Jurnal Ushuluddin Dan Filsafat , 6 (1), 45 – 73. Mappanganro, & Ridha, R. (1999). Pemikirannya tentang Pendidikan Formal, Makassas dan Teologi Islam ( terj. R. A. dan M. S. Nasrullah, Ed.). Bandung: Mizan. Monalisa, F. N., Akmalia, R., Harahap, A. S. S., & Aulia, P. F. (2022). Upaya Dalam Menumbuhkan Karakter Agamis Siswa Pada Bulan Suci Ramadhan Di Madrasah Tsanawiyyah Negeri Binjai. Fondatia: Jurnal Pendidikan Dasar , 6 (2), 206 – 222. Muis, A. A., & Arifuddin. (2018). Metode Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Pertama; M. P. Imrawati, S.Pd.I, Ed.). Pare-pare: Lembaga Penerbitan Universitas Pare-pare. Mursi, M. M. (1987). Al- tarbiyah al islamiyah (cet. IV). Muthahhari, M. (2001). The Right of Women in Islam . Jakarta: Lentera. Na’imah, F. U. (2020). Perempuan Dalam Telikungan Teks Keagamaan: Tela’ah atas Wacana Spiritualitas Perempuan Perspektif Hadis Karya Nurun Najwah. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya , 3 (2), 260 – 269. https://doi.org/10.31538/almada.v3i2.1237 Nuralam, R., & Ridlo, R. (2021). Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kepribadian Guru Akidah Akhlak terhadap Prestasi Belajar Peserta didik. Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam , 2 (1), 65 – 75. Pakpahan, P. L., Ikhsannudin, M., & Kholis, M. M. N. (2021). Women Who Work According to Khaled Aboue El-Fadl. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya , 4 (2), 252 – 270. https://doi.org/10.31538/almada.v4i2.1347 Puspita, D. A. (2021). MENATA PENDIDIKAN ISLAM DI SMP NEGERI 1 KOTAPINANG. Jurnal Informasi Keagamaan, Manajemen Dan Strategi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam (IKaMaS) , 1 (1). Rasyid in, A., & Ja’far. (2015). Filsafat Ilmu dalam Tradisi Islam . Medan: Perdana Publishing. Saadah, R., & Asy’ari, H. (2022). Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik. Kharisma: Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan , 1 (1), 1 – 11. Sabaruddin, F. dan. (2020). Resiliensi Pendidikan Perempuan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam , 11 (1), 17 – 30. https://doi.org/10.22236/jpi.v11i1.5031 Saiful, M. (2016). Importance of Girls’ Education as Right: A Legal Study from Islamic Approach . Beijing. Suyatno, S. (2013). Sekolah Islam terpadu; Filsafat, ideologi, dan tren baru pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam , 2 (2), 355. https://doi.org/10.14421/jpi.2013.22.355- 377 Syamsudin. (2010). Studi Alquran; Metode & Konsep. Elsaq Press. Umar, M. N. I. (2007). Wanita dalam Islam . Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. Wahidah, N., & Nuranisah, E. (2020). Diskriminasi Perempuan Bercadar Dalam Perspektif Hegemoni. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya , 3 (1), 39 – 49. https://doi.org/10.31538/almada.v3i1.530
aa9dc0f7-906c-434f-b678-2197c2801f4f
https://journal.uir.ac.id/index.php/JKP/article/download/17800/6589
## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 ## STUDI KOMPARATIF: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DAN KUWAIT TERKAIT PEMBERIAN HUMANITARIAN AID TERHADAP POLEMIK PALESTINA – ISRAEL *Nazwa Alia 1 , Kerenhapukh Valentina Zebua 2 , Sherly Desinta Simbolon 3 , Natasya Ulkhaira Adhian M 4 , Prity Oktora Haliawan 5 , Arvenia Noer 6 , Neneng Yani Yuningsih 7 Program Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran *Email: [email protected] ## ABSTRACT The Palestinian conflict with Israel has been going on for centuries, beginning in the mid-1800s/ Tensions rose with Jewish migration to Palestine and the 1917 Balfour Declaration in favor of establishing a "national home for the Jewish people" in Palestine, exacerbating land and identity conflicts. Israel's annexation in 1980 also added to political tensions and territorial struggles. The conflict has become an international issue since the end of the World War, leading to a protracted humanitarian crisis that has drawn global attention, including from Indonesia and Kuwait. The governments of Indonesia and Kuwait oppose violence in Palestine and are committed to providing humanitarian assistance through foreign policy. This paper explains how the comparison of the implementation of the results of diplomacy and foreign policy related to humanitarian assistance to the Palestinian-Israeli polemic carried out by Indonesia and Kuwait is connected through Holsti's public policy theory, namely foreign policy as a cluster of orientations, foreign policy as a set of commitments to and a plan for actions, foreign policy as a form of behavior to see the extent to which the effectiveness of assistance from these countries to Palestine is researched through the literature study research method. ## Keyword: Public Policy, Humanitarian Aid, Comparative Study, Palestine, Indonesia, Kuwait ## PENDAHULUAN Kisruh Palestina dengan Israel merupakan konflik sudah berabad - abad lamanya. Awal mula konflik ini muncul antara Israel dan Palestina adalah sejak pertengahan tahun 1800-an, hal ini dikarenakan dimana kelompok minoritas Yahudi Eropa akan mendirikan Jewish Homeland (Tanah air bangsa Yahudi). Hal tersebut menjadi salah satu awal mula terjadinya konflik antara Palestina dan Israel. Permasalahan semakin meningkat di wilayah ini seiring dengan meningkatnya migrasi Yahudi ke Palestina. Selain itu, adanya Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada Perang Dunia I, menyatakan dukungan untuk pembentukan “rumah nasional bagi orang Yahudi” ( national home for the Jewish people ) di Palestina. Deklarasi ini semakin memperburuk konflik tentang tanah dan identitas antar komunitas di wilayah Palestina. Tak hanya itu faktor konflik dari dua negara tersebut yaitu aneksasi oleh Israel yang terjadi pada tahun 1980, perselisihan ini tentu saja ada faktor politik dan perebutan wilayah di dalamnya (Wirajaya, 2020). Konflik antara Palestina dan Israel ini sudah menjadi isu Internasional, hal ini sudah berlangsung sejak berakhirnya perang dunia. Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik terpanjang di dunia dan berdampak kepada krisis kemanusiaan yang terus berkepanjangan. Konflik ini menarik perhatian dunia, terutama dari negara-negara yang peduli terhadap krisis kemanusiaan, seperti Indonesia dan kuwait Pemerintah Indonesia dan Kuwait menyesalkan kekerasan dan penderitaan yang terjadi di Palestina mengutuk semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil, siapa yang bertanggung jawab. Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk merespon situasi internasional di Palestina melalui ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 bantuan kemanusian. Bantuan Kemanusian diberikan negara Indonesia bantuan kemanusian didasarkan memiliki "hutang moral" kepada Palestina sebagai negara yang pertama kali mengakui kemerdekaannya. Apalagi di dalam isi dari Pembukaan UUD 1945 tersebut mengamanatkan, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pada artinya Indonesia berpendapat isu Palestina pada dasarnya bagian masalah dekolonisasi. Dukungan Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina konsisten Indonesia akan dengan politik luar negeri yang anti kolonialisme. Bantuan kemanusian diberikan Indonesia kepada Palestina berbagai bentuk baik berupa uang, fasilitas kesehatan, makanan, dan kebutuhan lainnya kepada para pengungsi. Sedangkan Kuwait sebagai negara berasal dari negara Timur memberikan sejumlah uang melalui Sesuai databoks “Pemberian Bantuan untuk Warga Palestina 2023” sekitar 31,42 miliar melalui UNRWA. Menurut Holsti (1992) ada beberapa konsep kebijakan luar negeri yang menjelaskan berbagai hubungan suatu negara atas kejadian dan situasi yang ada di luar negaranya sendiri, diantaranya yaitu 1. Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi ( as a cluster of orientations ) Konsep ini menjelaskan bahwa orientasi sebagai pedoman untuk pemerintah dalam menghadapi kondisi eksternal yang diharuskannya pemerintah sehingga negara bertindak berdasarkan orientasi yang ditetapkan tersebut. Orientasi sendiri adalah sebuah persepsi, sikap, dan nilai dari sebuah negara berdasarkan keadaan strategis atau sejarah yang menjadi acuan posisi negara tersebut dalam politik internasionalnya. 2. Kebijakan luar negeri sebagai perangkat komitmen dan rencana untuk bertindak ( as set of commitments to and a plan for actions ) Konsep ini menjelaskan bahwa guna mengatur interaksi dan hubungan dengan negara lain suatu negara harus menetapkan beberapa prinsip, tujuan dan langkah-langkah yang melibatkan komitmen negara tersebut dalam mencapai tujuan nasionalnya dan strateginya untuk mencapai konteks tersebut dalam hubungan internasional. Rencana serta komitmen tersebut kemudian disempurnakan lagi oleh pemerintah (pembuat keputusan) untuk mempertahankan lingkungan eksternal dan membuat rencana yang masih berhubungan dengan kebijakan luar negeri dari negara tersebut sebagai komitmen dan rencana negara tersebut untuk membantu negara mengkoordinasikan interaksi dengan negara lain untuk tujuan nasional dan lingkungan internasional yang senantiasa berubah. 3. Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi ( as a form of behaviour ) Konsep ini menekankan bahwa kebijakan luar negeri sudah dilakukan secara nyata dengan beberapa tindakan, keputusan dan interaksi yang dilakukan para pemerintah (pembuat keputusan) untuk mencapai tujuan tertentu dalam hubungan internasional yang biasanya berhubungan dengan kejadian yang ada di lingkungan luar negaranya. Berdasarkan teori yang dikemukakan Holsti (1992) dasar hubungan suatu negara ke negara lainnya didasarkan pada orientasi, tindakan dan perilaku atau aksinya, terdapat beberapa negara yang telah melaksanakan kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi perangkat komitmen dan bentuk perilaku dimana negara tersebut adalah Indonesia dan Kuwait yang memiliki hubungan politik dengan Palestina dan senantiasa memberikan bantuan kepada Palestina. ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 ## METODE PENELITIAN Metodologi penelitian terdiri dari serangkaian prosedur sistematis yang dirancang untuk memastikan kebenaran dalam karya ilmiah, seperti penulisan jurnal, yang pada akhirnya menghasilkan jurnal berkualitas tinggi yang memenuhi standar penelitian (Soemitro, 1990). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian untuk menggambarkan manfaat implementasi sistem (Sugiyono, 2013). Metode penulisan jurnal ini menggunakan pendekatan studi literatur, dengan mengandalkan berbagai sumber literatur untuk mengumpulkan data penelitian. Jenis penelitian ini dikenal dengan istilah library research atau studi pustaka, dimana fokusnya adalah pada literatur-literatur yang ada. Dalam penelitian ini, karya-karya yang sejenis atau berkaitan digunakan untuk tujuan penelitian. ## PEMBAHASAN ## Kondisi Palestina Konflik yang terjadi di Palestina telah berlangsung selama hampir 73 tahun. Konflik antara Israel dan Palestina terjadi karena adanya perbedaan nasionalisme, dimana Palestina mewakili gagasan nasionalisme Arab, sedangkan Israel mewakili gagasan Zionisme. Perbedaan dalam pandangan nasionalisme ini menjadi penyebab awal dari konflik tersebut. Palestina merupakan bagian dari Daulah Islamiyah dibawah kekuasaan Turki. Namun, setelah wilayah ini dikuasai oleh Inggris pada tahun 1917, sebagian besar wilayah Palestina sekitar 48% direbut oleh penduduk Yahudi-Israel. Akibatnya, penduduk Palestina yang mayoritas beragama Muslim menjadi tidak merdeka. Israel terus berupaya menguasai Palestina karena keyakinan kaum Zionis bahwa bangsa Yahudi hanya akan aman jika bersatu dan berada di wilayah yang dijanjikan di Yerusalem. Saat ini wilayah tersebut diduduki Palestina, namun terus didesak oleh Israel agar dapat ditempati oleh penduduk Yahudi. Pada tahun 1947, PBB membagi wilayah kedua negara ini dengan tujuan untuk menghindari demonstrasi lebih lanjut. Puncak dari adanya konflik ini yaitu pada tahun 1968 ketika Israel dengan penduduk Yahudi menyatakan kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1967 konflik kembali memanas dengan terjadinya Perang Enam Hari, dimana Israel berhasil menduduki beberapa wilayah di Palestina. Akibat konflik tersebut, beberapa upaya dilakukan untuk mencapai perdamaian, seperti Konferensi Jenewa dan Perjanjian Oslo. Namun, upaya-upaya ini gagal meredakan konflik kedua negara tersebut. Hal ini ditunjukan dengan pembunuhan mantan Perdana Menteri Israel pada tahun 1995. Selain itu, Amerika Serikat juga turut serta untuk berperan dalam melakukan perdamaian antara kedua negara tersebut yaitu dengan cara melakukan negosiasi untuk mencari solusi yang dikenal dengan sebutan Peace Talk . Namun, upaya ini juga gagal dilakukan dalam melakukan perdamaian dan menyebabkan peningkatan ekspansi wilayah yang semakin intensif di tepi Barat Palestina. Selain itu, bangsa Yahudi melakukan berbagai cara untuk untuk menduduki tanah Palestina. Salah satunya yaitu melalui perjanjian Balfour di Inggris. Perjanjian ini merupakan upaya untuk mengakuisisi tanah di Palestina dan tindakan-tindakan lainnya sebagai provokasi. Di samping itu, masyarakat Muslim dari berbagai kalangan selalu memegang teguh prinsip-prinsip yang harus diimplementasikan di Palestina. Oleh karena itu, mereka mengajukan usulan untuk mencabut Deklarasi Balfour yang dianggap tidak adil dan merugikan hak-hak bangsa Palestina, menghentikan kedatangan Yahudi, mencegah penjualan tanah kepada orang Yahudi, mendirikan pemerintahan Palestina yang dipilih oleh parlemen sebagai wujud keinginan rakyat, serta berpartisipasi dalam perundingan dengan Inggris untuk mencapai kesepakatan yang menjamin kemerdekaan Palestina. ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 E-ISSN: 2721-9232 Keberhasilan orang-orang Yahudi meraih kemerdekaan dan kegagalan umat Islam di Palestina menyebabkan berdirinya Israel selama periode Islam di Palestina dan sekitarnya. Hal ini sebagian disebabkan oleh kemampuan orang-orang Yahudi untuk mengorganisir kekuatan dan memenangkan dukungan, tetapi juga karena lemahnya perlawanan umat Islam di Palestina selama pemerintahan Turki Utsmani. Agresi dari negara-negara Eropa tidak dapat dihentikan oleh pasukan Turki Utsmaniyah. Selain itu, faktor lainnya yaitu kurangnya upaya umat Islam dalam mempertahankan persatuan (Pan- Islamisme) diantara umat Islam secara keseluruhan. Implementasi Perbandingan Negara Menurut Teori Kebijakan Luar Negeri Sebagai Sekumpulan Orientasi ( as a cluster of orientations) ## Indonesia terhadap Palestina Orientasi Indonesia dalam kebijakan perbantuan luar negeri terutama kepada Palestina berangkat dari tindakan-tindakan dan relasi hubungan internasional Indonesia, baik bilateral maupun multilateral yang difokuskan pada kepentingan nasional dan mengikuti prinsip-prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif. Politik bebas aktif merupakan hasil dari pemikiran cerdas para mantan diplomat Indonesia yang telah melihat berbagai situasi sulit selama bekerja sama dengan negara-negara besar. kebijakan luar negeri Indonesia didasarkan pada gagasan “bebas aktif", dengan tujuan untuk memajukan kepentingan nasional. Konstitusi Indonesia menyatakan bahwa politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dibatasi oleh idiom atau politik negara asing, atau blok negara tertentu. blok negara tertentu. Aktif menunjukkan bahwa kebijakan tersebut secara aktif berkontribusi pada perdamaian dunia dan kemajuan kebebasan, kesetaraan, dan kolaborasi internasional, mempromosikan ide-ide kebebasan, kesetaraan, dan kolaborasi internasional dengan tetap menghormati kedaulatan negara lain. Gagasan bebas aktif ini merupakan inti dari upaya Indonesia untuk memantapkan perannya di dunia internasional. Palestina telah muncul sebagai titik fokus dalam upaya Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Palestina adalah salah satu negara yang menjadi fokus upaya Indonesia untuk meraih kemerdekaannya. Indonesia selalu menjaga hubungan diplomatik dengan Palestina. Menurut sejarah, Palestina merupakan salah satu negara Timur Tengah yang mendukung dan mengakui Indonesia setelah proklamasi. Setelah proklamasi, Indonesia menjadi negara Palestina (Noviar, 2015). Dukungan Indonesia terhadap Palestina dapat dilihat dari dorongan terhadap Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang melahirkan KTT luar biasa OKI tahun 2016 yang memastikan 23 poin dalam deklarasi Jakarta bisa terimplementasikan. Selain itu, Indonesia juga mendorong para pemimpin OKI untuk memobilisasi terhadap dukungan Palestina dalam forum internasiona serta Indonesia mendorong adanya rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah dalam forum OKI (Sukamta, 2017). Sejauh ini, kebijakan Indonesia terhadap konflik Israel-Palestina konsisten untuk memperjuangkan terwujudnya perdamaian di Timur Tengah. Indonesia secara konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina berdasarkan Resolusi DK PBB No. 242 (1967) dan No. 338 (1973), yang menyatakan pengembalian tanpa syarat seluruh wilayah Arab yang diduduki Israel dan pengakuan atas hak-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri, mendirikan negara. ## Kuwait terhadap Palestina Kuwait berperan sebagai politik " high-profile " ke dalam kebijakan luar negerinya. Keterlibatan politik luar negeri Kuwait ditunjukkan dengan peran aktifnya sebagai mediator dalam berbagai perselisihan dan krisis di Timur Tengah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjadi negara ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 penyeimbang di kawasan Timur Tengah. Landasan kebijakan luar negeri terkait perbantuan kepada negara Palestina yakni dimana Kuwait berperan aktif dalam memberikan bantuan kemanusiaan di zona perang dan menangani masalah global seperti konflik Palestina-Israel. Kuwait, sebagai anggota GCC, Liga Arab, dan OKI, mempertahankan hubungan dekat dengan negara-negara Islam yang berkonflik, terutama dalam hal mengupayakan perdamaian dan keamanan global. Berdasarkan pedoman pada lima prinsip yang terdapat dalam Undang-Undang kebijakan luar negeri landasan dasar perbantuan Kuwait terhadap Palestina yakni menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas jumlah penduduk asing di negaranya, terutama dalam hal kestabilan jumlah populasi warga Palestina. Dukungan Kuwait untuk Palestina juga didasarkan pada perjanjian dan piagam Liga Arab, yang mencakup prinsip-prinsip untuk menjaga hubungan baik di antara negara-negara Arab serta melindungi kemerdekaan dan kedaulatan negara-negara Arab. Implementasi Perbandingan Negara Menurut Kebijakan Luar Negeri Sebagai Perangkat Komitmen dan Rencana untuk Bertindak ( as set of commitments to and a plan for actions) ## Indonesia terhadap Palestina Indonesia merupakan negara yang secara konsisten berkomitmen dalam menjaga perdamaian dunia. Hal ini dinyatakan dengan tercantumnya misi “berpartisipasi aktif dalam mewujudkan perdamaian” dunia pada alinea ke IV Undang-Undang Dasar 1945. Amanat UUD ini, menjadi pegangan utama sekaligus dasar Indonesia dalam menjalankan kebijakan politik luar negeri. Komitmen Indonesia dalam perdamaian dunia juga tercermin dari perkataan Retno L. P. Marsudi selaku Menteri Luar Negeri Indonesia yang mengatakan bahwa: “Dalam lima tahun kedepan, ruh ini akan tetap dijaga. Kita ingin melihat diplomasi Indonesia yang berhasil memperjuangkan kepentingan nasional dan kita ingin melihat diplomasi Indonesia yang terus dapat berkontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia” (Kementerian Luar Negeri RI). Dalam urusan misi perdamaian dunia, Indonesia menunjukkan langkah konkrit untuk membantu perdamaian di dunia dengan membuat kebijakan “Diplomasi Tangan di Atas”. Diplomasi ini membuat Pemerintah RI meluncurkan Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian Agency for International Development (Indonesian AID). Lembaga ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam hal dana bantuan hibah bagi negara yang membutuhkan. Salah satu negara yang mendapatkan kebijakan diplomasi tangan di atas adalah Palestina. Indonesia menggunakan dana hibah dari LDKPI dan dana kolektif dari masyarakat agar dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan pada Palestina. Pada organisasi multilateral, Indonesia secara konsisten berkomitmen membantu Palestina mencapai kemerdekaannya melalui organisasi internasional seperti dalam OKI. Dalam kancah organisasi Internasional seperti PBB, Indonesia secara konsisten memberikan dukungan kepada Palestina melalui Dewan Keamanan PBB. Indonesia juga menerapkan rencana diplomasi perdamaian dan kemanusiaan sebagai kontribusi konkrit penyelesaian masalah. Dalam hal ini, Indonesia memiliki semboyan “Indonesia always wants to be part of solution” yang artinya Indonesia selalu ingin menjadi bagian dari solusi. Salah satu rencana diplomasi Indonesia adalah membantu perdamaian Palestina-Israel. Hal ini tertuang dalam rencana diplomasi perdamaian dan kemanusiaan di dokumen Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 2019- 2024: 1. Isu Rakhine State; ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 2. Perdamaian di Afghanistan; 3. Perdamaian di Palestina; 4. Kerjasama dalam rangka pencapaian SDGs, termasuk dengan 5. Negara-negara Pasifik. 6. Penyelesaian perundingan Code of Conduct (COC) di Laut Cina Selatan. 7. Penguatan Promosi dan Perlindungan HAM di ASEAN melalui AICHR. 8. Interfaith, Intermedia, Youth and Culture dialogue (Kementerian Luar Negeri RI, 2020) ## Kuwait terhadap Palestina Kuwait merupakan negara mempunyai kebijakan luar negeri yang berlandaskan aktif sebagai mediator dalam permasalahan krisis di Timur Tengah. Hal ini menandakan bahwa rencana Kuwait dalam menjaga perdamaian dunia adalah menjadi mediator atau penengah bagi konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah, salah satunya adalah penanganan konflik Israel dan Palestina. Dalam kasus penyelesaian konflik Indonesia dan Palestina, Kuwait memiliki beberapa strategi dalam penanganannya, seperti: 1. Menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia atas dasar persamaan prinsip luar negeri, yaitu netral dan mencapai keamanan dan perdamaian. Kuwait dan Indonesia bersinergi mendorong negara lain untuk mengakhiri pendudukan Israel dan mengakui pembentukan Palestina yang merdeka 2. Membawa permasalahan ke dalam kancah organisasi internasional seperti PBB dan OKI. Kuwait menjalankan rencana untuk membawakan isu isu penting terkait Palestina, kemanusiaa, dan terorisme. 3. Menjadikan Indonesia sebagai mitra utama dalam diplomasi bantuan kemanusiaan kepada Palestina. Pada intinya, Kuwait menawarkan diri sebagai mediator dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah. Sebagai mediator, Kuwait memilih untuk tetap bersikap netral terhadap konflik yang sedang berlangsung Sikap netral ini memungkinkan Kuwait untuk menjalankan mediasi tanpa adanya kendala. Dalam hal bantuan kemanusiaa, Kuwait memiliki kebijakan dinar diplomacy atau diplomasi dollar yang merupakan bantuan keuangan kepada negara yang membutuhkan, salah satu negara yang mendapatkan kebijakan ini adalah negara Palestina. Implementasi Perbandingan negara menurut Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi ( as a form of behaviour) ## Indonesia terhadap Palestina Sejak era Presiden Soekarno, Indonesia telah terlibat dalam konflik Palestina-Israel. Hak-hak rakyat Palestina terus dikampanyekan dan didukung penuh oleh Indonesia saat mereka memperoleh kemerdekaan. Pemerintah Indonesia terus mengamati perkembangan konflik Palestina-Israel hingga saat ini. Negara ini tidak hanya terus mengamati apa yang terjadi di Palestina, tetapi juga menawarkan bantuan kepada orang-orang di sana. Selain itu, Indonesia sering mengangkat masalah konflik Palestina- Israel di forum internasional. Pemerintah tidak hanya berdiri sendiri dalam membantu rakyat Palestina, tetapi juga banyak lembaga sosial kemanusiaan yang berpartisipasi untuk mempermudah setiap pengeluaran bantuan ke Palestina. Menilai fungsi lembaga sosial kemanusiaan yang luar biasa dalam masalah Palestina jelas meningkatkan citra Indonesia di mata dunia, sehingga pemerintah dan lembaga sosial kemasyarakatan Indonesia bekerja sama. ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 E-ISSN: 2721-9232 Indonesia selalu menjadikan Palestina sebagai prioritas utama dan mendukung kemerdekaan Palestina. Hal ini sesuai dengan janji konstitusi negara Indonesia yang disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, untuk menghapus penjajahan global karena tidak sesuai dengan peri keadilan dan kemanusiaan. Dengan demikian, fokus utama upaya Indonesia adalah untuk memastikan bahwa Dewan Keamanan PBB terus memperhatikan pentingnya penyelesaian masalah Palestina (yang masih dipegang) dan untuk meningkatkan kontribusi Indonesia dan meningkatkan kapasitas serta bantuan kemanusiaan Palestina, baik secara bilateral maupun melalui kerangka tripartite (Mardani, 2019). Berikut adalah beberapa hal yang telah dilakukan oleh Indonesia terhadap Palestina yaitu: 1. Indonesia mengerahkan upaya bantuan yang maksimal dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina; Melalui menteri luar negeri, Retno Marsudi menyampaikan pernyataan presiden Joko Widodo bahwa Indonesia mengambil sikap tegas terhadap tindakan Israel yang mengusir warga Palestina dari Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur dan penyerangan terhadap warga Palestina di Masjid Al-Aqsha. Selain itu, pemerintah Indonesia terus memantau segala hal yang terjadi di Palestina dan mengecam eskalasi konflik dan kekerasan, terutama yang terjadi di Jalur Gaza, yang mengakibatkan puluhan kematian warga sipil. Dalam hal ini, Indonesia berusaha sekuat tenaga dan melakukan upaya di segenap lini, termasuk di Committee on the Exercise of the Inalienable Rights of the Palestinian People (CEIRPP). Indonesia menjadi anggota Majelis Umum PBB tahun 1975 dan menjadi wakil ketua komite. Retno menekankan bahwa Israel telah mengganggu hak-hak rakyat dan bangsa Palestina selama bertahun-tahun. Karena itu, Indonesia akan terus mendukung rakyat dan bangsa Palestina dalam memperjuangkan hak-hak mereka. 2. Pada 04 November 2024, presiden Jokowi resmi melepas pemberangkatkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina di Pangkalan TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma. Jokowi menyampaikan dalam pidatonya mengatakan “Alhamdulillah pada pagi hari ini bantuan Indonesia untuk rakyat Palestina akan segera diberangkatkan menuju bandara El Arish di Mesir, kemudian akan diteruskan dan disalurkan ke Gaza”. Presiden menyampaikan bahwa pengiriman tahap pertama bantuan akan dikirim melalui tiga pesawat, yang akan membawa 51,5 ton bantuan, yang terdiri dari bahan makanan, alat medis, selimut, tenda, dan barang logistik lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini di Gaza. Presiden Jokowi menjelaskan bahwa bantuan ini diberikan oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha melalui berbagai lembaga kemanusiaan. Lembaga seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Aliansi Kemanusiaan Indonesia (IHA), Palang Merah Indonesia (PMI), dan Kitabisa memberikan bantuan, serta pemerintah, militer, dan kepolisian. Presiden menyatakan harapannya untuk mendapatkan dukungan tambahan dari masyarakat dan dunia usaha. Bantuan tersebut telah sampai di bandara EL Arish Mesir pada 06 November 2023 dan telah masuk di Gaza, Palestina pada tanggal 09 November 2023. Hal tersebut dipastikan oleh Tim Bulan Sabit Merah Mesir (Egyptian Red Crescent; ERC) dan diteruskan oleh Dubes RI untuk Mesir, Lutfi Rauf. Sebagaimana dilaporkan oleh KBRI Kairo, setelah melalui prosedur ground handling dan transit di gudang pada 6 November 2023, bantuan diangkut dengan truk-truk lori ke pool antrian pertama barang bantuan di Al Arish, Sinai Utara, Mesir. Pada 8 November 2023, bantuan diangkut langsung ke Nitzana, wilayah perbatasan Mesir-Israel yang berjarak 42 km dari Rafah. Tim ERC di lapangan memberitahu KBRI Kairo pada tanggal 9 November 2023 bahwa truk bantuan tahap pertama dari Indonesia telah berhasil masuk ke Gaza. Kemudian pada tanggal 10 November 2023, berita tersebut dikonfirmasi oleh liputan Al Jazeera yang mengutip pernyataan militer Israel yang menyatakan bahwa sekitar 700 truk bantuan kemanusiaan telah ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 memasuki Gaza. Salah satu liputan tersebut menampilkan gambar truk pembawa bantuan dari Indonesia. 3. Pada 20 November 2023, pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan tahap kedua untuk masyarakat Palestina yang dilepaskan di Bandara Halim Perdanakusuma. Setelah sebelumnya pengiriman tahap pertama sukses dilakukan awal bulan November 2023 lalu. Total bantuan yang dikirimkan pada tahap kedua ini sebanyak 21.7 ton, dengan 3.3 ton dari pemerintah Indonesia untuk obat-obatan dan perlengkapan kesehatan dan 18,4 ton dari masyarakat Indonesia untuk makanan kaleng, matras, selimut, perlengkapan kebersihan dewasa dan anak, makanan siap saji, dan perlengkapan lainnya. Sebagaimana diumumkan oleh Pahala Mansury, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, mekanisme pendistribusian bantuan akan mengikuti alur yang sama seperti bantuan tahap pertama serta bekerjasama dengan UNRWA dan ERC. Bantuan tahap kedua diberikan oleh pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia. Bantuan pemerintah berasal dari Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional dan bantuan dalam kerangka Pemberian Hibah kepada Masyarakat Palestina oleh UNRWA. Sedangkan untuk bantuan masyarakat Indonesia berasal dari donasi barang yang diberikan atau dikumpulkan oleh masyarakat atau lembaga non-pemerintah, serta perusahaan Indonesia seperti Aliansi Kemanusiaan Indonesia, Kita Bisa, Baznas, PT Paragon, dan lainnya. 4. Di Mahkamah Internasional pada 23 Februari 2024, Indonesia menyatakan pernyataan lisan dalam mendukung Palestina. Tepatnya di Den Haag, Belanda. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi membuat pernyataan lisan untuk mendukung fatwa hukum Mahkamah Internasional tentang konsekuensi hukum pendudukan ilegal yang dilakukan oleh Israel atas Palestina. Pernyataan lisan di Indonesia memiliki dua komponen utama. Menlu menegaskan dari segi yurisdiksi (advisory opinion) bahwa Mahkamah Internasional memiliki otoritas untuk mengeluarkan keputusan hukum. Kemudian, dari segi substansi (self determination) , Menlu menegaskan bahwa kebijakan Israel bertentangan dengan hukum internasional dan menjelaskan konsekuensi hukumnya. Itulah beberapa contoh perilaku pembantuan yang telah dilakukan oleh Indonesia terhadap Palestina dalam menyelesaikan konflik berkepanjangan antara palestina dengan Israel. Kedepannya, Indonesia berkomitmen dan untuk terus konsisten dalam memperjuangkan hak dan kemerdekaan bangsa Palestina, sesuai dengan pernyataan menteri luar negeri Retno Marsudi yang menyatakan bahwa “Indonesia terus konsisten dan berada di garis depan bersama dengan bangsa Palestina dalam memperjuangkan hak-hak mereka," disampaikan di Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Bandung, 2024, dalam Pernyataan Pers Menteri Luar Negeri (PPTM) . ## Kuwait terhadap Palestina Pemerintah Kuwait menyatakan bahwa mereka akan terus mempertahankan solidaritasnya dengan rakyat Palestina dan akan menjadikan konflik Israel-Palestina sebagai fokus hubungan internasional. Seluruh warga Kuwait mendukung perjuangan Palestina, kata kuasa usaha Kedutaan Besar Kuwait untuk Indonesia, Abdullah Yateem Al-Fadhli. “Baik pemerintah, pemimpin, maupun rakyat Kuwait tidak mengakui adanya institusi (negara) zionis, dan tidak mengakui perampasan apapun terhadap tanah Palestina” pernyataannya dalam konferensi pers di Kedutaan Besar Kuwait, jakarta, pada 15 Februari 2023. ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 E-ISSN: 2721-9232 Al-Fadhli mengatakan bahwa masalah Palestina yang merupakan bagian dari bangsa Arab adalah masalah hak dan keadilan. Dia mengatakan bahwa bangsa Palestina adalah pemilik asli tanah airnya dan berhak atas tanah tersebut meskipun Israel terus merongrongnya. Ia mengatakan bahwa masalah Israel dan Palestina sangat penting karena keberadaan Masjid Al Aqsa, kiblat pertama umat Islam dan bagian dari sejarah agama, berada di sana. Pemerintah Kuwait mengumumkan bahwa mereka akan memberikan bantuan sebesar US$ 2 juta kepada UNRWA untuk membantu pengungsi Palestina. Di Kedutaan Besar Kuwait di Amman, HE Hamad Rashid Al-Marri, Duta Besar Kuwait untuk Kerajaan Hashemite Yordania, menyerahkan cek kontribusi kepada Tamara Alrifai, Direktur Hubungan Eksternal dan Komunikasi. Duta Besar Al- Marri menekankan bahwa bantuan ini akan membantu program pembangunan manusia dan kemanusiaan UNRWA di wilayah tersebut menjadi lebih baik. Lembaga amal Kuwaiti; Namaa, Namaa menyatakan bahwa mereka terus memberikan bantuan kepada masyarakat di Jalur Gaza, Palestina, yang terkena dampak kerusakan oleh pendudukan Israel sejak 7 Oktober 2023. Asosiasi Namaa dikutip Quds Press menyatakan “Distribusi lebih dari 2000 makanan kepada keluarga di sekolah-sekolah penampungan di jalur Gaza, dan distribusi pakaian kepada 400 penerima manfaat yaitu anak-anak dan yatim piatu”. Kepala sektor teknologi komunikasi dan informasi di Yayasan Namaa, Kuwait, Abdulaziz Al-Kandari mengatakan “Langkah ini bertujuan meringankan penderitaan mereka yang terkena dampak di Jalur Gaza, dan memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan mereka mengingat kekurangan pangan yang berjumlah besar, tempat tinggal, dan layanan kesehatan” Untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak di bidang ketahanan pangan, tempat tinggal, dan kesehatan, “Namaa” Kuwait telah meluncurkan kampanye bantuan “Fazaa Palestine”. Pada 21 Juli 2022, sebuah badan amal Kuwait menandatangani perjanjian dengan Program Pemukiman Manusia PBB (UN-Habitat) untuk membantu merehabilitasi rumah-rumah yang hancur oleh tindakan agresi Israel di Jalur Gaza. Menurut Bader Al-Sumait, Direktur Jenderal Organisasi Amal Islam Internasional (IICO) Kuwait, “Proyek rehabilitasi 50 unit rumah di Gaza merupakan respon atas penderitaan penduduk Gaza akibat blokade yang tidak adil selama 15 tahun.” Di sela-sela penandatanganan perjanjian, Al-Sumait menyatakan betapa pentingnya melindungi keluarga Palestina yang tinggal di tempat terbuka dan di reruntuhan rumah mereka yang rusak karena pelanggaran kemanusiaan yang terus dilakukan Israel. Menurut Amira Al-Hassan, Direktur UN-Habitat untuk wilayah Teluk Arab di Kuwait, "Bantuan rekonstruksi Kuwait terus meluas ke seluruh dunia." Ia menunjukkan bahwa proyek rehabilitasi membantu menciptakan peluang kerja baru dan mengembalikan pengungsi ke rumah mereka. Perwakilan regional negara Arab untuk program UN- Habitat, Irfan Ali, menyatakan bahwa rehabilitasi rumah adalah salah satu inisiatif utama di Jalur Gaza, terutama setelah perang Mei 2021 yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan merusak banyak fasilitas pemerintah dan penduduk sipil. ## KESIMPULAN Konflik antara Palestina dan Israel merupakan konflik berkepanjangan dan yang sudah terlalu banyak memakan korban jiwa. Inti dari konflik antara Palestina dan Israel adalah tentang perebutan wilayah, dimana Israel melakukan agresi militer besar-besaran demi bisa menduduki wilayah Palestina. Konflik antara keduanya dimulai pada saat kelompok minoritas Yahudi Eropa akan mendirikan Jewish Homeland (Tanah air bangsa Yahudi). Hal ini diperparah dengan adanya Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang menyatakan dukungan untuk pembentukan “rumah nasional bagi orang Yahudi” ( National ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 E-ISSN: 2721-9232 Home for The Jewish People) di Palestina. Dalam hal ini, Israel sudah sangat jelas sedang melakukan penjajahan diatas tanah milik Palestina. Korban jiwa yang berjatuhan dari konflik ini juga sangat besar sehingga sudah sewajarnya isu peperangan antara Israel-Palestina menjadi perhatian dunia internasional. Berbagi negara berusaha membangun hubungan diplomatik dengan Palestina agar dapat mengirimkan humanitarian aid. Salah satu negara yang memiliki perhatian besar terhadap konflik Palestina-Israel adalah Indonesia dan Kuwait. Keseriusan kedua negara ini dapat terlihat dari kebijakan luar negerinya. Berdasarkan teori yang dikeluarkan oleh Holsti (1992) kebijakan luar negeri sebuah negara terhadap negara lain tentang sebuah situasi atau kejadian dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientations) , Kebijakan luar negeri sebagai perangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (as set of commitments to and a plan for actions), dan Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi ( as a form of behaviour). Baik Indonesia dan Kuwait sudah memiliki seperangkat kebijakan bantuan humanitarian aid kepada Palestina. Dilihat dari kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientations) Indonesia terhadap Palestina terlihat dari orientasi kebijakan luar negeri Indonesia adalah "bebas aktif". Bebas menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dibatasi oleh idiom atau politik negara asing, atau blok negara tertentu. blok negara tertentu. Aktif menunjukkan bahwa kebijakan tersebut secara aktif berkontribusi pada perdamaian dunia dan kemajuan kebebasan, kesetaraan, dan kolaborasi internasional, mempromosikan ide-ide kebebasan, kesetaraan, dan kolaborasi internasional dengan tetap menghormati kedaulatan negara lain. Sedangkan orientasi kebijakan Kuwait kepada Palestina tercermin dari kebijakan luar negeri Kuwait yang berorientasi pada "high-profile" dimana Kuwait mengambil peran aktif sebagai mediator dalam berbagai perselisihan dan krisis di Timur Tengah, termasuk konflik Palestina dan Israel. Dari sisi Kebijakan luar negeri sebagai perangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (as set of commitments to and a plan for actions), dapat terlihat bahwa Indonesia memiliki komitmen tinggi dalam memberikan bantuan humanitarian aid kepada Palestina. Komitmen Indonesia terhadap Palestina tercermin dari berbagai komitmen dan rencana seperti “Diplomasi Tangan di Atas”. Diplomasi ini membuat Pemerintah RI meluncurkan Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian Agency for International Development (Indonesian AID). Lembaga ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam hal dana bantuan hibah bagi negara yang membutuhkan. Salah satu negara yang mendapatkan kebijakan diplomasi tangan di atas adalah Palestina. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk selalu bagian dari solusi untuk misi perdamaian dunia, hal ini terlihat dari semboyan “Indonesia always wants to be part of solution”. Komitmen bantuan Indonesia terhadap Palestina juga terlihat dari rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 2019-2024 yang mengangkat isu perdamaian di Palestina sebagai salah satu perhatian Kementerian Luar Negeri Indonesia. Sedangkan komitmen Kuwait terhadap bantuan humanitarian aid kepada Palestina tercermin dari kebijakan luar negeri yang berlandaskan aktif sebagai mediator dalam permasalahan krisis di Timur Tengah. Hal ini menandakan bahwa rencana Kuwait dalam menjaga perdamaian dunia adalah menjadi mediator atau penengah bagi konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah, salah satunya adalah penanganan konflik Israel dan Palestina. Dari segi kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi ( as a form of behaviour) Indonesia terhadap Palestina terlihat dari bantuan kemanusiaan untuk Palestina yang dikirimkan pada 04 November 2024. Selain melalui bantuan, aksi nyata dukungan Indonesia juga terlihat dari diplomasi Indonesia seperti Di Mahkamah Internasional pada 23 Februari 2024, Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menyatakan pernyataan lisan dalam mendukung Palestina. Aksi bantuan Kuwait terhadap Palestina juga tercermin dari bantuan sebesar US$ 2 juta kepada ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 UNRWA untuk membantu pengungsi Palestina. Selain itu, Lembaga amal Kuwaiti; Namaa memberikan bantuan yang terdistribusi 2000 makanan kepada keluarga di sekolah-sekolah penampungan di jalur Gaza, dan distribusi pakaian kepada 400 penerima manfaat yaitu anak-anak dan yatim piatu. ## DAFTAR PUSTAKA M, F. G. (2019). Politik Islam Arab Saudi, Kuwait & Uni Emirat Arab (1st ed., Vol. xiv). LIPI Press. Hisyam, C. J. (2021). Sistem Sosial Budaya Indonesia . Bumi Aksara. Hassan, M. Z. (1980). Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Bulan Bintang. Masyrofah. (2023). Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi: Upaya Penyelesaian Konflik Israel- Palestina. Deepublish. Setiawan, A. (2017). Pengantar Studi Politik Luar Negeri. Anrian, A. (2023). Relasi Indonesia- Palestina Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Jurnal Diplomasi Pertahanan , 9 (1). https://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/DP/article/view/10825/pdf Hutabarat, G. F. I. (2022). Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Perang Rusia-Ukraina Berdasarkan Perspektif National Interest. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial e-ISSN, 2745, 5920. Islamiah, F. (n.d.). Tantangan Geopolitik di Kuwait: Analisis Terhadap Dinamika Regional dan Peran Kuwait dalam Konteks Global. Juntami, A. P. (2023). Pancasila and Peace: Indonesia’s Role in Mediation of The Israel-Palestine Conflict; Implementation of Pancasila in World Peace Diplomacy. Jurnal Diplomasi Pertahanan , Vol.9 (No.3), 26-40. Muchsin, M. (2015). PALESTINA DAN ISRAEL: Sejarah, Konflik dan Masa Depan. MIQOT , xxxix (2), 390-406. Mila, N., Vida, F., & Adi, D. P. (2020). Sejarah Perkembangan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Pasca Reformasi. Jurnal Pendidikan PKN (Pancasila Dan Kewarganegaraan) , 1 (2), 73-100. Nugraha, T. A. (2023, Jul-Des). Analisis Politik Luar Negeri Indonesia: Promosi ‘Keamanan Manusia’ di Palestina. Jurnal Hubungan Luar Negeri , Vol. 8 (No. 2), 83-109. Prabhandhari, N. P. D., & Aryani, M. I. (2021, February 28). Act East Policy: Analisis Faktor Internal dan Eksternal India dalam Mengeluarkan Act East Policy terhadap Korea Selatan (2014-2019). Vol. 2 , 142-164. Pramita, N. T., & Zahidi, M. S. (2023). Analisis Peranan Indonesia dalam Pemberian Bantuan Kemanusiaan Terhadap Etnis Rohingya di Era Jokowi. Review of International Relations, 5(1), 84-106. Rasyid, M. (2022, Desember 2). NASIB DIASPORA PALESTINA DI KUWAIT: ANTARA RUMAH KEDUA DAN DAMPAK PERANG TELUK. Jurnal Sosial Humaniora Sigli (JSH) , Vol.5 (No.2), 190-198. Rindu, S. K. (2020). Kebijakan Kuwait dalam Konflik Yaman (2016-2020) . Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Rasyid, M. (2022, Desember 2). NASIB DIASPORA PALESTINA DI KUWAIT: ANTARA RUMAH KEDUA DAN DAMPAK PERANG TELUK. Jurnal Sosial Humaniora Sigli (JSH) , Vol.5 (No.2), 190-198. Satris, R. (2019). Peranan Politik Luar Negeri Indonesia terhadap Palestina Pasca Pengakuan Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel. POLITEA Jurnal Pemikiran Politik Islam , Vol. 2 (No.2), 161-170. ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 E-ISSN: 2721-9232 Suratiningsih, D., Pupita, D., & Safira, S. (2020). Diplomasi Perdamaian Dan Kemanusian Indonesia Dalam Isu Palestina Pada Tahun 2014-2020. Proyeksi: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora , 25 (1), 11-28. Susetyorini, P. (2014). Politik Luar Negeri Indonesia. Gema Keadilan , 1 (1), 109-116. Wati, E. S., & Burdah, I. (2024). Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Palestina Pasca Pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. PIR Journal , 9 (1), 19-32. Ahdiat, A. (2023). 12 Negara Beri Bantuan untuk Palestina, Totalnya Rp4,5 Triliun . Databoks. Retrieved April 27, 2024, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/23/12-negara-beri- bantuan-untuk-palestina-totalnya-rp45-triliun Aliyah. H. (2023). Lembaga Amal Kuwait: Kami Terus Memberikan Bantuan Kepada Rakyat di Gaza . Retrieved December 14, 2023, from https://minanews.net/lembaga-amal-kuwait-kami-terus- memberikan-bantuan-kepada-rakyat-di-gaza/ britannica. (n.d.). Kuwait - Persian Gulf War, Aftermath, Oil. Britannica. Retrieved April 30, 2024, from https://www.britannica.com/place/Kuwait/The-Persian-Gulf-War-and-its-aftermath CNN Indonesia. (2023, November 24). Sri Mulyani Jelaskan Sumber Bantuan Rp31,9 M untuk Palestina. CNN Indonesia. Retrieved April 2, 2024, from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231124164746-532-1028615/sri-mulyani- jelaskan-sumber-bantuan-rp319-m-untuk-palestina Cafiero, G. (n.d.). Kuwait refuses to budge as other Gulf nations abandon the Palestinian cause . https://www.trtworld.com/opinion/kuwait-refuses-to-budge-as-other-gulf-nations-abandon-the- palestinian-cause-24375 Demi Kemanusiaan, TNI Segera Siapkan Bantuan Untuk Palestina | WEBSITE TENTARA NASIONAL INDONESIA . (2023). Puspen TNI. Retrieved April 27, 2024, from https://tni.mil.id/view- 232961-demi-kemanusiaan-tni-segera-siapkan-bantuan-untuk-palestina.html Fallahnda, B. (2024). Bagaimana Kondisi Palestina Terkini, Benarkah Sudah Aman? Tirto.id. Retrieved April 27, 2024, from https://tirto.id/bagaimana-kondisi-palestina-terkini-benarkah-sudah-aman- gWPE Ihsan. N. (2023). Kuwait Tegaskan Dukungan Bulat Terhadap Perjuangan Palestina. Retrieved February 15, 2023, from https://www.antaranews.com/berita/3397494/kuwait-tegaskan-dukungan-bulat- terhadap-perjuangan-palestina Jamaluddin, W. (2023, October 23). Persaudaraan Erat Indonesia dan Palestina – Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung . UIN Raden Intan. Retrieved April 17, 2024, from https://www.radenintan.ac.id/persaudaraan-erat-indonesia-dan-palestina/ Jo, B. (2024). Update Perang Israel di Gaza Terkini, Jumlah Korban & Situasinya . Tirto.id. Retrieved April 27, 2024, from https://tirto.id/update-perang-israel-di-gaza-terkini-jumlah-korban-situasinya- gV4w Kominfo (2021). Indonesia Kerahkan Upaya Maksimal Bantu Perjuangkan Hak-Hak Rakyat Palestina . Retrieved May 12, 2021, from https://www.kominfo.go.id/content/detail/34458/indonesia- kerahkan-upaya-maksimal-bantu-perjuangkan-hak-hak-rakyat-palestina/0/berita Kemlu (2024). Indonesia Konsisten Perjuangkan Hak-Hak dan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Retrieved January 08, 2024, from https://kemlu.go.id/portal/id/read/5661/view/indonesia-konsisten- perjuangkan-hak-dan-kemerdekaan-bangsa-palestina ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 E-ISSN: 2721-9232 Kemlu (2024). Indonesia Sampaikan Pernyataan Lisan Dukung Palestina di Mahkamah Internasional. Retrieved February 23, 2024, from https://kemlu.go.id/portal/id/read/5771/view/indonesia- sampaikan-pernyataan-lisan-dukung-palestina-di-mahkamah-internasional Kemlu (2024). Pemerintah Indonesia Fasilitasi Bantuan Kemanusiaan Tahap Kedua Untuk Palestina. Retrieved November 20, 2024, from https://kemlu.go.id/portal/id/read/5527/view/pemerintah-indonesia-fasilitasi-bantuan- kemanusiaan-tahap-kedua-untuk-palestina Kemlu (2024). Bantuan Tahap Pertama Indonesia Telah Tiba di Gaza. Retrieved November 13, 2023, from https://kemlu.go.id/portal/id/read/5492/view/bantuan-tahap-pertama-indonesia-telah- berhasil-tiba-di-gaza Kemlu (2024). Presiden Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan Untuk Palestina. Retrieved November 04, 2023, from https://kemlu.go.id/portal/id/read/5457/view/presiden-jokowi-lepas-bantuan- kemanusiaan-untuk-palestina Kementerian Luar Negeri KBRI Kuwait. (n.d.). Rencana Strategis (Renstra) KBRI Kuwait City 2020- 2024. https://kemlu.go.id/download/L1NoYXJlZCUyMERvY3VtZW50cy9SZW5jYW5hJTIwU3Ry YXRlZ2lzJTIwS0JSSSUyMEt1d2FpdCUyMENpdHklMjAyMDIwLTIwMjQucGRm Kementerian Luar Negeri RI. (n.d.). Menteri Luar Negeri Ri Retno L. P. Marsudi Penyampaian Prioritas Politik Luar Negeri Republik Indonesia 2019-2024. Kemlu. Retrieved April 3, 2024, from https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9QaWRhdG8vTWV ubHUvTWVkaWElMjBCcmllZmluZyUyME1lbmx1JTIwUkklMjAtJTIwUHJpb3JpdGFzJTIw UG9sdWdyaSUyMDIwMTklMjAtJTIwMjAyNC5wZGY= Kementerian Luar Negeri RI. (2020, Desember 7). Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 2020- 2024. Kementerian Luar Negeri. https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVud GVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9UYWh1biUyMDIwMjAvUmVuc3RyYSUyMEtlbWV ubHUlMjAyMDIwLTIwMjQucGRm Kementerian Perdagangan. (2019, Februari 28). Pernyataan Bersama Indonesia-Palestina. Kementerian Perdagangan. Retrieved April 1, 2024, from https://www.kemendag.go.id/berita/foto/pernyataan-bersama-indonesia-palestina Kusuma (2022). Yayasan Kuwait Sepakat Untuk Rehab 50 Rumah di Jalur Gaza. Retrieved July 23, 2022, from https://blog.npc.id/yayasan-kuwait-sepakat-untuk-rehab-50-rumah-di-jalur-gaza/ Lloyds Bank, (2024). Kuwait: Tinjauan Ekonomi dan Politik. Retrieved April 1, 2024, from https://www.lloydsbanktrade.com/en/market-potential/kuwait/economical-context Mutia. C. A. (2024). Penerimaan Pajak Capai Rp. 342,88 Triliun per Maret 2024 . Databoks Retrieved March 27, 2024, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/03/27/penerimaan- pajak-capai-rp34288-triliun-per-15-maret-2024 Mutia. C. A. (2024). Pendapatan Negara Tembus Rp. 2.700 Triliun pada 2023, Mayoritas dari Pajak. Databoks Retrieved January 03, 2024, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/03/pendapatan-negara-tembus-rp2700- triliun-pada-2023-mayoritas-dari- pajak#:~:text=Pendapatan%20negara%20berasal%20dari%20tiga,%2C9%25%20(yoy). Patoni. (2023, April 30). Mengapa Gus Dur Dulu Ingin Membangun Diplomasi dengan Israel? NU Online. Retrieved April 1, 2024, from https://www.nu.or.id/fragmen/mengapa-gus-dur-dulu- ingin-membangun-diplomasi-dengan-israel-YbktS#google_vignette ## Jurnal Kajian Pemerintah (JKP) Journal of Government, Social and Politics Volume 10 Number 1 Maret 2024 Santoso. (2024). Jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza tembus 33.000 orang . ANTARA News. Retrieved April 27, 2024, from https://www.antaranews.com/berita/4045821/jumlah-warga- palestina-yang-tewas-di-gaza-tembus-33000-orang The Media Line. (n.d.). Kuwait Stands Firm: No Israel Ties Without Palestinian Statehood . https://themedialine.org/headlines/kuwait-stands-firm-no-israel-ties-without-palestinian- statehood/ UNRWA (2023). UNRWA Welcomes US $2 Million Contribution from Kuwait . Retrieved October 08, 2023, from https://reliefweb.int/report/occupied-palestinian-territory/unrwa-welcomes-us-2- million-contribution-kuwait Wulan, M. K. (2023). PMI Segera Kirim Bantuan Senilai Rp 2,9 Miliar ke Gaza. Kompas.id . Retrieved July 23, 2022, from https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/10/29/pmi-segera- kirim-bantuan-senilai-rp-29-miliar-ke-gaza-1 Zulyadi, R., & Siregar, F. Y. D. (n.d.). PERAN STRATEGI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN PALESTINA . https://mh.uma.ac.id/peran- strategi-politik-luar-negeri-indonesia-dalam-mewujudkan-kemerdekaan-palestina/ Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019. Aisara, H. A. (2021). Motivasi Kuwait Memainkan Peran Mediator Dalam Krisis Qatar Periode 2017- 2018. Skripsi . Chalidah, F. N. (2019). Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Kyrgyzstan Pasca Pembatalan The 1993 Bilateral Agreement Pada Tahun 2015 (Bachelor's thesis, FISIP UIN Jakarta). Priatmojo, W. (2022, Januari 17). Faktor Pengaruh Pemikiran Politik Gus Dur Terhadap Ide Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel [S1 thesis]. Universitas Muhammadiyah. Rohani, I. (2023, September 14). Upaya Diplomasi Publik Indonesia Terkait Kemerdekaan Palestina Pada Periode Pemerintahan Joko Widodo Jilid I Tahun 2014-2019 [Skripsi]. Universitas Andalas. http://scholar.unand.ac.id/212094/
39f358a0-d171-4541-b24f-48fa8f38a3d5
https://jurnal.unsur.ac.id/momen/article/download/866/663
## KAJIAN KORELASI KECELAKAAN DENGAN KEPADATAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN CIANJUR - SUKABUMI 1 Yudi Sekaryadi , 2 Devi Setiawan, 3 Irman Nurhalim Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSUR [email protected], [email protected], [email protected] ## Abstrak Kecelakaan lalu lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara maju masalah keselamatan jalan sangat diperhatikan untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Hal ini menjadi indikator terhadap pentingnya memahami karakteristik kecelakaan. Pada penelitian ini dibahas masalah korelsi kepadatan jalan degan kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan Raya Cianjur-Sukbumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab kecelakaan, mengetahui lokasi rawan kecelakaan (black spot),menegtahui tingkat lintas harian rata-rata jalan,dan kolerasi antara tingkat kepadatann dengan kecelakaan di Jalan Cianjur-Sukabumi, Metode yang digunakan untuk mengetahui karateristik kecelakaan adalah metode korelasi pearsoni. Metode yang digunakan untuk menentukan kepadatan jalan adalah metode MKJI . Daerah / lokasi rawan kecelakaan (black spot) adalah suatu lokasi dimana tingkat kecelakaan tinggi dengan kejadian kecelakaan berulang dalam suatu ruang dan rentang waktu yang relatif sama yang diakibatkan oleh suatu penyebab tertentu dengan melihat hubungan nya dengan tingkat pelayanan jalan. Dari hasil analisis metode korelasi dan mkji disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepadatan dengan kecelakaan tinggi di Jalan Raya Cianjur- Sukabumi Kata Kunci :,kecelakaan.kapasitas jalan,pelayanan jalan ## 1. Pendahuluan Masalah serius yang sering terjadi dari waktu ke waktu di jalan adalah kecelakaan lalu linas. Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian dimana kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabka kerusakan. Kecelakaan lalu lintas perlu mendapat perhatian yang lebih besar,keamanan, kelancaran dan keamanan pengguna jalan menjadi factor yang terganggu apabila kecelakaan terjadi.Kecelakaan dijalan selalu berdampak pada kerusakan bagi pengendara yang terlibat dengan kecelakaan. Selain itu kecelakaan mengakibatkan kerugian bagi korban kecelakaan maupun pengguna jalan di sekitarnya. Gambar 1.1 Grafik jumlah kecelakaan di Indonesia tahun 1992- 2011 Sumber : Badan Pusat Statistik Jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia sangat tinggi seperti yang tercatat pada Badan Pusat Statistik yang digambarkan pada Gambar 1. Ketidak pastian terhadap keselamatan pada jalan ini perlu mendapat perhatian dang penanganan lebih. Data yang ditunjukan pada Gambar 1 menunjukan tingginya jumlah kecelakaan yang terjadi di Indonesia. Tahun 2011 merupakan tahun dengan angka kecelakaan yang tertinggi yaitu mencapai 108,696 kasus kecelakaan. Tingginya kasus kecelakaan tersebut merupakan data yang tercatat di kepolisian Indonesia. Padahal banyak juga kasus kecelakaan yang tidak tercatat. Melihat tinggnya jumlah kecelakaan yang terjadi penting bagi semua kalangan memperhatikan aspek keselamatan berlalu lintas. Sitem trafortasi perlu dioprasikan dan dirancang dengan tingkat efesiensi dan keselamatan yang baik agar memberikan rasa aman dan nyaman bagi penumpang. Derajat kejenuhan atau yang di sebut rasio volume kapasitas adalah sala satu bagian dari kondisi lalu lintas yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.Semakin tinggi rasio volume per kapasitas maka kepadatan lalu lintasnya juga semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya. Hal ini menyebabkan potensi kecelakaan terjadi dengan kondisi yang berbeda. Jalan Bangbayang gekbrong yang berada pada jalur Cianjur Sukabumi merupakan jalan yang sering terjadinya kecelakaan. Desain jalan raya dalam perencanaan suatu ruas jalan harus selalu mengikuti standard design jalan yang sesuai dengan standard dari Ditjen Bina Marga. Secara umum standart rencana teknis jalan dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1. Standard Geometrik Jalan Raya Geometrik jalan adalah suatu bangun jalan raya yang menggambarkan tentang bentuk/ukuran jalan raya baik yang menyangkut penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan. Sebagai standard perencanaan geometrik jalan digunakan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 yang diterbitkan oleh pihak Ditjen Bina Marga yang antara lain terbagi manjadi : • Elemen-elemen Klasifikasi • Klasifikasi Fungsi Jalan Raya • Volume Lalu Lintas Rencana dan Tahun Rencana • Klasifikasi Kondisi Medan • Klasifikasi Jalan dan Penggunaan Kelas Standard • Kecepatan Rencana • Penampang Melintang • Alinemen Horisontal • Superelevasi • Lengkung Peralihan • Jarak Pandangan Henti • Jarak Pandangan Menyiap • Dasar Pemilihan Alinemen 2. Standard Perkerasan Jalan Raya Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat. Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement) Merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar (Gambar 1.1). Gambar 1.1 Perkerasan Lentur b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement) Merupakan perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton (Gambar 1.2). Gambar 1.3. Lapisan Perkerasan Kaku c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement) Merupakan perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur (Gambar 1.4 ) Gambar 1.4 Perkesaran Komposit 3. Metode Penelitian Dan Penyajian Data Data yang diperlukan untuk menunjang kelancaran penelitian ini antara lain adalah : a. Data Dimensi/Inventori Jalan Data ini digunakan untuk memberikan informasi awal mengenai kondisi penampang melintang daerah studi yang meliputi panjang dan lebar jalan, jumlah ruas, median, jumlah lajur jalan dan kelengkapan jalan. b. Data Kecelakaan Data kecelakaan yang dipakai adalah data kecelakaan pada 3 tahun terahir yaitu tahun 2016, 2017 dan 2018. Data kecelakaan mencakup paling tidak informasi tentang lokasi, waktu, subjek dan objek yang terlibat dan kerugian akibat kecelakaan. c. Data Volume Lalu Lintas Data volume lalu-lintas baik LHRT maupun volume harian untuk mengetahui jumlah kendaraan yang melewati jalan pantura 3.1. Analisis Volume per Kapasitas Rasio Terhadap Angka Kecelakaan. Rasio volume per kapasitas merupakan variable X , akan dihitung nilai tersebut berdasarkan volume pada jam arus puncak. Misalkan volume lalu lintas pada arus puncak di ruas pantura A adalah 3000 smp/jam sedangkan kapasitas jalan adalah 6000 smp/jam, maka (v/c) rasio adalah 0.5. dengan perhitungan yang sama akan diperoleh data (v/c) rasio.. Angka kecelakaan pada variable Y dihitung untuk 100.000.000 kendaraan km. sehingga akan diperoleh angka kecelakaan rata-rata pada rentang jarak km dan pada rentan waktu kejadian. Misalkan hasil perhitungan angka kecelakaan pada ruas A menunjukan angka 25, berarti bahwa pada ruas tersebut untuk setiap 100 juta kendaraan berpotensi terjadi kecelakaan sebesar 25 kejadian per km. Dengan perhitungan yang sama akan diperoleh data tingkat kecelakaan 3.2. Metode Analisis Rasio Volume per Kapasitas Terhadap Bobot Keparahan. Fungsi volume per kapasitas (v/c) rasio terhadap tingkat keparahan kecelakaan akan dianalisis dengan metode yang sama. Pengelompokan korban kecelakaan di jalan raya pada data Satlantas dikelompokan menjadi 4 yaitu meninggal dunia (MD), luka berat (LB), luka ringan (LR) dan kerusakan kendaraan (RK). Pada analisis ini masing masing tingkat fatalitas akan diberi bobot atau nilai berturut turut 6, 3, 0,8 dan 0,2. (mengacu buku Pedoman Pelatihan Teknik Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ditjen Perhubungan Darat, tahun 2002), Sehingga akan diketahui nilai/bobot masing- masing kejadian kecelakaan. Variable Y adalah angka bobot keparahan kecelakaan, dihitung berdasarkan jumlah kejadian dikalikan bobot korban kecelakaan kemudian dirata-rata. Variabel X adalah nilai rasio volume per kapasitas. ## 3.3. Daerah Penelitian Gambar 3.1 Peta Lokasi ## Sumber : Google Map Jalan Sukabumi Cianjur merupakan jalan nasional penghubung antar kota. Lokasi penelitian terletak di kecamatan Gekbrong desa Bangbayang pada km 78. Tabel 3.1. Data Teknis Geometrik ruas jalan Cianjur-Sukabumi Nama Ruas Jalan Bangbayang km 78 Lebar 6.5 m Bahu - Lajur 2/2 UD Kecepatan rencana 40 Km/jam Jenis Perkerasan Asphal Sumber : PUPR 3.4. Pengolahan Data Lalu Lintas 1. Data Derajat Kejenuhan a. Menentukan Jenis Jalan WC = 6,5 m Jumlah lajur = 2 Lebar bahu jalan = Tidak ada jenis jalan 2/2 UD Tabel 3.2. Arus Lalulintas pada periode satu jam puncak di Arah Sukabumi – Cianjur WAKTU JENIS KENDARAAN LV HV MC 07 : 00 -07 : 05 16 10 50 07 : 05 - 07 : 10 19 13 54 07 : 10 - 07 : 15 14 9 47 07 : 15 - 07 : 20 21 11 52 07 : 20 - 07 :25 18 10 54 07 : 25 - 07 : 30 22 8 47 07 : 30 - 07 : 35 14 15 49 07 :35 - 07 : 40 17 13 43 07 :40 - 07 : 45 17 11 53 07 : 45 - 07 : 50 16 16 55 07 : 50 - 07 :55 22 7 49 07 :55 - 08 : 00 15 9 53 Ʃ 211 132 606 Q/JAM 949 Kend/ja m Sumber : Pengamatan langsung Penyusun Dilapangan Tabel 3.3. Arus Lalulintas pada periode satu jam puncak di Arah Cianjur – Sukabumi WAKTU JENIS KENDARAAN LV HV MC 07 : 00 -07 : 05 21 5 30 07 : 05 - 07 : 10 19 7 38 07 : 10 - 07 : 15 22 10 40 07 : 15 - 07 : 20 17 12 37 07 : 20 - 07 :25 23 9 35 07 : 25 - 07 : 30 24 13 49 07 : 30 - 07 : 35 19 8 45 07 :35 - 07 : 40 17 10 39 07 :40 - 07 : 45 15 14 38 07 : 45 - 07 : 50 14 9 42 07 : 50 - 07 :55 16 6 46 07 :55 - 08 : 00 20 9 43 Ʃ 227 112 482 Q/Jam 821 Kend/ja m Sumber : Pengamatan langsung Penyusun Dilapangan ## 2. Menentukan Ukuran Kota Tabel 3.4 : Ukuran Kota Sumber : MKJI 1997 Jumlah penduduk = 2.149 121 jiwa Tabel 3.4. (1,0) FCS = Besar 3. Menentukan Hambatan Samping Tabel 3.5 Menentukan kelas hambatan samping Sumber : MKJI 1997 Banyak angkutan kota, banyak pejalan kaki, Banyak kendaraan keluar masuk di sisi jalan Dari Tabel 3.4 SFC = ST (sangat tinggi) 4. Nilai EMP Tiap Kendaraan Tabel 3.6. Nilai Ekivalen MPU UD Sumber : MKJI 1997 QLV = 438 kend/jam : 2/2 UD ; Q 949 1779 QHV = 244 kend/jam : EMP LV = 1 QMC = 1088 kend/jam : EMP HV = 1,3 Q = 1770 kend/jam : EMP MC = 0,40 Q tot = QLV . EMP LV + QHV . EMP HV + QMC . EMP MC = 438 . 1 + 244 . 1,3 + 1088 . 0,40 = 1190 smp/jam 5. Analisis Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan Tabel 3.7 Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh hambatan samping dan jarak Bahu pada kecepatan arus bebas kendaraaan ringan untuk jalan perkotaan dengan Bahu Sumber : MKJI 1997 FFVSF = 0,92 tabel 3.7 ; 2/2 UD ; SFC = ST Ws = 0.5 FFVCS = 1 CS = 2.149.121 jiwa (1,0-3,0) FVLV = (44+0) x 0,92 x 1 = 40,48 ≈ 40 km/jam Untuk masing-masing kendaraan 6. Perhitungan Kapasitas Tabel 3.8 Kapasitas Dasar C0 untuk jalan perkotaan Sumber : MKJI 1997 ## C = C0 x FCSP x FCW x FCSF x FCCS C0 = 2900 smp/jam/arah Tabel 4.6 : Faktor penyesuaian distribusi arah FCSP untuk jalan perkotaan (khusu untuk jalan tidak terbagi) Sumber : MKJI 1997 FCSP = 1 distribusi arah 50%-50% FCW = 1 karena WC = 7 m FCSF = 0,92 dari SFC = ST (Rendah) : Ws = 0,5 m FCCS = 1 CS = 2.624.279 jiwa (1,0-3,0) C = 2900 x 1 x 1 x 0,92 x 1 = 2668 smp/jam/arah 7. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Raya Cianjur Sukabumi,Bdg 78 km Kabupaten Cianjur DS = S / C = 1190 / 2668 = 0,44N Ds = Derajat kejenuhan Q = Volume lalu lintas C = Kapasitas 8. Kepadatan (Density) D = Q / V D = 949 : 20 = 47,45 - 48 kendaraan / km 3.5. Data kecelakaan lalu lintas Data kecelakaan yang dianalisa adalah data kecelakaan lalu lintas Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 berikut adalah data yang diproleh dari kepoliasian unit laka lantas Cianjur adalah sebagai berikut : • 2015 jumlah lakalantas 130 kejadian • 2016 jumlah lakalantas 185 kejadian • 2017 jumlah lakalantas 217 kejadian Jika dilihat dari angka yang sangat besar itu mungkin kecelakaan lalu lintas ini sudah menjadi permasalahan pihak yang berwajib apakah faktor yang sangat mempengaruhi sehingga pihak berwajib yaitu polisi bisa segera membenahi apa saja yang sudah memenuhi kriteria atau yang masih kurang. Pada umumnya faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada jalan Raya Cianjur – Sukabumi kabupaten Cianjur adalah : 1. Faktor manusia adalah segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan manusia sebagai pengendara sepeda motor dan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Meliputi lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak terampil, dan kecepatan tinggi. 2. Faktor kendaraan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. faktor ini meliputi rem blong, lampu kendaraan, dan selip. 3. Faktor lingkungan fisik adalah kondisi jalan dan cuaca tertentu yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas, seperti jalan tanpa lampu, jalan rusak, jalan berlubang, jalan licin, tanpa marka/rambu, tikungan tajam, kabut/mendung, dan hujan 4. Faktor Jalan berupa kerusakan maupun kondisi jalan yang kurang baik dapat meneyebabkan terjadinya kecelakaan Berdasarkan hasil identifikasi data diketahui bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan di ruas jalan Raya Cianjur - Sukabumi dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu faktor manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan Grafik 3.1. Proporsi Korelasi Tabel 3. 9. Perhitunagan kecelakaan pertahun kriteria pengujian Jika – r tabel ≤ r hitung ≤ + r tabel, maka diterima r tabel dengan dk = 3- 2 = 1-2 ≤ −1 ≤ 2 Untuk hasil daripada hubungan kecelakaan dengan kemmpuan jalan menunjukaan bahwa kolererasi kecelakaan kendaraan ringan dan kendaraan berat dengan tingkat pelayanan jalan itu ada hubungan nya sangat kuat, karena pada perhitungan diatas menggunakan rumus persamaan hubungan nilai pearson correlation ( r )= 1,00. ## Tabel 3.10. hubungan V/C dengan Kecelakaan Tahun Kecelakaan Volume 2017 217 0.41 2016 185 0.34 2015 130 0.33 ## Grafik 3.2. hubungan V/C dengan Kecelakaan ## 4. Kesimpulan 1. Pada penelitian ini kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada jalan Raya Cianjur – Sukabumi, terjadi kecelakaan terbanyak pada tahun 2015 dengan jumlah kejadian 275. 2. Untuk derajat kejenuhan pada ruas jalan Cianjur – Sukabumi pada tahun 2018(0.23).tahun 2017 (0.18) tahun 2016 (0.15) dan 2015 ( 0.11) 3. Untuk kecelakaan kendaraan ringan dan berat sangat dipengaruhi oleh oleh hiuman error serta fator lainnya berdasarkan data dari uni lakalantas polres Cianjur, seperti di tunjukan pada grafik korelasi bahwa jumlah kepadtan relative sedikit tapi pada angka kecelakaan terjadi lumyan besar. 4. Jadi untuk korelasi tingkat kepadatan dengan kecelakaan ada hubungan nya sangat kuat. ## DAFTAR PUSTAKA ## Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Pedoman Teknis Penyelenggaran Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Departemen Perhubungan, 1996. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota, Departemen Perhubungan, 2001. Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jendral Perhubungan Darat, Sistem Transportasi Kota, Jakarta. 1998 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Cianjur 2012 – 2015 Kapolres unit laka lantas Kabupaten Cianjur 2018 http://arpandibidar.blogspot.com/2011/05/pengert ian-lalu-lintas.html selasa 2 juli 2019 http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Li ntas/Definisi_lalu_lintas selasa 2 juli 2019 http://zonageograp.blogspot.com/2011/11/ pengertian-transportasi.html selasa 2 juli 2019 http://www.academia.edu/7423545/1._Pengertian _Sistem_Transportasi selasa 2 juli 2019 http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/0 1/tinjauan-transportasi-secara- umum_31.html selasa 2 juli 2019
9f2ef6b7-b1ca-4f0e-b340-09387d6562dd
https://ejournal.urindo.ac.id/index.php/administrasimanajemen/article/download/4198/1771
## Pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, Kualitas Layanan Surat Keterangan Asal Ekspor Terhadap Kepuasan Eksportir di Wilayah Provinsi DKI Jakarta Destya Hardyka Putri 1) , Arif Haryana 2) , Tina Rosa 3) Universitas Respati Indonesia 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected] ## ABSTRAK Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin adalah dokumen resmi yang menunjukkan negara asal suatu produk atau barang ekspor. Dokumen ini sangat penting dalam perdagangan internasional, termasuk dalam pemenuhan persyaratan pabean, penentuan tarif pajak impor, dan pemantauan perdagangan internasional. Pemerintah Indonesia mengembangkan layanan Sistem Penerbitan Surat Keterangan Asal Elektronik (e-SKA) untuk memberikan kemudahan bagi para eksportir dalam pengajuan untuk penerbitan SKA. Dalam implementasinya ternyata masih terdapat keluhan-keluhan dari eksportir pengguna Sistem e-SKA. Penelitian bertujuan untuk menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh pada kepuasan eksportir pengguna sistem e-SKA, termasuk kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas layanan dalam penerbitan SKA. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui survei terhadap para eksportir di wilayah DKI Jakarta. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan metoda regresi linear berganda dan analisis deskriptif.Dari analisis regresi diperoleh hasil bahwa variabel Kualitas Sistem, variabel Kualitas Informasi, dan variabel Kualitas Layanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Eksportir, baik pengaruh ketiga variabel secara simultan maupun pengaruh masing-masing variabel secara parsial. Kata Kunci : Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, Kualitas Layanan, Kepuasan pengguna sistem, ## Surat Keterangan Asal Barang ## ABSTRACT Surat Keterangan Asal (SKA) or Certificate of Origin is an official document that shows the country of origin of a product or exported goods. This document is very important in international trade, including in the fulfillment of customs requirements, determination of import tax rates, and monitoring of international trade. The Government of Indonesia developed the Electronic Certificate of Origin Issuance System (e-SKA) platform to provide convenience for exporters in applying for SKA issuance. In the implementation of the e-SKA System, however, it turns out that there are complaints from exporters who use it. The study aims to analyze variables that affect the satisfaction of exporters who use the e-SKA system, including system quality, information quality, and service quality in SKA issuance. This study uses data obtained through surveys of exporters in the DKI Jakarta area. Quantitative data analysis was carried out using multiple linear regression methods and descriptive analysis. From the analysis, it was obtained that the System Quality variable, Information Quality variable, and Service Quality variable had a positive and significant influence on Exporter Satisfaction, both the influence of the three variables simultaneously as well as the influence of each variable partially. Keywords: System Quality, Information Quality, Service Quality, User Satisfaction, Certificate of Origin ## 1. Latar Belakang Pengajuan Surat Keterangan Asal dilakukan secara online beberapa hal kendala Keluhan yang dialami eksportir bagi eksportir pemula membutuhkan waktu mempelajari cara menggunakan sistem informasi Surat Keterangan Asal. keamanan hak akses akun Surat Keterangan Asal berakibat tidak dapat login pada sistem Surat Keterangan Asal, terdapat pemblokiran akun Surat Keterangan Asal untuk menyelesaikan dokumen peringatan, kegagalan sistem saat penyimpanan data, dan kurangnya kecepatan koneksi serta stabilitas koneksi saat pengiriman pertukaran data. Pengajuan melalui Sistem Informasi Surat Keterangan Asal sangat membantu para eksportir dalam kegiatan bisnis. Kualitas layanan dilakukan berdasarkan beragam keluhan yang di ungkapkan oleh eksportir mengenai hambatan pada saat menggunakan Sistem Surat Keterangan Asal antara lain penanganan keluhan yang dialami eksportir membutuhkan waktu untuk perbaikan sistem saat eksportir melakukan pengajuan Surat Keterangan Asal serta informasi perlu di lengkapi dengan regulasi yang mendukung menambah pemahaman eksportir. permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Surat Keterangan Asal diungkap oleh (Farid, Krishantoro, 2023: 22) diperlukan standarisasi kebijakan implementasi Surat Keterangan Asal yang baku dalam proses waktu penerbitan Surat Keterangan Asal secara elektronik, terkait meningkatkan Layanan Sistem Surat Keterangan Asal. Pelayanan dapat dikatakan baik bila angka keluhan eksportir dapat berkurang, dalam mendukung keberhasilan sistem untuk pengajuan dokumen SKA. Adapun evaluasi diperlukan penelitian ini akan pentingnya Dokumen Surat Keterangan Asal untuk kegiatan ekspor yang berdampak pada identitas keasalan barang, meningkatkan efesiensi untuk meminimalisir waktu dan biaya dalam proses pengajuan Surat Keterangan Asal, menghindari resiko terjadinya kesalahan dari mulai pengajuan sampai Surat Keterangan Asal diterbitkan, perlu di teliti lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, dan Kualitas Layanan Surat Keterangan Asal Ekspor terhadap kepuasan Eksportir. ## 2. Tinjauan Pustaka ## 2.1. Kualitas Sistem Sistem atau layanan banyak peneliti menggunakan model penerimaan teknologi klasik (model kelanjutan sistem informasi, teori konfirmasi harapan dan model keberhasilan) ketika memeriksa faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan situs web pemerintah secara terus-menerus oleh warga negara, hubungan empiris antara kualitas sistem dalam kualitas layanan, nilai yang dirasakan, dan niat pengguna terus menerus (Lia dan Shangb, 2020). Sistem informasi merupakan sebuah sistem yang bekerja dengan baik untuk mendapatkan hasil output dari pengerjaan para pengguna sistem menurut DeLone & McLean (Amarin dan Wijaksana, 2021). Kualitas Sistem merupakan alat ukur dalam penerapan kesuksesan sistem Informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna (Tulodo dan Solichin, 2019). Sistem dengan adanya internet, sistem digunakan untuk pertukaran informasi ke portal tertentu sesuai dengan ketentuan tujuan dari diadakannya sistem, fungsi dari layanan sistem yang telah disediakan mampu untuk melakukan integrasikan antara aplikasi internal dan eksternal, mampu disesuaikan, kecepatan pengiriman informasi secara efektif, mendukung kolaborasi, menyediakan alat untuk memvisualisasi data serta informasi dan dilengkapi dengan mesin pencari (Beatrix dkk., 2022). Adapun pengukuran indikator kualitas sistem menurut (Irawan dan Wijaksana, 2020) sebagai berikut: Kemudahan Pengguna, Kehandalan Sistem,.Fitur Sistem,.Kecepatan Akses, Keamanan Sistem. ## 2.2. Kualitas Informasi Kualitas informasi merupakan data sebagai objek diolah sedemikian rupa menjadi informasi yang membantu menyempurnakan keputusan yang akan dikaji (Sari dan Wijaksana, 2020). Mirip dengan kualitas sistem, informasi diukur secara subyektif menghasilkan sebuah persepsi atas seberapa pengaruhnya informasi yang diperoleh menentukan kualitas dari isi informasi tersebut (Rusdiana dan Irfan, 2016). Indikator digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna dengan gaya tiruan memperhatikan dari struktur bentuk informasi sistematis, keakuratan informasi, dan relevan (Beatrix dkk., 2022). Kualitas informasi (Irawan dan Wijaksana, 2020) merupakan karakteristik dari informasi yang dihasilkan sistem dengan pengukuran faktor yang mempengaruhi kualitas sistem yaitu Akurat, Bentuk, Ruang Lingkup, Asal Informasi, Relavan. ## 2.3. Kualitas Layanan Kualitas layanan yang dirancang oleh perencana dan pengembang sistem informasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang didukung dengan adanya kualitas layanan sistem informasi berdampak pada informasi yang diterima pengguna dan organisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan komunikasi (Aditya dkk., 2020). Kualitas layanan yang merupakan bentuk dari penilaian para pengguna terhadap tingkat pelayanan atas hasil berharap mampu memenuhi kebutuhan pengguna, apabila penilaian para pengguna merasakan baik dan memuaskan begitupun kualitas layanan di anggap layak untuk digunakan dalam hal ini pada layanan non fisik yang merupakan sistem informasi dan pelayanan secara fisik (Mardiana, 2017). Kualitas fungsi layanan ada empat atribut (kualitas informasi, kapabilitas layanan, interaktivitas, dan daya tanggap) yang terkait dengan bisnis penyediaan apa yang dibutuhkan warga dari layanan publik online (Lia dan Shangb, 2020). Sedangkan kualitas suatu jasa, terdapat dua dimensi antara lain pertama, kualitas dalam hal teknik yang berkaitan pada output jasa yang pahami oleh para pengguna. Dimensi ke dua, kualitas dalam fungsional berkaitan pada penggunaan sistem atau menyangkut proses transfer kualitas teknis, dan hasil akhir jasa dari penyedia jasa ke para pengguna (Ruslin, 2016). Dalam hal kualitas layanan yang dijelaskan oleh Asep dan Badriah (2020), ukuran dalam menentukan kualitas layanan ditentukan layanan yang diberikan berdasarkan harapan dan kebutuhan yang terpenuhi sehingga merasa pada kepuasan. Adapun pengukuran indikator kualitas layanan menurut (Irawan dan Wijaksana, 2020) sebagai berikut: Tanggapan, Bukti Nyata, Kehandalan, Jaminan, Empati. ## Surat Keterangan Asal Penggunaan Sistem Informasi SKA diatur dalam peraturan menteri perdagangan No. 32/M-DAG/PER/5/2015 mengenai Surat Keterangan Asal ada pada pasal 1 ayat 1-2 adalah sebagai berikut : Surat Keterangan Asal ( Certificate of Origin ) yang selanjutnya disingkat SKA adalah dokumen yang membuktikan bahwa barang ekspor indonesia telah memenuhi Ketentuan Asal Barang Indonesia ( Rules of Origin of Indonesia ). Sistem Elektronik SKA yang selanjutnya disebut e-SKA adalah sistem pengajuan dan Penerbitan SKA secara Elektronik. ## 2.4. Kepuasan Eksportir pelayanan sumber daya manusia yang memperlakukan para pengguna sesuai dengan standart operasional perusahaan sesuai dengan visi dan misi dari layanan sistem dan layanan jasa. menurut Delone dan McLean kepuasan pengguna merupakan hasil yang dikeluarkan sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan sehingga dapat dirasakan oleh pengguna (Irawan dan Wijaksana, 2020). Sedangkan (Sari dan Wijaksana, 2020) kepuasan pengguna dirasakan berdasarkan kesesuaian kinerja sistem yang juga didukung kerja nyata dari sisi pelayanan. Sedangkan menurut (Armeliadinda dan Azis 2020) menjabarkan mengenai kepuasan pengguna dapat mengukur estimasi hasil dari kinerja sistem merujuk keberhasilan sistem informasi dapat membantu pengguna memperoleh informasi yang bermutu.Dan parameter kepuasan pelanggan menurut (Meriana dan Rosa, 2018), hal yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna dengan memperbaiki fasilitas, mengembangkan model akan menambah frekuensi jumlah pemakaian. begitupun pada kesuksesan sistem dilihat dari kenyamanan pengguna dalam pemakaian sebuah sistem akan dilihat berhasil bila terus digunakan, dan selalu melakukan perbaikan, perubahan dan pengembangan sistem untuk kenyamanan pengguna memenuhi kebutuhan dan harapan eksportir. Dalam buku pengukuran model kesuksesan sistem informasi (Pratomo, 2021), tingkat kepuasan diliat dari laporan, situs web, dan layanan sebagai dukungan mencapai kepuasan pengguna merupakan tingkat kepuasan pada saat menggunakan sistem informasi sehingga dianggap sebagai keberhasilan sistem informasi mencapai tujuan untuk kepuasan pengguna. Adapun pengukuran indikator kualitas layanan menurut (Irawan dan Wijaksana, 2020) sebagai berikut: Kepuasan Menyeluruh, Kepuasan Informasi, Kepuasan Berulang. ## 4. Teknik Analisa Data Desain Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil variabel dan indikator untuk selanjutnya dapat dianalisis. ## Analisis Kesesuaian Model Regresi Diketahui nilai korelasi ganda atau R sebesar 0,730 nilai tersebut berada diantara 0,60-0,799 hal tersebut dapat diartikan bahwa variabel Kualitas Sistem (X 1 ), Kualitas Informasi (X 2 ), dan Kualitas Layanan (X 3 ) memiliki hubungan yang kuat dengan variabel Kepuasan (Y). Hal ini dapat diartikan bahwa total pengaruh yang diberikan oleh variabel Kualitas Sistem (X 1 ), Kualitas Informasi (X 2 ), dan Kualitas Layanan (X 3 ) terhadap Kepuasan (Y) Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,526. Didapatkan nilai F tabel 2,650. Dari hasil uji F diketahui nilai F hitung sebesar 74,692 > 2,650 (F tabel ) dan sig. sebesar 0,000 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa secara simultan variabel Kualitas Sistem (X 1 ), Kualitas Informasi (X 2 ), dan Kualitas Layanan (X 3 ) berpengaruh terhadap Kepuasan (Y). ## 5. Hasil Analisis Deskriptif dan Hasil Analisis Hipotesis Pengaruh Kualitas Sistem Surat Keterangan Asal Ekspor Terhadap Kepuasan Eksportir pada wilayah Prov. DKI Jakarta. Hasil Indikator dilihat dari skor rata- rata pada variabel Kualitas Sistem di masing-masing indikator sebagai berikut: Kemudahan memiliki nilai persentase 74,8% menunjukan website Elektronik Surat Keterangan Asal dapat di akses dengan mudah di berbagai browser dengan syarat koneksi dan stabilitas internet lancar mampu mengaksesnya. data dan informasi yang sistematis saat melakukan pengisian pengajuan Surat Keterangan Asal. Keandalan memiliki nilai persentase 76.4% menandakan koneksi sistem dapat diakses dengan berbagai provider jaringan komunikasi. stabilitas dan koneksi internet mendukung dalam kecepatan menerima respon sistem dan masa pengembangan sistem serta perbaikan sistem yang dikarenakan bug sistem akibat dari kesalahan coding atau kode-kode program. Fitur memiliki nilai persentase yang sama pada indikator kemudahan dengan persentase fitur yaitu 74.8% hasil ini dirasakan oleh eksportir peluncuran implementasi sistem Surat Keterangan Asal terbaru belum cukup dikenal dengan mudah membutuhkan waktu untuk cara penggunaan dan mengetahui fungsi ketersediaan tampilan sistem saat pengisian pengajuan dokumen. Kecepatan Akses memiliki nilai persentase 76.6% hal ini tentu menandakan pertukaran data akan cepat bila semakin besar mbps (megabit persecond) semakin besar koneksi dan stabilitas kecepatan akses transfer data dalam jaringan komputer/laptop. Keamanan Sistem memiliki nilai persentase 76.3% sistem dengan verifikasi data harus menyesuaikan kesamaan data dengan sistem lain yang saling berintegrasi data untuk menunjukan keabsahan dokumen surat keterangan asal dapat dipastikan originalitas sebagai bukti identitas keasalan barang dengan jaminan mencegah penolakan karna ketidaksamaan data. Hipotesis menghasilkan nilai yang dapat dianalisis dengan model koefisien regresi sebesar 0,277 dinyatakan signifikan pada t hitung sebesar 5,971 > 1,972 t tabel dan sig. sebesar 0,000 < 0,05. Kualitas sistem menjadi salah satu alat pendukung yang berperan penting dalam aktivitas pertukaran data ekspor sehingga pengaruh Kualitas sistem ada pada Kemudahan Sistem, dimana dalam mengakses sistem peneliti memiliki simpulan alternatif bisa diakses melalui aplikasi khusus yang dapat di download pada playstore tentu dengan keterbatasan khusus dengan tetap memperhatikan keamanan hak akses dan penggunaannya. Kualitas Sistem menjadi lebih baik bila meningkatkan mutu dari sisi pertukaran data untuk menghasilkan kualitas informasi yang diharapkan mampu mengurangi angka pencabutan/penolakan dokumen penerbitan surat keterangan asal eksportir yang dikarenakan kesalahan informasi sistem, didukung konektivitas dan stabilitas kecepatan respon dengan dibantu adanya fasilitas layanan sebagai dukungan pelayanan teknis, adanya masalah jaringan, adanya kecacatan perangkat lunak yang berdampak pada penggunaan sistem disebabkan bug system atau kesalahan code pada saat membuat program, perancangan sistem, implementasi sistem, berakibat kesalahan data, serta kapasitas server penuh berakibat gagal terhubung dengan server. Hasil penelitian ini di sesuaikan oleh G. Beatrix (2022) menjelaskan Sistem Informasi dapat dikatakan baik dengan memberikan kemudahan dan akurasi informasi terkait integrasi sistem, pengolahan data, mempercepat proses hasil yang optimal, bermanfaat bagi perusahaan sebagai proses pengambilan keputusan menjadi bentuk kepuasan pengguna. Pengaruh Kualitas Informasi Surat Keterangan Asal Ekspor Terhadap Kepuasan Eksportir pada wilayah Prov. DKI Jakarta. Hasil Indikator dilihat dari skor rata- rata pada variabel Kualitas Informasi di masing-masing indikator sebagai berikut: Akurat memiliki nilai persentase 75% menunjukan informasi yang diperoleh dapat di interpretasikan secara data, informasi, dan aktual. informasi yang dihasilkan sistem tidak kehilangan fungsi dan tujuannya untuk proses pengeluaran barang sebagai identitas keasalan barang. Dari hasil rata-rata indikator keakuratan hal ini menunjukan bahwa informasi yang dihasilkan memenuhi kebutuhan dan harapan eksportir selain memenuhi persyaratan ketentuan kebijakan. Bentuk Informasi memiliki nilai persentase 74% penerbitan Surat Keterangan Asal memudahkan eksportir dari sisi manfaat pertukaran data yang tidak mengharuskan melakukan pencetakan bentuk hardcopy file sehingga efesien waktu dan biaya pembelian blangko form. fungsi penerbitan Surat Keterangan Asal dijamin keakuratan data dan informasi sah digunakan negara tujuan dalam proses pengeluaran barang dan pembebasan biaya masuk. Ruang Lingkup dengan hasil rata-rata persentase 73% dengan hasil ini merupakan bagian- bagian yang terpenting dan saling berkaitan dari proses pengajuan dokumen SKA hingga mendapatkan persetujuan pengeluaran barang ekspor. identitas perusahaan dan identitas barang menjadi satu kesatuan informasi yang akurat, jelas, dan detail dalam kelancaran kegiatan ekspor. Asal Informasi memiliki nilai persentase 77% menandakan pengajuan SKA memiliki persyaratan wajib yang dijadikan mandatory sistem dan pengembang sistem akan melakukan perubahan sistem menyesuaikan kebijakan kebijakan baru. Relavan memiliki nilai persentase 74% dengan keterlambatan pengajuan Surat Keterangan Asal yang tidak sesuai dengan tanggal dokumen keberangkatan kapal menjadi suatu masalah yang dipertanyakan oleh penerima barang di negara tujuan sehingga sistem memberikan tanda adanya issued retroactively mencegah anggapan bahwa barang yang diekspor ilegal dan tidak sah karena kekurangan dokumen persyaratan ekspor berakibat barang dikembalikan ke indonesia. struktur biaya dengan hasil penentuan kategori origin criterion dan ketentuan waktu untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara praktisi. Hipotesis menghasilkan nilai yang dapat dianalisis dengan model koefisien regresi sebesar 0,322 dinyatakan signifikan pada t hitung sebesar 6,210 > 1,972 t tabel dan sig. sebesar 0,000 < 0,05. Akan hal ini menyatakan ada pengaruh yang signifikan Kualitas Informasi terhadap kepuasan eksportir. pengaruh tersebut Kulitas Informasi sebagai tolok ukur dari keberhasilan sistem dalam memenuhi kebutuhan eksportir. sistem Pengajuan Surat Keterangan Asal dalam pengisian diperlukan informasi yang mendasar dari ketentuan mandatory sistem dan asal informasi, sehingga dalam hal memperoleh informasi didukung dengan kualitas layanan sistem dan pelayanan teknis sangat berperan penting dalam membantu memberikan informasi dengan tindakan menjelaskan maksud dan fungsi atas ketersediaan input data yang akan menjadi output data dan informasi, memberikan arahan sebab dan akibat atas kendala informasi yang tidak valid dengan solusi alternatif sesuai dengan kebijakan yang berlaku tentu dilakukan pada implementasi penggunaan sistem yang ada. Sehingga dalam hal ini menjadi pertimbangan para pengembang sistem dalam meningkatkan tiga indikator tersebut dalam mengembangkan Kualitas Informasi guna menghasilkan informasi yang digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh pihak yang saling berkaitan. Pengembangan sistem bertugas sebagai perencana, dan Analisis Sistem tentu juga akan mempertimbangkan beberapa langkah kedepan dengan memperhatikan dari sisi manajemen resiko yang mungkin dapat terjadi sebagai bentuk perlindungan kepada Eksportir di setiap melakukan kegiatan Ekspor. hal ini peneliti bisa memberikan solusi alternatif dengan bahwa informasi sistem yang diterima eksportir dapat diberikan peraturan kebijakan bersamaan yang berkaitan sebagai alasan penolakan/pencabutan sehingga dengan hal ini membantu menambah pengetahuan Eksportir sebagai langkah dasar merujuk pada Kualitas Informasi. Hasil penelitian ini didukung oleh irawan dan wijaksana (2020) Kualitas Informasi merupakan karakteristik yang dikeluarkan untuk mengukur hasil informasi yang telah disediakan sistem. Pengaruh Kualitas Layanan Surat Keterangan Asal Ekspor Terhadap Kepuasan Eksportir pada wilayah Prov. DKI Jakarta. Hasil Indikator dilihat dari skor rata- rata pada variabel Kualitas Layanan di masing-masing indikator sebagai berikut: Tanggapan memiliki nilai persentase 77% dasar dalam melakukan pekerjaan pelayanan memiliki standarisasi operasional perusahaan tentunya dalam penanganan teknisi sebab kecepatan tanggapan pelayanan kepada pengguna akan berdampak pada tingkat level loyalitas dan kredibilitas terhadap hasil kerja yang dapat memenuhi kebutuhan eksportir guna mencapai kepuasan eksportir. Bukti Nyata memiliki nilai persentase 77% pelayanan tim teknis sudah sangat baik dalam mengupayakan pengembangan sistem merujuk pada keberhasilan sistem untuk menghasilkan data dan informasi serta penanganan perbaikan dokumen untuk eksportir dapat mengajukan Surat Keterangan Asal yang sama dari sebelumnya artinya pada saat melakukan tindakan perbaikan menyesuaikan dengan bahasa yang menyesuaikan pemahaman dengan eksportir untuk mudah di pahami. Kehandalan memiliki nilai persentase 75% kemudahan mendapatkan komunikasi langsung secara layanan sistem di prioritaskan bertujuan untuk kelancaran pengajuan Surat Keterangan Asal dan memonitoring sistem dalam mencegah masalah sistem terjadi yang membutuhkan waktu sesuai pada tingkat permasalahan sistem yang dialami eksportir. sistem menghasilkan fungsi yang dapat dibuktikan dengan jumlah penerbitan dokumen Surat Keterangan Asal secara pertukaran data elektronik. Jaminan memiliki persentase 77% hal ini jaminan yang diberikan oleh tim teknis SKA ada pada konsistensi penanganan sesuai dengan waktu yang telah di informasikan oleh pelayanan, difaktori oleh tindakan Empati disertakan oleh kemampuan yang ahli di bidang permasalahan sistem tersebut. informasi yang dihasilkan sistem layanan penerbitan Surat Keterangan Asal dapat digunakan untuk memperoleh klaim pembebasan bea masuk di negara tujuan sebab isi dokumen tersebut sudah menyesuikan dengan akumulasi biaya serta dinyatakan benar dan sah oleh pihak instansi terkait. Empati memiliki nilai persentase 76% pelayanan SKA diharuskan memiliki kemampuan multitasking dalam menerima segala informasi eksportir, guna mencegah resiko yang terjadi pada eksportir bila tidak sesuai dengan ketentuan sistem dan kebijakan yang berlaku. Hipotesis menghasilkan nilai yang dapat dianalisis dengan model koefisien regresi sebesar 0,268 dinyatakan signifikan pada t hitung sebesar 5,420 > 1,972 t tabel dan sig. sebesar 0,000 < 0,05. Akan hasil ini menyatakan adanya pengaruh antara kualitas layanan terhadap kepuasan eksportir. kualitas layanan akan mempengaruhi peningkatan kualitas sistem dan kualitas informasi, sebagai garda depan yang menerima segala keluhan eksportir akan kendala sistem dalam hal ini peran utama ada pada layanan sistem dan pelayanan dari sumber daya manusia tidak lain adalah tim teknis yang menangani, mengidentifikasi, dan menyelesaikan permasalahan sistem. Sehingga tindakan yang diperlukan berupa tindakan empati didasari dengan keterampilan, ahli hingga expert dalam menangkap pengetahuan prosedur surat keterangan asal sehingga pengetahuan yang diperoleh pelayanan surat keterangan asal tidak hanya dalam tindakan perbaikan secara teknis melainkan pengetahuan kebijakan perlu di tingkatkan oleh pelayanan teknis surat keterangan asal, bertujuan sebagai dasar informasi yang valid dalam mencapai tujuan ekportir mampu menggunakan sistem penerbitan surat keterangan asal guna mencapai kebutuhan eksportir sesuai yang diharapkan. Hal ini disesuaikan oleh G. Beatrix (2022) menjelaskan Kualitas Layanan dengan dukungan organisasi sistem informasi dan dukungan IT membantu penyelesaian masalah memberikan manfaat kepada pengguna dan meningkatkan keberhasilan sistem yang dirasakan mampu memenuhi harapan dan kebutuhan yang dirasakan oleh pengguna. Pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, Kualitas Layanan Surat Keterangan Asal Ekspor Terhadap Kepuasan Eksportir pada wilayah Prov. DKI Jakarta. Hasil Indikator dilihat dari skor rata- rata pada variabel Kepuasan Eksportir perihal Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, dan Kualitas Layanan Surat Keterangan Asal di masing-masing indikator sebagai berikut: Kepuasan Menyeluruh (Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, Kualitas Layanan) memiliki nilai persentase 79% diperoleh dengan taraf puas eksportir merasakan penggunaan Sistem Penerbitan Surat Keterangan Asal, sistem di rancang dengan adanya tujuan memudahkan pengguna dalam mengakses pengajuan Surat Keterangan Asal, dan hasil sistem menandakan akan fungsi peran sistem dengan karakteristik sistem yang saling terhubung dengan pertukaran data pada instansi lain dapat terealisasikan dengan baik. Kepuasan Informasi memiliki nilai persentase 79% diperoleh dengan taraf puas eksportir merasakan hasil informasi penerbitan Surat Keterangan Asal, bentuk informasi secara jenis cetakan maupun elektronik sah dan diakui oleh negara serta valid kesesuaian data dan informasi. fungsi dokumen Surat Keterangan Asal dapat digunakan sebagaimana mestinya memperoleh fasilitas yang telah di sepakati antar negara tertentu. fasilitas pembebasan bea masuk akan berlaku terealisasi eksportir mengajukan dokumen Surat Keterangan Asal yang menyesuaikan dengan ketentuan origine criterion yang ditentukan dari identitas bahan baku komponen barang yang akan di ekspor dan menekan biaya produksi dengan hal begitu akan meningkatkan daya saing, namun perihal besarnya biaya tarif preferensial tentu berbeda menyesuaikan pada kebijakan kesepakatan antar negara. Kepuasan Berulang (Layanan) memiliki nilai persentase 79% diperoleh dengan taraf puas eksportir merasakan hasil informasi penerbitan Surat Keterangan Asal, pelayanan dapat menyelesaikan keluhan permasalahan yang dialami eksportir pada saat terjadi kendala sistem dan memberikan arahan maksud dari pengisian dalam menu sistem sesuai dengan ketentuan serta memberitahukan informasi dengan form ekspor ke negara tertentu mengalami update perubahan kebijakan terbaru dimana sistem ikut menerapkan penyesuaian terbaru mengikuti ketentuan hingga tindakan pelayanan teknis memberikan pop- up pada sistem. layanan sistem dan pelayanan teknis mampu memberikan dukungan pelayanan publik sesuai yang dibutuhkan eksportir dalam proses berjalannya kegiatan ekspor tentu sebagai salah satu syarat ekspor yang dibuktikan dengan persetujuan penerbitan oleh instansi berwenang. Hipotesis menghasilkan nilai yang dapat dianalisis dengan model koefisien regresi sebesar 5,284 dinyatakan signifikan pada F hitung sebesar 74,692 > 3,042 F tabel dan sig. sebesar 0,000 < 0,05. Keseluruhan hal diatas dilihat secara praktisi, eksportir dalam menyampaikan pertukaran data dan informasi dapat diterima di negara tujuan secara rinci dan detail, kendala sistem yang terjadi akibat dari konektivitas dan stabilitas internet dapat dibantu oleh layanan tim teknis sehingga sistem Surat Keterangan Asal dapat berjalan lebih baik, melayani eksportir mencapai kebutuhan mendapatkan informasi yang berfungsi secara keabsahan dan diakui keakuratan data serta kegunaan informasi. perbaikan kendala sistem yang sekiranya belum dapat memenuhi standarisasi aturan pusat data sistem informasi kementerian perdagangan sebagai pihak berwenang, sehubungan belum ada kebijakan yang menentukan standar waktu dalam proses penerbitan surat keterangan asal oleh pihak berwenang. Hal ini didukung oleh (Farid dan Krishantoro, 2023) mengungkapkan salah satu upaya dalam meningkatkan kemudahan mendapatkan dokumen surat keterangan asal salah satunya Instansi Penerbit surat keterangan asal dapat membuat Standarisasi Operasional Ketepatan Waktu dalam Penanganan Kendala Sistem serta Pengembangan Sistem untuk memproses hingga menerbitkan surat keterangan asal. Keahlian dalam menangani permohonan surat keterangan asal akan sangat mempengaruhi kepuasan eksportir, layanan yang responsif memberikan bantuan dan solusi memberikan dampak pembaharuan sistem yang memadai, efektif dan efesien. Jika ketiga aspek Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, dan Kualitas Layanan ditingkatkan, dapat pula meningkatkan kepercayaan pelaku usaha serta meningkatkan kegiatan ekspor yang mengacu pada kemudahan proses ekspor dari sisi birokrasi dengan adanya Electronic Data Interchange menjadi sebuah jaminan bahwa ekspor yang dilakukan telah memenuhi persyaratan regulasi, berada di bawah pengawasan pihak berwenang dalam memastikan dokumen surat keterangan asal sesuai dengan ketetapan yang berlaku. ## 6. Kesimpulan dan Saran ## 6.1. Kesimpulan kesimpulan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara singkat dari hasil pengujian Analisis Data, Hipotesis Parsial dan Hipotesis Simultan yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan: 1. Pengaruh Kualitas Sistem berpengaruh positif terhadap Kepuasan Eksportir. 2. Pengaruh Kualitas Informasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Eksportir. 3. Pengaruh Kualitas Layanan berpengaruh positif terhadap Kepuasan Eksportir. 4. Pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, dan Kualitas Layanan Surat Keterangan Asal Ekspor berpengaruh positif terhadap Kepuasan Eksportir. 6.2. Saran 1. Penggunaan teknologi digital memudahkan komunikasi antar beberapa hal yang saling berkaitan dalam menjalankan aktivitas bisnis, mengembangkan strategi pemasaran membuka jalan para pelaku usaha kecil menengah untuk memperbesar ruang lingkup bisnis. 2. Penelitian IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) salah satu sarana dan prasarana mendukung peningkatan daya inovasi dan kreatifitas serta didukung dengan peraturan kebijakan yang selalu berubah-ubah dapat menuntun Sumber Daya Manusia yang berkualitas pada segi kemampuan dalam mengoperasikan sistem informasi dan teknologi. ## DAFTAR PUSTAKA Aditya, H. N. H., Nurmalasari, N. dan Hendri, H. (2020) ‘Succes Analysis of Kitabisa Mobile Application Information System By Using DeLone and McLean Models’, Jurnal Pilar Nusa Mandiri , 16(1), pp. 81–88. Amarin, S. dan Wijaksana, T. I. (2021) ‘Pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Pada Pengguna Aplikasi Berrybenka di Kota Bandung)’, Business Management Analysis Journal (BMAJ) , 4(1), pp. 37–52. doi: 10.24176/bmaj.v4i1.6001. Armeliadinda dan Azis, Elvira (2020) ‘Pengaruh Kualitas Informasi, Kualitas Sistem, Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pengguna Aplikasi Pajak (Studi Kasus pada aplikasi SAMBARA di Jawa Barat)’, Jurnal ntof e-Proceeding of Manageme , 7(2), pp. 2406–2415. Asep Nurwanda dan Badriah, E. (2020) ‘Analisis Program Inovasi Desa dalam Mendorong Pengembangan Ekonomi Lokal oleh Tim Pelaksana Inovasi Desa (PID) di desa bangunharja kabupaten ciamis’, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara , 7(1). Beatrix, G. (2022) ‘Tinjauan Pustaka Sistem Informasi Perusahaan Kepuasan Pengguna : Analisis Kualitas Data , Machine Translated by Google’, Dinasti International Journal Of Digital Business Management , 3(April), pp. 593–600. Irawan, A. dan Wijaksana, T. I. (2020) ‘The Effect of Information Quality, System Quality and Service Quality on Student Satisfaction’, JUMBO: Jurnal Manajemen, Bisnis dan Organisasi , 4(1), pp. 30–38. Lia, Y dan Shangb, H. (2020) ‘Machine Translated by Google Manajemen informasi government : Bukti empiris dari China Machine Translated by Google’, 57. Mardiana (2017) ‘Analisis Efektifitas dan Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Musi Banyuasin’, Jurnal Politeknik Sekayu , 6(1). Meriana dan Rosa, T. (2018) ‘Korelasi Promosi Dan Harga Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Usaha Toko Bunga Agung Florist’, Jurnal Administrasi dan Manajemen , 11(1), pp. 777–786. Pratomo, A. H. (2021) ‘Analisis Kebutuhan Pelanggan dengan Pendekatan Quality Function Deployment dalam Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen’, Industrial Engineering Journal of the University of Sarjanawiyata Tamansiswa (IEJST) , 5(1). Purwoko, S. dan Haryana, A. (2021) ‘Pengaruh Kemasan, Kualitas Dan Harga Produk Susu Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan PT. Dwimitra Usaha Global’, Jurnal Administrasi dan Manajemen , 10(2), pp. 117–126. doi: 10.52643/jam.v10i2.1130. Rusdiana, A. dan Irfan, M. (2016) Sistem Informasi Manajemen . Bandung: Pustaka Setia. Ruslin, E. D. (2016) ‘Pengaruh Kualitas Pelayanan, Fasilitas dan Harga terhadap Keputusan Pelanggan untuk Menggunakan Jasa Hotel Oval Surabaya’, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen , 16(2). Salon, P. P . (2016) ‘Liris Roesa Selvias, Sularto, dan Nurminingsih (2016)’, 8(2), pp. 420–427. Sari, N. dan Wijaksana, T. I. (2020) ‘Aplikasi OLX Effects of Information Quality , System Quality and Service Quality on User Satisfaction with Olx applications’, e-Proceeding of Management , 7(2), pp. 6520–6536. Sugiyono (2018) Metode Penelitian Kuantitatif . Bandung: Alfabeta. Tulodo, B. A. R. and Solichin, A. (2019) ‘Analisis Pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi dan Perceived Usefulness terhadap Kepuasan Pengguna Aplikasi Care dalam Upaya Peningkatan Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Malacca Trust Wuwungan Insurance, Tbk.)’, Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) , 10(1), pp. 25–43. Farid.I, Krishantoro. (2023). "Analisis Implementasi Kebijakan Penerbitan Surat Keterangan Asal Elektronik di Instansi Penerbitan Surat Keterangan Asal Kota Jakarta Timur". Administrasi Publik. Institute Ilmu Sosial dan Manajemen, Indonesia. https://ojs.stiami.ac.id/index.php/JUMAI P/article/view/2994
fe3acd9e-d2d2-41d0-a752-928e5f48fadd
https://ejournal.bappeda.bantenprov.go.id/index.php/jkpd/article/download/151/144
## PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PENGELOLAAN LIMBAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM ( Pleurotus ostreatus ) DI DESA SINDANGSARI, ## KECAMATAN PABUARAN, KABUPATEN SERANG ## CLEANER PRODUCTION IN WASTE MANAGEMENT OF OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) CULTIVATION IN SINDANGSARI VILLAGE, PABUARAN SUBDISTRICT, SERANG DISTRIC Tauny Akbari, Moch Chairul Anwar Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Banten Jaya Jl.Ciwaru II No.73 Kota Serang - Provinsi Banten [email protected] (disubmit 8 November 2021, direvisi 3 Januari 2022, diterima 5 April 2021) ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penerapan produksi bersih pada pengelolaan limbah budidaya jamur tiram. Pengamatan dilakukan pada salah satu usaha budidaya jamur tiram di Desa Sindangsari Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang. Metode yang digunakan untuk menganalisis alternatif penerapan produksi bersih adalah quick scanning terhadap keseluruhan proses produksi budidaya jamur tiram. Hasil identifikasi sumber limbah menunjukkan bahwa tahapan produksi yang berpotensi menimbulkan limbah adalah pembuatan baglog, perebusan dan sterilisasi media tanam, serta penanaman bibit jamur. Berdasarkan penentuan skala prioritas opsi produksi bersih diperoleh hasil urutan prioritas penerapan produksi bersih pada usaha budidaya jamur tiram yaitu (1) memanfaatkan arang sisa pembakaran sebagai pupuk, (2) mengolah limbah media tanam sebagai material kompos, (3) penggunaan kembali plastik bekas layak pakai sebagai baglog, dan (4) mendesain tungku pembakaran ramah lingkungan. Pembudidaya jamur tiram dapat menerapkan produksi bersih berdasarkan urutan skala prioritas tersebut sehingga usaha budidaya jamur tiram tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga menguntungkan secara lingkungan. Kata Kunci: Produksi bersih, pengelolaan limbah, budidaya jamur tiram. ## ABSTRACT The aims of this research are to identify and analyze the application of cleaner production in waste management of oyster mushroom cultivation. Observations were held in one of oyster mushroom cultivation in Sindangsari Village, Pabuaran Subdistrict, Serang District. The research method used to analyze the alternative application of cleaner production was quick scanning of the entire production process of oyster mushroom cultivation. The results of waste identification indicate that some stages of oyster mushroom production process have the potential to cause waste, which are making baglog, boiling and sterilizing planting media, and planting mushroom seeds. Based on the determination of the priority scale for cleaner production options, the results obtained in order of priority on the application of clean production in the oyster mushroom cultivation business, namely (1) utilizing charcoal from combustion residues as fertilizer, (2) processing planting media waste as compost material, (3) reuse of used plastics suitable for use as a baglog, and (4) designing an environmentally friendly combustion furnace. Oyster mushroom cultivators can apply clean production based on the order of priority so that the oyster mushroom cultivation business is not only economically profitable, but also environmentally beneficial. Keywords: Cleaner production, waste management, oyster mushroom cultivation. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License Copyright © 2022 Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah. All rights reserved ## PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi Kabupaten Serang memiliki empat sektor unggulan pada periode 2015-2019, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor industri pengolahan; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; serta sektor jasa pendidikan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Serang dengan angka Location Quotient (LQ) paling besar yaitu 1,56, namun analisis Shift Share (SS) menunjukkan bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang rendah (Hasanah, et.al., 2021). Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian diperlukan pengembangan komoditas yang memiliki daya saing tinggi, peluang pasar terbuka luas, permintaan konsumen tinggi dan mudah dibudidayakan. Salah satu komoditas yang memenuhi kriteria tersebut adalah jamur tiram (Rahayuningsih, 2020; Untari, 2020). Jamur tiram merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi karena memiliki kandungan gizi lebih bagus dibandingkan dengan jenis jamur lainnya. Jamur tiram disukai masyarakat karena rasanya yang enak, dipercaya mempunyai khasiat obat, dan baik untuk pencernaan. Jamur tiram mempunyai banyak manfaat, nilai ekonomi tinggi dan dapat dibudidayakan dengan teknologi sederhana (Zikri, et.al., 2015). Penelitian mengenai profil usaha jamur tiram telah dilakukan di Kecamatan Cadasari dan Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang. Kegiatan usaha budidaya jamur tiram meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, persiapan bibit, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, perawatan, panen dan pasca panen. Harga pokok produksi ditentukan berdasarkan analisis full costing sebesar Rp. 9.654/Kg. Petani jamur tiram akan mengalami titik impas ketika nilai break event point harga jual sebesar Rp.9.504/Kg dan break event point produksi sebanyak 1.675 Kg berdasarkan harga jual jamur tiram dari produsen dengan nilai Rp.10.000/Kg (Manhattan, 2018). Hasil studi Jayawardhana dan Aulawi (2017) di Kabupaten Garut, mengemukakan bahwa terdapat beberapa aspek yang diperhatikan sebagai parameter mengevaluasi usaha budidaya jamur tiram, yaitu: aspek pasar, aspek teknis dan operasional, aspek manajemen, aspek finansial, dan aspek lingkungan. Berdasarkan aspek pasar, Kabupaten Garut masih memiliki sekitar 60% peluang pasar untuk mendirikan usaha budidaya jamur tiram. Pada aspek teknis, operasional budidaya jamur dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruangan di sekitar rumah. Dari segi manajemen, pengelolaan budidaya jamur dapat dilakukan dengan tidak melibatkan banyak pihak. Aspek finansial diketahui bahwa budidaya jamur tiram dapat menghasilkan keuntungan hingga 23% dari modal yang dikeluarkan. Berdasarkan aspek lingkungan, budidaya jamur tiram berdampak baik bagi lingkungan sekitar. Analisis SWOT yang dilakukan di Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, memberikan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha jamur tiram, yaitu 1) Meningkatkan produksi jamur tiram sesuai dengan kebutuhan pasar, 2) Menjaga hubungan baik atau menjalin kemitraan, 3) Mamanfaatkan program dan bantuan yang diberikan pemerintah untuk pemberdayaan dan pengembangan usaha serta mengatasi persoalan permodalan, 4) Meningkatkan kualitas jamur tiram untuk mengatasi beredarnya produk substitusi dan pesaing 5) Peningkatan penggunaan alat produksi untuk mencapai esisensi biaya produksi dan 6) Perlu dilakukannya promosi untuk mengatasi pesaing (Yayah, 2018). Meskipun penelitian mengenai profil usaha dan strategi pengembangan telah dilakukan, namun belum dilakukan penelitian mengenai pengelolaan limbah budidaya jamur tiram. Pengelolaan limbah tersebut dapat dilaksanakan melalui penerapan produksi bersih pada usaha budidaya jamur tiram. Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu. Oleh karena itu, strategi tersebut perlu untuk diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan bahan baku, energi dan air, sehingga dapat meningkatkan performasi lingkungan melalui pengurangan sumber- sumber limbah serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan, namun tetap efektif dari segi biaya (UNEP, 2013). Saat ini belum ada penelitian mengenai produksi bersih pada budidaya jamur. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan diantaranya pada industri kerupuk dan industri tahu. Pada industri kerupuk, penerapan produksi bersih yang layak dilakukan adalah modifikasi tungku sehingga dapat menghemat bahan bakar kayu hingga 5% (Probowati dan Burhan, 2011). Sedangkan pada industri tahu dapat diterapkan produksi bersih berupa modifikasi tungku yang dilengkapi cerobong asap, modifikasi alat penyaringan dengan mesin dan pembangunan instalasi digester untuk penghasil biogas (Djayanti, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penerapan produksi bersih pada pengelolaan limbah salah satu usaha budidaya jamur tiram di Kabupaten Serang, yaitu dengan menentukan opsi-opsi produksi bersih yang mungkin diterapkan atau tidak pada industri jamur tiram, ditinjau dari kemudahan dalam melaksanakan, opsi biaya, dan dilihat dari sisi manfaat lingkungannya apabila opsi tersebut diterapkan. Selanjutnya menentukan skala prioritas dari opsi-opsi produksi bersih yang telah ditentukan. ## METODE PENELITIAN Pengamatan dilakukan pada salah satu usaha budidaya jamur tiram di Desa Sindangsari Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang. Metode yang digunakan untuk menganalisis alternatif penerapan produksi bersih adalah quick scanning terhadap keseluruhan proses produksi budidaya jamur tiram (Indrasti dan Fauzi, 2009; Oginawati, 2015). Tahapan penelitian diawali oleh pengumpulan data melalui observasi lapangan, dan wawancara, lalu dilanjutkan dengan tahap analisis menggunakan metode quick scan (Akbari dan Leni, 2021) yang meliputi: 1. Identifikasi proses produksi budidaya jamur tiram. 2. Analisis alternatif perbaikan produksi bersih, yaitu menentukan opsi-opsi produksi bersih yang mungkin diterapkan atau tidak pada budidaya jamur tiram. 3. Analisis kelayakan teknis untuk menentukan prioritas opsi produksi bersih ditinjau dari kemudahan dalam melaksanakan, opsi biaya dan manfaat serta dampak terhadap lingkungan jika opsi tersebut diterapkan. Penentuan prioritas didasarkan pada skala penilaian yang dimuat dalam Tabel 1. ## Tabel 1 Skala penilaian penentuan prioritas opsi produksi bersih Skala Teknis Ekonomi Lingkungan 3 Mudah sekali untuk dilaksanaka n. Memberik an nilai tambah yang signifikan . Memberikan efek yang signifikan terhadap perbaikan lingkungan. 2 Relatif mudah untuk dilaksanaka n. Sedikit nilai tambah ekonomi. Sedikit efekterhadap perbaikan lingkungan. 1 Sulit untuk dilaksanaka n. Tidak ada nilai tambah. Tidak ada efek terhadap perbaikan lingkungan. Opsi yang memiliki total nilai terbesar maka menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Jamur Tiram Hasil identifikasi proses produksi jamur tiram,adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan serbuk kayu. Salah satu faktor penting dalam budidaya jamur tiram yaitu pemilihan serbuk kayu untuk pembuatan media tanam baglog. Umumnya _ budidaya _ jamur _ tiram me man - faatkan limbah gergajian kayu sengon atau albasiah. Jenis kayu ini dapat mempersingkat masa inkubasi karena daya rambatnya lebih cepat dibandingkan jenis kayu keras. Serbuk kayu sengon dimanfaatkan untuk media jamur tiram karena ketersediaannya melimpah. Kayu ini banyak dipakai untuk bahan bangunan. Usia tumbuh kayu ini relatif lebih singkat dibandingkan jenis kayu lain. Serbuk kayu yang akan digunakan untuk budidaya jamur tiram harus bersih dari kotoran pasir dan kerikil. (Asegab, 2011) . 2. Pencampuran serbuk kayu, dedak dan air bersih. Bahan serbuk kayu (75%), dedak (25%) dicampur merata dengan air hingga kadar air dalam campuran sebesar 60%. (Zulfarina, dkk, 2019). Kadar Jumlah air cukup dapat diketahui dengan cara menggenggam campuran media. Jika terdapat rembesan air, berarti campuran terlalu basah, sedangkan jika campuran mudah pecah berarti kandungan airnya kurang. 3. Perebusan dan pendinginan. Serbuk yang sudah tercampur rata dengan dedak lalu direbus untuk menguatkan percampuran dengan dedak selama 8 jam perebusan, ketika sudah 8 jam, serbuk diangkat dan didinginkan selama 8 jam pula. ## 4. Pengomposan. Pengomposan dilakukan selama 1-3 hari. Langkah ini perlu dilakukan untuk "melunakkan" media. Untuk mempercepat proses pengomposan dilakukan penambahan 0,1% b/v larutan EM4 murni (tanpa diencerkan) ke dalam air sebelum media diaduk. 5. Pembuatan baglog. Media dimasukkan ke dalam plastik PP ukuran 1500 g dengan berat total media tanam yaitu 1000 g. Media dipadatkan dengan botol atau kayu tumpul, diikat erat dengan tali plastik. 6. terilisasi baglog dan pendinginan Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara mengukusnya dalam drum yang dimodifikasi selama 8 jam. Lebih bagus lagi dengan alat sterilizer yang dibuat khusus terbuat dari tembok. Pendinginan baglog memerlukan waktu sekitar satu malam. 7. Penanaman bibit jamur komersial. Proses penanaman (inokulasi) bibit jamur dilakukan di ruangan yang bersih dan tertutup. Setelah bibit diinokulasi, ujung baglog dipasang cincin paralon (pvc) atau dari bambu (diselipkan ke ujung plastik) kemudian disumbat dengan kapas baru, diikat dengan karet gelang. ## Analisis Penerapan Produksi Bersih Berdasarkan hasil studi kelayakan opsi produksi bersih yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa ada tiga proses yang memiliki masalah dalam pelaksanaannya. Pada proses pembuatan baglog masih terdapat limbah plastik baglog. Pada proses perebusan dan sterilisasi dan media tanam, masalah berasal dari material sisa pembakaran (arang) dan asap yang ditimbulkan. Proses penanaman bibit jamur dapat menghasilkan Tabel 2 . Analisis Kelayakan Penerapan Opsi Produksi Bersih Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram. Proses Masalah Alternatif Solusi Produksi Bersih Manfaat Ekonomi Manfaat Lingkungan Sentra Produksi Jamur Tiram. Pembuatan baglog. Memakai baglog plastik. Menggunakan plastik bekas yang masih dapat digunakan. Mengurangi biaya membeli plastik baru. Mengurangi dampak pencemaran plastik. Perebusan dan sterilisasi media tanam. Material sisa pembakaran (arang). Memanfaatkan arang sebagai pupuk bagi tumbuhan. Meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk arang. Mengurangi pencemaran akibat limbah padat. Timbulnya asap pada pembakaran. Mendesain tungku ramah lingkungan. Mengurangi biaya pengobatan akibat menghirup asap pembakaran. Mengurangi dampak pencemaran udara dari asap pembakaran. Penanaman bibit jamur. Media tanam yang rusak atau sudah tidak bisa memproduksi jamur. Mengolah limbah media tanam sebagai material kompos pada tanaman. Meningkatkan pendapatan dari penjualan kompos. Mengurangi pencemaran akibat limbah padat. media tanam yang rusak atau sudah tidak dapat berproduksi. Dari empat permasalahan tersebut maka diperoleh empat alternatif solusi bersih yang bermanfaat baik secara ekonomi maupun lingkungan. Selanjutnya dilakukan penentuan skala prioritas pada ke empat alternatif solusi produksi bersih tersebut, seperti yang dimuat pada Tabel 3. Tabel 3 Penentuan Skala Prioritas Opsi Produksi Bersih No Opsi Penilaian* Total Skala Prioritas I II III 1 Menggunakan plastik bekas yang masih dapat digunakan. 3 2 2 7 3 2 Memanfaatkan arang sebagai pupuk bagi tumbuhan. 3 3 3 9 1 3 Mendesain tungku ramah lingkungan. 2 2 2 6 4 4 Mengolah limbah media tanam sebagai material kompos pada tanaman. 3 2 3 8 2 Sumber: hasil penelitian, 2020 Keterangan: *I : teknis, II: ekonomi, III: lingkungan Penilaian skala prioritas didasarkan pada kemudahan teknis, keuntungan ekonomi dan dampak lingkungan. Skala diberikan pada nilai 1 – 3. Skala 3 menunjukkan bahwa opsi produksi bersih tersebut secara teknis mudah untuk dilaksanakan, secara ekonomi memberi keuntungan yang besar, secara lingkungan sedikit berdampak terhadap kualitas lingkungan. Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 2 dan Tabel 3 diketahui bahwa prioritas pertama pada penerapan produksi bersih di usaha budidaya jamur tiram adalah memanfaatkan arang sisa pembakaran sebagai pupuk. Prioritas kedua adalah mengolah limbah media tanam sebagai material kompos. Prioritas ketiga penggunaan kembali plastik bekas layak pakai sebagai baglog. Prioritas keempat adalah mendesain tungku pembakaran ramah lingkungan. Pembudidaya jamur tiram diharapkan dapat melaksanakan produksi bersih berdasarkan urutan skala prioritas tersebut sehingga usaha budidaya jamur tiram tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga menguntungkan secara lingkungan. Pemerintah Kabupaten Serang dapat melakukan pembinaan berupa sosialisasi penerapan produksi bersih di sentra-sentra usaha, baik itu usaha pertanian mapun jenis usaha lainnya. Pemerintah dapat melakukan penilaian dari segi lingkungan dengan meninjau penerapan produksi bersih di UMKM. Semakin banyaknya usaha-usaha yang melakukan penerapan produksi bersih, maka limbah yang dihasilkan pun dapat dikelola dengan baik, sehingga kualitas lingkungan dapat meningkat. ## KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Tahapan proses produksi budidaya jamur tiram yang berpotensi menimbulkan limbah adalah pembuatan baglog, perebusan dan sterilisasi media tanam, serta penanaman bibit jamur. Urutan prioritas pada penerapan produksi bersih di usaha budidaya jamur tiram adalah (1) memanfaatkan arang sisa pembakaran sebagai pupuk, (2) mengolah limbah media tanam sebagai material kompos, (3) penggunaan kembali plastik bekas layak pakai sebagai baglog, dan (4) mendesain tungku pembakaran ramah lingkungan. ## Rekomendasi Perlu adanya pembinaan dari pemerintah Kabupaten Serang untuk sosialisasi penerapan produksi bersih di sentra-sentra usaha, baik itu usaha pertanian mapun jenis usaha lainnya. Pemerintah dapat melakukan penilaian dari segi lingkungan dengan meninjau penerapan produksi bersih di UMKM. Semakin banyaknya usaha-usaha yang melakukan penerapan produksi bersih, maka limbah yang dihasilkan pun dapat dikelola dengan baik, sehingga kualitas lingkungan dapat meningkat. ## DAFTAR PUSTAKA Akbari, T., & Sumarni, L. (2021). Analisis Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Tempe. Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian , 15(2): 24 – 632. Asegab, M. (2011). Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang, & Jamur Kuping . AgroMedia. Djayanti, S. (2015). Study of the application of cleaner production in the tofu industry in Jimbaran, Bandungan, Central Java. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri , 6(): 75 – 80. Hasanah, F., Setiawan, I., Noor, T. I., & Yudha, E. P. (2021). Analisis Potensi Sektor Unggulan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Di Kabupaten Serang Provinsi Banten. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari , 7(1): 947 – 960. Indrasti, N. S., & Fauzi, A. M. (2009). Produksi bersih . Penerbit IPB Press. Jayawardhana, H., & Aulawi, H. (2017). Studi Kelayakan Pendirian Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kabupaten Garut. Jurnal Kalibrasi , 15(2): 49 – 61. Manhattan, M. H. N. (2018). Keragaan Usahatani Dan Penentuan Harga Pokok Produksi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus (Suatu Kasus Pada Pelaku Usahatani Jamur Tiram di Kecamatan Cadasari dan Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang (Doctoral dissertation, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa). Oginawati, K. (2015). Teknologi Bersih . Penerbit ITB Press. Probowati, B. D., & Burhan, B. (2011). Studi Penerapan Produksi Bersih Untuk Industri Kerupuk. Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian , 5(1): 4 – 81. JURNAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Pembangunan Daerah Vol. 6 No. 1, Juni 2022, Hal 40 – 48. p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079, DOI: 10.56945/jkpd.v6i1.151 Rahayuningsih, Y. (2020). Strategi Pengembangan Porang ( Amorphophalus muelleri ) Di Provinsi Banten. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah , 4(2): 77 – 92. United Nations Environment Program (UNEP). (2013). Resource Efficiency and Clenear Production. UNEP. Division of Technology, Industry and Economics, Sustainable Consumption and Production Branch. Untari, A. D. (2020). Budidaya Jamur Tiram sebagai Usaha Alternatif bagi Masyarakat (Pelatihan di Desa Bale Kencana, Kecamatan Mancak). ABDIKARYA: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat , 2(1): 8 – 18. Yayah. 2018. Strategi Pengembangan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) (Doctoral dissertation, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa). Zikri, A. R., Khaswarina, S., & Maharani, E. (2015). Analisis Usaha dan Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Studi Kasus di Kelurahan Tangkerang Timur Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Jom Faperta , 2(2): 1 – 10. Zulfarina, Z., Suryawati, E., Yustina, Y., Putra, R. A., & Taufik, H. (2019). Budidaya jamur tiram dan olahannya untuk kemandirian masyarakat desa. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) , 5(3): 358 – 370.
da42d39c-3001-494a-a354-b9b9ef56b3b0
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/eldinar/article/download/5460/6486
P engnruh Kualitos Pebyannn P erb anlan Sy aiah Pengaruh Kualitas Pelayanan Perbankan Syariah TerhadaP KePuasan Nasabah Oleh: Zairr.Mukaffi Ahmad Sidi Pratomo Muhammad Nanang Choiruddin Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang Abstract The research aims to; Analyze whether the variable partial effect of service quality on customer satisfaction on Islamic Banking in Maiang, Detennine and analyze whether the variable service quality simultaneously influence on custoneer satisfaction on tslamic Banking in Malang, Knowing which variables amorrg the service variable most dominant influence on customer satisfaction on Islamic Banking in Malang. Analysis of the data in this study using multiple linear regression test and subsequently used the F test, T and dominant to see the effect of each. The research results indicate that the value of F-test (3.722)> F table Q.$n this indicates that variable Tangibles, Reliability, ilesponsiveness, Assurance, and Empathy simultaneously (together) effect on customer satisfaction. \{hile the partial test for iaigibtes variable (X1) where t test (1232)> t table (2,577) il1is ind.iiates that Tangibles no effect on customer satisfaction. For Reliability (ru),ttest (3428)> t table Q571\, that affect the reliability of customer satisfaction. For variable Responsiveness (X3), t test (- .390)> t table Q,571\ Responsiveness no effect on customer satisfaction. To Guarantee (X4), t test (0.549)> t table (2,571), variable warranty does not affect the customer satisfaction. For variable Empathy (X5) regression coefficient of -0103, the t test (- 0664> t table (2,571\ ahd a variable Empathy has no effect on customer satisfaction While the dominant variable in the quality of setwices that affect customer satisfaction in the city of Malang Islamic banking is variable Assurance (x4) with a contribution of S'l,Yo. Keyword: Seroice Quality, Satisfaction, Customer El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 161 P en ganth Kualitns P elay anan P erb anla n Sy arinh ## Pendahuluan Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai tugas pokok adalah menghimpun dana dari masyarakat dan memberikan kredit serta jasa-jasa lainnya dalam memperlancar arus pembayaran keuangan (Peter, 1996, dalamsoenarmi: 2012,2). Definisi tersebut dapat diartikan bahwa bank adalah lembaga atau suatu badan usaha yang berniagakan uang. Oleh sebab itu, dalam menjalankan fungsinya perbankan dapat meningkatkan dan mempertahankan keuntungan yang didapatrya. Beberapa fungsi vital pada perbankan saat ini adalah tlu trust function, the uedit function, the inaestment/planning function, the payment function, the frst of saoing function, the cash managenent function, the inztestment bankinglunder writting function, tlu brokerage function, the insarance function. Dengan adanya UU. No. 7 tahun L992 tersebut maka terdapat titik terang bagi bank lunum maupun BPR dalam menyediakan pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip syariah (Perwaahnadja & Dewi; 2005:6L43). Dalam undang-undang tersebut dijelaskan tentang bagaimana bank syariah sebagai institusi yang menyediakan pelayanan jasa perbankan yang berprinsip pada sistem bug hasil. Namun demikian semua hal terkait selain dengan sistem tersebut maka perbankan syariah tetap harus patuh terhadap undang-undang Bank Indonesia (BI). Setelah akhir tahun 2000 atau awal 2001., perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan yang sangat pesaf hal ini ditunjukkan oleh berdirinya Bank Mandiri Syariah (BSM), BNI Syariah, BTN Syariah dll. Disini perbankan umum/konvensional melakukan peran ganda sebagai bank konvensional itu sendiri dan bank syariah. Kualitas peLayanan merupakan salah satu faktor yang selama ini mempengaruhi kepuasan konsumen/nasabah secara umnm, dan menjadi faktor utama dalam kepuasan konsumen/nasabah sebuah perusahaan jasa. Peningkatan kualitas pelayanan sebagai salah satu motivator pengikat loyalitas konsumen adalah inti dari usaha'di bidang jasa termasuk di dalamnya dunia perbankan. Sehingga pihak manajemen lebih banyak memfokuskan pada sisi ini. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh manajemen maupun pihak luar pun banyak yang ditujukan untuk mengukur dan menilai kualitas pelayanan guna t62 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 menentukan strategi yang akan untuk meningkatkan kepuasan nasabalr Oleh karena itut, penelitian ini bertujuan untuk; 1) Mengetahui dan menganalisis apakah variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan nasabah pada Perbankan Syariah di Kota Malang. 2) Mengetahui dan menganalisis apakah variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan nasabah pada Perbankan Syariah di Kota Malang.3) Mengetahui variabel manakah diantara variabel pelayanan yang berpengaruh paling dominan terhadap kepuasan nasabah pada Perbankan Syariah di Kota Malang. Kajian Teori Konsep Pelayanan Pelayanan merupakan bentuk pemerruhan hal-hal yang diharapkan pelanggan atas kebufuhan mereka. Bentuk pelayanan pada umumnya dibedakan atas dua macanr, yaitu: (1) Pelayanan atas produk berbentuk barang yakni pelayanan yang diberikan perusahaan atas produk yang berupa barang berwujud dan (2) Pelayanan atas produk berbentuk jasa yakni pelayanan yang diberikan perusahaan atas produk yang sifatrya tidak berwujud (tidak nyata). Menurut Lovelock seperti dikutip Tjiptono (2000) pelayanan/jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria, yaitu: (1) Berdasarkan sifat tindakan jasu, (2) Berdasarkan hubungan dengan pelanggan, (3) Berdasarkan tingkat cutomization dan judgement dalam penyampaian i*u, (4) Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran i*u, dan (5) Berdasarkan metode penyampaian jasa. Sedangkan menurut Moenir 0992) bentuk-bentuk dari pelayanan tersebut terdiri dari: 1. Pelayanan dengan lisan Dalam pelayanan dengan lisan ini fungsi humas betul-betul diefektifkan sebagai kepanjangan tangan dari pemberian informasi kepada pelanggan. Dengan kata lain pelayananJisan adalah komunikasi langsung kepada pelanggan 2. Pelayanan dengan tulisan Pelayanan dalam bentuk tulisan ini dilakukan berdasarkan pada jarak yang terlalu jauh antara pelanggan dengan produsen. Adapun pelayanan ini dapat digolongkan yaitu pelayarnn berupa petunjuk dan pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan. 3. Pelayanan dengan perbuatan Adapun pelayan yang dilakukan dengan perbuatan merupakan tindak lanjut dari EI-Dinar, Vol.4, No.2, Juli 2016 163 Pengaruh Kualitos Pelayanan Perbankan Syariah suatu pekerjaan pada bagran pelayanan agff dapat beradaptasi langsung atau bertatap muka dengan pelanggan. Adanya penerapan bentuk pelayanan yang diberikan, secara tidak langsung akan dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pelayanan Agar pelayanan memifiki kualitas dan rnemberikan kepuasan kepada pelanggan mereka, maka perusahaan harus mernperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanannya. FIasil penelitian yaurqo dilakukan B"rry dan kawan-kawan seperti dikutip payne (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan dapat diidentifikasi dalam lima aspek kunci sebagai berikut: a. Faktor frsl/r- (tangtbles): tasilitas fisik, perlengkapan, penampilan personil. b. Reiiabilitas (reliability): kemampuan melakukan rayanan atau jasayang diharapkan secara meyakinkan, akurat dan konsisten. c. Daya tanggap (responsibility): kemauan memberikan layanan d. |aminan (assurances): pengetahuan, sopan sanfun, dan kernampuan kalvawan menyampaikan kepastian dan kepercayaan. e. Empati (emphaty): perhatian individual kepada pelanggan. Kualitas lasa Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampal.arurya untuk mengimbangi harapan pelanggan. I(ualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk rnemenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang rnempengaruhi kualitas jasa, yaltu expected sercice dan perceioed seroice. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceiaed senice) sesuai dengan harapan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Iika jusa yffig diterima melarnpaui harapan pelangga& maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik buruknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jaru dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten fiiptono, 2004: S9\. 164 El-Dinar, Vol. 4, No.2, Juli 2016 Service Excellence (Pelayanan Y*g Unggul) Menurut (Nasution, 20M: 49), Y*g dimaksud dengan seroice excellene adalah suafu sikap atau cata karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Secara garis besar, ada empat unsur pokok dalam konsep kualitas, yaitu: kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan. Keempat komponen ini merupakan satu kesatuan pelayanan yang terintegrasi, maksudnya pelayanan atau jasa menjadi excellent. Setiap karyawan harus memiliki ketrampilan tertentu, diantaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap raruh, memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap untuk meliayani, menguasai pekerjaannya baik tugas yang berkaitan pada bagian atau departemennya rulupun bagian liainnya, ilulmpu berkomunikasi dengan baik, bisa merrahami bahasa isyarat (gesture) pelanggan, dan memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan secara professional. Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk (atau hasil) yang ia rasakan dengan harapannya. |adi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang diras akan (perceiued performmtce) darr harapan (expectations) (Kotler, 2000: 50). Banyak pakar ymg memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan. Duy datam Tse dan WiltorU 1988 dalam Tjiptono (2004: 146), menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norrna kerja lainnya) dan kinerja aktua1 produk yang dirasakan setelah pemakaiarmya. Hipotesis H1 = Variabel-variabel kuatitas pelayanan berpengaruh secara simultan terhadafi Kepuasan nasabah perbankan syariah di kota Malang. T12 = variabel-variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara parsial terhadap Kepuasan nasabah perbankan syariah di kota Malang H3 = Variabel Tangibel berpengaruh dominan terhadap Kepuasan nasabah perbankan syariah di kota Malang. El-Dinar, Vol.4, No.2, Juli 2016 165 Pengaruh Kualitas Pelayanan Perbankon Syoriah Kerangka Berfikir Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap apakah ada hubungan antara kuattas pelayanan berpengaruh iecara simultan terhadap Kepuasan nasabah perbankan syariah di kota Malang. Faktor-faktor kualitas pelayanan disini sebagai variabel independen dan Kepuasan nasabah sebagai variabel dependen. Berdasarkan konsep diatas maka peneliti mencoba menguraikan dalam model konsep dan kerangkaierpikir sebagai berikuf Model Konsepsi Gambar I Model Konsep Penelitian Gambar 2 Model Ilipotesis -+ : Pengaruh secara parsial E> Pengaruh secara ii-ult* ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Malang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Junt 201,4 sampai dengan Desember 2014. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksplanatory, yaitu 166 Kualitas pelayanan ## Model Hipotesis Tangibles (XI) Reliabilitas (X2) Daya Tanggap (X3) Iamlrran (X4) Empati (X5) Kepuasan Nasabah (Y) El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 him lvl"koffi pendekatan yang digunakan peneliti disamping untuk menggali data dari responden, juga untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2005: 16). Target populasi dalam penelitian ini adalah nasabah perbankan syariah di wilayah Kota Malang. Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode systemic quota sampling. Dalam tahap awal dilakukan systtmic sampling untuk memilih lokasi penelitian berdasarkan analisis dengan menggunakan kriteria potensi ekonomi, potensi muslim, potensi pembiayaan dan potensi dana pihak ketiga. Penentuan jumlah sampel dari populasi yang diinginkan (Suharjo, 2002) o,=ffA ]umlah sampel ytrLg digunakan sebanyak 96 orang. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner (Angket), Wawancara (Interoiew) dan Dokumentasi. Penelitian ini menggunakan skttla lilcert, skala ini mengukur persetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian pernyataan yang mengukur suatu o$ek (Istijanto, 2008 dalam Supriyanto dan Machfuda 2010: 204\, yang nantinya dapat menggnnakan rcoring atau nilai perbutir, dari jawaban berkisar antara: Sangat tidak setuju dengan nilai L, Tidak setuju 2, Ragu 3. Setuju, 4. Sangat setuju 5. Def inisi Operasional Variabel Reliabilitas (reliability) Berkaitan dengan kemampuan liaboratorium untuk meurberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. Daya tanggap (responssfuteness) Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para pegawai membanfu para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat jaminan (assurance) Yakni perilaku pegawai mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. ]aminan juga berarti bahwa para pegawai selalu bersikap sopan dan menguasaipengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 167 Pengaruh Kuolitas Pelayanan perbonkan Syariah Empati (ernpathy) Berarti perusahaan memahami masalah pelanggannya dan berdndak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para _ _ puluoggandanmemilikijamoperasiyangnyarn-an. Bukti tts*- (tangtbles) Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yffig digunakan oleh perusahaan serta penampilan karyawan. Kepuasan user tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk (atau hasil) yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan (perceioe d performance) dan harapan (exyctation s) - Uji Validitas dan Reliabilitas Ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur uutmpu mengukur apa yar$ irgi, diukur, misalrrya menJrusun kuesioner maka validitas kuesioner adalah sejauh miu:ra kuesioner ini marrpu obyek yang diteliti lsuihan, dkk., 2010:5). untuk mergetahui validitas item, maka penetritian ini menggunakan rumus korelasi product moment Pearson dengan level signifikan 5% yang dibantu dengan program sr,Ss 10.0ffir utindotos. Bila nilai signifikansi (sig) hasit korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid (artinya butir pertanyaan tersebut gugur). Sedangkan untuk menentukan reliabel dari tiap item, maka penelitian ini menggunakan metode crorrbach alpha yang dibantu dengan program S['SS 1,6.ffi for w,iudows, dimana kuesioner dikatakan reliabel jika nilai cronbach nlplnlebthbesar dari O60. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square(OIS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi togistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalrrya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross xctional. Yng terdiri dri Uii Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas, Uii Autokorelasi dn Uji Linearitas 168 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli2016 Xz = Reliabilitas )Q= Daya Tanggap )fu= Jaminan ## himMr*,nfi ## Model Analisis Data Data dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik regresi linear berganda. uji statistik regresi linear berganda digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan lebih daii dua variabel melalui koefesien regresinya (Iqba1 Hasan, 2004) Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y' = a+ brXr+ brG+brG+ br)G+bsXr+e Keterangan: Y'= Kepuasan Nasabah )G = Empati Xr= Tangibles a = Konstanta (nilai Y apabila Xt,Xz hingga )G= 0) b =Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) nation error a. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uii q Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen yang merupakan Tangibles (X1), Reliabilitas (XZ), Daya Tanggap(X3), Jaminan (X4), dan Empati (X5) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau Kepuasan nasabah (Y). b. Uii Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uii F) Uii ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen atau Tangibles (X1), Reliabilitas (X2\, Daya Tanggap(X3), ]aminan (X4), dut Empati (X5) secara bersama- sama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau Kepuasan nasabah (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. ## HASIL PENELMAN DAT{ PEMBAHASAN Data Obyektif Responden Data deskripsi identitas responden menggambarkan beberapa kondisi responden. Data deskriptif responden ini memberikan beberapa informasi secara sederhana keadaan responden yang dijadikan obyek penelitian atau dengan kata lain data deskriptif dapat mernberikan gambaran tentang keadaan jenis kelamin respondery umur respondery pekeriaan, pendidikan dan pendapatan responden Kuesioner yang telah diisi sebanyak 96 r69 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 Pengoruh Kualrtas Pelayanan Perbankan Syariah responden, kemudian dikompilasi dan diolah menfadi data penettian. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat melalui uraian berikut : Tabel l. IGrakteristik Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Hasil Analisis dan Pembahasan Uji Validitas dan Reliabilitas Tahap awal yang dilakukan setelah kuesioner (angket) diperoleh adalah uji validitas data. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada pernyataan kuesioner yang harus dibuang atau diganti karena tidak relevan. 1. Responden Iumlah Persentase Ienis Kelamin '1,. Pria 50 52,'1. 2. Wanita 46 47.9 Total 96 100 Umur 1.. < 20 tahun 11 11,5 2. 20 -35 tahun 33 U,4 J. 35 - 50 tahun 40 4'.t,7 4. > 50 tahun 12 12,5 Total 96 100 |enis pekeriaan 't. PNS 10 10,4 2. Pengusaha 37 38,5 3. Karvawan swasta 35 36,5 4. Pelaiar/mahasiswa 11 11,5 5. Ibu rumah tanssa 3 3,"1 Total 96 100 Pendidikan Terakhir 1 SMA 11 11.5 2. Sariana 65 68,6 Lainnva 19 19,8 Total 96 100 Pendapatan 1. < Rp.1.000.000 11 yt,5 2. 1.000.000-3.000.000 41 42,7 3. > Rp.3.000.000 M 45,8 TotaI 96 100 t70 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, luli2016 ## himM"l*ffi Dalam penelitian ini uji validitas dibantu dengan program S['SS 16.00 for windmos, interpretasi koefisien dianggap valid apabila rxy = 0,30 (>0,30) sehingga butir-butir tersebut dianggap sahih, dan nilai signifikansi (sig) hasil kolerasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid. (Sulhan, dkk., 2010: 6) Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner (angket) yang diperoletr, kemudian dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat kemantapan atau konsistenitas suafu alat ukur. Reliabilitas memberikan kesesuaian antara hasil dengan perrgukuran. Suatu instrument yang reliable mengandung arti bahwa instrummt tersebut cukup baik sehingga rumPu mengungkap data yang akurat dan dipercaya. Datam Penelitian ini uji reliabilitas dibantu dengan progr.rm SISS 16.00 for windows dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha-Cronbach grlr;la mengetahui apakah hasil pengukuran data yang diperoleh memerruhi syarat reliabilitas. Instrumen kuesioner (angket) dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien alpha lebihbesar dai0,6. Adapun hasil uji validitas dan uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah inil Tabel2 U Validitas dan Reliabilitas Keterangan Reliabel 0,913 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 t7t Sumber: Data Primer yang diolah (tahun 2015) Hasil Uji Asumsi Klasik a. Flasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang diajukan ditemukan kolerasi yang kuat antara variabel-variabel independen. ]ika tojudi kolerasi yang kuat, maka terdapat masal,ah multikolinieritas yang harus diatasi. Sebaliknya bebas multikolinieritas apabila ditemukan kolerasi yang lemah antara variabel-variabel independen. Untuk t*judi atau tidaknya multikolinieritas maka dilihat melalui tolerance value yang mendekati angka 1 atau Variance Inflation Factor (VIF) antara L samapai 10 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas. Setelah dilakukan pengujian dengan SPSS 15.00 for windows, dihasilkan nilai VIF dan tolerance yang dapat dilihat pada hbel3 sebagai berikut: Tabel3 Hasil Ui i Multikolinearitas Sumber: Data Pimer yflng diolah (tnhrun 2015) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap variabel independen memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) berada antara L sampai 1O demikian juga hasil tolerance value mendekati 172 El-Dinar, VoL 4, No. 2, Juli 2016 1. Hal ini berarti bahwa antar variabel independen tidak memiliki hubungan yang kuat atau kolerasi lemah dan signifikan, maka model regresi berganda dalam penelitian ini tidak terdapat masalah multikolinieritas. b. Hasil Uji Autokolerasi Uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui apakan model regresi berganda ditemukan kolerasi au::.tara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya antokolerasi maka difihat melalui Durbin-Watson yaitu du < dw < 4-du atau nilai Durbin-Watson mendekati angka 2, rrraka asumsi tidak terjadi autokolerasi telpenuhi. Setelakan dilakukan uii autokolerasi dengan program SPSS 16.00 for windows, dihasilkan nilai Durbin- Watson yang dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut : Tangibles b. Dependent Variable: Kepuasan Pengguna Sumber: Dota Primer yang diolah (tahun 2015) Dari tabel di atas dapat dffiat bahwa nilai DW =1,%, mendekati angka 2 berarti hasil pada penelitian tidak terjadi autokorelasi. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi tojudi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamat dengan pe.ngamat yang lain. Untuk mengetahui terjafi atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkolerasikan antara absolut residual hasil regresi dengan semua variabel bebas; bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya tidak mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansi hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (5%). Setelah dilakukan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan program SPSS 16.00 for uindaws, dihasilkan nilai Tabel4 Hasil Uji Autokorelasi El-Dinar, Vol.4, No.2, Juli 2016 173 Pengaruh Ktalitas Pelayanan Perbankan Syariah signifikansi hasil korelasi dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut: Sumber: Data Primer yang_diolah (tahun 20 l5) Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikan hasil kolerasi variabel Tangibles (*1) = 0,502, variabel Reliabilitas (*2) = 0,481, variabel Daya Tanggap (r3) = 0"585, variabel ]aminan (x4)= 0,899, variabel Empati (x5)=O519 lebih besar dari 0,0.5 (5%). Maka model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah heteroskedastisitas. d. Hasil Uji Norrnalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui ""rrrrut atau tidaknya model regresi berganda dapat dengan menggunakan uii Kolmogorov-Smirnov, Iika nilai signifikansi dari hasil uji Kohnogrorov-Smirnov > O05 maka asumsi normalitas terp cruhi Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan program SIjSS 15.00 for windows, dihasilkan nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smimov yang dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel6 Hasil Uji Normalitas One€ample Kolmogorov€mirnov Test Unstandardized Residual ! \ormal Parameters" Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 4e .000000( 5.4611357i .17( .141 -.17( 1.17t .12t Sumber: Data Primer yang diolah (tahun 2015) 174 ## i i Heteroskedastisitas El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi sebesar 0.124 ) 0,6, maka asumsi normalitas terpenuhi. Hasil Uji Regresi Berganda Berdasarkan data penelitian yang telah dkumpulkan mel;alui kuesioner (angket), baik untuk variabel dependen yaitu Kepuasan nasabah (Y) maupun variabel independen X1., X2, X3, X4 dan X5 yang meliputi Tangibles, Reliabilita s, Day a T anggap, ]aminan, dan Empati yang diolah dengan menggunakan regresi linear berganda" dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dibantu dengan Program S[,sS 15.00 for windows, maka diperoleh hasil perhitungan regresi linear berganda yang dapat dilihat pada tabel 7 sebagarberikut: Variabel tergantung pada regresi variabel bebasnya adalah X'1.,X2,X3,X4 berdasarkan hasil analisis di atas adalah : Y = 0.551" + -0.U)4 + 0,O72+ 0.051, + 0.060 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 ini adalah Y sedangkan dan X5 Model regresi + 0.151+ e abel T Hasil U nda Variabel Unstandardized beta T sig Keteranga n (constant) 0,458 5,lU 0.m0 Tangibles (X1) -.004 -.266 .791 Tidak Sisnifikan Reliabilitas p(2) 0,072 5.445 .000 Signifikan DayaTanggap (X3) .061 3.795 .000 Signifikan ]aminan (X ) .050 3.7M .001 Signifikan Empati (X5) .151 2.595 .013 Signifikan R RSquare Ailjusteil R Square F hitung Sign F (I 4.661 0,437 0,319 3.722 0,012 4,1 Sumber: Data Primer yang diolah (tahun 2014) Pengaruh Kualitas Pelayanan Perbankan Syariah Tampak pada persarnaan tersebut menunjukkan angka yang tidak signifikan pada variabel Xl (Iangibles), dan X2 (Reliabilitas), X3 (Daya Tanggap), X4 (]aminan) dan X5 (Empati) menunjukkan angka yang signifikan Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah: 1. bo = 0,458 Nilai konstan ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Tangibles (X1), Reliabilitas (X2), Daya Tanggap (X3), ]aminan (X4), Empati (X5), maka Kepuasan nasabah akan bertambah sebesar 0,458. Dalam arti Kepuasan nasabah akan bertambah sebesar O458 sebelum atau tanpa adanya variable Tangibles, Reliabilitas, Daya Txrggap,Iaminan, dan Empati, (X1, X2,X3, X4, X5 = 0). 2. br = -0,0M Nilai parameter atau koefisien regresi bz ini menunjukkan bahwa setiap variable pada indikator Tangibles bertambah L kali, maka Kepuasan nasabah akan berkurang sebesar -A,004 kali atau dengan kata lain setiap penambahan Kepuasan nasabah dibutuhkan pengurangan variabel pada indikator Tangibles sebesar -A,OM dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap (X2, X3,X4, X5 = 0). 3. bz = 0,072 Nilai parameter atau koefisien regresi bz ini menunjukkan bahwa setiap variable pada indikator Reliabilitas bertambah 1 kali, maka Kepuasan nasabah akan bertambah sebesar A,072 kali ata,u dengan kata lain setiap penambahan Kepuasan nasabah dibutuhkan variabel pada indikator Reliabilitas sebesar O072 dengan asumsi variabelbebas yang lain tetap (XL, X3, X4, X5 = 0). 4. b,s = 0.061 Nilai parameter atau koefisien regresi bz ini menunjukkan bahwa setiap variable pada indikator Daya Tanggap bertambah L kali, maka Kepuasan nasabah akan bertambah sebesar 0,06L kali atau dengan kata lain ietiap penambahan Kepuasan nasabah dibutuhkan variable indikator Daya Tanggap sebesar 0,06L dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap (X1, XZX4, X5 = 0). 5. ga = e050 Nilai parameter atau koefisien regresi bz ini menunjukkan bahwa setiap variabel pada indikator Jaminan bertambah 1 kali, maka Kepuasan nasabah akan bertambah sebesar 0,050 kali atau dengan kata lain setiap penambahan Kepuasan nasabah 176 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 dibutuhkan variable pada indikator jaminan sebesar 0,060 dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap (X1.,X2,X3,X5 = 0). 6. bs = 0.1.51. Nilai parameter atau koefisien regresi bz ini menunjukkan bahwa setiap variable pada indikator Empati bertambah 1 kah, maka Kepuasan nasabah akan bertambah sebesar 0,151 kali atau dengan kata lain setiap penambahan Kepuasan nasabah dibutuhkan variable pada indikator Empati sebesar 0,151 dengan asumsi variabel bebas yang lain f '=taP (X1,X2,X3,X4 = 0). Pengujian Hipotesis Sesuai dengan kaidah dalam melakukan analisis regresi berganda, bahwa suatu persamaan regresi harus memiliki data yfrLg terdistribusi secara normal, bebas autokolerasi, bebas heteroskedastisitas, dan bebas multikolinieritas agar dapat memperoleh persailBan regresi yang baik dan tidak bias. Dari hasil uji distribusi nororal, uji autokolerasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas yang telah dilakukan di atas, makadapat diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan unfuk melakukan analisis regresi berganda denganbaik. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan multiple regression. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel variabel X1 (Tangibles), dan X2 (Reliabilitas), X3 (Duyu Tanggap), X4 (Jaminan) dan X5 (Empati) berpengaruh dalam Kepuasan nasabah. Adupun hasil uji gz, F dan t adalah sebagai berikut: l. Koefisien determinasi (Rz) Koefisien determinasi (R') digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai Koefisien determinasi (R') yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menielaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Adapun hasil perhitungan koefisien determinasi (R') yang dibantu dengan program SPSS 16.00 for windous dapat dilihat pada tabel S sebagai berikut: El-Dinar, Vol.4,No.2, Juli 2016 177 P engaruh ktalitas,P el ayanan P erb anlmn Sy ari ah Tabel 8 Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate I .661a .319 .437 .55165 Ittmher f)nfo Primcr ahun 20 Dari tabel 8 di atas dapat dilihat, bahwa koefisien determinasi yang menunjukkan modal variabel bebas Xl (Tangibles), dan X2 (Reliabilitas), X3 (Daya Tanggap), X4 (Jaminan) dan X5 (Empati) dalam menjelaskan variabel dependen Kepuasan nasabah yaitu sebesar 0,437. Hal ini berarti variabel independen (variabel Xl (Tangibles), dan X2 (Reliabilitas), X3 (Daya Tanggap), X4 (Jaminan) dan X5 (Empati)) mampu menjelaskan variabel dependen Kepuasan nasabah sebesar 43.7% dan sisanya 56.30/o dipengaruhi oleh frktor lain. 2. Uji Simultan (uji F) Uji simultan merupakan alat uji statistik secara simultan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas Xl (Tangibles), dan X2 (Reliabilitas), X3 (Daya Tanggap), X4 (Jaminan) dan X5 (Empati) terhadap variabel terikat Kepuasan nasabah secara bersama-sama. Adapun Hasil uji simultan (uji F) yang dibantu dengan program SPSS 16.00 for windows dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut : b. Dependent Variable: Kepuasan Pengguna Sumber: Data Primer yang diolah (tahun 2015) F hitung (3,722) > F tabel (2,437) dan probabilitas (0,012) < 0,05, Maka Ho ditolak dan Ha diterima jadi variabel Tangibles, Reliabilitas, Daya Tanggap, |aminan, dan Empati secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. 3. Uji Parsial (rji 0 Uji parsial merupakan alat uji statistik secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel bebas Tangibles, Reliabilitas, Daya El-Dinar, Vol. 4, No-2, luli-20l6 178 Tabel9 Hasil Uji Simultan (Uji x.) Vlodel Sum of Squares df Mean Square F sig. Regression Residual Total 5.663 7.304 12.967 5 24 29 1.133 .304 3.722 .012" a. , Empati, Daya Tanggap, Jaminan, Tanggap,Iaminan, dan Empati secara simultan terhadap variabel terikat Kepuasan nasabah secara parsial. Adapun Hasil uji parsial (uji t) yang dibantu dengan program SPSS 16.00 for windows dapat dffiat pada tabel L0 sebagai berikut: Tabel 10 Unstandardized C oeffi ci ents Standardized coeficients t Sig. B d. Error Beta (Constant) Tangibles Reliabilitas Daya Tanggap Jaminan Empati 3.815 .153 .463 -.050 .l l9 -.103 2.299 .124 .135 .161 .2t6 .154 .232 .601 -.052 .097 -.fi1 1.660 1.232 3.428 -.309 .s49 -.667 .l 10 .230 .002 .760 .588 .51 I Sumber: Data Primer yang diolah (tohun 2015) Untuk variabel Tangibles (X1) koefuien regresi sebesar 0.153 ,T hitung (1.ts2\ > T tabel (2.571) danprobabilitas (0230) ,0,05, Maka Ho diterima dan F{a ditolak, jadi variabel Tangibles (Xl)tidak berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Untuk variabel Reliabilitas Qt2) koefisien regresi sebesar .463, t hitung (3.428) > t tabel (2.571) probabilitas (.002) < 0,05, Maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi variabel Reliabilitas berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Untuk variabel DayaTanggap (X3) koefisien regresi sebesar -050, t hitung (-.390) > t tabel (2.571) probabilitas (.750) > 0,05, Maka Ho diterima dan Ha ditolak, iadt Daya Tanggap tidak berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Untuk ]aminan (Xa) koefisien regresi sebesar0.1L9, t hitung (0.549) > t tabel (2.571) darr probabilitas (0.558) < (0,05), Maka Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel )anrinan tidak berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Untuk variabel Empati (X5) koefuien regresi sebesar -0.103, t hitung (4.66n > t hbel (2.571\ dan probabilitas (0.511) < (0,05), Maka Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel Empati tidak berpengaruh terhadap kepuasan nasabah. 179 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, JlD,li 2016 Pengaruh Ktalrtas Pelayanan Perbanl@n Syariah 4. Uji Variabel Dominan Uji variabel dominan digunakan untuk melihat variabel mana yang memiliki kontribusi pengaruh tertinggi dan untuk melihat variabel yang memiliki kontribusi pengaruh yang kurang. Uji dominan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam :upaya perbaikan kepuasan nasabah di perbankan syariah kota Malang. Hasil dari pengujian variabel dominan akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel: 11 Uii Variabel Dominan Berdasarkan tabel 11 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan yang mempengaruhi Kepuasan nasabah pada perbankan syariah kota Malang adalah variabel laminan ()ia) dengan kontribusi 5'l.o/o. Dilihat dari tabel diatas dapat membuktikan bahwa laminan pQ) pada perbankan syariah kota Ma1ang dapat memberikan pengaruh terhadap kepuasan nasabah, Sedangkan variabel yang hasil kontribusinya paling rendah adalah pada variabel Tangibles (Xr) dengan kontribusi 'J.o/o hal ini karena meiluulg Tangibles tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan nasabah pada perbankan syariah kota Malang. Pembahasan Data Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di atas terkait dengan i"d"l, permasalaharl tujuan dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut : Analisis Pengaruh Tangibles terhadap Kepuasan nasabah. Dari hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa Untuk variabel Tangibles (X1) koefisien regresi sebesar 0.153 ,T hitung (1.232) > T tabel (2.571\ dan probabilitas (0,230) > 0,05, Maka Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel Tangibles (Xl)tidak berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Sumber: Data diolah, 2015. 180 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 Analisis Pengaruh Reliabilitas terhadap Kepuasan nasabah, Untuk variabel Reliabilitas p(2) koefisien regresi sebesar 0.463, t hitung (3.428) > t tabel (2.571) probabilitas (.002) < 0,05, Maka Ho ditolak dan Ha diterimo jadi variabel Reliabilitas berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Analisis Pengaruh Daya Tanggap terhadap Kepuasan nasabah. Untuk variabel Daya Tanggap (X3) koefisien regresi sebesar -050, t hitung (-.390) > t tabel {2.571) probabilitas (.760) > O05, Maka Ho diterima dan Ha ditolak, jadi Daya Tanggap tidak berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah Analisis Pengaruh laminan terhadap Kepuasan nasabah. Untuk ]aminan (X4) koefuien regresi sebesar 0.119, t hitung (0.549) > t tabel (2.571) dan probabilitas (0.558) < (0,05), Maka Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel ]aminan tidak berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. Analisis Pengaruh Empati terhadap Kepuasan nasabalu Untuk variabel Empati (X5) koefisien regresi sebesar -0.103, t hitung (4.66n > t tabel (2.571) dan probabilitas (0.511) < (0,05), Maka Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel Empati tidak berpengaruh terhadap kepuasan nasabah. Analisis Pengaruh Tangibles, Reliabilitas, Daya Tanggap, jaminan, dan Empati Secara Simultan terhadap Kepuasan nasabah F hitung (3,722) > F tabel (2,$n dan probabilitas (0,012) < 0,05, Maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi variabel Tangibles, Reliabilitas, Daya T anggap, Jaminan, dan Empati secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah . ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara simultan variabel Tangibles, Reliabilitas, Daya Tanggap, ]aminan, dan Empati secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah. El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 181 P e ngaruh Kualit as P el ayanan P erb anlrun Syari ah 2. Untuk variabel Tangibles, Daya Tanggap, laminan dan Empati berpengaruh tidak terhadap Kepuasan nasabah. sedangkan variabel Reliabilitas berpengaruh terhadap Kepuasan nasabah.. 3. Variable yang dominm yang mempengaruhi Kepuasan nasabah pada perbankan syariah di kota Malang adalah variabel ]aminan (&) dengan kontribusi 51%. Saran Sebagai industri jas4 perbankan syariah harus selalu meningkatkan kualitas layanan khususnya terkait dengan informasi/ sosialisasi yang lebih intensif terhadap nasabah. Disamping itu, terkait juga dengan layaoun lainnya seperti ketersediaan ATM dll. Maka perlu diperluas/ditambah lagi agar dapat memudahkan nasabah. ## DAFTAR PUSTAKA A. Rofi+ "Pengaruh Dimensi Kepercayaan (frust) terhadap Partisipasi Pelanggan e{ommerce. Studi pada Pelanggan e{ommerce di hrdonesia," Tesis, tidak dipublikasikan, Program Studi Manajemen FE-UB, 2007 Andrian Payne 2W,The Essence of Seraices Mnrlceting, Penerrbit Andi, Jogjakarta. Arindita, Aloysius Reza & Sulistyaningtyas, Ike Devi (2011). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Citra Perusahaan Di Olimart PL Wina Wira Usaha. lurnal LIWM. Bitner, M. J. and Hubbert, A. R. Encounter Satisfaction versus Overall Satisfaction versus Quality, in Service Quality: New Directions in Theory and Practice, R. T. Rust & R.L. Oliver [Eds.]. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, 72-94, 1994. Cahyani, Putri Dwi. 2011. Tingkat Kepuasan Nasabah terhadap Kualitas Kinerja Perbankan Syariah (Studi pada BMI, BM Syariah, BTN Syariah dan BPD Syariah DIY Cabang Yokyakarta . T e sis. Unpublished. Gill, Amarjit S.; Flaschner, Alan B.; Shachar, Mickey. "Factors that Affect The Trust Of Business Clients in Their Banks". International ]ournal of Bank Marketing,24 (6):3U - 405, 2045 Hasan Ikbal 2004 Analisi Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara. ]ohnson Michael D., Gustafsson Anders, Andreassen T.W., Lervick L., C]lra I., The Evolution and Future of National Customer r82 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli2016 ## himMukaffi Satisfaction hrdex Models. ]oumal o{ Economic Psychology. 22:217-245,2000 Koetin, E.A. 2002. ,*mlisis Pasar Modnl.lakarta: Pustaka Sinal Harapan. Kohli A. K, and ]aworski B.I. "Market Orientation: The Construct, Research Propositions, and Managerial Implications". Journal of Marketing,S4 Q):1.-18, 1.990 Kotler, Philip. 2000. Mnnajemen Pr':msarnn: Analisis, Perencflnaan, lmpbmentnsi ilan Pengendniian di Inilanesia. Alth Bahasa oleh Anitawati. Jakarta : Penerbit Salemba Philip Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Munir, A.A.S. 1991. Manajemm Pelayanan Umum di Inilonesin, Gramedia. |akarta. Pawitra, Teddy. 1993. Pemasaran: Dimensi Falmfuh, Disiplin, dan Kenliliaa Sekolah Tingg Manajemen Prasetya Mulya. ]akarta. Satriyani, Evi Okatviani. 2012. Pengaruh Kualitas Layanan, Kepuasan Nasabah Dan Ciha Bank Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Di Surabaya. Urnal Ekonomi. STIE Perbanas Surabaya. Sulhan, Muha:nmad dkk. 2010. PanduanPraktis Analisis SPSS Untuk Manajemen (lceuangan, SDM A Pemesaran). Malang: CLICT FE tlIN Malang. Sugiyono. 2003. Metoile Penelitinn Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas 2A05. Statistik untuk Penelitim, Cetakan ke delapan. Bandung: CV. Alfabeta Soeratro & Lincolin Rasyad Metodologi Penelitian, Edisi Revisi, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,1993). Soenarmi. 2011. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap kepuasan dan Loyalitas Nasabah Pada Perbankan Syariah di Kota Malang. lurnalLlwM Tjiptono, Fandy, 2006. Strntegi Pemnsaran, Penerbit Andi: Yogyakarta. Tjiptono dan c-handra. (2005). Senrice Qualig and Satisfaction.Edisi 2. Andi, Yog5rakarta. IJmar, Sekaran,2006,Metode Riset Bidnis, PT. Gramedia Pustaka Utama ]akarta Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016 183 Pengaruh Kualitas Pelayanan Perbankan Syariah usman, Rachmadi. 2002. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Widyaratna Danny, Theresia, Filicia Chandra 2001. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris (Studi Kasus Pada Ayam Penyet Sebagai Menu Unggulan Warung Bu IQis). ]umal Manajemen & Kewirausahaan VoL 3, No. ? September 2001: 85 - 95, ]urusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra. Wolfgang Waga, and Andreas Eggerf "Relationship Value and Relationship Qualityr Broaderring the Nomological Network of Businqss-to-Business Relationships, Europemr |ournal of Mnrketin g, 40 (3 / 4): 311.-327, 2006. Yasri, "Analisis Hubungan |angka Panjang Nasabah dengan Bank Syariah: Studi Kasus pada Bank Syariah di Kota Padang- . Sumatera Bara{ , lurnal Aplikasi Mnnajemen, 4 (3}:486493, 2046. Yu-Hui Fang andChao-Min Chiu, "Understanding Customers' Satisfaction and Repurchase Intentions: An Integration of IS Success Model Tmst and ]ustice",InternetRe*arch,21, $): 479-543,2A11. 184 El-Dinar, Vol. 4, No. 2, Juli 2016
cebe26c2-cacc-4983-8dcc-5bec0baa7e82
https://ejournal.urindo.ac.id/index.php/administrasimanajemen/article/download/180/164
## PERENCANAAN PROGRAM KERJA DAN PENGORGANISASIAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PADA KANTOR CABANG PT. JASA MARGA (PERSERO) TBK JAKARTA. ## SURADI ## UNIVERSITAS JAKARTA Abstrak : Rumusan masalah dalam penelitian yaitu apakah terdapat hubungan perencanaan program kerja dan pengorganisasian secara bersama-sama dengan Pelayanan pada Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk di Jakarta. Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menelaah besaran hubungan perencanaan program kerja dan pengorganisasian secara bersama-sama dengan produktivitas kerja pegawai Pada Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Di jakarta. Metode penelitian menggunakan survei dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik penarikan sampel adalah Simple Random Sampling yaitu dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperlihatkan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 68 responden. Variabel yang diteliti adalah perencanaan program kerja (X 1 ) dan pengorganisasian (X 2 ) sebagai variabel independen, sedangkan pelayanan merupakan variabel terikat (Y). ## Kata Kunci : Perencanaan Program Kerja, Pengorganisasian Dan Pelayanan Perencanaan Program Kerja merupakan kegiatan untuk menentukan sebuah tujuan berorganisasi dengan membuat berbagai rencana sebagai penjabaran visi, misi, kebijakan dan program pembangunan Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk yang akan dilaksanakan sebagai pedoman kerja bagi Pegawai Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Penyusunan Perencanaan Program Kerja Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk adalah dalam memenuhi tuntutan visi dan misi pembangunan jalan Tol oleh PT. Jasa Marga ke depan. Adapun yang menjadi visi dan misi PT. Jasa Marga adalah Sejalan dengan perubahan perundang undangan dan peraturan pemerintah mengenai jalan tol melalui UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan dan peraturan pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, dimana peran jasa marga yang semula sebagai otorisator, pengembang dan operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja, maka perusahaan mempunyai visi dan misi, yaitu: Visi dari PT. Jasa Marga (Persero) Tbk di Jakarta yaitu menjadi perusahaan yang modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, serta menjadi pemimpin dalam industrinya dengan mengoperasikan jalan tol di Indonesia serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan Regional. Misi dari PT. Jasa Marga (Persero) Tbk di Jakarta yaitu terus menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan sehingga perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang jalan tol di Indonesia, dan usaha terkait lainnya dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan perusahaan serta meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal dan penerapan kaidah – kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata kelola yang baik. Perencanaan merupakan pondasi dari manajemen. Tidak ada pimpinan, yang dapat melaksanakan manajemen dengan berhasil selama suatu jangka waktu, kecuali kalau ia sudah berbuat sesuatu sampai sejauh tertentu sekedar perencanaan. Menurut George R. Terry and Leslie W. Rue dalam G.A. Ticoalu (2005:43), menyatakan perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan- tujuan itu dapat tercapai. Wilson Bangun (2008:5), mengemukakan bahwa Perencanaan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan penetapan tujuan, kebijaksanaan, membuat program-program atau prosedur- prosedur, serta strategi yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian ( organizing ) merupakan pembagian kerja berkaitan erat dengan perencanaan, karena pengorganisasian harus direncanakan. Pengertian pengorganisasian ( organizing ) dan organisasi ( organization ) berbeda pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat wadah yang status.Malayu S.P. Hasibuan (2003:22), mengemukakan bahwa Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokkan tugas-tugas dan membagi- bagikan pekerjaan kepada setiap pegawai penetapan departemen-departemen (subsistem-subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan organizing berasal dari kata “ organism ” yang berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Pendefinisian produktivitas hendaknya tidak saja merujuk pada proses fisik yang mentransformasikan berbagai masukan menjadi keluaran, melainkan juga terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian produktivitas itu sendiri. Produktivitas kerja adalah merupakan tolak ukur tingkat kinerja dari suatu proses kerja sebagai bagian dari sistem produktif suatu organisasi (unit atau fungsi). Berbagai ungkapan seperti output, kinerja, efisiensi, efektifitas yang sering dihubungkan dengan produktivitas secara umum menurut Faustino Cardoso Gomes (2003:159), mengemukakan bahwa Produktivitas adalah menunjukkan kepada rasio output terhadap input. Input bisa mencakup biaya produksi ( production cost ) dan biaya peralatan ( equipment cost ) sedangkan output bias terdiri dari penjualan ( sales ), pendapatan ( earnings ), market , share , dan kerusakan ( defeats ). Bahkan ada yang melihat pada performansi dengan memberikan penekanan pada nilai efisiensi. Efisiensi diukur sebagai rasio output dan input . Dengan antara lain, pengukuran efisiensi menghendaki penentuan outcome , dan penentuan jumlah sumber daya yang dipakai untuk menghasilkan outcome tersebut. Pada hakikatnya pengolahan sumber daya manusia di dalam organisasi adalah hal yang paling esensial untuk menuju kepada efisiensi dan efektivitas tujuan organisasi tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu kiranya manajemen meninjau lebih jauh lagi pengadaan sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai. Salah satu faktor untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai adalah dengan adanya peningkatan kualitas kerja yang diadakan organisasi. Masalah-masalah yang harus dihadapi organisasi seiring dengan pesatnya laju perkembangan teknologi, ketatnya persaingan usaha, pengaruh perubahan lingkungan yang dinamis adalah sumberdaya manusia yang cakap dan terampil serta dapat menguasai bidang kekaryawanan sehingga dapat berpestasi dengan baik. Oleh karena itu sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan hidup organisasi dalam mencapai tujuannya, karena dalam suatu organisasi, faktor manusia adalah faktor utama penggerak dan penentu apakah tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai atau tidak. Manusia adalah sumber daya yang berharga dalam organisasi, sebab melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia ini, organisasi dapat mencapai tujuannya. Seiring dengan itu pula manusia sebagai anggota organisasi mengupayakan agar organisasi tetap berlangsung kehidupannya serta mengembangkannya untuk mencapai kemajuan yang diinginkan, karena merupakan salah satu bentuk kehidupan. Dalam melaksanakan misinya sering kali organisasi hanya terfokus pada pencapaian produktivitas dan profitabilitas dengan mengabaikan aspek kualitas. Hal ini berakibat hak-hak pelanggannya menjadi terbengkalai sehingga tidak mustahil pada suatu saat nanti organisasi publik ini akan ditinggalkan para pelanggannya. Jika kondisi ini terjadi, maka cita- cita untuk mencapai produktivitas dan profitabilitas akan menjadi sia-sia belaka. Dengan demikian, agar kondisi di atas tidak terjadi, maka kualitas pelayanan masyarakat ini perlu diperhatikan dengan sebaik mungkin. Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang mengandung arti relatif karena bersifat abstrak, menurut Harbani Pasolong (2007 : 132) kualitas dapat juga digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan atau spesifikasinya. Albrecht dalam Lovelock dikutip oleh Riduwan (2004 : 245) mendefinisikan pelayanan sebagai Suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis. Miftah Thoha (2005 : 39) memberikan pengertian tentang pelayanan Masyarakat sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dan atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu Moenir (2006 : 10) mengartikan kepentingan umum sebagai berikut: suatu bentuk kepentingan yang menyangkut orang banyak atau masyarakat, tidak bertentangan dengan norma dan aturan, yang kepentingan tersebut bersumber pada kebutuhan orang banyak atau masyarakat. Menurut Kristiadi (2004 : 135) yang menyatakan bahwa dalam fungsi pelayanannya, Aparatur negara harus menciptakan kondisi keseimbangan antara tuntutan aktual masyarakat dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu, profesionalisme aparatur mutlak diperlukan seiring dengan pendayagunaan kelembagaan dan ketatalaksanaannya. Pendapat di atas menekankan bahwa pelayanan yang berkualitas tidak hanya menjadi kewajiban perusahaan yang profit oriented, melainkan juga lembaga publik. Agar misi ini tercapai maka aparatur negara sebagai pelaksana pelayanan tersebut hendaknya juga meningkatkan profesionalismenya dalam hal pelayanan ini dalam rangka pendayagunaan kelembagaan itu sendiri. Pelayanan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan yang diberikan oleh lembaga publik dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. Perbedaan pokok antara pelayanan masyarakat dengan pelayanan bentuk lainnya adalah pelayanan masyarakat ditujukan untuk meningkatkan masyarakat dengan biaya sekecilnya. Pelayanan bentuk lainnya selalu bersifat profit oriented yang lebih menekankan pada aspek profit semata. Karaketeristik pelayanan yang berkualitas menurut Triguno (2005 : 78) adalah (a) melayani setiap saat; (b) secara tepat dan memuaskan; (c) berlaku sopan; (d) ramah dan menolong; dan (e) profesional dan mampu. Berdasarkan uraian di atas, maka kualitas pelayanan masyarakat dapat disimpulkan sejauh mana kepuasan masyarakat terhadap perlakuan lembaga publik penyedia jasa dengan kecepatan, ketepatan, keramahan, kenyamanan, dan profesional. ## Kriteria Kualitas Pelayanan Menurut Harbani Pasolong (2007 : 136) kriteria kualitatif pelayanan ada 6 (enam) kriteria sebagai berikut : a. Jumlah warga / masyarakat yang meminta pelayanan (per hari, per bulan atau per tahun) serta perkembangan pelayanan dari waktu ke waktu, apakah menunjukkan peningkatan atau tidak. b. Lamanya waktu pemberian pelayanan. c. Ratio/perbandingan antara jumlah pegawai/tenaga dengan jumlah warga/masyarakat yang meminta pelayanan untuk menujukkan tingkat produktivitas kerja. d. Penggunaan perangkat-perangkat modern untuk mempercepat dan mempermudah pelaksanaan. e. Frekuensi keluhan dan/atau pujian dari masyarakat mengenai kinerja pelayanan yang diberikan, baik melalui media massa maupun melalui kotak saran yang disediakan. f. Penilaian fisik lainnya, misalnya kebersihan dan kesejukan lingkungan, motivasi kerja pegawai dan lain-lain aspek yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja pelayanan publik. ## Karakteristik Pelayanan Memperhatikan arti tentang pelayanan umum tidak terlepas dari salah kepentingan umum, yang menjadi asal usul timbulnya istilah pelayanan umum. Pelayanan berarti melayani sesuatu jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam segala bidang. Kegiatan pelayanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dan fungsi administrasi negara. Berbagai karakteristik pelayanan yang harus dimiliki oleh perusahaan diberi pelayanan, diutarakan oleh Nisjar dikutip oleh Riduwan (2004 : 243), yaitu sebagai berikut: a. Prosedur pelayanan harus mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan, sehingga terhindar dari prosedur birokratik yang sangat berlebihan, berbelit-belit (time consuming), b. Pelayanan diberikan secara jelas dan pasti, sehingga kejelasan dan kepastian bagi pelanggannya dalam pelayanan tersebut, c. Pemberian pelayanan senantiasa diusahakan agar pelayanan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, d. Memberikan pelayanan senantiasa memberikan kecepatan waktu yang sudah ditentukan, e. Pelanggan setiap saat dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan pelayanan secara terbuka, Dalam berbagai kegiatan pelayanan baik teknis maupun administrasi, pelanggan selalu diperlakukan dengan motto “ Customer is king and customer is always right ”. Dengan tercapainya kepuasan pelayanan, berarti terdapat efisiensi pemanfaatan sumber- sumber yang ada dan efektivitas pencapaian hasil yang diinginkan. Untuk dapat meningkatkan , organisasi harus selalu menggali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh pelatihan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mengangkat masalah “ Hubungan Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. ## METODE Metode penelitian menggunakan survei dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik penarikan sampel adalah Simple Random Sampling yaitu dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperlihatkan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 68 responden. Variabel yang diteliti adalah perencanaan program kerja (X 1 ) dan pengorganisasian (X 2 ) sebagai variabel independen, sedangkan pelayanan merupakan variabel terikat (Y). ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian variabel perencanaan program kerja memiliki hubungan yang positif kuat dan signifikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,834 sedangkan nilai koefisien determinasi (r²) sebesar 0,695, artinya variabel perencanaan program kerja memberikan kontribusi sebesar 69,5% dalam menjelaskan variabel pelayanan. Adapun untuk variabel pengorganisasian (X 2 ) mempunyai hubungan yang positif kuat dan signifikan dengan pelayanan, yakni dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0,786. Sedangkan nilai koefisien determinasi (r²) sebesar 0,617, artinya variabel pengorganisasian memberikan kontribusi sebesar 61,7% dalam menjelaskan pelayanan. Dari hasil analisis secara simultan, menunjukkan bahwa perencanaan program kerja dan pengorganisasian berhubungan positif dan signifikan dengan pelayanan. Dalam hal ini tingkat perencanaan program kerja secara langsung berhubungan dengan pelayanan, telah terbukti secara signifikan dari hasil penelitian secara parsial maupun secara simultan diketahui bahwa pelayanan pada Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk dapat ditentukan oleh faktor perencanaan program kerja dan pengorganisasian yakni dengan kooefisien korelasinya 0,745 terlihat dari kontribusi hubungan yang dihasilkan (R²) sebesar 0,555 artinya variabel perencanaan progran kerja dan pengorganisasian memberikan kontribusi sebesar 55,5%, dan selebihnya 44,4% ditentukan oleh faktor lain di luar model penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut di atas yaitu variabel perencanaan program kerja dan pengorganisasian dengan pelayanan menunjukkan bahwa besarnya hubungan variabel secara kuantitatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Untuk hubungan variabel X 1 (perencanaan program kerja) dengan Y (pelayanan) perlu dianalisis penulis karena perencanaan program kerja adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal- hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam suatu organisasi melalui tujuan serta kebijakan juga prosedur, standar dan anggaran dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Untuk hubungan variabel X 2 (pengorganisasian) dengan Y (pelayanan) perlu dianalisis penulis karena pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan melalui pembagian kerja, serta departementalisasi juga rentang kendali dan koordinasi untuk menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. 3. Untuk hubungan variabel X 1 (perencanaan program kerja) dan X 2 (pengorganisasian) secara bersama-sama dengan variabel Y (pelayanan) perlu dianalisis penulis karena peningkatan pelayanan adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan) melalui sikap kerja, tingkat keterampilan serta hubungan kerja juga manajemen produktivitas, dan efisiensi tenaga kerja. Jika pelayanan naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi waktu, bahan, tenaga dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari para pegawai. Dengan mengidentifikasi perencanaan program kerja dan pengorganisasian, maka hal itu akan berdampak pada pelayanan. Berdasarkan pemikiran di atas menurut penulis hipotesis yang menyatakan bahwa perencanaan program kerja dan pengorganisasian memiliki hubungan yang kuat dengan pelayanan pada Pada Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk dapat diterima. Besarnya hubungan kedua variabel bebas tersebut dengan variabel terikat juga menunjukkan kenyataan bagaimana melaksanakan dan meningkatkan pelayanan secara optimal, kenyataan ini telah terjawab dengan adanya perencanaan program kerja dan pengorganisasian yang baik. Secara praktis bahwa kedua variabel berjalan secara bersama- sama, artinya dalam prosesnya perencanaan program kerja dan pengorganisasian dapat menjadi variabel atau faktor yang menentukan apakah pelayanan tinggi atau rendah. Apabila perencanaan program kerja dan pengorganisasian baik, maka dengan sendirinya pelayanan akan meningkat. Pada pembahasan ini disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas di atas menunjukkan adanya hubungan yang sangat berarti, artinya tanpa perencanaan program kerja dan pengorganisasian yang baik, maka pelayanan pada Pada Kantor cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk dapat ditingkatkan atau dilaksanakan secara optimal. ## KESIMPULAN Hasil analisa mengenai hubungan perencanaan program kerja dengan peningkatan pelayanan pegawai menyimpulkan bahwa hubungan yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0,834 adalah korelasi yang positif kuat. Hal ini berarti bahwa semakin baik perencanaan program kerja maka semakin meningkat pula pelayanan, sedangkan hasil koefisien determinasi (KD) diperoleh 69,5%. Hasil analisa mengenai hubungan pengorganisasian dengan pelayanan menyimpulkan bahwa hubungan yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0,786 adalah korelasi yang positif kuat. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengorganisasian maka semakin meningkat pula pelayanan, sedangkan hasil koefisien determinasi (KD) diperoleh 61,7%. Sedangkan hasil analisa secara bersama-sama hubungan antara perencanaan program kerja dan pengorganisasian dengan pelayanan menyimpulkan bahwa hubungan yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi R sebesar 0,745 adalah korelasi yang positif kuat. Hal ini berarti bahwa semakin baik perencanaan program kerja dan pengorganisasian maka semakin meningkat pula pelayanan, sedangkan hasil koefisien determinasi (KD) menunjukkan 55,5%. Disarankan Perencanaan program kerja disarankan ditingkatkan dengan memperhatikan cara pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi melalui tujuan serta kebijakan juga prosedur, standar dan anggaran dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. ## DAFTAR PUSTAKA Gomes, Faustino Cardoso (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia , Yogyakarta : Andi. Terry, George R and Rue, Leslie W. (2005), Dasar-Dasar Manajemen , Alih Bahasa: G.A. Ticoalu, Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, Malayu S.P (2004), Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah , Jakarta: Bumi Aksara. __________________ (2003), Organisasi & Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas , Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono (2009), Metode Penelitian Bisnis , Bandung: Alfabeta. Hanafi, Mamduh M. (2003), Manajemen , Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Handoko, T. Hani (2001), Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia , Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, Malayu S.P (2004), Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah , Jakarta: Bumi Aksara. __________________ (2003), Organisasi & Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas , Jakarta: Bumi Aksara. Julitriarsa, Djati dan Suprihanto, John (2001), Manajemen Umum Sebuah Pengantar Edisi Pertama , Yogyakarta: BPFE. Kerlinger, Fred N. (2002), Asas-Asas Penelitian Behavioral , Gadjah Mada University Press. Manullang, M. (2000), Dasar-Dasar Manajemen , Medan: Ghalia Indonesia. Ndraha, Taliziduhu (2003), Budaya Organisasi , Jakarta : Rineka Cipta. Samsudin, Sadili (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka Setia. Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom (2006), Effective Public Relations , Jakarta: Kencana. Sedarmayanti, (2007), Tata Kerja dan Produktivitas Kerja , Bandung : Mandar Maju. Siagian, Sondang P. (2004), Filsafat Administrasi Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara. Sinungan, Muchdarsyah (2004), Produktivitas Apa dan Bagaimana , Jakarta : Bumi Aksara. Suhendra, K. (2008), Manajemen dan Organisasi dalam Realita Kehidupan , Bandung: Mandar Maju. Sugiyono (2009), Metode Penelitian Bisnis , Bandung: Alfabeta. –––––––– (2009), Metode Penelitian Administrasi , Bandung: Alfabeta. –––––––– (2009), Statistik untuk Penelitian , Bandung: Alfabeta. Sutrisno, Edy (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Syamsi, Ibnu (2007), Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja , Jakarta: Bumi Aksara. Terry, George R and Rue, Leslie W. (2005), Dasar-Dasar Manajemen , Alih Bahasa: G.A. Ticoalu, Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Husaini (2006), Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan , Jakarta: Bumi Aksara. Wahjosumidjo (2000), Perencanaan Statistik , Jakarta: LAN RI. Wibowo (2007), Manejemen Kinerja , Jakarta : Rajagrafindo Persada.
046fa81b-2dbe-4059-8ee7-ffb4a5d31070
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM/article/download/1636/1282
## EDUKASI PEMAKAIAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI) PADA PEKERJA Apriyanti Aini*, Vivi Dwi Putri, Popy Apriyanti STIKES Abdurahman Palembang, Jl. Kol. H. Burlian Sukajaya, Suka Bangun, Kec. Sukarami, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114, Indonesia *[email protected] ## ABSTRAK Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang dipakai oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh tubuhnya terhadap adanya potensi bahaya kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja pada tempat lingkungan kerja. Banyak para pekerja menganggap tidak penting pemakaian APD, terutama pada pekerja pengangkut getah karet karena mereka merasa sudah terbiasa dan merasa nyaman bekerja tidak memakai APD (Paletean et al., 2020). Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menimbulkan kesadaran pentingnya pemakaian APD dengan benar. Pelaksaanaan kegiatan yang dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kegiatan ini dilaksanakan 02 Maret 2023 dengan responden sebanyak 15 pekerja di PT Hok Tong Keramasan. Kegiatan ini diawali dengan pretest didapatkan nilai rata-rata sebesar 50 poin, setelah itu dilakukan edukasi tentang penggunaan APD dan selanjutnya dilakukan dengan posttest nilai rata – rata adalah 90 poin. Terdapat peningkatan pengetahuan pekerja dalam penggunaan APD dengan nilai rata-rata peningkatan sebesar 40 poin. Dengan dilakukannya edukasi dalam pemakaian APD diharapkan pekerja dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam pemakaian APD saat bekerja. Kata kunci: APD (alat pelindung diri); edukasi; pekerja ## EDUCATION ON THE USE OF PPE (PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT) ON WORKERS ## ABSTRACT Personal Protective Equipment (PPE) is a tool used by workers to protect their entire bodies against potential hazards of work accidents or occupational diseases in the work environment. Many workers consider the use of PPE unimportant, especially for latex transport workers because they feel used to and feel comfortable working without wearing PPE (Paletean et al., 2020). This community service aims to raise awareness of the importance of using PPE properly. Implementation of activities carried out with the lecture and question and answer method. This activity was carried out on March 2, 2023 with 15 respondents as workers at PT Hok Tong Keramasan. This activity begins with a pretest to get an average value of 50 points, after that education is carried out about the use of PPE and is then carried out with a posttest with an average value of 90 points. There is an increase in workers' knowledge of using PPE with an average increase of 40 points. By conducting education in the use of PPE, it is hoped that workers can increase their knowledge and awareness in using PPE while working. Keywords: education; PPE (personal protective equipment); workers ## Jurnal Peduli Masyarakat Volume 5 Nomor 1, Maret 2023 e-ISSN 2721-9747; p-ISSN 2715-6524 http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM ## PENDAHULUAN Peireikonomian Indoneisia teirdiri dari beibeirapa seiktor yaitui induistri beisar, induistri meineingah dan induistri keicil, yang mana seiktor induistri inilah yang meinjadi peinggeirak peirtuimbuihan eikonomi di Indoneisia (Rangkang, 2021). Inteirnational Labouir Organization meinyatakan bahwa leibih dari 1,8 juita keimatian akibat keirja teirjadi seitiap tahuinnya di kawasan Asia dan Pasifik. Bahkan duia peirtiga keimatian akibat keirja di duinia teirjadi di Asia. Di tingkat global, leibih dari 2,78 juita orang meininggal seitiap tahuin akibat keiceilakaan ataui peinyakit akibat keirja (Dalam Mongkaui, eit.all, 2020). BPJS Keiteinagakeirjaan meingatakan bahwa angka keiceilakaan keirja seitiap tahuinnya meiningkat. Pada tahuin 2017 angka keiceilakaan keirja yang dilaporkan seibanyak 123.041 kasuis, seimeintara itui seipanjang tahuin 2018 meincapai 173.105 kasuis. Keiceilakaan keirja adalah suiatui keijadian keiceilakaan yang teirjadi dalam lingkuingan keirja, teirmasuik juiga keiceilakaan yang teirjadi dalam peirjalanan dari ruimah meinuijui teimpat keirja dan dari teimpat keirja meinuijui ruimah seirta keiceilakaan keirja yang meinimbuilkan peinyakit akibat keirja diseibabkan oleih lingkuingan keirja (Peiratuiran Peimeirintah No. 44 tahuin 2015). Ada beibeirapa faktor peinyeibab teirjadinya keiceilakaan salah satuinya faktor manuisia ( uinsafei huiman acts ) dan faktor lingkuingan ( uinsafei condition ). Dilihat dari faktor manuisia keiceilakaan keirja teirjadi kareina beikeirja tidak seisuiai deingan proseiduir, tidak meimakai Alat Peirlinduingan Diri (APD), meinaruih barang ataui alat seicara tidak beinar, keileilahan, keibosanan, beikeirja sambil beirguiraui seirta tidak fokuis dalam beikeirja dan seibagainya. Seilanjuitnya faktor lingkuingan keiceilakaan keirja teirjadi kareina keiadaan lingkuingan yang tidak aman seipeirti peiralatan keirja yang suidah ruisak dan tidak bisa diguinakan teitapi masih diguinakan, peincahayaan yang kuirang meimadai, tata ruiang keirja tidak eirgonomis, seirta keiadaan lingkuingan dilihat dari seigi fisik, biologi, dan kimia. Alat Peilinduing Diri (APD) yang jarang diguinakan ataui bahkan tidak peirnah diguinakan seihingga teirlihat beiluim teirseintuihnya, meinandakan peingeitahuian peikeirja yang kuirang teirhadap peintingnya meinguitamakan Keiseilamatan dan Keiseihatan Keirja (K3) (Seitiawan, 2021). Alat Peilinduing Diri (APD) adalah suiatui alat yang dipakai oleih teinaga keirja uintuik meilinduingi seiluiruih tuibuihnya teirhadap adanya poteinsi bahaya keiceilakaan keirja ataui peinyakit akibat keirja pada teimpat lingkuingan keirja. Banyak para peikeirja meinganggap tidak peinting peimakaian APD, teiruitama pada peikeirja peingangkuit geitah kareit kareina meireika meirasa suidah teirbiasa dan meirasa nyaman beikeirja tidak meingguinakan APD (Paleiteian eit al., 2020). Eiduikasi keiseilamatan dan keiseihatan keirja dalam peimakaian APD dilakuikan seibagai meidia peinyampaian agar keiceilakaan keirja dapat di minimalisir (Suisanto eit al., 2020). Deingan deimikian seiluiruih lingkuingan teimpat keirja haruis meineirapkan K3 teiruitama pada bidang kontruiksi yang rawan akan teirjadinya keiceilakaan keirja (Bhastary & Suiwardi, 2018), yang dapat diseibabkan kareina tingkat keisuilitan peikeirjaan konstruiksi yang beirbeida di seitiap proyeik, teimpat keirja yang dipeingaruihi cuiaca dan ruiang teirbuika (Alfons Willyam Seipang Tjakra eit al., 2013) . Peikeirja pabrik puin juiga meindapatkan reisiko yang tinggi akan teirjadinya keiceilakaan keirja kareina faktor alat dan bahan yang diguinakan (Leistari, 2017). Peingabdian masyarakat ini beirtuijuian uintuik meinimbuilkan keisadaran peintingnya peimakaian APD deingan beinar. Minimnya Peimakaian APD dikalangan para peikeirja meinjadi isui yang seiring dibahas dikareinakan masih teirdapat banyak keitidakseisuiaian dan keisadaran dalam peimakaiannya. Para peikeirja masih banyak meinyeipeileikan peintingnya peimakaian APD deingan beinar uintuik Meiningkatkan Keiseilamatan dan Keiseihatan Keirja (K3). Keisadaran peimakaian APD deingan beinar dapat meinguirangi keiceilakaan saat beikeirja dan peinyakit akibat keirja seirta keiseilamatan peikeirja dalam meinjalankan tuigasnya. Teirjaminnya keiseihatan dan keiseilamatan peikeirja akan meinjadi nilai leibih bagi peikeirja. ## METODE Keigiatan peingabdian keipada masyarakat ini dilaksanakan deingan meitodei peimbeirian eiduikasi keipada peikeirja di PT Hok Tong Keiramasan seibanyak 15 orang. Langkah – Langkah keigiatan peingabdian keipada masyarakat dilakuikan seibagai beirikuit : 1. Peirsiapan keigiatan Meimpeirsiapkan reincana keigiatan beiruipa mateiri eiduikasi dalam beintuik leiafleit teintang peimakaian APD leingkap. 2. Peilaksanaan keigiatan Keigiatan peingabdian masyarakat diawali deingan tahapan preiteist meingeinai peimakaian APD pada peikeirja. Preiteist dilakuikan deingan tuijuian meingeitahuii seibeirapa beisar peimahaman peikeirja meingeinai mateiri yang akan dibeirikan. Keimuidian dilakuikan eiduikasi deingan ceiramah meingeinai peimakaian APD muilai dari peingeirtian, jeinis – jeinis APD, Manfaat dan deimonstrasi peimakaian APD seilama 45 meinit. Dilanjuitkan deingan diskuisi dan tanya jawab seilama 15 meinit. Seiteilah keigiatan eiduikasi dilaksanakan tahapan seilanjuitnya dilakuikan postteist uintuik meinilai keimampuian peikeirja teirhadap mateiri yang teilah dibeirikan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pe i ngabdian masyarakat ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 02 Mare i t 2023 pu i ku i l 10.00 WIB. Se i te i lah dilaksanakan ke i giatan e i du i kasi tim pe i ngabdian masyarakat me i laku i kan wawancara singkat pada pe i ke i rja di PT Hok Tong Ke i ramasan. Dari hasil wawancara te i rhadap pe i ke i rja se i hingga pe i ke i rja me i njadi le i bih me i mahami te i ntang pe i ntingnya ke i se i hatan dan ke i se i lamatan ke i rja (K3) saat be i ke i rja. Pe i ke i rja ju i ga me i mbe i rikan tanggapan positif te i rkait de i ngan ke i giatan pe i ngabdian ini se i hingga ke i de i pannya bisa me i ne i rapkan K3 saat be i ke i rja. Ke i biasaan pe i ke i rja yang tidak me i makai APD saat be i ke i rja, tidak me i nggu i nakan pakaian ke i rja yang te i pat se i rta tidak me i mpe i rhatikan dan me i ne i rapkan PHBS bisa me i nye i babkan pe i nyakit akibat ke i rja dan ke i ce i lakaan ke i rja, hal ini be i rkaitan de i ngan te i rpaparnya pe i ke i rja de i ngan be i rbagai macam faktor bahaya baik se i cara fisik, biologi mau i pu i n kimia dalam prose i s pe i ngangku i tan ge i tah kare i t ke i dalam me i sin. Para pe i ke i rja pada bagian pe i ngangku i tan ge i tah kare i t me i ru i pakan salah satu i je i nis pe i ke i rjaan yang re i ntan me i nimbu i lkan ke i ce i lakaan dan pe i nyakit akibat ke i rja. Ke i ce i lakaan ke i rja yang se i ring te i rjadi pada pe i ke i rja pe i ngangku i tan ge i tah kare i t diakibatkan kare i na pe i ke i rjaan me i re i ka yang se i lalu i te i rpapar langsu i ng ole i h polu i si dan aroma ge i tah, se i lain itu i pe i ke i rja be i risiko tinggi me i ngalami masalah ke i se i hatan kare i na te i rpapar langsu i ng de i ngan aroma ge i tah. Bahaya-bahaya lingku i ngan ke i rja baik fisik, biologis mau i pu i n kimiawi pe i rlu i dike i ndalikan se i de i mikian ru i pa se i hingga te i rcipta su i atu i lingku i ngan ke i rja yang se i hat, aman, dan nyaman. Ada be i be i rapa cara pe i nge i ndalian bisa dilaku i kan u i ntu i k me i ngu i rangi bahaya – bahaya dalam lingku i ngan ke i rja, te i tapi pe i nge i ndalian se i cara te i knis pada su i mbe i r bahaya itu i se i ndiri dinilai paling e i fe i ktif dan me i ru i pakan alte i rnatif pe i rtama yang dianju i rkan, se i dangkan pe i makaian alat pe i lindu i ng diri (APD) me i ru i pakan pilihan te i rakhir. Salah satu i u i paya dalam rangka pe i mbe i rian pe i rlindu i ngan te i naga ke i rja te i rhadap ke i se i lamatan dan ke i se i hatan ke i rja (K3) u i ntu i k pe i ke i rja pe i ngangku i t ge i tah adalah de i ngan cara me i mbe i rikan APD. Se i su i ai de i ngan te i ori Ku i swardana e i t al., 2017 yang me i ngatakan bahwa salah satu i cara u i ntu i k me i nghindari ke i ce i lakaan ke i rja dan ganggu i an ke i se i hatan pada pe i ke i rja atau i me i ngu i rangi akibat yang di timbu i lkan saat te i rjadi ke i ce i lakaan ke i rja se i rta me i re i du i ksi pote i nsial ganggu i an ke i se i hatan pe i ke i rja adalah me i nggu i nakan APD. U i ndang-U i ndang nomor 1 tahu i n 1970 te i ntang ke i se i lamatan ke i rja me i wajibkan pe i ngu i ru i s u i ntu i k me i nye i diakan APD bagi te i naga ke i rja dan me i nje i laskan pada se i tiap te i naga ke i rja baru i te i ntang se i mu i a pe i ngamanan dan alat-alat pe i rlindu i ngan yang diharu i skan dalam te i mpat ke i rjanya (Simatu i pang, 2017). Pe i mbe i rian APD ke i pada te i naga ke i rja, me i ru i pakan u i paya te i rakhir apabila u i paya re i kayasa ( e i ngine i e i ring ) dan cara ke i rja yang aman ( work practice i s ) te i lah maksimu i m dilaku i kan. Gambar 1. Foto pekerja menggunakan APD SIMPULAN Be i rdasarkan ke i giatan pe i ngabdian pada masyarakat maka dapat simpu i lkan bahwa pe i ke i rja haru i s le i bih me i mpe i rhatikan ke i se i hatan dan ke i se i lamatan ke i rja (k3) te i ru i tama pe i makaian APD le i ngkap saat be i ke i rja, kare i na pe i ke i rjaan yang be i risiko dapat te i rjadi ke i ce i lakaan ke i rja dan pe i nyakit akibat ke i rja, ke i giatan ini dihadiri 15 pe i ke i rja. Para pe i ke i rja me i ngatakan bahwa ke i giatan ini sangat positif dan diharapkan u i ntu i k dilanju i tkan lagi. ## UCAPAN TERIMA KASIH Tim peingabdian masyarakat meinguicapkan teirima kasih keipada Kampuis STIKEiS Abduirahman Paleimbang dan seimuia pihak yang teilah meimbantui dan meimfasilitasi dalam peilaksanaan keigiatan ini seihingga peingabidan masyarakat dapat teirlaksana seisuiai deingan reincana yang teilah dibuiat dan disuisuin. ## DAFTAR PUSTAKA Alfons Willyam Seipang Tjakra, B. J., Ch Langi, J. Ei., & O Walangitan, D. R. (2013). Manajeimein Risiko Keiseilamatan dan Keiseihatan Keirja (K3) Pada Proyeik Peimbanguinan Ruiko Orleins Fashion Manado . Juirnal Sipil Statik, 1(4), 282–288 Azwar, S. (2011). Sikap dan Peirilakui Dalam: Sikap Manuisia Teiori dan Peinguikuirannya . Yogyakarta: Puistaka Peilajar. Bhastary, M. D., & Suiwardi, K. (2018). Analisis Peingaruih Keiseilamatan Dan Keiseihatan Keirja (K3) Dan Lingkuingan Keirja Teirhadap Kineirja Karyawan Di PT.Samuideira Peirdana . Juirnal Manajeimein Dan Keiuiangan, 7(1), 47–60. Buintarto. (2015). Panduian Praktis Keiseilamatan Dan Keiseihatan Keirja Uintuik Induistri . Yogyakarta: Puistaka Barui Preiss. Deiwi, P., Anita. (2012). Dasar-Dasar Keiseilamatan Keiseihatan Keirja . Jeimbeir: Uiniveirsity Preiss Eidigan, F., Puirnama Sari, L. R. and Amalia, R. (2019). Huibuingan Antara Peirilakui Keiseilamatan Keirja Teirhadap Peingguinaan Alat Peilinduing Diri (APD) Pada Karyawan PT Suirya Agrolika Reiksa Di Seii. Basaui . Juirnal Saintis, 19(02), p. 61. doi: 10.25299/saintis.2019. vol19(02).3741. Fairyo, L. S. and Wahyuiningsih, A. S. (2018). Keipatuihan Peimakaian Alat Peilinduing Diri pada Peikeirja Proyeik . Higeiia Jouirnal Of Puiblic Heialth Reiseiarch And Deiveilopmeint, 2(1), pp. 80–90. Availablei at http://jouirnal.uinneis.ac.id/sjui/indeix.php/higeiia. Handayani, S. (2021). Analisis Faktor yang beirhuibuingan deingan Peingguinaan Alat Peilinduing Diri (APD) Kabuipatein Okui Timuir : Skripsi PSKM Bina Huisada: Tidak diteirbitkan. Indragiri, S. and Salihah, L. (2020). Huibuingan Peingawasan Dan Keileingkapan Alat Peilinduing Diri Deingan Tingkat Keipatuihan Peingguinaan Alat Peilinduing Diri. Juirnal Keiseihatan, 10(1), pp. 1238–1245. doi: 10.38165/jk.v10i1.2. Kuiswardana, A., Mayangsari, N. Ei., & Amruillah, H. N. (2017). Analisis Peinyeibab Keiceilakaan Keirja Meingguinakan Meitodei RCA (Fishbonei Diagram Meithod And 5– Why Analysis) di PT. PAL Indoneisia . Seiminar K3, 1(1), 141–146 Leistari. (2017). Huibuingan Keiseilamatan Dan Keiseihatan Keirja (K3) Teirhadap Kineirja Karyawan PT. Haleiyora Poweirindo Peikanbarui . Jom Fisip, 3(2), 399–404. Masyarakat, J. K. (2018). Huibuingan Peineirapan Program K3 Teirhadap Keipatuihan Peingguinaan Apd Pada Peikeirja Konstruiksi Di Peimbanguinan Geiduing Parkir Bandara Ahmad Yani Seimarang. Juirnal Keiseihatan Masyarakat (ei- Jouirnal), 6(4), pp. 300–308. Mongkaui,F,R ,P, Rattui,J,A,M dan Suioth,L,F. (2020). Huibuingan Antara Peingeitahuian dan Sikap deingan Tindakan Peingguinaan Alat peilinduing Diri pada Peikeirja Meibeil di Deisa Lileim Duia Keicamatan Sondeir Kabuiapatein Minahasa . Meidical Scopei Jouirnal (MSJ), vol.1, no.2, hal.7-13. Nivein, Neiil. (2013). Psikologi Keiseihatan: Peingantar Uintuik Peirawat Profeisional Keiseihatan . Eidisi 2 Jakarta: EiGC Nuiraini, L. and Wardani, R. S. (2015). Keipatuihan Teirhadap Peiratuiran Keiseilamatan Dan Keiseihatan Keirja ( K3 ) Huibuingannya Deingan Keiceilakaan Keirja. Juirnal Keiseihatan Masyarakat, 10(2), pp. 26–34. Paleiteian, D., Hamsir, H., & Rostina, R. (2020). Huibuingan Peingeitahuian Dan Sikap Peikeirja Peingangkuit Sampah Deingan Peingguinaan Alat Peilinduing Diri (APD) Di Kota Makassar. Suilolipui: Meidia Komuinikasi Sivitas Akadeimika Dan Masyarakat, 20(2), 192. Peiratuiran Peimeirintah, (2015). Peiratuiran Peimeirintah No. 44 tahuin 2015 Teintang Peinyeileinggaraan Program Jaminan Keiceilakaan Keirja Dan Jaminan Keimatian . Rangkang JRC, Mauitang T, Patuiruisi A. (2021). Huibuingan Antara Peilaksanaan Program Keiseihatan Keiseilamatan Keirja Deingan Keijadian Keiceilakaan Keirja Pada PT Cahaya Nataan Di Ratahan 2020 . Phys J Ilmui Keiseihat Olahraga. 2021;2(1):123–30. Saliha, J. eit al. (2019). Huibuingan Antara Peingeitahuian Dan Sikap Deingan Keipatuihan Peingguinaan Alat Peilinduing Diri Pada Peikeirja PT. Huitama Karya Proyeik Peimbanguinan Jalan Tol Manado-Bituing Tahuin 2018. Keismas, 7(5), pp. 1–2. Simatuipang, H. (2017). P eilaksanaan UindangUindang Nomor 1 Tahuin 1970 teintang Keiseilamatan Keirja. Jouirnal of Law and Policy Transformation, 1(2), 194–225. Suicipto CD (2014). Keiseilamatan dan Keiseihatan Keirja . Yogyakarta: Gosyein Puiblishing; Tarwaka. (2015). Keiseilamatan Keiseihatan Keirja dan Eirgonomi Dalam Peirspeiktif Bisnis . Suirakarta: Harapan Preiss. Warmuini, N. M. and Ruisminingsih, N. K. (2020). Huibuingan Tingkat Peingeitahuian Deingan Keipatuihan Peimakaian Alat Peilinduing Diri Peituigas Cleianing Seirvicei Di Ruimah Sakit Uimuim Bangli Tahuin 2019 . Juirnal Keiseihatan Lingkuingan (JKL), 10(1), pp. 24– 31. doi: 10.33992/jkl.v10i1.1087. Widodo, S. Ei., (2015). Manajeimein Peingeimbangan Suimbeir Daya Manuisia . Yogyakarta: Puistaka Peilajar
95efd571-b7a9-4b47-bbdd-25c0073342a2
https://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/article/download/2073/1608
Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Tangerang Endah Sri Rahayu 1 , Nuraini Nuraini 2 1 Mahasiswa Prodi Ners FIKes, Universitas Muhammadiyah Tangerang 2 Dosen Prodi Sarjana Keperawatan FIKes, Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : [email protected] Diterima: 25 Oktober 2019 Disetujui: 12 Maret 2020 ## Abstrak Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius dalam kehidupan modern saat ini. Menuru World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama secara global. Diperkirakan 17.7 juta orang meninggal karena stroke pada tahun 2015 mewakili 31% dari semua kematian global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap Peningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Tangerang. Desain penelitian quasi eksperimen dengan jumlah sampel 14 orang. Analisa data univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon. Sampel diukur dengan dengan menggunakan Lembar Observasi sebelum dan sesudah Latihan Range Of Motion (ROM). Latihan Range Of Motion ini dilakukan selama 1 minggu dalam 7 hari dilakukan 2 kali latihan pagi dan sore selama 15 menit. Berdasarkan uji Paried Test terdapat pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik dengan didapatkan p value = 0.01< α 0,05. Hal ini membuktikan bahwa ROM pasif berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot responden. Peneliti menyarankan bagi Rumah Sakit sebaiknya menetapkan standard operasional prosedur untuk penanganan khusus menggunakan ROM Pasif agar hasil yang diperoleh dapat maksimal dan seragam untuk semua masalah kekuatan otot. Kata Kunci : Stroke; non hemoragik; ROM Pasif; Kekuatan Otot Rujukan artikel penelitian: Rahayu, E. S., Nuraini, N. (2020). Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Tangerang. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia . Vol 3 (2): 41-50 Effect of Passive Range Of Motion (ROM) Exercise on Increased Muscle Strength in Non-Haemorrhagic Stroke Patients in Inpatient Rooms at RSUD Kota Tangerang ## Abstract Stroke is one of the serious health problems in modern life today. According to the World Health Organization (WHO) explained that stroke is the leading cause of death globally. An estimated 17.7 million people die of strokes in 2015 representing 31% of all global deaths. This study aims to determine the effect of Passive Range of Motion (Rom) Exercise on Increasing Muscle Strength in Non-Hemorrhagic Stroke Patients in the Inpatient Room at Rsud Kota Tangerang. Quasi-experimental research design with a sample of 14 people. Univariate and bivariate data analysis using the Wilcoxon test. Samples are measured using Observation Sheets before and after Range Of Motion (ROM) Exercises. This Range Of Motion exercise is carried out for 1 week in 7 days, done 2 times in the morning and afternoon for 15 minutes. Based on the Paried Test, it was found that there was an effect of Passive Range Of Motion (ROM) Exercise on increasing muscle strength in non- hemorrhagic stroke patients with p value = 0,01 <α 0,05. This proves that passive ROM has an effect on increasing the muscle strength of the respondent. Hospitals should set standard operating procedures for special handling using Passive ROM so that the results obtained can be maximal and uniform for all the problems of the word muscle strength. Keywords : Non-hemorrhagic ; stroke ;Passive ROM ; Muscle Strength ## PENDAHULUAN Stroke adalah gangguan fungsi system saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen keotak akan memunculkan kematian selsaraf. Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Pinzon, 2010). World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama secara global. Diperkirakan 17.7 juta orang meninggal karena stroke pada tahun 2015 mewakili 31% dari semua kematian global. Lebih dari tiga perempat kematian akibat stroke terjadi di Negara dengan penghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015 dalam Nugroho; 2018) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penyakit stroke di Indonesia semakin meningkat disetiap tahunnya. Prevalensi kasus stroke di Indonesia sudah mencapai 10,9% per mil, dibandingkan pada tahun 2013 angka kejadian stroke di Indonesia mencapai 7,0%. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas yaitu 50,2 % dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun yaitu sebesar 32,4 %. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki 11,0 % dibandingkan dengan perempuan 10,9% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data yang didapat dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Banten meningkat sebanyak 5,1 % per mil. Pada Kasus stroke paling tinggi berdasarkan umur pada usia >75 tahun yaitu sebanyak 43,1 %. Kasus ini sering terjadi pada laki-laki di bandingkan dengan perempuanyaitu 7,1 %. (Riskesdas, 2013). Stroke merupakan penyakit neurologis yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi mototrik pada penderitanya. Serangan stroke mengakibatkan kemampuan motorik pasien mengalami kelemahan atau hemiparesis (Nasir, 2017 dalam Santoso 2018). Salah satu dampak yang terjadi pada pasien stroke adalah mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh yang terpengaruh stroke. Kelemahan ini bisa menimbulkan ketidak seimbangan dan kesulitan pada saat berjalan karena gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak (Irdawati, 2008 dalam Sukmaningrum 2012). ## BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan penelitian desain kuantitatif dengan metode quasi eksperimen . Dan menggunakan rancangan pre - post test group control , pada penelitian ini peneliti melakukan latihan ROM pada suatu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre dan post test di RSUD Kota Tangerang yang di identifikasi pada satu satuan waktu. Waktu Penelitian ini dimulai dari bulan Mei sampai bulan Juli 2019. Sampel yang di ambil saat penelitian sebagian dari populasi pasien yang di rawat di RSUD Kota Tangerang ada sebanyak 14 pasien. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang di peroleh dari MRI RSUD Kota Tangerang dan data sekunder yang langsung diperoleh oleh peneliti ketika penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat ukur derajat kekuatan otot dan Lembar observasi table checklist. Metode analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil analisa data akan dimulai dari analisa univariat yang meliputi umur, pendidikan dan mengidentifikasi kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan latihan Range Of Motion (ROM). Sedangkan analisa bivariate menggunakan uji Non Parametrik dengan Wilcoxon Match Pair Test yaitu mengidentifikasi adakah pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di ruang rawat inap di RSUD Kota Tangerang. ## HASIL DAN BAHASAN Pada analisis univariat mengambarkan frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan. Sampel terdiri dari 14 responden stroke non hemoragik di ruang rawat inap di RSUD Kota Tangerang. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di ruang rawat inap di RSU Kota Tangerang (n=14) No Umur Jumlah Presentase (%) 1 Dewasa akhir (36-45 tahun) 5 35,7 2 Lansia awal (46-55 tahun) 9 64,3 Total 14 100.0 Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Usia responden yang mengalami stroke non hemoragik berusia 46-55 tahun yaitu sebanyak 9 responden (64,3%). Menurut Brunner & Suddarth (2016) menjelaskan bahwa pada penderita stroke non hemoragik sering terjadi pada usia 36-45 tahun, 45-55 tahun dan > 55 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Claudia et al (2013), menyatakan bahwa dari hasil penelitian responden yang mengalami kasus stroke non hemoragik paling banyak pada katagori umur < 40 tahun (13.3%), 41 – 60 tahun (46.7%), >60 tahun (40.0%). Resiko terkena stroke meningkat sejakusia 45 tahun. Setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkat. Penelitian yang dilakukan Zainuddin (2014), Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus stroke non hemoragik tertinggi pada kelompok usia usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, pada usia usia 45-64 tahun berjumlah 54,2%. ## Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di ruang rawat inap di RSUD Kota Tangerang (n=14) No Pendidikan Jumlah Presentase (%) 1 SD 2 14,3 3 SMP 2 14,3 4 SMA 7 50,0 5 Perguruan Tinggi 3 21,4 Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang mengalami stroke non hemoragik sebagian besar dengan pendidikan terakir yaitu di tingkat SMA sebanyak 7 orang responden (50%). Pada penelitian ini belum menjumpai jurnal atau literature mengenai faktor resiko yang mempunyai hubungan pendidikan dengan kejadian stroke non hemoragik, tetapi rendahnya pendidikan bisa dikaitkan dengan tingkat pengetahuan mengenai stroke non hemoragik. Pada analisis bivariat digunakan untuk menganalisa pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap penigkatan kekuatan pada otot pada pasien stroke non hemoragik. Uji bivariat ini menggunakan Wilcoxon Match Pair Test dan dikatakan berpengaruh apabila p value <0,05. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Pre Test dan Post Test Latihan Range Of Motion (ROM) di ruang rawat inap di RSUD Kota Tangerang (n=14) Kekuatan otot Sebelum intervensi Sesudah intervensi Jumlah % Jumlah % Derajat 0 0 0 0 0 Derajat 1 0 0 0 0 Derajat 2 2 14,3 1 7,1 Derajat 3 8 57,1 6 42,9 Derajat 4 4 28,6 7 50,0 Derajat 5 0 0 0 0 Jumlah 14 100,0 14 100,0 Tabel 4 Hasil Uji Statistik Wilcoxon Match Pair Test Test Statistik Kekuatan Otot Post Test-Kekuatan Otot Pre Test Z -0,232 Asymp. Sig. (2- tailed) 0,01 Pada pengujian statistik menggunakan uji Non Parametrik Wilcoxon Match Pair Test diperoleh Asmp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,01(nilai p value). Untuk menentukan hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan nilai taraf signifikan p value dengan taraf kesalahan 5% (0,05) jika p value lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika p value lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil perhitungan didapatkan nilai p value sebesar 0,01<0,05 yang berarti Ha ada Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki kekuatan otot derajat 2 sebelum intervensi sebanyak 2 responden (14,3%), responden yang memiliki kekuatan otot derajat 3 sebanyak 8 responden (57,1%) dan responden yang memiliki kekuatan otot 4 sebanyak 4 responden (28,6%), bahwa responden yang memiliki kekuatan otot derajat 2 sebelum intervensi sebanyak 1 responden (7,1%), responden yang memiliki kekuatan otot derajat 3 sebanyak 6 responden (42,9%) dan responden yang memiliki kekuatan otot 4 sebanyak 7 responden (50%). Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa terdapat Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik. Hasil penelitian hampir sama dengaan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin (2014) mengenai “Pengaruh Latihan (Rom) Pasif Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Di Ruang Ra4 Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2014”, Berdasarkan tingkat kekuatan otot sebelum dilakukan latihan Range of Motion (ROM) pasif, responden dengan tingkat kekuatan otot 1 sebanyak 8 responden (67%) dan tingkat kekuatan otot 2 sebanyak 4 responden (33%). Berdasarkan tingkat kekuatan otot sesudah dilakukan latihan Range of Motion (ROM) pasif, responden dengan tingkat kekuatan otot 1 sebanyak 2 responden (17%), tingkat kekuatan otot 2 sebanyak 3 responden (25%) dan tingkat kekuatan otot 3 sebanyak 7 responden (58%). Hasil penelitian yang dilakukan Zainuddim (2014) membuktikan bahwa berdasarkan dari hasil uji statistic yang dilakukan baik memakai uji non parametric ataupun uji parametrik mempunyai perhitungan hasil yang sama yaitu adanya pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik. Penderita stroke yang mengalami kelemahan otot dan tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi, salah satunyaadalah kontraktur. Kontraktur menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari-hari dan cacat yang tidak dapat disembuhkan (Asmadi, 2008). Penderita stroke dapat mengalami kesulitan saat berjalan karena gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Latihan gerak mempercepat penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak di otak (Irdawati, 2008). Menurut pendapat Smeltzer & Bare (2009), bahwa regulitas dalam latihan bagi pasien stroke merupakan hal yang paling penting karena perbaikan kekuatan otot dan pemeliharaan rentang gerak dapat dicapai hanya melalui latihan harian.Menurut Guyton (2007), mekanisme kontraksi dapat meningkatkan otot polos pada ekstremitas. Latihan ROM pasif dapat menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan aktivasi dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis statis atau kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi (Trisnowiyanto, 2012). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Dengan demikian semakin banyak serabut otot teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang di hasilkan oleh otot tersebut (Irfan, 2010). ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dengan menggunakan metode quasi eksperimen tentang Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Tangerang maka diperoleh kesimpulan bahwa dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden sebelum diberikan intervensi mengalami kekuatan otot derajat 2 yaitu sebanyak 2 responden (14,3%), responden yang mengalami kekuatan otot derajat 3 sebanyak 8 responden (57,1%) dan responden yang mengalami kekuatan otot derajat 4 yaitu sebanyak 4 responden (28,6%). setelah diberikan intervensi menjadi kekuatan otot derajat 2 sebanyak 1 responden (7,1%), yang mengalami kekuatan otot 3 sebanyak 6 (42,9%) dan responden yang memiliki kekuatan otot derajat 4 sebanyak 7 responden (50%). Terdapat pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) Pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik dibuktikan dengan hasil uji Non Parametrik Wilcoxon Match Pair Test nilai P value = 0,01 dengan nilai kepercayaan< 0,05. ## Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan yang dibuat, maka terdapat saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut: Hasil uji analisis diatas, menunjukan adanya pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik yang dirasakan pasien setelah diberikan pelatihan ROM di ruang rawatinap di RSUD Kota Tangerang. Maka diharapkan bagi intitusi Rumah Sakit agar dapat memberikan edukasi terkait dengan latihan ROM kepada pasien stroke non hemoragik agar pasien juga dapat mengurangi rasa kaku pada otot-ototnya. Pada institusi Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau konstribusi sebagai bahan informasi untuk sumber ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan medical bedah, sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas keperawatan di masa yang akan datang. peneliti selanjutnya diharapkan peneliti lain dapat menggali secara lebih luas baik secara kualitatif dan kuantitatif mengenai pengaruh latihan R ange Of Motion (ROM) Pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik diruang rawat inap di RSUD Kota Tangerang. ## RUJUKAN Brunner &Suddarth. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi12., Jakarta; EGC Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnose Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: EGC. Daurman, Karel. 2013. Waspada stroke usiamuda. Jakarta: Cerdas Sehat Departemen Kesehatan Rapublik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) 2013. Depkes RI, (2018). file:///C:/Users/Admin/Downloads/Documents/hasil-riskesdas- 2018.pdf di aksestanggal 18 maret 2019 jam 23.45 WIB Haryanto, A. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media Hesti. 2018. Pengaruh Rom (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic . (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan. Vol. 3, No. 2, Desember 2018. Hal. 64-72 Irfan, M. 2010. Fisiologi Bagi Insan Stroke. Edisi Pertama . Yogyakarta: Penerbit GrahaI lmu Organisation, W. H.O. (2015). WHO: Stroke, Cerebrovascular accident. Stroke. https://doi.org/http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/index. html. Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : SalembaMedikaSatyanegara., 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Smeltzer SC, Bare BG. 2011. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8. Alih Bahasa Agung Waluyodkk. EGC. Jakarta 2004 Sugiyono . 2012 . Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D . Bandung: Alfabeta. Wijaya, A. S danPutri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika. Hesti. 2018. Pengaruh ROM (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic . file:///C:/Users/Admin/Documents/Semester%208/Skripisi/jurnal/(1)%2046 -84-1-SM.pdf Sikawin, A. C. 2013. Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Strokedi Irina F Neurologi Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. file:///C:/Users/Admin/Documents/Semester%208/Skripisi/jurnal/(2)%202174- 3948-1-SM.pdf Harahap, Z. 2014. Pengaruh Latihan (Rom) Pasif Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Di Ruang Ra4 Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2014. file:///C:/Users/Admin/Documents/Semester%208/Skripisi/jurnal/(3)%20197-301- 1-10-20190128.pdf
1ca1b0eb-0847-4c54-b04e-4a850247ae77
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/download/2402/1131
Terakreditasi ## Systematic Literature Review Dan Analisis Bibliometrik Pengaruh Work From Home (WFH) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Andika Wulan Febriani * , Budi Eko Soetjipto, Madziatul Churiyah Universitas Negeri Malang, Indonesia * [email protected] ## Abstract This literature study focuses on work from home and employee productivity. The strategy used is using the SLR as an instrument for searching research data, then bibliometric literature as a data processor which is analyzed by the VOSviewer software. VOSviewer software analysis techniques are used to analyze articles that have been collected through the Scopus database which are taken as researchers' references. The findings of these articles were referenced from 2013 to 2023 with a total of 547 articles, and only 161 articles were analyzed. Then the scientists continued to clarify the description of the results by using the VOSviewer software in examining co-authorship, co-accurance and citation. This literature study, in totality, presents a more accurate bibliographical objective for future researchers according to the themes discussed. Work from home (WFH) is a work process that is flexible and automatic and provides flexibility for employees to work using telecommuting, teleworking and remote work by utilizing modern digital technology tools as a bridge to work. Work from home (WFH) can be done by all men and women, from 25 to 60 years old. Working flexibly in the "New Normal" focuses on employee work productivity in the potential to work from home more towards working in a work life balance (WLB) which aims to balance work responsibilities and balance life time so as to reduce emotional fatigue from work stress, impact on performance satisfaction whose results affect the size of the wage/salary by obtaining work rewards from the company. Keywords: Systematic Literature Review; Bibliometric Analysis; Work from Home; ## Employee Work Productivity ## Abstrak Studi literatur ini berfokus pada berkaitan dengan bekerja dari rumah serta produktivitas kerja terhadap karyawan. Strategi yang diterapkan menggunakan SLR sebagai intrumen pencarian data penelitian, kemudian literature bibliometrik sebagai pengolah data yang dianalisis software VOSviewer. Teknik analisis software VOSviewer digunakan untuk menganalisis artikel yang telah dihimpun melalui database Scopus yang diambil sebagai rujukan peneliti. Temuan artikel tersebut dirujuk mulai tahun 2013 sampai 2023 dengan jumlah 547 artikel, dan hanya 161 artikel yang dianalisis. Kemudian ilmuan melanjutkan klarifikasi pada pengambaran hasil dengan menggunakan software VOSviewer dalam menelaah co-authorship, co-accurance, dan citation. Studi literatur ini, secara totalitas menyajikan tujuan bibliografi lebih akurat bagi peneliti berikutnya sesuai tema yang dibahas. Work from home (WFH) sebuah proses kerja yang fleksibel dan otomatis serta memberikan leluasa bagi karyawan dalam bekerja dengan menggunakan telecommuting, teleworking, dan remote work dengan memanfaatkan alat-alat teknologi digital modern sebagai jembatan untuk bekerja. Work from home (WFH) dapat dilakukan oleh semua kalangan pria maupun wanita, mulai usia 25 sampai 60 tahun. Bekerja secara fleksibel pada “New Normal” berfokus pada produktivitas kerja karyawan dalam potensi bekerja dari rumah lebih mengarah pada bekerja secara work life balance (WLB) yang bertujuan untuk menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan keseimbangan waktu kehidupan sehingga menggurangi kelelahan emosional terhadap stress kerja, berdampak terhadap kepuasan kinerja yang hasilnya berpengaruh terhadap besar atau kecilnya upah/ gaji dengan memperoleh reward kerja dari perusahaan. Kata Kunci : Systematic Literature Review; Bibliometric Analysis; Work From Home; Productivitas Kerja Karyawan. ## Pendahuluan Seiring dengan perkembangan transisi sementara dunia dari wabah pandemi COVID-19, mendiskusikan masa depan pekerja dari rumah telah menjadi peraturan kerja baru hampir diseluruh dunia. Pandemi COVID-19 menarik sebagian besar segmen tenaga kerja yang melakukan aktivitasnya untuk bekerja dari rumah. Beberapa informasi utama telah menetapkan bahwa kantor telah dibuat secara fleksibel dan otomatis. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil pekerja / karyawan yang ingin kembali ke ruang lingkup perkantoran. Kerja secara fleksibel akan kembali ke subsisten pra industri dimana rumah tangga akan menjadi tempat utama untuk melakukan aktivitas (Islam, 2022). Bekerja dari rumah merupakan suatu bentuk flexible working dalam menerapkan peraturan kerja berbasis rumahan, bekerja secara praktis tidaklah asing lagi untuk pekerjaan dan perencanaan kota (Mungkasa, 2020). Proposi pekerja berbasis dari rumah cepat meningkat secara luas, dengan ini sebagai cara mudah bagi peneliti untuk mendokumentasi terhadap kelompok sosial, ekonomi, dan industri yang berpindah bekerja dari rumah pada kalangan pekerja berpendidikan tinggi, berkulit putih dan berpenghasilan tinggi (Dingel & Neiman, 2020), (Mongey et al., 2020). Banyak karyawan kehilangan pekerjaannya untuk pekerja berbasis rumahan, sebagai bukti kondisi permintaan berdampak kehilangan pekerjaanya disaat wabah pandemi merebak diseluruh belahan dunia seperti melalui saluran yang dianalisis dua tahun lalu (Baqae.et al, 2020.) (Guerrieri et al, 2020.) . Bekerja dari rumah (WFH) sebagai pengaturan kerja alternatif melalui pekerjaan teknis yang biasanya diterapkan untuk melihat suasana kerja yang disediakan bagi karyawan selama bekerja di tempat lain. Bekerja dari rumah adalah suatu gambaran aktivitas yang diterapkan dilingkungan tempat tinggal sebagai pekerjaan virtual berbasis online yang aktivitas dikerjakan di luar kantor (Bintang Narpati et al., 2021). WFH memiliki berbagai nama lain seperti remote work , teleworking dan telecommuting , ketiga nama tersebut digunakan dalam aktivitas berbeda tergantung kegunaannya. WFH difasilitasi banyak alat-alat seperti jaringan pribadi virtual, komutasi awan dan perangkat lunak dalam pertemuan online sehingga banyak perusahaan yang mengijinkan karyawannya untuk bekerja dari rumah (Bao et al., 2022). Penerapan bekerja dari rumah bagi perusahaan salah satu proses yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja. Perbedaan nampak dalam evaluasi kerja melalui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan kualitas kerja jarak jauh, tergantung pada jenis kelamin, usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan pengalaman kerja jarak jauh (Raišienė et al., 2021). Secara langsung penerapan WFH akan berpengaruh pada karyawan (George et al., 2022). Menurut Rafiq et al. (2022), bekerja dari rumah sangat berpengaruh terhadap partisipasi aktivitas kerja dan aktivitas non kerja. Model yang unik untuk pekerjaan virtual bukan hanya informasi dari manajer perusahaan melainkan sebagai sarana meningkatkan kemajuan di lingkungan hidup, sosial dan transportasi bagi susunan sebuah kota. WFH digunakan dalam berkomunikasi berbasis digital yang mengingformasikan pada pekerja yang melakukan kegiatan dari ruang rumah modern yang dibentuk oleh teknologi sehingga dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja (Farrell, 2017). WFH mempunyai fungsi peranan seimbang terhadap bekerja di kantor. Salah satu pemberlakuan bekerja dari rumah berpengaruh erat dalam menyingkat waktu perjalanan dengan mengabungkan pada perkembangan telework yang mendorong pergeseran perubahan budaya kerja baru (Vaddadi et al., 2022). Bekerja secara fleksibel pada “ New Normal ” berfokus pada produktivitas kerja karyawan dalam potensi bekerja dari rumah lebih mengarah pada bekerja secara work life balance (WLB) yang bertujuan untuk menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan keseimbangan waktu kehidupan sehingga menggurangi kelelahan emosional terhadap stress kerja, berdampak terhadap kepuasan kinerja (Goldenberg et al., 2022), (Innstrand et al., 2022), (Kowalski et al., 2022), dengan pembuktian bahwa WFH sangat berpengaruh terhadap ukuran upah gaji karyawan yang dihasilkan pada kepuasan kerja (Tahlyan et al., 2022), (Vinueza-Cabezas et al., 2022), dan (Deole et al., 2023). ## Metode Studi berfokus tentang WFH dan produktivitas kerja karyawan. Penelitian menggunakan systematic literature review (SLR) sebagai intrumen pencarian data peneliti ini menggunakan tahap perfilteran pada research procedure, ( Rejeb et al., 2022) yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Research Procedure (Rejeb et al., 2022) Selanjutnya dilakukan tahap penyaringan pada data gambar 2 di bawah ini, merupakan bentuk bagan prisma, dimana bagan sebagai proses penyaringan database yang telah diperoleh dari data Scopus, kemudian dianalisis serta dapat disimpulkan bahwa hasil bagan tersebut merupakan penyaringan pada tahap pertama sampai keempat dengan menunjukan hasil sama dan dapat dianalisis secara terperinci, dengan tujuan sebagai intrumen pencarian database sebagai sumber referensi untuk memperkuat penelitian tersebut. Exclusion criteria Non-English language papers Early access articles articles with in complete bibliographic data Inclusion criteria Papers indexed in the web of science database Papers with complete bibliographic data (e.g, abstract, keyword) Fields Title, abstarct, and keyword Databaase Web of science Keywords Work from home Gambar 2. Bentuk Bagan Prisma Kemudian yang dianalisis menggunakan literatur bibliometrik untuk memetakan data dalam penggunaan metode sistematis dan terperinci (Garza-Reyes, 2015). Penggunaan berfokus pada batas-batas pengetahuan (Tranfield et al., 2003). Peneliti menggunakan lima tahap yang digunakan, menurut (Setyaningsih et al., 2018) dan (Tranfield et al., 2003), dapat diringkas sebagai berikut : ## Gambar 3. Lima Tahapan Metode Studi Literature Bibliometrik (Wulan Febriani & Churiyah, 2022) ## 1. Determine Search Keywords Kata Kunci yang digunakan pada artikel tersebut dari " work from home " OR " telecommuting " OR " remote work " OR " working remotely " OR " virtual work " AND " productivity " OR " productiveness ". Bulan Februari 2023 dilakukan pencarian artikel dari basis data Scopus sebagai sumber acuan terpercaya serta bermutu tinggi pada bagian tema penelitian ini, (Baas et al., 2020). ## 2. Initial Search Results Penelusuran rangkaian pada “Jurnal” dan “Prosiding”, hanya “Kata Judul” dan “tahun” 2013-2023. Sebesar 547 artikel diperoleh pada pencarian pertama, kemudian difilter kembali menjadi 161 artikel yang dapat dianalisis. Hasilnya dikompilasi pada format CSV, setelah itu dimasukan informasi penting dari artikel seperti penulisan nama penulis, judul, abstrak, afiliasi, kata kunci dan terakhir daftar rujukan. ## 3. Refinement of Search Results Tema yang setara dan terindeks dalam basis data Scopus diseleksi terlebih dahulu, dengan tujuan untuk pemilihan topik bersumber dari “Jurnal”dan“Prosiding”. Pembaruan yang simultan pada metadata inti dikelola pada workbook yang disimpan pada file CSV saat melanjutkan menganalisis data lebih lanjut. ## 4. Compile Prelimanary Data Statistics Pengumpulan bahan ditaruh dalam wujud CSV. Pada tingkat pertama, unsur tema jurnal dan posiding yang abstrak sesuai dengan (terbit, volume, halaman, nomor, tahun, dll). Kemudian dikoreksi oleh ilmuan guna menyampaikan informasi yang dibutuhkan jika terdapat temuan bukti yang tidak sempurna. Pencarian bukti dilaksanakan supaya topik bisa dikelompokan menurut tahun yang sesuai dengan sumber penerbitan peneliti. ## 5. Data Analysis Pembelajaran bibliografi pada bibliometrik menelaah dan menyisualisasikan data pada jaringan bibliometrik untuk penelitian menggunakan Software VOSviewer, VOSviewer digunakan pada tingkat kemampuannya menganalisis data secara efektif dan efisien. Adanya kumpulan data besar yang berisikan visibel, riset, dan observasi secara fleksibel, (van Eck &Waltman, 2010). VOSviewer juga bisa menghasilkan jaringan penerbitan, skema peneliti, dan gambaran artikel dalam fragmen bersama melalui siklus pembuatan peta kata kunci yang sesuai kutipan bersama, (Nur et al., 2020). ## Hasil dan Pembahasan Penelitian menganalisis kata kunci " work from home " OR " telecommuting " OR " remote work " OR " working remotely " OR " virtual work " AND " productivity " OR " productiveness ". Sumber literatur dipublikasi jurnal dan prosiding terindexs Scopus tahun 2013-2023 berbahasa Inggris. Diperoleh tiga sudut pandang yang diuraikan yaitu : co-authorship, co-accurence, dan citation . Melewati analisis bibliometrik studi literature dengan menggunakan penyajian software VOSviewer. Setiap penyampaian meta data co- authorship, co-accurence, dan citation, ilmuwan menentukan batas minimum kemunculan 1. Karena minimumnya asal rujukan referensi yang diperoleh pada sektor analisis penggunaan work from home (WFH) dan produktivitas kerja karyawan. Penggunaan bantuan software VOSviewer bertujuan pada kualifikasi dan deskripsi data yang telah selesai dilakukan oleh peneliti, (Nur et al., 2020), (van Eck & Waltman, 2010). Penelitian yang terkait pada topik work from home (WFH) dan produktivitas kerja karyawan mempunyai faktor beraneka ragam bentuk pada peneliti artikel terdahulu. Berdasarkan ketentuan penyusunan informasi ditemukan pada variabel berpengaruh langsung yang bisa diamati pada gambar 4. Gambar 4. Network Visualization Terhadap Metadata Co-Accurence (Kata Kunci) Data pendekatan keywords pada analisis yang merujuk WFH dan produktivitas kerja karyawan sangatlah beragam. Bab tersebut bisa diamati pada gambar 4 yang banyak muncul cluster yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan, artinya peneliti berikutnya dapat mengaitkan WFH dan produktivitas kerja karyawan secara lebih rinci. Gambar 5. Overlay Metadata Co-Accurance (Kata Kunci) Dari gambar 5 bisa diamati disetiap warsa terjadi pertambahan kata kunci. Bertambahnya tahun warna kuning struktur cluster kata kunci semakin baru pencarian itu dilaksanakan. Demikian pula, semakin biru cluster kata kunci semakin lama penelitian itu telah dilakukan. Hasil berkaitan dengan karya ini, bermanfaat untuk mendorong informasi penelitian spekulatif di bagian WFH dan produktivitas kerja karyawan sesuai tren yang berkembang di era modern ini, sehingga dapat memenuhi harapan di lingkungan kerja. Gambar 6. Overlay Metadata Co-Accurance (Kata Kunci) Selanjutnya pada gambar 6 dianalaisis dan bisa dilihat terdapat empat cluster kata kunci terdiri dari banyak kata kunci sesuai topik penelitian yang menjelaskan disetiap kata kunci memiliki jejaring terhubung satu dengan lainnya. Artinya disetiap kata kunci mempunyai keterikatan satu dengan lainnya, sesuai dengan tema WFH dan produktivitas kerja karyawan. Gambar 7. Network Visualization Terhadap Metadata Co-Authorship (Author Name) Data pada gambar 7 dianalisis dan dilihat terdapat empat cluster penulis terdiri atas banyak nama sesuai topik penelitian yang menunjukan disetiap nama memiliki jejaring tersambung. Artinya disetiap nama mempunyai hubungan satu dengan lainnya. Sesuai dengan tema WFH dan produktivitas kerja karyawan. Gambar 8. Overlay Metadata Co-Authorship (Author Name) Data gambar 8 bisa diamati pada nama penulis disetiap tahunnya terjadi perubahan. Artinya semakin berwarna kuning cluster nama maka semakin baru penelitian dilakukan. Akan tetapi hasil metadata diatas menunjukan nama cluster biru artinya semakin lama penelitian masih sedikit dikembangkan. Gambar 9. Network Visuslization Terhadap Metadata Co-Authorship ( Author Country ) Data gambar 9 dapat dilihat penelitian tersebut tidak ada keterkaitan satu dengan yang lainnya. Penelitian diolah dengan menggunakan minimum satu, merupakan jaringan terkuat dari seluruh jaringan. Karena jaringan tersebut nampak tidak ada hubungan antara jaringan satu dengan jaringan yang lainnya. Gambar 10. Network Visuslization Terhadap Metadata Co-Authorship ( Author Country ) Data gambar 10 dapat dilihat penelitian tersebut tidak ada keterkaitan satu dengan yang lainnya. Penelitian diolah tidak menggunakan minimun satu merupakan jaringan terkuat dari seluruh jaringan. Karena jaringan tersebut tidak ada hubungan antara cluster satu dengan lainnya. Gambar 11. Network Visuslization Terhadap Metadata Co-Authorship ( Author Country ) Data gambar 11 hasil gabungan antara gambar 6 dan 7, artinya hasil analisis nama negara mencirikan tidak ada keterkaitan jaringan cluster satu dengan yang lainnya. Dengan demikian mayoritas penulis dalam topik kajian WFH dan produktivitas kerja karyawan yang menunjukan pada negara Amerika Serikat, kemudian disusul oleh negara Netherlands dan Indonesia. Gambar 12. Network Visuslization Terhadap Metadata Co-Authorship ( Author Organization ) Data gambar 12 menunjukan dianalisis dan dilihat terdapat satu cluster penulis terdiri banyak organisasi sesuai topik penelitian yang menunjukan disetiap organisasi memiliki jejaring tersambung. Artinya disetiap organisasi memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Pengkajian data tentang kutipan tertinggi di dalam tema pencarian WFH dan produktivitas kerja karyawan bertujuan untuk memahami karangan mana yang menyajikan kapasitas terbanyak terhadap perkembangan wawasan di bidang tersebut. Hasil bisa diamati melalui tingginya pengarang mengganalisis pada penelitian sebelumnya yang diterbitkan dari negara Indonesia, terbukti sangat jarang yang menyediakan implikasi pada perkembangan khasanah keilmuan di bidang penetapan WFH dan produktivitas kerja karyawan. Lebih rincinya top 10 cited artikle dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 1. Top 10 Cited Article No. Tahun Publikasi Pengarang Judul Jurnal Cites Publisher 1 2021 Galanti t., guidetti g., mazzei e., zappala s., toscano f. Work from home during the covid-19 outbreak : the impact on employees’ remote work productivity, engagement, and stress Journal of occupational and environmental medicine 150 JOEM 2 2020 Toscano f.; zappala s. Sosial isolation and stress as predictors of productivity perception and remote work satisfaction during the covid-19 Sustainability (switzerland) 105 MDPI Sustainability pandemic the role of concern about the virus in amoderated double mediation 3 2020 Ralph p.; baltes s.; adisaputri g.; torkar r.;kovalenko v.; kalinowski m.; novielli n.; yoo s.; devroey x.; tan x.; zhou m.; turhan b.; hoda r.; hata h.; robles g.; milani fard a.; alkadhi r. Pandemic programming ; how covid-19 affects software developers and how their organization can help Empirical software engineering 85 Springer 4 2021 Russo d., hanel p.h.p., altnickel s., van berkel n. Predictor of well – being and productivity among software professionals during the covid-19 pandemic – a longitudinal study Empirical software engineering 45 Springer 5 2022 Cui r., ding h., zhu f . Gender inequality in research productivity during the covid – 19 pandemic Manufacturing and service operations management 36 Informs Pubs Online 6 2021 Awada m., lucas g., becerik – gerberb., roll s. Working from home during the covid-19 pandemic impact on office worker productivity and work experience Work 34 IOS Press 7 2021 Chang y., chien c., shen I.-f. Telecommuting during the coronavirus pandemic future time orientation as a mediator between proactive coping and perceived work productivity in two cultural samples Personality and individual differences 34 ELSEVIER 8 2020 Matli w. The changing work landscape as a result of of the covid-19 International journal of sociology and 33 IJSSP pandemic : insights from remote workers life situations in south africa social policy 9 2021 Weitzer j., papantoniou k., seidel s., klosch g., caniglia g., laubichler m., birman b.m., jager c.c., zenk l., steiner g., schernhammer e. Working from home, quality of life, and perceived productivity during the first 50 – day covid-19 mitigation measures in austria : a cross – sectional study International archives of occupational and environmental health 24 Springer 10 2022 Afrianty t.w., artatanaya i.g, burgess j. Working from home effectiveness during covid -19 : evidence from university staff in Indonesia Asia pasific management review 19 ELSEVIER Tabel 1 dapat diketahui bahwa top 10 cited artikel peringkat pertama adalah Galanti et al., (2021) dari University “Gabriele d’Annunzio” of Chieti- Pescara, Swedan. Artikel disetiap Juli 2021 telah disitasi sejumlah 150 membahas pemanfaatan WFH sebagai cara kerja baru untuk mengetahui perkembangan produktivitas kerja karyawan. Studi menyelidiki dampak pekerjaan bagi keluarga, lingkungan sosial, otonomi pekerjaan, dan self kepemimpinan terhadap produktivitas karyawan, keterlibatan kerja dan stress yang dialami disaat WFH di masa pandemi Covid – 19. Selanjutnya sitasi terbanyak nomor kedua merupakan artikel yang ditulis oleh (Toscano & Zappalà, 2020) dari University of Bologna, Italy. Artikel disetiap November 2020 telah disitasi sebanyak 105 membahas pemanfaatan WFH untuk mengetahui perkembangan produktivitas kerja karyawan pada tingkat aktivitas sehari-hari. Studi memberikan saran kepada para manajer pengelola karyawan agar menjalankan tugasnya dengan baik, dengan memperhatikan kebijakan perusahaan untuk menanggulangi dampak stress dan rancangan produktivitas kerja jarak jauh dengan memberikan perhatian terhadap hal baru yang mendorong agar terciptanya kepuasaan kerja jarak jauh. Terakhir pada sitasi terbanyak nomor tiga merupakan artikel yang ditulis oleh (Ralph et al., 2020) berasal dari Spain. Artikel disetiap September 2020 telah disitasi sebanyak 85 membahas pemanfaatan WFH untuk mengetahui perkembangan produktivitas kerja karyawan. Studi memberikan arahan pada peningkatan produktivitas karyawan perusahaan terhadap perangkat lunak yang berfokus untuk memaksimalkan kesejahteraan dan meningkatkan fleksibelitas kantor rumah dengan pengelompokan dalam usia, dan jenis kelamin. Dari ketiga temuan tersebut dapat memberikan pengaruh paling tinggi, yang ditinjau dari sitasi terbanyak. Bahkan artikel dari penulis Cui et al., (2022), nampak terlihat banyak sitasi yang menyebar pada jaringan artikel yang bersumber literature dari temuan peneliti. Tujuh artikel lainnya menyediakan keterkaitan pencarian atas tingginya kutipan yang diperoleh untuk dijadikan referensi dalam pencarian sumber rujukan pada tema bekerja dari rumah dan produktivitas kerja karyawan. Gambar 13. Network Visualization Terhadap Metadata Citation Data gambar 13 menunjukkan cluster paling besar adalah (Galanti et al., 2021), (Toscano & Zappalà, 2020), kemudian dilanjutkan dengan nama peneliti lainnya. Mereka menggambarkan peneliti yang menghimpun ketertarikan tinggi dalam melaksanakan penelitian pada pemberlakuan WFH untuk mengetahui perkembangan produktivitas kerja karyawan. Gambaran hasil temuan ini dapat digunakan sebagai acuan doktor dalam mempresentasikan pada perkuliah umum atau lainya pada tema yang terikat ## 1. WFH dan Produktivitas Kerja Karyawan Gambar 14. Bekerja dari rumah (WFH) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Data gambar 14 menyajikan atas bekerja dari rumah dan produktivitas kerja karyawan berdampak langsung dengan produktivitas kinerja karyawan, dimana pada gambar 14 telah dibuktikan bahwa penerapan WFH secara langsung juga banyak berpengaruh terhadap faktor-faktor lain seperti pandemi, covid-19, telecommuting, human, work life balance, workplace. Pandemi covid-19 merupakan faktor tertinggi yang mempengaruhi penerapan WFH selama tahap isolasi di lingkungan rumah. Studi literatur penelitian pada WFH dan produktivitas kerja karyawan masih sedikit ditemukan , khususnya pada negara Indonesia. Dilihat dari temuan peneliti, author menunjukan paling banyak dari Amerika Serikat dan Netherlands. Dengan populernya WFH berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan (Kamir et al., 2022), dan (Afrianty et al., 2022), adanya pengaruh sangat tinggi dari penyakit mematikan pandemi covid-19 (Ågren et al., 2022), dan (Dixit et al., 2020) sehingga perusahaan banyak menerapkan bekerja dari rumah. Perkembangan WFH dilakukan melalui teleworking, telecommuting dan remote working (Andargie et al., 2021), dan (Babu et al., 2020). Pentingnya dilakukan penelitian khusus tentang WFH dan produktivitas kerja karyawan untuk dikembangkan dimasa depan. Ciri khas WFH yang berfokus pada bekerja secara leluasa dan fleksibel terhadap keputusan kerja, dengan karyawan dituntut mampu mengoperasikan alat-alat modern di area digital saat ini (Al-Habaibeh et al., 2021), dan (Akindele et al., 2022). Peningkatan bekerja dari rumah dapat dilakukan oleh semua kalangan antara laki- laki dan perempuan (Bose, 2023), dan (Cui et al., 2022) untuk melakukan aktivitas atas tanggung jawab karyawan di lingkungan rumah yang dibedakan berdasarkan pembatasan usia (Seva et al., 2021), (Shimura et al., 2021), dan (Aum et al., 2021) perusahaan memanfaatkan usia produktif antara usia 20-60 tahun sesuai dengan tingkat pekerjaan. Tingkat pendidikan juga berpengaruh pada penerapan WFH, (Oksa et al., 2022) dan (Weitzer et al., 2021). Melihat pentingnya organisasi bagi perusahaan yang berfungsi sebagai pengelola aturan kerja baru pada penerapan WFH, (Aufegger et al., 2022), dan (Błaszczyk et al., 2022). Human resources yang kreatif serta inovatif demi meningkatkan produktivitas industri (Saurombe et al., 2022), dan (Toscano & Zappalà, 2021). Yang berdampak langsung terhadap penurunan terhadap kelelahan emosional pada stress kerja (Bezak et al., 2022), (Chu et al., 2022) saat bekerja di.lingkungan rumahan. Karyawan didorong lebih selektif dalam menyeimbangkan tanggung jawab dan waktunya antara pekerjaan dengan keluarnga, dengan mereka dapat menfaatkan penerapan work life balance (WLB) (Goldenberg et al., 2022), serta (Innstrand et al., 2022). WLB dilakukan secara teratur dan baik akan meningkatkan produktivitas pada kepuasan kerja. Kepuasan kerja atas hasil kinerja yang baik akan berakibat pada penggaruh terhadap berapa besar atau kecilnya upah / gaji karyawan serta dapat meningkatkan penghargaan (Reward ) atas hasil kerja mereka yang diciptakan melalui dasar visi dan misi suatu perusahan (Deole et al., 2023), (Vinueza-Cabezas et al., 2022). Adanya penjelasan bibliometrik dapat menyediakan uraian kata kunci sesuai tema pembahasan WFH dan produktivitas kerja karyawan semakin berkembang disetiap tahunnya. Dengan hasil ini diharapkan para ilmuan bisa menghubungkan secara terperinci pada kata kunci satu dengan lainnya, agar dapat mewujudkan hasil yang memberikan pengaruh secara heuristis (Brooks et al., 2022). Seluruh dunia global yang berdampak dari pandemi Covid-19, pemerintah menetapkan WFH dengan membuat skema WFH sebagai alternatif bekerja jarak jauh (Mungkasa, 2020) yang dikembangkan melalui work life balance (WLB) untuk menyeimbangkan waktu dan tanggung jawab atas pekerjaan dengan kehidupan rumah tangga (Beňo, 2021). Sehingga penelitian pada bidang WFH sangat signifikan jika dilaksanakan. Makalah menggunakan seluruh kutipan terbesar merupakan pemberian jasa tertinggi terhadap pengujian ini, sehingga bisa digunakan sebagai acuan dasar untuk semua ekspeditor dan akademik dalam mengamati serta memperoleh cara berkarya baru untuk topik WFH dan produktivitas kerja karyawan. Hasil karangan ini selalu memberikan asosiasi bagi narator baru yang mempunyai minat tinggi pada aspek tinjauan yang terikat, maka diijinkan untuk digunakan bagi doktor ketika menyampaikan perkuliah umum maupun sejenisnya. ## Kesimpulan Analisis ini mengaplikasikan studi literatur yang berkaitan dengan topik bekerja dari rumah (WFH) serta produktivitas kegiatan tenaga kerja. Sistem yang diterapkan ialah sistematik liratur review (SLR) sebagai intrumen untuk pencarian data penelitian, kemudian literature bibliometrik sebagai pengolah data yang dianalisis menggunakan software VOSviewer. Teknik analisis software VOSviewer digunakan untuk menganalisis artikel yang telah dihimpun melalui database prosiding terindex Scopus yang diambil sebagai rujukan peneliti. Proses pengolahan VOSviewer yang hasilnya berupa pemetaan data nama peneliti, negara, afiliasi, kata kunci dan citation secara akurat dapat dijadikan sebagai perkembangan sumber referensi penelitian di masa depan. Penelitian ini dihasilkan melalui kata kunci khusus “ work from home ” OR ” telecommuting ” OR ” remote work ” OR ” working remotely ” OR ” virtual work ” AND ” productivity ” OR ” productiveness ”. Yang memberikan arah pada akademisi dan penelitian untuk lebih lanjut melakukan penelitian sesuai topik yang terkait. Temuan artikel tersebut dirujuk mulai tahun 2013 sampai 2023, bibliometrik pada VOSviewer membuktikan bahwa WFH berpengaruh secara langsung terhadap produktivitas kerja karyawan. Dimana dampak langsung pada pengaruh WFH dan produktivitas kerja karyawan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan organisasi yang berakibat pada pengurangan pembiayaan dan kemacetan perjalanan transportasi yang dilakukan dari rumah ke tempat kerja perkantoran. Dengan adanya pandemi Covid-19 mendorong karyawan dan organisasi perusahaan menerapkan peraturan kerja baru dengan melakukan kerja yang fleksibel dan sistematis. Perusahaan mewajibkan karyawannya untuk memanfaatkan teknologi modern melalui telecommuting, teleworking dan remote working . Sehingga perusahaan diwajibkan memperketat dalam melakukan penyaringan SDM lebih kreatif dan inovatif, secara khusus berpengaruh pada penentuan jenis kelamin, usia, dan pendidikan yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan work life balance (WLB) dalam melakukan keseimbangan antara pekerjaan rumah dan kantor yang diterapkan pada lingkungan tempat tinggal. Menerapkan WLB dengan baik akan menggurangi stress kerja yang berakibat pada terwujudnya kebahagiaan para pekerja sehingga kapasitas pun hendak berkembang bahkan berdampak pada meningkatnya atas gaji atau upah karyawan serta dapat meningkatkan prestasi kerja atas hasil kerja mereka. ## Daftar Pustaka Afrianty, T. W., Artatanaya, I. G., & Burgess, J. (2022). Working from home effectiveness during Covid-19: Evidence from university staff in Indonesia. Asia Pacific Management Review , 27 (1), 50–57. Ågren, P., Knoph, E., & Berntsson Svensson, R. (2022). Agile software development one year into the COVID-19 pandemic. Empirical Software Engineering , 27 (6), 121. Akindele, A. T., Arulogun, O. T., Taye, G. T., Amare, S. Y., Van Reisen, M., Berhe, K. F., & Gusite, B. (2022). The Impact of COVID-19 and FAIR Data Innovation on Distance Education in Africa. Data Intelligence , 4 (4), 1013–1032. Al-Habaibeh, A., Watkins, M., Waried, K., & Javareshk, M. B. (2021). Challenges and opportunities of remotely working from home during Covid-19 pandemic. Global Transitions , 3 , 99–108. Andargie, M. S., Touchie, M., & O’Brien, W. (2021). Case study: A survey of perceived noise in Canadian multi-unit residential buildings to study long-term implications for widespread teleworking. Building Acoustics , 28 (4), 443–460. Aufegger, L., Elliott-Deflo, N., & Nichols, T. (2022). Workspace and Productivity: Guidelines for Virtual Reality Workplace Design and Optimization. Applied Sciences , 12 (15), 7393. Aum, S., Lee, S. Y. (Tim), & Shin, Y. (2021). Inequality of fear and self-quarantine: Is there a trade-off between GDP and public health? Journal of Public Economics , 194 , 104354. Baas, J., Schotten, M., Plume, A., Côté, G., & Karimi, R. (2020). Scopus as a curated, high-quality bibliometric data source for academic research in quantitative science studies. Quantitative Science Studies , 1 (1), 377–386. Babu, D., Ramalho, N., & Falcao, P. F. (2020). Telecommuting potential analysis. Global Business and Economics Review , 23 (1), 100. Bao, L., Li, T., Xia, X., Zhu, K., Li, H., & Yang, X. (2022). How does working from home affect developer productivity? — A case study of Baidu during the COVID- 19 pandemic. Science China Information Sciences , 65 (4), 142102. Baqaee.D. & Farhi.E, (2021) Supply And Demand In Disaggregated Keynesian Economies With An Application To The Covid-19 Crisis. NBER Working Paper No. 27152. Beňo, M. (2021). The Advantages and Disadvantages of E-working: An Examination using an ALDINE Analysis. Emerging Science Journal , 5 , 11–20. Bezak, E., Carson-Chahhoud, K. V., Marcu, L. G., Stoeva, M., Lhotska, L., Barabino, G. A., Ibrahim, F., Kaldoudi, E., Lim, S., Marques da Silva, A. M., Tan, P. H., Tsapaki, V., & Frize, M. (2022). The Biggest Challenges Resulting from the COVID-19 Pandemic on Gender-Related Work from Home in Biomedical Fields—World- Wide Qualitative Survey Analysis. International Journal of Environmental Research and Public Health , 19 (5), 3109. Bintang Narpati, Indra Lubis, Kardinah Indriana Meutia, & Endah Prawesti Ningrum. (2021). Produktivitas Kerja Pegawai yang Dipengaruhi oleh Work From Home (WFH) dan Lingkungan Kerja Selama Masa Pandemi. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma) , 4 (1) , 121–133. Błaszczyk, M., Popović, M., Zajdel, K., & Zajdel, R. (2022). The Impact of the COVID- 19 Pandemic on the Organisation of Remote Work in IT Companies. Sustainability , 14 (20), 13373. Bose, S. (2023). The penalty of work from home: Gender gap in productivity of unorganised manufacturing firms in India. Small Business Economics , 60 (1), 351– 369. Brooks, S. K., Hall, C. E., Patel, D., & Greenberg, N. (2022). “In the office nine to five, five days a week… those days are gone”: Qualitative exploration of diplomatic personnel’s experiences of remote working during the COVID-19 pandemic. BMC Psychology , 10 (1), 272. Chu, A. M. Y., Chan, T. W. C., & So, M. K. P. (2022). Learning from work-from-home issues during the COVID-19 pandemic: Balance speaks louder than words. PLOS ONE , 17 (1), e0261969. Cui, R., Ding, H., & Zhu, F. (2022). Gender Inequality in Research Productivity During the COVID-19 Pandemic. Manufacturing & Service Operations Management , 24 (2), 707–726. Deole, S. S., Deter, M., & Huang, Y. (2023). Home sweet home: Working from home and employee performance during the COVID-19 pandemic in the UK. Labour Economics , 80 , 102295. Dingel, J. I., & Neiman, B. (2020). How many jobs can be done at home? Journal of Public Economics , 189 , 104235. Dixit, R., Chinnam, R. B., & Singh, H. (2020). Decision-Making Dynamics in the Defense Industry During Work From Home Circumstances. IEEE Engineering Management Review , 48 (3), 44–54. Farrell, K. (2017). Working from Home: A Double-Edged Sword . Galanti, T., Guidetti, G., Mazzei, E., Zappalà, S., & Toscano, F. (2021). Work from Home during the COVID-19 Outbreak: The Impact on Employees’ Remote Work Productivity, Engagement and Stress. Journal of Occupational & Environmental Medicine , Publish Ahead of Print . Garza-Reyes, J. A. (2015). Lean and green – a systematic review of the state of the art literature. Journal of Cleaner Production , 102 , 18–29. George, T. J., Atwater, L. E., Maneethai, D., & Madera, J. M. (2022). Supporting the productivity and wellbeing of remote workers. Organizational Dynamics , 51 (2), 100869. Goldenberg, I., Denomme, W. J., & Lee, J. E. C. (2022). Pandemic-Related Challenges and Organizational Support Among Personnel in Canada’s Defense Establishment. Frontiers in Public Health , 9 , 789912. Innstrand, S. T., Christensen, M., Grødal, K., & Banks, C. (2022). Within- and between- person changes in work practice and experiences due to COVID-19: Lessons learned from employees working from home, hybrid working, and working at the office. Frontiers in Psychology , 13 , 948516. Islam, A. (2022). Work-from/at/for-home: CoVID-19 and the future of work – A critical review. Geoforum , 128 , 33–36. Kamir, D., Gavrielov, N., & Berkowitz, C. (2022). Home office – Yay or nay? Medical Writing , 31 (3), 24–27. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, & Mungkasa, O. (2020). Bekerja dari Rumah (Working From Home/WFH): Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning , 4 (2), 126–150. Kowalski, K. B., Aruldoss, A., Gurumurthy, B., & Parayitam, S. (2022). Work-From- Home Productivity and Job Satisfaction: A Double-Layered Moderated Mediation Model. Sustainability , 14 (18), 11179. Mongey, S., Pilossoph, L., & Weinberg, A. (2020). Which Workers Bear the Burden of Social Distancing? (No. w27085; p. w27085). National Bureau of Economic Research. Nur, M., Hamidah*, I., Permanasari, A., Gafar, A., Rachman, I., & Matsumoto, T. (2020). Low Carbon Education: A Review and Bibliometric Analysis. European Journal of Educational Research , 9 (1), 319–329. Oksa, R., Pirkkalainen, H., Salo, M., Savela, N., & Oksanen, A. (2022). Professional social media-enabled productivity: A five-wave longitudinal study on the role of professional social media invasion, work engagement and work exhaustion. Information Technology & People , 35 (8), 349–368. Rafiq, R., McNally, M. G., Sarwar Uddin, Y., & Ahmed, T. (2022). Impact of working from home on activity-travel behavior during the COVID-19 Pandemic: An aggregate structural analysis. Transportation Research Part A: Policy and Practice , 159 , 35–54. Raišienė, A. G., Rapuano, V., & Varkulevičiūtė, K. (2021). Sensitive Men and Hardy Women: How Do Millennials, Xennials and Gen X Manage to Work from Home? Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity , 7 (2), 106. Ralph, P., Baltes, S., Adisaputri, G., Torkar, R., Kovalenko, V., Kalinowski, M., Novielli, N., Yoo, S., Devroey, X., Tan, X., Zhou, M., Turhan, B., Hoda, R., Hata, H., Robles, G., Milani Fard, A., & Alkadhi, R. (2020). Pandemic programming: How COVID- 19 affects software developers and how their organizations can help. Empirical Software Engineering , 25 (6), 4927–4961. Rejeb, A., Rejeb, K., Abdollahi, A., & Treiblmaier, H. (2022). The big picture on Instagram research: Insights from a bibliometric analysis. Telematics and Informatics , 73 , 101876. Saurombe, M. D., Rayners, S. S., Mokgobu, K. A., & Manka, K. (2022). The perceived influence of remote working on specific human resource management outcomes during the COVID-19 pandemic. SA Journal of Human Resource Management , 20 . Setyaningsih, I., Indarti, N., & Jie, F. (2018). Bibliometric analysis of the term “green manufacturing.” International Journal of Management Concepts and Philosophy , 11 (3), 315. Seva, R. R., Tejero, L. M. S., & Fadrilan‐Camacho, V. F. F. (2021). Barriers and facilitators of productivity while working from home during pandemic. Journal of Occupational Health , 63 (1). Shimura, A., Yokoi, K., Ishibashi, Y., Akatsuka, Y., & Inoue, T. (2021). Remote Work Decreases Psychological and Physical Stress Responses, but Full-Remote Work Increases Presenteeism. Frontiers in Psychology , 12 , 730969. Tahlyan, D., Said, M., Mahmassani, H., Stathopoulos, A., Walker, J., & Shaheen, S. (2022). For whom did telework not work during the Pandemic? Understanding the factors impacting telework satisfaction in the US using a multiple indicator multiple cause (MIMIC) model. Transportation Research Part A: Policy and Practice , 155 , 387–402. Toscano, F., & Zappalà, S. (2020). Social Isolation and Stress as Predictors of Productivity Perception and Remote Work Satisfaction during the COVID-19 Pandemic: The Role of Concern about the Virus in a Moderated Double Mediation. Sustainability , 12 (23), 9804. Toscano, F., & Zappalà, S. (2021). Overall Job Performance, Remote Work Engagement, Living With Children, and Remote Work Productivity During the COVID-19 Pandemic: A Mediated Moderation Model. European Journal of Psychology Open , 80 (3), 133–142. Tranfield, D., Denyer, D., & Smart, P. (2003). Towards a Methodology for Developing Evidence-Informed Management Knowledge by Means of Systematic Review. British Journal of Management , 14 (3), 207–222. Vaddadi, B., Ringenson, T., Sjöman, M., Hesselgren, M., & Kramers, A. (2022). Do they work? Exploring possible potentials of neighbourhood Telecommuting centres in supporting sustainable travel. Travel Behaviour and Society , 29 , 34–41. van Eck, N. J., & Waltman, L. (2010). Software survey: VOSviewer, a computer program for bibliometric mapping. Scientometrics , 84 (2), 523–538. Vinueza-Cabezas, A., Osejo-Taco, G., Unda-López, A., Paz, C., & Hidalgo-Andrade, P. (2022). A Comparison of Working Conditions and Workers’ Perceptions among On-Site, Telework, and Hybrid Workers in Ecuador during the COVID-19 Pandemic. International Journal of Environmental Research and Public Health , 19 (21), 14337. Veronica Guerrieri, et, all, (2020). Macroeconomic Implications Of Covid-19: Can Negative Supply Shocks Cause Demand Shortages?. Nber Working Paper No. 26918 April 2020 JEL No. E21,E32,E60,I18. Weitzer, J., Papantoniou, K., Seidel, S., Klösch, G., Caniglia, G., Laubichler, M., Bertau, M., Birmann, B. M., Jäger, C. C., Zenk, L., Steiner, G., & Schernhammer, E. (2021). Working from home, quality of life, and perceived productivity during the first 50-day COVID-19 mitigation measures in Austria: A cross-sectional study. International Archives of Occupational and Environmental Health , 94 (8), 1823– 1837. Wulan Febriani, A., & Churiyah, M. (2022). Homework for New Changes in The Future: A Bibliometric Analysis. Journal of Business and Management Review , 3 (5), 429– 447.
e1a0b8e7-6d01-4700-8e8a-372e4d671e7b
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/statistik/article/download/1730/1771
## MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI KEJADIAN KONSTIPASI TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PEMBERIAN AIR SUSU FORMULA 1 Ria Muslikah, 2 Moh. Yamin Darsyah 1,2,3 Program Studi Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Semarang Alamat e-mail : [email protected] ## ABSTRAK Salah satu metode Regresi Nonparametrik yang digunakan untuk klasifikasi dan mengatasi permasalahan data yang berdimensi tinggi yaitu menggunakan Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS). MARS juga digunakan memperbaiki kelemahan dengan menghasilkan model yang kontinu dalam knot berdasarkan nilai generalized cross validation (GCV) terkecil. Dalam menentukan derajat kesehatan di indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup waktu lahir. Salah satu contoh masalah mordibitas atau angka kesakitan yang dialami bayi dan anak balita yaitu sembelit atau konstipasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengklasifikasikan dan menganalisis kejadian konstipasi terhadap pemberian ASI eksklusif dan pemberian susu formula pada bayi usia 6-12 bulan .Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kejadian konstipasi (Y) sebagai variabel dependen dengan kategori 1 adalah terjadi konstipasi, kategori 0 tidak terjadi konstipasi sedangkan variabel independennya yaitu frekuensi BAB < 5 kali (X1), pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan (X2), tinja padat (X3), menangis (X4), mengejan (X5), kesakitan (X6). Model MARS terbaik dengan kombinasi Funsi Basis (BF), maksimum interaksi (MI), dan minimum observasi (MO) secara Trial and error. Model MARS terbaik untuk klasifikasi kejadian konstipasi yaitu BF=24, MI=2, dan MO=0. Terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap model yaitu variabel frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali (X1), pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan (X2), Konsistensi tinja padat (X3), Mengejan (X4) dan kesakitan (X5). Kata Kunci : MARS, GCV, Konstipasi ## PENDAHULUAN Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk melihat pengaruh antara peubah bebas (variabel prediktor) dengan peubah tak bebas (variabel respon) [1]. Hal ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan untuk mengestimasi kurva regresi yaitu regresi parametrik dan regresi nonparametrik. Regresi nonparametrik adalah regresi yang diasumsikan tidak diketahui bentuknya dan termuat dalam ruang fungsi. Pendekatan nonparametrik tidak tergantung pada asumsi bentuk kurva tertentu, sehingga memberikan fleksibilitas lebih besar [3]. Salah satu metode Regresi Nonparametrik yang digunakan untuk klasifikasi dan mengatasi permasalahan data yang berdimensi tinggi yaitu dengan pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) [9]. MARS merupakan pendekatan untuk regresi nonparametrik multivariat yang dikembangkan oleh [5]. MARS merupakan metode yang tidak tergantung pada asumsi bentuk kurva tertentu, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam penggunaannya [2]. Metode ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan data berdimensi tinggi dan menghasilkan prediksi variabel respon yang akurat, serta memperbaiki kelemahan dengan menghasilkan model yang kontinu dalam knot berdasarkan nilai generalized cross validation (GCV) terkecil [5]. Data yang berdimensi tinggi yaitu data yang memiliki jumlah variabel predictor sebesar 3 ≤ n ≤ 20. Dalam menentukan derajat kesehatan di indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup waktu lahir. Salah satu contoh masalah morbiditas atau angka kesakitan yang dialami bayi dan anak balita yaitu sembelit atau konstipasi. Sembelit atau konstipasi didefinisikan sebagai terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal dengan keluarnya kotoran (feses) yang keras, menyakitkan, dan berfrekuensi jarang. Teratur atau tidaknya anak buang air besar bukanlah masalah utama konstipasi. Normal bagi sebagian anak untuk buang air besar 3 kali sehari. Jika bayi atau batita jarang buang air besar bukan berarti bayi mengalami konstipasi. Hal ini bermasalah hanya jika buang air besarnya menyakitkan dan membuat anak tertekan [8]. Mengklasifikasi terjadinya konstipasi pada bayi usia 6-12 dapat dilihat dari pemberian ASI eksklusif dan pemberian susu formula. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih serta tanpa tamabahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim [7]. Susu formula merupakan hasil modifikasi susu bayi oleh industri pengolahan susu. Modifikasi susu ini dilakukan guna meniru komposisi pada ASI yang diciptakan oleh Sang Pencipta [10]. ## METODE PENELITIAN ## Sumber Data dan Variabel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari catatan yang ada di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dan penelitian Suci Fatmawati Prodi S1 Gizi, Universitas Muhammadiyah Semarang tahun 2015. Dalam penelitian ini ada 67 responden [4]. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kejadian konstipasi (Y) sebagai variabel dependen dengan kategori 1 adalah terjadi konstipasi, kategori 0 tidak terjadi konstipasi sedangkan variabel independennya yaitu frekuensi BAB < 5 kali (X1), pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan (X2), tinja padat (X3), menangis (X4), mengejan (X5), kesakitan (X6). ## Metode Analisis Langkah-langkah analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Pengambilan data 2. Melakukan statistik deskriptif dengan bantuan software IBM SPSS 20 dan Ms. Excel 2007 untuk mengetahui karakteristik kejadian konstipasi. 3. Melakukan analisis MARS dengan software SPM 7.0 untuk pembentukan model MARS. Langkah analisisnya sebagai berikut : a. Pembentukan model MARS untuk data set awal: (1) Menentukan BF maksimum fungsi basis yang dibolehkan adalah sebanyak dua sampai empat kali dari banyaknya variabel prediktor yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan 6 variabel prediktor sehingga maksimum jumlah BF adalah 12, 18 dan 24. b. Menentukan jumlah maksimum interaksi, dalam penelitian ini jumlah maksimum interaksi (MI) yaitu 1, 2, dan 3. Karena apabila terdapat lebih dari 3 interaksi, maka akan menimbulkan interpretasi model yang sangat kompleks. c. Menentukan Minimum Observasi (MO) diantara knot dengan cara Trial and error karena belum ada landasan atau batasan yang tetap untuk penentuan minimum observasi antara knot, minimal banyaknya pengamatan setiap knot (MO) yaitu 0,1,2,3. d. Mendapatkan model MARS terbaik untuk data set awal berdasarkan nilai GCV terkecil. e. Mendapatkan variabel yang signifikan dari model MARS f. Mengklasifikasi ke dalam bentuk matriks konfusi ( confusion matrix ). g. Menginterpretasikan model kejadian konstipasi dan variabel - variabel yang berpengaruh di dalam model tersebut. h. Menguji keakurasian model kejadian konstipasi dengan metode MARS (ketetapan klasifikasi) yang berbentuk dari data dengan menggunakan APER serta menghitung kestabilan klasifikasi dengan statistic uji Press’s Q. ## HASIL PENELITIAN ## Karakteristik Kejadian Konstipasi Statistika deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan objek penelitian yang diambil dari sampel atau populasi sehingga menghasilkan informasi yang berguna.Pada penelitian ini,statistik deskriptif bermanfaat mengetahui karakterisitik kejadian konstipasi. Tabel 1. Deskriptif statistik variabel penelitian Minim Maks Mean Std. Deviasi Kejadian Konstipasi 1 2 1,58 0,497 Frekuensi Defekasi atau BAB < 5 kali 1 2 1,31 0,467 Pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan 1 2 1,43 0,499 Konsistensi tinja padat 1 2 1,57 0,499 Mengejan 1 2 1,57 0,499 Kesakitan 1 2 1,57 0,499 Menangis 1 2 1,58 0,497 Tabel 1 menjelaskan bahwa nilai simpangan baku yang paling tinggi yaitu 0, 499. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman data kejadian konstipasi pada variabel pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan, konsistensi tinja padat, mengejan dan kesakitan cukup besar dibandingkan dengan variabel frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali dan menangis. Variabel menangis mempunyai nilai rata-rata terbesar 1,58 dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 2. Tabel 2. Frekuensi dan proporsi Kejadian Konstipasi Kejadian Konstipasi Frequency Percent (%) Kategori 1 , terjadi konstipasi 28 41,8 Kategori 0, tidak terjadi konstipasi 39 58,2 Tabel 2 menjelaskan bahwa dari 67 responden frekuensi terjadi kejadian konstipasi sebesar 28 responden dan frekuensi tidak terjadi konstipasi sebesar 39 responden. Proporsi kejadian konstipasi dari 67 responden yaitu sebesar 41,8% terjadi konstipasi dan 58,2 % tidak terjadi konstipasi. ## Model MARS Pembentukan model MARS dilakukan dengan menentukan nilai fungsi basis (BF) maksimum fungsi basis yang dibolehkan adalah sebanyak dua sampai empat kali dari banyaknya variabel prediktor yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan 6 variabel prediktor sehingga maksimum jumlah BF adalah 12, 18 dan 24, maksimum interaksi (MI) dalam penelitian ini jumlah maksimum interaksi (MI) yaitu 1, 2, dan 3. dan minimum observasi (MO) minimal banyaknya pengamatan setiap knot (MO) yaitu 0,1,2,3. Langkah selanjutnya yaitu mengkombinasikan secara trial and error terhadap nilai BF, MI, MO dan menentukan model MARS berdasarkan nilai GCV minimum atau terkecil. Tabel 3. Hasil Seleksi Model MARS Menggunakan GCV No BF MI MO GCV 1 12 1 0 -1,1293× 9 10  2 12 1 1 -1,1293× 9 10  3 12 1 2 -1,1293× 9 10  4 12 1 3 -1,1293× 9 10  5 12 2 0 -1,5371× 9 10  6 12 2 1 -1,5371× 9 10  7 12 2 2 -1,5371× 9 10  8 12 2 3 -1,5371× 9 10  9 12 3 0 -1,5371× 9 10  No BF MI MO GCV 10 12 3 1 -1,5371× 9 10  11 12 3 2 -1,5371× 9 10  12 12 3 3 -1,5371× 9 10  13 18 1 0 -1,4644× 9 10  14 18 1 1 -1,4644× 9 10  15 18 1 2 -1,4644× 9 10  16 18 1 3 -1,4644× 9 10  17 18 2 0 -2,4898× 9 10  18 18 2 1 -2,4898× 9 10  19 18 2 2 -2,4898× 9 10  20 18 2 3 -2,4898× 9 10  21 18 3 0 -2,4898× 9 10  22 18 3 1 -2,4898× 9 10  23 18 3 2 -2,4898× 9 10  24 18 3 3 -2,4898× 9 10  25 24 1 0 -1,9806× 9 10  26 24 1 1 -1,9806× 9 10  27 24 1 2 -1,9806× 9 10  28 24 1 3 -1,9806× 9 10  **29 24 2 0 -4,7072× 9 10  30 24 2 1 -4,7072× 9 10  31 24 2 2 -4,7072× 9 10  32 24 2 3 -4,7072× 9 10  33 24 3 0 -4,7072× 9 10  34 24 3 1 -4,7072× 9 10  35 24 3 2 -4,7072× 9 10  36 24 3 3 -4,7072× 9 10  Keterangan: **) adalah model terbaik Tabel .2 merupakan hasil pemodelan MARS untuk kejadian konstipasi dengan enam variabel yang diduga mempengaruhinya. Dari semua kemungkinan model berdasarkan kombinasi nilai BF, MI dan MO yang telah dicobakan, didapatkan model terbaik MARS dengan criteria model yang memiliki nilai GCV terkecil dan bersifat parsimony yaitu pada nomor model ke 29 yaitu BF=24, MI=2, MO=0 memiliki nilai GCV minimum sebesar - 4,7072× 9 10  . Didapat persamaan model sebagai berikut: Y= 1, 00013e-006 + 0, 999995 * BF1 – 1, 01593e-006 * BF3 + 1, 49131e-006 * BF5 + 1, 49131e-006 * BF7 + 1, 49131e- 006 * BF9 + 8,95553e-007* BF11 Dengan: BF1 = 5 ( 1)   BF7 = 3 ( 1)   BF3 = 1 ( 1)   BF9 = 4 ( 1)   BF5 = 2 ( 2)   BF11 = 1 ( 1) * 7 BF   Berdasarkan model MARS, koefisien fungsi basis (BF) yang berpengaruh positif pada persamaan (4.1) diinterpretasikan sebagai berikut: 1.   5 1 5 0 , 1 ( 1) jika la in n ya B F       Artinya setiap kenaikan satu satuan basis fungsi 1 (BF1) dapat meningkatkan terjadinya kejadian konstipasi sebesar 0,999995, dengan basis fungsi lainnya yang masuk dalam model dianggap konstan, jika bayi berekspresi kesakitan pada saat BAB. 2.   2 2 2 0 , 5 ( 2 ) jika la in n ya B F       Artinya setiap kenaikan satu satuan basis fungsi 5 (BF5) dapat meningkatkan terjadinya kejadian konstipasi sebesar 1,49131×10 -6 , dengan basis fungsi lainnya yang masuk dalam model dianggap konstan, jika pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan diberi susu formula. 3.   3 1 3 0 , 7 ( 1) jika lainnya BF       Artinya setiap kenaikan satu satuan basis fungsi 7 (BF7) dapat meningkatkan terjadinya kejadian konstipasi sebesar 1,49131×10 -6 , dengan basis fungsi lainnya yang masuk dalam model dianggap konstan, jika bayi yang konsistensi tinjanya padat. 4.   4 1 4 0, 9 ( 1) jikaX lainnya BF  ##     Artinya setiap kenaikan satu satuan basis fungsi 9 (BF9) dapat meningkatkan terjadinya kejadian konstipasi sebesar 1,49131×10 -6 , dengan basis fungsi lainnya yang masuk dalam model dianggap konstan, jika bayi berekspresi mengejan pada saat BAB. 5.   1 3 1 3 1 1 1 0, 11 ( 1) * 7 jika dan jika atau lainnya BF BF           Artinya setiap kenaikan satu satuan basis fungsi 11 (BF11) dapat meningkatkan terjadinya kejadian konstipasi sebesar 8,95553×10 -7 , jika bayi yang frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali sehari dan konsistensi tinjanya padat dengan basis fungsi lainnya yang masuk dalam model dianggap konstan. Berdasarkan model MARS, koefisien fungsi basis (BF) yang berpengaruh negatif pada persamaan (4.1) diinterpretasikan sebagai berikut: 1.   1 1 1 0 , 3 ( 1) ji k a la i n n y a B F       Artinya setiap kenaikan fungsi basis 3 (BF3) dapat mengurangi terjadinya kejadian konstipasi sebesar 1,01593×10 - 6, dengan basis fungsi lainnya yang masuk dalam model dianggap konstan, jika bayi yang frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali sehari. Tabel 4. Variabel-variabel yang Berpengaruh Pada Kejadian Konstipasi ## Variabel-variabel yang berpengaruh 1. Frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali sehari (X1) 2. Pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan (X2) 3. Konsistensi tinja padat (X3) 4. Mengejan (X4) 5. Kesakitan (X5) Tabel 4. menjelaskan bahwa dari model MARS terdapat lima variabel yang berpengaruh pada kejadian konstipasi yaitu frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali sehari (X1), pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan (X2), konsistensi tinja padat (X3), mengejan (X4), dan kesakitan (X5). Sedangkan variabel menangis tidak mempengaruhi kejadian konstipasi. Pengklasifikasian MARS Pengklasifikasian MARS dengan menggunakan matriks konfusi untuk kejadian konstipasi. Predisiksi yang dilakukan yaitu dengan testing sebanyak 60% dari jumlah data, terdapat 41 data yang diprediksi. ## Tabel 5. Matriks Konfusi untuk klasifikasi kejadian konstipasi Hasil Observasi ( Actual Class) Taksiran(Predicted Class) Total Akurat Terjadi Konstipasi Tidak terjadi konstipasi Terjadi Konstipasi 16 0 16 Tidak terjadi konstipasi 1 24 25 Total Prediksi 17 24 41 APER (%) = 1 0 100% 2, 4% 16 0 1 25    ##    Ketetapan klasifikasi = 100% - 2,4% = 97,6 % Pengelompokan kejadian konstipasi terbagi menjadi dua kelompok yaitu (1) terjadi konstipasi dan (0) tidak terjadi konstipasi. Tabel matriks konfusi menunjukkan hasil klasifikasi kejadian konstipasi terhadap pemberian ASI eksklusif dan pemberian air susu formula dari model MARS terbaik dan hasil taksiran yang benar ada 40 data dan yang salah ada 1 data. Kesimpulan dari tabel matriks konfusi yaitu tingkat kesalahan klasifikasi berdasarkan nilai APER sebesar 2,4%, dan nilai ketetapan klasifikasi atau kesuksesannya sebesar 97,6%. Evaluasi selanjutnya adalah menguji kestabilan model dengan statistic uji Press’s Q adalah: Press’s Q=   2 ( ) ( 1) N rK N K   =   2 41 40(2) 41(2 1)       = 37,09 Nilai uji Press’s Q yang diperoleh sebesar 2,52 kemudian dibandingkan dengan nilai chi-square df = k-1 = 2-1 =1, 2 (1;0,05) ( 3,841)   . Nilai Press’s Q yang diperoleh lebih kecil dibandingkan nilai 2 (1;0,05) ( 3,841)   , sehingga dapat dikatakan keakuratan klasifikasi kejadian konstipasi menggunakan model MARS sudah baik secara statistik. ## KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Data kejadian konstipasi menunjukkan bahwa dari 67 sampel terdapat 41,8% terjadi konstipasi dan 58,2% tidak terjadi konstipasi. 2. Model MARS yang digunakan untuk klasifikasi kejadian konstipasi adalah model MARS dengan kombinasi BF=24, MI=2, MO=1 karena memiliki nilai GCV minimum yaitu sebesar -4,7072× 9 10  .Terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap model yaitu variabel frekuensi defekasi atau BAB < 5 kali (X1), pemberian makanan bayi pada usia 6 bulan (X2), konsistensi tinja padat (X3), mengejan (X4), dan kesakitan (X5). Sedangkan variabel menangis (X6) tidak memberikan kontribusi pada model. Nilai uji Press’s Q lebih kecil dibandingkan nilai chi-square nilai 2 (1;0,05) ( 3,841)   , sehingga dapat dikatakan keakuratan klasifikasi kejadian konstipasi menggunakan model MARS sudah baik secara statistik. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Agresti, A. 1990. Categorical Data Analysis. New York: John Willey and Sons. [2] Budiantara, I.N. 2009, Spline dalam Regresi Nonparametrik dan Semiparametrik: Sebuah Pemodelan Statistika Masa Kini dan MasaMendatang , Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. [3] Eubank, R.L. 1988. Spline Smoothing and Nonparametric Regression. New York: Marcel Deker. [4] Fatmawati, S. 2015. Perbedaan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dan Pemberian Air Susu Formula terhadap Kejadian Konstipasi pada bayi usia 6- 12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan [5] Friedman, J.H., 1991, Multivariate Adaptive Regression Spline (With Discussion), The Annals of Statistics, Vol. 19, hal. 1-141. [6] Ghofar, Y.R. Safitri, D. Rusgiyono, A. 2014. Klasifikasi Kelulusan Mahasiswa Fakultas SAINS dan Matematika Universitas Diponegoro Menggunakan Muttivariate Adaptive Regression Spline (MARS). Jurnal Gaussian . 3(4): 839-848 [7] Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui Dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. [8] Laurent, S. dan Reader, P. 2009. Ensiklopedia Perkembangan Bayi (Original Title: Your Baby Month by Month) . Terjemahan oleh Andrea Lucman, Inswasti Cahyani. Jakarta: Erlangga. [9] Otok, B.W. dan Pintowati, W. 2012. Pemodelan Kemiskinan di Jawa Timur dengan Pendekatan Multivariate Adaptive. Jurnal Sains dan Seni,. FMIPA ITS. [10] Wisnu, M. T. 2010. Berkat ASI, Bayi Sehat dan Cerdas . PT Intan Sejati, Klaten.
aaa115b3-80e6-4719-8a8d-8cdf8f3827d9
https://journal.uir.ac.id/index.php/ecej/article/download/7822/3803
CEEJ : VOL 3 NO 1 OKTOBER 2021 * E-ISSN : 2686-6129 ## Community Education Engagement Journal http://journal.uir.ac.id/index.php/ecej 4Cs’ ( Critical Thinking, Communication, Collaboration, Creativity ) pada Era Revolusi Industri 4.0: Pentingnya Mengenalkan Keterampilan ini Bagi Guru SMPN 1 Kuok Nurkhairo Hidayati 1 *, Sepit Ferazona 2 , Desti 3 , Tengku Idris 4 1234 Universitas Islam Riau, Indonesia [email protected] ABSTRAK Pendidikan pada abad 21 ini perlu membekali siswa dengan keterampilan terutama 4Cs’ ( critical thinking, communication, collaboration dan creativity ). Namun, guru-guru di SMPN 1 kuok belum memahami secara utuh tentang pentingnya 4Cs’ dalam proses pembelajaran sehingga perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan memberikan informasi tentang makna dan komponen apa saja yang terdapat pada 4C’s serta peran pentingnya dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam kegiatan masyarakat ini berupa wawancara, presentasi dan diskusi. Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis, 30 September 2021 yang bertempat di SMPN 1 Kuok Kecamatan Kuok. Pemaparan materi berlangsung dengan lancar dengan dihadiri 20 orang peserta termasuk kepala sekolah. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa guru mampu memahami dengan baik 4Cs setelah diberikan penjelasan melalui PPT. Hal ini tampak dari respon yang diberikan guru melalui jawaban- jawaban yang disampaikan melalui G-Form, Berdasarkan kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu memahami 4Cs sebagai bagian penting dari proses pembelajaran yang dibutuhkan pada era revolusi industri 4.0 . Kata Kunci : critical thinking, communication, collaboration dan creativity, SMPN 1 Kuok ## ABSTRACT Education in the 21st century needs to equip students with skills, especially the 4Cs' (creative thinking, communication, collaboration and creativity). However, the teachers at SMPN 1 Kuok do not fully understand the importance of the 4C's in the learning process so it is necessary to carry out activities that aim to provide information about the meaning and what components are contained in the 4C's and their important role in the learning process. The methods used in this community activity are interviews, presentations and discussions. The activity was held on Thursday, September 30, 2021, which took place at SMPN 1 Kuok, Kuok District. The presentation of the material went smoothly and was attended by 20 participants including the principal. The results of the activity showed that the teacher was able to understand the 4Cs well after being given an explanation through PPT. This can be seen from the responses given by the teacher through the answers submitted through the G-Form. Based on this activity, it can be concluded that the teacher has been able to understand the 4Cs as an important part of the learning process needed in the era of the industrial revolution 4.0 . Keyword: critical thinking, communication, collaboration dan creativity, SMPN 1 Kuok Received September 2019* Accepted September 2019* Publish Oktober 2019, Volume 1 Nomor 1 DOI : https://doi.org/10.25299/ceej.2019. ## PENDAHULUAN Saat ini kita berada pada era revolusi industri 4.0, tidak seperti sebelumnya, untuk memenuhi tantangan masyarakat maka dibutuhkan keunggulan pendidikan dan sistem sekolah. Hal ini bertujuan untuk merespons dunia yang berubah dengan lebih baik. Revolusi Industri 4.0 (IR 4.0) telah mengubah lanskap inovasi pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam model pendidikan ini tidak akan terlepas dari peranan guru. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran dapat membantu siswa menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memberi mereka keterampilan yang diperlukan untuk mempersiapkan mereka sukses dalam kehidupan terutama dalam era IR 4.0. Pendidikan pada abad 21 ini perlu membekali siswa dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan terlibat. Pembelajaran abad 21 berpusat pada peserta didik, mendatangkan makna yaitu memberikan manfaat pada kehidupan dan pendidikan untuk membantu peserta didik mengambil bagian dalam komunitas global dan menemukan cara-cara yang berdampak lebih dari sekedar lingkungan mereka (P21, 2011), peserta didik harus belajar bagaimana berkolaborasi dengan orang lain (Bull & Gilbert, 2012). Partnership for 21 st Century Learning mengembangkan visi terpadu untuk pembelajaran yang dikenal sebagai Kerangka Pembelajaran Abad 21 ( Framework 21 st Century Learning ) untuk membantu para praktisi mengintegrasikan keterampilan dalam pengajaran (Scott, 2015). Berbagai keterampilan ini dikenal dengan istilah 4C skills (4C’s) yakni creative thinking, communication, collaboration dan creativity. Critical thinking merupakan kemampuan untuk melakukan berbagai analisis, penilaian, evaluasi, rekonstruksi, pengambilan keputusan yang mengarah pada tindakan logis dan sesuai (Von Colln-Appling & Giuliano, 2017). Critical thinking bukanlah sesuatu yang mewah akan tetapi hal ini tidak boleh diabaikan. Efisiensi dalam mengajar di tingkat pendidikan yang berbeda terutama didukung oleh peserta didik yang dapat menggunakan proses berpikir secara efektif (Biber et al., 2013). Komponen penting dalam critical thinking yaitu evaluasi dan analisis; analisis dan sintesis dari argumen; penalaran individual dan kolaboratif; self regulation (Thomas, 2011). Common Core State Standars (CCSS) menargetkan beberapa contoh critical thinking (Greenstein 2012) yaitu menggunakan berbagai jenis penalaran (indutif, deduktif dan lain-lain) yang sesuai dengan situasi, menanggapi berbagai tugas, tujuan, dan disiplin, membangun argumen yang layak dan kritis dengan pertimbangan lain, menarik bukti dari literatur atau informasi teks untuk mendukung analisis, refleksi, dan penelitian. Pendidik harus mendorong penggunaan critical thinking dalam situasi kompleks dan sederhana. Pelaksanaan critical thinking melalui beragam skenario akan memastikan kompetensi yang dicapai. Proses pengembangan critical thinking dan selanjutnya meningkatkan kompetensi mahasiswa harus dimulai selama formal dengan menggunakan strategi pedagogis yang mendorong praktik dan pengembangan critical thinking (Von Colln-Appling & Giuliano, 2017). Basis pengetahuan yang kuat akan meningkatkan critical thinking dengan menerapkan pengetahuan yang didapat ke sistem yang lebih komplek, critical thinking memiliki hubungan dengan PBL (Martyn et al., 2014) Istilah communication dapat diartikan sebagai transfer informasi yang berlangsung dari satu orang ke orang lainnya. Berdasarkan pengertian ini komunikasi melibatkan lebih dari satu orang yaitu satu orang sebagai pengirim dan orang lainnya sebagai peneriman. Pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi mencakup ide, fakta, pemikiran, perasaan, dan nilai (Bee, 2012). Communication skill merupakan keterampilan untuk mengungkapkan pemikiran, gagasan, pengetahuan, ataupun informasi baru yang dimiliki berupa verbal dan nonverbal. Melaui keterampilan ini, hambatan untuk berkomunikasi secara efektif dapat dihilangkan (MTD, 2010). Komunikasi pada manusia berlangsang dalam berbagai cara yaitu melalui tulisan, oral, visual dan berbagai sensorik lainnya. Komunikasi juga meliputi memberi makna, menanamkan pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan pada yang lainnya serta menerima masukan dari berbagai sumber (Greenstein, 2012). Keterampilan komunikasi diartikan sebagai tindakan yang berorientasi pada tujuan atau urutan tindakan yang dapat kita kuasai dan ulangi pada situasi yang sesuai. Seorang individu harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan menimbulkan dampak di antara penerima (Waite et al., 2014). Komunikasi yang efektif secara luas telah diterima sebagai keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk berhasil di tempat kerja (Mohd Abd Wahab & Shareela Binti Ismail, 2014). Peserta didik harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. Mereka diharapkan mampu menganalisis dan memproses sejumlah besar komunikasi dalam kehidupan mereka saat ini. Manakah sumber informasi yang akurat? Mana yang tidak? Bagaimana mereka bisa menggunakannya secara efektif? (NEA, 2012). Keterampilan komunikasi memungkinkan pendidik mampu menularkan pengetahuan, mendorong dan memotivasi untuk belajar. Bahkan pendidik harus dapat memanfaatkan beberapa media dan teknologi untuk mengartikulasikan pikiran dan ide-ide dalam berbagai bentuk dan konteks sebagai sumber daya profesional (Janthon et al., 2015). Collaboration (kolaborasi) dapat didefiniskan sebagai saling keterlibatan peserta didik dalam upaya terkoordinasi untuk memecahkan masalah bersama-sama. Kerangka kolaborasi berupa latihan dalam konvergensi atau pembangunan fitur berbagi makna. Interaksi yang terjadi pada kolaborasi memungkinkan peserta didik untuk mencapai konvergensi melalui pembangunan, pemantauan, dan memperbaiki pengetahuan bersama (Lai, 2011). Keterampilan kolaborasi menjadi bagian penting karena ia melekat dalam sifat bagaimana suatu pekerjaan bisa dicapai lebih baik melalui kolaborasi. Lima puluh tahun yang lalu, banyak pekerjaan dicapai oleh individu yang bekerja sendiri, namun tidak untuk hari ini. Semua pekerjaan yang signifikan dicapai dalam tim, dan dalam banyak kasus tim ini adalah tim global (NEA, 2012). P21 (2011) menjelaskan tentang keterampilan kolaborasi yaitu (1) kemampuan untuk bekerja secara efektif dan menunjukkan rasa hormat pada tim yang beragam; (2) melatih fleksibilitas dan kemauan untuk membuat kompromi yang diperlukan dalam mencapai tujuan bersama; dan (3) menerima tanggung jawab bersama untuk kerja kolaboratif, dan menghargai kontribusi individu yang dibuat oleh masing- masing anggota tim Kolaborasi dibangun di atas keterampilan komunikasi yang efektif dengan menempatkannya dalam latar interpersonal. Keterampilan kolaborasi berkaitan dengan belajar untuk merencanakan dan mengerjakan bersama-sama, mempertimbangkan perbedaan perspektif, berpartisipasi dalam kegiatan, mendengarkan dan menyokong yang lainnya. Proses ini berlagsung ketika anggota suatu kelompok melampaui apa yang bisa dilakukan secara individu. Artinya ini berkaitan dengan kontribusi individu terhadap produktivitas dan pencapaian kelompok (Greenstein, 2012). Creativity (kreativitas) diartikan sebagai out of the box , melakukan sesuatu yang berbeda dari yang diharapkan, melampaui harapan, atau menempatkan sesuatu bersama-sama dengan cara yang baru atau berbeda (Krumm et al., 2018). Kebanyakan peneliti menyetujui bahwa kreativitas berkaitan dengan sesuatu yang baru dan berguna. Berdasarakan pendapat-pendapat tersebut, kreativitas dapat dikatakan sebagai suatu produk yang memiliki kebaruan yang unik dan berguna (Batey, 2012). Berbagai kajian teoritis ini memberikan pemahaman bahwa sangat penting bagi siswa untuk memiliki 4Cs’ sehingga guru juga perlu memahami hal ini. Hasil wawancara awal menunjukkan guru belum mengenal 4C’s. Bahkan ketika ditanyakan mengenai 4C’s terdiri dari apa saja guru juga belum bisa menjelaskannya secara utuh. Ketika pemahaman guru terhadap 4C’s masih sedikit maka guru tidak akan menemukan arti penting memberdayakan 4C’s di dalam proses pembelajaran. Padahal ketika kita berada pada era IR 4.0 maka keterampilan-keterampilan yang terdapat dalam 4C’s ini sangat diperlukan oleh siswa. Jika kita ingin membentuk siswa hari ini mampu bersaing di dunia global maka mereka harus mampu menjadi komunikator yang mahir, memiliki kreativitas, mampu berpikir kritis, dan bekerjasama sesuai dengan tuntutan era IR 4.0. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan memperkenalkan kepada guru-guru di SMPN 1 Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar mengenai 4C’s dan peran pentingnya untuk diberdayakan selama proses pembelajaran. Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah memberikan pemahaman secara utuh kepada guru tentang 4C’s ini sehingga pada masing-masing guru akan muncul kemauan untuk menggali lebih lanjut pengaplikasiannya di dalam kelas. ## METODE PELAKSANAAN Tempat pelaksanaan pengabdian masyarakat berada di SMPN 1 Kuok Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kegiatan dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 23 bulan September 2021. Pelaksanaan kegiatan berlangsung melalui beberapa metode yaitu wawancara, presentasi dan diskusi . Wawancara dilakukan pada tahapan awal untuk mengetahui permasalahan mitra. Kegiatan wawancara dilakukan pada guru yang mengajar di SMPN 1 Kuok. Wawancara difokuskan pada proses pembelajaran dan penilaian yang selama ini digunakan oleh guru. Hasil awal ini digunakan untuk menentukan strategi dalam menyelesaikan permasalahan. Upaya yang dilakukan adalah memberikan informasi secara lisan dalam bentuk presentasi kepada guru-guru di sekolah ini. Presentasi memanfaatkan LCD sebagai alat bantu dan media Power Point (PPT). Selama sesi penyampaian informasi, peserta kegiatan juga dapat melalukan diskusi dengan pemateri terkait hal-hal yang belum dipahami. Metode dan pendekatan IPTEK yang digunakan mengacu pada teori belajar dan penilaian Beragam informasi terkait 4C’s yang diperoleh guru selama pelaksanaan kegiatan menjadi sasaran kegiatan. Dalam pengabdian masyarakat ini, guru juga diberikan contoh-contoh rubrik 4C’s yang nantinya dapat dikembangkan oleg guru sebagai instrumen penilaian. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan secara urut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Wawancara awal. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan mitra. 2. Menemukan solusi dari permsalahan dan menyiapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan 3. Menyusun rencana kegiatan dan menyampaikannya dengan pihak sekolah agar terjadi kesepakatan 4. Melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang disepakati 5. Mengevaluasi kegiatan 6. Menyusun laporan kegiatan dan publikasi hasil pengabdian Kegiatan pengabdian masyarakat perlu mendapatkan partisipasi aktif mitra. Selain itu, diharapkan kegiatan ini juga memiliki program keberlanjutan, misalnya dengan melatihkan cara membuat rubrik 4C’s yang benar kepada guru dan dapat dimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui pemahaman guru setelah mengikuti kegiatan, maka guru diminta mengisi Google Form yang berisi berbagai pertanyaan terkait 4Cs. Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada Google Form untuk memperoleh data mengenai pemahaman guru 4Cs. Data-data yang diperoleh ini selanjutnya dikelompokkan ke dalam Tabel sehingga mudah dipahami oleh pembaca . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan penyampaian materi tentang pentingnya mengenal 4Cs dalam era revolusi industri 4.0 bagi guru di SMPN 1 kuok berlangsung pada hari Kamis, 30 September 2021. Peserta kegiatan yang hadir sebanyak 20 orang dari jumlah guru keseluruhan 23 orang. Dengan kata lain persentase guru yang hadir adalah 86.96%. Kegiatan diawali dengan sesi pembukaan oleh kepala sekolah, kemudian dilanjutkan dengan sesi penyampaian materi dan diakhir kegiatan dilakukan kegiatan tanya jawab (Gambar 1). Kepala sekolah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada pelaksana kegiatan dan mengharapkan guru-guru di SMPN 1 Kuok dapat mengikuti kegiatan ini dengan seksama karena dapat menambah wawasan terutama tentang pembelajaran Abad 21. Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan mampu mencetak generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Globalisasi dan internasionalisasi di abad 21 telah menempatkan tuntutan pada masyarakat sekarang. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia dengan kemampuan untuk berinovasi. Semua ini diperlukan untuk abad 21 yang berkontribusi pada daya saing dan keberhasilan bangsa. ## Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru SMPN 1 Kuok Kegiatan inti penyampaian materi untuk mengenal 4Cs bagi guru-guru disampaikan melalui penayangan slide PPT. Pemateri mengawali kegiatan dengan menjelaskan pembelajaran Abad 21 dan revolusi industri 4.0 kemudian dilanjutkan dengan penjelasan terperinci mengeani 4Cs yakni critical thinking , communication , collaboration , dan creativity . Untuk mengetahui umpan balik guru terhadap penyampaian materi yang telah dilakukan, maka guru-guru diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait 4Cs. Respon guru terhadap pertanyaan mengenai peran penting 4Cs dapat dilihat pada tabel 1 sedangkan jawaban guru pertanyaan mengenai komponen 4Cs dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Pemahaman Guru SMPN 1 Kuok Tentang Peran Penting 4Cs Nama Guru Peran Penting 4Cs Critical Thinking Communication Collaboration Creativity KA Untuk memacu siswa dalam berpikir kritis Agar siswa mampu berbicara atau berkomunikasi Agar siswa mampu bekerja sama dalam belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran TD Iya, untuk meningkatkan hasil belajar Untuk menentukan kelebihan siswa Untuk menumbuhkan sikap bekeeja sama Iya HR Supaya mendapatkan hasil yang memuaskan Supaya penyampaian materi kepada siswa lebih berfariasi dan siswa lebih memahani Biar lebih berpariasi Agar penyampaia lebih maksimal MI Memudahkan mengobservasi masalah yg ad Melatih berbicara Berbsgi pengalaman Bisa bekerja sama DE Agar siswa terlatih berpikir kritis Melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi Aagar siswa terlatih bisa bekerjasama dengan teman sejawat Agar siswa mampu bekerjasama dg teman AJ Supaya mampu berfikir yg disebut dg 4c Kemampuan bisa mengambil sifatnya logis Mengetahui kemampuan kritis Siswa akan muncul berfikir kritis MS Agar siswa mampu berfikir kritis dan dapat menyelesaikan masalah Agar siswa mampu berkomunikasi dg sesama siswa, guru, dan belajar dg baik Agar siswa mampu berkolaborasi dalam setiap pembelajaran agar belajar bs efektif Agar siswa mampu dalam kolaborasi dalam belajar NS Supaya peserta didik berpikir secara kritis Supaya guru bisa melihat kemampuan berkomunikasi peserta didik Supaya peserta didik bisa untuk memecahkan masalah Peserta didik bisa sama2 memecahkan masalah PO Agar peserta didik berpikir kritis Supaya guru melihat kemampuan berpikir kritis siswa Supay siswa memecahkan masalah Supaya peserta didik bisa memecahkan masalah Pemahaman guru SMPN 1 Kuok terhadap 4Cs sudah cukup baik. Hal ini terlihat dri respon atau jawaban yang diberikan guru-guru. Sebagai contoh ketika ditanyakan mengenai alasan pentingnya critical thinking diberdayakan dalam kelas, pada umumnya guru menjawab bahwa dengan memberdayakan critical thinking selama proses pembelajaran, siswa akan menjadi terlatih dalam menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan kemampuan berpikir kritis tadi. Critical thinking melibatkan tugas dan masalah yang besifat kontekstual. Seorang pemikir kritis memiliki pemikiran terbuka, mampu menganalisa pemikiran mereka sendiri, memunculkan pertanyaan penting, mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan (Özkahraman & Yıldırım, 2011). Tabel 1 juga memberikan gambaran tentang pemahaman guru terhadap peran penting communication skill dalam proses pembelajaran. Pada umumnya guru memberikan jawaban agar bisa melihat kemampuan komunikasi siswa dan kelebihan siswa. Tanggapan/jawaban yang diberikan guru- guru ini belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang diinginkan karena peran utama communication skill tidak hanya mengetahui kemampuan berkomunikasi siswa namun lebih kepada membantu siswa dalam mengatasi hambatan berkomunikasi sehingga perlu dilatih di dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang efektif secara luas telah diterima sebagai keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk berhasil di tempat kerja (Mohd Abd Wahab & Shareela Binti Ismail, 2014) karena penyampaian informasi dan penyelesaian masalah dapat dilakukan melalui komunikasi (Greenstein, 2012). Jawaban yang diberikan guru-guru terhadap pertanyaan peran penting collaboration dan creativity pada umumnya mengarah kepada agar siswa mampu bekerja sama dan menyelesaikan masalah. Collaboration memang terkait dengan kemampuan bekerjasama sedangkan creativity berkaitan dengan menghasilkan sesuatu yang unik dan berbeda. Pentingnya memberdayakan kedua hal ini selama proses pembelajaran karena siswa tinggal dan hidup di lingkungan yang beragam sehingga harus mampu beradaptasi dan berkolaborasi dengan baik. Collaboration skill berguna dalam situasi yang berbeda-beda. Pada awalnya mungkin peserta didik tidak pernah mencapai titik untuk mampu berkolaborasi dalam setiap jenis situasi tapi mereka belajar untuk berkolaborasi dengan teman dekat dan memulainya dari sana. Kolaborasi merupakan bagian dari sebuah proses dan berlangsung dari waktu ke waktu (Flynn, 2014). Tabel 2. Pemahaman Guru SMPN 1 Kuok Tentang Komponen 4Cs Nama Guru Komponen 4Cs Critical Thinking Communication Collaboration Creativity KA Evaluasi Listening, Reading, Speaking, Writing Kemampuan untuk bekerja secara efektif, Menunjukkan rasa hormat pada tim yang beragam, Menerima tanggung jawab bersama Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide TD Evaluasi, Analisis, Create Speaking, Writing Menunjukkan rasa hormat pada tim yang beragam, Menerima tanggung jawab bersama Implementasi inovasi HR Analisis, Create Reading, Speaking Kemauan berdiri sendiri, Menerima tanggung jawab bersama Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide, Responsif terhadap perspektif baru MI Evaluasi, Analisis, Create Listening, Reading, Speaking, Writing Kemampuan untuk bekerja secara efektif, Menunjukkan rasa hormat pada tim yang beragam, Menerima tanggung jawab bersama Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide, Responsif terhadap perspektif baru, Implementasi inovasi DE Evaluasi, Analisis, Create, Sintesis Listening, Reading, Speaking Kemampuan untuk bekerja secara efektif, Menerima tanggung jawab bersama Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide, Responsif terhadap perspektif baru, Implementasi inovasi AJ Analisis, Create, Sintesis Listening, Reading, Speaking Kemampuan untuk bekerja secara efektif, Kemauan berdiri sendiri, Menunjukkan rasa hormat pada tim yang beragam, Menerima tanggung jawab bersama Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide, Menunjukkan plagiarisme, Responsif terhadap perspektif baru, Implementasi inovasi MS Evaluasi Speaking Kemampuan untuk bekerja secara efektif Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide NS Evaluasi, Analisis Reading Kemampuan untuk bekerja secara efektif Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide PO Evaluasi, Analisis Reading Kemampuan untuk bekerja secara efektif Menggunakan berbagai teknik penciptaan ide Upaya mengenalkan 4Cs kepada guru SMPN 1 Kuok juga dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai komponen apa saja yang ada dalam 4Cs tersebut. Setelah dilakukan penyampaian materi maka guru-guru diminta untuk menuliskan kembali komponen 4Cs. Jawaban yang diberikan guru-guru seperti yang terekap pada Tabel 2 pada umumnya sudah tepat sesuai dengan penjelaskan yang diberikan. Sebagai contoh, guru menuliskan salah satu komponen yang harus ada dalam critical thinking adalah evaluasi. Greenstein, (2012) dalam bukunya menuliskan bahwa komponen critical thinking diantaranya menggunakan berbagai jenis penalaran (indutif, deduktif dan lain-lain), membangun argumen yang layak dan kritis dengan pertimbangan lain, menarik bukti dari literatur atau informasi teks untuk mendukung analisis dan evaluasi. Untuk komponen communication, jawaban yang diberikan oleh guru MI sangat lengkap yaitu listening, reading, speaking, writing. Communication skill memiliki beberapa aspek utama yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan berkomunikasi non verbal (P21, 2011). Komponen 4Cs selanjutnya yang dibahas adalah collaboration dan creativit y. Jawaban-jawaban yang diberikan guru berkaitan dengan hal ini juga sudah tepat. Misalnya, guru KA menuliskan bahwa komponen collaboration terdiri dari kemampuan untuk bekerja secara efektif, menunjukkan rasa hormat pada tim yang beragam, menerima tanggung jawab bersama. Hal ini sesuai dengan penjelasan (Greenstein, 2012) bahwa c ollaboration Skill meliputi keterampilan bekerja dalam kelompok secara efektif dengan memperlihatkan rasa menghargai sesama anggota kelompok. Guru lainnya yaitu TD menuliskan bahwa di dalam creativity terkandung implementasi inovasi. Creativity mengacu pada keterlibatan aksi kreatif yang berkembang menuju tahap pelaksanaan produksi kreatif. Produksi kreatif ini dihasilkan melalui proses berfikir yang melibatkan aktivitas kognitifm (Tsai, 2012). SIMPULAN Kegiatan yang telah dilaksanakan di SMPN 1 Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar mengarah pada beberapa kesimpulan yaitu pemahaman guru SMPN 1 Kuok terhadap 4Cs ( creative thinking, communication, collaboration dan creativity) sudah cukup baik setelah diberikan penjelasan melalui penyampaian materi. Guru- guru juga tampak antusias dalam mengikuti kegiatan dan menyimak materi yang disampaikan dengan seksama. Jumlah guru yang hadir sebanyak 86,96 % yakni 20 orang guru menghadiri kegiatan ini dari total keseluruhan guru yang berjumlah 23 orang. Saran yang bisa dituliskan setelah mencermati kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan bimbingan kepada guru-guru tentang strategi mengimplementasikan 4Cs di dalam proses pembelajaran. Selama proses bimbingan tersebut, guru-guru diberikan contoh-contoh rubrik untuk masing-masing 4Cs sehingga bisa dilakukan modifikasi pada tingkat sekolah menengah. ## PETA LOKASI MITRA SASARAN SMPN 1 Kuok Kecamatan Kuok berada di Kabupaten Kampar Provinsi Riau dan berjarak 70,8 KM dari Universitas Islam Riau. Berdasarkan penjelasan di Peta, untuk sampai ke SMPN 1 Kuok Kecamatan Kuok dari Universitas Islam Riau membutuhkan waktu lebih kurang 1 Jam 43 Menit melalui Jalan Raya Pekanbaru Bangkinang. ## DAFTAR PUSTAKA Batey, M. (2012). The Measurement of Creativity: From Definitional Consensus to the Introduction of a New Heuristic Framework. Creativity Research Journal , 24 (1), 55 – 65. https://doi.org/10.1080/10400419.2012.649181 Biber, A. C., Tuna, A., & Incikabi, L. (2013). An investigation of critical thinking dispositions of mathematics teacher candidates. Educational Research , 4 (2), 2141 – 5161. http://www.interesjournals.org/ER Bull, A., & Gilbert, J. (2012). Swimming out of our depth? Leading learning in 21st century schools. New Zealand Council for Educational Research , 1 – 23. http://www.nzcer.org.nz/system/files/Swimming out of our depth final.pdf Carneiro, R., & Draxler, A. (2008). Education for the 21 st Century : lessons and challenges. European Journal of Education , 43 (2), 151 – 172. Flynn, B. (2014). Design-centered Learning Design-centered Learning . Carnegie Mellon University. Greenstein, L. (2012). Assesing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery and Authentic Learning . Sage Publication Ltd. Janthon, U., Songkram, N., & Koraneekij, P. (2015). Work-based Blended Learning and Technological Scaffolding System to Enhance Communication Skills for Caregivers Under Local Administrative Organization, Ministry of Interior, Thailand (Part I). Procedia - Social and Behavioral Sciences , 174 , 984 – 991. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.722 Krumm, G., Lemos, V., & Richaud, C. M. (2018). Personality and Creativity : A Study in. International Journal of Psychological Research , 11 (1), 33 – 41. https://doi.org/10.21500/20112084. Lai, E. R. (2011). Collaboration : A Literature Review Research Report. Research Reports , April , 41. http://www.datec.org.uk/CHAT/chatmeta1.htm Martyn, J., Terwijn, R., Kek, M. Y. C. A., & Huijser, H. (2014). Exploring the relationships between teaching, approaches to learning and critical thinking in a problem-based learning foundation nursing course. Nurse Education Today , 34 (5), 829 – 835. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2013.04.023 Mohd Abd Wahab, A. W. A. Bin, & Shareela Binti Ismail, N. A. (2014). Communication Skills and its Impact on the Marketability of UKM Graduates. International Journal of Higher Education , 3 (4), 64 – 71. https://doi.org/10.5430/ijhe.v3n4p64 NEA. (2012). A-Guide-to-Four-Cs.pdf . http://www.nea.org/assets/ docs/A-Guide-to-Four-Cs.pdf Özkahraman, Ş ., & Yıldırım, B. (2011). An overview of critical thinking in nursing and education. American International Journal of … , 1 (2), 190 – 196. http://aijcrnet.com/journals/Vol_1_No_2_September_2011/25.pdf P21. 2011. Communication and Collaboration. Retrieved from https://www.p21.org/about-us/p21- framework/261-communication-and-collaboration Scott, C. L. (2015). What Kind of Pedagogies for the 21st Century? UNESCO Education Research and Foresight, 15 , 1 – 21. http://repositorio.minedu.gob.pe/bitstream/handle/123456789/3747/The Futures of Learning 3 what kind of pedagogies for the 21st century.pdf?sequence=1&isAllowed=y Thomas, I. (2011). Critical thinking, transformative learning, sustainable education, and problem-based learning in universities. Journal of Transformative Education , 7 (3), 245 – 264. https://doi.org/10.1177/1541344610385753 Tsai, K. C. (2012). The Value of Teaching Creativity in Adult Education. International Journal of Higher Education , 1 (2), 84 – 91. https://doi.org/10.5430/ijhe.v1n2p84 Von Colln-Appling, C., & Giuliano, D. (2017). A concept analysis of critical thinking: A guide for nurse educators. Nurse Education Today , 49 , 106 – 109. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.11.007 Waite, E., Evans, K., & Kersh, N. (2014). The challenge of establishing sustainable workplace “Skills for Life” provision in the UK: organisational “strategies” and individual “tactics.” Journal of Education and Work , 27 (2), 199 – 219. https://doi.org/10.1080/13639080.2012.742180
7183ca23-6056-403d-9e60-b4b2502f0ace
https://luxnos.sttpd.ac.id/index.php/20_luxnos_20/article/download/29/11
Volume 6 Nomor 1, Juni 2020 ## Problematika Tentang Boleh Tidaknya Hamba Tuhan Merokok Sri Dwi Harti , Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia Tangerang, [email protected] Abstract: This research is about literature study on whether or not a servant of God smokes. This research was carried out based on the observation of researchers that there are still many servants of God who smoke, both openly and quietly. By using a qualitative approach and focusing on data or information from the literature, the results are obtained that should servants of God should not smoke. This result is also based on several perspectives such as: medical, ethical, legal and especially on the Bible. ## Keywords: God's Servant, Smoking, Problematics Abstraksi: Penelitian ini tentang kajian pustaka terhadap boleh tidaknya seorang hamba Tuhan merokok. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan peneliti bahwa masih banyak hamba Tuhan yang merokok, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-bunyi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menitikberatkan pada data atau informasi dari literatur maka diperoleh hasil bahwa seharusnya hamba Tuhan tidak boleh merokok. Hasil ini juga didasarkan pada beberapa perspektif seperti: medis, etis, hukum dan terutama pada Alkitab. Kata Kunci: Hamba Tuhan, Merokok, Problematika ## Pendahuluan Hamba Tuhan yang dimaksud dalam tulisan dan penelitian ini adalah mereka yang bekerja dan berkomitmen mengerjakan setiap pelayanan dan pekerjaan Tuhan. Baik dalam konteks penatalayanan di gereja, maupun pemberitaan Injil (misionaris), bahkan setiap dosen-dosen teologi yang memang telah mengikuti studi Alkitab dan teologi di seminari-seminari teologi. Sebagai hamba Tuhan, tentunya mereka hidup dan menghidupi keluarganya dari pelayanan yang dilakukan. Itulah sebabnya, dalam kitab Maleakhi Tuhan menjadi marah karena orang Israel tidak lagi memberikan persembahan persepuluhan, sehingga berdampak kepada kehidupan para imam (orang Lewi) menjadi kekurangan. Padahal mereka hanya hidup dari pelayanan mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Afgrita Fendy Christiawan, “Mereka juga sudah lama tidak menjalankan persembahan persepuluhan sehingga tempat perbendaharaan tidak terisi dan tidak ada makanan bagi orang Lewi”. 1 Artinya, setiap hamba Tuhan sama halnya orang Lewi yang hanya hidup dari pelayanan yang dikerjakan. Jadi penghasilan mereka hanya diperoleh dari setiap persembahan jemaat. Lalu, apakah pantas setiap penghasilan yang diperoleh dari pelayan dapat dihambur-hamburkan untuk membeli sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan dapat merusak kesehatan, seperti rokok, dll. Hal inilah yang akan diuraikan dalam penelitian ini untuk mencari tahu, apakah boleh seorang hamba Tuhan merokok, mengingat bahwa mereka adalah orang-orang yang dikhususkan Allah untuk melakukan pelayanan-pelayanan untuk Tuhan serta mengingat bahwa sumber utama keuangan seorang hamba Tuhan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan mereka hanyalah dari pelayanan tersebut? Yakub Tri Handoko memberikan komentar tentang rokok yang sama sekali tidak ada manfaatnya. Hal itu dikemukakan sebagai berikut: Pertama, merokok tidak membawa keuntungan apapun, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Paulus mengajarkan bahwa kebebasan di dalam Kristus tidak berarti kebebasan yang liar. Ada banyak aspek yang tetap perlu untuk dipertimbangkan. Salah satunya adalah aspek manfaat. Paulus berkata: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi tidak semua berguna” (1Kor. 6:12). Berguna di si ni selanjutnya dipahami dalam konteks “membangun” (1Kor. 10:23). Sampai sekarang belum ada studi yang mengungkapkan manfaat merokok bagi kesehatan. Sebaliknya, banyak riset menunjukkan sebaliknya. Merokok sangat berbahaya, baik bagi perokok sendiri atau orang lain di sekitarnya. Kedua, merokok bersifat adiktif. Aspek lain dalam etika Kristiani adalah ketergantungan atau kecanduan. 1 Korintus 6:12 juga mengajarkan hal ini: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suat u apapun”. Kecanduan juga merupakan tanda ketidakadaan pengendalian diri, padahal tanda ini seharusnya nampak pada mereka yang dipenuhi oleh Roh Kudus (Gal. 5:22-23). Ketiga, merokok tidak memuliakan Tuhan. Setiap orang Kristen seyogyanya melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan, bahkan untuk hal- hal yang sepele dan rutin sekalipun. Paulus mengajarkan: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31). Saya tidak bisa melihat bagaimana merokok dapat memuliakan Tuhan. Sebaliknya, tindakan yang bisa merusak kesehatan ini justru terlihat bertabrakan dengan penebusan Kristus atas tubuh kita (1Kor. 6:19-20). Tubuh yang sudah ditebus dengan mahal seharusnya dipelihara dengan baik. 2 Berdasarkan apa yang dikemuka oleh oleh Yakub Tri Handoko di atas, maka dapat dikatakan bahwa merokok atau rokok sama sekali tidak memberikan manfaat kepada setiap perokok. Justru hanya akan menimbulkan kerugian dan penyakit. lalu, dapatkah dibenarkan seorang hamba Tuhan merokok, padahal sudah jelas bahwa itu sama sekali merugikan. 1 https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/81 2 http://rec.or.id/article_943_Apakah-Orang-Kristen-Boleh-Merokok?/21/04/2020//. ## Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, khususnya pendekatan pustaka untuk memperoleh sebuah konsep dan pemahaman yang benar dan kualitatif perihal boleh tidaknya seorang hamba Tuhan merokok. ## Hasil dan Pembahasan Berikut ini dikemukakan ulasan rokok atau merokok dari beberapa perspektif. Ini dikemukakan bertujuan untuk membentuk konsep dan pemahaman kita tentang untung atau ruginya merokok. Sehingga berangkat dari situ, kita dapat menyimpulkan apakah seorang hamba Tuhan boleh atau tidak boleh merokok. Dari perspektif Kesehatan. Lula Nadia mengatakan, “Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terhadap kejelekan akibat merokok terhadap kesehatan manusia. Terutama di negara-negara Barat, pengetahuan tentang kejelekan merokok demikian berkembang dan meluas..”. 3 bahkan ditambahkan oleh Nadia, Tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Merokok juga merupakan penyebab kematian satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, serta mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006, ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik (Jia-Xiang, 2014). Lebih lanjut Dr. Agus mengungkapkan bahwa pasien penderita kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), stroke, dan jantung koroner, kebanyakan adalah perokok (Kompas, 25 Mei 2016). Menurut keadaan terkini, hampir 70% perokok di Indonesia memulai merokok sebelum umur 19 tahun, bahkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2003 meyebutkan usia 8 tahun sudah mulai merokok. 4 Sedangkan menurut Tjandra Yoga Aditama, “ Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa kurang lebih 50% para perokok yang merokok sejak remaja akan meningggal akibat penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan kurang lebih 25 jenis penyakit dari berbagai organ tubuh manusia. Penyakit tersebut, antara lain: kanker mulut, esophagus, faring, laring, paru, pancreas, kandung kemih, dan penyakit pembuluh darah. Hal itu dipengaruhi pula oleh kebiasaan meminum alkohol serta factor lain ”. 5 Berdasarkan informasi di atas, memang sama sekali tidak ada manfaat dari rokok atau merokok. Oleh karena yang ditimbulkan hanyalah penyakit bahkan bisa berujung kepada kematian. Lalu, untuk apa seorang hamba Tuhan merokok? Untuk merusak kesehatannya? Padahal Tuhan sudah memberikan tubuh yang sehat untuk digunakan melayani Tuhan, namun justru dirusak oleh rokok. Dengan demikian, dapat dilihat dari perspektif kesehatan, rokok sama sekali tidak memiliki faedah bagi kesehatan. 3 http://repository.ut.ac.id/7088/1/UTFMIPA2016-04-lula.pdf, hlm. 78. 4 http://repository.ut.ac.id/7088/1/UTFMIPA2016-04-lula.pdf, hlm. 81 5 Tjandra Yoga Aditama, Rokok Masalah Dunia, Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.9 Tahun XXI , (Jakarta: PT. Grafiti Medika Pers, 1995). Dari perspektif Etis. Secara etis, seorang hamba Tuhan adalah pemberita kabar baik, pemberita Injil, dan selalu menjadi contoh maupun teladan dalam kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu wajib hukumnya untuk mereka selalu memperlihatkan sikap dan tindakan yang baik dan dapat diteladani oleh jemaat. Bahkan mereka juga harus menggunakan setiap penghasilan dari pelayanan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat. Bayangkan saja apabila ada seorang hamba Tuhan atau pendeta merokok di depan jemaat, padahal setiap minggu jemaat memberikan persembahan kepada Tuhan di gereja; dan jemaat juga tahu bahwa penghasilan hamba Tuhan itu hanya dari pelayanan. Namun ternyata hamba Tuhan itu justru menggunakan sebagian berkat dari Tuhan untuk membeli rokok yang sama sekali tidak ada manfaatnya bagi kesehatan tubuhnya. Sebaliknya, akan merusaknya dan memberikan penyakit bahkan sangat besar kemungkinan justru membawanya pada kematian. Dari perspektif Hukum.Dari perspektif hukum, pemerintah juga membatasi dan mengatur setiap tindakan atau kebiasaan merokok masyarakat. Misalnya: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM. 12 Tahun 2019 Pasal 6 yang berbunyi, “pengemudi dilarang merokok dan melakukan aktivitas yang lain yang mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai sepeda motor”. 6 Berdasarkan analisis terhadap isi setiap peraturan dan perundang-undangan di atas, dapat diasumsikan bahwa terbitnya undang-undang itu tidak terlepas dari kesadaran pemerintah betapa bahayanya merokok. Oleh karena merokok tidak hanya merusak kesehatan, tetapi juga dapat mengganggu setiap aktivitas yang dilakukan di tempat-tempat umum. Itulah sebabnya, pemerintah mengaturnya dalam undang- undang. Sekali lagi, hal inipun menunjukkan bahwa sungguh rokok dan merokok itu tidak ada manfaatnya. Justru sebaliknya hanya akan merugikan. Seorang hamba Tuhan yang merokok bukannya menyebarkan kebaikan dan kehidupan, tetapi justru sebaliknya hanyalah menyebarkan keburukan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang-orang disekitarnya karena telah menyebarkan racun asap rokoknya. Dari Perspektif Alkitab.Apakah Alkitab juga berbicara larangan merokok? Memang secara tersurat Alkitab tidak ada menyatakan boleh atau tidak seseorang merokok. Akan tetapi ada beberapa ayat Alkitab yang dapat digunakan untuk menjadi acuan, bahwa betapa rokok dan merokok seharusnya tidak dilakukan oleh seorang hamba Tuhan. Dalam 1 Korintus 6:19 berbunyi demikian; “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,--dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” . Menurut V. C. Pfitzner, pada bagian ini Paulus berbicara tentang, “ Gereja sebagai tubuh Kristus adalah bait Roh Kudus (3:16), tetapi masing-masing tubuh adalah bait Roh Kudus pula. Yesus pernah berbicara tentang bait suci yang baru dari tubuh-Nya sendiri (Yoh. 2:21). Roh-Nya kini 6 https://otomotif.kompas.com/read/2019/04/06/161714715/larangan-merokok-sambil-berkendara- sesuai-dengan-uu-no-22-tahun-2009//20/05/2020//. tinggal di dalam masing-masing orang percaya (Rm. 8:9) ” . 7 R. Dean Anderson memberikan penjelasan yang kurang lebih sama dengan Pfitzner namun jauh lebih tegas menegaskan tentang tubuh orang Kristen sebagai bait Roh Kudus. Hal itu tampak dengan jelas dalam penjelasan Anderson yang mengatakan bahwa, “Roh sebagai P ribadi Allah sendiri membuat tubuh manusia menjadi istana- Nya yang kudus… Allah melalui Roh-Nya diam di dalam kita, dan sebab itu ikut dengan kita ke mana saja. Allah telah membeli kita dan membayar harganya dengan lunas. Sebab itu kita wajib memuliakan Di a”. 8 Gordon Fee menambahkan, Through the phenomenon of the indwelling Spirit, Paul now images the body as the Spirit's temple, emphasizing that it is the "place" of the Spirit's dwelling in the individual believers' lives. In the same way that the temple in Jerusalem "housed" the presence of the living God, so the Spirit of God is "housed" in the believer's body. This is imagery pure and simple, in which the significance of the body for the present is being affirmed; it is not intended to be a statement of Christian anthropology, as though the body were the mere external casing of the spirit or Spirit. 9 Sebagai orang Kristen, tubuh adalah tempat tinggal pribadi Roh Kudus (juga lih. Rom 8:11 di mana Roh itu merupakan tanda dari Allah yang menyatakan bahwa kamu menjadi milik-Nya). Karena Roh itu tinggal di dalam diri setiap orang percaya maka dengan demikian mereka telah menjadi milik Allah. Oleh karena itu, tubuh orang percaya adalah bait Roh Kudus sama sekali tidak boleh dicemarkan oleh kenajisan atau kejahatan apa pun, baik oleh pikiran yang jahat, keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah, tindakan-tindakan kejahatan, film-film yang tidak membangun iman, buku-buku maupun majalah cabul dan termasuk merokok. Sebagai seorang hamba Tuhan harus hidup sedemikian rupa sehingga menghormati dan memuliakan Allah dengan tubuhnya (ay. 1Kor 6:20). 10 Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tubuh atau kehidupan hamba Tuhan telah dibeli dengan darah Kristus, di mana dalam konteks ini disebut sebagai Bait Allah. Sehingga tubuh dan kehidupan hamba Tuhan sepenuhnya adalah milik Kristus. Sehingga akan sangat tidak mungkin untuk seorang hamba Tuhan merokok. Mengapa? Karena seperti penjelasan di atas, bahwa rokok dan merokok dapat membuat tubuh seseorang menjadi rusak dan sakit bahkan mati. Roma 12:1. Menurut Th. van den End,”Maka inilah yang hendak Paulus kata kan di sini. Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan, pokoknya seluruh kemampuan dan kegiatan kita, harus dipersembahkan kepada Tuhan”. 11 Orang percaya seharusnya mempunyai keinginan tulus-ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta mempersembahkan tubuh untuk pelayanan. Keinginan terbesar kita seharusnya hidup kudus dan berkenan kepada Allah. Ini 7 V.C. Pfitzner, Ulasan Atas 1 Korintus: Kesatuan dalam Kepelbagaian , (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2011), hlm. 103. 8 R. Dean Anderson, Surat 1 Korintus: Membereskan Jemaat Urban yang Muda , (Surabaya: Momentum, 2018), hlm. 134. 9 Gordon D. Fee, The International Commentary on the New Testament: The First Epistle to the Corinthians , (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 1988), 264 10 https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=46&chapter=6&verse=19//20/02/2020//. 11 Th. van den End, Tafsiran Alkitab: Surat Roma , (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006), hlm. 653. menuntut setiap hamba Tuhan harus memisahkan diri dari dunia dalam berpikir mapun bertindak dan makin mendekati pada kehendak Allah (ayat Rom 12:2). (1) Kita harus hidup bagi Allah, menyembah Dia, mentaati Dia, bersama dengan Dia menentang dosa dan membela kebenaran, menolak dan membenci kejahatan, melakukan pekerjaan baik untuk orang lain, meniru Kristus, mengikut Dia, melayani Dia, hidup sesuai dengan pimpinan Roh. (2)Kita harus mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai rumah Roh Kudus (Rom 12:2, bdk. 1Kor 6:15,19). 12 Douglas Moo menambahkan, Thus the Christian is called to a worship that is not confined to one place or to one time, but which involves all places and all times: "Christian worship does not consist of what is practiced at sacred sites, at sacred times, and with sacred acts. … It is the offering of bodily existence in the otherwise profanesphere."Chrysostom comments: "And how is the body, it may be said, to become a sacrifice? Let the eye look on no evil thing, and it hath become a sacrifice; let thy tongue speak nothing filthy, and it hath become an offering; let thine hand do no lawless deed, and it hath become a whole burnt offering." Regular meetings together of Christians for praise and mutual edification are appropriate and, indeed, commanded in Scripture. And what happens at these meetings is certainly "worship." But such special times of corporate worship are only one aspect of the continual worship that each of us is to offer the Lord in the sacrifice of our bodies day by day. 13 Pada intinya Moo menegaskan bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk beribadah yang tidak terbatas pada satu tempat atau satu waktu, tetapi yang melibatkan semua tempat dan sepanjang waktu: "Ibadah Kristen tidak terdiri dari apa yang dipraktikkan di situs suci, pada waktu sakral, dan dengan sakral tindakan. Itu adalah persembahan keberadaan jasmani di tempat lain yang profan. Moo juga mengutip pendapat Chrysostom yang berkomentar: "Dan bagaimana tubuh, dapat dikatakan, untuk menjadi korban? Biarkan mata melihat pada tidak ada hal yang jahat, dan itu telah menjadi korban; biarlah lidahmu tidak berbicara apa-apa yang kotor, dan itu telah menjadi persembahan; biarlah tanganmu tidak melakukan pelanggaran hukum, dan itu telah menjadi korban bakaran yang utuh". Dengan demikian bagi Moo, pertemuan rutin bersama orang Kristen untuk pujian dan saling membangun adalah pantas dan, memang, diperintahkan dalam Alkitab. Dan apa yang terjadi pada pertemuan-pertemuan ini tentu saja "ibadah." Tetapi saat-saat istimewa ibadat bersama seperti itu hanyalah satu aspek dari ibadat yang berkelanjutan yang masing-masing dari kita harus mempersembahkan kepada Tuhan dalam pengorbanan tubuh kita hari demi hari. Dengan demikian, prinsip untuk mempersembahkan totalitas hidup atau tubuh kepada Kristus sama sekali menegasi (meniadakan) tindakan merusak tubuh melalui rokok atau merokok. Memang secara tersurat ayat ini tidak menyinggung tentang rokok namun penegasan bahwa kita harus memiliki tubuh yang kudus dan total harus dipersembahkan kepada Kristus, maka hal itupun telah menggugurkan dan menolak tindakan merokok yang dilakukan oleh hamba-hamba Tuhan. 12 https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=rom&chapter=12&verse=1/20/02/2020//. 13 Douglas Moo, The International Commentary on the New Testament: The Epistle to the Romans , (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 1996), hlm. 754. Dalam 1 Petrus 1:18-19 berbunyi demikian; “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” .. Menurut P.H.R. van Houwelingen, “Petrus mungkin menyinggung perbuatan sia-sia berupa berbagai kegiatan keagamaan bangsa, seperti yang misalnya dapat ditemukan di Listra (Kis. 14:15). Tradisi-tradisi yang sudah sangat kuno menjadi bentuk-bentuk yang tiada arti. Betapa kosong dan sia-sianya adat istiadat dan kebiasaan tradisional yang diteruskan dari ayah kepada anaknya, dibandingkan dengan apa yang diteruskan dari sang Bapa kepada anak-anak-Nya ” . 14 Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Houwelingen di atas, maka dapat dilihat dengan jelas sebuah prinsip hidup sebagai orang Kristen atau hamba Tuhan secara khusus. Menurutnya, hidup hamba Tuhan harus fokus pada pelayanan pemberitaan Injil Kristus. Sehingga hamba Tuhan tidak boleh lagi mengisi hidupnya dengan hal-hal yang sia-sia. Dalam hal ini, termasuk merokok atau rokok adalah hal yang sia-sia dan tidak berguna sehingga diharamkan untuk dilakukan. Karena rokok dapat membuat tubuh kita sakit dan akhirnya dapat menghalangi kita dalam melayani Kristus. Tubuh hamba Tuhan adalah Bait Allah atau Bait Roh Kudus yang harus dipergunakan seutuhnya untuk melayani-Nya. Berdasarkan penjabaran dan penjelasan di atas, setelah memperhatikan dan menganalisis beberapa perspektif (medis, hukum, etis hingga Alkitab), maka berikut ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian ini: 1. Rokok dan merokok merupakan hal yang tidak diperlukan oleh tubuh manusia. Apabila tetap digunakan maka akan merusak dan berdampak negatif terhadap tubuh manusia. Karena rokok banyak mengandung zat kimia berbahaya. 2. Berdasarkan perspektif medis, etis, hukum, hingga Alkitab, maka ditemukan tidak ada yang positif atau bermanfaat dari rokok atau merokok. 3. Apakah hamba Tuhan boleh merokok? Secara prinsip Alkitab tentu tidak boleh. Dan berdasarkan pertimbangan yang lain, maka rokok sama sekali tidak bermanfaat. Sehingga dengan demikian tidak ada satu alasan pun yang bersifat positif dapat menjadi satu dasar yang kuta bagi seorang hamba Tuhan untuk boleh merokok. Dengan merokok, maka hamba Tuhan telah menempatkan dirinya pada posisi yang sama dengan dunia. ## Kesimpulan Setelah melalui proses penelitian, dan berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh merokok. Oleh karena merokok atau rokok dapat merusak tubuh seseorang. Dan apabila dilakukan, maka sama halnya hamba Tuhan sedang merusak tubuhnya yang telah ditebus oleh Kristus dan sekarang telah menjadi Bait Roh Kudus. ## Referensi https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/81 14 P.H. R. van Houwelingen , Tafsiran Perjanjian Baru: Surat 1 Petrus , (Surabaya: Momentum, 2018), hlm.100-101. http://rec.or.id/article_943_Apakah-Orang-Kristen-Boleh-Merokok?/21/04/2020//. http://repository.ut.ac.id/7088/1/UTFMIPA2016-04-lula.pdf, hlm. 78. http://repository.ut.ac.id/7088/1/UTFMIPA2016-04-lula.pdf, hlm. 81 Aditama, Tjandra Yoga, Rokok Masalah Dunia, Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.9 Tahun XXI, Jakarta: PT. Grafiti Medika Pers, 1995. https://otomotif.kompas.com/read/2019/04/06/161714715/larangan-merokok- sambil-berkendara-sesuai-dengan-uu-no-22-tahun-2009//20/05/2020//. Pfitzner, V.C. , Ulasan Atas 1 Korintus: Kesatuan dalam Kepelbagaian, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2011. Anderson, R. Dean., Surat 1 Korintus: Membereskan Jemaat Urban yang Muda, Surabaya: Momentum, 2018. Fee, Gordon D., The International Commentary on the New Testament: The First Epistle to the Corinthians, GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 1988. https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=46&chapter=6&verse=19//20/02/2 020//. End, Th. van den, Tafsiran Alkitab: Surat Roma, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006. https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=rom&chapter=12&verse=1/20 /02/2020// Moo, Douglas, The International Commentary on the New Testament: The Epistle to the Romans, (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 1996. Houwelingen, P.H. R. van, Tafsiran Perjanjian Baru: Surat 1 Petrus, Surabaya: Momentum, 2018. h. van den End, Tafsiran Alkitab: Surat Roma , (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006), hlm. 653. https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=rom&chapter=12&verse=1/20/02 /2020//. Douglas Moo, The International Commentary on the New Testament: The Epistle to the Romans , (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 1996), hlm. 754. P.H. R. van Houwelingen , Tafsiran Perjanjian Baru: Surat 1 Petrus , (Surabaya: Momentum, 2018), hlm.100-101.
16919239-d393-4e06-aed4-809ca682f27d
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/js/article/download/33374/17942
## IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS 5 SD NEGERI BANJAR AGUNG 4 Reksa Adya Pribadi 1 , Fadhilah Taaj Zerlina 2 , Siti Sadiah Nur Hafizah 3 1 Dosen PGSD FIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2,3 Mahasiswa S1 PGSD FIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Surel: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 Abstrak: Implementasi Pembelajaran Terpadu di Kelas 5 SD Negeri Banjar 4. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran terpadu di kelas 5 SD Negeri Banjar Agung 4 dan untuk menguraikan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran terpadu. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dekriftif. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas 5 SD Negeri Banjar Agung 4. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran terpadu di kelas 5 dengan adanya pembelajaran terpadu membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif dan bervariatif sehingga peserta didik tidak mudah jenuh serta dilihat dari pelaksanaannya dengan penggabungan materi satu dengan materi lainnya memberikan pengalaman yang bermakna. Selain itu juga terdapat hambatan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran terpadu yaitu terkadang ibu tuti terlalu nyaman ketika membahas sesuatu materi hingga lupa menggaitkan materi selanjutnya. Dengan adanya pembelajaran terpadu ini, peserta didik akan mendapatkan pengalaman secara langsung dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan pada pembelajaran berlangsung. Kata kunci: Implemenntasi, Pembelajaran Terpadu, Peserta didik Abstract: Implementation of Integrated Learning in Grade 5 of SD Negeri Banjar 4. The purpose of this study is to describe the implementation of integrated learning in grade 5 of SD Negeri Banjar Agung 4 and to describe the obstacles faced by teachers in integrated learning. The type of research used is descriptive qualitative method. The subjects in this study were 5th grade teachers at SD Negeri Banjar Agung 4. The data collection techniques used in this study were observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the implementation of integrated learning in grade 5 with integrated learning makes learning more innovative and varied so that students are not easily bored and seen from its implementation by combining one material with other materials it provides a meaningful experience. In addition, there are also teacher barriers during the implementation of integrated learning, namely sometimes the mother is too comfortable when discussing a material so that she forgets to link the next material. With this integrated learning, students will get hands-on experience and increase their knowledge and skills in ongoing learning. Keywords : Implementation, Integrated Learning, Learners PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan kemampuan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk terciptanya generasi bangsa yang unggul dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Dengan hal ini, Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Dalam pendidikan ini terjadinya suatu proses kegiatan belajar mengajar baik guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik. Seseorang yang belajar akan merasakan adanya peningkatan perubahan dalam dirinya pada proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar yang dapat ditunjukkan berupa kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, sikap, serta apresiasi. hal ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Burron (2015) belajar tidak hanya sekedar menghapal materi, mendapatkan, serta meguasai ilmu melainkan adanya suatu perubahan dari dari dalam peserta didik. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan pada sikap dan tingkah laku diri yang relative dan tetap berkesinambungan dari pengalaman. Suatu pembelajaran dilakukan oleh satu orang atau lebih yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Pembelajaran sangat berkaitan dengan belajar, maka dari itu, dalam merancang suatu pembelajaran guru harus belajar atau memahami dari aktivitas siswa agar dapat menjadi tolak ukur dalam merancang suatu pembelajaran. Pada pelaksanan sebelumnya Indonesia menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik 2006 atau sering kita sebut denga Kurikulum 2006, dimana pembelajaran hanya terfokuskan atau berpusat pada guru dimana peserta didik hanya duduk manis di kelas dengan menerima materi yang didapat dari penjelasan guru yang berceramah didepan kelas ( teacher center ) dengan materi yang cukup padat, membosankan serta kurangnya pengalaman peserta didik secara langsung. Berbeda dengan saat ini dimana pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 yang tidak hanya berpusat pada guru melainkan juga pada siswa untuk berpikir kritis, aktif dan kreatif baik di pengetahuan maupun keterampilan. Menurut Hadisubroto dalam (Trianto, 2014: 56) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu proses pembelajaran yang diawali dengan adanya pokok bahasanyang dintegrasikan dengan konsep lainnya yang dilakukan denga terencana agar terciptanya suasana kebermakanaan dalam pembelajaran. Adapun menurut joni (dalam Trianto, 2014:56) berpendapat bahwasanya pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk dapat aktif untuk menemukan suatu ilmu ataupun informasi, Dengan hal ini, pembelajaran terpadu dinilai sebagai suatu model pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat terintegrasinya suatu konsep ataupun materi antar satu dengan yang lainya sehingga tidak terlalu padat terhadap konsep pelajaran dan dapat memberikan pengalaman yang bermakna terhadap peserta didik. Selaras dengan pemaparan mengenai pembelajaran terpadu dalam prosesnya terdapat karakteristik dalam pembelajaran terpadu, yaitu: 1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik Pada pembelajaran ini, guru tidak lagi memperlakukan peserta didik secara pasif melainkan yang mengharuskan peserta didik untuk aktif baik dalam mengeksplore pengetahuan dan keterampilannya dengan kata lain anak sebagai subjek belajar. 2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan Dengan pembelajaran terpadu, dapat memunsulkan kebermaknaan dari materi yang telah didapatkan dan mengkaitkannyakonsep-konsep pembelajaran agar peserta didik dapat menerapkan pengetahuannya dalam pemecahan masalah yang nyata. 3. Belajar melalui pengalaman langsung Pembelajaran terpadu akan terfokuskan terhadap peserta didik secara langsung dengan konsep yang dipelajarinya. sehingga peserta dapat merasakan pengalaman dari proses hingga hasil belajarnya bukan sekedar mendapatkan informasi dari guru saja 4. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata Dengan pembelajaran ini terpadu ini, peserta didik akan aktif selama proses pembelajaran dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi dengan hal ini yang merupakan cermin dari kesungguhan dalam belajar. 5. Pemisahan anatar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Dengan hal ini, pembahasan mengenai tema-tema yang dianggap paling dekat dan berkaitan dengan kehidupan peserta didik. Artinya, tema dari satu mata pelajaran bukan sekedar terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain. (Sudrajat,2013:5). Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, masalah tersebut dirumuskan menjadi pertanyaan berikut ini : Bagaimana implementasi pembelajaran terpadu pada kelas 5 SD Negeri Banjar Agung 4, Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran terpadu. Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran terpadu di SD Negeri Banjar Agung 4 sedangkan tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk mendekripsikan implementasi pembelajaran terpadu pada kelas 5 SD Negeri Banjar Agung 4, untuk menguraikan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajran terpadu. ## METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini meggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dimana pendekatan dekriptif kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang menggunakan data kualitatif dan dipaparkan secara deskriptif untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya dan lebih menekankan hasil (Mamik, 2017:3-4). Adapun subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas 5 yang dilaksanakan di SD Negeri Banjar Agung 4, Kecamatan Cipocok, Kota Serang, Banten. Dalam penelitian ini, teknik penelitian yang dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang kami lakukan menggnakan analisis kualitatif yang meliputi 3 tahapan yaitu 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) penarik kesimpulan. Pertama, dari lokasi penelitian, data lapangan dalam uraian laporan Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Banjar Agung 4 pada tanggal 25 Oktober 2021 dengan ibu Tuti selaku wali kelas 5 dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 siswa, pengimplementasiaan pembelajaran terpadu sudah dilakukan dengan baik. Pada pengimplementasian pembelajaran terpadu di SD Negeri Banjar Agung 4 yang mengacu pada kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu kurikulum 2013 revisi 2017 yang mana kurikulum ini sudah diberlakukan pada tahun 2013. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ibu tuti selalu menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan yang mengacu pada silabus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun di dalam RPP tersebut terdapat identitas sekolah, Kompetnesi Inti dan Kompetensi dasar yang sudah ada pada buku guru revisi 2017 serta ibu tuti menentukan indikator kompetensi, model, metode, media, berbagai sumber pembelajaran sebagai penunjang, langkah pembelajaran hingga penilaian yang akan digunakan yang disesuaikan dengan karakteristik pesera didik serta situasi dan kondisi yang ada. Selaras dengan pendapat Novalita, (2014:183) bahwa perencanan pembelajaran merupakan suatu pedoman yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran agar lebih terarah yang bertujuan untuk peserta didik mendapatkan suatu pengalaman dan tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang dilaksanakan dengan termuatnya indentitas sekolah, kompetensi dasar, kompetensi inti, Tujuan pembelajaran, langkah penyusunan materi pembelajaran, penggunaan model, metode, media dan pendekatan yang akan digunakan serta tercantumnya penilaian dengan alokasi waktu yang ditentukan di sekolah. Adapun pada sumber rancangan beliau mencari referensi dalam hal ini sumber belajar tidak hanya dari buku tematik guru dan siswa saja tetapi mencari sumber referensi lainnya agar dapat terbukanya sebuah wawasan yang luas bagi guru dan peserta didik yang secara terintegrasi yang mana selaras dengan pendapat Trianto (2011:57) bahwa pembelajaran terpadu adalah sebuah pendekatan pembelajaran dengan melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami konsep- konsep yang dipelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami. Adapun pada pengimplentasian pembelajaran terpadu kelas 5 ini guru dapat menyampaikan, mengkordinir rangkaian suatu pembelajaran dengan baik dikarenakan sudah memiliki pedoman rencana pelaksanaan pembelajaran yang teng telah dibuat sebelumnya. Dalam pelaksanaannya pada kegiatan awal melakukan salam, doa, absensi, menanamkan sikap nasionalisme, apersepsi, menyampaikan materi pembelajaran hari ini mengenai tema 8 “lingkungan sahabat kita” sub tema 3 usaha pelestarian lingkungan pembelajaran 6 dan dilanjutkan dengan membacakan tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu yang mana muatan pelajarannya yaitu Bahasa Indonesia, PPKn dan SBdP sangat terlihat dengan jelas pembelajaran terpadu yang mana terintegrasinya materi-materi tersebut dan adanya kebermaknaan pada peserta didik dengan diskusi kelompok untuk mengamati kegiatan produksi dan distribusi di lingkungan sekitar. Terlilah dengan jelas juga pada pelaksanaan berlangsung model pembelajaran terpadu yang digunakan pada saat itu adalah model keterpaduan (integreted) dengan adanya pemaduan yang dilakukan dengan memadukan mata pelajaran dan kebermaknaan terhadap peserta didik. Selaras dengan pendapat Prastowo, (2019:56) bahwasanya model keterpaduan (integreted) merupakan . model yang memadukan antar butir- butir cabang ilmu pengetahuan Dalam model ini lebih menekankan pada menata prioritas kurikulum dan psikomotorik, konsep, afektif yang mana peserta didik akan diarahkan kepada keterkaitan dan keterhubungan antara disiplin ilmu. Model pembelajaran terpadu yang sangat popular dikalangan pendidikan formal khusunya sekolah dasar yaitu the connected model (model terhubung), integrated model (model terhubung) dan webded model (model jarring laba-laba) yang Selaras dengan Permendikbud No.57 Thun 2014 bahwa merujuk hasil telaah Tim Pengembangan D-II PGSD pada 1997 dalam (Prastowo, 2019:57). Setelah melakukan sebuah diskusi guru meminta peserta didik untuk mengemukakan pembelajaran hari lalu guru menyimpulkan secara keseluruhan materi yang dipelajari untuk memperkuat argument peserta didik. selanjtnya guru memberikan evaluasi yang berupa tugas untuk memperdalam pemahaman peserta didik, guru memberikan gambaran mengenai pembelajaran berikutnya daan dilanjutkan dengan doa bersama. Adapun hambatan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran terpadu yaitu terkadang ibu tuti terlalu nyaman ketika membahas sesuatu materi hingga lupa menggaitkan materi selanjutnya. Selaras dengan prinsip pembelajaran terpadu menurut Istiana (2020: 1044), yaitu : • Prinsip Penggalian tema Fokus pembelajaran terpadu pada tema-tema yang saling tumpang tindih dan saling terintegasi sebagai target utama dalam pembelajaran • Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Dalam prinsip ini, guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran • Prinsip Evaluasi Pada prinsip evaluasi ini akan dijadikan sebagai fokus dalam setiap kegiatan yang mana guru mengajak peserta didik untuk melakukan evaluasi berdasarkan hasil pencapaian • Prinsip Reaksi Guru harus mampu dalam merencanakan serta melaksanakan pembelajaran agar tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran secara tuntas. Dengan hal ini guru selalu tetap berlatih untuk menjaga konsisten waktu agar kegiatan pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan baik agar tercapainya suatu tujuan secara tuntas. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa impementasi pembelajaran di SD Negeri Banjar Agung 4 berjalan dengan baik, dimana pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran sudah terintegrasinya materi satu dengan yang lainnya serta memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam pembelajaran terpadu. Sehinnga peserta didik tidak hanya berpacu pada penjelasan guru melainkan turut aktif dalam kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun terkait kendala yang dihadapi oleh guru tidak selalu terjadi dikarenakan dapat teratasi dengan solusi yang telah diberikan. ## DAFTAR RUJUKAN Ananda, R., & Fadhilaturrahmi. 2018.Analisis Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Implementasi Pembelajaran Tematik di SD. Jurnal Basicedu, 2(2), 11-21 Ananda, R., & Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model). Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI) Hanafy, S. M. 2014. Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan , 17(1), 66-79 Hasnawati. 2013. Sitem Pembelajaran Terpadu Di Sekolah. Jurnal Pendidikan , 12 (1),1 – 13. Istiana, J. 2020. Konsep Perubahan Pendidikan dalam Pembelajaran Terpadu. Jurnal Tawadhu , 4(1), 1042 - 1052 Kadarwati, A. & Vivi R. 2020. Pembelajaran Terpadu . Solo : CV. Ae Media Grafika Mardhiyah, H. M., dkk. 2021. Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Lectura : Jurnal Pendidikan , 12(1), 29-40 Murfiah, U & Aas, S. 2016. Implementasi Model Pembelajaran Terpadu Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar , 1(1), 94- 11 Novalita, R. 2014. Pengaruh Perencanaan Pembelajaran Terhadap Pelaksanaan (Suatu Penelitian terhadap Mahasiswa PPLK Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Almuslim). Lentera , 14(2), 56-61 Prastowo, A. 2019. Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: Kencana Pulukadang, W.T. 2021. Buku ajar Pembelajaran Terpadu : Ideas Publishing. Ramdani, Rahmi & dkk. 2020. Belajar dan Pembelajaran : Konsep dan Pengembangan. Medan: Yayasan Kita Menulis Wali, M., & dkk. 2020. Pembelajaran Terpadu Tipe Webbed Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Undiksha , 8 (3), 404 – 411.
7f442ee5-4c0f-44ca-be15-255a28d76c81
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/JABE/article/download/1767/1379
## PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT.KAHO INDAHCITRA GARMENT JAKARTA Oleh: ## Agus Jamaludin Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI Email: [email protected] ## ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di PT. Kaho IndahCitra Garment Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode field research atau studi lapangan dan library research atau studi pustaka. Populasi adalah karyawan PT Kaho Indahcitra Garment sebanyak 50 orang dan diambil sampel sebanyak 20 orang. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yang berasal dari hasil kuesioner yang selanjutnya jawaban responden diberi skor (nilai) sehingga menjadi data kuantitatif. Didapatkan model regresi Y = 18,28 + 0,43 X, dengan koefisien determinasi sebesar 31,36 %. Dari hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t dihasilkan t hitung sebesar 2,866 > t tabel 2,101. Dengan demikian hipotesis diterima dan terbukti bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di PT. Kaho Indahcitra Garment Jakarta. Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Kinerja Karyawan ## A. PENDAHULUAN Faktor sumber daya manusia merupakan hal terpenting dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya organisasi maupun perusahaan. Sumber daya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Manusia merupakan faktor yang menentukan berhasil dan tidaknya suatu organisasi untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Organisasi harus mendayagunakan sumber daya manusia secara lebih efektif dan efisien dengan cenderung kearah peningkatan kinerja karyawan. Hal ini karena manusia merupakan sentral dalam organisasi maupun perusahaan. Agar aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik, perusahaan harus memiliki karyawan yang berpotensi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan kerja yang tinggi, serta usaha untuk melaksanakan seluruh kegiatan perusahaan seoptimal mungkin sehingga kinerjakaryawan meningkat. Pemimpin perusahaan menjadi sumber yang paling penting dalam pencapaian peningkatan kinerja karyawan dan profitabilitas perusahaan. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang mampu membawa organisasi atau perusahaanya menjadi organisasi yang hebat dan mampu bersaing sehat untuk selalu menjadi yang terdepan dengan tetap memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Menurut Sholeha dan Suzy (1996) organisasi adalah perserikatan orang-orang yang usahanya harus dikoordinasikan, tersusun dari sejumlah sub sistem yang saling berhubungan dan saling tergantung, bekerja sama atas dasar pembagian kerja, peran dan wewenang, serta mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Untuk mewujudkan kinerja organisasi maupun perusahaan yang optimal, dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada dengan memberikan motivasi atau dorongan sehingga diharapkan akan tercipta sikap profesional dalam seluruh kegiatan perusahaan. Kinerja karyawan akan lebih baik apabila karyawan tersebut memiliki keahlian(skill),bersedia bekerja karena memperoleh gaji yang sesuai dengan bidang pekerjaannya, dan adanya harapan ( expectation ) terhadap jenjang karir yang lebih baik di masa yang akan datang. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan hal tersebut kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja karyawan sehingga perusahaan menghadapi krisis yang serius. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam akibat mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang menurun. Dalam rekrutmen karyawan haruslah memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan posisi yang ada di perusahaan dengan memperhatikan lulusan pendidikan, ketrampilan, dan skill karyawan. Selain itu juga attitude karyawan itu sendiri. Dengan demikian diharapkan karyawan yang sesuai dengan kriteria tersebut tentu dapat ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan keahliannya yaitu menerapkan prinsip ”the righh man in the right place”. Adapun untuk penempatan posisi pemimpin baik dari tingkat supervisor hingga direktur di dalam perusahaan, tentu harus sesuai dengan jejak karir, pendidikan, skill dan pengalaman bekerja. Dengan demikian akan dihasilkan pemimpin-pemimpin perusahaan yang handal serta dapat menjalankan roda kegiatan perusahaan menjadi semakin berkembang dan maju. Kemajuan perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja karyawan dalam menjalankan seluruh tugas dan tangghung jawabnya. Maka dari itu perlu adanya gaya kepemimpinan yang mampu mengelola karyawan agar dapat bekerja secara baik untuk memajukan perusahaan. Begitu juga sebaliknya, kemunduran perusahaan dapat diakibatkan dari kurangnya kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, akibat gaya kepemimpinan yang kurang efektif baik. Dalam hal ini pemimpin tidak mampu sebagai panutan dan tidak melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning,organizing,actuating, dan controling . Dengan demikian, gaya kepemimpinan menjadi sebuah bahan kajian yang sangat penting. ## B. KAJIAN PUSTAKA ## Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi,memberi contoh, serta memberi motivasi kepada orang lain,sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dan mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan merupakan faktor yang penting dalam suatu organisasi. Tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontruksi yang positif dalam usaha mencapai tujuan. Kepemimpinan juga merupakan sesuatu yang dapat dipelajari sehingga dapat dilaksanakan spontan dan otomatis sepanjang waktu.Para pemimpin atau manajer misalnya,dapat segera membuat beberapa keputusan penting mengenai sebuah masalah, sementara orang lain masih dalam tahap menganalisis masalah. Dalam kepemimpinan seseorang memimpin,membimbing,mempengaruhi atau mengontrol pikiran,perasaan atau tingkah laku orang lain, juga masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak,mempengaruhi,dan menggerakkan orang lainguna melakukan sesuatu demi pencapaian tujuan tertentu. Karena dalam kepemimpinan pemimpin mempunyai hak kekuasaan penuh. Menurut Walter Nord pengertian kekuasaan itu merupakan suatu kemampuan mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Kepemimpinan ( leadership ) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kinerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.Pada kenyataan pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Untuk mencapai semua itu seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam melakukan pengarahan kepada bawahannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Menurut Bass, Robbins, dan Decenzo tentang kepemimpinan, kepemimpinan sebagai prosedur interaksi antar personal melalui seorang pemimpin mengubah bawahan, menciptakan visi dari tujuan yang layak, dan bekerja menuju tujuan tertentu. Kepemimpinan merupakan interaksi antara manajer organisasi dan anggota organisasi selama mengejar kinerja, dan perilaku yang terakhir dipengaruhi dengan menyediakan mereka dengan arah baru atau agar memenuhi tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2007) Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktip untuk mencapai tujuan organisasi.Menurut Young (dalam Kartono, 2003) kepemimpinan merupakan bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. ## Gaya Kepemimpinan Menurut pendapat Soekarso (2010), gaya kepemimpinan adalah perilaku atau tindakan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan manajerial. Kemudian menurut pendapat Thoha (2007) dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara yang dihgunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar hendak melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan yang diharapkan agar tercapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perwujudan tingkah laku seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin dan mempengaruhi karyawannya dalam menjalankan tugas. Terdapat berbagai gayakepemimpinan, yaitu: a. Gaya Kepemimpinan Otoriter/ Authoritarian Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. b. Gaya kepemimpinan Demokratis/ Democratic Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. ## c. Gaya Kepemimpinan Bebas/ Laissez Faire Gaya kepemimpinan bebas ini pemimpinan terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya Kepemimpinan berdasarkan kepribadian yaitu: a. Gaya Kepemimpinan Karismatis Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat.Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan b. Gaya Kepemimpinan Diplomatis Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya,sisanya melihat kedua sisi dengan jelas.Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. c. Gaya Kepemimpinan Otoriter Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan yang ada adalah hasil.Langkah-langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. d. Gaya Kepemimpinan Moralis Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, sabar, dan murah hati. Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang-orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. ## Kinerja Penilaian tentang kinerja individu karyawan semakin penting ketika perusahaan akan melakukan reposisi karyawan.Artinya perusahaan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja. Hasil analisis akan bermanfaat untuk membuat program pengembangan SDM secara optimal. Kinerja individu akan mencerminkan derajat kompetensi suatu perusahaan. Kinerja yang baik adalah kinerja yang mengikuti tata cara atau prosedur sesuai standar yang telah ditetapkan. Akan tetapi di dalam kinerja tersebut harus memiliki beberapa kriteria agar meningkatkan produktifitas sehingga apa yang dihaarapkan bisa berjalan sesuai apa yang diinginkan. Untuk meningkatkan kinerja yang baik harus introspeksi diri demi tercapainya kinerja yang lebih baik kedepan, bekerja sesuai posisi dan job description masing-masing. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Berikut beberapa pengertian kinerja menurut para Ahli. Kinerja menurut Mangkunegara (2000) adalah hasil kerja secara kualitas dan kunatitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Hasibuan (2001) kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. ## Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, menurut Mathis dan Jackson (2006), yaitu: a. Kemampuan individual Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat, dan faktor kepribadian. Tingkat keterampilan bahan mentah yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan tehnis. Dengan demikian, kemungkinan seorang karyawan akan mempunyai kinerja yang baik. Jika karyawan tersebut memiliki ketrampilan yang baik maka karyawan tersebut akan menghasilkan kinerja yang baik pula. b. Usaha yang dicurahkan Usaha yang dicurahkan oleh karyawan bagi perusahaan adalah motivasi, etika kerja, kehadirannya. Tingkat usahanya merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dari itu kalaupun karyawan memiliki tingkat ketrampilan untuk mengerjakan pekerjaan, akan tetapi tidak akan bekerja dengan baik jika hanya sedikit upaya. Hal ini berkaitan dengan perbedaan antara tingkat ketrampilan merupakan cermin dari apa yang dilakukan, sedangkan tingkat upaya merupakan cermin dari apa yang dilakukan. c. Dukungan organisasional Dalam dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi karyawan meliputi pelatihan dan pengembangan, peralatan dan teknologi,standar kinerja, dan manajemen dan rekan kerja. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah apa yang mempengaruhi sebanyak mereka memberikan kontribusi pada organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2006), kinerja ( performance ) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran atau abensi, kemampuan bekerja sama. ## Karyawan Karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga baik itu di kantor, perusahaan, dan sebagainya, dengan mendapat gaji (upah). Karyawan juga dapat diartikan sebagai manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau pengusaha. Pada dasarnya buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan adalah sama. Namun dalam kultur Indonesia, ―Buruh‖ berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasar dan sebagainya. Sedangkan pekerja, tenaga kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama dan mempunyai arti yaitu pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-Undang ketenagakerjaan yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia ## C. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan yaitu metode studi pustaka ( library reserch ) dan studi lapangan ( field reserch ). Metode studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari berbagai literatur berupa buku-buku, diktat perkuliahan dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti dan dibahas. Sedangkan studi lapangan dengan cara wawancara dan penyebaran quisioner. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh karyawan yang bekerja sebanyak 50 orang, dan sampel sebanyak 20 orang diambil secara acak ( random sampling ). Teknik analisis data dari 2 variabel penelitian yang sudah diketahui yaitu variabel independent adalah Gaya Kepemimpinan dan variabel dependent adalah kinerja karyawan, bisa dihitung dengan menggunakan regresi linier sederhana, analisa koefisien korelasi, koefisien determinasi, dan uji hipotesis menggunakan uji t. ## D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil penelitian ini data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian melakukan pembahasan mengenai data tersebut yang diperoleh dari 20 orang responden setelah diolah dengan skala Likert, yang diambil secara acak. Adapun hasilnya yaitu: ∑X = 573, ∑Y= 609, ∑X 2 = 17.231, ∑Y 2 =19.023, ∑XY = 17.800. Untuk analisa regresi linier sederhana hasilnya yaitu: b = 0,43, a = 18,28, maka Y = 18,28 + 0,43 X. Hasil analisa Korelasi yaitu untuk mengetahui berapa besar perhitungan koefisien korelasi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, hasilnya r= 0,56. Hasil Analisa Koefisien Determinasi yaitu hasil analisa korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi yaitu nilai r hitung tersebut dikuadratkan dan dikalikan dengan 100 %, KD = r 2 . 100 % = 31,36 %. Pengujian Hipotesis adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan di PT.Kaho Indahcitra Garment Jakarta ,yaitu hasilnya t hitung= 2,866, adapun t tabel denga tingkat kesalahan 5 % ( 0,05) sampel 20 orang dan hasilnya t tabel = 2,101, maka t hitung lebih besar dari t tabel maka Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di PT. Kaho Indahcitra Garment Jakarta. ## E. SIMPULAN Setelah mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul melalui ujistatistik maka kesimpulannya sebagai berikut: 1. Hasil analisa regresi linier sederhana yaitu a= 18,28 dan b= 0,43. Dari hasil analisa regresi linier sederhana didapatkan persamaan Y = 18,28 + 0,43 X, dimana naik turunnya nilai Y sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai X. 2. Hasil analisa koefisien korelasi product moment ( r ) dari perhitungan statistik didapatklan r = 0,56 yang artinya bahwa pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di PT Kaho Indahcitra Garment itu positif dan kuat. 3. Hasil Koefisien Determinasi (KD ) sebesar 31,36 % artinya dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 31,36 %, sisanya 68,64 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. 4. Dalam pengujian hipotesa penelitian didapatkan nilai r hitung sebesar 2,866 lebih besar dari t tabel 2,101 dengan tingkat kesalahan 5% (0,05 ) ini berarti bahwa menurut ketentuan uji hipotesis hasil yang demikian adalah Ha diterima dan H0 ditolak. ## DAFTAR PUSTAKA Decenzo, David A., Robbins, Stephen P. (1999). Human Resources, New York: John Willey and Sons, Inc Gibson Ivansevich and Danelly,1995, Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses, jilid 2 Jakarta, Binarupa Aksara. Hasibuan,Melayu S.P, 2001, organisasi dan Motivasi, , Jakarta, PT Bumi Aksara Hasibuan,Melayu S.P, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan, Jakarta, PT Bumi Aksara, Kartono,Kartini, 2009, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta , Rajawali Press. Mangkunegara,A.A Anwar Prabu, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, PT Remaja Rosdakarya. Mathis,Robert dan Jackson, Jaka H, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku I, Jakarta, Salemba emapat. Sholeha,Euis, dan Suzy,1996.Kepemimpinan yang efektif Tinjauan dan Implementasinya bagi pencapaian tujuan Organisasi,Jurnal Gema Stikubank, Hal 45-46. Soekarso, Iskandar Putong,2015, Kepemimpinan Kajian Teoritis dan Praktis (Volume 1 dari kepemimpinan Edisi 1). Jakarta, Penerbit Erlangga Thoha, Miftah, 2013, kepemimpinan dalam manajemen, edisi 1, Jakarta,PT RajaGrafindo. Wursanto, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta, Andi.
f904755a-109c-44a4-9c26-cb0076cb99f1
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/download/14240/5606
## MODEL PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI SMAN 2 PARE (STUDI KASUS DI SMAN 2 PARE) Kunaenih 1 , Firdaus 2 , Nadiah 3 , Nurhayati 4 , Putri Eka Sari 5 , Dia Merlinda 6 , Nabilah Hasyim 7 Program studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Jakarta 1,2,3,4,5,6,7 Email: [email protected] ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan model pembelajaran tahfidz di SMAN 2 Pare. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMAN 2 Pare telah melaksanakan program tahfidz al- Qur’an sebagai bentuk implementasi dari kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti memperoleh temuan-temuan antara lain kegiatan apa saja yang terdapat pada program tahfidz di sekolah tersebut, materi pembelajaran tahfidz, metode- metode pembelajaran tahfidz, serta evaluasi. Kemudian beberapa siswa tahfidz yang mendapatkan prestasi, baik dari dalam maupun luar sekolah. Keberhasilan dalam pelaksanaan program tahfidz al- Qur’an di SMAN 2 Pare yaitu faktor visi dan misi sekolah, faktor tutor yang sangat merangkul dan membimbing siswa, dan Rumah Tahfidz. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program tahfidz yaitu motivasi yang berasal dari internal maupun eksternal. Di antaranya yaitu dari tutor yang membimbing para siswa dan juga orangtua. Kata Kunci : Model Pembelajaran, Tahfidz, Pembelajaran Tahfidz ## Abstract This study aims to describe how the application of the tahfidz learning model at SMAN 2 Pare. This research is qualitative research using analytical descriptive method. The result of this study indicates that SMAN 2 Pare has implemented the tahfidz al-Qur'an program as a form of implementation of extracurricular activities at the school. Based on the results of research in the field, researchers obtained findings including what activities are contained in the tahfidz program at the school, tahfidz learning materials, tahfidz learning methods, and evaluation. Then some tahfidz students who get achievements, both from inside and outside the school. The success in implementing tahfidz Al-Qur'an program at SMAN 2 Pare is the school's vision and mission factor, the tutor factor who really embraces and guides students, and the Tahfidz House. Factors that influence the implementation of the tahfidz program are internal and external motivations. Among them are from tutors who guide students and also parents. Key Words: Learning Model, Tahfidz, Tahfidz Learning ## PENDAHULUAN Semua umat islam meyakini al-Qur’an sebagai sumber asasi ajaran islam, syar’at terakhir yang bertugas memberi arah petunjuk perjalanan hidup manusia dari dari dunia hingga akhirat. Dalam rangka mendapatkan petunjuknya, umat islam berlomba-lomba hendak menjalankan ajaran islam ke dalam perilaku hidup mereka di dunia. Namun demikian, keyakinan saja tidaklah cukup. Al-Qur’an tidaklah proaktif memberi petunjuk layaknya manusia. Manusialah yang sejatinya bertanggung jawab membuat al-Qur’an aktif berbicara, sehingga ia berfungsi sebagai layaknya petunjuk. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk, pelajaran serta pedoman hidup bagi umat islam sesungguhnya hanya bagi orang-orang yang mau membaca, mempelajari, serta mengambil pelajaran dari ayat-ayat al- Qur’an sehingga akan menjadi petunjuk dan pedoman hidupnya. Kita sebagai umat islam yang menganggap al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam dari masa ke masa haruslah tetap terjaga keasliannya dan kemurniannya. Allah SWT. berfirman: َرْكِ ذلا اَنْلَّزَن ُنْحَن اَّنِا َن ْوُظِف ٰحَل ٗهَل اَّنِا َو ## “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan Sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr:9) Menghafal Alquran hukumnya fardhu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayatayat suci Al- Qur’an. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Sebaliknya jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan menanggung dosanya. Hal ini ditegaskan oleh Syeikh Muhammad Makki Nashr dalam kitab Nihatah Qoulul Mufid mengatakan: “Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar kepala hukumnya fardhu kifayah” [1]. Menghafal Al-Qur’an memiliki beberapa keutamaan, tak hanya bersifat duniawai namun juga saurgawi. Berikut beberapa keutamaan menghafal Al-qur’an, yaitu mendapatkan kenikmatan dan kebaikan dari Allah SWT., para pengahafal al-Qur’an adalah orang yang diberi ilmu, mampu menghafal Al-Qur’an merupakan nikmat yang datang dari Allah nikmat tersebut sama dengan nikmat kenabian, seseorang yang hafal Al-Qur’an (Hafidz) mendapatkan tasyrif nabawi ( penghargaan khusus dari Nabi Muhammad SAW). Para hafiz Al- Qur’an adalah keluarga Allah SWT, yang berada di atas bumi [2]. Menurut Ra’uf definisi menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal[3]. Menurut Manzur, berarti Mana’ahu min al-diya yaitu menjaga dari hilangnya dan kehancurannya. Jika dikaitkan dengan Al-Qur’an maka berarti menjaga terus-menerus, agar Alquran tetap terjaga dan tidak hilang kemurniannya. Sedangkan menurut Gagne, menghafal merupakan salah satu bentuk strategi kognitif sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang diperlukan dalam belajar mengingat dan berpikir [4]. Menghafalkan kitab suci Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk interaksi umat Islam dengan Al-Qur’an yang telah berlangsung secara turunmenurun sejak Al- Qur’an pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. hingga sekarang dan masa yang akan datang. Allah SWT. telah memudahkan Al-Qur’an untuk dihafalkan, baik oleh umat Islam yang berasal dari Arab maupun selain Arab yang tidak mengerti arti 47 kata-kata dalam Al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab [5]. Keutamaan orang yang mengisi hari-harinya dengan membaca Alquran adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga kemuliaannya sehingga menjadi manusia yang terbaik. Tidak hanya membaca, seseorang yang berusaha untuk memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an sudah barang tentu memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan yang hanya membaca. Setiap ayat yang sudah dibaca dan dipahami, dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Semua pekerjaan atau kegiatan pasti menginginkan hasil dan mutu yang baik, begitu pula dengan menghafal Al-Qur’an. Agar seorang penghafal benarbenar menjadi hafidzul Qur’an yang representative, dalam arti ia mampu memproduksi kembali ayat- ayat yang telah dihafalkannya pada setiap diperlukan, maka ayat-ayat yang telah dihafal harus dimantapkan sehingga benar- benar melekat dalam ingatannya. Sehingga ada beberapa kriteria yang mencakup ketepatan dalam hal tajwid maupun mahkraj huruf bacaan. Adapun kriteria hafalan Al- Qur’an yang baik yaitu dengan tajwid yang benar, membaca dengan tartil, bagaimana kelancaran membaca, dan ketepatan makharijul hurufnya [6]. Model pembelajaran adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pelaksanaan belajar mengajar dari awal sampai akhir. Dalam model pembelajaran sudah mencerminkan suatu pendekatan, teknik, metode atau taktik pembelajaran sekaligus. Pendidikan yang efektif dilakukan secara berulangkali agar anak mengerti. Pelajaran dan nasehat apapun perlu dilakukan berulangulang sehingga mudah dipahami oleh anak. Al-Qur’an tidak pernah hilang dari hatinya dan tidak pernah surut semangatnya untuk menghafal dan mengulang-ulangnya melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya, mengambil pelajaran dari nasehat dan kisah yang terdapat padanya, berprilaku dengan tata karma dan akhlak Al-Qur’an serta 30 menyampaikannya kepada seluruh umat Islam [7]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode apakah yang di gunakan untuk pembelajaran tahfidz di SMAN 2 Pare serta kendala apa saja yang ada pada saat penerapan metode yang di gunakan dalam pembelajaran berlangsung. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. [8] Model pembelajaran yang dikutip oleh Joyce dan Weil biasanya dibangun di atas prinsip atau teori pengetahuan yang berbeda. [9] Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran teori, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, teori- teori lain yang mendukung [10]. Manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu menambah wawasan terkait metode pembelajaran tahfidz di SMAN 2 Pare dan dapat memberikan motivasi tentang metode pembelajaran tahfidz. Tidak jauh beda dalam menghafal materi pelajaran, menghafal AlQur’an juga ditemukan banyak hambatan dan kendala. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menghafal Al-Qur’an pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor yang mendukung dalam menghafal Al-Qur’an yaitu, adanya motivasi, persiapan yang matang, manajemen waktu, faktor usia, tempat atau lokasi menghafal [11]. ## METODE Metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (fieldresearch) [12]. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Pare dan yang menjadi subjek riset ini adalah guru dan siswa yang ada di skolah untuk menggali informasi terkiat dengan dampak dari ekstrakulikuler tahfidz yang diadakan di sekolah. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan yang dituliskan merupakan hasil wawancara dari informan terkait yaitu Kepala Sekolah SMAN 2 Pare, Guru Tahfidz SMAN 2 Pare, dan beberapa peserta didik SMAN 2 Pare. ## Pengelolaan SMAN 2 Pare Sekolah Menegah Atas Negeri 2 PARE terletak di Jalan Pahlawan Kusuma Bangsa No.28 Pare, Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Letaknya yang strategis, tidak jauh dari jalan raya dan mudah diakses menjadi nilai tambah selain dari kwalitas sekolah ini. Salah satu sekolah menengah atas terbaik di kabupaten Kediri. Visi dari SMAN 2 Pare adalah: Terwujudnya insan yang unggul dalam prestasi santun dalam berbudi, berbudaya lingkungan dan berdaya saing global. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi SMAN 2 Pare, yaitu : 1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 2) Meningkatkan keunggulan prestasi akademik dengan mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa dan guru, sehingga bisa mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa secara optimal. 3) Meningkatkan keunggulan prestasi non akademik melalui pembinaan pengembangan diri yang dapat mengembangkan bakat siswa secara optimal dan profesional. 4) Melaksanakan Kurikulum 2013 5) Meningkatkan keunggulan inovasi pembelajaran berbasis IT 6) Menyelenggarakan kegiatan sosial guna menanamkan dan mengembangkan sikap kesetiakawanan sosial 7) Menciptakan budaya beretika di lingkungan sekolah sehingga dapat membentuk pribadi yang tertib dan santun. 8) Menumbuhkembangkan sikap peduli/ sadar lingkungan melalui pembelajaran yang berkelanjutan. 9) Menumbuhkembangkan budaya mutu dan semangat keunggulan, sehingga mampu bersaing di era global. 10) Meningkatkan mutu pendidik sesuai dengantuntutan program pembelajaran berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris 11) Mengoptimalkan pemberdayaan dan pemenuhan sarana prasarana pendidikan yang tepat waktu, tepat guna, tepat jumlah dan berstandar internasional ## Program Tahfidz Al-Qur’an Tahfidz Al-Qur’an merupakan salah satu program unggulan yang ada di SMAN 2 Pare. Program ini merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler, sehingga tidak semua siswa wajib mengikutinya. Menariknya, program ini menyediakan tempat untuk para siswa yang mengikuti tahfidz yaitu Rumah Tahfidz. Rumah Tahfidz bersifat optional, bagi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Tahfidz di sekolah boleh memilih tinggal di Rumah Tahfidz. Namun jika siswa tidak berkehendak, maka tidak menjadi paksaan. Selain berorientasi menghafalkan Al- Qur’an, program Tahfidz ini juga dilakukan banyak kegiatan lainnya, seperti ; Bimbingan belajar untuk materi umum sekolah, belajar materi keagamaan seperti tajwid, fiqh, dll. Masjid dan Rumah Tahfidz adalah fasilitas utama yang disediakan oleh sekolah untuk berjalannya program ini. Program Tahfidz ini sudah berdiri sejak tahun 2019, program yang digagas oleh para intelektual alumni SMAN 2 Pare yang saat ini juga berperan sebagai guru dan tutor program ini. Program Tahfidz ini berada dibawah pembinaan Guru Agama SMAN 2 Pare, Bapak Slamet. Program Tahfidz Al-Qur’an ini menjadikan sekolah ini sebagai sekolah umum satu- satunya yang memiliki program Tahfidz Al- Qur’an di pare. Melalui program ini, besar harapan sekolah dapat menciptakan generasi cerdas dan religius yang sejalan dengan Visi dan Misi Sekolah. Dalam operasional rumah tahfidz ini pembiayaan tidak hanya dari sekolah, tetapi ada banyak donatur yang juga berminat dan memberikan sebahagian rezekinya untuk para penghafal al-Quran di program yang dicetuskan oleh SMAN 2 Pare ini. ## Proses Pembelajaran Tahfidz Qur’an di SMAN 2 Pare Dalam pelaksanaan program ini, sekolah tidak memberikan target jumlah hafalan untuk setiap siswanya yang mengikuti program ini. Sekolah menyadari bahwa ini merupakan kegiatan tambahan untuk siswa, sehingga niat dan tekad pada diri sendiri yang menentukan capaian dari hafalannya. Upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter Islami peserta didik yakni melalui penerapan model pembentukan karakter yang sesuai dengan Al Qur’an [13]. Menghafal al-Qur’an berarti menjaga otentisitas al-Qur’an yang hukumnya fardlu kifayah, sehingga orang yang menghafal al- Qur’an dengan hati yang bersih dan ikhlas akan mendapatkan kedudukan yang sangat mulia di dunia dan di akhirat, karena mereka merupakan makhluk pilihan Allah yang memuliakan dan menjaga pedoman hidup agama Islam yaitu Al-Qur’an [14]. Pesan moral dalam mengulang bacaan bagi anak adalah untuk melatih melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi diri mereka [15]. menghafal al-Qur’an membentuk akhlak mulia baik bagi pribadi sang hafidz maupun menjadi contoh bagi masyarakat luas [16]–[18] Metode talaqqiadalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur [19]. Pembinaan tahfidz al- Qur’anmenggunakan metode halaqah [20]. Dalam menghafalkan Al-Quran ada beberapa cara atau metode yang digunakan di sekolah ini, siswa yang berada di rumah tahfidz menghafalkan semampu mereka setiap hari senin sampai dengan hari jumat. Setiap hatinya mereka menyetorkan hafalan pada tutor/guru yang ada di rumah tahfidz agar hafalan mereka sesuai dengan hukum kaidah-kaidah membaca Al-Quran. Pada hari Sabtu dan Ahad, mereka melakukan murojaah hafalan yang telah mereka lakukan dari hari senin sampai Jumat. Adapun yang hanya mengikuti program ini di sekolah, mereka menghafalkan sendiri dirumah dan menyetorkan kepada tutor setiap hari Sabtu. Peserta didik dapat menirukan bacaan guru dengan baik, kemudian guru meminta peserta didik untuk mengulang kembali bacaan yang telah dihafalnya hingga peserta didik hafal dengan baik [21]. Capaian antara setiap siswa berbeda-beda, hal ini karena setiap peserta didik memiliki semangat dan kemampuan yang berbeda- beda. Namun demikian, pembina program tahfidz ini sangat memperhatikan faktor- faktor pendukung untuk belajar dan menghafal al Qur’an agar dapat memberikan hasil yang baik dan maksimal. ## SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sejalan dengan Visi dan Misi Sekolah. Dalam menghafalkan Al-Quran ada beberapa cara yang digunakan di sekolah ini, siswa yang berada di rumah tahfidz menghafalkan semampu mereka setiap hari senin sampai dengan hari jumat. Setiap harinya mereka menyetorkan hafalan pada tutor/guru yang ada di rumah tahfidz agar hafalan mereka sesuai dengan hukum kaidah-kaidah membaca Al-Quran. Adapun metode yang digunakan adalah membaca dengan cara berulang-ulang. Beberapa faktor pendukung dan penghambat program ini adalah : Motivasi, menejemen waktu, dan lingkungan. Diantara ketiga faktor ini, manejemen waktu adalah hal utama yang mempengaruhi siswa/siswi dalam menghafalkan al Qur’an. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Helmiati, Model Pembelajaran . Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012. [2] A. Mahya, Musa Si Hafiz Cilik Penghafal Qur’an . Jakarta: Huta Publisher, 2016. [3] A. A. A. Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah . Yogyakarta: Araska, 2001. [4] F. Wadji, Tahfidz Al Quran Dalam Kajian Ulum Al Quran . Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008. [5] A. Jalil, Metode Menghafal Al-Qur’an Meraih Prestasi Di Perguruan Tinggi . Jakarta: DIT Pontren Kemenag RI, 2011. [6] A. w. Alhafidz, Bimbing Praktis Membaca Alqur’an . Jakarta: Bumi Aksara, 2005. [7] M. Ilyas, Metode Murajaah Dalam Menjaga Hafalan Alquran . Tembilahan: STAI Auliaurrasyidin, 2020. [8] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Kalam Mulia, 2005. [9] A. Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an . Yogyakarta: Diva Press, 2012. [10] P. Toni, Model Strategi Dan Permainan Edukatif . Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu, 2019. [11] B. Amali, Bisa Menghafal Al-Qur’an . Yogyakarta: Pro You, 2012. [12] D. Badruzaman, “Metode tahfidz al- quran di pondok pesantren Miftahul Huda II Kabupaten Ciamis,” Jurnal KACA , vol. 9, no. 2, pp. 184–193, 2019. [13] M. Shobirin, “Pembelajaran tahfidz al- quran dalam penanaman karakter islami,” Quality , vol. 6, no. 1, pp. 16– 30, 2018. [14] S. Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi . Beirut: Muassasah Manahil al-Irfan. [15] A. Wahyuni and A. Syahid, “Tren program tahfidz al-qur’an sebagai metode pendidikan anak,” Elementary , vol. 5, no. 1, pp. 87–96, 2019. [16] N. Hidayah, “Strategi pembelajaran tahfidz al-quran di lembaga pendidikan,” Ta’allum , vol. 4, no. 1, pp. 63–81, 2016, [Online]. Available: http://www.republika. [17] E. Fatmawati, “Manajemen pembelajaran tahfidz al-quran,” Jurnal Isema: Islamic Educational Magement , vol. 4, no. 1, pp. 25–38, 2019. [18] Y. Suryana, D. Dian, and S. Nuraeni, “Manajeman program tahfidz al-quran,” Juenal Isema: Islamic Education Management , vol. 3, no. 2, pp. 220–230, 2018. [19] T. Kartika, “Manajemen pembelajaran tahmid al-quran berbasis metode talaqqi,” Jurnal Isema : Islamic Educational Management , vol. 4, no. 2, pp. 245–256, Dec. 2019, doi: 10.15575/isema.v4i2.5988. [20] A. Akbar and I. Hidayatullah, “Metode tahfidz al-quran di pondok pesantren Kabupaten Kampar,” Jurnal Ushuluddin , vol. 24, no. 1, pp. 91–102, 2016. [21] A. Maskur, “Pembelajaran tahfidz alquran pada anak usia dini,” IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam , vol. 1, no. 2, pp. 188–198, Dec. 2018, doi: 10.37542/iq.v1i02.15.
b3aba4e8-54bc-45f7-9a8f-a789d79f4294
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JUDIKA/article/download/9485/7079
Jurnal Pendidikan Matematika: Judika Education Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2024 e-ISSN : 2614-6088 p-ISSN : 2620-732X DOI : https://doi.org/10.31539/judika.v7i1.9485 ANALISIS KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI TENTANG KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Nurainun 1 , Sukayasa 2 , Dasa Ismaimuza 3 , Welli Meinarni 4 Universitas Tadulako 1,2,3,4 [email protected] 1 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil analisis kemampuan visual spasial siswa kelas IX MTs DDI Ogoamas dalam menyelesaikan soal geometri tentang kubus dan balok ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 2 orang siswa dari 28 siswa kelas IX yaitu siswa berjenis kelamin perempuan dan siswa berjenis kelamin laki-laki. Data dikumpulkan dengan metode tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek berjenis kelamin perempuan (AR) mampu mengimajinasikan atau menggambarkan sebuah balok yang disusun dari beberapa buah kubus, kemudian subjek juga mampu menentukan panjang, lebar dan tinggi dari balok berdasarkan panjang rusuk dari kubus tersebut, tetapi subjek belum mampu menyelesaikan masalah dengan benar karena keliru dalam menggunakan rumus volume balok, subjek juga tidak mampu menentukan pola dari ketiga kubus yang diketahui dari soal. Subjek berjenis kelami laki-laki (AD) mampu mengimajinasikan atau menggambarkan sebuah balok yang disusun dari beberapa buah kubus, kemudian subjek juga mampu menentukan panjang, lebar dan tinggi dari balok berdasarkan panjang rusuk dari kubus tersebut. Subjek mampu memecahkan masalah dalam menentukan volume balok dengan benar, subjek juga mampu menentukan pola dari ketiga kubus sehingga mampu menentukan volume kubus berikutnya. Simpulan, pada penelitian ini yaitu kemampuan visual spasial siswa berjenis kelamin laki-laki lebih baik dibandingkan dengan siswa berjenis kelamin perempuan. Kata kunci: Kemampuan Visual Spasial, Kubus dan Balok, Jenis Kelamin ## ABSTRACT This research aims to obtain the results of an analysis of the visual spatial abilities of class IX MTs DDI Ogoamas students in solving geometry questions about cubes and blocks in terms of gender. This research uses a qualitative method with qualitative descriptive. The subjects of this research were 2 students out of 28 class IX students, namely female students and male students. Data was collected using written tests and interviews. The results of this study showed that the female subject (AR) was able to imagine or describe a block composed of several cubes, then the subject was also able to determine the length, width and height of the block based on the length of the edge of the cube, but the subject was not able to solve the problem correctly because he made a mistake in using the block volume formula, the subject was also unable to determine the pattern of the three cubes known from the problem. The male subject (AD) was able to imagine or describe a block composed of several cubes, then the subject was also able to determine the length, width and height of the block based on the length of the edge of the cube. The subject is able to solve the problem of determining the volume of the block correctly, the subject is also able to determine the pattern of the three cubes so that he is able to determine the volume of the next cube. The conclusion of this research is that the visual spatial abilities of male students are better than female students. Keywords: Spatial Visual Ability, Cubes and Blocks, Gender ## PENDAHULUAN Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, maka diperlukan usaha yang siginifikan dari berbagai kalangan pemerintah, dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, dan siswa. Semuanya mempunyai peran sangat menentukan, oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan tidak dapat hanya dipusatkan pada peningkatan guru, tetapi juga peningkatan terhadap seluruh perangkat pembelajaran yang lainnya sehingga siswa mampu belajar dengan baik. Ketika semua telah diwujudkan dalam implementasi di sekolah maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa (Anwar, 2022). Secara umum matematika terbagi menjadi empat cabang ilmu yaitu aljabar, analisis, geometri, dan aritmatika. Salah satu cabang utamanya adalah pembelajaran geometri yang membahas mengenai geometri ruang yang melibatkan bentuk abstraksi dua dimensi dan tiga dimensi, sehingga pembelajaran geometri mengharuskan anak-anak memanfaatkan angan-angan imajinasi untuk menetapkan letak dan skala benda pada ruang dua dimensi maupun tiga dimensi (Nuraini et al., 2022). Dalam menyelesaikan soal geometri diperlukan pemahaman, analisis perhitungan dan kemampuan visualisasi objek terhadap suatu permasalahan. Kemampuan dalam menganalisis informasi yang digunakan dalam menyel esaikan soal berkaitan dengan beberapa kemampuan lainnya, diantaranya mengidentifikasi informasi, mampu menjelaskan keterkaitan antar pola dan membuat suatu objek. ( Aini et al., (2020). Selain itu, kemampuan visualisasi objek merupakan kemampuan mengubah gambaran suatu objek atau pola tertentu melalui daya pikir dan menggunakannya untuk berpikir mencari solusi dalam menyelesaikan soal geometri (Ade Musrifah Fitriani et al., 2023). Siswa mempelajari kubus dan balok di tingkat sekolah menengah pertama sebagai salah satu muatan geometri. Namun sebagian besar siswa kelas VIII mengalami kendala didaktis dalam menyelesaikan masalah kubus dan balok berdasarkan kemampuan persepsi spasialnya. Selain itu, banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep geometri dan memecahkan masalah geometri karena keterampilan visual-spasial yang mereka miliki. Salah satu bentuk penalaran yang diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan geometri adalah kemampuan visual spasial (Nuriswaty et al., 2020) Kemampuan visual spasial merupakan salah satu dari delapan kemampuan yang diungkapkan oleh Howard Gardner. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kemampuan visual-spasial (Ema Lestari et al., 2023). Kemampuan visual-spasial adalah kecerdasan yang mencakup kemampuan berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai aspek dunia visual-spasial (Hermiati & Julianti, 2023). Adapun siswa dengan kemampuan visual-spasial mampu mempelajari ilmu ruang seperti bangun ruang dengan mudah. Pada kemampuan ini siswa biasanya lebih senang dan mudah memahami materi dengan disajikan gambar ataupun slide dibandingkan hanya dengan penjelasan seperti ceramah di depan, siswa akan lebih peka terhadap gambar yang disajikan atau kegiatan visual lainnya. Seperti dalam pembelajaran dengan menggunakan media yang dapat membantu siswa dalam pemahamannya serta adanya daya tarik visual yang menarik membuat siswa dapat lebih mudah memahami. Adapun guru mampu mengamati dan mengawasi siswa dalam pembelajaran serta mengetahui setiap karakteristik dan kemampuan siswa. (Salsabila et al., 2024). Secara psikologis antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Faktor psikologis terkait dengan intelegensi, perhatian, minat, bakat, kedisiplinan, kematangan dan kesiapan. Penelitian yang dilakukan oleh Hatip menyatakan bahwa proses berpikir seseorang dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan gender memiliki perbedaan yakni perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, serta keseksamaan. Lain halnya dengan laki-laki yang cenderung kurang teliti, lebih terburu-buru, dan cenderung menyelesaikan tugas dengan cara yang lebih singkat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh perempuan lebih unggul dalam berpikir verbal dan kecerdasan umum dibandingkan dengan laki-laki, sedangkan laki-laki lebih unggul dalam kemampuan kognitif dan kemampuan visual spasial dibandingkan dengan perempuan. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa gender akan berpengaruh terhadap matematika karena terdapat adanya perbedaan biologis dalam otak laki-laki maupun perempuan. (Anggreini & Asmarani, 2022). Penelitian yang dilakukan oleh (Isnaini et al., 2020) mengenai kemampuan visual spasial siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada karakterisitik pencarian pola subjek visual dapat menemukan pola dengan melihat susunan gambar, sedangkan subjek auditorial dan subjek kinestetik dapat menemukan pola dengan tepat namun kesulitan dalam menjelaskan penggunaan pola. Relevansi penelitian dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu mendeskripsikan kemampuan visual spasial siswa dalam menyelesaikan soal. Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terfokus pada siswa dalam menyelesaikan soal pisa konten shape and space berdasarkan gaya belajar sedangkan fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terfokus pada siswa dalam menyelesaikan soal geometri tentang kubus dan balok ditinjau dari jenis kelamin. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran matematika MTs DDI Ogoamas di Sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa siswa belum mampu dalam menyelesaikan soal geometri tepatnya pada materi kubus dan balok, maka dari pernyataan tersebut sesuai dengan kemampuan visual spasial yang dimana kemampuan untuk menafsirkan dan memahami geometri mengenai kepekaan terhadap garis, ruang, bentuk dan unsur- unsur. Hal ini menjadi dasar bagi calon peneliti untuk menganalisis kemampuan visual spasial siswa kelas IX MTs DDI Ogoamas dalam menyelesaikan soal geometri kubus dan balok ditinjau dari jenis kelamin. Oleh karena itu, calon peneliti perlu mendeskripsikan analisis kemampuan visual spasial siswa kelas IX MTs DDI Ogoamas dalam menyelesaikan soal geomteri tentang kubus dan balok ditinjau dari jenis kelamin. Karena di sekolah tersebut belum ada yang mendeskripsikan analisis kemampuan visual spasial siswa dalam menyelesaikan soal geomteri. Adanya deskripsi dari kemampuan visual spasial dalam menyelesaikan soal geometri akan memberikan suatu kerangka kerja bagi guru untuk melatih kemampuan visual spasial siswa dalam menyelesaikan soal geomteri dan merencanakan pembelajaran yang dapat menunjang hal tersebut. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis kemampuan visual spasial siswa dalam menyelesaikan soal geomteri tentang kubus dan balok. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2 siswa yaitu 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan pada semester genap tahun ajaran 2023/2024. Proses pemilihan subjek berdasarkan rekomendasi dari guru sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini. Adapun pengambilan data kemampuan visual spasial siswa dengan cara memberikan tes kemampuan visual spasia kepada subjek. Untuk memperdalam kemampuan visual spasial subjek, maka dilakukan wawancara terhadap hasil jawaban dan menganalisis data yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian ini mengadopsi model analisis data yang dikemukakan oleh Mallette & Saldaña (2019). Sebelum digunakan, instrumen tes yang dalam penelitian ini sebelumnya telah divalidasi oleh dosen ahli. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, (1) Pengimajinasian; (2) Pengonsepan; (3) Pemecahan Masalah (4) Pencarian Pola dan Indikator kemampuan visual yang disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 1. Indikator kemampuan visual spasial Dimensi Indikator Pengimajinasian Mampu menggunakan gambar dalam menyelesaikan soal Pengonsepan Mampu menggunakan konsep-konsep dalam geometri untuk menyelesaikan soal yang diberikan Pemecahan masalah Mampu menyelesaikan soal dengan benar Mampu menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah Pencarian pola Mampu menemukan pola dalam menyelesaikan soal geometri. ## HASIL PENELITIAN Tes soal akan digunakan untuk mengukur kemampuan visual spasial siswa dalam menyelesaikan soal persamaan geometri tentang kubus dan balok. Pedoman wawancara akan digunakan untuk melakukan wawancara dengan siswa yang telah mengikuti tes kemampuan visual spaial. ## Subjek jenis kelamin perempuan (AR) Hasil tes kemampuan visual spasial siswa dengan jenis kelamin perempuan dapat dilihat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 1. Jawaban AR dalam kemampuan pengimajinasian ## Gambar 2. Jawaban AR dalam pengonsepan Gambar 3. Jawaban AR dalam pemecahan masalah Gambar 4. jawaban AR dalam pencarian pola ## Subjek Berjenis Kelamin Laki-laki (AD) Hasil tes kemampuan visual spasial siswa berjenis kelamin laki-laki dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8 Gambar 5. Jawaban AD dalam Pengimajinasian Gambar 6. Jawaban AD dalam Kemampuan Pengonsepan ## Gambar 7. Jawaban AD dalam Pemecahan Masalah ## Gambar 8 Jawaban AD dalam Kemampuan Pencarian Pola ## PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes dan wawancara yang telah dilakukan terlihat bahwa subjek berjenis kelamin perempuan (AR) memiliki kemampuan dalam mengimajinasikan atau membayangkan gambar balok yang disusun dari beberapa kubus kemudian menggambarkannya. Subjek berejenis kelamin perepuan juga memiliki kemampuan pengonsepan dalam menyelesaikan soal yaitu memahami cara menentukan panjang, lebar dan tinggi balok berdasarkan informasi yang diketahui pada soal. Namun subjek berjenis kelamin perempuan masih belum mampu dalam pemecahan masalah karena masih keliru dalam menggunakan rumus volume balok karena subjek menggunakan rumus p + l + t yang seharusnya rumus volume balok yaitu p × l × t sehingga jawaban yang didapatkan tidak sesuai, subjek berjenis kelamin perempuan juga belum memiliki kemampuan pencarian pola karena masih terlihat kebingungan dalam mencari pola dari ketiga kubus yang dinyatakan pada soal sehingga subjek belum dapat menentukan volume kubus berikutnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maulid & Astuti, 2023) yang membuktikan bahwa siswa perempuan masih belum mampu memenuhi indikator pencarian pola, hanya mampu memenuhi dua indikator. Hal ini menunjukkan bahwa subjek berjenis kelamin perempuan masih kurang dalam kemampuan visual spasial karena hanya memenuhi beberapa indikator. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kifthiyyah et al., 2023) yang membuktikan bahwa siswa berjenis kelamin perempuan kurang maksimal dalam kemampuan visual spasial, karena hanya memenuhi beberapa indikator kemampuan visual spasial. Berdasarkan hasil tes dan wawancara yang telah dilakukan terlihat bahwa subjek berjenis kelamin laki-laki AD memiliki kemampuan pengimajinasian karena mampu mengimajinasikan atau membayangkan saat menggambarkan sebuah balok yang disusun dari beberapa buah kubus. Subjek berjenis kelamin laki-laki juga memiliki kemampuan pengonsepan karena mampu memahami konsep dalam menentukan panjang, lebar dan tinggi balok sebelum menentukan volume dari balok tersebut, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alfarisi et al., 2020) yang menyatakan bahwa siswa laki-laki mampu menuliskan dengan benar apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, mampu mengaitkan informasi dengan konsep- konsep matematika dengan baik dan benar, pada saat wawancara subjek mampu menyebutkan kembali cara pengerjaan yang dilakukan dengan benar. Subjek berjenis kelamin laki-laki memiliki kemampuan pemecahan masalah karena memiliki kemampuan dalam memecahkan soal tersebut dengan memberi jawaban yang benar dan tepat. Subjek berjenis kelamin laki-laki juga memiliki kemampuan pencarian pola karena memiliki kemampuan dalam menentukan pola dari volume ketiga kubus yang diketahui dan dapat menentukan volume kubus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek berjenis kelamin laki-laki memiliki kemampuan pengimajinasian yang baik, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purborini & Hastari, 2019) yang membuktikan bahwa kemampuan visual spasial subjek berjenis kelamin laki-laki lebih baik dibanding dengan subjek berjenis kelamin perempuan. ## SIMPULAN Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan visual spasial antar siswa perempuan dan siswa laki-laki. Siswa perempuan kurang maksimal dalam kemampuan visual, karena hanya memenuhi dua dari empat indikator. Adapun siswa laki-laki sudah maksimal dalam kemampuan visual spasialnya karena memenuhi keempat indikator. ## DAFTAR PUSTAKA Aini, A. N., Mukhlis, M., Annizar, A. M., Jakaria, M. H. D., & Septiadi, D. D. (2020). Creative Thinking Level of Visual-Spatial Students on Geometry HOTS Problems. Journal of Physics: Conference Series , 1465 (1), 012054). https://doi.org/ 10.1088/1742- 6596/1465/1/012054 Alfarisi, M. A., Diana, N., & Dasari, D. (2020). Kemampuan Visual Spasial dalam Menyelesaikan Soal Berstandar Pisa Ditinjau dari Gender. Revista Brasileira de Linguística Aplicada , 5 (1), 1689– 1699. https://doi.org/10.19184/kdma.v6i3 .5220 Anggreini, D., & Asmarani, D. L. (2022). Students’ Thinking Processes in Solving Mathematics Problems in terms of Gender. Jurnal Riset Pendidikan Dan Inovasi Pembelajaran Matematika , 5 (2), 103–116. Journal.unesa.ac.id/index.php/jrpip m Anwar, A. (2022). Pengaruh Kecerdasan Spasial terhadap Level Geometri Van Hiele Siswa. Seminar Nasional Pendidikan Matematika , 3 (1), 231–236. Https://proceeding.unikal.ac.id/inde x.php/sandika/article/view/843 Ema Lestari, Sintraka Kesumat Wargani, & Friska Agustina Silaban. (2023). Analisis Kemampuan Visual- Spasial dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas X SMK Yadika 8 Jati Mulya. Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora , 3 (4), 150–162. Https://doi.org/10.55606/khatulisti wa.v3i4.2371 Fitriyani, A. M., Nurjamil, D., & Herawati, L. (2023). Analisis Kecerdasan Logis Matematis dan Visual Spasial dalam Menyelesaikan Soal Geometri. Jurnal Kongruen, 2 (4), 173-177. https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/ kongruen/article/view/10958 Hermiati, K., & Julianti, A. (2023). Analisis Kemampuan Berpikir Visual-Spatial Siswa dalam Pembelajaran Transformasi Geometri. ARITMATIKA: Jurnal Riset … , 4 (2), 96–106. Https://aritmatika.uinkhas.ac.id/ind ex.php/arm/article/view/257%0Aht tps://aritmatika.uinkhas.ac.id/index. php/arm/article/download/257/46 Isnaini, N., Sugiarti, T., Monalisa, L. A., Trapsilasiwi, D., & Ervin Oktavianingtyas. (2020). Kemampuan Visual Spasial Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pisa Konten Shape and Space Berdasarkan Gaya Belajar. Kadikma , 11 (2), 23. Https://doi.org/10.19184/kdma.v11 i2.19801 Kifthiyyah, M., Hariastuti, R. M., & ... (2023). Kemampuan Visual Spasial Siswa SMP pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Differential: Journal … , 1 , 110–125. Https://jurnal.um- palembang.ac.id/differential/article/ view/6743%0Ahttps://jurnal.um- palembang.ac.id/differential/article/ viewfile/6743/3810 Maulid, A. I., & Astuti, H. P. (2023). Analisis Kemampuan Spasial Siswa Ditinjau dari Perbedaan Gender dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Kubus. Mega Jurnal Pendidikan Matematika , 4 (2), 571–583. Mallette, L. A., & Saldaña, J. (2019). Teaching qualitative data analysis through gaming. Qualitative Inquiry , 25 (9-10), 1085-1090. https://doi.org/10.1177/107780041 8789458 Nuraini, A., Sunardi, S., Ambarwati, R., Hobri, H., & Jatmiko, D. D. H. (2022). Analisis Karakteristik Kecerdasan Visual Spasial Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pisa Konten Shape and Space Ditinjau dari Tipe Kepribadian Menurut David Keirsey. Kadikma , 13 (1), 88. Https://doi.org/10.19184/kdma.v13 i1.31637 Nuriswaty, K. S., Pagiling, S. L., & Nurhayati. (2020). Penalaran visual. Beta: Jurnal Tadris Matematika , 13 (2), 152–167. Https://doi.org/10.20414/betajtm.v 13i2.400 Purborini, S. D., & Hastari, R. C. (2019). Analisis Kemampuan Spasial pada Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Derivat: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika , 5 (1), 49– 58. Https://doi.org/10.31316/j.derivat.v 5i1.147 S Salsabila, M., Sesrita, A., & Rajagukguk, Z. F. (2024). Kecerdasan Visual-Spasial pada Siswa Sekolah Dasar: Analisis Jurnal Tahun 2020-2023. Karimah Tauhid, 3(6), 6692-6706. https://doi.org/https://doi.org/10.30 997/karimahtauhid.v3i6.13682
5d2f595c-9073-481e-bcce-7700e90011d2
http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/download/1626/1175
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886|DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 ## Program Pendampingan Meningkatkan Kompetensi Widyaiswara Menulis Karya Tulis Ilmiah Di Bkpsdm Karawang 1) Solehudin*, 2) Dayat Hidayat, 3) Nono Heryana 1) Prodi Magister Manajemen, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang, Indonesia 2) Prodi Pendidikan Masyarakat, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang, Indonesia 3) Prodi Sistem Informasi, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang, Indonesia Email Corresponding: [email protected] * ## INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Kata Kunci: Pendampingan; Kompetensi; Karya tulis ilmiah; Widyaiswara; BKPSDM Karawang Program pendampingan yang efektif memiliki peran kunci dalam meningkatkan kompetensi widyaiswara dalam menulis karya tulis ilmiah. pentingnya pengembangan program pendampingan yang berfokus pada peningkatan kemampuan menulis ilmiah para widyaiswara di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Program yang sukses memerlukan tahapan penting seperti penetapan tujuan yang jelas. membantu peserta dan pendamping untuk memahami apa yang ingin dicapai melalui program ini. Selain itu, pengembangan materi pelatihan yang relevan dan bermanfaat adalah langkah kunci. Materi pelatihan harus mencakup panduan praktis tentang cara menulis karya tulis ilmiah yang baik termasuk penggunaan referensi yang benar, penyusunan argumen yang kuat, dan penelitian yang efektif. Penjadwalan pelatihan juga harus diperhatikan dengan seksama agar dapat mengakomodasi jadwal peserta. Selain itu, alokasi sumber daya yang memadai, seperti tenaga pengajar yang berkualitas dan fasilitas yang memadai, harus dipastikan untuk mendukung pelaksanaan program. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yang memungkinkan peserta untuk mendalam dalam analisis dan penelitian ilmiah. Hasil evaluasi program pendampingan imenjadi penilaian kritis terhadap efektivitas. Program ini memberikan kontribusi yang signifikan upaya peningkatan kualitas pendidikan. Dan menjadi acuan bagi daerah-daerah lain yang ingin mengembangkan kompetensi widyaiswara melalui program pendampingan yang serupa. Dengan demikian, program ini memiliki dampak jangka panjang yang positif dalam pengembangan sumber daya manusia. ## ABSTRACT Keywords: Accompaniment Competence Scientific papers Widyaiswara BKPSDM Karawang An effective mentoring program has a key role in improving students' competence in writing scientific papers. the importance of developing a mentoring program that focuses on improving the scientific writing skills of students at the Personnel and Human Resources Development Agency. successful program requires important stages such as setting clear goals. help participants and companions understand what they want to achieve through this program. Additionally, developing relevant and useful training materials is a key step. Training materials should include practical guidance on how to write good scientific papers including the correct use of references, constructing strong arguments, and effective research. Training scheduling must also be considered carefully in order to accommodate participants' schedules. In addition, adequate resource allocation, such as qualified teaching staff and adequate facilities, must be ensured to support program implementation. The research method used is qualitative, which allows participants to be in-depth in scientific analysis and research. The results of the mentoring program evaluation become a critical assessment of effectiveness. significant contribution to efforts to improve the quality of education. become reference for other regions that want to develop student learning competencies through similar mentoring programs. this program has a positive long-term impact on human resource development. This is an open access article under the CC–BY-SA license. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886|DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 ## I. PENDAHULUAN Dalam perkembangan pendidikan dan pengembangan profesionalisme yang begitu cepat, peran para instruktur akademik, atau yang sering disebut "Widyaiswara," semakin krusial (Adelia & Mitra, 2021; Harahap dkk., 2022; Taufikurrahman, 2018). Para pendidik yang berdedikasi ini menjadi tulang punggung dalam penyebaran pengetahuan, membentuk kompetensi para profesional dan pemimpin masa depan (Amatan & Han, 2019; Ghafur, 2022). Dalam upaya meningkatkan efektivitas mereka, satu keterampilan yang sangat penting adalah kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah yang ketat dan berwawasan(Radhiyah, 2021), yang dikenal sebagai "Karya Tulis Ilmiah" (KTI). Dalam batas administratif Kabupaten Karawang, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, yang disingkat sebagai BKPSDM, memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menyempurnakan kompetensi Widyaiswara (Nurbayani, 2019). Mengakui pentingnya KTI sebagai sarana pertukaran pengetahuan, inovasi, dan praktik terbaik (Widiyastuti dkk., 2023; Winarto dkk., 2016), BKPSDM Karawang telah menginisiasi program yang bertujuan untuk memberikan dukungan dan bimbingan bagi para instruktur akademik dalam perjalanan mereka untuk menjadi penulis KTI yang terampil (Wardan, 2019). Program pendampingan ini dirancang untuk memberdayakan Widyaiswara, membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghasilkan KTI berkualitas tinggi. Melalui pendekatan yang terstruktur dan komprehensif, BKPSDM Karawang berusaha untuk mempercepat pengembangan instruktur akademik, memungkinkan mereka berkontribusi dengan makna pada kemajuan bidang masing-masing dan, melalui perpanjangan, kemajuan Kabupaten Karawang. Kajian Literatur Terdahulu (State of the Art) Sebelumnya, telah banyak dilakukan penelitian terkait dengan pengembangan kompetensi tenaga pendidik, termasuk Widyaiswara (Nurdin, 2019; Silvianita & Yulianto, 2020; Wirda, 2021). Namun, kajian-kajian tersebut umumnya fokus pada pengembangan kompetensi pedagogis, kemampuan mengajar, atau aspek-aspek kurikuler lainnya. Pengembangan kompetensi menulis KTI sebagai bagian dari tugas Widyaiswara belum mendapatkan perhatian yang cukup (Alie, 2015; Arthur, 2018; Asnofidal, 2019; Lamazi, 2020). Ini menunjukkan adanya celah pengetahuan yang perlu diisi. Artikel ini bertujuan untuk mengisi celah pengetahuan tersebut dengan mengusulkan program pendampingan yang bertujuan meningkatkan kompetensi Widyaiswara dalam menulis KTI (Izzati & Dianawati, 2022; Lailiyah, 2022). Program ini dirancang khusus untuk mengatasi kendala-kendala yang sering dihadapi oleh Widyaiswara dalam menulis KTI. Melalui pendekatan ini, diharapkan akan terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah dan kualitas KTI yang dihasilkan oleh Widyaiswara. Permasalahan yang diangkat adalah: "Bagaimana program pendampingan dapat meningkatkan kompetensi Widyaiswara dalam menulis KTI di BKPSDM Karawang?" Dalam rangka menjawab permasalahan ini, hipotesis yang diajukan adalah bahwa dengan implementasi program pendampingan yang efektif, kompetensi Widyaiswara dalam menulis KTI akan mengalami peningkatan yang signifikan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji pentingnya pengembangan program pendampingan yang dapat meningkatkan kompetensi Widyaiswara dalam menulis KTI. Artikel ini juga menguraikan rencana program pendampingan yang dapat diimplementasikan di BKPSDM Karawang. Dengan demikian, diharapkan hasil dari kajian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Karawang dan dapat menjadi acuan bagi daerah-daerah lain dalam mengembangkan kompetensi widyaiswara. ## II. MASALAH Masalah terkait "Program pendampingan meningkatkan kompetensi Widyaiswara menulis KTI di BKPSDM Karawang" dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kurangnya Maksimalnya Kemampuan Menulis KTI: Salah satu masalah yang muncul adalah bahwa sebagian besar Widyaiswara di BKPSDM Karawang mungkin memiliki keterbatasan dalam kemampuan menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI). Ini bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang struktur dan metodologi penulisan KTI, serta kurangnya pelatihan yang disediakan sebelumnya. b. Tuntutan Kebutuhan Pendidikan yang Semakin Kompleks: Perkembangan pendidikan dan tantangan yang semakin kompleks menuntut Widyaiswara untuk dapat menghasilkan KTI yang relevan dan inovatif. Jika mereka tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam menulis KTI, maka potensi peningkatan pendidikan di Karawang bisa terhambat. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886 |DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 c. Kurangnya Dukungan dan Pedampingan: Widyaiswara mungkin belum mendapatkan dukungan atau pedampingan yang memadai dalam pengembangan kemampuan menulis KTI. Tanpa bimbingan yang tepat, mereka mungkin merasa kesulitan untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul saat menulis KTI. d. Pengaruh Terhadap Kredibilitas BKPSDM Karawang: Kualitas KTI yang dihasilkan oleh Widyaiswara dapat mempengaruhi reputasi dan kredibilitas BKPSDM Karawang. Jika KTI yang dihasilkan tidak berkualitas, maka lembaga ini mungkin kurang dihormati dalam komunitas pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia. Mengatasi masalah-masalah ini melalui program pendampingan yang efektif akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan kompetensi Widyaiswara dalam menulis KTI di BKPSDM Karawang. Program ini dapat membantu mengatasi kendala-kendala yang muncul, meningkatkan kualitas KTI, dan pada gilirannya, meningkatkan kontribusi BKPSDM Karawang dalam pengembangan pendidikan dan sumber daya manusia di wilayah tersebut. ## Gambar 1 Lokasi pelaksanaan di Badan kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia kabupaten karawang ## III. METODE Metode Pendampingan Peningkatan Kompetensi Widyaiswara dalam Menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Karawang dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yang terstruktur. Berikut adalah rincian metodenya: 1. Identifikasi Kebutuhan: Tahap pertama dalam metode ini adalah identifikasi kebutuhan peserta, yaitu para Widyaiswara. Ini melibatkan penilaian awal untuk menilai tingkat pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menulis KTI. Kebutuhan individu dan kelompok kemudian ditentukan berdasarkan hasil penilaian. 2. Perencanaan Program: Setelah kebutuhan diidentifikasi, program pendampingan dirancang dengan cermat. Ini mencakup penetapan tujuan yang jelas, pengembangan materi pelatihan, penjadwalan pelatihan, dan alokasi sumber daya yang diperlukan. Rencana ini harus mempertimbangkan kebutuhan khusus peserta dan sumber daya yang tersedia. 3. Pelaksanaan Pelatihan: Pelaksanaan program melibatkan penyampaian materi pelatihan kepada para Widyaiswara. Metode pengajaran dapat bervariasi, termasuk kuliah, lokakarya, diskusi kelompok, dan pembelajaran online. Selama pelatihan, peserta akan diberikan panduan praktis tentang cara menulis KTI yang baik, termasuk penggunaan referensi, penyusunan argumen, dan penelitian yang efektif. 4. Praktik Lapangan: Salah satu aspek penting dalam metode ini adalah memberikan kesempatan kepada para Widyaiswara untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam situasi nyata. Ini bisa melibatkan tugas-tugas menulis KTI yang relevan dengan bidang mereka atau bekerja sama dengan mentor untuk mengembangkan KTI. 5. Pengawasan dan Evaluasi: Selama dan setelah program, pengawasan dan evaluasi terus-menerus dilakukan. Mentor atau fasilitator akan memberikan umpan balik kepada peserta, mengidentifikasi area perbaikan, dan memastikan bahwa tujuan program tercapai. Evaluasi juga dapat melibatkan penilaian oleh peserta terhadap kualitas program. 6. Pengembangan Portofolio KTI: Para peserta didorong untuk membangun portofolio KTI mereka selama program pendampingan. Ini dapat mencakup KTI yang telah mereka hasilkan selama pelatihan dan proyek-proyek penelitian terkait lainnya. Portofolio ini akan menjadi bukti kemajuan dan kompetensi mereka dalam menulis KTI. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886 |DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 7. Sosialisasi Hasil : Pada akhir program, hasil dan capaian para peserta disosialisasikan dan dibagikan kepada masyarakat ilmiah dan praktisi yang relevan melalui seminar, konferensi, atau publikasi online. Ini dapat membantu meningkatkan visibilitas BKPSDM Karawang dalam mendukung pengembangan kompetensi Widyaiswara. 8. Evaluasi Akhir: Setelah program selesai, evaluasi akhir dilakukan untuk mengukur dampak jangka panjang dari pendampingan ini pada kemampuan para Widyaiswara dalam menulis KTI. Data ini digunakan untuk perbaikan program di masa mendatang. Metode ini mencakup serangkaian langkah yang terstruktur dan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi menulis KTI para Widyaiswara. Dengan pendekatan ini, diharapkan para peserta dapat menjadi penulis KTI yang lebih terampil dan berkontribusi pada peningkatan pengetahuan dan inovasi dalam bidang mereka. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Kemampuan menulis karya ilmiah Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan Widyaiswara dalam menulis karya ilmiah dijabarkan dalam tiga bentuk. Dalam hal kemampuan menulis sistematika artikel ilmiah, 80% dari total 10 Widyaiswara, yaitu sebanyak 8 orang, dianggap mampu melakukannya dengan baik. Sementara itu, 20% sisanya, atau 2 orang, memerlukan bimbingan tambahan. Kemampuan Widyaiswara dalam menulis isi artikel ilmiah terbagi menjadi beberapa aspek, seperti penulisan judul, nama penulis, abstrak, metode penelitian, dan daftar pustaka. Pada aspek-aspek ini, lebih dari 80% dari total Widyaiswara sudah mampu menulis dengan baik. Sementara itu, pada bagian-bagian lain seperti pendahuluan, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan saran, hanya 20% dari mereka yang dapat menulis dengan baik, sehingga sisanya memerlukan bimbingan tambahan. Aspek ketiga adalah kemampuan dalam menggunakan ejaan bahasa Indonesia. Dalam analisis, terdapat beberapa kesalahan yang perlu diperhatikan, seperti kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, huruf miring, tanda titik, tanda koma, dan kata baku. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan oleh kurangnya kebiasaan membaca karya ilmiah, sehingga pengetahuan mereka dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia masih tergolong kurang. Widyaiswara di BKPSDM Kabupaten Karawang berjumlah 10 orang. Setiap individu diberi tes untuk membuat artikel ilmiah berdasarkan kegiatan pelatihan penulisan artikel. Sebanyak 8 orang atau 80% dapat menyusun sistematika artikel ilmiah. Sisanya, sebanyak 2 Widyaiswara 20% masih perlu bimbingan dalam penyususn sistematika artikel ilmiah. Tabel 1. Kemampuan Menulis Sistematika Artikel Ilmiah Widyaiswara Presentase Keterangan 8 80 % Baik 2 20 % Perlu bimbingan Setelah dianalisis sistematikanya, peneliti menganalisis isi yang ditulis pada setiap bagian artikel ilmiah. Kemampuan menulis isi artikel ilmiah dipaparkan sebagai berikut. 1) Kemampuan menulis judul dan nama penulis sebanyak 10 Widyaiswara atau 100% dapat menulis judul dengan baik. 2) Kemampuan menulis abstrak dan kata kunci sebanyak 8 Widyaiswara atau 80% dapat menulis dengan baik, sisanya 2 Widyaiswara atau 20% omasih butuh bimbingan. 3) Kemampuan menulis pendahuluan sebanyak 8 atau 80% dapat menulis dengan baik, sisanya 2 Widyaiswara atau 20% masih butuh bimbingan. 4) Kemampuan menulis metode penelitian sebanyak 80 Widyaiswara atau 80% dapat menulis dengan baik, sisanya 5 Widyaiswara atau 20% masih butuh bimbingan. 5) Kemampuan penulisan hasil penelitian sebanyak 7 Widyaiswara atau 70% dapat menulis dengan baik, sisanya 3 Widyaiswara atau 30% masih butuh bimbingan. 6) Kemampuan menulis pembahasan sebanyak 6 Widyaiswara atau 60% dapat menulis dengan baik, sisanya 40 Widyaiswara atau 40% masih butuh bimbingan. 7) Kemampuan menulis kesimpulan dan saran sebanyak 8 Widyaiswara atau 80% dapat menulis dengan baik, sisanya 2 Widyaiswara atau 20% masih butuh bimbingan. 8) Kemampuan Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886 |DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 menulis daftar pustaka sebanyak 9 Widyaiswara atau 90% dapat menulis dengan baik, sisanya 1 Widyaiswara atau 10% masih butuh bimbingan. Selanjutnya berkaitan dengan Kemampuan Menulis Isi Artikel Ilmiah Berdasarkan Sistematikanya dikemukakan dalam tabel berikut ini, Tabel 2. Kemampuan Menulis Isi Artikel Ilmiah Berdasarkan Sistematikanya Sistematika Penulisan Jumlah Presentase Keterangan Judul dan nama penulis 10 100 % Baik Abstrak dan kata kunci 8 2 80 % 20 % Baik Perlu bimbingan Pendahuluan 2 8 20 % 80 % Perlu bimbingan Baik Metode 8 2 80 % 20 % Baik Perlu bimbingan Hasil penelitian 7 3 70 % 30 % Baik Perlu bimbingan Pembahasan 6 4 60 % 40 % Baik Perlu bimbingan Kesimpulan dan saran 8 2 80 % 20 % Baik Perlu bimbingan Daftar pustaka 9 1 90 % 10 % Baik Perlu bimbingan Analisis isi dari sistematika, dipertajam dengan analisis penggunaan ejaan bahasa Indonesia. Kemampuan penggunaan ejaan bahasa Indonesia dalam penelitian dibatasi pada 1) penulisan huruf meliputi, huruf kapital dan huruf miring; 2) penulisan tanda baca meliputi, tanda titik dan koma; dan 3) penulisan kata baku. Dalam penulisan huruf, yakni a) huruf capital ditemukan kesalahan sebanyak 40 huruf dan b) huruf miring ditemukan kesalahan sebanyak 30 huruf. Dalam penulisan tanda baca, yakni a) tanda titik ditemukan kesalahan sebanyak 40 dan b) tanda koma ditemukan sebanyak 20. Dalam penulisan kata baku, ditemukan sebanyak 35 kata tidak baku. ## Tabel 3. Kemampuan Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia Jumlah Kesalahan Huruf kapital Huruf miring Tanda titik Tanda koma Kata baku 40 30 40 20 35 ## B. Kemampuan menyusun sistematika artikel ilmiah Kemampuan dalam menyusun sistematika artikel ilmiah Widyaiswara dari BKPSDM Kabupaten Karawang dinilai baik, dengan sebanyak 80% dari mereka mampu menyusun sistematika artikel ilmiah dengan baik. Sementara sisanya, sekitar 20%, membutuhkan bimbingan tambahan dalam menyusun sistematika. Dari total 8 Widyaiswara yang mampu menyusun sistematika artikel ilmiah dengan baik, semuanya telah mencakup kesembilan elemen sistematika artikel ilmiah yang umum, yaitu judul artikel, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar pustaka. Namun, dalam analisis pembahasan artikel ilmiah, peneliti hanya memeriksa aspek-aspek yang dapat dilihat secara langsung dalam sistematika artikel. Terdapat 5 Widyaiswara lainnya, atau sekitar 14%, yang masih memerlukan bimbingan tambahan. Kelima Widyaiswara ini tidak mencantumkan kata kunci, pembahasan, dan saran dalam artikel mereka. Ketidakcukupan ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama, kata kunci diabaikan karena dianggap bukan bagian penting dari sistematika artikel ilmiah. Kedua, pembahasan tidak dicantumkan Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886 |DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 karena semua temuan penelitian Widyaiswara telah dimasukkan ke dalam hasil penelitian, sehingga tidak memerlukan bagian pembahasan terpisah. Terakhir, bagian saran tidak disertakan karena biasanya terletak di akhir artikel sebelum daftar pustaka, dan beberapa Widyaiswara mungkin kurang teliti dalam mencantumkannya. Selain itu, Widyaiswara yang memerlukan bimbingan tambahan dalam menyusun artikel ilmiah adalah mereka yang tidak hadir dalam perkuliahan mengenai materi karya tulis ilmiah. Para mahasiswa-Widyaiswara ini tidak mengejar ketinggalan materi perkuliahan ketika mereka tidak hadir. Dampaknya, Widyaiswara ini menghasilkan artikel ilmiah yang tidak sesuai dengan struktur dan komponen yang seharusnya ada dalam artikel ilmiah.. ## Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan seseorang dalam menulis ditentukan oleh keakuratannya dalam mengaplikasikan setiap unsur bahasa, mengorganisir ide-ide menjadi narasi yang terstruktur, keahliannya dalam menggunakan bahasa, dan pemilihan kata yang tepat. Meskipun demikian, sebenarnya tingkat kemampuan menulis sangat dipengaruhi oleh intensitas mereka dalam membaca. Seseorang yang rajin membaca akan lebih mampu dalam menulis karena ia memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana menyusun teks yang baik dan menarik. Bahkan, seringkali seseorang dapat terpengaruh oleh jenis bacaan yang biasa mereka konsumsi. Tujuan utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Hal ini karena tulisan akan dihadapi oleh pembaca lainnya, meskipun hanya melalui teks. Menurut pandangan Tarigan, fungsi terpenting dari menulis adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Menulis memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Selain itu, menulis juga memungkinkan kita untuk merasakan dan memahami berbagai hubungan, meningkatkan persepsi dan respons kita terhadap dunia sekitar. Dengan demikian, dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dapat mengekspresikan pemikiran dan perasaan kita tentang orang-orang, isu-isu, gagasan, dan peristiwa melalui proses menulis yang aktif (Heriyudananta, 2021). Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa menulis dapat disebut sebagai kemampuan seseorang untuk menggambarkan simbol-simbol grafis yang bisa dimengerti oleh penulis dan pembaca dalam bentuk tulisan, dengan tujuan menyampaikan gagasan, pemikiran, keinginan, dan perasaan sehingga dapat dimengerti oleh pembaca (Gandasari dkk., 2023; ULFA, 2019). Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa menulis merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pengajaran menulis harus menjadi perhatian utama dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ketika kita berbicara tentang kemampuan menulis, terdapat banyak data yang menunjukkan bahwa kemampuan menulis karya ilmiah di kalangan Widyaiswara masih jauh dari memadai. Penulisan karya ilmiah sering kali tidak mengikuti pedoman yang benar, dan tingkat plagiarisme sangat tinggi. Saat ini, kenyataannya adalah budaya menulis karya ilmiah di kalangan Widyaiswara masih belum berkembang dengan baik, yang dapat dilihat dari sedikitnya jumlah Widyaiswara yang menerbitkan karya ilmiah. Menurut (Septafi, 2021) karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang disusun berdasarkan studi ilmiah. Proses penyusunan karya ilmiah dimulai dengan melakukan penelitian pustaka dan/atau penelitian lapangan. Sedangkan (Silaswati, 2018) Mengklarifikasi bahwa karya ilmiah adalah tulisan yang disusun berdasarkan fakta umum, yakni informasi yang dapat diverifikasi kebenarannya. Fakta umum yang dimaksud sesuai dengan (KR;, 2014; Lubis, 2018) adalah informasi yang bisa ditegakkan kebenarannya melalui pengamatan empiris. Menurut pandangan (Hermawan, 2019) karya ilmiah juga dikenal sebagai karangan ilmiah atau tulisan ilmiah. Ini adalah hasil karya individu yang dibangun di atas dasar pengetahuan, sikap, dan metode berpikir ilmiah, yang kemudian diekspresikan dalam bentuk tulisan dengan pendekatan ilmiah. Perbedaan antara pendekatan ilmiah dan yang bukan ilmiah tercermin dalam tiga karakteristik metode ilmiah. Maka dari itu (Pd dkk., 2022) mengemukakan bahwa karya ilmiah memenuhi beberapa peran penting yaitu (Sebagai alat untuk menulis dan menyampaikan ide-ide baru yang berasal dari studi kepustakaan, penelitian, atau pemikiran individu secara tertulis. Sebagai sarana untuk secara tertulis melaporkan pengalaman ilmiah, baik dalam konteks teoritis maupun praktis. Sebagai alat untuk secara tertulis mengkomunikasikan perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai sarana untuk secara tertulis menyebarluaskan inovasi atau penemuan-penemuan baru. Sebagai alat dokumentasi ilmiah dalam bentuk tulisan yang bisa dijadikan sumber informasi) Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886 |DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 Karakteristik atau persyaratan umum yang diuraikan oleh (Suryaningsih & Kusmana, 2018) adalah untuk sebuah karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut: Konten: Karya tulis ilmiah harus mengandung informasi berbasis fakta umum yang dapat diverifikasi secara empiris, serta mampu mendukung pembuatan kesimpulan. Struktur: Karya tulis ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang terstruktur yang telah ditentukan. Bahasa: Penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah harus sesuai dengan standar baku dan logis, menghindari penggunaan bahasa sehari-hari yang cenderung ambigu dan berisi unsur emosi. Publikasi: Karya tulis ilmiah harus dipublikasikan, baik dalam format cetak maupun non-cetak, serta bisa diakses secara langsung atau tidak langsung oleh masyarakat agar informasi yang disampaikan dapat dikenal dan direspons dalam berbagai bentuk. Karakteristik karya ilmiah secara umum juga telah disampaikan oleh (Haryanti dkk., 2018) Mereka mengemukakan bahwa terdapat empat persyaratan yang harus dipenuhi dalam sebuah karya tulis untuk dianggap sebagai karya ilmiah. Pertama, karya ilmiah harus memuat informasi berbasis fakta umum yang dapat diuji secara empiris dan berperan dalam pembentukan kesimpulan. Kedua, karya ilmiah harus mengikuti pola penulisan yang telah ditentukan. Ketiga, penggunaan bahasa dan gaya penulisan dalam karya ilmiah harus sesuai dengan standar yang berlaku, dan bukan menggunakan bahasa sehari-hari yang biasanya tidak jelas dan penuh emosi. Terakhir, karya ilmiah harus disebarluaskan atau dipublikasikan dalam berbagai format, termasuk cetak maupun non-cetak, baik secara langsung maupun tidak langsung, agar informasinya dapat diakses dan direspons oleh berbagai lapisan masyarakat. ## V. KESIMPULAN Program pendampingan yang dilakukan oleh BKPSDM Karawang dapat meningkatkan kompetensi widyaiswara dalam menulis karya tulis ilmiah. Program ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu pelatihan, pendampingan, dan evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa mayoritas widyaiswara dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik setelah mengikuti program ini. Namun, masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh widyaiswara, seperti kurangnya kemampuan dalam menyusun kata dan kurangnya pemahaman tentang metode penelitian. Oleh karena itu, disarankan agar widyaiswara terus meningkatkan kemampuan menulis dan membaca karya tulis ilmiah agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik di masa depan. ## DAFTAR PUSTAKA Adelia, I., & Mitra, O. (2021). Permasalahan Pendidikan Islam di Lembaga Pendidikan Madrasah. Islamika : Jurnal Ilmu- Ilmu Keislaman, 21(01), Article 01. https://doi.org/10.32939/islamika.v21i01.832 Alie, M. (2015). Motivasi Widyaiswara dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Studi Kasus pada Peserta Diklat Karya Tulis Ilmiah di Lan 8 S.d. 12 Juni 2015). Irfani, 11(1), 29317. Amatan, M. A., & Han, C. G. K. (2019). THE INFLUENCE OF SCHOOL’S PSYCHOSOCIAL ENVIRONMENT AND THE TEACHER’S SELF-EFFICACY ON THE 21ST CENTURY TEACHING AND LEARNING PRACTICES. International Journal of Education, Psychology and Counseling, 4(32), 284–314. https://doi.org/10.35631/IJEPC.4320026 Arthur, R. (2018). Evaluasi program diklat karya tulis ilmiah untuk widyaiswara Pusbangtendik Kemdikbud. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 22(1), Article 1. https://doi.org/10.21831/pep.v22i1.16749 Asnofidal, A. (2019). Motivasi Widyaiswara Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah Pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jambi. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 3(2), Article 2. https://doi.org/10.22437/jssh.v3i2.8119 Gandasari, M. F., Annur, M. F., Pranata, D., Widi, A. D., & Mukti, I. F. B. (2023). Analisis Kemampuan Menulis Artikel Ilmiah Mahasiswa. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(4), Article 4. https://doi.org/10.31004/innovative.v3i4.3922 Ghafur, A. H. S. (2022). Arsitektur Mutu Pendidikan Indonesia: Peta Jalan Restorasi Menuju Keunggulan Mutu Pendidikan Kelas Dunia. Bumi Aksara. Harahap, A., Darus, A. R., Pranoto, B., Wahdini, S., Ardiansyah, T., & Sahputra, D. (2022). Analisis Kualitas Kepribadian Konselor Pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), Article 6. https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i6.10347 Haryanti, A. S., Samosir, A., & Nafilah, I. (2018). Pemberdayaan Relawan Balaraja melalui Pelatihan Menulis Karya Ilmiah dan Menulis Sastra. Jurnal PkM (Pengabdian kepada Masyarakat), 1(03), Article 03. https://doi.org/10.30998/jurnalpkm.v1i03.2550 Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No.3, September 2023 |pp: 2879-2886 |DOI : https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i2.1626 Heriyudananta, M. (2021). Analisis Kompetensi Menulis Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa di Indonesia. Ascarya: Journal of Islamic Science, Culture, and Social Studies, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.53754/iscs.v1i1.5 Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan ( Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Method ). Hidayatul Quran. Izzati, U., & Dianawati, U. (2022). Motivasi Widyaiswara BDLHK Kadipaten dalam Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jurnal Widyaiswara Indonesia, 3(2), Article 2. https://doi.org/10.56259/jwi.v3i2.110 KR;, R. A. R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif / Rulam Ahmadi (Yogyakarta). Ar-Ruzz Media. //senayan.iain- palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11966&keywords= Lailiyah, N. (2022). Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan Karya Tulis Ilmiah dan Publikasi. ALAMTANA: JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT UNW MATARAM, 3(3), Article 3. https://doi.org/10.51673/jaltn.v3i3.1239 Lamazi, L. (2020). Analisis Kemampuan Widyaiswara dalam Membuat karya Tulis Ilmiah di PBSDMD Provinsi Sumatera Selatan. Jesya (Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 3(1), Article 1. https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.145 Lubis, M. S. (2018). Metodologi penelitian. Deepublish. Nurbayani, N. (2019). KUALITAS KINERJA WIDYAISWARA DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI SULAWESI BARAT. MITZAL (Demokrasi, Komunikasi dan Budaya) : Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Komunikasi, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.35329/mitzal.v3i1.280 Nurdin, N. (2019). Urgensi Literasi Sains Dalam Meningkatkan Kompetensi Widyaiswara PAI BDK Aceh Di Era Millenial. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 7(1), Article 1. https://doi.org/10.24815/jpsi.v7i1.12476 Pd, H., M., M.Pd, I. K., S. Pd I., M.P, D. A., S. P., M.Pd, S. R., S. Sos I., M.M, V. S. A., S. P., MBA, D. I. D., & M.Si, D. F. A., S. Si. (2022). BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN. Feniks Muda Sejahtera. Radhiyah, I. (2021). MEMAHAMI KARYA ILMIAH MELALUI PENERAPAN KETERAMPILAN MEMBACA SEKILAS DAN KRITIS. Cross-Border, 4(2), Article 2. Septafi, G. (2021). Analisis Kemampuan Menulis Artikel Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2019. Educational Technology Journal, 1(2), Article 2. https://doi.org/10.26740/etj.v1n2.p1-16 Silaswati, D. (2018). PENTINGNYA PENENTUAN TOPIK DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH PADA BIDANG ILMU AKUNTANSI. AKURAT | Jurnal Ilmiah Akuntansi FE UNIBBA, 9(1), Article 1. Silvianita, S., & Yulianto, E. (2020). WEBINAR SEBAGAI KEGIATAN PENINGKATAN KOMPETENSI WIDYAISWARA PADA MASA PANDEMI COVID-19. Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Kependidikan, 11(2), 113–119. https://doi.org/10.31764/paedagoria.v11i2.2422 Suryaningsih, N., & Kusmana, S. (2018). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KARYA TULIS ILMIAH BERBASIS PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. JURNAL TUTURAN, 7(2), Article 2. https://doi.org/10.33603/jt.v7i2.1741 Taufikurrahman, R. (2018). DOSEN DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam, 15(1), Article 1. https://doi.org/10.19105/nuansa.v15i1.1918 ULFA, R. (2019). ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SECARA SINGKAT PADA SISWA TUNA RUNGU KELAS VIII SMPLB TUTWURI HANDAYANI KAPAS BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2018/2019 [Other, IKIP PGRI BOJONEGORO]. http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/132/ Wardan, K. (2019). Guru Sebagai Profesi. Deepublish. Widiyastuti, N. E., Sanulita, H., Waty, E., Qani’ah, B., Purnama, W. W., Tawil, M. R., Hermawan, M. S., Zahara, A. E., Asry, W., Daniati, D., Busnawir, B., Masithoh, R. F., & Rumata, N. A. (2023). INOVASI & PENGEMBANGAN KARYA TULIS ILMIAH: Panduan Lengkap Untuk Penelitian dan Mahasiswa. PT. Sonpedia Publishing Indonesia. Winarto, Y. T., Suhardiyanto, T., & Choesin, E. M. (2016). Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Wirda, W. (2021). Urgensi Pelatihan KTI untuk Meningkatkan Kompetensi Widyaiswara dalam Penulisan Karya Ilmiah. J-MAS (Jurnal M anajemen Dan Sains) , 6 (1), Article 1. https://doi.org/10.33087/jmas.v6i1.227
f7ec9f2d-9797-4810-9ed7-5cdd5f7b9526
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jsm/article/download/6566/5623
Determinan Pengambilan Keputusan Memilih Bank Syariah (Studi Kasus Mahasiswa Iain Surakarta) ## Nurkholis Majid ## IAIN Surakarta ## Abstract Purpose of research analyze syariah banking determinant which consist of riba perception, religiousity and services quality. Research conduct by 80 studenst of IAIN Surakarta who being Syariah Bank Costomer. Results present that Riba perception have impact on choose Syariah Banking, but Religiousity has no significant impact. Services Quality with dimensions such as reliability, responsiveness, assurance, empathy and phisical evidence neither shown impact on choosing syariah banking. ## Keywords: riba percepction; religiousity; services quality; decision making ## Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis determinan perbankan syariah yang terdiri dari pemahaman hukum riba, religiusitas dan kualitas layanan. Penelitian melibatkan sampel 80 mahasiswa IAIN Surakarta yang menjadi pelanggan Bank Syariah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman hukum riba menghasilkan dorongan untuk memilih bank syariah sedangkan religiusitas tidak memiliki dampak yang signifikan. Kualitas layanan yang dengan dimensi keandalan, daya tanggap, jaminan empati dan bukti fisik tidak menunjukkan pengaruh terhadap pengambilan keputusan memilih perbankan Syariah. Kata kunci: pemahaman hukum riba; religiusitas; kualitas layanan; pengambilan keputusan Corresponding author: [email protected] ## PENDAHULUAN Perbankan di Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas keuangan negara. Dalam perkembangannya sektor perbankan di Indonesia mengalami pasang surut ditandai dengan adanya krisis ekonomi di tahun 1998. Meski sedikit mengalami perkembangan beberapa tahun kedepan namun masih terdapat beberapa kasus diantaranya Bank Century yang memberikan citra buruk bagi sistem perbankan di Indonesia, khususnya Bank Konvensional. Berbagai kasus yang mewarnai wajah perbankan di Indonesia, maka sektor perbankan di Indonesia yang masih didominasi oleh perbankan konvensional dirasa kurang memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu muncul sistem perbankan lain yang melandaskan pada Sistem Ekonomi Islam yakni Perbankan Syariah. Perbankan Syariah adalah sistem perbankan yang tidak menggunakan sistem bunga melainkan bagi hasil. Sistem bagi hasil memberikan kemudahan bagi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan secara syar’i tanpa adanya bunga dari perbankan oleh karena itu sistem perbankan nasional yang menerapkan sistem bank syariah diharapkan mampu memberikan kesejahteraan ekonomi pada masyarakat secara luas. Perkembangan perbankan syariah dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 – Perkembangan Perbankan Syariah Kelompok Bank 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Bank Umum Syariah (Jumlah Bank) 11 12 12 13 13 13 Jumlah Kantor BUS 1.998 2.151 1.990 1.869 1.825 1.827 Layanan Syariah Bank (LSB) 2.092 2.160 2.175 2.655 3.026 3.058 Unit Usaha Syariah 23 22 22 21 21 21 Jumlah Kantor UUS 590 320 311 332 344 349 Layanan Syariah (LS) 1.267 1.787 2.009 2.567 2.624 2.642 BPRS 163 163 163 166 167 168 Jumlah Kantor BPRS 402 439 446 453 441 459 Jumlah Kantor BUS, UUS & BPRS 2.990 2.910 2.747 2.654 2.610 2.635 (Sumber: Snapshot Perbankan Syariah 2013 –2018) Tabel di atas menunjukkan peningkatan jumlah perbankan syariah disertai dengan peningkatan berbagai elemen pendukung seperti jumlah kantor, unit usaha, dan layanan syariah. Sehingga dapat dikatakan minat masyarakat khususnya di Indonesia dalam menjadi nasabah bank syariah semakin tinggi. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mampu mendorong masyarakat untuk memilih perbankan syariah. Beberapa kajian penelitian mencoba mengkaji faktor-faktor apa yang menyebabkan keputusan dalam pemilihan bank syariah oleh masyarakat. Pentingnya faktor yang menentukan bagaimana perkembangan perbankan syariah tersebut diharapkan mampu menjadi memberikan pemahaman bagaimana sistem perbankan syariah dapat diterima oleh masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Rahmawaty (2014) studi pada Bank BRI Syariah menjelaskan bahwa sistem bagi hasil dalam perbankan syariah menguatkan minat masyarakat dalam menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Tamimi (2009) studi komparatif perbankan syariah dan konvensional menunjukkan perbedaan tingkat pendidikan dan religiusitas yang merujuk pada pemahaman masyarakat terhadap hukum-hukum Islam menghasilkan dorongan dalam memberikan pilihan kepada perbankan Syariah. Hidayat (2012) dalam kajian persepsi perbankan syariah menambahkan bahwa kecenderungan terhadap larangan riba juga mendorong minat konsumen non-muslim untuk mengaplikasikan jasa layanan perbankan syariah di Arab Saudi. Senada, Razak (2011) menjelaskan bahwa ada perbedaan persepsi antara perbankan syariah dengan bank konvensional, yang menekankan adanya kebebasan riba menjadi pilihan dan menganggap bahwa perbankan syariah menjadi model baru dibandingkan perbankan konvensional. Penelitian Maisur (2015) menjelaskan peran religiusitas sebagai dorongan untuk menghasilkan keputusan dalam pemilihan perbankan syariah di Banda Aceh. Shofwa (2015) menambahkan keputusan dalam pemilihan perbankan syariah tidak terbatas pada aspek bauran pemasaran namun mempertimbangkan aspek religiusitas dalam pemilihannya. Religiusitas sendiri adalah pemahaman seseorang terhadap suatu keyakinan dalam agama sehingga mendorong perilaku tertentu dalam minat maupun pengambilan keputusan. Rahmanto (2016) menambahkan bahwa religiusitas meningkatkan persepsi masyarakat yang berkeyakinan bahwa menabung di Bank Syariah adalah salah satu alternatif ketaatan kepada Tuhan. Kapriani (2014) menjelaskan tentang nilai-nilai religiusitas yang memiliki dampak pada pengambilan keputusan dalam memilih perbankan syariah dengan adanya penguatan faktor-faktor psikologis dalam setian aspek religiusitas nasabahnya. Beberapa kajian penelitian lain juga mengkaji faktor-faktor pengambilan keputusan pemilihan bank syariah dengan dimensi kualitas layanan. Kualitas pelayanan diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2014). Wulandari dan Subagyo (2015) menjelaskan bahwa kualitas layanan mampu menghasilkan persepsi yang baik terhadap keputusan dalam memili Perbankan Syariah. Didukung hasil penelitian Alnaser (2017) menjelaskan bahwa pelanggan akan menunjukkan kepuasan dan loyalitasnya kepada Perbankan Syariah jika merasakan kualitas pelayanan yang bagus. Senada, Kashif (2016) menjelaskan dimensi kualitas layanan yang meliputi keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik mampu menghasilkan keputusan dalam pemilihan Perbankan Syariah yang ditunjukkan dengan kepuasan dan loyalitas. Penelitian bertujuan untuk mengkaji hubungan pemahaman hukum riba, religiusitas, dan kualitas layanan terhadap keputusan memilih Bank Syariah dengan studi kasus mahasiswa IAIN Surakarta. Pemilihan mahasiswa IAIN Surakarta diharapkan memiliki pemahaman lebih mendalam terhadap kajian-kajian tentang Perbankan Syariah serta hukum-hukum Islam yang mengatur riba. Disamping itu mahasiswa IAIN Surakarta yang tergabung dalam kampus bernuansa Islami memiliki religiusitas yang dapat memberikan representasi yang sesuai dengan kajian penelitian. ## TINJAUAN LITERATUR ## Pemahaman Hukum Riba Riba didefinisikan dalam Alquran Surat Al-Maidah Ayat 279 berhubungan dengan berhenti dari Riba dan bertobat dari praktiknya. Riba dapat merugikan peminjam karena adanya ketidak adilan dan kenaikan atas nilai pinjaman yang diberikan sehingga melanggar prinsip ketidakadilan (Kahf, 2014). Pada dasarnya Syariat Islam memperbolehkan transaksi tukar menukar namun dengan syarat tidak adanya perbahan nilai atau nilainya setara baik di masa sekarang maupun di masa depan, namun Riba mengacu pada proses ketidakpastian jumlah atau nilai yang dibayarkan kembali di masa depan sehingga memunculkan ketidak pastian dan ini diharamkan (Aziz, 2012). ## Religiusitas Religiusitas adalah seperangkat kepercayaan, praktik, pengetahuan, pengalaman dan elemen-elemen terkait dalam kehidupan sehari-hari (Yousef, 2015). Sedangkan dalam pandangan umum religisiusitas adalah pandangan yang cenderung mengarah kepada spiritualitas (Zulkifli, 2013). Adapun, religiusitas dalam Islam adalah mematuhi segala peraturan yang berlaku dalam syariah islam atau hukum-hukumnya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an, hadis serta kesepakatan para ulama. ## Kualitas Layanan Kualitas pelayanan diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2014). Adapun dimensi kualitas pelayanan berasarakan Parasuraman terdiri dari keandalan, daya tanggap, empati dan bukti fisik (Fatihudin, 2019). Kualitas layanan merupakan variabel yang langsung dirasakan oleh nasabah perbankan dan menjadi ujung tombak berhasil tidaknya Perbankan dalam memenuhi kebutuhan nasabah. ## Hipotesis H 1 : Pemahaman hukum riba memiliki pengaruh terhadap keputusan memilih Bank Syariah. Rahmawaty (2014) studi pada Bank BRI Syariah menjelaskan bahwa sistem bagi hasil dalam perbankan syariah menguatkan minat masyarakat dalam menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Tamimi (2009) studi komparatif perbankan syariah dan konvensional menunjukkan perbedaan tingkat pendidikan dan religiusitas yang merujuk pada pemahaman masyarakat terhadap hukum-hukum Islam menghasilkan dorongan dalam memberikan pilihan kepada perbankan Syariah. Hidayat (2012) dalam kajian persepsi perbankan syariah menambahkan bahwa kecenderungan terhadap larangan riba juga mendorong minat konsumen non-muslim untuk mengaplikasikan jasa layanan perbankan syariah di Arab Saudi. Senada, Razak (2011) menjelaskan bahwa ada perbedaan persepsi antara perbankan syariah dengan bank konvensional, yang menekankan adanya kebebasan riba menjadi pilihan dan menganggap bahwa perbankan syariah menjadi model baru dibandingkan perbankan konvensional. H 2 : Religiusitas memiliki pengaruh terhadap Keputusan Memilih Bank Syariah. Penelitian Maisur (2015) menjelaskan peran religiusitas sebagai dorongan untuk menghasilkan keputusan dalam pemilihan perbankan syariah di Banda Aceh. Shofwa (2015) menambahkan keputusan dalam pemilhan perbankan syariah tidak terbatas pada aspek bauran pemasaran namun mempertimbangkan aspek religiusitas dalam pemilihannya. Religiusitas sendiri adalah pemahaman seseorang terhadap suatu keyakinan dalam agama sehingga mendorong perilaku tertentu dalam minat maupun pengambilan keputusan. Rahmanto (2016) menambahkan bahwa religiusitas meningkatkan persepsi masyarakat yang berkeyakinan bahwa menabung di Bank Syariah adalah salah satu alternatif ketaatan kepada Tuhan. Kapriani (2014) menjelaskan tentang nilai-nilai religiusitas yang memiliki dampak pada pengambilan keputusan dalam memilih perbankan syariah dengan adanya penguatan faktor-faktor psikologis dalam setian aspek religiusitas nasabahnya. H 3 : Kualitas Layanan memiliki pengaruh terhadap keputusan memilih Bank Syariah. Wulandari dan Subagyo (2015) menjelaskan bahwa kualitas layanan mampu menghasilkan persepsi yang baik terhadap keputusan dalam memili Perbankan Syariah. Didukung hasil penelitian Alnaser (2017) menjelaskan bahwa pelanggan akan menunjukkan kepuasan dan loyalitasnya kepada Perbankan Syariah jika merasakan kualitas pelayanan yang bagus. Senada, Kashif (2016) menjelaskan dimensi kualitas layanan yang meliputi keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik mampu menghasilkan keputusan dalam pemilihan Perbankan Syariah yang ditunjukkan dengan kepuasan dan loyalitas. Dengan demikian dirumuskan kerangka penelitian sebagai berikut: Gambar 1 – Kerangka Konsep Sumber: Penelitian Terdahulu, 2019 ## METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian adalah Mahasiswa IAIN Surakarta yang menjadi nasabah perbankan Syariah sehingga jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti yang menjadikan penelitian menggunakan teknik non-probabilty sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yakni sampel dengan kriteria tertentu (Ferdinand, 2009). Kriterianya antara lain (1) Menjadi nasabah lebih dari 3 bulan (2) memiliki pemahaman tentang perbankan syariah (3) mengetahui nilai manfaat perbankan syariah. Melalui teknik pengambilan sampel tersebut ditetapkan jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Roscoe yakni 10 dikali jumlah variabel penelitian yakni 8 dikali 10 menjadi 80 sampel Mahasiswa IAIN Surakarta yang menjadi nasabah Bank Syariah (Sugiyono, 2011). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden dengan jenis data primer yang diperoleh langsung dari narasumber. Kuesioner menggunakan skala likert yang terdiri dari nilai 1 sangat tidak setujua hingga 5 sangat setuju. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis Regresi yang menggunakan Asumsi Klasik seperti Uji Normalitas, Multikolinieritas dan Heterokedastisitas. Analisis Regresi diperlukan guna mengetahui pengaruh antara Keputusan Memilih Bank Syariah H1 Pemahaman Hukum Riba H2 Religiusitas H3 Kualitas Layanan Keandalan Daya Tangkap Jaminan Empati Bukti Fisik variabel dengan melihat koefisien determinasi, uji F (Pengaruh secara Simultan) dan Uji t (Pengaruh secara parsial). Selain itu dilakukan pengujian Instrumen menggunakan Uji Validitas dengan Pearson Product Moment dan Uji Reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Karakteristik Responden Responden penelitian adalah mahasiswa IAIN Surakarta yang menabung di Bank Syariah dengan kriteria telah menjadi nasabah Bank Syariah selama 3 bulan sebanyak 80 orang. Adapun karakteristiknya dijelaskan pada tabel 2 Tabel 2 – Karakteristik Responden (Sumber: Data Diolah, 2019) Berdasarkan jenis kelamin responden didominasi perempuan sebanyak 63 orang/ 78,75%. Dominasi perempuan menunjukkan keputusan dalam memilih Bank Syariah lebih banyak perempuan kerena pemahaman hukum-hukum Islam dan religiusitas cenderung lebih baik dibandingkan mahasiswa laki-laki. Selanjutnya dari aspek usia didominasi oleh usia antara 18-20 tahun sebanyak 64 orang/ 80 %. Fakta ini menunjukkan pengambilan keputusan memilih Bank Syariah didominasi oleh usia remaja karena dalam usia tersebut responden memiliki rasa ingin tahu lebih banyak sehingga mereka mengkaji peran-peran Bank Syariah dan hukum-hukum yang mendukung pentingnya Perbankan Syariah. ## Uji Instrumen Penelitian Dalam menguji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan pearson product moment dan nilai cronbanch alpha . Hasil uji validitas dan reliabilitas ditunjukkan pada tabel 3 No Karakteristik Jumlah Persentasi 1. Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 17 63 13,6% 78,75% Total 80 100% 2. Usia: 18-20 21-24 64 16 80% 20% Total 80 100% Tabel 3 - Hasil Uji Instrumen No Variabel Item Korelasi dengan Item Cronbach’s Alpha 1. Pemahaman Hukun Riba (X1) X1.1 0,676** 0,698 X1.2 0,647** X1.3 0,698** X1.4 0,602** X1.5 0,754** 2. Religiusitas (X2) X2.1 0,703** 0,767 X2.2 0,780** X2.3 0,649** X2.4 0,720** X2.5 0,750** 3. Keandalan (X3) X3.1 0,670** 0,814 X3.2 0,758** X3.3 0,770** X3.4 0,811** X3.5 0,776** 4. Daya Tanggap (X4) X4.1 0,730** 0,654 X4.2 0,812** X4.3 0,798** X4.4 0,545** 5. Jaminan (X5) X5.1 0,768** 0,831 X5.2 0,799** X5.3 0,861** X5.4 0,831** 6. Empati (X6) X6.1 0,799** 0,788 X6.2 0,753** X6.3 0,736** X6.4 0,739** X6.5 0,655** 7. Bukti Fisik (X7) X7.1 0,837** 0,845 X7.2 0,866** X7.3 0,819** X7.4 0,786** 8. Keputusan Bank Syariah (Y) Y1.1 0,892** 0,886 Y1.2 0,833** Y1.3 0,857** Y1.4 0,857** (Sumber: Data Diolah, 2019) Berdasarkan nilai pearson correlation yang diatas 0,6 menunjukkan adanya hubungan yang kuat (Sugiyono, 2011). Selain itu nilai signifikansi hubungan antara item dengan total skor dibawah 0,05 sehingga kuesioner dapat dikatakan valid. Ditinjau dari cronbach’s alpha masing-masing variabel diatas 0,6 menunjukkan instrumen bersifat reliabel (Nunally, 2011). ## Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang pertama adalah menggunakan metode Shapiro- Wilk. Pengujian menggunakan metode tersebut dkarenakan jumlah sampel kurang dari 100 sehingga tidak dapat menggunakan uji kolmogorov-Smirnov . Hasil uji normalitas ditunjukkan pada tabel 4 ## Tabel 4 – Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Unstandardized Residual .123 80 .004 .970 80 .055 Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4 menggunakan Shapiro-Wilk maka distribusi data unstandardized residual sebagai syarat analisis regresi dikatakan normal karena diatas 0,05. Uji Asumsi klasik kedua adalah multikolinieritas dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF. Hasil uji multikolinierlitas ditunjukkan pada tabel 5 Tabel 5 - Hasil Multikolinieritas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) X1 .544 1.837 X2 .580 1.724 X3 .432 2.314 X4 .456 2.192 X5 .338 2.962 X6 .469 2.131 X7 .514 1.947 Berdasarkan nilai tolerance yang diatas 0,1 dan VIF yang dibawah 3 maka hasil model regresi diatas terbebas dari multikollinieritas dan tidak ada hubungan antar masing-masing variabel independen. Asumsi klasik yang terakhir adalah heterokedastisitas menggunakan uji glejser yang melihat pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel residu. Hasil uji glejser ditunjukkan pada tabel 6 Tabel 6 - Hasil Heterokedastisitas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.561 1.295 1.978 .052 X1 -.109 .074 -.226 -1.467 .147 X2 .049 .059 .123 .824 .413 X3 .055 .069 .138 .797 .428 X4 -.050 .091 -.093 -.551 .583 X5 .101 .095 .207 1.060 .293 X6 -.010 .067 -.025 -.151 .880 X7 -.087 .070 -.196 -1.233 .221 a. Dependent Variable: Absolut_Residual Berdasarkan hasil uji glejser yang melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel residual (variabel yang tidak terukur) maka hasil tabel diatas menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel-variabel tersebut sehingga terbebas dari asumsi heterokedastisitas. ## Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t melihat pengaruh secara parsial masing-masing variabel independen terhadap dependen. Hasil uji t ditunjukkan pada tabel 7 Tabel 7 - Hasil Uji Hipotesis Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.971 2.425 -.813 .419 X1 .354 .139 .310 2.539 .013 X2 .066 .111 .071 .597 .552 X3 .081 .130 .085 .620 .537 X4 .092 .170 .072 .538 .592 X5 .207 .178 .180 1.163 .249 X6 .099 .126 .103 .783 .436 X7 -.007 .132 -.007 -.057 .955 a. Dependent Variable: Y Hasil uji hipotesis menggunakan uji t adalah sebagai berikut: H 1 : Pemahaman hukum riba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi kurang dari 0,05 (0,013<0,05). Selain itu dilihat dari t hitung lebih besar dari t tabel (2,539>1,99) sehingga hipotesis 1 diterima. H 2 : Religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,552>0,05). Selain itu dilihat dari t hitung kurang dari t tabel (0,597<1,99) sehingga hipotesis 2 ditolak. H 3 : a. Keandalan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,537>0,05). Selain itu dilihat dari t hitung kurang dari t tabel (0,620<1,99) sehingga hipotesis 3 ditolak. b. Daya tanggap tidak pengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,592>0,05). Selain itu dilihat dari t hitung kurang dari t tabel (0,538<1,99) sehingga hipotesis 4 ditolak. c. Jaminan tidak pengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,249>0,05). Selain itu dilihat dari t hitung kurang dari t tabel (1,163<1,99) sehingga hipotesis 5 ditolak. d. Empati tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,436>0,05). Selain itu dilihat dari t hitung kurang dari t tabel (0,783>1,99) sehingga hipotesis 6 ditolak. e. Bukti fisik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,955>0,05). Selain itu dilihat dari t hitung kurang dari t tabel (0,057>1,99) sehingga hipotesis 7 ditolak. ## Pembahasan Hasil dari kajian penelitian menunjukkan peran Pemahaman hukum riba memiliki peran penting dalam menghasilkan keputusan memilih perbankan syariah. Pemahaman hukum riba dalam perbankan syariah menjadi tolak ukur dalam menarik minat pelanggan guna menghasilkan keputusan yang memang didukung pemahaman terhadap hukum-hukum islam khususnya riba serta perbedaannya dengan perbankan konvensional. Pelanggan memilih perbankan syariah karena memiliki pemahaman tentang perbedaannya dengan bank konvensional, kehalalan produk, kesesuaian dengan keyakinan serta kepatuhan pada nilai-nilai hukum Islam. Kajian penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmawaty (2014) yang menjelaskan bahwa pemahaman akan perbedaan serta keunggulan aspek nilai-nilai Islam dalam perbankan syariah mampu menghasilkan mendorong pengambilan keputusan dalam memilih perbankan Syariah. Pemahaman perbedaan dengan bank konvensional, haramnya sistem bunga, halalnya sistem bagi hasil serta pemahaman pada ayat Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 275 mampu menghasilkan keputusan dalam memilih perbankan syariah. Didukung Rahmanto (2016) yang menekankan kepada aspek persepsi terhadap hukum Islam yakni Riba mampu mendorong minat pelanggan dalam memilih Bank Syariah sebagai salah satu alternatif agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Penelitian mejelaskan bahwa pemahaman terhadap hukum Islam menjadi dominan dalam mempengaruhi keputusan namun pemahaman agama secara umum yakni religiusitas pelanggan tidak memberikan dampak terhadap pemilihan perbankan Syariah. Keyakinan terhadap agama Islam yang secara menyeluruh meliputi aspek hukum, pemahaman syariah Islam serta akidah atau keyakinan tidak serta merta menghasilkan keputusan dalam pemilihan perbankan Syariah. Pemahaman agama secara meyeluruh yakni aspek religiusitas pelanggan tidak menghasilkan dorongan dalam memilih perbankan syariah karena bagi pelanggan agama adalah nilai-nilai yang lebih menekankan kepada sikap dan perilaku individu dari segi praktik-praktik keagamaan saja seperti Ibadah dan amalan-amalan agama sehari-hari. Religiusitas pelanggan tidak mampu menyentuh aspek perilaku mereka dalam aspek kehidupan secara konkrit seperti pemilihan produk yang lebih baik menurut agama kecuali jika memang mereka paham bahwa hukum agama yang lebih spesifik seperti hukum riba itu penerapannya seperti apa yang mampu menghasilkan keputusan memilih perbankan Syariah. Hasil penelitian ini sekaligus memberikan pemahaman bahwa aspek keagamaan yang terbatas pada aspek Ibadah masih belum menyentuh aspek pada kehidupan sosial mereka khususnya dalam pemilihan produk sehari-hari yang lebih menekankan nilai-nilai keislaman. ## KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan hasil pengujian-pengujian terhadap hipotesis yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman hukum riba berpengaruh keputusan mahasiswa dalam memilih Bank Syariah. Pemahaman hukum riba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan memilih Bank Syariah karena memiliki nilai signifikansi 0,013 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti Sebagian kecil masyarakat mulai faham tentang hukum Riba dalam Islam 2. Religiusitas tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan karena nilainya lebih dari 0,05 yakni 0,552. Religiusitas tidak mempengaruhi karena masyarakat cenderung mengembangkan aspek agama hanya dalam kegiatan Ibadah tanpa memperhatikan aspek kehidupan sehari-hari dalam penerapan agamanya. 3. Kualitas layanan yang terdiri dari 5 dimensi keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan dalam memilih Bank Syariah karena masing-masing memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Kualitas layanan tidak menjadi faktor utama dalam membangun keputusan memilih perbankan syariah karena bagi masyarakat khususnya Mahasiswa IAIN Surakarta karena kualitas pelayanan yang diberikan Perbankan Syariah tidak jauh berbeda dengan Bank Konvensional oleh karena itu kualitas layanan dianggap sebagai faktor yang tidak terlalu signifikan. ## SARAN Terkait dengan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perbankan Syariah kiranya dapat meningkatkan aspek kualitas layanan yang meliputi keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik. Karena industri perbankan Syariah adalah sebuah perusahaan yang menawarkan jasa, dalam hal ini kualitas layanan juga harus menjadi faktor pemicu tercapainya kepuasan nasabah. 2. Penelitian ini hanya memiliki cakupan yang sempit yaitu sebagian kecil nasabah perbankan Syariah. Oleh karenanya, bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas cakupan penelitian khususnya dalam hal pengambilan sampel penelitian agar hasilnya dapat digeneralisasi. Semakin luas dan banyaknya sampel penelitian yang digunakan diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memilih Perbankan Syariah. ## DAFTAR PUSTAKA Abdul Razak, D., Fauziah, & Taib, M. (2011). Consumers' perception on Islamic home financing: Empirical evidences on Bai Bithaman Ajil (BBA) and diminishing partnership (DP) modes of financing in Malaysia. Journal of Islamic Marketing , 2 (2), 165-176. Alnaser, F., Ghani, M., & Rahi, S. (2018). Service quality in Islamic banks: The role of PAKSERV model, customer satisfaction and customer loyalty. Accounting , 4 (2), 63-72. Al-Tamimi, H. A. H., Lafi, A. S., & Uddin, M. H. (2016). Bank image in the UAE: Comparing Islamic and conventional banks. In Islamic Finance (pp. 46-65). Palgrave Macmillan, Cham. Aziz, F., & Fatima, T. (2012). Qur’Anic Concept of Al-Bay & Al-Riba. International Journal of Independent Research and Studies , 1 (3), 118-123. Fatihudin, D., & Firmansyah, A. (2019). Pemasaran Jasa:(Strategi, Mengukur Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan) . Deepublish. Hanik, S. U., & Handayani, J. (2014). Keputusan Nasabah Dalam Memilih Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Nasabah Bank Syariah Mandiri). Jurnal Akuntansi Bisnis dan Perbankan Indonesia , 22 (2). Hidayat, S. E., & Al-Bawardi, N. K. (2012). Non-Muslims’ perceptions toward Islamic banking services in Saudi Arabia. Journal of US-China Public Administration , 9 (6), 654-670. Islam, R., Ahmed, S., & Razak, D. A. (2015). Identifying the gaps between customer expectations and perceptions on service quality dimensions of Islamic banks in Malaysia. International Journal of Quality and Service Sciences , 7 (4), 424-441. Kapriani, M., Zain, Y., Lewangka, O., & Fattah, S. (2014). The Influence Of Religious Values, Social Factor And Service Quality In Individual Customer Decision Using Murabahah Financial On Islamic Bank, Indonesia. International Journal of Scientific and Technology Research , 3 (2), 211-214. Kahf, M. (2014). Riba in Islamic economics and finance. Handbook on Islam and Economic Life , 132. Kashif, M., Abdur Rehman, M., & Pileliene, L. (2016). Customer perceived service quality and loyalty in Islamic banks: A collectivist cultural perspective. The TQM Journal , 28 (1), 62-78. Maisur, M. A., & Shabri, M. (2015). Pengaruh Prinsip Bagi Hasil, Tingkat Pendapatan, Religiusitas dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Menabung Nasabah pada Bank Syariah di Banda Aceh. Jurnal Administrasi Akuntansi: Program Pascasarjana Unsyiah , 4 (2). Rahmanto, K. (2016). Pengaruh Tingkat Religiusitas, Kualitas Pelayanan, dan Promosi Terhadap Minat Masyarakat Desa Sraten KAB. Semarang Untuk Menabung di Bank Syariah (Doctoral dissertation, IAIN SALATIGA). Rahmawaty, A. (2014). pengaruh persepsi tentang bank syariah terhadap minat menggunakan produk di BNI Syariah Semarang. Jurnal Addin , 8 (1). Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis . Bandung: ALFABETA CV. Wulandari, D., & Subagio, A. (2015). Consumer decision making in conventional banks and islamic bank based on quality of service perception. Procedia-Social and Behavioral Sciences , 211 , 471-475. Youssef, M. M. H., Kortam, W., Abou-Aish, E., & El-Bassiouny, N. (2015). Effects of religiosity on consumer attitudes toward Islamic banking in Egypt. International Journal of Bank Marketing , 33 (6), 786-807. Zameer, H., Tara, A., Kausar, U., & Mohsin, A. (2015). Impact of service quality, corporate image and customer satisfaction towards customers’ perceived value in the banking sector in Pakistan. International journal of bank marketing , 33 (4), 442-456. Zulkifli, R. M., & Rosli, M. M. (2013). Entrepreneurial orientation and business success of Malay entrepreneurs: Religiosity as moderator. International Journal of Humanities and Social Science , 3 (10), 264-275. ## Halaman ini sengaja dikosongkan (this page intentionally left blank)
a36f1873-4a4e-490d-8e63-bb765e980948
http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik/article/download/178/160
Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik ## Simulasi Proses Bisnis Pondok Pesantren Menggunakan Anylogic Berdasarkan Metode Business Process Improvement (BPI) Nikmatur Rizqi 1 , Ulfa Hidayati 2 , Teguh Arief Ramadhan 3 , M. Ainul Yaqin 4 1,2,3,4 Teknik Informatika, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana 50 Malang 65144, Telp: (0341) 551354 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected], 4 [email protected] ## Abstract Islamic boarding schools are traditional Islamic educational institutions in which religious values are taught as guidelines to be applied in everyday life. Islamic boarding schools are also analogous to enterprise in which there must be a business process to achieve the objectives of the establishment of boarding schools themselves. The design of business processes in Islamic boarding schools may be able to produce the desired results but sometimes it is not in accordance with the desired costs or desired time. These problems can be overcome by running a business process simulation, which aims to help the analysis and understanding of business process models. Anylogic is used in this study to simulate the boarding school business processes and use the Business Process Improvement (BPI) method to analyze problems in business processes and methods BPMN (Business Process and Notation Model) as a tool to describe or create business process flow models in graphical form. Keywords : Anylogic, BPI, Business Process, Islamic Boarding School, Simulation. ## Abstrak Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional dimana di dalamnya diajarkan nilai-nilai agama sebagai pedoman untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pondok pesantren juga dianalogikan sebagai enterprise dimana di dalamnya pasti terdapat proses bisnis untuk mencapai tujuan dari didirikannya pondok pesantren itu sendiri. Rancangan proses bisnis yang ada dalam pondok pesantren mungkin dapat memberikan hasil yang diinginkan tapi terkadang tidak sesuai dengan biaya yang diinginkan atau waktu yang diinginkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menjalankan simulasi proses bisnis, yang bertujuan untuk membantu analisis dan pemahaman tentang model proses bisnis. Anylogic digunakan dalam penelitian ini untuk mensimulasikan proses bisnis pondok pesantren dan menggunakan metode Peningkatan Proses Bisnis (BPI) untuk menganalisis permasalahan pada proses bisnis dan metode BPMN (Model Proses Bisnis dan Notasi) sebagai alat untuk menggambarkan atau membuat model alur proses bisnis dalam bentuk grafis. Kata kunci : Anylogic, BPI, BPMN, Proses Bisnis, Pondok Pesantren, Simulasi. ## 1. PENDAHULUAN Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam tertua di Indonesia dimana di dalamnya diajarkan moral dan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Menurut [1] mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Pondok pesantren juga dianalogikan sebagai enterprise dimana di dalamnya pasti terdapat proses bisnis untuk mencapai tujuan dari didirikannya pondok pesantren itu sendiri. Dalam melakukan seluruh kegiatan yang terdapat dalam pondok pesantren, suatu pondok Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik pesantren pasti memiliki proses bisnis yang harus dijalankan yang terbagi dalam beberapa departemen. Departemen tersebut mempunyai tugas masing-masing sehingga dapat membantu mewujudkan tujuan dari pondok pesantren itu sendiri. Dalam proses bisnis pondok pesantren, pemilik bertanggung jawab terhadap kinerja dan pengembangan dari setiap proses yang saling berhubungan. Rancangan proses bisnis yang ada dalam pondok pesantren mungkin dapat memberikan hasil yang diinginkan tapi terkadang tidak sesuai dengan biaya yang diinginkan atau waktu yang diinginkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menjalankan simulasi proses bisnis, yang bertujuan untuk membantu analisis dan pemahaman tentang model proses bisnis. Menurut [2] simulasi merupakan sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Modelling dengan simulasi berhubungan erat satu sama lain. Dengan adanya simulasi, ciri utama yang ditampilkan tersebut dapat dimodifikasi secara nyata dengan modelling. Dalam sebuah pondok pesantren permasalahan yang sering terjadi adalah masalah penyediaan dan persiapan makanan dan minuman. Persediaan dan persiapan haruslah sesuai dengan banyaknya santri yang terdapat dalam pondok pesantren tersebut. Sehingga dapat disesuaikan kebutuhan bahan makanan yang harus disediakan dan waktu yang diperlukan untuk menyediakan makanan tersebut. Untuk itu diperlukan adanya simulasi proses bisnis pada kegiatan tersebut. Simulasi proses bisnis (BPS) dianggap sebagai alat yang kuat untuk membantu dalam analisis perubahan dan evaluasi efektivitas karena kemampuannya untuk mengukur kinerja, menguji alternatif dan terlibat dalam proses [3]. Simulasi proses bisnis juga dapat membantu dalam proses evaluasi performa sebuah model proses bisnis dengan konfigurasi yang berbeda dan dengan waktu real time. Simulasi proses bisnis ini diharapkan dapat meminimalisir kegagalan proses yang terjadi dalam memenuhi spesifikasi dan kebutuhan makanan yang telah ditentukan serta mencegah kekurangan atau kelebihan dalam penggunaan sumber daya yang ada.. ## 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode Business Proccess Improvement (BPI) digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam suatu proses bisnis untuk selanjutnya dapat membantu organisasi dalam membuat kemajuan dalam proses bisnisnya. Metode BPMN ( Business Process Model and Notation ) juga digunakan sebagai alat untuk menggambarkan atau membuat model grafis dari operasi bisnis dimana terdapat aktifitas-aktifitas dan kontrol-kontrol alur yang mendefinisikan urutan kerja. Menurut [4], terdapat 5 fase dalam BPI yang ditunjukkan pada Gambar 1. Jurnal Riset Sistem Informasi Dan Teknik Informatika (JURASIK) Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik ## Gambar 1. Fase pada BPI (Harrington, 1991) 1. Organizing for Improvement yang bertujuan untuk menentukan proses bisnis mana yang harus diperbaiki dengan menggunakan pendekatan BPI. 2. Understanding the Process, dimana dilakukan pemahaman proses bisnis dengan cara menganalisis dan mendefiniskan sluruh proses yang ada untuk selanjutnya membuat proses bisnis dan dilakukan analisis waktu proses. 3. Streamlining yang merupakan inisialisasi perubahan proses bisnis menjadi lebih sederhana karena dalam fase ini dilakukan penyederhanaan proses bisnis yang bertujuan memperbaiki efektifitas, efisiensi dan adaptibilitas dari proses bisnis tersebut. 4. Measurement and Controls yang bertujuan untuk mengimplementasikan proses yang telah diperbaiki dan mengontrol proses perbaikan secara berkelanjutan. 5. Continuous Improvement yang bertujuan untuk menerapkan proses bisnis dan mengimplementasikan perbaikannya secara berkelanjutan. Fase yang digunakan dalam penelitian ini hanya mencakup Organizing for Improvement dan Understanding the Process untuk selanjutnya digunakan dalam proses simulasi dengan menggunakan Anylogic ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam melakukan seluruh kegiatan yang terdapat dalam pondok pesantren, suatu pondok pesantren pasti memiliki proses bisnis yang harus dijalankan yang terbagi dalam beberapa departemen. Departemen tersebut mempunyai tugas masing-masing sehingga dapat membantu mewujudkan tujuan dari pondok pesantren itu sendiri. Departement for Education United Kingdom merilis national minimum standart for Boarding school pada tahun 2015 dimana terdapat 20 Standar yang harus terpenuhi untuk pondok pesantren, diantaranya: Standar 1 - Pernyataan prinsip dan praktik asrama Standar 2 - Induksi dan dukungan asrama Standar 3 - Kesehatan dan kesejahteraan asrama Standar 4 - Kontak dengan orang tua / pengasuh Standar 5 - Akomodasi asrama Standar 6 - Keselamatan asrama Standar 7 - Pencegahan kebakaran dan latihan Standar 8 - Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman Standar 9 - Kepemilikan asrama Standar 10 - Kegiatan dan waktu luang Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik Standar 11 - Perlindungan anak Standar 12 - Mempromosikan perilaku dan hubungan positif Standar 13 - Manajemen dan pengembangan asrama Standar 14 - Perekrutan dan pemeriksaan staf pada orang dewasa lainnya Standar 15 - Penetapan Staf dan pengawasan Standar 16 - Kesempatan yang setara Standar 17 - Mengamankan pandangan asrama Standar 18 - Keluhan Standar 19 - Prefek Standard 20 - Lodgings (tinggal lama) Dalam penelitian ini penulis mensimulasikan proses bisnis yang terdapat pada Standar 8 mengenai penyediaan dan persiapan makanan dan minuman dengan menggunakan Anylogic . ## 3.1. Analisis Proses Bisnis Berikut ini merupakan alur proses bisnis pondok pesantren pada Standart 8 Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman : a) Petugas dapur membeli bahan masakan dan minuman b) Bahan masakan akan di stok dan di simpan di storage (tempat penyimpanan) sebelum dimasak c) Bahan masakan masuk ke dapur d) Bahan masakan di olah oleh petugas dapur e) Makanan disajikan f) Santri menuju tempat penyajian makanan g) Santri memakan masakan yang telah disajikan h) Santri selesai makan lalu meninggalkan tempat 3.2. Analisis Permasalahan pada Proses Bisnis Dari alur model proses bisnis pada Standar 8, maka akan menemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam proses bisnis, yaitu: Tabel 1 . Permasalahan pada proses bisnis pada standar 8 : Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman No Proses Bisnis Pondok Pesantren Permasalahan Resiko 1 Kurangnya waktu makan santri dan lamanya waktu tunggu santri untuk mendapatkan makanan Banyak santri yang tidak makan dan makanan sisa terbuang 2 Lamanya bahan datang Mundurnya waktu memasak 3 Lamanya waktu memasak Waktu makan santri berkurang ## 3.3. Implementasi Metode BPI ## a. Organizing for Improvement Tujuan dari fase ini adalah untuk menentukan proses bisnis mana yang perlu dilakukan perbaikan. Berdasarkan analisis permasalahan sebelumnya, maka Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik diperoleh rekomendasi perbaikan proses bisnis, yaitu dengan menambah jumlah pekerja baik angkut maupun juru masak. Tabel 2. Rekomendasi perbaikan pada proses bisnis No Proses Bisnis Pondok Pesantren Permasalahan Teknik Perbaikan Keterangan 1 Kurangnya waktu makan santri dan lamanya waktu tunggu santri untuk mendapatkan makanan Menambah jumlah pekerja Dengan menambah jumlah pekerja angkut dapat menambah waktu makan santri tanpa harus lama menunggu. 2 Lamanya bahan datang Menambah pekerja angkut Dapat mengurangi mundurnya waktu memasak 3 Lamanya waktu memasak Mengoptimalkan jumlah pekerja/menambah jumlah pekerja Dapat mempercepat waktu memasak ## b. Understanding the Process Bertujuan untuk memahami proses bisnis yang berjalan dengan mendefinisikan, menganalisis dan membuat model proses bisnis tersebut. Berikut merupakan model proses bisnis pondok pesantren dari standar 8 yaitu Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman. Gambar 2. Diagram alur proses bisnis ## 3.4. Penerapan Simulasi pada Anylogic Anylogic digunakan untuk mensimulasikan proses bisnis pondok pesantren dari Standar 8 : Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman. Berikut ini Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik adalah penerapan Proses bisnis pondok pesantren Standar 8 - Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman: a. Resource Pool yang terdapat dalam proses bisnis Standar 8 Gambar 3. Resource pool Terdapat 4 Resource Pool diantaranya: 1) Tukang angkut : bertugas mengangkut bahan makanan yang datang dari truk untuk disimpan dalam inventory 2) Kompor : digunakan untuk memasak bahan makanan 3) Tukang masak : bertugas memasak bahan makanan yang telah disediakan 4) Santri : merupakan entitas proses bisnis yang mana tugasnya disini adalah mengambil dan memakan masakan yang telah disajikan b. Proses penyediaan dan persiapan makanan dan minuman Gambar 4. Proses penyediaan dan persiapan makanan dan minuman pada ## Anylogic Dimulai dengan proses pengantaran bahan makanan menggunakan truk (proses pertama) melalui proses pengantaran menuju tempat penerimaan bahan masakan. Dimana Unloading adalah proses menunggu disaat barang yang terdapat di truk diturunkan sampai selesai dan Sink merupakan tanda bahwa proses pengantaran barang telah selesai. Dilanjutkan dengan proses inventory dan proses memasak lalu penyajian (proses kedua). Dimana: 1) Source Bahan – Setor gudang merupakan proses mengangkut bahan masakan ke inventory/kulkas. 2) Seize kompor adalah dimana kompor yang ada terbatas dan penggunaan kompor dilakukan secara bergantian. Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik 3) Setor dapur merupakan proses bahan masakan yang di bawa ke dapur untuk selanjutnya di olah. 4) Lalu dilanjut proses masak bahan masakan. 5) Release kompor adalah apabila kompor selesai digunakan sehingga dapat digunakan kembali untuk memasak. 6) Setor penyajian merupakan proses dimana bahan masakan yang telah dimasak siap disajikan dan dibawa ke tempat penyajian. 7) Sink adalah tanda berakhirnya proses memasak apabila bahan masakan telah dimasak semua. Proses selanjutnya dari bagan paling bawah merupakan proses antrian Santri dalam mengambil dan memakan makanan yang telah disajikan. Dengan terdapat 5 meja yang dapat digunakan santri sebagai tempat makan (ditunjukkan dengan adanya pedWait pada proses dalam Anylogic tersebut). Berikut merupakan hasil simulasi berdasarkan dari analisis permasalahan dan teknik perbaikan proses bisnis yang ada pada tabel 2. c. Kondisi 1: Apabila terdapat 1 tukang angkut dan 1 juru masak d. Kondisi 2: Apabila terdapat 2 tukang angkut dengan 1 juru masak e. Kondisi 3: Apabila terdapat 1 tukang angkut dengan 2 juru masak f. Kondisi 4 : Apabila terdapat 2 tukang angkut dengan 2 juru masak Berdasarkan metrics di atas dengan 4 kondisi yang berbeda didapatkan hasil bahwa : Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik a. Terdapat percepatan waktu unloading bahan baku makanan apabila terdapat 2 tukang angkut, dibuktikan dengan kondisi 2 dan kondisi 4 dimana waktu unloading barang lebih cepat dibandingkan kondisi 1 dan 3 dengan hanya satu tukang angkut (bar ungu) b. Terdapat percepatan angkutan dari inventory ke dapur masak dibuktikan dengan sedikitnya bahan baku di gudang (bar kuning) apabila terdapat 2 tukang angkut. c. Proses memasak (bar jingga) dipengaruhi oleh banyaknya bahan makanan yang dintarkan ke dapur (bar biru) d. Terdapat percepatan waktu dalam proses memasak apabila terdapat 2 juru masak. e. Terdapat waktu yang cukup banyak untuk makan santri apabila menggunakan kondisi 4 dimana terdapat 2 tukang angkut dan 2 juru masak. ## 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Terdapat 2 fase dari 5 fase pada metode BPI yang digunakan dalam penelitian ini yaitu organizing for improvement dan understanding the process. b. Dengan dua fase tersebut dapat diketahui alur proses bisnis pondok pesantren pada standar 8 : Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman dan rekomendasi perbaikannya untuk selanjutnya dapat dilakukan simulasi proses bisnisnya. c. Terdapat percepatan waktu unloading bahan baku makanan apabila terdapat 2 tukang angkut d. Terdapat percepatan angkutan dari inventory ke dapur masak apabila terdapat 2 tukang angkut. e. Terdapat 4 kondisi yang disimulasikan dan diperoleh hasil bahwa kondisi 4 yaitu dengan 2 tukang angkut dan 2 juru masak adalah kondisi paling optimal dalam proses bisnis pondok pesantren pada standar 8 : Penyediaan dan persiapan makanan dan minuman. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Davenport, Thomas H., “Process Innovation : Reengineering Work Through Information Technology”, Harvard Business School Press , 1995. [2] Greasley A. and Barlow S., “Using simulation modelling for BPR: Resource allocation in a police custody process”, International of Operations &Production Management, Vol, 18, pp 978–988, Oktober 1998. [3] Harrington, H.J., “Business Process Improvement”, New York: McGraw-Hill, Inc, 1991. [4] Mathias, Weske., “Business Process Management: Concepts, Languages, Architectures’’, Berlin, Germany: Springer, 2007. [5] Nasir, Ridwan., ”Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005. Volume 5 Nomor 1 Februari, pp 138-146 ISSN: 2527-5771/EISSN: 2549-7839 http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jurasik [6] Ray J.P., Vlatka, H., and George M. G., “Simulation Modelling Of Business Processes”, Brunel University, Department of Information Systems and Computing, 1998. [7] Sharp, A. dan McDermott, P., “Workflow Modeling : Tools for Process Improvement and Application Development”, Artech House, 2001. [8] Sa’ud, U.S., “Penerapan Simulasi Animasi, Bina Sarana, Indonesia, 2005. [9] Zamakhsyari, Dhofier., “Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai”, Jakarta: LP3ES, 1994.
13ceab6b-e13c-4e8b-959e-aebc7c554ffe
https://jurnal.uns.ac.id/ijap/article/download/1170/1118
Perbandingan Metode Model Based Tomography dan Grid Based Tomography untuk Perbaikan Kecepatan Interval ## Yuninggar Dwi Nugroho dan Sudarmaji Program Studi Geofisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, [email protected] Received 23-02-2013, Revised 17-07-2013, Accepted 20-10-2013, Published 30-04-2014 ## ABSTRACT The input data for pre stack time migration and pre stack depth migration is velocity model. The exact velocity model can provide maximum result in seismic section. The best seismic section can minimize possibility of errors during interpretation. Model based and grid based tomography are used to refine the interval velocity model. The interval velocity will be used as input in the pre stack depth migration. Initial interval velocity is obtained from RMS velocity using Dix formula. This velocity will be refined by global depth tomography method. The global depth tomography method is divided into model based and grid based tomography. Velocity analysis is performed along the horizon (depth model). Residual depth move out is obtained from picking velocity. It is used as input in tomography method. The flat gather is obtained at tenth iteration. The interval velocity that is obtained from tenth iteration has the small errors. Tomography method can provide maximum result on velocity refinement. That is shown by the result that the pre stack depth migration is much better than using initial interval velocity. The pull up effect can be corrected by tomography method. Keywords: Dix formula, model based tomography, grid based tomography, pull up, pre stack depth migration ## ABSTRAK Pada proses migrasi baik dalam kawasan waktu maupun maupun kedalaman, model kecepatan yang tepat sangatlah dibutuhkan. Model kecepatan yang tepat dapat memberikan hasil yang maksimal pada penampang seismik sehingga dapat memperkecil kemungkinan kesalahan pada saat interpretasi. Pada penelitian ini dilakukan perbaikan kecepatan interval menggunakan metode model based tomography dan grid based tomography . Kecepatan interval tersebut nantinya akan digunakan sebagai masukkan dalam proses pre stack depth migration ( PSDM ). Kecepatan interval inisial didapatkan dari kecepatan RMS yang ditransformasi menggunakan rumus transformasi dix . Kecepatan interval inisial inilah yang akan mengalami perbaikan kecepatan. Metode yang digunakan merupakan metode global depth tomography berdasarkan depth migrated gather yaitu model based tomography dan grid based tomography . Analisis kecepatan dilakukan di sepanjang horizon pada setiap horizon yang ada. Residual depth moveout yang didapatkan dari picking kecepatan digunakan sebagai masukkan pada metode ini. Gather yang datar ( flat ) didapatkan pada iterasi yang kesepuluh sehingga kecepatan interval yang dihasilkan dianggap sudah yang paling tepat dengan nilai kesalahan yang kecil. Metode tomografi mampu memberikan hasil yang maksimal dalam proses perbaikan kecepatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan penampang seismik hasil pre stack depth migration yang jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil migrasi menggunakan kecepatan interval inisial yang didapatkan dari transformasi dix . Efek pull up dapat terkoreksi dan kemenerusan reflektor dapat terlihat lebih jelas. Kata kunci: transformasi Dix , model based tomography , grid based tomography , pull up , pre stack depth migration ( PSDM ) ## PENDAHULUAN Penampang seismik merupakan gambaran bawah permukaan bumi dimana dalam penampang seismik tersebut terlihat struktur-struktur yang berada di bawah permukaan bumi. Kualitas dari penampang seismik yang dihasilkan tergantung pada nilai kecepatan yang sesuai. Penampang seismik menjadi tidak maksimal ketika nilai kecepatan yang digunakan selama proses pengolahan tidak sesuai. Salah satu penyebab yang mengakibatkan kecepatan yang digunakan kurang sesuai adalah karena struktur bawah permukaan yang kompleks. Pada awalnya proses migrasi dilakukan dalam kawasan waktu. Proses migrasi ini akan menempatkan gelombang pantul dari pantulan miring ke pantulan normal (tegak). Pada daerah dengan struktur yang kompleks, hasil migrasi pada kawasan waktu akan kurang maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan migrasi dalam kawasan kedalaman. Kecepatan yang dipakai pada migrasi dalam kawasan kedalaman adalah kecepatan interval sehingga nilai kecepatan akan lebih sesuai di setiap perlapisan. Pada penelitian kali ini nantinya akan dibuat model kecepatan dari kecepatan interval. Model kecepatan yang digunakan akan diiterasi berkali-kali menggunakan metode tomografi sampai didapatkan kecepatan yang paling sesuai untuk digunakan sebagai masukan dalam proses migrasi dalam kawasan kedalaman ( pre-stack depth migration – PSDM ). ## DASAR TEORI Kecepatan interval adalah laju rata-rata antara dua titik yang diukur tegak lurus terhadap lapisan yang dianggap sejajar. Menurut Yilmaz [1] , kecepatan interval ini sering diukur dari kecepatan stack menggunakan persamaan Dix yang dirumuskan: 1 1 2 1 2 int n n n n n n t t t V t V V , (1) dengan V int = kecepatan interval, V n = kecepatan rms pada lapisan ke- n , t n = waktu tempuh gelombang pada lapisan ke- n . Kecepatan interval yang didapatkan dari perhitungan berdasarkan transformasi Dix merupakan kecepatan interval yang masih memiliki nilai kesalahan. Untuk memperkecil nilai kesalahan tersebut dilakukan proses perbaikan kecepatan menggunakan metode tomografi. Metode tomografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model based tomography dan grid based tomography . Tomografi berdasarkan horizon ( model-based tomography ) dan tomografi berdasarkan grid ( grid-based tomography ) merupakan pendekatan global yang menggunakan persamaan simultan untuk memperbaiki parameter (kecepatan dan kedalaman) pada suatu model. Tomografi berdasarkan horizon membutuhkan model kecepatan dan model kedalaman sepanjang horizon. Velocity section dibutuhkan sebagai masukan dalam tomografi berdasarkan grid. Tomografi berdasarkan horizon akan memperbaiki model kecepatan dan model kedalaman sehingga velocity section pun akan ikut diperbarui. Tomografi berdasarkan grid hanya memperbaiki velocity section saja. Tomografi berdasarkan grid sangat berguna ketika tomografi berdasarkan horizon tidak dapat dipakai akibat dari struktur yang sangat kompleks, kualitas data yang jelek, dan lain sebagainya. Hal tersebut bukan berarti bahwa tomografi berdasarkan grid lebih berguna daripada tomografi berdasarkan horizon. Velocity section yang dihasilkan oleh tomografi berdasarkan grid hanyalah berdasarkan perhitungan statistik tidak memperhitungkan kondisi geologi. Oleh karena itu ketika masih dimungkinkan menggunakan tomografi berdasarkan horizon maka metode tersebut lebih diutamakan. Perhitungan tomografi dilakukan untuk memperbaiki slowness (kelambatan) dan waktu vertical ( t v ) pada kecepatan dan batas perlapisan dalam formasi [2] . Untuk mendapatkan persamaan tomografi dibutuhkan suatu hubungan antara error waktu δτ dengan model yang sudah diperbarui δ t v dan slowness error δ s [3] : ray N i i i z L L z P d s t 1 2 1  , (2) dengan δ t = perubahan waktu rambat, δ s = slowness error , N L = horizon ke-N, i z P = perubahan slowness secara vertikal, δ z = depth error . ## METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan dua data masukkan yaitu CMP time gather dan kecepatan rms . CMP time gather dan kecepatan rms yang digunakan merupakan hasil dari pengolahan menggunakan perangkat lunak CGG dan PROMAX . Dalam penelitian ini perangkat lunak yang digunakan adalah GEODEPTH PARADIGM EPOS4 . Migrasi dalam kawasan waktu dilakukan untuk mendapatkan penampang seismik dalam kawasan waktu. Penampang Seismik kawasan waktu ini digunakan sebagai panduan untuk membuat horizon dalam kawasan kedalaman. Horizon tersebut digunakan saat proses perbaikan kecepatan menggunakan model based tomography . Kecepatan interval inisial didapatkan berdasarkan perhitungan formula Dix . Kecepatan interval inisial inilah yang nantinya diiterasi berkali kali sampai didapatkan hasil yang maksimal. Diagram alir yang digunakan sesuai pada Gambar 1 . Kecepatan interval inisial tersebut diiterasi menggunakan metode model based tomography dan grid based tomography . Kedua metode tersebut memiliki perbedaan dimana pada model based tomography memperhitungkan horizon (model geologi) sedangkan grid based tomography tidak memperhitungkan model geologinya. Gambar 1. Diagram alir penelitian ## HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi geologi yang memiliki variasi kecepatan lateral yang tinggi apabila dilakukan migrasi dalam kawasan waktu hasilnya akan kurang maksimal. Variasi kecepatan lateral menunjukkan model geologi yang kompleks. Pada model geologi yang kompleks variasi kecepatan bukan hanya terjadi pada arah vertikal saja melainkan juga pada arah lateral. Efek pull up yang terlihat pada Gambar 2 muncul karena terdapat suatu perlapisan yang memiliki kecepatan tinggi kemudian di bawah perlapisan tersebut terdapat perlapisan yang memiliki kecepatan yang lebih rendah. Akibat dari adanya kecepatan yang lebih rendah dibawahnya maka pada reflektor tersebut akan nampak sebagai struktur tinggian. Dalam penelitian ini reflektor yang memiliki kecepatan tinggi adalah pada reef karbonat. Hal yang paling utama dalam penelitian ini adalah proses perbaikan kecepatan interval. Pada proses ini dilakukan iterasi sampai 10 kali sehingga didapatkan kecepatan yang paling sesuai. Gambar 3 merupakan hasil perbaikan kecepatan menggunakan metode model based dan grid based tomography . Gambar 3a adalah kecepatan interval inisial. Secara lateral belum begitu terlihat variasi kecepatannya. Gambar 3b dan Gambar 3c merupakan hasil iterasi pertama menggunakan model based dan grid based tomography . Gambar 3b masih hampir sama dengan kecepatan interval inisial namun sudah sedikit berbeda nilai kecepatannya. Gambar 2. ( color online ) Penampang PSTM dengan (a) efek pull up dan (b) reflektor yang kurang jelas Hasil yang cukup signifikan terlihat pada hasil iterasi yang kesepuluh dimana variasi kecepatan secara lateral sudah sangat terlihat. Gambar 3d adalah hasil model based tomography sedangkan Gambar 3e adalah hasil grid based tomography . Error! Reference source not found. b merupakan semblance residual moveout tomografi berdasarkan model. Error! Reference source not found. a merupakan iterasi pertama dalam proses perbaikan. Terlihat bahwa semblance belum begitu fokus dan masih berosilasi besar sehingga nilai kesalahannya masih besar. Terlihat pada skala sebelah kiri, pusat energi masih agak besar nilai kesalahannya. Error! Reference source not found. b merupakan semblance residual moveout pada iterasi kedua. Terlihat osilasi dari energi gelombang sudah mulai mengecil dan mendekati angka nol. Hal ini berarti nilai kesalahan sudah lebih kecil dari sebelumnya. Perubahan terlihat jelas pada CMP 1800 yang pada iterasi pertama nilai kesalahan sebesar -0,20, pada iterasi kedua nilai kesalahan sudah mendekati -0,01. Pada iterasi keempat hasilnya masih belum berbeda jauh dengan hasil iterasi kedua. Pada CMP 1000 hasil semblance sudah lebih fokus daripada iterasi yang kedua. Hasil paling optimal pada iterasi kesepuluh dimana terlihat hampir tidak ada osilasi pada nilai semblance maksimum dan semblance maksimum berada pada nilai kesalahan yang sangat kecil dan hampir mendekati nol. Pada CMP 1400, semblance yang pada iterasi sebelumnya terputus, pada iterasi yang kesepuluh semblance tersebut sudah tersambung. Pada CMP 2500 yang pada iterasi keempat nilai kesalahannya masih berkisar pada -0,10 namun pada hasil iterasi yang kesepuluh nilai kesalahannya sudah lebih kecil menjadi -0,05. Gambar 3. ( color online ) Perbaikan kecepatan interval Gambar 4. ( color online ) Semblace residual depth moveout Proses migrasi dalam kawasan kedalaman menggunakan kecepatan interval dan CMP time gather sebagai masukannya. Pada tahap awal digunakan kecepatan interval inisial yang dihasilkan dari transformasi Dix sebagai masukkannya. Gambar 4. ( color online ) Penampang PSDM (a) inisial (b) iterasi kesepuluh model based tomography (c) iterasi kesepuluh grid based tomography Hasil migrasi kawasan kedalaman inisial ini belum berbeda jauh dengan hasil migrasi kawasan waktu. Efek pull up masih muncul pada CMP 1000. Hal tersebut dikarenakan kecepatan interval yang digunakan masih kecepatan interval inisial yang masih sederhana variasi kecepatannya. Iterasi perbaikan kecepatan interval ke-10 menghasilkan kecepatan interval final yang dianggap paling sesuai dengan model geologi sebenarnya. Hasil migrasi kawasan kedalaman yang dihasilkan dari masing-masing kecepatan interval terlihat pada Gambar 4b dan Gambar 4c. Penampang seismik hasil migrasi kawasan kedalaman sudah terlihat lebih jelas daripada sebelum mengalami perbaikan kecepatan. Reflektor-reflektor sudah terlihat menerus dan jelas. Efek pull up pada CMP 1000 sudah terkoreksi sehingga sudah tidak muncul lagi. Reflektor-reflektor sudah terlihat lebih jelas kemenerusannya. Batas-batas formasi batuan juga sudah dapat terlihat dengan jelas. Gambar 4b merupakan hasil iterasi menggunakan model based tomography . Dalam hal ini (koreksi efek pull up ) metode model based tomography memberikan hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan metode grid based tomography yang terlihat pada Gambar 4c. Pada Gambar 4c efek pull up masih sedikit muncul. Namun dalam hal kemenerusan lapisan metode grid based tomography lebih unggul. Hal tersebut dikarenakan pada grid based tomography memperbaiki kecepatan pada setiap segment yang muncul pada penampang seismik tetapi model geologi tidak dipertimbangkan pada metode ini. Sehingga metode grid based tomography lebih cocok diterapkan ketika pembuatan model geologi susah dilakukan karena penampang seismik yang kurang begitu jelas. ## KESIMPULAN 1. Analisis kecepatan menggunakan metode tomografi dapat menghasilkan kecepatan interval yang lebih baik dibandingkan dengan kecepatan interval hasil transformasi Dix . 2. Model based tomography menghasilkan kecepatan interval yang lebih baik dibandingkan dengan grid based tomography . 3. Grid based tomography sebaiknya dilakukan ketika model geologi sulit ditentukan. 4. Pengolahan data pre stack depth migration menggunakan kecepatan interval yang dihasilkan dari proses perbaikan kecepatan memberikan hasil yang lebih maksimal dibandingkan menggunakan kecepatan interval inisial hasil dari transformasi dix . ## DAFTAR PUSTAKA 1. Yilmaz, O. 2001. Seismic Data Analysis , Tulsa: Society of Exploration Geophysicists 2. Kosloff, D. 1999. Tomographic Interval Velocity Determination From Prestack Migrated Data . Paradigm Geophysical. 3. Kosloff, D., Sherwood, J., Koren, Z., Machet, E. dan Falkovitz, Y. 1996, Velocity and Interface Depth Determination by Tomography of Depth Migrated Gather . Geophysics.
35ef1051-d048-49de-a2a7-3771b7ef4f15
https://jurnal.fordebi.or.id/index.php/home/article/download/86/60
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Islam Vol 5, No 1, Maret 2020, Hlmn. 53-60 Determinan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan pertambangan indonesia Tifanny a Sri Rahayu b* Reni Yustien c abc Jurusan Akuntansi, Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi Indonesia 36122 * [email protected] ; [email protected] *penulis koresponden 10.34202/imanensi.5.1.2020.53-60. ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh debt to equity ratio profltabilitas , pergantian auditor dan ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2017 dipilih sebagai populasi penelitian. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling . Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, profitabilitas dan pergantian auditor memengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan sedangkan variabel debt to equity ratio dan ukuran perusahaan tidak memeengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Secara simultan keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap ketepatanwaktuan pelaporan keuangan. Kata Kunci : Profitabilitas; pelaporan keuangan; pergantian audior ## Abstract This study aims to analyze the effect of debt to equity ratio, profitability, auditor switching and size on the timeliness of financial reporting. Mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2017 were selected as the study population. The sampling method is purposive sampling. Data were analyzed by logistic regression. The results showed that profitability and auditor turnover affect the timeliness of financial reporting. Debt to equity ratio and size do not affect the timeliness of financial reporting. Simultaneously, all of independent variable affected on the timeliness of financial reporting. Keywords: Profitability; Financial Reporting; Auditor Switching. Artikel masuk: 13 Februari 2020 Artikel diterima: 6 Maret 2020 ## PENDAHULUAN Laporan keuangan menjadi sarana informasi untuk mengkomunikasiakn perkembangan usaha dan kinerja yang telah diperolah selama periode tertentu kepada para investor serta pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan akan menghasilkan informasi keuangan akurat dan tepat waktu kepada pemakainya, sehingga dapat bermanfaat bagi penggunanya, namun apabila dilaporkan secara tidak tepat waktu maka nilai manfaat tentu saja akan berkurang (Utami & Yennisa, 2017). Penyajian laporan keuangan tepat waktu (timeliness) menjadi salah satu faktor penting agar infomasi yang disajikan menjadi relevan. Relevansi informasi akan menjadikan informasi dapat digunakan untuk memprediksi masa depan (predictive value), bahan evaluasi sebagai umpan balik (feedback value) dan informasi tersebut tidak kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (Noviatiani & Asri, 2016). Penyajian informasi secara tepat waktu artinya komunikasi informasi secara lebih awal untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi (Belkaoui, 2006). Ketepatan waktu adalah rentang waktu atau lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan sampai tanggal penyerahan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi tidak mungkin tercapai tanpa adanya ketepatan waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan. Pengaruh kualitas informasi dalam pengambilan keputusan menyebabkan perusahaan-perusahaan yang go public harus sesegera mungkin mempublikasikan informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangannya (Toding & Wirakusuma, 2013). Ketepatan waktu pelaporan keuangan diatur dalam Peraturan X.K.2 Keputusan Ketua. Bapepam Nomor KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam peraturan tersebut dinyatakan secara jelas bahwa emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK (sekarang OJK) paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tahun buku berakhir. Peraturan tersebut tampaknya belum dapat dipatuhi oleh seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil pantauan BEI hingga 29 Juni 2015 menunjukkan bahwa terdapat 6 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan auditan per 31 Desember 2014, dan atau belum melakukan pembayaran denda keterlambatan (Sukirno, 2015). Pada tahun 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan perdagangan saham 18 emiten karena belum menyampaikan laporan keuangan per 31 Desember 2015 atau belum membayar denda atas keterlambatan (Sulistiyono, 2016). Suprayitno (2017) menyatakan bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham delapan emiten dan memperpanjang suspensi untuk sembilan emiten sebagai sanksi akibat belum menyampaikan laporan keuangan audit per 31 Desember 2016. Sementara itu, pada tahun 2018 ada delapan perusahaan terdaftar di BEI yang dijatuhi perpanjangan suspensi perdagangan efek per tanggal 2 Juli 2018 oleh otoritas bursa karena hingga kini belum menyelesaikan kewajibannya terkait dengan pelaporan keuangan serta pembayaran denda atas keterlambatan penyerahan laporan audit (Jatmiko, 2018). Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya (Dewi & Jusia, 2013), hal ini diperkuat Sanjaya & Wirawati (2016), Noviatiani & Asri (2016), dan Putri (2015) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio terbukti dapat mempengaruhi penyampaian laporan keuangan secara tepat waktu, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto & Aditya (2015) dan Utami & Yennisa (2017) menyatakan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2010). Perusahaan akan mempercepat penyampaian informasi yang baik ini kepada publik. (Utami & Yennisa, 2017). Di pihak lain, auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengauditan (Aprianti, 2017). Hal ini diperkuat oleh Sanjaya & Wirawati (2016), Dewi & Wirakusuma (2014), Toding & Wirakusuma (2013), dan Putri (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Di samping itu, Budiyanto & Aditya (2015) dan Utami & Yennisa (2017) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pergantian Kantor Akuntan Publik bisa bersifat mandatory (wajib) dan bisa juga bersifat voluntary (sukarela). Budiyanto & Aditya (2015) dan Sanjaya & Wirawati (2016) menyatakan bahwa pergantian auditor berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Demikian juga dengan Ukuran perusahaan, menurut Brigham & Houston (2010) merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total aset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan (Hartono, 2017). Perusahaan yang besar pastinya memiliki staf yang banyak dan sumber informasi yang canggih, hal tersebut akan memungkinkan perusahaan cepat dalam menyampaikan laporan keuangannya (Carbaja & Yadnyana, 2015). Toding & Wirakusuma (2013), Sanjaya & Wirawati (2016), Noviatiani & Asri (2016), dan Utami & Yennisa (2017) memperkuat bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Sebaliknya Dewi & Jusia (2013) dan Budiyanto & Aditya (2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Fenomena-fenomena di atas menunjukkan masih ditemukan perusahaan yang listed di Bursa Efek lndonesia belum tepat waktu dalam menyerahkan annual report kepada OJK. Fenomena ini juga ditemukan pada perusahaan pertambangan. Penyampaian laporan yang tidak tepat waktu ini mencerminkan adanya masalah yang disebabkan oleh good news dan bad news (Oktarini & Wirakusuma, 2014). Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan keuagan untuk perusahaan pertambangan yang listed di Bursa Efek Indonesia. ## METODE Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel yang terkait dalam penelitian yaitu Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan sebagai variabel dependen, sedangkan debt to equity ratio, profitabilitas, pergantian auditor, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Subjek penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini yang berasal informasi yang ada pada website perusahaan dan sumber lainnya. Data sekunder lainnya berupa laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2014 - 2017 yang di akses dari www.idx.co.id. Populasi penelitian ini adalah perusahaan pertambangan (dari tahun 2014-2017) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik penarikan sampel penelitian adalah dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang tercatat di BEI dengan kriteria (1) Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2014 – 2017; (2) mempublikasikan laporan tahunan selama periode 2014 – 2017 dan (3) menyajikan data lengkap sesuai variabel yang diteliti. Perusahaan pertambangan yang listed di BEI sebanyak 43 perusahaan. Dari data 43 perusahaan tersebut yang masuk kategori perusahaan sampel penelitian adalah 33 perusahaan, sehingga jumlah sampel total dengan periode penelitian 4 tahun adalah 132 perusahaan. Data dianalisis dengan menggunakan regresi logistic. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Analisis Deskriptif Peneliti akan mengurai hasil dan pembahasan penelitian dari 33 perusahaan tambang yang digunakan sebagai subyek dalam penelitian ini. Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas) (Kasmir, 2010). Dalam tiga tahun pertama 2014-2016 DOID menjadi perusahaan dengan tingkat DER tertinggi. Hal yang unik terjadi pada BUMI karena untuk tahun 2014-2016 memperoleh DER terendah, dan terjadi kenaikan sangat tinggi di 2017 sehingga menjadi perusahaan dengan DER tertinggi yaitu mencapai 11,91. Profitabilitas diproksikan dengan rasio Return on Assets (ROA). Return on Total Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Kemampuan perusahaan pertambangan yang listed di BEI tahun 2014-2017 terlihat tahun 2014 CKRA menjadi perusahaan dengan tingkat profitabilitas terendah yaitu (27,23), sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas tertinggi dicapai oleh ITMG yaitu 15,31. MYOH menjadi perusahaan dengan tingkat profitabilitas tertinggi tahun 2015 yaitu 15,34 sedangkan MITI dengan tingkat profitabilitas (72,13) menduduki posisi terendah. Tahun 2016, ATPK menjadi perusahaan dengan tingkat profitabilitas terendah yaitu (18,16) dan CKRA kembali berada pada posisi terendah di tahun 2017 dengan posisi (45,67). Profitabilitas tertinggi pada tahun 2016 dan 2017 dicapai oleh BSSR. Pergantian auditor dapat terjadi karena mandatory sesuai peraturan yang berlaku atau karena keinginan perusahaan sendiri ( voluntary ). Pada penelitian ini merupakan variabel dummy, dimana perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor termasuk kategori 1, sedangkan apabila perusahaan tersebut melakukan pergantian auditor maka termasuk kategori 0 (Sanjaya & Wirawati, 2016). Frekuensi pergantian auditor pada perusahaan dapat disimpulkan tidak keseluruhan perusahaan melakukan pergantian auditor selama tahun 2014-2017. Terdapat beberapa perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor yaitu ADRO, BYAN, GEMS, HRUM, ITMG, PTRO, SMRU, TOBA, ESSA, MEDC, MITI, RUIS, ANTM dan TINS. Perusahaan lainnya melakukan pergantian pada tahun yang berbeda-beda. PKPK menjadi perusahaan yang melakukan pergantian auditor selama tiga tahun berturut- turut yaitu 2014 sampai dengan 2016. Jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan sebagai indikator ukuran perusahaan. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Ln total aset. Penggunaan Natural log (Ln) (Hartono, 2017). Perusahaan dengan ukuran perusahaan tertinggi selama empat tahun berturut-turut adalah ADRO. Sebaliknya PKPK menjadi perusahaan dengan total aset terendah selama tahun 2014 sampai dengan 2017. Proksi untuk ketepatan waktu diukur dengan dummy yaitu (1) tepat waktu, yaitu publikasi laporan keuangan kurang dari (90 hari) atau sebelum tanggal 31 maret (tepat waktu) diberi kode 1. (2) Tidak tepat waktu, yaitu publikasi lebih dari (90 hari) atau setelah tanggal 31 maret (tidak tepat waktu) diberi kode 0. Terdapat dua perusahaan yaitu CITA dan CKRA yang tidak tepat waktu dalam pelaporan keuangannya selama tahun 2014-2017. ## A. Determinan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Pertambangan Indonesia Peneliti selanjutnya melakukan pengujian secara statistik. Pengujian regresi logistic dilakukan setelah diyakini bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut: KW = 2,185 + 0,134DER + 0,081ROA + 1,060AUD - 0,120SIZE + e Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh positif untuk keseluruhan variabel independen ke variabel kualitas pelaporan keuangan. Pada regresi logistik menggunakan nilai Chi-Square dari selisih antara -2 LogL sebelum variabel independen masuk model dan -2 LogL setelah variabel independen masuk model untuk menguji signifikansi simultan. Model regresi semakin baik apabila terjadi penurunan model Log Likelihood. Nilai Chi-Square adalah sebesar 22,690 (181,898 – 159,209) dengan df 4 (jumlah variabel independen 4) dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%) yang berarti variabel debt to equity ratio (DER), profitabilitas (ROA), pergantian auditor (AUD), dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan (KW) sehingga H1 diterima. ## Tabel 1. Hasil Uji Wald B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1 a X1 .134 .110 1.488 1 .223 1.143 .922 1.418 X2 .081 .026 9.697 1 .002 1.084 1.031 1.141 X3 1.060 .517 4.202 1 .040 2.886 1.048 7.950 X4 -.120 .139 .743 1 .389 .887 .676 1.165 Constant 2.185 4.002 .298 1 .585 8.892 Sumber: Data Olahan Peneliti (2019) Tabel 1 menunjukkan bahwa debt to equity ratio (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,223 > 0,05 (α = 5%). Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dan Wirawati (2016), Dewi dan Jusia (2013), Novatiani dan Asi (2016), serta Putri (2015) yang menyatakan bahwa Ketepatan waktu pelaporan keuangan terbukti dipengaruhi oleh debt to equity ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan Budiyanto dan Aditya (2015) dan Utami dan Yennisa (2017) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio terbukti secara empiris tidak dapat mempengaruhi publikasi pelaporan keuangan secara tepat waktu. Debt to equity ratio menunjukkan besarnya risiko, disisi lain angka debt to equity ratio yang tinggi mengindikasikan kemampuan perusahaan yang baik dalam mengelola hutangnya. Kondisi perekonomian saat ini yang dihadapi perusahaan pertambangan dengan posisi jumlah utang bukan dipandang sebagai masalah yang luar biasa. Hal ini menunjukkan potensi informasi jumlah utang diabaikan oleh perusahaan apabila tata kelola perusahaan baik dan kinerja perusahaan masih dalam kondisi baik. Profitabilitas (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 (α = 5%). Hal ini berarti profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dan Wirawati (2016), Dewi dan Wirakusuma (2014), Toding dan Wirakusuma (2013), Oktarini dan Wirakusuma (2014), dan Putri (2015) yang menyatakan bahwa perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya tepat waktu terbukti juga dipengaruhi oleh profitabilitas. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan menyampaikan laporan keuangan tahunannya tepat waktu karena merasa ada berita baik (goodnews) dalam laporannya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu yang lebih cepat dalam pengauditan laporan keuangan karena harus secepatnya menyampaikan kabar baik kepada publik. Pergantian auditor (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,040 < 0,05 (α = 5%). Hal ini berarti pergantian auditor berpengaruh terhadap penyajian pelaporan keuangan secara tepat waktu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dan Wirawati (2016), Budiyanto dan Aditya (2015), Hamidah dan Fajarwati (2015), dan Carbaja dan Yadnyana (2015) membuktikan pergantian auditor berpengaruh terhadap pelaporan keuangan yang tepat waktu. Hal ini berarti terjadinya pergantian auditor justru memicu perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangan dengan lebih baik jika dibandingkan ketika perusahaan masih diaudit oleh auditor sebelumnya. Perusahaan yang melakukan pergantian auditor terutama dari KAP Non Big Four ke KAP Big Four diyakini akan menyampaikan laporan keuangan lebih baik karena KAP Big Four dianggap public memiliki kompetensi auditor dan reputasi yang bagus serta sangat ketat dalam pelaksanaan regulasi. Tingkat signifikansi Ukuran perusahaan (X4) yaitu sebesar 0,389 > 0,05 (α = 5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak. Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dan Wirawati (2016), Toding dan Wirakusuma (2013), Oktarini dan Wirakusuma (2014), Novatiani dan Asi (2016), serta Utami dan Yennisa (2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Dewi dan Jusia (2013) dan Budiyanto dan Aditya (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan ## IMANENSI: Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Islam Vol 5, No 1, Maret 2020, Hlmn. 53-60 tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Meskipun perusahaan besar memiliki sumber daya yang memadai untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu, disisi lain perusahaan besar juga memiliki kompleksitas transaksi yang besar. Koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R Square, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen maupu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen. nilai Nagelkerke R. Square sebesar 0,211 yang artinya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 0,211 atau 21,1%, sedangkan sisanya sebesar 78,9% (100% - 21,1%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian, seperti opini auditor, ukuran KAP, struktur kepemilikan, likuiditas, komite audit, kompleksitas operasi perusahaan, dan lainnya. ## SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain yaitu debt to equity ratio, profitabilitas, pergantian auditor, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Secara parsial, profitabilitas dan pergantian auditor berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan debt to equity ratio dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian selanjutnya yaitu memperluas sampel penelitian yang digunakan (tidak terbatas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja), memperpanjang periode penelitian sehingga dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang dan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya terjadi, dan menambah variabel penelitian yang diduga dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. ## DAFTAR PUSTAKA Aprianti, I. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitability, DAN Debt Equity Ratio Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Sektor Industri Food And Beverages Dan Sektor Industri Tekstile Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 11(1), 37–46. Retrieved from www.idx.co.id Belkaoui, A. R. (2006). Teori Akuntansi Buku 1 (5th ed.). Jakarta: Salemba Empat. Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (11th ed.). Jakarta: Salemba Empat. Budiyanto, S., & Aditya, E. M. (2015). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Studi Empiris Perusahaan Food and Beverages Periode 2010-2012). Fokus Ekonomi, 10(1), 77–87. Carbaja, L. K. I. C., & Yadnyana, I. K. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Reputasi KAP, dan Pergantian Auditor pada Ketidaktepatwaktuan Pelaporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 13(2), 615–624. Dewi, I. G. A. R. P., & Wirakusuma, M. G. (2014). Fenomena Ketepatwaktuan Informasi Keuangan dan Faktor yang Mempengaruhi di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 8(1), 171–186. Dewi, S. P., & Jusia. (2013). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi, XVII(03), 368– 384. Hartono, J. (2017). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Jatmiko, A. (2018). BEI perpanjang suspensi delapan emiten. Retrieved from kontan.co.id website: https://investasi.kontan.co.id/news/bei- perpanjang-suspensi-delapan-emiten Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana. Noviatiani, R. A., & Asri, N. P. (2016). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Opini Auditor dan Kompleksitas Operasi Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Ekonomi, 2(1), 417–430. Oktarini, N. M. L., & Wirakusuma, M. G. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketidaktepatwaktuan Pelaporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7(3), 648–662. Putri, A. I. (2015). Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 4(7). Sanjaya, I. M. D. M., & Wirawati, N. G. P. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(1), 17–26. Sukirno. (2015). BEI Suspensi 6 Emiten. BORN, BUMI, BRAU Termasuk. Retrieved from market.bisnis.com website: https://market.bisnis.com/read/20150630/192/448571/bei-suspensi- 6-emiten.-born-bumi-brau-termasuk Sulistiyono, S. T. (2016). BEI Bekukan 18 Emiten karena Membandel Tak Serahkan Laporan Keuangan. Retrieved from tribunnews.com website: http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/06/30/bei-bekukan-18- emiten-karena-membandel-tak-serahkan-laporan-keuangan Suprayitno, D. (2017). BEI suspensi perdagangan saham 17 emiten. Retrieved from kontan.co.id website: https://investasi.kontan.co.id/news/bei- suspensi-perdagangan-saham-17-emiten Toding, M., & Wirakusuma, M. G. (2013). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 3(2), 318–333. Utami, D., & Yennisa. (2017). Faktor-Faktor Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Sub Sektor Bank di Bursa Efek Indonesia. Akuntansi Dewantara, 1(1), 31–38.
4b3e84e9-aec3-4a65-b2e5-e797518ea142
https://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/3924/1868
## Kepatuhan Karyawan Meningkatkan Budaya Keselamatan Pasien Dalam Upaya Menurunkan Insiden Keselamatan Pasien RS Leuwiliang Rini Suryanti, Sri Rahayu Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Email :[email protected] Abstrak Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pentingnya budaya keselamatan pasien di RSUD Leuwiliang, sesuai dengan mandat dari Peraturan Kementerian Kesehatan dan SNARS. Fokus utama adalah pada tantangan dalam melaporkan insiden keselamatan, termasuk budaya menyalahkan, rendahnya komitmen manajemen, dan kurangnya kesadaran serta pelatihan karyawan. Di RSUD Leuwiliang, terdapat celah dalam pelaporan dan pembelajaran dari insiden, hal ini dapat menghambat proses pencegahan cedera pasien. Metode: Penelitian cross- sectional kuantitatif dengan metode sampling probability. Ini dijamin untuk mewakili kepala instalasi, kepala ruangan, dan koordinator secara merata. Alat pengukuran, digunakan "Hospital Survey on Patient Safety Culture" dari AHRQ dengan skala Likert lima poin. Mengukur persepsi terkait budaya keselamatan. Insiden keselamatan pasien dikategorikan ke dalam KPC, KNC, KTC, dan KTD. Pengumpulan data dilakukan melalui kerja sama tim keselamatan pasien dan pengisian kuesioner oleh 34 responden, serta penelaahan dokumentasi insiden. Hasil: Penelitian Budaya Keselamatan Pasien dari tahun 2022 dan 2023 menunjukkan beberapa perubahan yang signifikan. Pembelajaran organisasi dan upaya atasan untuk meningkatkan keselamatan pasien meningkat secara signifikan. Sementara itu, ada penurunan tingkat pemahaman tentang keselamatan dan komunikasi, serta umpan balik terkait insiden keselamatan pasien. Meskipun ada penurunan sedikit dalam kerja tim di unit, keterbukaan komunikasi meningkat. Jumlah total pelaporan insiden menurun pada tahun 2023, meskipun frekuensi pelaporan insiden meningkat. Mayoritas pekerja setuju bahwa kesalahan mereka digunakan untuk perbaikan dalam konteks Budaya Adil dan Keterbukaan ( Just Culture ), dan kebanyakan tidak setuju jika kesalahan digunakan untuk menyalahkan mereka. Karyawan percaya bahwa direktur mempertimbangkan serius saran mereka untuk meningkatkan keselamatan pasien dan bahwa direktur bertindak untuk mengatasi masalah keselamatan pasien. Tetapi beban kerja yang tinggi tampaknya menjadi masalah. Data insiden keselamatan pasien menunjukkan variasi signifikan antara tahun 2022 dan 2023, dengan beberapa jenis insiden meningkat dan beberapa menurun. Jumlah Kejadian Sentinel tetap stabil. Kesimpulan: Survey yang dilakukan di RSUD Leuwiliang mengindikasikan bahwa terdapat pemahaman yang bervariasi di kalangan karyawan tentang keselamatan pasien. Hasil ini penting sebagai landasan untuk pengembangan strategi manajemen guna memperkuat budaya keselamatan pasien. Disarankan agar RSUD Leuwiliang mengadakan pelatihan intensif kepada staf kunci mengenai metode analisis insiden seperti RCA dan FMEA, serta memperbaharui sistem pelaporan insiden dengan teknologi yang lebih canggih untuk memfasilitasi pelaporan yang efisien dan koordinasi yang efektif antara departemen. Kata Kunci: Budaya Keselamatan Pasien . Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit ## Abstract Background: This research aims to explore the importance of patient safety culture at Leuwiliang District Hospital by the mandate of the Ministry of Health and SNARS regulations. The primary focus is on the challenges of reporting safety incidents, including a culture of blame, low management commitment, and a lack of employee awareness and training. At Leuwiliang Regional Hospital, there are gaps in reporting and learning from incidents, which can hinder the process of ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan preventing patient injuries. Methods: Quantitative cross-sectional research with probability sampling method. This is guaranteed to represent the installation head, room head, and coordinator equally. The measurement tool used was the "Hospital Survey on Patient Safety Culture" from AHRQ with a five-point Likert scale. They are measuring perceptions related to safety culture. Patient safety incidents are categorized into KPC, KNC, KTC, and KTD. Data was collected through collaboration with the patient safety team, filling out questionnaires by 34 respondents, and reviewing incident documentation. Results: Patient Safety Culture research from 2022 and 2023 shows some significant changes. Organizational learning and superior efforts to improve patient safety increased significantly. Meanwhile, there needs to be a greater understanding of safety and communication and feedback regarding patient safety incidents. Although there was a slight decline in teamwork in the unit, openness of communication increased. The total number of incident reports will decrease in 2023, although the frequency of incident reports will increase. Most workers agree that their mistakes are used for improvement in the context of a Just Culture, and most do not agree that mistakes are used to blame them. Employees believe that the director seriously considers their suggestions to improve patient safety and that the director acts to address patient safety concerns. However, high workload is a problem. Patient safety incident data shows significant variation between 2022 and 2023, with some incidents increasing and some decreasing. The number of Sentinel Events remains stable. Conclusion : A survey conducted at Leuwiliang Regional Hospital indicated varying understanding of patient safety among employees. These results are significant for developing management strategies to strengthen patient safety culture. It is recommended that Leuwiliang District Hospital conduct intensive training for key staff on incident analysis methods such as RCA and FMEA and update the incident reporting system with more sophisticated technology to facilitate efficient reporting and effective coordination between departments. Keywords: Patient Safety Culture, Hospital Patient Safety Incidents ## PENDAHULUAN Peraturan kementerian Kesehatan No. 11 Tahun 2017 menempatkan keselamatan pasien dalam lingkungan rumah sakit sebagai prioritas utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, karena untuk mencapai tujuan mutu pelayanan rumah sakit melalui implementasi pengendalian risiko dalam segenap bagian fasilitas sehatan.[1] Setiap rumah sakit di akreditasi oleh Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) harus memiliki sasaran keselamatan pasien. Tujuan ini bertujuan untuk memotivasi rumah sakit supaya mengerjakan perubahan terpilih pada keselamatan pasien dan menunjukkan bukti dan solusi yang telah disepakati oleh para pakar tentang masalah tersebut. Mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien akan dipengaruhi oleh sistem yang baik.[2] Menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, mengoptimalkan tanggung jawab rumah sakit terhadap keluarga pasien, dan mengurangi angka insiden tidak diharapkan (KTD), mengurangi angka insiden potensial cedera (KPC), mengurangi angka insiden nyaris cedera (KNC), mengurangi angka peristiwa tidak cedera (KTC), di rumah sakit dan menerapkan program keselamatan pasien..[3] Terdapat jumlah aspek yang menghipnotis rendahnya Reportase insiden keselamatan pasien yaitu : (1) takut disalahkan, (2) kurangnya komitmen dari manajemen serta unit terkait, (3) rumah sakit tidak tersedia reward kepada karyawan yang melapor, (4) kurang paham apa saja yang harus dilaporkan, (5) pengenalan insiden keselamatan pasien belum semua karyawan tahu, (6) masih banyak karyawan yang belum mengikuti pelatihan keselamatan pasien, terdapat juga masalah yang menyebabkan hasil yang kurang baik dalam pelaporan insiden, yaitu karyawan kurang memahami cara melaporkan insiden keselamatan pasien, penerapan sistem pelaporan kejadian yang membahayakan keselamatan pasien yang kurang optimal, kekhawatiran karyawan akan melapor serta tingginya beban kerja karyawan[4]. WHO ( World Health Organization ) mengatakan bahwa keselamatan pasien di rumah sakit memerlukan perhatian khusus. Laporan Institute of Medicine (IOM) tahun 2020 menunjukkan bahwa kesalahan medis yang menyebabkan 98.000 kematian di Amerika Serikat.[5] Di Indonesia, insiden keselamatan pasien mencapai 7.465 kejadian di tahun 2019, termasuk Korban meninggal dunia sebanyak 171 orang, luka berat 80 orang, luka sedang 372 orang, luka ringan 1.183 orang, dan tidak luka 5.659 orang. Hanya 12% dari 2.877 rumah sakit yang terakreditasi di Indonesia yang melaporkan 7.465. Jumlah ini mencakup kejadian hampir cedera (KNC) adalah 38%, kejadian tidak cedera (KTC) adalah 31%, dan kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah 31%[6] Dari Januari hingga Desember 2020, terdapat 61 insiden: KNC 47 insiden, KTC 12 insiden, KTD 2 insiden, dan tidak ada insiden sentinel. Laporan kejadian wajib dilaksanakan sebab informasi ini bisa digunakan demi menghindari kerusakan dan menaikkan derajat pelayanan rumah sakit[7] Rumah Sakit Leuwiliang Kabupaten Bogor telah terbentuk komite keselamatan pasien pada Tahun 2019 dan telah terlaksana gerakan keselamatan pasien sesuai dengan jumlah kapasitas bed yaitu 353 bed, dengan total Bed Occupying Rate (BOR) dari bulan Januari sampai dengan November 2022 sebesar 68% dan besarnya kompleksitas pelayanan kesehatan membuat kemungkinan terjadinya cedera atau kejadian buruk pada pasien sangat besar. Selain itu, kurangnya data insiden menyebabkan proses pembelajaran yang buruk, sehingga berdampak negatif pada upaya mencegah dan meminimalkan cedera pasien. Untuk tahun 2022 insiden keselamatan pasien mencapai 32 kasus terdiri dari KPC 9%, KNC 3%, KTC 4%, KTD 16%[8] Dalam metode pelayanan kesehatan, RSUD Leuwiliang tidak memiliki pelaporan dan pembelajaran kejadian selama tahun 2019, 2020 dan 2021, ini menunjukkan bahwa karyawan dan rumah sakit masih kurang menyadari kemungkinan kesalahan, budaya saling menyalahkan ( blamming culture ), dan ketakutan melaporkan insiden secara terbuka. Oleh karena itu, diperlukan tindak lanjut untuk mencapai keberhasilan dalam pelaporan serta pembelajaran gunai mengurangi Tingkat kecelakaan yang di alami pada pasien di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor[8] Membangun budaya keselamatan adalah langkah penting yang harus dilakukan. Yang harus dilakukan dalam Upaya membangun system serta budaya keselamatan untuk mempermudah survei budaya keselamatan di rumah sakit. Survei tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa manfaat Tingkat pemahaman budaya keselamatan pasien di sebuah rumah sakit. Sehingga dapat di gunakan untuk reverensi dalam penyusunan program kerja serta dalam penilaian seberapa baik system keselamatan pasien yang sudah ber jalan . [2]. Pengambilan assesmen ini melukiskan tingkat budaya keselamatan pasien pada satu titik waktu, sehingga diperlukan pemeriksaan berkala untuk mengevaluasi perkembangan. Berlandaskan konteks di atas, peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih banyak tentang temuan yaitu “Kepatuhan Karyawan dalam Meningkatkan Budaya Keselamatan Pasien Dalam Upaya Menurunkan Insiden Keselamatan Pasien RSUD Leuwiliang. ## METODE Studi ini menggunakan analisis deskriptif dan dirancang sebagai studi cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif tertutup dengan analisis deskriptif untuk menjelaskan situasi atau fenomena tertentu[9]. Penelitian ini melibatkan kepala instalasi, kepala ruangan, dan koordinator di RSUD LEUWILIANG sebagai populasi, studi ini menerapkan probability ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan sampling , memberikan peluang yang sama bagi setiap individu untuk terpilih sebagai sampel[10]. Fokus penelitian terletak pada Budaya Keselamatan Pasien RSUD Leuwiliang sebagai variabel independent dan insiden keselamatan pasien sebagai variabel dependen. Peneliti sengaja menggunakan “Hospital Survey on Patient Safety Culture” (Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit) dari AHRQ, penelitian ini mengevaluasi budaya keselamatan melalui kuesioner yang telah validitas, dengan skala Likert lima poin untuk mengukur tanggapan yaitu sangat setuju, setuju, kadang-kadang, tidak setuju, dan sangat tidak setuju[11]. Untuk formulir laporan insiden yang dikumpulkan oleh kepala instalasi dan kepala ruangan. Laporan insiden dikategorikan sebagai berikut: KPC, KNC, KTC, KTD, dan kejadian sentinel. Nilai dalam skala ukur untuk respon positif > 75%: area kekuatan budaya keselamatan RS, ≤ 50%: area yang masih perlu mengembangkan budaya keselamatan RS. Data dikumpulkan melalui koordinasi dengan tim keselamatan pasien rumah sakit dan pengisian kuesioner oleh kepala instalasi, kepala ruangan dan koordinator sejumlah 34 karyawan, serta peneliti melihat dokumentasi laporan insiden keselamatan pasien. Pengolahan data mencakup tahapan editing, coding dan tabulating [12] dengan penekanan pada etika penelitian berupa persetujuan informasi, anonimitas, kerahasian dan penjelasan tujuan penelitian kepada subjek. ## HASIL Survei pertama diambil dari data Peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) tahun 2022 dan survei kedua dilakukan pada bulan desember tahun 2023 dengan jumlah responden 34 (terdiri kepala instalasi, kepala ruangan dan Koordinator) A. Hasil Survey Budaya Keselamatan Pasien RSUD Leuiliang Survey Budaya Keselamatan Pasien di RSUD Leuwiliang telah menghasilkan data yang memberikan gambaran tentang perkembangan budaya keselamatan pasien dari tahun 2022 ke 2023. Dari data terhimpun, dapat dilihat bahwa terdapat perubahan positif dalam beberapa aspek sementara aspek lainnya menunjukkan penurunan atau tidak mengalami perubahan. Tabel 1. Budaya Keselamatan Tingkat Unit Uraian 2022 2023 Perubaha n Nilai Pembelajara n organisasi 72.94 % 81.90 % + 8.96% Upaya atasan dalam meningkatka n keselamatan pasien 74.38 % 78.10 % + 3.72% Sumber daya manusia (ketenagaan) 54.25 % 54.20 % 0% Persepsi keseluruhan mengenai keselamatan pasien 77.68 % 76.75 % -0.93% Komunikasi dan umpan balik mengenai insiden keselamatan 75.55 % 73.55 % -2% Keterbukaan komunikasi 57.10 % 59.67 % +5.7% Kerja tim dalam unit 85.38 % 83.75 % -1.63% Keterangan: Tulisan Biru : Nilai respon positif > 75% Tulisan Merah : Nilai respon negatif < 50% Berdasarkan tabel 1, terjadi peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran organisasi dan upaya atasan dalam meningkatkan keselamatan pasien, dengan pembelajaran organisasi mengalami kenaikan sebesar 8.96% dan Upaya atasan meningkat sebesar 3.75%. Sementara itu, kategori SDM (ketenagaan) tidak mengalami perubahan dan tetap pada nilai yang sama. Sudut pandang dalam memahami secara keseluruhan tentang keselamatan pasien dan melakukan komunikasi serta adanya umpan balik dalam insiden keselamatan menunjukkan penurunan, masing- masing sebesar 0.93% dan 2%. Namun, ada peningkatan yang baik pada keterbukaan komunikasi sebesar 2.57%, walaupun kerja tim dalam unit sedikit menurun sebesar 1.63%. Tabel 2. Budaya Keselamatan Tingkat ## Manajemen RS Uraian 2022 2023 Perubaha n Nilai Dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien 79.40 % 87.77 % +8.37% Kerja tim antar unit 75.47 % 85.78 % +10.31% Pergantian shift jaga dan transferpasie n antar unit 90.60 % 69.37 % -21.23% Keterangan: Tulisan Biru : Nilai respon positif > 75% Tulisan Merah : Nilai respon negatif < 50% Pada Tabel 2, terkait budaya keselamatan tingkat manajemen RS, ada peningkatan yang menggembirakan pada pelayanan manajemen serta keselamatan pasien dan Kerjasama tim di antara unit masing-masing dengan kenaikan 8.37% dan 10.31%. Namun, ada penurunan yang cukup besar pada system perputaran shift yang jaga serta transfer pasien di antara unit masing-masing, yaitu 21.23%, yang menunjukkan area yang memerlukan perhatian khusus untuk perbaikan di masa mendatang. Secara keseluruhan, data menunjukkan adanya dinamika dalam budaya keselamatan pasien di RSUD Leuiliang, dengan sejumlah area menunjukkan perbaikan sementara area lain perlu strategi peningkatan yang lebih terfokus. Tabel 3. Outcome Keselamatan Pasien Uraian 2022 2023 Perubahan Nilai Respon tanpa hukuman untuk kesalahan 70.3% 82.0% +11.7% Jumlah pelaporan insiden yang dilaporkan 1 tahun terakhir:  Tidak ada  1-2 laporan  3-5 laporan  6-10 laporan  11-20 laporan  ≥ 21 laporan 57.50% 27.70% 10.20% 2.80% 1.80% 0.00% 64.90% 25.60% 6.50% 2.40% 0.60% 0.00% +7.4% -2.1% -3.7% -0.4% -1.2% 0% Keterangan: Tulisan Biru : Nilai respon positif > 75% Tulisan Merah : Nilai respon negatif < 50% Pada tabel 3. Kenaikan nilai respon positif pada tahun 2022 adalah uraian pembelajaran organisasi (+8.96%), Upaya atasan dalam meningkatkan keselamatan pasien (+3.72%), keterbukaan komunikasi (+2.57%), dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien (+8.37%), kerja tim antar unit (+10.31%), dan respon hukuman tanpa kesalahan (+11.7%). Alokasi nilai umpan balik positif diantara 4 elemen budaya keselamatan menurut reason tahun 2022 dan 2023, adalah sebagai berikut: 1. Budaya Pelaporan Insiden a. Frekuensi Pelaporan Insiden Grafik 1. Frekuensi Pelaporan Insiden ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Nilai respon yang dihasilkan positif dari segi frekuensi pelaporan insiden menggambarkan frekuensi pelaporan insiden oleh karyawan RSUD Leuwiliang. Berdasarkan grafik 1, frekuensi pelaporan pada tahun 2022 lebih rendah dibandingkan pada tahun 2023. b. Pengukuran Outcome: Banyaknya Pelaporan Insiden. Grafik 2. Pengukuran Outcome: Banyaknya Pelaporan Insiden Nilai pengukuran banyak melaporkan insiden bahwa pada tahun 2023 65.80% menyatakan tidak ada laporan insiden. Hasil ini lebih banyak dibandingkan dari tahun 2022 sebanyak 52.8%. Serta, hanya 1-2 laporan kejadian yang dilaporan sampai dengan bulan desember 2023. ## 2. Budaya Adil dan Keterbukaan ( Just Culture ) ## Pelaporan Bebas Hukuman Grafik 3. Pelaporan Bebas Hukuman Pelaporan bebas hukuman dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Item pertanyaan dengan nilai respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan tahun 2023, 65.4% dan 50.4% karyawan tidak setuju jika mereka dituduh karena kesalahan mereka. 2) Tahun 2022 dan tahun 2023, 83,6% dan 89,9% karyawan setuju jika kesalahan yang mereka lakukan digunakan untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik. 3) Tahun 2022 dan tahun 2023, 59.8% dan 50.8% karyawan tidak setuju jika ada kesalahan di unit yang disalahkan adalah pelakunya bukan masalahnya. 3. Budaya Fleksibel (Budaya Berorientasi Tim) a. Kerja Tim dalam Unit Grafik 4. Kerja Tim Unit (Tindakan Atasan) Nilai respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan tahun 2023, 94.00% dan 97.00% karyawan setuju jika atasannya dengan serius mempertimbangkan saran staf dalam meningkatkan keselamatan pasien. ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan 2) Tahun 2022 dan 2023, 56.2 % dan 50% bila beban kerja tinggi atasannya meminta kami bekerja lebih cepat mesti harus mengambil jalan pintas. 3) Tahun 2022 dan 2023, 94.1% dan 96.8% karyawan setuju atasannya memprioritaskan masalah keselamatan pasien. b. Ketenagaan Grafik 5. Ketenagaan Ketenagaan dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Item pertanyaan dengan respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan tahun 2023, 50.30% dan 52.80% karyawan setuju jika berdinas lewat waktu normal jam kerja untuk memberikan pelayanan pasien. 2) Tahun 2022 dan tahun 2023, 58.20% dan 55.60% karyawan setuju jika untuk kegiatan pelayanan pasien, membutuhkan lebih banyak tenaga daripada yang biasanya dibutuhkan. ## c. Keterbukaan Komunikasi Grafik 6. Keterbukaan Komunikasi Pernyataan yang dibuat oleh karyawan unit kami adalah bahwa mereka takut untuk melihat apakah terjadi sesuatu yang salah dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Nilai respon positif > 75% 1) Pertanyaan tidak setuju bahwa 89.0% karyawan tidak setuju jika karyawan takut bertanya apabila terjadi hal yang tidak benar. Nilai respon ≤ 50% 1) Tahun 2022 dan 2023, 49.80% dan 40.20% karyawan setuju dengan pertanyaan karyawan di unit kami bebas berbicara jika melihat sesuatu yang dapat berdamak negatif pada asuhan pasien. 2) Tahun 2022 dan 2023, 68.70% dan 89.40% pegawai yang berdinas takut bertanya terjadi hal yang tampaknya salah. 3) Tahun 2022 dan 2023, 52.80% dan 46.40% karyawan merasa bebas untuk mempertanyakan keputusan atau tindakan yang diambil oleh atasannya. ## d. Kerja Tim Antar Unit Grafik 7. Kerja Tim Antar Unit Pertanyaan antar unit di RS tidak saling berkoordinasi dengan baik, seringkali tidak menyenangkan bekerja dengan staf dari unit lain, masalah sering timbul dalam pertukaran informasi antar unit dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju dan jarang Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Nilai respon positif > 75% ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan 1) Tahun 2022 dan 2023, 90.70% dan 92.70% karyawan setuju dengan pernyataan antar unit di rumah sakit saling berkoordinasi dengan baik. 2) Tahun 2022 dan 2023, 68.20% dan 83.60% karyawan setuju dengan pernyataan unit di rumah sakit memiliki cukup staf untuk menangani beban kerja yang berlebih. 3) Tahun 2022 dan 2023, 91,60% dan 90% karyawan setuju dengan pernyataan antar unit saling kerjasama sebagai tim untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. 4) Tahun 2022 dan 2023, 87,40% dan 92,10% karyawan setuju dengan pernyataan unit– unit di rumah sakit bekerja sama dengan baik untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien. ## e. Penggantian Shift Jaga dan Transfer Pasien Anatar Unit. Grafik 8. Penggantian Shift Jaga dan Transfer Pasien Anatar Unit. Pelaporan bebas hukuman dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Item pertanyaan dengan nilai respon positif > 75% Nilai respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan 2023, 93.20% dan 71.20% karyawan setuju dengan pernyataan informasi penting mengenai pelayanan pasien sering hilang saat pergantian shift jaga. 2) Tahun 2022 dan 2023, 93.20% dan 76.40% pegawai setuju bahwa pasien mengalami kesulitan dengan pergantian shift saat ini. 3) Tahun 2022 dan 2023, 85.40% dan 60.50% karyawan setuju dengan pernyataan bila terjadi pemindahan pasien dari unit satu ke unit lain, pasti menimbulkan masalah terkait dengan informasi pasien. ## 4. Budaya Belajar Analisa laporan insiden dan penerapan perubahan sistem yang tepat adalah tanda organisasi yang memiliki budaya belajar yang positif. ## a. Pembelajaran Organisasi Grafik 9. Pembelajaran Organisasi Pelaporan bebas hukuman dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Item pertanyaan dengan nilai respon positif > 75% Nilai respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan 2023, 87.00% dan 89,30% karyawan setuju dengan pernyataan sesudah membuat perubahan–perubahan untuk meningkatkan keselamatan pasien, kita melakukan evaluasi tentang efektivitasnya. 2) Tahun 2022 dan 2023, 79.60% dan 85.40% karyawan setuju dengan pernyataan unit kami tidak pernah mengorbankan keselamatan pasien untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah lebih banyak. 3) Tahun 2022 dan 2023, 88,70% dan 90% karyawan setuju dengan pernyataan di unit kami sedikit masalah mengenai keselamatan pasien. ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan 4) Tahun 2022 dan 2023, 78.10% dan 82.60% karyawan setuju dengan pernyataan prosedur dan sistem di unit kamu sudah baik untuk mencegah terjadinya kesalahan. b. Dukungan Manajemen Rumah Sakit Grafik 10. Dukungan Manajemen Rumah Sakit Pelaporan bebas hukuman dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Item pertanyaan dengan nilai respon positif > 75% Nilai respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan 2023, 83.70% dan 86.60% karyawan setuju dengan pernyataan manajemen rumah sakit membuat suasana kerja yang mendukung keselamatan pasien. 2) Tahun 2022 dan 2023, 91,80% dan 93,20% Karena keselamatan pasien sangat penting, karyawan setuju dengan pernyataan tindakan manajemen RS. c. Upaya Atasan Dalam Meningkatkan ## Keselamatan Pasien Grafik 11. Upaya Atasan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien Pelaporan bebas hukuman dilihat berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, dan “jarang” Dimana nilai-nilai tersebut adalah nilai respon positif. Item pertanyaan dengan nilai respon positif > 75% Nilai respon positif > 75% 1) Tahun 2022 dan 2023, 87.00% dan 89.30% karyawan setuju dengan pernyataan kepala instalasi/kepala ruangan/koordinator dengan serius mempertimbangkan masukan staf untuk meningkatkan keselamatan pasien. 2) Tahun 2022 dan 2023, 79.60% dan 85.40% karyawan setuju dengan pernyataan Bila beban kerja tinggi, kepala instalasi/kepala ruangan/koordinator meminta bekerja sesuai dengan SOP. 3) Tahun 2022 dan 2023, 88.70% dan 90% karyawan setuju dengan pernyataan kepala instalasi/kepala ruangan/koordinator selalu menyelesaikan masalah keselamatan pasien yang berulang kali diunitnya. ## B. DATA INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RSUD LEUWILIANG Data insiden keselamatan pasien menunjukkan variasi dalam jumlah kejadian berdasarkan jenis insiden antara tahun 2022 dan 2023 Grafik. 12 Laporan Insiden Keselamatan Pasien RSUD Leuwiliang Grafik 12 ini menunjukkan perubahan jumlah kejadian berdasarkan jenis insiden antara tahun 2022 dan 2023. Untuk KPCS ada peningkatan kejadian dari 9 kasus pada tahun 2022 menjadi 15 pada tahun 2023. KNC ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan menunjukkan peningkatan kejadian dari 1 kasus pada tahun 2022 menjadi 3 kasus pada tahun 2023. Sebaliknya, KTC dan KTD menunjukkan penurunan jumlah kejadian. KTC turun dari 9 kasus di tahun 2022 ke 1 kasus di tahun 2023. Sementara itu, KTD mengalami penurunan yang signifikan, dari 7 kasus di tahun 2022 menjadi hanya 1 kasus di tahun 2023. Sedangkan untuk Kejadian Sentinel tidak ada perubahan dengan 0 kasus pada tahun 2022 dan 2023. ## PEMBAHASAN Survey Budaya Keselamatan Pasien AHRQ telah terbukti efektif dalam mengevaluasi keberhasilan program Keselamatan Pasien dalam membangun Budaya Keselamatan Pasien. Survey ini khususnya membantu dalam mengidentifikasi persyaratan akreditasi, meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan pasien, dan mengembangkan elemen budaya yang diperlukan. Namun, di RSUD Leuwiliang, meskipun telah ada sistem pelaporan insiden Keselamatan Pasien dan pelaporan telah dimulai, program ini belum berhasil meningkatkan jumlah pelaporan insiden dan pembelajaran yang dihasilkan, namun jumlah laporan yang masuk masih sedikit. Mengubah budaya merupakan tugas yang kompleks dan memerlukan persiapan yang matang. Oleh sebab itu, peneliti mengevaluasi tingkat budaya keselamatan pasien pada tahap awal di RSUD Leuwiliang. Penilaian ini bertujuan untuk mempersiapkan program kerja spesifik yang diperlukan. Sebagai bagian dari upaya ini, Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit dilakukan pada Desember tahun 2023. Untuk mempermudah analisis, peneliti menggunakan tiga kalimat item dalam survei budaya. Ini dipilih karena, menurut Reason, nilai dapat mewakili elemen budaya dari pelaporan dan pembelajaran: 1. 70.70% Staf menjawab bahwa mereka sering/sangat sering melaporkan insiden ketika terjadi kesalahan namun perbaikan dilakukan sebelum hal tersebut berdampak pada pasien. 2. 50.40% karyawan merasa khawatir akan kesalahan yang telah mereka perbuat. Hasil ini dipengaruhi olehpersepsi karyawan yang masih merasa ada blaming culture dan belum ada kejelasan mengenai sikap atau perilaku bagaimana yang harus diberi tindakan disiplin atau hukuman. Pernyataan ini dapat menjelaskan mengapa hasil penilaian jumlah pelaporan insiden rendah. 3. 89.90% karyawan sangat setuju apabila kesalahan yang dilakukan digunakan untuk membuat perubahan ke arah positif. Persepsi karyawan tentang kegiatan pembelajaran yang didukung oleh keinginan karyawan untuk melaporkan insiden [13]. Kenaikan jumlah pelaporan insiden di RSUD Leuwiliang untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran. Dengan bantuan survei budaya keselamatan pasien Rumah Sakit AHRQ, kami menemukan aspek-aspek budaya alasan berikut: budaya pelaporan, budaya adil, budaya fleksibel, dan budaya pembelajaran. Budaya pelaporan memerlukan peningkatan karena nilai Frekuensi Pelaporan Insiden masih rendah. Menurut Reason, budaya pelaporan merupakan komponen paling penting dalam budaya keselamatan. Ini adalah kondisi di mana karyawan tidak takut untuk melaporkan kesalahan atau kejadian yang hampir menimbulkan cedera. Namun, budaya pelaporan sangat dipengaruhi oleh bagaimana organisasi menangani masalah blamming dan penegakan disiplin[14]. Hal ini menunjukkan bahwa staf semakin menyadari bahwa masih banyak kejadian nyaris celaka yang tidak dilaporkan. Beberapa masalah muncul ketika melaporkan insiden antara lain persepsi bahwa pelaporan adalah tugas tambahan bagi perawat, rasa takut disalahkan sehingga laporan sering disembunyikan atau underreport, keterlambatan dalam pelaporan, dan kualitas data laporan yang buruk akibat budaya menyalahkan ( blame culture )[15]. Rendahnya jumlah kejadian nyaris celaka yang dilaporkan mungkin disebabkan oleh ketidakjelasan pengelolaan human error dan penegakan disiplin organisasi[16]. RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor belum memiliki alat baku untuk mengatur penanganan human error , termasuk Tentukan tindakan mana yang tidak dapat dihukum dan mana yang dapat dihukum. Karakteristik pelaporan yang berhasil adalah tidak bersifat menghukum, rahasia, independen, analitis secara profesional, tepat waktu, dan berorientasi pada sistem[17]. Hasil dari penilaian budaya adil ( just culture ) menunjukkan bahwa 89.90% karyawan tidak setuju jika kesalahan yang mereka lakukan digunakan untuk menyalahkan mereka. Karyawan kebanyakan telah memahami bahwa kesalahan yang staf laporkan akan dicatat dalam tinjauan kinerja dan digunakan sebagai imbalan, sebagai tanda bahwa mereka peduli dengan insiden yang terjadi. Slip, laps, dan kesalahan adalah penyebab utama tindakan tidak aman (unsafe act) yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk staf terbaik, dan tidak seharusnya menjadi alasan untuk menyalahkan atau memberikan hukuman. Namun, konsep " no blame " Kelemahannya ada dua: tidak ada tindakan terhadap orang yang berulang kali melakukan tindakan berisiko tinggi dan tidak ada pembedaan tindakan yang patut mendapat hukuman atau tidak. Pentingnya membangun budaya adil ( just culture ) dalam organisasi. Budaya adil merupakan suasana di mana karyawan didorong dan dihargai karena memberikan informasi terkait keselamatan. Namun, harus jelas batas antara perilaku yang dapat diterima dan yang tidak[13]. Mengembangkan budaya adil sangat penting untuk mendukung sistem pelaporan. Pembahasan tersebut berfokus pada pentingnya kerja tim dan komunikasi dalam budaya kerja yang fleksibel. Kerja tim yang efektif sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan secara efisien, terutama dalam situasi sibuk. Namun, aspek komunikasi masih memerlukan pengembangan, karena hanya sebagian kecil karyawan (40,20%) yang merasa bebas untuk berbicara tentang dampak negatif pada asuhan pasien dan sekitar 46,40% merasa bebas untuk mempertanyakan keputusan atau tindakan atasan. Rendahnya komunikasi ini berdampak pada kurangnya pelaporan, yang mengakibatkan sistem pelaporan kurang efektif dalam meningkatkan keselamatan pasien. Solusi utama yang ditawarkan adalah memastikan bahwa karyawan menyadari bahwa laporan insiden dimaksudkan untuk meningkatkan keselamatan pasien daripada menghukum mereka[18]. Pembahasan di atas menekankan bahwa budaya pelaporan, budaya adil, dan budaya fleksibel merupakan unsur penting dalam mewujudkan budaya pembelajaran. Sistem pelaporan bertujuan untuk belajar dari pengalaman dalam keselamatan pasien. Sangat penting untuk diingat bahwa pelaporan sendiri tidak cukup untuk meningkatkan keselamatan pasien., seperti yang dinyatakan oleh [17]. Persepsi karyawan terhadap pelaporan insiden sangat dipengaruhi oleh keyakinan mereka terhadap kemampuan organisasi dalam melakukan hal analisis belajar dari laporan insiden tersebut dan kemudian menerapkan perubahan yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh [13]. ## KESIMPULAN 1. Hasil Survei Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit sangat berguna untuk mengembangkan program kerja tertentu yang sesuai dengan karakteristik Budaya Keselamatan Pasien RSUD Leuwiliang. ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan 2. Mengetahui sikap dan persepsi staf yang dapat membantu atau perlu yang perlu dikembangkan untuk menjamin keselamatan pasien di rumah sakit. 3. Untuk menciptakan strategi organisasi untuk mencapai budaya keselamatan, pimpinan harus diberitahu tentang hasil Survey Budaya Keselamatan pasien rumah sakit. Diharapkan bahwa budaya pelaporan dan pembelajaran di RSUD Leuwiliang akan lebih baik. 4. Hal ini juga dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan akreditasi dalam merencanakan dan mengevaluasi keberhasilan program keselamatan pasien dan peningkatan kualitas. ## UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi, kerja keras, dan kontribusi yang tidak ternilai dari semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Kepada kepala instalasi, kepala ruangan, koordinator, case manager, komite mutu, dan seluruh karyawan yang telah meluangkan waktu dan usaha untuk memberikan data yang berharga, pengalaman karyawan dan umpan balik yang jujur telah menjadi inti dari penelitian ini dan sangat berharga dalam upaya kita bersama untuk meningkatkan keselamatan pasien. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Kementrian Kesehatan, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017,” Jakarta, 2017. [2] Kementerian Kesehatan, Standar Akreditasi Rumah Sakit . Jakarta: 2022, 2022. [3] KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit), “Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP),” Jakarta, 2015. [4] Andi, Alifen Ratna S, and Chandra Aditya, “Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi,” Jurnal Teknik Sipil , vol. 12, no. 3, p. 127, Aug. 2010, doi: 10.5614/jts.2005.12.3.1. [5] Buhari Basok, Machmud Rizanda, and Dorisnita, “Implementation of Patient Safety in Accredited Hospitals and Its Determining Factors in Jambi City, Indonesia,” vol. 1, no. 2, pp. 135–143, 2018. [6] Daud Arjaty, “Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan Pasien Nasional (SP2KPN),” Jakarta, 2020. [7] Toyo Eleonora Maryeta, Leki Karol Giovani Battista, Indarsari Ferika, and Woro Suwito, “Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Dengan Metode HMN Di Rumah Sakit,” Majalah Farmasetika , vol. 8, no. 1, pp. 56–69, Oct. 2023, doi: 10.24198/mfarmasetika.v8i1.41357. [8] Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang, “Evaluasi Tingkat Budaya Keselamatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang Tahun 2022,” Jawa Barat, 2022. [9] H. Ahyar and D. Juliana Sukmana, “Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif SERI BUKU HASIL PENELITIAN View project Seri Buku Ajar View project,” 2020. *Online+. Available: https://www.researchgate.net/publicat ion/340021548 [10] [Amin Fadilah N, Garancang Sabaruddin, and Abunawas Kamaluddin, “Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam Penelitian,” Jurnal Kajian Islam Kontempore , vol. 14, pp. 15–31, Jun. 2023. [11] [Marselina Vidia E, Prayitno Hadi, and Ismara Ima K, “Dimensi Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden ## Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Keselamatan Pasien di RS X Kota Malang,” Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , vol. 14, pp. 275–279, Apr. 2023, doi: http://dx.doi.org/10.33846/sf14208 . [12] P. Hastono, “Basic Data Analysis for Health Research,” Depok, 2007. [13] *Reason J., “Managing the Risk of Organizational Accident.,” UK: Ashgate. , 1997. [14] Hopkins A., “Safety Culture, Mindfulness and Safe Behavior: Converging Idea?. ,” The Australian National University. , 2002. [15] S. Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. ,” Jakarta : Rineka Cipta. , 2006. [16] N. Sorra JS, “Hospital Survey on Patient Safety Culture,” Rockville: Agency for Healthcare Research and Quality. , 2004. [17] World Health Organization (WHO), “Draft Guidelines for Adverse Event Reporting and Learning System. ,” 2005. [18] K. Teryl, “Improving Patient Safety Through Provider Communication Strategy Enhancements. In: Advances in Patient Safety: New Directions and Alternative Approaches ,” Agency for Healthcare Research and Quality (US) , vol. 3, no. Performance and Tools, 2011.
ba53e946-7a10-4b45-9724-1f85677d4617
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/download/9357/4114
## PERSEPSI GURU ATAS SUPERVISI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU Yunita Endra Megiati 1 , Noor Komari Pratiwi 2 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI 1,2 Email: [email protected] ## Abstrak Penelitian ini untuk mengetahui persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru. Metode penelitian survei dengan sampel semua guru yang ada di MI Swasta Al Hikmah Bekasi, berjumlah dua puluh orang. Penelitian dilakukan pada tahun 2020. Data mengenai persepsi guru atas supervisi kemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru diperoleh melalui kuesioner yang disusun oleh peneliti. Adapun hipotesis penelitian adalah persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Hasil uji statistik menunjukkan nilai prob. Fhitung ( sig. ) < 0,05 yang berarti variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) secara signifikan berpengaruh terhadap variabel kinerja guru ( Y ). Nilai koefisien korelasi ganda ( R ) 0,862 berarti variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) dan variabel kinerja guru ( Y ) memiliki hubungan yang sangat kuat. Selanjutnya, nilai koefisien determinasi ( R 2 ) 0,743 menunjukkan bahwa variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) berpengaruh sebesar 7 4 , 3 % terhadap kinerja guru ( Y ), sedangkan 25,7% dipengaruhi oleh variabel lain. Simpulannya adalah persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah memengaruhi kinerja guru secara signifikan. Kata Kunci : Supervisi, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kinerja Guru ## Abstract The purpose of this study is to discover teachers’ perception of the leadership supervision of madrasah principals on teachers performance. The research method used was a survey with a sample of all teachers at MI Al Hikmah Bekasi, totaling twenty people. This study was conducted in 2020. Data on teacher perceptions towards the supervision from the head of madrasah on teacher performance were obtained through a questionnaire compiled by the researcher. The hypothesis of this study was that teachers' perceptions towards the supervision of madrasah principals have a significant effect on teachers performance. The statistical test results showed the prob value. F(sig.) <0.05, which meant that the teacher's perception of the leadership supervision of the head of madrasah (X) had a significant effect on teacher performance (Y). The value of the multiple correlation coefficient (R) was 0.862, indicating a very strong relationship between the variable teacher perceptions of the supervision of the head of madrasah (X) and the teacher performance variable (Y). Furthermore, the coefficient of determination (R 2 ) 0.743, indicating that the variable teacher perceptions of the supervision of the head of madrasah (X) had an effect of 74.3% on teacher performance (Y), while 25.7% was influenced by other variables. The conclusion is that teachers' perceptions of the leadership supervision of madrasah principals have a significant effect on teacher performance. Key Words : Supervision, Leadership of Madrasah Principals, Teacher Performance ## PENDAHULUAN Pada era desentralisasi saat ini, sektor pendidikan dikelola secara otonomi oleh pemerintah daerah masing-masing, sehingga praktis pendidikan seharusnya bisa lebih baik dalam arti relevansinya, baik demi kepentingan daerah maupun nasional. Seyogianya, delegasi bidang pendidikan kepada pemerintahan daerah harus mampu memberikan kewenangan yang lebih proporsional bagi sekolah untuk menentukan kebijakan organisasi dan proses belajar-mengajar, manajemen guru, struktur dan perencanaan di tingkat sekolah, dan sumber pendanaan sekolah [1]. Agar otonomi pendidikan berhasil dengan baik, peran pemimpin sekolah/madrasah perlu diberdayakan. Kepala sekolah/madrasah harus mampu bertanggung jawab atas tugas dan wewenang yang dimiliki. Kepala sekolah/madrasah harus mampu sebagai manajer dan pemimpin. Sebagai manajer, kepala sekolah/madrasah dapat mengatur semua potensi yang dimiliki sekolah/madrasahnya agar berfungsi secara optimal. Hal ini akan berjalan jika kepala sekolah/madrasah melakukan fungsi- fungsi manajemen dengan baik. Selain itu, sebagai pimpinan, kepala sekolah/madrasah perlu menerapkan kepemimpinan transformasional, agar setiap anggota sekolah/madrasah dapat berfungsi secara optimal [2]. Kepala sekolah harus mentransformasi peran setiap anggota sekolah/madrasah melalui bimbingan, pemberdayaan, dan anjuran agar tujuan lembaga tercapai secara optimal. Pola kepemimpinan transformasional bisa menjadi pilihan bagi kepala sekolah/madrasah untuk memimpin dan mengembangkan sekolah/madrasah. Gaya kepemimpinan ini menekankan pentingnya penjelasan visi dan misi, komunikasi yang efektif, stimulasi intelektual, juga pemberian perhatian terhadap individu anggota sekolah/madrasah. Penerapan kepemimpinan transformasional diperlukan agar berbagai informasi terkini dapat ditransformasikan kepada seluruh anggota sekolah [3]. Selain itu, seorang pemimpin dalam lingkungan pendidikan juga dituntut untuk dapat berperan sebagai supervisor. Supervisi pendidikan adalah pembinaan untuk membantu guru dan pegawai sekolah dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara efisien dan efektif. Supervisi kepala sekolah/madrasah diharapkan dapat membentuk sikap profesional. Sikap professional merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas guru dalam menjalankan tugas kesehariannya. Selanjutnya, Luke dan Bernard mengatakan bahwa supervisi sesungguhnya dibutuhkan untuk meningkatkan skill atau kemampuan terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran di kelas, kemampuan melakukan penilaian, kemampuan melakukan koordinasi dengan guru lain, kemampuan memahami hubungan berbagai aktivitas di sekolah, kemampuan membuat perencanaan fungsi sekolah, kemampuan mengambil putusan tentang sesuatu yang berkaitan dengan karir, kemampuan melakukan pengembangan layanan evaluasi, kemampuan menentukan intervensi kelas pembelajaran, dan terakhir adalah kemampuan menghandel sesuatu sesuai dengan konteksnya yang bervariasi [4]. Jelas terlihat bahwa sosok kepala sekolah/madrasah sebagai seorang pemimpin menduduki porsi yang sangat penting dalam meningkatkan kultur sekolah yang positif. Kultur yang dimaksud adalah pembudidayaan dalam ranah kognisi, afeksi, dan aksi-aksi motorik pada kehidupan sekolah/madrasah dan bermanfaat bagi proses pembelajaran dan peningkatan mutu hasil belajar siswa secara signifikan. Seperti hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat signifikansi pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru demi mewujudkan pendidikan yang berkualitas [5]. Guru sebagai agen pengetahuan senantiasa dituntut untuk meningkatkan kualitas peserta didik seutuhnya sehingga mampu memiliki daya saing yang tinggi dalam persaingan global. Kualitas hasil belajar di sekolah menuntut pengelolaan pembelajaran berkualitas tinggi. Secara keseluruhan, para pendidik, dalam hal ini guru, di dalam proses pendidikan memiliki tugas yang sangat penting. Keseluruhan tugas yang sangat berat itu akan terlaksana dengan baik jika didasari oleh minat dan motivasi kerja yang tinggi, kemampuan yang mumpuni, serta sikap yang profesional. Kinerja guru merupakan parameter keberhasilan guru dalam menyelesaikan pekerjaannya untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, kinerja dari seorang guru ditunjukkan juga dari perilaku dalam bekerja. Adapun beberapa aspek penilaian kinerja guru, antara lain (1) merencanakan pembelajaran; dalam merencanakan pembelajaran, seorang guru harus menyusunnya semaksimal mungkin, (2) melaksanakan pembelajaran; adanya interaksi edukasi antara guru dan murid, (3) menilai hasil pembelajaran; guru menginterpretasikan hasil belajar siswa; (4) memberikan bimbingan dan pelatihan untuk peserta didik; kegiatan melatih dan membimbing peserta didik dapat dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan intrakulikuler dan juga ekstrakulikuler, dan (5) melaksanakan tugas tambahan, seperti menjadi kepala perpustakaan atau labiratorium [6]. ―Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya‖ [7]. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan persepsi guru adalah tanggapan dari diri seorang guru yang diperoleh melalui proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif yang ada di lingkungannya dengan bantuan indranya berkaitan dengan supervisi kepemimpinan kepala madrasah. Beberapa indikator untuk mengukur persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah dituliskan dalam Tabel berikut ini. Tabel 1. Indikator Supervisi Kepemimpinan Kepala Madrasah No Indikator Butir 1. membuat perencanaan untuk kegiatan pembelajaran 1—5 2. memberikan motivasi 6—10 3. memberikan pelatihan 11—15 4. melaksanakan kegiatan pengontrolan 16—20 5. menjalankan fungsi sebagai pimpinan 21—25 Sumber: [4] Dari hasil supervisi tersebut, dapat diketahui tingkat kompetensi guru, baik kelemahan maupun keunggulannya. Selanjutnya, solusi dan pembinaan tertentu dapat dilakukan agar guru dapat mengembangkan potensinya dalam pelaksanaan pembelajaran [4]. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah dan kinerja guru. Hipotesis penelitian ini adalah persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap kinerja guru secara signifikan. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi Kepala MI Swasta Al Hikmah dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan kebijakan sekolah agar kinerja guru semakin meningkat demi pendidikan yang berkualitas. ## METODE Peneliti membatasi masalah yang diteliti mengenai variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah terhadap variabel kinerja guru. Penelitian dilakukan pada tahun 2020. Populasi penelitian adalah guru di MI Swasta yang ada di Kampung Kebantenan, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi. Populasi terjangkaunya adalah guru di MI Swasta Al Hikmah yang ada di Kampung Kebantenan, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh guru MI Swasta Al Hikmah berjumlah 20 orang. Penelitian menggunakan metode survei deskriptif. ―Survei adalah pengamatan atau penyelelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu‖ [8]. Metode survei tidak melakukan perubahan pada variabel tertentu, meneliti apa adanya, dan tidak ada variabel yang dikontrol. Selanjutnya, dalam penelitian survei deskriptif, penelitian terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu keadaan yang apa adanya sehingga bersifat sekadar untuk mengungkapkan fakta. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Kemudian, teknik analisis penelitian dengan analisis korelasional. Analisis korelasional adalah analisis atau penelitian yang tujuannya mendeteksi keeratan hubungan variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi [9]. ―Penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya‖. Lebih lanjut dijelaskan, tingkat hubungan antara variabel dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi [10]. Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah yang merupakan variabel bebas ( X ) dan variabel kinerja guru yang merupakan varibel terikat ( Y ). ## HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Persepsi Guru atas Supervisi Kepemimpinan Kepala Madrasah Deskripsi data persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ditunjukkan dalam Tabel berikut ini. Tabel 2. Deskripsi Data Persepsi Guru atas Supervisi Kepemimpinan Kepala Madrasah N Valid Missing 20 0 Mean 90,8 Median 89 Mode 85 Std. Deviation 8,829 Variance 77,958 Kurtosis -0,965 Std. Error of Kurtosis 0,992 Range 28 Minimum 79 Maximum 107 Sum 1816 Tabel 2 menunjukkan data persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah berdasarkan beberapa indikator yang ada pada Tabel 1 sebelumnya. Diperoleh nilai mean 90,8 dan median 89. ## Deskripsi Data Kinerja Guru Deskripsi data kinerja guru ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini. Tabel 3. Deskripsi Data Kinerja Guru N Valid Missing 20 0 Mean 89,25 Median 90 Mode 90 Std. Deviation 3,768 Variance 14,197 Kurtosis 0,667 Std. Error of Kurtosis 0,992 Range 15 Minimum 80 Maximum 95 Sum 1785 Tabel 3 di atas menunjukkan data kinerja guru yang dinilai berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, bimbingan dan pelatihan terhadap peserta didik, serta tugas tambahan. Diperoleh nilai mean 89,25 dan median 90. ## Uji Linearitas Tabel 4 di bawah ini menunjukkan hasil uji linearitas, yaitu nilai Deviation from Linearity dengan nilai Sig. = 0,090 > 0,05 yang berarti variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) dan variabel kinerja guru ( Y ) mempunyai hubungan linear. Hasil uji linearitas antara variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) dan variabel kinerja guru ( Y ) secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kinerja Guru * Between (Combined) Persepsi Groups Linearity atas Deviation Supervisi from Kepemimpinan Linearity Within Groups Total 257,000 200,530 56,470 12,750 269,750 12 1 11 7 19 21,417 200,530 5,134 1,821 11,758 110,095 2,818 ,002 ,000 ,090 Uji Normalitas Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian mengikuti distribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. ## Tabel 5. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 20 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,90870615 Most Extreme Differences Absolute ,192 Positive ,130 Negative -,192 Kolmogorov-Smirnov Z ,861 Asymp. Sig. (2-tailed) ,449 a. Test distribution is Normal b. Calculated from Data Tabel 5 menunjukkan distribusi residual pada analisis regresi ini berdistribusi normal. Dapat dilihat dari nilai Sig. = 0,449 > 0,05 yang berarti persyaratan analisis regresi terpenuhi. ## Uji Hipotesis Penelitian Hasil analisis regresi linear sederhana dengan satu variabel bebas ( X ) terhadap variabel terikat ( Y ) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Hasil Perhitungan Pengujian Koefisien Korelasi Sederhana Variabel X terhadap Variabel Y Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,862 a ,743 ,729 1,961 a. Predictors: (Constant), Persepsi Guru atas Supervisi Kepemimpinan Kepala Madrasah Tabel 6 menunjukkan besarnya nilai koefisien korelasi ( R ) adalah 0,862. Nilai ini menunjukkan keeratan hubungan yang sangat kuat antara variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) dan variabel kinerja guru ( Y ). Selanjutnya, nilai koefisien determinasi atau R Square ( R 2 ) adalah 0,743 menunjukkan bahwa variabel persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) memberikan pengaruh sebesar 74,3% terhadap kinerja guru ( Y ). Tabel 7. Hasil Perhitungan Pengujian Signifikansi Koefisien Sederhana Variabel X terhadap Variabel Y ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 200,530 1 200,530 52,146 ,000 1 Residual 69,220 18 3,846 Total 269,750 19 a. Predictors: (Constant), Persepsi Guru atas Supervisi Kepemimpinan Kepala Madrasah b. Dependent Variable: Kinerja Guru Tabel 7 menunjukkan nilai Sig. < 0,05 yang berarti secara signifikan persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah ( X ) berpengaruh terhadap terhadap kinerja guru ( Y ). ## Tabel 8. Hasil Perhitungan Persamaan Regresi Sederhana Variabel X terhadap Variabel Y Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta ( Constant ) 55,841 4,647 12,016 ,000 1 Persepsi Guru Supervisi Kepemimpinan Kepala Madrasah ,368 ,051 ,862 7,221 ,000 a. Dependent Variable : Kinerja Guru Berdasarkan Tabel 8, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Jadi, hipotesis yang berbunyi persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap kinerja guru secara signifikan diterima. Dari tabel 8 diketahui persamaan regresi Y = 55,841 + 0,368 X . Persamaan tersebut menjelaskan jika tanggapan atau persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah bernilai sangat rendah ( X = 0), guru memiliki nilai kinerja sebesar 55,841 dan apabila tanggapan atau persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah bernilai 1 ( X = 1), nilai kinerja guru akan bertambah sebesar 0,368. Berarti, dapat disimpulkan bahwa semakin baik tanggapan atau persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah, akan semakin baik kinerja guru. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang menyebutkan bahwa supervisi kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru [11]. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian lain yang salah satu simpulan dalam penelitiannya adalah terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru [12]. Selanjutnya, dijelaskan bahwa peran kepala sekolah sebagai pemimpin adalah membina para anggota masyarakat sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dilihat dari cara memperlakukan sumber daya manusia dengan bijaksana. Hal ini berdampak pada hasil kerja yang didapatkan oleh guru atau pendidik yang ada di dalam satuan pendidikan yang dipimpinnya. Oleh karena itu, bisa diasumsikan bahwa semakin baik kepemimpinan kepala sekolah, akan semakin baik kinerja guru [12]. Pendidikan merupakan sistem kerja yang saling terkait antara komponen yang satu dan lainnya. Bila selama ini guru selalu menjadi sorotan sekaligus ujung tombak pelaksanaan pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, sebenarnya ada komponen lain yang harus diberdayakan dalam aplikasi pendidikan yaitu peran kepala sekolah. Hasil guru dalam mengabdikan dirinya sebagai pengajar dan pendidik bergantung pada kondisi lingkungan sekaligus figur pemimpin sekolah [2]. ## SIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 terhadap 20 guru MI Al Hikmah di Kampung Kebantenan, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi, ditarik simpulan bahwa persepsi guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap kinerja guru secara signifikan. Perolehan persamaan regresi Y = 55,841 + 0,368 X menunjukkan semakin baik persepsi atau tanggapan guru atas supervisi kepemimpinan kepala madrasah, semakin baik pula kinerja guru. ## DAFTAR PUSTAKA [1] S. Subijanto, ―Prinsip-Prinsip dan Efektivitas Desentralisasi Pendidikan dalam Rangka Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan,‖ J. Pendidik. dan Kebud. , pp. 532–549, 2010, doi: 10.24832/jpnk.v16i5.484. [2] Iskandar dan Mukhtar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan . Jakarta: Reverensi, 2013. [3] S. Danim dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan : Visi dan Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan . Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. [4] S. Hidayat. Profesi Kependidikan; Teori dan Praktik di Era Otonomi . Tangerang: Pustaka Mandiri, 2016. [5] M. Kosim, ―Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru untuk Mewujudkan Mutu Pembelajaran,‖ Khazanah Akad. , vol. 1, pp. 30–38, 2017, [Online]. Available: https://journal.uniga.ac.id/index.php/ K/article/view/167. [6] Barnawi dan M. Arifin. Kinerja Guru Profesional; Instrumen Pembinaan, Peningkatan, dan Penilaian . Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012. [7] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. ―Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring,‖ 2016. https://kbbi.kemdikbud.go.id/. [8] S Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta, 2013. [9] Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Pustaka Setia, 2011. [10] Sudaryono. Metodologi Penelitian . Depok: Raja Wali Press, 2017. [11] Hardono, Haryono, dan A. Yusuf, ―Kepemimpinan Kepala Sekolah, Supervisi Akademik, dan Motivasi Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Guru,‖ Educ. Manag. , vol. 6, no. 1, pp. 26–33, 2017. [12] R. Astuti dan M. I. Dacholfany, ―Pengaruh Supervisi Pengawas Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP di Kota Metro Lampung,‖ J. Lentera Pendidik. Pus. Penelit. Lppm Um Metro , 2016.
d3149a2f-4446-498e-bee1-d8c424880559
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/mq/article/download/1606/969
## POLA PENGEMBANGAN WAWASAN MULTIKULTURAL DI MA’HAD DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH KAB. GARUT ## Maryono 1 ## Staf Pengajar FITK UNSIQ Wonosobo ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengethaui pola pengemabnagan wawasan multikultural , untuk mengtahui proses pengemabangan wawasan multikulktural serta untuk mengethaui faktor pendukung dan penghambat pengembnagan wawasan multikultural di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Kabupaten Garut Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Subyek penelitian meliputi pimpinan pesantren, ustadz, santri dan stakeholder pesantren. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, interview dan telaah dokumen. Adapun uji kebsahan data menggunakan triangulasi data sedangkan teknik analisis datanya memakai analsiis interaktif miles dan Huberman yakni reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola pengembangan wawasan multikultural menggunakan pendekatan reward dan punishment. Sedangkan proses pengemabnagan wawasan multikultural memakai tahapan formal dan informal, adpun faktor pendukung dan penghambat pengemabnagn wawasan di Ma’had darul Arqam meliputi spirit kebinekaan merupakan hal yang mendasar, hidup bersama para santri di asrama cukup kondusif untuk mengaplikasikan multikultural, adanya keseimbangan antara teori dan praktek dan sudah terintegrasi dalam mata pelajaran. Adapun faktor pengambatnya antara lain tidak semua guru memahami konsep multikulural dengan baik dan belum terbentuknya pola pikir terbuka dikalangan pesantren . Kata kunci: Pola.Multikultural, Darul Arqam Muhammadiyah, kualitatif ## Abstract This research aims to explore the pattern of multicultural insight development, to seek the process of multicultural insight development, and to find out the supporting as well as inhibiting factors in the multicultural insight development in Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah, Garut Regency, West Java. This research applies qualitative method. The subjects of the research are leaders, instructors, pupils, and stakeholders of the Islamic boarding school. Data are collected by using observation, interview, and documentary study. While the validity of the data is tested through data triangulation, data analysis is carried out by applying Miles and Huberman interactive analysis viz. data reduction, data presentation, and data verification or conclusion. The result shows that the pattern of multicultural insight development uses reward and punishment approach. The process of multicultural insight development involves formal and informal phase. Supporting factors of insight development are basic diversity spirit, conducive environment, and the presence of integrated theory and practice in learning courses. Meanwhile the inhibiting factors are the fact that not all of the instructors well-understand the concept of multicultural and the fact that the Islamic boarding school has not yet established an open mindset. Key words: pattern, multicultural, Darul Arqam Muhammadiyah, qualitative ## A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia bisa digolongkan sebagai multikultural karena memiliki banyak suku, ras, dan agama yang beraneka macam. Keanekaragaman tersebut sangat menambah khazanah bagi kekayaan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Pluralitas di Indoensia merupakan berkah yang tidak ternilai harganya dari Tuhan Yang Maha Esa. Sayangnya, manusia sering keliru menafsirkanya rahmat dalam konteks tersebut lebih cenderung dimaknai sebagai bencana. Agama dan keberagamaan pada dasarnya menunjukan sebagai tolok ukur dalam menilai bagaimana pluralitas harus ditegakan di bumi pertiwi. Bagaimana seorang individu memandang 1 Penulis Staf Pengajar FITK UNSIQ Wonosobo individu lainya, bagaimana kelompok tertentu memandang kelompok yang lain. Spirit keagamaan yang cenderung fundamentalis menjadi akar masalah yang cukup serius dalam menegakkan semangat multikulturalisme di tengah umat. Dengan demikian perlu dihindari sikap primordialisme yang sempit karena hal tersebut bisa mengakibatkan masalah latent yakni konflik horizontal sesama penduduk yang berimplikasi terjadinya kekerasan atas nama agama. Ada beberapa contoh seperti yang terjadi di Poso, Ambon dan terbaru kasus di Temanggung. Gerakan pluralisme dan multikulturalisme yang secara pakem telah built in dalam NKRI menyarankan suatu konstruksi suatu kebijakan yang menjamin keterwakilan segenap komponen bangsa yang tersebar di setiap etnik, suku dan agama secara proporsional dan kompetitif serta emansipatoris 2 . Agama sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia dalam membangun komunikasi dengan sang Khalik. Relasi kehidupan beragama yang memunculkan banyak potensi dan realitas perlu di manage agar lebih produktif untuk memanifestasikan nailai-nilai. Pluralisme dan multikultural agama yang ada jika diimbangi dengan bangunan spiritualitas keagamaan yang kokoh bisa memiliki potensi ke arah konflik sosial sebagai sesuatu yang latent. Dengan demikian pesantren yang memiliki peran strategis dalam memperkokoh eksistensi masyarakat perlu melakukan terobosan yang berbasis spiritualtas keagamaan sebagai langkah jitu membangun sebuah peradaban adiluhung tentang kemajemukan. Agama harus dipandang sebagai sarana spiritual manusia yang memiliki komitmen emansipatoris dan rasa solidaritas yang memiliki daya juang untuk membebaskan para pemeluknya dari pembodohan. Pada dasarnya agama mengajarkan kepada umatnya tentang bagaimana memberi penghargaan atas haak-hak asasi manusia seperti hak untuk hidup yang layak, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk beragama menurut keyakinanya, dan lain-lain. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari masalah paham keagamaan dan sikap keberagammaan sering mengundang keresahan bahkan menjalar menjadi konflik di masyarakat. Munculnya aliran atau paham keagamaan dimasyarakat baik yang dianggap sesuai atau tidak sesuai dengan pandangan yang menjadi mainstream di masyarakat sebagai penganut agama. Bila dilihat akar maslahanya, maka banyak faktor yang menjadi penyebabnya antara lain wawasan multkultural yang sempit, dan sikap keberagamaan sebagian masyarakat lebih pada tataran simbol-simbol keagamaan, dan belum sepenuhnya menangkap makna ajaran ynag sesungguhnya 3 Pemahaman berkaitan multikultural di pesantren belum sepenuhnya baik bukan karena pesantren menutup diri dari hal-hal baru, namun lebih dikarenakan sumberdaya yang dimiliki dan akses informasi berkaitan dengan hal tersebut masih lemah. Oleh karena itu, pesantren musti perlu mencari terobosan baru dan bisa memahami fenomena yang berkembang sekarang ini sehingga tidak ketinggalan informasi. Posisi pondok pesantren sebagai sub bagian dari pendidikan nasional menjadi agen yang penting dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, konsekuensinya adalah semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan di Indonesia harus memiliki tekad yang sama yakni mencerdaskan kehidupan bangsa menuju manusia Indonesia yang seutuhnya. Pengakuan bahwa pesantren merupakan subkultur sebenarnya belum merata dimiliki oleh kalangan pesantren itu sendiri, dalam penggunaan istilah tersebut bagi lembaga masyarakat yang bernama pesantren ini harus senantiasa diingat bahwa penggunaan itu sendiri masih berupa usaha pengenalan identitas kultural yang dilakukan dari luar kalangan pesantren bukan oleh kalangan pesantren itu sendiri 4 2 Ahmad Barizi.2005. Holistika Pemikiran Pendidikan , Jakarta: Rajawali Pers, hlm 7 3 Yusuf Asry (Ed).2010. Dialog pengembangan wawasan multikultural , Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kementerian Agama, hlm 2. 4 Abdurrahman Wahid. 2001. Menggerakan tradisi esai-esai pesantren , Yogyakarta: LKIS, hlm 1 Pesantren sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional, dalam pelaksanaanya juga dipengaruhi oleh sistem ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang berkembang dalam masyarakat. Oleh karenanya, pendidikan nasional sebagai sistem tersendiri pada dasarnya merupakan sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkunganya. Dewasa ini, pesantren sedang menghadapi banyak menghadapi isu-isu krusial seperti dituduh sebagai sarang teroris, mengajarkan radikalisme dan lain-lain yang menyudutkan posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan dan dakwah yang sudah diakui eksistensi dan perannya di masyarakat. Banyak orang besar yang lahir dari rahim pesantren dan memiliki kontribusi dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Berkaitan dengan hal tersebut perlu di cari terobosan bagaimana mengenalkan wawasan multikulturalisme sebagai peletak dasar dalam kegiatan pembelajaran dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan pesantren maupun di masyarakat. Dengan suatu asumsi jika pemahaman santri dan warga pesantren mengenai multikulturailsme baik maka pada level kehidupan masyarakat juga akan baik karena pesantren merupakan bagaina dari masyarakat. Apabila dasar tersbut sudah kokoh bila dikembangkan lebih lanjut akan lebih mudah karena sudah ada usaha internalisasi. Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka kiranya penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “ Pola Pengembangan Wawasan Multikultural di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Kab. Garut Jawa Barat: ## B. Identifikasi Masalah & Pembatasan Masalah Berdasarkan dari paparan latar belakang masalah tersebut, bisa di identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pesantren sering dihadapkan pada isu-isu yang menyudutkan posisinya 2. Pesantren kurang fleksibel dalam menghadapi dinamika sains 3. Pengembangan wawasan multikultural belum maksimal di pesantren 4. Perlu pemberdayaan lebih bagi pesantren yang berkomitmen bagi penyebaran nilai-nilai baru seperti multikultural dan pluralisme 5. Partisipasi pesantren perlu ditingkatkan intensitasnya untuk bisa memahami fenomena yang berkembang Dari penjelasan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti meliputi nomor tiga, empat dan lima saja ## C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, bisa dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pola pengembangan wawasan multikultural di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Kab.Garut? ## D. Tujuan Penelitian Berdasarkan paparan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengetahui pola pengembangan wawasan multikulturalisme di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Kab.Garut. ## E. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta rumusan masalah yang uraikan di atas, maka dalam penelitian ini bisa jelaskan manfaatnya antara lain: 1. Manfaat teoritik  Agar bisa dijadikan rujukan bagi peneliti lain dalam memahami persoalan pendidikan pesantren berwawasan multikulturalisme.  Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam pengembangan berwawasan multikulkturalisme khususnya dunia pesantren. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti  Untuk mengasah dan meningkatkan skill dalam kegiatan penelitian b. Bagi pesantren  Sebagai referensi untuk mengambil kebijakan tertentu yang berbasis riset c. Bagi Pemerintah Daerah  Sebagai parameter dalam pengambilan kebijakan bagi pemerintah daerah dan pihak- pihak yang berkepentingan dengan isu-isu multikultural ## F. Metode Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pola pengembangan wawasan multikulturali yang dilaksanakan di pondok pesantren yakni Pesantren Darul Arqam Garut. Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama lima hari mulai tanggal 6 sampai 10 Juni 2011. dalam penenlitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yakni tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan penyelesaian. ## 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pilihan metode ini dianggap tepat karena berusaha mendeskripsikan segala sesuatu secara alamiah dan menghendaki keutuhan. Sasaran yang hendak di capai adalah bagaimana memaknai kontribusi pesantren, kyai, ustadz dan stakeholder pesantren. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Sugiyono, metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) 5 Menurut S. Nasution bahwa melalui pendekatan kualitatif diharapkan diperoleh suatu pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta yang relevan. Pendekatan kualitatif pada dasarnya berusaha untuk mendeskripsikan permasalahan permasalahan secara komprehensif, holistik, integratif, dan mendalam melalui kegiatan mengamati orang dalam lingkungannya dan berinterksi dengan dunia mereka. 6 ## 3. Subyek Penelitian Berkaitan dengan penelusuran data yang dibutuhkan kepada pimpinan pesantren, kyai, ustadz, santri, dan stake holder pesantren. Adapun teknik sampling ynag pakai dalam pennelitian ini adalah teknik snowball sampling yakni suatu teknik dalam menumpulkan sampling dari mula-mula sedikit kemudian berkembang menjadi besar sesuai kebutuhan. ## 4. Instrumen Penelitian Dalam tradisi penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data yang paling utama adalah diri peneliti sendiri (human instrument). Hal tersebut dikarenkan apabila pengumpul data pengumpul data bukan manusia seprti yang dilakukan pennelitian nonkualitatif sangat tidak mungkin mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu manusia adalah satu- satunya alat yang dapat dihubungkan dengan responden hanya manusia 5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode antara lain: a. Observasi Kegiatan observasi menceritakan tentang apa yang akan dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Menurut Bogdan seperti dikutip oleh Moleong , mendefinisikan secara tepat observasi partisipan sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang makan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam 5 Sugiyono.2007. Metode penelitian pendidikan pendketan kuantitatif, kualitatif dan R&D , Bandung: Alfabeta, hlm 75 6 S.Nasution.1992.Metodologi Naturalistik Kualitatif, Bandung.Tarsito, hlm 27 lingkungan tersebut. Dan selama di situ juga semua data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis. 7 Pada dasarnya metode ini digunakan untuk memahmai berbagai aspek tentang partisipasi pesantren dalam pendidikan yang berimplikasi pada pembentukan masyarakat literasi. b. Wawancara Mendalam Kegiatan wawancara ini untuk memahami berbagai informasi secara detail dan mendalam dari informasi berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Dari hasil wawancara tersebut bisa diperoleh suatu respons atau opini. Menurut Moleong , bahwa kegiatan wawancara dibagi menjadi dua, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur 8 . Wawancara terstruktur diperlukan secara khusus bagi informan terpilih seperti pimpinan pesantren, para ustadz atau yayasan. c. Telaah Dokumentasi Data penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources melalui kegiatan observasi dan wawancara, namun demikian sumber lain selain manusia yakni dokumen. Dokumen merupakan catatan penting suatu peristiwa yang sudah berlalu. Dokumn bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 9 ## 6. Uji Keabsahan Data Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data, kemudian diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi data, yakni suatu cara mencari data yang mendukung atau tidak bertentangan dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Tujuan triangulasi data adalah untuk mengetahuoi sejauh mana temuan-temuan dilapangan benar-benar representatif untuk dijadikan pedoman analisis dan juga untuk mendapatkan informasi yang lebih luas tentnag perspektif penelitian. ## 7. Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses menyusun data agar dapat diinterpretasikan. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam pola, tema dan kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna melalui kegiatan analisis, menjelaskan pola atau kategori berarti mencari hubungan antar berbagai konsep. Kemudian dilakukan reduksi data yang berdasarkan pada relevansi dan kecukupan informasi untuk menjelaskan model partisipasi pesantren dalam pendidikan serta peran apasaja yang bisa dilakukan pesantren dalam membentuk masyarakat literasi. Reduksi data dalam penelitian ini, pada hakikatnya menyederhanakan dan menyusun secara sistematis data tersebut dalam dimensi partisipasi pesantren dalam mengembangkan wawasan multikuktural. Dengan demikian, dalam penelitian ini, verifikasi dilakukan dengan melihat kembali reduksi data maupun display data sehingga kesimpulan tidak menyimpang dari data yang dianalisis. Adapun alur analisis yang digunakan dalam penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. alur analisis model interaktif Miles & Huberman 10 7 Lexy Moleong.2001.Metode penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm 117 8 Lexy Moleong, Ibid......hlm 138 9 Sugiyono. 2007. Opcit ...., hlm 329. 10 Miles & Huberman.1995. Qualitative data analysis , London Koganpage Data collection Data display Data processing Conclusion: drawing/verifying ## G. DEFINISI KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL ## 1. Multikulturalisme Secara sederhana multikulturalisme adalah keberagaman budaya. Sebenarnya ada tiga istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk menggambarkan masyarakat yang terdiri dari keberagaman tersebut, baik keragaman budaya, ras, bahasa dan agama yang berbeda yaitu pluralitas (plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural). Ketiga istilah tersebut sesungguhnya tidak merepresentasikan hal yang sama, walaupun semuanya mengacu kepada adanya ketidaktunggalan. 11 Menurut Parsudi Suparlan, Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan perbedaan kebudayaan. Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah para pendukung kebudayaan, baik secara individual maupun secara kelompok, dan terutama ditujukan terhadap golongan sosial askriptif yaitu sukubangsa (dan ras), gender, dan umur. Ideologi multikulturalisme ini secara bergandengan tangan saling mendukung dengan proses- proses demokratisasi, yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam berhadapan dengan kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat. 12 Multikulturalisme merupakan konsep yang mampu menjawab tantangan perubahan zaman dengan alasan multikulturalisme merupakan sebuah idiologi yang mengagungkan perbedaaan budaya, atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme budaya sebagai corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme akan menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Inti multikulturalisme adalah sebuah pandangan diri yang pada akhirnya diimplementasikan dalam kebijakan tentang kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Apabila pluralitas sekedar merepresentasikan adanya kemajemukan (lebih dari satu), multikulturalisme adanya kemajemukan memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaan itu mereka adalah sama di dalam ruang publik. Sebagai sebuah cara pandang, multikulturalisme menjadi gagasan yang cukup kontekstual dengan moralitas masyarakat kontemporer dengan kekayaan budaya saat ini. Prinsip mendasar tentang kesetaraan, keadilan, keterbukaan, pengakuan terhadap perbedaan adalah hal yang prinsipil yang dibutuhkan manusia ditengah himpitan budaya global. 2. Sosialisasi Sosialisasi merupakan sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan individu. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua yakni: sosialisais primer dan sosialisasi sekunder. Menurut Goffman, kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama menjalani hidup dan diatur secara formal. a. Sosialisasi Primer Menurut Peter L. Berger dan Luckmann, mendefisinikan SosialisasI primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota 11 Htttp://www.id.wikipedia.org. diakses tanggal 8 Juni 2011 12 Parsudi Suparlan. 2004. Multikultutalisme , Makalah dalam seminar nasional di UI masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer itu berlamgsung pada saat anak menginjak usia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Seorang anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain dalam keluarga. Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga. b. Sosialisasi Sekunder. Sosialisasi sekunder merupakan suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan inidividu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lain. 13 ## Tipe Sosialisasi Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh, standar apakah seseorang itu dianggap baik dan tidak baik di sekolah dengan di kelompok sepermainan itu berbeda. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Berkaitan dengan tipe sosialisasi bisa dibagi menjadi dua tipe sosialisasi, yakni: a. Formal Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menuurt ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer. b. Informal Sosialisasi tipe kedua ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat keleuargaan, seperti antara teman, sahabat, anggota club, dan kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Baik sosialisasi formal maupun informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinterakis dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interkais tersebut, ia mengalami proses sosialisasi, dengan adanya proses sosialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus dilakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya memperoleh kedua sosialisasi formal dan informal tersebut sekaligus. Sosialisasi bisa dibagi menjadi dua pola yakni sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif adalah suatu sosialiasi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Adapun ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penenkanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal, dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebbesan. Penekanan diletakan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Sementara itu posisi keluarga menjadi generalized other . Proses Sosialisasi 13 Soejono Soekanto. 2002. Sosiologi suatu pengantar , Jakarta: Rajawali Pers, hlm 98 George H.Mead berpendapat bahwa sosilaisasi yang harus dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Pada tahap ni semua manusia mengalami sejak ia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. b. Tahap Meniru Pada tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini juga mulai trebentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu kepada anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berrati ( significant other) . c. Tahap Siap Bertindak Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemmapuanya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemmapuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temanya. d. Tahap Penerimaan Kolektif Pada tahap ini seorang telah dianggap dewasa. Dia sudah bisa menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidsk hanya dengan orang-orang yang berinterakis dengannya tapi dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya perturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi wrga masyarakat dalam arti sepenuhnya. 14 ## 3. Tinjauan Pustaka Sebagai bahan kajian dalam menyusun proposal penenlitian, penulis mencantumkan beberapa penenlitian terdahulu yang berkaitan dengan pesantren antara lain. Penelitian oleh Abdul Jamil dengan judul Strategi Pesantren Buntet dalam Merespons Radikalisme dan Liberalisme . Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pesantren sebagai lembaga sosial keagamaan tetap eksis karena mengembangkan pola continuity and change , baik dalam pengembangan bidang pendidikan maupun menyikapi fenomena sosial yang ada 15 . Penelitian sejenis dilakukan oleh Adib tentang Wacana Pluralisme telaah komparatif tafsir Al manar san fi zila Al Qur’an. Hasil pennelitian menguraikan bahwa Al Qur’an tidak memaksakan suatu kepercayaan atau agama kepada para manusia. Dengan kekuatan akalnya manusia dipersilahkan menentukan pilihan dalam memeluk suatu agama. 16 ## 4. Kerangka Pemikiran Pesantren sebagai sub sistem pendidikan nasional sellau berusaha mengiktui dinamika perkembnagan zaman yang selalu terus berkembang sebagai suatu keniscayaan. Kyai beserta stakeholders sebagai top management dalam konteks tersebut merasa perlu berpartisipasi dalam 14 Soejono Soekantto, Ibid....hlm 101 15 Abdul Jamil.2010. Strategi pesantren buntet dalam merespon liberalisme dan radikalisme , Jurnal Harmoni, Vol IX No.30 oktober – desember, Balitbang dan Diklat Depag RI 16 Adib.2009. Wacana pluralisme telaah komparatif tafsir al manar fi zila al qur’an , Jurnal Suhuf, Vol.2 No.2, Jakarta:Balitbang dan Diklat Depar RI mengembangkan wawasan dan pemahaman multikultural pada seluruh santri sebagai manifestasi dan tanggungjwab profesional dalam mengelola lembaga pendidikan yang memiliki akuntabilitas publik. Multikukutral sebagai fundamen dasar dalam kehidupan berbnagsa dan bernegara menjadi bagian integral dalam pelaksanaan kurikulum pesantren menuju pembangunan individu yang berkomitmen terhadap perbedaan baik keyakinan, ras, suku dan spiritualitas. Dengan demikian pesantren memiliki peran startegis dalam mengembangkan wawasan multikukturalisme kepada seluruh stakeholders pesantren sebagai bentuk tanggungjawab profesional. Persolan tersebut menjadi begitu urgen dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini. Banyak kasus konflik sosial yang perlu penanganan secara cepat dan akurat. ## H. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ## 1. Letak Geografis Garut merupakan ibu kota wilayah Priangan Timur ynag terkenla dengan almnya yang subur dan asri, yang dikelilingi oleh pegunungan hijau yang indah, dengan hawanya yang sejuk. Garut adalah daerah penyangga Bandung Raya. Secara adminsitratif, kabupaten Garut terdiri dari 9 wilayah pembantu Bupati, 31 Kecamatan, 8 Perwakilan kecamatan, 393 Desa dan 11 Keluarahan. a. Sejarah Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Persyaraikatan Muhammadiyah memiliki kekhawatiran yang cukup besar atas kemungkinan langkanya sosok ulama di masa mendatang. Kekhawatiran ini muncul dalam muktamar Muhammadiyah ke 39 pada tanggal 17-22 Januari 1975 di Padang. Muktamar tersebut memberikan nafas tersendiri bagi warga Muhammadiyah Garut. Berdasarkan berbagai pertimbangan, maka dalam rapat pimpinan Muhammadiyah Daerah Garut tanggal 1 dan 15 Juni 1975. Sukandiwirya dan Mamak Mohammad Zein ditunjuk sebagai ketua dan sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Garut dan menandatangani SK Pimpinan Muhammadiyah Garut No.A-1/128/75 tanggal 6 Jumadilakhir 1395/ 16 Juni 1975.. SK tersebut berisi pembentukan dan pengangkatan panitia pembangunan pesantren Muhammadiyah Garut dengan menunjuk O.Djudju sebagai ketua panitia. 2. Penamaan Darul Arqam Pada Muktamar Muhammadiyah ke 37 thaun 1968 di Yogyakarta memutuskan bahwa Darul Arqam adalah nama untuk kaderisasi formal Muhammadiyah. Berdasarkan keputusan tersebut, maka pondok pesantren tersebut juga diberi nama Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut. Nama Darul Arqam diambil dari salah satu sahabat Rasulullah SAW yang bernama Arqam bin Abil Arqam. 3. Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Visi “ Sebagai lembaga pendidikan kader yang berwatak kemuhamdiyahan, berwawasan keilmuan, berdaya saing, bertafaqu fi addin dan berahlakul karimah” Misi a. Menyelenggarakan serta mengembangkan pendidikan dan pengajaran komprehensif yang mengintegrasikan sains religius dan sains rasional. b. Menyelenggarakan dan mengembangkan model pembinaan dan pengkaderan serta aktivis dakwah islamiyah. c. Menyelenggarakan dan mencerahkan pendidikan khusus kepesantrenan dalam penguasaan al ‘ulum naqliyah melalui pendidikan bahasa arab, bahtsul kutub, dan kemuhammadiyahan. d. Membudayakan santri dalam kegiatan olah rasa, olah rasio, olahraga serta uji prestasi lainnya melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstra kurikuler. e. Menjalin dan mengembangkan hubungan serta kerjasama kelembagaan dengan berbagai pihak terkait, selama tidak bertentangan dengan prinsip dan asas persyarikatan Muhammadiyah. Tujuan a. tujuan ideal, yaitu tujuan yang harus dicapai Ma’had Darul Arqam sesuai dengan cita-cita awal didirikan melalui program 9 tahun yaitu; tiga pertama (MTs), tiga tahun kedua (MA) dan tiga tahun ketiga (Takhasus). b. Tujuan Riil, yaitu tujuan yang telah dicapai sampai saat ini mellaui program pendidikan Ma’had Darul Arqam selama 6 tahun yaitu tiga tahun pertama (MTs) dan tiga tahun kedua (MA). 4. Proses Pendidikan a. Pendidikan Agama dan Umum Kurikulum Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Garut memiliki ciri khas tersendiri karena kurikulumnya berorientasi sebagai kader ulama, oleh karena itu, kurikulum yang diberikan kepada para santri adalah perpaduan yang seimbang antara pengetahuan agama dan umum dengan perbandingan 51,5% agama dan 48,5% umum. Kurikulum Ma’had sudah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan kebutuhan, namun perubahan itu tidak mengganti yang asasi yaitu kurikulum tersebut tetap berorientasi kepada kaderisasi ulama. Apabila dirinci, jumlah jam pelajaran tetap 13 jam perhari tetapi dalam operasional kegiatan belajar mengajar (KBM) b. Kurikulum Kurikulum Ma’had Darul Arqam itu bersifat berimbang dan terpadu merupakan kurikulum paling lengkap dari gabungan pelajaran agama Islam dan umum, gambaran lebih lengkap bisa dilihat ditabel berikut ini: Kurikulum mata pelajaran agama Kurikulum mata pelajaran umum No Mata Pelajaran No Mata Pelajaran 1 Syariah 1 Bahasa Indonesia 2 Muhadatsah 2 Bahasa Daerah 3 Ushul fiqh 3 Bahasa Inggris 4 Akidah 4 Kewarganegaran 5 Tilawah 5 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 Ilmu nahwu 6 Pendidikan Jasmani 7 Khitobah 7 Sejarah 8 Mutholaah 8 PKn 9 Keaisiyahan 9 Geografi 10 Ilmu tafsir 10 Fisika 11 Balaghah 11 Kimia 12 Hadits 12 Matematika 13 Mawarits 13 Biologi 14 Ilmu mantiq 14 Teknologi informasi 15 Ilmu hadits 15 Kesenian 16 Qowaid 16 Sosiologi 17 Sharaf 17 Muatan Lokal 18 Tarik islam 18 Pengembangan diri 19 Ahlak 20 Imla 21 Tahfidz 22 Kemuhammadiyahan c. Kesiswaan/santri Siswa atau santri sebagai elemen dalam pendidikan, sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diangkat penanggungjawab yang mengurusi bidang kesiswaan dan sekaligus menyusun program kerjanya. Adapun tugas penanggungjawab kesiswaan meliputi; mengembangkan bakat minat siswa, meningkatkan kemampuann siswa, mengembangkatkan prestasi, partisipasi dalam lomba, menangani PMDK, merekap presensi siswa, serta menangani siswa yang bermasalah. Adapun jumlah santri secara rinci bisa dilihat pada tabel dibawah ini: No Kelas Putra Putri Jumlah I 108 114 222 II 96 97 193 III 97 85 182 IV 73 47 120 V 56 49 105 VI 59 45 104 489 437 926 Sumber: Buku profile Ma’had Darul Arqam 17 ## d. Kegiatan ekstrakurikuler Ekstrakurikuler merupakan sarana penunjang untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki para santri dalam hal kepemimpinan, kemandirian, kerjasama, dan kreatifitas.Ma’had Darul Arqam memberikan tiga kegiatan ekstrakuriler yakni Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Hisbul Wathan (HW), dan Tapak suci. e. Waktu KBM Ma’had Darul Arqam mengatur kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Tidak ada waktu yang tersia-sia yang bukan untuk kegiatan pembelajaran. Pembagian waktu yang sangat rigid sangat membantu santri mengatur waktu yang efektif untuk kegiatan pembelajaran baik dikelas, asrama dan masjid. Para santri tinggal melaksanakn segala kegiatan sesuai jadwal yang sudah tersusun secra rapi. Jadwal secara rinci bisa dilihat dibawah ini: No Waktu Jenis Kegiatan 1 03.00-05.00 Sahalat Tahajud dan Subuh 2 05.00-05.40 Kegiatan belajar mengajar 3 05.40-06.20 Kegiatan belajar mengajar 4 06.20-07.15 Sarapan pagi 5 07.15-07.55 Kegiatan belajar mengajar 6 07.55-08.35 Kegiatan belajar mengajar 7 08.35-09.15 Kegiatan belajar mengajar 8 09.15-09.55 Kegiatan belajar mengajar 9 09.55-10.10 Istirahat 10 10.10-10.50 Kegiatan belajar mengajar 11 10.50-11.30 Kegiatan belajar mengajar 12 11.30-16.00 Dhuhur dan ashar 13 16.00-16.45 Kegiatan belajar mengajar 14 16.45-17.30 Kegiatan belajar mengajar 15 17.30-19.30 Makan malam & shalat maghrib 16 19.30-20.10 Kegaiatn belajar mengajar 17 20.10-20.50 Kegiatan belajar mengajar 18 20-50-03.00 Istirahat f. Penerimaan Santri Baru Calon santri baru yang akan diterima adalah yang memiliki dasar sebagai berikut: 17 Buku profile ma’had daru; arqam pdm kab.garut tahun 2011.  Mempunyai himmah dan cita-cita yang tinggi untuk menjadi kader islam atas kemauan sendiri dan mendapat dukungan penuh dari orang tua.  Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter  Sanggup mengikuti program pendidikan Ma’had Darul Arqam selama 6 tahun. g. Pembinaan Dalam rangka memperlancar keberhasilan proses pembelajaran, maka Ma’had Darul Arqam mengangkat seorang pembina di setiap kelas. Tugas utama pembina adalah mendampingi santri dalam menjalani kehidupan di Ma’had. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pembina harus mengacu nilai-nilai sebagai berikut:  Pembina sebagai pengasuh, dalam menjalankan tugas ini harus memiliki keyakinan bahwa tugas ini memiliki misi suci, ulet dan sabar, memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi serta mendahulukukan kepentingan anak asuhnya.  Kompeten dalam tugas, komptensi yang harus dimiliki diklasfikamenjadi dua yakni kompetensi umum dan kompetensi spesifik. Kompetensi umum meliputi integrasi personal, integrasi spiritual, ketrampilan memimpin dan memotivasi serta mengembangkan orang lain, dan berorientasi pada orang. Adapun yang termasuk kompetensi spesifik antara lain mampu berbahasa inggris dan arab, membuat rencana pengembangan diri santri, memiliki pengalaman organisasi yang luas. 5. Sarana dan Prasarana a. Sarana Penyelenggaraan pendidikan di Ma’had Darul Arqam Garut terintegrasi antara pesantren dan sekolah formal. Pendidikan formal dilaksanakan selama 6 tahun yang terdiri dari 3 tahun di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan 3 Tahun Madrasah Aliyah (MA). Adapun di masing-masing madrasah dibagi menjadi dua yakni MTs Putra dan MTs Putra, demikian juga di Madrasah Aliyah Putra dan Madrasah Aliyah Putri. Kebijakan yang ditempuh sebagai pesantren maka Ma’had Darul Arqam mewajibkan semua siswa atau santri harus mukim di asrama pesantren tanpa kecuali. Ma’had Darul Arqam dalam setiap penerimaan santri baru membatasi hanya menerima dua kelas saja. Mengapa demikian, karena keterbatasan sarana yang dimiliki pada hal animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya cukup tinggi. Di pesantren tidak hnaya menyediakan kelas tapi juga asrama dengan segala perlengkapannya. Uraian lengkap mengenai sarana bisa dilihat pada tabel dibawah ini: No Lembaga Ruang kelas MTs Putra 6 ruang kelas MTs Putri 6 ruang kelas MA putra 6 ruang kelas MA putrid 6 ruang kelas Kantor 1 unit bangunan 2 lantai Aula 1 unit bnagunan 2 lantai Asrama putra dan putrid 25 unit Kopontren 1 unit Balai Pengobatan 1 unit KBIH 1 unit b. Lembaga Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan demikian bhasa memegang peran strategis dalam membangun kerjasama, berinteraksi, dan menambah wawasan keilmuan. Dengan menguasai bahasa asing secara profesional, santri akan mampu menggali dan memperoleh wawasan keilmuan ynag baik pula. Oleh karena itu, Ma’had Darul Arqam menyadrai akan pentingya keberadaan sebuah lembaga bahasa. Lembaga bahasa tersebut keberadaanya untuk meningkatkan ketrampilan santri dalam berbhaasa asing dan sebagai sarana untuk mmeperluas cakrawala berpikir santri. c. Balai Pengobatan Balai pengobatan Ma’had Darul Arqam berdiri pada tanggal 25 Pebruari 1988. pada saat itu ada satu tenaga medis yang berdomisili di Ma’had Darul Arqam untuk mengelola operasional balai pengobatan. Balai pengobatan tersebut didirikan dengan maksud untuk memelihara kesehatan para santri dan keluarga besar Ma’had Darul Arqam serta masyarakat umum yang mau menggunakan jasa pengobatan milik Darul Arqam tersebut. d. Kopontren Koperasi pondok pesantren (KOPONTREN) adalah koperasi yang didirikan di lingkungan pondok pesantren guna menunjang seluruh kebutuhan warga yang berada di dalamnya. Oleh karen aitu keberadaan Kopontren sangat diperlukan. Disamping itu, sebagai badan usaha dapat membantu mmenuhi kebutuhan harian dan operasional pendidikan. Maka pada bula agustus 1985, Ma’had Darul Arqam membentuk Kopontren yang sudah mendapat pengakuan dari kementerian koperasi nomor; 8281/BH/KWK-10/14 tertanggal 23 Desember 1985. Adapun unit usaha Kopontren Darul Arqam antara lain:  Simpan pinjam  Waserda/mini market  Wartel e. Lembaga Haji Mulai tahun ajaran 2007/2008 Ma’had Darul Arqam bekerjasama dengan Lembaga Haji Muhammadiyah (LHM) dan AMWA Tours membentuk lembaga haji Darul Arqam. Lembaga ini dibentuk untuk mewujudkan harapan warga Muhammadiyah di Garut agar ada sarana yang menunjang kelancaran ibadah haji dan umroh ynag sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunah. 6. Organisasi Pendukung a. Posdam Pada tanggal 20 September 1992 didirikan suatu organisasi yang diberinama Persatuan Orang Tua Santri Ma’had Darul Arqam (Posdam). Tujuan dari dibentuknya Posdam adalah untuk membantu kelnacaran penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan Ma’had Darul Arqam. Agar tujuan pendidikan pondok bisa tercapai yakni mewujudkan dan memelihara hubungan yang lebih erat, serasi, dan bertanggung ajwab antara keluarga, masyarakat, Ma’had dan pemerintah tanpa mencampuri urusan teknis pendidikan yang sepenuhnya menjadi wewenang pimpinan Ma’had dan pembina pendidikan. b. Ikadam Pada tanggal 11 Oktober 1984 dibentuk Ikadam yakni Ikatan Abiturien Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah. Adapun selaku ketua Hafid Ismail dan Cucu Suryana sebagai sekretaris. ## I. WAWASAN MULTIKULTURAL DAN ANALISIS 1. Pola Pengembangan Wawasan Multikultural Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah daerah Garut mengintegrasikan antara pesantren dengan sekolah formal menjadi satu kesatuan dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, tidak dikenal istilah pagi untuk pembelajaran sekolah formal dan sore untuk kegiatan pembelajaran pesantren. Ma’had Darul Arqam mencari terobosan baru dalam proses pembelajaran yang tidak mengenal dikotomi. ## a. Perspektif Dasar Sebagai sekolah kader yang mencetak calon ulama di lingkungan Muhammadiyah tentu Ma’had Darul Arqam memiliki pandangan jauh ke depan berkaitan dengan output pendidikan ynag akan dihasilkan. Seperti membekali wawasan multikultural untuk menjawab tantangan zaman. Menurut penuturan Ustadz A. Saefudin “ bahwa memberi wawasan tentang multikultural pada anak itu sangat penting. Kan dalam Al Qur’an di sebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa, bersuku-suku itu untuk saling mengenal, ini adalah ayat kebnagsaan yang menjadi dasar kita dalam memahami suatu kenakeragaman ” 18 Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ustadz H.Iyet Mulyana “ bahwa manusia lahir itu kan sudah beda-beda, baik suku, warna kulit maupun agamanya. Dalam Al qur’an kan sudah dijelaskan sangat gamblang. Dengan demikian, maka harus saling menghormati, menghargai atas perbedaan tersebut ” 19 . Dari dua pernyataan tersebut di atas bisa digaris bawahi bahwa perihal perbedaan ataupun keanekaragaman merupakan kodrat dasar manusia yang dibawa sejak lahir oleh karena tidak sepantasnya dipertentangkan. Saling menghormati tentang sesuatu yang sudah built in dalam diri seseorang mestinya menjadi suatu keniscayaan. Bahkan dalam Undang-Undang Dasar 45 juga dicantumkan tentang pernyataan berkaitan dengan keberagaman tersebut sehingga tak satu orang pun berhak mempersoalkan hal yang berbeda itu. Disinilah diperlukan adanya kesamaan persepsi dalam memahami perbedaan kebudayaan, tradisi, suku maupun agama. Dibutuhkan suatu kedewasaan berpikir dan bertindak dalam memahami hal ini. Dengan demikian, lembaga pendidikan menjadi tempat ynag strategis dalam menggulirkan isu-isu ynag berkaiatan dengan pemahaman multikultural. Oleh karena itu dibutuhkansuatu pola pengembnagan yang tepat sasran dalam mengemabngkan wawasan multikultural pada para santri. ## b. Pendekatan Partisipatori Penggunakan pola partisipatori dimaksud bahwa anak diberikebebasan dalam menentukan segala sesuatunya, dalam artian bahwa ketika anak melakukan kebaikan diberi imbalan. Menurut Ustadz A. Hidayat ‘ agar santri berperilaku yang baik, bisa saling menghormati terhadap teman dan lingkungan yang berbeda kalau ditanamkan dengan sungguh kan bisa berhasil apalagi kalau diberi teladan oleh para gurunya sehingga anak tidak perlu disuruh- suruh akan melakukan sendiri” 20 Pernyataan tersebut sangat tepat bila dilihat dari perspektif pola partisipatoris dimana seorang santri/anak dalam melakukan sesuatu sudah terpola sebagai sebuah konsekuensi logis dari suatu aktifitas yang sudah menjadi sistem. Dalam hal ini memang dibutuhkan keuletan dan kesabaran yang ekstra tinngi. c. pola represi Menurut Ustadz H.Iyet Mulyana “ bila anak atau santri melakukan suatu pelanggaran dalam berproses,biasanya diberi sangsi yang mendidik, di darul Arqam kan antara putra dan putri dipisah. Bila santri putra ditempatkan sendirian di kelas putri maka ia akan malu, dan ini cukup efektif untuk mengurangi pelanggaran ” Dalam pola represif memang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap suatu kesalahan. Termasuk dalam hal ini adalah unsur yang meneknakan pada kepatruhan dalam menjalakan aturan. Bila seseorang dalam melkaukan sesuatu karena tekana dari luar biasanya orang tersebut kurang termotivasi dalam bertindak. Memang unsur motivasi yang mengerakan seseorang berperilaku. Oleh karen aitu memang motivasi menjadi peletak dasar seseorang dalam bertindak. 18 Wawancara dengan Ustadz A.Saefudin tanggal 7 Juni 2011 19 Wawancara dengan Ustadz H.Iyet Mulyana tanggal 7 Juni 2011 20 Wawancara dengan Ustadz A.Hidayat tanggal 7 Juni 2011 Menurut A.Fathurahman “ saya sebagai seorang santri disini tentu harus mematuhi semua aturan yang sudah dikeluarkan atau ditetapkan oleh pihak pimpinan ma’had. Akan tetapi yang namanya orang kadangkala sering melanggar aturan yang ada sehingga sering dihukum ” 21 Seseorang memang sering kelihatan agak aneh. Bila sesuatu itu dilarang biasanya justru aturan tersebut sering dilanggar, maka harus ditanamkan motivasi berprestasi pada setiap diri santri agar dalam melakukan sesuatu itu tidak perlu menggunakan cara-cara paksaan apalagi cara yang represif, tentu hal itu akan menjadi preseden kurang baik. ## 2. Proses Pengembangan Wawasan Multikultural Dalam suatu proses didalamnya terdapat tahap-tahap dalam menjalanakannya. Demikian juga dalam mengembangakn wawasan multikultural pada para santri, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui seseorang ketika akan melkaukan sesuatu. a. Proses formal Yang dimaksud proses formal di sini bahwa lembaga sekolahlah yang memiliki kewenagan dalam melakukan suatu sosialisasi nilai. Menurut Ustadz A. Hidayat “ dalam melakukan internalisasi pemahaman konsep multikultural sudah terintegrasi dalam mata pelajaran, ada mapel PKn, Mapel tafsir, dan akidah. Jadi seorang guru PKn dalam PBM harus juga mengaitkan dengan keanekaragaman baik budaya, suku, tradisi maupun agama sehingga menjadi bekal yang baik bagi siswa ”. 22 Mata pelajaran PKn memang berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban warganegara dalam konteks bernegara,saling menghormati, saling menghargai sesama manusia. Memelihara kerukunan, membangun sikap toleransi karena setiap warganegara memiliki keragaman budaya, etnik, tradisi yang berbeda-beda. Lebih lanjut Ustadz A. Hidayat menjelaskan “ bahwa di pelajaran Tafsir pun siswa juga diajarkan tentang multikultural. Bagaimana seorang guru pandai mengaitkan topik pelajaran dengan konteks kekinian. Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk sellau meningkatkan kapasitas keilmuannya sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup” Hal itu juga dikuatkan oleh Saefullah “ di Darul Arqam diusahakan pada mata pelajaran tertentu seperti PKn, Akidah dimuati hal-hal yang berkaitan dengan mulikultural sehingga santri memiliki pemahaman yang baik tentang multikultural. Di sini memang kalau agamanya tidak multi tapi untuk suku beraneka ragam, ada yang jawa, sunda, sumatra, dan lain-lain”. 23 Menyadari pentingnya pemahaman tentang keanekaragaman atau multikultural bagi para santri bagi Ma’had Darul Arqam menjadi kewajiban moral agar output pendidikan bisa adaptasi dimanapun ia hidup. Membicarakan perihal multikukltural dalam konteks Darul Arqam sudah by design sehingga bagi santri yang masih aktif maupun sudah menjadi alumni sudah terbentuk dalam perilaku sehari-hari. Menurut Ustadz H. Iyet Mulyana “ untuk pemberian pemahaman tentnag multikultural pada santri sudah inklud dalam mata pelajaran tertentu tidak di sendirikan. Di Darul Arqam itu kegiatan pembelajaran mulai 5 pagi sudah mulai dan berakhirnya pukul 21.00 WIB, waktu yang sudah padat tersebut tidak mungkin untuk membuat kurikulum tersendiri nanti bebannya menjadi banyak ” 24 Dalam ilmu ekonomi, bahwa ukuran dalam mengerjakan sesuatu dianggap baik kalau dikerjakan secara efisien dan efektif. Ma’had Darul Arqam mengintegrasikan pembelajaran multikultural menyatu dalam mata pelajaran diasumsikan sebagai cara ynag efisien dan efektif. Beban kurikulum yang sudah banyak nampaknya mengintegrasikan ke dalam kurikulum yang sudah ada menjadi pilihan terbaik, tinggal bagaimana guru mapel tertentu pandai mengkontekstualkan materi pembelajaran. 21 Wawancara dengan Saudara Fatkhurahman tanggal 7 Juni 2011 22 Wawancara dengan Ustadz A.Hidayat tanggal 7 Juni 2011 23 Wawancara dengan ustadz Saefullah tanggal 7 Juni 2011 24 Wawancara dengan Ustadz H.Iyet Mulyana tanggal 7 Juni 2011 b. Proses Informal Pembelajaran yang berproses diluar kelas bisa menjadi alternatif bagi proses internalisasi nilai tertentu. Bagi santri yang tinggal diasrama, disana pun juga terjadi proses pembelajaran sekaligus santri mempraktekannya. Menurut Ustadz A. Saefudin “ bahwa poros pesantren itu kan ada tiga yakni kelas, masjid dan asrama. Di asrama inilah para santri harus bergaul dengan taman-teman dari berbagai daerah, kebetulan di Darul Arqam tidak hanya dari daerah Garut saja akan tetapi sudah datang dari mana-mana. Oleh karenanya, santri mesti belajar menghargai , menghormati perbedaan, keanekaragaman yang tiap hari rasakan di asrama ” 25 Hal yang sama disampaikan ustadz A. Hidayat “ asrama menjadi tempat yang cukup strategis untuk mempraktekan nilai multiukultural yang kebetulan di Darul Arqam berbagai suku ada disini. Karena di sini tidak disendirikan dalam bentuk kurikulum maka apa yang sudah diajarkan di kelas lalu dipraktekan di asrama ” Proses informal sangat membantu sekali bagi para santri dalam melakukan interaksi dengan teman sejawat. Asrama sebagai tempat pembelajaran di luar kelas memberikan nuansa yang berbeda bagi para santri. Proses sosialisasi secara informal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses internalisasi nilai termasuk multikultural yang kemudian menemukan bentuknya. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Wawasan Multikultural a. Faktor pendukung Proses penanaman nilai membutuhkan suatu usaha dan kondisi ynag bisa mendukung tercapainya tujuan. Oleh karenanya, apa yang sudah direncanakan bisa tepat sasaran. Demikan juga dalam mengembangkan wawasan santri tentang multikultural dipengaruhi faktor-faktor tertentu. 1) Spirit Kebhinekaan Menurut Ustadz H,Iyet Mulyana “ bicara tentang multikultural kita berkaca pada Al Qur’an, di sana dijelaskan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa, bersuku-suku agar saling mengenal. Ini adalah ayat kebangsaaan bagi kita umat islam. Maka melalui ayat ini bagi Darul Arqam persoalan multikultural harus disebarakan dan diajarkan ke para santri, yang penting tidak menyinggung soal akidah ” 26 Ungkapan senada dikemukakan oleh Ustadz A.Saefudin “ soal penanaman pemahaman multikultural pada santri, bagaimana kita menghormati yang beda agama, suku, tradisi dan sebagainya. Hal itu sudah dicontohkan Rosul melalui piagam madinah.. sepanjang persoalan multikultural itu tidak menyerempet soal akidah, itu bisa dan tidak ada masalah ” 27 Pandangan itu dikuatkan juga oleh Bapak Ahmad Rodhia “ jargon kita adalah islam itu rahmatan lil alamin, bagaimana bisa melkasanakan hal ini kepada setiapmorang menjadi kewajiban bagi orang muslim. Bagi mulsim agama islam adalah yang paling benar, namun demikian kita harus menghormati akidah orang lain ynag berbeda dengan kita. Hal itu dicontohkan Nabi Muhammad pada saat hidup di Madinah yang multietnik dan agama bisa hidup rukun dan damai dibuat kesepakatan melalui piagam madinah ” 28 Pada prinsipnya memberikan pemahaman multikultural pada santri memberi ruang yang cukup sebagai bekal dalam mengarungi hidup yang beraneka ragam ini. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa dalam penanaman nilai multikultural jangan sampai melanggar rambu- rambu akidah. Karena prinsip islam adalah rahmatan lil alamin. Yang sering menjadi masalah justru orang islam itu sendiri ynag belum memiliki pemahaman yang baik disertai perilaku yang sesuai dengan teks dan konteksnya. 25 Wawancara dengan Ustadz A.Saefudin tanggal 7 Juni 2011 26 Wawancara dengan Ustadz H.Iyet Mulyana tanggal 8 Juni 2011 27 Wawancara dengan ustadz A.Saefudin tanggal 8 Juni 2011 28 Wawancara dengan Bapak Ahmad Rodhia tanggal 8 Juni 2011 ## 2) Poros Asrama Keberadaan asrama dalam pesantren bukan semaat-mata sebagai tempat tidur namun lebih dari itu. Di dalamnya terdapat pergulatan diskursus yang selalu hadir dan menyeruak alam pikiran yang menjadi denyut nadi kehidupan para santri. Asrama menjadi pusat pembelajaran kehidupan riil yang cukup memiliki nilai strategis bagi para santri dalam mengolah dan menerima informasi termasuk didalamnya memahami aspek kebinekaan. Menurut M.Kharisma “ di asrama kita kan berteman dari berbagai daerah, tidak hanya datang dari garut saja. Maka apa yang kita peroleh di kampus terus dipraktekan di asrama. Distulah para santri ditempa untuk bisa memahami keankearagaman kultur, bahasa, dan tradesi orang dari berbagai latarbelakang” 29 Hal yang sama diungkapkan A.Fathurahman” kalau di asrama memang yang sering dominan biasanya orang asli garut, namun demikian kita belajar memahami perbedaan yang seperti ini. Lama-kelamaan juga mereka berubah juga kemudian kita bisa memahami aspek budaya mereka yang tidak sama dengan kita ” 30 Bagaimana pun juga, asrama memegang peran penting dalam mengimplementasikan konsep-konsep yang diajarkan dikelas simultan dengan kehidupan di asrama. Oleh karena itu, pengelolaaan asrama yang mengedepankan aspek humanisme juga turut andil dalam membantu proses internalisasi nilai-nilai religius termasuk di dalamnya multikultural. 3) keseimbangan teori dan praktek Dunia sekolah adalah dunia akademik Namun demikian, sekolah tidak semata-mata membicarakan yang melangit yang tidak menyentuh aspek fakta. Yang ideal memang adanya keseimbanagan antara teori yang dipelajari di kelas dengan praktek dalam kehidupan. Pesantren mencoba mengadopsi konsep keseimbangan tersebut. Menurut Ustadz A. Saefudin “ kita belajar di sini, kan kurikulum sudah mengikuti pemerintah dan yang pesantren kita format sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Belajar tafsir pun diajarkan juga tentang multikultural sehingga santri mempunayi penegtahuan yang cukup tentang hal itu, dan kemudian di asrama mereka hidup dengan orang lain dari berbagai daerah yang budaya, dan bahasanya berbeda sehingga tidak muncul islamologi belaka” 31 Hal serupa diungkapkan Bapak Ahmad Rodhia “ pada prinsipnya mengapa di Darul Arqam semua santri wajib mukim karena salah satunya agar pembinaan kepada santri lebih efektif dan efisien dibantu para pembina yang setiap saat stand by untuk memonitor pembelajaran apa yang diajarkan dikelas juga dilaksanakan di asrama dan berimplikasi pada mereka ketika sudah hidup bermasyarakat”. 32 Menggarisbawahi apa yang dikemukakan narasumber adalah konsep keseimbangan. Pembelajaran yang terlalu akademis maka lebih banyak membahas soal teori saja yang berdampak pada penegmabnagan kemampuan kognitif, maka perlu diimbangi dengan implementasi di lapangan. Maka asrama menjadi tempat yang tepat bagi para santri melaksanakan apa yang sudah dipelajari dikelas kemudian dipraktekan dalam hidup bersama di asrama. Terlebih para pembina selalu memonitoring seluruh kegiatan santri sehingga ketika ada ketidakberesan bisa langsung dicegah atau paling tidak bisa langsung dikasih treatment. Kelebihan pesantren dengan asramanya yakni posisi para pembina harus bisa menempatkan diri sebagai orang tua kedua. Dengan segala kekuatan yang dimiliki harus secara maksimal melakukan proses transformasi pada para santri dengan berbagai pengetahuan dan skill yang berguna dikemudian hari, sehingga dengan bekal tersebut para santri menjadi lebih siap dalam menapaki hidup bermasyarakat dan bermanafaat bagi lingkungannya. 4) Terintegrasi pada Mapel Mengingat jumlah kurikulum yang diajarkan begitu banyak, maka mengintegrasikan ke dalam kurikulum yang sudah ada menjadi pilihan terbaik apa bila kita ingin memasukan suatu 29 Wawancara dengan saudara M.Kharisma tanggal 8 Juni 2011 30 Wawancara dengan saudara A.Fatkhurohman tanggal 8 Juni 2011 31 Wawancara dengan Ustadz A.Saefudin tanggal 8 Juni 2011 32 Wawancara dengan Bapak Ahmad Rodhia tanggal 8 Juni 2011 unsur nilai tertentu seperti multikultural pada mapel tersebut. Demikian juga apa yang dilakukan oleh Ma’had Darul Arqam memilih jalan itu. Menurut Ustadz A.Hidayat “ sekali lagi, di Darul Arqam bila berbicara aspek multikultural sudah menyatu dengan pelajaran Pkn, Tafsir, tarikh islam. Disitulah anak-anak dibekali pengetahuan tentang multikultural, aspek kebinekaan. Kita tidak menyendirikan dalam bentuk kurikulum karena beban kurikulum kita sudah banyak ” 33 . Hal itu juga dikuatkan oleh Ustadz A.Saefudin “ sebagai sekolah kader ulama, Darul arqam tentu harus menyiapkan calon lulusan yang berkualitas. Apabila wacana multikultural harus menjadi bagian penegtahuan yang miliki para santri. Cuma itu tidak dibuat kutikulumnya seperti kurikulum antikorupsi. Hal itu disisipkan pada mata pelajaran tertentu seperti PKN, tarikh islam, disitulah dimasuki unsur penegtahuan multikulktural kepada para santri” 34 . Sebagai sekolah yang diidealkan untuk menghasilkan calon ulama yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni, maka Darul Arqam harus memberi penegtahuan yang cukup kepada para santri terlebih masalah multikultural. Wacana multikultural menjadi aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena di negara kita terdiri dari banyak suku, ras, budaya serta agama yang berbeda-beda. Memahami aspek keanekaragaman budaya, etnik dan lain-lain menjadi penting ditengah kehidupan yang makin global. Santri sebagai orang yang sudah berproses dalam pendidikan dan memiliki kualifikasi akakdemik yang cukup untuk bisa berbaur dengan segala keberbedaan yang ada sebagai sesuatu yang niscaya. Bukan malah sebaliknya mempersoalkan eksistensi budaya orang lain ynag dianggap lebih rendah. ## b. Faktor Pengambat Faktor pengambat merupakan faktor yang kurang mendukung bagi proses tarnsformasi pengethauan dalam hal ini adalah multikultural. Berikut ini akan diuraikan sejumalh faktor yang diasumsikan bisa menjadi penghambat bagi terjadinya proses tarsformasi untuk mengembangkan wawasan. 1) tidak semua guru memiliki pengetahuan yang cukup tentang multikultural Idealnya memang guru menjadi orang yang serba tahu akan segala sesuatu termasuk wacana baru yang sedang berkembang di masyarakat karen akses informasi sudah mudah tinggal bagaimana orang kreatif memperolehnya. Menurut Saefullah “ ya memang membicarakan hal baru seperti konsep multikultural itu siapa saja bisa, namun tidak semua guru intens mengikuti mainstream wacana teks-teks keagamaan yang berkembnag di masyarakat. Tapi kalau guru aktif mengikuti seminar atau workshop mungkin memahami masalah multikultural bukan hal sulit” 35 Hal yang sama diungkapkan oleh Ustadz A.Saefudin “ sebenarnya semuanya tergantung dari masing-masing guru, kan sudah banyak televisi yang sering memuat berita atau koran yang setiap saat bisa kita baca baik yang kolom, artikel atau yang lainnya. Istilah-istilah asing seperti multikultural secara bahasa kita tahu tapi kan belum tentu pas maksudnya dengan konteks aslinya”. 36 Pandangan lain datang dari Ustadz H.Iyet Mulyana “ berkaiatan dengan apapun termasuk konsep multikultural, kita selalu merujuk ke majlis tarjih PP Muhammadiyah sehingga kita satu suara. Namun bagi kita yang ada di Darul Arqam setiap perkembnagan kita selalu melakukan konsultasi ke PP Muhammadiyah” 37 33 Wawancara dengan Ustadz A.Hidayat tanggal 8 Juni 2011 34 Wawancara dengan Ustadz A.Saefudin tanggal 8 Juni 2011 35 Wawancara dengan Saudara Saefullah tanggal 9 Juni 2011 36 Wawancara dengan Ustadz A.Saefudin tanggal 9 Juni 2011 37 Wawancara dengan Ustadz H.Iyet Mulyana tanggal 9 Juni 2011 Menurut Ustadz A.Hidayat “ sebenarnya sih ga ada masalah asal berkaiatan dengan kompetensi guru yang mengajar sambil mengaitkan ke topik lain bukanlah pekerjaan mudah karena harus didukung pengetahuan dan wawasan ynag cukup luas. Nah masalahnya sekarang pada sumber daya manusianya “ 38 Menggaris bawahi pandangan di atas, memang mengkontekskan isi materi pelajaran ke topik lain yang relevan butuh kemampuan yang cukup sehingga apa yang disampaikan di depan santri relevan. Tiap guru pada dasranya selalu melakukan hal yang maksimal. Oleh karena itu, intensitas membaca menjadi sebuah kebutuhan untuk mengemabngkan kapasitas diri para guru dalam menyerap hal-hal baru. Maka asumsinya bila mengajar ingin sukses sudah seharusnya menjadi kebutuhan maka akan melakukan hal-hal yang kreatif. 2) Belum Terbentuknya pola pikir terbuka atau open minded Dalam teori sosial sering diungkapkan bahwa dikalangan pesantren sellau muncul dua kubu yang saling bersebarangan, ada kubu konservative dan kubu pembaru. Versi tersebut selalu ada di kelompok agama apapun. Sehingga kalau ada hal-hal baru kubu konservatif tidak serta merta langsung menerima namun mempertimbangkan dengan berbagai hal. Hal itu sangat beda dengan kubu pembaru yang biasanya cukup responsif menerima hal-hal baru. Menurut Ustadz H.Iyet Mulyana “ kita bila berbicara sesuatu apapun termasuk multikulturalisme hendaknya selalu mengacu kepada PP Muhammadiyah atau paling tidak konsultasi terlebih dulu ke mereka sehingga apa yang kita ucapkan tidak bertentangan dengan para pimpinan. Itu tradisi yang kita kembangkan dan dijalani selama ini, kalau suara dibawah tidak sama denagn para pimpinan kan menjadi preseden buruk, ini bukti bahwa kita tidak kompak ”. 39 Pandangan lain dari Ustadz A.Saefudin “ bila kita berhubungan dengan konsep-konsep baru terlebih dulu kita harus menyeleksi jangan menerima begitu saja tanpa reserve. Misal multikultural, nabi sudah memberi contoh jauh-jauh hari sebelum konsep ini menglobal. Cuma masalahnya hal itu bukan datang dari kalangan kita seakan-akan kita itu ketinggalan. Pada hal itu sudah dipraktekan oleh nabi. Nah, masalahnya sering umat Islam dalam hidupnya tidak selalu mengacu kepada Nabi ”. 40 Hal tersebut juga dikuatkan oleh Bapak A. Rodhia “ pada saat Nabi hidup diMadinah yang beraneka ragam sukunya, ada yahudi, nasranai, persia semuanya bisa hidup rukun yang kemudian Nabi membuat piagam Madinah itu. Ini kan contoh multikultural yang sudha dipraktekan nabi. Akan tetapi keadaan sekarang umat islam sering dituduh kurang bisa menghargai pluralitas dan heterogenitas. Hal lain juga berkaitan dengan isu-isu keagamaan pesantren harus hati-hati jangan sampai keliru memaknainya”. 41 Kalangan pesantern baik yang modernis maupun yang tradisional, secara umum kadang- kadang kurang begitu merespons terhadap wacana-wacana yang berkembang seperti isu pluralisme, multikulturalisme, dan lain-lain. Di satu sisi memang pesantren sesuai filosofi awal memang untuk tafaquhu fi addin sehingga hingar bingar di luar serasa kurang direspon secara cepat. Beda dengan kalangan kampus yang secara institusi sering disebut sebagai agen of change. Sikap yang demikian bagi pesantren bukan berarti alergi terhadap hal-hal yang berbau diskursus namun lebih memposisikan diri sebagai penjaga tradisi karena bisa berfungsi sebagai ruang konservasi. ## J. PENUTUP 1. Kesimpulan 38 Wawancara dengan Ustadz A.Hidayat tanggal 9 Juni 2011 39 Wawancara dengan Ustadz H.Iyet Mulyana tanggal 9 Juni 2011 40 Wawancara dengan Ustadz A.Saefudin tanggal 9 Juni 2011 41 Wawancara dengan Bapak A.Rodhia tanggal 9 Juni 2011 a. Bahwa proses pengembangan wawasan multikultural para santri Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah di bagi menjadi dua yakni proses formal dan proses infromal. Proses formal berkaitan dengan proses pembelajaran yang terjadi di kelas, sementara proses informal terjadi di asrama tempat mukim para santri b. Pola pengembangan wawasan multikultural yang dilakukan oleh Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah menggunakan dua pendekatan yakni pemberian reward dan punishment. Pendekatan reward diberikan bagi santri yang memiliki prestasi akademik, sementara pola punishment atau represif diberikan adalah untuk menegakan aturan yang ada. c. Faktor pendukung dan penghambat dapat dikelompokan menjadi dua yakni faktor internal dan ekstrenal. Faktor internal meliputi adanya spirit bahwa memberi pemahaman tentang kebinekaan atau multikultuyral merupakan hal yang mendasar, kehidupan santri di asrama, keseimbanagn teori dan praktek serta sudah terintegrasi dalam mapel. Sedangkan faktor eksternal antara lain tidak semua guru atau ustadz memiliki pengetahuan yang cukup tentang multikultural dan belum terbentuknya pola pikir terbuka atau open minded . 2. Saran a. Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah agar lebih inovatif dan kreatif lagi dalam mengembangkan wawasan multikultural pada para santrinya. b. Ma’had Darul Arqam lebih proaktif dalam mengembangkan open minded terhadap hal-hal baru seperti wacana multikultural. ## DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Wahid (2001) . Menggerakan tradisi esai-esai pesantren, Yogyakarta: LKIS Ahmad Barizi (2005). Holistika pemikiran pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers Buku profile muhammadiyah pdm kab.garut tahun 2011 Moleong (1999). Metode penelitian kualitatif, Bandung: Rosdakarya Miles & Huberman (1985). Qualitative data analysis, London:Koganpage Parsudi Suparlan (2004). Masyarakat majemuk, masyarakat multikultural; memperjuangkan hak minoritas Sugiyono (2005). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta S. Nasution (1997). Metodologi penelitian naturalistik-kualitatif, Bandung:Tarsito Soerjono Soekanto (2006). Sosiologi suatu pengantar, Jakarta: Rajawali Pers Yusuf Asri (Ed).(2010). Dialog pengembangan wawasan multikultural, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kementerian Agama. http://www.id.wikipedia.org Narasumber Penelitian: 1. Iyet Mulyana (pimpinan ma’had) 2. A.Saefudin (Kepala Madrasah) 3. A. Hidayat (guru) 4. A. Rodhia (tokoh Masyarakat 5. Saefullah (Alumni) 6. M. Kharisma (santri) 7. A. Fathurahman (santri)
c6add7aa-7fbd-466c-9f29-67388b97b06b
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience/article/download/13837/8822
Jurnal Pharmascience, Vol. 10, No.1, Februari 2023, hal: 102-109 ISSN-Print. 2355 – 5386 ISSN-Online. 2460-9560 https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience Research Article ## Aktivitas Minyak Atsiri Bunga Lili (Lilium auratum) terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa Saftia Aryzki 1 *, Dwi Rizki Febrianti 2 1 Program Studi Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Sari Mulia, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia 2 Program Studi DIII Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan ISFI Banjarmasin, Banjarma- sin, Kalimantan Selatan, Indonesia Email: [email protected] ## ABSTRAK Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa menjadi salah satu penyebab penyakit nosokomial. Potensi bahan alam seperti bunga lili belum banyak digali, komponen minyak atsiri bunga lili memiliki kandungan benzaldehid, linalol, simen, borneol dan osimen yang dapat bereaksi dengan komponen dinding sel bakteri yang menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui potensi minyak atsiri bunga lili (Lilium auratum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan seri konsentrasi 12 μL, 25 μL, 50 μL menggunakan metode sumuran. Hasil uji didapatkan minyak atsiri bunga lili mampu menghambat bakteri dengan rata-rata zona hambat pada masing-masing minyak atsiri pada 12 µl sebesar 3,025 mm dengan kategori aktivitas rendah pada volume 25 µl sebesar 8,675 mm dengan kategori aktivitas sedang, dan pada volume 50 µl sebesar 13,018 mm dengan kategori kuat. Kata Kunci: Minyak Atsiri, Lilium auratum, Pseudomonas aeruginosa, Zona Hambat, Metode Sumuran ## ABSTRACT Infections caused by the bacterium Pseudomonas aeruginosa are one of the causes of nosocomial diseases. The potential of natural materials such as lilies has not been ex- plored much, the components of lili essential oil contain benzaldehyde, linalol, cement, bor- neol and osimen which can react with bacterial cell wall components causing damage to bacterial cell walls. The purpose of this study was to determine the potential of lili (Lilium auratum) essential oil in inhibiting the growth of Pseudomonas aeruginosa bacteria with a concentration series of 12 L, 25 L, 50 L using the disc method. The test results showed that lili essential oil was able to inhibit bacteria with an average inhibition zone of each essential oil at 12 l of 3.025 mm with a low activity category at a volume of 25 l of 8.675 mm with a moderate activity category, and a volume of 50 l of 13,018 mm with strong category. Keywords: Essential Oil, Lilium auratum, Pseudomonas aeruginosa, Inhibitory Zone, Well Method ## I. PENDAHULUAN Infeksi merupakan masalah yang cukup besar di Indonesia (Poejiani, 2021). Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti virus, jamur, bakteri atau parasit. Berdasarkan Survey Kesehatan Departemen Kesehatan tahun 2014, penyebab utama kematian antara lain: 28,1% disebabkan oleh penyakit infeksi (Depkes, 2014). Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial (Inweregbu, 2005). Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit yang bersumber dari fasilitas kesehatan. Bakteri gram negatif penyebab infeksi nosokomial yang sering ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa (Refdanita, et al ., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Khan, et al . (2015) dengan menggunakan 315 sampel pasien yang berada di rumah sakit di Cina menunjukkan bahwa terdapat 24,9% dari seluruh pasien mengalami infeksi nosokomial yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa . Kejadian infeksi nosokomial di negara berkembang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi termasuk di Indonesia sekitar 6-16% (Poejiani, 2021). Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa menjadi sulit dalam terapi pengobatan, hal ini disebabkan karena penularan infeksi yang begitu cepat dan sifat resistensinya terhadap antibiotik. Resistensi antibiotik ini menjadi ancaman terhadap pengobatan penyakit infeksi di dunia sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu pengembangan pengobatan alternatif yang berkhasiat sebagai antibakteri yang berasal dari bahan alami yaitu tumbuh-tumbuhan (Poejiani, 2021). Tanaman lili merupakan salah satu tanaman terbaik dunia yang memiliki berbagai keragaman dari segi aroma yang lemah hingga kuat sehingga banyak dimanfaatkan untuk penelitian secara biokimia (Johnson, et al , 2016). Secara umum tanaman lili memiliki sembilan variasi di dunia dan memiliki lebih dari 60 komponen senyawa volatil dalam satu jenis varian (Kong, 2012). beberapa kandungan yang terdeteksi adalah terpenoid, benzenoid, derivat asam lemak dan monoterpen (kong, 2012; Hui-xiu, 2013). Bahan alam yang dapat digunakan salah satunya seperti bunga lili karena tanaman lili berpotensi sebagai antimikroba. Bunga lili sebagai antimikroba diperoleh dari sekresi protein LsGRP1 yang merupakan turunan dari peptida melalui sintesis kimia yang disinyalir dapat menghambat proses metabolik bakteri patogen (Karina, 2015). Komponen dari senyawa minyak atsiri dapat bereaksi dengan komponen dinding sel bakteri yang menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Kandungan senyawa benzaldehid, linalol, simen, borneol dan osimen dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui potensi minyak atsiri bunga lili ( Lilium auratum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa . ## II. METODE ## A. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah minyak atsiri bunga lili ( Lilium auratum ) yang dibeli di PT. Lansida, yogyakarta. ## B. Alat dan Bahan Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Cawan petri (iwaki ® ) tabung reaksi (iwaki ® ), gelas ukur (duran ® ), pinset, oven (biner ® ), inkubator (incucell ® ), api bunsen, jarum ose, jangka sorong (c-mart ® ), timbangan (ohaus ® ), tabung erlenmeyer (duran ® ), autoklaf (bioone ® ), laminar air flow (LAF), gunting,kaca benda (cat ® no 7101), kaca penutup (cat ® no 7101), mikroskop (nikon ® ) spidol (snowman), alumunium foil (klin ® ), tissue (paseo), masker (sensi mask ® ) dan sarung tangan (sensi ® ). Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Minyak atsiri bunga lili (PT lansida ® ), etanol (teknis) , bakteri Pseudomonas aeroginosa, media Nutrient Agar ( Merck® ). ## C. Uji Aktivitas Antibakteri ## 1. Sterilisasi Alat Bahan dan alat yang tidak tahan pemanasan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. alat tahan pemanasan menggunakan oven pada suhu 180°C selama 1 jam. Pengerjaan uji mikrobiologi dilakukan secara aseptis di dalam lemari LAF. 2. Pembiakan Bakteri Bakteri Pseudomonas aeruginosa diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin. Biakan murni bakteri diremajakan pada media padat Nutrien Agar dengan cara menggoreskan jarum 1 ose yang mengandung bakteri Pseudomonas aeruginosa secara aseptis (Febrianti, 2021). ## 3. Pembuatan Media Sebanyak 2,4 gram Nutrien Agar ditambah 120 ml Aquades, panaskan hingga larut dan ph mencapai 6,8. sterilkan dengan autoklaf suhu 121°C selama 15 menit (Febrianti & Ariani, 2020). ## 4. Uji Daya Hambat Uji daya hambat pada metode ini ialah metode Kirby-Bauer dengan menggunakan teknik sumuran. Dituang 20 ml media NA dan ditambahkan suspensi bakteri 200 µl, lalu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan penelitian setelah itu lubang diisi dengan minyak atsiri yang akan diuji antibakterinya dengan volume 12 μL, 25 μL, 50 μL. Daerah jernih yang terbentuk di sekitar sumur pada media NA. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi dengan suhu 37°C, lakukan replikasi 3X (Korompis & Nangoy, 2017) ## 5. Pengukuran Zona Hambat Zona hambat yang terbentuk di sekitar sumur diukur diameter vertikal dan diameter horizontal dengan satuan milimeter (mm) menggunakan jangka sorong (Warbung et al., 2014). ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Kandungan Minyak Atsiri Bunga Lili (Lilium auratum) Hasil analisis PT. Lansida minyak bunga lili ( Lilium auratum ) mengandung 12 kandungan, yaitu benzene, 1, 4-diet- hoxy-2-methyItridecane, Tetradecane, Pentadecane, 7-hexadecene, Hexadecane, 8-heptadecene, heptadecane, 9, 17-octade- cadienaI, 1,6,10-dodecatriene, 9, 17-octa- decadienaI, 1,6,10-dodecatriene, 7,11-dii- methyI-3-methyIene dan heneicosane . Beberapa kandungan tersebut memiliki fungsi sebagai antibakteri (Febrianti, 2021). ## B. Hasil Sterilisasi Alat Dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan dalam proses uji aktivitas antibakteri disterilkan untuk mencegah kontaminasi dengan mikroorganisme lain Sterilisasi menggunakan autoklaf menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel mikroba sehingga sel mengalami denaturasi protein yang langsung dapat mematikan mikroba dengan uap air panas bertekanan tinggi (Rizal et al., 2016). Pengunaan oven menggunakan panas tinggi yang menyebabkan dehidarsi sel dan denaturasi protein bakteri (Putri, 2013). Alat-alat seperti ose, cork borer (pelubang sumur) disterilkan dengan metode Flamber, yaitu direndam dengan alkohol 70% selama 5 menit kemudian dipijarkan dengan api bunsen dikarenakan alat-alat tersebut tidak tahan terhadap pemanasan yang akan mengakibatkan kerusakan (Febrianti, 2021). ## C. Hasil Uji Daya Hambat Bakteri Penelitian ini menggunakan metode sumuran dengan diameter lubang sumuran 6 mm setiap lubangnya, dalam satu media terdapat 4 lubang sumuran dengan volume 12 μL, 25 μL, 50 μL. Penelitian ini menggunakan media Nutrient Agar (NA) karena media ini merupakan media yang kompleks dengan kandungan nutrisi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri dan ekonomis (Febrianti, 2018). Penelitian ini digunakan aquadest steril sebagai pelarut universal pada saat pembuatan konsentrasi dan tujuan aquadest bertujuan untuk penyetaraan tinggi pelarut didalam sumuran. Aquadest adalah air yang telah mengalami penyulingan sehingga tidak memiliki kandungan mineral dan campuran apapun (Benigna, 2015). Aquadest berwarna putih bening seperti air. Aquadest tersusun atas molekul hidrogen dan oksigen. Aquadest steril digunakan sebagai pelarut dengan tujuan memperkecil kemungkinan adanya sifat antibakteri berasal dari pelarut yang digunakan. Kelebihan lain aquadest ialah tidak merusak jaringan yang terdapat pada daun (Benigna, 2015). Untuk penambahan konsentrasi antara minyak atsiri bunga lili dan aquadest dicampurkan langsung didalam sumuran dengan memasukkan minyak atsiri bunga lili terlebih dahulu selanjutnya aquadest. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali replikasi, petri yang sudah diberikan perlakuan kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C dan diukur menggunakan jangka sorong digital. Hasil diameter zona hambat minyak atsiri bunga lili ( Lilium auratum ) dengan replikasi kali dapat dilihat pada Tabel I. Tabel I. Hasil Uji Daya Hambat Minyak Atisiri Bunga Lili Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa Replikasi Hasil zona hambat (mm) 12 µl minyak atsiri 25 µl minyak atsiri 50 µl minyak atsiri Replikasi 1 3,2 mm 7,05 mm 13,75 mm Replikasi 2 2,8 mm 10,2 mm 12,27 mm Replikasi 3 3,05 mm 8,6 mm 12,6 mm Replikasi 4 3,05 mm 8,85 mm 13,45 mm Rata-rata 3,025 mm 8,675 mm 13,018 mm Hasil pengukuran zona hambat pada minyak atsiri bunga lili ( Lilium auratum ) dengan volume 12 µl, 25 µl dan 50 µl (Gambar 1) memiliki daya hambat terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa . Masing-masing perlakuan dimasukkan kedalam lubang sumuran yang sudah disebar dipermukaan media agar yang sudah padat dan direplikasi sebanyak 4 kali. Replikasi bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih akurat (Niah, 2019). Dimana pada rata-rata zona hambat pada masing-masing valume minyak atsiri pada 12 µl sebesar 3,025 mm dengan kategori aktivitas rendah pada volume 25 µl sebesar 8,675 mm dengan kategori aktivitas sedang, dan pada volume 50 µl sebesar 13,018 mm dengan kategori kuat. Perbedaan zona hambat berbagai volume ini disebabkan selain faktor volume, metode difusi, jenis bakteri, jenis bahan antimikroba juga menentukan kemampuan menghambat pertumbuhan kuman, adanya perbedaan jumlah kandungan senyawa aktif pada masing- masing volume seperti limonen. Limonen bekerja dengan cara merusak integritas membran sitoplasma yang berperan sebagai barrier permeabilitas selektif, membawa transport aktif dan kemudian mengontrol komposisi internal sel, jika terjadi kerusakan pada fungsi integritas membrane sitoplasma, makromolekul dan ion keluar sel, kemudian sel dirusak sehingga terjadi kematian (Febrianti, 2019). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat bakteri menurut Jawetz, et al. (1996) menyatakan aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh ekstrak, kandungan senyawa metabolit, daya difusi ekstrak dan jenis bakteri yang dihambat. (Lestari et al., 2016). Pada penelitian ini tanaman lili dapat digunakan sebagai antioksidan maupun antimikroba, karena komponen dari senyawa minyak atsiri dapat bereaksi dengan komponen dinding sel bakteri yang menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Kandungan senyawa benzaldehid, linalol, simen, borneol dan osimen dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Hui-xiu, 2013). Gambar 1 . Hasil Uji Daya Hambat Minyak Atsiri Bunga Lili ( Lilium auratum ) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa A(12ul) B(25ul) C(50ul) ## IV. KESIMPULAN Penelitian ini telah membuktikan bawah ada pengaruh minyak atsiri bunga lili ( Lilium auratum ) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa . ## DAFTAR PUSTAKA Benigna, M. (2015). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Keji Beling ( Srobilanthes Crispa Bl.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhi Secara In Vitro. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Fang Du, Ting Wang , Jun-miao Fan, Zhi- zhi Liu, Jia-xin Zong, Wei-xin Fan, Yuan-huai Han and Donald Grierson (2019) Volatile composition and clas- sification of Lilium flower aroma types and identification, polymor- phisms, and alternative splicing of their monoterpene synthase genes, Horticulture Research 6:110. Febrianti, D. R., Susanto, Y., Niah, R., & Latifah, S. (2019). Aktivitas antibakteri minyak atsiri kulit jeruk siam banjar ( Citrus reticulata ) terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Pharmascience, 6(1), 10-17. Febrianti, D. R., & Ariani, N. (2020). Uji Potensi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut ( Citrus Hystrix D.C) Sebagai Antioksidan Dan Antibakteri. Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 3(1), 66– 74. Febrianti, D. R., Musiam, S., & Kurniawan, D. (2021). Aktivitas Minyak Atsiri Bunga Lili ( Lilium auratum ) Terhadap Bakteri Salmonella typhi. Jurnal Komunitas Farmasi Nasional, 1(2), 197–203 DepKes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal 143. Hui-xiu, Z., Zeng-hui, H., Ping-sheng, L., Wen-he, W. & Fang, X. (2013) Qual- itative and quantitative analysis of floral volatile components from dif- ferent varieties of Lilium spp. Sci. Agric. Sin. 46, 790–799 Inweregbu, K. (2005). Nosocomial infec- tions, Contin Educ Anaesth Care Pain, 5(1): 14-17. Johnson, T. S. et al. Lilium floral fra- grance: a biochemical and genetic resource for aroma and flavor. Phy- tochemistry 122, 103–112 (2016). Jon Farizal. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih ( Allium Sativum) Terhadap Salmoenella Typhi Impact. JNPH, 6(2), 46–49 Karina, P. (2015). 1 Uji Efektivitas Antimikroba Kombucha Sari Bunga Bakung Paskah Putih ( Lilium Longiflorum Thunb.) Dengan Penambahan Sari Kurma ( Phoenix Dactilyfera L.) Dan Lama Fermentasi. 1–8 Kong, Y., Sun, M., Pan, H.-t & Zhang, Q (2021)-x Composition and emission rhythm of floral scent volatiles from eight lili cut flowers. J. Am. Soc. Hortic. Sci. 137,376–382. Korompis, T. T., & Nangoy, C. D. M. E. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Spons Laut ( Callyspongia Aerizusa ) Terhadap. Jurnal E-Biomedik (Ebm), 5(2), 3–8. Khan, H.A., Ahmad, A., Mehboob, R. (2015). Nosocomial Infections and their control Strategies . Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine, 5(7): 509-514. Lestari, Y., Ardiningsih, P., & Nurlina. (2016). Aktivitas Antibakteri Gram Positif Dan Negatif Dari Ekstrak Dan Fraksi Daun Nipah ( Nypa Fruticans Wurmb.). JKK, 5(4), 1–8. Niah, R., Aryzki, S., Sari, A. K., & Dina, S. P. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Rimpang Lengkuas Merah ( Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus . Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), 203-209. Putri, D. C. A. (2013). Pengaruh Suhu Dan Lama Sterilisasi Metode Panas Basah Dan Panas Kering Terhadap Viskositas Dan Daya Sebar Basis Gel Alginat. Poejiani, S., Lestari, S. R., & Witjoro, A. (2021). Efektivitas Ekstrak Minyak Atsiri Bawang Tunggal terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa berdasarkan Profil Scanning Elektron Mikroskop. Jurnal Ilmu Hayati, 2(1), 21-33. Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., Endang, P. (2004). Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. 2004. Rizal, M. S., Sumaryati, E., & S. (2016). Pengaruh Waktu Dan Suhu Sterilisasi Terhadap Susu Sapi Ras Coklat. 68– 84. Warbung, Y. Y., Wowor, V. N. S., & Posangi, J. (2014). Daya Hambat Ekstrak Spons Laut Callyspongia Sp Terhadap Pertubuhan Bakteri Staphy- lococcus Aureus Pendahuluan Mulut Kaya Akan Mikroorganisme , Di Antaranya Yaitu Staphylococcus Epidermidis , Staphylococcus Aureus , Dan Beberapa Mikrokokus Berpigmen Yang Te. Journal Of E- Gigi, 1, 1–12. Zulkarnain, I. (2006). Infeksi Nosokomial. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5abe779c-fa41-44d0-98cd-9df506a9bc1b
https://journal.uir.ac.id/index.php/geram/article/download/5867/2952
## ANALISIS WACANA KRITIS MODEL TEUN A.VAN DIJK PADA SURAT KABAR ONLINE DENGAN TAJUK KILAS BALIK PEMBELAJARAN JARAK JAUH AKIBAT PANDEMI COVID-19 Muhammad Mukhlis 1 , Akbar Al Masjid 2 , Heny Kusuma Widyanimgrum 3 , Kokom Komariah 4 , Sumarlam 5 Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia 1 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogjakarta, Indonesia 2 Universitas PGRI Madium, Madium, Indonesia 3 Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 4 Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 1,2,3,4,5 [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 , [email protected] 4 , [email protected] 5 ## ABSTRACT This study aimed to describe the Teun A Van Dijk's model text's dimensions in online news text discourse on Kompas.com Newspaper with the headline "Flashback to Distance Learning due to the Covid-19 Pandemic" on September 3, 2020. This study's data were speech and dialogue on the online media kompas.com, while the data source for the online newspaper kompas.com is in the form of news texts about distance learning flashbacks due to the Covid-19 pandemic. Data The data collection methods and techniques used the documentation method with the observation and note technique. In contrast, the data analysis method used the content analysis method with the Teun A Van Dijk model of critical discourse analysis approach. The results of this study indicate that the dimensions of Teun A Van Dijk's text consist of three parts, namely the superstructure, macro-structure, and microstructure measurements. The superstructure dimension is about coherence and schematic of text. The macrostructure dimension discusses thematic/topics, namely examining flashbacks or evaluating the implementation of the distance learning policy announced by the Indonesian Minister of Education and Culture. The measurements of the microstructure that found in background elements, details, intentions, presuppositions, sentence form (passive and active sentences), coherence (additive/addition coherence, causal coherence, and contrast coherence), pronouns (their pronouns and us), lexicon, graphics, and metaphors (figure of speech). ## Keywords: critical discourse analysis, news text, Teun A Van Dijk text dimension ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dimensi teks model model Teun A Van Dijk pada wacana teks berita online pada Surat Kabar Kompas.com dengan tajuk “Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh akibat Pandemi Covid-19 ” tanggal 3 September 2020. Data penelitian ini adalah tuturan dan dialog pada media online kompas.com , sedangkan sumber datanya surat kabar online kompas.com berupa teks berita mengenai kilas balik pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 . Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dengan teknik simak dan catat, sedangkan metode analisis data menggunakan metode analisis konten dengan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A Van Dijk. Hasil penelitian ditemukan bahwa berita tersebut mengandung tiga dimensi teks berdasarkan teori Teun A Van Dijk. Adapun tiga dimensi tersebut yaitu dimensi superstruktur, struktur makro, dan struktur mikro. Dimensi superstruktur yang tentang koherenitas dan skematik teks. Dimensi struktur makro membahasa tentag tematik/topik, yaitu membahas kilas balik atau evaluasi penerapan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dicanangkan oleh Mendikbud RI. Dimensi struktur mikro ditemukan unsur latar, detil, maksud, praanggapan, bentuk kalimat (kalimat pasif dan aktif), koherensi (koherensi aditif/penambahan, koherensi sebab akibat, dan koherensi kontras), kata ganti (pronomina mereka dan kita ), leksikon, grafis, dan metafora (majas). Kata Kunci: analisis wacana kritis, teks berita, dimensi teks Teun A Van Dijk ## PENDAHULUAN Surat kabar ialah salah satu sarana komunikasi yang dalam penyajiannya menggunakan bahasa nonverbal. Ragam tulis dalam penggunaanya diperlukan ketelitian dan kecermatan, karena di dalam ragam tulis informasi yang disampaikan tidak selengkap ragam verbal. Oleh karena itu, terkadang informasi yang disampaikan melalui surat kabar terdapat perbedaan dengan kenyataannya. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh kemampuan seorang penulis dalam membuat wacana yang dimuat dalam suatu media masa. Baryadi (2002) menjelaskan bahwa istilah wacana digunakan dalam istilah linguistik. Wacana juga merupakan satuan bahasa komplet yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan bersifat kohesif, koheren dan terpadu, serta mencerminkan hasil interaksi sosial sehingga dapat dipahami oleh pembaca (Sumarlam, 2019; Harimurti, 2008; Humaira, 2018). Wacana lebih tertuju pada tulisan yang mempunyai struktur berita tentang peristiwa yang dimuat melalui surat kabar (Coulthard M., 1979; Badara A, 2012) Adanya produksi wacana berakitan erat dengan latar belakang si penulis(Hermina, 2014; Payuyasa, 2017). Wacana yang dituangkan dalam beberapa surat kabar terkadang mengalami ketimpangan. Terkadang di antara dua surat kabar dengan berita yang sama ditemukan kesan yang berbeda jika dibandingkan. Hal ini akan membuat pembaca ragu terhadap isi berita tersebut. Apakah informasi yang diberitakan akurat. Namun, dengan menganalisis wacana tersebut, pembaca akan mengetahui motif yang implisit pada teks berita tersebut. teknik membaca yang lebih mendalam dan kritis disebut sebagai analisis wacana. Analisis wacana hakikatnya adalah suatu kajian mengenai fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi (Brown, G & Yule, 1984; Rahimi, 2011). Eriyanto (2009) juga menambahkan bahwa analisis wacana merupakan praktik pemakaian bahasa yang digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan mengaitkan ideologi di dalamnya. Analisis wacana digunakan untuk menentukan dan mengetahui praktik ideologi dalam media. Analisis wacana kritis juga menjelaskan (1) mengenai sumber dominan dan ketidaksetaraan di masyarakat yang berbentuk kritik terhadap linguistic. (2) Ananlisis wacana kritis juga menjelaskan perkembangan kultural dan sosiologi dengan tujuan menjabarkan dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural, serta proses perubahan modernitas terkini (Lukman, 2006; Jorgensen, 2007; Rashidi N dan Souzandehfar M, 2010). Pada pemberitaan mengenai kilas balik pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid- 19 juga terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terkadang tidak sesuai realita . Pemberitaan mengenai salah satu program pemerintah dibidang pendidikan tersebut menuai pro dan kontra. Hal ini disebabkan karena program tersebut tidak dapat diterapkan secara efektif pada seluruh jenjang pendidikan. Banyaknya kendala baik dari segi sarana, sumber daya manusia, ekonomi masyarakat maupun peserta didik tidak bisa secara keseluruhan melaksanakan kebijakan tersebut. Namun demikian, di sisi lain pemerintah mempunyai kewajiban menjaga kesehatan masyarakat dari Covid-19 . Pemberitaan yang dimuat dalam surat kabar online kompas.com tersebut membahas kefektifan program pembelajaran jarak jauh yang diterapkan disemua jenjang pendidikan di Indonesia. Dalam pemberitaan yang disampaikan tentu ada personal, kelompok ataupun sebagian kelompok yang dipermasalahkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan análisis wacana untuk melihat mengapa berita itu hadir, apakah ada penyalahgunaan unsur kekuasaan, dominasi, dan ketidakadilan yang diproduksi dalam teks berita tersebut. Teks berita mengenai penbelajaran jarak jauh dianalisis dengan menggunakan teori analisis wacana kritis menurut Teun A. Van Dijk. Eriyanto, (2009) mengemukakan bahwa Critical Discourse Analysis (CDA) digunakan untuk menganalisis wacana tertulis secara kritis. Wacana tersebut diantaranya berupa ras,politik, kelas sosial, gender, hegemoni, dan lain-lain. Dalam teorinya dikemukakan bahwa sebuah wacana tidak cukup dianalisis hanya teks semata, tapi juga perlu diamati bagaimana teks tersebut diproduksi. Pendekatan ini dalam teorinya disebut kognisi sosial. Eriyanto (2009) membagikan analisis wacana dalam tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Pada dasarnya analisis wacana model Teun A. Van Dijk menggabungkan semua dimensi wacana tersebut dalam satu kesatuan. Pada demensi teks, yang dianalisis ialah bagaimana struktur teks serta strategi wacana yang digunakan untuk menegaskan suatu topik tertentu. Pada tingkat kognisi sosial dipelajari bagai proses berita tersebut diproduksi. Proses ini melibatkan kognisi individu penulis berita. Aspek ketiga ialah mempelajari bagaimana wacana tersebut berkembang di masyarakat. Dalam memahami suatu wacana secara keseluruhan diperlukan teks dan konteks. Konteks diperlukan untuk mengetahui keterkaitan teks dengan fenomenan di luar bahasa seperti sosial dan budaya. Dengan demikian, informasi yang didapatkan bisa diketahui secara keseluruhan (Sumarlam, 2020) Pada penelitian ini yang dibahas hanya pada dimensi teks. Hal ini difokuskan karena objek yang diteliti ialah teks berita. Dimensi teks dalam pada model Teun A. Van Dijk dibedakan menjadi tiga dimensi. Dimensi-dimensi tersebut diasumsikan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun dimensi tersebut ialah struktur makro yang merupakan makna global atau umum dari teks yang bisa diamati berdasarkan topik atau tema yang terdapat pada berita. Superstruktur yaitu membahas bagaimana pendapat disusun dalam satu kerangka teks. Bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Pada struktur mikro mengakaji bagaimana makna yang ditonjolkan pada suatau wacana dengan melihat penggunaan kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar (Eriyanto, 2009). Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. ## Tabel 1. Sturktur Teks Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk Srtuktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Struktur makro Makna global atau umum dari satu teks dengan mengamati topik yang diangkat pada suatu teks Tematik (Topik yang dikedepankan pada satu teks) Topik Superstruktur Kerangka satu teks yang terdiri bahagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Skematik (Bagaimana pendapat tersebut dirangkai dalam satu teks) Skema ## Srtuktur mikro Makna dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, serta gaya yang digunakan dalam suatu teks Semantik (Makna yang ingin ditekankan dalam teks. Contohnya dengan memberi detail pada satu sisi dan mengurangi detail sisi lainnya ) Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi, dan penomoran Sintaksis (mengkaji bentuk serta Bentuk, kalimat, susunan kalimat disampaikan) koherensi,dan kata ganti. Retorik (Bagaimana caracpenekanan yang dilakukan) Grafis, metafora, dan ekspresi/ungkapan. ## METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode konten analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan dan menganalisis isi teks berdasarkan kriteria tertentu (Bungin, 2017). Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik dokumentasi dan teknik simak dan catat. Metode dokumentasi dipergunakan untuk mencari data mengenai hal- hal berupa catatan, transkip, agenda, majalah, dan lainnya (Arikunto, 2013). Proses pendokumentasian diarahkan pada wacana berita online dengan tajuk kilas balik pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 . Teknik analisis yang digunakan ialah analisi isi. Teknik ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tapah pertama, menganalisis dengan menggunakan lambang-lambang tertentu sesuai teori Van Dijk. Tahap kedua mengklasifikasi data dengan kriteria tertentu. Tahap ketiga, melakukan prediksi berdasarkan kriteria atau teori tertentu (Bungin, 2010). Data-data yang termuat dalam wacana mengenai tuturan dan dialog pada media online kompas.com tersebut dapat dipergunakan sebagai bukti dalam melakukan penelitian. Penelitian dimulai dengan identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi data. Penelitian memakai analisis wacana model Teun van Dijk yang dalam praktiknya melihat pada fenomena-fenomena sosial dalam masyarakat (Eriyanto, 2009). Sumber data dalam penelitian ini yaitu surat kabar online kompas.com berupa teks mengenai kilas balik pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 . Alasan memilih tajuk ini, karena sampai saat ini tajuk tersebut masih aktual dan banyak terdapat konflik yang menarik untuk dikaji. Wacana berita tersebut diterbitkan pada tanggal 3 September 2020, yang ditulis oleh (Kamil, 2020). Adapun metode dan teknik analisis data menggunakan metode analisis konten dengan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Struktur Makro Struktur makro yang terdiri dari tematik dengan elemen topik, yang menggambarkan bahwa topik pemberitaan membahas kilas balik atau evaluasi penerapan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dicanangkan oleh Mendikbud RI. Setiap pemberitaan dimulai dengan judul sebagai summary. Bagian lead menggambarkan perihal yang menjadi acuan dan mengiring pembaca pada wacana inti. Secara story, isi, dan penutup menceritakan upaya pemerintah khususnya kemendikbud dalam pencegahan penyebaran Covid-19 dengan dibuatnya program Pembelajaran Jarak Jauh. Permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, serta berbagai bantuan baik bantuan dari pemerintah maupun dari gerakan pembelajaran jarak jauh yang diberikan pada siswa, guru, dan dosen. Akhir pemberitaan ditutup dengan kalimat perkataan Nadiem tentang dapatnya dukungan dari menteri-menteri untuk anggaran pulsa untuk peserta didik di masa pembelajaran jarak jauh. Secara story, isi, dan penutup menceritakan upaya pemerintah khususnya kemendikbud dalam pencegahan penyebaran Covid-19 dengan dibuatnya program Pembelajaran Jarak Jauh. Permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, serta berbagai bantuan baik bantuan dari pemerintah maupun dari gerakan pembelajaran jarak jauh yang diberikan pada siswa, guru, dan dosen. Akhir pemberitaan ditutup dengan kalimat perkataan Nadiem tentang dapatnya dukungan dari menteri-menteri untuk anggaran pulsa untuk peserta didik di masa pembelajaran jarak jauh. ## 2. Analisis Superstruktur Koherenitas teks wacana yang dimaksudkan di sini adalah membahas tentang keterpaduan dan keterkaitan antar-subtopik yang terdapat dalam teks wacan Kilas Balik PJJ secara skematik atau berdasarkan struktur dan keterkaitan antar unsur teks. Sebelum masuk ke dalam struktur wacana ini, kita akan bahas mengenai judul wacana ini. Judul dari wacana Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 77 berita ini adalah “Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 ” atau dapat dikatakan wanana berita ini bertemakan “Evaluasi penerapan kebijakan pebelajaran jarak jauh (PJJ) yang dicanangkan oleh Mendikbu RI”. Teks berita tersebut didukung oleh lima sup-topik yakni (1) PPJ untuk cegah Covid-19 (Kebijakan Mendikbud); (2) Jaringan Internet jadi kendala (beberapa kendala PJJ oleh KPAI); (3) Butuh Penyesuaian (revolusi pembelajaran dengan PJJ himbauan Wakil Presiden RI); (4) Gerakan bantu PJJ (wakil Ketua DPR dan segenap elemen masyarakat memberikan dukungan untuk program PJJ pada masa pandemi Covid-19 ); (5) Bantuan Pemerintah (Kominfo bekerja sama dengan Kemendikbud memberikan bantuan subsidi kuota internet untuk para siswa/mahasiswa dan guru/dosen untuk mendukung program PJJ). Kelima subtopik yang mendukung gagasan pokok dalam wacana tersebut secara temporal disampaikan oleh pemroduksi wacana dalam waktu yang berkesinambungan atau sequensial mulai dari kebijakan Kemendikbud 12 Maret 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan yang tertuang dalam Surat Edaran Kemendikbud No.3 Tahun 2020 sampai dengan wujud nyata bantuan dari Pemerintah untuk para siswa, mahasiswa, guru dan dosen guna membantu program PJJ yang diungkapkan oleh Kominfo bersama Kemendikbud 27 Agustus 2020. Sehingga dapat kita ketahui untuk membangun wacana (teks berita) ini penulis Irfan Kamil mengumpulkan data dari berbagai sumber dalam kurun waktu kurang lebih lima bulanan. Wacana Kilas Balik PJJ dalam surat kabar online Kompas.com ini nampak cukup komprehensif/lengkap dimana dalam teks pemberitaan tersebut banyak didukung oleh pernyataan-pernyataan langsung yang dinyatakan oleh berbagai pihak yang terlibat langsung dalam PJJ, baik dari unsur pemerintah sebagai pemangku kebijakan, DPR, KPAI maupun LSM yang bergerak dalam bidang pendidikan. Pernyataan-pernyataan langsung oleh pemangku kepentingan dalam program PJJ tersebut dikemas oleh penulis dalam subtopik- subtopik yang membangun sebuah teks sehingga menjadi wacana yang utuh. Untuk mengetahui keutuhan dan koherenitas teks wacana ini akan kita bahas berikut ini. Teks berita ini diawali dengan lead berita yakni Dampak Pandemi Covid-19 dalam pendidikan adalah diberlakukannya PPJ untuk siswa/i maupun mahasiswa di tanah air untuk pencegahan penularan Covid-19 di klaster sekolah. Data 1 : “ Pandemi Covid-19 di Indonesia memaksa aktivitas belajar mengajar tatap muka di sekolah dihentikan. Tidak ingin penularan Covid-19 semakin merajalela, pemerintah melalui Kemendikbud memutuskan untuk memindahkan ruang belajar ke dunia maya. Program tersebut bernama Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ).” Selanjutnya wacana tersebut didukung oleh enam subtopik yang membangun keutuhan dan koherenitas wacana . Subtopik 1: PJJ untuk cegah Covid-19 . Dalam subtopik ini lebih banyak dibahas tentang kebijakan dari Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI dalam penangan dan pencegahan Covid-19 yakni dengan ditetapkannya kebijakan PJJ melalui Surat Edaran (SE) Nomor 2 dan 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 pada Satuan Pendidikan di lingkungan Kemendikbud. Hal tersebut sesuai dengan kutipan data berikiut ini. Data 2: “Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran untuk pencegahan virus corona (Covid-19) pada satuan pendidikan, Minggu (9/3/2020). Setidaknya sudah ada dua surat edaran dikeluarkan Kemendikbud terkait virus corona; Pertama, Surat Nomor 2 dan 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud dan satuan pendidikan. Dengan diterapkannya SE tersebut maka kegiatan pembelajaran pun tidak lagi diterapkan di ruang kelas seperti biasanya namun pembelajaran dilakuan melalui ruang virtual/ virtual calssroom dengan menggunakan sarana Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 78 gawai masing masing dan melalui jaringan internet. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam perjalanan perkembangan pendidikan di Indonesia yang mau tidak mau, siap atau tidak siap dijalankannya pembelajaran jarak jauh. Tantangan yang menjadi kendal PJJ ini adalah tidak meratanya infrasturktur atau sarana prasarana pendukung PJJ di seluruh wilayah Indonesia, terutama didaerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang tidak semua terfasilitasi dengan jaringan internet, bahkan di daerah 3T tersebut pasokan listrik pun menjadi kendala. Hal tersebut seperti apa yang tercakup dalam Subtopik 2: Jaringan internet jadi kendala. Pada subtopik ini banyak dinyatakan tentang kendala dan pengaduan masyarakat dengan diterapkannya PJJ. Kendala maupun pengaduan tersebut seperti disampaikan kepada KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), adalah tentang beratnya penugasan yang diberikan guru kepada siswa serta banyak terkurasnya kuota internet untuk PJJ. Selain itu kendala PJJ yang terjadi di masyarakat juga disampaikan oleh Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JJPI) Ubaid Matarji. Ia menilai bahwa PPJ masih sulit diterapkan untuk saat ini, karena belum siapnya sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas teknologi yang mendukung PJJ. Hal tersebut berdasarkan kutipan data berikut ini. Data 3: … KPAI menerima 213 pengaduan pembelajaran jarak jauh (PJJ), selama kurun waktu tiga minggu, terhitung sejak 16 Maret hingga 9 April 2020. Mayoritas pengaduan terkait dengan beratnya penugasan yang diberikan guru kepada siswa. …," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/4/2020). Selain itu, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JJPI) Ubaid Matarji menilai, konsep pembelajaran jarak jauh masih sulit untuk diterapkan saat ini. Menurut Ubaid, faktor sumber daya manusia maupun teknologi dinilai belum mendukung penerapan pembelajaran jarak jauh. Pada beberapa kendala PJJ yang diungkapkan di atas maka program PJJ perlu adanya penyesuaian di antaranya tentang kondisi SDM dan sarana prasarana dibutuhkan, hal ini sesuai dengan yang dipaparkan pada subtopik selanjutnya. Subtopik 3: Butuh Penyesuaian Nampaknya penulis/redaktur membuat teks wacana ini menjadi koheren/padu. Pada subtopik sebelumnya diterangkan tentang berbagai kendala PJJ dilanjutkan dengan perlunya penyesuaian dalam praktik PJJ ini. Oleh penulis, Subtopik ini dikemukakan tentang pandangan Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI), menurutnya akibat dari pandemi Covid-19 ini banyak hal yang perlu penyesuaian, salah satunya persoalan “PJJ”. hal itu sebagai mana tercantum dalam kutipan data berikut ini. Data 4: Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, Indonesia harus siap melaksanakan pembelajaran jarak jauh yang mulai dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Akibat pandemi tersebut, kata dia, banyak hal yang harus dilakukan penyesuaian, termasuk soal pembelajaran. "Kita harus siap melakukan pembelajaran jarak jauh sebagai pengganti metode pembelajaran konvensional," kata Ma'ruf Amin, Rabu (13/5/2020). Untuk membantu pemerintah dalam mengatasi berbagai kendala penerapan PJJ, oleh penulis dibuatlah Subtopik 4: Gerakan Bantu PJJ. Pada subtopik ini diungkapkan gagasan dari Muhamin Iskandar (Wakil Ketua DPR RI/ Ketua Umum PKB) yakni tentang Gerakan Bangkit Belajar. Gerakan ini berupa posko yang memberikan bantuan akses PJJ seperti jaringan internet (WIFI gratis) hingga relawan pendamping siswa dalam membantu kegiaatan belajar dari rumah. Di samping itu kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda memaparkan mengenai relawan peduli pendidikan dari elemen/kalangan masyarakat dengan mendonasikan sebagian hartanya untuk berbagi smartphone second untuk menunjang kegiatan PJJ selain itu juga memberikan bantuan promo pemberian provider komunikasi terkait paket Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 79 internet untuk PJJ. pernytaan tersebut dapat dilihat pada data kutipan teks berikut. Data 5: Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar meluncurkan 'Gerakan Bangkit Belajar' guna membantu siswa sekolah yang menjalankan pembelajaran jarak jauh. Muhaimin menyebut, gerakan ini berupa posko yang memberikan bantuan akses PJJ seperti jaringan internet hingga relawan pendamping siswa…. ujar Muhaimin. "Alhamdulilah posko bisa menjadikan penggerak sekaligus buka Wifi gratis (sebanyak) 2.117, segera akan menyusul di berbagai tempat, di 24 provinsi dan kubapaten/kota," tutur dia. Hal senada dikatakan oleh Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda yang mengapresiasi banyaknya masyarakat yang terlibat membantu siswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ) di masa Pandemi Covid- 19. Menurut Huda, bantuan tersebut berupa pendampingan kepada siswa dalam belajar dan pembagian alat penunjang PJJ seperti smartphone. Selanjutnya pada bagian akhir teks/wacana ini disampaikan Sub Topik 5 : Bantuan pemerintah. Pada bagian ini dijelaskan tentang kontribusi pemerintah dalam membantu program PJJ melalui pemberian subsidi pulsa atau kuota internet untuk PJJ. program ini diprakarsai oleh Kemendikbud. Selanjutnya program tersebut dibantu secara teknis penyalurannya dan infrastrukturnya oleh Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Johnny G Plate yang bekerja sama dengan provider operator telkomunikasi guna membangun infrastruktur telekomunikasi. Bantuan subsidi pulsa atau kuota internet belajar ini tentu sangat membantu orang tua siswa ditengah pandemi Covid-19 , sehingga orang tua tidak perlu khawatir dengan biaya kuota belajar PJJ. Dengan tersedianya kuota internet belajar ini juga membantu memperlancar kegian KBM secara PJJ. Rencananya pemberian kuota belajar ini akan diberikan kepada murid dan tenaga kependidikan selama 4 bilan sejak bulan September – Desemer 2020. Pernytaan tersebut dapat terlihat sebagaiman dalam kutipan data berikut ini. Data 6: ….Menkominfo Johnny G Plate mengatakan, subsidi pulsa bagi para tenaga pengajar dan murid akan mulai digulirkan pada September 2020. Johnny mengatakan, pemberian subsidi pulsa tersebut rencananya akan diberikan selama empat bulan atau hingga Desember 2020. kata Johnny. Ia mengatakan, pihaknya memberikan dukungan kepada Kemendikbud untuk merealisasikan insentif data untuk lingkungan pendidikan yang dibiayai oleh anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tersebut. Dalam hal ini, tugas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama operator seluler menyelesaikan pembangunan infrastruktur telekomunikasi…. Hal yang sama diungkapkan Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) Evy Mulyani mengatakan, pemerintah akan memberikan bantuan subsidi kuota kepada siswa hingga dosen selama empat bulan. "Rencananya, akan diberikan subsidi kuota internet selama empat bulan, terhitung dari bulan September-Desember 2020," kata Evy Mulyani saat dihubungi Kompas.com, Jumat (28/8/2020). Berdasarkan analisis teks wacana artikel berita ini memuat unsur yang cukup lengkap dengan detail penyampaian tuturan langsung yang disampaikan berbagai pihak pemangku kepentingan dalam pelaksanaan dan evaluasi PJJ selama masa pandemi Covid-19 . Adapun pelibat wacana yang yang berperan dalam pemroduksi teks wacana ini antara lain: 1) penulis (Irfan Kamil); 2) Nadiem Makarim (Menteri Pendididikan dan Kebudayaan RI); 3) Retno Listyarti (Komisioner KPAI Bidang Pendidikan); 4) Ubaid Matarji (Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia ); 5) Syaiful Huda (Ketua Komisi X DPR RI); 6) Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI); 7) Muhaimin Iskandar (Wakil Ketua DPR RI / Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 80 Ketua Umum PKB); 8) Johnny G Plate (Menteri Komunikasi dan Informasi); 9) Evy Mulyani (Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Wacana ini juga dapat dinilai koheren karena unsur-unsur penjelasan topiknya saling mendukung atau dapat dikatakan subtopik-subtopik yang terdapat dalam teks wacana tersebut saling mendukung topik atau tema wacana. 3. Struktur Mikro a. Semantik Analisis Struktur Mikro pada teks wacana Kilas Balik PJJ terdiri dari latar, detil, maksud, dan praanggapan. Berikut ini penjelasan masing analisis struktur mikro (semantik). 1) Latar Latar merupakan elemen untuk mengetahui maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Unsur latar artikel berita ini adalah membahas tentang kondisi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kemendibud kepada seluruh siswa dan mahasiswa di Indonesia selama pandemi yang sudah memasuki bulan keenam, sejak bulan Maret 2020. 2) Detil Detil berhubungan dengan control infromasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2009). Kemendikbud mengajak seluruh pihak di bidang pendidikan untuk berjuang bersama menghadapi virus corona dengan melakukan pembelajaran dengan jarak jauh (PJJ), tetapi kenyataannya masih banyak kendala yang harus dihadapi, seperti terkait dengan infrastruktur, sumber daya manusia, dan teknologi. 3) Maksud Maksud atau rasionalitas adalah kebenaran yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar keinginan, sikap, dan kepercayaan yang telah ditentukan. Maksud yang disampaikan memiliki maksud secara eksplisit, yaitu kendala yang menyangkut infrastuktur adalah internet. Banyak daerah di luar Pulau Jawa, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang tidak terjangkau insfrastruktur internet. Kendala dari sumber daya manusia yaitu bahwa guru belum siap menghadapi PJJ, guru lebih. banyak memberikan tugas yang dirasa oleh orang tua memberatkan anaknya (siswa) sehingga menguras waktu dan tenaga orang tua, yang bertinda sebagai guru di rumah. Tugas yang diberikan juga membutuhkan kuota internet yang besar untuk mencarinya di internet. Kendala teknologi berkaitan dengan tersedia atau tidaknya “gawai”atau laptop yang dimiliki oleh siswa karena PJJ wajib membutuhkan kedua benda itu demi kelancaran pembelajaran. Dengan permasalah tersebut, pihak pemerintah dan Kemendikbud berupaya untuk mengatasi kendala PJJ di Indonesia. Adapun kutipan teks adalah sebagai berikut. Data 7: “ Permasalahan yang harus dihadapi terutama terkait dengan infrastruktur, seperti listrik dan jaringan internet.” Data 8 : “Mayoritas pengaduan terkait dengan beratnya penugasan yang diberikan guru kepada siswa. "Pengaduan didominasi oleh para siswa sendiri terkait berbagai penugasan guru yang dinilai berat dan menguras energi serta kuota internet," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, melalui keterangan tertulis yang diterima, Kompas.com, Senin (13/4/2020).” 4) Praanggapan Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya (Jufri, 2008). Bukti praanggapan sebagai berikut. Data 9: “ Semua tidak siap. Gurunya tidak siap karena tidak punya kompetensi di situ. Anaknya juga terkendala akses dan fasilitas. Sarana jaringan internet juga sangat terbfgbjnjatas. kalau pun ada, jaringannya buruk atau kuota tak terbeli," kata Ubaid saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/7/2020). “ Berdasarkan kutipan tersebut terdapat argumentasi praanggapan bahwa PJJ di Indonesia belum siap dilaksanakan karena terkedala segala aspek, baik dari segi sumber Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 81 daya manusia (guru), insfrastuktur, dan fasilitas (jaringan internet) . b. Sintaksis 1) Bentuk Kalimat Bentuk kalimat yang dimaksud disini adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, serta intonasinya menunjukkan bahwa ujaran tersebut sudah lengkap beserta maknanya, (Finoza, 2005). Bentuk kalimat yang terlihat pada pada teks berita tersebut adalah kalimat aktif dan pasif. Dari kedua jenis kelimat tersebut, kalimat aktif mendominasi dalam penulisan teks berita ini dibandingkan kalimat pasif. Imbuhan me- yang banyak ditemukan dengan penggabungan kata kerja dalam kalimat aktif ini. Penulis cende Kalimat aktif terlihat pada kutipan teks berikut ini. Data 10: “Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar meluncurkan 'Gerakan Bangkit Belajar' guna membantu siswa sekolah yang menjalankan pembelajaran jarak jauh.” Dalam kalimat tersebut, kata “ Wakil Ketua DPR RI, Muhaimin Iskandar” sebagai subjek, sedangkan kata “meluncurkan” berupa predikat yang termasuk kata kerja. Kalimat pasif terlihat pada kutipan teks berikut ini. Data 11: "Pengaduan didominasi oleh para siswa sendiri terkait berbagai penugasan guru yang dinilai berat dan menguras energi serta kuota internet," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan . Dalam kalimat tersebut kata “pengaduan” sebagai subjek (yang menerangkan), sedangan kata “didominasi” termasuk predikat berbentuk kata kerja pasif. ## 2) Koherensi Koherensi merupakan hubungan yang logis antakalimat dalam satu paragraf (Depdikbud, 2003). Dalam teks berita tersebut terdapat tiga koherensi, yaitu koherensi sebab akibat, koherensi penjelas, dan koherensi kontras. Koherensi sebab akibat ditandai dengan penghubung “karena” dan “akibat”. Berikut ini contoh kutipan yang menunjukkan koherensi sebab akibat. Data 12: “Gurunya tidak siap karena tidak punya kompetensi di situ.” . Data 13 : Akibat pandemi tersebut, kata dia, banyak hal yang harus dilakukan penyesuaian, termasuk soal pembelajaran. "Kita harus siap melakukan pembelajaran jarak jauh sebagai pengganti metode pembelajaran konvensional," kata Ma'ruf Amin, Rabu (13/5/2020). Pada kalimat pertama menjelaskan koherensi sebab akibat. Sebab guru tidak mempunyai kompetensi, akibatnya guru tidak siap dalam melaksnakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pada kalimat kedua menjelaskan bahwa adanya pandemi di Indonesia, akibatnya banyak hal yang harus disesuikan, salah satunya soal pembelajaran. Koherensi aditif atau penambahan ditandai kata “juga”. Berikut ini contoh kutipan berita yang menunjukkan koherensi aditif. Data 14: “ Pembelajaran jarak jauh memiliki tantangan tersendiri yang harus dihadapi. Sehingga kreativitas para pengajar sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya sehingga mereka harus keluar dari gaya konvensional. Mereka juga dituntut harus lebih inovatif dalam menyiapkan materi dan mekanisme pembelajaran.” . Penjelasan kata “mereka” disini adalah para pengajar dalam menghadapi PJJ. Keherensi penambahan dijelaskan bahwa para pengajar tidak hanya dituntut mengembangkan kreativitas, tetapi juga lebih inovatif dalam pembelajaran. Koherensi kontras ditandai dengan kata penghubung “namun” pada kalimat berikut ini. Data 15 : “Namun, berbagai tantangan harus dihadapi demi berlangsungnya pendidikan di negeri ini”. 3) Kata Ganti Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 82 Kata ganti/pronominal merupakan kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain (Depdikbud, 2003). Badudu (1993) membagi tiga jenis kata ganti orang: kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Kata ganti yang digunakan dalam teks didominasi oleh kata ganti kita dan mereka, Kata ganti kita digunakan oleh para narasumber dalam kalimat langsung, seperti Nadim (Mendikbud), Syaiful Huda (Ketua Komisi X DPR RI), Ma’ruf (Wakil Presiden), Muhaimin Iskandar (Wakil Ketua DPR RI). Data 16: " Kita bergerak bersama untuk bisa lepas dari situasi ini," kata Mendikbud Nadiem melalui rilis resmi Kemendikbud (12/03/2020).” Data 17 : "Peta kebutuhan sebenarnya pelajar kita yang tidak punya HP, lalu tidak bisa beli pulsa ya, hampir tembus 70 juta," kata Huda saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/7/2020). Data 18 : " Kita harus siap melakukan pembelajaran jarak jauh sebagai pengganti metode pembelajaran konvensional," kata Ma'ruf Amin, Rabu (13/5/2020).” Data 19 : "Alhamdulliah gerakan kita ini sudah satu bulan setengah (berjalan) secara informal," kata Muhaimin Iskandar saat peluncuran Gerakan Bangkit Belajar, Rabu (12/8/2020).” Kata ganti kita yang dimaksud bermacama -macam. Menurut Nadiem, Huda, dan Ma’ruf, kata kita disini adalah saya (masing-masing dari Nadiem, Huda, dan Ma’ruf) dan masyarakat Indonesia, sedangkan kata kita menurut Muhaimin Iskandar adalah dirinya dengan para penggerak “Gerakan Bangkit Belajar”. Kata ganti “mereka” berarti para pengajar yang melakukan program PJJ dari Kemendikbud. Berikut ini contoh kutipan teks. Data 20 : “Sehingga kreativitas para pengajar sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya sehingga mereka harus keluar dari gaya konvensional. Mereka juga dituntut harus lebih inovatif dalam menyiapkan materi dan mekanisme pembelajaran. ## c. Grafis, dan Metafora ## 1) Grafis Grafis ditemui beberapa data dalam berita tersebut. Unsur grafis yang pertama, yaitu penggunaan tanda kurung. Penggunaan tanda kurung tersebut terdapat pada beberapa kutipan data berikut ini. Data 21 : Pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia memaksa aktivitas belajar mengajar tatap muka di sekolah dihentikan. Data 22 : Program tersebut bernama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Data 23 : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran untuk pencegahan virus corona. Data 24 : Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) menerima 213 pengaduan pembelajaran jarak jauh Data 25 : Selain itu, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JJPI) Ubaid Matarji menilai, konsep pembelajaran jarak jauh masih sulit untuk diterapkan saat ini. Berdasarkan kelima kutipan data di atas menunjukkan adanya penekanan terhadap beberapa kata dan lembaga yang terkait dengan pembelajaran jarak jauh. Beberapa data tersebut ialah Covid-19, PJJ, Mendikbud, KPAI, dan JJPI. Pada kata Covid-19 dijadikan sebagai objek permasalahan yang memunculkan kebijakan pembelajaram jarak jauh. Pada singkatan kata Mendikbut merupakan suatu lembaga pemerintahan yang membuat kebijakan PJJ sebagai solusi dalam menghadapi Covid-19 . Selanjutnya, beberapa lembaga yang ditekankan dalam pemberitaan tersebut merupakan hal yang pro dan kontra terhadap kebijakan yang dibuat. KPAI dan JJPI merupakan lembaga yang telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. KPAI dan JJPI lebih mengarah ke kontra terhadap kebijakan yang dibuat. Unsur grafis yang kedua yaitu penggunaan huruf tebal. Penggunaan huruf tebal Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 83 di dalam berita tersebut terdapat enam data. Adapun data tersebut ialah sebagai berikut ini. Data 26 : PJJ untuk cegah Covid-19 Data 27: Selain PJJ, Adakah Metode Pembelajaran Lain yang Bisa Diterapkan? Data 28: Ketua MPR Minta Kemendikbud dan Kemenkominfo Kerja Sama Pengadaan Gawai untuk PJJ Data 29 : Jaringan internet jadi kendala Data 30: Operator Seluler Gelar Program dan Kuota Khusus untuk Dukung PJJ Data 31: 3,2 Juta Paket Internet Dibagikan ## Gratis untuk Pelajar Jabar Pada data di atas, ditonjolkan beberapa hal yang dianggap dalam pemberitaan tersebut penting. Penonjolan tersebut dilakukan dengan penggunaan huruf tebal, sehingga tampak berbeda dengan teks lainnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa lebih banyak langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Hal tersebut terlihat jumlah pernyataan yang ditebalkan lebih banyak pro dibandingkan dengan yang kontra. Perbandingannya ialah 5 pernyataan yang pro dan 1 pernyataan yang kontra. Unsur grafis yang ketiga yaitu penggunaan tanda petik. Penggunaan tanda petik di dalam berita tersebut berjumlah 3 data. Adapaun penggunaan tanda petik dalam berita tersebut adalah sebagai berikut ini. Data 32 : "Kita bergerak bersama untuk bisa lepas dari situasi ini," kata Mendikbud Nadiem melalui rilis resmi Kemendikbud (12/03/2020). Data 33 : "Pengaduan didominasi oleh para siswa sendiri terkait berbagai penugasan guru yang dinilai berat dan menguras energi serta kuota internet," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan Data 34 : "Peta kebutuhan sebenarnya pelajar kita yang tidak punya HP, lalu tidak bisa beli pulsa ya, hampir tembus 70 juta," kata Huda saat dihubungi Kompas.com, Pada data penggunaan tanda petik dilakukan karena untuk mendukung dan menolok pelaksanan PJJ. Jumlah penolakan yang ditandai dengan tanda petik tedapat dua data, sedangkan yang mendukung terdapat satu data. Hal ini, menunjukkan masih banyak kendala yang dialami dalam pelaksanan kebijakan pembelajaran jarak jauh. Namun demikian, pemberitaan di dalam media tersebut juga bisa dikategorikan seimbang, karena di dalamnya terdapat yang pro dan juga yang kontra terhadap berita yang sampaikan. Selanjutnya, unsur grafis yang keempat yaitu penggunaan gambar atau foto. Dalam berita online compass.com tersebut dimunculkan dua gambar yang dimaksud untuk penekanan terhadap pelaksanaan PJJ. Adapun gambar tersebut ialah sebagai berikut ini. Data 35: “Gambar seorang anak dengan muka gembira dan tertawa yang sedang menikmtai belajar daring menggunakan laptop dan hendsfree.” Data 36: “Gambar Menteri pendidikan dan Kebudayaan yang sedang berdiskusi tenatang pembelajaran jarak jauah dengan komisi X DPR RI.” Pada unsur grafis berupa gambar yang ditampilkan di berita tersebut menggambarkan bahwa pertama, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh juga tidak kalah menarik dengan pembelajaran tatap muka langsung. Hal ini dterlihat pada gambar seorang anak yang sedang menikmati pembelajaran secara daring. Kedua, dibuktikan dengan keseriusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim beserta Komisi X DPR dalam mewujudkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Keseriusan pemerintah dibidang pendidikan dibuktikan dengan foto Mendikbud yang sedang rapat kerja membahas PJJ. ## 2) Metafora Pemakaian metafora digunakan juga sebagai petunjuk untuk memahami makna suatu teks. Penggunaan metafora dalam suatu wacana dapat berupa ungkapan, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan yang diambil dari ayat suci. Hal tersebut digunakan untuk memperkuat pesan utama (Eriyanto, 2009). Pada berita yang Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 84 dianalisis juga ditemui unsur metafora. Adapun unsur metafora. Data 37: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk memindahkan ruang belajar ke dunia maya. Data 38: Kita bergerak bersama untuk bisa lepas dari situasi ini Data 39: Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda meminta Kemendikbud membuat peta kebutuhan anak untuk pembelajaran jarak jauh. Pada data satu metafora yang digunakan berupa kata dunia maya . Kata dunia maya tersebut mengandung banyak makna. Pertama, Bila yang maksud dengan dunia maya itu ialah dunia yang tidak sebenarnya (palsu), maka PJJ bisa dikatakan palsu, karena untuk membuat akun tidak harus dengan data-data yang valid. Kedua, apabila yang dimaksud dengan dunia maya ialah dunia yang khayal, tidak bisa dipegang, maka PJJ bisa juga disebut dunia maya, karena kita komunikasi tidak secara face- to-face . Akan tetapi jangan lupa bahwa orang- orang yang ada di sana adalah nyata, bukan mesin atau robot. Pada data kedua termasuk ke dalam petuah leluhur. Kalimat tersebut dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan pandemi Covid-19 diperlukan kerja sama dan dukungan dari semua pihak. Suatu pekerjaan jika dilakukan secara bersama, maka akan mudah diselesaikan. Pada data ketiga yaitu menggunakan ungkapan peta kebutuhan . Maksud penggunaan peta kebutuhan tersebut bukan berarti gambaran atau lukisan letak geografis, melainkan yang maksud adalah data tentang kebutuhan siswa dan guru dalam melaksanakan PJJ. Kebutuhan tesebut salah satunya dapat berupa sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam melaksanakan PJJ. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis wacana dimensi teks berita Teun A Van Dijk, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, pembahasan tentang superstruktur yang menjelaskan tentang koherenitas dan skematik teks. Kedua, pembahasan struktur makro tentang tematik (topik yang dibahas dalam teks), yaitu membahas kilas balik atau evaluasi penerapan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dicanangkan oleh Mendikbud RI. Ketiga, pembahasan struktur mikro yang telah ditemukan beberapa unsur, yaitu latar, detil, maksud, praanggapan, bentuk kalimat (kalimat pasif dan aktif), koherensi (koherensi aditif/penambahan, koherensi sebab akibat, dan koherensi kontras), kata ganti (pronomina mereka dan kita ), leksikon, grafis, dan metafora (majas). ## REFERENSI Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis . Rineka Cipta. Badara A. (2012). Analisis Wacana, Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Media . Kencana Prenada Media Group. Badudu, J. S. (1993). Pelik-Pelik Bahasa Indonesia . Pustaka Prima. Brown, G & Yule, G. (1984). Discouse Analysis . Cambridge University Press. Bungin, B. (2010). Analisis Data Penelitian Kualitatif . Raja Grafindo Persada. Bungin, B. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif . Raja Grafindo Persada. Coulthard M. (1979). An Introduction to Discourse Analysis . Longman. Depdikbud. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka . Balai Pustaka. Eriyanto. (2009). Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (N. Huda (ed.); VII). LKiS. Finoza, L. (2005). Komposisi Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa . Diksi Insan Mulia. Harimurti, K. (2008). Kamus Linguistik . Gramedia Pustaka Utama. Hermina. (2014). Analisis Wacana Berita Kisah- Kisah Dari Perbatasan Negara (Liputan Khusus Edisi Minggu 12 Juni 2011 Kaltim Post). Ejournal Ilmu Komunikasi , 2 (3), 229–243. https://ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id/site/?p=1537. Humaira, H. W. (2018). Analisis Wacana Kritis Tajuk Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19 85 (AWK) Model Teun A. Van Dijk pada Pemberitaan Surat Kabar Republika. Literasi , 2 (1), 32–40. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/literasi /article/view/951. Jorgensen, M. W. dan L. J. P. (2007). Analisis Wacana Teori dan Metode . Pustaka Pelajar. Kamil, I. (2020). Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh akibat Pandemi Covid-19 . Kompas.Com . https://nasional.kompas.com/read/2020/09/ 03/10063201/kilas-balik-pembelajaran- jarak-jauh-akibat-pandemi- Covid- 19 ?page=all#page3. Lukman. (2006). Linguistik Indonesia . Yayasan Obor Indonesia. Payuyasa, I. N. (2017). Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Program Acara Mata Najwa Di Metro Tv. Segara Widya , 5 . https://jurnal.isi- dps.ac.id/index.php/segarawidya/article/vie w/188. Rahimi, F. dan M. J. R. (2011). Critical Discourse Analysis: Scrutinizing Ideologically-Driven Discourses. International Journal of Humanities and Social Science , 1 (16). http://www.ijhssnet.com/journal/index/526 :vol-1-no-16-november- 2011abstract13&catid=16:journal-abstract. Rashidi N dan Souzandehfar M. (2010). A Critical Discourse Analysis Of The Debates Between Republicans And Democrats Over The Continuation Of War In Iraq. Journal of Linguistic and Intercultural Education , 3 . https://www.researchgate.net/profile/Dr_M eyerhuber/publication/343088810_Active_ listening_as_a_key_competence_in_interc ultural_communication_education_- _an_academic_classroom_example_with_c onceptual_and_theoretical_embedding/link s/5fbe8439a6fdcc6cc6689f93. Sumarlam. (2019). Teori dan Praktik Analisis Wacana . BukuKatta. Sumarlam. (2020). Javanese Proverbs As Social Control And Human Character Imageries ( Textual And Contextual Understanding ) . 1–9. https://doi.org/10.4108/eai.20-9- 2019.2297044.
5fb4f288-4be2-4f52-9f22-ba6ffa72f7b8
http://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/jurnalrectum/article/download/1730/1559
## TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA MENANAM, MEMELIHARA, MENYIMPAN ATAU MENYEDIAKAN NARKOTIKA (PUTUSAN NO 213/PID.SUS/2019/PN BLG) Oleh: Panji Ireneus Sinaga 1) Hari Chander 2) Rumelda Silalahi 3) Universitas Darma Agung, Medan 1,2,3) E-mail: [email protected] 1) [email protected] 2) [email protected] 3) ## ABSTRAC The issue of narcotics is a classic problem in this country and its development is very significant from the city to remote villages and its users are also very diverse. This study aims at discussing how the application of law and legal analysis to the perpetrators of the crime of planting, maintaining, storing or providing Narcotics based on the decision No. 213/Pid.Sus/2019/PN BLG and what are the obstacles and obstacles in eradicating the crime of planting, maintaining , store or provide Narcotics. The research method applied is normative juridical which examines law as a positive legal norm in the statutory system of court decisions and the principle of justice. From the results of the study it can be concluded that the legal regulation regarding the crime of planting, maintaining, storing or providing Narcotics is Law Number 35 of 2009 concerning Narcotics Article 111 Article 112. The authority to determine rehabilitation for perpetrators of narcotics abuse is the authority of judges and investigators, both BNN investigators and investigators. Police investigators. Inhibiting factors experienced by the Police are internal factors and external factors, internal inhibiting factors are from facilities, infrastructure facilities in the police while external factors are about the role of the community and the development of Narcotics dealers who use new methods. Keywords: Narcotics Crime, Countermeasures ## ABSTRAK Isu narkotika merupakan permasalahan klasik negeri ini dan perkembangannya sangat signifikan dari kota sampai ke pelosok-pelosok desa dan pengguanya juga sangat beragam. Studi ini bertujuan untuk membahas bagaimana penerapan hukum dan analisis hukum terhadap pelaku tindak pidana menanam, memelihara, menyimpan atau menyediakan Narkotika berdasarkan putusan No 213/Pid.Sus/2019/PN BLG dan apa yang menjadi kendala dan hambatan dalam memberantas tindak pidana menanam, memelihara, menyimpan atau menyediakan Narkotika. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah yuridis normatif yang mengkaji hukum sebagai norma hukum positif dalam sistem perundang undangan putusan pengadilan dan asas keadilan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaturan hukum mengenai tindak pidana menanam, memelihara, menyimpan atau menyediakan Narkotikayaitu undang undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 111 pasal 112. Kewenangan penetapan rehabilitasi bagi pelaku penyalahgunaan Narkotika merupakan kewenangan dari hakim dan penyidik baik itu penyidik BNN maupun penyidik kepolisian.Faktor penghambat yang di alami oleh Kepolisian yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor penghambat internal yaitu dari fasilitas, sarana pra sarana di kepolisian sedangkan faktor eksternal yaitu mengenai peran dari masyarakat dan perkembangan dari pengedar Narkotika yang menggunakan cara cara baru. Kata kunci : Tindak Pidana Narkotika, Upaya Penanggulangan. ## 1. PENDAHULUAN Bersamaan berjalannya durasi, lagak ataupun aksi warga telah terus menjadi menggila. Rumor narkotika telah lama jadi kasus negara ini serta perkembanganya amat penting merebak dari kota hingga ke dusun penggunaanya mulai dari bintang film, angkasawan, administratur, orang lazim sampai orang per orang penegak hukum juga banyak yang menikmatinya. Ketentuan yang terdapat sepanjang ini di kira belum lumayan efisien menanggulangi kasus ini. Selaku bentuk dari intensitas negeri untuk menanagani kasus narkotika yang terus menjadi merebak hingga ke ceruk negara hingga ketentuan yang sudah terdapat lebih dahulu ialah UU Nomor. 7 tahun1997 di perbaharui dengan di untuk serta di sahkannya UU Nomor. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Pengesahan UU ini di landasi sebab perbuatan kejahatan narkotika dikira saat ini sudah bertabiat trans- nasional, yang di jalani dengan modus operandi yang besar teknologi mutahir di bawa jaringan yang kokoh dengan jumlah angka duit yang luar biasa serta banyak memerangkap golongan belia angkatan milenial. Penyalahgunaan atau ketergantungan narkotika ialah penyakit endemik dalam warga modern, penyakit kronik yang kesekian kali kumat serta ialah cara kendala psikologis adiktif. Hal tumbuhan cannabis, bersumber pada Undang Undang Nomor 35 tahun 2009 mengenai Narkotika( UU35/ 2009), Tumbuhan itu tercantum dalam narkotika kalangan 1. Bersumber pada artikel 7 UU 35 atau 2009, Narkotika cuma bisa dipakai buat kebutuhan jasa kesehatan ataupun pengembangan ilmu wawasan serta teknologi. Dalam uraian pasal 7 UU 35/ 2009 dipaparkan kalau yang diartikan dengan“ jasa kesehatan“ merupakan tercantum jasa rehabilitasi kedokteran. Yang diartikan dengan pengembangan ilmu wawasan serta teknologi merupakan pemakaian narkotika paling utama buat kebutuhan penyembuhan serta rehabilitasi tercantum buat kebutuhan pembelajaran penataran pembibitan, riset serta pengembangan dan keahlian yang dilaksanakan oleh lembaga penguasa yang kewajiban serta gunanya melaksanakan pengawasan pelacakan, investigasi serta pemberantasan penyebaran hitam narkotika. Kebutuhan pembelajaran, penataran pembibitan serta keahlian merupakan tercantum buat kebutuhan melatih anjing pelaccak narkotika dari pihak kepolisian Negeri Republik Indonesia Banderol serta Bea serta Badabn Narkotika Nasional dan lembaga lainya. Manfaat penyidikan dan pemberantasan peredaran gelap Narkotika adalah mengurangi korban jiwa karena penggunaan Narkotika.Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak terdapat konsumen Narkotika membuat generasi penerus bangsa yang sehat tanpa ketergantungan Narkotika . Berdasarkan uraian di atas , maka penulis tertarik mengangkat judul “Tinjauan yuridis terhadap Tindak Pidana menanam memelihara, menyimpan dan menyediakan Narkotika ( Putusan No. 213/ Pid.Sus/2019/PN BLG”) ## 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Narkoba Narkoba ialah kependekan dari Narkotika, psikotropika dan obat ilegal. Psikotropika ialah zat atau obat baik natural atau kombinasi bukan narkotika, yang efisien psikoaktif melalui dampak berhati- batin pada susunan syaraf pusat yang memunculkan pergantian khas pada aktivitas intelektual dan tindakan tindakan. Zat adiktif lainya ialah modul lain bukan narkotika atau psikotropikayang penggunaanya dapat menimbulkan ketergantungan. Unsur-unsur Tindak Pidana Narkotika Hukum Republik Indosenia No 35 Tahun 2009 sudah menagtur mengenai perbuatan kejahatan narkotika dalam Ayat XV Artikel 111 hingga dengan Artikel 148 yang ialah determinasi spesial. Didalam Hukum Narkotika, aksi– perbuatan yang diklaim selaku perbuatan kejahatan merupakan sebagi selanjutnya: a) Tanpa hak, ataupun melawan hukum menanam, menjaga, mempunyai, menaruh, memahami, ataupun sediakan narkotika kalangan I dalam wujud tumbuhan( Artikel 111). b) Tanpa hak, ataupun melawan hukum mempunyai, memahami, ataupun sediakan narkotika Kalangan I bukan tumbuhan( Artikel 112). c) Tanpa hak, ataupun melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, ataupun menuangkan narkotika Kalangan 1( Artikel 113). d) Tanpa hak, ataupun melawan hukum menawarkan buat dijual, menjual, membeli, menyambut, jadi perantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan narkotika Kalangan 1( Artikel 114). e) Tanpa hak, ataupun melawan hukum bawa, mengirim, mengangkat, ataupun mentransito Narkotika Kalangan I( Artikel 115). f) Tanpa hak, ataupun melawan hukum memakai narkotika Golonga I kepada orang lain ataupun membagikan narkotika Kalangan I buat dipakai orang lain( Artikel 116). g) Tanpa hak, ataupun melawan hukum mempunyai, menaruh, memahami ataupun sediakan narkotika Kalangan II( Artikel 117). h) Tanpa hak, ataupun melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, ataupun menuangkan narkotika Kalangan II( Artikel 118). i) Tanpa hak, ataupun melawan hukum menawarkan buat dijual, menjual, membeli, menyambut, jadi perantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan narkotika Kalangan II( Artikel 119). j) Tanpa hak, ataupun melawan hukum bawa, mengirim, mengangkat, ataupun mentransito narkotika Kalangan II( Artikel 120). k) Tanpa hak, ataupun melawan hukum memakai narkotika Kalangan II kepada orang lain ataupun membagikan narkotika Kalangan II buat dipakai orang lain( Artikel 121). l) Tanpa hak, ataupun melawan hukum mempunyai, menaruh, mengasai ataupun sediakan narkotika Kalangan III( Artikel 122). m) Tanpa hak, ataupun melawan hukum memproduksi, megimpor, mengekspor, ataupun menuangkan narkotika Kalangan III( Pasal123). n) Tanpa hak, ataupun melawan hukum menawarkan buat dijual, menjual, membeli, menyambut, jadi perantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan narkotika Kalangan III( Artikel 124). o) Tanpa hak, ataupun melawan hukum bawa, mengirim, mengangkat, ataupun mentransito narkotika Kalangan III( Artikel 125). p) Tanpa hak, ataupun melawan hukum memakai narkotika kalangan III kepada orang lain ataupun membagikan narkotika Kalangan III buat dipakai orang lain( Artikel 126). q) Tiap penyalahguna( artikel 127); 1). Narkotika Kalangan I untuk diri sendiri; 2). Narkotika Kalangan II untuk diri sendiri; serta 3). Narkotika Kalangan III untuk dirinya sendiri. r) Orang berumur ataupun orang tua dari pemadat yang belum lumayan baya, yang terencana tidak melapor( Artikel 128) s) Tanpa hak, ataupun melawan hukum( Pasal129): 1) Mempunyai, menaruh, memahami, ataupun sediakan Prekursor narkotika buat pembuatan narkotika; 2) Memproduksi, mengimpor, mengekspor, ataupun menuangkan Prekursor Narkotika buat pembuatan narkotika; 3) Menawarkan buat dijual, menjual, membeli, menyambut, menjadiperantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan precursor Narkotika buat pembauatan narkotika; 4) Bawa, mengirim, mengangkat, ataupun mentransito Prekursor narkotika buat pembauatan narkotika. t) Tiap orang dengan terencana tidak memberi tahu terdapatnya perbuatan kejahatan narkotika( Artikel 131). 3. METODE PELAKSANAAN Buat membahas kasus yang sudah diformulasikan dan dibatasi begitu juga itu diatas, hingga dalam metode kategorisasi serta penanganan periset dalam riset ini, hendak dipergunakan tata cara serta metode riset begitu juga dibawah ini. Tipe riset yang dicoba merupakan riset yuridis normatif. Watak riset dalam riset ini merupakan bertabiat deskriptif analitis. Tipe informasi yang dipakai dalam riset ini merupakan riset daftar pustaka( library research). Pangkal informasi yang dipakai dalam riset ini merupakan informasi inferior yang berbentuk materi hukum pokok: Undang Undang RI nomor. 22 tahun 1997 mengenai Narkotika Undang Undang RI Nomor. 35 tahun 2009 mengenai Narkotika., materi hukum inferior: ialah materi- materi hukum yang didapat bukubuku pustaka serta laporan- laporan hasil riset hukum yang terdapat hubungannya dengan permasalahan yang diawasi serta materi hUkum tersier ialah materi hukum yang aksesoris karakternya membagikan petunjuk ataupun uraian bonus kepada materi hukum pokok serta materi hukum inferior. Materi hukum tersier ini ada dalam riset misalnya kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia serta lain serupanya ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Hukum Dan Analisis Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Menanam, Memelihara, Menyimpan, Atau Menyediakan Narkotika Berdasarkan Putusan No 213/Pid.Sus/2019/PN BLG. ## Posisi kasus Berasal pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib, tersangka mendapatkan 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu dari KINCONG HUTABARAT( DPO). Lebih dahulu HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO( DPO) yang bertamu KINCONG memesan Narkotika Tipe Shabu itu. Kemudian HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO menelpone tersangka buat menjemput Narkotika Tipe Shabu dari KINCONG. Pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 13. 00 Wib Terdakwamenjumpai KINCONG di Jln. Tandang Buhit( di depan tempat persewaan _last danchatering“ Kedekatan Nada”). Setelah itu tersangka bawa 1( satu) PaketNarkotika Tipe Shabu itu ke Café AQUINO, tidak berapa lama datanglahHERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO disusul oleh RICHARDO EVAN MANGATAS SIAHAAN( arsip terpisah). Tujuan terkumpul di tempat itu merupakan buat memakai Narkotika Tipe Shabu. Kemudian KINCONG bertamu tersangka serta memohon pembayaran duit Narkotika Tipe Shabu itu. tersangka berkata pada HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO, kemudian KARDO memberikan duit sebesar Rp 600. 000,- kepadaTerdakwa serta tersangka menghasilkan duit sebesar Rp 50. 000,-. Sehinggauang yang terkumpul sebesar Rp 650. 000,-( 6 dupa 5 puluh ribu rupiah) duit itu diserahkan oleh tersangka pada KINCONG HUTABARATuntuk pembayaran Narkotika Tipe Shabu itu. Bersumber pada Informasi Kegiatan Penimbangan Benda Fakta yang terbuat oleh Perum Pegadaian Porsea dengan Informasi Kegiatan Penimbangan No: 15 atau IL. 10071 atau 2019 bertepatan pada 26 Juli 2019 yang terbuat serta ditandatangani olehLEONARD P. Merjan, SE pengelola UPC yang sudah melaksanakan penimbanganterhadap benda fakta 1( satu) buah botol plastik warna orange yang berisibiji narkotika tipe ganja dengan berat 0, 42( nihil koma 4 puluh 2) gramnetto serta bersumber pada Informasi Kegiatan Analisa Makmal Benda BuktiNarkotika Nomor. LAB: 7633 atau NNF atau 2019 bertepatan pada 7 Agustus 2019 yang terbuat danditandatangani oleh DEBORA Meter. HUTAGAOL, Ssi, Apt serta SUPIYANI, S. Sang. Meter. Sang yang sudah melaksanakan analisa dengan cara kimia forensic kepada benda buktiberupa 1( satu) buah plastik penjepit bermuatan bulir kering dengan netto 0, 42( nihil komaempat puluh 2) gr merupakan positif ganja serta tertera dalam Kalangan Inomor pijat 8 Adendum I Hukum RI Nomor. 35 tahun 2009 tentangNarkotika. Kalau tersangka tidak mempunyai ijin dari pihak berhak buat membeli, menyambut, jadi perantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan Narkotika Kalangan I itu.“ Kalau beliau tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT pada hari Kamis bertepatan pada 25Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib ataupun pada sesuatu durasi lain dalam bulan Juli2019 ataupun sedang dalam tahun 2019 bertempat di Jalan. Raja Bonanionan Kec. Balige Kabupaten Toba Samosir ataupun pada sesuatu tempat lain yang masihtermasuk wilayah hukum Majelis hukum Negara Balige, tanpa hak ataupun melawanhukum mempunyai, menaruh, memahami, ataupun sediakan NarkotikaGolongan I bukan tumbuhan, aksi itu dicoba dengan metode dandalam kondisi selaku selanjutnya: Berasal pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib, tersangka mendapatkan 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu dari KINCONG HUTABARAT( DPO). Lebih dahulu HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO( DPO) yang bertamu KINCONG memesan Narkotika JenisShabu itu. Kemudian KARDO menelpone tersangka buat menjemput NarkotikaJenis Shabu dari KINCONG. Pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira pukul13. 00 Wib tersangka mendapati KINCONG di Jln. Tandang Buhit( di depantempat persewaan _last serta chatering“ Kedekatan Nada”). Setelah itu Terdakwamembawa 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu itu ke Café AQUINO, tidak berapa lama datanglah HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDOdisusul oleh RICHARDO EVAN MANGATAS SIAHAAN( arsip terpisah). Tujuan terkumpul di tempat itu merupakan buat memakai NarkotikaJenis Shabu. Kemudian KINCONG bertamu tersangka serta memintapembayaran duit Narkotika Tipe Shabu itu. tersangka mengatakankepada HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO, kemudian KARDOmenyerahkan duit sebesar Rp 600. 000,- kepada tersangka serta Terdakwamengeluarkan duit sebesar Rp 50. 000,-. Alhasil duit yang terkumpulsebesar Rp 650. 000,-( 6 dupa 5 puluh ribu rupiah) duit tersebutdiserahkan oleh tersangka pada ## KINCONG HUTABARAT buat pembayaranNarkotika Tipe Shabu itu. Bersumber pada Informasi Kegiatan Penimbangan Benda Fakta yang terbuat oleh PerumPegadaian Porsea dengan Informasi Kegiatan Penimbangan No: 15 atau IL. 10071 atau 2019 bertepatan pada 26 Juli 2019 yang terbuat serta ditandatangani olehLEONARD P. Merjan, SE pengelola UPC yang sudah melaksanakan penimbanganterhadap benda fakta 1( satu) buah botol plastik warna orange yang berisibiji narkotika tipe ganja dengan berat 0, 42( nihil koma 4 puluh 2) gramnetto serta bersumber pada Informasi Kegiatan Analisa Makmal Benda BuktiNarkotika Nomor. LAB: 7633 atau NNF atau 2019 bertepatan pada 7 Agustus 2019 yang terbuat serta ditandatangani oleh DEBORA Meter. HUTAGAOL, Ssi, Apt serta SUPIYANI, S. Sang. Meter. Sang yang sudah melaksanakan analisa dengan cara kimia forensic kepada benda buktiberupa 1( satu) buah plastik penjepit bermuatan bulir kering dengan netto 0, 42( nihil komaempat puluh 2) gr merupakan positif ganja serta tertera dalam Kalangan Inomor pijat 8 Adendum I Hukum RI Nomor. 35 tahun 2009 tentangNarkotika serta bersumber pada Pesan Penjelasan Test Narkoba dari Rumah SakitUmum Wilayah Porsea Nomor. 1453 atau LABS- RS atau VII atau 2019 bertepatan pada 26 Juli 2019 yangdibuat serta ditandatangani oleh dokter. Pita Omas Lumban Gaol. Sp. PK telahmelakukan pengecekan materi Narkoba, Psikotropika serta Zat Adiktif yang lain( NAPZA) dalam ilustrasi air kemih yang didapat dari tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT merupakan Positif Ganja( THC). Kalau tersangka tidak mempunyai ijin dari pihak berhak buat menerimaNarkotika itu. ## Dakwaan Jaksa Penuntut Umum “ Kalau beliau tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT pada hari Kamis bertepatan pada 25Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib ataupun pada sesuatu durasi lain dalam bulan Juli 2019 ataupun sedang dalam tahun 2019 bertempat di Jalan. Raja Bonanionan Kec. Balige Kabupaten Toba Samosir ataupun pada sesuatu tempat lain yang sedang tercantum wilayah hukum Majelis hukum Negara Balige, tanpa hak ataupun melawan hukum menawarkan buat dijual, menjual, membeli, menyambut, jadi perantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan Narkotika Kalangan I, aksi itu dicoba dengan metode serta dalam kondisi selaku selanjutnya: Berasal pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib, tersangka mendapatkan 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu dari KINCONGHUTABARAT( DPO). Lebih dahulu HERMAN RICHARDO HUTAPEA AliasKARDO( DPO) yang bertamu KINCONG memesan Narkotika Tipe Shabu itu. Kemudian HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO menelpone tersangka buat menjemput Narkotika Tipe Shabu dari KINCONG. Pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 13. 00 Wib tersangka mendapati KINCONG di Jln. Tandang Buhit( di depan tempat persewaan _last serta chatering“ Kedekatan Nada”). Setelah itu tersangka bawa 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu itu ke Café AQUINO, tidak berapa lama datangla HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO disusul oleh RICHARDOEVAN MANGATAS SIAHAAN( arsip terpisah). Tujuan terkumpul di tempat itu merupakan buat memakai Narkotika Tipe Shabu. Kemudian KINCONG bertamu tersangka serta memohon pembayaran duit Narkotika Tipe Shabu itu. tersangka berkata pada HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO, kemudian KARDO memberikan duit sebesar Rp 600. 000,- kepada tersangka serta tersangka menghasilkan duit sebesar Rp 50. 000,-. Alhasil duit yang terkumpul sebesar Rp 650. 000,-( 6 dupa 5 puluh ribu rupiah) duit itu diserahkan oleh tersangka pada ## KINCONG HUTABARAT buat pembayaran Narkotika Tipe Shabu itu. Bersumber pada Informasi Kegiatan Penimbangan Benda Fakta yang terbuat oleh Perum Pegadaian Porsea dengan Informasi Kegiatan Penimbangan No: 15 atau IL. 10071 atau 2019 bertepatan pada 26 Juli 2019 yang terbuat serta ditandatangani oleh LEONARD P. Merjan, SE pengelola UPC yang sudah melaksanakan penimbangan kepada benda fakta 1( satu) buah botol plastik warna orange yang bermuatan bulir narkotika tipe ganja dengan berat 0, 42( nihil koma 4 puluh 2) gr netto serta bersumber pada Informasi Kegiatan Analisa Makmal Benda Fakta Narkotika Nomor. LAB: 7633 atau NNF atau 2019 bertepatan pada 7 Agustus 2019 yang terbuat serta ditandatangani oleh DEBORA Meter. HUTAGAOL, Ssi, Apt serta SUPIYANI, S. Sang. Meter. Sang yang sudah melaksanakan analisa dengan cara kimia forensic kepada benda fakta berbentuk 1( satu) buah plastik penjepit bermuatan bulir kering dengan netto 0, 42( nihil koma 4 puluh 2) gr merupakan positif ganja serta tertera dalam Kalangan I no pijat 8 Adendum I Hukum RI Nomor. 35 tahun 2009 tentangNarkotika. Kalau tersangka tidak mempunyai ijin dari pihak berhak buat membeli, menyambut, jadi perantara dalam jual beli, mengubah, ataupun memberikan Narkotika Kalangan I itu. Begitu juga diatur serta diancam kejahatan dalam Artikel 114 bagian( 1) UU RI Nomor. 35 tahun 2009 mengenai Narkotika; Ataupun, Kedua Kalau beliau tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib ataupun pada sesuatu durasi lain dalam bulan Juli 2019 ataupun sedang dalam tahun 2019 bertempat di Jalan. Raja Bonanionan Kec. Balige Kabupaten Toba Samosir ataupun pada sesuatu tempat lain yang sedang tercantum wilayah hukum Majelis hukum Negara Balige, tanpa hak ataupun melawan hukum mempunyai, menaruh, memahami, ataupun sediakan Narkotika Kalangan I bukan tumbuhan, aksi itu dicoba dengan metode serta dalam kondisi selaku selanjutnya: Berasal pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib, tersangka mendapatkan 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu dari KINCONGHUTABARAT( DPO). Lebih dahulu HERMAN RICHARDO HUTAPEA AliasKARDO( DPO) yang bertamu KINCONG memesan Narkotika Tipe Shabu itu. Kemudian KARDO menelpone tersangka buat menjemput Narkotika Tipe Shabu dari KINCONG. Pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 13. 00 Wib tersangka mendapati KINCONG di Jln. Tandang Buhit( di depan tempat persewaan _last serta chatering“ Kedekatan Nada”). Setelah itu tersangka bawa 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu itu ke Café AQUINO, tidak berapa lama datanglah HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO disusul oleh RICHARDO EVAN MANGATAS SIAHAAN( arsip terpisah). Tujuan berkumpul di tempat tersebut adalah untuk menggunakan Narkotika Jenis Shabu. Lalu KINCONG menghubungi Terdakwa dan meminta pembayaran uang Narkotika Jenis Shabu tersebut. Terdakwa mengatakan kepada HERMAN RICHARDO HUTAPEA Alias KARDO, lalu KARDO menyerahkan uang sebesar Rp 600.000,- kepada Terdakwa dan Terdakwa mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000,-. Sehingga uang yang terkumpul sebesar Rp 650.000,- (enam ratus lima puluh ribu rupiah) uang tersebut diserahkan oleh Terdakwa kepada KINCONG HUTABARAT untuk pembayaran Narkotika Jenis Shabu tersebut.Berdasarkan Berita Acara Penimbangan Barang Bukti yang dibuat oleh Perum Pegadaian Porsea dengan Berita Acara Penimbangan Nomor :15/IL.10071/2019 tanggal 26 Juli 2019 yang dibuat dan ditandatangani oleh LEONARD P. MANIK, SE pengelola UPC yang telah melakukan penimbangan terhadap barang bukti 1 (satu) buah tabung plastik warna orange yang berisi biji narkotika jenis ganja dengan berat 0,42 (nol koma empat puluh dua) gram netto dan berdasarkan Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika No.LAB:7633/NNF/ 2019 tanggal 7 Agustus 2019 yang dibuat dan ditandatangani oleh DEBORA M. HUTAGAOL, Ssi, Apt dan SUPIYANI, S.Si.M.Si yang telah melakukan analisis secara kimia forensic terhadap barang bukti berupa 1 (satu) buah plastik klip berisi biji kering dengan netto 0, 42 (nol koma empat puluh dua) gram adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8 Lampiran I Undang- Undang RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. Bahwa terdakwa tidak memiliki ijin dari pihak berwenang untuk menerima Narkotika tersebut. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (1) UU RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika; Atau, Ketiga: “ Kalau beliau tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib ataupun pada sesuatu durasi lain dalam bulan Juli 2019 ataupun sedang dalam tahun 2019 bertempat di Jalan. Raja Bonanionan Kec. Balige Kabupaten Toba Samosir ataupun pada sesuatu tempat lain yang sedang tercantum wilayah hukum Majelis hukum Negara Balige, tanpa hak ataupun melawan hukum menanam, menjaga, menaruh, memahami, ataupun sediakan Narkotika Kalangan I dalam wujud tumbuhan, aksi itu dicoba tersangka dengan metode serta dalam kondisi selaku selanjutnya: Berasal pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 16. 00 Wib tersangka mendapatkan 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu dari KINCONGHUTABARAT( DPO). Lebih dahulu HERMAN RICHARDO HUTAPEA AliasKARDO( DPO) yang bertamu KINCONG memesan Narkotika Tipe Shabu itu. Kemudian KARDO menelpone tersangka buat menjemput Narkotika Tipe Shabu dari KINCONG. Pada hari Kamis bertepatan pada 25 Juli 2019 sekira jam 13. 00 Wib tersangka mendapati KINCONG di Jln. Tandang Buhit( di depan tempat persewaan _last serta chatering“ Kedekatan Nada”). Setelah itu tersangka bawa 1( satu) Paket Narkotika Tipe Shabu itu ke Café AQUINO, tidak berapa lama datanglah HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO disusul oleh RICHARDO EVAN MANGATAS SIAHAAN( arsip terpisah). Tujuan terkumpul di tempat itu merupakan buat memakai Narkotika Tipe Shabu. Kemudian KINCONG bertamu tersangka serta memohon pembayaran duit Narkotika Tipe Shabu itu. tersangka berkata pada HERMAN RICHARDO HUTAPEA Nama lain KARDO, kemudian KARDO memberikan duit sebesar Rp 600. 000,- kepada tersangka serta tersangka menghasilkan duit sebesar Rp 50. 000,-. Alhasil duit yang terkumpul sebesar Rp 650. 000,-( 6 dupa 5 puluh ribu rupiah) duit itu diserahkan oleh tersangka pada KINCONG HUTABARAT buat pembayaran Narkotika Tipe Shabu itu. Bersumber pada Informasi Kegiatan Penimbangan Benda Fakta yang terbuat oleh Perum Pegadaian Porsea dengan Informasi Kegiatan Penimbangan No: 15 atau IL. 10071 atau 2019 bertepatan pada 26 Juli 2019 yang terbuat serta ditandatangani oleh LEONARD P. Merjan, SE pengelola UPC yang sudah melaksanakan penimbangan kepada benda fakta 1( satu) buah botol plastik warna orange yang bermuatan bulir narkotika tipe ganja dengan berat 0, 42( nihil koma 4 puluh 2) gr netto serta bersumber pada Informasi Kegiatan Analisa Makmal Benda Fakta Narkotika Nomor. LAB: 7633 atau NNF atau 2019 bertepatan pada 7 Agustus 2019 yang terbuat serta ditandatangani oleh DEBORA Meter. HUTAGAOL, Ssi, Apt serta SUPIYANI, S. Sang. Meter. Sang yang sudah melaksanakan analisa dengan cara kimia forensic kepada benda fakta berbentuk 1( satu) buah plastik penjepit bermuatan bulir kering dengan netto 0, 42( nihil koma 4 puluh 2) gr merupakan positif ganja serta tertera dalam Kalangan I no pijat 8 Adendum I Hukum RI Nomor. 35 tahun 2009 mengenai Narkotika serta bersumber pada Pesan Penjelasan Test Narkoba dari Rumah Sakit Biasa Wilayah Porsea Nomor. 1453 atau LABS- RS atau VII atau 2019 bertepatan pada 26 Juli 2019 yang terbuat serta ditandatangani oleh dokter. Pita Omas Lumban Gaol. Sp. PK sudah melaksanakan pengecekan materi Narkoba, Psikotropika serta Zat Adiktif yang lain( NAPZA) dalam ilustrasi air kemih yang didapat dari tersangka GRASIANUSTOGI SIRAIT merupakan Positif Ganja( THC). Kalau tersangka tidak mempunyai ijin dari pihak berhak buat menyambut Narkotika itu. Begitu juga diatur serta diancam kejahatan dalam Artikel 111 bagian( 1) UU RI Nomor. 35 tahun 2009 mengenai Narkotika; ## Tuntutan Penuntut Umum Desakan penggugat biasa yang dibacakan pada sidang, Bertepatan pada 22 januari 2020, dengan fakta- fakta yang terbongkar dipemeriksaan dengan cara beruntun berbentuk penjelasan saksi- saksi, petunjuk serta penjelasan tersangka hingga penggugat biasa yang pokoknya menuntut supaya badan juri yang mengecek serta memeriksa masalah ini memustuskan: 1. Melaporkan tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT sudah teruji dengan cara legal serta memastikan bersalah melakuan perbuatan kejahatan“ menanam, menjaga, mempunyai, menaruh, memahami ataupun sediakan Narkotika kalangan 1 dalam wujud tumbuhan” dalam cema ketiga begitu juga diatur serta diancam kejahatan dalam artikel 111 bagian( 1) UU RI nomor. 35 tahun 2009 mengenai narkotika. 2. Menjatuhkan kejahatan kepada tersangka GRASIANUS TOGI SIRAIT dengan kejahatan bui sepanjang: 5( 5) tahun dikurangkan sepanjang tersangka terletak dalam narapidana sedangkan serta kompensasi sebesar Rp. 1. 000. 000. 000,( satu milyar rupiah) subsider 6( 6) bulan bui. 3. Menyatakan barang bukti berupa - 1 (satu) buah tabung plastik warna orange diduga berisi biji Narkotika jenis ganja; - 2 (dua) buah bong; - 1 (satu) bungkus plastik klip bekas pakai; - 1 (satu) buah kaca pirex; - 1 (satu) bungkus kertas tiktak merk Mars Brand; - 4 (empat) buah jarum; - 2 (dua) buah sedotan berbentuk sendok; - 1 (satu) buah mancis warna merah; - 1 (satu) buah kotak warna orange; 4) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000 (dua ribu rupiah) ## Amar Putusan MENGADILI 1. Menyatakan Terdakwa Grasianus Togi Sirait tersebut di atas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika” 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) 3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan; 5. Menetapkan barang bukti berupa: - 1 (satu) buah tabung Plastik warna orange berisi biji Narkotika jenis Ganja; - 2 (dua) buah bong; - 1 (satu) bungkus plastik klip bekas pakai; - 1 (satu) buah kaca pirex; - 1 (satu) bungkus kertas tiktak merk Mars Brand; - 4 (empat) buah jarum; - 2 (dua) buah sedotan berbentuk sendok; - 1 (satu) buah mancis warna merah; - 1 (satu) buah kotak warna orange; 6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp2.000,00 (dua ribu rupiah); ## Analisis penulis Sesuatu cara peradilan diakhiri dengan tumbangnya tetapan akhir( putusan) yang didalamnya ada penjatuhan hukuman kejahatan( penghukuman) kepada tersangka yang bersalah, serta didalam tetapan itu hakim melaporkan pendapatnya mengenai apa yang sudah dipikirkan serta apa yang jadi amar putusannya. Saat sebelum hingga pada jenjang itu, terdapat jenjang yang wajib dicoba lebih dahulu, ialah jenjang pembuktian dalam menjatuhkan kejahatan kepada tersangka. Dalam menjatuhkan kejahatan, juri wajib bersumber pada pada dua perlengkapan fakta yang legal setelah itu dua perlengkapan fakta itu juri mendapatkan agama kalau perbuatan kejahatan yang didakwakan betul- betul terjalin serta terdakwalah yang melaksanakannya. Perihal itu diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Tidak hanya dari apa yang dipaparkan pengarang diatas, yang butuh dicoba oleh Hakim merupakan buat bisa dipidananya sang pelakon, disyaratkan kalau perbuatan kejahatan yang dikerjakannya itu penuhi unsur- unsur yang sudah diresmikan dalam Hukum. Diamati dari ujung terbentuknya aksi serta keahlian bertanggung jawab, seorang hendak dipertanggungjawabkan atas aksi serta perbuatannya dan tidak terdapatnya alibi pembenar atau toleran ataupun penghapusan watak melawan hukum buat kejahatan yang dikerjakannya. Dalam Tetapan No 213/ Pid. Sus/ 2019/ PN Blg, pengarang satu bahasa dengan Tetapan Badan Hakim yang memperhitungkan kalau cema yang didakwakan pada tersangka, hingga yang teruji didepan sidang merupakan Cema yang melanggar Pasal 111 Ayat( 1) UU. RI. Nomor. 35 tahun 2009 mengenai Narkotika, oleh sebab memanglah unsur- unsur dari artikel inilah yang teruji selaku kenyataan didepan Sidang Majelis hukum, alhasil tepatlah Amar atau Isi Tetapan Badan Juri yang melaporkan kalau GRASIANUS TOGI SIRAIT sudah teruji dengan cara legal serta memastikan bersalah melaksanakan perbuatan kejahatan“ menanam, menjaga, mempunyai, menaruh, memahami, ataupun sediakan narkotika” Dalam Tetapan No 213/ Pid. Sus/ 2019/ PN Blg, cara pengumpulan ketetapan yang dicoba oleh Badan Hakim bagi Pengarang telah cocok. ## B. Kendala Dan Hambatan Dalam Memberantas Tindak Pidana Menanam, Memelihara, Menyimpan Atau Menyediakan Narkotika Terdapat sebagian hambatan- hambatan yang dirasakan olehKepolisian dalam melaksanakan langkah- langkahpenanggulangan perbuatan kejahatan menanam, menjaga, menaruh ataupun sediakan narkotika. Halangan yang di natural ialah dari Aspek dalam serta eksternal. Aspek dalam yang awal merupakan hal alat dan fasilitas ialah minimnya pemindahan, minimnya perlengkapan uji air kemih serta perlengkapan penemuan. Aspek dalam yang kedua merupakan minimnya personil kepolisian ataupun SDM kepolisian pada saat melaksanakan kir benda misalnya di dermaga pengecekan truck yang bawa benda banyak. Aspek dalam yang ketiga merupakan minimnya anggaran operasional, dimana anggaran operasional dibutuhkan pada metode Undercover Buy. Polisi yang berkedok wajib membeli narkotika serta membutuhkan anggaran yang besar apabila mau memperoleh benda fakta yang banyak. Aspek penghalang terakhir ialah tidak seluruh personil kepolisian sanggup berbicara asing, sebab kesalahan narkotika ialah kesalahan yang bernilai global. Hambatan- hambatan penyelesaian tidak cuma terjadipada institusi kepolisian sajanamun ada pula diluarinstitusi ataupun berawal dari aspek eksternal. Sebagian halangan berdasarakan aspek eksternal ialah berawal dari area, warga serta pelakon itu sendiri. Halangan yang awal ialah pada warga, yaitutidak sedikit warga yang tidak ingin memberi tahu ataupun member data ke kepolisian apabila terjalin perbuatan pidanadilingkungannya. Faktornya merupakan tidak terdapatnya perhatian serta terdapatnya suku bangsa khawatir kepada pelakon. Halangan yang kedua merupakan pada modus operandi pelakon yang terus menjadi bertumbuh, dimana pelaku kesalahan memakai bermacam metode buat bawa narkotika. Sistem tempel pula jadi halangan, disebabkan pelakon meletakkan benda di tempat yang sudah dijanjikan, pelakon berkaitan dengan konsumen lewat hp. Halangan selanjutnya ialah komunikasi menggunakansocial alat serta melalui memindahkan mbanking. Dengan memakai aplikasi chating yang ada para konsumen serta pedagang bisa membeli tanpa wajib berjumpa serta umumnya para pelakon memakai akun ilegal dalam melaksanakan aksinya. Aspek penghalang terakhir ialah terdapatnya versi narkotika terkini, disebabkan bila pelakon ada bawa narkotika tipe terkini orang itu tidak bisa dikenakan kejahatan. Perihal itu disebabkan di Dalam Hukum No 35 Tahun 2009 belum menata mengenai itu. Cocok dengan dasar hukum kejahatan ialah dasar keabsahan yang ada pada Pasal 1 ayat( 1) Buku Hukum Hukum Kejahatan yang bersuara“ Sesuatu aksi cuma ialah perbuatan kejahatan, bila ini didetetapkan lebih dahulu dalam sesuatu determinasi perundang- undangan. Kendala-Kendala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kendala- hambatan yang ditemui oleh BNN( BNNK) dalam menghindari perbuatan kejahatan menanam, menjaga, menaruh ataupun sediakan narkotika: a. Hambatan buat mengharmonisasikan bermacam lembaga yang bersinergi dengan BNN atau Kota. b. Keterbatasan Dana c. Rendahnya kedudukan dan masyarakat d. Hambatan dalam alat serta prasarana Kendala- kendala yang dialami dalam penyelesaian perbuatan kejahatan menanam, menjaga, menaruh ataupun sediakan narkotika mencakup, peruntukan anggaran dalam penerapan usaha penyelesaian yang sedikit, sarana Makmal yang kurang mencukupi, minimnya perhatian warga buat membagikan data hal penyebaran serta penyalahgunaan Narkotika yang mereka tahu, minimnya alat serta infrastruktur buat menyelidiki penyebaran hitam serta penyalahgunaan narkotika. ## Upaya-Upaya yang dilakukan oleh BNN (BNN/BNNK) Usaha yang dicoba BNN dalam mengalami kendala- kendala yangmereka temui dilapangan antara lain merupakan selaku selanjutnya: a. Melindungi komunikasi serta tingkatkan koordinasi b. Membuat dasar kewajiban buat melaksanakan penelitian c. Menyambut dorongan anggaran dari pihak lain d. Membuat satgas di kecamatan serta kelurahan e. Berikan reward Upaya pencegahan terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba meliputi: 1. Penangkalan pokok ataupun penangkalan dini, ialah tertuju pada orang, keluarga, ataupun komunitas serta warga yang belum terharu oleh permasalah penyaahgunaan serta penyebaran narkoba, dengan tujuan membuat orang, keluarga, golongan serta warga cermas dan mempunyai energi cegah serta energi tangkal dan daya tahan buat menyangkal serta melawannya. 2. Pencegahan inferior ataupun pencegahan kerawanan, tertuju pada golongan ataupun komunitas yang rawan kepada penyalahgunaan narkoba, misalnya bertempat bermukim dilingkungan cemar ataupun bertugas ditempat hiburan. Tujuannya merupakan supaya mereka bisa memperkuatkan pertahanandiri dari rayuan serta rayuan ataupun desakan pihak lain ataupun tampaknya desakan dari dalam dirnya sendiri buat berupaya narkoba. 3. Pencegahan tertier ataupun penangkalan kepada para konsumen atau pemadat kambuhan yang sudah menjajaki program teraphi serta rehabilitas, supaya tidak kumat lagi. Penangkalan kepada penyalahgunaan narkoba dicoba dilingkungan keluarga, sekolah, komunitas, tempat kegiatan, serta warga besar, lewat aktivitas komunikasi, data serta bimbingan dengan memakai bermacam alat yang membolehkan dicocokkan dengan situasi dilapangan. 5. SIMPULAN 1. implementasi hukum dalam tetapan( Tetapan Nomor 213/ PID. SUS/ 2019/ PN BLG) dimana pengarang sepakat dengan cara peradilan yang diakhiri dengan tumbangnya tetapan akhir( putusan) yang didalamnya ada penjatuhan ganjaran kejahatan( penghukuman) kepada tersangka yang bersalah serta didalam tetapan itu hakim melaporkan pendapatnya mengenai apa yang sudah dipikirkan serta apa yang jadi amar putusanya. 2. Ada pula yang jadi hambatan serta halangan dalam membasmi perbuatan kejahatan menanam, menjaga, menaruh ataupun sediakan Narkotika ialah aspek dalam yang awal merupakan hal alat serta sarana ialah minimnya pemindahan, minimnya perlengkapan uji air kemih serta perlengkapan penemuan, aspek dalam yang kedua merupakan minimnya personil kepolisian ataupun SDM kepolisian pada saat melaksanakan pengecekanbarang misalnya di dermaga pengecekan truck yang bawa benda banyak, aspek dalam yang ketiga merupakan minimnya anggaran operasional dibutuhkan pada metode Undercover Buy. aspek external ialah berawal dari area, warga serta pelakon itu sendiri. ## 6. DAFTAR PUSTAKA Adami Chazawi. 2002. Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana Bagian I .( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) Andy Hamzah, Hukum Accara Pidana Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta 2008 Barda Nawawi Arief, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kecana Prenada Media Grup, Jakarta, Daang Hawari, psikiater, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza Penerbit FKUI, Jakarta, 2006 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana , PT Mandar Maju Bandung, 2003 ## Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternative Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika OlehAnak, Umm Press, Malang, 2009, Lydia Herlina Martono dan Satya Joewana, Belajar Hidup bertanggung Jawab, Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta. Balai Pustaka. 2008, Moeljatno,1985.Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia,Bina Aksara Moch Sulman, 1999, Mari Bersatu Memberantas Penyalahgunaan Narkoba (Naza), BP. Dharma Bakti, Soedjono Dirdjosisworo, 1990, Hukum Narkotika Indonesia ,PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Sudikno Mertokusumo , Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005 S.M Amin , Hukum Accara Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, jakarta, 2009 Supriyadi Widodo Eddyono, Erasmus Napitupulu, Anggara, Meninjau Rehabilitasi Pengguna Narkotika Dalam Praktik Peradilan , 2016 Siswanto S, Politik Hukum Dalam Undang Undang Narkotika (Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009) , Jakarta: Rineka Cipta ,Cet. 1,2012
3c5d5295-bfe2-4cdd-ab7b-da4d09ea79d5
https://journals.stie-yai.ac.id/index.php/JRAA/article/download/326/266
Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit Dengan Moral Judment Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Analysis Of The Determining Factors Of Audit Quality With Moral Judment As A Moderating Variable At The Financial Audit Agency Of The Republic Of Indonesia ## Meita Larasati Universitas Muhammadiyah Prof Hamka [email protected] Abstrak : Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penentu kualitas audit dengan moral judment (variabel terikat) pada kantor kantor badan pemeriksa keuangan republik Indonesia dengan sampel seluruh tenaga auditor yang ada kantor Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Maluku Utara.Untuk itu telah dilakukan survei terhadap auditor di Maluku Utara.Pendugaan koefisien regresi untuk variabel kompetensi memilki nilai sebesar 0,360 dengan p –value sebesar (0,024) lebih besar dari (α=0,05), variabel moderasi moral judgment dan kompetensi terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar 0,174 dengan nilai p – value (0,334), independensi memilki nilai sebesar 0,342 dengan p-value sebesar (0,014) lebih kecil dari (α=0,05), moderasi moral judgment dan independensi terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar 0,138 dengan nilai p – value (0,365) lebih besar dari α (0,05), due professional care memilki nilai sebesar 0,873 dengan p –value (0,000) lebih kecil dari α (0,05), due professional care memilki nilai sebesar 0,873 dengan p –value (0,000) lebih kecil dari α (0,05). moderasi moral judgment dan due professional care terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar -0,151 dengan nilai p –value (0,216) lebih besar dari α (0,05),gaya kepemimpinan memilki nilai sebesar 0,750 dengan nilai p –value (0,000) lebih kecil dari α (0,05), moderasi moral judgment terhadap budaya organisasi memilki nilai sebesar 0,180 dengan nilai p –value (0,229) lebih besar dari α (0,05). Lebih jauh penelitian ini menghasilkan auditor. Kata kunci :Kualitas Persepsi Audit, Moral Judgment,Pengaruh Gaya kepemimpinan Abstract : The purpose of the study was to determine the factors that influence the determinants of audit quality with moral judgment (the dependent variable) at the offices of the Republic of Indonesia Financial Audit Agency with a sample of all auditors in the Office of the Financial Audit Board (BPK) representative of North Maluku Province. For this reason, it has been carried out survey of auditors in North Maluku. The estimated regression coefficient for the competency variable has a value of 0.360 with a p-value of (0.024) greater than (α=0.05), the moderating variable of moral judgment and competence on audit quality perceptions has a value of 0.174 with a p-value (0.334), independence has a value of 0.342 with a p-value of (0.014) smaller than (α=0.05), moral judgment moderation and independence on the perception of audit quality have a value of 0.138 with a p-value value (0.365) is greater than (0.05), due professional care has a value of 0.873 with a p-value (0.000) more smaller than (0.05), due professional care has a value of 0.873 with a p-value (0.000) smaller than (0.05). Moderation of moral judgment and due professional care on the perception of audit quality has a value of -0.151 with a p-value (0.216) greater than (0.05), leadership style has a value of 0.750 with a p-value (0.000) smaller of (0.05), moderation of moral judgment on organizational culture has a value of 0.180 with a p-value (0.229) greater than (0.05). Furthermore, this research produces auditors. Keywords : Quality of Audit Perception, Moral Judgment, Influence of Leadership Style ## PENDAHULUAN Di sektor publik, Government Accountability Office (GAO) mengemukakan bahwa kualitas audit merupakan ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan tugas audit (Lowensohn et al , 2007). Oleh karena itu jasa akuntan dalam hal ini Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan melalui sebuah mekanisme yang dapat menggerakan makna akuntabilitas dalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, atau instansi pengelolaan aktivalainnya (Bastian, 2007). Hal tersebut terkait dengan tuntutan masyarakat untuk meningkatkan pelayanan transparan dan akuntabel yang diwujudkan oleh pemerintah melalui program reformasi birokrasi. Tuntutan reformasi diikuti dengan penerapan pengelolaan keuangan yang baik, yang harus didukung dengan tingkat kualitas audit yang baik, sehingga mengurangi bentuk manipulasi dan kecurangan dalam pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor BPK harus dilandasi dengan tingkat kepatuhan auditor terhadap kebijakan dan prosedur audit yang sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang diamanatkan dalam undang-undang No 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), peraturan BPK No 2 tahun 2007 tentang kode etik Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Hal ini didukung dengan pernyataan Belkaoui (2004) yang mengatakan bahwa negara dengan tingkat kualitas audit yang tinggi memiliki pemerintahan yang lebih baik dari negara-negara dengan tingkat kualitas audit yang rendah. Di sektor private , kualitas audit dapat dipertanyakan setelah adanya kasus rekayasa keuangan Enron yang melibatkan The Big Five Accounting Firm “ Anderson”, yaitu direktur dan staf keuangan Enron pada umunya berasal dari Anderson sehingga kasus tersebut menimbulkan terjadinya perilaku moral hazard (Kusmayadi, 2009), sedangkan di sektor publik, banyak kasus yang terkait dengan moral hazard para auditor, sala satunya di dalam warta buletin BPK (2010), Gunarwanto menyampaikan bahw a terdapat kasus penyuapan atas opini audit “ shopping opinion ” antara oknum auditor BPK Jawa Barat dengan tujuan untuk meningkatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) ditahun sebelumnya meningkat menjadi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kasus tersebut di atas menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja auditor yang akan berdampak terhadap ketidak percayaan masyarakat terhadap kualitas audit atas laporan keuangan auditan. Oleh karena itu, berdasarkan kasus tersebut di atas dapat memberikan perhatian yang mendalam untuk dijadikan sebagai sebuah masalah yang menarik untuk diteliti. Penelitan yang terkait dengan atribut kualitas audit telah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti dengan menggunakan berbagai pendekatan, seperti; Carcello, Hermanson dan McGrath, 1992; Bhen et. al ., 1997; Widagdo, 2002, Hanafi, 2004; Samelson., Lowensohn, dan Johnson, 2006; Lowensohn et. al ., 2007 dan Zawitri, 2009. Namun penelitian terdahulu pada umumnya dilakukan di sektor private , sehingga penelitian ini mengacu pada penelitian (Samelson et. al ., (2006) dan Zawitri (2009) yang berkaitan dengan faktor penentu kualitas audit di sektor publik. Perbedaan penelitian adalah; pertama, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Samelson et al ., (2006) dan Zawitri (2009) menguji kualitas audit terhadap auditee , sedangkan peneliti menggunakan auditor BPK sebagai responden dalam penelitian ini. Kedua , penelitian terdahulu menguji persepsi kualitas audit dengan menggunakan 11 atribut kualitas audit, sedangkan dipenelitian ini hanya menggunakan 3 atribut kualitas audit sebagai keterwakilan dari 11 atribut tersebut yang dikolaborasikan dengan SPKN (2007) . Ketiga, peneliti menambahkan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi sebagai variabel independen. Keempat , penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel moderasi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan moral judgment sebagai variabel moderasi. Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dan tujuan penelitian adalah mengetahui; 1) Pengaruh kompetensi terhadap persepsi kualitas audit.2) Pengaruh kompetensi terhadap persepsi kualitas dengan moral judgment sebagai pemoderasi. 3) Pengaruh independensi terhadap persepsi kualitas audit. 4) Pengaruh Independensi terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai pemoderasi. 5) Pengaruh due professional care terhadap persepsi kualitas audit. 6) Pengaruh due professional care terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai pemoderasi. 7) Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap persepsi kualitas audit. 8) Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai Pemoderasi. 9) Pengaruh budaya organisasi terhadap persepsi kualitas audit. 10) Pengaruh budaya organisasi terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai pemoderasi, dan 11) Pengaruh moral judgment terhadap persepsi kualitas audit. ## TINJAUAN LITERATUR ## Teori Atribusi Sebagai Dasar Persepsi Auditor Teori atribusi merupakan bagian dari teori keprilakuan yang menjelaskan tentang persepsi sesorang terhadap lingkungan yang mempengaruhi persepsi merupakan padangan yang dimiliki oleh seseorang atau beberapa orang melalui sesuatu pengalaman diri yang dapat mempengaruhi sikap dan prilaku orang tersebut. Menurut Robbins (2007: 172) teori atribusi dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan mengenai cara kita menilai orang secara berlainan, bergantung pada makna apa yang kita kaitkan pada prilaku tertentu. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang persepsi. Menurut Mukoffi (2004) persepsi merupakan suatu proses respon terhadap stimulus yang diterima, kemudian mengorganisasikan dan menafsirkan dalam bentuk prilaku, dimana setiap orang berbeda akan melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, hasil kualitas audit sangat bergantung pada persepsi auditor terhadap kompetensi, sikap independensi, due professional care , gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan moral judgment yang dimiliki dan dirasakannya dalam setiap melaksanakan tugas audit. Kualitas Audit Kualitas audit memiliki beragam definisi dengan berbagai sudut padang yang berbeda. Menurut DeAngelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas, dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kemudian Deis dan Giroux (1992) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dipengaruhi oleh lamanya auditor melakukan audit terhadap klien, sedangkan Watkins et al ., (2004) menyatakan bahwa kualitas audit bukan hanya sebatas ukuran besar kecilnya sebuah kantor jika sumber daya yang dimiliki tidak digunakan untuk memberikan pendapat secara independen, pernyataan tersebut dibuktikan dengan kasus Enron/Andersen yang merupakan sebuah kantor akuntan besar dengan sumber daya yang besar, namun terbukti tidak digunakan secara independen. Menurut Astuti (2008) dukungan teori kualitas jasa audit menurut perspektif klien dan auditor dijelaskan sebagai berikut: Pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat terhadap standar umum, independensi, sikap hati-hati, komitmen yang kuat terhadap kualitas audit, keterlibatan pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP), melakukan pekerjaan lapangan yang tepat, keterlibatan komite audit, stándar etika yang tinggi, tidak mudah percaya, komisaris Independen, pengetahuan staf auditor dan auditor ekternal yang cukup, realisasi janji yang sesuai jadwal. ## Pengembangan Hipotesis Penelitian Carcello et. al., (1992) dan Samelson et. al., (2006) menunjukan bahwa atribut pengalaman auditor merupakan salah satu atribut yang terpenting dalam mempengaruhi persepsi kualitas audit, sedangkan hasil penelitian Zawitri (2009) menunjukan bahwa pengalaman tidak berhubungan dengan persepsi kualitas audit. Di Indonesia, penelitian Ardini (2010) menunjukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit,. Kemudian penelitian Laily (2010) menunjukan bahwa auditor yang memiliki pengalaman kerja yang lebih akan meningkatkan pertimbangan etisnya karena lama bekerja seorang auditor akan terbiasa menghadapi dilema etis sehingga akan semakin baik pertimbangan etisnya. Namun Ponemon (1990) menyatakan bahwa pengaruh pengalaman yang banyak dalam bidang audit dapat dikacaukan oleh rendahnya kesadaran etis para auditor yang memegang posisi yang tinggi dalam organisasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1a;Kompetensi berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit H1b;Kompetensi berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai variabel moderasi. Independensi, moral judgment dan persepsi kualitas audit Kemudian Sweeney and Roberts (1997) hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat perkembangan moral seorang auditor sangat berpengaruh terhadap masalah etika dan pertimbangan independensi. Hasil ini senada dengan hasil penelitian Ponemon dan Gabhart (1990) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pertimbangan etis auditor dengan penyelesaian konflik independensi, kemudian hasil penelitian Alim et al., (2007) pun mempertegas bahwa adanya pengaruh moderasi antara etika auditor dan independensi terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H2a;Independensi berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit H2b;Independensi berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit d engan moral judgment sebagai Variabel moderasi . Due Professional Care , Moral Judgment Kecerdasan profesional, menyatakan bahwa auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama ( due professional care) secara hati-hati ( prudent ) dalam setiap penugasan, dengan kriterianya menentukan formulasi tujuan audit, penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit, pemilihan pengujian dan hasilnya, pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit dan lain-lain (Lubis, 2009). Terkait dengan sikap kehati-hatian dan kecermatan tersebut, telah diteliti Samelson et al ., (2006) dan Singgih dan Bawono (2007) yang menunjukan bahwa due professional care berhubungan positif dengan kualitas audit yang dirasakan, sedangkan Zawitri (2009) menunjukan bahwa due professional care tidak berhubungan dengan kualitas audit yang dirasakan, namun hasil penelitian Ikhsan (2011) membuktikan bahwa sikap skeptis yang tinggi akan meningkatkan kualitas audit. Kemudian Shaub dan Lawrence (1996) hasil penelitiannya menunjukan bahwa auditor yang menguasai situasi etika kurang lebih terkait atau berhubungan dengan etika profesional dan kurang lebih dapat melaksanakan skeptisme profesionalnya. Hasil ini senada dengan penelitian Herawati dan Susanto (2009) yang menunjukan bahwa profesionalisme, pengetahuan dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam proses pemeriksaan laporan keuangan, sedangkan hasil penelitian Utami et al ., (2007) menunjukan bahwa interaksi komitmen profesional dengan kesadaran etis yang dirasakan akuntan publik dapat mempengaruhi prilaku akuntan publik dalam situasi konflik audit. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H3a; Due professional care berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit. H3b; Due professional care berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai variabel moderasi. Gaya kepemimpinan, moral judgment dan persepsi kualitas audit Gaya kepemimpinan merupakan dominasi atas prilaku seorang pimpinan organisasi terhadap bahawannya. Menurut Dewita (2007) kecenderungan seorang pemimpin memberikan batasan antara peranan pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa yang akan dicapai). Penelitian Tsui dan Gul (1999) dan Utami et al ., (2007) terkait dengan hubungan penalaran atau kesadaran etis dengan lokus of control terhadap prilaku akuntan publik dalam konflik audit. Hasil menunjukan bahwa penalaran etis atau tingkat kesadaran etis memoderasi hubungan antara lokus of control dan tanggapan auditor untuk menyetujui permintaan klien dalam situasi konflik audit. Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan oleh para peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: H4a;Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit. H4b;Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai variabel moderasi. Budaya Organisasi, Moral Judgment Dan Persepsi Kualitas Audit Budaya organisasi merupakan nilai atau tradisi di dalam sebuah organisasi dan dianut oleh setiap anggota organisasi. Menurut Robbins (2007: 739) budaya organisasi yang kuat akan berpengaruh lebih besar terhadap karyawan dibandingkan dengan budaya organisasi yang lemah. Trisnaningsih (2007) melakukan penelitian terkait dengan budaya organisasi terhadap kinerja auditor dengan hasil penelitian menunjukan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, namun secara tidak langsung komitmen organisasi memoderasi hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor. Budaya organisasi tidak dapat dijalankan dengan baik, jika tidak dilandasi dengan etika yang baik, dimana menurut Robertson dan Paul (1999) menyatakan bahwa karya Kohlberg (1984) mendukung pengaruh budaya dan kemampuan pengambilan keputusan kognitif individu (sebagai moderasi) terhadap masalah etika. Sedangkan Douglas et al. (2001) meneliti tentang pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap moral judgment akuntan. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pengaruh siginifikan budaya etis organisasi dan orientasi etika akuntan terhadap moral judgment akuntan. Kemudian Jeffery et al ., (2004) meneliti tentang dampak perkembangan etika dan konstruk budaya yang dikembangkan oleh Hofstade (1991) terhadap pertimbangan auditor di Taiwan. Hasil menunjukkan bahwa dimensi budaya yang paling penting di dalam penelitian ini adalah individualisme vs kolektivis, dimana auditor akan melakukan pelanggaran standar etika jika memiliki kepentingan individual dengan temannya. Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan oleh para peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: H5a; Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit. H5b;Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai variabel moderasi. Moral Judgment Dan Persepsi Kualitas Audit Moral judgment atau biasa disebut dengan pertimbangan etis merupakan suatu tindakan secara etis maupun tidak etis disaat menghadapi dilema etis. Menurut Laily (2010) dilema etis muncul sebagai konsekwensi konflik audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan keputusan yang terkait dengan keputusannya yang etis atau tidak etis. Situasi tersebut terbentuk karena dalam konflik audit ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap keputusan auditor sehingga auditor diperhadapkan kepada pilihan keputusan audit. Hasil penelitian Coram et al ., (2008) pun menunjukan bahwa bahwa tingkat kesalahan (probabilitas efek) maupun opini audit yang salah (besarnya konsekensi) yang dilakukan oleh auditor dalam setiap melakukan audit akan berpengaruh terhadap berkuranya kualitas audit atas laporan keuangan auditan. Hasil penelitian ini senada dengan penyataaan Sudibyo (2001) menyatakan bahwa keterlibatan moral judgment dalam proses audit, pada gilirannya sangat membantu dalam mengevaluasi tingkat mutu (kualitas) audit dan tingkat integritas pelaporan keuangan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan penyataan yang diungkapkan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H6: Moral Judgment Berpengaruh Positif Terhadap Persepsi Kualitas Audit ## METODE PENELITIAN ## Pendekatan Peneltian, Penentuan populasi dan sampel Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian berupa fakta- fakta yang terjadi pada suatu populasi. Pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh (populasi) dengan memberikan kuisioner terhadap seluruh tenaga auditor yang ada pada kantor Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Maluku Utara dengan jumlah auditor sebanyak 44 orang. ## Teknik Pengumpulan Data dan Definisi Opersional Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan secara langsung kepada responden melalui bagian Humas di lembaga BPK RI perwakilan Provinsi Maluku Utara. Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel Penelitian adalah sebagai berikut: Variabel Dependen adalah perceived audit quality /kualitas audit yang dipersepsikan. Definisi perceived audit quality lebih pada penilaian yang diberikan auditor berkaitan dengan kualitas audit setelah mereka melakukan audit dengan menggunakan 4 instrumen kualitas audit yang dikembangkan oleh Widagdo (2002); Alim et al ., (2007) dan Zawitri (2009) yang kemudian dikolaborasikan dengan SPKN (2007) dengan skala likert 1 – 5, yaitu; (1) dangan Sangat Tidak Setuju hingga (5) Sangat Setuju. Variabel Independen ; Pada penelitian ini menggunakan 5 variabel independen yang terdiri dari 3 variabel yang dikembangkan oleh Carcello , at al ., (1992) dan diteliti kembali oleh Samelson et al ., (2006) dan Zawitri (2009) dan 2 variabel (gaya kepemimpinan dan budaya organisasi) diteliti oleh Trisnaningsih (2007) dengan masing-masing menggunakan 1-5 skala likert yang dimulai dari (1) Sangat Tidak Setuju (STS) hingga (5) Sangat Setuju (SS) dan memiliki definisi indikator masing-masing sebagai berikut: Kompetensi yaitu tim audit memiliki tingkat pengalaman, pendidikan dan pelatihan. Kompetensi dapat diukur dengan menggunakan 4 instrumen pertanyaan. Independensi yaitu pimpinan maupun anggota tim audit melaksanakan tugas audit tanpa memihak kepada siapapun atau menghindari hal-hal yang mencurigakan berkaitan dengan independensinya. Independen dapat diukur dengan menggunakan 5 instrumen pertanyaan. Due Professional care /bersikap profesional dan hati-hati, yaitu pimpinan maupun anggota tim audit harus bersikap profesional dengan penuh kehati-hatian sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dengan menggunakan 6 instrumen. Gaya Kepemimpinan yaitu seorang pemimpin mempengaruhi bawahan dalam mengatur dan mengkoordinasikan bawahan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang efektif. Variabel gaya kepemimpinan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 5 instrumen gaya kepemimpinan konsiderasi dan 4 instrumen gaya kepemimpinan struktur inisiatif. Budaya Organisasi yaitu merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan dalam perusahaan dan diacuh sebagai filosofi kinerja karyawan. Variabel budaya organisasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 4 instrumen pertanyaan budaya organisasi yang berorientasi pada orang dan 4 instrumen pertanyaan budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan. ## Teknik Analisis Data Metode analisis ini menggunakan bantuan perhitungan malalui SPSS 17.0. Uji hipotesis, baik secara parsial maupun moderasi, dilakukan dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dengan uji regresi nilai selisih mutlak yang diajukan oleh Furcot dan Shearon (1991) dalam Gozali (2006: 203) dengan rumusan persamaan regresi sebagai berikut: Keterangan: Y = β α +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5 +β 6 X 6 +β 7 [X 1 - X 6 ]+ β 8 [X 2 - X 6 ]+ β 9 [X 3 - X 6 ]+ β 10 [X 4 - X 6 ]+β 11 [X 5 - X 6 ]+β n...... +ε Y = Persepsi kualitas audit α = Konstanta X1 = Kompetensi X2 = Independensi X3 = Due professional care X4 = Gaya Kepemimpinan X5 = Budaya Organisasi ## X6 = Moral judgment Xi - X6 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara Xi dan X6 Є = eror β1 β2 β3 β4 β5 β6 β7 β8 β9 β10 β11 βn....= Koefisien Regresi ## TEMUAN DAN PEMBAHASAN ## Pengaruh Kompetensi Terhadap Persepsi Kualitas Audit (H1a) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel kompetensi memilki nilai sebesar 0,360 dengan p –value sebesar (0,024) lebih besar dari (α=0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa H1a diterima , maka secara statistik koefisien regresi dari kompetensi signifikan berpengaruh terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian tidak mendukung penelitian Zawitri (2009), namun hasil ini mendukung penelitian Carcello et al. (1992) Samelson et al . (2006) dan Ardini (2010) yang menunjukan bahwa kompetensi (pendidikan, pengalaman dan pelatihan) berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengaruh Kompetensi Terhadap Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral Judgment Sebagai Variabel Moderasi (H1b) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel moderasi moral judgment dan kompetensi terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar 0,174 dengan nilai p – value (0,334) lebih besar dari α (0,05), Hasil ini menunjukkan bahwa H1b ditolak , maka secara statistik moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai variabel moderasi yang bisa memperkuat atau memperlemah pengaruh kompetensi terhadap persepsi kualitas audit. Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Ashton (1991) maupun pernyataan Ponemon (1990) yang menyatakan bahwa pengaruh pengalaman yang banyak dalam bidang audit dapat dikacaukan oleh rendahnya kesadaran etis para auditor yang memegang posisi yang tinggi dalam organisasi. Namun penelitian mendukung Utami et al ., (2007) dan Alim et al., (2007) yang membuktikan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara etika auditor dan kompetensi terhadap kualitas audit. ## Pengaruh Independensi terhadap persepsi kualitas audit (H2a) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel independensi memilki nilai sebesar 0,342 dengan p-value sebesar (0,014) lebih kecil dari (α=0,05). Hasil tersebut memuktikan bahwa H2a diterima , maka secara statistik koefisien regresi dari independensi signifikan terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Schroeder et al ., (1986) dan Ardini (2010) yang menunjukan bahwa independensi berpengaruh terhadap persepsi kualitas audit. Pengaruh Independensi terhadap persepsi kualitas audit dengan moral judgment sebagai variabel moderasi (H2b) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel moderasi moral judgment dan independensi terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar 0,138 dengan nilai p – value (0,365) lebih besar dari α (0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa H2b ditolak , maka secara statistik moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai variabel moderasi yang bisa memperkuat atau memperlemah pengaruh Independensi terhadap persepsi kualitas audit. Penelitian ini tidak mendukung penelitian Sweeney and Roberts (1997) dan Ponemon dan Gabhart (1990) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pertimbangan etis auditor dengan penyelesaian konflik independensi. Hasil penelitian ini pun tidak mendukung penelitian Alim et al., (2007) yang menunjukan bahwa adanya pengaruh interaksi antara etika auditor dan independensi terhadap kualitas audit. Sala satu faktor penyebabnya adalah instrumen yang tidak valid (independensi1) dan dikeluarkan dari pengujian hipotesis. Pengaruh Due Professional Care Terhadap Persepsi Kualitas Audit (H3a) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel due professional care memilki nilai sebesar 0,873 dengan p –value (0,000) lebih kecil dari α (0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa H3a diterima , maka secara statistik koefisien regresi dari due professional care signifikan terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel due professional care berpengaruh terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian mendukung penelitian Samelson et al ., (2006) dan Singgi dan Bawono (2007) yang menunjukan bahwa due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Pengaruh Due Professional Care Terhadap Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral Judgment Sebagai Variabel Moderasi (H3b) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel moderasi moral judgment dan due professional care terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar -0,151 dengan nilai p –value (0,216) lebih besar dari α (0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa H3b ditolak , maka secara statistik moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai variabel moderasi yang bisa memperkuat atau memperlemah pengaruh due professional care terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian mendukung penelitian Utami et. al ., (2007) dan Herawati dan Susanto (2009). Hal ini disebabkan karena dari hasil deskriptif menunjukan bahwa ada beberapa auditor tidak setuju untuk mencegah klien yang melakukan pencontekan (dengan tujuan memanupilasi daftar persediaan) atas catatan informasi pengujian persediaan yang dilakukan oleh auditor, karena auditor menganggap klien yang mencuri sampel persediaan tersebut bukan merupakan sampel yang dipilih oleh auditor (sampel besar), sehingga tidak menimbulkan risiko sampling (secara material) dikemudian hari dan kondisi tersebut tidak menganggu sikap skeptis maupun profesionalisme auditor dalam menjalankan tugas audit. ## Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Persepsi Kualitas (H4a) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel gaya kepemimpinan memilki nilai sebesar 0,750 dengan nilai p –value (0,000) lebih kecil dari α (0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa H4a diterima , maka secara statistik koefisien regresi dari gaya kepemimpinan signifikan terhadap persepsi kualitas audit. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) dan Wati et al ., (2010) yang menunjukan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral Judgment Sebagai Variabel Moderasi (H4b) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel moderasi moral judgment dan gaya kepemimpinan terhadap persepsi kualitas audit memilki nilai sebesar -0,011 dengan nilai p –value (0,949) lebih besar dari α (0,05). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa H4b ditolak , maka secara statistik moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai variabel moderasi yang bisa memperkuat atau memperlemah pengaruh gaya kepemimpinan terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak mendukung Tsui dan Gul (1999) dan Utami et. al ., (2007) yang menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kesadaran etis mempengaruhi prilaku akuntan publik dalam menghadapi dilema etis. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Persepsi Kualitas Audit (H5a) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel budaya organisasi memilki nilai sebesar 0,007 dengan nilai p –value (0,969) lebih besar dari α (0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa H5a ditolak , maka secara statistik koefisien regresi daribudayaorganisasi tidak signifikan terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian mendukung penelitian Trisnaningsih (2007) yang menyatakan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral Judgment Sebagai Variabel Moderasi (H5b) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa koefisien regresi untuk variabel moderasi moral judgment terhadap budaya organisasi memilki nilai sebesar 0,180 dengan nilai p –value (0,229) lebih besar dari α (0,05). Dari hasil menunjukan bahwa H5b ditolak , maka secara statistik moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai variabel moderasi yang bisa memperkuat atau memperlemah pengaruh budaya organisasi terhadap persepsi kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak mendukung Narvaez et al ., (1999) yang menyatakan bahwa moral judgment tidak dapat direduksi menjadi ideologi budaya, atau sebaliknya. Tapi ketika masing- masing diukur secara terpisah, kemudian diuji secara simultan, akan dapat memprediksi kuat terhadap pemikiran moral. Oleh karena itu, baik budaya organisasi secara parsial maupun dimoderasi moral judgment tidak berpengaruh terhadap persepsi kualitas audit. Hal ini disebabkan karena rata-rata auditor mengabaikan instrumen budaya organisasi yang ditawarkan dalam penelitian ini, karena dalam membentuk budaya organisasi lembaga BPK perwakilan Provinsi Maluku Utara, diterapkan melalui bentuk penerapan standar audit dan kode etik yang ketat sebagai perwakilan norma prilaku yang diikuti oleh pegawai maupun auditor, sehingga auditor lebih tertarik untuk fokus dan taat terhadap standar yang telah ditetapkan. ## KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji analisis faktor-faktor penentu kualitas audit dengan moral judgment sebagai variabel moderasi. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa adanya pengaruh kompetensi terhadap persepsi kualitas audit, adanya pengaruh independensi terhadap persepsi kualitas audit, adanya pengaruh d ue professional care terhadap persepsi kualitas, adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap persepsi kualitas audit, Budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap persepsi kualitas audit dan Moral judgment tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh kompetensi, independensi, due professional care , gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap persepsi kualitas audit. Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu: Pertama , dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 5 variabel faktor penentu kualitas audit, sehingga masih banyak faktor lain yang mempengaruhi persepsi kualitas audit. Kedua , seluruh kuisioner dalam penelitian ini, dibagikan kepada auditor dengan cara menitipkan, sehingga persepsi kualitas audit tidak terpotret secara menyeluruh dikarenakan tekhnik wawancara langsung dengan responden sulit digunakan dalam penelitian ini. Ketiga , instrumen budaya organisasi yang digunakan dalam penelitian ini tidak sesuai dengan kondisi budaya yang terjadi di lembaga BPK RI perwakilan Provinsi Maluku Utara, sehingga menyebabkan budaya organisasi tidak mempengaruhi persepsi kualitas audit. Terdapat beberapa saran yang dijadikan sebagai rekomendasi sebagai berikut; Pertama, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variabel atribut kualitas audit, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi persepsi kualitas audit. Hal ini penting untuk memperkuat definisi kualitas audit dan membuktikan hasil penelitian sebelumnya. Kedua , penelitian mendatang selain menggunakan tekhnik wawancara langsung terhadap auditor, juga menggunakan tekhnik analisis yang berbeda dan lebih canggih untuk pengembangan dan memberikan konfirmasi hasil penelitian ini dan hasil penelitian dimasa yang akan datang. Ketiga, penelitian mendatang sebaiknya menggunakan instrument budaya organisasi lain yang lebih cocok dengan budaya organisasi yang ada di lembaga BPK RI. Implikasi penelitian secara teori adalah selain membuktikan bahwa kompetensi, independensi dan due professional care yang merupakan faktor penentu kualitas audit juga hasil penelitian memberikan usulan tambahan terhadap atribut kualitas audit, yaitu gaya kepemimpinan dan moral judgment merupakan faktor penentu kualitas audit. Penelitian inijuga mendukung beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini berimplikasi langsung kepada lembaga BPK dalam meningkatkan kinerja tim audit ## REFERENSI Alim, M., Hapsari, N., Trisni, & Purwanti, L. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi ke-X . Makasar. Angelo, D., & Elizabet, L. (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal Of Accounting and Economics , 183-199. Ardini, L. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntanbilitas Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Terhadap Auditor KAP di Surabaya. Majalah Ekonomi. Arrens, A. A., & Elder, R. J. (2005). Auditing and Assurance Services, Tenth edition. Person Prentice Hall . Ashton, A. (1991). Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review , 218-239. Astuti, W. (2008). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pada Kinerja Pegawai Dinas Tata Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Vol 8 No.2 , 73-83. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2007). Kode Etik Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia : Peraturan No 02 Tahun 2007 . Jakarta. Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia. (2007). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara : Peraturan No 17 Tahun 2007 . Jakarta. Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia. (2011). Bastian, I. (2007). Audit Sektor Publik, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Belkaoui, A. R. (2004). Are You Being Fooled, Audit Quality and Quality of Government. Working Paper Series. Deis, D., & Giroux, G. (1992). Determinants of Audit Quality in the Public Sector. 462-479. Dewita, H. (2007). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Interverning. Tesis, Program pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro . Semarang. Douglas, P., R, D., & B.N, S. (2001). The Effect of Organizational Culture and Ethical Orientation on Accountants Ethical Judgments. Abstrak Journal of Business Ethics, Vol.34 No.2 , 101-121. Dunn, J., Mckernan, J., & Donnel, P. O. (2003). Moral Reasoning and the Accountant: Rules and Principles, Occasional Research Paper. Ferrel, L. (1999). Peran Kepemimpinan Etika Dalam Kinerja Organisasi. Jurnal Manajemen Sistem. Colorado State University . Gaffikin, M. (2008). Accounting Theory Research, Regulation and Accounting Practice. Education Australia Pearson. Gozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hanafi, I. (2004). Pengaruh Kualitas Audit dan Pergantian Auditor Terhadap Kepuasan Klien : Studi Pada Bank di Jawa Tengah. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Herawati, Arleen, & Susanto, Y. (2009). Pengaruh Professionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 11 No.1 , 13-20. Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik . Jakarta: Salemba Empat. Ikhsan. (2011). Pengaruh Faktor Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien" Opini Going Concern Sebagai Variabel Pemoderasi". Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Unversitas Brawijaya. Jamilah, Fanani, S., Jaenal, & Chandrarin. (2007). Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment, Posiding Simoposium Akuntansi Ke IX. Makasar. Mukoffi, A. (2004). Persepsi auditor dan auditee terhadap kualitas audit dan pengarunya terhadap kepuasan klien. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya . Malang. Narvaez, D., Irene, G., Luther, S., R, R. J., & Thoma, S. J. (1999). Individual Moral Judgment and Cultural Ideologies. Developmental Psychology, Vol 35 No. 2 . Ponemon, L. (1990). Ethical Judgments in Accounting : A cognitive-developmental perspective. Critical Perspenctives on Accounting Vol 1 . Purnamasari, S. V. (2006). Sifat Machiavellian dan Pertimbangan Etis: Anteseden Independensi dan Perilaku Etis Auditor . Prosding Simposium Akuntansi Ke-IX . Padang. Robbins, S. P. (2007). Organizational Behavior, Tenth Edition. Jakarta: PT Macana Jaya Cemerlang. Robertson, Chris, & Fadil, P. A. (1999). Ethical Decision Making in Multinational Organizations: A Culture-based model. Journal of Business Ethics Vol.18 No.4 , 385-392. Samelson, D., Lowensonh, S., & E, J. L. (2006). The Determinants of Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government. Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial Management Vol. 18 No.2 , 139-166. Singgih, E. M., & Bawono, R. (2010). Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit, Prosiding. In Simposium Nasional Akuntansi Ke-XIII. Purwokerto. Sudibyo, B. (2001). Telaah Epistemologi Standar Evidential Metter Serta Implikasinya Pada Kualitas Audit dan Integritas Pelaporan Keuangan di Indonesia. Pidato Guru Besar . Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Susanti, V. A. (2007). Dampak Komitmen Dan Moral Reasoning Pada Respon Auditor Terhadap Tekanan Sosial. Jurnal Maksi Vol. 7 No.2 , 189-205. Sweeney, T, J., & W, R. R. (1997). Cognitive moral Develompment and Auditor Independence, Accounting, Organizations and Society Vol. 22. Warta Buletin BPK. (2010). In Integritas, Independensi, Profesionalisme. Wati, E., Lismawati, & Nila, A. (2010). Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen organisasi dan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor Pemerintah. In Prosding Simposium Akuntansi ke-XIII. Purwokerto. Watkins, A. L., Hilson, W., & E., M. S. (2004). Aduit Quality-A Synthesis of Theory and Empirical Evidence. Journal Of Accounting Literature, Vol. 23 , 153-159. Widagdo, R. (2002). Analisis Pengaruh Atribut-Atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien : Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek. Tesis . Program Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Zawitri, S. (2009). Analis Faktor- Faktor Penentu Kualitas Audit Yang Dirasakan Dan Kepuasan Auditee Di Pemerintahan Daerah : Studi Lapangan Pada Pemerintah Daerah Kalimantan Barat. Tesis . Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
0700d7b3-e0a2-4ea2-8fa8-9df866de24cd
https://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/download/4895/3203
## ADVICE PLANNING DP2WB DALAM PELESTARIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA: KASUS PERKOTAAN YOGYAKARTA ## Nur Ikhwan Rahmanto, Bakti Setiawan, Agam Marsoyo Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah Fakultas Teknik UGM Yogyakarta Abstrak: Salah satu implementasi dari new urban agenda adalah pelestarian cagar budaya, namun demikian upaya ini tidaklah mudah dilakukan. Makalah ini membahas perubahan fungsi bangunan cagar budaya yang tidak mengikuti prinsip prinsip pelestarian karena adanya konflik kepentingan. Artikel disusun dengan metode penelitian kualititif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dari beberapa informan yakni, pemilik/pengelola bangunan cagar budaya, pemerintah, ahli cagar bu- daya serta NGO yang bergerak dalam pelestarian cagar budaya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa advice planning (rekomendasi yang berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam rehabilitasi bangunan cagar budaya) yang dalam kasus Daerah Istimewa Yogyakarta dari Dewan Pen- asehat Pelestari Warisan Budaya (DP2WB) memberikan panduan dalam rehabilitasi cagar budaya bagi pemilik cagar budaya yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan memberikan ara- han terkait dengan keaslian bangunan, ornament yang dipakaian keseuaian dengan profil kawasan warna bangunan serta landscape. Kata-kata kunci : bangunan cagar budaya, pelestarian, advice planning, dewan penasehat pelestari warisan budaya. Abstract: One of the implementation of the new urban agenda is the preservation of cultural heritage, however this effort is not easy to do. This paper discusses the changing functions of cultural heritage buildings that do not follow the principle of conservation because of a conflict of interest. The paper was prepared with a qualitative study, conducted with in-depth interviews with some informants who are stake holders in the preservation of cultural heritage ie, owners / managers of cultural heritage buildings, government, cultural heritage experts and NGOs engaged in preservation of cultural her- itage. The results of this study showed that advice planning in urban Yogyakarta were very important for the owner of the cultural heritage which is utilized for economy sector because it can reduce the conflict between protection and development of cultural heritage buildings. Key words: cultural heritage building, preservation, advice planning, cultural heritage preservation advisory board ## PENDAHULUAN Sekarang ini beberapa bangunan cagar budaya menghadapi permasalahan yang harus segera diselesaikan. Satu diantara beberapa masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan adalah ketid- akpedulian pemilik cagar budaya terhadap bangunan yang dimilikinya sehingga banyak cagar budaya dalam kondisi yang tidak baik. Masalah lain yang dihadapi adalah perubahan lingkungan se- hingga bangunan cagar budaya harus berbagi tem- pat dengan pemukiman serta aktivitas kegiatan manusia sehingga cagar budaya menghadapi an- caman dari berbagai jenis kegiatan manusia seperti yang disampaikan oleh Adisakti (2008: 245) “The deliberate changing of urban spaces, activities, and economic values reveal multiple ways of how the lo- cal people misuse their environment. Many historic buildings have been either demolished or trans- formed according to new inappropriate designs ”. Fillipi (2005) menyatakan perlindungan bangunan cagar budaya membutuhkan sikap belajar pada masa lalu, tradisi dan keinginan untuk mengembangkan bangunan cagar budaya, hal terse- but juga membutuhkan peran serta masyarakat. Dengan kata lain untuk dapat sepenuh hati ber- partisipasi dalam pelestarian cagar budaya, masyarakat harus memiliki persepsi yang sama ter- hadap arti penting dari cagar budaya. Selain itu, un- tuk meyakinkan dukungan masyarakat terhadap pe- lestarian cagar budaya khususnya pemilik cagar bu- daya, aspirasi mereka harus didengar, sehingga pro- gram-program pelestarian cagar budaya dapat ber- manfaat bagi semua pihak. Fillipi (2005) menya- takan bahwa peraturan mengenai pelestarian cagar budaya saja tidak dapat menjamin keberlanjutan dari pelestaraian cagar budaya. Pelestaraian cagar budaya membutuhkan keterlibatan masyarakat un- tuk menjaga dan melestarikannya. Senada dngan Filipi Adhisakti menyatakan “A heritage manage- men sistem should cover various interelated factor including an orientation of people , multiple dici- pline and multiple sector, community appreciation, innitiative to receive full support from the gover- ment, strong legal backup and enforcement and pri- vate involvement to develop cultural atraction wil be help conservation of heritage building and mon- umens” (Adhisakti, 2008 ) Permasalahan terhadap pengelolaan cagar budaya di Indonesia juga menjadi permasalahan pada bangunan cagar budaya yang ada di Daerah Is- timewa Yogyakarta, sebagai pusat budaya DIY akan kehilangan identitas dan nilai-nilai sebagai wilayah budaya apabila semua pihak mengabaikan pelestarian bangunan cagar budaya, beberapa kasus pembongkaran, perusakan, pemindahan cagar bu- daya dan alih fungsi cagar budaya tanpa memper- hatikan prinsip-prinsip pelestarian terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta membuktikan hal tersebut. Dari informasi di atas dapat diungkap bahwa per- masalahan yang dihadapi dalam pelestarian Cagar Budaya adalah (1) Banyak perubahan fungsi bangunan cagar budaya yang tidak mengikuti prin- sip-prinsip pelestarian, (2) Terjadi konflik kepent- ingan ekonomi dan kepentingan pelestarian bangunan cagar budaya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pertanyaannya penelitian bagaimana advice planning atau rekomendasi DP2WB dapat menjadi solusi permasalah di atas? Cagar Budaya dari beberapa perspektif memiliki makna yang berbeda-beda walaupun memliki pengertian yang satu. Merujuk pada Herit- age Lottery Fund (2005), Cagar Budaya adalah sesuatu yang membuat mereka sadar akan identi- tasnya pada saat sekarang ini. Hal tersebut adalah sesuatu yang bisa diwarisakan dari generasi ke gen- erasi seperti budaya dan tradisi lokal, sejarah lisan, bangun cagar budaya, landmark dan lain se- bagainya. New South Wales Heritage Offices (2005) mendefinisiskan cagar budaya sebagai sesuatu yang diwarisi seseorang dan masyarakat dan mereka ingin menjaga, melindungi dan mewariskannya pada generasi penerus agar mereka mengerti apa yang ada sebelum mereka. Hal ini memberi kesan identitas masa lalu dan budaya terdiri dari dua kate- gori dasar, yaitu cagar budaya buatan manusia dan cagar budaya alam ". Sedangkan menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya yang dinamakan cagar budaya adalah adalah benda warisan budaya, bangunan warisanbudaya, struktur warisan budaya, situs warisan budaya, kawasan warisan budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan dan telah tercatat di Daftar Warisan BudayaDaerah. Selain itu cagar budaya juga memiliki fungsi sosial, yang dimaksud dengan “fungsi sosial” ada- lah pada prinsipnya Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya yang dimiliki oleh seseorang pemanfaatannya tidak hanya berfungsi untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kepentingan umum, misalnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, pari- wisata, agama,sejarah, dan kebudayaan. Merujuk dari definisi cagar budaya yang ter- cantum dalam undang-undang cagar budaya, maka cagar budaya terdiri dari berbagai bentuk : Benda, yakni adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau ba- gian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia Bangunan, adalah susunan binaan yang ter- buat dari benda alam atau benda buatan manusia un- tuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Struktur, adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia un- tuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Bu- daya, Bangunan Cagar Budaya,dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Kawasan, adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang Istilah historic preservation secara umum digunakan di Amerika Serikat sebagai ekspresi yang meliputi variasi strategi yang luas berkaitan dengan dengan pelestarian seperti yang disam- paikan oleh Catanese historic preservation is typi- cally used in united states un umbrela expression ecomppasing a wide variety of strategies for dealing with existing building and urban setting. In Britain, consservation is the umbrela term and historic preservation refer more specifically to historical significant building (Catanese , 1982). Asworth, (1991) mendefinisikan pelestarian cagar budaya se- bagai manajemen perubahan, lebih lanjut ia menyampaikan Heritage consevation is the man- agement of heritage asset through several activities such as research, planning, preservation, mainte- nance, reuse, protection and selected development to maintan sustainability, harmoni, and the capcity to respond and develop a better quality of live. Definisi lain mengenai pelestarian cagar budaya adalah menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya yakni upaya dinamis un- tuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Konservasi merupakan istilah yang lazim digunakan dalam pelestarian cagar budaya bahkan di dalam kesepakatan international konservasi men- jadi payung diri semua kegiatan pelestarian (Budi- hardjo dan Sidharta, 1989). Catanese juga menyam- paikan bahwa di Inggris, konservasi menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian. Selain kon- servasi terdapat istilah-istilah dalam pelestarian yang merupakan bentuk dari pelestarian itu sendiri yang memiliki karaktersitik yang berbeda-beda. Si- dharta (1989) menyebutkan ada beberapa istilah da- lam pelestarian antara lain a. Preservasi, adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada peru- bahan, termasuk upaya mencegah penghancu- ran b. Restorasi/rehabilitasi, adalah mengembalikan sesuatu pada keadaan semula dengan menghilangkan tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru. c. Rekontruksi adalah mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru. d. Adaptasi/revitalisasi, adalah merubah agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai yakni fungsi yang lebih sesuai adalah kegunaan yang tidak menuntut perubahan dra- tis, atau yang hanya memerlukan sedikit dam- pak. e. Demolisi, adalah penghancuran atau peromba- kan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan. Namun yang tak kalah penting adalah Bangunan cagar budaya memerlukan ketentuan se- bagai bentuk harmonisasi. Ketentuan pada setiap zona tersebut tidak dapat disamakan ketentuan nya dengan ketentuan umum pada setiap zona.Ke- tentuan yang diperuntukan bagi bangunan cagar bu- daya di setiap zona tersebut terdiri dari ketentuan pemanfaatan dan fungsi bangunan cagar budaya, Data Primer (wawancara) Pemilik Expert PNS pengembangan bangunan cagar budaya, dan ke- tentuan kepemilikan bangunan cagar budaya (Ulfia C. Kleden dan Fahril Fanani, 2015). ## METODE PENELITIAN Informan utama dari penelitian ini adalah pemilik/pengelola bangunan cagar budaya yang memanfatkan bangunannya untuk kepentingan bisnis/ekonomi seperti hotel, restoran, toko dan lain sebagainya. Peneliti melakukan wawncara semi ter- struktur untuk mengumpulkan data. Meskipun demikian untuk menjaga realibiltas informasi, data metode triangulasi berganda. Informasi hasil wa- wancara dengan pemilik cagar budaya dicek ulang ( crosscheck ) kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan permasalahan cagar budaya sep- erti pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam pelestarian cagar budaya, Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) serta pemerhati cagar budaya. Data primer yang diperoleh dari wa- wancara kepada pihak-pihak tersebut dibandingkan dengan data sekunder yang berasalh dari literatur, hasil survei dan kajian dari SKPD, BPS. Data juga dibandingkan dengan hasil observasi lapangan. ## Gambar 1. Skema triangulasi Pengumpulan data Analisis data pada penelitian ini merujuk pada Miles dan Huberman (1992) data melalui tiga proses yang bersamaan yakni (1) reduksi data di- artikan sebagai proses pemilihan, pemusatan per- hatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan- catan tertulis di lapangan dengan cara menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikan rupa hingga kesimpulan-kesimpulan fi- nalnya dapat ditarik dan diverifikasi, (2) penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kes- impulan dan pengambilan tindakan, (3) menarik kesimpulan dan verifikasi adalah diawali dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfiguarasi- konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Istimewa Yogyakarta seperti disam- paikan alam latar belakang memilik ribuan cagar budaya yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Banyak usaha dilakukan untuk mengusahakan pelestarian. Observasi Lapangan ## Pengamatan Langsung Data Sekunder Data dari BPS, SKPD, Publikasi Sosialisasi, pemberian insentif, penyusunan regu- lasi hingga pembentukan dewan peneasehat peles- tari warisan budaya. Dewan Penasehat pelestari warisan budaya ini mempunyai tugas untuk mem- berikan nasehat kepada Dinas Kebudayaan tentang pelestarian warisan budaya dan cagar budaya. Pada saat ini kegiatan kongkret yang dilakukan oleh DP2WB adalah memberikan rekomendasi untuk re- hab bangunan di kawasaan cagar budaya serta membantu Dinas Kebudayaan untuk penyusunan regulasi berkaitan dengan warisan budaya dan cagar budaya. Dewan ini berisikan tokoh tokoh lintas bi- dang yakni budayawan, arsitektur, hukum dan ekonomi. Tiga success story advice planning atau rekomendasi dalam pelestarian cagar budaya. ## Bangunan cagar Budaya Restoran Kopitiam Bangunan kopitiam menurut informasi dari pemiliknya adalah bangunan rumah tinggal yang didirikan tahun 1923 dengan luas bangunan 300 m2 dan luas tanah 915 m2. Restorasi yang dilakukan oleh pemilik atau pengelola cagar budaya agar cagar budaya yang dimiliki atau dikelola kembali pada keadaan semula dengan menghilangkan tam- bahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru. Untuk merestorasi cagar budaya kopitiam pemilik menggunakan konsultan dalam mengatasi permasalahan berkaitan dengan keterbatasan dalam pengelolaan bangunan cagar budaya. Contoh salah satu ruangan di kopitiam yang ditata dengan baik antara furniture , ornamen serta pencahayaan dengan bantuan tenaga ahli disajikan dalam Gambar 2. ## Gambar 2. Caffe Kopitiam (Sumber : Dokumen pribadi, diambil 16 Januari 2015) Penataan di kopitiam dilakukan dengan tidak merubah kondisi bangunan yang sudah ada, bahkan mereka mengembalikan bangunan cagar budaya tersebut pada kondisi semula dengan menghilangkan bangunan bangunan tambahan. Ad- vice planning/rekomendasi untuk mengembalikan bangunan cagar budaya seperti aslinya diperoleh pada saat melakukan perubahan bangunan. Salah satu komponen perizinan adalah terkait dengan pe- lestarian cagar budaya baik bangunan tersebut atau kawasannya. Komponen tersebut adalah Rekomen- dasi dari DP2WB yang disajikan dalam gambar 3. ## Gambar 3. Rekomendasi dari DP2WB (Sumber : Dinas Kebudayaan ) Dari wawancara dengan pemilik bangunan (Bapak Andi, wawancara tanggal 15 Januari 2015) dan pengamatan secara langsung terhadap bangunan cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai restoran, apa yang tersebut dalam advice plan- ning /rekomendasi diaplikasikan oleh pemilik cagar budaya, terkait dengan rekomendasi mengenai ke- tentuan peraturan yang terdiri dari arahan rancangan atap, arahan rancangan lisplan serta ara- han rancangan pintu-jendela dan ventilasi serta Desain bangunan yang terdiri dari penutup atap, bentuk ornament interior serta bentuk pintu dan jen- dela serta daunnya. ## Bangunan Cagar Budaya Pizza Hut Cagar Budaya yang dimanfaatkan untuk res- tauran cepat saji Pizza Hut sebelumnya adalah bangunan untuk salah satu kantor operator tele- komunikasi yakni Grapari. Sebelum dipakai untuk Pizza Hut bangunan cagar budaya bercampur dengan bangunan tambahan sehingga tidak tampak jelas bangunan cagar budaya tersebut. Setelah dipa- kai oleh Pizza Hut bangunan yang bersisa hanya cagar budaya sehingga tampak indah dan unik disajikan pada gambar 4. ## Gambar 4. Pizza Hut (Sumber : Dokumen pribadi, diambil 23 Januari 2015) Pembangunan gerai Pizza Hut mengikuti saran dari dewan pelestari warisan budaya yang merupakan lembaga yang dimintai rekomendasi ketika mengajukan IMB untuk merubah maupun membangun pada bangunan cagar budaya. Rehab bangunan tersebut sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh DP2WB rekomendasi tersebut meliputi berbagai hal terkait dengan bangunan cagar budaya tersebut seperti yang tercantum dalam berita acara rekomendasi yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Ketua DP2WB tam- pak pada gambar 5. ## Gambar 5. Rekomendasi DP2WB (Sumber : Dinas Kebudayaan) Sama seperti yang dilakukan oleh pemilik Kopitiam, pemilik bangunan bekas Grapari melakukan semua yang di rekomendasikan oleh DP2WB. Rekomendasi tersebut antara lain; a. Rekomendasi untuk bangunan Induk: fasad tidak dirubah, bangunan tambahan dibongkar, jumlah jendela di sisi timur dit- ambah serupa dengan yang sudah ada, pa- pan nama tidak menempel di bangunan , ventilasi di atas jendela disesuaikan dengan bentuk jendelannya. b. Rekomendasi bangunan di sisi timur: menggunakan bangunan yang lama, bangunan yang lain bisa dibongkar serta ornamen tutup keong supaya dikembalikan sesuai aslinya c. Rekomendasi untuk bentuk talang dan gen- teng: genteng menggunakan genteng asli, semua talang diganti dengan talang seng d. Rekomendasi untuk lanskap: bentuk konblok menyesuaikan dengan konblok yang lama, tidak menebang pohon sawo bludru. sehingga bangunan cagar budaya tampak asli disajikan dalam gambar 6. ## Gambar 6. Bangunan pizza hut sebelum dan sesudah (Sumber : Dinas Kebudayaan) ## Bangunan Cagar Budaya Butik Dowa Dowa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam penjualan handycraft tas rajut yang namanya telah mendunia. Ketika membeli bangunan cagar budaya yang ada di sebelah barat tugu pengelola Dowa tidak menyadari bahwa ada konskuensi khusus bagi pemilik cagar budaya. Ketika mengajukan ijin ke dinas perizinan kota un- tuk melakukan perubahan terhadap bangunan yang lama yakni dengan merobohkan bangunan dan di- ganti dengan bangunan yang baru tidak diperkenan- kan oleh DP2WB. Pada wawancara dengan pemilik Toko Dowa, Ibu Ika, tanggal 20 Januari 2015, ia mem- berikan penjelasan bahwa bangunan tersebut akan dijadikan ruang publik yakni sebagai showroom tas rajut produksi dari Dowa yang secara statistkc akan didatangi ratusan pengunjung setiap harinya. Pada akhirnya TP2WB kota maupun DP2WB provinsi dapat memberikan rekomendasi pembangunan dengan syarat bangunan yang dibangun harus sama persis dengan bangunan yang dirubuhkan, persetujuan tersebut juga didasarkan pada hasil uji bangunan yang dikeluarkan oleh Laboratorium ba- han bangunan program diploma teknis sipil sekolah vokasi UGM agar bangunan dirobohkan karena bangunan akan dimanfaatkan oleh sarana publik yakni butik yang akan dikunjungi oleh masyarkat. Rekomendasi oleh DP2WB kepada pemilik bangunan agar memperhatikan beberapa hal terkait dengan bentuk fisik bangunan dan yang pada awal- nya bangunan lama tidak boleh dirobohkan, karena adanya kajian dari sekolah vokasi UGM akhirnya diperkenankan untuk dirobohkan dan diganti dengan yang baru dan lebih kuat. Rekomendasi DP2WB disajikan pada gambar 7. Pemilik bangunan mengikuti rekomendasi yang dikeluarkan oleh DP2WB berkaitan dengan bentuk bangunan, rancangan atap, fasad, bentuk pintu dan jendela, ornamen yang digunakan,. Hasil dari bangunan tersebut mengembalikan beberapa bentuk dari bangunan lama sehingga tampak asli dan lebih bagus. Tabel 1. Advice Planning dan Typologi Pelestarian Cagar Budaya BCB Masalah pengelolaan Usaha yang dilakukan Advice planning Tipologi Kopitiam Pemanfaatan bangunan tempat tunggal untuk usaha restaurant sehingga diperlukan rehab fisik yang memerlukan IMB Melakukan perubahan bangunan sesuai dengan pe- runtukan usaha restaurant dengan melakukan penyesuain di beberapa ruang serta penataan lingkungan Rekomendasi dan advice planning diberikan dan pem- ilik bangunan mengikuti semua yang dipersyaratkan. (BA nomor 646/141 tanggal 12 Mei 2011) Restorasi Dowa Bangunan Lama Sudah tidak aman digunakan untuk kepent- ingan yang sifatnya public. Membutuhkan karena melakukan pembangunan- bangunan baru Dibangun ulang menyerupai bangunan lama setelah me- lalui beberapa kajian. Rekomendasi diberikan dan pemilik bangunan mengikuti semua rekomendasi yang disampaikan walaupun men- jadi bangunan baru (BA nomor 646/141 tanggal 12 Mei 2011) Demolisi Pizza Hut Bangunan lama tidak sesuai dengan konsep pemilik yang akan menjadikan bangunan tere- but tempat usaha restaurant Mengembalikan bangunan cagar budaya sesuai dengan aslinya dengan menyisakan bangunan yang asli, serta pe- nataan ruang untuk kegiatan usaha dimaksud di bagian da- lam Mengikuti rekomendasi/ad- vice planning dari DP2WB. (BA 646/137tanggal 7 Mei 2010) Restorasi Gambar 7. Rekomendasi DP2WB (Sumber : Dinas Kebudayaan) Gambar 8. Butik Dowa sebelum dan sesudah (Sumber: Dokumen pribadi, 20 Januari 2015) ## KESIMPULAN Pemerintah melakukan upaya pelestarian yang sesuai dengan kebutuhan pemilik atau pengelola cagar budaya dengan peningkatan sumber daya manusia, peningkatan sarpras, regulasi dan pengawasan. Aspirasi pihak pemilik atau pengelola cagar budaya diperhatikan dalam pem- berian advice planning atau rekomendasi. Advice planning yang diberikan oleh DP2WB memberikan panduan dalam bentuk rekomendasi perencanaan (gambar dan arahan bentuk, ornamen, warna serta lanskap) yang disesuikan dengan dokumen perencanaan seperti RTRW, RDTR, RTBL serta kajian pelestarian kawasan cagar budaya seingga pelestarian cagar budaya sesuai dengan tipologi pelestarian yang dilakukan yang terkait dengan keadaan kondisi cagar budaya serta pemanfaa- tanya. Meskipun demikian perlu adanya penelitian selanjutnya yang lebih detail supaya diketahui besaran nilai ekonomi dari pemanfaatan warisan budaya dan cagar budaya sebagai tempat bisnis/ekonomi. ## DAFTAR PUSTAKA Adhisakti, L.2008. Community Empowerment Pro- gram On The Revitalization Of Ko- tagede Heritage District Indonesia, Vulnerable Cities : Realities Inova- tion And Strtegies , Springer, Japan, Pp.241-256. Anonim. 2017. Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dalam Himpunan Undang-Undang dan Pera- turan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Terkait Dengan Warisan Budaya dan Cagar Bu- daya.Dinas Kebudayaan DIY. Asworth, G.J,. 1991. Heritage Planning, Geo Press, Groningen. Budihardjo, Eko dan Sidharta, 1989, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Catanese, Anthony J.1982. Introduction To Urban Planning. The Mcgraw-Hill. USA Fillipi, Fransesca De. 2005. Sustainable “ Living Heritage Conservation Throughcom- munity Based Aproach. Paper Pre- sented At The Forum Unesco Uni- versity And Heritage 10Th Intern- tional Seminar, Newcastle. Heritage Lottery Fund.2005. The Heritage Lootery Fund Inthe South West.Brochure, United Kingdom. New South Wales Heritage Office.2005. Heritage Information Series : A Guide To Her- itage System. New South Wales, Australia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afa- beta Ulfia C. Kleden dan Fahril Fanani. 2015. Harmo- nisasi Ketentuan Peruntukan Bangunan Cagar Budaya Dalam Per- spektif Regulasi Di Kawasan Budaya Kotabaru, Kota Yogyakarta-DIY. Prosiding seminar nasional ReTII ke- 10. ## Surat : Berita Acara (BA) Rekomendasi Dewan Pertim- bangan Pelestarian Warisan Budaya (DP2WB) Provinsi DIY terhadap rencana renovasi bangunan di jalan Jenderal Sudirman no 65 Yogyakarta nomor 646/137tanggal 7 Mei 2010. Berita Acara (BA) Rekomendasi Dewan Pertim- bangan Pelestarian Warisan Budaya (DP2WB) Provinsi DIY terhadap rencana pembangunan rumah di Jalan Mangkubumi nomor 125-127Yogya- karta nomor 646/141 tanggal 12 Mei 2011. Berita Acara (BA) Rekomendasi Dewan Pertim- bangan Pelestarian Warisan Budaya (DP2WB) Provinsi DIY terhadap rencana renovasi rumah di Jalan Wolter Mongonsidi nomor 19 Yogya- karta nomor 646/041 tanggal 30 Mei 2011. Narasumber : Bapak Andi Pemilik Restauran Kopitiam di jalan Wolter Mongigsidi no 19 Yogya- karta, Wawancara dilakukan pada Tanggal 15 Januari 2015 Ibu Ika Pemilik Toko Dowa di Jalan Mangkubumi no 125 Yogyakarta, Wawancara dil- akukan pada Tanggal 20 Januari 2015 Bapak Kariyono manager dari Pizza Hut di Jalan Jenderal Sudirman no 65 Yogyakarta, Wawancara dilakukan pada Tanggal 25 Januari 2015